SKRIPSI ANALISIS COST VOLUME PROFIT SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT. ECOGREEN OLEOCHEMICALS MEDAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI ANALISIS COST VOLUME PROFIT SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT. ECOGREEN OLEOCHEMICALS MEDAN"

Transkripsi

1 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DEPARTEMEN AKUNTANSI PROGRAM S1 EKSTENSI SKRIPSI ANALISIS COST VOLUME PROFIT SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT. ECOGREEN OLEOCHEMICALS MEDAN Oleh : NAMA : FISKA M SIPAYUNG NIM : DEPARTEMEN : AKUNTANSI Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Medan 2008

2 DAFTAR ISI PERNYATAAN KATA PENGANTAR.. ABSTRAK. ABSTRACT.. DAFTAR ISI DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v vi ix x xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah 3 C. Tujuan Penelitian 3 D. Manfaat Penelitian.. 4 E. Kerangka Konseptual.. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Biaya Biaya Variabel Biaya Tetap Biaya Semivariabel.. 10

3 B. Analisis Cost Volume Profit Pengertian Analisis Cost Volume Profit Metode Analisis Cost Volume Profit...20 C. Perencanaan Laba.30 D. Analisis Cost Volume Profit Sebagai Alat Perencanaan Laba..31 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian.34 B. Data Penelitian.34 C. Teknik Pengumpulan Data...35 D. Metode Analisis Data...35 BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian 1. Gambaran Umum Perusahaan Analisis Cost Volume Profit di Perusahaan Perencanaan Laba Perusahaan.47 B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Cost Volume Profit Analisis Perencanaan Laba Analisis Cost Volume Profit sebagai Alat Perencanaan Laba...50

4 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan. 53 B. Saran 54 DAFTAR PUSTAKA 55 LAMPIRAN

5 DAFTAR TABEL NO JUDUL HALAMAN 2.1 Biaya Variabel Biaya Tetap Data Operasi Mesin dan Biaya Pemeliharaan Mesin Selama 1 Semester Perhitungan Biaya dengan menggunakan Metode Regresi Kuadrat Terkecil Laporan Laba Rugi PT.Ecogreen Oleochemicals Medan tahun Laporan Harga Pokok Produksi PT.Ecogreen Oleochemicals Medan tahun Klasifikasi Biaya PT.Ecogreen Oleochemicals Medan Tahun Pemisahan Biaya Variabel Rencana Laba untuk Volume Penjualan tahun

6 DAFTAR GAMBAR NO JUDUL HALAMAN 2.1 Grafik Biaya Variabel Grafik Biaya Tetap Grafik Biaya Semivariabel Grafik Cost Volume Profit Grafik Cost Volume Profit PT. Ecogreen Oleochemicals Medan tahun

7 DAFTAR LAMPIRAN NO JUDUL 1 Struktur Organisasi PT. Ecogreen Oleochemicals Medan

8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses globalisasi serta dunia perdagangan yang semakin luas dan terbuka saat ini mengakibatkan persaingan yang sangat ketat dalam dunia bisnis. Para pelaku bisnis dituntut untuk dapat berjuang keras dengan strategi yang tepat agar dapat tetap eksis dalam persaingan. Situasi perekonomian di Indonesia saat ini yang banyak mengalami perubahan seringkali mempengaruhi kemampuan suatu badan usaha dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan. Perusahaan tidak hanya dituntut untuk dapat bertahan dibidangnya, tetapi juga harus tetap memperoleh laba semaksimal mungkin. Tujuan utama dari suatu kegiatan usaha atau bisnis adalah memperoleh laba. Bagaimana memperoleh laba yang maksimal adalah tergantung dari cara yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan usahanya dengan seefektif dan seefisien mungkin. Solusi yang dilakukan dalam mengatasi hal tersebut adalah perusahaan harus membuat suatu perencanaan laba. Perencanaan laba yang dibuat oleh perusahaan harus dapat dicari kombinasi yang tepat antara unsur-unsur pembentuk laba tersebut disertai dengan perhitungan yang akurat. Perencanaan laba yang dibuat perusahaan berhubungan dengan biaya, volume penjualan dan harga jual. Sebuah manajemen yang baik adalah ketika bisa mengetahui bagaimana siklus kegiatan usahanya dalam satu periode tersebut sudah berjalan baik atau belum. Maksudnya adalah apakah dengan tingkat laba yang diperoleh selama ini sudah maksimal atau malah sebaliknya tanpa disadari telah melakukan suatu

9 kesalahan dimana biaya yang dikeluarkan terlalu besar meskipun laba tetap diperoleh. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu analisa terhadap volume penjualan, harga jual dan biaya produksi agar semuanya dapat diperoleh dan dikeluarkan seefisien mungkin. Analisis Cost Volume Profit (CVP analysis) adalah salah satu dari beberapa alat yang berguna bagi manajemen dalam memberikan perintah, karena dapat membantu dalam menyusun sebuah perencanaan laba dalam menyelesaikan masalah bisnis. Analisis Cost Volume Profit berperan sebagai alat perencanaan laba yaitu dalam perencanaan laba jangka pendek dan juga membantu mengidentifikasikan data yang relevan untuk menentukan titik impas, margin kontribusi untuk suatu segmen penjualan dan total laba dari volume tertentu. Analisis Cost Volume Profit dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi cakupan dan besarnya kesulitan ekonomi yang dihadapi suatu divisi dan membantu mencari pemecahannya. Analisis Cost Volume Profit menekankan pada keterkaitan biaya, kuantitas yang dijual dan harga, maka semua informasi keuangan perusahaan terkandung didalamnya. Contoh yang dapat kita lihat dalam kegiatan perusahaan misalnya dalam satu periode PT.ABC mengeluarkan biaya iklan sebesar Rp dan penjualan yang dapat diperoleh sebesar Rp , dengan jumlah unit yang terjual sebanyak unit dan harga per unit Rp Kemudian dibuat suatu perencanaan untuk periode berikutnya akan ditargetkan penjualan sebanyak unit dan harga jual diturunkan menjadi Rp.800/unit, tetapi biaya iklan akan dinaikkan menjadi Rp Manajemen perusahaan harus bisa menganalisis

10 dan membuat keputusan apakah perencanaan ini akan menjadi efektif dalam meningkatkan laba. B. Perumusan Masalah Analisis Cost Volume Profit berhubungan dalam menganalisa harga jual, volume penjualan dan biaya terhadap laba sehingga membantu pihak manajemen, maka dari penelitian ini dibuat perumusan masalah: 1. Berapakah volume penjualan produk fatty alcohol yang harus diperoleh agar memperoleh target laba yang diinginkan? 2. Berapakah harga jual produk fatty alcohol yang harus ditetapkan agar memperoleh laba yang diinginkan? 3. Berapakah biaya produksi per unit produk fatty alcohol yang harus dikeluarkan agar memperolah laba maksimal? Analisis yang dilakukan dibuat berdasarkan data Laporan Laba/Rugi perusahaan untuk tahun C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui berapa volume penjualan, harga jual dan biaya produksi per unit produk fatty alcohol yang harus dikeluarkan agar dapat tercapai target laba yang diinginkan perusahaan.

11 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis, manambah wawasan tentang Analisis Cost Volume Profit secara teori dan mengaplikasikannya terhadap data-data yang diperoleh perusahaan yaitu dengan menghitung dan menganalisisnya. 2. Bagi perusahaan, bila memungkinkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak manajemen dalam mengambil keputusan terhadap perencanaan keuangannya. 3. Bagi pihak luar, sebagai bahan informasi tambahan dan referensi bagi mahasiswa lain yang ingin membuat skipsi yang berkaitan dengan judul ini. E. Kerangka Konseptual PT.ECOGREEN OLEOCHEMICALS MEDAN LAPORAN KEUANGAN PT.ECOGREEN OLEOCHEMICALS MEDAN (LAPORAN LABA RUGI TAHUN 2005) ANALISIS COST VOLUME - PROFIT Harga Jual Produk Fatty alcohol Volume Penjualan Produk Fatty alcohol Biaya Produksi Produk Fatty alcohol PERENCANAAN LABA PT. ECOGREEN OLEOCHEMICALS MEDAN

12 Uraian Kerangka Konseptual: Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian. Analisis Cost Volume Profit adalah metode dasar untuk menganalisis bagimana hubungan antara 3 faktor yaitu harga jual, volume penjualan dan biaya produksi. Ketiga faktor tersebut hanya dapat diperoleh dari salah satu laporan keuangan perusahaan yaitu laporan laba/rugi. Laporan laba/rugi yang dibutuhkan dalam analisis cost volume profit adalah laporan laba/rugi intern yaitu laporan laba rugi kontribusi dimana terlihat pemisahan antara biaya variabel dan biaya tetap. Analisis Cost Volume Profit sebagai alat dalam perencanaan laba dan menggunakan metode analisis titik impas (break even point), analisis target laba, margin keamanan (safety margin), margin kontribusi (contribution margin), operating leverage dan bauran penjualan.. Dari data tersebut dapat diperoleh jawaban-jawaban yang dibutuhkan oleh pihak manajemen perusahaan yang berkaitan dengan analisis biaya yang dikeluarkan perusahaan, jumlah unit yang ditargetkan untuk dapat terjual dan laba yang diinginkan. Dari semua pengolahan data tersebut maka dapat dibuat sebuah perencanaan laba.

