KAJIAN SEBARAN LONGSORAN DI KABUPATEN GORONTALO UTARA Oleh : Safiruddin Jurusan Fisika / Program Studi Pendidikan Geografi Universits Negri Gorontalo

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN SEBARAN LONGSORAN DI KABUPATEN GORONTALO UTARA Oleh : Safiruddin Jurusan Fisika / Program Studi Pendidikan Geografi Universits Negri Gorontalo"

Transkripsi

1 KAJIAN SEBARAN LONGSORAN DI KABUPATEN GORONTALO UTARA Oleh : Safiruddin Jurusan Fisika / Program Studi Pendidikan Geografi Universits Negri Gorontalo Abstrak Safiruddin. Kajian Sebaran Longsoran di Kabupaten Gorontalo Utara.Skripsi yang di bimbing oleh Ibu Dr.Hj.Fitriyane Lihawa M.Si dan Bapak Ahmad Zainuri S.Pd.,MT.Program Studi S1 Pendidikan Geografi Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negri Gorontalo. Longsor adalah gerakan material pembentuk lereng seperti tanah dan batuan yang terjadi secara alami atau akibat aktifitas manusia untuk mencapai titik kestabilan. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui lokasi sebaran longsoran yang ada di Kabupaten Gorontalo Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif observasional, dengan pedekatan secara random sampling. Sebagai stratanya adalah satuan medan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa, Terdapat 10 titik longsor yang tersebar di Kabupaten Gorontalo Utara dan terjadi di Desa Putiana, Desa Ilangata, Desa Langke, Desa Dambalo, Desa Sembihingan 1, Desa sembihingan 2, Desa Lelato, Desa Puncak Mandiri, Desa Zuriati, dan Desa Tudi.Diharapkan kepada pemerintah dan masyarakat Kabupaten Gorontalo Utara untuk saling bersinergi dalam menanggulangi daerah persebaran longsoran agar tidak merugikan masyarakat setempat. Kata Kunci : Sebaran, Longsor Pendahuluan Kejadian longsor sering memberikan dampak yang bersifat langsung dalam waktu yang singkat dan menjadi bencana. Hal ini dikarenakan proses pelepasan, pengangkutan dan pergerakannya berlangsung dalam waktu yang cepat dengan material yang jauh lebih besar. Laju perubahan tata guna lahan seiring dengan kenaikan jumlah serta sebaran penduduk yang kurang seimbang disetiap wilayah memicu peningkatan zona rawan terjadinya tanah longsor. Dengan meningkatnya kejadian tanah longsor mengakibatkan kerugian besar berupa korban meninggal, kerusakan lingkungan permukiman, hilangnya harta benda masyarakat, serta kerusakan sarana dan prasarana penunjang kehidupan manusia dan aktivitasnya. Pekerjaan timbunan di bagian lereng tanpa memperhitungkan beban lereng dapat menyebabkan lereng menjadi rawan longsor. Pengaruh hujan dapat terjadi dibagian lereng lereng yang terbuka akibat aktivitas mahluk hidup terutama berkaitan dengan budaya masyarakat saat ini dalam memanfaatkan alam. Penebangan hutan yang seharusnya tidak diperbolehkan tetap saja dilakukan sehingga lahan-lahan pada kondisi lereng dengan geomorphologi yang sangat miring menjadi terbuka dan lereng menjadi rawan longsor. Menurut catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Gorontalo, longsor sering terjadi di Kabupaten Gorontalo Utara yang merupakan wilayah pemerintahan Provinsi Gorontalo. Berdasarkan informasi yang dihimpun dari masyarakat setempat kejadian longsor adalah sebagai berikut:

2 1. Pada hari jum at tanggal 01 Februari Tahun 2008, Dua warga Kecamatan Tolinggula Kabupaten Gorontalo Utara tewas tertimbun longsor. Korban tewas bernama Usman warga Desa Papulangi dan Aten Pakaya warga Desa Biawu 2. Pada Tanggal 27 Januari 2011 terjadi longsor di Kecamatan Tolinggula juga dan menelan korban seorang warga Desa Didingga. 3. Pada Tanggal 20 juni 2012 longsor terjadi di Kecamatan dambalo Desa Langke yang menutupi badan jalan trabs sulawesi Tingginya frekuensi bencana longsor dan besarnya kerugian yang ditimbulkan dari bencana tersebut diperlukan reposisi perilaku manusia dalam mengelolah lingkungan hidupnya. Upaya reposisi perilaku manusia tersebut selanjutnya perlu diletakkan pada sebuah kerangka pikir atau pendekatan yang memungkinkan seluruh pihak untuk saling bersinergi dalam merevitalisasi ruang kehidupannya agar dapat mewujudkan ruang yang nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Pengertian Longsoran Longsoran merupakan salah satu bencana alam yang sering melanda daerah perbukitan didaerah tropis basah. Kerusakan yang ditimbulkan oleh longsoran tersebut tidak hanya kerusakan secara langsung seperti rusaknya fasilitas umum, lahan pertanian atau pun adanya korban manusia akan tetapi juga kerusakan secara tidak langsung yang melumpuhkan kegiatan pembangunan dan aktifitas ekonomi di daerah bencana dan sekitarnya. Menurut Prakoso (dalam Suratman 2002 : 72) Longsoran adalah perpindahan massa tanah dan atau batuan pada arah tegak, miring atau mendatar dari kedudukan semula yang diakibatkan oleh gangguan keseimbangan massa tanah pada saat itu yang bergerak kearah bawah melalui bidang gelincir dan material pembentuk lereng. Menurut Karnawati (dalam Hardiyatmo 2006 : 33) Longsoran dapat didefenisikan sebagai suatu gerakan menuruni lereng tanah atau batuan penyusun lereng, akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Longsor merupakan pergerakan masa tanah atau batuan menuruni lereng mengukuti gaya gravitasi akibat terganggunya kestabilan lereng. Apabila masa yang bergerak pada lereng ini didominasi oleh tanah dan gerakannya melalui suatu bidang pada lereng baik berupa bidang miring maupun lengkung maka proses pergerakan tersebut disebut longsoran tanah. Jadi longsoran adalah suatu konsekuensi fenomena dinamis alam untuk mencapai kondisi baru akibat gangguan keseimbangan lereng yang terjadi,baik secara alamiah maupun akibat ulah manusia. Gerakan tanah akan terjadi pada suatu lereng, jika ada keadaan-keadaan keseimbangan yang menyebabkan terjadinya suatu proses mekanis, mengakibatkan sebagian dari lereng tersebut bergerak mengukuti gaya gravitasi, dan selanjutnya setelah terjadi longsor lereng akan seimbang atau stabil kembali. Kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas 11 Kecamatan, dan 123 Desa dengan jumlah penduduk jiwa (data BPS 2011) serta luas 1.230,07 km² sehingga tingkat kepadatan penduduknya adalah 84,60 jiwa/km². Kabupaten Gorontalo Utara terletak di Wilayah pesisir pantai utara Provinsi Gorontalo. Adapun luas wilayah Kabupaten Gorontalo Utara adalah 1676,15 Km 2 atau 12,94 % dari luas wilayah Propinsi Gorontalo dengan posisi geografis pada Lu dan BT. Panjang garis pantai 320 km yang menjadi garis pantai terpanjang di Provinsi Gorontalo yang berhadapan dengan Samudra Pasifik. Adapun batas-batas Wilayah Kabupaten Gorontalo Utara adalah :

