SKRIPSI. Oleh Wahyu Aji Saputra NIM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI. Oleh Wahyu Aji Saputra NIM"

Transkripsi

1 UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR IPS (MATERI PERMASALAHAN SOSIAL DI DAERAHNYA) SISWA KELAS IV DENGAN MEDIA GAMBAR PUZZLE DI SDN SINDUADI 1 SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Wahyu Aji Saputra NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DESEMBER 2015 i

2 ii

3 iii

4 iv

5 MOTTO Pendidikan bukanlah sesuatu yang diterima, melainkan sesuatu yang didapat. (Penulis) Tujuan utama pendidikan bukanlah ilmu, tetapi aksi atau tindakan. (Penulis) Keberhasilan bukan dilihat dari hasil yang diperoleh, melainkan upaya yang dilakukan seseorang untuk meraih hasil tersebut. (Penulis) v

6 PERSEMBAHAN Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-nya, sehingga penyusunan Tugas Akhir Skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Karya ini sebagai ungkapan terima kasih untuk: Bapak dan Ibu yang selalu setia memberikan doa, kasih sayang, dorongan, bimbingan, serta pengorbanan yang tidak dapat saya membalasnya sampai kapanpun. Almamaterku, Universitas Negeri Yogyakarta vi

7 UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR IPS (MATERI PERMASALAHAN SOSIAL DI DAERAHNYA) SISWA KELAS IV DENGAN MEDIA GAMBAR PUZZLE DI SDN SINDUADI 1 SLEMAN YOGYAKARTA Oleh Wahyu Aji Saputra NIM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (materi permasalahan sosial di daerahnya) dengan media gambar puzzle di SDN Sinduadi 1 Sleman Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilakukan dengan dua siklus dimana masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Sinduadi 1 Sleman tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 29 siswa. Sedangkan objek dalam penelitian ini minat belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Desain penelitian mengacu pada model Kemmis dan McTaggart. Metode pengumpulan data menggunakan 1) observasi, dan 2) angket. Teknik penentuan kualitas instrumen menggunakan expert judgement atau pendapat para ahli. Teknik analisis data yang digunakan dengan analisis kuantitatif dan kualitatif. Kriteria keberhasilan yang digunakan apabila 75% siswa memiliki minat belajar dengan kategori minimal baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat belajar siswa dapat meningkat dengan adanya penggunaan media gambar puzzle. Persentase jumlah siswa yang memperoleh nilai minat belajar siswa masuk kriteria minimal baik dan tuntas pada kondisi awal sebanyak 12 siswa atau 41,38%, pada siklus I sebanyak 19 siswa atau 65,52% dan pada siklus II sebanyak 25 siswa atau 86,21%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa media gambar puzzle dapat mengajak siswa untuk belajar sambil bermain secara berkelompok sehingga media ini sesuai dengan karakteristik siswa kelas IV Sekolah Dasar yang cenderung gemar membentuk kelompok-kelompok bermain. Dengan demikian, pembelajaran IPS menjadi lebih menyenangkan dan materi yang permasalahan sosial yang cenderung bersifat abstrak lebih mudah dipahami oleh siswa dengan bantuan gambar puzzle. Kata kunci: minat belajar, media gambar puzzle, penelitian tindakan kelas (PTK) vii

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke kehadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga Skripsi dengan judul Upaya Meningkatkan Minat Belajar IPS (Materi Permasalahan Sosial di Daerahnya) Siswa Kelas IV dengan Media Gambar Puzzle di SDN Sinduadi 1 Sleman Yogyakarta dapat disusun dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik atas bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kebijakan pada penulis untuk menempuh studi di Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta beserta stafnya yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian ini. 3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan kemudahan dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini. 4. Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi. 5. Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi. 6. Penguji utama yang telah menguji dan memberikan masukan untuk perbaikan skripsi. 7. Kepala Sekolah Dasar Negeri Sinduadi 1 Sleman yang telah memberikan ijin dalam pelaksanaan penelitian. 8. Guru kelas IV Sekolah Dasar Negeri Sinduadi 1 Sleman yang telah membantu selama penelitian berlangsung sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 9. Seluruh siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Sinduadi 1 Sleman yang telah membantu dalam penelitian sehingga dapat berjalan dengan lancar. viii

9 10. Seluruh warga Sekolah Dasar Negeri Sinduadi 1 Sleman yang telah membantu dalam penelitian sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar. 11. Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mengajar dan memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada peneliti. 12. Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Pendidikan atas segala informasi dan pelayanan yang telah diberikan dengan baik. 13. Staf Perpustakaan UPT Universitas Negeri Yogyakarta, Perpustakaan Fakultas Ilmu Pendidikan, dan Perpustakaan Kampus II yang telah melayani dan memberikan informasi sehingga membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi. 14. Keluarga dan saudara yang selalu memberikan motivasi dan doa sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 15. Sahabat yang selalu memberikan dukungan semangat dalam proses pengerjaan skripsi ini. 16. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan. Semoga amal baik dan bantuan yang telah diberikan baik berupa dukungan moral maupun materiil akan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Semoga Allah SWT. selalu memberikan rahmat dan hidayah-nya kepada kita semua. Amin. Yogyakarta, Penulis ix

10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERSETUJUAN... ii PENGESAHAN... iii PERNYATAAN... iv MOTTO... v PERSEMBAHAN... vi ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah C. Pembatasan Masalah D. Perumusan Masalah E. Tujuan Penelitian F. Manfaat Penelitian BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Kajian tentang Minat Belajar Kajian tantang Ilmu Pengetahuan Sosial Kajian tentang Media Pembelajaran Kajian tentang Media Gambar Puzzle Kajian tentang Karakteristik Siswa Sekolah Dasar B. Kerangka Pikir C. Penelitian yang Relevan x

11 D. Hipotesis Tindakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Setting Penelitian C. Subjek dan Objek Penelitian D. Desain Penelitian E. Teknik Pengumpulan Data F. Instrumen Penelitian G. Validitas Instrumen H. Teknik Analisis Data I. Kriteria Keberhasilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Deksripsi Lokasi Penelitian Deskripsi Kondisi Awal Deskripsi Pelaksanaan Siklus I Deskripsi Pelaksanaan Siklus II B. Pembahasan Siklus I Siklus II C. Keterbatasan Penelitian BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas IV SD Kisi-kisi Observasi Minat Siswa dalam Pembelajaran IPS di Kelas Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru Kisi-Kisi Skala Minat Belajar IPS Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif dengan Skala Perkembangan Jumlah Siswa Hasil Angket Tentang Minat Belajar IPS Kelas IV Pratindakan Rekapitulasi Minat Belajar IPS Siswa kelas IV SDN Sinduadi 1 Pratindakan Hasil Angket Tentang Minat Belajar IPS Kelas IV Siklus I Rekapitulasi Minat Belajar IPS Siswa Siklus I Hasil Observasi Tentang Rata-rata Aktivitas Siswa Siklus I Hasil Angket Tentang Minat Belajar IPS Kelas IV Siklus II Rekapitulasi Minat Belajar IPS Siswa Siklus II Hasil Observasi Tentang Rata-rata Aktivitas Siswa Siklus II xii

13 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Kerangka Pikir Proses Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan McTaggart xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Surat Izin Penelitian FIP Surat Keterangan Kepala Sekolah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Hasil Angket Minat Belajar Siswa pada Kondisi Awal Hasil Angket Minat Belajar Siswa pada Siklus I Hasil Angket Minat Belajar Siswa pada Siklus II Perkembangan Minat Belajar IPS Siswa Berdasarkan Angket Hasil Observasi Minat Belajar Siswa pada Siklus I Hasil Observasi Minat Belajar Siswa pada Siklus II Perhitungan Kategori Data Angket dan Observasi Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Guru Siklus I Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Guru Siklus II Peningkatan Minat Belajar Siswa Berdasarkan Pengamatan Dokumentasi Foto xiv

15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan perlu ditingkatkan untuk mencapai sasaran pembangunan nasional. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas yaitu mewujudkan tujuan pembelajaran dengan menciptakan keberhasilan belajar siswa. Slameto (2010: 54) menjelaskan bahwa keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh faktor eksternal sebagai faktor di luar diri siswa, misalnya metode belajar, kurikulum, serta sarana yang menunjang keberhasilan siswa dalam belajar dan faktor internal sebagai faktor-faktor dari dalam diri siswa yaitu kondisi fisik dan panca indera, serta faktor psikologi yaitu bakat, minat, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognitif. Minat merupakan dorongan dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan perhatian secara selektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan yang lama kelamaan akan mendatangkan kepuasan. Oleh karena itu antara dorongan, perhatian dan rasa senang pada suatu kegiatan saling berkaitan dengan faktor yang menimbulkan minat. Apabila minat siswa dalam belajar rendah, maka dapat menimbulkan rasa bosan terhadap suatu kegiatan. Pengembangan minat dan kebiasaan belajar yang baik harus terus ditumbuhkan dalam diri siswa sedini mungkin agar keberhasilan pembelajaran dapat tercapai seperti yang diharapkan. Siswa harus memiliki 1

16 minat terhadap suatu materi pelajaran sehingga siswa akan memusatkan perhatiannya pada materi pelajaran. Dalam belajar, pemusatan perhatian diperlukan agar apa yang dipelajari dapat dipahami sehingga siswa mau belajar lebih giat dan dapat mencapai prestasi yang diinginkan (Muhibin Syah, 2008: 136). Sesuai yang dikemukakan oleh Syaiful Bhari Djamarah (2011: 148) bahwa dalam proses belajar, minat sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai minat dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Minat bukan saja dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang, tapi juga dapat mendorong orang untuk tetap melakukan sesuatu. Dalam hal ini minat merupakan landasan penting bagi seseorang untuk melakukan dan memperoleh sesuatu. Hal itu sejalan dengan yang dikatakan oleh Nasution (1998: 58) bahwa pelajaran akan berjalan lancar apabila ada minat. Dalam kegiatan belajar, minat mempunyai peranan yang sangat penting. Bila seorang siswa tidak memiliki minat dan perhatian yang besar terhadap objek yang dipelajari maka sulit diharapkan siswa tersebut akan tekun dan memperoleh hasil yang baik dari belajarnya. Sebaliknya, apabila siswa tersebut belajar dengan minat dan perhatian besar terhadap objek yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh lebih baik. Faktor penyebab rendahnya minat belajar siswa dapat berasal dari faktor internal dan faktor eksternal siswa tersebut seperti dari guru. Dalam diri siswa, penyebab rendahnya minat dapat dikarenakan kurangnya motivasi diri dalam belajar. Sesuai yang dijelaskan D.P. Tampubolon (1993: 41), minat merupakan 2

17 perpaduan antara keinginan dan kemampuan yang dapat berkembang jika ada motivasi. Apabila motivasi siswa dalam belajar rendah maka tentunya minat siswa juga akan rendah. Strategi guru dalam mengajar juga dapat menjadi penyebab rendahnya minat belajar siswa. Strategi pembelajaran yang hanya menggunakan metode ceramah dan tanpa menggunakan media akan membuat suasana belajar menjadi membosankan dan monoton. Suasana belajar yang membosankan dan monoton ini akan menurunkan minat siswa untuk memperhatikan guru. Upaya meningkatkan minat siswa dapat dilakukan dengan cara guru menyampaikan materi pelajaran dengan strategi pembelajaran yang lebih menarik. Strategi pembelajaran meliputi metode pembelajaran dan media pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru dalam menyampaikan materi ke siswa, agar penyampaian materi tersebut lebih mudah diterima dan dipahami siswa diperlukan media pembelajaran. W. Gulo (2008: 9) berpendapat bahwa media pembelajaran berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang terarah. Media pembelajaran berfungsi sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar agar siswa mampu memahami konsep yang dipelajari. Pemakaian media dalam pembelajaran dapat menjadi alat bantu bagi guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi yang melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen pengirim pesan (guru), komponen penerima pesan (siswa) dan komponen pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Dalam proses pembelajaran terkadang terjadi kegagalan komunikasi. Artinya, siswa tidak dapat menerima materi pelajaran yang 3

18 disampaikan guru secara optimal. Sehingga, guru dapat memanfaatkan media pembelajaran untuk menghindari hal tersebut. Menurut Hamalik (Azhar Arsyad, 2011: 15), pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran dapat menarik perhatian siswa. Hal ini disebabkan karena penggunaan media pembelajaran dapat menyajikan bahan pelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkret sehingga mudah dipahami siswa. Penggunaan media pembelajaran juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan media pembelajaran akan dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar karena siswa dapat terlibat aktif dalam kegiatan belajar. Media gambar puzzle merupakan media pembelajaran yang dapat menyajikan materi abstrak menjadi lebih konkret. Media gambar puzzle merupakan media gambar permainan merangkai potongan-potongan gambar yang berantakan menjadi suatu gambar yang utuh. Media gambar puzzle dapat meningkatkan minat belajar siswa karena media ini mengajak siswa agar tidak diam saja melainkan bergerak aktif untuk merangkai puzzle tersebut, selain itu media ini mengajak siswa untuk berpikir kreatif. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di kelas IV SDN Sinduadi 1 Sleman Yogyakarta pada tanggal Mei 2014, minat siswa kelas IV terhadap materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial masih rendah. 4

19 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial cenderung menitikberatkan pada penguasaan hafalan, proses pembelajaran yang terpusat pada guru dan situasi tidak kondusif yang membosankan siswa. Hal tersebut menyebabkan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menjadi kurang bermakna sehingga perhatian siswa terhadap pelajaran menjadi rendah. Hal ini menunjukkan minat siswa kelas IV terhadap materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial masih terlihat rendah. Sebagian besar siswa terlihat tidak memperhatikan penjelasan dari guru melainkan melakukan aktivitas lain seperti berbicara dengan teman sebangkunya dan menggambar ketika guru menjelaskan materi. Selain itu, ketika guru meminta siswa untuk mengerjakan soal, beberapa siswa terlihat bercanda dengan teman sebangkunya dan tidak mengerjakan soal-soal dengan serius. Permasalahan lain terkait dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas IV SDN Sinduadi 1 Sleman Yogyakarta adalah permasalahan yang dialami oleh guru. Guru kesulitan memilih media yang tepat dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, sehingga penggunaan media pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial belum optimal. Guru hanya menggunakan metode ceramah dalam menjelaskan materi, sedangkan siswa hanya mencatat dan meringkas materi yang dipelajari. Banyaknya materi Ilmu Pengetahuan Sosial yang disampaikan guru kepada siswa menjadikan materi Ilmu Pengetahuan Sosial sulit dipahami oleh siswa. Siswa juga merasa bosan karena materi yang dipelajari tersebut sangat banyak dan bersifat abstrak. Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan Ilmu 5

20 Pengetahuan Sosial berasal dari guru, materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, dan dari rendahnya minat siswa. Hasil observasi ini juga didukung hasil observasi lanjutan yang dilakukan peneliti pada tanggal 8-9 April 2015 di kelas IV SDN Sinduadi 1 Sleman Yogyakarta. Observasi yang dilakukan peneliti dilaksanakan selama dua hari karena peneliti ingin mengetahui perbandingan minat belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan mata pelajaran lainnya. Pada hari pertama, peneliti melakukan observasi pada proses pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pada hari kedua, peneliti melakukan observasi pada proses pembelajaran Bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran keempat mata pelajaran tersebut, minat belajar siswa paling rendah terlihat pada saat proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Minat belajar siswa yang rendah bisa dilihat dari kurangnya perhatian siswa pada saat guru menjelaskan, siswa hanya mendengarkan apa yang dijelaskan guru dan rendahnya partisipasi siswa pada saat pembelajaran. Pada pembelajaran Matematika, minat belajar para siswa cukup tinggi terlihat dari aktifnya siswa untuk bertanya pada guru sehingga terjalin komunikasi dua arah selama proses pembelajaran. Siswa terlihat sangat memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan materi sehingga terlihat suasana kelas yang kondusif. Pada saat guru menugaskan siswa untuk mengerjakan soal, siswa terlihat antusias dan aktif bertanya kepada guru mengenai materi pelajaran. Sedangkan pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan 6

21 Alam, guru telah menggunakan media pembelajaran yang menarik perhatian siswa yaitu media gambar. Dengan media ini siswa terlihat tertarik memperhatikan guru pada saat menjelaskan. Aktivitas siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ini cukup tinggi. Pada pembelajaran Bahasa Indonesia siswa sangat aktif menjawab pertanyaan dari guru. Dalam kegiatan pembelajaran, guru juga sudah memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari terkait dengan materi yang dipelajari. Hal ini berbeda dengan kegiatan belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, dimana komunikasi lebih terlihat bersifat satu arah, atau berpusat pada guru. Guru menjelaskan pelajaran dengan ceramah, sedangkan siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Adanya komunikasi yang bersifat satu arah menjadikan siswa pasif dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Perhatian siswa pada materi yang disampaikan guru pun terlihat sangat kurang. Tidak jarang pula aktivitas tanya jawab yang terjadi terkesan dipaksakan, misalnya siswa mau menjawab pertanyaan dari guru apabila sudah mendapat perintah atau ditunjuk oleh gurunya. Hal tersebut menyebabkan aktivitas belajar siswa rendah, sehingga siswa hanya dijadikan objek pembelajaran bukan subjek dalam pembelajaran. Selain itu, selama proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial guru juga tidak menggunakan media pembelajaran secara optimal. Siswa hanya menggunakan buku paket sebagai sumber belajar. Padahal, penggunaan media pembelajaran yang tepat dapat menarik perhatian siswa dan dapat menjadi perantara bagi guru untuk menjelaskan materi pelajaran. Namun, 7

22 tidak digunakannya media pembelajaran menjadikan siswa kurang tertarik dan kurang menimbulkan perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan. Berdasarkan hasil observasi tersebut, penulis menganggap bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan pembelajaran yang mengalami permasalahan dibandingkan dengan pembelajaran pada mata pelajaran yang lain. Oleh sebab itu, penulis menganggap bahwa permasalahan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial harus diatasi, yaitu dengan meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Rendahnya minat siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menjadikan perhatian siswa terhadap proses pembelajaran berkurang, sehingga berdampak terhadap rendahnya nilai yang diperoleh siswa. Nilai sebagian siswa, yaitu 17 siswa dari 29 siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya materi pokok permasalahan sosial masih belum memenuhi nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman materi yang dimiliki siswa masih kurang akibat kurangnya perhatian siswa terhadap materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat belajar adalah penggunaan media gambar puzzle. Penggunaan media gambar puzzle akan dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial karena siswa dapat terlibat aktif dalam kegiatan belajar. Ni Putu Sriastuti dkk (2014: 8) menyatakan bahwa penggunaan media puzzle selain menyenangkan juga dapat menarik minat anak untuk belajar guna 8

23 meningkatkan kemampuan kognitifnya. Media puzzle ini sangat cocok dengan anak usia Sekolah Dasar, dimana pada usia ini anak memiliki ketertarikan yang besar dengan permainan/ games. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Suryobroto dalam Syaiful Bhari Djamarah (2008: 124) bahwa pada masa Sekolah Dasar anak memiliki ketertarikan yang besar terhadap permainan. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media puzzle dapat dilakukan dengan cara guru mengelompokkan siswa terlebih dahulu. Guru kemudian menyediakan potongan-potongan gambar puzzle mengenai permasalahan sosial yang ada di daerahnya seperti masalah sampah, pengangguran, kemacetan lalu lintas, putus sekolah dan sebagainya. Potongan gambar tersebut harus disusun kelompok siswa menjadi satu gambar yang utuh. Guru kemudian mengajak siswa untuk mengamati gambar yang sudah disusun sendiri dan mengajak siswa untuk menceritakan gambar puzzle tersebut. Selain bercerita mengenai puzzle, siswa juga diberikan tugas untuk mencari apa saja dampak yang ditimbulkan dari permasalahan sosial tersebut. Minat belajar siswa anak Sekolah Dasar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial cenderung lebih rendah. Hal ini disebabkan karena materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang cakupannya cukup luas, selain itu proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial lebih banyak menggunakan metode ceramah karena guru kurang mengembangkan metode yang lain dalam proses pembelajaran. Dengan minat yang tinggi akan melahirkan siswa siswa yang berprestasi dan meningkatkan hasil belajar terutama pada 9

24 mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, sehingga akan berpengaruh pada hasil belajar yang diraih siswa. Salah satu upaya meningkatkan minat belajar siswa adalah dengan penggunaan media puzzle. Media puzzle dipilih karena media ini dapat mengajak anak usia Sekolah Dasar yang masih tertarik dengan permainan untuk dapat belajar sambil bermain sehingga dapat meningkatkan minat anak dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan Minat Belajar IPS (Materi Permasalahan Sosial di Daerahnya) pada Siswa Kelas IV dengan Media Gambar Puzzle di SDN Sinduadi 1 Sleman Yogyakarta. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Kurangnya minat siswa mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang ditunjukkan dengan kurangnya perhatian siswa selama proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. 2. Komunikasi antara guru dan siswa lebih berpusat pada guru, sehingga siswa pasif dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. 3. Guru kurang mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. 10

25 C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas terdapat masalah yang kompleks, sehingga tidak semua masalah diteliti. Agar kajian lebih fokus dan mendalam, penelitian ini dibatasi pada poin nomor 1 yaitu rendahnya minat siswa kelas IV SDN Sinduadi 1 Sleman Yogyakarta dalam mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimanakah meningkatkan minat belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (materi permasalahan sosial di daerahnya) dengan media gambar puzzle di SDN Sinduadi 1 Sleman Yogyakarta? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (materi permasalahan sosial di daerahnya) dengan media gambar puzzle di SDN Sinduadi 1 Sleman Yogyakarta. F. Manfaat Penelitian Secara garis besar hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut: 11

26 1. Manfaat Praktis a) Bagi Kepala Sekolah Menjadi masukan bagi kepala sekolah dalam memberikan arahan kepada guru-guru untuk menggunakan media pembelajaran secara optimal dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. b) Bagi Guru Menjadi masukan bagi guru untuk menggunakan media gambar puzzle sebagai media alternatif dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial guna meningkatkan minat siswa dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. c) Bagi Siswa Meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. 2. Manfaat Teoritis a) Memberikan tambahan pengetahuan dalam minat siswa terhadap pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar. b) Menambah wawasan tentang penggunaan media pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. 12

27 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kajian tentang Minat Belajar a. Pengertian Minat Belajar Bimo Walgito (1981: 38) menyatakan bahwa minat adalah suatu keadaan di mana seseorang mempunyai perhatian terhadap suatu hal dengan disertai suatu keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikannya lebih lanjut tentang obyek tertentu dengan pengertian adanya kecenderungan untuk berhubungan lebih aktif terhadap suatu obyek tersebut. Hal tersebut juga dikemukakan oleh Crow and Crow (dalam Imam Muchoyar, 1991: 38) bahwa minat adalah sebagai kekuatan pendorong (motivating force) yang menyebabkan individu memberikan perhatian kepada seseorang, sesuatu hal atau terhadap suatu aktivitas tertentu. Definisi secara sederhana diberikan oleh Muhibbin Syah (2008: 136) yang mendefinisikan bahwa Minat (interest) berarti kecenderungan atau kegairahan yang tinggi atau keinginan yangbesar terhadap sesuatu. Begitu pula dengan Slameto (2010: 180) yang menyatakan bahwa Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat dalam diri individu untuk tertarik pada suatu objek atau menyenangi suatu objek. 13

28 Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, minat mengandung unsur perhatian, kekuatan pendorong, kegairahan tinggi dan rasa ketertarikan terhadap suatu objek. Minat adalah kecenderungan seseorang terhadap obyek atau sesuatu kegiatan yang digemari yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan berbuat. Minat dianggap sebagai respon yang sadar, sebab jika tidak demikian, minat tidak akan mempunyai arti apa-apa. Dalam unsur kognisi maksudnya adalah minat itu didahului oleh pengetahuan dan informasi mengenai obyek yang dituju oleh minat tersebut, ada unsur emosi karena dalam partisipasi atau pengalaman itu disertai oleh perasaan tertentu, seperti rasa senang, sedangkan unsur konasi merupakan kelanjutan dari unsur kognisi. Ketiga unsur inilah yang diwujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk melakukan suatu kegiatan. Belajar telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bagi seorang pelajar, belajar merupakan sebuah kewajiban. Beberapa ahli mengemukakan pengertian belajar dalam memberikan gambaran tentang pengertian belajar. Reber mendefinisikan belajar dalam 2 pengertian. Pertama, belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan dan kedua, belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Sejalan dengan pengertian tersebut, Sugiharto mendefinisikan belajar lebih rinci, dimana belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku 14

29 sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Sugihartono, 2007: 74). Pendapat tersebut diperkuat oleh Slameto (2010: 2) yang mendefinisikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seeorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Santrock dan Yussen (Sugihartono, 2007: 74) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya. Berdasarkan berbagai pendapat mengenai pengertian belajar dari beberapa ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa sebenarnya ada beberapa kata kunci di balik definisi kata belajar, yaitu perubahan, pengetahuan, perilaku, pribadi, permanen dan pengalaman. Jika dirumuskan maka belajar merupakan aktivitas atau pengalaman yang menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku dan pribadi yang bersifat permanen. Berdasarkan pengertian minat dan pengertian belajar seperti diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah suatu kegiatan atau kemauan seperti perhatian dan keaktifan yang disengaja melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan. Minat belajar adalah suatu penerimaan hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. 15

30 Seseorang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tertentu (Syaiful Bahri Djamarah, 2008: 31). Pendapat lain menyatakan bahwa minat belajar adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu yang ingin dicapai (Syah M., 2006: 19). Minat belajar adalah salah satu bentuk keaktifan seseorang yang mendorong untuk melakukan serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dalam lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Minat belajar dapat menimbulkan perhatian, rasa suka dan rasa ketertarikan seseorang (siswa) terhadap belajar yang ditunjukkan dengan adanya partisipasi, keinginan siswa untuk belajar dengan baik dan perhatian siswa dalam materi pelajaran secara aktif dan serius. Minat sangat erat hubungannya dengan aktivitas belajar. Aktivitas belajar tanpa minat akan terasa menjemukan. Namun dalam kenyataannya tidak semua aktivitas belajar siswa didorong oleh faktor minatnya sendiri. Beberapa siswa mengembangkan minatnya terhadap materi pelajaran dikarenakan pengaruh dari guru, teman, dan orang tuanya. Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab sekolah untuk menciptakan situasi dan kondisi yang bisa merangsang minat siswa terhadap belajar. Dengan kata lain, minat belajar itu mempunyai ketergantungan pada faktor internal seseorang (siswa) 16

31 seperti perhatian, kemauan dan kebutuhan terhadap belajar yang ditunjukkan melalui keantusiasan, partisipasi dan keaktifan dalam belajar. Peranan minat dalam proses belajar mengajar adalah untuk pemusatan pemikiran dan juga untuk menimbulkan kegembiraan dalam usaha belajar. Misalnya adalah adanya kegairahan hati yang dapat memperbesar daya kemampuan belajar dan juga membantu siswa tidak melupakan apa yang dipelajarinya. Belajar dengan penuh gairah dapat membuat rasa kepuasan dan kesenangan tersendiri. Dalam hubungannya dengan pemusatan pemikiran, minat mempunyai peranan dalam memudahkan terciptanya pemusatan perhatian, dan mencegah gangguan perhatian dari luar (The Liang Gie, 2004: 57). Oleh karena itu minat mempunyai pengaruh yang besar dalam belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak menarik minat siswa maka siswa tersebut tidak akan belajar dengan baik sebab tidak ada daya tarik baginya, sedangkan bila bahan pelajaran itu menarik minat siswa, maka siswa akan mudah dipelajari dan disimpan karena adanya minat sehingga menambah aktivitas belajar. Fungsi minat dalam belajar lebih besar sebagai motivating force yaitu kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima pelajaran, siswa hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk 17

32 terus tekun karena tidak ada pendorongnya. Oleh sebab itu, untuk memperoleh hasil belajar yang baik siswa harus mempunyai minat terhadap pelajaran sehingga akan mendorongnya untuk belajar. Motivasi sangat diperlukan dalam proses belajar karena seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan tersebut tidak menyentuh kebutuhannya. Oleh karena itu, apa yang seseorang lihat sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dia lihat mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Jadi, motivasi merupakan dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar sehingga siswa berminat terhadap sesuatu objek, karena minat adalah alat motivasi dalam belajar. b. Unsur-Unsur Minat Belajar Reber (dalam Muhibin Syah, 1995: 136) mengemukakan bahwa minat mempunyai ketergantungan pada faktor internal seperti perhatian, kemauan dan kebutuhan. Berikut uraian mengenai komponen minat tersebut. a) Perhatian Perhatian penting dalam mengikuti kegiatan dengan baik, dan hal ini akan berpengaruh terhadap minat siswa dalam belajar. Siswa yang melakukan aktivitas belajar disertai dengan perhatian yang intensif akan lebih sukses, serta prestasinya akan lebih tinggi. Orang yang menaruh minat pada suatu aktivitas akan memberikan perhatian 18

33 yang besar dan tidak segan mengorbankan waktu dan tenaga demi aktivitas tersebut. Seorang siswa yang mempunyai perhatian terhadap suatu pelajaran pasti akan berusaha keras untuk memperoleh nilai yang bagus yaitu dengan belajar. Oleh karena itu, guru harus selalu berusaha untuk menarik perhatian anak didiknya dengan cara mengajar yang menyenangkan agar perhatian siswa dapat muncul dengan sendirinya untuk lebih memperdalam pelajaran yang diajarkannya. Beberapa indikator yang berhubungan dengan aspek perhatian dalam belajar ini diantaranya bertanya kepada guru, memperhatikan penjelasan guru, mencari sumber belajar di luar sekolah, konsentrasi dalam belajar, dan tidak melamun saat guru menerangkan pelajaran di depan kelas. b) Kemauan Kemauan yaitu kondisi dimana seorang siswa cenderung untuk melakukan suatu aktifitas tanpa adanya paksaan. Siswa yang memiliki keinginan kuat untuk mempelajari suatu hal, maka akan berusaha untuk mencari pengetahuan yang lebih terhadap sesuatu itu. Kondisi inilah yang menyebabkan adanya aktifitas belajar. Jika sejak awal siswa tidak ada kemauan untuk belajar, maka sulit baginya untuk memulai aktifitas belajar tersebut. 19

34 Beberapa indikator yang berhubungan dengan aspek kemauan ini di antaranya berusaha mengerjakan latihan walaupun sulit, tetap belajar walaupun guru tidak masuk mengajar, rajin membaca buku, mau mengerjakan soal latihan selain yang ditugaskan guru, dan bersemangat mengikuti pelajaran. c) Kebutuhan Kebutuhan ini hanya dapat dirasakan sendiri oleh seorang individu. Seorang individu melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya. Dalam hal ini motivasi sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk belajar dan minat merupakan potensi psikologi yang dapat dimanfaatkan untuk menggali motivasi apabila seseorang sudah termotivasi untuk belajar, maka siswa akan melakukan aktivitas belajar dalam rentangan waktu tertentu. Unsur-unsur dalam minat yang lain dikemukakan oleh Safari (2005: 111) yaitu: a) Rasa Tertarik Tertarik adalah merupakan awal dari individu menaruh minat, sehingga seseorang yang menaruh minat akan tertarik terlebih dahulu terhadap sesuatu. Ketertarikan yang dimaksud adalah ketertarikan terhadap pelajaran di kelas. 20

35 b) Perasaan Senang Perasaan merupakan unsur yang tak kalah penting bagi anak didik terhadap pelajaran yang diajarkan oleh gurunya. Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu mata pelajaran, maka siswa tersebut akan terus mempelajari ilmu yang disenanginya. Tidak ada perasaan terpaksa pada siswa untuk mempelajari bidang tersebut. c) Perhatian Siswa yang menaruh minat pada suatu mata pelajaran akan memberikan perhatian yang besar. siswa akan menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk belajar mata pelajaran yang diminatinya. Siswa tersebut pasti akan berusaha keras untuk memperoleh nilai yang bagus yaitu dengan belajar. d) Partisipasi Partisipasi merupakan keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa yang mempunyai minat terhadap suatu pelajaran akan melibatkan dirinya dan berpartisipasi aktif dalam hal yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran yang diminatinya. Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran bisa dilihat dari sikap siswa yang partisipatif. Siswa rajin bertanya dan mengemukakan pendapatnya. Selain itu, siswa selalu berusaha terlibat atau mengambil andil dalam setiap kegiatan. 21

36 e) Keinginan/ Kesadaran Siswa yang mempunyai minat terhadap suatu pelajaran akan berusaha belajar dengan baik. Siswa mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi dan mempunyai kesadaran untuk belajar tanpa ada yang menyuruh dan memaksa. Berdasarkan uraian tersebut, minat belajar mempunyai unsurunsur perhatian, kemauan, kebutuhan, rasa tertarik, perasaan senang, partisipasi dan keinginan/kesadaran. Sedangkan unsur-unsur minat yang digunakan penelitian ini mengacu pada pendapat dari Safari (2005: 111) yaitu rasa tertarik, perasaan senang, perhatian, partisipasi, dan keinginan/ kesadaran. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Minat pada hakekatnya merupakan sebab akibat dari pengalaman. Minat berkembang sebagai hasil daripada suatu kegiatan dan akan menjadi sebab akan dipakai lagi dalam kegiatan yang sama (Crow and Crow, 1973: 22). Faktor-faktor yang mempengaruhi minat adalah sebagai berikut: a) The factor inner urge, yaitu rangsangan yang datang dari lingkungan atau ruang lingkup yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan seseorang akan mudah menimbulkan minat. b) The factor of sosial motive yaitu minat seseorang terhadap obyek atau sesuatu hal. 22

37 c) Emosional factor yaitu faktor perasaan dan emosi ini mempunyai pengaruh terhadap obyek. Hal serupa juga dikatakan oleh Winawimala (2011) yang menyatakan bahwa secara umum ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi keadaan tonus jasmani dan keadaan fungsi jasmani atau fisiologis. Faktor eksternal meliputi metode mengajar, media pembelajaran, penerapan disiplin, hubungan siswa dengan guru maupun teman, tugas rumah yang terlalu banyak, dan sarana dan prasarana. berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa adalah media pembelajaran yang digunakan oleh guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Mukminan dan Saliman (2008: 3), media pembelajaran yang dirancang secara baik dan kreatif dalam batas-batas tertentu akan dapat memperbesar kemungkinan siswa untuk belajar lebih banyak, mencamkan apa yang dipelajarinya lebih baik dan meningkatkan penampilan (performance) siswa dalam melakukan keterampilan-keterampilan tertentu sesuai dengan tujuan pembelajaran. 2. Kajian tentang Ilmu Pengetahuan Sosial a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di Sekolah Dasar yang mengkaji seperangkat peristiwa, 23

38 fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, anak diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang baik, bertanggung jawab, serta demokratis. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar. Trianto (2010: 171) mengemukakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi berbagai cabang-cabang ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial. Wiyono (Tasrif, 2008: 2) mengemukakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. Selanjutnya Depdiknas (Tasrif, 2008: 2) juga memberikan definisi Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, sosiologi dan tata negara dengan menampilkan permasalahan sehari-hari. b. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan 24

39 diri sesuai dengan bakat, minat kemampuan dan lingkungannya serta berbagai bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Trianto, 2010: 174). Selanjutnya Trianto (2010: 176) juga mengemukakan tujuan utama ilmu pengetahuan sosial adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Sapriya (2009: 12) mengemukakan Ilmu Pengetahuan Sosial di tingkat Sekolah Dasar pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan siswa sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledges), ketrampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi/ masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik. Berdasarkan UU Sisdiknas Pasal 37 disebutkan bahwa bahan kajian Ilmu Pengetahuan Sosial antara lain, ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan dan sebagainya dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis siswa terhadap kondisi sosial masyarakat (Sapriya, 2009: 45) Jadi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, 25

40 ketrampilan, sikap, nilai dan analisis siswa terhadap masalah sosial sehingga siswa peka dan mampu mengatasi masalah sosial yang menimpa diri maupun masyarakatnya yang pada akhirnya akan menjadi seorang warga negara yang baik. c. Manfaat Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar 1. Membekali siswa dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya kelak di masyarakat. 2. Membekali siswa dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat. 3. Membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian. 4. Membekali siswa dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut. 5. Membekali siswa dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan Ilmu Pengetahuan Sosial sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi. 26

41 d. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar Tasrif (2008: 4) membagi ruang lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial menjadi beberapa aspek berikut: 1. Ditinjau dari ruang lingkup hubungan mencakup hubungan sosial, hubungan ekonomi, hubungan psikologi, hubungan budaya, hubungan sejarah, hubungan geografi, dan hubungan politik. 2. Ditinjau dari segi kelompoknya adalah dapat berupa keluarga, rukun tetangga, kampung, warga desa, organisasi masyarakat dan bangsa. 3. Ditinjau dari tingkatannya meliputi tingkat lokal, regional dan global. 4. Ditinjau dari lingkup interaksi dapat berupa kebudayaan, politik dan ekonomi Sedangkan aspek-aspek dalam ruang lingkup mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial meliputi: 1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan 2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan 3. Sistem Sosial dan Budaya 4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Ruang lingkup materi Ilmu Pengetahuan Sosial yang dipelajari siswa Sekolah Dasar tertuang dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat di dalam Kurikulum Tingkat 27

42 Satuan Pendidikan. Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IV SD adalah sebagai berikut: Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas IV SD Standar Kompetensi (SK) Semester 1 Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi Semester 2 Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi Kompetensi Dasar (KD) 1.1 Membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/ kota, provinsi) dengan menggunakan skala sederhana 1.2 Mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial dan budaya 1.3 Menunjukkan jenis dan persebaran sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat 1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/ kota, provinsi) 1.5 Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat (kabupaten/ kota, provinsi) dan menjaga kelestariannya 1.6 Meneladani kepahlawanan dan patriotisme tokoh-tokoh 2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya 2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya 2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya 28

43 Standar Kompetensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Standar Kompetensi semester 2 yaitu mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi. Sedangkan Kompetensi Dasar yang digunakan adalah Kompetensi Dasar 2.4 yaitu mengenal permasalahan sosial di daerahnya. Indikator pembelajaran dalam Kompetensi Dasar ini antara lain siswa dapat menjelaskan pengertian masalah sosial, menyebutkan jenis-jenis masalah sosial, dan menyebutkan dampak dari masalah sosial. Jenis-jenis permasalahan sosial di daerah antara lain sampah, kemacetan lalu lintas, putus sekolah, pengangguran, dan lain-lain. Munculnya berbagai masalah sosial akan berdampak terhadap kesehatan ketertiban dan ketentraman warga masyarakat. Dengan mengetahui dampak dari permasalahan sosial ini, siswa dapat mengenali permasalahan sosial yang ada di daerahnya dan mengetahui cara menanggulanginya. Kreatif dalam memecahkan masalah, percaya diri berbicara di hadapan umum dan mampu bekerja sama dengan teman dalam mengerjakan tugas dari guru merupakan sikap yang diharapkan muncul setelah kegiatan pembelajaran. 3. Kajian tentang Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran Azhar Arsyad (2011: 3) mengemukakan bahwa media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Secara khusus pengertian media dalam proses belajar 29

44 mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Sejalan dengan pendapat tersebut, Maman Suryaman (2012: 123) juga mengemukakan bahwa media pembelajaran dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar, sedangkan secara terminologis, media pembelajaran dapat diartikan sebagai seluruh perantara (dalam hal ini bahan atau alat) yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai pengertian media pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan perantara atau pengantar yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. b. Fungsi Media Pembelajaran Menurut Azhar Arsyad (2011: 15) fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Menurut Hamalik (dalam Azhar Arsyad, 2011) bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Menurut Arif S. Sadiman, dkk (2011) menyebutkan bahwa kegunaan-kegunaan media pembelajaran yaitu memperjelas penyajian 30

45 pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis, mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, penggunaan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik, memberikan perangsang belajar yang sama, menyamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama. Berdasarkan pendapat beberapa ahli mengenai fungsi media, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran memiliki fungsi penting dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Media pembelajaran memiliki fungsi untuk semua mata pelajaran, termasuk dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. c. Jenis Media Pembelajaran Maman Suryaman (2012: 135) mengemukakan bahwa media dapat diklasifikasikan berdasarkan sifatnya, jangkauannya, dan pemakaiannya. Media berdasarkan sifatnya meliputi media visual, media audio, dan media audio visual. Media visual hanya dapat dilihat, tanpa ada suara. Contoh dari media ini adalah foto dan gambar. Media audio visual menghasilkan suara dan gambar, karakteristik media ini ditunjang dengan gambaran kehidupan yang lebih nyata dan atraktif. Contoh media audiovisual adalah televisi, film, dan rekaman video. Media berdasarkan jangkauannya meliputi media dalam jangkauan luas dan dalam jangkauan sempit. Media yang memungkinkan untuk digunakan adalah radio atau televisi. Kedua jenis media ini memiliki daya jangkau yang luas. Terdapat media 31

46 pembelajaran yang mudah dioperasikan oleh guru dan yang memerlukan pelatihan singkat agar guru dapat mengoperasikannya. Media-media seperti televisi, radio, tape recorder, video, gambar, grafik, bagan, foto, dan lukisan, mudah dioperasikan. Akan tetapi, media seperti film, film strip, transparasi, dan slide lebih sulit pengoperasiannya. Oleh karena itu, guru perlu mengikuti pelatihan singkat dengan ahlinya. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran dapat digolongkan berdasarkan sifatnya, jangkauannya, dan pemakaiannya. d. Media Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Banyak jenis media yang dapat dipakai dalam kegiatan pembelajaran, termasuk didalamnya kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Menurut Mukminan dan Saliman (2008: 12), media yang dapat disiapkan dan dikembangkan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial antara lain media visual, media audio, sistem multimedia dan permainan/ simulasi. Mukminan dan Saliman (2008: 13) menjelaskan media visual dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu gambar, diagram, serta model dan realita. Menurut Nana Sudjana (2007: 68), pengertian media gambar adalah media visual dalam bentuk grafis yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui suatu kombinasi pengungkapan kata-kata dan gambar-gambar. Sedangkan Azhar Arsyad (2011: 83), mengatakan bahwa media 32

47 gambar adalah berbagai objek yang dituangkan dalam bentuk gambargambar, garis, kata-kata maupun simbol-simbol. Menurut Oemar Hamalik (1986: 43), gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan atau pikiran. Sedangkan menurut Arief Sadiman, dkk (2011: 28-29), media grafis digunakan untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan melalui indera penglihatan berupa simbol-simbol komunikasi visual. Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampian pesan dapat berhasil dan efisien. 4. Kajian Tentang Media Gambar Puzzle a. Pengertian Media Gambar Puzzle Ada berbagai macam media gambar yang bisa digunakan dalam proses belajar mengajar. Menurut Mukminan dan Saliman (2008: 13), macam-macam media gambar yang dapat digunakan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial antara lain peta, grafik, poster, diagram, komik dan puzzle. Menurut Yudha (2007: 33), puzzle adalah suatu gambar yang dibagi menjadi potongan-potongan gambar yang bertujuan untuk mengasah daya pikir, melatih kesabaran,dan membiasakan kemampuan berbagi. Selain itu, media puzzle juga dapat disebut permainan edukasi karena tidak hanya untuk bermain tetapi juga mengasah otak dan melatih antara kecepatan pikiran dan tangan. Oleh karena itu, media puzzle diharapkan dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. 33

48 Joni Rokhmat (2006: 50) menyatakan, puzzle adalah permainan konstruksi melalui kegiatan memasang atau menjodohkan kotak-kotak, atau bangun-bangun tertentu sehingga akhirnya membentuk sebuah pola tertentu. Sejalan dengan pendapat tersebut, Rahmanelli (2007: 24) menyebutkan, puzzle adalah permainan merangkai potongan-potongan gambar yang berantakan menjadi suatu gambar yang utuh. Sedangkan Adenan dalam Soedjatmiko (2008: 9) menambahkan puzzle dan games adalah materi untuk memotivasi diri secara nyata dan merupakan daya penarik yang kuat. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa puzzle adalah permainan yang terdiri dari potongan gambar-gambar, kotakkotak, huruf-huruf atau angka-angka yang disusun seperti dalam sebuah permainan yang akhirnya membentuk sebuah pola tertentu sehingga membuat siswa menjadi termotivasi untuk menyelesaikan puzzle secara tepat dan cepat. Jenis media ini dapat meningkatkan minat belajar siswa karena media ini mengajak siswa agar tidak diam saja melainkan bergerak aktif untuk merangkai puzzle tersebut, selain itu media ini mengajak siswa untuk berpikir kreatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Ni Putu Sriastuti dkk (2014: 8) yang menyatakan bahwa penggunaan media puzzle selain menyenangkan juga menarik minat anak untuk belajar guna meningkatkan kemampuan kognitifnya. Penggunaan media puzzle dapat melatih ketrampilan berpikir anak untuk mengembangkan pengetahuan 34

49 dan keterampilan tangannya didalam membongkar dan memasang kembali kepingan-kepingan puzzle. Dengan media puzzle anak akan mencoba memecahkan masalah yaitu membongkar, menyusun kembali kepingan-kepingan gambar puzzle tersebut menjadi bentuk utuh. Materi permasalahan sosial meliputi pengertian permasalahan sosial, jenisjenis permasalahan sosial, dampak dari permasalahan sosial dan cara mengatasi permasalahan sosial yang ada. Dengan media puzzle, siswa dapat mengenal jenis-jenis permasalahan sosial yang ada dan dapat mencari dampak dari permasalahan sosial tersebut dengan cara yang menyenangkan. b. Kelebihan dan Kekurangan Media Gambar Kelebihan media gambar antara lain: 1) Sifatnya konkret dan lebih realistis dalam memunculkan pokok masalah, jika dibandingkan dengan bahasa verbal; 2) Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu; 3) Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita; 4) Memperjelas masalah bidang apa saja; 5) Harganya murah dan mudah didapat serta digunakan (Arif S. Sadiman, 1996: 31). Adapun kelemahan dari media gambar antara lain: 1) Hanya menampilkan persepsi indera mata, ukurannya terbatas hanya dapat dilihat oleh sekelompok siswa; 2) Gambar diinterpretasikan secara personal dan subyektif; 35

50 3) Gambar disajikan dalam ukuran yang sangat kecil, sehingga kurang efektif dalam pembelajaran (Ansto Rahadi, 2003: 27). Berdasarkan pendapat di atas, penggunaan media gambar puzzle perlu pertimbangan yang cukup agar tujuan penggunaan media puzzle tercapai. Adapun kelebihan dan kekurangannya, antara lain: 1) Kelebihan media puzzle a) Gambar bersifat konkret, karena melalui gambar siswa dapat melihat dengan jelas sesuatu. b) Gambar dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, tidak semua objek, benda dapat di bawa ke dalam kelas. c) Gambar dapat menarik minat atau perhatian siswa. 2) Kekurangan media puzzle a) Media puzzle lebih menekankan pada indera penglihatan (visual). b) Gambar yang terlalu kompleks kurang efektif untuk pembelajaran. c) Gambar kurang maksimal bila diterapkan dalam kelompok besar. c. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Media Gambar Puzzle Basuki Wibawa (1992: 79) mengemukakan ada 3 langkah dalam prosedur penggunaan media yang perlu diikuti yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. dalam penelitian ini langkah pembelajaran dengan media gambar puzzle adalah sebagai berikut: 1) Persiapan yaitu mengkondisikan siswa dalam mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan media gambar puzzle. 36

51 Guru harus mengkondisikan siswa agar siswa siap dalam mengikuti kegiatan belajar. Persiapan dalam penelitian dilaksanakan pada kegiatan pendahuluan dengan langkah sebagai berikut: a) Guru membuka pelajaran dengan salam b) Guru memberikan motivasi kepada siswa berkaitan dengan materi. c) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan media pembelajaran yang akan digunakan. d) Guru memberikan apersepsi. 2) Pelaksanaan meliputi penyajian dan penerimaan media yang dilaksanakan pada kegiatan inti. Langkah dalam pembelajaran inti antara lain: a) Guru membagi siswa menjadi kelompok kecil yang beranggotakan lima orang siswa. Guru memberikan media gambar puzzle yang harus diselesaikan oleh kelompok tersebut. Selain itu, siswa juga harus mendeskripsikan media gambar puzzle. b) Guru memberikan pertanyaan kepada setiap kelompok secara acak. Siswa harus menyebutkan permasalahan sosial apa yang ada dalam gambar puzzle masing-masing. c) Guru mengajak siswa untuk kembali berdiskusi mengenai dampak apa saja dari gambar permasalahan sosial. Setelah selesai 37

52 berdiskusi, kemudian guru akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya. 3) Tindak lanjut meliputi penyimpulan dan tanggapan. Tindak lanjut dilaksanakan dalam kegiatan penutup dengan langkah sebagai berikut: a) Guru memberikan refleksi dan membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dan poin penting dari materi. b) Guru memberikan rangkuman tentang materi yang telah dipelajari c) Guru menutup pelajaran dengan salam. 5. Kajian Tentang Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Masa anak Sekolah Dasar (SD) berkisar antara umur 6 tahun dan berakhir pada kisaran usia 11 atau 12 tahun. Masa sekolah adalah dimana anak sudah menamatkan taman kanak-kanak (TK) dan melanjutkan ke sekolah. Pada masa ini diharapkan anak sudah matang untuk belajar maupun sekolah. Anak tidak hanya sebagai penonton saja tetapi juga ingin menjelajahi lingkungannya, tata kerjanya, dan menjadi bagian dari lingkungannya. Suryobroto (Syaiful Bahri Djamarah, 2008: ), membagi masa sekolah menjadi dua fase, yaitu masa kelas-kelas rendah sekolah dasar dan masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar meliputi kelas IV sampai dengan kelas VI. Pada masa ini kira-kira anak berumur 9 atau 10 tahun sampai 12 atau 13 tahun. Pada masa ini anak memiliki karakteristik sebagai berikut. 38

53 a. Adanya minat terhadap kehidupan yang praktis sehari-hari yang konkret. b. Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar. c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus. d. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak masih belum bisa mandiri. e. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat pada peraturan tradisional, tetapi anak membuat peraturan sendiri. Berdasarkan karakteristik tersebut, dapat diketahui salah satu karakteristik anak usia Sekolah Dasar adalah ketertarikan yang besar dengan permainan. Suasana belajar sambil bermain ini diharapkan akan mampu meningkatkan minat anak untuk belajar. pada penelitian ini. Penelitian ini menggunakan anak kelas IV Sekolah Dasar sebagai subyek dikarenakan pada masa ini anak berusia kira-kira 9 atau 10 tahun memiliki kecenderungan tertarik pada hal-hal yang konkret, memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dan keinginan besar untuk belajar serta gemar membentuk kelompok-kelompok bermain. Hal ini sejalan dengan pendapat Soegeng Santoso (2002: 46) dimana anak perlu diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk bermain bersama-sama teman-temannya agar anak terampil, sehat, dapat mengembangkan imajinasi atau khayalan, melatih berpikir anak bahkan berbicara. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya 39

54 menciptakan suatu pembelajaran yang menyenangkan, mengaktifkan siswa serta mampu mengajak siswa untuk belajar sambil bermain dengan menggunakan media yang disukai anak misalnya dengan media gambar puzzle. Media gambar puzzle dapat mengajak anak untuk belajar sambil bermain secara berkelompok sehingga media ini sesuai dengan karakteristik anak kelas IV Sekolah Dasar yang cenderung gemar membentuk kelompok-kelompok bermain. Dengan menggunakan media gambar puzzle ini, materi yang disampaikan guru juga tidak terlalu abstrak, sehingga lebih mudah dicerna oleh siswa. Hal ini tentu saja cocok untuk materi pelajaran yang bersifat abstrak, seperti materi permasalahan sosial dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Dengan demikian, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menjadi lebih menyenangkan dan materi yang permasalahan sosial yang cenderung bersifat abstrak lebih mudah dipahami oleh siswa dengan bantuan gambar puzzle. B. Kerangka Pikir Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas IV SDN Sinduadi 1 Sleman Yogyakarta mengalami permasalahan, yaitu kurangnya minat siswa untuk belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Berdasarkan studi pendahuluan, minat siswa kelas IV terhadap materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial masih terlihat rendah. Hal ini ditunjukkan dengan kurangnya perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Sebagian besar siswa terlihat tidak memperhatikan penjelasan dari guru melainkan melakukan aktivitas lain seperti berbicara dengan teman sebangkunya dan menggambar 40

55 ketika guru sedang menjelaskan materi. Selain itu, ketika guru meminta siswa untuk mengerjakan soal, beberapa siswa terlihat becanda dengan teman sebangkunya dan tidak mengerjakan soal-soal dengan serius. Permasalahan lain terkait dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas IV SDN Sinduadi 1 Sleman Yogyakarta adalah permasalahan yang dialami oleh guru. Guru kesulitan memilih media yang tepat dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, sehingga penggunaan media pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial belum optimal. Guru menggunakan metode ceramah dalam menjelaskan materi, sedangkan siswa mencatat dan meringkas materi yang dipelajari. Banyaknya materi Ilmu Pengetahuan Sosial yang disampaikan guru kepada siswa menjadikan materi Ilmu Pengetahuan Sosial sulit dipahami oleh siswa. Siswa juga merasa bosan karena materi yang dipelajari tersebut sangat banyak dan bersifat abstrak. Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan Ilmu Pengetahuan Sosial berasal dari guru, materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, dan dari rendahnya minat siswa. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu usaha perbaikan dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Salah satu usaha yang dilakukan dalam pembelajaran ini adalah penggunaan media pembelajaran yang menarik bagi siswa. Media gambar puzzle cocok diterapkan untuk meningkatkan minat siswa kelas IV SDN Sinduadi 1 Sleman Yogyakarta terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial karena dapat meningkatkan 41

56 perhatian siswa dalam pembelajaran. Adanya perhatian siswa dan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran akan meningkatkan pemahaman siswa sehingga minat siswa terhadap Ilmu Pengetahuan Sosial meningkat. Berdasarkan uraian tersebut, berikut merupakan gambar kerangka pemikiran pada penelitian: Permasalahan Kondisi Awal Minat Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Sinduadi 1 Sleman pada Materi Permasalahan Sosial) Masih Rendah Pelaksanaan Tindakan Penggunaan Media Gambar Puzzle Kondisi Akhir Peningkatan Minat Belajar Siswa Kelas IV SDN Sinduadi 1 Sleman Yogyakarta pada Mata Pelajaran IPS (Materi Permasalahan Sosial) Gambar 1. Kerangka pikir C. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Sriastuti, dkk. (2014) dengan judul Peningkatan Minat Belajar dan Kemampuan Dasar Kognitif Melalui Penggunaan Media Puzzle Pada Anak Kelompok B TK Dharma Kumara Pedungan Denpasar Tahun Ajaran 2012/2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran melalui penggunaan media puzzle dapat meningkatkan minat belajar dan kemampuan kognitif anak. Pada observasi awal pra tindakan, tidak ada minat belajar anak sama sekali. Sedangkan pada akhir siklus I, ketuntasan 42

57 minat belajar anak meningkat menjadi 5% dan pada akhir siklus II meningkat mencapai 100% tuntas. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama menggunakan media gambar puzzle untuk meningkatkan minat belajar anak. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variable penelitian. Penelitian terdahulu memiliki variable penelitian minat belajar dan kemampuan dasar kognitif sedangkan penelitian ini hanya memiliki variable minat belajar siswa. Perbedaan lainnya adalah subjek penelitian. Penelitian terdahulu memiliki subjek penelitian anak-anak kelompok TK B, sedangkan penelitian ini memiliki subjek penelitian siswa-siswa Sekolah Dasar kelas IV. Perbedaan lain penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah tempat penelitian dan waktu penelitian. 2. Penelitian yang dilakukan dalam skripsi Ashadi (2012) dengan judul Meningkatkan Minat Belajar IPA dengan menggunakan media gambar dan metode diskusi kelompok siswa kelas III SDN Tambaharjo 02 Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati Semester 1 Tahun Ajaran Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa pada masing-masing siklus. Pada pra siklus, peningkatan belajar siswa adalah 31,3%, meningkat menjadi 75% pada siklus I dan 100% pada siklus II. Selain itu, terjadi peningkatan rata-rata kelas dari sebelum siklus, menjadi 70 pada siklus I dan pada siklus II. 43

58 Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan metode diskusi kelompok dan media gambar dapat meningkatkan minat belajar siswa. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama menggunakan media gambar untuk meningkatkan minat belajar. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah tempat penelitian, waktu penelitian, dan subjek penelitian. D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang telah disampaikan di atas, hipotesis yang diajukan adalah minat belajar siswa kelas IV SDN Sinduadi 1 Sleman Yogyakarta dapat ditingkatkan dengan menggunakan media gambar puzzle pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (materi permasalahan sosial di daerahnya). 44

59 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Suharsimi Arikunto dkk, (2009: 104) mengungkapkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipasif, kolaboratif, dan spiral yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan sistem, metode kerja, proses, isi, kompetensi, dan situasi. Sedangkan menurut Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama (2012: 9), penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan minat belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas IV menggunakan media gambar puzzle yang akan dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dan gurukelas IV SDN Sinduadi 1 Sleman. B. Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN Sinduadi 1 Sleman yang beralamat di Jalan Magelang Km. 06, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei-Juni

60 Penelitian ini akan dilakukan oleh peneliti dengan dibantu oleh guru kelas (kolaborasi). Peneliti mengamati dan membantu guru dalam melaksanakan proses kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan media gambar puzzle. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi permasalahan sosial sesuai dengan rencana penelitian tindakan kelas yang telah disusun bersama. Media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar materi permasalahan sosial ini adalah media gambar puzzle. Media gambar puzzle adalah media gambar permainan merangkai potongan-potongan gambar yang berantakan menjadi satu gambar yang utuh dan bermakna. Potongan-potongan gambar puzzle ini berupa gambar permasalahan sosial yang terjadi di daerah yaitu gambar permasalahan sampah, pengangguran, kemacetan lalu lintas dan permasalahan putus sekolah. Siswa diminta untuk mendeskripsikan gambar setelah menyusunnya dan mencari dampak yang ditimbulkan dalam gambar. C. Subjek dan Objek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Sinduadi 1 Sleman tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 29 siswa. Sedangkan objek dalam penelitian ini minat belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. D. Desain Penelitian Prosedur penelitian ini mengacu pada desain penelitian tindakan Kemmis dan McTaggart yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto (2009: 16). 46

61 Prosedur penelitian tersebut dapat dilihat dari langkah-langkah penelitian yang diilustrasikan dalam bentuk siklus sebagai berikut: Gambar 2. Proses Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan McTaggart (Sumber: Arikunto, dkk., 2009: 16) Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun, yang kembali ke langkah semula. Jadi, satu siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. Apabila dikaitkan dengan bentuk tindakan, maka yang dimaksud tindakan adalah siklus tersebut. Jadi, bentuk penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan tunggal, tetapi harus selalu berupa rangkaian kegiatan yang akan kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus (Suharsimi Arikunto, dkk., 2009: 20). Berikut adalah keterangan dari setiap tahapan pada model Penelitian Tindakan Kelas tersebut: 47

62 1. Perencanan (plan) Tahap perencanaan dimulai dari penemuan masalah, kemudian merancang tindakan yang dilakukan. Peneliti melakukan langkah-langkah berikut. a. Menentukan masalah di lapangan dengan cara peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas dan observasi di dalam kelas. Dengan mencatat hal-hal serta permasalahan yang ada di kelas IV SDN 1Sinduadi 1 Sleman berdasarkan hasil diskusi serta observasi. b. Merencanakan langkah pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada materi permasalahan sosial dengan menggunakan media gambar puzzle pada siklus I. Namun perencanaan yang dibuat masih bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan dan pelaksanaan. c. Merancang instrumen yaitu pedoman observasi dan skala dalam pelaksanaan pembelajaran pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada materi permasalahan sosial dengan menggunakan media gambar puzzle. 2. Pelaksanaan (acting) Dalam tindakan dilaksanakan pemecahan masalah sebagaimana tindakan yang telah direncanakan. Tindakan ini dipandu oleh perencanaan yang telah dibuat dalam arti perencanaan tersebut telah dilihat secara rasional dari segala tindakan itu. Namun perencanaan yang dibuat tadi harus bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan dalam pelaksanaannya. Jadi, tindakan bersifat tidak tetap atau dinamis yang memerlukan keputusan cepat tentang apa yang perlu dilakukan. Pada 48

63 penelitian ini yang dijadikan tolak ukur pelaksanaan penelitian adalah mediapembelajaran, yaitu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada materi permasalahan sosial dengan menggunakan media gambar puzzle. Guru melakukan pembelajaran berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat dan disesuaikan dengan media gambar puzzle. 3. Observasi (observing) Observasi atau pengamatan merupakan upaya mengamati pelaksanaan tindakan. Observasi terhadap proses tindakan yang sedang dilaksanakan untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan yang dilaksanaka, berorientasi ke masa yang akan datang dan memberikan dasar bagi kegiatan refleksi yang kritis. Proses tindakan, pengaruh tindakan yang disengaja dan tidak disengaja, situasi, tempat tinadakan dilakukan dan kendala semuanya dicatat dalam kegiatan observasi yang terencanakan secara fleksibel dan terbuka. 4. Refleksi Refleksi merupakan bagian yang penting dalam langkah proses penelitian tindakan, hal inikarena dengan kegiatan refleksi akan memantapkan kegiatan dan tindakan untuk mengatasai permasalahan dengan memodifikasi perencanaan sebelumnya sesuai dengan apa yang akan terjadi di lapangan. Berdasarkan hasil observasi, akan dilakukan analisis data yang telah terkumpul dan diberi tindakan untuk mencapai kriteria keberhasilan, apabila data tersebut belum mencapai kriteria 49

64 keberhasilan, maka peneliti akan melakukan langkah perbaikan pada siklus selanjutnya. Apabila hasil perbaikan yang diperoleh sudah mencapai kriteria keberhasilan pada siklus berikutnya, maka penelitian dapat dikatakan berhasil. E. Teknik Pengumpulan Data Penelitian tindakan kelas ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa data perilaku siswa selama proses pembelajaran. Data kuantitatif berupa tingkat minat siswa selama proses pembelajaran. Sumber data diambil pada saat dan sesudah proses belajar mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui beberapa cara sebagai berikut. 1. Teknik Observasi Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti. Dalam penelitian ini, observasi akan dilakukan pada setiap siklus selama proses pembelajaran sedang berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengamati minat belajar siswa pada saat pembelajaran dan ketrampilan guru dalam mengajar maupun dalam menggunakan media pembelajaran puzzle. Peneliti akan dibantu oleh dua orang rekan dalam mengobservasi menggunakan lembar pedoman observasi yang telah disiapkan. Penilaian observasi dilakukan dengan memberikan tanda (v) pada lembar pedoman observasi yang telah disediakan. 50

65 2. Skala Dalam suatu penelitian yang menggunakan skala sebagai instrumen penelitian memegang peranan penting dalam mengumpulkan data-data. Skala merupakan beberapa pertanyaan/ pernyataan secara tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa. Siswa diberikan sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan minat terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Pengisian skala ini dilakukan setiap akhir siklus. Pengumpulan data dengan skala ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana minat siswa dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Jenis skala yang digunakan adalah jenis skala tertutup sehingga responden tinggal memilih jawaban yang telah tersedia. 3. Dokumentasi Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Data-data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi cenderung merupakan data sekunder. Data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi ini adalah silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan daftar nilai siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Sumber data dokumentasi ini adalah dari guru kelas. 51

66 F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat yang dipakai untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah: 1. Pedoman observasi Pedoman observasi merupakan alat pengamatan yang digunakan untuk mengukur atau melihat minat belajar siswa selama Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Pengamatan ini dilakukan oleh peneliti sebagai orang yang terlibatsecara aktif dalam pelaksanaan tindakan di kelas dan dibantu oleh duaorang observer. Alat bantu yang digunakan adalah lembar observasi siswa dan guru. Untuk mempermudah pengamatan, digunakan penilaian Ya dan Tidak pada lembar observasi guru dan siswa. Kisi-kisi instrument lembar observasi minat belajar siswa adalah sebagai berikut: Tabel 2. Kisi-kisi Observasi Minat Siswa dalam Pembelajaran IPS di Kelas No. Aspek Indikator 1. Ketertarikan 1.1 Adanya kemauan untuk menyusun puzzle 1.2 Menunjukkan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran dengan media puzzle 2. Perhatian dalam pembelajaran 2.1 Menunjukkan konsentrasi dalam menyusun puzzle 2.2 Menunjukkan ketelitian dalam menyusun puzzle 2.3 Memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang puzzle 3. Aktivitas 3.1 Menunjukkan keaktifan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran menyusun puzzle 3.2 Menunjukkan aktivitas dalam menyusun puzzle 3.3 Berusaha menyelesaikan tugas dalam menyusun puzzle 3.4 Kesungguhan dalam menyelesaikan tugas menyusun puzzle Sumber: Depdiknas dalam Ni Putu Sriastuti, dkk. (2014: 5) 52

67 Selain untuk mengamati aktivitas siswa, lembar observasi juga digunakan untuk mengamati aktivitas guru. Aktivitas guru diamati mulai dari kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. Aktivitas guru idealnya harus sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Kegiatan pendahuluan meliputi kegiatan guru yang memberikan motivasi, menjelaskan tujuan pembelajaran dan memberikan apersepsi. Kegiatan inti meliputi kegiatan pembagian kelompok diskusi dan penyajian media gambar. Selain itu, pada kegiatan inti guru juga memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi. Sementara itu, kegiatan penutup merupakan kegiatan guru dalam merangkum dan melakukan evaluasi kepada para siswa untuk melihat ketercapaian pembelajaran. Kisi-kisi lembar observasi aktivitas guru secara lengkap tersaji sebagai berikut: 53

68 Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru No. Aspek yang Dinilai 1. Kegiatan Pendahuluan Indikator 1.1. Guru membuka pelajaran dengan salam 1.2. Guru memberikan motivasi dan menjelaskan mengenai media pembelajaran yang akan dilaksanakan 1.3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran 1.4. Guru memberikan apersepsi 2. Kegiatan Inti 1.1. Guru membagi siswa menjadi kelompok kecil yang beranggotakan lima orang siswa Guru memberikan media gambar puzzle yang harus diselesaikan oleh kelompok tersebut. Selain itu, siswa juga harus mendeskripsikan media gambar puzzle Guru memberikan pertanyaan kepada setiap kelompok secara acak. Siswa harus menyebutkan permasalahan sosial apa yang ada dalam gambar puzzle masingmasing Guru mengajak Siswa untuk kembali berdiskusi mengenai dampak apa saja dari gambar permasalahan sosial Setelah selesai berdiskusi, kemudian guru akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya Guru akan memberikan refleksi mengenai proses pembelajaran yang telah dilakukan Guru membimbing siswa untuk menarik poin penting dari materi 3. Kegiatan Penutup 1.1. Guru memberikan rangkuman 1.2. Guru menutup pelajaran dengan salam No. Item Skala Penyusunan skala dalam penelitian ini menggunakan tipe Likert yang telah dimodifikasi dengan empat alternatif pilihan yaitu Selalu (SL), Sering (SR), Jarang (J) dan Tidak Pernah (TP). Skor untuk setiap pernyataan positif adalah 4-1, sedangkan skor untuk setiap pernyataan negatif adalah 1-4. Pembuatan lembar skala dalam penelitian ini mengacu pada kisi-kisi sebagai berikut: 54

69 Tabel 4. Kisi-Kisi Skala Minat Belajar IPS No. Unsur Indikator 1 Ketertarikan 1.1. Responsif saat mengikuti Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 1.2. Bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 2 Perasaan Senang 2.1. Bersemangat dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 2.2. Tidak ada paksaan dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial 3 Perhatian 3.1. Konsentrasi saat mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 3.2. Menggunakan waktu luang untuk belajar Ilmu Pengetahuan Sosial 4 Partisipasi 4.1. Keterlibatan aktif siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 4.2. Rajin dalam mengemukakan pendapat/bertanya pada guru 5 Keinginan/ Kesadaran Keterangan: *) pernyataan negatif Sumber: Safari (2005: 111) 5.1. Kesadaran dalam mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial tanpa ada yang menyuruh/memaksa 5.2. Kesadaran siswa untuk mengikuti les pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial No. Item Skala 1, 2, 3* 4, 5, 6* 7*, 8, 9 10, 11*, 12 13, 14, 15 G. Validitas Instrumen Validitas dilakukan dengan sistem expert judgement atau pendapat para ahli dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksikan dengan aspek-aspek yang akan diukur berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Para ahli akan memberikan keputusan, instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan dan mungkin dirombak total. Setelah mendapatkan revisi/ masukan dari expert judgement maka dilakukan 55

70 perbaikan pada instrumen. Jadi valid atau tidaknya instrumen ditentukan oleh pendapat para ahli (Sugiyono, 2010: 125). H. Teknik Analisis Data berikut: Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data sebagai 1. Data observasi Data observasi yang telah diperoleh kemudian dihitung. Dengan demikian dapat diketahui hasil peningkatan minat yang dicapai dalam pembelajaran. 2. Data skala Data skala merupakan data penelitian yang bersifat kuantitatif. Data kuantitatif tersebut kemudian ditafsirkan menjadi data yang bersifat kualitatif dengan rumus dan kategori menurut Sukardjo (Purnama Wati, 2012) sebagai berikut: Tabel 5. Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif dengan Skala 4 No. Rentang Skor Rerata Skor Kategori 1. X > i + 1,8 Sbi X > 3,4 Sangat Baik 2. i + 0,6 Sbi < X i+ 1,8 Sbi 2,8 < X 3,4 Baik 3. i 0,6 Sbi < X i+ 0,6 Sbi 2,2 < X 2,8 Cukup 4. i 1,8 Sbi < X i 0,6 Sbi 1,6 < X 2,2 Kurang Keterangan: X = skor aktual (skor yang dicapai) i = rerata skor ideal = (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal) Sbi = simpangan baku skor ideal = (skor tertinggi ideal skor terendah ideal) Penelitian ini juga akan menafsirkan data kuantitatif secara verbal yaitu dengan membandingkan hasil skala pratindakan dan setelah 56

71 dilakukan tindakan yang diperoleh subjek serta menjelaskan kondisikondisi lain yang terjadi selama proses pembelajaran dengan menggunakan media gambar puzzle. Dengan demikian akan dapat diketahui adanya peningkatan minat belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada materi permasalahan sosial di daerah. I. Kriteria Keberhasilan Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Setelah pembelajaran dilakukan, minat belajar siswa yang dapat dilihat dari lembar observasi dan lembar skala dapat meningkat dibandingkan sebelum dilakukan tindakan dan masuk dalam kriteria baik. 2. Setelah pembelajaran dilakukan, 75% siswa memiliki nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal. Kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah 65 sehingga apabila setelah pembelajaran dilakukan 75% siswa memiliki nilai di atas 65 maka penelitian dikatakan berhasil. Dengan adanya keberhasilan dalam pembelajaran diasumsikan minat belajar Ilmu Pengetahuan Sosial juga berhasil/ meningkat. 57

72 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN Sinduadi 1 Sleman, Yogyakarta yang terletak di Jl.Magelang Km. 06 Karanganyar No. 59 A, Sinduadi, Mlati, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Visi dan misi SDN Sinduadi 1 Sleman sebagai berikut: a) Visi Terwujudnya Prestasi Siswayang Berbudaya, Berbudi Pekerti Luhur, Berwawasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi b) Misi (1) Pengoptimalan pengembangan kurikulum yang adaptif dan proaktif. (2) Penyelenggaraan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. (3) Pengoptimalan lulusan yang cerdas dan kompetitif. (4) Pengoptimalan Sumber Daya Manusia pendidikan yang memiliki kemampuan dan kesanggupan kerja yang tinggi. (5) Penyelenggaraan prasarana dan sarana pendidikan yang relevan dan mutakhir. (6) Penyelenggaraan manajemen sekolah yang tangguh. (7) Penyelenggaraan penggalangan biaya pendidikan yang memadai. 58

73 (8) Penyelenggaraan dalam standar penilaian untuk mewujudkan prestasiakademik dan non akademik. Sekolah Dasar Negeri 1 Sinduadi Sleman terdiri dari dua unit gedung yang dipisahkan oleh selokan mataram. Gedung yang ditempati SD Negeri 1 Sinduadi Sleman ini merupakan tanah Kas Desa Sinduadi. Sekolah Dasar Negeri 1 Sinduadi Sleman memiliki 12 ruang kelas yang terdiri dari ruang kelas I (A, B), kelas II (A, B), kelas III (A, B), kelas IV (A, B), kelas V(A, B) dan kelas VI (A, B). Selain itu, SD Negeri Sinduadi 1 Sleman dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang cukup memadai sebagai pendukung kegiatan belajar mengajar seperti ruang olahraga, perpustakaan, ruang keterampilan, mushola, ruang Unit Kesehatan Sekolah, koperasi, dan laboratorium komputer yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran. Sekolah juga difasilitasi ruang non akademik yaitu ruang kepala sekolah, ruang wakil kepala sekolah, ruang guru, ruang komite sekolah dan ruang tata usaha. Fasilitas tersebut pada umumnya dalam kondisi baik, walau ada beberapa fasilitas kurang berfungsi dengan baik. Jumlah siswa di SD Negeri 1 Sinduadi pada tahun ajaran 2014/2015 mencapai 356 siswa yang terdiri dari 64 siswa kelas I, 69 siswa kelas II, 62 siswa kelas III, 56 siswa kelas IV, 45 siswa kelas V dan 60 siswa kelas VI. Dari tahun 2010 sampai 2014 jumlah siswa terus meningkat setiap tahun. Berikut ini data perkembangan jumlah siswa di SD Negeri Sinduadi 1 Sleman dalam tiga tahun terakhir. 59

74 Tabel 6. Perkembangan Jumlah Siswa TAHUN KELAS I II III IV V VI TOTAL 2010 / / / / / Sumber: Data Sekunder, 2015 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah siswa di SD Negeri Sinduadi 1 Sleman terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini membuktikan dari tahun ke tahun tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sekolah semakin meningkat sehingga masyarakat tidak ragu menyekolahkan anak di SD N Sinduadi 1 Sleman. Peningkatan jumlah siswa dari tahun ke tahun ini tentu saja juga menunjukkan bahwa kualitas SD Negeri Sinduadi 1 Sleman juga semakin meningkat. Jumlah tenaga pengajar di sekolah ada 19 orang terdiri dari 12 guru kelas, 1 orang guru olahraga, 1 orang guru bahasa jawa, 1 orang guru bahasa inggris, 3 orang guru agama Islam, dan 1 orang guru TIK. Sebagian besar guru mempunyai tingkat pendidikan Strata 1 (S1) yaitu ada 16 guru, 2 guru lulusan Diploma 2 (D2), 1 guru lulusan Strata 2 (S2) dan 1 guru lulusan SMU. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas tenaga pengajar di SD Negeri Sinduadi 1 Sleman sudah baik. Penelitian dilakukan di SD Negeri 1 Sinduadi Sleman dikarenakan adanya pertimbangan minat belajar siswa kelas IV khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pokok bahasan permasalahan sosial di daerahnya berdasarkan hasil observasi masih rendah. Dengan adanya 60

75 penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif solusi pemecahan masalah rendahnya minat belajar siswa, khususnya di kelas IV SD Negeri 1 Sinduadi, Sleman. 2. Deskripsi Kondisi Awal Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas IV SD N 1 Sinduadi Sleman Yogyakarta melalui media pembelajaran gambar puzzle. Kondisi awal kelas penelitian diukur dari angket minat. Angket minat digunakan untuk mengetahui minat belajar Ilmu Pengetahuan Sosial sebelum dan sesudah diberi tindakan melalui media gambar puzzle. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 1 Sinduadi Sleman Yogyakarta yang berjumlah 29 siswa terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Hasil observasi awal menunjukkan bahwa para siswa memang mengalami permasalahan terkait dengan minat belajar Ilmu Pengetahuan Sosial yang rendah. Minat belajar siswa diukur dengan menggunakan angket. Data kondisi awal hasil minat belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Sinduadi, Kecamatan Sinduadi, Kabupaten Sleman sebelum diberikan tindakan pembelajaran dengan menggunakan media gambar puzzle disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: 61

76 Tabel 7. Hasil Angket Tentang Minat Belajar IPS Kelas IV Pratindakan No. Nama Skor Minat Nilai Minat Kriteria 1 MRRS 46 76,67 Baik 2 RTJT 43 71,67 Baik 3 AP 39 65,00 Cukup 4 AASF 39 65,00 Cukup 5 AWNK 45 75,00 Baik 6 ANF 42 70,00 Cukup 7 BDR 31 51,67 Kurang 8 CLZM 37 61,67 Cukup 9 DNW 38 63,33 Cukup 10 DCD 46 76,67 Baik 11 FK 32 53,33 Kurang 12 FIP 51 85,00 Baik 13 GDR 45 75,00 Baik 14 HH 47 78,33 Baik 15 KMD 32 53,33 Kurang 16 LL 34 56,67 Cukup 17 MAN 39 65,00 Cukup 18 MALA 49 81,67 Baik 19 MDA 33 55,00 Cukup 20 NKC 34 56,67 Cukup 21 NC 32 53,33 Kurang 22 RCM 33 55,00 Cukup 23 RNB 32 53,33 Kurang 24 RDA 47 78,33 Baik 25 RYA 36 60,00 Cukup 26 VDK 46 76,67 Baik 27 YNK 45 75,00 Baik 28 ZAK 43 71,67 Baik 29 CCS 38 63,33 Cukup Rata-rata 39,79 66,32 Cukup Sumber: Data Primer, diolah (2015). Sementara itu, rekapitulasi data minat belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa pada pra tindakan terdapat pada Tabel 8. Berdasarkan hasil rekapitulasi angket minat pada Tabel 8 diketahui bahwa ada 12 siswa atau 41,3% yang mempunyai minat belajar baik. Ada 12 siswa atau 41,3% yang mempunyai minat belajar cukup. Ada 5 siswa atau 17,2% siswa yang mempunyai minat belajar kurang. Berdasarkan uraian tersebut, dapat 62

77 diketahui bahwa siswa yang memiliki minat belajar dengan kriteria minimal baik ada 12 siswa atau 41,3%. Tabel 8. Rekapitulasi Minat Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Sinduadi 1 Pratindakan Kriteria Rentang Nilai Jumlah Siswa Persentase Sangat Baik 52 s/d % Baik 43 s/d ,3% Cukup 34 s/d ,3% Kurang 25 s/d ,2% Sumber: Data Primer, diolah (2015) Siswa kurang memperhatikan pada saat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sehingga kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal Ilmu Pengetahuan Sosial. Oleh karena itu, prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial rendah. Berdasarkan hasil rekapitulasi data awal tersebut maka dapat dijelaskan bahwa sebagian besar siswa kelas IV SD Negeri 1 Sinduadi Sleman Yogyakarta belum menunjukkan minat belajar yang baik. Dengan hasil tersebut maka dilakukan perencanaan tindakan pengajaran dengan media pembelajaran gambar puzzle, dengan harapan akan terjadi peningkatan minat belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam dua siklus, yang masing-masing siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) observasi atau pengamatan (observing) dan (4) refleksi (reflecting). 63

78 3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I a. Tahap Perencanaan (planning) Siklus I Siklus I dimulai dari tahap perencanaan. Siklus I dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan atau tatap muka untuk proses pembelajaran, yaitu pada hari Jumat-Sabtu, Mei Pada tahap perencanaan ini peneliti dan kolaborator yaitu guru kelas menyepakati beberapa hal yaitu: 1) Diawali dengan konsultasi terlebih dahulu dengan kolaborator, yaitu guru kelas tentang kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian. 2) Peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IV. 3) Menyiapkan media gambar puzzle dan Lembar Kerja Siswa (LKS). 4) Merancang instrumen penelitian yaitu angket minat dan pedoman observasi dalam pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi permasalahan sosial di daerah. b. Tahap Tindakan (acting) Siklus I Tindakan Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu pada hari Jumat, 29 Mei 2015 dan Sabtu, 30 Mei Sesuai dengan skenario pembelajaran pada Siklus I ini, pembelajaran dilakukan oleh guru kelas dan peneliti sebagai observer yang bertugas mengamati kegiatan pembelajaran. Pembelajaran berlangsung selama 2 x 35 menit dalam dua kali pertemuan. 64

79 1) Pertemuan-1 Siklus I Pertemuan-1 dilaksanakan pada hari Jumat, 29 Mei 2015 dengan indikator siswa dapat mendefinisikan permasalahan sosial dan memberikan contoh-contoh permasalahan sosial yang ada di daerah serta cara mencegah permasalahan sosial tersebut. Pelaksanaan tindakan pertemuan-1 tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Kegiatan Awal Kegiatan awal berlangsung selama 10 menit. Berikut ini pelaksanaan kegiatan awal selama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial: (1) Guru mengucapkan salam (2) Siswa berdoa bersama sebelum pelajaran dimulai (3) Guru menanyakan siswa yang tidak masuk (4) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran hari ini yaitu: (a) Siswa dapat menjelaskan pengertian masalah sosial (b) Siswa dapat menyebutkan contoh-contoh masalah sosial (c) Siswa dapat menjelaskan cara mencegah masalah sosial. (5) Guru menanyakan kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran hari ini (6) Guru memberikan apersepsi dengan bertanya pada siswa apa perbedaan masalah pribadi dengan masalah sosial. 65

80 b) Kegiatan Inti Pada kegiatan inti pertemuan I hal-hal yang dilakukan guru yaitu: (1) Siswa di kelas dibagi menjadi 6 kelompok berdasarkan tempat duduk. Setiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa. Ketua kelompok dipilih langsung oleh anggota kelompok masing-masing. Meskipun pada pembentukan kelompok sudah ditunjuk berdasarkan nomor absen, namun masih ada siswa yang lambat merespon untuk bergabung dengan kelompok yang telah ditetapkan berdasarkan nomor urut absen tersebut, ada juga yang suka jahil atau mengganggu teman yang sedang konsentrasi dalam pembentukan kelompok, sehingga guru kelas harus membimbing para siswa agar tetap tertib. (2) Masing-masing kelompok siswa mendapatkan media gambar puzzleyang dibagikan oleh guru dan peneliti. Gambar permasalahan sosial yang digunakan seperti gambar siswa putus sekolah, banjir, kemacetan, pengangguran, dan sampah. Kelompok 1 mendapat gambar tentang permasalahan banjir, kelompok 2 mendapat gambar tentang permasalahan sosial kemacetan, kelompok 3 mendapat gambar tentang permasalahan sosial putus sekolah, kelompok 4 mendapat gambar tentang permasalahan sosial pengangguran, kelompok 5 mendapat gambar tentang permasalahan sosial 66

81 sampah dan kelompok 6 mendapat gambar tentang permasalahan sosial tawuran remaja. Siswa menyusun gambar acak tersebut agar menjadi satu gambar yang utuh dan memberikan deskripsi singkat mengenai gambar tersebut. Siswa terlihat antusias, akan tetapi beberapa kelompok mengalami kesulitan dalam menyusun puzzle sehingga puzzle tidak dapat diselesaikan tepat waktu. (3) Setiap kelompok siswa menyebutkan permasalahan sosial apa yang ada dalam gambar puzzle masing-masing ketika guru memberikan pertanyaan secara acak. (4) Setelah itu, siswa kembali berdiskusi mengenai penyebabpenyebab permasalahan sosial yang ada dalam gambar. (5) Setelah selesai berdiskusi, siswa dari kelompok 1, 2 dan 3 diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusi. Gambar pada saat siswa sedang presentasi dapat dilihat pada lampiran. Sebagian besar siswa masih terlihat malu saat presentasi. Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk menanggapi hasil presentasi kelompok yang sedang maju. Akan tetapi, tidak ada siswa yang berani memberikan tanggapan, sehingga guru kemudian menunjuk beberapa siswa untuk memberikan tanggapan. (6) Guru memberikan refleksi mengenai proses pembelajaran yang telah dilakukan. Guru kemudian memberikan 67

82 kesimpulan dan point penting dari materi. Siswa kurang dilibatkan dalam penarikan kesimpulan sehingga beberapa siswa terlihat tidak memperhatikan penjelasan kesimpulan dari guru karena sibuk dengan permainannya sendiri. c) Kegiatan Akhir (1) Siswa menjawab soal evaluasi yang ada dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) mengenai materi permasalahan sosial yang dipelajari. (2) Guru kemudian menutup pelajaran dengan salam. 2) Pertemuan-2 Siklus I Pertemuan 2 Siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, 30 Mei Pada pertemuan ini materi yang diberikan masih sama dengan pertemuan 1 yaitu definisi permasalahan sosial dan contoh-contoh permasalahan sosial yang ada di daerah serta cara mencegah permasalahan sosial. Berikut ini deskripsi langkah-langkah pembelajaran Pertemuan 2 Siklus 1: a) Kegiatan Awal Kegiatan awal berlangsung selama 10 menit. Berikut ini pelaksanaan kegiatan awal selama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial: (1) Guru mengucapkan salam (2) Siswa berdoa bersama dengan sebelum pelajaran dimulai (3) Guru menanyakan siswa yang tidak masuk 68

83 (4) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran hari ini masih sama dengan pertemuan sebelumnya, yaitu: (a) Siswa dapat menjelaskan pengertian masalah sosial (b) Siswa dapat menyebutkan contoh-contoh masalah sosial (c) Siswa dapat menjelaskan cara mencegah masalah sosial. (5) Guru menanyakan kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran hari ini (6) Guru memberikan apersepsi dengan menanyakan materi pelajaran pada pertemuan sebelumnya pada beberapa siswa yang ditunjuk acak. Beberapa siswa sudah bisa menjawab pertanyaan dari guru. b) Kegiatan Inti Pada kegiatan inti pertemuan 2 ini pelaksanaan kegiatan inti selama kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu: (1) Siswa menyimak penyampaian materi dari guru tentang permasalahan sosial khususnya permasalahan sosial yang kemarin sudah dipresentasikan siswa yaitu banjir, kemacetan dan putus sekolah. (2) Siswa dibagi menjadi enam kelompok yang sama dengan kelompok pada Pertemuan I yang lalu. Masing-masing kelompok mendapat satu media gambar puzzle yang dibagikan guru. Gambar permasalahan sosial sama seperti yang digunakan pada pertemuan 1. Kelompok 1 mendapat 69

84 gambar tentang permasalahan banjir, kelompok 2 mendapat gambar tentang permasalahan sosial kemacetan, kelompok 3 mendapat gambar tentang permasalahan sosial putus sekolah, kelompok 4 mendapat gambar tentang permasalahan sosial pengangguran, kelompok 5 mendapat gambar tentang permasalahan sosial sampah dan kelompok 6 mendapat gambar tentang permasalahan sosial tawuran remaja. (3) Setiap kelompok siswa menyebutkan permasalahan sosial apa yang ada dalam gambar puzzle masing-masing ketika guru memberikan pertanyaan secara acak. (4) Siswa harus berdiskusi mengenai bagaimana cara mencegah permasalahan sosial yang terdapat dalam gambar masingmasing. Namun ada beberapa kelompok yang terlihat kurang antusias dengan tugas yang diberikan guru. Beberapa siswa terlihat bergurau mengganggu kelompok lain. (5) Setelah selesai berdiskusi, siswa dari kelompok 4, 5 dan 6 diberi kesempatan untuk bergantian maju mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Setiap kelompok diwakili oleh dua orang yaitu ketua kelompok dan sekertaris kelompok. Siswa dari kelompok lain diminta untuk memberikan pertanyaan atau tanggapan terhadap kelompok yang sedang presentasi. Seperti pada Pertemuan 1, tidak ada siswa yang berani memberikan tanggapan atau pendapatnya mengenai 70

85 permasalahan yang dipresentasikan sehingga guru menunjuk siswa secara acak. (6) Guru memberikan refleksi mengenai proses pembelajaran yang telah dilakukan. (7) Guru kemudian memberikan kesimpulan dan point penting dari materi. Siswa kurang dilibatkan dalam penarikan kesimpulan sehingga beberapa siswa terlihat tidak memperhatikan penjelasan kesimpulan dari guru karena sibuk dengan permainannya sendiri. c) Kegiatan Akhir (1) Siswa menjawab soal evaluasi yang ada dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) mengenai materi permasalahan sosial yang dipelajari. Guru dibantu peneliti juga membagikan angket yang digunakan untuk mengukur minat belajar Ilmu Pengetahuan Sosial setelah dilakukan tindakan Siklus I. (2) Guru kemudian menutup pelajaran dengan salam. Setelah siklus I pertemuan ke dua berakhir, kemudian dibagikan angket yang digunakan untuk mengukur minat siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Adapun hasil angket minat siswa tersaji dalam tabel di bawah ini: 71

86 Tabel 9. Hasil Angket Tentang Minat Belajar IPS Kelas IV Siklus I No. Nama Skor Minat Nilai Minat Kriteria 1 MRRS 47 78,33 Baik 2 RTJT 45 75,00 Baik 3 AP 40 66,67 Cukup 4 AASF 40 66,67 Cukup 5 AWNK 49 81,67 Baik 6 ANF 52 86,67 Sangat Baik 7 BDR 42 70,00 Cukup 8 CLZM 42 70,00 Cukup 9 DNW 45 75,00 Baik 10 DCD 48 80,00 Baik 11 FK 41 68,33 Cukup 12 FIP 54 90,00 Sangat Baik 13 GDR 45 75,00 Baik 14 HH 50 83,33 Baik 15 KMD 46 76,67 Baik 16 LL 49 81,67 Baik 17 MAN 49 81,67 Baik 18 MALA 52 86,67 Sangat Baik 19 MDA 42 70,00 Cukup 20 NKC 37 61,67 Cukup 21 NC 41 68,33 Cukup 22 RCM 39 65,00 Cukup 23 RNB 49 81,67 Baik 24 RDA 53 88,33 Sangat Baik 25 RYA 48 80,00 Baik 26 VDK 51 85,00 Baik 27 YNK 45 75,00 Baik 28 ZAK 52 86,67 Sangat Baik 29 CCS 40 66,67 Cukup Rata-rata 45,97 76,61 Baik Sumber: Data Primer, diolah (2015) Berdasarkan tabel di atas, rata-rata minat belajar siswa adalah 76,61% dan termasuk dalam kriteria baik. Rekapitulasi minat belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa sebagai berikut: 72

87 Tabel 10. Rekapitulasi Minat Belajar IPS Siswa Siklus I Kriteria Jumlah Siswa Persentase Sangat Baik 5 17,24% Baik 14 48,28% Cukup 10 34,48% Kurang 0 0% Berdasarkan tabel di atas, 5 siswa atau 17,24% memiliki minat belajar yang sangat baik, 14 siswa atau 48,28% memiliki minat belajar yang baik. Sedangkan 10 siswa atau 34,48% memiliki minat belajar cukup. Hasil tersebut merunjukkan bahwa minat belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas IV SD Negeri 1 Sinduadi Sleman masih ada yang belum memenuhi kriteria baik yaitu 10 siswa yang berada pada kriteria cukup antara lain AP, AASF, BDR, CLZM, FK, MDA, NKC, NC, RCM, dan CCS. c. Tahap Observasi (observing) Siklus I Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan tindakan siklus I yaitu: 1) Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru 2) Mengamati seberapa besar minat belajar siswa pada saat mengikuti proses pembelajaran berlangsung. Berikut ini hasil observasi pada Siklus I: 1) Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran oleh guru Aspek yang diamati dalam kegiatan observasi guru meliputi keterlaksanaan pembelajaran mulai dari: 73

88 a) Kegiatan awal Berdasarkan hasil obsrevasi terhadap keterlaksanaan pembelajaran oleh guru pada Siklus I, pada kegiatan awal guru sudah membuka pelajaran dengan salam, menjelaskan tujuan pembelajaran dan media pembelajaran yang digunakan serta memberikan apersepsi. Akan tetapi pada kegiatan awal ini, guru belum memberikan motivasi pada siswa yang dapat meningkatkan semangat siswa untuk belajar. b) Kegiatan inti Pada kegiatan inti, guru sudah bisa mengkoordinasi siswa untuk berkelompok masing-masing empat siswa. Guru juga sudah memberikan gambar puzzle yang diselesaikan. Guru sudah bisa mengajak siswa untuk berdiskusi. Akan tetapi pada saat berdiskusi, guru hanya mengawasi beberapa kelompok saja. Sehingga, hanya beberapa kelompok yang terlihat aktif menyusun puzzle sedangkan kelompok lain terlihat ramai sendiri. Bahkan ada siswa yang malah mengobrol dengan kelompok lain. Guru kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi masing-masing kelompok. Guru juga sudah memberikan refleksi mengenai proses pembelajaran yang telah dilakukan. Aspek yang belum terlaksana adalah guru belum memberikan rangkuman dan poin penting dari materi yang telah dipelajari. 74

89 c) Kegiatan akhir Pada kegiatan akhir, guru sudah melakukan evaluasi dengan memberikan soal tes kepada siswa tentang materi permasalahan sosial dan menutup pelajaran dengan salam. Hasil pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran oleh guru menunjukkan bahwa guru secara umum sudah melaksankaan pembelajaran sesuai tahap-tahap pembelajaran dengan menggunakan media gambar puzzle. Namun, pelaksanaan pembelajaran masih belum optimal karena masih ada dua aspek yang belum dilaksanakan oleh guru, yaitu guru belum memberikan motivasi di awal pembelajaran dan guru belum melibatkan siswa pada saat memberikan rangkuman dan poin penting pada akhir pembelajaran. Selain itu, pada kegiatan inti guru hanya memberikan perhatian pada beberapa kelompok saja. Sehingga, kelompok yang lain terlihat ramai dan tidak fokus berdiskusi. Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran oleh guru lebih lengkap tersaji pada Lampiran 9. 2) Hasil observasi minat belajar siswa Keberhasilan pelaksanaan tindakan pada Siklus I dapat dilihat dari adanya peningkatan minat belajar siswa yang terlihat lebih baik dibandingkan dengan minat belajar siswa pada saat sebelum tindakan. Aspek-aspek yang diamati dalam minat belajar siswa meliputi ketertarikan, perhatian dalam pembelajaran dan aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung. 75

90 Berikut tabel observasi terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan media gambar puzzle berlangsung: Tabel 11. Hasil Observasi Tentang Rata-rata Aktivitas Siswa Siklus I No Aspek yang diamati 1 Adanya kemauan untuk menyusun puzzle 2 Menunjukkan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran dengan media puzzle 3 Menunjukkan konsentrasi dalam menyusun puzzle 4 Menunjukkan ketelitian dalam menyusun puzzle 5 Memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang puzzle 6 Menunjukkan keaktifan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran menyusun puzzle 7 Menunjukkan aktivitas dalam menyusun puzzle 8 Berusaha menyelesaikan tugas dalam menyusun puzzle 9 Kesungguhan dalam menyelesaikan tugas menyusun puzzle Sumber: Data Primer, diolah (2015). Skor Kriteria Baik Cukup Cukup Cukup Baik Baik Baik Baik Cukup Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan media gambar puzzle, ada 5 butir amatan yang sudah masuk kriteria baik, sedangkan 4 butir amatan belum masuk kriteria baik. Butir-butir amatan minat belajar berdasarkan media gambar puzzle yang belum mencapai kriteria baik adalah sebagai berikut: a) Menunjukkan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran dengan media puzzle b) Menunjukkan konsentrasi dalam menyusun puzzle 76

91 c) Menunjukkan ketelitian dalam menyusun puzzle d) Kesungguhan dalam menyelesaikan tugas menyusun puzzle Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2 pada siklus I, peneliti dan guru kelas. d. Tahap Refleksi Siklus I Berdasarkan hasil obsrevasi pada Siklus I, peneliti dan guru kelas sebagai pelaksana melakukan analisis dan refleksi selama siklus I. Berdasarkan hasil analisis observasi selama siklus I berjalan dimana hasil angket minat dan observasi masih belum memenuhi hasil pencapaian yang diharapkan yaitu masuk kriteria baik, penyebab hal di atas terjadi adalah sebagai berikut: 1) Siswa masih kurang berminat saat mengikuti kegiatan belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Media gambar puzzlemasih kurang menarik perhatian siswa dikarenakan gambar yang digunakan masih hitam putih saja 2) Saat diberikan waktu untuk bertanya, para siswa tidak mau menggunakan kesempatan tersebut untuk bertanya. 3) Guru belum memberikan motivasi yang dapat membangkitkan semangat belajar siswa. Motivasi diperlukan agar siswa lebih bersemangat mengikuti kegiatan belajar. 4) Guru kurang memberikan perhatian kepada seluruh siswa sehingga beberapa siswa ramai sendiri pada saat kegiatan diskusi berlangsung. 77

92 Berdasarkan hasil angket minat, rata-rata minat belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sudah meningkat. Akan tetapi, masih ada beberapa siswa yang memiliki minat belajar belum masuk kategori cukup. Berdasarkan hasil refleksi yang telah dilakukan, peneliti bersama dengan guru kelas menyimpulkan bahwa peneliti perlu memperbaiki kekurangan yang terjadi pada Siklus I. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan pada tindakan siklus berikutnya. Peneliti beserta guru kelas melakukan diskusi untuk mencari solusi dari permasalahan yang terjadi pada Siklus I. Solusi yang digunakan untuk perencanaan Siklus II dalam memperbaikikekurangan pada Siklus I adalah: 1) Memperbaiki kualitas media gambar puzzle agar lebih menarik. Gambar puzzle yang pada siklus I masih hitam putih diperbaiki dengan gambar puzzle berwarna. Gambar yang penuh warna akan menarik perhatian siswa sehingga lebih berminat pada saat pembelajaran berlangsung. 2) Mengarahkan guru agar mendorong siswa untuk aktif bertanya pada waktu diskusi. Pada saat berdiskusi, dibuat agar setiap anggota kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan pendapatnya, serta melakukan diskusi tanpa adanya dominan dari siswa yang pintar saja. 3) Mengarahkan guru agar memberikan motivasi kepada siswa sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Tanpa adanya motivasi, siswa 78

93 akan merasa kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Guru dapat menceritakan manfaat-manfaat penting dari materi yang akan dipelajari bagi masa depan siswa. 4) Memberikan masukan pada guru agar pada saat kegiatan diskusi berlangsung, guru berkeliling dan mengawasi setiap kelompok diskusi. Selain hal tersebut, guru dapat mengoptimalkan peran dari masing-masing ketua kelompok maupun anggota kelompok. 4. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II Siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan sama seperti siklus I. pelaksanaan siklus II mengacu pada RPP dan hasil refleksi siklus I. Siklus II dilaksanakan untuk memperbaiki tindakan pembelajaran pada siklus I yang belum berhasil. Adapun deskripsi masing-masing tahap dalam siklus II tersaji seperti berikut ini: 1. Tahap perencanaan (planning) Siklus II Dalam tahap perencanaan siklus II, peneliti bersama dengan guru kelas menyepakati beberapa hal antara lain: a. Pembelajaran tetap mengacu pada RPP yang telah disusun dengan jumlah pertemuan sebanyak 2 kali dan dilaksanakan tanggal 5-6 Juni b. Peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IV. c. Menyiapkan media gambar puzzle dan Lembar kerja siswa (LKS). 79

94 d. Merancang instrumen penelitian yaitu angket minat dan pedoman observasi dalam pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi permasalahan sosial di daerah. Beberapa rencana tindakan yang akan dilakukan pada siklus II untuk memperbaiki kelemahan pada siklus I yaitu: a. Perbaikan pada pembentukan kelompok b. Memberikan waktu yang sama pada setiap siswa untuk menyampaikan pendapat agar aktif dalam berdiskusi tanpa didominasi oleh siswa yang pintar c. Mendorong siswa untuk aktif bertanya. 2. Tahap pelaksanaan siklus II Pelaksanaan tindakan pada Siklus II terdiri dari dua pertemuan yaitu pada hari 5-6 Juni Sesuai dengan skenario pembelajaran pada siklus II ini pembelajaran tetap dilakukan oleh peneliti sebagai observer dan guru kelas sebagai pelaksana. Pembelajaran berlangsung dalam dua kali pertemuan masing-masing dilaksanakan 2 x 35 menit. Materi pelajaran siklus II sama dengan Siklus I yaitu permasalahan sosial di daerah. Adapun tujuan pembelajaran pada Siklus II berbeda dengan tujuan pembelajaran pada Siklus I, yaitu: a. Siswa diharapkan data menjelaskan faktor-faktor penyebab dari permasalahan sosial b. Siswa dapat menyebutkan dampak daripermasalaahan sosial pada kehidupan bermasyarakat. 80

95 Berikut ini penjelasan dari masing-masing pertemuan pada siklus II: a. Pertemuan 1 Siklus II Pertemuan siklus I dilaksanakan pada hari Jumat, 5 Juni 2015 dengan pokok bahasan faktor-faktor penyebab permasalahan sosial. Pelaksanaan tindakan pertemuan 1 adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan Awal a) Guru membuka pelajaran dengan salam. Siswa menjawab salam dari guru secara serempak. b) Guru kemudian memberikan motivasi dan menjelaskan mengenai kegiatan pembelajaran dan media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu media gambar puzzle. Motivasi yang diberikan guru adalah mempelajari permasalahan sosial dapat memberikan manfaat kepada siswa menjadi bisa tahu cara mengatasi permasalahan sosial yang ada. Guru menjelaskan penggunaan media pembelajaran gambar puzzle. c) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, yaitu siswa dapat menjelaskan faktor-faktor penyebab dari permasalahan sosial dan dampak permasalahan sosial terhadap kehidupan masyarakat. d) Guru memberikan apersepsi dengan cara guru mengulang kembali pelajaran yang kemarin. 81

96 2) Kegiatan Inti a) Siswa dibagi menjadi 6 kelompok seperti kelompok pada pertemuan sebelumnya yaitu berdasarkan tempat duduk oleh guru. Setiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa. Ketua kelompok pada siklus II ini ditetapkan oleh guru. b) Pembentukan kelompok pada Siklus II dibimbing langsung oleh guru kelas dan masing-masing ketua kelompok yang telah ditetapkan dari awal sehingga pembentukan kelompok berjalan dengan baik. c) Setiap kelompok mendapat media gambar puzzlewarna yang dibagikan oleh guru dengan dibantu peneliti. Setiap kelompok mendapat gambar permasalahan sosial yang berbeda dari gambar permasalahan pada siklus I. Kelompok 1 mendapat gambar tentang permasalahantawuran remaja, kelompok 2 mendapat gambar tentang permasalahan sosialsampah, kelompok 3 mendapat gambar tentang permasalahan sosialpengangguran, kelompok 4 mendapat gambar tentang permasalahan sosial putus sekolah, kelompok 5 mendapat gambar tentang permasalahan sosial kemacetan dan kelompok 6 mendapat gambar tentang permasalahan sosial banjir. d) Siswa menyusun gambar acak tersebut agar menjadi satu gambar yang utuh dan memberikan deskripsi singkat mengenai gambar tersebut. Siswa terlihat antusias, beberapa kelompok 82

97 yang pada siklus I mengalami kesulitan dalam menyusun puzzle sudah dibantu guru sehingga semua kelompok dapat menyelesaikan gambar puzzletepat waktu. e) Setiap kelompok dapat menyebutkan permasalahan sosial apa yang ada dalam gambar puzzle masing-masing ketika guru memberikan pertanyaan kepada setiap kelompok secara acak. f) Setelah itu, siswa kembali berdiskusi mengenai penyebabpenyebab permasalahan sosial yang ada dalam gambar. Dengan arahan dan bantuan guru, diskusi berjalan dengan baik. Guru yang pada siklus I hanya memberikan arahan pada sebagian kelompok saja, pada siklus II ini sudah memberikan perhatian yang sama pada setiap kelompok di kelas. g) Guru selalu mengawasi dan berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain sehingga diskusi berjalan dengan lancar. Setiap anggota kelompok juga sudah aktif untuk mengemukakan pendapatnya. h) Setelah selesai berdiskusi, siswa dari kelompok 1, 2 dan 3 diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusi. Gambar pada saat siswa sedang presentasi dapat dilihat pada lampiran. Dengan motivasi yang diberikan guru, sebagian besar siswa yang masih terlihat malusaat presentasi siklus I terlihat sudah tidak malu lagi bahkan bersemangat. Hal ini 83

98 dapat dilihat dari hasil dokumentasi yang terdapat pada lampiran. i) Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk menanggapi hasil presentasi kelompok yang sedang maju. Pada siklus II ini siswa sudah aktif dalam bertanya dan memberikan tanggapan atau jawaban kepada kelompok lain yang bertanya sehingga kegiatan diskusi berjalan dengan lancar dan banyak arguman-argumen yang muncul dan dibahas dalam forum diskusi pada siklus II ini. j) Guru memberikan refleksi mengenai proses pembelajaran yang telah dilakukan. Guru kemudian mengajak siswa untuk menarik kesimpulan dan penting dari materi. Siswa terlihat sudah bisa menyimpulkan sendiri kegiatan pembelajaran. Siswa sudah bisa menjelaskan faktor-faktor penyebab permasalahan sosial seperti tawuram remaja, sampah dan pengangguran. 3) Kegiatan Akhir a) Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru secara lisan tentang materi yang telah dipelajari. Para siswa sangat antusias untuk menjawab pertanyaan dari guru tanpa harus ditunjuk. b) Guru menutup pelajaran dengan salam kemudian memberikan pesan agar selalu menjaga lingkungan sekitar dengan cara membuang sampah pada tempatnya. Selain itu, para siswa juga 84

99 harus giat belajar untuk meraih cita-cita agar tidak menjadi penggangguran di masa yang akan datang. b. Pertemuan 2 Siklus II Pertemuan 2 siklus II dilaksanakan pada hari sabtu, 6 Juni 2015 dengan pokok bahasan dampak permasalahan sosial di masyarakat. Pelaksanaan tindakan pertemuan 1 adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan Awal a) Guru mengucapkan salam. b) Para siswa berdoa bersama sebelum pelajaran dimulai. c) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. d) Guru menanyakan kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran pada hari ini. e) Guru kemudian memberikan motivasi dengan cara menanyakan apa saja dampak yang ditimbulkan dari permasalahan sampah di sekitar lingkungan. f) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, yaitu siswa dapat menjelaskan faktor-faktor penyebab dari permasalahan sosial dan dampak permasalahan sosial terhadap kehidupan masyarakat. g) Guru memberikan apersepsi dengan cara guru mengulang kembali pelajaran yang kemarin. 85

100 2) Kegiatan Inti a) Siswa dikelompokkan menjadi 6 kelompok seperti kelompok pada pertemuan sebelumnya. Ketua kelompok ditetapkan oleh guru. b) Sama seperti pada pertemuan sebelumnya, karena pembentukan kelompok pada Siklus II dibimbing langsung oleh guru kelas dan masing-masing ketua kelompok yang telah ditetapkan dari awal maka pembentukan kelompok berjalan dengan baik. c) Masing-masing kelompok mendapat satu media gambar puzzle seperti pada pertemuan sebelumnya yang dibagikan oleh guru dibantu dengan peneliti. Setiap kelompok mendapat gambar permasalahan sosial sama dengan gambar permasalahan pada pertemuan 1. Kelompok 1 mendapat gambar permasalahantawuran remaja, kelompok 2 tentang permasalahan sampah, kelompok 3 tentang permasalahan pengangguran, kelompok 4 tentang permasalahan putus sekolah, kelompok 5 tentang permasalahan sosial kemacetan dan kelompok 6 mendapat gambar tentang permasalahan sosial banjir. d) Siswa menyusun gambar acak tersebut agar menjadi satu gambar yang utuh dan memberikan deskripsi singkat mengenai gambar tersebut. 86

101 e) Setiap kelompok siswa menyebutkan permasalahan sosial apa yang ada dalam gambar puzzle masing-masing ketika guru memberikan pertanyaan secara acak. f) Setelah itu, siswa kembali berdiskusi mengenai penyebabpenyebab permasalahan sosial yang ada dalam gambar. Guru selalu mengawasi dan berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain sehingga diskusi berjalan dengan lancar. Setiap anggota kelompok juga sudah aktif untuk mengemukakan pendapatnya. g) Apabila pada pertemuan I, siswa dari kelompok 1, 2 dan 3 lah yang diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusi, maka pada pertemuan 2 ini siswa dari kelompok 4, 5 dan 6 yang diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusi. Gambar pada saat siswa sedang presentasi dapat dilihat pada lampiran. Terlihat siswa antusias dalam kegiatan diskusi sehingga guru tidak perlu menunjuk siswa untuk presentasi. h) Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk menanggapi hasil presentasi kelompok yang sedang maju. Siswa berpartisipasi dengan optimal sehingga terjadi perubahan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dengan suasana yang lebih hidup. i) Guru memberikan refleksi mengenai proses pembelajaran yang telah dilakukan dengan memberikan masukan dan tamabahan- 87

102 tambahan untuk melengkapi materi yang sudah didiskusikan bersama. 3) Kegiatan Akhir a) Siswa mengerjakan tes individu yang diberikan oleh guru tentang materi yang telah dipelajari. Siswa terlihat serius pada saat mengerjakan soal yang diberikan guru. Siswa yang pada siklus I terlihat tidak konsentrasi pada saat mengerjakan soal, pada siklus II terlihat fokus dan konsentrasi mengerjakan soal yang diberikan guru. b) Guru menutup pelajaran dengan salam kemudian memberikan pesan agar belajar dengan rajin karena ada anak-anak lain yang tidak memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan. Setelah siklus II berakhir, dibagikan angket yang digunakan untuk mengukur minat siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Adapun hasil angket pada siklus II tersaji sebagai berikut: 88

103 Tabel 12. Hasil Angket Tentang Minat Belajar IPS Kelas IV Siklus II No. Nama Skor Nilai Minat Minat Kriteria 1 MRRS 55 91,67 Sangat Baik 2 RTJT 46 76,67 Baik 3 AP 41 68,33 Cukup 4 AASF 42 70,00 Cukup 5 AWNK 52 86,67 Sangat Baik 6 ANF 44 73,33 Baik 7 BDR 45 75,00 Baik 8 CLZM 48 80,00 Baik 9 DNW 49 81,67 Baik 10 DCD 47 78,33 Baik 11 FK 42 70,00 Cukup 12 FIP 54 90,00 Sangat Baik 13 GDR 51 85,00 Baik 14 HH 47 78,33 Baik 15 KMD 43 71,67 Baik 16 LL 50 83,33 Baik 17 MAN 46 76,67 Baik 18 MALA 54 90,00 Sangat Baik 19 MDA 45 75,00 Baik 20 NKC 47 78,33 Baik 21 NC 45 75,00 Baik 22 RCM 42 70,00 Cukup 23 RNB 54 90,00 Sangat Baik 24 RDA 51 85,00 Baik 25 RYA 47 78,33 Baik 26 VDK 50 83,33 Baik 27 YNK 48 80,00 Baik 28 ZAK 53 88,33 Sangat Baik 29 CCS 50 83,33 Baik Rata-rata 47,86 79,78 Baik Sumber: Data Primer, diolah (2015). Sedangkan rekapitulasi minat belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa tersaji pada Tabel 13. Berdasarkan Tabel 13, sebanyak 6 siswa atau 20,69%memiliki minat belajar yang sangat baik dan telah tuntas, 19 siswa atau 65,52% memiliki minat belajar yang baik dan telah tuntas. Sedangkan 4 siswa atau 13,79% memiliki minat belajar cukup dan belum tuntas pada kriteria minimal baik. 89

104 Tabel 13. Rekapitulasi Minat Belajar IPS Siswa Siklus II Kriteria Jumlah Siswa Persentase Sangat Baik 6 20,69% Baik 19 65,52% Cukup 4 13,79% Kurang 0 0% Sumber: Data Primer, diolah (2015) 3. Tahap observasi siklus II Observasi atau pengamatan merupakan upaya untuk mengamati pelaksanaan tindakan yaitu dalam pembelajaran menggunakan media gambar puzzle pada siklus II. Observasi terhadap proses tindakan yang sedang dilaksanakan untuk mendokumentasikan dan memastikan bahwa tindakan yang dilakukan telah sesuai dengan RPP yang disusun dan adanya perbaikan tindakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus II. Observasi dilakukan untuk mengamati pelaksanaan tindakan siklus II yaitu: 1) Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru 2) Mengamati seberapa besar minat belajar siswa pada saat mengikuti proses pembelajaran berlangsung. Hasil observasi pelaksanaan tindakan siklus II diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut: 1) Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran oleh guru. Aspek yang diamati dalam kegiatan observasi guru meliputi keterlaksanaan pembelajaran mulai dari: 90

105 a) Kegiatan awal Berdasarkan hasil observasi terhadap keterlaksanaan pembelajaran oleh guru pada Siklus I, pada kegiatan awal guru sudah membuka pelajaran dengan salam, menjelaskan tujuan pembelajaran dan media pembelajaran yangdigunakan serta memberikan apersepsi. Pada kegiatan awal ini, guru juga sudah memberikan motivasi pada siswa untuk meningkatkan semangat siswa untuk belajar. b) Kegiatan inti Pada kegiatan inti, guru sudah bisa mengkoordinasi siswa untuk berkelompok masing-masing empat siswa. Guru juga sudah memberikan gambar puzzle yangdiselesaikan. Guru sudah bisa mengajak siswa untuk berdiskusi. Pada siklus I, guru hanya mengawasi beberapa kelompok sajaakan tetapi pada siklus II ini guru sudah berkeliling dan mengawasi jalannya diskusi masingmasing kelompok. Guru sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi masing-masing kelompok. Guru juga sudah memberikan refleksi mengenai proses pembelajaran yang telah dilakukan. Guru sudah memberikan rangkuman dan poin penting dari materi yang telah dipelajari bersama dengan siswa. Pada kegiatan inti siklus II ini, dapat disimpulkan bahwa guru sudah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan RPP. 91

106 c) Kegiatan akhir Pada kegiatan akhir, guru sudah melakukan evaluasi dengan memberikan soal tes kepada siswa tentang materi permasalahan sosial dan menutup pelajaran dengan salam. Hasil pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran oleh guru menunjukkan bahwa guru secara umum sudah melaksankaan pembelajaran sesuai tahap-tahap pembelajaran dengan menggunakan media gambar puzzle. Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran oleh guru lebih lengkap tersaji pada Lampiran 10. 2) Hasil observasi minat belajar siswa Hasil observasi aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan media gambar puzzle berlangsung tersaji dalam Tabel 14. Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa seluruh indikator sudah masuk dalam kriteria baik dan sangat baik. 92

107 Tabel 14. Hasil Observasi Tentang Rata-Rata Aktivitas Siswa Siklus II No. Aspek yang diamati Skor Kriteria 1 Adanya kemauan untuk menyusun puzzle Sangat Baik 2 Menunjukkan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran dengan media puzzle Sangat Baik 3 Menunjukkan konsentrasi dalam menyusun puzzle Baik 4 Menunjukkan ketelitian dalam menyusun puzzle 5 Memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang puzzle 6 Menunjukkan keaktifan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran menyusun puzzle 7 Menunjukkan aktivitas dalam menyusun puzzle 8 Berusaha menyelesaikan tugas dalam menyusun puzzle 9 Kesungguhan dalam menyelesaikan tugas menyusun puzzle Sumber: Data Primer, diolah (2015). Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik Baik Berdasarkan hasil pengamatan tindakan pembelajaran dengan media gambar puzzle pada Siklus II pertemuan 1 dan 2, 4 indikator pengamatan pada siklus I yang hanya masuk kriteria cukup sudah masuk kriteria baik. Indikator-indikator pengamatan yang masuk kriteria baik adalah sebagai berikut: a) Siswa menunjukkan konsentrasi dalam menyusun puzzle b) Siswa menunjukkan ketelitian dalam menyusun puzzle c) Siswa memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang puzzle d) Siswa berusaha menyelesaikan tugas dalam menyusun puzzle 93

108 e) Siswa menunjukkan kesungguhan dalam menyelesaikan tugas menyusun puzzle Sementara itu, indikator-indikator pengamatan yang masuk kriteria sangat baik yaitu: a) Siswa menunjukkan adanya kemauan untuk menyusun puzzle b) Siswa menunjukkan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran dengan media puzzle c) Siswa menunjukkan keaktifan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran menyusun puzzle d) Siswa menunjukkan aktivitas dalam menyusun puzzle 4. Tahap refleksi siklus II Berdasarkan hasil observasi pada Siklus II, peneliti dan guru kelas sebagai pelaksana melakukan analisis dan refleksi selama siklus II. Berdasarkan hasil analisis observasi selama siklus II berjalan dimana hasil angket minat dan observasi sudah memenuhi hasil pencapaian yang diharapkan yaitu masuk kriteria baik. Perbaikan yang dilakukan pada Siklus II seperti menggunakan gambar puzzle yang penuh warna dan perhatian yang diberikan guru kepada seluruh siswa memberikan keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran siklus II. Keberhasilan siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Guru sudah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkahlangkah pembelajaran menggunakan media gambar puzzle. Langkahlangkah pembelajaran dengan media gambar puzzle diantaranya: 94

109 1) Membagi siswa ke dalam kelompok diskusi 2) Membagikan media gambar puzzle acak kepada masing-masing kelompok untuk diselesaikan 3) Mengarahkan siswa untuk menyelesaikan puzzle dalam waktu yang telah ditentukan 4) Mengarahkan siswa untuk mendeskripsikan gambar puzzle yang telah diselesaikannya. Deskripsi yang dimaksud adalah penjelasan gambar apakah yang ada di puzzle. 5) Mengarahkan siswa untuk berdiskusi mengenai faktor penyebab, dampak dan cara mengatasi permasalahan sosial yang ada di gambar puzzle masing-masing. 6) Mengarahkan siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi b) Minat siswa saat mengikuti kegiatan belajar Ilmu Pengetahuan Sosial menunjukkan adanya peningkatan berdasarkan hasil observasi dan perhitungan angket. Hasil obsrevasi di kelas menunjukkan semua indikator minat belajar telah masuk kriteria baik bahkan beberapa indikator masuk kriteria sangat baik. Hal ini menunjukkan sebagian besar siswa telah menunjukkan minat pada saat mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Berdasarkan angket yang diisi oleh para siswa, lebih dari 75% siswa memiliki minat belajar Ilmu Pengetahuan Sosial yang baik dan telah tuntas. Berdasarkan hasil angket minat dan observasi menunjukkan bahwa pada siklus II 95

110 sudah memenuhi kriteria keberhasilan sehingga penelitian tindakan tidak perlu dilanjutkan lagi ke siklus berikutnya. B. Pembahasan 1. Siklus I Peningkatan minat belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Sinduadi Sleman dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi permasalahan sosial di daerah pada siklus I dapat dilihat dari pencapaian minat belajar siswa. Berdasarkan hasil angket siklus I, sejumlah 19 siswa (65,52%) telah mencapai kriteria minimal baik, sedangkan siswa yang belum mempunyai minat belajar minimal baik sejumlah 10 siswa (34,48%). Hasil ini ada peningkatan dari data awal yang didapatkan yang didapatkan yaitu hanya 12 siswa (41,3%) yang memenuhi kriteria minat belajar minimal baik, dari hasil angket siklus I. Terjadi peningkatan dari data awal yaitu hanya 12 siswa yang memiliki minat belajar kriteria minimal baik, sedangkan di siklus I menjadi 19 siswa yang memiliki minat belajar kriteria minimal baik. Adapun deskripsi minat belajar tersebut adalah sebagai berikut, siswa yang memiliki minat belajar dengan kriteria sangat baik sebanyak 5 siswa(17,24%), siswa yang mencapai minat belajar dengan kriteria baik sebanyak 14 siswa (48,28%), siswa yang memiliki minat belajar dengan kriteria cukup baik 10 siswa (34,48%). Berdasarkan hasil siklus I dapat diketahui bahwa media gambar puzzle telah terbukti dapat meningkatkan minat belajar siswa sesuai dengan pendapat ahli. Menurut Ni Putu Sriastuti, dkk. (2014: 8) 96

111 penggunaan media puzzle dapat menarik minat anak untuk belajar guna meningkatkan kemampuan kognitifnya. 2. Siklus II Pada pembelajaran Siklus II, penyusunan media puzzle dirancang lebih menarik dan penuh warna. Gambar puzzle yang digunakan adalah gambar puzzle warna dari kartun. Gambar kartun akan lebih menarik bagi siswa usia sekolah dasar sehingga dengan gambar kartun ini siswa lebih bersemangat lagi dalam menyusunnya. Peningkatan minat belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Sinduadi, Sleman dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi permasalahan sosial di daerahnya dengan menggunakan media gambar puzzle pada siklus II dapat dilihat dari pencapaian minat belajar siswa. Perbandingan minat belajar siswa berdasarkan data awal yaitu siswa yang memiliki minat belajar kriteria minimal baik hanya berjumlah 19 siswa (65,52%), dan pada siklus II minat belajar siswa kriteria minimal baik meningkat menjadi 25 siswa (86,27%). Berdasarkan hasil minat belajar siswa siklus II, sejumlah 25 siswa telah memiliki minat belajar dengan kriteria minimal baik. Adapun deskripsi perolehan skor minat belajar siswa adalah kriteria sangat baik ada sebanyak 6 siswa (20,69%), minat belajar kriteria baik sebanyak 19 siswa (65,52%) dan minat belajar kriteria cukup ada sebanyak 4 siswa (13,79%). Menurut Ni Putu Sriastuti dkk (2014: 8) yang menyatakan bahwa penggunaan media puzzle selain menyenangkan juga menarik minat anak 97

112 untuk belajar guna meningkatkan kemampuan kognitifnya. Penggunaan media puzzle dapat melatih ketrampilan berpikir anak untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan tangannya didalam membongkar dan memasang kembali kepingan-kepingan puzzle. Dengan media puzzle anak akan mencoba memecahkan masalah yaitu membongkar, menyusun kembali kepingan-kepingan gambar puzzle tersebut menjadi bentuk utuh. Materi permasalahan sosial meliputi pengertian permasalahan sosial, jenis-jenis permasalahan sosial, dampak dari permasalahan sosial dan cara mengatasi permasalahan sosial yang ada. Dengan media puzzle, siswa dapat mengenal jenis-jenis permasalahan sosial yang ada dan dapat mencari dampak dari permasalahan sosial tersebut dengan cara yang menyenangkan. Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II ternyata terjadi peningkatan minat belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas IV SDN 1 Sinduadi, Sleman melalui penggunaan media gambar puzzle.tujuan pembelajaran akan terwujud apabila siswa merasa terdorong untuk mengikuti kegiatan pembelajaran tanpa ada paksaan dari pihak lain. Proses pembelajaran dengan menggunakan media gambar puzzle dapat meningkatkan perhatian dan fokus siswa pada kegiatan belajar mengajar sehingga minat belajar siswa dapat meningkat. Berdasarkan hasil pengamatan, penggunaan media puzzle dapat meningkatkan ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Tertarik adalah merupakan awal dari individu menaruh minat, sehingga seseorang 98

113 yang menaruh minat akan tertarik terlebih dahulu terhadap sesuatu (Safari, 2005: 111). Penggunaan media puzzle ini juga dapat meningkatkan perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran. Safari (2005: 111) menjelaskan bahwa siswa yang menaruh minat pada suatu mata pelajaran akan memberikan perhatian yang besar. Siswa akan menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk belajar mata pelajaran yang diminatinya. Siswa tersebut pasti akan berusaha keras untuk memperoleh nilai yang bagus yaitu dengan belajar. Peningkatan perhatian siswa dilihat dari tiga indikator yaitu siswa menunjukkan konsentrasi dalam menyusun puzzle, siswa menunjukkan ketelitian dalam menyusun puzzle dan siswa memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang puzzle. Penggunaan media puzzle dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran. Peningkatan aktivitas siswa dilihat dari empat indikator yaitu siswa menunjukkan keaktifan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran menyusun puzzle, siswa menunjukkan aktivitas dalam menyusun puzzle, siswa berusaha menyelesaikan tugas dalam menyusun puzzle dan siswa menunjukkan kesungguhan dalam menyelesaikan tugas menyusun puzzle. Masih ada beberapa siswa yang pada Siklus II cenderung mengalami penurunan minat belajar. Hal ini bisa saja disebabkan siswa merasa bosan atau jenuh pada saat melakukan pengisian angket sehingga pengisian angket untuk Siklus II tidak terlalu serius pada saat pengisian angket sebelumnya. Pengukuran minat belajar siswa memang menggunakan angket minat. Angket minat yang diisi siswa adalah angket minat dengan 99

114 pernyataan yang sama, sehingga dimungkinkan siswa merasa bosan mengisi pernyataan yang sama sebanyak tiga kali. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dari pra tindakan sampai pada tindakan pada Siklus II dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan media gambar puzzle dapat meningkatkan ketertarikan, perhatian, dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran yang pada akhirnya akan meningkatkan minat siswa dalam belajar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari oleh Ni Putu Sriastuti, dkk. (2014) yang menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran melalui penggunaan media puzzle dapat meningkatkan minat belajar dan kemampuan kognitif siswa. Pada observasi awal pra tindakan, tidak ada minat belajar siswa sama sekali. Sedangkan pada akhir Siklus I, ketuntasan minat belajar siswa meningkat menjadi 5% dan pada akhir Siklus II meningkat mencapai 100% tuntas. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian dari Ashadi (2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa pada masing-masing Siklus. Pada pra Siklus, peningkatan belajar siswa adalah 31,3%, meningkat menjadi 75% pada Siklus I dan 100% pada Siklus II. Selain itu, terjadi peningkatan rata-rata kelas dari sebelum Siklus, menjadi 70 pada Siklus I dan 81,25 pada Siklus II. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan media gambar dapat meningkatkan minat belajar siswa. Media gambar puzzle dapat mengajak siswa untuk belajar sambil bermain secara 100

115 berkelompok sehingga media ini sesuai dengan karakteristik siswa kelas IV SD yang cenderung gemar membentuk kelompok-kelompok bermain. Dengan menggunakan media gambar puzzle ini, materi yang disampaikan guru juga tidak terlalu abstrak, sehingga lebih mudah dicerna oleh siswa. Hal ini tentu saja cocok untuk materi pelajaran yang bersifat abstrak, seperti materi permasalahan sosial dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Dengan demikian, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menjadi lebih menyenangkan dan materi yang permasalahan sosial yang cenderung bersifat abstrak lebih mudah dipahami oleh siswa dengan bantuan gambar puzzle. C. Keterbatasan Penelitian Penelitian yang dilakukan di kelas SDN Sinduadi 1 Sleman dalam pelaksanaannya masih terdapat keterbatasan. Adapun keterbatasan dari penelitian ini antara lain, sebagai berikut. 1. Media gambar puzzle yang dipakai dalam penelitian tidak divalidasikan ke dosen ahli. 101

116 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan media gambar puzzle dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas VI SDN 1 Sinduadi Sleman pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai minat belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat belajar siswa dapat meningkat dengan adanya penggunaan media gambar puzzle. Hal ini didukung dengan adanya peningkatan nilai minat belajar siswa. Persentase jumlah siswa yang memperoleh nilai minat belajar siswa masuk kriteria minimal baik dan tuntas pada kondisi awal sebanyak 12 siswa atau 41,38%, pada siklus I sebanyak 19 siswa atau 65,52% dan pada siklus II sebanyak 25 siswa atau 86,21%. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut. 1. Bagi Guru Guru dapat menggunakan media pembelajaran gambar puzzle agar siswa lebih tertarik saat mengikuti kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sehingga minat siswa belajar lebih meningkat. 102

117 2. Bagi Siswa Siswa dituntut untuk aktif di kelas ketika mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan media gambar puzzle, khusunya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 3. Bagi Sekolah Hendaknya sekolah menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung supaya kegiatan pembelajaran menggunakan gambar puzzle di kelas lebih bervariasi dan menyenangkan. 103

118 DAFTAR PUSTAKA Ansto Rahadi. (2003). Media Pembelajaran. Jakarta: Dikjen Dikti Depdikbud. Arif S. Sadiman. (1996). Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali. Arif S. Sadiman, dkk. (2011). Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Ashadi. (2012). Meningkatkan Minat Belajar IPA dengan menggunakan media gambar dan metode diskusi kelompok siswa kelas III SDN Tambaharjo 02 Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati Semester 1 Tahun Ajaran Skripsi. Salatiga: Universitas Kristen SatyaWacana. Azhar Arsyad. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Basuki Wibawa. (1992). Media Pengajaran. Jakarta: Depdikbud. Bimo Walgito. (1981). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Crow and Crow. (1973). An Out Line of General Psychology. Lithfe Field Adam an Co: New York. D. P. Tampubolon. (1990). Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa. Depdiknas. (2010. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) di TK dan SD. Depdiknas: Jakarta. Imam Muchoyar. (1991). Pengantar Pisikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset Joni Rokhmat. (2006). Pengembangan Taman Edukatif Berbasis Permainan untuk Permainan di TK dan SD. Jurnal Dinamika Pendidikan Vol. 2 (1): Maman Suryaman. (2012). Metodologi Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: UNY Press. Muhibin Syah. (1995). Perkembangan Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.. (2008). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mukminan dan Saliman. (2008). Modul Teknologi Informasi dan Media Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Yogyakarta: Depdiknas. 104

119 Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. (2007). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Nasution, S. (1998). Didaktik Azas-Azas Mengajar. Bandung: Jemmars. Ni Putu Sriastuti, dkk. (2014). Peningkatan Minat Belajar dan kemampuan dasar kognitif melalui penggunaan media puzzle pada anak kelompok B TK Dharma Kumara Pedungan Denpasar. E-Journal Pascasarjana (Vol. 4 Tahun 2014). Hlm Oemar Hamalik. (2010). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. PurnamaWati. (2012). Pengembangan Multimedia Pembelajaran IPA Pokokbahasan RangkaManusia bagi Siswa Kelas IV SD. E Journal TP (Volume I No. 1 Desember 2012). Rahmanelli. (2007). Efektivitas PemberianTugas Media Puzzle dalam Pembelajaran Geografi Regional. Jurnal Pelangi Pendidikan Vol. 2 (1): Safari. (2005). Evaluasi Pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan. Sapriya. (2009). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Soedjatmiko. (2008). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. Soegeng Santoso. (2002). Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Citra Pendidikan. Sugihartono, Kartika Nur Fathiyah, Farida Harahap, Farida Agus Setiawati, dan Siti Rohmah Nurhayati. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Syah M. (2006). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 105

120 Syaiful Bahri Djamarah. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Syaiful Bahri Djamarah dan Zain, A. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Tasrif. (2008). Pengantar Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Yogyakarta: Genta Press. The Liang Gie. (2004). Cara Belajar yang Efisien. Yogyakarta: Liberty. Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: PT. Kencana. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. W. Gulo. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama. (2012). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Indeks Permata Puri Media. Winawimala. (2011). Faktor Penghambat dalam Belajar dan Cara Mengatasinya. wordpress. com diunduh pada tanggal 5 Februari Yudha M. Saputra. (2007). Model Pembelajaran Kooperatif. Bandung: UPI PRESS. 106

121 107

122 Lampiran 1. Surat Izin Penelitian FIP 108

123 Lampiran 2. Surat Keterangan Kepala Sekolah 109

124 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Hari/Tanggal Alokasi waktu Pertemuan ke A. Standar Kompetensi : SD Negeri Sinduadi 1 Sleman : Ilmu Pengetahuan Sosial (Ilmu Pengetahuan Sosial) : IV/II : Jum at, 29 Mei 2015 : 2 kali menit : 1 (satu) : 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi B. Kompetensi Dasar : 2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya C. Indikator : 1. Menjelaskan pengertian masalah sosial 2. Menyebutkan contoh-contoh masalah sosial 3. Menjelaskan cara mencegah masalah sosial D. Tujuan Pembelajaran Setelah memperhatikan penjelasan guru dan berdiskusi, siswa diharapkan dapat: 1. Mengetahui dan Menjelaskan pengertian masalah sosial 2. Menyebutkan contoh-contoh masalah sosial 3. Menjelaskan cara mencegah masalah sosial E. Materi Pembelajaran Permasalahan Sosial F. Pendekatan dan Metode 1. Pendekatan : Kooperatif Learning 2. Metode : Diskusi Kelompok 110

125 G. Langkah-Langkah Pembelajaran KEGIATAN PEMBELAJARAN WAKTU 2. Kegiatan Pendahuluan 10 menit a. Guru membuka pelajaran dengan salam b. Guru memberikan motivasi dan menjelaskan mengenai media pembelajaran yang akan dilaksanakan c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran d. Guru memberikan apersepsi 3. Kegiatan Inti 45 menit a. Guru membagi kelas menjadi 6 kelompok kecil. Guru memberikan media gambar acak/puzzle kepada masing-masing kelompok. Siswa harus menyelesaikan gambar acak tersebut dan memberikan deskripsi singkat mengenai gambar tersebut. b. Guru memberikan pertanyaan kepada setiap kelompok secara acak. Siswa harus menyebutkan permasalahan sosial apa yang ada dalam gambar puzzle masing-masing. c. Siswa kembali berdiskusi mengenai apa saja penyebab-penyebab permasalahan sosial yang terdapat dalam gambar masing-masing. d. Setelah selesai berdiskusi, guru memberikan kesempatan kepada siswa kelompok 1, 2 dan 3 untuk mempresentasikan hasil diskusinya. e. Guru memberikan refleksi mengenai proses pembelajaran yang telah dilakukan. f. Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dan poin penting dari materi 4. Kegiatan Penutup 15 menit a. Guru memberikan soal evaluasi LKS mengenai materi yang telah dipelajari b. Guru menutup pelajaran dengan salam H. Alat/Bahan/Sumber Belajar Alat dan Media: 1) Papan Tulis (Whiteboard) 2) Spidol 3) Media Gambar Puzzle permasalahan sosial 111

126 112

127 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Hari/Tanggal Alokasi waktu Pertemuan ke A. Standar Kompetensi B. Kompetensi Dasar : SD Negeri Sinduadi 1 Sleman : Ilmu Pengetahuan Sosial (Ilmu Pengetahuan Sosial) : IV/II : Sabtu, 30 Mei 2015 : 2 kali menit : 2 (dua) : 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi : 2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya C. Indikator : 1. Menjelaskan pengertian masalah sosial 2. Menyebutkan contoh-contoh masalah sosial 3. Menjelaskan cara mencegah masalah sosial D. Tujuan Pembelajaran Setelah memperhatikan penjelasan guru dan berdiskusi, siswa diharapkan dapat: 1. Mengetahui dan menjelaskan pengertian masalah sosial 2. Menyebutkan contoh-contoh masalah sosial 3. Menjelaskan cara mencegah masalah sosial E. Materi Pembelajaran Permasalahan Sosial F. Pendekatan dan Metode Pembelajaran 1. Pendekatan : Kooperatif Learning 2. Metode : Diskusi Kelompok G. Langkah-Langkah Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Waktu 1. Kegiatan Pendahuluan 10 menit a. Guru membuka pelajaran dengan salam b. Guru memberikan motivasi dan menjelaskan mengenai 113

128 media pembelajaran yang akan dilaksanakan c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran d. Guru memberikan apersepsi 2. Kegiatan Inti 45 menit a. Guru membagi kelas menjadi 6 kelompok kecil. Guru memberikan media gambar acak/puzzle kepada masingmasing kelompok yang berbeda dari pertemuan sebelumnya. Siswa harus menyelesaikan gambar acak tersebut dan memberikan deskripsi singkat mengenai gambar tersebut. b. Guru memberikan pertanyaan kepada setiap kelompok secara acak. Siswa harus menyebutkan permasalahan sosial apa yang ada dalam gambar puzzle masingmasing. c. Siswa kembali berdiskusi mengenai cara apa saja yang dapat mencegah permasalahan sosial yang terdapat dalam gambar masing-masing. d. Setelah selesai berdiskusi, guru memberikan kesempatan kepada siswa kelompok 4 6 untuk mempresentasikan hasil diskusinya. e. Guru memberikan refleksi mengenai proses pembelajaran yang telah dilakukan. f. Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dan poin penting dari materi 3. Kegiatan Penutup 15 menit a. Guru memberikan soal evaluasi LKS tentang materi yang telah dipelajari b. Guru menutup pelajaran dengan salam H. Alat/Bahan/Sumber Belajar Alat dan Media: 1) Papan Tulis (Whiteboard) 2) Spidol 3) Media Gambar Puzzle permasalahan sosial I. Penilaian LKS 1. Deskripsikan gambar permasalahan sosial yang ada dalam kelompokmu! 2. Apa saja penyebab dari gambar permasalahan sosial tersebut dan bagaimana cara mencegahnya? 114

129 115

130 Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Hari/Tanggal Alokasi waktu Pertemuan ke A. Standar Kompetensi B. Kompetensi Dasar : SD Negeri Sinduadi 1 Sleman : Ilmu Pengetahuan Sosial (Ilmu Pengetahuan Sosial) : IV/II : Jum at, 5 Juni 2015 : 2 kali menit : 1 (satu) : 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi : 2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya C. Indikator : 1. Menjelaskan faktor-faktor penyebab dari permasalahan sosial 2. Menyebutkan dampak permasalahan sosial terhadap kehidupan masyarakat D. Tujuan Pembelajaran Setelah memperhatikan penjelasan guru dan berdiskusi, siswa diharapkan dapat: 1. Menjelaskan faktor-faktor penyebab dari permasalahan sosial 2. Menyebutkan dampak permasalahan sosial terhadap kehidupan masyarakat E. Materi Pembelajaran Permasalahan Sosial F. Pendekatan Dan Metode Pembelajaran 1. Pendekatan :Kooperatif Learning 2. Metode :Diskusi Kelompok 116

131 G. Langkah-Langkah Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Waktu 1. Kegiatan Pendahuluan 10 menit a. Guru membuka pelajaran dengan salam b. Guru memberikan motivasi dan menjelaskan mengenai media pembelajaran yang akan dilaksanakan c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran d. Guru memberikan apersepsi 2. Kegiatan Inti 45 menit a. Guru membagi kelas menjadi 6 kelompok kecil. Guru memberikan media gambar acak/puzzle kepada masing-masing kelompok. Siswa harus menyelesaikan gambar acak tersebut. b. Guru memberikan pertanyaan kepada setiap kelompok secara acak. Siswa harus menyebutkan permasalahan sosial apa yang ada dalam gambar puzzle masing-masing. c. Siswa kembali berdiskusi mengenai dampak dan cara mengatasi permasalahan sosial terdapat dalam gambar masing-masing. d. Setelah selesai berdiskusi, guru memberikan kesempatan kepada siswa kelompok 1 3 untuk mempresentasikan hasil diskusinya. e. Guru memberikan refleksi mengenai proses pembelajaran yang telah dilakukan. f. Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dan poin penting dari materi 3. Kegiatan Penutup 15 menit a. Guru memberikan pertanyaan singkat secara lisan tentang materi yang telah dipelajari b. Guru menutup pelajaran dengan salam H. Alat/Bahan/Sumber Belajar Alat dan Media: 1) PapanTulis (Whiteboard) 2) Spidol 3) Media Gambar Puzzle permasalahan sosial Sumber belajar: 1) Sutoyo dan Leo Agung BSE Ilmu Pengetahuan Sosial 4: untuk SD/MI kelas 4. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas. 2) Radjiman dan A. Triyono BSE Ilmu Pengetahuan Sosial 4: untuk Sekolah Dasar Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas. 117

132 I. Penilaian Soal Evaluasi 1. Apa saja bentuk-bentuk permasalahan sosial yang sering kamu temui? 2. Apakah sampah merupakan bentuk permasalahan sosial? 3. Sebutkan tiga penyebabbanjir di ibukota? 4. Sebutkan dampak negatif dari adanya pengangguran! 5. Kenakalan remaja sangat meresahkan masyarakat, apa saja contoh-contoh kenakalan remaja? Kunci Jawaban 1. Bentuk permasalahan sosial adalah sampah, banjir, kemacetan lalu lintas, putus sekolah, pengangguran, kenakalan remaja, dan sebagainya. 2. Ya. Sampah yang dihasilkan oleh manusia sangat banyak sehingga kita tidak tahu akan dibuang kemanakah gundukan sampah tersebut. Terkadang sampah-sampah tersebut dibuang ke sembarang tempat seperti laut, sungai, dan sebagainya. 3. Banjir terjadi dikarenakan: - penumpukan sampah. - dangkalnya saluran air di sekitar jalan dan perumahan. - padatnya pemukiman yang mengakibatkan permukaan tanah menjadi keras, sehingga tanah tidak mampu menyerap air hujan. - kurangnya kesadaran masyarakat dalam memelihara dan melestarikan lingkungan yang sehat. 4. Orang pengangguran akan hidup sebagai gelandangan. Kerjanya memintaminta. Kalau dalam keadaan terpaksa, ada yang berani berbuat jahat, seperti mencopet, menjambret, merampok atau menipu. Di sisi lain ada pengangguran yang menjadi pengamen. jalanan dan pemulung. Perbuatan 118

133 119

134 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Hari/Tanggal Alokasi waktu Pertemuan ke A. Standar Kompetensi B. Kompetensi Dasar : SD Negeri Sinduadi 1 Sleman : Ilmu Pengetahuan Sosial (Ilmu Pengetahuan Sosial) : IV/II : Sabtu, 6 Juni 2015 : 2 kali menit : 2 (dua) : 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi : 2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya C. Indikator : 1. Menyebutkan dampak permasalahan sosial terhadap kehidupan masyarakat 2. Menjelaskan cara mengatasi permasalahan sosial D. Tujuan Pembelajaran Setelah memperhatikan penjelasan guru dan berdiskusi, siswa diharapkan dapat: 1. Menyebutkan dampak permasalahan sosial terhadap kehidupan masyarakat 2. Menjelaskan cara mengatasi permasalahan sosial E. Materi Pembelajaran Permasalahan Sosial F. Pendekatan dan Metode 1. Pendekatan :Kooperatif Learning 2. Metode :Diskusi Kelompok 120

135 G. Langkah-Langkah Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Waktu 1. Kegiatan Pendahuluan 10 menit a. Guru membuka pelajaran dengan salam b. Guru memberikan motivasi dan menjelaskan mengenai media pembelajaran yang akan dilaksanakan c. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran d. Guru memberikan apersepsi 2. Kegiatan Inti 45 menit a. Guru membagi kelas menjadi 6 kelompok kecil. Guru memberikan media gambar acak/puzzle kepada masing-masing kelompok. Siswa harus menyelesaikan gambar acak tersebut. b. Guru memberikan pertanyaan kepada setiap kelompok secara acak. Siswa harus menyebutkan permasalahan sosial apa yang ada dalam gambar puzzle masing-masing. c. Siswa kembali berdiskusi mengenai dampak dan cara mengatasi permasalahan sosial terdapat dalam gambar masing-masing. d. Setelah selesai berdiskusi, guru memberikan kesempatan kepada siswa kelompok 4 6 untuk mempresentasikan hasil diskusinya. e. Guru memberikan refleksi mengenai proses pembelajaran yang telah dilakukan. f. Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dan poin penting dari materi 3. Kegiatan Penutup 15 menit a. Guru memberikan soal tentang materi yang telah dipelajari b. Guru menutup pelajaran dengan salam H. Alat/Bahan/Sumber Belajar Alat dan Media: 1) Papan Tulis (Whiteboard) 2) Spidol 3) Media Gambar Puzzle permasalahan sosial I. Penilaian Soal Evaluasi 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan permasalahan sosial! 2. Sebutkan permasalahan sosial yang sering ada di sekolah! 3. Apa saja jenis-jenis permasalahan sosial yang kamu ketahui? 4. Apa yang akan kamu lakukan jika melihat temanmu membuang sampah sembarangan? 121

136 5. Bagaimana cara kamu menunjukkan kepedulian terhadap temanmu yang terkena musibah banjir? Kunci Jawaban 1. Dampak kemacetan lalu lintas antara lain bisa menghambat perjalanan dan para bisa siswa terlambat di sekolah serta para karyawan terlambat di kantor atau di perusahaan. 2. Upaya-upaya untuk menanggulangi masalah sampah di antaranya dengan program 3R yaitu Reduce (Mengurangi), Reuse (Menggunakan kembali) dan Recycle (Mendaur ulang). 3. Kerugian dari tawuran pelajar antara lain, menganggu ketentraman warga serta dapat merusak fasilitas umum. 4. Banjir dapat diatasi dengan cara memperbanyak daya tampung air hujan di daerah aliran sungai, melakukan pengawasan (monitoring) di tempattempat yang rawan terkena banjir, membuat areal peresapan air hujan di daerah padat penduduk dan jalan-jalan yang sulit menyerap air, adanya kerja sama antara pemerintah dengan masyarakat dalam menanggulangi masalah sampah, penataan kembali tata ruang bangunan kota atau wilayah menjadi lebih baik Misalnya, melarang masyarakat tinggal di daerah bantaran sungai dan dibuat undang-undang antibanjir. 5. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi anak putus sekolah yaitu GNOTA, Program Wajar 9 tahun dan BOS. 122

137 123

138 Lampiran 5. Hasil Angket Minat Belajar Siswa pada Kondisi Awal No Nama Skor Nilai Ket. 1 MRRS ,67 Baik 2 RTJT ,67 Baik 3 AP ,00 Cukup 4 AASF ,00 Cukup 5 AWNK ,00 Baik 6 ANF ,00 Cukup 7 BDR ,67 Kurang 8 CLZM ,67 Cukup 9 DNW ,33 Cukup 10 DCD ,67 Baik 11 FK ,33 Kurang 12 FIP ,00 Baik 13 GDR ,00 Baik 14 HH ,33 Baik 15 KMD ,33 Kurang 16 LL ,67 Cukup 17 MAN ,00 Cukup 18 MALA ,67 Baik 19 MDA ,00 Cukup 20 NKC ,67 Cukup 21 NC ,33 Kurang 22 RCM ,00 Cukup 23 RNB ,33 Kurang 24 RDA ,33 Baik 25 RYA ,00 Cukup 26 VDK ,67 Baik 27 YNK ,00 Baik 28 ZAK ,67 Baik 29 CCS ,33 Cukup Rata-rata 39,79 66,32 Cukup Keterangan: 4 = Selalu 2 = Jarang 3 = Sering 1 = Tidak Pernah Rekapitulasi Minat Belajar Pratindakan Kriteria Rentang Nilai Jumlah Siswa Persentase Sangat Baik 52 s/d % Baik 43 s/d ,3% Cukup 34 s/d ,3% Kurang 25 s/d ,2% 124

139 Lampiran 6. Hasil Angket Minat Belajar Siswa pada Siklus I No Nama Skor Nilai Ket. 1 MRRS ,33 Baik 2 RTJT ,00 Baik 3 AP ,67 Cukup 4 AASF ,67 Cukup 5 AWNK ,67 Baik 6 ANF ,67 Sangat Baik 7 BDR ,00 Cukup 8 CLZM ,00 Cukup 9 DNW ,00 Baik 10 DCD ,00 Baik 11 FK ,33 Cukup 12 FIP ,00 Sangat Baik 13 GDR ,00 Baik 14 HH ,33 Baik 15 KMD ,67 Baik 16 LL ,67 Baik 17 MAN ,67 Baik 18 MALA ,67 Sangat Baik 19 MDA ,00 Cukup 20 NKC ,67 Cukup 21 NC ,33 Cukup 22 RCM ,00 Cukup 23 RNB ,67 Baik 24 RDA ,33 Sangat Baik 25 RYA ,00 Baik 26 VDK ,00 Baik 27 YNK ,00 Baik 28 ZAK ,67 Sangat Baik 29 CCS ,67 Cukup Rata-rata ,61 Baik Keterangan: 4 = Selalu 2 = Jarang 3 = Sering 1 = Tidak Pernah Rekapitulasi Minat Belajar Siklus I Kriteria Rentang Jumlah Nilai Siswa Persentase Sangat Baik 52 s/d ,24% Baik 43 s/d ,28% Cukup 34 s/d ,48% Kurang 25 s/d % 125

140 Lampiran 7. Hasil Angket Minat Belajar Siswa pada Siklus II No Nama Skor Nilai Ket. 1 MRRS Baik 2 RTJT Baik 3 AP Cukup 4 AASF Cukup 5 AWNK Baik 6 ANF Sangat Baik 7 BDR Cukup 8 CLZM Cukup 9 DNW Baik 10 DCD Baik 11 FK Cukup 12 FIP Sangat Baik 13 GDR Baik 14 HH Baik 15 KMD Baik 16 LL Baik 17 MAN Baik 18 MALA Sangat Baik 19 MDA Cukup 20 NKC Cukup 21 NC Cukup 22 RCM Cukup 23 RNB Baik 24 RDA Sangat Baik 25 RYA Baik 26 VDK Baik 27 YNK Baik 28 ZAK Sangat Baik 29 CCS Cukup Rata-rata Baik Keterangan: 4 = Selalu 2 = Jarang 3 = Sering 1 = Tidak Pernah Rekapitulasi Minat Belajar Siklus II Kriteria Rentang Jumlah Nilai Siswa Persentase Sangat Baik 52 s/d ,69% Baik 43 s/d ,52% Cukup 34 s/d ,79% Kurang 25 s/d % 126

141 Lampiran 8. Perkembangan Minat Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Berdasarkan Angket No. Nama Siswa Pra Tindakan Siklus I Siklus II 1 MRRS 76,67 78,33 91,67 2 RTJT 71,67 75,00 76,67 3 AP 65,00 66,67 68,33 4 AASF 65,00 66,67 70,00 5 AWNK 75,00 81,67 86,67 6 ANF 70,00 86,67 73,33 7 BDR 51,67 70,00 75,00 8 CLZM 61,67 70,00 80,00 9 DNW 63,33 75,00 81,67 10 DCD 76,67 80,00 78,33 11 FK 53,33 68,33 70,00 12 FIP 85,00 90,00 90,00 13 GDR 75,00 75,00 85,00 14 HH 78,33 83,33 78,33 15 KMD 53,33 76,67 71,67 16 LL 56,67 81,67 83,33 17 MAN 65,00 81,67 76,67 18 MALA 81,67 86,67 90,00 19 MDA 55,00 70,00 75,00 20 NKC 56,67 61,67 78,33 21 NC 53,33 68,33 75,00 22 RCM 55,00 65,00 70,00 23 RNB 53,33 81,67 90,00 24 RDA 78,33 88,33 85,00 25 RYA 60,00 80,00 78,33 26 VDK 76,67 85,00 83,33 27 YNK 75,00 75,00 80,00 28 ZAK 71,67 86,67 88,33 29 CCS 63,33 66,67 83,33 Rata-rata 66,32 76,61 79,77 Kriteria Cukup Baik Baik 127

142 Lampiran 9. Hasil Observasi Minat Belajar Siswa pada Siklus I No Nama Indikator ke MRRS RTJT AP AASF AWNK ANF BDR CLZM DNW DCD FK FIP GDR HH KMD LL MAN MALA MDA NKC NC RCM RNB RDA RYA VDK YNK ZAK CCS Jumlah Kategori Ket. Kategori: 4 = diikuti oleh 24 anak atau lebih (kategori sangat baik) 3 = diikuti oleh anak (kategori baik) 2 = diikuti oleh anak (kategori cukup) 1 = diikuti oleh 7-12 anak (kategori kurang) 128

143 Lampiran 10. Hasil Observasi Minat Belajar Siswa pada Siklus II No Nama Indikator ke MRRS RTJT AP AASF AWNK ANF BDR CLZM DNW DCD FK FIP GDR HH KMD LL MAN MALA MDA NKC NC RCM RNB RDA RYA VDK YNK ZAK CCS Jumlah Kategori Ket. Kategori: 4 = diikuti oleh 24 anak atau lebih (kategori sangat baik) 3 = diikuti oleh anak (kategori baik) 2 = diikuti oleh anak (kategori cukup) 1 = diikuti oleh 7-12 anak (kategori kurang) 129

144 Lampiran 11. Perhitungan Kategori Data Angket dan Observasi ANGKET skor max 4 * 15 = 60 skor min 1 * 15 = 15 Mi 75 / 2 = 37.5 Sbi 45 / 6 = 7.5 1,8 x Sbi 13.5 a 0,6 x Sbi 4.5 b Sangat Baik Baik Cukup Kurang : X > Mi + a : Mi + b < X Mi + a : Mi - b < X Mi + b : Mi - a < X Mi - b Kategori Skor Sangat Baik : X > 51 Baik : 42 < X 51 Cukup : < X Kurang : < X OBSERVASI skor max 1 * 29 = 29 skor min 0 * 29 = 0 Mi 29 / 2 = 14.5 Sbi 29 / 6 = ,8 x Sbi 8.7 a 0,6 x Sbi 2.9 b Sangat Baik Baik Cukup Kurang : X > Mi + a : Mi + b < X Mi + a : Mi - b < X Mi + b : Mi - a < X Mi - b Kategori Skor Sangat Baik : X > 23 Baik : 17 < X 23 Cukup : 12 < X 17 Kurang : 6 < X

145 Lampiran 12. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Guru Siklus I Aspek yang Dinilai Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Inti Kegiatan Penutup Indikator 1. Guru membuka pelajaran dengan salam 2. Guru memberikan motivasi dan menjelaskan mengenai media pembelajaran yang akan dilaksanakan 3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran 4. Guru memberikan apersepsi 1. Guru membagi siswa menjadi kelompok kecil yang beranggotakan lima orang siswa. 2. Guru memberikan media gambar puzzle yang harus diselesaikan oleh kelompok tersebut. Selain itu, siswa juga harus mendeskripsikan media gambar puzzle. 3. Guru memberikan pertanyaan kepada setiap kelompok secara acak. Siswa harus menyebutkan permasalahan sosial apa yang ada dalam gambar puzzle masing-masing. 4. Guru mengajak Siswa untuk kembali berdiskusi mengenai dampak apa saja dari gambar permasalahan sosial. 5. Setelah selesai berdiskusi, kemudian guru akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya. 6. Guru akan memberikan refleksi mengenai proses pembelajaran yang telah dilakukan. 7. Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dan poin penting dari materi 1. Guru memberikan rangkuman tentang materi yang telah dipelajari 2. Guru menutup pelajaran dengan salam Pilihan Jawaban Ya Tidak Ket. 131

146 Lampiran 13. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Guru Siklus II Aspek yang Dinilai Kegiatan Pendahuluan Indikator 1. Guru membuka pelajaran dengan salam 2. Guru memberikan motivasi dan menjelaskan mengenai media pembelajaran yang akan dilaksanakan 3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran 4. Guru memberikan apersepsi Kegiatan Inti 1. Guru membagi siswa menjadi kelompok kecil yang beranggotakan lima orang siswa. 2. Guru memberikan media gambar puzzle yang harus diselesaikan oleh kelompok tersebut. Selain itu, siswa juga harus mendeskripsikan media gambar puzzle. 3. Guru memberikan pertanyaan kepada setiap kelompok secara acak. Siswa harus menyebutkan permasalahan sosial apa yang ada dalam gambar puzzle masing-masing. 4. Guru mengajak Siswa untuk kembali berdiskusi mengenai dampak apa saja dari gambar permasalahan sosial. 5. Setelah selesai berdiskusi, kemudian guru akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya. 6. Guru akan memberikan refleksi mengenai proses pembelajaran yang telah dilakukan. 7. Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dan poin penting dari materi Kegiatan Penutup 1. Guru memberikan rangkuman tentang materi yang telah dipelajari 2. Guru menutup pelajaran dengan salam Pilihan Jawaban Ya Tidak Ket. 132

147 Lampiran 14. Peningkatan Minat Belajar Siswa Berdasarkan Hasil Pengamatan No Aspek yang diamati 1 Adanya kemauan untuk menyusun puzzle 2 Menunjukkan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran dengan media puzzle 3 Menunjukkan konsentrasi dalam menyusun puzzle 4 Menunjukkan ketelitian dalam menyusun puzzle 5 Memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang puzzle 6 Menunjukkan keaktifan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran menyusun puzzle 7 Menunjukkan aktivitas dalam menyusun puzzle 8 Berusaha menyelesaikan tugas dalam menyusun puzzle 9 Kesungguhan dalam menyelesaikan tugas menyusun puzzle Siklus I Siklus II Skor Skor Kriteria Kriteria Baik Cukup Sangat Baik Sangat Baik Cukup Baik Cukup Baik Baik Baik Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik Baik Cukup Baik 133

148 Lampiran 15. Dokumentasi Foto Kegiatan Siklus I Peneliti Membagikan Angket Pra Tindakan Siswa Membentuk Kelompok- Kelompok Diskusi Siswa Terlihat Ramai Ketika Guru Menjelaskan Beberapa Siswa Terlihat Tidak Fokus Saat Melakukan Diskusi Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi Peneliti Membagikan Angket Untuk Siswa 134

149 Kegiatan Siklus II Guru Memberikan Motivasi Sebelum Memulai Pembelajaran Guru Mengawasi Siswa Ketika Berdiskusi Siswa Sedang Mengerjakan Soal Diskusi Media Gambar Puzzle Media Puzzle Yang Belum Disusun Media Puzzle Yang Telah Disusun 135

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke empat disebutkan bahwa salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu usaha

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI Oleh Sartinem NPM 11266100002 PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar

I. PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar 1 I. PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar belakang belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan pengembangan,

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGENAL TEKNOLOGI PRODUKSI MELALUI METODE KARYAWISATA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 BEJI KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGENAL TEKNOLOGI PRODUKSI MELALUI METODE KARYAWISATA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 BEJI KABUPATEN TULUNGAGUNG PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGENAL TEKNOLOGI PRODUKSI MELALUI METODE KARYAWISATA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 BEJI KABUPATEN TULUNGAGUNG Dwi Wahyuning Tiyas 1, Suminah 2, Sutansi 3 Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY 1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPS DI SDN 28 PAINAN TIMUR KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN Mardalinda 1, Muhammad Sahnan 1, Khairul 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses belajar dan mengajar. Dewasa ini, sekolah dan guru diberikan keleluasaan untuk mengembangkan kurikulum dalam

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DENGAN PERMAINAN TEMBAR PADA SISWA KELAS 4 A SDN SEMBORO 01 JEMBER

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DENGAN PERMAINAN TEMBAR PADA SISWA KELAS 4 A SDN SEMBORO 01 JEMBER MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DENGAN PERMAINAN TEMBAR PADA SISWA KELAS 4 A SDN SEMBORO 01 JEMBER Suparmini 31 Abstrak. Hasil belajar IPS siswa kelas 4 A SDN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di sekolah dasar merupakan langkah awal untuk mencapai keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan mengembangkan kemampuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk mengembangkan dan menggali potensi yang dimiliki oleh manusia untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu sebagai pengajar dan sekaligus sebagai manajer. Sebagai pengajar, guru dituntut untuk menciptakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang individu di muka bumi ini, tanpa pendidikan berarti seseorang tidak berilmu, padahal kita tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge),

BAB I PENDAHULUAN. sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam konteks sosial yang luas pengajaran IPS pada jenjang pendidikan harus dibatasi sesuai dengan kemampuan siswa tiap jenjang. Ruang lingkup pengajaran IPS

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS III SDN CAWANG 07 PAGI JAKARTA TIMUR

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS III SDN CAWANG 07 PAGI JAKARTA TIMUR UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS III SDN CAWANG 07 PAGI JAKARTA TIMUR LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( CLASSROOM ACTION RESEARCH

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peranan

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Simoro Dalam Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Media Gambar

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Simoro Dalam Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Media Gambar Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Simoro Dalam Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Media Gambar Yohanis Frans Epyvania. S, Anthonius Palimbong, dan Charles Kapile Mahasiswa Program Guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan dimulai dari sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah pertama (SMP) yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE MONTESSORI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA

PENINGKATAN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE MONTESSORI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PENINGKATAN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE MONTESSORI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VIII SMP Negeri 1 Ulujami Pemalang)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang disederhanakan untuk pembelajaran di sekolah dalam rangka menanamkan nilainilai sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media juga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. media juga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap pelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media pembelajaran merupakan suatu alat atau perantara yang berguna untuk memudahkan proses belajar mengajar, dalam rangka mengefektifkan komunikasi antara guru

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Minat Belajar 2.1.1.1 Pengertian Minat Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA ANAK MELALUI PENGGUNAAN GAMBAR KARYA ANAK DI TK KARTIKA IV-38 DEPOK SLEMAN SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA ANAK MELALUI PENGGUNAAN GAMBAR KARYA ANAK DI TK KARTIKA IV-38 DEPOK SLEMAN SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA ANAK MELALUI PENGGUNAAN GAMBAR KARYA ANAK DI TK KARTIKA IV-38 DEPOK SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian akan menimbulkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya berbagai peraturan perundang-undangan yang disusun guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. adanya berbagai peraturan perundang-undangan yang disusun guna meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, pendidikan dituntut untuk mampu mengikuti perkembangan zaman yang berkembang semakin cepat. Di Indonesia, masalah pendidikan mulai mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada masa sekarang ini merupakan kebutuhan yang memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas dan berdaya saing. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu mata pelajaran yang dipelajari siswa di tingkat Sekolah Dasar adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Setelah mempelajari mata pelajaran

Lebih terperinci

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Media Gambar, Prestasi Belajar IPA

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Media Gambar, Prestasi Belajar IPA Jurnal PGSD : FKIP UMUS ISSN : 2442-3432 e-issn : 2442-3432 Vol. 3, no 1Februari2016 PERANAN PENGGUNAAN METODE DISKUSI KELOMPOKDENGAN MEDIA BELAJAR GAMBARTERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

SLEMAN SKRIPSI. Oleh Surantini DASAR

SLEMAN SKRIPSI. Oleh Surantini DASAR PENINGKATANN PRESTASI BELAJAR KOGNITIF IPS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERA ATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) PADA SISWA KELAS IV SDN NANGGULAN SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI Oleh Sartin Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran PKn merupakan salah satu pelajaran yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan sikap seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi

BAB I PENDAHULUAN. penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, prestasi belajar merupakan hal yang sangat penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi belajar pada hakekatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting untuk. mempersiapkan kesuksesan seseorang dimasa depan, salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting untuk. mempersiapkan kesuksesan seseorang dimasa depan, salah satunya dengan BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting untuk mempersiapkan kesuksesan seseorang dimasa depan, salah satunya dengan melalui pendidikan sekolah. Kualitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) IPS merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan lingkungan sosial siswa. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan mengembangkan potensi yang dimilikinya agar dapat bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar.

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup penelitian. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis dan Hipotesis Tindakan 1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Pada dasarnya, pendidikan bertujuan untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan. diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan. diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan meliputi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, dan keterampilannya kepada generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu hal yang mudah. Hal itu dikarenakan keberhasilan belajar sangat

BAB I PENDAHULUAN. suatu hal yang mudah. Hal itu dikarenakan keberhasilan belajar sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang tua yang menyekolahkan anaknya menginginkan anaknya berprestasi dengan baik. Namun untuk mencapai hal itu bukanlah suatu hal yang mudah. Hal itu

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Rustiamah NIM

SKRIPSI. Oleh Rustiamah NIM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS IIIA SD N BACIRO GONDOKUSUMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

Mukhtarom Gunawan NIM. A54A10048

Mukhtarom Gunawan NIM. A54A10048 PENGGUNAAN MEDIA KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV SDN 03 JATIPURO TAHUN PELAJARAN 2012/2013. NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PERKALIAN CARA SUSUN PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL THINK PAIR AND SHARE (TPS)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PERKALIAN CARA SUSUN PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL THINK PAIR AND SHARE (TPS) UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PERKALIAN CARA SUSUN PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL THINK PAIR AND SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS IV SDN PLUMBUNGAN GABUS KABUPATEN PATI SEMESTER I TAHUN 2011/2012 SKRIPSI

Lebih terperinci

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA. KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA. KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014 PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014 JURNAL PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran bagi setiap individu yang bisa didapat dari pengajaran, pelatihan maupun pengalaman yang didapat untuk mengembangkan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA KARTU UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS 1 SMA KOLOMBO SLEMAN YOGYAKARTA

PENGGUNAAN MEDIA KARTU UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS 1 SMA KOLOMBO SLEMAN YOGYAKARTA PENGGUNAAN MEDIA KARTU UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS 1 SMA KOLOMBO SLEMAN YOGYAKARTA Disusun Oleh: DENIANTO YOGA SATIVA 10405247002 JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, perubahan-perubahan yang cepat di luar pendidikan menjadi tantangantantangan yang harus dijawab

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan kunci yang nantinya akan membuka pintu ke arah modernisasi dan kemajuan suatu bangsa. Tujuan pendidikan nasional Indonesia terdapat pada

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK TK ABA KUNCEN 1 YOGYAKARTA SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK TK ABA KUNCEN 1 YOGYAKARTA SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK TK ABA KUNCEN 1 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. Pendidikan merupakan wahana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan dalam diri individu, dengan belajar anak yang tadinya tidak

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan dalam diri individu, dengan belajar anak yang tadinya tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan dalam diri individu, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan kualitas pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan kualitas pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah ujung tombak dalam pembelajaran. Strategi dan manajemen guru untuk mengatasi masalah pembelajaran sangat dibutuhkan dalam upaya meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tolak ukur kemajuan suatu bangsa, dengan pendidikan maka bangsa Indonesia diharapkan mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas secara intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan situasi hingga terjadinya proses belajar pada diri siswa.

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan situasi hingga terjadinya proses belajar pada diri siswa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belajar dan pembelajaran merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Secara sederhana belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari bangsa itu sendiri. Hal itu sesuai dengan ketentuan umum Undang

BAB I PENDAHULUAN. dari bangsa itu sendiri. Hal itu sesuai dengan ketentuan umum Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam proses kehidupan. Majunya suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri.

Lebih terperinci

PENINGKATAN MINAT BELAJAR IPS MELALUI PEMANFAATAN MEDIA KARTU KUIS WHO AM I

PENINGKATAN MINAT BELAJAR IPS MELALUI PEMANFAATAN MEDIA KARTU KUIS WHO AM I PENINGKATAN MINAT BELAJAR IPS MELALUI PEMANFAATAN MEDIA KARTU KUIS WHO AM I PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI NGADIREJO KECAMATAN ANDONG KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh: Oleh Noviana Sari NIM

Skripsi. Oleh: Oleh Noviana Sari NIM UPAYA MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 PINGIT KECAMATAN PRINGSURAT KABUPATEN TEMANGGUNG Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan seluruh masyarakat indonesia. Pembangunan yang dimaksud disini adalah pembangunan

Lebih terperinci

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar PENERAPAN METODE NUMBERED HEAD TOGETHER ( NHT ) DENGAN MEDIA MANIK-MANIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SDN 2 GUNUNG PUTRI SITUBONDO Oleh Ria Dwi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia dalam memperoleh bekal dalam kehidupan. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas hasil belajar anak didik yang diperoleh melalui jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas hasil belajar anak didik yang diperoleh melalui jalur pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sering mengalami berbagai kendala, baik dari segi kemampuan dan persiapan guru, media/sarana penunjang pendidikan, dan dari

Lebih terperinci

RIAN YOKI HERMAWAN NIM

RIAN YOKI HERMAWAN NIM PENERAPAN METODE PERMAINAN TEBAK KATA DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVB MATA PELAJARAN IPS POKOK BAHASAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DI SDN KEBONSARI 04 JEMBER

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup dari penelitian.

I. PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup dari penelitian. I. PENDAHULUAN Secara umum pada bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari jenjang sekolah dasar hingga menengah. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEBAK KATA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP N 3 SEWON SKRIPSI

PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEBAK KATA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP N 3 SEWON SKRIPSI PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEBAK KATA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP N 3 SEWON SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berjiwa pemikir, kreatif dan mau bekerja keras, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berjiwa pemikir, kreatif dan mau bekerja keras, memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan bertujuan untuk membangun manusia seutuhnya. Ini berarti bahwa pembangunan mempunyai jangkauan yang luas dan jauh. Berhasil

Lebih terperinci

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SMP NEGERI 11 JAMBI

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SMP NEGERI 11 JAMBI SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SMP NEGERI 11 JAMBI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar untuk membekali warga negara agar menjadi warga negara yang memiliki kecerdasan dan kepribadian yang baik. Hal tersebut sesuai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun tergantung dari profesi dan kesenangan masing-masing individu

BAB 1 PENDAHULUAN. namun tergantung dari profesi dan kesenangan masing-masing individu 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan prestasi belajar merupakan suatu upaya yang maksimal di dalam diri seorang siswa untuk menunjang proses pendidikannya. Banyak kegiatan yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sorotan tajam dari berbagai pihak. Hal ini disebabkan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sorotan tajam dari berbagai pihak. Hal ini disebabkan karena pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan semakin mendapat sorotan tajam dari berbagai pihak. Hal ini disebabkan karena pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Pemahaman Pemahaman terhadap suatu pelajaran diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING PADA SISWA KELAS 4 SD KRISTEN KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING PADA SISWA KELAS 4 SD KRISTEN KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013 UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING PADA SISWA KELAS 4 SD KRISTEN KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013 Skripsi untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran yang dilakukan di kelas. Proses pembelajaran sangat terkait dengan berbagai komponen yang

Lebih terperinci

AHMAD MUZAMIL NIM A54B090016

AHMAD MUZAMIL NIM A54B090016 PENGGUNAAN METODE TEAM ACCELERATED INSTRUCTION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS III SDN 2 BANDUNGAN JATINOM SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF ROLE PLAYING DENGAN CD INTERAKTIF

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF ROLE PLAYING DENGAN CD INTERAKTIF PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF ROLE PLAYING DENGAN CD INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 10 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Oleh: RIRIN WIDIAWATI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas dalam hal ini berarti siswa aktif dalam mengerjakan soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan dengan rasa senang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan menjadi pilar pembangunan bagi

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan menjadi pilar pembangunan bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam masa globalisasi, suatu negara dianggap maju apabila memiliki kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan menjadi pilar pembangunan bagi suatu negara untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS Ani Rosidah, M.Pd anirosidah.cjr@gmail.com Universitas Majalengka (UNMA) ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal utama dalam pembangunan bangsa Indonesia untuk dapat bertahan di era globalisasi. Peningkatan kualitas sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi suatu bangsa merupakan salah satu usaha yang strategis dalam rangka mempersiapkan warga negara dalam menghadapi masa depan diri sendiri dan bangsanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkualitas. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkualitas. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan menjadi sarana yang paling penting dan paling efektif untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai perubahan dalam kemampuan, sikap atau perilaku siswa

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai perubahan dalam kemampuan, sikap atau perilaku siswa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pendidikan dapat ditingkatkan dengan melakukan perubahan pola pikir yang digunakan sebagai landasan pelaksanaan kurikulum. Pada masa lalu proses belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. KKG. Salah satu contoh yaitu rendahnya nilai belajar siswa kelas IV-A tahun

BAB I PENDAHULUAN. KKG. Salah satu contoh yaitu rendahnya nilai belajar siswa kelas IV-A tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang dikembang di SDN 02 Tiuh Toho Kecamatan Menggala belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Metode pembelajaran yang diterapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan berperan penting dalam kehidupan bahkan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses kehidupan manusia, dengan kata lain kebutuhan manusia terhadap pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. motivation. Motif adalah dorongan atau stimulus yang datang dari dalam batin

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. motivation. Motif adalah dorongan atau stimulus yang datang dari dalam batin BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Motivasi Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang pengertian motivasi yaitu sebagai berikut. Menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan dapat mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses dalam mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses dalam mengembangkan potensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses dalam mengembangkan potensi sumber daya manusia guna mewujudkan insane pembangunan yang berbudaya dan bermartabat. Untuk mewujudkan

Lebih terperinci