13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Biaya Menurut Hansen, Mowen (2006:40) biaya adalah kas atau nilai ekuivelen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang/jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau dimasa mendatang bagi organisasi. Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi yaitu organisasi bisnis, non bisnis, manufaktur, eceran dan jasa. Umumnya berbagai macam biaya yang terjadi dan klasifikasi biaya tergantung pada tipe organisasinya. Salah satu tujuan klasifikasi biaya adalah memprediksi perilaku biaya untuk merespon perubahan aktivitas. Perilaku biaya berarti bagaimana biaya akan bereaksi atau merespon perubahan aktivitas bisnis. Bila aktivitas bisnis meningkat atau surut, biaya tertentu mungkin akan ikut naik atau turun atau mungkin juga tetap. Untuk tujuan perencanaan, manejer harus dapat mengantisipasi apakah yang akan terjadi, jika biaya mengalami perubahan yaitu sejauh mana perubahannya. Klasifikasi biaya berdasarkan tujuan ini terbagi atas biaya variabel, biaya tetap dan biaya semivariabel. 1. Biaya Variabel (Variable Cost) Menurut Garrison, Noreen, Brewer (2006:257) biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah secara proporsional terhadap perubahan tingkat aktivitas. Perilaku biaya variabel adalah secara total akan bertambah dan berkurang secara proporsional terhadap perubahan tingkat aktivitas, sedangkan

14 secara per unit biaya variabel akan selalu konstan untuk per unit. Jika tingkat aktivitas naik dua kali lipat, maka total biaya variabel juga akan naik dua kali lipat. Jika tingkat akitivitas naik 10%, maka total biaya variabel juga akan naik sebesar 10%. Contoh biaya variabel dari perusahaan pabrikan adalah bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Sementara pada perusahaan dagang contoh dari biaya variabel adalah komisi penjualan dan biaya pokok barang dagangan yang dijual. Aktivitas tersebut dapat diwujudkan dengan berbagai bentuk seperti unit yang diproduksi, unit yang dijual, jarak kilometer yang dituju, jumlah tempat tidur yang digunakan, jam kerja, dan sebagainya. Contoh yang bagus untuk menggambarkan biaya variabel adalah biaya bahan baku langsung. Sebagai ilustrasi misalnya PT.ABC untuk memproduksi unit sabun menggunakan bahan baku 100 kg dengan biaya bahan Rp /kg. Maka perubahan biaya bahan baku dengan kuantitas produksi berubah-ubah sebagai berikut : Tabel 2.1 Daftar Biaya Variabel unit yang diproduksi total biaya bahan baku Biaya bahan baku per unit Rp 1,000,000 Rp 10, Rp 1,500,000 Rp 10, Rp 2,000,000 Rp 10, Rp 3,000,000 Rp 10, Rp 4,500,000 Rp 10,000 Sumber : diolah Penulis, 2008

15 biaya variabel (dlm ribuan rupiah) 5,000 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, jumlah unit yang diproduksi (dlm ribuan unit) Sumber : diolah Penulis, 2008 Gambar 2.1 Grafik Biaya Variabel 2. Biaya Tetap (Fixed Cost) Menurut Hansen, Mowen (2004:35) biaya tetap adalah biaya yang dalam jumlah total tetap konstan dalam rentang yang relevan ketika tingkat output berubah. Perilaku biaya tetap secara total adalah total biaya tetap tidak dipengaruhi oleh perubahan tingkat aktivitas dalam rentang yang relevan, sedangkan secara per unit biaya tetap per unit akan berkurang apabila jumlah unit yang dihasilkan bertambah. Rentang yang relevan adalah rentang output dimana asumsi hubungan biaya/output berlaku. Berapapun unit yang diproduksi, perusahaan akan mengeluarkan biaya tetap. Besarnya biaya tetap adalah konstan untuk satu periode, maka kurva biaya

16 tetap berupa garis mendatar memiliki kemiringan atau gradien nol. Sangat sedikit biaya yang benar-benar tetap. Biaya tetap dapat menimbulkan kesulitan apabila harus menyatakannya dalam biaya per unit. Hal ini terjadi karena bila biaya tetap diperhitungkan per unit produk, akan terjadi kondisi yang berbalikan dengan perubahan aktivitas. Contoh biaya tetap meliputi depresiasi dengan metode garis lurus, asuransi, pajak property, sewa, gaji supervisor, gaji pegawai administrasi dan iklan. Sewa adalah contoh yang tepat untuk menggambarkan biaya tetap. Misalnya: PT.ABC mengeluarkan biaya sewa gedung untuk pabrik selama 1 bulan adalah Rp Biaya sewa sebesar Rp per bulan selalu tetap tanpa dipengaruhi oleh berapa banyak produksi yang dilakukan selama 1 bulan tersebut. Tabel 2.2 Daftar Biaya Tetap Unit yang diproduksi Total biaya sewa Biaya sewa per unit Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 500 Sumber : diolah Penulis, 2008

17 25,000 total biaya sewa 20,000 15,000 10,000 5, jumlah unit produksi Gambar 2.2 Grafik Biaya Tetap Sumber : diolah Penulis, Biaya Semivariabel (Mix Cost) Menurut Tambunan (2000:10) biaya semivariabel adalah biaya yang akan berubah jumlahnya apabila volume/tingkat kegiatan usaha berubah tetapi perubahan tersebut tidak dalam proporsi langsung terhadap perubahan volume kegiatan usaha tersebut. Untuk kepentingan perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan akuntansi, biaya harus diusahakan bisa dikelompokkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel. Biaya yang bersifat semivariabel (mix cost) harus dipindahkan kedalam kelompok yang jelas yaitu bagian yang termasuk biaya tetap dan bagian yang masuk biaya variabel. Walaupun seringkali tidak sepenuhnya tetap, namun pemisahan biaya kedalam kedua kelompok tersebut akan sangat membantu manajemen untuk mengendalikannya.

18 Ada beberapa metode pemisahan biaya yang bisa diterapkan oleh manajemen, yaitu: a. Metode Tinggi Rendah (High Low Method) b. Metode Scattergraph (Scattergraph Method) c. Metode Regresi Kuadrat Terkecil (Least Squares Regression) d. Metode Biaya Berjaga (Stand by Cost Method) a. Metode Tinggi Rendah (High Low Method) Analisis biaya semivariabel dengan menggunakan metode titik tertinggi dan terendah (high low method) dimulai dengan mengidentifikasikan periode dengan tingkat aktivitas yang paling rendah dan yang paling tinggi. Perbedaan biaya pada kedua periode tersebut dibagi dengan perubahan aktivitas antara periode ekstrim tersebut untuk memperkirakan biaya variabel per unit aktivitas. Untuk menganalisis biaya semivariabel dengan metode tinggi rendah, langkah pertama adalah mengidentifikasikan aktivitas tertinggi dan terendah. Biaya Variabel = kemiringan garis = Y 2 Y 1 X 2 X 1 biaya variabel = biaya variabel = elemen biaya tetap = biaya aktivitas tertinggi - biaya aktivitas terendah aktivitas tinggi - aktivitas rendah perubahan aktivitas biaya perubahan aktivitas Total biaya - elemen biaya variabel Persamaan biaya yang dihasilkan adalah = Y = a + bx dimana : Y = jumlah biaya semivariabel

19 a = biaya tetap per periode b = biaya variabel per unit X = kapasitas yang diharapkan akan dijalankan Contoh : PT.Anugrah mempunyai data operasi mesin dan biaya pemeliharaannya selama satu semester yang terlihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.3 Data operasi mesin dan biaya pemeliharaan mesin selama 1 semester Bulan Jam kerja Mesin Total biaya pemeliharaan Januari 550 Rp 149,000 Februari 700 Rp 170,000 Maret 500 Rp 140,000 April 800 Rp 200,000 Mei 750 Rp 192,000 Juni 650 Rp 164,000 Sumber: Machfoedz (2000:260) Dari Tabel 2.3 bisa ditentukan jenjang tertinggi dan terendah sebagai sampel untuk perhitungan pemisahan biaya. Biaya dan operasi tertinggi dan terendah adalah sebagai berikut: Jam kerja mesin Biaya pemeliharaan Tingkat aktivitas tertinggi (April) 800 jam Rp 200,000 Tingkat aktivitas terendah (Maret) 500 jam Rp 140,000 Perubahan 300 jam Rp 60,000 Biaya Variabel = Rp 60, jam = Rp 200 per jam Elemen biaya tetap = Rp 200,000 - (Rp 200 X 800 jam)

20 = Rp 200,000 -Rp160,000 = Rp 40,000 Persamaan biaya yang diperoleh Y = Rp Rp 200 X Kadang kadang tinggi rendahnya tingkat aktivitas tersebut tidak sesuai dengan tinggi rendahnya biaya. Sabagai contoh periode yang memiliki tingkat aktivitas tertinggi belum tentu memiliki biaya tetinggi. Meskipun demikian, tingkat aktivitas yang tertinggi dan terendah selalu digunakan untuk menganalisis biaya semivariabel apabila menggunakan metode tinggi rendah. Alasannya adalah bahwa aktivitas menyababkan adanya biaya sehingga para analisis akan menggunakan data yang mencerminkan kemungkinan terbesar perubahan aktivitas. Metode tinggi rendah sangat sederhana dan mudah dilakukan tetapi banyak mengandung cacat karena hanya menggunakan 2 titik saja. Umumnya dua titik tidak cukup untuk menghasilkan hasil yang akurat dalam analisis biaya. Selanjutnya periode yang tidak biasanya rendah atau tinggi dapat mengakibatkan ketidakakuratan hasilnya. Sebagai contoh jenjang terendah adalah bulan Maret dengan kegiatan 500 jam dan biaya pemeliharaan sebesar Rp Dengan memasukkan unsur biaya kedalam persamaan, maka diperoleh jumlah biaya semivariabel: Y = a + bx = Rp Rp 200 (500 jam) = Rp Contoh lain adalah pada bulan Mei dimana kegiatan pemeliharaan 750 jam dengan total biaya pemeliharaan Rp Dengan menggunakan persamaan diperoleh jumlah biaya Y = Rp Rp 200 (750 jam) = Rp

21 b. Metode Scattergraph (Scattergraph method) Menurut Machfoedz (2000:263) Metode Scattergraph adalah suatu metode pemisahan biaya campuran dengan menentukan hubungan tiap kelompok kegiatan dan biaya pada tingkat-tingkat kegiatan. Hubungan tersebut digambarkan dalam bentuk titik-titik yang tersebar pada bidang tertentu. Titik-titik yang digambarkan pada sb.x dan sb.y disebut scattergraph dan satu garis yang ditarik paling mendekati semua titik-titik tersebut adalah merupakan garis regresi. Garis regresi pada hakekatnya merupakan garis rata-rata dimana rata-rata biaya variabel per unit ditunjukkan oleh titik dimana sb.y dipotong oleh garis regresi itu. Dari titiktitik tersebut ditarik suatu garis lurus dan garis lurus ini dianggap sebagai garis biaya yang memisahkan antara biaya variabel dengan biaya tetap. Berdasarkan pengamatan pada scattergraph, tampak jelas bahwa biaya pemeliharaan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah jam kerja mesin. Selanjutnya juga menunjukkan bahwa hubungan antar biaya pemeliharaan dengan jumlah jam kerja mesin mendekati hubungan yang linear. Penilaian biaya dapat dikatakan linear bila hubungan antara keduanya mendekati garis lurus. Dari gambar tersebut ditarik kesimpulan bahwa diperoleh biaya tetap berkisar Rp dan biaya variabel bisa dihitung (ambil contoh bulan Maret dimana kegiatan yang terjadi adalah 500 jam dan biaya pemeliharaan sebesar Rp ). Maka biaya variabelnya adalah : Y = a + bx Rp = Rp b (500) 500b = Rp b = Rp 194/jam

22 Metode Scattergraph menghasilkan pemisahan biaya yang lebih baik dibanding dengan metode titik tertinggi dan terendah, namun mempunyai kelemahan yang utama yaitu penarikan garis biaya yang sangat bersifat subyektif. Artinya ada kemungkinan setiap analist biaya mempunyai garis biaya yang berbeda dari sumber data yang sama, sehingga akan menghasilkan biaya yang berbeda-beda.

