H A R U N N A S U T I O N (Islam Rasional dalam Gagasan dan Pemikiran)
|
|
- Hendri Hardja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 4 H A R U N N A S U T I O N (Islam Rasional dalam Gagasan dan Pemikiran) Nurhadi* *STAIN Tulungagung nurhadita@gmail.com Abstract Islam is a logical religion. Consequently, those who cannot think logically cannot be categorized as those who poseses a religion. A logical religion is one that has rational or logical teachings. This also means that those who believe in such a religion will not become a blind following taqlid, this is even worse if the followed only one or certain madzhab or school. Kata Kunci: Islam Rasional, Gagasan dan Pemikiran Pendahuluan Gagasan gerakan pembaharuan Islam yang muncul pada abad ke-19 dan 20, umumnya menyuguhkan formula tentang bagaimana menghasilkan wacana keislaman yang responsif terhadap kebutuhan kehidupan modern dibidang politik, sosial, dan ekonomi, bahkan gagasan tentang doktrin-doktrin teologis dalam perspektif dan alternatif terhadap pembaharuan teologi itu sendiri. Di lihat dari tema-tema yang menjadi gumulan mereka pada diskursus seputar pembaharuan dalam Islam dengan berbagai tendensi dan coraknya, masih tetap survival sampai abad ini. Seperti gerakan pembaharuan Islam yang muncul pada abad ke-17, 18 dan 19, Syah Waliullah, al-afghani, Abduh, menunjukkan karakteristik yang sama dengan gagasan Ibnu Taimiyah, mengutamakan rekonstruksi sosial masyarakat Islam dan mengoreksi sufisme menekan individu dan mengabaikan masyarakat. (John L. Esposito, 1995: 7).
2 Harun Nasution (Islam Rasional dalam Gagasan dan Pemikiran) Nurhadi 45 Pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia berkembang gerakan modernisme secara drastis. Salah seorang tokoh pembaharuan (Islam) Indonesia yang muncul pada abad ke-20 pasca tujuh puluhan adalah Harun Nasution. Semangatnya sangat dilatar-belakangi oleh suatu keprihatinan, dimana umat Islam secara kuantitatif bersifat mayoritas, tetapi dari segi kualitatif yang diindikasikan dengan kontribusi dalam pembangunan bersifat minoritas. Realitas inilah yang kemudian mendorong para pembaharu untuk menyelusuri akar penyebabnya secara mendasar, dan kemudian menawarkan terapinya. Berkaitan dengan hal ini, Harun Nasution yakin betul akan adanya keterkaitan antara sikap dan perilaku umat dengan paham teologi yang dipilih dan dihayatinya. Dengan kata lain, sikap dan perilaku itu merupakan refleksi dari pemikiran teologis dan filsafatnya. Teologi rasional lanjut Harun akan menumbuhkan sikap dinamis, sebaliknya teologi yang bersifat tradisional hanya akan menumbuhkan sikap dan perilaku yang cenderung fatalistis dan statis. (Harun (a), 1987: 1). Mencermati seputar kajian historis pemikiran Rasionalis Harun Nasution dalam konteks pemikiran pembaharuan di Indonesia, merupakan hal yang sangat penting dan menarik yang mencuat saat ini, mengingat objek kajiannya menyentuh aspek-aspek dasar ajaran Islam, yang bisa dipahami oleh para pemikir Muslim di nusantara, dalam memberikan respon teologis terhadap kondisi yang melingkupinya, utamanya, kondisi internal umat Islam itu sendiri. Biografi Harun Nasution Harun Nasution dilahirkan pada hari Selasa, tanggal 23 September 1919 di Pematangsiantar Sumatera Utara dan wafat pada hari Jum at, tanggal 18 September 1998, jam WIB di Jakarta. Ia dibesarkan dari keluarga ulama yang tergolong kelompok kaum tua Jami iyah al-washliyah yang eksis di Pematangsiantar. Suatu kebiasaan yang tertanam di masa kecilnya, Harun dalam keluarganya mengecap ilmu agama. Suasana inilah yang membekas dihatinya dalam mendalami disiplin ilmu keagamaan. Karena kondisi keagamaan yang mendalam itu, ia menimba ilmu umum di sekolah Belanda. Ini terlihat, dari usia 7 tahun hingga 14 tahun ia belajar bahasa Belanda. (Harun (b), 1989: 7).
3 46 Edukasi, Volum e 0 1, No mor 01, Ju ni 201 3: Pada tahun 1934, ia bersekolah di Bukittinggi Sumatera Barat. Pola pemikiran baru banyak ia dapati, yang sebelumnya tidak didapatinya. Suatu ajaran baru itu menyatakan tentang memelihara anjing tidak haram membuat ia tertarik dan hal yang cocok saat itu. Bentuk lain, mengapa harus berberat-berat mengambil wudhu lebih dahulu untuk hanya mengangkat al-qur an. Terpikir pula olehnya, apa bedanya al-qur an dengan kertas biasa. Lebih lanjut dikatakannya, al-qur an yang dipegang itu adalah kertas, bukan wahyu. Wahyunya bukan disitu. Apa salahnya memegang kertas tanpa berwudhu dulu. Begitu juga dalam soal shalat, memakai ushally atau tidak, adalah sama (Harun (b), 1989: 8) yang terpenting adalah niatnya, lafadz adalah sebagai pengingat dan penguat saja. Bentuk pemikiran ini berbeda dengan kondisi pemikiran tradisional yang ia ketahui sebelumnya yang pada prinsipnya berpegang pada madzhab Syafi i yang dianut mayoritas masyarakat yang berpengaruh pada kondisi keluarganya. Di Bukittinggi pendirian pemikiran Harun terhadap hal itu berubah. Berbagai ilmu yang diperoleh Harun dan guru Muktar Yahya menggerakkan pikirannya menelusuri perkembangan analisis terhadap perkembangan agama kepada metode pembaharuan, dan bahkan pada saat itu ia diberikan julukan oleh Muktar Yahya sebagai kaum Modernis. (Harun (b), 1989: 10). Pada tahun 1938, ia melanjutkan studinya di Universitas al-azhar pada Fakultas Ushuluddin. Disanalah ia menekuni materi perkuliahan seperti filsafat, salah satu mata kuliah yang paling diminati. Pengenalan Harun terhadap pola pemikiran modern ketika berada di Mesir terpola pada bentuk konsep-konsep rasional dalam memahami filsafat, tasawuf, dan fiqh yang sudah rasional. Berbagai hal yang ditempuh Harun dalam menelaah Islam secara filosofis saat itu. Hal itu kelihatan ketika ia menemukan jati diri sebagai seorang rasionalis menemukan arti Islam di McGill Amerika, pada tahun 1962, kepuasan belajar Islam dirasakannya. Berbagai karya pemikiran modern ditelaah, baik kalangan orang Pakistan maupun orientalis. Dari situlah ia menemukan Islam bercorak rasionalis, bukan Islam rasional seperti terdapat di Indonesia, Makkah dan al- Azhar, sekaligus konsensus bahwa, kalau orang berpendidikan Barat mengenal
