Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat kompleksitas yang tinggi dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank.

Transkripsi

1

2 Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat kompleksitas yang tinggi dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank. Kompleksitas usaha perbankan yang tinggi dapat meningkatkan resiko yang dihadapi oleh bank-bank yang ada di Indonesia. Salah satu masalah yang dihadapi dalam perbankan di Indonesia sekarang ini adalah masalah kesehatan bank. Ada kemungkinan hal ini disebabkan oleh kondisi perekonomian yang semakin sulit sehingga terjadi peningkatan resiko suatu bank mengalami kesulitan keuangan. Dalam hal ini, kemungkinan terjadinya perlakuan yang tidak sehat yang mengakibatkan turunnya tingkat kesehatan bank. Bank Perkreditan Rakyat ( BPR ) yang merupakan bagian dari system perbankan harus sehat dan dapat dipercaya oleh masyarakat agar dapat berkontribusi maksimal dalam menggerakan perekonomian secara keseluruhan. Penilaian kesehatan BPR telah menjadi indicator penting dalam upaya peningkatan kinerja bank. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan bank tersebut dalam kondisi sehat, cukup sehat, kurang sehat, atau tidak sehat.

3 Dalam pembahasan penelitian ilmiah ini, penulis akan membahas masalah : Bagaimana kinerja PT Bank Perkreditan Rakyat Supra Artapersada yang diukur dari ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian tingkat kesehatan bank Mengingat begitu luasnya ruang lingkup pada penelitian ini, maka penulis membatasi permasalahan tersebut pada data laporan keuangan tahunan BPR Supra Artapersada dari periode tahun dengan menganalisa laporan keuangan tahunan dan melakukan perhitungan terhadap aspek permodalan ( capital ), kualitas asset (asset quality ), manajemen (managemen ), rentabilitas ( Earning ), dan likuiditas (Liquidity ).

4 Adapun tujuan dari penyusunan penelitian ilmiah ini adalah : Mengetahui kinerja keuangan bank bila diukur dari ketentuan bank Indonesia mengenai penilaian tingkat kesehatan bank Manfaat penelitian : Manfaat Akademis : 1. Meningkatkan pengetahuan dalam menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan sehingga diketahui faktor-faktor yang menyebabkan suatu bank dapat dikatakan sehat. 2. Belajar untuk meneliti, menguji, dan/atau mengobservasi fenomena dan permasalahan yang terjadi. Manfaat Praktis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi yang baik bagi PT. Bank Perkreditan Rakyat Supra Artapersada dalam proses menilai kinerja perusahaan pada aspek keuangan.

5 Capital Adequacy Ratio (CAR) Pada aspek permodalan ini, yang dinilai adalah permodalan yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Rasio CAR : CAR = E AT x 100% L + S ( Tahun 2009 = x 100 % = 15,95% ) Nilai Kredit : 81 + (Rasio CAR -8) % X 0,63% 0,10% ( Tahun 2009 = 81 + ( 15,95% - 8% ) X 0,63% = 131,09 (Max 100) ) 0,10% Perhitungan berdasarkan Bobot CAMEL (25%) : Tahun 2009 = 100 x 25 % = 25

6 Kualitas Aktiva Produktif ( KAP ) Pada aspek kualitas aktiva ini merupakan penilaian jenis-jenis aktiva yang dimiliki oleh bank dengan cara membandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Rasio KAP : APYD / AP X 100% ( Tahun 2009 = / x 100% = 0,46% ) Nilai Kredit : 1 + (15,5 Rasio KAP) % / 0,15% ( Tahun 2009 = 1 + (15,5 0,46%) / 0,15% = 106,93 (Max 100) ) Perhitungan Berdasarkan Bobot CAMELnya (30%) : Tahun 2009 = 100 x 30% = 30

7 Net Profit Margin (NPM) Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya dalam bekerja. Rasio NPM : Laba Bersih / Laba Operasional x 100% ( Tahun 2009 = 6,604,960 / x 100% = 74,11% ) Nilai Kredit dari Rasio NPM : Nilai Kredit = Nilai NPM ( Tahun 2009 = 74,11 = 74,11% ) Perhitungan Berdasarkan Bobot CAMELnya (25%) : Tahun 2009 = 74,11 x 25% = 18,53

8 Return on Asset (ROA) Rasio ROA menunjukkan berapa besar laba bersih yang diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktivanya. Rasio ROA : Laba sebelum pajak / Total Aktiva x 100% ( Tahun 2009 = 9,173,555 / 168,141,769 x 100% = 5,46% ) Nilai Kredit ROA : Rasio ROA % / 0,015% (Tahun 2009 = 5,46% / 0,015% = 364 (Max 100) ) Perhitungan Berdasarkan Bobot CAMEL ( 5%) : Tahun 2009 = 100 x 5% = 5

9 Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Rasio BOPO : BO/ PO x 100% ( Tahun 2009 = 33,456,836 / 42,368,987 x 100% = 78,97% ) Nilai Kredit BOPO : (100 Rasio BOPO)% / 0,08% ( Tahun 2009 = (100% - 78,97%) / 0,08% = 262,88 (Max 100) Perhitungan Berdasarkan Bobot CAMEL (25%) : Tahun 2009 = 100 x 5% = 5

10 Loan to Deposit Ratio (LDR) Digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan oleh deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Rasio LDR : TK / DPK X 100% (Tahun 2009 = / x 100% = 97,78% ) Nilai Kredit LDR : 1 + (115 Rasio LDR)% x 4 1,00% ( Tahun 2009 = 1 + (115 97,78%) x 4 = 69,88 ) 1,00% Perhitungan Berdasarkan Bobot CAMELnya (10%) : Tahun 2009 = 69,88 x 10% = 6,99

11 Berdasarkan metode analisis CAMEL, PT BPR Supra Artapersada tergolong perusahaan perbankan yang berpredikat sehat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai CAMEL sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 berturut-turut adalah 90,52%, 92,28%, 92,18% dan 87,80%. Secara keseluruhan, rata-rata nilai CAMEL PT BPR Supra Artapersada tahun 2009 sampai dengan 2012 adalah sebesar 90,69%. Menurut standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, rata-rata nilai CAMEL PT BPR Supra Artapersada berpredikat sehat. Hal ini juga menunjukkan bahwa selama periode yang sama, PT BPR Supra Artapersada memiliki kinerja yang baik dalam pengelolaan segala sumber daya yang dimilikinya bila dilihat berdasarkan hasil perhitungan Rasio CAMEL tersebut.

12 Berdasarkan kesimpulan yang dipaparkan di atas, maka saran yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut : 1. Bagi pihak manajemen PT BPR Supra Artapersada, setelah mengetahui nilai CAMEL dari perusahaan, maka sebaiknya melakukan evaluasi dan meningkatkan kinerja perusahaan, terutama pada nilai-nilai rasio yang tidak menunjukkan angka yang terlalu tinggi. 2. Perhatian yang lebih tinggi sebaiknya diberikan pada aktiva produktif yang diklasifikasikan, utamanya kredit yang memiliki kolektibilitas dalam pengawasan khusus dan macet agar nilainya dapat terus ditekan. Hal ini terkait dengan pengawasan mulai dari tahap awal pemberian kredit hingga pemberian keputusan pemberian pinjaman dengan terus menerapkan prinsip prudentian banking (kehati-hatian).