I PENDAHULUAN. No. Lapangan Pekerjaan Utama 2008 (Feb) 2009 (Feb) 2010 (Feb)
|
|
- Benny Kartawijaya
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting bagi setiap bangsa. Kelalaian dalam mengelola sektor ini dapat berdampak pada bencana kemanusiaan hingga terancamnya kedaulatan suatu negara. Bagi bangsa Indonesia, sektor pertanian memiliki peranan yang belum dapat tergantikan oleh sektor lainnya. Hingga kini, sektor tersebut masih merupakan sektor yang menjadi penyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia. Pada Tabel 1, terlihat bahwa sektor pertanian pada tahun 2010 mampu menyerap tenaga kerja atau sebesar 39,87% dari keseluruhan jumlah tenaga kerja di Indonesia. Kontribusi tersebut masih yang tertinggi dan sulit untuk dapat diimbangi oleh sektor lainnya. Tabel 1. Penduduk di atas 15 Tahun yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama Laju (%/tahun) ,16 No. Lapangan Pekerjaan Utama 2008 (Feb) 2009 (Feb) 2010 (Feb) 1 Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 2 Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel 3 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan , ,42 4 Industri Pengolahan ,44 5 Angkutan, Pergudangan dan ,65 Komunikasi 6 Bangunan ,24 7 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah, dan Jasa Perusahaan ,77 8 Pertambangan dan Penggalian ,79 9 Listrik, Gas, dan Air ,15 Total ,59 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 Sektor pertanian juga menjadi salah satu sektor penyumbang Produk Domestik Bruto atau Gross Domestic Product (GDP) tertinggi bagi Indonesia. Hal ini terlihat pada Tabel 2, sektor pertanian menempati posisi tertinggi ketiga untuk
2 kontribusi GDP tahun di bawah sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Kedua fakta tersebut menunjukkan betapa besarnya kontribusi sektor pertanian dalam menunjang perekonomian Indonesia. Mengingat vitalnya sektor pertanian bagi Indonesia, maka pengembangan sektor ini akan menjadi langkah yang sangat tepat dan strategis dalam menciptakan pertumbuhan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat. Tabel 2. No. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan menurut Lapangan Usaha Lapangan Usaha PDB/GDP (Miliar Rupiah) * Laju (%/tahun) 1 Industri Pengolahan , , ,9 3,48 2 Perdagangan, Hotel & Restoran , , ,9 4,98 3 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan , , ,7 3,47 4 Keuangan, Real Estate & Jasa , , ,2 5,44 Perusahaan 5 Jasa-jasa , , ,4 6,21 6 Pengangkutan dan Komunikasi , , ,4 14,63 7 Pertambangan dan Penggalian , , ,9 4,02 8 Konstruksi , , ,4 7,01 9 Listrik, Gas & Air Bersih , , ,2 9,81 Jumlah 2.082, , ,0 5,41 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 *. Angka sementara Sektor pertanian Indonesia pada dasarnya telah dikaruniai berbagai keunggulan berupa kemudahan mengakses sumberdaya alam, kondisi geografis yang mendukung, lahan yang produktif, serta tersedianya jumlah tenaga kerja yang memadai. Keunggulan tersebut terlihat jelas salah satunya pada subsektor perikanan. Garis pantai sepanjang km serta jumlah luas perairan laut termasuk zona ekonomi eksklusif Indonesia (ZEEI) yang mencapai 5,8 juta km 2 merupakan potensi yang sangat besar bagi subsektor ini untuk terus berproduksi dan bersaing dengan negara-negara lainnya. Menurut Daryanto (2007), sumber daya pada sektor perikanan merupakan salah satu sumber daya yang penting bagi hajat hidup masyarakat dan memiliki
