Membangun Komitmen Parapihak Pengurangan Risiko Bencana DI Yogyakarta Dalam Pembentukan Platform PRB DI Yogyakarta
|
|
- Hadian Iskandar
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Membangun Komitmen Parapihak Pengurangan Risiko Bencana DI Yogyakarta Dalam Pembentukan Platform PRB DI Yogyakarta Oleh Ninil R Miftahul Jannah/Perkumpulan Lingkar, Forum PRB DI Yogyakarta A. LATAR BELAKANG Pemerintah telah menyusun berbagai regulasi yang mengatur upaya penanggulangan bencana, seperti Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN PRB) yang merupakan turunan Kerangka Aksi Hyogo dan UU No. 24 Tahun 2007 beserta peraturanperaturan turunannya. RAN yang diluncurkan pada tahun 2007 adalah dokumen yang berisi kerangka kerja , rencana aksi dan prioritas, mekanisme pelaksanaan, serta dasar kelembagaan PRB. Dokumen juga menjabarkan tugas, fungsi dan kewajiban seluruh pemangku kepentingan yang dilaksanakan dengan dasar koordinasi, partisipasi dan sejalan dengan Kerangka Aksi Hyogo. RAN menjadi arahan untuk menfasilitasi para pengambil keputusan untuk memberikan komitmennya secara lintas sektor dan prioritas prioritas program secara sistematis. Idealnya dokumen RAN disusun oleh suatu Platform Nasional yang dapat berbentuk forum atau komite multipihak. Platform ini akan berfungsi sebagai sebuah mekanisme koordinasi dalam pengarusutamaan PRB dan berperan dalam pembentukan dan pengembangan sistem PRB yang menyeluruh. Di daerah akan ada platform PRB daerah yang akan mengawal kerja kerja PRB, termasuk penyusunan RAD PRB. Diskusi tentang Platform PRB DI Yogyakarta telah dimulai sejak 31 Oktober Berikut hasil ringkas Diskusi Pemangku Kepentingan PRB di Provinsi DIY Membangun Landasan yang Kokoh bagi Pengurangan Risiko Bencana, Hotel Mercure, Yogyakarta: Diskusi tentang Apa bentuk platform PRB yang paling sesuai untuk DIY? Siapa saja yang akan dilibatkan? Bagaimana kita akan membangun platform tersebut? Bagaimana mekanisme kerja platform PRB DIY? Seperti apakah kegiatan konkret? Telah dimulai sejak tahun 2007 (Workshop Diskusi Pemangku Kepentingan PRB di Provinsi DIY Membangun Landasan yang Kokoh bagi Pengurangan Risiko Bencana, 31 Oktober 2007, dihadiri oleh NGO s/ingo s yang bekerja untuk penanggulangan bencana di D.I.Yogyakarta). Hampir berakhirnya proyek proyek/kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di D.I.Yogyakarta dan Jawa Tengah, banyaknya cluster cluster yang sudah vakum melakukan kegiatan bersama dimana diskusi diskusi dan koordinasi yang bermanfaat dan mengundang
2 spririt aksi kolektif dirasakan hilang. Pada penghujung Maret 2008, beberapa pihak dari LSM, International NGO s/un Agency, dan Instansi pemerintah bekerja di bidang penanggulangan bencana dan kemanusiaan, di D.I.Yogyakarta dan Jawa Tengah paska gempa bumi 27 Mei 2006 bersepakat untuk bersama sama menjalankan kegiatan paguyuban untuk isu isu pengurangan risiko bencana, yang diberi nama Forum PRB. Kemudian menyepakati kegiatan Kampanye Pengurangan Risiko Bencana pada akhir Mei sampai Juli 2008 menggunakan momentum peringatan 2 tahun gempa dan 1 tahun lahirnya Undang Undang Penganggulangan Bencana di Indonesia, yang dilaksanakan ramai ramai oleh 13 NGO s/ingo s dan 7 instansi/proyek pemerintah yang bekerja di D.I.Yogyakarta/ Jawa Tengah. Evaluasi kegiatan ini merupakan tonggak penting yang melatarbelakangi motivasi untuk segera mewujudkan sebuah Platform Lokal PRB untuk D.I. Yogyakarta sekaligus merupakan pembuktian bahwa inisiasi mekanisme koordinasi yang bersifat multistakeholder di D.I.Yogyakarta telah hadir. Maka paguyuban Forum PRB membentuk tim kerja pembentukan platform/forum PRB sebagai bentuk forum multistakeholder yang akan berperan dalam menyusun RAD PRB Daerah/Provinsi, dan menyelenggarakan Workshop multistakeholder pada tanggal 30 Agustus Dengan me reartikulasi ulang pertanyaan pertanyaan tenang apa bentuk platform PRB yang paling sesuai untuk DIY? Bagaimana kita akan membangun platform tersebut? Bagaimana mekanisme kerja platform PRB DIY? Seperti apakah kegiatan konkret?. (Lihat Tabel Konfirmasi Rekomendasi Mekanisme Forum PRB) Tabel Konfirmasi Rekomendasi Mekanisme Forum PRB ASPEK SEMILOKA 17 OKTOBER 2007 SEMILOKA 30 AGUSTUS 2008 BENTUK INSTITUSI STRUKTUR Forum PRB DIY Badan mandiri Unsur Badan PB Lintas fungsi PB Ada landasan Hukum/Alat Hukum UU No. 24/2007 RAN PRB RAD Koordinasi antar sektor Mengatur aksi/aktivitas semua pihak yang terlibat dalam PRB Transparan dan akuntabel Jelas landasan hukum Jelas aturan main Jelas aktor/pelaku Perencanaan strategis Badan Mandiri (DIP = detail implementation plan dn budget). Level otoritas yang jelas. Menggunakan istilah Forum Perlu legalisasi dari Gubernur agar memiliki kekuatan hukum sehingga tidak perlu akta notaris Fleksibel Otonom/Mandiri Ada koordinator/ketua dan jajaran pengurus secara fungsional Perlu kesekretariatan/sekber MEKANISME Pelibatan pemangku kepentingan Koordinatif dan prosedural
3 KEANGGOTA AN PROGRAM KERJA pada area dia mereka bekerja, seperti: di bidang preparedness, mitigasi dan restorasi (rehab rekons) Partisipasi dan community base Pembentukan kelompok kerja (Pokja) Diskusi-diskusi dan koordinasi Drafting/sosilisasi/feedback/review Community based Musyawarah (dialog, diskusi) Tim penyusun (perwakilanperwakilan) Badan Mandiri membentuk/memfasilitasi partisipasi dan jaringan pada level formal dan non formal. Multipihak/multistakeholder (Pemerintah, Akademisi, Masyarakat, Dunia usaha/private sector, LSM, Masyarakat, Perguruan tinggi/akademisi, Masyarakat (tokoh masyarakat), Media massa, Lainnya) Pertemuan rutin Inventarisasi potensi Sosialisasi platform yang telah disepakati Pengarusutamaan PRB ke semua sektor pembangunan Monitoring dan evaluasi Sosialisasi PB Pendidikan PB Simulasi Pemetaan potensi bahaya di DIY / kerentanan. Sosialisasi dan advokasi / diseminasi Rencana aksi tiap wilayah DIY Pertemuan rutin Inventarisasi potensi Breakdown Perda sampai ke level pemerintahan terbawah Monev (berkala) Kurikulum formal tentang PRB pada tiap level pendidikan. Fokus pada preparedness dan mitigasi Concern to: rentan/vulnerable dan difable Ada Pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab Konsultasi publik ataupun dialog publik untuk mengambil kebijakan Transparan dan akuntabel Ada aturan main yang jelas Dari berbagai sektor Sukarela Terbuka Komitmen Institusi Sosialisasi platform yang telah disepakati Pertemuan rutin Inventarisasi potensi Pemetaan potensi bahaya di DIY / kerentanan. Sosialisasi dan advokasi / diseminasi Rencana aksi tiap wilayah DIY Pengarusutamaan PRB ke semua sektor pembangunan Monitoring dan evaluasi Sosialisasi PB Pendidikan PB Simulasi Kenduri sadar bencana Pondok-pondok baca
4 B. PEMIKIRAN DASAR Mengapa juga di leading oleh formatur yang merepresentasi stakeholder? Mengapa terasa begitu kuat peran representasi civil society dalam proses pembentukan paltform PRB D.I.Yogyakarta? Pertama, Intepretasi dan apresiasi prinsip prinsip yang merupakan modal sosial dari kelompok kelompok civil society di D.I. Yogyakarta (dan dari luar Yogyakarta) yakni partisipasi, Kesetiakawanan, solidaritas, Kesukarelaan, Terbuka, Toleransi, Kesetaraan, Nondiskriminatif, Komitmen, Akuntabilitas. Yang telah ditunjukkan melalui bagaimana kelompok non pemerintahan ini berproses dalam melaksanakan kegaitan kegiatan tanggap darurat, rehabilitasi, rekonstruksi, dan mentransformasi ketidak sempurnaan bahkan pengabailan beberapa hal selama masa tersebut sesegera mungkin dengan sumberdaya dan kapasitas yang ada baik secara sendiri sendiri, terutama melalui upaya kolektif. Walaupun dihadapkan pada berbagai persoalan seperti Wajarnya hak/kewenangan membuat produk kebijakan ada pada eksekutif dan legislatif. Menegakkan kedaulatan civil society, khususnya dalam hal menentukan prioritas kebutuhan, prioritas isu, dan cara cara yang memperhatikan tingkat kesiapan (kapasitas dan kerentantan yang ada), cara cara yang lebih sesuai (lokal), terutama ketika cara cara tersebut mengapresiasi copping mechanism yang telah ada, baik karena potensi kearifan lokal maupun daya adaptasi yang layaknya diapresiasi lebih baik. Kedua, hampir sebagian besar pangkalan sumberdaya dan knowledge tentang kebencanaan dan pengurangan risiko bencana masih menjadi kapasitas kelompok kelompok civil society; seperti (1) Rancangan rancangan kebijakan terkait PB dan PRB, difasilitasi oleh LSM/UN atau International Agency, (2) Rancangan RAD PRB DIY, disusun oleh tim gabungan (LSM dan Instansi Pemerintah) dan dimonitoring dengan baik oleh sebuah forum LSM, (3) Pengembangan pengembangan kapasitas staf instansi pemerintah difasilitasi oleh proyek/program dari LSM/UN atau International Agency, (4) Pengetahuan pengetahuan mitigasi struktural masih didominasi oleh perguruan tinggi, (5) Kerelawanan yang merupakan bagian penting dari PRB, tumbuh kembang dengan subur di organisasi/komunitas civil society karena kelenturan tupoksi dari kelompok non pemerintahan ini, (6) Pengalaman menunjukkan tingginya kemampuan penggalangan dana dan sumberdaya dari sektor private dan media, dll. Akan tetapi unsur pemerintahan tetap merupakan hal penting, karena komponen utama platform adalah kepemimpinan lokal, dan mobilisasi sumber daya. Dan setiap urusan PB/PRB kegiatan akan melekat dalam program program pembangunan (cakupan setiap instansi pemerintah, SKPD, dll).
5 Eksistensi memang ditunjukkan dari kegiatan kegiatan riil, akan tetapi sebuah dasar hukum mengenai forum/platform diperlukan sebagai bentuk pengakuan bahwa Forum PRB telah diakui oleh pemerintah, apalagi forum yang diproyeksikan untuk: (1) menyusun RAD PRB DIY, (2) menyusun RAD RPB DIY, (3) Mereview RTRW DIY, dan (4) membahas pembentukan BPBD DIY (Catatan Penulis: Ini hanya gagasan internal Formatur/Tim Pembentukan Platform/Forum PRB, bukan sumber formal)akan diminta untuk mengasisteni/ mambantu Pemerintah dalam hal Pengurangan Resiko bencana. Walaupun perlu diwaspadai agar dasar hukum tersebut akan membatasi ruang gerak Forum PRB. Pilihan untuk di payungi SK Gubernur, dipertimbangakan dengan alasan (1) Surat Keputusan (SK) Gubernur merupakan indikator dukungan dan pengakuan secara politis oleh pemerintah, (2) SK.Gubernur merupakan legalitas kelembagaan (semi formal) yang memuat konsekuensi tugas dan kewajiban yang dimandatkan bagi para pengurusnya, dan (3) Adanya SK Gubernur dapat memudahkan melakukan koordinasi dengan SKPD SKPD yang ada didalam kesatuan Pemerintah DIY. Perangkan Forum/Platform tidak perlu dipilih dengan cara fit and proper test karena: (1) F.PRB merupakan forum multistakeholder dari semua sector dan memiliki keanggotaan yang cukup banyak; (2) Para anggotalah yang akan menentukan siapa siapa yang layak menjadi pengurus F.PRB dengan mempertimbangakan tingkat pengalaman dan keahliannya khususnya dalam konteks isu penanggulangan bencana, (3) Forum/Platform PRB akan memiliki fungsi dan peran yang fleksibel baik advokasi, moderasi, dan juga advisory antara masyarakat dan pemerintah. Contoh contoh lembaga public semi formal yang ditetapkan melalui SK Gubernur: Dewan Kebudayaan Daerah DIY, Dewan Pendidikan Propinsi DIY, Komisi Plasma Nutfah Daerah Propinsi DIY, Dll. (Sedang contoh contoh lembaga public formal yang ditetapkan melalui SK Gubernur tetapi dengan cara fit and proper test: LOD DIY, LOS DIY, KPID (Komisi Penyiaran Indonesia Daerah). C. PENUTUP Proses pembentukan Forum ini saat ini sedang dalam proses, (Lihat bagian Kerangka Kerja Pembentukan Platform Forum PRB D.I.Yogyakarta, di lampiran berikut). Prinsip kehatihatian dalam mencoba merepresentasi pemangku kepentingan PRB di D.I.Yogyakarta, merupakan perhatian utama, sekaligus menjadi siasat untuk menggalang komitmen sedini mungkin dan scalling up kapasitas PRB di D.I.yogyakarta dan Platform PRB lokal yang sustainable dengan sumberdaya lokal, dan tangguh.
6
7 DRAFT STATUTA FORUM PRB DI.YOGYAKARTA BENTUK Forum adalah wadah yang menyatukan organisasi pemangku kepentingan (stakeholders) DI.Yogyakarta yang bergerak dalam mendukung upaya upaya pengurangan risiko bencana (PRB) di wilayah DI.Yogyakarta. Termasuk didalamnya mereka: Institusi pemerintahan Lembaga Swadaya Masyarakat atau Organisasi Non Politik Organisasi sektor swasta (private sector) Perguruan Tinggi atau lembaga penelitian Oganisasi/kelompok masyarakat sipil dan Organisasi Masyarakat Organisasi Palang Merah (Bagian dari strukur Palang Merah Internasional) Yang bekerja atau berkontribusi pada bidang bidang, seperti: Pengembangan kapasitas dan pemberdayaan masyarakat bantuan kemanusiaan pembangunan berkelanjutan pembangunan yang bertugas di sektor publik penanggulangan bencana pengurangan risiko bencana Dalam aktivitasnya forum adalah organisasi mandiri (lembaga otonom) yang mengembangkan fleksibilitas untuk mencapai tujuan bersama dan menyelesaikan persoalan, berpegang dan berpedoman pada prinsip prinsip yang disepakati forum anggota, peraturan, dan kerjasama yang saling menguntungkan dari seluruh organisasi yang menjadi anggota Forum. Pengurangan risiko bencana adalah kerangka konseptual yang terdiri dari elemen elemen yang dipandang mempunyai kemungkinan untuk meminimalkan kerentanan dan risiko bencana di seluruh masyarakat; untuk menghindari (pencegahan) atau membatasi (mitigasi dan kesiapsiagaan) dampak merugikan yang ditimbulkan bahaya, dalam konteks luas pembangunan berkelanjutan PRINSIP Partisipasi Kesetiakawanan solidaritas Kesukarelaan
8 Terbuka Toleransi Kesetaraan Non diskriminatif Komitmen Akuntabilitas FUNGSI 1) Mekanisme untuk meningkatkan kolaborasi & koordinasi berbagai pemangku kepentingan dalam keberlanjutan aktivitas aktivitas PRB selaras dengan RAN PRB dan RAD PRB DI. Yogyakarta 2) Mekanisme yang digunakan daerah untuk pembentukan dan pengembangan sistem PRB 3) Pengawas (watch body) kegiatan kegiatan Pengurangan Risiko Bencana 4) Memfasilitasi integrasi PRB ke dalam kebijakan, perencanaan dan program daerah di berbagai sektor pembangunan serta ke dalam kebijakan dan program bantuan pembangunan nasional maupun internasional 5) Mekanisme yang digunakan daerah untuk menangani masalah masalah sosial, ekonomi dan lingkungan terkait pengurangan dan pengelolaan risiko bencana berbasis komunitas 6) Katalis untuk konsultasi daerah dan membangun konsensus para pihak atau pemangku kepentingan (multi party or multi stakeholders) VISI - Negara Republik Indonesia dan Komunitas DI. Yogyakarta yang tangguh terhadap bencana MISI 1. Mendorong terciptanya lingkungan yang mendukung bagi pengembangan budaya pencegahan, melalui advokasi dan penumbuhan kesadaran dan pengetahuan tentang PRB 2. Memfasilitasi pengarusutamaan PRB ke dalam pembangunan 3. Menggunakan berbagai perspektif dan aksi yang bersifat multi sektor dan multi disiplin ilmu 4. Wadah kerjasama efektif multi pihak dan lintas bidang/sektor dalam proses proses pembangunan berkelanjutan
9 5. Mempengaruhi perubahan perubahan positif melalui upaya yang terpadu dan terkoordinasi dalam proses penyusunan kebijakan, perencanaan, administrasi dan pengambilan keputusan 6. Mobilisasi sumber daya dan kapasitas pemangku kepentingan lokal, lembaga lembaga nasional, regional dan internasional/struktur PBB yang relevan 7. Menjadi Center of excellence dalam pengurangan risiko bencana TUJUAN TUJUAN UMUM 1) Keterpaduan kegiatan PRB di DI.Yogyakarta 2) Kerjasama efektif antar pihak dan pemangku kepentingan lokal dalam isu PRB 3) Institusionalisasi (pelembagaan) dan pengarusutamaan PRB dalam perencanaan, kebijakan, dan program program pembangunan di DI. Yogyakarta TUJUAN TUJUAN KHUSUS 1) Mewujudkan upaya PRB yang memiliki sumberdaya lebih baik, efektif, terpadu antar pemangku kepentingan dan antar daerah 2) Mendorong partisipasi aktif para pengambil keputusan, perencana dan pelaku pembangunan, dan wakil masyarakat sebagai subyek pembangunan 3) Menciptakan wadah untuk saling bertukar informasi, pengalaman, petikan pembelajaran atau lessons learnt, dan praktik terbaik atau good practices 4) Memfasilitasi pihak pihak berwenang dalam mengarusutamakan PRB ke dalam pembangunan 5) Akses dan hubungan dengan para pelaku PRB di tingkat daerah, nasional, regional dan global KEGIATAN KEGIATAN 1) Mendokumentasikan pengalaman, petikan pembelajaran atau lessons learnt, dan praktik terbaik atau good practices 2) Menyusun informasi data dasar untuk PRB; termasuk profil ancaman dan risiko bencana, kebijakan, strategi, kapasitas, sumberdaya, dan program daerah/nasional 3) Melakukan analisa sistem PRB dan kebijakan pemerintah/pemerintah daerah yang terkait secara menyeluruh 4) Mengidentifikasi tren, kesenjangan, permasalahan & tantangan serta menentukan bidang prioritas PRB 5) Berperan dalam pembentukan dan pengembangan sistem PRB 6) Membentuk gugus tugas tematis (thematic platform/task force) sesuai dengan bidang prioritas RPB yang kontekstual
10 7) Mengelola kegiatan koordinasi dan berbagi data/ informasi antar pihak dalam melaksanakan kegiatan PRB 8) Mendorong proses menyusun atau mengadopsi kebijakan dan peraturan perundangan yang berpespektif PRB 9) Menyusun RAD PRB DI.Yogyakarta 10) Menetapkan patokan kemajuan yang dicapai dalam menggalakkan PRB dan pengarusutamaan PRB ke dalam kebijakan, perencanaan dan program pembangunan 11) Menyusun rencana kerja yang berorientasi hasil dan selaras dengan kerangka kerja aksi RPB yang disepakati secara nasional 12) Mengkoordinasikan upaya bersama antar/sesama anggota untuk PRB 13) Memantau, mencatat dan melaporkan aksi aksi pengurangan risiko bencana di tingkat daerah sejalan dengan kerangka kerja aksi PRB yang disepakati PERANGKAT ORGANISASI Perangkat organisasi dalam organisasi Forum PRB DI. Yogyakarta adalah: Dewan Kehormatan Presidium Forum Anggota Tetap Anggota Tidak tetap Dewan Kehormatan adalah pemimpin yang memiliki peran strategis dalam PB dan pembangunan daerah, dan tokoh masyarakat yang keteladanan dan aktivitasnya mampu memberi motivasi bagi mobilisasi sosial untuk kepentingan penguatan civil society dan kemanusiaan di D.I.Yogyakarta. Presidium adalah pengurus Forum PRB yang terdiri dari 5 orang, yang membagi tugas dan kewenangannya dalam 4 bidang dan 1 orang yang berfungsi mengkordinasi dan memimpin Presidium Forum. Bidang bidang tersebut yakni: Kelembagaan dan regulasi Data dan Informasi teknis Edukasi dan kampanye Partisipasi
11 Rapat Anggota merekomendasikan Dewan Kehormatan memilih Presidium (terdiri dari 5 orang, 1 Difasilitasi sekretariat Anggota tetap adalah organisasi/institusi/instansi yang berbasis di D.I. Yogyakarta, bekerja dalam jangka panjang atau berdomisili di D.I.Yogyakarta. Anggota tidak tetap adalah organiasi/institusi/agency yang bekerja dalam jangka tertentu bukan jangka panjang di D.I.Yogyakarta.
STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN
STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN Forum Pengurangan Risiko Bencana Jawa Barat adalah sebuah wadah yang menyatukan para pihak pemangku kepentingan (multi-stakeholders) di Jawa
Lebih terperinciPERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PB
PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PB PELUNCURAN DAN DISKUSI BUKU TATANAN KELEMBAGAAN PB DI DAERAH PUJIONO CENTER, 3 JUNI 2017 RANIE AYU HAPSARI Peran Serta Masyarakat SFDRR: Prioritas 1 (Memahami Risiko Bencana):
Lebih terperinciSEKOLAH SIAGA BENCANA & Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana
SEKOLAH SIAGA BENCANA & Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana mewakili Konsorsium Pendidikan Bencana Ardito M. Kodijat [UNESCO Office Jakarta] Tak Kenal Maka Tak Sayang.. Presidium: ACF, LIPI, MPBI, MDMC
Lebih terperinciBAB V. RENCANA PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF
BAB V. RENCANA PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF 5.1. Rencana Program, Kegiatan dan Indikator Kinerja a. Program : Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
Lebih terperinciBAB II VISI, MISI DAN LANDASAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA
BAB II Rencana Aksi Daerah (RAD) VISI, MISI DAN LANDASAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA 2.1 Visi Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Badan Penanggulangan Bencana Derah Kabupaten Pidie Jaya, menetapkan Visinya
Lebih terperinciBNPB. Penyusunan RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DI DAERAH
BNPB 2014 Penyusunan RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DI DAERAH Konsepsi Rencana Penanggulangan Bencana Perencanaan Penanggulangan Bencana adalah kewajiban pemerintah dan pemerintah daerah berdasarkan UU
Lebih terperinciPERENCANAAN KINERJA BAB II VISI : Masyarakat Gorontalo yang Siaga dan Terlindung dari Ancaman Bencana. 2.1 RENCANA STRATEGIS 2.1.
2.1 RENCANA STRATEGIS 2.1.1 Visi Visi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Tahun 2016 adalah Masyarakat Gorontalo yang siaga dan terlindung dari ancaman bencana VISI : Masyarakat Gorontalo yang Siaga dan
Lebih terperinciFinalisasi RENCANA AKSI PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PESISIR SELATAN (PESSEL) TAHUN KALENDER : JANUARY - DECEMBER 2016
` Finalisasi RENCANA AKSI PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PESISIR SELATAN (PESSEL) TAHUN KALENDER : JANUARY - DECEMBER 2016 Nama Kota/Kabupaten Provinsi Target capaian Focal Point Sumatera Barat Masyarakat
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam
Lebih terperinciUndang-Undang Penanggulangan Bencana No 24/2007 Lembaran Negara No 66, 2007
Undang-Undang Penanggulangan Bencana No 24/2007 Lembaran Negara No 66, 2007 Setelah hampir dua tahun pembahasan, suatu RUU yang didorong oleh masyarakat warga, inisitaif Dewn, diresmikan menjadi UUPB Bersama
Lebih terperinciRio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.
Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI PAPUA
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciKerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional
Kegiatan Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional SFDRR (Kerangka Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana) dan Pengarusutamaan PRB dalam Pembangunan di Indonesia Tanggal 17 Oktober
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciKomite Advokasi Nasional & Daerah
BUKU SAKU PANDUAN KEGIATAN Komite Advokasi Nasional & Daerah Pencegahan Korupsi di Sektor Swasta Direktorat Pendidikan & Pelayanan Masyarakat Kedeputian Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi KATA PENGANTAR
Lebih terperinciPERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA
PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN B. Wisnu Widjaja Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan TUJUAN PB 1. memberikan perlindungan kepada masyarakat
Lebih terperinciBAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN
BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013-2015 Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 106 Tahun 2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN DAN PENYELENGGARAAN FORUM DELEGASI MUSRENBANG KABUPATEN SUMEDANG
PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 106 Tahun 2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN DAN PENYELENGGARAAN FORUM DELEGASI MUSRENBANG KABUPATEN SUMEDANG BUPATI SUMEDANG Menimbang : a. bahwa pembangunan Daerah
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta.
No.1602, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, yang dilakukan oleh pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA KEDIRI
PEMERINTAH KOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TRANSPARANSI DAN PARTISIPASI DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kerentanan berkaitan erat dengan kesenjangan (inequality) yang dihasilkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bencana merupakan proses dinamis hasil kerja ancaman (hazards) terhadap komponen ekonomi, politik, dan ekologis yang disebut kerentanan. Kerentanan berkaitan erat
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,
PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG KOMISI PENANGGULANGAN ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME (AIDS) PROVINSI JAWA TENGAH DAN SEKRETARIAT KOMISI PENANGGULANGAN ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi komunikasi bencana yang dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan pengelolaan komunikasi bencana
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO
BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Pembaharuan tata kelola pemerintahan, termasuk yang berlangsung di daerah telah membawa perubahan dalam berbagai dimensi, baik struktural maupun kultural. Dalam hal penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI. 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi
BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi Strategi Sanitasi Kota (SSK) merupakan alat manajemen untuk meningkatkan transparansi perencanaan dan
Lebih terperinciPROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN
1 PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN, Menimbang
Lebih terperinciBAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS
BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS 8.1. Rancangan Program Peningkatan Peran LSM dalam Program PHBM Peran LSM dalam pelaksanaan program PHBM belum sepenuhnya diikuti dengan terciptanya suatu sistem penilaian
Lebih terperinciINTEGRASI RPB dalam PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional INTEGRASI RPB dalam PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Disampaikan oleh: Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal,
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG
BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciDengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:
1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. dilakukan dalam proses pengurangan Risiko bencana di wilayah rawan bencana. Kabuaten Sinjai, dapat disimpulkan temuan sebagai berikut;
BAB VI PENUTUP Dari hasil temuan lapangan dan pembahasan yang dilakukan maka dapat disusun kesimpulan dari hasil penelitian ini. Adapun kesimpulan dari penelitian meliputi ringkasan temuan, kontribusi
Lebih terperinciWALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH
WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TENGAH
SALINAN BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG DUNIA USAHA TANGGUH BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA BUPATI KARANGANYAR, ESA Menimbang : a.
Lebih terperinciLOGICAL FRAMEWORK ANALYSIS (LFA) KONSIL LSM INDONESIA HASIL PERENCANAAN STRATEGIS MARET 2011
LOGICAL FRAMEWORK ANALYSIS (LFA) KONSIL LSM INDONESIA HASIL PERENCANAAN STRATEGIS MARET 2011 GOAL/IMPACT TINGKATAN TUJUAN/HASIL INDIKATOR SUMBER VERIFIKASI ASUMSI Meningkatnya akuntabilitas, peran dan
Lebih terperinciHasil yang diharapkan Hasil yang dicapai Peserta. Rekomendasi Dokumentasi
c. d. e. f. g. h. i. Hasil yang diharapkan Hasil yang dicapai Peserta Lokasi Waktu Rekomendasi Dokumentasi 3. Laporan kegiatan yang disusun oleh Unit LIDi PB diberikan kepada Kepala Pelaksana BPBD dan
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LEBAK
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI MALUKU
PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR : 21 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI MALUKU GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a. bahwa percepatan penurunan angka
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA
PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA Ida Ngurah Plan International Indonesia Ida.Ngurah@plan-international.org Konteks Bencana dan Dampak Pendidikan
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG
PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCA BENCANA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA Pedoman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja adalah dokumen rencana yang memuat program dan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai sasaran pembangunan, dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI DAERAH
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN DARI DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL MEWAKILI MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN
PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2013-2018 JL. RAYA DRINGU 901 PROBOLINGGO SAMBUTAN
Lebih terperinciPeran Kelembagaan dalam Mitigasi Bencana di Indonesia. Oleh: Rudi Saprudin Darwis
Peran Kelembagaan dalam Mitigasi Bencana di Indonesia Oleh: Rudi Saprudin Darwis Pendahuluan Secara geografis, Indonesia berada di daerah rawan bencana; negara yang memiliki risiko gempa bumi lebih dari
Lebih terperinciMODUL 1: PENGANTAR TENTANG KETANGGUHAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA. USAID Adapt Asia-Pacific
MODUL 1: PENGANTAR TENTANG KETANGGUHAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA University of Hawaii at Manoa Institut Teknologi Bandung SELAMAT DATANG! Mengapa kita berada disini (tujuan
Lebih terperinciBUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012
1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 Rencana Pembangunan TANGGAL Jangka : 11 Menengah JUNI 2013 Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan memainkan
Lebih terperinciGUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG
GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI
LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2010 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI Tanggal : 26 Nopember 2010 Nomor : 6 Tahun 2010 Tentang : TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN
Lebih terperinciBUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK, KELUARGA BERENCANA, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN
Lebih terperinciBUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER
BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciARAHAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA PADA ACARA
ARAHAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA PADA ACARA RAPAT KOORDINASI NASIONAL PENGUATAN KELEMBAGAAN TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TKPK) TAHUN 2014 Jakarta, 13 Mei 2014 TARGET
Lebih terperinciLAPORAN KOMISI INFORMASI PROVINSI JAWA BARAT Tahun 2012
LAPORAN KOMISI INFORMASI PROVINSI JAWA BARAT Tahun 2012 Komisi Informasi Provinsi Jawa Barat pada awal Tahun 2012 telah melaksanakan pertemuan internal membahas rencana strategis (Renstra) 2011-2015 dan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa agar kegiatan pembangunan
Lebih terperinciTAHAPAN PENGEMBANGAN KLA
7 2012, No.170 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PANDUAN PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA LAYAK ANAK TAHAPAN PENGEMBANGAN
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI,TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI,TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi BPBD BPBD Kabupaten Bandung sebagai salah satu instansi dari Pemerintah Kabupaten, dalam menetapkan visinya tentu harus mengacu kepada
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG
1 2015 No.14,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul. Peran serta, Lembaga Usaha, penyelenggaraan, penanggulangan, bencana. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA
Lebih terperinciSURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya
Lebih terperinciGUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 43 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 43 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATAKERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciBUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH
BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOYOLALI, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPELAKSANAAN PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)/ SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)
PELAKSANAAN PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)/ SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) ARIFIN RUDIYANTO Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas Rapat Koordinasi
Lebih terperinciDINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MUSI RAWAS. Mesin Pemotong Rumput. iii RENCANA KERJA 2015
DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MUSI RAWAS Mesin Pemotong Rumput RENCANA KERJA 2015 iii KATA PENGANTAR Perubahan paradigma sistim perencanaan berimplikasi pada proses perencanaan yang cukup panjang,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
+- PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MELAWI, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR
WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciDAFTAR INFORMASI PUBLIK INFORMASI BERKALA INSTANSI/SKPD: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DIY Tahun Bidang/ Penanggung jawab.
DAFTAR INFORMASI PUBLIK INFORMASI BERKALA INSTANSI/SKPD: BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DIY 2017 No. 1 Rencana kerja (renja) BPBD DIY 2017 : Program/kegiatan tahun 2017 Target tahun 2017 dan 2018
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa upaya melindungi segenap rakyat dan bangsa
Lebih terperinciRPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan regional, juga bermakna sebagai pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan
Lebih terperinciRANCANGAN KERTAS POSISI SEKOLAH/MADRASAH AMAN DARI BENCANA
RANCANGAN KERTAS POSISI SEKOLAH/MADRASAH AMAN DARI BENCANA Dibacakan oleh Inspektur Utama BNPB Working Session 2: Sekolah Aman Ballroom 3, The Sunan Hotel, Kota Surakarta I. Pengantar Indonesia adalah
Lebih terperinciKEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA
KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA Sekilas Berdirinya BNPB Indonesia laboratorium bencana Terjadinya bencana besar : Tsunami NAD dan Sumut, 26 Desember 2004,
Lebih terperinciRencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Blitar 2005-2025
BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Di era otonomi daerah, salah satu prasyarat penting yang harus dimiliki dan disiapkan setiap daerah adalah perencanaan pembangunan. Per definisi, perencanaan sesungguhnya adalah
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 T E N T A N G
PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN BAGIAN DARI PERANGKAT DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO
SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH
Draft 4 GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a.
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA INDIVIDU (IKI) BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO
INDIKATOR KINERJA INDIVIDU (IKI) BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO 1. Instansi : Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Mojokerto 2. Unit Kerja : Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan
Lebih terperinciWalikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat
- 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PELINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,
Lebih terperinciBAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA,KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF
BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA,KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF Untuk mencapai Visi dan Misi BPBD Kabupaten Bandung, maka perlu dilakukan kebijakan operasional dalam bentuk
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PEMERINTAH PROVINSI RIAU BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH Jalan Jendral Sudirman No. 438 Telepon/Fax. (0761) 855734 DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang...
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG
PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA BADAN KESATUAN BANGSA, PERLINDUNGAN MASYARAKAT DAN PENANGGULANGAN BENCANA KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciWALIKOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH
WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 893 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA
Lebih terperinciOutline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs
Outline Presentasi PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II Bengkulu, 14 Oktober 2014 Kristanto Sinandang UNDP Indonesia Proses Penyusunan SDGs Tujuan dan sasaran
Lebih terperinci