Gambaran Tingkat Kapasitas Oksigen Maksimal (VO2 Max) dan Pola Makan Anggota Tim KBM Futsal FKIK UKSW Salatiga. Tugas Akhir

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambaran Tingkat Kapasitas Oksigen Maksimal (VO2 Max) dan Pola Makan Anggota Tim KBM Futsal FKIK UKSW Salatiga. Tugas Akhir"

Transkripsi

1 Gambaran Tingkat Kapasitas Oksigen Maksimal (VO2 Max) dan Pola Makan Anggota Tim KBM Futsal FKIK UKSW Salatiga Tugas Akhir Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan Disusun Oleh: Rananta Khomarul Ninzar PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN & REKREASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

2

3

4

5

6 Pendahuluan Olahraga merupakan aktivitas fisik yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai suatu tujuan tertentu, baik dalam prestasi maupun untuk kebutuhan tiap individu seperti mengisi waktu luang, bersenang-senang, menghilangkan stres, menjaga kesehatan, diet, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Semakin banyak melakukan olahraga dapat meningkatkan derajat kesehatan dan tingkat kesegaran jasmani seseorang. Menurut Irianto (2007), seseorang dikategorikan memiliki derajat kebugaran yang baik apabila memiliki kemampuan untuk dapat melakukan pekerjaan sehari-hari secara efisien tanpa kelelahan yang berlebihan. Tingkat kebugaran seseorang dipengaruhi oleh kebiasaan olahraga dan pola makan. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, aktivitas berolahraga perlu didukung dengan asupan gizi yang memadai. Kebiasaan olahraga dan pola makan yang baik sangat berpengaruh terhadap tingkat kebugaran. Salah satu unsur yang paling penting dalam kebugaran jasmani yaitu daya tahan kardiorespirasi. Daya tahan kardiorespirasi adalah kemampuan dari jantung, paru-paru, pembuluh darah, dan kelompok otot yang besar untuk melakukan latihan-latihan yang keras dalam waktu yang lama, seperti jalan cepat, jogging, berenang, senam aerobik, mendayung, bersepeda, dan lain-lain (Len Kravitz, 2001:5). Oleh karena itu daya tahan kardiorespirasi menjadi suatu komponen pokok yang penting bagi kebugaran jasmani. Pengukuran daya tahan kardiorespirasi untuk kapasitas aerobik dapat dilakukan dengan cara mengukur konsumsi VO 2 max (Ismaryati, 2006). VO 2 max merupakan volume oksigen tubuh yang dapat digunakan saat bekerja keras, dinyatakan dalam milliliter, per kilogram (berat badan), per menit. Hal ini memberikan indikasi bagaimana tubuh menggunakan oksigen pada saat melakukan aktivitas fisik misalnya pada waktu olahraga. Salah satu cabang olahraga yang menuntut kemampuan fisik dan daya tahan kardiorespirasi adalah futsal. Dalam futsal karakteristik sistem energi yang digunakan adalah sistem energi anaerobik yang didukung dengan sistem aerobik. Bermain futsal membutuhkan banyak energi sehingga asupan makan harus dijaga untuk memiliki kondisi tubuh yang baik karena energi didapat dari mengkonsumsi makanan sehat. Jadi pemain futsal perlu memiliki VO 2 max yang baik untuk mensuplai oksigen guna menunjang aktivitas mereka selama pertandingan berlangsung. Berdasarkan informasi yang

7 diperoleh dari kegiatan KBM (Kelompok Bakat Minat) FKIK UKSW, olahraga yang diminati mahasiswa FKIK adalah futsal. Di dalam KBM futsal FKIK, para pemain tidak bisa bertahan lama ketika menjalani latihan maupun bertanding. Sebagai mahasiswa, hal tersebut bisa saja terjadi karena para pemain melakukan banyak aktivitas dan pola makan yang kurang teratur sehingga terjadi kelelahan. Untuk itu penelitian ini dilakukan guna mengetahui kondisi tingkat VO 2 max dan pola makan pada anggota tim Kelompok Bakat Minat (KBM) futsal FKIK UKSW. Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan metode survei, untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada maka dipergunakan tes dan pengukuran. Survei adalah salah satu jenis penelitian untuk mengetahui pendapat dari informasi yang diperoleh dari penelitian, dapat dikumpulkan dari seluruh populasi dan dapat pula dari sebagian dari populasi (Dharma, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah anggota tim KBM futsal FKIK UKSW yang berjumlah 38 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yang dilakukan atas dasar pertimbangan tertentu. Kriteria inklusi subjek penelitian adalah aktif secara fisik, tidak memiliki penyakit kardiorespirasi, dan bersedia menjadi subjek penelitian. Berdasarkan kriteria inklusi maka dipilih 20 orang sebagai subyek penelitian. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pola makan pemain dengan membagikan kuesioner yang terdiri dari frekuensi makan, kebiasaan makan, konsumsi cairan, konsumsi makanan dan minuman sebelum dan sesudah pertandingan. Sedangkan untuk tingkat VO 2 max dengan menggunakan Tes MFT atau Multistage Fitness Test. Tes ini dilakukan dengan berlari bolak-balik antara 2 garis dengan jarak 20 meter dengan aba-aba bunyi beep. Sumber data pada penelitian ini dengan menggunakan data primer karena data diambil langsung oleh peneliti melalui MFT. Sedangkan data sekunder adalah data yang sudah tersedia sehingga dapat diperoleh dengan lebih mudah dan cepat, misalnya data nama dan usia pemain. Pengambilan data dilakukan pada hari Rabu tanggal 8 Februari 2017 pukul sampai selesai di lapangan Salatiga Futsal. Prosedur pelaksanaan MFT antara lain: persiapan lintasan yang akan digunakan sepanjang 20 meter, tape/audio, recording sheet, dan pengarahan tata cara

8 pelaksanaan tes. Dalam pengambilan data terdapat 5 lintasan dan dibantu 5 teman yang bertugas mengamati dan mencatat subjek dalam menjalani tes. Selanjutnya yaitu pengumpulan recording sheet, diurutkan sesuai nomor peserta partisipan kemudian data diolah untuk mengetahui persentase tingkat VO 2 max pemain apakah dalam kategori sangat kurang, kurang, sedang, baik, sangat baik ataupun istimewa. Hasil Penelitian Data karakteristik responden dibutuhkan untuk mengetahui lebih jelas mengenai gambaran responden dalam penelitian. Karakteristik yang diteliti meliputi usia, berat badan, tinggi badan, dan status gizi. Karakteristik responden disajikan dalam tabel berikut. Usia Tabel 1 persentase usia responden Usia (tahun) N % Total Dapat dilihat dari gambar 1 menunjukkan bahwa hasil wawancara dengan responden terhadap usia sedikit beragam yaitu antara usia 18 sampai 22 tahun. Ratarata umur dari semua responden yaitu 20,25 tahun. Menurut Depkes RI (2009) berdasarkan usia tersebut dapat diketahui bahwa responden tergolong ke dalam usia remaja akhir. Tinggi Badan Tabel 2 Persentase tinggi badan responden Tinggi Badan (cm) N % Total Secara keseluruhan diketahui rata-rata tinggi badan responden 169,1 cm. Menurut Riyadi (2003) Tinggi badan atau panjang badan merupakan ukuran

9 antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur. Berat Badan Tabel 3 Persentase berat badan responden Berat Badan (kg) N % Total Responden sebagian besar memiliki berat badan kilogram yaitu sebanyak 10 orang dengan persentase 50%, kemudian 25% responden dengan berat badan kilogram, masing-masing 10% dengan berat badan kilogram dan kilogram, serta hanya 5% responden dengan berat badan kilogram. Dari hasil tersebut diketahui bahwa rata-rata berat badan responden 62,05 kilogram. Status Gizi Tabel 4 Persentase status gizi responden Status Gizi N % sangat kurus 0 0 Kurus 1 5 Normal Overweight 3 15 Obesitas 0 0 Total Sebagian besar 80% responden memiliki status gizi normal, 15% responden dengan status gizi overweight, dan hanya 5% responden memiliki status gizi kurus. Kapasitas Oksigen Maksimal (VO2 max) Proses awal dari analisis data yaitu melakukan deskripsi data responden yang bertujuan untuk mengetahui ukuran-ukaran diantaranya jumlah persentase, rata-rata (mean), dan simpangan baku (standart deviasi). Pengolahan data dilakukan dengan perhitungan manual dan dengan bantuan program Microsoft Excel 2007 versi Windows. Dari hasil data yang diperoleh disajikan dalam tabel 5.

10 Tabel 5 data deskriptif responden Jumlah Min Max Mean Standart Deviasi 20 29, ,66 5,8 Pengukuran hasil tingkat VO 2 max dilakukan dengan menggunakan Multistage Fitness Test (MFT) yang dilakukan oleh 20 subjek penelitian anggota tim KBM futsal FKIK dari UKSW. Hasil dari penelitian berguna untuk mengetahui seberapa besar kondisi tingkat kapasitas oksigen maksimal responden. Hasil dari tes tersebut dapat dilihat sebagai berikut. Tabel 6 hasil tes MFT responden Kategori N % Istimewa 0 0 Sangat Baik 0 0 Baik 2 10 Sedang 6 30 Kurang 5 25 Sangat Kurang 7 35 Total Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa 35% responden memiliki tingkat VO 2 max sangat kurang, 30% responden dengan tingkat VO 2 max sedang, 25% responden memiliki tingkat VO 2 max kurang, dan hanya 10% responden memiliki kondisi tingkat VO 2 max baik. Pola Makan Pola makan merupakan kebiasaan konsumsi pangan setiap harinya dimana jumlah pangan baik tunggal maupun beragam yang dimakan oleh individu atau kelompok dengan tujuan tertentu. Tujuan mengkonsumsi makanan adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan tubuh. Frekuensi Makan Dari hasil kuesioner menyatakan bahwa frekuensi dan kebiasaan makan digunakan untuk mengetahui konsumsi pangan responden di ukur dalam satuan kali per hari. Frekuensi makan responden dapat dilihat dari Tabel 7.

11 Tabel 7 Sebaran frekuensi makan Frekuensi makan Sebaran (kali/hari) N % >3 1 5 Total Tabel 7 menunjukkan bahwa sebanyak 65% responden memiliki frekuensi makan sebanyak tiga kali setiap harinya, sedangkan sisanya memilik frekuensi makan sebanyak dua kali sehari yaitu 25% dan hanya 5% responden memiliki frekuensi makan lebih dari tiga kali setiap harinya. Kebiasaan Makan Tabel 8 sebaran kebiasaan makan Kebiasaan makan Sebaran N % Kebiasaan sarapan pagi Selalu 6 30 kadang-kadang Jarang 1 5 tidak pernah 0 0 Menu sarapan pagi Mie 0 0 Roti 1 5 nasi+lauk pauk Lainnya 0 0 Susunan menu konsumsi makan siang nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah 4 20 nasi, lauk hewani/nabati, sayur nasi, lauk hewani 4 20 Lainnya 0 0 Susunan menu konsumsi makan malam nasi, lauk hewani, lauk nabati, 3 15 sayur, buah nasi, lauk hewani/nabati, sayur nasi, lauk hewani 3 15 Lainnya 4 20 Konsumsi fastfood (makanan cepat saji) Selalu 0 0 kadang-kadang 8 40 Jarang tidak pernah 1 5 Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa kebiasaan makan responden sebagian besar yaitu sebesar 65% membiasakan diri untuk melakukan sarapan dengan menu berupa nasi dan lauk pauk dengan persentase 95% dan hanya 5% responden melakukan sarapan hanya dengan makan roti. Kebiasaan makan siang 60%

12 responden mengkonsumsi menu berupa nasi, lauk hewani atau nabati, dan sayur, sedangkan sisanya masing-masing 20% memilih menu lengkap berupa nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah, dan juga hanya nasi dan lauk hewani saja. Kemudian untuk kebiasaan makan malam responden 50% konsumsi menu berupa nasi, lauk hewani atau nabati, sayur, serta 20% memilih lainnya dengan variasi menu seperti nasi goreng, nasi dan telur, sisanya masing-masing 15% responden konsumsi menu nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah, dan hanya nasi dengan lauk hewani. Konsumsi makanan cepat saji (fastfood) sebagian besar 55% responden jarang mengkonsumi fastfood, sisanya 40% kadang-kadang mengkonsumsi fastfood dan 5% tidak pernah mengkonsumsi fastfood. Kebiasaan Minum Tabel 9 sebaran konsumsi minum Kebiasaan minum Sebaran N % konsumsi air mineral < 5 gelas gelas gelas 5 25 > 8 gelas 8 40 konsumsi sport drink Ya 1 5 Tidak konsumsi alkohol Ya 4 20 Tidak konsumsi minum selama bertanding Ya Tidak 4 20 Dari hasil mengenai kebiasaan minum responden menunjukkan bahwa sebagian 40% responden mengkonsumsi air mineral lebih dari 8 gelas perhari, dan sisanya 25% responden konsumsi air mineral 7 gelas per hari, 20% konsumsi 5 gelas air mineral per hari, dan 15% responden konsumsi air mineral kurang dari 5 gelas per hari. Konsumsi sport drink sebagian besar 95% responden tidak mengkonsumsi sport drink, hanya 5% responden mengkonsumsi sport drink. Konsumsi alkohol diketahui bahwa sebesar 80% responden tidak mengkonsumsi alkohol dan hanya 20% responden mengkonsumsi alkohol. Responden selalu mengkonsumsi minuman selama bertanding (80%), sementara sisanya tidak mengkonsumsi minuman selama bertanding (20%).

13 Kebiasaan Makan Sebelum Bertanding Tabel 10 kebiasaan makan sebelum bertanding Kebiasaan konsumsi makan sebelum bertanding Sebaran N % rentang waktu konsumsi makanan lengkap 1-2 jam jam jam jam 0 0 susunan menu makanan nasi,lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah 3 15 nasi, lauk hewani/nabati, sayur nasi, lauk hewani 0 0 Lainnya 4 20 makanan/minuman yang dihindari Ada tidak ada 9 45 Hasil dari sebaran kuesioner semua responden mengkonsumsi makanan sebelum bertanding tetapi dengan rentang waktu yang berbeda-beda. Sebagian besar 80% mengkonsumsi makanan dengan rentang waktu 1-2 jam dan sisanya 20% responden mengkonsumsi makanan sebelum bertanding dengan rentang waktu 2-3 jam. Susunan menu juga berbeda-beda, sebesar 65% responden konsumsi menu berupa nasi, lauk hewani atau nabati, sayur, 20% responden konsumsi menu lainnya seperti nasi, sayur, lauk hewani, biskuit, roti, buah-buahan, dan sisanya 15% responden konsumsi menu lengkap berupa nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah. Kemudian 55% responden menyatakan bahwa ada pantangan terhadap makanan dan minuman sebelum bertanding seperti makanan berminyak, asam, pedas serta minuman bersoda, dan sisanya 45% responden tidak ada pantangan makanan dan minuman sebelum bertanding. Kebiasaan Makan Setelah Bertanding Responden mengkonsumsi minuman setelah bertanding memilih lainnya seperti air mineral dan vitamin (45%), minuman isotonik (40%), dan air dingin (15%). Hal tersebut untuk mengganti cairan yang terkuras habis ketika bertanding. Semua responden mengkonsumsi makanan lengkap namun juga dengan rentang waktu yang berbeda-beda sebesar 60% 1-2 jam, 35% 2-3 jam, dan 15% 3-4 jam. Kemudian sebagian besar responden menyatakan bahwa tidak ada pantangan setelah

14 bertanding (65%), sedangkan sisanya memiliki pantangan seperti makanan pedas, minuman bersoda, alkohol (35%). Tabel 11 kebiasaan makan setelah bertanding Kebiasaan konsumsi makan setelah bertanding Sebaran N % konsumsi minuman air dingin 3 15 minuman isotonic 8 40 tidak ada 0 0 Lainnya 9 45 rentang waktu konsumsi makanan 1-2 jam jam jam jam 0 0 susunan menu makanan nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah 4 20 nasi, lauk hewani/nabati, sayur nasi, lauk hewani 2 10 Lainnya 4 20 makanan/minuman yang dihindari Ada 7 35 tidak ada Pembahasan Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi tingkat kapasitas oksigen maksimal anggota tim KBM futsal FKIK diperoleh rata-rata sebesar 36,66 ml/kgbb/min yang termasuk dalam kategori sedang. Hal ini menunjukan keadaan kebugaran jasmani, khususnya untuk daya tahan kardiorespirasi tergolong cukup baik. Dalam bermain futsal pemain dituntut untuk memiliki daya tahan yang optimal karena futsal merupakan olahraga aerobik dan anaerobik dimana pemain harus memiliki kelincahan, kekuatan, kecepatan, dan daya tahan yang baik. Saat bermain, kelincahan sangat dibutuhkan untuk mendukung kemampuan menggiring bola, baik pada saat menyerang maupun bertahan. Kemudian untuk dapat melakukan teknik dengan baik seperti menendang bola kearah gawang, melakukan umpan, serta kemungkinan terjadi tabrakan dengan pemain lain, maka diperlukan kekuatan yang baik pula. Selanjutnya pemain futsal dituntut untuk memiliki performa kecepatan

15 yang optimal karena futsal merupakan permainan dengan pergerakan cepat. Hal yang utama adalah daya tahan, dimana berdasarkan permainan futsal yang merupakan permainan cepat, pergerakan cepat, berlari, sprint bolak balik, menguasai bola maupun merebut bola yang berlangsung selama 2 20 menit dengan waktu istirahat 15 menit. Maka pemain futsal harus memiliki daya tahan yang baik guna bermain secara maksimal. Selain itu asupan makanan menjadi hal yang penting bagi kondisi tubuh. Menurut studi yang pernah dilakukan di Yogyakarta diketahui bahwa asupan energi cukup maka kebugaran tubuh juga baik (Fajarwati, 2006). Asupan zat gizi yang seimbang dapat diperoleh melalui pengaturan makanan secara tepat. Pengaturan makanan diperlukan untuk memenuhi kualitas dan kuantitas gizi pasca saat masa latihan, bertanding maupun pemulihan yaitu dengan memenuhi jumlah energi dan komposisi zat gizi secara seimbang sesuai dengan kebutuhan individual setiap harinya (Sedyanti, 2000). Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh individu atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi (Faiz, 2011). Status gizi yang baik dapat diperoleh melalui asupan makan yang seimbang (Widiastuti, Kushartanti, & Kandarina, 2008). Asupan zat gizi yang seimbang mempengaruhi penampilan prima seorang pemain pada saat bertanding (Heather, Lisa, & Alan, 2006). Jadi semakin tinggi tingkat VO2 max semakin baik pula fisik pemain ketika bertanding. Frekuensi makan berpengaruh terhadap tubuh karena tubuh membutuhkan nutrisi untuk menjaga kesehatan tubuh. Umumnya seseorang makan minimal 3 perhari terdiri dari sarapan, makan siang, dan makan malam. Dari hasil penelitian responden berusaha membiasakan diri untuk melakukan sarapan pagi. Jika tidak melakukan sarapan maka tidak ada asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh sehingga saat bermain futsal kekurangan energi yang dapat menyebabkan performa permainan tidak maksimal. Bagi pemain futsal sarapan pagi menjadi keharusan untuk memberikan energi dalam tubuh guna melakukan aktivitas fisik. Susunan menu sarapan pagi sebaiknya yang mengandung karbohidrat tinggi karena karbohidrat merupakan sumber utama bagi tubuh. Selain karbohidrat, konsumsi protein juga penting untuk menjaga metabolisme tubuh. Kondisi VO2 max tergantung pada kebugaran tubuh, kebugaran tubuh didapat dari rutinitas melakukan aktivitas fisik dan asupan makan yang baik. Konsumsi zat gizi yang baik sesuai dengan kebutuhan

16 gizi akan membuat kebugaran atlet menjadi baik sehingga menjadi tidak cepat lelah dan mampu melakukan aktivitasnya dengan baik pula sehingga mampu mencapai prestasi olahraga yang maksimal (Kartika, 2006). Untuk makan siang responden biasa mengkonsumi menu makanan berupa nasi, lauk hewani atau lauk nabati, sayur, dan buah. Menu makanan sehat untuk makan siang harus memenuhi beberapa hal seperti karbohidrat, lemak sehat, protein dan mineral. Makan siang dilakukan guna mengisi kembali perut setelah tubuh melakukan aktivitas sejak pagi hari seperti halnya aktivitas fisik bermain futsal. Saat bermain futsal tentu saja banyak energi yang dikeluarkan sehingga lama-kelamaan energi akan terkuras habis. Jadi makan di siang hari dapat membantu memulihkan energi tubuh. Sebagian besar responden jarang mengkonsumsi fastfood. Menurut Irianto (2007) penyediaan makanan cepat saji memiliki kelebihan antara lain penyajian yang cepat sehingga tidak menghabiskan waktu dan dapat dihidangkan kapan dan dimana saja, higienis, dianggap makanan modern. Namun fast food juga memiliki kekurangan yaitu komposisi bahan makanan yang kurang memenuhi standar makanan sehat berimbang, antara lain kandungan lemak jenuh berlebihan karena unsur hewani lebih banyak daripada nabati, kurang serat, kurang vitamin. Konsumsi cairan bagi seorang pemain futsal sangat diperlukan guna menjaga hidrasi tubuh. Para pemain futsal ketika bermain dilapangan akan banyak mengeluarkan tenaga dan keringat sehingga cairan tubuh cepat habis dan mengalami dehidrasi. Jadi mengkonsumsi air mineral sangatlah penting guna mencegah hidrasi sehingga keadaan VO2 max tetap stabil ketika bertanding. Pada umumnya minum air mineral 8 gelas sehari atau sekitar 2 liter perhari dapat mencukupi kebutuhan cairan pada tubuh. Rata-rata responden mengonsumsi air mineral lebih dari 7 gelas perharinya. Sport drink atau minuman olahraga yang fungsinya adalah untuk menggantikan cairan elektrolit, gula, dan nutrisi lain yang hilang selama berolahraga. Sebanyak 95% responden tidak mengkonsumsi sport drink dan hanya 5% responden mengkonsumsinya. Sebagian besar responden tidak mengkonsumsi alkohol. Minuman alkohol mengandung zat yang berbahaya bagi tubuh bila di konsumsi karena berdampak bagi seseorang dan mengakibatkan kehilangan kesadaran. Menurut Davidson, Neale, dan Kring (2004) konsumsi minuman beralkohol sangat merugikan bagi kesehatan dan

17 kesejahteraan hidup, karena konsumsi dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan biologis parah antara lain kerusakan kelenjar endokrin dan pankreas, gagal jantung, hipertensi, dan stroke. Mengkonsumsi minuman beralkohol sangat berbahaya bagi kesehatan, jadi seseorang atau olahragawan tidak di anjurkan mengkonsumsi alkohol. Hampir semua responden mengkonsumsi air mineral saat pertandingan. Saat bertanding para pemain banyak mengeluarkan keringat sehingga mengalami dehidrasi, jadi pemain harus mengkonsumsi air mineral guna mengembalikan cairan tubuh yang terkuras. Menurut Brouns (1993) sebelum pertandingan, pemain disarankan untuk mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat 2-4 jam sebelum bertanding untuk meningkatkan cadangan glikogen yang berfungsi sebagai molekul penyimpanan jangka panjang para pemain dan mengkonsumsi cairan yang cukup guna menjaga agar status hidrasi pemain tetap dalam kondisi baik seperti halnya air putih. Jika pemain tidak mengkonsumsi makanan atau tidak ada asupan energi dan mengalami kelaparan akan menurunkan kondisi VO2 max sehingga bermain dengan tidak maksimal. Begitu juga sebaliknya, Setelah pertandingan, energi di dalam tubuh berkurang dengan cepat. Selain itu, tubuh juga mengalami kehilangan cairan dan elektrolit melalui keringat karena aktivitas yang dilakukan selama pertandingan. Oleh sebab itu, makanan dan minuman setelah pertandingan sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk memulihkan keadaan tubuh seperti mengembalikan glikogen, mengganti cairan dan elektrolit yang terbuang untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh. Sebagian besar responden mengkonsumsi makanan 1-2 jam baik sebelum dan sesudah pertandingan. Beberapa responden menyatakan ada makanan dan minuman yang harus dihindari baik sebelum pertandingan maupun setelah pertandingan. Pemain hendaknya menghindari makanan dan minuman seperti halnya makanan yang berminyak, pedas, asam, serta minuman bersoda dan alkohol. Makanan yang terlalu pedas dan terlalu asam akan mengganggu proses pencernaan dan menimbulkan rasa tidak nyaman di lambung. Mengkonsumsi alkohol juga berdampak pada kesehatan tubuh, sama seperti halnya minuman bersoda dapat mengganggu kesehatan tubuh karena soda mengandung kadar gula yang berlebihan. Jadi hindari makanan dan minuman yang akan mengganggu kegiatan olahraga seperti halnya bermain futsal.

18 Kesimpulan Berdasarkan hasil tes pengukuran tingkat VO 2 max anggota KBM futsal FKIK UKSW melalui Multistage Fitness Test diperoleh bahwa secara keseluruhan kondisi tingkat VO 2 max rata-rata sebesar 36,66 ml/kgbb/min yang termasuk dalam kategori sedang. Sedangkan untuk pola makan pemain dikategorikan baik dilihat dari frekuensi makan, pemilihan jenis makanan, kecukupan cairan, dan konsumsi makanan/minuman pada saat sebelum, sedang, dan setelah melaksanakan pertandingan. Pola makan yang baik turut mendukung tingkat VO2 max para pemain karena berperan dalam meningkatkan performa tubuh dalam melakukan gerak saat melaksanakan serangkaian aktivitas latihan maupun pertandingan futsal.

19 DAFTAR PUSTAKA Davidson, Gerald. C., Neale, J. M., Kring, A. M., (2006). Psikologi Abnormal. Jakarta : Rajawali Press Depkes RI (2009). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depertemen Republik Indonesia. M. P. S. Dharma. Pendekatan, Jenis, dan Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2008, p. 47. Faiz NH Hubungan karakteristik atlet, pengetahuan gizi, konsusmi pangan, dan tingkat kecukupan gizi terhadap kebugaran atlet bola basket di SMP/SMA Ragunan Jakarta Selatan. Fajarwati S. Hubungan asupan energi dengan tingkat kebugaran paru jantung (VO2 max) peserta senam aerobic di sanggar senam dan fitness centre kartika dewi Yogyakarta [dikutip 2017 Mar 21] Tersedia URL : blogspot.co.id/2011/03/hubungan-asupan-energi-dengan-tingkat.html Heather HF, Lisa C, Alan EM Endurance and ultra-endurance athletes. In: Practicial applications in sport nutrition. Boston: Jones and Bartlett Publisher. Irianto DP Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Andi Yogyakarta, Yogyakarta. Ismaryati Tes dan Pengukuran Olahraga. Surakarta: Sebelas Maret University Press Kravitz, Len Panduan Lengkap Bugar Total. Jakarta : PT Raja Gravindo Persada. Riyadi H Diktat Penilaian Gizi secara Antropometri. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Sedyanti Pedoman pelatihan gizi olahraga untuk prestasi. Jakarta: Depkes R.I dirjen Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat. Widiastuti PA, Kushartanti BMW, Kandarina IBJ Pola makan dan kebugaran jasmani atlet pencak silat selama pelatihan daerah pecan olahraga nasional XVII Provinsi Bali tahun Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Vol.6,No 1:13-20.

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 LAMPIRAN 60 61 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode: KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN GIZI, KONSUMSI PANGAN, DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI TERHADAP KEBUGARAN ATLET BOLA BASKET DI SMP/SMA

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA LAMPIRAN 68 69 Lampiran 1 Kuesioner penelitian KODE: KUESIONER HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA Saya setuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulutangkis adalah salah satu cabang olahraga yang popular dan banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Bahkan masyarakat Indonesia sudah melekat kecintaanya terhadap

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia. Saat ini, pencak silat sendiri sudah dipertandingkan diberbagai ajang kompetisi olahraga internasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa adalah siswa pada perguruan tinggi yang memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi olahraga yang benar dan professional (Depkes RI, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi olahraga yang benar dan professional (Depkes RI, 2002). 74 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permainan sepakbola membutuhkan daya tahan fisik yang tinggi untuk melakukan aktifitas secara terus menerus dalam waktu lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu yang membutuhkan daya tahan jantung paru. Kesegaran jasmani yang rendah diikuti dengan penurunan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak BAB V PEMBAHASAN A. Asupan Karbohidrat Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan food recall 1 x 24 jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak latihan diketahui bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu keprihatinan tersendiri bagi kondisi olahragawan profesional di Indonesia. Untuk membina seorang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMP/SMA Negeri Ragunan Jakarta merupakan sekolah khusus yang didirikan sebagai tempat pembinaan dan pelatihan atlet remaja dari berbagai cabang olahraga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat semakin sadar terhadap pentingnya olahraga bagi kesehatan tubuh. Di berbagai kota besar sudah mulai banyak bermunculan pusatpusat kebugaran tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang ingin menjalani kehidupannya senantiasa dalam keadaan sehat. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, berbagai upaya telah dilakukan, salah satu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas) Garuda Emas 2012 adalah kegiatan pelaksanaan program pelatihan dalam jangka waktu tertentu yang terpusat di dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27) METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah case study. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kebon Kopi 2, Kota Bogor. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Olahraga adalah segala bentuk aktivitas fisik kompetitif yang biasanya dilakukan melalui partisipasi santai atau terorganisi, bertujuan untuk menggunakan, memelihara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1).

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1). BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan fisik sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran, selain itu olahraga juga dapat ditunjukkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 di SMP/SMA Ragunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah 6-12 tahun. Anak sekolah mempunyai karakter mudah terpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. sekolah 6-12 tahun. Anak sekolah mempunyai karakter mudah terpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Indonesia Sehat 2015 bertujuan untuk mensejahterakan rakyat dalam peningkatan kesehatan termasuk gizi. Salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan yaitu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat indeks kesegaran jasmani merupakan salah satu indikator pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur secara berkala. Manusia yang sehat

Lebih terperinci

MODUL 10 PEDOMAN MAKANAN BAGI OLAHRAGAWAN

MODUL 10 PEDOMAN MAKANAN BAGI OLAHRAGAWAN MODUL 10 PEDOMAN MAKANAN BAGI OLAHRAGAWAN A. Pendahuluan Pemberian makanan yang tepat dilihat dari kuantitas dan kualitas dapat menghasilkan kondisi fisik yang optimal, serta memberikan energi yang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Daya Tahan Tubuh (Endurance) 1. Pengertian Menurut Toho Cholik Mutohir dan Ali Maksum (2007) daya tahan umum adalah kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas terus-menerus (lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan oleh banyaknya klub-klub sepak bola yang ada dan penggemar yang tidak sedikit.

Lebih terperinci

Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga. (Nurkadri)

Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga. (Nurkadri) Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga (Nurkadri) Abstrak Olahraga adalah aktiftas jasmani yang membutuhkan energy dalam melakukannya. Kadar energy yang dibutuhkan disesuaikan dengan berat atau ringan

Lebih terperinci

BAB II Pembahasan Kajian teoritis

BAB II Pembahasan Kajian teoritis BAB II Pembahasan Kajian teoritis Kebutuhan energi merupakan prioritas yang utama bagi atlet. Keseimbangan energi untuk menjaga masa jaringan-jaringan, imun dan fungsi-fungsi reproduksi, dan penampilan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Glukosa darah adalah salah satu gula monosakarida dan salah satu sumber karbon terpenting yang digunakan sebagai sumber energi yang adekuat bagi sel-sel, jaringan,

Lebih terperinci

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes Pola hidup sehat untuk penderita diabetes Penanganan diabetes berfokus pada mengontrol kadar gula darah (glukosa). Hal tersebut dapat dijalankan dengan memperhatikan pola makan dan olahraga, serta merubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. golongan, mulai dari golongan muda sampai tua. Sepak bola adalah permainan

BAB I PENDAHULUAN. golongan, mulai dari golongan muda sampai tua. Sepak bola adalah permainan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang diminati semua golongan, mulai dari golongan muda sampai tua. Sepak bola adalah permainan beregu yang berisi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia membutuhkan bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh supaya memudahkan dalam beraktivitas. Menurut Dawn (2000: 2), manusia memperoleh bahan bakar terutama

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian berlangsung. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kekuatan. Penelitian yang dilakukan oleh Badan Tim Nasional PSSI

BAB I PENDAHULUAN. dan kekuatan. Penelitian yang dilakukan oleh Badan Tim Nasional PSSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga sepak bola merupakan olahraga yang memerlukan ketahanan dan kekuatan. Penelitian yang dilakukan oleh Badan Tim Nasional PSSI didapatkan hasil bahwa atlet sepak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Penelitian Dalam dunia olahraga upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan prestasi atlet adalah dengan melakukan latihan dengan sungguh-sungguh dan berpedoman pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa anak-anak terutama usia sekolah merupakan tahapan yang penting bagi kehidupan seseorang. Pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di sekolah sepak bola UNI Ciwastra Bandung pada bulan Januari 2015. B. Jenis Penelitian Rancangan penelitian ini adalah

Lebih terperinci

Peta Konsep. Hal yang harus kamu tahu mengenai Pertumbuhan Makhluk Hidup ini antara lain. Perubahan yang terjadi pada makhluk hidup

Peta Konsep. Hal yang harus kamu tahu mengenai Pertumbuhan Makhluk Hidup ini antara lain. Perubahan yang terjadi pada makhluk hidup Standar Kompetensi: Memahami ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup serta hal-hal yang mempengaruhi perubahan pada makhluk hidup. Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan perubahan yang terjadi pada makhluk hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Penelitian ini menggunakan contoh mahasiswa mayor Ilmu Gizi tahun ajaran 2009 yang mengikuti mata kuliah Gizi Olahraga. Jumlah contoh awal dalam penelitian

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF PERILAKU MAKAN MAHASISWA UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA

STUDI DESKRIPTIF PERILAKU MAKAN MAHASISWA UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA STUDI DESKRIPTIF PERILAKU MAKAN MAHASISWA UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA Ingrid Perlisa Lomanjaya, Evelyn Ariestya Soegiono, Program Studi Manajemen Perhotelan Fakultas Ekonomi Jl. Siwalankerto 121

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Sehat juga keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinan setiap orang hidup produktif dan ekonomis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah Azza wa

BAB I PENDAHULUAN. bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah Azza wa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari Abu Hurairah RA, beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah Azza wa Jalla daripada Mukmin yang lemah, dan pada

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN STUDI TENTANG PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK,STATUS GIZI DAN BODYIMAGE REMAJA PUTRI YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 29 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2011 di SMA Ragunan

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN...

LEMBAR PERSETUJUAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i ABSTRAK... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii PENGESAHAN SKRIPSI... iv SURAT PERNYATAAN... v RIWAYAT HIDUP... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Energi Otot Rangka Kreatin fosfat merupakan sumber energi pertama yang digunakan pada awal aktivitas kontraktil. Suatu karakteristik khusus dari energi yang dihantarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi yang dicirikan oleh pesatnya perdagangan, industri pengolahan pangan, jasa dan informasi akan mengubah gaya hidup dan pola konsumsi makan masyarakat,

Lebih terperinci

PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG

PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG 12 PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG Ai Martin Sopiah¹ ), Ai Nurhayati² ), Rita Patriasih² ) Abstrak: Siswa SMK berada dalam usia remaja pada masa ini rentan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

ANALISIS KONDISI FISIK PEMAIN SEPAK BOLA KLUB PERSEPU UPGRIS TAHUN 2016

ANALISIS KONDISI FISIK PEMAIN SEPAK BOLA KLUB PERSEPU UPGRIS TAHUN 2016 ANALISIS KONDISI FISIK PEMAIN SEPAK BOLA KLUB PERSEPU UPGRIS TAHUN 016 Osa Maliki 1), Husnul Hadi ), Ibnu Fatkhu Royana 3) Universitas PGRI Semarang osamaliki04@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Energi dalam Olahraga

Pemanfaatan Energi dalam Olahraga Pemanfaatan Energi dalam Olahraga MIRZA HAPSARI SAKTI TP, S.GZ. RD., MPH BLOK KESEHATAN OLAHRAGA FK UII Rabu, 16 September 2015 Jenis Sistem Energi dalam Olahraga 1. Sistem energi Aerobik : butuh oksigen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, berbagai macam aktivitas yang dilakukan manusia sangat padat dan beraneka ragam. Di perkotaan manusia menjalani kehidupannya dengan persaingan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENURUNAN LEMAK TUBUH DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN DAYA TAHAN AEROBIK (VO2 MAX)

2015 PENGARUH LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENURUNAN LEMAK TUBUH DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN DAYA TAHAN AEROBIK (VO2 MAX) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tubuh ideal dan sehat menjadi dambaan bagi semua orang karena hal ini akan menimbulkan rasa percaya diri dalam pergaulan serta tampil sehat dalam setiap kesempatan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai

I. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan hal yang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Bahkan menurut data WHO tahun 2011, jumlah perokok Indonesia mencapai 33% dari total jumlah penduduk

Lebih terperinci

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Olahraga merupakan salah satu kesatuan yang memiliki tujuan cukup luas antaranya adalah untuk prestasi, pendidikan, dan sebagai aktivitas untuk kesehatan,

Lebih terperinci

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia umumnya digunakan untuk menggambarkan makanan yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan, melebihi diet sehat normal yang diperlukan bagi nutrisi manusia. Makanan Sehat "Makanan Kesehatan" dihubungkan dengan

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi

Lebih terperinci

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes GIZI KESEHATAN MASYARAKAT Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes Introduction Gizi sec. Umum zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan dan memperbaiki jaringan tubuh. Gizi (nutrisi)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang maupun gizi lebih pada dasarnya disebabkan oleh pola makan yang tidak seimbang. Sementara

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL 71 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Tanggal wawancara: Kode responden PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL Nama Responden :... Alamat :...... No. Telepon :... Lokasi penelitian

Lebih terperinci

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG 12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG Makanlah Aneka Ragam Makanan Kecuali bayi diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya Triguna makanan; - zat tenaga; beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Serta meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. maka selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi yang dicirikan oleh pesatnya perdagangan, industri pengolahan pangan, jasa dan informasi akan mengubah gaya hidup dan pola konsumsi makan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing BAB VI HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini disajikan dengan penyajian hasil analisis univariat. Hasil analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing variabel yang diteliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Serikat pada tahun 1891 dari sebuah sekolah pelatihan fisik (Young Men s

BAB I PENDAHULUAN. Serikat pada tahun 1891 dari sebuah sekolah pelatihan fisik (Young Men s BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga bolabasket banyak digemari oleh masyarakat seluruh dunia termasuk di Indonesia. Olahraga ini pertama kali dikenalkan di negara Amerika Serikat pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN DAYA TAHAN JANTUNG PARU DENGAN KONDISI PSIKOLOGIS PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENJASKES FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG ANGKATAN 2008 DAN 2009

HUBUNGAN DAYA TAHAN JANTUNG PARU DENGAN KONDISI PSIKOLOGIS PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENJASKES FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG ANGKATAN 2008 DAN 2009 15 HUBUNGAN DAYA TAHAN JANTUNG PARU DENGAN KONDISI PSIKOLOGIS PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENJASKES FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG ANGKATAN 2008 DAN 2009 Aironi Irsyahma, dr. Khairun Nisa B, M.Kes, AIFO Fakultas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin 4 TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Beastudi Etos merupakan sebuah beasiswa yang dikelola oleh Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa. Beasiswa ini berdiri sejak tahun 2005 hingga sekarang dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Daya tahan kardiorespirasi adalah salah satu unsur kebugaran jasmani yang menggambarkan kemampuan pembuluh paru-paru jantung dan darah untuk memberikan jumlah

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :... KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG 1. Nomor Responden :... 2. Nama responden :... 3. Umur Responden :... 4. Pendidikan :... Jawablah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah terutama bagi remaja putri usia sekolah. Hal ini dilakukan karena pada remaja putri usia sekolah

Lebih terperinci

AWAL YANG SEGAR: KIAT-KIAT POLA MAKAN YANG SEHAT

AWAL YANG SEGAR: KIAT-KIAT POLA MAKAN YANG SEHAT AWAL YANG SEGAR: KIAT-KIAT POLA MAKAN YANG SEHAT Ingin menerapkan pola makan yang sehat tapi tidak tahu harus memulai dari mana? Artikel ini adalah panduan mudah untuk mengiring anda ke arah yang tepat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

Lebih terperinci

Lampiran 2 Form informed consent INFORMED CONSENT

Lampiran 2 Form informed consent INFORMED CONSENT 56 Lampiran 2 Form informed consent INFORMED CONSENT Kami meminta Anda bersama 45 orang lainnya untuk turut terlibat dalam penelitian berjudul Manfaat Air Minum Beroksigen terhadap Stamina Mahasiswa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam, sehingga kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam, sehingga kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi. BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk dapat melangsungkan hidupnya, manusia memerlukan makanan karena makanan merupakan sumber gizi dalam bentuk kalori,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kesegaran Jasmani 2.1.1. Definisi Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani sering juga disebut kebugaran jasmani atau physical fitness. Kesegaran jasmani merupakan hal yang rumit

Lebih terperinci

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I PROGRAM PG PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 Pendahuluan Setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi maka selera terhadap produk teknologi pangan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi maka selera terhadap produk teknologi pangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi yang dicirikan oleh pesatnya perdagangan, industri pengolahan pangan, jasa dan informasi akan mengubah gaya hidup dan pola konsumsi makan masyarakat,

Lebih terperinci

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut:

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Index Massa Tubuh Index Massa tubuh adalah salah satu pengukuran status gizi antopometri seseorang dengan menggunakan tinggi badan dan berat badan. Cara ini efektif digunakan

Lebih terperinci

PENGARUH METODE LATIHAN DAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN AEROB PEMAIN BULUTANGKIS PUTRA PB PG MRICAN KEDIRI

PENGARUH METODE LATIHAN DAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN AEROB PEMAIN BULUTANGKIS PUTRA PB PG MRICAN KEDIRI PENGARUH METODE LATIHAN DAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN AEROB PEMAIN BULUTANGKIS PUTRA PB PG MRICAN KEDIRI Deddy Setyawan Priambodo Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta E-mail: Abstrak

Lebih terperinci

Gizi Olahraga. Badraningsih L./UNY

Gizi Olahraga. Badraningsih L./UNY Gizi Olahraga Badraningsih L./UNY PERHITUNGAN KEBUTUHAN ENERGI Besarnya kebutuhan energi tergantung dari energi yang digunakan setiap hari. Kebutuhan energi dihitung dengan memperhatikan beberapa komponen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jepang yang terdiri dari dua kata yaitu kara dan te, jika disatukan dalam satu

I. PENDAHULUAN. Jepang yang terdiri dari dua kata yaitu kara dan te, jika disatukan dalam satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga adalah aktifitas fisik atau jasmani yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan kebugaran dan stamina tubuh. Salah satu cabang olahraga yang banyak digemari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah VO 2 max adalah volume maksimal O 2 yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini adalah suatu tingkatan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang ekonomi, sosial, dan teknologi memberikan dampak positif dan negatif terhadap gaya hidup dan pola konsumsi makanan pada masyarakat di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Afrian Dhea Fahmi, 2015 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI ATLET SQUASH DENGAN POLA MAKAN PASCA KOMPETISI

BAB I PENDAHULUAN. Afrian Dhea Fahmi, 2015 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI ATLET SQUASH DENGAN POLA MAKAN PASCA KOMPETISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan aktivitas untuk meningkatkan stamina tubuh yang mempunyai dampak positif terhadap derajat kesehatan, oleh karena itu olahraga dianjurkan untuk dilaksanakan

Lebih terperinci

SURVEI TINGKAT GENERAL ENDURANCE ATLET SEPAKBOLA PADA KLUB CAKRA BUANA KOTA TULUNGAGUNG TAHUN 2014/2015

SURVEI TINGKAT GENERAL ENDURANCE ATLET SEPAKBOLA PADA KLUB CAKRA BUANA KOTA TULUNGAGUNG TAHUN 2014/2015 SURVEI TINGKAT GENERAL ENDURANCE ATLET SEPAKBOLA PADA KLUB CAKRA BUANA KOTA TULUNGAGUNG TAHUN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Gizi Dalam Proses Latihan Sepakbola Untuk Anak-anak. Oleh: Nawan Primasoni, S.Pd.Kor. M.Or

Gizi Dalam Proses Latihan Sepakbola Untuk Anak-anak. Oleh: Nawan Primasoni, S.Pd.Kor. M.Or Gizi Dalam Proses Latihan Sepakbola Untuk Anak-anak Oleh: Nawan Primasoni, S.Pd.Kor. M.Or email: nawan_primasoni@uny.ac.id Abstrak Mengaruh dari padatnya kegiatan anak, kurang pahamnya akan pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja, sebagai kelompok umur terbesar struktur penduduk Indonesia merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi pembangunan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anaerobik adalah lari cepat jarak pendek, interval training, lari seratus. yard, renang sprint, serta bersepeda cepat.

BAB I PENDAHULUAN. anaerobik adalah lari cepat jarak pendek, interval training, lari seratus. yard, renang sprint, serta bersepeda cepat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latihan fisik merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk meningkatkan atau memelihara kebugaran tubuh. Latihan fisik dapat dibagi dalam berbagai macam bentuk.

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PISANG (MUSA PARADISIACA) TERHADAP KELELAHAN OTOT (AEROB DAN ANAEROB) PADA ATLET SEPAK TAKRAW

PENGARUH PEMBERIAN PISANG (MUSA PARADISIACA) TERHADAP KELELAHAN OTOT (AEROB DAN ANAEROB) PADA ATLET SEPAK TAKRAW PENGARUH PEMBERIAN PISANG (MUSA PARADISIACA) TERHADAP KELELAHAN OTOT (AEROB DAN ANAEROB) PADA ATLET SEPAK TAKRAW Ahmad Syauqy 1, Cicip Rozana Rianti 1, Siti Kumairoh 1 1) Program Studi Ilmu Gizi Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura 66 67 Lampiran 2. Kisi-kisi instrumen perilaku KISI-KISI INSTRUMEN Kisi-kisi instrumen pengetahuan asupan nutrisi primigravida

Lebih terperinci

Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya tahun < Rp 5000,OO Rp 5.000,OO - Rp ,OO. > Persentil ke-95 = Ovenveighr (CDC 2000)

Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya tahun < Rp 5000,OO Rp 5.000,OO - Rp ,OO. > Persentil ke-95 = Ovenveighr (CDC 2000) Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya Variabel 1 Kategori Karakteristik contoh : Umur anak Uang saku per hari Sosial ekonomi keluarga Pendidikan orang tua (Ayah dan Ibu) 9-1 1 tahun < Rp

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebugaran jasmani adalah kondisi jasmani yang berhubungan dengan kemampuan atau kesanggupan tubuh yang berfungsi dalam menjalankan pekerjaan secara optimal dan efisien.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight adalah kondisi berat badan seseorang melebihi berat badan normal pada umumnya. Sementara obesitas

Lebih terperinci

GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1

GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1 GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1 OLEH : KELOMPOK 15 D-IV BIDAN PENDIDIK FK USU Pengertian Gizi ibu hamil Zat gizi adalah : Ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu menghasilkan energi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menerapkan pola hidup sehat merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Hidup dengan cara sehat sangat baik untuk kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, memelihara kesegaran jasmani (fitness) atau sebagai terapi untuk memperbaiki kelainan,

Lebih terperinci