DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2006

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2006"

Transkripsi

1 KARYA TULIS PROSPEK PENGELOLAAN FASILITAS REKREASI DI TAMAN HUTAN RAYA DR. MUHAMMAD HATTA PROVINSI SUMATERA BARAT (The Management prospect of the recreation facilities in Taman Hutan Raya Dr. Muhammad Hatta, West Sumatera Province Oleh: Rahmawaty Zaenal Abidin Pian Rikza Dewi DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2006

2 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-nya sehingga Karya Tulis ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih adalah Prospek Pengelolaan Fasilitas Rekreasi di Taman Hutan Raya Dr. Muhammad Hatta, Provinsi Sumatra Barat. Diharapkan tulisan ini bermanfaat untuk menambah informasi mengenai karakteristik Pengelolaan Fasilitas Rekreasi yang ada di Indonesia. Kami menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan karya tulis ini. Akhir kata kami ucapkan semoga karya tulis ini dapat bermanfaat. Medan, Mei 2006 Penulis

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... Hal ii iii ABSTRAK... 1 PENDAHULUAN... 2 BAHAN DAN METODE HASIL DAN PEMBAHASAN... 3 KESIMPULAN... 7 DAFTAR PUSTAKA... 7

4 PROSPEK PENGELOLAAN FASILITAS REKREASI DI TAMAN HUTAN RAYA DR. MUHAMMAD HATTA PROVINSI SUMATERA BARAT (The Management prospect of the recreation facilities in Taman Hutan Raya Dr. Muhammad Hatta, West Sumatera Province) Rahmawaty 1 Zainal Abidin Pian 2 dan Rikza Dewi 3 ABSTRACT The aim of these study are to estimate the demand similarity of recreation benefit in Tahura Dr. Muhammad Hatta based on travel cost method, to estimate the management prospect in Tahura through discounted cash flow (DCF) analysis, to know the development direction alternative and the impact from Tahura management. Tithe similarity estimate model of recreation demand, based on travel cost method that is Y = 25,63 0,00016 ( x ). The result of correlation test and variant analysis between recreation demand (Y) and parameter of average travel cost (x), show that the influence of travel cost to the recreation demand is real in confidence interval 95% (F count = 7,39 > F table = 5,99) and (t count = 2,720 > t table = 1,943). It show that the similarity can be used as an estimate model of recreation demand. In economic analysis aspect, prospect management of Tahura for period of time effort during 20 years, based on DCF analysis with discount rate 10%, is getting net present value positive, it is about Rp Benefit cost ratio about 1,63 and internal rate of return about 20,093 %. Based on the criteria of investment advisability analysis, so the Tahura Dr. Muhammad Hatta is feasible to be managed. Key word :Tahura, tourism, travel cost method, discounted cash flow. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menduga persamaan permintaan manfaat rekreasi dari Tahura Dr. Muhammad Hatta berdasarkan Metode Biaya Perjalanan, menduga prospek pengelolaan Tahura melalui analisis DCF (Discounted Cash Flow Analysis), mengetahui alternatif arah pengembangan dan dampak dari pengelolaan Tahura Dr. Muhammad Hatta. Dari hasil penelitian diperoleh model penduga persamaan permintaan rekreasi berdasarkan metode biaya perjalanan, yaitu Y = 25,63 0,00016 ( x ). Adapun hasil dari uji korelasi dan analisa varian antara permintaan rekreasi (Y) dengan parameter biaya perjalanan rata-rata (x), menunjukkan bahwa pengaruh biaya perjalanan terhadap permintaan rekreasi nyata pada selang kepercayaan 95% (F hitung = 7,39 > F tabel = 5,99) dan (t hitung = 2,720 > t tabel = 1,943). Ini menunjukkan bahwa persamaan tersebut dapat digunakan sebagai model penduga permintaan rekreasi. Dari segi analisis ekonomi, prospek pengelolaan Tahura untuk jangka waktu pengusahaan selama 20 tahun, berdasarkan analisis DCF dengan tingkat suku bunga 10%, diperoleh nilai Net Present Value adalah positif, yaitu sebesar Rp Nilai Benefit Cost Ratio diperoleh sebesar 1,63 dan nilai Internal Rate of Return sebesar 20,093%. Berdasarkan kriteria analisa kelayakan investasi maka kawasan Tahura tersebut adalah layak untuk dikelola. Dari segi alternatif arah pengembangan, Tahura memiliki alternatif pengembangan aktivitas wisata dan pengembangan fasilitas wisata di kawasan Tahura Dr. Muhammad Hatta. Sedangkan dampak dari pengelolaan kawasan Tahura adalah positif apabila dalam pengelolaan dan pengembangannya mengikuti peraturan dan kebijakan yang telah di tetapkan oleh pemerintah pusat maupun daerah serta mempertimbangkan aspek ekonomis, sosial dan ekologis kawasan tersebut. Kata Kunci : Tahura, Pengunjung, Metode Biaya Perjalanan, Discounted Cash Flow. 1 Departemen Kehutanan, FP-USU 2 Staf Pengajar di Departemen Kehutanan, FP-USU 3 Alumni Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

5 PENDAHULUAN Sumberdaya alam Indonesia yang kaya raya dengan keanekaragaman hayati, ekosistem alam dan nilai budaya, menyediakan potensi yang sangat prospektif bagi pengembangan dunia kepariwisataan alam. Bidang pengembangan ini memiliki karakter yang berbeda kalau ditinjau dari dunia bisnis pada umumnya, karena nilai ekonomis yang dimiliki dapat bersifat konsumtif dan non konsumtif. Karakter nilai ekonomi obyek wisata alam di suatu tempat dapat berbeda dengan obyek wisata alam di tempat yang lain, yang disebabkan oleh adanya perbedaan ekosistemnya. Tentunya hal ini justru akan menambah koleksi dari daerah tujuan wisata, sehingga secara langsung dapat meningkatkan lama kunjungan para wisatawan secara merata (Fandeli dan Mukhlison, 2000). Indonesia memiliki sejumlah daerah tujuan wisata potensial, salah satunya adalah Provinsi Sumatera Barat yang merupakan daerah tujuan wisata yang memiliki beberapa kawasan wisata potensial yang memerlukan arahan pengembangan guna peningkatan usaha dalam rangka memajukan pariwisata daerah serta meningkatkan pendapatan asli daerah. Salah satu daerah pendukung pembangunan di Sumatera Barat adalah Kota Padang. Kawasan yang akan dikembangkan berdasarkan prioritas Kota Padang adalah Tahura Dr. Muhammad Hatta yang merupakan kawasan yang berfungsi sebagai tempat perlindungan dan pelestarian sumber daya alam sekaligus dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi masyarakat (Balai Konservasi Sumber Daya Alam Padang, 1997). Sistem pengembangan dan pengelolaan dalam Tahura Dr. Muhammad Hatta masih memiliki kekurangan yang berakibat terhadap penurunan jumlah pengunjung. Penurunan jumlah pengunjung ini disebabkan oleh kurang tersedia dan memadainya kondisi fasilitas dan sistem pengelolaan yang kurang baik akibat kurangnya sumber daya manusia yang ahli di kawasan Tahura, kurangnya koordinasi antara pihak pengelola Tahura dengan instansi yang berwenang lain yang terkait sehingga sering terjadi konflik kepentingan pengelola dengan instansi yang terkait. Adanya perbedaan kepentingan ini membuat pihak pengelola memiliki hambatan dalam proses pengembangan kawasan Tahura Dr. Muhammad Hatta. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menduga persamaan permintaan rekreasi dengan Metode Biaya Perjalanan, menduga prospek pengelolaan Tahura melalui analisis Discounted Cash Flow Analysis dan mengetahui alternatif arah pengembangan dan dampak dari pengelolaan Tahura Dr. Muhammad Hatta Provinsi Sumatera Barat. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Tahura Dr. Muhammmad Hatta, Provinsi Sumatera Barat yang berlangsung selama satu bulan yaitu pada bulan Mei Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah kuesioner, alat tulis menulis, kamera, para pengunjung yang datang sesuai dengan alokasi waktu penelitian serta pihak pengelola. Pemilihan pengunjung sebagai responden dilakukan secara purposive sampling. Disamping itu dilakukan observasi di lapangan mengenai aktivitas pengunjung. Jumlah populasi yang diambil berdasarkan pada jumlah kunjungan di Tahura Dr. Muhammad Hatta pada tahun dengan jumlah totalnya adalah orang, sehingga jika dimasukkan dalam rumus Slovin diperoleh jumlah sampel sebanyak 100 orang. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara kepada pengunjung dengan menggunakan kuesioner. Informasi yang ingin diketahui adalah umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, tempat tinggal, motivasi cara melakukan kunjungan, biaya perjalanan, biaya konsumsi rekreasi, biaya konsumsi sehari-hari, biaya dokumentasi. Selain data primer, juga dilakukan pengambilan data sekunder meliputi karakteristik obyek rekreasi seperti letak, luas, keadaan biologis, potensi wisata, aksessibilitas, fasilitas rekreasi, jumlah kunjungan setiap tahun dan jumlah penduduk daerah asal pengunjung. Selanjutnya data-data yang diperoleh dikelompokkan menurut tujuan kemudian dianalisa secara deskriptif.

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pendugaan Nilai Manfaat Rekreasi Berdasarkan Pendekatan Biaya Perjalanan. Pendekatan biaya perjalanan untuk menduga nilai manfaat rekreasi, dilakukan berdasarkan kesediaan membayar para pengunjung untuk mendapatkan manfaat rekreasi yang diinginkan. Hal ini ditunjukkan oleh jumlah biaya perjalanan yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan rekreasi. Data yang diperlukan untuk menduga nilai manfaat rekreasi adalah : daerah asal pengunjung, jumlah penduduk, biaya perjalanan dan jumlah kunjungan dari tiap zonasi. Analisis data secara regresi linear sederhana menghasilkan persamaan permintaan rekreasi Tahura Dr. Muhammad Hatta Sumatera Barat,yaitu : Y = 25, 63 0, ( x ). Persamaan di atas merupakan bentuk persamaan permintaan manfaat rekreasi yang berlaku untuk tiap-tiap zonasi berdasarkan daerah asal pengunjung yang datang ke Tahura Dr. Muhammad Hatta. Nilai koefisien determinasi dari persamaan di atas adalah (r 2 = 0,552). Nilai ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel biaya perjalanan (x) terhadap permintaan rekreasi (Y) sebesar 55,2%, sedangkan selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa pengaruh biaya perjalanan (x) terhadap permintaan rekreasi (Y) nyata pada selang kepercayaan 95%. Ini menunjukkan bahwa persamaan tersebut dapat digunakan sebagai model penduga permintaan rekreasi. Nilai koefisien negatif menunjukkan bahwa makin tinggi biaya perjalanan akan mengurangi permintaan rekreasi. Hal ini menunjukkan bahwa rekreasi merupakan salah satu barang yang bersifat ekonomis. Berdasarkan pada hipotesis ekonomi, konsumen akan meningkatkan jumlah permintaan terhadap suatu komoditi apabila harga komoditi tersebut berkurang. Demikian juga pada permintaan rekreasi, makin meningkat biaya perjalanan rekreasi pengunjung akan mengurangi permintaan rekreasi, dan akan memilih kegiatan lain yang lebih banyak memberikan kepuasan dan kesenangan dengan biaya yang sekecil-kecilnya. Biaya perjalanan merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pengunjung untuk melaksanakan kegiatan rekreasi. Biaya tersebut meliputi biaya konsumsi selama rekreasi, biaya transportasi, biaya dokumentasi dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan oleh pengunjung yang berkaitan dengan aktivitas rekreasi tersebut. Apabila salah satu atau seluruh komponen dari biaya perjalanan tersebut berubah maka permintaan rekrasi juga akan terpengaruh. Berdasarkan persamaan regresi linear sederhana yang telah didapatkan, diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,00016 yang artinya penurunan/kenaikan biaya perjalanan sebesar satu rupiah akan menaikkan/menurunkan jumlah kunjungan per 1000 penduduk untuk seluruh zona sebesar 0,00016 kali. Untuk menduga nilai rekreasi dan penerimaan maksimum yang dapat diperoleh pengelola digunakan perluasan metode biaya perjalanan dengan menggunakan simulasi harga karcis pada model penduga persamaan permintaan rekreasi yang didapat. Dalam studi ini, simulasi harga karcis dilakukan dari Rp Rp Pada tingkat tarif masuk Rp ,- nilai tingkat kunjungan sebesar 0, yang berarti tidak ada pengunjung yang bersedia membayar tarif karcis tersebut. Dari simulasi harga karcis ini didapatkan hasil pendugaan jumlah pengunjung per 1000 penduduk pada berbagai tingkat harga karcis. Dari hasil analisis kurva permintaan terhadap manfaat rekreasi di Tahura untuk tahun 2004 jika terhadap pengunjung dikenakan harga karcis masuk yang berlaku sekarang ini yaitu Rp. 1500,- jumlah pengunjung yang datang adalah sebanyak orang/tahun dengan jumlah penerimaan penjualan karcis sebesar Rp ,-/tahun. Harga karcis yang paling optimal yang akan mendatangkan penerimaan karcis yang maksimal adalah Rp Pada tingkat harga karcis ini akan diperoleh penerimaan hasil penjualan karcis sebesar Rp ,- /tahun. Nilai ini jauh lebih besar dari penerimaan yang akan diperoleh pada tingkat harga karcis yang sekarang (Tabel 1).

7 Tabel 1. Permintaan Terhadap Manfaat Rekreasi Tahura Dr. Muhammad Hatta, Surplus Konsumen, dan Rata-rata Kesediaan Membayar pada Berbagai Tingkat Harga Karcis Masuk. Harga Karcis Masuk Jumlah Kunjungan (orang) Penurunan Jumlah Kunjungan (orang) Hasil Penjualan Karcis Penurunan Kesediaan Membayar Jumlah Kesediaan Membayar Rata-rata Kesediaan Membayar Surplus Konsumen (1) (2) (3) (4)=(1)x(2) (5) (6) (7)=(6):(2) (8)=(6)-(4) Menaikkan harga karcis, menuntut suatu konsekuensi dari pengelola kawasan rekreasi untuk meningkatkan pelayanannya terhadap pengunjung baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya (sarana dan prasarana). Tanpa adanya peningkatan pelayanan, akan menyebabkan menurunnya nilai kesediaan membayar para pengunjung. Hal ini akan menurunkan nilai manfaat Tahura yang bersangkutan. 2. Prospek Pengelolaan Pengelolaan Tahura ditujukan untuk melestarikan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya agar dapat memenuhi fungsinya. Sasaran pengelolaan Tahura adalah terbentuknya Tahura yang terkelola dengan baik dan memberikan manfaat baik langsung maupun tidak langsung, bagi masyarakat pada umumnya, dan masyarakat di sekitar Tahura pada khususnya secara maksimal dan berkelanjutan. Menurut Sunarminto (1996), khusus dalam hal pengembangan wisata alam di kawasan hutan, ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian yang lebih seksama, yaitu : 1). Organisasi atau institusi pengatur Pengembangan kegiatan wisata alam masih belum memadai. 2). Biaya investasi awal untuk penyelenggaraan wisata alam dan biaya tetapnya sangat tinggi. 3). Kemampuan daya beli (kemampuan membayar) penduduk Indonesia relatif belum tinggi. 4). Pengelolaan wisata alam memerlukan suatu pengetahuan yang luas dalam hal ekologi dan ekosistem. 5). Masyarakat sekitar kawasan masih belum memiliki cukup kesiapan untuk berperanserta dalam pengelolaan wisata alam. Untuk mengelola suatu kawasan Tahura, diperlukan dana investasi yang cukup besar disertai dengan tenaga yang terampil dan ahli di bidang pariwisata ekologi serta ekosistemnya, agar proses pengembangannya berjalan dengan lancar sehingga diperoleh hasil yang optimal. Krisis moneter yang terjadi di pertengahan tahun 1997 diperkirakan berdampak langsung dan tidak langsung terhadap aspek-aspek yang mempengaruhi keberlangsungan Tahura, baik aspek ekonomi, sosial maupun ekologi. Aspek utama yang berpengaruh oleh krisis moneter adalah ketersediaan dana yang pada gilirannya mempengaruhi kinerja pengelolaan dan kelestarian fungsi suatu kawasan. Dampak krisis moneter terhadap ketersediaan dana menurut Hadi dkk, (2001) dapat diukur dari berbagai variabel, yaitu besarnya anggaran pembangunan, alokasi dana untuk berbagai kegiatan pengelolaan, implementasi program, dan kelestarian fungsi. Sehubungan dengan rencana pengelolaan Tahura Dr. Muhammad Hatta Provinsi Sumatera

8 Barat selama lima tahun ke depan dalam rangka pengembangan Tahura yang berskala Nasional dan bermulti guna sebagai sarana pendidikan konservasi alam dan pusat pengembangan ilmu pengetahuan, di samping sebagai tempat rekreasi yang aman, nyaman, asri dan bersih lingkungan, diperlukan dana investasi untuk lima tahun ke depan sebesar Rp ,-. Biaya (Rupiah) Tahun Anggaran Gambar 1. Alokasi Biaya Rencana Pengelolaan Tahura Dr. Muhammad Hatta Besarnya investasi yang dibutuhkan untuk pengembangan Tahura selama 20 tahun ke depan sebesar Rp ,- (disesuaikan dengan Master Plan rencana pengelolaan Tahura oleh BKSDA Provinsi Sumatera Barat). Dari biaya tersebut dialokasikan penggunaannya untuk pengembangan dan pembangunan gedung pusat informasi, rumah penginapan, arboretum seluas 6 Ha, patung Dr. Muhammad Hatta dengan plaza seluas m 2, dua lokasi parkir kendaraan masing-masing seluas m 2, kebun buah-buahan seluas 6 Ha, jalan utama dan jalan penunjang sepanjang 850 m 2, areal kemping 2 unit seluas 6 Ha, kopel sebanyak 10 unit, gedung posko sebanyak 4 unit, 1 unit restoran, 1 unit musholla dan pintu gerbang sebanyak 3 unit. Dalam jangka waktu 20 tahun pengunjung yang datang diperkirakan sebanyak orang (berdasarkan jumlah pengunjung pada tingkat harga karcis yang berlaku sekarang ini, yaitu Rp. 1500,- sebanyak orang/tahun), dengan asumsi rata-rata satu orang pengunjung mengeluarkan dana untuk pembelian karcis, restoran, penyewaan gedung/aula dan penginapan sebesar Rp ,-. Penerimaan Tahura Dr. Muhammad Hatta untuk lima tahun ke depan sesuai dengan komponen-komponen yang direncanakan, sebagaimana telah diuraikan sebelumnya diperkirakan sebesar Rp ,- dengan asumsi rata-rata pengunjung 36 orang/hari dan rata-rata pengeluaran pengunjung Rp ,-/hari. Berdasarkan data tersebut didapat penerimaan sebesar Rp ,-/tahunnya. Apabila kondisi ini berjalan normal dan dikelola secara professional maka untuk tahun ke-6 hingga tahun ke-20, total penerimaan Tahura akan mampu meraih pemasukan sebesar Rp ,-. Tabel 2. Perkiraan Besarnya Penerimaan Bruto dari Pengelolaan Tahura Dr. Muhammad Hatta Provinsi Sumatera Barat. Lokasi Ladang Padi Kodya Padang Provinsi Sumatera Barat Tujuan Wisata Tahura Dr. Muhammad Hatta Volume/ Banyaknya Pengunjung (orang) Rata-rata Pengeluaran Pengunjung (rupiah) Jumlah Penerimaan (rupiah)

9 Berdasarkan pada analisis ekonomi rencana pengelolaan Tahura Dr. Muhammad Hatta untuk jangka waktu 20 tahun yang didiskonto dengan tingkat suku bunga 10%, dapat diketahui bahwa besar perkiraan pendapatan yang akan diperoleh nantinya adalah sebesar Rp ,- dan biaya pengelolaan sebesar Rp ,- sehingga pengelola mendapat keuntungan sebesar Rp ,-. Nilai NPV dari hasil perhitungan untuk jangka waktu 20 tahun pada kawasan Tahura Dr. Muhammad Hatta adalah positif, yaitu sebesar Rp ,-. Nilai BCR diperoleh sebesar 1,63 dan nilai IRR sebesar 20,093%. Berdasarkan kriteria analisa kelayakan investasi maka kawasan Tahura Dr. Muhammad Hatta tersebut adalah layak untuk dikelola. Tabel 3. Hasil Analisis NPV, B/C, dan IRR pada Berbagai Suku Bunga No Tingkat Suku Bunga NPV B/C IRR (%) 1 10 % ,63 20, % , % ,98 3. Alternatif Arah Pengembangan dan Dampak Pengelolaan Tahura Dr. Muhammad Hatta Berdasarkan proposal proyek pengusahaan obyek wisata alam Tahura Dr. Muhammad Hatta (Sekolah Tinggi Pariwisata, 2003), beberapa alternatif yang disarankan adalah pengembangan aktivitas dan pengembangan fasilitas. Pengembangan aktivitas di kawasan Tahura Dr. Muhammad Hatta didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan seperti daya tarik, daya dukung dan ketersediaan lahan. Jenis aktivitas yang dilakukan di kawasan konservasi seperti Tahura Dr. Muhammad Hatta tidak boleh merusak atau mengganggu keadaan alami dari fisik lingkungan dan tidak boleh membahayakan keberadaan flora dan fauna yang ada di kawasan. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan potensi hutan hujan tropis sebagai area penjelajahan serta pengenalan terhadap lingkungan alam yang memiliki karakteristik flora dan fauna, melihat pemandangan, berkemah, fotografi, piknik, mengamati flora dan fauna, penelitian, trekking, menelusuri sungai. Ada beberapa fasilitas wisata yang perlu ditambahkan di kawasan Tahura Dr. Muhammad Hatta. Dalam rangka mendukung pengembangan kegiatan-kegiatan wisata di dalam kawasan ini, maka pengembangan fasilitas dan sarana dan prasarana perlu diarahkan, yaitu bangunan atau fasilitas wisata yang dibangun menggunakan arsitektur lokal, pengembangan fasilitas perlu mengacu pada konteks dan karakter lingkungan setempat, pengembangan fasilitas diharapkan mampu menawarkan pengalaman total terhadap tema area rekreasi hutan dan minat khusus, rancangan bangunan harus menggunakan teknik konstruksi bahan-bahan dan gambaran kebudayaan setempat, sejauh pendekatan tersebut tidak merusak lingkungan, bentuk bangunan diusahakan agar selaras dan harmonis dengan lingkungan, pemeliharaan ekosistem harus merupakan prioritas pengembangan kawasan, peningkatan infrastruktur setempat untuk kondisi standar internasional minimal, mencakup: toilet, tempat penginapan tamu, kualitas kebersihan makanan, minuman dan sebagainya, memberikan jaminan bagi kerjasama dengan masyarakat lokal dan keuntungan masyarakat. Jenis fasilitas yang belum dimiliki oleh kawasan ini antara lain : pusat pengunjung, toko cendramata, museum kecil, ruang audio-visual, pos pertolongan pertama, area pemandangan, area piknik, tanda-tanda informasi dan petunjuk. Fasilitas tersebut merupakan pemenuhan kebutuhan pengunjung terhadap fasilitas yang perlu ada dalam suatu kawasan konservasi. Pengembangan suatu kawasan atau obyek taman wisata harus memperhatikan kondisi fisik, sosial ekonomi dan budaya yang ada di sekitarnya. Rencana pengembangan yang mencakup pengembangan fisik, sarana dan prasarana harus tetap memperhatikan sejauh mana daya tampung kondisi fisik lingkungan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi dampak negatif yang mungkin timbul terhadap kawasan Sebagian besar fasilitas yang ada di kawasan Tahura Dr. Muhammad Hatta perlu dilakukan perbaikan. Hal ini diperlukan agar tercipta kondisi serta situasi yang nyaman, bersih

10 dan menyenangkan, sehingga para pengunjung betah berada di dalam kawasan Tahura. Pembangunan dan pengembangan kawasan harus memperhatikan peraturan dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat maupun daerah seperti peraturan mengenai pengelolaan kawasan lindung, pengusahaan pariwisata alam di zona pemanfaatan Tahura dan peraturan tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Jika pengelolaan Tahura tersebut memenuhi ketentuan dan kriteria seperti yang telah dijelaskan di atas maka kegiatan pengelolaan Tahura ini akan memberikan dampak yang baik bagi aspek kondisi ekonomi masyarakat, aspek ekologis dan aspek sosial. Sebagai gambaran, perbaikan kondisi ekonomi pada taraf pendapatan masyarakat jelas meningkat. Seiring dengan peningkatan perekonomian daerah, serta untuk menumbuhkan dan menciptakan lapangan kerja baru serta dapat menekan dampak dari urbanisasi. KESIMPULAN 1. Model Penduga persamaan permintaan rekreasi berdasarkan metode biaya perjalanan untuk Tahura Dr. Muhammad Hatta adalah : Y = 25, 63 0, ( x ), Y = permintaan rekreasi dan x = biaya perjalanan rata-rata. 2. Nilai NPV untuk jangka waktu 20 tahun pada kawasan Tahura Dr. Muhammad Hatta adalah positif, yaitu sebesar Rp ,-. Nilai BCR diperoleh sebesar 1,63 dan nilai IRR sebesar 20,093%. Berdasarkan kriteria analisa kelayakan investasi maka kawasan Tahura Dr. Muhammad Hatta tersebut dinyatakan layak untuk dikelola. 3. Alternatif arah pengembangan Tahura Dr. Muhammad Hatta adalah pengembangan aktivitas wisata di kawasan Tahura Dr. Muhammad Hatta dan pengembangan fasilitas wisata di kawasan Tahura Dr.Muhammad Hatta. Sedangkan dampak dari pengelolaan kawasan Tahura adalah akan berdampak positif apabila dalam pengelolaan dan pengembangannya mengikuti peraturan dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat maupun daerah, serta mempertimbangkan dari aspek ekonomis, sosial dan ekologis kawasan tersebut. DAFTAR PUSTAKA Balai Konservasi Sumber Daya Alam Final Report : Pengembangan Kawasan Konservasi Propinsi Sumatera Barat. Reka Cipta Konsultan. Padang. Fandeli, C. dan Mukhlison Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Hadi S.,Fitri N., dan M. Zahrul M Info Sosial Ekonomi: Studi Dampak Krisis Moneter terhadap Kinerja Pengelolaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Budaya dan Ekonomi Kehutanan. Bogor. Indonesia. Vol 2. No.2. Sekolah Tinggi Pariwisata Field Project Study: Studi Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan Tahura Dr. Muhammad Hatta. Bandung. Sunarminto. T Pengembangan Rekreasi Alam di Kawasan Hutan : Outdoor Recreation Development Inforest Land. Media Konservasi Vol. V. No.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta Dwitanti Wahyu Utami dan Retno Indryani Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-17 Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta Dwitanti Wahyu Utami

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber data secara langsung.

Lebih terperinci

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang

Lebih terperinci

ANALISA MANFAAT BIAYA PROYEK PEMBANGUNAN TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) BUNDER DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISA MANFAAT BIAYA PROYEK PEMBANGUNAN TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) BUNDER DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ANALISA MANFAAT BIAYA PROYEK PEMBANGUNAN TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) BUNDER DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Nama : Dwitanti Wahyu Utami NRP : 3110106053 Dosen Pembimbing : Retno Indryanti Ir, MS. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KUISIONER PENELITIAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Nomor Kode : Hari/Tanggal wawancara : Nama Responden : Jenis Kelamin : Tempat tinggal (Kabupaten/Kota)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada juga yang menterjemahkan sebagai ekowisata atau wisata-ekologi. Menurut Pendit (1999) ekowisata terdiri

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada obyek dan daya tarik wisata, penilaian manfaat wisata alam, serta prospek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung ibu kota Jawa Barat terkenal dengan banyaknya objek wisata yang dikunjungi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bandung ibu kota Jawa Barat terkenal dengan banyaknya objek wisata yang dikunjungi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandung ibu kota Jawa Barat terkenal dengan banyaknya objek wisata yang dikunjungi oleh wisatawan, baik domestik ataupun mancanegara. Bandung juga memiliki wisata kuliner

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Nasional Undang-undang No. 5 Tahun 1990 menyatakan bahwa taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

Analisis Ekonomi Proyek Jalan Tol Penajam Samarinda

Analisis Ekonomi Proyek Jalan Tol Penajam Samarinda Reka racana Teknik Sipil Itenas No.x Vol.xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2014 Analisis Ekonomi Proyek Jalan Tol Penajam Samarinda GLEN WEMPI WAHYUDI 1, DWI PRASETYANTO 2, EMMA AKMALAH

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 14 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4. 1. Sejarah dan Status Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu telah dikunjungi wisatawan sejak 1713. Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Wisata Alam Tangkuban Parahu Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat. Waktu penelitian dimulai bulan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan 5 TINJAUAN PUSTAKA Danau Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan berfungsi sebagai penampung dan menyimpan air yang berasal dari air sungai, mata air maupun air hujan. Sebagai

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya (KSDHE), Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

Lebih terperinci

2 dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

2 dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 752, 2014 KEMENHUT. Penetapan Rayon. Taman Nasional. Taman Hutan Raya. Taman Wisata Alam. Taman Buru. PNBP. Pariwisata Alam. Penetapan Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2014 TENTANG TATA CARA PENETAPAN RAYON DI TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, TAMAN WISATA ALAM DAN TAMAN BURU DALAM RANGKA PENGENAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taman Wisata Alam Menurut PPAK (1987) Wisata Alam adalah bentuk kegiatan yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungannya. Sedangkan berdasarkan UU No.5 1990

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun

TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun TINJAUAN PUSTAKA Konsep Wisata Alam Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun pada hakekatnya, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Pondok Bulu merupakan hutan pendidikan dan latihan (hutan diklat) yang dikelola oleh Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A34204040 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMB) merupakan salah satu dari taman nasional baru di Indonesia, dengan dasar penunjukkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 135/MENHUT-II/2004

Lebih terperinci

EVALUASI KELAYAKAN PROYEK PEMBANGUNAN GARUDA WISNU KENCANA DI KABUPATEN BADUNG BALI

EVALUASI KELAYAKAN PROYEK PEMBANGUNAN GARUDA WISNU KENCANA DI KABUPATEN BADUNG BALI EVALUASI KELAYAKAN PROYEK PEMBANGUNAN GARUDA WISNU KENCANA DI KABUPATEN BADUNG BALI TUGAS AKHIR Oleh : A A Ngurah Gede Mahesmara 1104105055 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2015

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUASAN PENGUNJUNG DAN PENGEMBANGAN FASILITAS WISATA DI KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN KABUPATEN LANGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA

KAJIAN KEPUASAN PENGUNJUNG DAN PENGEMBANGAN FASILITAS WISATA DI KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN KABUPATEN LANGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA KAJIAN KEPUASAN PENGUNJUNG DAN PENGEMBANGAN FASILITAS WISATA DI KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN KABUPATEN LANGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh : Irni Indah Sari Nst 051201010 Manajemen Hutan DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

ANALISIS JASA LINGKUNGAN EKOWISATA AIR TERJUN LAHUNDAPE DI KAWASAN TAHURA NIPA-NIPA

ANALISIS JASA LINGKUNGAN EKOWISATA AIR TERJUN LAHUNDAPE DI KAWASAN TAHURA NIPA-NIPA Ecogreen Vol. 3 1, April 2017 Halaman 27 31 ISSN 2407-9049 ANALISIS JASA LINGKUNGAN EKOWISATA AIR TERJUN LAHUNDAPE DI KAWASAN TAHURA NIPA-NIPA Arniawati *, Safril Kasim, Rahmawati Anshar Jurusan Kehutanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata serta usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan

Lebih terperinci

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR Oleh : AGUSTINA RATRI HENDROWATI L2D 097 422 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Lombok Barat-Propinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu di kawasan pesisir Kecamatan Sekotong bagian utara, tepatnya di Desa Sekotong

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN AKASIA RESIDENCE

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN AKASIA RESIDENCE ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN AKASIA RESIDENCE TUGAS AKHIR OLEH : NI PUTU FITRI MAHA INDRAWATI ( 1004105083) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2015 UCAPAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada objek dan daya tarik wisata, teknik pengukuran manfaat wisata alam dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 46 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA POCUT MEURAH INTAN

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 46 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA POCUT MEURAH INTAN PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 46 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA POCUT MEURAH INTAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA Menimbang a. GUBERNUR

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai Sari Ringgung, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, pada bulan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, telah dikenal memiliki kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi. Kekayaan alam ini, hampir merata terdapat di seluruh wilayah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR Oleh : TEMMY FATIMASARI L2D 306 024 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sudi Mampir di Kecamatan Bone Pantai Kabupaten Bone Bolango. Waktu penelitian adalah bulan April sampai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kinerja (atau hasil) yangdirasakan dibandingkan dengan harapannya. Bila kinerja

I. PENDAHULUAN. kinerja (atau hasil) yangdirasakan dibandingkan dengan harapannya. Bila kinerja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yangdirasakan dibandingkan dengan harapannya. Bila kinerja melebihi harapan

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. yang sangat strategis bagi pembangunan yang berkelanjutkan di Provinsi

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. yang sangat strategis bagi pembangunan yang berkelanjutkan di Provinsi 136 IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan Pengembangan kawasan Taman Nasional Gunung Leuser memiliki peran yang sangat strategis bagi pembangunan yang berkelanjutkan di Provinsi Sumatera Utara dan NAD

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir pulau kecil pada umumnya memiliki panorama yang indah untuk dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang menarik dan menguntungkan, seperti pantai pasir putih, ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang perkembangannya memicu sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain menghasilkan produk-produk yang

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012. Tempat penelitian dan pengambilan data dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Blanakan, Kabupaten Subang. 3.2 Alat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyak pakar dan praktisi yang berpendapat bahwa di milenium ketiga, industri jasa akan menjadi tumpuan banyak bangsa. John Naisbitt seorang futurist terkenal memprediksikan

Lebih terperinci

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481) KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481) Oleh : GITA ALFA ARSYADHA L2D 097 444 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Bandung Selatan memiliki sebuah kawasan wisata potensial, yaitu kawasan wisata Ciwidey. Di kawasan tersebut terdapat empat tujuan wisata utama, diantaranya

Lebih terperinci

ANALISIS INVESTASI PADA JASA PENYEWAAN PERANCAH SCAFFOLDING DI KOTA DENPASAR DAN KABUPATEN BADUNG

ANALISIS INVESTASI PADA JASA PENYEWAAN PERANCAH SCAFFOLDING DI KOTA DENPASAR DAN KABUPATEN BADUNG ANALISIS INVESTASI PADA JASA PENYEWAAN PERANCAH SCAFFOLDING DI KOTA DENPASAR DAN KABUPATEN BADUNG TUGAS AKHIR Oleh: IB KADE RAI DWI PUTRA ANGGARA 1104105123 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan menggambarkan keindahan alam yang beragam serta unik. Kondisi yang demikian mampu menjadikan Indonesia

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: town house, pasar, teknis, NPV, BCR, IRR, PBP

ABSTRAK. Kata kunci: town house, pasar, teknis, NPV, BCR, IRR, PBP ABSTRAK Town house merupakan salah satu investasi yang diminati dengan membidik pasar wisatawan asing yang berkunjung ke Bali. Town house adalah kompleks perumahan dengan unit terbatas disertai fasilitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung adalah salah satu kawasan yang amat vital sebagai penyangga kehidupan ekonomi, sosial dan ekologis bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA Lampiran... 75

BAB V PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA Lampiran... 75 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN... ii SURAT KETERANGAN PERBAIKAN/REVISI LAPORAN TUGAS AKHIR iii LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR... iv ABSTRAK... v UCAPAN TERIMAKASIH... vi DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor penting untuk meningkatkan devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah yang memiliki industri

Lebih terperinci

TEKNIK PERHITUNGAN TARIF MASUK KAWASAN WISATA ALAM. Wahyudi Isnan *

TEKNIK PERHITUNGAN TARIF MASUK KAWASAN WISATA ALAM. Wahyudi Isnan * Teknik Perhitungan Tarif Masuk Kawasan Wisata Alam Wahyudi Isnan TEKNIK PERHITUNGAN TARIF MASUK KAWASAN WISATA ALAM Wahyudi Isnan * Balai Penelitian Kehutanan Makassar Jl. Perintis Kemerdekaan Km.16 Makassar,

Lebih terperinci

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA ANI MARDIASTUTI JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kawasan Konservasi Indonesia UURI No 5 Tahun 1990 Konservasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang memiliki kawasan pesisir yang sangat luas, karena Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. negara yang memiliki kawasan pesisir yang sangat luas, karena Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Wilayah pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Indonesia merupakan negara yang memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PROYEK PERUMAHAN (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Perumahan Griya Tegal Sari Asri Sragen)

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PROYEK PERUMAHAN (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Perumahan Griya Tegal Sari Asri Sragen) ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PROYEK PERUMAHAN (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Perumahan Griya Tegal Sari Asri Sragen) TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2011 2031 UMUM Ruang wilayah Kabupaten Karawang dengan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu kawasan yang mempunyai berbagai macam jenis tumbuhan dan hewan yang saling berinteraksi di dalamnya. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Pengembangan Proyek Cagar Budaya Sri Aji Joyoboyo di Desa Menang Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri

Analisis Kelayakan Pengembangan Proyek Cagar Budaya Sri Aji Joyoboyo di Desa Menang Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Analisis Kelayakan Pengembangan Proyek Cagar Budaya Sri Aji Joyoboyo di Desa Menang Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri Subandiyah Azis, Hendriati, Edi Hargono Dwi Putranto Teknik Sipil

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata saat ini merupakan salah satu industri terbesar di dunia. World

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata saat ini merupakan salah satu industri terbesar di dunia. World BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata saat ini merupakan salah satu industri terbesar di dunia. World Travel and Tourism Council, pada tahun 1998 menyebutkan bahwa sektor pariwisata memiliki

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki kekayaan potensi pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk meningkatkan kunjungan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEBUN RAYA BALIKPAPAN

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEBUN RAYA BALIKPAPAN WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEBUN RAYA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang

Lebih terperinci

Pengembangan Wisata Terpadu Berdasarkan Daya Tarik Kawasan Konservasi di Kecamatan Cimenyan

Pengembangan Wisata Terpadu Berdasarkan Daya Tarik Kawasan Konservasi di Kecamatan Cimenyan Pengembangan Wisata Terpadu Berdasarkan Daya Tarik Kawasan Konservasi di Kecamatan Cimenyan Oleh: Wanjat Kastolani Abstrak Wisata yang berada pada kawasan konservasi merupakan sumberdaya yang potensial.

Lebih terperinci

Oleh : Slamet Heri Winarno

Oleh : Slamet Heri Winarno Oleh : Slamet Heri Winarno PENDAHULUAN Pariwisata telah menjadi sektor strategis dalam memperkuat perekonomian negara Pariwisata ini merupakan sektor penghasil utama devisa negara nonmigas. 2 Pariwisata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk didalamnya pada sektor pariwisata. Pembangunan dibidang pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. Lautan merupakan barang sumber daya milik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia terjadi setiap tahun dan cenderung meningkat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Peningkatan kebakaran hutan dan lahan terjadi

Lebih terperinci

KELAYAKAN DAN ANALISIS USAHATANI JERUK SIAM (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk) BARU MENGHASILKAN DAN SUDAH LAMA MENGHASILKAN ABSTRAK

KELAYAKAN DAN ANALISIS USAHATANI JERUK SIAM (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk) BARU MENGHASILKAN DAN SUDAH LAMA MENGHASILKAN ABSTRAK KELAYAKAN DAN ANALISIS USAHATANI JERUK SIAM (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk) BARU MENGHASILKAN DAN SUDAH LAMA MENGHASILKAN (Studi Kasus : Desa Kubu Simbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi pariwisata yang cukup menarik untuk dikunjungi wisatawan. Kabupaten Cianjur memiliki

Lebih terperinci

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Untuk penentuan prioritas kriteria dilakukan dengan memberikan penilaian atau bobot

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PADA PROYEK ROYAL GARDEN RESIDENCE NUSA DUA TUGAS AKHIR

ANALISIS FINANSIAL PADA PROYEK ROYAL GARDEN RESIDENCE NUSA DUA TUGAS AKHIR ANALISIS FINANSIAL PADA PROYEK ROYAL GARDEN RESIDENCE NUSA DUA TUGAS AKHIR Oleh: Candra Santosa 1119151001 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2016 PERNYATAAN Yang bertanda tangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya alam hayati yang melimpah. Sumber daya alam hayati di Indonesia dan ekosistemnya mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya Alam dan Lingkungan (SDAL) sangat diperlukan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila dilakukan secara berlebihan dan tidak

Lebih terperinci

Ekowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap

Ekowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi sumber daya alam hutan serta perairannya berupa flora, fauna dan ekosistem termasuk di dalamnya gejala alam dengan keindahan alam yang dimiliki oleh bangsa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan lokasi penelitian berdasarkan pada potensi hutan rakyat yang terdapat di desa/kelurahan yang bermitra dengan PT. Bina Kayu Lestari Group.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012). 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis yang memiliki karakteristik kekayaan hayati yang khas dan tidak dimiliki oleh daerah lain di dunia. Keanekaragaman jenis flora dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia kaya dan beranekaragam sumberdaya alam. Satu diantara sumberdaya alam di wilayah pesisir adalah ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Taman Wisata Alam Rimbo Panti Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan adalah melalui pengembangan kegiatan wisata bahari. Berbicara wisata bahari, berarti kita berbicara tentang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Taman Nasional adalah Kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Taman Nasional adalah Kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Taman Nasional Taman Nasional adalah Kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian,

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Gittinger (1986) menyebutkan bahwa proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber

Lebih terperinci