MEMASANG KATETER. A. PENGERTIAN Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan urine.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MEMASANG KATETER. A. PENGERTIAN Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan urine."

Transkripsi

1

2 MEMASANG KATETER A. PENGERTIAN Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan urine. B. TUJUAN 1. Menghilangkan distensi kandung kemih. 2. Sebagai penatalaksanaan kandung kemih inkompeten. 3. Mendapatkan specimen urine steril. 4. Sebagai pengkajian jumlah residu urine, bila kandung kemih tidak mampu untuk dikosongkan secara lengkap. C. DILAKUKAN PADA 1. Pasien dengan retensi/incontinensia urine. 2. Pasien yang akan dilakukan pemeriksaan urine steril. 3. Pasien yang akan dilakukan foto kandung kemih. 4. Pasien pre dan post operasi besar. 5. Pasien dengan penurunan kesadaran. 6. Pasien dengan fraktur tulang belakang. 7. Pasien dengan trauma kandung kemih. D. TIDAK BOLEH DILAKUKAN PADA 1. Pasien dengan infeksi pada saluran kemih. 2. Pasien dengan stictur uretra. E. MACAM-MACAM JENIS KATETER 1. Kateter plastik, karet. 2. Kateter logam. 3. Kateter sutera yang ditenun (untuk pria). 4. Kateter nelaton. 5. Kateter silicon. F. PEMAKAIAN UKURAN KATETER 1. Untuk wanita dewasa No 14, Untuk pria dewasa No 18, 20, 3. Untuk anak-anak No 6, 8,10 4. Untuk irigasi kandung kemih continue No. 6, 12, 20, 22, 24 G. PEMASANGAN KATETER 1. PEMASANGAN KATETER PADA WANITA a. Persiapan Alat 1) Bak instrument steril berisi : a) Pinset anatomis 1

3 b) Duk 2) Kateter sesuai ukuran 3) Sarung tangan /handscoen steril 2 pasang 4) Desinfektan dalam tempatnya 5) Aquadest 6) Spuit 20 cc 7) Pelumas 8) Kapas 9) Urine bag 10) Plester dan gunting 11) Selimut mandi 12) Perlak dan pengalas 13) Bak berisi air hangat / NaCl 14) Waslap, sabun, handuk 15) Bengkok 16) Pispot b. Prosedur Pelaksanaan 1) Tahap Pra Interaksi a) Verifikasi data sebelumnya. b) Mencuci tangan c) Mengidentifikasi pasien dengan tepat (nama, nomor kamar). d) Menyiapkan alat. e) Mendekatkan alat kedekat pasien 2) Tahap Orientasi a) Mengucap salam, menyapa pasien, memperkenalkan diri. b) Menyampaikan kontrak waktu, tempat dan topik c) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan. d) Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien. 3) Tahap Kerja a) Memasang sampiran / menjaga privacy pasien. b) Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa kepada Allah. c) Mengatur posisi dorsal recumbent dan melepas pakaian bawah (bila pasien tidak dapat mengabduksikan tungkainya pada sendi panggul mis, artritis sendi, baringkan pasien pada posisi miring (sim s) dengan tungkai atas fleksi pada lutut dan panggul). d) Mengganti selimut pasien dengan selimut mandi (letakkan selimut dalam bentuk intan di atas tubuh pasien, satu ujung pada setiap kaki dan ujung lain di atas perineum). e) Memasang perlak dan pengalas. f) Memasang pispot di bawah bokong pasien. g) Memakai sarung tangan/ handscoen. h) Mencuci area perineal dengan sabun dan air hangat dengan menggunakan waslap sesuai dengan kebutuhan lalu keringkan dengan handuk. 2

4 i) Mengangkat pispot dari bokong pasien. j) Melepas sarung tangan dan mencuci tangan. k) Membuka kantung kateter sesuai petunjuk, jaga agar bagian dasar wadah tetap steril. l) Memakai sarung tangan (handscoen) steril. m) Memasang duk steril. Letakkan duk diatas tempat tidur diantara paha klien, sisipkan tepi duk tepat di bawah bokong pasien, perhatikan untuk tidak menyentuh permukaan terkontaminasi dengan tangan yang telah mengenakan sarung tangan steril. Pasang duk steril fanestrated (duk dengan lubang di tengahnya) di atas perineum. n) Memberi pelumas 2,5-5 cm pada ujung kateter. o) Meregangkan labia sedemikian sehingga meatus uretra terlihat dengan sempurna. p) Mengambil kapas dengan pinset, membersihkan perineum dengan air hangat/ NaCl dengan cara mengusap dari depan ke belakang dari klitoris ke arah anus. Gunakan bola kapas bersih baru untuk tiap usapan, sepanjang dekat lipatan labia dan sepanjang area yang jauh dari lipatan labia dan pada meatus. q) Memasukkan kateter 5 7,5 cm atau sampai keluar urine, minta pasien untuk tidak mengejan dengan cara menarik nafas panjang. r) Menampung urine pada bengkok, biarkan sampai kandung kemih kosong (jika diperlukan urine steril untuk dilakukan pemeriksaan maka urine dialirkan ke botol steril setelah urine yang pertama dialirkan ke bengkok terlebih dahulu). s) Mengisi balon dengan aquadest sesuai ukuran. t) Menyambungkan kateter dengan urine bag dan menggantungnya di sisi tempat tidur. u) Menarik perlahan kateter untuk memastikan kateter tertahan. v) Memfiksasi kateter ke arah paha, biarkan mengendur agar saat paha bergerak kateter tidak teregang. w) Melepas duk, pengalas dan sarung tangan. 4) Tahap Terminasi a) Mengevaluasi tindakan yang dilakukan. b) Menyampaikan rencana tindak lanjut c) Merapikan pasien dan lingkungan. d) Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada Allah. e) Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu yang akan datang f) Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula. g) Mencuci tangan. h) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan. 3

5 2. PEMASANGAN KATETER PADA PRIA a. Persiapan Alat 1) Bak Instrumen steril berisi : a) Pinset anatomis b) Duk steril 2) Kateter sesuai ukuran 3) Sarung tangan(handscoen) steril 2 pasang 4) Desinfektan dalam tempatnya 5) Aquadest 6) Spuit 20 cc 7) Pelumas 8) Urine Bag 9) Plester dan gunting 10) Selimut mandi 11) Perlak dan Pengalas 12) Bak berisi air hangat, waslap, sabun, handuk 13) Bengkok 14) Pispot b. Prosedur Pelaksanaan 1) Tahap Pra Interaksi a) Verifikasi data sebelumnya. b) Mencuci tangan c) Mengidentifikasi pasien dengan tepat d) Menyiapkan alat. e) Mendekatkan alat kedekat pasien 2) Tahap Orientasi a) Mengucap salam, menyapa pasien, memperkenalkan diri. b) Menyampaikan kontrak waktu, tempat dan topik c) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan. d) Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien. 3) Tahap Kerja a) Memasang sampiran/menjaga privacy. b) Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa kepada Allah. c) Menyiapkan pasien dengan posisi dorsal recumbent dan melepaskan pakaian bawah. d) Menyelimuti tubuh atas pasien dengan selimut mandi dan tutup ejstremitas bawah dengan selimut tidur (hanya memajankan bagian genetalia). e) Memasang perlak, pengalas, dan pispot. f) Memakai sarung tangan. g) Membersihkan genetalia dengan sabun dan air hangat, (pada pria yang tidak di sirkumsisi yakinkan untuk meretraksi (menarik prepisium untuk membersihkan meatus uretra). h) Mengangkat pispot. 4

6 i) Melepas sarung tangan dan mencuci tangan. j) Membuka kantong kateter, pertahankan tetap steril. k) Memakai sarung tangan steril, memasang duk steril. l) Memberi pelumas pada ujung kateter. m) Memegang penis pada batang tepat di bawah glans dan regangkan meatus uretra. Regangkan preputium pria yang tidak disirkumsisi. n) Mengambil kapas dengan pinset dan membersihkan penis dengan air hangat dengan gerakan melingkar dari meatus bawah ke arah glans. Ulangi dua kali menggunakan kapas yang bersih. o) Mengarahkan penis tegak ke atas. p) Meminta pasien untuk tidak mengejan dengan cara menarik nafas panjang. q) Memasukkan kateter perlahan-lahan sedalam cm atau hingga urine keluar. r) Menampung urine pada bengkok, biarkan sampai kandung kemih kosong (jika diperlukan urine steril untuk dilakukan pemeriksaan maka urine dialirkan ke botol steril setelah urine yang pertama dialirkan ke bengkok terlebih dahulu). s) Mengisi balon dengan aquadest sesuai ukuran. t) Menyambungkan kateter dengan urine bag dan menggantungnya di pinggir tempat tidur. u) Menarik keteter parlahan, pastikan kateter tertahan. v) Memfiksasi kateter ke arah perut. w) Melepas duk, pengalas dan sarung tangan. x) Mengganti selimut mandi dengan selimut pasien. 4) Tahap Terminasi a) Mengevaluasi tindakan yang dilakukan. b) Menyampaikan rencana tindak lanjut c) Merapikan pasien dan lingkungan. d) Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa pada Allah. e) Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu yang akan datang. f) Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula. g) Mencuci tangan. h) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan. H. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN 1. Jangan mendorong paksa kateter bila terjadi tahanan karena hal tersebut dapat mengindikasikan terjadinya strictur uretra. Pada pria lansia, hipertropi prostate dapat menyumbat uretre secara parsial dan menghambat masuknya kateter. Bila terjadi tahanan beritahu dokter. 2. Pada wanita pastikan meatus uretra terlihat jelas, jangan sampai salah memasukkan kateter pada vagina. 5

7 MERAWAT KATETER A. PENGERTIAN Melakukan tindakan perawatan pada daerah genital yang terpasang kateter untuk mencegah terjadinya infeksi. B. TUJUAN 1. Mencegah infeksi. 2. Memberikan rasa nyaman. C. PERSIAPAN ALAT 1. Bak instrumen berisi kassa steril 2. Sarung tangan steril 3. NaCl steril dalam kom (secukupnya) 4. Air hangat, waslap, handuk 5. Perlak dan pengalas 6. Bengkok 7. Pinset anatomis. D. PROSEDUR PELAKSANAAN 1. Tahap Pra Interaksi a. Mengecek program terapi. b. Mencuci tangan. c. Mengidentifikasi pasien dengan benar d. Menyiapkan alat. e. Mendekatkan alat kedekat pasien 2. Tahap Orientasi a. Mengucapkan salam, menyapa pasien, memperkenalkan diri. b. Menyampaikan kontrak waktu, tempat dan topik c. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan. d. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien. 3. Tahap Kerja a. Memasang sampiran / menjaga privacy pasien. b. Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa kepada Allah. c. Menyiapkan pasien dalam posisi dorsal recumbent dan melepaskan pakaian bawah. d. Memasang perlak, pengalas. e. Memakai sarung tangan. f. Membersihkan genetalia dengan waslap dibasahi air hangat, perhatikan jangan sampai menimbulkan nyeri. g. Memastikan posisi kateter terpasang dengan benar dengan menarik secara hati-hati, pastikan kateter tetap tertahan. h. Membersihkan tempat insersi kateter dengan kasa dibasahi NaCl steril dengan menggunakan pinset anatomis. i. Melepas pengalas dan sarung tangan. j. Merapikan pasien. 6

8 4. Tahap Terminasi a. Mengevaluasi tindakan yang dilakukan. b. Menyampaikan rencana tindak lanjut. c. Merapikan pasien dan lingkungan. d. Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada Allah. e. Berpamitan dengan pasien dan ontrak waktu yang akan datang f. Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula. g. Mencuci tangan. h. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan. 7

