BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemeliharaan Semua barang yang dibuat oleh manusia memiliki umur pakai dan pada akhirnya akan mengalami kerusakan. Umur pakai barang dapat diperpanjang dengan melakukan suatu kegiatan yang dikenal dengan pemeliharaan [1]. BS3811, 1974 (British Standard) menyatakan bahwa pemeliharaan adalah suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang atau memperbaiki sampai suatu kondisi yang dapat diterima [1]. Dari semua definisi diatas maka secara umum pemeliharaan dapat didefinisikan sebagai semua kegiatan yang dilakukan untuk menjaga fasilitas berfungsi sesuai dengan kondisi yang diharapkan. 2.2 Tujuan Pemeliharaan Tujuan pemeliharaan yang utama adalah untuk [1]: 1. Memperpanjang usia penggunaan asset (yaitu setiap bagian dari suatu tempat kerja, bangunan, dan isinya). Hal ini terutama penting di negara berkembang karena kurangnya sumber daya modal untuk penggantian. 2. Menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi (jasa) dan mendapatkan laba investasi maksimum yang mungkin. 3. Menjamin kesiapan operasional peralatan dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu, misalnya unit cadangan, unit pemadam kebakaran dan penyelamat, dan sebagainya. 4. Menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut 2.3 Kebijakan Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan memiliki dua kebijakan yang mengacu pada efisiensi dan efektifitas kerja yaitu [2]: 11

2 1. Kebijakan tradisional Prinsip kebijakan pemeliharaan tradisional adalah bertindak apabila mesin mengalami kerusakan. Kelemahan kebijakan ini adalah kerusakan yang sama dapat terjadi berulang-ulang dan jumlah kerusakan yang terjadi sering tidak bisa dikontrol. 2. Kebijakan modern Prinsip kebijakan pemeliharaan modern adalah melakukan perencanaan perbaikan sebelum peralatan tersebut rusak atau tidak dapat melakukan fungsinya. 2.4 Jenis-jenis Pemeliharaan Dalam industri terdapat berbagai jenis-jenis pemeliharaan yang dapat diterapkan. Berikut ini merupakan bagan jenis-jenis pemeliharaan [2]: Perawatan Perawatan Pencegahan Perbaikan Pearawatan Korektif Tidak Langsung Langsung Perancangan Perpanjangan Umur Pakai Tak Terencana Terencana Pengawasan Subjektif Pengawasan Objektif Gambar 2.1 Bagan Jenis-jenis Pemeliharaan Berdasarkan bagan diatas jenis-jenis pemeliharaan dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu: 1. Pemeliharaan pencegahan (Preventive Maintenance) Pemeliharaan pencegahan meliputi semua kegiatan pemeliharaan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kegagalan atau mendeteksi kegagalan sebelum berkembang menjadi kerusakan alat atau interupsi dalam kegiatan produksi. Pemeliharaan pencegahan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: a. Pemeliharaan Pencegahan Langsung 12

3 Yaitu suatu kegiatan pemeliharaan pencegahan yang memberikan efek secara langsung pada kondisi peralatan, seperti pembersihan, lubrikasi, dan penggantian suku cadang secara rutin. Aktifitas ini diukur dengan satuan waktu yang diperlukan untuk melakukan perbaikan. Prosedur ini sering disebut dengan Fixed Time Maintenance (FTM) karena semua kegiatan ini dikontrol dengan satuan waktu. b. Pemeliharaan Pencegahan Tidak Langsung Yaitu suatu kegiatan pemeliharaan pencegahan yang tidak memberikan efek secara langsung pada kondisi peralatan. Kegiatan yang biasa dilakukan adalah mendeteksi kerusakan dan monitoring atau sering juga disebut Condition Based Maintenance (CBM). Kegiatan pemeliharaan pencegahan tidak langsung dibagi menjadi dua bagian yaitu: b.1 Pengawasan Subjektif Yaitu pengontrolan yang dilakukan dengan mengandalkan ketajaman panca indera. Ketepatan dalam mengestimasi kondisi peralatan tergantung dari siapa yang melakukan monitoring, serta meliputi keterampilan dan pengetahuan sendiri. b.2 Pengawasan Objektif Yaitu pengontrolan yang dilakukan dengan menggunakan alat-alat deteksi tertentu selain perasaan, misalnya alat-alat ukur dengan cara: Off-line Condition Monitoring yaitu mematikan peralatan dan menggunakan alat kemudian menginterpretasikan kondisi mesin. Continuous Monitoring yaitu menggunakan suatu alat dengan sensor tertentu sehingga apabila terdapat kesalahan maka akan memberikan informasi, dalam keadaan mesin tetap bekerja. 13

4 2. Pemeliharaan Perbaikan Pemeliharaan perbaikan adalah suatu aktifitas pemeliharaan yang bertujuan untuk memodifikasi peralatan. Modifikasi beberapa komponen dari suatu peralatan bertujuan untuk: Memperpanjang umur komponen Meningkatkan nilai teknologi Komponen sudah usang 3. Pemeliharaan Korektif Pemeliharaan korektif mencakup semua pemeliharaan yang bertujuan untuk memperbaiki peralatan yang mengalami kerusakan. Disebut juga emergency maintenance atau breakdown maintenance karena dilakukan pada saat terlihat tanda-tanda kerusakan atau pada saat peralatan sudah berhenti. Pemeliharaan korektif dibagi atas dua kelompok yaitu: a. Pemeliharaan Korektif Terencana Pemeliharaan korektif terencana dilakukan apabila telah diketahui sejak dini kapan peralatan yang harus diperbaiki atau di setup, sehingga dapat dilakukan persiapan sejak awal dan mampu untuk dikendalikan. Misalnya overhaul terencana. b. Pemeliharaan Korektif Tidak Terencana Pemeliharaan korektif tidak terencana dilakukan apabila mesin atau peralatan tiba-tiba berhenti atau dalam keadaan darurat atau mengalami kerusakan sewaktu digunakan. Sifat aktifitas ini selalu mendesak dan sulit untuk dikendalikan sehingga menimbulkan biaya perawatan yang cukup tinggi dan meyebabkan kegiatan produksi harus berhenti. 2.5 Metoda Reliability Centered Maintenance Pada bagian ini akan dibahas mengenai perubahan dari dunia pemeliharaan, definisi Reliability Centered Maintenance, akibat kerusakan menurut Reliability 14

5 Centered Maintenance, karakterisitik Reliability Centered Maintenance, dan sistematika penyusunan Reliability Centered Maintenance Perubahan dalam Dunia Pemeliharaan [3] Sejak dua puluh tahun terakhir ini, pemeliharaan telah banyak berubah dan mengalami pertumbuhan, dibandungkan dengan pertumbuhan ilmu manajemen lainnya. Perubahan ini disebabkan oleh peningkatan yang amat besar dari jumlah dan variasi aset fisik (pabrik, peralatan, gedung-gedung) yang harus dipelihara, perancangan yang semakin rumit, dengan teknik pemeliharaan yang baru dan perubahan pandangan pemeliharaan organisasi dan tanggung jawabnya Pertumbuhan sistem pemeliharaan dapat dibagi menjadi tiga generasi dengan konsep dan teknik yang masing-masing dapat dilihat pada Gambar 2.2 Pertumbuhan Teknologi Pemeliharaan dan Gambar 2.3 Perkembangan Konsep dan Teknik Pemeliharaan. Generasi 3 (mulai 1980-an) Perencanaan availabilitas dan reliabilitas yang tinggi Keselamatan lebih baik Generasi 2 (mulai 1960-an) Kualitas produk lebih baik Perencanaan availabilitas Tidak ada kerusakan tinggi lingkungan Generasi 1 (mulai 1930-an) Umur peralatan lebih lama Umur peralatan lebih lama Perbaiki bila rusak Biaya pemeliharaan rendah Biaya lebih besar Gambar 2.2 Pertumbuhan Teknologi Pemeliharaan 15

