PENDAHULUAN... 1 GAMBARAN UMUM WILAYAH... 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN... 1 GAMBARAN UMUM WILAYAH... 1"

Transkripsi

1 Contents 1.1 LATAR BELAKANG... 1 PENDAHULUAN MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN KEGIATAN OTORISASI LANDASAN HUKUM PENYUSUNAN RISPAM RUANG LINGKUP PEKERJAAN Ruang Lingkup Wilayah Ruang Lingkup Kegiatan SISTEMATIKA LAPORAN KONDISI FISIK DASAR Geografi dan Administrasi... 1 GAMBARAN UMUM WILAYAH Geologi Kondisi Hidrologi, Klimatologi dan Hidrogeologi SARANA DAN PRASARANA Sampah Drainase Irigasi Sarana Perekonomian Sarana Sosial dan Kesehatan Sarana Peribadatan Sarana Transportasi Sarana Transportasi Listrik SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA Demografi Mata Pencaharian Penduduk PDRB ( Produk Domestik Regional Bruto) Kesehatan dan Kondisi Sanitasi Lingkungan Masyarakat RUANG DAN LAHAN Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Penggunaan Lahan dan tata Guna Lahan Rencana Pengembangan Tata Kota... 63

2 2.5.4 Kawasan Lindung Kawasan Strategis Laju Perubahan Tata Guna Lahan dan Fungsi Lahan KEPENDUDUKAN Jumlah Kepadatan Penduduk Penyebaran Penduduk Keuangan Daerah KONDISI EKSISTING SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM ASPEK TEKNIS... III Sistem Jaringan Perpipaan... III Sistem Jaringan Non Perpipaan Organisasi dan Kelembagaan KRITERIA DAN STANDART PERENCANAAN Air Baku... 1 STANDART/KRITERIA PERENCANAAN SPAM MATA AIR Air Tanah Air Permukaan Transmisi Produksi Distribusi Kehilangan Air KEBUTUHAN AIR Kebutuhan Air Rata-Rata Kebutuhan Maksimum dan Kebutuhan Puncak STANDAR KONSUMSI PEMAKAIAN AIR Domestik Non Domestik PERIODE PERENCANAAN METODE PROYEKSI PENDUDUK ARAH PERKEMBANGAN KOTA TUBAN RENCANA DAERAH PELAYANAN PROYEKSI KEBUTUHAN AIR PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK Proyeksi Kebutuhan Air Kebutuhan Domestik... 3

3 5.4.2 Kebutuhan Non Domestik Kehilangan Air Fluktuasi Kebutuhan Air Kebutuhan Air Potensi Air Permukaan POTENSI AIR BAKU Potensi Air Tanah Mata Air Neraca Air Alternatif Sumber Air Baku PENGELOLAAN LINGKUNGAN Usulan Perizinan Sumber Air Baku RENCANA PENGEMBANGAN SPAM Kebijakan, Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Rencana Sistem Pelayanan Rencana Pengembangan Pelayanan SPAM Pengembangan IKK Grabagan Pengembangan IKK Tuban Pengembangan IKK Jenu Pengembangan IKK Soko Pengembangan IKK Widang Pengembangan IKK Montong Pengembangan IKK Plumpang Pengembangan IKK Palang Pengembangan IKK Bangilan Pengembangan IKK Semading Pengembangan IKK Rengel Pengembangan IKK Merakurak Pengembangan IKK Tambakboyo Pengembangan IKK Jatirogo Pengembangan IKK Bancar RENCANA INVESTASI Kebutuhan Investasi dan Sumber Pendanaan Dasar Penentuan Asumsi Keuangan... Error! Bookmark not defined. 9.1 LEMBAGA PENYELENGGARA... 1

4 BAB 9 PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN AIR MINUM Struktur Organisasi SUMBER DAYA MANUSIA RENCANA PEMNGAMBANGAN SDM Tabel 2. 1 Jumlah Kelurahan / Desa dan Luas Wilayah di Kabupaten Tuban... 2 Tabel Tabel 2. 3 Topografi Wilayah Kabupaten Tuban... 2 Tabel 2. 4 Kondisi Geologi Wilayah Kabupaten Tuban... 5 Tabel 2. 5 Daerah Irigasi Kabupaten Tuban Tabel 2. 6 Jumlah Fasilitas Sekolah di Kabupaten Tuban Tabel 2. 7 Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Tuban Tabel 2. 8 Sarana Peribadatan di Kabupaten Tuban Tabel 2. 9 Perkembangan Kondisi Prasarana Jalan Tabel Jumlah Terminal Khusus Kabupaten Tuban Tabel Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Tiap Kecamatan Kab.Tuban Tabel Jumlah Penempatan Pencari Kerja Berdasarkan Pendidikan Tabel Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Tabel PDRB Atas Harga Konstan Tabel Sarana Air Limbah Kabupaten Tuban Tabel Luas Hutan Lindung Tabel Kawasan Perlindungan Setempat (Sempadan Sungai) Tabel Kawasan Perlindungan Setempat (Sempadan Waduk) Tabel Luas Wilayah Irigasi Kabupaten Tuban Tabel Kawasan Perlindungan Setempat Sekitar Mata Air Tabel Penggunaan Lahan Eksisting... 92

5 I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam rangka mewujudkan pembangunan kabupaten yang terstruktur dan terintegrasi dengan semua sektor kehidupan permukiman diperlukan adanya panduan teknis sebagai pedoman pemerintah/instansi terkait dalam menjalankan pembangunan yang berkesinambungan. Sehingga akan didapatkan perencanaan yang baik dan terintegrasi, serta dapat mengurangi berbagai permasalahan kompleks yang mungkin terjadi, seperti tidak sinkronnya perencanaan pembangunan antar sektor permukiman. Sektor permukiman mencakup air bersih, air limbah, persampahan, jalan, drainase dan lain-lain. Untuk mendapatkan rencana tata Kabupaten yang baik diperlukan buku pedoman perencanaan pada tiap-tiap sektor kegiatan permukiman yang dapat dijadikan sebagai arahan untuk masing-masing pihak terkait dalam merencanakan program pembangunan. Kabupaten Tuban sudah memiliki Perda tentang RTRW yaitu perda Nomor 9 tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Tuban tahun yang memuat arahan rencana pembangunan Kabupaten di bidang permukiman secara umum. Namun RTRW tersebut masih belum detail sehingga masih diperlukan Rencana Induk Pengembangan untuk masing-masing sektor permukiman. Rencana Induk Pengembangan Sektor memuat lebih detail arahan pembangunan sesuai dengan bidang pekerjaan masing-masing sektor sampai pada arahan perencanaan teknis yang disusun secaraa bertahap. Dengan adanya kebijakan pemerintah yang tertuang dalam PP No. 16/2005 yang mengatur tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dalam hal mendorong pencapaian percepatan MDG s, diharapkan program- dari program program pembangunan air minum di kabupaten nantinya tidak menyimpang MDG s. I - 1

6 Dalam pelaksanaan pembangunan air minum di kabupaten diperlukan adanya master plan air minum sebagai pedoman pemerintah Kabupaten ataupun PDAM untuk merencanakan program pembangunan tahunan. Adanya Rencana Induk Pengembangan SPAM di setiap Kabupaten akan menjadi alat bagi pemerintah pusat/daerah untuk memberikan pengawasan yang lebih optimal terhadap perencanaan-perencanaan di bidang air minum. Hal ini sesuai dengan visi Kementerian Pekerjaan Umum untuk menyediakan infrastruktur PU yang handal, bermanfaat dan berkelanjutan untuk mendukung terwujudnya masyarakat Indonesia yang lebih sejahtera. Adanya dapat mempermudah pemerintah kabupaten/kota untuk menentukan program pembangunan tahunan kabupaten di bidang air minum serta mempermudah pemerintah pusat dalam menentukan program bantuan di bidang air minum untuk Kabupaten sesuai dengan kebutuhan. Rencana Induk Pengembangan SPAM memuat lebih detail mengenai pedoman pembangunan di bidang air minum sampai pada arahan perencanaan teknis dan non teknis yang disusun secara bertahap untuk 10 hingga 20 tahun ke depan yang berisi skenario pembangunan di bidang air minum sesuai dengan kebijakan dan kebutuhan pemerintah kabupaten dalam berbagai alternatif. Sampai dengan saat ini, Kabupaten Tuban belum memiliki Rencana Induk Pengembangan SPAM sehingga perencanaan yang dilakukan masih belum baik dan belum optimal. Berkenaan dengan hal tersebut di atas dan mendorong pemerintah kabupaten Tuban untuk segera memiliki maka pada tahun anggaran 2013 melalui pendanaan dari APBD Kabupaten Tuban dilakukan kegiatan Penyusunan yang akan bekerjasama dengan penyedia jasa. 1.2 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN KEGIATAN Maksud dari kegiatan Penyusunan RISPAM Kabupaten Tuban, antara lain: Merencanakan pengembangan SPAM secara umum baik system dengan perpipaan maupun non perpipaan yang akan menjadi pedoman bagi penyelenggara dan pemerintah Kabupaten Tuban dalam mengembangkan SPAM. Sedangkan tujuan dari Kegiatan Penyusunan adalah untuk memperoleh gambaran terhadap kebutuhan air baku, kelembagaan, rencana pembiayaan, rencana jaringan pipa utama, serta rencana perlindungan air baku untuk jangka panjang. I - 2

7 Selain itu tujuan rencana induk pengembangan SPAM sesuai dengan Permen PU No. 18 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Bersih adalah: 1. Mewujudkan pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas dengan harga terjangkau di Kabupaten Tuban; 2. Mencapai kepentingan yang seimbang antara konsumen dan penyedia jasa pelayanan air bersih di Kabupaten Tuban; 3. Mencapai peningkatan efisiensi dan cakupan pelayanan air minum di Kabupaten Tuban. Kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pemgembangan SPAM ini adalah memiliki sasaran agar tersusun dokumen berupa grand design pengembangan air minum sebagai pedoman untuk peningkatan dan pengembangan infrastruktur di bidang air minum di kabupaten/kota yang mencakup SPAM Pedesaan dan Perkotaan, baik dikelola oleh PDAM kabupaten/kota maupun HIPPAM/Koperasi/BLU serta tersusunnya strategi dan program pengembangan SPAM (pola investasi dan pembiayaan, tahapan pembangunan SPAM) 1.3 OTORISASI Kegiatan Penyusunan kabupaten Tuban yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tuban dilaksanakan dengan menggunakan Sumber dana untuk menunjang kegiatan ini berasal dari APBD Kabupaten Tuban Tahun Anggaran LANDASAN HUKUM PENYUSUNAN RISPAM Berikut ini adalah landasan hukum yang terkait dengan kegiatan Penyusunan kabupaten Tuban : 1. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990, tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; 2. Undang-Undang No 7 Tahun 2007 tentang Sumber Daya Air; 3. Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; I - 3

8 5. Peraturan Pemerintah No 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM); 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 42 Tahun 2008, tentang Pengelolaan Sumber Daya Air. 7. Kepmen KIMPRASWIL No 534 Tahun 2001 tentang: - Pedoman Penentuan SPAM Bidang Penataan Ruang dan Permukiman - Standar Nasional Indonesia (SNI) Bidang Kimpraswil 8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tahun 2010, tentang Persyaratan Kualitas Air Minum 9. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No. 2 Tahun 2006, tentang RTRW Propinsi Jawa Timur; 10. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2008, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Jawa Timur 1.5 RUANG LINGKUP PEKERJAAN Ruang Lingkup Wilayah Lokasi kegiatan yang akan menjadi wilayah studi dari Penyusunan Rencan Indyuk Pengembangan SPAM Kabupaten Tuban meliputi wilayah Kabupaten Tuban Ruang Lingkup Kegiatan Lingkup kegiatan dari penyusunan Penyusunan Rencan Indyuk Pengembangan SPAM Kabupaten Tuban ini adalah: 1. Melakukan perhitungan proyeksi penduduk hingga tahun Menghitung kebutuhan air minum kabupaten per-tahun 3. Menyusun rencana pembangunan di bidang air minum yang terintegrasi dan berkesinambungan sesuai dengan rencana tata ruang Kabupaten Tuban 4. Melakukan analisis kondisi eksisting dan berbagai potensi pengembangan air minum Kabupaten, mencakup segi teknis dan non teknis. 5. Melakukan analisa untuk mengetahui permasalahan air bersih eksisting sekaligus memberikan solusi teknis dan non teknis untuk pengembangan PDAM di masa mendatang, membantu merumuskan arahan rencana perbaikan/mofidikasi/ penggantian/penambahan instalasi produksi air bersih dan jaringan perpipaan air bersih, rencanapengembangan SDM dan penentuan retribusi air minum dalam rangka pengembangan PDAM Kabupaten Tuban. I - 4

9 6. Melakukan survey sumber air baku dan penentuan kelayakan teknis berdasarkan prinsip 3K (Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas). Survei dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai alternatif sumber air baku yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat 7. Membuat skenario perencanaan pengembangan air minum dalam beberapa alternatif baik untuk skala kota dan pedesaan, menentukan zona pelayanan berdasarkan prinsipprinsip teknis sehingga pelayanan air minum dapat berjalan optimal 8. Membuat evaluasi potensi sumber air baku baik air permukaan serta sumber air baku lainnya untuk menentukan air baku potensial sebagai sumber air baku air minum 9. Membuat arahan pemanfaatan sumber air baku berdasar kebutuhan air pada tahun perencanaan. 1.6 SISTEMATIKA LAPORAN Sistematika pembahasan Laporan Hasil Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SPAM Kabupaten Tuban adalah sebagai berikut: Bab 1. Pendahuluan Berisi uraian tentang latar belakang kegiatan, maksud, tujuan dan sasaran, Otorisasi pekerjaan, ruang lingkup pekerjaan, keluaran hasil pekerjaan, sistematika laporan. Bab 2. Gambaran Umum Wilayah Perencanaan Berisi uraian tentang gambaran peran kabupaten dalam konteks makro baik dalam perspektif nasional, propinsi maupun kawasan andalan, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), gambaran kondisi fisik dasar wilayah ditinjau dari aspek geografi, topografi, geologi, hidrologi dan geohidrologi, kondisi sarana dan prasarana yang tersedia baik air limbah, drainase, persampahan, sarana perekonomian, sarana peribadatan, sarana komunikasi dll, serta gambaran sosial ekonomi dan budaya Bab 3. Kondisi Sistem Penyediaan Air Minum Eksisting Berisi uraian mengenai kondisi sistem air minum ditinjau dari aspek teknis dan non teknis meliputi sistem produksi, sistem pelayanan, juga sarana air minum non perpipaan. Dalam bab ini akan dibahas permasalahan aspek teknis, serta aspek non teknis pengelolaan air minum I - 5

10 Bab 4. Kriteria Teknis, Metoda & Standar Pengembangan SPAM Berisi kriteria dan standart perencanaan yang dipergunakan meliputi antara lain periode perencanaan, standart konsumsi dan pemakaian air, kebutuhan air, kehilangan air serta metode proyeksi air Bab 5. Proyeksi Kebutuhan Air Berisi Rencanan pengembangan kota, Rencana pengembangan wilayah pelayanan SPAM, Perhitungan proyeksi jumlah penduduk di wilayah pelayanan hingga akhir pelayanan, serta perhitungan kebutuhan air per wilayah pelayanan untuk setiap tahapan Bab 6. Potensi Sumber Air Baku Berisi mengenai potensi air baku yang tersedia baik d pelayanan SPAM, Perhitungan proyeksi penduduk hingga akhir pelay ari ambangan daerahir permukaan, maupun air tanah, kesetimbangan ketersediaan sumber air baku, alternatif sumber air baku dan penentuan sumber air baku terpilih. Bab 7. Rencana Pengembangan SPAM Berisi mengenai rencana pengembangan SPAM baik pengembangan wilayah pelayanan, tingkat pelayanan, perhitungan kebutuhan air domestik maupun domestik untuk menentukan kebutuhan sumber air baku. Menentukan sumber air baku yang akan dikembangkan, rencana penurunan angka kebocoran serta keterkaitan dengan sarana sanitasi Bab 8. Rencana Pendanaan Berisi menegnai Kebutuhan Investasi Sumber Dan Pola Pendanaan yang diaambil dalam rangasumsi yangmbangan SPAM baik jumlah dana serta sumber pendanaannya Bab 9. Pengembangan Kelembagaan Pengelola Air minum Berisi mengenai struktur organisasi PDAM, sumber daya manusia yang ada, jumlah dan kualifikasi personil dan pelatihan-pelatihan yang diperlukan. I - 6

11 II GAMBARAN UMUM WILAYAH Untuk mendapatkan gambaran terhadap wilayah studi dalam pekerjaan Penyusunan Kabupaten Tuban, perlu diketahui terlebih dahulu kondisi umum kabupaten sehingga nantinya didapatkan kondisi aktual dan unsur-unsur yang penting meliputi gambaran kawasan penataan secara umum, potensi dan permasalahan yang diidentifikasikan. Secara umum, gambaran wilayah ini akan menampilkann kondisi wilayah, kependudukan dan sosial ekonomi masyarakat setempat yang nantinya dapat berfungsi sebagai acuan dalam proses penyusunan rencana Induk Pengembangan SPAM. Bab ini akan mengulas Gambaran Umum Kabupaten Tuban. 2.1 KONDISI FISIK DASAR Geografi dan Administrasi Kabupaten Tuban merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Jawa Timur. Secara geografis Kabupaten Tuban terletak antara 111,30 sampai dengan 112,35 Bujur Timur, dan 6,40 sampai dengan 7,18 Lintang Selatan. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Tuban meliputi : Sebelah Utara : Pantai Laut Jawa Sebelah Timur : Kabupaten Lamongan Sebelah Selatan : Kabupaten Bojonegoro Sebelah Barat : Propinsi Jawa Tengah Secara Adminstrasi Kabupaten Tuban pada terdiri dari 20 kecamatan. Kecamatan Grabagan merupakan kecamatan baru yang merupakan pemekaran dari tiga kecamatan yaitu Kecamatan Semanding, Rengel dan Soko. Dari banyaknya kecamatan di Kabupaten Tuban yang memiliki wilayah paling luas adalah Kecamatan Montong dengan luas wilayah 8.04% dari total luas Kabupaten Tuban, sedangkan kecamatan yang memiliki wilayah II - 1

12 paling kecil adalah Kecamatan Tuban dengan luas 1.16% dari total luas wilayah Kabupaten Tuban. Adapun jumlah kelurahan, desa serta luas wilayah masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2. 1 Jumlah Kelurahan / Desa dan Luas Wilayah di Kabupaten Tuban No Kecamatan Jumlah Luas Area Prosentase Kelurahan/Desa (Km 2 ) (%) 1 Kenduruan ,66 2 Bangilan ,20 3 Senori 12 78,39 4,26 4 Singgahan ,30 5 Montong ,04 6 Parengan ,45 6,22 7 Soko 20 96,88 5,27 8 Rengel 18 58,52 3,18 9 Grabagan 15 73,79 4,01 10 Plumpang 18 86,52 4,70 11 Widang ,14 5,82 12 Palang 19 72,70 3,95 13 Semanding ,58 14 Tuban 17 21,29 1,16 15 Jenu 17 81,61 4,44 16 Merakurak ,77 5,64 17 Kerek ,55 7,42 18 Tambakboyo 18 72,97 3,97 19 Jatirogo ,09 20 Bancar ,36 6,11 Jumlah ,9 100 Sumber: Kota Tuban dalam Tabel 2. 2 Angka Tahun 2006, BPS Secara topografi, luas wilayah kabupaten Tuban dapat dibedakan dalam luas daratan dan luas lautan, sebagaimana Tabel 2.2 berikut ini. Tabel 2. 3 Topografi Wilayah Kabupaten Tuban Topografi Wilayah Satuan Volume Luas Wilayah Daratan km2 1, Panjang Pantai km Luas Lautan km2 22, Sumber : Tuban Dalam Angka, 2011 Untuk lebih memperjelas gambaran wilayah Kabupaten Tuban beserta batas wilayah Kecamatan dan desa dapat dilihat pada Peta 2.1 yaitu Peta Administrasi Kabupaten Tuban II - 2

13 No Peta 2.1 II - 3

14 Total luas wilayah Kabupaten Tuban sebesar 1.839,94 Km 2, dengan panjang pantai 65 Km dan luas wilayah lautan sebesar Km 2. Kabupaten Tuban mempunyai topografi perbukitan batu gamping dengan struktur geologi artiklin besar memanjang dari arah barat ke timur. Ketinggian daratan daerah di Kabupaten Tuban berkisar antara meter di atas permukaan laut. Bagian utara dan selatan Kabupaten Tuban berupa dataran rendah dengan ketinggian 0-15 meter di atas permukaan laut, yang terdapat disekitar pantai dan sepanjang sungai Bengawan Solo. Daerah dengan ketinggian diatas 100 meter di atas permukaan laut terdapat di Kecamatan Montong dan Kecamatan Grabagan. Peta topografi dan peta kemiringan dari Kabupaten Tuban dapat dilihat pada Peta 2.2 dan pada Peta 2.3 dapat dilihat peta kelerengan kabupaten Tuban. Diantara kelompok perbukitan dan daerah dekat pantai terdapat dataran-dataran sempit yang ditutupi oleh endapan aluvium. Pada beberapa tempat batu gamping ini banyak yang telah mengalami proses pelapukan kuat sehingga mata air dapat muncul melalui bidang rekahan atau patahan. Akuifer utama terdapat pada batu gamping dengan produktifitas tidak merata dan dapat diketahui bahwa tempat tertentu di daerah dataran terdapat akuifer batu gamping yang cukup produktif dan permukaan air tanah yang cukup dangkal. Sehingga dengan kedalaman ± 50 m didapatkan kualitas air cukup baik kecuali daerah yang dekat dengan garis pantai Geologi Kabupaten Tuban mempunyai kondisi geologi yang terbagi menjadi 3, yaitu Mediteran Merah Kuning, Aluvial, dan Gramusol. Wilayah yang mempunyai kondisi geologi tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.3. Pada kabupaten Tuban terdapat kenampakan karst yang ada pada bagian timur yaitu pada daerah Rengel dan Semanding serta pad abagian tengah, yaitu pada kecamatan Montong. Pada daerah Rengel berkembang Gua karst yang sangat baik. Bentukan karst di daerah Rengel antara lain gua Ngerong atau Gua Lawa yang saat ini menjadi objek wisata. Daerah-daerah yang membentuk karst di daerah ini merupakan Peta 2. 1 daerah tangkapan air yang baik dan air-air tersebut akan tersimpan di bawah tanah membentuk suatu jaringan sungai bawah tanah dan muncul menjadi outflow seperti daerah Gua Ngerong, Wudi, Matuk, Bektiharjo dan sekitarnya yang muncul berbagai mata air dengan debit yang besar. II - 4

15 Kabupaten Tuban jika dilihat secara geologi termasuk pada cekungan Jawa Timur bagian utara yang memanjang dari arah barat sampai timur dimulai dari Semarang hingga Surabaya. Tabel 2. 4 Kondisi Geologi Wilayah Kabupaten Tuban Persen dari Luas Wilayah Sisi Perbatasan a. Mediteran Merah Kuning (berasal dari endapan batu kapur di daerah bukit sampai gunung) b. Aluvial (berasal dari endapan di daerah dan Cekungan c. Gramusol ( berasal dari endapan batuan di daerah yang bergelombang Wilayah Perbatasan Semanding, Montong, Kerek, Palang, Jenu, sebagian Tambakboyo, Widang, Plumpang, dan Merakurak Tambakboyo, Bancar, Tuban, Palang, Rengel, Soko, Parengan, Singgahan, Senori, dan Bangilan Bancar, Jatirogo, dan Senori Sebagian besar jenis batuan yang ada pada Kabupaten adalah Miocene Sedimentary Facies, Miocene Limenston FaciesPleistocene Limenstone Facies, Alluvium, Pleistocene Sedimentary Facies, Piocene Sedimentary Facies. Jenis batuan yang banyak terdapat adalah jenis batuan Miocene lomenstone facies yaitu 27,16% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Tuban. Berdasarkan urutan stratigrafinya satuan formasi batuan yang dijumpai adalah Anggota Napal, Formasi Kujung, Anggota Batulempung, Formasi Kujung, Batugamping Prupuh, Anggota Formasi Kujung, Anggota Tawun Formasi Tuban, Formasi Tuban, Anggota Ngrayong Formasi Tuban, Formasi Bulu, Formasi Wonocolo, Formasi Ledok, Formasi Mundu, Formasi Paciran, Formasi Lidah, Formasi Kabuh, Kolovial, Endapan Rawa dan Endapan Aluvial. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada peta Geologi Peta Kondisi Hidrologi, Klimatologi dan Hidrogeologi Sebagian besar penduduk memperoleh air untuk keperluan rumah tangga dari sumur gali dan hasil pemipaan sumber mata air. Umumnya, kesulitan air bersih dijumpai di bagian tengah daerah Tuban di sepanjang pegunungan kapur. Masyarakat di daerah ini umumnya mendapatkan air bersih dengan cara membeli dari daerah-daerah yang relatif memiliki air lebih baik. Peta hidrogeologi dapat dilihat pada Peta 2.5 Hidrogeologi. II - 5

16 II - 6

17 II - 7

18 II - 8

19 II - 9

20 Kondisi Klimatologi Kabupaten tuban termasuk wilayah dengan iklim kering 94,73% dengan kondisi yang bervariasi dari agak kering hinga sangat kering, yaitu pada 19 kecamatan. Sedangkan pada wilayah kecamatan Singgahan merupakan wilayah yang cukup basah.jika ditinjau dari jenis lahan yang ada, kabupaten Tuban terdiri dari lahan sawah (wetland) yaitu seluas Ha dan lahan kering seluas Ha. Kabupaten Tuban terdiri dari dua musim, yakni musim hujan dan musim kemarau. Hujan rata-rata di Kabupaten Tuban tertinggi terjadi pada bulan Desember dengan curah hujan mm per tahun. Sedangkan hujan rata-rata per bulan adalah 209,4 mm secara rinci dapat dilihat pada Peta 1.10 Klimatologi, peta klimatologi dapat dilihat pada Peta 2.6. Curah hujan yang terjadi pada tahun 2011 di Kabupaten Tuban paling tinggi terjadi di bulan Desember yaitu 274,54 mm. Curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus dengan curah hujan hanya 0,67 mm. Jumlah hari hujan tertinggi terjadi pada bulan januari yaitu 15,79 mm dan curah hujan teredah terjadi bulan Agustus dan September yaitu 0,08 mm/hari. Berdasar hasil pengukuran dari stasiun pengukur curah hujan tertinggi terjadi di stasiun pengukur Kebonharjo yaitu sebesar mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 89 hari. Untuk kondisi Hidrologi, menurut Depkimpraswil Kabupaten Tuban, terdapat 18 sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Tuban. Sungai terpanjang adalah Sungai Bengawan Solo dan Sungai Kening dengan panjang 60 km, sedangkan sungai terpendek adalah Sungai Kedung Kayen dengan panjang hanya 1,20 km. Jumlah sungai di Kabupaten Tuban sebanyak 17 sungai yang dapat dimanfaatkan untuk mengairi sawah. Luas areal irigasi tersebut didominasi oleh aliran Bengawan Solo selanjutnya sungai kening. Sungai-sungai yang terdapat di Kabupaten Tuban sebagian besar bermuara di Pantai Utara, sedangkan sumber airnya berasal dari Jawa Tengah yaitu Sungai Bengawan Solo, Kali Kening, Kali Klero, Kali Nglirip dan Kali Prumpung. Berikut sungai-sungai yang melintasi wilayah Kabupaten Tuban dapat dilihat pada Peta 2.7 Hidrologi. Daerah yang dilewati alirannya Sungai Bengawan Solo seperti pada Kecamatan Soko, Rengel, Plumpang, dan Widang hampir setiap tahun mengalami kebanjiran akibat sungainya yang meluap. Dalam penanganan masalah banjir akibat luapan Sungai Bengawan Solo maka dibuatkan tanggul, seperti yang ada pada Kecamatan Rengel, Plumpang dan Widang. II - 10

21 II - 11

22 II - 12

23 2.2 SARANA DAN PRASARANA Air Limbah Pengelolaan air limbah di Kabupaten Tuban masih banyak bersifat on-site, yaitu untuk rumah tangga limbah dibuang ke septic tank atau langsung ke saluran drainase. Sistem pengelolaan jaringan prasarana lingkungan yang dilaksanakan sekarang masih kurang terpadu, utamanya pada jaringan persampahan, sumber air minum, termasuk didalamnya air limbah. Pada tahap pembangunan selanjutnya Kabupaten Tuban berencana untuk mengelola limbah industri dan rumah tangga untuk megurangi pencemaran lingkungan melalui penyediaan IPAL dan IPAL Komunal Sampah Sebagian besar pembuangan sampah dilakukan dengan cara ditimbun dan dibakar dirumah masing-masing. Pada pembuangan sampah yang menggunakan sistem angkut oleh petugas kebersihan, sampah akan diangkut menuju ke TPA Gunung Panggung. Kabupaten Tuban juga memiliki TPS yang berlokasi di Kecamatan Kerek. TPA Gunung Panggung di kelurahan Kedungombo Kecamatan Semanding, yaitu sekitar 3 km dari pusat kota Tuban. TPA ini dirancang sebagai controll landfill yang menepati lahan seluas 3,8 Ha dengan kapasitas m Drainase Drainase yang terdapat pada Kabupaten Tuban terdiri dari saluran primer dan sekunder. Pada umumya saluran drainase di Tuban juga digunakan sebagai tempat pembuangan limbah domestik dari aktivitas rumah tangga. Jaringan drainase Kabupaten Tuban dapat dilihat pada Peta Irigasi Irigasi di Kabupaten Tuban didominasi aliran Bengawan Solo. Luas sawah irigasi sebesar Ha. Selain sistem irigasi yang memanfaatkan DAS Bengawan Solo sistem irigasi lain yang ada adalah irigasi non teknis. Pada arahan pelestarian dan perlindungan terhadap wilayah Sungai Bengawan Solo, distribsi air baku untuuk irigasi menjadi salah satu upaya untuk melestarikan dan melindungi Bengawan Solo. Wilayah tengah Kabupaten Tuban sangat tergantung oleh air hujan atau merupakan sawah tadah hujan. Kabupaten Tuban memiliki 46 daerah irigasi, yang dapat dilihat pada Tabel 2.4. II - 13

24 II - 14

25 Tabel 2. 5 Daerah Irigasi Kabupaten Tuban No Daerah Irigasi Luas (Ha) NO Daerah Irigasi Luas (Ha) 1 Beron 4, Boto Krinjo 3,65 25 Banaran Maibit 1, Bektiharjo Nglirip 1, Cekalang 99 5 Merak Urak 1, Clangapan 91 6 Kening 2, Dawung Singkil Dekker Sukomedalem Gede Temayang Gempol Tempur Getami Tlogo Pucangan Joho Tlogo Waru Karanglo Banjarworo Katerban Cendono 4 37 Kedung Geden Jambangan Kedeng Ireng Lombok Kedung Kayen Kedung Dowo Kedung Kiter Latsari Kedung Sulur Lomanis 4 42 Kejuron Penidon Karemati Tlogo Mlaten Topar Ngampon Wangi Nganget 707 Sumber: RTRW Kota Tuban Pemanfaatan air baku untuk irigasi diatur komposisinya antar wilayah sehingga tidak terjadi kekurangan air bagi sawah beririgasi teknis dan setengah teknis. Selain pengaturan irigasi, pemeritah kabupaten Tuban juga melakukan perbaikan saluran irigasi Sarana Perekonomian Kondisi ekononomi di Kabupaten Tuban didominasi oleh beberapa sektor, diantaranya adalah sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, pertambangan, perindustrian dan pariwisata. Pada sektor pertanian, kecamatan Plumpang merupakan kecamatan yang paling banyak menghasilkan padi dengan jumlah produksi sebesar ton per tahun. Selain tanaman padi tanaman buah-buahan dan sayuran juga menjadi komoditi yang menunjang sektor pertanian, yaitu pada kecamatan Bangilan sebesar kwintal Mangga. Pada II - 15

26 sektor perkebunan komditi siwalan dihasilkan sebanyak ton per tahun, yaitu pada kecamatan Semanding. Produksi peternakan yang ada di Kabupaten Tuban yang terdapat pada seluruh kecamatan. Ternakyang ada terdiri dari sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing, domba, ayam buras, ayam petelur, ayam ras, entok, dan itik. Kecamatan Palang memiliki potensi besar dalam perikanan laut dan tambak, yakni di Desa Panyuran, Tasikmadu, Kradenan, Gesikharjo, Glodog, Karangangung, dan pliwetan. Selain menghasilkan perikanan laut dan budidaya ikan tambak, desa-desa di kawasan pesisir ini juga menjadi tempat pembenihan ikan dan udang, serta tempat berkembangnya industri pembuatan terasi. Sentra pembuatan terasi terutama berada di Desa Karangaagung. Industri unggulan di Kabupaten Tuban terdiri dari industri kecil dan industri besar. Industri kecil umumnya berupa pengolahan hasil-hasil pertanian sedangkan industri besar berupa pengolahan atau manufaktur skala besar. Bahan galian yang ditemukan di Kabupaten Tuban berkaitan langsung dengan kondisi geologi dan batuan penyusunnya. Secara garis besar bahan galian yang tentu dapat di wilayah ini terdiri dari batu gamping, batu pasir, tanah liat serta beberapa mineral ikutannya fosfat, dolomite dan pasir kuarsa Sarana Sosial dan Kesehatan Sarana sosial dan kesehatan di kabupaten Tuban yaitu berupa sarana pendidikan dan kesehatan. Pada tahun 2011 jumlah taman kanan-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA),dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) baik negeri maupun swasta mengalami kenaikan. Jumlah murid pada sekolahan SD dan SMP mengalami penurunan, sedangkan jumlah murid pada sekolah TK, SMA dan SMK mengalami peningkatan. Rasio murid-sekolah tiap tingkatan adalah 52 (TK), 137 (SD), 283 (SMP), 260 (SMA) dan 466 (SMK). Jumlah sekolah pada setiap kecamatan dapat diliat pada Tabel 2.5. Pada tahun 2011 jumlah sarana kesehatan yang ada di Kabupaten adalah berupa Puskesmas sebanyak 33 buah, PUSKESMAS Pembantu sebanyak 54 buah dan PUSKESMAS Keliling sebanyak 59 Unit.Tenaga Medis yang tersedia di Kecamatankecamatan adalah Dokter Umum sebanyak 33 orang, Dokter Gigi sebanyak 15 orang serta tenaga medis lain yaitu perawat dan bidan. Pada Tabel 2.9 dapat dilihat jumlah fasilitas kesehatan di setiap kecamatan. II - 16

27 Tabel 2. 6 Jumlah Fasilitas Sekolah di Kabupaten Tuban KECAMATAN TK/RA SD/MI SMP/MTS SMA/MA SMK TOTAL Kenduruan Bangilan Senori Singgahan Montong Parengan Soko Rengel Grabagan Plumpang Widang Palang Semanding Tub an Jenu Merakurak Karek Tambakboyo Jatirogo Bancar Sumber: Tuban dalam angka 2011 Pada tahun 2011 jumlah sarana kesehatan yang ada di Kabupaten adalah berupa Puskesmas sebanyak 33 buah, PUSKESMAS Pembantu sebanyak 54 buah dan PUSKESMAS Keliling sebanyak 59 Unit.Tenaga Medis yang tersedia di Kecamatankecamatan adalah Dokter Umum sebanyak 33 orang, Dokter Gigi sebanyak 15 orang serta tenaga medis lain yaitu perawat dan bidan. Pada Tabel 2.6 dapat dilihat jumlah fasilitas kesehatan di setiap kecamatan. No Tabel 2. 7 Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Tuban Kecamatan Puskesmas Puskesmas Pembantu Puskesmas Keliling 1 Kenduruan Bangilan Senori Singgahan Montong Parengan Soko Rengel Grabagan Plumpang II - 17

28 No Kecamatan Puskesmas Puskesmas Pembantu Puskesmas Keliling 11 Widang Palang Semanding Tub an Jenu Merakurak Karek Tambakboyo Jatirogo Bancar TOTAL Sumber : Tuban dalam Angka Sarana Peribadatan Pada tahun 2011 jumlah sarana peribadatan adalah masjid sebanyak 867, langgar sebanyak 4.862, gereja sebanyak 45, dan klenteng sebanyak 2. Selain adanya masjid, kegiatan beragama di Tuban juga ditunjang adanya pesantren dengan jumlah pada tahun 2011 adalah 85 pesantren, dan jumlah paling banyak terdapat di kecamatan Senori. Jumlah pesantren di kabupaten Tuban dapat dilihat pada Tabel Sarana Transportasi Sarana transportasi yang ada di wilayah Tuban yaitu berupa sarana angkutan, terminal dan prasarana jalan. Untuk sarana terminal dibedakan menjadi dua, yaitu terminal penumoang dan terminal barang. Terminal penumpang terdapat di Desa Sugihwaras Kecamatan Jenu, dengan luas lahan m2 dan fungsi terminal induk adalah: terminal wisata sebagai transitantar Kabupaten dalam propinsi (AKDP), transit antar kabupaten antar propinsi (AKAP) untuk semua angkutan umum dan MPU masuk terminal. Terminal ini difungsikan sejak tahun Selain dikecamatan Jenu terminal juga terdapat di Kecamatan Jatirogo dan Kecamatan Bulu. Terminal angkutan barang terdapat di kecamatan Plumpang, terminal ini dimanfaatkan untuk distribusi barang yang memasuki wilayah kota Tuban. Pangkalan truk ini tidak pernah sepi oleh truk-truk yang mangkal untuk istirahat. Sebagian besar truk yang mangkal disini adalah truk denganmuatan berat dan perjalanan lintas propinsi. Kondisi jalan di kabupaten Tuban pada umumnya dalam kondisi baik. Untuk jalan pantura yang berstatus sebagai jalan nasional kondisinya bergelombang sehingga membuat kondisi kurang nyaman bagi pengendara. Sedangkan untuk status jalan provinsi II - 18

29 masih banyak yang kondisi aspalnya telah rusak, rawan longsor karena adanya pertambangan dekat dengan akses jalan khususnya untuk wilayah Kabupaten Tuban bagian Tengah. Seperti diketahui jenis tambang di Kabupaten Tuban merupakan bahan tambang batuan dan mineral non logam jenis tertentu yang cenderung berhubungan dengan tanah dan batuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.7 Kondisi Perkerasan Dan Kondisi Jalan. Tabel 2. 8 Sarana Peribadatan di Kabupaten Tuban Kecamatan Masjid Langgar/Mushola Gereja Klenteng Kenduruan Bangilan Senori Singgahan Montong Parengan Soko Rengel Grabagan Plumpang Widang Palang Semanding Tuban Jenu Merakurak Karek Tambakboyo Jatirogo Bancar Sumber: Tuban dalam Angka Sarana Transportasi Sarana transportasi yang ada di wilayah Tuban yaitu berupa sarana angkutan, terminal dan prasarana jalan. Untuk sarana terminal dibedakan menjadi dua, yaitu terminal penumoang dan terminal barang. Terminal penumpang terdapat di Desa Sugihwaras Kecamatan Jenu, dengan luas lahan m2 dan fungsi terminal induk adalah: terminal wisata sebagai transitantar Kabupaten dalam propinsi (AKDP), transit antar kabupaten antar propinsi (AKAP) untuk semua angkutan umum dan MPU masuk II - 19

30 terminal. Terminal ini difungsikan sejak tahun Selain dikecamatan Jenu terminal juga terdapat di Kecamatan Jatirogo dan Kecamatan Bulu. Terminal angkutan barang terdapat di kecamatan Plumpang, terminal ini dimanfaatkan untuk distribusi barang yang memasuki wilayah kota Tuban. Pangkalan truk ini tidak pernah sepi oleh truk-truk yang mangkal untuk istirahat. Sebagian besar truk yang mangkal disini adalah truk denganmuatan berat dan perjalanan lintas propinsi. Kondisi jalan di kabupaten Tuban pada umumnya dalam kondisi baik. Untuk jalan pantura yang berstatus sebagai jalan nasional kondisinya bergelombang sehingga membuat kondisi kurang nyaman bagi pengendara. Sedangkan untuk status jalan provinsi masih banyak yang kondisi aspalnya telah rusak, rawan longsor karena adanya pertambangan dekat dengan akses jalan khususnya untuk wilayah Kabupaten Tuban bagian Tengah. Seperti diketahui jenis tambang di Kabupaten Tuban merupakan bahan tambang batuan dan mineral non logam jenis tertentu yang cenderung berhubungan dengan tanah dan batuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.8 Kondisi Tabel 2. 9 Perkembangan Kondisi Prasarana Jalan Perkerasan Dan Kondisi Jalan. Sarana transportasi yang terdapat di kabupaten Tuban lainya adalah sarana transportasi laut yaitu berupa pelabuhan, berikut ini pada Tabel 2.9 dapat dilihat jumlah pelabuhan yang ada di kabupaten Tuban. Tabel Jumlah Terminal Khusus Kabupaten Tuban II - 20

31 2.2.9 Listrik Pemenuhan kebutuhan listrik di suplai olah PT. PLN dengan pelanggan terbesar adalah kelompok rumah tangga dengan jumlah pelanggan sebesar Setiap tahunya jumlah pelanggan ini meningkat. Namun kendala yang dihadapai dalam penyediaan listrik ini adalah prasarana listrik yang belum merata untuk pemenuhan kebutuhan masyrakat terhadap kebutuhan masyarakat serta upaya pemenuhan terhadap kebutuhan energy bagi kegiatan industry yang masih kurang. 2.3 SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA Demografi Jumlah penduduk Kabupaten Tuban pada tahun 2011 adalah Dengan komposisi laki-laki dan perempuan berjumlah Jumlah penduduk yang paling banyak adalah di Kecamatan Semanding dengan jumlah sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit adalah di Kecamatan Kenduruan yaitu Kepadatan penduduk Kabupaten Tuban meningkat dibandingkan tahun lalu. Kepadatan penduduk tahun 2011 adalah 684 jiwa/km 2. Kecamatan yang paling padat adalah Kecamatan Tuban dengan kepadatan jiwa/km 2. Jumlah dan kepadatan penduduk masing-masing wilayah kecamatan dapat dilihat pada Tabel Mata Pencaharian Penduduk Jumlah tenaga kerja asing yang bekerja di Kabupaten Tuban pada tahun 2011 di kelompok tenaga profesional teknis sebanyak 88 orang. Hal ini mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Jumlah pencari kerja di Kabupaten Tuban pada tahun 2011 adalah 950 Jumlah pencari kerja yang paling banyak adalah lulusan SMU, yaitu 501 Sedangkan penempatan pencari kerja sebanyak 950 orang. Dengan rincian 336 perempuan dan 614 laki-laki. Tabel Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Tiap Kecamatan Kab.Tuban No Kecamatan Jumlah Kepadatan Penduduk Penduduk 1 Kenduruan Bangilan Senori Singgahan Montong Parengan Soko Rengel Grabagan II - 21

32 No Kecamatan Jumlah Kepadatan Penduduk Penduduk 10 Plumpang Widang Palang Semanding Tuban Jenu Merakurak Kerek Tambakboyo Jatirogo Bancar TOTAL Sumber: Tuban dalam Angka Tahun 2011, BPS Tabel Jumlah Penempatan Pencari Kerja Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah SD SLTP SLTA Sarjana Muda Sarjana S sumber : Tuban dalam angka, PDRB ( Produk Domestik Regional Bruto) PDRB Kabupaten Tuban pada Tahun 2011 yang didasarkan pada Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) sebanyak Rp ,70 milyar, sedangkan untuk angka PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) tahun 2011 sebesar Rp.9.072,28 milyar. Peranan sektoral terhadap pembentukan PDRB menurut ADBH sebesar 24,64% oleh sector pertanian dan sector industry pengolahan sebesar 24,34% dan restoran sebesar 18,31%. Dengan angka PDRB yang disebugtkan diatas, maka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tuban tahun 2011 mencapai 7,12% dan laju inflasi sebanyak 5,07%. PDRB atas dasar harga berlaku dapat dilihat pada Tabel 2.12 dan Tabel 2.13 PDRB atas dasar harga harga konstan. Tabel Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Sektor/ Sub Sektor 2010 (Rp) 2011 (Rp) Pertanian 4,693, ,279, Pertambangan dan Penggalian 3,094, ,582, Industri Pengolahan 4,816, ,215, Listrik, Gas dan Air 644, , II - 22

