MODEL KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) AKIBAT PENGARUH SISTEM TRANSPORTASI KOTA DI JAWA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODEL KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) AKIBAT PENGARUH SISTEM TRANSPORTASI KOTA DI JAWA"

Transkripsi

1 Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2012, 7 Desember 2012, ISSN MODEL KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) AKIBAT PENGARUH SISTEM TRANSPORTASI KOTA DI JAWA Mudjiastuti Handajani Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Semarang, hmudjiastuti@yahoo.co.id ABSTRAK Pertumbuhan konsumsi BBM kota metropolitan lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi BBM kota sedang dan besar, hal ini dipengaruhi oleh tingginya pertumbuhan jumlah penduduk dan PDRB kota metropolitan. Ada keselarasan antara jumlah kendaraan dan konsumsi BBM. Jumlah sepeda motor > 82% dari total kendaraan. Semakin besar PDRB/penduduk, jumlah sepeda motor/total kendaraan, akan menurun. Tipologi kota (tata guna lahan, jumlah penduduk (JP), kepadatan penduduk, PDRB) dan sistem transportasi kota: (jumlah kendaraan pribadi: mobil penumpang pribadi (MPP), bus pribadi dan sepeda motor (SM) ), kendaraan umum (bus umum dan mobil penumpang umum (MPU) ), truk (angkutan barang), panjang jalan (PJ), panjang trayek menjadi pengaruh yang besar bagi konsumsi BBM. Penelitian ini bertujuan menganalisis dan mengidentifikasi karakteristik konsumsi BBM, sistem transportasi kota, tipologi kota dan menganalisis hubungan tipologi kota dan sistem transportasi kota terhadap konsumsi BBM, serta membuat model pengaruh sistem transportasi kota untuk kota-kota di Jawa. Analisis dengan menggunakan multi variate multivariable analysis yaitu, metode aplikasi yang berhubungan dengan jumlah besar. Teknik analisis data diantaranya: Analisis Korelasi, Regresi Multivariabel, program R. Lebih dari 70% BBM dikonsumsi kota metropolitan, kota besar 14,2% dan kota sedang 15,67%. Jumlah sepeda motor, mobil penumpang umum, dan truk adalah variabel sistem transportasi kota yang berpengaruh kuat terhadap konsumsi BBM. Pengaruh luas daerah terbangun juga kuat. Pengaruh kepadatan penduduk netto tidak terlalu besar, semakin tinggi kepadatan penduduk, tidak selalu menurunkan konsumsi BBM/kapita. Model pengaruh sistem transportasi kota di Jawa terhadap konsumsi BBM = 0,1441 * MPU * MPP0,2148 * JP0,7659. Kota efisien BBM jika sistem transportasi menggunakan angkutan umum kapasitas besar dan land use yang kompak. Kata kunci: konsumsi, BBM, tipologi kota, sistem transportasi, hubungan 1. PENDAHULUAN Faktor-faktor sistem transportasi kota yang mempengaruhi konsumsi BBM antara lain: panjang perjalanan (Andry, 2003; Xiao et al., 2007), jumlah kendaraan (Kenworthy dan Laube, 2002; Andry, 2003; Hayashi, 1996; Dephubdat, 2008; Fwa, 2005), perilaku pengguna jalan (Dephubdat, 2008), panjang jalan (Andry, 2003), kondisi jalan (Dephubdat, 2008), pola jaringan jalan (Goro, 2003: Stead dan Marshall, 2001), kecepatan kendaraan (Sutandi, 2007; Nanang et al., 2008; Rodrigue, 2004; Sukarto, 2006; Taylor dan Linsay, 2004), jenis/teknik mesin (Taylor, 2005; Dephubdat, 2008). Konsumsi BBM kota dipengaruhi oleh sistem transportasi kota (Goro, 2003; Sukarto, 2006). Konsumsi BBM kota juga dipengaruhi oleh tata guna lahan, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk (Rodrigue, 2004; Kenworthy dan Laube, 2002; Varameth et al., 2007; Andry, 2003). Variabel-variabel sistem transportasi dimaksudkan untuk menganalisis dan memodelkan konsumsi BBM kota-kota di Jawa. Belum banyak pakar meneliti fenomena tersebut karena bersifat lintas sektoral dan memiliki variabel sangat banyak serta belum diidentifikasi keterkaitannya. Setelah mempelajari konsepsi model dan segala bentuknya, dibutuhkan model yang mampu mendeskripsikan dunia nyata secara lebih sederhana melalui gagasan-gagasan (model abstraksi) dan dituangkan lebih rinci dalam bagan alir (model diagram), kemudian disusun menjadi model Tr - 83

2 matematis agar variabel-variabelnya dapat dianalisis secara terukur (model kuantitatif atau model matematis), sehingga lebih mudah dioperasionalkan. Model matematis dalam banyak hal dianggap superior dibandingkan dengan model-model lain, meskipun sebenarnya model-model lain juga memiliki nilai sendiri, bahkan model kualitatif sering menjadi landasan bagi pengembangan model matematis (Meyer, 1999). Pendapat Hensher dan Kenneth (2005), pengembangan model transportasi kota terhadap konsumsi BBM terkait dengan sistem transportasi kota adalah sesuatu yang masih langka. Penelitian dan pemodelan sangat dibutuhkan untuk tujuan yang lebih luas sebagai basis pengambilan keputusan, bagian dari kebijakan yang memerlukan dukungan politis dan pemangku kebijakan terkait. Indonesia pada saat ini belum memiliki model makro yang dikembangkan untuk tujuan seperti tersebut di atas. Untuk pertama kalinya di Indonesia penelitian ini dilakukan. Model pengaruh sistem transportasi kota terhadap konsumsi BBM ini sangat bermanfaat bagi pemegang kebijakan, berkaitan dengan penyempurnaan sistem transportasi berkelanjutan pada masa akan datang. Guna menekan konsumsi BBM perlu dilakukan usaha untuk mengetahui pengaruh sistem transportasi kota terhadap konsumsi BBM. Stopher dan Meyburg (1987), menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sistem transportasi kota dan konsumsi BBM yang belum terungkap faktorfaktor pengaruhnya. Tipologi kota dan sistem transportasi kota saling berpengaruh. Parameter tipologi kota yang ditinjau berupa permintaan (demand), antara lain: kepadatan penduduk, jumlah penduduk, tata guna lahan dan PDRB. Sedangkan parameter sistem transportasi kota dibagi 2 (dua) bagian yaitu: penawaran (supply): panjang jalan, pola jaringan jalan, kondisi jalan, angkutan umum penumpang, angkutan barang dan panjang trayek angkutan umum. Permintaan (demand): kendaraan pribadi. Penelitian konsumsi BBM mengunakan variabel sistem transportasi kota yang dipresentasikan dengan model adalah suatu hal yang masih langka bagi kota berkembang khususnya di Indonesia. Penelitian bermaksud menciptakan perangkat untuk mengetahui pengaruh sistem transportasi kota terhadap konsumsi BBM, yang menghasilkan model pengaruh sistem transportasi kota terhadap konsumsi BBM, menghasilkan model makro, bermanfaat bagi basis pengambilan keputusan dan kebijakan nasional, memiliki yustifikasi yang kuat. 2. TINJAUAN PUSTAKA Studi pustaka digunakan untuk memperoleh pengetahuan tentang: (a) sumber dan unsur sistem transportasi kota; (b) tipologi kota; (c) konsumsi BBM; (d) pengaruh sistem transportasi kota terhadap konsumsi BBM. Hasil kajian silang tersebut untuk memperoleh pengetahuan tentang parameter, faktor, dan variabel, informasi dan dukungan (justification of researh) tentang peluangpeluang penelitian dari parameter yang belum banyak disentuh dan belum dilakukan di negara berkembang. Model sistem transportasi kota terhadap konsumsi BBM, dianggap kunci dari sistem transportasi yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Konsep Sistem Transportasi Kota Transportasi kota: transportasi yang dilakukan di dalam kota, dalam hal ini jalan raya. Jadi, sistem transportasi yang dimaksudkan adalah mengenai pengguna, sarana dan prasarana. Pengguna diterangkan sebagai jumlah penduduk, sarana diterangkan oleh kendaraan bermotor, dan prasarana dipresentasikan dengan jalan (Mudjiastuti, 2010). Konsep Tipologi Kota Kota adalah lingkungan binaan manusia yang sangat komplek. Kota bisa dibahas dari berbagai sudut pandang. Morpologi kota adalah ruang publik kota, seperti alun-alun, ruang kota, jalan utama. Bentuk kota pada dasarnya terjadi akibat proses interaksi antar penghuninya. Individu dalam masyarakat kota tidak terisolasi dalam kegiatan individual, tetapi terinteraksi dalam bentuk Tr - 84

3 ruang kota. Ada 3 model utama dalam mengkaji tipologi kota, yaitu: Model Pemusatan Burgess (1925), Sektor Hoyt (1939), dan Multi-Pusat Ullman-Harris (1945) (dalam Rodrigue, 2004). Konsep Konsumsi BBM Konsumsi BBM yang ditinjau adalah jenis bensin, premium dan solar, karena kendaraan bermotor di Jawa (data tahun 2007 dan 2008) lebih banyak menggunakan BBM jenis premium dan solar. Konsumsi BBM dalam transportasi sangat penting dan strategis. Hal ini sebagai upaya dalam pengelolaan atau manajemen lalu lintas dan transportasi agar terjadi penghematan BBM, juga bagi pengelolaan perekonomian negara dan pembangunan berkelanjutan (Mudjiastuti, 1998 dan Sukarto, 2006). Penurunan konsumsi BBM akibat transportasi yang menghasilkan emisi gas buang kendaraan juga di kampanyekan secara aktif oleh Cities for Climate Protection Campaign (CCP), ada 6 kota di Jawa yang mengikuti program penurunan konsumsi BBM yaitu Surabaya, Semarang, Bandung, Bogor, Cilegon, Yogyakarta (International Council for Local Environmental Initiatives, 2004). 3. METODA PENELITIAN Penelitian ini akan melibatkan banyak variabel dan data. Teknik analisis data diantaranya: Analisis Korelasi, Regresi Multi variable, Bi-Plot, program R. Perhatian tertuju pada teknik analisis variabel multivariate multivariable (multivariate multivariable analysis) yakni suatu metode aplikasi yang berhubungan dengan jumlah besar pengukuran (variable dependent dan undependent) yang dibuat pada setiap objek dalam satu atau lebih data secara simultan. Sedangkan analisis pengembangan model nonlinear dilakukan dengan bantuan perangkat lunak R (nonlinear least square). Untuk menentukan variabel bebas mana yang harus dimasukkan dalam model nonlinear least square (nls), digunakan fungsi produksi Cobb-Douglas, yaitu fungsi produksi yang melibatkan pengaruh input yang digunakan dengan output yang diinginkan. 4. PEMBAHASAN Menurut Xiao et al. (2007) penduduk berpenghasilan tinggi (penduduk kota metropolitan dan kota besar) mempunyai rata-rata panjang perjalanan per hari hampir 3 kali lebih tinggi (14,2 km) dibandingkan dengan penduduk dengan penghasilan rendah (6 km). Menurut Gordon et al. (1989) di Amerika tidak ada hubungan antara jumlah penduduk dengan pemilihan moda. Populasi yang besar (> jiwa) memperlihatkan panjang perjalanan yang rendah dan kota dengan penduduk sedikit, lebih banyak menggunakan kendaraan pribadi (ECOTEC, 1993). Gradien jumlah penduduk dengan konsumsi BBM yang ditunjukkan oleh Gambar 4.1. Gambar 4.1. Gradien Jumlah Penduduk - Konsumsi BBM Total Sumber: Hasil Analisis, 2010 Berdasarkan analisa di atas, hubungan jumlah penduduk sangat kuat terhadap konsumsi BBM. Mengendalikan konsumsi BBM dari variabel jumlah penduduk: dengan cara penataan land use yang campact dan peningkatan potensi kota serta memberikan aksessibilitas terhadap pusat kota Tr - 85

4 sehingga panjang perjalanan penduduk menjadi lebih pendek (Mudjiastuti, 2011). Hubungan antara jumlah kendaraan terhadap konsumsi BBM mempunyai trend yang berbeda. Hubungan sepeda motor dengan konsumsi BBM adalah linear. Y=-9E-14X 2 +2e-07X+0,139 R 2 = 0,424 % Gambar 4.2. Hubungan Jumlah Kendaraan Konsumsi BBM Total(kl/th) Sumber: Hasil Analisis, 2011 Gambar 4.3 Hubungan Mobil Penumpang/ Total Kendaraan-Konsumsi BBM/Kapita Sumber: Hasil Analisis, 2011 Hubungan jenis kendaraan lainnya dengan konsumsi BBM adalah non linear. Hubungan kendaraan barang truk dengan konsumsi BBM adalah non linear dengan sudut paling besar, karena truk merupakan kendaraan yang mengkonsumsi BBM per kendaraan paling besar pula, sedangkan grafik hubungan dengan sudut paling kecil adalah sepeda motor, hal ini sesuai konsumsi BBM sepeda motor per kendaraan mengkonsumsi BBM terkecil. Trend hubungan jumlah kendaraan pribadi (MPP dan SM, BP) dan kendaraan umum (MPU dan BU) serta AB (truk) dengan konsumsi BBM total kilo liter/tahun, dapat dilihat pada Gambar 4.2. Kenworthy (2003), Andry (2003), Hayashi (1996), Departemen Perhubungan Darat (2008) dan Fwa (2005) berpendapat bahwa jumlah kendaraan berhubungan dengan konsumsi BBM. Sedangkan menurut Manuel et al. (2005), kendaraan kapasitas mesin yang berbeda, membutuhkan BBM berbeda pula. Konsumsi BBM tiap jenis kendaraan kebutuhan BBM km/liter, panjang perjalanan km/hari, kebutuhan BBM liter/tahun berbeda. Menurut Boedoyo (2007), konsumsi BBM kendaraan MPP sebesar 700 liter/tahun, bus liter/tahun, sepeda motor 420 liter/tahun. Jumlah mobil pribadi mempunyai hubungan kuat dengan konsumsi BBM (R 2 =0,92). Semakin besar jumlah kendaraan pribadi, semakin tinggi konsumsi BBM. Kendaraan pribadi terdiri dari: BP, MPP dan SM, dengan jumlah SM mempunyai persentase paling tinggi di tiap kota di Jawa hingga lebih dari 80%, paling sedikit persentasenya adalah jumlah bus pribadi (kurang dari 1%). Surabaya mempunyai jumlah mobil pribadi paling tinggi, konsumsi BBM paling tinggi pula. Mobil pribadi Bandung lebih sedikit dari Bekasi dan Semarang. Bandung mempunyai MPP tinggi (5.986 unit) konsumsi BBM tinggi. Tegal mempunyai MPP paling sedikit, konsumsi BBM kecil, kota Surabaya (metropolitan) mempunyai penonjolan karakter jumlah kendaraan MPP, SM, MPU truk tertinggi dan Tegal (sedang) mempunyai ukuran (jumlah, panjang) kecil (Mudjiastuti, 2012). Hubungan MPP/total kendaraan terhadap konsumsi BBM/kapita pada Gambar 4.3 menunjukkan bahwa, dengan meningkatnya persentase MPP, akan meningkatkan konsumsi BBM/penduduk. PDRB/penduduk semakin tinggi, persentase jumlah MPP semakin besar, konsumsi BBM/penduduk semakin meningkat. Hubungan MPP/total kendaraan - konsumsi BBM/penduduk agak kuat (R 2 = 0,424) dengan persamaan Y=-9E-14X 2 +2e-07X+0,139, ini menunjukkan semakin besar PDRB, jumlah persentase MPP terhadap total kendaraan semakin besar dan konsumsi BBM semakin tinggi. Menurut Kantor Kepolisian Republik Indonesia dan Badan Pusat Statistik, persentase jumlah kendaraan mobil penumpang, bus, truk dan sepeda motor di seluruh Indonesia adalah 15% MPP, 3,64% bus, 8,39% truk, 72,63% SM. Persentase jumlah kendaraan di Jawa hampir sama dengan persentase jumlah kendaraan di Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat Tr - 86

5 mempresentasikan jumlah kendaraan dan sistem transportasi kota di Indonesia. Terjadi hubungann yang sangat kuat antara jumlah MPU terhadap konsumsi BBM premium (R 2 2 = 0,880) dan total (R = 0,858). Gambar 4.4. menunjukkan hubungan kuat exponensial terjadi antaraa persentasee MPU/total kendaraan umum dengan konsumsi BBM total/tahun (R 2 =0,63) dengan persamaan y = 5548,e 4,274x, semakin besar jumlah MPU/total kendaraan mum, semakin besar pula konsumsi BBM. Kondisi ini menunjukkan bahwa MPU bukan alat transportasi umum yang ramah lingkungan atau unsustainable. Gambar 4.5 menunjukkan hubungan power antaraa persentasee kendaraan mum bus per total kendaraan umum dengan konsumsi BBM/tahun adalah kuat (R² = 0, 677) dengann persamaan y = 18593x -1,18. Jika dilihat dari hubungann kepadatan netto (orang/km 2 ) terhadap konsumsi BBM per kapita (kilo liter/tahun), untuk kota-kota di Jawa menunjukkann penambahan kepadatan penduduk tidak selalu menurunkan konsumsi BBM/penduduk. Hubungann kepadatan penduduk netto terhadap konsumsi BBM/kapita lemah (R² = 0,149) dengan persamaan y = 7E-10x 2-2E-05x + 0,260, seperti apa yang dapat dilihat pada Gambar 4.6 di bawah ini. Gambar 4.7 menunjukkan hubungan antara kepadatan penduduk dan konsumsi BBM/kapita kota-kota di dunia dan kota-kota di Jawa. Kota-kota di Jawaa (Indonesia) mempunyai kepadatan penduduk yang berbeda-beda, dari kepadatan penduduk rendah (6.007 orang/km 2 ) sampai kepadatan penduduk tinggi ( orang/km 2 ). Hampir semua kota di Jawa, jika dimasukkan ke dalam grafik Kenworthy (1999), posisinya berada di sebelah bawah, artinya konsumsi BBM/kapita di Jawaa lebih rendah dari konsumsi BBM/kapita di negara maju, hal ini sesuai dengan pendapat Mudjiastutii (2012) BBM Per Kapita (kl/th) Konsumsi BBM total/th (kl/th) y = e x R² = Prosentase Kendaraan MPU/Total Kend.Umum (%) Gambar 4.4 Hubungan MPU/ Total Kendaraan Umum- Konsumsi BBM Total/th Sumber: Hasil Analisis, 2011 MLG07-08 SKB BGR07-08 SKT TSK SLT MJK YGY PKL KDR BLT MDN CRB TGL PBR SMG'07-08 TGR'08 SMG07-08 SBY07-08 BDG07-08 TGR08 BKS07-08 TGR CRB'08 SBY'07-08 KDR'07-08 BKS07-08 SKT TSK'07-08 PKL'0 BGR MGL07-08 MLG08 PRB0 BDG'07-08 YGY'07-08 SLT07-08 TGR BLT07-08 SKT'07 PSR08 CRB'07 PKL07-08 MJK' MLG'07 MDN'07-08 TGL' y = 7E-10x 2-2E-05x R² = Kepadatan Netto (org/km2) Gambar 4.5. Hubungan Bus Umum/Total Kend.Umum-Konsumsi BBM Total/tahun Sumber : Hasil Analisis, 2011 Gambar 4.6 Hubungan Kepadatan Penduduk Konsumsi BBM Per Kapita Sumber: Mudjiastuti 2012 Gambar 4.7. Grafik Hubungan antara Kepadatan Penduduk - Konsumsi BBM/kapita Kota di Dunia dan di Jawa Sumber: Kenworthy,1999; Hasil Analisis,2011 Tr - 87

6 Pengembangan Model Pemodelan yang digunakan untuk menjelaskan hubungan nonlinear antarvariabel dan beberapa prosedur pengujian untuk mendeteksi adanya keterkaitan nonlinear telah mengalami perkembangan yang sangat pesat pada beberapa dekade terakhir ini (Terasvirta dan Grager, 1993). Analisis pengembangan model dilakukan dengan bantuan perangkat lunak R. Pada bagian ini, secara ringkas dibahas teori dan implementasi model nonlinear dalam R (Venables dan Smith, 2007) yaitu nls (nonlinear least square). Kerangka model yang digunakan adalah: Asumsi konsumsi BBM terdiri dari premium dan solar dipengaruhi oleh variabel bebas kepadatan penduduk (KPDT), jumlah penduduk (JP), luas daerah terbangun (LDT), PDRB berlaku (PDRB), panjang jalan (PJ), mobil penumpang umum (MPU), bus umum (BU), mobil penumpang pribadi (MPP), bus pribadi (BU), angkutan barang (AB), sepeda motor (SM). Kondisi jalan baik, sedang, rusak dan sangat rusak sudah diwakili oleh panjang jalan. Kemudian dimodelkan seperti berikut ini: BBM A A A (1) dengan BBM= variabel dependen; Y 1, Y 2, Yn = variabel independen; A 0 = konstanta atau intercept; A 1 sampai A 9 = koefisien variabel independen. Jadi secara umum persamaan konsumsi BBM dapat ditulis seperti berikut ini: (2) dengan BBM= Bahan bakar minyak (kl/th); PJ= panjang jalan; BU = bus umum; BP = bus pribadi; AB = angkutan barang truk; SM= sepeda motor; PTr = panjang trayek; KPDT = kepadatan penduduk; JP = jumlah penduduk; LDT = luas daerah terbangun; PDRB = produk domestik regional bruto. Dari pembahasan di atas, untuk menentukan variabel bebas mana yang harus dimasukkan dalam model nonlinear least square (nls), dalam artikelnya Theory of Production. Fungsi produksi Cobb- Douglas, adalah fungsi produksi yang melibatkan pengaruh input yang digunakan dengan output yang diinginkan. Pendugaan menggunakan ekonometrika (Ekonomi, Matematik, Statistik). Sebelum data diolah dan dianalisis, data-data yang diperoleh harus terlebih dahulu ditransformasikan ke dalam bentuk Logaritma Natural (Ln). Kemudian diolah kembali untuk mendapatkan persamaan regresi Y= a + bx, atau dikembalikan lagi pada variabel aslinya Y= Ln Q dan X = Ln I. Maka persamaan regresi menjadi Ln Q = a + b (Ln I). Selanjutnya regresi linear ditransformasikan ke fungsi Cobb-Douglas sebagai berikut: ; ; (3) Persamaan Cobb-Douglas mendapatkan e a yang merupakan indeks efisiensi dari proses transformasi, serta a dan b merupakan elastisitas input yang digunakan (Robert dan Daniel, 2009). Model Pengaruh Sistem Transportasi Kota Terhadap Konsumsi BBM Seluruh Kota Hasil pemodelan pengaruh sistem transportasi kota, kota-kota di Jawa terhadap konsumsi BBM total seluruh kota dapat dilihat pada Persamaan 4 s/d Persamaan 6 (Model 4 s/d 6) 0,1441 MPU, MPP, JP, (4) 6,7621 MPU, MPP, PTr, (5) 0,0217 AB, JP, (6) dengan MPU= mobil penumpang umum; MPP= mobil penumpang pribadi; JP = jumlah penduduk; PTr = panjang trayek; AB= angkutan barang truk. Model (4) : MPU mempunyai elastisitas 0,1590 (perubahan 1% MPU dengan menganggap nilai MPP dan JP tetap, menyebabkan perubahan konsumsi BBM total seluruh kota di Jawa 0,1590 %). Tr - 88

7 MPP mempunyai elastisitas 0,2148 (perubahan 1% MPP dengan menganggap nilai MPU dan JP tetap, menyebabkan perubahan konsumsi BBM total seluruh kota di Jawa 0,2148%). JP mempunyai elastisitas 0,7659 (perubahan 1% JP dengan menganggap nilai MPP dan MPU tetap, menyebabkan perubahan konsumsi BBM total seluruh kota di Jawa 0,7659 %). Jumlah penduduk mempunyai pengaruh besar terhadap konsumsi BBM total di seluruh kota, elastisitas jumlah penduduk 0,7659. Pengaruh MPU terhadap konsumsi BBM total lemah, elastisitas MPU 0,1590 dan Pengaruh MPP terhadap konsumsi BBM total agak lemah, elastisitas MPP 0,2148. Model (5): MPU mempunyai elastisitas 0,3158 (perubahan 1% MPU dengan menganggap nilai MPP dan PTr tetap, menyebabkan perubahan konsumsi BBM premium seluruh kota di Jawa 0,3158 %). MPP mempunyai elastisitas 0,5772 (perubahan 1% MPP dengan menganggap nilai MPU dan PTr tetap, menyebabkan perubahan konsumsi BBM premium seluruh kota di Jawa 0,5772%). PTr mempunyai elastisitas 0,2265 (perubahan 1% PTr dengan menganggap nilai MPU dan MPP tetap, menyebabkan perubahan konsumsi BBM premium seluruh kota di Jawa 0,2265 %). Pengaruh MPP terhadap konsumsi BBM premium di seluruh kota di Jawa agak kuat, elastisitas MPP 0,5772, sedangkan MPU dan PTr mempengaruhi konsumsi BBM premium agak lemah, ditunjukkan oleh besarnya elastisitas MPU sebesar 0,3158 dan PTr sebesar 0,2265. Model (6): AB mempunyai elastisitas 0,1697 (perubahan 1% AB dengan menganggap nilai JP tetap, menyebabkan perubahan konsumsi BBM solar seluruh kota di Jawa 0,1697 %). JP mempunyai elastisitas 0,9420 (perubahan 1% JP dengan menganggap nilai AB tetap, menyebabkan perubahan konsumsi BBM solar di seluruh kota di Jawa 0,9420 %). Jumlah penduduk sangat kuat mempengaruhi konsumsi BBM solar seluruh kota di Jawa, elastisitas jumlah penduduk 0,9420. Variabel AB berpengaruh lemah terhadap konsumsi BBM solar, ditunjukkan elastisitas AB 0,1697. Model pengaruh sistem transportasi kota terhadap konsumsi BBM seluruh kota di Jawa (Model 4 s/d Model 6) dibentuk oleh variabel sistem transportasi (MPU, MPP, AB, dan PTr) dan variabel dari tipologi kota (JP). Variabel bebas tipologi kota (JP) berpengaruh sangat kuat terhadap konsumsi BBM total dan solar. Model Pengaruh Sistem Transportasi Kota Terhadap Konsumsi BBM Kota Metropolitan dan Kota Besar Menurut Mudjiastuti (2012), hasil pemodelan pengaruh sistem transportasi kota metropolitan dan kota besar di Jawa terhadap konsumsi BBM seperti pada Persamaan 7 s/d Persamaan 9 (Model 7 s/d Model 9) 0,0058 JP, (7) 20,4575 MPU,, (8) 0,0012 BP, JP, (9) dengan MPU= mobil penumpang umum; MPP= mobil penumpang pribadi; BP= bus pribadi; JP= jumlah penduduk Model (7): JP mempunyai elastisitas 1,2507 (perubahan 1 % JP, menyebabkan perubahan konsumsi BBM total kota metropolitan dan kota besar 1,2507%). Jumlah penduduk sangat kuat berpengaruh terhadap konsumsi BBM total di kota metropolitan dan kota besar. Jumlah penduduk sebagai satusatunya variabel dengan elastisitas lebih besar dari 1, yaitu sebesar 1,2507. Model (8): MPU mempunyai elastisitas 0,3726 (perubahan 1 % MPU dengan menganggap nilai MPP tetap, menyebabkan perubahan konsumsi BBM premium kota metropolitan dan kota besar 0,3726 %). MPP mempunyai elastisitas 0,5631 (perubahan 1% MPP dengan menganggap nilai MPU tetap, perubahan pada konsumsi BBM premium kota metropolitan dan kota besar 0,5631 %. MPU berpengaruh agak lemah terhadap konsumsi BBM premium, elastisitas MPU 0,3726. Sedangkan variabel MPP mempunyai pengaruh agak kuat terhadap konsumsi BBM premium, elastisitas MPP 0,5631. Tr - 89

8 Model (9): BP mempunyai elastisitas 0,4055 (perubahan 1 % BP dengan menganggap nilai JP tetap, menyebabkan perubahan konsumsi BBM solar kota metropolitan dan kota besar sebesar 0,4055 %). JP mempunyai elastisitas 1,0696 (perubahan 1 % JP dengan menganggap nilai BP tetap, perubahan konsumsi BBM solar kota metropolitan dan kota besar sebesar 1,0696 %. Jumlah penduduk berpengaruh sangat kuat tehadap konsumsi BBM solar di kota metropolitan dan kota besar. Ditunjukkan oleh elastisitas 1,0696. Sedangkan BP berpengaruh agak kuat terhadap konsumsi BBM solar. Ditunjukkan dengan elastisitas BP sebesar 0,4055. Model Pengaruh Sistem Transportasi Kota Terhadap Konsumsi BBM Kota Sedang Hasil pemodelan pengaruh sistem transportasi kota sedang di Jawa terhadap konsumsi BBM seperti pada Persamaan 10 s/d Persamaan 12 (Model 10 s/d Model 12) 0,4024 JP, (10) 519,1018 MPP, (11) 167,670 PJ, AB, LDT, (12) dengan JP= jumlah penduduk; LDT= luas daerah terbangun; MPP= mobil penumpang pribadi; PJ= panjang jalan; AB= angkutan barang truk. Model (10): JP mempunyai elastisitas 0,9212 (perubahan 1% JP menyebabkan perubahan konsumsi BBM total kota sedang 0,9212%). JP sangat kuat berpengaruh terhadap konsumsi BBM total di kota sedang di Jawa, ditunjukkan oleh hasil model terdiri dari variabel jumlah penduduk saja dan elastisitas yang tinggi yaitu 0,9212. Model (11): MPP mempunyai elastisitas 1,1840 (perubahan 1% MPP menyebabkan perubahan konsumsi BBM premium kota sedang sebesar 1,1840%). MPP sangat kuat berpengaruh terhadap konsumsi BBM premium kota sedang di Jawa, ditunjukkan olah hasil model yang terdiri dari MPP dengan elastisitas 1,1840. Model (12): PJ mempunyai elastisitas 0,2276 (perubahan 1% PJ dengan menganggap nilai AB dan LDT tetap, menyebabkan penurunan konsumsi BBM solar 0,2208%). AB mempunyai elastisitas 0,2276 (perubahan 1% pada AB dengan menganggap nilai PJ dan LDT tetap, menyebabkan perubahan konsumsi BBM solar kota sedang sebesar 0,2276%). LDT mempunyai elastisitas 1,0833 (perubahan 1% LDT dengan menganggap nilai AB dan PJ tetap, menyebabkan perubahan konsumsi BBM solar kota sedang 1,0833%). PJ berpengaruh agak lemah terhadap konsumsi BBM solar di kota sedang, elastisitas PJ -0,2208. AB berpengaruh agak lemah terhadap konsumsi BBM solar, elastisitas AB 0,2276. LDT mempunyai pengaruh sangat kuat terhadap konsumsi BBM solar kota sedang, elastisitas LDT 1,0833. Model konsumsi BBM kota sedang (Model 7.7 s/d Model 7.9) secara umum dibentuk oleh variabel sistem transportasi (MPP, PJ, AB) dan variabel dari tipologi kota (LDT, JP). Variabel sistem transportasi kota (MPP) dan variabel tipologi kota (JP dan LDT) mempunyai pengaruh sangat kuat terhadap konsumsi BBM yang ditunjukkan oleh elastisitas JP yang mendekati 1 dan pangkat LDT lebih dari 1. Ringkasan Model Persamaan Konsumsi BBM di Jawa dapat dilihat pada Tabel 7.1 di bawah ini. Tabel 7.1 Ringkasan Model Persamaan Konsumsi BBM TSK = 0,1441 * MPU 0,1590 * MPP 0,2148 * JP 0,7659 Pers. 4 PSK = 6,7621 * MPU 0,3158 * MPP 0,5772 * PTr 0,2265 Pers. 5 SSK = 0,0217 * AB 0,1697 * JP 0,9420 Pers. 6 TMB = 0,0058 * JP 1,2507 Pers. 7 PMB = 20,4575 * MPU 0,3726 * MPP 0,5631 Pers. 8 SMB = 0,0012 * BP 0,4055 * JP 1,0696 Pers. 9 TS = 0,4024 * JP 0,9212 Pers. 10 PS = 519,1018 * MPP 1,1840 Pers. 11 Tr - 90

9 SS = 167,670 * PJ, * AB, * LDT, Pers. 12 dengan TSK= konsumsi BBM total seluruh kota; PSK= konsumsi BBM premium seluruh kota; SSK= konsumsi BBM solar seluruh kota: TMB= konsumsi BBM total kota metropolitan dan kota besar; PMB= konsumsi BBM premium kota metropolitan dan kota besar; SMB= konsumsi BBM solar kota metropolitan dan kota besar; TS= konsumsi BBM total kota sedang; PS= konsumsi BBM premium kota sedang; SS= konsumsi BBM solar kota sedang. 5. KESIMPULAN Kota efisien BBM adalah sistem transportasi kota dengan pelayanan angkutan umum menggunakan kendaraan kapasitas besar, trayek efisien, persentase dan jumlah kendaraan (pribadi dan barang) sedikit, pola jaringan jalan grid, land use kompak (contoh; Surakarta, Tegal, Yogya, Malang). Kota boros BBM adalah sistem transportasi menggunakan angkutan umum kapasitas kecil, trayek tidak efisien, persentase dan jumlah kendaraan (pribadi dan barang) tinggi, pola jaringan jalan radial, land use tidak kompak (Contoh: Semarang, Bandung, Tangerang). DAFTAR PUSTAKA Boedoyo Sidik, (2007), Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Bahan Bakar Minyak di Sektor Transportasi di Propinsi Gorontalo, Perencanaan Energi Propinsi Gorontalo , Gorontalo. Burgess, E.W., (1925), The Growth of The City: An Introduction to a Research Project, Form Robert Park et al., The City Cichago Press, Chicago. Departement Perhubungan Darat, 2008, Perencanaan Umum Pengembangan Transportasi Massal di Pulau Jawa, Jakarta. ECOTEC, (1993), Reducing Transport Emission Trough and Land use Planning. HMSO, London. Fwa T. F., (2005), Sustainable Urban Transportation Planning and Development Issues and Chalenges for Singapore. Dept of Civil Engineering of Singapore. Gordon, P., A. Kumar, and W.H. Richardson, (1989), Congestion, Changing Metropolitan Structure and City Size in the United States, International Regional Science Review Goro O. M., (2003), The Indicators of Minority Transportation Equity (TE), Sacramento Transportation & Air Quality Collaborative Community Development Institute. Hayashi, (1996), The Process of Motorisation. Hensher David A. dan Button Kenneth J., (2005), Hand Book of Transport Modelling, Pergamon, London. International Council for Local Environmental Initiatives, 2004, Emisi CO2 di 9 Kotaa Anggota dan Program Pengurangan Emisi CO2 di Sektor Transportasi, International Council for Local Environmental Initiatives, USA. Inc. Berkeley, California,USA. Juanita, and Haldiano Bintang, (2010), The Study Of Service Quality Trans Jakarta Bus, Department of Civil Engineering, Muhammadiyah University of Purwokerto, Purwokerto. Kenworthy J. dan Fellix Laube, (2002), Urban Transport Patterns in a Global Sample of Cities and Their Linkages to Transport Infrastructure, Land-use, Economics and Environment. Kenworthy J., (1999), Sustainability and Cities. Kenworthy J., (2003), Transport Energy Use and Greenhouse Gases in Urban Passenger Transport System: A Study of 84 Global Cities, Presented to the international Third Conference of the Regional Government for Sustainable Development, Notre Dame University, Fremantle, Western Autralia. Manuel Jose D.C., Ricardo GS, Karl NV, Aura CM, Louis Angelo, (2005), Development of Emission and Engine Testing Prosedures and Standard Sidecar Design Prototype For Tricycle, Journal of the Eastern Asia Society for transportation Studies, vol 6, pp Meyer Peter B, (1999), Introducing Environmenttal Factor Into the Land Cost Transport Cost Trade off Logic: A Critical Step Toward Sustainable Urban Planning, Center for Environment an Sustainable Development University of Louisville, Louisville. Tr - 91

10 Mudjiastuti Handajani, (1998), Evaluasi Ukuran Kendaraan Angkutan Umum di Semarang Ditinjau Dari Sisi Teknis-Ekonomi dan Lingkungan (Studi Kasus Pedurungan-Mangkang), Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada, Jogjakarta. Mudjiastuti Handajani, (2010), Analisis Hubungan Sistem Transportasi Kota Terhadap Pola Konsumsi BBM (kota metropolitan, kota besar, kota sedang di Jawa), Dirjen Dikti-Universitas Diponegoro. Mudjiastuti Handajani, (2011), Model Of The Urban Transport System in Java on Fuel Consumption, World Academy of Science, Engineering and Technology International Journal of Science, Engineering and Technology, Issue Vol. 59 Hal Mudjiastuti Handajani, (2011), The Influence Of The Urban Transport System In Java on City Fuel, Proceeding The 4 th ASEAN Civil Engineering Conference. Mudjiastuti Handajani, (2011), Model Pengaruh Sistem Transportasi Kota di Jawa Twehadap BBM, Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil. Mudjiastuti Handajani, (2011), Analisis Hubungan Sistem Transportasi Kota Terhadap Pola Konsumsi BBM (kota metropolitan, besar, sedang di Jawa), Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil. Mudjiastuti Handajani, (2012), Fuel Consumption and Non Linear Model Metropolitan and Large City Transportation System, World Academy of Science, Engineering and Technology International Journal of Science, Engineering and Technology, Issue Vol. 69 Hal Mudjiastuti Handajani, (2012), Non Linear Model City Transportation System and Control of Fuel Consumption, International Journal of Computational Engineering Research (IJCER), Vol. 2, Issue 2 Hal Mudjiastuti Handajani, (2012), Non Linear Model Sistem Transportasi dan Pengendalian Konsumsi BBM Kota Sedang, Prosiding Seminar Nasional Jembatan Panjang Universitas Semarang. Mudjiastuti Handajani, (2012), Pengaruh Populasi Jenis Kendaraan Terhadap Faktor Kekuatan Emisi Gas Buang (CO) (Jl. Gajah Sukun Semarang), Prosiding Seminar Nasional Jembatan Panjang Universitas Semarang. Nanang P. Muhammad, Corry Jacub, R Driejana, Ofyar Z. Tamin, (2008), Background For Optimization Of Fuel Consumtion At Congested Network Using Hydrodynamic Traffic Theory, Proceeding FSTPT International Symposium. Newman, P.W.G dan Kenworthy J., (1989), Gasoline Consumption and Cities : a comparison of us cities with global survey, Journal of The American Planning Association, 55: Robert, S.P. and Daniel L.R., (2009), Mikroekonomi, Edisi 6, Jilid 1, P.T. Indeks, Jakarta Rodrigue Jean-Paul, (2004), Transportation and The Environment, Dept. of Economics & Geography Hofstra University, Hempstead, NY, USA. Stead Dominie and Marshall Stephen, (2001), The Relationships Between Urban Form and Travel Pattern. An International Review and Evaluation, EJTIR, 1no2, pp Stopher Peter R. dan Meyburg Armin H., (1987), Urban Transportation Modelling and Planning, Lexington books, London. Sukarto Haryono, (2006), Transportasi Perkotaan dan Lingkungan, Jurnal Teknik Sipil vol.3 Sutandi Caroline, (2007), Advanced Traffic Control System Impacts on Environmental Quality in A Large City in A Developing Country, Journal of The Eastern Asia for Transportation Studies, vol 7. Tanara Andry, (2003), Estimasi Permodelan Kebutuhan BBM Untuk Transportasi Darat (Studi Kasus Palembang), Program Pasca Sarjana MSTT, UGM, Jogya. Taylor Bridget dan Brook Linsay, (2004), Public Attitudes to Transport Issue: Finding from The British Social Attitudes Surveys. Taylor Michael A. P., (2005), A Non EC Perspetice an LUTR Issues, Transport Systems Centre University of South Australia. Terasvirta, T., Grager, C.W.J., (1993), Power of Neural Network Linearity Test, Journal of Time Series Analysis, 14, Varameth V., Kazuaki Miyamoto, Viroj Rujopakarn, (2007), An Empirical Study of Land Use/Transport Interaction in Bangkok With Operational Model Applicaion, Journal of The Eastern Asia Society for Transportation Studies, Vol. 7, Venables, W.N. and Smith, D.M., (2007), An Introduction to R. The R Development Core Team. Xiao Luo, Hajime Daimon, Akinori Marimoto, Hirotaka Koike, (2007), A Study on Traffic Behavior on High Income People in Asia Developing Countries, Journal of The Eastern Asia Society for Transportation Studies, Vol. 7, pp Tr - 92

ANALISIS HUBUNGAN SISTEM TRANSPORTASI KOTA TERHADAP KONSUMSI BBM (KOTA: METROPOLITAN, BESAR, DAN SEDANG DI JAWA)

ANALISIS HUBUNGAN SISTEM TRANSPORTASI KOTA TERHADAP KONSUMSI BBM (KOTA: METROPOLITAN, BESAR, DAN SEDANG DI JAWA) F.. Analisis Hubungan Sistem Transportasi Kota terhadap Konsumsi BBM... ANALISIS HUBUNGAN SISTEM TRANSPORTASI KOTA TERHADAP KONSUMSI BBM (KOTA: METROPOLITAN, BESAR, DAN SEDANG DI JAWA) Mudjiastuti Handajani

Lebih terperinci

ANALISIS GRADIEN LUAS LAHAN TERCAMPUR (LUAS TERBANGUN DAN LAPANGAN KERJA) TERHADAP KONSUMSI BBM

ANALISIS GRADIEN LUAS LAHAN TERCAMPUR (LUAS TERBANGUN DAN LAPANGAN KERJA) TERHADAP KONSUMSI BBM ANALISIS GRADIEN LUAS LAHAN TERCAMPUR (LUAS TERBANGUN DAN LAPANGAN KERJA) TERHADAP KONSUMSI BBM Mudjiastuti Handajani Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Semarang Telp : 081390959909 Email

Lebih terperinci

MODEL PENGARUH SISTEM TRANSPORTASI KOTA DI JAWA TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM)

MODEL PENGARUH SISTEM TRANSPORTASI KOTA DI JAWA TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2011, 20 Desember 2011, ISSN 2089-3051 MODEL PENGARUH SISTEM TRANSPORTASI KOTA DI JAWA TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) Mudjiastuti

Lebih terperinci

ANALISIS GRADIEN PDRB TERHADAP KONSUMSI BBM (STUDI KASUS KOTA-KOTA DI JAWA)

ANALISIS GRADIEN PDRB TERHADAP KONSUMSI BBM (STUDI KASUS KOTA-KOTA DI JAWA) ANALISIS GRADIEN PDRB TERHADAP KONSUMSI BBM (STUDI KASUS KOTA-KOTA DI JAWA) Mudjiastuti Handajani Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Semarang Jl. Soekarno Hatta Semarang e-mail : hmudjiastuti@yahoo.co.id

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR KOTA - SISTEM TRANSPORTASI - KONSUMSI BBM KOTA-KOTA DI JAWA

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR KOTA - SISTEM TRANSPORTASI - KONSUMSI BBM KOTA-KOTA DI JAWA ANALISIS PENGARUH STRUKTUR KOTA - SISTEM TRANSPORTASI - KONSUMSI BBM KOTA-KOTA DI JAWA Mudjiastuti Handajani Jurusan Teknik Sipil Universitas Semarang (USM) Jl. Sukarno Hatta, Tlogosari, Semarang, telp:

Lebih terperinci

ANALISIS GRADIEN KEPADATAN PENDUDUK DAN KONSUMSI BBM

ANALISIS GRADIEN KEPADATAN PENDUDUK DAN KONSUMSI BBM ANALISIS GRADIEN KEPADATAN PENDUDUK DAN KONSUMSI BBM Mudjiastuti Handajani Jurusan Teknik Sipil Universitas Semarang (USM) Jl. Sukarno Hatta, Tlogosari, Semarang, telp: 081390959909, email: hmudjiastuti@yahoo.co.id

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK SISTEM TRANSPORTASI KOTA-KOTA DI JAWA TERHADAP KONSUMSI BBM DENGAN MENGGUNAKAN BIPLOT

ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK SISTEM TRANSPORTASI KOTA-KOTA DI JAWA TERHADAP KONSUMSI BBM DENGAN MENGGUNAKAN BIPLOT ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK SISTEM TRANSPORTASI KOTA-KOTA DI JAWA TERHADAP KONSUMSI BBM DENGAN MENGGUNAKAN BIPLOT Pinardi Koestalam Program Doktor Teknik Sipil Universitas Diponegoro Jl. Hayam Wuruk

Lebih terperinci

KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK KOTA SEMARANG DAN KOTA SURAKARTA DITINJAU DARI SISTEM TRANSPORTASI DAN TIPOLOGI KOTA

KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK KOTA SEMARANG DAN KOTA SURAKARTA DITINJAU DARI SISTEM TRANSPORTASI DAN TIPOLOGI KOTA KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK KOTA SEMARANG DAN KOTA SURAKARTA DITINJAU DARI SISTEM TRANSPORTASI DAN TIPOLOGI KOTA Mudjiastuti Handajani Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Semarang Jln. Soekarno-Hatta,

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR KOTA DI JAWA TERHADAP KONSUMSI BBM DENGAN MENGGUNAKAN BIPLOT

ANALISIS STRUKTUR KOTA DI JAWA TERHADAP KONSUMSI BBM DENGAN MENGGUNAKAN BIPLOT ANALISIS STRUKTUR KOTA DI JAWA TERHADAP KONSUMSI BBM DENGAN MENGGUNAKAN BIPLOT Mudjiastuti Handajani, Bambang Riyanto 2 Diterima 6 Desember 29 ABSTRACK The structure of the city including the variables

Lebih terperinci

N0N LINEAR MODEL SISTEM TRANSPORTASI DAN PENGENDALIAN KONSUMSI BBM KOTA SEDANG. Dr. Ir. Mudjiastuti Handajani, MT

N0N LINEAR MODEL SISTEM TRANSPORTASI DAN PENGENDALIAN KONSUMSI BBM KOTA SEDANG. Dr. Ir. Mudjiastuti Handajani, MT N0N LINEAR MODEL SISTEM TRANSPORTASI DAN PENGENDALIAN KONSUMSI BBM KOTA SEDANG Dr. Ir. Mudjiastuti Handajani, MT Dosen Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil, Universitas Semarang, Email: hmudjiastuti@yahoo.co.id

Lebih terperinci

INDIKATOR, VARIABEL DAN PARAMETER SISTEM TRANSPORTASI KOTA YANG BERPENGARUH TERHADAP KONSUMSI BBM

INDIKATOR, VARIABEL DAN PARAMETER SISTEM TRANSPORTASI KOTA YANG BERPENGARUH TERHADAP KONSUMSI BBM INDIKATOR, VARIABEL DAN PARAMETER SISTEM TRANSPORTASI KOTA YANG BERPENGARUH TERHADAP KONSUMSI BBM Prof. Ir. Pinardi Kustalan, M.Sc, Program Doktor Teknik Sipil Undip Dr. Ir. Bambang Riyanto, DEA, Program

Lebih terperinci

TATA LOKA VOLUME 15 NOMOR 4, NOVEMBER 2013, BIRO PENERBIT PLANOLOGI UNDIP

TATA LOKA VOLUME 15 NOMOR 4, NOVEMBER 2013, BIRO PENERBIT PLANOLOGI UNDIP TATA LOKA VOLUME 15 NOMOR 4, NOVEMBER 2013, 278-292 2013 BIRO PENERBIT PLANOLOGI UNDIP T A T A L O K A Analisis Hubungan Jumlah Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Dengan Bahan Bakar Minyak Transportasi Kota

Lebih terperinci

ANALISIS PANJANG JALAN TERHADAP KONSUMSI BBM PADA BAGIAN WILAYAH KOTA (BWK) I SEMARANG

ANALISIS PANJANG JALAN TERHADAP KONSUMSI BBM PADA BAGIAN WILAYAH KOTA (BWK) I SEMARANG ANALISIS PANJANG JALAN TERHADAP KONSUMSI BBM PADA BAGIAN WILAYAH KOTA (BWK) I SEMARANG Mudjiastuti Handajani, Agus Muldiyanto, Nur Indah Paramita, Aulia Nur Permata Jurusan Teknik Sipil Universitas Semarang

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR KOTA DI JAWA TERHADAP KONSUMSI BBM DENGAN MENGGUNAKAN BIPLOT

ANALISIS STRUKTUR KOTA DI JAWA TERHADAP KONSUMSI BBM DENGAN MENGGUNAKAN BIPLOT ANALISIS STRUKTUR KOTA DI JAWA TERHADAP KONSUMSI BBM DENGAN MENGGUNAKAN BIPLOT Mudjiastuti Handajani Program Doktor Teknik Sipil Universitas Diponegoro Jl. Hayam Wuruk No 5-7, Semarang Telp: (024) 8311

Lebih terperinci

KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG)

KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG) KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG) Tilaka Wasanta Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan

Lebih terperinci

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN Agus Sugiyono Bidang Perencanaan Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Gedung BPPT II, Lantai 20, Jl. M.H. Thamrin

Lebih terperinci

MODEL PENGEMBANGAN TERMINAL KHUSUS CPO DARI TERMINAL MULTIPURPOSE PADA PELABUHAN EKSISTING

MODEL PENGEMBANGAN TERMINAL KHUSUS CPO DARI TERMINAL MULTIPURPOSE PADA PELABUHAN EKSISTING 20 Desember 2011, ISSN 2086-3051 MODEL PENGEMBANGAN TERMINAL KHUSUS CPO DARI TERMINAL MULTIPURPOSE PADA PELABUHAN EKSISTING Anwarudin 1, Ofyar Z. Tamin 2, Gatot Yudoko 3 dan Muhammad Sutarno 4 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN Agus Sugiyono Bidang Perencanaan Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Gedung BPPT II, Lantai 20, Jl. M.H. Thamrin

Lebih terperinci

Disusun Oleh Arini Ekaputri Junaedi ( ) Dosen Pembimbing Yudha Prasetyawan, S.T., M.Eng.

Disusun Oleh Arini Ekaputri Junaedi ( ) Dosen Pembimbing Yudha Prasetyawan, S.T., M.Eng. PERUMUSAN SKENARIO KEBIJAKAN SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN DI SURABAYA BERDASARKAN EVALUASI DAMPAK PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN LINGKUNGAN : SEBUAH PENDEKATAN SISTEM DINAMIK Disusun Oleh Arini Ekaputri

Lebih terperinci

KAJIAN TARIKAN PERGERAKAN TOSERBA DI KOTA JOMBANG

KAJIAN TARIKAN PERGERAKAN TOSERBA DI KOTA JOMBANG KAJIAN TARIKAN PERGERAKAN TOSERBA DI KOTA JOMBANG Iwan Cahyono e-mail : iwan.ts@undar.ac.id Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Darul Ulum e-mail : iwan.suraji@yahoo.co.id Abstrak Berdirinya

Lebih terperinci

DAMPAK EKONOMI DAN LINGKUNGAN PERENCANAAN TATA RUANG DAN SISTEM TRANSPORTASI KOTA TESIS MAGISTER. Oleh: MUHAMAD ISNAENI N I M :

DAMPAK EKONOMI DAN LINGKUNGAN PERENCANAAN TATA RUANG DAN SISTEM TRANSPORTASI KOTA TESIS MAGISTER. Oleh: MUHAMAD ISNAENI N I M : DAMPAK EKONOMI DAN LINGKUNGAN PERENCANAAN TATA RUANG DAN SISTEM TRANSPORTASI KOTA TESIS MAGISTER Oleh: MUHAMAD ISNAENI N I M : 250 98 068 BIDANG KHUSUS REKAYASA TRANSPORTAS I PROGRAM STUDI TEKIK SIPIL

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota Republik Indonesia merupakan pusat pemerintahan dan bisnis dengan jumlah penduduk pada tahun 2016 mencapai 10,277 juta jiwa. Kepadatan penduduk di Jakarta

Lebih terperinci

ANALISIS POLA PERJALANAN MASYARAKAT KOTA YOGYAKARTA

ANALISIS POLA PERJALANAN MASYARAKAT KOTA YOGYAKARTA ANALISIS POLA PERJALANAN MASYARAKAT KOTA YOGYAKARTA J.Dwijoko Ansusanto 1, Achmad Munawar 2, Sigit Priyanto 3 dan Bambang Hari Wibisono 4, 1 Program Pasca Sarjana Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada,

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR SOSIO-EKONOMI TERHADAP KEPEMILIKAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR DI KOTA LANGSA. Abstrak

PENGARUH FAKTOR SOSIO-EKONOMI TERHADAP KEPEMILIKAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR DI KOTA LANGSA. Abstrak PENGARUH FAKTOR SOSIO-EKONOMI TERHADAP KEPEMILIKAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR DI KOTA LANGSA Muhammad Ridwan 1, Renni Anggraini 2, Nurlely 2 1 Mahasiswa Magister Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala 2 Staf

Lebih terperinci

ANALISA PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN LALU LINTAS PADA TATA GUNA LAHAN SMU NEGERI DI MAKASSAR ABSTRAK

ANALISA PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN LALU LINTAS PADA TATA GUNA LAHAN SMU NEGERI DI MAKASSAR ABSTRAK ANALISA PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN LALU LINTAS PADA TATA GUNA LAHAN SMU NEGERI DI MAKASSAR Ir. Syafruddin Rau, fmt. Staf Pengajar Faluktas Teknik Unhas Juusan. Teknik Sipil Jl.Perintis Kemerdekaan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KONSUMSI BAHAN BAKAR ANTARA BUS DAN TRAVEL MINIBUS RUTE SEMARANG SOLO SAMPAI TAHUN 2040 MENGGUNAKAN SOFTWARE LEAP

PERBANDINGAN KONSUMSI BAHAN BAKAR ANTARA BUS DAN TRAVEL MINIBUS RUTE SEMARANG SOLO SAMPAI TAHUN 2040 MENGGUNAKAN SOFTWARE LEAP PERBANDINGAN KONSUMSI BAHAN BAKAR ANTARA BUS DAN TRAVEL MINIBUS RUTE SEMARANG SOLO SAMPAI TAHUN 2040 MENGGUNAKAN SOFTWARE LEAP *Noviyanto Rahmat Zulem 1, MSK. Tony Suryo Utomo 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISA KARAKTERISTIK SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DI KABUPATEN KUDUS

ANALISA KARAKTERISTIK SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DI KABUPATEN KUDUS ANALISA KARAKTERISTIK SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DI KABUPATEN KUDUS M. Debby Rizani Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT) Jl. Sultan Fatah No. 83 Demak Telpon

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POSISI THROTTLE, PUTARAN MESIN DAN POSISI GIGI TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA BEBERAPA KENDARAAN PENUMPANG

HUBUNGAN ANTARA POSISI THROTTLE, PUTARAN MESIN DAN POSISI GIGI TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA BEBERAPA KENDARAAN PENUMPANG EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 9 No. 1 Januari 2013 ; 12-17 HUBUNGAN ANTARA POSISI THROTTLE, PUTARAN MESIN DAN POSISI GIGI TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA BEBERAPA KENDARAAN PENUMPANG Nazaruddin Sinaga

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN. Disusun Oleh :

KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN. Disusun Oleh : KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN Disusun Oleh : Arianty Prasetiaty, S.Kom, M.S.E (Kasubid Transportasi, Manufaktur, Industri dan Jasa Bidang Inventarisasi

Lebih terperinci

MODEL TARIKAN PERGERAKAN PADA RUMAH SAKIT (STUDI KASUS DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA) (260T)

MODEL TARIKAN PERGERAKAN PADA RUMAH SAKIT (STUDI KASUS DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA) (260T) MODEL TARIKAN PERGERAKAN PADA RUMAH SAKIT (STUDI KASUS DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA) (260T) M.Hafiz Arsan Haq 1, Syafi i 2, Amirotul MHM 3 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret, Jl.

Lebih terperinci

Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO

Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO James A. Timboeleng Staf Pengajar Jurusan Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobil merupakan suatu hal penting yang dianggap mampu membantu mempermudah hidup manusia. Untuk dapat dipergunakan sebagai mana fungsinya mobil menggunakan tenaga mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama di bidang ekonomi. Pembangunan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-251 Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur terhadap Emisi CO 2 melalui Transportasi dan Penggunaan Energi Chrissantya M. Kadmaerubun

Lebih terperinci

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi Chrissantya M. Kadmaerubun,

Lebih terperinci

ANALISIS BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN PENDUDUK BERDASARKAN DATA MATRIKS ASAL TUJUAN KOTA MANADO ABSTRAK

ANALISIS BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN PENDUDUK BERDASARKAN DATA MATRIKS ASAL TUJUAN KOTA MANADO ABSTRAK ANALISIS BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN PENDUDUK BERDASARKAN DATA MATRIKS ASAL TUJUAN KOTA MANADO Meike Kumaat Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Jl Hayam

Lebih terperinci

EVALUASI TARIF ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) DI KOTA PANGKALPINANG

EVALUASI TARIF ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) DI KOTA PANGKALPINANG EVALUASI TARIF ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) DI KOTA PANGKALPINANG Revy Safitri Email: revy.safitri@gmail.com Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

INDIKATOR PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM SISTEM TRANSPORTASI BERKELANJUTAN

INDIKATOR PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM SISTEM TRANSPORTASI BERKELANJUTAN INDIKATOR PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM SISTEM TRANSPORTASI BERKELANJUTAN Herman Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Nasional Jl. PHH Mustapa No. 23 Bandung, 40124 022-7272215 (F): 022-7202892 herman@itenas.ac.id

Lebih terperinci

MODEL PERMINTAAN PERJALANAN PENUMPANG ANTAR KOTA/KABUPATEN DENGAN MODA TRANSPORTASI DARAT: STUDI KASUS PROPINSI SUMATRA SELATAN

MODEL PERMINTAAN PERJALANAN PENUMPANG ANTAR KOTA/KABUPATEN DENGAN MODA TRANSPORTASI DARAT: STUDI KASUS PROPINSI SUMATRA SELATAN MODEL PERMINTAAN PERJALANAN PENUMPANG ANTAR KOTA/KABUPATEN DENGAN MODA TRANSPORTASI DARAT: STUDI KASUS PROPINSI SUMATRA SELATAN Diyono Bambang Ledoh Mahasiswa Program Studi Magister Sistem dan Teknik Transportasi

Lebih terperinci

MODEL PERGERAKAN PENDUDUK DI KAWASAN KEPULAUAN DENGAN VARIABEL BEBAS PARAMETER SOSIOEKONOMI (STUDI KASUS KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE)

MODEL PERGERAKAN PENDUDUK DI KAWASAN KEPULAUAN DENGAN VARIABEL BEBAS PARAMETER SOSIOEKONOMI (STUDI KASUS KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE) MODEL PERGERAKAN PENDUDUK DI KAWASAN KEPULAUAN DENGAN VARIABEL BEBAS PARAMETER SOSIOEKONOMI (STUDI KASUS KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE) Trio Lonan Alumni Program Pascasarjana S2 Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN SAMPEL TERHADAP MODEL BANGKITAN PERJALANAN KOTA PALANGKA RAYA. Nirwana Puspasari Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya

PENGARUH UKURAN SAMPEL TERHADAP MODEL BANGKITAN PERJALANAN KOTA PALANGKA RAYA. Nirwana Puspasari Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya PENGARUH UKURAN SAMPEL TERHADAP MODEL BANGKITAN PERJALANAN KOTA PALANGKA RAYA Nirwana Puspasari Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK Proses pemodelan transportasi, ketepatan model sangat

Lebih terperinci

Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen

Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-47 Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen Rendy Prasetya Rachman dan Wahju Herijanto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

GREEN TRANSPORTATION

GREEN TRANSPORTATION GREEN TRANSPORTATION DIREKTORAT PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DIRJEN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Jakarta 2016 - 23 % emisi GRK dari fossil

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. menjadi fokus utama di abad ke-21 ini. Saat kota-kota di dunia tumbuh, penduduk

BAB I. Pendahuluan. menjadi fokus utama di abad ke-21 ini. Saat kota-kota di dunia tumbuh, penduduk BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Beralihnya piramida penduduk dunia dari piramida penduduk muda menjadi piramida penduduk tua dan urbanisasi merupakan dua tren global yang menjadi fokus utama di abad

Lebih terperinci

DESKRIPSI TINGKAT KEPUASAN KINERJA GREEN TERMINAL TAWANG ALUN JEMBER

DESKRIPSI TINGKAT KEPUASAN KINERJA GREEN TERMINAL TAWANG ALUN JEMBER DESKRIPSI TINGKAT KEPUASAN KINERJA GREEN TERMINAL TAWANG ALUN JEMBER Agung sedayu Jurusan Teknik Arsitektur UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Email: agung_resta@yahoo.co.id Abstrak Terminal Tawang Alun

Lebih terperinci

PENGGUNAAN INDEKS PELAYANAN JALAN DALAM MENENTUKAN TINGKAT PELAYANAN JALAN

PENGGUNAAN INDEKS PELAYANAN JALAN DALAM MENENTUKAN TINGKAT PELAYANAN JALAN PENGGUNAAN INDEKS PELAYANAN JALAN DALAM MENENTUKAN TINGKAT PELAYANAN JALAN Oleh: Najid Dosen Jurusan Tek.Sipil Untar email : najid2009@yahoo.com Telp. 0818156673 Ofyar Z.Tamin Guru Besar Departemen Teknik

Lebih terperinci

STUDI DEMAND PADA RENCANA PEMBANGUNAN JALAN SORONG-KEBAR-MANOKWARI DENGAN MODEL GRAVITY

STUDI DEMAND PADA RENCANA PEMBANGUNAN JALAN SORONG-KEBAR-MANOKWARI DENGAN MODEL GRAVITY STUDI DEMAND PADA RENCANA PEMBANGUNAN JALAN SORONGKEBARMANOKWARI DENGAN MODEL GRAVITY Sukarman dan Wahju Herijanto Pasca Sarjana Bidang Manajemen dan Rekayasa Transportasi FTSP Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

ALTERNATIF PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI UMUM (STUDI KASUS: BUS DAN KERETA API TRAYEK KOTA PADANG- KOTA PARIAMAN)

ALTERNATIF PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI UMUM (STUDI KASUS: BUS DAN KERETA API TRAYEK KOTA PADANG- KOTA PARIAMAN) ALTERNATIF PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI UMUM (STUDI KASUS: BUS DAN KERETA API TRAYEK KOTA PADANG- KOTA PARIAMAN) Oktaviani 1, Andre Yudi Saputra 2. 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development

Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development C481 Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development Virta Safitri Ramadhani dan Sardjito Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah hal yang sangat penting untuk menunjang pergerakan manusia dan barang, meningkatnya ekonomi suatu bangsa dipengaruhi oleh sistem transportasi yang

Lebih terperinci

Optimasi Pencarian Jalur Lalu Lintas Antar Kota di Jawa Timur dengan Algoritma Hybrid Fuzzy-Floyd Warshall

Optimasi Pencarian Jalur Lalu Lintas Antar Kota di Jawa Timur dengan Algoritma Hybrid Fuzzy-Floyd Warshall 165 Optimasi Pencarian Jalur Lalu Lintas Antar Kota di Jawa Timur dengan Algoritma Hybrid Fuzzy-Floyd Warshall Imam Khairi, Erni Yudaningtyas, Harry Soekotjo Dachlan AbstrakSistem pencarian jalur yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Bangkitan pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. (Tamin, 2000). Dalam penelitian Analisis Model Bangkitan Pergerakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. (Tamin, 2000). Dalam penelitian Analisis Model Bangkitan Pergerakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 4.1. Tinjauan pustaka Bangkitan pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan

Lebih terperinci

PEMODELAN DEMAND TRANSPORTASI DI KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Kecamatan Banyumanik) TUGAS AKHIR

PEMODELAN DEMAND TRANSPORTASI DI KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Kecamatan Banyumanik) TUGAS AKHIR PEMODELAN DEMAND TRANSPORTASI DI KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Kecamatan Banyumanik) TUGAS AKHIR Oleh: AGUNG NUGROHO L2D 004 293 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

ROADMAP PENELITIAN KOMUNITAS BIDANG ILMU TEKNIK TRANSPORTASI TAHUN

ROADMAP PENELITIAN KOMUNITAS BIDANG ILMU TEKNIK TRANSPORTASI TAHUN ROADMAP PENELITIAN KOMUNITAS BIDANG ILMU TEKNIK TRANSPORTASI TAHUN 2007-2016 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL - FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN 2006 ROADMAP PENELITIAN KBI TEKNIK TRANSPORTASI

Lebih terperinci

TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar magister dari Institut Teknologi Bandung

TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar magister dari Institut Teknologi Bandung No : 390/S2-TL/TML/2008 INVENTORI EMISI GAS RUMAH KACA (CO 2 DAN CH 4 ) DARI SEKTOR TRANSPORTASI DENGAN PENDEKATAN JARAK TEMPUH KENDARAAN DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR DALAM UPAYA PENGELOLAAN KUALITAS UDARA

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. sarana dan prasarana mencakup pada sarana transportasi. Transportasi merupakan

Bab I PENDAHULUAN. sarana dan prasarana mencakup pada sarana transportasi. Transportasi merupakan Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Perkembangan Transportasi Kota Pertumbuhan penduduk khususnya di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya pertumbuhan penduduk ini disertai

Lebih terperinci

Model Persamaan Tingkat Kebisingan Lalu Lintas Di Jalan Dr. Djunjunan Kota Bandung

Model Persamaan Tingkat Kebisingan Lalu Lintas Di Jalan Dr. Djunjunan Kota Bandung Model Persamaan Tingkat Kebisingan Lalu Lintas Di Jalan Dr. Djunjunan Kota Bandung A. M. S. SUFANIR Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong Hilir, Ds. Ciwaruga, Bandung 40012 E-mail:

Lebih terperinci

KENAPA TRANSPORTASI PERLU DIRENCANAKAN?

KENAPA TRANSPORTASI PERLU DIRENCANAKAN? Pertemuan Keenam Prodi S1 Teknik Sipil DTSL FT UGM KENAPA TRANSPORTASI PERLU DIRENCANAKAN? Supaya tercipta: - Transportasi yang efisien - Transportasi yang berkualitas - Transportasi untuk siapa saja 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Sedangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Administrasi (2010), Jakarta mempunyai luas 7.659,02 km 2. penduduk sebesar jiwa. Jakarta juga mempunyai kepadatan penduduk

I. PENDAHULUAN. Administrasi (2010), Jakarta mempunyai luas 7.659,02 km 2. penduduk sebesar jiwa. Jakarta juga mempunyai kepadatan penduduk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan ibu kota negara dan sebagai pusat pemerintahan Indonesia. Menurut Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Administrasi (2010), Jakarta mempunyai

Lebih terperinci

PENGARUH VOLUME LALU LINTAS TERHADAP KEBISINGAN YANG DITIMBULKAN KENDARAAN BERMOTOR

PENGARUH VOLUME LALU LINTAS TERHADAP KEBISINGAN YANG DITIMBULKAN KENDARAAN BERMOTOR PENGARUH VOLUME LALU LINTAS TERHADAP KEBISINGAN YANG DITIMBULKAN KENDARAAN BERMOTOR Syaiful 1,2, dan Zainal Abidin 1 1 Program Studi Teknik Sipil Universitas Ibn Khaldun Bogor 2 Mahasiswa Program Doktoral

Lebih terperinci

MODEL KEBUTUHAN PARKIR DI KAWASAN PERBELANJAAN KOTA MANADO (Studi Kasus : Pasar Segar, Lippo Mall, Indogrosir, Multimart, Starway Mart)

MODEL KEBUTUHAN PARKIR DI KAWASAN PERBELANJAAN KOTA MANADO (Studi Kasus : Pasar Segar, Lippo Mall, Indogrosir, Multimart, Starway Mart) Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.9 November 017 (65-638) ISSN: 337-673 MODEL KEBUTUHAN PARKIR DI KAWASAN PERBELANJAAN KOTA MANADO (Studi Kasus : Pasar Segar, Lippo Mall, Indogrosir, Multimart, Starway Mart)

Lebih terperinci

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh : AMBAR YULIASTUTI L2D 004 294 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

STUDI MODEL PANJANG PERJALANAN TERHADAP UMUR SEPEDA MOTOR DI KOTA MAKASSAR

STUDI MODEL PANJANG PERJALANAN TERHADAP UMUR SEPEDA MOTOR DI KOTA MAKASSAR PROSIDING 20 13 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK STUDI MODEL PANJANG PERJALANAN TERHADAP UMUR SEPEDA MOTOR DI KOTA MAKASSAR Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 ( ) ISSN: ANALISA PERBANDINGAN PERHITUNGAN KAPASITAS MENGGUNAKAN METODE GREENSHIELDS, GREENBERG, DAN UNDERWOOD TERHADAP PERHITUNGAN KAPASITAS MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997 Ririn Gamran, Freddy Jansen, M. J. Paransa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan jalan memiliki fungsi yang sangat penting yaitu sebagai prasarana untuk memindahkan/transportasi orang dan barang, dan merupakan urat nadi untuk mendorong

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permintaan akan transportasi dalam suatu wilayah merupakan kebutuhan akan akses untuk menuju fungsi-fungsi pelayanan kota di lokasi berbeda yang ditentukan oleh masyarakat

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KEMACETAN DAN TINGKAT PERTUMBUHAN JUMLAH WISATAWAN DI KOTA BANDUNG: PENDEKATAN SYSTEM DYNAMICS TESIS NURILLAH UTAMI NIM :

HUBUNGAN TINGKAT KEMACETAN DAN TINGKAT PERTUMBUHAN JUMLAH WISATAWAN DI KOTA BANDUNG: PENDEKATAN SYSTEM DYNAMICS TESIS NURILLAH UTAMI NIM : HUBUNGAN TINGKAT KEMACETAN DAN TINGKAT PERTUMBUHAN JUMLAH WISATAWAN DI KOTA BANDUNG: PENDEKATAN SYSTEM DYNAMICS TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut

Lebih terperinci

PROBABILITAS PERPINDAHAN MODA DARI BUS KE KERETA API DALAM RENCANA RE-AKTIVASI JALUR KERETA API JEMBER-PANARUKAN

PROBABILITAS PERPINDAHAN MODA DARI BUS KE KERETA API DALAM RENCANA RE-AKTIVASI JALUR KERETA API JEMBER-PANARUKAN PROBABILITAS PERPINDAHAN MODA DARI BUS KE KERETA API DALAM RENCANA RE-AKTIVASI JALUR KERETA API JEMBER-PANARUKAN Willy Kriswardhana 1 dan Hera Widyastuti 2 1 Mahasiswa Program Pascasarjana Teknik Sipil

Lebih terperinci

URBANISASI, INDUSTRIALISASI, PENDAPATAN, DAN PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Al Muizzuddin Fazaalloh 1

URBANISASI, INDUSTRIALISASI, PENDAPATAN, DAN PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Al Muizzuddin Fazaalloh 1 URBANISASI, INDUSTRIALISASI, PENDAPATAN, DAN PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Al Muizzuddin Fazaalloh 1 Abstrak Paper ini meneliti tentang dampak industrialiasi, tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan

Lebih terperinci

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara Pendahuluan Program Low Cost Green Car (LCGC) merupakan program pengadaan mobil ramah lingkungan yang diproyeksikan memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii INTISARI... xvi ABSTRACT... xvii KATA

Lebih terperinci

ANALISIS DISTRIBUSI PERJALANAN MENGGUNAKAN MODEL GRAVITASI DUA BATASAN DENGAN OPTIMASI FUNGSI HAMBATAN STUDI KASUS : KOTA SEMARANG DAN KOTA SURAKARTA

ANALISIS DISTRIBUSI PERJALANAN MENGGUNAKAN MODEL GRAVITASI DUA BATASAN DENGAN OPTIMASI FUNGSI HAMBATAN STUDI KASUS : KOTA SEMARANG DAN KOTA SURAKARTA JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 228 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 228 239 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA LALU LINTAS AKIBAT DAMPAK DARI PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN STUDI KASUS PADA PROYEK PERUMAHAN BANANA PARK RESIDENCE SIDOARJO

ANALISA KINERJA LALU LINTAS AKIBAT DAMPAK DARI PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN STUDI KASUS PADA PROYEK PERUMAHAN BANANA PARK RESIDENCE SIDOARJO ANALISA KINERJA LALU LINTAS AKIBAT DAMPAK DARI PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN STUDI KASUS PADA PROYEK PERUMAHAN BANANA PARK RESIDENCE SIDOARJO Disusun oleh: Aries Novianto 1), Ronny D Nasihien 2) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

Daya Saing Kota-Kota Besar di Indonesia

Daya Saing Kota-Kota Besar di Indonesia Daya Saing Kota-Kota Besar di Indonesia Eko Budi Santoso 1 * Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember, * Email : eko_budi@urplan.its.ac.id Abstrak Kota-kota besar di

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang sangat vital. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM mengambil peran di hampir semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi makro, biasanya dilihat dari pertumbuhan angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama di bidang ekonomi. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Angkutan umum memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian, untuk menuju keberlajutan angkutan umum memerlukan penanganan serius. Angkutan merupakan elemen

Lebih terperinci

Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi BAB VIII PENUTUP

Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi BAB VIII PENUTUP BAB VIII PENUTUP A. Kesimpulan 1) Dari hasil kajian dan analisis terhadap berbagai literatur dapat ditarik satu kesimpulan sebagai berikut : a) Ada beberapa definisi tentang angkutan massal namun salah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK POLA PERJALANAN DI KOTA YOGYAKARTA

KARAKTERISTIK POLA PERJALANAN DI KOTA YOGYAKARTA KARAKTERISTIK POLA PERJALANAN DI KOTA YOGYAKARTA J. Dwijoko Ansusanto Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika No. 2, Yogyakarta dwiyoko@mail.uajy.ac.id Sigit Priyanto Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika No.

Lebih terperinci

PERENCANAAN RUTE BUS PENUMPANG DARI BANDARA JUANDA MENUJU BEBERAPA KOTA DI SEKITAR SURABAYA

PERENCANAAN RUTE BUS PENUMPANG DARI BANDARA JUANDA MENUJU BEBERAPA KOTA DI SEKITAR SURABAYA JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 PERENCANAAN RUTE BUS PENUMPANG DARI BANDARA JUANDA MENUJU BEBERAPA KOTA DI SEKITAR SURABAYA Gina Adzani, Ir. Wahju Herijanto, MT. Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS GARIS KEINGINAN PERGERAKAN MASYARAKAT PENGGUNA TRANSPORTASI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR PROVINSI SULAWESI UTARA

ANALISIS GARIS KEINGINAN PERGERAKAN MASYARAKAT PENGGUNA TRANSPORTASI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR PROVINSI SULAWESI UTARA ANALISIS GARIS KEINGINAN PERGERAKAN MASYARAKAT PENGGUNA TRANSPORTASI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR PROVINSI SULAWESI UTARA Ahmad Yani Abas Alumni Pascasarjana S2 Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi kendaraan bermotor di negara-negara berkembang maupun di berbagai belahan dunia kian meningkat. Hal ini dipengaruhi oleh mobilitas dan pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK (FES) UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR INDUSTRI DAN TRANSPORTASI DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK (FES) UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR INDUSTRI DAN TRANSPORTASI DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK (FES) UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR INDUSTRI DAN TRANSPORTASI DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO Yonnet Hellian Kresna 1, *), Rachmat Boedisantoso 2)

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. Selain sebagai komoditas publik, sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Aktivitas kota menjadi daya tarik bagi masyarakat sehingga

Lebih terperinci

KINERJA LAYANAN BIS KOTA DI KOTA SURABAYA

KINERJA LAYANAN BIS KOTA DI KOTA SURABAYA KINERJA LAYANAN BIS KOTA DI KOTA SURABAYA Dadang Supriyatno Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya Gedung A4 Kampus Unesa Ketintang Surabaya dadang_supriyatno@yahoo.co.id Ari

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Dari serangkaian analisis yang telah dilakukan sebelumnya, dapat disimpulkan :

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Dari serangkaian analisis yang telah dilakukan sebelumnya, dapat disimpulkan : BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Dari serangkaian analisis yang telah dilakukan sebelumnya, dapat disimpulkan : 1. Berdasarkan proyeks permintaan energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dan teralokasi ke tingkat daerah. Keseimbangan antardaerah terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dan teralokasi ke tingkat daerah. Keseimbangan antardaerah terutama dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian yang integral dalam pembangunan nasional, karena itu diharapkan bahwa hasil pembangunan akan dapat terdistribusi dan teralokasi

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN PARKIR PADA BANGUNAN KANTOR PERBANKAN DI KOTA BANJARMASIN. Ir. H. Hudan Rahmani, MT

ANALISIS KEBUTUHAN PARKIR PADA BANGUNAN KANTOR PERBANKAN DI KOTA BANJARMASIN. Ir. H. Hudan Rahmani, MT ANALISIS KEBUTUHAN PARKIR PADA BANGUNAN KANTOR PERBANKAN DI KOTA BANJARMASIN Ir. H. Hudan Rahmani, MT DPK (dipekerjakan) di Fak. Teknik Universitas Muhammadiyah Palangkaraya ABSTRAK Bangunan kantor perbankan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Perencanaan Kota Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Ciri pokok dari sebuah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan membahas mengenai temuan studi, kesimpulan dan rekomendasi yang merupakan sintesa dari hasil kajian indikator ekonomi dalam transportasi berkelanjutan yang

Lebih terperinci

Penentuan Rute Angkutan Umum Berbasis Transport Network Simulator di Kecamatan Candi dan Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo

Penentuan Rute Angkutan Umum Berbasis Transport Network Simulator di Kecamatan Candi dan Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-224 Penentuan Rute Angkutan Umum Berbasis Transport Network Simulator di Kecamatan Candi dan Kecamatan Sidoarjo Kabupaten

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

VI. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VI. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1 Kesimpulan 1. Model DICE ( Dinamic Integrated Model of Climate and the Economy) adalah model Three Boxes Model yaitu suatu model yang menjelaskan dampak emisi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TRANSPORTASI PERKOTAAN YANG RENDAH KARBON: PERBANDINGAN KASUS KOTA JAKARTA, YOGYAKARTA DAN SEMARANG

PENGEMBANGAN TRANSPORTASI PERKOTAAN YANG RENDAH KARBON: PERBANDINGAN KASUS KOTA JAKARTA, YOGYAKARTA DAN SEMARANG Pengembangan Transportasi Perkotaan yang Rendah Karbon: Perbandingan Kasus Kota Jakarta, Yogyakarta dan Semarang, (Agus Sugiyono, M.S. Boedoyo, M. Muchlis, Erwin Siregar dan Suryani) PENGEMBANGAN TRANSPORTASI

Lebih terperinci

PILIHAN PELAYANAN PENUMPANG ANGKUTAN PERKOTAAN INDONESIA

PILIHAN PELAYANAN PENUMPANG ANGKUTAN PERKOTAAN INDONESIA Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 29 PILIHAN PELAYANAN PENUMPANG ANGKUTAN PERKOTAAN INDONESIA Imam Basuki 1 dan Siti Malkhamah 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci