Platyhelminthes BAB 1. Pendahuluan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Platyhelminthes BAB 1. Pendahuluan"

Transkripsi

1 BAB 1 Platyhelminthes Pendahuluan Platyhelminthes berasal dari bahasa Yunani, yaitu platys yang berarti pipih, dan helmins yang berarti cacing. Sesuai dengan namanya, platyhelminthes mempunyai bentuk yang pipih di bagian dorsal dan ventral, dan kadangkadang memperlihatkan adanya gambaran pseudosegmentasi. Dari filum ini yang hidup sebagai parasit pada manusia dan hewan terdapat dalam kelas Cestoda berbentuk pita dengan gambaran pseudosegmentasi pada tubuhnya. Sedang cacing pipih yang berbentuk seperti daun, dinamakan cacing daun dan dimasukkan dalam kelas Trematoda. Filum ini terdiri atas spesies. Jika di daerah Anda banyak ternak terutama sapi dan ada perairan yang sering dikunjungi ternak tersebut, carilah siput Lymnea. Pecahkan cangkoknya dan mungkin akan ke luar larva Fasciola Hepatica dalam beberapa fase. Amati dengan mikroskop pembesaran rendah. Cacing pipih yang hidup bebas yang dapat ditemukan diperairan bersih pada batu atau bagian di bawah daun-daunan ialah sejenis Planaria. Amati bentuk tubuhnya. Cacing ini dapat pula dipakai untuk percobaan regenerasi. Di pantai laut yang jernih banyak ditemukan jenis-jenis cacing pipih yang berwarna indah. 1

2 Ciri Umum Platyhelminthes Tubuh platyhelminthes berbentuk pipih, simetris bilateral, tidak bersegmentasi, dan tidak memiliki sistem peredaran darah. Bagian tubuh dapat dibagi menjadi ujung anterior (ujung depan, kepala), ujung posterior (ujung belakang ekor), dan permukaan ventral (permukaan bawah, perut); sedangkan tubuhnya dibagi menjadi bagian kanan dan bagian kiri yang sama. Dengan kata lain, tubuh cacing itu berbentuk simetri bilateral. Saluran pencernaan agak kompleks dari tiga filum terdahulu, walaupun masih hanya mempunyai satu muara menjadi mulut, dan tidak terdapat anus. Sistem ekskresi terdiri atas sel-sel api dengan saluran-saluran yang berhubungan dengannya. Sistem saraf terdiri dari ganglion otak dengan sarafsaraf tepi. Platyhelminthes bersifat hermafrodit. Reproduksi secara generatif, tastis maupun ovarium terdapat bersama-sama dalam satu individu. Cacing pipih yang hidup bebas mempunyai mata yang berupa bintik mata. Platyhelminthes tersusun atas tiga lapisan (triploblastik) sebagai berikut. 1. Ektodermia (lapisan luar), akan berbentuk epidermis dan kutikula. Epidermis lunak dan bersilia serta berfungsi untuk membantu alat gerak. Seringkali epidermis tertutup kutikula dan sebagian lagi dilengkapi dengan alat yang dapat dipakai untuk melekatkan diri pada inang. Adapula yang berupa alat kait dari kitin. 2. Mesodermia (lapisan tengah), akan membentuk alat reproduksi, jaringan otot, dan jaringan ikat. 3. Endodermia (lapisan dalam), akan membentuk gastrodermis sebagai saluran pencernaan makanan. 2

3 BAB 2 Trematoda Morfologi Berbeda dari Turbellaria, permukaan tubuh Trematoda tidak bersilia, tetapi tertutup dengan kutikula. Biasanya terdapat batil isap, yaitu batil isap mulut dan batil isap perut. Tubuhnya berbentuk pipih, memanjang seperti daun, tetapi ada juga yang ovoid (bulat telur), konikal (berbentuk kerucut) atau silindris. Bentuk ini disebabkan adanya kontraksi otot. Cacing ini tidak mempunyai rongga badan, mempunyai susunan saraf yang primitif meliputi ganglia lateral di bawah faring yang dihubungkan oleh komisura dorsal. Ukuran bervariasi, dan kurang dari 1 mm sampai beberapa sentimeter. Cacing dilapisi oleh kutikula homogen non-seluler, yang sebagian atau seluruhnya diliputi oleh bintik-bintik atau tojolan-tonjolan. Cacing melekat ke hospes dengan menggunakan alat isap yang berotot berbentuk mangkok. Kadang-kadang dilengkapi dengan duri-duri atau kaitan-kaitan. Suatu alat isap mulut (oral sucker) terdapat di ujung depan badan cacing. Sedangkan pada kebanyakan jenis terdapat alat isap perut yang lebih besar atau dinamakan asetabulum atau ventral sucker yang terletak pada permukaan ventral di belakang alat isap mulut. Cacing ini tidak mempunyai rongga badan. Ruangan antara, di antara berbagai organ berisi cairan dan jaringan sel-sel jaringan ikat dan serabut- 3

4 serabut. Sistem saluran limpa menyebar sepanjang sepanjang usus yang buntu yang bercabang-cabang keseluruh organ dalam. Aliran limpa ini dikendalikan oleh kontraksi badan. Faringnya bulat berotot merentang dari mulut dalam alat isap mulut terus ke kerongkongan yang sempit pendek. Faring dan kerongkongan (esophagus) ini menerima sekresi dari kelenjar ludah. Di bawah kerongkongan, usus bercabang dua menuju dua jalur atau bercabang-cabang lagi yang berakhir buntu. Sistem ekskresi terdiri dari sel bunga api (flame cell) yang difus dan bertebaran, kapiler, tabung pengumpul (collecting tubes) kandung urin (bladder) dan lubang ekskresi. Susunan saraf yang primitif meliputi dua ganglia lateral di bawah faring yang dihubungkan oleh komisura dorsal. Dari tiap-tiap ganglion keluar batang saraf memanjang ke anterior dan posterior, dihubungkan oleh beberapa komisura. Respirasi anaerob, glikogen dan asam lemak diuraikan menjadi CO 2 tanpa oksigen. Tetapi pada stadium larva, memerlukan oksigen. Jenis yang berparasit pada manusia termasuk dalam ordo Digenea, dimana pembiakan seksual pada dewasa diikuti oleh pembiakan aseksual pada stadium larva dalam keong. Fertilisasi sendiri adalah suatu metode umum bagi spesies hermaprodit. Organ kelamin betina meliputi ovari yang tunggal, oviduk, reseptakulum seminis glandula vitelina duktus vetelina, ootipe, glandula Mehlis dan pada beberapa spesies mempunyai saluran Laurer. Biasanya, ovari lebih kecil dari testis. Saluran Laurer bermuara kepermukaan dorsal, fungsinya belum dikenal. Vitelaria yang laksana buah anggur tersebar dibagian tengah lateral badan. Uterus menyebar dari ootipe kedepan, sering berisi telur. Telur yang belum matang terdiri dari ovium yang telah dibuahi, sel-sel vitelina, membran vitelina dan kulit telur. Kulit telur dari kebanyakan Trematoda. Digenea mempunyai kutub seperti peci yang dinamakan operkulum, kecuali pada telurtelur Schistosoma. 4

5 Makanannya diperoleh dari jaringan, sekresi atau isi usus hospes, tergantung pada habitat dan spesies parasit. Material yang tidak larut dikeluarkan kembali melalui mulut, sedangkan material yang larut didistribusikan keseluruh tubuh oleh limfe. Kadang-kadang mempunyai habitat pada saluran empedu atau pembuluh darah hewan ternak dan pada manusia. Siklus Hidup Dalam hospes definitif, biasanya vertebrata, multiplikasi terjadi secara kawin dengan menghasilkan telur dan dalam hospes intermedier Moluska, terjadi generasi secara pembiakan aseksual. Telur keluar dari hospes definitif melalui saluran anus, saluran genitourinari atau saluran paru-paru. Telur ini menetas dalam air menjadi larva, mirasidium yang bersilia dan berenang aktif dalam air. Mirasidium ini mempunyai kelenjar sekresi anterior yang menghasilkan enzim untuk menembus jaringan keong. Mereka ini tertarik oleh suatu jenis keong tertentu karena rangsangan kemotaktik, mungkin dari lendir atau cairan jaringan keong. Jalan masuknya melalui insang, kepala, antena dan kaki. Mirasidium yang sudah masuk keong kehilangan silianya mungkin juga terjadi telur yang belum menetas, termakan oleh keong dan menetas di usus. Dalam jaringan keong mirasidium mengalami metamorfosis menjadi sporokista yang berbentuk seperti kantong yang tak teratur dan berfungsi sebagai suatu kantong pengeram untuk pertumbuhan dan produksi dari generasi sporokista anak atau redia. Redia ini keluar melalui dinding sporokista induk yang rusak. Redia sudah mempunyai faring dan usus primitif, sistem ekskresi dengan sel bunga api dan saluran pengumpul, dan sel-sel germinal. Di dalam redia dan sporokista anak, serkaria bertumbuh dan bebas ke dalam jaringan keong dan akhirnya keluar melalui integumen keong sampai ke air. Pada spesies tertentu, redia dapat menghasilkan generasi tambahan redia anak. 5

6 Ciri khas serkaria : mempunyai tubuh yang berbentuk elips, ekor yang panjang untuk berenang, alat isap mulut dan alat isap perut, spina atau stilet, saluran pencernaan, susunan reproduksi yang rudimen sistem ekskresi dan kelenjar sefalik uniseluler. Serkaria yang bebas berenang dengan ekornya. Kehidupan serkaria dalam air akan berakhir, kecuali bila ia menemukan tanaman yang cocok atau hospes hewan. Pada tanaman ini, serkaria akan mengkista dan pada hospes hewan memasuki atau menembus kulit hospes definitif. Serkaria yang mengkista dinamakan metaserkaria, ekor, dan kelenjar lisis serkaria lenyap. Keong yang umumnya terdiri dari jenis-jenis yang hidup di air tawar bertindak sebagai hospes intermedier utama bagi Trematoda yang berparasit pada manusia. Hanya jenis-jenis tertentu yang berfungsi sebagai hospes dan dengan demikian identifikasi dan pengawasannya adalah suatu peranan penting dalam preventif infeksi manusia. Ada 70 dari spesies keong yang dapat menjadi hospes intermedier (dari) cacing. Trematoda yang menginfeksi manusia juga menginfeksi mamalia rendah dan burung. Dalam beberapa hal, manusia dapat merupakan sumber infeksi utama, kadang kali parasit tidak berarti penting 6

7 karena pengaruh cuaca, parasit berada dalam hospes intermedier dan penduduk memakan hospes ini. Dalam hal lain, manusia bertindak sebagai hospes insidentil sedang mamalia adalah sebagai hospes utama. Patologi Luka yang dihasilkan oleh cacing tergantung pada lokasinya dalam hospes dan tergantung pada iritasi dan aksi toksinnya. Efek sistemik disebabkan oleh absorpsi substansi toksin yang menghasilkan reaksi alergi dan menimbulkan kerusakan organ vital. Beratnya infeksi tidak hanya tergantung pada jumlah cacing yang ada tapi juga tergantung pada invasi jaringan oleh telur, larva dan cacing dewasa. Cacing yang berada dalam saluran usus, biasanya kurang berbahaya daripada serangan di jaringan yang menyebabkan kerusakan, pelukaan lebih-lebih pada infeksi berat. Imunitas Trematoda yang menyerang jaringan atau darah menimbulkan respon imunologis yang besar. Infeksi sebelumnya menimbulkan tingkat imunitas tertentu yang hampir absolut, seperti terbukti atau terlihat pada epidemi dan pada hewan atau manusia percobaan terhadap Schistosomiasis. Telah dilaporkan hasil Complement Fixation Test, presipitin dan kepekaan antibodi pada hewan dan manusia. Fasciolopsis Buski Lintah usus besar, Fasciolopsis Buski, suatu parasit khas Asia Timur tergolong jenis Trematoda yang paling besar pada manusia. Jenis ini banyak di temukan 7

8 di India, Thailand, Cina dan Formosa. Siklus hidupnya berhubungan erat dengan jenis keong yang berfungsi sebagai hospes perantara dan tumbuh tumbuhan air tempat melekatnya serkaria yang menjadi metaserkaria yang mempunnyai daya invasi. Morfologi dan Siklus Hidup Bagan morfologi Fasciolopsis buski. A. Alat kelamin betina, dilihat dari ventral. B. Alat kelamin betina dan pencernaan, dilihat dari ventral. b. Kandung kencing; c. Sekum; ga. Atrium genital; mg. Kelenjar Mehlis; ic. Saluran Laurer; oot. Ootipe; os. Batil isap mulut; ov. Ovarium; p. Faring; sv. Vesikula seminalis; t. Testis; u. Uterus; vd. Vas deferens; ve. Vas efferens; vs. Batil isap perut; vt. Vitellaria; vd. Duktus vitelinus. Cacing Fasciolopsis Buski berbentuk oval yang memanjang (berukuran 5 7 cm) hidup dalam usus halus. Pada permukaan badan terdapat duri duri kecil yang tersusun rapat di daerah alat isap mulut. Telurnya relatif besar ( mikron) berada dalam jumlah yang banyak dan karena itu mudah ditemukan dalam tinja. Dalam air, telur menetas menjadi larva yang bersillia 8

9 (yang dinamakan mirasidium). Mirasidium ini menembus keong jenis Planorbis, Segmentina, Hipcutis dan Gyraulis secara aktif melalui permukaan badan. Dalam keong mirasidium ini berubah menjadi sporakista. Dalam sporakista ini, tumbuhlah redia dan redia anak yang kemudian terbentuklah serkaria dan menjadi bebas keluar dari keong dan melekat pada tumbuhan air tawar, genus Trapa dan Eleocharis. Di sana, serkaria tumbuh menjadi metaserkaria. Tumbuhan ini kebanyakan ditanam di kolam kolam dan air yang sering dipupuk dengan kotoran manusia. Bila orang menguliti buah ini dengan gigi, maka berhasilah metaserkaria masuk ke dalam saluran usus manusia. Siklus hidup Fasciolopsis Buski 9

10 Pada manusia cacing ini sering ditemukan. Gejala klinis terlihat 1 2 bulan setelah invasi yang terdiri dari sakit perut yang keras dan rasa lesu. Tergantung pada beratnya infeksi dan reaksi hospes dapat menimbulkan oedem dengan asites; ikterus, tinja berdarah, anemia, demam dan gejala gejala berikutnya dalam keadaan ekstrim dapat menyebabkan kematian. Pada anak anak mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya. Gejala gejala penyakit diartikan sebagai suatu tanda intoksiikasi umum karena hasil pertukaran zat dari cacing. Penyebaran tergantung erat dengan kebiasan makanan penduduk asia Timur yang suka makan buah kacang air atau mengulitinya dengan gigi. Pada E. Tuberose yang dimakan adalah umbinya. Selain babi, binatang yang merupakan hospes cadangan utama dapat juga anjing dan kelinci terinfeksi, tapi dalam epidemi mereka tidak dapat memegang peranan penting. Pemeriksaan Mikroskopis Pemeriksaan mikroskopis dapat dilakukan dengan pemeriksaan tinja secara langsung. Metode konsentrasi memudahkan penemuan telur. Pemeriksaan Imunobiologis Pada infeksi cacing ini praktis tidak dapat ditunjukkan adanya Antibodi. Kemoterapi Cacing ini dapat dimusnahkan dengan obat obat cacing tambang yang biasa. Selain itu dapat juga digunakan Yomesan. Fasciola Hepatica Fasciola Hepatica, lintah hati yang besar, suatu jenis Trematoda yang berfamili dekat dengan Fasciolopsis Buski terdapat pada berbagai daerah di dunia. 10

11 Infeksinya terdapat pada negara-negara: Perancis, Korsika, Algeria, Inggris, Portugis, Iran, di beberapa negara di Amerika Selatan (seperti Brazilia, Peru, Cili), Puerto Rico, Madeira, Afrika Selatan, dan Thailand. Pemindahannya sama seperti Fasciolopsis Buski, yaitu melalui sayuran yang hidup dalam air. Cacing ini sering ditemukan pada sapi, biri-biri, kambing dan hewan pemakan tumbuhan lainnya. Fasciola Hepatica ditemukan dimana-mana, dimana terdapat keong tertentu sebagai hospes perantara. Morfologi dan Siklus Hidup Fasciola Hepatica memiliki telur yang besar, berbentuk oval, mempunyai tutup, berwarna kuning sampai coklat, dan berukuran mikron. Telur yang belum matang, keluar bersama fases. Pematangan dalam air menghendaki suhu optimal C selama 9-15 hari. Setelah itu, menetaslah mirasidium dari telur. Dalam waktu 8 jam, mirasidium ini harus menembus keong air untuk melanjutkan pertumbuhannya. Keong yang bertindak sebagai hospes intermedietnya ialah jenis Lymnaea. Dalam keong mirasidium menjadi sporokis muda. Struktur Fasciola Hepatica yang hidup dalam hati kambing (A) Sistem Reproduksi, (B) Sistem Pencernaan 11

12 Metaserkaria demikian atau cacing muda memulai penyebarannya dalam usus hospes. Mereka menembus dinding usus dan berkelana melewati rongga perut sampai ke hati. Setelah mereka menembus lapisan hati, sampailah mereka di saluran empedu dan kantung empedu. Dalam saluran empedu, cacing muda menjadi cacing dewasa dalam jangka waktu 1 2 bulan. Cacing yang dewasa akan bertelur. Bersama cairan empedu, telur berhasil masuk ke dalam saluran usus dan dapat ditemukan dalam tinja (fases). Telur ini selanjutnya mulai mendaur kehidupannya di luar inang (ternak). Fasciola Hepatica bersifat hemaprodit. Setiap individu, dapat menghasilkan kurang lebih butir telur. Hati seekor domba dapat mengandung 200 ekor cacing atau lebih. Epidemiologi Manusia terinfeksi, umumnya karena memakan tanaman air ini. Terinfeksinya penduduk tergantung pada kebiasaan makanan penduduk. Berdasarkan hal ini, seperti di Perancis, terdapat infeksi yang relatif sering, sedangkandi Jerman jarang sekali. Karena itu, sebagai propilak dapat diambil tindakan menghindari makanan mentah tumbuh-tumbuhan air secara konsekuen. Coumbaras memberitakan, bahwa pribumi di Aljazair dan Maroko tumbuh-tumbuhan air hanya dimakan setelah dimasak, tetapi orang-orang Perancis memakannya sebagai salad (sayur mentah), seperti kebiasaannya orang-orang kulit putih. Penyakit ini tidak terdapat pada pribumi di sana. 12

13 Bentuk-bentuk larva Fasciola Hepatica. A. Telur yang belum matang, B. Mirasidium di dalam kulit telur, C. Mirasidium yang sudah siap untuk masuk ke dalam keong, D. Sporokista yang masih muda, sesaat sesudah selesai metamorfosis, E. Sporokista muda sedang membelah secara transversal, F. Sporokista dewasa yang berisi redia, G. Redia yang masih muda, H. Redia dengan serkaria yang sedang dibentuk dan satu redia generasi II, I, serkaria, J. Badan serkaria, K. Metaserkaria yang membentuk kista, L. Metaserkaria yang keluar dari kista. Keterangan: a. Tonjolan, b. Kandung kencing, bp. Lubang lahir, c. Sekum, cc. Sel-sel sistogen, cl. Silia, col. Kerah, e. Esofagus, es. Titik mata, fc. Sel api, ga. Daerah germinatif, g.c. Sel germinal, i. Usus, mc. Kap mukoid, o. Operkulum, 0s. Batil isap mulut, p. Faring, pa. Papila, t. Ekor, vs. Batik isap perut, y. Kuning telur 13

14 Genus Lymnea yang bertindak sebagai hospes perantara berbeda-beda sesuai daerah geografinya, seperti Lymnaea Tementosa di Australia. Cara hidup dari tiap-tiap jenis keong tersebut dapat berbeda-beda (berair, setengah berair). Pemeriksaan Mikroskopis Telur cacing hati ini akan ditemukan pada pemeriksaan tinja dan cairan usus. Pada stadium permulaan, penyakit ini tidak ditemukan telur. Pemeriksaan Imunologis Pemeriksaan mikroskopis dapat dilakukan dengan metode serologis (CFT) dan tes kulit (antigen didapat dari cacing dewasa). Dianjurkan pemakaian Test Immunofluorescent tidak langsung dengan mempergunakan mirasidium Fasciola sebagai antigen. Kemoterapi Untuk kemoterapi, baik dipergunakan Emetinhydrochlorid untuk manusia dengan pemberian intravena. Pengobatan dilakukan dalam jangka waktu yang lama (berbulan bulan atau bertahun tahun atau berulang ulang) sampai yakin, bahwa semua parasit benar benar sudah mati. Selain itu, dianjurkan pemakaian Resochin R. Terhadap hewan obat Hetol R dapat bekerja baik, tapi pada manusia tidak dapat digunakan karena toksisitasnya yang relatif tinggi. Selain itu, sekarang dianjurkan pemberian obat Bithionol yang menghancurkan stadium invasi muda dan sudah membunuhnya dalam jaringan hati. 14