4 Harun Nasution (Islam Rasional dalam Gagasan dan Pemikiran) Nurhadi 47 Islam dengan baik melalui buku-buku karangan orientalis. Secara otomatis ia tidak tertarik dengan karangan orang Islam sendiri. Kecuali yang modern seperti Ahmad Amin. Hal inilah yang membuat ia tidak tertarik dengan buku-buku karangan orang Indonesia. Namun dapat dicatat bahwa ia tidak dipengaruhi oleh pemikiran orientalis, sebaliknya ia dipengaruhi oleh pemikiran rasional dalam Islam. Di McGill ia betul-betul mengenal dan mengerti serta sadar, bahwa pengajaran Islam di dalam maupun di luar Islam sangat berbeda. Di luar Islam pengertian terhadap Islam sangat dalam, saat itulah ia mengerti Islam ditinjau dari berbagai aspek. Dari pengalaman dan ilmu yang pernah ditekuninya, menimbulkan pembaharuan pemikiran di Indonesia harus dikembangkan dan akhirnya mendapat respon dari berbagai kalangan intelektual lainnya. Hal ini, setuju atau tidak setuju, pemikiran Harun mengakibatkan timbulnya kontaversi di Indonesia. Selama dua setengah tahun di McGill, ia mendapatkan gelar M.A. Sebagai fokus kajiannya adalah membahas seputar kajian negara Islam di Indonesia, dengan menampilkan beberapa tokoh Masyumi seperti: Zainal Abidin, Natsir, Isa Anshari sebagai sampel dalam menyelesaikan thesisnya. Pada tahun 1968, ia melanjutkan studi untuk memperoleh Ph.D. Sebagai objek kajian terakhirnya adalah Islam di Turki, Arab dan India, yaitu Islam yang dianut oleh Muhammad Abduh dan Sayyid Ahmad Khan. Menurut Harun, metode berpikir mereka bisa dipakai untuk perkembangan dunia Islam modern. Akhirnya, ia secara konsekuen memilih Muhammad Abduh. Kekagumannya terhadap Muhammad Abduh menyoroti pemikirannya yang sangat terpola ide-ide pembaharuannya. Lewat kajian inilah ia ingin melihat sosok Abduh sebagai pembaharu dalam Islam melalui kajian ilmu kalam yang cenderung pada Mu tazilah. (Harun (c), 1986: 30). Sisi lain, kenapa ia lebih cenderung kepada pola pikir Abduh adalah karena kemodernannya, maksudnya Muhammad Abduh itu adalah pemikiran modern. Sesuai dengan keinginannya dan bidangnya, yaitu mempelajari modernis, yang berkaitan dengan ilmu kalam modern, tapi tidak mengabaikan ilmu kalam klasik. Terkait dengan konsekuensi di atas, Harun melihat pemikiran Mu tazilah maju sekali. Kaum Mu tazilah-lah yang bisa mengadakan suatu gerakan
5 48 Edukasi, Volum e 0 1, No mor 01, Ju ni 201 3: pemikiran dan peradaban Islam. Timbul tanda tanya dalam pikirannya, kalau Islam dahulu maju, mengapa Islam sekarang tidak? Untuk itu menurutnya Islam zaman sekarang harus didorong ke sana, dengan menghapuskan paham Jabariah dan menumbuhkan paham Mu tazilah, yaitu pemikiran yang bersifat filosofis atau pemikiran yang bersifat rasionalis. Pada mulanya keinginan Harun dalam memfokuskan pemikirannya pada Mu tazilah mendapat tantangan dari direktur institut tempat ia belajar, namun pada akhirnya mendapat dukungan dari pembimbingnya yang selalu mendesak untuk menyelesaikan thesisnya hingga selesai. Disinilah pada awalnya ia tampil sebagai tokoh pembaharu dalam Islam yang memiliki corak rasionalis sebagaimana halnya Mu tazilah. Konsekuensi ini lebih lanjut ia menegaskan bahwa yang membuat Islam itu maju adalah para pemimpin yang pemikir, yaitu para intelektual. Setiap negara atau masyarakat yang maju adalah lebih disebabkan oleh kaum intelektual, bukan golongan awam. Golongan intelektual di Indonesia belum terlihat dengan jelas yang menjadi juru dakwah, maka mereka ini yang harus dimasukkan jiwa Islam, kalau mereka sudah tertanam jiwa Islam dengan benar dan baik, maka perkembangan Islam akan lebih baik dan maju. Artinya perubahan itu harus dimulai dari kalangan atas, yaitu pemimpin dan intelektual, kemudian secara cepat maupun lambat akan terimbas kepada kaum awam. Menurutnya kalangan atas itu yang akan bisa mengubah sikap kalangan bawah (awam), seperti aktifis HMI, PMIII, ANSOR, PII dan lain-lainnya, kemudian dari kalangan kampus seperti; UI, ITB, UGM dan perguruan tinggi lainnya. Orang IAIN agak sulit menempati kedudukan tinggi, paling sebagai Menteri Agama, itupun juga yang sudah punya predikat. Dipemerintahan sekaan ada pembagian tugas, seperti soal ekonomi diserahkan ke perguruan tinggi umum, sedangkan urusan agama diserahkan kepada perguruan tinggi Islam, seperti IAIN, STAIN, PTAIS dan lain sebagainya. Jadi menurut Harun orang perguruan tinggi agama harus siap dan mampu menciptakan ahli agama seperti Khomeini. Jadi kalau dikaji bentuk pemikiran Harun Nasution dari masa kecilnya hingga munculnya seorang figur pemikir Islam yang banyak melahirkan ide-ide baru terhadap perkembangan Islam tidak lain adalah ingin mewujudkan Islam itu
6 Harun Nasution (Islam Rasional dalam Gagasan dan Pemikiran) Nurhadi 49 dalam bentuk konsep menuju arah kemajuan yang potensial dalam memahami Islam bukan hanya terpatri dalam merealiasasikan Islam dalam bentuk yang mapan terhadap semua tantangan. Praktek inilah yang mendasari Harun dalam menampilkan pemikirannya yang ingin mengembalikan posisi Islam yang selama ini mengalami kemunduran, dan kini saatnya ia mengembalikannya dalam bentuk rasional sebagaimana konsep Mu tazilah. (Harun, 1986: 388). Dari hasil pengkajian terhadap Mu tazilah inilah Harun melontarkan konsep pemikiran dan gagasan-gagasannya yang dianggap asing, sehingga menimbulkan kontroversi bagi kalangan intelektual lainnya, khususnya kalangan tradisionalis. Klimaks kemarahan itu, ketika karya utamanya yang berjudul: Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya menumbuhkan suasana baru, justru menimbulkan polemik, diantaranya Rasyidi yang menulis suatu koreksi terhadap Harun Nasution. Pada hal bila dikaji koreksi Rasyidi terhadap Harun Nasution tentang buku Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, berawal dari kesalah pahaman. Menurut Harun, Islam terbagi kepada ajaran dan non ajaran. Islam bukanlah hanya ibadah, fiqh, tauhid, tafsir, hadits dan akhlak. Islam lebih luas dari itu, termasuk didalamnya sejarah, peradaban, filsafat, mistisisme, teologi, hukum, lembagalembaga dan politik. (Rasyidi, 1977: ). Menurutnya penafsiran dan pemikiran itu tidaklah bersifat mutlak. Atas dasar pemikiran ini Rasyidi memandang Harun sebagai seorang yang dipengaruhi jalan pikiran dan pendidikan orientalis yang tidak selamanya simpatik kepada Islam, malah merugikan Islam. Rujukan detail buku Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya dilakukan Rasyidi dalam koreksinya itu, dengan menyampaikan segisegi yang bersifat pribadi, dimana dalam karangannya itu dapat dikatakan bahwa Rasyidi dapat berhasil dalam usahanya menyuarakan keberatan-keberatan dan ketidaksetujuan beberapa pihak terhadap buku tersebut. Kalau dianalisa secara mendalam, sebenarnya antara Harun dan Rasyidi dan kawan-kawan tidak terjadi perbedaan yang mendasar. Rasyidi dan kawankawan itu membuang taqlid, mengakui ijtihad. Harun merinci hal ini dengan membagi ajaran dasar dan non dasar. Perbedaan ini lebih terletak pada pendekatan dan ungkapan serta ragam perkembangan yang dikemukakan.
7 50 Edukasi, Volum e 0 1, No mor 01, Ju ni 201 3: Pembaharuan Teologi Harun Nasution Pembaharuan teologi yang menjadi predikat Harun Nasution pada dasarnya dibangun di atas asumsi, bahwa keterbelakangan dan kemunduran umat Islam Indonesia (juga kawasan lainnya) adalah disebabkan ada yang salah dalam teologi mereka. (Harun (b), 1986: 107). Pandangan ini serupa dengan pandangan kaum modernis lain pendahulunya (Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Jamaluddin al-afghani, Sayyid Amir Ali dan lain sebagainya) yang memandang perlu untuk kembali kepada teologi Islam yang sejati. Retorika ini mengandung pengertian bahwa umat Islam dengan teologi fatalistik, irrasional, predeterminisme serta penyerahan pada nasib, telah membawa nasib mereka menuju kesengsaraan dan keterbelakangan. Dengan demikian, jika hendak merubah nasib umat Islam, menurut Harun, umat Islam hendaklah merubah teologi mereka dari predestination kepada teologi yang bercorak freewill, rasional serta mandiri. Tidak heran jika teori modern ini selanjutnya menemukan teologi dalam khasanah Islam klasik sendiri, yaitu teologi Mu tazilah. Terkait dengan thesisnya itu, selanjutnya Harun Nasution berasumsi bahwa paham Jabariyah yang terdapat dalam teologi tradisional As ariyah (teologi yang paling dominan di Indonesia hingga sekarang) (Muzani (a), 1996: 162), merupakan penyebab utama kemunduran umat Islam Indonesia. Asumsi ini didasarkan atas dua alasan, yaitu historis dan doktrinal. Secara historis, katanya, teologi Asy ariyah adalah teologi yang eksis dan berkembang pada fase kemunduran dunia Islam. Karena itu tidak mustahil jika ia merupakan cerminan dari kemunduran itu. Kemudian secara doktrinal, ia menunjuk pada doktrin Qadha-Qadar (rukun iman ke enam dalam sistem teologi Asy ariyah; khari wa syarr min Allah, yang kemudian terformulasi ke dalam teori kasb-nya, yang menurut pandangan Harun (Muzani (b), 1994: 117) identik dengan fatalisme Jabariyah. Selanjutnya dapatlah dipahami bahwa teologi Asy ariyah menurut Harun, telah menempatkan manusia dalam posisi yang rendah. Hal ini dapat dilihat dalam
8 Harun Nasution (Islam Rasional dalam Gagasan dan Pemikiran) Nurhadi 51 teori kasb-nya, yang menempatkan kekuasaan mutlak Tuhan sebagai penentu, sedangkan usaha manusia tidak memberikan pengaruh apa-apa atas usaha itu. Inilah nampaknya yang melatari mengapa Harun mengkategorikan teologi Asy ariyah sebagai fatalisme, yang kemudian juga disebut dengan Teologi Kehendak Tuhan (Muzani, 1994: 166). Begitu dominannya teologi Asy ariyah mengakibatkan umat Islam di Indonesia hingga kini masih terkungkung oleh pola pikir dan sikap mental tradisional. Sikap mental semacam ini, menurut Harun, tidak mendukung lanjutnya pembangunan dan modernisasi, bahkan tidak jarang justru sebaliknya, menghambatnya. Oleh sebab itu, untuk kepentingan pembangunan dan modernisasi, sikap mental tersebut haruslah diganti dengan sikap mental rasional. Dengan kata lain, teori tradisional Asy ariyah, yang bersifat fatalistik, harus diganti dengan teologi rasional. (Saiful Muzani, 1994: 114). Sistem teologi yang berkembang pada masa kemajuan dunia Islam, yaitu teologi Mu tazilah. Ada dua hal yang sangat penting ditekankan oleh harun dari teologi Mu tazilah ini, yaitu: (1) rasionalitas; dan (2) konsep kebebasan manusia. (Harun, 1989: 106). Kedua doktrin ini, menurut Harun, bukan saja relevan dengan tuntunan masyarakat modern yang sedang membangun, bahkan juga sesuai dengan eksistensi manusia itu sendiri. Dalam konteks ini, Harun telah menempatkan bab khusus tentang Filsafat Hidup Rasional merupakan prasyarat bagi mentalitas pembangunan, yang akan diuraikan lebih lanjut pada pembahasan lain. Berpijak dari kenyataan di atas, kelihatannya Harun sangat menekankan pentingnya akal dan kebebasan manusia dalam pemikiran teologinya. Manusia, kata Harun, melalui akalnya mampu mempertimbangkan baik dan buruknya suatu perbuatan, kemudian dengan kehendaknya sendiri ia mengambil suatu keputusan, selanjutnya dengan daya yang demikian ia wujudkan dalam perbuatan nyata. (Muzani, 1996: 144). Terkait dengan itu, lebih lanjut Harun, mengedepankan konsepsinya tentang keadilan Tuhan. Dimana Tuhan kata Harun, Maha Adil. Karena keadilan itu manusia diberi kebebasan berkehendak dan berbuat. Dengan demikian manusia, kata Harun, akan dihukum menurut perbuatan dan dosanya
9 52 Edukasi, Volum e 0 1, No mor 01, Ju ni 201 3: sendiri, begitu sebaliknya, manusia akan diberi pahala dari kebaikan karena amal yang dilakukannya sendiri. Sungguhpun Harun menempatkan posisi manusia pada posisi bebas, tapi kebebasannya itu tidaklah mutlak. Hal itu nampak dalam uraiannya ketika ia menjelaskan pandangannya terhadap asuransi. Dengan merujuk kepada qadariyah yang nampaknya juga merupakan pemikiran teologisnya Harun menyatakan bahwa, manusia itu dibatasi oleh hal-hal yang tidak bisa dikuasainya, hal-hal yang tidak dapat disangka-sangka datang secara tiba-tiba. (Muzani, 1996: 162). Jika digunakan kerangka Abduh, pernyataan Harun, identik dengan istilah Taqshir (kelalaian manusia) dan al-asbab al-kauniyat (sebab-sebab alami, sunnatullah). Dua hal itu nampaknya juga dipandang Harun sebagai pembatas kebebasan manusia, sehingga jika manusia itu mengalami kegagalan dalam usaha untuk mewujudkan rencananya, hal itu dikarenakan kekeliruannya dalam menangkap dan memperhitungkan langkah-langkahnya, tidak sejalan dengan sunnatullah, dan begitu pula sebaliknya. Sebaliknya, implikasi dengan pandangannya di atas selanjutnya Harun menolak takdir dengan kepastiannya sebagai rukun iman ke enam sebagaimana yang diformulasikan Asy ariyah, yaitu percaya kepada takdir baik dan takdir buruk. Bagi Harun, penolakan itu didasarkan atas tiga alasan, yaitu: (1) tidak ada ayat al-qur an yang memerintahkan beriman kepada takdir; (2) iman kepada takdir di atas telah membawa dampak negatif kepada umat Islam, seperti kebodohan, kemalasan dan berbagai sifat negatif lainnya; (3) menafikan karunia Allah yang berupa akal. Dengan demikian, menurut Harun rukun imam itu bukan enam seperti yang diyakini oleh Asy ariyah, melainkan hanya lima. Penempatan takdir sebagai rukun iman ke enam sebagaimana yang dilakukan oleh Asy ariyah, bukanlah berdasarkan ketetapan dan nash al-qur an, tetapi hanya didasarkan oleh hadits ahad, yang tingkat kebenarannya bersifat zhanni. (Sarong, 1992: 22 Juli). Dalam kaitan ini, Harun (sama dengan Jamaluddin al-afghani) lebih memberikan makna takdir sebagai sunnatullah (hukum alam). Dapat dipahami, bahwa diantara teori Harun Nasution dengan Mu tazilah terdapat adanya kesamaan. Sungguhpun demikian, menjastifikasikan Harun sebagai Mu tazilah dapat dikatakan sebagai suatu kesimpulan yang terburu-buru dan emosional,
10 Harun Nasution (Islam Rasional dalam Gagasan dan Pemikiran) Nurhadi 53 sebab sebagaimana yang dikatakan oleh W. Montgomerry Watt, yang dapat dikategorikan sebagai Mu tazilah, seperti awal tahun 900 M, bukan hanya mereka yang mendiskusikan doktrin Islam dengan metode falsafi, melainkan harus juga menerima kelima doktrin Mu tazilah (Ushul al-khamsah). Sungguhpun demikian, Harun itu relatif sama dengan teologi Mu tazilah, tetapi Harun, bukanlah Mu tazili. (Watt, 1968: 74). Filsafat Hidup Rasional Prasyarat Moralitas Pembangunan Pemahaman Islam yang rasional dan dinamis sangat diperlukan oleh kaum muslimin. Dengan pemahaman rasional dan dinamis itu umat Islam tidak banyak menghadapi kesulitan dalam menjawab tantangan perubahan sosial yang timbul dalam masyarakat modern, terutama dalam lapangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehubungan dengan itu, Harun menitikberatkan pentingnya pemakaian akal secara dinamis dalam memahami realitas kehidupan. Karena akal itulah yang membuat manusia mempunyai ketinggian, keutamaan, dan kelebihan dari makhluk lain. Akallah yang membuat manusia mempunyai kebudayaan dan peradaban yang tinggi. Akal manusialah yang mewujudkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan akal itulah membuat manusia berbeda dari hewan, dalam filsafat manusia disebut hayawanu al-natiq (Muzani (a), 1996: 139). Sebelum wahyu turun, menurut Harun, manusia dengan akalnya telah dapat mengatur hidupnya. Karena akal telah dapat membedakan antara perbuatan jahat dan perbuatan baik, manusia dapat membuat peraturan atau hukum supaya perbuatan jahat dijauhi dan perbuatan baik dilakukan sekalian dengan sangsisangsinya. (Harun, 1986: 80). Dengan kata lain akal adalah merupakan lambang kekuatan manusia, sebaliknya manusia adalah bukan makhluk yang lemah. Manusia dengan akalnya yang dianugerahkan Tuhan kepadanya, mempunyai tanggung jawab moral yang tinggi atas segala perbuatannya. Karena tanggung jawab itulah manusia, menurut Harun, mempunyai kaitan yang tidak dapat dipisahkan dengan sifat Tuhan, keadilan, yang merupakan salah satu sifat terpenting dari Tuhan. Karena keadilan-nyalah manusia diberi kebebasan dalam berkehendak dan berbuat. Paham keadilan ini mempunyai pengaruh dalam
11 54 Edukasi, Volum e 0 1, No mor 01, Ju ni 201 3: kehidupan umat. Lebih lanjut Harun mengatakan, Tuhan Yang Maha Adil menghendaki supaya manusia juga bersifat adil terhadap sesama manusia. Pendapat ini didasarkan kepada ayat al-qur an surah al-syura: 15, an-nisa : 58, dan surah al-maidah: 5. Jadi Tuhan Yang Maha Adil menghendaki supaya keadilan ditegakkan ditengah-tengah masyarakat. Penyelenggaraan Harun di atas, menggambarkan teologi atau filsafat hidup Islam dalam corak liberal yang didasarkan atas ajaran yang memberi penghargaan yang tinggi kepada akal yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia, yang dianut oleh umat Islam pada abad-abad pertama, filsafat hidup yang membuat mereka berhasil dalam waktu singkat membangun masyarakat primitif Arab di semenanjung Arabi menjadi masyarakat yang berperadaban tinggi di Damsyik dan kemudian Baghdad sebagai pusatnya. Hal inilah Harun mengharapkan kembalinya teologi liberal itu ke dunia Islam yang bercorak rasional. Terkait dengan itu, Harun lebih lanjut menuangkan dalam teologi pembaharuannya, di Indonesia masih ketinggalan sampai sekarang ini, dimana masih banyak dipengaruhi oleh filsafat hidup yang bercorak tradisional, Asy ariyah. Penghargaan terhadap akal sebagai anugerah Tuhan itu belum cukup, pada qadha dan qadar dalam arti fatalisme masih banyak terdapat di kalangan masyarakat, kepercayaan adanya hukum alam ciptaan Tuhan belum kuat, dinamika belum banyak kelihatan, tanggung jawab dengan tugas, masa depan masih banyak diserahkan kepada nasib. Tegas Harun, sistim berpikir inilah yang akan membawa proses kemandekan berpikir umat Islam di Indonesia, bahkan menjadi suatu faktor penghambat modernisasi dalam lapangan hidup bangsa Indonesia. (Harun (d), 1996: 158). Menurutnya ada dua faktor penghambat terjadinya modernisasi; (1) Islam sebagaimana agama lain bersifat dogmatis; (2) ajaran-ajaran Islam hanya mengurus keakhiratan. Oleh sebab itu Islam bersifat tradisional dan berpandangan sempit. Pandangan sempit dan tradisional tidak dapat sejajar dengan modernisme, bahkan sebaliknya, bertentangan. (Harun (d), 1996: 157). Sikap inilah yang akan menimbulkan sifat fatalisme atau Jabariyah, yang eksis pada masa masyarakat Islam Indonesia yang dilatar belakangi oleh faktor kesejarahan sebagai basis pertahanan teologi tradisional yang dimiliki. Hal ini
12 Harun Nasution (Islam Rasional dalam Gagasan dan Pemikiran) Nurhadi 55 terlihat dari sikap para raja-raja yang berkuasa di Indonesia. Juga ada anggapan bahwa, sokongan yang dianjurkan oleh para raja Islam pada periode pertengahan dengan maksud agar rakyat yang mereka perintah mudah dikuasai. Timbullah di kalangan umat Islam, bahwa segala-galanya telah ditentukan oleh Tuhan sejak zaman azali dan manusia hanya menunggu nasib atau takdir yang telah ditentukan itu. Harun, menggambarkan tentang tradisional dan pandangan sempit bangsa Indonesia, dimana ia mencontohkan sikap umat Islam dalam menerima sistem asuransi jwia, yang dianggap sebagai masalah yang tergolong kepada aspek teologi. Asuransi bagi kebakaran dan kecelakaan dipandang haram. (Harun (d), 1996: 158). Karena sistim ini tidak percaya kepada qadha dan qadar Tuhan. Asuransi dianggap mengandung unsur tidak percaya kepada takdir Tuhan. Masalah ini dalam perekonomian modern sekarang dipandang sebagai unsur yang sangat penting. Karena itu, pandangan umat yang tidak bisa menerima asuransi atas dasar kepercayaan keagamaan mereka tersebut merupakan penghambat kemajuan perekonomian negara. Sikap inilah yang membuat Islam bersifat dogmatis. Sejajar dengan contoh di atas, Harun mempunyai pandangan tentang anjing. Dikatakannya bahwa Islam tidak mengharamkan untuk memelihara anjing, alasannnya, tidak semua madzhab figh menganggapnya najis. Madzhab Syafi i yang banyak dianut di Indonesia memandang anjing najis. Tetapi madzhab Syafi i bukanlah satu-satunya interpretasi fiqh dalam Islam. Madzhab Maliki memandang, hanya air ludah anjing yang najis. Dengan demikian, terdapat perbedaan pendapat diantara madzhab fiqh tentang kenajisan anjing. Memang madzhab Syafi i menajiskannya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa Islam mengharamkan memelihara anjing. (Harun (d), 1996: 160). Inilah yang terjadi di Indonesia, pada umumnya hanya mengenal Islam dari sudut fiqh, dan itupun hanya dari sudut fiqh Syafi i ditambah dengan tinjauan tauhid seperti yang terdapat dalam teologi Asy ariah dan interpretasi fiqh Syafi i, padahal dalam teologi masih banyak aliran yang dikenal seperti: Mu tazilah, Maturidiyah, disamping Asy ariyah. Begitu juga dalam hukum Islam dikenal aliran Hanafi, Hambali, dan Maliki disamping Syafi i. Kalau hanya menafsirkan
13 56 Edukasi, Volum e 0 1, No mor 01, Ju ni 201 3: Islam menurut aliran fiqh Syafi iyah dan teologi Asy ariyah, berarti Islam itu sempit. Padahal Islam itu pada hakekatnya mempunyai horizon yang sangat luas. Lewat pandangan di atas Harun menunjukkan bahwa Islam harus ditinjau dari aspek-aspek yang bermacam-macam dalam menafsirkan kehidupan, baik dari sudut pandang hukum maupun dari sudut pandang teologis. Hal ini dapat dipahami bahwa konsep pemikiran yang akan membawa kepada kemajuan adalah harus memakai teologi liberal yang rasional, agar semua aspek kehidupan yang dicita-citakan dapat terwujud dan diaplikasikan dalam kontek zaman modern. Kesimpulan Dari uraian yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Untuk terciptanya masyarakat Islam yang maju, harus merubah pola pikir dari berpikir tradisional kepada rasional. 2. Jangan taqlid kepada satu madzhab atau aliran. 3. Islam bukan tidak kaku, tapi juga fleksibel.
14 Harun Nasution (Islam Rasional dalam Gagasan dan Pemikiran) Nurhadi 57 DAFTAR PUSTAKA Muzani, Saiful, A., Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran Harun Nasution, Bandung: Mizan, 1996., Studi Islamika Vol. 1, Jakarta: t.p, Nasution, A., Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu tazilah, Jakarta: UI-Press, 1987., Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam 70 Tahun Harun Nasution, Jakarta: Lembaga Studi Agama Islam dan Filsafat, 1989., Teori Islam: Aliran-aliran, Sejarah Analisa dan Perbandingan, Jakarta: UI-Press, Rasyidi, Koreksi Terhadap Harun Nasution tentang Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: Bulan Bintang, 1977.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dipaparkan simpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang penulis kaji. Sebagaimana yang telah dikaji
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan
81 A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Berangkat dari uraian yang telah penulis paparkan dalam bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Makna tawassul dalam al-qur an bisa dilihat pada Surat al-
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Menurut ajaran Islam, kepada tiap-tiap golongan umat pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Gerakan pembaharuan Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari pengaruh pembaharuan Islam yang dilakukan oleh umat Islam di Saudi Arabia, Mesir, dan India
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam
BAB V KESIMPULAN Dalam sejarah perkembangan umat Islam, munculnya aliran teologi Islam disebabkan oleh dua faktor yaitu, faktor politik dan faktor sosial. Ditinjau dari aspek politik, perselisihan antara
Lebih terperinciSumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan
c Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan d Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan Oleh Tarmidzi Taher Tema Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan di Indonesia yang diberikan kepada saya
Lebih terperinciPROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN: PEMIKIRAN KALAM HARUN NASUTION Nizar 1, Zainuddin Losi 2
PEMIKIRAN KALAM HARUN NASUTION Nizar 1, Zainuddin Losi 2 1 Dosen Prodi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik, Universitas Sulawesi Barat Email: zarfilosuf@gmail.com 2 Dosen Prodi Ilmu Politik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan umat Islam dari periode Nabi Muhammad Saw. diutus sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan dan kemunduran yang dialami
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. yang berbeda. Muhammadiyah yang menampilkan diri sebagai organisasi. kehidupan serta sumber ajaran. Pada sisi ini, Muhammadiyah banyak
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Metode pehamanan hadis Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) dalam memahami hadis ada beberapa sisi persamaan dan perbedaan. Secara garis besar antara Muhammadiyah dan NU menggunakan
Lebih terperinciBAB IV STUDI ANALISA PANDANGAN TOKOH AGAMA SUKU SAMIN MODERN DI DESA TAPELAN TENTANG TEOLOGI ISLAM
BAB IV STUDI ANALISA PANDANGAN TOKOH AGAMA SUKU SAMIN MODERN DI DESA TAPELAN TENTANG TEOLOGI ISLAM Dari hasil paparan bab sebelumnya, yang telah mengupas secara jelas problematika ataupun permaslahan teologi,
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Islam kultural dalam konsep Nurcholish Madjid tercermin dalam tiga tema pokok, yaitu sekularisasi, Islam Yes, Partai Islam No, dan tidak ada konsep Negara Islam atau apologi
Lebih terperinciPendahuluan. Ainol Yaqin. Pertemuan ke-1 M E T O D O L O G I S T U D I I S L A M
M E T O D O L O G I Pertemuan ke-1 S T U D I I S L A M Pendahuluan Ainol Yaqin Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Kontrak Perkuliahan Pendahuluan Outline Kontrak Perkuliahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai perbandingan konsep pendidikan Islam menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya terhadap pendidikan
Lebih terperinci`BAB I A. LATAR BELAKANG
`BAB I A. LATAR BELAKANG Sebelum munculnya aliran teologi asy ariyyah, aliran muktazilah menjadi pusat pemikiran kalam pada waktu itu yang memperkenalkan pemikiran yang bersifat rasional. Akan tetapi,
Lebih terperinciKata Kunci: Pemahaman, Berpikir Rasional, Pembangunan
PAHAM TEOLOGI RASIONAL MU'TAZILAH DI INDONESIA Oleh : M. Baharudin Abstrak Studi terhadap sejarah perkembangan dan pemikiran dalam Islam khususnya dalam bidang teologi telah menarik minat para ulama Islam
Lebih terperinciWassalam. Page 5. Cpt 19/12/2012
satu cara yang perlu ditempuh adalah mengembangkan model home schooling (yang antara lain berbentuk pembelajaran personal ) seperti yang pernah diterapkan pada masa kejayaan Islam abad pertengahan. - Membangun
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus
195 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bagian akhir tesis ini, peneliti memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah
Lebih terperinciSTUDI KOMPARASI TENTANG PEMIKIRAN TEOLOGI HARUN NASUTION DAN NURCHOLISH MADJID:
STUDI KOMPARASI TENTANG PEMIKIRAN TEOLOGI HARUN NASUTION DAN NURCHOLISH MADJID: Review Terhadap Artikel Muniron Ali Anwar * Abstrak Terjadinya perbedaan pemikiran teologis ini disebabkan Harun bertolak
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. tesis ini yang berjudul: Konsep Berpikir Multidimensional Musa Asy arie. dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam, sebagai berikut:
254 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penulis menganggap bahwa, makna tidak selalu merujuk pada kesimpulan-kesimpulan yang dibuat. Namun demikian, kesimpulan menjadi sebuah prasyarat penting dari sebuah penulisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Al-Ghazali (w. 1111 M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi umat Islam hingga saat ini. Montgomerry Watt (Purwanto dalam pengantar Al- Ghazali,
Lebih terperinciTEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi
TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi i ii TEOLOGI SOSIAL: Telaah Pemikiran Hassan Hanafi TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi iii iv TEOLOGI SOSIAL: Telaah Pemikiran Hassan Hanafi
Lebih terperinciPENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM. Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I
PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I ISBN: 978-602-71453-0-6 Editor
Lebih terperinciBAB III TEOLOGI ISLAM. Setiap orang menyelami seluk beluk agamanya secara mendalam, perlu
BAB III TEOLOGI ISLAM A. Pengertian Teologi Islam Teologi sebagaimana diketahui, membahas ajaran dasar dari suatu agama. Setiap orang menyelami seluk beluk agamanya secara mendalam, perlu mempelajari teologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perjalanan Islam di Nusantara (Indonesia) erat kaitannya dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjalanan Islam di Nusantara (Indonesia) erat kaitannya dengan perkembangan Islam di Timur Tengah. Jaringan ulama yang terbentuk sejak abad ke-17 dan ke-18
Lebih terperinciBAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an
BAB IV ANALISA Melihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa mayoritas masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an merupakan acuan moral untuk memecahkan problem
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAB I. A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejarah menunjukan bahwa, Islam sebagai salah satu bagian dalam sejarah dunia, telah menorehkan sebuah sejarah yang sulit bahkan tidak mungkin terlupakan dalam sejarah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi dilengkapi dengan perangkat lain yang menunjang segala kehidupan makhluk- Nya di muka bumi.
Lebih terperinciMASALAH PEMBARUAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM
MASALAH PEMBARUAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM Oleh Nurcholish Madjid Pendahuluan Reaksi-reaksi spontan telah dikemukakan oleh beberapa orang. Tetapi, tentu, reaksi-reaksi itu belum terumuskan dengan baik. Namun,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M.
BAB V KESIMPULAN Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M. Dasar-dasar teosofi tumbuh bersamaan dan bercampur dalam perkembangan teoriteori tasawuf; filsafat; dan --dalam
Lebih terperinciKEBUDAYAAN DALAM ISLAM
A. Hakikat Kebudayaan KEBUDAYAAN DALAM ISLAM Hakikat kebudayaan menurut Edward B Tylor sebagaimana dikutip oleh H.A.R Tilaar (1999:39) bahwa : Budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks
Lebih terperinciTEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin
A. Pendahuluan TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM --------------------------------------------------------------------- Oleh : Fahrudin Tujuan agama Islam diturunkan Allah kepada manusia melalui utusan-nya
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Pemikiran Kiai Said Aqil Siroj tidak terlepas dari Nahdltul Ulama dalam
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Pemikiran Kiai Said Aqil Siroj tidak terlepas dari Nahdltul Ulama dalam mengkontruks Ahl al - Sunnah wal Al Jama ah, oleh karena itu perlu disimpulkan pemikiran Nahdlatul
Lebih terperincimaupun perbuatan- perbuatan-nya Nya.
ILMU TAUHID / ILMU KALAM Ilmu Tauhid sering disebut juga dengan istilah Ilmu Kalam, Ilmu 'Aqaid, Ilmu Ushuluddin, dan Teologi Islam. Menurut bahasa (etimologis) kata "tauhid" merupakan bentuk masdar yang
Lebih terperinciKISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012
KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah (Keagamaan) Bentuk Soal : Pilihan Ganda Mata Pelajaran : Ilmu Jumlah Soal : 50 Butir Kurikulum acuan :
Lebih terperinciBAB IV ANALISA TAKDIR MENURUT MAUHAMMAD ABDUH DAN AGUS MUSTOFA
63 BAB IV ANALISA TAKDIR MENURUT MAUHAMMAD ABDUH DAN AGUS MUSTOFA Mencermati latar belakang kehidupan dan perkembangan pemikiran Muhammad Abduh dan Agus Mustofa dalam bab II dan III, maka sesungguhnya
Lebih terperinciyang sama bahwa Allah mempunyai sifat-siafat. Allah mempunyai sifat melihat (al-sami ), tetapi Allah melihat bukan dengan dhat-nya, tapi dengan
I Sunni atau Ahl al-sunnah Wa al- Jama ah atau terkadang juga dikenal dengan sebutan ASWAJA merupakan paham yang berdasarkan pada tradisi Nabi Muhammad SAW, di samping berdasar pada Al Qur an sebagai sumber
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) Mata Kuliah Kepribadian Agama Islam. Disusun Oleh : Drs. Muh. Shihat Zain, M. Ag. Dosen
SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) Mata Kuliah Kepribadian Agama Islam Disusun Oleh : Drs. Muh. Shihat Zain, M. Ag Dosen UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) AGROINDUSTRI VEDCA BANDUNG DAN CIANJUR 2009 1
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. memadukan antara aql dan naql, namun pada dasarnya pemikiran. Muhammad Abduh lebih cenderung kepada aql daripada naql.
147 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Corak Pemikiran Pendidikan Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb Muhammad Abduh dalam corak pemikiran pendidikannya, memadukan antara aql dan naql, namun pada dasarnya pemikiran
Lebih terperinciIslam dan Sekularisme
Islam dan Sekularisme Mukaddimah Mengikut Kamus Dewan:- sekular bermakna yang berkaitan dengan keduniaan dan tidak berkaitan dengan keagamaan. Dan sekularisme pula bermakna faham, doktrin atau pendirian
Lebih terperinciKRITIK TERHADAP ALIRAN MU TAZILAH. Makalah. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata Kuliah : ILMU TAUHID. Dosen Pengampu : Drs.
KRITIK TERHADAP ALIRAN MU TAZILAH Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : ILMU TAUHID Dosen Pengampu : Drs.Ghofir Romas Disusun Oleh: 1. Iffatul umiyati (1501016014) 2. Siti ratna (1501016032)
Lebih terperinciTEOLOGI SUNNATULLAH VERSUS TEOLOGI DETERMINIS (Upaya Melacak Etos Kerja Ummat) Ahmad Zaeny*
TEOLOGI SUNNATULLAH VERSUS TEOLOGI DETERMINIS (Upaya Melacak Etos Kerja Ummat) Ahmad Zaeny* Abstrak Dalam ajaran agama ada dua pokok ajaran yang sangat erat kaitannya dengan etos kerja ummat. Pertama agama
Lebih terperinciPENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT
PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT Ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak Paham Asy ariyah sangat kental sekali dalam tubuh umat Islam dan akidah tersebut terus menyebar di tengah kaum muslimin.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Dari uraian yang telah penulis paparkan, setidaknya penulis mencatat
101 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian yang telah penulis paparkan, setidaknya penulis mencatat beberapa poin penting yang menjadi inti dari bahasan mengenai relevansi teori Ushul Fiqh Kontemporer
Lebih terperinciKRITIK PENDAPAT ULAMA KALAM TENTANG ALIRAN MURJI AH. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata kuliah : Ilmu Tauhid. Dosen Pengampu : Drs.
