2003), saponin, alkaloid dan polifenol (Herliana, 2013). Daun salam memiliki beberapa kegunaan seperti antiinflamasi, antioksidan, antibakteri dan

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Inflamasi adalah respon normal jaringan terhadap luka atau cedera. Pada saat terjadi kerusakan pada jaringan, mediator seperti histamin, bradikinin, prostaglandin dan serotonin akan dilepaskan. Pelepasan mediator mengakibatkan vasodilatasi dan permeabilitas dinding kapiler meningkat. Aliran darah yang menuju jaringan yang rusak meningkat dan leukosit dilepaskan untuk merusak substansi yang berbahaya. Kemerahan, bengkak, nyeri, terasa panas dan kehilangan fungsi jaringan merupakan tanda - tanda inflamasi (Hitner dan Nagle, 2012). NSAID merupakan obat - obatan yang umum digunakan untuk terapi inflamasi. Dalam penggunaannya, bahan - bahan sintetik tersebut memberikan efek samping seperti gangguan fungsi ginjal, kerusakan hati dan pendarahan karena adanya penghambatan platelet. Gangguan pada saluran cerna dan kardiovaskuler merupakan efek samping utama yang sering timbul karena penggunaan NSAID (Lo, Meadows and Saseen, 2006). Penggunaan obat tradisional sebagai antiinflamasi mulai dilirik untuk mencegah efek samping tersebut. Obat tradisional memiliki efek samping yang relatif kecil dibandingkan obat modern jika bahan tradisional yang digunakan telah sesuai untuk pengobatan penyakit yang dimaksudkan, dosis yang digunakan tepat, waktu penggunaan tepat, tepat cara penggunaan, ketepatan telaah informasi dan tanpa penyalahgunaan obat tradisional itu sendiri (Sari, 2006). Daun salam banyak digunakan oleh masyarakat sebagai bumbu dapur. Daun salam mengandung flavonoid, tanin, minyak atsiri (0,05%) yang didalamnya termasuk sitral dan eugenol (Winarto dan Tim Karyasari, 1

2 2003), saponin, alkaloid dan polifenol (Herliana, 2013). Daun salam memiliki beberapa kegunaan seperti antiinflamasi, antioksidan, antibakteri dan antijamur (Herliana, 2013). Berdasarkan penelitian terdahulu, pemberian infus daun salam dengan konsentrasi 200% dapat berfungsi sebagai antiinflamasi pada tikus putih jantan (Wientarsih, Iskandar and Saputra, 2007). Selain salam, tumbuhan lain yang dapat dimanfaatkan dalam terapi inflamasi adalah sambiloto. Andrografolida merupakan komponen diterpenoid utama pada sambiloto. Herba kering sambiloto mengandung 4% andrografolida. Berdasarkan penelitian terdahulu, pemberian ekstrak metanol sambiloto secara intraperitoneal dapat menghambat pembentukan edema pada tikus (Chao and Lin, 2010). Pada penelitian lain, pemberian peroral infus daun sambiloto 51,4 mg/100 g BB pada mencit dapat meningkatkan efek antiinflamasi dibandingkan dengan pembanding fenilbutazon 10 mg/100 ml BB (Winarto dan Tim Karyasari, 2004). Menurut Hadisoewignyo, Ervina dan Soegianto (2013), kombinasi fraksi air daun salam dan fraksi air herba sambiloto dosis 300 mg (10:1) dapat memberikan efek antiinflamasi dengan persen daya antiinflamasi sebesar 51,57%. Kombinasi fraksi air daun salam dan fraksi air herba sambiloto memberikan persen daya antiinflamasi yang lebih besar dibandingkan dengan pembanding ibuprofen dosis 36 mg/kgbb yang memberikan persen daya antiinflamasi sebesar 40,63%. Berdasarkan hasil optimasi dosis yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan dosis optimum sebagai antiinflamasi adalah 250 mg dengan perbandingan fraksi air daun salam dan herba sambiloto 10:1 dengan perkiraan persen daya antiinflamasi sebesar 45,68%. Pada penelitian ini, bahan aktif yang digunakan adalah ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol herba sambiloto yang diperoleh dari PT. 2

3 Javaplant, Solo. Proses untuk memperoleh ekstrak etanol lebih efisien dan lebih efektif dibandingkan dengan fraksi air karena untuk memperoleh fraksi air dibutuhkan proses yang panjang sehingga membutuhkan waktu yang lama. Selain itu, biaya yang dibutuhkan cukup banyak. Oleh karena itu, ekstrak etanol daun salam dan ekstrak etanol herba sambiloto dipilih sebagai bahan aktif pada penelitian ini dengan dosis yang ditentukan berdasarkan perbandingan kadar flavonoid total antara ekstrak etanol dan fraksi air. Pada umumnya, masyarakat menggunakan bahan alam untuk pengobatan dengan cara merebusnya, kemudian meminum air rebusan tersebut. Pada jaman modern ini, cara tersebut kurang efektif. Seiring berkembangnya jaman dan teknologi, bahan alam banyak yang dibuat dalam berbagai bentuk sediaan seperti sirup, kapsul dan tablet. Pada penelitian ini bentuk sediaan yang dipilih adalah tablet. Sediaan bentuk tablet memiliki beberapa keuntungan. Harga sediaan tablet relatif lebih murah dibandingkan sediaan lain. Tablet memiliki dosis yang tepat, lebih stabil dan tidak mudah ditumbuhi mikroba karena berada dalam keadaan kering dengan kadar air yang rendah, disamping itu tablet lebih mudah digunakan dan dibawa oleh pasien (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013). Bahan pengikat dalam formulasi tablet digunakan untuk membentuk ikatan antar partikel supaya terbentuk tablet yang baik. Bahan pengikat akan mengikat serbuk - serbuk komponen tablet menjadi granul dan mengikat granul - granul menjadi tablet dalam proses pengempaan (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013). Polivinil pirolidon (PVP K-30) merupakan salah satu polimer yang umum digunakan sebagai pengikat dalam formulasi tablet, dapat digunakan sebagai pengikat dalam keadaan kering maupun dibuat larutan terlebih dahulu (Nagadivya et al., 2012). PVP K-30 memiliki kekuatan pengikatan 3

4 yang tinggi dan sesuai untuk metode granulasi basah dan kempa langsung. Granul yang dibuat menggunakan PVP K-30 sebagai pengikat, memiliki ikatan antar partikel lebih kuat dan tidak rapuh dibandingkan jika digunakan pengikat methocel, acacia, dan methyl cellulose (Joneja et al., 1999; Cutt et al., 1986). Bahan aktif harus terlarut terlebih dahulu agar dapat diabsorpsi di dalam tubuh. Supaya bahan aktif dapat larut, tablet harus hancur terlebih dahulu. Bahan penghancur dalam formulasi tablet berperan dalam proses penghancuran tablet bila tablet kontak dengan cairan. Tablet yang hancur menjadi granul akan memperluas permukaan sehingga dapat mempercepat lepasnya bahan aktif dari tablet. Granul akan hancur menjadi partikel - partikel halus oleh bahan penghancur. Pelepasan bahan aktif dari partikel - partikel halus lebih cepat dibandingkan dengan tablet utuh atau granul (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013). Crospovidone merupakan salah satu superdisintegran. Keuntungan crospovidone sebagai superdisintegran adalah memiliki kemampuan penghancuran yang tinggi pada konsentrasi rendah. Crospovidone tidak membentuk kompleks dengan bahan aktif karena merupakan polimer nonionik dibandingkan dengan superdisintegran yang lain. Sistem penghancuran tablet oleh crospovidone melalui kombinasi mekanisme aksi, yaitu aksi penyerapan (wicking), pengembangan (sweeling) dan deformasi. Crospovidone cepat mengembang ketika kontak dengan cairan tanpa membentuk gel, memiliki kompresibilitas yang tinggi dan aktivitas penghancurannya tidak dipengaruhi oleh ph media (Kumar and Nirmala, 2012). Pada penelitian ini akan dilakukan optimasi formula agar didapatkan tablet ekstrak etanol salam-sambiloto yang memiliki mutu fisik tablet yang baik. Optimasi formula menggunakan metode factorial design dengan dua 4

5 faktor yaitu konsentrasi PVP K-30 dan konsentrasi crospovidone. Masing - masing faktor menggunakan dua tingkat, tingkat tinggi dan rendah, sehingga diperoleh 4 formula. Konsentrasi PVP K-30 pada tingkat rendah adalah 3% dan 5% untuk tingkat tinggi, sedangkan untuk crospovidone 3% untuk tingkat rendah dan 5% untuk tingkat tinggi Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh konsentrasi PVP K-30 sebagai pengikat dan konsentrasi crospovidone sebagai penghancur serta interaksinya terhadap mutu fisik tablet ekstrak etanol salam-sambiloto. 2. Bagaimana rancangan formula optimum tablet ekstrak etanol salam-sambiloto dengan kombinasi PVP K-30 sebagai pengikat dan crospovidone sebagai penghancur Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui pengaruh konsentrasi PVP K-30 sebagai pengikat dan konsentrasi crospovidone sebagai penghancur serta interaksinya terhadap mutu fisik tablet ekstrak etanol salamsambiloto. 2. Memperoleh rancangan formula optimum tablet ekstrak etanol salam-sambiloto dengan kombinasi PVP K-30 sebagai pengikat dan crospovidone sebagai penghancur yang secara teoritis memiliki mutu fisik tablet yang memenuhi syarat. 5

6 1.4. Hipotesis Penelitian Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Konsentrasi PVP K-30 sebagai pengikat dan konsentrasi crospovidone sebagai penghancur serta interaksinya dapat mempengaruhi mutu fisik tablet ekstrak etanol salam-sambiloto. 2. Dapat diperoleh formula optimum tablet ekstrak etanol salamsambiloto dengan kombinasi PVP K-30 sebagai pengikat dan crospovidone sebagai penghancur, menggunakan factorial design Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah membantu pengembangan formulasi yang menggunakan bahan alam sebagai bahan aktif berkhasiat. Selain itu, dapat diperoleh tablet ekstrak etanol salam-sambiloto yang memiliki mutu fisik yang memenuhi syarat sehingga dapat membantu masyarakat dalam mengkonsumsi obat herbal yang lebih efektif dan efisien. 6