9 MELEPAS KATETER A. PENGERTIAN Melepas drainage urine pada pasien yang terpasang kateter untuk mengembalikan fungsi kandung kemih. B. TUJUAN 1. Mengembalikan fungsi pola berkemih. 2. Mencegah infeksi. 3. Pasien bisa buang air kecil dengan normal C. PERSIAPAN ALAT 1. Bak Instrumen berisi : a. Pinset chirrurgis b. Kasa 2. Kapas alcohol 3. NaCl Steril dalam kom (secukupnya) 4. Selimut mandi 5. Perlak dan pengalas 6. Sarung tangan 7. Spuit 10/20 cc 8. Bengkok D. PROSEDUR PELAKSANAAN 1. Tahap Pra Interaksi a. Mengecek program terapi. b. Mencuci tangan c. Mengidentifikasi pasien dengan tepat d. Menyiapkan alat. e. Mendekatkan alat kedekat pasien 2. Tahap Orientasi a. Mengucapkan salam, menyapa pasien, memperkenalkan diri. b. Menyampaikan kontrak waktu, tempat dan topik c. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan. d. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien. 3. Tahap Kerja a. Memasang sampiran / menjaga privacy pasien. b. Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa kepada Allah. c. Menyiapkan pasien dalam posisi dorsal recumbent dan melepaskan pakaian bawah. d. Memasang perlak dan pengalas. e. Memasang selimut mandi. f. Memakai sarung tangan. g. Melepas plester dan membersihkan sisa plester dengan kapas alkohol. 8

10 h. Melakukan aspirasi balon kateter hingga habis isinya (menarik kateter dengan balon yang masih mengembang/terisi air akan mengiritasi dinding uretra dan dapat mengakibatkan rupture). i. Mengarahkan penis ke atas/membuka labia. j. Menarik kateter perlahan-lahan hingga lepas, anjurkan pasien menarik nafas dalam dan rileks. k. Membersihkan meatus uretra dengan kassa dan NaCl steril. l. Merapikan pasien. 4. Tahap Terminasi a. Mengevaluasi tindakan yang dilakukan. b. Menyampaikan rencana tindak lanjut c. Merapikan pasien dan lingkungan. d. Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada Allah. e. Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu yang akan datang f. Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula. g. Mencuci tangan. h. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan. E. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN 1. Pada pasien yang akan dilepas kateter sebaiknya dilakukan bladder training. 2. Sebelum menarik kateter kosongkan urine bag terlebih dahulu. 9

11 MEMBERIKAN HUKNAH / ENEMA A. PENGERTIAN Memasukkan cairan hangat ke dalam kolon melalui lubang pelepasan/ anus untuk membersihkan kolon dari sisa makanan. B. TUJUAN 1. Untuk meningkatkan defekasi dengan merangsang peristaltic. 2. Untuk melunakkan feses yang telah mengeras atau untuk mengosongkan rektum dan kolon bawah untuk prosedur diagnostik atau pembedahan. C. MACAM HUKNAH 1. Huknah Rendah. 2. Huknah Tinggi. 1. HUKNAH RENDAH b. Pengertian Memasukkan cairan hangat ke dalam colon descendens melalui anus. c. Tujuan 1) Pengobatan pada pasien konstipasi (sembelit). 2) Merangsang peristaltik usus. 3) Mendapatkan sediaan bahan pemeriksaan laboratorium. 4) Persiapan operasi. d. Dilakukan Pada 1) Pasien yang sembelit. 2) Pasien yang akan dilakukan operasi. e. Persiapan Alat 1) Irigator lengkap dengan kanul dan selang 2) Larutan hangat : a) Bayi : cc b) Anak : cc c) Usia sekolah : cc d) Remaja : cc e) Dewasa : cc 3) Standar 4) Perlak dan pengalas 5) Bengkok 6) Pispot dan botol cebok 7) Selimut mandi 8) Tissue toilet 9) Jelly 10) Sarung tangan (Handscoen) 10

12 f. Prosedur Pelaksanaan 1) Tahap Pra Interaksi a) Mengecek program terapi. b) Mencuci tangan. c) Mengidentifikasi pasien dengan tepat. d) Menyiapkan alat. e) Mendekatkan alat kedekat pasien 2) Tahap Orientasi a) Mengucapkan salam, menyapa nama pasien, memperkenalkan diri. b) Menyampaikan kontrak waktu, tempat dan topik c) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan. d) Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien. 3) Tahap Kerja a) Menjaga privacy. b) Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa pada Allah. c) Mengatur posisi pasien miring kiri, dengan lutut kaki yang berada di atas fleksi. Pada anak-anak dapat diposisikan dorsal recumben (pasien dengan kontrol sfingter kurang bisa diposisikan langsung pada pispot). d) Meletakkan perlak dan pengalas di bawah bokong pasien. e) Mengganti selimut pasien dengan selimut mandi. Biarkan hanya area anal yang kelihatan. f) Meletakkan pispot dekat tempat tidur. g) Siapkan irigator lengkap dengan selang dan kanul, isi dengan larutan hangat. h) Menggantung irigator pada standar dengan ketinggian 30 cm. i) Mengeluarkan udara dalam selang, kemudian menutup klem kembali. j) Memakai handscoen/ sarung tangan. k) Mengoleskan jelly pada kanul rectal. l) Membuka bokong pasien hingga anus terlihat, instruksikan pasien agar rileks. m) Memasukkannya kanul rektal secara perlahan mengarah ke umbilicus, (panjang insersi untuk dewasa 7,5 10 cm, anak 5 7,5 cm, bayi 2,5 3,5 cm). n) Menginstruksikan pasien untuk tidak menahan masuknya kanul ke anus dengan cara menghembuskan nafas perlahan melalui mulut, tarik selang segera jika menemui obstruksi yang berarti, segera laporkan pada dokter. o) Membuka kran dan biarkan cairan masuk dengan perlahan. p) Menutup kran bila cairan dalam irrigator habis atau bila pasien tidak dapat menahan untuk BAB. q) Memegang pangkal kanul dengan tissue, tarik kanul dari anus. r) Meminta pasien menahan larutan selama mungkin saat berbaring di tempat tidur (makin lama ditahan akan lebih efektif terhadap perangsangan peristaltik dan defekasi). 11

13 s) Bantu pasien ke kamar mandi atau pasang pispot di bawah bokong pasien untuk BAB. t) Membersihkan anus setelah pasien selesai BAB. u) Melepas hand schoen. v) Merapikan pasien. 4) Tahap Terminasi a) Mengevaluasi tindakan yang dilakukan. b) Menyampaikan rencana tindak lanjut c) Merapikan pasien dan lingkungan. d) Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa pada Allah. e) Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu yang akan datang f) Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula. g) Mencuci tangan. h) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan g. Hal Yang Perlu Diperhatikan 1) Perhatikan keadaan umum pasien selama bekerja. 2) Catat macam cairan, jumlah dan waktu pemberian. 3) Memasukkan cairan harus perlahan-lahan. 4) Catat apakah huknah tersebut berhasil atau tidak, juga apakah pada feses ada darah, lendir, dsb. 5) Pemberian huknah tinggi harus di dahului oleh pemberian huknah rendah. 6) Pemberian huknah tidak diperbolehkan memakai air sabun. 7) Untuk anak-anak menggunakan kanul khusus. 2. HUKNAH TINGGI a. Pengertian Memasukkan cairan hangat sampai ke dalam colon ascendens melalui anus untuk membersihkan seluruh kolon. b. Tujuan 1) Persiapan operasi besar. 2) Persiapan pemeriksaan, mis. BNO(Blass Nier Overzicth)/IVP(Intra Venous Pyelography), colon foto, cholesystogram, rectoscopy, dll. 3) Membantu mengeluarkan feses akibat dari adanya konstipasi atau fekal impaksi. 4) Pengobatan symptomatic pada pasien melena. c. Dilakukan pada 1) Pasien yang akan dilakukan foto kolon, cholesystogram, rectoscopy, BNO/IVP. 2) Pasien yang akan operasi. 3) Pasien dengan melena. 12

14 d. Persiapan Alat 1) Irigator lengkap dengan kanul dan selang 2) Larutan hangat : a) Bayi : cc b) Anak : cc c) Usia sekolah : cc d) Remaja : cc e) Dewasa : cc 3) Standar 4) Perlak dan pengalas 5) Bengkok 6) Pispot dan botol cebok 7) Selimut mandi 8) Tissue toilet 9) Jelly 10) Hand scoen e. Prosedur Pelaksanaan 1) Tahap Pra Interaksi a) Mengecek program terapi. b) Mencuci tangan. c) Mengidentifikasi pasien dengan benar. d) Menyiapkan alat. e) Mendekatkan alat kedekat pasien 2) Tahap Orientasi a) Mengucapkan salam, menyapa nama pasien, memperkenalkan diri. b) Menyampaikan kontrak waktu, tempat dan topik c) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan. d) Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien. 3) Tahap Kerja a) Menjaga privacy. b) Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa pada Allah. c) Mengatur posisi pasien miring kanan, dengan fleksi lutut kaki yang berada di atas. Pada anak-anak dapat diposisikan dorsal recumben (pasien dengan kontrol sfingter kurang bisa diposisikan langsung pada pispot). d) Meletakkan perlak dan pengalas di bawah bokong pasien. e) Mengganti selimut pasien dengan selimut mandi. Biarkan hanya area anal yang kelihatan. f) Meletakkan pispot dekat tempat tidur. g) Siapkan irigator lengkap dengan selang dan kanul, isi dengan larutan hangat. 13

15 h) Menggantungkan irrigator pada standar dengan ketinggian 50 cm. i) Mengeluarkan udara dalam selang, kemudian menutup klem kembali. j) Memakai handscoen. k) Mengoleskan jelly pada kanul rectal. l) Membuka bokong pasien hingga anus terlihat, instruksikan pasien agar rileks. m) Memasukkannya kanul rektal secara perlahan mengarah ke umbilicus, (panjang insersi untuk dewasa 7,5 10 cm, anak 5 7,5 cm, bayi 2,5 3,5 cm). n) Menginstruksikan pasien untuk tidak menahan masuknya kanul ke anus dengan cara menghembuskan nafas perlahan melalui mulut., tarik selang segera jika menemui obstruksi yang berarti, segera laporkan pada dokter. o) Membuka kran dan biarkan cairan masuk dengan perlahan. p) Menutup kran bila cairan dalam irrigator habis atau bila pasien tidak dapat menahan untuk BAB. q) Memegang pangkal kanul dengan tissue, tarik kanul dari anus. r) Meminta pasien menahan larutan selama mungkin saat berbaring di tempat tidur (makin lama ditahan akan lebih efektif terhadap perangsangan peristaltik dan defekasi). s) Bantu pasien ke kamar mandi atau pasang pispot di bawah bokong pasien untuk BAB. t) Membersihkan anus setelah pasien selesai BAB. u) Melepas hand schoen. v) Merapikan pasien. 4) Tahap Terminasi a) Mengevaluasi tindakan yang dilakukan. b) Menyampaikan rencana tindak lanjut c) Merapikan pasien dan lingkungan. d) Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa pada Allah. e) Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu yang akan datang. f) Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula. g) Mencuci tangan. h) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan. 14

16 HUKNAH GLISERIN A. PENGERTIAN Memasukkan minyak / glycerin ke dalam usus (colon sygmoid) melalui anus menggunakan semprit glycerin. B. TUJUAN 1. Merangsang peristaltik usus agar pasien bisa buang air besar. 2. Membersihkan kolon pada pasien yang sedang dalam keadaan inpartu. 3. Melunakkan feses C. DILAKUKAN PADA 1. Pasien yang sukar BAB (obstipasi). 2. Pasien yang akan partus, bila his nya belum teratur. 3. Pasien yang akan dilakukan operasi kecil. D. PERSIAPAN ALAT 1. Semprit glycerin 2. Glycerin hangat 3. Perlak dan pengalas 4. Bengkok 5. Pispot dan botol cebok 6. Selimut mandi 7. Tissue toilet 8. Jelly 9. Hand schoen E. PROSEDUR PELAKSANAAN 1. Tahap Pra Interaksi a. Mengecek program terapi. b. Mencuci tangan. c. Mengidentifikasi pasien dengan tepat. d. Menyiapkan alat. e. Mendekatkan alat kedekat pasien 2. Tahap Orientasi a. Mengucapkan salam, sapa nama pasien dan memperkenalkan diri. b. Menyampaikan kontrak waktu, tempat dan topik c. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan. d. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien. 3. Tahap Kerja a. Menjaga privacy. b. Mengajak pasien membaca basmalah/berdoa. c. Mengatur posisi pasien miring kiri dengan lutut kanan fleksi (untuk bayi dan anak-anak diposisikan dorsal recumbent. d. Mengganti selimut pasien dengan selimut mandi dan membuka pakaian bawah. 15

17 e. Meletakkan perlak dan pengalas di bawah bokong klien. f. Mengisi semprit dengan glycerin hangat cc, udara dikeluarkan. g. Memakai handscoen. h. Mengoleskan jelly pada ujung kanul. i. Membuka bokong hingga anus terlihat, instruksikan pasien untuk rileks. j. Memasukkan kanul secara perlahan, mengarah ke umbilicus hingga pangkal kanul. k. Menginstruksikan pasien untuk tidak menahan masuknya kanule ke anus dengan cara menghembuskan nafas perlahan melalui mulut. l. Memasukkan glycerin dengan perlahan. m. Memegang pangkal kanul dengan tisue kemudian mencabut kanul dari anus, biarkan untuk beberapa saat. n. Membantu pasien ke toilet atau memasang pispot di bawah bokong pasien untuk BAB. o. Membersihkan anus. p. Membuka handscoen. q. Merapikan pasien. 4. Tahap Terminasi a. Mengevaluasi tindakan yang dilakukan. b. Menyampaikan remcana tindak lanjut c. Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa pada Allah. d. Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu yang akan datang. e. Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula. f. Mencuci tangan. g. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan. F. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN 1. Perhatikan reaksi pasien sebelum dan sesudah memberikan huknah 2. Glycerin tidak boleh diberikan kepada pasien dengan Ca Recti, thypus abdominalis, dan anak-anak 3. Pemberian huknah minyak (glycerin) kepada orang dewasa tidak boleh melebihi 30 cc 4. Pemberian huknah minyak pada anak-anak maksimum 20 cc (hanya dengan minyak kelapa) 16

18 HUKNAH DENGAN MENGGUNAKAN KEMASAN SEKALI PAKAI A. PERSIAPAN ALAT 1. Enema dalam kemasan sekali pakai dengan kanule untuk rectal. 2. Sarung tangan (Handscoen) 3. Pelumas/jelly. 4. Perlak pengalas. 5. Selimut mandi. 6. Tissue toilet. 7. Pispot. 8. Baskom, sabun, waslap dan handuk. B. PROSEDUR PELAKSANAAN 1. Tahap Pra Interaksi a. Mengecek program terapi. b. Mencuci tangan. c. Mengidentifikasi pasien dengan benar. d. Menyiapkan alat. e. Mendekatkan alat kedekat pasien 2. Tahap Orientasi a. Mengucapkan salam, menyapa nama pasien dan memperkenalkan diri. b. Menyampaikan kontrak waktu, tempat dan topik c. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan. d. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien. 3. Tahap Kerja a. Menjaga privacy. b. Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa pada Allah. c. Mengatur posisi pasien miring kiri dengan lutut kanan fleksi (untuk bayi dan anak-anak diposisikan dorsal recumbent. d. Mengganti selimut pasien dengan selimut mandi dan membuka pakaian bawah. e. Meletakkan perlak dan pengalas di bawah bokong klien. f. Meletakkan pispot dekat dengan tempat tidur pasien. g. Memakai sarung tangan (handschoen). h. Melepaskan kap plastik dari ujung kanule. Meskipun ujung kanule sudah berpelumas, jely tambahan dapat diberikan sesuai kebutuhan. i. Membuka bokong hingga anus terlihat, instruksikan pasien untuk rileks. j. Memasukkan kanul secara perlahan, mengarah ke umbilicus hingga pangkal kanule. k. Menginstruksikan pasien untuk tidak menahan masuknya kanule ke anus dengan cara menghembuskan nafas perlahan melalui mulut. l. Perah botol sampai semua larutan telah masuk ke rektum dan kolon. 17

19 m. Memegang pangkal kanul dengan tisue kemudian mencabut kanul dari anus, biarkan untuk beberapa saat. n. Membantu pasien ke toilet atau memasang pispot di bawah bokong pasien untuk BAB. o. Membersihkan anus. p. Membuka sarung tangan (handscoen). 4. Tahap Terminasi a. Mengevaluasi tindakan yang dilakukan. b. Menyampaikan rencana tindak lanjut c. Merapikan pasien dan lingkungan. d. Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa pada Allah. e. Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu yang akan datang. f. Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula. g. Mencuci tangan. h. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan 18

20 MEMASANG NASO GASTRIC TUBE (NGT) A. PENGERTIAN Memasang pipa / selang khusus pada saluran pencernaan atas secara langsung melalui hidung dan berakhir di lambung. B. TUJUAN 1. Memasukkan makanan cair atau obat-obatan cair atau padat yang dicairkan yang tidak mungkin dimasukkan melalui mulut. 2. Mengeluarkan cairan / isi lambung dan gas yang ada pada lambung. 3. Mengirigasi karena perdarahan / keracunan dalam lambung. 4. Mencegah atau mengurangi nusea dan vomiting setelah pembedahan atau trauma. 5. Mengambil specimen pada lambung untuk pemeriksaan laboratorium. C. DILAKUKAN PADA 1. Pasien tidak sadar ( koma). 2. Pasien dengan masalah saluran pencernaan atas : stenosis esophagus, tumor mulut/faring/esophagus, illius, peritonitis trauma abdomen, dll). 3. Pasien yang tidak dapat menelan. 4. Pasien perdarahan lambung (untuk bilas lambung). D. PERSIAPAN ALAT 1. Selang NGT sesuai ukuran 2. Klem 3. Spuit 10 cc/50 cc 4. Stetoskop 5. Gelas berisi air matang 6. Plaster dan gunting 7. Kain kassa 8. Pelumas (jelly) 9. Perlak dan pengalas 10. Bengkok 11. Sarung tangan steril 12. Tongue spatel dan senter (jika diperlukan ) E. PROSEDUR PELAKSANAAN 1. Tahap Pra Interaksi a. Mengecek program terapi. b. Mencuci tangan. c. Mengidentifikasi pasien dengan benar (nama, nomor kamar). d. Menyiapkan dan mendekatka alat di dekat pasien. 2. Tahap Orientasi a. Mengucapkan salam, menyapa pasien, memperkenalkan diri. b. Menyampaikan kontrak waktu, tempat dan topik c. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan. 19

21 d. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien. 3. Tahap Kerja a. Menjaga privacy. b. Mengajak pasien membaca Basmalah dan berdoa pada Allah. c. Mengatur posisi pasien dalam posisi semi fowler/fowler (jika tidak ada kontra indikasi). d. Memasang pengalas di atas dada. e. Memakai sarung tangan. f. Menentukan lubang hidung yang akan digunakan untuk memasukkan NGT. Membersihkan lubang hidung yang akan digunakan. g. Mengukur panjang NGT dan memberi tanda (perhatikan jangan sampai selang menyentuh permukaan terkontaminasi). 1) Metode tradisional : ukur selang dari prosesus xifoideus di sternum ke hidung dan belok ke daun telinga bawah. 2) Metode Hanson : mula-mula ukur 50 cm pada selang, beri tanda. Kemudian lakukan pengukuran dengan metode tradisional, beri tanda. Selang yang dimasukkan pertengahan antara tanda pertama dan tanda kedua. h. Menutup pangkal selang dengan spuit / klem (mencegah masuknya udara ke dalam lambung karena dapat mengakibatkan pasien menjadi kembung). i. Mengolesi ujung NGT dengan jelly sesuai ukuran panjang NGT yang akan dipasang. j. Mengatur pasien pada posisi ekstensi kepala, dan masukkan perlahan ujung NGT melalui hidung. Menganjurkan pasien menekuk leher / fleksi kepala setelah NGT melewati nasofaring (3-4 cm). k. Menganjurkan pasien untuk menelan ludah berulang-ulang bila pasien sadar, kalau perlu berikan sedikit air minum untuk merangsang pasien menelan. l. Memastikan NGT masuk ke dalam lambung dengan cara mengaspirasi NGT dengan spuit kemudian aspirasi untuk mendapatkan cairan gastrik dan ukur / cek dengan menggunakan kertas PH (PH gastrik berkisar 1-4). Lakukan tes kedua dengan memasukkan udara 10 cc sambil di auskultasi di region lambung (tidak direkomendasikan untuk memasukkan ujung NGT ke dalam gelas berisi air). Lakukan pengecekan juga dengan foto rontgen. m. Menutup ujung NGT dengan spuit / klem atau disesuaikan dengan tujuan pemasangan. n. Melakukan fiksasi NGT di depan hidung / pipi. 4. Tahap Terminasi b. Mengevaluasi tindakan yang dilakukan. c. Menyampaikan rencana tindak lanjut d. Merapikan pasien dan lingkungan. e. Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada Allah. f. Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu yang akan datang. g. Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula. h. Mencuci tangan. 20

22 i. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan. F. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN 1. Anjurkan pasien untuk bernafas melalui mulut selama tindakan. 2. Jika merasakan NGT tertahan saat dimasukkan, putarlah selang dan jangan dipaksakan untuk dimasukkan. 3. Bila ada hambatan atau klien tersedak, maka hentikan mendorong selang. Periksa posisi selang di belakang tenggorok dengan menggunakan tongue spatel dan senter untuk melihat kemungkinan selang tergulung. Jika pasien menunjukkan sianosis selang harus segera dicabut.. 21

23 MEMBERI MAKAN MELALUI NGT A. PENGERTIAN Memasukkan makanan cair / obat melalui naso gastric tube. B. TUJUAN 1. Mempertahankan status nutrisi. 2. Pemberian obat. C. PERSIAPAN ALAT 1. Air matang 2. Makanan cair / obat 3. Corong / nutrition Bag 4. Spuit 10/50 cc 5. Klem 6. Tissue 7. Perlak dan Pengalas 8. Bengkok 9. Sarung tangan D. PROSEDUR PELAKSANAAN 1. Tahap Pra Interaksi a. Mengecek program terapi. b. Mencuci tangan. c. Mengidentifikasi pasien dengan tepat d. Menyiapkan alat. e. Mendekatkan alat kedekat pasien 2. Tahap Orientasi a. Mengucapkan salam, menyapa pasien, memperkenalkan diri. b. Menyampaikan konrak waktu, tempat dan topik c. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan. d. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien. 3. Tahap Kerja a. Menjaga privacy. b. Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa kepada Allah. c. Mengatur posisi pasien dalam posisi semi fowler/fowler (jika tidak ada kontra indikasi). d. Memakai sarung tangan. e. Memasang pengalas di atas dada. f. Memastikan letak NGT dengan cara mengaspirasi isi lambung. Jika posisi tidak tepat segera laporkan pada perawat yang bertanggung jawab untuk dilepas. g. Memasang corong. h. Memasukkan air matang 15 cc membuka klem, tinggikan 30 cm, sebelum air habis klem kembali. 22

24 i. Memasukkan makanan cair, membuka klem, tinggikan 30 cm, klem kembali sebelum habis. j. Memasukkan air matang sebanyak 15 cc, membuka klem, tinggikan 30 cm, sebelum air habis klem kembali. k. Menutup ujung NGT dengan spuit / klem. l. Membersihkan sisa makanan pada pasien. m. Merapikan pasien. 4. Tahap Terminasi a. Mengevaluasi tindakan yang dilakukan. b. Menyampaikan rencana tindak lanjut c. Mengajak pasien membaca Hamdalah dan berdoa kepada Allah. d. Berpamitan dengan pasien dan kontrak waktu yang akan datang e. Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula. f. Mencuci tangan. g. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan E. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN 1. Observasi posisi NGT, pergerakan pasien secara tidak sengaja dapat menarik NGT dari lambung 2. Cegah masuknya udara ke dalam lambung karena dapat mengakibatkan pasien menjadi kembung, dengan cara menutup kembali selang dengan klem sebelum makanan dalam corong habis. 3. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering (tiap pemberian tidak boleh lebih dari 600 cc) dan diusahakan makanan dalam keadaan segar dan hangat. 4. Saat memasukkan makanan perawat harus memperhatikan keadaan umum pasien. Jika pasien batuk-batuk dan gelisah, pemberian makanan harus dihentikan dulu. 5. Hitung jumlah dan warna cairan lambung yang teresidu, catat dalam catatan keperawatan atau segera laporkan jika terdapat kelainan. 23

25 MEMBERIKAN OBAT SECARA ORAL A. PENGERTIAN Memberikan obat dengan dosis, waktu dan jenis obat sesuai dengan program terapi kapada pasien yang diberikan melalui mulut dan ditelan. B. TUJUAN 1. Memberikan obat yang memiliki efek lokal atau sistemik melalui saluran gastrointestinal 2. Menghindari pemberian obat yang dapat menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan 3. Menghindarkan pemberian obat yang menyebabkan nyeri. C. BENTUK DAN MACAM OBAT YANG DIBERIKAN MELALUI MULUT 1. Cair : larutan, mis. OBH(Obat Batuk Hitam) 2. Suspensi : endapan, mis. Chlorampenicol syr 3. Padat : kapsul / tablet, mis.amoxicillin 4. Powder : puyer. D. DIBERIKAN PADA 1. Pasien dengan terapi peroral 2. Pasien yang tidak mau di suntik 3. Pasien yang fisiknya tidak memungkinkan untuk di berikan obat suntik misal : pasien yang prolap vena, oedem, combustio 100 %. E. PRINSIP 12 BENAR DALAM PEMBERIAN OBAT 1. Benar obat 2. Benar dosis 3. Benar pasien 4. Benar waktu pemberian a. Sesuai program terapi yang di tentukan misalnya : 1) 4 X sehari 2) 3 X sehari, 3) 2 X sehari, 4) 1 X sehari, b. Sewaktu waktu bila di perlukan menurut saran dokter misalnya : 1) Sebelum makan, 2) Sesudah makan, 3) Malam hari (kalau perlu), 4) Sewaktu waktu 5. Benar cara / rute pemberian Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. faktor yang menentukan rute pemberian terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,kecepatan Respons yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat dan tempat kerja yang diinginkan,obat dapat diberi peroral, parenteral, topikal, rektal, atau melalui inhalasi. 24

26 6. Benar dokumentasi Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku dirumah sakit. Dan selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan serta respon pasien terhadap pengobatan. 7. Benar pendidikan kesehatan perihal medikasi pasien Perawat mempunyai tanggungjawab dalam melakukan pendidikan kesehatan pada pasien,keluarga dan masyrakat luas terutama yang berkaitan dengan obat seperti manfaat obat secara menyeluruh, hasil yang diharapkan setelah pemberian obat, efek samping dan reaksi yang merugikan dari obat, interaksi obat dengan obat, dan obat dengan makanan,perubahan-perubahan yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari- hari selama sakit. 8. Hak pasien untuk menolak Klien berhak untuk menolak dalam pemberian obat. Perawat harus memberikan inform conset dalam pemberian obat 9. Benar pengkajiannya, TTV (Tanda tanda vital) sebelum pemberian obat 10. Benar Evaluasi Perawat selalu melihat atau memantau efek kerja dari obat setelah pemberiannya. 11. Benar reaksi terhadap makanan Obat memeliki efektifitas jika diberikan pada waktu yang tepat. Jika obat diminum sebelum makan untuk memperoleh kadar yang diperlukan harus diberikan satu jam sebelum makan misalnya tetrasiklin, dan sebaliknya ada obat yang harus diminum setelah makan misalnya indometasin 12. Benar reaksi dengan obat lain Pada pengguna obat clhoramphenicol dengan omeprazol pengguna pada penyakit kronis. F. MENYIAPKAN OBAT PERORAL 1. Persiapan Alat a. Baki obat/kereta dorong obat b. Obat-obatan sesuai program terapi c. Buku / lembar pengobatan lengkap dengan identitas pasien d. Gelas obat lengkap dengan etiket e. Pemotong obat (bila diperlukan) f. Martil dan lumpang penggerus (bila diperlukan) g. Gelas pengukur / sendok obat sesuai dengan jenis obat dan dosis (bila diperlukan) 2. Prosedur Pelaksanaan a. Membaca basmalah. b. Menyiapkan peralatan dan cuci tangan (supaya tidak terjadi kontaminasi, juga untuk menjaga kebersihan obat yang akan di berikan). 25

27 c. Memeriksa kembali order pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan cara pemberian), periksa tanggal kadaluwarsa obat d. Mengecek buku / lembar pengobatan untuk masing-masing pasien agar tidak terjadi kekeliruan (periksa catatan apakah pasien alergi terhadap suatu zat/obat) e. Membaca daftar obat pasien satu persatu dengan teliti (perhatikan baik-baik nama obat, dosis, dan cara pemberian, bila ada keraguan tanyakan pada dokter atau perawat yang bertanggung jawab) f. Mengambil obat sesuai program terapi, siapkan obat tanpa mengkontaminasi obat (gunakan teknik aseptik untuk menjaga kebersihan obat) 1) Tablet dan Kapsul a). Tuangkan tablet atau kapsul sejumlah yang diperlukan ke dalam gelas obat tanpa menyentuh obat b). Gunakan alat pemotong obat bila diperlukan untuk membagi obat sesuai dengan dosis yang diperlukan c). Jika pasien kesulitan untuk menelan, gerus obat menjadi puyer dengan menggunakan mortil dan lumpang penggerus (cek ke bagian farmasi sebelum menggerus obat karena beberapa obat tidak boleh digerus karena mempengaruhi daya kerja obat) 2) Obat dalam bentuk cair a). Kocok agar tercampur rata sebelum dituangkan (jangan menggunakan obat bila sudah berubah warna atau menjadi lebih keruh) b). Buka tutup botol dan letakkan menghadap ke atas (untuk menghindari kontaminasi tutup botol bagian dalam) c). Pegang gelas pengukur setinggi mata, tuang sejumlah obat ke dalam gelas pengukur sesuai dengan dosis (Pada waktu menuang cairan, etiket harus ada di bagian atas untuk mencegah label menjadi rusak akibat tumpahan cairan sehingga label tidak terbaca dengan benar d). Sebelum menutup botol, usap bagian bibir botol dengan kertas tissue untuk mencegah tutup botol sulit dibuka kembali akibat cairan obat yang mengering pada tutup botol e). Bila jumlah obat yang diberikan hanya sedikit (kurang dari 5 ml) gunakan spuit steril tanpa jarum untuk mengambilnya dari botol g. Memberi etiket yang jelas pada gelas obat (baca etiket 3X : sebelum mengambil obat, sesudah mengambil obat dan waktu memberikan obat pada pasien) h. Menyiapkan obat / menaruh obat di baki / kereta dorong obat untuk di berikan pada waktunya meminum obat i. Membersihkan alat dan mengembalikan ke tempat semula j. Mencuci tangan k. Membaca hamdalah 26

28 G. MACAM-MACAM PEMBERIAN OBAT ORAL 1. MEMBERIKAN OBAT PERORAL a. Persiapan Alat 1) Obat dalam gelas sesuai program terapi 2) Gelas dan air minum. 3) Sedotan. 4) Pengalas ( bila diperlukan ). 5) Pipet/Spuit sesuai ukuran untuk mulut anak-anak. 6) Lembar/buku catatan pengobatan. b. Prosedur Pelaksanaan 1) Tahap Pra interaksi a) Mengecek program pengobatan. b) Mencuci tangan c) Menyiapkan obat dan alat d) Mendekatkan alat kedekat pasien 2) Tahap Orientasi a) Mengucapkan salam, menyapa pasien dan memperkenalkan diri. b) Menyampaikan kontrak waktu, topik dan tempat c) Menjelaskan tujuan/prosedur. d) Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien. 3) Tahap kerja a) Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa pada Allah. b) Mengkaji kemampuan pasien untuk dapat minum obat peroral (meliputi kemampuan menelan, mual atau muntah, adanya program NPO atau tahan makan dan minum, akan dilakukan penghisapan lambung, tidak terdapat bunyi usus, dll). c) Menanyakan pada pasien kebiasaan minum obat misal : dihaluskan, menggunakan pisang, dengan air putih atau teh. d) Memeriksa kembali apakah sudah sesuai nama, kamar atau obat pasien tersebut untuk menghindari kesalahan memberikan obat. e) Mengkaji tanda vital jika diperlukan/pada obat-obat tertentu (ukur nadi sebelum pemberian digitalis, ukur tensi sebelum memberikan obat penurun tensi, ukur frekuensi pernafasan sebelum pemberian narkotika). Jika hasilnya dibawah atau diatas normal segera laporkan pada dokter. f) Mengidentifikasi pasien dengan tepat, g) Memberikan obat untuk diminum, tunggui pasien sampai obat benar-benar ditelan. h) Bila pasien berbaring, letakkan pengalas di bawah dagu dan angkat sedikit kepalanya. Masukkan obat ke mulut pasien 27

29 dan beri minum dengan sedotan. Periksa apakah obat benar-benar sudah ditelan. i) Mencuci gelas obat yang sudah dipakai dengan air hangat atau keran mengalir (satu pasien menggunakan satu gelas). j) Melaporkan bila terjadi gejala keracunan/alergi/muntah dan obat-obatan yang tidak dapat ditelan oleh pasien kepada dokter. k) Memberi paraf dan jam pemberian pada lembar pemberian obat untuk obat yang sudah diberikan (jangan ditandai sebelum obat diberikan), beri catatan bila pasien tidak minum obat, mis, karena program tahan makan atau bila pasien tidak di tempat. 4) Terminasi a) Mengevaluasi tindakan yang dilakukan. b) Menyampaikan rencana tindak lanjut c) Merapikan pasien dan lingkungan. d) Mengajak pasien membaca hamdalah dan berdoa pada Allah. e) Berpamitan kepada pasien dan kontrak waktu yang akan datang f) Membereskan alat dan mengembalikan alat ketempat semula. g) Mencuci tangan. h) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan. c. Hal hal yang harus diperhatikan : 1) Untuk obat sebelum makan harus diberikan sebelum makan (sesuai program terapi). 2) Untuk obat pada waktu makan harus diberikan pada saat pasien makan dan harus di tunggu sampai obat tersebut di minum. 3) Untuk obat setelah makan di berikan pada pasien setelah makan. 4) Ukuran yang dipergunakan a) 1 sendok Teh : 5 cc b) 1 sendok bubur : 8 cc c) 1 sendok makan : 15 cc 5) Gelas / tempat obat harus bersih dan kering untuk menghindari obat lengket pada gelas. 6) Obat cair atau syrup yang mengendap harus di kocok sebelum diberikan, lihat aturan pada etiket obat yang tercantum pada botol obat. 7) Untuk obat cair tidak boleh di campur untuk menghindari reaksi kimia antara abat satu dengan yang lain 8) Untuk obat yang dosisnya menggunakan tetes, gunakanlah pipet khusus obat kemudian campur sedikit 28

30 d. Tips Memberikan Obat Oral Pada Bayi dan Anak-Anak 1) Pilih sarana yang tepat untuk mengukur dan memberikan obat pada bayi dan anak (mangkuk plastik, pipet tetes, sendok, spuit plastik tanpa jarum atau spuit tuberkulin). 2) Gerus obat yang tidak dalam bentuk cair, dan campurkan dengan zat lain yang dapat merubah rasa pahit misalnya madu, pemanis buatan. 3) Untuk mencegah aspirasi, posisikan bayi pada posisi setengah duduk, dan berikan obat pelan-pelan. 4) Jika menggunakan spuit, letakkan spuit sepanjang sisi lidah bayi untuk mencegah reflek muntah. 5) Bila anak tidak kooperatif maka hal-hal di bawah ini dapat dilakukan : a) Letakkan anak di atas pangkuan dengan tangan kanan di belakang tubuh anda. b) Pegang erat tangan kiri anak dengan tangan kiri anda. c) Amankan kepala anak dengan lengan kiri dan tubuh anda. 6) Dapatkan informasi yang bermanfaat mengenai bagaimana kebiasaan dan cara memberikan obat yang baik bagi anak yang bersangkutan. 7) Setelah obat diminum ikuti dengan memberikan minum air atau minuman lain yang dapat menghilangkan rasa obat yang tersisa. 8) Untuk anak-anak yang minum obat disertai pemanis, maka sesudahnya lakukanlah oral hygiene untuk mencegah pembentukan caries. e. Yang harus diperhatikan saat memberikan obat pada anak 1) Pada anak bentuk cair lebih aman ditelan (mencegah aspirasi). 2) Apabila mencampur obat dengan perencah (rasa) misal : madu atau syrup, gunakan dalam jumlah kecil seorang anak mungkin akan menolak meminum semua campuran obat yang jumlahnya lebih besar. 3) Jangan mencampur obat dengan makanan/cairan yang biasa diterima anak dengan baik karena di waktu kemudian anak dapat menolak makanan atau cairan tersebut. f. Tips Memberikan Obat Pada Lansia 1) Kaji riwayat pengobatan lengkap, meliputi : a) Obat obatan yang lalu. b) Obat obatan saat ini (diresepkan dan OTC) c) Alergi terhadap apapun. d) Pemahaman pasien tentang obat yang di gunakan (nama, tujuan, dosis, metode, berapa kali). 2) Atur jarak pemberian obat oral, sehingga tidak lebih dari satu atau dua obat yang diberikan pada suatu waktu. 3) Anjurkan pasien minum sedikit cairan sebelum minum obat oral (untuk memudahkan menelan). 29

31 4) Dorong pasien minum paling sedikit 150 sampai 180 cc cairan setelah meminum obatnya (untuk memastikan obat meninggalkan esophagus dan berada di lambung dan mempercepat absorbsi obat). 5) Jangan secara rutin memberi analgesic setiap empat jam akibat absorbsi yang lambat dan distribusi dan nilai paruh obat, efek akumulasi obat yang merugikan dapat timbul. 6) Apabila klien mengalami kesulitan menelan kapsul atau tablet berukuran besar, minta dokter menggantinya dengan obat cair, jika memungkinkan (membelah tablet dan menghancurkan dan menempatkan di dalam jus buah dapat merusak kerja beberapa obat, menurunkan dosis dan menyebabkan individu tersedak atau mengaspirasi partikel obat atau jus apel. 7) Ajaran alternatif pengobatan, misalnya : a) Diet yang sesuai sebagai pengganti vitamin. b) Latihan fisik sebagai pengganti laksatif. c) Kudapan menjelang tidur sebagai pengganti hipnotik. d) Menurunkan berat badan, garam, lemak, stress, dan merokok serta meningkatkan latihan sebagai pengganti agens hipertensi (jika disetujui dokter). g. Mencegah Kesalahan Pemberian Obat 1) Membaca label obat dengan teliti. 2) Menanyakan pemberian banyak tablet untuk dosis tunggal (mis. 3xIV). 3) Waspadai obat obatan bernama sama (misal digoxin dan digitoksin). 4) Cermati angka di belakang koma, (misal thorazine dalam dosis 30 dan 300mg). 5) Menanyakan peningkatan dosis yang tiba tiba berlebihan. 6) Jangan menulis obat yang diprogramkan dengan nama pendek atau nama singkatan tidak resmi (mencegah kesalahan jika perawat lain tidak mengenal nama tersebut). 7) Jangan berusaha menguraikan/menggantikan tulisan yang tidak dapat di baca, jika ada keraguan tanyakan pada dokter/perawat yang bertanggung jawab. 8) Kenali pasien yang mempunyai nama sama, minta pasien menyebutkan nama panjangnya dan cermati nama yang tertera pada tanda pengenal (papan atau gelang). 2. MEMBERIKAN OBAT SUB LINGUAL a. Pengertian Memberikan obat dengan cara meletakkan obat di bawah lidah sampai habis diabsorbsi ke dalam pembuluh darah 30

32 b. Tujuan 1) Untuk memperoleh efek local dan sistemik 2) Untuk memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan secara peroral 3) Untuk menghindari kerusakan obat oleh hepar c. Prosedur Pelaksanaan Secara umum persiapan dan langkah-langkahnya sama dengan pemberian obat secara oral. Yang perlu diperhatikan adalah klien perlu diberikan penjelasan untuk meletakkan obat dibawah lidah, obat tidak boleh ditelan, dan dibiarkan berada di bawah lidah sampai habis diabsorbsi seluruhnya Catatan Obat yang diberikan dengan cara ini adalah nitrogliserin, yaitu suatu obat vasodilator yang digunakan pada penyakit jantung angina pektoris 3. MEMBERIKAN OBAT BUKAL a. Pengertian Memberi obat dengan cara diletakkan diantara gusi dengan membran mukosa diantara pipi b. Tujuan 1) Untuk memperoleh efek local dan sistemik 2) Untuk memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan secara oral 3) Untuk menghindari kerusakan obat oleh hepar c. Prosedur Pelaksanaan Secara umum sama dengan pemberian obat dengan cara oral, namun klien perlu untuk diberikan penjelasan bahwa obat harus diletakkan diantara gusi dan selaput mukosa pipi sampai seluruh obat habis diabsorbsi 31

33 MEMBERIKAN OBAT SECARA TOPIKAL A. PENGERTIAN Memberikan obat secara local pada kulit atau pada membrane mukosa pada area mata, hidung, lubang telinga, vagina dan rektum B. TUJUAN Untuk mendapatkan reaksi local dari obat tersebut C. MACAM-MACAM PEMBERIAN OBAT TOPIKAL 1. MEMBERIKAN OBAT TOPIKAL PADA KULIT a. Pengertian Memberikan obat secara lokal pada kulit b. Tujuan Memperoleh reaksi lokal pada kulit c. Persiapan Alat 1) Obat topical sesuai kebutuhan (krim, lotion, aerosol, bubuk, sray) 2) Buku obat 3) Kassa kecil steril (sesuai kebutuhan) 4) Sarung tangan sekali pakai atau steril (bila perlu) 5) Lidi kapas atau tong spatel 6) Baskom dengan air hangat, waslap, handuk, dan sabun basah 7) Kassa balutan, penutup plastic, dan plester ( sesuai kebutuhan) d. Prosedur Pelaksanaan 1) Tahap Pra interaksi a) Mengecek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja, dan tempat pemberian b) Mencuci tangan. c) Mengidentifikasi pasien dengan benar. d) Menyiapkan alat. e) Mendekatka alat kedekat pasien 2) Tahap Orientasi a) Mengucapkan salam, menyapa nama pasien dan memperkenalkan diri. b) Menyampaikan kontrak waktu, tempat dan topik c) Menjelaskan tujuan/prosedur. d) Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien. 3) Tahap kerja 1) Menjaga privacy. 2) Mengajak pasien membaca basmalah dan berdoa pada Allah. 3) Memberikan posisi pada klien yang nyaman dan tepat, pastikan hanya membuka area yang akan diberi obat. 32

34 4) Menginspeksi kondisi kulit. Mencuci area yang sakit, melepaskan semua debris dan kerak pada kulit (gunakan sabun basah ringan bila perlu). 5) Mengeringkan dengan kassa steril atau biarkan area kering oleh udara. 6) Bila kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan agen topical saat masih basah. 7) Menggunakan sarung tangan bila ada indikasi. 8) Mengoleskan agen topical pada area yang ditentukan. a). Krim, salep, lotion yang mengandung minyak (1) Letakkan satu sampai dua sendok teh obat di telapak tangan, kemudian lunakkan dengan menggosok lembut di antara kedua tangan. (2) Usapkan merata di atas permukaan kulit, lakukan gerakan memanjang searah pertumbuhan bulu. (3) Jelaskan pada pasien bahwa kulit dapat terasa berminyak setelah pemberian. b). Lotion mengandung suspensi (1) Kocok wadah dengan kuat agar suspensi dapat tercampur dengan baik. (2) Oleskan sejumlah kecil lotion pada kassa balutan atau bantalan kecil dan oleskan pada kulit dengan menekan merata searah pertumbuhan bulu. (3) Jelaskan pada pasien bahwa area yang diberi lotion akan terasa dingin dan kering. c). Bubuk (1) Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara menyeluruh (2) Regangkan dengan baik lipatan bagian kulit seperti di antara ibu jari atau bagian bawah lengan (3) Bubuhkan secara tipis pada area tersebut (pemberian secara tipis membuat bubuk lebih mudah diserap) d). Sprai aerosol (1) Kocok wadah dengan keras untuk mencampurkan isi agar distribusi sprai halus (2) Baca label mengenai jarak yang dianjurkan untuk memegang sprai menjauhi area (biasanya cm) (3) Bila leher atau bagian atas dada harus disemprot, minta pasien untuk memalingkan wajah dari arah sprai untuk menghindari inhalasi sprai oleh pasien (4) Semprotkan obat dengan merata pada bagian yang sakit (pada beberapa kasus penyemprotan ditentukan waktunya sampai beberapa detik). 9) Menutup area kulit dengan balutan untuk mencegah obat terlepas dari kulit (bila ada advis dokter). 33

MEMASANG KATETER. A. PENGERTIAN Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan urine.

MEMASANG KATETER. A. PENGERTIAN Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan urine. MEMASANG KATETER A. PENGERTIAN Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan urine. B. TUJUAN 1. Menghilangkan distensi kandung kemih. 2. Sebagai penatalaksanaan

Lebih terperinci

Teknik pemberian obat melalui:

Teknik pemberian obat melalui: Teknik pemberian obat melalui: Oral Inhalasi Mata Rektum Vagina Non-parenteral - 2 Menyiapkan dan memberikan obat untuk pasien melalui mulut dan selanjutnya ditelan. Tujuan: Memberikan obat kepada pasien

Lebih terperinci

Blok Gastroenterohepatologi Manual Keterampilan Prosedur Enema

Blok Gastroenterohepatologi Manual Keterampilan Prosedur Enema Blok Gastroenterohepatologi Manual Keterampilan Prosedur Enema Ibrahim Labeda Nurhaya Nurdin Asty Amalia Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2015 PROSEDUR ENEMA/HUKNAH I. TUJUAN Setelah pelatihan

Lebih terperinci

6. Botol kecil steril untuk bahan pemeriksaan steril

6. Botol kecil steril untuk bahan pemeriksaan steril Prosedur Pemasangan Kateter Urin Ditulis pada Senin, 15 Februari 2016 00:50 WIB oleh fatima dalam katergori Kebutuhan Dasar tag KDM, Kateter, Eliminasi Uri http://fales.co/blog/prosedur-pemasangan-kateter-urin.html

Lebih terperinci

Nama : Riadus Solihin.S.kep. Npm : VULVA HYGIENE STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Nama : Riadus Solihin.S.kep. Npm : VULVA HYGIENE STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Nama : Riadus Solihin.S.kep Npm : 15350035 Stase : Maternitas VULVA HYGIENE STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PETUGAS PERALATAN Memberikan tindakan pada vulva untuk menjaga kebersihannya

Lebih terperinci

6/3/2011 DOKTER FARMASIS PERAWAT. 1. Independen 2. Interdependen 3. Dependen 4. Peneliti

6/3/2011 DOKTER FARMASIS PERAWAT. 1. Independen 2. Interdependen 3. Dependen 4. Peneliti Mengidentifikasi peran perawat dalam terapi obat Mengidentifikasi langkah-langkah proses keperawatan dalam terapi obat Menentukan prinsip-prinsip pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan rencana terapi

Lebih terperinci

Konsep Dasar Pemberian Obat. Basyariah Lubis, SST, MKes

Konsep Dasar Pemberian Obat. Basyariah Lubis, SST, MKes Konsep Dasar Pemberian Obat Basyariah Lubis, SST, MKes PENGERTIAN OBAT Obat adalah senyawa atau campuran senyawa untuk mengurangi gejala atau menyembuhkan penyakit. JENIS DAN BENTUK OBAT 1. Obat obatan

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT)

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT) PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT) A. Definisi Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara rutin. Perawatan

Lebih terperinci

PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE

PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE TUJUAN: Setelah menyelesaikan topik ini, mahasiswa mampu melakukan pemasangan pipa lambung/ngt. Tujuan pemasangan pipa lambung adalah Dekompresi lambung Mengambil sekret lambung

Lebih terperinci

IMPLIKASI FARMAKOLOGI KEPERAWATAN 1

IMPLIKASI FARMAKOLOGI KEPERAWATAN 1 IMPLIKASI FARMAKOLOGI KEPERAWATAN 1 RINA ANGGRAINI INDAH SETYAWATI PSIK FK UNLAM 2010 PERAN PERAN : tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem,

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH 1. Pengertian Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, perawatan termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga, transportasi

Lebih terperinci

Dalam bentuk tablet, kaplet, pil, sirup, kapsul, atau puyer. Kelemahannya : Aksinya lambat, tidak dapat digunakan pada keadaan gawat.

Dalam bentuk tablet, kaplet, pil, sirup, kapsul, atau puyer. Kelemahannya : Aksinya lambat, tidak dapat digunakan pada keadaan gawat. Dalam bentuk tablet, kaplet, pil, sirup, kapsul, atau puyer. Kelemahannya : Aksinya lambat, tidak dapat digunakan pada keadaan gawat. Waktu absorsinya 30-45 menit, efek puncak setelah 1-1,5 jam. Rasa dan

Lebih terperinci

PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPENTENSI ASPEK KETRAMPILAN LATIHAN GERAK SENDI (ROM) EKSTREMITAS BAWAH

PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPENTENSI ASPEK KETRAMPILAN LATIHAN GERAK SENDI (ROM) EKSTREMITAS BAWAH PEAN PENCAPAIAN KOMPENTENSI ASPEK KETRAMPILAN LATIHAN GERAK SENDI (ROM) EKSTREMITAS BAWAH NO ASPEK YANG DI BOBOT 1 Penghangat/ buli-buli panas dan sarungnya 2 1 Melakukan verifikasi data dan program terapi

Lebih terperinci

PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian Jenis jenis kolostomi Pendidikan pada pasien

PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian Jenis jenis kolostomi Pendidikan pada pasien PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian * Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991) * Pembuatan lubang sementara atau permanen dari

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD

PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD Sebelum melakukan percobaan, praktikan menonton video tentang suction orofaringeal dan perawatan WSD. Station 1:

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kepatuhan 2.1.1 Defenisi Kepatuhan Kepatuhan perawat profesional adalah sejauh mana perilaku seorang perawat sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan pimpinan perawat

Lebih terperinci

1 PEMBERIAN NEBULIZER 1.1 Pengertian

1 PEMBERIAN NEBULIZER 1.1 Pengertian Pengertian Suction adalah : Tindakan menghisap lendir melalui hidung dan atau mulut. Kebijakan : Sebagai acuan penatalaksanaan tindakan penghisapan lendir, mengeluarkan lendir, melonggarkan jalan nafas.

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH Oleh: MEITY MASITHA ANGGRAINI KESUMA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN

Lebih terperinci

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS) OTC (OVER THE COUNTER DRUGS) Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,

Lebih terperinci

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya .1 PRINSIP PENGOBATAN

Lebih terperinci

LEBIH DEKAT DENGAN OBAT

LEBIH DEKAT DENGAN OBAT BUKU PANDUAN LEBIH DEKAT DENGAN OBAT LAILATURRAHMI 0811012047 FAKULTAS FARMASI KKN-PPM UNAND 2011 Bab DAFTAR ISI Halaman I. Pengertian obat 2 II. Penggolongan obat 2 1. Obat bebas 2 2. Obat bebas terbatas

Lebih terperinci

PRODI D-III KEPERAWATAN POLTEKKES

PRODI D-III KEPERAWATAN POLTEKKES PANDUAN PRAKTIKUM PRODI D-III KEPERAWATAN POLTEKKES dr. SOEPRAOEN PANDUAN LABORATORIUM SKILL FARMAKOLOGI TA. 2014/2015 POLITEKNIK KESEHATAN RS dr SOEPRAOEN MALANG 2015 JENIS KETRAMPILAN : PEMBERIAN INJEKSI

Lebih terperinci

PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE ( NGT )

PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE ( NGT ) PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE ( NGT ) Definisi Tujuan Persiapan alat 1. Naso gastric tube ukuran sesuai dengan kebutuhan 2. Sarung tangan bersih (steril) 3. Tissue 4. Plester 5. Gunting 6. Jelli yang dilarutkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN No Set : Bedah 1 ( K.1 ) Nama Tanggal Inst. Observer Stase Tandatangan FORMAT PEAN ANAMNESA RIWAYAT HIPERTHIROI NO ASPEK YANG I BOBOT YA TIAK A B FASE ORIENTASI 1 Memberi salam/menyapa klien 2 Memperkenalkan

Lebih terperinci

KUESIONER PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN OBAT TERHADAP PERILAKU PERAWAT DALAM PENERAPAN PRINSIP SEPULUH BENAR PEMBERIAN OBAT DI RSI IBNU SINA PADANG

KUESIONER PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN OBAT TERHADAP PERILAKU PERAWAT DALAM PENERAPAN PRINSIP SEPULUH BENAR PEMBERIAN OBAT DI RSI IBNU SINA PADANG Lampiran 0 KUESIONER PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN OBAT TERHADAP PERILAKU PERAWAT DALAM PENERAPAN PRINSIP SEPULUH BENAR PEMBERIAN OBAT DI RSI IBNU SINA PADANG No. Kode : Petunjuk pengisian:. Bacalah setiap

Lebih terperinci

Persalinan Normal. 60 Langkah. Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat. Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal

Persalinan Normal. 60 Langkah. Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat. Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal Persalinan Normal 60 Langkah Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal PERSALINAN NORMAL 60 Langkah Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat KEGIATAN I. MELIHAT

Lebih terperinci

SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH

SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH SOP PERAWATAN LUKA A. KLASIFIKASI LUKA BEDAH 1. Luka bersih Luka operasi yang tidak terinfeksi, dimana tidak ditemukan adanya inflamasi dan tidak ada infeksi saluran pernafasan, pencernaan, dan urogenital.

Lebih terperinci

SOP Tanda Tanda Vital

SOP Tanda Tanda Vital SOP Tanda Tanda Vital N o I II III Aspek yang Dinilai Ya Tidak PERSIAPAN ALAT 1. Termometer dalam tempatnya (axila, oral, rektal) 2. Tiga buah botol berisi larutan sabun, desinfektan, dan air bersih 3.

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Laporan Prakerin SMK Hassina Program Keahlian : Keperawatan

BAB III PEMBAHASAN. Laporan Prakerin SMK Hassina Program Keahlian : Keperawatan BAB III PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi Tugas Di Tempat Kerja Jenis-Jenis Kegiatan : a. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital ( TTV ) b. Pemasangan Invus dan Aff Invus c. Pemasangan Pipa Lambung ( Nasogastric Tube) -

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KEPERAWATAN ANAK

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KEPERAWATAN ANAK BUKU PANDUAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KEPERAWATAN ANAK Penyusun : Jastro Situmorang, S.Kep, Ns Elfrida Nainggolan, SKM AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE PROVINSI SUMATERA UTARA BUKU PANDUAN PRAKTIKUM LABORATORIUM

Lebih terperinci

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Rahmawati Minhajat Dimas Bayu Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2014 KETERAMPILAN SANITASI

Lebih terperinci

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA 1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENGENDALIAN INFEKSI PADA HIPOSPADIA

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENGENDALIAN INFEKSI PADA HIPOSPADIA SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENGENDALIAN INFEKSI PADA HIPOSPADIA A. Latar Belakang Hipospadia merupakan kelainan kongenital berupa muara uretra yang terletak disebelah ventral penis dan proksimal ujung

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL SOP

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL SOP STANDART OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL SOP Untuk memenuhi tugas matakuliah Keperawatan Medikal Bedah I yang dibina oleh Bapak Rudi Hamarno, M.Kep Oleh Kelompok 11 Pradnja Paramitha

Lebih terperinci

BUKU SKILL LAB MATA AJAR ILMU KEPERAWATAN DASAR I PERAWATAN PERINEAL HIEGINE/VULVA HIEGINE

BUKU SKILL LAB MATA AJAR ILMU KEPERAWATAN DASAR I PERAWATAN PERINEAL HIEGINE/VULVA HIEGINE BUKU SKILL LAB MATA AJAR ILMU KEPERAWATAN DASAR I PERAWATAN PERINEAL HIEGINE/VULVA HIEGINE PROGRAM STUDI NERS UNIVERSITAS RIAU 2015 BUKU SKILL LAB Mata Ajar Ilmu Keperawatan Dasar I Edisi 1 Copyright 2015

Lebih terperinci

SOP/ PROTAP PENGUKURAN TEKANAN DARAH

SOP/ PROTAP PENGUKURAN TEKANAN DARAH Puskesmas Kendit SOP/ PENGUKURAN TEKANAN DARAH RAWAT JALAN... drg. DINA FITRYA, M.Kes 19731026 200501 2 006 Pengerti Tatacara mengukur tekanan darah dengan menggunakan Tensimeter an Untuk mengetahui ukuran

Lebih terperinci

165

165 164 165 166 167 168 169 LEMBAR PERMOHONAN PARTISIPAN Kepada Yth Calon Partisipan Penelitian Semarang, Jawa Tengah Dengan hormat, saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Stevano V. Salawaney NIM

Lebih terperinci

BAB XXIII. Masalah pada Saluran Kencing. Infeksi saluran kencing. Darah pada urin/air kencing. Keharusan sering kencing. Perembesan urin/air kencing

BAB XXIII. Masalah pada Saluran Kencing. Infeksi saluran kencing. Darah pada urin/air kencing. Keharusan sering kencing. Perembesan urin/air kencing BAB XXIII Masalah pada Saluran Kencing Infeksi saluran kencing Darah pada urin/air kencing Keharusan sering kencing Perembesan urin/air kencing Ketika Anda mengalami kesulitan kencing atau berak 473 Bab

Lebih terperinci

PENCABUTAN IMPLANT. No Sikap dan Prilaku. 1. Menyambut klien dan memperkenalkan diri dengan ramah

PENCABUTAN IMPLANT. No Sikap dan Prilaku. 1. Menyambut klien dan memperkenalkan diri dengan ramah PENCABUTAN IMPLANT No Sikap dan Prilaku. 1. Menyambut klien dan memperkenalkan diri dengan ramah Gambar 2. Menjelaskan tujuan dan proedur yang akan dilakukan kepada keluarga 3. Komunikasi dan kontak mata

Lebih terperinci

Pengertian. Tujuan. Ditetapkan Direktur Operasional STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL. Tanggal Terbit 15 Februari 2011

Pengertian. Tujuan. Ditetapkan Direktur Operasional STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL. Tanggal Terbit 15 Februari 2011 LAMPIRAN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT 2 Jl. Wates Km 5.5 Gamping, Sleman-55294 Telp 0274 6499706 Fax. 6499727 No Dokumen : Kep. 032/II/2011 MEMASANG INFUS No Revisi : 0 Halaman : 37 / 106 STANDAR

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721) PANDUAN CUCI TANGAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) 787799, Fax (0721) 787799 Email : rsia_pbh2@yahoo.co.id BAB I DEFINISI Kebersihan

Lebih terperinci

SOP PERAWATAN LUKA GANGREN

SOP PERAWATAN LUKA GANGREN SOP PERAWATAN LUKA GANGREN A. Alat dan Bahan Steril 1. Bak Instrument 1 buah 2. Pinset Anatomi 1 buah 3. Pinset Chirurgis 1 buah 4. Gunting 1 buah 5. Handschoon 1 pasang 6. Kasa, deppers 7. Korentang dalam

Lebih terperinci

KEDARURATAN LAIN DIABETES HIPOGLIKEMIA

KEDARURATAN LAIN DIABETES HIPOGLIKEMIA DIABETES HIPOGLIKEMIA GEJALA TANDA : Pusing Lemah dan gemetar Lapar Jari dan bibir kebas Pucat Berkeringat Nadi cepat Mental bingung Tak sadar DIABETES HIPOGLIKEMIA PERTOLONGAN PERTAMA ; Bila tak sadar

Lebih terperinci

- Memberi rasa nyaman pada klien. - Meningkatkan proses penyembuhan luka. Perawatan luka dilakukan jika luka kotor/luka basah

- Memberi rasa nyaman pada klien. - Meningkatkan proses penyembuhan luka. Perawatan luka dilakukan jika luka kotor/luka basah SOP perawatan luka ganggren SOP Perawatan Luka Ganggren Tujuan perawatan gangren: - Mencegah meluasnya infeksi - Memberi rasa nyaman pada klien - Mengurangi nyeri - Meningkatkan proses penyembuhan luka

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN. Jln. Pierre Tendean No.24 Telp , Semarang, 50131

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN. Jln. Pierre Tendean No.24 Telp , Semarang, 50131 NO SET : 1/K1/KOM NAMA TANGGAL STASE OBSERVER INSTITUSI PENKES : DIET ANEMI IBU HAMIL NO ASPEK YANG DI BOBOT 3 Kontrak waktu 2 4 Menjelaskan tujuan umum penkes 2 B FASE KERJA ( 65 % ) 1 Validasi pengetahuan

Lebih terperinci

DAFTAR TILIK UJIAN LABORATORIUM KEPERAWATAN MATERNITAS

DAFTAR TILIK UJIAN LABORATORIUM KEPERAWATAN MATERNITAS DAFTAR TILIK UJIAN LABORATORIUM KEPERAWATAN MATERNITAS I. PEMERIKSAAN KEHAMILAN 1. Melakukan validasi klien 2. Melakukan kontrak 3. Menyiapkan alat 4. Mencuci tangan 5. Mengkaji keadaan umum klien 6. Melakukan

Lebih terperinci

Pengertian Persiapan:

Pengertian Persiapan: Pengertian Persiapan: Syringe Jarum (needle) Medication: Ampul Vial Mencampur obat dalam satu syringe Parenteral Medication - 2 Parenteral medication (pengobatan secara parenteral) adalah pemberian obat

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIK KLINIK KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN

MODUL PRAKTIK KLINIK KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN MODUL PRAKTIK KLINIK KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN 2015 A K A D E M I K E B I D A N A N G R I Y A H U S A D A S U R A B A Y A KETERAMPILAN KLINIK INJEKSI I. DISKRIPSI MODUL Pendahuluan Tujuan Metode Penuntun

Lebih terperinci

Dilakukan. Komponen STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI

Dilakukan. Komponen STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK PEMIJATAN BAYI Komponen Ya Dilakukan Tidak Pengertian Gerakan/sentuhan yang diberikan pada bayi setiap hari selama 15 menit, untuk memacu sistem sirkulasi bayi dan denyut

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat inisaya sedang

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat inisaya sedang 54 Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Saya yang bernama Frana Citra Simanungkalit adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan. Saat inisaya sedang melakukan penelitian tentang

Lebih terperinci

Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang

Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang 7 menit dibutuhkan Tujuan station Menilai kemampuan prosedur perawatan jenazah HIV/AIDS di RS Area kompetensi 1. Komunikasi efektif pada

Lebih terperinci

PANDUAN CLINICAL SKILL LABORATORIUM INJEKSI INSULIN. Oleh. Tim Endokrin dan Metabolik

PANDUAN CLINICAL SKILL LABORATORIUM INJEKSI INSULIN. Oleh. Tim Endokrin dan Metabolik PANDUAN CLINICAL SKILL LABORATORIUM INJEKSI INSULIN Oleh Tim Endokrin dan Metabolik PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014 TATA TERTIB Sebelum Praktikum

Lebih terperinci

Medication Errors - 2

Medication Errors - 2 Medication error Masalah dalam pemberian obat Pencegahan injury (error) pengobatan Tujuan, manfaat pemberian obat Standar obat Reaksi obat, faktor yang mempengaruhi reaksi obat Medication Errors - 2 Medication

Lebih terperinci

PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL

PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL Pemberian obat parenteral merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh. Pemberian obat melalui parenteral dapat dilakukan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

No. Dokumen 04 / 05 / 01. Tanggal Terbit 23 Juli 2006

No. Dokumen 04 / 05 / 01. Tanggal Terbit 23 Juli 2006 PROSEDUR Pengertian 23 Juli 2006 MENGHITUNG DENYUT NADI 1/1 Suatu cara untuk menentukan jumlah denyut nadi dengan cara palpasi. 1. Menilai kemampuan fungsi kardiovaskular 2. Mengetahui denyut nadi (irama,

Lebih terperinci

TOKSIKOLOGI BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Alfi Yasmina. Sola dosis facit venenum

TOKSIKOLOGI BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Alfi Yasmina. Sola dosis facit venenum TOKSIKOLOGI Alfi Yasmina BEBERAPA ISTILAH Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik Sola dosis facit venenum 1 KLASIFIKASI Berdasarkan cara: Self-poisoning Attempted poisoning Accidental poisoning

Lebih terperinci

SOP RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

SOP RESUSITASI BAYI BARU LAHIR Status Revisi : 00 Halaman : 1 dari 6 Disiapkan Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Ka. Laboratorium Gugus Kendali Mutu Ka. Prodi Pengertian : Usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN No. : Set : ANAK 1 K1 Nama : Tanggal : Inst. : Observer : Stase : Tandatang: PENDIDIKAN KESEHATAN ANTICIPATORY GUIDANCE ANAK TODLER NO. ASPEK YANG DI BOBOT A. FASE ORIENTASI 3 Menjelaskan tujuan pendidikan

Lebih terperinci

TUGAS SISTEM INTEGUMEN I STANDART PROSEDUR OPERASIONAL KOMPRES

TUGAS SISTEM INTEGUMEN I STANDART PROSEDUR OPERASIONAL KOMPRES TUGAS SISTEM INTEGUMEN I STANDART PROSEDUR OPERASIONAL KOMPRES Kelompok 2 (S1-3A) 1. Adhelita Ratu F.V (121.0001) 2. Alika Fitrianti (121.0009) 3. Desy Evarani (121.0023) 4. Faisal Nursheha (121.0035)

Lebih terperinci

NEONATUS BERESIKO TINGGI

NEONATUS BERESIKO TINGGI NEONATUS BERESIKO TINGGI Asfiksia dan Resusitasi BBL Mengenali dan mengatasi penyebab utama kematian pada bayi baru lahir Asfiksia Asfiksia adalah kesulitan atau kegagalan untuk memulai dan melanjutkan

Lebih terperinci

PERSYARATAN PRAKTIK BIDAN

PERSYARATAN PRAKTIK BIDAN Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : /MENKES/PER/X/00 Tanggal : Oktober 00 PERSYARATAN PRAKTIK BIDAN A. TEMPAT PRAKTIK. Tempat untuk praktik bidan mandiri terpisah dari ruangan keluarga terdiri

Lebih terperinci

MODUL KETERAMPILAN KLINIK ASUHAN KEBIDANAN

MODUL KETERAMPILAN KLINIK ASUHAN KEBIDANAN MODUL KETERAMPILAN KLINIK ASUHAN KEBIDANAN AKADEMI KEBIDANAN GRIYA HUSADA SURABAYA PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN TAHUN 2013 i KATA PENGANTAR Dengan memanjadkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa

Lebih terperinci

Lampiran 1 LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Lampiran 1 LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN Lampiran 1 LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN Judul penelitian : Perilaku Ibu Primipara dalam Merawat Bayi Baru Lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun. Peneliti : Erpinaria Saragih Saya telah

Lebih terperinci

INGATLAH... DA GU SI BU. Kami Para Apoteker siap membantu masyarakat

INGATLAH... DA GU SI BU. Kami Para Apoteker siap membantu masyarakat INGATLAH... DA GU SI BU Kami Para Apoteker siap membantu masyarakat DAPATKAN OBAT DENGAN BENAR SIMPAN OBAT DENGAN BENAR GUNAKAN OBAT DENGAN BENAR BUANG OBAT DENGAN BENAR DAPATKAN OBAT DENGAN BENAR APOTIK

Lebih terperinci

AGAR OBAT MEMBERIKAN MANFAAT DAN KEAMANAN BAGI ANDA

AGAR OBAT MEMBERIKAN MANFAAT DAN KEAMANAN BAGI ANDA DAGU SIBU AGAR OBAT MEMBERIKAN MANFAAT DAN KEAMANAN BAGI ANDA INGATLAH... DA GU SI BU Kami Para Apoteker siap membantu masyarakat DAPATKAN OBAT DENGAN BENAR GUNAKAN OBAT DENGAN BENAR SIMPAN OBAT DENGAN

Lebih terperinci

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS Asuhan segera pada bayi baru lahir Adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah persalinan. Aspek-aspek penting yang harus dilakukan pada

Lebih terperinci

14 Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami dan Terbukti Ampuh

14 Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami dan Terbukti Ampuh 14 Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami dan Terbukti Ampuh Written by Rosalia in Beauty Tips Sebelum membahas lebih lanjut mengenai berbagai cara menghilangkan komedo, terlebih dahulu kita harus tahu

Lebih terperinci

PENUNTUN PEMBELAJARAN

PENUNTUN PEMBELAJARAN PENUNTUN PEMBELAJARAN TEKNIK PENGAMBILAN, PEMBUATAN PRAPARAT LANGSUNG DAN PENGIRIMAN SEKRET URETHRA Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakulytas Kedokteran Unhas SISTEM UROGENITAL FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

Penyuluhan tentang VAS+D

Penyuluhan tentang VAS+D Nama: Penyuluhan tentang VAS+D Bagian Pemberian Tablet Obat Cacing Umur 6- bulan (6 bulan sampai tahun Umur - bulan ( tahun sampai tahun Usia 4-59 bulan ( tahun sampai 5 tahun Vitamin A Sambutan selamat

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN Jln. Pierre Tendean. Telp. 0-1 11, 19 Semarang 011 : : : : Set Tanggal Observer Tandatangan : Bedah 1 ( K.1 ) : : : FORMAT PEAN ANAMNESA POST TIROIDEKTOMI 1 Memberi salam/menyapa pasien Memperkenalkann

Lebih terperinci

PEDOMAN MEMIJAT PADA BAYI DAN ANAK. ppkc

PEDOMAN MEMIJAT PADA BAYI DAN ANAK. ppkc PEDOMAN MEMIJAT PADA BAYI DAN ANAK ppkc Terapi Sentuh (Touch Therapy) Metode sentuh untuk sehat adalah pendekatan atau terobosan baru dalam pemeliharaan kesehatan. Metode inipun bisa digabungkan dengan

Lebih terperinci

PENUNTUN PEMBELAJARAN ASPIRASI SUPRAPUBIK

PENUNTUN PEMBELAJARAN ASPIRASI SUPRAPUBIK PENUNTUN PEMBELAJARAN ASPIRASI SUPRAPUBIK Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas SISTEM UROGENITAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017 1 TEHNIK ASPIRASI SUPRAPUBIK TUJUAN

Lebih terperinci

Kebutuhan cairan dan elektrolit

Kebutuhan cairan dan elektrolit Kebutuhan cairan dan elektrolit Cairan adalah suatu kebutuhan pokok dan sebagian besar tubuh manusia terdiri dari cairan. Bila tubuh kehilangan cairan dalam jumlah yang besar maka akan terjadi perubahan

Lebih terperinci

Aspirasi Vakum Manual (AVM)

Aspirasi Vakum Manual (AVM) Aspirasi Vakum Manual (AVM) Aspirasi Vakum Manual (AVM) merupakan salah satu cara efektif evakuasi sisa konsepsi pada abortus inkomplit. Evakuasi dilakukan dengan mengisap sisa konsepsi dari kavum uteri

Lebih terperinci

AKADEMI KEBIDANAN BAKTI INDONESIA BOGOR

AKADEMI KEBIDANAN BAKTI INDONESIA BOGOR YAYASAN PENDIDIKAN KESEHATAN BAKTI INDONESIA AKADEMI KEBIDANAN BAKTI INDONESIA BOGOR No. Izin : 50/D/O/2007 Akreditasi BAN-PT No : 021/BAN-PT/Ak-XII/DpI-III/VIII/2012 Kampus : Jl. Raya Bojong Kulur No.32,

Lebih terperinci

LUKA BAKAR Halaman 1

LUKA BAKAR Halaman 1 LUKA BAKAR Halaman 1 1. LEPASKAN: Lepaskan pakaian/ perhiasan dari daerah yang terbakar. Pakaian yang masih panas dapat memperburuk luka bakar 2. BASUH: Letakkan daerah yang terbakar di bawah aliran air

Lebih terperinci

Komponen MENCUCI TANGAN DENGAN 7 LANGKAH

Komponen MENCUCI TANGAN DENGAN 7 LANGKAH Jenis Keterampilan : Mencuci Tangan Nama/ Nim : Tgl Praktik : Komponen MENCUCI TANGAN DENGAN 7 LANGKAH NILAI 0 1 2 3 4 PERSIAPAN Persiapan 1. Air bersih yang mengalir/ air keran 2. Sabun pada tempatnya

Lebih terperinci

Aspirasi Vakum Manual (AVM) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Aspirasi Vakum Manual (AVM) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Aspirasi Vakum Manual (AVM) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi No. Langkah/Kegiatan 1. Persiapan Lakukan konseling dan lengkapi persetujuan tindakan medis. 2. Persiapkan alat,

Lebih terperinci

Tindakan keperawatan (Implementasi)

Tindakan keperawatan (Implementasi) LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN No. Dx Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Hari/ Pukul tanggal 1 Senin / 02-06- 14.45 15.00 15.25 15.55 16.00 17.00 Tindakan keperawatan (Implementasi) Mengkaji kemampuan

Lebih terperinci

OLEH MEYRIA SINTANI NIM : C. 04a. 0314

OLEH MEYRIA SINTANI NIM : C. 04a. 0314 LAPORAN PENDAHULUAN Prosedur Tindakan Pengkajian Sistem Integumen, Prosedur Tindakan Wound Care, dan Penatalaksanaan Klien Luka Bakar Laporan pendahuluan ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah

Lebih terperinci

DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN SUHU

DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN SUHU PEMERIKSAAN SUHU 10 Menentukan letak aksila dan membersihkan daerah aksila dengan menggunakan tisue 11 Menurunkan reservoir di bawah suhu 35 C 12 Meletakkan termometer pada daerah aksila (reservoir tepat

Lebih terperinci

JARINGAN NASIONAL PELATIHAN KLINIK KESEHATAN REPRODUKSI PUSAT PELATIHAN KLINIK PRIMER (P2KP) KABUPATEN POLEWALI MANDAR. ( Revisi )

JARINGAN NASIONAL PELATIHAN KLINIK KESEHATAN REPRODUKSI PUSAT PELATIHAN KLINIK PRIMER (P2KP) KABUPATEN POLEWALI MANDAR. ( Revisi ) JARINGAN NASIONAL PELATIHAN KLINIK KESEHATAN REPRODUKSI PUSAT PELATIHAN KLINIK PRIMER (P2KP) KABUPATEN POLEWALI MANDAR ( Revisi ) PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN MENGGUNAKAN PENUNTUN BELAJAR. Perubahan Buku

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH PERAWATAN KULIT WAJAH

LANGKAH-LANGKAH PERAWATAN KULIT WAJAH LANGKAH-LANGKAH PERAWATAN KULIT WAJAH PERAWATAN MINGGUAN Selain perawatan harian, lakukan juga perawatan seminggu sekali untuk kulit wajah kita agar kulit terawat dengan maksimal. Langkah I Membersihkan

Lebih terperinci

SIRKUMSISI TUJUAN PEMBELAJARAN

SIRKUMSISI TUJUAN PEMBELAJARAN TUJUAN PEMBELAJARAN SIRKUMSISI Setelah menyelesaikan modul sirkumsisi, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan kepentingan sirkumsisi secara medis 2. Menjelaskan teknik-teknik sirkumsisi 3. Melakukan

Lebih terperinci

Bentuk-bentuk Sediaan Obat. Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt

Bentuk-bentuk Sediaan Obat. Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt Bentuk-bentuk Sediaan Obat Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt Bentuk sediaan obat 1. Sediaan Padat 2. Sediaan Setengah Padat 3. Sediaan Cair 4. Sediaan Gas Sediaan Padat Sediaan Padat 1. Pulvis/Pulveres/Serbuk

Lebih terperinci

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD

DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD DAFTAR TILIK KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD Nama : NPM : Tanggal Ujian : Penguji : 1. Nilai 2 : Memuaskan : Memperagakan langkah langkah atau tugas sesuai Dengan prosedur standar atau pedoman 2. Nilai 1 :

Lebih terperinci

TUGAS MADIRI BLADDER TRAINING

TUGAS MADIRI BLADDER TRAINING TUGAS MADIRI BLADDER TRAINING Disusun untuk memenuhi tugas Blok Urinary Oleh: Puput Lifvaria Panta A 135070201111004 Kelompok 3 Reguler 2 PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

TARGET KOMPETENSI PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN TH. 2015/2016

TARGET KOMPETENSI PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN TH. 2015/2016 NO MACAM KETRAMPILAN/ TARGET RUANG CARA MELAKUKAN JUMLAH PARAF A KEBUTUHAN PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL 1. menerima Pasien Baru a. Komunikasi 5x b. Orientasi ruangan pada pasien 5x 2. Spiritual a. Menuntun wudlu

Lebih terperinci

NO MACAM KETRAMPILAN/ TARGET RUANG CARA MELAKUKAN

NO MACAM KETRAMPILAN/ TARGET RUANG CARA MELAKUKAN A KEBUTUHAN PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL 1. Menerima Pasien Baru a. Komunikasi 5x b. Orientasi ruangan pada pasien 5x 2. Spiritual a. Menuntun wudlu dan tayamum 3x b. Tuntunan sholat 3x c. Tuntunan doa bagi pasien

Lebih terperinci

DAFTAR TILIK CUCI TANGAN MEDIS

DAFTAR TILIK CUCI TANGAN MEDIS CUCI TANGAN MEDIS N0 PROSEDUR TINDAKAN NILAI 1 Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan 2 Melepas semua perhiasan yang menempel di tangan dan lengan 3 Membasahi kedua belah tangan dengan air mengalir 4 Memberi

Lebih terperinci

PROSEDUR TINDAKAN PEMBERIAN SUNTIKAN ( INJEKSI )

PROSEDUR TINDAKAN PEMBERIAN SUNTIKAN ( INJEKSI ) SOP INJEKSI PROSEDUR TINDAKAN PEMBERIAN SUNTIKAN ( INJEKSI ) A. INJEKSI INTRA VENA Injeksi ini dilakukan dengan menyuntikkan obat kedalam pembuluh darah vena Injeksi intravena diberikan jika diperlukan

Lebih terperinci

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan.

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan. Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk Cara nya Pembersihan sangat mengencerkan suatu larutan. adalah dibersihkan, dikalibrasi, lalu disarankan busa / dikeringkandengan lap.

Lebih terperinci

Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : HK.0.0/MENKES/49/I/00 Tanggal : 7 Januari 00 PERSYARATAN PRAKTIK BIDAN A. TEMPAT PRAKTIK. Tempat untuk praktik bidan perorangan/berkelompok terpisah dari ruangan

Lebih terperinci

Perawatan Luka Post Operasi Sectio Caesarea. Fitri Yuliana, SST

Perawatan Luka Post Operasi Sectio Caesarea. Fitri Yuliana, SST Perawatan Luka Post Operasi Sectio Caesarea Fitri Yuliana, SST Pendahuluan Tak semua persalinan dapat berlangsung mulus, kadang terdapat indikasi medis yang mengharuskan seorang ibu melewati proses persalinan

Lebih terperinci

C. Indikasi Pada bayi atau anak sehat usia di bawah 5 tahun untuk imunisasi dasar atau sesuai pemberian imunisasi

C. Indikasi Pada bayi atau anak sehat usia di bawah 5 tahun untuk imunisasi dasar atau sesuai pemberian imunisasi STANDAR OPERASIONAL PEROSEDUR PEMBERIAN IMUNISASI PADA BAYI ATAU ANAK A. Pengertian Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan atau vaksin (sustu obat yang digunakan untuk

Lebih terperinci

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan.

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan. Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan. Cara menggunakannya adalah dibersihkan, dikalibrasi, lalu dikeringkandengan lap. Kemudian dimasukkan larutan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN PERAWATAN KOLOSTOMI Purwanti,

LAPORAN PENDAHULUAN PERAWATAN KOLOSTOMI Purwanti, LAPORAN PENDAHULUAN PERAWATAN KOLOSTOMI Purwanti, 0906511076 A. Pengertian tindakan Penyakit tertentu menyebabkan kondisi-kondisi yang mencegah pengeluaran feses secara normal dari rektum. Hal ini menimbulkan

Lebih terperinci

DAFTAR TILIK ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) PETUNJUK

DAFTAR TILIK ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) PETUNJUK PROGRAM STUDI D IV BIDAN PENDIDIK SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MITRA RIA HUSADA Komplek Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan Jl. Karya Bhakti No.3 Cibubur Jakarta Timur Telp (021) 873 0818, 8775

Lebih terperinci

Penyuluhan Tentang Tablet Obat Cacing

Penyuluhan Tentang Tablet Obat Cacing Nama: Penyuluhan Tentang Tablet Obat Cacing Bagian Pemberian Tablet Obat Cacing ( tahun sampai tahun kurang) Obat cacing akan diberikan Sambutan selamat datang kepada anakanak dan pengasuh 4 Berikan setiap

Lebih terperinci