SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Program Studi Pendidikan Matematika

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Program Studi Pendidikan Matematika"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA KELAS C ANGKATAN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika Disusun oleh : Chatarina Krisella Wibawaningrum NIM : PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2020

2 HALAMAN MOTTO Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinganmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur (Filipi 4 : 6 7) Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum (Amsal 11 : 24 25) Karena itu janganlah kamu kuatir akan hari esok, karenaa hari esok memiliki kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari (Matius 6 : 34) Bermimpilah seakan kau akan hidup selamanya. Hiduplah seakan kau akan mati hari ini (James Dean) Aku memilih untuk membuat sisa hidupku menjadi yang terbaik dalam hidupku (Louise Hay) Jumlah waktu setiap orang itu sama, yang membedakan adalah bagaimana cara kita menggunakannya (Jerome Polin) iv

3 HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh syukur, kupersembahkan skripsi ini untuk : Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas segala berkat dan limpahan kasih-nya dalam hidupku. Ayah saya Theodorus Bowo Pribadi dan Ibu saya Theresia Rini Kristiani yang senantiasa membimbing, mendoakan, menyayangi dan menasehatiku hingga saat ini. Kakak saya Cyrilus Yoga Priatama yang selalu memberikan motivasi dan inspirasi bagi saya. Kedua adik saya Ignatius Yogi Priambodo dan Yohanes Kristianto Wibowo yang selalu memberikan semangat kepada saya. Pakdhe saya Romo Ignatius Heru Wihardono, Pr dan Om saya Romo Antonius Budi Wihandono, Pr yang memberikan motivasi, doa, dan nasehat bagi saya. Seluruh keluarga besar dan teman-teman yang selalu memberikan dukungan kepada saya. Ibu dosen pembimbing skripsi Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd atas segala dukungan, arahan, dan bimbingan selama berproses bersama. Almamaterku, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta v

4 ABSTRAK Wibawaningrum, Chatarina Krisella Pengembangan Desain Pembelajaran Matematika Menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan Model Problem Based Learning Untuk Mahasiswa Pendidikan Matematika Kelas C Angkatan Skripsi. Yogyakarta : Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini merupakan penelitian yang mengembangkan desain pembelajaran tentang prinsip matematika menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model Problem Based Learning pada materi barisan aritmetika dan barisan geometri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur pengembangan desain pembelajaran, mendeskripsikan keterlaksanaan desain pembelajaran, dan mengetahui respon mahasiswa terhadap proses pembelajaran tentang prinsip matematika yang telah dilaksanakan. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma yang mengambil mata kuliah pembelajaran matematika SMA dan SMK di kelas C. Penelitian ini menggunakan prosedur pengembangan Plomp yang meliputi: (1) Fase Investigasi Awal, (2) Fase Desain, (3) Fase Realisasi, (4) Fase Tes, Evaluasi dan Revisi dan (5) Fase Implementasi. Fase implementasi tidak dilakukan secara eksplisit tetapi terpadu dalam pelaksanaan penelitian, yaitu pada saat melakukan uji coba lapangan, karena keterbatasan situasi dan kondisi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes evaluasi, penyebaran angket, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Desain pembelajaran tentang prinsip matematika telah berhasil dikembangkan dengan menggunakan prosedur pengembangan Plomp, 2) Hasil observasi keterlaksanaan uji coba produk memperoleh hasil 96,67% dengan kategori sangat baik. Hasil tes evaluasi mahasiswa menunjukkan bahwa terdapat 4 mahasiswa berada pada kategori tinggi, 12 mahasiswa berada pada kategori sedang, dan 4 mahasiswa berada pada kategori rendah. 3) Hasil angket respon mahasiswa terhadap desain pembelajaran tentang prinsip matematika yang telah dilaksanakan memperoleh hasil 60,042 (dengan interval 20 80) termasuk dalam kategori baik. Mahasiswa merasa terinspirasi dengan pembelajaran yang telah dilaksanakan karena pembelajaran tentang prinsip matematika merupakan hal baru bagi mahasiswa. Kata Kunci: Desain pembelajaran, Paradigma Pedagogi Reflektif, Problem Based Learning, Barisan Aritmetika dan Barisan Geometri viii

5 ABSTRACT Wibawaningrum, Chatarina Krisella Development of Mathematics Learning Design Using Reflective Pedagogical Paradigm with Problem Based Learning Model For Class C Mathematics Education Students Thesis. Yogyakarta : Mathematics Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University. This research is a research that develops learning design about mathematical principles using the Reflective Pedagogy Paradigm with Problem Based Learning model in arithmetic and geometric sequence material. This study aims to determine the learning design development procedures, describe the implementation of learning design, and determine student responses to the learning process about mathematical principles that have been implemented. The subjects of this research were students of Mathematics Education at Sanata Dharma University who took high school and vocational mathematics learning courses in class C. This reasearch uses the Plomp development procedure which includes: (1) Prelimenary investigation, (2) Design, (3) Realization/construction, (4) Test, evaluation, and revision, and (5) Implementation. The implementation phase is not done explicitly but is integrated in the conduct of reserach, that is when conducting field trials, due to limited circumstances and conditions. Data collection techniques used were observation, evaluation tests, questionnaires, and interviews. The result show that: 1) The learning design of mathematical principles was succesfully developed using the Plomp development procedure, 2) The results of observations of the implementation of product trials obtained 96,67% results with very good category. Student evaluation test results show that there are 4 students in the high category, 12 students in the medium category, and 4 students in the low category. 3) The results of the questionnaire responses of students to the learning design of mathematical principles that have been implemented obtained 60,042 results (with intervals of 20 80) included in either category. Students feel inspired by the learning that has been carried out because learning about mathematical principles is a new thing for students. Key words : Learning design, Reflective Pedagogical Paradigm, Problem Based Learning, Arithmetic sequence and Geometry sequence ix

6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii HALAMAN MOTTO... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... vii ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xiii DAFTAR TABEL... xvi DAFTAR GAMBAR... xvii DAFTAR LAMPIRAN... xviii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 9 C. Pembatasan Masalah D. Rumusan Masalah E. Tujuan Penelitian F. Manfaat Penelitian G. Penjelasan Istilah H. Spesifikasi Produk BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Pembelajaran Matematika Prinsip Pada Objek Matematika Paradigma Pedagogi Reflektif Problem Based Learning Penelitian dan Pengembangan Barisan Aritmetika dan Barisan Geometri xiii

7 B. Penelitian yang Relevan C. Kerangka Berpikir BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Setting Penelitian Subjek Penelitian Objek Penelitian Tempat Penelitian Waktu Penelitian C. Design dan Prosedur Pengembangan Fase Investigasi awal Fase Desain Fase realisasi Fase tes, evaluasi, dan revisi D. Teknik Pengumpulan Data Observasi Wawancara Penyebaran Angket Tes Evaluasi / hasil belajar E. Instrumen Penelitian Lembar observasi Pedoman wawancara Angket Soal Tes Evaluasi F. Teknik Analisis Data Analisis data kualitatif Analisis data kuantitatif BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN, DAN KETERBATASAN A. Hasil Penelitian Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan Hasil Penelitian a. Fase Investigasi Awal b. Fase Desain xiv

8 c. Fase Realisasi d. Fase tes, evaluasi, dan revisi B. Pembahasan Pengembangan Desain Pembelajaran Keterlaksanaan Desain Pembelajaran Respon Mahasiswa C. Keterbatasan Penelitian BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xv

9 DAFTAR TABEL Tabel 3. 1 Kisi-kisi Lembar Observasi Tabel 3. 2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Tabel 3. 3 Kisi-kisi Angket Respon Mahasiswa Tabel 3. 4 Kisi-kisi Lembar Tes Evaluasi Tabel 3. 5 Kategori Pengelompokan Mahasiswa Berdasarkan Hasil Tes Evaluasi Tabel 3. 6 Kriteria penskoran keterlaksanaan desain pembelajaran (Riduwan dan Akdon, 2009) Tabel 3. 7 Kategori Kemampuan Mahasiswa Berdasarkan Hasil Tes Evaluasi Tabel 3. 8 Kategori Kemampuan Mahasiswa Berdasarkan Hasil Tes Evaluasi Tabel 3. 9 Pedoman Penskoran Angket Respon Mahasiswa Tabel Pedoman Kriteria Angket Respon Tabel 4. 1 Revisi Desain Pembelajaran Tabel 4. 2 Jadwal Pelaksanaan Uji Coba Terbatas Tabel 4. 3 Hasil Observasi Keterlaksanaan Desain Pembelajaran Tabel 4. 4 Persentase Keterlaksanaan Desain Pembelajaran Prinsip Tabel 4. 5 Penilaian Tes Evaluasi Tabel 4. 6 Hasil Analisis Tes Evaluasi Tabel 4. 7 Presentase Mahasiswa yang Termasuk dalam Kategori Tinggi, Sedang, dan Rendah Tabel 4. 8 Banyak Mahasiswa dalam Kategori Tinggi, Sedang, dan Rendah Tabel 4. 9 Hasil Angket Respon Mahasiswa xvi

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. 1 Hasil Pekerjaan S1 (Sumber : Hardiyanti, 2016)... 4 Gambar 1. 2 Hasil Pekerjaan S3 (Sumber : Hardiyanti, 2016)... 4 Gambar 3. 1 Diagram Model Plomp (Sumber: Rochmad, 2012) Gambar 3. 2 Modifikasi Model Pengembangan Plomp Gambar 4. 3 Mahasiswa berdiskusi menyelesaikan permasalahan yang diberikan Gambar 4. 4 Mahasiswa mempresentasikan hasil diskusinya Gambar 4. 5 Mahasiswa menuliskan hasil refleksi Gambar 4. 1 Hasil Pekerjaan S Gambar 4. 2 Hasil Pekerjaan S xvii

11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil Scanning Lembar Validasi Instrumen Observasi Lampiran 2 Hasil Scanning Lembar Validasi Instrumen Pedoman Wawancara 139 Lampiran 3 Hasil Scanning Lembar Validasi Angket (Validator 1) Lampiran 4 Hasil Scanning Lembar Validasi Angket (Validator 2) Lampiran 5 Validitas Tes Evaluasi Lampiran 6 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran (Observer 1) Lampiran 7 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran (Observer 2) Lampiran 8 Hasil Tes Evaluasi Lampiran 9 Hasil Penghitungan Angket Respon Mahasiswa Lampiran 10 Hasil Wawancara dengan Subjek M Lampiran 11 Hasil Wawancara dengan Subjek M Lampiran 12 Hasil Wawancara dengan Subjek M Lampiran 13 Hasil Wawancara dengan Subjek M Lampiran 14 Hasil Wawancara dengan Subjek M Lampiran 15 Hasil Wawancara dengan Subjek M Lampiran 16 Desain Pembelajaran Pertemuan I Lampiran 17 Desain Pembelajaran Pertemuan II xviii

12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut UU Sisdiknas tahun 2003 pasal 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Perkembangan pendidikan di Indonesia, tidak lepas dari adanya perkembangan teknologi digital di era Industri 4.0 saat ini. Perubahan era ini tidak dapat dihindari oleh siapapun sehingga dibutuhkan penyiapan sumber daya manusia yang memadai, khususnya dalam bidang pendidikan. Menurut Lase (2019), keberhasilan suatu Negara dalam menghadapi revolusi industri 4.0 turut ditentukan oleh kualitas dari pendidik seperti guru. Oleh karena itu, pembelajaran abad 21 merupakan tantangan bagi pendidik, dimana pendidik dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan dan kemampuan berpikir siswa. Yulianisa (2010) menyebutkan bahwa kompetensi yang diperlukan di abad 21 yaitu communication (komunikasi), collaboration (kolaborasi), critical thinking and problem solving (berpikir kritis dan memecahkan masalah), cretivity and inovation (kreatif dan inovatif), yang dikenal dengan kompetensi 4C. Oleh sebab itu, peran guru dalam pembelajaran sangatlah penting, yaitu sebagai kunci keberhasilan belajar 1

13 2 peserta didik sehingga mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas. Menurut Priyati dkk (dalam Susilowati 2018) membelajarkan matematika tidak hanya sekedar sebagai sebuah pelajaran tentang fakta-fakta, tetapi harus dapat mengembangkan kemampuan penalaran. Guru tidak hanya memberikan materi untuk dihafal, namun juga sebagai fasilitator siswa dalam menemukan konsep atau prinsip dari materi yang diajarkan. Oleh karena itu, sebagai calon pendidik diharapkan memiliki keterampilan yang lebih terutama dalam pemahaman objek-objek matematika. Begle (dalam Ratumanan, 2016) membagi objek matematika atas fakta, konsep, operasi dan prinsip. Selaras dengan hal tersebut, Bell (dalam Ratunaman, 2016) membedakan objek matematika atas dua jenis yaitu objek langsung dan objek tak langsung. Objek langsung adalah objek matematika itu sendiri, sedangkan objek tidak langsung adalah hal-hal yang akan mengiringi perolehan dari belajar objek langsung seperti transfer belajar, kemampuan menemukan, kemampuan memecahkan masalah, disiplin diri, dan apresiasi terhadap struktur matematika. Objek tak langsung lainnya yang dapat diidentifikasi adalah kemampuan komunikasi matematika, kemampuan penalaran, kemampuan berpiki kritis, dan berpikir kreatif. Objek langsung dari matematika dibagi atas empat kategori, yakni fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip. Pembagian objek langsung matematika menurut Bell tersebut pada dasarnya tidak berbeda dengan pembagian menurut Begle. Berdasarkan penelitian dari Ratumanan dan Laurens (2016), tingkat penguasaan objek matematika lulusan SMA di provinsi Maluku masih tergolong sangat rendah.

14 3 Berdasarkan penelitian tersebut, tingkat penguasaan konsep matematika memperoleh skor 31,61 tingkat penguasaan operasi matematika memperoleh skor 27,02 sedangkan untuk tingkat penguasaan prinsip matematika hanya memperoleh skor 22,26. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat penguasaan prinsip matematika pada lulusan SMA provinsi Maluku masih tergolong rendah dibandingkan dengan penguasaan konsep dan operasi. Selaras dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Sulistyowati dan Sujadi (2015) menunjukkan bahwa jenis kesalahan yang paling banyak dilakukan siswa kelas VII SMP Negeri 2 Mlati Kabupaten Sleman dalam menyelesaikan soal sudut, luas, dan keliling segitiga adalah kesalahan penerapan konsep dan prinsip matematika, dengan presentase 52,34%. Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan Nur dkk (2018), mengungkapkan bahwa kesalahan prinsip siswa dalam menyelesaikan materi barisan dan deret aritmetika diantaranya kesalahan menuliskan rumus, kesalahan pada proses mensubstitusi dan memperoleh hasil akhir, dan kesalahan dalam menuliskan kesimpulan akhir. Penyebab kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi barisan dan deret aritmetika yaitu kurangnya pemahaman siswa terhadap simbol-simbol dan rumus pada barisan dan deret aritmetika, siswa kurang teliti dalam mengerjakan soal, serta siswa sering tidak memperhatikan prasyarat dalam mengggunakan rumus, teorema, atau definisi. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih banyak ditemukan siswa yang melakukan kesalahan pada bagian prinsip. Selaras dengan hal tersebut, Hardiyanti (2016) melakukan penelitian

15 4 terhadap kesulitan siswa kelas IX SMP dalam menyelesaikan soal pada materi barisan dan deret. Gambar 1. 1 Hasil Pekerjaan S1 (Sumber : Hardiyanti, 2016) Berdasarkan hasil pekerjaan siswa di atas, terlihat bahwa siswa masih salah dalam menentukan rumus suku ke-n dari barisan aritmetika. Siswa hanya memasukkan nilai b dari yang diketahui ke rumus umum suku ke-n tanpa ada langkah untuk menyederhanakan bentuk suku ke-n. Dugaan kesulitan siswa menurut Hardiyanti (2016) tersebut adalah siswa tidak dapat menentukan rumus U n dalam bentuk yang lebih sederhana. Gambar 1. 2 Hasil Pekerjaan S3 (Sumber : Hardiyanti, 2016) Kemudian pada soal barisan geometri, ditemukan kesulitan seperti gambar di atas. Siswa salah dalam menentukan nilai U n dan U 10. Berdasarkan hasil pekerjaan tersebut, siswa mencari suku ke-10 dan ke-n dari barisan geometri menggunakan rumus barisan aritmetika. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa belum paham mengenai konsep dan prinsip dari barisan aritmetika

16 5 dan barisan geometri. Siswa tidak dapat membedakan antara barisan aritmetika dan barisan geometri, sehingga tidak dapat menentukan rumus yang tepat untuk menyelesaikan soal tersebut. Kondisi ini perlu menjadi perhatian khusus bagi mahasiswa calon pendidik, sehingga jika kelak menjadi seorang guru mampu memberikan pembelajaran yang bukan hanya sekedar hafalan, tetapi menekankan kepada proses dan pemahaman yang benar mengenai prinsip matematika. Berdasarkan beberapa permasalahan di atas, menunjukkan bahwa menjadi seorang pendidik tidaklah mudah, karena dibutuhkan kompetensi pendidik abad 21 yang mampu berinovasi dalam pembelajaran, salah satunya adalah pembelajaran yang menekankan pada pemahaman objek-objek matematika khususnya prinsip. Selain itu, berdasarkan penelitian dari Hartanto (2016), tidak semua mahasiswa yang mengambil jurusan pendidikan murni ingin menjadi seorang guru. Faktor sebagai batu loncatan, paksaan, salah memilih, dan sebagainya menjadi alasan bagi mereka yang tidak berminat menjadi guru. Hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat kompetensi pendidik yang diharapkan, karena guru yang memiliki komitmen yang rendah biasanya kurang memberikan perhatian kepada murid, demikian pula waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang tidak maksimal. Peneliti melakukan penyebaran angket kepada seluruh mahasiswa pendidikan matematika angkatan 2017, untuk melihat latar belakang mahasiswa serta minat mahasiswa menjadi seorang guru. Berdasarkan dari data penyebaran angket tersebut, diketahui bahwa presentase keinginan mahasiswa di kelas C

17 6 untuk menjadi seorang guru masih rendah dibandingkan dengan kelas lainnya, yaitu hanya sebesar 55%. Untuk itu, peneliti memilih mahasiswa kelas C yang mengambil mata kuliah pembelajaran matematika SMA dan SMK sebagai subjek penelitian untuk menerapkan desain pembelajaran yang lebih mengutamakan pada objek-objek matematika khususnya prinsip. Kemudian, berdasarkan hasil pengamatan dari simulasi pembelajaran prinsip yang telah dilaksanakan oleh mahasiswa program studi pendidikan matematika angkatan 2017 kelas C, masih ada beberapa kegiatan yang kurang dalam menekankan prinsip dari materi yang sedang diajarkan. Simulasi pembelajaran dilakukan seperti halnya pembelajaran microteaching, jadi ada beberapa kelompok mahasiswa yang bertindak menjadi seorang guru dan ada yang bertindak menjadi seorang siswa. Mahasiswa yang bertindak menjadi seorang guru disebut sebagai mahasiswa praktikan. Pada saat simulasi pembelajaran, mahasiswa praktikan masih cenderung memberikan soal-soal yang menekankan pada keterampilan peserta didik dalam menyelesaikan soal, belum menekankan pada pemahaman prinsip dari materi yang sedang diajarkan. Selain itu, beberapa mahasiswa masih kurang dalam pemanfaatan media pembelajaran seperti alat peraga, sehingga kegiatan pembelajaran terkesan monoton dan seperti menggunakan metode ceramah. Kemudian mahasiswa praktikan juga kurang memotivasi siswa, sehingga pembelajaran matematika menjadi kurang menarik. Mahasiswa praktikan langsung menggunakan simbol-simbol tertentu tanpa adanya penjelasan atau perjanjian dari simbol-simbol yang digunakan. Tentu saja apabila kondisi ini dibiarkan secara terus menerus akan berakibat

18 7 pada rendahnya tingkat kompetensi pendidik dan rendahnya pemahaman siswa terhadap objek matematika khususnya prinsip. Menurut Andar dan Ikman (2016), seorang siswa dinyatakan telah mampu memahami suatu prinsip jika siswa tersebut ingat rumus atau prinsip yang bersesuaian, memahami seberapa konsep yang digunakan serta lambang atau notasinya, dan dapat menggunakan rumus atau prinsip yang bersesuaian pada situasi yang tepat. Mendapati keadaan tersebut, tentu saja diperlukan solusi agar terjadi peningkatan dalam hal pembelajaran prinsip matematika pada materi SMA. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin mengembangkan desain pembelajaran tentang prinsip matematika pada materi barisan yang dikhususkan pada barisan aritmetika dan barisan geometri, agar dapat dijadikan sebagai gambaran dan inspirasi bagi mahasiswa calon pendidik untuk merancang suatu pembelajaran prinsip, sehingga kompetensi pendidik dan pemahaman siswa mengenai objek-objek matematika dapat meningkat. Salah satu hal yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan pada materi tersebut adalah siswa belum dapat menyelesaikan hal-hal yang bersifat abstrak. Oleh sebab itu, dalam proses pembelajaran diperlukan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan dapat membantu atau memfasilitasi siswa untuk menghubungkan materi pelajaran yang sekiranya masih abstrak dengan hal-hal nyata dalam kehidupan sehari-hari. Menurut hasil penelitian dari Lestari dkk (2018), menunjukkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) lebih efektif untuk meningkatkan pemahaman relasional mahasiswa. Menurut Skemp (dalam Syarifah, 2017) pemahaman relasional

19 8 merupakan kemampuan untuk menggunakan aturan matematis beserta alasan penggunaannya. Berdasarkan uraian diatas, maka model pembelajaran yang dirasa tepat adalah model Problem Based Learning (PBL). Selain model pembelajaran yang tepat, diperlukan pula pendekatan yang tepat agar siswa dapat lebih mudah dalam memahami konsep-konsep matematika, sehingga siswa menjadi lebih tertarik untuk mempelajari matematika dan mendapatkan makna dalam proses pembelajarannya. Oleh sebab itu, pendekatan yang dirasa tepat adalah pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Tujuan utama dari PPR adalah menciptakan manusia-manusia muda yang sungguh unggul dan berkarakter secara manusiawi. Menurut Suparno (dalam Pratini, 2016) pembelajaran dengan paradigma pedagogi reflektif terdapat 5 tahapan, yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi. Proses pembelajaran dirancang sedemikan rupa dengan mengembangkan aspek competence (kompetensi), conscience (hati nurani), dan compassion (bela rasa) sehingga menuntun mahasiswa untuk mengalami sendiri segala hal yang dipelajari (jika ada keterkaitan antara ilmu yang dipelajari mahasiswa dengan situasi kehidupan yang nyata dalam kesehariannya). Penerapan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ini diharapkan agar mahasiswa mampu merefleksikan pengalaman belajar yang diberikan dan selanjutnya melakukan aksi nyata Selain pendekatan dan model pembelajaran, peneliti juga memilih model pengembangan yang dirasa tepat, yaitu model pengembangan Plomp. Model ini memiliki langkah-langkah yang sederhana dan terdapat proses pengembangan pada setiap langkahnya. Model Plomp yang digunakan untuk

20 9 mengembangkan desain pembelajaran dalam penelitian ini adalah model Plomp, yang terdiri dari fase investigasi awal (prelimenary investigation), fase desain (design), fase realisasi/konstruksi (realization/construction), fase tes, evaluasi dan revisi (test, evaluation and revision), dan fase implementasi (implementation). Pada penelitian ini, fase implementasi tidak dilakukan, karena keterbatasan waktu dan kondisi. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis membuat judul Pengembangan Desain Pembelajaran Matematika Menggunakan Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan Model Problem Based Learning untuk Mahasiswa Pendidikan Matematika Kelas C Angkatan Penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan atau meningkatkan kemampuan atau pemahaman calon pendidik dalam menciptakan proses pembelajaran yang menekankan pada pemahaman prinsip peserta didik. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Masih banyak ditemukan siswa yang melakukan kesalahan pada bagian prinsip matematika. 2. Berdasarkan simulasi pembelajaran yang dilakukan oleh mahasiswa pendidikan matematika yang mengambil mata kuliah pembelajaran matematika SMA dan SMK, mahasiswa yang bertindak sebagai pendidik (mahasiswa praktikan) belum memanfaatkan media pembelajaran dengan

21 10 baik, sehingga pembelajaran yang dilakukan cenderung monoton, kurang memotivasi dan seperti menggunakan metode ceramah. 3. Mahasiswa praktikan masih cenderung memberikan soal-soal yang menekankan pada keterampilan peserta didik dalam menyelesaikan soal, belum menekankan pada pemahaman prinsip dari materi yang sedang diajarkan C. Pembatasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Penelitian ini menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model Problem Based Learning, pada mahasiswa angkatan 2017 kelas C Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Kajian dalam penelitian ini hanya terbatas pada pembelajaran prinsip materi barisan aritmetika dan barisan geometri tingkat SMA. D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian singkat diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengembangan desain pembelajaran tentang prinsip matematika menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model Problem Based Learning pada materi barisan aritmetika dan barisan geometri?

22 11 2. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran tentang prinsip matematika menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model Problem Based Learning pada materi barisan aritmetika dan barisan geometri? 3. Bagaimana respon mahasiswa mengenai pembelajaran prinsip matematika menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model Problem Based Learning pada materi barisan aritmetika dan barisan geometri? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui prosedur pengembangan desain pembelajaran tentang prinsip matematika pada materi barisan aritmetika dan barisan geometri menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model Problem Based Learning. 2. Untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran tentang prinsip matematika pada materi barisan aritmetika dan barisan geometri menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model Problem Based Learning. 3. Untuk mendeskripsikan respon mahasiswa mengenai proses pembelajaran tentang prinsip matematika pada barisan aritmetika dan barisan geometri menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model Problem Based Learning.

23 12 F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, pengalaman dan bekal bagi peneliti dalam mengajarkan pemahaman prinsip matematika saat peneliti memasuki dunia kerja sebagai pendidik. 2. Bagi Guru a. Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan dalam perbaikan dan pengambilan tindakan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah. b. Dengan adanya evaluasi, guru diharapkan dapat lebih memahami dan menguasai pembelajaran yang menekankan pada objek-objek matematika khususnya prinsip matematika. c. Guru diharapkan dapat lebih kreatif dalam memilih dan mengembangkan pembelajaran yang selaras dengan kebutuhan siswa. 3. Bagi Mahasiswa Calon Pendidik Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar mahasiswa calon pendidik terutama dalam memahami objek-objek matematika khususnya prinsip. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikna motivasi dan inspirasi bagi mahasiswa calon pendidik dalam menerapkan pembelajaran tentang prinsip matematika menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dan model Problem Based Learning.

24 13 G. Penjelasan Istilah Adapun penjelasan istilah penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Penelitian dan Pengembangan (R&D) Penelitian dan pengembangan (Research and Development) adalah suatu metode penelitian yang menghasilkan suatu produk tertentu serta menguji validitas dan keefektifannya. 2. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang untuk pembangunan makna dan pemahaman yang melibatkan siswa secara aktif, untuk membantu siswa dalam mencapai perubahan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan tentang matematika. 3. Prinsip Matematika Prinsip matematika adalah objek matematika yang didalamnya terdapat hubungan antara objek lain seperti fakta, konsep, maupun keterampilan atau operasi. 4. Pendekatan Pembelajaran Pendekatan pembelajaran adalah sudut pandang atau cara pandang terhadap proses pembelajaran yang masih bersifat umum. 5. Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu rencana dalam merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing kegiatan pembelajaran, yang didalamnya berisi sintaks-sintaks kegiatan yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

25 14 6. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) PPR adalah suatu pola pikir atau sudut pandang dalam proses pembelajaran untuk mendidik siswa menjadi pribadi yang utuh, cerdas dalam kognitif maupun dalam bersikap. 7. Problem Based Learning (PBL) PBL adalah strategi pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang harus diselesaikan agar siswa dapat melatih kemampuan dalam berpikir kritis, keterampilan pemecahan masalah, dan memperoleh pengetahuan atau konsep dari materi yang sedang dipelajari. 8. Barisan Barisan adalah daftar urutan bilangan yang mempunyai karakteristik atau pola tertentu. 9. Barisan Aritmetika Barisan aritmetika adalah barisan bilangan yang nilai pembeda antara dua suku yang berurutan selalu tetap 10. Barisan Geometri Barisan geometri adalah barisan bilangan yang nilai pembanding antara dua suku yang berurutan selalu tetap

26 15 H. Spesifikasi Produk Dalam penelitian ini, produk yang dihasilkan berupa desain pembelajaran. Berikut adalah penjelasan spesifikasi produk yang dikembangkan oleh peneliti: 1. Desain Pembelajaran Desain pembelajaran dirancang menggunakan paradigma pedagogi reflektif dan mengakomodasi model pembelajaran problem based learning. Desain pembelajaran ini dikhususkan pada pembelajaran prinsip pada materi barisan aritmetika dan barisan geometri. Dalam penelitian ini, komponen dari PPR dan model PBL dikemas dalam 3 tahap kegiatan pembelajaran, yakni pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.

27 16 DESAIN PEMBELAJARAN Mata Kuliah : Pembelajaran Matematika SMA dan SMK Kelas/Semester : C/5 Materi Pokok Alokasi Waktu : Barisan Aritmetika dan Barisan Geometri : 1 70 menit A. Capaian Akhir Pembelajaran B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Competence (Pengetahuan) 2. Conscience (Suara Hati) 3. Compassion (Bela Rasa) C. Tujuan Pembelajaran 1. Competence (Pengetahuan) 2. Conscience (Suara Hati) 3. Compassion (Bela Rasa) D. Materi Pembelajaran E. Metode Pembelajaran F. Media Pembelajaran G. Sumber Belajar H. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Pendahuluan - Konteks 2. Kegiatan Inti (Mengakomodasi model Problem Based Learning) - Pengalaman 3. Kegiatan Penutup - Refleksi - Aksi - Evaluasi I. Penilaian 1. Penilaian Teman Sebaya

28 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Pembelajaran Matematika Slameto (dalam Latif dan Akib, 2016) mendefinisikan pembelajaran matematika adalah suatu proses dalam mengajarkan matematika untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa tentang matematika agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Selaras dengan hal tersebut, Mandasari (2018) menjelaskan bahwa pembelajaran matematika merupakan sarana untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan melalui kegiatan pendidikan yang menggunakan matematika. Berdasarkan pasal 1 butir 20 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran merupakan kegiatan yang terjadi karena adanya interaksi antara pendidik, peserta didik, dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Kemudian, Hudojo (dalam Jumrotun, 2018) pembelajaran matematika merupakan pembelajaran tentang konsep matematika dan mencari hubungan yang ada didalamnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006, pembelajaran matematika bertujuan untuk: 17

29 18 a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam memperlajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang untuk pembangunan makna dan pemahaman yang melibatkan siswa secara aktif, untuk membantu siswa dalam mencapai perubahan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan tentang matematika.

30 19 2. Prinsip Pada Objek Matematika Begle (dalam Ratumanan dan Laurens, 2016) membagi objek matematika atas fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Sedangkan Ruseffendi (dalam Evianti, 2019) mengemukakan bahwa, dalam belajar matematika ada dua objek yang dapat diperoleh siswa yakni objek langsung dan objek tidak langsung. Objek tidak langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah sendiri, bersikap positif terhadap matematika dan tahu bagaimana mestinya belajar. Sedangkan objek langsung adalah objek matematika itu sendiri yang terdiri dari fakta, konsep, prinsip dan keterampilan. Menurut Soedjadi (dalam Evianti dkk, 2019) prinsip merupakan objek matematika yang kompleks. Prinsip dapat terdiri dari fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi ataupun operasi. Sedangkan, Sudjana (dalam Evianti dkk, 2019) mendefinisikan prinsip sebagai pola hubungan fungsional antar konsep, sehingga ditentukan bahwa mempelajari prinsip sama dengan konsep. Selain itu, Riyandiarto dkk (2015) mendefinisikan aturan atau prinsip adalah objek yang bersifat abstrak, berupa sifat-sifat atau teorema. Menurut Andar dan Ikman (2016), seorang siswa dinyatakan telah mampu memahami suatu prinsip jika siswa tersebut: a. Mampu mengingat rumus atau prinsip yang bersesuaian b. Memahami beberapa konsep yang digunakan serta lambang atau notasinya

31 20 c. Dapat menggunakan rumus atau prinsip yang bersesuaian pada situasi yang tepat. Sedangkan menurut Armiati (dalam Evianti dkk, 2019) seseorang dikatakan telah mempelajari prinsip, bila ia dapat mengidentifikasi konsep-konsep yang termuat dalam prinsip, menempatkan konsepkonsep dalam hubungan yang benar antara satu dengan lainnya, dan mengaplikasikan prinsip dalam situasi nyata. Berdasarkan pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa prinsip adalah objek matematika yang didalamnya terdapat hubungan antara objek lain seperti fakta, konsep, maupun keterampilan atau operasi. 3. Paradigma Pedagogi Reflektif Menurut Suparno (dalam Pratini, 2016), paradigma pedagogi reflektif adalah cara dalam mendampingi mahasiswa agar dapat berkembang menjadi pribadi yang kompeten (competence), memiliki hati nurani (conscience), dan memiliki kepedulian (compassion) kepada sesama. Sedangkan menurut Subagya (dalam Printina, 2019) pembelajaran berpola PPR adalah pembelajaran yang menyatukan pembelajaran bidang studi dengan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan. Pembelajaran bidang studi disesuaikan dengan konteks mahasiswa, sedangkan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan ditumbuh-kembangkan melalui dinamika pengalaman, refleksi, dan aksi, serta dikawal dengan evaluasi.

32 21 Kemudian, menurut tim penerbit kanisius (2008) paradigma pedagogi reflektif merupakan pola pikir dalam mengembangkan pribadi siswa menjadi pribadi kristiani/kemanusiaan. Pola pikirnya : dalam membentuk pribadi, siswa diberikan pengalaman akan suatu nilai kemanusiaan, kemudian siswa difasilitasi dengan pertanyaan agar merefleksikan pengalaman tersebut, dan berikutnya difasilitasi dengan pertanyaan aksi agar siswa membuat niat dan berbuat sesuai dengan nilai tersebut. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa PPR adalah suatu pola pikir atau sudut pandang dalam proses pembelajaran untuk mendidik siswa menjadi pribadi yang utuh, cerdas dalam kognitif maupun dalam bersikap. Sudut pandang atau titik tolak terhadap proses pembelajaran ini dapat disebut sebagai pendekatan (Rusman, 2013). Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Menurut Lutvaidah (2015), pendekatan pembelajaran merupakan aktifitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah sudut pandang atau cara pandang terhadap proses pembelajaran yang masih bersifat umum. Setiap pendekatan pembelajaran mempunyai karakteristik yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, sesuai dengan fungsi dan tujuan tiap pendekatan. Pemilihan pendekatan dalam proses pembelajaran tentu harus disesuaikan dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dan tujuan yang akan dicapai dalam perencanaan pembelajaran. Maka dari

33 22 itu, pada penelitian ini Paradigma Pedagogi Reflektif dipandang sebagai suatu pendekatan/sudut pandang mengenai pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga dapat menjadi pribadi yang cerdas dalam kognitif maupun dalam bersikap. Menurut Suparno (dalam Pratini, 2016), pembelajaran dengan paradigma pedagogi reflektif terdapat 5 tahapan, yaitu : konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. a. Konteks Sebagai seorang pendidik, diharapkan mampu untuk mengetahui pengalaman hidup peserta didik, serta harus mengetahui sebanyak mungkin konteks tempat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pendidik perlu memahami latar belakang dari peserta didiknya, misalnya cara hidup keluarga, teman-teman, kebudayaan, ekonomi keluarga, dan banyak hal lain yang berdampak bagi peserta didik. Oleh sebab itu, pendidik harus mampu menciptakan hubungan yang saling terbuka dengan peserta didik, sehingga dapat menumbuhkan sikap saling percaya dan menghargai. Konteks belajar yang perlu diperhatikan salah satunya adalah pengertian, pendapat, dan pemahaman yang telah mereka peroleh melalui pengalaman, studi sebelumnya, maupun lingkungan tempat mereka dibesarkan. Selain itu perasaan, sikap, dan nilai-nilai mengenai mata pelajaran yang akan dipelajari juga merupakan konteks nyata dari proses belajar peserta didik.

34 23 b. Pengalaman Menurut Ignatius (dalam Hartana dkk, 2016) pengalaman berarti mengenyam sesuatu hal dalam batin. Pengalaman tidak melulu tentang pemahaman intelektual saja, namun keseluruhan pribadi, budi, perasaan, dan kemauan masuk dalam pengalaman belajar peserta didik. Seorang pendidik diharapkan mampu menciptakan pembelajaran yang menuntun peserta didik untuk mengalami sendiri kejadian atau kegiatan yang dilakukan oleh setiap individu, sehingga peserta didik mampu untuk lebih memahami materi dan menemukan makna yang mendalam dari materi yang dipelajari. c. Refleksi Refleksi dalam (P3MP-LPM USD, 2012) merupakan proses menuju pada perubahan individu yang dapat mempengaruhi perubahan lingkungan sekitarnya. Melalui proses refleksi, diharapkan peserta didik mampu menangkap arti dan makna dari pengalaman yang telah dilaksanakan, dan menemukan hubungan antara pengetahuan dan kegiatan insani, serta memahami implikasinya dalam kehidupan. d. Aksi P3MP-LPM USD (2012) mengemukakan tindakan (aksi) adalah praktik dalam kehidupan nyata yang merupakan hasil dari memaknai pembelajaran yang telah dilakukan. Menurut Pratini (2016), aksi adalah tindakan yang berupa sikap diri yang berubah menjadi lebih baik maupun tindakan nyata yang dapat dilihat dan dirasakan leh

35 24 orang lain, yang dilakukan sebagai hasil refleksi dari pengalaman belajarnya. e. Evaluasi Evaluasi merupakan proses pengambilan keputusan atas hasil dari pembelajaran yang digunakan untuk menilai atau mengetahui sejauh mana pengetahuan dan keterampilan yang sudah dikuasai oleh peserta didik. Selain itu, kegiatan evaluasi juga digunakan untuk mengetahui apakah ada kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki serta mempertimbangkan tiap-tiap peserta didik apakah memerlukan perbaikan dalam cara belajar mereka. Hal ini dilakukan untuk menilai apakah proses pembelajaran berjalan dengan baik, sehingga aspek-aspek competence (kompetensi), conscience (hati nurani), dan compassion (bela rasa) dapat berkembang. 4. Problem Based Learning Menurut Joyce dan Weil (dalam Rusman, 2010) model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola atau rencana yang digunakan dalam proses pembelajaran dalam merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas agar pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. Sedangkan menurut Trianto (dalam Afandi dkk, 2013), model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

36 25 adalah suatu rencana dalam merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing kegiatan pembelajaran yang didalamnya berisi sintakssintaks kegiatan yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Pada penelitian ini, model pembelajaran yang digunakan adalah model Problem Based Learning (PBL). Model Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang memberikan masalah dalam kehidupan nyata dan harus dipecahkan dengan menerapkan konsep yang telah dipelajari sehingga siswa dapat berpikir tingkat tinggi, mandiri dan terampil dalam memecahkan masalah (Lestari, 2018). Selain itu, menurut Sofyan (2016), Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)..adalah strategi pembelajaran yang menggerakkan siswa..belajar secara aktif memecahkan..masalah yang kompleks dalam..situasi kehidupan sehari-hari. Kemudian menurut Nurhadi (dalam Sofyan, 2016) pembelajaran berbasis masalah (Problembased Learning)..juga merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai..suatu konteks bagi siswa untuk belajar cara berpikir kritis dan..keterampilan pemecahan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan konsep dari materi..yang dipelajari. Selaras dengan hal tersebut, Arends (2012) menyatakan bahwa pembelajaran dengan model problem based learning membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan

37 26 masalah, dan keterampilan intelektualnya, mempelajari peran-peran orang dewasa dengan mengalaminya melalui berbagai situasi riil atau situasi yang disimulasikan dan menjadi siswa yang mandiri dan otonom. Tan Onn Seng (dalam Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, 2018) juga mendefinisikan model pembelajaran berbasis masalah sebagai pembelajaran yang menggunakan kemampuan berpikir kritis dari peserta didik untuk memecahkan suatu permasalahan, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna, relevan, dan kontekstual. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa PBL merupakan strategi pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang harus diselesaikan agar siswa dapat melatih kemampuan dalam berpikir kritis, keterampilan pemecahan masalah, dan memperoleh pengetahuan atau konsep dari materi yang sedang dipelajari. Adapun langkah-langkah PBL menurut Kunandar (dalam Suhendar dan Ekayanti, 2018) adalah sebagai berikut : a. Orientasi peserta didik kepada masalah Mahasiswa diberi suatu masalah sebagai titik awal untuk menemukan atau memahami suatu konsep dari materi yang dipelajari. b. Mengorganisasi peserta didik Langkah ini membiasakan mahasiswa untuk belajar menyelesaikan permasalahan. c. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok

38 27 Langkah ini menuntut mahasiswa untuk belajar bekerja sama dalam kelompok maupun individu untuk menyelidiki permasalahan yang diberikan. d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta memamerkannya Mahasiswa dilatih untuk mengomunikasikan pemecahan masalah yang telah ditemukan. e. Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Langkah ini dapat membiasakan mahasiswa untuk melihat kembali hasil penyelidikan yang telah dilakukan dalam upaya menguatkan pemahaman yang telah diperoleh. 5. Penelitian dan Pengembangan Menurut Borg and Gall (dalam Purnama, 2013) yang dimaksud dengan model..penelitian dan pengembangan adalah usaha untuk memvalidasi dan mengembangkan produk-produk..yang digunakan dalam proses pembelajaran. Sedangkan menurut Sugiyono (2009) metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) adalah metode penelitian yang menghasilkan produk tertentu dan digunakan untuk menguji keefektifan produk tersebut. Selaras dengan hal tersebut, Hanafi (2017) mendefinisikan Research and Development adalah metode penelitian yang menghasilkan produk untuk diuji keefektifan dan validitasnya dalam proses pembelajaran. Dari ketiga pendapat ahli tersebut, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa

39 28 penelitian dan pengembangan (Research and Development) adalah suatu metode penelitian yang menghasilkan suatu produk tertentu serta menguji validitas dan keefektifannya. Pada penelitian ini, model pengembangan yang digunakan adalah model yang dikemukakan oleh Plomp yang disebut model pengembangan Plomp. Model Plomp terdiri dari 5 fase, yaitu fase investigasi awal (prelimenary investigation), fase desain (design), fase realisasi/konstruksi (realization/construction), fase tes, evaluasi dan revisi (test, evaluation and revision), dan implementasi (implementation) (Rochmad, 2012). Uraian penjelasan kegiatan yang terkandung dalam setiap fase disajikan sebagai berikut: a. Fase Investigasi Awal (Prelimenary Investigation) Kegiatan pendahuluan dilakukan pada tahap ini untuk mengetahui informasi atau masalah yang terjadi. Jika masalah yang ditemukan merupakan kondisi ketidakseimbangan antara apa yang terjadi dan situasi yang diinginkan, maka diperlukan penyelidikan yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan tersebut dan menjelaskannya dengan hati-hati. Plomp dan Van de Wolde (dalam Rochmad, 2012) menyatakan kegiatan investigasi merupakan kegiatan untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi, definisi masalah dan rencana lanjutan dari produk yang akan dikembangkan. Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap (1) kondisi siswa yang meliputi: kemampuan, dan kemauan belajar, (2) analisis kurikulum

40 29 yaitu, analisis materi (mengidentifikasi, merinci, dan menyusun konsep secara sistematis untuk pengorganisasian materi pelajaran), dan merumuskan kompetensi dasar dan kriteria kinerja. b. Fase Desain (Design) Kegiatan pada fase ini bertujuan untuk mendesain solusi dari masalah yang ditemukan pada fase investigasi awal. Desain pemecahan masalah nantinya akan menghasilkan rencana kerja atau rencana tertulis, yang akan direalisasikan pada fase realisasi/konstruksi (Arianatasari, 2018). Plomp (dalam Rochmad, 2012) menyatakan karakteristik dalam fase ini adalah generasi dari semua bagian-bagian pemmecahan, membandingkan dan mengevaluasi solusi-solusi yang ditemukan, menghasilkan pilihan desain yang terbaik untuk direalisasikan. c. Fase Realisasi/Konstruksi (Realization/Construction) Fase ini merupakan tahapan dalam proses pengembangan produk. Tahapan ini sebagai lanjutan kegiatan pada tahap perancangan. Pada tahap ini dihasilkan prototipe 1 (awal) sebagai realisasi hasil perancangan model. Kegiatan pada tahap ini adalah pembuatan desain pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya. d. Fase Tes, Evaluasi dan Revisi (Test, Evaluation, and Revision) Solusi yang telah dikembangkan harus diuji dan dievaluasi terlebih dahulu sebelum diuji cobakan. Pada fase ini terdapat kegiatan evaluasi yang merupakan proses pengumpulan dan

41 30 mengalisis informasi secara sistematik untuk memperoleh produk yang layak diuji cobakan. Plomp dan Van den Wolde (dalam Rochmad, 2012) menyatakan bahwa tanpa adanya evaluasi, maka pemecahan masalah atau solusi tidak dapat ditentukan dengan baik. Berdasarkan pada data yang terkumpul dapat ditentukan solusi manakah yang dianggap paling baik untuk digunakan dan manakah yang masih perlu dikembangkan. Ini berarti perlu adanya perbaikan pada kegiatan sebelumnya, yang disebut siklus balik ( feedback cicle). Siklus dilakukan berulang kali hingga solusi yang diinginkan tercapai. Pada tahapan ini dilakukan 2 kegiatan utama, yaitu (1) kegiatan validasi, dan (2) melakukan uji coba lapangan prototipe model hasil validasi. e. Implementasi (Implementation) Setelah dilakukan evaluasi dan diperoleh produk yang valid, praktis, dan efektif; maka produk dapat diimplementasikan untuk wilayah yang lebih luas. Pada penelitian ini, pengembangan hanya dilakukan sampai pada fase tes, evaluasi, dan revisi, fase implementasi tidak dilakukan secara gamblang tetapi terpadu dalam pelaksanaan penelitian, yaitu pada saat melakukan uji coba lapangan desain pembelajaran di lingkup yang menjadi subjek penelitian. Implementasi dalam lingkup yang..lebih luas tidak dilakukan dalam penelitian ini, karena..keterbatasan situasi dan kondisi..pelaksanaan penelitian

42 31 6. Barisan Aritmetika dan Barisan Geometri Barisan bilangan adalah rangkaian bilangan yang disusun menurut aturan atau pola tertentu. Setiap bilangan dalam susunan bilangan tersebut disebut suku. Secara umum, barisan bilangan dapat ditulis sebagai berikut. U 1, U 2, U 3,. U n 1, U n Dengan U 1 merupakan suku ke-1 U 2 merupakan suku ke-2 U 3 merupakan suku ke-3 U n 1 merupakan suku ke- (n 1) U n merupakan suku ke- (n) Barisan Aritmetika Barisan aritmetika adalah barisan bilangan yang beda setiap dua suku yang berurutan sama (Manullang dkk, 2017) Beda, dinotasikan b memenuhi pola berikut. b = U 2 U 1 = U 3 U 2 = U 4 U 1 = = U n U n 1 Berdasarkan definisi di atas, diperoleh bentuk umum barisan aritmetika sebagai berikut. U 1, U 2, U 3, U 4, U 5,., U n Setiap dua suku yang berurutan pada barisan aritmetika memiliki beda yang sama, maka diperoleh :

43 32 Barisan Aritmetika merupakan suatu barisan bilangan U 1, U 2, U 3,. U n jika selisih dua suku berurutan U n+1 U n adalah suatu bilangan konstanta (tetap) yang disebut dengan beda. Sehingga b = U 2 U 1 = U 3 U 2 = U n U n 1 U 1 = a U 2 = U b U 3 = U 2 + b = U b U 4 = U 3 + b = U b U 5 = U 4 + b = U b... U n = U 1 + (n 1)b Jika U 1, U 2, U 3, U 4, U 5,., U n merupakan suku-suku barisan aritmetika. Suku ke-n barisan tersebut dinyatakan sebagai berikut: U n = U 1 + (n 1)b a = U 1 = suku pertama barisan aritmetika, b = beda barisan aritmetika Contoh Soal : Pada bulan Januari 2017, Pak Anggoro menabung di bank sebesar Rp ,00. Pada bulan berikutnya Pak Anggoro menabung lagi sebesar Rp ,00; Rp ,00; Rp ,00; demikian seterusnya sampai bulan Desember Berapa besar Pak Anggoro menabung pada bulan Juli dan Desember? Jawab :

44 33 Uang yang di tabung Pak Anggoro pada bulan Januari, Februari, Maret, April, sampai bulan Desember dapat disajikan dalam daftar berikut. Januari Rp ,00 = U 1 Februari Rp ,00 = U 2 Maret Rp ,00 = U 3 April Rp ,00 = U 4 Mei... = U 5 Juni... = U 6 Juli... = U 7 Agustus... = U 8 September... = U 9 Oktober... = U 10 November... = U 11 Desember... = U 12 Dari daftar menunjukkan bahwa karakteristik masalah berkaitan dengan model matematika yang berbentuk barisan Aritmetika dengan suku pertama dan beda sebagai berikut. a = Rp ,00 b = U 2 U 1 = Rp ,00 Rp ,00 = Rp ,00 Bulan Juli berarti suku ke-7 dan bulan Desember berarti suku ke-12 U n = a + (n 1)b U 7 = Rp ,00 + (7 1) Rp ,00 = Rp ,00 + (6) Rp ,00

45 34 = Rp Rp ,00 = Rp ,00 U 12 = Rp ,00 + (12 1) Rp ,00 = Rp ,00 + (11) Rp ,00 = Rp Rp ,00 = Rp ,00 Jadi, besar Pak Anggoro menabung pada bulan Juli dan Desember adalah Rp ,00 dan Rp ,00 Barisan Geometri Barisan geometri adalah barisan bilangan yang nilai pembanding (rasio) antara dua suku yang berurutan selalu tetap (Manullang, 2017) Rasio, dinotasikan r merupakan nilai perbandingan dua suku berdekatan. Nilai r dinyatakan: r = U 2 U 1 = U 3 U 2 = U 4 U 3 = = U n U n 1 Jika U 1, U 2, U 3,. U n merupakan susunan suku-suku barisan geometri, dengan U 1 = a dan r = rasio, maka suku ke-n dinyatakan U n = ar n 1 n adalah bilangan asli Contoh Soal : Selembar kertas dipotong menjadi dua bagian. Setiap bagian dipotong menjadi dua dan seterusnya. Jumlah potongan kertas pada potongan kelima adalah?

46 35 Pembahasan : Diketahui : a = 1 r = 2 Ditanya : U 5? Jawab : U n = ar n 1 U 5 = U 5 = U 5 = 16 Jadi, jumlah potongan kerta pada potongan kelima adalah 16 B. Penelitian yang Relevan Berikut ini adalah beberapa jurnal yang berkaitan dengan pengembangan pembelajaran prinsip menggunakan pendekatan PPR dan model pembelajaran PBL : 1. Penelitian yang berjudul Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir oleh Prayitno (2018). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa penerapan pembelajaran barisan dan deret bilangan melalui metode problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX E SMP Negeri 1 Kalidawir Tulungagung dan dapat mempermudah siswa dalam menyelesaikan persoalan barisan dan deret bilangan. Penelitian tersebut relevan dengan

47 36 penelitian ini, yaitu dalam menggunakan model Problem Based Learning dan materi yang digunakan yaitu barisan. 2. Penelitian yang berjudul Kemampuan Pemahaman Relasional Matematis Antara Siswa yang Menggunakan Model Problem Based Learning dan Model Discovery Learning oleh Lestari dkk (2018). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman relasional matematis antara siswa yang menggunakan model Problem Based Learning dan Discovery Learning. Pemahaman relasional matematis siswa yang menggunakan model Problem Based Learning lebih tinggi dari siswa yang menggunakan model Discovery Learning, sehingga model Problem Based Learning cocok diterapkan untuk meningkatkan pemahaman relasional matematis siswa. Relevansi penelitian ini adalah penggunaan model Problem Based Learning. 3. Implementasi Paradigma Pedagogi Reflektif dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Competence, Conscience, dan Compassion Mahasiswa oleh Haniek Sri Pratini Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada aspek competence, terdapat peningkatan kelulusan, yaitu dari 80,43% menjadi 97,83%. Aspek conscience, menunjukkan bahwa terdapat peningkatan skor rata-rata pada sikap-sikap: tangguh, tekun, berani, tanggungjawab, jujur, mandiri, disiplin, terbuka, dan nilai hidup, yaitu dari 3,77 (rentang 1-5) menjadi 4,07. Aspek compassion, menunjukkan bahwa terdapat

48 37 peningkatan skor rata-rata pada sikap-sikap: kerjasama, terlibat, berbagi, dan peduli, yaitu dari 3,98 menjadi 4,09. Implikasi hasil penelitian ini adalah penerapan PPR dapat mengembangkan mahasiswa secara utuh, baik dari aspek kompetensi, hati nurani, maupun berbela rasa. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian ini yaitu menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dimana di dalamnya memuat sikap tanggung jawab, kerjasama, dan peduli. C. Kerangka Berpikir Pembelajaran abad 21 merupakan tantangan bagi pendidik, dimana pendidik dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan dan kemampuan berpikir siswa. Pendidik dituntut untuk tidak hanya memberikan materi sebagai hafalan, namun juga sebagai fasilitator siswa dalam menemukan konsep atau prinsip dari materi yang diajarkan. Maka dari itu, sebagai calon pendidik diharapkan memiliki keterampilan yang lebih terutama dalam pemahaman objek-objek matematika. Kemudian, berdasarkan hasil pengamatan dari simulasi pembelajaran tentang prinsip matematika yang telah dilaksanakan oleh mahasiswa program studi pendidikan matematika angkatan 2017 kelas C, masih ada beberapa kegiatan yang kurang dalam menekankan prinsip dari materi yang sedang diajarkan. Simulasi pembelajaran dilakukan seperti halnya pembelajaran microteaching, jadi ada beberapa kelompok mahasiswa yang bertindak menjadi seorang guru dan ada yang bertindak menjadi seorang siswa. Mahasiswa yang bertindak

49 38 menjadi seorang guru disebut sebagai mahasiswa praktikan. Pada saat simulasi pembelajaran, mahasiswa praktikan masih cenderung memberikan soal-soal yang menekankan pada keterampilan peserta didik dalam menyelesaikan soal, belum menekankan pada pemahaman prinsip dari materi yang sedang diajarkan. Selain itu, beberapa mahasiswa masih kurang dalam pemanfaatan media pembelajaran seperti alat peraga, sehingga kegiatan pembelajaran terkesan monoton dan seperti menggunakan metode ceramah. Kemudian mahasiswa praktikan juga kurang memotivasi siswa, sehingga pembelajaran matematika menjadi kurang menarik. Mahasiswa praktikan langsung menggunakan simbol-simbol tertentu tanpa adanya penjelasan atau perjanjian dari simbol-simbol yang digunakan. Tentu saja apabila kondisi ini dibiarkan secara terus menerus akan berakibat pada rendahnya tingkat kompetensi pendidik dan rendahnya pemahaman siswa terhadap objek matematika khususnya prinsip. Mendapati keadaan tersebut, tentu saja diperlukan solusi agar terjadi peningkatan dalam hal pembelajaran prinsip matematika pada materi SMA. Oleh sebab itu, peneliti mengembangkan desain pembelajaran prinsip menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model Problem Based Learning. Tujuan utama dari PPR adalah menciptakan manusia-manusia muda yang sungguh unggul dan berkarakter secara manusiawi. PPR memiliki tahapan yang menerapkan nilai-nilai hidup yang berkesinambungan, yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi. Proses pembelajaran dirancang sedemikan rupa dengan mengembangkan aspek competence

50 39 (kompetensi), conscience (hati nurani), dan compassion (bela rasa) sehingga menuntun mahasiswa untuk mengalami sendiri segala hal yang dipelajari (jika ada keterkaitan antara ilmu yang dipelajari mahasiswa dengan situasi kehidupan yang nyata dalam kesehariannya). Penerapan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ini diharapkan agar mahasiswa mampu merefleksikan pengalaman belajar yang diberikan dan selanjutnya melakukan aksi nyata. Penelitian ini menggunakan model pengembangan Plomp yang dimodifikasi yang terdiri dari empat fase, yaitu fase investigasi awal (prelimenary investigation), fase desain (design), fase realisasi/konstruksi (realization/construction), dan fase tes, evaluasi dan revisi (test, evaluation and revision).

51 40 Bagan Prosedur Pengembangan Model Plomp Konteks Fase Investigasi Awal - Analisis Mahasiswa - Analisis Materi Pengalaman Fase Desain Analisis Topik Aksi Fase Realisasi / Konstruksi Penyusunan Desain Pembelajaran Fase Tes, Evaluasi, dan Revisi Validasi Ahli Tidak Valid Revisi Refleksi dan Evaluasi Valid Uji Coba Lapangan PBL Keterangan : = Urutan = Siklus jika perlu

52 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini akan membahas tentang metode penelitian diantaranya jenis penelitian, setting penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, dan analisis validitas. A. Jenis Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengembangkan desain pembelajaran prinsip matematika menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model Problem Based Learning, maka jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau Research dan Development. Van den Akker dan Plomp (dalam Hanafi, 2017) mendeskripsikan penelitian pengembangan berdasarkan dua tujuan, yakni pengembangan prototipe produk dan perumusan saran-saran metodologis untuk pendesainan dan evaluasi prototipe produk tersebut. Sugiyono (2015) mengemukakan bahwa metode penelitian dan pengembangan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk meneliti, merancang, memproduksi dan menguji validitas produk yang telah dihasilkan. Sebagai penelitian pengembangan, produk yang dikembangkan berupa desain pembelajaran tentang prinsip matematika menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model Problem Based Learning. Model pengembangan yang digunakan pada penelitian ini adalah model Plomp, karena model ini memiliki langkah-langkah yang sederhana dan terdapat proses pengembangan pada setiap langkahnya. Menurut Rochmad (2012), model Plomp dipandang lebih 41

53 42 luwes dan fleksibel dikarenakan pada setiap langkahnya memuat kegiatan pengembangan yang dapat disesuaikan dengan karakteristik penelitiannya. Berikut merupakan model umum pemecahan masalah dalam bidang pendidikan yang dikemukakan oleh Plomp (dalam Rochmad, 2012). Gambar 3. 1 Diagram Model Plomp (Sumber: Rochmad, 2012) B. Setting Penelitian Setting penelitian dibagi menjadi empat bagian yaitu subjek, objek, tempat dan waktu penelitian. 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah mahasiswa program studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma angkatan 2017 yang mengambil mata kuliah Pembelajaran Matematika SMA dan SMK di kelas C, dengan jumlah 20 orang.

54 43 2. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah desain pembelajaran tentang prinsip matematika pada materi barisan aritmetika dan barisan geometri menggunakan paradigma pedagogi reflektif dengan model problem based learning. 3. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Jl. Paingan, Maguwoharjo, Depok, Krodan, Kabupaten Sleman. 4. Waktu Penelitian Peneliti melaksanakan penelitian ini selama 6 bulan. Penelitian dimulai dari observasi awal, pada bulan November 2019 dan berakhir pada bulan Mei C. Design dan Prosedur Pengembangan Model pengembangan yang digunakan untuk mengembangkan desain pembelajaran dalam penelitian ini adalah model Plomp. Model pengembangan yang dikemukakan oleh Plomp terdiri dari lima fase pengembangan, yaitu (1) fase investigasi awal (prelimenary investigation), (2) fase desain (design), (3) fase realisasi / konstruksi (realization / construction), (4) fase tes, evaluasi, dan revisi (test, evaluation, and revition), dan (5) fase implementasi (implementation). Pada penelitian ini, pengembangan hanya dilakukan sampai pada fase tes, evaluasi, dan revisi, fase implementasi tidak dilakukan secara eksplisit tetapi terpadu dalam pelaksanaan penelitian, yaitu pada saat

55 44 melakukan uji coba lapangan desain pembelajaran di lingkup yang menjadi subjek penelitian. Implementasi dalam lingkup yang lebih luas tidak dilakukan dalam penelitian ini, karena keterbatasan situasi dan kondisi pelaksanaan penelitian. Berikut merupakan diagram model pengembangan Plomp yang dilaksanakan pada penelitian ini : Fase Investigasi Awal Fase Desain Fase Realisasi / Konstruksi Fase Tes, Evaluasi, dan Revisi Gambar 3. 2 Model Pengembangan Plomp yang Dilaksanakan Produk yang dikembangkan berupa desain pembelajaran tentang prinsip matematika. Pelaksanaan penelitian yang dilakukan melalui fase-fase pengembangan Plomp di antaranya sebagai berikut: 1. Fase Investigasi awal Fase investigasi awal dilakukan untuk menentukan masalah dasar yang diperlukan dalam penelitian ini. Pada fase ini dilakukan analisis mahasiswa dan analisis materi ajar.

56 45 a. Analisis mahasiswa Analisis mahasiswa merupakan telaah karakteristik mahasiswa yang menjadi subjek penelitian. Karakteristik ini meliputi minat mahasiswa menjadi guru dan penguasaan pembelajaran prinsip yang dilakukan mahasiswa melalui simulasi pembelajaran. b. Analisi materi Analisis materi ditujukan untuk memilih, menetapkan, merinci, dan menyusun secara sistematis materi ajar yang relevan untuk diajarkan terkait pembelajaran prinsip. Analisis materi ajar mencakup analisis prinsip pada materi. 2. Fase Desain Fase desain bertujuan untuk merancang atau mendesain rencana pembelajaran beserta instrumen-instrumen penelitian yang dibutuhkan. Desain pembelajaran dan instrumen penelitian pada fase ini berdasarkan hasil fase investigasi awal. Sebelum membuat desain pembelajaran, kita perlu menganalisis topik yang akan ditujukan untuk mengidentifikasi, merinci, dan menyusun secara sistematis prinsip-prinsip materi ajar yang akan diajarkan pada mahasiswa. Karena materi yang akan diajarkan pada penelitian ini adalah materi barisan aritmetika dan barisan geometri, maka pada tahap ini peneliti merinci dan menyusun secara sistematis prinsip-prinsip barisan aritmetika dan barisan geometri yang akan diajarkan kepada subjek penelitian.

57 46 3. Fase realisasi Fase ini merupakan tindak lanjut dari fase desain. Pada fase ini dilakukan pembuatan desain pembelajaran dan instrumen-instrumen yang dibutuhkan. Desain pembelajaran merupakan panduan langkahlangkah yang akan dilakukan oleh pendidik dalam pembelajaran dan disusun dalam skenario kegiatan. Penyusunan desain pembelajaran ini disesuaikan dengan tahapan-tahapan model pembelajaran PBL dan pendekatan PPR. Hasil dari fase ini adalah prototipe I. 4. Fase tes, evaluasi, dan revisi Pada fase ini ada dua kegiatan utama yang dilakukan, yaitu validasi rencana pembelajaran pada para ahli dan uji coba. a. Validasi ahli Desain pembelajaran yang dihasilkan pada fase realisasi dikonsultasikan kepada dosen pembimbing kemudian divalidasi oleh validator. Hasil validasi berupa saran dan kritik dari validator dan dijadikan sebagai bahan revisi untuk menghasilkan prototipe II. b. Uji coba Kegiatan uji coba dilakukan secara terbatas hanya pada satu kelas. Uji coba kelas terbatas dilaksanakan sebagai upaya untuk memperoleh masukan, koreksi, dan perbaikan dari dosen, mahasiswa, dan pengamat terhadap pelaksanaan pembelajaran prinsip yang dilaksanakan. Selama proses uji coba, peneliti berperan untuk mengajarkan pembelajaran prinsip sesuai dengan desain

58 47 pembelajaran yang telah dikembangkan. Hasil dari fase uji coba terbatas digunakan sebagai bahan revisi untuk memperbaiki desain pembelajaran sehingga menghasilkan prototipe final. D. Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui: 1. Observasi Morris (dalam Hasanah, 2016) mendefinisikan observasi sebagai aktivitas mencatat suatu gejala dengan bantuan instrumen-instrumen dan merekamnya dengan tujuan ilmiah atau tujuan lain. Observasi ini dilakukan oleh dua orang observer dengan tujuan untuk mengetahui keterlaksanaan desain pembelajaran prinsip menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model Problem Based Learning yang telah dilakukan. 2. Wawancara Menurut Singh (dalam Hakim, 2013) wawancara adalah situasi berhadap-hadapan antara pewawancara dan responden yang dimaksudkan untuk menggali informasi yang diharapkan, dan bertujuan mendapatkan data tentang responden. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara untuk mengetahui komentar mahasiswa mengenai pelaksanaan desain pembelajaran tentang prinsip matematika yang sudah dilaksanakan. Berdasarkan komentar mahasiswa tersebut dapat diketahui terlaksana atau tidaknya desain pembelajaran yang sudah dirancang.

59 48 3. Penyebaran Angket Peneliti melakukan penyebaran angket untuk mengetahui respon mahasiswa setelah mengikuti pembelajaran tentang prinsip matematika menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model Problem Based Learning. 4. Tes Evaluasi / hasil belajar Tes evaluasi dengan materi barisan aritmetika dan barisan geometri ini digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa mengenai prinsip dari materi tersebut setelah mengikuti pembelajaran tentang prinsip matematika menggunakan pendekatan PPR dan model pembelajaran PBL. Tes evaluasi ini diberikan setelah pembelajaran selesai. Tipe soal tes adalah uraian. E. Instrumen Penelitian Instrumen-instrumen yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data sebagai berikut: 1. Lembar observasi Lembar observasi digunakan peneliti saat uji coba produk terbatas. Tujuannya adalah untuk mengetahui keterlaksanaan desain pembelajaran yang telah dilakukan peneliti. Tabel 3. 1 Kisi-kisi Lembar Observasi NO I Kegiatan Prapembelajaran ASPEK YANG DIAMATI

60 49 1. Peneliti menyiapkan kesiapan ruang, alat, dan media pembelajaran 2. Peneliti menyiapkan kesiapan mahasiswa II Kegiatan pendahuluan (Konteks) 3. Peneliti membuka pelajaran dengan salam dan doa 4. Peneliti mengecek kehadiran mahasiswa 5. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran 6. Peneliti menyampaikan apersepsi 7. Peneliti memberikan motivasi kepada mahasiswa III Kegiatan Inti (Pengalaman) Penguasaan Materi 8. Peneliti menunjukan penguasaan materi pembelajaran pada saat mengajar atau menjawab pertanyaan dari mahasiswa 9. Peneliti menyampaikan materi sesuai dengan urutan kemampuan yang harus dikuasai oleh mahasiswa (dari hal yang mudah) 10. Peneliti menyampaikan materi dengan mengaitkan realitas kehidupan Pendekatan/Strategi Pembelajaran 11. Peneliti melaksanaakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai 12. Peneliti melaksakan pembelajaran secara runtut 13. Peneliti melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual 14. Peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang dialokasikan 15. Peneliti memberikan permasalahan yang berkaitan dengan materi 16. Peneliti memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengamati permasalahan yang diberikan 17. Peneliti bertanya kepada mahasiswa terkait apa yang diketahui dan ditanyakan pada permasalahan yang diberikan

61 Peneliti membagi mahasiswa dalam kelompok 19. Peneliti membagikan lembar kerja kepada setiap kelompok untuk menyelesaikan permasalahan yang sudah diberikan 20. Peneliti membimbing setiap kegiatan mahasiswa selama diskusi kelompok 21. Peneliti meminta minimal dua kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok 22. Peneliti memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya terkait hasil pekerjaan kelompok presenter 23. Guru bertanya kepada mahasiwa terkait penyelesaian yang sudah dilakukan Pemanfaatan media pembelajaran 24. Peneliti menggunakan media pembelajaran 25. Peneliti melibatkan siswa dalam pemanfaatan media Penggunaan Bahasa 26. Peneliti menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar 27. Peneliti menggunakan bahasa lisan yang jelas dan lancar IV Kegiatan penutup Refleksi dan rangkuman pembelajaran 28. Peneliti bersama mahasiswa menyimpulkan materi pembelajaran yang sudah dipelajari 29. Peneliti meminta mahasiswa untuk berefleksi terkait pengalaman belajarnya Tindaklanjut pembelajaran 30. Peneliti menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya dan melakukan evaluasi Lembar observasi pada penelitian ini diadaptasi dari penilaian pelaksanaan pembelajaran pada buku PLP Pengelolaan Pembelajaran

62 51 Universitas Sanata Dharma, dan disesuaikan dengan tahap-tahap PPR dan model pembelajaran PBL. Tahap konteks pada PPR tampak pada poin nomor 6 dan 7, tahap pengalaman tampak pada poin nomor 10, 13, 16, 17, 19, 20, dan 21, kemudian tahap refleksi tampak pada poin nomor 28 dan 29, sedangkan tahap aksi dan evaluasi tampak pada poin nomor 30. Sedangkan tahapan-tahapan pada model pembelajaran Problem Based Learning tampak pada poin nomor 10 dan 15 (orientasi peserta didik kepada masalah), poin nomor 16, 17, dan 19 ( mengorganisasi peserta didik), poin nomor 18 dan 20 ( membimbing penyelidikan individu dan kelompok), poin nomor 21 (mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta memamerkannya), poin nomor 22 dan 23 ( menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah) 2. Pedoman wawancara Pedoman wawancara digunakan oleh peneliti sebagai acuan ketika melakukan wawancara dengan mahasiswa. Pedoman wawancara berisi mengenai pertanyaan-perntanyaan yang ingin ditanyakan oleh peneliti kepada narasumber untuk mengetahui komentar mahasiswa mengenai pelaksanaan desain pembelajaran tentang prinsip matematika yang sudah dilaksanakan. Berdasarkan komentar mahasiswa tersebut dapat diketahui terlaksana atau tidaknya desain pembelajaran yang sudah dirancang. Tabel 3. 2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara NO I Kegiatan Prapembelajaran ASPEK YANG DIAMATI

63 52 1. Peneliti menyiapkan kesiapan ruang, alat, dan media pembelajaran 2. Peneliti menyiapkan kesiapan mahasiswa II Kegiatan pendahuluan (Konteks) 3. Peneliti membuka pelajaran dengan salam dan doa 4. Peneliti mengecek kehadiran mahasiswa 5. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran 6. Peneliti menyampaikan apersepsi 7. Peneliti memberikan motivasi kepada mahasiswa III Kegiatan Inti (Pengalaman) Penguasaan Materi 8. Peneliti menunjukan penguasaan materi pembelajaran pada saat mengajar atau menjawab pertanyaan dari mahasiswa 9. Peneliti menyampaikan materi sesuai dengan urutan kemampuan yang harus dikuasai oleh mahasiswa (dari hal yang mudah) 10. Peneliti menyampaikan materi dengan mengaitkan realitas kehidupan Pendekatan/Strategi Pembelajaran 11. Peneliti melaksanaakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai 12. Peneliti melaksakan pembelajaran secara runtut 13. Peneliti melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual 14. Peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang dialokasikan 15. Peneliti memberikan permasalahan yang berkaitan dengan materi 16. Peneliti memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengamati permasalahan yang diberikan 17. Peneliti bertanya kepada mahasiswa terkait apa yang diketahui dan ditanyakan pada permasalahan yang diberikan

64 Peneliti membagi mahasiswa dalam kelompok 19. Peneliti membagikan lembar kerja kepada setiap kelompok untuk menyelesaikan permasalahan yang sudah diberikan 20. Peneliti membimbing setiap kegiatan mahasiswa selama diskusi kelompok 21. Peneliti meminta minimal dua kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok 22. Peneliti memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya terkait hasil pekerjaan kelompok presenter 23. Guru bertanya kepada mahasiwa terkait penyelesaian yang sudah dilakukan Pemanfaatan media pembelajaran 24. Peneliti menggunakan media pembelajaran 25. Peneliti melibatkan siswa dalam pemanfaatan media Penggunaan Bahasa 26. Peneliti menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar 27. Peneliti menggunakan bahasa lisan yang jelas dan lancer IV Kegiatan penutup Refleksi dan rangkuman pembelajaran 28. Peneliti bersama mahasiswa menyimpulkan materi pembelajaran yang sudah dipelajari 29. Peneliti meminta mahasiswa untuk berefleksi terkait pengalaman belajarnya Tindaklanjut pembelajaran 30. Peneliti menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya dan melakukan evaluasi

65 54 3. Angket Angket dalam penelitian ini berupa angket terbuka dan tertutup. Angket ini berupa pernyataan dan kalimat terbuka yang berupa respon mahasiswa terhadap desain pembelajaran prinsip yang telah dilaksanakan. Tabel 3. 3 Kisi-kisi Angket Respon Mahasiswa No. Komponen Sub Komponen a. Respon mahasiswa terhadap pembelajaran Pernyataan Positif Butir Angket Pernyataan Negatif 12, 23 14, Respon mahasiswa terhadap desain pembelajaran (konsep, prinsip, keterampilan). b. Sikap mahasiswa yang timbul ketika menerapkan desain pembelajaran (konsep, prinsip, keterampilan). Sikap : kerja sama, bertanggung jawab, dan peduli kepada teman 2, 20 5, 8 2. Desain pembelajaran (konsep, prinsip, keterampilan) dapat a. Mahasiswa lebih mudah mengerjakan soal pada desain pembelajaran 7, 22 6, 9

66 55 memecahkan masalah yang terjadi di kelas. (konsep, prinsip, keterampilan) b. Terjadinya kolaborasi antar mahasiswa c. Terjadi interaksi antara mahasiswa dan dosen d. Terjadi interaksi antar mahasiswa 1, 16 10, 11 15, 21 4, 24 3, 13 17, Soal Tes Evaluasi Tes ini sebagai bentuk evaluasi yang merupakan tahap akhir dari proses pembelajaran prinsip menggunakan pendekatan PPR dan model PBL. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana pemahaman mahasiswa terhadap prinsip barisan aritmetika dan barisan geometri. Tes ini berupa tes uraian, dan terdiri dari 2 soal yang berkaitan dengan prinsip barisan aritmetika dan barisan geometri. Tabel 3. 4 Kisi-kisi Lembar Tes Evaluasi Kompetensi Dasar Memahami materi dan mengaplikasikan konsep pola pikir matematika di Indikator Soal No Soal Mahasiswa mampu menemukan dan menunjukkan tiga buah Carilah 3 bilangan yang membentuk barisan aritmetika, tetapi 1

67 56 SMA materi Barisan Aritmetika dan Geometri bilangan yang membentuk barisan geometri dengan rasio 2 Mahasiswa mampu membuktikan bahwa U 10 = U 3 + 7b. jika suku keduanya dikurangi 5, akan menjadi barisan geometri dengan rasio 2! Pada barisan aritmetika, buktikan bahwa U 10 = U 3 + 7b! 2 F. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitaif. Analisis kualitatif apabila data yang diperoleh berbentuk gambar atau wawancara. Analisis kuantitatif yaitu apabila data yang dikumpulkan berupa angka yang akan dihitung menggunakan analisis statistik untuk memperoleh skor atau rata-rata dari aspek yang diteliti. 1. Analisis data kualitatif Data kualitatif dari penelitian ini yakni data dari hasil wawancara. Hasil wawancara direduksi agar mendapatkan jawaban yang lebih berfokus pada keterlaksanaan desain pembelajaran yang telah dilaksanakan dan kemudian dideskripsikan berdasarkan pedoman wawancara yang telah dibuat. Peneliti mengelompokkan mahasiswa menjadi tiga kelompok berdasarkan hasil tes evaluasi yang telah dilaksanakan, yaitu kelompok yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

68 57 Tabel 3. 5 Kategori Pengelompokan Mahasiswa Berdasarkan Hasil Tes Evaluasi Skor (s) s (x + SB) (x SB) < s < (x + SB) s (x SB) Keterangan : Kelompok Tinggi Sedang Rendah (Sumber : Arikunto 1993) s x = Skor yang diperoleh = Rata-rata skor SB = Simpangan baku Pengelompokkan ini bertujuan untuk memilih subjek wawancara. Subjek wawancara sebanyak 6 orang, dan dipilih secara acak berdasarkan hasil tes sebanyak 2 mahasiswa dari setiap kategorinya (Tinggi, sedang, rendah), untuk melihat keterlaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan. Cara pengambilan sampel tersebut dilakukan secara acak dengan menggunakan Microsoft Excel dengan rumus : = RAND ( ) = INDEX (row_num ; RANK (number ; ref ; [order])) Kedua formula tersebut digunakan untuk menentukan subjek yang akan diwawancara secara acak. Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya berdasarkan reduksi data yang telah di kelompokkan berdasarkan indikator pencapaian.

69 58 2. Analisis data kuantitatif Data kuantitaif dalam penelitian ini berupa skor keterlaksanaan pembelajaran yang diperoleh dari hasil observasi, hasil tes evalasi, dan data angket respon mahasiswa. a. Data Hasil Observasi Keterlaksanaan Desain Pembelajaran Data yang diperoleh melalui lembar observasi bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan desain pembelajaran yang telah dilakukan. Observasi keterlaksanaan desain pembelajaran yang telah dilakukan oleh peneliti dihitung dengan langkah sebagai berikut : i. Menghitung jumlah skor masing-masing indikator yang terdapat pada lembar observasi, dengan skor ya = 1 dan tidak = 0. ii. Menghitung skor rata-rata dari setiap indikator yang dinilai dan rata-rata seluruh indikator dengan rumus (Sumanto, 1995: 210): Keterangan : x = x n x = Skor rata-rata x = Jumlah skor yang diperoleh n = Jumlah reviewer iii. Mengubah skor rata-rata pencapaian menjadi bentuk persentase dengan rumus : x P = ( x max ) 100%

70 59 Keterangan : P x x max = Persentase = Skor rata-rata = Skor maksimum iv. Mengubah persentase keterlaksanaan desain pembelajaran sesuai kriteria penilaian. Tabel 3. 6 Kriteria penskoran keterlaksanaan desain pembelajaran (Riduwan dan Akdon, 2009) Persentase Kriteria 81% - 100% Sangat baik 61% - 80% Baik 41% - 60% Sedang 21% - 40% Kurang 0% - 20% Sangat kurang b. Data Tes Evaluasi Tes evaluasi dikoreksi dan data nilainya merupakan data kuantitatif, yang dapat digunakan untuk melihat tingkat pemahaman mahasiswa mengenai prinsip barisan aritmetika dan geometri. Hasil tes yang telah dikerjakan oleh mahasiswa selanjutnya diolah dengan memberikan penskoran pada tiap butir soal untuk dapat menganalisis tingkat pemahaman prinsip mahasiswa pada materi barisan aritmetika dan barisan geometri. Pemberian skor berpedoman pada rubrik penilaian yang telah dibuat.

71 60 Penskoran pada nomor 1 memiliki rentang skor antara 1 sampai dengan 50 dan 0 untuk yang tidak ada jawabannya. Selanjutnya untuk soal nomor 2 memiliki rentang antara 1 sampai dengan 25, dan 0 bagi yang tidak ada jawabannya. Selanjutnya skor yang diperoleh dikonversikan ke dalam bentuk nilai dengan rentang 0 sampai dengan 100. Rumus yang digunakan untuk mengkonversikan skor yang diperoleh menjadi nilai adalah sebagai berikut. Nilai akhir = Skor yang diperoleh Total skor 100 Nilai tes yang diperolah kemudian diklasifikasikan berdasarkan kriteria (tinggi, sedang, dan rendah). Berikut langkah-langkah mengelompokkan hasil tes mahasiswa dengan kriteria tinnggi, sedang dan rendah menurut Arikunto (2002): i. Menjumlahkan semua nilai akhir yang didapat ii. Mencari nilai rata-rata (mean) dan simpangan baku (standar deviasi) iii. Nilai rata-rata dihitung dengan rumus : Rumus Mean : x = Keterangan : n i=1 x i n x = Rata-rata skor x i = Data ke i n i = Banyaknya mahasiswa yang mengikuti tes = 1, 2, 3, 4,... n

72 61 Untuk simpangan baku dihitung dengan rumus : SB = n i=1 x i 2 n ( n x 2 i=1 i ) n iv. Menentukan batas kelompok Secara umum penentuan batas-batas kelompok dapat dilihat dari tabel sebagai berikut : Tabel 3. 7 Kategori Kemampuan Mahasiswa Berdasarkan Hasil Tes Evaluasi Skor (s) s (x + SB) (x SB) < s < (x + SB) s (x SB) Kelompok Tinggi Sedang Rendah Arikunto (1993 : 296) Keterangan : s x = Skor yang diperoleh = Rata-rata skor SB = Simpangan baku Dari data hasil tes evaluasi, diperoleh nilai rata-rata (x ) adalah 42,2 dan simpangan baku (SB) = 27,59. Maka diperoleh tabel kategori pengelompokkan kemampuan mahasiswa sebagai berikut : Kategori Tinggi : s (x + SB)

73 62 : s (42,2 + 27,59) : s 69,79 Kategori Sedang : (x SB) < s < (x + SB) : (42,2 27,59) < s < (42,2+ 27,59) : 14,61 < s < 69,79 Kategori Rendah : s (x SB) : s (42,2 27,59) : s 14,61 Berdasarkan perhitungan di atas, maka diperoleh kategori kemampuan mahasiswa sebagai berikut: Tabel 3. 8 Kategori Kemampuan Mahasiswa Berdasarkan Hasil Tes Evaluasi Skor (s) Kelompok s 69,79 Tinggi 14,61 < s < 69,79 Sedang s 14,61 Rendah c. Data angket Pengambilan data respon mahasiswa terhadap pembelajaran prinsip barisan aritmetika dan barisan geometri menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dan model Problem Based Learning dilakukan dengan menyebar google form yang diisi oleh setiap mahasiswa. Responden penelitian ini adalah 20 mahasiswa pendidikan

74 63 matematika angkatan 2017 yang mengikuti mata kuliah Desain Pembelajaran Matematika SMA dan SMK di kelas C. Angket respon mahasiswa terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan ini memiliki 24 pernyataan yang terdiri dari 12 pernyataan positif dan 12 pernyataan negatif. Peneliti menggunakan pedoman perhitungan skala likert menurut Widoyoko (dalam Alwan, 2017). Angket ini menggunakan 4 pilihan jawaban dengan perhitungan menggunakan skala likert. Berikut pedoman penskoran angket respon mahasiswa: Tabel 3. 9 Pedoman Penskoran Angket Respon Mahasiswa Pernyataan Pilihan Jawaban Positif Negatif Sangat Setuju (SS) 4 1 Setuju (S) 3 2 Tidak Setuju (TS) 2 3 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4 Kedua, angket yang telah diisi oleh mahasiswa kemudian dihitung skor yang diperoleh berdasarkan bobot jawaban pada setiap pernyataan. Untuk menghitung skor total jawaban semua mahasiswa pada setiap item pernyataan yaitu dengan mengalikan banyaknya mahasiswa dengan skor pada setiap jawaban item pernyataan. 1) Skor total setiap jawaban item pernyataan positif adalah jumlah dari : (Banyak mahasiswa menjawab Sangat Setuju 4) +

75 64 (Banyak mahasiswa menjawab Setuju 3) + (Banyak mahasiswa menjawab Tidak Setuju 2) + (Banyak mahasiswa menjawab Sangat Tidak Setuju 1). 2) Skor total setiap jawaban item pernyataan negatif adalah jumlah dari : (Banyak mahasiswa menjawab Sangat Setuju 1) + (Banyak mahasiswa menjawab Setuju 2) + (Banyak mahasiswa menjawab Tidak Setuju 3) + (Banyak mahasiswa menjawab Sangat Tidak Setuju 4). Kriteria respon mahasiswa tersebut diperoleh dari penghitungan Pendekatan Sturges sebagai berikut : Skor maksimum = skor tertinggi likert jumlah responden = 4 20 = 80 Skor minimum = skor terendah likert jumlah responden = 1 20 = 20 Range (R) = skor tertinggi skor terendah = = 60 Jumlah kriteria = 1 + 3,3 log 20 (aturan sturges) = 1 + 4,293 = 5,293 dibulatkan menjadi 5

76 65 Interval tiap kriteria adalah I = range kriteria = 60 5 = 12 Dari perhitungan tersebut diperoleh kriteria respon mahasiswa sebagai berikut : Tabel Pedoman Kriteria Angket Respon Interval Rata-rata Skor Kualifikasi 68 x 80 Sangat Baik 56 x < 68 Baik 44 x < 56 Cukup 32 x < 44 Kurang Baik 20 x < 32 Tidak Baik

77 BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN Bab ini akan membahas tentang hasil penelitian yang sudah dilakukan dengan model pengembangan Plomp, keterlaksanaan produk yang dihasilkan, dan proses pembelajaran menggunakan PPR dengan mengakomodasi model pembelajaran PBL, serta keterbatasan dalam penelitian ini. A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan subjek penelitian yaitu mahasiswa pendidikan matematika yang mengambil mata kuliah pembelajaran matematika SMA dan SMK di kelas C yang berjumlah 20 mahasiswa dan terdiri atas 18 mahasiswi dan 2 mahasiswa. Penelitian pengembangan ini dilakukan dengan menggunakan prosedur penelitian dan pengembangan Plomp. Pengembangan ini dilakukan hanya sampai pada fase tes, evaluasi, dan revisi, fase implementasi tidak dilakukan secara eksplisit tetapi terpadu dalam pelaksanaan penelitian, yaitu pada saat melakukan uji coba lapangan desain pembelajaran di lingkup yang menjadi subjek penelitian. Prosedur penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan terdiri dari empat fase pengembangan, yaitu (1) fase investigasi awal 66

78 67 (prelimenary investigation), (2) fase desain (design), (3) fase realisasi / konstruksi (realization / construction), dan (4) fase tes, evaluasi, dan revisi (test, evaluation, and revition). Berikut merupakan deskripsii pelaksanaan kegiatan uji coba desain pembelajaran yang telah dikembangkan pada pertemuan pertama dan kedua : a. Pertemuan Pertama Konteks Materi yang dipelajari pada pertemuan pertama adalah barisan aritmetika. Sebelum pembelajaran dimulai, peneliti membagi kelompok berdasarkan undian yang diambil sebelum mahasiswa masuk ke kelas, dan duduk berdasarkan simbol yang tertera pada kertas unndian. Pada awal pembelajaran, peneliti sudah menanyakan kabar dan siapa saja yang tidak hadir pada pertemuan tersebut, selain itu peneliti juga menjelaskan tujuan pembelajaran dan rencana pembelajaran yang akan dilakukan pada pertemuan tersebut. Hal ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui apa yang akan dicapai pada pembelajaran tersebut sehingga dapat menarik perhatian mahasiswa dengan sebuah pembelajaran yang bermakna. Konteks pada materi ini adalah saat peneliti mengajak mahasiswa untuk mengingat kembali materi sebelumnya yakni pola bilangan. Bagian ini biasa disebut sebagai apersepsi. Pada saat

79 68 apersepsi ini, peneliti menggali pemahaman mahasiswa mengenai pola bilangan dan konsep dari barisan. Konsep dari pola bilangan dan barisan ini, nantinya akan digunakan untuk menentukan rumus barisan aritmetika itu sendiri. Selanjutnya sebagai motivasi, peneliti menampilkan bermacam-macam gambar tentang penggunaan barisan dalam kehidupan sehari-hari seperti pada barisan buah yang disusun rapi di toko buah, barisan angka di kalender, barisan orangorang yang melaksanakan upacara, dan lainnya. Mahasiswa diminta untuk mengidentifikasi gambar tersebut dan diminta untuk menyebutkan kembali aplikasi barisan dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman Setelah mahasiswa memahami mengenai konsep barisan aritmetika, kemudian masuk ke pembelajaran prinsip. Sebelum masuk ke pembuktian rumus, peneliti mengingatkan kembali mengenai sifat-sifat operasi penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat. Setelah itu peneliti menampilkan beberapa contoh barisan aritmetika, kemudian mahasiswa diminta untuk mengidentifikasi unsur-unsur apa saja yang terdapat pada barisan aritmetika serta simbol-simbol yang digunakan. Setelah mengetahui unsur-unsur pada barisan aritmetika, mahasiswa diminta untuk menyelesaikan permasalahan yang ditampilkan di power point, yaitu membuktikan rumus barisan aritmetika.

80 69 Gambar 4. 1 Mahasiswa berdiskusi menyelesaikan permasalahan yang diberikan Peneliti berkeliling untuk membimbing kegiatan diskusi di setiap kelompok dan memberikan penjelasan jika ada pertanyaan dari mahasiswa. Setelah selesai berdiskusi, peneliti meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Gambar 4. 2 Mahasiswa mempresentasikan hasil diskusinya

81 70 Setelah kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, mahasiswa yang lain diperkenankan untuk memberikan tanggapan yang berupa pertanyaan, mengkonfirmasi, melengkapi jawaban ataupun informasi yang berkaitan dengan materi tersebut, kemudian peneliti memberi penegasan dengan menjelaskan kembali langkah-langkah yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Refleksi Peneliti memfasilitasi mahasiswa untuk berefleksi dengan memberikan beberapa pertanyaan yang ditampilkan di power point tentang pengalaman yang dialami selama proses pembelajaran dan menuliskannya disebuah kertas. Hal yang dicermati adalah makna atau nilai kemanusiaan yang diperoleh. Adapun pertanyaanpertanyaannya sebagai berikut : Apa yang menarik dari pembelajaran hari ini? Mengapa? Apakah saya sudah secara maksimal memahami materi pada hari ini? Berikan alasan atas jawabanmu! Nilai (yang berupa sikap) apa saja yang dapat diperoleh selama proses pembelajaran? Apa yang saya rasakan selama mengikuti proses pembelajaran? Mengapa?

82 71 Aksi Peneliti mengarahkan mahasiswa untuk merencanakan aksi yang berkaitan dengan materi barisan aritmetika. Mahasiswa secara mandiri diminta untuk mencari contoh permasalahan kontekstual yang termasuk dalam barisan aritmetika sebagai tindak lanjut dari apa yang sudah dipelajari selama proses pembelajaran. Evaluasi Evaluasi dilakukan pada akhir pembelajaran. Peneliti menanyakan pemahaman mahasiswa terhadap materi yang diajarkan sehingga peneliti bisa mengetahui sejauh mana pemahaman mahasiswa terhadap materi yang diajarkan. Selain itu, evaluasi juga dilakukan bersama dosen pembimbing, mengenai apa saja yang masih kurang dalam proses pembelajaran dan perlu ditingkatkan lagi pada pertemuan selanjutnya. b. Pertemuan Kedua Konteks Konteks pada pertemuan kedua adalah peneliti mengajak mahasiswa mengingat kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya mengenai barisan aritmetika. Peneliti juga menjelaskan tujuan pembelajaran dan rencana kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan tersebut. Mahasiwa mencermati dengan baik tujuan

83 72 pembelajaran yang disampaikan oleh peneliti. Selanjutnya peneliti bertanya kepada beberapa mahasiswa mengenai fenomena atau kegiatan apa saja yang termasuk dalam barisan aritmetika. Selanjutnya peneliti menampilkan sebuah permasalahan di power point. Peneliti memberikan ilustrasi permasalahan yang berkaitan dengan barisan geometri pada kehidupan sehari-hari. Hal ini mendorong mahasiswa untuk dapat memahami materi yang akan dipelajari atau minimal mahasiswa mempunyai bayangan tentang materi yang akan dipelajari dan aplikasinya dalam kehidupan seharihari. Peneliti sudah meminta mahasiswa untuk duduk bersama kelompok pada awal pembelajaran, sesuai pada pertemuan sebelumnya. Pertama-tama, mahasiswa belajar terlebih dahulu mengenai konsep dari barisan geometri. Kemudian peneliti mengingatkan kembali mengenai rumus dari barisan aritmatika. Kemudian mahasiswa diberikan beberapa contoh mengenai barisan geometri, dan diminta untuk mengidentifikasi unsur-unsur yang terdapat pada barisan tersebut. Mahasiswa diharapkan mampu menemukan sendiri rumus dari barisan geometri, dengan mengetahui unsur-unsur yang terdapat pada barisan geometri tersebut. Kemudian peneliti meminta mahasiswa untuk mencari rumus dari barisan geometri jika diketahui U 1, U 2, U 3, U 4, U 5. U n. Setiap kelompok diberi lembar kerja untuk memandu dan

84 73 mempermudah mahasiswa dalam membuktikan rumus dari barisan geometri. Peneliti juga memotivasi mahasiswa untuk saling mengajari teman sekelompoknya yang belum mengerti. Melalui pembelajaran ini, mahasiswa diajak untuk menumbuh kembangkan rasa peduli terhadap teman dan lingkungan sekitarnya. Kemudian peneliti meminta salah satu kelompok untuk maju ke depan mempresentasikan hasil penemuannya. Kelompok lain diperkenankan menanggapi maupun bertanya terkait hasil penemuan kelompok presenter. Kemudian peneliti menegaskan kembali langkah-langkah dalam menemukan rumus barisan geometri. Kegiatan ini dimaksudkan agar mahasiswa tidak hanya menghafalkan rumus, tetapi juga mengetahui bagaimanna rumus tersebut didapatkan. Refleksi Sistematika refleksi pada pertemuan kedua sama halnya dengan pertemuan pertama. Peneliti memfasilitasi mahasiswa untuk berefleksi dengan memberikan beberapa pertanyaan yang ditampilkan di power point tentang pengalaman yang dialami selama proses pembelajaran dan menuliskannya disebuah kertas. Hal yang dicermati adalah makna atau nilai kemanusiaan yang diperoleh. Adapun pertanyaan-pertanyaannya sebagai berikut : Apa yang menarik dari pembelajaran hari ini? Mengapa?

85 74 Apakah saya sudah secara maksimal memahami materi pada hari ini? Berikan alasan atas jawabanmu! Nilai (yang berupa sikap) apa saja yang dapat diperoleh selama proses pembelajaran? Apa yang saya rasakan selama mengikuti proses pembelajaran? Mengapa? Gambar 4. 3 Mahasiswa menuliskan hasil refleksi Aksi Peneliti meminta mahasiswa untuk mencari contoh permasalahan kontekstual yang berkaitan dengan barisan geometri sebagai tindak lanjut dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan Evaluasi Kegiatan evaluasi pada pertemuan kedua sama dengan pertemuan pertama. Peneliti mengecek kembali pengetahuan mahasiswa dengan memberikan pertanyaan lisan tentang materi yang dipelajari. Kemudian peneliti mengajak mahasiswa untuk

86 75 merangkum materi yang telah dipelajari secara bersama-sama. Evaluasi proses pembelajaran juga dilakukan bersama dosen pembimbing, mengenai apa saja yang masih kurang dalam proses pembelajaran dan mempersiapkan tes evaluasi pada pertemuan selanjutnya. 2. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini berisi mengenai tahap-tahap pengembangan Plomp, yang terdiri dari fase investigasi awal (prelimenary investigation), fase desain (design), fase realisasi / konstruksi (realization / construction), dan fase tes, evaluasi, dan revisi (test, evaluation, and revition). Berikut penjelasan mengenai tahap-tahap penelitian dan pengembangan tersebut. a. Fase Investigasi Awal Terdapat dua kegiatan pada fase ini, yaitu analisis mahasiswa dan analisis materi ajar. Analisis mahasiswa Analisis mahasiswa pada penelitian ini dilakukan dengan penyebaran angket untuk melihat minat mahasiswa menjadi seorang guru dan pengamatan pada simulasi pembelajaran yang dilakukan mahasiswa untuk melihat penguasaan pembelajaran prinsip yang dimiliki mahasiswa. Peneliti menyebarkan angket melalui google form kepada mahasiswa pendidikan matematika angkatan 2017 untuk

87 76 mengetahui minat mahasiswa menjadi seorang guru. Berdasarkan dari angket yang telah disebar melalui google form kepada seluruh mahasiswa pendidikan matematika angkatan 2017, baik kelas A, B, maupun C, diketahui bahwa persentase keinginan mahasiswa untuk menjadi seorang guru di kelas C lebih rendah daripada kelas lainnya, yaitu sebanyak 55%. Untuk itu, peneliti memilih kelas C pada mata kuliah Pembelajaran Matematika SMA dan SMK sebagai subjek penelitian untuk menerapkan desain pembelajaran pada materi SMA, yang lebih mengutamakan pada objek prinsip, sehingga dapat menjadi motivasi maupun inspirasi bagi mahasiswa serta memberikan gambaran mengenai pembelajaran prinsip. Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan dari simulasi pembelajaran pada mata kuliah pembelajaran matematika SMA dan SMK yang telah dilaksanakan oleh mahasiswa, masih ada beberapa kegiatan yang kurang dalam menekankan pembelajaran mengenai objek-objek matematika, khususnya prinsip. Mahasiswa praktikan masih cenderung memberikan soal-soal yang menekankan pada keterampilan peserta didik dalam menyelesaikan soal, belum menekankan pada pemahaman prinsip dari materi yang sedang diajarkan. Selain itu, beberapa mahasiswa masih kurang dalam pemanfaatan media pembelajaran seperti alat peraga, sehingga kegiatan

88 77 pembelajaran terkesan monoton dan seperti menggunakan metode ceramah. Kemudian mahasiswa praktikan juga kurang memotivasi siswa, sehingga pembelajaran matematika menjadi kurang menarik. Pada pembelajaran tentang prinsip matematika, mahasiswa praktikan langsung menggunakan simbol-simbol tertentu tanpa adanya penjelasan atau perjanjian dari simbolsimbol yang digunakan. Selain itu, di akhir pembelajaran, mahasiswa praktikan sering tidak melakukan refleksi, sehingga pembelajaran yang berlangsung kurang bermakna. Tentu saja apabila kondisi ini dibiarkan secara terus menerus akan berakibat pada rendahnya tingkat kompetensi pendidik dan rendahnya pemahaman siswa terhadap objek matematika khususnya prinsip Analisis materi ajar Analisis materi ajar pada penelitian ini dilakukan dengan cara studi literatur. Hardiyanti (2016) melakukan penelitian terhadap kesulitan siswa kelas IX SMP dalam menyelesaikan soal pada materi barisan dan deret. Gambar 4. 4 Hasil Pekerjaan S1 (Sumber : Hardiyanti, 2016)

89 78 Berdasarkan hasil pekerjaan siswa di atas, terlihat bahwa siswa masih salah dalam menentukan rumus suku ke-n dari barisan tersebut. Siswa hanya memasukkan nilai U 1 dan b dari yang diketahui ke rumus umum suku ke-n tanpa ada langkah untuk menyederhanakan bentuk suku ke-n. Dugaan kesulitan siswa menurut Hardiyanti (2016) tersebut adalah siswa tidak dapat menentukan rumus U n dalam bentuk yang lebih sederhana. Gambar 4. 5 Hasil Pekerjaan S3 (Sumber : Hardiyanti, 2016) Kemudian pada soal barisan geometri, ditemukan kesulitan seperti gambar di atas. Siswa salah dalam menentukan nilai U n dan U 10. Berdasarkan hasil pekerjaan tersebut, siswa mencari suku ke-10 dan ke-n dari barisan geometri menggunakan rumus barisan aritmetika. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa belum paham mengenai konsep dan prinsip dari barisan aritmetika dan barisan geometri. Siswa tidak dapat membedakan antara barisan aritmetika dan barisan

90 79 geometri, sehingga tidak dapat menentukan rumus yang tepat untuk menyelesaikan soal tersebut. Berdasarkan penelitian tersebut, diketahui bahwa masih banyak siswa yang melakukan kesalahan prinsip pada materi barisan. Barisan sendiri merupakan salah satu materi pelajaran matematika yang sudah dipelajari dari tingkat sekolah menengah pertama. Materi tersebut mencakup barisan aritmetika, barisan geometri, deret aritmetika, dan deret geometri. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hardiyanti (2016), beberapa kesulitan yang dialami siswa pada materi ini diantaranya adalah dalam menentukan rumus suku ke-n dari suatu barisan aritmetika dan barisan geometri, siswa kurang memahami konsep suku pertama dari suatu barisan dan siswa kurang memahami maksud dari soal yang diberikan. Kondisi ini perlu menjadi perhatian khusus bagi mahasiswa calon pendidik, sehingga jika kelak menjadi seorang guru mampu memberikan pembelajaran yang bukan hanya sekedar hafalan, tetapi menekankan kepada proses dan pemahaman yang benar mengenai prinsip matematika. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada materi barisan, siswa masih kesulitan dalam memahami dan menerapkan prinsip, khususnya dalam menemukan rumus. Kesulitan dalam memahami prinsip ini sering terjadi karena

91 80 tidak memahami konsep dasar yang melandasi atau termuat dalam prinsip tersebut. Siswa yang tidak memiliki konsep yang digunakan untuk mengembangkan prinsip sebagai suatu butir pengetahuan dasar, pasti mengalami kesulitan dalam memahami dan menggunakan prinsip. Oleh karena itu, pada skripsi ini peneliti memilih materi barisan yang dikhususkan pada pokok bahasan barisan aritmetika dan barisan geometri. Peneliti menekankan pada pemahaman mahasiswa mengenai rumus suku ke-n barisan aritmetika dan barisan geometri serta bagaimana cara mendapatkan rumus tersebut, agar mahasiswa dapat membangun sendiri konsep mengenai rumus tersebut dan tidak hanya menghafalkan rumus, serta dapat mengetahui dengan baik arti atau makna dari simbol-simbol yang digunakan sehingga mahasiswa mampu menggunakan formula atau rumus yang tepat untuk menyelesaikan suatu permasalahan. b. Fase Desain Kegiatan pada fase ini yaitu merancang atau mendesain rencana pembelajaran, rencana kegiatan, beserta instrumeninstrumen penelitian yang dibutuhkan. Desain pembelajaran dan instrumen penelitian pada fase ini berdasarkan hasil fase investigasi awal. Sebelum membuat desain pembelajaran, kita perlu

92 81 menganalisis topik yang akan ditujukan untuk mengidentifikasi, merinci, dan menyusun secara sistematis prinsip-prinsip materi ajar yang akan diajarkan pada mahasiswa. Karena materi yang akan diajarkan pada penelitian ini adalah materi barisan aritmetika dan barisan geometri, maka pada tahap ini peneliti merinci dan menyusun secara sistematis prinsip-prinsip barisan aritmetika dan barisan geometri yang akan diajarkan kepada subjek penelitian. Selain itu, peneliti juga merancang rencana kegiatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penelitian ini. Berdasarkan hasil investigasi awal yang telah dilakukan, peneliti merancang pengembangan desain pembelajaran prinsip pada materi barisan aritmetika dan barisan geometri menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dan model Problem Based Learning. Penelitian ini menggunakan pendekatan PPR dan model pembelajaran PBL, dengan harapan agar mahasiswa dapat lebih memahami aplikasi dan kegunaan barisan aritmetika dan barisan geometri dalam kehidupan sehari-hari (Konteks), mahasiswa memperoleh pengalaman baru melalui proses pembelajaran objekobjek matematika khusunya pembelajaran prinsip pada barisan aritmetika dan barisan geometri sehingga dapat dijadikan inovasi dan inspirasi dalam pembelajaran serta dapat menumbuhkan sikap tangggung jawab, peduli, dan kerjasama selama pembelajaran dan lebih tertarik terhadap pembelajaran matematika (Pengalaman),

93 82 mahasiswa juga dapat merefleksikan hal-hal positif yang terjadi selama proses pembelajaran (Refleksi), selanjutnya mahasiswa tidak hanya merefleksikan saja, namun mereka juga dapat merancang suatu aksi dengan memberikan contoh barisan aritmetika dan barisan geometri dalam kehidupan sehari-hari (Aksi). Kemudian pada bagian akhir, mahasiswa dapat menguji pemahamannya terhadap materi barisan aritmetika dan barisan geometri yang sudah dilakukan (Evaluasi). c. Fase Realisasi Kegiatan yang dilakukan pada fase ini adalah pembuatan desain pembelajaran dan instrumen-instrumen yang dibutuhkan. Desain pembelajaran merupakan panduan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh pendidik dalam pembelajaran dan disusun dalam skenario kegiatan. Penyusunan desain pembelajaran ini disesuaikan dengan tahapan-tahapan model pembelajaran Problem Based Learning dan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif. Hasil dari fase ini adalah prototipe I. Peneliti menggunakan model pengembangan Plomp sebagai landasan dalam proses pengembangannya. Selanjutnya desain pembelajaran disesuaikan dengan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif dan model Problem Based Learning agar indikator dapat tercapai dengan baik. Desain pembelajaran yang dibuat adalah 2

94 83 pertemuan pembelajaran dengan alokasi waktu 2 70 menit. Langkah-langkah pada desain pembelajaran ini menggunakan pendekatan PPR dengan model PBL. Pendekatan PPR yang dimaksud adalah konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Kelima tahap PPR tersebut dikemas menjadi 3 tahapan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Berikut dipaparkan tahapan kegiatan pembelajaran. Kegiatan Pendahuluan Langkah pendekatan PPR yang terdapat pada kegiatan pendahuluan adalah konteks. Kegiatan pada konteks berupa penyampaian tujuan belajar, penyampaian rencana kegiatan, penyampaian apersepsi, dan pemberian motivasi. Tujuan belajar yang disampaikan kepada mahasiswa bertujuan agar mahasiswa mendapat gambaran mengenai materi yang akan dipelajari pada pertemuan tersebut. Pemberian motivasi berupa pentingnya mempelajari barisan aritmetika dan barisan geometri karena pada kehidupan sehari-hari sering dijumpai fenomena atau kegiatan yang merupakan aplikasi dari barisan aritmetika dan barisan geometri. Pembagian kelompok sudah dilakukan sebelum kelas dimulai. Sebelum masuk ke kelas, mahasiswa diminta untuk mengambil kertas undian yang berisi simbol-simbol dari materi yang akan dipelajari pada hari itu, kemudian mahasiswa duduk

95 84 sesuai dengan simbol yang mereka dapatkan. Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara heterogen agar kegiatan diskusi dapat berjalan dengan baik. Kemudian mahasiswa diajak untuk mengingat kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya dan mengkaitkannya dengan yang ada di kehidupan sehari-hari. Kegiatan Inti Pendekatan PPR yang timbul dalam kegiatan inti berupa pengalaman. Pengalaman yang dilakukan peneliti menggunakan model pembelajaran PBL. Mahasiswa diajak untuk mengamati berbagai contoh yang diberikan berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari untuk menuntun mahasiswa dalam menemukan rumus. Mahasiswa mengajukan pertanyaan terkait contoh-contoh yang diberikan peneliti. Jika tidak ada pertanyaan, peneliti memberi pertanyaan yang memotivasi mahasiswa untuk bertanya. Melalui beberapa contoh tersebut, peneliti memberikan suatu permasalahan kepada mahasiswa untuk diselesaikan. Peneliti memberikan lembar kerja yang dapat menuntun mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Mahasiswa berdiskusi untuk mengisi bagian yang rumpang pada lembar kerja untuk mengidentifikasi dan menemukan rumus dari materi yang sedang diajarkan. Peneliti berkeliling dan mengontrol jalannya

96 85 diskusi. Setelah mahasiswa selesai berdiskusi, peneliti menunjuk salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil penemuannya. Peneliti memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya atau memberikan tanggapan dari presentasi yang dilakukan. Kemudian, peneliti bersama mahasiswa menyimpulkan tentang rumus dari materi yang sedang dipelajari. Peneliti memberikan beberapa pertanyaan, untuk mengetahui pemahaman mahasiswa. Kemudian peneliti memberikan penguatan kepada mahasiswa. Kegiatan Penutup Kegiatan penutup merupakan perwujudan dari pendekatan PPR yang berupa refleksi, aksi, dan evaluasi. Peneliti mengajak mahasiswa merefleksikan proses pembelajaran dengan menemukan nilai kemanusiaan yang diperoleh dari pengalaman. Peneliti menuliskan beberapa pertanyaan untuk refleksi dan menuliskannya di power point, kemudian mahasiswa diminta untuk menjawab pertanyaan tersebut di selembar kertas berdasarkan dari pengalaman yang telah diperoleh. Sebagai aksi, mahasiswa diminta untuk mencari contoh-contoh masalah kontekstual yang berkaitan dengan barisan aritmetika dan barisan geometri. Hal ini bertujuan agar mahasiswa semakin menyadari pentingnya mempelajari barisan aritmetika dan barisan geometri bagi kehidupan sehari-hari.

97 86 Sebagai evaluasi, peneliti mengajak mahasiswa untuk mengingat kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan tersebut dengan memberikan beberapa pertanyaan dan kemudian mahasiswa menjawab secara lisan. Peneliti mengembangkan proses pembelajaran menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model Problem Based Learning. Keterkaitan aspek tersebut dirancang dalam langkah-langkah atau kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dibuat sedetail mungkin agar memudahkan mahasiswa dalam memahami perbedaan dari proses pembelajaran yang menekankan pada tiap-tiap objek matematika (konsep, prinsip, dan keterampilan) serta dapat menunjukkan indikator yang ingin dicapai. Selanjutnya dilengkapi pula dengan karakter yang ingin dikembangkan, sehingga setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan menjadi lebih bermakna dan nilai-nilai Competence, Conscience, dan Compassion dapat berkembang dengan baik. Setiap pertemuan pada kegiatan awal, tahap pendekatan PPR yang digunakan yaitu konteks. Kegiatan pada konteks berupa penyampaian judul pembelajaran, pemberian motivasi serta manfaat dan tujuan mempelajari materi tersebut. Tahap pendekatan PPR yang digunakan pada kegiatan inti yaitu pengalaman. Pada tahap ini diterapkan 5 langkah-langkah model pembelajaran PBL yaitu

98 87 orientasi mahasiswa terhadap masalah, mengorganisasikan mahasiswa, membimbing penyelidikan individu dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Tes evaluasi dilaksanakan satu kali. Tes evaluasi tersebut bertujuan untuk melihat sejauh mana tingkat pemahaman prinsip mahasiswa mengenai materi barisan aritmetika dan barisan geometri. Tes evaluasi ini dibuat sebanyak 2 soal uraian tentang pemahaman prinsip. Soal evaluasi ini dirancang oleh peneliti disesuaikan dengan indikator ketercapaian kompetensi dan perkembangan kognitif mahasiswa. Data tes evaluasi yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yang dikategorikan menjadi 3 yaitu tinggi, sedang, dan rendah, yang nantinya akan diambil 2 subjek pada setiap kategorinya untuk dilakukan wawancara mengenai keterlaksanaan pembelajaran prinsip yang sudah dilaksanakan. d. Fase tes, evaluasi, dan revisi Ada dua kegiatan utama yang dilakukan pada fase ini, yaitu validasi desain pembelajaran pada para ahli dan uji coba. Validasi ahli Desain pembelajaran yang dihasilkan pada fase realisasi kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Sebelum

99 88 produk diuji cobakan, dilakukan validasi terlebih dahulu. Validasi tersebut dilakukan dengan Focus Group Discussion (FGD), yang terdiri dari 6 mahasiswa dan satu ahli yaitu dosen pembimbing. Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian desain pembelajaran yang telah dirancang dengan isi atau indikator yang ingin dicapai sehingga desain pembelajaran tersebut siap diujicobakan. Hasil validasi berupa saran dan kritik dari validator dijadikan bahan revisi untuk menghasilkan prototipe II. Tabel 4. 1 Revisi Desain Pembelajaran No Bagian Desain Pembelajaran 1 Indikator Pencapaian Kompetensi (Indikator) Sebelum Revisi Mampu mengembangkan sikap peduli kepada sesama selama proses pembelajaran. Sesudah Revisi Kata sesama diubah menjadi teman, sehingga menjadi : Mampu mengembangkan sikap peduli kepada teman selama proses pembelajaran 2 Lngkah-langkah kegiatan (Kegiatan Inti) Kegiatan untuk pembelajaran objek-objek matematika menjadi satu. inti Kegiatan inti untuk pembelajaran objek-objek matematika khususnya prinsip dipisah agar terlihat jelas perbedaannya

100 89 Uji coba Kegiatan uji coba dilakukan secara terbatas hanya pada satu kelas. Uji coba kelas terbatas dilaksanakan sebagai upaya untuk memperoleh masukan, koreksi, dan perbaikan dari dosen, mahasiswa, dan pengamat terhadap pelaksanaan pembelajaran prinsip yang dilaksanakan. Kegiatan ini dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan yaitu pada tanggal 22 November 2019 dan 29 November 2019 dan 1 kali pertemuan untuk pelaksanaan tes evaluasi pada tanggal 5 Desember Pembelajaran dilakukan dengan alokasi waktu 70 menit untuk setiap pertemuannya, sedangkan untuk tes evaluasi dilaksanakan dengan alokasi waktu 90 menit Uji coba ini dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan subjek penelitian adalah mahasiswa program studi pendidikan matematika angkatan 2017 yang mengambil mata kuliah Pembelajaran Matematika SMA dan SMK di kelas C. Kegiatan ini dibantu oleh pengamat (observer) untuk mengamati keterlaksanaan sintaks pembelajaran dan aktivitas mahasiswa selama pembelajaran berlangsung. Setelah kegiatan uji coba, peneliti melakukan revisi dari hasil uji coba tersebut. Peneliti merevisi desain pembelajaran yang masih kurang sesuai saat diujicobakan berdasarkan dari pendapat dosen, observer, maupun mahasiswa. Hal ini dilakukan untuk

101 90 memperbaiki desain pembelajaran sehingga dapat lebih layak digunakan untuk uji coba dalam skala besar. Adapun jadwal pelaksanaan uji coba terbatas adalah sebagai berikut. Tabel 4. 2 Jadwal Pelaksanaan Uji Coba Terbatas No Hari / Tanggal Waktu Materi 1 Jumat, 22 November Jumat, 29 November Kamis, 5 Desember 2019 Jam Jam Jam Barisan Aritmetika Barisan Geometri Tes Evaluasi B. Pembahasan Peneliti akan membahas mengenai hasil penelitian untuk menjawab rumusan masalah yang telah dibuat. Peneliti melakukan penelitian pengembangan desain pembelajaran prinsip menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model Problem Based Learning pada materi barisan aritmetika dan barisan geometri. Peneliti menggunakan prosedur penelitian dan pengembangan Plomp. Peneliti menggunakan prosedur penelitian dan pengembangan hanya sampai pada fase tes, evaluasi, dan revisi dikarenakan keterbatasan waktu. Uji coba produk ini dilaksanakan pada mahasiswa pendidikan matematika yang mengambil mata kuliah pembelajaran matematika SMA dan SMK di kelas C dengan 20 responden. Pelaksanaan uji coba produk berlangsung sebanyak 2 kali pertemuan pembelajaran, dan 1 kali tes evaluasi. Uji coba produk dilaksanakan pada tanggal 22 November 2019 dan 29

102 91 November Alokasi waktu pelaksanaan pembelajaran adalah 70 menit untuk setiap pertemuannya. Pelaksanaan tes evaluasi pada tanggal 5 Desember Alokasi waktu untuk tes evaluasi adalah 90 menit dengan jumlah 2 soal uraian. Berikut ini adalah pembahasan dari hasil penelitian pengembangan desain pembelajaran menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model Problem Based Learning untuk menjawab rumusan masalah. 1. Pengembangan Desain Pembelajaran Peneliti melakukan pengembangan desain pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif berdasarkan langkah-langkah pengembangan Plomp. Penelitian ini hanya menggunakan empat langkah yaitu sebagai berikut. a. Fase Investigasi Awal Fase investigasi awal dilakukan untuk menentukan masalah dasar yang diperlukan dalam penelitian ini. Pada fase ini terdapat dua kegiatan yaitu analisis mahasiswa dan analisis materi ajar. i. Analisis Mahasiswa Analisis mahasiswa merupakan telaah karakteristik mahasiswa yang menjadi subjek penelitian. Karakteristik ini meliputi minat mahasiswa menjadi guru dan penguasaan pembelajaran prinsip yang dimiliki mahasiswa. Peneliti menyebarkan angket melalui google form kepada mahasiswa pendidikan matematika angkatan 2017 untuk mengetahui minat

103 92 mahasiswa menjadi seorang guru. Karakteristik mahasiswa dalam penelitian ini adalah rendahnya minat mahasiswa di kelas C dalam mata kuliah pembelajaran matematika SMA dan SMK untuk menjadi seorang guru. Hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat kompetensi pendidik, jika kelak mereka menjadi guru, karena guru yang memiliki komitmen rendah biasanya kurang memberikan perhatian kepada murid, demikian pula waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang tidak maksimal. Selain itu, untuk mengetahui karakteristik mahasiswa dalam penguasaan pembelajaran prinsip, pada penelitian ini dilakukan observasi pada simulasi pembelajaran yang dilakukan oleh mahasiswa. Berdasarkan observasi yang dilakukan, masih ada beberapa kegiatan yang kurang dalam menekankan pembelajaran mengenai objek-objek matematika, khususnya prinsip. Selain itu, praktikan juga belum memberikan aksi dan melakukan refleksi, sehingga kesadaran mahasiswa terhadap aspek-aspek competence, conscience, dan compassion masih kurang, serta pembelajaran menjadi kurang bermakna. Berdasarkan hal tersebut masih ditemukan ketidakseimbangan antara apa yang terjadi dan situasi yang diinginkan, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengatasi ketidakseimbangan tersebut.

104 93 ii. Analisis Materi Ajar Analisis materi ditujukan untuk memilih, menetapkan, merinci, dan menyusun secara sistematis materi ajar yang relevan untuk diajarkan terkait pembelajaran prinsip. Analisis materi ajar mencakup analisis prinsip pada materi. Analisis materi ajar pada penelitian ini dilakukan dengan cara studi literatur. Hardiyanti (2016) melakukan penelitian terhadap kesulitan siswa kelas IX SMP dalam menyelesaikan soal pada materi barisan dan deret. Hasil dari penelitian tersebut adalah masih ditemukan banyak kesalahan prinsip pada siswa kelas IX SMP dalam menyelesaikan soal pada materi barisan dan deret, diantaranya siswa tidak dapat menentukan rumus U n dalam bentuk yang lebih sederhana, selain itu pada soal barisan geometri, siswa salah dalam menentukan nilai U n dan U 10. Siswa mencari suku ke-10 dan ke-n dari barisan geometri menggunakan rumus barisan aritmetika. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa belum paham mengenai konsep dan prinsip dari barisan aritmetika dan barisan geometri. Siswa tidak dapat membedakan antara barisan aritmetika dan barisan geometri, sehingga tidak dapat menentukan rumus yang tepat untuk menyelesaikan soal tersebut. Berdasarkan penelitian tersebut, diketahui bahwa masih ditemukan ketidakseimbangan antara apa yang diinginkan

105 94 dengan apa yang terjadi pada materi barisan. Banyak siswa yang melakukan kesalahan prinsip pada materi barisan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hardiyanti (2016), beberapa kesulitan yang dialami siswa pada materi ini diantaranya adalah dalam menentukan rumus suku ke-n dari suatu barisan aritmetika dan barisan geometri, siswa kurang memahami konsep suku pertama dari suatu barisan dan siswa kurang memahami maksud dari soal yang diberikan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada materi barisan, siswa masih kesulitan dalam memahami dan menerapkan prinsip, khususnya dalam menemukan rumus, untuk itu peneliti memilih materi barisan yang dikhususkan pada barisan aritmetika dan barisan geometri. b. Fase Desain Kegiatan pada fase ini bertujuan untuk mendesain solusi dari masalah yang ditemukan pada fase investigasi awal. Semua solusi yang ditemukan dibandingkan dan dievaluasi agar menghasilkan pilihan desain yang terbaik untuk direalisaikan. Solusi yang dirasa tepat pada penelitian ini adalah desain pembelajaran prinsip menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model Problem Based Learning yang dikembangkan oleh peneliti. Produk yang akan dikembangkan didesain terlebih dahulu dan menghasilkan rencana

106 95 kerja atau rencana tertulis yang akan direalisasikan pada fase realisasi/konstruksi. Berdasarkan hasil investigasi awal, peneliti merancang jadwal dan desain pembelajaran menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model Problem Based Learning pada materi barisan aritmetika dan barisan geometri. Peneliti menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif dan model Problem Based Learning, agar mahasiswa dapat lebih memahami aplikasi dan kegunaan barian aritmetika dan barisan geometri dalam kehidupan sehari-hari (Konteks), mahasiswa memperoleh pengalaman baru melalui proses pembelajaran objek-objek matematika khusunya pembelajaran prinsip pada barisan aritmetika dan barisan geometri sehingga dapat dijadikan inovasi dalam pembelajaran dan menumbuhkan sikap tanggung jawab, peduli, dan kerjasama selama pembelajaran, sehingga lebih tertarik terhadap pembelajaran matematika (Pengalaman), mahasiswa juga dapat merefleksikan hal-hal positif yang terjadi selama proses pembelajaran (Refleksi), selanjutnya mahasiswa tidak hanya merefleksikan saja, namun mereka juga dapat merancang suatu aksi dengan memberikan contoh barisan aritmetika dan barisan geometri dalam kehidupan sehari-hari (Aksi). Pada bagian akhir pembelajaran, mahasiswa dapat menguji pemahamannya terhadap materi barisan aritmetika dan barisan geometri yang sudah dilakukan (Evaluasi).

107 96 c. Fase Realisasi Kegiatan pada tahap ini adalah pembuatan desain pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya. Desain pembelajaran merupakan panduan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh pendidik dalam pembelajaran dan disusun dalam skenario kegiatan. Desain pembelajaran yang dirancang pada penelitian ini disesuaikan dengan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif dan model Problem Based Learning agar indikator dapat tercapai dengan baik. Waktu yang dibutuhkan peneliti dalam merancang desain pembelajaran adalah 3 Minggu, yakni pada tangggal 1 November November Desain pembelajaran yang dibuat adalah 2 pertemuan pembelajaran dengan alokasi waktu 2 70 menit. Langkah-langkah pada desain pembelajaran ini menggunakan pendekatan PPR dengan model pembelajaran PBL. Pendekatan PPR yang dimaksud adalah konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Kelima tahap PPR tersebut dikemas menjadi 3 tahapan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Hasil dari fase ini adalah prototipe I. d. Fase tes, evaluasi, dan revisi Solusi yang telah dikembangkan harus diuji dan dievaluasi terlebih dahulu sebelum diuji cobakan. Ada dua kegiatan utama pada fase ini, yaitu validasi desain pembelajaran dan uji coba. Kegiatan

108 97 validasi dilakukan dengan Focus Group Discussion (FGD), yang terdiri dari 6 mahasiswa dan satu ahli yaitu dosen pembimbing. Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian desain pembelajaran yang telah dirancang dengan isi atau indikator yang ingin dicapai sehingga desain pembelajaran tersebut siap diujicobakan. Hasil validasi berupa saran dan kritik dari validator dijadikan bahan revisi untuk menghasilkan prototipe II. Setelah produk di validasi, kemudian dilakukan kegiatan uji coba. Kegiatan uji coba dilakukan secara terbatas hanya pada satu kelas. Uji coba kelas terbatas dilaksanakan sebagai upaya untuk memperoleh masukan, koreksi, dan perbaikan dari dosen, mahasiswa, dan pengamat terhadap pelaksanaan pembelajaran prinsip yang dilaksanakan. Uji coba ini dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan subjek penelitian adalah mahasiswa program studi pendidikan matematika angkatan 2017 yang mengambil mata kuliah Desain Pembelajaran Matematika SMA dan SMK di kelas C dengan responden 20 mahasiswa. Uji coba produk dilaksanakan sesuai tanggal yang dipaparkan pada Tabel 4.2.

109 98 2. Keterlaksanaan Desain Pembelajaran a. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Berdasarkan hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan, kedua observer memiliki hasil yang sama. Ada satu aspek yang tidak terlaksana yaitu pada alokasi waktu. Kedua observer menulsikan bahwa alokasi waktu kurang sesuai dengan apa yang direncanakan. Proses pembelajaran menjadi lebih lama karena refleksi yang memakan waktu cukup banyak. No I 1 2 II Tabel 4. 3 Hasil Observasi Keterlaksanaan Desain Pembelajaran Terlaksana Aspek yang diamati Observer I Observer II Ya Tidak Ya Tidak Kegiatan Prapembelajaran Peneliti menyiapkan kesiapan ruang, alat, dan media pembelajaran Peneliti menyiapkan kesiapan mahasiswa Kegiatan pendahuluan (Konteks) Peneliti membuka pelajaran dengan salam dan doa Peneliti mengecek kehadiran mahasiswa Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran Peneliti menyampaikan apersepsi Skor Total

110 99 Peneliti memberikan 7 motivasi kepada 2 mahasiswa III Kegiatan Inti (Pengalaman) Penguasaan Materi Peneliti menunjukkan penguasaan materi pembelajaran pada saat mengajar atau menjawab pertanyaan dari mahasiswa Peneliti menyampaikan materi sesuai dengan urutan kemampuan yang harus dikuasai oleh mahasiswa (dari hal yang mudah) Peneliti menyampaikan materi dengan mengaitkan realitas kehidupan Pendekatan/Strategi Pembelajaran Peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai Peneliti melaksanakan pembelajaran secara runtut Peneliti melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual Peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang dialokasikan

111 Peneliti memberikan permasalahan yang berkaitan dengan materi Peneliti memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengamati permasalahan yang diberikan Peneliti bertanya kepada mahasiswa terkait apa yang diketahui dan ditanyakan pada permasalahan yang diberikan Peneliti membagi mahasiswa dalam kelompok Peneliti membagikan lembar kerja kepada setiap kelompok untuk menyelesaikan permasalahan yang sudah diberikan Peneliti membimbing setiap kegiatan mahasiswa selama diskusi kelompok Peneliti meminta minimal dua kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok Peneliti memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya terkait hasil

112 pekerjaan kelompok presenter Peneliti bertanya kepada mahasiswa terkait penyelesaian yang sudah dilakukan Pemanfaatan media pembelajaran Peneliti menggunakan media pembelajaran Peneliti melibatkan mahasiswa dalam pemanfaatan media Penggunaan bahasa Peneliti menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar Peneliti menggunakan bahasa lisan yang jelas dan lancar IV Kegiatan penutup (Refleksi, Aksi, Evaluasi) Refleksi dan rangkuman pembelajaran Peneliti bersama mahasiswa menyimpulkan materi pembelajaran yang sudah dipelajari Peneliti meminta mahasiswa untuk berefleksi terkait pengalaman belajarnya Tindaklanjut pembelajaran Peneliti menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan 2

113 102 berikutnya dan melakukan evaluasi Skor yang diperoleh Skor Keterlaksanaan 58 Berdasarkan Tabel 4.3 persentase keterlaksanaan desain pembelajaran dengan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan model pembelajaran PBL dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Menghitung skor rata-rata : x = x n = 58 2 = 29 Mengubah skor rata-rata pencapaian menjadi bentuk persentase dengan rumus : x P = ( ) 100% x max = ( ) 100% = 48,33%

114 103 Tabel 4. 4 Presentase Keterlaksanaan Desain Pembelajaran Observer Skor yang diperoleh Prinsip Persentase Kriteria Keterlaksanaan Desain Pembelajaran I 29 96,67 % Sangat Baik II 29 96,67 % Sangat Baik Keterlaksanaan desain pembelajaran tentang prinsip matematika menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model Problem Based Learning dari observer pertama dan kedua memiliki persentase yang sama, yaitu 96,67 % dengan kriteria sangat baik. Dari data tersebut, diperoleh persentase akhir untuk keterlaksanaan desain pembelajaran prinsip yang telah dilaksanakan yaitu 96,67 % dengan kriteria sangat baik. Maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa keterlaksanaan desain pembelajaran prinsip menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model Problem Based Learning pokok bahasan barisan aritmetika dan barisan geometri untuk mahasiswa pendidikan matematika angkatan 2017 kelas C telah terlaksana dengan sangat baik. b. Data Tes Evaluasi Data hasil tes evaluasi dilihat dari pengerjaan soal evaluasi prinsip mahasiswa yang menjadi subjek penelitian. Dengan tes evaluasi ini peneliti dapat melihat pemahaman prinsip mahasiswa,

115 104 dan mengelompokkan mahasiswa menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Pengelompokkan ini sebagai dasar dalam pengambilan subjek untuk wawancara, yang diambil sebanyak 6 mahasiswa, masing-masing 2 mahasiswa pada setiap kategorinya. Tabel 4. 5 Penilaian Tes Evaluasi Skor Tiap Nomor No Kode Mahasiswa Nilai M ,33 2 M M ,33 4 M M ,67 6 M ,33 7 M ,67 8 M M ,67 10 M ,67 11 M ,67 12 M M ,33 14 M M M ,67 17 M M ,67 19 M

116 M Berdasarkan nilai yang diperoleh pada Tabel 4.5 diatas, peneliti mengkategorikan nilai tes evaluasi tersebut berdasarkan analisis data tes yang digunakan dalam BAB III. Hasil analisis tes evaluasi mahasiswa disajikan dalam Tabel 4.6 berikut. Tabel 4. 6 Hasil Analisis Tes Evaluasi No Kode Mahasiswa Nilai Kategori 1 M1 13,33 Rendah 2 M2 20 Sedang 3 M3 81,33 Tinggi 4 M4 20 Sedang 5 M5 42,67 Sedang 6 M6 13,33 Rendah 7 M7 46,67 Sedang 8 M8 100 Tinggi 9 M9 6,67 Rendah 10 M10 46,67 Sedang 11 M11 26,67 Sedang 12 M Tinggi 13 M13 13,33 Rendah 14 M14 80 Tinggi 15 M15 40 Sedang 16 M16 46,67 Sedang 17 M17 20 Sedang 18 M18 46,67 Sedang

117 M19 40 Sedang 20 M20 40 Sedang Dari tabel 4.6 diatas, dapat digolongkan tingkat pemahaman prinsip mahasiswa yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Presentase mahasiswa dengan pemahaman prinsip tinggi, sedang, dan rendah disajikan dalam tabel 4.7 sebagai berikut. Tabel 4. 7 Presentase Mahasiswa yang Termasuk dalam Kategori Tinggi, Sedang, dan Rendah No Kategori Jumlah Presentase Mahasiswa 1 Tinggi 4 20 % 2 Sedang % 3 Rendah 4 20 % Berdasarkan Tabel 4.7 diatas, terdapat 4 mahasiswa yang berada pada kategori tinggi dengan presentase 20 %. Sebanyak 12 mahasiswa berada pada kategori sedang dengan presentase 60 %, dan 4 mahasiswa berada pada kategori rendah dengan presentase 20 %. Berdasarkan tabel 4.6 diatas, maka pemahaman prinsip mahasiswa terhadap materi barisan aritmetika dan barisan geometri yang telah diajarkan berada dalam kategori sedang. c. Deskripsi Hasil Wawancara Wawancara dilakukan setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan. Tujuan dilakukannya wawancara yaitu untuk melihat

118 107 keterlaksanaan desain pembelajaran tentang prinsip matematika berdasarkan pengamatan dan pengalaman belajar mahasiswa dengan desain pembelajaran prinsip menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan model pembelajaran PBL. Peneliti mewawancarai enam orang mahasiswa sebagai subjek berdasarkan kategori tes evaluasi tinggi, sedang, dan rendah. Pembagian kelompok tersebut berdasarkan dari paparan ahli yaitu Arikunto (1993) dengan kriteria tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan data hasil analisis tes evaluasi pada Tabel 4.6 maka diperoleh rincian subjek yang berada dalam kategori tinggi, sedang dan rendah. Berikut Tabel 4.8 banyak mahasiswa dalam kategori tinggi, sedang dan rendah. Tabel 4. 8 Banyak Mahasiswa dalam Kategori Tinggi, Sedang, dan Rendah Kategori Tinggi Sedang Rendah Banyak Mahasiswa 4 Mahasiswa (M3, M8, M12, M14) 12 Mahasiswa (M2, M4, M5, M7, M10, M11, M15, M16, M17, M18, M19, M20) 4 Mahasiswa (M1, M6, M9, M13) Wawancara dilakukan kepada 6 mahasiswa dengan mengambil dua mahasiswa secara acak dari masing-masing kategori

119 108 tinggi, sedang, dan rendah. Adapun dua mahasiswa yang berada di kategori tingi yaitu mahasiswa dengan kode M3 dan M14, dua mahasiswa yang berada di kategori sedang yaitu mahasiswa dengan kode M10 dan M16, sedangkan dua mahasiswa yang berada di kategori rendah yaitu mahasiswa dengan kode M6 dan M13. Berikut adalah hasil wawancara terkait keterlaksanaan desain pembelajaran prinsip pada ke enam subjek tersebut. i. Hasil wawancara dengan M3 Berdasarkan pengamatan dari subjek M3, pada kegiatan prapembelajaran, kesiapan ruang, alat, dan media pembelajaran sudah baik. Menurutnya, semuanya sudah tersedia dan sudah disiapkan, untuk ruangan, pembagian kelompok, dan kertaskertas yang diperlukan sudah disiapkan sebelum pembelajaran dimulai. Kemudian pada kegiatan pendahuluan (konteks), menurut pengalaman subjek M3, peneliti sudah memberikan motivasi kepada mahasiswa dengan mengaitkan kehidupan sehari-hari dengan materi barisan aritmetika dan barisan geometri, salah satunya dengan menampilkan bermacammacam gambar. Peneliti sudah mengaitkan materi dengan kegiatan atau fenomena dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan sudah bersifat kontekstual.

120 109 Namun menurut subjek M3, pelaksanaan pembelajarn belum sesuai dengan waktu yang dialokasikan. Menurutnya, pada saat membahas konsep waktu yang digunakan terlalu panjang, sehingga mahasiswa merasa sedikit bosan. Namun untuk bagian prinsip dan keterampilan, waktunya sudah sesuai. Menurut subjek M3 untuk alokasi waktu pada pembelajaran prinsip sendiri sudah baik. Sebelum pembelajaran dimulai, peneliti juga sudah membagi mahasiswa menjadi beberapa kelompok, dengan mengambil semacam kertas undian yang berisi simbol-simbol dari materi yang akan dipelajari, kemudian mahasiswa duduk berdasarkan simbol yang ada di kertas yang mereka piilih dengan tempat duduk yang sudah diatur. Menurut pengamatan subjek M3, peneliti juga sudah menggunakan media pembelajaran, yaitu power point, papan tulis, dan lembar kerja. Kemudian pada kegiatan penutup, menurut subjek M3, peneliti sudah meminta mahasiswa untuk berefleksi terkait pengalaman belajarnya, yaitu dengan menampilkan beberapa pertanyaan di papan tulis kemudian mahasiwa diminta menjawab pertanyaan tersebut dan menuliskannya di selembar kertas. Menurut subjek M3, agar pembelajaran prinsip yang dilaksanakan mudah diterima oleh peserta didik pertama-tama kita harus memberikan pemahaman konsep tentang materi yang akan dipelajari terlebih dahulu,

121 110 dengan mengaitkan kehidupan sehari-hari yang dekat dengan mahasiswa, kemudian dibawa ke pamahaman konsepnya, dengan begitu mahasiswa akan lebih mudah memahami konsep dari suatu materi. Setelah mahasiswa paham mengenai konsepnya, barulah masuk ke materi yang lebih abstrak yaitu pada pembelajaran prinsip. Menurut subjek M4, apabila konsepnya belum dipahami oleh mahasiswa, maka akan sulit untuk mempelajari prinsip dari materi tersebut. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, menurut pengamatan dan pengalaman subjek M4, pembelajaran prinsip yang dilakukan sudah baik dan mudah dimengerti. ii. Hasil wawancara dengan M14 Menurut pengamatan subjek M14, untuk kegiatan prapembelajaran, peneliti masih belum menyiapkan kesiapan mahasiswa dengan baik, karena pada saat awal-awal pembelajaran masih terasa canggung dan kaku. Menurut subjek M14, akan lebih baik apabila diawali dengan bercanda-canda atau permainan untuk mencairkan suasana, baru memulai pembelajaran dengan memperkenalkan diri, menyampaikan tujuan dan lain sebagainya agar suasana kelas tidak tegang dan sedikit santai. Namun untuk itu hanya pada pertemuan pertama, untuk pertemuan kedua sudah tidak canggung dan pembelajaran sudah lebih santai dan lucu.

122 111 Subjek M14 mengatakan bahwa peneliti sudah menyampaikan apersepsi pada kegiatan pendahuluan (konteks). Menurut subjek M14, pada pertemuan pertama peneliti sudah mengingatkan mahasiswa dengan materi sebelumnya yaitu pola bilangan, lalu pada pertemuan kedua peneliti juga sudah mengingatkan mahasiswa dengan materi sebelumnya yaitu barisan aritmetika. Kemudian, subjek M14 mengatakan bahwa pada kegiatan inti, peneliti sudah menyampaikan materi sesuai dengan urutan kemampuan yang harus dikuasai oleh mahasiswa (dari hal yang mudah). Pertama, mahasiswa diajak untuk memahami definsi, kemudian penerapan rumus. Saat penerapan rumus, menurut subjek M14 latihan soal yang digunakan juga sudah meningkat, dari yang pengaplikasian kemudian meningkat ke soal cerita, jadi pembelajaran yang dilaksanakan sudah sesuai dengan urutan dari yang mudah ke rumit. Namun, menurut pengalaman subjek M14, pembelajaran yang dilaksanakan masih tidak sesuai dengan waktu yang dialokasikan. Menurutnya, dalam perumusan definisi memakan waktu terlalu lama, dan pada pembahasan soal dan diskusi waktunya terasa sangat singkat. Namun untuk pembelajaran prinsipnya sendiri waktu yang digunakan sudah sesuai, tidak terlalu lama dan tidak terlalu cepat.

123 112 Menurut subjek M14, peneliti sudah membagikan lembar kerja kepada setiap kelompok untuk membantu dan menuntun mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa peneliti sudah melibatkan mahasiswa dalam pemanfaatan media. Selain lembar kerja, mahasiswa juga dilibatkan dalam pemanfaatan power point dan papan tulis. Pemanfaatan power point dapat dilihat dari dilibatkannya mahasiswa dalam membaca permasalahan yang diberikan melalui power point. Kemudian untuk papan tulis digunakan mahasiswa untuk menuliskan jawabannya. Menurut pengamatan subjek M14, pada kegiatan penutup, peneliti sudah menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya dan sudah melakukan evaluasi. Selain itu, mahasiswa juga selalu diingatkan untuk membaca materi terlebih dahulu untuk mempersiapkan atau sebagai bekal untuk pertemuan selanjutnya. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan menurut M14 sudah baik, mungkin peneliti dapat lebih memperkirakan atau menambah waktu untuk berdiskusi agar mahasiswa tidak terburu-buru dalam mengerjakan soal yang diberikan.

124 113 iii. Hasil wawancara dengan M10 Menurut pengamatan subjek M10, pada kegiatan prapembelajaran, peneliti sudah menyiapkan kesiapan ruang, alat, dan media pembelajaran. Sebelum pembelajaran dimulai, peneliti sudah menata meja dan kursi menjadi beberapa kelompok, begitu pula untuk alat dan media juga sudah disiapkan. Peneliti menggunakan power point dan papan tulis, menurut subjek M10, mungkin dapat ditingkatkan lagi yaitu dengan menggunakan alat peraga. Menurut subjek M10, pada kegiatan pendahuluan (Konteks), peneliti sudah membuka pembelajaran dengan salam dan doa, dengan meminta salah satu mahasiwa untuk memimpin doa. Menurut pengalaman subjek M10, peneliti juga sudah memberikan motivvasi kepada mahasiswa. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya permasalahan kontekstual yang disampaikan oleh peneliti, jadi secara tidak langsung peneliti telah memberitahukan kepada mahasiswa bahwa ada banyak manfaat dalam mempelajari barisan aritmetika dan barisan geometri. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa mahasiswa tidak harus belajar dari buku, namun dikehidupan sehari-hari pun ada. Menurut subjek M10, hal tersebut dapat memotivasi minat mahasiswa untuk lebih tertarik dalam mempelajari materi barisan aritmetika dan barisan geometri. Kemudian peneliti juga

125 114 telah memberikan respon balik ketika ada mahasiswa yang menjawab pertanyaan, maju ke depan, atau bertanya, dengan memberikan tepuk tangan, lalu ucapan terima kasih, senyuman dan sebagainya. Hal-hal tersebut juga dapat memotivasi mahasiswa untuk terus aktif dalam mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan. Kemudian pada kegiatan inti (pengalaman), menurut subjek M10, peneliti sudah menyampaikan materi dengan mengaitkan pada realitas kehidupan. Menurut subjek M10, kegiatan tersebut sudah nampak sekali di awal pembelajaran. Peneliti menampilkan gambar barisan buah-buahan yang dipajang di etalase toko, kemudian gambar kursi bioskop dan lainnya. Namun, menurut pengalaman subjek M10, waktu yang dialokasikan masih kurang sesuai dengan pembelajaran yang dilaksanakan. Subjek M10 berpendapat agar waktunya dapat ditambah pada saat diskusi kelompok dalam mengerjakan permasalahan yang diberikan, sehingga mahasiswa tidak terburu-buru saat diskusi dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Menurut subjek M10, peneliti sudah memberikan permasalahan yang berkaitan dengan materi, tidak ada yang menyimpang. Lalu pada saat kegiatan diskusi kelompok, berdasarkan pengalaman subjek M10, peneliti sudah

126 115 membimbing setiap kegiatan mahasiswa selama berdiskusi dalam kelompok, sehingga tidak ada peneliti yang berkumpul di suatu tempat. Para peneliti sudah menyebar ke kelompokkelompok, dan tidak hanya sekedar menyebar, namun juga membimbing dan menanyakan kesulitan, mendampingi, serta menuntun mahasiswa dalam mengerjakan atau menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Kemudian, untuk penggunaan bahasa tulis, menurut subjek M10, bahasa tulis yang digunakan peneliti sudah baik, jelas dan dapat dibaca dengan baik. Lalu untuk kegiatan penutup, menurut subjek M10, peneliti sudah meminta mahasiswa untuk berefleksi terkait pengalaman belajarnya dengan menjawab beberapa pertanyaan yang ditampilkan di power point, dan menuliskannya di selembar kertas, dan dikumpulkan. Menurut subjek M10, untuk materi, isi, alngkah pembelajaran, alat dan media, semuanya sudah cukup baik, namun dalam pembawaan bisa dilatih lagi, karena peneliti beberapa kali terlihat grogi, lalu juga suasana yang tercipta di awal terasa sedikit canggung. Hal ini sama dengan yang disampaikan oleh subjek M14. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama, karena lama-lama pembelajaran menjadi semakin asik dan makin nyaman. Subjek M10 berpendapat bahwa pembawaannya dapat dilatih lagi, jadi ketika masuk atau

127 116 ketika membuka pelajaran hjangan terlihat murung, jadi harus selalu tersenyum, lalu untuk intonasi atau nada bicaranya diusahakkan seelalu semangat, sehingga mahasiswa juga merasa bersemangat. Menurut subjek M10 embelajaran prinsip yang dilaksanakan sudah baik. iv. Hasil wawancara dengan M16 Menurut subjek M16, pada kegiatan prapembelajaran, peneliti masih belum menyiapkan kesiapan mahasiswa dengan baik, menurutnya peneliti belum meminta mahasiswa untuk menyimpang barang-barang yang tidak diperlukan. Tetapi peneliti sudah berani unntuk menegur mahasiswa yang bermain handphone. Lalu pada kegiatan pendahuluan (konteks), menurut subjek M16, peneliti sudah menyampaikan apersepsi dengan baik. Kemudian untuk bagian kegiatan inti (pengalaman), menurut subjek M16, peneliti sudah mengaitkan materi dengan realitas kehidupan dengan memberikan contoh atau permasalahan di kehidupan sehari-hari dengan menggunakan gambar yang ditampilkan di power point, sehingga mahasiswa menjadi lebih jelas dan mudah memahami. Namun, menurut subjek M16, peneliti masih belum melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang dialokasikan, hal ini sesuai dengan pendapat subjek yang lain. Menurutnya, alokasi waktu pelaksanaan pembelajaran secara

128 117 keseluruhan sudah sesuai, namun waktu untuk mengerjakan soal dan diskusi terlalu cepat dan peneliti tidak memberikan waktu total untuk mengerjakan, dan tiba-tiba memberikan sisa waktu diskusi. Kemudian, saat peneliti memberikan permasalahan kepada mahasiswa, menurut subjek M16, peneliti sudah memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengamati dan memahami permasalahan yang diberikan tersebut. Kemudian, berdasarkan pengamatan dari subjek M16, setiap selesai berdiskusi dan mengerjakan soal, peneliti sudah meminta perwakilan kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya dipapan tulis. Selain itu, setiap soal semuanya juga dibahas bersama. Kemudian untuk bahasa lisan yang digunakan, menurut pengalaman dari subjek M16, peneliti sudah menggunakan bahasa lisan yang baik dan lancar. Kemudian pada kegiatan penutup, peneliti sudah menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya dan sudah melakukan evaluasi. Misalnya dengan meminta mahasiswa untuk mencari contoh lain mengenai barisan, dan mahasiswa diminta untuk mempelajari materi yang akan dibahas di pertemuan selanjutnya. Menurut pengalaman subjek M16, dari saat pembentukan kelompok, mahasiswa sudah diajarkan untuk membangun rasa tanggung jawab, karena di dalam kelompok

129 118 tersebut, ada teman yang masih belum paham atau tidak mengerti cara menyelesaikan permasalahan atau soal yang diberikan, untuk itu subjek M16 merasa bertanggung jawab untuk menjelaskan kepadatemannya yang belum paham tersebut. Melalui pembelajaran yang telah dilakukan, subjek M16 jadi lebih mengetahui bagaimana menyajikan suatu pembelajaran yang baik dan menarik, sehingga menurut subjek M16, pembelajaran yang dilakukan dapat menjadi inspirasi bagaimana mengajar di depan kelas. Selain itu, sebagai calon guru, sebaiknya dapat memberikan pembelajaran mengenai konsep, prinsip, dan keterampilan. Menurut subjek M16, untuk pembelajaran prinsip sudah sangat baik, karena benar-benar diajarkan dari pemahaman konsep, dan kemudian ke prinsip. Selain itu mahasiswa juga diajarkan bagaimana proses mendapatkan rumus tersebut, jadi mahasiswa tidak hanya langsung diberikan rumus, namun juga benar-benar dibangun dari awal, sehingga mahasiswa menjadi lebih paham mengenai rumus yang digunakan. v. Hasil wawancara dengan M6 Menurut subjek M6, pada kegiatan prapembelajaran, peneliti sudah menyiapkan kesiapan ruang, alat, dan media pembelajaran dengan baik, hal ini karena selama pembelajaran, subjek M6 merasa tidak ada hal yang kurang dari ketiga

130 119 persiapan tersebut. Subjek M6 mengatakan bahwa pada kegiatan pendahuluan (konteks), peneliti sudah mengucapkan salam, maupun mengawali pembelajaran dengan doa. Selain itu, peneliti juga sudah menyampaikan tujuan pembelajaran secara jelas. Kemudian pada kegiatan inti (pengalaman), menurut pengalaman subjek M6, peneliti sudah menyampaikan materi dengan mengaitkan pada kehidupan kontekstual, dengan menampilkan gambar kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan barisan seperti barisan buah di etalase toko, barisan orang upacara, dan barisan kursi bioskop. Kemudian peneliti juga sudah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai, tidak menyimpang dan tidak keluar dari kompetensi itu sendiri. Namun, sama seperti subjek yang lain, subjek M6 juga mengatakan bahwa waktu yang dialokasikan masih belum sesuai, terutama pada saat mengerjakan soal, menurutnya masih seperti terburu-buru. Kemudian pada saat mengerjakan soal, menurut pengalaman subjek M6, peneliti sudah bertanya kepada mahasiswa terkait apa yang diketahui dan apa saja yang ditanyakan pada permasalahan yang diberikan. Selain itu, peneliti juga sudah memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya maupun menanggapi terkait hasil pekerjaan

131 120 kelompok lain. Menurut subjek M6, untuk bahasa tulis yang digunakan sudah baik dan benar, mudah dibaca dan dipahami oleh mahasiswa. Subjek M6 mengatakan bahwa pada kegiatan penutup, peneliti sudah menyimpulkan materi pembelajaran bersamasama dengan mahasiswa. Mahasiswa juga diajak untuk menarik kesimpulan, dan kemudian peneliti menegaskan kembali. Mennurut subjek M6, secara keseluruhan pembelajaran yang dilakukan sudah baik. Hanya saja pada saat mengerjakan soal dan presentasi hasil pekerjaan waktu yang digunakan terlalu singkat, sehingga agak terburu-buru. Kemudian untuk pembelajaran prinsip mungkin bisa diperbanyak untuk contohcontohnya. vi. Hasil wawancara dengan M13 Menurut subjek M13, pada kegiatan prapembelajaran, peneliti sudah menyiapkan kesiapan mahasiswa dengan baik, walaupun pada awal-awal pembelajaran, mahasiswa masih merasa belum siap, karena metode pembelajaran yang seperti itu, namun pada pertemuan selanjutnya mahasiswa sudah merasa siap karena sudah mengetahui metode pembelajaran yang peneliti gunakan. Kemudian untuk kegiatan pendahuluan (konteks), menurut subjek M13, peneliti sudah mengecek kehadiran mahasiswa, walaupun tidak dipanggil satu per satu,

132 121 namun peneliti sudah bertanya siapa saja yang tidak hadir pada pertemuan tersebut. Peneliti juga sudah menyampaikan apersepsi, dengan mengaitkan pada materi sebelumnya yang sudah didapat oleh mahhasiswa. Kemudian pada kegiatan inti (pengalaman), menurut subjek M13, peneliti sudah mengaitkan materi dengan realitas kehidupan, dengan cara menampilkan berbagai gambar kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan barisan seperti barisan buah, barisan kursi bioskop, dan orang upacara. Kemudian, peneliti juga sudah melaksanakan pembelajaran secara runtut dalam penyampaian materinya. Selain itu, menurut subjek M13, pada saat peneliti memberikan suatu permasalahan, pasti peneliti selalu memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengamati terlebih dahulu permasalahan yang diberikan tersebut, kemudian bertanya apakah ada yang kurang, atau ada yang tidak paham terkait soalnya. Kemudian, berdasarkan pengalam dari subjek M13, setiap kali mahasiswa selesai berdiskusi dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan, peneliti selalu meminta salah satu kelompok untuk maju dan menjelaskan hasil diskusinya. Kemudian peneliti juga sudah bertanya kepada mahasiswa terkait penyelesaian yang sudah dilakukan, jika tidak ada kelompok lain yang bertanya atau menanggapi. Menurut subjek

133 122 M13, peneliti juga sudah menggunakan bahasa lisan yang jelas dan lancar. Subjek M13 mengatakan bahwa pada kegiatan penutup, peneliti sudah meminta mahasiswa untuk berefleksi terkait pengalaman belajarnya, dengan meminta mahasiswa untuk menjawab pertanyaan yang sudah ditampilkan di power point, dan menuliskannya di selembar kertas, dan dikumpulkan. Melalui pembelajaran prinsip yang telah dilaksanakan, menurut subjek M13, masih kurang dalam latihan soalnya, karena menurutnya, untuk mengajarkan prinsip sangatlah susah, jadi mahasiswa mungkin dapat lebih diperbanyak dalam latihan soalnya. Berikut adalah beberapa kesimpulan berkaitan dengan komentar mahasiswa mengenai desain pembelajaran tentang prinsip matematika menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model Problem Based Learning pada materi barisan aritmetika dan barisan geometri yang telah dilaksanakan. Mahasiswa menyatakan bahwa pembelajaran tentang prinsip matematika menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model Problem Based Learning merupakan hal baru yang dapat menginspirasi mereka untuk mengajarkan pembelajaran yang lebih bermakna.

134 123 Semua mahasiswa mengatakan bahwa desain pembelajaran yang dilaksanakan kurang sesuai dengan waktu yang dialokasikan. Untuk pembelajaran tentang prinsip matematika, dapat ditambah dalam latihan soalnya 3. Respon Mahasiswa Angket respon diberikan kepada mahasiswa setelah uji coba produk dilakukan. Angket ini disebar melalui google form, dan digunakan untuk melihat respon mahasiswa terhadap desain pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil angket, diperoleh respon mahasiswa terhadap desain pembelajaran tentang prinsip matematika menggunakan pendekatan PPR dan model pembelajaran PBL pada materi barisan aritmetika dan barisan geometri adalah sebagai berikut. Tabel 4. 9 Hasil Angket Respon Mahasiswa No Aspek Indikator Skor Kategori Respon a. Respon mahasiswa 64,25 Baik Mahasiswa terhadap terhadap desain pembelajaran 1 pembelajaran b. Sikap mahasiswa 67 Baik (konsep, yang timbul ketika prinsip, menerapkan desain keterampilan) pembelajaran

135 124 2 (konsep, prinsip, keterampilan). Sikap : kerja sama, bertanggung jawab, dan peduli kepada teman a. Mahasiswa lebih 59,5 Baik mudah mengerjakan Desain soal pada desain pembelajaran pembelajaran (konsep, (konsep, prinsip, prinsip, keterampilan) keterampilan) b. Terjadinya kolaborasi 59 Baik dapat antar mahasiswa memecahkan c. Terjadi interaksi 55 Cukup masalah yang antara mahasiswa dan terjadi di kelas dosen d. Terjadi interaksi antar 55,5 Cukup mahasiswa Total Skor Rata-rata 60,042 Baik Indikator respon mahasiswa terhadap desain pembelajaran yang dilakukan, memperoleh skor 64,25 yang termasuk dalam kategori baik. Kemudian untuk indikator sikap mahasiswa yang timbul ketika menerapkan desain pembelajaran (konsep, prinsip, dan keterampilan) memperoleh skor 67 yang termasuk dalam kategori baik. Skor 59,5, untuk indikator mahasiswa lebih mudah mengerjakan soal pada desain pembelajaran (konsep, prinsip, keterampilan) yang termasuk dalam

136 125 kategori baik. Kemudian untuk indikator terjadinya kolaborasi antar mahasiswa memperoleh skor 59, termasuk dalam kategori baik. Skor 55, untuk indikator terjadinya interaksi antara mahasiswa dan dosen, termasuk dalam kategori cukup, dan untuk indikator terjadinya interaksi antar mahasiswa memperoleh skor 55,5 yang termasuk dalam kategori cukup. Berdasarkan tabel diatas, hasil angket respon mahasiswa terhadap desain pembelajaran tentang prinsip matematika menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model Problem Based Learning pada pokok bahasan barisan aritmetika dan barisan geometri yang telah dilaksanakan adalah baik, dengan perolehan skor 60,042. C. Keterbatasan Penelitian Selama proses pengembangan desain pembelajaran prinsip menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model Problem Based Learning pada materi barisan aritmetika dan barisan geometri memiliki keterbatasan penelitian, diantaranya : 1. Validasi soal tes hanya dilakukan dengan validasi isi dikarenakan keterbatasan waktu. 2. Pada saat pelaksanaan pembelajaran, tahapan konteks pada PPR hanya dilakukan dengan melihat pemahaman mahasiswa mengenai materi sebelumnya (apersepsi).

137 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Pengembangan desain pembelajaran terdiri dari 4 tahap, yaitu : a. Fase investigasi awal : Analisis mahasiswa dan materi pada fase ini dilakukan dengan menyebarkan angket melalui google form, observasi simulasi pembelajaran dan studi literatur. Penyebaran angket dilakukan untuk mengetahui minat mahasiswa menjadi guru. Observasi simulasi pembelajaran dilakukan untuk mengetahui pemahaman mahasiswa mengenai pembelajaran prinsip. Sedangkan studi literatur dilakukan untuk pemilihan materi yang akan diajarkan. b. Fase Desain : Peneliti merancang jadwal dan desain pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model pembelajaran Problem Based Learning pada materi barisan aritmetika dan barisan geometri. c. Fase Realisasi : Pada fase ini dilakukan realisasi desain pembelajaran prinsip yang disesuaikan dengan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif dan model pembelajaran Problem Based Learning. Desain pembelajaran yang dibuat adalah 2 pertemuan pembelajaran dengan alokasi waktu 2 70 menit 126

138 127 d. Fase Tes, Evaluasi, dan Revisi : Pada fase ini, kegiatan validasi dilakukan dengan Focus Group Discussion (FGD), yang terdiri dari 6 mahasiswa dan satu ahli yaitu dosen pembimbing. Hasil validasi berupa saran dan kritik dari validator dijadikan bahan revisi untuk menghasilkan prototipe II. Kemudian untuk kegiatan uji coba dilakukan secara terbatas hanya pada satu kelas dengan responden 20 mahasiswa. Desain pembelajaran tentang prinsip matematika menggunakan PPR dan model PBL pada materi barisan aritmetika dan barisan geometri berhasil dikembangkan dengan menggunakan model pengembangan Plomp yang terdiri dari 4 fase. 2. Keterlaksanaan desain pembelajaran tentang prinsip matematika dengan pendekatan PPR dan model pembelajaran PBL pada pokok bahasan barisan aritmetika dan barisan geometri telah terlaksana dengan kriteria keterlaksanaan sangat baik, dengan presentase sebesar 96,67%. Berdasarkan hasil observasi tersebut, desain pembelajaran terlaksana dengan sangat baik, semua kegiatan sudah dilaksanakan dengan baik, namun masih kurang dalam managemen waktu. Berdasarkan hasil tes evaluasi, menunjukkan bahwa terdapat 4 mahasiswa yang berada pada kategori tinggi dengan presentase 20 %. Sebanyak 12 mahasiswa berada pada kategori sedang dengan presentase 60 %, dan 4 mahasiswa berada pada kategori rendah dengan presentase 20 %. Berdasarkan hasil tersebut, maka pemahaman prinsip mahasiswa terhadap materi barisan aritmetika

139 128 dan barisan geometri yang telah diajarkan berada dalam kategori sedang, dimana mahasiswa sudah menggunakan rumus yang tepat dan mampu melakukan pembuktian, akan tetapi mahasiswa masih merasa kebingungan untuk menentukan langkah selanjutnya yang harus dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa subjek penelitian, mahasiswa mengatakan bahwa pembelajaran tentang prinsip matematika yang dilakukan merupakan sebuah hal baru bagi mereka yang sangat menginspirasi. Mahasiswa menjadi lebih paham bagaimana cara mendapatkan rumus tersebut, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. 3. Respon mahasiswa terhadap desain pembelajaran menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model Problem Based Learning ditunjukkan melalui hasil angket dengan skor 60,042 dari interval dan termasuk dalam kategori baik. Pembelajaran yang dilaksanakan sudah baik, mudah dipahami dan menginspirasi mahasiswa serta mampu mengembangkan sikap tanggung jawab, peduli dan kerjasama dalam kelompok.

140 129 B. Saran Berdasarkan penelitian yang sudah dilaksanakan, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut. 1. Bagi Calon Pendidik Desain pembelajaran matematika menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif dengan model Problem Based Learning dapat diterapkan sebagai salah satu pembelajaran yang inovatif, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan menjadi lebih bermakna. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya. Peneliti selanjutnya diharapkan lebih mempersiapkan produk dan instrumen yang akan digunakan dengan lebih detail, agar tidak ada hal-hal yang dirasa kurang pada saat pelaksanaan uji coba, sehingga kegiatan uji coba dapat terlaksana dengan baik dan lancar, serta konteks mahasiswa dapat diketahui lebih mendalam. Validasi soal tes pada penelitian ini hanya menggunakan validasi isi, maka dari itu peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan kegiatan validasi bersama dosen ahli agar lebih valid.

141 DAFTAR PUSTAKA Afandi, Muhamad dkk Model dan Metode Pembelajaran di Sekolah. Semarang: UNISSULA PRESS Alwan., Hendri, Menza., dan Darmaji Faktor-faktor yang Mendorong Siswa MIA SMAN Mengikuti Bimbingan Belajar Luar Sekolah di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi. Jurnal EduFisika. Vol.02 No.02 : Andar dan Ikman Deskripsi Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soalsoal Ujian Semester Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 10 Kendari. Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika. Vol.4 No.2: Arends, I Richard Learning to Teach. New York : The McGreaw-Hill Companies Arikunto, S Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Depdiknas Undang-undang RI No.20 tahun 2003 : tentang sistem pendidikan nasional. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Evianti, Nurul., Busnawir, Jafar., dan La Masi Analisis Kesalahan Siswa Kelas IX MTs Negeri 2 Kendari Dalam Menyelesaikan Soal-soal Lingkaran. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol.10 No.2 : Hakim, Lukman Nul Ulasan Metodologi Kualitatif : Wawancara Terhadap Elit. Aspirasi. Vol.4 No.2 :

142 131 Hanafi Konsep Penelitian R&D Dalam Bidang Pendidikan. Jurnal Kajian Keislaman. Vol.4 No.2 : Hardiyanti, Arif Analisis Kesulitan Siswa Kelas IX SMP Dalam Menyelesaikan Soal Pada Materi Barisan dan Deret. Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I). ISSN: Hartana, Albertus., Setyosari, Punaji., dan Dedi Kuswandi Penerapan Strategi Pembelajaran Paradigma Pedagogi Ignatian (Reflektif) Terhadap Peningkatan Hasil Belajar dan Motivasi Berprestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan. Vol.1 No.4 : Hartanto, Suryo Kontribusi Persepsi Profesi Guru dan Minat Menjadi Guru Terhadap IPK Mahasiswa FKIP UNRIKA Batam. Cahaya Pendidikan. Vol.2 No.1: Hasanah, Hasyim Teknik-teknik Observasi (Sebuah Alternatif Metode Pengumpulan Data Kualitatif Ilmu-ilmu Sosial). Jurnal at-taqaddum. Vol.8 No.1 : Jumrotun Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Irisan Kerucut dengan Menggunakan Model Number Head Together (NHT) Pada Siswa Kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 5 Surakarta Semester Genap Tahun Ajaran 2017/2018. Jurnal Pendidikan Dwi Utama. Vol.9

143 132 Latif, Sriwahyuni dan Irwan Akib Mathematical Connection Ability in Solving Mathematics Problem Based On Initial Abilities of Students at SMPN 10 Bulukumba. Jurnal Daya Matematis. Vol.4 No.2 : Lase, Delipiter Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0. Jurnal Sundermann. Vol.1 No.1 : Lestari, Putri Marsela., Taufik, Azin., dan Nuranita Adiyastuti Kemampuan Pemahaman Relasional Matematis Antara Siswa Yang Menggunakan Model Problem Based Learning dan Model Discovery Learning. Seminar Nasional Pendidikan Matematika. ISBN : Lutvaidah, Ukti Pengaruh Metode dan Pendekatan Pembelajaran Terhadap Penguasaan Konsep Matematika. Jurnal Formatif. Vol.5 No.3 : Mandasari, Novianti Model Elaborasi Kognitif Siswa Dalam Proses Abstraksi Prinsip dan Konsep Matematika Ruang Dimensi Dua di Kelas XI Teknik Las SMKN 1 Curup. Jurnal Pendidikan Matematika (Judika Education). Vol.1 No.1 : Manullang, Sudianto dkk Matematika SMA/SMK Kelas XI. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nur, Nurfahmi., Rusli., dan Awi Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Ccerita Matematika pada Materi Bariisan dan Deret Aritmatika. Issues in Mathematics Education. Vol.2 No.1 : P3MP-LPM USD Pedoman Model Pembelajaran Berbasis Pedagogi Ignasian. Yogyakarta : USD

144 133 Pratini, Haniek Sri Implementasi Paradigma Pedagogi Reflektif Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Competence, Conscience, dan Compassion Mahasiswa. Elementary School. Vol.3, No.1. Prayitno Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir. Jurnal Riset dan Konseptual. Vol.3 No.1: Printina, Brigida Intan Pemanfaatan Media Komik Digital Melalui Unsur PPR (Paradigma Pedagogi Reflektif) Pada Matakuliah Sejarah Asia Barat Modern. Jurnal Pendidikan Sejarah. Vol.8 No.1 : 1-13 Purnama, Sigit Metode Penelitian dan Pengembangan (Pengenalan untuk Mengembangkan Produk Pembelajaran Bahasa Arab). Literasi. Vol.IV No.1 : Ratumanan, Tanwey Gerson dan Theresia Laurens Analisis Penguasaan Objek Matematika (Kajian pada Lulusan SMA di Probvinsi Maluku). Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia. Vol.1 No.2: 147 Riyandiarto, Bayu Bagus., Zenuri., dan I. Hidayah Analisis Pemahaman Matematika Siswa SMP dengan Pendekatan Multidimensi SPUR (Skills, Properties, Uses, dan Representations). Unnes Journal of Mathematics Education Research. Vol.4 No.1 : 1-9 Rochmad Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika. Jurnal Kreano. Vol.3 No.1. ISSN :

145 134 Rusman Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : Kharisma Putra Utama Sofyan, Herminarto Pembelajaran Problem Based Learning dalam Implementasi Kurikulum 2013 di SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi. Vol.6 No.3 : Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta cv Suhendar, Uki dan Arta Ekayanti Problem Based Learning Sebagai Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Matematis Mahasiswa. Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran. Vol.6 No.1 : Sugiyono Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta. Sulistyowati, Amalia dan Sujadi, A. A Analisis Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal Sudut, Luas, dan Keliling Segitigas Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Mlati, Sleman. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol.3 No.3 : 273. Susilowati., Anriani, Nurul., dan Hendrayana, Aan Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi Abad 21 Untuk Guru Matematika (SMP/MTs) Pada Materi Peluang. Prosiding Seminar dan Diskusi Nasional Pendidikan Dasar. ISSN: : 530 Syarifah, Lely Lailatus Analisis Kemampuan Pemahaman Matematis Pada Mata Kuliah Pembelajaran Matematika SMA II. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol.10 No.2: 57-71

146 135 Tim Penerbit Kanisius Paradigma Pedagogi Reflektif (Alternatif Solusi Menuju Idealisme Pendidikan Kristiani). Yogyakarta : PENERBIT KANISIUS. Yulianisa., Rizal, Fahmi., Oktaviani., Abdullah, Rijal., et al Tinjauan Keterampilan Abad 21 (21st Century Skills) di Kalangan Guru Kejuruan. Cived Jurusan Teknik Sipil. Vol.20 No.10 : 1-3

147 LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil Scanning Lembar Validasi Instrumen Observasi 136

148 137

149 138

150 139 Lampiran 2 Hasil Scanning Lembar Validasi Instrumen Pedoman Wawancara

151 140

152 141

153 142 Lampiran 3 Hasil Scanning Lembar Validasi Angket (Validator 1)

154 143

155 144

156 145 Lampiran 4 Hasil Scanning Lembar Validasi Angket (Validator 2)

157 146

158 147 Lampiran 5 Validitas Tes Evaluasi Uji Validitas dengan membandingkan r hitung dengan r Moment-Product (r tabel) dengan N = 20 dan taraf signifikansi 5% yaitu 0,44. Soal nomor 1 valid dikarenakan r hitung > r tabel yaitu 0,89 > 0,44 Soal nomor 2 valid dikarenakan r hitung > r tabel yaitu 0,64 > 0,44

159 148 Lampiran 6 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran (Observer 1) LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Praktikan : Chatarina Krisella Wibawaningrum Hari/Tanggal : Mata Kuliah : Desain Pembelajaran Matematika SMA/SMK Materi : Barisan Aritmetika dan Barisan Geometri Kelas/Semester : C/5 Petunjuk Pengisian 1. Amatilah kegiatan yang dilakukan peneliti selama proses pembelajaran! 2. Isilah tanda centang () pada kolom sesuai dengan keadaan yang diamati! No. Aspek yang diamati Terlaksana Keterangan Ya Tidak I Kegiatan Prapembelajaran 1. Peneliti menyiapkan kesiapan ruang, alat, dan media pembelajaran 2. Peneliti menyiapkan kesiapan mahasiswa Sebelum pembelajaran dimulai peneliti menyiapkan ruang yaitu meja dan kursi yang ditata untuk kebutuhan pengelompokkan serta kesiapan alat dan media pembelajaran. Peneliti menyiapkan kesiapan mahasiswa dengan cara menghimbau mahasiswa untuk memasukkan barang yang tidak berkepentingan dengan pembelajaran saat itu. II Kegiatan pendahuluan (Konteks)

160 Peneliti membuka pelajaran dengan salam dan doa 4. Peneliti mengecek kehadiran mahasiswa 5. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran 6. Peneliti menyampaikan apersepsi 7. Peneliti memberikan motivasi kepada mahasiswa Sebelum pembelajaran sudah ada salam dan doa yang dipimpin oleh salah satu mahasiswa. Peneliti sudah mengecek kehadiran mahasiswa akan tetapi terlihat agak membuang waktu di bagian ini. Tujuan pembelajaran sudah disampaikan secara jelas dan detail. Sudah ada apersepsi yaitu peneliti membahas materi sebelumnya yang bersangkutan dengan materi pada saat itu. Motivasi nampaknya sudah diberikan oleh peneliti akan tetapi kurang ditekankan kepada mahasiswa. III KegiatanInti (Pengalaman) Penguasaan Materi 8. Peneliti menunjukan penguasaan materi pembelajaran pada saat mengajar atau menjawab pertanyaan dari mahasiswa 9. Peneliti menyampaikan materi sesuai dengan urutan kemampuan yang harus dikuasai oleh mahasiswa (dari hal yang mudah) Pada saat mengajar dan menjawab pertanyaan mahasiswa peneliti sudah menunjukkan bahwa peneliti menguasai materi akan tetapi terkadang agak sedikit menunjukkan keragu-raguan. (mungkin karena gugup) Materi yang diberikan sudah dimulai dari yang paling dasar kemudian mengara pada materi yang sulit.

161 Peneliti menyampaikan materi dengan mengaitkan realitas kehidupan Hal ini sudah sangat terlihat jelas, karena peneliti membawa kasus dalam kehidupan seharihari untuk dipecahkan menggunakan materi pada waktu itu. Pendekatan/StrategiPembelajaran 11. Peneliti melaksanaakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai 12. Peneliti melaksakan pembelajaran secara runtut 13. Peneliti melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual Pembelajaran sudah dilakukan secara urut mulai dari pendahuluan kegiatan ini hingga penutup meskipun pada penutup ada kegiatan yang diacak tetapi ini wajar karena fleksibel tergantung dari pengajar. Pembelajaran yang dilakukan sudah terlihat jelas yaitu pembelajaran kontekstual. 14. Peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang dialokasikan Pembelajaran yang dilaksanakan sedikit menghabiskan waktu di bagian refleksi mahasiswa, sehingga waktu yang dialokasikan sedikit molor, tetapi tidak banyak. 15. Peneliti memberikan permasalahan yang berkaitan dengan materi 16. Peneliti memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk Peneliti sudah memberikan permasalahan yang berkaitan dengan materi pada waktu itu kepada mahasiswa. Permasalahan yang diberikan itu diberikan untuk diamati oleh mahasiswa. Peneliti

162 151 mengamati permasalahan yang diberikan 17. Peneliti bertanya kepada mahasiswa terkait apa yang diketahui dan ditanyakan pada permasalahan yang diberikan 18. Peneliti membagi mahasiswa dalam kelompok 19. Peneliti membagikan lembar kerja kepada setiap kelompok untuk menyelesaikan permasalahan yang sudah diberikan 20. Peneliti membimbing setiap kegiatan mahasiswa selama diskusi kelompok memberikan beberapa menit untuk mahasiswa membaca dan mengamati permasalahan tersebut. Peneliti tidak hanya menyuruh mahasiswa untuk mengamati permasalahan tersebut akan tetapi menanyakan hal apa saja yang diketahui dan ditanya. Pembagian yang dilakukan yaitu dengan cara mahasiswa mengambil undian pada saat sebelum masuk kedalam kelas dan kemudian duduk di meja yang ada simbol dalam undian tersebut. Setiap kelompok dibagikan lembar kerja untuk menyelesaikan permaslahan yang diberikan. Peneliti berkeliling untuk membimbing mahasiswanya di setiap kelompok. 21. Peneliti meminta minimal dua kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok Peneliti mempersilahkan 2 kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok. 22. Peneliti memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya terkait hasil pekerjaan kelompok presenter Kelompok lain juga diberi kesempatan untuk bertanya terkait hasil pekerjaan kelompok yang maju.

163 Peneliti bertanya kepada mahasiswa terkait penyelesaian yang sudah dilakukan Setelah kelompok tersebut mempresentasikan hasil mereka, peneliti juga menanyakan terkait pengerjaan mereka. Pemanfaatan media pembelajaran 24. Peneliti menggunakan media pembelajaran 25. Peneliti melibatkan mahasiswa dalam pemanfaatan media Penggunaan Bahasa 26. Peneliti menggunakan Bahasa tulis yang baik dan benar 27. Peneliti menggunakan bahasa lisan yang jelas dan lancar Tidak hanya peneliti yang menggunakan media tersebut tetapi juga mahasiswa. Bahasa tulis yang digunakan peneliti sudah baik dan benar. Peneliti menggunakan bahasa lisan yang jelas akan tetapi terkadang agak kurang lancar mungkin dikarenakan factor gugup. IV Kegiatanpenutup Refleksi dan rangkuman pembelajaran 28. Peneliti Bersama mahasiswa menyimpulkan materi pembelajaran yang sudah dipelajari 29. Peneliti meminta mahasiswa untuk berefleksi terkait pengalaman belajarnya Tindaklanjut pembelajaran 30. Peneliti menyampaikan materi yang akan dibahas Peneliti mengajak mahasiswa dalam menyimpulkan materi pada waktu itu. Pada akhir pembelajaran mahasiswa diminta untuk berefleksi dalam secarik kertas, dipandu dengan pertanyaan dari peneliti. Setelah pembelajaran peneliti langsung melakukan evaluasi

164 153 pada pertemuan berikutnya dan melakukan evaluasi bersama dengan dosen pembimbing. CatatanTambahan: Secara keseluruhan sudah baik akan tetapi yang perlu diperhatikan adalah alokasi waktu dan bahasa lisan yang dilatih lagi agar semakin lancar. Yogyakarta, 4 April 2020 Observer, Paula Glady Frandani Setiawan

165 154 Lampiran 7 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran (Observer 2) LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Praktikan : Chatarina Krisella Wibawaningrum Hari/Tanggal : Mata Kuliah : Desain Pembelajaran Matematika SMA/SMK Materi : Barisan Aritmetika dan Barisan Geometri Kelas/Semester : C/5 Petunjuk Pengisian 1. Amatilah kegiatan yang dilakukan peneliti selama proses pembelajaran! 2. Isilah tanda centang () pada kolom sesuai dengan keadaan yang diamati! No. Aspek yang diamati Terlaksana Keterangan Ya Tidak I Kegiatan Prapembelajaran 1. Peneliti menyiapkan kesiapan ruang, alat, dan media pembelajaran 2. Peneliti menyiapkan kesiapan mahasiswa Peneliti sudah menyiapkan kesiapan ruang seperti mengatur posisi meja dan kursi untuk proses diskusi kelompok saat pembelajaran. Selain itu, peneliti sudah menyiapkan alat dan media pembelajaran Sebelum pembelajaran dimulai peneliti meminta mahasiswa untuk mempersiapkan diri dan alat tulis yang tidak diperlukan untuk dimasukan ke dalam tas II Kegiatan pendahuluan (Konteks) 3. Peneliti membuka pelajaran dengan salam dan doa Peneliti sudah memberikan salam dan meminta salah satu mahasiswa untuk memimpin berdoa

166 Peneliti mengecek kehadiran mahasiswa 5. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran 6. Peneliti menyampaikan apersepsi Peneliti sudah menanyakan kehadiran mahasiswa Peneliti sudah menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai Peneliti sudah menyampaikan apresepsi dengan membahas materi yang sebelumnya sudah dipelajari 7. Peneliti memberikan motivasi kepada mahasiswa Peneliti sudah memberi motivasi akan tetapi perlu ditekankan kembali. III Kegiatan Inti (Pengalaman) Penguasaan Materi 8. Peneliti menunjukan penguasaan materi pembelajaran pada saat mengajar atau menjawab pertanyaan dari mahasiswa 9. Peneliti menyampaikan materi sesuai dengan urutan kemampuan yang harus dikuasai oleh mahasiswa (dari hal yang mudah) 10. Peneliti menyampaikan materi dengan mengaitkan realitas kehidupan Peneliti sudah menunjukkan penguasaan materi dengan menjelaskan materi secara detail Peneliti sudah menyampaikan materi sudah disesuaikan dari hal yang mudah Peneliti sudah menyampaikan materi dengan mengaitkan pada realitas kehidupan Pendekatan/Strategi Pembelajaran 11. Peneliti melaksanaakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai Pembelajaran yang dilakukan sudah mengarah pada kompetensi yang ingin dicapai

167 Peneliti melaksakan pembelajaran secara runtut 13. Peneliti melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual Sudah runtut sehingga materi yang disampaikan dapat dipahami mahasiswa Pembelajaran yang dilakukan sudah mengaitkan pada kehidupan sehari-hari 14. Peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang dialokasikan Alokasi waktu kurang sesuai dengan apa yang direncanakan. Proses pembelajaran menjadi lebih lama karena refleksi yang memakan waktu cukup banyak. 15. Peneliti memberikan permasalahan yang berkaitan dengan materi 16. Peneliti memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengamati permasalahan yang diberikan 17. Peneliti bertanya kepada mahasiswa terkait apa yang diketahui dan ditanyakan pada permasalahan yang diberikan 18. Peneliti membagi mahasiswa dalam kelompok 19. Peneliti membagikan lembar kerja kepada setiap kelompok untuk menyelesaikan permasalahan yang sudah diberikan 20. Peneliti membimbing setiap kegiatan mahasiswa selama diskusi kelompok Permasalahan yang diberikan sdudah berkaitan dengan materi yang dipelajari Peneliti sudah memberikan waktu mahasiswa untuk mengamati permasalahan tersebut Peneliti sudah menanyakan apa yang diketahui dan ditanyakan pada permasalahan Peneliti membagi mahasiswa menjadi 5 kelompok Penelitian sudah memberikan lembar kerja pada setiap kelompok Peneliti sudah membimbing mahasiswa dalam diskusi kelompok dengan melakukan

168 157 interaksi dan keliling ke setiap kelompok 21. Peneliti meminta minimal dua kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok Peneliti sudah meminta 2 kelompok untuk mempresentasikan pekerjaannya. 22. Peneliti memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya terkait hasil pekerjaan kelompok presenter 23. Peneliti bertanya kepada mahasiwa terkait penyelesaian yang sudah dilakukan Sudah memberikan kesempatan untuk bertanya kepada kelompok lain Sudah melakukan tanya jawab kepada mahasiswa Pemanfaatan media pembelajaran 24. Peneliti menggunakan media pembelajaran 25. Peneliti melibatkan siswa dalam pemanfaatan media Penggunaan Bahasa 26. Peneliti menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar 27. Peneliti menggunakan bahasa lisan yang jelas dan lancer Sudah baik, mungkin hanya terlihat sedikit gugup saat awal-awal IV Kegiatan penutup (Refleksi, Aksi, Evaluasi) Refleksi dan rangkuman pembelajaran 28. Peneliti bersama mahasiswa menyimpulkan materi pembelajaran yang sudah dipelajari Peneliti sudah mengajak mahasiswa untuk menyimpulkan materi yang dipelajari

169 Peneliti meminta mahasiswa untuk berefleksi terkait pengalaman belajarnya Tindaklanjut pembelajaran 30. Peneliti menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya dan melakukan evaluasi Peneliti sudah mengajak mahasiswa untuk melakukan refleksi di selembar kertas dengan memberikan beberapa pertanyaan Peneliti sudah menyampaikan tindak lanjut untuk pertemuan berikutnya dan setelah pembelajaran melakukan evaluasi Catatan Tambahan: Secara keseluruhan proses pembelajaran yang dilakukan sudah baik. Namun diperhatikan kembali untuk alokasi waktunya, sehingga pembelajaran dapat selesai tepat waktu Yogyakarta, 4 April 2020 Observer, Monica Tyas Handayani

170 159 Lampiran 8 Hasil Tes Evaluasi

ISSN X Elementary School 3 (2016) Volume 3 nomor 1 Januari 2016

ISSN X Elementary School 3 (2016) Volume 3 nomor 1 Januari 2016 108 ISSN 2338-980X Elementary School 3 (2016) 108-119 Volume 3 nomor 1 Januari 2016 IMPLEMENTASI PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam peradaban manusia, sehingga matematika merupakan bidang studi yang selalu diajarkan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki abad ke 21 persaingan dan tantangan di semua aspek kehidupan semakin besar. Teknologi yang semakin maju dan pasar bebas yang semakin pesat berkembang mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi secara cepat dan mudah dari berbagai sumber. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan masyarakat menyebabkan perubahan-perubahan dalam masyarakat, perubahan ini akan menyebabkan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal utama yang dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan hidup manusia karena pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN PARTISIPASI SISWA KELAS VIII.I SMP NEGERI 3 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan penekanan

Lebih terperinci

Oleh: Asih Pressilia Resy Armis Zuhri D ABSTRACT

Oleh: Asih Pressilia Resy Armis Zuhri D ABSTRACT 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN STRUKTURAL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI TEKNIK KOMPUTER JARINGAN (TKJ) 2 SMK NEGERI 2 PEKANBARU

Lebih terperinci

Desi Suryaningsih et al., Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan...

Desi Suryaningsih et al., Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan... 1 Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Pada Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus Kelas VIII C SMP Negeri 13 Jember Semester Ganjil Tahun Ajaran

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika memiliki peran yang sangat luas dalam kehidupan. Salah satu contoh sederhana yang dapat dilihat adalah kegiatan membilang yang merupakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (1982:1-2):

BAB I PENDAHULUAN (1982:1-2): BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu. Karena itu matematika sangat diperlukan, baik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini menyebabkan kita harus selalu tanggap menghadapi hal tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan Sumber Daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lain. Dengan tidak mengesampingkan pentingnya

Lebih terperinci

Titi Solfitri 1, Yenita Roza 2. Program Studi Pendidikan Matematika ABSTRACT

Titi Solfitri 1, Yenita Roza 2. Program Studi Pendidikan Matematika   ABSTRACT ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL GEOMETRI SISWA KELAS IX SMPN SE-KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU (THE ANALYSIS OF ERROR ON SOLVING GEOMETRY PROBLEM OF STUDENT AT CLASS IX JUNIOR HIGH SCHOOL

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA Susilawati Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang Jln. Lontar No. 1 Semarang susilawatiyogi@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH I PATUK PADA POKOK BAHASAN PELUANG JURNAL SKRIPSI

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH I PATUK PADA POKOK BAHASAN PELUANG JURNAL SKRIPSI ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH I PATUK PADA POKOK BAHASAN PELUANG JURNAL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS VIIIE DI MTSN SAMPUNG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS VIIIE DI MTSN SAMPUNG PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS VIIIE DI MTSN SAMPUNG Oleh: IIS INDAH WIJAYANTI NIM. 13321698 Skripsi ini ditulis untuk memenuhi

Lebih terperinci

Tika Nurpitasari 23, Suharto 24, Arika Indah Kristiana 25

Tika Nurpitasari 23, Suharto 24, Arika Indah Kristiana 25 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN METODE PEMECAHAN MASALAH POLYA PADA MATERI MENYELESAIAKAN PERMASALAHAN YANG BERKAITAN DENGAN SEGIEMPATDI KELAS VII SMP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya mata pelajaran matematika adalah diujikannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan Van den Akker (1999:3-5) tujuan penelitian pengembangan bisa

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan Van den Akker (1999:3-5) tujuan penelitian pengembangan bisa BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan. Berdasarkan Van den Akker (1999:3-5) tujuan penelitian pengembangan bisa dilihat dari berbagai

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA Prabawati, M. N. p-issn: 2086-4280; e-issn: 2527-8827 ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA THE ANALYSIS OF MATHEMATICS PROSPECTIVE TEACHERS MATHEMATICAL LITERACY SKILL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permen 23 Tahun 2006 (Wardhani, 2008:2) disebutkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Permen 23 Tahun 2006 (Wardhani, 2008:2) disebutkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada kurikulum berbasis kompetensi yang tertuang dalam lampiran Permen 23 Tahun 2006 (Wardhani, 2008:2) disebutkan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai bagian dari kurikulum di sekolah, memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan yang mampu bertindak atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Semakin berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) pada masa global ini, menuntut sumber daya manusia yang berkualitas serta bersikap kreatif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MA DINIYAH PUTERI PEKANBARU

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MA DINIYAH PUTERI PEKANBARU 1 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MA DINIYAH PUTERI PEKANBARU Oleh: Adillah Harniati 1 Sehatta Saragih 2 Syarifah Nur Siregar 2 flo_anteredium@yahoo.com

Lebih terperinci

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University 1 THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL WITH STRUCTURAL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) APPROACH TO IMPROVE MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT IN CLASS VII 3 SMP NEGERI 16 SIJUNJUNG Nadhilah Andriani

Lebih terperinci

2015 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPATKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

2015 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPATKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bappenas (2006) mengemukakan bahwa majunya suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri, karena pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim disebut dengan proses humanisasi. Proses humanisasi ini tidak diperoleh dengan begitu saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada pandangan umum yang mengatakan bahwa mata pelajaran matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999), matematika merupakan mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tri Sulistiani Yuliza, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tri Sulistiani Yuliza, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memecahkan suatu masalah dapat dikatakan sebagai aktivitas dasar manusia. Karena sebagian besar dalam menjalani aktivitasnya, manusia berhadapan dengan masalah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sangat berperan penting dalam kemajuan teknologi dan informasi di era globalisasi ini. Setiap negara berlomba-lomba dalam kemajuan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika a. Pembelajaran Matematika di SD Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI TRANSFORMASI GEOMETRI UNTUK SMA KELAS XI

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI TRANSFORMASI GEOMETRI UNTUK SMA KELAS XI PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI TRANSFORMASI GEOMETRI UNTUK SMA KELAS XI Oleh DWI PUJIASTUTI 12321570 Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia saat ini tidak bisa terlepas dari pendidikan. Pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental bagi kemajuan suatu bangsa sehingga menjadi kebutuhan

Lebih terperinci

PENERAPAN GUIDED INQUIRY

PENERAPAN GUIDED INQUIRY PENERAPAN GUIDED INQUIRY DISERTAI MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMA NEGERI 1 NGEMPLAK BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : PURWO ADI NUGROHO K 4308109

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI TEOREMA PYTHAGORAS BERBASIS PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH YANG MENGACU PADA LEARNING TRAJECTORY

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI TEOREMA PYTHAGORAS BERBASIS PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH YANG MENGACU PADA LEARNING TRAJECTORY PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI TEOREMA PYTHAGORAS BERBASIS PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH YANG MENGACU PADA LEARNING TRAJECTORY DAN BERORIENTASI PADA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SKRIPSI

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X.1 SMA NEGERI 1 SUKOHARJO SKRIPSI Oleh: WARYANTO K4308061 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED Dian Nopitasari Universitas Muhammadiyah Tangerang, Jl. Perintis Kemerdekaan 1/33, d_novietasari@yahoo.com ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat 2

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat 2 PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PADA MATERI MENULIS LAPORAN PERJALANAN BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 35 PADANG Vatmawati 1, Dina Ramadhanti 2, Ricci Gemarni Tatalia

Lebih terperinci

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK ASAM BASA KELAS XI MIA SMAN 2 MAGETAN IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin cepat dewasa ini, menuntut manusia terus mengembangkan wawasan dan kemampuan di berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panji Faisal Muhamad, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panji Faisal Muhamad, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang selalu menemani perjalanan kehidupan. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan potensinya. Seperti yang dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pendidikan merupakan unsur dasar yang menentukan kecakapan berpikir tentang dirinya dan lingkungannya. Seseorang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA MATERI SUHU, KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR UNTUK SISWA SMA KELAS X

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA MATERI SUHU, KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR UNTUK SISWA SMA KELAS X PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA MATERI SUHU, KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR UNTUK SISWA SMA KELAS X Skripsi Oleh: Apriyanto Budi Utomo K2310012 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF (PPR): ALTERNATIF PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENGEMBANGKAN PENGETAHUAN DAN KARAKTER

PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF (PPR): ALTERNATIF PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENGEMBANGKAN PENGETAHUAN DAN KARAKTER Universitas Sanata Dharma PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF (PPR): ALTERNATIF PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENGEMBANGKAN PENGETAHUAN DAN KARAKTER Oleh: Margaretha Madha Melissa, M.Pd. madha.melissa@usd.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi secara tidak langsung memberikan dampak pada perubahan sistem pendidikan, seperti halnya terjadinya perubahan kurikulum.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PENGAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMR BERBANTUAN CD INTERAKTIF PADA MATERI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL KELAS VII

PENGEMBANGAN PERANGKAT PENGAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMR BERBANTUAN CD INTERAKTIF PADA MATERI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL KELAS VII ISSN 2502-5872 M A T H L I N E PENGEMBANGAN PERANGKAT PENGAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMR BERBANTUAN CD INTERAKTIF PADA MATERI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL KELAS VII Ikin Zaenal Mutaqin SMP Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal di Indonesia yang sederajat dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Perbedaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia- manusia unggul dan berkualitas. Undang-undang No 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. manusia- manusia unggul dan berkualitas. Undang-undang No 20 tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan untuk membentuk manusia- manusia unggul dan berkualitas. Undang-undang No 20 tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama dalam proses pendidikan di sekolah. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata pelajaran matematika di tingkat Sekolah Menengah Pertama adalah agar peserta didik memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas, yang mampu menghadapi berbagai tantangan dan mampu bersaing. Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada manusia untuk mengembangkan bakat serta kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suci Primayu Megalia, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suci Primayu Megalia, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya penting untuk mencerdaskan Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu upaya itu adalah dengan adanya pendidikan formal maupun informal yang di

Lebih terperinci

STUDI TENTANG KINERJA PROFESI GURU PENJASORKES SMA-SMK SE-KABUPATEN SRAGEN PADA TAHUN

STUDI TENTANG KINERJA PROFESI GURU PENJASORKES SMA-SMK SE-KABUPATEN SRAGEN PADA TAHUN STUDI TENTANG KINERJA PROFESI GURU PENJASORKES SMA-SMK SE-KABUPATEN SRAGEN PADA TAHUN 2007-2012 SKRIPSI Oleh: ARIS SETIAWAN K4610015 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : SUTARMI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA September 2016.

SKRIPSI. Oleh : SUTARMI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA September 2016. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 2 MOJOLABAN PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI

Lebih terperinci

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan 1 PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA SUB POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK SISWA KELAS VIII-7 SMP NEGERI 1 KREMBUNG SIDOARJO SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI, KEAKTIFAN, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Lebih terperinci

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang berperan penting dalam kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sehingga perkembangan matematika menjadi sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Globalisasi dapat mengakibatkan restrukturisasi dunia. Proses ini disertai banjirnya informasi yang melanda dunia dan berdampak terhadap kehidupan nyata.

Lebih terperinci

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN STRUKTURAL THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X-A SMA AL-HUDA PEKANBARU Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** )

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA UNTUK PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) PADA MATERI POKOK HIMPUNAN KELAS VII SMP

PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA UNTUK PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) PADA MATERI POKOK HIMPUNAN KELAS VII SMP PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA UNTUK PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) PADA MATERI POKOK HIMPUNAN KELAS VII SMP SKRIPSI Oleh: DAVID PRATAMA (K1311020) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VII DI MTs SULAMUL HUDA

PENERAPAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VII DI MTs SULAMUL HUDA PENERAPAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VII DI MTs SULAMUL HUDA Oleh: ROFIQOH AWATISYAHARA NIM. 13321659 Skripsi ini ditulis untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai ilmu dasar segala bidang ilmu pengetahuan adalah hal yang sangat penting untuk diketahui. Matematika memiliki peranan penting dalam ilmu

Lebih terperinci

ISMIYATI MARFUAH S

ISMIYATI MARFUAH S PROSES BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK DALAM MEMECAHKAN MASALAH SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL DITINJAU DARI GAYA BELAJAR KELAS IX B SMP NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 TESIS Disusun untuk

Lebih terperinci

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP Anggun Rizky Putri Ulandari, Bambang Hudiono, Bistari Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (PTK Siswa Kelas XI IPA 1 SMA 8 Surakarta

Lebih terperinci

: BERNADETA BEKA FITRI APRIANTI K

: BERNADETA BEKA FITRI APRIANTI K PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF BERMAIN JAWABAN UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IIS 2 SMA NEGERI 1 BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014-2015 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syarifah Ambami, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syarifah Ambami, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan utama manusia sepanjang hayat. Sejak lahir manusia memerlukan pendidikan sebagai bekal hidupnya. Pendidikan sangat penting sebab tanpa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah Matematis Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran berbasis masalah, sebelumnya harus dipahami dahulu kata masalah. Menurut Woolfolk

Lebih terperinci

Mivafarlian et al., Penerapan Metode Diskusi Berbantuan Garis Bilangan. 1

Mivafarlian et al., Penerapan Metode Diskusi Berbantuan Garis Bilangan. 1 Mivafarlian et al., Penerapan Metode Diskusi Berbantuan Garis Bilangan. 1 Penerapan Metode Diskusi Berbantuan Garis Bilangan untuk Meningkatkan dan Hasil Belajar Kelas IV Materi Penjumlahan dan Pengurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Matematika bukan pelajaran yang hanya memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana atau wahana yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun kewajiban sebagai warga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk mengkaji keefektifan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk mengkaji keefektifan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and Development, R&D). Borg & Gall (Sugiyono 2011: 47) menyatakan bahwa research and development

Lebih terperinci

Diajukan Oleh: Shinta Devi Risnawati A

Diajukan Oleh: Shinta Devi Risnawati A PENGEMBANGAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA KURIKULUM 2013 BERBASIS LESSON STUDY PADA SISWA KELAS VII SMP KRISTEN 2 SALATIGA TAHUN 2015/2016 Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH DENGAN METODE POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA KELAS VII SMPN 2 KAUMAN

PENERAPAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH DENGAN METODE POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA KELAS VII SMPN 2 KAUMAN PENERAPAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH DENGAN METODE POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA KELAS VII SMPN 2 KAUMAN Oleh : JUNITA SARI NIM 12321583 Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi kemajuan IPTEK dan persaingan global maka peningkatan mutu pendidikan matematika di semua jenis

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS IV SD

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS IV SD PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS IV SD Oleh: Liyandari 1, Wahyudi. 2, Imam Suyanto 3 1 Mahasiswa PGSD FKIP Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dapat kita rasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang mendorong para peserta didik untuk mendapatkan prestasi terbaik. Pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peran penting

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peran penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran Matematika perlu

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII B SMPS CENDANA PEKANBARU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII B SMPS CENDANA PEKANBARU 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII B SMPS CENDANA PEKANBARU Utari Ramadhanty 1, Armis 2, Sehatta Saragih 3 utari.ramadhanty@gmail.com,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI POLA BILANGAN

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI POLA BILANGAN Vol. 9 No.1 Desember 2016 Halaman 24-28 http://dx.doi.org/10.22202/jp.2016.v9i1.2039 Website: ejournal.stkip-pgri-sumbar.ac.id/index.php/pelangi PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PROBLEM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang kehidupan masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat, memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat di sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. dapat berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat di sekitarnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam mengembangkan siswa agar nantinya menjadi sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat mengikuti kemajuan

Lebih terperinci

ANALISIS IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF (PPR) BERDASARKAN UNSUR COMPETENCE-CONSCIENCE-COMPASSION

ANALISIS IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF (PPR) BERDASARKAN UNSUR COMPETENCE-CONSCIENCE-COMPASSION ANALISIS IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF (PPR) BERDASARKAN UNSUR COMPETENCE-CONSCIENCE-COMPASSION SISWA (Studi Kasus Tentang Implementasi Model Pembelajaran Paradigma Pedagogi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK (Penelitian di Kelas VII SMP Negeri 3 Tasikmalaya) Mopyani Cahyaty e-mail: mopyani.cahyaty@student.unsil.ac.id

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII DI MTS MA ARIF BALONG PONOROGO

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII DI MTS MA ARIF BALONG PONOROGO IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII DI MTS MA ARIF BALONG PONOROGO Oleh VERRA NOVIA WARDANI NIM. 12321530 Skripsi ini ditulis untuk

Lebih terperinci