V. PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN EKONOMI, PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI SWASTA, PEKERJA, DAN INLASI
|
|
- Teguh Darmali
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 V. PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN EKONOMI, PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI SWASTA, PEKERJA, DAN INLASI 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan ukuran yang mencerminkan keberhasilan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut dicirikan dengan meningkatnya output disertai dengan tingkat pertumbuhan yang cepat. Selama periode pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai pada tahun 1980 yaitu sebesar 9,88 persen. Kemudian pertumbuhan ekonomi terendah terjadi pada tahun 1998 yaitu mencapai 13,13 persen, hal ini dikarenakan adanya krisis moneter pada bulan Juli 1997 yang mempengaruhi kondisi perekonomian Indonesia. Perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dilihat pada Gambar 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Persentase Tahun Sumber: BPS, BI ( ) Gambar 5.1. Pertumbuhan Ekonomi
2 35 Pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada tahun 1980 tidak lain karena pada periode merupakan era boom minyak, yaitu harga minyak di pasar internasional melambung tinggi. Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor minyak saat itu mendapat rejeki nomplok dari hasil ekspornya, sehingga berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun situasi berubah pada tahun 1983 ketika dunia mengalami resesi ekonomi, terjadi krisis minyak yaitu harga minyak di pasar internasional merosot. Seiring dengan hal tersebut penerimaan pemerintah dari minyak pun ikut menurun, sehingga memberikan dampak yang buruk bagi pertumbuhan ekonomi, dimana pada periode pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 4,88 persen per tahun. Setelah masa resesi yaitu pada periode pertumbuhan ekonomi kembali mengalami peningkatan yaitu dari 3,59 persen pada tahun 1987 menjadi 7,82 persen pada tahun Peningkatan tersebut terutama didorong oleh kenaikan yang cukup besar dalam konsumsi dan investasi. Memasuki pertengahan tahun 1997 Indonesia dihadapkan pada kondisi krisis moneter. Hal ini disebabkan oleh kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam dunia perbankan nasional. Krisis tersebut melemahkan perekonomian yang ditandai dengan merosotnya pertumbuhan ekonomi hingga mencapai 13,13 persen. Pertumbuhan ekonomi setelah masa krisis kembali mengalami peningkatan. Seiring dengan meningkatnya perekonomian global, perekonomian Indonesia juga menunjukkan perkembangan yang baik. Kinerja ekonomi selama tahun 2002 tumbuh sebesar 4,38 persen dan pada tahun 2003 kembali meningkat menjadi 4,88 persen. Kondisi ekonomi yang cukup stabil selama tahun 2002 dan
3 mendorong kemajuan pada perekonomian tahun 2004, dimana pada tahun 2004 pertumbuhan ekonomi meningkat hingga mencapai 5,13 persen. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tersebut juga didukung oleh situasi keamanan yang terkendali serta diimbangi pula oleh rendahnya laju inflasi Pengeluaran Rutin Pemerintah Pengeluaran rutin pemerintah riil dari periode awal penelitian yaitu tahun 1975 hingga akhir periode tahun 2004 cenderung selalu mengalami peningkatan. Peningkatan yang sangat tajam terjadi pada tahun 2001 dimana pengeluaran rutin pemerintah riil mencapai hingga Rp ,87 milyar. Peningkatan tersebut disebabkan oleh kembali stabilnya laju inflasi hingga mencapai 12,55 persen pada tahun 2001 setelah melewati angka 77,63 persen pada tahun Perkembangan pengeluaran rutin pemerintah riil dapat dilihat pada Gambar 5.2. Pengeluaran Rutin Pemerintah Riil Milyar Rp Sumber: BPS ( ), diolah Tahun Gambar 5.2. Perkembangan Pengeluaran Rutin Pemerintah Riil (2002=100)
4 37 Gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar selama tahun 1998/1999 telah memberikan dampak negatif pada operasional keuangan pemerintah secara keseluruhan. Memburuknya kinerja perekonomian yang didorong oleh keadaan politik yang belum stabil menyebabkan peningkatan pengeluaran pemerintah melebihi peningkatan penerimaannya, sehingga keuangan pemerintah mengalami defisit. Peningkatan pengeluaran pemerintah tersebut dilihat dalam bentuk nominal. Akan tetapi secara riil, dengan memperhitungkan tingkat inflasi, pengeluaran pemerintah mengalami penurunan. Pada tahun 1998 pengeluaran rutin pemerintah riil turun hingga mencapai Rp 1.345,50 milyar akibat inflasi yang sangat tinggi yaitu sebesar 77,63 persen. Memasuki tahun 1999 pengeluaran rutin pemerintah riil mulai meningkat kembali seiring dengan stabilnya laju inflasi dan upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan pemerintah kepada masyarakat karena pemerintah merasa prihatin atas dampak krisis moneter yang memperburuk kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Pada akhir periode penelitian tahun 2004 pengeluaran rutin pemerintah riil mencapai sebesar Rp ,02 milyar yang sebelumnya sempat turun sebesar Rp 9.542,37 milyar pada tahun Peningkatan pengeluaran rutin pemerintah sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya pos pembayaran cicilan dan bunga utang.
5 Pengeluaran Pembangunan Pemerintah Pengeluaran pembangunan merupakan pengeluaran negara yang digunakan untuk membiayai proyek pembangunan baik fisik maupun non fisik. Selama periode penelitian tahun pengeluaran pembangunan pemerintah riil cenderung lebih berfluktuasi. Perkembangan pengeluaran pembangunan pemerintah riil dapat dilihat pada Gambar 5.3. Pengeluaran Pembangunan Pemerintah Riil Milyar Rp Sumber: BPS ( ), diolah Tahun Gambar 5.3. Perkembangan Pengeluaran Pembangunan Pemerintah Riil (2002=100) Inflasi yang tinggi pada tahun 1998 hingga mencapai 77,63 persen menyebabkan secara riil pengeluaran pembangunan pemerintah mengalami penurunan yang tajam. Seiring dengan turunnya laju inflasi maka pengeluaran pembangunan pemerintah riil ikut membaik, ditandai dengan peningkatannya sebesar Rp 908,27 milyar pada tahun 1999, padahal sebelumnya hanya mencapai Rp 535,45 milyar.
