Bab V Hasil dan Pembahasan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab V Hasil dan Pembahasan"

Transkripsi

1 Bab V Hasil dan Pembahasan V.1 Hasil Pengujian Model Dari pengujian model dengan simulasi yang dilakukan sebanyak iterasi yang merupakan iterasi terpilih, diperoleh hasil-hasil sebagai berikut: V.1.1 Hasil Simulasi Monte Carlo Terhadap Payback Period Hasil simulasi monte carlo terhadap kriteria kelayakan finansial payback period menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) payback untuk kelima skenario simulasi lebih kecil dari periode investasi (payback period < periode investasi), dengan nilai payback yang sangat bervariasi antara skenario satu dengan yang lainnya sebagaimana terlihat pada Tabel V.1 dibawah ini: Tabel V.1 Data Statistik Hasil Simulasi Monte Carlo Terhadap Payback Period Uraian Skenario Cash Flow A B C D E Minimum 6,80 6,65 6,03 6,87 4,74 Mean 8,44 8,87 7,23 8,65 6,38 Maximum 15,93 17,69 12,02 14,35 11,60 Std Dev 0,42 0,43 0,34 0,40 0,31 Variance 0,181 0,185 0,119 0,164 0,099 Coefficient of Variation 0,0503 0,0485 0,0476 0,0468 0,0493 Skewness 3,77 2,65 2,40 1,93 3,19 Kurtosis 40,44 31,10 20,83 16,76 32,80 Mode 7,98 8,48 6,93 8,68 6,15 5th Perc. 7,94 8,31 6,78 8,11 5,99 95th Perc. 9,08 9,53 7,77 9,30 6,88 95th Perc.- 5th Perc. 1,14 1,23 0,99 1,19 0,89 Hasil simulasi diatas menyajikan informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan investasi. Hasil yang ada menunjukkan bahwa skenario E menawarkan kemungkinan mean payback lebih cepat dibandingkan dengan skenario yang lain, yaitu 6,38 tahun dengan kemungkinan maksimum Payback Period yang dapat dicapai selama 11,60 tahun dan kemungkinan minimum selama 4,74 tahun. Sedangkan skenario B 96

2 menawarkan kemungkinan mean payback paling lama diantara kelima skenario tersebut yaitu 8,87 tahun dengan nilai maksimum payback period selama 17,69 tahun dan minimum Payback Period selama 6,65 tahun. Dari hasil simulasi di atas dapat diketahui juga besarnya risiko berdasarkan coefficient of variation (CV) pada masing-masing skenario. Semakin besar coefficient of variation (CV) dari investasi maka semakin besar risiko investasi tersebut. Hasil yang ada menunjukkan bahwa skenario D mempunyai coefficient of variation (CV) yaitu 0,0476 yang berarti investasi pada skenario D mempunyai risiko paling kecil dibandingkan dengan skenario yang lain, sedangkan skenario A merupakan skenario yang mempunyai risiko paling besar dengan coefficient of variation (CV) yaitu 0,0503. Untuk membandingkan nilai payback period dari kelima skenario tersebut diatas dapat dilihat melalui kurva distribusi probablitasnya yaitu kurva PDF (Probability Density Function) dan CDF (Cumulative Density Function) pada Gambar V Distribution for Payback Period Distribution for Payback Period Gambar V.1 Kurva PDF dan CDF Fit Distribusi Payback Period Kelima Skenario Pada gambar dapat dilihat bahwa kurva PDF dan CDF dari payback period dapat diinterpretasikan dari kecondongan kurva tersebut. Skenario yang mempunyai kurva PDF dan CDF yang lebih condong ke kiri menawarkan kemungkinan payback lebih cepat dibandingkan kurva PDF dan CDF dari skenario yang lebih condong ke kanan, maka dapat diinterpretasikan bahwa semakin kecil payback period yang dihasilkan terhadap periode investasi maka semakin baik usulan investasi tersebut. 97

3 V.1.2 Hasil Simulasi Monte Carlo Terhadap Net Present Value (NPV) Hasil simulasi monte carlo terhadap kriteria kelayakan NPV menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) NPV dari kelima skenario hanya empat skenario yang mempunyai nilai mean NPV > 0, dengan nilai NPV yang bervariasi antara skenario satu dengan yang lainnya sebagaimana terlihat pada Tabel V.2 dibawah ini: Tabel II.2 Data Statistik Hasil Simulasi Monte Carlo Terhadap NPV Uraian Skenario Cash Flow A B C D E Minimum (5,82E+11) (2,19E+12) 6,24E+10 (5,37E+11) 3,66E+11 Mean 5,66E+11 1,15E+12 3,89E+11 9,73E+11 1,98E+12 Maximum 1,15E+12 2,99E+12 6,86E+11 1,85E+12 4,11E+12 Std Dev 8,95E+10 1,98E+11 4,86E+10 1,56E+11 2,26E+11 Variance 8,01E+21 3,94E+22 2,36E+21 2,44E+22 5,12E+22 Coefficient of Variation 0,158 0,172 0,125 0,160 0,114 Skewness (0,431) (0,106) 0,673 0,330 1,037 Kurtosis 12,64 13,88 5,08 6,46 7,94 Mode 4,98E+11 9,74E+11 3,23E+11 8,61E+11 1,74E+12 5th Perc. 4,46E+11 8,80E+11 3,23E+11 7,55E+11 1,68E+12 95th Perc. 7,16E+11 1,50E+12 4,74E+11 1,25E+12 2,38E+12 95th Perc.- 5th Perc. 2,70E+11 6,15E+11 1,51E+11 4,93E+11 6,98E+11 Hasil simulasi diatas menyajikan informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan investasi. Hasil simulasi tersebut menunjukkan bahwa skenario E mempunyai kemungkinan nilai harapan rata-rata NPV terbesar dibandingkan dengan skenario yang lain, yaitu Rp. 1,98 trilyun dengan kemungkinan maksimum NPV yang dapat dicapai sebesar Rp. 4,11 trilyun dan kemungkinan minimum NPV sebesar Rp. 366 milyar. Sedangkan skenario yang mempunyai nilai mean NPV terkecil adalah skenario C. Skenario C mempunyai kemungkinan mean NPV yaitu sebesar Rp. 389 milyar, dengan kemungkinan masksimum NPV sebesar Rp. 686 milyar dan kemungkinan minimum NPV Rp. 62,4 milyar. Dari hasil simulasi di atas dapat diketahui juga besarnya risiko investasi masing-masing skenario. Tabel diatas juga menunjukkan besarnya risiko pada masing-masing skenario. 98

4 Skenario E mempunyai risiko yang paling kecil dibandingkan dengan skenario yang lain dengan coefficient of variation (CV) yaitu 0,114. Sedangkan skenario B merupakan skenario yang mempunyai risiko paling besar dengan coefficient of variation (CV) yaitu 0,172. Nilai NPV dari kelima skenario tersebut diatas dapat dilihat melalui kurva distribusi probablitasnya yaitu kurva PDF (Probability Density Function) dan CDF (Cumulative Density Function) pada Gambar V Distribution for NPV Distribution for NPV Values in 10^ Values in 10^ Values in 10^12 Gambar V.2 Kurva PDF dan CDF Fit Distribusi NPV Kelima Skenario Kurva PDF dan CDF dari NPV mempunyai interpretasi yang berbeda dengan interpretasi kurva PDF dan CDF dari payback period, yaitu skenario yang mempunyai kurva PDF dan CDF yang condong ke kanan mempunyai nilai NPV yang lebih besar dibandingkan dengan skenario yang mempunyai kurv PDF dan CDF yang condong ke kiri. Semakin besar nilai NPV yang ditawarkan maka usulan investasi akan semakin menarik, dengan kriteria NPV > 0 maka usulan investasi dianggap layak. V.1.3 Hasil Simulasi Monte Carlo Terhadap Internal Rate of Return (IRR) Hasil simulasi monte carlo terhadap kriteria kelayakan IRR pada kelima skenario menunjukkan bahwa kelima skenario tersebut mempunyai nilai rata-rata (mean) IRR lebih besar dari RRR (IRR > RRR). Data statistik hasil simulasi tersebut dapat dilihat pada Tabel V.3 dibawah ini. 99