6 Generasi 1 (mulai an) Perbaiki bila rusak Generasi 2 (mulai 1960-an) Penjadwalan overhaul Sistem perencanaan dan kontrol Pemakaian computer besar tapi lambat Generasi 3 (mulai 1980-an) Alat Monitoring kondisi peralatan Perencanaan atas dasar reliability dan maintainability studi mengenai kerusakan Komputer kecil tapi cepat Pemakaian FMEA Pemakaian system cerdas keterampilan dan kerjasama tim Gambar 2.3 Perkembangan Konsep dan Teknik Pemeliharaan Generasi pertama meliputi periode menuju ke Perang Dunia kedua. Pada saat tersebut industri sangat tidak termekanisasi, jadi bila terjadi waktu rusak tidak begitu menjadi masalah. Hal ini berarti tindakan preventif untuk menjaga peralatan dan kerusakan tidak menjadi prioritas pemikiran bagi kebanyakan manajer. Pada saat yang sama, kebanyakan peralatan adalah sederhana. Hal ini membuat peralatan mudah diperbaiki. Sebagai hasilnya, tidak ada kebutuhan untuk pemeliharaan yang sistematis, diluar pembersihan yang sederhana, dan pemberian minyak pelumas secara rutin. Kebutuhan akan energi terampil pada saat itu sangat rendah. Jadi, pada generasi pertama, teknologi pemeliharaan hanya terbatas pada tindakan memperbaiki bila peralatan mengalami kerusakan. Pada generasi kedua, perubahan terjadi secara dramatis selama Perang Dunia kedua. Tekanan selama masa peperangan bertambah karena meningkatnya permintaan barang-barang semua jenis, sementara itu persediaan tenaga kerja manusia turun drastis. Hal ini mendorong peningkatan mekanisasi. Pada tahun 1950 mesin-mesin dari semua tipe semakin banyak dan semakin rumit. Industri mulai bergantung pada mekanisasi. Saat ketergantungan ini semakin bertambah, waktu rusak menjadi fokus yang semakin sering diperhatikan. Hal ini membawa pemikiran bahwa peralatan 16

7 dapat rusak dan harus dicegah, yang pada akhirnya dikenal konsep dari perawatan pencegahan. Pada tahun 1960, hal ini dilakukan dengan pemeriksaan peralatan secara keseluruhan yang dilakukan pada selang waktu tertentu. Biaya dari pemeliharaan juga mulai mengalami kenaikan yang tajam relatif terhadap biaya-biaya operasi lainnya. Hal ini mengarah kepada pertumbuhan dari sistem perencanaan dan pengendalian pemeliharaan. Keadaan ini membawa pemeliharaan dibawah kendali, dan sekarang ini menjadi bagian yang diterapkan dari pelaksanaan pemeliharaan. Generasi ketiga dimulai pada pertengahan tahun tujuh puluhan. Pada generasi ini yang menjadi fokus utama dalam pemeliharaan adalah waktu rusak. Waktu rusak selalu mempengaruhi kemampuan produktifitas dari suatu asset dengan mengurangi jumlah output, meningkatkan biaya operasi, dan bertolak belakang dengan pelayanan konsumen. Pada tahun 1960-an dan 1970-an hal ini telah menjadi sebuah masalah yang cukup diperhatikan dalam sektor pertambangan, maufaktur dan transportasi. Dalam manufaktur, waktu rusak menjadi penghalang dalam waktu produksi, yang berusaha mengurangi jumlah peningkatan produksi. Dalam beberapa tahun ini, pertumbuhan dari mekanisasi dan otomasi memberikan arti bahwa reliabilitas dan ketersediaan telah menjadi masalah yang penting dalam menghasilkan keluaran yang sesuai dengan kapasitas yang telah ditentukan. Tantangan yang dihadapi oleh para manajer pemeliharaan dalam menghadapi perkembangan proses dan peralatan produksi adalah sebagai berikut: 1. Memilih teknik pemeliharaan yang paling sesuai untuk menghadapi setiap kerakteristik kerusakan bagian-bagian peralatan. 2. Memenuhi semua keinginan pemilik peralatan, pengguna peralatan, dan lingkungan. 3. Pemakaian biaya pemeliharaan yang efektif 4. Dukungan secara aktif dan kerjasama yang baik terhadap semua orang yang terlibat dalam pemeliharaan peralatan. Pekerjaan pemeliharaan adalah menjaga peralatan agar selalu dapat bekerja sesuai dengan fungsinya. Untuk itu personel pemeliharaan perlu mengetahui fungsi secara jelas dari setiap bagian-bagian peralatan. Dengan 17

8 mengetahui setiap fungsi bagian-bagian peralatan yang ada, maka dapat pula diketahui berbagai persyaratan yang diperlukan agar bagian-bagian peralatan tersebut dapat bekerja sesuai dengan fungsinya. Kegiatan untuk mengetahui fungsi dan menentukan persyaratan pada setiap bagian-bagian peralatan merupakan kegiatan Reliability Centered Maintenance (RCM) Definisi Reliability Centered Maintenance [4] Metoda Reliability Centered Maintenance (RCM) adalah metoda pemeliharaan yang menentukan langkah-langkah yang harus diambil untuk menjamin peralatan bekerja sesuai dengan fungsinya. Metoda RCM meliputi pembuatan kegagalan fungsi yang kemudian akan dicari mode kerusakannya. Dengan adanya mode kerusakan, penyebab kerusakan akan ditentukan sehingga dapat dianalisa pengaruh kerusakan terhadap unjuk kerja peralatan Akibat Kerusakan Menurut Reliability Centered Maintenance [4] Akibat kerusakan menurut Reliability Centered Maintenance dapat dikelompokkan menjadi empat bagian: 1. Akibat terhadap kerusakan tersembunyi. Jenis kerusakan ini tidak berakibat langsung pada unjuk kerja peralatan akan tetapi bila diabaikan dapat menimbulkan kerusakan bagian lainnya secara serius bahkan menimbulkan bencana besar. 2. Akibat terhadap keselamatan operator dan lingkungan kerja Jenis kerusakan ini dapat membahayakan nyawa operator dan atau menimbulkan pencemaran lingkungan. 3. Akibat terhadap proses produksi Jenis kerusakan ini berakibat pada operasional proses produksi sehingga mengakibatkan kerusakan produk, penurunan kualitas produk, kenaikan biaya operasional, kerugian jam kerja, dan berkurangya kapasitas produksi. 4. Akibat terhadap non produksi 18