3 potensi dijadikan sebagai penggerak utama (prime mover) ekonomi nasional. Hal ini didasari pada kenyataan bahwa pertama, Indonesia memiliki sumber daya perikanan yang besar baik ditinjau dari segi kuantitas maupun diversitas. Kedua, industri di sektor perikanan memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya. Ketiga, industri perikanan berbasis sumber daya nasional atau dikenal dengan istilah national resources based industries, dan keempat Indonesia memiliki keunggulan (comparative advantage) yang tinggi di sektor perikanan sebagaimana dicerminkan dari potensi sumber daya yang ada. Berdasarkan laporan FAO Statistical Yearbook 2009, Produksi perikanan tangkap Indonesia sampai dengan tahun 2007 berada pada peringkat ke-3 dunia. Di samping itu, Indonesia juga merupakan salah satu produsen terbesar perikanan budidaya dunia. Pada tahun 2007, posisi produksi perikanan budidaya Indonesia di dunia berada pada urutan ke-4 dengan kenaikan rata-rata produksi per tahun sejak tahun 2003 mencapai 8,79%. Hal ini mengisyaratkan bahwa Indonesia memiliki kesempatan dan kemampuan untuk menjadi penghasil produk perikanan terbesar di dunia, seiring dengan terus meningkatnya produksi perikanan Indonesia di dunia pada periode Tabel 3. Sektor Usaha Pendapatan Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan Sektor Pertanian menurut Lapangan Usaha Tahun Kontribusi Terhadap GDP (Milyar Rupiah) Laju (%/tahun) Tanaman Pangan ,83 Perikanan ,09 Perkebunan ,69 Peternakan ,35 Kehutanan ,47 Total ,99 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010 Subsektor perikanan juga merupakan salah satu penyumbang terbesar terhadap GDP di sektor pertanian. Berdasarkan Tabel 3, kontribusi subsektor perikanan terhadap GDP sektor pertanian menempati posisi kedua di bawah subsektor tanaman pangan dan terus mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir. Selain
4 itu, subsektor perikanan juga mempunyai peluang yang cukup besar untuk menguasai pasar internasional. Hal ini disebabkan oleh sifat sebagian besar komoditasnya yang merupakan komoditas ekspor unggulan dan banyak diminati di pasar internasional. Salah satu komoditas ekspor perikanan yang cukup potensial dan bernilai komersial tinggi adalah kepiting. Kepiting merupakan salah satu dari sepuluh komoditas utama dan unggulan yang ditetapkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Kepiting bakau (Scylla serrata) dan rajungan (Portunus pelagicus) adalah dua jenis kepiting yang umum diproduksi di Indonesia. Cita rasa serta kandungan gizi yang tinggi pada daging kepiting merupakan salah satu alasan tingginya minat konsumsi terhadap komoditas tersebut. Produksi kepiting di Indonesia menurut jenis penangkapannya digolongkan ke dalam produksi hasil tangkap dan budidaya. Tabel 4 menunjukkan masih tingginya proporsi hasil produksi komoditas kepiting melalui proses penangkapan. Hal ini tentu mengakibatkan besarnya kemungkinan fluktuasi jumlah produksi karena tingginya ketergantungan proses produksi komoditas hasil tangkap terhadap kondisi alam. Selain itu, proses produksi budidaya kepiting di Indonesia belum dapat diandalkan sepenuhnya karena rendahnya ketersediaan bibit yang memadai. Meskipun kepiting sudah berhasil dibenihkan secara buatan, berbagai keterbatasan membuat sebagian besar peternak pembesaran kepiting di Indonesia masih mengandalkan pasokan bibitnya dari hasil penangkapan. Tabel 4. Produksi Kepiting Berdasarkan Jenis Penangkapan Tahun Tahun Produksi Kepiting (Ton) Hasil Tangkap (%) Budidaya (%) Total Produksi ,32% ,68% ,00% ,34% ,66% ,00% ,15% ,85% ,00% Laju (%/tahun) 12,81 27,17 14,34 Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011 (%)
5 Dari segi pemasaran, komoditas ini dapat dipasarkan di dalam maupun luar negeri. Harga kepiting di tingkat pedagang pengumpul lokal biasanya adalah sekitar Rp ,- per kg untuk grade CB (betina besar berisi/bertelur, ukuran > 200 g/ekor) dan Rp ,- per kg untuk LB (jantan besar berisi, ukuran > 500 g g/ekor). Harga yang lebih tinggi ditawarkan oleh pasar ekspor. Untuk kepiting grade CB, harga yang ditawarkan dapat mencapai 8,40-9,70 US$ dan grade LB dihargai sebesar 6,10-9,00 US$.
6 Tabel 5. Volume dan Nilai FOB Ekspor Kepiting Segar (HS ) Indonesia tahun Tahun Volume (Kg) Nilai (US$) Harga (US$/Kg) , , , , , , , , , ,35 Laju (%/tahun) 1,42-0,75-27,58 Sumber : United Nations Commodity Trade, 2012 Komoditas kepiting yang diekspor dapat berupa kepiting segar, beku, ataupun olahan. Selama periode tahun , kepiting Indonesia yang diekspor sebagian besar masih dalam bentuk segar. Permintaan kepiting segar di pasar dunia yang cukup tinggi khususnya berasal dari Amerika Serikat yang memang merupakan negara tujuan utama ekspor produk-produk kepiting Indonesia. Singapura, Malaysia, dan RRC juga tercatat sebagai negara dengan jumlah transaksi impor terbesar untuk komoditas kepiting dari Indonesia dalam kurun sepuluh tahun terakhir. Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa volume ekspor kepiting dari Indonesia terus berfluktuasi sepanjang tahun 2001 hingga tahun Pada tahun 2005 volume ekspor mencapai 12,6 ribu ton namun kemudian terus mengalami penurunan pada tahun-tahun berikutnya hingga hanya sebesar 7,7 ribu ton pada tahun Bahkan pada tahun 2008, penurunan terbesar laju volume ekspor terjadi ketika laju harga kepiting di tahun tersebut tengah meningkat secara signifikan. Volume ekspor kepiting Indonesia baru kembali mengalami peningkatan pada tahun 2010 yakni sebesar 9,3 ribu ton. Perkembangan ekspor maupun perkembangan produksi kepiting, keduanya masih menunjukan fluktuasi. Meskipun dalam hal produksi terdapat kecenderungan
7 untuk meningkat, hal tersebut tidak diimbangi oleh volume ekspornya yang cenderung menurun sejak tahun Hal ini tentu saja ironis karena berdasarkan Tabel 6, laju konsumsi kepiting dunia cenderung meningkat setiap tahunnya namun ekspor kepiting Indonesia justru mengalami penurunan. Untuk menanggapi hal ini, perlu adanya upaya perbaikan serta peningkatan dari seluruh pihak terkait secara menyeluruh dan tepat sasaran. Hal ini bertujuan agar upaya serta kebijakan yang ditempuh dapat berpengaruh secara nyata terhadap perkembangan ekspor komoditas kepiting Indonesia. Salah satu langkahnya adalah dengan terlebih dahulu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan ekspor kepiting Indonesia. Tabel 6. Perkembangan Konsumsi Kepiting Dunia Tahun Tahun Total Konsumsi (Kg/Kapita/Tahun) Tahun Total Konsumsi (Kg/Kapita/Tahun) , , , , , , , , , , , , , , , , , ,62 Laju (%/tahun) 3,41 Sumber : Food and Agriculture Organization, Perumusan Masalah Saat ini, produksi perikanan tangkap Indonesia berada di peringkat ketiga dunia setelah RRC, dan Peru, sedangkan perikanan budidaya Indonesia berada di peringkat keempat setelah RRC, India, dan Vietnam (KKP, 2011). Bahkan pada pasar ekspor komoditas kepiting, Indonesia berhasil menempati peringkat kedua setelah Kanada. Meskipun demikian, dominasi ekspor kepiting Indonesia terus menghadapi berbagai tantangan dari negara-negara pesaingnya. Kesalahan dalam menyusun strategi pemasaran produk perikanan di pasar internasional sering kali luput dari perhatian para stakeholder kita. Kebijakan pemasaran yang dilakukan sering kali berorientasi pada keuntungan jangka pendek dan cenderung tidak responsif terhadap
8 keadaan pasar tujuannya. Akibatnya, daya saing komoditas perikanan Indonesia terus mengalami penurunan terhadap negara pesaingnya. Hal ini dibuktikan oleh jumlah volume ekspor komoditas kepiting Indonesia yang terus berfluktuasi bahkan cenderung turun. Berdasarkan data United Nations Commodity Trade, ekspor komoditas kepiting Indonesia dalam kurun waktu sepuluh tahun dari tahun 2001 hingga 2010 terus mengalami fluktuasi. Pada tahun 2008 dan 2009 volume ekspor kepiting mengalami penurunan yang cukup drastis secara berturut-turut menjadi dan ton dari sebesar ton pada tahun Di sisi lain, negara pesaing utama Indonesia seperti RRC dan Filipina justru mencatatkan peningkatan pada ekspor kepiting segarnya. Bahkan Filipina mengalami kenaikan volume ekspor pada tahun 2009 menjadi sebesar ton dari tahun 2008 yang hanya sebesar ton. Mengingat sumberdaya perikanan di kedua negara tersebut yang hampir serupa dengan Indonesia, maka keberhasilan di pasar ekspor kepiting segar tersebut akan banyak ditentukan oleh efisiensi perdagangannya. Dengan ketersediaan sumberdaya yang melimpah serta belum optimalnya pemanfaatan potensi pasar ekspor kepiting Indonesia maka diperlukan adanya suatu upaya agar ekspor komoditas kepiting Indonesia kembali meningkat seiring dengan usaha pemulihan ekonomi global. Beberapa jenis kepiting Indonesia seperti kepiting bakau dan rajungan memang telah berhasil dipasarkan ke luar negeri, akan tetapi aliran perdagangan (permintaan ekspor) dari komoditas tersebut memiliki kecenderungan yang berfluktuasi. Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya fluktuasi tersebut baik dari faktor internal maupun eksternal. Dalam permasalahan kali ini faktor-faktor yang diperkirakan menjadi penyebab berfluktuasinya volume ekspor kepiting Indonesia antara lain Produk Domestik Bruto (GDP) Indonesia, GDP negara tujuan ekspor, nilai tukar negara tujuan ekspor terhadap rupiah, harga kepiting Indonesia di negara tujuan, dan jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara tujuan ekspor. Agar dapat meningkatkan volume dan nilai ekspor kepiting Indonesia secara optimal serta mengantisipasi permintaan ekspor yang terus berfluktuasi, maka
9 diperlukan adanya suatu analisis dan kajian mengenai aliran perdagangan ekspor kepiting dari negara Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor yang tentu memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lainnya. Melalui kajian ini, kita juga akan melihat nilai potensial perdagangan dengan negara-negara yang selama ini menjadi importir komoditas kepiting Indonesia yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam penyusunan strategi perdagangan yang lebih efisien. Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang dikaji dan dianalisis lebih lanjut dalam penelitian ini adalah: 1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi aliran perdagangan kepiting Indonesia dan faktor apa yang memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan volume ekspor ke negara-negara tujuan? 2. Bagaimana nilai potensial perdagangan ekspor komoditas kepiting Indonesia di masing-masing negara tujuan? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan kepiting Indonesia dan faktor yang memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan volume ekspor ke negara tujuan utama. 2. Mengetahui nilai potensial perdagangan ekspor komoditas kepiting Indonesia di masing-masing negara tujuan. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi instansi pengambil keputusan terutama pemerintah dan eksportir kepiting, dapat dijadikan sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan baik dalam perencanaan maupun pengambilan keputusan yang berkaitan dengan ekspor kepiting Indonesia. 2. Bagi pembaca yaitu sebagai sumber informasi dan perbandingan serta masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 3. Bagi penulis yaitu meningkatkan kemampuan menganalisis suatu permasalahan dengan mengimplementasikan ilmu-ilmu yang diperoleh selama kuliah.
10 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan suatu kajian masalah terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kepiting Indonesia. Jenis kepiting yang dianalisis adalah kepiting segar dengan kode HS tahun 2007 (Harmonized System) Dalam penelitian ini digunakan lima variabel bebas, yaitu GDP Indonesia, GDP negara tujuan ekspor, jarak antara negara tujuan dengan Indonesia, kurs mata uang negara tujuan ekspor terhadap rupiah, dan harga kepiting Indonesia di negara tujuan. Gravity model yang disusun merupakan hasil pengolahan data dengan menggunakan regresi panel data dari tahun pada tujuh negara tujuan ekspor terbesar kepiting Indonesia, yaitu Amerika Serikat, Singapura, Malaysia, RRC, Jepang, Belanda, dan Korea.
BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan oleh masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat adalah salah satu negara tujuan utama ekspor produk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Amerika Serikat adalah salah satu negara tujuan utama ekspor produk perikanan Indonesia. Nilai ekspor produk perikanan Indonesia ke Amerika Serikat lebih besar daripada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di sektor perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan memiliki
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Sapi di Indonesia Indonesia adalah negara agraris yang mempunyai lahan yang sangat luas terutama luas daratan yang mencapai 1.919.440 km 2 yang menempatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat terhadap sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan perubahan selera, gaya hidup dan peningkatan pendapatan. Karena, selain rasanya
Lebih terperinciKARYA ILMIAH BISNIS DAN BUDIDAYA KEPITING SOKA. Di susun oleh : NAMA :FANNY PRASTIKA A. NIM : KELAS : S1-SI-09
KARYA ILMIAH BISNIS DAN BUDIDAYA KEPITING SOKA Di susun oleh : NAMA :FANNY PRASTIKA A. NIM :11.12.5999 KELAS : S1-SI-09 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Karya ilmiah ini berjudul BISNIS DAN BUDIDAYA
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki potensi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui seperti
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang bekerja di sektor
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Poduksi perikanan Indonesia (ribu ton) tahun
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara maritim, dua pertiga wilayahnya merupakan lautan dan luas perairan lautnya mencapai 5.8 juta km 2 termasuk Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP EKSPOR KEPITING INDONESIA
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP EKSPOR KEPITING INDONESIA RANDY HAZEMI H34070130 Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari aktivitas perdagangan international yaitu ekspor dan impor. Di Indonesia sendiri saat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas daerah perairan seluas 5.800.000 km2, dimana angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah perairan tersebut wajar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan nasional Negara Indonesia adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, diantaranya melalui pembangunan ekonomi yang berkesinambungan. Pembangunan ekonomi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengembangan wilayah (Regional Development) merupakan upaya untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pengembangan wilayah (Regional Development) merupakan upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antarwilayah, dan menjaga kelestarian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya kelautan merupakan salah satu aset yang penting dan memiliki potensi besar untuk dijadikan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia. Secara fisik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada di peringkat 55 dari 134 negara, menurun satu peringkat dari tahun sebelumnya. Dalam hal ini,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan perekonomian nasional dan menjadi sektor andalan serta mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014
No.51/08/33/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan II tahun
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008
BADAN PUSAT STATISTIK No.43/08/Th. XI, 14 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II- Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan
Lebih terperinciDari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.
No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Teh merupakan salah satu komoditas ekspor utama sektor perkebunan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkebunan sebagai salah satu sub sektor pertanian, memiliki peran yang cukup penting dalam pembangunan pertanian Indonesia. Perkebunan teh merupakan salah
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH
PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014
No. 47/08/72/Thn XVII, 05 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011
No.43/08/33/Th.V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 PDRB Jawa Tengah pada triwulan II tahun 2011 meningkat sebesar 1,8 persen dibandingkan triwulan I tahun 2011 (q-to-q).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan dalam suatu wilayah agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan memerlukan perencanaan yang akurat dari pemerintah. Upaya dalam meningkatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN , , , , ,4 10,13
1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perairan yang mencapai 5,8 juta km 2 dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Hal ini membuat Indonesia memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia, karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang
Lebih terperinciTabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang tepat untuk
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 06 /11/33/Th.I, 15 Nopember 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PDRB JAWA TENGAH TRIWULAN III TH 2007 TUMBUH 0,7 PERSEN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Teh merupakan salah satu komoditi yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Industri teh mampu memberikan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar
Lebih terperinciAnalisis Perkembangan Industri
APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola setiap sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Secara umum sektor ini memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan dan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan bertahap menuju tingkat
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014
No. 68/11/33/Th.VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan III tahun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam pembangunan perekonomian nasional seperti dalam hal penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat
Lebih terperinciPerkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia
Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH
PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai
Lebih terperinciSusu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan
Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan Oleh : Feryanto W. K. Sub sektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian serta bagi perekonomian nasional pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia, memiliki 17.508 buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis pantai sepanjang 81.000
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah dan panjang garis pantai mencapai 104.000 km (Bakosurtanal,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi telah menambahkan banyak tantangan baru bagi agribisnis di seluruh dunia. Agribisnis tidak hanya bersaing di pasar domestik, tetapi juga untuk bersaing
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian mencakup kegiatan usahatani perkebunan, perhutanan, peternakan, dan perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan ragam. Dari sakala
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Industri Pengolahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013
No. 45/08/72/Th. XVI, 02 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah beserta dengan perangkat kelengkapannya sejak penerbitan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk dalam suatu daerah karena hal tersebut merupakan kejadian
Lebih terperinciDETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN
P R O S I D I N G 113 DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT Erlangga Esa Buana 1 1 Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya E-mail: erlanggaesa@gmail.com PENDAHULUAN Indonesia
Lebih terperinciI PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor industri mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah,
Lebih terperinciAnalisis Isu-Isu Strategis
Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
No. 27 / VIII / 16 Mei 2005 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PDB INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2005 TUMBUH 2,84 PERSEN PDB Indonesia pada triwulan I tahun 2005 meningkat sebesar 2,84 persen dibandingkan triwulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014
No. 28/05/72/Thn XVII, 05 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 Perekonomian Sulawesi Tengah triwulan I-2014 mengalami kontraksi 4,57 persen jika dibandingkan dengan triwulan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah dan beraneka ragam (mega biodiversity). Keanekaragaman tersebut tampak pada berbagai jenis komoditas tanaman
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah dan beraneka ragam. Hal ini tampak pada sektor pertanian yang meliputi komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 23/05/61/Th. XIII, 10 Mei 2010 PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I TAHUN 2010 Kinerja perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan I-2010 dibandingkan triwulan IV-2009,
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 27/05/61/Th. XVII, 5 Mei PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I- EKONOMI KALIMANTAN BARAT TUMBUH 4,69 PERSEN Perekonomian Kalimantan Barat yang diukur berdasarkan
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK
BADAN PUSAT STATISTIK No. 50/08/Th.XII, 10 Agustus 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2009 Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang memiliki peran penting bagi suatu negara. Perdagangan internasional memberikan manfaat berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi merupakan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut data BPS (2010), jumlah penduduk yang bekerja di sektor
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI RIAU
No. 24/05/14/Th.XV, 5 Mei 2014 PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan I tahun 2014, yang diukur dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000, mengalami
Lebih terperinci