33 Sektor/ Sub Sektor 2010 (Rp) 2011 (Rp) Konstruksi 86, , Perdagangan, Hotel dan Restauran 3,408, ,923, Angkutan dan Komunikasi 402, , Keuangan 941, ,072, Jasa-jasa 951, ,043, PDRB 19,040, ,430, Sumber : BPS Kabupaten Tuban. Tabel PDRB Atas Harga Konstan Sektor/ Sub Sektor 2010 (Rp) 2011 (Rp) Pertanian 2,386, ,469, Pertambangan dan Penggalian 1,562, ,740, Industri Pengolahan 1,939, ,042, Listrik, Gas dan Air 249, , Konstruksi 38, , Perdagangan, Hotel dan Restauran 1,306, ,435, Angkutan dan Komunikasi 165, , Keuangan 418, , Jasa-jasa 401, , PDRB 8,468, ,072, Sumber: BPS Kota Tuban Kesehatan dan Kondisi Sanitasi Lingkungan Masyarakat Sarana kesehatan di kabupaten Tuban dilayani oleh puskesmas dan puskesmas pembantu. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Bina Ekonomi Sosial Terpadu (BEST) Surabaya ditemukan tiga desa dimana fasilitas sanitasi masih belum memadai. Tiga desa tersebut adalah desa Sumber Agung Kecamatan Plumpang, Desa Kaliuntu Kecamatan Jenu dan Desa Mrutuk Kecamatan widang. Pada desa Sumber Agung, kecamatan Plumpang 20% warga melakukan buang air besar di kebun, sungai, kolam, sawah atau pun tanah-tanah kosong. Warga yang memiliki toilet dan septic tank berjumlah 50%, seperti yang terlihat pada Gambar 2.1. II - 23

34 Gambar 2. 1 Grafik Prosentase Tempat Buang Air Besar Desa Sumber Agung 2011 Pada desa Jenu 6,7% warga melakukan buang air besar di kebun, sungai, kolam, sawah atau pun tanah-tanah kosong. Bahkan ada sebagian warga melakukan buang air besar di pesisir utara jawa. Jumlah warga yang melakukan buang air besar di laut sebesar 13,3%. Yang cukup memprihatinkan, ternyata sebagian besar warga desa Jenu melakukan BAB di toilet yang dialirkan langsung ke lingkungan seperti sungai atau pun selokan. Selain itu masih ada warga yang melakukan BAB di toilet dengan cubluk, yaitu sebanyak 13,3%. Dari grafik di atas juga dapat diketahui bahwa warga yang memiliki toilet dengan septictank tergolong masih rendah yaitu hanya sebanyak 26,7%. Gambar 2.2 menunjukan prosentase Tempat buang air besar warga Jenu. Gambar 2. 2 Grafik Prosentase Tempat Buang Air Besar Desa Jenu 2011 Survey berikutnya dilakukan di desa Mrutuk Kecamatan Widang. Kondisi perilaku masyarakat di desa Mrutuk bisa dikatakan cukup memprihatinkan. Sebanyak 53,5% masyarakat melakukan BAB sembarangan. Angka ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat desa Mrutuk yang belum memiliki toilet. Selain tidak memiliki toilet, sebanyak II - 24

35 20% warga melalukan BAB di toilet yang dialirkan langsung ke media lingkungan seperti sungai atau pun selokan. Selain itu sebanyak 20% warga melakukan BAB di toilet dengan cubluk. Gambar 2.3 menunjukan grafik prosentasi tempat buang air besar warga desa Mrutuk kecamatan Widang. Gambar 2. 3 Grafik Prosentase Tempat Buang Air di Kecamatan Widang Tahun 2011 Data dari Dinas Kesehatan menunjukan jumlah fasilitas MCK yang ada di kabupaten Tuban adalah sebanyak 68 buah MCK. Fasilitas SPAL yang didalamnya adalah septictank,cubluk dll adalah sejumlah buah, untuk perincian lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel Tabel Sarana Air Limbah Kabupaten Tuban NO KECAMATAN SARANA AIR LIMBAH 1 TUBAN MONTONG SEMANDING 0 4 MERAK URAK 0 5 RENGEL SOKO 0 7 WIDANG PLUMPANG 0 9 SINGGAHAN 0 10 PARENGAN SENORI JATIROGO 0 13 KENDURUAN 0 14 BANGILAN 0 15 TAMBAKBOYO 0 16 BANCAR KEREK 21 II - 25

36 2.5 RUANG DAN LAHAN NO KECAMATAN SARANA AIR LIMBAH 18 JENU 0 19 GRABAGAN 0 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Rencana Tata Ruang Wilayah terdiri dari dua muatan utama yakni rencana struktur ruang dan rencana pola ruang. Rencana struktur ruang yang tercantum dalam RTRW Kabupaten Tuban meliputi : a. rencana sistem pusat kegiatan meliputi : sistem perkotaan dan sistem perdesaan; b. rencana sistem jaringan prasarana wilayah yang meliputi : sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumberdaya air, sistem prasarana pengelolaan lingkungan, sistem jalur dan ruang evakuasi bencana; c. dan rencana sistem wilayah berupa Wilayah Pengembangan (WP) Rencana Sistem Pusat Kegiatan A. Sistem Perkotaan Kawasan perkotaan merupakan lingkungan kehidupan perkotaan yang mempunyai ciri non agraris dengan pusat pertumbuhan dan pusat permukiman, seperti misalnya Ibukota Kabupaten dan Ibukota Kecamatan. Kawasan perkotaan mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pusat pelayanan jasa pemerintahan, pusat pelayanan sosial dan pusat kegiatan ekonomi bagi sistem internal perkotaan dan sistem wilayah yang dilayaninya disebut sebagai kawasan perkotaan. Pusat kegiatan perkotaan adalah sebagai berikut : a. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di Perkotaan Tuban b. Pusat Kegiatan Lokal (PKLp) di Perkotaan Bancar, Jenu, Soko, Jatirogo, BAngilan, Kerek, dan Palang c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yaitu Perkotaan Kenduruan, Singgahan, Senori, Parengan, Montong, Rengel, Widang, Grabagan, Plumpang, Semanding, Merakurak dan Tambakboyo. II - 26

37 B. Sistem Perdesaan Kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi disebut kawasan perdesaan. Distribusi sistem permukiman perdesaan di Kabupaten Tuban saat ini menunjukkan keberagaman yang tinggi, yakni ada yang terpusat, terpencar, maupun berdekatan dengan Ibukota Kabupaten Tuban. Kedepannya, pola ruang sistem permukiman perdesaan diarahkan adanya pusat kegiatan perdesaan dan hubungannya dengan kawasan yang lebih luas, seperti berikut : Gambar 2. 4 Diagram Sistem Pedesaan Kajian terhadap sistem struktur perdesaan ini meliputi : pusat pelayanan lingkungan (PPL), kawasan agropolitan dan Kawasan minapolitan. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yang merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa, meliputi : a. seluruh desa di Kecamatan Bancar; b. seluruh desa di Kecamatan Jatirogo; c. seluruh desa di Kecamatan Bangilan; d. seluruh desa di Kecamatan Singgahan; e. seluruh desa di Kecamatan Senori; f. seluruh desa di Kecamatan Kenduruan; g. seluruh desa di Kecamatan Parengan; h. seluruh desa di Kecamatan Montong; i. seluruh desa di Kecamatan Kerek; j. seluruh desa di Kecamatan Merakurak; II - 27

38 k. seluruh desa di Kecamatan Tambakboyo; l. seluruh desa di Kecamatan Jenu; m. seluruh desa di Kecamatan Semanding; n. seluruh desa di Kecamatan Palang; o. seluruh desa di Kecamatan Widang; p. seluruh desa di Kecamatan Plumpang; q. seluruh desa di Kecamatan Rengel; r. seluruh desa di Kecamatan Soko; s. seluruh desa di Kecamatan Grabagan. Rencana pengembangan untuk kawasan perdesaan di Kabupaten Tuban adalah sebagai kawasan agropolitan dan sentra bahan baku pangan, kawasan minapolitan dan pengembangan peternakan. a. Kawasan Agropolitan di Kabupaten Tuban terdapat di Kecamatan Palang dan Semanding. Adapun rencana pengembangan kegiatan agropolitan terdapat di Kecamatan Plumpang, Widang dan Jatirogo, dengan arahan pengembangan adalah : Penetapan pengembangan kawasan agropolitan dengan mengarahkan pada Kecamatan Plumpang, Widang dan Jatirogo sedangkan untuk kawasan pendukung dan kawasan sentra produksi adalah kecamatan di sekitarnya, yaitu Kecamatan Kenduruan, Bangilan, Singgahan, Senori, Parengan, Soko dan Rengel; Pengoptimalan area pertanian yang ada melalui usaha intensifikasi lahan; Perluasan area pertanian dengan merubah penggunaan lahan non produktif dan memperhatikan pola penggunaan lahan optimal; Peningkatan kualitas produksi melalui modernisasi teknologi pertanian; Perbaikan saluran irigasi; Pengembangan kawasan agropolitan sebagai andalan perdesaan; dan Pengembangan produk unggulan disertai pengolahan dan perluasan jaringan pemasaran. b. Kawasan kegiatan minapolitan di Kecamatan Bancar dan Tambakboyo serta sentra produksinya di Kecamatan Palang dengan arahan pengembangan adalah : Penyediaan fasilitas perikanan; Pengembangan sentra hasil pengolahan perikanan dan hasil tangkapan; II - 28

39 Pengembangan industri kecil hasil pengolahan perikanan; Pengembangan infrastruktur untuk menunjang kegiatan kawasan minapolitan; dan Pengembangan sub terminal penumpang tipe C di Kecamatan Bancar. c. Pengembangan peternakan jenis ternak sapi pada Kecamatan Singgahan, Kambing di Kecamatan Palang dan Semanding, ayam ras di Kecamatan Palang dan ayam petelur di Kecamatan Tambakboyo. d. Pemanfaatan ruang kawasan permukiman perdesaan dikembangkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi perdesaan sebagai bagian dari sistem perekonomian wilayah. e. Pengembangan dan peningkatan penyediaan sarana dan prasarana penunjang di kawasan permukiman termasuk jaringan jalan, trasportasi, listrik, air bersih, telekomunikasi dansarana pendukung yang lainnya. f. Pengembangan sektor ekonomi perdesaan bertumpu pada sektor pertanian dan perikanan dengan memperhatikan karaktersitik sosial budaya masyarakat. Selengkapnya dapat dilihat pada Peta 2.9 Rencana Kawasan Perkotaan dan Perdesaan dan Peta 2.10 Rencana Sistem Pusat Kegiatan Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sistem jaringan prasarana wilayah yang akan dibahas ini sangat erat kaitannya dengan pembentukan struktur ruang wilayah Kabupaten Tuban yang utuh antara pusat kegiatan, sistem wilayah dan infrastruktur yang menunjang dan dibutuhkan. A. Rencana Sistem Jaringan Transportasi Sistem jaringan transportasi di Kabupaten Tuban lebih didominasi oleh transportasi darat terutama jalan raya, sedangkan untuk transportasi laut saat ini sebagai prasarana penangkapanikan dan pelabuhan untuk kegiatan industri (hasil pengolahan tambang mineral non logam dan pertambangan minyak bumi) selanjutnya akan dikembangkan pelabuhan laut. Transportasi jaringan kereta api sesuai kebijakan Provinsi Jawa Timur akan difungsikan kembali. Rencana pengembangan jalan di kabupaten Tuban terklasifikasi sebagai berikut: a. Jalan Nasional 1. Jalan Bebas Hambatan Selain pengembangan jalan raya, di wilayah Kabupaten Tuban akan dikembangkan jalan Bebas Hambatan yaitu: Jalan bebas hambatan yang II - 29

40 menghubungkan ruas Gresik Tuban dan Tuban Demak. Lokasi pintu tol (Toll Gate) ruas jalan Tol di Kabupaten Tuban direncanakan di Semanding, Merakurak, Kerek, Bancar. Hal ini karena pengembangan wilayah kecamatan sekitar dan untuk memperlancar kegiatan industri dan pemerintahan, seperti kegiatan perikanan di Palang dan Bancar, kegiatan pemerintahan di Tuban, dan kegiatan industri di Jenu. 2. Jalan Arteri Primer Rencana pengembangan jalan arteri primer meliputi : Jaringan jalan nasional berupa jalan arteri primer ruas Bulu Tuban, ruas Tuban Widang; dan Rencana jalan outer ring road Kota Tuban melewati Kecamatan Jenu Merakurak -Tuban Semanding Palang. 3. Jalan Kolektor Primer Yaitu Jaringan jalan ruas Tuban Gresik b. Jalan Provinsi Rencana Pengembangan jalan kolektor primer yang termasuk status jalan provinsi meliputi: jaringan jalan ruas Pakah - Ponco melewati Kecamatan Plumpang Rengel Soko Parengan; jaringan jalan ruas Jatirogo Ponco melewati Kecamatan Jatirogo Bangilan Singgahan Parengan; jaringan jalan ruas Ponco Bojonegoro c. Jalan Kabupaten terdiri dari : Jalan kolektor primer; Jalan kolektor sekunder Jalan Lokal Primer ; dan Jalan Lokal Sekunder; d. Jalan lingkungan adalah jalan yang menghubungkan area permukiman. Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pengembangan jaringan jalan di Kabupaten Tuban, lihat pada Peta 2.11 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan II - 30

41 No. Peta :2.9 II - 31

42 No. Peta :2.10 II - 32

43 No. Peta :2.11 II - 33

44 Rencana Sarana Transportasi dikembangkan berdasarkan arahan sebagai berikut: a. Pengembangan jaringan trayek angkutan penumpang meliputi : antar kota antar provinsi (AKAP) Surabaya Semarang; antar kota dalam propinsi (AKDP) Tuban Paciran Gresik, Malang Jombang Tuban, Tuban Rengel Bojonegoro, Tuban Jatirogo - Bojonegoro ; angkutan perkotaan Tuban; angkutan pedesaan antar kecamatan dalam wilayah kabupaten. b. Melakukan penataan jaringan pelayanan angkutan perkotaan dan perdesaan sesuai dengan permintaan (demand) yang ada. c. Pembangunan halte angkutan umum, pemasangan rambu rute angkutan umum, pemasangan papan-papan informasi rute angkutan umum. d. Melakukan peningkatan kualitas pelayanan angkutan perkotaan dan angkutan perdesaan. e. Peningkatan aksesibilitas antar wilayah di Kabupaten Tuban dengan penyedian jaringan pelayanan angkutan umum. Rencana pengembangan fasilitas transportasi diarahkan pada upaya sebagai berikut: a. peningkatan terminal tipe A Kambang Putih di Desa Sugihwaras Kecamatan Jenu; b. peningkatan terminal tipe C Jatirogo menjadi tipe B dengan peningkatan prasarana fasilitas utama dan fasilitas penunjang; c. pengembangan Sub terminal tipe C di Desa Bulu menjadi terminal tipe C Kecamatan Bancar sebagai pendukung kegiatan minapolitan; d. pengembangan Sub terminal tipe C menjadi terminal tipe C di Kecamatan Parengan; e. pengembangan terminal tipe C di Kecamatan Montong; f. pengembangan terminal tipe C di Kecamatan Rengel; g. pengembangan terminal tipe C di Kecamatan Senori;dan h. pembangunan terminal angkutan barang di Kecamatan Plumpang dan Jenu. B. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Energi II - 34

45 Rencana sistem jaringan prasarana energi meliputi pembangkit tenaga listrik, jaringan transmisi tenaga listrik, sarana prasarana listrik pedesaan dan energi alternatif serta jaringan pipa minyak dan gas bumi. Dalam rangka pemerataan pembangunan, maka penerangan ke wilayah terisolasi atau wilayah yang belum terjangkau kebutuhan akan listrik harus dilakukan melalui pengembangan jaringan baru dan rencana pembangunan PLTU Tanjung Awar-awar - Jenu. Diharapkan jaringan prasarana energi listrik akan mampu memenuhi kebutuhan akan energi listrik di wilayah Kabupaten Tuban. Untuk mengoptimalkan pelayanan energi listrik pada masa depan, diperlukan adanya peningkatan pelayanan utamanya pada daerah-daerah yang menjadi pusat pertumbuhan wilayah dan wilayah yang menjadi target pengembangan. Pengembangan rencana jaringan energi yang dilakukan antara lain : 1. Rencana pengembangan pembangkit tenaga listrik di Kabupaten Tuban berupa peningkatan kapasitas energi listrik 2. Rencana pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik berupa peningkatan kualitas pelayanan jaringan listrik, meliputi : Pengembangan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), meliputi : Kecamatan Merakurak, Tambakboyo, Tuban dan Jenu; Pengembangan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT), meliputi : Kecamatan Jenu, Merakurak, Kerek, Tuban, Semanding, Plumpang, dan Widang. Pengembangan gardu induk berupa peningkatan daya terpasang gardu induk meliputi : Kecamatan Tuban, Kecamatan Kerek dan Kecamatan Jenu. 3. Rencana Pengembangan sarana prasarana energi listrik pedesaan dan energi alternatif, meliputi : pemerataan jaringan energi listrik di seluruh Kecamatan; dan penghematan daya listrik atau mengantisipasi krisis energi serta upaya mencari alternatif sumber tenaga baru yang secara operasional tidak membebani masyarakat. 4. Pengembangan jaringan jalur pipa minyak dan gas bumi meliputi : jalur pipa Bahan Bakar Minyak (BBM) melalui Kecamatan Jenu - Kecamatan Tuban- Kecamatan Palang Kecamatan Semanding Kecamatan Plumpang Kecamatan Widang; II - 35

46 jalur pipa penyalur minyak mentah dan gas bumi Kecamatan Soko Kecamatan Rengel Kecamatan Plumpang Kecamatan Semanding Kecamatan Palang. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Peta 2.12 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Energi. C. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air Rencana sistem jaringan sumber daya air meliputi : rencana pengembangan sistem jaringan irigasi, jaringan air baku, dan sistem jaringan pengendalian banjir; 1. Rencana Pengembangan sistem jaringan Irigasi Irigasi memiliki peranan penting dalam usaha untuk meningkatkan produksi pertanian.pengembangan irigasi tersebut meliputi : optimalisasi sungai kecil yang meliputi Kali Kening, Kali Kedungedan, Kali Klero, Kali Simbatan, Kali Kejuron, Kali Cekalang, Kali Kemawing, Kali Ngabongan, Kali Prumpung, KaliKedungkayan, Kali Nglayang, Kali Bebek Putih, Kali Guwo Terus, Kali Tawun, Kali Sukomedalem, dan Kali Katerban untuk ketersediaan air yang dapat dimanfaatkan mengairi sawah; optimalisasi pengembangan dan pemanfaatan daerah irigasi yang menjadi kewenangan pusat, meliputi : DI Beron dan DI krinjo dengan luas ha ; dan optimalisasi pengembangan dan pemanfaatan daerah irigasi yang menjadi kewenangan provinsi, meliputi : DI Maibit, DI Nglirip, DI Merakurak dan DI Kening dengan luas ha ; dan optimalisasi pengembangan dan pemanfaatan daerah irigasi yang menjadi kewenangan Kabupaten, meliputi : DI Penidon, DI Sundulan, DI Ngampon, DI Cakalang, DI Singkil, DI Temayang, DI Kedung, DI Simbatan, DI Kedung Sulu, DI Ngange, DI Sawir, DI Clangapan, DI Sluki, DI Tlogo, DI Simo, DI Latsari, DI Suci, DI Dawun, DI Kedung Ireng, DI Bektiharjo, DI Boto, DI Tlogowaru, DI Cendono DI Kedung Kiter, DI Ngabongan, DI Katerban, DI Joho/Tulung, DI Banaran, DI Sukomedalem, DI Kedungdowo, DI Keremati, DI Kedung Lombo, DI Topar, DI Kedung Geden, DI Wang, DI Getam, DI Karanglo, DI Kejuron, DI Kedungjambangan, DI Gempol, DI Banjarworo, DI Gede, DI Mlaten, DI Deker, dan DI Tempur dengan luas ha. II - 36

47 2. Jaringan Air Baku Air sumber banyak dimanfaatkan untuk kepentingan air minum dan irigasi atau untuk berbagai pemanfaatan yang lainnya. Pemanfaatan sumber ini harus diatur untuk kepentingan masyarakat Kabupaten Tuban sendiri atau digunakan untuk masyarakat di sekitar kawasan mata air terdekat yang dapat dilayani. Untuk hal ini diperlukan pengaturan dalam bentuk kerjasama dengan proporsi yang seimbang serta dilakukan pembinaan dan pelestarian air sumber. Demikian juga untuk sumber air yang ada di beberapa kecamatan seperti Sumber Air Ngerong di Kecamatan Rengel, Sumber Air Bektiharjo di Kecamatan Semanding, serta Sumber Air Beron di Kecamatan Rengel diperlukan pembinaan dan pelestarian mata air sebagai sumber utama air bersih bagi Kabupaten Tuban. Air baku harus diatur komposisi antar wilayah dan pengaturan untuk kebutuhan irigasi sehingga tidak terjadi kekurangan air bagi sawah beririgasi teknis dan setengah teknis. Begitu juga dengan keberadaan sumber-sumber mata air baru agar dapat dijadikan sumber air bersih bagi Kabupaten Tuban dimasa mendatang. Berdasarkan hasil studi air bawah tanah, diketahui terdapat beberapa sumber mata air yang dapat digunakan sebagai sumber air bersih kabupaten, yaitu mata air Krajan, Sendang Sumur Jogo, Sugihwaras, Gambir, Kebet/Klampit, Wadung; Mata air Anget, Sendang Pancuran, Bendo, Sumberagung, mata air Ngimbang, mata air Galang, serta mata air lainnya. Kabupaten Tuban banyak memiliki sumber kecil dan besar, serta memiliki cadangan air tanah yang cukup besar, mengingat banyak kawasan yang mampu meresapkan air. Pola ini menjadikan terdapat beberapa potensi untuk memanfaatkan air tanah diantaranya untuk pemenuhan kebutuhan air minum dalam bentuk air kemasan. Meskipun demikian diperlukan pengaturan bila akan mengambil potensi air bawah tanah dalam jumlah besar, karena hal ini akan sangat mempengaruhi persediaan air pada bagian bawah. Dengan demikian diperlukan kajian kemampuan cadangan air bawah tanah disertai dengan AMDAL jika akan melakukan eksplorasi dan eksploitasi. Rencana pengembangan jaringan air baku untuk meliputi pelestarian sumber mata air serta optimalisasi pemanfaatan air baku yang terdiri dari Sungai Bengawan Solo, sumber mata air, air permukaan dan sumber air tanah. 3. Sistem Jaringan Pengendalian Banjir Rencana pengembangan sistem jaringan pengendalian banjir berupa peningkatan sarana pendukung pengendalian banjir meliputi : waduk, embung, tanggul Sungai II - 37

48 Bengawan Solo di Kecamatan Rengel, Soko, Plumpang, dan Widang. Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air, dapat dilihat pada Peta 2.13 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Sumber Daya Air Rencana Sistem Wilayah Dalam lingkup Kabupaten Tuban, Kota Tuban menjadi Pusat Kegiatan Wilayah dan perkotaan kecamatan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lingkungan bagi beberapa kecamatan lain misalnya meliputi Perkotaan Jenu, Bancar dan Perkotaan Soko. Penetapan wilayah pengembangan sesuai fungsi dan menciptakan keserasian dan keterpaduan struktur ruang secara berhierarki dari tingkat pelayanan lokal dan regional. Dapat dilihat pada Peta 2.14 Rencana Sistem Wilayah. Berdasarkan sistem perwilayahan tersebut maka Kabupaten Tuban dibagi menjadi enam Wilayah Pengembangan (WP), dan masing masing pusat WP akan memiliki fungsi dan peran sesuai dengan potensi yang dimikinya, serta arahan kegiatan utama berdasarkan kegiatan dominan yang mungkin dikembangkan di wilayah pengembangan masing-masing. Adapun sistem perwilayahan di Kabupaten Tuban beserta fungsi, peran dan arahan kegiatannya : A. WP Tuban WP Tuban sebagai pendukung daerah industri terpadu yang berwawasan lingkungan pada kawasan Germakertasusila Plus, meliputi beberapa kecamatan di sekitar Tuban yang berorientasi ke Tuban, WP Tuban ini meliputi : Kecamatan Palang, Kecamatan Semanding, Kecamatan Merakurak, Kecamatan Jenu dan sebagai pusat WP ini adalah Kecamatan Tuban, maka fungsi pusat pelayanan adalah Kecamatan Tuban itu sendiri dengan kegiatan utama pemerintahan, pariwisata, dan pendidikan. Fungsi perkotaan Kecamatan Tuban ini adalah: 1. Pusat pemerintahan kabupaten; 2. Pusat pelayanan umum skala kabupaten; 3. Pariwisata regional; 4. Pusat transportasi nasional. 5. Pusat kegiatan pariwisata 6. Pusat pendidikan 7. Pusat perkantoran 8. Pusat perdagangan skala kabupaten 9. Pusat kegiatan kesehatan II - 38

49 ini adalah : Adapun kegiatan utama yang diarahkan untuk dikembangkan di WP Kota Tuban 1. Pengembangan CBD 2. Pengembangan kegiatan pelayanan umum; 3. Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa; 4. Pengembangan kegiatan pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan); 5. Pengembangan kegiatan industri; 6. Pengembangan kegiatan pariwisata dan sarana/prasarana penunjangnya; 7. Pengembangan pelabuhan;dan 8. Pengembangan kegiatan perikanan. B. WP Bancar WP Bancar sebagai pendukung kegiatan minapolitan dan pengembangan kawasan pesisir, WP Bancar ini meliputi : Kecamatan Bancar dan Tambakboyo, dengan pusat di Perkotaan Bancar. Fungsi dan peranan perkotaan sebagai pusat WP Bancar ini adalah : 1. Pusat kegiatan perikanan 2. Pusat perdagangan dan jasa skala kecamatan; 3. Pusat kesehatan skala kecamatan; dan 4. Pusat pelayanan umum kecamatan. Kegiatan utama yang ada pada WP ini diarahkan pada kegiatan : 1. Pengembangan kegiatan pelayanan serta perdagangan dan jasa skala kecamatan; 2. Pengembangan pertanian (hortikultura dan perkebunan); 3. Pengembangan kawasan peternakan; 4. Pengembangan pusat perikanan laut; dan 5. Pengembangan kegiatan industri (industri pengolahan hasil perikanan). C. WP Jatirogo WP Jatirogo sebagai pendukung kegiatan agropolitan dan kelestarian kawasan hutan, WP ini meliputi : Kecamatan Jatirogo dan Kenduruan, dengan pusat pelayanan di Perkotaan Jatirogo. Fungsi dan peranan untuk wilayah WP Jatirogo adalah : 1. Sebagai pusat perdagangan dan jasa; 2. Sebagai pusat pelayanan umum; 3. Sebagai pusat kehutanan 4. Sebagai pusat industri pengolahan hasil hutan II - 39

50 5. Sub terminal angkutan umum terminal tipe B Sedangkan kegiatan utama pada WP ini diarahkan untuk : 1. Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa skala lokal; 2. Pengembangan kegiatan pertanian (tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan); 3. Pengembangan kegiatan industri (kerajinan rakyat, industri pengolahan hasil ternak sapi, home industry pengolahan hasil pertanian); serta 4. Pengembangan transportasi sebagai simpul pergerakan kendaraan. 5. Pusat pengembangan industri hasil hutan WP Bangilan sebagai pendukung D. WP Bangilan kegiatan ekonomi berbasis pertanian, peternakan, industri, kerajinan rakyat, pertambangan mineral non logam dan dan perdagangan jasa. WP ini meliputi : Kecamatan Singgahan, Bangilan, Senori, dan Parengan, dengan pusat pelayanan di Perkotaan Bangilan. Fungsi dan peranan WP Bangilan adalah : 1. Sebagai pusat pendidikan; 2. Sebagai pusat pelayanan umum; 3. Pusat pertambangan mineral non logam; 4. Pusat pertanian; 5. Pusat peternakan E. WP Kerek WP ini terdiri dari Kecamatan Kerek dan Montong, dengan pusat pelayanan sosial di Kerek dan pusat pelayanan ekonomi di Montong. Fungsi dan peranan untuk WP ini adalah : 1. Pusat pelayanan sosial (Perkotaan Montong) : a. Sebagai pusat pemerintahan skala kecamatan; b. Sebagai pusat pendidikan; c. Sebagai pusat pengembangan kesehatan; serta d. Sebagai pusat pengembangan pendidikan. 2. Pusat pelayanan ekonomi (Perkotaan Kerek) : a. Sebagai pusat industri besar dan pengolahan hasil pertanian; b. Sebagai pusat perdagangan dan jasa skala regional;dan c. Sebagai pusat kegiatan pertambangan; II - 40

51 WP Kerek sebagai pendukung kegiatan ekonomi berbasis industri kerajinan rakyat, pertanian, pertambangan mineral non logam dan perdagangan jasa. Kegiatan utama pada WP ini diarahkan sebagai : 1. Pengembangan kegiatan pertanian (tanaman pangan, sayuran, hortikultura, dan perkebunan); 2. Pengembangan peternakan; 3. Pengembangan kegiatan industri (kerajinan rakyat; industri pertanian; industri kehutanan); 4. Kegiatan pertambangan sumur minyak tua dan pertambangan mineral non logam. F. WP Rengel WP Rengel sebagai pendukung kegiatan agropolitan dan agroindustri. WP ini meliputi Kecamatan Rengel, Soko, Grabagan, Plumpang dan Widang dengan pusat pelayanan di Perkotaan Rengel. Fungsi dan peranan kawasan perkotaan untuk wilayah WP Rengel dan sekitarnya adalah : a. b. Pusat kesehatan ; b. Pusat perdagangan dan jasa skala regional ; c. Pusat pelayanan umum regional; d. Pusat pertanian; dan e. Pusat pariwisata. Kegiatan utama yang ada pada WP ini diarahkan pada kegiatan : a. Pengembangan pertanian (tanaman pangan, perkebunan); b. Pengembangan pertambangan minyak bumi dan mineral non logam; c. Pengembangan kehutanan. d. Pusat pelayanan umum regional. e. Pusat perdagangan dan jasa skala regional Rencana Struktur Ruang Kabupaten Tuban lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta 2.15 Rencana Struktur Ruang. II - 41

52 No. Peta :2.12 II - 42

53 No Peta 2.13 II - 43

54 No. Peta :2.14 II - 44

55 No. Peta :2.15 II - 45

56 2.5.2 Penggunaan Lahan dan tata Guna Lahan Kawasan Peruntukan Hutan Produksi dan Hutan Rakyat Peruntukan kawasan hutan produksi di Kabupaten Tuban kurang lebih seluas ,4 hektar. Hutan produksi tersebut tersebar di beberapa kecamatan dan dikelola oleh Perhutani yang terdiri dari: KPH Tuban seluas kurang lebih ,7 hektar; KPH Parengan seluas kurang lebih ,4 hektar; dan KPH Jatirogo seluas kurang lebih ,3 hektar. Adapun hutan produksi di Kabupaten Tuban tersebar di wilayah: a. Kecamatan Kenduruan; b. Kecamatan Bangilan; c. Kecamatan Senori; d. Kecamatan Singgahan; e. Kecamatan Montong; f. Kecamatan Parengan; g. Kecamatan Soko; h. Kecamatan Rengel; i. Kecamatan Plumpang; j. Kecamatan Widang; k. Kecamatan Palang; l. Kecamatan Semanding; m. Kecamatan Jenu; n. Kecamatan Merakurak; o. Kecamatan Kerek; p. Kecamatan Tambakboyo; q. Kecamatan Jatirogo; r. Kecamatan Grabagan; dan s. Kecamatan Bancar. Sedangkan Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat di Kabupaten Tuban seluas kurang lebih hektar yang tersebar di seluruh kecamatan. Selengkapnya dapat dilihat pada Peta 2.16 Rencana Kawasan Peruntukan Kehutanan Kawasan Peruntukan Pertanian Kawasan peruntukkan pertanian di Kabupaten Tuban terdiri atas: Kawasan peruntukkan pertanian tanaman pangan; Kawasan peruntukkan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Tuban, meliputi: a. Penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan dengan luas total kurang lebih hektar, terdiri dari: i. Lahan pertanian pangan berkelanjutan dengan irigasi seluas kurang lebih ,45 hektar. ii. Lahan pertanian pangan berkelanjutan non irigasi seluas kurang lebih 5.167,55 hektar. b. Kawasan sawah irigasi teknis dan semi teknis atau pertanian lahan basah seluas kurang lebih hektar. Kawasan peruntukkan pertanian holtikultura; II - 46

57 Kawasan pertanian hortikultura adalah kawasan yang diperuntukkan bagi budidaya tanaman semusim dan tahunan, seperti buah-buahan dan sayuran. Kawasan peruntukan pertanian hortikultura di Kabupaten Tuban tersebar di wilayah: a. Kecamatan Semanding; b. Kecamatan Singgahan; c. Kecamatan Palang; d. Kecamatan Merakurak; dan e. Kecamatan Grabagan. Kawasan peruntukkan perkebunan; Kawasan peruntukan perkebunan di Kabupaten Tuban tersebar di seluruh kecamatan. Pada umumnya kawasan perkebunan tersebut menyatu dengan permukiman penduduk. Namun demikian, di Kabupaten Tuban terdapat beberapa wilayah yang merupakan kawasan unggulan perkebunan, yaitu: a. Kecamatan Tuban; b. Kecamatan Semanding; c. Kecamatan Palang; dan d. Kecamatan Merakurak. Kawasan peruntukkan peternakan; dan Kawasan peruntukan peternakan di Kabupaten Tuban meliputi: a. Kecamatan Tambakboyo; b. Kecamatan Bancar; c. Kecamatan Palang; d. Kecamatan Semanding; e. Kecamatan Parengan; f. Kecamatan Rengel; g. Kecamatan Montong; h. Kecamatan Singgahan; dan i. Kecamatan Jatirogo Kawasan peruntukkan agropolitan. Kawasan peruntukan agropolitan adalah kawasan yang teridiri dari satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hirakhi keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.kawasan peruntukan agropolitan di Kabupaten Tuban meliputi wilayah: a. Kecamatan Semanding; b. Kecamatan Palang; c. Kecamatan Widang; d. Kecamatan Jatirogo; dan e. Kecamatan Plumpang. Selengkapnya dapat dilihat pada Peta 2.17 Rencana Kawasan Peruntukan Pertanian. II - 47

58 No. Peta :2.16 II - 48

59 No. Peta :2.17 II - 49

60 Kawasan Peruntukan Perikanan Kawasan peruntukan perikanan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi budidaya perikanan,berupa pertambakan (kolam) atau perikanan darat lainnya dan perikanan laut. Rencana wilayah pengembangan kawasan peruntukkan perikanandi Kabupaten Tuban: (1) Wilayah pengembangan kawasan peruntukkan perikanan tangkap a. Kawasan peruntukkan perikanan tangkap di laut, meliputi: Kecamatan Bancar; Kecamatan Tambakboyo; Kecamatan Jenu; Kecamatan Tuban; dan Kecamatan Palang. b. Kawasan peruntukkan perikanan tangkap di perairan umum, meliputi: Kecamatan Jatirogo; Kecamatan Semanding; Kecamatan Singgahan; Kecamatan Merakurak; Kecamatan Palang; Kecamatan Parengan; Kecamatan Plumpang; Kecamatan Soko; Kecamatan Widang; Kecamatan Rengel; dan Kecamatan Jenu. Perikanan tangkap di perairan umum, salah satunya adalah perikanan tangkap di waduk, meliputi: Waduk Jabung di Kecamatan Widang; Waduk Penidon di Kecamatan Plumpang; dan Waduk Beron di Kecamatan Rengel. (2) Wilayah pengembangan kawasan peruntukkan budidaya perikanan Kawasan peruntukkan budidaya perikanan di Kabupaten Tuban terdiri dari: a. Kawasan peruntukan budidaya perikanan air payau, meliputi: Kecamatan Bancar; Kecamatan Tambakboyo; Kecamatan Jenu; dan Kecamatan Palang. b. Kawasan peruntukkan budidaya perikanan air tawar, meliputi: Budidaya perikanan di sawah tambak, tersebar di: o Kecamatan Widang; o Kecamatan Plumpang; o Kecamatan Rengel; o Kecamatan Jenu; dan o Kecamatan Merakurak. II - 50

61 Budidaya perikanan di kolam, tersebar di: o Kecamatan Widang; o Kecamatan Plumpang; o Kecamatan Rengel; o Kecamatan Merakurak; o Kecamatan Singgahan; o Kecamatan Jatirogo; o Kecamatan Parengan; o Kecamatan Senori; o Kecamatan Bangilan; o Kecamatan Soko; o Kecamatan Semanding; o Kecamatan Bancar; o Kecamatan Tambakboyo; o Kecamatan Jenu; o Kecamatan Palang; o Kecamatan Montong; o Kecamatan Kenduruan; dan o Kecamatan Tuban. Untuk menunjang perkembangan budidaya perikanan air tawar dibutuhkan kegiatan penunjang berupa pembenihan air tawar yang tersebar di Kecamatan Tuban, Kecamatan Merakurak, Kecamatan Rengel, dan Kecamatan Singgahan. Usaha pembenihan air tawar biasanya berupa usaha pembenihan rakyat (UPR). c. Kawasan peruntukkan budidaya perikanan keramba jaring apung (KJA) Perikanan keramba jaring apung berada di Kecamatan Merakurak. (3) Wilayah pengembangan kawasan peruntukan pengolahan ikan Kawasan peruntukan pengolahan ikan, meliputi: a. Kecamatan Bancar; b. Kecamatan Tambakboyo; dan c. Kecamatan Palang. Rencana pengembangan kawasan peruntukan perikanan dapat dilihat pada Peta 2.18 Rencana Kawasan Peruntukkan Perikanan Kawasan Peruntukan Pertambangan Kawasan peruntukkan pertambangan di Kabupaten Tuban, terdiri dari: 1. Kawasan peruntukkan pertambangan mineral non logam; Kawasan peruntukkan pertambangan mineral non logam di Kabupaten Tuban, meliputi: a. Kecamatan Montong; b. Kecamatan Rengel; c. Kecamatan Palang; d. Kecamatan Kerek; e. Kecamatan Plumpang; II - 51

62 f. Kecamatan Grabagan; g. Kecamatan Tambakboyo; h. Kecamatan Singgahan; i. Kecamatan Jatirogo; j. Kecamatan Kenduruan; k. Kecamatan Merakurak; l. Kecamatan Bancar; dan m. Kecamatan Parengan. 2. Kawasan peruntukkan pertambangan mineral batuan; dan Kawasan peruntukkan pertambangan batuan di Kabupaten Tuban, meliputi: a. Kecamatan Bancar; b. Kecamatan Tambakboyo; c. Kecamatan Jatirogo; d. Kecamatan Palang; e. Kecamatan Grabagan; f. Kecamatan Jenu; g. Kecamatan Parengan; h. Kecamatan Merakurak; i. Kecamatan Plumpang; j. Kecamatan Rengel; dan k. Kecamatan Soko. 3. Kawasan peruntukkan pertambangan minyak dan gas bumi. Kawasan peruntukkan pertambangan minyak dan gas bumi mencakup seluruh wilayah Kabupaten Tuban. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta 2.19 Rencana Kawasan Peruntukan Kawasan Pertambangan Kawasan Peruntukan Industri Adapun rencana kawasan peruntukkan industri di Kabupaten Tuban, meliputi wilayah: 1. Kawasan peruntukkan industri besar, yaitu di wilayah: a. Kecamatan Tambakboyo; b. Kecamatan Kerek; c. Kecamatan Merakurak; d. Kecamatan Jenu; dan e. Kecamatan Soko. 2. Kawasan peruntukkan industri menengah, yaitu di wilayah: a. Kecamatan Bancar; b. Kecamatan Grabagan; c. Kecamatan Widang; d. Kecamatan Semanding; e. Kecamatan Plumpang; f. Kecamatan Rengel; g. Kecamatan Jatirogo; dan II - 52

63 h. Kecamatan Palang. 3. Kawasan peruntukkan industri kecil mikro teridiri atas industri rumah tangga yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Tuban. II - 53

64 No. Peta :2.18 II - 54

65 No. Peta :2.19 II - 55

66 Kawasan Peruntukan Pariwisata Kawasan peruntukkan pariwisata di Kabupaten Tuban terdiri dari: 1. Kawasan peruntukkan pariwisata budaya, meliputi: Makam Sunan Bonang, Museum Kambang Putih, Makam Ronggolawe, dan Situs Boom di Kecamatan Tuban; Makam Sunan Bejagung di Kecamatan Semanding; dan Makam Ibrahim Asmorokondi di Kecamatan Palang. 2. Kawasan peruntukkan pariwisata alam, meliputi: Pantai Sowan dan Pantai Sukolilo di Kecamatan Bancar; Goa Akbar di Kecamatan Semanding; Goa Suci di Kecamatan Palang; Goa Ngerong dan Sendang Maibit di Kecamatan Rengel; Goa Lawa dan Sumber Air Kerawak di Kecamatan Montong; Sendang Joko Tarub di Kecamatan Plumpang; Air Terjun Nglirip di Kecamatan Singgahan; dan Sumber Air Hangat Prataan di Kecamatan Parengan. 3. Kawasan peruntukkan pariwisata buatan, meliputi: Pemandian Bektiharjo di Kecamatan Semanding; dan Terminal dan Wisata Laut Tuban Kambang Putih di Kecamatan Tuban. Pengembangan kawasan peruntukkan pariwisata di Kabupaten Tuban terdiri atas 4 zona wisata sebagaimana ditunjukkan pada Peta 2.20 Rencana Peruntukan Kawasan Pariwisata Kawasan Permukiman Kawasan peruntukkan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/ lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Kawasan peruntukkan permukiman di Kabupaten Tuban terdiri atas: 1. Kawasan peruntukkan permukiman perkotaan; Kawasan peruntukkan permukiman perkotaan di Kabupaten Tuban direncanakan seluas kurang lebih 4.607,72 hektar yang terdiri dari: a. Permukiman pada ibukota kecamatan; dan b. Seluruh perkotaan Tuban. II - 56

67 Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pengembangan kawasan peruntukkan permukiman perkotaan, yaitu: a. Memperhitungkan kecenderungan perkembangan pembangunan permukiman baru; b. Memperhitungkan daya tampung perkembangan penduduk dan fasilitas/prasarana yang dibutuhkan; dan c. Penggunaan lahan eksistingnya. 2. Kawasan peruntukkan permukiman perdesaan. Kawasan peruntukkan permukiman perdesaan di Kabupaten Tuban direncanakan seluas kurang lebih 6.749,17 hektar meliputi permukiman desa selain ibukota kecamatan. Adapun arahan kebijakan untuk pengembangan kawasan peruntukkan permukimanperdesaan di Kabupaten Tuban meliputi: a. Pemenuhan kebutuhan perumahan dengan memperhatikan daya dukung lingkungan; b. Penataan kawasan perdesaan dengan mempertimbangkan keseimbangan fungsi pengembangan permukiman dengan pengembangan fungsi lainnya; c. Perbaikan kawasan permukiman yang memenuhi persyaratan kualitas fisik rumah; d. Penyediaan fasilitas pendukung permukiman, seperti pendidikan, kesehatan, pasar, air bersih, listrik, drainase, persampahan, dan lain-lain; e. Pemanfaatan lokasi bekas pertambangan sebagai alternatif kawasan permukiman baru yang sebelumnya telah direklamasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta 2.21 Rencana Kawasan Peruntukan Kawasan Permukiman. II - 57

68 No. Peta :2.20 II - 58

69 No. Peta :2.21 II - 59

70 Kawasan Peruntukan Lainnya Kawasan Peruntukan Sektor Informal Dalam upaya mengembangkan kegiatan ekonomi non formal yang dikembangkan antara lain berupa penataan Pedagang Kaki Lima (PKL). Arahan penataan PKL di Kabupaten Tuban adalah sebagai berikut: a. Pengembangan lokasi baru sebagai sentral PKL yang sebelumnya tersebar di beberapa ruas jalan. b. Memberikan rekomendasi terhadap kegiatan potensial kawasan (industri/ pergudangan, perdagangan, dan jasa) untuk menyediakan 2,5% dari luas kepemilikan lahan untuk dimanfaatkan sebagai ruang PKL yang dikelola dalam 1 lokasi. c. Penanganan PKL yang ada di sepanjang jalan, yaitu: PKL diarahkan pada lokasi tertentu secara terorganisir. Pengoptimalan sistem rombongisasi, sehingga pada siang hari tempat yang dipergunakan PKL disore harinya akan tampak bersih. d. PKL yang berada di kawasan-kawasan tertentu yang masih memungkinkan untuk ditoleransi, maka kebijakan penataan yang realistis adalah dengan program rombongisasi atau tendanisasi. Sekali pun program ini bukan jalan keluar yang terbaik bagi ketertiban kota, tetapi program ini boleh dikata paling realistis karena dapat mengkompromikan antar kepentingan PKL agar tetap diperbolehkan berdagang di kawasan yang ramai. Sementara di saat yang sama keindahan kawasan itu tetap dapat terjaga karena para PKL itu bersedia diatur sedemikian rupa yang secara fisik tetap memiliki nilai estetika. e. Upaya penataan dan program intervensi yang hendak menyentuh eksistensi PKL sebaiknya didiskusikan terlebih dahulu dengan perwakilan PKL melalui forum paguyuban PKL di masing-masing lokasi. Diskusi dengan paguyuban PKL ini penting dilakukan agar kebijakan yang dirumuskan nantinya dapat lebih empatif terhadap kelangsungan dan masa depan PKL itu sendiri Kawasan Peruntukan Kemanan dan Pertahanan Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan di Kabupaten Tuban, meliputi: a. Pendaratan kapal dan militer di Kecamatan Bancar; b. Kodim dan Polres di Kabupaten Tuban; dan c. Koramil dan Polsek tersebar di seluruh kecamatan II - 60

71 Lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta 2.22 Rencana Kawasan Peruntukan II - 61

72 No. Peta :2.22 II - 62

73 2.5.3 Rencana Pengembangan Tata Kota Kawasan perkotaan merupakan lingkungan kehidupan perkotaan yang mempunyai ciri non agraris dengan pusat pertumbuhan dan pusat permukiman, seperti misalnya Ibukota Kabupaten dan Ibukota Kecamatan. Kawasan perkotaan mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pusat pelayanan jasa pemerintahan, pusat pelayanan sosial dan pusat kegiatan ekonomi bagi sistem internal perkotaan dan sistem wilayah yang dilayaninya disebut sebagai kawasan perkotaan. Keseluruhan unsur-unsur yang ada pada suatu perkotaan yang membentuk sistem pusat pelayanan wilayah yang dilayaninya, kawasan perkotaan dan perdesaan, menentukan besaran perkotaan. Perbandingan besaran perkotaan di dalam konstalasi wilayah lebih luas menentukan hierarki perkotaan dalam suatu wilayah bersangkutan. Perkotaan denganhierarki yang lebih tinggi mempunyai jangkauan pelayanan lebih luas dan mempengaruhi kota yang hierarkinya lebih rendah. Penetapan sistem perkotaan di Kabupaten Tuban memiliki pola yang cukup kompleks yakni pada wilayah Kabupaten Tuban terdapat berbagai kegiatan pengembangan skala besar yang dalam jangka panjang ditandai oleh munculnya Perkotaan Pelabuhan dan Industri Jenu, Perkotaan Pelabuhan dan Perikanan Bancar, Perkotaan Industri Kerek dan Soko. Fungsi untuk masing masing pusat kegiatan perkotaan adalah : 1. Fungsi Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Perkotaan Tuban meliputi: a. Pusat perkantoran kabupaten; b. Pusat pariwisata regional; c. Pusat perdagangan dan jasa skala kabupaten; d. Pusat kesehatan skala kabupaten; e. Pusat pendidikan; f. Pusat olahraga dan kesenian skala kabupaten; dan g. Pusat peribadatan kabupaten dan pusat pengkajian Islam. 2. Fungsi Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan (PKLp), yaitu Perkotaan Bancar, Jenu, Soko, Jatirogo, Bangilan, Kerek, dan Palang, meliputi: a. Perkotaan Bancar, dengan fungsi kegiatan minapolitan; b. Perkotaan Jenu, dengan fungsi kegiatan pelabuhan pengumpan dan kawasan industri; II - 63

74 c. Perkotaan Soko, dengan fungsi pertambangan minyak bumi; d. Perkotaan Jatirogo, dengan fungsi hutan produksi dan industri kehutanan; e. Perkotaan Bangilan, dengan fungsi pertanian; f. Perkotaan Kerek, dengan fungsi pertambangan dan kerajinan; dan g. Perkotaan Palang; dengan fungsi kegiatan agropolitan. 3. Fungsi Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), yaitu Perkotaan Kenduruan, Singgahan, Senori, Parengan, Montong, Rengel, Widang, Grabagan, Plumpang, Semanding, Merakurak dan Tambakboyo meliputi : a. Perkotaan Kenduruan, dengan fungsi pertanian dan kehutanan; b. Perkotaan Singgahan, dengan fungsi pertanian; c. Perkotaan Senori, dengan fungsi pertanian dan kehutanan; d. Perkotaan Parengan, dengan fungsi pertanian, perkebunan dan kehutanan; e. Perkotaan Montong, dengan fungsi pertanian; f. Perkotaan Rengel, dengan fungsi konservasi DAS Bengawan Solo, pertanian dan perkebunan; g. Perkotaan Widang, dengan fungsi konservasi DAS Bengawan Solo, pertanian dan budidaya perikanan; h. Perkotaan Grabagan, dengan fungsi pertanian, perkebunan dan pertambangan; i. Perkotaan Plumpang, dengan fungsi konservasi DAS Bengawan Solo dan pertanian; j. Perkotaan Semanding, dengan fungsi agropolitan, industri rumah tangga, dan wisata alam; k. Perkotaan Merakurak, dengan fungsi pertambangan dan pertanian; dan l. Perkotaan Tambakboyo, dengan fungsi perikanan dan industri. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta 2.23 Rencana Penetapan Kawasan Perkotaan Kabupaten Tuban Kawasan Lindung Kawasan Hutan Lindung Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Pelestarian kawasan hutan lindung dilakukan untuk mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi, dan menjaga fungsi hidrologis tanah untuk menjamin ketersediaan II - 64

75 unsur hara tanah, air tanah, dan air permukaan. Luas hutan lindung lebih di Kabupaten Tuban kurang lebih seluas 730,8 Ha sebagaimana Tabel 2.16 berikut. Tabel Luas Hutan Lindung No KPH Kecamatan Luas (Ha) Luas (Ha) 1 Jatorogo Kec. Bangilan 91,9 140,1 Kec. Bancar 14,3 Kec. Jatirogo 30,4 Kec Singgahan 3,5 2 Parengan Kec. Singgahan 108,3 190,4 Kec. Montong 82,1 3 Tuban Kec. Rengel 42,1 400,3 Kec. Grabagan 96,1 Kec. Plumpang 25,3 Kec. Montong 142,1 Kec. Semanding 5,1 Kec. Kerek 89,6 Sumber RTRW Kabupaten Tuban Total Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya di Kabupaten Tuban adalah berupa kawasan resapan air seluas kurang lebih 781 ha yang meliputi Kecamatan Bancar, Kecamatan Jatirogo, Kecamatan Bangilan, Kecamatan Singgahan, Kecamatan Kerek, Kecamatan Montong, Kecamatan Grabagan, Kecamatan Rengel, dan Kecamatan Plumpang. Kriteria kawasan perlindungan bawahannya adalah: a. Kawasan bergambut dengan kriteria ketebalan gambut 3 (tiga) meter atau lebih yang terdapat di hulu sungai atau rawa. b. Kawasan resapan air dengan kriteria kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan dan sebagai pengontrol tata air permukaan Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan perlindungan setempat terdiri atas: Kawasan sempadan pantai, Kawasan sempadan pantai adalah kawasan sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Pelestarian fungsi pantai berupa perlindungan ekosistem pantai, salah satunya adalah perlindungan hutan bakau (mangrove). Kawasan sempadan pantai di Kabupaten Tuban meliputi: Kecamatan Palang, Kecamatan Tuban, Kecamatan Jenu, Kecamatan Tambakboyo dan Kecamatan Bancar. Kawasan sempadan sungai, II - 65

76 Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri dan kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. II - 66

77 No. Peta :2.23 II - 67

78 Tabel Kawasan Perlindungan Setempat (Sempadan Sungai) Kategori Nama Sungai Sungai Besar Bengawan Solo Kecil 1. Kali Kening 2. Kali KedungGeden 3. Kali Klero 4. Kali Simbatan 5. Kali Kejuron 6. Kali Cekalang 7. Kali Kemawing 8. Kali Ngabongan 9. Kali Prumpung 10. Kali Kedungkayan 11. Kali Nglajan 12. Kali BebekPutih 13. Kali GuwoTerus 14. Kali Tawun 15. Kali Sukomedalem 16. Kali Katerban 17. Sungai atau kali lain yang berada di wilayah Kabupaten Tuban Sumber RTRW Kabupaten Tuban Pengelolaan kawasan sempadan sungai antara lain dilakukan dengan: a. Perlindungan sekitar sungai atau sebagai sempadan sungai dilarang mengadakan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas air sungai;x b. Bangunan sepanjang sempadan sungai yang tidak memiliki kaitan dengan pelestarian atau pengelolaan sungai dilarang untuk didirikan; dan c. Sungai yang melintasi kawasan permukiman ataupun kawasan perdesaan dan perkotaan dilakukan re-orientasi pembangunan dengan menjadikan sungai sebagai bagian dari latar depan. Kawasan sempadan waduk atau danau, Kawasan sempadan waduk atau danau adalah kawasan tertentu di sekeliling waduk atau danau yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi waduk atau danau. Adapun kawasan sempadan waduk atau danau yang ditetapkan adalah sekurang-kurangnya 10 meter dari tepi waduk. Kawasan sempadan waduk atau danau di Kabupaten Tuban meliputi: Kecamatan Plumpang, Kecamatan Widang, Kecamatan Montong, Kecamatan Rengel, Kecamatan Palang, Kecamatan Semanding, Kecamatan Jenu, II - 68

79 Kecamatan Merakurak, Kecamatan Kerek, Kecamatan Tambakboyo, dan Kecamatan Bancar. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.17 berikut. Tabel Kawasan Perlindungan Setempat (Sempadan Waduk) No Nama Waduk Desa Kecamatan Luas 1 Waduk Penidon Penidon Plumping 17 2 Waduk Sundulan Sumber Agung 4 3 Waduk Gempol Kujung Widang 4 Waduk Kedung Kiter Karangasem Jenu 13 5 Waduk Cendono Beji 1 6 Waduk Tlogowaru Tlogowaru Merakurak 8 7 Waduk Suci Wangun Palang 3 8 Waduk Latsari Latsari Latsari Bancar 4,5 9 Waduk Simo Sukoharjo 7 10 Waduk Tlogo Bulujowo 8 11 Waduk Sluki Margosuko 4,5 12 Waduk Sawir Sawir Tambakboyo 5,3 13 Waduk Sigkil Karanglo Kerek 3,5 Sumber: RTRW Kabupaten Tuban Pengelolaan kawasan sempadan waduk di Kabupaten Tuban dilakukan dengan: a. Perlindungan sekitar waduk terhadap kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan kerusakan kualitas sumber air; b. Waduk selain untuk irigasi, pengendali air, perikanan, sumber energi listrik juga dapat berfungsi sebagai obyek wisata. Untuk itu diperlukan pelestarian waduk beserta seluruh tangkapan air di atasnya; c. Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah atau ground cover untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air; serta d. Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi waduk. Kawasan sempadan irigasi, Kawasan sempadan irigasi adalah kawasan sepanjang kanan dan kiri saluran irigasi primer dan sekunder, baik irigasi bertangggul maupun tidak. Kawasan ini bermanfaat untuk pelestarian saluran irigasi, baik dari sisi kualitas air maupun manfaat bagi area yang diairi karena area sepanjang II - 69

80 irigasi mempunyai manfaat penting sebagai penyedia kebutuhan air baku pertanian. Kawasan sempadan irigasi di Kabupaten Tuban, meliputi: Kecamatan Rengel, Kecamatan Plumpang, Kecamatan Widang, Kecamatan Soko, Kecamatan Bangilan, Kecamatan Senori, Kecamatan Singgahan, Kecamatan Jatirogo, Kecamatan Kenduruan, Kecamatan Montong, Kecamatan Jenu, Kecamatan Merakurak, Kecamatan Semanding, Kecamatan Tuban, Kecamatan Palang, Kecamatan Bancar, Kecamatan Tambakboyo, dan Kecamatan Kerek. Tabel Luas Wilayah Irigasi Kabupaten Tuban No. Kecamatan Daerah Irigasi Luas Baku Sawah 1. Beron Plumpang/Rengel 2. Penidon 21 2 Plumpang 3. Sundulan Maibit Rengel 5. Ngampon Cekalang Tempur Deker Soko 9. Mlaten Gede Gempol Banjarworo 30 5 Widang 13. Kedung 19 Jambangan 6 Bangilan 14. Kejuron Karanglo Kening Bangilan/Senori/ 17. Krinjo 365 Singgahan 18. Getami 53 8 Jatirogo 19. Wangi Kedung Geden Kenduruan 21. Topar Kedung Lombok Keremati Montong 24. Kedung Dowo Sokomedalem Banaran Joho Senori 28. Katerban Nglirip Singgahan 30. Ngabongan Kedung Kitter Jenu 32. Cendono Tlogowaru Merakurak 34. Merakurak II - 70

81 No. Kecamatan Daerah Irigasi Luas Baku Sawah 35. Boto Bektiharjo Semanding 37. Kedung Hireng Dawung Palang 39. Suci Latsari Simo Bancar 42. Tlogo Sluki Clangapan Sawir Nganget Kedung Sulur Tambakboyo 48. Simbatan Kedung Kayen Temayang Kerek 51. Singkil 282 TOTAL Luas Baku Sawah Sumber: RTRW Kabupaten Tuban Kawasan sempadan mata air Kawasan sempadan mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Kawasan sempadan mata air di Kabupaten Tuban, meliputi: Kecamatan Kenduruan, Kecamatan Bangilan, Kecamatan Singgahan, Kecamatan Montong, Kecamatan Parengan, Kecamatan Soko, Kecamatan Rengel, Kecamatan Plumpang, Kecamatan Widang, Kecamatan Palang, Kecamatan Semanding, Kecamatan Jenu, Kecamatan Merakurak, Kecamatan Tambakboyo, Kecamatan Jatirogo, dan Kecamatan Bancar. Adapun kriteria sempadan mata air adalah: a. Daratan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat untuk mempertahankan fungsi mata air; b. Wilayah dengan jarak sekurang-kurangnya 200 meter dari mata air di luar kawasan permukiman; dan c. Wilayah dengan jarak sekurang-kurangnya 100 meter dari mata air di dalam kawasan permukiman II - 71

82 Tabel Kawasan Perlindungan Setempat Sekitar Mata Air No. Kecamatan Sumber Mata Air Debit (Liter/Detik) 1 Kenduruan 1. Kedung Geden Kedung Jambangan 20 2 Bangilan 3. Gomang 7 4. Trembul 15 3 Singgahan 5. Krawak Kerok Ngajaran 20 4 Montong 8. Binbulan Watuagar 30 5 Parengan 10. Gunung Anyar Nguruhan Ngampon 60 6 Soko 13. Jegulo Ngerong Beron Rengel 16. Nguruhan Mergosono Plumpang 18. Mayang 20 9 Widang 19. Sigagak Leran Palang 21. Jadi Ngino Semanding 23. Bektiharjo Mulung Socorejo Jenu 26. Gemuntru Watutelo Srunggu Silowo Merakurak 30. Merkawang Drewes Tambakboyo 32. Bangkok Jatirogo 33. Wangi Budur Bancar 35. Brambang 10 Sumber: RTRW Kabupaten Tuban II - 72

83 Arahan pengaturan pada kawasan mata air di Kabupaten Tuban, diantaranya : 1. Kawasan tangkapan sumber air a. Berdasarkan Peraturan Menteri PU no 63 tahun 1993 kawasan sekitar sumber mata air yang perlu dilindungi adalah 200 meter dari sumber yang ada. Oleh karena itu perlu adanya pengawasan serta penertiban terhadap pemanfaatan lahan di sekitar sumber mata air yang dirasa dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas air dari sumber mata air yang ada. b. Melakukan penghijauan di daerah tangkapan air dan sekitar sumber air. c. Pemeliharaan sumber-sumber mata air dengan reboisasi kawasan yang ada di area tangkapan. d. Pemanfaatan sumber mata air khususnya untuk ketersediaan air minum dan air bersih serta dapat diperuntukkan untuk sistem irigasi/persawahan. e. Jenis tanaman yang diarahkan untuk ditanam di kawasan sekitar sumber mata air, diantaranya: Bambu-bambuan, yang disarankan adalah jenis bambu petung. Bambu merupakan jenis tanaman akar serabut yang dapat menyerap air dari dalam tanah dengan baik. Tanaman ingas. Tanaman ini memiliki jenis akar tunggang yang mampu merambat kedalam tanah sampai 6-7 meter, sehingga akan memperkuat dan memperbesar sumber-sumber yang ada. Jenis tanaman ini baik untuk ditanam pada sumber-sumber mata air dengan debit air sedikit atau pada sumber yang sudah mati. Tanaman sukun. Tanaman doyo. 2. Kawasan industri sekitar sumber a. Penetapan kebijakan dengan mengharuskan industri yang menggunakan air dalam jumlah besar untuk menggunakan air laut dan tidak menggunakan air dari air tanah maupun air permukaan. II - 73

84 b. Harus membuat sumur resapan bagi kegiatan industri yang diwajibkan melengkapi dokumen UKL-UPL. c. Perlunya peraturan yang mengikat khususnya terkait pengeboran air bawah tanah dalam skala besar yang dapat mempengaruhi kandungan sumber mata air yang ada. d. Pengawasan terhadap industri atau pihak lain yang melakukan bor terhadap ABT (Air Bawah Tanah) perlu diperketat. Karena pengeboran yang tidak terkendali dikhawatirkan akan mengurangi kandungan sumber mata air di tempat yang lain, khususnya sumber mata air yang dipakai oleh masyarakat secara luas. Ruang terbuka hijau (RTH) perkotaan. RTH perkotaan adalah ruang terbuka (open spaces) yang memanjang/jalur dan atau mengelompok pada suatu kawasan perkotaan yang penggunaannya lebih bersifat terbuka dan diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi, dan estetika. RTH perkotaan Kabupaten Tuban seluas kurang lebih 4.039,69 hektar yang tersebar di Kecamatan Kenduruan, Kecamatan Bangilan, Kecamatan Senori, KecamatanSinggahan, Kecamatan Montong, Kecamatan Parengan, Kecamatan Rengel, Kecamatan Soko, Kecamatan Grabagan, Kecamatan Plumpang, Kecamatan Widang, KecamatanPalang, Kecamatan Semanding, Kecamatan Tuban, Kecamatan Jenu, Kecamatan Merakurak, Kecamatan Kerek, Kecamatan Tambakboyo, Kecamatan Jatirogo, dan Kecamatan Bancar. Arahan penataan RTH kawasan sempadan sungai, meliputi: a. Pemanfaatan yang dilarang,misalnya saja pada kawasan sempadan sungai tidak diperbolehkan adanya pembangunan terutama permukiman penduduk. Karena keberadaannya sangat mengganggu estetika lahan dan akan menimbulkan bencana apabila tidak diperhatikan kegiatan yang berjalan di dalamnya. b. Penempatan fungsi RTH pada kawasan sempadan. c. Pemberian pengumuman peringatan pada kawasan sempadan sungai terhadap pengembangan fungsi terbangun. II - 74

85 d. Jenis vegetasi yang dikembangkan diarahkan yang memiliki ciri-ciri : Tanaman besar dengan struktur daun rapat Tidak mudah roboh dan berumur panjang Kecepatan tumbuhnya cepat hingga sedang Dengan dominasi tanaman tahunan Berupa habitat tanaman lokal Jarak tanaman sedang hingga rapat, dengan 60%-80% area ditanami pohon besar e. Dengan pertimbangan tersebut jenis tanaman yang direkomendasikan untuk daerah sungai ini adalah ketapang, dadap merah, trembesi, gamal, dan sengon. Arahan penataan RTH kawasan sempadan pantai, diantaranya : a. Rencana kedepannya sepanjang 100 meter dari pasang tertinggi akan diarahkan untuk fungsi RTH. b. Pada kawasan pesisir yang tidak dimanfaatkan segera dibuat fungsi RTH dengan penambahan fungsi hutan mangrove. c. Pada kondisi eksisting yang telah terdapat suatu kegiatan perlu dibatasi pengembangannya agar tidak berkembang dan pada akhirnya akan menutupi seluruh kawasan pesisir yang ada. d. Pengembangan wisata pantai dipertahankan dengan lebih memperhatikan keberadaan ekosistem alam yang ada, dengan peningkatan sarana prasarana wisata secara seimbang. e. Jenis vegetasi yang diarahkan diantaranya adalah kelapa, siwalan serta tanaman untuk hutan mangrove seperti rhizopora, api-api, dan cemara laut. Arahan penataan RTH pada kawasan rawan bencana, meliputi: a. Pengembangan konsep wisata lebih diarahkan pada konsep ecotourism. b. Meminimalkan bangunan yang berada di kawasan sempadan pantai, bangunan diperkenankan diluar sempadan pantai. c. Bangunan diarahkan tidak menutupi secara penuh pantai yang ada. d. Diarahkan untuk selalu meletakkan fungsi penganekaragaman hayati berupa vegetasi di wilayah wisata. f. Disyaratkan untuk memasukkan jenis tanaman khas yaitu bougenville, kenanga, dan siwalan di area wisata. Tanaman penunjang lainnya antara lain flamboyan, angsana, johar, trembesi, ketapang, dadap merah, gamal dan sengon. II - 75

86 Arahan penataan RTH pada kawasan rawan bencana banjir, diantaranya: a. Kawasan sepanjang sungai yang merupakan kawasan yang subur tetap dipertahankan sebagai kawasan pertanian. b. Sepanjang tanggul diarahkan untuk fungsi RTH. c. Jenis vegetasi yang diarahkan diantaranya adalah ketapang, dadap merah, trembesi, gamal, dan sengon Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya meliputi cagar alam, kawasan pantai berhutan bakau, dan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan. (1) Kawasan cagar alam Kawasan cagar alam adalah suatu kawasan suaka alam karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Di Kabupaten Tuban hanya terdapat satu cagar alam yaitu Gua Terus/Nglirip yang terdapat di Kecamatan Montong. Adapun Arahan rencana pengelolaan kawasan cagar alam antara lain dilakukan dengan: 1. Perlindungan dan pelestarian keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa besertaekosistemnya; 2. Mempertahankan fungsi ekologis kawasan alami baik biota maupun fisiknya melaluiupaya pencegahan pemanfaatan dan melakukan upaya konservasi; 3. Peningkatan kegiatan konservasi dan rehabilitasi yang berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia; 4. Pada kawasan hutan yang berfungsi sebagai cagar alam yang mengalami perubahan fungsi, maka dilakukan pembatasan pengembangan, pengembalian rona awal, disertai pengawasan yang ketat terhadap penetapan fungsi kawasan; serta 5. Kawasan cagar alam Gua Nglirip di Kecamatan Montong memiliki keanekaragaman satwa yang harus dilindungi dan dimanfaatkan sebagai obyek wisata sehingga kelestarian satwa di Gua Terus tetap terjaga. (2) Kawasan pantai berhutan bakau Kawasan pantai berhutan bakau adalah kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau (mangrove) yang berfungsi memberi perlindungan kepada II - 76

87 perikehidupan pantai dan lautan. Perlindungan terhadap kawasan pantai berhutan bakau dilakukan untuk melestarikan hutan bakau sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau dan tempat berkembangbiaknya berbagai biota laut, disamping sebagai pelindung pantai dan pengikisan air laut, serta pelindung usaha budidaya dibelakangnya. Rencana penetapan untuk perlindungan kawasan pantai berhutan bakau yang terdapat di Kabupaten Tuban, meliputi: 1. Kawasan hutan bakau di Kecamatan Palang; 2. Kawasan hutan bakau di Kecamatan Tuban; 3. Kawasan hutan bakau di Kecamatan Jenu; 4. Kawasan hutan bakau di Kecamatan Tambakboyo; dan 5. Kawasan hutan bakau di Kecamatan Palang. (3) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah kawasan yang merupakan lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami yang khas. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan meliputi lingkungan non bangunan, lingkungan bangunan non gedung, lingkungan bangunan gedung dan halamannya, dan kebun raya yang telah memiliki umur lebih dari 50 tahun dan perlu dilestarikan. Rencana penetapan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan di Kabupaten Tuban, antara lain: 1. Gua Akbar di Kecamatan Semanding; 2. Gua Suci di Kecamatan Palang; 3. Gua Ngerong di Kecamatan Rengel; 4. Gua Lawa di Kecamatan Montong; 5. Gua Putri Asih di Kecamatan Montong; 6. Makam Sunan Bonang di kecamatan Tuban 7. Klenteng Kwan Sing Bio di Kecamatan Tuban 8. Pantai Sukolilo di Kecamatan Bancar; dan 9. Pemandian Alam Bektiharjo di Kecamatan Semanding Kawasan Rawan Bencana Alam Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering atau berintensitas tinggi mengalami bencana alam. Kawasan rawan bencana alam yang terdapat di Kabupaten Tuban terdiri dari: II - 77

88 (1) Kawasan rawan bencana banjir Bencana banjir di Kabupaten Tuban disebabkan oleh meluapnya air sungai. Air sungai tersebut meluap terjadi karena adanya pendangkalan atau sedimentasi pada dasar sungai serta penyempitan lebar sungai. Kedua hal itu menyebakan badan sungai tidak mampu menampung volume air sungai, khususnya pada saat musim penghujan. Kawasan rawan bencana banjir di Kabupaten Tuban, meliputi: a. Daerah luapan Bengawan Solo, yaitu Kecamatan Widang, Kecamatan Plumpang, Kecamatan Rengel, dan Kecamatan Soko. b. Daerah luapan Afvour Macanan dan Sekardadi, yaitu Kecamatan Jenu dan Kecamatan Merakurak. c. Daerah luapan Kali Kening, yaitu Kecamatan Jatirogo, Kecamatan Kenduruan, Kecamatan Bangilan, Kecamatan Singgahan, Kecamatan Senori, dan Kecamatan Parengan. (2) Kawasan Rawan Bencana Gelombang Pasang Kawasan rawan bencana gelombang pasang adalah kawasan sekitar pantai yang rawan terhadap gelombang pasang dengan kecepatan antara 10 sampai dengan 100 kilometer per jam yang timbul akibat angin kencang atau gravitasi bulan atau matahari. Di Kabupaten Tuban gelombang pasang bisa terjadi hampir setiap tahun. Dampak dari bencana gelombang pasang adalah dapat mengakibatkan robohnya bangunan permukiman penduduk disekitar pantai, membawa sampah yang berasal dari laut, dan lainnya. Untuk mencegah gelombang pasang pada dasarnya tidak dapat dilakukan karena termasuk dari gejala alam.tetapi yang bisa dilakukan adalah mengantisipasi bahayanya, misalnya: a. Penataan bangunan di sekitar pantai; b. Memperkuat kontruksi bangunan; c. Membuat tanggul-tanggul dikawasan permukiman sekitar pantai; d. Membuat bangunan pemecah ombak (break water); e. Penanaman hutan bakau di sekitar pantai sebagai penahan gelombang laut. Rencana penetapan kawasan rawan bencana gelombang pasang, meliputi wilayah Kecamatan Palang, Kecamatan Tuban, Kecamatan Jenu, Kecamatan Tambakboyo, dan Kecamatan Bancar. (3) Kawasan Rawan Bencana Abrasi Pantai Wilayah pesisir merupakan wilayah yang rentan akan terjadinya bencana abrasi pantai. Dengan demikian harus ada perlindungan terhadap wilayah pesisir. Adapun II - 78

89 rencana penetapan kawasan rawan abrasi, meliputi wilayah Kecamatan Palang, Kecamatan Tuban, Kecamatan Jenu, Kecamatan Tambakboyo, dan Kecamatan Bancar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta 2.24 Rawan Bencana Kabupaten Tuban Kawasan Lindung Geologi Kawasan lindung geologi di Kabupaten Tuban terdiri atas: (1) Kawasan cagar alam geologi Kawasan cagar alam geologi di Kabupaten Tuban, meliputi: a. Kawasan kars Daerah yang merupakan kawasan kars di Kabupaten Tuban tersebar di daerah tengah, yaitu Kecamatan Montong, Kecamatan Singgahan, Kecamatan Rengel, Kecamatan Merakurak, dan Kecamatan Semanding. Kawasan kars di Kabupaten Tuban merupakan zona yang sangat mempengaruhi air tanah di daerah ini. Beberapa mata air yang besar dan merupakan sumber air bersih dan air untuk irigasi manjadikan kawasan kars sebagai daerah tangkapan air maupun tempat keluaran air, baik yang berupa mata air alami maupun sumber air buatan yang menembus hingga sungai bawah tanah yang memiliki sifat sumur yang Selain sebagai zona penangkapan dan zona keluaran air tanah, kawasan kars dikabupaten Tuban juga membentuk suatu zona wisata alam baik di permukaan maupun di bawah permukaan. Di permukaan, kawasan kars daerah Tuban membentuk perbukitan kerucut dan penjajaran bukit, serta tebing yang menghasilkan air terjun yang menambah keindahan alam daerah ini seperti air terjun Nglirip dan lain sebagainya. Dengan kombinasi antara proses karstifikasi dan bentukan struktur geologi yang intensif di daerah ini dapat membentuk lembah dan bukit yang dapat menambah pesona wisata alam daerah Tuban. Di bawah permukaan pada kawasan kars terbentuk goa dan speleotem yang terbentuk di dalamnya sehingga menjadikan daerah ini merupakan daerah wisata yang unik bahkan menjadi tempat ziarah dan tempat pertapaan. Goa yang berkembang di Kabupaten Tuban ada yang berupa goa horizontal seperti Goa Akbar dan berupa goa vertikal seperti Goa Putri Asih, terbentuk di daerah dataran dan berupa hasil bentukan endokarst. Beberapa goa kars yang terdapat di Kabupaten Tuban antara lain: a. Goa Terus di Kecamatan Rengel; II - 79

90 b. Goa Lawa dan Goa Manuk yang masuk dalam cagar alam Nglirip; c. Goa Ngerong di Kecamatan Rengel; dan d. Goa Akbar dan Goa Putri Asih. Berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral nomor 1456 K/20/MEM/2000 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Kars, klasifikasi kawasan kars terdiri dari tiga kelas, yaitu: 1. Kawasan kars kelas I Kawasan kars kelas I ditetapkan apabila memiliki kriteria sebagai berikut: Berfungsi sebagai penyimpan air bawah tanah permanen; Banyak terdapat goa dan jaringan sungai bawah tanah yang banyak mengandung hiasan goa (speleotem) yang indah seperti stalagtit danstalagmit; Merupakan situs arkeologi dan paleoantropologi dan menarik sebagai obyek wisata; Memiliki unsur spiritual, adat istiadat, dan kepercayaan; Mempunyai kepentingan bagi perkembangan ilmu pengetahuan geologi, arkeologi, biologi, speologi; Menciptakan nilai ekonomi terutama yang berhubungan dengan bioekonomi dan bioekologi; dan Mempunyai nilai investasi tinggi sehingga layak dikemas dan dijual sebagai obyek wisata alam biasa, geowisata, atau ekowisata. Di dalam kars kelas I tidak boleh ada kegiatan usaha pertambangan. Kegiatan yang diperbolehkan adalah kegiatan yang diperkirakan tidak berpotensi mengganggu proses karstifikasi, merusak bentukanbentukan kars di bawah dan di atas permukaan, serta merusak fungsi kawasan kars. Contoh kegiatan yang diperbolehkan di kawasan kars kelas I adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penelitian yang tidak mengubah atau merusak bentuk-bentuk morfologi dan fungsi kawasan kars. Kawasan kars kelas I di Kabupaten Tuban berkembang di daerah Goa Terus di Kecamatan Montong dan Goa Ngerong di Kecamatan Rengel, Goa Ngerong, Goa Lawa dan Goa Manuk. II - 80

91 2. Kawasan kars kelas II Kriteria kawasan kars kelas II adalah sebagai berikut: Berfungsi sebagai pengimbuh air bawah tanah, berupa daerah tangkapan air hujan yang mempengaruhi naik-turunnya muka air bawah tanah di kawasan kars, sehingga masih mendukung fungsi umum hidrologi; Mempunyai jaringan lorong-lorong bawah tanah hasil bentukan sungai dan goa yang sudah kering dengan speleotem sudah tidak aktif atau rusak; Terdapat banyak goa dan aliran sungai bawah tanah yang sudah runtuh; Sebarannya terbatas tetapi masih memiliki strategi ilmiah; dan Sebagai tempat tinggal tetap fauna yang memberi nilai dan manfaat ekonomi. 3. Kawasan kars kelas III Kawasan kars kelas III adalah kawasan yang tidak termasuk dalam klasifikasi kelas I dan kelas II. Kawasan kars di Kabupaten Tuban merupakan kawasan yang sangat mempengaruhi air tanah di wilayah Kabupaten Tuban. Pada kawasan kars dijumpai beberapa mata air yang besar yang merupakan sumber air bersih dan sumber pemenuhan kebutuhan air untuk irigasi. Hal ini manjadikan kawasan kars sebagai daerah tangkapan air maupun tempat keluaran air, baik yang berupa mata air alami maupun sumber air buatan, yang menembus hingga sungai bawah tanah yang memiliki sifat sumur yang khas. Beberapa mata air besar yang sangat dipengaruhi oleh kawasan kars muncul di sekitar daerah dengan litologi batug amping yang mengalami karstifikasi. b. Perbukitan-perbukitan kars Wilayah perbukitan-perbukitan kars di Kabupaten Tuban terdapat di Kecamatan Montong dan Kecamatan Kerek. c. Punggungan kars Sedangkan punggungan kars di Kabupaten tuban yaitu Gawir Sesar di Desa Punggul Rejo Kecamatan Rengel. II - 81

92 (2) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah di Kabupaten Tuban meliputi seluruh kawasan kars. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta 2.25 Rencana kawasan Lindung Kawasan Strategis Kawasan strategis dari sudut Kepentingan pertumbuhan ekonomi Kawasan Strategis Kabupaten Tuban dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi meliputi : 1. Kawasan andalan Tuban Bojonegoro; Arahan pengembangan kawasan andalan Tuban Bojonegoro meliputi sektor: a. Pariwisata; b. Industri; c. Perkebunan; d. Pertanian; e. Perikanan; dan f. Pertambangan. 2. Kawasan perbatasan antar kabupaten/kota berupa segitiga emas Tuban Lamongan Bojonegoro; Arahan pengembangan kawasan perbatasan antar kabupaten/kota berupa segitiga emas Tuban - Lamongan Bojonegoro, melalui : a. Pengembangan sarana prasarana pendukung kawasan; b. Peningkatan kerjasama antar daerah perbatasan; dan c. Pengendalian kegiatan eksploitasi sumber daya alam. 3. Kawasan perbatasan Provinsi Jawa Timur Jawa Tengah melalui kerjasama regional Ratubangnegoro (Blora Tuban Rembang Bojonegoro); Arahan pengembangan kawasan perbatasan Provinsi Jawa Timur Jawa Tengah melalui kerjasama regional Ratubangnegoro (Blora Tuban Rembang Bojonegoro) berupa pengembangan sarana prasarana pendukung kawasan perbatasan Ratubangnegoro di Kecamatan Jatirogo. 4. Kawasan pelabuhan, meliputi: Kecamatan Bancar; Kecamatan Jenu; dan Kecamatan Palang. II - 82

93 Arahan pengembangan kawasan pelabuhan di Kecamatan Bancar, Kecamatan Jenu, dan Kecamatan Palang, melalui: a. Pengembangan dan perbaikan fasilitas pendukung Pangkalan Penangkapan Ikan (PPI) Bulu di Kecamatan Bancar dan Karangagung di Kecamatan Palang; b. Pengembangan kegiatan perdagangan untuk mendukung sektor perikanan; c. Pengembangan infrastruktur pendukung rencana pelabuhan pengumpan di Kecamatan Jenu; dan d. Penyediaan lahan untuk daerah berkembang di sekitar pelabuhan pengumpan sebagai kawasan perdagangan. 5. Kawasan industri, meliputi: Kecamatan Kerek; Kecamatan Tambakboyo; Kecamatan Jenu; dan Kecamatan Merakurak. Arahan pengembangan kawasan industri di Kecamatan Kerek, Kecamatan Tambakboyo, Kecamatan Jenu, dan Kecamatan Merakurak, melalui: a. Perijinan terpadu; b. b.pengembangan infrastruktur pendukung industri terpadu Jawa Timur; c. Pengembangan industri di kawasan pantura; dan d. Pengembangan terminal dan jalur angkutan barang. 6. Kawasan perdagangan di Kecamatan Tuban; Arahan pengembangan kawasan perdagangan di Kecamatan Tuban, melalui : a. Pengembangan dan peningkatan fasilitas perdagangan antara lain Pasar Besar, Pasar Atom dan Pasar Sore; dan b. Pembinaan pelaku usaha perdagangan kecil-menengah; 7. Kawasan minapolitan, meliputi: Kecamatan Bancar; Kecamatan Tambakboyo; dan Kecamatan Palang. Arahan pengembangan kawasan minapolitan di Kecamatan Bancar dan Kecamatan Palang, melalui: a. Penyediaan fasilitas perikanan; b. Sentra hasil pengolahan perikanan dan hasil tangkapan; II - 83

94 c. Pengembangan industri kecil hasil pengolahan perikanan; d. Pengembangan infrastruktur untuk menunjang kegiatan kawasan minapolitan; dan e. Pengembangan sub terminal penumpang tipe C di Kecamatan Bancar. II - 84

95 No. Peta :2.24 II - 85

96 No. Peta :2.25 II - 86

97 KONSEP LAPORAN AKHIR 8. Kawasan agropolitan, meliputi: Kecamatan Semanding; Kecamatan Palang; Kecamatan Plumpang; Kecamatan Widang; dan Kecamatan Jatirogo. Arahan pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Semanding, Kecamatan Palang, Kecamatan Plumpang, Kecamatan Widang, dan Kecamatan Jatirogo, melalui: a. Pengembangan sarana prasarana penunjang kawasan agropolitan; b. Pembangunan terminal agro; c. Pengembangan terminal penumpang tipe C di Kecamatan Jatirogo; d. Pembangunan stasiun kereta api di Kecamatan Plumpang; f. Pengembangan industri pengolahan hasil pertanian; dan g. Penyediaan gudang dan sentra hasil pertanian dan pengolahan hasil pertanian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta 2.26 Rencana Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya Arahan pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya berupa optimalisasi pengelolaan kawasan strategis sosial budaya, meliputi: a. Peningkatan perkotaan Tuban sebagai Kota Wali; b. Pemanfaatan obyek wisata religi, yaitu Makam Sunan Bonang dan Makam Ibrahim Asmorokondi; c. Revitalisasi kawasan pusat kota Tuban, baik bentuk bangunan maupun pengembangan kawasan sekitarnya secara terbatas (buffer zone); d. Pengendalian perkembangan kawasan sekitar obyek religi; e. Pengembangan penataan kawasan wisata baru; g. Pengembangan pariwisata seni dan budaya. h. Peningkatan pembinaan seni dan budaya; i. Penyebaran informasi dan potensi pariwisata; dan j. Optimalisasi peran serta masyarakat dalam pengembangan pariwisata. Mengenai kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya dapat dilihat pada Peta 2.27 Rencana Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Sosial Budaya. II - 87

98 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Peta :2.26 II - 88

99 KONSEP LAPORAN AKHIR Kawasan strategi dari sudut kepentingan penggunaan teknologi tinggi Kawasan strategis dari sudut kepentingan penggunaan teknologi tinggi terdiri atas: 1) Kawasan strategis dari sudut kepentingan penggunaan teknologi tinggi sebagai KSP, meliputi: a. Kawasan pertambangan minyak dan gas bumi Kabupaten Tuban dan sekitarnya; dan b. Kawasan PLTU Tanjung Awar-awar di Kecamatan Jenu. 2) Kawasan strategis dari sudut kepentingan penggunaan teknologi tinggi sebagai KSK, meliputi: a. Kawasan pengeboran minyak bumi di Kecamatan Soko, Kecamatan Rengel, dan Kecamatan Senori; dan b. Kawasan PLTU Tanjung Awar-awar di Kecamatan Jenu. Arahan pengembangan potensi minyak bumi di Kecamatan Rengel, Kecamatan Soko, dan Kecamatan Senori, meliputi: a. Penetapan zona pengeboran minyak; b. Penetapan zona penyangga pengeboran minyak dengan radius 500 (lima ratus) meter dari pemukiman masyarakat; c. Pengembangan industri pengolahan minyak mencapai pasaran eksport; d. Pengendalian ketat pada lokasi pengeboran minyak bumi; dan e. Pengendalian ketat jalur pipa bahan bakar minyak dan minyak mentah. Arahan pengembangan PLTU Tanjung Awar-awar, meliputi : a. Penetapan buffer zone PLTU Tanjung Awar-awar dengan radius 500 meter dari pemukiman masyarakat; dan b. Pengendalian ketat area PLTU Tanjung Awar-awar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta 2.28 Rencana Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Penggunaan Teknologi Tinggi Kawasan strategis dari sudut fungsi dan daya dukung lingkungan hidup Kawasan strategis dari sudut fungsi dan daya dukung lingkungan hidup terdiri atas: 1) Kawasan strategis dari sudut fungsi dan daya dukung lingkungan hidup sebagai KSP berupa Wilayah Sungai Bengawan Solo; dan II - 89

100 KONSEP LAPORAN AKHIR 2) Kawasan strategis dari sudut fungsi dan daya dukung lingkungan hidup sebagai KSK, meliputi: a. Kawasan pertambangan, meliputi: Kecamatan Bancar; Kecamatan Jatirogo; Kecamatan Tambakboyo; Kecamatan Kerek; Kecamatan Jenu; Kecamatan Palang; dan Kecamatan Merakurak. b. Wilayah Sungai Bengawan Solo, meliputi: Kecamatan Widang; Kecamatan Plumpang; Kecamatan Rengel; dan Kecamatan Soko. c. Kawasan kars, meliputi: Kecamatan Montong; Kecamatan Singgahan; Kecamatan Rengel; Kecamatan Merakurak; Kecamatan Semanding; dan Kecamatan Palang. Arahan pengendalian kawasan pertambangan untuk mengurangi kerusakan lingkungan,antara lain: a. Penetapan kawasan layak tambang dan tidak layak tambang; b. Pengendalian pertambangan untuk mengurangi kerusakan lingkungan; c. Penerapan sistem upaya pengelolan lingkungan, upaya pemantauan lingkungan terhadap kegiatan pertambangan; d. Pembinaan terhadap penambang agar memperhatikan kegiatan pertambangannya dan bertanggung jawab pada pasca tambang; e. Rehabilitasi dan remodel kawasan bekas tambang; f. Pengembalian fungsi kawasan asli bekas area penambangan; II - 90

101 KONSEP LAPORAN AKHIR g. Pemanfaatan area bekas tambang sebagai budidaya perikanan darat, embung, obyek wisata, permukiman, dan ruang terbuka hijau; dan h. Penyusunan studi kandungan tanah bekas tambang dan kajian pemanfaatan melalui: kawasan bekas tambang terhadap fungsi budidaya perikanan darat, embung, obyek wisata, permukiman, ruang terbuka hijau, dan fungsi lainnya. Arahan pelestarian dan perlindungan terhadap Wilayah Sungai Bengawan Solo, a. Meningkatkan kinerja pengelolaan DAS Bengawan Solo; c. Rehabilitasi dan reboisasi lahan kritis di sepanjang DAS Bengawan Solo di Kabupaten Tuban; d. Pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat; e. Pengendalian pencemaran badan air yang ditimbulkan oleh limbah domestik, industri, dan residu pertanian; f. Pengendalian pemanfaatan DAS Bengawan Solo untuk kegiatan terbangun; g. Pengendalian ketersediaan, alokasi, dan distribusi air baku untuk irigasi, industri, permukiman, dan keperluan lainnya; dan h. Pengendalian banjir sepanjang DAS Bengawan Solo di Kabupaten Tuban. Arahan pelestarian dan perlindungan kawasan kars, melalui: a. Pelestarian ekosistem pada kawasan kars; b. Pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat; c. Pengendalian pemanfaatan kawasan kars untuk kegiatan terbangun dan pertambangan;dan d. Rehabilitasi dan reboisasi kawasan kars yang rusak. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Peta 2.29 Rencana Kawasan Strategis dari Sudut Fungsi dan Daya dukung Lingkungan Hidup Laju Perubahan Tata Guna Lahan dan Fungsi Lahan Kabupaten Tuban merupakan salah satu wilayah yang berpotensi dalam pengembangan industry dan pertambanan. Kawasan industri yang paling luas terdapat di Kecamatan Jenu, di Kecamatan Kerek terdapat industri semen, sedangkan industri kia dasar berada di Kecamatan Jenu. Kawasan pertambangan di bagi dalam 3 jenis pertambangan yaitu mineral batuan non logam, mineral batuan non logam jenis tertentu serta pertambangan minyak. Kegiatan ekonomi lainnya yang juga tumbuh dan berkembang yakni Kawasan perikanan yang terdiri atas perikanan tangkap, kawasan II - 91

102 KONSEP LAPORAN AKHIR budidaya perikanan dan kawasan pengolahan ikan. Sedangkan kawasan peruntukan lainnya meliputi kawasan sektor informal dan kawasan pertahanan keamanan, Kawasan sektor informal ada beberapa macam antara lain permukiman oleh developer, pusat perkotaan, perdagangan dan jasa, kawasan informal pariwisata, kawasan pada jalan arteri primer sebagai rest area. Pertumbuhan kegiatan perekonomian di Kabupaten Tuban memberikan dampak negative terjadinya alih fungsi lahan non terbangun menjadi terbangun. Pada wilayah perencanaan, lahan non terbangun meliputi Kawasan hutan produksi yang terdiri dari 3 KPH yaitu KPH Tuban, KPH Parengan dan KPH Jatirogo sedangkan untuk kawasan hutan rakyat tersebar di seluruh kabupaten dan juga kawasan pertanian,dan ruang terbuka hijau. Lebih jelasnya mengenai penggunaan lahan eksisting dapat dilihat pada Tabel No Tabel Penggunaan Lahan Eksisting Eksisting Penggunan Prosentase Lahan Luas (Ha) (%) Hutan Lindung 730,80 0,40 Hutan Produksi ,40 27,60 Hutan Rakyat ,00 7,76 Industri 3.532,00 1,92 Kawasan Militer 27,43 0,01 Pariwisata 13,32 0,01 Permukiman 6.275,23 3,41 Pertambangan 1420,04 0,77 Rawa 1.308,57 0,71 Sawah dan ,73 56,64 Tegalan ,29 Sungai 874,06 0,48 Tambak Total ,56 100,00 Sumber: RTRW Kabupaten Tuban KEPENDUDUKAN Jumlah Kepadatan Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Tuban pada tahun 2011 adalah Dengan komposisi laki-laki dan perempuan berjumlah Jumlah penduduk yang paling banyak adalah di Kecamatan Semanding dengan jumlah sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit adalah di Kecamatan Kenduruan yaitu Kepadatan penduduk Kabupaten Tuban meningkat dibandingkan tahun lalu. Kepadatan penduduk tahun 2011 adalah 684 jiwa/km 2. Kecamatan yang paling padat adalah Kecamatan Tuban dengan kepadatan jiwa/km 2. II - 92

103 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Peta :2.28 II - 93

104 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Peta :2.29 II - 94

105 2.6.2 Penyebaran Penduduk Menurut data BPS 2010 penyebaran penduduk di kabupaten Tuban tidak merata antar kecamatan. Kecamatan Semanding merupakan kecamatan dengan presentase sebesar 9,09%, kemudian diikuti Tuban 7,33% dan kecamatan Soko sebeser 7.03%. Distribusi penduduk terkecil terdapat di kecamatan Kenduruan 2,36%. Kecamatan Semnading dengan distribusi penduduk terbesar merupakan kecamatan yang berbatasan dengan kecamatan Tuban sebagai ibu kota kabupaten Tuban. Kecamatan Tuban sebagai ibu kota, menjadi daya tarik penduduk untuk tinggal di wilayah tersebut. Kecamatan Soko yang merupakan kecamatan yang berbatasan langsung dengan ibu kota Bojonegoro, adapun kecamatan Kenduruan meskipun bukan merupakan kecamatan dengan luas wilayah terkecil, namun presentase penduduknya terkecil di Kabupaten Tuban. 2.7 Keuangan Daerah Pendapatan daerah berasal dari pajak daerah, restribusi daerah. Laba perusahaan dan pendapatan asli daerah. Keuangan daerah yang ditunjang dari pendapatan pajak daerah, yang pada tahun 2011 sebesar ,21 juta atau 43,20 persen dari total pendapatan di Kabupaten Tuban. Penerimaan dari sektor pajak daerah menurut jenis pajak meliputi : hotel dan restoran, hiburan, reklame, penerangan jalan, galian golongan C, pajak parkir, pajak air bawah tanah, sarang burung walet dan bea perolehan hak atas tanah & bangunan. Penyumbang terbesar pajak berasal dari pajak penerangan jalan yaitu sebesar 29,184 milyar. II - 95

106 KONSEP LAPORAN AKHIR III KONDISI EKSISTING SISTEM Untuk memenuhi kebutuhan air minum sehari-hari masyarakat di Kabupaten Tuban memperoleh air dari berbagai sumber baik dengan menggunakan sistem perpipaan maupun sistem non perpipaan. Sarana air bersih perpipaan diperoleh dari PDAM dan non PDAM yang dikelola masyarakat. Sistem air minum non perpipaan menggunakan sumur gali, penangkap air hujan serta dari mobil tangki. Penggunaan penangkap air hujan sebagai sumber air bersih terutama dilakukan oleh masyarakat yang kesulitan mendapatkan sumber air minum, dimana alternatif sumber air lainnya baik sistem perpipaan maupun sistem lain tidak memungkinkan. Di Kabupaten Tuban penduduk dengan akses air minum Aman sebesar 41,8% penduduk. Prosentase penggunaan sumber air minum penduduk kategori Aman masing-masing jenis sumber di Kabupaten Tuban dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini. Tabel 3. 1 Pelayanan Air Minum Penduduk Kabupaten Tuban No Sumber air Prosentase PDAM SGL SPT Lainnya HIPPAM 13.7% 12.5% 6.8% 8.0% 12.5% Total 53.5% Sumber : Hasil Analisa Gambar 3.1 menunjukkan tingkat pelayanan air Minum di Kabupaten Tuban secara grafis. III - 1

107 KONSEP LAPORAN AKHIR 8.0% 12.5% 13.7% PDAM SGL SPT 12.5% 6.8% Lainnya HIPPAM Gambar 3. 1 Prosentase Pelayanan Air Minum 3.1 ASPEK TEKNIS PDAM Kabupaten Tuban merupakan perusahaan daerah yang melayani kebutuhan masyarakat Tuban akan air minum. Perusahaan ini berdiri berdasarkan Perda No 8 Tahun 2001 dan terletak di Jl. Dr. Wahidin SH No.34 Tuban Jawa Timur. Dalam memaksimalkan pelayanannya, PDAM Kabupaten Tuban memiliki 12 area pelayanan di 13 kecamatan. Lebih lengkap mengenai pelayanan PDAM Tuban dapat dilihat pada subbab berikut Sistem Jaringan Perpipaan Untuk melayani kebutuhan masyarakat, PDAM Kabupaten Tuban membangun jaringan perpipaan yang dapat menyalurkan air hasil produksi kepada pelanggan. Jaringan perpipaan tersebut tersebar di Kabupaten Tuban dan melayani masyarakat dalam beberapa jenis sambungan, antara lain Sambungan Rumah (SR), HU dan KU. Pada akhir tahun 2012 tercatat SR aktif dilayani oleh PDAM Kabupaten Tuban. Sambungan tersebut berada di 15 kecamatan di Kabupaten Tuban. Hal ini mengindikasikan bahwa masih terdapat 5 kecamatan yang belum terlayani oleh jaringan perpipaan PDAM. III - 2

108 KONSEP LAPORAN AKHIR Tabel 3. 2 Wilayah dan Sistem Pelayanan PDAM Kabupaten Tuban Keterangan Terlayani / No. Nama Kecamatan Sistem Belum Pelayanan Terlayani 1. Kecamatan Tuban Terlayani BNA Tuban 2. Kecamatan Semanding Terlayani IKK Semanding 3. Kecamatan Montong Terlayani IKK Montong 4. Kecamatan Palang Terlayani IKK Palang 5. Kecamatan Widang Terlayani IKK Widang 6 Kecamatan Rengel Terlayani IKK Rengel 7. Kecamatan Soko Terlayani IKK Soko 8. Kecamatan Parengan Belum Terlayani 9 Kecamatan Tambakboyo Terlayani IKK Tambakboyo 10. Kecamatan Singgahan Belum Terlayani 11. Kecamatan Senori Belum Terlayani 12. Kecamatan Plumpang Terlayani IKK Plumpang 13. Kecamatan Jatirogo Terlayani IKK Jatirogo 14. Kecamatan Bancar Terlayani IKK Bancar 15. Kecamatan Merak Kurak Terlayani IKK Merak Kurak 16. Kecamatan Kerek Belum Terlayani 17. Kecamatan Jenu Terlayani IKK Jenu 18. Kecamatan Bangilan Terlayani IKK Bangilan 19. Kecamatan Kenduruan Belum Terlayani 20. Kecamatan Grabagan Terlayani IKK Grabagan Sumber: PDAM Kabupaten Tuban 2012 Berdasarkan Bantek Penyehatan PDAM Kabupaten Tuban Tahun 2007 serta data PDAM Kabupaten Tuban 2012, didapatkan uraian area-area pelayanan di Kabupaten Tuban adalah sebagai berikut : BNA Tuban BNA Tuban mulai berdiri pada tahun 1987 dengan memanfaatkan sumber air Bektiharjo dengan kapasitas 55 l/dt, dan 2 (dua) sumur bor yaitu di Tuwiri Wetan dengan kapasitas 115 l/dt dan di Sugiharjo dengan kapasitas 15 l/dt. Jumlah sambungan yang ada sebanyak SR dengan cakupan pelayanan sebesar 78,8%. Diameter pipa yang digunakan di area pelayanan adalah antara 25 s/d 300 mm dengan sistem pengaliran mengunakan sistem perpompaan. Daya listrik yang terpasang 131 Kva. Sistem penampungannya menggunakan 2 (dua) buah ground reservoar yang masing-masing berkapasitas 300 m3 dan 750 m3. IKK Semanding IKK Semanding mulai berdiri pada tahun 1982 dengan memanfaatkan sumber air Bektiharjo dengan kapasitas 50 l/dt. Jumlah sambungan yang ada sebanyak SR dengan cakupan pelayanan sebesar 18,3%. Diameter pipa yang digunakan di area pelayanan adalah antara 50 s/d 250 mm dengan sistem pengaliran mengunakan sistem perpompaan. III - 3

109 KONSEP LAPORAN AKHIR IKK Merakurak IKK Merakurak mulai berdiri pada tahun 1991 dengan memanfaatkan sumur bor yaitu di Tuwiri Wetan dengan kapasitas 115 l/dt. Jumlah sambungan yang ada sebanyak 740 SR dengan cakupan pelayanan sebesar 8%. Diameter pipa yang digunakan di area pelayanan adalah antara 25 s/d 100 mm dengan sistem pengaliran mengunakan sistem perpompaan. Sistem penampungannya menggunakan ground reservoar yang berkapasitas 300 m3. IKK Palang IKK Palang mulai berdiri pada tahun 1982 dengan memanfaatkan sumber di Gesikharjo dengan kapasitas terpasang 10 l/dt dan di Sumurgung dengan kapasitas terpasang 10 l/dt. Jumlah sambungan yang ada sebanyak SR dengan cakupan pelayanan sebesar 10,1%. Diameter pipa yang digunakan di area pelayanan adalah antara 50 s/d 150 mm. Sistem pengaliran mengunakan sistem perpompaan. IKK Plumpang IKK Plumpang mulai berdiri pada tahun 1987 dengan memanfaatkan sumur bor di Sumuragung dengan kapasitas terpasang 10 l/dt dan sumur bor di Mayang dengan kapasitas 10 l/dt. Jumlah sambungan yang ada sebanyak SR dengan cakupan pelayanan sebesar 13,6%. Diameter pipa yang digunakan di area pelayanan adalah antara 25 s/d 150 mm dengan sistem pengaliran mengunakan sistem perpompaan. IKK Rengel IKK Rengel mulai berdiri pada tahun 1982 dengan memanfaatkan sumber Beron dengan kapasitas terpasang 25 l/dt. Jumlah sambungan yang ada sebanyak SR dengan cakupan pelayanan sebesar 24,1%. Diameter pipa yang digunakan di area pelayanan adalah antara 50 s/d 150 mm dengan sistem pengaliran mengunakan sistem perpompaan. IKK Soko IKK Soko mulai berdiri pada tahun 1985 dengan memanfaatkan sumur bor di Bangunrejo dengan kapasitas terpasang 5 l/dt. Jumlah sambungan yang ada sebanyak 437 SR dengan cakupan pelayanan sebesar 2,9%. Diameter pipa yang III - 4

110 KONSEP LAPORAN AKHIR digunakan di area pelayanan adalah antara 50 s/d 100 mm dengan sistem pengaliran mengunakan sistem perpompaan. IKK Jenu IKK Jenu mulai berdiri pada tahun 1997 dengan memanfaatkan sumur bor di Suwalan dengan kapasitas terpasang 15 l/dt. Jumlah sambungan yang ada sebanyak SR dengan cakupan pelayanan sebesar 16,2%. Diameter pipa yang digunakan di area pelayanan adalah antara 25 s/d 100 mm dengan sistem pengaliran mengunakan sistem perpompaan. IKK Tambakboyo IKK Tambakboyo mulai berdiri pada tahun 1986 dengan memanfaatkan sumur bor di Klutuk dengan kapasitas terpasang 17.5 l/dt. Jumlah sambungan yang ada sebanyak SR dengan cakupan pelayanan sebesar 23,7%. Diameter pipa yang digunakan di area pelayanan adalah antara 25 s/d 150 mm dengan sistem pengaliran mengunakan sistem perpompaan. IKK Bancar IKK Bancar mulai berdiri pada tahun 1989 dengan memanfaatkan sumur bor di Sukolilo dengan kapasitas terpasang 5 l/dt. Jumlah sambungan yang ada sebanyak 475 SR dengan cakupan pelayanan sebesar 5%. Diameter pipa yang digunakan di area pelayanan adalah antara 25 s/d 150 mm dengan sistem pengaliran mengunakan sistem perpompaan. IKK Jatirogo IKK Jatirogo mulai berdiri pada tahun 1987 dengan memanfaatkan sumur bor di Demit dengan kapasitas terpasang 5 l/dt. Jumlah sambungan yang ada sebanyak 379 SR dengan cakupan pelayanan sebesar 4,1%. Diameter pipa yang digunakan di area pelayanan adalah antara 25 s/d 100 mm dengan sistem pengaliran mengunakan sistem perpompaan. IKK Bangilan III - 5

111 KONSEP LAPORAN AKHIR IKK Bangilan mulai berdiri pada tahun 1997 dengan memanfaatkan sumur bor di Bamban dengan kapasitas terpasang 2.5 l/dt. Jumlah sambungan yang ada sebanyak 209 SR dengan cakupan pelayanan sebesar 5,4%. Diameter pipa yang digunakan di area pelayanan adalah antara 50 s/d 150 mm dengan sistem pengaliran mengunakan sistem perpompaan. IKK Grabagan IKK Grabagan memanfaatkan sumur bor di Grabagan dengan kapasitas terpasang 7.5 l/dt. Jumlah sambungan yang ada sebanyak SR dengan cakupan pelayanan sebesar 23,3%. Diameter pipa yang digunakan di area pelayanan adalah antara 50 s/d 150 mm dengan sistem pengaliran mengunakan sistem perpompaan. IKK Montong IKK Montong memanfaatkan sumur bor di Montong dengan kapasitas terpasang 15 l/dt. Jumlah sambungan yang ada sebanyak 300 SR. IKK Widang IKK Widang memanfaatkan sumur bor di Widang dengan kapasitas terpasang 20 l/dt. Saat ini IKK Widang sedang dalam tahap pembangunan sehingga belum berfungsi untuk melayani masyarakat. Lebih lengkap mengenai jaringan perpipaan PDAM Tuban dapat dilihat pada Peta , sedangkan sistemnya dapat dilihat pada Gambar III - 6

112 KONSEP LAPORAN AKHIR III - 7

113 KONSEP LAPORAN AKHIR III - 8

114 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Gambar 3.3 III - 9

115 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Gambar 3.4 III - 10

116 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Gambar 3.5 III - 11

117 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Gamr 3.6 III - 12

118 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Gambar 3.7 III - 13

119 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Gambar 3.8 III - 14

120 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Gambar 3.9 III - 15

121 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Gambar 3.10 III - 16

122 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Gambar 3.11 III - 17

123 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Gambar 3.12 III - 18

124 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Gambar 3.13 III - 19

125 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Gambar 3.14 III - 20

126 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Gambar 3.15 III - 21

127 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Gambar 3.16 III - 22

128 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Gambar 3.17 III - 23

129 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Gambar 3.18 III - 24

130 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Gambar 3.19 III - 25

131 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Gambar 3.20 III - 26

132 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Gambar 3.21 III - 27

133 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Gambar 3.22 III - 28

134 KONSEP LAPORAN AKHIR Sistem Produksi Sistem produksi dalam sistem pengolahan air minum meliputi unit air baku, unit instalasi pengolah air, dan unit distribusi. Masing-masing unit tersebut memiliki peranan tersendiri dalam penyediaan air minum bagi masyarakat Kabupaten Tuban. Unit air baku merupakan unit yang berperan dalam mengambil air baku dari sumber dan menyalurkannya ke unit pengolah air. Dalam merencanakan unit air baku perlu diperhatikan beberapa hal meliputi jenis dan letak bangunan. Hal ini erat kaitannya dengan kualitas, kuantitas serta kontinuitas dari air baku yang diambil. Tabel 3.3 menunjukkan kapasitas produksi PDAM Kabupaten Tuban. Tabel 3. 3 Kapasitas Terpasang dan Produksi PDAM Kabupaten Tuban No Uraian Satuan Tahun Kapasitas terpasang L/dt Kapasitas dioperasikan L/dt Kapasitas menganggur/iddle 3 Capacity L/dt Produksi Air m3/tahun 7,159,815 7,297,659 8,474,535 5 Distribusi Air m3/tahun 7,159,815 7,297,659 8,474,535 6 Air Terjual m3/tahun 5,069,248 5,504,141 6,229,673 7 Jumlah kehilangan air m3/tahun 2,090,567 1,793,518 2,244,862 8 Kebocoran air % 29.2% 24.6% 26.5% Sumber: PDAM Kabupaten Tuban, 2012 Berdasarkan tabel di atas, PDAM Kabupaten Tuban memiliki tingkat kebocoran yang cukup besar, yaitu 26,5% pada tahun Besarnya kebocoran ini dapat terjadi di unit air baku itu sendiri, maupun unit lain seperti unit transmisi dan unit distribusi. Kapasitas total tersebut kemudian dibagi berdasarkan unit pelayanan seperti tampak pada Tabel 3.4. Untuk mendapatkan air baku dari sumur bor, perlu dilakukan pemompaan. Berdasarkan data PDAM, diketahui bahwa sistem penyediaan air minum Kabupaten Tuban tidak memiliki idle capacity dan telah mencapat potensi maksimum pelayanan, yaitu ratarata jam. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.5. Unit Pelaksanan Tabel 3. 4 Kapasitas Terpasang dan Produksi per Unit Pelayanan Cabang I Lokasi Produksi (m 3 ) Distribusi (m 3 ) BNA Tuban Tuwiri Wetan 01 66,960 66,960 Tuwiri Wetan 02 73,565 73,656 Tuwiri Wetan 03 55,242 55,242 Sbr. Baktiharjo 73,656 73,656 Sugiharjo 36,828 36,828 Widengan 24,552 24,552 Kebocoran % III - 29

135 KONSEP LAPORAN AKHIR Unit Pelaksanan Lokasi Produksi (m 3 ) Distribusi (m 3 ) IKK Merakurak Tuwiri Wetan 20,088 20, % Cabang II Kebocoran IKK Rengel Sbr. Beron 01 24,553 24, % Sbr. Beron 02 30,132 30,132 IKK Soko Sb. Bangun harjo 12,834 12, % IKK Plumpang Sumberagung 24,552 24,552 Cabang III Mayang 22,320 22,320 Tambakboyo Klutuk 1 6,696 6,696 Klutuk 2 26,784 26, % % Klutuk 3 13,392 13,392 Jatirogo SB Demit 10,044 10, % Bancar Sukolilo 12,276 12, % Jenu Suwalan 33,480 33, % Bangilan Bamban 6,696 6, % Cabang IV Semanding Sbr. Bektiharjo 80,352 80, % Palang Sbr. Gesikharjo 20,088 20,088 Sumurgunung 13,392 13,392 Grabagan Grabagan 1 15,066 15,066 Grabagan 2 10,044 10,044 Sumber: PDAM Kabupaten Tuban, 2011 Tabel 3. 5 Kinerja Instalasi PDAM Kabupaten Tuban Unit Kapasitas (L/dt) Jam Operasional Pelaksanan Terpasang Produksi (jam/hari) BNA Tuban IKK Merakurak IKK Rengel IKK Soko IKK Plumpang Tambakboyo Jatirogo Bancar Jenu Bangilan Semanding Palang Grabagan Montong Grabagan Belum beroperasi Sumber: PDAM Kabupaten Tuban, % 31 % III - 30

136 KONSEP LAPORAN AKHIR Air baku yang digunakan oleh PDAM Kabupaten Tuban berupa air tanah dan mata air. Air tanah dalam yang digunakan sebanyak 19 (sembilan belas) sumur bor dan mata air sebanyak 4 (empat) sumber mata air. a. Mata Air Sumber mata air yang dimanfaatkan sebagai sumber mata air baku oleh PDAM Kabupaten Tuban antara lain Sumber Bektiharjo, Sumber Gesikharjo dan Sumber Beron. Sumber air Bektiharjo terletak di Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban dengan kapasitas 100 l/dt, dimana kondisi air terlihat cukup baik dan juga dimanfaatkan untuk obyek wisata yaitu pemandian umum. Menurut data dari PDAM Kabupaten Tuban kondisi prasarana dan sarana di Sumber Bektiharjo tidak begitu baik, hal tersebut menyebabkan menurunnya kapasitas distribusi, misalnya performa pompa yang rendah dan water meter yang rusak serta kapasitas jaringan yang sudah optimum, serta kondisi fisik pipa distribusi yang sering mengalami kerusakan. Sumber air Beron terletak di Kecamatan Rengel dengan kapasitas 500 l/dt. Kondisi pipa pengambilan air dari Sumber Beron sudah tua. Demikian juga Kondisi prasarana dan sarana yang dipergunakan untuk pemanfaatan sumber ini sudah kurang bagus sehingga pemanfaatan sumber menjadi kurang optimal. b. Air Tanah Dalam PDAM Kabupaten Tuban memiliki 19 (Sembilan belas) sumur bor dengan kapasitas yang bervariasi antara 30 hingga 2.5 L/dt. Kapaistas sumur bor di wilayah kotas, sesuai dengan potensi air tanaha dalam yang tersedia cukup besar. Sedangkan di Unit Tambak boyo dan Bangilan hanya mempunyai kapasitas 2.5 L/dt. Berikut adalah gambaran mengenai sumber air yang digunakan oleh PDAM Kabupaten Tuban pada Tabel 3.6. Tabel 3. 6 Sumber Air Minum PDAM Kabupaten Tuban Kapasitas (L/dt) Unit Pelaksanan Nama Sumber Air Jenis Sumber Air Air Baku Terpasang Produksi Cabang I Tuwiri Wetan 01 Air Tanah Tuwiri Wetan 02 Air Tanah Tuwiri Wetan 03 Air Tanah 53 22,5 22,5 BNA Tuban Tuwiri Wetan 04 Air Tanah 25 Sbr. Baktiharjo Mata Air Sugiharjo Air Tanah Widengan 1 Air Tanah III - 31

137 KONSEP LAPORAN AKHIR Unit Pelaksanan Nama Sumber Air Jenis Sumber Air Kapasitas (L/dt) Air Baku Terpasang Produksi Widengan 2 Air Tanah Sugihwaras Air Tanah 15 TOTAL 182,5 IKK Merakurak Tuwiri Wetan Air Tanah 7,5 7,5 TOTAL 7,5 Cabang II IKK Rengel Sbr. Beron 01 Mata Air Sbr. Beron 02 Mata Air TOTAL 25 IKK Soko Sb. Bangun harjo Air Tanah TOTAL 5 IKK Plumpang Sumberagung Air Tanah Mayang 1 Air Tanah TOTAL 25 Cabang III Tambakboyo Klutuk 1 Air Tanah ,5 Klutuk 2 Air Tanah Klutuk 3 Air Tanah TOTAL 17,5 Jatirogo SB Demit Air Tanah SB Demit II Air Tanah 7,5 7,5 5 TOTAL 10 Bancar Sukolilo Air Tanah Jenu Suwalan Air Tanah total 15 Bangilan Bamban Air Tanah ,5 Cabang IV Semanding Sbr. Bektiharjo Mata Air Palang Sbr. Gesikharjo Mata Air SumurGUNG Air Tanah TOTAL 20 Grabagan Grabagan 1 Air Tanah ,5 Grabagan 2 Air Tanah ,5 TOTAL 15 Montong SB Montong Air Tanah Widang SB Widang Air Tanah Sumber : PDAM kabupaten Tuban, 2013 Lebih jelas mengenai lokasi sumber air baku yang digunakan oleh PDAM Kabupaten Tuban dapat dilihat pada Peta III - 32

138 KONSEP LAPORAN AKHIR Beberapa sumber air baku yang digunakan oleh PDAM Kabupaten Tuban adalah sebagai berikut: 1. Sumber Air Bektiharjo Pada sumber air Bektiharjo yang terletak di Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban yang berada di pemandian Bektiharjo dimana kondisi air terlihat cukup baik dan juga dimanfaatkan untuk obyek wisata yaitu pemandian umum. Tapi menurut data dari PDAM Kabupaten Tuban, kondisi prasarana dan sarana yang tidak begitu baik, menyebabkan menurunnya kapasitas distribusi, misalnya performa pompa yang rendah dan water meter yang rusak serta kapasitas jaringan yang sudah optimum, serta kondisi fisik pipa distribusi yang sering mengalami kerusakan. Adapun kondisi dari sumber air meliputi tempat sumber air dapat dilihat pada Gambar 3.13, sistem perpipaannya pada gambar Gambar 3. 2 Kondisi Sumber Air Betikharjo Gambar 3. 3 Perpipaan Sumber Betikharjo 2. Sumber Air Beron Sumber air Beron terletak di Kecamatan Rengel terlihat pipa pengambilan air dari sumber yang sudah tua dan kurang perawatan. Dari data PDAM Kabupaten Tuban disebutkan kondisi pipa distribusi sering mengalami kerusakan. Kondisi prasarana dan sarana yang tidak begitu baik menyebabkan menurunnya kapasitas distribusi. Misal performa pompa yang rendah dan water meter yang rusak serta kapasitas jaringan yang sudah optimum. adanya pergiliran aliran sehingga mempengaruhi pelayanan dan konsumsi masyarakat akan air bersih. Adapun kondisi dari sumber air meliputi tempat sumber air Beron dapat dilihat pada Gambar 3.15 dan perpipaannya pada Gambar III - 33

139 KONSEP LAPORAN AKHIR Gambar 3. 4 Kondisi Sumber Air Beron Gambar 3. 5 Perpipaan Sumber Beron 3. Sumur Bor Palang Sumur bor Palang adalah salah satu sumber air baku yang dimanfaatkan oleh PDAM Kabupaten Tuban. Sumur bor Palang terletak di wilayah Kecamatan Palang terlihat kondisi bangunan yang tidak terawat serta terdapat beberapa peralatan instalasi yang sudah rusak. Kondisi sistem perpipaan di sumur bor Palang dapat dilihat dari Gambar 3.17 dan Gambar 3. 6 Pipa Sumur Bor Palang Gambar 3. 7 Perpipaan Sumur Palang 4. Sumur Bor Plumpang Sumur bor Plumpang terletak di wilayah Kecamatan Plumpang. Sumur bor ini dimanfaatkan untuk melayani pelanggan di IKK Plumpang. Di lokasi ini terlihat kondisi sarana dan prasarana yang tidak terawat serta terdapat beberapa peralatan instalasi yang sudah rusak. Kondisi sistem perpipaan di sumur bor Plumpang dapat dilihat dari Gambar 3.19 dan III - 34

140 KONSEP LAPORAN AKHIR Gambar 3. 8 Sumur Bor Plumpang Gambar 3. 9 Jembatan Pipa Plumpang Dalam memilih sumber air baku, tentunya PDAM Kabupaten Tuban mempertimbangkan pula faktor kualitas. Sebelum air baku tersebut digunakan dalam produksi penyediaan air minum Kabupaten Tuban, air tersebut harus mengalami uji bakteriologi. Tabel 3.7 menampilkan hasil uji bakteriologi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban. III - 35

141 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Gambar 3.23 III - 36

142 KONSEP LAPORAN AKHIR No Unit Pelayanan ph Sisa Khlor Aktif (mg/l) Tabel 3. 7 Hasil Uji Bakteriologi Air Baku PDAM Kabupaten Tuban Tes Perkiraan Tes (Lactose 35 0 Tes MPN/100 C) Lengkap Penegasan ml Total (EMB + (BGLB 35 Bakteri Lactose 35 C) 0 Coliform ml ml ml C) Jumlah Kuman/ 1 ml 1 IKK Tuban /5 1/1 1/ IKK Merakurak /5 0/1 0/ IKK Jenu /5 0/1 0/ IKK Tambakboyo /5 0/1 0/ IKK Bulu /5 0/1 0/ IKK Jatirogo /5 0/1 0/ IKK Plumpang /5 0/1 0/ IKK Palang /5 0/1 0/ IKK /5 1/1 1/ Semanding Sumber: Dinas KEsehatan PDAM Kabupaten Tuban, 2013 MPN/ 100 ml E. Coli Pertimbangan memenuhi syarat memenuhi syarat memenuhi syarat memenuhi syarat memenuhi syarat memenuhi syarat memenuhi syarat memenuhi syarat memenuhi syarat III - 37

143 KONSEP LAPORAN AKHIR No Sistem Pelayanan Saat ini, dari 20 Kecamatan di kabupaten Tuban, PDAM Tuban telah melayani 13 ( tiga belas ) kecamatan. Wilayah Kecamatan yang saat ini telah terlayani PDAM adalah : 1. Kecamatan Tuban 2. Kecamatan Semanding 3. Kecamatan Palang 4. Kecamatan Rengel 5. Kecamatan Soko 6. Kecamatan Tambakboyo 7. Kecamatan Plumpang 8. Kecamatan Jatirogo 9. Kecamatan Bancar 10. Kecamatan Merakurak 11. Kecamatan Jenu 12. Kecamatan Bangilan 13. Kecamatan Grabagan Di dua kecamatan yaitu Montong dan Widang saat ini dalamm proses pembangunan IKK baru, dan pada akhir tahun ini diharapkan kedua sistem tersebut sudah berfungsi sehingga kedua kecamatan tersebut sudah terlayani air bersh dari PDAM. Sampai saat ini PDAM Kabupaten PDAM Tuban mempunyai 12 (dua belas) area pelayanan yang terbagi dalam 3 (tiga) Unit Pelayanan Kecamatan, antara lain : 1. Cabang Wilayah I Tuban, meliputi UPK Kota Tuban, UPK Semanding, UPK Merakurak 2. Cabang Wilayah II Rengel, meliputi UPK Rengel, UPK Soko, UPK Plumpang, UPK Palang 3. Cabang Wilayah III Tambakboyo, meliputi UPK Tambakboyo, UPK Jenu, UPK Jatirogo, UPK Bangilan, UPK Bancar. Lebih lengkap mengenai tingkat pelayanan PDAM Kabupaten Tuban dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut. Tabel 3. 8 Wilayah dan Tingkat Pelayanan PDAM Kabupaten Tuban Tahun 2012 Jumlah sambungan Terlayani Kecamatan (Unit) (Jiwa) Jumlah Penduduk Tingkat pelayanan (%) 1 Bangilan 52, % 2 Soko 89, % 3 Rengel 64, % 4 Grabagan 40, % 5 Plumpang 84, % SR HU III - 38

144 KONSEP LAPORAN AKHIR 6 Palang 87, % 7 Semanding 112, % 8 Tuban 91, % 9 Jenu 55, % 10 Merakurak 59, % 11 Tambakboyo 42, % 12 Jatirogo 60, % 13 Bancar 59, % T O T A L 899,807 26, ,710 19% Sumber : PDAM Kabupaten Tuban, Hasil Analisa Dari data tersebut di atas nampak bahwa pelayanan air bersih dari PDAM Tuban mencakup 19% dari penduduk di wilayah pelayanan. Jika dibamdingkan dengan jumlah total penduduk Kabupaten ( jiwa) maka pelayanan PDAM kabupaten Total terhadap wilayah kabupaten baru mencapai 13,72%. Lebih lengkap mengenai wilayah pelayanan PDAM Kabupaten Tuban dapat dilihat pada Peta III - 39

145 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Gambar 3.24 III - 40

146 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Gambar 3.25 III - 41

147 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Gambar 3.26 III - 42

148 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Gambar 3.27 III - 43

149 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Gambar 3.28 III - 44

150 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Gambar 3.29 III - 45

151 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Gambar 3.30 III - 46

152 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Gambar 3.31 III - 47

153 KONSEP LAPORAN AKHIR III - 48

154 KONSEP LAPORAN AKHIR III - 49

155 KONSEP LAPORAN AKHIR III - 50

156 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Gambar 3.35 III - 51

157 KONSEP LAPORAN AKHIR No Peta 3.36 III - 52

158 KONSEP LAPORAN AKHIR Meskipun wilayah Kabupaten Tuban telah memiliki banyak jaringan perpipaan yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, namun terdapat masalah yang dapat mempengaruhi kinerja SPAM tersebut, anatara lain: Di beberapa wilayah bagian barat kabupaten Tuban (kecamatan Kenduruan, Senori, Parengan dan Singgahan) potensi air baku sulit diperoleh padahal masyarakat sangat membutuhkan pelayanan air bersih. Hingga saat ini PDAM belum melayani wilayah tersebut karena sulitnya mendapatkan sumber air baku. Ketersediaan data di PDAM Tuban masih rendah. Beberapa data yang merupakan pedoman dalam pelayanan air minum masih belum tersedia HIPPAM Sistem perpipaan yang dimaksud disini adalah sarana penyediaan air minum dengan menggunakan sistem perpipaan yang dikelola secara swadaya oleh masyarakat. Di Kabupaten Tuban terdapat beberapa desa yang meiliki sarana air minum perpipaan yang dikelola masyarakat ini. Sarana yang ada sebagian dibangun secara swadaya oleh masyarakat dan sebagian lain dibangun dari proyek pemerintah. Data dari laporan Dinas PU Cipta Karya kabupaten Tuban, terdapat cukup banyak desa-desa yang yang memiliki sarana perpipaan yang dikelola masyarakat, yang tersebar di 18 (delapan belas) kecamatan. Tabel 3.9 menunjukkan data HIPPAM yang terdapat di Kabupaten Tuban. Selengkapnya mengenai lokasi HIPPAM dapat dilihat pada Peta Tabel 3. 9 HIPPAM Kabupaten Tuban NO KECAMATAN DESA NAMA HIPPAM KETERANGAN 1 Plumpang Sumber Agung Sumber Agung Aktif Kedungrojo Tirto Wening Aktif Kesamben Bening Aktif 2 Kenduruan Sidomukti Sumber Barokah Tidak Aktif 3 Kerek Jarorejo Tirto Yuwono Aktif Wolu Tengah Tirto Lestari Aktif Gaji Tirto Binangun Aktif Sumberarum Tirto Arum Aktif Karanglo Tirto Wening Aktif Padasan Tirto Sumber Makmur Aktif Muwang Tirto Karim Aktif Kedungrejo Tirto Kusuma Aktif Margomulyo Tirto Mulyo Aktif 4 Tambakboyo Pulogede Sumber Urip Aktif Tirto Murni Aktif 5 Rengel Pekuwon Sido Makmur Aktif III - 53

159 KONSEP LAPORAN AKHIR NO KECAMATAN DESA NAMA HIPPAM KETERANGAN Prambonwetan Tirto Lancar Aktif Rengel Seger Gembong Tidak Aktif 6 Montong Guwoterus Tirta Sejahtera Aktif Nguluhan Tirto Asih Aktif Talang Kembar Sendang Curangin Aktif Talang Kembar Swadaya Progressive Aktif Sumurgung Bahagia Tidak Aktif Bringin Gunung Jaya Tidak Aktif Pucangan Tirto Akbar Aktif Maindu Sumber Makmur Aktif Jetak Tirto Kusumo Aktif Jetak Tirto Agung Aktif Jetak Tirto Bongkok Aktif Talun Tirto Murni Aktif Bringin Tirto Sumber Nolo Aktif Tanggulangin Tirto Bening Aktif 7 Merakurak Tegalrejo Tirto Moro Aktif Tuwiri Wetan Mekar Sari Aktif Kapu Sendang Mulya Aktif Pongpongan Soko Tirto Aktif 8 Parengan Parangbatu Watu Agar Aktif Sendangrejo Tirto Agung Aktif Sugihwaras Sugihwaras Tidak Aktif Wukirharjo Wonso Ito Tidak Aktif Kumpulrejo Kumpulrejo Aktif 9 Soko Tluwe Sumber Bendo Makmur Aktif Wadung Gua Banyu Aktif Wadung Karangpace Aktif Jati Langgeng Aktif Jati Tirta Swamandiri Aktif Gununganyar Tirto Mulyo Aktif Nguruhan Nguruhan Makmur Tidak Aktif 10 Semanding Gedungombo Tirto Agung Aktif Tunah Sumber Agung Aktif Kowang Sumber Makmur Aktif Boto Sumber Agung Aktif Penambangan Sumber Agung Aktif Jadi Sidomuncul Aktif 11 Senori Jatisari Jati Tirta Aktif Leran Budi Tirta Lestari Aktif III - 54

160 KONSEP LAPORAN AKHIR NO KECAMATAN DESA NAMA HIPPAM KETERANGAN 12 Bangilan Sidodadi Margo Makmur Aktif Bate Sumber Makmur Aktif Banjar Woro Mata Air Sumber Krawak Aktif 13 Singgahan Kedungjambe Sumber Winong Aktif Lajo Lor Tirto Agung Aktif Mulyorejo Waton Sabar Lancar Aktif 14 Widang Kujung Tirto Mulyo Aktif Minohorejo Sumber Makmur Aktif 15 Grabagan Waleran Tirto Barokah Aktif Ngarum Tirto Mubarokah Aktif Banyubang Tirto Arohmah Aktif Menyunyur Tirto Wening Aktif 16 Palang Pucangan Tirto Mulyo Aktif Ketambul Tirto Husodo Aktif Tegalbang Sumber Arum Aktif 17 Jatirogo Wotsogo Tirto Mulyo Aktif Sadang Barokah Jaya Aktif Jatiklabang Sendang Permai Aktif Ngepon Tirto Lestari Tidak Aktif 18 Bancar Bogorejo Sido Lancar Tidak Aktif Boncong Tirto Soponyono Aktif Bulu Meduro (no name) Aktif Bancar (no name) Aktif Sumber: PDAM Kabupaten Tuban, 2013 Sarana perpipaan yang dikelola HIPPAM ini pada umumnya mengambil air baku dari mata air maupun dari sumur bor yang dialirkan ke daerah pelayanan. Pelayanan ke konsumen sebagian besar sudah masuk ke rumah-rumah (SR) sedangkan sebagian masih berupa hidran umum atau kran umum. Untuk mengelola sarana, untuk biaya operasi dan pemeliharaan sarana setiap konsumen membayar iuran yang pada umumnya jumlahnya sama, tanpa melihat jumlah pemakaian air oleh konsumen tersebut. Dari table diatas, dapat dilihat bahwa Di Kabupaten Tuban tedapat 114 (seratus empat belas) HIPPAM yang tersebar di 18 (delapan belas) kecamatan dimana sebanyak 103 (seratus tiga) HIPPAM saat ini telah masih berfungsi (aktif) sedangkan 9 (Sembilan) HIPPAM tidak beroperasi atau tidak aktif. Dengan asumsi setiap HIPPAM melayani 300 KK maka dari 103 kelompok HIPPAM ini telah melayani KK atau kurang lebih jiwa penduduk. Jika diprosentase terhadap jumlah penduduk ( jiwa) penduduk yang terlayani air minum dari HIPAM sebanyak 12,5 % dari total pendudulk Kabupaten Tuban. III - 55

161 KONSEP LAPORAN AKHIR Sistem Jaringan Non Perpipaan Selain dari sistem perpipaan, masyarakat Kabupaten Tuban memenuhi kebutuhan akan air minum dari sumber lain, misalnya dari sumur gali (SGL), sumur pompa tangan (SPT) dan penampungan air hujan (PAH). Masyarakat menggunakan air dari sumur gali dengan menggunakan timba atau pompa listrik dan sumur gali dengan menggunakan pompa tangan (SPT). Di beberapa wilayah, masyarakat menggunakan sumur gali sebagai sumber utama pemenuhan kebutuhan air minum. Data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban menyebutkan bahwa di kabupaten ini terdapat sumur gali umum dan sumur gali pribadi. Sedangkan untuk sumur pompa tangan umum terdapat buah dan sumur pompa tangan pribadi. Jumlah PAH umum sejumlah 38 buah dan buah PAH pribadi. Tabel 3.10 menunjukkan jumlah sumur dan penampungan air hujan tiap kecamatan di Kabupaten Tuban. Data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban, menunjukkan bahwa jumlah sarana sumur yang ada di wilayah Kabupaten Tubanterdiri dari PAH sebanyak unit, Sumur Pompa tangan (SPT) sebanyak unit, Sumur gali sebanyak unit. Jika diprosentasikan terhadap total jumlah penduduk di Kabupaten Tuban, maka penduduk yang menggunakan PAH sebanyak0,8% SPT sebanyak 6,8% serta sumur gali sebanyak 12,5%. Air dari sumur banyak digunakan oleh masyarakat karena mudah didapat dan tersedia sepanjang musim, serta tidak memerlukan biaya untuk mendapatkannya. Tidak didapatkan data pasti mengenai kuantitas air dari sumur dangkal yang ada, dikarenakan kuantitas air dari air tanah dangkal sangat bervariasi dari satu lokasi dengan lokasi lainnya. Belum dilakukan pendataan mengenai kuantitas air tanah dangkal yang dimanfaatkan penduduk untuk memenuhi air bersih melalui sumur gali. Pada umumnya air dari sumur gali dapat diperoleh penduduk secara mudah sepanjang tahun baik musim kemarau maupun musim penghujan. Air dari sumur dangkal dapat diperoleh pada kedalaman yang bervariasi antara satu wilayah dengan wilayah lainnya, dengan kualitas yang memenuhi standart. Hasil pemeriksaan kualitas air yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban, kualitas air dari sumur dangkal sudah memenuhi syarat. III - 56

162 KONSEP LAPORAN AKHIR Tabel Jumlah SGL, SPT dan PAH Kabupaten Tuban 2012 Sarana Air Bersih NO KECAMATAN Umum Pribadi PAH SPT SG PAH SPT SG 1 TUBAN MONTONG SEMANDING MERAK URAK RENGEL SOKO WIDANG PLUMPANG SINGGAHAN PARENGAN SENORI JATIROGO KENDURUAN BANGILAN TAMBAKBOYO BANCAR KEREK JENU GRABAGAN Jumlah Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban, 2012 Belum tersedia data mengenai kondisi fisik bangunan sumur yang ada apakah sumur yang ada sudah dibangun/dilengkapi sesuai standart yang ditetapkan (dilengkapi dengan saluran penyalur air limbah (SPAL), dinding sumur kedap air, lantai sumur diplester sehingga lantai kedap air, jarak ke lokasi pencemar minimal 10 m dan lain-lain). Meskipun Kabupaten Tuban memiliki sumber air yang cukup banyak, namun masih terdapat daerah yang mengalami kekeringan. Daerah tersebut menerima bantuan berupa drop air tangki dari PDAM. Tabel 3.11 menunjukkan daerah yang mengalami kekeringan dan mendapatkan bantuan drop air tangki dari PDAM. Selengkapnya mengenai lokasi daerah kekeringan dapat dilihat pada Peta Tabel Bantuan Kekeringan PDAM Kabupaten Tuban Tahun 2012 Kecamatan Desa Rit Grabagan Ngandong 1 Ngrejeng 3 Gesikan 3 Mengunyur 4 Banyubang 4 Kerek Tengger Wetan 7 Sidonganti 8 Trantang 8 Senori Jatisari 13 Sendang 11 Montong Tanggulangin 2 III - 57

163 KONSEP LAPORAN AKHIR 3.2 ASPEK NON TEKNIS Aspek Keuangan Kecamatan Desa Rit Sumurgung 6 Palang Ngimbang 6 Bangilan Sidodadi 1 Parengan Dagangan 6 Cengkong 4 Semanding Sambongrejo 2 Sumber: PDAM Kabupaten TUban, Kondisi dan Kinerja Keuangan Berdasarkan pada hasil kompilasi neraca komparatif sesuai dengan laporan auditor independen atas laporan keuangan PDAM Kabupaten Tuban pada tahun dan laporan tahun , didapat kesimpulan bahwa dari tahun ke tahun total aktiva PDAM Kabupaten Tuban menunjukkan kenaikan. Range kenaikan total aktiva dari tahun berkisar antara 7,67% - 23,3%. Kenaikan terbesar terjadi pada tahun 2011, dimana total aktiva meningkat menjadi Rp ,98 dari yang sebelumnya sebesar Rp ,41 pada tahun Selanjutnya bila dilihat dari jumlah total kewajiban yang harus ditanggung oleh PDAM Kabupaten Tuban selama tahun , nilai kewajiban jangka pendek cukup fluktuatif, begitu pula nilai ekuitas, cadangan dan laba rugi. Pada tahun 2010 nilai kewajiban jangka pendek Rp kemudian nilai ini turun menjadi Rp pada tahun Nilai ini kemudian naik menjadi Rp pada tahun Lebih lengkap mengenai neraca komparatif dapat dilihat pada Tabel III - 58

164 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Gambar 3.37 III - 59

165 KONSEP LAPORAN AKHIR No. Gambar 3.38 III - 60

166 KONSEP LAPORAN AKHIR ASET LANCAR Tabel Neraca Komparatif PDAM Kabupaten Tuban Tahun Uraian 2012 (Rp) 2011 (Rp) 2010 (Rp) Uraian 2012 (Rp) 2011 (Rp) 2010 (Rp) KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Kas dan Bank Rp ,82 Rp ,88 Rp ,64 Hutang Jangka Pendek Rp , Deposito Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Beban YMH dibayar Rp ,00 Rp ,00 - Nilai Efek Bersih Rp ,82 Rp ,88 Rp ,64 Hutang Pajak Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Pituang Usaha Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Akumulasi Penyisihan Piutang Usaha Rp ,50 Rp ,71 Rp ,40 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG Piutang Usaha Bersih Rp ,50 Rp ,29 Rp ,60 Pinjaman Dalam Negeri Kewajiban Diestimasi Jangka Panjang Pembayaran Dimuka Pajak - - Rp ,00 Hutang Jangka Panjang Pembayaran Dimuka Lainnya Rp ,00 Rp ,00 - Jumlah Kewajiban Jangka Panjang Piutang Lain-lain Bersih Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 KEWAJIBAN LAIN-LAIN Persediaan Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Jaminan Langganan Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Persediaan Air Bersih Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Jumlah Kewajiban Lain-lain Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Jumlah Aset Lancar Rp ,32 Rp ,17 Rp ,24 ASET TIDAK LANCAR Jumlah Kewajiban Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Aset Tetap Tanah dan Hak Atas Tanah Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 EKUITAS Instalasi Rp ,15 Rp ,15 Rp ,00 Modal Dasar Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Bangunan Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Modal Pemerintah Pusat Rp ,19 Rp ,19 Rp ,19 Kendaraan Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Modal Pemda Tingkat I Jatim Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Inventaris Kantor Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Modal Pemda Tingkat II Tuban Rp ,86 Rp ,86 Rp ,81 Jumlah Harga Perolehan Rp ,15 Rp ,15 Rp ,00 Modal Ex Hibah Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Akumulasi Penyusutan Rp ,90 Rp ,43 Rp ,07 Nilai Buku Aset Tetap Rp ,25 Rp ,72 Rp ,93 CADANGAN III - 61 Rp ,05 Rp ,05 Rp ,00 Cadangan Dana Rp ,92 Rp ,27 Rp ,86 ASET TIDAK LANCAR LAINNYA Cadangan Dana Meter Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Aset Tetap Non Produktif Rp ,09 Rp ,09 Rp ,24 Cadangan Umum Rp ,60 Rp ,09 Rp ,12 Bahan Inatalasi Produktif Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,52 Rp ,36 Rp ,98 Pengeluaran Dimuka Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Aset Pajak Tangguhan Rp , LABA RUGI Uang Jaminan Tetap Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Saldo Laba/Rugi Ditahan - - Rp ,43 Jumlah Aset Tidak Lancar Lainnya Rp ,09 Rp ,09 Rp ,24 Laba/Rugi Tahun Berjalan Rp ,09 Rp ,57 - Jumlah Ekuitas Rp ,66 Rp ,98 Rp ,41 JUMLAH ASETRencana Induk Pengembangan Rp ,66 SPAM Rp ,98 Rp ,41 JUMLAH EKUITAS DAN KEWAJIBAN Rp ,66 Rp ,98 Rp ,41

167 KONSEP LAPORAN AKHIR Tarif Retribusi Tarif air minum yang saat ini berlaku di PDAM Kabupaten Tuban ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor: 02 Tahun 2009 Tanggal 29 Januari 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 5 Tahun 2005 tentang Tarif Air Minum, Pemasangan Sambungan Baru, Balik Nama dan Denda Pelanggaran. Tariff ini berlaku per 1 Mei Dalam perubahan ini, terdapat 3 (tiga) golongan biaya, yaitu: 1. Tarif air minum sambungan rumah Kelompok Pelanggan Blok Blok I II 0 10 >10 m 3 m 3 Biaya Pemeliharaan Meter Biaya Administrasi Rekening Kelompok I (sosial) Kelompok II.A (rumah tangga a) Kelompok II.B (rumah tangga b) Kelompok II.C (rumah tangga c) Kelompok Pelanggan Blok Blok I II 0 20 >20 m 3 m 3 Biaya Pemeliharaan Meter Biaya Administrasi Rekening Kelompok III.A (niaga) Kelompok III.B (industri) Kelompok khusus: Besarnya tariff berdasarkan kesepakatan dan dasar penetapan tariff diatur lebih lanjut dengan peraturan bupati. 2. Tariff air minum dengan fasilitas mobil tangki a. Kelompok I sebesar : Rp b. Kelompok II sebesar : Rp c. Kelompok III sebesar : Rp Biaya sambungan baru Kelompok Pelanggan Pendaftaran (Rp) Jasa Perencanaan (Rp) Jaminan Langganan (Rp) Overhead (Rp) Bahan dan Upah (Rp) Kelompok I Kelompok III - 62

168 KONSEP LAPORAN AKHIR II Kelompok III Kelompok khusus: Dasar penetapan diatur lebih lanjut oleh Bupati Pendapatan Pendapatan PDAM Kbaupaten Tuban berasal dari pendapatan penjualan air dan penjualan non air. Yang termasuk dalam penjualan non air antara lain pendapatan sambungan baru, administratif, sambungan kembali, denda, balik nama dan lain-lain. Dari Tabel 3.8 dapat diketahui bahwa pendapatan tahun 2012 mengalami penambahan yang cukup besar, yaitu dari angka Rp ,53 pada tahun 2011 menjadi Rp ,35. Penambahan ini berasal dari penambahan pendapatan jumlah sambungan baru yang terjadi sebesar 44,52%. Penambahan ini cukup besar sehingga mempengaruhi pendapatan PDAM Kabupaten Tuban pada tahun Dengan penambahan jumlah sambungan, tentu saja jumlah pendapatan penjualan air meningkat dari angka Rp menjadi Rp dalam prosentase, penambahan pendapatan ini sebesar 20,57%. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel III - 63

169 KONSEP LAPORAN AKHIR Tabel Neraca Keuangan PDAM Uraian 2012 (Rp) 2011 (Rp) 2010 (Rp) PENDAPATAN USAHA Pendapatan Penjualan Air Rp 15,752,675, Rp 13,065,145, Rp 11,938,533, Pendapatan Penjualan Non Air: Pendapatan Sambungan Baru Rp 1,080,335, Rp 747,525, Rp 383,751, Pendapatan Administratif Rp 628,570, Rp 597,546, Rp 557,982, Pendapatan Sambungan Kembali Rp 10,225, Rp 11,275, Rp 10,250, Pendapatan Denda dan Balik Nama Rp 267,392, Rp 233,305, Rp 196,643, Pendapatan Lain-lain Rp 233,868, Rp 326,629, Rp 233,275, Jumlah Pendapatan Non Air Rp 2,220,390, Rp 1,916,280, Rp 1,381,901, Jumlah Pendapatan Usaha Rp 17,973,066, Rp 14,981,426, Rp 13,320,434, BEBAN LANGSUNG USAHA Beban Sumber Rp 183,231, Rp 61,050, Rp 150,632, Beban Pegawai Rp 6,747,311, Rp 5,542,856, Rp 4,925,644, Beban BBM Rp 51,477, Rp 24,130, Rp 14,650, Beban Listrik Rp 4,554,012, Rp 4,129,746, Rp 3,215,897, Beban Pemeliharaan Rp 960,667, Rp 973,946, Rp 766,253, Beban Penyusutan dan Amortisasi Rp 2,696,023, Rp 1,722,694, Rp 1,513,837, Beban Operasi Lainnya Rp 1,370,766, Rp 1,343,126, Rp 893,330, Jumlah Beban Langsung Usaha Rp 16,563,489, Rp 13,797,550, Rp 11,480,246, Laba (Rugi) Sebelum Pajak Penghasilan Rp 1,409,577, Rp 1,183,876, Rp 1,840,188, Taksiran Pajak Penghasilan Rp 361,776, Rp 252,126, Rp 523,199, Laba (Rugi) Setelah Pajak Rp 1,047,801, Rp 931,750, Rp 1,316,988, sumber: PDAM Kabupaten Tuban, 2012 dan Pengeluaran Beban pengeluaran yang dimiliki oleh PDAM Kabupaten Tuban berkutat pada kebutuhan usaha, yaitu penyediaan air minum bagi pelanggan. Beban itu antara lain beban sumber, pegawai, BBM, listrik, O&M, dan operasi lainnya. Beban-beban tersebut mempengaruhi fluktuasi dari pengeluaran PDAM Kabupaten Tuban dari tahun ke tahun. Peningkatan permintaan terhadap air minum membutuhkan air baku untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pada tahun 2012 terjadi peningkatan beban sumber hingga sebesar 3 (tiga) kali lipat dari angka Rp menjadi Rp Naiknya harga BBM turut meningkatkan beban usaha tahun 2012 meskipun tidak sebesar peningkatan beban sumber, yaitu sebesar 2 (dua) kali lipat. Dengan memperhitungkan pemasukan dan pengeluaran, laba terendah yang didapat oleh PDAM Kabupaten Tuban adalah pada tahun 2011 sebesar Rp ,57. Meskipun terjadi pengeluaran yang lebih besar dan naiknya harga BBM, namun laba yang didapat pada tahun 2012 meningkat dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp ,09. Lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.8. III - 64

170 KONSEP LAPORAN AKHIR Permasalahan Keuangan Permasalahan keuangan yang terjadi di PDAM Kabupaten Tuban antara lain: Sistem pelayanan menggunakan pompa Pengaliran air dari sumber air baku baik yang berasal dari mata air maupun yang berasal dari air tanah menggunakan sistem pompa sehingga memberikan beban biaya operasional PDAM Struktur pelanggan PDAM sebagian besar didominasi oleh konsumen rumah tangga dengan tarif air yang rendah sedangkan konsumen dari golongan komersial memiliki prosentase yang kecil padahal konsumen dengan kategori ini diberlakukan tariff air yang lebih mahal, hanya kecil Organisasi dan Kelembagaan PDAM Kabupaten Tuban merupakan perusahaan daerah yang berdiri atas dasar Perda No. 8 Tahun Tugas pokok PDAM Kabupaten Tuban menurut Peraturan Bupati Tuban Nomor 486 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja PDAM Kabupaten Tuban adalah mnyelenggarakan pengelolaan air minum guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang mencakup aspek sosial, kesehatan dan pelayanan umum. Fungsi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Tuban menurut Peraturan Bupati adalah: 1. Perumusan kebijakan teknik di bidang penyelenggaraan pelayanan air bersih kepada masyarakat, 2. Penyusunan rencana dan pengorganisasian kegiatan Perusahaan Daerah Air Minum, 3. Pelaksanaan operasional kegiatan Perusahaan Daerah Air Minum, 4. Pengelola ketatausahaan Perusahaan Daerah Air Minum, serta 5. Pelaksanaan pelaporan/pertanggungjawaban kepada Bupati. PDAM sebagai sebuah organisasi memiliki struktur yang tertata. Struktur organisasi PDAM Kabupaten Tuban dapat dilihat pada Gambar III - 65

171 KONSEP LAPORAN AKHIR Gambar Struktur Organisasi PDAM Kabupaten Tuban PDAM Kabupaten Tuban dipimpin oleh seorang direktur yang diangkat berdasarkan keputusan Bupati Tuban No /56/ /2010 tanggal 14 Juli 2010 tentang Pengangkatan Daam Jabatan Direktur Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Tuban. Dalam pelaksanaan tugasnya, direktur PDAM bertanggung jawab kepada Bupati. Untuk menjalankan fungsi pengawasan dan penasehatan kepada direktur, Bupati menetapkan Badan Pengawas melalui Keputusan Bupati No /178/KPTS/ /2009 tanggal 30 Juli 2010 tentang Badan Pengawas PDAM Kabupaten Tuban Periode Kinerja Pengelolaan dan SDM Pada tahun 2012, PDAM Kabupaten Tuban memiliki pegawai dengan jumlah 124 orang dengan rincian seperti yang terlihat pada Tabel Tabel Rincian Pegawai PDAM Kabupaten Tuban Tahun 2012 No Bagian Jumlah Pegawai I. Kantor pusat PDAM Tuban 1 Direktur 1 orang 2 Bagian Administrasi dan Keuangan 16 orang 3 Bagian Teknik 7 orang 4 Bagian Hubungan Langganan 17 orang Jumlah 41 orang II. Kantor Unit-unit Pelayanan 1 Cab. I Tuban 23 orang III - 66

172 KONSEP LAPORAN AKHIR No Bagian Jumlah Pegawai 2 UPK Merakurak 4 orang 3 Cab. II Rengel 7 orang 4 UPK Plumpang 5 orang 5 UPK Soko 3 orang 6 Cab. III Tambakboyo 8 orang 7 UPK Jenu 4 orang 8 UPK Bancar 4 orang 9 UPK Jatirogo 3 orang 10 UPK Bangilan 3 orang 11 Cab. IV Semanding 9 orang 12 UPK Palang 5 orang 13 UPK Grabagan 5 orang Jumlah 83 orang TOTAL 124 orang Sumber: PDAM kabupaten Tuban, 2012 Untuk menjadi pegawai di perusahaan daerah seperti PDAM, diperlukan pendidikan minimal yang memadai sehingga mampu menunjang kinerja dari SDM itu sendiri. Berasal dari kebutuhan tersebut, PDAM Kabupaten Tuban menyeleksi para pegawai sesuai dengan prasyarat keterampilan yang dibutuhkan. Tabel 3.15 menampilkan jenjang pendidikan pegawai dari PDAM Kabupaten Tuban. Tabel Jenjang Pendidikan Pegawai PDAM Kabupaten Tuban No Bagian SD SMP SMA SARJANA 1 Direktur Bagian Administrasi dan Keuangan Bagian Teknik Bagian Hubungan Langganan Cab I Tuban UPK Merakurak Cab II Rengel UPK Plumpang UPK Soko Cab III Tambakboyo No Bagian SD SMP SMA SARJANA 11 UPK Jenu UPK Bancar UPK Jatirogo UPK Bangilan Cab IV Semanding UPK Palang UPK Grabagan Sumber: PDAM Kabupaten Tuban, 2012 III - 67

173 KONSEP LAPORAN AKHIR Selain pendidikan, kapasitas kinerja masing-masing pegawai perlu diperhatikan. Dengan melihat jumlah pegawai PDAM saat ini yaitu sebanyak 124 orang dan jumlah sambungan sebanyak sambungan maka rasio pegawai per pelanggan = 4,72 orang. Nilai rasio karyawan dan jumlah pelanggan ini masih memenuhi standart yang ditetapkan yaitu maksimal 8 orang karyawan per pelanggan artinya jumlah karyawam PDAM Tuban tidak melebihi standart Permasalahan Aspek Kelembagaan Ditinjau dari Pendidikan sumberdaya manusia yang tersedia masih kurang. Belum tersedia SDM dengan kualifikasi bidang air minum yang masuk di PDAM Kabupaten Tuban oleh sebab itu pengembangan kelembagaan diperlukan dalam rangka peningkatan keterampilan perencana dan manajemen yang berhubungan dengan program penyediaan air minum. Penempatan personil disesuaikan dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. III - 68

174 KONSEP LAPORAN AKHIR IV STANDART/KRITERIA PERENCANA AAN SPAM 4.1 KRITERIA DAN STANDART PERENCANAAN Air Baku Ketersediaan air baku merupakan syarat utama dalam penyediaan air minum. Dalam perencanaan sistem penyediaan air minum, pelaksanaan survey sumber air baku sangat penting, yang bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai alternatif sumber air baku yang dapat digunakan sebagai sumber air minum. Penyelidikan dan penelusuran sumber-sumber air baku dalam kegiatan perencanaan sistem ditekankan pada kemungkinannya untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber air baku yang potensial bagi sistem penyediaan air minum yang direncanakan tanpa melupakan dampak negatif yang mungkin akan ditimbulkan dari kegiatan pemanfaatan tersebut. Untuk dapat dipergunakan sebagai sumber air minum, beberapa pertimbangan yang bisa dipakai antara lain adalah : Kuantitas sumber air baku serta kontinuitasnya Kualitas sumber air baku Kemudahan dalam pembangunan konstruksi Kemamanan pengoperasian sumber Biaya unit produksi yang dibutuhkan serta pengoperasiannya Kemungkinan terjadinya pencemaran terhadap sumber air Terdapat beberapa alternatif sumber air baku yang bisa dipergunakan. Secara teknis, semua air baku bisa dimanfaatkan untuk penyediaan air minum, namun pemilihan sumber air baku harus memperhatikan faktor ekonomis. Apabila tersedia, sumber air baku dengan kuantitas yang cukup besar, mempunyai kualitas yang sudah memenuhi standart, IV- 1

175 KONSEP LAPORAN AKHIR berada pada lokasi yang tidak jauh dari konsumen dan memiliki beda tinggi yang mencukupi untuk dialirkan secara gravitasi ke daerah pelayanan adalah sumber air baku yang utama untuk dimanfaatkan. Pada kenyataannya potensi sumber air baku seperti ini sangat sulit dijumpai. Sebagian besar air baku yang tersedia hanya memenuhi sebagian dari kriteria tersebut di atas. Adakalanya air baku yang tersedia dalam jumlah yang besar namun kualitasnya belum memenuhi syarat sehingga untuk memanfaatkannya sebagai air minum diperlukan upaya-upaya teknis yang rumit atau terdapat air dengan kaulitas yang memenuhi syarat namun berada di lokasi yang sangat jauh atau di lokasi yang sulit dijangkau sehingga diperlukan upaya-upaya tertentu untuk bisa memanfaatkan sumber air baku yang ada. Konflik dengan pihak lain akibat benturan kepentingan dalam upaya pemanfaatan air sebisa mungkin dihindarkan untuk mencegah perebutan air dikemudian hari sehingga pemanfaatan air bisa terus dilakukan. Masing-masing sumber air baku yang ada baik mata air, air permukaan maupun air tanah masing-masing memiliki keuntungan dan kekurangan dalam pemanfaatannya. Air dari mata air biasanya memiliki kualitas yang baik sehingga tidak memerlukan pengolahan khusus untuk pemanfaatnnya dan biasanya berada pada elevasi yang mencukupi untuk dialirkan secara gravitasi ke wilayah pelayanan. Fluktuasi debit pada musim kemarau dan penghujan biasanya tidak terlalu besar. Namun biasanya mata air berada di lokasi yang cukup jauh dan di lokasi yang sulit dijangkau sehingga memerlukan perpipaan yang cukup panjang. Selain itu konflik dengan para pengguna air baik untuk keperluan sehari-hari maupun dengan para petani yang memanfaatkan untuk keperluan irigasi harus diperhitungkan dalam upaya penggunaan mata air untuk air baku air minum. Air tanah dalam biasanya memiliki kualitas yang memenuhi syarat untuk dimanfaatkan, hanya sebagian kecil air tanah dalam yang memiliki kualitas yang belum memenuhi syarat namun biasanya hanya memerukan pengolahan sederhana untuk memanfaatkannya. Debit air tanah dalam bervariasi di setiap lokasi dengan fluktuasi yang kecil sehingga cukup memudahkan untuk dimanfaatkan. Namun diperlukan pompa untuk eksplorasi maupun untukk mendistribusikan ke wilayah pelayanan. Untuk air permukaan ( sungai, danau, waduk) biasanya memiliki debit yang mencukupi meskipun fluktuasi debit sangat tinggi dan biasanya berada di dekat pemukiman sehingga perpipaan yang diperlukan tidak terlalu panjang. Namun kualitasnya biasanya masih jauh dari standart yang diperlukan sehingga memerlukan pengolahan lengkap. Lokasinya yang biasanya berada di lokasi pemukiman menyebabkan diperlukan pompa untuk membawa air ke konsumen. IV- 2

176 KONSEP LAPORAN AKHIR Jenis sistem pengambilan air baku dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari jenis sumber yang akan digunakan sebagai berikut : Sistem pengambilan pada air permukaan berupa intake Pengambilan pada sumber mata air berupa Bangunan Penangkap air (broandcaptering) Pengambilan pada air tanah dalam sumur Untuk lebih jelasnya pemilihan air baku dapat dilihat pada Gambar MATA AIR Sumber mata air di kabupaten Tuban berjumlah 14 buah. Mata air yang saat ini digunaka oleh PDAM adalah sumber Beron yang memiliki debit sebesar 458 Liter/detik, yang terletak di kecamatan Rengel. Sumber beron dimanfaatkan dengan debit sebesar kurang lebih 20 Liter/detik. PDAM juga memanfaatkan mata air Betikharjo sebesar 10 Liter/detik. Selain sumber mata air yang tersebut diatas, mata air lain yang terdapat di kabupaten Tuban adalah paling banyak terdapat di kecamatan Mengkurak, yaitu sumber Socorejo, Gemuntur, Srunggo, dan Siliwo. Diantara mata air yang ada di kecamatan Tuban debit terbesar terdapat di sumber Ngerong dan sumber Beron yaitu sebesar 980 Liter/detik dan 458 Liter/detik Air Tanah Air tanah di kabupaten Tuban mengalir diwilayah utara dan wilayah selatan. Wilayah selatan mengalir melalui kecamatan Singgahan dan muncul ke permukaan di kecamatan Rengel. Wilayah utara mengalir dari kecamatan Montong, Kerek dan muncul di kecamatan Mengkurak dan Semanding Air Permukaan Wilayah Tuban memiliki 19 sungai, dan potensi air permukaan terbesar adalah sungai Bengawan Solo. Air permukaan kebanyakan digunakan sebagai sarana irigasi. Potensi air permukaan terbesar adalah kecamatan Widang, Plumpang dan Palang. IV- 3

177 KONSEP LAPORAN AKHIR Transmisi Pipa transmisi digunakan untuk mengalirkan air dari sumber/reservoir ke jaringan distribusi. Terdapat dua jenis sistem transmisi yaitu transmisi air baku dan transmisi air bersih. Pipa transmisi air baku membawa air baku dari sumber ke instalasi pengolahan sedang pipa transmisi air bersih membawa air dari sumber atau dari bangunan pengolahanan menuju reservoir. Pengaliran bisa dilakukan dengan cara atau sistem gravitasi dan sistem pemompaan. Sistem gravitasi biasanya digunakan pada pengambilan sumber air dari mata air pegunungan sedangkan sistem pemompaan biasanya digunakan pada pengambilan langsung dari air permukaan (sungai) lewat intake yang kemudian diolah melalui bangunan-bangunan pengolahan yang hasil pengolahannya dimasukkan ke reservoir untuk didistribusikan ke pelanggan melalui pipa transmisi dengan sistem pemompaan. Perhitungan dimensi pipa transmisi biasanya berdasarkan pada debit maksimum harian (Qmaks) Produksi Sistem produksi Pengolahan air baku ada beberapa sistem pengolahan (IPA) diantaranya : 1. Pengolahan air permukaan 2. Pengolahan air tanah Proses pengolahan air minum yang umum dilakukan untuk air permukaan adalah proses pengolahan lengkap. Adapun bangunan pengolahan yang diperlukan untuk proses pengolahan lengkap ini meliputi : a. Bangunan Penangkap Air/Sadap (Intake) b. Bangunan Bak Penenang dan Bak Pembagi c. Bangunan Bak Prasedimentasi d. Bangunan Bak Pengaduk Cepat e. Bangunan bak Pengaduk Lambat f. Bangunan Bak Sedimentasi g. Bangunan Bak Filtrasi h. Unit Pembubuh Bahan Kimia i. Reservoir Proses pengolahan air minum yang umum dilakukan untuk air tanah adalah proses yang tidak selengkap pengolahan air permukaan. Adapun bangunan yang diperlukan sangat tergantung dari proses yang diperlukan sesuai dengan kualitas air tanah yang IV- 4

178 KONSEP LAPORAN AKHIR dihasilkan. Proses penghilangan Fe dan Mn memerlukan aerasi sehingga perlu bangunan aerator dilengkapi dengan bak pengendap dan filter. Proses penghilangan kesadahan memerlukan penambahan kapur dan soda, sehingga diperlukan bak pengaduk cepat, floculator, bak pengendap disamping bak recarbonisasi untuk penambahan CO2 dan seterusnya. IV- 5

179 KONSEP LAPORAN AKHIR Kebutuhan Pelayanan Air Minum Sumber Air Permukaan? Ya Tidak Kuantitas Cukup? Tidak Peta Geohidrologi Mata Air? Tidak Ya Ya Kualitas Baik? Ya Tidak Tidak Bisa Dipakai Kuantitas Cukup? Ya Tidak Peta Geohidrologi; Sumur Eksisting; Sumur Observasi Air Tanah Dangkal? Ya Tidak \ Tidak Gravitasi? Bendung Ya Distribusi dengan HU/SR/TA AIR PERMUKAAN Kualitas Baik? Ya Gravitasi? Ya Distribusi dengan HU/SR/TA Tidak Tidak Pengelolaan Air Minum Sistem Pompa Kuantitas Cukup? Ya Sumur Pompa Tangan Sumur Pompa Timba Tidak Tidak Survey Geodetik Saluran Tanpa Pasangan Air Tanah Sedang/ Dalam? Ya Kuantitas Cukup? Ya Kualitas Baik? Tidak Tidak Penampungan air hujan Tidak Pengelolaan Air Minum MATA AIR AIR TANAH Ya Distribusi dengan HU/SR/TA Gambar 4. 1 Skematik Pemilihan Air Baku IV- 6

180 KONSEP LAPORAN AKHIR Distribusi Air yang disuplai melalui pipa akan didistribusikan melalui dua alternatif sistem, yaitu : - Continous sistem (sistem berkelanjutan) Dalam sistem ini, air minum yang ada akan disuplai dan didistribusikan kepada konsumen secara terus-menerus selama 24 jam. Sistem ini biasanya diterapkan bila pada setiap waktu kuantitas air baku dapat menyuplai seluruh kebutuhan konsumen di daerah tersebut. - Intermitten sistem Dalam sistem ini, air minum yang ada akan disuplai dan didistribusikan kepada konsumen hanya selama beberapa jam dalam satu harinya, biasanya 2 sampai 4 jam pada pagi hari dan 2 sampai 4 jam pada sore hari. Sistem ini biasanya diterapkan bila kuantitas dan tekanan air yang cukup tidak tersedia dalam sistem. Sistem jaringan induk distribusi yang dipakai dalam pendistribusian air bersih ada dua macam, yaitu : - Sistem Cabang atau Branch Pada sistem ini air hanya mengalir dari satu arah dan pada setiap ujung pipa akhir daerah pelayanan terdapat titik akhir (dead end), serta pipa distribusi tidak saling berhubungan. Area konsumen disuplai air melalui satu jalur pipa utama. Sistem ini biasanya digunakan pada daerah dengan sifat-sifat sebagai berikut : a. Perkembangan kota kearah memanjang b. Sarana jaringan tidak saling berhubungan c. Keadaan topografi dengan kemiringan medan yang menuju satu arah Keuntungan dari sistem ini adalah jaringan distribusi lebih sederhana, sehingga pemasangan pipa lebih murah dan penggunaan pipa lebih sedikit karena pipa distribusi hanya dipasang pada daerah yang paling padat penduduknya Kerugian dari sistem ini adalah kemungkinan terjadinya penimbunan kotoran dan pengendapan diujung pipa tidak dapat dihindari, sehingga harus dilakukan pembersihan yang intensif, bila terjadi kerusakan dan kebakaran pada salah satu bagian sistem, suplai air akan terganggu, keseimbangan sistem pengaliran kurang terjamin terutama terjadinya tekanan kritis pada bagian pipa yang terjauh - Sistem Melingkar atau Loop IV- 7

181 KONSEP LAPORAN AKHIR Pada sistem ini jaringan pipa induk distribusi saling berhubungan satu dengan yang lain membentuk lingkaran-lingkaran, sehingga pada pipa induk tidak ada titik mati (dead end) dan air akan mengalir ke suatu titik yang dapat melalui beberapa arah. Sistem ini diterapkan pada : a. Daerah dengan jaringan jalan yang saling berhubungan b. Daerah dengan perkembangan kota cenderung ke segala arah c. Keadaan topografi yang relatif datar Keuntungan sistem ini kemungkinan terjadinya penimbunan kotoran dan pengendapan kotoran dan pengendapan lumpur dapat dihindari, bila terjadi kerusakan, perbaikan atau pengambilan air untuk pemadam kebakaran pada bagian tertentu, maka suplai air pada bagian sistem lainnnya tidak terganggu Kerugian pemilihan s ini adalah sistem perpipaan rumit dan perlengkapan pipa yang dipergunakan sangat banyak sehingga biaya yang diperlukan lebih besar Kehilangan Air Kehilangan air menunjukan selisih dari jumlah air yang didistribusikan dan jumlah air yag terjual terhadap jumlah air yang didistribusikan. Hal ini berarti semakin rendah kehilangan air maka semakin banyak pula air yang terjual dan sebaliknya, semakin besar angka kehilangan air maka semakin sedikit pula air yang didistribusikan. Kehilangan air dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu: a. Kehilangan air rencana (unacounted for water) Kehilangan air rencana memang dialokasikan khusus untuk kelancaran operasi dan pemeliharaan fasilitas, faktor ketidaksempurnaan komponen fasilitas dan hal lain yang direncanakan beban biaya. b. Kehilangan air insidentil Penggunaan air yang sifatnya insidentil, misalnya penggunaan air yang tidak dialokasikan khusus, seperti pemadam kebakaran. c. Kehilangan air secara administratif Kehilangan air secara administratif adalah dapat disebabkan oleh: Kesalahan pencatatan meteran Kehilangan air akibat sambungan liar Kehilangan akibat kebocoran dan pencurian illegal Lebih jelas mengenai kehilangan air dapat dilihat pada Tabel 4.1 IV- 8

182 KONSEP LAPORAN AKHIR Tabel 4. 1 Rekomendasi International Water Associations Untuk Istilah Kehilangan Air Konsumsi Resmi Konsumsi Resmi Berekening Konsumsi Bermeter Berekening Konsumsi Tak Bermeter Berekening Air Berekening (AR) Volume Input Sistem Kehilangan Air Konsumsi Resmi Tak Berekening Kehilangan Non- Fisik/Non-Teknis Kehilangan Fisik/Teknis Konsumsi Bermeter Tak Berekening Konsumsi Tak Bermeter Tak Berekening Konsumsi Tak Resmi Ketidak-akuratan Meter Pelanggan dan Kesalahan Penanganan Data Kebocoran pada Pipa Transmisi dan Pipa Induk Kebocoran dan Luapan pada Tanki Reservoir Air Tak Berekening (ATR) Kebocoran pada pipa dinas hingga meter pelanggan 4.2 KEBUTUHAN AIR Kebutuhan Air Rata-Rata Kriteria dan standar kebutuhan air yang merupakan pedoman dari Departemen Pekerjaan Umum~Cipta Karya dapat dilihat pada tabel 4.2 Kebutuhan air rata-rata dihitung dengan satuan m3/orang/hari. Data dari tahun 2003 hingga 2008 dari PDAM menunjukan kecenderungan pemakaian yang menurun. Kecenderungan yang menurun ini dimungkinkan disebabkan karena jumlah air yang didistribusikan berkurang, akibat menurunya kapasitas air baku PDAM Tuban. Kondisi pemakaian air rata-rata pelanggan di PDAM Tuban adalah 18 m3/sambungan rumah. Dengan menggunakan asumsi bahwa tiap sambungan rumah terdiri dari 6 orang maka, rata-rata pemakaian adalah sebesar 3m3/jiwa/bulan atau 100 l/orang/hari Kebutuhan Maksimum dan Kebutuhan Puncak Menurut peraturan tentang SPAM pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 18/PRT/M/2007 maka debit perecanaa adalah digunakan Q puncak yang didapat dari rumus sebagai berikut: Q Peak = F peak x Q rata-rata Faktor jam puncak adalah berkisar 1,15 hingga 3. Untuk kebutuhan air harian maksimum dan jam maksimum dipilih: IV- 9

183 KONSEP LAPORAN AKHIR Faktor jam maksimum (f hk ) = 115% = 1,15 Faktor jam maksimum (f jm ) = 200% = 2,0 Sehingga: Q harian maksimum = 1,15 x Q rata harian No Q jam maksimum = 2,0 x Q rata harian Uraian Kriteria 1 Cakupan Pelayanan (%) Tabel 4. 2 Kriteria dan Standar Kebutuhan Air Kategori Kota Metro ( >1jt ) jiwa 90 Perpipaan 60 BJP 30 Besar (500rb- 1jt) jiwa 90 Perpipaan 60 BJP 30 Sedang ( )rb jiwa 90 Perpipaan 60 BJP 30 Kecil (20-100)rb jiwa 90 Perpipaan 60 BJP 30 2 Konsumsi SR (L/o/h) Konsumsi HU (L/o/h) Jumlah jiwa /SR Jumlah jiwa /HU ( ) SR : HU (50:50) s/d (80:20) 7 Konsumsi Non Domestik(%) (50:50) s/d (80:20) Desa ( <20 rb ) jiwa 70 Perpipaan 25 BJP 45 80:20 70:30 70:30 (20-30) (20-30) (20-30) (20-30) (20-30) 8 Kehilangan Air (%) (20-30) (20-30) (20-30) (20-30) 20 9 Faktor max day Faktor peak hour Tekanan air dalam pipa min & max (mka) 10 & &70 10 &70 10 & & Jam operasi Vol.reservoir (%) (max day demand) 14 Kecepatan pengaliran dalam pipa (m/dt) Tr ( ) Di ( ) Tr ( ) Di ( ) Tr ( ) Di ( ) Tr ( ) Di ( ) Tr ( ) Di ( ) IV- 10

184 KONSEP LAPORAN AKHIR Kategori Kota No Uraian Kriteria Metro ( >1jt ) jiwa Besar (500rb- 1jt) jiwa Sedang ( )rb jiwa Kecil (20-100)rb jiwa Desa ( <20 rb ) jiwa 15 Koefisien HW PVC( ), Steel 120, GIP 110 PVC( ), Steel 120, GIP 110 PVC( ), Steel 120, GIP 110 PVC( ), Steel 120, GIP 110 PVC( ), Steel 120, GIP STANDAR KONSUMSI PEMAKAIAN AIR Domestik Kegiatan domestik adalah kegiatan yang dilakukan di dalam rumah tangga, sedangkan kegiatan non domestik adalah kegiatan penunjang kota terdiri dari kegiatan komersial berupa industri, perkantoran, perniagaan dan kegiatan sosial seperti sekolah, rumah sakit dan tempat-tempat ibadah. Pedoman pemakaian air domestik dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4. 3 Tingkat Pemakaian Air Rumah Tangga Sesuai Kategori Kota No Kategori Kota Jumlah Sistem Tingkat 1 Kota Metropolitan > Non Kota Besar Non Kota Sedang Non Kota Kecil Standar Kota Kecamatan < Standar Kota Pusat < Standar Non Domestik Pemakaian non domestik adalah klafikasi: komersial, perkotaan, fasilitas umum, industri, pelabuhan dan lain-lain disajikan pada Tabel 4.4. Tabel 4. 4 Tingkat Pemakaian Air Non Rumah Tangaa No Non Rumah Tangga Tingkat Pemakaian 1 Sekolah 10 liter/hari 2 Rumah Sakit 200 liter/hari 3 Puskesmas (0,5-1) m 3 /unit/hari IV- 11

185 KONSEP LAPORAN AKHIR No Non Rumah Tangga Tingkat Pemakaian 4 Peribadatan (0,5-2) m 3 /unit/hari 5 Kantor (1-2) m 3 /unit/hari 6 Toko (1-2) m 3 /unit/hari 7 Rumah Makan 1 m 3 /unit/hari 8 Hotel/Losmen ( ) m 3 /unit/hari 9 Pasar (6-12) m 3 /unit/hari 10 Industri (0,5-2) m 3 /unit/hari 11 Pelabuhan/Terminal (10-20) m 3 /unit/hari 12 SPBU (5-20) m 3 /unit/hari 13 Pertamanan 25 m 3 /unit/hari 4.4 PERIODE PERENCANAAN Perioda perencanaan yang digunakan dalam studi ini adalah untuk 15 tahun, mengingat kategori kota masuk ke dalam kota kecil seperti pedoman yang disajikan pada tabel 4.5. Tabel 4. 5 Matriks Kriteria Utama Penyusunan RISPAM Untuk Berbagai Klasifikasi Kota Kategori Kota No Kriteria Teknis Metro ( >1jt ) Besar ( 500rb - 1jt ) jiwa Sedang ( )rb jiwa Kecil ( )rb jiwa I Jenis perencanaan Rencana Induk Rencana Induk Rencana Induk - II Horison perencanaan 20 Tahun (15-20) Tahun (15-20) Tahun (15-20) Tahun III Sumber Air Baku Investigasi Investigasi Identifikasi Identifikasi IV Pelaksana Penyedia jasa /Penyelenggara/ Pemda Penyedia jasa /Penyelenggara/ Pemda Penyedia jasa /Penyelenggara/ Pemda Penyedia jasa /Penyelenggara/ Pemda V Peninjauan Ulang Per 5 Tahun Per 5 Tahun Per 5 Tahun Per 5 Tahun VI Penanggungjawab Penyelenggara/ Pemda Penyelenggara/ Pemda Penyelenggara/ Pemda Penyelenggara/ Pemda VII Sumber Pendanaan -Hibah LN -Pinjaman LN -Pinjaman DN -APBD -PDAM -Swasta -Hibah LN -Pinjaman LN -Pinjaman DN -APBD -PDAM -Swasta -Hibah LN -Pinjaman LN -Pinjaman DN -APBD -PDAM -Swasta -Pinjaman LN -APBD IV- 12

186 KONSEP LAPORAN AKHIR 4.5 METODE PROYEKSI PENDUDUK Proyeksi jumlah penduduk dan fasilitas yang ada sangat diperlukan untuk kepentingan perencanaan dan perancangan serta evaluasi penyediaan air bersih. Kebutuhan akan air bersih semakin lama semakin meningkat sesuai dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di masa yang akan datang. Untuk suatu perencanaan diperlukan suatu proyeksi penduduk (termasuk juga fasilitas-fasilitas umum). Walaupun proyeksi bersifat ramalan dimana keberadaannya dan ketelitiannnya bersifat subyektif, namun bukan berarti tanpa pertimbangan dan metode. Beberapa metode proyeksi penduduk yang biasa digunakan antara lain metode aritmatik, metode bunga berganda dan metode Metode Selisih Kuadrat Minimum. - Metode rata-rata aritmatik Metode ini sesuai untuk daerah dengan perkembangan penduduk yang selalu naik secara konstan, dan dalam kurun waktu yang pendek. Rumus yang digunakan : Pn = Po + r (dn) Dimana : Pn = jumlah penduduk pada masa akhir tahun periode Po = jumlah penduduk pada awal proyeksi R = rata-rata pertumbuhan penduduk tiap tahun Dn = kurun waktu proyeksi - Metode Selisih Kuadrat Minimum Metode ini digunakan untuk garis regresi linier yang berarti bahwa data perkembangan penduduk masa lalu menggambarkan kecenderungan garis linier, meskipun perkembangan penduduk tidak selalu bertambah. Dalam persamaan ini data yang dipakai jumlahnya harus ganjil. Rumusnya adalah : Pn = a + (bx) Dimana : a = (( p) ( t² ) ( t) ( pt) )/(n( t² ) ( t ) ² ) b = (n( pt) ( t) ( p) )/(n( t ² ) ( t ) ² ) x = tambahan tahun terhitung dari tahun dasar - Metode Berganda Proyeksi dengan metode ini menganggap bahwa perkembangan penduduk secara otomatis berganda, dengan pertambahan penduduk. Metode ini tidak memperhatikan IV- 13

187 KONSEP LAPORAN AKHIR adanya suatu saat terjadi perkembangan menurun dan kemudian mantap, disebabkan kepadatan penduduk mendekati maksimum. Rumus yang digunakan: Pn = Po (1+ r) ⁿ Dimana; Po = jumlah penduduk mula-mula Pn = penduduk tahun n ⁿ = kurun waktu r = rata-rata prosentase pertambahan penduduk pertahun IV- 14

188 KONSEP LAPORAN AKHIR V PROYEKSI KEBUTUHA AN AIR 5.1 ARAH PERKEMBANGANN KOTA TUBAN Arah perkembangan kawasan perkotaan di Kabupaten Tuban berdasarkan Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Tuban mengacu pada pertumbuhan pusat-pusat kegiatan Wilayah, Lingkungan dan Kawasan. Pusat kegiatan perkotaan adalah sebagai berikut : 1. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di Perkotaan Tuban 2. Pusat Kegiatan Lokal (PKLp) di Perkotaan Bancar, Jenu, Soko, Jatirogo, BAngilan, Kerek, dan Palang 3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yaitu Perkotaan Kenduruan, Singgahan, Senori, Parengan, Montong, Rengel, Widang, Grabagan, Plumpang, Semanding, Merakurak dan Tambakboyo. Disamping itu kawasan perkotaan juga bergejolak tumbuh padaa masing-masing ibukota kecamatan. Pusat pertumbuhan yang paling besar yakni pada kecamatan Tuban. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta 2.21 Arah Perkembangann Kota. 5.2 RENCANA DAERAH PELAYANAN Pegembangan sistem penyediaan air bersih di Kabupaten Tuban yang diarahkan dari studi ini ditujukan untuk dapat memenuhi kebutuhan air bersih penduduk serta mendukung aktifitas pelayanan sesuai arah perkembangan kota. Direncanakan untuk meningkatlan cakupan pelayanan air bersih dari PDAM saat ini sehingga akan lebih banyak lagi masyarakat yang akan terlayani air bersih PDAM. Selain itu juga diupayakan agar sistem pelayanan dapat mensuplai kebutuhan air bersih selama 24 jam sehari serta dengan kualitas air bersih yang didistribusikan memenuhi syarat. V- 15

189 KONSEP LAPORAN AKHIR Dalam rangka peningkatan pelayanan, PDAM Kabupaten Tuban selain menaikkan tingkat pelayanan air minum di wilayah-wilayah yang telah terlayani juga akan memberikan pelayanan air minum kepada masyarakat yang saat ini belum terlayani PDAM. Kabupaten Tuban memiliki 20 kecamatan, dan hingga tahun 2013 sebanyak 13 kecamatan yang terlayani oleh jaringan perpipaan PDAM. Tujuh kecamatan yang belum terlayani yaitu: 1. Kecamatan Keduruan 2. Kecamatan Senori 3. Kecamatan Singgahan 4. Kecamatan Parengan 5. Kecamatan Kerek 6. Kecamatan Montong 7. Kecamatan Widang Pada dua kecamatan yaitu Montong dan Widang saat ini dalam proses pembangunan IKK baru dan pada akhir tahun ini pada dua kecamatan ini sistem diharapkan sudah berfungsi. Strategi pengembangan pelayanan air minum dari PDAM adalah dengan optimalisasi kapasitas yang ada dengan memanfaatkan kapasitas menganggur (idle capacity) serta menekan angka kebocoran yang saat ini rata-rata sebesar 26%. Diharapkan angka kebocoran dapat diturunkan secara bertahap hingga 20% pada akhir tahap perencaaan (tahun 2028). Penambahan pelayanan juga dilakukan dengan pengembangan untuk peningkatan pelayanan baik untuk daerah yang sudah terlayani maupun untuk daerah yang belum terlayani. Dari kelima kecamatan yang belum memiliki IKK, permasalahan yang ada adalah karena sultinya mendapatkan air baku di wilayah tersebut. Di lima kecamatan tersebut, potensi air tanah kecil sedangkan air permukaan sulit di temukan. V- 16

190 KONSEP LAPORAN AKHIR BAPPEDA KABUPATEN TUBAN Jalan Kartini no.2 tuban Rencana Induk Sistem Penyedian Air Minum Kabupaten Tuban No. Peta :5.1 V- 17

191 Dari kelima kecamatan tersebut, kemungkinan pengembangan IKK baru yang memungkinkan dilaksnakan adalah di Kecamatan Parengan dan Kecamatan Singgahan. Kecamatan Singgahan dapat memanfaatkan air baku dari Mlirip.Saat ini sedang dilaksnaakan studi SPAM Regional dimana untuk wilayah Kabupaten Tuban direncanakan untuk dibuat SPAM Regional besama Kabupaten Bojonegoro. SPAM Regional nantinya akan dikelola oleh Propinsi dimana Kabupaten-kabupaten yang sudah menyepakati akan membeli air bersih yang diproduksi curah (bulk water). PDAM selaku konsumen hanya menjual air dari pembelian tersebut ke konsumen. Dalam rencana pengembangan, pembagian wilayah tetap mengacu pada kondisi saat ini, ditambah dengan perluasan jaringan perpipaan sesuai dengan kebutuhan Berdasar pada wilayah pelayanan saat ini, pengembangan pelayanan di PDAM kabupaten Tuban sebagaiimana Gambar Rencana pengambangan Wilayah Pelayanan berikut ini. Rencana peningkatan prosentase cakupan pelayanan didasarkan pada data cakupan pelayanan saat ini, dengan penambahan tingkat pelayanan di masing-masing unit berdasarkan mempertimbangkan pertumbuhan penduduk sampai dengan akhir periode perencaaan. Melihat kondisi pelayanan air bersih saat ini dimana cakupan pelayanan di masing-masing wilayah pelayanan berbeda, maka diproyeksikan bahwa cakupan pelayanan di masing-masing unit sampai dengan akhir perencanaan juga akan berbeda. Meskipun cakupan pelayanan dimasing-masing kelurahan/desa berbeda, namun jika diambil total cakupan pelayanan di Kabupaten Tuban sampai dengan akhir periode cakupan pelayanan pada setiap tahap sebagaimana tabel 6.1 berikut ini. Penentuan besarnya tingkat pelayanan PDAM didasarkan pada Target MDG s Kabupaten Tuban yang disusun oleh PU Cipta Karya Jawa Timur, dimana target pelayanan air minum dari PDAM di Kabupaten Tuban, pada tahun 2015 adalah sebesar 15,13%. Namun target MDG s yang disusun PU Cipta Karya baru sampai pada tahun 2015, sedang untuk tahun berikutnya belum disusun. 5.3 PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK Berikut ini adalah data (Tabel 5.1) Jumlah penduduk dari tahun 2003 hingga 2012 di Kabupaten Tuban. Pada Tabel 5.2 dapat dilihat jumlah penduduk perkecamatan tahun 2010 hingga Proyeksi penduduk menggunakan dua data yaitu tahun 2010 dan Setelah melakukan perhitungan standar deviasi maka netode yang terpilih adalah metode proyeksi berganda. Proyeksi penduduk menggunakan metode berganda. Proyeksi dengan VI-1

192 metode ini menganggap bahwa perkembangan penduduk secara otomatis berganda, dengan pertambahan penduduk. Metode ini tidak memperhatikan adanya suatu saat terjadi perkembangan menurun dan kemudian mantap, disebabkan kepadatan penduduk mendekati maksimum. Perhitungan hasil proyeksi penduduk dapat dilihat pada Tabel 5.3. Tabel 5. 1 Jumlah Penduduk Kota Tuban Tahun TAHUN JUMLAH PENDUDUK PERTAMBAHAN %PERTAMBAHAN ,26% ,90% ,12% ,97% ,68% JUMLAH 10,93% r 2,2% sumber: BPS Kabupaten Tuban Tabel 5. 2 Jumlah Penduduk Per Kecematan JUMLAH KECAMATAN PENDUDUK Grabagan Palang Bangilan Semanding Kerek Senori Parengan Kenduruan Singgahan Montong Soko Rengel Plumpangan Widang Tuban Jenu Merakurak Tambak boyo Jatirogo Bancar Sumber: BPS kabupaten Tuban VI-2

193 Rumus yang digunakan: Dimana; Pn = Po (1+ r) ⁿ Po = jumlah penduduk mula-mula Pn = penduduk tahun n ⁿ = kurun waktu r = rata-rata prosentase pertambahan penduduk pertahun Tabel 5. 3 Proyeksi Penduduk Kabupaten Tuban KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK (JIWA) Grabagan Palang Bangilan Semanding Kerek Senori Parengan Kenduruan Singgahan Montong Soko Rengel Plumpangan Widang Tuban Jenu Merakurak Tambak boyo Jatirogo Bancar Proyeksi Kebutuhan Air Pelayanan oleh PDAM Tuban, secara garis besar dibagi dua kebutuhan yaitu kebutuhan domestik dan kebutuhan non domestik Kebutuhan Domestik Kebutuhan air bersih untuk kebutuhan domestik (rumah tangga) merupakan kebutuhan penduduk untuk masak, mandi, cuci dan kakus. Besarnya pemakaian untuk VI-3

194 keperluan ini bervariasi untuk setiap wilayah. Standart yang biasa digunakan sebagai dasar perkiraan adalah Kategori Kota dan Standar kebutuhan Air Bersih Untuk Rumah Tangga yang dikeluarkan oleh Ditjen Cipta Karya. Selain dari standar tersebut, kebutuhan air bersih juga dapat diambil berdasar pemakaian konsumen yang tercatat dalam rekening bulanan PDAM. Kebutuhan air rata-rata dihitung dengan satuan m 3 /orang/hari. Data dari tahun 2003 hingga 2008 dari PDAM menunjukan kecenderungan pemakaian yang menurun. Kecenderungan yang menurun ini dimungkinkan disebabkan karena jumlah air yang didistribusikan berkurang, akibat menurunya kapasitas air baku PDAM Tuban. Kondisi pemakaian air rata-rata pelanggan di PDAM Tuban adalah 18 m 3 /sambungan rumah. Dengan menggunakan asumsi bahwa tiap sambungan rumah terdiri dari 6 orang. Faktor yang berpengaruh pada pemakaian air di Tuban antara lain : Kebutuhan air untuk kegiatan ibadah (sebagian besar penduduk Tuban beragama Islam) Meningkatnya kesadaran untuk berperilaku bersih Tidak tersedianya alternatif sumber air selain dari PDAM Perhitungan konsumsi air perkapita perhari di setiap unit/ikk di sesuaikan dengan kondisi eksisting saat ini dan diproyeksikan semakin meningkat untuk masa mendatang. Besarnya konsumsi air perkapita perhari di setiap unit/ikk pada tahun proyeksi sebagaimana Tabel Di bawah ini. Tabel 5. 4 Konsumsi Air Minum Kabupaten Tuban TAHUN KONSUMSI (L/orang/hari) IKK Grabagan Tuban Semanding Palang Rengel Sooko Tambakboyo Plumpang Jatirogo Bancar Merakurak Jenu Bangilan VI-4

195 5.4.2 Kebutuhan Non Domestik Kebutuhan Non Domestik adalah kebutuhan air untuk memenbuhi kebutuhan non rumah tangga, yaitu untuk kegiatan ekonomi dan perkotaan misalnya untuk industri, perkantoran, pertokoan, hotel, penginapan, rumah makan, rumah sakit, puskesmas, sekolah, rumah ibadah, dan lain-lain. Perhitungan secara pasti untuk mengetahui kebutuhan air jenis ini sangat sulit dilakukan, karena beragamnya jenis fasilitas serta setiap sambungan akan memerlukan air yang berbeda dengan sambungan lainnya. Untuk memperkirakan kebutuhan non domestik, dilakukan dengan mengambil prosentase dari kebutuhan domestik. Jumlah pelanggan domestik dan non domestik dapat dilihat pada Tabel URAIAN Tabel 5. 5 Jumlah Sambungan Pelanggan PDAM Tuban Jumlah Sambungan Jumah Pemakaian Air Pelanggan (Unit) (m3) NON DOMESTIK Sosial Instasi Pemerintahan Niaga Industri Total DOMESTIK Rumah Tangga sumber : PDAM Tuban 2012 Berdasar data pemakaian air di PDAM Kabupaten Tuban, jumlah sambungan non domestik Kabupaten Tuban sebanyak sambungan. Jika dibandingkan dengan jumlah sambungan total, sambungan non domestik ini sekitar 4,4% dari total sambungan di Kabupaten Tuban. Dilihat dari pemakaian air sebagaimana yang terbaca dari rekening pemakaian air, konsumsi air untuk non dmestik kurang lebih 9% dari kebutuhan total. Dalam penyusunan Rencana Induk ini direncanakan kebutuhan air non domestik dialokasikan sebesar 5 % sampai 15% dari kebutuhan domestik. Prosentase ini tetap sampai dengan akhir perencanaan dengan asumsi perkembangan kebutuhan non domestik sebanding dengan peningkatan kebutuhan domestik Kehilangan Air Dalam menghitung kebutuhan air, hal yang tidak bisa ditinggalkan adalah besarnya air yang tidak dapat diperhitungkan/kehilangan air (uncounted for water). Kehilangan air VI-5

196 dalam suatu sistem penyediaan air bersih terjadi akibat kehilangan air secara fisik misalnya kebocoran air dalam jaringan pipa beserta asesories, pemakaian air untuk keperluan operasional instalasi dan pemeliharaan, kebutuhan untuk penggelontoran serta pemeriksaan sistem distribusi dan sejenisnya. Kehilangan air non fisik atau kehilangan air yang tidak nampak adalah kehilangan air yang disebabkan misalnya oleh kesalahan pembacaan water meter, meter air yang tidak akurat, sambungan liar/pencurian air, pengambilan air tidak melalui meter air. Berdasarkan data dari PDAM Kabupaten Tuban tahun 2012 sebesar 26,5% dari air yang diproduksi. Jika dilihat dari angka kebocoran ini nampak bahwa tingkat kebocoran yang terjadi di PDAM Kabupaten Tuban sudah dibawah 30%. Angka kebocoran sebesar 26,5% kebocoran total di Kabupaten Tuban. Nilai kebocoran pada setiap unit dapat dilihat pada Tabel 5.6. Nilai kebocoran tertinggi terdapat di unit Jatirogo yaitu sebesar 39,34% dan Rengel yaitu 32,33%. Unit yang memiliki tingkat kebocoran dibawah 20% adalah unit Semanding, Tambakboyo dan Plumpang. Kehilangan air yang besar ini akan dikurangi secara bertahap agar kerugian di PDAM dapat dikurangi dan agar air yang hilang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan angka pelayanan dai PDAM. Diharapkan upaya pengurangan kebocoran angka kebocoran akan turun hingga yaitu 20% pada tahun 2028, untuk unit yang tingkat kebocoranya masih diatas 20%. Besarnya penurunan kebocoran di masing-masing unit pelayanan pada setiap tahap ditargetkan seperti pada Tabel 5.7 berikut. Untuk unit baru Widang dan Montong, karena merupakan sistem baru, direncanakan tingkat kebocoran sebesar 20% mulai awal hingga akhir perencanaan, Tabel 5. 6 Tingkat Kehilangan Air 2012 KEHILANGAN NO KECAMATAN AIR TUBAN 29,61% 2 SEMANDING 14,06% 3 PALANG 29,39% 4 RENGEL 32.33% 5 SOKO 22,68% 6 TAMBAK BOYO 17,70% 7 PLUMPANG 19,37% 8 JATIROGO 39,34% 9 BANCAR 28% 10 MENGKURAK 20% 11 JENU 30% 12 BANGILAN 24% 13 GRABAGAN 31% VI-6

197 Sumber : PDAM Fluktuasi Kebutuhan Air Jumlah pemakaian air oleh konsumen berfluktuasi dari waktu ke waktu, pada periode satu hari, satu bulan dan pada satu tahun. Ada waktu tertentu dimana pemakaian air lebih besar dari waktu lainnya. Hal ini karena terjasinya opemakaian air yang serentak dilakukan oleh konsumen, misalnya waktu pagi hari saat masyarakat pada umumnya mandi, melakukan aktifitas di dapur dan mencuci. Pada umumnya kegiatan ini dilaksanakan pada jam Pada saat inilah terjadi pemakaian jam puncak dimana angka kebutuhan air saat jam puncak akan dipergunakan dalam menghitung dan merencanakan kebutuhan pipa distribusi. Besarnya faktor jam puncak adalah 1,5 kali kebutuhan rata-rata harian. Pada hari-hari tertentu terjadi pemakaian air harian yang lebih besar dari pada pemakaian harian pada hari-hari lainnya, misalnya pemakaian air pada hari lebaran/idul Fitri. Pemakaian air harian pada saat khusus ini disebut sebagai pemakaian harian maksimum. Besarnya pemakaian air pada harian maksimum ini biasanya digunakan patokan pada perencanaan untuk desain kapasitas produksi/sumber air. Faktor maksimum dihitung sebesar 1,15 kali kebutuhan air bersih rata-rata Kebutuhan Air Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut di atas dilakukan perhitungan perkiraan besarnya kebutuhan air bersih rata-rata setiap Unit pelayanan PDAM. Perhitungan yang dilakukan meliputi kebutuhan domestik dan kebutuhan non domestik dimana kebutuhan domestik melalui sambungan rumah dan kran umum. Jumlah kran umum direncanakan utuk tetap atau tidak dialokasikan penambahan jumlah kran umum dari yang ada saat ini, dengan asumsi bahwa untuk masa depan, masyarakat lebih memilih menyambung air langsung ke rumah masing-masing dari pada mengambil air ke kran umum. Perhitungan kebutuhan air masing-masing unit PDAM seperti pada Tabel 5.7. Tabel Proyeksi Kebutuhan Air IKK Grabagan Tabel 5. 7 Proyeksi Kebutuhan Air IKK Grabagan (Optimalisasi) KETERANGAN SATUAN Jumlah Penduduk Desa Terlayani Jiwa Prosentase pelayanan (%) % 96% 97% 99% 92% 83% 74% VI-7

198 KETERANGAN SATUAN Penduduk Terlayani JIwa SAMBUNGAN RUMAH (SR) Prosentase % 96,8% 96,9% 97,1% 97,1% 97,1% 97,1% Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit Unit Konsumsi l/orang/hari l/orang/dt 0,0008 0,0008 0,0008 0,0008 0,0009 0,0009 Keb untuk SR l/dt 6,85 7,18 7,87 8,22 8,80 9,38 Kran Umum/Hidran Umum (KU/HU) Prosentase % 3,19% 3,09% 2,91% 2,91% 2,91% 2,91% Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit Unit Konsumsi l/org/hr kebutuhan HU/ku l/dt 0,1042 0,1042 0,1042 0,1042 0,1042 0,1042 Jumlah sambungan unit Keb. Domestik l/dt 6,9517 7,2863 7,9761 8,3234 8,9022 9,4810 NON DOMESTIK Non Domestik % 15% 15% 15% 15% 15% 15% Keb. Non domestik l/dt 1,04 1,09 1,20 1,25 1,34 1,42 KEBUTUHAN TOTAL l/dt 7,99 8,38 9,17 9,57 10,24 10,90 Kebocoran % 31% 30% 28% 25% 20% 20% l/dt 2,48 2,51 2,57 2,39 2,05 2,18 Kebutuhan rata-rata l/dt 10,47 10,89 11,74 11,96 12,29 13,08 Kebutuhan Maksimum l/dt 12,04 12,53 13,50 13,76 14,13 15,05 Debit Sumber l/dt 15,00 15,00 15,00 15,00 15,00 15,00 Debit Sisa l/dt 2,96 2,47 1,50 1,24 0,87-0,05 sumber: perhitungan Selain optimalisasi pada daerah pelayanan, pada IKK Grabagan juga dapat ditambahkan sistem baru dengan pengambilan air di sumber di Desa Grabagan, sebesar 10 liter/detik (tahun 2014) untuk melayani desa Banyubang dan Ngrenjeng yang belum terlayani air bersih, dengan idle sebesar 2,04 liter/ detik maka sistem ini juga dapat dikoneksikan ke sistem lama. Proyeksi kebutuhan air bersih dapat dilihat pada Tabel 5.8 Tabel 5. 8 Proyeksi Kebutuhan IKK Grabagan Sistem baru (Banyubang dan Ngrenjeng) KETERANGAN SATUAN Jumlah Penduduk Desa Terlayani Jiwa Prosentase pelayanan (%) % 26,27% 29,99% 37% 46% 66% Penduduk Terlayani JIwa VI-8

199 KETERANGAN SATUAN SAMBUNGAN RUMAH (SR) Prosentase % 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit Unit Konsumsi l/orang/hari l/orang/dt 0,0008 0,0008 0,0008 0,0008 0,0009 Keb untuk SR l/dt 1,46 1,73 2,25 3,04 5,01 Kran Umum/Hidran Umum (KU/HU) Prosentase % 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit Unit Konsumsi l/org/hr kebutuhan HU/ku l/dt 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Jumlah sambungan unit Keb. Domestik l/dt 1,4583 1,7257 2,2500 3,0417 5,0139 NON DOMESTIK Non Domestik % 15% 15% 15% 15% 15% Keb. Non domestik l/dt 0,22 0,26 0,34 0,46 0,75 KEBUTUHAN TOTAL l/dt 1,68 1,98 2,59 3,50 5,77 Kebocoran % 31% 30% 28% 25% 20% l/dt 0,52 0,60 0,72 0,87 1,15 Kebutuhan rata-rata l/dt 2,20 2,58 3,31 4,37 6,92 Kebutuhan Maksimum l/dt 2,53 2,97 3,81 5,03 7,96 Debit Sumber l/dt 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 Debit Sisa l/dt 7,47 7,03 6,19 4,97 2,04 sumber : perhitugan Tabel 5. 9 Rekapitulasi Kebutuha Air IKK Grabagan KETERANGAN SATUAN SR Unit Kebutuhan Air liter/detik 12,53 15,54 16,47 17,96 20,99 24,66 Debit Eksisting liter/detik Penambahan liter/detik VI-9

200 Kapasitas Idle liter/detik 2,47 9,46 8,53 7,04 4,01 0, Proyeksi Kebutuhan Air IKK Tuban Skema pengembangan IKK Tuban yaitu berupa optimalisasi dan penambahan jaringan baru untuk menunjang ring road. Optimalisasi dilakukan pada sistem eksisting dengan memanfaatkan debit eksisting sedangkan penambahan dengan membangun sumur bor baru di desa Sumurgung, dengan pertimbangan potensi air tanah yang ada. Penambahan jaringan baru yaitu pada desa Kembangbilo, Banyubang dan Boto. Proyeksi kebutuhan air untuk optimalisasi dan sistem baru dapat dilihat pada Tabel 5.10 dan 5.11 Tabel Proyeksi Kebutuhan air IKK Tuban KETERANGAN SATUAN Jumlah Penduduk Desa Terlayani Jiwa Prosentase pelayanan (%) % 87,57% 86,29% 75,55% 72,22% 66,93% 61,59% Penduduk Terlayani JIwa Sambungan Rumah (SR) Prosentase % 95,6% 95,6% 95,7% 95,8% 95,96% 96,06% Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan unit Jumlah Sambungan SR Unit Konsumsi l/orang/hari l/orang/dt 0, , , , , ,00146 Keb untuk SR l/dt 87,76 89,20 94,08 98,59 106,34 113,65 Kran Umum/Hidran Umum (KU/HU) % 4,44% 4,41% 4,26% 4,18% 4,04% 3,94% Prosentase jiwa Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan unit Jumlah Sambungan l/org/hr Unit Konsumsi l/dt 1,11 1,11 1,11 1,11 1,11 1,11 Jumlah Sambungan Domestik unit Kebutuhan Domestik l/dt 88,87 90,31 95,19 99,70 107,45 114,76 Non Domestik % 15% 15% 15% 15% 15% 15% Keb. Non domestik l/dt 13,33 13,55 14,28 14,96 16,12 17,00 Kebutuhan Total l/dt 102,21 103,86 109,47 114,66 123,57 131,76 Kebocoran % 29,61% 28,5% 26,50% 23,33% 20,33% 20,33% VI-10

201 KETERANGAN SATUAN l/dt 30,26 29,60 29,01 26,75 25,13 26,79 Kebutuhan rata-rata l/dt 132,47 133,46 138,48 141,41 148,70 158,56 Kebutuhan Maksimum l/dt 152,3 153,5 159,3 162,6 171,0 182,3 Debit Sumber l/dt 182,5 182,5 182,5 182,5 182,5 182,5 Debit Sisa 30,16 29,02 23,25 19,88 11,50 0,16 Sumber : Perhitungan Tabel Proyeksi Kebutuhan Air IKK Tuban Jaringan Baru KETERANGAN SATUAN Jumlah Penduduk Desa Terlayani Jiwa Prosentase pelayanan (%) % 12,96% 25,64% 33,51% 44,27% Penduduk Terlayani JIwa Sambungan Rumah (SR) Prosentase % 100,0% 100,0% 100,00% 100,00% Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit Unit Konsumsi SR l/orang/hari 0, , , ,00141 Keb untuk SR l/orang/dt 2,29 5,01 7,18 11,01 Kran Umum/Hidran Umum (KU/HU) % 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% Prosentase jiwa Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan unit Jumlah Sambungan l/org/hr Unit Konsumsi l/dt 0,00 0,00 0,00 0,00 Jumlah Sambungan Domestik unit Kebutuhan Domestik l/dt 2,29 5,01 7,18 11,01 Non Domestik % 15% 15% 15% 15% Keb. Non domestik l/dt 0,34 0,75 1,08 1,65 Kebutuhan Total l/dt 2,64 5,77 8,25 12,67 Kebocoran % 29,61% 25,3% 22,3% 20,33% l/dt 0,78 1,46 1,84 2,58 Kebutuhan rata-rata l/dt 3,42 7,23 10,10 15,24 Kebutuhan Maksimum l/dt 3,9 8,3 11,6 17,5 Sumber : Perhitungan Tabel 5.11 dapat dilihat bahwa kebutuhan air untuk jaringan baru adalah 17,5 liter/detik. Kebutuhan total untuk IKK Tuban total dapat dilihat pada Tabel 5.12 VI-11

202 Tabel Rekapitulasi Kebutuhan Air IKK Tuban KETERANGAN SATUAN SR Unit Kebutuhan liter/detik 153,5 159,3 164,2 168,7 182,6 199,9 Debit Sumber liter/detik 182,5 182,5 182,5 182,5 182,5 182,5 Tambahan liter/detik - - 3,9 6,1 11,6 17,4 sumber : perhitungan Proyeksi Kebutuhan Air IKK Jenu Skema pengembangan pada IKK Jenu adalah optimalisasi dan penambahan desa pelayanan, yaitu pada desa Remen, mentosa, sumur geneng dan rawasan. Untuk dapat optimalisasi dan pengembangan pada desa yang belum terlayani dibutuhkan penambahan debit sumber sebesar 15 liter/detik yang di rencanakan diambil di desa Wadung. Pada RTRW Kabupaten Tuban, IKK Jenu termasuk wilayah industri, sehingga pada proyeksi air di Tabel 5.13 jumlah kebutuhan non domestik dan industri diasumsikan 40% dari kebutuhan domestik. Proyeksi kebutuhan air untuk IKK Jenu dapat dilihat pada Tabel 5.13 dan rekapitulasi kebutuhan air dan SR dapat dilihat pada Tabel Tabel Proyeksi Kebutuhan Air Bersih IKK Jenu KETERANGAN SATUAN Jumlah Penduduk di Desa Terlayani Jiwa Prosentase pelayanan (%) % 48,78% 50,9% 48,2% 45,2% 40,5% Penduduk Terlayani JIwa Sambungan Rumah (SR) Prosentase % 82,0% 95,1% 95,4% 95,4% 95,4% Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit Unit Konsumsi l/orang/hari l/orang/dt 0,0010 0,0011 0,0012 0,0013 0,0014 Keb untuk SR l/dt 7,60 10,46 12,23 12,92 14,07 Kran Umum/Hidran Umum (KU/HU) Prosentase % 5,40% 4,85% 4,60% 4,60% 4,60% Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit Unit Konsumsi l/org/hr VI-12

203 Kebutuhan HU/KU l/dt 0,5000 0,5000 0,5556 0,5556 0,5556 Jumlah sambungan unit Keb. Domestik l/dt 8, , , , ,6279 Non Domestik % 40% 40% 40% 40% 40% Keb. Non domestik l/dt 3,24 4,38 5,11 5,39 5,85 Kebutuhan Total l/dt 11, , , , ,4791 Kebocoran % 30,00% 27,00% 23% 23% 21,5% l/dt 3, , , , , Kebutuhan rata-rata l/dt 14, , , , ,8821 Kebutuhan Maksimum l/dt 16, , , , , Debit Sumber l/dt Debit Sisa l/dt -2,0 7,6 4,6 3,4 1,4 sumber: perhitungan Tabel Rekapitulasi Kebutuhan Air Bersih IKK Jenu SATUAN Unit liter/detik 22, , , , , ,6144 liter/detik liter/detik liter/detik 7,6 7,14 5,87 3,43 1,39 sumber : perhitungan Proyeksi Kebutuhan Air IKK Soko Skema pengembangan IKK Soko adalah penambahan sumber di desa Sandingrowo dengan optimalisasi di desa Sukosari dan Sumurcinde. Penambahan jaringan baru pada desa Pandanwangi. Debit yang dibutuhkan adalah sebesar 20 liter/detik, penambahan dapat dilakukan pada tahun 2015 dan Proyeksi dapat dilihat pada Tabel 5.15 dan rekapitulasi dapat dilihat pada Tabel Tabel Proyeksi Kebutuhan Air Bersih IKK Soko KETERANGAN SATUAN VI-13

204 KETERANGAN SATUAN Jumlah Penduduk di Desa Terlayani Jiwa Prosentase pelayanan (%) % 10% 12,15% 17,14% 22,65% 30,19% 27,09% Penduduk Terlayani JIwa Sambungan Rumah (SR) Prosentase % 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit Unit Konsumsi l/orang/hari l/orang/dt 0, , , , , ,00122 Keb untuk SR l/dt 2,73 3,25 5,45 7,94 12,41 13,03 Kran Umum/Hidran Umum (KU/HU) Prosentase % 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit Unit Konsumsi l/org/hr Kebutuhan KU/HU l/dt 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Jumlah sambungan unit Keb. Domestik l/dt 2,73 3,25 5,45 7,94 12,41 13,03 Non Domestik % 5% 5% 5% 15% 15% 15% Keb. Non domestik l/dt 0,14 0,16 0,27 1,19 1,86 1,95 Kebutuhan Total l/dt 2,87 3,41 5,73 9,13 14,27 14,98 Kebocoran % 22,68% 22,3% 21,43% 20,06% 20,00% 20,0% l/dt 0,65 0,76 1,23 1,83 2,85 3,00 Kebutuhan rata-rata l/dt 3,52 4,18 6,95 10,96 17,13 17,98 Kebutuhan Maksimum l/dt 4,05 4,80 8,00 12,61 19,69 20,68 Debit Sumber l/dt Debit Sisa l/dt 0,95 0,20 7,00 2,39 5,31 4,32 sumber : perhitungan Tabel Rekapitulasi Kebutuhan Air IKK Soko KETERANGAN SATUAN SR Unit Kebutuhan Air liter/detik 4,80 8,00 10,02 12,61 15,36 19,69 20,68 Debit Eksisting liter/detik Penambahan liter/detik Kapasitas Idle liter/detik 7,0 5,0 2,4 9,6 5,3 4,3 sumber: perhitungan VI-14

205 Proyeksi Kebutuhan Air IKK Widang Skema pengembangan pada IKK Widang adalah optimalisasi pada sistem eksisting dengan memanfaatkan debit sumber yang ada yaitu 20 liter/detik. Proyeksi kebutuhan air IKK Widang dapat dilihat pada Tabel 5.17 dan rekapitulasi dapat dilihat pada Tabel Tabel Proyeksi Kebutuhan Air IKK Widang KETERANGAN SATUAN Jumlah Penduduk Jiwa Prosentase pelayanan (%) % 2,31% 5,87% 11,50% 17,16% 16,97% Penduduk Terlayani JIwa Sambungan Rumah (SR) Prosentase % 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit Unit Konsumsi l/orang/hari l/orang/dt 0, , , , ,00130 Keb untuk SR l/dt 1,49 4,19 8,26 12,57 12,69 Kran Umum/Hidran Umum (KU/HU) Prosentase % 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit Unit Konsumsi l/org/hr Kebutuhan KU/HU l/dt 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Jumlah sambungan unit Keb. Domestik l/dt 1,49 4,19 8,26 12,57 12,69 Non Domestik % 15% 15% 15% 15% 15% Keb. Non domestik l/dt 0,22 0,63 1,24 1,89 1,90 Kebutuhan Total l/dt 1,72 4,82 9,50 14,46 14,59 Kebocoran % 24,5% 23,56% 22,14% 19,79% 19,0% l/dt 0,42 1,14 2,10 2,86 2,77 Kebutuhan rata-rata l/dt 2,14 5,95 11,60 17,32 17,36 Kebutuhan Maksimum l/dt 2,46 6,85 13,34 19,92 19,97 VI-15

206 sumber : data Debit Sumber l/dt Debit Sisa l/dt 17,54 13,15 6,66 0,08 0,03 Tabel Rekapitulasi Kebutuhan Air Bersih IKK Widang KETERANGAN SATUAN SR Unit Kebutuhan Air liter/detik 2,46 6,85 13,34 19,92 19,97 Debit Eksisting liter/detik Penambahan liter/detik Kapsitas Idle liter/detik 13,2 6,7 0,1 0,0 sumber: perhitungan Proyeksi Kebutuhan Air IKK Montong IKK Montong direncanakan untuk optimalisasi di desa pelayanan dengan memanfaatkan debit eksiting. Proyeksi kebutuhan air bersih untuk IKK Montong dapat dilihat pada Tabel Rekapitulasi hasil proyeksi dapat dilihat pada Tabel 5.20 Tabel Proyeksi Kebutuhan Air Bersih IKK Montong KETERANGAN SATUAN Jumlah Penduduk Jiwa Prosentase pelayanan (%) % 0,0 0,0 0,1 0,1 0,1 0,1 Penduduk Terlayani JIwa 1800,0 2400,0 5400,0 6900,0 6900,0 6900,0 Sambungan Rumah (SR) Prosentase % 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 Jumlah Terlayani jiwa 1800,0 2400,0 5400,0 6900,0 6900,0 6900,0 Jiwa per Sambungan jiwa 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 Jumlah Sambungan unit 300,0 400,0 900,0 1150,0 1150,0 1150,0 Unit Konsumsi l/orang/hari 90,0 92,0 96,0 102,0 112,0 122,0 l/orang/dt 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Keb untuk SR l/dt 1,9 2,6 6,0 8,1 8,9 9,7 Kran Umum/Hidran Umum (KU/HU) Prosentase % 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Jumlah Terlayani jiwa 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Jiwa per Sambungan jiwa 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 Jumlah Sambungan unit 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Unit Konsumsi l/org/hr 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 120,0 Kebutuhan HU/KU l/dt 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Jumlah sambungan unit 300,0 400,0 900,0 1150,0 1150,0 1150,0 Keb. Domestik l/dt 1,9 2,6 6,0 8,1 8,9 9,7 VI-16

207 KETERANGAN SATUAN Non Domestik % 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 Keb. Non domestik l/dt 0,3 0,4 0,9 1,2 1,3 1,5 Kebutuhan Total l/dt 2,2 2,9 6,9 9,4 10,3 11,2 Kebocoran % 0,3 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 l/dt 0,5 0,7 1,6 2,1 2,1 2,2 Kebutuhan rata-rata l/dt 2,7 3,7 8,5 11,4 12,3 13,4 Kebutuhan Maksimum l/dt 3,1 4,2 9,8 13,2 14,2 15,5 Debit Sumber l/dt 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0 15,0 Debit Sisa l/dt 11,9 10,8 5,2 1,8 0,8-0,5 Tabel Rekapitulasi Kebutuhan Air Bersih IKK Montong KETERANGAN SATUAN SR Unit Kebutuhan Air liter/detik 4,21 9,80 13,16 14,19 15,46 Debit Eksisting liter/detik Penambahan liter/detik Idle liter/detik 10,79 5,2 1,8 0,8-0, Proyeksi Kebutuhan Air IKK Plumpang IKK Plumpang rencana pengembangannya adalah pada desa Kesamben dan Trutup, direncanakan penambahan sumber adalah sebesar 15 liter/detik pada desa Kesamben, penambahan dapat dilakukan pada Tahun Proyeksi kebutuhan air bersih IKK Plumpang dapat dilihat pada Tabel 5.21 dan rekapitulasi proyeksi kebutuhan air bersih dapat dilihat pada Tabel Tabel Proyeksi Kebutuhan Air Bersih IKK Plumpang KETERANGAN SATUAN Jumlah Penduduk Desa Terlayani Jiwa Prosentase pelayanan (%) % 25% 24,58% 23,54% 26,83% 28,36% 25,45% Penduduk Terlayani JIwa Sambungan Rumah (SR) Prosentase % 89,6% 89,6% 89,6% 91,5% 92,8% 92,8% Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan jiwa VI-17

208 KETERANGAN SATUAN Jumlah Sambungan unit Unit Konsumsi l/orang/hari l/orang/dt 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Keb untuk SR l/dt 13,32 13,44 13,68 17,43 21,70 22,59 Kran Umum/Hidran Umum (KU/HU) Prosentase % 10,37% 10,37% 10,37% 8,53% 7,24% 7,24% Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit Unit Konsumsi l/org/hr Kebutuhan KU/HU l/dt 0,4167 0,4167 0,4167 0,4167 0,4167 0,4167 Jumlah sambungan unit Keb. Domestik l/dt 13,74 13,86 14,10 17,84 22,12 23,01 Non Domestik % 15% 15% 15% 15% 15% 15% Keb. Non domestik l/dt 2,06 2,08 2,11 2,68 3,32 3,45 Kebutuhan Total l/dt 15,80 15,94 16,21 20,52 25,43 26,46 Kebocoran % 19% 19% 19% 19% 19% 19% l/dt 3,06 2,95 3,00 3,80 4,71 4,89 Kebutuhan rata-rata l/dt 18,86 18,88 19,21 24,31 30,14 31,35 Kebutuhan Maksimum l/dt 21,69 21,72 22,09 27,96 34,66 36,05 Debit Sumber l/dt DEBIT SISA l/dt 3,31 3,28 2,91 12, , , Tabel Rekapitulasi Kebutuhan Air Bersih IKK Plumpang KETERANGAN SATUAN SR Unit Kebutuhan Air liter/detik 21,72 22,09 26,68 27,96 34,66 36,05 Debit Eksisting liter/detik Penambahan liter/detik Idle liter/detik 3,28 2,9 12,0 5,3 3, Proyeksi Kebutuhan Air IKK Palang Pengembangan IKK Palang pada desa Lereng Kulon dan Lereng wetan dan optimalisasi pada wilayah eksisting, dengan penambahan sumber sebesar 30 liter/detik pada desa Leran wetan. Proyeksi kebutuhan air bersih dapat dilihat pada Tabel 5.23 dan reakapitulasi dapat dilihat pada Tabel VI-18

209 Tabel Proyeksi Kebutuhan Air Bersih IKK Palang KETERANGAN SATUAN Jumlah Penduduk Jiwa Prosentase pelayanan (%) % 14,73% 22,12% 24,57% 18,68% 23,80% 24,93% 29,71% Penduduk Terlayani JIwa Sambungan Rumah (SR) Prosentase % 87,6% 87,6% 88,8% 90,6% 93,3% 93,7% 95,0% Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit Unit Konsumsi l/orang/har i l/orang/dt , , , , , , , Keb untuk SR l/dt 9,35 9,44 11,31 14,76 22,59 24,48 33,35 Kran Umum/Hidran Umum (KU/HU) Prosentase % 12,40% 12,40% 11,23% 9,45% 6,70% 6,32% 5,05% Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit Unit Konsumsi l/org/hr Kebutuhan KU/HU l/dt 0,38 0,38 0,40 0,42 0,42 0,43 0,44 Jumlah sambungan unit Keb. Domestik l/dt 9,73 9,82 11,71 15,18 23,01 24,90 33,80 Non Domestik % 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% Keb. Non domestik l/dt 0,49 0,49 0,59 0,76 1,15 1,25 1,69 Kebutuhan Total l/dt 10,22 10,32 12,30 15,94 24,16 26,15 35,48 Kebocoran % 0,00% 28,50% 27,78% 25,50% 23,00% 22,50% 20,50% l/dt 0,00 2,94 3,42 4,07 5,56 5,88 7,27 Kebutuhan rata-rata l/dt 10,22 13,26 15,71 20,01 29,72 32,03 42,76 Kebutuhan Maksimum l/dt 11,75 15,24 18,07 23,01 34,17 36,84 49,17 Debit Sumber l/dt DEBIT SISA l/dt 8,25 4,76 1,93 11,99 15,00 13,16 0,83 Tabel Rekapitulasi Kebutuhan Air Bersih IKK Palang KETERANGAN SATUAN SR Unit Kebutuhan Air liter/detik 15,24 18,07 21,33 23,01 34,17 49,17 VI-19

210 Debit Eksisting liter/detik Penambahan liter/detik Idle liter/detik 4,76 1,93 13,67 11,99 15,83 0, Proyeksi Kebutuhan Air IKK Bangilan Skema pengembangan pada IKK Bangilan adalah dengan menambahkan sumber baru pada desa Jatiklabang (Jatirogo) sebesar 20 liter/detik. Proyeksi kebutuhan air bersih dapat dilihat pada Tabel 5.25 dan rekapitulasi dapat Tabel 5.26 Tabel Proyeksi Kebutuhan Air Bersih IKK Bangilan KETERANGAN SATUAN Jumlah Penduduk di desa terlayani Jiwa Prosentase pelayanan (%) % 39,00% 42,45% 48,86% 57,32% 68,71% 77,15% Penduduk Terlayani JIwa Sambungan Rumah (SR) Prosentase % 64,1% 67,7% 73,1% 78,5% 83,9% 87,2% Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit Unit Konsumsi l/orang/hari l/orang/dt 0, , , , , ,00078 Keb untuk SR l/dt 1,16 1,44 2,07 3,18 5,51 8,42 Kran Umum/Hidran Umum (KU/HU) Prosentase % 35,92% 32,30% 26,87% 21,46% 16,07% 12,85% Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit Unit Konsumsi l/org/hr Kebutuhan KU/HU l/dt 0,5556 0,5556 0,5556 0,5556 0,5556 0,5556 Jumlah sambungan unit Keb. Domestik l/dt 1,7117 1,9919 2,6217 3,7400 6,0669 8,9724 Non Domestik % 5% 5% 5% 5% 5% 5% VI-20

211 KETERANGAN SATUAN Keb. Non domestik l/dt 0,09 0,10 0,13 0,19 0,30 0,45 Kebutuhan Total l/dt 1,80 2,09 2,75 3,93 6,37 9,42 Kebocoran % 23,54% 23,00% 22,00% 19,37% 19,37% 19,37% l/dt 0,42 0,48 0,61 0,76 1,23 1,82 Kebutuhan rata-rata l/dt 2,22 2,57 3,36 4,69 7,60 11,25 Kebutuhan Maksimum l/dt 2,55 2,96 3,86 5,39 8,74 12,93 Debit Sumber l/dt 2,5 2,5 12,5 12,5 12,5 22,5 0 l/dt -0,05-0,46 8,64 7, , , Tabel Rekapitulasi Kebutuhan Air Bersih IKK Bangilan KETERANGAN SATUAN SR Unit Kebutuhan Air liter/detik 2,96 3,86 4,82 5,39 8,74 12,93 Debit Eksisting liter/detik 2,5 12,5 12,5 12,5 12,5 22,5 Penambahan liter/detik Idle liter/detik -0,46 8,64 7,68 7,11 3,76 9, Proyeksi Kebutuhan Air IKK Semanding Skema pengembangan IKK Semanding adalah pengembangan pada Desa Prunggahan Wetan dan Prunggahan Kulon dengan mengebor sumber baru pada Tegalgung pada tahun 2014 sebesar 15 liter/detik. Proyeksi kebutuhan air bersih pada Tabel 5.27 dan rekapitulasi dapat dilihat pada Tabel 5.28 Tabel Proyeksi Kebutuhan Air Bersih IKK Semanding KETERANGAN SATUAN Jumlah Penduduk Jiwa Prosentase pelayanan (%) % 44,80% 45,97% 46,46% 44,69% 41,82% 39,07% Penduduk Terlayani JIwa Sambungan Rumah (SR) Prosentase % 95,2% 95,4% 95,6% 95,7% 95,9% 96,1% Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit Unit Konsumsi l/orang/har i VI-21

212 KETERANGAN SATUAN l/orang/dt 0, , , , , , Keb untuk SR l/dt 20,45 21,73 23,50 24,92 27,39 29,97 Kran Umum/Hidran Umum (KU/HU) Prosentase % 4,85% 4,62% 4,38% 4,27% 4,09% 3,93% Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit Unit Konsumsi l/org/hr Kebutuhan KU/HU l/dt 0,3472 0,3472 0,3472 0,3472 0,3472 0,3472 Jumlah sambungan unit Keb. Domestik l/dt 20, , , , , ,321 7 Non Domestik % 5% 5% 5% 5% 5% 5% Keb. Non domestik l/dt 1,039 1,10 1,19 1,26 1,38 1,51 Kebutuhan Total l/dt 21,83 23, , , , ,837 8 Kebocoran % 18,30% 18,00% 18,00% 18,00% 18,00% 18,00% Kebutuhan rata-rata l/dt 3,99 4,172 4,507 4,7 5,242 5,73 l/dt 25, , , , , ,568 5 Kebutuhan Maksimum l/dt 29,71 31,46 33,98 36,01 39,52 43,20 Debit Sumber l/dt DebIt Sisa l/dt 0,29-1,46 11,02 8,9916 5,476 1,796 Tabel Rekapitulasi Kebutuhan Air Bersih IKK Semanding KETERANGAN SATUAN SR Unit Kebutuhan Air liter/detik 29,71 33,98 35,33 36,01 39,52 43,20 Debit Eksisting liter/detik Penambahan liter/detik Idle liter/detik 0,29 11,02 9,67 8,99 5,48 1, Proyeksi Kebutuhan Air IKK Rengel Pada IKK Rengel, hasil proyeksi air bersih menujukan bahwa dibutuhkan penambahan sebesar 15 liter/detik, yang direncanakan akan di buat sumur bor baru di desa Ngadong. Proyeksi kebutuhan dapat dilihat pada Tabel 5.29 dan rekapitulasi dapat dilihat pada pada Tabel Penambaham sumber dapat dilakukan pada Tahun VI-22

213 Tabel Proyeksi Kebutuhan Air Bersih IKK Rengel KETERANGAN SATUAN Jumlah Penduduk Jiwa Prosentase pelayanan (%) % 69,65% 68,38% 65,90% 62,36% 56,85% 51,82% Penduduk Terlayani JIwa Sambungan Rumah (SR) Prosentase % 76,1% 93,6% 93,6% 92,7% 92,7% 92,7% Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit Unit Konsumsi l/orang/hari l/orang/dt 0, , , , , ,00123 Keb untuk SR l/dt 12,30 15,33 15,78 16,29 17,39 18,55 Kran Umum/Hidran Umum (KU/HU) Prosentase % 23,86% 6,43% 6,39% 7,27% 7,35% 7,30% Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit Unit Konsumsi l/org/hr Kebutuhan KU/HU l/dt 1,2847 0,3472 0,3472 0,3993 0,4097 0,4132 Jumlah sambungan unit Keb. Domestik l/dt 13, , , , , ,9607 Non Domestik % 5% 5% 5% 5% 5% 5% Keb. Non domestik l/dt 0,68 0,78 0,81 0,83 0,89 0,95 Kebutuhan Total l/dt 14,26 16,46 16,93 17,52 18,69 19,91 Kebocoran % 32,33% 32,00% 31,00% 29,50% 19,37% 19,37% l/dt 4,61 5,27 5,25 5,17 3,62 3,86 Kebutuhan rata-rata l/dt 18,88 21,73 22,18 22,69 22,31 23,77 Kebutuhan Maksimum l/dt 21,71 24,99 25,51 26,09 25,66 27,33 Debit Sumber l/dt Debit Sisa l/dt 3,3 0,0-0,5 13,9 14,3 12,7 Tabel Rekapitulasi Kebutuhan Air Bersih IKK Rengel KETERANGAN SATUAN SR Unit Kebutuhan Air liter/detik 24,99 25,51 25,90 26,09 25,66 27,33 Debit Eksisting liter/detik ,00 40,00 40,00 VI-23

214 Penambahan liter/detik Idle liter/detik 0,01-0,51 14,10 13,91 14,34 12, Proyeksi Kebutuhan Air IKK Merakurak Skema pengembangan pada IKK Merakurak adalah dengan penambahan pada desa Mandirejo dan Sumber, dengan penambahan sumber sebesar 20 liter/detik pada desa Mandirejo. Pada RTRW Kabupaten Tuban Kecamatan Merakurak direncakan sebagai wilayah industri, sehingga pada kebutuhan non domestik ditambahkan kebutuhan industri dengan asumsi kebutuhan air 40% dari kebutuhan domestik. Proyeksi kebutuhan air bersih dapat dilihat pada Tabel 5.31 dan rekapitulasi dapat dilihat pada Tabel Tabel Proyksi Kebutuhan Air Bersih IKK Merakurak KETERANGAN SATUAN Jumlah Penduduk di desa Terlayani Jiwa Prosentase pelayanan (%) % 62,85% 65,66% 31,37% 31,21% 33,71% 47,25% 71,48% Penduduk Terlayani JIwa Sambungan Rumah (SR) Prosentase % 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit Unit Konsumsi l/orang/hari l/orang/dt 0, , , , , , ,00123 Keb untuk SR l/dt 4,63 4,99 4,97 5,10 6,07 9,98 17,65 Kran Umum/Hidran Umum (KU/HU) Prosentase % 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit Unit Konsumsi l/org/hr Kebutuhan KU/HU l/dt 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Jumlah sambungan unit Keb. Domestik l/dt 4,63 4,99 4,97 5,10 6,07 9,98 17,65 Non Domestik + Industri % 40% 40% 40% 40% 40% 40% 40% Keb. Non domestik l/dt 1,85 2,00 1,99 2,04 2,43 3,99 7,06 Kebutuhan Total l/dt 6,48 6,99 6,95 7,14 8,50 13,97 24,71 Kebocoran % 19,98% 19,50% 19,00% 19,30% 18,50% 19,37% 19,37% VI-24

215 KETERANGAN SATUAN l/dt 1,29 1,36 1,32 1,38 1,57 2,71 4,79 Kebutuhan rata-rata l/dt 7,77 8,35 8,28 8,52 10,07 16,67 29,49 Kebutuhan Maksimum l/dt 8,93 9,61 9,52 9,80 11,58 19,17 33,91 Debit Sumber l/dt 7,5 7,5 7,5 7,5 22,5 22,5 37,5 Debit Sisa l/dt -1,43-2,11-2,02-2,30 10,92 3,33 3,59 Tabel Rekapitulasi Kebutuhan Air Bersih IKK Merakurak KETERANGAN SATUAN SR Unit Kebutuhan Air liter/detik 9,61 9,80 10,23 11,58 19, ,91 Debit Eksisting liter/detik 7,5 7,5 22,5 22,50 22,50 37,50 37,50 Penambahan liter/detik Idle liter/detik -2,11-2,30 12,27 10,92 3,33 16,03 3, Proyeksi Kebutuhan Air IKK Tambakboyo Skema pengembangan pada IKK Tambakboyo adalah dengan penambahan pada desa Merkawang dan Glondongedhe, dengan kebutuhan penambahan sebesar 10 liter/detik, penambahan direncanakan pada Tahun Penambahan direncanakan pada desa Dasin. Tabel proyeksi dapat dilihat pada Tabel 5.33 dan rekapitulasi dapat dilihat pada Tabel Tabel Proyeksi Kebutuhan Air Bersih IKK Tambakboyo KETERANGAN SATUAN Jumlah Penduduk Pada Desa Terlayani Jiwa Prosentase pelayanan (%) % 58,83% 57,57% 55,13% 51,67% 46,38% 41,62% Penduduk Terlayani JIwa Sambungan Rumah (SR) Prosentase % 93,0% 93,0% 93,0% 93,0% 93,0% 93,0% Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit Unit Konsumsi l/orang/hari l/orang/dt 0, , , , , ,00141 Keb untuk SR l/dt 9,75 9,97 10,40 11,05 12,13 13,22 Kran Umum/Hidran Umum (KU/HU) Prosentase % 6,96% 6,96% 6,96% 6,96% 6,96% 6,96% VI-25

216 KETERANGAN SATUAN Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit Unit Konsumsi l/org/hr Kebutuhan KU/HU l/dt 0,2431 0,2431 0,2431 0,2431 0,2431 0,2431 Jumlah sambungan unit Keb. Domestik l/dt 9, , , , , ,4597 Non Domestik + Industri % 30% 30% 30% 30% 30% 30% Keb. Non domestik l/dt 2,99 3,062 3,19 3,387 3,71 4,03 Keb Industri l/dt Kebutuhan Total l/dt 12, , , , , ,4976 Kebocoran % 23,70% 23,50% 22,50% 21,00% 20,00% 20,00% l/dt 3,07 3,11 3,115 3,08 3,2 3,4 Kebutuhan rata-rata l/dt 16, , , , , ,9972 Kebutuhan Maksimum l/dt 18,48 18,85 19,49 20,43 22,20 24,15 Debit Sumber l/dt 17,5 17,5 17,5 17,5 17,5 27,5 tambahan sumber l/dt -0,98-1,35-1,99-2,92-4,70 3,35 Tabel Rekapitulasi Kebutuhan Air Bersih IKK Tambakboyo KETERANGAN SATUAN SR Unit Kebutuhan Air liter/detik 18,85 19,49 19,86 20,43 22, ,15 Debit Eksisting liter/detik 17,5 17,5 17,5 17,50 17,50 27,50 27,50 Penambahan liter/detik 0 10 Idle liter/detik -1,35-1,99-2,36-2,93-4,70 4,91 3, Proyeksi Kebutuhan Air IKK Jatirogo Skema pengembangan IKK Jatirogo, yaitu optimalisasi menggunakan debit eksisting atau tidak dilakukan penambahan sumber air baku. Proyeksi dapat dilihat pada Tabel 5.35 dan rekapitulasi dapat dilihat pada Tabel 5.36 Tabel Proyeksi Kebutuhan Air Bersih IKK Jatirogo KETERANGAN SATUAN Jumlah Penduduk di desa Terlayani Jiwa Prosentase pelayanan (%) % 13,70% 13,40% 15,95% 19,32% 19,96% 17,92% VI-26

217 KETERANGAN SATUAN Penduduk Terlayani JIwa Sambungan Rumah (SR) Prosentase % 91,9% 91,9% 93,5% 95,0% 95,6% 95,6% Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit Unit Konsumsi l/orang/hari l/orang/dt 0, , , , , ,00128 Keb untuk SR l/dt 2,49 2,51 3,24 4,39 5,34 5,59 Kran Umum/Hidran Umum (KU/HU) Prosentase % 8,08% 8,08% 6,51% 5,03% 4,37% 4,37% Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit Unit Konsumsi l/org/hr Kebutuhan KU/HU l/dt 0,0694 0,0694 0,0694 0,0694 0,0694 0,0694 Jumlah sambungan unit Keb. Domestik l/dt 2,5549 2,5812 3,3105 4,4564 5,4070 5,6601 Non Domestik % 15% 15% 15% 15% 15% 15% Keb. Non domestik l/dt 0,38 0,39 0,50 0,67 0,81 0,85 Kebutuhan Total l/dt 2,94 2,97 3,81 5,12 6,22 6,51 Kebocoran % 39,34% 38,50% 37,50% 36,00% 33,50% 31,00% l/dt 1,16 1,14 1,43 1,84 2,08 2,02 Kebutuhan rata-rata l/dt 4,09 4,11 5,23 6,97 8,30 8,53 Kebutuhan Maksimum l/dt 4,71 4,73 6,02 8,02 9,55 9,81 Debit Sumber l/dt Debit Sisa l/dt 5,29 5,27 3,98 1,98 0,45 0,19 Tabel Rekapitulasi Kebutuhan Air Bersih IKK Jatirogo KETERANGAN SATUAN SR Unit Kebutuhan Air liter/detik 4,73 6,02 8,02 9,55 9,81 Debit Eksisting liter/detik ,00 10,00 10,00 Penambahan liter/detik VI-27

218 Idle liter/detik 5,27 3,98 1,98 0,45 0, Proyeksi Kebutuhan Air IKK Bancar Skema pengembangan IKK Bancar adalah optimalisasi dengan menggunakan debit eksisting, proyeksi kebutuhan air bersih dapat dilihat pada Tabel 5.37 dan rekapitulasinya dapat dilihat di Tabel Tabel Proyeksi Kebutuhan Air Bersih IKK Bancar KETERANGAN SATUAN Jumlah Penduduk Jiwa Prosentase pelayanan (%) % 21,22% 20,76% 12,25% 11,49% 10,31% 9,25% Penduduk Terlayani JIwa Sambungan Rumah (SR) Prosentase % 96,6% 96,6% 96,7% 96,7% 96,7% 96,7% Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit Unit Konsumsi l/orang/hari l/orang/dt 0, , , , , ,00123 Keb untuk SR l/dt 2,97 3,00 3,18 3,28 3,45 3,62 Kran Umum/Hidran Umum (KU/HU) Prosentase % 3,39% 3,39% 3,28% 3,28% 3,28% 3,28% Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit Unit Konsumsi l/org/hr Kebutuhan KU/HU l/dt 0,0347 0,0347 0,0347 0,0347 0,0347 0,0347 Jumlah sambungan unit Keb. Domestik l/dt 3,0035 3,0365 3,2101 3,3125 3,4832 3,6539 Non Domestik % 5% 5% 5% 5% 5% 5% Keb. Non domestik l/dt 0,150 0,151 0,16 0,16 0,174 0,182 Kebutuhan Total l/dt 3,1536 3,1883 3,3706 3,4781 3,6574 3,8366 Kebocoran % 27,56% 27,00% 26,50% 25,00% 22,50% 20,00% l/dt 0,87 0,86 0,89 0,87 0,82 0,77 Kebutuhan rata-rata l/dt 4,02 4,05 4,26 4,35 4,48 4,60 Kebutuhan Maksimum l/dt 4,63 4,66 4,90 5,00 5,15 5,29 Debit Sumber l/dt Debit Sisa l/dt 0,37 0,34 0,10 0, ,152-0,29 VI-28

219 Tabel Rekapitulasi Kebutuhan Air Bersih IKK Bancar KETERANGAN SATUAN SR Unit Kebutuhan Air liter/detik 4,66 4,90 4,35 5,15 5 5,29 Debit Eksisting liter/detik 5 5 5,00 5,00 5,00 5,00 Penambahan liter/detik Idle liter/detik 0,34 0,10 0,65-0,15-0,18-0,29 VI-29

220 Proyeksi Kebutuhan Air IKK Parengan Skema rencana pembangunan IKK Parengan adalah pembangunan IKK baru dari SPAM Regional dengan sumber air baku yang berasal dari Bangewan Solo. Proyeksi kebutuhan air bersih dapat dilihat pada Tabel 5.39 dan rekapitulasinya dapat dilihat di Tabel n Diasumsikan pembangunan IKK baru di Pareng dapat dilaksanakan pada tahun Tabel Proyeksi Kebutuhan Air Bersih IKK Parengan KETERANGAN SATUAN Jumlah Penduduk Jiwa 62,862 64,236 65,640 67,074 68,540 70,038 71,569 73,133 74,732 76,365 Jumlah penduduk di wil [elayanan 31,431 32,118 32,820 33,537 34,270 35,019 35,784 36,567 37,366 38,183 Prosentase pelayanan (%) % 10% 13% 16% 19% 22% 25% 28% 31% 34% 37% Penduduk Terlayani JIwa 3,143 4,175 5,251 6,372 7,539 8,755 10,020 11,336 12,704 14,128 SAMBUNGAN RUMAH (SR) Prosentase % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Jumlah Terlayani jiwa 3,143 4,175 5,251 6,372 7,539 8,755 10,020 11,336 12,704 14,128 Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit ,062 1,257 1,459 1,670 1,889 2,117 2,355 Unit Konsumsi l/orang/hari l/orang/dt Keb untuk SR l/dt Kran Umum/Hidran Umum (KU/HU) Prosentase % 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit Unit Konsumsi l/org/hr kebutuhan HU/ku l/dt Jumlah sambungan unit Keb. Domestik l/dt NON DOMESTIK Non Domestik % 15% 15% 15% 15% 15% 15% 15% 15% 15% 15% Keb. Non domestik l/dt KEBUTUHAN TOTAL l/dt Kebocoran % 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% l/dt Kebutuhan rata-rata l/dt Kebutuhan Maksimum l/dt VI-30

221 Proyeksi Kebutuhan Air IKK Senori Skema rencana pembangunan IKK Parengan adalah pembangunan IKK baru dari SPAM Regional dengan sumber air baku yang berasal dari Bangewan Solo. Proyeksi kebutuhan air bersih dapat dilihat pada Tabel 5.41 dan rekapitulasinya dapat dilihat di Tabel Diasumsikan pembangunan IKK baru di Senori dapat dilaksanakan pada tahun Tabel Proyeksi Kebutuhan Air Bersih IKK Senori KETERANGAN SATUAN Jumlah Penduduk Jiwa 46,373 47,387 48,422 49,481 50,562 51,667 52,796 53,950 55,130 56,334 Jumlah penduduk di wil [elayanan 23,186 23,693 24,211 24,740 25,281 25,834 26,398 26,975 27,565 28,167 Prosentase pelayanan (%) % 10% 13% 16% 19% 22% 25% 28% 31% 34% 37% Penduduk Terlayani JIwa 2,319 3,080 3,874 4,701 5,562 6,458 7,391 8,362 9,372 10,422 SAMBUNGAN RUMAH (SR) Prosentase % 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% Jumlah Terlayani jiwa 2,319 3,080 3,874 4,701 5,562 6,458 7,391 8,362 9,372 10,422 Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit ,076 1,232 1,394 1,562 1,737 Unit Konsumsi l/orang/hari l/orang/dt Keb untuk SR l/dt Kran Umum/Hidran Umum (KU/HU) Prosentase % 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit Unit Konsumsi l/org/hr kebutuhan HU/ku l/dt Jumlah sambungan unit Keb. Domestik l/dt NON DOMESTIK Non Domestik % 15% 15% 15% 15% 15% 15% 15% 15% 15% 15% Keb. Non domestik l/dt KEBUTUHAN TOTAL l/dt Kebocoran % 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% l/dt Kebutuhan rata-rata l/dt Kebutuhan Maksimum l/dt Tabel Rekapitulasi Kebutuhan Air Bersih IKK Senori KETERANGAN SATUAN SR Unit ,076 1,737 Kebutuhan Air liter/detik ,15 5 5,29 Debit Eksisting liter/detik Penambahan liter/detik Idle liter/detik Proyeksi Kebutuhan Air IKK Singgahan Skema rencana pembangunan IKK Singgahan adalah pembangunan IKK baru dari SPAM Regional dengan sumber air baku yang berasal dari Bengawan Solo. Proyeksi kebutuhan VI-31

222 air bersih dapat dilihat pada Tabel 5.43 dan rekapitulasinya dapat dilihat di Tabel 5.44 Diasumsikan pembangunan IKK baru di Singgahan dapat dilaksanakan pada tahun Tabel Proyeksi Kebutuhan Air Bersih IKK Singgahan KETERANGAN SATUAN Jumlah Penduduk Jiwa 47,612 48,653 49,716 50,803 51,913 53,048 54,207 55,392 56,603 57,840 Jumlah penduduk di wil [elayanan 23,806 24,326 24,858 25,401 25,957 26,524 27,104 27,696 28,301 28,920 Prosentase pelayanan (%) % 10% 13% 16% 19% 22% 25% 28% 31% 34% 37% Penduduk Terlayani JIwa 2,381 3,162 3,977 4,826 5,710 6,631 7,589 8,586 9,622 10,700 SAMBUNGAN RUMAH (SR) Prosentase % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Jumlah Terlayani jiwa 2,381 3,162 3,977 4,826 5,710 6,631 7,589 8,586 9,622 10,700 Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit ,105 1,265 1,431 1,604 1,783 Unit Konsumsi l/orang/hari l/orang/dt Keb untuk SR l/dt Kran Umum/Hidran Umum (KU/HU) Prosentase % 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% Jumlah Terlayani jiwa Jiwa per Sambungan jiwa Jumlah Sambungan unit Unit Konsumsi l/org/hr kebutuhan HU/ku l/dt Jumlah sambungan unit Keb. Domestik l/dt NON DOMESTIK Non Domestik % 15% 15% 15% 15% 15% 15% 15% 15% 15% 15% Keb. Non domestik l/dt KEBUTUHAN TOTAL l/dt Kebocoran % 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% 25% l/dt Kebutuhan rata-rata l/dt Kebutuhan Maksimum l/dt Tabel Rekapitulasi Kebutuhan Air Bersih IKK Singgahan KETERANGAN SATUAN SR Unit ,105 1,783 Kebutuhan Air liter/detik ,15 5 5,29 Debit Eksisting liter/detik Penambahan liter/detik Idle liter/detik VI-32

223 VI POTENSI AIR BAKU Potensi air baku dapat diketahui dengan cara membuat kolerasi antara lokasi sumber terhadap struktur batuan (melalui peta geologi). Pembuatan kolerasi ini bertujuan untuk mendapatkan didapatnya perkiraan produktivitas akuifer dan potensi sumber air. Selain itu juga dapat dilakukan dengan dengan cara membandingkan data sumber air terhadap hasil penelitian pihak lain atau dengan dilakukan uji lapangan. Nilai ekonomis dari suatu sumber air selain ditinjau dari kondisi fisiknya, juga diperhitungkan berdasarkan jaraknya terhadap obyek fasilitas atau lokasi tertentu, seperti pipa transmisi/distribusi terdekat, instalasi pengolahan, rumah pompa, reservoir dan lainsecara ekonomis lain yang dianggap strategis. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah kualitas air baku, karena sangat berpengaruh terhadap jenis/ sistem pengolahan air yang akan digunakan. Di luar kedua aspek tersebut, terdapat faktor lain yang ke depannya perlu dipertimbangkan, yaitu aspek institusional yang menyangkut kelembagaan maupun kewenangan atas sumber air, baik oleh institusi pemerintahan maupun masyarakat. Kewenangan menyangkut institusi pemerintahan dapat diatur dengann suatu produk kebijakan tertentu, tetapi menyangkut institusi masyarakat belumlah cukup, karena didukung dengan pendekatann sosial tertentu agar dikemudian hari pemanfaatan sumber air tidak menimbulkan suatu permasalahan atau konflik sosial. Penjelasan lebih lanjut mengenai potensi-potensi sumber air baku di Kabupaten Tuban dapat dilihat pada subbab berikut. 6.1 Potensi Air Permukaan Air permukaan dapat berupa genangan yang terbentuk secara alami, seperti laut, danau, telaga, sendang, situ, dan rawa. Sedangkan genangan air hasil rekayasa/ buatan manusia dapat berupa waduk dan embung. Kebanyakan waduk atau embung dibangun VI-33

224 untuk memenuhi kebutuhan air irigasi, namun tidak menutup kemungkinan ke depan, seiring dengan kebutuhan masyarakat setempat terhadap air bersih, air waduk/embung dapat digunakan sebagai air baku Pengertian air permukaan adalah perairan yang terdapat di permukaan. Arah aliran air permukaan dapat dilihat pada Gambar 6.1. Air permukaan terdiri dari: a) Perairan darat yang terdiri dari sungai, danau dan rawa b) Perairan Laut Gambar 6. 1 Aliran Permukaan Potensi air permukaan di kabupaten Tuban adalah terdiri dari 18 sungai dan yang terbesar adalah Bengawan Solo. Nama sungai yang ada di Kabupaten Tuban dapat dilihat pada Tabel 6.1 Tabel 6. 1 Sungai di Kabupaten Tuban Panjang Luas Area Nama Sungai Mata Air Sungai (Km) Irigasi (Ha) Bengawan Solo Jawa Tengah Kening Jawa Tengah Kedung Gaden Kenduruan Simbatan Kerek Kejuron Bangilan Cekalang Soko Kemawing Semanding 11,5 974 Ngabongan Singgahan Prumpung Tambak Boyo 11, Nglajam Senori Kedung Kayen Kerek 1,2 183 VI-34

225 Nama Sungai Mata Air Panjang Sungai (Km) Bebek Putih Senori 4, Guwo Terus Montong 7, Tawun Jatirogo 2,5 - Soko Medalem Senori 8, Katerban Senori 4, Gede Senori 14,52 21 Kramat Senori 2,2 191 Sumber: Tuban dalam Angka 2011 Luas Area Irigasi (Ha) Pada Tabel 6.1 terlihat bahwa 18 sungai yang ada di Kabupaten Tuban sebagian besar dimanfaatkan sebagai sumber irigasi. Sungai yang dikatagorikan besar di kabupaten Tuban adalah sungai Bengawan Solo, sedangkan sungai lainya termasuk sungai kecil. Pada kanan kiri sungai terdapat kawasan yang disebut dengan kawasan sempadan sungai yang juga termasuk juga sungai buatan, kanal atau saluran irigasi primer ini mempunyai potensi dan manfaat yang penting. Fungsi yang paling penting dari sempadan ini adalah untuk menjaga kelestarian sungai. Pemanfaatan air permukaan berupa sungai untuk keperluan air baku harus mempertahatikan beberapa hal, semisal ada nya beberapa permasalahan yang ada di sempadan sungai: a) Sempadan sungai banyak yang dimanfaatkan sebagai permukiman b) Dibeberapa sempadan sungai tidak terdapat tanggul sehingga pada saat terjadi hujan deras airnya meluap dan merusak kawasan permukiman c) Sungai masih digunakan sebagai tempat sampah dan pembuangan tinja d) Adanya alih fungsi lahan di sepanjang sempadan sungai e) Adanya pemanfaatan penambangan pasir di sepanjang sempadan sungai Pemanfaatan sungai atau air permukaan sebagai sumber air baku dapat dilakukan dengan memperhatikan debit sungai baik ketika musim penghujan dan kemarau, kualitas sungai, pemanfaatan sungai (sungai irigasi). Hal-hal tersebut harus diperhatikan untuk meminimalisir dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif baik dari segi sosial, ekonomi, budaya dan teknis. Pada keadaan eksisting pemanfaatan sungai sebagai sumber air baku air minum belum opotimal. Beberapa sungai yang terdapat di wilayah perbukitan tengah seperti sungai guwa sudah dimanfaatkan untuk air minum pedesaan. Sungai yang memiliki potensi besar untuk sumber air baku adalah sungai Bengawan Solo. Rencana pengaliran sebagian debit Bengawan Solo menuju wilayah utara Tuban sangat VI-35

226 bermanfaat untuk mengurangi banjir di kecamatan Widang dan kecamatan lain di bagian selatan kabaupaten Tuban. Rencana untuk mengalirkan Bengawan Solo dapat mencukupi kebutuhan air bersih dan irigasi air minum dan air industri di wilayah Tuban Utara. Letak sungai dan sumber daya air lainya dapat dilihat pada Gambar Potensi Air Tanah Air tanah adalah air yang berada di bawah tanah di dalam zona jenuh dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer. Air tanah berasal dari air hujan yang meresap melalui berbagai media peresapan. Potensi air tanah perlu dilestarikan, terutama air tanah dangkal. Pelestarian air tanah dangkal adalah dengan cara menjaga vegetasi. Air tanah yang ada di Kabupaten Tuban bersumber dari pegunugan kapur tengah. Adanya formasi gunung kapur ini memunculkan sungai-sungai bawah tanah yang mengalir menuju wilayah utara dan wilayah selatan. Pada wilayah utara mengalir melalui kecamatan Montong, Kerek dan muncul di kecamatan Merakurak dan Semanding. Untuk wilayah selatan mengalir dari kecamatan Singgahan dan muncul di permukaan di kecamatan Rengel. Air tanah dangkal dapat dimanfaatkan sebagai sumber air baku dengan pengambilan menggunakan sumur gali, sumur pompa tangan dan sumur bor listrik. Air tanah dangkal mudah diperbaharui dengan penggunaan lahan yang berfungsi untuk menyerap air. Hutan memiliki koofisien penyerapan hingga 40%, tegalan, sawah dan pekarangan koofisien penyerapan nya mencapai 15%. Pemanfaatan air tanah dangkal tidak boleh melampaui potensi minimal yang ada, yaitu dengan memperhatikan keadaan lahan persawahan, tegalan dan pekarangan sebagai wilayah tangkapan minimal. Wilayah yang dominan menggunakan air tanah dangkal adalah Kecamatan Tuban, Bancar, Merakurak utara dan Tambakboyo, yang berada di bagian utara. Wilayah selatan yang dominan menggunakan air tanah dangkl adalah kecamatan Rengel dan Widang. Potensi penggunaan air tanah dangkal dapat dilihat pada Tabel 6.2. Dari peta potensi air tanah yang ada bahwa potensi air tanah dalam Kabupaten Tuban dapat dibedakan dalam 4 kategori yaitu daerah dengan kondisi air tanah dalam kritis, daerah dengan potensi air tanah dalam <5 l/dt/km 2, Daerah dengan potensi air tanah dalam 5 20 l/dt/km 2, daerah dengan potensi air tanah dalam >20 l/dt/km 2. Potensi air tanah Kabupaten Tuban dapat dilihat pada gambar 6.2. Peta Potensi Air tanah Wilayah-wilayah ini membujur dari arah utara ke selatan. Semakin ke arah barat, potensi air tanah semakain kecil. Daerah dengan kondisi air tanah dalam kritits berada di VI-36

227 ujung barat wilayah Kabupaten Tuban sebagian wilayah Kecamatan Senori, Parengan, Bangilan, Kenduruan, Jatirogo dan Kecamatan Bancar. Daerah di sepanjang pantai utara kabupaten Tuban, membujur mulai dari sebelah barat ke arah timur dan ke selatan tidak memiliki memiliki potensi air tanah yaitu mulai dari kecamatan Bancar, Tambakboyo hongga kecamatan Jenu. Di sebelah Timur, daerah pantai di wilayah Kota Tuban terdapat potensi air tanah dengan kapasitas 2,5 10 L/dt. Namun di sebagaian wialayah Kecamatan Palang, potensi air tanah di daerah pantai juga tidak dianjurkan untuk penyediaan air bersih. Potensi air tanah yang tinggi hingga lebih dari 40 L/dt ada di sebagian wilayah Kecamatan Palang, Merakurak, Montong dan Plumpang. Wilayah dengan potensi air tanah bagus dan dalam sebaran yang luas ada di wilayah bagian Timur Kabupaten Tuban, antara lain di Kecamatan Plumpang, Widang, Rengel, Palang, Tuban, Merakurak dan Singgahan. Potensi air tanah yang bagus terlihat dari banyaknya sumur dalam yang ada di Kabupaten Tuban, baik yang dibuat oleh PDAM untuk keperluan sumber air baku air minum maupun yang dibuat oleh yang dibangun oleh Dinas Pengairan. VI-37

228 No Peta :6.1 VI-38

229 No Peta :6.2 VI-39

230 NO 6.3 Mata Air Tabel 6. 2 Potensi Pemakaian Air Dangkal Volume Air yang tersimpan Kecamatan m3/hari hujan m3/tahun l/detik 1 Rengel 101, ,39 2 Soko 152, ,12 3 Grabagan 98, ,24 4 Plumpang 129, ,9 5 Widang 137, ,31 6 Palang 90, ,84 7 Semanding 190, ,14 8 Tuban 11545, ,07 9 Kerek 240, ,82 10 Merakurak 148, ,92 11 Tambakboyo 137, ,31 12 Jatirogo 118, ,33 13 Banvcar 156, ,34 14 Jenu 128, ,84 Sumber: Penyusunan Sistem Air Minum Kab. Tuban 2010 Sumber mata air merupakan potensi penyediaan air baku yang sangat diharapkan, karena tidak memerlukan sistem pengolahan yang rumit dan hanya tinggal mendistribusikan melalui jalur perpipaan secara gravitasi atau pemompaan setelah melalui proses desinfeksi. Hanya saja keberadaannya dari waktu ke waktu semakin berkurang, ditinjau dari debit sumber maupun jumlah sumber. Hal ini tidak terlepas dari berkurangnya cathment area akibat kegiatan manusia. Dengan kondisi ini, untuk masa mendatang jika konservasi lingkungan tidak dilakukan maka pemanfaatan air dari mata air akan semakin berkurang. Keberadaan mata air di tiap wilayah berbeda-beda, sangat tergantung pada banyaknya hutan atau tanaman di wilayah tersebut. Banyaknya mata air juga sangat dipengaruhi struktur tanah yang ada. Pada kawasan lingkungan hutan yang rusak (gundul), saat terjadi hujan hanya sedikit sekali air yang meresap ke dalam tanah, sementara yang mengalir di atas permukaan tanah justru sangat besar, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya banjir. VI-40

231 Selain sumur dangkal, potensi lain adalah banyaknya Mata Air yang di Kabupaten Tuban. Mata air yang dilindungi, menurut dinas PU kabupaten Tuban ada 37 buah, yang tersebar di beberapa kecamatan. Mata air ini dimanfaatkan sebagai pertanian dan air minum. Berikut ini adalah daftar mata air yang dilindungi di Kabupaten Tuban: Tabel 6. 3 Daftar Mata Air Yang dilindungi di Kab. Tuban NO KECAMATAN DESA/KELURAHAN NAMA MATA AIR DEBIT (L/dt) PERUNTUKAN 1 Semanding Jati Jati 107 Pertanian 2 Semanding Betikharjo Betikharjo 851 Pertanian dan air minum 3 Merakurak Turwiri wetan Srunggo 1429 Pertanian 4 Merakurak Mandirejo Siliwo 471 Pertanian 5 Merakurak Bogorejo Damaran/Sanggrahan 125 Pertanian 6 Tambak Boyo Cokrowati Druwes 103 Pertanian 7 Bancar Sukoharjo Brambang 26 Pertanian 8 Kerek Jarorejo Grubulan 156 Air Minum 9 Kerek Gemulung Bangkok 214 Pertanian 10 Jenu Socorejo Sendangsoco 50 Air Minum 11 Jatirogo Ngepon Gua Klitik 5 Pertanian 12 Jatirogo Dingil (Tidak ada Nama) 15 Pertanian 13 Jatirogo Jatikalang (Tidak ada Nama) 10 Pertanian 14 Bangilan Banjarworo Joblang 6 Pertanian dan air minum 15 Bangilan Kedungjembangan Baung 15 Pertanian 16 Kenduruan Tawaran Kebuduren dan Nanas 20 Pertanian dan air minum 17 Kenduruan Bendolateng Demangan 25 Pertanian 18 Kenduruan Bendolateng Lateng 15 Pertanian 19 Kenduruan Bendolateng Punggur 25 Pertanian 20 Kenduruan Bendolateng Grejekan 15 Pertanian 21 Kenduruan Bendolateng Peninggil 6 Pertanian 22 Singgahan Kedungjambe Nganget 30 Pertanian 23 Singgahan Mulyorejo Trembul 42 Pertanian 24 Singgahan Mulyorejo Gomang 7 Pertanian 25 Parengan Wukirharjo Watuagar 40 Pertanian 26 Parengan Ngawun Pancuran 15 Pertanian dan air minum 27 Senori Katerban Banu 8 Pertanian 28 Montong Guwopetrus Kerawak 600 Pertanian 29 Rengel Punggulrejo Beron 600 Pertanian dan air minum 30 Rengel Rengel Ngerong 800 Pertanian 31 Rengel Maibit Sendang Maibit 50 Pertanian dan air minum 32 Rengel Pekuwon Pekuwon 25 Pertanian dan air minum 33 Plumpang Magersari Mayang 60 Pertanian dan air minum 34 Soko Gununganyar (Tidak ada Nama) 50 Pertanian dan air minum 35 Soko Wadung (Tidak ada Nama) 30 Pertanian 36 Soko Nguruan Tunjung 15 Pertanian 37 Widang Sumberejo Segagak 100 Pertanian Sumber : Dinas PU Cipta Karya Kabupaten Tuban, 2013 Sumber air yang ada di kabupaten Tuban merupakan sumber air Perenial, yaitu sumber air yang mengalir sepanjang tahun. Fungsi utama darai mata air tersebut adalah sebagaai air baku untuk pengairan. Pamanfaatan air untuk keperntingan lain harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan pertikaian di kemudian hari. Pada saat ini, sumber air berupa mata air adalah : VI-41

232 Sumber air Bektiharjo dengan kapasitas pengambilan 30 L/dt Sumber air Beron dengan kapasitas pengambilan 25 L/dt Sumber air Gesikharjo dengan kapasitas pengambilan 30 L/dt 6.3 Neraca Air Di kabupaten Tuban belum pernah dilaksanakan studi menganai Water Balance. Dengan demikian bahasan menagenai neraca air tidak dapat disajikan dalam Laporan RISPAM ini. 6.4 Alternatif Sumber Air Baku Dengan pertimbangan kondisi sumber daya air saat ini dan kendala/ permasalahan yang ada, seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka potensi sumber daya air sebagai air baku dinilai dan dimanfaatkan secara bijaksana agar pada masa mendatang tidak menjadi hambatan bagi PDAM untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat. Mata air merupakan sumber air yang sangat potensial karena pada umumnya berkualitas baik, terlebih dapat dialirkan ke sistem penampung secara gravitasi. Namun dalam pelaksanaannya seringkali dijumpai kendala dalam upaya pemanfaatannya. Kendala yang sering dijumpai adalah perebutan pemanfaatan air antara pemanfaatan untuk air minum dengan pemanfaatan untuk irigasi. Air sungai merupakan alternatif sumber air juga mudah diperoleh, hanya saja ditinjau dari segi kuantitas berfluktuasi tinggi, sedangkan dari segi kualitas tidak memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air bersih tanpa proses pengolahan yang memadai. Ditinjau dari segi kontinuitas, di wilayah Kabupaten Tuban hanya sebagian sungai yang memadai (sungai yang mengalir dengan debit yang mencukupi serta terjaga debit sepanjang tahun). Air tanah dalam, dengan kualitas yang memenuhi syarat serta untuk memperolah diperlukan energi, namun sumber air baku ini tersedia dalam jumlah yang mencukupi untuk wilayah tertentu, di wilayah Kabupaten Tuban. Pengambilan sumber daya air ini bisa dikatakan aman asal dilakukan dengan cara-cara yang memenuhi standar. Secara keseluruhan potensi air tanah di Kabupaten Tuban cukup besar dan menjanjikan untuk dikembangkan lebih lanjut. Namun pada umumnya di wilayah dataran ini potensi air tanah dangkal dan sedang juga bagus sehingga penduduk bisa mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari dengan mudah. Wilayah dengan kondisi seperti ini bukan wilayah potensial bagi pengembangan PDAM. VI-42

233 Di dalam perencanaan pengembangan air tanah perlu direncanakan dan diawasi dengan baik agar tidak terjadi eksploitasi yang berlebihan yang dapat menimbulkan dampak yang merugikan dan mengubah tata guna air tanah. Tindak lanjut dari pengambilan air tanah yang berlebihan tanpa adanya kajian, penelitian kelayakan dan analisa dampak lingkungan mengingat pada daerah ini air tanah menjadi prioritas utama, seyogyanya ditindak-lanjuti dengan penyelidikan dan penelitian air tanah mencakup peresapan, penyebaran potensi (cadangan) dan mutu air tanah. Hasil perhimpunan datadata tersebut diolah untuk digunakan sebagai bahan untuk perencanaan eksploitasi; dan perencanaan pengembangan serta konservasi; guna mencegah pengambilan debit yang berlebihan supaya tidak terjadi dampak yang timbul di kemudian hari. Kabupaten Tuban sebenarnya memiliki banyak sumber dengan kapasitas yang mencukupi, sangat menguntungkan untuk memanfaatkan mata air untuk air baku PDAM. Beberapa mata air yang saat ini sudah dimanfaatkan PDAM masih bisa ditingkatkan dengan menambah kapasitas pengambilan oleh PDAM. Selain sumber-sumber yang telah dimanfaatkan oleh PDAM masih terdapat beberapa mata air yang mempunyai debit besar yang bisa dimanfaatkan sebagai air baku PDAM. Sumber-sumber tersebut saat ini belum dipergunakan sebagai air minum hanya dimanfaatkan sebagai air untuk irigasi pertanian. Dalam rangka pemanfaatan sumber air ini untuk air baku air minum oleh PDAM selain dengan mempertimbangkan aspek teknis juga diperlukan pertimbangan aspek lain. Aspek institusional diperlukan menyangkut kelembagaan dan kewenangan atas pemanfaatan sumber air baik institusi pemerintah maupun masyarakat. Kewenangan menyangkut institusi pemerintah dapat diatur dengan suatu produk kebijakan. Sedang menyangkut institusi masyarakat perlu didukung dengan pendekatan sosial tertentu supaya dikemudian hari pemanfaatan sumber air ini tidak menimbulkan permasalahan atau konflik sosial untuk harus dilakukan kajian terhadap keperluan irigasi oleh para petani maupun pemanfaatan lainnya saat ini. Pemanfaatan mata air sebagai air baku air minum hanya berada di wilayah Kecamatan Tuban, Rengel dan palang. Untuk wilayah barat dimana potensi mata air kecil sedangkan potensi air tanah juga kecil, pengembangan air minum perpipaan dengan skala besar sulit untuk dikembangkan. Dari hasil diskusi dengan PDAM kabupaten Tuban beberapa mata air yang masih bias dikembangkan untuk penyediaan air bersih adalah mata air Bektiharjo, dan mata air Beron, dengan menambah kapasitas pompa. VI-43

234 6.5 PENGELOLAAN LINGKUNGAN Dasar pertimbangan pengelolaan lingkungan adalah pengamanan air baku untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat Kabupaten Tuban baik yang dikelola PDAM maupun non PDAM secara kualitas, kuantitas maupun kontinuitas. Dari segi kuantitas pengamanan air baku harus dilakukan dalam rangka menjaga imbuhan untuk mempertahankan siklus hidrologi. Konservasi untuk mempertahankan resapan air ke dalam tanah harus dilakukan dengan baik. Konservasi ini tidak hanya menyangkut kemampuan atau kapasitas imbuhan tetapi juga menyangkut kualitas air dengan mencegahnya dari pencemaran. Upaya konservasi bukan merupakan wewenang PDAM, namun melibatkan banyak pihak untuk pelaksanaannya. Koordinasi antar instansi harus dilakukan agar dapat berjalan efektif. Untuk upaya menjaga kualitas air baku, harus dijaga agar pembuangan limbah ke badan air maupun ke tanah dijaga untuk tetap mengacu pada baku mutu yang berlaku sehingga tidak terjadi pencemaran air dan tanah. Sasaran kegiatan pengelolaan lingkungan adalah : 1. Pengelolaan kawasan konservasi resapan air dengan memepertahankan fungsi hutan lindung atau pengembangan kawasan pertanian dengan tetap memperhatikan kemampuan resapan air 2. Pengendalian pembuangan limbah padat dan cair baik dari industri maupun dari rumah tangga Untuk bisa melaksanakan kegiatan ini, peran serta masyarakat sangat penting boleh karena itu harus dilibatkan secara optimal. Pada pengembangan lahan pertanian misalnya, penggunaan jenis tanaman harus diupayakan untuk memilih yang mendatangkan manfaat secara ekonomis selain kemampuannya menyerap air hujan dan menjaga tanah dari longsor. Untuk pengendalian pembuangan limbah padat dan cair perlu adanya sistem yang terintegrasi dengan program penanganan sampah dan sanitasi rumah tangga. Khusus untuk industri harus tersedia sarana IPAL (Instalasi Pengolah Air Limbah) yang akan mengolah limbah yang dihasilkan sebelum dibuang ke badan air penerima, dengan mengacu standar baku mutu buangan yang berlaku. Industri yang cukup besar di Tuban yaitu pabrik kulit menghasilkan limbah yang berbahaya jika tidak ditangani dengan besar. VI-44

235 Untuk rumah tangga, saat ini penanganan sanitasi setempat masih merupakan solusi untuk pengelolaan limbah rumah tangga. Sistem ini cukup baik, namun biasanya sarana yang tersedia hanya mengelola buangan dari toilet saja. Buangan limbah dari sumber lain (dapur, kamar mandi) biasanya masih disalurkan langsung ke saluran terbuka yang memungkinkan terjadinya pencemaran pada badan air atau tanah. Untuk menjaga kualitas lingkungan perlu dipertimbangkan penggunaan sarana pengolah limbah skala rumah tangga yang mampu mengolah air limbah dari kamar mandi/dapur yang dihasilkan sehingga bisa dimanfaatkan lagi (untuk menyiram tanaman, menggelontor toilet). Metode ini layak dipertimbangkan karena akan sangat efisien dalam pencegahan pencemaran lingkungan serta untuk menghemat penggunaan air. Bangunan bangunan tertentu memerlukan pengawasan khusus dalam pengelolaan limbah antara lain rumah sakit, hotel dan restoran. Selain itu kegiatan peternakan juga menghasilkan limbah dengan jumlah yang besar serta kualitas khusus sehingga memerlukan perhatian khusus. 6.6 Usulan Perizinan Sumber Air Baku Dalam rangka untuk melestarikan sumber air yang berkelanjutan, terutama untuk menjamin pasokan air bersih untuk masyarakat Kabupaten Tuban, diperlukan sebuah payung hukum, terkait perizinan pengelolaan air tanah di dalam wilayah administrasi Kabupaten Tuban yang melibatkan dinas maupun instansi terkait dalam penerbitan izin. Perusahaan Daerah Air Minum adalah instansi di dalam lingkungan pemerintah Kabupaten Tuban yang diberi tanggung jawab untuk menyediakan kebutuhan air bagi masyarakat, memiliki kewajiban untuk menyediakan air dalam jumlah yang memadai, kualitas yang memenuhi kesehatan dan dengan harga yang terjangkau. Di sisi lain, hingga saat ini, belum ada komunikasi formal antara instansi yang berwenang dalam menerbitkan izin penggunaan dan pengelolaan air tanah, bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan pasokan air bersih kepada masyarakat di Kabupaten Tuban. Perlu diusulkan untuk membuat Peraturan Daerah untuk memberikan wewenang kepada Dinas atau Instansi di lingkungan Kabupaten Tuban dengan mengilutsertakan PDAM Kabupaten Tuban untuk memberikan rekomendasi kepada pemohon pengelolaan ABT di dalam wilayah administrasi Kabupaten Tuban, jika pemohon dapat diberikan izin untuk memanfaatkan air tanah atau harus menjadi pelanggan PDAM sebagai sumber pasokan air bersih mereka. Selain untuk mengontrol penggunaan air tanah, dengan Peraturan ditujukan pula untuk pelestarian air tanah Kabupaten Tuban. VI-45

236 Permasalahan pengambilan air tanah yang tidak terkendali berkaitan dengan aspek pendayagunaan sumber daya air. berikut: Beberapa kebijakan yang diusulkan adalah sebagai berikut: Menyusun peraturan perundangan air tanah di tingkat operasional; Memberikan pembinaan atau sangsi bagi masyarakat yang mengambil air tanpa izin atau secara liar; dan Pengendalian izin pengambilan air tanah. Untuk mendukung usulan kebijakan tersebut, diusulkan pula strategi sebagai Membuat perizinan penggunaan air dan alokasi air serta pengendalian distribusi air yang diupayakan dengan optiamasi manfaat airnya; dan Penegakan hukum dalam ketertiban pengambilan/penggunaan air yang diterapkan pada sektor industri. Diperlukan adanya Peraturah Daerah tentang Retribusi Pengelolaan Air Tanah, yang memuat hal-hal sebagai berikut: 1. Setiap pengambilan air permukaan dan air tanah untuk keperluan air minum komersial, industry, serta untuk kepentingan yang bersifat komersial lainnya hanya dapat dilaksanakan melalui persetujuan dari Dinas/Instansi yang ditunjuk (misal Dinas Lingkungan Hidup) dengan melibatkan PDAM Kabupaten Tuban dalam pemberian rekomendasi; 2. Penggunaan ABT (untuk keperluan komersial, industri, serta untuk kepentingan yang bersifat komersial lainnya) tetap diwajibkan menjadi pelanggan PDAM dengan dikenakan batas pemakaian minimal dari pemakaian 3. Penetapan besaran nilai retribusi pengambilan air permukaan dan air tanah yang berlaku, sesuai dengan klasifikasi tertentu. VI-46

237 VII RENCANA PENGEMBANGAN SPAM 7.1 Kebijakan, Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Rencana pola pemanfaatan ruang adalah rencana distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengann fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Sedangkan kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Selengkapnya terkait rencana penggunaan lahan di Kabupaten Tuban, disajikat dalam Peta 2.22 Rencana Penggunaan lahan dan Tabel berikut. Tabel 7. 1 Rekapitulasi Rencana Land Use Rencanaa No Rencana Penggunaann Lahan Luas (Ha) (%) A. Kawasan Lindung ,99 20,26% 1 Kawasan hutan lindung 730,80 0,40% 2 Kawasan perlindungan terhadap kawasan bawahannya 781,00 0,42% 3 Kawasan perlindungan setempat 4 Kawasan RTH Perkotaan 6.901, ,69 3,75% 2,20% 5 Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar 123,00 Budaya 0,07% 6 Kawasan lindung geologi (Kawasan Kars) B. Kawasan Budidaya 7 Kawasan hutan produksi ,400 13,43% ,57 79,74% ,400 27,60% VII-1

238 No Rencana Penggunaan Lahan Rencana Luas (Ha) (%) 8 Kawasan hutan rakyat ,00 7,76% 9 Kawasan pertanian ,87 26,16% 10 Kawasan perikanan 805,44 0,44% 11 Kawasan pertambangan 2.148,70 1,17% 12 Kawasan industri ,00 6,97% 13 Kawasan pariwisata 14,40 0,01% 14 Kawasan permukiman ,76 9,63% Total ,56 100,00% Sumber : RTRW Kabupaten Tuban VII-2

239 Peta 2.22 Rencana Penggunaan lahan Kabupaten Tuban BAPPEDA KABUPATEN TUBAN Jalan Kartini no.2 tuban Rencana Induk Sistem Penyedian Air Minum Kabupaten Tuban VII-3

240 7.2 Rencana Sistem Pelayanan Tujuan utama pengembangan sistem dalam penyediaan air bersih Kabupaten Tuban adalah peningkatan pelayanan. Komponen utama system yang akan dikembangkan terdiri dari komponen sumber air baku, jaringan pipa, pompa distribusi, pipa disrtribusi, reservoir serta penambahan sambungan pelayanan air bersih. Komponen lain yang akan berpengaruh pada perencanaan system adalah aspek kelembagaan dan keuangan PDAM. Pokok-pokok perbaikan dalam struktur kelembagaan diharapkan akan membawa PDAM untuk mencapai tujuan. Demikian juga halnya dengan aspek financial, timbulnya biaya investasi dalam rangka pengembangan system, ayang akan berpengaruh terhadap tariff air diharapkan tidak akan memebebani masyarakat/konsumen SUMBER AIR BAKU Ketersediaan sumber air baku merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap rencana pengembangan sistem. Rencana pemenuhan kebutuhan air baku akan didasarkan pada prinsip-prinsip serta kondisi sebagai berikut : 1. Pada saat ini, air tanah dalam merupakan satu-satunya sumber air baku yang tersedia dan dimanfaatkan PDAM Kabupaten Tuban sebagai sumber air baku untuk sistem penyediaan air bersih PDAM. 2. Pengambilan air tanah dalam secara terus menerus akan berisiko terhadap ketersidaan air tanah dalam sehingga untuk jangka panjang sudah harus dipikirkan untuk memanfaatkan/menyediakan alternatif sumber air baku yang lain, selain air tanah dalam. Pemanfaatan air hujan dengan membuat tampungan untuk menampung air hujan saat musim penghujan merupakan salah satu alternatif sumber air baku yang bias diharapkan dan dikembangkan. 3. Mengingat keterbatasan sumber air baku yang berada di wilayah Kabupaten Tuban, pemanfaatan sumber air baku yang berasal dari luar wilayah dapat menjadi bagian pertimbangan dan perlunya langkah antisipatif dalam menghadapi berbagai kendala yang akan terjadi, baik kendala teknis maupun non teknis. Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, sumber air baku utama dalam sistem penyediaan air bersih Kabupaten Tuban yang tersedia saat ini berupa air tanah dalam dan hanya sebagian kecila sumaber air baku berupa amata air. Dalam rencana induk ini, sumur bor tetap diperhitungkan sebagai sumber air baku utama. Hal ini VII-4

241 didasarkan pada pertimbangan bahwa sumur bor merupakan sumber air baku potensial di Kabupaten Tuban. Selain sumur bor, alternatif sumber air baku yang dapat dimanfaatkan berupa mata air yaitu Bekti harjo dan Mata Air Beron. Namun pemanafaatan kedua mata air tersebut dengan menambah kapasitas nampaknya akan menemui kendala karena konflik kepentingan dengan pengguna lainnya Rencana Pengembangan Strategi PDAM Kabupaten Tuban disusun berdasarkan visi dan misi perusahaan serta berdasar masalah yang berkembang dari kondisi internal dan eksternal saat ini dan antisipasi dari perkiraan kondisi tersebut dimasa akan datang. Untuk memperkirakan kondisi di masa mendatang dihitung kebutuhan air selama 15 tahun ke depan hingga tahun 2028 berdasarkan kondisi saat ini dengan memperhatikan perkembangan penduduk dan kebijakan rencana pengembangan wilayah. Berdasarkan kajian yang telah diuraikan pada bab-bab terdahulu, strategi umum perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan aspek kuantitas melalui penambahan kapasitas terpasang untuk meningkatkan debit operasi sesuai dengan peningkatan pelayanan dan konsumsi air oleh pelanggan 2. Masa optimalisasi internal, meliputi upaya-upaya meningkatkan efektivitas dan efisiensi seluruh faktor-faktor internal perusahaan termasuk produksi dan penurunan tingkat kehilangan air 3. Mengatasi masalah aspek keuangan, terutama masalah-masalah yang berpengaruh besar terhadap kemampuan likuiditas perusahaan 4. Meningkatkan pendanaan invetasi 5. Meningkatkan efektivitas manajemen 6. Menggalang dukungan pemerintah Kabupaten Tuban khususnya pada jaminan ketersediaan air baku Dasar pertimbangan rencana pengembangan sistem air bersih Kabupaten Tuban adalah : 1. Kondisi pelayanan air bersih dari PDAM saat ini dimana pelayanan air minum dari masyarakat baru mencapai sebanyak 14,2% penduduk Kabupaten Tuban yang terlayani air bersih dari PDAM. 2. Pengembangan potensi daerah khusus yang menunjang pertumbuhan perekonomian daerah. 3. Pekembangan wilayah strategis yang memerlukan prasarana baru VII-5

242 4. Peningkatan sosial ekonomi masyarakat pada masa mendatang. Dengan dasar pertimbangan seperti tersebut di atas, skenario pengembangan air bersih Kabupaten Tuban adalah : 1. Pemanfaatan air dari sumur dangkal, karena kualitas air yang tidak memenuhi syarat, tidak dihitung sebagai sumber air bersih 2. Pelayanan system perpipaan non PDAM diharapkan masih akan berlangsung sampai akhir periode dengan cakupan pelayanan yang sama dengan kondisi saat ini 3. Wilayah pelayanan di masing-masing unit sama seperti saat ini, dengan penambahan wilayah pelayanan ke daerah sekitarnya yang saat ini belum terlayani dari PDAM. 4. Pelayanan air bersih dari PDAM sampai dengan tahun 2029 sebesar 23,23% atau terjadi peningkatan pelayanan sebesar 9,1% dari cakupan pelayanan saat ini. 5. Prioritas utama kegiatan adalah pemanfaatan kapasitas eksisting dengan pemanfaatan idle capacity. 6. Sampai dengan akhir tahap perencanaan sumber air baku berasal dari air tanah dalam Rencana sistem pelayanan adalah pada desa-desa yang belum terlayani dan juga wilayah yang menunjang sistem ekonomi di kabupaten Tuban. Pada RISPAM ini rencana sistem pelayanan terbagi menjadi: 1. Optimalisasi Optimalisasi adalah mengoptimalisasikan di daerah pelayanan eksisting, dengan meningkatkan prosentase pelayanan atau dengan menambah SR. Optimalisasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan debit eksisting dan membangun sumur bor baru jika dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan IKK hingga akhir tahun perencanaan. 2. Pengembangan wilayah Pengembangan wilayah dilakukan dengan menambah jumlah SR dengan membangun jaringan baru pada wilayah belum terlayani dengan sumur baru sesuai perhitungan kebutuhan air bersih. Rencana Pelayanan dapat dilihat pada Tabel 7.2 dan rencana pengembangan wilayah dapat dilihat pada Peta 7.1 VII-6

243 Tabel 7. 2 Rencana Pelayanan dan Kebutuhan Air KEBUTUHAN AIR UNIT KAP TERPAS ANG (liter/d etik) TAMBAHAN KAPASITAS SAMPAI 2028 (liter/detik) KETERANGAN IKK GRABAGAN 15 13,01 13,84 14,31 15,05 0 Optimalisasi IKK GRABAGAN (sistem baru) 0 2,53 4,65 7,22 9,62 10 Instalasi baru di desa Grabagan IKK TUBAN 182,5 157,39 142,41 175,11 182,34 0 Optimalisasi Pelayanan Rencana Ringroad 0 0,00 7,22 12,71 17,53 18 Dimulai tahun 2016; pembuatan sistem baru IKK JENU 15 14,90 17,77 20,32 22,39 7,5 Optimalisasi IKK SOKO 5 4,83 13,97 19,89 20,68 10 optimalisasi dengan debit eksisting dan rencana penambahan sumber di desa Sandingrowo IKK WIDANG 20 4,57 15,34 20,05 19,97 0 Optimalisasi dengan menggunakan debit Eksisting IKK MONTONG 15 7,85 13,36 14,45 15,46 0 Optimalisasi dengan menggunakan debit Eksisting IKK PLUMPANG 40 21,90 30,34 34,94 36,05-4 Optimalisasi menggunakan debit eksisting IKK PALANG 20 16,62 25,02 36,84 49,17 30 IKK BANGILAN 2,5 3,40 5,99 9,52 12,93 23 IKK SEMANDING 30 33,31 36,70 40,25 43,20 13 Optimalisasi dan rencana penambahan sumber dan sistem baru melayani sumurgung, tegalbang, dawung Harus dilakukan Penambahan sumber baru dengan debit perencanaan 23 liter/detik rencana di ambil dari kenduruan Dibutuhkan Penambahan sumber baru dengan Debit sumber 13 liter/detik rencana penambahan di Tegalgung IKK RENGEL 25 25,44 24,38 25,98 27,33 5 Debit sumber eksisting sudah tidak bisa dilakukan penambahan IKK MERAKURAK 8 7,10 7,58 8,72 9,05 1,5 Debit sumber eksisting sudah tidak bisa dilakukan penambahan IKK TAMBAKBOYO 18 15,49 16,75 18,25 16,96 8,0 Debit sumber eksisting sudah tidak bisa dilakukan penambahan IKK JATIROGO 10 5,37 8,70 9,60 9,81 0 Debit sumber eksisting sudah tidak bisa dilakukan penambahan IKK BANCAR 5 4,78 5,03 5,18 5,29 0 Debit sumber eksisting sudah tidak bisa dilakukan penambahan VII-7

244 VII-8

245 7.3 Rencana Pengembangan Pelayanan SPAM Pada rencana sistem pelayanan maka setelah dilakukan perhitungan kebutuhan air bersih dan hasil diskusi dengan PDAM dan data yang ada maka pengembangan dilakukan di setiap IKK. Rencana pengembangan untuk setiap IKK dapat dilihat pada sub bab selanjutnya Pengembangan IKK Grabagan IKK Grabagan direncanakan untuk optimalisasi pada daerah pelayanan, pada IKK Grabagan juga dapat ditambahkan sistem baru dengan pengambilan air di sumber di Desa Grabagan, sebesar 10 liter/detik (tahun 2014) untuk melayani desa Banyubang dan Ngrenjeng yang belum terlayani air bersih, dengan idle sebesar 2,04 liter/ detik maka sistem ini juga dapat dikoneksikan ke sistem lama. Rencana pengembangan dapat dilihat pada Peta Pengembangan IKK Tuban Skema pengembangan IKK Tuban yaitu berupa optimalisasi dan penambahan jaringan baru untuk menunjang ring road. Optimalisasi dilakukan pada sistem eksisting dengan memanfaatkan debit eksisting sedangkan penambahan dengan membangun sumur bor baru di desa Sumurgung, dengan pertimbangan potensi air tanah yang ada. Penambahan jaringan baru yaitu pada desa Kembangbilo, Banyubang dan Boto. Rencana pengembangan dapat dilihat pada Peta Pengembangan IKK Jenu Skema pengembangan pada IKK Jenu adalah optimalisasi dan penambahan desa pelayanan, yaitu pada desa Remen, mentosa, sumur geneng dan rawasan. Untuk dapat optimalisasi dan pengembangan pada desa yang belum terlayani dibutuhkan penambahan debit sumber sebesar 15 liter/detik yang di rencanakan diambil di desa Wadung. Rencana pengembangan dapat dilihat pada peta Pengembangan IKK Soko Skema pengembangan IKK Soko adalah penambahan sumber di desa Sandingrowo dengan optimalisasi di desa Sukosari dan Sumurcinde. Penambahan jaringan baru pada desa Pandanwangi. Debit yang dibutuhkan adalah sebesar 20 liter/detik, penambahan dapat dilakukan pada tahun 2015 dan Rencana pengembangan pada dilihat pada peta 7.6 VII-9

246 7.3.5 Pengembangan IKK Widang Skema pengembangan pada IKK Widang adalah optimalisasi pada sistem eksisting dengan memanfaatkan debit sumber yang ada yaitu 20 liter/detik Pengembangan IKK Montong IKK Montong direncanakan untuk optimalisasi di desa pelayanan dengan memanfaatkan debit eksiting Pengembangan IKK Plumpang IKK Plumpang rencana pengembangannya adalah pada desa Kesamben dan Trutup, direncanakan penambahan sumber adalah sebesar 15 liter/detik pada desa Kesamben, penambahan dapat dilakukan pada Tahun Rencana pengembangan dapat dilihat pada Peta Pengembangan IKK Palang Pengembangan IKK Palang pada desa Lereng Kulon dan Lereng wetan dan optimalisasi pada wilayah eksisting, dengan penambahan sumber sebesar 30 liter/detik pada desa Leran wetan. Rencana pengembangan dapat dilihat pada Peta Pengembangan IKK Bangilan Skema pengembangan pada IKK Bangilan adalah dengan menambahkan sumber baru pada desa Jatiklabang (Jatirogo) sebesar 20 liter/detik. Peambahan sumber bertujuan untuk optimalisasi didaerah pelayanan. Peta pengembangan dapat dilihat pada Peta Pengembangan IKK Semading Skema pengembangan IKK Semanding adalah pengembangan pada Desa Prunggahan Wetan dan Prunggahan Kulon dengan mengebor sumber baru pada Tegalgung pada tahun 2014 sebesar 15 liter/detik. Peta pengembangan dapat dilihat pada Peta Pengembangan IKK Rengel Pada IKK Rengel, hasil proyeksi air bersih menujukan bahwa dibutuhkan penambahan sebesar 15 liter/detik, yang direncanakan akan di buat sumur bor baru di desa Ngadong, Rencana dapat dilihat pada peta VII-10

247 Pengembangan IKK Merakurak Skema pengembangan pada IKK Merakurak adalah dengan penambahan pada desa Mandirejo dan Sumber, dengan penambahan sumber sebesar 20 liter/detik pada desa Mandirejo. Peta pengembangan dapat dilihat pada Peta Pengembangan IKK Tambakboyo Skema pengembangan pada IKK Tambakboyo adalah dengan penambahan pada desa Merkawang dan Glondongedhe, dengan kebutuhan penambahan sebesar 10 liter/detik, penambahan direncanakan pada Tahun Penambahan direncanakan pada desa Dasin. Peta pengembangan dapat dilihat pada Peta Pengembangan IKK Jatirogo Skema pengembangan IKK Jatirogo, yaitu optimalisasi menggunakan debit eksisting atau tidak dilakukan penambahan sumber air baku Pengembangan IKK Bancar eksisting Skema pengembangan IKK Bancar adalah optimalisasi dengan menggunakan debit VII-11

248 VII-12

249 VII-13

250 VII-14

251 VII-15

252 VII-16

253 VII-17

254 VII-18

255 VII-19

256 VII-20

257 7.4 Air Minum Perpipaan Non PDAM Pelayanan air minum perpipaan pedesaan di Kabupaten Tuban yang terlayani melalui HIPPAM adalah sebesar 16,7% penduduk, di Kabupaten Tuban.. Dalam rangka meningkatkan pelayanan air minum perpipaan non PDAM, pemerintah telah menyusun program pembangunan air minum perdesaan di setiap Kota/ Kabupaten. Dalam RISPAM ini dengan mengacu pada lokasi pelayanan air minum di pedesaan yang telah ada maka disusun program pelayanan air minum untuk 15 tahun ke depan. Prioritas pelayanan air minum perpipaan di pedesaan akan diberikan pada lokasi desadesa rawan air dan desa-desa yang belum terlayani opelh PDAM. Sistem yang akan dibangun akan disesuaikan dengan potensi air baku yang tersedia di masing-masing desa. Sistem dengan sumber air baku berupa mata air dengan posisi mata air lebih tinggi dari wilayah pelayanan merupakan alternatif utama yang diinginkan. Namun untuk lokasi-lokasi tertentu terutama di daerah rawan air, potensi sumber air seperti ini sangat kecil kemungkinannya dapat ditemui. Jika tidak memungkinkan untuk melayani dengan perpipaan secara gravitasi, maka sistem lain bisa dilaksanakan sesuai dengan potensi air baku yang tersedia. Wilayah dimana tidak ditemui adanya air baku berupa mata air dapat dilayani dengan membuat sumur bor. Kendala yang akan ditemui dalam pelayanan air minum dengan sumber air baku dari sumur bor adalah besarnya biaya operasional yang harus ditanggung masyarakat terutama biaya listrik untuk mengoperasikan pompa. Terkadang suatu daerah tidak memiliki potensi air baku berupa mata air maupun air tanah dalam. Untuk wialyah dengan kondisi ini maka sarana air bersih yang bisa di gunakan adalah Penampung Air Hujan (PAH) atau sumur gali. Bangunan PAH biasanya dipergunakan secara individual (satu unit untuk masing-masing keluarga). Untuk sumur gali bisa dibangun untuk keperluan individual atau dibangun untuk keperluan kolektif. Air dari satu sumur gali dipompa ke reservoir atas dengan kapasitas kecil (1 m 3 ) kemudian didistribusikan secara gravitasi ke para pengguna air. Di Kabupaten Tuban sampai dengan tahun 2028 diidentifikasi sebanyak 152 desa yang belum mendapatkan pelayanan air minum perpipaan. Angka ini diambil dengan mengasumsikan belum ada pengembangan perpipaan dari kondisi saat ini, kecuali pengembangan oleh PDAM sebagaimana yang direncanakan di dokumen RISPAM ini. Pemerintah Daerah Kabupaten Tuban merencanakan pada masa mendatang, setiap desa/kelurahan memiliki minimla satu system pelayanan perpipaan di setiap VIII-21

258 desakelurahan.. Belum dilakukan identifikasi jenis sumber air baku yang akan dipergunakan untuk melayani masyarakat di masing-masing desa ini. Jika dirata-rata setiap tahun akan ditangani sebanyak 14 desa Air Minum Non Perpipaan Di beberapa wilayah di Kabupaten Tuban sumur gali merupakan sumber air baku utama untuk penyediaan air minum masyarakat sehari-hari. Hal ini karena sistem air minum perpipaan belum menjangkau wilayah ini dan juga karena air dari sumur dangkal dapat diperoleh masyarakat dengan mudah. Dari kondisi saat ini dimana pemanfaatan air dari sumur gali merupakan sumber utama air bersih masyarakat maka perlu perhatian terhadap pemanfaatan air dari sumur gali oleh masyarakat. Selama ini masyarakat tidak melakukan pengolahan yang cukup, agar air sumur dangkal dapat dijadikan sebagai air minum. Yang dilakukan masyarakat sesuai anjuran Dinas Kesehatan adalah merebus air sumur tersebut sebelum dikonsumsi agar kandungan bakteri hilang dan layak untuk diminum. Pengujian kualitas fisilk, kimia, dan bakteriologis air sumur dangkal di laboratorium perlu dilakukan secara berkala, minimal 2 kali dalam 1 tahun yaitu pada musim kemarau dan musim hujan, untuk mengetahui apakah sumur dangkal tersebut aman dikonsumsi masyarakat. Pengujian dapat dilakukan masyarakat namun hal ini masih sulit untuk dilaksanakan mengingat pengujian air di laboratorium memerlukan biaya. Pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan telah melakukan pengujian terhadap kualitas air dari sumur dangkal penduduk secara periodik. Peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap pemahaman mengenai air bersih perlu ditingkatkan. Hal ini penting karena jumlah masyarakat yang menggunakan sumur dangkal sebagai sumber air bersih cukup besar. Peran Dinas terkait diperlukan untuk memberikan pembinaan masyarakat baik dalam penggunaan air maupun dalam proses pembangunan sumur gali yang memenuhi standart. Masyarakat perlu didorong agar dapat mengembangkan SPAM bagi diri sendiri, keluarga dan lingkungannya dengan memanfaatkan potensi sumber air baku yang terseda disekitarnya. Pengetahuan yang perlu bagi masyarakat yang mengkonsumsi air sumur dangkal adalah sebagai berikut: 1. Kualitas air dari sumur dangkal perlu dipelihara kualitas dan kuantitas, agar air tetap aman bagi kesehatan dengan menjaga kelestarian daerah tangkapan air sekitar. VIII-22

259 2. Pemilik sumur dangkal di satu lokasi /desa perlu memeriksakan air sumur ke Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten mengenai sifat kimia dan bakteriologi dengan biaya terjangkau dan secara bergilir/bergantian. 3. Perlu adanya petunjuk pembuatan sumur dangkal yang memenuhi standart kesehatan baik mengenai bentuk/konstruksi sumur gali maupun pemilihan lokasi sumurgali. 4. Inisiatif untuk mengembangkan SPAM bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat sekitarnya dengan menyediakan air sumur dangkal aman bila air lokasi tidak dapat dilayani PDAM, HIPPAM atau KSM. Sebagian besar pemanfaatan sumur gali sebagai sumber air baku air minum dilakukan dengan menggunakan timba atau dengan pompa. Pengembangan pemanfaatan sumur gali untuk penyediaan air minum perpipaan dapat dilakukan untuk kemudahan masyarakat mendapat air minum. Air dari sumur gali dipompa ke tandon dengan kapasitas kecil misal 1 m 3. Tandon diletakkan pada ketinggian yang mencukupi sehingga dapat dialirkan secara gravitasi. Hal ini sebenarnya sudah dilakukan oleh sebagian masyarakat dimana mereka membuat tendon di dalam rumah untuk menampung air dari sumur gali sebelum dialirkan ke kran-kran di dalam rumah. Namun kegiatan ini merupakan kegiatan individual, dilaksanakan di masing-masing rumah tangga Strategi Pengembangan Dari hasil evaluasi telah dapat ditentukan posisi PDAM Kabupaten Tuban pada saat ini. Berangkat dari posisi tersebut ditetapkan sasaran-sasaran yang ingi dicapai yang merupakan penggunaan terbaik dari sumberdaya yang dimiliki PDAM Kabupaten Tuban saat ini. Agar dapat dicapai, penetapan sasaran didasarkan pada beberapa pertimbangan. Kesinambungan penyediaan air minum perpipaan yang dikelola PDAM hanya dapat terjamin apabila diperoleh keuntungan dari hasil operasinya. Tingkat keuntungan yang dapat diperoleh PDAM dipengaruhi oelh 3 (tiga) faktor utama, yaitu : tingkat penjualan, yang sangat ditentukan oleh kapasitas produksi; harga jual; dan efesiensi produksi Tingkat Penjualan Tingkat penjualan air sangat ditentukan oleh bagaiman kualitas dari yang dimiliki PDAM khususnya kualitas dari peralatan penghasil air bersihnya. Kualitas ini tentunya sangat VIII-23

260 ditentukan pula pada pilihan investasi yang dilakukan. Selain itu, komposisi dari peralatan penghasil air bersih dan peralatan distribusinya berada pada kondisi yang seimbang dalam arti, dalam melakukan pilihan investasi PDAM harus dilihat sebagai satu kesatuan dari mulai sumber air baku hingga ke sambungan langganan. Pada dasarnya dengan semakin tinggi (besarnya) nilai aset dari perusahaan tersebut maka akan bertambah besar pula kapasitas produksinya, yang berarti pula dapat meningkatkan penjualan. Dengan melihat daftar tunggu di PDAM Kabupaten Tuban di beberapa wilayah/ orang yang menunjukkan animo masyarakat untuk menjadi pelanggan PDAM yang demikian besar, maka jika tersedia produksi air yang mencukupi maka proses penjualan tidak akan menemui kesulitan. Kondisi Kabupaten Tuban yang tidak sulit mendapatkan air baku, disatu sisi, merupakan kondisi yang mendukung kemudahan penjualan air PDAM Harga Jual Harga jual merupakan variabel yang sangat penting bagi PDAM karena harga jual terkait langsung dengan jumah pemasukan PDAM. Namun tarif air tidak ditentukan sendiri oleh PDAM melainkan ditentukan oleh pemerintah kabupaten bersama DPRD. Ada dua isu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan tarif air ini, pertama adalah tingkat tarifnya dan yang kedua adalah administrasi tarif. Tarif air yang yang belum sesuai dengan biaya produksi akan menyebabkan kerugian meskipun PDAM bisa meningkatkan kapasitas produksinya maka peningkatan tersebut tidak bisa mengimbangi peningkatan biaya. Mengingat bahwa kapasitas produksi PDAM tidak bisa diubah dalam jangka pendek maka peningkatan penjualan dalam jangka pendek harus diartikan sebagai peningkatan dalam penggunaan kapasitas produksi dan juga dalam penurunan kebocoran produksi dan distribusi. Peningkatan penggunaan kapasitas produksi tidak akan banyak membawa perubahan dalam penjualan jika tidak dapat mengefektifkan kolektibilitas tagihan kepada konsumen dan jika sebagian besar konsumen masih menunggak pembayaran tagihanny. Makin rendah efektivitas penagihan, makin banyak penjualan yang tertanam dalam piutang usaha yang pada akhirnya akan mempengaruhi arus kas serta kemampuan PDAM untuk melakukan investasi Efisiensi produksi Efisiensi produksi adalah faktor utama yang berhubungan dengan biaya operasi dan pemeliharaan PDAM. Dalam struktur biaya PDAM diklasifikasikan dua kelompok biaya, yaitu kelompok biaya langsung dan kelompok biaya tidak langsung. Kelompok biaya VIII-24

261 langsung adalah biaya langsung memproduksi air, seperti biaya sumber, biaya pengolahan, biaya transmisi dan distribusi. Sedangkan kelompok biaya tak langsung adalah biaya yang berhubungan dengan pengelolaan PDAM secara keseuruhan termasuk didalamnya biaya untuk tenaga kerja tidak langsung, biaya bunga dan biaya penyusutan. PDAM dapat meningkatkan kemampuannya dengan cara menekan biaya-biaya di atas. Efisiensi bisa dilakukan dengan melakukan peningkatan produktivitas faktor produksinya. Biaya bunga sering dikeluhkan sebagai beban sehubungan dengan tidak terbayarnya bunga dan pokok pinjaman yang telah jatuh tempo. Namun untuk PDAM Kabupaten Tuban karena tidak memiliki beban utang, maka biaya bunga bukan merupakan beban PDAM Profitabilitas Korelasidari rasio keuntungan PDAM terhadap beberapa variabel penentu dapat menunjukkan faktor-faktor apa yang mempengaruhi profitabilitas dari PDAM. Variabelvariabel penentu tersebut adalah tingkat efisiensi yang diukur dari rasio biaya terhadap pendapatan operasi, rasio hutang jangka panjang terhadap ekuitas, jangka waktu penagihan piutang yang mengukur kolektibilitas tagihan. Efektivitas penagihan secara hipotesis seharusnya berpengaruh terhadap tingkat keuntungan PDAM. Namun dari hasil kajian hubungan antara kedua variabel tersebut tidak signifikan. Kalupun ada hubungannya itu karena dicadangkannya biaya penyisihan piutang yang dijadikan biaya. Hal ini dapat dimengerti karena efektifitas penagihan akan lebih banyak terkait dengan arus kas dari PDAM. Efektivitas penagihan yang tinggi berarti makin banyak penjualan yang tertagih dan sebaliknya. Tetapi karena dalam menghitung keuntungan penerimaan dalam bentuk piutang juga diperhitungkan sebagai pendapatan maka walaupun efektivitas penagihan rendah, PDAM tetap bisa mempunyai keuntungan besar. Apabila penjualan terkait dalam piutang terlalu lama maka hasil penjualan tersebut tidak dapat diinvestasikan dalam kegiatan produktif. Akibatnya kapasitas untuk menciptakan penerimaan dan keuntungan menjadi terbatas. Karena itu ukuran kolektivitas yang relevan untuk dilihat adalah jangka waktu penagihan. Ada hubungan yang signifikan dan negatif antara keuntunhan dengan lamanya penjualan terkait dalam piutang. Dilihat dari current ratio umumnya PDAM mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi. Likuiditas yang tinggi ini berarti ada dana yang tidak digunakan secara efektif. Kalau diperhatikan lebih jauh maka likuiditas yang tinggi itu adalah akibat tingginya piutang VIII-25

262 usaha. Besarnya dana yang terkait pada piutang usaha dengan umur yang tinggi akan membatasi kemampuan PDAM untuk melakukan ekspansi secara internal maupun untuk membayar bunga hutang dan cicilan pokok hutang Sasaran Berangkat dari dasar pemikiran tersebut, sasaran yang ingin dicapai adalah sebagai berikut : 1. Bidang Teknis Operasional Terjaminnya pasokan air baku bagi kesinambungan penyediaan air minum Kabupaten Tuban Penambahan atau peningkatan kapasitas terpasang Mempertahankan dan meningkatkan kapasitas produksi sesuai dengan tingkat konsumsi pelanggan yang meningkat Optimalisasi sistem operasional yang ada Peningkatan pasokan air untuk wilayah tertentu Mempertahankan tingkat kehilangan air maksimal 20 % Penambahan pipa transmisi dan distribusi Pengadaan peralatan 2. Bidang Keuangan Kenaikan / penyesuaian tarif untuk dapat mendukung kegiatan operasiola secara full cost recovery Peningkatan efektifitas penagihan Memperpendek hari penagihan (kurang dari 50 hari). 3. Bidang Kelembagaan Peningkatan kinerja dan kualitas pegawai Efisiensi rasio karyawan Seluruh alat bantu manajemen berjalan sebagaimana mestinya dengan tidak terjadi kekeliruan yang mempengaruhi proses manajemen Billing system merupakan faktor pendudung untuk meningkatkan kinerja PDAM terutama dalam sistem penagihan yang diharapkan dapat membantu peningkatan kinerja keuangan terutama dalam perputaran kas. Penekanan yang perlu dilakukan oleh PDAM Kabupaten Tuban dalam rangka mencapai sasaran tersebut adalah selain berorientasi pada peningkatan kinerja yaitu menuju arah PDAM sehat dengan meningkatkan volume penjualan VIII-26

263 dengan sosialisasi yang lebih intensif sehingga masyarakat dapat mengapresiasi dengan lebih baik serta penetapan harga dasar air pada tingkat harga full cost recovery, juga mulai berorientasi dalam memanfaatkan peluang yang ada baik untuk meningkatkan cakupan pelayanan (baik dari segi kualitas maupun kuantitas) dengan secara bertahap melakukan peningkatan/program pengembangan dan investasi baru khususnya untuk peningkatan kapasitas dan kualitas produksi yang sudah cenderung tidak dapat memenuhi kebutuhan pelanggan baik untuk saat ini maupun ke depan 7.7. Kapasitas Sstem Tujuan utama pengembangan sistem dalam penyediaan air minum Kabupaten Tuban adalah adalah peningkatan pelayanan. Komponen utama sistem yang akan dikembangkan terdiri dari komponen air baku, unit produksi dan unit distribusi termasuk di dalamnya serta penambahan sambungan pelayanan di konsumen. Komponen lain yang akan berpengaruh pada perencanaan sistem adalah aspek kelembagaan dan keuangan PDAM. Pokok-pokok perbaikan dalam struktur kelembagaan diharapkan akan membawa PDAM untuk mencapai tujuan. Demikian juga halnya dengan aspek financial, timbulnya biaya investasi dalam rangka pengembangan sistem, yang akan berpengaruh terhadap tarif air diharapkan tidak akan membebani masyarakat/konsumen. Ketersediaan sumber air baku merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap rencana pengembangan sistem. Rencana pemenuhan kebutuhan air baku akan didasarkan pertimbangan - pertimbangan serta kondisi sebagai berikut : 4. Pada saat ini, sumber air baku yang dimanfaatkan PDAM Kabupaten Tuban berasal dari air tanah dalam dan dari mata air. 5. Kapasitas air baku yang dimanfaatkan saat ini masih bisa ditingkatkan pemakaiannya dengan memanfaatkan idle capacity dan menekan angka kebocoran 6. Air tanah dalam tidak terdapat di seluruh wilayah kabupaten, namun hanya hanya terdapat di beberapa wilayah terutama wilayah sebelah Timur. Wilayah bagian utara dan wilayah bagian selatan adalah daerah kritis air tanah dimana potensi air tanah langka. 7. Terdapat banyak sumber mata air dengan kapasitas besar namun dalam pemanfaatannya untuk air minum terkendala karena konflik kepentingan dengan petani. Namun masih terdapat beberapa mata air yang dapat dikembangkan/dimanfaatkan sebagai air baku air minum. VIII-27

264 Dalam ini, pengambanngan SPAM dilaksnakan secara bertahap yang terdiri dari tahapan jangka pendek, tahapan jangka menengah dan jangka panjang. Jangka waktu masing-masing tahapan sebagai berikut : Tahapan jangka pendek adalah selama 5 (lima ) tahun yaitu tahun Tahapan jangka menengah adalah antara tahun Tahapan Jangka Panjang adalah antara tahun Secara garis besar, masing-masing tahapan dapat dirangkum dalam gambar beikut ini. Gambar 7.1. Pentahapan kapasitas System Rencana Induk Pengembangan SPAM PENTAHAPAN KAPASITAS SYSTEM RENCANA INDUK SYSTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KABUPATEN TUBAN Kap 648 L/dt 11,572 11,989 12,239 12, , , ,403 1,569 1,636Kap 555 L/dt 1,661 1, ,422 2,397 1,560 1, ,560 1,560 1, Kap 483 L/dt 100 4,374 4, Kap 443 L/dt Keb maks(l/dt) Series1 Kap 393 L/dt Tahun TAHAP PENDEK MENENGAH PANJANG Jumlah penduduk (Jiwa) 1,273,615 1,279,226 1,287,687 1,301,914 1,316,298 % penduduk terlayani 14.2% 15.8% 17.1% 20.5% 23.3% Penduduk terlayani (jiwa) 180, , , , ,262 Kebutuhan air baku L/dt Kap. sumber eksisiting (L/dt) penambahan kap. Sumber Kap Sumber (L/dt) Jumlah sambungan 25,052 28,155 31,827 43,951 50,691 penambahan sambungan 3,102 3,672 12,124 6,740 Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, sumber air baku utama dalam sistem penyediaan air minum Kabupaten Tuban yang tersedia saat ini baik dari air tanah dalam dan mata air kapasitas terpasang sebesar 393 L/dt. Dari hasil proyeksi kebutuhan air kebutuhan total air baku sampai dengan tahun 2028 sebesar 648 L/dt. Dalam rencana VIII-28

265 induk ini, sumber-sumber air baku yang ada tetap dipertahankan dengan asumsi kapasitasnya tetap seperti saat ini. Dengan demikian sampai dengan akhir periode diperlukan penambahan kapasitas sebesar 93 L/dt. Sistem distribusi air minum di Kabupaten Tuban belum terkoneksi antara satu unit dengan unit lainnya. Dengan demikian pemanfaatan air tidak dapat dialokasikan ke unit lain yang memerlukan meskipun di wilayah lain masih tersedia idle kapasitas Perkiraan Biaya Berdasarkan perhitungan pengembangan SPAM sebagaimana diuraikan sebelumnya dapat disusun kebutuhan biaya pengembangan sampai dengan tahun Perhitungan kebutuhan biaya dibagi dalam tiga tahapan yaitu tahap jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Besarnya biaya yang diperlukan untuk pengembangan SPAM di Kabupaten Tuban sampai dengan tahun 2028 sebesar Rp ,- dengan rincian kebutuhan biaya untuk masing-masing Tahapan sebagai berikut : 1. Tahap jangka pendek tahun Tahun : Rp Tahap jangka pendek kedua tahun Tahun : Rp Tahap jangka Menengah Tahun : Rp Tahap Jangka Panjang tahun : Rp Rincian kebutuhan biaya di setiap tahapan kegiatan sebagaimana tabel 7.1.berikut ini. No Uraian Jumlah Harga Tahapan UnitProduksi 10,650,000,000 3,050,000,000 3,500,000,000 3,050,000,000 1,050,000,000 2 Unit Transmisi 17,431,909,150 3,662,706,332 7,545,041,326 4,754,692,440 1,469,469,052 3 Unit Distribusi 77,976,105,048 4,394,791,873 8,433,333,333 16,163,447,404 48,984,532,438 4 SPAM Perdesaan 27,000,000,000 6,000,000,000 9,000,000,000 6,000,000,000 6,000,000,000 5 Lain-lain 2,450,000,000 1,950,000, ,000,000 Jumlah 135,508,014,198 19,057,498,205 28,978,374,660 29,968,139,844 57,504,001,489 PPn 10% 13,550,801,420 1,905,749,820 2,897,837,466 2,996,813,984 5,750,400,149 Sub Total 149,058,815,618 20,963,248,025 31,876,212,126 32,964,953,828 63,254,401,638 Enginering Service (3%) 4,471,764, ,897, ,286, ,948, ,897,632, Total 153,530,580,086 21,592,145,466 32,832,498,489 33,953,902,443 65,152,033,687 VIII-29

266 VIII RENCANA INVESTASI 8.1 Kebutuhan Investasi dan Sumber Pendanaan Kebutuhan investasi dalam upaya pengembangan air minum terkadang sulit untuk didapat, namun mutlak dan wajib dipenuhi, Sebagai perencana pengembangan khususnya pengembangann air minum, perencanaan investasi juga perlu diupayakan lebih awal. Begitu juga halnya dalam studi Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, perencanaan perencanaan investasi diperlukan agar suatu perencanaan pengembangan dapat berjalan sempurna. Kebutuhan investasi pengembangan air minum yang besar tapi sulit untuk mendapatkan pendanaanya. Namun di lain pihak harus dipenuhi mendorong bagi perencana Rencana Induk SPAM untuk mencari alternatif sumber pendanaannya dengan tidak mengabaikan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi apabila sumber dana didapatkan dan dipakai dalam investasi air minum. Atas dasar pemikiran tersebut dan untuk memenuhi kebutuhan akan sumber pendanaan, diperlukan berbagai kajian tentang sumber-sumber dana investasi dan alternatif-alternatif/opsi-opsi sumber pendanaan, dengan mempertimbangkan aturan dan tata tertib yang ada. Alternatif sumber atau opsi pendanaan tersebut adalah: 1. Internal Cash Alternatif ini mengasumsikan bahwa semua kebutuhan investasi akan didanai dengan keuangan dari hasil operasional. 2. Menggunakan dana pinjaman dari bank komersial Alternatif ini mengasumsikan bahwa kebutuhan inveestasi akan ditutup oleh pinjaman komersial hingga kondisi keuangan internal cukup untuk membiayai VIII-30

267 kebutuhan investasi tersebut. Pada simulasi pinjaman komersial ini, pinjaman diambil pada 5 (lima) tahun pertama, kebutuhan investasi selanjutnya dipenuhi oleh keuangan internal, dengan asumsi kinerja teknis dan keuangan seperti di atas maka diharapkan hasil operasional perusahaan cukup mampu untuk menutup kebutuhan biaya-biaya tersebut. Persyaratan pinjaman komersial biasanya akan tergantung pada: - Tingkat suku bunga komersil per tahun - Jangka waktu pembayaran, jangka waktu pendek termasuk masa tenggang 2 tahun, biasanya 8 10 tahun. 3. Menggunakan dana dengan penerbitan obligasi daerah Dengan alternatif penerbitan obligasi ini maka kebutuhan biaya investasi dipenuhi oleh dana dari penjualan obligasi (dalam hal ini adalah penerbitan obligasi oleh Pemerintah Kabupaten Bandung). Persyaratan penerbitan obligasi ini adalah: - Tingkat bunga (kupon) persen per tahun (lebih tinggi tingkat bunga acuan) - Adanya jatuh tempo pembayaran pokok (misalnya 8-10 tahun) 4. Mengundang investor untuk melakukan investasi dibawah program kemitraan di kawasan potensial tertentu yang belum mampu untuk dilayani PDAM 5. Mengusahakan pinjaman lunak dengan jangka waktu pengembalian minimal 15 tahun termasuk masa tenggang 5 tahun dari lembaga keuangan internasional melalu pinjaman SLA atau rekening Pembangunan Daerah (RPD) 6. Hibah bantuan teknis bilateral atau multilateral melalui pemerintah pusat 7. Pinjaman komersial melalui lembaga keuangan nasional atau internasional dengan atau tanpa jaminan donor dan/atau pemerintah pusat. Alternatif-alternatif tersebut diperlukan dengan memperhitungkan keuntungan dan kerugiannya. Alternatif pertama biasanya sulit/jarang terlaksana. Hal ini disebabkan karena pada pengembangan SPAM cuukup tinggi. Demikian juga dengan penerbitan obligasi oleh pemerintah daerah sulit dilaksanakan, mengingat beban operasional PDAM pada umumnya cukup tinggi. Sehingga diperlukan juga tingkat kinerja tinggi, agar obligasi pada rentang waktu hingga jatuh tempo pembayaran hanya membayar bunga saja. Apabila terjadi penurunan jumlah kas, tidak membuat posisi kas menjadi negatif. VIII-31

268 Pada intinya semua alternatif perlu dipertimbangkan, mengingat kondisi kinerja PDAM sebagai operator dan daerah sebagai pemilik SPAM. Diperlukan juga pertimbangan peraturan terkait, yaitu skema pendanaan sistem penyediaan air minum, dimana pola investasi untuk pengembangan pada unit air baku sampai unit produksi didanai oleh pemerintah pusat. Unit air baku akan didanai oleh APBN pusat melalui Direktoran Jenderal Sumber Daya Air, dan unit produksi melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya. Sedangkan unit distribusi didanai oleh daerah, dimana dari distribusi utama/primer sampai distribusi sekunder oleh APBD I dan dari distribusi sekunder sampai tersier atau pelanggan oleh APBD II dan atau swadaya. Secara skematik dapat dilihat pada gambar berikut: VIII-32

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TUBAN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TUBAN TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TUBAN TAHUN 2012-2032 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Tuban merupakan ibukota Kabupaten Tuban. Apabila dilihat dari posisi Kota Tuban yang berada di jalan arteri primer yang menghubungkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis Kota Tuban Jawa Timur BT LS dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

BAB IV. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis Kota Tuban Jawa Timur BT LS dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kota Tuban Jawa Timur Dilihat dari peta Indonesia, letak geografisnya tuban terletak pada 111 30-112 35 BT 6 40-7

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN Bab ini menjelaskan aspek-aspek yang dianalisis dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten dan data (time-series) serta peta

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kabupaten Ciamis, secara geografis wilayah Kabupaten Ciamis berada pada 108 0 20 sampai dengan 108 0

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN GUNUNG KIJANG 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1419 Katalog BPS : 1101001.2102.061 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : Naskah:

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Batas Wilayah

I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Batas Wilayah KABUPATEN JOMBANG I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas Batas Wilayah Secara administrasi, Kabupaten Jombang terbagi menjadi 21 kecamatan yang terdiri dari 302 desa 4 kelurahan serta 1.258 dusun. Luas wilayah

Lebih terperinci

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN Lampiran VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR TAHUN 2011 LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2011 2031 MATRIK

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini krisis air merupakan salah satu masalah utama di Kabupaten Rembang, yang aktifitas ekonomi didukung oleh kegiatan di sektor pertanian dan perikanan. Hal ini

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA SUBANG JAWA BARAT KOTA SUBANG ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Subang merupakan ibukota Kecamatan Subang yang terletak di kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Sejarah Kabupaten Bekasi Kabupaten Bekasi dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Dasar-Dasar Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci

INDIKASI PROGRAM KABUPATEN

INDIKASI PROGRAM KABUPATEN INDIKASI PROGRAM KABUPATEN LAMPIRAN VIII PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TUBAN TAHUN 2012-2032 PJM - 1 PJM - 2 PJM - 3 PJM - 4 A Rencana Struktur

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 39 BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 4.1 KARAKTERISTIK UMUM KABUPATEN SUBANG 4.1.1 Batas Administratif Kabupaten Subang Kabupaten Subang berada dalam wilayah administratif Propinsi Jawa Barat dengan luas wilayah

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Secara astronomis Kota Lumajang terletak pada posisi 112 5-113 22 Bujur Timur dan 7 52-8 23 Lintang Selatan. Dengan wilayah seluas

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab.

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab. LAMPIRAN IV PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR : 3 TAHUN 2012 TANGGAL : 11 SEPTEMBER 2012 TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BOALEMO TAHUN 2011-2031 I. RENCANA STRUKTUR RUANG No Rencana

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. maret Pada tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Mesuji dan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. maret Pada tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Mesuji dan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan umum Kabupaten Tulang Bawang Kabupaten Tulang Bawang adalah salah satu dari 10 Kabupaten di wilayah Propinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang terbentuk pada

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayahnya laporan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada

Lebih terperinci

KLHS KABUPATEN TUBAN

KLHS KABUPATEN TUBAN LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TUBAN TAHUN 2012-2032 KLHS KABUPATEN TUBAN NO ISU STRATEGIS RTRW KAB. PENGARUH POSITIF NEGATIF

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Utara 1. Kondisi Geografis Kabupaten Lampung Utara merupakan salah satu dari 14 kabupaten/kota yang ada di Propinsi Lampung. Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BULELENG BALI KOTA BULELENG ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Buleleng merupakan bagian dari wilayah administrasi Kabupaten Buleleng. Batas-batas administratif kota Buleleng

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA PINANG SUMATERA UTARA KOTA KOTA PINANG ADMINISTRASI Profil Kota Pinang merupakan ibukota kecamatan (IKK) dari Kecamatan Kota Pinang dan merupakan bagian dari kabupaten Labuhan

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Akhir kata kepada semua pihak yang telah turut membantu menyusun laporan interim ini disampaikan terima kasih.

Kata Pengantar. Akhir kata kepada semua pihak yang telah turut membantu menyusun laporan interim ini disampaikan terima kasih. Kata Pengantar Buku laporan interim ini merupakan laporan dalam pelaksanaan Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU Ciptakarya Kabupaten Asahan yang merupakan kerja sama

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Solok merupakan kota yang sedang berkembang, dimana pertumbuhan penduduknya bertambah kian pesat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Solok, Jumlah

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Wilayah Propinsi Lampung 1. Geografi Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau Sumatera dengan luas wilayah 35.288,35 Km 2. Propinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yang terkandung di dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami di lahan yang relatif

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA NANGGROE ACEH DARUSSALAM KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Lhokseumawe telah menjadi sebuah kota otonom, yang berarti Kota Lhokseumawe telah siap untuk berdiri sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH Bab ini berisikan gambaran umum wilayah yaitu Kelurahan Purwawinangun Kecamatan Kuningan yang meliputi kondisi geografis, kependudukan, kondisi perekonomian, kondisi fasilitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang Hasil inventarisasi peraturan perundangan yang paling berkaitan dengan tata ruang ditemukan tiga undang-undang, lima peraturan pemerintah, dan empat keputusan

Lebih terperinci

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISI i

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Kabupaten Ngawi 1. Tinjauan Grafis a. Letak Geografis Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum...... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... 5 1.5. Maksud dan Tujuan... Hal BAB II EVALUASI HASIL

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah

Lebih terperinci