23 c. Metode Regresi Kuadrat Terkecil (Least Squares Regession) Menurut Garrison, Noreen, Brewer (2006:282) Metode Regresi Kuadrat Terkecil adalah metode yang memisahkan biaya semivariabel menjadi komponen biaya tetap dan biaya variabel dengan menggunakan seluruh data. Dengan metode ini, perusahaan akan mencari kedua unsur biaya dengan persamaan sebagai berikut: Y = a + bx Unsur-unsur biaya dapat dicari dengan persamaan : Σ XY = a ΣX + bσx 2 dimana Y = biaya periodik X = kegiatan periodik n = jumlah sample a = biaya tetap b = biaya variabel ΣY = n.a + bσx Dengan menggunakan contoh pada tabel 2.3, maka bisa dicari unsur biaya tetap dan variabel pemeliharaan mesin sebagai berikut: Tabel 2.4 Perhitungan Biaya dengan menggunakan Metode Regresi Kuadrat Terkecil Bulan X Y X 2 XY Januari , ,500 81,950,000 Februari , , ,000,000 Maret , ,000 70,000,000 April , , ,000,000 Mei , , ,000,000 Juni , , ,600,000 Total 3,950 1,015,000 2,667, ,550,000 Sumber Machfoedz (2000 : 265)

24 Σ XY = a ΣX + bσx 2 Rp = 3950a + Rp b ΣY = n.a + bσx Rp = 6a b Mencari biaya variabel per jam: Rp = 3950a + Rp b (x 6) Rp = 6a b (x 3950) Rp = a + Rp Rp = a + Rp Rp = b b = Rp 199 per jam untuk mencari biaya tetap (a) dengan interpolasi salah satu sample, sebut saja biaya bulan April Y = a + bx Rp = a + Rp199(800) a = Rp Rp a = Rp maka diperoleh persamaan Y = Rp Rp199X d. Metode Biaya Berjaga (Stand by Cost Method) Metode biaya berjaga praktis digunakan untuk menaksir biaya tetap dan biaya variabel bila sebuah perusahaan menutup kegiatannya untuk sementara. Istilah biaya berjaga digunakan untuk mewakili biaya tetap yang akan terjadi selama masa transisi tersebut. Metode ini disebut biaya berjaga karena dimaksudkan untuk menghitung cadangan dana yang harus disiapkan untuk berjaga-jaga selama tenggang waktu tanpa kegiatan normal. Selisih total biaya pada saat perusahaan menjalankan kegiatan operasi komersilnya dengan biaya yang diperkirakan akan terjadi pada saat kegiatan komersil dihentikan diperhitungkan sebagai biaya variabel. Biaya variabel ini selanjutnya dapat

25 dibebankan kepada setiap unit produksi atau satuan aktivitas dengan cara membagikan total unit produksi atau satuan aktivitas dari total biaya variabel. Contoh: PT. Ganda mempertimbangkan penghentian kegiatan produksinya untuk bulan ini. Pada bulan lalu volume produksinya adalah jam mesin dengan total biaya Rp Apabila tidak ada produksi yang diperhitungkan maka biaya yang akan terjadi hanya sebanyak 20% saja yaitu Rp per bulan. Selisih antara total biaya pada saat belangsung kegiatan produksi normal dengan biaya berjaga merupakan total biaya variabel dengan perhitungan sebagai berikut: Biaya yang dikeluarkan pada tingkat aktivitas jam mesin Rp Biaya berjaga sebagai biaya tetap Rp Selisih atau total biaya variabel Rp biaya variabel per jam = total biaya variabel jumlah jam nesin = Rp / jam = Rp 4000/jam Formula biaya produksi dapat dinyatakan kedalam persamaan linear: Y = Rp X B. Analisis Cost Volume Profit 1. Pengertian Analisis Cost Volume Profit Pengertian Analisis Cost Volume Profit atau yang sering disebut CVP Analysis menurut Blocher (2000:308) adalah Metode untuk menganalisis bagaimana keputusan operasi dan keputusan pemasaran mempengaruhi laba bersih, berdasarkan pemahaman tentang hubungan antara biaya variabel, biaya tetap, harga jual per unit dan tingkat output.

26 Sedangkan Analisis Cost Volume Profit menurut Garrison, Noreen, Brewer (2006:250) adalah Suatu alat yang sangat berguna bagi manajemen untuk menjalankan fungsinya. Alat ini dapat membantu memahami hubungan antar biaya, volume dan laba organisasi dengan memfokuskan hubungan 5 elemen yaitu harga produk, volume atau tingkat aktivitas, biaya variabel, total biaya tetap dan bauran produk yang dijual. Analisis Cost Volume Profit dapat diterapkan dalam beberapa hal sehingga membantu manajemen dalam menjawab beberapa pertanyaan antara lain: 1. pada tingkat penjualan sejumlah tertentu akan menghasilkan laba atau rugi? 2. berapa tambahan volume penjualan dibutuhkan untuk menutup tambahan biaya tetap akibat expansi? 3. berapa laba dari produk X jika harganya diturunkan Y rupiah? 4. berapa penjualan yang harus direalisasi untuk memperoleh laba yang diinginkan? 5. apa pengaruh penurunan volume penjualan sejunlah 25 %? 6. berapa penjualan minimal yang harus diperoleh supaya perusahaan bisa mempertahankan hidupnya? Menurut Hansen, Mowen (2004 : 446) Analisis Cost Volume Profit didasarkan pada beberapa asumsi yaitu : 1. harga jual adalah konstan, harga produk atau jasa tidak berubah ketika volume berubah 2. biaya adalah linear dan dapat secara akurat dibagi menjadi elemen variable dan tetap. Elemen variable adalah konstan per unit dan elemen tetap konstan secara total dalam rentang yang relevan 3. dalam perusahaan berbagai produk, bauran penjualan adalah konstan 4. dalam perusahaan manufaktur, persediaan tidak berubah jika unit yang diproduksi sama dengan unit yang dijual

27 2. Metode Analisis Cost Volume Profit Dalam melakukan analisis Cost Volume Profit terhadap suatu produk, terdapat beberapa metode perhitungan yang digunakan. Antara lain dengan menggunakan analisis titik impas (Break Even Point), margin kontribusi dan rasio margin kontribusi, analisis target laba, margin pengaman, grafik biaya volume laba, operating leverage dan bauran penjualan Berikut ini akan diuraikan mengenai metode-metode tersebut. Analisis Titik Impas (Break Even Point) Pada umumnya langkah pertama dalam banyak perencanaan bisnis adalah menentukan titik impas yaitu titik dimana pendapatan sama dengan biaya total dan laba sama dengan nol. Menurut Machfoedz (2000:296) Titik Impas adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam kondisi tidak mendapatkan laba atau tidak menderita rugi. Kondisi tersebut dinyatakan bahwa total penjualan perusahaan sama besar dengan total biaya atas penjualan tersebut dan laba perusahaan sama dengan nol. Analisis titik impas digunakan untuk menentukan tingkat penjualan dan bauran produk yang diperlukan hanya untuk menutup semua biaya yang terjadi selama periode tersebut. Karena titik impas (break even point) menentukan tingkat penjualan bauran produk yang diperlukan untuk mencapai target laba, maka merupakan kasus dari analisis cost volume profit. Titik impas (break even point) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (equation method) atau metode margin kontribusi (contribution margin method). Kedua metode tersebut akan memberikan hasil yang sama.

28 - Metode Persamaan Rumus yang digunakan: Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba Contoh dalam hal ini masih menggunakan kasus pada PT. Ganda. Titik impas dalam unit penjualan dapat dihitung: Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba $250. Q = $150. Q + $ $250Q = $150Q $100Q = $ Q = $35.000/$100 Q = 350 unit (kamera digital LX yang dijual) Titik impas dalam dolar penjualan dapat dihitung: Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba X = 60%. X + $ $0 40% X = $ X = $35.000/40% X = $ (total dolar penjualan) - Metode Margin Kontribusi Metode margin kontribusi hanyalah versi jalan pintas dari metode persamaaan. Dengan metode ini juga dapat diperoleh titik impas dalam unit dan dalam dolar penjualan. Rumusnya adalah sebagai berikut: Titik impas dalam unit yang dijual = Biaya tetap Margin kontribusi per unit Titik impas dalam dolar penjualan = Biaya tetap Rasio margin kontribusi

29 Dalam contoh PT. Ganda, $ Titik impas dalam unit yang dijual = $100 = 350 unit kamera digital LX $ Titik impas dalam unit yang dijual = 40% = $ Metode berbasis rasio kontribusi margin bermanfaat khususnya pada situasi dimana perusahan memiliki berbagai lini produk dan ingin menghitung satu titik impas untuk keseluruhan perusahaan. Margin Kontribusi (Contribution Margin) Pengertian Margin Kontribusi menurut Carter, Usry (2005:257) adalah Selisih antara pendapatan penjualan dengan semua biaya variabel. Margin Kontribusi dihitung dengan cara mengurangkan biaya variabel, baik produksi maupun non produksi dari penjualan. Margin kontribusi digunakan dulu untuk menutup biaya tetap dan sisanya akan menjadi laba. Jika margin kontribusi tidak cukup untuk menutup beban tetap perusahaan, maka akan terjadi kerugian pada periode tersebut. Margin kontribusi terbagi atas 2 bagian yaitu margin kontribusi per unit dan margin kontribusi total. Margin kontribusi per unit mengukur kenaikan pada laba untuk kenaikan setiap unit yang dijual. Jika penjualan diharapkan meningkat 100x, maka laba seharusnya meningkat 100x margin kontribusi. Margin kontribusi total adalah margin kontribusi/unit dikalikan dengan jumlah unit yang dijual.