9 Jenis kerusakan ini berakibat pada non produksi yang berkaitan dengan biaya perbaikan Karakteristik Reliability Centered Maintenance [4] Karakteristik RCM yaitu: 1. Tujuan utama dari RCM adalah untuk menjaga fungsi sistem peralatan, bukan hanya menjaga peralatan agar tetap bekerja. Mengetahui fungsi sistem berarti mengetahui keluaran yang menjadi tujuan sistem dan dengan demikian dapat direncanakan tindakan perawatan untuk menjaga keluaran sistem sesuai dengan unjuk kerja yang dimiliki peralatan. 2. Mengidentifikasi mode kerusakan spesifik dalam bagian-bagian peralatan yang potensial menghasilkan kerusakan fungsi sistem. 3. Membuat prioritas perawatan dari mode kerusakan yang terjadi. Prioritas ini berdasarkan mode kerusakan yang memberikan kontribusi terbesar dalam sistem akan mendapat prioritas tertinggi. Sistematika prioritas berdasarkan Logic Tree Analysis. 4. Tindakan yang telah diberi prioritas diberi tindakan pencegahan yang dapat diterapkan Sistematika Penyusunan Reliability Centered Maintenance [4] Dalam pelaksanaan RCM yang paling penting adalah mengumpulkan informasi dan data untuk mengetahui dengan baik sistem yang akan dianalisa. Kegiatan ini dilakukan untuk mempermudah proses analisis sistem. Penerapan tahap-tahap metoda RCM terdiri dari tujuh tahap yang sistematis yaitu: 1. Pemilihan sistem dan pengumpulan informasi 2. Pendefinisian batas sistem 3. Deskripsi sistem dan blok diagram fungsi. 4. Pendeskripsian fungsi sistem dan kegagalan fungsi 5. Penyusunan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) 19

10 6. Penyusunan Logic Tree Analysis (LTA) 7. Pemilihan tindakan Berikut ini akan dijelaskan masing-masing tahapan dari RCM: Pemilihan Sistem dan Pengumpulan Informasi Ketika keputusan untuk menggunakan RCM, maka ada dua pertanyaan yang timbul: 1. Pada tingkatan assembly keberapa proses analisa harus dilakukan yaitu: Tingkatan assembly dapat dibagi menjadi empat bagian: a. Bagian Adalah tingkatan terendah yang tidak dapat diuraikan lagi tanpa merusak peralatan. b. Komponen Adalah sekelompok atau kumpulan dari bagian yang dapat diberikan satu identitas sendiri dan akan membentuk paling sedikit satu fungsi dan dapat berdiri sendiri. c. Sistem Adalah sekumpulan dari komponen yang membentuk serial fungsi kunci yang dipakai fasilitas. d. Fasilitas Adalah sekelompok dari sistem yang bekerja bersama untuk menghasilkan keluaran atau produk dengan melakukan proses dari berbagai masukan. 2. Apakah seluruh fasilitas atau pabrik akan dilakukan proses analisa dan bila tidak, fasilitas atau peralatan yang mana yang perlu dianalisa yaitu: Setelah diketahui uraian dari fasilitas sampai tingkat bagian, maka perlu dilakukan pemilihan sistem yang akan dianalisa karena proses analisa seluruh sistem secara bersamaan sangat sulit dilakukan. Pengumpulan informasi dan data yang umumnya dibutuhkan dalam melakukan proses analisa RCM adalah diagram instrumentasi, skema sistem dan blok diagram yang menunjukkan bagaimana sistem bekerja, buku manual tiap alat, data historis kerusakan, dan lain-lain. 20

11 Informasi yang tidak tersedia dapat dilakukan pengumpulan data dengan melakukan pencatatan langsung di lapangan atau mewawancarai personel atau operator dan juga bagian lainnya yang bertanggung jawab pada fasilitas Pendefinisian Batas Sistem Jumlah sistem dalam suatu fasilitas sangat banyak karena itu perlu dilakukan definisi batas sistem. Pendefinisian bertujuan untuk menghindari tumpang tindih antara satu sistem dengan sistem lainnya. Dalam melakukan pendefinisian batas sistem harus: 1. Memiliki pengetahuan apa yang harus dimasukkan dalam sistem dan mana yang tidak, sehingga fungsi penting yang potensial tidak terabaikan. 2. Mengetahui batas sistem dan temukan faktor atau parameter yang masuk kedalam sistem serta faktor keluaran sistem. Hal-hal yang didokumentasikan dalam proses pendefinisian batas sistem yaitu berupa: 1. Batas sistem dengan pembuatan skema blok sistem 2. Gambaran umum batas sistem yang meliputi pendefinisian elemen-elemen setiap sistem dan batas fisik primer sistem. 3. Gambaran detail batas sistem yang melibatkan masukan dan keluaran setiap sistem Deskripsi Sistem dan Blok Diagram Fungsi Tahap ketiga dari RCM adalah mengidentifikasi dan mendokumentasikan datadata atau informasi detail bagaimana sistem tersebut bekerja. Ada lima informasi yang secara terpisah dikembangkan dalam tahap ini yaitu: a. Uraian sistem Uraian sistem berisi analisa yang menjelaskan cara kerja sistem serta penggunaan redudansi dan instrumen yang ada dalam sistem. b. Blok diagram fungsi Blok diagram fungsi memperlihatkan interaksi antara satu blok diagram fungsi dengan blok diagram fungsi lainnya. 21

12 c. Masukan dan keluaran sistem Penetapan batas-batas sistem dan pengembangan dari fungsi subsistem memungkinkan kita untuk melengkapi dan mendokumentasikan fakta dari variasi elemen-elemen melintasi batas sistem. Elemen-elemen melintasi sistem dapat berupa energi, panas, sinyal, fluida, gas, dan sebagainya. Baberapa elemen berperan sebagai input yang melintasi batas sistem dan beberapa elemen berperan sebagai output yang melintsi batas sistem. d. Data historis peralatan Data historis peralatan terdiri dari data kerusakan dan perawatan selama pemakaian peralatan. e. System Work Breakdown Structure (SWBS) System Work Breakdown Structure (SWBS) merupakan terminologi yang diambil dari Depertemen Pertahanan Amerika untuk aplikasi RCM. SWBS digunakan untuk menggambarkan kelompok bagian-bagian peralatan yang menjalankan fungsi tertentu Pendeskripsian Fungsi Sistem dan Kegagalan Fungsi Harus diingat prinsip RCM adalah menjaga fungsi sistem. Oleh karena itu perlu untuk berpikiran bahwa: 1. Pada tahap proses analisa, fokus pada kegagalan fungsi bukan kegagalan peralatan. 2. Kerusakan fungsi biasanya dinyatakan dalam sebuah pernyataan kegagalan fungsi. Pembuatan daftar fungsi sistem yang lengkap akan membantu dalam menentukan tindakan perawatan dalam menjaga fungsi sistem tetap bekerja sesuai dengan yang diinginkan Penyusunan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Tahap ini merupakan tahap analisa penyebab terjadinya kegagalan fungsi pada bagian mesin yang diteliti. Kegagalan fungsi pada bagian mesin yang diteliti akan ditampilkan dalam bentuk matriks. Pembuatan matrik ini menggambarkan hubungan antara kegagalan fungsi (baris) dengan bagian-bagian mesin yang diteliti (kolom) yang akan menjadi dasar pembuatan tabel FMEA. Melalui 22

13 pembuatan tabel FMEA dapat diketahui mode kerusakan dan penyebab kerusakan bagian-bagian mesin yang diteliti. Dalam proses analisa FMEA sumber informasi yang dapat digunakan antara lain sebagai berikut: 1. Data historis peralatan, yang sebelumnya sudah di dokumentasikan dalam tahap 3 RCM. Melalui data historis dapat memberikan informasi mode kerusakan yang sebenarnya terjadi pada komponen. Namun analisis mode kerusakan tidak terbatas hanya mode kerusakan yang pernah terjadi, namun semua mode kerusakan yang mungkin. 2. Pengalaman teknisi, engineer dan ahli perawatan yang menangani mesinmesin yang diteliti. 3. Original Equipment Manufacture (OEM) yang merupakan dokumen mengenai perancangan, operasi, dan perawatan peralatan yang bersangkutan. Tahap akhir dari proses FMEA adalah menentukan akibat dari mode kerusakan terhadap tiga tingkatan yaitu akibat kerusakan untuk lokal, akibat kerusakan untuk sistem, dan akibat kerusakan untuk fasilitas. Redudansi berfungsi untuk mencegah terjadinya kegagalan fungsi, oleh karena itu apabila redudansi dapat menghapus mode kerusakan, prioritas analisis untuk mode kerusakan tersebut akan dikeluarkan dari analisis dan dicatat pada daftar run to failure (RTF) Penyusunan Logic Tree Analysis (LTA) Penyusunan LTA merupakan proses yang kualitatif. Tujuan tahap ini adalah memberikan prioritas pada tiap mode kerusakan dan melakukan tinjauan dari fungsi, kegagalan fungsi sehingga status mode kerusakan tidak sama. Proses RCM menggunakan tiga pertanyaan logika yang sederhana atau struktur keputusan untuk mempermudah analis secara akurat menempatkan setiap mode kerusakan ke dalam satu dari empat kategori setiap pertanyaan akan dijawab dengan ya atau tidak. Tiga pertanyaan yang akan diajukan adalah: a. Apakah operator mengetahui dalam kondisi normal telah terjadi gangguan dalam sistem? 23

14 b. Apakah mode kerusakan ini menyebabkan masalah keselamatan? c. Apakah mode kerusakan ini meyebabkan seluruh atau sebagian mesin berhenti (outage)? Berikut ini merupakan gambar struktur logic tree analysis: Gambar 2.4 Struktur Logic Tree Analysis Pada bagian struktur LTA, prioritas yang dihasilkan dikelompokkan menjadi empat ketegori yaitu: a. Kategori A (masalah keselamatan) yang merupakan prioritas tertinggi. b. Kategori B (masalah mesin berhenti) yang merupakan prioritas kedua. c. Kategori C (masalah minor) yang diklasifikasikan menjadi RTF. d. Kategori D (masalah kerusakan tersembunyi) akan ditinjau kembali dan kemudian digolongkan dalam D/A ATAU D/B ATAU D/C Pemilihan Tindakan Pemilihan tindakan merupakan tahap terakhir dari proses analisa RCM. Dari tiap mode kerusakan dibuat daftar tindakan yang mungkin untuk dilakukan dan selanjutnya memilih tindakan yang paling efektif. Proses analisa ini akan menentukan tindakan PM yang tepat untuk mode kerusakan tertentu. Jika tidak ada tindakan yang bisa dilakukan, maka hanya bisa dimasukkan dalam RTF, selain itu bila biaya untuk melakukan tindakan melebihi biaya yang diakibatkan mode kerusakan maka mode kerusakan ini masuk dalam RTF. 24

15 Pengembangan daftar tindakan PM adalah suatu langkah yang penting dan sering kali memerlukan bantuan dari beberapa sumber. Keterlibatan personel perawatan di pabrik juga diperlukan untuk meyumbangkan manfaat tentang pengalaman mereka mengenai tindakan PM yang diambil dalam proses RCM. Sumber-sumber ini didapatkan dari keterlibatan personel perawatan di pabrik, sehingga penerapan RCM akan dapat lebih mudah dijalankan. Berikut ini merupakan gambar struktur yang digunakan dalam proses analisa untuk membantu analis menyeleksi tindakan PM: Apakah hub kerusakan dengan age reliability diketahui? Ya Tidak Apakah tindakan TD bisa digunakan? Ya Tidak Tentukan tindakan CD? Apakah tindakan CD dapat digunakan? Ya Tidak Apakah termasuk dalam mode kerusakan D? Ya Tidak Apakah tindakan FF dapat digunakan? Ya Tidak Tentukan tindakan FF Apakah tindakan yang dipilih efektif? Ya Tidak Y Apakah termasuk dalam mode Kerusakan C atau C /D? Dapatkah modifikasi menghilangkan mode Kerusakan? Tentukan tindakan TD / CD / Tidak Terima resiko kerusakan Ya Lakukan modifikasi Gambar 2.5 Cara Seleksi Tindakan PM 25

16 Dari Gambar 2.5 didapat kesimpulan bahwa pemilihan tindakan bisa dilakukan dengan hanya menentukan Condition Directed (CD) atau bahkan melakukan modifikasi. Dalam pelaksanaannya pemilihan tindakan dapat dilakukan dengan empat cara yaitu: a. Time Directed (TD) Yaitu suatu tindakan yang bertujuan melakukan pencegahan langsung terhadap sumber kerusakan peralatan yang didasarkan pada waktu atau umur komponen. b. Condition Directed (CD) Yaitu suatu tindakan yang bertujuan untuk mendeteksi kerusakan dengan cara memeriksa alat. Apabila dalam pemeriksaaan ditemukan gejala-gejala kerusakan peralatan maka dilanjutkan dengan perbaikan atau penggantian komponen. c. Failure Finding (FF) Yaitu suatu tindakan yang bertujuan untuk menemukan kerusakan peralatan yang tersembunyi dengan pemeriksaan berkala. d. Run to Failure (RTF) Yaitu suatu tindakan yang menggunakan peralatan sampai rusak, karena tidak ada tindakan yang ekonomis dapat dilakukan untuk pencegahan kerusakan. Beberapa petunjuk yang dapat diberikan berdasarkan gambar diatas (cara seleksi tindakan PM) yaitu: a. Pemilihan jenis TD (Time Directed) akan sangat bahaya dilakukan bila fungsi densitas kerusakan tidak diketahui secara pasti. b. Pemilihan jenis TD (Time Directed) tidak bisa dipakai bila fungsi densitas kerusakan diketahui namun pada kenyataannya kerusakan terjadi secara acak. c. Peninjauan kembali kemungkinan penggunaan CD (Condition Directed) perlu diketahui, walaupun TD (Time Directed) telah ditentukan. 26

17 d. Mode kerusakan yang merupakan kerusakan tersembunyi dapat ditentukan dengan melihat kembali informasi yang terdapat pada LTA. e. Penggunaan jenis FF (Failure Finding) dapat dilakukan dengan melakukan penentuan frekuensi yang diperlukan untuk memperbaiki kerusakan. f. Penelusuran biaya relatif terhadap setiap tindakan yang mungkin dilakukan. g. Semua kotak C (masalah minor) dan D/C (masalah minor dengan kerusakan tersembunyi) mode kerusakan perlu dipertimbangkan sebelum dimasukkan ke dalam RTF. h. Modifikasi perlu dipertimbangkan. 27

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ini dapat memiliki dampak yang positif dan negatif bagi

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Alir Sistematika Pemecahan Masalah

Gambar 3.1 Diagram Alir Sistematika Pemecahan Masalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan metode berpikir untuk menghasilkan tahapan-tahapan yang harus ditetapkan oleh peneliti dalam proses penelitian. Berikut adalah tahapan-tahapan

Lebih terperinci

MODUL VIII STUDI KASUS PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN BALLMILL DENGAN BASIS RCM (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE )

MODUL VIII STUDI KASUS PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN BALLMILL DENGAN BASIS RCM (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE ) 1 MODUL VIII STUDI KASUS PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN BALLMILL DENGAN BASIS RCM (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE ) ABSTRAKSI Aktifitas produksi sering mengalami hambatan dikarenakan tidak berfungsinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meminimisasi terhambatnya proses produksi jika terjadi kerusakan.

BAB I PENDAHULUAN. meminimisasi terhambatnya proses produksi jika terjadi kerusakan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan PT Pancakarsa Bangun Reksa (PBR) merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang jasa konsultan, desain dan konstruksi, mekanikal, sipil, dan elektrikal

Lebih terperinci

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI Tenaga kerja, material dan perawatan adalah bagian dari industri yang membutuhkan biaya cukup besar. Setiap mesin akan membutuhkan perawatan dan perbaikan meskipun telah dirancang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Perkembangan teknologi yang semakin pesat memacu industri-industri terus berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkannya. Dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produktifitas merupakan salah satu tolak ukur sebuah perusahaan manufaktur dan jasa dalam menilai apakah kinerja perusahaan dapat dikatakan baik. Bagaimana perusahaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN IMPLEMENTASI RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) PADA PT INDONEPTUNE NET MANUFACTURING

PERANCANGAN IMPLEMENTASI RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) PADA PT INDONEPTUNE NET MANUFACTURING PROCEEDINGS Profesionalisme Akuntan Menuju Sustainable Business Practice PERANCANGAN IMPLEMENTASI RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) PADA PT INDONEPTUNE NET MANUFACTURING Didit Damur Rochman 1, Cindy

Lebih terperinci

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia Pengantar Manajemen Pemeliharaan P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia Topik Bahasan Perkembangan manajemen pemeliharaan Sistem pemeliharaan Preventive maintenance (PM) Total

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA. Oleh:

TUGAS SARJANA. Oleh: PERENCANAAN PEMELIHARAAN PAPER MACHINE DENGAN BASIS RCM (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE) DI PT.PDM INDONESIA TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 3. Perawatan Berbasis Keandalan (Reliability Centered Maintenance)

BAB 3. Perawatan Berbasis Keandalan (Reliability Centered Maintenance) BAB 3 Perawatan Berbasis Keandalan (Reliability Centered Maintenance) 3.1 Definsi RCM Reliability Centred Maintenance (RCM) adalah suatu proses yang digunakan untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan perawatan

Lebih terperinci

Objek dalam penelitian ini adalah mesin pendukung sistem boiler yang berbahan bakar batu bara di PT Indo Pusaka Berau.

Objek dalam penelitian ini adalah mesin pendukung sistem boiler yang berbahan bakar batu bara di PT Indo Pusaka Berau. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah mesin pendukung sistem boiler yang berbahan bakar batu bara di PT Indo Pusaka Berau. 3.2 Jenis Penelitian Dalam penelitian

Lebih terperinci

CORRECTIVE MAINTENANCE

CORRECTIVE MAINTENANCE CORRECTIVE MAINTENANCE Definisi Kegiatan Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu kegiatan pemeliharaan terencana dan kegiatan pemeliharaan tak terencana.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Kerusakan dan Pemeliharaan Suatu barang atau produk dikatakan rusak ketika produk tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik lagi (Stephens, 2004). Hal yang

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VIII No. 1 Tahun 2009 Hal MANAJEMEN PEMELIHARAAN UNTUK OPTIMALISASI LABA PERUSAHAAN

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VIII No. 1 Tahun 2009 Hal MANAJEMEN PEMELIHARAAN UNTUK OPTIMALISASI LABA PERUSAHAAN JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VIII No. 1 Tahun 2009 Hal 35-43 MANAJEMEN PEMELIHARAAN UNTUK OPTIMALISASI LABA PERUSAHAAN Oleh Muhammad Zaky Zaim Muhtadi 1 Abstrak Sejalan dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Manajemen 3.1.1 Definisi Manajemen Definisi manajemen sangat luas, sehingga pada faktanya tidak ada defenisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Adapun bebrapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasi pada suatu perusahaan adalah kesiapan mesin mesin produksi dalam. diperlukan adanya suatu sistem perawatan yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. operasi pada suatu perusahaan adalah kesiapan mesin mesin produksi dalam. diperlukan adanya suatu sistem perawatan yang baik. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketidakstabilan perekonomian dan semakin tajamnya persaingan di dunia industri mengharuskan suatu perusahaan untuk lebih meningkatkan kelancaran kegiatan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Perawatan (Maintenance) Perawatan di suatu industri merupakan salah satu faktor yang penting dalam mendukung suatu proses produksi yang mempunyai daya saing di pasaran.

Lebih terperinci

BAB III JENIS JENIS PERAWATAN

BAB III JENIS JENIS PERAWATAN BAB III JENIS JENIS PERAWATAN Dalam istilah perawatan disebutkan bahwa disana tercakup dua pekerjaan yaitu istilah perawatan dan perbaikan. Perawatan dimaksudkan sebagai aktifitas untuk mencegah kerusakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri di Indonesia yang sangat cepat menyebabkan banyak industri yang tumbuh dan bersaing dalam mendapatkan konsumennya. Melihat gejala tersebut

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Maintenance

Sistem Manajemen Maintenance Sistem Manajemen Maintenance Pembukaan Yang dimaksud dengan manajemen maintenance modern bukan memperbaiki mesin rusak secara cepat. Manajemen maintenance modern bertujuan untuk menjaga mesin berjalan

Lebih terperinci

Usulan Kebijakan Perawatan Lokomotif Jenis CC201 Dengan Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance Di PT. Kereta Api Indonesia DIPO Bandung *

Usulan Kebijakan Perawatan Lokomotif Jenis CC201 Dengan Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance Di PT. Kereta Api Indonesia DIPO Bandung * Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.02 Vol. 02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 2014 Usulan Kebijakan Perawatan Lokomotif Jenis CC201 Dengan Menggunakan Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama kurang lebih 30 tahun belakangan ini, perawatan adalah faktor terbesar yang mempengaruhi biaya produksi. Sebagai contoh di Amerika Serikat, pada tahun 1981,

Lebih terperinci

Perancangan Kebijakan Perawatan Mesin Printer 3D CLab A01

Perancangan Kebijakan Perawatan Mesin Printer 3D CLab A01 Petunjuk Sitasi: Herianto, & Irlanda, E. A. (2017). Perancangan Kebijakan Perawatan Mesin Printer 3D CLab A01. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. C56-61). Malang: Jurusan Teknik Industri Universitas

Lebih terperinci

BAB II LADASAN TEORI 2.1 Defenisi Perawatan Mesin ( Maintenance 2.2 Manajemen Perawatan

BAB II LADASAN TEORI 2.1 Defenisi Perawatan Mesin ( Maintenance 2.2 Manajemen Perawatan BAB II LADASAN TEORI 2.1 Defenisi Perawatan Mesin (Maintenance) Perawatan adalah suatu konsep dari semua aktifitas yang diperlukan untuk menajaga atau mempertahankan kualitas peralatan agar tetap dapat

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh WILBERT NIM

TUGAS SARJANA. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh WILBERT NIM PERANCANGAN PREVENTIVE MAINTENANCE DENGAN MENGGUNAKAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) DENGAN MENGAPLIKASIKAN GREY FMEA PADA PT. KHARISMA ABADI SEJATI TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 PERENCANAAN PERAWATAN MESIN PADA UNIT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL DENGAN METODE RCM (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE) DI PT.PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN SUMATERA BAGIAN UTARA TITI KUNING MEDAN TUGAS

Lebih terperinci

PERANCANGAN RCM UNTUK MENGURANGI DOWNTIME MESIN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR ALUMINIUM RCM TO REDUCE DOWNTIME MACHINE AT ALUMINIUM MANUFACTURING

PERANCANGAN RCM UNTUK MENGURANGI DOWNTIME MESIN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR ALUMINIUM RCM TO REDUCE DOWNTIME MACHINE AT ALUMINIUM MANUFACTURING PERANCANGAN RCM UNTUK MENGURANGI DOWNTIME MESIN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR ALUMINIUM RCM TO REDUCE DOWNTIME MACHINE AT ALUMINIUM MANUFACTURING Herry Christian Palit 1, *), Winny Sutanto 2) 1) Industrial

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMELIHARAAN MESIN

MANAJEMEN PEMELIHARAAN MESIN DIKTAT KULIAH MANAJEMEN PEMELIHARAAN MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 2007 DIKTAT KULIAH MANAJEMEN PEMELIHARAAN MESIN Disusun : ASYARI DARYUS Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini persaingan dalam dunia perindustrian semakin ketat. Semua perusahaan bidang apapun berusaha memberikan yang terbaik bagi konsumennya. Banyak faktor yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha masyarakat banyak mengalami kesulitan, tidak sedikit diantaranya kegiatan usaha yang

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha masyarakat banyak mengalami kesulitan, tidak sedikit diantaranya kegiatan usaha yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi yang masih mengalami krisis berkepanjangan ini membuat kegiatan usaha masyarakat banyak mengalami kesulitan, tidak sedikit diantaranya kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berkembangmya ilmu dan teknologi memberikan banyak kemudahan bagi kehidupan umat manusia. Kendaraan bermotor merupakan sarana transportasi yang sangat menunjang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pendahuluan Total Productive Maintenance (TPM) merupakan salah satu konsep inovasi dari Jepang, dan Nippondenso adalah perusahaan pertama yang menerapkan dan mengembangkan konsep

Lebih terperinci

Trainer Agri Group Tier-2

Trainer Agri Group Tier-2 No HP : 082183802878 PERAWATAN / MAINTENANCE kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas atau peralatan mesin kegiatan pemeliharaan, perbaikan penyesuaian, maupun penggantian sebagian peralatan yang

Lebih terperinci

PREVENTIVE MAINTENANCE

PREVENTIVE MAINTENANCE PREVENTIVE MAINTENANCE ABSTRAK Gangguan yang terjadi selama proses produksi atau aktivitas rutin lain akibat dari terjadinya kerusakan pada mesin atau fasilitas kerja lainnya, harus dicegah sedini mungkin.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Preventive Maintenance Preventive maintenance adalah suatu pengamatan secara sistematik disertai analisis teknis-ekonomis untuk menjamin berfungsinya suatu peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Barry Render dan Jay Heizer (Render& Heizer, 2001) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. Barry Render dan Jay Heizer (Render& Heizer, 2001) mengemukakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Barry Render dan Jay Heizer (Render& Heizer, 2001) mengemukakan beberapa alasan utama mengenai pentingnya suatu perusahaan menerapkan manajemen operasi,

Lebih terperinci

STUDI IMPLEMENTASI PREVENTIVE MAINTENANCE PADA PT. INTAN SUAR KARTIKA DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE CHRISTINA

STUDI IMPLEMENTASI PREVENTIVE MAINTENANCE PADA PT. INTAN SUAR KARTIKA DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE CHRISTINA STUDI IMPLEMENTASI PREVENTIVE MAINTENANCE PADA PT. INTAN SUAR KARTIKA DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Penulisan Tugas Sarjana. Oleh: HENRY YOHANES NIM

TUGAS SARJANA. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Penulisan Tugas Sarjana. Oleh: HENRY YOHANES NIM PERANCANGAN PREVENTIVE MAINTENANCEDENGAN MENGGUNAKAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA) PADA PT. PUSAKA PRIMA MANDIRI TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih dahulu, agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan

Lebih terperinci

Diagram 3.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah (Lanjutan)

Diagram 3.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah (Lanjutan) 60 A Perhitungan Interval Waktu Kerusakan (TTF) dan Downtime (TTR) Perhitungan Index of Fit Data TTF dan TTR Pemilihan Distribusi Data TTF dan TTR Uji Kesesuaian Distribusi Data Kerusakan Tidak Distribusi

Lebih terperinci

Dengan memanfaatkan prosedur maintenance yang baik, dimana terjadi koordinasi yang baik antara bagian produksi dan maintenance maka akan diperoleh:

Dengan memanfaatkan prosedur maintenance yang baik, dimana terjadi koordinasi yang baik antara bagian produksi dan maintenance maka akan diperoleh: Preventive maintenance adalah suatu pengamatan secara sistematik disertai analisis teknis-ekonomis untuk menjamin berfungsinya suatu peralatan produksi dan memperpanjang umur peralatan yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai pengolah bahan mentah kelapa sawit untuk menghasilkan minyak

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai pengolah bahan mentah kelapa sawit untuk menghasilkan minyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Rambutan PT.Perkebunan Nusantara 3 (PTPN 3) berperan sebagai pengolah bahan mentah kelapa sawit untuk menghasilkan minyak sawit (CPO) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mesin dalam dunia industri memiliki definisi sebagai salah satu faktor produksi yang menentukan kelancaran suatu proses produksi. Kelancaran proses produksi menuntut

Lebih terperinci

PENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) DALAM PERENCANAAN KEGIATAN PADA MESIN BOILER DI PT PG CANDI BARU SIDOARJO SKRIPSI.

PENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) DALAM PERENCANAAN KEGIATAN PADA MESIN BOILER DI PT PG CANDI BARU SIDOARJO SKRIPSI. PENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) DALAM PERENCANAAN KEGIATAN PADA MESIN BOILER DI PT PG CANDI BARU SIDOARJO SKRIPSI Oleh : NURAHADIN ZAKI ROMADHON NPM. 0632010165 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 MOTOR DIESEL Motor diesel adalah motor pembakaran dalam (internal combustion engine) yang beroperasi dengan menggunakan minyak gas atau minyak berat sebagai bahan bakar dengan

Lebih terperinci

BAB I PE DAHULUA 1.1 Latar Belakang

BAB I PE DAHULUA 1.1 Latar Belakang BAB I PE DAHULUA 1.1 Latar Belakang PT Kereta Api (Persero) sebagai perusahaan yang bergerak di bidang sektor jasa. khususnya jasa transportasi, dimana proses operasinya hanya memfokuskan dalam dua bidang

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 4793

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 4793 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 4793 OPTIMASI KEBIJAKAN PERAWATAN BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai. Adapun pegertian sistem menurut Jogiyanto :

BAB II LANDASAN TEORI. saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai. Adapun pegertian sistem menurut Jogiyanto : BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Sistem adalah sekumpulan unsur / elemen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan. Adapun pegertian

Lebih terperinci

Perawatan Mesin Kompresor Udara dengan Metode Reliability Centered Maintenance (Studi Kasus di PT Polidayaguna Perkasa Ungaran)

Perawatan Mesin Kompresor Udara dengan Metode Reliability Centered Maintenance (Studi Kasus di PT Polidayaguna Perkasa Ungaran) Petunjuk Sitasi: Mauidzoh, U., Zabidi, Y., & Prasetya, D. M. (2017). Perawatan Mesin Kompresor Udara dengan Metode Reliability Centered Maintenance. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. C150-157). Malang:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu :

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu : BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Definisi maintenance Maintenance (perawatan) menurut Wati (2009) adalah semua tindakan teknik dan administratif yang dilakukan untuk menjaga agar kondisi mesin/peralatan tetap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan mempermudah proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam dunia industri khususnya sebagai supplier bahan baku

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam dunia industri khususnya sebagai supplier bahan baku BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian PT. Cisangkan yang terletak di Bandung merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dalam dunia industri khususnya sebagai supplier bahan baku bangunan.

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE DI PT X

PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE DI PT X PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE DI PT X Tri Joko Wibowo 1*, Acep Nedi Sandriyana 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Serang Raya Taman

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Manajemen 3.1.1 Definisi Manajemen Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno menagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan di dalam melakukan penelitian yang bertujuan untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan dalam penelitian. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN

AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN Menekan Input 1.03-Planning & Budgeting-R0 1/18 MAINTENANCE PLANNING Maintenance Plan diperlukan untuk melakukan penyesuaian dengan Production

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERAWATAN MESIN-MESIN PRODUKSI (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE) DI PT TJITA RIMBA DJAJA ENDY

PERENCANAAN PERAWATAN MESIN-MESIN PRODUKSI (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE) DI PT TJITA RIMBA DJAJA ENDY PERENCANAAN PERAWATAN MESIN-MESIN PRODUKSI M E N G G U N A K A N M E T O D E R C M (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE) DI PT TJITA RIMBA DJAJA TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... DAFTAR ISI COVER... I HALAMAN JUDUL... II LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... III LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... IV SURAT PERNYATAAN... V HALAMAN PERSEMBAHAN... VI HALAMAN MOTTO... VII KATA PENGANTAR... VIII

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi dan semakin cepatnya informasi maka semakin cepat pula perkembangan hidup manusia saat ini. Perkembangan dunia industri maupun teknologi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS METODOLOGI

BAB III ANALISIS METODOLOGI BAB III ANALISIS METODOLOGI Pada bagian ini akan dibahas analisis metodologi pembangunan BCP. Proses analisis dilakukan dengan membandingkan beberapa metodologi pembangunan yang terdapat dalam literatur

Lebih terperinci

Kebijakan Perawatan. Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

Kebijakan Perawatan. Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Kebijakan Perawatan Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Bahasan Jenis Perawatan Bentuk Perawatan Strategi Perawatan Jenis Perawatan Ditinjau saat perawatan dilakukan Perawatan yang direncanakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Maintenance Menurut Sisjono dan Iwan Koswara, Perawatan (Mainteance) ditetapkan (Sisjono dan Iwan Koswara, 2004).

BAB III LANDASAN TEORI. Maintenance Menurut Sisjono dan Iwan Koswara, Perawatan (Mainteance) ditetapkan (Sisjono dan Iwan Koswara, 2004). BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Inventaris Menurut Soemarsono S.R. (l994,pl5) inventaris adalah daftar barangbarang yang digunakan di perusahaan atau di kantor yang menyertakan barga, jumíah, jenis dan keadaannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu perkembangan pengaplikasian teknologi yang telah lama

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu perkembangan pengaplikasian teknologi yang telah lama BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan teknologi elektronika dewasa ini, sudah sangat maju baik dibidang industri, pertanian, kesehatan, pertambangan, perkantoran, dan lain-lain.

Lebih terperinci

KETERANGAN SELESAI PENELITIAN...

KETERANGAN SELESAI PENELITIAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN KEASLIAN... ii LEMBAR KETERANGAN SELESAI PENELITIAN... iii LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... iv LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN MOTTO...

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN SISTEMATIS

BAB II METODE PERANCANGAN SISTEMATIS BAB II METODE PERANCANGAN SISTEMATIS Metode perancangan sistematis adalah metode pemecahan masalah teknik menggunakan tahap analisis dan sintesis. Analisis adalah penguraian sistem yang komplek menjadi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE PADA SISTEM PENUKAR PANAS SEKUNDER REAKTOR TRIGA MARK Yudhi Zulkani

PENERAPAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE PADA SISTEM PENUKAR PANAS SEKUNDER REAKTOR TRIGA MARK Yudhi Zulkani PENERAPAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE PADA SISTEM PENUKAR PANAS SEKUNDER REAKTOR TRIGA MARK 2000 TUGAS SARJANA Karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kegiatan perekonomian berkembang begitu pesatnya, sehingga tercipta lingkungan yang kompetitif dalam segala bidang usaha, persaingan di bidang industri semakin

Lebih terperinci

MODUL 14 Reliability Centered Maintenance (RCM)

MODUL 14 Reliability Centered Maintenance (RCM) MODUL 14 Reliability Centered Maintenance (RCM) Reliability Centered Maintenance (RCM) adalah proses yg digunakan untuk menentukan metode pemeliharaan yang paling efektif. Program ini meliputi tindakan

Lebih terperinci

PREVENTIVE MAINTENANCE MENGGUNAKAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) PADA PT. ADILUHUNG

PREVENTIVE MAINTENANCE MENGGUNAKAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) PADA PT. ADILUHUNG PREVENTIVE MAINTENANCE MENGGUNAKAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) PADA PT. ADILUHUNG Ulin Nuha, Mohamad Imron Mustajib, Nachnul Ansori Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak 28 Yogyakarta (1)

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak 28 Yogyakarta (1) Petunjuk Sitasi: Asih, E. W., Yusuf, M., & Fauzan, F. M. (2017). Analisis Kerusakan dan Peningkatan Keandalan Mesin Carding Menggunakan Logic Tree Analysis (LTA) dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

Lebih terperinci

3. BAB III LANDASAN TEORI

3. BAB III LANDASAN TEORI 3. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Perawatan (Maintenance) 3.1.1 Definisi Perawatan (Maintenance) Definisi Perawatan menurut Jay Heizer dan Barry Render (2001), adalah segala kegiatan yang di dalamnya adalah

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN PERANGKAT LUNAK (SOFTWARE MAINTENANCE)

PEMELIHARAAN PERANGKAT LUNAK (SOFTWARE MAINTENANCE) PEMELIHARAAN PERANGKAT LUNAK (SOFTWARE MAINTENANCE) Di Susun Oleh : Linda Liana 41813120100 Dosen Pengampu : Wahyu Hari Haji M.Kom FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDY SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS MERCU

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi Pemecahan masalah adalah suatu proses berpikir yang mencakup tahapan-tahapan yang dimulai dari menentukan masalah, melakukan pengumpulan data melalui studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi mendorong peningkatan kebutuhan manusia agar dapat memenuhi keinginannya. Perawatan komponen pada mesin industri penting untuk mendukung kegiatan pengoperasian

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 2. LANDASAN TEORI Dalam membangun aplikasi ini, terdapat teori-teori ilmu terkait yang digunakan untuk membantu penelitian serta menyelesaikan permasalahan yang ada berkaitan dengan

Lebih terperinci

FMEA SEBAGAI ALAT ANALISA RISIKO MODA KEGAGALAN PADA MAGNETIC FORCE WELDING MACHINE ME-27.1

FMEA SEBAGAI ALAT ANALISA RISIKO MODA KEGAGALAN PADA MAGNETIC FORCE WELDING MACHINE ME-27.1 ISSN 1979-2409 FMEA SEBAGAI ALAT ANALISA RISIKO MODA KEGAGALAN PADA MAGNETIC FORCE WELDING MACHINE ME-27.1 Iwan Setiawan Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, Kawasan Puspiptek, Serpong ABSTRAK FMEA SEBAGAI

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) PADA SISTEM PERAWATAN MESIN DI PT. XYZ ALLAN BAGUS PRASETYO NIM

PENERAPAN KONSEP RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) PADA SISTEM PERAWATAN MESIN DI PT. XYZ ALLAN BAGUS PRASETYO NIM PENERAPAN KONSEP RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) PADA SISTEM PERAWATAN MESIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri

Lebih terperinci

ANALISIS PERAWATAN MODUL RPC 2000 PADA (RADAR SSR) DENGAN MENGGUNAKAN LPPNPI AIRNAV INDONESIA DISTRIK YOGYAKARTA

ANALISIS PERAWATAN MODUL RPC 2000 PADA (RADAR SSR) DENGAN MENGGUNAKAN LPPNPI AIRNAV INDONESIA DISTRIK YOGYAKARTA Seminar SENATIK Nasional Vol. II, 26 Teknologi November Informasi 2016, ISSN: dan 2528-1666 Kedirgantaraan (SENATIK) Vol. II, 26 November 2016, ISSN: 2528-1666 MaS- 189 ANALISIS PERAWATAN MODUL RPC 2000

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemeliharaan (Maintenance) Pemeliharaan (maintenance) dapat didefinisikan sebagai (Ariani, 2008): suatu kombinasi dari berbagai tindakan untuk menjaga, memperbaiki dan

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN FASILITAS DASN PENANGANAN BAHAN. Dr. Mohammad Abdul Mukhyi, SE., MM

PEMELIHARAAN FASILITAS DASN PENANGANAN BAHAN. Dr. Mohammad Abdul Mukhyi, SE., MM PEMELIHARAAN FASILITAS DASN PENANGANAN BAHAN Dr. Mohammad Abdul Mukhyi, SE., MM Dua fungsi pelayanan penting : a.pemeliharaan (maintenance) b.penanganan bahan (material handling). Jenis-jenis pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI Didalam sebuah industri dan perdagangan terdapat beberapa faktor yang sangat penting untuk diperhatikan guna meningkatkan kinerja didalam sebuah industri yaitu: 1. Kelancaran dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pembuatan suatu produk diperlukan mesin produksi sebagai alat pendukung guna terlaksananya proses produk tersebut. Suatu mesin dalam proses produksi tidak

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah 3.1. Flowchart Pemecahan Masalah Agar penelitian ini berjalan dengan sistematis, maka sebelumnya penulis membuat perencanaan tentang langkah-langkah pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 MANAJEMEN PERAWATAN Manajemen perawatan adalah salah satu elemen penting dalam suatu perusahaan terutama dalam perusahaan manufaktur. Sehingga sangat dibutuhkan perawatan dalam

Lebih terperinci

I. AKTUARIA (A.1) MANAJEMEN RESIKO DALAM STRATEGI PERAWATAN ASET. Erni D. Sumaryatie Fakultas Sains, Institut Teknologi Telkom Bandung

I. AKTUARIA (A.1) MANAJEMEN RESIKO DALAM STRATEGI PERAWATAN ASET. Erni D. Sumaryatie Fakultas Sains, Institut Teknologi Telkom Bandung I. AKTUARIA (A.1) MANAJEMEN RESIKO DALAM STRATEGI PERAWATAN ASET Erni D. Sumaryatie Fakultas Sains, Institut Teknologi Telkom Bandung ds.erni@rocketmail.com ABSTRAK Biaya perawatan (maintenance cost) aset

Lebih terperinci

OPTIMASI PERAWATAN STONE CRUSHER MENGGUNAKAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM)

OPTIMASI PERAWATAN STONE CRUSHER MENGGUNAKAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) 1 OPTIMASI PERAWATAN STONE CRUSHER MENGGUNAKAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) Ya umar, Totok R. Biyanto Jurusan Teknik Fisika - Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

Desy Ambar Yunanta ( )

Desy Ambar Yunanta ( ) Penilaian Risiko dan Perencanaan Kegiatan Perawatan Induction Furnace dengan Pendekatan RCM II (Reliability Centered Maintenance) Studi Kasus di PT Barata Indonesia (Persero) Gresik Desy Ambar Yunanta

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Dari uraian dan pembahasan yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, maka pada bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran yang diambil berdasarkan uraian dan pembahasan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan bebas. Persaingan dunia usaha yang semakin ketat menimbulkan tantangan

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan bebas. Persaingan dunia usaha yang semakin ketat menimbulkan tantangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, dunia industri di Indonesia terasa semakin meningkat dan bersaing menuju ke arah persaingan global, terutama persaingan dalam hal menghadapi

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang :

Lebih terperinci

Hanif Fakhrurroja, MT

Hanif Fakhrurroja, MT Pertemuan 11: Pengembangan Sistem Informasi Hanif Fakhrurroja, MT PIKSI GANESHA, 2013 Hanif Fakhrurroja @hanifoza hanifoza@gmail.com Metodologi Pengembangan Sistem System Development Life Cycle (SDLC)

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. : Probabilitas suatu sistem beroperasi sesuai fungsinya dalam suatu waktu tertentu dalam kondisi operasi yang telah ditetapkan

DAFTAR ISTILAH. : Probabilitas suatu sistem beroperasi sesuai fungsinya dalam suatu waktu tertentu dalam kondisi operasi yang telah ditetapkan DAFTAR ISTILAH Availability Consequence Assesment Corrective Maintenance Downtime Failure function Failure Rate Maintainability Maintenance : Probabilitas suatu sistem beroperasi sesuai fungsinya dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Setiap produk diharapkan dapat memenuhi kebutuhankebutuhan konsumen. Salah satu hal yang menjadi kebutuhan konsumen yaitu kualitas produk yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 2.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 2.1 Latar Belakang 67 BAB 1 PENDAHULUAN 2.1 Latar Belakang Pengendalian dengan pengukuran didalam operasional pabrik bahan bakar minyak secara konvensional memiliki banyak keterbatasan terutama menyangkut masalah mutu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam rangka mendukung kelangsungan produksi sebuah

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam rangka mendukung kelangsungan produksi sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mesin-mesin dan peralatan produksi merupakan elemen atau unsur yang sangat penting dalam rangka mendukung kelangsungan produksi sebuah perusahaan manufaktur.

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN BALLMILL DENGAN BASIS RCM (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE )

PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN BALLMILL DENGAN BASIS RCM (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE ) PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN BALLMILL DENGAN BASIS RCM (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE ) Ahmad Kholid Alghofari Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani Tromol Pos

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia industri terus mengalami perkembangan, terutama di bidang manufaktur. Dalam industri, suatu desain menjadi hal yang penting karena persaingan semakin ketat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar terhadap produktivitas pada bidang manufaktur maupun jasa. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar terhadap produktivitas pada bidang manufaktur maupun jasa. Dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Manajemen operasi merupakan salah satu bidang yang berpengaruh sangat besar terhadap produktivitas pada bidang manufaktur maupun jasa. Dalam menjalankan operasionalnya,

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori. [Jog98] mendefinisikan pengembangan system (System Development)

BAB II. Landasan Teori. [Jog98] mendefinisikan pengembangan system (System Development) BAB II Landasan Teori 2.1. Pengembangan Sistem [Jog98] mendefinisikan pengembangan system (System Development) dapat berarti menyusun suatu system yang baru untuk menggantikan system yang lama secara keseluruhan

Lebih terperinci