BERBAGAI PERMASALAHAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM KURIKULUM 2013, DAN BEBERAPA UPAYA UNTUK MENCOBA MENGATASINYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BERBAGAI PERMASALAHAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM KURIKULUM 2013, DAN BEBERAPA UPAYA UNTUK MENCOBA MENGATASINYA"

Transkripsi

1 BERBAGAI PERMASALAHAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM KURIKULUM 2013, DAN BEBERAPA UPAYA UNTUK MENCOBA MENGATASINYA Abdur Rahman As ari Abstrak: Penerapan Kurikulum 2013 masih mengalami beberapa hambatan, termasuk pembelajaran matematikanya. Mindset guru yang masih menempatkan diri sebagai sumber belajar utama, buku siswa dan buku guru yang kurang komunikatif, dan kurang familiarnya penggunaan pendekatan saintifik dalam pelajaran matematik, serta jarangnya penerapan penilaian otentik adalah beberapa masalah yang dihadapi guru dalam melaksanakan pembelajaran matematika dalam konteks kurikulum Di dalam makalah ini, penulis mencoba menguraikan permasalahan tersebut dan memberikan sedikit rekomendasi penyelesaian yang mungkin dilakukan. Kata-Kata Kunci: Kurikulum 2013, Matematika, Mindset, Pendekatan Saintifik, Penilaian Otentik. Kurikulum 2013 telah diluncurkan secara resmi. Beberapa sekolah telah dijadikan sekolah sasaran, dan guru-guru yang ada di dalamnya telah juga dilatih, termasuk guru matematika. Siswa pun sudah diberi buku siswa, dan guru matematikanya juga sudah dilengkapi dengan buku pegangan guru. Namun, dalam perjalanannya ada banyak hal yang dirasa kurang optimal. Dalam kesempatan melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kurikulum 2013 di beberapa tempat, pendampingan kepada para guru di beberapa sekolah, dan mengadakan bimbingan teknis serta mengkaji bahan dan program pelatihan kurikulum 2013, penulis melihat bahwa ada banyak hal yang dirasa sulit oleh guru dan sekolah. 1 S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m

2 BEBERAPA PERMASALAHAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM KURIKULUM 2013 Berikut disampaikan beberapa permasalahan pembelajaran matematika dalam kurikulum 2013 yang sempat penulis identifikasi. Buku Siswa Buku siswa kelas 7 yang sempat penulis lihat terdiri dari 12 bab. Semua bab itu harus dipahami siswa dalam 2 semester. Artinya, kurang lebih 6 bab tiap semester harus dikuasai oleh siwa. Bagi guru yang terbiasa dengan kurikulum sebelumnya, banyaknya bab ini lebih banyak dari banyak bab di buku pada kurikulum sebelumnya. Kalau pada kurikulum sebelumnya banyak guru yang merasa kesulitan menyelesaikan semua bab yang ada, dengan tambahan bab ini, meskipun alokasi jam belajarnya juga bertambah, tetapi guru banyak mengalami kesulitan. Kalau dilihat dari muatan di dalam buku siswa, di dalam buku tersebut, fakta, konsep, prinsip, dan materi dicoba diuraikan sedetail mungkin. Kalau kita perhatikan buku pada kurikulum sebelumnya, buku tersebut sering hanya memuat konsep, contoh, dan latihan, maka dalam buku siswa mata pelajaran matematika pada kurikulum 2013 ini, uraian tentang prosedur pun terlihat begitu panjang dan lebar. Pada waktu mencari irisan dari dua himpunan misalnya, di dalam buku itu diuraikan langkah demi langkah bagaimana menentukan irisan dari dua himpunan. 2 S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m

3 Keberadaan uraian prosedur yang begitu rinci yang berbeda dengan kebiasaan yang ada pada buku-buku sebelumnya, tentu membuat guru perlu mengadakan penyesuaian diri dalam membelajarkannya. Di dalam buku siswa juga diuraikan masalah, yang menurut pengarangnya adalah penerapan dari pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning). Sayangnya, masalah ini dijelaskan secara lengkap. Sepertinya, pengarang buku ini hanya sekedar memberikan informasi bagaimana proses pemecahan masalanya saja. Akibatnya, guru tidak memiliki rujukan bagaimana sebenarnya penerapan dari pembelajaran berbasis masalah itu. Belum lagi, apa yang dianggap sebagai masalah di dalam buku itu terkadang bukan merupakan masalah. Kadang hanya soal atau tugas biasa. Karakteristik ill-structured problems yang menuntut penerapan interdisciplinary approach, yang merupakan syarat dari jenis masalah dalam pembelajaran berbasis masalah, tidak diperhatikan. Semua masalah yang disajikan boleh dikatakan merupakan well-structured problems dan tidak memerlukan interdisciplinary approach untuk memecahkannya. 3 S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m

4 Bagi guru yang memahami makna dari masalah, buku siswa ini bisa mengakibatkan mereka kurang senang dan menganggap sebagai buku yang kurang baik. Persepsi dan sikap mereka negatif. Sikap dan persepsi, sebagai dimensi pertama dari belajar (Marzano, 1992) sangat menentukan dimensi-dimensi belajar berikutnya. Sikap dan persepsi yang negatif, cenderung menutup terjadinya dimensi belajar berikutnya, yaitu: acquire and integrate knowledge, extent and refine knowledge, apply knowledge meaningfully, dan habits of mind. Terakhir, soal-soal yang ditampilkan dalam uji kompetensi terkesan langsung sangat sulit. Soal-soal yang biasanya hanya diberikan kepada siswa berbakat dan untuk keperluan olimpiade langsung diberikan sebagai bahan uji kompetensi. Sebenarnya ini sangat bagus karena memberi kesempatan kepada siswa untuk berkenalan dengan soal-soal non rutin yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi. Sayangnya, banyak guru yang tidak kenal dengan soal-soal seperti itu. Bukannya tertantang, para guru malah banyak yang merasa minder dan takut membahasnya bersama siswa. Buku Guru Kalau diperhatikan buku guru, bagian awal dari buku tersebut memuat deskripsi singkat tentang model pembelajaran konstruktivistik yang dilengkapi dengan panduan penyusunan rencana pembelajaran. Sebenarnya, penjelasan ini memberikan peluang kepada para guru untuk memahami secara utuh makna dari model pembelajaran. Guru menjadi mengerti bahwa dalam suatu model pembelajaran, di samping dampak pembelajaran dan dampak pengiring, ada 4 (empat) hal yang perlu dipikirkan, yaitu: (1) sintaks atau langkah-langkah pembelajaran, (2) system sosial, (3) prinsip reaksi, dan (4) sistem pendukung. Hanya saja, penyajiannya memang sangat singkat dan kurang memberi panduan praktis kepada guru. Uraian dari bab-bab berikutnya cenderung mengulang apa yang dituliskan dalam bukku siswa. Petunjuk pembelajaran yang diberikan hanya singkat saja. Itupun terkesan terselip di tengah-tengah uraian materi untuk siswa. Gaya penulisan seperti itu mengakibatkan buku guru terkesan tidak beda jauh dengan buku siswa. Kesan lain yang muncul adalah bahwa guru tersebut sangat tebal dan menakutkan untuk dibaca. 4 S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m