15 Dicrocoelium Dendriticum Cacing hati kecil, Dicrocoelium Dendriticum, parasit utama pada hewan memamah biak, tapi secara kebetulan ditemukan juga pada manusia. Siklus hidupnya dapat dijelaskan sepuluh tahun terakhir. Seperti pada kebanyakan jenis cacing Trematoda yang menjadi hospes perantara pertamanya ialah keong; hospes perantara kedua dalam hal ini ialah semut. Adanya cacing ini berhubangan erat dengan tanah kapur, karena keong yang bertindak sebagai hospes perantara ini memerlukan lingkungan hidup yang demikian. Cacing ini sering ditemukan di Afrika Utara (Mesir, Aljazair), Siberia, Turkestan dan Amerika Selatan; jarang ditemukan di Amerika Utara. Morfologi dan Siklus Hidup Dicrocoelium Dendriticum berukuran sekitar 5 12 mm mempunyai tubuh seperti daun yang kecil. Dalam keadaan hidup kelihatan berwarna kemerahan dengan struktur dalam yang lebih gelap yang sebagian besar terisi uterus yang mengandung telur. Cacing ini terdapat di saluran empedu dalam hati dan dalam kantung empedu. Telurnya relatif sangat kecil (20 30 mikron); pada waktu dikeluarkan telah mengandung larva (mirasidium), tapi tak pernah bebas dalam air. Keong tanah, seperti genus Zebrina dan Helicella di Jerman, Cionella di Amerika utara suka memakan telur ini. Dalam keong ini menetaslah larva yang besilia. Mereka mula mula bertumbuh menjadi sporokista induk, kemudian membentuk sporokista anak. Dalam sporokista anak ini, tumbuhlah serkaria yang diletakkan dalam gelembung gelembung lendir yang besar, kemudian dimakan oleh semut. Formica Fusca (Krull dan Mapes, 1952). Dalam rongga badan semut tumbuhlah metaserkaria di dalam kista yang berbentuk suatu ellipsoid berukuran sekitar 365 mikron x 250 mikron. Metaserkaria matang yang berwarna bening, akhirnya terletak sekit melingkar dalam selubung kista. Dalam semut dapat ditemukan lebih dari 300 gelembung kista, kebanyakan di antara buah. Lamanya hidup dalam semut pada 15

16 suhu 26 0 C selama 38 sampai 56 hari. Metaserkaria keluar dalam saluran usus hospes definitive melalui lubang kecil pada salah satu kutub kista dan mengembara melewati duktus koleodokus dalam hati. Ini berlangsung dalam waktu 2 jam. Mereka kemudian tinggal dalam susunan saluran empedu, setelah hari setelah infeksi terhadap telur pertama dalam tinja (pada kelinci atau biri-biri). Cacing ini menyebabkan gangguan dan penyakit pada manusia dan biribiri hanya pada infeksi berat. Patologi dan simptom hampir sama dengan Fasciola Hepatica. Pada hewan parasit, menyebabkan pembesaran saluran empedu, hyperplasia epitel empedu, atropi sel-sel hati dan pada infeksi berat sirosis portal. Kerusakan pada hewan ini, menyebabkan kurang nafsu makan, kurus dan lain-lain. Dengan demikian, berat badannya berkurang. Pada manusia terjadi pembesaran hati, anemia, rasa sakit perut bagian atas, dan lain-lain gejala yang tidak karakteristik. Pemindahan parasit pada hospes definitif menurut hasil penelitian terakhir (Von Horst, 1961) terjadi, hanya bila memakan semut yang terinfeksi yang terikut makanan. Hal ini terjadi sebagai berikut. Setelah semut menelan serkaria, satu serkaria menembus otak, ke dalam ganglion semut dan bertumbuh menjadi kista yang lunak dan mempunyai selubung luar yang tipis. Dengan demikian, terdapat suatu infeksi pada semut. Semut yang terinfeksi ini dimakan oleh ternak bersama rumput. Semut semacam ini berada satu-satu atau bergerombol. Pada suhu tertentu pada ujung tanaman dan mengeras di sana, sebaliknya semut-semut yang tak terinfeksi berada di sana berjam-jam lamanya. Biri-biri, kelinci, dan hospes lain yang memakan semut ini akan menderita infeksi cacing hati. Orang mendapat infeksi cacing ini, pada prinsipnya dengan jalan yang sama. Melihat epidemi yang luar biasa itu, jelaslah infeksinya pada manusia sangat jarang dan kebanyakan pada anak-anak. 16

17 Pemeriksaan Mikroskopis Pemeriksaan mikroskopis tentu saja akan menemukan telur yang sangat kecil dalam jumlah yang banyak dalam pemeriksaan tinja. Dianjurkan pada tersangka yang mendesak untuk menggunakan metode konsentrasi menurut Telemann. Bila kita berhasil mendapatkan cairan empedu kita akan melihat telur pada stadium permulaan. Pada penemuan positif lemah, haruslah dipikirkan, bahwa telur mungkin berasal dari hati yang dimakan. Karena itu, dalam hal ini pemeriksaan perlu diulangi setelah orang beberapa hari tidak makan hati lagi. Kemoterapi Dianjurkan pemberian Emetinhydroclorida dan Resochin R (1,4-bistrichlormethylbenzol). Obat ini juga dapat dipakai pada manusia. Karena efek sampingnya yang keras, maka tidak lagi dipergunakan dalam kedokteran manusia. Clonorchis Sinensis Cacing hati Cina, Clonorchis Sinensis adalah parasit yang tersebar luas di Asia Timur. Cacing ini sering ditemukan pada beberapa daerah di Tiongkok dan selain dari itu di Jepang, Korea, Taiwan dan Indochina. Orang yang terinfeksi cacing ini berjumlah 20 juta jiwa. Daerah penyebarannya berhubungan erat dengan aliran sungai, karena serkaria yang bebas dari keong (hopses perantara pertama) mencari ikan air tawar (hospes perantara kedua). Dalam ikan ini, serkaria bertumbuh menjadi metaserkaria. Memakan ikan mentah akan menyebabkan infeksi pada hospes definitif. 17

18 Morfologi dan Siklus Hidup Clonorchis Sinensis berukuran mm berbentuk lanset, seperti daun dan dalam keadaan hidup kelihatan bening. Permukaan badan licin, alat isap mulut jelas lebih besar dari alat isap perut. Tanda-tanda khas ialah tempat ovari dan percabangan testis yang terletak diseperempat bagian ujung badan. Daur hidup cacing hati Clonorchis Sinensis 18

19 Telurnya kecil berwarna cokelat kuning mempunyai ukuran 20 mikron, bentuk khas seperti kendi. Pada kutub atas terdapat suatu tutup kecil. Pertumbuhan larva sudah dimulai dalam uterus. Telur yang dikeluarkan telah mengandung mirasidium. Dengan aliran empedu telur terbawa masuk kedalam usus dan keluar bersama tinja. Pertumbuhan selanjutnya berlangsung dalam air, sebagian besar telur termakan oleh keong genus Bulinus, Semisulcospira dan Parafossarulus. Dalam usus keong keluarlah mirasidium dan bertumbuh menjadi sporokista dan dalamnya terbentuklah radia. Serkaria keluaran dari keong dan bebas dalam air. Serkaria ini menembus kulit hospes perantara kedua, ikan air tawar, genus Cifrinida. Dalam otot ikan, serkaria berubah menjadi metaserkaria. Metaserkaria ini ditemukan juga di bawah sisik dan jaringan ikat subkutan. Hospes definitif seperti manusia terinfeksi karena memakan daging ikan mentah. Dalam usus halus hospes definitif metaserkaria jadi bebas tumbuh menjadi cacing muda dan secara aktif mengembara kedalam saluran empedu dan mencari daerah distal. Disana ia menjadi dewasa. Sekitar 14 hari setelah infeksi, ditemukan telur pertama dalam tinja. Biasanya lebih lama. Hal yang istimewa di sini ialah lama hidup yang tidak biasa pada manusia, yaitu bisa mencapai 25 tahun. Pada infeksi ringan tidak menimbulkan kerusakan yang berarti. Pada infeksi berat menyebabkan pelebaran saluran empedu dan penebalan dindingnya yang diikuti dengan proliferasi yang hebat dari mukosa. Selanjutnya, dapat menimbulkan kerusakan hati, pada penyakit yang akut hati menjadi besar. Pada kerusakan yang lebih hebat, dapat juga menimbulkan sirosis hati (pengerutan hati), asites, dan oedem. Kadang-kadang terjadi juga kanker hati. Pada penyakit yang kronis, menunjukkan simptom yang tidak memiliki karakteristik di daerah saluran usus. Pemindahan disebabkan memakan ikan mentah atau kurang matang yang menjadi hospes perantara sebagai hospes definitive, selain manusia juga babi, anjing dan terutama kucing. Mereka sering mengandung banyak 19

20 cacing tanpa menunjukkan gejala-gejala dan kerusakan serta mengeluarkan telur. Infeksi cacing hati ini dihindarkan dengan memasak atau memanasi ikan atau sisanya. Pemeriksaan Mikroskopis Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan penelitian tinja atau cairan usus. Telur-telur ini cukup banyak dan sering ditemukan, karena ukurannya relatif kecil. Dianjurkan dilakukan metode konsentrasi menurut Teleman. Kemoterapi Kemoterapi dipakai Emetinhydrochlorid Intra Venous (IV), Resochin R per oral dan preparat Antimon (seperti Neoantimosan (Fuadin R ) intramuskuler). Opisthorchis Felineus Cacaing hati kucing Opisthorchis Felineus berfamili dekat dengan Clonorchis Sinensis (cacing hati Cina). Juga mengenai siklus hidupnya pada keong air sebagai hospes perantara pertama dan ikan air tawar sebagai hospes perantara kedua (hospes pembantu), yakni kebanyakannya keong jenis Bitthynia Leachi dan ikan mas (Cyprinus Carpio famili Cyprinidae). Daerah penyebarannya hampir bersamaan dengan Clonorchis Sinensis terbatas pada sungai dan danau tertentu. Daerah yang terkenal sebagai sumbernya ialah daerah teluk Laut Timur, sepanjang Weichsel, provinsi Baltik, di daerah Donau, di Rusia terutama di Siberia utara, India, dan Jepang. Cacing ini sesuai dengan namanya sering berparasit pada kucing, tapi berkembang juga pada manusia, anjing dan beberapa hewan pemakan ikan (seperti anjing laut). Jenis Opistorchis Viverrini adalah parasit yang sering ditemukan dibagian utara Thailand dan Bangladesh. Menurut Sadun, disana terdapat sekitar persen penduduk yang terinfeksi. Keseluruhannya berjumlah sekitar 3 20

21 juta jiwa. Secara anatomis, cacing ini dapat dibedakan dengan Opistorchis Felineus (seperti besarnya ova hampir sama dengan testis, pembentukan yang luar biasa kelenjar putih telur dan telurnya lebih kecil (27 x 15 mikron). Morfologi dan Siklus Hidup Cacing ini berukuran 8-12 mm yang lain bersamaan dengan Clonorchis Sinensis. Perbedaannya ialah testis yang seperti sobekan kain (perca) yang juga terletak pada seperempat bagian badan belakang. Telur Opisthorchis lebih ramping (30 x 12 mikron) dan operkulum yang lebih jelas dari telur Clonorchis. Siklus hidup Opisthorchis Felineus sama seperti Clonorchis Sinensis. Cacing dewasa juga hidup dalam saluran empedu, jarang ditemukan dalam pankreas. Prepaten terletak antara 3 dan 4 minggu. Kerusakan karena infeksi cacing ini tergantung pada beratnya infeksi. Beberapa (50-60) cacing umumnya tidak menimbulkan gejala, tapi dapat juga menimbulkan pembesaran hati, pembengkakan saluran dan kandung empedu. Pada infeksi kronis, kadang-kadang menyebabkan karsinoma saluran empedu dan pankreas. Epidemiologi Infeksi cacing hati kucing ini pada manusia berhubungan erat dengan kebiasaan makanan, seperti makan ikan yang tidak dimasak. Nelayan yang suka makan demikian, sering terinfeksi. Kucing dan anjing terinfeksi karena memakan ikan segar atau sisa-sisa buangan ikan. Hewan rumah dapat sebagai pembawa parasit ini. Diagnosis mikroskopis dan kemoterapi sama seperti pada Clonorchis. Paragonimus Westermani Cacing paru-paru, Paragonimus Westermani pada manusia, sekurangkurangnya mempunyai tiga macam jenis yang morfologis dan biologis hampir 21

22 bersamaan, yakni Paragonimus Westermani (Paragonimus Ringeni), Paragonimus Africanus, dan Paragonimus Kellicotti. Daerah penyebaran klasik Paragonimus Westermani terletak di Jepang, Korea, Taiwan, Tiongkok (Cina), Mansyuria, dan Filipina, tapi juga ditemukan di India. Jenis Paragonimus Kellicotti (menurut Yokogawa dan kawan-kawan, 1960) diperkirakan di Kanada, Amerika utara, tengah dan selatan. Semenjak 1943, sering diberikan adanya infeksi paru-paru di daerah tropis, Afrika barat, Kongo, Nigeria terutama di Kamerun Selatan dan Tripolitania (Voelker dan Vogel), menamakan jenis yang terdapat di daerah ini Paragonimus Africanus. Selanjutnya, ada beberapa jenis lain yang menginfeksi manusia, hewan di alam dan beberapa jenis menyebabkan infeksi pada kucing bila memakan kepiting yang terinfeksi dalam percobaan-percobaan laboratorium. Jenis-jenis yang baru ini ditemukan lebih dari 20 jenis (Paragonimus Peruvianus, Paragonimus Mexicanus, Paragonimus Caliensis, Paragonimus Siamensis, dan lain-lain). Kesukaran untuk perbedaan jenis ini diatasi dengan penggunaan metode elektroporesis. Cacing paru tidak hanya menjadi dewasa pada manusia, tapi juga pada sebagian besar binatang buas (seperti Paragonimus Westermani pada anjing, serigala, kucing, singa, leopard, harimau, dan babi). Sebagian hewan-hewan percobaan di laboratorium dapat diinfeksi dengan cacing ini. Siklus hidupnya memerlukan keong tertentu sebagai hospes perantara pertama dan hospes perantara kedua ialah udang dan kepiting. Infeksi pada manusia disebabkan karena memakan kepiting mentah. Morfologi dan Siklus Hidup Cacing paru berukuran 7-12 x 4-7 mm berbentuk seperti telur yang kasar pada irisan melintang. Dalam keadaan hidup kelihatannya seperti biji kopi yang berwarna cokelat merah. Alat isap mulut terletak subterminal, alat isap 22

23 perut yang sedikit lebih besar terletak tepat ditengah sisi perut yang agak rata. Permukaan badan diliputi duri-duri kecil. Telur berwarna cokelat emas (ukuran sekitar 90 x 60 mikron), sebagian besar ditemukan bebas dalam sputum, mempunyai operkulum. Telur ini mulamula hanya mempunyai sel telur dengan 5-10 sel kuning telur. Dalam telur yang telah dikeluarkan, tumbulah mirasidium pada suhu C dalam waktu 3 minggu. Mirasidium yang keluar dari telur menembus aktif kedalam tubuh keong tertentu seperti genus Hua, Thiara, Brolia dan Melinia; Paragonimus Kellicotti masuk kedalam keong jenis Pomatiopsis Lapidaria. Disini ia tumbuh menjadi sporokista, seperti pipa dan di dalam sporokista ini, terbentuklah redia muda dari generasi pertama. Redia muda yang bertumbuh menjadi redia induk ini membentuk redia anak yang mengandung serkaria. Serkaria yang berbentuk elipsoida mempunyai bentuk khas ialah mempunyai ekor yang kecil. Permukaan badannya diliputi oleh duri-duri halus. Pergerakannya dalam air tak ubahnya seperti lintah. Serkaria ini dengan lincah dan berbelit-belit mencari kepiting atau udang jenis tertentu sebagai hospes perantara kedua yang dengan bantuan duri penusuknya menembus otot hospes perantara (hospes perantara Paragonimus Westermani seperti Eriocheir Japonicum dan lain-lain, Paragonimus Kellicotti umumnya genus Carberus). Dalam udang, mereka mengkista dan tumbuh menjadi metaserkaria. Mereka ini berada di otot kaki atau otot ekor. Tapi pada udang-udang di Amerika Utara, sering ditemukan di daerah jantung. Di jantung ini, mereka terbatas di daerah yang berbentuk pita. Kepiting dapat terinfeksi karena memakan keong yang terinfeksi. Bila metaserkaria termakan oleh hospes definitif, maka metaserkaria akan keluar dari selubungnya dalam usus hospes menjadi cacing muda. Cacing muda ini menembus, mengembara melewati diafragma sampai ke rongga dada kemudian menembus paru-paru, dan menjadi dewasa. Pada manusia sering terdapat satu per satu, sebaliknya pada hewan terdapat kista 23

24 dalam jaringan ikat bergerombol 2-3 kista. Dua setengah sampai tiga bulan kemudian, ditemukan telur pertama dalam sputum. Cacing muda dapat juga mencapai diseluruh organ badan (heteropis) seperti di hati, limpa, buah pinggang, otak. Gejala klinis tergantung pada pertumbuhan dan jumlah cacing yang menembus paru-paru. Kerusakan atau keluhan dari orang-orang yang terinfeksi tergantung dari letak cacing yang sering terinfeksi ialah paru-paru, kemudian gejalanya terutama ialah batuk kronis yang keras dan rasa sakit yang mencekam di daerah dada. Sputum biasanya berwarna cokelat merah dan hemoragik (hemotipis). Dalam sputum ini, ditemukan telur yang karakteristik yang mempunyai operkulum yang terdapat bersama-sama butir-butir darah merah. Jumlah cacing pada manusia jarang ada yang lebih dari 10 diperkirakan mungkin sebagai hasil imunitas. Cacing ini tahan hidup lebih dari 20 tahun. Pelukaan paru-paru disebelah luar dapat terjadi karena jalannya migrasi, bila ada cacing terserat dan menjadi dewasa disana. Telur yang dibentuk dan bebas disitu membentuk proses inflammatory seperti di daerah peritoneal dan ruangan pleura. Cacing-cacing yang mati di bawah kondisi tertentu, menyebabkan reaksi jaringan melebar jauh dan paru-paru (seperti otak, sumsum tulang belakang), tapi genesis dari reaksi ini umumnya belum dikenal. Hasil semua ini memberikan gambaran klinis bervariasi luar biasa yang dalam kondisi tertentu tidak menimbulkan infeksi cacing paru-paru. Dengan bantuan tomografi dan bronkhografi infeksi paru-paru dapat juga dikenal secara Rontgenologis. Transmisi kepada manusia berhubungan erat dengan kebiasaan makanan penduduk setempat. Daging kepiting dan udang mentah sering dihidangkan sebagai lauk-pauk. Pada beberapa daerah seperti Korea dan Jepang, kepiting di gerus di mortar (lumping) untuk mendapatkan sarinya dan dimakan tanpa dimasak. Cairan ini sebagian dicampur dengan makanan lain, kandang digunakan untuk obat kuat melawan demam dan diare. Cairan ini kebanyakan mengandung metaserkaria dan tentu saja akan menimbulkan 24

25 infeksi cacing paru-paru. Sehubungan dengan kebiasaan makanan ini, maka pria lebih banyak terinfeksi daripada wanita. Sebaliknya, pada anak-anak tidak demikian berarti tidak ada perbedaan jenis kelamin dalam perbedaan persentase infeksi. Selain manusia dapat juga beberapa hewan lain terinfeksi, yaitu hewanhewan yang senang makan kepiting dan udang mentah, seperti babi, anjing, berang-berang, kucing, anjing dan beruang air. Mungkin hewan-hewan ini umumnya terinfeksi melalui telur dalam air, karena tempat tinggalnya sering di pegunungan dengan sungai yang airnya mengalir deras dan disana banyak terdapat kepiting dan keong sebagai hospes perantara. Perlu penerangan pada penduduk agar tidak memakan udang dan kepiting mentah untuk menghindari infeksi cacing paru-paru. Tindakan selanjutnya untuk mencegah infeksi cacing paru-paru ialah melenyapkan keong, kepiting dan udang untuk memutuskan pertumbuhan selanjutnya. Demikian juga mamalia yang bertindak sebagai hospes cadangan. Penting diperhatikan jangan sampai ada keong-keong dari terinfeksi melalui telur atau mirasidium yang berasal dari sputum. Penelitian mikroskopis dilakukan dengan pemeriksaan sputum dan tinja untuk menentukan telur. Di samping telur, sering juga ditemukan kristal yang dinamakan kristal Charcot-Leyden. Pemeriksaan Imunologis Pada penderita yang disangka secara klinis, diagnosis dapat dilakukan dengan CFT, Flaoeculation test dan Intradermal test bila pemeriksaan mikroskopis untuk menemukan telur negatif. Untuk itu, dipakai antigen dari cacing dewasa. Tapi, bila terdapat reaksi silang yang positif dengan infeksi Schistosoma, CFT akan jadi negatif 3-9 bulan setelah pengobatan. 25

26 Kemoterapi Kemoterapi dianjurkan untuk menggunakan Resochin R per oral dan aerosol. Selain itu digunakan Emitinhydrochlorid dikombinasikan dengan Prontosil dan Sulfonamid lain. Preparat yang kerjanya dapat dipercaya menurut Yokogawa (1961) ialah Bithinol R (2,2-thiobis-4,6-dichlorphenol) (5-10 kali: mg per kg tiap 2 hari) yang dapat digunakan sebagai pengobatan, seperti di daerah-daerah endemis. 26

27 BAB 3 Trematoda Darah Schistosoma (Bilharzia) Bilharziosis atau Schistomiasis pada manusia disebabkan oleh tiga macam spesies Trematoda yang tergolong dalam genus Schistosoma, yaitu : 1. Schistosoma Haematobium Bilharz (1852), penyebab bilharziosis vesikal. 2. Schistosoma Mansoni Sambon (1907), penyebab bilharzioziz usus. 3. Schistosoma Japonicum Katsurada (1904), penyebab bilharziosis Asia. Penyebaran geografi Schistosoma Haematobium terutama adalah Afrika Timur dan melebar dari Maroko melewati Aljazair, Tunisia dan Mesir, dan dari lembah sungai Nil sampai Afrika Selatan, terlebih lagi dari Natal. Parasit ini dijumpai di Abisinia Uganda, Rhodesia dan Kongo. Di Afrika Barat, Liberia, Sierra Leone dan Pantai Emas juga terdapat infeksinya. Juga terdapat sebagian daerah di Arabia, sebagian Palestina, Persia, Irak, Siprus dan Madagaskar. Di Eropa hanya terdapat di Portugis sebelah selatan (Tavira). Schistosoma Mansoni tidak umum terdapat di Afrika. Disebelah selatan lembah Nil adalah daerah yang sangat berbahaya dan daerah yang terinfeksi meluas dari sini sampai ke Afrika Timur, Barat dan Tengah. Schistosoma 27

28 Penyebaran geografis Schistosoma Haematobium, Schistosoma Japonicum, dan Schistosoma Mansoni. juga diimpor ke Amerika Selatan dan Tengah dan telah diidentifikasi oleh Piraja Dasilva dalam tahun Daerah infeksi utama adalah Venezuela dan Brazil Timur Laut. Schistosoma Japonicum terbatas di asia Timur. Parasit ini terutama ditemukan di daerah lembah Yangtse, di provinsi Cina Hunan, Hupeh, Anhwei, Kiangsu dan Kiangsi dan di daerah kecil di Jepang dan Filipina Selatan (Leyte, Mindanao). 28

29 Morfologi dan Siklus Hidup Cacing yang jantan berbentuk memanjang seperti daun dan mempunyai suatu keanehan, yaitu dapat menggulungkan sisi badan membentuk suatu tabung dan dalam gulungan ini terletak yang betina (lintah sejoli). Karena itu, badan yang jantan itu kelihatan seperti terbelah memanjang. Perbedaan cacing ini dengan Trematoda lain adalah uniseks. Cacing dewasa (tergantung pada spesies, mm panjang) hidup terutama di dalam saluran darah mesenterium dari usus dan juga dalam vena hati (Schistosoma Mansoni dan Schistosoma Japonicum) dalam saluran darah kandung kencing (Schistosoma Haematobium = lintah darah). Telur masuk kapiler dan menembus dinding usus atau kandung kencing sampai ke rongga usus atau kandung kencing. Karena itu, mereka akhirnya ditemukan di tinja atau urin dan bebas di alam luar. A B Schistosomiasis kandung kencing. A. Schistosoma Haematobium. Gambaran Rontgen yang memperlihatkan dilatasi dan konstriksi ureter dan pembesaran pelvis ginjal. B. Schistosoma Haematobium. Gambaran Rontgen kandung kencing yang memperlihatkan perkapuran. 29

30 Kandung kencing penuh dengan telur Schistiosoma Haematobium Bagan Schistosoma yang penting bagi manusia. bc. Bifurkasi sekum; c. Sekum; e. Esofagus; e.g. Kelenjar esophagus; g.c. Kanalis ginekoporus; g.o Lubang genital; o. Telur; od. Oviduk; oot. Ootipe; os. Batil isap kepala; ov. Ovarium; t. Testis; u. Uterus; uc. Tempat pertemuan kedua sekum; v. Vulva; vs. Batil isap perut; vt. Vitelaria; vtd. Duktus vitelinus. 30

31 Telur spesies Schistosoma Mansoni ukuran kira-kira 150 mikron yang keluar bersama tinja, mempunyai ciri-ciri khas, yaitu adanya duri lateral, sedangkan telur Schistosoma Haematobium kira-kira 135 mikron mempunyai duri terminal. Telur Schistosoma Japonicum kira-kira 85 mikron lebih lebar dan kebanyakan berbentuk agak bulat hanya mempunyai duri lateral yang kecil; berhubung karena permukaan telur yang agak lengket, partikel-partikel tinja melekat padanya. Dengan demikian, telur ini sukar dibedakan dengan telur Schistosoma Mansoni. Pertumbuhan dari ketiga spesies ini adalah sama dan selalu tergantung pada adanya keong air tertentu (hospes perantara). Telur yang keluar bersama sekreta selalu mengandung larva yang dinamakan mirasidium. Dalam air mirasidium keluar dari telur, tapi ia hanya dapat hidup selama 48 jam. Larva harus menemui keong yang cocok untuk dapat melanjutkan pertumbuhannya lebih lanjut menjadi sporokista induk yang berbentuk tabung. Dalam sporokista induk ini, terbentuklah sporokista anak secara partenogenesis. Hanya stadium inilah yang menghasilkan stadium larva infektif yang khas yang dinamakan serkaria (serkaria berekor garpu). Serkaria ini keluar bebas melalui lubang pernafasan keong dan kembali mencapai air. Untuk pertumbuhan selanjutnya, serkaria harus menembus kulit hospes akhir. Di sini ia melepaskan ekornya. Bila mereka tidak berhasil menembus hospes akhir dalam beberapa jam, mereka akan mati. Cacing muda terbawa secara pasif melalui daerah vena kulit sampai ke ventrikel atau kamar kanan jantung. Dari sini, dengan melewati alveoli paru-paru dan vena pulmo ke kamar kiri jantung, kemudian sampai ke arteri badan. Cacing betina tidak akan menjadi dewasa seks, sampai ia mendapat pasangan dan kemudian mereka migrasi keluar sistem atau susunan portal hepar untuk meletakkan telur dalam saluran mesenterium. Telur yang dikeluarkan, ditemukan dalam kapiler dan menyebabkan perubahan inflam- 31

32 matory dalam dinding usus. Akhirnya mereka lewat ke dalam lumen usus dan dapat ditemukan dalam tinja. Gejala bilharziasis usus sangat variabel atau dapat berubah-ubah dan dikelirukan, seperti adanya diare tinja yang mengandung darah dan lender, sehingga dapat dikelirukan dengan infeksi disentri Amoeba. Dalam beberapa hal, kerusakan timbul dalam daerah portal hepar dalam bentuk pembengkakan hati dan limpa, bahkan dapat terjadi sirosis hati. Bilharziasis vesikal (infeksi dengan Schistosoma Haematobium) simptom dapat ditunjukkan di daerah kandung kencing adalah pada bagian dasar depan, haematuria, sensasi luka panas dalam uretra. Pada sedimen urin, ditemukan telur yang mempunyai duri terminal, eritrosit dan lekosit. Pada infeksi berat, dapat tumbuh tumor jahat pada kantong urin. 32 Telur, mirasidium dan serkaria Schistosoma pada manusia. As. Batil isap kep[ala; e. Sekum; cec. Saluran ekskresi kaudal; cg, cg 1. cg 2. Kelenjar kepala; d.s. Duri-duri duktus; e.p. Lubang ekskresi; et. Saluran ekskresi; ev. Kandung kencing; f.c. Sel api; g. Usus; gc. Sel germinal; gd. Saluran kelenjar; hg. Kelenjar kepala; i. Pulau kord; ld. Duktus lateralis; lg. Duktus lateralis; lt. Lobus ekor; m. Mulut; n. Sistem saraf; nt. Batang saraf; rg. Bola refraktil; st. Batang ekor; vs. Batil isap perut; vtm. Membran vitelin.

33 Pada daerah tertentu di Afrika, masih terdapat spesies Schistosoma Intercalatum yang menyebabkan gejala-gejala yang sama seperti yang disebabkan oleh Schistosoma Mansoni, tapi menghasilkan telur dengan duri terminal. Siklus hidup Schistosoma Apa yang dinamakan bilharziasis jepang yang menyebabkan simptom yang bersamaan dengan Schistosoma Mansoni. Pada infeksi berat, di samping demam diare yang periodik, terjadi pembengkakan limpa dan hati yang menyebabkan sirosis hati dan stasis portal dan akhirnya menunjukkan tingkat asites. Pada kasus yang gawat pada pasien muda, dapat sangat mengganggu pertumbuhan mental dan seksual. Pada fase akhir dari penyakit, telur tidak lagi ditemukan secara teratur dalam tinja. Bila diperhatikan dari simptom dari berbagai laporan yang diberikan, bahwa dalam satu spesies mempunyai berbagai strain yang dapat menyebabkan gejala-gejala yang menyimpang atau berlainan. 33

34 Perlu peringatan bagi nelayan dan perenang terhadap apa yang dinamakan dermatitis serkaria yang dapat menginfeksi mereka. Serkaria dari spesies Trematoda yang berparasit pada unggas (seperti Trichobilharzia Szidati, Neuhaus, 1952) dapat juga menembus kulit manusia, tapi tidak dapat jadi dewasa, namun akan mati disana. Serkaria ini dapat menimbulkan dermatitis pada orang-orang yang sensitif. Transmisi dari penyebab bilharziosis tidak pernah terjadi langsung dari manusia ke manusia. Keong air selalu bertindak sebagai hospes intermedier (untuk Schistosoma Haematobium ialah antara lain Bulinus Truncates, Bulinus Globosa, Bulinus Africana; untuk Schistosoma Mansoni antara lain Planorbis Boissyi, Australorbis Glabratus; untuk Schistosoma Japinicum ialah spesies dari genus Oncomelania, Schistosomophora dan Katayama). Dalam keong ini, jenis serkaria seperti telah dibicarakan, bertumbuh masuk ke dalam air dan harus mencari hospes akhir secara aktif. Hospes akhir bagi Schistosoma Haematobium dan Schistosoma Mansoni adalah selalu manusia. Schistosoma Japonicum dapat juga berkembang pada berbagai mamalia (seperti anjing, kucing, babi, dan sapi). Untuk pencegahan, penting dilakukan hal-hal sebagai berikut. 1. Pembasmian keong secara sistematik yang dapat bertindak sebagai hospes perantara. 2. Menghindari infeksi air atau mempergunakan pakaian pelindung selama berada dalam air yang dapat menahan infeksi serkaria. 3. Menghindari kontaminasi air dengan tinja atau urin manusia atau hewan (pada Schistosoma Japonicum) yang terinfeksi dengan bilharzias. Adalah tidak mudah menanggulangi persoalan ini di daerah endemi dan penting untuk mengadakan penerangan yang intensif, untuk mendidik penduduk agar mengerti hal-hal yang berhubungan dengan epideminya. Bahaya besar melanda penduduk di daerah endemis ini bertambah lagi dengan adanya bangunan-bangunan dan raksasa baru seperti bendungan 34

35 Aswan di Mesir, dan Volta di Ghana dan lain-lain proyek. Dengan adanya bendungan ini, air yang tergenang merupakan suatu tempat yang ideal bagi pertumbuhan keong yang menjadi hospes perantara. Melalui dam ini, di satu pihak menguntungkan penduduk, dengan adanya sumber tenaga listrik dan irigasi pertanian, tapi dilain pihak memperbesar bahaya bagi penduduk. Untuk memusnahkan keong dapat dilakukan dengan pemberian Molusida seperti Bayluscid, Pentachlorphenol dan Tembaga sulfat. Juga diusahakan pembasmian secara biologis. Pemeriksaan Mikroskopis Pemeriksaan mikroskopis dari telur Schistosoma dalam tinja dan urin relatif mudah. Pada bilharziosis, vesikal telur dapat dikonsentrasikan dengan mesentrifusi urin. Telur yang berbentuk khas (dengan duri terminal) mudah ditemukan pada sediment urin. Pada bilharziosis usus telur (dengan duri lateral) sering berada dalam lender yang berdarah yang terdapat dalam tinja. Hasil dapat juga dengan penelitian mikroskopis dari butir-butir lendir secara rektoskopis. Pada infeksi ringan, dianjurkan untuk melakukan metode penetasan mirasidium. Untuk metode diambil tinja sekitar 5 gram, diaduk dengan 250 ml NaCl fisiologis, disaring lalu dimasukkan kedalam gelas kerucut; setelah terbentuk sedimen proses penjernihan ini diulangi sampai larutan menjadi bening. Gelas kerucut disimpan dalam lemari es dan dibiarkan semalam. Besok paginya diberi air hangat sampai suhu mencapai antara C. Karena pengaruh sinar matahari atau cahaya lampu listrik yang kuat, mirasidium akan menetas dalam beberapa menit atau beberapa jam. Pemeriksaan dilakukan dengan latar belakang yang gelap untuk dapat melihat gerakannya yang lincah. 35

36 Pemeriksaan Imunobiologis Untuk membuktikan penyebab Schistosomiasis berkembang serangkaian metode yang tidak langsung, tapi sebagai menggunakan material parasit hidup. Metode-metode yang memungkinkan ialah CFT, IHAT (Indireckte Haemaglutination Test dan IFAT, Lutex Flockulations Test (LFT) dan Skin Test (tes kulit). Stadium pertumbuhan dipergunakan untuk reaksi presipitasi, Tes Immobilisasi Miracidium (CHR + Cercarien Hullen Reaction) dan reaksi selubung serkaria. Umumnya, sekarang dipakai CHR, IFAT dan IHAT. Untuk IFAT dipergunakan serkaria yang diliopilisir dan difiksasi dengan formalin. Kemoterapi Untuk membunuh parasit dewasa hidup dalam manusia dapat dilakukan: 1. Parenteral dengan preparat Antimon, untuk itu dapat dipergunakan intravenous : Antimon (III)-Gluconat, Brechweinstein; intravenous dan intramuskuler ialah kombinasi Antimon kompleks seperti Stibophen (Fuadin R ). 2. Oral dengan pemberian Lucanton (MiracilD R ), Hycanthon, Niridazol (Ambilhar R ). Untuk menghindarkan toksin digunakan suatu pengawasan antara lain gejala neuropsikiatri. Metrifonat (Bilarcil R ) mujarab terhadap Schistosoma Haematobium. Ambilhar R juga bekerja baik terhadap disentri Amoeba dan abses-amoeba (25 mg per kg tiap hari selama 10 hari). 36

37 BAB 4 Cestoda (Cacing Pita) Pendahuluan Cestoda adalah cacing yang langsing memanjang dengan bahan yang pipih seperti pita atau ikat pinggang, karena itu dinamakan cacing pita. Semua Cestoda adalah endoparasit, cacing dewasa berada di dalam usus vertebrata dan larva dalam jaringan hospes perantara. Cacing pita yang panjangnya dapat mencapai 10 meter. Tampak ruas tubuh yang terlepas. Setiap ruas tubuh berisikan ribuan telur cacing. 37

38 Badannya ditutupi kutikula dan mempunyai lapisan otot yang kompleks, parenkim, saluran ekskresi dengan sel bunga api (flame cells) dan lingkaran saraf dengan tiga pasang senar saraf (nerve cord). Cacing ini mempunyai mulut atau saluran pencernaan. Badannya terbagi dalam segmen-segmen atau proglotid. Rangkaian proglotid dinamakan strobila. Makanan diserap langsung melalui dinding badan. Pada parasit, cacing dapat dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau ikan, yaitu : 1. Cacing dapat menyebabkan penyakit dengan cara : (a) Melukai secara mekanik, (b) Mengambil nutrien yang dibutuhkan oleh inangnya, (c) Meracuni inangnya. (d) Memfasilitasi masuknya mikroorganisme patogen ke dalam tubuh inang. 2. Adanya parasit cacing dalam tubuh ikan menyebabkan terjadinya reaksi jaringan tubuh berupa pembengkakkan jaringan yang dicirikan dengan encapsulation dari cacing pada jaringan tubuh ikan. 3. Stres lingkungan kemungkinan dapat menambah penurunan resistensi inang pada patogen. 4. Kegiatan manusia yang memasukkan cacing dari satu habitat ke habitat yang lain kemungkinan dapat menyebabkan tersebarnya penyakit (epizootik) dan mortalitas pada populasi setempat. 5. Parasit cacing adalah umum terdapat pada ikan laut, tetapi biasanya memperlihatkan status patogen yang jelas apabila kehadirannya dalam jumlah yang besar pada setiap individu inangnya (Sinderman, 1990). Kelas Cestoda merupakan terdiri dari dua subklas, yaitu Cestodaria dan Eucestoda. Subklas Cestodaria terdiri dari 2 (dua) ordo, yaitu Amphilidae dan Gyrocotylidae. Subklas Eucestoda terdiri dari 5 (lima) ordo, yaitu Tetraphalidae, Proteocephalidae, Tryphanorhyncha, Pseudophyllidae, dan Cyclophyllidae (Hickman 1967). 38

TREMATODA PENDAHULUAN

TREMATODA PENDAHULUAN TREMATODA PENDAHULUAN Trematoda termasuk dalam filum Platyhelminthes Morfologi umum : Pipih seperti daun, tidak bersegmen Tidak mempunyai rongga badan Mempunyai 2 batil isap : mulut dan perut. Mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada manusia. Organisasi Kesehatan Dunia World Healt Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. pada manusia. Organisasi Kesehatan Dunia World Healt Organization (WHO) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan penyakit pada ternak merupakan salah satu hambatan yang di hadapi dalam pengembangan peternakan. Peningkatan produksi dan reproduksi akan optimal, bila secara

Lebih terperinci

Disebut Cacing Pipih (Flat Worm) dengan ciri antara lain:

Disebut Cacing Pipih (Flat Worm) dengan ciri antara lain: Disebut Cacing Pipih (Flat Worm) dengan ciri antara lain: Tubuh simetri bilateral Belum memiliki sistem peredaran darah Belum memiliki anus Belum memiliki rongga badan (termasuk kelompok Triploblastik

Lebih terperinci

PLATYHELMINTHES. Dugesia tigrina. A. Karakteristik

PLATYHELMINTHES. Dugesia tigrina. A. Karakteristik A. Karakteristik PLATYHELMINTHES 1.Tubuh terdiri atas 3 lapisan sel: ektodermis, mesodermis, dan endodermis (triploblastik) 2. Hidup bebas atau parasit 3. Alat ekskresi berupa sel api 4. Alat pencernaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ternak Itik Itik ( Anas sp.) merupakan unggas air yang cukup dikenal masyarakat. Nenek moyangnya berasal dari Amerika Utara dan merupakan itik liar ( Anas moscha) atau Wild

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Telur Fasciola hepatica (Sumber : CDC, 2012)

Gambar 2.1. Telur Fasciola hepatica (Sumber : CDC, 2012) 16 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Trematoda Hati 2.1.1 Fasciola hepatica a. Morfologi dan Daur Hidup Cacing dewasa mempunyai bentuk pipih seperti daun, besarnya ± 30x13 mm. Bagian anterior berbentuk seperti

Lebih terperinci

CARA PERKEMBANGBIAKAN INVERTEBRATA

CARA PERKEMBANGBIAKAN INVERTEBRATA CARA PERKEMBANGBIAKAN INVERTEBRATA Dalam perkembangbiakannya,invertebrata memiliki cara reproduksi sebagai berikut 1. Reproduksi Generatif Reproduksi generative melalui fertilisasi antara sel kelamin jantan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Landak Jawa ( Hystrix javanica

TINJAUAN PUSTAKA Landak Jawa ( Hystrix javanica 14 TINJAUAN PUSTAKA Landak Jawa (Hystrix javanica) Klasifikasi Landak Jawa menurut Duff dan Lawson (2004) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Rodentia Famili

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris lumbricoides Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia (FKUI, 1998). Termasuk dalam

Lebih terperinci

LABORATORIUM PARASITOLOGI DAN ENTOMOLOGI

LABORATORIUM PARASITOLOGI DAN ENTOMOLOGI LABORATORIUM PARASITOLOGI DAN ENTOMOLOGI Kegiatan Infeksi cercaria Schistosoma japonicum pada hewan coba (Tikus putih Mus musculus) 1. Latar belakang Schistosomiasis atau disebut juga demam keong merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminths 1. Pengertian Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan penularannya melalui tanah. Di Indonesia terdapat lima species cacing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Menurut Williamson dan Payne (1993),

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Prevalensi Clinostomum complanatum pada ikan Betok (Anabas testudineus) di Yogyakarta

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Prevalensi Clinostomum complanatum pada ikan Betok (Anabas testudineus) di Yogyakarta IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Prevalensi Clinostomum complanatum pada ikan Betok (Anabas testudineus) di Yogyakarta Hasil penangkapan ikan air tawar dari Kali progo, Yogyakarta diketahui terdapat 7 jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Suzuki Metode Suzuki adalah suatu metode yang digunakan untuk pemeriksaan telur Soil Transmitted Helmints dalam tanah. Metode ini menggunakan Sulfas Magnesium yang didasarkan

Lebih terperinci

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. JARINGAN HEWAN Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. A. JARINGAN EPITEL Jaringan epitel merupakan jaringan penutup yang melapisi

Lebih terperinci

N E M A T H E L M I N T H E S

N E M A T H E L M I N T H E S N E M A T H E L M I N T H E S Nema = benang, helminthes = cacing Memiliki rongga tubuh yang terbentuk ketika ektodermis membentuk mesodermis, tetapi belum memiliki mesenterium untuk menggantungkan visceral

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis, 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Trasmitted Helminth Soil Transmitted Helminth ( STH ) merupakan infeksi kecacingan yang disebabkan oleh cacing yang penyebarannya melalui tanah. Cacing yang termasuk STH

Lebih terperinci

PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN

PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN BAHAN MAKANAN (MOLEKUL ORGANIK) Lingkungan eksternal Hewan KONSUMSI MAKANAN PROSES PENCERNAAN PROSES PENYERAPAN PANAS energi yg hilang dalam feses MOLEKUL NUTRIEN (dalam

Lebih terperinci

Pada dasarnya morfologi cacing dewasa terdiri dari : - Kepala/scolec, - Leher, -Strobila,

Pada dasarnya morfologi cacing dewasa terdiri dari : - Kepala/scolec, - Leher, -Strobila, CESTODA JARINGAN Cacing dalam kelas Cestoidea disebut juga cacing pita karena bentuk tubuhnya yang panjang dan pipih menyerupai pita. Cacing ini tidak mempunyai saluran pencernaan ataupun pembuluh darah.

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Pada Hewan

Sistem Pencernaan Pada Hewan Sistem Pencernaan Pada Hewan Struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis makanannya. pada hewan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Taenia saginata 2.1.1. Definisi Taenia saginata merupakan cacing pita termasuk subkelas Cestoda, kelas Cestoidea, dan filum Platyhelminthes. Hospes definitif Taenia

Lebih terperinci

Karakteristik Organisme Hidup. UNSYIAH Universitas Syiah Kuala 9/28/2016. Tema-tema dalam Mempelajari Kehidupan. Organisasi Biologi

Karakteristik Organisme Hidup. UNSYIAH Universitas Syiah Kuala 9/28/2016. Tema-tema dalam Mempelajari Kehidupan. Organisasi Biologi UNSYIAH Universitas Syiah Kuala Pengantar Biologi MPA-107, 3 (2-1) Kuliah 10 STRUKTUR & PERKEMBANGAN: HEWAN Tim Pengantar Biologi Jurusan Biologi FMIPA Unsyiah Keanekaragaman hewan dengan berbagai modifikasi

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA A. GINJAL SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA Sebagian besar produk sisa metabolisme sel berasal dari perombakan protein, misalnya amonia dan urea. Kedua senyawa tersebut beracun bagi tubuh dan harus dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA BAB 2 TI JAUA PUSTAKA 2.1. Infeksi Cacing Pita 2.1.1. Definisi Infeksi cacing pita atau taeniasis ialah penyakit zoonosis parasiter yang disebabkan cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia (Taenia

Lebih terperinci

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING 3.1. Virus Tokso Pada Kucing Toksoplasmosis gondii atau yang lebih sering disebut dengan tokso adalah suatu gejala penyakit yang disebabkan oleh protozoa toksoplasmosis

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi Manusia

Sistem Ekskresi Manusia Sistem Ekskresi Manusia Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh kita yang berfungsi mengeluarkan zatzat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan zat yang keberadaannya dalam tubuh akan mengganggu

Lebih terperinci

PENYAKIT PARASITER - TREMATODE - H A N D A Y U U N T A R I

PENYAKIT PARASITER - TREMATODE - H A N D A Y U U N T A R I PENYAKIT PARASITER - TREMATODE - H A N D A Y U U N T A R I TREMATODA Morfologi umum cacing penyebab : Pipih bilateral, seperti daun Hermaphrodit Tidak bersegmen Saluran pencernaan tdk sempurna Oral & Ventral

Lebih terperinci

MAKALAH BIOLOGI HEWAN VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA. Disusun Oleh : Ira Melita Kelas : XII. IPA. 1

MAKALAH BIOLOGI HEWAN VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA. Disusun Oleh : Ira Melita Kelas : XII. IPA. 1 MAKALAH BIOLOGI HEWAN VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA Disusun Oleh : Ira Melita Kelas : XII. IPA. 1 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA MADRASAH ALIYAH NEGERI SURADE 2016 KATA PENGANTAR Assallamu alaikum

Lebih terperinci

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER PENGAMATAN EPIDEMIOLOGI HASIL PEMERIKSAAN KECACINGAN di SD MUH. KEDUNGGONG, SD DUKUH NGESTIHARJO,SDN I BENDUNGAN dan SD CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah

Lebih terperinci

Taenia saginata dan Taenia solium

Taenia saginata dan Taenia solium Taenia saginata dan Taenia solium Mata kuliah Parasitologi Disusun Oleh : Fakhri Muhammad Fathul Fitriyah Ina Isna Saumi Larasati Wijayanti Sri Wahyuni Kelompok 6 DIV KESEHATAN LINGKUNGAN TAKSONOMI Taenia

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL 1. Penyakit keturunan di mana penderitanya mengalami gangguan dalam pembekuan darah disebut... Leukopeni Leukositosis Anemia Hemofilia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

Ciri-ciri umum cestoda usus

Ciri-ciri umum cestoda usus Ciri-ciri umum cestoda usus Bentuk tubuh pipih, terdiri dari kepala (scolex) dilengkapi dengan sucker dan tubuh (proglotid) Panjang antara 2-3m Bersifat hermaprodit Hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang 5 4 TINJAUAN PUSTAKA A. Kutu Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki bagian-bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk ke dalam kulit inangnya. Bagian-bagian mulut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prevalensi Prevalensi adalah frekuensi dari penyakit yang ada dalam populasi tertentu pada titik waktu tertentu. Angka prevalensi dipengaruhi oleh tingginya insidensi dan lamanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Cacing Tambang Pada umumnya prevalensi cacing tambang berkisar 30 50 % di perbagai daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan seperti di

Lebih terperinci

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel ORGANISASI KEHIDUPAN Sel Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup. Ukuran sangat kecil untuk melihat harus dibantu dengan mikroskop. Kata sel berasal dari bahasa latin cellulae, yang berarti bilik kecil.

Lebih terperinci

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra CREATIVE THINKING MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra HIDUNG Hidung merupakan panca indera manusia yang sangat penting untuk mengenali bau dan juga untuk bernafas. Bagian-Bagian Hidung Dan Fungsinya

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA Salah satu ciri mahluk hidup adalah membutuhkan makan (nutrisi). Tahukah kamu, apa yang

Lebih terperinci

2. Strongyloides stercoralis

2. Strongyloides stercoralis NEMATODA USUS CIRI-CIRI UMUM Simetris bilateral, tripoblastik, tidak memiliki appendages Memiliki coelom yang disebut pseudocoelomata Alat pencernaan lengkap Alat ekskresi dengan sel renette atau sistem

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budidaya Sapi Potong Ternak sapi khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai

Lebih terperinci

Terdiri dari 1. Nemathelminthes ( Cacing gilik / nema = benang) 2. Platyhelmintes (Cacing pipih) A. Trematoda (Cacing daun) B. Cestoda (Cacing pita)

Terdiri dari 1. Nemathelminthes ( Cacing gilik / nema = benang) 2. Platyhelmintes (Cacing pipih) A. Trematoda (Cacing daun) B. Cestoda (Cacing pita) Ani Radiati MKes Terdiri dari 1. Nemathelminthes ( Cacing gilik / nema = benang) 2. Platyhelmintes (Cacing pipih) A. Trematoda (Cacing daun) B. Cestoda (Cacing pita) NEMATODA USUS - Ascaris lumbricoides

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminth Soil Transmitted Helminth adalah Nematoda Intestinal yang berhabitat di saluran pencernaan, dan siklus hidupnya untuk mencapai stadium infektif dan

Lebih terperinci

ANATOMI DAN FISIOLOGI

ANATOMI DAN FISIOLOGI ANATOMI DAN FISIOLOGI Yoedhi S Fakar ANATOMI Ilmu yang mempelajari Susunan dan Bentuk Tubuh FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari alat atau jaringan

Lebih terperinci

Adanya rangka dalam (endoskeleton) berduri yang menembus kulit. Tubuh terdiri dari bagian oral (yang memiliki mulut) dan aboral (yang tidak memiliki mulut). Pada waktu masih larva tubuhnya berbentuk bilateral

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Penyakit Parasitik FASCIOLA GIGANTICA. Oleh FIKRI AFRIZAL NIM

Laporan Praktikum Penyakit Parasitik FASCIOLA GIGANTICA. Oleh FIKRI AFRIZAL NIM Laporan Praktikum Penyakit Parasitik FASCIOLA GIGANTICA Oleh FIKRI AFRIZAL NIM 1102101010049 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM, BANDA ACEH 2013 FASCIOLA GIGANTICA a. Morfologi

Lebih terperinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci Modul Praktikum Biologi Hewan Ternak 2017 6 Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci Petunjuk Umum Praktikum - Pada praktikum ini digunakan alat-alat bedah dan benda-benda bersudut tajam. Harap berhati-hati

Lebih terperinci

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis)

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) BAB II TIJAUAN PUSTAKA A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) Enterobiasis/penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia yang disebabkan oleh cacing E. vermicularis. Enterobiasis

Lebih terperinci

Annelida. lembab terletak di sebelah atas epithel columnar yang banyak mengandung sel-sel kelenjar

Annelida. lembab terletak di sebelah atas epithel columnar yang banyak mengandung sel-sel kelenjar Annelida Karakteristik 1.Bilateral simetris, memiliki tiga lapisan sel (triploblastik), tubuhnya bulat dan memanjang biasanya dengan segmen yang jelas baik eksternal maupun internal. 2.Appendages kecil

Lebih terperinci

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2.

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2. PROTOZOA Entamoeba coli E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran 15-50 μm 2. sitoplasma mengandung banyak vakuola yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan hewan dapat menularkan penyakit, manusia tetap menyayangi hewan

BAB I PENDAHULUAN. dengan hewan dapat menularkan penyakit, manusia tetap menyayangi hewan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia sulit terlepas dari kehidupan hewan, baik sebagai teman bermain atau untuk keperluan lain. Meskipun disadari bahwa kedekatan dengan hewan dapat menularkan

Lebih terperinci

KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN

KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN KEGIATAN PENELITIAN Schistosomiasis atau disebut juga demam keong merupakan penyakit parasitik yang disebabkan oleh infeksi cacing yang tergolong dalam genus Schistosoma. Ada tiga spesies Schistosoma yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut: 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Mas (Cyprinus carpio) 2.1.1 Klasifikasi dan morfologi Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut: Spesies Kingdom : Animalia Filum : Chordata Class

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan 2.1.1.1 Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah terjadinya pengindraan terhadap suatu objek menggunakan panca indra manusia,

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN 2. JENIS PENYAKIT CACINGAN

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN 2. JENIS PENYAKIT CACINGAN I. JEMS.JENIS CACING PARASIT USUS YANG UMUM MENYERANG ANAK BALITA DAN ORANG YANG PROFESINYA BERHUBTJNGAN DENGAN TANAH Oleh: Dr. Bambang Heru Budianto, MS.*) I. PENDAHULUAN Penyakit cacing usus oleh masyarakat

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Manusia

Sistem Pencernaan Manusia Sistem Pencernaan Manusia Sistem pencernaan pada manusia terdiri atas beberapa organ yang berawal dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Pada sistem pencernaan manusia terdiri

Lebih terperinci

Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia

Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia Setiap manusia memerlukan makanan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sari makanan dapat diangkut oleh darah dalam bentuk molekul-molekul yang kecil dan sederhana. Oleh

Lebih terperinci

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN JARINGAN DASAR HEWAN Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang mempunyai struktur dan fungsi

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda merupakan spesies cacing terbesar yang hidup sebagai parasit.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda merupakan spesies cacing terbesar yang hidup sebagai parasit. BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Soil-transmitted helminths Nematoda merupakan spesies cacing terbesar yang hidup sebagai parasit. Cacing-cacing ini berbeda satu sama lain dalam habitat, daur hidup dan hubungan

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA A. Organ-Organ Pernapasan Bernapas merupakan proses yang sangat penting bagi manusia.

Lebih terperinci

CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP Kegiatan yang dilakukan oleh manusia, hewan, dan tumbuhan tidak sama. Tetapi gejala yang ditunjukkan oleh manusia, hewan, dan tumbuhan sama. Gejala atau ciri yang ditunjukkan oleh

Lebih terperinci

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru Exit Hidung Faring Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia Laring Trakea Bronkus Bronkiolus Alveolus Paru-paru Hidung Hidung berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra pembau. Pada hidung

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb. Biologi Task Identification of Annelida. By : Anjar Wicitra Wening Khalikul Haqqur Rahman Taufiqurrahman

Assalamu alaikum Wr. Wb. Biologi Task Identification of Annelida. By : Anjar Wicitra Wening Khalikul Haqqur Rahman Taufiqurrahman Assalamu alaikum Wr. Wb. Biologi Task Identification of Annelida By : Anjar Wicitra Wening Khalikul Haqqur Rahman Taufiqurrahman Ciri-ciri Annelida : ⱷ Tubuhnya tersusun atas cincin-cincin (gelang-gelang)

Lebih terperinci

Etiologi Fasciola sp, hidup di dalam hati dan saluran empedu. Cacing ini memakan jaringan hati dan darah.

Etiologi Fasciola sp, hidup di dalam hati dan saluran empedu. Cacing ini memakan jaringan hati dan darah. 1. Penyakit Parasit Cacing pada Ruminansia Walaupun penyakit cacingan tidak langsung menyebabkan kematian, akan tetapi kerugian dari segi ekonomi dikatakan sangat besar, sehingga penyakit parasit cacing

Lebih terperinci

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I (Bagian Parasitologi) Pengertian Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari jasad renik yang hidup pada jasad lain di dalam maupun di luar tubuh dengan maksud mengambil

Lebih terperinci

BIOLOGI LAUT Mollusca

BIOLOGI LAUT Mollusca MAKALAH BIOLOGI LAUT Mollusca MUSDALIFAH L211 13 006 MELINDA DAVID L211 13 016 JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015 KATA PENGANTAR Tiada untaian

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : BIOLOGI Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA )

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : BIOLOGI Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA ) LEMBARAN SOAL Mata Pelajaran : BIOLOGI Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah

Lebih terperinci

biologi SET 22 ANIMALIA 2 DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. FILUM PLATYHELMINTHES a. Struktur Tubuh b.

biologi SET 22 ANIMALIA 2 DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. FILUM PLATYHELMINTHES a. Struktur Tubuh b. 22 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 22 ANIMALIA 2 A. FILUM PLATYHELMINTHES a. Struktur Tubuh Plathyhelmintes memiliki bentuk tubuh bilateral simetris. Bagian ujung anterior

Lebih terperinci

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN Kompetensi yang hendak dicapai: Siswa dapat memahami bagian tubuh manusia dan hewan, menjelaskan fungsinya, serta mampu mengidentifikasi

Lebih terperinci

CACING TAMBANG. Editor oleh : Nanda Amalia safitry (G1C015006)

CACING TAMBANG. Editor oleh : Nanda Amalia safitry (G1C015006) CACING TAMBANG Editor oleh : Nanda Amalia safitry (G1C015006) PROGRAM STUDY D-IV ANALIS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG TAHUN 2015/2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang

BAB I PENDAHULUAN. menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cacing gelang Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang umum menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang dalam kehidupannya mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penduduk di dunia. Biasanya bersifat symtomatis. Prevalensi terbesar pada daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penduduk di dunia. Biasanya bersifat symtomatis. Prevalensi terbesar pada daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris Lumbricoides Ascariasis merupakan infeksi cacing yang paling sering dijumpai. Diperkirakan prevalensi di dunia berjumlah sekitar 25 % atau 1,25 miliar penduduk di dunia.

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

Sistem Respirasi Pada Hewan

Sistem Respirasi Pada Hewan Sistem Respirasi Pada Hewan Alat respirasi adalah alat atau bagian tubuh tempat 02 dapat berdifusi masuk dan sebaliknya C02 dapat berdifusi keluar. Alat respirasi pada hewan bervariasi antara hewan yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah E. histolytica Penyebab amebiasis adalah parasit Entamoeba histolytica yang merupakan anggota kelas rhizopoda (rhiz=akar, podium=kaki). 10 Amebiasis pertama kali diidentifikasi

Lebih terperinci

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa Metamorfosis Kecoa 1. Stadium Telur Proses metamorfosis kecoa diawali dengan stadium telur. Telur kecoa diperoleh dari hasil pembuahan sel telur betina oleh sel spermatozoa kecoa jantan. Induk betina kecoa

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id la l b T'b ', */'i I. PENDAHULUAN zt=r- (ttrt u1 II. JENIS PENYAKIT CACINGA}I '"/ *

bio.unsoed.ac.id la l b T'b ', */'i I. PENDAHULUAN zt=r- (ttrt u1 II. JENIS PENYAKIT CACINGA}I '/ * i zt=r- (ttrt u1 la l b T'b ', */'i '"/ * I. JENIS.JENIS CACING PARASIT USUS YANG UMUM MENYERANG ANAK SEKOLAH DASAR-) Oleh : Dr. Bambang Heru Budianto, MS.**) I. PENDAHULUAN Penyakit cacing usus oleh masyarakat

Lebih terperinci

KINGDOM ANIMALIA. Sebelum belajar kita berdoa dulu yuuuk kawan Berdoa di mulai..

KINGDOM ANIMALIA. Sebelum belajar kita berdoa dulu yuuuk kawan Berdoa di mulai.. KINGDOM ANIMALIA Sebelum belajar kita berdoa dulu yuuuk kawan Berdoa di mulai.. CIRI-CIRI UMUM : Eukariotik, multiseluler tidak memiliki dinding sel Tidak berklorofil dan bersifat heterotrof Dapat bergerak

Lebih terperinci

BUDIDAYA BELUT (Monopterus albus)

BUDIDAYA BELUT (Monopterus albus) BUDIDAYA BELUT (Monopterus albus) 1. PENDAHULUAN Kata Belut merupakan kata yang sudah akrab bagi masyarakat. Jenis ikan ini dengan mudah dapat ditemukan dikawasan pesawahan. Ikan ini ada kesamaan dengan

Lebih terperinci

A. Sistem Sirkulasi pada Hewan Sistem difusi Sistem peredaran darah terbuka Sistem peredaran darah tertutup 2. Porifera

A. Sistem Sirkulasi pada Hewan Sistem difusi Sistem peredaran darah terbuka Sistem peredaran darah tertutup 2. Porifera A. Sistem Sirkulasi pada Hewan Sistem sirkulasi pada hewan dibedakan menjadi 3, yaitu : Sistem difusi : terjadi pada avertebrata rendah seperti paramecium, amoeba maupun hydra belum mempunyai sistem sirkulasi

Lebih terperinci

CACING TANAH (Lumbricus terrestris)

CACING TANAH (Lumbricus terrestris) CACING TANAH (Lumbricus terrestris) Kode MPB2b Fapet I. TUJUAN PRAKTIKUM Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: a. Menyebutkan karakteristik Lumbricus terrestris b. Menunjukkan apparatus

Lebih terperinci

SISTEM DIGESTIVA (PENCERNAAN) FISIOLOGI PENCERNAAN

SISTEM DIGESTIVA (PENCERNAAN) FISIOLOGI PENCERNAAN SISTEM DIGESTIVA (PENCERNAAN) FISIOLOGI PENCERNAAN Secara sederhana, sistem pencernaan adalah portal untuk Secara sederhana, sistem pencernaan adalah portal untuk nutrisi untuk mendapatkan akses ke sistem

Lebih terperinci

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa,

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa, PLEASE READ!!!! Sumber: http://bhell.multiply.com/reviews/item/13 Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes Albopictus yang mengandung virus dengue dapat menyebabkan demam berdarah dengue (DBD) yang ditandai dengan

Lebih terperinci

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap

Lebih terperinci

Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat:

Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: Cacing Tanah (Lumbricus terrestris) I. TUJUAN PRAKTIKUM Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: a. Menyebutkan karakteristik Lumbricus terrestris b. Menunjukkan apparatus digestorius

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang umumnya menimbulkan tanda-tanda dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang umumnya menimbulkan tanda-tanda dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Tuberculosis Paru Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang umumnya menimbulkan tanda-tanda dan gejala sangat bervariasi pada masing-masing penderita, mulai dari tanpa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Sapi Penggolongan sapi ke dalam suatu Genera berdasarkan pada persamaan karakteristik yang dimilikinya. Karakteristik yang dimiliki tersebut akan diturunkan ke generasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. personal hygiene. Hygiene berasal dari kata hygea. Hygea dikenal dalam sejarah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. personal hygiene. Hygiene berasal dari kata hygea. Hygea dikenal dalam sejarah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hygiene Perorangan Hygiene perorangan disebut juga kebersihan diri, kesehatan perorangan atau personal hygiene. Hygiene berasal dari kata hygea. Hygea dikenal dalam sejarah Yunani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kejadian kecacingan di Indonesia yang dilaporkan di Kepulauan Seribu ( Agustus 1999 ), jumlah prevalensi total untuk kelompok murid Sekolah Dasar (SD) (95,1 %),

Lebih terperinci

1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan 1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan Pengertian pertumbuhan adalah Proses pertambahan volume dan jumlah sel sehingga ukuran tubuh makhluk hidup tersebut bertambah besar. Pertumbuhan bersifat irreversible

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memasukkan kelenjar ludah kedalam kulit inangnya serta mengangkut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memasukkan kelenjar ludah kedalam kulit inangnya serta mengangkut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pinjal 1. Morfologi Pinjal Pinjal penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki bagian-bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk kedalam kulit

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP

KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP STANDAR KOMPETENSI : - Memahami keanekaragaman makhluk hidup KOMPETENSI DASAR - Mengidentifikasi cirri-ciri makhluk hidup INDIKATOR - Menyebutkan cirri-ciri makhluk hidup Tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Vektor Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa vektor mekanis dan biologis, juga dapat berupa vektor primer dan sekunder.vektor mekanis adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ayam dan telur bukanlah jenis makanan yang asing bagi penduduk indonesia. Kedua jenis makanan tersebut sangat mudah dijumpai dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Bahkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Cacingan Cacing merupakan salah satu parasit pada manusia dan hewan yang sifatnya merugikan dimana manusia merupakan hospes untuk beberapa jenis cacing yang termasuk

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Trichuris trichiura Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak terdapat pada manusia. Diperkirakan sekitar 900 juta orang pernah terinfeksi

Lebih terperinci

2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup

2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup 2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup 2.1 Mengidentifikasi kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakan 1. Mengaitkan perilaku adaptasi hewan tertentu dilingkungannya

Lebih terperinci