5 Tabel V.3 Data Statistik Hasil Simulasi Monte Carlo Terhadap IRR Uraian Skenario CashFflow A B C D E Minimum 9,87% 8,16% 12,76% 5,75% 17,46% Mean 15,90% 15,49% 20,51% 15,65% 23,56% Maximum 19,42% 18,66% 25,44% 19,74% 33,78% Std Dev 0,0094 0,0102 0,0114 0,0101 0,0122 Variance 0, , , , , Coefficient of Variation 0,0590 0,0658 0,0556 0,0647 0,0517 Skewness (0,76) (0,65) (0,20) (1,02) 0,33 Kurtosis 7,12 7,43 5,47 13,62 7,81 Mode 15,22% 15,24% 20,29% 15,71% 23,87% 5th Perc. 14,46% 13,82% 18,78% 14,09% 21,71% 95th Perc. 17,32% 17,09% 22,37% 17,23% 25,50% 95th Perc.- 5th Perc. 2,86% 3,27% 3,59% 3,14% 3,79% Dari tabel diatas diperoleh informasi, bahwa skenario E mempunyai nilai harapan ratarata IRR terbesar dibandingkan dengan skenario yang lain, yaitu sebesar 23,56% dengan kemungkinan maksimum IRR 33,78% dan kemungkinan minimum IRR sebesar 17,46%. Dari kelima skenario yang dikembangkan, skenario B merupakan investasi yang mempunyai nilai mean IRR paling kecil yaitu sebesar 15,49% dengan kemungkinan maksimum IRR 18,66% dan kemungkinan minimum IRR sebesar 8,16%. Skenario E mempunyai risiko yang paling kecil dibandingkan dengan skenario yang lain dengan coefficient of variation (CV) yaitu 0,0517. Sedangkan skenario B merupakan skenario yang mempunyai risiko paling besar dengan coefficient of variation (CV) yaitu 0,0658. Dibawah ini adalah kurva PDF dan CDF dari IRR untuk memudahkan dalam membandingkan nilai IRR dari kelima skenario yang disimulasikan. 100

6 Distribution for IRR Distribution for IRR Gambar V.3 Kurva PDF dan CDF Fit Distribusi IRR Kelima Skenario Interpretasi kurva PDF dan CDF dari IRR sama halnya dengan interpretasi kurva PDF dan CDF dari NPV, yaitu kurva yang lebih condong ke kanan nilai mempunyai IRR yang lebih besar daripada kurva yang lebih condong ke kiri. Semakin besar nilai IRR maka investasi tersebut layak dengan kriteria IRR > RRR. V.2 Hasil Analisis Sensitivitas Variabel Ketidakpastian Terhadap Kriteria Kelayakan Finansial Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui variabel ketidakpastian mana yang paling sensitif dalam menentukan output dan melihat bagaimana variabel ketidakpastian tersebut memberikan perubahan terhadap kriteria kelayakan payback period, NPV dan IRR. Dengan analisis ini, tingkat korelasi dihitung antara output yang dipilih dan masing-masing distribusi dari variabel ketidakpastian. Semakin tinggi korelasi antara variabel ketidakpastian dan output, maka semakin berpengaruh variabel ketidakpastian tersebut dalam penentuan nilai output. Nilai korelasi berkisar antara 1 dan 1, dimana nilai 0 menunjukkan tidak ada hubungan antar variable ketidakpastian, nilai 1 menunjukkan korelasi positif penuh antar variabel ketidakpastian dan nilai 1 menunjukkan korelasi negatif antar variabel ketidakpastian. Analisis sensitivitas akan dilakukan dengan 7x simulasi sebanyak 1000 iterasi untuk masing-masing simulasi. Hasil analisis sensitivitas ini yaitu diagram tornado, spider diagram berdasarkan change from base value dan spider diagram berdasarkan 101

7 distribution percentile. Analisis sensitivitas akan dilakukan terhadap skenario terpilih untuk tiap-tiap kriteria kelayakan Payback Period, NPV dan IRR. V.2.1 Hasil Analisis Sensitivitas Variabel Ketidakpastian Terhadap Payback Period Analisis sensitivitas terhadap kriteria kelayakan payback period diwakilkan melalui skenario A. Adapun untuk mengetahui pengaruh perubahan dari masing-masing variabel ketidakpastian, maka dilakukan analisis regresi dan korelasi antara perubahan variabel ketidakpastian yang terjadi terhadap kriteria kelayakan payback period. Hasil analisis regresi dan korelasi dari variabel ketidakpastian terhadap payback period dapat dilihat pada Tabel V.4 dan Tabel V.5. Dari tabel Tabel V.4 dapat diketahui bahwa 2007 menempati ranking tertinggi diantara variabel ketidakpastian yang lain. Pada skenario A, 2007 mempunyai nilai koefisien regresi yaitu 0,

8 Tabel V.4 Nilai Regresi Variabel Ketidakpastian Terhadap Payback Period Rank #1 #2 #3 #4 #5 #6 #7 #8 #9 A (it) / 2007 (it) / (St) / (St) / 2015 (it) / 2014 Std b Coeff (0.268) (0.236) (0.201) (0.160) (0.159) (0.126) Skenario Cash flow dan Nilai Koefisien Regresi Std b Std b B C D Coeff Coeff (it) / 2007 (it) / 2008 (it) / (it) / (St) / (it) / (it) / 2014 (0.298) (0.253) (0.231) (0.225) (0.186) (it) / 2007 (St) / (it) / 2013 (it) / 2011 (it) / 2012 (0.306) (0.267) (0.254) (0.207) (it) / (St) / (it) / 2014 (it) / 2012 Std b Coeff (0.304) (0.266) (0.222) (0.194) (0.175) E (it) / 2007 (it) / 2008 (St) / (it) / (it) / 2010 (it) / 2011 Std b Coeff (0.296) (0.238) (0.233) (0.171)

9 Tabel V.5 Nilai Korelasi Variabel Ketidakpastian Terhadap Payback Period Rank #1 #2 #11 A Suku Bunga (it) / 2007 Inflasi (ft) / (St) / 2008 Coef Corr Rank #1 (0.320) # #15 B Suku Bunga (it) / 2007 Inflasi (ft) / (St) / 2008 Skenario Cash flow dan Nilai Koefisien Korelasi Coef Coef Rank C Rank Corr Corr #1 (0.299) # #8 Inflasi (ft) / Suku Bunga (it) / 2007 (St) / 2008 (0.328) # # #11 D Suku Bunga (it) / 2007 Inflasi (ft) / (St) / 2008 Coef Corr Rank #1 (0.309) # #8 E Suku Bunga (it) / 2007 Inflasi (ft) / (St) / 2008 Coef Corr (0.318)