5 Pendekatan Saintifik Di dalam Kurikulum 2013, pendekatan saintifik yang terdiri dari 5M (Mengamati, Menanya, Menggali Informasi, Mengasosiasi, Mengomunikasikan) merupakan pendekatan pembelajaran yang perlu atau bahkan wajib untuk diterapkan di semua mata pelajaran, termasuk matematika. Pendekatan ini lebih mengedepankan penalaran induktif daripada penalaran deduktif yang menjadi trademark dari matematika. Karena itu, kebanyakan guru yang membelajarkan matematika dengan pendekatan deduktif (definisi, contoh, dan latihan) pasti mengalami banyak hambatan psikologis dan kesulitan teknis untuk melaksanakan pendekatan saintifik. Para guru matematika perlu mendapatkan banyak waktu dan kesempatan untuk berlatih menerapkan pendekatan saintifik ini. Sayangnya, kesempatan pelatihan untuk melaksanakan pendekatan saintifik ini terlalu singkat. Karena itu, para guru, terutama guru matematika, perlu memperoleh pendampingan yang lumayan banyak untuk bisa melaksanakan pendekatan saintifik dengan baik. 5 S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m

6 Guru perlu mendapatkan bimbingan teknis bagaimana mengembangkan tugas yang mendorong anak untuk melakukan pengamatan yang sungguh-sungguh, tekun, jujur, obyektif, dan tajam, serta bermanfaat. Guru juga perlu mendapatkan bimbingan teknis bagaimana membuat siswa mau dan mampu menanya. Guru juga perlu mendapatkan bimbingan teknis bagaimana guru mendampingi siswanya belajar (mulai dari memantau kemajuan belajarnya, mempertanyakan apa yang dipikirkan dan diperoleh siswa, memberikan umpan balik yang baik, dan mendorong siswa untuk mengembangkan ide kreatifnya secara optimal). Pembelajaran Berbasis Proyek Pembelajaran berbasis proyek merupakan salah satu wujud dari pendekatan saintifik. Pembelajaran ini mendorong siswa untuk mengerjakan tugas untuk menghasilkan produk. Untuk itu, siswa harus aktif melakukan kegiatan searching (mencari), exploring (menggali lebih jauh), creating (menciptakan), and sharing (berbagi). Untuk itu, siswa juga harus pandai melakukan resource locating (menentukan sumber informasi yang dapat dijadikan dasar untuk menyusun rencana pengembangan produk), planning product to develop (merancang jenis produk yang akan dikembangkan), scheduling for implementing plan (membuat jadwal pelaksanaan dari rencana yang telah dibuat), monitoring the product progress (memantau kemajuan hasil kerja), assessing the prototype of the product (mengases hasil sementara yang diperoleh), and evaluating the quality of the product (menilai kualitas produk). Pembelajaran berbasis proyek ini termasuk pembelajaran yang jarang sekali dilakukan oleh guru. Karena itu, penerapan pembelajaran berbasis proyek yang sangat dianjurkan oleh kurikulum 2013 merupakan kesulitan tersendiri bagi para guru. Kebiasaan guru yang menempatkan diri sebagai sumber utama belajar (kalau bukan malah satu-satunya sumber belajar), menjadikan beliau banyak mengalami kesulitan dalam menjalankannya. Mindset guru harus diubah menjadi lebih banyak sebagai fasilitator. Sayangnya, pelatihan dan petunjuk praktis bagaimana menerapkan pembelajaran berbasis proyek ini dilakukan masih sangat minim. Pembelajaran Berbasis Masalah Pembelajaran berbasis masalah juga sangat disarankan oleh kurikulum Pembelajaran ini dimaksudkan untuk membantu siswa belajar sesuatu melalui kegiatan memecahkan masalah. Pembelajaran yang menuntut disajikannya masalah 6 S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m

7 yang bersifat ill-structured dan menuntut pendekatan interdisciplinary juga termasuk pembelajaran yang sangat jarang dilakukan oleh guru, apalagi guru matematika. Sebenarnya, sifat masalah yang menuntut interdisciplinary approach dalam pembelajaran berbasis masalah sudah memberikan batasan bahwa penerapan pembelajaran berbasis masalah ini tidak bisa digunakan secara terisolir dalam mata pelajaran matematika saja. Penerapan pembelajaran berbasis masalah menghendaki adanya kerjasama antar beberapa guru mata pelajaran. Karena itu, guru matematika dan beberapa guru mata pelajaran lain perlu duduk bersama merancang masalah yang dengan memecahkan masalah tersebut siswa juga belajar beberapa mata pelajaran sekaligus. Sayangnya, bantuan teknis bagaimana melaksanaan pembelajaran berbasis masalah ini juga hamper tidak pernah diberikan. Contoh penerapan pembelajaran berbasis masalah yang ada di dalam buku terkesan kurang sesuai dengan pengertian dari pembelajaran berbasis masalah itu sendiri. Penilaian Otentik Kurikulum 2013 menghendaki dilakukannya penilaian otentik. Otentik dalam penilaian otentik tersebut menunjukkan bahwa penilaian ini mengukur potensi dan keadaan asli siswa. Penilaian otentik adalah penilaian yang mengukur kondisi siswa secara apa adanya, tidak dibuat-buat. Penilaian dengan paper-and-pencil yang sudah diberitahukan terlebih dahulu jadwalnya bukanlah penilaian yang otentik. Siswa harus menyiapkan diri terlebih dahulu untuk dinilai. Karena itu, siswa dituntut untuk secara proaktif menunjukkan bukti potensinya dengan menggunakan portofolio. Guru juga didorong untuk menggunakan performance assessment (asesmen kinerja), untuk melihat bagaimana dalam praktiknya kemampuan siswanya. Penilaian dengan menggunakan portofolio yang selama ini digunakan oleh guru kurang begitu terlihat otentiknya. Apa yang dikumpulkan dalam portofolio lebih banyak berupa LKS yang sudah diberi nilai. Sebenarnya, siswa perlu diberi kesempatan lebih besar untuk memilih sendiri potensi apa yang perlu dimasukkan ke dalam portofolio mereka. Siswa perlu didorong untuk melihat kelebihan dirinya, dan menunjukkan kelebihan itu dari apa 7 S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m