30 Contoh: PT. Ganda menjual produk kamera digital LX dengan harga jual per unit $250. Biaya variabel/unit $150 dan biaya tetap perusahaan sebesar $ Jika dalam 1 periode PT.Ganda berhasil menjual produknya sebanyak 400 unit, maka dapat dihitung: Total Per unit penjualan (400 unit kamera digital LX $ 1,000,000 $ 250 dikurangi biaya variabel $ 60,000 $ 150 Margin kontribusi $ 40,000 $ 100 dikurangi biaya tetap $ 35,000 Laba bersih $ 5,000 Setiap unit yang terjual akan mengurangi kerugian sebesar jumlah margin kontribusi per unit. Ketika titik impas telah tercapai, setiap tambahan unit yang terjual akan meningkatkan laba perusahaan sebesar jumlah margin kontribusi per unit. Margin kontribusi dapat pula dinyatakan sebagai suatu persentase dari pendapatan penjualan. Rasio margin kontribusi adalah rasio antara margin kontribusi terhadap harga jual per unit. Rasio margin kontribusi sangatlah berguna karena dapat menunjukkan bagaimana margin kontribusi akan terpengaruh oleh perubahan dalam total penjualan. Rasio margin kontribusi dapat menunjukkan bagaimana pengorbanan (trade off) harus dilakukan antara penjualan yang lebih banyak untuk 1 produk atau untuk produk lain. Ketika mencoba untuk meningkatkan penjualan, produk yang menghasilkan margin kontribusi terbesar per dolar penjualan harus diutamakan. Rasio margin kontribusi dapat dihitung dengan rumus: Rasio margin kontribusi = Margin kontribusi Penjualan

31 Jika perusahaan hanya memiliki 1 jenis produk, maka rasio margin kontribusi dapat dihitung dengan rumus: Rasio margin kontribusi = Margin kontribusi per unit Harga jual per unit Contoh: PT.Ganda memiliki rasio kontribusi margin sebesar 40%. Ini berarti untuk kenaikan penjualan, total margin kontribusi akan meningkat sebesar 40 sen ($1 penjualan x 40% rasio kontribusi margin). Laba bersih juga akan meningkat sebesar 40 sen, dengan asumsi biaya tidak berubah. 100 Rasio margin kontribusi = = 25 % 400 Pengaruh perubahan dalam total penjualan terhadap laba bersih dapat dihitung hanya dengan mangalikan rasio margin kontribusi dengan perubahan penjualan dalam dolar. Contoh: jika PT. Ganda merencanakan peningkatan penjualan sebesar $ untuk bulan depan, margin kontribusi seharusnya meningkat sebesar $ ($ peningkatan penjualan x 40% rasio margin kontribusi) dan diasumsikan biaya tetap tidak berubah. saat ini diharapkan peningkatan %tase penjualan penjualan $ 100,000 $ 130,000 $ 30,000 $ 100% dikurangi biaya variabel 60,000 78,000 18,000 60% margin kontribusi 40,000 52,000 12,000 40% dikurangi biaya tetap 35,000 35,000 0 laba bersih 5,000 17,000 12,000

32 Margin Keamanan (Safety of Margin) Meskipun manajemen biasanya merencanakan laba, titik impas menjadi pertimbangan. Jika penjualan jatuh dibawah titik impas, maka kerugian terjadi. Manejemen harus menentukan titik impas untuk menghitung margin pengaman, yang mengindikasikan berapa banyak penjualan dapat turun dari tingkat yang ditargetkan sebelum perusahaan mengalami kerugian. Menurut Garrison, Noreen, Brewer (2006:338) Margin keamanan adalah kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi kecukupan penjualan yang direncanakan, maksudnya adalah kelebihan dari penjualan yang dianggarkan (aktual) diatas titik impas volume penjualan. Semakin tinggi margin pengaman, maka semakin rendah resiko untuk tidak balik modal. Margin pengaman = penjualan dianggarkan penjualan titik impas Persentase margin pengaman = Margin keamanan dalam dolar Total penjualan yang dianggarkan Dalam contoh PT. Ganda dapat dihitung margin pengaman sebagai berikut: Margin keamanan = Total penjualan untuk 400 unit penjualan titik impas = $ $ = $ $ Persentase margin keamanan = $ = % Margin keamanan ini berarti bahwa penjualan saat ini dengan harga jual dan struktur biaya saat ini, penurunan penjualan sebesar $ atau 12.50% akan memenuhi titik impas saja.

33 Analisis Target Laba Dalam melaksanakan aktivitas operasinya, manajemen suatu perusahaan tentu mengharapkan sejumlah laba tertentu. Besarnya laba yang diharapkan oleh manajemen suatu perusahaan disebut target laba. Analisis Cost Volume Profit dapat dipakai untuk menyatakan banyaknya unit yang dapat dijual oleh suatu perusahaan untuk dapat mencapai laba sasarannya. Dalam membuat perhitungan tersebut dapat digunakan dua cara yaitu dengan persamaan cost volume profit dan pendekatan margin kontribusi. Jika PT.Ganda ingin mencapai target laba $ per bulan, maka dapat dihitung berapa banyak kamera digital LX yang harus terjual, dengan asumsi tidak ada perubahan harga jual. Penjualan = biaya variabel + biaya tetap + laba $250. Q = $150.Q +$ $ Q = 150Q + $ Q = $ Q = 750 unit kamera digital Jadi target laba dapat dicapai dengan menjual 750 kamera digital perbulan dengan total penjualan keseluruhan adalah $250 x 750 unit = $ jika dihitung dengan metode margin kontribusi: Unit penjualan untuk mencapai target = Biaya tetap + target laba Rasio kontribusi margin $ $ = 0,40 = $ (penjualan)

34 Grafik Cost Volume Pofit (Cost Volume Profit Graph) Penyajian kembali grafik Cost Volume Profit dapat semakin meningkatkan pemahaman kita mengenai biaya, volume penjualan dan laba dengan melihat hubungan tersebut tergambar secara visual. Penyajian grafik dapat membantu manejer melihat perbedaan antara biaya variabel dan pendapatan. Penyajian grafik juga dapat membantu manajer memahami dengan cepat apa yang mempengaruhi peningkatan/penurunan dalam penjualan, yang akan dimulai dan dimiliki pada titik impas. Grafik Cost Volume Profit menggambarkan hubungan antara biaya, volume dan laba untuk memperoleh hubungan yang lebih rinci perlu untuk menggambarkan grafik 2 garis terpisah yaitu garis pendapatan total dan garis biaya total. Kedua garis ini masing-masing diwakili oleh 2 persamaan berikut: Pendapatan Biaya total = harga x unit = (biaya variabel x unit) + biaya tetap Dari grafik cost volume profit yang telah selesai berdasarkan contoh kasus dapat diperoleh keterangan sebagai berikut: 1. titik impas (break even point) berada pada tingkat penjualan yang diperoleh sebesar 350 unit dengan total penjualan $ dari contoh kasus, dimisalkan total produk yang terjual sebanyak 600 unit dan diperoleh penjualan $ dan biaya yang dikeluarkan sebesar $ area segitiga disebelah kiri titik impas adalah area rugi, sedangkan area segitiga disebelah kanan adalah area laba (laba yang diperoleh $25.000).

35 Operating Leverage Menurut Garrison, Noreen, Brewer (2006:343) Operating Leverage adalah suatu ukuran tentang seberapa sensitif laba bersih terhadap perubahan dalam penjualan. Jika operating leverage tinggi, peningkatan persentase yang kecil dalam penjualan dapat menghasilkan peningkatan laba bersih dalam persentase yang jauh lebih besar. Operating leverage dapat diilustrasikan terhadap kasus 2 pertanian blueberry, yaitu Sterling farm dan Bogside farm. Diketahui bahwa 10% peningkatan dalam penjualan (dari $ menjadi $ untuk setiap pertanian) menghasilkan 70% peningkatan dalam laba bersih Sterling farm (dari $ menjadi $70.000) dan 40% peningkatan laba bersih Bogside farm (dari $ menjadi $40.000). Dengan demikian, untuk 10% kenaikan dalam penjualan, Sterling farm mengalami peningkatan laba bersih yang jauh lebih besar dari Bogside farm. Jadi Sterling farm memiliki operatig leverage yang lebih besar dari Bogside farm. Tingkat Operating Leverage = Margin Kontribusi Laba bersih Bogside farm = $40,000 $100,000 = 4 Sterling farm = $70,000 $100,000 = 7 Karena tingkat operating leverage untuk Sterling farm adalah 7, maka laba bersih pertanian tersebut akan tumbuh tujuh kali lebih cepat dari penjualannya, begitu juga dengan Bogside farm.

36 Bauran Penjualan (Sales Mix) Menurut Garrison, Noreen, Brewer (2006:355) Bauran penjualan (Sales Mix) adalah proporsi relatif dimana produk perusahaan dijual. Bauran penjualan dihitung dengan menyajikan penjualan untuk setiap produk sebagai persentase total penjualan. Idenya adalah untuk menciptakan kombinasi atau bauran yang dapat menghasilkan laba terbesar. Kebanyakan perusahaan memiliki banyak produk dan seringkali produk tersebut tidak mencetak laba yang sama. Jadi laba akan bergantung pada bauran penjualan perusahaan. Laba akan lebih besar jika barang dengan margin tinggi bukan yang bermargin rendah memiliki proporsi yang relatif besar dalam total penjualan. Sebaliknya perubahan dalam bauran produk dari barang yang memiliki margin rendah ke barang yang memiliki margin tinggi akan menyebabkan efek sebaliknya, total laba makin meningkat walaupun total penjualan menurun. Perubahan dalam bauran penjualan dapat mempengaruhi titik impas, margin keamanan, dan faktor yang lain. C. Perencanaan Laba Menurut Machfoedz (2000:20) Perencanaan adalah penentuan apa yang akan dikerjakan oleh manajemen selama jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. Perencanaan merupakan suatu tindakan yang dibuat berdasarkan fakta dan asumsi mengenai gambaran kegiatan yang dilakukan pada waktu yang akan datang dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

37 Menurut Machfoedz (2000: 23) Perencanaan laba dapat diartikan sebagai sebuah penentuan terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh manajemen dalam jangka waktu tertentu yang berhubungan dengan target laba yang ingin dicapai perusahaan. Dalam pembahasan skripsi ini, perencanaan yang dibahas adalah mengenai perencanaan laba. Seperti yang kita ketahui, tujuan utama suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitas bisnisnya adalah memperoleh laba. Bagaimana agar perusahaan dapat memperolah tingkat laba yang diinginkan adalah tergantung dari sebuah perencanaan laba yang dibuat sebelumnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, manajemen harus memikirkan dan menganalisa hal-hal apa saja yang harus dibutuhkan dalam pencapaian tingkat laba. Unsur-unsur yang paling berhubungan terhadap laba adalah tingkat penjualan, jumlah produk yang dijual dan total biaya yang dikeluarkan. Jika tingkat penjualan lebih tinggi daripada jumlah biaya yang dikeluarkan maka perusahaan akan memperoleh laba. Namun jika jumlah biaya yang dikeluarkan lebih tinggi daripada jumlah penjualan yang diperoleh maka perusahaan akan menderita kerugian. Oleh karena itu perencanaan laba yang dibuat perusahaan harus dapat dicari kombinasi yang tepat antara unsur-unsur pembentuk laba disertai dengan perhitungan yang akurat. D. Analisis Cost Volume Profit sebagai Alat Perencanaan Laba Manfaat dari analisis Cost Volume Profit adalah untuk membuat perhitungan perencanaan laba dari suatu perusahaan dengan lebih jelas dan akurat. Seperti yang kita ketahui metode-metode yang digunakan dalam analisis Cost Volume Profit adalah margin kontribusi dan rasio margin kontibusi, analisis titik impas,

38 analisis target laba, margin keamanan, grafik Cost Volume Profit, operating leverage, dan bauran penjualan. Margin Kontribusi dan rasio Margin Kontribusi bisa mengukur kenaikan pada laba untuk penambahan setiap unit yang terjual. Setiap unit yang terjual akan mengurangi kerugian sebesar jumlah margin kontribusi per unit. Ketika titik impas telah tercapai, setiap tambahan unit yang terjual akan meningkatkan laba perusahaan sebesar margin kontribusi per unit. Analisis titik impas akan membantu manajemen untuk mengetahui pada tingkat berapa banyak produk yang terjual, dimana perusahaan tidak memperoleh laba atau rugi. Sehingga dapat dibuat suatu target laba yang diinginkan dari jumlah unit terjual diatas titik impas. Analisis target laba dapat dipakai untuk menyatakan banyaknya unit yang dapat dijual oleh suatu perusahaan untuk dapat mencapai laba sasarannya. Margin Keamanan mengindikasikan berapa banyak penjualan dapat turun dari tingkat yang ditargetkan sebelum perusahaan mengalami kerugian. Operating Leverage mengukur seberapa sensitif laba bersih terhadap perubahan penjualan. Jika Operating Leverage tinggi, peningkatan persentase yang kecil dalam penjualan dapat menghasilkan peningkatan laba bersih dalam persentase yang jauh lebih besar. Dengan tingkat Operating Leverage, manajemen dapat mengukur pada tingkat penjualan tertentu persentase perubahan dalam volume penjualan akan mempengaruhi laba. Hal lain yang dilakukan manajemen dalam menghasilkan laba yang lebih besar adalah dengan melakukan bauran penjualan yaitu menciptakan kombinasi atau bauran penjualan produk yang dapat menghasilkan laba terbesar. Semua metode yang digunakan dalam analisis Cost Volume Profit ini adalah mengacu pada unsur harga jual, jumlah produk dan biaya produk.

39 Semua hubungan ini dapat terlihat dari grafik Cost Volume Profit. Penyajian grafik juga dapat membantu manajer memahami dengan cepat apa yang mempengaruhi peningkatan/penurunan dalam penjualan, yang akan dimulai pada titik impas.

40 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada PT. Eko Green Oleochemical di Jln. Pelabuhan 4 Belawan (Kawasan Industri Medan). B. Data Penelitian Jenis data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah: 1. Data Primer Menurut Sugiyono (2001:21) Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama yang masih memerlukan pengolahan lebih lanjut dan dikembangkan dengan pemahaman sendiri oleh penulis, seperti hasil wawancara. 2. Data Sekunder Menurut Sugiyono (2001:21) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari perusahaan sebagai objek penelitian yang sudah diolah dan terdokumentasi dari perusahaan, misalnya sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi dan laporan keuangan peusahaan.

41 C. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data terdiri dari: 1. Teknik Wawancara Menurut Suharyadi (2003:52) Teknik wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab dengan pihak yang berwenang dalam memberikan data yang dibutuhkan. 2. Teknik Dokumentasi Menurut Bungin (2005:144) Teknik dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data yang digunakan untuk menelusuri data historis yang tersedia dalam bentuk surat-surat, catatan harian, laporan dan sebagainya. D. Metode Analisis Data Metode Deskripitf Menurut Sugiyono (2001:24) Metode Deskriptif adalah mengumpulkan, mengolah dan menginterpretasikan data yang diperoleh sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan yang diteliti.

42 BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian 1. Gambaran Umum Perusahaan PT. Ecogreen Oleochemicals Medan pada awalnya didirikan dengan penanaman modal dalam negeri tahun 1988 dengan nama PT. Aribhawana Utama dengan SPT BKPM No.329/I/PMDN/1983 tanggal 31 Desember Pabrik ini dirancang oleh Lurgi Gmbh Jerman dan berlokasi di Jalan Pelabuhan IV, Desa Gabion, Kelurahan Bagan Deli Belawan dengan luas area sekitar 10 Ha. Selanjutnya PT. Aribhawana Utama berganti nama menjadi PT. Prima Inti Perkasa dan kemudian berganti lagi menjadi PT. Ecogreen Oleochemicals. Pabrik ini mulai dikonstruksi tahun 1988 dan mulai beroperasi secara komersil pada Januari 1991 setelah diresmikan oleh Alm. Mantan Presiden Soeharto.1 PT. Ecogreen Oleochemicals merupakan pabrik yang mengolah bahan baku CPKO (Crude Palm Kernel Oil) dan menghasilkan fatty alcohol sebagai produk utama (main product), serta fatty acid dan glycerin sebagai produk sampingan (by product) pertama di Indonesia yang kemudian disusul oleh perusahaan satu groupnya yaitu PT. Batamas Megah yang berada di pulau Batam tahun Selanjutnya PT. Batamas Megah berganti menjadi PT. Ecogreen Oleochemicals Batam. Produk fatty alcohol dapat digunakan dalam industri untuk membuat shampoo, alat-alat kosmetik wanita, deterjen, pembersih lantai, industri tekstil dan kertas. Produk fatty acid dapat digunakan dalam industri pembuat plastic, minyak pelumas dan industri kertas. Glycerin dapat digunakan untuk industri farmasi,

43 food & baverage dan industri kertas. Orientasi pasar dari PT. Ecogreen Oleochemicals adalah 95% Negara-negara di Eropa dan Asia dan hanya 5% yang dipasarkan dalam negeri di Indonesia. Sesuai dengan salah satu fungsi dalam manajemen, maka pengorganisasian tidak terlepas dari suatu perusahaan. Struktur orgamisasi dalam suatu badan usaha merupakan kerangka dasar dari koordinasi hubungan struktur terhadap semua fungsi yang berada dalam badan usaha tersebut agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan, tugas pimpinan dalam mengoordinasi bagian-bagian yang ada dalam perusahaan agar tujuan dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Adanya struktur organisasi akan tercermin kepada pembagian kerja dan tanggung jawab. Hal ini akan mempermudah menentukan dalam mengarahkan masing-masing karyawan, selain itu pekerjaan yang dilaksanakan dengan tanpa adanya perselisihan yang disebabkan karena tumpang tindih pekerjaan. Adapun struktur organisasi PT. Ecogreen OLeochemicals sebagai salah satu badan usaha yang menganut system organisasi fungsional yang berbentuk garis dengan pembagian tugas sebagai berikut: a. Presiden Director Direktur merupakan pimpinan pelaksana dari rencana perusahaan yang telah ditetapkan. Dalam melaksanakan tugasnya, secara garis besar tugas direktur adalah memimpin dan mengawasi seluruh pelaksana kegiatan kerja dan usaha perusahaan berdasarkan ketetapan anggaran dasar perusahaan dan menentukan kebijaksanaan lain yang telah disepakati. Memiliki wewenang dan tanggung jawab tertinggi dalam pengembalian keputusan yang berhubungan dengan

44 kegiatan operasional dan pengembangan perusahaan dalam batas-batas yang telah ditentukan. b. Production Manager Bertanggung jawab dan mengawasi segala kegiatan produksi mulai dari pengolahan bahan baku sampai pengemasan hasil produksi, mengontrol segala permasalahan yang berkaitan dengan mutu produk dan bertanggung jawab kepada General Manager mengenai segala sesuatu yang menyangkut produksi di perusahaan. c. Quality Assurance Manager Bertanggung jawab terhadap aktivitas jaminan mutu terhadap produk yang dihasilkan yaitu mulai dari bahan baku sampai ke bahan pendukung, mengawasi operasi pengolahan agar diperoleh hasil sesuai dengan tingkat kualitas yang ditentukan. d. Production Planning Distribution and Cost Service Bertanggung jawab dalam meneliti dan menyelidiki data perkembangan pasar, menganalisa anggaran sehubungan dengan proses produksi dan realisasinya, dan memberikan informasi mengenai keadaan persediaan bahan baku. e. Safety & Environtental Superintendent Bertanggung jawab dalam menyediakan dan mengatur program pengamanan yang baik misalnya menyediakan alat-alat kelengkapan pengamanan perusahaan, baik pengamanan terhadap peralatan maupun terhadap karyawan. Menjamin bahwa peraturan mengenai lingkungan kerja dipenuhi secara konsisten dan

45 memberikan bimbingan dan latihan mengenai prosedur-prosedur keselamatan kerja. f. Maintenance & Engineering Manager Bertanggung jawab dalam menyusun, mengkoordinir, memimpin dan mengawasi seluruh kegiatan pemeliharaan an perbaikan peralatan, mesin-mesin pabrik dan membuat rencana jangka panjang terhadap ketersediaan produk. g. Finance & Accounting Manager Bertanggung jawab terhadap cash flow, transaksi hutang piutang, transaksi bank, pembukuan, laporan keuangan, perpajakan, asuransi perusahaan, dsb. h. Logistic & Procurement Manager Bertanggung jawab dalam merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan pemasukan, pengangkutan, penyimpanan, pengiriman dan penerimaan segala material yang berhubungan dengan perusahaan. i. Human Resource & General Affair Manager Bertanggung jawab dalam merencanakan, mengarahkan dan mengawasi kegiatan pengadaan pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai tujuan individu, organisasi dan masyarakat. Bertanggung jawab dalam penarikan dan seleksi tenaga kerja, merencanakan dan menyusun jadwal kerja karyawan dan mengurus masalah yang menyangkut hal-hal ketenagakerjaan, perburuhan, pendidikan olahraga, rekreasi dan kegiatan sosial lainnya.