KRITIK PENDAPAT ULAMA KALAM TENTANG ALIRAN MURJI AH Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah : Ilmu Tauhid Dosen Pengampu : Drs. Ghofir Romas Disusun oleh: Shafira Caesar Savitri ( 1501016001 ) Rohmatul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki kesempurnaan lebih dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dalam al-quran, Allah berfirman:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertengahan kedua dari abad IX M. Aliran ini didirikan oleh Abu Mansur Muhammad Ibn Mahmud Al-Maturidi. Kemudian namanya dijadikan sebagai nama aliran Maturidiah. Aliran
Lebih terperinciFIQHUL IKHTILAF (MEMAHAMI DAN MENYIKAPI PERBEDAAN DAN PERSELISIHAN) Oleh : Ahmad Mudzoffar Jufri
FIQHUL IKHTILAF (MEMAHAMI DAN MENYIKAPI PERBEDAAN DAN PERSELISIHAN) Oleh : Ahmad Mudzoffar Jufri MACAM-MACAM IKHTILAF (PERBEDAAN) 1. Ikhtilaful qulub (perbedaan dan perselisihan hati) yang termasuk kategori
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Adapun kesimpulan tersebut terdapat dalam poin-poin berikut:
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Uraian akhir dari analisa atas pemikiran Frithjof Schuon tentang makna agama dalam perspektif Filsafat Agama adalah bagian kesimpulan, yang merupakan rangkuman jawaban atas
Lebih terperinciKISI-KISI UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) TAHUN PELAJARAN
KISI-KISI UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) TAHUN PELAJARAN 2016-2017 Jenis Madrasah : Madrasah Aliyah Bentuk Tes : Pilhan Ganda Program : Keagamaan Jumlah soal : 50 butir Mata Pelajaran
Lebih terperinciMUHAMMADIYAH DI MATA MAHASISWA NON IMM
BAHAN DISKUSI KELAS MUHAMMADIYAH DI MATA MAHASISWA NON IMM Oleh Kelompok 1 Muhammad Arifin (201410070311086); Arista Mutiara Risa (201410070311087) M. Prayogi Anggoro (201410070311089); Paksindra Agustina
Lebih terperinciKISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016
KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah (Prg Keagamaan) Bentuk Sal : Pilihan Ganda Mata Pelajaran
Lebih terperinci35 hingga 132 Hijriyyah Dinasti Umawiyah
35 hingga 132 Hijriyyah Dinasti Umawiyah # 98 Tahun; mulai Tahun 661 s.d 750 Masehi (35 s.d 132 Hijriyyah) # Buku ini adalah sebuah catatan sejarah tentang salah satu dinasti terbesar dalam rentang sejarah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Pembahasan masalah nilai etika dalam kaitannya dengan naskah ADK menjadi topik penting yang selalu dibicarakan, karena masalah ini menyangkut
Lebih terperinci2016 NEO- SUFISME NURCHOLISH MADJID. (Menyegarkan Kembali Pemikiran dan Kehidupan Tasawuf) Muhamad Nur, M.S.I
2016 NEO- SUFISME NURCHOLISH MADJID (Menyegarkan Kembali Pemikiran dan Kehidupan Tasawuf) Muhamad Nur, M.S.I PUSTAKA AMANAH Bekerja Sama dengan STIT Muh. Kendal Press 9/6/2016 MUHAMAD NUR, M.S.I NEO-SUFISME
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Secara Umum Konsep pendidikan yang Islami menurut Mohammad Natsir menjelaskan bahwa asas pendidikan Islam adalah tauhid. Ajaran tauhid manifestasinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kalangan para ilmuwan, termasuk dalam lingkup kajian Filsafat (b aik Barat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era modern 1 beserta dampak yang selalu menyertainya merupakan salah satu topik pembahasan yang tidak akan pernah berhenti diperbincangkan di kalangan para ilmuwan,
Lebih terperinciBiografi Singkat Empat Iman Besar dalam Dunia Islam
Biografi Singkat Empat Iman Besar dalam Dunia Islam *Biografi Singkat Empat Imam Besar dalam Dunia Islam* *Imam Hanafi (80-150 H)* Beliau dilahirkan pada tahun 80 H dan meninggal dunia di Bagdad pada tahun
Lebih terperinciSILABUS PEMBELAJARAN
SATUAN PENDIDIKAN : MADRASAH ALIYAH MATA PELAJARAN : ILMU KALAM KELAS/PROGRAM : X (SEPULUH) / ILMU-ILMU KEAGAMAAN SILABUS PEMBELAJARAN Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
Lebih terperinciBAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi
BAB V ANALISIS Adanya sekolah dan madrasah di tanah air sebagai institusi pendidikan Islam, hanyalah akan mempersempit pandangan kita tentang pendidikan Islam itu sendiri. Ini berarti, kita hanya mementingkan
Lebih terperinciPentingnya Kaderisasi Intelektual dalam Usaha Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Pentingnya Kaderisasi Intelektual dalam Usaha Islamisasi Ilmu Pengetahuan Perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat didorong oleh kualitas pendidikan manusia. Ilmu pengetahuan memang bersifat objektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia telah melahirkan suatu perubahan dalam semua aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak tertutup kemungkinan
Lebih terperinciALLAH, UNIVERSALITAS, DAN PLURALITAS
ALLAH, UNIVERSALITAS, DAN PLURALITAS Achmad Jainuri, PhD IAIN Sunan Ampel, Surabaya Abstraksi Harold Coward menulis sebuah buku menarik, Pluralism Challenge to World Religions. Gagasan pluralisme dewasa
Lebih terperinciEMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN
EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN Oleh Nurcholish Madjid Seorang Muslim di mana saja mengatakan bahwa agama sering mendapatkan dukungan yang paling
Lebih terperinciMemahami Takdir Secara Adil
Memahami Takdir Secara Adil Khutbah Pertama:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pada uraian ini akan dipaparkan beberapa kesimpulan dan saran sebagai jawaban terhadap pertanyaan yang terdapat di dalam rumusan masalah yaitu: 1. Menjelang berdirinya UNIVA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Islam adalah Agama yang sempurna ajarannya dalam lintas tempat dan zaman. Dasar Agama memang tidak boleh diubah, akan tetapi pemikiran keagamaan harus disesuaikan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan
BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan merupakan organisasi sosial kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan organisasi politik namun sepanjang
Lebih terperinciPELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di
PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. I Hukum Islam telah ada dan berkembang seiring dengan keberadaan Islam itu sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan
Lebih terperinciPEMIKIRAN HARUN NASUTION TENTANG IJTIHAD DAN PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM
PEMIKIRAN HARUN NASUTION TENTANG IJTIHAD DAN PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM Beni Firdaus * Abstract: Even though, Harun Nasution is not known as an expert of Islamic law, but he has some ideas about Islamic
Lebih terperinciFilsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman
Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Berbicara mengenai filsafat, yang perlu diketahui terlebih dahulu bahwa filsafat adalah induk dari segala disiplin ilmu pengetahuan yang
Lebih terperinciBAHAN AJAR PERADILAN AGAMA BAB I PENGANTAR
BAHAN AJAR PERADILAN AGAMA BAB I PENGANTAR A. Deskripsi Mata Kuliah Hukum Acara Peradilan Agama merupakan matakuliah wajib fakultas yang diberikan kepada mahasiswa pada semeter VI, setelah mahasiswa menempuh
Lebih terperinciREFORMASI PENDIDIKAN ISLAM PADA AWAL ABAD KE-
REFORMASI PENDIDIKAN ISLAM PADA AWAL ABAD KE- 20 Oleh: Ali Sodikin Abstrak : Pendidikan merupakan salah satu wilayah (area of cincern) gerakan pembaruan Islam yang berlangsung di seluruh dunia Islam. Tokoh-tokoh
Lebih terperinciKONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM
KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM A. FILSAFAT KETUHANAN DALAM ISLAM Tuhan(ilah) sesuatu yang dipentingkan oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-nya. Tercakup didalamnya
Lebih terperinciKISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA TAHUN 2013/2014
KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA TAHUN 2013/2014 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Soal 1. Memahami ayat-ayat Al-Qur an tentang keikhlasan dalam beribadah.
Lebih terperinciPERGULATAN PEMIKIRAN TEOLOGI DI DUNIA ISLAM
PERGULATAN PEMIKIRAN TEOLOGI DI DUNIA ISLAM Alkhendra 1 ABSTRACT The word theology comes from the English term, namely theology. In language means the science of divinity. The term used in the english,
Lebih terperinciF LS L A S F A A F T A T ISL S A L M
FILSAFAT ISLAM Prof. Dr. H. Almasdi Syahza,, SE., MP Peneliti Senior Universitas Riau Email: asyahza@yahoo.co.id; Website: http://almasdi.unri.ac.id Sumber Ilmu: AL 'ALAQ (1-5) 1. Bacalah dengan (menyebut)
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Turki merupakan negara Islam yang merupakan salah satu tempat bersejarah
PENDAHULUAN Turki merupakan negara Islam yang merupakan salah satu tempat bersejarah perkembangan Islam di Dunia. Turki juga merupakan wilayah yang terdiri dari dua simbol peradaban di antaranya peradaban
Lebih terperinciKISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) TAHUN PELAJARAN
Lebih terperinciGereja di dalam Dunia Dewasa Ini
ix U Pengantar ndang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan
Lebih terperinciKISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) TAHUN PELAJARAN 2014/2015 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR
Lebih terperinciBAB IV ANALISA. dalam jenis paguyuban atau gemeinschaft, tepatnya paguyuban karena solidaritas.
BAB IV ANALISA A. Keberadaan Kaum Gay Dalam klasifikasi kelompok sosial Komunitas Adinata Family termasuk dalam jenis paguyuban atau gemeinschaft, tepatnya paguyuban karena solidaritas. Sebab komunitas
Lebih terperinciHARUN NASUTION DAN PEMBAHARUAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM
HARUN NASUTION DAN PEMBAHARUAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM Muhammad Husnol Hidayat MAN Jungcangcang Pamekasan Email: husnol_hidayat@gmail.com Abstrak: Problematika pendidikan Islam di era modern memberi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama rahmatan lil alamin dan mengajarkan tauhid sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama rahmatan lil alamin dan mengajarkan tauhid sebagai fundamen. Keyakinan akan ke-esaan Tuhan berwujud dalam konsepsi Iman, Islam dan Ihsan.
Lebih terperinciKONSEP IMAN PERSPEKTIF MURJI AH DAN MU TAZILAH (STUDI KOMPARATIF)
KONSEP IMAN PERSPEKTIF MURJI AH DAN MU TAZILAH (STUDI KOMPARATIF) A. Latar Belakang Setiap orang yang ingin menyelami seluk beluk agamanya secara mendalam, terperinci, perlu mempelajari teologi yang terdapat
Lebih terperinciResensi Buku EKONOMI POLITIK: Peradaban Islam Klasik, karangan Suwarsono Muhammad Oleh: Musa Asy arie
Resensi Buku EKONOMI POLITIK: Peradaban Islam Klasik, karangan Suwarsono Muhammad Oleh: Musa Asy arie Judul diatas adalah judul sebuah buku yang ditulis oleh Suwarsono Muhammad, seorang dosen dan akademisi
Lebih terperinciSEJARAH ISLAM AHMADIN
SEJARAH ISLAM AHMADIN RAYHAN INTERMEDIA 2013 i SEJARAH ISLAM Copyright Ahmadin Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Rayhan Intermedia Penerbit: RAYHAN INTERMEDIA Jl. Naja Dg. Nai Lr 4/8 Rappokalling
Lebih terperinciA. Persamaan Pemikiran Imam Mawardi dengan Ali Abdul Raziq tentang Konsep
BAB IV PERBANDINGAN KONSEP NEGARA MENURUT PEMIKIRAN IMAM MAWARDI DENGAN ALI ABDUL RAZIQ A. Persamaan Pemikiran Imam Mawardi dengan Ali Abdul Raziq tentang Konsep Negara Dalam tulisan ini hampir semua pemikiran
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. Sifat dua..., Atiatul Mu'min, FIB UI, 2008
161 BAB 5 PENUTUP 162 5.1 Kesimpulan Asy ariyah merupakan salah satu aliran teologi di dalam agama Islam. Salah satu ajaran mereka, yaitu Allah swt memiliki sifat. Menurut mereka, dengan sifat-nya itu,
Lebih terperinciABDUH DAN RIDHA PERBEDAAN ANTARA GURU DAN MURID
ABDUH DAN RIDHA PERBEDAAN ANTARA GURU DAN MURID Diantara sekian banyak ahli fakir muslim, barang kali buah pikiran Abduh-lah yang paling banyak mendapat perhatian serta pembahasan para orientalis barat,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH
BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH AL-ZAMAKHSHARY DALAM TAFSIR AL-KASHSHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kondisi umat Islam di Mesir khususnya dan dunia umumnya pada. pertengahan abad 14 Hijriyah adalah masa-masa dimana imperialisme dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi umat Islam di Mesir khususnya dan dunia umumnya pada pertengahan abad 14 Hijriyah adalah masa-masa dimana imperialisme dan koloniaisme memegang peranan
Lebih terperinciJABAT TANGAN ANTARA PRIA DAN WANITA
TADZKIROH DEWAN SYARIAH PUSAT PARTAI KEADILAN SEJAHTERA NOMOR: 08/TK/K/DSP-PKS/II/1430 TENTANG JABAT TANGAN ANTARA PRIA DAN WANITA ( ) Memasuki era mihwar muassasi, interaksi dan komunikasi kader, anggota
Lebih terperinciSilabus Mata Kuliah Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UNISNU Jepara
SILABUS PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNISNU JEPARA TAHUN 2015 Mata Kuliah : Metodologi Studi Islam Kode MK : KPIU 14101 Bobot / Semester : 2 sks Standar Kompetensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan keyakinan orang mukmin dan penegasan Allah swt. Islam adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan keyakinan orang mukmin dan penegasan Allah swt. Islam adalah agama yang satu-satunya yang diridhai Allah dan diperintahkan kepada manusia untuk memeluknya
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang
220 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa krisis spiritual manusia modern dalam perspektif filsafat Perennial Huston Smith dapat dilihat dalam tiga
Lebih terperinciPeran PTAIN Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Indonesia
Peran PTAIN Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Indonesia Berbicara PTAIN dikaitkan dengan pengembangan pendidikan, maka yang lebih relevan adalah mengungkap tentang Fakultas atau Jurusan Tarbiyah.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang universal dan berlaku untuk semua umat manusia dan semua zaman. Nilai-nilai dan aturan yang terkandung dalam ajaran Islam dijadikan pedoman
Lebih terperinciBAB III PERKEMBANGAN SENI. terkait dengan karakteristik-karakteristik tertentu dari tempat penerimaan wahyu al-
BAB III PERKEMBANGAN SENI A. Islam dan Seni Menurut Seyyed Hossein Nasr, seni Islam merupakan hasil dari pengejawantahan Keesaan pada bidang keanekaragaman. Artinya seni Islam sangat terkait dengan karakteristik-karakteristik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan tujuannya di dunia ini. Manusia seharusnya mengingat tujuan hidup di dunia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup manusia mempunyai tugas dan tujuan yang harus dijalankan sebaikbaiknya, namun kenyataan yang terjadi banyaknya manusia yang melalaikan tugas dan tujuannya
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITP. Minggu Pokok Bahasan/ Sub Pokok TIU TIK Daftar Pustaka
SATUAN ACARA PERKULIAHAN JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITP Mata kuliah : Pendidikan Agama Kode Mata Kuliah : ITP0 SKS : Waktu Pertemuan : 6 kali Pertemuan Deskripsi : Mata kuliah Pendidikan Agama bertujuan
Lebih terperinci