BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional no 20 tahun 2003 pasal I disebutkan bahwa pendidikan adalah tujuan sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya guna memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dengan mengacu pada pengertian pendidikan dalam Undang Undang SISDIKNAS tersebut, maka dengan sendirinya sebagai seorang guru dituntut untuk mampu menciptakan suasana belajar yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Keberadaan guru dan peran guru dalam dunia pendidikan saat ini sangatlah penting, melihat terjadinya berbagai perubahan-perubahan dan kemajuan teknologi yang berkembang secara pesat. Perubahan dan kemajuan zaman membawa konsekuensi pada guru untuk meningkatkan peran dan kompetensinya. Menurut Ahmad Sabri (2007 : 70) ada beberapa peran guru, antara lain guru sebagai demonstrator, sebagai pengelola kelas, guru sebagai mediator dan fasilitator. Sebagai fasilitator yang baik, guru hendaknya memberikan kesempatan belajar kepada siswa untuk aktif pada saat proses belajar mengajar. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak merasa bosan dan merasa kesulitan dalam mengikuti pelajaran. Terlebih dalam pembelajaran IPA, siswa merasa kesulitan dan bosan jika pembelajaran IPA diajarkan secara monoton. Pembelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peran penting dalam pengembangan potensi siswa. Mata pelajaran IPA menjadi kunci keberhasilan peningkatan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan jaman secara global. Untuk mampu mengejar ketertinggalan 1

2 2 pendidikan, guru seharusnya mampu memberikan bekal kepada siswa berupa konsep-konsep pendidikan IPA yang baik dan benar. Hal ini dimaksudkan agar siswa mampu menghadapi persoalan-persoalan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Sebenarnya guru telah memberikan soal-soal latihan saat proses belajar mengajar berlangsung. Namun, pemberian soal-soal latihan tersebut bagi sebagian siswa justu akan membuat siswa semakin merasa bosan di kelas. Menurut Ahmad Sabri (2007 : 94), sebagai guru hendaknya memiliki ketrampilan untuk mengadakan variasi dan inovasi pembelajaran. Tujuan dari variasi belajar tersebut adalah untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian dan antusias belajar siswa. Berbagai cara, teknik, dan model pembelajaran saat ini sudah banyak dikembangkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan pembelajaran matematika adalah Model Kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together). Pengunaan Model Kooperaif tipe NHT dalam proses belajar mengajar,akan membantu untuk meningkatkan antusias belaja siswa. Hal ini dikarenakan dalam Model Kooperatif tipe NHT pusat belajar berorientasi pada siswa. Tugas guru hanya memberikan suatu permasalahan dan membimbing siswa saat diskusi sedang berlangsung. Dengan demikian, siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran dan dapat mengurangi kebosanan yang dialami oleh siswa. Dari hasil observasi pembelajaran IPA kelas IV di SD Negeri Dadapayam 02, siswa kelas IV pada SD tersebut pada dasarnya masih ingin bermain-main dalamsetiap pembelajaran. Hal tersebut wajar adanya dikarenakan memang pada usia anak SD masih dalam kategori anak-anak. Namun, hal tersebut tidak diimbangi dengan perlakuan dari guru kelas yang menganggap siswa kelas IV SD Negeri Dadapayam 02 sudah termasuk usia pra dewasa. Dalam proses pembelajaran guru lebih mementingkan ketercapaian indikator kerja saja tanpa memberikan waktu dan ruang bagi siswa untuk bermain sambil belajar maupun belajar sambil bermain. Jika hal tersebut tidak segera disikapi, bisa jadi siswa akan merasa bosan mengikuti pembelajaran sehingga hasil belajar siswa pada

3 3 mata pelajaran IPA akan cendurung kurang dari KKM, selain itu sikap aktif siswa dalam mengikuti proses pembelajaran akan cenderun pasif. Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) terhadap hasil belajar dan keaktifan siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Negeri Dadapayam 02 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang semester II tahun 2013/2014 dibandingakan dengan model belajar konvensional berupa ceramah dan tanya jawab. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka masalahnya adalah : Pembelajaran IPA kelas IV masih berpusat pada guru atau guru yang lebih dominan dalam pembelajaran. Guru dalam penyampaian materi belum menggunakan model pembelajaran yang lebih inovatif sehingga kondisi pembelajaran pasif dan kurang menarik bagi siswa. Kondisi tersebut akan membuat siswa kurang memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan sehingga penguasaan materi pelajaran dan hasil belajar siswa menjadi rendah. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah yang ada yaitu : hasil belajar siswa belum mencapai KKM, keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran kurang, dan model belajar yang digunakan guru yaitu model belajar konvensional. Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti akan membandingkan model pembelajaran konvensional dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) lebih efektif dibandingkan dengan model belajar konvensional yang berupa ceramah dan tanya jawab terhadap hasil belajar dan keaktifan siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Negeri Dadapayam 02 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Semester II Tahun 2013/2014.

4 4 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) terhadap hasil belajar dan keaktifan siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Negeri Dadapayam 02 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Semester II Tahun 2013/2014 dibandingkan dengan model belajar konvensional berupa ceramah dan tanya jawab. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Manfaat teoritis Dengan adanya penelitian ini dapat membuktikan efektifitas model NHT terhadap hasil belajar dan keaktifan siswa dibandingkan dengan model konvensional berupa ceramah dan tanya jawab. b. Manfaat praktis 1. Manfaat bagi siswa Dengan model NHT yang digunakan, dapat mempermudah siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa. 2. Manfaat bagi guru Guru dapat mengetahui efektifitas model pembelajaran NHT dibandingkan dengan model belajar konvensional berupa ceramah dan tanya jawab. 3. Manfaat bagi sekolah Dengan model belajar NHT yang digunakan dalam penelitian ini sekolah memiliki laporan penelitian penggunaan model belajar NHT

5 5 dalam proses pembelajaran. Disamping itu penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pengembangan kurikulum bagi sekolah.