6 39 Kondisi perekonomian yang buruk pasca krisis dan setelah krisis mendorong pemerintah untuk melaksanakan kebijakan yaitu mengalokasikan pengeluaran pembangunan pada program proyek prasarana sosial dan program pemulihan kegiatan perekonomian nasional (Statistik Indonesia, 2000). Dengan demikian sejak tahun 1999 sampai dengan akhir periode penelitian tahun 2004 pengeluaran pembangunan pemerintah riil cenderung mengalami peningkatan. Meskipun pada tahun 2003 pengeluaran tersebut mengalami penurunan, namun penurunannya tidak setajam pada tahun Investasi Swasta Investasi swasta dialokasikan untuk penyediaan barang-barang modal yang dapat meningkatkan kapasitas produksi, yang kemudian pada gilirannya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Investasi swasta dalam penelitian ini mencakup Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Luar Negeri (PMLN). Perkembangan investasi swasta riil dapat dilihat pada Gambar 5.4. Pada periode awal penelitian tahun 1975 investasi swasta riil mencapai sebesar Rp 4.345,25 milyar. Pada periode selanjutnya perkembangan investasi swasta riil cenderung berfluktuasi. Pada tahun 1997 investasi swasta meningkat tajam sebesar Rp ,04 milyar. Namun pada tahun 1998 investasi tersebut menurun drastis hingga mencapai angka Rp 1.129,33 milyar. Hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat inflasi pada tahun 1998, serta kondisi perekonomian yang tidak stabil. Ketidakstabilan perekonomian tersebut diikuti oleh ketidakstabilan
7 40 politik, sosial, dan keamanan. Situasi ini menyebabkan para investor tidak mau mengambil resiko menanamkan modalnya, sehingga akumulasi modal yang tersedia hanya sedikit. Investasi Swasta Riil Milyar Rp Sumber: BPS ( ), diolah Tahun Gambar 5.4. Perkembangan Investasi Swasta Riil (2002=100) Setelah melewati masa krisis, investasi swasta riil mulai meningkat kembali. Hal ini dikarenakan pemerintah melakukan kebijakan yang dapat menarik minat investor untuk menanamkan modalnya kembali, terutama untuk investor asing. Karena semenjak iklim investasi di Indonesia tidak kondusif, banyak investor asing yang berhati-hati dan sangat selektif untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Pada tahun 2002 hingga tahun 2004 investasi swasta riil mulai menurun kembali namun penurunannya tidak setajam pada tahun Pada akhir 2004 investasi swasta riil mencapai sebesar Rp 8.535,66 milyar.
8 Pekerja Seperti yang terlihat pada Gambar 5.5, perkembangan jumlah pekerja riil selama periode sangat berfluktuasi. Perkembangan jumlah pekerja riil tersebut tidak terlepas dari pengaruh inflasi. Ketika inflasi rendah jumlah pengangguran meningkat sehingga jumlah pekerja menurun, demikian pula sebaliknya. Dengan kata lain terjadi trade off antara inflasi dan pengangguran (Mankiw, 2000). Pekerja Riil Milyar Tahun Sumber: BPS ( ), diolah Gambar 5.5. Perkembangan Pekerja Riil (2002=100) Namun keadaan yang sangat jauh berbeda adalah pada tahun 1998 yaitu ketika terjadi peningkatan inflasi hingga 77,63 persen maka jumlah pekerja riil menurun hingga mencapai 69,70 persen, yaitu dari sebanyak 9.649,23 milyar pekerja pada tahun 1997 menjadi 2.923,17 milyar pekerja pada tahun Hal ini dikarenakan inflasi yang tinggi memicu biaya operasional perusahaan mengalami
9 42 peningkatan sehingga mendorong banyak perusahaan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) para karyawan. Seiring dengan menurunnya tingkat inflasi, biaya operasional perusahaan kembali stabil. Perusahaan memerlukan pekerja untuk meningkatkan output yang akan memberikan tingkat pengembalian yang lebih besar, hal ini berarti terjadi peningkatan permintaan tenaga kerja sehingga jumlah pekerja kembali meningkat. Pada tahun 2003 jumlah pekerja mengalami penurunan, namun pada tahun 2004 meningkat kembali hingga mencapai 5.998,08 milyar pekerja Inflasi Laju inflasi yang dihitung berdasarkan pergerakan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada awal periode penelitian tahun 1975 tercatat sebesar 19,10 persen. Sampai dengan tahun 1996 laju inflasi Indonesia berada di bawah kisaran 12 persen. Namun pada bulan Juli tahun 1997 Indonesia dilanda krisis ekonomi yang dipicu oleh jatuhnya mata uang bath Thailand. Jatuhnya mata uang bath Thailand tersebut menyebabkan pasar modal Indonesia jatuh lebih dari 80 persen dan nilai tukar rupiah terhadap dolar jatuh hingga 75 persen (Gie, 2004). Perkembangan inflasi Indonesia dapat dilihat pada Gambar 5.5. Terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dolar mendorong peningkatan pada harga bahan bakar minyak (BBM) yang kemudian diikuti dengan meningkatnya harga-harga barang dan jasa lainnya, sehingga inflasi pada tahun 1998 meningkat tajam sebesar 77,63 persen.
10 43 Laju Inflasi Persentase Tahun Sumber: BPS, BI ( ) Gambar 5.6. Perkembangan Inflasi Inflasi yang sangat tinggi pada tahun 1998 mendorong pemerintah untuk melakukan serangkaian kebijakan yang dapat menekan atau menurunkan tingkat inflasi itu sendiri. Memasuki awal 1999 inflasi mulai stabil kembali hingga mencapai satu digit yaitu sebesar 2,01 persen. Kemudian pada akhir periode penelitian tahun 2004 inflasi tercatat sebesar 6,40 persen. Angka tersebut lebih tinggi dari laju inflasi pada tahun 2003 sebesar 5,06 persen, namun masih berada dalam kisaran yang ditargetkan oleh otoritas moneter. Meningkatnya laju inflasi pada tahun 2004 selain karena meningkatnya permintaan dalam negeri, juga karena adanya tekanan dari harga minyak internasional yang terus meningkat sehingga berpengaruh langsung terhadap penggunaan bahan baku impor dan biaya transportasi (Laporan Perekonomian Indonesia, 2004).
