ANTHROPOMETRY DAN DIETARY ASSESSSMENT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANTHROPOMETRY DAN DIETARY ASSESSSMENT"

Transkripsi

1 PETUNJUK PRAKTIKUM PENILAIAN STATUS GIZI ANTHROPOMETRY DAN DIETARY ASSESSSMENT OLEH: NI KETUT SUTIARI NIP ROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2017

2 DAFTAR ISI Metode Anthropometry Uji Standarisasi Antropometri Penialaian Status Gizi pada Kelompok Dewasa Penialaian Pertumbuhan Kelompok Balita Metode Dietary Assessment 2

3 PRAKTIKUM I UJI STANDARISASI ANTROPOMETRI Tujuan Umum: Mengupayakan memperoleh data yang berkualitas baik dalam suatu survei maupun penelitian lapangan. Tujuan Khusus: 1. Mempelajari kemampuan petugas pengukur dalam melakukan pengukuran antropometri (BB dan TB) 2. Mempelajari sifat-sifat kesalahan pengukuran, apakah sistematis atau tidak berpola 3. Mengetahui kecenderungan kesalahan pengukuran sistematis yang dilakukan petugas pengukur (selalu lebih besar atau selalu lebih kecil) 4. Memperbaiki kesalahan dan meningkatkan kemampuan petugas pengukur dalam melakukan pengukuran. Prosedur Standarisasi Pengukuran: 1. Mempersiapkan 10 orang responden, empat (4) petugas pengukur dan satu (1) supervisor 2. Setiap petugas pengukur dan supervisor mempersiapkan formulir hasil pengukuran 3. Supervisor diberi kesempatan pertama kali mengukur BB dan TB responden dan selanjutnya diikuti oleh petugas pengukur secara berurutan. Pengukuran dilakukan dua kali. 4. Pada saat pengukuran supervisor maupun petugas pengukur yang belum mendapat giliran mengukur, harus berada jauh dari petugas yang sedang melakukan pengukuran 5. Supervisor dan petugas pengukur melakukan pengukuran tiga kali pengukuran pada setiap responden dengan alat dan cara yang sama. 6. Mencatat hasil setiap pengukuran 7. Menghitung/menguji standarisasi berdasarkan hasil pengukurn (BB dan TB). 3

4 Berikut ini adalah contoh hasil dan pembahasan standarisasi pengukuran: HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran berat badan (BB) Berdasarkan pengukuran berat badan (BB) kesepuluh responden yang dilakukan oleh supervisor dan 4 (empat) petugas diperoleh data seperti terlihat pada tabel berikut : Tabel 1. Hasil Pengukuran Supervisor terhadap BB responden No Nama Hasil Pengukuran Supervisor d = (a-b) d 2 Tanda S = (a+b) (a) (b) 1 Nur Reni Asih Neneng Ketut Aprin Yoyan Rusman Indah Nisa

5 No Nama Tabel 2. Hasil Pengukuran Petugas 1 terhadap BB responden Pengukuran oleh Petugas d d 2 Tanda s D D 2 Tanda (a) (b) 1 Nur Reni Asih Neneng Ketut Aprin Yoyan Rusma 8 n Indah Nisa Keterangan:d=a-b; s=a+b; D=s-S; S diambil dari hasil pengukuran sebelumnya (Tabel 1) N o Nama Tabel 3. Hasil Pengukuran Petugas 2 terhadap BB responden Pengukuran oleh Petugas 2 (a) (b) d=(ab) d 2 Tand a s (a+b) D = (s - S) D 2 Tand a 1 Nur Reni Asih Nenen g Ketut Aprin Yoyan Rusm an Indah Nisa

6 N o Nama Tabel 4. Hasil Pengukuran Petugas 3 terhadap BB responden Pengukuran oleh Petugas 3 d=(a-b) d 2 Tand a s (a+b) D = (s - S) (a) (b) 1 Nur Reni Asih Nenen g Ketut Aprin Yoyan Rusm an Indah Nisa D 2 Tand a N o Nama Tabel 5. Hasil Pengukuran Petugas 4 terhadap BB responden Pengukuran oleh Petugas 4 d=(a-b) d 2 Tan da s (a+b) D = (s - S) D 2 Tan da (a) (b) 1 Nur Reni Asih Nenen g Ketut Aprin Yoyan Rusm an Indah Nisa

7 Pengukuran tinggi badan (TB) Tabel 6. Hasil Pengukuran Supervisor terhadap TB responden No Nama Hasil Pengukuran Supervisor d = (a-b) d^2 Tanda S = (a+b) (a) (b) 1 Nur Reni Asih Neneng Ketut Aprin Yoyan Rusman Indah Nisa Tabel 7. Hasil Pengukuran Petugas 1 terhadap TB responden No Nama Pengukuran oleh Petugas 1 d=(a-b) d 2 s D = (s - Tanda (a+b) S) (a) (b) D 2 Tanda 1 Nur Reni Asih Neneng Ketut Aprin Yoyan Rusman Indah Nisa

8 Tabel 8. Hasil Pengukuran Petugas 2 terhadap TB responden No Nama Pengukuran oleh Petugas 2 d=(a-b) d 2 Tanda s (a+b) D = (s - S) D 2 Tanda (a) (b) 1 Nur Reni Asih Neneng Ketut Aprin Yoyan Rusman Indah Nisa Tabel 9. Hasil Pengukuran Petugas 3 terhadap TB responden No Nama Pengukuran oleh Petugas 3 d=(a-b) d 2 Tanda s (a+b) D = (s - S) D 2 Tanda (a) (b) 1 Nur Reni Asih Neneng Ketut Aprin Yoyan Rusman Indah Nisa

9 Tabel 10. Hasil Pengukuran Petugas 4 terhadap TB responden No Nama Pengukuran oleh Petugas 4 d=(ab) (a+b) S) d 2 s D = (s - Tanda (a) (b) D 2 Tanda 1 Nur Reni Asih Neneng Ketut Aprin Yoyan Rusman Indah Nisa Agar hasil pengukuran memiliki akurasi dan presisi yang baik maka sebaiknya setiap kali pengukuran, supervisor mengawasi petugas pengukur dalam melakukan pengukuran. Disamping itu perlu diperhatikan dalam pengukuran terhadap responden yang sama sebaiknya menggunakan alat yang sama. Selamat berlatih! 9

10 PRAKTIKUM 2 PENILAIAN STATUS GIZI PADA KELOMPOK DEWASA DENGAN METODE ANTROPOMETRI PENDAHULUAN Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan, sehingga dapat diketahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut status gizinya baik ataukah tidak baik (Riyadi 1995). Status gizi seseorang dipengaruhi oleh jumlah dan mutu pangan yang dikonsumsi serta keadaan tubuh seseorang yang dapat menyebabkan gangguan penyerapan gizi atau terinfeksi penyakit parasit (Suhardjo 1989). Status gizi masyarakat dapat diketahui melalui penilaian konsumsi pangannya berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif. Cara lain yang sering digunakan untuk mengetahui status gizi adalah dengan cara biokimia, antropometri, maupun secara klinis (Riyadi 2004). Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi (Supariasa et al. 2002). Pengukuran antropometri sering digunakan dalam penilaian status gizi, terutama apabila terjadi ketidakseimbangan kronik antara asupan energi dan protein (Gibson 2005). Teknik dan prosedur pemeriksaan antropometri semakin penting dan semakin banyak digunakan karena beberapa alasan: prosedur sederhana, aman, dan dapat dikerjakan dalam kelompok besar; alat yang diperlukan tidak mahal, praktis dibawa kemana-mana atau dapat dirancang sendiri atau dibeli lokal; personal relatif tidak memerlukan skill khusus; akurasi data yang didapat cukup tinggi selama prosedur pengukuran sesuai; umumnya dapat memberikan informasi riwayat gizi masa lalu; dapat dikerjakan pada semua tingkatan malnutrisi; dapat dipakai untuk mengevaluasi perubahan status gizi menurut waktu (secular trend); dan dapat dipakai untuk tes screening pada individu yang berisiko tinggi terkena malnutrisi (Gibson 2005). Riyadi (1995) menyatakan bahwa cara penilaian status gizi dapat digunakan secara tunggal (satu indikator), akan tetapi lebih efektif kalau digunakan secara gabungan atau lebih dari satu indikator. Praktikum topik Antropometri Gizi untuk menilai status gizi kali ini menggunakan indikator 10

11 Indeks Massa Tubuh (IMT), Lingkar Lengan Atas (LILA), dan Tebal Lemak Bawah Kulit (tebal lipatan kulit). Untuk itu karakteristik (data) yang harus dikumpulkan adalah: umur, jenis kelamin, berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas, bicep, tricep, suprailiac, subscapular. Tujuan Praktikum 1. Mahasiswa mampu menilai status gizi individu dengan menggunakan indeks massa tubuh (IMT). 2. Mahasiswa mampu menilai komposisi otot tubuh secara tidak langsung dengan pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dan tebal lipatan kulit 3. Mahasiswa mampu menilai komposisi lemak tubuh secara tidak langsung dengan pengukuran tebal lipatan kulit. METODE PENGUKURAN PADA KELOMPOK DEWASA Cara menghitung IMT Untuk menghitung nilai IMT maka yang perlu dilakukan adalah: menentukan jenis kelamin responden; mengukur berat badan (BB) dalam satuan kg; mengukur tinggi badan (TB) dalam satuan meter (m); dan menghitung IMT berdasarkan rumus: Berat badan (kg) IMT (kg/m 2 ) = (rumus 1.1) (Tinggi Badan [m 2 ] Berat badan diukur dengan menggunakan dacin dengan ketelitian 0,1 kg, sedangkan tinggibadan diukur dengan menggunakan microtoice dengan ketelitian 0,1 cm. Setelah mendapatkan nilai IMT, kemudian nilai tersebut diklasifikasikan berdasarkan WHO (1995). Klasifikasi tersebut bisa dilihat pad Tabel