3 a. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi. b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara. c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Pohuwato; dan d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Buol, Provinsi Sulawesi Tengah. Wilayah Kabupaten Gorontalo Utara sebagian besar perbukitan rendah dan dataran tinggi dan tersebar pada ketingian m diatas permukaan laut serta keadaan Tofografi didomonasi oleh kemiringan (60% - 70%). Kondisi dan struktur utama geologi adalah patahan yang berpotensi menimbulkan gerakan tektonik, menyebabkan rawan bencana alam. a. Curah Hujan Tipe iklim di suatu daerah didasarkan atas komponen curah hujan dan temperature suatu daerah yang bersangkutan. Iklim merupakan faktor lingkungan fisik yang mempunyai peranan penting dalam menentukan keadaan fisik suatu daerah. Pada daerah tropis, unsur cuaca yang sangat berpengaruh pada proses terjadinya longsor adalah curah hujan. Hujan memainkan peranan penting dalam erosi tanah dan batuan melalui pelepasan dari tumbukan butir-butir hujan pada permukaan tanah dan batuan dan sebagian melalui kontribusinya terhadap aliran (Suripin, 2002). Curah hujan di Kabupaten Gorontalo Utara dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan geografi dan perputaran /pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan dan hari hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Rata-rata curah hujan tertinggi di tahun 2012 berkisar 332 mm dan jumlah hari hujan 230. b. Topografi Topografi Kabupaten Gorontalo Utara umumnya adalah dataran rendah, dan dataran tinggi sebagian kecil berbukit dan bergunung. Tingkat kemiringan, yakni 0 30 %, sedangkan ketinggiannya berkisar antara dari permukaan laut (dpl). c. Jenis Tanah Tanah didaerah kepulauan umumnya terbentuk dari bahan induk tanah berupa batu gamping, napal, aluvium dan sedikit granit, kuarsit dan filit. Sesuai dengan hasil uji lapangan, daerah penelitian memiliki beberapa jenis tanah yaitu Andosol, Litosol, Pedsolik, Aluvial, Regosol, Grumosol. 1. Grumusol. Tanah ini umumnya berwarnah hitam dan abu-abu dan mempunyai horison kambik (kerapatan limbak) kurang dari 0,85g/cm. Umumnya dijumpai didaerah lereng atas dan banyak mengandung bahan amorf atau lebih dari 60% terdiri dari abu vulkanik vitrik. Tanah ini umumnya dapat dijumpai disekitar Kecamatan Gentuma Raya Desa: langke, Dumolodo, Durian, Bosuhami, dan Pasalae. 2. Latosol Tanah latosol banyak terdapat pada dataran tinggi yang mempunyai kemiringan lereng landai hingga agak curam, sehingga berdasarkan ketersediaan air/lengas tanah (soil moisture), daerah dengan tanah ini sesuai untuk pengembangan perkebunan jagung, padi kelapa, cengkeh, lada dan lain-lain. Tanah dengan kadar liat lebih dari 60% remah sampai gumpal, gembur, warnah tanah seragam dengan batas-batas horizon yang kabur, kejenuhan basa kurrang dari 50% umumnya mempunyai epidon umbrik. Jenis tanah ini banyak dijumpai di Kecamatan Monano,

4 Kecamatan Gentuma Raya, dan Kecamatan Atinggola, Desa : Zuriati, Tudi, Dunu, Pilohulata, Desa Sogu,Imana, Bintana, sigaso, Kota jin Utara, Posono, Tombulilato, dan desa Ipilo. 3. Pedsolik Tanah ini berasal dari batuan pasir kwarsa, tersebar didaerah Kabupaten Gorontalo Utara dengan tekstur lempung hingga berpasir, kesuburan sedang hingga rendah, warnah merah dan kering, Jenis tanah ini tersebar disekitar Kecamatan Kuandang, Desa: Pontolo, Molingkapoto, Lebato, Bualemo, Bulalo, Moluo dan Katialada. Kecamatan Tomilito, Desa: Dambalo, Molantadu, Tanjung karang,jembatan merah, Leyao, Bulango raya, dan Desa Mutiara laut. 4. Aluvial. Tanah alluvial pantai yang berlumpur memiliki potensi untuk pengembangan budidaya tambak ikan karena potensi dan frekuensi inundasi yang tinggi, seperti yang ditemukan disebagian besar pesisir kecamatan Anggrek, Desa: Putiana, Ilangata, Tolango,Popalo,Tolongio, Dudepo,Motilango,Iloheluma, Ibarat, Datahu, helumo,tutuwoto. Dan Kecamatan Kuandang, Desa: Pontolo, Molingkapoto, Lebato, Bualemo, Bulalo, Moluo dan Katialada. 5. Litosol Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak begitu tebal. Bahannya berasal dari batuan beku yang belum mengalami proses pelapukan secara sempurnah. Jenis tanah ini banyak ditemukan di Kecamatan Sumalata, Desa: Buloila, Bulontia barat, Bulontio Timur, Kikia, Kasia, Lelato, Tumba, Mebongodan, Puncak mandiri, Wubudu, Buladu, Deme, Dulukapa, dan Motiheluma. Kecamatan Biau, Desa: Potanga, Potanga, Windu, Didinga dan Sembihingan serta Kecamatan Tolinggula, Desa: Limbato, Papualangi, Ilotunggula, Tolite jaya, Ilomangga, dan SP Sumalata lll. d. Kondisi Batuan. Salah satu aspek geologi yang berperan terhadap proses geomorfik adalah Litologi. Oleh sebab itu pembahasan geologi pada bagian ini dibatasi pada keadaan litologi penelitian. Deskripsi formasi batuan penyusun Kabupaten Gorontalo Utara didasarkan pada hasil uji sampel batuan dilaboratorium. Kabupaten Gorontalo Utara tersusun atas batuan yang berumur tersier dan kuarter. Batuan beku luar adalah batuan beku yang terbentuk dari magma yang berada pada permukaan bumi atau dikenal dengan batuan vulkanik. ciri-ciri dari batuan vulkanik adalah permukaan. Geologi pada area studi terdiri dari jenis volkanik dan batuan sedimen. Vulkanik dan batuan sedimen pembentuk utama ke jenis susupan merupakan metamorphose ringan ke tinggi dan kondisi asli dari batuan metamorphose tinggi sedikit tidak dapat dibedakan. Sebagian batuan sedimen adalah ke granitan dan metamorphosean/lapukan. Strata (lapisan) awal tampak membentuk batuan dasar diarea studi. Jenis-jenis batuan granit dan granodiarites mudah dibedakan dari satu dengan lainnya. kemudian batuan tersebut dapat dipetakan secara terpisah pada peta geologi dari area studi. Batuan sedimen dari akhir tersier tidak tampak ke permukaan pada area studi, akan tetapi terdapat kondisi kristalisasi dari batuan kapur yang dapat mengindikasikan penyebaran batuan sedimen. Kondisi kristalisasi batuan kapur tampak dibentuk oleh aktifitas hidrothermal saat itu. Aktifitas vulkanik telah membentuk kerangka dari topographi saat ini didalam area studi. Andestic dan dacific lavas menyebar pada puncak tinggi dari area. Tuft lepas (tidak terikat) juga dapat diobservasi sepanjang tebing. e. Penggunaan Lahan

5 Penggunaan lahan untuk pemukiman terutama terdapat didaerah dataran rendah yang mempunyai akses bebas kearah perairan dan pusat perkotaan. Intensitas penggunaan lahan sebagai pemukiman memperlihatkan kecenderungan kearah dataran rendah sepanjang pesisir pantai anggrek dengan konsentrasi tinggi terdapat di Kecamatan kwandang yang merupakan ibukota kabupaten gorontalo utara. Selain digunakan sebagai lahan pemukiman, dataran rendah juga dimanfaatkan sebagai lahan persawahan, terutama pada dataran rendah yang mempunyai infrastruktur terbatas untuk akses ke perairan 1. Pertanian, tanaman pangan, dan perkebunan Secara keluasan luas lahan pertanian yang termaksud luas areal produksi padi (panel) 6,918.0 ha, luas areal produksi tanaman jagung sebesar 12,128.0 ha, luas produksi (panen) kacang-kacangan mencapai ha, luas areal persawahan mencapai 4690 ha. Lahan pertanian yang sebagian besar digunakan masyarakat untuk dimanfaatkan sebagai sawah dan ladang dengan tanaman tanaman utama padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar. Sedangkan lahan perkebunan beberapa komoditi yang cocok yakni kelapa, dengan luas areal 1.152,4 ha dengan jumlah produksi 324 ton, luas areal cengkeh 471,77 ha, luas areal pala 18,00 ha, lauas areal jambu mente 341,42 ha, luas areal kakao 800,36 ha, lauas areal kopi 119,10 ha, dan luas areal aren mencapai 93,55 ha. Sebaran Longsoran Sebaran longsoran adalah munculnya titik-titik longsor dipermukaan bumi yang terjadi secara alami maupun buatan yang disebabkan oleh faktor lain seperti : batuan yang kurang kuat, kemiringan lereng, curah hujan dan aktifitas manusia yang sifatnya merugikan. Sebaran titik-titik longsor yang terjadi di Kabupaten Gorontalo Utara sangat berfariasi. Titik longsor tersebut terdapat dibeberapa desa dan memiliki karakreristi yang berbeda. Adapun penjelasan terhadap titik longsor tersebut adalah sebagai berikut: 1. Longsor di Desa Putiana.. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya longsor di Desa Putiana. a. Kemiringan Lereng. Kemiringan lereng merupakan bentuk topografi suatu wilayah yang membentuk vertikal. Kemiringan lereng ditentukan dalam bentuk persen (%). Persentase kemiringan suatu lokasi dapat diperoleh dengan menggunakan alat kompas geologi. Desa Putiana merupakan daerah miring dengan kemiringan mencapai %, sehingga potensi untuk terjadi longsor sangat besar. b. Jenis Tanah. Tanah adalah lapisan terluar kulit bumi yang berhubungan langsung dengan kehidupan mahluk hidup. Tanah merupakan hasil pelapukan dari batuan induk dan sisa-sisa organisme hidup yang telah lapuk. Tanah terdiri dari beberapa fraksi yaitu liat, Debu, pasir, kerikil, dan batuan induk. Peranan tanah sangat besar pengaruhnya terhadap longsoran dan tergantung dari strukturnya. Jenis tanah di Desa Putiana merupakan tanah Aluvial. Tanah aluvial berasal dari endapan baru berlapis-lapis, bahan organik jumlahnya tidak teratur dengan kedalaman, hanya terdapat epipedon atau sulfrik dan kandungan pasirnya kurang dari 60 %. c. Curah Hujan.

6 Curah hujan sangat berpengaruh terhadap proses terjadinya longsor, hal ini dikarenakan titik air yang jatuh dipermukaan bumi memiliki energi yang dapat menghancurkan dan menghanyutkan tanah. Kebanyakan longsor yang terjadi di Desa Putiana terjadi pada saat musim hujan. 2. Longsor di Desa Ilangata. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya longsor di Desa Ilangata. a. Curah hujan. Curah hujan merupakan pemicu terjadinya longsor, Hal ini di karenakan titik air yang jatuh dipermukaan bumi memiliki energi yang dapat menghancurkan dan menghanyutkan tanah. Kebanyakan longsor yang terjadi di desa Ilangata terjadi pada saat musim hujan. Curah hujan sangat berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah. b. Jenis Tanah. Tanah adalah tubuh alam yang mengandung air,udara, bahan-bahan mineral dan organik serta jasad-jasad hidup yang membentuk morfologi khas dan berdeferiansi membentuk horisonhorison yang beragam dan berbeda sifat dengan bahan induknya. Peranan tanah sangat besar pengaruhnya terhadap longsoran dan tergantung dari strukturnya. Jenis tanah di Desa Ilangata merupakan tanah Aluvial. Tanah aluvial berasal dari endapan baru berlapis-lapis, bahan organik jumlahnya tidak teratur dengan kedalaman, hanya terdapat epipedon atau sulfrik dan kandungan pasirnya kurang dari 60 %. c. Penggunaan Lahan. Penggunaan lahan adalah suatu upaya dalam merencanakan penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi tertentu, misalnya fungsi pemukiman, perdagangan, industri, dll. Rencana tata guna lahan merupakan kerangka kerja yang menetapkan keputusan-keputusan terkait tentang lokasi, kapasitas dan jadwal pembuatan jalan, saluran air bersih dan air limbah, gedung sekolah, pusat kesehatan, taman dan pusat-pusat pelayanan serta fasilitas umum lainnya. Tata guna lahan merupakan salah satu faktor penentu utama dalam pengelolaan lingkungan. Keseimbangan antara kawasan budidaya dan kawasan konservasi merupakan kunci dari pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. 3. Longsor di Desa Langke. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya longsor di Desa Langke. a. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukkan lahan di Desa Langke dapat menyebabkan terjadinya longsor, kondisi lereng yang terjal dapat mempercepat aliran permukaan. Penduduk Desa Langke memanfaatkan setiap jengkal lahannya sebagai perkebunan sehinnganya seringkali terjadi longsor karena lahan di pegunungan semakin gundul.

7 b. Jenis Tanah. Tanah yang ada di Desa Langke merupakan jenis tanah grumusol dengan kadar liat lebih dari 30 % yang bersifat mengembang dan mengerut. Kalau musim kering tanah retak dan mengerut kalau musim basah tanah menjadi lengket. c. Curah Hujan. Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) diatas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi. Terdapat beberapa cara mengukur curah hujan. Curah hujan (mm) : merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) millimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu millimeter atau tertampung air sebanyak satu liter. Curah hujan kumulatif (mm) : merupakan jumlah hujan yang terkumpul dalam rentang waktu kumulatif tersebut. 4. Longsor di Desa Dambalo. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya longsor di DesaDambalo. b. Kemiringan lereng. Kemiringan lereng merupakan bentuk topografi suatu wilayah yang membentuk vertikal. Kemiringan lereng ditentukan dalam bentuk persen (%). Persentase kemiringan suatu lokasi dapat diperoleh dengan menggunakan alat Kompas Geologi. Desa Dambalo merupakan daerah miring dengan kemiringan mencapai %, sehingga potensi untuk terjadi longsor sangat besar. c. Jenis tanah Tanah yang ada di Desa Dambalo merupakan jenis tanah Grumusol, dengan kadar liat lebih dari 30% yang bersifat mengembang dan mengerut. Kalau musim kering tanah retak dan mengerut kalau basah tanah menjadi lengket. d. Penggunaan Lahan. Masyarakat setempat mendirikakan bangunan dengan melakukan pengikisan pada tebing, tanpa memperhatikan kondisi kemiringan lereng, hal ini akan memicu terjadinya tanah longsor sehingganya bila musim hujan di Desa Dambalo sering terjadilongsor baik itu jenis longsor dalam skala kecil maupun dalam skala besar. 5. Longsor di Desa Sembihingan 1 Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya longsor di Desa Sembihingan. a. Curah hujan. Curah hujan merupakan pemicu terjadinya longsor, Hal ini dikarenakan titik air yang jatuh dipermukaan bumi memiliki energi yang dapat menghancurkan dan menghanyutkan tanah.

8 Kebanyakan longsor yang terjadi di Desa Sembihingan 1 terjadi pada saat musim hujan. Curah hujan sangat berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah. b. Kemiringan lereng. Kemiringan lereng merupakan bentuk topografi suatu wilayah yang membentuk vertkal. Kemiringan lereng ditentukan dalam bentuk persen (%). Persentase kemiringan suatu lokasi dapat diperoleh dengan menggunakan alat kompas geologi. Desa Sembihingan 1. merupakan daerah sangat miring dengan kemiringan mencapai %, sehingga potensi untuk terjadi longsor sangat besar. c. Jenis Tanah Tanah di Desa Sembihingan 1 merupakan tanah Andosol, Tanah andosol umumnya berwarnah hitam dan dengan pelapukan lanjut. Fraksi liat dengan aktifitas rendah. Kapasitas tukar katio sangat rendah, tanah ini juga mempunyai batas-batas horison yang tidak jelas. 6. Longsor di Desa Puncak Mandiri Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya longsor di Desa Sembihingan 2. a. Curah Hujan. Curah hujan merupakan pemicu terjadinya longsor, Hal ini dikarenakan titik air yang jatuh dipermukaan bumi memiliki energi yang dapat menghancurkan dan menghanyutkan tanah. Kebanyakan longsor yang terjadi di Desa Sembihingan 2, terjadi pada saat musim hujan. Curah hujan sangat berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah. b. Jenis Tanah Peranan tanah sangat besar pengaruhnya terhadap longsoran dan tergantung dari strukturnya. Jenis tanah di Desa Sembihingan 2. merupakan tanah Latosol. Tanah latosol adalah tanah yang terbentuk dari batuan beku, sedimen dan metamorf. Tanah latosol memiliki ciri-ciri yaitu merupakan jenis tanah yang telah berkembang,solum dalam, tekstur lempuing, warna coklat tersebar didaerah iklim basah. c. Kemiringan Lereng. Bentuk lereng bergantung pada proses erosi juga gerakan tanah dan pelapukan. Leeng merupakan parameter topografi yang terbagi dalam dua bagian yaitu kemiringan lereng dan beda tinggi relatif, dimana kedua bagian tersebut besar pengaruhnya terhadap penilaian suatu lahan kritis. Bila dimana suatu lahan yang lahan dapat merusak lahan secara fisik, kimia dan biologi, sehingga akan membahayakan hidrologi produksi pertanian dan pemukiman. 7. Longsor di Desa Lelato, Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya longsor di Desa Lelato. a. Curah Hujan.

9 Curah hujan merupakan banyaknya jumlah air yang jatuh ke permukaan bumi. Curah hujan yang tidak teratur dapat menyebabkan aliran permukaan pada tanah semakin besar, selain itu air hujan yang jatuh dapat membuat retakan pada tanah dan memperbesar pori pori tanah yang dapat mengurangi daya ikat tanah terhadap akar tanaman. b. Jenis Tanah. Tanah yang terdapat di Desa lelato merupakan jenis tanah litosol. Tanah litosol memiliki kadar liat lebih dari 60%, remah sampai gunpal, gembur, warnah tanah seragam dengan batas-batas horison yang kabur, solum tanah mencapai 150 cm. Tanah jenis ini mudah tererosi oleh aliran permukaan. Kemiringan lereng mencapai 9-15 %. 8. Longsor di Desa Sembihingan 2. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya longsor di Desa Puncak Mandiri. a. Kemiringan lereng Kemiringan merupakan bentuk topografi suatu wilayah yang membentuk vertical. Kemiringan lereng ditentukan dalam bentuk persen (%). Persentase kemiringan suatu lokasi dapatdi peroleh dengan menggunakan alat kompas geologi. Desa Puncak mandiri merupakan daerah miring dengan kemiringan mencapai +45 %, sehingga potensi untuk terjadi longsor sangat besar. b. Jenis Tanah. Tanah yang terdapat di Desa Puncak Mandiri merupakan jenis tanah litosol. Tanah litosol memiliki kadar liat lebih dari 60%, remah sampai gunpal, gembur, warnah tanah seragam dengan batas-batas horison yang kabur, solum tanah mencapai 150 cm. Tanah jenis ini mudah tererosi oleh aliran permukaan. c. Lereng Terjal. Lereng terjal sangat mendominasi lokasi penelitian, Desa sembihingan 2 memiliki kemiringan lereng yang berkisar 30 %. desa tersebut merupakan Desa yang sering terkena longsor. 9. Longsor di desa Zuriati. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya longsor di Desa Zuriati. a. Curah Hujan Curah hujan sangat berpengaruh terhadap proses terjadinya longsor, hal ini dikarenakan titik air yang jatuh dipermukaan bumi memiliki energi yang dapat menghancurkan dan menghanyutkan tanah. Kebanyakan longsor yang terjadi di Desa Zuriati terjadi pada saat musim hujan. b. Jenis Tanah Jenis tanah di Desa tersebut adalah pedsolik, tanah pedsolik berasal dari bahan induk batuan kuarsa. terdapat penimbunan liat dihorison bawahnya dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Tanah pedsolik umumnya berwarnah gelap dan memiliki tekstur tanah yang mudah mengalami pencucian oleh air sehingganya memudahkan untuk terjadinya longsor. 10. Longsor di Desa Tudi.

10 Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya longsor di Desa Tudi. a. Curah Hujan Curah hujan merupakan banyaknya jumlah air yang jatuh kepermukaan bumi. Curah hujan yang tidak teratur dapat menyebabkan aliran permukaan pada tanah semakin besar, selain itu air hujan yang jatuh dapat membuat retakan pada tanah dan memperbesar pori pori tanah yang dapat mengurangi daya ikat tanah terhadap akar tanaman. b. Jenis Tanah Jenis tanah di Desa tersebut adalah pedsolik, tanah pedsolik terdapat penimbunan liat dihorison bawahnya dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Tanah pedsolik umumnya berwarnah gelap kecoklatan dan memiliki tekstur tanah yang mudah mengalami pencucian oleh air sehingganya memudahkan untuk terjadinya longsor. c. Kemiringan Lereng. Pengaruh kemiringan lereng terhadap proses terjadinya longsoran sangat besar, posisi lahan yang miring mempermudah penurunan material tanah kearah bawah yang mengikuti gaya gravitasi, selain jenis tanah dan curah hujan faktor pemicu terjadinya longsor di Desa Tudi adalah kemiringan lereng. Jenis - jenis Longsoran di Kabupaten Gorontalo Utara. Berdasarkan hasil penelitian sebaran longsoran di Kabupaten Gorontalo Utara terdapat 2 jenis longsoran yaitu aliran dan runtuhan. Dapat dilihat bahwa 9 Desa merupakan hasil dari aliran bahan rombakan. Aliran dalam gerakan permukaan adalah berpindahnya partikel yang bergerak dalam pergerakan massa. Material tersebut mungkin merupakan batuan dengan retakan yang banyak dan menghasilkan runtuhan yang tertanam dalam matrik atau materi yang berukuran halus. Longsoran ini terjadi pada tanah atau pasir yang memiliki kandungan air yang besar. Longsoran ini terjadi terusmenerus seperti air yang mengalir dalam jumlah besar dengan densitas cairan yang besar pula. Adapun nama Desa yang termasuk longsoran aliran bahan rombakan yaitu Desa Langke, Dea Putiana, Desa Ilangata, Desa Dambalo, Desa Sembihingan 1, Desa Zuriati, Desa dan Desa puncak Mandiri. Dan terdapat satu desa yang memiliki jenis longsoran runtuhan batu yaitu Desa sembihingan 2. Klasifikasi Kerentanan Desa Terhadap Longsoran. Dalam melakukan klasifikasi kelas kerentanan longsoran untuk setiap desa perlu diadakan identifikasi terhadap desa yang terkena dampak. Adapun identifikasi tersebut bertujuan untuk mengetahui Desa-Desa yang rawan terhadap tanah longsor. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan klasifiksi yaitu : a. mengetahui jenis batuannya. b. mengetahui jenis tanahnya. c. mengetahui tekstur tanahnya. d. mengamati penggunaan lahannya. e. mengetahui derajat kemiringan lerengnya. f. mengamati kerapatan vegetasinya. g. mengetahui curah hujan untuk setiap Desa, karena didaerah yang sama terjadi perbedaan curah hujan.

11 Berdasarkan pertimbangan tersebut maka setiap desa dilokasi penelitian di Kabupaten Gorontalo Utara yang rentan terhadap bencana longsor dapat dikelompokan menjadi beberapa kelas kerentanan yaitu : 1. Kelas kerentanan sedang yaitu terdiri dari 3 (tiga) Desa yakni Desa Dambalo, Desa Tudi, dan Desa Lelato. Kelas kerentanan tinggi yaitu terdiri dari 7 Desa yaitu Desa Putiana, Desa Zuriati, Desa Sembhingan 1, Desa Sembihingan 2, Desa Ilangata, Desa Puncak mandiri dan Desa Langke Kesimpulan Berdasarkan uraian pada penelitian ini, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut: Dari 123 desa yang tersebar pada 11 kecamatan di Kabupaten Gorontalo Utara terdapat 10 Desa yang mengalami longsoran yaitu: Desa Putiana, Desa Ilangata, Desa Langke, Desa Dambalo, Desa Sembihingan 1, Desa Sembihingan 2, Desa Lelato, Desa Puncak Mandiri, Desa Zuriati, Desa Tudi. 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi longsoran di Kabupaten Gorontalo Utara yaitu : 1.Lereng terjal/ miring. 2. Jenis tata guna lahan. 3. Batuan yang kurang kuat.4. Getaran, 5. Curah hujan, 6. Jenis tanah tanah. 2. Jenis jenis longsoran di Kabupaten Gorontalo Utara yaitu aliaran dan runtuhan batu. 3. Jenis-jenis tanah yang ada di Kabupaten Gorontalo utara adalah Tanah andosol, Tanah litosol, Tanah pedsolik, Tanah aluvial, Tanah regosol dan Grumosol. 4. Proses pemetaan yaitu tahapan yang harus dilakukan dalam pembuatan peta. Adapun tahap proses pemetaan yang dilakukan yaitu : a. Tahap pengumpulan data. b. Tahap penyajian data c. Tahap penyajian data Saran Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa desa yang tersebar di Kabupaten Gorontalo Utara yang sering terjadi longsor, Hal ini dikarenakan penggunaan lahannya belum maksimal, banyak masyarakat mendirikan bangunan dengan cara melakukan pengikisan terhadap tebing dan pelebaran jalan dikaki gunung tanpa membuat tanggul penahan serta penggundulan hutan akibat pembukaan lahan baru untuk lahan pertanian, Kondisi yang demikian bila dibiarkan dan tidak ada campur tangan pemerintah setempat akan mengakibatkan kerusakan lingkungan dan kerugian bagi warga setempat serta bencana longsor akan terus terjadi karena aktivitas longsor merupakan gerakan material yang berupa tanah dan batuan yang bergerak menuruni lereng untuk mencapai kestabilan kembali. Oleh karenanya perlu diadakan sosialisasi terhadap masyarakat tentang dampak dari pengikisan kaki gunung untuk pembangunan rumah dan membuat tanggul penahan disetiap tebing yang membatasi tepi jalan, karena kebanyakan longsor terjadi disepanjang jalan serta melakukan reboisasi diareal lahan yang telah gundul demi kelangsungan pembangunan yang berkesinambungan di Kabupaten Gorontalo Utara. Daftar Pustaka

12 Barus, Baba Pemetaan Bahaya Longsor Berdasrkan Klasifikasi Statistik Peubahan Tunggal Menggunakan Sistem Informasi Geografi. Bogor Bappeda dan BPS Provinsi Gorontalo, Penyusunan Zona Kerentanan Tanah. Bappeda Kabupaten Gorontalo Utara, Gorontalo. Hardiyatmo Hari Christady Penanganan Tanah longsor dan Mada University Press. Erosi.Yogyakarta: Gadja Isa, Darma wijaya. M. 1997, Klasifikasi Tanah Gajah Mada University Press Joko Purwoko Suranto Kajian Pemanfaatan Lahan Pada Daerah Rawan Bencana Tanah Longsor di Gununglurah, Cilongok, Banyumas. Semarang: Jurusan Teknik Pembangunan wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro Karnawati, D Manajemen Bencana Gerakan Tanah. Diktat Kuliah.Yogyakarta : JurusanTeknik Geologi, Universitas Gadjah Mada. Pabundu, Moh Tika Metodologi Penelitian Geografi, Jakarta: PT Bumi Aksara. Prahasta, Eddy Sistem Informasi Geografi. Bandung: Informatika. Rudiyanto Analisis Potensi Bahaya Tanah Longsor Menggunakan Sistem Informasi Geografi,di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Jurnal. Universitas Muhamadiyah Sunarto Goenadi dkk Konservasi Lahan Terpadu Daerah Rawan Bencana Longsor Dikabupaten Kunloprogo, Daerah istimewa Yogyakarta.Jurnal PT.Gajah Mada University Press Selby M.J Hillslope Material and Processes. Second edition, Oxford: Oxford University Press. Suratman, Wirosupradjo Klasifikasi Persebaran Longsoran Di Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Alfabeta : Bandung. Verhief.PNW Geologi Untuk Teknik Sipil. PT Gelora Aksara Pratama. Erosi.Yogyakarta: Gadja Mada University Press. Yunus.S.H Metodelogi Penelitian Wilayah Kontemporer, Yogyakarta: Pustaka Belajar.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas 11 Kecamatan, dan 123 Desa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas 11 Kecamatan, dan 123 Desa BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Geografis Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas 11 Kecamatan, dan 123 Desa dengan jumlah penduduk 106.407 jiwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan daerah yang didominasi oleh dataran tinggi dan perbukitan. Kabupten

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan daerah yang didominasi oleh dataran tinggi dan perbukitan. Kabupten BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gorontalo Utara yang merupakan daerah yang didominasi oleh dataran tinggi

Lebih terperinci

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa AY 12 TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa tanah ke tempat yang relatif lebih rendah. Longsoran

Lebih terperinci

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. Tipe-Tipe Tanah Longsor 1. Longsoran Translasi Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. 2. Longsoran Rotasi Longsoran

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6 1. Komponen tanah yang baik yang dibutuhkan tanaman adalah.... bahan mineral, air, dan udara bahan mineral dan bahan organik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat tumbukan antara

Lebih terperinci

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI Pengetahuan tentang faktor penentu kepekaan tanah terhadap longsor dan erosi akan memperkaya wawasan dan memperkuat landasan dari pengambil

Lebih terperinci

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd TANAH / PEDOSFER OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd 1.Definisi Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral organic, air, udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berdasarkan UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pasal 6 ayat (1), disebutkan bahwa Penataan Ruang di selenggarakan dengan memperhatikan kondisi fisik wilayah

Lebih terperinci

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PENGERTIAN TANAH Pedosfer berasal dari bahasa latin yaitu pedos = tanah, dan sphera = lapisan. Pedosfer yaitu lapisan kulit bumi yang tipis yang letaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana alam agar terjamin keselamatan dan kenyamanannya. Beberapa bentuk

BAB I PENDAHULUAN. bencana alam agar terjamin keselamatan dan kenyamanannya. Beberapa bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap kehidupan manusia, baik kerugian harta benda maupun korban jiwa. Hal ini mendorong masyarakat disekitar bencana

Lebih terperinci

Seisme/ Gempa Bumi. Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang disebabkan kekuatan dari dalam bumi

Seisme/ Gempa Bumi. Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang disebabkan kekuatan dari dalam bumi Seisme/ Gempa Bumi Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang disebabkan kekuatan dari dalam bumi Berdasarkan peta diatas maka gempa bumi tektonik di Indonesia diakibatkan oleh pergeseran tiga lempeng besar

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Erosi Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah dari suatu tempat ke tempat lain melalui media air atau angin. Erosi melalui media angin disebabkan oleh kekuatan angin sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap kehidupan manusia, baik kerugian harta benda maupun korban jiwa manusia. Hal ini mendorong masyarakat disekitar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Sabua Vol.6, No.2: 215-222, Agustus 2014 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Arifin Kamil 1, Hanny Poli, 2 & Hendriek H. Karongkong

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Potensi longsor di Indonesia sejak tahun 1998 hingga pertengahan 2008, tercatat

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super "Solusi Quipper" F. JENIS TANAH DI INDONESIA

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super Solusi Quipper F. JENIS TANAH DI INDONESIA KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami jenis tanah dan sifat fisik tanah di Indonesia. F. JENIS TANAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali daerah yang,mengalami longsoran tanah yang tersebar di daerah-daerah pegunngan di Indonesia. Gerakan tanah atau biasa di sebut tanah longsor

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama semakin meningkat. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi manusia. Dengan kata lain

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH. A.Pembentukan Tanah

PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH. A.Pembentukan Tanah PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH A.Pembentukan Tanah Pada mulanya, permukaan bumi tidaklah berupa tanah seperti sekarang ini. Permukaan bumi di awal terbentuknya hanyalah berupa batuan-batuan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berada pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng pasifik. Pertemuan tiga

Lebih terperinci

Identifikasi Daerah Rawan Longsor

Identifikasi Daerah Rawan Longsor Identifikasi Daerah Rawan Longsor Oleh : Idung Risdiyanto Longsor dan erosi adalah proses berpindahnya tanah atau batuan dari satu tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah akibat dorongan air,

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT Suranta Sari Bencana gerakan tanah terjadi beberapa

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pemetaan Titik-Titik Longsor di Kabupaten Garut Pemetaan titik-titk longsor di daerah penelitian dilakukan melalui observasi langsung di lapangan. Titik-titik longsor yang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa kota dan kabupaten seperti Kabupaten

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami banjir. 2. Memahami gelombang pasang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangan saat ini sedang dialami oleh masyarakat di beberapa bagian belahan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. pangan saat ini sedang dialami oleh masyarakat di beberapa bagian belahan dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berkembang dari masa ke masa, konsekuensinya kebutuhan primer semakin bertambah terutama pangan. Krisis pangan saat ini sedang dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia, Pasifik dan Australia dengan ketiga lempengan ini bergerak saling menumbuk dan menghasilkan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang berada pada iklim tropis dengan curah hujan yang tinggi memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Longsorlahan Longsorlahan adalah salah satu bentuk dari gerak masa tanah, batuan dan runtuhan batu/tanah yang terjadi seketika bergerak menuju lereng bawah yang dikendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah pertemuan antar

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH Bab ini akan memberikan gambaran wilayah studi yang diambil yaitu meliputi batas wilayah DAS Ciliwung Bagian Hulu, kondisi fisik DAS, keadaan sosial dan ekonomi penduduk, serta

Lebih terperinci

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG 101 GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG Wilayah Pegunungan Kendeng merupakan bagian dari Kabupaten Pati dengan kondisi umum yang tidak terpisahkan dari kondisi Kabupaten Pati. Kondisi wilayah Pegunungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelongsoran Tanah Kelongsoran tanah merupakan salah satu yang paling sering terjadi pada bidang geoteknik akibat meningkatnya tegangan geser suatu massa tanah atau menurunnya

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya LEMBAR KERJA SISWA KELOMPOK :. Nama Anggota / No. Abs 1. ALFINA ROSYIDA (01\8.6) 2.. 3. 4. 1. Diskusikan tabel berikut dengan anggota kelompok masing-masing! Petunjuk : a. Isilah kolom dibawah ini dengan

Lebih terperinci

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung

Lebih terperinci

GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT

GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT RACHMAN SOBARNA Penyelidik Bumi Madya pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI Administrasi Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Sukabumi dibagi ke dalam 45 kecamatan, 345 desa dan tiga kelurahan. Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA

GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA SURANTA Penyelidik Bumi Madya, pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam yang kompleks sehingga menjadikan Provinsi Lampung sebagai salah satu daerah berpotensi tinggi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) berfungsi sebagai penampung air hujan, daerah resapan, daerah penyimpanan air, penangkap air hujan dan pengaliran air. Wilayahnya meliputi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Longsorlahan merupakan perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah atau mineral campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Uraian Umum Embung merupakan bangunan air yang selama pelaksanaan perencanaan diperlukan berbagai bidang ilmu guna saling mendukung demi kesempurnaan hasil perencanaan. Bidang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah perbandingan relatif pasir, debu dan tanah lempung. Laju dan berapa jauh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah perbandingan relatif pasir, debu dan tanah lempung. Laju dan berapa jauh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sifat Fisik Tanah Perbandingan relatif antar partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada kehalusan atau kekasaran tanah. Lebih khasnya, tekstur adalah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN

Lebih terperinci

IV. Hasil dan Pembahasan. pada Gambar 2 dan data hasil pengamatan disajikan pada Tabel 3.

IV. Hasil dan Pembahasan. pada Gambar 2 dan data hasil pengamatan disajikan pada Tabel 3. IV. Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil Setelah dilakukan survey diperoleh 13 titik lokasi longsor dengan lokasi disajikan pada Gambar 2 dan data hasil pengamatan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Data Hasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil dan Analisis Peta Ancaman Bencana Tanah Longsor Pembuatan peta ancaman bencana tanah longsor Kota Semarang dilakukan pada tahun 2014. Dengan menggunakan data-data

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia, dan lempeng Pasifik. Pada daerah di sekitar batas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penggunaan Lahan Sawah dan Tegalan di Kabupaten Bogor Penggunaan lahan di Kabupaten Bogor pada tahun 1990, 2001, 2004, dan 2008 masih didominasi oleh lahan pertanian yaitu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan bertopografi miring diperlukan kajian yang

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang

BAB III METODE PENELITIAN. adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Geomorfologi Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuklahan yang menyusun permukaan bumi, baik diatas maupun dibawah permukaan air laut dan menekankan pada asal mula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon KONDISI UMUM LOKASI Gambaran Umum Kabupaten Cirebon Letak Administrasi Kabupaten Cirebon Kabupaten Cirebon merupakan salah satu wilayah yang terletak di bagian timur Propinsi Jawa Barat. Selain itu, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Letak dan Ciri-ciri Lintasan Sepeda Gunung Letak lintasan sepeda gunung di HPGW disajikan dalam Gambar 5. Ciricirinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Keadaan plot penelitian

Lebih terperinci

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA Oleh 1207055018 Nur Aini 1207055040 Nur Kholifah ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS MULAWARMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan makhluk hidup khususnya manusia, antara lain untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri dan tenaga

Lebih terperinci

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR LAHAN DI KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GEOMORFOLOGI

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR LAHAN DI KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GEOMORFOLOGI PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR LAHAN DI KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GEOMORFOLOGI 1) Ika Meviana; 2) Ulfi Andrian Sari 1)2) Universitas Kanjuruhan Malang Email: 1) imeviana@gmail.com;

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB KARAKTERISTIK TANAH Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB Pendahuluan Geosfer atau bumi yang padat adalah bagian atau tempat dimana manusia hidup dan mendapatkan makanan,, mineral-mineral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sangat rawan bencana. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya berbagai bencana yang melanda berbagai wilayah secara terus menerus, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumberdaya alam ialah suatu sumberdaya yang terbentuk karena kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. Sumberdaya alam ialah suatu sumberdaya yang terbentuk karena kekuatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam ialah suatu sumberdaya yang terbentuk karena kekuatan alamiah, misalnya tanah, air dan perairan, biotis, udara dan ruang, mineral tentang alam, panas

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III TINJAUAN LOKASI BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Gambaran Umum Kota Surakarta 3.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah Kota Surakarta secara geografis terletak antara 110 o 45 15 dan 110 o 45 35 Bujur Timur dan antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Profil Perusahaan PT. Cipta Kridatama didirikan 8 April 1997 sebagai pengembangan dari jasa penyewaan dan penggunaan alat berat PT. Trakindo Utama. Industri tambang Indonesia yang

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH

geografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami proses dan faktor pembentukan tanah. 2. Memahami profil,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah longsor adalah suatu produk dari proses gangguan keseimbangan yang menyebabkan bergeraknya massa tanah dan batuan dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih

Lebih terperinci

senyawa alkali, pembasmi hama, industri kaca, bata silica, bahan tahan api dan penjernihan air. Berdasarkan cara terbentuknya batuan dapat dibedakan

senyawa alkali, pembasmi hama, industri kaca, bata silica, bahan tahan api dan penjernihan air. Berdasarkan cara terbentuknya batuan dapat dibedakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang sangat melimpah baik di dalam maupun permukaan bumi ataupun diluar permukaan bumi karena tanahnya yang subur dan fenomena struktur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Longsor 2.2 Jenis Longsor

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Longsor 2.2 Jenis Longsor II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Batasan Longsor Longsor adalah gerakan tanah atau batuan ke bawah lereng karena pengaruh gravitasi tanpa bantuan langsung dari media lain seperti air, angin atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang untuk bermukim atau tidak bermukim di suatu tempat, preferensi bermukim

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang untuk bermukim atau tidak bermukim di suatu tempat, preferensi bermukim BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan mendasar manusia untuk melakukan aktivitas sehari-hari demi kelangsungan hidup manusia. Perumahan dan permukiman mempunyai

Lebih terperinci

BAB III PENGENDALIAN LONGSOR Identifikasi dan Delineasi Daerah Rawan Longsor

BAB III PENGENDALIAN LONGSOR Identifikasi dan Delineasi Daerah Rawan Longsor BAB III PENGENDALIAN LONGSOR Daerah rawan longsor harus dijadikan areal konservasi, sehingga bebas dari kegiatan pertanian, pembangunan perumahan dan infrastruktur. Apabila lahan digunakan untuk perumahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam pengertian yang lebih sempit, desain penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN WAY KRUI TAHUN 2015 (JURNAL) Oleh. Catur Pangestu W

ANALISIS DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN WAY KRUI TAHUN 2015 (JURNAL) Oleh. Catur Pangestu W ANALISIS DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN WAY KRUI TAHUN 2015 (JURNAL) Oleh Catur Pangestu W 1013034035 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015 ABSTRACT ANALISIS

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 15 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Kabupaten Lebak secara geografis terletak antara 6º18'-7º00' Lintang Selatan dan 105º25'-106º30' Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha atau 3.044,72 km².

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya

I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya gravitasi. Tanah longsor sangat rawan terjadi di kawasan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas DAS/ Sub DAS Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS) yang dijadikan objek penelitian adalah Stasiun Pengamatan Jedong yang terletak di titik 7 59

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Gorontalo merupakan salah satu kota di Indonesia yang rawan terjadi banjir. Hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi berkisar antara 106 138mm/tahun,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu dalam penyediaan

Lebih terperinci

LAPORAN EVALUASI AWAL BENCANA TANAH LONGSOR DESA BANARAN, KECAMATAN PULUNG, KABUPATEN PONOROGO

LAPORAN EVALUASI AWAL BENCANA TANAH LONGSOR DESA BANARAN, KECAMATAN PULUNG, KABUPATEN PONOROGO LAPORAN EVALUASI AWAL BENCANA TANAH LONGSOR DESA BANARAN, KECAMATAN PULUNG, KABUPATEN PONOROGO 1. Gambaran Umum a) Secara geografi Desa Banaran, Kecamatan Pulung terletak di lereng Gunung Wilis sebelah

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam tidak dapat ditentang begitu pula dengan bencana (Nandi, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. alam tidak dapat ditentang begitu pula dengan bencana (Nandi, 2007) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alam merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia, oleh karena itu manusia tidak dapat dipisahkan oleh alam. Alam sangat berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam tampak semakin meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh proses alam maupun manusia itu sendiri. Kerugian langsung berupa korban jiwa, harta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH Tanah adalah salah satu bagian bumi yang terdapat pada permukaan bumi dan terdiri dari massa padat, cair, dan gas. Tanah

Lebih terperinci