11 VI. PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI SWASTA, PEKERJA, DAN INFLASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA Bab ini akan menjelaskan tentang hasil dan pembahasan yang telah diperoleh dalam penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Error Correction Model (ECM). Langkah awal sebelum melakukan estimasi ECM terlebih dahulu harus dilakukan uji akar unit untuk mengetahui apakah data yang digunakan stasioner atau tidak. Setelah dilakukan pengujian akar unit maka dilakukan pengujian kointegrasi Engel-Granger untuk melihat hubungan jangka panjang diantara variabel-variabel yang tidak stasioner. Setelah diperoleh persamaan jangka panjang, maka langkah selanjutnya adalah melakukan estimasi ECM yang digunakan untuk melihat hubungan jangka pendek diantara variabel-variabel yang stasioner, namun untuk mengetahui ada tidaknya masalahmasalah pelanggaran asumsi klasik yang muncul pada estimasi model jangka pendek pertumbuhan ekonomi di Indonesia maka dilakukan uji kebaikan model, yaitu uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, dan uji normalitas Hasil Pengujian Akar-akar Unit Sebelum melakukan serangkaian proses terhadap model, sangat penting untuk diketahui apakah data time series yang digunakan bersifat stasioner atau non-stasioner. Untuk persamaan tunggal, uji akar-akar unit dilakukan dengan menggunakan Augmented Dickey-Fuler (ADF) test. Hasil pengujian akar-akar unit dapat dilihat pada Tabel 6.1.
12 45 Tabel 6.1. Uji Akar-akar Unit (Unit Root Test) pada Level Variabel Nilai ADF t-statistik Nilai Kritis Mackinnon Ket 1 % 5 % 10 % Pertumbuhan Ekonomi -1,92-2,65-1,95-1,61 Stasioner Pengeluaran Rutin Tidak Pemerintah 0,93-2,65-1,95-1,61 stasioner Pengeluaran Pembangunan Tidak stasioner Pemerintah 0,55-2,65-1,95-1,61 Investasi Swasta Tidak Pekerja 0,64-2,65-1,95-1,61 stasioner Tidak stasioner -0,14-2,65-1,95-1,61 Inflasi -3,46-2,65-1,95-1,61 Stasioner Sumber: Lampiran 2a Dari Tabel 6.1 dapat dilihat bahwa hanya variabel pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang stasioner pada taraf 10 persen (taraf nyata yang digunakan). Sedangkan variabel pengeluaran rutin pemerintah, pengeluaran pembangunan pemerintah, investasi swasta, dan pekerja tidak stasioner baik pada taraf 1 persen, 5 persen maupun 10 persen. Hal ini terlihat dari nilai t-statistik ADF keempat variabel tersebut yang lebih besar dari nilai kritis Mackinnon. Oleh karena itu, sebagai konsekuensi dari tidak terpenuhinya asumsi stasioneritas pada derajat nol atau I(0) maka langkah selanjutnya perlu dilakukan pengujian derajat integrasi. Pengujian derajat integrasi sangat penting untuk mengetahui apakah variabel-variabel yang digunakan tidak stasioner dan berapa kali harus di-difference untuk menghasilkan variabel yang stasioner. Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa variabel-variabel yang digunakan stasioner pada first difference. Adapun hasil pengujian derajat integrasi dapat dilihat pada Tabel 6.2.
13 46 Tabel 6.2. Uji Akar-akar Unit (Unit Root Test) Pada First Difference Variabel Nilai ADF t-statistik Nilai Kritis Mackinnon Ket 1 % 5 % 10 % Pertumbuhan Ekonomi -6,60-3,69-2,97-2,62 Stasioner Pengeluaran Rutin Stasioner Pemerintah -6,22-3,70-2,98-2,63 Pengeluaran Stasioner Pembangunan Pemerintah -5,95-3,69-2,97-2,62 Investasi Swasta -6,91-3,70-2,98-2,63 Stasioner Pekerja -7,44-3,70-2,98-2,63 Stasioner Inflasi -6,49-3,70-2,98-2,63 Stasioner Sumber: Lampiran 2b Pada Tabel 6.2 dapat dilihat bahwa semua variabel, baik variabel independen maupun dependen, stasioner pada derajat satu I(1) atau first difference. Hal ini berarti bahwa hipotesis nol ditolak yang artinya semua variabel stasioner pada taraf 10 persen, ditunjukkan oleh nilai t-statistik ADF yang lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon Uji Kointegrasi Tujuan dilakukannya uji kointegrasi yaitu untuk mengetahui ada tidaknya hubungan jangka panjang diantara variabel-variabel yang diamati. Variabelvariabel tersebut dikatakan saling terkontegrasi jika ada kombinasi linear diantara variabel-variabel yang tidak stasioner dan residual dari kombinasi tersebut harus stasioner. Uji kointegrasi Engel-Granger digunakan untuk mengestimasi hubungan jangka panjang antara pertumbuhan ekonomi, pengeluaran rutin pemerintah, pengeluaran pembangunan pemerintah, investasi swasta, pekerja, dan inflasi. Hasil uji kointegrasi dapat dilihat pada Tabel 6.3.
