ANALISIS USAHA DAN KEMITRAAN PEMBUDIDAYA RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii DI KOTA AMBON

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS USAHA DAN KEMITRAAN PEMBUDIDAYA RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii DI KOTA AMBON"

Transkripsi

1 ANALISIS USAHA DAN KEMITRAAN PEMBUDIDAYA RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii DI KOTA AMBON Raja B. D. Sormin 1, Agustina Risambessy 2, Stenly J. Ferdinandus 2 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura sormindolok@gmail.com 2 Fakultas Ekonomi Universitas Pattimura Abstrak: Tujuan penelitian adalah menganalisis usaha dan kemitraan pembudidaya rumput laut di Kota Ambon. Penelitian ini menggunakan metode survey, dilanjutkan dengan analisis laba/rugi, analisis usaha untuk mengetahui tingkat kelayakan dari usaha menggunakan analisis R/C. Berdasarkan hasil perhitungan analisis revenue cost ratio (R/C) diperoleh nilai (R/C) untuk penjualan bibit rumput laut yaitu 7,58. Berdasarkan kriteria revenue cost ratio (R/C) diperoleh R/C > 1, sehingga dapat diintepretasikan bahwa usaha rumput laut untuk penjualan bibit saja sudah menguntungkan. Berdasarkan perbandingan laba dan modal produksi, diperoleh nilai ROI sebesar 6,58% yang berarti bahwa besarnya keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan besarnya biaya untuk usaha adalah baik, artinya setiap modal sebesar Rp.100 di peroleh keuntungan sebesar Rp.6,58. Kemitraan ini menganut pola kemitraan inti plasma, di mana pemerintah (Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ambon) sebagai inti dan pembudidaya sebagai plasma. Dinas Kelautan dan Perikanan memberikan rekomendasi lokasi budidaya rumput laut kemudian memberikan sosialisasi serta bibit untuk dibudidayakan. Kata Kunci: Analisis usaha, kemitraan, pembudidaya, rumput laut PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi masyarakat memerlukan metode dan pendekatan pembangunan yang sesuai dengan kondisi geografis di mana masyarakat tersebut berada dan beraktivitas serta budaya yang menjadi pedoman kehidupan sosial masyarakat tersebut. Daerah Maluku memiliki karakteristik wilayah yang didominasi oleh wilayah kepulauan dimana 90% wilayahnya merupakan laut. Dengan keadaan yang demikian diharapkan daerah Maluku menjadikan laut sebagai basis pembangunan ekonomi masyarakatnya. Hal tersebut teraplikasi dalam kerangka provinsi kepulauan yang dicanangkan oleh Pemerintah daerah Provinsi Maluku. Namun letak dan kondisi geografis Maluku selama ini cenderung menjadi justifikasi ambivalensi bagi keberhasilan proses pembangunan di daerah ini. Dalam konteks pengembangan pembangunan ekonomi wilayah kepualuan dan pesisir, menurut Marsuki (2006) hal mendasar yang perlu dibenahi adalah lembaga-lembaga produksi, baik milik swasta, pemerintah maupun milik masyarakat lainnya, dalam skala besar, menengah maupun kecil. Secara strategis format pengembangan ekonomi wilayah pesisir terformulasi dalam kerangka provinsi kepulauan yang dicanangkan oleh Pemda Provinsi Maluku, dan arah pembangunan Propinsi Maluku yang berasal dari laut. Masyarakat Maluku umumnya dan khususnya masyarakat Kota Ambon mayoritas mengfokuskan akativitas ekonomi pada sektor pertanian dan perikakan, Karateristik tumpuan pada dua sektor tersebut relatif didasarkan pada musim. Aktivitas yang tidak Raja BDS, Agustina R, Stenly JF: Analisis Usaha Dan Kemitraan Pembudidaya D1-1

2 tergantung pada musim adalah budidaya rumput laut merupakan pengelolahan sumber daya kelautan yang dikelolah oleh masyarakat Kota Ambon. Budidaya rumput laut sebagai aktivitas ekonomi bagi masyarakat Kota Ambon mempunyai kelebihan yakni aktivitas ekonomi masyarakat yang relatif tidak terkait musim atau iklim. Rumput laut merupakan komoditas yang bernilai ekonomis tinggi, karena kecepatan arus di perairan sesuai untuk budidaya rumput laut berkisar antara cm/detik dan suhu yang baik untuk pertumbuhan rumput laut berkisar ºC (Blueprint Advanced Maluku, 2008), kualitas air baik (aspek sanitasi), kecerahaan, bebas pencemaran dengan kadar garam yang tinggi, arus air laut yang tidak deras berpotensi sangat baik untuk proses produksi rumput laut yang optimal. Hal ini mengakibatkan bertambahnya jumlah petani dan areal budidaya rumput laut relatif meningkat serta penyebarannya pada berbagai desa. Kenyataannya tiap - tiap petani memiliki usaha budidaya rumput laut dengan modal, cara produksi dan penanganan pasca produksi yang beragam, kondisi ini berakibatkan tidak secara merata optimalisasi hasil produksi rumput laut. Permasalahan dalam Penelitian ini yaitu apakah petani rumput laut mengalami keuntungan dari hasil budidaya yang dilakukan selama ini di Kota Ambon, dan bagaimana implementasi strategi kemitraan guna peningkatan pengetahuan budidaya (didapat melalui proses pendampingan), dan diberi motivasi membentuk daya saing usaha budidaya rumput laut di wilayah Kota Ambon. Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut Daryanto (2010) dalam rangka merealisasikan kemitraan sebagai wujud dari keterkaitan usaha, maka diselenggarakan melalui polapola yang sesuai dengan sifat dan tujuan usaha yang dimitrakan, diantaranya yaitu : a). pola inti plasma; Usaha Besar dan Usaha Menengah bertindak sebagai inti membina dan mengembangkan Usaha Kecil sebagai plasma. b). pola subkontrak; hubungan kemitraan antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar, yang di dalamnya Usaha Kecil memproduksi komponen yang diperlukan oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar sebagai bagian dari produksinya. c). pola dagang umum adalah; hubungan kemitraan antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar, yang di dalamnya Usaha Menengah atau Usaha Besar memasarkan hasil produksi Usaha Kecil atau Usaha Kecil memasok kebutuhan yang diperlukan oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar mitranya. d). pola keagenan; hubungan kemitraan, yang di dalamnya Usaha Kecil diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa Usaha Menengah atau Usaha Besar mitranya. e). pola waralaba; hubungan kemitraan, yang di dalamnya pemberi waralaba memberikan hak penggunaan lisensi, merek dagang, dan saluran distribusi perusahaannya kepada penerima waralaba dengan disertai bantuan bimbingan manajemen. F). pola kerjasama operasional agribisnis ; kelompok mitra menyediakan lahan, sarana dan tenaga kerja, sedangkan perusahaan mitra menyediakan biaya modal atau sarana untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komuditi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk memformulasi strategi efektif dalam pengembangan daya saing berkelanjutan usaha budidaya rumput laut di Kota Ambon. METODE PENELITIAN Metodologi Pendekatan dan Analisis Metodologi lebih ditekankan pada pendekatan pengembangan potensi yaitu potensi ekonomi wilayah pembudidaya rumput laut, dan potensi pengembagaan D1-2 Raja BDS, Agustina R, Stenly JF: Analisis Usaha Dan Kemitraan Pembudidaya

3 ekonomi usaha rumput laut. Analaisis ekonomi yang meninjau karakteristik perekonomian wilayah studi. Untuk memperoleh data dan informasi yang akurat dan mutakhir, maka peneliti akan mengumpulkan data lapangan dari lokasi yang tersebar di Kota Ambon, terutama di kawasan sentra-sentra usaha/industry dan perdagangan rumput laut. Pengumpulan data lapangan ini ditujukan untuk mendapatkan masukan bagi justifikasi dan klarifikasi atas berbagai hasil pengolahan data primer dan sekunder, untuk menunjang kegiatan evaluasi dan analisa terhadap data dan informasi yang diperlukan. Diharapkan dengan data yang ada dapat dipenuhinya kriteria guna dilakukannya pemetaan kondisi pertumbuhan budidaya rumput laut yang lebih akurat dan aktual. Dalam pencapaian tujuan ini, maka kegiatan survei ini meliputi berbagai kegiatan di antaranya; penyusunan kuesioner, pelaksanaan survei lapangan, pengolahan hasil survei lapangan, justifikasi atas hasil pengolahan data dan informasi sekunder. Untuk mendapatkan berbagai data dan informasi tambahan dalam rangka pengembangan model atau pola kemitraan, maka peneliti mengadakan diskusi panel dengan pihak terkait dalam penelitian ini, agar dari hasil diskusi dapat diperoleh lebih banyak masukan mengenai validasi data dan masukan atas berbagai aspek ekonomi, perdagangan dan industri, sumber daya serta kapabilitas teknis masyarakat yang akan merupakan faktor kunci keberhasilan pengembangan model/pola yang dimaksud. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Budidaya Rumput Laut di Pulau Ambon Rumput laut merupakan komoditi yang menjanjikan karena permintaan pasar yang besar namun belum terpenuhi oleh pembudidaya, baik itu penjualan bibit maupun hasil panen produksi. Selain itu pembudidaya juga tidak perlu membawa hasilnya kepada pengumpul ataupun mitra, tetapi para pengumpul dan mitralah yang mengambil hasil budidaya rumput laut tersebut baik itu bibit maupun hasil produksi di kelompok-kelompok usaha yang ada di pulau Ambon. Budidaya rumput laut yang pada umumnya dapat dilakukan oleh parapetani/nelayan dalam pengembangannya memerlukan keterpaduan unsur-unsur subsistem, mulai dari penyediaan input produksi, budidaya suulai dari bsistem, mulai dari penyediaan input produksi, budidaya sampai ke pemasaran hasil. Keterpaduan tersebut menuntut adanya kerjasama antar pihak-pihak yang terkait baik dari lingkungan terkecil (rumah tangga) sampai cakupan yaang lebih besar dalam, bentuk kemitraan usaha antara petani/usaha kecil yang pada umumnya berada di pihak yang menguasai pengolahan dan pemasaran hasil (Farhan, 2005). Beberapa gambaran umum menyangkut budidaya rumput laut di pesisir Pulau Ambon sebagai berikut: Kelompok budidaya rumput laut di desa-desa pesisir di pulau Ambon ini merupakan usaha yang dilakukan oleh keluarga yang terdiri dari 4 sampai 7 orang. Sebaran kelompok budidaya rumput laut di pulau Ambon tersebar di berbagai desa seperti: desa Waai (1 kelompok), Amahusu (2 kelompok), Air low (1 kelompok), Passo (1 kelompok), Wayliha (2 kelompok), Toisapu (4 kelompok), Hutumuri (3 kelompok), Hukurila (2 kelompok), Watatiri (1 kelompok), Liang (2 Kelompok), Waiheru (1 kelompok), Hative Besar (1 kelompok), dan Morela (2 kelompok). Namun yang aktif ditahun 2014 hanya di Wayliha, Toisapu, Hutumuri, Watatiri, Liang, Waiheru, Morela. Metode budidaya rumput laut yang digunakan oleh pembudidaya di pesisir pulau Ambon adalah metode long line dan metode rakit tali. Rata-rata luas lahan tanam Raja BDS, Agustina R, Stenly JF: Analisis Usaha Dan Kemitraan Pembudidaya D1-3

4 untuk metode long line berukuran 15 x 50 m/unit. Pada tiap unit terdapat 4 tali ris dengan panjang 50 m dengan jarak antar tali ris 5 m dikarenakan arus yang cukup kuat, agar tidak terkait antar tali ris. Pada bagian ujung setiap unit diberi jangkar beton dan pelampung utama. Bibit yang diperlukan tiap lahan/unit (15 x 50 m) sebayak 80 kg untuk 800 rumpun/titik, dimana 1 tali ris terdapat 200 rumpun dengan jarak 25 cm antar rumpun, dan tiap rumpun ditanam bibit seberat 100 gr. Harga penjualan rumput laut basah Rp.5.000/kg dan rumput laut kering Rp /kg. sedangkan penjualan bibit dengan harga Rp /kg oleh pengumpul dari luar provinsi Maluku, namun hasil panen bibit di pulau Ambon masih di dominasi oleh dinas/pemerintah untuk program pengembangan budidaya dengan harga Rp.5.000/kg. Hal tersebut masih dirasa untung oleh pembudidaya karena tidak membutuhkan biaya transportasi untuk menjual hasil panen, dan hasil panen di ambil di tempat pembudidaya. Untuk penelitian ini, 1 tahun pertama analisis usaha lebih difokuskan pada penjualan bibit, karena permintaan bibit belum terpenuhi pada 11 kabupaten/kota di provinsi Maluku. Sementara ini bibit di suplay oleh pembudidaya di pulau Ambon hanya ke 3 kabupaten yaitu; Kabupaten Buru Selatan, Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten Seram Bagian Barat, itupun belum terpenuhi permintaan bibitnya, bibit dari pulau Ambon lebih baik dari bibit yang berasal dari Makasar dan Surabaya dikarenakan laut di pesisir pulau Ambon cocok untuk komoditi rumput laut dan menghasilkan bibit talus yang lebih besar. Dalam 1 tahun terdapat 16 kali panen bibit dengan jangka waktu 1 kali produksi bibit lamanya berkisar antara hari, dengan asumsi 2 hari untuk penanaman bibit kembali. Dampak Penelitian Kepada Para Pembudidaya Dari hasil wawancara ke Dinas Perikanan Kota Ambon dan Balai Budidaya dan survey kepada para pembudidaya yang masih aktif di pulau Ambon, maka ada beberapa hasil penelitian dari budidaya rumput laut jenis Eucheuma cottoni dikota Ambon, sebagai berikut: Berhubung kelompok budidaya berasal dari keluarga sendiri maka tidak ada upah karyawan atau gaji tenaga kerja yang harus dikeluarkan setiap hari, tetapi hasil penjualan dibagi kepada semua anggota kelompok yang merupakan hasil dari budidaya itu sendiri. Untuk 2 tahun pertama setelah penelitian ini, mitra (untuk menjual) diarahkan kepada pemenuhan permintaan bibit dinas perikanan dan perindustrian dari 11 kota/kabupaten. Memotivasi masyarakat pesisir pulau Ambon dalam pengembangan budidaya rumput laut dengan mengilustrasikan analinis usaha atau keuntungan dari budidaya rumput laut dengan tidak hanya bercocok tanam, berkebun ataupun sebagai nelayan, karena usaha ini sangat menjanjikan keuntungan apabila tekun dalam budidaya rumput laut. Meberikan masukan kepada pembudidaya dari peneliti sebagai mitra dalam penyuluhan budidaya yang baik dan efisien. Masukan yang sangat signifikan yaitu dengan metode rakit tali yang mana gabungan dari metode rakit apung dan long line atau tali panjang. Dengan metoda rakit tali ini pembudidaya dapat memanfaatkan atau mengefisiensikan lahan secara maksimal. Dengan ilustrasi, dengan metode long line dengan luas 15 x 50 m dapat diperluas menjadi 30 x 50 m dengan metode rakit tali. Dua kali lipat dibandingkan dengan cara long line untuk 1 lahan tanam dan panen, dengan tidak terjadi kait-mengait atau terikat antar rumpun bibit dan tali ris. Yang lebih istimewanya lagi dengan metode rakit tali, jarak antar rumpun hanya 20 cm. Pembuktian bahwa kalaupun dengan metode long line dengan luas lahan 30 x 50 m D1-4 Raja BDS, Agustina R, Stenly JF: Analisis Usaha Dan Kemitraan Pembudidaya

5 terdapat rumpun dengan jarak 25 cm antar rumpun, dan 5 m jarak untuk tali ris. Sedangkan dengan metode rakit tali dengan luas 30 x 50 m terdapat rumpun dengan jarak 25 cm antar rumpun dan 1 m jarak untuk tali ris. Peneliti dapat menyebutkan bahwa metode rakit tali ini sebagai metode pemanfaatan lahan dan belum ada di teliti oleh peneliti budidaya rumput laut diprovinsi Maluku. Penjualan hasil budidaya rumput laut diarahkan kepada penjualan hasil produksi apabila target pembibitan dinyatakan berhasil. Dikarenakan mitra beli yang berhasil diidentifikasi oleh peneliti bersedia mengambil hasil panen produksi dalam jumlah besar (lebih dari 100 ton) untuk produksi bahan makanan oleh Indofood di Surabaya dan Bosowa di Makasar, adapaun permintaan dari Jepang, Filipin dan China untuk produk makan (nori/lapisan sushi), obat-obatan dan produk kecantikan. Dari hasil survey juga ada panen produksi yang dimanfaatkan sebagai konsumsi rumahan oleh keluarga kelompok-kelompok usaha, dikarenakan rumput laut mempunyai nilai gizi untuk tubuh manusia, maka oleh keluarga pembudidaya bisa dimakan mentah atau dimasak dengan berbagai variasi. Penggunaan rumput laut sebagai bahan pangan masyarakat pesisir pulau Ambon masih terbatas sebagai sayur atau lauk, dan sering juga diolah secara tradisional menjadi agar-agar. Dalam 1 tahun terdapat 12 kali panen bibit dengan 1 kali produksi bibit selama hari, dengan asumsi 5 hari untuk penanaman bibit kembali dan 5 hari untuk panen. Walaupun selisih 4 kali panen disbanding dengan metode long line, namun hasil yang dihasilkan oleh metode rakit tali jauh lebih banyak. Keuntungan lainnya dari fokus pada penjualan bibit untuk tahun pertama, karena perawatannya hanya 1 kali selama 1 kali periode panen. Biaya Produksi Biaya produksi mencakup biaya tetap dan biaya variable. Menurut Achmad Zatnika, Heri Purwoto, Sri Istini (2011) dan Mubarak (1991) biaya tatap (fixed cost) adalah biaya yang pengunaannya tidak habis dalam satu masa produksi. Sedangkan biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang penggunaannya habis atau dianggap habis dalam satu masa produksi. Tabel 1. Rincian Biaya Tetap dan Biaya Variabel No. Kebutuhan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp.) Jumlah (Rp.) Biaya Tetap 1 Tali ris 8mm kg Tali jangkar 10mm kg Pelampung Utama 3 12' buah Pelampung ukuran 6' buah Pelampung ukuran 4' buah Tali rafia kg Jangkar beton buah Karung buah Pisau buah Raja BDS, Agustina R, Stenly JF: Analisis Usaha Dan Kemitraan Pembudidaya D1-5

6 10 Perahu unit Terpal ukuran 4x6 buah Bibit rumpu laut kg lain-lain Penyusutan Total Biaya Tetap Biaya Variabel Biaya tanam, perawatan, dan panen bulan Total Biaya Variabel Dari tabel diatas, kenaikan biaya tetap karena adanya penyusutan atau terjadi pergantian beberapa bagian dari wadah budidaya seperti tali rafia, pelampung, terpal, pisau. Hasil produksi Hasil panen bibit budidaya rumput laut jenis Eucheuma cottoni di pesisir pulau Ambon berkisar dari gr/rumpun. Kalau diasumsikan pada saat panen bibit, tidak terkena penyakit, 100gr/rumpun bisa mencapai gr/rumpun atau 0,75-0,8 kg/rumpun untuk jangka waktu hari, dan untuk kontinuitas budidaya bibit diangkat 100 gr/rumpun untuk ditanam kembali selebihnya gr/rumpun dijual kepada mitra. Perkembangan rumput laut di pesisir pulau Ambon terhambat pertumbuhannya akibat terjangkit penyakit ice-ice atau bintik putih (white spot) suatu jenis penyakit rumput laut yang biasanya disebabkan oleh limbah atau sampah masyarakat, bisa juga disebabkan oeh perubahan lingkungan seperti arus, suhu air dan kecerahan (Achmad Zatnika, Heri Purwoto, Sri Istini, 2011) yang menyebabkan terjadinya perubahan warna thallus menjadi pucat. Sebagian thallus pada beberapa cabang berwarna putih serta membusuk. Oleh karena itu perawatan sangat perlu dilakukan dimaksudkan agar bisa memotong dan membuang bagian rumput laut yang terkena ice-ice. Faktor penyakit pada budidaya rumput laut diatas mempengaruhi kuantitas hasil panen untuk dijual. Oleh karena itu peneliti mengabil rata-rata jual untuk tiap rumpun sebesar 550 gr/rumpun. Analisis Usaha Budidaya rumput laut dikota Ambon Analisis Pendapatan Usaha. Berdasarkan hasil survey, maka rata-rata jual untuk tiap rumpun sebesar 550 gr/rumpun dikalikan dengan rumpun sehingga mendapat kg bibit yang dijual untuk sekali panen. Maka kelompok usaha budidaya rumput laut untuk sekali panen mendapatkan Rp ,- didapat dari kg panen bibit dikalikan denga Rp harga per kilogram. Berdasarkan hasil tersebut maka untuk panen pertama pembudidaya suda mendapatkan 79,29% dari investasi dan biaya operasional untuk sekali panen. Apabila dalam satu periode (1 tahun) ada 12 kali panen, maka pembudidaya akan mendapatkan Rp ,- didapat dari Rp ,- dikalikan 12 kali panen. Penerimaan merupakan jumlah kuantitas hasil produksi dikalikan dengan harga dari kuantitas yang dihasilkan tersebut (Soekartawi, 2002). D1-6 Raja BDS, Agustina R, Stenly JF: Analisis Usaha Dan Kemitraan Pembudidaya

7 Analisis Revenue Cost Ratio (R/C). Analisis revenue cost ratio menunjukan manfaat atau keuntungan yang diperoleh dari kegiatan usaha budidaya rumput laut selama satu periode produksi atau satu tahun produksi atau 12 kali produksi. Hasil analisis revenue cost ratio (R/C) tergantung dari pendapatan (total revenue/tr) dan pengeluaran (total cost/tc) (Oktariza, 2006), hasilnya sebagai berikut: R C = TR TC = = 7,58 Berdasarkan hasil perhitungan analisis revenue cost ratio (R/C) diperoleh nilai (R/C) untuk penjualan bibit rumput laut yaitu 7,58. Berdasarkan kriteria revenue cost ratio (R/C) diperoleh R/C > 1, sehingga dapat diintepretasikan bahwa usaha rumput laut untuk penjualan bibit saja sudah menguntungkan. Analisis Break Event Point. BEP menunjukan suatu gambaran produksi setiap tahun (periode) yang harus dicapai untuk memperoleh titik impas (tidak untung dan tidak rugi), atau dengan kata lain keadaan titik impas merupakan keadaan dimana penerimaan rumput laut (TR) sama dengan biaya yang dikeluarkan (TC) atau TR=TC. Hasil perhitungan BEP sebagai berikut: BEP (kg) = Total Biaya Harga Per Unit = = kg Perolehan BEP (kg) diatas artinya, titik impas akan dicapai saat budidaya rumput laut menghasilkan bibit rumput laut sebanyak kg. Analisis Return on Invesment. Untuk menganalisis Return on Invesment maka perlu diketahui laba usaha sebagai berikut: Laba Usaha = = Rp ,- Sehingga Return on Invesment sebesar ROI = Laba Usaha Modal Produksi = = 6,58% Berdasarkan perbandingan laba dan modal produksi, diperoleh nilai ROI sebesar 6,58% yang berarti bahwa besarnya keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan besarnya biaya untuk usaha adalah baik, artinya setiap modal sebesar Rp.100 di peroleh keuntungan sebesar Rp.6,58. Analisis Rentabilitas Ekonomi. Untuk menganalisis rentabilitas ekonomi maka perlu diketahui laba operasional yang didapat dari TR dikurangi dengan Biaya operasional sehingga : Laba operasional = Rp Rp = Rp ,- Raja BDS, Agustina R, Stenly JF: Analisis Usaha Dan Kemitraan Pembudidaya D1-7

8 Sehingga rentabilitas ekonomi sebagai berikut : rentabilitas ekonomi = Laba Operasional TC = = 735,5% Perolehan rentabilitas ekonomi diatas menunjukan hasil 735,5% > 19% maka dapat dikatakan layak untuk usaha. Kemitraan Pembudidaya Rumput Laut di Kota Ambon. Kemitraan usaha di Kota Ambon adalah kemitraan antara pembudidaya rumput laut dengan pemerintah. Kemitraan ini merupakan salah satu program pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Kemitraan terjalin melalui pemberian bantuan dalam bentuk sarana produksi budidaya rumput laut. Kemitraan ini menganut pola kemitraan inti plasma, di mana pemerintah (Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ambon) sebagai inti dan pembudidaya sebagai plasma. Dinas Kelautan dan Perikanan memberikan rekomendasi lokasi budidaya rumput laut kemudian memberikan sosialisasi serta bibit untuk dibudidayakan. Lokasi-lokasi yang dipilih berdasarkan kondisi perairan yang mendukung untuk dilakukan budidaya. Lokasi ini biasanya berada di dalam teluk. Tujuan sosialisasi yaitu menginformasikan program kemitraan yang akan terjalin dan cara membudidayakan rumput laut. Selanjutnya para penyuluh dari Dinas Kelautan dan Perikanan berkoordinasi dengan pemerintah desa atau dusun untuk pembentukan kelompok pembudidaya yang akan menerima bantuan. Berdasarkan hasil penelitian ini, ada sebagian anggota kelompok peserta kemitraan hanya melakukan usaha budidaya pada saat memperoleh bantuan, bahkan ada pula anggota kemitraan yang tidak menggunakan bantuan secara baik. Hal ini mengindikasikan fungsi pendampingan dan pengontrolan yang seharusnya dilakukan oleh penyuluh dengan cermat, terutama pada saat recruitmen. Dalam hal kesan pembudidaya terhadap kemitraan selama ini yang telah dilakukan oleh pemerintah maka mereka menyatakan bahwa ada sebagian anggota kelompok bergabung membentuk kemitraan hanya untuk mendapatkan bantuan. Pembudidaya yang termasuk dalam kategori ini biasanya usahanya tidak langgeng. Namun sebagian lagi mereka telah merasakan kemitraan ini dapat membantu perkembangan usaha mereka. Oleh karena itu kelompok ini biasanya usahanya langgeng dan hasilnya dapat menjadi tumpuan ekonomi keluarganya. Perbedaan pandangan di antara kedua kelompok ini adalah latar belakang kegiatan yang ditekuni selama ini berbeda. Sebagian anggota kelompok memang mempunyai basis kegiatan di darat atau kebun, sehingga kegiatan budidaya rumput laut hanyalah sebagai sampingan. Anggota kelompok inilah yang cenderung pasif dan tidak menikmati usaha budidaya ini tanpa bantuan-bantuan yang ada. Sementara anggota kelompok yang memiliki basis pekerjaan sebagai nelayan, maka usaha budidaya ini dirasakan menjadi sumber penghasilan yang boleh dikatakan menetap bahkan bias dikembangkan. Kelompok inilah yang mengharapkan banyak dari pemerintah dan swasta untuk lebih memperbaiki pola kemitraan untuk kemajuan mereka. Kelompok pembudidaya berharap disamping mitra yang sudah ada yaitu pemerintah, hendaknya ada mitra swasta yang dapat menampung hasil budidaya mereka, karena dirasakan merugi apabila hasil rumput laut yang sedikit harus dijual sendiri ke tempat penjualan dengan modal transport sendiri. Diharapkan peran pedagang pengumpul supaya setiap saat mereka dapat menikmati hasil budidayanya. D1-8 Raja BDS, Agustina R, Stenly JF: Analisis Usaha Dan Kemitraan Pembudidaya

9 KESIMPULAN Hasil survey terhadap pembudidaya rumput laut di kota Ambon menunjukkan sebagai berikut: Berhubung kelompok budidaya berasal dari keluarga sendiri maka tidak ada upah karyawan atau gaji tenaga kerja yang harus dikeluarkan setiap hari, tetapi hasil penjualan dibagi kepada semua anggota kelompok yang merupakan hasil dari budidaya itu sendiri. Hasil analinis usaha atau keuntungan dari budidaya rumput laut menunjukkan bahwa usaha ini sangat menjanjikan keuntungan apabila tekun dilaksanakan. Metode rakit tali yang mana gabungan dari metode rakit apung dan long line atau tali panjang sangat baik karena dengan metoda rakit tali ini pembudidaya dapat memanfaatkan atau mengefisiensikan lahan secara maksimal. Dari hasil survey juga ada panen produksi yang dimanfaatkan sebagai konsumsi rumahan oleh keluarga kelompok-kelompok usaha, dikarenakan rumput laut mempunyai nilai gizi untuk tubuh manusia, maka oleh keluarga pembudidaya bisa dimakan mentah atau dimasak dengan berbagai variasi. Penggunaan rumput laut sebagai bahan pangan masyarakat pesisir pulau Ambon masih terbatas sebagai sayur atau lauk, dan sering juga diolah secara tradisional menjadi agar-agar. Berdasarkan hasil perhitungan analisis revenue cost ratio (R/C) diperoleh nilai (R/C) untuk penjualan bibit rumput laut yaitu 7,58. Berdasarkan kriteria revenue cost ratio (R/C) diperoleh R/C > 1, sehingga dapat diintepretasikan bahwa usaha rumput laut untuk penjualan bibit saja sudah menguntungkan. Berdasarkan perbandingan laba dan modal produksi, diperoleh nilai ROI sebesar 6,58% yang berarti bahwa besarnya keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan besarnya biaya untuk usaha adalah baik, artinya setiap modal sebesar Rp.100 di peroleh keuntungan sebesar Rp.6,58. Kemitraan ini menganut pola kemitraan inti plasma, di mana pemerintah (Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ambon) sebagai inti dan pembudidaya sebagai plasma. Dinas Kelautan dan Perikanan memberikan rekomendasi lokasi budidaya rumput laut kemudian memberikan sosialisasi serta bibit untuk dibudidayakan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI atas pemberian dana riset melalui skim MP3EI tahun 2016 sehingga penelitian dan penulisan ini bisa terlaksana. DAFTAR PUSTAKA Blueprint Advance Maluku Pembangunan Ekonomi Wilayah Kepulauan Dengan Pendekatan Klaster Industri Berbasis Masyarakat Daryanto, Strategi Kemitraan Usaha Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Agribisnis Cabi Merah Di Jawa Tengah Farhan, M., dan Hendarsih, N Analisis Finansial Budidaya Rumput Laut Eucheuma cottonii dengan Metode Tali Rawai (Long Line) di Perairan Teluk Raja BDS, Agustina R, Stenly JF: Analisis Usaha Dan Kemitraan Pembudidaya D1-9

10 Banten. Jurnal BAPPL Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 59 : Marsuki, 2006, Pemikiran Dan Strategi Memberdayakan Sektor Ekonomi UMKM Di Indonesia, Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta. Mubarak, H Potensi Produksi Karaginofit Indonesia. Proseding Temu Karya Ilmiah. Teknologi Pasca Panen Rumput Laut. Departemen Pertanian RI. Jakarta Soekartawi Analisis Usaha Tani. Ui-Press. Jakarta D1-10 Raja BDS, Agustina R, Stenly JF: Analisis Usaha Dan Kemitraan Pembudidaya

ANALISIS USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DI PERAIRAN PULAU TAKOUW KECAMATAN TOBELO TIMUR. Ontje Fransisca Winesty Tutupary

ANALISIS USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DI PERAIRAN PULAU TAKOUW KECAMATAN TOBELO TIMUR. Ontje Fransisca Winesty Tutupary ANALISIS USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DI PERAIRAN PULAU TAKOUW KECAMATAN TOBELO TIMUR Ontje Fransisca Winesty Tutupary Abstract The effect main in an effort which is gets gain. More and

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

Analisis Usaha Budidaya Rumput Laut di Desa Pediwang Kecamatan Kao Utara Kabupaten Halmahera Utara

Analisis Usaha Budidaya Rumput Laut di Desa Pediwang Kecamatan Kao Utara Kabupaten Halmahera Utara Analisis Usaha Budidaya Rumput Laut di Desa Pediwang Kecamatan Kao Utara Kabupaten Halmahera Utara Ontje Fransisca Winesty Tutupary 1 tutuparyeka@yahoo.com Cornelia Dolfina Maatoke 2 corneliamaatoke@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Budidaya laut (marinecultur) merupakan bagian dari sektor kelautan dan perikanan yang mempunyai kontribusi penting dalam memenuhi target produksi perikanan. Walaupun

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

(Eucheuma cottonii) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur)

(Eucheuma cottonii) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur) DONA WAHYUNING LAILY Dosen Agrobisnis Perikanan ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah penghasilan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor Jawa Barat, tepatnya di Kecamatan Jasinga. Pemilihan lokasi ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Peneilitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Ternak Cibinong yang bermitra dengan CV Tunas Mekar Farm (TMF) di Kecamatan Ciluar, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI RUMPUT LAUT DI KECAMATAN NAGAWUTUNG KABUPATEN LEMBATA

ANALISIS USAHATANI RUMPUT LAUT DI KECAMATAN NAGAWUTUNG KABUPATEN LEMBATA 39 Buana Sains Vol 12 No 2: 39-44, 2012 ANALISIS USAHATANI RUMPUT LAUT DI KECAMATAN NAGAWUTUNG KABUPATEN LEMBATA Asnah 1) dan L. Latu 2) 1)Fakultas Pertanian, Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Malang

Lebih terperinci

BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO

BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO Pendahuluan Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja. Hal tersebut mengindikasikan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kombinasi Produk Optimum Penentuan kombinasi produksi dilakukan untuk memperoleh lebih dari satu output dengan menggunakan satu input. Hal ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pulahenti, Kecamatan Sumalata, Kabupaten Gorontalo Utara. Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berkawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil

Lebih terperinci

Riyatus Shalihah (1), Zainol Arifin (2), Mohammad Shoimus Sholeh (3) Fakultas Pertanian Universitas Islam Madura (3)

Riyatus Shalihah (1), Zainol Arifin (2), Mohammad Shoimus Sholeh (3) Fakultas Pertanian Universitas Islam Madura (3) 135 STRATEGI USAHA RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT PESISIR JUMIANG DI KELOMPOK USAHA BERSAMA MITRA BAHARI DESA TANJUNG KECAMATAN PADEMAWU KABUPATEN PAMEKASAN

Lebih terperinci

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

Bab XIII STUDI KELAYAKAN Bab XIII STUDI KELAYAKAN STUDI KELAYAKAN DIPERLUKAN 1. Pemrakarsa sebagai bahan pertimbangan a. Investasi - Merencanakan investasi - Merevisi investasi - Membatalkan investasi b. Tolak ukur kegiatan/investasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan umum Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki sifat ekonomis, dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat dengan responden para petani yang menggunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Teknologi Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu mengalami perkembangan

Lebih terperinci

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS ORBA (Suatu Kasus pada Kelompoktani Cikalong di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Oleh: Apang Haris 1, Dini Rochdiani

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DAN NILAI TAMBAH TEPUNG KARAGINAN DI KECAMATAN KEI KECIL, KABUPATEN MALUKU TENGGARA

ANALISIS FINANSIAL USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DAN NILAI TAMBAH TEPUNG KARAGINAN DI KECAMATAN KEI KECIL, KABUPATEN MALUKU TENGGARA ANALISIS FINANSIAL USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DAN NILAI TAMBAH TEPUNG KARAGINAN DI KECAMATAN KEI KECIL, KABUPATEN MALUKU TENGGARA Oleh : Anna Kartika Ngamel Program Studi Agribisnis Perikanan, Politeknik

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar) ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar) Oleh: Alek Hermawan 1, Dini Rochdiani 2, Tito Hardiyanto 3 1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian ditujukan untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengembangkan agribisnis dan meningkatkan kesejahteraan petani, mengisyaratkan bahwa

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT ABSTRAK

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT ABSTRAK ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT Karina Shafira*), Lily Fauzia **), Iskandarini ***) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya kelautan berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja dan pendapatan penduduk.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Dusun Sidomukti Desa Buana Sakti

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Dusun Sidomukti Desa Buana Sakti 11 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Dusun Sidomukti Desa Buana Sakti Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur pada bulan Maret sampai bulan

Lebih terperinci

Analisis finansial usaha budidaya rumput laut berdasarkan uji pertumbuhan bibit dengan dengan jarak ikat berbeda

Analisis finansial usaha budidaya rumput laut berdasarkan uji pertumbuhan bibit dengan dengan jarak ikat berbeda Budidaya Perairan September 213 Vol. 1 No. 3: 69-73 Analisis finansial usaha budidaya rumput laut berdasarkan uji pertumbuhan bibit dengan dengan jarak ikat berbeda (Financial analysis of seaweed cultivated

Lebih terperinci

KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI

KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI Qanytah dan Trie Reni Prastuti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Bukit Tegalepek,

Lebih terperinci

Produksi rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 2: Metode long-line

Produksi rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 2: Metode long-line Standar Nasional Indonesia Produksi rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 2: Metode long-line ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah memberikan amanat bahwa prioritas pembangunan

Lebih terperinci

MAKSIMISASI KEUNTUNGAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA LALOMBI KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

MAKSIMISASI KEUNTUNGAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA LALOMBI KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA e-j. Agrotekbis 1 (2) : 198-203, Juni 2013 ISSN : 2338-3011 MAKSIMISASI KEUNTUNGAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA LALOMBI KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA Profit Maximization Of Seaweed

Lebih terperinci

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Kondisi terkini budidaya ikan bandeng di Kabupaten Pati, Jawa Tengah (Septyan Andriyanto) KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Septyan Andriyanto Pusat Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

EFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR

EFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR SEPA : Vol. 13 No.1 September 2016 : 48 52 ISSN : 1829-9946 EFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR Arya Senna Putra, Nuning Setyowati, Susi Wuri Ani Program Studi Agribisnis, Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau gejala-gejala

Lebih terperinci

VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT Kegiatan budidaya rumput laut telah berkembang dengan pesat di Kabupaten Bantaeng. Indikasinya dapat dilihat dari hamparan budidaya rumput laut yang

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangangin Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis)

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangangin Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis) ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangangin Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis) Oleh: Yuri Tiara 1, Yus Rusman 2, Cecep Pardani 3 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci

Rencana Kegiatan panen

Rencana Kegiatan panen 2015/06/01 19:37 WIB - Kategori : Pakan CARA PRAKTIS MEMANENAN RUMPUT LAUT YANG MEMENUHI STANDAR KUALITAS Peningkatan produksi rumput laut indonesia saat ini pada kenyataannya belum diimbangi dengan peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Agribisnis Semakin bergemanya kata agribisnis ternyata belum diikuti dengan pemahaman yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lahan Pasir Pantai Lahan pasir pantai merupakan tanah yang mengandung lempung, debu, dan zat hara yang sangat minim. Akibatnya, tanah pasir mudah mengalirkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai PENDAHULUAN Latar Belakang Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai aspek teknik budidaya rumput laut dan aspek manajerial usaha tani rumput laut. teknik manajemen usahatani.

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani (wholefarm) adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah,

Lebih terperinci

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan Juli 1997 mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian negara. Sektor pertanian di lndonesia dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN BIJI KEMIRI DI DESA PANGGOI KECAMATAN MUARA DUA KOTA LHOKSEMAWE (Studi Kasus Usaha Ibu Asmiati) ABSTRAK

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN BIJI KEMIRI DI DESA PANGGOI KECAMATAN MUARA DUA KOTA LHOKSEMAWE (Studi Kasus Usaha Ibu Asmiati) ABSTRAK Jurnal S. Pertanian 1 (2) : 125 133 (2017) ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN BIJI KEMIRI DI DESA PANGGOI KECAMATAN MUARA DUA KOTA LHOKSEMAWE (Studi Kasus Usaha Ibu Asmiati) Indah Lestari 1, Elfiana 2,

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) PENDAHULUAN

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) PENDAHULUAN P R O S I D I N G 311 STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) Muhammad Alhajj Dzulfikri Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya PENDAHULUAN Perikanan merupakan salah satu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dengan panjang pantai 81.000 km serta terdiri atas 17.500 pulau, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap sektor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik, metode ini mempunyai ciri-ciri memusatkan diri pada pemecahan masalah yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia menjadi titik berat dalam pembangunan bidang ekonomi. Konsep pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena memengaruhi hajat hidup orang banyak kurang lebih 114 Kilogram per kapita per tahun. Angka ini berkurang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena memengaruhi hajat hidup orang banyak kurang lebih 114 Kilogram per kapita per tahun. Angka ini berkurang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman padi merupakan tanaman budidaya yang sangat penting bagi umat manusia karena lebih dari setengah penduduk dunia tergantung pada tanaman ini sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) (STUDI KASUS DI DESA KARIMUN JAWA KECAMATAN KARIMUN JAWA KABUPATEN JEPARA)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) (STUDI KASUS DI DESA KARIMUN JAWA KECAMATAN KARIMUN JAWA KABUPATEN JEPARA) ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) (STUDI KASUS DI DESA KARIMUN JAWA KECAMATAN KARIMUN JAWA KABUPATEN JEPARA) Nuryanto, Lutfi Aris Sasongko, Eka Dewi Nurjayanti Program Studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1 Definisi hutan rakyat Definisi Hutan rakyat dapat berbeda-beda tergantung batasan yang diberikan. Hutan rakyat menurut Undang-undang No. 41 tahun 1999

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM DI DESA TITIAN RESAK KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM DI DESA TITIAN RESAK KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM DI DESA TITIAN RESAK KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU Khairizal dan Sisca Vaulina Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya) ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya) Oleh: Ade Epa Apriani 1, Soetoro 2, Muhamad Nurdin Yusuf 3 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI KOPI DI DESA PIRIAN TAPIKO KECAMATAN TUTAR KAB.POLEWALI MANDAR. Rahmaniah HM.,SP, M.Si

ANALISIS USAHATANI KOPI DI DESA PIRIAN TAPIKO KECAMATAN TUTAR KAB.POLEWALI MANDAR. Rahmaniah HM.,SP, M.Si ANALISIS USAHATANI KOPI DI DESA PIRIAN TAPIKO KECAMATAN TUTAR KAB.POLEWALI MANDAR. Rahmaniah HM.,SP, M.Si rahmaniah_nia44@yahoo.co.id Abstrak Pengembangan kopi di Kabupaten Polewali Mandar dari tahun ke

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor pertanian. Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Budidaya Laut (BBL) stasiun

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Budidaya Laut (BBL) stasiun BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Balai Budidaya Laut (BBL) stasiun Sekotong Lombok Barat, NTB. Pelaksanaan penelitian selama ± 65 hari dari bulan Februari hingga

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI RUMPUT LAUT (EUCHEUMA CATTONI) KECAMATAN MANDALLE KABUPATEN PANGKEP

ANALISIS USAHATANI RUMPUT LAUT (EUCHEUMA CATTONI) KECAMATAN MANDALLE KABUPATEN PANGKEP ISSN 2302-4178 Jurnal Galung Tropika, 3 (3) September 2014, hlmn. 132-138 ANALISIS USAHATANI RUMPUT LAUT (EUCHEUMA CATTONI) KECAMATAN MANDALLE KABUPATEN PANGKEP The Analysis of Farming Seaweed (Eucheuma

Lebih terperinci

Hellen Nanlohy Dosen pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura - Ambon

Hellen Nanlohy Dosen pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura - Ambon ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DUSUN WAEL, KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT Dosen pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura - Ambon ABSTRACT A feasibilty study into

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan pertanian dan ketahanan pangan adalah meningkatkan produksi untuk memenuhi penyediaan pangan penduduk, mencukupi kebutuhan bahan baku industri dalam

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA RUMPUT LAUT (SEAWEED) METODE RAKIT BAMBU APUNG DI DESA TALANGO KECAMATAN TALANGO KABUPATEN SUMENEP

KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA RUMPUT LAUT (SEAWEED) METODE RAKIT BAMBU APUNG DI DESA TALANGO KECAMATAN TALANGO KABUPATEN SUMENEP ISSN 2301-8607 Vol. 5 No. 2 KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA RUMPUT LAUT (SEAWEED) METODE RAKIT BAMBU APUNG DI DESA TALANGO KECAMATAN TALANGO KABUPATEN SUMENEP Anis Rhohimatul Fitri, Isdiantoni, dan Ida Ekawati

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

SOCIETA IV - 1 : 48 53, Juni 2015 ISSN

SOCIETA IV - 1 : 48 53, Juni 2015 ISSN PENGELOLAAN PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH KERITING DI KELURAHAN SETERIO KECAMATAN BANYUASIN III KABUPATEN BANYUASIN Rafeah Abubakar 1, Harniatun Iswarini 1, Meliana Sari 2 1 Dosen Agribisnis,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA MALLASORO KECAMATAN BANGKALA KABUPATEN JENEPONTO

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA MALLASORO KECAMATAN BANGKALA KABUPATEN JENEPONTO ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA MALLASORO KECAMATAN BANGKALA KABUPATEN JENEPONTO Feasibility Analysis of Seaweed Farming in the Village Mallasoro Bangkala District Jeneponto Irmayani,

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis) ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Ciamis) Oleh : Didin Saadudin 1, Yus Rusman 2, Cecep Pardani 3 13 Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2 Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAWI

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAWI ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAWI (Studi Kasus: Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan) WANDA ARUAN, ISKANDARINI, MOZART Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara e-mail

Lebih terperinci

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: TATANIAGA RUMPUT LAUT DI KELURAHAN TAKKALALA, KECAMATAN WARA SELATAN KOTA PALOPO PROVINSI SULAWESI SELATAN MUHAMMAD ARHAN RAJAB Email : arhanuncp@gmail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU. Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises Tofu Dani in Palu

ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU. Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises Tofu Dani in Palu J. Agroland 22 (2) : 169-174, April 2015 ISSN : 0854 641X E-ISSN : 2407 7607 ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rumput laut merupakan salah satu komoditas yang paling potensial dikembangkan di Indonesia dan juga merupakan salah satu produk unggulan pemerintah dalam mencapai visi pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian survey. Dalam penelitian ini data yang diperlukan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan kawasan Pesisir dan Laut Kabupaten Maluku Tenggara sebagai satu kesatuan wilayah akan memberikan peluang dalam keterpaduan perencanaan serta pengembangan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Gaol (2011) yang berjudul Analisis Luas Lahan Minimum untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Desa Cinta Damai, Kecamatan Percut Sei Tuan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Petani dan Usahatani Menurut Hernanto (1995), petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Usaha Pengrajin Gula Aren Di Desa Tulo a Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango

Analisis Pendapatan Usaha Pengrajin Gula Aren Di Desa Tulo a Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1 No. 4, April-Juni 2014 ISSN: 2338-4603 Analisis Pendapatan Usaha Pengrajin Gula Aren Di Desa Tulo a Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA. di KAB. SUMBA TIMUR

POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA. di KAB. SUMBA TIMUR POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA di KAB. SUMBA TIMUR Perekonomian Provinsi NTT secara sektoral, masih didominasi oleh aktivitas sektor pertanian. Apabila dilihat secara lebih khusus lagi, penggerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan subsektor dari pertanian yang berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani. Kebutuhan masyarakat akan hasil ternak seperti daging,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi

Lebih terperinci

AGUS PRANOTO

AGUS PRANOTO ANALISIS USAHA PENGGILINGAN PADI DI DESA RAMBAH BARU KECAMATAN RAMBAH SAMO KABUPATEN ROKAN HULU ARTIKEL ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4.1 Tinjauan Pustaka Ubi kayu atau Manihot esculenta termasuk familia Euphorbiaceae, genus Manihot yang terdiri dari 100 spesies. Ada dua tipe tanaman ubi kayu yaitu tegak (bercabang

Lebih terperinci

ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN

ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN (Studi Kasus di Kecamatan Banjar Kota Banjar) Oleh: Ani Sulistiani 1,

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS 121 STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS Siti Mutmainah, Dumasari, dan Pujiharto Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu,

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PISANG AYAM DI DESA AWE GEUTAH PAYA KECAMATAN PEUSANGAN SIBLAH KRUENG KABUPATEN BIREUEN

ANALISIS USAHATANI PISANG AYAM DI DESA AWE GEUTAH PAYA KECAMATAN PEUSANGAN SIBLAH KRUENG KABUPATEN BIREUEN Jurnal S. Pertanian 1 (3) : 187 186 (2017) ANALISIS USAHATANI PISANG AYAM DI DESA AWE GEUTAH PAYA KECAMATAN PEUSANGAN SIBLAH KRUENG KABUPATEN BIREUEN M.Rizki 1, Elfiana 2,halus Satriawan 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Dasar pengolahan ikan adalah mempertahankan kesegaran dan mutu ikan selama dan sebaik mungkin. Hampir

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN Bunyamin Z. dan N.N. Andayani Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Jagung sebagian besar dihasilkan pada lahan kering dan lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makmur. Untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara material dan

BAB I PENDAHULUAN. makmur. Untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara material dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara material dan spiritual

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN. 6.1 Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan

BAB VI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN. 6.1 Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan 82 BAB VI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN 6.1 Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan Konsep pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Leuwiliang adalah dan mengembangakan kegiatan pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah satu sayuran yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi di Indonesia yang mulai terjadi sekitar pertengahan 1997

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi di Indonesia yang mulai terjadi sekitar pertengahan 1997 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Krisis ekonomi di Indonesia yang mulai terjadi sekitar pertengahan 1997 menyebabkan banyak sektor usaha mengalami pailit yang secara langsung memberi andil besar bagi

Lebih terperinci