46 TABEL 4.1 LAPORAN LABA RUGI PT. ECOGREEN OLEOCHEMICALS MEDAN PER 31 SDESEMBER 2005 Penjualan Rp 150,224,000,000 Harga Pokok Penjualan: Persediaan awal Rp 5,532,428,670 Harga Pokok Produksi Rp 106,803,398,548 Barang tersedia untuk dijual Rp 112,335,827,218 Persediaan akhir Rp (4,931,995,807) Harga Pokok Penjualan Rp 107,403,831,411 Laba Kotor Rp 42,820,168,589 Biaya Operasional: Biaya penjualan: Biaya gaji bagian penjualan Rp 1,986,447,300 Biaya pengiriman dalam negeri Rp 120,308,078 Biaya Export Rp 752,308,078 Biaya promosi Rp 145,000,000 Biaya entertainment Rp 280,000,000 Biaya Telepon/Fax Rp 386,400,326 Total biaya penjualan Rp 3,670,463,782 Biaya Administrasi & Umum Biaya gaji bagian kantor Rp 1,906,021,950 Biaya penyusutan gedung kantor Rp 896,300,000 Biaya penyusutan inventaris kantor Rp 742,350,000 Biaya penyusutan kendaraan kantor Rp 860,500,000 Biaya pemeliharaan kendaraan kantor Rp 125,420,300 Biaya perlengkapan kantor Rp 688,320,450 Biaya rapat Rp 450,000,000 Biaya Asuransi Rp 3,283,400,000 Biaya listrik Rp 210,431,572 Biaya air Rp 212,156,400 Biaya administrasi bank Rp 2,560,825,658 Biaya bunga bank Rp 4,984,556,025 Biaya retribusi Rp 924,570,409 Total biaya administrasi & umum Rp 17,844,852,764 Total biaya operasional Rp 21,515,316,546 Laba Operasi Rp 21,304,852,043 Pendapatan (Biaya) Lain-lain: Pendapatan bunga bank Rp 2,483,080,060 Biaya lain-lain Rp (100,092,528) Rp 2,382,987,532 Laba Rugi sebelum pajak Rp 23,687,839,575 Sumber : PT.Ecogreen Oleochemicals, 2005

47 TABEL 4.2 LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI PT. ECOGREEN OLEOCHEMICALS MEDAN PER 31 DESEMBER 2005 Biaya bahan langsung: Persediaan bahan baku awal Rp 2,317,196,375 Pembelian bahan baku Rp 80,581,849,124 Biaya angkut pembelian Rp 10,392,457,036 Bahan baku tersedia Rp 93,291,502,535 Persediaan bahan baku akhir Rp (7,606,420,535) Pemakaian bahan baku dalam produksi 85,685,082,000 Upah buruh langsung Rp 5,947,383,000 Total biaya langsung Rp 91,632,465,000 Biaya overhead pabrik: Upah lembur karyawan pabrik Rp 1,325,042,236 Biaya penyusutan mesin pabrik Rp 1,940,520,400 Biaya penyusutan gedung pabrik Rp 1,850,000,000 Biaya penyusutan inventaris pabrik Rp 1,937,280,000 Biaya penyusutan kendaraan pabrik Rp 780,447,500 Biaya pemeliharaan mesin/sparepart Rp 457,722,977 Biaya listrik Rp 540,525,290 Biaya air Rp 350,280,750 BBM mesin pabrik Rp 210,840,300 Biaya laboratorium Rp 1,689,666,804 Biaya penanganan limbah Rp 1,905,848,547 Biaya pemeliharaan bangunan pabrik Rp 200,111,547 Total biaya overhead Rp 13,188,286,351 Total biaya produksi Rp 104,820,751,351 Produk dalam proses awal Rp 8,453,187,452 Produk tersedia untuk diproses Rp 113,273,938,803 Produk dalam proses akhir Rp 6,470,540,255 Harga Pokok Produksi Rp 106,803,398,548 Sumber : PT.Ecogreen Oleochemicals, 2005

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis Cost Volume Profit a. Pengertian Analisis Cost Volume Profit Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit analysis)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya Menurut Perilaku Biaya Biaya merupakan unsur yang digunakan dalam melakukan analisis Break Even Point. Untuk dapat menentukan tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Laba Perencanaan laba yang baik akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam mencapai laba optimal. Tujuan utama perusahaan adalah memperoleh laba yang semaksimal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Biaya merupakan sebuah elemen yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas

BAB II LANDASAN TEORI. Biaya merupakan sebuah elemen yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan sebuah elemen yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas perusahaan. Biaya didefinisikan sebagai suatu sumber daya yang dikorbankan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Break Even Point (BEP) Keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan manajemen di dalam melihat kemungkinan dan kesempatan dimasa yang akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tinjauan penelitian terdahulu yang dijadikan peneliti sebagai bahan pertimbangan pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ade Zulfikar Abraham Iqbal

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya Menurut Perilaku Biaya Biaya merupakan unsur yang digunakan dalam melakukan analisis Break Even Point. Untuk dapat menentukan tingkat Break

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 29 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Pemisahan Biaya Semi variabel Dalam menerapkan analisa break even point terlebih dahulu dilakukan pemisahan biaya ke dalam unsur tetap dan unsur variabel, untuk biaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Break Even Point (BEP) Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini persaingan di setiap bidang usaha sangat tinggi dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini persaingan di setiap bidang usaha sangat tinggi dengan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini persaingan di setiap bidang usaha sangat tinggi dengan semakin banyaknya jumlah perusahaan yang terlibat di setiap bidang usaha tersebut. Oleh sebab

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah spesifikasi (perumusan) dari tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah spesifikasi (perumusan) dari tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian perencanaan Salah satu fungsi manajemen adalah perencanaan atas kegiatan perusahaan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dimasa yang akan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts 53 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts & Coffee Dalam proses menghasilkan produknya, PT. JCO Donuts & Coffee terlebih dahulu

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN

BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN 11 BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN 2.1. Pengertian dan Manfaat Analisis Profitabilitas Pelanggan Kondisi lingkungan yang baru menyebabkan perusahaan harus berfokus kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Analisis Biaya-Volume-Laba Analisis Biaya-Volume-Laba merupakan instrumen perencanaan dan pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Ada beberapa pendapat mengenai pengertian manajemen, antara lain sebagai berikut: Menurut Hasibuan (2007), definisi manajemen, yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan dunia usaha semakin pesat. Pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan dunia usaha semakin pesat. Pesatnya perkembangan BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini perkembangan dunia usaha semakin pesat. Pesatnya perkembangan dunia usaha tidak lepas dari semakin meningkat dan semakin beranekaragamnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Pengertian Akuntansi Manajemen Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat memerlukan informasi akuntansi, untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen ( 2009 : 47 ) biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Cost-volume-profit, break even point, laba. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: Cost-volume-profit, break even point, laba. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Setiap perusahaan pada dasarnya mempunyai tujuan yaitu untuk mendapatkan laba. Laba perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu harga jual, volume penjualan dan biaya oleh karena itu perencanaan

Lebih terperinci

PERILAKU BIAYA AKTIVITAS

PERILAKU BIAYA AKTIVITAS PERILAKU BIAYA AKTIVITAS A. Konsep Dasar Perilaku Biaya Aktivitas Perilaku biaya (cost behavior) mengacu pada reaksi biaya terhadap aktivitas perusahaan. Aktivitas adalah pengorbanan waktu dan input untuk

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Perencanaan Laba 2.1.1 Pengertian Perencanaan Laba Perencanaan laba sering digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasi dan penilaian kinerja manajemen suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeritan Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Hasibuan (2011:2), manajemen adalah ilmu seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya secara

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Cost Behavior Analysis. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

Akuntansi Biaya. Cost Behavior Analysis. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi. Akuntansi Biaya Modul ke: Cost Behavior Analysis Fakultas FEB Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Classification Cost Biaya tetap adalah Biaya yang secara total tidak

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING II.1. Harga Jual Penentuan harga jual suatu produk atau jasa merupakan salah satu keputusan penting manajemen karena harga yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi ekonomi menyebabkan munculnya perdagangan bebas dan

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi ekonomi menyebabkan munculnya perdagangan bebas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi ekonomi menyebabkan munculnya perdagangan bebas dan memicu persaingan yang semakin ketat di antara para pelaku bisnis, baik dalam negeri maupun luar negeri.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Cost-volume-profit, break even point. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: Cost-volume-profit, break even point. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan analisis cost-volumeprofit sebagai alat dalam membantu manajemen meningkatkan laba, di mana yang menjadi objek penelitian adalah distributor PT

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Analisis Perilaku Biaya (Cost Behaviour Analysis) Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Akuntansi Biaya. Analisis Perilaku Biaya (Cost Behaviour Analysis) Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akuntansi Biaya Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Analisis Perilaku Biaya (Cost Behaviour Analysis) Rista Bintara, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Analisis Perilaku Biaya BAB

Lebih terperinci

ANALISA BIAYA PRODUKSI

ANALISA BIAYA PRODUKSI ANALISA BIAYA PRODUKSI Pengertian Biaya Biaya adalah pengeluaran ekonomis yang diperlukan untuk perhitungan proses produksi. Biaya ini didasarkan pada harga pasar yang berlaku dan pada saat proses ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat memerlukan informasi akuntansi. Untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya Biaya merupakan suatu komponen yang sangat penting di dalam pelaksanaan aktivitas suatu perusahaan.menurut Mulyadi (2009:10), Tanpa informasi biaya, manajemen tidak memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan tujuan Akuntansi Biaya. penggolongan, peringkasan dan penyajian dengan cara-cara tertentu dari transaksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan tujuan Akuntansi Biaya. penggolongan, peringkasan dan penyajian dengan cara-cara tertentu dari transaksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian dan tujuan Akuntansi Biaya Akuntansi secara umum adalah merupakan proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian dengan cara-cara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Konsep Biaya Dan Beban Pada umunya penetapan harga produk tergantung dari banyaknya penawaran dan permintaan masyarakat. Namun, tetap saja penetapan harga jual yang menguntungkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biaya Informasi biaya sangat bermanfaat bagi manajemen perusahaan. Diantaranya adalah untuk menghitung harga pokok produksi, membantu manajemen dalam fungsi perencanaan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengelola perusahaan berperan dalam mengelola sumbe daya yang tersedia.