14 47 Tabel 6.3. Hasil Uji Akar Unit terhadap Residual Persamaan Regresi Variabel Nilai ADF Nilai Kritis Mackinnon Ket t-statistik 1 % 5 % 10 % U -5,20-2,65-1,95-1,61 Stasioner Sumber: Lampiran 3a Berdasarkan Tabel 6.3 dapat dilihat bahwa residual dari persamaan yang digunakan berhasil menolak hipotesis nol atau dengan kata lain uji akar unit pada residual U bersifat stasioner pada level atau I(0), sehingga dapat dikatakan bahwa variabel-variabel yang digunakan cenderung menuju pada keseimbangan jangka panjang walaupun pada tingkat level terdapat variabel yang tidak stasioner. Hal ini terlihat dari nilai t-statistik ADF yang lebih kecil dari nilai kritis Mackinnon 10 persen. Selain itu, koefisien residual U sebesar 0,91 semakin menguatkan bahwa diantara variabel-variabel yang digunakan terdapat kointegrasi (Lampiran 3a). Oleh karena terdapat kointegrasi diantara variabel-variabel dalam penelitian, maka model jangka panjang pertumbuhan ekonomi yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 6.4. Tabel 6.4. Model Jangka Panjang Variabel Koefisien Probabilitas C -22,12 0,00 Pengeluaran Rutin - 2,05 0,02 Pengeluaran Pembangunan 1,32 0,24 Investasi Swasta 0,29 0,49 Pekerja 3,93 0,00 Inflasi - 0,23 0,00 R-squared = 0,86 Prob(F-statistic) = 0,00 Sumber: Lampiran 3b Ket : dalam logaritma Hasil estimasi jangka panjang menunjukkan nilai R-squared sebesar 0,86. Hal ini berarti model pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang dapat
15 48 dijelaskan oleh variabel pengeluaran rutin pemerintah, pengeluaran pembangunan pemerintah, investasi swasta, pekerja, dan inflasi sebesar 86 persen. Sedangkan sisanya sebesar 14 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Pada persamaan jangka panjang mempunyai probabilitas F-statistik yang lebih kecil dari taraf yang digunakan yaitu 10 persen, sehingga seluruh variabel eksogen berpengaruh signifikan terhadap variabel endogen secara bersamaan atau serentak. Berdasarkan model jangka panjang tersebut dapat diketahui bahwa semua variabel penelitian memiliki arah yang benar sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Pada pengujian signifikasi secara statistik (t-hitung) diperoleh bahwa variabel pengeluaran rutin pemerintah, pekerja, dan inflasi memberikan pengaruh yang signifikan secara individu terhadap pertumbuhan ekonomi pada taraf 10 persen. Di sisi lain, variabel pengeluaran pembangunan dan investasi swasta tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi baik pada taraf 1 persen, 5 persen maupun 10 persen, tetapi memberikan arah yang sesuai dengan hipotesis yang telah diajukan. Koefisien pengeluaran rutin pemerintah yang bernilai negatif menunjukkan bahwa apabila pengeluaran rutin pemerintah meningkat sebesar 1 persen maka akan menurunkan atau menghambat pertumbuhan ekonomi sebesar 2,05 persen. Hal ini dikarenakan pengeluaran rutin pemerintah lebih bersifat konsumtif dan tidak produktif serta sebagian besar bersifat kontraktif seperti pengeluaran untuk pembayaran cicilan dan bunga utang. Dengan meningkatnya pembayaran cicilan dan bunga utang menyebabkan dana yang semula dianggarkan untuk keperluan investasi domestik digunakan untuk menutupinya, sehingga
16 49 investasi domestik menurun. Penurunan investasi tersebut pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kweka dan Morissey (2000), investasi publik (pengeluaran pembangunan pemerintah) dapat tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi karena adanya ketidakefisienan dalam pelaksanaannya. Dalam penelitian ini diindikasikan bahwa penyebab tidak signifikannya pengeluaran pembangunan adalah karena terjadi kebocoran dalam APBN, khususnya dalam pembiayaan pembangunan, sehingga mengakibatkan pengeluaran pembangunan yang dilakukan tidak sebesar nilai dana yang dianggarkan untuk realisasi pembangunan. Selain itu juga karena pada periode penelitian terjadi guncangan bencana alam yaitu gempa bumi dan gelombang tsunami yang melumpuhkan propinsi Aceh Darussalam dan sebagian Sumatera Utara, sehingga diperlukan peran pemerintah yang besar yaitu dengan mengalokasikan anggaran pembangunan untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan yang terjadi dan untuk membangun daerah tersebut kembali. Pengeluaran pembangunan pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada jangka panjang. Hal ini menunjukkan bahwa bila pengeluaran pembangunan pemerintah meningkat sebesar 1 persen maka akan mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 1,32 persen. Pengeluaran pembangunan pemerintah merupakan pengeluaran yang digunakan untuk investasi, salah satunya adalah investasi fisik seperti pembangunan prasarana jalan dan gedung sekolah. Adanya pembangunan tersebut akan meningkatkan
17 50 permintaan agregat akan bahan bangunan dan jasa yang berhubungan dengan konstruksi. Permintaan agregat akan direspon dunia usaha dengan meningkatkan produksi barang dan jasa. Kemudian peningkatan produksi barang dan jasa tersebut akan meningkatkan output nasional yang selanjutnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Hubungan yang positif antara investasi swasta dan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,29 mengindikasikan bahwa jika investasi swasta meningkat sebesar 1 persen maka akan mengakibatkan peningkatan pada pertumbuhan ekonomi sebesar 0,29 persen. Namun dalam estimasi jangka panjang investasi swasta tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Kondisi perekonomian Indonesia pada periode penelitian mengalami keterpurukan yaitu karena adanya krisis ekonomi yang kemudian mendorong ketidakstabilan politik dan keamanan. Semenjak itu iklim investasi menjadi tidak kondusif sehingga para investor terutama investor asing lebih berhati-hati dalam menanamkan modalnya di Indonesia. Hal ini mengakibatkan investasi yang seharusnya bisa lebih besar terakumulasi menjadi berkurang. Hubungan yang positif antara investasi swasta dan pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa adanya peningkatan investasi swasta berarti tersedia akumulasi modal dalam jumlah yang lebih besar sehingga tersedia dana untuk meningkatkan pembangunan. Selain itu investasi tersebut juga dapat mempengaruhi kapasitas produksi yang akan mendorong peningkatan produktivitas untuk menghasilkan output sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
18 51 Pekerja mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 3,93. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan jumlah pekerja sebesar 1 persen maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 3,93 persen. Semakin meningkatnya jumlah pekerja maka dapat meningkatkan jumlah output barang dan jasa, dengan asumsi dalam jangka panjang modal adalah fleksibel. Dengan adanya peningkatan output barang dan jasa yang dihasilkan maka output nasional akan meningkat, dan selanjutnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Rata-rata inflasi dari tahun 1975 sampai dengan tahun 2004 adalah 12,20 persen per tahun. Jika inflasi meningkat dari 12,20 persen menjadi 12,32 persen maka pertumbuhan ekonomi akan menurun sebesar 0,23 persen. Kenaikan inflasi dalam jangka panjang akan menghambat investasi karena mempersulit harapanharapan rasional yang pada akhirnya menghambat pertumbuhan ekonomi. Inflasi yang tinggi bagi produsen dirasakan sebagai kenaikan harga barang-barang input produksi. Keterbatasan biaya produksi memaksa produsen mengurangi produksi, dengan kata lain penawaran mengalami penurunan. Penurunan penawaran mengakibatkan penurunan pada output riil. Selain itu inflasi yang tinggi pada jangka panjang akan menurunkan kesejahteraan masyarakat yang pada akhirnya akan menurunkan daya beli masyarakat. Hal tersebut mencerminkan penurunan kegiatan perekonomian atau dengan kata lain menghambat pertumbuhan ekonomi.
19 Pendekatan Koreksi Kesalahan Uji Kebaikan Model ECM Untuk menunjukkan bahwa model jangka pendek yang diperoleh pada penelitian ini terbebas dari masalah pelanggaran asumsi OLS, maka dilakukan uji kebaikan. Adapun hasil uji kebaikan model ECM pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Uji Autokorelasi Berdasarkan hasil uji autokorelasi dengan menggunakan Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test diketahui bahwa model jangka pendek yang diestimasi terbebas dari masalah autokorelasi. Hal ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas Obs*R-squared sebesar 1,00 yang lebih besar dari taraf nyata 10 persen (Lampiran 4a). 2. Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas baik dengan menggunakan ARCH-Test maupun White Heteroskedasticity-Test, diperoleh bahwa model jangka pendek yang diestimasi terbebas dari masalah heteroskedastisitas. Hal ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas Obs*R-squared sebesar 0,32 pada ARCH-Test dan 0,33 pada White Heteroskedasticity-Test yang lebih besar dari taraf nyata 10 persen (Lampiran 4b). 3. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk memeriksa apakah error term mendekati distribusi normal. Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui bahwa error term
20 53 terdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas sebesar 0,98 yang lebih besar dari taraf nyata 10 persen (Lampiran 4c) Model Koreksi Kesalahan (ECM) Model koreksi kesalahan atau ECM digunakan untuk melihat perilaku jangka pendek dari persamaan regresi dengan mengestimasi dinamika error correction term (U). Setelah diketahui bahwa model ECM terbebas dari masalah pelanggaran asumsi OLS, maka model ECM dari penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6.5. Tabel 6.5. Model Jangka Pendek Variabel Koefisien Probabilitas Pertumbuhan Ekonomi (-1) 0,30 0,01 Pertumbuhan Ekonomi (-2) -0,27 0,08 Pengeluaran Rutin 3,55 0,08 Pengeluaran Rutin (-2) -6,75 0,00 Pengeluaran Pembangunan 2,97 0,09 Pengeluaran Pembangunan (-1) 1,23 0,03 Investasi Swasta 1,43 0,00 Pekerja -6,97 0,01 Pekerja (-2) 8,17 0,00 Inflasi -0,15 0,00 Inflasi (-2) -0,10 0,01 U(-1) -0,58 0,01 R-squared = 0,97 Durbin-Watson stat = 1,72 Sumber : Lampiran 5 Ket : dalam first difference Hasil estimasi ECM menunjukkan nilai R-squared sebesar 0,97. Hal ini berarti model pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek dapat dijelaskan oleh variabel pengeluaran rutin pemerintah, pengeluaran pembangunan pemerintah, investasi swasta, pekerja, dan inflasi sebesar 97 persen, sedangkan sisanya sebesar 3 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
21 54 Berdasarkan hasil estimasi model jangka pendek diketahui bahwa variabel pengeluaran rutin pemerintah, pengeluaran pembangunan pemerintah, investasi swasta, pekerja dan inflasi signifikan atau berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi pada taraf 10 persen serta memiliki arah yang benar sesuai dengan hipotesis awal yang diajukan. Namun variabel yang diduga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu variabel dummy krisis ekonomi tidak signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek. Adapun interpretasi dari hasil estimasi tersebut yaitu secara keseluruhan pengeluaran rutin pemerintah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada jangka pendek. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengeluaran rutin bersifat tidak produktif dan tidak mengarah kepada investasi. Salah satu komponen dalam pengeluaran rutin adalah pengeluaran subsidi. Dalam jangka pendek pengeluaran subsidi akan mendorong terjadinya distorsi pasar yang dapat menimbulkan inefisiensi dalam perekonomian (Sutriono, 2006). Adanya subsidi dari pemerintah akan menurunkan minat investor menanamkan modal karena takut kalah bersaing dengan sektor usaha yang disubsidi oleh pemerintah. Dengan menurunnya investasi tersebut berarti terjadi penurunan akumulasi modal untuk pembangunan yang pada akhirnya akan berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi. Koefisien pengeluaran pembangunan pemerintah secara keseluruhan bernilai positif terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek. Pengeluaran pembangunan merupakan pengeluaran pemerintah dalam bentuk investasi. Investasi pemerintah dalam jangka pendek akan mendorong peningkatan
22 55 permintaan agregat dan akan berpengaruh terhadap output. Misalnya pengeluaran pembangunan sarana pendidikan yaitu pembangunan gedung sekolah dasar. Adanya pembangunan gedung sekolah akan meningkatkan permintaan barang yang berhubungan dengan konstruksi, peralatan atau perlengkapan pendidikan, serta jasa yang terkait dengan pendidikan yang diselenggarakan. Hal ini akan mendorong produsen untuk meningkatkan produksi barang dan jasa, sehingga output meningkat dan selanjutnya mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam jangka pendek investasi swasta berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut Samuelson dan Nordhaus, efek jangka pendek yang ditimbulkan bila terjadi perubahan besar pada investasi akan mempengaruhi permintaan agregat, yang pada akhirnya berakibat juga pada output dan kesempatan kerja (Lailatussholiha, 2005). Kemudian selanjutnya akan berpengaruh terhadap peningkatan output nasional atau pertumbuhan ekonomi. Secara keseluruhan pekerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada jangka pendek. Dalam jangka pendek perusahaan tidak dapat menambah output kecuali dengan menambah penggunaan tenaga kerja (Bellante dan Jackson, 1983). Dalam perekonomian agregat berlaku asumsi constant return to scale atau tingkat pengembalian skala yang konstan, maka dengan adanya tambahan jumlah pekerja dalam jangka pendek akan mendorong peningkatan output barang dan jasa, yang selanjutnya akan mendorong peningkatan output nasional, kemudian pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam jangka pendek secara keseluruhan inflasi mempunyai pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Fenomena ekonomi yang terjadi di
23 56 masyarakat adalah ketika pemerintah mengumumkan akan ada kenaikan harga, maka dampak psikologis masyarakat langsung timbul. Sebelum pemerintah mengumumkan secara resmi kenaikan harga (misal harga BBM), ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan harga barang-barang lain (harga umum) biasanya sudah melambung tinggi, terutama ekspektasi harga yang dilakukan oleh para pedagang. Efek yang timbul pada jangka pendek adalah harga-harga atau inflasi melambung tinggi pada awal-awal diterapkannya kebijakan kenaikan harga. Efek tersebut mengakibatkan masyarakat mengurangi konsumsinya sehingga mendorong penurunan konsumsi secara agregat. Penurunan konsumsi secara agregat pada selanjutnya akan menghambat pertumbuhan ekonomi Berdasarkan hasil estimasi jangka pendek diperoleh bahwa lag pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Koefisien lag pertumbuhan ekonomi sebesar 0,03 berarti apabila pertumbuhan ekonomi pada periode sebelumnya meningkat sebesar 1 persen maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat sebesar 0,03 persen. Nilai koefisien error correction term (U) sebesar 0,58 menunjukkan bahwa disekuilibrium periode sebelumnya terkoreksi pada periode sekarang sebesar 0,58 persen. Error correction term menunjukkan seberapa cepat ekuilibrium tercapai kembali ke keseimbangan jangka panjang.
I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang sangat penting dalam perekonomian setiap negara, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Krisis ekonomi yang terjadi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. runtut waktu (time series). Penelitian ini menggunakan data-data Produk
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data runtut waktu (time series). Penelitian ini menggunakan data-data
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Menurut beberapa pakar ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi merupakan istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilannya, sedangkan untuk
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang
53 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Dan Sumber Data Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang diperoleh dari data Bank Indonesia (BI), Badan Pusat Statistik (BPS) dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENILITIAN
44 BAB III METODE PENILITIAN 3.1 Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari lembaga-lembaga atau instansi-instansi antara lain Bank
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Akar Unit (Unit Root Test) Kestasioneran data merupakan hal yang sangat penting dalam analisis data time series. Hal ini karena penggunaan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Estimasi Variabel Dependen PDRB Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan metode pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa seberapa besar volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak kelapa
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Produk Domestik Bruto, Inflasi,
391 III. METODE PENELITIAN Dalam penelitian Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Produk Domestik Bruto, Inflasi, dan Suku Bunga Luar Negeri Terhadap Nilai Impor Non Migas di Indonesia (Periode 2001:I 2012:IV)
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (time series)
48 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (time series) yang didapat dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI) Bank Indonesia
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. FDR, Inflasi dan kurs terhadap ROA di Indonesia pada tahun 2013: I 2016: VII.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab IV ini akan dilakukan pengujian terhadap pengaruh CAR, NPF, FDR, Inflasi dan kurs terhadap ROA di Indonesia pada tahun 2013: I 2016: VII. Sebagaimana telah dijelaskan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang
45 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Sumber Data Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan melalui pengolahan data yang dihitung
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Dalam penelitian yang berjudul Analisis Determinan Nilai Aktiva Bersih Reksa
III. METODELOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian yang berjudul Analisis Determinan Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Saham di Indonesia (Periode 2005:T1 2014:T3) variabel-variabel
Lebih terperinciBAB 4 PEMBAHASAN. H 1 : tidak terdapat unit root (data stasioner)
BAB 4 PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil estimasi berdasarkan metode penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, dan pembahasan analisis hasil estimasi tersebut. Pembahasan dilakukan secara
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data time series
51 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data time series yang didapat dari Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik dan melalui
Lebih terperincipanjang antara ukuran perusahaan (SIZE) dengan capital adequacy ratio dan loan to
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Uji Stasioneritas Pengujian stasioneritas data yang digunakan terhadap seluruh variabel dalam model kajian didasarkan pada Augmented Dickey Fuller test (ADF test),
Lebih terperinciBAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab V ini akan dilakukan pengujian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju inflasi di Indonesia. Dimana variabel terikat (variable dependent) meliputi
Lebih terperinciANALISIS FLUKTUASI KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA TAHUN
ANALISIS FLUKTUASI KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA TAHUN 2003.1 2005.12 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Pada fakultas
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. A. Data dan Sumber Data Penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian arsip yaitu suatu penelitian
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Data dan Sumber Data Penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian arsip yaitu suatu penelitian terhadap fakta yang tertulis. Dokumen atau arsip data yang diteliti berdasarkan
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini penulis melakukan pengujian mengenai Luas panen, Jumlah Penduduk dan Harga terhadap produksi padi di Kabupaten Gunungkidul periode tahun 1982-2015.
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current account
III. METODELOGI PENELITIAN A. Deskripsi Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current account sebagai variabel terikat dan nilai tukar, inflasi, PDB, dan aktiva luar negeri
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Asumsi Klasik Untuk menghasilkan hasil penelitian yang baik, pada metode regresi diperlukan adanya uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi Populasi dari penelitian ini adalah perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menerbitkan laporan keuangan yang lengkap (Annual Report) pada periode
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang
III. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Data Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cadangan Devisa di Indonesia Periode 2000-2014 adalah cadangan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel) yang digunakan adalah
III. METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel) yang digunakan adalah nilai tukar rupiah, sedangkan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Data dan Sumber Data 1. Data Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Variabel Sektor Moneter dan Riil Terhadap Inflasi di Indonesia (Periode 2006:1
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. bentuk runtut waktu (time series) yang bersifat kuantitatif yaitu data dalam
48 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk runtut waktu (time series) yang bersifat kuantitatif yaitu data dalam
Lebih terperinciPUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR MIGAS (MINYAK DAN GAS) DI INDONESIA; PENDEKATAN ERROR CORRECTION MODEL
PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR MIGAS (MINYAK DAN GAS) DI INDONESIA; PENDEKATAN ERROR CORRECTION MODEL OLEH WILIA AGUSTIANI Willia.Agustiani@gmail.com FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Selang periode runtun waktu. Bulanan Tahun Dasar PDB Triwulanan Miliar rupiah. M2 Bulanan Persentase
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data Tabel 8. Deskripsi Data Input Nama Data Selang periode runtun waktu Satuan pengukuran Sumber Data Inflasi (CPI) Bulanan Tahun Dasar 2000 Indeks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif mewakili seluruh contoh populasi dalam penelitian. Hal ini menjelaskan mengenai kecenderungan data tengah dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
46 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Perkembangan Jumlah Deposito Berjangka, Suku Bunga Deposito dan Inflasi 4.1.1 Perkembangan Jumlah Deposito Berjangka Pada periode pengamatan, yaitu Januari 2004
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menurut runtun
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menurut runtun waktu (timeseries) yang diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Pra Estimasi 4.1.1. Kestasioneran Data Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin lama semakin tak terkendali. Setelah krisis moneter 1998, perekonomian Indonesia mengalami peningkatan
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Akar Unit (Stasionaritas) Data deret waktu dikatakan stasioner jika menunjukkan pola yang konstan dari waktu kewaktu. Adapun uji akar unit
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH PENGELUARAN RUTIN DAN PENGELUARAN PEMBANGUNAN PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE
ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN RUTIN DAN PENGELUARAN PEMBANGUNAN PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE 1975-2004 OLEH DIYAH UTAMI H14103015 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan
Lebih terperincisemua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung
BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas mengenai pengaruh pertumbuhan variabel PMTDB, pertumbuhan variabel angkatan kerja terdidik, pertumbuhan variabel pengeluaran pemerintah daerah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Ketenagakerjaan merupakan isu penting dalam sebuah aktivitas bisnis dan perekonomian Indonesia. Angkatan kerja, penduduk
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh ProdukDomestikBruto (PDB),
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh ProdukDomestikBruto (PDB), SukuBunga Deposito, Inflasi, dan Obligasi PemerintahTerhadap Simpanan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis dan Sumber Data Pada penelitian ini data yang digunakan yaitu data sekunder. Data sekunder
37 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Pada penelitian ini data yang digunakan yaitu data sekunder. Data sekunder yang digunakan diperoleh dari www.bps.go.id dan www.bi.go.id. Data yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Utang luar negeri yang selama ini menjadi beban utang yang menumpuk yang dalam waktu relatif singkat selama 2 tahun terakhir sejak terjadinya krisis adalah
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,
BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series
40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series sekunder. Data-data tersebut diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (time series) yang
52 II. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (time series) yang didapat dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI) Bank Indonesia
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari
III. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan uji stasioneritas dengan uji akar-akar unit (unit roots test).
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Instrumen dan Data 1. Uji Stasioner Uji Stasioner dilakukan untuk menguji apakah data atau variabel yang dianalisis dalam penelitian ini stasioner
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan proposal ini adalah data sekunder yang
30 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penulisan proposal ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Laporan Bank Indonesia, Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISIS
BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1. Deskripsi Data Penelitian Semua data yang digunkana dalam analisis ini merupakan data sekunder mulai tahun 1995 sampai tahun 2014 di Indonesia. Penelitian ini dimaksudkan
Lebih terperinciBAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Skripsi ini meneliti mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
53 BAB 1V 4.1 Diskripsi Data Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Skripsi ini meneliti mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi masyarakat di Indonesia tahun 1995-2014 dengan model error correction
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yang terdiri dari nilai tukar Rupiah terhadap Dolar yang bergerak dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menyelenggarakan pemerintahan, suatu negara memerlukan anggaran dana yang memadai untuk memenuhinya guna meningkatkan kesejahteraan ekonomi, sosial, budaya
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP INVESTASI ASING DI INDONESIA (TAHUN 2000:1 2011:4)
ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP INVESTASI ASING DI INDONESIA (TAHUN 2000:1 2011:4) JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Messayu Eliza 0910210069 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Lebih terperinciIV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA
49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk disertai dengan perubahan
Lebih terperinciBAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tabungan masyarakat, deposito berjangka dan rekening valuta asing atau
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Jumlah Uang Beredar Jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) atau broad money merupakan merupakan kewajiban sistem moneter (bank sentral)
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk mengetahui apakah data yang dipakai sudah stationary dalam penelitian ini
42 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Unit Root Untuk mengetahui apakah data yang dipakai sudah stationary dalam penelitian ini diuji dengan uji unit roots yang dilakukan dengan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis
III. METODE PENELITIAN A.Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh inflasi, pertumbuhan ekonomi, reformasi pengawasan perpajakan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang
43 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar mengambang seperti uang beredar, suku bunga Indonesia(BI
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Laporan Kebijakan Moneter, Laporan Perekonomian Indonesia, Badan Pusat
49 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari data publikasi Bank Indonesia berupa Statistik Ekonomi Moneter, Laporan
Lebih terperinciIII.METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini
43 III.METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006) yang
Lebih terperinciTabel 4.1 Deskripsi Variabel Penelitian
55 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Variabel Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data runtut waktu (time series) yang berfungsi sebagai bahan analisis.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana variabel BI rate, kurs tengah dan M2 (broad money) dalam mempengaruhi laju inflasi di Indonesia. B. Jenis
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari publikasi dinas atau instansi pemerintah, diantaranya adalah publikasi dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu negara. Nilai tukar mata uang memegang peranan penting dalam perdagangan antar negara, dimana
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hubungan Antara Penerimaan DAU dengan Pertumbuhan PDRB Dalam melihat hubungan antara PDRB dengan peubah-peubah yang mempengaruhinya (C, I, DAU, DBH, PAD, Suku Bunga dan NX)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Inflasi yang terjadi di Indonesia telah menyebabkan perekonomian baik yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis finansial yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 memberi dampak yang kurang menguntungkan bagi perekonomian Indonesia. Salah satu dampak
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini
51 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis Vector Error Correction (VEC) yang dilengkapi dengan dua uji lag structure tambahan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. yang mempunyai hubungan dengan penelitian yang terdiri dari data kualitatif dan
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu jenis data yang di peroleh antara lain dari literatur, laporan, buku ataupun sumber
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di
BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di Indonesia pada tahun 2007M01 2016M09. Pemilihan pada periode tahun yang digunakan adalah
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini adalah uji Augmented Dickey Fuller (ADF). Apabila nilai
1 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Akar Unit (stasionaritas). Data deret waktu dikatakan stasioner jika menunjukkan pola yang konstan dari waktu kewaktu. Adapun uji akar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara selalu berbeda bila ditinjau dari sumber daya alamnya, iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga, keadaan struktur
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Jenderal Pengelolaan Utang, Bank Indonesia dalam berbagai edisi serta berbagai
51 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari publikasi dinas atau instansi pemerintah, diantaranya adalah publikasi
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. harga gula domestic (HGD), PDB perkapita (PDB), dan jumlah penduduk
BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini analisis data dan pembahasan akan diakukan pengujian terhadap, harga gula domestic (HGD), PDB perkapita (PDB), dan jumlah penduduk (PENDUDUK), kurs (KURS), terhadap permintaan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector
52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Stasioneritas Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji VECM, maka perlu terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas. Uji stationaritas yang
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. gabungan dari data runtun waktu (time series) tahunan. Data yang digunakan
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa gabungan dari data runtun waktu (time series) tahunan. Data yang digunakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi,
BAB III 3.1. Jenis dan Sumber Data METODE PENELITIAN 3.1.1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data yang dicatat secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum angka inflasi yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga dan perubahan nilai dapat dipakai sebagai informasi dasar dalam pengambilan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi
III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi pada bank umum di Indonesia.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam
III. METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bulanan yang mencakup periode Tahun 2009.01-2014.08.Data yang digunakan dalam penelitian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. statistik. Penelitian ini mengukur pengaruh pembalikan modal, defisit neraca
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif, yaitu penelitian yang mengukur suatu variabel, sehingga lebih mudah dipahami secara
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Sampel, Sumber Data dan Pengumpulan Data Penelitian kali ini akan mempergunakan pendekatan teori dan penelitian secara empiris. Teori-teori yang dipergunakan diperoleh
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Dalam penelitian ini, obyek yang diamati yaitu inflasi sebagai variabel dependen, dan variabel independen JUB, kurs, BI rate dan PDB sebagai variabel yang
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PENELITIAN. Pencarian data dilakukan melalui riset perpustakaan (library research)
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Metode Pengumpulan Data Pencarian data dilakukan melalui riset perpustakaan (library research) dilakukan dengan mempelajari berupa catatan yaitu melakukan pencatatan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. capital adequacy ratio (CAR), non performing financing (NPF), financing to
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hubungan capital adequacy ratio (CAR), non performing financing (NPF), financing to deposit ratio
Lebih terperinciBAB 1V HASIL DAN ANALISIS
BAB 1V HASIL DAN ANALISIS 4.1 Diskripsi Data Penelitian 4.1.1 Nilai Tukar Rupiah Nilai tukar adalah harga suatu mata uang suatu Negara dalam satuan mata uang asing, yang mana jumlah mata uang asing tersebut
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit
32 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Estimasi VAR 4.1.1 Uji Stasioneritas Uji kestasioneran data pada seluruh variabel sangat penting dilakukan untuk data yang bersifat runtut waktu guna mengetahui apakah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan ekonomi Indonesia. Perbankan nasional mengalami krisis
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tahun 1997/1998 merupakan tahun terberat dalam tiga puluh tahun pelaksanaan pembangunan ekonomi Indonesia. Perbankan nasional mengalami krisis yang berat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hampir semua negara baik negara maju maupun negara berkembang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir semua negara baik negara maju maupun negara berkembang menghadapi masalah memelihara kestabilan serta masalah pertumbuhan ekonomi. Di Indonesia disamping
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat krisis keuangan global beberapa tahun belakan ini kurs, inflasi, suku bunga dan jumlah uang beredar seolah tidak lepas dari masalah perekonomian di Indonesia.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. yaitu CAR (Capital Adequacy Ratio), LDR (Loan to Deposit Ratio), EPS
44 III. METODE PENELITIAN A.Deskripsi Data Input Dalam penelitian ini variabel terikat (dependen variabel) yang digunakan adalah harga saham perbankan. Sedangkan variabel bebasnya (independent variabel)
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. berbagai institusi seperti Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, World Bank,
III. METODE PENELITIAN A.Sumber Data dan Variabel Analisis penelitian ini menggunakan data sekunder. Sumber data diperoleh dari berbagai institusi seperti Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, World Bank,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Integrasi Pasar (keterpaduan pasar) Komoditi Kakao di Pasar Spot Makassar dan Bursa Berjangka NYBOT Analisis integrasi pasar digunakan untuk mengetahui bagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kegiatan pemerintah dalam perekonomian tampaknya semakin besar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan pemerintah dalam perekonomian tampaknya semakin besar dan terus meningkat seiring dengan kemajuan ekonomi dari tahun ke tahun. Besar kecilnya kegiatan
Lebih terperinci