BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar Proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan selalu dilandasi dengan teoriteori belajar. Trianto (2009:16) menyatakan bahwa belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir. Bahwa antara belajar dan perkembangan sangat erat kaitannya. Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan diri pada pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan kebiasaan yang baru diperoleh individu. Sedangkan pengalaman merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sebagai sumber belajarnya. Jadi, belajar disini diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi terampil, dari kebiasaaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri. Trianto (2009:27) teori belajar dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar dari bagaimana informasi diproses didalam pikiran siswa itu. Perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan 8

2 9 pengalaman baru yang menantang serta ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan. Dalam upaya mendapatkan pemahaman, individu berusaha mengaitkan pemahaman baru dengan pemahaman pengetahuan yang telah dimilikinya kemudia membangun pengetahuan baru (penalaran matematis). Salah satu ahli yang mengemukakan tentang teori belajar adalah Pavlov. Pavlov dalam (Ansari, 2009:30) mengemukakan konsep pembiasaan dalam belajar. Menurut Pavlov sesuatu perilaku kali dilakukan secara terus menerus akan menjadi kebiasaan. Konsep pembiasaan yang dilakukan Pavlov dapat diterapkan dalam pembelajaran. Siswa dapat belajar dengan baik apabila siswa dibiasakan mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah), siswa dibiasakan untuk membaca dan kerja kelompok. Apabila siswa sudah terbiasa belajar dengan baik, maka siswa tersebut tidak mengalami kesulitan untuk memahami materi pelajaran. Lalu teori belajar menurut David Ausebel dalam (Ansari, 2009:40) mengemukakan teori belajar bermakna. Belajar akan bermakna apabila informasi yang hendak dipelajari siswa disusun sesuai dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa, dengan demikian siswa akan menghubunkan informasi baru tersebut dengan informasi yang telah dimilikinya. Ausebel dalam mengidentifikasi empat kemungkinan tipe belajar yaitu: 1. Mengajar dengan metode ceramah sedangkan siswa belajar dengan cara menghafal. 2. Mengajar dengan metode penemuan sedangkan siswa belajar dengan cara menghafal. 3. Mengajar dengan metode ceramah sedangkan siswa belajar secara bermakna.

3 10 4. Mengajar dengan metode penemuan sedagkan siswa belajar secara bermakna. Dalam kegiatan belajar, Ausebel dalam (Ansari, 2009:41) mengembangkan 2 prinsip untuk menyajikan materi pembelajaran yaitu: 1. Sifat diferensiasi progresif, yaitu materi pelajar disajikan mulai dari yang mudah ke kompleks. 2. Integrasi serasi, informasi yang baru atau materi yang baru diintergrasikan dengan informasi lama atau materi lama yang telah dipelajari siswa sebeleumnya. 2.2 Kemampuan Pemahaman Konsep Konsep merupakan buah pikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak, kegunaan konsep untuk menjelaskan dan meramalkan (Sagala, 2014:71). Konsep merupakan pikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menjadi produk pengetahuan yang meliputi prinsip-prinsip, hukum dan teori. Hal ini sesuai dengan pendapat Wardhani (2008:9) yang menyatakan bahwa konsep adalah ide (abstrak) yang dapat digunakan atau memungkinkan seseorang untuk mengelompokkan atau menggolongkan sesuatu objek. Suatu konsep biasa dibatasi dalam suatu ungkapan yang disebut definisi. Lebih lanjut, Wardhani (2008:10) menyatakan bahwa konsep matematika yang dimaksud meliputi fakta, konsep, prinsip dan skill atau algoritma. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pemahaman diartikan

4 11 sebagai proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. Pemahaman merupakan salah satu aspek yang terkandung dalam Taksonomi Bloom. Pemahaman merupakan penyerapan arti dari suatu materi/bahan yang dipelajari (Ompusunggu, 2014:94-95). Lebih lanjut Ompusunggu (2014:97) menyimpulkan bahwa pemahaman adalah kemampuan mengenal, menjelaskan, dan menarik kesimpulan suatu situasi atau tindakan. Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan menyerap arti dari suatu ide abstrakyang dapat digunakan untuk mengelompokkan sesuatu objek yang dipelajari melalui kegiatan mengenal, menjelaskan, dan menarik kesimpulan. Syahbana (2013:1) mengungkapkan bahwa matematika merupakan bangunan utuh dari kumpulan konsep-konsep yang saling jalin-menjalin dan saling terkait satu sama lain. Untuk menguasai matematika mesti menguasai konsep yang terkandung di dalamnya. Kemudian konsep-konsep tersebut akan lebih bermakna apabila dapat diterapkan melalui proses matematisasi fenomena, baik yang terkandung dalam matematika itu sendiri maupun fenomena yang berasal dari luar matematika. Dengan demikian untuk memahami dan menguasai matematika perlu dilakukan upaya peningkatan kemampuan kognitif tertentu yang dalam hal ini dinamakan sebagai pemahaman matematis dalam pembelajaran matematika. Ompusunggu (2014:94) memandang pengertian pemahaman matematik sebagai proses dan tujuan dari suatu pembelajaran matematika. Pemahaman matematik sebagai proses, berarti pemahaman matematik adalah suatu proses pengamatan kognisi yang tak langsung dalam menyerap pengertian dari konsep/teori

5 12 yang akan dipahami, mempertunjukkan kemampuannya dalam menerapkan konsep/teori tersebut pada situasi yang lain. Sedangkan sebagai tujuan, pemahaman matematik berarti suatu kemampuan memahami konsep, membedakan sejumlah konsep-konsep yang saling terpisah, serta kemampuan melakukan perhitungan secara bermakna pada permasalahan-permasalahan yang lebih luas. Dalam proses pembelajaran, Sagala (2014:49) mengungkapkan bahwa belajar bukanlah aktivitas reaktif mekanistis belaka, namun juga adanya pemahaman terhadap rangsangan ketika seseorang melakukan aktivitas belajar. Ini berarti, sebagai proses, pemahaman konsep terjadi pada aktivitas belajar. Sementara sebagai tujuan pemahaman konsep dapat dilihat dari hasil tes kemampuan pemahaman konsep pada siswa. Menurut Rusefendi (Ompusunggu, 2014:95) Ada tiga macam pemahaman, yaitu pengubahan (translasi), pemberian arti (interpretation) dan pembuatan ekstrapolasi (extrapolation). Lebih lanjut Ompusunggu mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran matematika, pemahaman translasi berkaitan dengan kemampuan siswa dalam memodelkan atau merepresentasikan, menerjemahkan kalimat dalam soal kedalam bentuk lain. Pemahaman interpretasi berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menentukan konsep yang tepat untuk digunakan dalam menyekesaikan permasalahan yang dihadapi. Pemahaman ekstrapolasi berkaitan dengan kemampuan siswa menerapkan konsep dalam perhitungan matematika untuk menyelesaikan soal atau masalah. Afrilianto (2012:196) menyatakan bahwa salah satu kecakapan (proficiency) dalam matematika yang penting dimiliki oleh siswa adalah pemahaman konsep

6 13 (conceptual understanding). Menurut Kilpatrick, Swafford, & Findell (2001:116), pemahaman konsep (conceptual understanding) adalah kemampuan dalam memahami konsep, operasi dan relasi dalam matematika. Menurut Walle (Saltifa, 2012:73) pemahaman konsep matematika merupakan tingkat kemampuan siswa yang paham tentang konsep matematika serta dapat menjelaskan dan menyatakan ulang dengan bahasa sendiri konsep-konsep tersebut. Pemahaman konsep yang baik sangat penting dalam pembelajaran matematika, karena matematika merupakan ilmu tentang sesuatu yang memiliki pola dan keteraturan yang logis. Dalam Tim PPPG Matematika (Dafril, 2011: ) disebutkan bahwa indikator dari kemampuan pemahaman konsep sebagai hasil belajar matematika yaitu: 1. Kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep adalah kemampuan siswa untuk mengungkapkan kembali apa yang telah dikomunikasikan kepadanya. 2. Kemampuan mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsep adalah kemampuan siswa mengelompokkan suatu objek menurut jenisnya berdasarkan sifat-sifat yang terdapat dalam materi. 3. Kemampuan memberi contoh dan bukan contoh adalah kemampuan siswa untuk dapat membedakan contoh dan bukan contoh dari suatu materi. 4. Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika adalah kemampuan siswa memaparkan konsep secara berurutan yang bersifat matematis.

7 14 5. Kemampuan mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep adalah kemampuan siswa mengkaji mana syarat perlu dan mana syarat cukup yang terkait dalam suatu konsep materi. 6. Kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu adalah kemampuan siswa menyelesaikan soal dengan tepat sesuai dengan prosedur. 7. Kemampuan mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah adalah kemampuan siswa menggunakan konsep serta prosedur dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Indikator kemampuan pemahaman konsep matematika yang diacu pada penelitian ini yakni menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 (Wardhani, 2008:10), yaitu sebagai berikut: 1. Menyatakan ulang sebuah konsep Menurut Tim PPPG Matematika (Dafril, 2011:795) kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep adalah kemampuan siswa untuk mengungkapkan kembali apa yang telah dikomunikasikan kepadanya. 2. Mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya Tim PPPG Matematika (Dafril, 2011:796) mengungkapkan bahwa kemampuan mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsep adalah kemampuan siswa mengelompokkan suatu objek menurut jenisnya berdasarkan sifat-sifat yang terdapat dalam materi. 3. Memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep

8 15 Menurut Tim PPPG Matematika (Dafril, 2011:796), kemampuan memberi contoh dan bukan contoh adalah kemampuan siswa untuk dapat membedakan contoh dan bukan contoh dari suatu materi. 4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis Sabirin (2014:35) menyimpulkan bahwa representasi adalah bentuk interpretasi pemikiran siswa terhadap suatu masalah, yang digunakan sebagai alat bantu untuk menemukan solusi dari masalah tersebut. Bentuk interpretasi dapat berupa katakata, tulisan, gambar, tabel, grafik, benda konkret, simbol matematika dan lainlain. Sehingga menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematika dapat diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki siswa untuk menyajikan konsep dalam berbagai bentuk interpretasi hasil pemikiran siswa. 5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep Kemampuan mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsepmenurut Tim PPPG Matematika (Dafril, 2011:796) adalah kemampuan siswa mengkaji mana syarat perlu dan mana syarat cukup yang terkait dalam suatu konsep materi. 6. Menggunakan dan memanfaatkan, serta memilih prosedur atau operasi tertentu. Tim PPPG Matematika (Dafril, 2011:796) mengungkapkan bahwa kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu adalah kemampuan siswa menyelesaikan soal dengan tepat sesuai dengan prosedur. 7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah. Menurut Tim PPPG Matematika (Dafril, 2011:796), kemampuan mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah adalah kemampuan siswa

9 16 menggunakan konsep serta prosedur dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. 2.3 Pendekatan Saintifik Menurut Kemendikbud (2013:4-8) proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut: a. Mengamati (observasi) Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

10 17 b. Menanya Dalam kegiatan menanya, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Kegiatan menanya dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. c. Mengumpulkan Informasi

11 18 Kegiatan mengumpulkan informasi merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian, aktivitas wawancara dengan narasumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. d. Mengasosiasikan/Mengolah Informasi/Menalar Kegiatan mengasosiasi/mengolah informasi/menalar dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Adapun

12 19 kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan. Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalamanpengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. e. Menarik kesimpulan Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok atau secara individual membuat kesimpulan. f. Mengkomunikasikan Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini

13 20 dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan mengkomunikasikan dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis atau media lainnya. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. 2.4 Pengertian Metode Pembelajaran Menurut Amri dan Ahmadi (2010:85) metode dapat diartikan sebagai jalan yang di pilih untuk mengimplementasikan rencana yang sudah di susun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut Uno (2007:2) ) dalam Sofan Amri (2010:85) metode pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu berisi tahapan tertentu. 2.5 Pengertian Metode Resitasi Djamarah dan Zain (2013:85) menyatakan bahwa metode tugas dan resitasi adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa

14 21 melakukan kegiatan belajar. Tugas dan resitasi merangsang siswa untuk aktif belajar baik secara individu maupun kelompok. Seperti hal nya menurut Sagala (2014:219) Metode pemberian tugas dan resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, kemudian harus di pertanggungjawabkannya. Metode Resitasi mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain: 1. Kelebihannya a. Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun kelompok. b. Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru. c. Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa. d. Dapat mengembangkan kreativitas siswa. 2. Kekurangannya a. Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas ataukah orang lain. b. Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik. c. Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa. d. Sering memberikan tugas yang monoton (tidak bervariasi) dapat menimbulkan kebosanan siswa. Djamarah dan Zain (2013:86) menyatakan ada langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan metode tugas atau resitasi, yaitu:

15 22 1. Fase Pemberian Tugas Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan : a. Tujuan yang akan dicapai b. Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut. c. Sesuai dengan kemampuan siswa. d. Ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa. e. Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas. 2. Langkah Pelaksanaan Tugas a. Diberikan bimbingan/pengawasan oleh guru. b. Diberikan dorongan sehingga siswa mau bekerja. c. Diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain. d. Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia dperoleh dengan baikdan sistematik. 1. Fase Mempertanggungjawabkan Tugas Hal yang harus dikerjakan pada fase ini: a. Laporan siswa baik lisan maupun tulisan dari apa yang telah dikerjakannya. b. Ada tanya jawab atau diskusi kelas. c. Penilaian hasil pekerjaan siswa dengan tes maupun non tes atau cara lainnya. 2. Fase mempertanggungjawabkan tugas inilah yang disebut resitasi. Sedangkan, menurut Mulyasa (2009: ) agar metode penugasan dapat berlangsung secara efektif, guru perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut.

16 23 a. Tugas harus direncanakan secara jelas dan sistematis, terutama tujuan penugasan dan cara pengerjaannya. Sebaiknya tujuan penugasan dikomunikasikan kepada peserta didik agar tahu arah tugas yang dikerjakan. b. Tugas yang diberikan harus dapat dipahami peserta didik, kapan mengerjakannya, bagaimana cara mengerjakannya, berapa lama tugas tersebut harus dikerjakan, secara individu atau kelompok, dan lain-lain. Hal-hal tersebut akan sangat menentukan efektivitas penggunaan metode penugasan dalam pembelajaran. c. Apabila tugas tersebut berupa tugas kelompok, perlu diupayakan agar seluruh anggota kelompok dapat terlibat secara aktif dalam proses penyelesaian tugas tersebut, terutama kalau tugas tersebit diselesaikan di luar kelas. d. Perlu diupayakan guru mengontrol proses penyelesaian tugas yang dikerjakan oleh peserta didik. Jika tugas tersebut diselesaikan di kelas guru bisa berkeliling mengontrol pekerjaan peserta didik, sambil memberikan motivasi dan bimbingan terutama bagi peserta didik yang mendapat kesulitan dalam penyelesaian tugas tersebut. Jika tugas tersebut diselesaikan di luar kelas, guru bisa mengontrol proses penyelesaian tugas melalui konsultasi dari para peserta didik. Oleh karena itu, dalam penugasan yang harus diselesaikan diluar kelas sebaiknya para peserta didik diminta untuk memberikan laporan kemajuan mengenai tugas yang dikerjakan. e. Berikanlah penilaian secara proporsional terhadap tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik. Penilaian yang diberikan sebaiknya tidak hanya menitikberatkan pada produk, tetapi perlu dipertimbangkan pula bagaimana proses penyelesaian

17 24 tugas tersebut. Penilaian hendaknya diberikan secara langsung setelah tugas diselesaikan, hal ini disamping akan menimbulkan minat dan semangat belajar peserta didik, juga menghindarkan bertumpuknya pekerjaan peserta didik yang harus diperiksa. Teknik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihanlatihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi (Roestiyah, 2012:133). Dibalik hasil belajar siswa dapat mengetahui prestasi siswa. Sebagaimana menurut Djamarah dan Zain (2013:156) dengan mengetahui hasil dari apa yang telah dilakukan oleh anak didik, hasilnya dengan prestasi tinggi dapat mendorong anak didik untuk mempertahanannya, dan bahkan anak didik berusaha untuk meningkatkannya di kemudian hari dengan cara giat belajar di rumah atau di sekolah. Tetapi apabila hasil belajar siswa rendah maka menjadi tanggung-jawab guru untuk mendorong siswa untuk giat belajar. Seperti halnya siswa akan sadar kesalahannya dan mau mengakuinya kemudian meminta bimbingan guru untuk membetulkannya agar kesalahan itu tidak terulang kembali (Djamarah dan Zain, 2013:156) 2.6 Metode Ekspositori Menurut Bintoro (2014:733) metode ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal terpusatnya interaksi kepada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran). Dari pengertian tersebut terlihat bahwa peran guru memang sangat penting

18 25 sebagai penyampai informasi. Adapun informasi yang disampaikan berupa pengetahuan yang sifatnya prosedural maupun pengetahuan deklaratif. Langkah-langkah metode ekspositori Langkah-langkah pembelajaran ekspositori yaitu: 1. Persiapan (preparation): tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. 2. Penyajian (presentation): langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Yang harus dipikirkan guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. 3. Korelasi (correlation): langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya. 4. Menyimpulkan (generalization): menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti (core) dari materi pelajaran yang telah disajikan. 5. Mengaplikasikan (aplication): langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Menurut Sanjaya (2010:87) Keunggulan dan kelemahan metode ekspositori dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: Keunggulan Metode Ekspositori: 1. Guru dapat mengontrol urutan dan keluasan materi pelajaran 2. Metode ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran cukup luas, sementara waktu yang dimiliki terbatas

19 26 3. Cocok digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar Kelemahan Metode Ekspositori: 1. Metode Ekspositori hanya dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak yang baik. 2. Metode Ekspositori tidak dapat melayani perbedaan setiap siswa baik kemampuan, pengetahuan, minat, bakat dan gaya belajar. 3. Metode Ekspositori diberikan melalui ceramah, maka sulit mengembangkan kemampuan siswa. 4. Gaya komunikasi terjadi satu arah. 2.7 Hubungan antara Metode Resitasi dan Pemahaman Konsep Matematika Kemampuan pemhaman konsep merupakan kemampuan kompetensi yang ditunjukkan peserta didik dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat (Permendiknas No 22 Tahun 2006). Sedangkan metode resitasi merupakan metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar (Djamarah dan Zain, 2013:85) Kemudian siswa dibimbing untuk menemukan kembali konsep matematika yang pernah ditemukan oleh para ahli matematika. Selanjutnya, bahwa pemahaman konsep merupakan salah satu dari lima kecakapan matematika yang berarti kemampuan dalam memahami konsep, operasi dan relasi dalam matematika untuk memahami konsep. Hal tersebut diperlukan suatu metode salah satunya metode resitasi yaitu melakukan tugas dapat mengalami mempelajari sesuatu yang dapat lebih terintegrasi.

20 27 Dalam tahap ini, siswa dituntut mampu menyelesaikan soal matematika dalam suatu penyelesaian masalah. Dalam tahap pemberian tugas dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai kemampuan siswa dan menyediakan waktu yang cukup. Sehingga indikator pemahaman yang muncul adalah menyatakan ulang konsep. Pada tahap pelaksanaan tugas adalah diberikan dorongan, bimbingan, mengerjakan tugas sendiri dan mencatat hasil-hasil yang diperoleh dengan baik dan sistematik. Sehingga indikator yang muncul adalah menyatakan ulang sebuah konsep, mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu, mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah, dan mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep. Pada tahap mempertanggungjawabkan tugas adalah menyajikan kembali tugas yang telah dikerjakan. Akan memunculkan indikator pemahaman konsep. Indikator pemahaman yang muncul adalah menyatakan ulang sebuah konsep, mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu, mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah dan mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep.

21 Karakteristik dan Uraian Materi Persamaan Garis Lurus Karakteristik Materi Persamaan Garis Lurus Pada penelitian ini pokok bahasan yang dipilih adalah persamaan garis lurus dengan kurikulum 2013 dengan kompetensi dasar, yaitu menentukan gradien, persamaan dan grafik garis lurus. Materi persamaan garis lurus merupakan salah satu materi aljabar yang dipelajari di SMP kelas VIII semester ganjil yang sulit dimengerti oleh siswa kesulitan yang dilakukan siswa dalam materi persamaan garis lurus menurut (Retno, 2012:55) diantaranya dapat diketahui dari kesalahan yang dilakukan siswa sebagai berikut: a. Kesalahan dalam mengubah bentuk persamaan Dari hasil diagnosis beberapa siswa melakukan kesalahan dalam mengubah bentuk persamaan garis dari bentuk ke dalam bentuk persamaan. Siswa mengalami ke-sulitan karena kekurangpahaman akan bentuk persamaan garis dan komponen-nya. Siswa kurang paham bahwa dalam bentuk persamaan eksplisit adalah gradien. Bahkan dari hasil wawancara ada siswa yang melakukan pengubahan bentuk persamaan tidak disesuaikan dengan kebutuhan soal, tapi mengikuti apa yang dicontohkan. Ini menunjukkan kurang matangnya siswa akan pemahaman bentuk persamaan. b. Kesalahan dalam melakukan operasi bilangan Siswa melakukan kesalahan dalam melakukan operasi bilangan karena kurangnya ketelitian siswa dalam mengerjakan. Dari hasil wawancara, siswa mengakui kurangnya ketelitian dalam mengerjakan soal. Siswa terkesan cepat cepat dalam mengerjakan soal. Kesalahan yang terjadi karena kurang paham

22 29 dalam kaidah komputasi aljabar. Siswa kurang paham akan sifat dasar persamaan linear dengan satu variabel dan langkah dasar dalam menyelesaikannya. Sehingga siswa melakukan kesalahan dalam menentukan persamaan garis dari gradien dan titik potong. Yaitu setelah siswa memasukkan nilai gradien dan titik potong ke dalam rumus umum persamaan, siswa mengalami kesalahan dalam mengoperasikannya. Dari hasil wawancara, siswa kurang paham dalam langkah dasar menyelesaikan atau menyederhanakan aljabar. c. Kurang dalam kemampuan menerjemahkan (linguistic knowledge). Beberapa siswa kurang mengerti bahasa soal. Dari hasil wawancara, beberapa siswa salah dalam menerjemahkan soal ke dalam bahasa atau model matematika. Misalnya dalam soal diketahui 2 buah garis dan gradien, kemudian diminta menentukan persamaan garis dari titik potong 2 garis dan gradien. Siswa mengartikan bahwa titik potong telah diketahui. d. Kurang dalam kemampuan memahami (schematic knowledge). Beberapa siswa Kurang mengetahui penggunaan prinsip gradien garis baik yang saling tegak lurus maupun sejajar. Beberapa siswa tidak ingat akan prinsip tersebut. Ada siswa yang menuliskan prinsip hanya saja tidak mengetahui kegunaan rumus tersebut. Kurang lengkap dalam menuliskan rumus. Ada satu siswa yang salah dalam menuliskan rumus saat menentukan gradien dari persamaan garis yang berbentuk eksplisit. Ini berarti diperlukan kemampuan siswa akan aturan yang diperlukan untuk menyelesaikan soal. e. Kurang dalam kemampuan perencanaan (strategy knowledge), yaitu kurangnya pengetahuan siswa dalam hal bilangan yang digunakan, operasi matematika yang

23 30 digunakan dan urutan operasi yang digunakan. Beberapa siswa melakukan kesalahan dalam memasukkan bilangan. Dari hasil wawancara siswa melakukan hal tersebut karena kurangnya kejelian dan ketelitian dalam mengerjakan. Ada juga siswa yang setelah menemukan titik potong pada langkah awal, pada langkah selanjutnya keliru dalam memasukkan antra dan nya karena siswa kurang teliti. f. Kurang dalam kemampuan penyelesaian (algorithmic knowledge). Siswa perlu menggunakan algoritma dan menghitung yang tepat. Salah satu penyebab kesalahan siswa itu terjadi yaitu kurang maksimalnya proses pembelajaran. Sehingga diperlukan berbagai macam metode pembelajaran. Dengan menggunakan metode resitasi diharapkan mampu mengurangi kesalahankesalahan yang terjadi dengan siswa terutama dalam mempelajari persamaan garis lurus. Karena metode resitasi merupakan metode yang menuntut siswa mampu memahami konsep Uraian Materi Persamaan Garis Lurus 1. Persamaan Garis Lurus Persamaan garis lurus adalah persamaan yang memiliki bentuk umum: a. y = ax + b dengan a, b bilangan real dengan variabel x dan y, atau b. ax + by + c = 0 dengan a, b, c bilangan real dengan variabel x dan y. Jika a = 0 maka b 0, dan sebaliknya. 2. Cara menggambar grafik dari persamaan garis lurus Langkah-langkah menggambar grafik persamaan garis lurus sebagai berikut.

24 31 a. Tentukan minimal dua titik sembarang yang terletak pada garis. Buatlah tabel hubungan antara nilai x dan y. b. Gambarlah dua titik tersebut pada bidang Cartesius dan kemudian hubungkan kedua titik tersebut. Garis yang melalui kedua titik tersebut adalah garis yang menyatakan kedudukan titik-titik pada y = mx atau y = mx + c 3. Pengertian gradien Gradien sebuah garis adalah angka (nilai) yang menunjukkan besar dan arah kemiringan garis, yaitu perbandingan antara komponen y (vertikal) dan y (horisontal). Gradien garis biasa disimbolkan dengan m. Cara menentukan gradien: a. Gradien garis yang melalui titik pangkal O (0, 0). m = xy b. Gradien garis yang melalui titik A (x 1, y 1 ) dan B (x 2, y 2 ). m = y 2 y 1 x 2 x 1 atau m = y 1 y 2 x 1 x 2 c. Gradien garis yang diketahui persamaan garisnya. Gradien garis yang diketahui persamaan garisnya adalah koefisien variabel x dengan syarat: 1) Koefisien variabel y adalah l. 2) Variabel x dan y tidak dalam satu ruas. Dengan kata lain ubah terlebih dahulu persamaan garisnya dalam bentuk y = mx + c dengan m adalah gradien garis tersebut. d. Gradien garis-garis yang saling sejajar adalah sama (m 1 = m 2 )

25 32 e. Gradien garis-garis yang saling tegak lurus perkalian gradiennya sama dengan -1 (m 1 X m 2 = 1 ). 4. Cara menentukan persamaan dari sebuah garis lurus yang melalui sebuah titik dan gradien, serta persamaan dari sebuah garis lurus yang melalui dua titik. a. Cara menentukan persamaan dari garis yang bergradien m dan melalui titik (x 1, y 1 ) adalah: y y 1 = m (x x 1 ) b. Cara menentukan persamaan dari garis yang melalui dua titik (x 1, y 1 ) dan (x 2, y 2 ) adalah: y y 1 y 2 y 1 = x x 1 x 2 x 1 c. Cara menentukan persamaan dari garis yang melalui sebuah titik dan sejajar dengan garis lain. Pertama dicari terlebih dahulu gradien garisnya. Syarat garis sejajar: m 1 = m 2 Persamaan garisnya: y y 1 = m 2 (x x 1 ) d. Cara menentukan persamaan dari garis yang melalui sebuah titik dan tegak lurus dengan garis lain. Pertama dicari terlebih dahulu gradien garisnya. Syarat garis sejajar: m 1 X m 2 = 1 m 2 = 1 m 1 Persamaan garisnya: y y 1 = m 2 (x x 1 )

26 Skenario Pembelajaran Tabel 2.1 Skenario Pembelajaran (Metode Resitasi dengan Pendekatan Saintifik) Kegia Kegiatan Guru Kegiatan Siswa tan Penda hulua n Inti 1. Guru mempersiapkan siswa untuk siap menerima pelajaran 2. Guru meminta seorang siswa untuk memimpin do a 3. Guru mengabsen dan menanyakan kejelasan siswa yang tidak hadir dan izin. 4. Guru memotivasi siswa 5. Sebagai apersepsi untuk mendorong rasa ingin tahu dan berpikir kritis, guru akan mengingatkan kepada siswa mengenai materi sebelumnya melalui pertanyaan 6. Guru memberikan penguatan terhadap jawaban siswa jika tidak ada siswa yang menjawab benar. 7. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 8. Guru memberikan penjelasan materi 9. Guru memberikan kesempatan siswa unt-uk bertanya dan guru memberikan perta-nyaan kepada siswa 10. Guru meminta siswa untuk membuat contoh soal 11. Guru memberikan tugas kepada siswa berupa mempelajari konsep matematika dengan melaksanakan kegiatan mengerjakan lembar tugas yang berisi soal untuk mengarah dan menemukan konsep yang dipelajari. 12. Guru menyampaikan lamanya waktu untuk menyelesaikan tugas tersebut. 13. Guru memerintahkan kepada siswa untuk menyelesaikan tugas tersebut. 14. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan tugasnya, sehingga siswa dapat memahami materi yang dituangkan dalam LembarTugas. 15. Setelah selesai mengerjakan soal, beberap siswa mempresentasikan hasil pekerjaan. 16. Guru melakukan diskusi kelas. 1. Menyiapkan segala sesuatu untuk menerima pembelajaran hari ini. 2. Siswa berdo a 3. Siswa merespon absensi dari guru 4. Siswa mendengar motivasi 5. Siswa merespon dan menjawab apersepsi dari guru 6. Siswa merespon penguatan dari guru. 7. Tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai. 8. Siswa mengamati penjelasan materi (mengamati) 9. Siswa bertanya hal yang kurang dipahami (menanya) dan siswa menjawab 10. Siswa membuat contoh soal (mengumpulkan informasi) 11. Siswa menerima lembar tugas dari guru (pemberian tugas). 12. Mendengarkan penyampaian guru. 13. Siswa melaksanakan tugas (pelaksanaan tugas) (mengasosiasikan) 14. Siswa dibimbing oleh guru dalam mengerjakan tugas. 15. Siswa mempresentasikan tugas (mempertanggungjawabkan tugas) (mengkomunisasikan) 16. Siswa bersama guru melakukan berdiskusi Penut up 17. Guru menyampaikan refleksi dari hasil presentasi dan diskusi kelas tersebut. presentasi dan diskusi kelas tersebut. 17. Siswa merespon refleksi dari hasil 18. Guru bersama siswa menyimpulkan mengenai persamaan garis lurus. materi. 18. Siswa bersama guru menyimpulkan 19. Guru memberikan tugas individu kepada 19. Siswa mencatat tugas yang diberikan. siswa untuk mengukur kemampuan pemahaman matematikanya. 20. Siswa mendengarkan informasi 20. Guru menginformasikan pertemuan berikut.

27 34 Tabel 2.2 Skenario Pembelajaran (Metode Ekspositori dengan Pendekatan Saintifik) Kegiatan Kegiatan guru Kegiatan siswa Pendahuluan Kegiatan Inti 1. Guru mengucap salam Persiapan (preparation) 2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 3. Guru membuka pelajaran dengan apersepsi 4. Guru melalui dengan mengapersepsi siswa 5. Guru menyebutkan relevansi pelajaran dengan kehidupan seharihari mereka 6. Guru menyampaikan cara belajar yang akan ditempuh (menggunakan metode Ekspositori) Penyajian (Correlation) 7. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa 8. Guru memberikan contoh dan mendeskripsikannya menggunakan sumber yang tepat 9. Guru menginstruksikan kepada siswa untuk memahami materi yang akan dipelajari 10. Guru bertanya untuk memastikan setiap siswa memahami materi pelajaran 11. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya terhadap materi yang belum dipahami Menyimpulkan (generalization) 12. Guru bersama-sama dengan siwa menarik kesimpulan materi yang dipelajari Mengaplikasikan (aplication) 13. Guru mengevaluasi pelajaran yang telah dilaksanakan 1. Siswa menjawab salam 2. Siswa mendengar tujuan pembelajaran 3. Siswa siap menerima pelajaran 4. Siswa menyimak apersepsi oleh guru 5. Siswa mendengar penyampaian oleh guru 6. Siswa mendengar penyampaian oleh guru 7. Siswa mendengar penjelasan 8. Siswa mengerjakan contoh soal yang guru berikan. 9. Siswa mencoba memahami soal yang akan dipelajari. 10. Sebagian siswa memahami materi. 11. Siswa bertanya yang belum dipahami 12. Siswa dan guru bersamasama menarik kesimpulan materi 13. Siswa menerima evaluasi oleh guru Kegiatan Penutup 14. Guru menyampaikan kembali kesimpulan materi yang telah dipelajari 15. Guru memotivasi siswa untuk mempelajari ulang bahan pelajaran dengan memberikan pekerjaan rumah 16. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam 14. Siswa mendengar kesimpulan kembali 15. Siswa menerima motivasi oleh guru 16. Siswa menjawab salam

28 Penelitian yang Relevan Berdasarkan kajian teori yang dilakukan, berikut ini dikemukakan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai berikut: 1. Rahmawati (2011) dalam judul penelitiannya Upaya Meningkatkan Pemahaman konsep Belajar Matematika Dengan Menggunakan Metode Pemberian Tugas dan Resitasi Pada Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Seyegan Sleman Yogyakarta. Hasil penelitiannya menghasilkan kesimpulan bahwa Resitasi dalam penelitian ini adalah pertanggungjawaban dari siswa dengan melaporkan hasil pekerjaan siswa baik secara tertulis atau lisan. Setelah dilaksanakan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pemberian tugas dan resitasi, pemahaman konsep matematika siswa mengalami peningkatan. kemampuan siswa untuk memberi contoh dan non contoh meningkat menjadi sebesar 85%, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis sebesar 80%, dan mengaplikasikan konsep atau logaritma pemecahan masalah dengan menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu juga meningkat menjadi 81,87% dari hasil tes pemahaman konsep pada siklus II sebesar 82,29% dengan kategori baik sekali dan lebih baik dari hasil tes pemahaman konsep pada siklus I yaitu 72,8% dengan kategori baik. Dan siswa juga sudah mencapai tuntas belajar yaitu mencapai nilai 6, Rahayu (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh metode Resitasi dengan menggunakan LKS berpengaruh terhadap hasil belajar siswa ditinjau dari kemampuan awal siswa pada pokok bahasan himpunan siswa SMP Negeri 13

29 36 Semarang kelas VII semester 2. Hasil penelitiannya menghasilkan kesimpulan bahwa Penggunaan metode resitasi menggunakan LKS berpengaruh terhadap hasil belajar matematika pokok bahasan himpunan dibanding dengan pembelajaran menggunakan metode ekspositori ditinjau dari kemampuan awal siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 13 Semarang tahun pelajaran 2006/ Nurman, Oki (2013) dalam judul penelitiannya yang berjudul Pengaruh Penerapan Metode Resitasi Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas IX IPA SMAN 1 Lengayang. Hasil penelitiannya menghasilkan kesimpulan didapat bahwa pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan metoderesitasi lebih baik daripada pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvesional.

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN KURIKULUM Oleh: M. Lazim

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN KURIKULUM Oleh: M. Lazim PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 Oleh: M. Lazim A. PENDAHULUAN Pendekatan Saintifik adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai berikut: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Berdasarkan kajian teori yang dilakukan, berikut ini dikemukakan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai

Lebih terperinci

, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan kemajuan zaman, bidang pendidikan terus diperbaiki dengan berbagai inovasi didalamnya. Hal ini dilakukan supaya negara dapat mencetak Sumber

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika di SD 1. Pengertian Matematika Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut Subariah (2006:1) Matematika merupakan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Matematis Shadiq (Depdiknas, 2009) menyatakan bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan dalam rangka membuat suatu pernyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam suatu pembelajaran terdapat dua aktivitas inti yaitu belajar dan mengajar. Menurut Hermawan, dkk. (2007: 22), Belajar merupakan proses perubahan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat berubah saat ini membutuhkan manusia yang siap dan tanggap. Salah satu cara untuk menghasilkan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam dunia yang terus berubah dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang pesat, manusia dituntut memiliki kemampuan berpikir kritis, sistematis,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA Model Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya zaman, persaingan-persaingan ketat dalam segala bidang kehidupan saat ini, menuntut setiap bangsa untuk mampu menghasilkan Sumber

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas V MI Darussalam Palembang

Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas V MI Darussalam Palembang Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas V MI Darussalam Palembang Nurchafsah dan Mardiah MI Darussalam Palembang japridiah@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Matematika Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir pada semua bidang ilmu pengetahuan. Menurut Suherman (2003:15), matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. kuantitas dalam menghubungkan ide-ide yang sudah ada sebelumnya.

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. kuantitas dalam menghubungkan ide-ide yang sudah ada sebelumnya. 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Walle (2008: 26) pemahaman adalah ukuran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan Gain yang signifikan antara keterampilan proses sains awal. dengan keterampilan proses sains setelah pembelajaran. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi matematis Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) disebutkan bahwa komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau atau berita antara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab I yaitu seberapa baik penggunaan pendekatan saintifik dalam rencana

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab I yaitu seberapa baik penggunaan pendekatan saintifik dalam rencana BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas tentang hasil penelitian yang telah diperoleh sekaligus pembahasannya. Hasil penelitian ini menjawab masalah penelitian pada Bab I yaitu seberapa baik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis menurut Komaruddin (1979) adalah kegiatan berpikir untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis menurut Komaruddin (1979) adalah kegiatan berpikir untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Analisis Analisis menurut Komaruddin (1979) adalah kegiatan berpikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga mengenali tanda-tanda komponen, hubungannya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi

Lebih terperinci

C. Indikator Menerapkan tindakan disiplin dari pengalaman belajar dan bekerja dengan matematika dalam

C. Indikator Menerapkan tindakan disiplin dari pengalaman belajar dan bekerja dengan matematika dalam RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah : SMP... Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : VII/Ganjil Materi Pokok : Bilangan Alokasi Waktu : 25 Jam Pelajaran @4 menit A. Kompetensi Inti. Menghargai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak rintangan dalam masalah kualitas pendidikan, salah satunya dalam program pendidikan di Indonesia atau kurikulum.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Matematis. pemahamannya melalui tes. Sedangkan pemahaman (understanding)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Matematis. pemahamannya melalui tes. Sedangkan pemahaman (understanding) 23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemahaman Matematis Istilah pemahaman berasal dari kata paham, yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pengetahuan banyak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam kehidupan dan kehadirannya sangat terkait erat dengan dunia pendidikan adalah Matematika.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah Matematis Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran berbasis masalah, sebelumnya harus dipahami dahulu kata masalah. Menurut Woolfolk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Representasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Representasi Matematis BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Representasi Matematis Janvier (Kartini, 2009) mengungkapkan bahwa konsep tentang representasi merupakan salah satu konsep psikologi yang dipakai dalam pendidikan matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal Aronson (Abidin, 2014,

BAB II KAJIAN TEORETIS. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal Aronson (Abidin, 2014, BAB II KAJIAN TEORETIS A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, Pembelajaran Biasa, Kemampuan Pemahaman Matematik, dan Sikap 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Penggunaan pembelajaran kooperatif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mengetahui derajat kualitas (Arifin, 2009). Sedangkan menurut. komponen, hubungan satu sama lain, dan fungsi masing-masing dalam

BAB II KAJIAN TEORI. mengetahui derajat kualitas (Arifin, 2009). Sedangkan menurut. komponen, hubungan satu sama lain, dan fungsi masing-masing dalam BAB II KAJIAN TEORI A. Analisis Analisis merupakan suatu tahap yang harus ditempuh untuk mengetahui derajat kualitas (Arifin, 2009). Sedangkan menurut Komaruddin (2002), analisis adalah kegiatan berpikir

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Komunikasi Matematis Secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian pesan dimana individu atau beberapa orang atau kelompok menciptakan dan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis, Model Pembelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS), Pembelajaran Konvensional dan Sikap 1. Model Pembelajaran Search, Solve, Create and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prahesti Tirta Safitri, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prahesti Tirta Safitri, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan bidang ilmu yang sangat penting untuk dikuasai oleh setiap insan karena manfaatnya berdampak langsung dalam kehidupan manusia sehari-hari.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional adalah memberikan kesempatan pada anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan pada dasarnya

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu tujuan pembelajaran matematika pada sekolah menengah atas adalah siswa memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar

Lebih terperinci

RPP dan Silabus SMA Kelas X Kurikulum 2013

RPP dan Silabus SMA Kelas X Kurikulum 2013 RPP dan Silabus SMA Kelas X Kurikulum 2013 Disusun Oleh : 1. Nikmah Nurvicalesti (06121408007) 2. Ellin Juniarti (06121408012) 3. Rizki Septa Wiratna (06121408015) 4. Indah Oktriani (06121408018) Dasar

Lebih terperinci

IKLAN. File bisa dikirim Via ataupun Paket CD yang dikirim langsung ke alamat anda.

IKLAN. File bisa dikirim Via  ataupun Paket CD yang dikirim langsung ke alamat anda. IKLAN Kami menyediakan Paket Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 lengkap untuk semua mata pelajaran tingkat SMA/Ma/SMK, SMP/MTs, dan SD/Mi lengkap Semester 1 dan 2. File bisa dikirim Via email ataupun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007:17) menjelaskan bahwa belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007:17) menjelaskan bahwa belajar 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007:17) menjelaskan bahwa belajar berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah BAB II KAJIAN TEORI E. Kajian Teori 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Mereka juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan metakognisi merupakan salah satu Standar Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan metakognisi merupakan salah satu Standar Kompetensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan metakognisi merupakan salah satu Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dari aspek pengetahuan yang harus dikuasai oleh siswa SMA dalam Kurikulum 2013. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar sehingga siswa memiliki pengalaman dan kemandirian belajar.

BAB I PENDAHULUAN. belajar sehingga siswa memiliki pengalaman dan kemandirian belajar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru sebagai komponen pendidikan turut berupaya menyiapkan peserta didik agar mampu menjalani perannya dikehidupan nyata. Guru diharapkan mampu memfasilitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berpikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan hidup

Lebih terperinci

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Manusia sebagai pemegang dan penggerak utama dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Melalui

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan potensi tersebut

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan Kelas / Semester Mata Pelajaran Program Pokok Bahasan Alokasi Waktu : Sekolah Menengah Atas : XI / 3 (tiga) : Matematika : Wajib :

Lebih terperinci

PENERAPAN DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RUANG DIMENSI TIGA PADA SISWA SMAN 8 MATARAM

PENERAPAN DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RUANG DIMENSI TIGA PADA SISWA SMAN 8 MATARAM PENERAPAN DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RUANG DIMENSI TIGA PADA SISWA SMAN 8 MATARAM Tari Asdiati 1 & Agusfianuddin 2 1 Pemerhati Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan kemajuan jaman, tentunya pengetahuan semakin berkembang. Supaya suatu negara bisa lebih maju, maka negara tersebut perlu memiliki manusia-manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan memilih menggunakan

Lebih terperinci

PENGARUH METODE RESITASI TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA

PENGARUH METODE RESITASI TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA PENGARUH METODE RESITASI TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA Fitriyani 1 dan Huri Suhendri 2 1 SMA 28 Oktober 1928 Jakarta 2 Program Studi Pendidikan Matematika, FTMIPA, Universitas Indraprasta

Lebih terperinci

KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK

KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK PPT 2.1 BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Esensi Pendekatan Saintifik Proses

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan Kelas / Semester Mata Pelajaran Program Pokok Bahasan Alokasi Waktu : Sekolah Menengah Atas : XI / 3 (tiga) : Matematika : Umum : Hubungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Terdapat dua kata berbeda dari istilah tersebut, yakni efektivitas dan pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Dasar 2.1 Pembelajaran Think Talk Write Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru. Untuk mengatasi berbagai masalah dalam pembelajaran, maka perlu adanya

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMP... Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : VII / 1 Materi Pokok : Perbandingan dan Skala Alokasi Waktu : 1 JP x 30 Menit ( 1 kali pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki zaman modern seperti sekarang ini, manusia dihadapkan pada berbagai tantangan yang ditandai oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai bagian dari kurikulum di sekolah, memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan yang mampu bertindak atas

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

II. KAJIAN PUSTAKA. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang II. KAJIAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (2004: 7) pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980) pada akhir abad ke 20 (Sanjaya, 2007). Pada awalnya, PBL dikembangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan pendapat Hamalik (2004: 28) yang menyatakan bahwa belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan pendapat Hamalik (2004: 28) yang menyatakan bahwa belajar 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Fisika Belajar adalah proses interaksi dengan lingkungan untuk mencari wawasan dan pengalaman sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku. Hal ini sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran menurut Asmani (2012:17) merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Sedangkan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pendidikan merupakan unsur dasar yang menentukan kecakapan berpikir tentang dirinya dan lingkungannya. Seseorang yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan

TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN. Lampiran A: Perangkat Pembelajaran. Lampiran B: Instrumen Penelitian. Lampiran C: Data Hasil Uji Coba Instrumen

LAMPIRAN LAMPIRAN. Lampiran A: Perangkat Pembelajaran. Lampiran B: Instrumen Penelitian. Lampiran C: Data Hasil Uji Coba Instrumen LAMPIRAN LAMPIRAN Lampiran A: Perangkat Pembelajaran Lampiran B: Instrumen Penelitian Lampiran C: Data Hasil Uji Coba Instrumen Lampiran D: Data Hasil Penelitian Lampiran E: Hasil Pengumpulan Data Lampiran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep 1. Pengertian Pemahaman Konsep Pemahaman dapat diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi yang dipelajari. Menurut Van de Walle (Yohana et all,2012)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut kurikulum KTSP SD/MI tahun 2006 Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kurikulum Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang artinya tempat berpacu. Istilah

Lebih terperinci

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang berperan penting dalam kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sehingga perkembangan matematika menjadi sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan salah satu bidang studi yang sangat penting, baik bagi siswa maupun bagi pengembangan bidang keilmuan yang lain. Kedudukan matematika dalam dunia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemampuan Penalaran Matematis Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat membuat setiap orang dapat mengakses segala bentuk informasi yang positif maupun negatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Creative Problem Solving. 1. Pengertian Pembelajaran Creative Problem Solving

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Creative Problem Solving. 1. Pengertian Pembelajaran Creative Problem Solving 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Creative Problem Solving 1. Pengertian Pembelajaran Creative Problem Solving Menurut Karen (dalam Hamzah dkk, 2011) Model Creative Problem Solving (CPS) adalah

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMP XXX Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : VIII / Gasal Standar Kompetensi :. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nining Priyani Gailea, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nining Priyani Gailea, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu unsur dalam pendidikan. Mata pelajaran matematika telah diperkenalkan kepada siswa sejak tingkat dasar sampai ke jenjang yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan kondisi belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah, yang tidak hanya bertujuan agar siswa memiliki kemampuan dalam matematika saja melainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia sepanjang hidupnya. Pendidikan dapat diartikan sebagai proses kegiatan mengubah perilaku individu kearah kedewasaan

Lebih terperinci

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang dewasa ini telah berkembang cukup pesat, baik secara teori maupun praktik. Oleh sebab itu maka konsep-konsep

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus segera direspon secara positif oleh dunia pendidikan. Salah satu bentuk respon positif dunia pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching, Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis, Model Pembelajaran Problem Based Learning, dan Teori Sikap 1. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching

Lebih terperinci

PENGARUH PENDEKATAN SCIENTIFIC TERHADAP KEMAMPUAN PELANARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA

PENGARUH PENDEKATAN SCIENTIFIC TERHADAP KEMAMPUAN PELANARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PENGARUH PENDEKATAN SCIENTIFIC TERHADAP KEMAMPUAN PELANARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA Nur Afifah Imran Universitas Negeri Medan, Jalan William Iskandar Pasar 5 Medan, Email: : firansmarpaung@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai pendidikan menengah dan merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. analisa berasal dari bahasa Yunani kuno analusis yang artinya melepaskan.

BAB II KAJIAN TEORI. analisa berasal dari bahasa Yunani kuno analusis yang artinya melepaskan. 7 BAB II KAJIAN TEORI Pada bab II ini, penulis akan membahas tentang apa itu kemampuan koneksi matematik dan disposisi matematik; KI, KD, dan Indikator pencapaian kompetensi dari materi pelajaran; penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan potensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Kontekstual Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan dengan strategi. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal ini terjadi ketika seseorang sedang belajar,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. siswa secara fisik dan emosional dimana siswa diberi tugas untuk kemudian

I. PENDAHULUAN. siswa secara fisik dan emosional dimana siswa diberi tugas untuk kemudian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan, pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Hamalik, 2001:82).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Efektivitas Pembelajaran Dalam kamus bahasa indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Matematika 2.1.1.1 Hakikat Matematika Dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dinyatakan bahwa Matematika merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari bahasa Yunani mathema yang berarti ilmu pengetahuan. Elea Tinggih

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari bahasa Yunani mathema yang berarti ilmu pengetahuan. Elea Tinggih BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Matematika Matematika berasal dari perkataan latin mathematica yang berasal dari bahasa Yunani mathema yang berarti ilmu pengetahuan. Elea Tinggih (Erman Suherman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permen 23 Tahun 2006 (Wardhani, 2008:2) disebutkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Permen 23 Tahun 2006 (Wardhani, 2008:2) disebutkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada kurikulum berbasis kompetensi yang tertuang dalam lampiran Permen 23 Tahun 2006 (Wardhani, 2008:2) disebutkan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Belajar Manusia dalam hidupnya tidak pernah lepas dari proses belajar, karena dengan belajar pengetahuan seseorang akan terus bertambah. Menurut Syah (2002:89),

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. HASIL 1. Hasil Kesesuaian antar Panelis Kehandalan data dari masing-masing panelis diuji menggunakan uji

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. HASIL 1. Hasil Kesesuaian antar Panelis Kehandalan data dari masing-masing panelis diuji menggunakan uji BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Hasil Kesesuaian antar Panelis Kehandalan data dari masing-masing panelis diuji menggunakan uji kehandalan data menurut Krippendorf dengan menghitung koefisien alpha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia (In am, 2012).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini menyebabkan kita harus selalu tanggap menghadapi hal tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan Sumber Daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menumbuhkembangkan kemampuan dan pribadi siswa yang sejalan dengan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. menumbuhkembangkan kemampuan dan pribadi siswa yang sejalan dengan tuntutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu ilmu dasar yang sangat berperan penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu matematika dipelajari pada semua

Lebih terperinci