12 Tabel 11 Klasifikasi IMT (WHO 1995) IMT (kg/m 2 ) Status Gizi < 16,0 Severe thinness 16,0 16,99 Moderate thinness 17,0-18,49 Mild thinness 18,50 24,99 Normal 25,00 29,99 Grade 1 overweight 30,00 39,99 Grade 2 overweight 40,0 Grade 3 overweight Berikut ini disajikan kategori IMT menurut WHO (2004) yang telah disesuaikan dengan kondisi di Asia. Gambar 1 Body-mass index (BMI) cut-off points for public health action Sumber: WHO (2004) Cara Menghitung Komposisi Otot Tubuh Menduga Luas Otot Lengan Untuk menduga luas otot lengan, yang perlu dilakukan adalah: menetukan jenis kelamin responden; mengukur lingkar lengan atas (LILA) dalam satuan cm; mengukur tebal lipatan kulit triceps dalam satuan cm; menghitung luas otot lengan atas terkoreksi, dengan rumus: [C1 (JI x (TSK)] 2 cama = - 6,5 ; untuk wanita (rumus 1.2) 4 JI 12

13 [C1 (JI x (TSK)] 2 cama = - 10,0 ; untuk laki-laki (rumus 1.3) 4 JI Dimana: cama = luas otot lengan atas terkoreksi C1 = lingkar lengan atas, LILA (cm) TSK = tebal lipatan kulit triceps (cm) JI = 3,1416 Menduga Massa Otot Tubuh Yang perlu dilakukan dalam menduga massa otot tubuh adalah: mengukur berat badan (kg); menghitung luas otot lengan atas terkoreksi seperti di atas; menghitung massa otot tubuh menggunakan rumus sebagai berikut: Massa otot (kg) = TB (cm) x [0, (0,0029 x cama)]...(rumus 1.4) Cara Menghitung Komposisi Lemak Tubuh Yang perlu dilakukan adalah: menentukan umur dan jenis kelamin responden; mengukur berat badan (kg); mengukur tebal lipatan kulit : biceps, triceps, subscapular dan suprailiaca dalam satuan cm; dilanjutkan menghitung persentase lemak tubuh (FM); persentase bukan-lemak tubuh (FFM) dan berat lemak tubuh (kg). Pengukuran tebal lipatan kulit: 1. Alat yang digunakan adalah skinfold caliper 2. Pakaian dilepaskan 3. subjek diukur berdiri bebas dengan kedua lengan menggantung bebas 4. WHO menganjurkan untuk mengukur pada bagian kanan tubuh 5. Bagian yang diukur: lengan depan (biceps), lengan belakang (triceps), bagian punggung (subscapular), dan bagian perut di atas tulang iliac (suprailiac) 6. Ketelitian mencapai 0,1 0,5 mm 7. Pengukuran sebaiknya dilakukan tiga kali. Nilai pengukuran = rata-rata dua pengukuran terdekat dari tiga kali pengukuran. Cara menghitung Persentase Lemak Tubuh: 1. Pertama-tama menghitung densitas tubuh dengan rumus sebagai berikut: Densitas tubuh (D) = a b log C...(rumus 1.5) 13

14 Dimana a = interceps (nilai Tabel) b = slope (nilai tabel) C = jumlah tebal lipatan kulit dari empat (4) bagian tubuh Tabel 12 Persamaan untuk menduga densitas tubuh (nilai a dan b) Umur (th) Laki-laki Perempuan A B a B ,1620 0,0630 1,1549 0, ,1631 0,0632 1,1599 0, ,1422 0,0544 1,1423 0, ,1620 0,0700 1,1333 0, ,1715 0,0799 1,1339 0, ,1765 0,0744 1,1567 0, Setelah densitas diketahui, selanjutnya menghitung persentase lemak tubuh, persentase bukan lemak tubuh dan berat lemak tubuh (kg). 495 Lemak tubuh (%) = (rumus 1.6) D Menduga Persentase bukan lemak tubuh = 100 lemak tubuh (%)...(rumus 1.7) Menduga berat lemak tubuh (kg) = % lemak tubuh x berat badan (kg) (rumus 1.8) Selamat melakukan pengukuran dan penilaian status gizi pada kelompok orang dewasa! 14

15 PRAKTIKUM 3 PENILAIAN PERTUMBUHAN KELOMPOK BALITA PENDAHULUAN Penilaian status gizi atau penialian pertumbuhan anak mencakup penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan atau panjang badan dan dibandingkan dengan standar pertumbuhan. Tujuan penialian ini adalah untuk menentukan apakan balita atau anak tumbuh secara normal atau memilki masalah pertumbuhan atau kemungkinan ada kecenderungan masalah pertumbuhan yang perlu ditangani. Menilai pertumbuhan jika tidak didukung oleh tindak lanjut yang sesuai maka tidak dapat meningkatkan status gizi dan kesehatan anak. Pada masa lalu, rujukan pertumbuhan dikembangkan menggunakan data dari suatu negara dengan mengukur contoh anak-anak yang dianggap sehat tanpa memperhatikan cara hidup dan lingkungan mereka. Akan tetapi saat ini mulai tahun 2006 sudah diperkenalkan standar pertumbuhan baru yang didasarkan pada standar pertumbuhan anak (WHO 2005). Manfaat standar pertumbuhan baru antara lain yaitu: secara dini dan sensitive dapat mengidentifikasi anak pendek dan gemuk atau sangat gemuk, standar baru seperti IMT sangat berguna untuk mengukur kegemukan dan grafik laju pertumbuhan anak yang diharapkan dari waktu ke waktu dapat mengidentifikasi Tujuan praktikum: 1. Mahasiswa mampu menentukan umur atau usia kasus 2. Mahasiswa mampu melakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan atau panjang badan 3. Mahasiswa mampu melakukan penilaian status gizi dan menginterpretasikan status gizi balita A. Cara Menghitung Umur atau usia Anak Tanggal lahir (hari, bulan dan tahun) merupakan hal penting. Tanggal lahir anak disesuaikan dengan keterangan yang diberikan oleh ibu anak tersebut. Akan tetapi apabila ibu anak tersebut tidak mengetahui atau lupa dengan tanggal lahir anak, 15

16 tanyakan berapa jarak antara kelahiran anak dengan peristiwa yang berdekatan dengan saat anak lahir. Praktikum kali ini adalah praktikum ke tiga mengenai pengukuran dan penilaian BB dan TB anak balita. Sebelum memasuki langkah-langkah di dalam mengukur TB dan menimbang BB anak yang sesuai dengan standar, maka perlu diperhatikan umur anak dan tanda-tanda klinis yang kemungkinan menyertai anak yang akan diukur. Umur anak perlu diketahui secara pasti.tentukan umur anak hari ini. Terdapat beberapa cara untuk menentukan umur anak, antara lain dengan memakai kalkulator umur, menghitung selisih antara tanggal lahir dan tanggal kunjungan. Jika ibu tidak tahu pasti kapan anak dilahirkan, perkirakan umur anak dengan menghubungkan dengan peristiwa penting seperti bulan puasa, lebaran, natal, atau hari kemerdekaan. Umur anak dihitung berdasarkan bulan penuh artinya umur dihitung 1 bulan apabila telah genap 30 hari. Contoh: - umur 25 hari = 0 bulan - umur 5 bulan 14 hari = 5 bulan - umur 5 bulan 29 hari = 5 bulan Cara menghitung umur anak dapat dilakukan dengan cara: a. Memakai kalkulator umur Pada praktikum ini tidak melaksanakan penghitungan umur anak dengan memakai kalkulator, mengingat alat ini tidak tersedia. b. Menghitung selisih antara tanggal lahir dan tanggal kunjungan Langkah-langkah perhitungan umur anak: 1. Tentukan tanggal lahir anak, dalam format tanggal, bulan, tahun misalnya: Tulis tanggal kunjungan, misalnya Hitung umur anak dengan mengurangi tanggal kunjungan dengan tanggal lahir, misalnya: Tanggal kunjungan Tanggal lahir = 2 tahun 5 bulan 14 hari Jadi umur anak dibulatkan menjadi 24 bulan + 5 hari = 29 bulan Sisa hari tidak diperhitungkan 4. Contoh lain: Tanggal kunjungan Tanggal lahir Untuk menghindari hasil pengurangan minus, lakukan sebagai berikut: Tanggal kunjungan

17 (05+30) (04-1)+12 (2008-1) Tanggal lahir hari = 6 bulan 16 Umur anak dibulatkan menjadi 6 bulan. Sisa hari tidak diperhitungkan 5. Contoh lain: Tanggal kunjungan Tanggal lahir (-1 bulan*) (12 bulan) * Jika selisih tanggal adalah negatif maka dikurangi 1 bulan, jika selisih tanggal adalah positif maka selisih tanggal diabaikan. Jadi umur anak ini adalah 12 bulan 5 bulan = 6 bulan c. Menghitung umur anak yang dihubungkan dengan kalender lokal Bila tanggal lahir anak tidak diketahui, lakukan langkah-langkah berikut: Tanyakan kapan anak dilahirkan dengan menghubungkan kejadian penting yang terdekat, misalnya lebaran. Bila dijawab 3 hari sesudah lebaran tahun yang lalu berarti perkirakan tanggal lahir adalah tanggal lebaran tahun lalu ditambah 3 hari. Sesudah perkiraan tanggal lahir didapat, lakukan perhitungan seperti di atas. B. PENIMBANGAN dan PENGUKURAN TINGGI BADAN B.1 Menimbang Anak Untuk menimbang anak, gunakan timbangan dengan ciri-ciri berikut: Kuat dan tahan lama mempunyai presisi sampai 0,1 kg (100 gram) Sudah dikalibrasi Tidak menggunakan pegas Dapat menimbang sampai 150 kg Bila tersedia dapat digunakan timbangan digital (elektronik) atau Tared Scale (Uniscale). Tared Weighing berarti bahwa timbangan dapat diatur ulang ke nol (tared) sementara orang yang ditimbang masih berada di atas timbangan. Sebagai contoh, ibu berdiri di atas timbangan, kemudian timbangan di tara (dikembalikan ke angka nol dengan menutupi panel cahaya). Sementara ibu masih di atas timbangan, anak 17

18 diberikan untuk digendong ibu, dan tunggu sampai muncul angka berat badan anak di layar timbangan. Trend Weighing mempunyai dua keuntungan: Tidak perlu mengurangi hasil penimbangan dengan berat badan ibu untuk mendapatkan berat badan anak (mengurangi resiko salah menentukan berat anak) Anak akan tenang karena dalam pelukan ibu (sehingga diperoleh berat badan anak yang akurat). Timbangan tara ini mudah digunakan dan akurat, tetapi ada jenis lain yang juga akurat, sebagai contoh, timbangan bayi elektronik. Anak yang sudah dapat berdiri sendiri dapat ditimbang tanpa ibunya. Jika anak tidak dapat berdiri sendiri, ibu ditimbang sendiri; kemudian ibu dan anak ditimbang bersama, lalu hasil penimbangan dikurangi dengan berat ibu. Timbangan kamar mandi dan timbangan gantung yang menggunakan pegas tidak direkomendasikan karena hasilnya kurang akurat. Di dalam pelatihan ini Uniscale belum dianjurkan digunakan di Indonesia, karena harganya mahal dan belum tersedia banyak di pasar Indonesia. Timbangan yang biasanya digunakan di Posyandu adalah dacin, sedangkan di Puskesmas digunakan timbangan detecto dan timbangan bayi (baby scale). 1.1 Mempersiapkan Penimbangan Jelaskan pada ibu alasan untuk menimbang anak, sebagai contoh, untuk memantau pertumbuhan anak, menilai proses penyembuhan, atau melihat reaksi anak terhadap perubahan pengasuhan dan pemberian makanan. Jika anak belum berdiri sendiri, dapat dilakukan penimbangan besama ibunya atau dengan menggunakan baby scale. Jika anak sudah bisa berdiri sendiri dan tenang, dapat ditimbang dengan menggunakan detecto. Gunakan pakaian seminimal mungkin. Jelaskan, hal ini perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil timbangan yang akurat. Penggunaan popok basah, atau sepatu dan jeans, dapat menambah berat lebih dari 0,5 kg. Bayi harus ditimbang tanpa pakaian. Jika terlalu dingin untuk menanggalkan pakaian, atau anak menolak untuk ditanggalkan pakaiannya, catat dalam Buku GPA bahwa anak ditimbang menggunakan pakaian. Hindari anak menjadi takut/jengkel, sehingga akan mudah juga mengukur panjang/tinggi badan anak. Catatan: Apabila anak menggunakan hiasan rambut yang akan mengganggu pengukuran panjang/tinggi badan, lepaskan sebelum ditimbang. Hal ini penting 18

19 untuk anak yang akan diukur panjangnya, karena kecepatan memindah anak dari menimbang ke mengukur panjang akan mengurangi kejengkelan pada anak. 1.2 Menimbang Anak Menggunakan Timbangan Bayi (Baby Scale) a. Persiapan alat 1. Letakkan timbangan di tempat yang rata dan datar 2. Pastikan jarum timbangan menunjukkan angka nol b. Pelaksanaan penimbangan 1. Timbang bayi telanjang, anak lebih besar dengan pakaian minimal 2. Baca dan catat berat badan anak sesuai dengan angka yang ditunjuk oleh jarum timbangan 1.3 Menimbang Anak yang Dapat Berdiri Sendiri dengan Timbangan Detecto Jika anak bisa berdiri sendiri dengan tenang, maka anak dapat ditimbang sendiri. Minta ibu untuk membantu melepaskan sepatu dan pakaian luarnya. Katakan pada anak untuk berdiri di atas timbangan dan diam tidak bergerak. Berbicaralah dengan lembut pada anak dan bukan menakutinya. a. Persiapan alat 1. Letakan timbangan di tempat yang datar. 2. Pastikan posisi bandul pada angka nol dan jarum dalam keadaan seimbang. b. Cara menimbang dengan timbangan detecto 1. Posisikan anak di atas timbangan 2. Geser bandul sesuai berat balita sampai posisi jarum seimbang. Baca dan catat berat badan pada kartu status atau buku GPA. 3. Jika anak-anak bergerak-gerak terus di atas timbangan atau tidak bisa diam, maka perlu ditimbang dengan ibunya. Berat badan anak didapat dengan mengurangi hasil penimbangan dengan berat badan ibu. Catatan: (Saat melakukan penimbangan terhadap anak balita/bayi, ada penekanan-penekanan yang perlu diperhatikan oleh petugas seperti adanya tanda-tanda klinis balita kurang gizi, seperti di bawah ini) Saat membuka pakaian anak untuk ditimbang, kemungkinan dapat terlihat tandatanda klinis kurang gizi tingkat berat. Maka penting untuk mengetahui tanda klinis marasmus atau kwashiorkor, karena mereka membutuhkan perawatan khusus yang segera, yang meliputi pemberian makanan khusus, pemantauan ketat, 19

20 pemberian obat seperti antibiotik, dan lain-lain. Tidak tergantung berat badan, anak dengan gejala seperti itu harus segera dirujuk dan ditangani. Marasmus Keadaan kurang gizi tingkat berat ini ditandai dengan anak sangat kurus dengan penampilan tulang berbalut kulit. Hal ini disebabkan oleh kehilangan otot dan jaringan lemak sehingga wajah anak terlihat tua, tulang rusuk menonjol, dan lipatan kulit pada bokong memperlihatkan seolah-olah anak sedang memakai celana longgar (baggy pants). Berat badan menurut umur dan berat badan menurut panjang/tinggi biasanya sangat rendah. Perhatikan foto-foto berikut: Kwashiorkor Walaupun terjadi penurunan berat badan tetapi tidak jelas karena ada edema (bengkak akibat banyaknya cairan dalam jaringan tubuh). Anak terlihat apatis, rewel, tampak sakit, dan tidak mau makan. Wajahnya bulat (karena edema), rambut tipis, jarang dan berubah warna, kulit kering dan mengelupas. Marasmic kwashiorkor Walaupun kwashiorkor dan marasmus menunjukkan gejala yang berbeda, tetapi pada masyarakat yang banyak terdapat kasus gizi buruk, dapat terjadi gejala campuran. Sebagai contoh seorang anak dengan keadaan sangat kurus seperti marasmus, disertai dengan gejala perubahan pada kulit dan rambut atau edema seperti pada penderita kwashiorkor. Edema pada kedua punggung kaki: Edema pada kedua punggung kaki merupakan suatu tanda bahwa seorang anak memerlukan rujukan, meskipun tanda-tanda klinis kwashiorkor lainnya tidak terlihat. Edema harus terlihat pada kedua punggung kaki. Jika bengkak hanya tampak pada satu punggung kaki, kemungkinan disebabkan oleh hal lain misalnya infeksi. Untuk memeriksa edema, tegakan ibu jari anda dengan lembut pada punggung kaki beberapa detik. Jika anak menderita edema, maka akan tampak cekukan ketika ibu jari diangkat. Seorang anak dengan edema pada kedua punggung kaki dianggap menderita gizi buruk (severely underweight), tanpa menilai hasil penimbangan. Walaupun anak ditimbang dan diukur penjang badannya, tetapi tidak untuk menentukan IMT. Jika seorang anak menderita marasmus, kwashiorkor, atau edema pada kedua kaki, catat hasil pemeriksaan ini sebagai catatan bahwa anak ini perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut: hasil pengukuran dikoreksi! 20

21 B.2 Mengukur Panjang dan Tinggi Badan Mengukur panjang atau tinggi anak tergantung dari umur dan kemampuan anak untuk berdiri. Mengukur panjang dilakukan dengan cara anak telentang. Sedangkan mengukur tinggi anak berdiri tegak. Anak berumur kurang dari 2 tahun, pengukuran dilakukan dengan telentang Anak berusia 2 tahun atau lebih dan anak sudah mampu berdiri, pengukuran dilakukan dengan berdiri tegak Pada penelitian MGRS/WHO 2005, tinggi badan lebih pendek sekitar 0,7 cm dibandingkan dengan panjang badan. Perbedaan ini telah dipertimbangkan dalam menyusun standar pertumbuhan oleh WHO yang digunakan dalam membuat grafik di Buku GPA. Oleh karena itu, penting untuk mengoreksi hasil bila pengukuran tidak dilakukan dengan cara yang sesuai untuk kelompok umur. Catatan: Jika seorang anak berumur kurang dari 2 tahun diukur tingginnya (berdiri), maka ditambahkan 0,7 cm untuk mengkonversi menjadi panjang badan Jika seorang anak berumur 2 tahun atau lebih dan diukur panjangnya (telentang) maka dikurangi 0,7 cm untuk mengkonversi menjadi tinggi badan Peralatan yang diperlukan untuk mengukur panjang badan adalah papan ukur panjang badan (infantometer). Untuk mengukur tinggi menggunakan microtoise yang diletakkan pada permukaan yang vertikal seperti dinding atau tiang. 1.1 Persiapan untuk Mengukur Panjang dan Tinggi Badan Persiapan untuk mengukur panjang/tinggi badan secepatnya setelah menimbang anak. Pastikan sepatu anak, kaus kaki, dan hiasaan rambut sudah dilepas. Jika bayi telanjang, gunakan popok kering untuk menghindari basah ketika pengukuran berlangsung. Jika ruang tempat pengukuran dalam keadaan dingin maka selimuti anak agar tetap hangat sambil menunggu pengukuran. Dalam pengukuran panjang atau tinggi anak, ibu harus membantu proses pengukuran dengan tujuan untuk menenangkan serta menghibur anak. Jelaskan pada ibu alasan pengukuran dan tahapan prosedur pengukuran. Jawab pertanyaan yang diajukan ibu. Tunjukkan dan jelaskan kepada ibu 21

22 bagaimana ibu bisa membantu. Jelaskan pula pentingnya menjaga anak tetap tenang agar didapatkan hasil pengukuran yang tepat. 1.2 Mengukur Panjang Badan Persiapan Papan Panjang Badan 1. Pilih meja atau tempat yang datar dan rata. Siapkan alat ukur panjang badan 2. Lepaskan kunci pengait yang berada di samping papan pengukur 3. Tarik meteran sampai menempel rapat pada dinding tempat menempelnya kepala dan pastikan meteran menunjuk angka nol dengan mengatur skrup skala yang ada di bagian balita 4. Buka papan hingga posisinya memanjang dan datar 5. Tarik meteran sampai menempel rapat pada dinding tempat menempelnya kepala dan pastikan meteran menunjuk angka nol 6. Geser kembali papan penggeser pada tempatnya Cara mengukur panjang badan Telentangkan anak di atas papan pengukur dengan posisi kepala menempel pada bagian papan yang datar dan tegak lurus (papan yang tidak dapat bergerak) Pastikan bagian puncak kepala menempel pada bagian papan yang statis Posisikan bagian belakang kepala, punggung, pantat, dan tumit menempel secara tepat pada papan pengukur Geser bagian papan yang bergerak sampai seluruh bagian kedua telapak kaki menempel pada bagian papan yang digeser (dengan cara menekan bagian lutut dan mata kaki). Bila sulit dilakukan, dibenarkan hanya satu telapak kaki yang menempel di papan geser. Baca panjang badan anak dari angka kecil ke angka besar dan catat Gambar: Ingat! Jika anak yang diukur panjangnya berumur 2 tahun atau lebih, maka kurangi 0,7 cm pada hasil ukurnya dan catat hasilnya sebagai tinggi anak dalam lembar Catatan Kunjungan. 1.3 Mengukur Tinggi Badan Persiapan menggunakan Microtoise Letakkan microtoise di lantai yang rata dan menempel pada dinding yang rata dan tegak lurus Tarik pita meteran tegak lurus ke atas sampai angka pada jendela baca menunjukkan angka nol Paku/tempelkan ujung pita meteran pada dinding Geser kepala microtoise ke atas 22

23 Cara mengukur tinggi badan dengan Microtoise Pastikan sepatu/alas kaki, kaos kaki dan hiasan rambut sudah dilepaskan Posisikan anak berdiri tegak lurus di bawah alat geser microtoise, pandangan lurus ke depan Posisikan anak tegak bebas, bagian belakang kepala, tulang belkat, pantat, dan tumit menempel ke dinding. Karena posisi ini sulit dilakukan pada anak obesitas, maka tidak perlu keempat titik tersebut menempel ke dinding, asalkan tulang belakang dan pinggang dalam keseimbangan (tidak membungkuk ataupun tengadah) Posisikan kedua lutut dan tumit rapat Pastikan posisi kepala sudah benar dengan mengecek garis Frankfort Tarik kepala microtoise sampai puncak kepala anak Baca angka pada jendela baca dan mata pembaca harus sejajar dengan garis merah Angka yang dibaca adalah yang berada pada garis merah dari angka kecil ke arah angka besar Catat hasil pengukuran tinggi badan Perawatan Peralatan Pengukuran Perawatan yang baik untuk timbangan dan alat ukur panjang/tinggi badan sangat penting agar hasil pengukuran dapat akurat. Peralatan pengukuran harus dijaga dalam keadaan bersih dan disimpan ruangan, terlindungi dari kelembaban dan basah. Ketelitian dari peralatan harus diperiksa pada saat membeli. Setelah itu, periksa timbangan dan papan ukur setiap minggu, misalnya, setiap Senin atau Sabtu. Memeriksa timbangan Siapkan beban dengan berat 3, 5, 10, dan 20 kg Pastikan timbangan pada angka nol, beri beban 3 kg, dan angka yang tertera pada timbangan harus 3 kg. Lakukan hal yang sama dengan menggunakan beban yang lebih berat. Bila hasil tidak akurat, maka timbangan perlu dikalibrasi. 23

24 Memeriksa papan panjang/tinggi badan: Ketika memasang papan ukur, ukur tongkat yang sudah diketahui panjangnya untuk memeriksa alat ukur telah dirakit dengan tepat. Periksa bahwa sambungan dalam keadaan kuat dan lurus. Jika tidak, pererat atau luruskan. Ukur kembali dengan tongkat tersebut di atas, jika hasilnya tidak akurat alat perlu dikalibrasi. Periksa bahwa pita ukur dapat dibaca. Jika kotor atau sulit untuk dibaca, maka harus diganti. C. PENILAIAN DAN PENGINTERPRETASIAN STATUS GIZI Menilai status gizi dapat didasarkan pada indeks BB menurut umur (BB/U), TB menurut umur (TB/U), BB menurut TB (BB/TB) atau IMT menurut umur (IMT/U). Tabel di bawah ini adalah tabel yang menunjukkan penilaian status gizi balita berdasarkan indeks tertentu. Menentukan IMT (Indeks Massa Tubuh) IMT adalah angka yang berhubungan dengan berat badan seseorang menurut tinggi/panjang. IMT merupakan indikator pertumbuhan yang berguna ketika diplot pada grafik IMT/U. IMT dihitung sebagai berikut: Rumus: IMT = (BB (kg)) / (TB (m) 2 ) Hasil IMT dibulatkan satu desimal. Ingat untuk menggunakan panjang badan untuk anak di bawah 2 tahun dan tinggi badan untuk anak di atas 2 tahun. Jika perlu konversikan tinggi ke panjang badannya (dengan menambahkan 0,7 cm) atau panjang ke tinggi badan (dengan mengurangi 0,7 cm) sebelum menghitung IMT 1 Jika ada kalkulator dengan tombol x 2, akan lebih mudah dalam menghitung IMT yaitu: 1) Masukkan angka berat badan dalam kg (paling dekat 0,1 kg) 2) Tekan tombol bagi (/ atau ) 3) Masukkan angka tinggi atau panjang badan dalam meter (perlu untuk mengkonversi centimeter sebagai meter; misal: 82,3 centimeter menjadi 0,823 meter) 4) Tekan tombol x 2, maka akan muncul tinggi dalam kuadrat 5) Tekan tombol =, maka IMT muncul 6) Bulatkan angka IMT menjadi satu desimal dan catat IMT pada lembar Catatan Kunjungan 24

25 Jika kalkulator tidak ada tombol x 2, ikuti langkah 1-3, ulangi langkah 2 dan 3, dan tekan tombol = untuk mendapatkan IMT. Jika tidak ada kalkulator, gunakan tabel IMT untuk bermacam berat dan panjang/tinggi. Tabel IMT tersedia sebagai lampiran dalam modul ini dan dalam lembar bantu yang berjudul Menimbang dan Mengukur Anak. Tabel yang sama dapat digunakan untuk anak sampai umur 5 tahun. Cara menggunakan tabel IMT: Tentukan panjang/tinggi anak (dalam cm) di kolom bagian kiri atau kanan tabel. Jika hasil pengukuran tidak tertera dalam tabel, dibulatkan ke angka yang terdekat. Lihat deretan baris ke arah kanan untuk mencari berat badan anak. Jika hasil pengukuran tidak tertera dalam tabel, pilih angka yang terdekat. Tunjuk dengan jari Saudara dari berat ke atas bagian tabel untuk mendapatkan IMT. (Atau bisa juga melacak ke bagian bawah tabel). Jika berat tepat pada garis, IMT berada pada separuhnya, misal 15,5 jika antara 15 dan 16. Catat IMTpada lembar Catatan Kunjungan 1 Tabel IMT dan grafik IMT/U telah dihitung dengan menggunakan panjang badan untuk anak-anak di bawah 2 tahun dan tinggi badan untuk anak-anak berumur 2 tahun atau lebih Contoh Berikut ini adalah Contoh penggunaan tabel IMT untuk anak perempuan bernama Amani, berumur 2 tahun 4 bulan. Tinggi Amani 88,2 cm. Tinggi terdekat kolom dari tabel adlah 88 cm (yang dilingkari pada tabel di bawah ini) Berat Amani 11,5 kg. Berat terdekat pada baris tingginya adalah 11,6 kg Tunjuk beratnya dengan jari ke atas, dan temukan IMT-nya (di bagian atas tabel) adalah 15 Jika ingin menentukan IMT Amani dengan menggunakan rumus matematika (kg/m2) dan kalkulator, adalah perlu untuk mengkonversi tinggi dalam meter. Tingginya 88,2 cm maka menjadi 0,882 m. IMT dihitung sebagai berikut : 11,5 kg 0,882 m2 = 14,78...dicatat menjadi 14,8 (pada Catatan Kunjungan) Seperti yang terlihat, hasilnya dari menggunakan tabel IMT dan kalkulator adalah sangat dekat. 25

26 Ingat! Jika anak mempunyai edema di kedua kakinya, jangan menentukan IMT berdasarkan berat kaena tidak realistis sehubungan dengan adanya cairan. Rujuk anak dengan edema di kedua tungkai kakinya untuk mendapatkan perawatan. Masalah Pertumbuhan Nilai titik yang diplot pada grafik pertumbuhan dengan menggunakan tabel di bawah ini untuk menentukan apakah ada masalah pertumbuhan. Hasil pengukuran pada kotak yang diblok termasuk dalam kategori normal. Tabel 14 Indikator Pertumbuhan menurut Z-Score Z-score Di atas 3 Di atas 2 Di atas 1 0 (Angka Median) Di bawah -1 Di bawah -2 Di bawah -3 PB/U atau TB/U Lihat catatan 1 Pendek (Stunted) (Lihat catatan 4) Sangat pendek (Severe Stunted) (Lihat catatan 4) Indikator Pertumbuhan BB/U BB/PB atau BB/TB Sangat gemuk (Obes) Gemuk Lihat (Overweight) Catatan 2 Risiko gemuk (Lihat Catatan 3) BB Kurang (Undewieght) BB Sangat Kurang (Severe Underweight) Kurus (Wasted) Sangat Kurus (Wasted) IMT/U Sangat gemuk (Obes) Gemuk (Overweight) Risiko Gemuk (Lihat Catatan 3) Kurus (Wasted) Sangat Kurus (Wasted) Catatan: 1. Seorang anak pada kategori ini termasuk sangat tinggi dan biasanya tidak menjadi masalah kecuali anak yang sangat tinggi mungkin mengalami gangguan endokrin seperti adanya tumor yang memproduksi hormon pertumbuhan. Rujuklah anak tersebutjika diduga mengalami gangguan endokrin (misalnya anak yang tinggi sekali menurut umurnya, sedangkan tinggi orang tua normal). 26

27 2. Seorang anak berdasarkan BB/U pada kategori ini, kemungkinan mempunyai masalah pertumbuhan, tetapi akan lebih baik bila anak ini dinalai berdasarkan indikator BB/PB atau BB/TB atau IMT/U. 3. Hasil ploting di atas 1 menunjukkan kemungkinan risiko. Bila kecenderungnya menuju garis z-score 2 berarti risiko lebih pasti. 4. Anak yang pendek atau sangat pendek, kemungkinan akan menjadi gemuk bila mendapatkan intervensi gizi yang salah. 27

28 PENILAIAN STATUS GIZI METODE DIETARY ASSESSMENT PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan Nasional melalui kegiatan di berbagai sektor, berupaya meningkatkan kualitas manusia Indonesia, secara fisik dan mental dengan cara meningkatkan kecerdasan, kesehatan, kreativitas, produktivitas dan prestasi kerja untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur. Perwujudan tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor yang sangat penting dan mendasar, diantaranya faktor pangan dan gizi yang dikonsumsi oleh masyarakat sehari hari (Rahman, 1989) Konsumsi pangan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan kecukupan yang berhubungan dengan memperhitungkan aspek kualitas maupun kuantitas pangan. Konsumsi pangan yang kurang atau melebihi kebutuhan dan berlangsung lama akan menimbulkan dampak yang negatif terhadap kesehatan yang akhirnya dapat berpengaruh pada tingkat kualitas manusia (Hardinsyah, 1989). Pada dasarnya konsumsi pangan penduduk sehari-hari hendaknya memenuhi kriteria kecukupan yaitu kecukupan energi/kalori dan protein. Dengan demikian maka besarnya tingkat pemenuhan gizi keluarga atau rumah tangga dapat diukur dari besarnya konsumsi energi dan protein. Selanjutnya, kemampuan rumah tangga mengendalikan kebutuhan pangannya menunjukkan kebutuhan pangan rumah tangga yang bersangkutan. Terwujudnya ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga tersebut antara lain dicerminkan oleh tersedianya pangan yang cukup dan terjangkau oleh rumah tangga serta tercapainya ketersediaan dari konsumsi pangan yang beragam dan memenuhi persyaratan gizi dari waktu ke waktu. Salah satu indikator yang dapat dipakai untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk adalah data konsumsi energi dan protein per kapita per hari. Kesejahteraan dikatakan makin baik apabila energi dan protein yang dikonsumsi penduduk semakin meningkat sampai pada akhirnya melewati standar minimal energi dan protein. 28

29 Tujuan praktikum: 1. Mahasiswa mampu melakukan penilaian konsumsi pangan melalui metode survey konsumsi. 2. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil survey konsumsi pangan METODE PENILAIAN KONSUMSI PANGAN a. Frekuensi Pangan (Food Frequency) Pada metode ini dicatat frekuensi atau banyak kali penggunaan pangan yang biasanya dikonsumsi untuk suatu periode waktu tertentu (seminggu, sebulan, atau semusim). Data yang diperoleh bersifat kualitatif. Metode ini berguna untuk mengetahui pola konsumsi seseorang atau keluarga dan untuk mengetahui konsumsi pangan sumber zat gizi tertentu seperti konsumsi pangan sumber vitamin A, konsumsi lemak, dan lain sebagainya. Dalam metode ini tidak diperlukan penimbangan maupun URT sehingga mudah dilakukan. Kekurangan dari metode ini adalah tidak dapat menggambarkan kuantitas intik zat gizi, karena bersifat kualitatif dan apabila terlalu banyak jenis pangan yang ditanyakan akan membosankan baik bagi si pencatat maupun responden. Sehingga perlu diantisipasi jawaban yang tidak sebenarnya/asal menjawab saja. Penggunaan metode frekuensi pangan bertujuan untuk memperoleh data konsumsi pangan secara kualitatif dan informasi deskriptif tentang pola konsumsi. Metode ini umumnya tidak digunakan untuk memperoleh data kuantitatif pangan ataupun intik konsumsi zat gizi (Gibson, 1990). Namun menurut Haraldsdottir dan Van Stavaren (1988) metode frekuensi pangan dapat juga digunakan untuk menilai konsumsi pangan secara kuantitatif. Hal ini tergantung dari tujuan studi, apakah hanya ingin menggali frekuensi penggunaan pangan saja atau juga sekaligus dengan konsumsi zat gizinya. Dengan metode ini, kita dapat menilai frekuensi penggunaan pangan atau kelompok pangan tertentu (misalnya : sumber lemak, sumber protein, sumber vitamin A, dsb) selama kurun waktu yang spesifik (misalnya: per hari, minggu, bulan, tahun) dan sekaligus mengestimasi konsumsi 29

30 zat gizinya. Kuesioner mempunyai dua komponen yaitu daftar pangan dan frekuensi penggunaan pangan. b. Food Record Method Survey konsumsi menggunakan metode food record biasanya berlangsung selama satu minggu atau 7 (tujuh) hari. Selama periode waktu tertentu tersebut, semua pangan yang dikonsumsi pada setiap waktu makan diukur dengan cara penimbangan maupun dengan menggunakan URT. Deskripsi lengkap mengenai semua jenis pangan dicatat baik mengenai merek maupun cara penyiapannya (cara memasak/mengolah makanan). makanan yang tersisa pada setiap waktu makan ditimbang dan dicatat dengan lengkap. Bila memungkinkan, pangan yang dikonsumsi di luar rumah juga dicatat dengan cara estimasi. Kalau data konsumsi pangan di luar rumah tidak tersedia, perlu dilakukan penyesuaian. Jumlah anggota keluarga dan tamu yang makan pada setiap waktu dicatat lengkap dengan umur dan jenis kelaminnya. Metode food record merupakan metode yang paling akurat untuk metode survei konsumsi pangan tingkat keluarga. Namun demikian metode ini juga mempunyai kelemahan-kelemahan, yaitu: mahal, perlu antisipasi yang tingi dari responden, pola konsumsi pangan rumah tangga bisa berubah. Food and Agricultural Organization (FAO) merekomendasikan metode ini untuk digunakan di daerah pedesaan di negara-negara yang kurang berkembang. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa jenis pangan di daerah tersebut tidak begitu banyak variasinya, pangan yang berasal dari produksi sendiri merupakan mayoritas dari pangan yang tersedia dan satuan pangan yang dibeli tidak standard. Catatan: Dalam survei konsumsi yang dilakukan selama satu minggu, satu unit makan adalah setara dengan jumlah hari survei. Apabila seseorang pada waktu survei dilakukan tidak makan di rumah selama satu hari, maka besarnya nilai unit makannya adalah 1.00 dikurangi 1/7 atau 0.14 sama dengan 0.86 yang terbagi ke dalam: 30

31 Makan pagi 0.20 : 7 = 0.03 Makan siang 0.30 : 7 = 0.04 Makan sore 0.34 : 7 = 0.05 Makan malam 0.16 : 7 = 0.02 Jumlah 1.00 : 7 = Atas dasar itu maka apabila seseorang sewaktu survey dilakukan tidak makan siang di rumah sebanyak tiga kali, maka di kehilangan unit makan sebanyak 0.04 x 3 = Dengan demikian nilai unit makannya adalah sama dengan 0.88 UM. Nilai konsumsi untuk setiap keluarga tersebut kemudian digunakan untuk menghitung angka konsumsi per kapita untuk energi dan zat gizi lainnya. Unit konsumsi dari masing-masing keluarga juga nantinya digunakan dalam perhitungan kecukupan dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi selama survey (Reh, 1962). c. Metode Mengingat-ingat (Recall Method) Pada metode ini dicatat mengenai jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi pada waktu yang lalu (biasanya recall 24 jam). Pengukuran konsumsi pangan diawali dengan menanyakan jumlah pangan dalam URT, setelah itu baru dikonversikan ke dalam satuan berat. Metode recall ini murah, dan tidak memakan waktu banyak. Kekurangannya adalah data yang dihasilkan kurang akurat karena mengandalkan keterbatasan daya ingat seorang dan bergantung dari keahlian tenaga pencatat dalam mengkonversikan URT ke dalam satuan berat serta adanya variasi URT antar daerah, dan ada variasi interpretasi besarnya ukuran antar responden (besar, sedang, kecil, dll). d. Metode Penimbangan (Weighed Method) dan Penimbangan Langsung dengan Pengamatan (Observed Weighed) Perbedaan antara metode penimbangan biasa dengan penimbangan langsung dengan pengamatan adalah pada penimbangan biasa, penimbangan dapat dilakukan oleh responden, sedangkan pada penimbangan langsung dengan pengamatan penimbangan dilakukan sendiri oleh tenaga pengambil alih data. Pada 31

32 metode penimbangan, pengukuran penggunaan pangan untuk konsumsi sulakukan dengan cara menimbang bahan pangan dalam keadaan mentah (proses persiapan), setelah makanan masak (penyajian), dan setelah pangan tersebut dikonsumsi (mengamati sisa yang tidak termakan). Selain itu ditimbang pula makanan yang diperoleh dari pemberian dan makanan yang diberikan pada orang lain, serta perlu diperoleh informasi mengenai makanan yang dikonsumsi di luar rumah. Metode ini merupakan metode yang paling akurat, karena dilakukan penimbangan secara cermat dan tepat terhadap makanan yang dikonsumsi. Disamping kelebihan tersebut ada beberapa kekurangannya yaitu mahal, makan waktu, kadang-kadang responden segan atau malu atau tidak memperkenankan bila makanannya harus dipindah-pindahkan dari tempatnya untuk ditimbang, serta responden mungkin merubah-ubah pola konsumsi pangan dari kebiasaannya sehari-hari dengan kehadiran kita. e. Metode Kombinasi Tidak ada metode yang terbaik untuk semua tujuan studi. Hal ini terlihat dari adanya kelemahan dan kelebihan dari setiap metode. Untuk mengurangi kekurangan dari suatu metode biasanya dilakukan kombinasi dengan metode yang lain yang dapat menutupi kekurangan dari suatu metode atau melakukan modifikasi sepenuhnya. Kombinasi dari dua metode dapat memberikan informasi lebih, sehingga informasi dari suatu hasil penelitian dapat lebih lengkap. Kombinasi yang dapat dilakukan diantaranya adalah: 1. Kombinasi antara metode penimbangan dengan metode estimasi, yaitu untuk memperoleh informasi mengenai jumlah makanan yang dikonsumsi di luar rumah. 2. Kombinasi antara metode penimbangan langsung dengan metode recall untuk menggali data konsumsi pangan diantara dua waktu makan ( snack ). 3. Kombinasi antara metode recall dengan riwayat makan. 4. Kombinasi antara recall 24 jam yang lalu dengan food recall (untuk tingkat rumah tangga). 32

33 PRAKTIKUM FOOD WIGHING SCALE DAN FOOD RECORD a. Penimbangan Makanan (Food Weighing) Data aktual tentang jumlah pangan yang dikonsumsi diperoleh dengan cara penimbangan dengan menggunakan timbangan makanan. timbangan makanan yang digunakan adalah yang mempunyai kapasitas 1 kg dan 4 kg. Makanan yang jumlah pemakaiannya kecil sperti bumbu-bumbu bawang, kecap, merica, dan garam ditimbang dengan menggunakan timbangan berkapasitas 1 kg. Timbangan yang berkapasitas 4 kg digunakan untuk menimbang makanan yang berukuran besar seperti daging, sayuran, buah, tempe, dan masakan yang telah dimasak. Setelah makanan yang akan dikonsumsi pada waktu makan pagi, siang, dan malam serta makanan selingan antara dua waktu makan siang ditimbang dalam keadaan mentah (as purchase/ap). Juga ditimbang dan dicatat makanan segar yang siap dimakan seperti buah dan makanan olahan yang siap santap serta makanan pemberian. Selain itu, dilakukan inventory terhadap pangan yang tahan lama seperti gula, garam, merica, kopi, dsb pada waktu sebelum masak pagi dan setelah makan malam atau keesokan harinya. setiap selesai makan ditimbang semua makanan yang tidak dimakan, yang meliputi makanan sisa dalam piring, sisa makanan yang masih dapat dilakukan untuk waktu makan selanjutnya, yang diberikan pada ternak dan yang diberikan pada orang lain. Makanan yang dibawa ke luar rumah oleh anggota keluarga misalnya untuk bekal sekolah dan yang dimakan oleh tamu juga ditimbang dan dicatat untuk menghitung konsumsi aktual. Contoh kuesioner disajikan pada Lampiran 1. Perlengkapan yang diperlukan - Timbangan makanan dengan kapasitas 1 kg dan 5 kg - Kuesioner - Manual atau petunjuk survei Langkah-langkah Penimbangan A. Kegiatan yang dilakukan sebelum penimbangan 1. Menyiapkan kuesioner, timbangan, pensil, pulpen, penghapus, kalkulator kecil, dan perlengkapan lain yang dibutuhkan. 2. Pelajari manual survei. 3. Kalibrasi timbangan. 33

34 4. Melakukan kunjungan pendahuluan pada keluarga contih untuk: a. Perkenalan dan menjelaskan tujuan survei. b. Mengawali pengumpulan informasi tambahan. c. Membuat perjanjian untuk menentukan waktu masak. B. Kegiatan selama penimbangan 1. Dimulai dengan melakukan inventory terhadap pangan yang tahan lama seperti minyak, gula, dan makanan lain. Jumla tersebut dicatat sebagai stok. Penimbangan dilakukan bersama dengan kemasannya atau wadahnya (botol plastik, dsb). 2. Timbangan setiap jenis pangan sebelum dimasak (dalam keadaan mentah). 3. Timbangan atau recall makanan antara dua waktu makan atau snack. 4. Timbangan makanan sisa, makanan yang diberikan untuk binatang peliharaan. 5. Timbangan sisa makanan yang akan dimakan lagi pada waktu makan berikutnya atau keesokan harinya. 6. Timbangan pangan yang tahan lama setelah makan malam. 7. Catat setiap habis makan, siapa diantara anggota keluarga yang tidak makan dan adakah tamu yang ikut makan. Kalau ada tamu yang ikut makan catat umur dan jenis kelaminnya. 8. Bertanyalah pada responden diantara kegiatan penimbangan untuk mendapatkan informasi tambahan yang diperlukan. Kegiatan penimbangan yang paling baik adalah dilakukan di dapur. Petunjukpetunjuk makanan penting dalam penimbangan makanan: 1. Kalibrasi timbangan setiap kali akan melakukan penimbangan. 2. Bawalah timbangan setiap waktu penimbangan. 3. Tempatkan timbangan pada tempat yang datar dan mantap. 4. Setiap kali akan menimbang jarum timbangan harus menunjukkan angka nol. 5. Bacalah timbangan sejajar dengan sudut pandang mata dari arah depan. 6. Gunakan timbangan dengan kapasitas 1 kg untuk makanan yang kecil atau ringan. 34

35 7. Gunakan timbangan dengan kapasitas 4 kg untuk menimbang makanan yang berat dan berukuran besar. 8. Lihat dengan cermat skala jumlah gram yang ditunjukkan pada timbangan yang dipakai. 9. Catat setiap wadah yang digunakan dalam penimbangan seperti piring, botol, toples, dsb. 10. Rapikan timbangan dan bersihkan daerah sekitar kegiatan penimbangan setiap kali selesai menimbang. Apabila penimbangan dilakukan oleh keluarga contoh, maka mereka haris diberi petunjuk bagaimana cara penimbangan yang baik/benar berikut cara pencatatannya. Dibawah ini disajikan petunjuk-petunjuk bagi keluarga dalam melakukan penimbangan (tabel 2 dan 3). Tabel 2. Petunjuk Penimbangan Konsumsi Pangan Individu Terima kasih kami ucapkan atas bantuan anda. Dirasa penting kami untuk mengetahui secara tepat apa yang anda dan keluarga makan. Timbang dan catatlah segala sesuati yang keluarga anda makan dan minum (termasuk air putih). Catatlah secara berurutan apa yang akan anda makan dan minum selengkap mungkin. Sebagai contoh, apakah roti yang anda makan itu warnanya putih atau coklat, atau apakah apel yang anda makan dikupas dulu atau tidak; apakah daging dibakar, dipanggang, digoreng, atau direbus. Tuliskan jumlah gelas dari teh yang anda minum, berapa potong roti, berapa butir telur, berapa sendok gula yang digunakan dalam membuat kopi tersebut. Tuliskan resep masakan spesial, hal ini akan berguna sekali bagi kami. Ingatlah untuk mencatat: 1. Segala sesuatu yang anda makan di rumah; secangkir teh (tuliskan apakah ditambah gula atau susu). 2. Makanan selingan antara waktu makan. 3. Bir, minman ringan, atau minuman beralkohol. 4. Permen dan cokelat. 5. Buah. 6. Kacang. 7. Minuman atau makanan suplemen. Timbanglah makanan anda 1. Tuliskan hari, tanggal penimbangan 2. Jika anda mau makan, tulislah waktu makan anda apakah makan pagi, siang, atau malam (pada kolom waktu makan). 35

36 3. Letakkan piring atau mangkuk kosong diatas timbangan, catat beratnya misalnya (c). 4. Tambahkan satu jenis makanan ke dalam piring atau mangkuk, dan catatlah beratnya (d), berat makanan adalah (d-c). 5. Tambahkan satu jenis makanan berikutnya; lalu catat jumlah totalnya. Jika ada makanan yang tidak dihabiskan 1. Ambilah piring atau mangkuk lain, letakkan diatas timbangan; catat beratnya. 2. Tambahakan dengan sisa jenis makanan, catat beratnya dan isikan pada kolom sisa makanan. 3. Tambahkan sisa makanan berikutnya, dan ulangi langkah (2) dan (3) untuk sisa makanan berikutnya. Tabel 3. Petunjuk untuk Penimbangan Konsumsi Pangan Keluarga Terima kasih kami ucapkan atas bantuan anda. Dirasa penting kami untuk mengetahui secara tepat apa yang anda dan keluarga makan. Timbang dan catatlah segala sesuatu yang keluarga anda makan dan minum (termasuk air putih). Catatlah secara berurutan apa yang akan anda makan atau minum selengkap mungkin. Sebagai contoh, apakah roti yang akan anda makan itu warnanya putih atau coklat, atau apakah apel yang anda makan dikupas dulu atau tidak; apakah daging dibakar,dipanggang, digoreng atau direbus. Tuliskan jumlah gelas dari teh yang anda minum, berapa potong roti, berapa butir telur, berapa sendok gula yang digunakan dalam membuat kopi tersebut. Tuliskan resep makanan spesial, hal ini akan berguna sekali bagi kami. Ingatlah untuk mencatat : 1. Segala sesuatu yang anda makan di rumah, secangkir teh (tuliskan apakah ditambahkan gula atau susu). 2. Makanan selingan antara waktu makan. 3. Bir, minuman ringan atau minuman beralkohol. 4. Permen dan coklat. 5. Buah 6. Kacang. 7. Minuman atau makanan suplemen 36

37 Timbanglah makanan anda 1. Timbanglah semua jenis pangan yang akan dimasak termasuk bumbu dalam berat kotor, isikan ke dalam kolom berat kotor. 2. Bersihkanlah semua jenis pangan dari bagian yang tidak dapat dimakan seperti akar, daun tua, batang yang tua atau kulitnya. Lalu timbanglah, catatlah pada kolom berat bersih. 3. Catatlah setiap resep makanan yang anda masak bila memungkinkan 4. Timbanglah setiap masakan dengan cara: - Letakkan piring/wadah diatas timbangan dan catat beratnya pada kolom (a gr). - Tambahkan dengan masakan dan catat beratnya (b gr); berat makanan adalah (b-a). 5. Setiap selesai makan, timbanglah sisa makanan yang akan dimakan kembali pada waktu makan berikutnya (isikan pada kolom sisa dalam piring saji ). Timbanglah pula sisa makanan yang akan dibuang seperti tulang dan sisa makanan lainnya (isikan pada kolom sisa dalam piring makan ). 6. Setiap kali waktu makan catatlah anggota keluarga yang tidak makan dirumah; disamping itu adakah tamu yang ikut makan, catat umur dan jenis kelaminnya. 7. Pada keesokan harinya cek kembali apakah ada makanan yang belum tercatat. Setiap kali melakukan penimbangan catatlah hari dan tanggal penimbangan. (Selamat melakukan latihan food weighing) Berikut ini adalah contoh gambar makanan 37

38 38

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh akibat interaksi antara asupan energi dan protein serta zat-zat gizi esensial lainnya dengan keadaan kesehatan tubuh (Sri,

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN APA PERBEDAAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

KONSEP DASAR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN APA PERBEDAAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KONSEP DASAR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN APA PERBEDAAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN (GROWTH) BERKAITAN DG. PERUBAHAN DALAM BESAR, JUMLAH, UKURAN DAN FUNGSI TINGKAT SEL, ORGAN MAUPUN INDIVIDU

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

Kartu Menuju Sehat (KMS)

Kartu Menuju Sehat (KMS) Kartu Menuju Sehat (KMS) Fungsi: Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian

Lebih terperinci

PENILAIAN STATUS GIZI BALITA (ANTROPOMETRI) Saptawati Bardosono

PENILAIAN STATUS GIZI BALITA (ANTROPOMETRI) Saptawati Bardosono PENILAIAN STATUS GIZI BALITA (ANTROPOMETRI) Saptawati Bardosono PENDAHULUAN Masalah gizi di Indonesia masih merupakan masalah nasional Kelompok usia yang rentan masalah gizi antara lain usia balita: Bayi

Lebih terperinci

MALNUTRISI. Prepared by Rufina Pardosi UNICEF Meulaboh

MALNUTRISI. Prepared by Rufina Pardosi UNICEF Meulaboh MALNUTRISI Prepared by Rufina Pardosi UNICEF Meulaboh Apa itu malnutrisi? Kebutuhan tubuh akan makronutrien (lemak, karbohidrat dan protein) tidak terpenuhi Penyebab : Asupan makanan kurang Penyakit Klasifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Sekolah Dasar 2.1.1. Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Overweight Overweight (kelebihan berat badan atau kegemukan) didefinisikan sebagai berat badan di atas standar. Pengertian lainnya overweight adalah kelebihan berat

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Teori Status Gizi Pendidikan ibu Pekerjaan ibu Pendapatan keluarga Jumlah anggota keluarga Langsung Tidak Langsung Biokimia Klinis Antropometri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah tingkat kesehatan seseorang atau masyarakat yang di pengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi di nilaidengan ukuran atau parameer gizi.balita yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah explanatory research, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

I. Panduan Pengukuran Antropometri

I. Panduan Pengukuran Antropometri I. Panduan Pengukuran Antropometri A. Tujuan Tujuan dari pengukuran kesehatan adalah untuk mengetahui kondisi pertumbuhan dan gizi anak. Penilaian pertumbuhan pada anak sebaiknya dilakukan dengan jarak

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Tinggi Badan : Berat Badan : Waktu makan Pagi Nama makanan Hari ke : Bahan Zat Gizi Jenis Banyaknya Energi Protein URT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi 2.1.1 Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI SAMPEL PENELITIAN

LAMPIRAN 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI SAMPEL PENELITIAN LAMPIRAN 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI SAMPEL PENELITIAN HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO, STATUS GIZI, GAYA HIDUP DAN KEBUGARAN ATLET BOLA BASKET UNIVERSITAS ESA UNGGUL TAHUN 2016 Saya yang bernama di bawah

Lebih terperinci

PENGUKURAN ANTROPOMETRI

PENGUKURAN ANTROPOMETRI PENGUKURAN ANTROPOMETRI DASAR TEORI Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthoropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran tubuh. Pengertian ini bersifat

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGGUNAAN INDEKS MEMBERIKAN PREVALENSI STATUS GIZI YG. BERBEDA.

PERBEDAAN PENGGUNAAN INDEKS MEMBERIKAN PREVALENSI STATUS GIZI YG. BERBEDA. INDEKS ANTROPOMETRI INDEKS YG SERING DIGUNAKAN : 1. BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) 2. TINGGI BADAN MENURUT UMUR (TB/U) 3. BERAT BADAN MENURUT TINGGI BADAN ( BB/TB) PERBEDAAN PENGGUNAAN INDEKS MEMBERIKAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal ini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal ini BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masalah Gizi Pada Anak Balita Masa balita merupakan periode penting dalam tumbuh kembang anak. Akan tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyelenggaraan Makanan Penyelenggaraan makanan merupakan suatu kegiatan atau proses menyediakan makanan dalam jumlah yang banyak atau dalam jumlah yang besar. Pada institusi

Lebih terperinci

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri) kekurangan energi kronik (pada remaja puteri) BAB I PENDAHALUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi masih merupakan beban berat bagi bangsa, hakekatnya berpangkal dari keadaan ekonomi dan pengetahuan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan antropometri (berat badan, tinggi badan, atau ukuran tubuh lainnya) dari waktu ke waktu, tetapi lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Sehat Anak sehat adalah anak yang dapat tumbuh kembang dengan baik dan teratur, jiwanya berkembang sesuai dengan tingkat umurnya, aktif, gembira, makannya teratur, bersih,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Makan Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita Balita adalah kelompok anak yang berumur dibawah 5 tahun. Umur balita 0-2 tahun merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, terutama yang penting adalah

Lebih terperinci

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Antropometri

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Antropometri Buku Panduan Keterampilan Antropometri Haerani Rasyid Agussalim Buchari A. Yasmin Syauki Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2014 KETERAMPILAN PENENTUAN STATUS GIZI DENGAN PENGUKURAN ANTROPOMETRI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian status gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Jika keseimbangan tadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan yang digunakan adalah case control untuk mempelajari hubungan obesitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang paling menderita akibat gizi (KKP), dan jumlahnya

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Indonesia

LAMPIRAN. Universitas Indonesia 90 LAMPIRAN 91 Lampiran 1: Prosedur Tes Bangku 3 Menit YMCA METODE TES KEBUGARAN: TES BANGKU 3 MENIT YMCA/ YMCA 3-MINUTE STEP TEST (Nieman, 2007) Tes bangku 3 menit YMCA dilakukan pada responden yang telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gizi Kurang Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitianan deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional study yaitu suatu pendekatan yang sifatnya sesaat

Lebih terperinci

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi 20 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi merupakan hasil masukan zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI I. IDENTITAS LOKASI 1. Provinsi : Tulis nama dan kode provinsi dari Badan Pusat Statistik (BPS)

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode:... PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI Nama responden :... Nomor contoh :... Nama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status Gizi Balita Status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2004). Sedangkan menurut Idrus dan Kunanto dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sekolah merupakan sumber daya manusia di masa depan sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Sumber daya manusia

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian mengenai keragaan konsumsi pangan, status kesehatan, kondisi mental dan status gizi pada lansia peserta dan bukan peserta home care menggunakan disain cross

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan

Lebih terperinci

ANTROPOMETRI pada ANAK BAB I PENDAHULUAN

ANTROPOMETRI pada ANAK BAB I PENDAHULUAN ANTROPOMETRI pada ANAK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Antropometri merupakan ukuran dari tubuh. Pengukuran antropometri merupakan data referensi untuk mengevaluasi dan mencatat pertumbuhan anak. Hal

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN KONSUMSI SERAT DAN FAST FOOD SERTA AKTIVITAS FISIK ORANG DEWASA YANG BERSTATUS GIZI OBES DAN NORMAL

KUESIONER PENELITIAN KONSUMSI SERAT DAN FAST FOOD SERTA AKTIVITAS FISIK ORANG DEWASA YANG BERSTATUS GIZI OBES DAN NORMAL 59 60 Kode : KUESIONER PENELITIAN KONSUMSI SERAT DAN FAST FOOD SERTA AKTIVITAS FISIK ORANG DEWASA YANG BERSTATUS GIZI OBES DAN NORMAL Nama Jenis Kelamin Alamat Rumah Nomor Telepon/ HP Enumerator Tanggal

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif observasional dengan

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif observasional dengan BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Disain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif observasional dengan pendekatan cross sectional study, yaitu suatu pendekatan yang sifatnya sesaat pada

Lebih terperinci

MENGENAL PARAMETER PENILAIAN PERTUMBUHAN FISIK PADA ANAK Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi, M. Biomed. Sc

MENGENAL PARAMETER PENILAIAN PERTUMBUHAN FISIK PADA ANAK Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi, M. Biomed. Sc MENGENAL PARAMETER PENILAIAN PERTUMBUHAN FISIK PADA ANAK Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi, M. Biomed. Sc Pendahuluan Pernahkah anda mengamati hal-hal penting apa sajakah yang ditulis oleh dokter pada saat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1 20 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survey observational. Tempat penelitian dipilih dengan metode purposive yaitu di UPT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kekurangan Energi Kronis (KEK) 1. Pengertian Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan ibu hamil dan WUS (Wanita Usia Subur) yang kurang gizi diakibatkan oleh kekurangan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Surat Pernyataan Persetujuan untuk Ikut Serta dalam Penelitian (Informed Consent)

LAMPIRAN. Surat Pernyataan Persetujuan untuk Ikut Serta dalam Penelitian (Informed Consent) LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Pernyataan Persetujuan untuk Ikut Serta dalam Penelitian (Informed Consent) Yang bertanda tangan dibawah ini: N a m a : U s i a : Alamat : Pekerjaan : Dengan sesungguhnya menyatakan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN STUDI TENTANG PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK,STATUS GIZI DAN BODYIMAGE REMAJA PUTRI YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Energi dan Protein 1. Kebutuhan Energi Energi digunakan untuk pertumbuhan, sebagian kecil lain digunakan untuk aktivitas, tetapi sebagian besar dimanfaatkan untuk metabolisme

Lebih terperinci

Mitos Sixpack Orang menghabiskan uang jutaan setiap tahun untuk mendapatkan tubuh ideal. Sekarang ini terdapat sekitar 200 lebih alat-alat latihan untuk perut. Sebagian alat-alat ini tidak berguna sama

Lebih terperinci

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti KERANGKA PEMIKIRAN Usia sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Kebutuhan gizi pada masa anak-anak harus dipenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Gizi lebih adalah suatu keadaan berat badan yang lebih atau diatas normal. Anak tergolong overweight (berat badan lebih) dan risk of overweight (risiko untuk berat

Lebih terperinci

KMS = Kartu Menuju Sehat Sebagai alat bantu pengukuran dan pemantauan STATUS GIZI balita Masih ditemukan tingginya kesalahan pada saat pengisian KMS

KMS = Kartu Menuju Sehat Sebagai alat bantu pengukuran dan pemantauan STATUS GIZI balita Masih ditemukan tingginya kesalahan pada saat pengisian KMS copyright@saricipta KMS = Kartu Menuju Sehat Sebagai alat bantu pengukuran dan pemantauan STATUS GIZI balita Masih ditemukan tingginya kesalahan pada saat pengisian KMS Keadaan keseimbangan antara ASUPAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional atau studi belah lintang dimana variabel

Lebih terperinci

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PANDUAN PENGHITUNGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) Skor PPH Nasional Tahun 2009-2014 75,7 85,7 85,6 83,5 81,4 83,4 Kacangkacangan Buah/Biji Berminyak 5,0 3,0 10,0 Minyak dan Lemak Gula 5,0 Sayur & buah Lain-lain

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan LAKI-LAKI PEREMPUAN

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan LAKI-LAKI PEREMPUAN 135 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Tinggi badan lansia dapat diprediksi dari tinggi lutut, panjang depa, dan tinggi duduk. Panjang depa memberikan nilai korelasi tertinggi pada lansia lakilaki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Status Gizi. Keadaan Gizi TINDAK LANJUT HASIL PENDIDIKAN KESEHATAN. Malnutrisi. Kurang Energi Protein (KEP) 1/18/2010 OBSERVASI/PEMANTAUAN STATUS GIZI

Status Gizi. Keadaan Gizi TINDAK LANJUT HASIL PENDIDIKAN KESEHATAN. Malnutrisi. Kurang Energi Protein (KEP) 1/18/2010 OBSERVASI/PEMANTAUAN STATUS GIZI OBSERVASI/PEMANTAUAN STATUS GIZI TINDAK LANJUT HASIL PENDIDIKAN KESEHATAN MUSLIM, MPH Akademi Kebidanan Anugerah Bintan Tanjungpinang Kepulauan Riau Pemantauan Status Gizi Dalam membahas observasi/pemantauan

Lebih terperinci

8 Langkah Diet Sehat secara Alami

8 Langkah Diet Sehat secara Alami 8 Rahsia dan Tips Kuruskan Badan, Paha, Lengan, dan Pipi Secara Semulajadi Ditulis oleh En Syak Biasanya, banyak tips hanya menjurus kepada bagaimana menguruskan badan saja. Jarang kita lihat ada yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Cross sectional study dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 2) Ilmu Gizi, khususnya pengukuran status gizi antropometri.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 2) Ilmu Gizi, khususnya pengukuran status gizi antropometri. 31 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian 1) Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik. 2) Ilmu Gizi, khususnya pengukuran status gizi antropometri. 4.2 Tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS ATAU RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research atau penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

Lebih terperinci

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR Hendrayati 1, Sitti Sahariah Rowa 1, Hj. Sumarny Mappeboki 2 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

2. Tanggal Lahir : Umur : bulan. 4. Nama Ayah :. Umur : tahun. 5. Nama Ibu :. Umur : tahun

2. Tanggal Lahir : Umur : bulan. 4. Nama Ayah :. Umur : tahun. 5. Nama Ibu :. Umur : tahun KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SABOKINGKING KOTA PALEMBANG (RESPONDEN ADALAH IBU) Tanggal pengumpulan data : / / Enumerator

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Pengertian Kurang Energi Protein (KEP) Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Pengertian Kurang Energi Protein (KEP) Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Pengertian Kurang Energi Protein (KEP) Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya komsumsi energi dan protein dalam makanan sehari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Berat Badan Balita Gizi Kurang 1. Pengertian Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan merupakan pengukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian

Lebih terperinci

Nutrisi Berbasis Tumbuhan. Pola makan sehat tanpa produk hewani

Nutrisi Berbasis Tumbuhan. Pola makan sehat tanpa produk hewani Nutrisi Berbasis Tumbuhan Pola makan sehat tanpa produk hewani 1 PERKENALAN LATAR BELAKANG Semakin banyak orang yang memilih untuk mengurangi pemakaian produk- produk hewani dengan alasan yang beragam,

Lebih terperinci

Metode Recall 24 Jam

Metode Recall 24 Jam Topik Yang Akan Di Bahas : 1. Anamnesa Untuk Mengkaji Riwayat Diet 2. Pengukuran Antropometri 3. Pemeriksaan Laboratorium Food Recall 24 jam Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency) ANAMNESIS RIWAYAT

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 13 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian tentang hubungan tingkat konsumsi dan aktivitas fisik terhadap tekanan darah dan kolesterol ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Energi dan Protein 1. Energi Tubuh memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas. Energi diperoleh dari makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak, khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gizi Balita Status gizi merupakan keadaan fisik seseorang atau kelompok orang tertentu yang ditentukan dengan salah satu kombinasi dari ukuran gizi tertentu. Status gizi terkait

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang di nyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

Suplemen untuk mendukung Perut Sixpack Anda

Suplemen untuk mendukung Perut Sixpack Anda Apakah memiliki perut sixpack tanpa lemak adalah hal yang sangat Anda idamkan? Bagaimana Cara Mendapatkan Perut Sixpack? Konsep untuk mendapatkan perut sixpack sebenarnya mudah dan singkat. Anda perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. kuesioner. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dimana

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. kuesioner. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dimana BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dari data primer melalui kuesioner. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dimana

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

rumus : n = (P 1 -P Ket : Z 1- - P 1 Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, )²

rumus : n = (P 1 -P Ket : Z 1- - P 1 Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, )² BAB 4 METODOLOGI PENELITIP AN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini mengenai kebiasaan makan cepat saji (fast food modern), aktivitas fisik dan faktor lainnyaa dengan status gizi mahasiswa penghuni Asrama

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

frekuensi kontak dengan media massa (Suhardjo, 2003).

frekuensi kontak dengan media massa (Suhardjo, 2003). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Ibu dalam Pemanfaatan KMS Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,

Lebih terperinci

Perilaku Makan Dan Pengasuhan Gizi Anak Balita di Kawasan Pemukiman Kumuh Kota Denpasar

Perilaku Makan Dan Pengasuhan Gizi Anak Balita di Kawasan Pemukiman Kumuh Kota Denpasar Perilaku Makan Dan Pengasuhan Gizi Anak Balita di Kawasan Pemukiman Kumuh Kota Denpasar Ni Ketut Sutiari*, Tangking Widarsa Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Udayana Gd PS IKM, Kampus

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gizi 2.1.1. Definisi Gizi Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari proses yang terjadi pada organisme hidup. Proses tersebut mencakup pengambilan dan pengolahan zat padat dan

Lebih terperinci

Suplemen untuk mendukung Perut Sixpack Anda

Suplemen untuk mendukung Perut Sixpack Anda Apakah memiliki perut sixpack tanpa lemak adalah hal yang sangat Anda idamkan? Bagaimana Cara Mendapatkan Perut Sixpack? Konsep untuk mendapatkan perut sixpack sebenarnya mudah dan singkat. Anda perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status Nutrisi 2.1.1 Definisi Status Nutrisi Status nutrisi merupakan hasil interaksi antara makanan yang dikonsumsi dan energi yang dikeluarkan oleh tubuh. Menurut Supariasa

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 36 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Gizi 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di area

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) 5 TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu merupakan salah satu bentuk kegiatan dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dimana masyarakat antara lain melalui kader-kader yang terlatih

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

PENGEMBANGAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN BAB 4 PENGEMBANGAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN Bab ini mengenai analisis yang dilakukan sebelum membuat aplikasi kesehatan untuk menentukan menu diet dengan model What-If Analyisis serta tampilan sistem

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci