MAKNA DAN NILAI UPACARA MOMPOPEJA (Studi Kasus Tradisi Upacara Mompopeja Di Desa Tomeang, Kec. Nuhon, Kab. Banggai) ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAKNA DAN NILAI UPACARA MOMPOPEJA (Studi Kasus Tradisi Upacara Mompopeja Di Desa Tomeang, Kec. Nuhon, Kab. Banggai) ABSTRAK"

Transkripsi

1 1

2 MAKNA DAN NILAI UPACARA MOMPOPEJA (Studi Kasus Tradisi Upacara Mompopeja Di Desa Tomeang, Kec. Nuhon, Kab. Banggai) ABSTRAK Nurlan lahasim. Nim: Makna dan Nilai Upacara Mompopeja ( Studi Kasus Tradisi Upacara Mompopeja Di Desa Tomeang, Kec. Nuhon, Kab. Banggai ). Skripsi, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbingi, Dr. Rauf A. Hatu.,M.Si Dan Pembimbing II Sainudin Latare, S.Pd,. M.Si Penelitian ini tentang tradisi Upacara Mompopeja di Desa Tomeang Kecamatan Nuhon Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah. Yang menjadi tujuan utama peneliti adalah untuk lebih mengetahui secara mendalam mengenai makna dan nilai upacara Mompopeja suku saluan yang berada di Desa Tomeang Kecamatan Nuhon kabupaten Banggai. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori mengenai kebudayaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Adapun pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini berkaitan dengan Tradisi upacara Mompopeja, Tradisi Upacara Mompopeja mempunyai peranan penting bagi kehidupan suku saluan dan tersimpan makna dan nilai kehidupan sosial. Saat sekarang tradisi upacara Mompopeja sudah mengalami pergeseran, karena diakibatkan oleh akulturasi dan pluralsime, perkembangan zaman dan pengaruh kemajuan pendidikan. Kata Kunci: Makna dan Nilai Upacara Mompopeja dan Pergeseran Budaya. Nurlan Lahasim, Nim: , Pembimbing I Dr. Rauf A. Hatu.,M.Si Dan Pembimbing II Sainudin Latare, S.Pd,. M.Si PENDAHULUAN Setiap suku atau etnik yang terdapat pada Negara kita Indonesia pasti memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu sama lain. Hal ini dapat kita lihat pada masyarakat Indonesia yang majemuk, di mana di dalamnya terdapat berbagai macam kelompok suku bangsa atau etnik, sebagaimana yang terdapat dalam makna Bhineka Tunggal Ika. Dengan keanekaragaman kebudayaanya, Indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan Negara yang lain, sebab Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Kebudayaan- kebudayaan oleh masyarakat 2

3 dianggap sebagai pedoman hidup mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari baik secara rohani maupun secara jasmani. Keanekaragaman budaya agama, suku, dan lain-lain yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia ternyata tidak membawa mereka kearah permusuhan maupun konflik antara masyarakat satu dengan masyarkat yang lain. Dalam masyarakat itu sendiri terdapat nilai-nilai budaya yang mengikat budaya itu sendiri, sehingga budaya itu tetap utuh dari generasi ke generasi. Sementara itu Sumaatmadja dalam Marpaung mengatakan bahwa pada perkembangan, pengembangan, penerapan budaya dalam kehidupan, berkembang pula nilai-nilai yang melekat di masyarakat yang mengatur keserasian, keselarasan, serta keseimbangan. Nilai tersebut dikonsepsikan sebagai nilai budaya. ( : 26/12/013 : 20.00). Perlu diketahui bahwa saat sekarang ini kehidupan budaya masyarakat kita di Indonesia banyak mengalami perubahan serta pergeseran. Pergeseran terhadap budaya maupun apa yang terdapat dalam budaya itu sendiri pada saat sekarang ini tentu tidak dapat dibendung, kecuali semua komponen dalam hal ini pemerintah dan masyarakat berperan secara aktif dan kreatif untuk menjaga dan mengembangkaan kebudayaan itu sendiri. Mengingat besarnya peranan budaya dalam mengembangkan kehidupan bermasyarakat, maka tentu budaya itu harus terus dikembangkan. Pada masyarakat Kab.Banggai, kec.nuhon khususnya pada Desa Tomeang, dimana disana terdapat beberapa suku yang mendiami Desa Tomeang tersebut yakni Suku Saluan, Suku Gorontalo, Suku Jawa dan Suku Bugis, tentu disana terdapat juga bermacam-macam budaya di antara suku-suku tersebut. Perlu diketahui bahwa mayoritas suku pada masyarakat Desa Tomeang tersebut adalah merupakan suku Saluan. Dalam Tradisi budaya Suku Saluan terdapat beberapa Tradisi budaya seperti yang telah dijelaskan di atas, perlu diketahui bahwa Tradisi budaya suku Saluan saat ini telah banyak terjadi yang namanya pergeseran atau perubahan salah satunya yaitu Tradisi upacara Mompopeja Mompopeja adapun arti dari Mompopeja yaitu Menginjak yaitu suatu upacara yang dilaksanakan ketika seorang anak telah mulai kuat berjalan Dari gambaran latar belakang di atas maka penulis mengambil kesimpulan mengangkat suatu penelitian yang diberi judul Makna Dan Nilai Tradisi Upacara Mompopeja. (Studi Kasus Tradisi Suku Saluan, Desa Tomeang. Kec. Nuhon. Kab. Banggai). Tujuan penelitian ini adalah untuk dapat memberikan kontribusi pemikiran terhadap akademik, khususnya mahasiswa sosiologi dan bisa memberikan refrensi dalam memahami budaya suku Saluan. Selain itu juga penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui makna dan nilai-nilai dalam upacara Tradisi Mompopeja. 3

4 KONSEP BUDAYA Adapun konsep budaya itu sendiri yang paling awal berasal dari ahli antropologi yang pertama-tama merumuskan defenisi tentang kebudayaan yaitu E.B Tylor dalam (Jacobus Ranjabar 2013:29) di mana dia memberikan definisi mengenai budaya itu sendiri sebagai berikut: kebudayaan adalah hal kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaankebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarkat, kebudayaan mencakup semua yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat, di mana kebudayaan terdiri atas segala sesuatu yang dipelajari oleh pola-pola yang normativ artinya mencakup segala cara-cara atau pola-pola berpikir, merasakan dan bertindak. Jadi inti dari penjelasan budaya di atas bahwa budaya merupakan suatu pola hidup atau cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Selain itu juga budaya merupakan sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem idea tau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia sehingga dalam kehidupan sehari-hari. NILAI BUDAYA Menurut Clyde kluckhohm dalam (Jacobus Ranjabar 2013:116) bahwa nilai merupakan suatu standar yang mengatur serta mengelola sejumlah sistem kelakuan, preferensi nilai terletak pada hal-hal yang lebih disukai dan dianggap terbaik tentang relasi sosial yang harus dilakukan seseorang termasuk ikhtiar untuk mencapainya. Selanjutnya bertitik tolak dari pendapat di atas tentang nilai budaya, maka dapat dikatakan bahwa setiap individu dalam melaksanakan aktivitas sosialnya selalu berdasarkan serta berpedoman kepada nilai-nilai itu sendiri yang ada dan hidup dalam masyarkat itu sendiri. WUJUD BUDAYA Menurut J.J Honigman mengatakan bahwa wujud kebudayaan terdiri dari : a. Ideas, yaitu merupakan wujud kebudayaan yang berasal dari ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan. b. Activities, yaitu tatanan manusia dalam hidup bersosialisasi dan berkomunikasi, serta bergaul, di antara sesamanya. 4

5 c. Artifacts, wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Di mana wujud kebudayaan ini lebih kongkret misalnya benda hasil kerajinan dapat dirasa, disentuh dan difoto. Pada dasarnya wujud kebudayaan yang dikemukakan di atas, sesungguhnya bukan hal yang berdiri sendiri, melainkan kesemuanya ada keterkaitan atau saling mengisi. Di mana wujud kebudayaan ideal memberi bentuk dan mengarahkan, wujud kebudayaan aktifitas melaksanakan upayanya dan wujud kebudayaan artefak memberikan bukti yang nyata. FUNGSI BUDAYA BAGI MANUSIA Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Dalam hal ini Suparlan dalam (Jacobus Ranjabar 2013:116) menjelaskan bahwa kebudayaan dan pembangunan mempunyai kaitan, dalam hal ini kebudayaan harus diartikan sebagai suatu kumpulan pedoman atau pegangan dalam hal ini manusia mengadaptasi diri dan menghadapi lingkungan-lingkungan tertentu(fisik/alami, sosial dan kebudayaan). Menurut Bakker dalam (Jacobus Ranjabar 2013:9) kebudayaan sebagai penciptaan dan perkembangan nilai meliputi segala apa yang ada dalam alam fisik, personal dan sosial yang disempurnakan untuk realisasi tenaga manusia dan masyarakat. Jadi dapat ditarik satu kesimpulan bahwa kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar terhadap manusia, sebab dalam kehidupan manusia itu sendiri tidak selalu baik baginya, ada bermacam-macam kekuatan yang harus dihadapi masyarkat seperti kekuatan alam maupun kekuatan-kekuatan lainya. INTERAKSIONISME SIMBOLIK Interaksionisme simbolik merupakan sisi lain dari pandangan yang melihat individu sebagai produk yang ditentukan oleh masyarakat. Menurut Blummer (Nasrullah Nazsir 2009:32) istilah interaksionisme simbolik menunjukan kepada sifat khas dari interaksi antar manusia, kekhasanya adalah bahwa manusia saling menerjemahkan dan saling mendefinisikan tindakanya. Selain itu masih dalam pandangan Blummer reaksi seseorang tidak dibuat secara langsung terhadap tindakan orang lain, tetapi didasarkan atas makna yang diberikan terhadap tindakan orang lain, di mana interkasi individu diatur oleh penggunapengguna symbol-simbol. 5

6 ETNIK Pada umumnya etnik itu berasal dari kata yunani yaitu Etnhos yang bermakna orang. Para ahli sosiologi sepakat berpendapat bahwa etnik adalah merupakan satu kelompok manusia yang mempunyai ikatan kebudayaan yang banyak persamaan agama, ras, maupun asal-usulnya dan nasib yang sama, serta memiliki satu atau beberapa ciri kultural dan solidaritas yang unik. kelompok etnik tidak semata-mata ditentukan oleh batas Wilayah yang dihuninya, tetapi yang penting adalah batas di mana kehidupan sosial itu berlangsung sebagai suatu tatanan perilaku dan hubungan sosial yang kompleks. Jadi etnik adalah merupakan satu kesatuan suatu kelompok manusia yang mempunyai satu ikatan sosial yang kuat dan sama dalam menjalani kehidupan sehari-hari dalam menjalani aktifitas. PLURALISME Istilah pluralisme atau kemajemukan dikemukakan oleh Furnivall dalam (Jacobus Ranjabar 2013:133) bahwa merupakan suatu masyarkat yang terdiri atas dua atau lebih unsur yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain dalam suatu kesatuan politik. Kini konsep itu dikembangkan lagi misalnya kemajemukan diungkapkan oleh semboyan bhineka tunggal ika. Jadi dalam analisis masyarakat majemuk pada dasarnya menggambarkan keadaan atau suasana kehidupan sosial yang ada pada masyarakat Indonesia, di mana kehidupan sosial suatu masyarakat merupakan wujud kegiatan-kegiatan kehidupan para suku bangsa yang dilandaskan pada pranata-pranata sosial yang bersumber dari kebudayaan suku bangsa itu sendiri. PERUBAHAN SOSIAL Pendapat dari Astrid dalam (Sulasman dan Gumilar 2000:137) dia mengemukakan bahwa perubahan sosial adalah perubahan masyarakat yang dapat menghadapi, sekaligus menguasai perkembangan teknologi serta menghindari bahaya degradasi martabatnya. Dari pendapat di atas tampaknya bahwa perubahan sosial itu pada dasarnya bergantung pada penguasaan ilmu dan teknologi yang ada di masyarakat. Sehingga hal inilah yang membedakan suatu masyarakat apabila mengalami yang namanya perubahan, apakah masyarakat tersebut masih bertumpu pada peralatan Tradisional atau sudah mengikuti perkembangan ilmu teknologi. PERAN TOKOH 6

7 peran dari para tokoh sangat diperlukan dalam dalam pembentukan dan pewarisan suatu kebudayaan itu sendiri dari generasi satu kegenerasi yang lain. Sehingga dalam proses transformasi inilah dibutuhkan peran dari para tokoh. Menurut Ruth Benedict dia mengatakan bahwa kebudayaan merupakan tingkah laku manusia yang bukan diturunkan seperti tingkah laku binatang tetapi harus dipelajari kembali berulang-ulang dari orang dewasa dalam suatu generasi. Sehingga disinilah dapat dilihat peranan dan fungsi dari para tokoh atau para elit sangat diperlukan agar dapat mengarahkan dan mempertahankan kebudayaan itu sendiri, seperti dalam hal ini budaya Upacara Mompopeja yang berada pada Desa Tomeang, Kecamatan Nuhon, Kabupaten Banggai. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan jenis penelitian kualitatif dengan sampel sebagian masyarakat Desa Tomeang yakni suku saluan. Adapun data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diambil melalui tekhnik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Keseluruhan data dianalisis secara deskriptif yang dilanjutkan dengan penjelasan yang lebih mendalam dan terperinci dengan mengacu kepada data yang didapat dilapangan penelitian. Lokasi penelitian ini adalah di Desa Tomeang, Kecamatan Nuhon, Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Adapun alasan dipilihnya lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian karena Desa Tomeang merupakan salah satu Desa di Kabupaten Banggai yang mayoritas suku Saluan dan telah banyak mengalami perubahan terutama dari segi budaya. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan dua cara antara lain yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh melalui langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sedangkan data sekunder yaitu Data sekunder merupakan data yang diperlukan untuk mendukung data primer. POPULASI DAN SAMPEL Menurut Masyhuri dan Zainuddin (2009:151) Populasi (population) yang berarti jumlah penduduk, oleh karena itu apabila disebutkan kata populasi, pada umunya kata populasi ini dihubungkan dengan masalah penduduk. Dalam metode penelitian kaa populasi digunakan untuk menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi masalah sasaran penelitian. 7

8 Sampel dimunculkan oleh peneliti pada suatu penelitian disebabkan karena 2 hal : (1). Peneliti ingin mereduksi atau merangkum subyek yang akan diteliti dalam artian bahwa peneliti tidak melakukan penyelidikanya pada semua subyek atau gejala. (2). Peneliti ingin melakukan generalisasi dari hasil penelitianya artinya mengenakan kesimpulanya kepada subyek yang lebih luas. TEKNIK ANALISIS DATA Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara mengamati, memahami, menerangkan secara mendalam dari hasil beberapa informasi yang diterima oleh peneliti. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dasar pendapat dari Bogdan dan Biklen dalam (Masyhuri dan Zainudin 2009:210) yang mengatakan bahwa kegiatan analisis data bagi penelitian kualitatif adalah menelaah data, menata, membagi menjadi satu-satuan yang dapat dikelola, menemukan apa yang bermakna dan apa yang akan diteliti dan diputuskan oleh peneliti untuk dilaporkan. PEMBAHASAN KEBERADAAN MASYARAKAT DESA TOMEANG Desa dalam hal ini Desa Tomeang merupakan salah satu kawasan tempat pemukiman dan merupakan tempat interaksi sekelompok manusia dan lingkungannya. Keberadaan Desa Tomeang berada dijalur trans Sulawesi, sehingga Desa tersebut dapat mengalami suatu perubahan dalam bidang ekonomi, pendidikan, perdagangan dan penduduk. Dalam bidang perekonomian yang terdapat di Desa Tomeang sebagian besar didominasi oleh petani, dalam hal ini seperti cokelat, kelapa, dan jagung. Seperti kita lihat dalam musim hujan hampir semua tanah pertanian dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Perlu diketahui bersama bahwa terjadinya perubahan didalam masyarakat sebenarnya bukanlah merupakan suatu hal yang luar biasa, dengan kata lain bahwa perubahan-perubahan sosial yang terjadi merupkan gejala umum. Sebab setiap masyarakat akan mengalami yang namanya perubahan sosial itu sendiri, hal ini tidak bisa dipungkiri lagi sebab selama masyarakat itu masih ada, maka perubahan itu akan terus terjadi. Apabila kebudayaan yang ada kita tidak dapat pertahankan maka tentu hal ini akan berdampak pada kehidupan masyarakat itu sendiri. Sehingga kehidupan masyarakat tidak lagi mencerminkan suatu mahluk sosial, sebab dalam budaya terkandung makna dan nilai dalam kehidupan sosial. Menurut Jacobus Ranjabar (2013:9) bahwa budaya itu mempunyai fungsi menata dan memantapkan tindakan-tindakan serta tingkah laku manusia. Selain itu ada 8

9 pendapat dari Bakker dalam (Jacobus Ranjabar 2013:9) bahwa budaya sebagai penciptaan dan perkembangan nilai meliputi segala apa yang ada dalam alam fisik, personal, dan sosial, yang disempurnakan untuk realisasi tenaga manusia dan masyarkat. TRADISI UPACARA MOMPOPEJA Adapun sejarah singkat tradisi upacara Mompopeja, di bawah ini ada penjelasan dari Bapak Haji Radi Lambaga (Tokoh Adat): Perlu diketahui bahwa pada zaman dahulu rumahrumah yang ada pada suku Saluan itu masih rumah panggung yang tinggi, sehingga dalam suku Saluan itu ada pantangan bagi anak untuk turun dari rumah tersebut. Anak boleh turun ke tanah untuk menginjak tanah kecuali sudah dibuatkan suatu upacara yaitu upacara Mompopeja. Dalam aktifitas upacara Mompopeja ini anak akan menginjak parang (peda) yang diyakini akan membuat sang anak kuat dan kokoh menapaki kehidupan kelak, di mana pada waktu menginjak parang dibacakan shalawat nabi. Tradisi ini digelar sebagai bentuk harapan agar kelak anak bisa menjadi orang yang berguna. Sebelum acara digelar, anak dimandikan terlebih dulu. Sedangkan tamu - tamu yang diundang dalam tradisi ini adalah anak-anak, keluarga dan Tokoh masyarakat. kemudian para undangan diminta membacakan zikir dan doa bersama. Setelah doa selesai, anak dibiarkan mengambil barang-barang yang sudah disediakan didepannya. Adapun persiapan-persiapan untuk melakukan tradisi upacara Mompopeja ini telah dipersiapkan oleh kerabatnya atau keluarga dari jauh hari sebelumnya. Adapun perlengkapan dalam pelaksanaan upacara Mompopeja ini yaitu seperti: parang (peda )maknanya itu agar anak jadi rajin, alat tulis menulis(polpen) maknanya pekerja kantoran, arang (kayu bakar) maknanya petani, cermin maknanya suka berhias, uang logam atau uang kertas dll. Di mana setiap perlengkapan yang ada tesebut mengandung makna tersendiri. nilai-nilai budaya dalam Mompopeja itu adalah seperti: rajin, nilai sosial (interaksi dengan lingkungan) dan nilai agama. Adapun yang dimaksud dengan rajin yakni di mana anak diharapkan akan menjadi suatu pribadi yang selalu semangat dalam menjalani hidup, sedangkan nilai sosial (interaksi dengan lingkungan) anak diharapkan dapat menjadi manusia yang santun dan berprilaku baik dalam berinteraksi dilingkungan masyarakat dan nilai religius (agama) diharapkan anak menjadi anak yang taat kepada Sang Pencipta, selalu bertindak sesuai dengan agama dan selalu saling membantu, sebab manusia itu tidak mungkin lepas dengan agama, sebagaimana yang dikatakan oleh Berger (Syarifullah Jurdi 2012: 200) bahwa agama dan masyarakat ibarat dua sisi mata uang saling berdialektika. Hal ini menandakan kepada kita bahwa kita sebagai manusia sangat erat kaitanya dengan agama. FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERGESERAN TRADISI MOMPOPEJA 9

10 FAKTOR PERUBAHAN SOSIAL pada umumnya perubahan sosial merupakan segala perubahan dalam masyarakat, yang mempengaruhi termasuk di dalamnya nilai-nilai budaya, sikap-sikap, dan perilakuperilaku dalam masyarakat. AKULTURASI DAN PLURALISME Istilah akulturasi mempunyai berbagai arti di antara para sarjana antropologi, tetapi semua sepaham bahwa akulturasi merupakan suatu proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan satu kebudayaan dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan. pluralisme atau kemajemukan menurut Nasikun dalam (Jacobus Ranjabar 2013:135) bahwa ada beberapa faktor yang menjadikan masyarakat itu sebagai masyarakat yang majemuk yaitu sebagai berikut: struktur masyarakat indonesia yang ditandai oleh dua ciri yang bersifat unik, di mana secara horizontal ia ditandai dengan kenyataan adanya kesatuankesatuan sosial yang berdasarkan perbedaan-perbedaan agama,adat istiadat, serta perbedaan kedaerahan. Secara vertikal struktru masyarakat indonesia ditandai oleh adanya perbedaanperbedaan yang cukup tajam. Perbedaan-perbedaan suku bangsa, perbedaan-perbedaan agama, adat, kedaerahan seringkali disebut sebagai ciri masyarakat yang bersifat majemuk. FAKTOR PENDIDIKAN Perlu diketahui bahwa dalam pendidikan terdapat juga yang namanya nilai kehidupan, sebagaimana kita ketahui bahwa nilai merupakan sesuatu yang dianggap baik dan berharga dalam pandangan masyarakat. Dengan demikian bahwa nilai dapat menjadi orientasi sikap dan perilaku dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh sebab itu perubahan nilai dapat membawa dampak yang sangat luas bagi kehidupan masyarakat. Perubahan nilai dapat dapat menyebabkan kesediaan orang tua untuk menyekolahkan anaknya sampai kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu juga perubahan nilai dapat juga mendorong masyarakat lebih terbuka dalam menerima ide-ide baru dalam kehidupan. Hal ini sesuai dengan pendapat Schubert dalam (Sofan Amri 2013: 54) bahwa Tujuan pendidikan itu ada empat yaitu: (1) Sosialisasi, (2) Pencapaian, (3) Pertumbuhan, (4) Perubahan Sosial. Selain itu juga tujuan pendidikan merupakan suatu elemen penting dalam 10

11 pengembangan kurikulum dan tujuan pendidikan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam merancang kehidupan ke depanya. PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERANAN TOKOH MASYARAKAT DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI UPACARA MOMPOPEJA Tradisi Mompopeja ini masih sangat dibutuhkan dan masih wajib untuk dilaksanakan, jika tidak dilaksanakan maka tentu akan berdampak bagi kehidupan pribadi suku Saluan itu sendiri dalam hal ini akan mendapatkan bala atau bencana yang akan menimpa dan tanggungjawab dari para Tokoh masyarakat atau Tokoh adat suku Saluan sangatlah berpengaruh terhadap tradisi Mompopeja. Dalam hal ini menurut Koentjaraningrat (2002: 192) bahwa Dalam tingkah lakunya manusia yang hidup dalam suatu kebudayaan serupa itu akan berpedoman kepada Tokoh-Tokoh pemimpin, orang-orang senior atau orang-orang atasan. peranan Tokoh adat atau Tokoh masyarakat itu sangatlah penting dalam mempertahankan kemurnian tradisi Mompopeja ini, agar mompopeja ini terus bertahan selamanya pada suku salauan. Inti dari penjelasan Bapak Maharudin Alib bahwa tanggungjawab dari para Tokoh masyarakat atau Tokoh adat suku Saluan sangatlah berpengaruh terhadap tradisi Mompopeja. Dalam hal ini menurut Koentjaraningrat (2002: 192) bahwa Dalam tingkah lakunya manusia yang hidup dalam suatu kebudayaan serupa itu akan berpedoman kepada Tokoh-Tokoh pemimpin, orang-orang senior atau orang-orang atasan. Jadi peranan dari para Tokoh masyarakat atau Tokoh adat sangatlah penting dan utama dalam menjaga kelestarian budaya itu sendiri. Seperti apa yang dikatakan oleh koentjaraningrat di atas, bahwa masyarakat itu akan selalu mengikuti para senior-senior atau para Tokoh-Tokoh masyarakat. Intinya bahwa Tokoh masyarakat haruslah berperan utama dalam menjaga budaya tersebut agar budaya ini selalu terjaga. PENUTUP KESIMPULAN berdasarkan hasil penelitian ini secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa realita Tradisi Upacara Mompopeja, maka dengan ini peneliti dapat merumuskan suatu kesimpulan sebagai berikut : a) Tradisi Upacara Mompopeja adalah merupakan suatu Tradisi suku Saluan yang secara turun temurun diwariskan oleh para leluhur dan sampai sekarang masih digunakan. 11

12 b) Tradisi Upacara Mompopeja mempunyai Makna dan Nilai dalam kehidupan bermasyarakat pada umumnya dan pada kehidupan suku Saluan di Desa Tomeang khususnya. c) Tradisi upacara Mompopeja tersebut hanya digunakan pada waktu anak sudah mulai berjalan dan tradisi mompoeja tersebut harus wajib digunakan atau dilaksanakan oleh masyarakat suku Saluan. d) Proses pelaksanaan Tradisi Upacara Mompopeja suku Saluan di Desa Tomeang sudah mengalami yang namanya pergeseran, karena disebabkan oleh adanya pencampuran suku(akulturasi) dan pluralisme, di mana di Desa Tomeang tersebut didiami oleh empat suku termasuk suku Saluan di dalamnya. Selain itu juga ada faktor lain yang mempengaruhi terjadinya pergeseran Mompopeja diantaranya yaitu: faktor perkembangan zaman atau kemajuan zaman dan faktor pendidikan. SARAN berdasarkan hal di atas maka peneliti dapat mengambil suatu kesimpulan berupa saran untuk mencoba memediasi agar tradisi Mompopeja tersebut dapat bertahan pada suku Saluan dan d balam pelaksanaanya dapat terlaksana dengan yang sesungguhnya. berikut: Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran yakni sebagai 1. Sebagai masyarakat Desa Tomeang yakni suku Saluan peneliti mengharapkan agar terus menjaga dan melestarikan budaya Mompopeja tersebut, sebab budaya suku Sa*luan dalam hal ini Mompopeja adalah merupakan suatu ciri dari adanya suku Saluan dan merupakan suatu kekayaan budaya dari suku Saluan. 2. Bagi Tokoh-Tokoh masyarakat, Tokoh adat, Tokoh agama diharapkan agar selalu membimbing masyarakat dalam menjaga suatu kekayaan budaya kita, khususnya budaya suku Saluan. Sebab budaya tersebut mempunyai nilai dan makna dalam kehidupan sosial kita. Sehingga kehidupan sosial kita dapat terciptanya yang namanya kehidupan tenteram, aman, dan damai. 3. Bagi pemerintah atau pemegang kebijakan harus selalu memperhatikan kehidupan dari masyarakat dalam hal ini kehidupan berbudaya. Pemerintah harus membuat suatu aturan yang mana aturan tersebut dapat membuat masyarakat menjalankan budaya itu sendiri. 4. Bagi masyarakat Desa Tomeang penulis harapkan agar selalu peka terhadap globalisasi atau budaya baru, sehingga globalisasi atau budaya masuk tidak akan 12

13 berdampak buruk terhadap kehidupan budaya suku Saluan itu sendiri, dalam hal ini seperti Upacara Mompopeja. Daftar Pustaka Amri. Sofan Strategi dan Desain Pengembangan sistem pembelajaran. Jakarta: Penerbit Prestasi pustakarya Fathoni. Abdurrahman Antropologi sosial budaya. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA Idrus. Muhammad Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: PT Gelora Aksara Pratama Jurdi. Syarifudin Awal Mula Sosiologi Modern. Bantul: KREASI WACANA, Perum Sidoarjo Bumi Indah Koentjaraningrat Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT RINEKA CIPTA, Jakarta Anggota Ikapi Koentjaraningrat Sejarah teori antropologi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Moleong. Lexi Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya Nazsir. Nasrullah Teori-Teori Sosiologi. Bandung: Penerbit Widya Ranjabar. Jacobus Sistem Sosial Budaya Indonesia. Bandung: ALFABETA Sobur. Alex Semiotika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya Sulasman dan Gumilar Setia Teori-Teori Kebudayaan, Dari Teori dan Aplikasi. Bandung: CV Pustaka Setia. Syani. Abdul Sosiologi dan Perubahan Masyarakat. PT. DUNIA PUSTAKA JAYA Anggota IKAPI Zainudin. Masyhuri Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Bandung: PT. Refika Aditama Padjajaran Sumber Lain :

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu sama lain. Hal ini dapat kita

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu sama lain. Hal ini dapat kita BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Setiap suku atau etnik yang terdapat pada Negara kita Indonesia pasti memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu sama lain. Hal ini dapat kita lihat pada masyarakat

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat

Lebih terperinci

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) A. Latar Belakang Masalah Setiap agama bagi para pemeluknya merupakan

Lebih terperinci

UPAYA MELESTARIKAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA MASYARAKAT DAYAK DESA SENEBAN

UPAYA MELESTARIKAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA MASYARAKAT DAYAK DESA SENEBAN UPAYA MELESTARIKAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA MASYARAKAT DAYAK DESA SENEBAN Syarif Firmansyah Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial IKIP PGRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kebudayaan dan Kesenian. 1. Kebudayaan sebagai proses pembangunan Koentjaraningrat dalam Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan mendeskripsikan bahwa

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain dikarenakan

Lebih terperinci

MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA. Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan

MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA. Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan Budaya merupakan suatu hal yang dihasilkan masyarakat dari kebiasaan-kebiasaan yang akhirnya mengkristal atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik dalam arti luas. Masyarakat sebagai kumpulan individu-individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang begitu unik. Keunikan negara ini tercermin pada setiap dimensi kehidupan masyarakatnya. Negara kepulauan yang terbentang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki makna sesuatu yang beragam, sesuatu yang memilik banyak perbedaan begitupun dengan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional di Indonesia, harus didahului dengan pengetahuan tentang latar

BAB I PENDAHULUAN. nasional di Indonesia, harus didahului dengan pengetahuan tentang latar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman mengenai peranan pendidikan dalam pembangunan nasional di Indonesia, harus didahului dengan pengetahuan tentang latar belakang sosial budaya bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam budaya yang berbeda-beda, namun saling

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam budaya yang berbeda-beda, namun saling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki beranekaragam budaya yang berbeda-beda, namun saling melengkapi satu sama lain. Menurut Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi (Darwis,2008:40) kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia yang di bangun di atas keberagaman/kemajemukan etnis, budaya, agama, bahasa, adat istiadat.kemajemukan merupakan kekayaan bangsa Indonesia, sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan mencakup

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan mencakup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat pada umumnya mempunyai suatu pola kehidupan yang terbentuk dari setiap kebiasaan anggota masyarakat yang disepakati. Polapola kehidupan tersebut menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Karya seni adalah merupakan salah satu produk budaya suatu bangsa, dengan sendirinya akan berdasar pada kebhinekaan budaya yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keragaman masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang

BAB I PENDAHULUAN. Keragaman masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Indonesia merupakan masyarakat yang plural dan multikultural.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pertunjukan yang ada di Indonesia sangat beragam bentuk dan jenisnya. Seni pertunjukan yang berada dalam suatu lingkungan masyarakat Indonesia tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan apabila ada interaksi sosial yang positif, diantara setiap etnik tersebut dengan syarat kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bangsa Indonesia terkenal dengan kemajemukannya yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan hidup bersama dalam negara kesatuan RI dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Dalam keanekaragaman

Lebih terperinci

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan manusia yang sedang berkembang menuju pribadi yang mandiri untuk membangun dirinya sendiri maupun masyarakatnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran sebagai aktor, sebagimana manusia itu dapat memberikan sumbangan dan memfasilitasi kehidupan yang mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan beberapa pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ternyata tidak

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ternyata tidak BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ternyata tidak semata-mata mengakibatkan permusuhan antar satu kelompok dengan kelompok lainnya, melainkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa anak-anak, remaja, nikah, masa tua, dan mati (Koenthjaraningrat, 1977: 89). Masa pernikahan

Lebih terperinci

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang :

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang : LANDASAN SOSIOLOGIS PENGERTIAN LANDASAN SOSIOLOGIS : Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Masyarakat & Budaya

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Masyarakat & Budaya MODUL PERKULIAHAN Masyarakat & Budaya FAKULTAS Bidang Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh ILMU KOMUNIKASI Public relations/ MK 42005 Yuni Tresnawati,S.Sos., M.Ikom. Humas 5 Abstract Dalam pokok bahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti akal atau budi dan dapat diartikan sebagai hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena di dalam kehidupannya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Pada diri manusia juga terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, dimana banyak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, dimana banyak memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, dimana banyak memiliki kekayaan kebudayaan didalamnya. Selain itu menurut Koentjaraningrat (2009:165), di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang lainnya. Banyaknya suku bangsa dengan adat istiadat yang berbeda-beda ini

I. PENDAHULUAN. yang lainnya. Banyaknya suku bangsa dengan adat istiadat yang berbeda-beda ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, tidak mungkin ada kebudayaan jika tidak ada manusia. Setiap kebudayaan adalah hasil dari ciptaan

Lebih terperinci

a. Hakekat peradaban manusia Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata peradaban diistilahkan dengan civilization, yang biasanya dipakai untuk menyebut

a. Hakekat peradaban manusia Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata peradaban diistilahkan dengan civilization, yang biasanya dipakai untuk menyebut a. Hakekat peradaban manusia Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata peradaban diistilahkan dengan civilization, yang biasanya dipakai untuk menyebut unsur-unsur kebudayaan yang dianggap halus, maju, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena/gejala kian merenggangnya nilai-nilai kebersamaan, karena semakin suburnya

BAB I PENDAHULUAN. fenomena/gejala kian merenggangnya nilai-nilai kebersamaan, karena semakin suburnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan hasil cipta, karsa, dan rasa manusia, berupa normanorma, nilai-nilai, kepercayaan dan tingkah laku yang dipelajari dan dimiliki oleh semua individu

Lebih terperinci

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: 11 Fakultas TEKNIK PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA SILA KETIGA PANCASILA KEPENTINGAN NASIONAL YANG HARUS DIDAHULUKAN SERTA AKTUALISASI SILA KETIGA DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA ( DALAM BIDANG POLITIK,

Lebih terperinci

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang terletak di bagian selatan pulau Sumatera, dengan ibukotanya adalah Palembang. Provinsi Sumatera Selatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk, beribu-ribu suku bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan 1 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Mitos adalah tipe wicara, segala sesuatu bisa menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah wacana. Mitos tidak ditentukan oleh objek pesannya, namun oleh bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan kesimpulan dan saran sebagai berikut: A. KESIMPULAN 1. Kesimpulan umum Budaya tolak bala masih tetap dipertahankan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. langsung, wawancara, studi pustaka dan pembahasan. Tentang Makna

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. langsung, wawancara, studi pustaka dan pembahasan. Tentang Makna BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dengan metode dokumentasi, observasi langsung, wawancara, studi pustaka dan pembahasan. Tentang Makna Simbolis Ukiran Pada Mandau (Senjata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan 116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keanekaragaman suku bangsa dengan budayanya di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keanekaragaman suku bangsa dengan budayanya di seluruh Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman suku bangsa dengan budayanya di seluruh Indonesia merupakan kebudayaan bangsa dan perlu mendapat perhatian khusus. Setiap suku bangsa memiliki budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan berasal dari kata tahu yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tahun 2008, artinya mengerti setelah melihat suatu fenomena alam. Berdasarkan pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan budaya yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan budaya yang berbeda-beda satu sama lain, yang tersebar di berbagai daerah yang mendiami kepulauan nusantara. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, dan dari kebiasaan itu yang nantinya akan menjadi kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, dan dari kebiasaan itu yang nantinya akan menjadi kebudayaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang masalah Manusia merupakan makhluk individu dan juga makhluk sosial yang hidup saling membutuhkan. Sebagai makhluk sosial manusia saling berinteraksi satu dengan lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34)

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah bangsa yang majemuk, bahkan Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34) multikulturalitas bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN Oleh : Ade Reza Palevi program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa aderezahidayat@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan IMPLEMENTASI NILAI GOTONG-ROYONG DAN SOLIDARITAS SOSIAL DALAM MASYARAKAT (Studi Kasus pada Kegiatan Malam Pasian di Desa Ketileng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang bermakna, bukan sekedar dalam kata-kata, ia meliputi kepercayaan, nilai-nilai dan norma,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa Indonesia memang sangat majemuk. Oleh karena itu lahir sumpah pemuda, dan semboyan bhineka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang kaya budaya dan keberagaman etnis, bahasa, tradisi, adat istiadat, dan cara berpakaian. Indonesia terkenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah provinsi kepulauan dengan ciri khas sekumpulan gugusan pulau-pulau kecil di bagian timur wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang tentunya pulau-pulau tersebut memiliki penduduk asli daerah yang mempunyai tata cara dan aspek-aspek

Lebih terperinci

GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7

GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7 GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7 Agus sudarsono 1 VII. KEBUDAYAAN 2 A. BUDAYA DAN KEBUDAYAAN Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi

Lebih terperinci

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 101 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan disimpulkan hasil penellitian yang telah dilakukan dalam penulisan skripsi yang berjudul Tenun Songket Palembang 1980-2000 (Kajian Sosial Budaya Tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggarapan produk kerajinan tradisional pada kelompok masyarakat pekriya tradisional di daerah-daerah di Indonesia banyak dipengaruhi oleh latar belakang sosial

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki moto atau semboyan Bhineka Tunggal Ika, artinya yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun pada hakikatnya bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Multimodal merupakan salah satu cabang kajian Linguistik Sistemik

BAB I PENDAHULUAN. Multimodal merupakan salah satu cabang kajian Linguistik Sistemik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Multimodal merupakan salah satu cabang kajian Linguistik Sistemik Fungsional (LSF) yang dikembangkan oleh Kress dan Van Leeuwen dalam buku Reading Images (2006). Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman

Lebih terperinci

LOKAL GENIUS DALAM KAJIAN MANAJEMEN Oleh Drs. I Made Madiarsa, M.M.A. 6

LOKAL GENIUS DALAM KAJIAN MANAJEMEN Oleh Drs. I Made Madiarsa, M.M.A. 6 LOKAL GENIUS DALAM KAJIAN MANAJEMEN Oleh Drs. I Made Madiarsa, M.M.A. 6 Abstrak: Kearifan lokal berkaitan erat dengan manajemen sumber daya manusia. Dewasa ini, kearifan lokal mengalami tantangan-tantangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional,Negara,Dan Daerah

Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional,Negara,Dan Daerah 1 Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional,Negara,Dan Daerah 1. KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA NASIONAL Kedudukan pertama bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara kodrati, manusia dianugerahi akal dan pikiran yang menjadikan manusia berbeda dengan makhluk lain. Akal dan pikiran tersebut merupakan modal awal dari terbentuknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang lain, baik itu komunikasi Verbal maupun Non verbal. Dimana tanpa adanya komunikasi maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap bangsa dimanapun berada memiliki kebudayaan. Kebudayaan adalah hasil kreativitas manusia yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berdiri diatas keberagaman suku,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berdiri diatas keberagaman suku, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berdiri diatas keberagaman suku, agama, ras, etnis, bahasa, adat istiadat, tradisi, serta budaya yang disatukan dalam konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN FOKUS PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN FOKUS PENELITIAN BAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN FOKUS PENELITIAN A. Deskripsi Teoretis 1. Hakikat Tradisi dan Kebudayaan Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat.

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disepakati oleh adat, tata nilai adat digunakan untuk mengatur kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. disepakati oleh adat, tata nilai adat digunakan untuk mengatur kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya pantun dalam Dendang lahir secara adat di suku Serawai. Isi dan makna nilai-nilai keetnisan suku Serawai berkembang berdasarkan pola pikir yang disepakati

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai

I. PENDAHULUAN. suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah masyarakat yang terdiri atas masyarakatmasyarakat suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai satu bangsa atau nasion (nation),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan etnis budaya, dimana setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dihadapkan kepada masalah sosial

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dihadapkan kepada masalah sosial I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dihadapkan kepada masalah sosial yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Masalah sosial ini timbul sebagai akibat

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB III. Metodelogi Penelitian. Pembelajaran Kewirausahaan Di SMP Jati Agung menggunakan Penelitian

BAB III. Metodelogi Penelitian. Pembelajaran Kewirausahaan Di SMP Jati Agung menggunakan Penelitian 42 BAB III Metodelogi Penelitian A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian Penelitian tentang Menejemen Pengembangan Wirausaha Sekolah Sebagai Pembelajaran Kewirausahaan Di SMP Jati Agung menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa, yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan berbangsa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dalam artian bahwa sesungguhnya manusia hidup dalam interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Pengaruh Regresi Tentang Budaya Bantengan Terhadap Perilaku Anak di Desa

BAB IV ANALISIS DATA. A. Pengaruh Regresi Tentang Budaya Bantengan Terhadap Perilaku Anak di Desa BAB IV ANALISIS DATA A. Pengaruh Regresi Tentang Budaya Bantengan Terhadap Perilaku Anak di Desa Japanan Kecamatan Kemlagi Kabupaen Mojokerto Setelah data berhasil diuji menggunakan teknik korelsi product

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan berkembang sebagai suatu hal yang diterima oleh setiap anggota masyarakat bersangkutan, yang dipegang

Lebih terperinci