8 yang sudah dimilikinya. Guru hanya bertugas untuk memberikan pertimbangan dan menganjurkan apa yang harus dimasukkan ke dalam portofolio mereka. Guru, dan terutama siswa, tampaknya perlu bantuan bagaimana menjalankan penilaian portofolio dengan baik. Terkait dengan masalah penilaian kinerja, sejak di LPTK pun para dosen kurang banyak memberikan contoh penilaian yang menggunakan penilaian kinerja. Dukungan bagi guru agar mampu melaksanakan penilaian kinerja terkesan agak kurang. Tidak banyak pelatihan tentang bagaimana melaksanakan penilaian kinerja dalam matematika. Hal itu ditambahkan lagi oleh sulitnya guru menemukan terapan materi matematika dalam kehidupan sehari-hari. Ini membuat guru merasa kesulitan bagaimana menerapkan penilaian kinerja. BEBERAPA SOLUSI YANG MUNGKIN BISA DIPERTIMBANGKAN Terkait dengan Buku Guru dan Buku Siswa Buku siswa dan buku guru saat ini sudah diperbaiki. Buku siswa sudah dibuat lebih memuat headings pendekatan saintifik (ayo mengamati, ayo menanya, ayo menggali informasi, ayo mengasosiasi, dan ayo mengomunikasikan) memberikan peluang kepada siswa dan guru untuk menerapkan pendekatan saintifik. Buku guru juga sudah dibuat lebih simpel, sehingga tebalnya sudah berkurang dari tebal buku guru yang sebelumnya. Saat ini sudah masuk dalam tahap finalisasi. Mari kita tunggu saja kehadirannya. Tapi sebagai guru yang profesional, kita tidak sekedar menunggu. Kita harus terus berusaha agar bisa memahami buku tersebut dengan sebaik-baiknya. Buku siswa dan buku guru tersebut perlu dipelajari, baik dengan belajar secara mandiri atau dengan mengaktifkan kegiatan KKG atau MGMP. Fasilitas internet yang sudah semakin luas juga perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya. Penulis bahkan sudah memfasilitasi para guru dan bahkan siswa untuk belajar matematika dan pembelajarannya dalam forum facebook group yang penulis beri nama Pusat Pengembangan Pendidikan Matematika Sekolah. Fasilitas ini bisa digunakan untuk saling berbagi ide, pengalaman, dan hasil karya dalam pendidikan matematika sekolah. 8 S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m

9 Terkait dengan Pembelajaran dan Penilaian Agar mampu menjalankan pembelajaran sebagaimana diharapkan oleh kurikulum 2013, dalam waktu dekat, pemerintah melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidik dn Tenaga Kependidikan (BPSDM PTK) merencanakan pelatihan kurikulum Pemilihan instruktur nasional, dan guru inti sudah diperbaiki. Harapannya, pelatihan bisa berjalan lebih baik, efektif, dan efisien. Meskipun alokasi waktu pelatihan juga tidak terlalu jauh berbeda, dengan pelatih yang lebih baik, harapannya penguasaan cara membelajarkan matematika seperti dituntutkan dalam kurikulum 2013 bisa lebih baik. Di samping itu, melalui Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar mengembangkan suatu program yang disebut dengan program Bimbingan Teknis Peningkatan Mutu Pembelajaran. Program ini dimaksudkan sebagai pelengkap dari apa yang sudah dilatihkan oleh BPSDM PTK. Materi yang dilatihkan antara lain: (1) kiat memanfaatkan kebiasaan menerapkan pendekatan saintifik untuk mengembangkan karakter, (2) kiat mengembangkan penugasan yang baik, (3) kiat mengembangkan kemampuan menanya siswa, (4) kiat mendampingi belajar siswa, (5) kiat memanfaatkan TIK (teknologi informasi dan komunikasi) untuk meningkatkan mutu pembelajaran, dan (6) kiat mengembangkan literasi. Sebenarnya materi bimbingan teknis ini tidak hanya sesuai untuk guru sekolah dasar. Materi bimbingan teknis ini juga cocok untuk guru matematika di jenjang sekolah menengah pertama atau di sekolah menengah atas. Materi yang disajikan lebih bersifat esensial, bukan hanya bersifat permukaan. Penugasan merupakan kunci utama dalam pelaksanaan pembelajaran. Apakah menggunakan pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran kontekstual, pembelajaran realistic atau pembelajaran apapun, tugas yang diberikan guru adalah yang utama. Penugasan menentukan pengalaman belajar yang dilalui siswa. Penugasan menentukan kualitas belajar yang dialami siswa. Penugasan yang baik Penugasan yang baik adalah penugasan yang menark dan menantang. Penugasan yang menarik adalah penugasan yang dipersepsi oleh siswa sebagai sesuatu yang memiliki nilai manfaat untuk dikaji. Penugasan yang menarik adalah penugasan yang mungkin sesuai dengan apa yang ingin dimiliki, ingin diketahui lebih jauh oleh siswa. Karena itu, penugasan yang menarik adalah penugasan yang bersifat 9 S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m

10 kontekstual, yaitu penugasan yang disesuaikan dengan konteks pengalaman belajar dan kehidupan siswa. Sementara itu, Penugasan yang menantang adalah penugasan yang tidak terlalu mudah tetapi juga tidak terlau sulit. Siswa mempersepsi bahwa tugas yang diberikan itu terjangkau oleh kemampuannya, tetapi ternyata dia tidak bisa dengan segera mengetahui cara menyelesaikannya. Penugasan yang baik biasanya memberi peluang kepada siswa untuk menggunakan daya kreasi mereka sesuai dengan potensinya masing-masing. Untuk itu, guru bisa saja memberikan tugas yang bersifat open-ended. Sebagai contoh, misalkan kita memberikan tugas kepada siswa sebagai berikut: ada sekumpulan bilangan, yaitu: 15, 20, 23, dan 25. Anak-anak, salah satu bilangan harus saya singkirkan karena kata orang ia tidak cocok dikumpulkan dengan bilangan yang lain. Coba kalian buat pertimbangan tertulis tentang bilangan yang harus saya singkirkan, dan jangan lupa berikan pula alasannya. Tugas ini memberikan peluang kepada siswa untuk memberikan jawaban yang bervariasi. SIswa bisa mengusulkan bilangan 15 karena bilangan yang lainnya memiliki angka puluhan 2. Siswa bisa mengusulkan bilangan 20 karena yang lain adalah bilangan ganjil. Siswa bisa mengusulkan bilangan 23 karena yang lain adalah bilangan kelipatan lima. Terakhir, siswa bisa mengusulkan 25 karena yang lain bukan bilangan kuadrat. Kemampuan Menanya Selanjutnya, salah satu hal penting yang ingin dicapai melalui perubahan kurikulum ini adalah dikembangkannya kemampuan siswa menanya (baca: mempertanyakan). Kurikulum 2013 mengharapkan agar siswa menjadi pribadi yang curious, selalu ingin tahu. Guru harus mendorong siswa mau dan mampu menanya, terutama mengajukan pertanyaan yang bersifat investigatif (pertanyaan yang mendorong orang yang ditanya untuk melakukan eksplorasi terlebih dahulu sebelum menjawabnya). Cara yang bisa dilakukan antara lain dengan membiasakan hal-hal berikut: Questioning Breakfast. Sarapan pagi menanya. Setiap pagi, sebelum dimulai pelajaran, siswa diminta untuk menuliskan pertanyaan. Guru bisa mengondisikan agar pertanyaan yang dibuat siswa sesuai dengan tema dan KD yang sedang dibahas. 10 S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m

11 Questioning Appraisal. Pemberian penghargaan kepada siswa yang memiliki kuantitas dan kualitas pertanyaan investigatif yang baik. Dengan begitu, siswa mempersepsi kegiatan menanya sebagai suatu kegiatan yang bermanfaat, Completing What if or What if not questions. Siswa diberi tugas untuk melengkapi pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata What i yang berarti Bagaimana kalau atau kata What if not yang berarti bagaimana kalau tidak. Words in a question. Siswa diberi beberapa kata atau rangkaian kata, dan mereka diminta untuk membuat kalimat yang memuat kata-kata tersebut. Ketika seorang siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, siswa perlu didampingi. Guru perlu memantau kemajuan belajar yang telah dicapai. Guru perlu memantapkan pemahaman siswa terhadap apa yang dikerjakan dan dihasilkan dengan mempertanyakan proses dan hasil kerjanya. Guru perlu memberikan umpan balik kepada siswa agar siswa juga berhasil memahami dengan baik materi yang dipelajarinya. Guru perlu mendorong siswa untuk mengembangkan potensi kreatifnya sehingga siswa belajar secara optimal. Karena itu, guru perlu belajar bagaimana mendampingi belajar siswanya secara lebih baik. Guru sangat disarankan untuk tidak duduk ketika siswanya sedang bekerja. Guru justru harus berada di samping dan memotivasi siswa belajar (ing madya mangun karso). Guru memantau apa yang telah dikerjakan siswa, mempertanyakan asal usul pekerjaan siswa tersebut, meminta mereka memeriksa kembali kebenaran dari arah pekerjaan, proses, dan hasilnya, serta memberikan petunjuk singkat tentang apa yang mungkin bisa dikembangkan lebih jauh. Kiat memanfaatkan kebiasaan belajar dengan pendekatan saintifik juga memberi kesempatan kepada guru untuk mendorong terbentuknya karakter sebagaimana diharapkan dalam kompetensi inti 1 dan 2. Ketika siswa mengamati, kalau siswa dibiasakan untuk mencatat hasil pengamatannya dengan jujur, maka karakter jujur lama kelamaan akan terbentuk. Ketika siswa dibiasakan untuk jeli dan cermat dalam menggali informasi lebih jauh, karakter jeli dan cermat juga akan terbentuk. Ketika siswa dibiasakan untuk santun dalam mengomunikasikan ide dan mendengarkan orang lain mengomunikasikan idenya, maka karakter santun pun akan terbentuk dengan sendirinya. Jadi, bimbingan teknis yang dirancang oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar ini penting sekali. Guru perlu mendapatkan bimbingan teknis agar pelaksanaan kurikulum 2013 berjalan lebih baik. Sayangnya, tidak semua dinas pendidikan 11 S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m

12 tingkat kabupaten/kota menganggarkan pelaksanaan bimbingan teknis ini. Untungnya, bahan workshop ada bisa digunakan secara langsung oleh guru-guru di KKG atau MGMP umumnya, atau bahkan di KKG dan MGMP tingkat sekolah. Di dalam forum tersebut, guru bisa saling belajar, saling membantu dalam mengembangkan tugas proyek dalam pembelajaran berbasis proyek atau mengembangkan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah. Mendiskusikan tugas yang bersifat ill structured yang memerlukan interdisciplinary approach bersama guru-guru bidang studi lain, mengidentifikasi dan merancang sumber dan bahan ajar yang diperlukan, menyusun skedul atau jadwal pelaksanaan kegiatan pengembangan proyek atau kegiatna pemecahan masalahnya, mengidentifikasi jenis bantuan yang perlu diberikan, dan lain-lain akan dapat diidentifikasi lebih baik. Guru perlu duduk bersama menyusun proyek atau masalah yang akan diselesaikan dengan pembelajaran berbasis proyek atau pembelajaran berbasis masalah. SIMPULAN Dari uraian di atas, menurut penulis, ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan penerapan kurikulum Beberapa hal tersebut antara lain adalah: 1. Mari kita tunggu buku siswa dan buku guru yang sedang diperbaiki oleh pemerintah, dan sikapi itu semua secara professional. Mari kita kaji secara lengkap dan siapkan diri kita untuk tidak mengajarkan halaman demi halaman. 2. Mari kita ikuti pelatihan tentang penerapan kurikulum 2013 dengan sungguhsungguh. Pahami materi itu dengan baik, dan mari kita hidupkan kegiatan KKG atau MGMP, baik KKG dan MGMP lintas sekolah, maupun KKG dan MGMP tingkat sekolah. Mari kita gunakan juga fasilitas internet yang terbuka luas. 3. Mungkin kita perlu memiliki bahan workshop bimbingan teknis dari direktorat pembinaan sekolah dasar yang telah dikembangkan dan kita manfaatkan untuk mengadakan workshop secara swadana di tempat kita masing-masing bertugas. Semoga apa yang bisa disampaikan saat ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua. 12 S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m

13 BAHAN BACAAN Kemdikbud, Matematika Kelas 7: Buku Siswa. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Kemdikbud, Matematika Kelas 7: Buku Pegangan Guru. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Kemdikbud, Konsep Bimbingan Teknis Peningkatan Mutu Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar 13 S e m i n a r N a s i o n a l : S o l u s i P r o b l e m a t i k a I m p l e m e n t a s i K u r i k u l u m

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Berdasarkan : Permendikbud no. 22/2016 Tentang Standar Proses endidikan Dasar &

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini masuk pada era globalisasi yang menuntut adanya perubahan di segala bidang, termasuk bidang pendidikan. Perubahan dalam bidang pendidikan dilakukan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Beberapa penerapan pola peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Beberapa penerapan pola peningkatan kualitas pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah agen untuk menciptakan generasi yang berkarakter, intelektual, dan berdedikasi tinggi. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan,

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data MAN Purwodadi adalah Madrasah Aliyah Negeri yang terletak di kabupaten Grobogan jawa tengah, tepatnya di jalan diponegoro no. 22 Purwodadi. Sekolah tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) Pasal 37 ditegaskan bahwa mata pelajaran matematika merupakan salah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERENCANAAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SD BERBASIS BUDAYA LOKAL. Oleh Supartinah, M.Hum.

PENGEMBANGAN PERENCANAAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SD BERBASIS BUDAYA LOKAL. Oleh Supartinah, M.Hum. PENGEMBANGAN PERENCANAAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SD BERBASIS BUDAYA LOKAL Oleh Supartinah, M.Hum. supartinah@uny.ac.id Pendahuluan Budaya dapat diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang dimaksud adalah peserta didik sebagai ouput pendidikan. Dengan SDM

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BACKWARD DESIGN DALAM MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA YANG BERNUANSA OBSERVATION- BASED LEARNING

PENGGUNAAN BACKWARD DESIGN DALAM MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA YANG BERNUANSA OBSERVATION- BASED LEARNING PENGGUNAAN BACKWARD DESIGN DALAM MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA YANG BERNUANSA OBSERVATION- BASED LEARNING ABDUR RAHMAN AS ARI 1 Jurusan Matematika, FMIPA Universitas Negeri Malang, ar.asari@yahoo.com

Lebih terperinci

PERSPEKTIF GLOBAL TENTANG KURIKULUM 2013 SECARA UMUM, DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SECARA KHUSUS

PERSPEKTIF GLOBAL TENTANG KURIKULUM 2013 SECARA UMUM, DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SECARA KHUSUS PERSPEKTIF GLOBAL TENTANG KURIKULUM 2013 SECARA UMUM, DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SECARA KHUSUS Abdur Rahman As ari Abstrak: Era global menuntut sistem pendidikan nasional mempersiapkan manusia Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang harus terpenuhi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang harus terpenuhi, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang harus terpenuhi, sesuai dengan tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan yang sekaligus merupakan tuntutan kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika juga mempunyai peranan dalam berbagai disiplin ilmu lain,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika juga mempunyai peranan dalam berbagai disiplin ilmu lain, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran. Matematika merupakan pelajaran penting diberikan sejak dini

Lebih terperinci

EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP. Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP

EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP. Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP Mekanisme Pengembangan RPP 1. Perencanaan Tahap pertama dalam pembelajaran yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013

PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013 PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013 Oleh: Dr. Widarto, M.Pd. DISAMPAIKAN PADA PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG) GELOMBANG 4 TAHUN 2014 DI LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 BALONGAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 BALONGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI BALONGAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Kode. Dok PBM.0 Edisi/Revisi A/0 Tanggal 7 Juli 207 Halaman dari RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Lebih terperinci

OLIMPIADE MATEMATIKA DAN IPA SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH

OLIMPIADE MATEMATIKA DAN IPA SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH OLIMPIADE MATEMATIKA DAN IPA SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH Disajikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut di PPPG Matematika, 6 s.d. 19 Agustus 2004 Oleh Wiworo, S.Si., M.M.

Lebih terperinci

KURIKULUM Perangkat Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMA 6 : ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN. Kelas / Semester : V / 2

KURIKULUM Perangkat Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMA 6 : ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN. Kelas / Semester : V / 2 KURIKULUM 2013 Perangkat Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMA 6 : ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN Nama Sekolah : SDN MANUKAN KULON Kelas / Semester : V / 2 Nama Guru NIP / NIK : EKO BUDIYONO

Lebih terperinci

PANDUAN PENGEMBANGAN RPP

PANDUAN PENGEMBANGAN RPP PANDUAN PENGEMBANGAN RPP 1. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembelajaran. Penilaian Pembelajaran. Proses Pembelajaran. Gambar 1.1 Komponen Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembelajaran. Penilaian Pembelajaran. Proses Pembelajaran. Gambar 1.1 Komponen Pembelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran menurut Oemar Hamalik (Hernawan, 2007, hlm.3) adalah prosedur dan metode yang ditempuh oleh pengajar untuk memberikan kemudahan bagi peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran matematika, idealnya siswa dibiasakan memperoleh pemahaman melalui pengalaman dan pengetahuan yang dikembangkan oleh siswa sesuai perkembangan

Lebih terperinci

Penelitian Tindakan Kelas. Oleh : Diana Rahmawati, M.Si

Penelitian Tindakan Kelas. Oleh : Diana Rahmawati, M.Si Penelitian Tindakan Kelas Oleh : Diana Rahmawati, M.Si A. Pentingnya Penelitian Tindakan kelas Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan didalam

Lebih terperinci

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG (Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG UPT SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) KABUPATEN BANDUNG 2017 DESAIN PEMBELAJARAN Oleh: Yaya Sukarya,

Lebih terperinci

PEDOMAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

PEDOMAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2014 TENTANG PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tersebut akan diuraikan sebagai berikut. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A.1 Hasil Uji Validitas Validitas LKS ini dilakukan pada tiga bagian, yakni validitas materi, validitas konstruksi dan validitas bahasa. Adapun hasil validasi

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN BER-TEAM PADA KURIKULUM 2013 DI SMK. Oleh : Sri Karyono

STRATEGI PEMBELAJARAN BER-TEAM PADA KURIKULUM 2013 DI SMK. Oleh : Sri Karyono STRATEGI PEMBELAJARAN BER-TEAM PADA KURIKULUM 2013 DI SMK Oleh : Sri Karyono A. PENDAHULUAN Keberhasilan Implementasi Kurikulum 2013 te rutama di SMK menuntut peran guru yang optimal. Pembelajaran dan

Lebih terperinci

KAJIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA (HASIL TAHAPAN PLAN SUATU KEGIATAN LESSON STUDY MGMP SMA)

KAJIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA (HASIL TAHAPAN PLAN SUATU KEGIATAN LESSON STUDY MGMP SMA) KAJIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA (HASIL TAHAPAN PLAN SUATU KEGIATAN LESSON STUDY MGMP SMA) Tri Hapsari Utami Abstract: This article discusses a design of mathematics learning at what

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DALAM KEGIATAN LESSON STUDY

PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DALAM KEGIATAN LESSON STUDY PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DALAM KEGIATAN LESSON STUDY Erry Hidayanto erryhidayantoum@gmail.com Jurusan Matematika FMIPA UM Abstrak:. Tahap awal Lesson Study adalah plan (perencanaan).

Lebih terperinci

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang berperan penting dalam kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sehingga perkembangan matematika menjadi sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang besar dalam mensukseskan pembangunan bangsa. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang besar dalam mensukseskan pembangunan bangsa. Oleh karena itu, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia, dan memiliki peranan yang besar dalam mensukseskan pembangunan bangsa. Oleh karena itu, pemerintah beserta

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 2011 Perencanaan Mengkaji dan memetakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Ruggiero (1998)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh berbagai pihak. Generasi yang tangguh ditandai dengan terampil. kelompok (Warsono dan Hariyanto, 2012: 1).

BAB I PENDAHULUAN. oleh berbagai pihak. Generasi yang tangguh ditandai dengan terampil. kelompok (Warsono dan Hariyanto, 2012: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembentukan generasi tangguh semakin disadari kepentingannya oleh berbagai pihak. Generasi yang tangguh ditandai dengan terampil memecahkan masalah, bijak

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 Perangkat Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KURIKULUM 2013 Perangkat Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KURIKULUM 2013 Perangkat Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMA 6 : ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN Nama Sekolah : MI IMAMI Kelas / Semester : V / 2 Nama Guru : Alinatul Khusna, S.Pd.I

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : Semester : I/Ganjil Mata Pelajaran : TIK Kelas : XI Desain Grafis Tim Pembimbing : Guru TIK Alokasi Waktu : 8 x 4 menit A. Kompetensi 1. Standar Kompetensi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP... Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : VII/ I. Alokasi Waktu : 2 Pertemuan (5 JP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP... Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : VII/ I. Alokasi Waktu : 2 Pertemuan (5 JP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP... Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : VII/ I Materi Pokok : Bilangan berpangkat Alokasi Waktu : 2 Pertemuan (5 JP) A. Kompetensi Inti. Menghargai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu cara pembentukan kemampuan manusia menggunakan akal pikiran/ rasional mereka sebagai jawaban dalam menghadapi berbagai masalah yang timbul

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika a. Pembelajaran Matematika di SD Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar

BAB I PENDAHULUAN. Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membuka Dan Menutup Pelajaran Guru sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI SMP KELAS VIII

PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI SMP KELAS VIII PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI SMP KELAS VIII Oleh: Nuriah Pembimbing: (I) Sapti Wayuningsih (II) Trianingsih Eni Lestari Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berikut adalah beberapa kesimpulan dari hasil penelitian:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berikut adalah beberapa kesimpulan dari hasil penelitian: 165 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berikut adalah beberapa kesimpulan dari hasil penelitian: 1. Persentase capaian kegiatan MGMP IPA SMP di Kota Bandung termasuk dalam kategori tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena manusia tidak terlepas dari berkomunikasi, Fungsi utama bahasa adalah alat untuk berkomunikasi. Dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 34 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan negara. Hal ini karena pendidikan merupakan proses budaya yang bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

UNIT 6 : KKG DAN MGMP A. Pengelolaan KKG dan MGMP B. Praktik KKG dan MGMP Untuk Meningkatkan PAKEM

UNIT 6 : KKG DAN MGMP A. Pengelolaan KKG dan MGMP B. Praktik KKG dan MGMP Untuk Meningkatkan PAKEM UNIT 6 : KKG DAN MGMP A. Pengelolaan KKG dan MGMP B. Praktik KKG dan MGMP Untuk Meningkatkan PAKEM UNIT 6 : KKG DAN MGMP A. Pengelolaan KKG dan MGMP Waktu : 3 jam 45 menit A. Pendahuluan Pada paket pelatihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Menurut UU No. 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Lebih

BAB I PENDAHULUAN. logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah ilmu pengetahuan yang sangat penting. Bukan tanpa alasan matematika diberikan di semua jenjang pendidikan. Dalam standar isi untuk satuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan tentang implementasi Kurikulum 2013 pada pembelajaran menulis teks eksposisi di kelas

Lebih terperinci

ANALISIS MUATAN IPA PADA BUKU TEKS PELAJARAN TEMATIK TERPADU SD KELAS V TEMA 1 SUBTEMA 1 WUJUD BENDA DAN CIRINYA

ANALISIS MUATAN IPA PADA BUKU TEKS PELAJARAN TEMATIK TERPADU SD KELAS V TEMA 1 SUBTEMA 1 WUJUD BENDA DAN CIRINYA ANALISIS MUATAN IPA PADA BUKU TEKS PELAJARAN TEMATIK TERPADU SD KELAS V TEMA 1 SUBTEMA 1 WUJUD BENDA DAN CIRINYA Degi Alrinda Agustina Prodi Pendidikan Dasar Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

2014 MODEL PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH DASAR DI BANDAR LAMPUNG

2014 MODEL PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH DASAR DI BANDAR LAMPUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa internasional yang paling banyak dipelajari dan digunakan dalam berkomunikasi antar bangsa. Ini sesuai dengan peran

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 164 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V ini disajikan sejumlah simpulan dan rekomendasi terkait hasil penelitian tentang analisis implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Angie (Uno : 2009) menyatakan tanpa disadari

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Angie (Uno : 2009) menyatakan tanpa disadari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah telah menetapkan program wajib belajar 9 tahun. Oleh karena itu setiap anak minimum dapat mengenyam pendidikan sampai dengan jenjang pendidikan

Lebih terperinci

AKTIVITAS MAHASISWA MENYUSUN LANGKAH- LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN DALAM RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DI SMP MUHAMMAD BAKRI ABSTRAK Muhammad Bakri. 2016. Aktivitas Mahasiswa Menyusun Langkah-Langkah

Lebih terperinci

Trisona Agustina 1 Febi Sanjaya 2

Trisona Agustina 1 Febi Sanjaya 2 Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek pada Pokok Bahasan Transformasi Ditinjau dari Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa Kelas XI Toi di SMK N 2 Depok Tahun Ajaran 2015/2016 Trisona

Lebih terperinci

PAKET PELATIHAN PENGANTAR SAINS

PAKET PELATIHAN PENGANTAR SAINS PAKET PELATIHAN PENGANTAR SAINS BUKU PANDUAN BAGI PENDAMPING Kabupaten/Kota Gugus Nama Sekolah 1.1 Latar Belakang Pendampingan Menindaklanjuti pelatihan STW yang sudah dilaksanakan di beberapa distrik

Lebih terperinci

DESAIN DAN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SAINTIFIK PROBLEM SOLVING TEORI SEMIKONDUKTOR

DESAIN DAN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SAINTIFIK PROBLEM SOLVING TEORI SEMIKONDUKTOR 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang penting karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara pada kurikulum. Kurikulum dikatakan

Lebih terperinci

RANCANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK / PROJECT BASED LEARNING (PBL) MATA PELAJARAN IPA BAGI SISWA SEKOLAH DASAR PBL IPA SD

RANCANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK / PROJECT BASED LEARNING (PBL) MATA PELAJARAN IPA BAGI SISWA SEKOLAH DASAR PBL IPA SD RANCANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK / PROJECT BASED LEARNING (PBL) MATA PELAJARAN IPA BAGI SISWA SEKOLAH DASAR PBL IPA SD Penulis: Wara Winartiningsih LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN D.I.YOGYAKARTA

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KURIKULUM 2013 Perangkat Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMA 3 : TUGASKU SEHARI-HARI Nama Sekolah : Kelas / Semester : II / 1 Nama Guru NIP / NIK : : RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

Pemahaman Penggunaan Buku Guru dan Buku Siswa Dalam Kurikulum 2013

Pemahaman Penggunaan Buku Guru dan Buku Siswa Dalam Kurikulum 2013 Pemahaman Penggunaan Buku Guru dan Buku Siswa Dalam Kurikulum 2013 BIMBINGAN TEKNIS PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI KEPALA SEKOLAH JENJANG SMP Langkah Kegiatan Pengantar (15 ) Curah Pendapat

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu : SMK NEGERI 41 Jakarta : Matematika : XI/ Ganjil : 8x45 Menit A. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Indikator

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab I yaitu seberapa baik penggunaan pendekatan saintifik dalam rencana

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab I yaitu seberapa baik penggunaan pendekatan saintifik dalam rencana BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas tentang hasil penelitian yang telah diperoleh sekaligus pembahasannya. Hasil penelitian ini menjawab masalah penelitian pada Bab I yaitu seberapa baik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Hasil dari penelitian dan pengembangan adalah modul pembelajaran biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN-SARAN. 1. Kondisi Awal Pembelajaran Sains Biologi di SMP

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN-SARAN. 1. Kondisi Awal Pembelajaran Sains Biologi di SMP BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN-SARAN A. Kesimpulan 1. Kondisi Awal Pembelajaran Sains Biologi di Pada pembukaan pembelajaran, pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui pengetahuan awal dan kaitannya

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN Dalam bab ini diuraikan proses pengembangan model penilaian otentik dalam pembelajaran membaca pemahaman yang telah

Lebih terperinci

Pelaksanaan pembelajaran KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT P2TK PENDIDIKAN DASAR

Pelaksanaan pembelajaran KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT P2TK PENDIDIKAN DASAR Pelaksanaan pembelajaran KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT P2TK PENDIDIKAN DASAR Tujuan Setelah mengikuti kegiatan bimtek, diharapkan para peserta mampu:

Lebih terperinci

PROSIDING: METABOOK ISBN: Penerbit: Asosiasi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Bekerja sama dengan Penerbit Metabook.

PROSIDING: METABOOK ISBN: Penerbit: Asosiasi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Bekerja sama dengan Penerbit Metabook. 835 AKTIVITAS MAHASISWA MENYUSUN LANGKAH- LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN DALAM RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DI SMP MUHAMMAD BAKRI ABSTRAK Muhammad Bakri. 2016. Aktivitas Mahasiswa Menyusun Langkah-Langkah

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah : SMP Negeri 2 Mlati Mata Pelajaran : Matematika Kelas/semester : VII/Satu Alokasi Waktu : 1 pertemuan (2 JP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim disebut dengan proses humanisasi. Proses humanisasi ini tidak diperoleh dengan begitu saja,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil 422 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil penelitian, maka pada bab lima ini dikemukakan tentang simpulan hasil penelitian pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I merupakan bagian pendahuluan dari penelitian. Pada bagian pendahuluan ini, akan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I merupakan bagian pendahuluan dari penelitian. Pada bagian pendahuluan ini, akan BAB I PENDAHULUAN Bab I merupakan bagian pendahuluan dari penelitian. Pada bagian pendahuluan ini, akan diuraikan tentang latar belakang mengapa peneliti tertarik untuk menggunakan model Countenance dari

Lebih terperinci

Lokakarya School Community Tahun 2014 PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MATEMATIKA

Lokakarya School Community Tahun 2014 PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MATEMATIKA Lokakarya School Community Tahun 2014 PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM MATEMATIKA A. Pengantar Sebelum membicarakan mengenai pendekatan ilmiah, perlu dipahami lagi mengenai metode ilmiah. Pada umumnya sesorang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN YULI AMBARWATI Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Berdasarkan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : Kelas / Semester : II / 1 Tema 3 : Tugasku Sehari-Hari Sub Tema 2 : Tugasku Sehari-Hari di Sekolah Pembelajaran Ke : 2 Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan

Lebih terperinci

SEKILAS TENTANG LESSON STUDY

SEKILAS TENTANG LESSON STUDY SEKILAS TENTANG LESSON STUDY Makalah disampaikan pada: Diklat Peningkatan Kualitas Guru MAN Bidang Studi Matematika se Propinsi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta 12 Desember 2006 Oleh Djamilah Bondan Widjajanti,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pendekatan ilmiah atau scientific approach. Dalam implementasi kurikulum

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pendekatan ilmiah atau scientific approach. Dalam implementasi kurikulum 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) Perancangan kurikulum 2013, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ilmiah atau scientific approach. Dalam implementasi kurikulum

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT Maret 2017 Vol. 1, No. 1, Hal.150 PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT Nurul Afifah Rusyda 1), Dwi

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek keterampilan berpikir yang dapat ditumbuhkan pada diri peserta didik pada saat mengikuti proses pembelajaran adalah kemampuan analisis. Kemampuan berpikir

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan II. KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan ada efeknya, akibatnya, pengaruhnya, kesannya, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika berkedudukan sebagai ilmu

Lebih terperinci

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 95 Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : MA NEGERI OLAK KEMANG KOTA JAMBI : Matematika : XI / II (Genap) : Transformasi Geometri : 9 x 45

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi, tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas,

BAB I PENDAHULUAN. meliputi, tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era global saat ini, semua negara berkompetisi untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Kualitas dan tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua jenjang pendidikan mulai tingkat SD, SMP, SMA/SMK, bahkan. menghadapi perkembangan jaman yang semakin maju.

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua jenjang pendidikan mulai tingkat SD, SMP, SMA/SMK, bahkan. menghadapi perkembangan jaman yang semakin maju. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu bidang studi yang memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan jumlah alokasi waktu jam pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berlandaskan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1. Penyebab Sebagian Besar

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1. Penyebab Sebagian Besar 90 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1. Penyebab Sebagian Besar Guru Ekonomi Belum Melakukan PTK Penyebab sebagian

Lebih terperinci

Pembelajaran IPA Biologi Berbasis Scientific Approach Di SMP Muhammadiyah 2 Depok Sleman

Pembelajaran IPA Biologi Berbasis Scientific Approach Di SMP Muhammadiyah 2 Depok Sleman SP-002-008 Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1) 2016: 97-101 Pembelajaran IPA Biologi Berbasis Scientific Approach Di SMP Muhammadiyah 2 Depok Sleman Muhammad Joko Susilo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah komunikasi dalam konteks pedagogi adalah hal yang penting karena ketika proses pembelajaran berlangsung didalamnya terdapat interaksi antara guru dengan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan cerminan, ide, gagasan, sikap, nilai dan ideologi penggunanya. Bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia. Bahasa berperan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : Kelas / Semester : II / 1 Tema 3 : Tugasku Sehari-Hari Sub Tema 3 : Tugasku Sebagai Umat Beragama Pembelajaran Ke : 6 Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET A, PROGRAM PAKET B, DAN PROGRAM PAKET C DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan paradigma pembelajaran matematika di adaptasi dalam kurikulum di Indonesia terutama mulai dalam Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum 2006 serta pada kurikulum

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan Kelas / Semester Mata Pelajaran Program Pokok Bahasan Alokasi Waktu : Sekolah Menengah Atas : X / 2 (dua) : Matematika : Peminatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberikan teladan terhadap guru SD Negeri 71/1 Kembang Seri Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberikan teladan terhadap guru SD Negeri 71/1 Kembang Seri Kabupaten BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan observasi peran kepemimpinan kepala sekolah dalam memberikan teladan terhadap guru SD Negeri 71/1 Kembang Seri Kabupaten Batang Hari,

Lebih terperinci

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 1 Penegasan Istilah Istilah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan terutama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai sekolah tingkat tinggi. Menurut Widiharto (2004: 1) tujuan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembelajaran kimia yang kreatif dan inovatif, Hidayati (2012: 4).

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembelajaran kimia yang kreatif dan inovatif, Hidayati (2012: 4). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk menciptakan pembelajaran kimia yang diharapkan dapat memenuhi standar pendidikan Nasional maka diperlukan laboratorium yang mendukung terciptanya pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Benyamin S. Bloom (dalam Siti, 2008 : 9) siswa dikatakan memahami

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Benyamin S. Bloom (dalam Siti, 2008 : 9) siswa dikatakan memahami 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pemahaman Konsep Menurut Benyamin S. Bloom (dalam Siti, 2008 : 9) siswa dikatakan memahami sesuatu apabila siswa tersebut mengerti tentang sesuatu itu tetapi tahap mengertinya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi

Lebih terperinci