BAB II LANDASAN TEORI. pengelola perusahaan berperan dalam mengelola sumbe daya yang tersedia. 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Biaya Setiap perusahaan berorientasi untuk mencapai tunjuan. Secara idealnya, perusahaan akan mengoptimalkan penggunaan seluruh sumber dayanya untuk mencapai tujuan tersebut.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Biaya dan Terminologi Biaya Menurut Sugiri (2002:21), biaya adalah pengorbanan sumber daya ekonomis tertentu untuk memperoleh sumber daya ekonomi lainnya. Pengukuran biaya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 31 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Biaya Operasi Untuk dapat mencapai tujuannya, perusahaan dituntut untuk melakukan pengorbanan. Dalam perusahaan, pengorbanan yang dikeluarkan biasa disebut sebagai

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS PERHITUNGAN BIAYA VOLUME LABA UNTUK MENCAPAI TARGET LABA PADA PT. INDOTERAS SUMATERA MEDAN

SKRIPSI ANALISIS PERHITUNGAN BIAYA VOLUME LABA UNTUK MENCAPAI TARGET LABA PADA PT. INDOTERAS SUMATERA MEDAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM S1 EKSTENSI MEDAN SKRIPSI ANALISIS PERHITUNGAN BIAYA VOLUME LABA UNTUK MENCAPAI TARGET LABA PADA PT. INDOTERAS SUMATERA MEDAN Oleh : Nama : Lamsihar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen (2011:47) Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Perencanaan laba diperlukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat

ABSTRAK. Perencanaan laba diperlukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat ABSTRAK Perencanaan laba diperlukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat memperoleh laba yang maksimal. Laba dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu biaya, harga jual serta volume penjualan. Analisis Cost-Volume-Profit

Lebih terperinci

ANALISA BREAK EVENT POINT

ANALISA BREAK EVENT POINT MANAJEMEN KEUANGAN II ANALISA BREAK EVENT POINT Rowland Bismark Fernando Pasaribu UNIVERSITAS GUNADARMA PERTEMUAN 10 EMAIL: rowland dot pasaribu at gmail dot com ANALISA BREAK EVENT POINT Pengertian Analisis

Lebih terperinci

BAB 4 BREAK - EVEN POINT DALAM UNIT DAN DOLAR PENJUALAN

BAB 4 BREAK - EVEN POINT DALAM UNIT DAN DOLAR PENJUALAN BAB 4 BREAK - EVEN POINT DALAM UNIT DAN DOLAR PENJUALAN Biaya - volume-profit ( CVP ) analisis memperkirakan bagaimana perubahan biaya ( baik variabel dan tetap ), volume penjualan, dan harga mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dewasa ini perkembangan ekonomi meningkat sedemikian

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dewasa ini perkembangan ekonomi meningkat sedemikian Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi dewasa ini perkembangan ekonomi meningkat sedemikian pesatnya, seiring dengan berbagai perubahan di bidang informasi

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pabrik Margahayu Jaya Indah Plastik adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan kantong klip plastik. Sama seperti perusahaan komersil lainnya, tujuan utama perusahaan didirikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan hidupnya.begitupun pula dengan perusahaan yang dalam

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan hidupnya.begitupun pula dengan perusahaan yang dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Dalam pemenuhan keinginan, manusia selalu disertai oleh pengorbanan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.begitupun pula dengan perusahaan yang dalam

Lebih terperinci

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA - Jurusan Teknik Industri TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA Teknik Industri Lesson 1 RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Mata Kuliah : Kode : TID 4019 Semester : 3 Beban Studi : 3 SKS Capaian Pembelajaran (CPL): 1. Menguasai

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS BIAYA VOLUME LABA SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA. datang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu, tugas

BAB II ANALISIS BIAYA VOLUME LABA SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA. datang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu, tugas BAB II ANALISIS BIAYA VOLUME LABA SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA II. 1. Pengertian Perencanaan Laba Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan ditandai dengan kemampuan manajemen dalam melihat kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada umumnya tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada umumnya tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk mencapai tingkat laba yang diinginkan yaitu berusaha untuk mencapai pendapatan yang sebesar-besarnya

Lebih terperinci

Analisis Biaya BIAYA TPPHP. distribusi dan merupakan pengorbanan. produksi-distribusi COST. Contoh:

Analisis Biaya BIAYA TPPHP. distribusi dan merupakan pengorbanan. produksi-distribusi COST. Contoh: Analisis Biaya TPPHP BIAYA Uang yang dikeluarkan untuk melakukan proses produksi-distribusi distribusi dan merupakan pengorbanan serta mengurangi profit perusahaan. COST a resource sacrificed or foregone

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Biaya, Biaya Penjualan, Harga dan Laba 2.1.1 Definisi Biaya Menurut Mulyadi (Buku Sistem Akutansi. 2001:8), Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam

Lebih terperinci

Analisis Cost, Profit, Volume & Analisis Titik Impas

Analisis Cost, Profit, Volume & Analisis Titik Impas Analisis Cost, Profit, Volume & Analisis Titik Impas Analisis C, P, V dan Asumsi Analisis hubungan timbal balik antara biaya, laba dan volume, yang berguna sebagai alat bantu pengambilan keputusan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Break Even ( titik impas ) Break even point atau titik impas sampai saat ini belum bisa diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia secara pasti. Hal ini dikarenakan belum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau lebih popular dengan singkatan UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan situasi perekonomian yang dinamis membuat persaingan antar usaha

BAB I PENDAHULUAN. Dengan situasi perekonomian yang dinamis membuat persaingan antar usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan situasi perekonomian yang dinamis membuat persaingan antar usaha bisnis menjadi semakin kompleks, terutama dengan perusahaan lain yang bergerak pada

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. BIAYA Aktivitas merupakan suatu tindakan-tindakan atau pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan untuk merubah input dengan menggunakan sumber daya untuk menghasilkan output dan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya mengukur dan melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Setiap perusahaan berorientasi untuk mencapai tujuan secara ideal, perusahaan akan mengoptimalkan penggunaan seluruh sumber dayanya untuk mencapai tujuan tersebut.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyono (2000:7) perencanaan adalah proses untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyono (2000:7) perencanaan adalah proses untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Perencanaa Laba 1. Pengertian perencanaan laba Menurut Supriyono (2000:7) perencanaan adalah proses untuk menentukan tujuan organisasi yang akan dicapai perusahaan dan mengatur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Analisis CVP Menurut Hansen dan Mowen (dalam Fitriasari dan Kwary, 2005:429), analisa biaya volume laba (Cost-Volume Profit Analysisanalisis CVP) merupakan alat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akibat dari krisis sektor ekonomi yang berkelanjutan dan keadaan politik

BAB I PENDAHULUAN. Akibat dari krisis sektor ekonomi yang berkelanjutan dan keadaan politik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akibat dari krisis sektor ekonomi yang berkelanjutan dan keadaan politik yang kian memanas, dapat diperkirakan keadaan ekonomi Indonesia mengalami penurunan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. datang. Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang

BAB II LANDASAN TEORI. datang. Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan 2.1.1 Pengertian Perencanaan Salah satu fungsi manajemen adalah perencanaan atas kegiatan perusahaan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan perusahaan pada periode

Lebih terperinci

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT UNTUK MERENCANAKAN LABA PERUSAHAAN (STUDI KASUS: PT. KIMIA FARMA)

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT UNTUK MERENCANAKAN LABA PERUSAHAAN (STUDI KASUS: PT. KIMIA FARMA) Jurnal Ilmu Matematika dan Terapan Maret 2017 Volume 11 Nomor 1 Hal. 49 53 ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT UNTUK MERENCANAKAN LABA PERUSAHAAN (STUDI KASUS: PT. KIMIA FARMA) Mozart Wiston Talakua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Setiap usaha, baik usaha kecil maupun usaha besar membutuhkan informasi akuntansi yang berguna bagi pihak manajemen. Informasi akuntansi dapat

Lebih terperinci

MAKALAH AKUNTANSI MANAJEMEN ANALISIS COST-VOLUME-PROFIT. Kelompok IV FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN AKADEMIK 2015/2016

MAKALAH AKUNTANSI MANAJEMEN ANALISIS COST-VOLUME-PROFIT. Kelompok IV FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN AKADEMIK 2015/2016 MAKALAH AKUNTANSI MANAJEMEN ANALISIS COST-VOLUME-PROFIT Kelompok IV MANNAWA FARABY ANDI M. RIZAL A31114505 A31114519 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN AKADEMIK 2015/2016 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsur dari harga pokok dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu

Lebih terperinci

ANALISIS BREAK EVENT POINT DALAM KEBIJAKAN PERENCANAAN PENJUALAN DAN LABA (Studi Pada PT Wonojati Wijoyo Kediri)

ANALISIS BREAK EVENT POINT DALAM KEBIJAKAN PERENCANAAN PENJUALAN DAN LABA (Studi Pada PT Wonojati Wijoyo Kediri) ANALISIS BREAK EVENT POINT DALAM KEBIJAKAN PERENCANAAN PENJUALAN DAN LABA (Studi Pada PT Wonojati Wijoyo Kediri) Yesy Okviana Ika Pratiwi Moch. Dzulkirom AR Devi Farah Azizah Fakultas Ilmu Administrasi

Lebih terperinci

PERILAKU BIAYA AKTIVITAS

PERILAKU BIAYA AKTIVITAS Pert 3 PERILAKU BIAYA AKTIVITAS H A R I R I, S E., M. A K U N I V E R S I T A S I S L A M M A L A N G 2 0 1 7 Dasar-dasar Perilaku Biaya Perilaku biaya adalah istilah umum untuk menggambarkan apakah biaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi berkaitan dengan hal pengukuran, pencatatan dan pelaporan informasi keuangan kepada pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam menjalankan suatu perusahaan diperlukan keputusan yang tepat dan akurat terhadap konsep biaya yang ada. Ada beberapa

Lebih terperinci

[Type the document title]

[Type the document title] MATERI 5 ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA (Cost-Volume Profit Analysis) Analisis biaya-volume-laba (CVP) merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan. Karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya dan Pengklasifikasian Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi baik organisasi bisnis, non bisnis, manufaktur, dagang dan jasa. Dalam

Lebih terperinci

MAKALAH MANAJEMEN AKUNTANSI ANALISIS HUBUNGAN BIAYA-VOLUME-LABA (B-V-L)

MAKALAH MANAJEMEN AKUNTANSI ANALISIS HUBUNGAN BIAYA-VOLUME-LABA (B-V-L) MAKALAH MANAJEMEN AKUNTANSI ANALISIS HUBUNGAN BIAYA-VOLUME-LABA (B-V-L) DISUSUN OLEH: Widya Iswara Nuning Yunara Nurfadillah Ramlah FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Mata Kuliah : MANAJEMEN AKUNTANSI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi perusahaan yang berorientasi pada laba, laba merupakan hal penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi perusahaan yang berorientasi pada laba, laba merupakan hal penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bagi perusahaan yang berorientasi pada laba, laba merupakan hal penting yang harus dicapai suatu perusahaan agar dapat mempertahankan dan mengembangkan usahanya.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Analisis Cost-Volume-Profit, laba. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: Analisis Cost-Volume-Profit, laba. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Ukuran yang sering dipakai untuk menilai keberhasilan manajemen suatu perusahaan adalah laba perusahaan. Laba perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain harga jual, biaya tetap, dan

Lebih terperinci

PERILAKU AKTIVITAS BIAYA

PERILAKU AKTIVITAS BIAYA PERILAKU AKTIVITAS BIAYA 1 A. Konsep Perilaku Akuntan manajemen harus mampu untuk mengevaluasi setiap jenis biaya untuk bisa menentukan fungsi biaya (cost function) yang menjelaskan perilaku biaya. Perilaku

Lebih terperinci

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI BAB II HARGA POKOK PRODUKSI Bab ini berisi teori yang akan digunakan sebagai dasar melakukan analisis data. Mencakup pengertian dan penggolongan biaya serta teori yang berkaitan dengan penentuan harga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1.1.1 Harga Jual Harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALASIS COST VOLUME PROFIT DALAM PERENCANAAN LABA (STUDI KASUS PADA UD REJO MULYO SURABAYA)

PENERAPAN ANALASIS COST VOLUME PROFIT DALAM PERENCANAAN LABA (STUDI KASUS PADA UD REJO MULYO SURABAYA) PENERAPAN ANALASIS COST VOLUME PROFIT DALAM PERENCANAAN LABA (STUDI KASUS PADA UD REJO MULYO SURABAYA) Vincensia Jelita Sakti UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA VincensiaJelita@yahoo.com Abstract Cost Volume

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetitor bisnis baru dalam bidang usaha membuat perusahaan melalui pihak

BAB I PENDAHULUAN. kompetitor bisnis baru dalam bidang usaha membuat perusahaan melalui pihak Bab I:Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Munculnya era globalisasi yang membuat adanya tantangan dengan banyaknya kompetitor bisnis baru dalam bidang usaha membuat perusahaan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsure dari harga dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu perlu

Lebih terperinci

PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI UNTUK PERENCANAAN LABA. Tugas Kelompok

PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI UNTUK PERENCANAAN LABA. Tugas Kelompok PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI UNTUK PERENCANAAN LABA Tugas Kelompok Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Manajemen Strategik dan Kepemimpinan (DosenPengampu :Nurkholis, SE., M.Bus.,Ph.D., Ak., CA*) Disusun

Lebih terperinci

ANALISA Cost Volume Profit DRS. DEVIE., AK., RFC., CFP., AEPP., CMA., CBA

ANALISA Cost Volume Profit DRS. DEVIE., AK., RFC., CFP., AEPP., CMA., CBA ANALISA Cost Volume Profit DRS. DEVIE., AK., RFC., CFP., AEPP., CMA., CBA 1 ANALISA Cost Volume Profit 2 ANALISA Cost Volume Profit 1. Berapa banyak unit yang harus dijual / berapa banyak penjualan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Terdapat beberapa pengertian akuntansi biaya yang dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain: Rayburn yang diterjemahkan oleh

Lebih terperinci

02FEB. Akuntansi Biaya. Cost Behavior Analysis, Classifying Cost, Separating Fixed and Variable Cost. Angela Dirman, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas

02FEB. Akuntansi Biaya. Cost Behavior Analysis, Classifying Cost, Separating Fixed and Variable Cost. Angela Dirman, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Akuntansi Biaya Modul ke: Fakultas 02FEB Cost Behavior Analysis, Classifying Cost, Separating Fixed and Variable Cost Angela Dirman, SE., M.Ak Program Studi Manajemen Content Cost behavior analysis, Classifying

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Klasifikasi Biaya pada PT Hotmal Jaya Perkasa

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Klasifikasi Biaya pada PT Hotmal Jaya Perkasa BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Penerapan Klasifikasi Biaya pada PT Hotmal Jaya Perkasa Dalam melakukan analisis biaya relevan, diperlukan pengklasifikasian biaya yang terjadi di dalam suatu perusahaan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. II.1.1. Konsep Biaya Identifikasi Biaya Definisi biaya menurut Krismiaji (2002), Cost adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan

Lebih terperinci

Bahan Kuliah. Manajemen Keuangan Bisnis I Pertemuan VII. Analisis Break Even. Dosen : Suryanto, SE., M.Si

Bahan Kuliah. Manajemen Keuangan Bisnis I Pertemuan VII. Analisis Break Even. Dosen : Suryanto, SE., M.Si Bahan Kuliah Manajemen Keuangan Bisnis I Pertemuan VII Analisis Break Even Dosen : Suryanto, SE., M.Si Analisis Break Even Adalah suatu keadaan dimana seluruh penerimaan (total revenues) secara persis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pada saat ini perkembangan usaha di Indonesia semakin tumbuh pesat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pada saat ini perkembangan usaha di Indonesia semakin tumbuh pesat. Hal BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada saat ini perkembangan usaha di Indonesia semakin tumbuh pesat. Hal ini terlihat dari bermunculannya perusahaan-perusahaan baru, baik perusahaan besar maupun perusahaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGASAHAN ABSTRAKSI KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI LEMBAR PENGASAHAN ABSTRAKSI KATA PENGANTAR ABSTRAK Kebijakan dari pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik, telepon dan terutama BBM berdampak dalam industri. Ini menyebabkan naiknya biaya bahan baku serta biaya lainnya bagi sektor industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan

BAB I PENDAHULUAN. dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya.

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-13 ANALISIS BIAYA DAN VOLUME LABA

PERTEMUAN KE-13 ANALISIS BIAYA DAN VOLUME LABA PERTEMUAN KE-13 ANALISIS BIAYA DAN VOLUME LABA A. TUJUAN PEMBELAJARAN. 13.1. Mahasiswa mengetahui tentang break even point. 13.2 Mahasiswa mengetahui tentang CVP. B. URAIAN MATERI. 13.1. Mahasiswa mengetahui

Lebih terperinci

01FEB. Akuntansi Biaya. Management, The controller, and Cost Accounting, Cost Consepting the cost accounting information system

01FEB. Akuntansi Biaya. Management, The controller, and Cost Accounting, Cost Consepting the cost accounting information system Akuntansi Biaya Modul ke: Fakultas 01FEB Management, The controller, and Cost Accounting, Cost Consepting the cost accounting information system Angela Dirman, SE., M.Ak Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Maret 2015 dan berlokasi di Jalan Kyai Maja No.7 Jakarta Selatan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Maret 2015 dan berlokasi di Jalan Kyai Maja No.7 Jakarta Selatan. 49 A. Waktu dan Tempat Penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk memperoleh data yang diperlukan maka penulis melakukan penelitian pada PT.Indinanta Ciptarasa, waktu penelitian dimulai pada bulan

Lebih terperinci

ANALISA PERHITUNGAN BREAK EVEN POINT PADA PT. ASAM JAWA MEDAN. BAGUS HANDOKO Dosen Fakultas Ekonomi STIE Harapan Medan ABSTRAK

ANALISA PERHITUNGAN BREAK EVEN POINT PADA PT. ASAM JAWA MEDAN. BAGUS HANDOKO Dosen Fakultas Ekonomi STIE Harapan Medan ABSTRAK ANALISA PERHITUNGAN BREAK EVEN POINT PADA PT. ASAM JAWA MEDAN BAGUS HANDOKO Dosen Fakultas Ekonomi STIE Harapan Medan ABSTRAK Tujuan Penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai

Lebih terperinci

BAB II PELAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN SEGMEN. Segmen adalah unit-unit usaha penghasil laba dalam organisasi atau

BAB II PELAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN SEGMEN. Segmen adalah unit-unit usaha penghasil laba dalam organisasi atau BAB II PELAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN SEGMEN II. 1. Segmentasi unit usaha Segmen adalah unit-unit usaha penghasil laba dalam organisasi atau perusahaan (Hansen & Mowen, 2003) Laporan segmen menyediakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI ANALISIS

BAB III METODOLOGI ANALISIS 59 BAB III METODOLOGI ANALISIS 3.1 Kerangka Pemikiran Pembahasan tesis ini, didasarkan pada langkah-langkah pemikiran sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi objek pajak perusahaan dan menganalisis proses

Lebih terperinci

cost classification) Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku biaya

cost classification) Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku biaya Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011 Membandingkan perbedaan akuntansi keuangan dan akuntansi manajerial Menjelaskan lingkup akuntansi biaya, perbedaan biaya dan beban.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Break Even Point (BEP) 2.1.1 Pengertian Analisis Break Even Point (BEP) Menurut Herjanto (2007: 151) analisis Break Even Point adalah suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan

Lebih terperinci