10 Berdasarkan Tabel V.5 diatas, ranking sensitivitas untuk kriteria payback period, Suku Bunga 2007 mempunyai nilai koefisien korelasi yang paling tinggi dibandingkan variabel yang lain dan 2008 mempunyai nilai koefisien korelasi yang paling rendah. Pada skenario A dapat dilihat bahwa terhadap perubahan payback period yaitu 0,443 kemudian disusul Inflasi yang mempunyai nilai koefisien korelasi negatif yaitu 0,320 dan 2008 yang mempunyai nilai koefisien korelasi 0,097. Nilai korelasi untuk masing-masing distribusi variabel ketidakpastian diatas, selanjutnya akan digunakan untuk analisis sensitivitas lanjut yang akan menghasilkan diagram tornado, spider diagram berdasarkan change from base value dan spider diagram berdasarkan distribution percentile. Diagram tornado sensitivitas payback period terhadap variabel ketidakpastian dapat dilihat pada Gambar V.4 berikut ini. (it) / 20 (i t)/2007 Inputs Inflasi (ft) (ft)/ / (S (St)/ Mean of Payback Period Gambar V.4 Diagram Tornado Sensivitas Payback Period Terhadap Variabel Ketidakpastian Pada diagram tornado, variabel ketidakpastian yang mempunyai rentang batang terpanjang merupakan veriabel ketidakpastian yang paling sensitif dan memberikan 105

11 pengaruh yang paling besar terhadap perubahan kriteria kelayakan finansial. Demikian pula sebaliknya, variabel ketidakpastian yang mempunyai rentang batang terpendek memberikan pengaruh yang paling terhadap perubahan kriteria kelayakan. Dari diagram tornado sensitivitas payback period terhadap variabel ketidakpastian diatas dapat dilihat bahwa interpretasi hasil regresi dan korelasi awal yang tersaji pada Tabel V.4 dan Tabel V.5 terbukti adanya mempunyai rentang batang terpanjang dan memiliki pengaruh dalam menentukan cepat lambatnya payback sebesar 0,82 tahun, kemudian disusul dengan Inflasi sebesar 0,50 tahun. Sedangkan tingkat penjualan mempunyai rentang batang terpendek dengan nilai payback sebesar 0,12 tahun. Kriteria lain yang dapat digunakan untuk menguji sensitivitas sehingga dapat diketahui lebih jelas tentang skenario-skenario perubahan yang terjadi dan dampaknya terhadap kriteria kelayakan finansial adalah menggunakan spider diagram. Hasil analisis melalui spider diagram dapat memberikan informasi yang lebih interaktif dibandingkan dengan diagram tornado, selain itu juga hasil analisis pada spider diagram dapat disajikan dengan dua pendekatan yaitu pertama melalui perbandingan presentase perubahan input dari nilai dasar (base value) terhadap output sedangkan yang kedua dengan perbandingan percentile distribusi input terhadap output. Kedua pendekatan ini menunjukkan bahwa variabel ketidakpastian yang paling berpengaruh dinyatakan dengan variabel yang memiliki kemiringan yang paling besar (gradien terbesar) dibanding variabel-variabel ketidakpastian lainnya. Ilustrasi dari spider diagram berdasarkan kedua pendekatan tersebut ditunjukkan pada Gambar V.5 dan Gambar V.6 berikut ini. 106

12 8 7.8 Payback Period (St) / 2008 K35 L50 (it) / 2007 J % 7% 57% 107% 157% 207% 257% Change From Base Value (%) Gambar V.5 Spider Diagram (Persentase Change from Base Value Terhadap Mean Payback Period) Berdasarkan pada gambar diatas persentase perubahan variabel ketidakpastian dari nilai dasar (base value) terhadap mean payback period, 2007 merupakan variabel ketidakpastian yang paling sensitif dibandingkan variabel ketidakpastian lainnya karena memiliki gradien garis terbesar dan 2008 merupakan variabel ketidakpastian yang paling tidak sensitif diantara ketiga variabel ketidakpastian tersebut. maksimum yang terjadi pada tahun tersebut yaitu 39,92% yang merupakan perubahan maksimum arah positif dari base value yaitu 260,66% yang akan menghasilkan mean payback 7,11 tahun. Sedangkan minimum yang terjadi pada tahun tersebut yaitu 7,27% yang merupakan perubahan minimum arah negatif dari base value yaitu 34,29% yang akan menghasilkan mean payback 7,93 tahun. Data persentase change from base value variabel ketidakpastian terhadap mean payback period disajikan pada Tabel V.6 berikut. 107

13 Tabel V.6 Change From Base Value Terhadap Mean Payback Period Inflasi Base Value Payback Payback Payback % Period % Period % Period (tahun) (tahun) (tahun) Minimum (34,29%) 7,93 (42,86%) 7,32 (24,50%) 7,14 Maksimum 260,66% 7,11 149,81% 6,82 24,50% 7,26 Sedangkan hasil analisis berdasarkan percentile distribusi, akan dimisalkan pada range percentile 1% dan 99%. Dari hasil analisis, pada percentile 1% dihasilkan kemungkinan per tahun sebesar 7,27% akan menghasilkan mean payback 7,93 tahun dan pada percentile 99% dengan kemungkinan per tahun 39,92% yang akan menghasilkan rata-rata payback 7,11 tahun. Ilustrasi dan data dari dampak perubahan variabel-variabel ketidakpastian terhadap NPV, yang didasarkan pada percentile-percentile tertentu dapat dilihat pada Gambar V.6 dan Tabel V.7 dibawah ini. 108

14 8 7.8 Payback Period (St) / 2008 K35 L50 (it) / 2007 J % 20% 40% 60% 80% 100% Percentile Gambar V.6 Spider Diagram (Percentile Terhadap Mean Payback Period) Tabel V. 7 Percentile Terhadap Mean Payback Period Inflasi Percentile Payback Payback Payback % Period % Period % Period (tahun) (tahun) (tahun) 1% 7,27% 7,11 4,76% 7,32 60,4% 7,14 5% 7,40% 7,12 5,16% 7,31 62% 7,15 50% 8,95% 7,15 7,42% 7,23 80% 7,20 95% 21,12% 7,46 14,51% 7,01 98% 7,25 99% 39,92% 7,93 20,81% 6,82 99,6% 7,26 V.2.2 Hasil Analisis Sensitivitas Variabel Ketidakpastian Terhadap Net Present Value (NPV) Analisis sensitivitas terhadap kriteria kelayakan NPV diwakilkan melalui skenario C. Adapun untuk mengetahui pengaruh perubahan dari masing-masing variabel ketidakpastian, maka dilakukan analisis regresi dan korelasi antara perubahan variabel 109

15 ketidakpastian yang terjadi terhadap kriteria kelayakan NPV. Hasil analisis regresi dan korelasi dari variabel ketidakpastian terhadap NPV dapat dilihat pada Tabel V.8 dan Tabel V.9 dibawah ini. Dari Tabel V.8 dapat diketahui bahwa nilai koefisien regresi 2007 menempati ranking tertinggi diantara variabel ketidakpastian yang lain. Pada skenario C, Inflasi mempunyai nilai koefisien regresi yaitu 0,

16 Tabel V.8 Nilai Regresi Variabel Ketidakpastian Terhadap NPV Rank #1 #2 #3 #4 #5 #6 #7 #8 #9 A (it) / Std b Coeff (0.475) Skenario Cash flow dan Nilai Koefisien Regresi Std b Std b B C D Coeff Coeff Inflasi (ft) / (it) / 2007 Inflasi (ft) / 2010 Inflasi (ft) / Inflasi (ft) (0.296) (it) / 2007 / Inflasi (ft) (0.289) (it) / 2008 / Inflasi (ft) / Inflasi (ft) / Inflasi (ft) / 2016 Inflasi (ft) / Std b Coeff (0.354) E (it) / Std b Coeff (0.235)

17 Tabel V.9 Nilai Korelasi Variabel Ketidakpastian Terhadap NPV Rank #1 #2 #22 A Suku Bunga (it) / 2007 Inflasi (ft) / 2014 (St) / 2008 Coef Corr Rank (0.230) # #2 (0.039) #37 B Suku Bunga (it) / 2007 Inflasi (ft) / 2018 (St) / 2008 Skenario Cash flow dan Nilai Koefisien Korelasi Coef Coef Rank C Rank Corr Corr (0.172) # #3 (0.027) #32 Suku Bunga (it) / 2007 Inflasi (ft) / 2022 (St) / 2008 (0.116) # #2 (0.028) #28 D Suku Bunga (it) / 2007 Inflasi (ft) / 2017 (St) / 2008 Coef Corr Rank (0.196) # #2 (0.032) #22 E Suku Bunga (it) / 2007 Inflasi (ft) / 2021 (St) / 2008 Coef Corr (0.136) (0.037) 112

18 Berdasarkan Tabel V.9 diatas, ranking sensitivitas untuk kriteria NPV dapat dilihat bahwa 2007 mempunyai nilai koefisien korelasi yang paling tinggi dibandingkan variabel ketidakpastian lainnya. Pada skenario C nilai koefisien korelasi yaitu negatif 0,116, kemudian disusul Inflasi yang mempunyai nilai koefisien korelasi yaitu 0,088 dan 2008 yang mempunyai nilai koefisien korelasi negatif 0,027. Diagram tornado sensitivitas NPV terhadap variabel ketidakpastian dapat dilihat pada Gambar V.7 berikut ini. (I(it) t)/2007 / Inflasi Inflasi (ft) (ft)/ / (St)/2008 8E E+11 9E E+11 1E E E E+12 Inputs Mean of NPV Gambar V.7 Diagram Tornado Sensivitas NPV Terhadap Variabel Ketidakpastian Dari diagram tornado sensitivitas NPV terhadap variabel ketidakpastian diatas dapat dilihat bahwa interpretasi hasil regresi dan korelasi awal yang tersaji pada Tabel V.8 dan Tabel V.9 terbukti adanya mempunyai rentang batang terpanjang dan memiliki pengaruh dalam menentukan nilai NPV yaitu Rp. 159,46 milyar, kemudian disusul dengan pengaruh Inflasi 2008 terhadap NPV sebesar Rp. 140,47 milyar. Sedangkan mempunyai rentang batang terpendek dengan nilai NPVsebesar Rp. 7,45 milyar. 113

19 7E+11 7E+11 NPV 6E+11 6E+11 5E+11 (St) / 2008 K35 L50 (it) / 2007 J171 5E+11 4E+11-43% 7% 57% 107% 157% 207% 257% Change From Base Value (%) Gambar V.8 Spider Diagram (Persentase Change from Base Value Terhadap Mean NPV) Berdasarkan pada gambar diatas persentase perubahan variabel ketidakpastian dari nilai dasar (base value) terhadap mean NPV, 2007 merupakan variabel ketidakpastian yang paling sensitif dibandingkan variabel ketidakpastian lainnya karena memiliki gradien garis terbesar. maksimum yang terjadi pada tahun tersebut yaitu 39,92% yang merupakan perubahan maksimum arah positif dari base value yaitu 260,66% yang akan menghasilkan mean NPV Rp. 420 milyar. Sedangkan minimum yang terjadi pada tahun tersebut yaitu 7,27% yang merupakan perubahan minimum dari base value arah negatif sebesar 34,29% yang akan menghasilkan mean NPV Rp. 580 milyar. Data persentase change from base value variabel ketidakpastian terhadap mean NPV disajikan pada Tabel V.10 berikut. 114

20 Tabel V.10 Change From Base Value Terhadap Mean NPV Inflasi Base Value NPV NPV NPV % (Rp. % (Rp. % (Rp. Milyar) Milyar) Milyar) Minimum (34,29%) 580 (42,86%) 671 (24,50%) 566 Maksimum 260,66% ,81% ,50% 558 Sedangkan hasil analisis berdasarkan percentile distribusi, akan dimisalkan pada range percentile 1% dan 99%. Dari hasil analisis, pada percentile 1% dihasilkan kemungkinan yaitu 7,30% yang akan menghasilkan mean NPV sebesar Rp. 580 milyar dan pada percentile 99% dengan kemungkinan yaitu 39,92% yang akan menghasilkan mean NPV sebesar Rp. 420 milyar. Ilustrasi dan data dari dampak perubahan variabel-variabel ketidakpastian terhadap NPV, yang didasarkan pada percentile-percentile tertentu dapat dilihat pada Gambar V.9 dan Tabel V.11 dibawah ini. 115

21 6.7E+11 NPV 6.2E E E+11 (St) / 2008 K35 L50 (it) / 2007 J E E+11 0% 20% 40% 60% 80% 100% Percentile Gambar V.9 Spider Diagram (Percentile Terhadap Mean NPV) Tabel V.11 Percentile Terhadap Mean NPV Inflasi Percentile NPV % (Rp. % NPV NPV % (Rp. (Rp. Milyar) Milyar) Milyar) 1% 7,27% 580 4,76% ,4% 566 5% 7,40% 579 5,16% % % 8,95% 571 7,42% % % 21,12% ,51% % % 39,92% ,81% ,6% 558 V.2.3 Hasil Analisis Sensitivitas Variabel Ketidakpastian Terhadap Internal Rate of Return (IRR) Analisis sensitivitas terhadap kriteria kelayakan IRR diwakilkan melalui skenario E. Adapun untuk mengetahui pengaruh perubahan dari masing-masing variabel ketidakpastian, maka dilakukan analisis regresi dan korelasi antara perubahan variabel 116

22 ketidakpastian yang terjadi terhadap kriteria IRR. Hasil analisis regresi dan korelasi dari variabel ketidakpastian terhadap IRR dapat dilihat pada Tabel V.12 dan Tabel V.13. Dari Tabel V.12 dapat diketahui bahwa 2007 menempati ranking tertinggi diantara variabel ketidakpastian yang lain. Pada skenario E, Inflasi mempunyai nilai koefisien regresi tertinggi yaitu 0,

23 Tabel V.12 Nilai Regresi Variabel Ketidakpastian Terhadap IRR Rank #1 #2 #3 #4 #5 #6 #7 #8 #9 A (it) / (it) / (it) / Std b Coeff (0.170) (0.078) (0.042) Skenario Cash flow dan Nilai Koefisien Regresi Std b Std b B C D Coeff Coeff (0.290) 2013 (it) / 2007 (it) / 2013 (0.075) (it) / (it) / (0.182) (it) / (it) / (0.085) 2016 (it) / (it) / 2012 (0.042) (0.071) (it) / 2011 (it) / 2010 (0.037) (it) / 2010 (it) / (0.070) Std b Coeff (0.123) (0.080) (0.062) (0.041) E 2011 (it) / (it) / Std b Coeff (0.096) (0.056)

24 Tabel V.13 Nilai Korelasi Variabel Ketidakpastian Terhadap IRR Rank #1 #2 #9 A Suku Bunga (it) / 2007 Inflasi (ft) / (St) / 2008 Coef Corr Rank #1 (0.064) #3 (0.055) #9 B Suku Bunga (it) / 2007 Inflasi (ft) / (St) / 2008 Skenario Cash flow dan Nilai Koefisien Korelasi Coef Coef Rank C Rank Corr Corr #1 (0.103) #4 (0.080) #11 Suku Bunga (it) / 2007 Inflasi (ft) / (St) / 2008 (0.039) # # #10 D Suku Bunga (it) / 2007 Inflasi (ft) / (St) / 2008 Coef Corr Rank # # #9 E Suku Bunga (it) / 2007 Inflasi (ft) / (St) / 2008 Coef Corr (0.053) 119

25 Berdasarkan Tabel V.13 diatas, dapat dilihat bahwa ranking sensitivitas untuk kriteria IRR sama halnya dengan kriteria payback period dan NPV, 2007 juga mempunyai nilai korelasi yang paling tinggi diantara variabel ketidakpastian lainnya. Pada skenario E 2007 mempunyai nilai koefisien korelasi yaitu 0,078, kemudian disusul Inflasi yang mempunyai nilai koefisien korelasi yaitu 0,064 dan 2008 yang mempunyai nilai koefisien korelasi negatif yaitu 0,053. Diagram tornado sensitivitas IRR terhadap variabel ketidakpastian dapat dilihat pada Gambar V.10 berikut ini. (i t)/2007 (it) / 20 Inflasi (ft)/ (St)/ Inputs Mean of IRR Gambar V.10 Diagram Tornado Sensivitas IRR Terhadap Variabel Ketidakpastian Dari diagram tornado sensitivitas Payback Period terhadap variabel ketidakpastian diatas dapat dilihat bahwa interpretasi hasil regresi dan korelasi awal yang tersaji pada Tabel V.12 dan Tabel V.13 terbukti adanya mempunyai rentang batang terpanjang dan memiliki pengaruh dalam menentukan nilai IRR sebesar 3,62% kemudian disusul dengan Inflasi yaitu 2,09%. Sedangkan 2008 mempunyai rentang batang terpendek dengan nilai IRR sebesar 0,29%.

26 0.25 IRR (St) / 2008 K35 L50 (it) / 2007 J % 7% 57% 107% 157% 207% 257% Change From Base Value (%) Gambar V.11 Spider Diagram (Persentase Change from Base Value Terhadap IRR) Berdasarkan pada gambar diatas persentase perubahan variabel ketidakpastian dari nilai dasar (base value) terhadap mean IRR, 2007 merupakan variabel ketidakpastian yang paling sensitif dibandingkan variabel ketidakpastian lainnya karena memiliki gradien garis terbesar. maksimum yang terjadi pada tahun tersebut yaitu 39,92% yang merupakan perubahan maksimum arah positif dari base value yaitu 260,66% yang akan menghasilkan mean IRR sebesar 20,44%. Sedangkan suku bunga minimum yang terjadi pada tahun tersebut 7,27% yang merupakan perubahan minimum arah negatif dari base value sebesar 34,29% yang akan menghasilkan mean IRR sebesar 24,05%%. Data persentase change from base value variabel ketidakpastian terhadap mean IRR disajikan pada Tabel V.14 berikut. 121

27 Tabel V.14 Change From Base Value Terhadap Mean IRR Inflasi Base Value IRR IRR IRR % % % (%) (%) (%) Minimum (34,29%) 24,05% (42,86%) 23,12% (24,50%) 23,60% Maksimum 260,66% 20,44% 149,81% 25,21% 24,50% 23,37% Sedangkan hasil analisis berdasarkan percentile distribusi, akan dimisalkan pada range percentile 1% dan 99%. Dari hasil analisis, pada percentile 1% dihasilkan kemungkinan yaitu 7,27% akan menghasilkan mean IRR sebesar 24,05% dan pada percentile 99% dengan kemungkinan yaitu 39,92% yang akan menghasilkan mean IRR sebesar 20,44%. Ilustrasi dan data dari dampak perubahan variabel-variabel ketidakpastian terhadap IRR, yang didasarkan pada percentile-percentile tertentu dapat dilihat pada Gambar V.12 dan Tabel V.15 dibawah ini IRR (St) / 2008 K35 L50 (it) / 2007 J % 20% 40% 60% 80% 100% Percentile Gambar V.12 Spider Diagram (Percentile Terhadap Mean IRR) 122

28 Tabel V.15 Percentile Terhadap Mean IRR Inflasi Percentile IRR IRR IRR % % % (%) (%) (%) 1% 7,27% 24,05% 4,76% 23,12% 60,4% 23,60% 5% 7,40% 23,82% 5,16% 23,11% 62% 23,59% 50% 8,95% 23,67% 7,42% 23,40% 80% 23,53% 95% 21,12% 22,32% 14,51% 24,26% 98% 23,31% 99% 39,92% 20,44% 20,81% 25,21% 99,6% 23,37% V.3 Pembahasan Hasil Penelitian Hasil pengujian model kelayakan finansial pengembangan perumahan yang dikembangkan dengan menggunakan simulasi, memberikan informasi yang lebih beragam dibandingkan dengan model kelayakan finansial pengembangan perumahan yang sudah ada. Model memberikan kemungkinan-kemungkinan pengembalian yang diharapkan dari masing-masing skenario yang dikembangkan, yang dipresentasikan melalui kriteria kelayakan finansial payback period, net present value (NPV) dan internal rate of return (IRR). Model kelayakan finansial pengembangan perumahan yang dikembangkan ini juga memberikan gambaran mengenai besarnya risiko pada masing-masing skenario yang telah dikembangkan. Berdasarkan hasil simulasi monte carlo terhadap kriteria kelayakan finansial pada 5 skenario yang telah dikembangkan, maka dapat diketahui bahwa skenario E merupakan skenario yang menawarkan payback paling cepat dan nilai mean NPV dan IRR paling besar dibandingkan skenario yang lain. Pengambilan keputusan investasi berdasarkan hasil dari simulasi pada 5 skenario yang dikembangkan akan bergantung pada kriteria kelayakan finansial yang digunakan pengembang untuk menilai kelayakan investasi pengembangan perumahan dan persepsi risiko pengembang. 123

29 Dalam model dilakukan juga analisis sensitivitas lanjut variabel ketidakpastian untuk mengetahui pengaruh perubahan variabel ketidakpastian terhadap kriteria kelayakan finansial finansial payback period, net present value (NPV) dan internal rate of return (IRR). Dari analisis sensitivitas lanjut tersebut diketahui bahwa merupakan variabel ketidakpastian yang memiliki korelasi yang paling kuat dan pengaruh yang paling signifikan dalam menentukan kelayakan finansial investasi pengembangan perumahan, kemudian diikuti oleh Inflasi dan. Berdasarkan hasil pengujian model, maka model kelayakan finansial pengembangan perumahan yang dikembangkan dalam penelitian ini mampu menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dan tercapainya tujuan-tujuan yang diingikan dalam penelitian ini seperti yang dijabarkan pada Bab I. Hal tersebut diketahui karena model menghasilkan kemungkinan-kemungkinan pengembalian yang diharapkan dan diketahui besarnya risiko pada investasi pengembangan perumahan. Selain itu analisis sensitivitas lanjut dapat memberikan gambaran pengaruh variabel ketidakpastian terhadap kriteria kelayakan finansial. Dalam penerapannya terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan karena sangat menentukan output yang dihasilkan yaitu penentuan fungsi distribusi probabilitas dari variabel ketidakpastian seperti ketersedian data historis menyebabkan timbulnya permasalahan ketepatan terhadap fungsi distribusi probabilitas dari variabel tersebut. Permasalahan yang muncul saat pengembangan model ini yaitu sulitnya mengembangkan biaya perizinan baik perizinan tanah maupun bangunan. Hal tersebut disebabkan karena penelitian ini mencakup 5 wilayah yaitu DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi maka peraturan perizinan yang ditetapkan untuk tiap daerah berbeda-beda tergantung dari kebijakan pemerintah daerah (PEMDA) setempat sehingga cara perhitungan dan nilai dari indeks yang ditetapkan juga berbeda. Secara umum dapat disimpulkan bahwa pengembangan model analisis kelayakan finansial investasi pengembangan perumahan telah mampu menjawab permasalahan yang terkait dengan risiko dan ketidakpastian dalam analisis kelayakan finansial suatu investasi pengembangan perumahan. Model dikembangkan dengan menggunakan 124

30 software memudahkan perolehan informasi seperti analisis sensitivitas. Terlepas dari permasalahan yang ditimbul dalam pengembangannya, model ini dapat memproyeksikan keadaan di masa yang akan datang dengan menghasilkan berbagai kemungkinan output sehingga pengembang dapat mengambil keputusan lebih baik. 125

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Sedangkan perumahan merupakan kumpulan atau kelompok rumah yang

Lebih terperinci

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian dan pengembangan usaha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab empat, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebelum melakukan analisis

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Citra Jaya Putra Utama merupakan salah satu perusahaan jasa yang bergerak di bidang distribusi farmasi. Perusahaan saat ini ingin melakukan investasi modal dalam bentuk cabang baru di Surabaya

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN NECIS LAUNDRY

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN NECIS LAUNDRY STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA NECIS LAUNDRY LATAR BELAKANG Saat ini perubahan ekonomi mempengaruhi gerak laju kegiatan kegiatan perekonomian yang berlangsung. Persaingan yang ketat, perkembangan ilmu

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota depok yang memiliki 6 kecamatan sebagai sentra produksi Belimbing Dewa. Namun penelitian ini hanya dilakukan pada 3 kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan.

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang membutuhkan investasi besar, teknologi yang memadai serta beresiko tinggi terutama pada tahap eksplorasi. Untuk

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil análisis dan pembahasan terhadap kelayakan investasi PT. ABC

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil análisis dan pembahasan terhadap kelayakan investasi PT. ABC BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil análisis dan pembahasan terhadap kelayakan investasi PT. ABC maka dapat disimpulkan : 1. Berdasarkan instrument-instrument kelayakan investasi menunjukkan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan permasalahan serta maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Estimasi incremental

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG SABANA CABANG PERUMAHAN ANGKASA PURI JATI ASIH - BEKASI

ANALISIS PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG SABANA CABANG PERUMAHAN ANGKASA PURI JATI ASIH - BEKASI ANALISIS PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG SABANA CABANG PERUMAHAN ANGKASA PURI JATI ASIH - BEKASI Nama NPM : 12210810 Jurusan Pembimbing : Firman Rengga Adi Nugroho : Manajemen : Dessy Hutajulu, SE., MM

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab V Kesimpulan dan Saran BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil perhitungan analisis Capital Budgeting dan analisis sensitivitas pada perusahaan Dian

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA TOKO ALAM BAHAGIA FURNITURE

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA TOKO ALAM BAHAGIA FURNITURE STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA TOKO ALAM BAHAGIA FURNITURE Nama : Ahmad Rifai NPM : 10213458 Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen Pembimbing : Christera Kuswahyu Indira SE., MM. 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN Bab V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Analisa kelayakan untuk rencana ekspansi yang akan dilaksanakan oleh perusahaan X menggunakan lima metode Capital Budgeting yaitu Payback Period, Accounting Rate

Lebih terperinci

ANALISIS STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBUKAAN CABANG BARU PADA USAHA JASA FOTOKOPI DAULAY JAYA

ANALISIS STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBUKAAN CABANG BARU PADA USAHA JASA FOTOKOPI DAULAY JAYA ANALISIS STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBUKAAN CABANG BARU PADA USAHA JASA FOTOKOPI DAULAY JAYA Nama : Rani Eva Dewi NPM : 16212024 Jurusan : Manajemen Pembimbing : Nenik Diah Hartanti, SE.,MM Latar Belakang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. dengan penelitian kelayakan pengembangan usaha akarwangi (Andropogon

III. KERANGKA PEMIKIRAN. dengan penelitian kelayakan pengembangan usaha akarwangi (Andropogon III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian kelayakan pengembangan usaha akarwangi (Andropogon zizanoid) pada kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan dengan meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai sektor industri baik dalam industri yang

Lebih terperinci

IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL

IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL 32 IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL 4.1. Identifikasi Indikator Kelayakan Finansial Pada umumnya ada enam indikator yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian kelayakan finansial dari

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return.

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return. ABSTRAK Dalam memasuki era globalisasi, Indonesia dituntut untuk mempersiapkan dirinya agar dapat bersaing khususnya dalam bidang ekonomi. Perekonomian Indonesia sekarang dapat dikatakan sudah mulai meningkat

Lebih terperinci

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi*

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi* A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah 150.000.000 2 Bangunan 150.000.000 3 Peralatan Produksi 1.916.100.000 4 Biaya Praoperasi* 35.700.000 B Jumlah Modal Kerja 1 Biaya bahan baku 7.194.196.807 2 Biaya

Lebih terperinci

ANALISIS STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBUKAAN CABANG BARU PADA USAHA JASA FOTOKOPI PRIMA JAYA

ANALISIS STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBUKAAN CABANG BARU PADA USAHA JASA FOTOKOPI PRIMA JAYA ANALISIS STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBUKAAN CABANG BARU PADA USAHA JASA FOTOKOPI PRIMA JAYA Nama : Alif Ammar Nugraha NPM : 10212632 Jurusan : Manajemen Pembimbing : Budi Sulistyo, SE.,MM Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis lakukan pada Warnet Pelangi, maka penulis menyimpulkan bahwa: 1. Warnet Pelangi belum menerapkan

Lebih terperinci

BAB II INVESTASI. Setiap perusahaan yang melakukan investasi aktiva tetap selalu

BAB II INVESTASI. Setiap perusahaan yang melakukan investasi aktiva tetap selalu BAB II INVESTASI II.1. Definisi Investasi Setiap perusahaan yang melakukan investasi aktiva tetap selalu mempunyai harapan bahwa perusahaan akan dapat memperoleh kembali dana yang ditanamkan dalam aktiva

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang. 42 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Dalam upaya mengembangkan usaha bisnisnya, manajemen PT Estika Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang. Langkah pertama

Lebih terperinci

PEMODELAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN PERUMAHAN TESIS WULAN PUSPITA SARI NIM :

PEMODELAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN PERUMAHAN TESIS WULAN PUSPITA SARI NIM : PEMODELAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN PERUMAHAN TESIS Karya Tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh WULAN PUSPITA SARI NIM : 25005024 Program

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PADA INVESTASI JALAN TOL CIKAMPEK-PADALARANG

ANALISIS FINANSIAL PADA INVESTASI JALAN TOL CIKAMPEK-PADALARANG ANALISIS FINANSIAL PADA INVESTASI JALAN TOL CIKAMPEK-PADALARANG Lulu Widia Roswita NRP : 9721055 Pembimbing : V. Hartanto, Ir., M. Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

ANALISA PENENTUAN MASA KONSESI DENGAN MODEL SIMULASI PADA PROYEK PPP JALAN TOL KERTOSONO- MOJOKERTO

ANALISA PENENTUAN MASA KONSESI DENGAN MODEL SIMULASI PADA PROYEK PPP JALAN TOL KERTOSONO- MOJOKERTO ANALISA PENENTUAN MASA KONSESI DENGAN MODEL SIMULASI PADA PROYEK PPP JALAN TOL KERTOSONO- MOJOKERTO Rizki Hari Wahyunarso 1), Tri Joko Wahyu Adi 2), dan Farida Rachmawati 3) 1) Jurusan Teknik Sipil, Institut

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan dan Investasi Studi kelayakan diadakan untuk menentukan apakah suatu usaha akan dilaksanakan atau tidak. Dengan kata lain

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Kata bisnis berasal dari bahasa Inggris busy yang artinya sibuk, sedangkan business artinya kesibukan. Bisnis dalam

Lebih terperinci

RISIKO INVESTASI tidak dapat dihindari

RISIKO INVESTASI tidak dapat dihindari RISIKO INVESTASI Risiko merupakan penyimpangan hasil (return) yang diperoleh dari rencana hasil (return) yang diharapkan. Apabila kita membicarakan risiko investasi berarti kita menganalisis kemungkinan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

MENILAI KELAYAKAN INVESTASI DAN HASIL INVESTASI

MENILAI KELAYAKAN INVESTASI DAN HASIL INVESTASI MENILAI KELAYAKAN INVESTASI DAN HASIL INVESTASI Sumber: http://hdwallpapersbuzz.com/creative Kita telah mengetahui berbagai jenis investasi, hasil dan risiko yang mungkin dihadapi serta peranannya dalam

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBUKAAN CABANG BARU KONVEKSI GIAS MULTI KREASI

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBUKAAN CABANG BARU KONVEKSI GIAS MULTI KREASI STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBUKAAN CABANG BARU KONVEKSI GIAS MULTI KREASI Nama : Afriwan Sinaga NPM : 16209661 Jurusan : Manajemen ( S-1 ) Pembimbing : Sri Kurniasih Agustin, SE., MM. Latar Belakang Penulis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus dan data yang digunakan menggunakan kuantitatif

Lebih terperinci

TINJAUAN KELAYAKAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN NET PRESENT VALUE METHOD DAN INTERNAL RATE OF RETURN METHOD

TINJAUAN KELAYAKAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN NET PRESENT VALUE METHOD DAN INTERNAL RATE OF RETURN METHOD TINJAUAN KELAYAKAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN NET PRESENT VALUE METHOD DAN INTERNAL RATE OF RETURN METHOD Andreas Y. H. Aponno NRP : 9221035 Pembimbing : V. Hartanto, Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

Kasus di atas dapat diselesaikan menggunakan analisis breakeven.

Kasus di atas dapat diselesaikan menggunakan analisis breakeven. I. Analisis Break-Even Analisis break-even merupakan salah satu teknik analisis ekonomi yang berguna dalam menghubungkan biaya variabel total (TVC) dan biaya tetap total (TFC) terhadap output produksi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii ABSTRAK Penelitian ini membahas mengenai perusahaan yang bergerak di bidang makloon konveksi. Karena kapasitas produksi yang tidak mencukupi, maka perusahaan bermaksud untuk melakukan ekspansi berupa penambahan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RIADY AQUARIUM BEKASI. Nama : Aji Tri Sambodo NPM : Kelas : 3EA18

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RIADY AQUARIUM BEKASI. Nama : Aji Tri Sambodo NPM : Kelas : 3EA18 STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RIADY AQUARIUM BEKASI Nama : Aji Tri Sambodo NPM : 10210466 Kelas : 3EA18 Pendahuluan Penilaian investasi / studi kelayakan sangat diperlukan oleh orang atau badan yang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perubahan lingkungan internal dan eksternal menuntut perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif agar dapat bertahan dan berkembang. Disaat perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS INVESTASI USAHA PADA WARNET KHARISMA DOT NET. Nama : SUKMIATI NPM : Kelas : 3 EB 18

ANALISIS INVESTASI USAHA PADA WARNET KHARISMA DOT NET. Nama : SUKMIATI NPM : Kelas : 3 EB 18 ANALISIS INVESTASI USAHA PADA WARNET KHARISMA DOT NET Nama : SUKMIATI NPM : 26210727 Kelas : 3 EB 18 LATAR BELAKANG Seiring dengan perkembangan teknologi dan komunikasi telah menempatkan internet menjadi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 17 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan Dan Saran

BAB V. Kesimpulan Dan Saran BAB V Kesimpulan Dan Saran 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis, maka dapat diperoleh kesimpulan antara lain: 1. Kebutuhan dana untuk investasi awal untuk proyek

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: town house, pasar, teknis, NPV, BCR, IRR, PBP

ABSTRAK. Kata kunci: town house, pasar, teknis, NPV, BCR, IRR, PBP ABSTRAK Town house merupakan salah satu investasi yang diminati dengan membidik pasar wisatawan asing yang berkunjung ke Bali. Town house adalah kompleks perumahan dengan unit terbatas disertai fasilitas

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 41 BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Pilihan Analisis Untuk menganalisis kelayakan usaha untuk dapat melakukan investasi dalam rangka melakukan ekspansi adalah dengan melakukan penerapan terhadap

Lebih terperinci

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Disarikan Gitman dan Sumber lain yang relevan Pendahuluan Investasi merupakan penanaman kembali dana yang dimiliki oleh perusahaan ke dalam suatu aset dengan

Lebih terperinci

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M.

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. ASPEK KEUANGAN Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. PENDAHULUAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran

Lebih terperinci

Metode Penilaian Investasi Pada Aset Riil. Manajemen Investasi

Metode Penilaian Investasi Pada Aset Riil. Manajemen Investasi Metode Penilaian Investasi Pada Aset Riil Manajemen Investasi Pendahuluan Dalam menentukan usulan proyek investasi mana yang akan diterima atau ditolak Maka usulan proyek investasi tersebut harus dinilai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 20 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Bogor merupakan salah satu kota wisata yang perlu mengembangkan wisata lainnya, salah satunya adalah wisata Batik. Batik merupakan warisan Indonesia

Lebih terperinci

BAB V RENCANA AKSI. bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini

BAB V RENCANA AKSI. bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini BAB V RENCANA AKSI Bab ini menjelaskan rencana aksi atau realisasi dari perancangan model bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini meliputi rencana kegiatan dan waktu pelaksanaan,

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Bisnis Pembukaan Cabang Baru Pada Usaha Ayam Bakar dan Madu Sumber Jaya NINDYA KLARASINTA STEVIANUS, SE.

Studi Kelayakan Bisnis Pembukaan Cabang Baru Pada Usaha Ayam Bakar dan Madu Sumber Jaya NINDYA KLARASINTA STEVIANUS, SE. Studi Kelayakan Bisnis Pembukaan Cabang Baru Pada Usaha Ayam Bakar dan Madu Sumber Jaya NINDYA KLARASINTA 15212337 STEVIANUS, SE., MM PENDAHULUAN Latar Belakang Persaingan Bisnis Strategi Pemasaran Studi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan di lokasi penanaman JUN Unit Usaha Bagi Hasil- Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN) Kabupaten Bogor

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR ANALISIS ELAYAKAN USAHA MAKANAN TRADISIONAL PEPES

SIDANG TUGAS AKHIR ANALISIS ELAYAKAN USAHA MAKANAN TRADISIONAL PEPES SIDANG TUGAS AKHIR ANALISIS ELAYAKAN USAHA MAKANAN TRADISIONAL PEPES Pembimbing: Agus Riyanto, MT Oleh: Winda Octaviany 1.03.08.010 Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang Masalah Berbagai usaha pada saat ini

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis uraikan dalam bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sampai

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat mempertahankan dan mengembangkan usahanya. Dalam persaingan

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat mempertahankan dan mengembangkan usahanya. Dalam persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, persaingan yang terjadi di dalam dunia usaha begitu ketat, sehingga setiap perusahaan dituntut untuk dapat mengambil tindakan yang tepat agar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penerapan kriteria optimasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penerapan kriteria optimasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Penerapan kriteria optimasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan usaha dalam membuka cabang baru adalah dengan melakukan penghitungan

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci: capital budgeting, dan sensitivity analysis.

ABSTRAK Kata Kunci: capital budgeting, dan sensitivity analysis. ABSTRAK PT. Usaha Panca Samitra merupakan perusahaan yang bergerak dibidang kontraktor umum. Didirikan pada november tahun 2003 oleh beberapa pengusaha. Pada saat ini PT. Usaha Panca Samitra berencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peluang dan hambatan yang dihadapi oleh setiap perusahaan semakin banyak dan

BAB I PENDAHULUAN. peluang dan hambatan yang dihadapi oleh setiap perusahaan semakin banyak dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ekonomi yang dialami dari tahun ke tahun, peluang dan hambatan yang dihadapi oleh setiap perusahaan semakin banyak dan persaingan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. yang akan didirikan oleh PT. Pertama Adhi Karya atau ANTARTIKA MANAGEMENT ini adalah

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. yang akan didirikan oleh PT. Pertama Adhi Karya atau ANTARTIKA MANAGEMENT ini adalah BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1. Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria Optimasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan usaha di pabrik baru yang akan didirikan oleh PT. Pertama Adhi Karya atau

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBUKAAN CABANG BARU PADA KEDAI MINUMAN LILIPUT BUBBLE

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBUKAAN CABANG BARU PADA KEDAI MINUMAN LILIPUT BUBBLE STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBUKAAN CABANG BARU PADA KEDAI MINUMAN LILIPUT BUBBLE Nama : Adi Putro Nugroho NPM : 10210156 Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen Dosen Pembimbing:Ir. Titiek Irewati,MM BAB I

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN INVESTASI PERUMAHAN GREEN SEMANGGI MANGROVE SURABAYA DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL

STUDI KELAYAKAN INVESTASI PERUMAHAN GREEN SEMANGGI MANGROVE SURABAYA DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL STUDI KELAYAKAN INVESTASI PERUMAHAN GREEN SEMANGGI MANGROVE SURABAYA DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL Disusun oleh: ANDINI PRASTIWI NRP : 3111105038 Dosen Pembimbing: Christiono Utomo, ST., MT., PhD. Program

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari semakin menginginkan pola hidup yang sehat, membuat adanya perbedaan dalam pola konsumsi

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA AIR MINUM ISI ULANG DESMOND

STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA AIR MINUM ISI ULANG DESMOND STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA AIR MINUM ISI ULANG DESMOND LATAR BELAKANG Salah satu usaha yang sering kita jumpai dan banyak diminati pada saat ini adalah usaha air minum isi ulang. Dengan

Lebih terperinci

Materi 7 Metode Penilaian Investasi

Materi 7 Metode Penilaian Investasi Pendahuluan Materi 7 Metode Penilaian Investasi Dalam menentukan usulan proyek investasi mana yang akan diterima atau ditolak Maka usulan proyek investasi tersebut harus dinilai 1 2 Metode Penilaian 1.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Proses penelitian ini dilakukan selama periode Agustus Desember 2012 dan bertempat di PT Panarub Industry. 3.2 Materi Penelitian Subyek

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah Penelitian merupakan suatu rangkaian proses yang saling terkait secara sistematis, setiap tahap merupakan bagian menentukan tahap berikutnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penyusunan rencana strategis perusahaan, tujuan untuk melakukan merger/akuisisi,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penyusunan rencana strategis perusahaan, tujuan untuk melakukan merger/akuisisi, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Aktivitas merger & akuisisi merupakan serangkaian proses yang komperhensif dan memiliki banyak titik kritis. Beberapa titik kritis yang menjadi perhatian adalah

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA PADA WARUNG BUBUR AYAM POLENG. Nama :Rachmadini Febriando NPM : Kelas :4EA20

STUDI KELAYAKAN USAHA PADA WARUNG BUBUR AYAM POLENG. Nama :Rachmadini Febriando NPM : Kelas :4EA20 STUDI KELAYAKAN USAHA PADA WARUNG BUBUR AYAM POLENG Nama :Rachmadini Febriando NPM :15211702 Kelas :4EA20 LATAR BELAKANG MASALAH Berbicara tentang makan dan minum erat kaitannya dengan kuliner. Usaha dibidang

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN SISTEM

ANALISIS KELAYAKAN SISTEM ANALISIS KELAYAKAN SISTEM Oleh : Pujianto, S. Kom LOGO Studi Kelayakan Dokumen yang dihasilkan dari tahapantahapan sebelumnya dikumpulkan menjadi suatu proposal pendahuluan proyek. Untuk memastikan usulan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PEMBUKAAN CABANG BARU EDIE SHOES. : Bayu Aji Prasetyo NPM : Jurusan : Manajemen Fakultas : Ekonomi

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PEMBUKAAN CABANG BARU EDIE SHOES. : Bayu Aji Prasetyo NPM : Jurusan : Manajemen Fakultas : Ekonomi ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PEMBUKAAN CABANG BARU EDIE SHOES Nama : Bayu Aji Prasetyo NPM : 11208350 Jurusan : Manajemen Fakultas : Ekonomi UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK 2011 Latar Belakang Masalah Kondisi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELI TIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELI TIAN BAB 3 METODOLOGI PENELI TIAN 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Penetapan kriteria optimasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan investasi pembangunan Cold Storage pada PT. Anugrah Mina Nusantara adalah

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI Menaksir Aliran Kas Beberapa Pertimbangan dalam Menaksir Aliran Kas Dalam analisis i keputusan investasi, i ada bb beberapa langkah yang akan dilakukan: 1) Menaksir aliran

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang. BAB V HASIL ANALISA 5.1 ANALISIS FINANSIAL Untuk melihat prospek cadangan batubara PT. XYZ, selain dilakukan tinjauan dari segi teknis, dilakukan juga kajian berdasarkan aspek keuangan dan keekonomian.

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

5.3 Keragaan Ekonomi Usaha Penangkapan Udang Net Present Value (NPV)

5.3 Keragaan Ekonomi Usaha Penangkapan Udang Net Present Value (NPV) 5.3 Keragaan Ekonomi Usaha Penangkapan Udang 5.3.1 Net Present Value (NPV) Usaha penangkapan udang, yang dilakukan oleh nelayan pesisir Delta Mahakam dan sekitarnya yang diproyeksikan dalam lima tahun

Lebih terperinci

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL Analisis kelayakan finansial adalah alat yang digunakan untuk mengkaji kemungkinan keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman modal. Tujuan dilakukan analisis kelayakan

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk Alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Persiapan bahan dan alat. Mengukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk Alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Persiapan bahan dan alat. Mengukur bahan yang akan digunakan 41 Lampiran 1. flowchart penelitian Mulai Merancang bentuk Alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Persiapan bahan dan alat Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan

Lebih terperinci

ANALISA STUDY KELAYAKAN KELANGSUNGAN USAHA JASA FOTO COPY CAHAYA GIRI

ANALISA STUDY KELAYAKAN KELANGSUNGAN USAHA JASA FOTO COPY CAHAYA GIRI ANALISA STUDY KELAYAKAN KELANGSUNGAN USAHA JASA FOTO COPY CAHAYA GIRI Latar Belakang Masalah Kemajuan dalam bidang tekhnologi juga sudah berkembang pesat. Dimana - mana terdapat usaha - usaha jasa yang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RUMAH MAKAN AYAM BAKAR TERASSAMBEL

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RUMAH MAKAN AYAM BAKAR TERASSAMBEL STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RUMAH MAKAN AYAM BAKAR TERASSAMBEL Nama : Marlina Fitri Annisa Npm : 15213303 Kelas : 4EA33 Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen Pembimbing : Christera Kuswahyu Indira,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA Lampiran... 75

BAB V PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA Lampiran... 75 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN... ii SURAT KETERANGAN PERBAIKAN/REVISI LAPORAN TUGAS AKHIR iii LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR... iv ABSTRAK... v UCAPAN TERIMAKASIH... vi DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam rencana melakukan investasi usaha baru, investor toko Salim Jaya perlu melakukan peninjauan terlebih dahulu dengan memperhitungkan dan menganalisis rencana investasinya. Hasil peninjauan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci