HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BARU YANG MERANTAU DI KOTA MALANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BARU YANG MERANTAU DI KOTA MALANG"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BARU YANG MERANTAU DI KOTA MALANG ERINA NUR ANGGRAINI Program Studi Psikologi, Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kemandirian dengan penyesuaian diri pada mahasiswa yang merantau di kota Malang. Subjek penelitian yaitu 100 mahasiswa baru yang merantau di kota Malang yang diperoleh dengan menggunakan purposive sampling. Penelitian ini menggunakan skala kemandirian dari Steinberg dan skala penyesuaian diri Runyon dan Haber. Analisis data menggunakan teknik statistik korelasi product moment-pearson. Hasil penelitian dengan analisis statistik menunjukkan bahwa kemandirian dan penyesuaian diri memiliki korelasi yang kuat, artinya terdapat hubungan positif antar kedua variabel, sehingga semakin tinggi kemandirian maka semakin tinggi penyesuaian diri pada mahasiswa baru yang merantau di kota Malang. Kata Kunci: Kemandirian, Penyesuaian diri, Mahasiswa Perantau ABSTRACT This study aims to determine the correlation between independency with self adjustment in college students wandering in Malang. Subjects in this study were 100 college students wandering in Malang.Tthis study uses purposive sampling techniques and correlation analysis method. The instrument uses for this study is independency scale from Steinberg and self-adjustment scale from Runyon and Haber. Analysis data were techniques statistic correlation product moment-pearson. The study found that there is a positive correlation between variables, which mean the higher independency indicates the higher selfadjustment on a college students that wandering in Malang. Keywords: independency, self-adjustment, college students wandering 1

2 LATAR BELAKANG Remaja atau generasi muda berperan sebagai penerus cita-cita bangsa. Remaja dituntut untuk mengembangkan diri secara optimal serta mampu melakukan penguasaan ilmu pengetahuan agar kelak di masa mendatang mereka dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan dan menjadi sumber daya manusia yang berguna bagi bangsa dan Negara (Patriana, 2007). Terbentuknya remaja yang berkualitas salah satunya dapat dicapai melalui banyaknya proses belajar yang dijalani, serta kualitas pembelajaran yang pernah ia peroleh dan didukung dengan pola asuh orang tua (Patriana, 2007). Kini pendidikan khususnya pendidikan perguruan tinggi merupakan alasan utama para generasi muda untuk merantau. Perwujudan pendidikan yang lebih baik diinginkan oleh setiap individu yang baru menyelesaikan pendidikan di bangku SMA. Keinginan untuk mendapatkan pendidikan di Universitas terbaik biasanya tidak didapatkan di daerah asal atau kota sendiri. Hal itu mengakibatkan sebagian orang harus merantau untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dan berkualitas (Irene, 2013). Berdasarkan definisinya pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), merantau adalah pergi atau berpindah dari satu daerah asal ke daerah lain. Menurut Chandra, alasan utama orang merantau adalah untuk meraih kesuksesan, yang membutuhkan keberanian agar lebih percaya diri dan mandiri (Widya, 2012). Menurut Purwono, keberanian merantau perlu dimiliki sehingga dapat membentuk pribadi yang mandiri, siap menghadapi lingkungan baru, dengan banyak tantangan yang harus dihadapi. Fenomena mahasiswa perantau umumnya bertujuan untuk meraih kesuksesan melalui kualitas pendidikan yang lebih baik pada bidang yang diinginkan. Fenomena ini juga dianggap sebagai usaha pembuktian kualitas diri sebagai orang dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab dalam membuat keputusan (Santrock, 2002). Pada proses pendewasaan dalam mencapai kesuksesan, mahasiswa perantau dihadapkan pada berbagai perubahan dan perbedaan diberbagai aspek kehidupan yang membutuhkan kepercayaan diri, mandiri serta banyak penyesuaian (Chandra, 2004). Sebagai contoh berdasarkan data distribusi geografis mahasiswa (Kusreni, 2008), data yang telah dihimpun diketahui mahasiswa yang diterima di UNAIR pada program studi ekonomi syari ah prosentase terbesar mahasiswa berasal dari Jawa Timur selain kota Surabaya dengan jumlah 90%, sedangkan sisanya 5% berasal dari Jawa Tengah dan 5%-nya lagi berasal dari Jawa Barat. Hal ini juga terdapat di ITS. Mahasiswa perantauan yang berasal dari Sumatera Utara sebagian remaja dari kota tersebut memilih untuk merantau ke Surabaya dan perguruan tinggi yang dipilih adalah Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Menurut data distribusi geografis yang diperoleh terdapat kurang lebih 150 mahasiswa perantauan yang berasal dari Sumatera Utara (Irene, 2013). Beberapa alasan mahasiswa merantau adalah untuk mencari pendidikan yang lebih baik, bebas kendali dari orang tua, ingin merasakan sesuatu yang baru di daerah yang baru, mengetahui dan mengenal adat dan budaya daerah lain, ingin menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru serta ingin melatih diri agar lebih mandiri. Seiring 2

3 dengan kemajuan jaman dan kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi anakanak, maka orang tua mereka memperbolehkan anak-anaknya untuk merantau agar memiliki kehidupan yang lebih baik dari sekarang (Irene, 2013). Kemandirian merupakan salah satu ciri utama yang dimiliki oleh seseorang yang telah dewasa dan matang (Irene, 2013). Fuhrman menyatakan bahwa kemampuan remaja untuk mengembangkan kemandirian berkaitan dengan pengalaman mereka bersama keluarganya. Hubungan yang baik antara orangtua dan remaja akan mendukung remaja untuk mandiri, sehingga perkembangan kemandirian remaja tidak menghasilkan penolakan atas pengaruh orang tua, justru remaja akan mencari masukan dari orang tua untuk mengambil keputusan (Irene, 2013). Menurut Steinberg (2002), kemandirian didefinisikan sebagai kemampuan individu dalam bertingkah laku, merasakan sesuatu, dan mengambil keputusan berdasar kehendaknya sendiri. Peningkatan tanggung jawab, kemandirian, dan menurunnya tingkat ketergantungan remaja terhadap orang tua, adalah perkembangan yang harus dipenuhi individu pada periode remaja akhir. Monks (Widiana, 2001) mengatakan bahwa orang yang mandiri akan memperlihatkan perilaku yang eksploratif, mampu mengambil keputusan, percaya diri, dan kreatif. Selain itu juga mampu bertindak kritis, tidak takut berbuat sesuatu, mempunyai kepuasan dalam melakukan aktifitasnya, percaya diri, dan mampu menerima realitas. Kebutuhan untuk memiliki kemandirian dipercaya sebagai hal yang penting dalam memperkuat motivasi individu. Menurut pernyataan Ryan dan Deci (Yusuf, 2000) tersebut dapat diketahui bahwa individu yang mandiri mampu memotivasi dirinya untuk bertahan dengan kesulitan yang dihadapi dan dapat menerima kegagalan dengan pikiran yang rasional. Hal ini sesuai dengan salah satu ciri individu yang memiliki kemandirian tinggi yaitu mampu menghadapi kegagalan dengan sikap yang rasional dengan berupaya mengatasinya secara lebih baik tanpa menyebabkan depresi. Kemandirian merupakan salah satu indikator kedewasaan seseorang yang ditandai dengan kemampuannya dalam melakukan segala sesuatu sendiri tanpa harus bergantung dengan orang lain (Patriana, 2007). Namun walaupun begitu seorang mahasiswa yang merantau juga mengalami berbagai macam kendala. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Agustiani (2009), salah satu hal yang berkaitan dengan masa remaja adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri. Wijaya (2007) mengatakan bahwa penyesuaian diri atau adaptasi adalah suatu proses alamiah dan dinamis yang bertujuan mengubah perilaku individu agar tercipta hubungan yang lebih sesuai antara kondisi diri dengan kondisi lingkungannya. Transisi dalam kehidupan menghadapkan individu pada perubahan-perubahan dan tuntutan-tuntutan sehingga diperlukan adanya penyesuaian diri. Runyon dan Haber (Irene, 2013) mengatakan bahwa setiap orang pasti mengalami masalah dalam mencapai tujuan hidupnya dan penyesuaian diri sebagai keadaan atau sebagai proses. Mereka terus menerus mengubah tujuannya sesuai dengan keadaan lingkungannya. Individu mengubah tujuan dalam hidupnya seiring dengan perubahan yang terjadi dilingkungannya. Berdasarkan konsep penyesuaian diri sebagai proses penyesuaian diri yang efektif dapat diukur dengan mengetahui bagaimana kemampuan individu menghadapi 3

4 lingkungan yang senantiasa berubah. Hal ini juga terjadi pada diri mahasiswa perantau, mereka yang sebelumnya hidup dengan orang tuanya harus hidup merantau. Transisi mahasiswa yang semula bertempat tinggal dengan orang tua menghadapkan mahasiswa pada perubahan-perubahan dan tuntutan-tuntutan baru. Perubahan tersebut adalah lingkungan yang baru dan irama kehidupan yang baru. Sementara tuntutan yang harus dihadapi mahasiswa perantau adalah tuntutan dalam bidang kemandirian, tanggung jawab dan penyesuaian diri dengan lingkungan barunya (Widiastono, 2001). Berdasarkan hal di atas, skripsi ini disusun untuk mengetahui apakah kemandirian individu mempunyai hubungan positif dengan penyesuaian diri pada mahasiswa baru yang merantau di kota Malang. Maka peneliti melakukan penelitian untuk skripsi dengan judul Hubungan Antara Kemandirian Dengan Penyesuaian Diri Pada Mahasiswa Baru yang Merantau Di kota Malang. HIPOTESA PENELITIAN Terdapat hubungan positif antara kemandirian dengan penyesuaian diri pada mahasiswa baru yang merantau di kota Malang. TINJAUAN PUSTAKA Kemandirian Menurut Steinberg (2002), kemandirian didefinisikan sebagai kemampuan individu dalam bertingkah laku, merasakan sesuatu, dan mengambil keputusan berdasarkan kehendaknya sendiri. Mandiri merupakan salah satu ciri utama kepribadian yang dimiliki oleh seseorang yang telah dewasa dan matang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mandiri merupakan keadaan seseorang yang telah mampu berdiri sendiri serta tidak bergantung kepada orang lain. Namun, seorang individu tidak dengan mudah begitu saja untuk dapat mencapai sifat kemandirian. Seseorang harus melalui proses-proses tertentu untuk dapat mencapai kemandirian. Menurut Masrun (Patriana, 2007), kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan diri sendiri untuk kebutuhan sendiri, mengejar prestasi, penuh ketekunan, serta berkeinginan untuk melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, mampu berpikir dan bertindak original, kreatif dan penuh inisiatif, mampu memengaruhi lingkungannya, mempunyai rasa percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri, menghargai keadaan diri sendiri, dan memperoleh kepuasan dari usahanya. Menurut Steinberg (2002), kemandirian merupakan kemampuan individu untuk bertingkah laku secara seorang diri. Widiana (2001) menyatakan bahwa kemandirian merupakan salah satu karakteristik yang dimiliki oleh seseorang dimana tidak bergantung pada orang tua maupun lingkungan luar dan lebih banyak mengandalkan potensi serta kemampuan yang dimiliki. Awal kemandirian individu dimulai pada masa remaja. Pada masa ini, ketergantungan seorang individu terhadap orang tuanya yang merupakan simbol dari masa kanak-kanak mulai terlepas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemandirian merupakan salah satu indikator kedewasaan seseorang yang ditandai dengan kemampuannya dalam melakukan segala sesuatu sendiri tanpa harus bergantung dengan orang lain. 4

5 Aspek-aspek kemandirian Menurut (Steinberg, 2002) kemandirian merupakan bagian dari pencapaian otonomi diri pada remaja. Untuk mencapai kemandirian pada remaja melibatkan tiga aspek yaitu: a. Aspek emotional autonomy, yaitu aspek kemandirian yang berkaitandengan perubahan hubungan individu, terutama dengan orangtua. Individu mampu melepaskan ketergantungannya dengan orang tua dan dapat memenuhi kebutuhan kasih sayangnya tanpa adanya andil dari orang tua. b. Aspek behavioral autonomy, yaitu kemampuan untuk membuat suatu keputusan sendiri dan menjalankan keputusan tersebut. Individu tersebut mampu menjalankan kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkah laku pribadinya masing-masing. c. Aspek value autonomy, yaitu memiliki seperangkat prinsip-prinsip tentang mana yang benar dan mana yang salah, mengenai mana yang penting dan mana yang tidak penting. Individu dapat melakukan hal-hal sesuai dengan pendiriannya dan sesuai dengan penilaiannya tentang perilaku tersebut. Penyesuaian diri Calhoun dan Acocella (Wijaya, 2007) menyatakan bahwa penyesuaian diri adalah interaksi individu yang terus-menerus dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitar tempat individu hidup. Kartono (2008) menyatakan bahwa penyesuaian diri adalah reaksi individu terhadap tuntutan yang dihadapkan kepada individu tersebut. Sedangkan menurut Gerungan (Amar, 2009) menjelaskan bahwa menyesuaikan diri itu diartikan dalam artian yang luas, dan dapat berarti mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan) diri. Kartono (2008) menyatakan bahwa penyesuaian diri dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungan, sehingga rasa permusuhan, dengki, iri hati, prasangka, depresi, kemarahan dan emosi negatif yang lain sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis habis. Maka dari itu penyesuaian diri merupakan proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku individu agar dari perubahan tingkah laku tersebut dapat terjadi hubungan yang lebih sesuai antara individu dan lingkungannya. Aspek-aspek Penyesuaian Diri Menurut Runyon dan Haber (Irene, 2013) menyebutkan bahwa penyesuaian diri yang dilakukan individu memiliki lima aspek sebagai berikut: a. Persepsi yang akurat terhadap realita Individu tersebut mengubah persepsinya tentang kenyataan hidup dan kemudian menginterpretasikannya, sehingga individu mampu menentukan tujuan yang realistik sesuai dengan kemampuannya serta mampu mengenali konsekuensi dan tindakannya agar dapat menuntun pada perilaku yang sesuai. b. Kemampuan untuk mengatasi stress dan kecemasan Mempunyai kemampuan mengatasi stres dan kecemasan berarti individu mampu mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam hidup dan mampu menerima kegagalan yang dialami. 5

6 c. Self- image positif Penilaian diri yang kita lakukan harus bersifat positif dan negatif. Kita tidak boleh terjebak pada satu penilaian saja terutama penilaian yang tidak diinginkan, kita harus berusaha memodifikasi penilaian positif dan negatif tersebut menjadi suatu perubahan yang lebih luas dan lebih baik. Individu seharusnya mengakui kelemahan dan kelebihannya, jika seseorang mengetahui dan memahami dirinya denga cara yang realistik, dia akan mampu mengembangkan potensi, sumber-sumber dirinya secara penuh. d. Kemampuan untuk mengungkapkan perasaan Individu mampu mengekspresikan keseluruhan emosi secara realistik dan tetap berada di bawah kontrol. Masalah-masalah dalam pengungkapan perasaan seperti kurang kontrol atau adanya kontrol yang berlebihan. Kontrol yang berlebihan dapat menyebabkan dampak yang negatif, sedangkan kurangnya kontrol akan menyebabkan emosi yang berlebihan. e. Hubungan interpersonal yang baik Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. Sejak kita berada dalam kandungan, kita selalu tergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti kebutuhan fisik, sosial dan emosi. Individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik mampu menciptakan suatu hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain. METODE PENELITIAN Variabel Penelitian Variabel independen (bebas) yang menjadi dasar dilakukannya penelitian ini adalah kemandirian, sedangkan variabel dependen (terikat) adalah penyesuaian diri. Subjek penelitian Subjek penelitian terdiri dari 100 mahasiswa baru perantauan jurusan psikologi, komunikasi, sosiologi (FISIP) Universitas Brawijaya. Uji coba penelitian menggunakan 30 mahasiswa baru perantauan jurusan politik (FISIP) Universitas Brawijaya. Alat Ukur 1. Kemandirian Variabel kemandirian dalam penelitian ini diukur dengan skala yang disusun dengan mengacu pada aspek-aspek kemandirian dari Steinberg (2002) yaitu emotional autonomy, behavioral autonomy, value autonomy. Skala kemandirian terdiri 30 aitem pernyataan dengan skor skala likert yang menyediakan empat alternatif respon jawaban. Pada uji coba penelitian uji reliabilitas skala menggunakan analisis aitem dengan koefisien Cronbach Alpha dan menghasilkan nilai sebesar 0,811 dengan standar aitem gugur sebesar 0,25 dan menghasilkan 16 aitem lolos dan dapat dijadikan sebagai aitem penelitian. Hal tersebut berarti bahwa skala kemandirian layak untuk digunakan dalam penelitian (standar reliabilitas > 0,60). 6

7 2. Penyesuaian Diri Variabel penyesuaian diri dalam penelitian ini diukur dengan skala yang disusun dengan mengacu pada aspek-aspek penyesuaian diri dari Runyon dan Haber (Wijaya, 2007) yaitu persepsi yang akurat terhadap realita, kemampuan untuk mengatasi stress dan kecemasan, self-image positif, kemampuan untuk mengungkapkan perasaan, hubungan interpersonal yang baik. Skala penyesuaian diri terdiri 25 aitem pernyataan dengan skor skala likert yang menyediakan empat alternatif respon jawaban. Pada uji coba penelitian uji reliabilitas skala menggunakan analisis aitem dengan koefisien Cronbach Alpha dan menghasilkan nilai sebesar 0,841 dengan standar aitem gugur sebesar 0,25 dan menghasilkan 14 aitem lolos dan dapat dijadikan sebagai aitem penelitian. Hal tersebut berarti bahwa skala penyesuaian diri layak untuk digunakan dalam penelitian (standar reliabilitas > 0,60). METODE ANALISIS Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adal korelasi Pearson Product Moment. HASIL Hasil uji korelasi dapat diperoleh besarnya korelasi antara variabel kemandirian dan penyesuaian diri diperoleh besarnya korelasi yaitu 0,626 dengan nilai signifikan 0,000, dimana nilai tersebut mempunyai arti semakin tinggi kemandirian maka semakin tinggi penyesuaian diri yang dilakukan oleh mahasiswa baru yang merantau di kota Malang. Nilai signifikan yang diperoleh variabel kemandirian dengan penyesuaian diri sebesar 0,000. Artinya, nilai signifikan lebih kecil dibanding dengan α (sig < 0,05) yang berarti terdapat hubungan signifikan antara kedua variabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara variabel kemandirian dan penyesuaian diri. Hipotesa yang diajukan oleh peneliti yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan positif antara kemandirian dengan penyesuaian diri pada mahasiswa baru yang merantau di kota Malang dapat diterima. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan, diketahui bahwa kemandirian memiliki hubungan positif dengan penyesuaian diri pada mahasiswa baru yang merantau di kota Malang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kemandirian maka semakin tinggi penyesuaian diri yang dilakukan oleh mahasiswa baru yang merantau di kota Malang. Begitu pula sebaliknya semakin tinggi penyesuaian diri, maka semakin tinggi pula kemandirian yang dilakukan oleh mahasiswa baru yang merantau di kota Malang. Hal tersebut terjadi dikarenakan hasil penelitian menunjukkan adanya koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0,626 dimana nilai korelasi tersebut memiliki nilai yang positif. Nilai signifikansi yang dihasilkan adalah 0,000 yang merupakan nilai tersebut berada di bawah α = 0,05 atau 5% atau dapat dikatakan signifikan. Hasil analisa secara statistik menunjukkan bahwa hipotesa yang diajukan oleh peneliti dapat 7

8 diterima, karena hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara kemandirian dengan penyesuaian diri pada mahasiswa baru yang merantau di kota Malang. Peneliti memberikan beberapa kriteria pada subjeknya yang pertama yaitu mahasiswa baru tingkat 1 yang menempuh pendidikan di FISIP Universitas Brawijaya. Kriteria selanjutnya yaitu mahasiswa yang melakukan perantauan yang berasal dari luar kota malang dan ia tinggal sendiri tidak dengan orang tua ataupun dengan sanak saudara. Subjek penelitian ini berada pada usia remaja akhir, menurut Steinberg (2002) individu pada usia remaja akhir memiliki keinginan untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada orang lain terutama orangtuanya. Keberadaan mereka sebagai mahasiswa perantauan sekaligus ingin membuktikan bahwa mereka mampu mandiri. Menurut Steinberg (2002) kemandirian didefinisikan sebagai kemampuan individu dalam bertingkah laku, merasakan sesuatu, dan mengambil keputusan berdasar kehendaknya sendiri. Peningkatan tanggung jawab, kemandirian, dan menurunnya tingkat ketergantungan remaja terhadap orang tua, beberapa hal tersebut adalah perkembangan yang akan dipenuhi individu pada periode remaja akhir. Steinberg (2002) mengatakan bahwa ada tiga kondisi utama dalam perkembangan remaja untuk mencapai kemandirian, yaitu bebas secara emosional, mampu mengambil keputusan sendiri, mampu menetapkan batasanbatasan, nilai-nilai dan moral sendiri. Jika seorang mahasiswa perantau tersebut memiliki kemandirian tinggi ia akan mampu menghadapi kegagalan dengan sikap yang rasional dengan berupaya mengatasinya secara lebih baik tanpa menyebabkan depresi. Seseorang yang mandiri dapat berpikir rasional karena ia memiliki prinsip-prinsip tentang mana yang benar dan mana yang salah untuk dirinya. Maka dari itu ia dapat menentukan sendiri dan mengambil keputusan yang sesuai dengan kepribadiannya tanpa bergantung dengan orang lain. Merantau adalah salah satu bentuk dari kemandirian seseorang, namun salah satu kendala yang dialami oleh seseorang yang merantau adalah kemampuannya untuk menyesuaikan diri dalam menghadapi tuntutan di tempat perantauannya. Menurut Fuhrmann (Wisanti, 2004) remaja akhir memiliki keinginan yang kuat untuk mengikuti dan menyesuaikan diri dengan kelompok serta lingkungannya. Mahasiswa perantau yang belajar di perguruan tinggi telah berada pada lingkungan yang setahap lebih luas dibandingkan saat duduk di bangku sekolah menengah. Bertemu dengan banyak orang yang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda-beda di lingkungan tempat ia merantau, ia akan berhadapan dengan harapan dan tuntutan tertentu dari lingkungan yang harus dipenuhinya. Mahasiswa perantau juga memiliki kebutuhan, harapan, dan tuntutan didalam dirinya yang harus diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan. Hal-hal yang tidak biasa ia lakukan di rumah akan ia lakukan di tempat ia merantau, karena ia harus memenuhi tuntutan perubahan yang berada di sekelilingnya. Runyon dan Haber (Irene, 2013) mengatakan bahwa setiap orang pasti mengalami masalah dalam mencapai tujuan hidupnya dan penyesuaian diri sebagai keadaan atau sebagai proses. Mereka terus menerus mengubah tujuannya sesuai dengan keadaan lingkungannya. Individu mengubah tujuan dalam hidupnya seiring dengan perubahan yang terjadi dilingkungannya. Tuntutan mahasiswa 8

9 yang merantau selain ia diwajibkan untuk mandiri ia juga di tuntut untuk belajar bekerjasama menciptakan hubungan interpersonal yang baik sehingga ia dapat menyelaraskan dirinya dengan masyarakat sekitar dan lingkungan barunya. Sebagai seorang perantau, agar dapat menyerap ilmu dengan baik sebagai mahasiswa di universitas atau perguruan tinggi, diharuskan agar dapat dengan cepat beradaptasi dengan keadaan lingkungan, baik lingkungan kampus maupun lingkungan tempat tinggalnya. Maka dari beberapa paparan di atas, kemandirian dan penyesuaian diri merupakan dua karakter yang sama-sama harus dimiliki oleh seorang mahasiswa yang merantau. Kedua karakter tersebut saling berhubungan dan saling mendukung satu sama lain. Oleh sebab itu diharapkan untuk para calon mahasiswa yang akan merantau ataupun yang sedang merantau mempersiapkan mental agar karakter kemandirian dan penyesuaiannya semakin mantap dan siap untuk berjuang menjadi mahasiswa perantau yang sukses. KESIMPULAN Hasil penelitian dengan menggunakan analisa korelasi Product moment- Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antar variabel sehingga semakin tinggi kemandiria maka semakin tinggi penyesuaian diri yang dilakukan mahasiswa baru yang merantau di kota Malang. Hipotesa yang diajukan oleh peneliti yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan positif antara kemandirian dan penyesuaian diri dapat diterima. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka peneliti dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi institusi pendidikan (Universitas Brawijaya) Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memberikan kurikulum pendidikan atau program pendidikan untuk menunjang akselerasi penyesuaian diri serta membentuk kemandirian pada anak sejak dini. Terutama untuk anak-anak yang melakukan perantauan di Universitas Brawijaya. 2. Bagi orang tua yang memilki anak yang akan merantau dan sedang merantau Penelitian ini dapat menambah informasi dan pengetahuan untuk orang tua yang memiliki anak yang akan merantau atau sedang merantau tentang hubungan kemandirian dengan penyesuaian diri di lingkungan barunya, agar orang tua dapat memotivasi dan mempersiapkan mental anak-anaknya agar lebih mandiri dalam menentukan sikap, lebih mandiri dalam menentukan keputusan, lebih mandiri dalam bertingkah laku. Orang tua juga dapat mempersiapkan mental anak-anaknya untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Sebab kedua karakter tersebut yang akan menjadi bekal anak rantauan tersebut dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan menjadi pedoman dalam meraih cita-cita ditempat rantauannya. 9

10 3. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan pada penelitian selanjutnya, peneliti lebih memperjelas aitemaitem yang akan digunakan pada skala penelitian. Aitem harus benar-benar mewakili indikator yang dimaksud supaya tidak menimbulkan persepsi yang salah saat subjek membaca aitem tersebut. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat menggunakan subjek dari seluruh fakultas di Universitas Brawijaya karena pada penelitian ini subjek yang digunakan hanya pada lingkup FISIP saja agar hasil penelitiannya dapat digunakan di seluruh fakultas tidak hanya di FISIP saja. KETERBATASAN PENELITIAN Keterbatasan penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya. Berikut adalah keterbatasan dan kekurangan yang dilakukan oleh peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini : 1. Subjek penelitian kurang meluas pada seluruh fakultas di universitas Brawijaya, sehingga hasil penelitiannya hanya bisa digeneralisasikan pada mahasiswa perantau dari FISIP saja. DAFTAR PUSTAKA Agustiani, H. (2009). Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya Dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Keluarga. Bandung: PT. Repika Aditama Amar, H.R.L. (2009). Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Penyesuaian Diri Siswa Baru di MAN Tempur Sari Ngawi. Skripsi. Malang: Universitas Islam Negri (UIN). Chandra, P. E. (2004). Trik Bisnis Menuju Sukses. Yogyakarta: Grafika Indah. Irene, L. (2013). Perbedaan Tingkat Kemandirian dan Penyesuaian Diri Mahasiswa Perantauan Suku Batak Ditinjau Dari Jenis Kelamin. Jurnal Psikologi. Vol. 01. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Kartono, K. (2008). Bimbingan Anak dan Remaja yang Bermasalah. Jakarta: Rajawali Pers. Kusreni, S., Habiburrochman., Septriarini, D. F., Shofawati, A., Zulaikha, S., Fanani, S., Faiza, S. I., Fauzi, Q., Purwandini, J., Robby, A. T. (2008). Artikel Rangkuman Evaluasi Diri Departemen Ekonomi Syari ah Fakultas Ekonomi UNAIR. Artikel. [on-line]. www. Google.UniversitasAirlangga.ymig.com. (diunduh tanggal 27 Februari 2014) Patriana, P. (2007). Hubungan Antara Kemandirian Dengan Motivasi Bekerja Sebagai Pengajar Les Privat Pada Mahasiswa Di Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro. Santrock, J. W. (2002). Life Span Development. Dallas: Brown And Bench Mark Inc. 10

11 Steinberg, L. (2002). Adolescence. Sixth edition. New York: McGraw-Hill. Tim Redaksi Kamus Pusat Bahasa Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Widiana, A. (2010). Hubungan Antara Pola Asuh Demokrasi Dengan Kemandirian Pada Remaja. Jurnal penelitian. Solo: Universitas Setia Budi Surakarta. Widiastono, T. D. (2001). Sekolah Berasrama, Ketika Jakarta Tak Lagi Nyaman. Artikel. Di unduh pada tanggal 6 Juni Widya. R. (2012). Gambaran Virtue Mahasiswa Perantau. Jurnal. Medan: Universiatas Sumatera Utara. Wijaya, N. (2007). Hubungan Antara Keyakinan Diri Akademik Dengan Penyesuaian Diri Siswa Tahun Pertama Sekolah Asrama SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro. Wisanti, L. S. W Kemandirian Pengambilan Keputusan Pada Remaja Awal Ditinjau dari Persepsi Penerimaan Teman Sebaya. Jurnal psikologi. Semarang: Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata. Yusuf, S. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 11

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merantau merupakan salah satu fenomena sosial yang memiliki dampak luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong seseorang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bangsa yang mampu bertahan dan mampu memenangkan persaingan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bangsa yang mampu bertahan dan mampu memenangkan persaingan yang semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang sangat diharapkan untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan bangsa Indonesia yang harus menjadi bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adapun alasan atau faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Adapun alasan atau faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu mempunyai keinginan untuk merubah dirinya menjadi lebih baik. Hal ini bisa dikarenakan tempat sebelumnya mempunyai lingkungan yang kurang baik, ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di sekolah menjadi beberapa sumber masalah bagi siswa SMAN 2 Bangkinang Barat, jika siswa tidak dapat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2)

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2) HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI Widanti Mahendrani 1) 2) dan Esthi Rahayu Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang ABSTRAKSI Penelitian

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN DAN PENYESUAIAN DIRI MAHASISWA PERANTAUAN SUKU BATAK DITINJAU DARI JENIS KELAMIN

PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN DAN PENYESUAIAN DIRI MAHASISWA PERANTAUAN SUKU BATAK DITINJAU DARI JENIS KELAMIN Perbedaan Tingkat Kemandirian dan Penyesuaian Diri Ditinjau dari Jenis Kelamin PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN DAN PENYESUAIAN DIRI MAHASISWA PERANTAUAN SUKU BATAK DITINJAU DARI JENIS KELAMIN Lidya Irene

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam menghadapi zaman yang semakin modern seperti sekarang ini, banyak yang harus dipersiapkan oleh bangsa. Tidak hanya dengan memperhatikan kuantitas individunya,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMANDIRIAN DAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PENYANDANG DISABILITAS DI PSLD (PUSAT STUDI DAN LAYANAN DISABILITAS) UNIVERSITAS BRAWIJAYA

HUBUNGAN KEMANDIRIAN DAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PENYANDANG DISABILITAS DI PSLD (PUSAT STUDI DAN LAYANAN DISABILITAS) UNIVERSITAS BRAWIJAYA 1 HUBUNGAN KEMANDIRIAN DAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PENYANDANG DISABILITAS DI PSLD (PUSAT STUDI DAN LAYANAN DISABILITAS) UNIVERSITAS BRAWIJAYA Bian Damara bian.damara@gmail.com Ika Herani Unita

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI MAHASISWA PERANTAU ASAL LAMPUNG NASKAH PUBLIKASI. Oleh : Novia Karmiana F

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI MAHASISWA PERANTAU ASAL LAMPUNG NASKAH PUBLIKASI. Oleh : Novia Karmiana F HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI MAHASISWA PERANTAU ASAL LAMPUNG NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi muda yang berperan sebagai penerus cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi muda yang berperan sebagai penerus cita-cita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi muda yang berperan sebagai penerus cita-cita bangsa, oleh karena itu remaja diharapkan dapat mengembangkan potensi diri secara optimal

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN.1. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rancangan korelasional dengan teknik survei untuk melihat hubungan variabel terikat dengan variabel tergantungnya.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO Khadhofal Arif, Endang Sri Indrawati *) Jalan Prof. Soedarto. Tembalang,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional. Menurut Arikunto (2002:23) Penelitian kuantitatif adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional. Menurut Arikunto (2002:23) Penelitian kuantitatif adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini kami menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Menurut Arikunto (00:3) Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya berupa

Lebih terperinci

Benny okta wijaya Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang ABSTRAK

Benny okta wijaya Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang ABSTRAK Hubungan Antara Penyesuaian Diri Dengan Kemandirian Pada Mahasiswa Yang Merantau Fakultas Teknik Industri Universitas Bina Darma Angkatan 2014/2015 Palembang Benny okta wijaya 11.181.026 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu. Seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA RANTAU DARI INDONESIA BAGIAN TIMUR DI SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA RANTAU DARI INDONESIA BAGIAN TIMUR DI SEMARANG HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA RANTAU DARI INDONESIA BAGIAN TIMUR DI SEMARANG Rayhanatul Fitri 15010113130086 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

OLEH ARYANTI CHRISTIN PHANGGA YOKU TUGAS AKHIR

OLEH ARYANTI CHRISTIN PHANGGA YOKU TUGAS AKHIR HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PROGRAM PENELUSURAN PENGEMBANGAN DAN POTENSI PUTRA DAN PUTRI PAPUA (P5) KABUPATEN JAYAPURA DI KOTA SALATIGA OLEH ARYANTI CHRISTIN PHANGGA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO HUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO Astrid Oktaria Audra Siregar 15010113140084 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ABSTRAK

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian menggunakan tekhnik korelasional. Penelitian ini bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 11 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Penyesuaian Diri 1. Penyesuaian Diri Seorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikandiri atau tidak mampu menyesuaikan diri. Kondisi fisik, mental

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Pada penelitian ini penulis ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Pada penelitian ini penulis ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini penulis ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara kemandirian (X) dengan motivasi bekerja pada mahasiswa (Y), maka penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencari pengalaman hidup serta ingin menuntut ilmu yang lebih tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencari pengalaman hidup serta ingin menuntut ilmu yang lebih tinggi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu mempunyai keinginan untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Hal ini bisa disebabkan lingkungan tempat tinggalnya kurang baik, ingin mencari pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga waktu tertentu.

Lebih terperinci

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Vania Dwi Tristiana (14541084) Prodi : PGSD FKIP UNISRI ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

Perbedaan Penyesuaian Diri Pada Santri di Pondok Pesantren ditinjau dari Jenis Kelamin. Rini Suparti Dr Aski Marissa, M.

Perbedaan Penyesuaian Diri Pada Santri di Pondok Pesantren ditinjau dari Jenis Kelamin. Rini Suparti Dr Aski Marissa, M. Perbedaan Penyesuaian Diri Pada Santri di Pondok Pesantren ditinjau dari Jenis Kelamin Rini Suparti 16512413 Dr Aski Marissa, M.Psi, Psikolog BBAB I: Latar Belakang Didalam kehidupan pondok pesantren para

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diharapkan oleh kelompok sosial, serta merupakan masa pencarian identitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diharapkan oleh kelompok sosial, serta merupakan masa pencarian identitas untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah periode perubahan dimana terjadi perubahan tubuh, pola perilaku dan peran yang diharapkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Analisis data penelitian dilakukan agar data yang sudah diperoleh dapat dibaca dan ditafsirkan. Data yang telah dikumpulkan itu belum dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa tidak hanya didukung oleh pemerintah yang baik dan adil, melainkan harus ditunjang pula oleh para generasi penerus yang dapat diandalkan.

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF MENGENAI KEMANDIRIAN EMOSIONAL PADA SISWA SMP YANG TINGGAL DI ASRAMA DAN YANG TINGGAL DI RUMAH DENGAN ORANG TUA

STUDI KOMPARATIF MENGENAI KEMANDIRIAN EMOSIONAL PADA SISWA SMP YANG TINGGAL DI ASRAMA DAN YANG TINGGAL DI RUMAH DENGAN ORANG TUA STUDI KOMPARATIF MENGENAI KEMANDIRIAN EMOSIONAL PADA SISWA SMP YANG TINGGAL DI ASRAMA DAN YANG TINGGAL DI RUMAH DENGAN ORANG TUA ERVINI NATASYA MANGKUDILAGA LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M.PSI. 1

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA Rita Sinthia Dosen Prodi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Bengkulu Abstract:This study was

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Bekerja 1. Pengertian Motivasi Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar adalah motif ( motive) yang berarti dorongan, sebab atau alasan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Artikel Skripsi HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL SKRIPSI Jurusan Bimbingan Konseling FKIP UNP Kediri Oleh: SUCI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi.

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era kompetitif ini, Indonesia adalah salah satu negara yang sedang mengalami perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN 1. Defenisi Kemandirian Menurut Steinberg (2002) kemandirian adalah kemampuan individu untuk bertingkah laku secara seorang diri. Steinberg (2006) juga menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. KEMATANGAN KARIR 1. Pengertian Kematangan Karir Crites (dalam Salami, 2008) menyatakan bahwa kematangan karir sebagai sejauh mana individu dapat menguasai tugas-tugas perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. korelasioanal berganda ( Multiple Corelation) yang menunjukkan arah dan

BAB III METODE PENELITIAN. korelasioanal berganda ( Multiple Corelation) yang menunjukkan arah dan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian yang menggunakan teknik korelasioanal berganda ( Multiple Corelation) yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari hubungan antar variabel. Variabel-variabel dalam penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari hubungan antar variabel. Variabel-variabel dalam penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel. Variabel-variabel dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan yang terjadi semakin ketat, individu dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan yang memadai

Lebih terperinci

JURNAL PENGARUH PERCERAIAN ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN EMOSI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 PAPAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017

JURNAL PENGARUH PERCERAIAN ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN EMOSI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 PAPAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017 JURNAL PENGARUH PERCERAIAN ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN EMOSI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 PAPAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017 THE EFFECT OF DIVORCE OF PARENTS TO THE EMOTIONAL INTELLIGENCE ON THE NINE GRADE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar 10-13 tahun dan berakhir antara usia 18-22 tahun (Santrock, 2003: 31). Lebih rinci, Konopka dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS XI SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS XI SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS XI SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG Mutiara Ayu Annisa, Achmad M. Masykur Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI LOSARI NO.153 PASAR KLIWON SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI LOSARI NO.153 PASAR KLIWON SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI LOSARI NO.153 PASAR KLIWON SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 Hesti Handayani 1 Soewalni Soekirno 2 dan Ema Butsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah mahasiswa di Indonesia cenderung meningkat. Latief (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa Indonesia pada tahun

Lebih terperinci

Oleh: TIKA PRADINA NPM Dibimbing oleh : 1. Drs. Setya Adi Sancaya, M.Pd. 2. Laelatul Arofah, M.Pd.

Oleh: TIKA PRADINA NPM Dibimbing oleh : 1. Drs. Setya Adi Sancaya, M.Pd. 2. Laelatul Arofah, M.Pd. JURNAL HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI (SELF CONTROL) DENGAN KEMATANGAN EMOSI SISWA KELAS XI DI SMK PELAYARAN HANG TUAH KEDIRI TAHUN AJARAN 2016/2017 THE RELATIONSHIP BETWEEN SELF CONTROL WITH EMOTIONAL

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA Terendienta Pinem 1, Siswati 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT This study was aimed to investigate the relationship between social

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Atas (SMA) untuk melanjutkan studinya. Banyaknya jumlah perguruan tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Atas (SMA) untuk melanjutkan studinya. Banyaknya jumlah perguruan tinggi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perguruan tinggi saat ini menjadi incaran para siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) untuk melanjutkan studinya. Banyaknya jumlah perguruan tinggi di Indonesia menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah salah satu bagian dari civitas akademika pada perguruan tinggi yang merupakan calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang. Untuk itu diharapkan

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN PADA ANAK TENGAH DARI LATAR BELAKANG BUDAYA YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI HALAMAN SAMPUL DEPAN

KEMANDIRIAN PADA ANAK TENGAH DARI LATAR BELAKANG BUDAYA YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI HALAMAN SAMPUL DEPAN KEMANDIRIAN PADA ANAK TENGAH DARI LATAR BELAKANG BUDAYA YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI HALAMAN SAMPUL DEPAN Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif (komperatif). Desain

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif (komperatif). Desain BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif (komperatif). Desain komparasional menurut Arikunto (2010:310) menyebutkan bahwa penelitian membandingkan

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN REMAJA AKHIR PUTERI PASCA KEMATIAN AYAH

KEMANDIRIAN REMAJA AKHIR PUTERI PASCA KEMATIAN AYAH KEMANDIRIAN REMAJA AKHIR PUTERI PASCA KEMATIAN AYAH RIA SULASTRIANI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam gambaran kemandirian remaja

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANGTUA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII MTs AL HIDAYAH KARANGPLOSO. Jauharotul Maknunah

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANGTUA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII MTs AL HIDAYAH KARANGPLOSO. Jauharotul Maknunah HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANGTUA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII MTs AL HIDAYAH KARANGPLOSO Jauharotul Maknunah Mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan pada data- data numerical atau

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : Pudyastuti Widhasari ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

kata kunci : kemandirian, penyesuaian diri, social adjustment, mahasiswa

kata kunci : kemandirian, penyesuaian diri, social adjustment, mahasiswa HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI DALAM LINGKUNGAN KAMPUS PADA MAHASISWA AMANDA RIZKI NUR Dosen Pembimbing : Drs. Aris Budi Utomo, M.Si ABSTRAK Mahasiswa tentunya memiliki tugas perkembangan

Lebih terperinci

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII Nobelina Adicondro & Alfi Purnamasari Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jalan Kapas No. 9 Yogyakarta alfi_purnamasari@yahoo.com.

Lebih terperinci

ASERTIVITAS DITINJAU DARI KEMANDIRIAN DAN JENIS KELAMIN PADA REMAJA AWAL KELAS VIII DI SMPN 1 SEMARANG

ASERTIVITAS DITINJAU DARI KEMANDIRIAN DAN JENIS KELAMIN PADA REMAJA AWAL KELAS VIII DI SMPN 1 SEMARANG ASERTIVITAS DITINJAU DARI KEMANDIRIAN DAN JENIS KELAMIN PADA REMAJA AWAL KELAS VIII DI SMPN 1 SEMARANG Yuke Hasnabuana 1, Dian Ratna Sawitri 2 1,2 Fakultas Psikologi,Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang individu dapat dikatakan menginjak masa dewasa awal ketika mencapai usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu mengalami

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penyesuaian Diri Penyesuaian berarti adaptasi yang dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa bertahan serta memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain dan lingkungan sosial merupakan bagian yang memberikan pengaruh pada tugas perkembangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengaruh besar terhadap kehidupan selanjutnya. Istilah remaja atau adolescence

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengaruh besar terhadap kehidupan selanjutnya. Istilah remaja atau adolescence 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti melalui tahap-tahap kehidupan yang saling mempengaruhi satu sama lainnya. Salah satunya adalah tahap remaja yang memiliki pengaruh besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam melewati setiap tahap perkembangan, individu akan menghadapi masa transisi. Masa transisi dalam tahap perkembangan terjadi ketika anak-anak berkembang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Dalam penelitian penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Dalam penelitian penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik korelasional. yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan. B. Definisi Operasional pada Wanita Pasca Melahirkan

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan. B. Definisi Operasional pada Wanita Pasca Melahirkan BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan lingkungan. dari mereka sulit untuk menyesuaikan diri dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan lingkungan. dari mereka sulit untuk menyesuaikan diri dengan baik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat manusia perlu adanya hubungan yang baik antar sesamanya. Manusia tidak dapat hidup sendiri karena manusia merupakan makhluk sosial dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja Akhir

TINJAUAN PUSTAKA Remaja Akhir 7 TINJAUAN PUSTAKA Remaja Akhir Istilah adolescence atau remaja berasal dari bahasa latin yang kata bendanya, Adolescentia yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Mighwar 2006). Remaja akhir (Late

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR DYAH NURUL HAPSARI Dr. Poeti Joefiani, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Pada dasarnya setiap individu memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu. Teori yang dikemukakan oleh Schneider dalam (Desmita, 2009),

BAB I PENDAHULUAN. individu. Teori yang dikemukakan oleh Schneider dalam (Desmita, 2009), BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia sebagai mahluk sosial setiap saat akan membutuhkan orang lain. Interaksi sosial setiap orang membutuhkan kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Penyesuaian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA Babby Hasmayni 1*) 1 Program Studi Magister Psikologi, Program Pascasarjana, Universitas Medan Area *) E-mail : analitika.jurnal.uma@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pada penelitian ini, peneliti akan mengetahui hubungan pola asuh dan kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial pada remaja akhir, sehingga pendekatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN SCHOOL STRESS PADA PESERTA DIDIK RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL STABILITY WITH SCHOOL STRESS ON THE STUDENTS

HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN SCHOOL STRESS PADA PESERTA DIDIK RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL STABILITY WITH SCHOOL STRESS ON THE STUDENTS HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN SCHOOL STRESS PADA PESERTA DIDIK RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL STABILITY WITH SCHOOL STRESS ON THE STUDENTS Oleh : Surya Wahyu Kusuma*) Suwarti**) ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 74 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Persiapan Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan oleh penelitian adalah persiapan penelitian terlebih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laki-laki dan perempuan. Responden siswa laki-laki sebanyak 37 siswa atau 60 %.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laki-laki dan perempuan. Responden siswa laki-laki sebanyak 37 siswa atau 60 %. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Diri Responden Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin, terdiri atas responden siswa laki-laki dan perempuan. Responden siswa laki-laki sebanyak 37 siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mempraktekkan sesuatu. Sedangkan kerja secara psikologis diartikan. sebagai penyelesaian suatu tugas.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mempraktekkan sesuatu. Sedangkan kerja secara psikologis diartikan. sebagai penyelesaian suatu tugas. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kesiapan Kerja 1. Definisi Kesiapan Kerja Chaplin (2011: 419) menerjemahkan kesiapan sebagai tingkat kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktekkan sesuatu.

Lebih terperinci

DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO Dian Lati Utami, Dian Ratna Sawitri Fakultas Psikologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan

Lebih terperinci

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG NURUL ILMI FAJRIN_11410126 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. B. Identifikasi Variabel Penelitian. C. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. B. Identifikasi Variabel Penelitian. C. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode korelasi, yaitu metode yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara keaktifan berorganisasi dengan kepercayaan

Lebih terperinci

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang HUBUNGAN KELEKATAN DAN KECERDASAN EMOSI PADA ANAK USIA DINI Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang ABSTRAK. Kelekatan (Attachment) merupakan hubungan emosional antara seorang anak dengan pengasuhnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB-UB). Jika

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB-UB). Jika 76 BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Obyek Penelitian JAFEB-UB merupakan salah satu jurusan dari tiga jurusan yang ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB-UB).

Lebih terperinci

menggunakan analisis hubungan (korelasi). Karena digunakan untuk menguji hubungan antara 2 variabel atau lebih, apakah kedua variabel

menggunakan analisis hubungan (korelasi). Karena digunakan untuk menguji hubungan antara 2 variabel atau lebih, apakah kedua variabel 78 Sesuai dengan tujuan penelitian ini, dalam penelitian ini menggunakan analisis hubungan (korelasi). Karena digunakan untuk menguji hubungan antara 2 variabel atau lebih, apakah kedua variabel tersebut

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN MOTIVASI BEKERJA SEBAGAI PENGAJAR LES PRIVAT PADA MAHASISWA DI SEMARANG SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN MOTIVASI BEKERJA SEBAGAI PENGAJAR LES PRIVAT PADA MAHASISWA DI SEMARANG SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN MOTIVASI BEKERJA SEBAGAI PENGAJAR LES PRIVAT PADA MAHASISWA DI SEMARANG SKRIPSI Oleh : Pradnya Patriana M2A001064 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2007

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. independent (bebas) dan variabel dependet (terikat). Variabel bebas yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. independent (bebas) dan variabel dependet (terikat). Variabel bebas yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel yaitu variabel independent (bebas) dan variabel dependet (terikat).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Kemandirian 2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Sumahamijaya, 2003 Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantungpada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa atau peserta didik adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah, dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimana pada masa tersebut merupakan periode peralihan dan perubahan. Hurlock

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimana pada masa tersebut merupakan periode peralihan dan perubahan. Hurlock BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu periode perkembangan yang penting, dimana pada masa tersebut merupakan periode peralihan dan perubahan. Hurlock (1980:206) menyatakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERNYATAAN i ABSTRAK. ii KATA PENGANTAR. iv UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI. viii

DAFTAR ISI. PERNYATAAN i ABSTRAK. ii KATA PENGANTAR. iv UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI. viii DAFTAR ISI Hal PERNYATAAN i ABSTRAK. ii KATA PENGANTAR. iv UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI. viii BAB I PENDAHULUAN. 1 A. Latar Belakang Masalah.. 1 B. Identifikasi dan Rumusan Masalah. 6 C. Tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang dipergunakan guna menjawab permasalahan yang diselidiki

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 8 PURWOREJO

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 8 PURWOREJO HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 8 PURWOREJO Abstrak Memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, menuntut siswa untuk mampu menyesuaikan dirinya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci