BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. kehidupan (life-threatening organ dysfunction) akibat disregulasi imun terhadap

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sepsis merupakan keadaan dimana terjadi disfungsi organ yang mengancam kehidupan (life-threatening organ dysfunction) akibat disregulasi imun terhadap infeksi (Latief et al., 2016). Sepsis telah mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia tiap tahun, dan dihubungkan dengan morbiditas, mortalitas, dan biaya perawatan yang tinggi, serta merupakan penyebab utama kematian bayi dan anak di seluruh dunia. Insidensi sepsis meningkat dalam beberapa tahun terakhir terutama di negara berkembang (Shime et al., 2012). Berdasarkan studi epidemiologi pada tujuh negara bagian di Amerika Serikat, angka kejadian sepsis berat disebutkan 0,56 kasus per-1000 populasi pertahun, dengan insidensi tertinggi pada kelompok usia bayi (5,16 kasus per-1000 populasi) dan menurun pada kelompok usia tahun (0,2 kasus per-1000 populasi) (Watson et al., 2003). Studi yang sama menemukan lebih dari 4383 kematian per tahun, atau 10,3% dari total kematian pada anak disebabkan oleh sepsis berat. Insidensi sepsis di unit perawatan intensif anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) adalah 19,3% dengan angka mortalitas 10% (Saraswati et al., 2014). Angka mortalitas yang tinggi mendorong banyak penelitian untuk mencari metode pemeriksaan yang mudah diakses, murah, dan dapat digunakan secara luas untuk menunjukkan keadaan sepsis dan tingkat keparahannya saat 1

2 2 diagnosis ditegakkan sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dan dapat dilakukan tatalaksana lebih lanjut untuk menurunkan angka kematian. Mean platelet volume (MPV) adalah penanda sederhana dan akurat status fungsional ukuran dari trombosit. Beberapa penelitian menunjukkan sitokin seperti interleukin-3 (IL-3) atau interleukin-6 (IL-6) pada pasien sepsis akan mempengaruhi ploidi megakariosit serta dapat menyebabkan produksi trombosit yang lebih reaktif dan berukuran lebih besar (Prihardi et al., 2016), oleh sebab itu, volume trombosit merupakan penanda tidak langsung peningkatan reaktivitas trombosit pada sepsis. Peningkatan MPV mengindikasikan terjadinya peningkatan produksi trombosit serta terbentuk trombosit muda dengan ukuran yang lebih besar serta lebih reaktif untuk beragregasi bila dibanding dengan trombosit dewasa (Becchi et al., 2006). Pada populasi orang sehat, MPV mempunyai hubungan terbalik dengan jumlah trombosit, namun efek biologis, arti klinis, dan hubungannya dengan sepsis masih belum dipahami dengan jelas. Penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa pengukuran mean platelet volume (MPV) dapat digunakan sebagai prediktor prognosis pada pasien sakit kritis (Tajarernmuang et al., 2016) dan pasien sepsis (Eberhardt et al., 2013; Catal et al., 2014). Kim menyebutkan bahwa peningkatan MPV dalam 72 jam setelah admisi merupakan faktor risiko independen terhadap mortalitas pada pasien sepsis berat dan/atau syok septik (Kim et al., 2015). Sementara itu, penelitian oleh Sadaka dan Wilar menunjukkan hasil sebaliknya (Sadaka et al., 2014; Wilar et al., 2010). Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah perbedaan variabel independen yang diteliti. Sadaka dan Wilar meneliti nilai MPV

3 awal, sementara Kim meneliti perubahan nilai MPV dalam 72 jam setelah perawatan (Kim et al., 2015). Penelitian mengenai peran MPV sebagai prediktor mortalitas pada anak dengan sepsis masih jarang dilakukan. Pemeriksaan MPV ini sangat sederhana dan tidak membutuhkan biaya yang besar, sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui peran peningkatan MPV sebagai prediktor mortalitas pada anak dengan sepsis. Selain peningkatan MPV, beberapa faktor yang mempengaruhi mortalitas pada sepsis antara lain usia (Wynn et al., 2011), jenis kelamin (Pietropaoli et al., 2010), status nutrisi (Saraswati et al., 2014), acute kidney injury (AKI) (Fitzgerald et al., 2016), disseminated intravascular coagulation (DIC) (Khemani et al., 2009), syok septik (Rusmawatiningtyas & Nurnaningsih, 2016), leukopenia (de Oliveira et al., 2013), trombositopenia (Vanderschueren et al., 2000), skor Pediatric Logistic Organ Dysfunction-2 (PELOD-2) (Leteurtre et al., 2013), dan kadar prokalsitonin (Pieralli et al., 2015). Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui peran peningkatan MPV terhadap mortalitas pada anak dengan sepsis setelah mengontrol pengaruh faktor-faktor tersebut Rumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, sepsis dihubungkan dengan morbiditas, mortalitas, dan biaya perawatan yang tinggi, serta merupakan penyebab utama kematian bayi dan anak di seluruh dunia. Hal tersebut menegaskan pentingnya penelitian untuk mencari metode pemeriksaan laboratorium yang mudah diakses, murah, dan dapat digunakan sebagai prediktor mortalitas pada anak dengan sepsis. Beberapa penelitian

4 telah dilakukan untuk mengetahui peran MPV sebagai prediktor mortalitas pada sepsis, namun hasilnya belum konklusif. Selain itu, terdapat beberapa faktor lain yang juga berpengaruh terhadap mortalitas pada sepsis antara lain usia, jenis kelamin, status nutrisi, acute kidney injury (AKI), disseminated intravascular coagulation (DIC), syok septik, leukopenia, trombositopenia, skor Pediatric Logistic Organ Dysfunction-2 (PELOD-2), dan kadar prokalsitonin. Dengan demikian, masalah penelitian ini adalah apakah peningkatan MPV dalam jam setelah terdiagnosis dapat digunakan sebagai prediktor mortalitas pada anak dengan sepsis setelah mengontrol pengaruh faktor-faktor tersebut? 1.3. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian ini adalah apakah peningkatan mean platelet volume (MPV) dalam jam setelah terdiagnosis dapat dijadikan prediktor mortalitas pada anak dengan sepsis? 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menentukan peran peningkatan mean platelet volume (MPV) dalam jam setelah terdiagnosis sebagai prediktor mortalitas pada anak dengan sepsis.

5 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh pasien dan keluarga berupa kewaspadaan, mencegah keterlambatan pengelolaan, serta mengurangi biaya perawatan kesehatan karena klinisi dapat lebih peka terhadap kemungkinan luaran pasien sepsis tanpa harus melakukan pemeriksaan yang lebih spesifik dan cenderung memerlukan biaya lebih besar. Bagi tenaga kesehatan dan penyedia fasilitas kesehatan, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam triase untuk memfasilitasi penanganan dan mengidentifikasi pasien sepsis yang memiliki risiko terjadinya kematian. Manfaat yang diperoleh bagi peneliti adalah peningkatan pengetahuan tentang peran MPV sebagai faktor prognostik pada anak dengan sepsis serta pengalaman dalam melakukan penelitian berbasis kedokteran. Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi mengenai peran MPV sebagai faktor prediktor mortalitas pada anak dengan sepsis sehingga dapat memperluas kepustakaan institusi dan mencetuskan penelitian lanjutan Keaslian Penelitian Penelitian-penelitian terkait MPV sebagai prediktor mortalitas pada pasien sepsis dan sakit kritis telah dilakukan di berbagai negara dan terangkum di Tabel 1.

6 Sejauh pengetahuan kami, penelitian tentang peningkatan MPV sebagai prediktor mortalitas pada anak dengan sepsis belum pernah dilakukan. Tabel 1. Penelitian tentang MPV sebagai prediktor mortalitas pada pasien sepsis dan sakit kritis No Peneliti dan lokasi Desain penelitian Subjek Hasil 1. Wilar R, Antolis Y, Tatura SN, Gunawan S, 2010 Indonesia Kohort retrospektif Pasien neonatus dengan sepsis yang dibuktikan melalui hasil biakan darah sejak bulan Januari Agustus 2009 Tidak ada hubungan antara penurunan jumlah trombosit dan peningkatan MPV dengan mortalitas pada sepsis neonatorum (berturut-turut, p=0,589 dan p=0,59). 2. Prihardi MT, Hanafiem A, Harto S, 2016 Indonesia Cross sectional Tujuh puluh enam pasien sepsis berat dewasa di RS H. Adam Malik Medan sejak Oktober 2015 Januari 2016 Nilai MPV tidak dapat dijadikan prediktor mortalitas pada pasien sepsis berat (AUC) ROC 58,2% (IK95% :45,1-71,2%, p=0,223) 3. Kim CH et al, 2015 Korea Selatan Kohort prospektif Tiga ratus empat puluh lima pasien dewasa yang mendapatkan early-goal directed therapy (EGDT) di UGD periode November December 2011 Peningkatan MPV dalam 72 jam pertama rawat inap merupakan faktor risiko independen terhadap mortalitas pada pasien dengan sepsis dan syok septik (Hazard Ratio:1.44, IK95%: ; p = 0.044). 4. Erdogan S, Oto A, Bosnak M, 2016 Turki Kohort prospektif Seratus sembilan belas pasien anak sakit kritis yang dirawat di PICU periode Februari Februari 2015 Peningkatan MPV selama perawatan di ruang rawat intensif anak berkorelasi dengan mortalitas yang lebih tinggi (p<0,001)