BAB III HAL-HAL YANG MENYEBABKAN PERUBAHAN BUDAYA LOKAL DAN DAMPAKNYA BAGI MASYARAKAT Proses Perubahan Budaya Lokal Pada Masyarakat Batak Toba

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III HAL-HAL YANG MENYEBABKAN PERUBAHAN BUDAYA LOKAL DAN DAMPAKNYA BAGI MASYARAKAT Proses Perubahan Budaya Lokal Pada Masyarakat Batak Toba"

Transkripsi

1 BAB III HAL-HAL YANG MENYEBABKAN PERUBAHAN BUDAYA LOKAL DAN DAMPAKNYA BAGI MASYARAKAT 3.1. Proses Perubahan Budaya Lokal Pada Masyarakat Batak Toba Di Desa Simanungkalit Menurut Paul H.Landis, desa adalah penduduknya kurang dari jiwa. Dengan cirri-ciri: a. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa b. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan c. Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam seperti: iklim, keadaan alam dan kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan. Pengertian desa itu sendiri mengandung kompleksitas yang saling berkaitan satu sama lain diantara unsurunsurnya. Sebenarnya desa masih dianggap sebagai standard pemeliharaan sistem kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan asli seperti tolong menolong, persaudaraan, gotong royong, kepribadian dalam berpakaian, adat istiadat, kesenian kehidupan moral susila dan lain-lain yang mempunyai cirri yang jelas. Gambaran kondisi kehidupan masyarakat desa terlihat dalam kebudaya Batak Toba seperti kebiasaan marhobas yaitu bentuk persaudaraan dan sikap tolong menolong. Masyarakat senantiasa mengalami perubahan, dan selalu berada pada tataran sistem dari perubahan. Sehubungan dengan itu, fungsi dari suatu masyarakat dalam kelompok juga tidak luput dari perubahan. Namun yang mengalami perubahan bukan nilai pada sistem kekerabatan dalam arti perubahan pada tradisi sebenarnya. 34

2 Perubahan yang terjadi ialah fungsi atau peran dari gelleng dan dongan saulaon sebagai parhobas pada saat acara pesta adat batak diadakan. Hal ini tergambar dari pernyataan informan yaitu ibu boru Hutasoit yang mengatakan : Semenjak dulu parhobas itu selalunya datang untuk mengerjakan persiapan pada pesta, namun sekarang setelah zaman modern ini orang-orang sudah pada beralih menggunakan jasa catering. Padahalkan parhobas itu tugasnya gelleng dan dongan saulaon, kegiatan marhobas itu sudah menjadi tanggung jawab gelleng dan dongan saulaon. Saat ini kulihat dengan hadirnya jasa catering semua tanggung jawab tersebut sudah diambil alih oleh pihak catering, tapi walaupun begitu status boru dan dongan sahuta tetapnya ada bukan berarti jadi tidak ada cuma kalau ada pesta peran atau tugas mereka sebagai parhobas itu jadi tidak ada lagi. Ada pun misalnya boru yang berpatisipasi itu cuma sekedar melihat-lihat ajanya atau memeriksa tamu supaya semua orang yang hadir mendapat jatah makanan. (wawancara 12 Mei 2017) Hal yang senada juga diungkapkan informan L. Aritonang Dulu parhobas itu selalunya ada disetiap pesta, langsung taunya mereka apa saja yang harus dikerjakan dalam kegiatan marhobas pada pesta itu. Namun sekarang kegiatan marhobas ini sudah jarang dilakukan kalau ada pesta sejak ada usaha penyedia jasa makanan pesta. Kalau soal status boru dan dongan sahuta dalam paradaton tetapnya ada tapi pekerjaannya dalam marhobas yang dikerjakan oleh boru dan dongan saulaon itu jadi dikerjakan oleh petugas catering. Kondisi ini sebenarnya membuat pesta jadi kelihatan tidak lengkap kalau tidak nampak parhobasnya. (wawancara Mei 2017) Alfred (Sztompka, 2004), menyebutkan masyarakat tidak boleh dibayangkan sebagai keadaan yang tetap, tetapi sebagai proses, bukan objek semu yang kaku tetapi sebagai aliran peristiwa terus menerus tiada henti. Diakui bahwa masyarakat (kelompok, komunitas, organisasi, bangsa) hanya dapat dikatakan ada sejauh dan selama terjadi sesuatu di dalamnya, seperti adanya tindakan, perubahan, dan proses tertentu yang senantiasa bekerja. Dalam setiap perubahan yang terjadi dalam masyarakat, ada proses yang dilalui secara bertahap 35

3 hingga pada akhirnya perubahan tersebut dapat terlihat dan disadari secara jelas oleh pihak yang terlibat didalamnya maupun masyarakat secara umum. Jika dilihat dengan apa yang menjadi makna parhobas yang sebenarnya adalah untuk memupuk kebersamaan, saling tolong menolong, menjaga solidaritas, di desa Simanungkalit telah terjadi perubahan makna parhobas dimana sekarang tanggung jawab parhobas sudah diambil alih oleh catering seiring dengan semakin pesatnya arus globalisasi. Hal ini sesuai dengan pendapat informan I. Simanungkalit Soal makna marhobas yang saya tahu dari para orang tua zaman dahulu itu bertujuan untuk merekatkan rasa saling tolong-menolong, memupuk sikap saling bantu-membantu antar sesama manusia apalagi jika berada pada lingkungan adat atau tempat tinggal yang sama, serta masih memiliki satu turunan yang sama. Marhobas ini juga diwariskan secara turun temurun. (Wawancara Mei 2017) Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan bapak Simanjuntak: Makna dari marhobas itu adalah saling membantu dan berbagi beban dengan sesama memupuk rasa tolong menolong dalam pesta ada, seperti yang dilakukan oleh para leluhur kita dulu yang pada akhirnya diwariskan kepada kita sebagai generasi penerus. (Wawancara Mei 2017) Dari jaman dahulu, masyarakat sangat setia dalam marhobas, masyarakat masih memahami dan mengerti apa fungsi dari parhobas, sehingga marhobas yang dilakukan masyarakat sesuai dengan nilai yang terkandung dalam nilai budaya Batak Toba yaitu Dalihan Na Tolu. Kegiatan marhobas yang dilakukan pada setiap acara pesta adat selalu sama tidak ada yang berubah. Seiring berjalannya waktu, pengaruh dari dalam dan luar menghampiri keasrian budaya marhobas. Pekembangan jaman dan pesatnya laju globalisasi telah membawa 36

4 kemajuan teknologi seperti barang elektronik telah memepengaruhi pikiran masyarakat untuk menciptakan suatu perubahan secara perlahan-lahan. Awalnya perubahan tersebut hanya dilakukan oleh orang atau pihak-pihak tertentu saja. Tetapi dengan interaksi rutin yang dilakukan dengan masyarakat sekitarnya, telah mempekenalkan sesuatu hal baru di dalam masyarakat. Oleh karena manusia yang memiliki sifat penasaran yang tinggi, maka timbul niat untuk mencoba sampai pada akhirnya mereka menikmati apa yang mereka lakukan. Dengan demikian, perubahan telah terjadi secara perlahan-lahan. Hal ini seperti yang dikatakan informan T. Simanungkalit: Dulu sedikitnya masyarakat yang memakai jasa catering ini, palingan Cuma mereka yang memiliki ekonomi yang lumayan atau mampu. Namun sekarang ini kondisinya sudah jauh berbeda karena bisa dikatakan rata-rata masyarakat sudah menggunakan bantuan dari pihak catering pada pelaksanaan pestanya.hal ini terjadi karena kondisi ekonomi masyarakat saat ini sudah jauh lebih baik dibanding dulu, keadaan tersebut didukung oleh pekerjaan masyarakat yang sudah beragam, tidak hanya sebagai petani lagi. Serta rata-rata masyarakat disini sudah memiliki pekerjaan masing-masing. (Wawancara Mei 2017) 3.2. Hal Hal Yang Menyebabkan Perubahan Budaya Lokal Pengaruh Budaya Global Globalisasi sekarang ini telah mempengaruhi perkembangan kebudayaan bangsa. Adanya proses saling mempengaruhi merupakan fenomena alami yang terjadi dalam interaksi dalam kehidupan bermasyarakat. Kemampuan dipengaruhi juga mempengaruhi sangat berperan dalam menghadapi perkembangan dunia yang selalu saja mengalami perubahan. Dengan masuknya budaya global di 37

5 tengah masyarakat Batak Toba maka akan terjadi pertemuan antara nilai-nilai baru dengan nilai-nilai lama yang terdapat dalam adat istiadat masyarakat Batak Toba. Keadaan tersebut tentunya akan mempengaruhi tradisi lokal marhobas termasuk dalam menentukan fungsi boru dan dongan sahuta pada kegiatan acara pesta adat Batak. Hal inilah yang mendorong terjadinya akulturasi budaya lokal dengan budaya luar. Gultom Dj (Dalam Sibarani, 2005 : 6) mengemukakan bahwa perkembangan jaman mempengaruhi terjadinya perubahan dalam setiap bagian baik itu dalam adat dan budaya. Perubahan-perubahan yang dimaksud yaitu menambah atau mengurangi kewajiban-kewajiban tertentu dalam adat dan budaya tersebut, baik upacaranya, unsur upacara maupun hakekat yang terkandung didalam setiap upacara yang mengalami perubahan dan pembaharuan. Intinya, perubahan pada masyarakat Batak terjadi karena gelombang modernisasi dan globalisasi yang telah memperkenalkan nilai baru dalam lingkungan tradisi Batak Kemajuan Teknologi Informasi Globalisasi sekarang ini telah mempengaruhi perkembangan kebudayaan bangsa. Adanya proses saling mempengaruhi merupakan fenomena alami yang terjadi dalam interaksi dalam kehidupan bermasyarakat. Kemampuan dipengaruhi juga mempengaruhi sangat berperan dalam menghadapi perkembangan dunia yang selalu saja mengalami perubahan. Dengan masuknya budaya global di tengah masyarakat Batak Toba maka akan terjadi pertemuan antara nilai-nilai baru dengan nilai-nilai lama yang terdapat dalam adat istiadat masyarakat Batak Toba. Keadaan tersebut tentunya akan mempengaruhi tradisi lokal marhobas termasuk dalam menentukan fungsi boru dan dongan sahuta pada kegiatan acara 38

6 pesta adat Batak. Hal inilah yang mendorong terjadinya akulturasi budaya lokal dengan budaya luar. Gultom Dj (Dalam Sibarani, 2005 : 6) mengemukakan bahwa perkembangan jaman mempengaruhi terjadinya perubahan dalam setiap bagian baik itu dalam adat dan budaya. Perubahan-perubahan yang dimaksud yaitu menambah atau mengurangi kewajiban-kewajiban tertentu dalam adat dan budaya tersebut, baik upacaranya, unsur upacara maupun hakekat yang terkandung didalam setiap upacara yang mengalami perubahan dan pembaharuan. Intinya, perubahan pada masyarakat Batak terjadi karena gelombang modernisasi dan globalisasi yang telah memperkenalkan nilai baru dalam lingkungan tradisi Batak. Teknologi merupakan hasil karya manusia yang dibuat untuk membantu atau mempermudah proses hidup dan kehidupan manusia. Tetapi disisi lain teknologi juga membawa dampak negatif yang dapat mengancam kehidupan manusia itu sendiri seperti hilangnya nilai-nilai atau ikatan sosial masyarakat. Dampak teknologi dalam hal ini juga telah membawa akibat terhadap hilangnya tradisi, peribadatan etnis Batak Toba. Perkembangan teknologi dalam dunia informasi yang dimaksud dalam hal ini adalah televisi. Hadirnya televisi ditengah-tengah masyarakat untuk memberikan informasi. Penyampaian informasi melalui televisi juga dilengkapai dengan adanya penayangan gambar sehingga akan memudahkan masyarakat dalam menyerap informasi yang ditayangkan. Dalam hal ini tidak jarang siaran-siaran yang ditayangkan di televisi akan mempengaruhi pola pikir masyarakat yang pada akhirnya turut mempengaruhi tatanan kehidupan sosial mereka (akses 20 mei 2017) 39

7 Tayangan-tayangan yang disiarkan ditelevisi turut serta mempengaruhi masyarakat Batak Toba yang bermukim di desa Simanungkalit, baik dari pandangan dan pola pikir maupun budaya masyarakat itu sendiri. Informasi yang mereka peroleh dari televisi membawa dampak bagi pola pikir masyarakat melalui siaran televisi yang mengandung nilai-nilai sosial budaya. Kemudian hal ini akan ditiru dan diterapkan oleh masyarakat setempat. Selain karena televisi ternyata internet juga turut mempengaruhi terjadinya perubahan budaya lokal masyarakat Batak Toba. Sekarang ini umumnya orang-orang yang tinggal di desa simanungkalit sudah dapat dengan mudah mengakses dari internet melalui handphone/gadget yang mereka miliki. Tentunya hal ini akan semakin mempermudah mereka dalam mendapatkan informasi dari dunia luar sehingga masyarakat akan meniru dan menerapkannya dalam kehidupan. Situasi tersebut seolah-olah akan menciptakan sebuah kesan yang modern bagi masyarakat desa Simanungkalit. Begitu juga halnya dengan tradisi marhobas yang dimiliki oleh orang Batak Toba, dimana pada hakekatnya tradisi ini harus selalu ada dalam kegiatan acara adat pesta Batak Toba. Namun sekitar beberapa tahun belakangan ini tradisi tersebut sudah mulai terkikis salah satunya akibat dari adanya pengaruh program televisi yang menayangkan hal-hal baru yang lebih bersifat kekinian. Kemudian masyarakat pun meniru dan menerapkannya supaya terkesan lebih modern atau tidak ketinggalan zaman. Berikut ini merupakan pernyataan dari informan Ibu P. boru Simanjuntak. zaman sekarang ini umumnya orang-orang pasti sudah punya televisi, karena televisi itu bisa membuang rasa bosan, orang-orang 40

8 pun bisa melihat berita-berita di televisi dan juga menonton film-film kesukaan. Kalau saya pribadi suka memperhatikan hal-hal yang baru yang ditayangkan di televisi sehingga terkadang saya pun meniru dan mengikutinya jika memang memberikan hal yang positif dan cocok bagi saya. Begitu juga halnya dengan yang terjadi pada tradisi marhobas, saya rasa orang-orang disini lebih memilih untuk tidak menggunakan jasa parhobas lagi di pesta karena mereka melihat di televisi ternyata ada jasa yang bisa mempersiapkan dan melayani segala keperluan yang berkaitan dengan urusan konsumsi di pestapesta. Selain itu kurasa internet juga berpengaruh karena kulihat udah banyak orang-orang disini yang berhandphone layar sentuh yang bisa berinternet jadi mungkin mereka melihat dari situ juga. Karena hal ini maka banyaklah bermunculan jasa-jasa yang menawarkan bantuan dalam membantu pihak penyelenggara pesta terkait hal konsumsi. Saya memperhatikan rasa kepedulian orangorang terhadap marhobas sudah berubah. Padahal dulunya orang sangat senang marhobas untuk persiapan maupun saat acara pesta tapi, sekarang kebanyakan mereka lebih memilih untuk menonton televisi dirumah dari pada pergi membantu sesama dalam kegiatan marhobas. Inilah salah satu penyebab mengapa tradisi marhobas sudah mulai ditinggalkan. (wawancara April 2017) Dari wawancara diatas dapat dilihat bahwa ternyata kemajuan dari teknologi informasi ikut mempengaruhi dan memberikan dampak pada kebisaan atau tradisi yang dimiliki masyarakat Batak Toba. Kemajuan Teknologi informasi baik berupa media televisi atau internet membuat masyarakat Batak Toba mengenal adanya jasa catering sebagai suatu penemuan yang baru sehingga mereka tertarik untuk menggunakannya. Kondisi ini membuat orang-orang yang dulunya hanya membuka usaha rumah makan mulai mengembangkan usahanya dengan menawarkan jasa untuk menerima pesanan permintaan makanan dan siap melayani masyarakat pada sebuah acara atau pesta-pesta. Hadirnya penyedia jasa makanan atau biasa disebut dengan Catering menjadi salah satu bukti dari pengaruh perkembangan zaman yang memasuki desa. Catering merupakan suatu usaha yang bergerak dibidang jasa dalam menyediakan pesanan atau melayani 41

9 permintaan makanan untuk khalayak umum pada suatu acara pesta atau pada acara tertentu. Di desa Simanungkalit sendiri, masyarakatnya sudah banyak yang mempergunakan pelayanan jasa catering pada setiap acara pesta adat yang mereka selenggarakan. Alasan mereka menggunakan jasa catering dilihat dari segi kepraktisan, menurut msyarakat setempat jika menggunakan jasa catering semua bahan atau barang yang dibutuhkan untuk masalah persiapan konsumsi pada acara pesta sudah disediakan oleh pihak catering. Hal Tersebut diungkapkan oleh informan yang bernama L. boru Simanungkalit : saya masih ingat dulu ketika saya masih remaja, setiap ada pesta adat persiapannya pastinya selalu dilakukan dan dikerjakan oleh pihak yang menjabat sebagai parhobas yaitu boru dan dongan saulaon. Segala keperluan sudah dipersiapkan sehari sebelum pesta dilaksanakan, mulai dari mengumpulkan barang-barang yang diperlukan untuk memasak sampai menyiapkan bahan-bahan berupa bumbu untuk memasak daging dan juga persiapan lainnya. Tetapi setelah adanya jasa catering maka mulailah masyarakat disini untuk mencoba menggunakan jasa catering. Selain itu mereka juga melihat masyarakat lain yang sudah menggunakan jasa catering pada daerah-daerah yang pernah mereka kunjungi ketika menghadiri pesta adat di daerah tersebut. Dalam kondisi itu mereka bisa melihat bagaimana catering dapat membantu dan mempermudah pihak penyelenggara pesta dalam mempersiapkan segala kebutuhan yang diperlukan untuk menjamu para tamu undangan yang hadir dalam pesta tersebut. Mereka melihat kinerja dari catering yang lebih praktis dan simpel. Oleh karena itu maka masyarakat di desa ini pun mulai meniru dan menerapkan hal itu dalam kehidupan adat-istiadat yang dijalani. (wawancara April 2017) Masyarakat mengakui bahwa jika menggunakan jasa catering memang biayanya lebih banyak dibanding dengan tetap menggunakan jasa parhobas. Tetapi mereka beralasan bahwa kinerja dari pada jasa catering itu 42

10 baik, cepat dan praktis serta lauk pauk yang disajikan juga lebih lengkap dan kenikmatannya sudah terjamin Kontak Budaya Adanya interaksi antara kelompok masyarakat Batak Toba dengan kelompok masyarakat lain menyebabkan terjadinya kontak budaya antara budaya Batak Toba dengan budaya lain diluar Batak Toba. Hal ini terlihat dari terjadinya perkawinan campur antara orang Batak dengan orang diluar suku Batak ataupun orang yang bukan berasal dari daerah yang sama. Jika ada suatu perkawinan, kebetulan yang perempuan bukan orang Toba atau sebaliknya maka akan terjadi percampuran budaya antara budaya mempelai laki-laki dan mempelai perempuan. Ketika mereka telah berumah tangga tentunya budaya berbeda yang dimiliki oleh kedua belah pihak saling bercampur dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan yang mereka jalani. Kondisi ini akan mengakibatkan terjadinya akulturasi budaya yang menjadikan adanya penerimaan budaya baru. Dikemudian hari suatu waktu mereka mengadakan pesta adat keluarga tersebut akan memilih tradisi seperti apa yang akan dipakai atau budaya yang dipilih lebih cenderung pada suku yang mana, apakah mengikut pada suku si suami atau si istri. Semuanya tergantung pada budaya mana yang dominan dalam keluarga tersebut. Selain itu perkawinan yang melibatkan suku yang berbeda atau daerah yang berbeda menyebabkan pihak pengantin laki-laki (paranak) akan lebih memilih untuk menggunakan jasa penyedia makanan dibandingkan dengan bantuan parhobas. Sikap ini diambil supaya mereka dapat menjamu keluarga 43

11 pengantin perempuan dengan penyajian makanan yang lebih baik, lebih lengkap, nikmat dan higenis, sehingga pihak keluarga pengantin perempuan pun dapat lebih menikmati jamuan makan dalam pesta tersebut. Pernyataan ini diperoleh dari informan yang bernama Bapak S. Simanungkalit (53 tahun): Menurutku hal itu terjadi karena sudah banyak orang-orang di desa ini yang menikah dengan orang yang bukan berasal dari daerah ini atau bukan orang Batak. Kondisi ini terjadi dikarenakan para pemuda-pemudi banyak yang merantau keluar kota sehingga mereka pun menikah dengan orang-orang yang ada ditempat perantauan tersebut. Oleh karena itu pada saat acara adat pernikahan mereka di desa ini maka pihak keluarga yang ada disini akan lebih memilih untuk memesan makanan catering supaya hidangannya lebih higenis dan cukup bisa menyesuaikan dengan selera makan pihak pengantin perempuan. Serta tidak sedikit dari mereka yang menikah berbeda suku tersebut tinggal di desa ini sehingga pada waktu mereka mengadakan pesta mereka lebih memilih untuk memakai catering saja karena didaerah pasangannya tersebut tidak ada tradisi kegiatan marhobas itu. (wawancara mei 2017) Keadaan Ekonomi Saat ini sebagian besar pendapatan ekonomi masyarakat Batak Toba yang tinggal di desa Simanungkalit sudah semakin meningkat dibandingkan dengan zaman dulu. Keadaan tersebut didukung karena pekerjaan maupun profesi yang digeluti oleh masyarakatnya sudah beragam jenis, tidak seperti dulu yang rata-rata hanya sebagai petani. Perkembangan jaman yang kian pesat turut mempengaruhi berbagai sudut kehidupan masyarakat, dimana salah satunya melalui semakin beragamnya profesi dan pekerjaan yang digeluti oleh masyarakat yang berdampak pada semakin meningkatnya perekonomian masyarakat. Adapun berbagai jenis pekerjaan/ profesi tersebut yaitu PNS, Wiraswasta, Pengusaha, serta ada Polisi dan Tentara. Adanya ekonomi yang 44

12 semakin meningkat menjadi salah satu penyebab dari masyarakat disana mulai meninggalkan tradisi budaya lokal yang dimiliki dan lebih memilih kearah yang lebih modern (universal). Masyarakat di desa tersebut beranggapan bahwa saat ini uang sudah dapat mengatur dan mengubah segalanya, apapun bisa dilakukan, dicapai dan terpenuhi asalkan ada uang Efisiensi Waktu Sebagian masyarakat yang tinggal di desa Simanungkalit beranggapan bahwa budaya lokal marhobas sudah kurang efisien lagi jika diterapkan saat ini karena pengerjaannya memakan waktu yang lebih lama dan lebih membutuhkan persiapan yang lebih banyak. Masyarakat Batak berpendapat bahwa kebiasaan marhobas tidak cocok lagi diterapkan dengan kondisi masyarakat sekarang yang mengutamakan kecepatan didalam segala urusan pekerjaan. Masyarakat juga sibuk dengan urusan pekerjaan masing-masing. Banyak diantara masyarakat beralasan bahwa mereka sibuk dengan urusan pekerjaan, maupun karena tuntutan dari bidang profesi yang mereka geluti sehingga tidak memiliki waktu untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan marhobas dalam suatu acara pesta. Padahal sebenarnya dibalik alasan tersebut ada juga faktor rasa malas yang menghinggapi mereka, hal itu terjadi bisa saja karena mereka sudah capek bekerja atau melakukan aktivitas dalam keseharian. Itulah sebabnya masyarakat lebih menyukai hal yang simpel/sederhana dan mengerjakan segala sesuatunya dengan serba instan. Selain karena alasan pengerjaan marhobas yang membutuhkan waktu yang lebih banyak, masyarakat juga tidak mau jika rumahnya berantakan dan 45

13 pekarangan rumah sangat kotor. Seperti yang diketahui pada saat melakukan kegiatan marhobas di salah satu rumah warga tentunya membutuhkan halaman pekarangan rumah yang lebih luas. Hal itu dikarenakan saat melakukan proses masak-memasak seperti memasak nasi, memasak teh, maupun memotong hewan semuanya dilakukan diluar rumah. Maka dengan kondisi itu pastinya si pemilik rumah harus memiliki lahan pekarangan rumah yang memadai sehingga tidak proses kegiatan marhobas. Akan tetapi pada kenyataan yang di dapati saat ini sudah banyak rumah-rumah warga yang memiliki lahan pekarangan yang sempit atau pas-pasan. Keadaan itu dipicu karena jumlah penduduk desa sudah semakin bertambah sehingga otomatis jumlah rumah pun menjadi bertambah dan lahan pun semakin sempit. Jadi sebagian besar masyarakat dengan kondisi demikian berinisiatif untuk lebih memilih menggunakan jasa catering saja dalam acara pesta adat yang diselenggarakan. Meskipun lahan pekarangan rumah tetangga mereka ada yang memadai tetapi mereka merasa segan dan enggan untuk memakai lahan tetangga karena takut mengganggu, merusak dan mengotori lingkungan rumah tetangga tersebut. Tanpa disadari oleh masyarakat kondisi yang seperti ini akan menciptakan rasa kepedulian tolong-menolong terhadap sesama menjadi terkikis dan kepedulian orang terhadap tradisi marhobas itu sendiri menjadi berubah Pergaulan Dalam Masyarakat Menurut masyarakat desa Simanungkalit faktor pergaulan dalam masyarakat juga turut mempengaruhi perubahan dalam kebiasaan marhobas pada acara pesta adat Batak Toba. Masyarakat mengatakan belakangan ini banyak 46

14 orang yang sudah tidak menggunakan jasa parhobas dalam pesta adat karena mereka sadar akan sedikit orang yang datang untuk membantu persiapan pesta. Hal itu terjadi karena ada masyarakat atau keluarga tertentu yang jarang bergaul dengan masyarakat sekitarnya. Mereka juga malas atau jarang mendatangi setiap ada pelaksanaan pesta dilingkungan sekitarnya. Padahal pesta merupakan salah satu jalan atau kesempatan bagi setiap orang untuk membaur dan bergaul dengan masyarakat setempat. Karena hal ini ketika keluarga tersebut melaksanakan pesta maka mereka tidak akan menggunakan tradisi marhobas dalam pestanya dan lebih memilih jalan yang lebih alternatif yaitu penggunaan pihak penyedia jasa makanan. Selain itu ada juga masyarakat yang tidak memasuki Serikat Tolong Menolong (STM) di desa tersebut atau tidak memasuki lingkungan adat yang telah dibentuk oleh masyarakat setempat. Sehingga para masyarakat sekitar atau dongan sahuta akan malas untuk membantu dan menghadiri pesta tersebut. Jadi dari kondisi tersebut dapat dikatakan bahwa ternyata perilaku masyarakat dalam hal bergaul dan membaur dalam aktivitas maupun kegiatan adat istidat ikut berpengaruh pada perubahan tradisi marhobas di masyarakat Batak Toba Dampak Perubahan Budaya Lokal Bagi Masyarakat Batak Toba Dampak Positif Memberikan Ketenangan Bagi Boru Dalam pelaksanaan pesta adat Batak yang tidak menggunakan kebiasaan marhobas maka sudah tentu para pihak boru dan dongan sahuta tidak lagi 47

15 menjalankan fungsi mereka sebagai parhobas dalam pesta. Semua urusan mengenai masak-memasak atau persiapan dalam hal konsumsi sudah diserahkan pada jasa catering, para petugas catering telah bertindak sebagai pelayan menggantikan boru dan dongan saulaon. Dengan kondisi yang demikian maka biasanya dongan sahuta (teman sekampung) tidak lagi berperan membantu dalam persiapan - persiapan pesta. Lain halnya dengan pihak boru meski mereka tidak lagi berperan sebagai parhobas, tetapi mereka masih memiliki tugas atau peran lainnya. Sedangkan beberapa boru yang lain bersama dongan sahuta mereka bergabung dengan para tamu undangan yang hadir untuk mengikuti acara pesta yang sedang berlangsung. Sebagian para boru dan dongan sahuta menganggap bahwa dengan adanya jasa catering yang menggantikan tugas mereka sebagai pelayan dalam pesta maka hal ini memberikan suatu kenyamanan atau ketenangan bagi mereka. Maksudnya ialah bahwa mereka bisa lebih fokus untuk mengikuti acara pesta karena tidak lagi direpotkan dan tidak lagi terganggu dengan urusan melayani tamu atau pun pekerjaan mencuci piring, memasak teh dan lainnya. Hal ini menciptakan suasana yang lebih kondusif dan nyaman para boru sehingga mereka dapat lebih menikmati jalannya acara di pesta. Hal ini diungkapkan oeh informan Ibu M. Simanungkalit: Ada juganya enaknya bagiku sebagai boru ketika di pesta apabila tidak lagi bertugas sebagai parhobas karena saya tidak lagi capek-capek untuk meladeni para tamu di pesta. Saya bisa lebih tenang dan bisa lebih fokus untuk menyaksikan jalannya acara adat tanpa harus terganggu dengan tugas dan peran itu. 48

16 Hal serupa juga diungkapkan oleh bapak N. Aritonang : Kalau bagi saya dengan adanya tukang masak di pesta-pesta lebih enaknya kurasa karena tidak lagi capek dan direpotkan dengan urusan memasak daging dan nasi sehingga saya bisa santai ketika pesta berlangsung Tidak Menyita Waktu Dalam Persiapan Pesta Pengerjaan dalam mempersiapkan kebutuhan konsumsi dengan cara tradisi marhobas memang membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Segala kebutuhan yang diperlukan untuk kegiatan harus benar-benar dipersiapkan dengan baik seperti bahan-bahan makanan dan juga barang-barang yang akan dipergunakan harus dipersiapkan sebaik mungkin. Hal ini yang paling sering membebani pikiran dan merepotkan bagi penyelenggara pesta padahal masih banyak hal lain yang mesti diurus demi kelancaran pesta. Namun dengan adanya perubahan pada kebiasaan marhobas yang membuat fungsi boru juga berubah diambil oleh pihak catering ternyata membuat pelaksana pesta merasa terbantu. Terbantu yang dimaksud dalam hal ini adalah mengenai pemakaian waktu, jika biasanya penyelenggara pesta waktunya terpakai banyak untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan oleh para parhobas tapi dengan tidak digunakannya tradisi marhobas maka waktu tidak banyak terbuang. Segala keperluan lain dalam pelaksanaan pesta dapat diurus dengan lebih cepat, tidak lagi terganggu atau memikirkan urusan kegiatan marhobas. Hal ini sesuai dengan ungkapan dari informan ibu H. Hutagalung: Ketika anak ku menikah kemarin saya tidak lagi menggunakan tradisi marhobas itu, karena saya pikir banyak kali waktuku untuk mempersiapkan segala keperluan yang dibutuhkan oleh para parhobas untuk memasak. Padahal masih banyak persiapan- 49

17 persiapan lain yang harus ku kerjakan untuk pesta, makanya saya pesan catering agar beban pikiran tidak terlalu banyak dan kerjaanku lebih ringan, biar ajalah gak usah ada peran parhobas karena memang kebanyakan orang saat ini udah pake cateringnya Dampak Negatif Menipisnya Rasa Solidaritas Masyarakat Segala bentuk perubahan senantiasa akan membawa suatu akibat atau dampak terhadap suatu kelompok masyarakat tertentu. Begitu juga dengan adanya perubahan peran dari boru/gelleng dan dongan saulaon dalam pesta adat Batak Toba pasti akan membawa pengaruh tertentu bagi masyarakat tersebut. Dengan adanya beberapa makna adat yang sudah berubah dalam kehidupan sehari-hari maka sudah pasti akan membawa akibat yang positif maupun negatif. Dahulu pada awalnya beberapa tradisi adat yang menjadi budaya bagi etnis Batak Toba, memang telah menjadi sarana pengintegrasi masyarakat Batak Toba. Ketika tradisi-tradisi tersebut masih dipegang erat, ikatan sosial Batak Toba terlihat sangat erat, atau dengan kata lain masyarakat Batak Toba terlihat memiliki solidaritas yang tinggi. Sesuai dengan adat dan budaya Batak Toba ketika suatu pesta perkawinan dilaksanakan maka sehari sebelum dan saat pesta berlangsung maka para gelleng dan dongan sahuta baik laki-laki maupun perempuan akan berkumpul untuk membantu berbagai macam persiapan dan menyediakan segala macam perlengkapan yang diperlukan dalam acara pesta adat yang akan dilaksanakan. Jauh- jauh hari sebelum pelaksanaan pesta, para anggota keluarga sengaja diundang dan biasanya mereka akan ikut memberikan bantuan berupa konstribusi, 50

18 seperti memberikan bantuan berupa tenaga maupun bantuan berupa materi. Sehari sebelum pelaksanaan pesta para anggota keluarga, gelleng dan dongan saulaon akan disibukkan oleh berbagai macam persiapan pesta. Hal inilah yang menjadikan masyarakat Batak Toba menjalin sebuah interaksi yang erat sehingga dengan sendirinya terjalinlah hubungan kekeluargaan dan persaudaraan yang erat diantara mereka. Jadi kondisi yang seperti ini sudah menjadi suatu kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang, ketika para anggota keluarga yang lain maupun masyarakat lainnya akan menggelar acara pesta adat Batak Toba. Dari kondisi hubungan persaudaraan yang terjalin diantara masyarakat Batak Toba, maka orang-orang yang ikut berpartisipasi tersebut merasa menjadi bagian dari kelompok mereka. Bisa dikatakan bahwa mereka yang turut serta memberikan bantuan pada acara pesta merasa bahwa pesta yang dilaksanakan itu juga merupakan pesta mereka. Dari kondisi hubungan persaudaraan Batak Toba tersebut, maka masyarakat merasa menjadi bagian dari kelompok mereka. Kebersamaan yang mereka bangun ternyata juga menjadi perekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Batak Toba. Saling bersilaturahmi, saling bertegur sapa, saling tolong menolong, menjadi kenyataan dalam keseharian masyarakat Batak. Inilah gambaran mengenai hubungan persaudaraan dan kekeluargaan yang cukup erat, yang terjalin dari adanya nilai-nilai yang terkandung dalam adat Batak Toba yaitu Dalihan Na Tolu. Namun sekarang karena kebiasaan marhobas yang menjadi bagian dari berjalannya suatu pesta adat tersebut sudah jarang atau tidak lagi dilaksanakan oleh masyarakat Batak Toba, pastilah hubungan solidaritas sudah terkikis dan mengalami perubahan. 51

19 Perubahan yang terjadi pada masyarakat Batak Toba memang pada dasarnya ada dampak yang terlihat khususnya ketika akan berlangsungnya suatu acara adat seperti pada intensitas interaksi yang semakin menurun diantara warga desa Simanungkalit sebagai satu kelompok keluarga yang selama ini terjalin dengan erat. Sekarang ini apabila ada anggota keluarga Batak Toba yang akan melangsungkan pesta adat, maka para anggota keluarga, gelleng dan dongan saulaon tetap diundang. Tetapi kehadiran mereka tidak sama seperti dahulu lagi yaitu sehari sebelum dan sesudah pesta berlangsung. Sekarang hanya pada saat pesta berlangsung saja mereka hadir. Intensitas interkasi yang telah mengalami perubahan tersebut disebabkan oleh kesibukan atau profesi yang harus dijalankan oleh masing-masing anggota masyarakat. Karena banyaknya kesibukan warga masyarakat saat ini baik pekerjaan diladang dan urusan yang lainnya, maka tidak adanya waktu yang banyak menjadi alasan tersendiri bagi mereka Berkembangnya Sifat Individual Adanya perubahan yang terjadi dalam tradisi atau kebiasaan marhobas pada masyarakat Batak Toba ternyata memberikan efek yang merugikan terhadap masyarakat itu sendiri. Dampak tersebut berupa berkembangnya sifat individual atau sifat yang mementingkan diri sendiri dan rasa kepedulian terhadap orangorang disekitar menjadi menipis. Jika dibandingkan dengan beberapa tahun yang dulu, sifat kegotong-royongan, kerjasama, dan tolong-menolong merupakan suatu sikap yang selalu tercermin ditengah-tengah masyarakat Batak Toba yang dapat dilihat pada suatu acara pesta adat. Tetapi sekarang ini seiring dengan 52

20 berkembangnya zaman yang sejalan dengan masuknya budaya global yang mempengaruhi budaya lokal orang Batak maka cerminan dari sikap tersebut telah memudar atau sudah berubah. Kini semenjak hadirnya usaha jasa makanan atau semenjak peran dari gelleng dan dongan saulaon tergantinkan oleh jasa catering dalam pelaksanaan pesta adat maka menimbulkan sifat yang individualis diantara masyarakat Batak. Secara perlahan rasa saling membutuhkan dan sikap saling peduli antara sesama anggota masyarakat mulai hilang sehingga menyebabkan timbulnya sikap kesombongan ditengah masyarakat Batak Toba Berkurangnya Konstribusi Boru Dalam Pesta Adat Batak Toba Berdasarkan falsafah hidup orang Batak yaitu Dalihan Na Tolu bahwa segala aktivitas yang dilakukan oleh orang Batak yang berhubungan dengan segala upacara adat harus berdasarkan adat Dalihan Na Tolu. Bungaran Antonius (2006:100) menjelaskan bahwa: Dalihan Na Tolu dapat diartikan sebagai tumpuan tiga serangkai atau dalam definisi yang lebih jelas, Dalihan Na Tolu merupakan suatu sistem sosial di tanah Batak yang menempatkan posisi masingmasing orang Batak pada kedudukan tertentu dimana setiap kedudukan ini mempunyai fungsi dan tanggung jawab tersendiri. Ketiga unsur Dalihan Na Tolu merupakan satu kesatuan yang integral bagi masyarakat Batak, yang selalu bersama-sama dalam setiap aktivitas adat. Namun saat ini kondisi tersebut mengalami perubahan terkhususnya dalam upacara pesta adat pernikahan Batak Toba. Hal itu terlihat dari peran boru yang 53

21 kini telah mengalami pergeseran atau perubahan akibat dari masuknya pengaruh budaya global ke dalam sistem adat-istiadat masyarakat Batak Toba. Hadirnya jasa catering di tengah-tengah masyarakat Batak Toba yang bermukim di pedesaan merupakan salah satu pengaruh budaya global yang sudah menjadi suatu hal yang bersifat umum/universal bagi masyarakat. Hal yang umum tersebut telah memberikan suatu kemudahan dan kepraktisan kepada masyarakat sehingga sangat membantu mereka dalam melakukan aktivitas maupun kegiatan dalam hidupnya. Kini dalam pelaksanaan pesta adat sebagian besar masyarakat Batak Toba sudah lebih menggunakan jasa usaha makanan dari pada mempertahankan tradisi budaya lokal marhobas dalam mempersiapkan segala kebutuhan yang berkaitan dengan bagian konsumsi dan pelayanan dalam pesta. Dengan tergantikannya tugas dan tanggung jawab boru yang kini telah diberikan kepada pihak jasa catering maka hal ini pun memberikan dampak pada pesta adat tersebut. Dampak yang dimaksud adalah mengenai konstribusi boru didalam pesta adat Batak Toba menjadi berkurang atau tidak lagi menonjol seperti dulu ketika mereka masih bertanggung jawab penuh dalam pengerjaan konsumsi makanan. Peran boru terkait dengan konsumsi pada saat acara pesta tersebut memang masih ada tetapi hanya sebagian kecil saja. Peran yang dimaksud yaitu boru hanya sekedar ikut membantu membagikan makanan pada para tamu undangan tapi itupun jika dibutuhkan. Para boru yang ikut andil dalam membantu pun hanya beberapa orang saja sedangkan pihak boru lainnya ikut membaur dan duduk bersama para tamu undangan. 54

22 Biasanya boru yang ikut berkonstribusi tersebut hanya ikut mengechek atau sekedar memastikan saja apakah semua tamu undangan sudah mendapat makanan atau belum. Jika memang masih ada yang belum mendapat jatah maka boru tersebut akan mengasihtahu dan memberikan arahan pada pekerja catering dan bisa juga ikut membantu membagikan makanan tersebut. Keadaan ini menjadikan posisi seseorang sebagai boru dalam pesta tersebut menjadi kurang dikenal, bahkan para hadirin yang hadir pun terkadang tidak mengetahui bahwa orang tersebut merupakan boru di pesta itu. Hal inilah yang membuat konstribusi atau peran boru menjadi kurang menonjol dalam pesta adat Batak Toba Kelebihan dan Kelemahan Pada Penggunaan Catering dan Marhobas Kelebihan dan Kelemahan Catering a. Kelebihan Catering 1. Pekerjaan Lebih Praktis Berdasarkan informasi yang penulis dapatkan dari para masyarakat Batak Toba mengenai kelebihan penggunaan jasa catering di dalam acara pesta adat adalah semua pekerjaan dalam mempersiapkan pesta akan lebih praktis. Maksudnya dalam hal ini bahwa ternyata dengan menggunakan catering, pihak penyelenggara pesta sangat terbantu dan mempermudah mereka dalam menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk menjamu para tamu undangan pesta. Dengan adanya catering masyarakat tidak perlu lagi repot dalam mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan bagian konsumsi pada pesta, 55

23 karena semuanya sudah ditanggungjawabi sepenuhnya oleh pihak catering. Cara kerja catering yang simpel dan tidak merepotkan menjadi salah satu penyebab masyarakat desa Simanungkalit menjadi lebih tertarik menggunakan jasa catering. Hal senada diungkapkan oleh P. boru Simanjuntak Kalau dulu saya masih ingat setiap acara pesta adat khususnya perkawinan, selalunya mengandalkan jasa parhobas. Parhobas itu adalah gelleng dan dongan sahuta. Namun sekarang ini setelah adanya catering, orang-orang disini pun menjadi beralih ke catering. Katanya mereka penggunaannya lebih simpel dan lebih praktis sehingga yang punya pesta tidak terlalu repot lagi untuk mengurus persiapan pestanya (wawancara 6 mei 2017) 2. Kualitas dan Mutu Makanan Terjamin Usaha catering menyajikan dan menawarkan makanan berupa lauk pauk yang lebih higenis dan nikmat jika dibandingkan dengan makanan yang dimasak oleh para boru dan dongan sahuta dalam kerjasama marhobas. Makanan yang disajikan oleh pihak catering dalam sebuah pesta kenikmatannya sudah terjamin. Lauk-pauk yang disajikan dalam sepiring nasi sudah dilengkapi dengan daging, sayur, buah pencuci mulut serta satu aqua gelas. Selain itu kebersihan makanan yang disajikan juga sudah terjamin. Inilah yang merupakan salah satu kelebihan dari catering. Hal yang demikian sesuai dengan pendapat informan E. Simanungkalit : Makanan yang disediakan yang dimasak oleh jasa catering memang pastilah lebih enak dan lebih nikmat. Karena kan orang yang memasaknya juga sudah memiliki keterampilan dan pengalaman dibidang memasak masakan kita orang Batak. Penyajian makanannya pun pastinya sudah terjamin kebersihannya karena itu juga mempengaruhi pelanggan yang mau memesan. Jika makanannya tidak bersih mau tidak mau pelanggan pun akan lari gak jadi memesan. Itulah sebabnya mengapa masyarakat di desa 56

24 ini menjadi lebih memilih catering meski harganya lebih mahal dari pada dikerjakan secara marhobas (wawancara mei 2017) 3. Pelayanan Yang Teratur Kinerja dari pihak jasa catering yang bertugas di dalam acara pesta adat Batak Toba terlihat lebih bagus dan memadai. Kondisi tersebut tercermin dari pelayanan mereka yang tertata dengan baik dan teratur. Pada saat para pekerja catering melayani para tamu undangan atau orang-orang yang hadir di pesta maka sikap yang mereka tunjukkan akan tertib dalam membagikan makanan. Mereka akan langsung mengatur posisi untuk membagikan makanan dan para pekerja catering memberikan arahan yang tegas kepada para tamu undangan. Arahan yang diberikan bermaksud supaya ketika pembagian makanan orang-orang yang hadir di pesta tidak ricuh dan suasana pun dapat kondusif dan tentram. Foto 3.1 Pembagian makanan pada pesta Batak Sumber: Dokumentasi Pribadi 57

25 Foto 3.2 Pelayanan pihak Catering pada saat pesta Sumber: Dokumentasi Pribadi Dalam hal pembagian jatah makanan di pesta, pihak catering selalu berusaha supaya para tamu undangan yang hadir mendapatkan makanan dengan merata dan pembagiannya pun teratur. Artinya makanan yang mereka bagikan tersebut dapat tersalur dengan merata ke semua para tamu sehingga semua orang mendapatkan makanan sesuai dengan pesanan dari pihak yang membuat pesta. 4. Barang Perlengkapan Konsumsi Merupakan Tanggung Jawab Catering. Dalam suatu acara pesta adat yang menggunakan jasa catering sebagai pihak yang menyediakan segala keperluan konsumsi maka sudah menjadi tanggung jawab mereka untuk menyediakan perlengkapan menyangkut konsumsi. Perlengkapan yang dimaksud seperti piring tempat nasi, talam sebagai wadah tempat ikan arsik, ember sebagai tempat daging dan lainnya semua disediakan oleh pihak catering. Jika ada barang-barang perlengkapan milik mereka yang yang tercecer atau hilang pada waktu pelaksanaan pesta maka hal itu ditanggung 58

26 sendiri oleh pihak catering. Hal itu tidak ada sangkut pautnya dengan pihak penyelenggara pesta. Pihak yang mengadakan acara pesta tidak perlu ganti rugi dengan hilangnya barang tersebut dan mereka tidak perlu ikut kesusahan untuk mencari barang tersebut karena itu merupakan konsekuensi dari usaha dalam bidang catering. 5. Pilihan Menu Makanan Beragam Keuntungan lain ketika menggunakan jasa dari catering adalah terkait pilihan menu yang lebih bervariasi atau bermacam-macam yang dapat dipilih sesuai kebutuhan. Orang yang ingin memesan lebih leluasa dalam memilih menu makanan serta snack berupa kue khas batak yang diinginkan. Adapun beberapa pilihan menu yang tersedia dalam salah satu usaha jasa makanan yang bernama Rizky Catering adalah Saksang Arsik, Na Niura, Babi Panggang, Ayam Gota, Na Tinombur, Daun Ubi Tumbuk, Babi Kecap, Tanggo-Tanggo, Ayam Gulai, Urap, Kue Lapet, Kue Pohul pohul, Kue Benti. b. Kelemahan Jasa Catering 1. Jatah Makanan Terbatas Menurut pendapat dan penilaian masyarakat Batak Toba jika suatu acara pesta adat menggunakan jasa catering maka makanan yang disajikan pada para tamu undangan yang hadir porsinya sedikit. Dalam acara pesta tersebut para tamu juga biasanya tidak mendapat nasi tambah, sehingga jika ada orang-orang yang masih merasa lapar maka hasrat makannya tidak terpuaskan. Apalagi umumnya para laki-laki pasti memiliki nafsu makan yang kuat oleh sebab itu mereka merasa tidak puas dalam jamuan makan dalam pesta tersebut. 59

27 Selain itu masyarakat juga mengeluhkan soal jatah makan, dimana dalam pelaksanaan pesta para hadirin yang hadir cukup hanya mendapat satu porsi jatah makanan saja. Hal ini membuat para tamu khususnya para ibu-ibu tidak bisa lagi membawa makanan lebih atau makanan sisa dari pesta untuk dibawa pulang ke rumah. Memang tak dipungkiri jika menggunakan jasa catering jumlah atau kuantitas makanan yang di pesan pas-pasan atau secukupnya saja sesuai dengan perkiraan jumlah target undangan. Tetapi terkadang ada juga kondisi dimana para tamu bisa dapat jatah makan lebih, namun kondisi itu biasanya terjadi karena jumlah orang yang hadir di pesta lebih sedikit dari yang diperkirakan. Sehingga jatah makanan untuk orang yang tidak hadir bisa dibagikan lagi pada para tamu yang hadir di pesta tersebut. 2. Kuantitas Penyediaan Makanan Lebih Beresiko Masyarakat desa Simanungkalit mengatakan bahwa salah satu yang perlu diwaspadai ketika memutuskan untuk menggunakan jasa catering dalam acara adat adalah resiko mengenai kurangnya makanan atau konsumsi tidak mencukupi. Dalam hal ini pihak yang akan melaksanakan pesta diharapkan memesan jumlah makanan harus sesuai dengan target, artinya jangan sampai melenceng atau salah tafsir. Pemesanan makanan harus disesuaikan dengan banyaknya tamu yang diundang hadir kepesta, dan ada baiknya jika jumlah atau kuantitas konsumsi yang di pesan agak dilebihkan dari jumlah tamu undanganya. Hal itu dilakukan sebagai langkah untuk mengantisipasi kekurangan makanan dalam pesta. Jika pihak pembuat pesta sempat salah dalam memesan jumlah makanan maka dipastikan pesta yang akan berlangsung mengalami situasi yang tidak 60

28 kondusif. Dalam acara pesta tersebut sebagian orang tidak akan mendapat jatah makanan dan kondisi yang demikian merupakan suatu hal yang memalukan dalam suatu acara pesta masyarakat Batak Toba. Pihak keluarga yang mengadakan pesta mau tidak mau harus siap menanggung rasa malu tersebut. Karena tidak mungkin lagi jika jumlah jatah makan ditambahi berhubung pihak catering hanya memasak dan menyediakan makanan sesuai dengan yang telah di pesan sebelumya. Inilah resiko yang harus siap tanggung dan dihadapi jika menggunakan jasa catering sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam masalah konsumsi di dalam acara pesta adat Batak Toba. 3. Membutuhkan Biaya Lebih Banyak Tak dapat dipungkiri bahwa penggunaan jasa pelayanan makanan dalam suatu pesta pasti akan membutuhkan biaya yang sedikit lebih banyak dari pada tidak menggunakan sebuah jasa. Kondisi ini juga dialami oleh masyarakat Batak Toba yang berada di desa Simanungkalit Kabupaten Tapanuli Utara. Menurut pendapat masyarakat disana jika didalam pelaksanaan sebuah pesta adat Batak menggunakan jasa makanan berupa catering maka biaya yang dikeluarkan pasti lebih banyak dari pada menggunakan jasa dari boru dan dongan sahuta. Namum memang hal itu sesuai dengan pelayanan yang mereka lakukan baik dari segi kinerjanya maupun dari segi makanan yang disajikan dalam pesta. Hal itu diungkapkan oleh informan P. boru Panggabean Penggunaan jasa catering pada acara-acara pesta-pesta memang membutuhkan biaya yang lebih banyak dibandingkan dengan tetap menggunakan jasa dari para pihak parhobas. Karena kalau pakai catering pelayanan dan penyediaan makanannya sudah lebih bagus. Dalam sepiring nasi itu sudah lengkap dengan daging, sayur urapnya, aqua gelas dan biasanya dilengkapi juga dengan 61

29 sebiji buah pisang. Selesai makan dikasih juga snacknya berupa kue bisa kue lapet, kue pohul-pohul ataupun kue benti, pokoknya kue khas batak. Makanan dan kue yang dimasak juga sudah terjamin enak. Saya rasa itu yang membuat makanan catering ini menjadi lebih mahal walaupun perbndingannya tidak terlalu jauh Kelebihan dan Kelemahan Tradisi Marhobas Dalam Pesta a. Kelebihan Tradisi Marhobas 1. Terjaganya Rasa Kebersamaan Di Tengah Masyarakat Batak Toba. Tradisi marhobas sebagai kebiasaan yang dimiliki dan diterapkan oleh masyarakat batak dalam pelaksanaan acara pesta adat sampai sekarang masih dapat dijumpai. Kuantitas dari pelaksanaan tradisi tersebut akhir-akhir ini sudah jauh berkurang jika dibanding dengan zama dulu. Di desa Simanungkalit sendiri pelaksanaan tradisi ini sudah mulai jarang dilakukan dalam kegiatan acara pesta adat. Menurut masyarakat desa setempat, jika tradisi kerjasama marhobas masih dilaksanakan di pesta maka tentu akan membawa dampak yang positif terhadap masyarakat Batak itu sendiri. Misalnya saja dalam hal melestarikan rasa kepedulian dan sikap tolongmenolong yang sudah terjalin di masyarakat selama ini. Rasa saling peduli, kerjasama tim, saling bantu membantu merupakan suatu situasi yang selalu tercermin dari tradisi marhobas. Tradisi ini mengajarkan supaya masyarakat Batak Toba memiliki rasa kepedulian terhadap sesama sehingga tidak menciptakan manusia yang individualis. Dari tradisi ini maka suasana kebersamaan yang terjalin antara pihak penyelenggara pesta, boru maupun 62

30 dongan sahuta akan semakakin erat. Dari kondisi ini akan tercipta suatu kebiasaan tolong-menolong yang bersifat sikap timbal-balik diantara masyarakat Batak Toba Foto 3.3 Kegiatan memotong daging dalam tradisi marhobas Sumber: Informan T.Simanungkalit Foto 3.4 Kegiatan memasak nasi dan teh dalam tradisi marhobas Sumber: Informan T.Simanungkalit 63

31 2. Menghargai Dongan Saulaon Salah satu manfaat kelebihan jika menggunakan jasa parhobas di dalam pelaksanaan acara pesta adat Batak adalah dongan saulaon/ dongan sahuta akan merasa lebih dihargai oleh pihak yang melaksanakan pesta. Seperti yang diketahui bahwa kegiatan marhobas itu dikerjakan dan dilaksanakan oleh orang-orang yang memiliki posisi dan jabatan sebagai boru dan dongan saulaon dalam sebuah pesta adat. Jika keluarga pihak pembuat pesta masih mengandalkan jasa parhobas sebagai pelayan dalam acara pestanya maka para gelleng terutama dongan sahuta akan merasa lebih dihargai oleh pihak yang berpesta. Dalam hal ini dikatakan dongan sahuta akan merasa lebih dihargai karena ketika tradisi marhobas masih dipakai dalam suatu pesta tentunya pihak yang mengadakan pesta akan datang mengundang para dongan sahuta. Dengan diundangnya dongan sahuta secara langsung ke rumah mereka masing-masing maka mereka akan merasa dihargai sebagai teman satu lingkungan adat. Selain itu mereka merasa bahwa konstribusi mereka ternyata masih berharga dan diperlukan oleh sesama warga di tempat tersebut. Sehingga situasi tersebut akan membuat dongan sahuta merasa ikut sebagai bagian dari pihak yang mengadakan pesta serta merasa bahwa pesta yang berlangsung juga merupakan pesta mereka. 3. Jatah Makanan Memuaskan Pada umumnya dalam pelaksanaan acara pesta adat Batak Toba yangmana jika makanannya dimasak oleh para boru dan dongan sahuta atau parhobas, maka porsi dari makanan yang disajikan pasti lebih banyak dibandingkan catering. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh porsi makan orang batak umumnya memang 64

32 banyak apalagi jika lauknya berupa daging babi. Parhobas yang menyajikan makanan di pesta sangat mengerti dengan hal itu sehingga mereka sengaja membuat nasi dipiring sesuai porsi makan orang batak pada umumnya. Kebiasaan makan orang batak khususnya orang batak yang tinggal di pedesaan memang dikenal terbiasa makan dengan porsi yang banyak. Hal itu terjadi karena masyarakat Batak Toba yang tinggal di desa umumnya bekerja sebagai petani. Jadi supaya menghasilkan tenaga yang kuat maka porsi makan mereka pun diperbanyak. Keadaan tersebut memang sebanding dengan ketekunan dan kerja keras yang dilakukan orang Batak dalam bekerja sehari-hari. Kepuasan makan dalam pesta merupakan faktor yang cukup berpengaruh disetiap pelaksanaan pesta orang Batak. Pada acara pesta yang masih menggunakan jasa parhobas maka para tamu undangan yang hadir bisa mendapat jatah nasi tambah dan bisa dapat jatah makanan lebih dari satu porsi perorangan. Sehingga makanan tersebut dapat di bawa pulang ke rumah. Selain itu menurut pendapat masyarakat desa Simanungkalit sudah sepantasnya di dalam suatu acara pesta adat para tamu undangan terpuaskan dalam hal makan. Karena ketika suatu keluarga menggelar pesta adat maka disitulah kesempatan mereka menjamu dan memberi makan orang banyak. Sehingga mereka pun sudah selayaknya berusaha mempersiapkan dan melakukan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat yang hadir di pesta tersebut. 65

33 b. Kelemahan Tradisi Marhobas 1. Membutuhkan Waktu Yang Banyak Seperti yang diketahui pada dasarnya segala pekerjaan yang dilakukan dengan cara marhobas dalam suatu pesta adat Batak dikerjakan secara bersamasama oleh pihak boru dan dongan saulaon. Dalam kegiatan itu biasanya mereka melakukan pekerjaan dengan cara membagi tugas masing-masing sesuai dengan kamauan dan kemampuan mereka. Sehari sebelum pelaksanaan pesta pihak yang akan mengadakan pesta akan mempersiapkan segala kebutuhan berupa bahanbahan yang diperlukan untuk konsumsi di pesta. Selain itu mereka juga harus mempersiapkan barang-barang atau peralatan yang diperlukan untuk memasak atau membuat bumbu-bumbu untuk makanan yang nantinya akan dimasak pada waktu pelaksanaan pesta. Kedatangan para boru dan dongan sahuta ke rumah mereka untuk marhobas juga menambah pekerjaan karena mau tidak mau rumah yang dihuni menjadi lebih berantakan, kotor dan barang-barang pun bisa berceceran. Belum lagi terkadang para parhobas membawa anak-anak mereka ikut ke rumah pihak yang berpesta maka suasana dirumah pun makin tidak karuan dan serba repot. Kondisi tersebut membuat pekerjaan yang punya pesta semakin banyak dan semakin repot. Dan ketika hari pelaksanaan pesta tiba, pagi-pagi subuh mereka sudah harus cepat bangun sekitar pukul 3.00 WIB karena para parhobas sudah berdatangan untuk memasak nasi maupun memotong babi. Selain itu mereka juga harus membagi waktu untuk pergi ke salon. Jadi kegiatan marhobas ternyata 66

34 membutuhkan waktu yang lebih banyak, pekerjaan pun makin banyak sehingga merepotkan pihak yang mengadakan pesta. 2. Pelayanan Kurang Efisien Saat ini salah satu hal yang menjadi kelemahan marhobas dalam pelaksanaan pesta adat Batak adalah berhubungan dengan pelayanan para parhobas dalam meladeni para tamu undangan yang hadir. Dalam melayani para tamu undangan kadang kala sering terjadi ketidakmerataan dalam pembagian makanan di pesta. Di satu sisi sebagian para tamu ada yang mendapat makanan berlebih sedangkan sebagian lainnya ada para tamu undangan yang belum mendapat jatah makanan. Kondisi ini terjadi karena para parhobas kewalahan dalam membagi makanan, mereka kurang cermat dalam menakar atau menafsir seberapa banyak jumlah makanan yang harus dibagi pada sebagian sisi tamu undangan. Mereka asal membagikan saja pada satu sisi tamu undangan tertentu dan ketika tiba giliran pembagian ke sisi bagian tamu lain maka tak jarang makanannya tinggal sedikit yang tersisa. Sehingga tidak semua para tamu undangan mendapat jatah makanan dengan merata. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya kekurangan jatah makanan dalam pesta tersebut. Keadaan yang seperti ini seringkali menyebabkan kondisi pelaksanaan pesta menjadi kurang kondusif. 3. Kualitas Makanan Belum Tentu Terjamin Dalam sebuah pesta adat Batak Toba yang masih menggunakan tradisi marhobas tentu segala hal yang berhubungan dengan pelayanan bagian konsumsi 67

35 dalam pesta tersebut merupakan tugas dan pekerjaan para boru dan dongan sahuta (parhobas). Dalam marhobas para perempuan bertugas untuk memasak teh dan sedangkan para laki-laki suami mereka dan anak-anak mereka yang sudah menikah, akan bertugas untuk memotong daging dan memasaknya. Untuk urusan memasak daging merupakan peran para lelaki karena konon katanya masakan para lelaki Batak di pesta lebih memiliki cita rasa yang khas dibandingkan perempuan. Namun akhir-akhir ini menurut pendapat para warga Batak Toba yang ada desa Simanungkalit mengatakan bahwa masakan yang dimasak oleh para parhobas pada suatu pesta sudah sering tidak memuaskan. Terkadang nasi yang dimasak tingkat kematangannya tidak bagus, ada yang kurang matang dan ada juga yang terlalu matang. Begitu juga dengan daging yang dimasak terkadang sajian bumbu-bumbunya kurang pas sehingga tidak sesuai dengan selera masyarakat yang hadir dalam pesta. Menurut masyarakat hal itu terjadi mungkin karena orang-orang Batak sekarang keahlian memasaknya sudah berbeda dengan orang-orang zaman dulu yang lebih pintar memasak. Atau mungkin saja mereka malas memasak sehingga tidak menunjukkan keseriusan ketika memasak di pesta, oleh karena itu kualitas atau mutu makanan yang dihasikan pun tidak terjamin bagus. 4. Parhobas Sudah Tidak Rajin Yang menjadi salah satu kelemahan dari kebiasaan marhobas dalam pesta adat Batak Toba sekarang ini adalah mengenai kinerja dari para parhobas yang kini tidak efisien lagi seperti dulu. Hal itu terlihat dari sikap dan tingkah laku 68

36 mereka ketika saat sedang bekerja dalam pesta. Saat ini umumnya para parhobas perempuan sudah malas dalam mempersiapkan bumbu-bumbu makanan untuk keperluan pesta dan terutama dalam urusan mencuci piring. Keadaan ini tercermin ketika acara makan pagi untuk parhobas telah tiba maka biasanya orang-orang akan banyak yang datang terutama dongan saulaon. Tetapi setelah acara makan selesai sebagaian besar yang datang akan membubarkan diri dan membiarkan piring-piring yang mereka pergunakan tidak tercuci dan dibiarkan saja berserakan. Begitu juga halnya pada saat acara makan di pesta sudah selesai, tak jarang piring-piring maupun cangkir cuma dipungut saja ke dalam ember tapi tidak dicuci. Untuk mengatasi hal tersebut biasanya pihak yang mengadakan pesta menggaji atau mengupah orang-orang setempat yang mau bekerja membereskan keperluan pesta terutama dalam mencuci piring. Umumnya mereka akan dikasih upah satu hari sekitar RP ,00 per orang. 5. Sikap Parhobas Yang Terkadang Rakus Dalam suatu pesta adat Batak Toba yang masih menggunakan tradisi Marhobas mau tidak mau harus menerima kenyataan bahwa diantara para parhobas ada orang-orang yang rakus. Tak jarang dari mereka ada yang suka mengambil persedian konsumsi / makanan untuk pesta seperti daging, ikan mas dan yang lainnya. Sebagian masyarakat berpendapat bahwa boru sebagai parhobas seharusnya membantu agar acara pesta dapat berjalan dengan lancar bukan malah lebih mementingkan keinginan sendiri. Hal ini berdasarkan dari pengalaman informan R. boru Silitonga: Aneh-aneh sajanya parhobas sekarang ini, kemarin waktu saya mengadakan pesta anak saya daging habis total dan ikan mas 69

37 malah sedikit kali kami cicipi itupun tidak semua kami satu keluarga kebagian. Padahal banyaknya kemarin ikan mas itu kami masak. Bayangkan saja para parhobas ini terutama inang-inang biasanya sudah mempersiapkan plastik dari rumah sebagai tempat makanan kemudian dibawa pulang ketempat masing-masing. Itulah yang terjadi di pesta anak saya kemarin, kami tidak tahu entah lari kemana semua makanan itu, tapi saya yakin pasti para boru dengan dongan sahuta yang mengambil itu, karena kejadian seperti ini sudah bukan hal yang baru lagi terjadi pada pestapesta. (wawancara mei 2017) Hal senada juga diungkapkan oleh informan lain yaitu R. Simanungkalit : Kemarin sewaktu pesta perkawinan sepupu saya masa bisa hilang daging masak satu ember, padahal katanya disimpannya ditempat marhobas itu dan para parhobas juga selalunya disitu, kok bisa hilang gitu kan gak masuk akal. Pasti ada diantara mereka yang dengan sengaja atau sekongkol menyembunyikan dan mengambil danging tersebut. Tidak mungkin datang orang luar mengambilnya. Dan yang mengambil danging itu pastinya para parhobas laki-laki berhubung mereka yang biasa menyimpannya, serta laki-laki ini dikenalnya rakus dan doyan makan jagal (daging). (wawancara mei 2017). 70

38 BAB IV PERUBAHAN BUDAYA LOKAL YANG TERJADI DALAM PESTA ADAT BATAK TOBA 4.1. Adat Budaya Dalihan Na Tolu Dalam Pesta Adat Batak Orang batak mempunyai marga dalam sistem kekerabatan mereka. Mereka yang satu marga, dengan arti satu asal keturunan, satu nenek moyang disebut Dongan tubu (Toba), artinya teman satu perut, satu asal. Jadi, marga menunujukkan asal keturunan bapak (patrilineal), maka dengan sendirinya marga tersebut juaga disusun berdasarkan garis bapak. Sejak lahirnya marga-marga juga didasarkan pada nenek moyang laki-laki. Jadi, marga merupakan suatu kesatuan kelompok yang mempunyai garis keturunan yang sama berdasarkan nenek moyang yang sama. Sistem marga diatur berdasarkan apa yang disebut Dalihan Na Tolu. Dalihan Na Tolu atau yang sering disebut dengan Tungku nan Tiga adalah suatu ungkapan yang menyatakan kesatuan hubungan kekeluargaan pada suku Batak. Sedangkan menurut Kamus Budaya Batak Toba yang disebut dengan Dalihan Na Tolu adalah dasar kehidupan bermasyarakat bagi seluruh warga masyarakat Batak, yang terdiri dari tiga unsur atau kerangka yang merupakan kesatuan yang tak terpisah. Segala aktivitas yang dilakukan oleh orang Batak yang berhubungan dengan segala upacara adat harus berdasarkan adat Dalihan Na Tolu. 71

39 Dalihan Na Tolu merupakan suatu sistem sosial di tanah Batak yang menempatkan posisi masing-masing orang Batak pada kedudukan tertentu dimana setiap kedudukan ini mempunyai fungsi dan tanggung jawab tersendiri. Ketiga unsur dalihan na tolu merupakan satu kesatuan yang integral bagi masyarakat Batak, yang selalu bersama-sama dalam setiap aktivitas adat. Kelompok adat Dalihan Na Tolu terdapat pada semua suku Batak, walaupun istilahnya berbedabeda namun maknanya sama. Pada masyarakat Batak Toba disebut Dalihan Na Tolu, dengan unsur-unsur Dongan Sabutuha, Hula-hula, dan Boru. Tungku yang terdiri dari tiga batu tersebut adalah landasan atau dasar, tempat meletakkan dengan kokoh periuk untuk memasak. Suatu tungku baru dapat disebut tungku yang sederhana dan praktis bila terdiri dari tiga buah batu yang membentuk suatu kesatuan atau tritunggal. Hal inilah yang menjadi kesamaan bentuk kesatuan tritunggal pada suku Batak yang terdiri dari 3 unsur hubungan kekeluargaan. Banyak sekali tritunggal, namun tritunggal ketiga batu tungkulah yang dijadikan orang Batak menjadi simbol hubungan kekeluargaanya. Misalnya: Seorang anggota masyarakat pada suatu waktu atau situasi tertentu dapat menduduki posisi sebagai boru, pada kesempatan yang lain menduduki posisi hula-hula, dan atau sebagai dongan sabutuha. Dengan kata lain, setiap orang akan dapat terlibat dalam posisi sebagai boru, sebagai hula-hula, atau sebagai dongan sabutuha terhadap orang lain (Sigalingging, 2000: 10). Menurut orang Batak, tungku mempunyai kesamaan (analogi) dengan hubungan kekeluargaan. Persamaannya secara terperinci adalah sebagai berikut : a. Tungku tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Manusia memerlukan makanan untuk hidup. Berbicara tentang makanan, selalu 72

40 terkait dengan dalihan (tungku) yaitu alat untuk memasak makanan. Selain itu tungku mempunyai fungsi yang lain yaitu tempat untuk berdiang menghangatkan tubuh dari udara dingin. Oleh karena itu pada masa lalu, manusia tidak dapat hidup wajar (di Toba) tanpa adanya dalihan (tungku). Dalihan Na Tolu adalah falsafah yang melandasi hubungan sosial masyarakat Batak. Dengan berpedoman pada Dalihan Na Tolu, segera dapat ditentukan status, fungsi, dan sikap sosialnya dalam berhubungan dengan anggota masyarakat lainnya. b. Dalihan Na Tolu atau Tungku nan Tiga, ketiga batu tungku sebagai satu kesatuan adalah landasan atau dasar tempat meletakkan dengan kokoh periuk untuk menanak atau memasak lainnya, sehingga tidak ada isi periuk yang tumpah dan dapat masak dengan sempurna. Demikian dengan halnya Dalihan Na Tolu, berfungsi dengan sempurna menopang masyarakat Batak secara penuh keseimbangan. Kalau ada persoalan seperti kemalangan atau musibah, akan ditopang dan ditanggulangi oleh ketiga unsur Dalihan Na Tolu secara bersama-sama sesuai dengan kedudukannya masing-masing, sehingga beban yang berat akibat musibah atau kemalangan dapat teratasi dengan baik. Untuk memanaskan atau memasak harus ada api. Api yang ada di tungku harus tetap menyala, agar tungku tersebut dapat berfungsi dan bermanfaat dengan sempurna. Api yang menghidupkan hubungan sosial dan solidaritas sesama orang Batak adalah marga. Dongan sabutuha, hula-hula, dan boru yang merupakan unsur Dalihan Na Tolu, merupakan suatu lembaga adat atau dewan musyawarah yang akan menentukan segala hal dalam kelompoknya. Dalihan Na Tolu memiliki 73

41 mekanisme untuk menyelesaikan semua konflik yang terjadi di kelompoknya melalui musyawarah keluarga dekat, rapat adat ataupun rapat warga. Unsur-unsur Dalihan Na Tolu dapat berfungsi sebagai mediator diantara dua pihak yang sedang berkonflik. Tetapi jika mediasi ini mengalami kegagalan, maka hula-hula dapat bertindak sebagai arbitrator yang menyelesaikan konflik dengan menggunakan kekuasaannya untuk mengambil keputusan yang bersifat memaksa (Basyaral Hamidi dalam Sigalingging, 2000: 17). Unsur-unsur Dalihan Na Tolu 1. Hula-hula Yang dimaksud dengan hula-hula adalah pihak pemberi anak gadis. Dalam arti sempit, hula-hula itu adalah orang tua dari isteri. Sedangkan dalam arti yang luas adalah semua pihak yang semarga dengan orang tua isteri. Pihak hulahula mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dan terhormat, sehingga harus disembah dan dihormati sekali oleh pihak boru. Hal ini sehubungan dengan bunyi pepatah sebagai berikut: Hula-hula i do Debata na niida Artinya : Pihak pemberi anak gadis itu adalah merupakan wakil Tuhan yang kelihatan. Sehingga segala doa serta restu dari pihak hula-hula ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan dari pihak boru mereka. Adapun yang termasuk ke dalam kelompok hula-hula adalah: a. Simatua, yakni mertua beserta abang (adiknya) atau saudara-saudaranya; b. Tulang atau Simatua ni Ama, yakni mertua ayah beserta abang dan adiknya, saudara-saudaranyadan keturunannya laki-laki. c. Bona Tulang atau Simatua ni Ompu, yakni mertua Ompung beserta abang dan adiknya serta keturunannya laki-laki. 74

42 d. Bona ni Ari, yakni mertua dari ayah ompung beserta abang dan adiknya serta keturunannya laki-laki; e. Hula-hula pangalapan boru, yakni mertua dari putra-putra kita yang telah berumah tangga beserta abang dan adiknya, saudara-saudaranya serta keturunan laki-lakinya (Marbun dan Hutapea, 1987: 61). Pihak hula-hula menempati kedudukan yang terhormat dalam masyarakat Batak. Penghormatan tersebut harus selalu di tunjukan dalam sikap, perkataan dan perbuatan. Orang Batak harus Somba marhula-hula, yang berarti harus bersikap sujud, tunduk, serta patuh terhadap hula-hula. Keputusan hula-hula dalam musyawarah adat sulit ditentang (Marbun dan Hutapea, 1987: 61). 2. Dongan Tubu/ Dongan Sabutuha Dongan tubu adalah kelompok kerabat yang semarga yang berdasarkan garis keturunan Ayah. dongan tubu dalam pergaulan sehari-hari adalah teman sependeritaan dan seperasaan di dalam suka maupun duka. Di dalam hal adat, pihak dongan tubu ini adalah teman saparadatan (satu adat), sehingga sewaktu menerima dan membayar adat, mereka secara bersama-sama menghadapi serta menanggung segala resiko (Sitanggang, 1986: 40) Sedangkan menurut Marbun dongan tubu adalah saudara laki-laki satu marga. Arti harfiahnya lahir dari perut yang sama. Mereka ini seperti batang pohon yang saling berdekatan saling menopang, walaupun karena saking dekatnya terkadang saling gesek. Namun pertikaian tidak membuat hubungan satu marga bisa terpisah. Diumpamakan seperti air yang dibelah dengan pisau, kendati dibelah tetapi tetap bersatu. Namun demikian kepada semua orang Batak (berbudaya Batak) dipesankan harus 75

43 bijaksana kepada saudara semarga. Diistilahkan, Manat Mardongan Tubu (harus hati-hati terhadap sesama teman semarga). 3. Boru Boru adalah pihak yang menerima anak gadis (boru). Setiap pihak boru harus berlaku hormat kepada pihak hula-hulanya (Sitanggang, 1986: 41). Boru ini menempati posisi paling rendah sebagai parhobas atau pelayan baik dalam pergaulan sehari-hari maupun dalam setiap upacara adat. Namun walaupun berfungsi sebagai pelayan bukan berarti bisa diperlakukan dengan semena-mena. Melainkan pihak boru harus diambil hatinya, dibujuk, diistilahkan: Elek Marboru (harus selalu bersifat membujuk terhadap pihak penerima anak gadis). Menurut orang Batak, boru ada dua macam yaitu hela atau suami putri kita (menantu), dan bere atau anak saudara perempuan kita yang menurut adat Batak masuk unsur boru mengikuti ibunya. Jika ditinjau secara kekeluargaan, hela atau menantu lebih dekat kepada kita dari pada bere. Tetapi jika ditinjau dari hubungan darah, maka bere lebih dekat kepada kita dari pada hela. Tentang bere berlaku semboyan: Sekali Bere, tetap Bere. Semboyan ini tidak berlaku pada bagi hela. Seorang menantu atau hela pada suatu saat bisa tidak menjadi hela, mana kala terjadi perceraian dengan putri kita. Oleh karena itu hela tidak bersifat tetap sebagaimana halnya dengan bere (Sihombing, T.M., 1986: 77). Menurut adat Batak, boru berkewajiban membantu hula-hulanya dalam segala hal, terutama dalam pekerjaan adat. Adat Batak memperkenankan hulahula untuk menerima sumbangan dari pihak boru. Sedangkan pihak boru akan selalu berusaha agar dapat membantu hula-hulanya, bahkan adakalanya sampai 76

44 berhutang, asalkan dapat memberi sumbangan kepada hula-hula. Sedangkan pihak hula-hula akan memberikan imbalan kepada pihak boru sebagai tanda kasih sayang (Sigalingging, 2000: 17). Jadi dengan demikian berarti bahwa bukan hanya pengantin pria atau perempuan itu saja yang menjadi boru, melainkan juga semua keluarga terdekat (teman semarga) dari pengantin pria tersebut Masyarakat Yang Masih Menggunakan Fungsi Boru Sebagai Parhobas Pada masyarakat Batak Toba yang tinggal di desa simanungkalit meskipun masyarakatnya kebanyakan sudah terpengaruh oleh hal yang mengglobal atau bersifat kemodern-modernan ternyata masih ada masyarakat yang tetap ingin mempertahankan budaya lokal yang mereka miliki. Sebagian dari mereka menganggap bahwa budaya lokal yang telah diturunkan oleh para leluhur haruslah tetap dijaga dengan baik supaya tidak menghilangkan cirikhas dari budaya Batak. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan beberapa warga yang pernah menjabat sebagai boru didalam sebuah pesta adat, diperoleh informasi bahwa mereka masih lebih menyukai hal yang berbau lokal. Padahal dilain sisi lain para boru tersebut dalam kehidupannya serta pergaulannya sudah mengglobal yang artinya bahwa dalam menjalani kehidupannya mereka sudah terpengaruh oleh budaya luar diluar dari budayanya. Pergaulan yang mereka jalani juga sudah lebih luas tidak hanya sekedar di desa itu saja tetapi telah merambah ke luar kota sehingga dapat dikatakan bahwa mereka sudah lebih menasional atau universal. Pendidikan dan profesi merupakan salah satu faktor yang membuat masyarakat di desa tersebut menjadi bisa 77

45 mengenal dunia luar dan budaya luar. Hal itu terjadi karena dengan pendidikan dan profesi tersebut dunia yang mereka geluti maupun interaksi yang mereka jalin tidak hanya sebatas di desa atau di daerah itu saja tetapi sudah meluas ke daerah lain atau ke kota-kota lainnya. Selain karena pendidikan dan profesi hal lainnya yang juga ikut mendukung mereka menjadi masyarakat yang mengglobal adalah karena faktor tempat tinggal atau domisilih. Kondisi ini berlaku terutama bagi mereka yang memiliki keluarga diluar kota terkushusnya anak-anak mereka yang tinggal di kota-kota besar yang terdapat di indonesia. Ketika para orang tua ingin mengunjungi anaknya yang merantau diperkotaan maka tentunya selama tinggal di kota mereka akan bersentuhan dengan budaya lain yang lebih modern dan mengglobal. Tak dapat dipungkiri keluarga atau sanak saudara mereka yang berada di kota itu juga sudah mengikuti budaya yang mengglobal yang berlaku agar dapat membaur dengan masyarakat serta kehidupan disana. Sehingga ketika orangtua dan keluarga yang dikampung mendatangi dan untuk sementara waktu tinggal ditempat itu maka orangtua mereka akan berusaha menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada meski agak terpaksa. Namun demikian meski para orang tua sudah bersentuhan dan merasakan budaya global tersebut, begitu mereka pulang ke daerah asal yang berada di desa bukan berarti mereka langsung menyerap semua hal yang berbau global itu tetapi mereka masih mencintai dan menjalankan budaya lokal yang dimiliki. Informasi ini diperoleh penulis dari hasil wawancara dengan beberapa informan yang 78

46 termasuk dalam kelompok boru yang masih mempertahankan budaya lokal didalam pesta adat Batak Toba yaitu sebagai berikut: Informan pertama yang saya wawancarai terkait dengan hal ini bernama ibu W. Simanungkalit (50 tahun) beliau merupakan seorang Sarjana Pendidikan dengan pekerjaan sebagai PNS di Kantor Dinas Pendidikan Kecamatan Sipoholon yang ditugaskan sebagai pengawas di sekolah-sekolah dasar yang terdapat di kecamatan tersebut. Selama melaksanakan tugasnya tak jarang ia harus pergi keluar kota untuk memenuhi tugas dinas ataupun untuk mengikuti pelatihanpelatihan yang dibuat oleh pemerintah yang berhubungan dengan profesi yang diembannya. Biasanya kota yang paling sering ia kunjungi untuk urusan dinas adalah kota medan karena merupakan ibu kota provinsi, sedangkan diluar provinsi ia bersama dengan para rekan lainnya mengunjungi ibukota Jakarta. Pada saat melakukan tugas dan perjalanan dinas tersebut biasanya beliau menyempatkan diri untuk jalan-jalan dan menikmati suasana di kota yang ia kunjungi. Banyak hal yang ia dapatkan dari pengalamannya selama melakukan tugas ke luar kota, seperti mengenal orang-orang baru dan melakukan interaksi dengan mereka yang berbeda darinya termasuk suku, ras, agama dan lainnya. Kondisi ini membuat pergaulannya jauh lebih luas, semakin banyak wawasan yang ia dapatkan, tentunya hal ini akan membuat pola pikir atau cara pandangnya menjadi jauh lebih luas, terbuka, sehingga menjadi ciri masyarakat yang universal/umum serta mengglobal. Tetapi meski demikian bukan berarti informan ibu W.Simanungkalit langsung menyerap semua ciri khas dari masyarakat yang universal itu, dilain sisi 79

47 ia tetap mencintai dan mempertahankan ciri khas dari budaya lokal Batak Toba sebagai budayanya. Beliau tetap melaksankan apa yang telah menjadi kewajibannya sebagai orang Batak terutama dalam adat-istiadat suku Batak Toba. Hal itu terbukti dari pernyataan beliau yang mengatakan bahwa pada setiap pelaksanaan pesta perkawinan adat Batak yang mana pada pesta itu ia berkedudukan sebagai boru maka ibu itu tetap melaksanakan tugas dan kewajibannya. Dalam pesta tersebut ia turut ikut ambil bagian dalam kegiatan marhobas sebagaimana fungsi yang seharusnya ia lakukan pada pesta itu. Menurut informan meskipun ia sudah bersentuhan dan terpengaruh oleh budaya universal atau budaya global tapi sebagai orang Batak ia harus tetap melaksanakan kewajibannya apalagi beliau masih tinggal di wilayah pedesaan yang masih kental dengan nuansa adat. Walaupun ia berpendidikan serta memiliki profesi yang lebih baik dari pada hula-hula nya (pelaksana pesta) tetapi sebagai pihak yang memiliki posisi dibawah ia harus tetap patuh terhadap hula-hula sebagai pihak yang lebih tinggi. Oleh karena itu sebagai boru sudah sepantasnya ia menjalankan fungsinya sebagai suatu bentuk rasa hormat kepada hula-hula nya. Hal tersebut terlihat berdasarkan hasil wawancara dengan ibu W. Simanungkalit sebagai berikut: Selama menjalani profesi dan pekerjaan ini saya bersama rekanrekan lainnya sering mengikuti program-program pelatihan yang dibuat oleh pemerintah. Karena itu saya pun sudah sering pergipergi keluar kota dan yang paling sering itu di Medan, biasanya kami mengikuti pelatihan itu kisaran seminggu sampai dua minggu. Tapi kami pun sesekali pernah disuruh ke Jakarta, disana kami dikumpulkan dari berbagai kota yang ada di Indonesia terus dilatih untuk memberikan didikan yang baik bagi anak-anak SD serta memberikan pengarahan kepada guru-guru tenga pengajar 80

48 mengethui metode mengajar yang baik dan lain sebagainya. Selah selesai mengikuti pelatihan bisanya saya dan beberapa rekan lainnya menyempatkan diri untuk jalan-jalan mumpung lagi diluar kota. Kami pergi ke tempat-tempat yang mewah-mewah walaupun hanya sekedar melihat-lihat saja seperti ke mall, tempat wisata dan hiburan. Di Jakarta saya dapat merasakan bagaimana sebenarnya kehidupan orang-orang yang ada di kota metropolitan itu. Semuanya sudah serba canggih dan modern dan gaya hidupnya juga saya lihat sudah bebas seperti orang-orang luar negeri itu tidak lagi mencerminkan ciri khas dari budaya masing-masing, semuanya seolah sudah seragam dan menyatu. Dilain hal profesi yang saya emban ini membuat saya mengenal kehidupan yang lebih luas, budaya yang berbeda serta pergaulan saya dengan orang lain lebih luas. Kondisi itu tentunya sangat-sangat berbeda dengan kehidupan yang saya alami di desa, akan tetapi meskipun saya sudah mengenal budaya yang lebih maju dan sebagian hidup saya terpengaruh oleh hal yang bersifat modern itu saya tetap mencintai dan melaksanakan aturan, nilai budaya lokal sebagai suku Batak Toba terutama ketika saya berposisi sebagai boru di pesta maka saya wajib melaksanakan fungsi dan tanggung jawab sebagai boru. (wawancara juni 2017) Informan kedua yang saya wawancarai adalah ibu M. Simanungkalit (54 tahun) beliau merupakan tamatan Sarjana Pendidikan (S.pd) dan berprofesi sebagai guru disalah satu sekolah dasar yang ada di desa simanungkalit. Suami dari ibu M.Simanungkalit ini sendiri bekerja di kantor bupati Tapanuli Utara. Keluarga mereka dapat dikategorikan sebagai keluarga yang mampu dan berpendidikan, semua anak-anak mereka disekolahkan keperguruan tinggi dan sudah mendapatkan pekerjaan yang layak. Berhubung karena suaminya memiliki jabatan dalam pekerjaannya maka ia pun masuk dalam kumpulan ibu-ibu PKK bersama dengan para istri teman satu kerja suaminya. Dalam perkumpulan itu ada juga kegiatan arisan yang mereka adakan setiap sekali sebulan dirumah para anggotanya secara bergantian. Pada saat menghadiri kegiatan arisan di rumah rekan-rekan yang lain biasanya para teman searisan tersebut menyediakan 81

49 makanan yang di pesan dari usaha catering. Kebanyakan dari mereka mempercayakan urusan konsumsi pada pihak catering dari pada memasak sendiri. Hal itu dilakukan karena para rekannya tersebut tidak mau repot, belum lagi mereka direpotkan untuk mengeluarkan barang-barang yang dibutuhkan untuk jamuan makan dan belanja bahan-bahan yang dibutuhkan dan memasaknya. Padahal masakan yang dimasak tersebut belum tentu enak atau kelezatannya tidak terjamin. Jadi konsekuensi jika memasak sendiri itu lebih banyak dan memakan waktu yang tidak sedikit. Kondisi inilah yang dihindari oleh para rekan searisan sehingga lebih memilih yang lebih simpel, cepat dan higenis. Dapat dilihat hal ini terjadi tentunya karena didukung oleh ekonomi yang memumpuni sehingga untuk acara kecil saja pun mereka sudah memesan pada jasa catering. Ibu M.Simanungkalit juga mengatakan bahwa tak jarang dalam kelompok PKK itu mereka mengadakan semacam touring atau jalan-jalan keluar kota pada waktu ada libur seperti ke Medan, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan kota lainnya. Terkadang beliau dan rekan-rekan lainya menyempatkan jalan-jalan karena kebetulan lagi mendampingi suami-suami mereka tugas keluar kota. Meski beliau tinggal di desa tetapi pergaulannya sudah luas bukan hanya sebatas di desa maupun di tempat kerjanya tetapi sudah meluas ke luar kota. Pertemanan yang mereka jalin nyatanya berlangsung juga pada media sosial yaitu facebook, bahkan mereka memiliki akun grup di facebook. Dalam hal ini terlihat bahwa pergaulan yang beliau jalani sudah mengglobal sudah mengikuti arus perkembangan jaman. Dengan adanya sosial media proses hubungan sosial secara relatif yang 82

50 menemukan tidak adanya batasan jarak dan menghilangnya batasan-batasan secara nyata, jadi ruang lingkup kehidupan manusia makin bertambah dengan memainkan peranan yang lebih luas didalam dunia sebagai kesatuan tunggal. Efek yang ditimbulkan oleh sosial media ini tentunya akan mempengaruhi informan karena sosial media dapat mendukung masuknya nilai-nilai, 83ocial budaya, yang umum (universal). Akan tetapi meski informan sudah membaur dengan hal yang berbau global dan lingkup pergaulannya sudah mengikuti perkembangan jaman tetapi beliau tidak serta merta meninggalkan budaya lokal Batak Toba sebagai warisan dari leluhurnya. Hal itu terbukti pada saat ia melangsungkan pesta adat pernikahan anaknya, dimana pada saat penyelengaraan pesta tersebut ia dan keluarganya lebih memilih untuk tetap melakukan tradisi marhobas atau memasak sendiri dengan bantuan para dongan sahuta. Padahal jika melihat latar belakangnya keluarga mereka adalah keluraga yang mampu dan para teman-temannya juga jika mengadakan suatu acara umumnya sudah lebih menggunakan bantuan jasa makanan agar lebih praktis dan higenis. Tetapi beliau tidak meniru dan melakukan hal itu, alasan dibalik tindakannya itu karena ia beserta keluarga tidak ingin orang-orang disekitarnya menjauh dari pesta tersebut. Ia menginginkan orang-orang disekelilingnya turut berpartisipasi, ikut merasakan kegembiraan yang mereka rasakan sehingga masyarakat sekitar merasa bahwa mereka juga merupakan bagian dari keluarga yang sedang berpesta. Kebersamaan tolong-menolong yang tercipta dalam kegiatan marhobas sangat membekas dan disitulah sebuah keluarga 83

51 berkesempatan untuk berbagi dan membiarkan para warga sekitar lingkungannya menikmati makanan sepuasnya. Menurut informan ibu M. Simanungkalit, setiap budaya lokal yang diwariskan oleh para leluhur haruslah dilestarikan dan dijaga dengan baik agar tidak tergerus oleh perubahan jaman. Jika kita melestarikan tradisi budaya lokal, itu pertanda bahwa kita tetap mengingat dan menghormati para leluhur sebab tanpa mereka kita tidak dapat menikmati apa yang telah kita miliki saat ini. Hal itu terlihat dari pernyataan beliau sebagai berikut: Sebagai orang Batak Toba saya lebih menyukai budaya saya sendiri, saya bangga melaksanakan tradisi budaya Batak karena itu merupakan kekayaan yang dimiliki oleh orang Batak. Budaya itulah yang menjadi cirikhas dan yang membedakan suku Batak dengan suku-suku lainnya yang terdapat di Indonesia. Seperti misalnya pada saat perkawinan anak saya kemarin, saya membuat pesta adatnya sesuai dengan tradisi Batak, untuk mempersiapkan segala kebutuhan makanan atau konsumsinya saja saya tetap menggunakan jasa dari para parhobas. Padahal jika diperhatikan saat ini kebanyakan orang sudah lebih memilih sesuatu yang lebih praktis seperti penggunaan jasa catering, tapi saya sendiri lebih memilih tetap melaksanakan tradisi kegiatan marhobas. Saya melakukannya supaya keluarga saya yang lain serta orang-orang disekitar sini (dongan sahuta) ikut berpartisipasi meladeni pesta yang kami buat, agar mereka merasa bagian dari keluarga kami. Tentunya keadaan ini akan mempererat hubungan keluarga kami dengan para warga disini. Melalui kegiatan marhobas inilah kesempatan saya untuk berbagi dengan para warga, mereka bisa dengan leluasa puas menikmati makanan yang dimasak dan disajikan tersebut. Disisi lain sudah sepantasnya kita itu wajib melestarikan budaya kita karena itu merupakan warisan nenek moyang. Jadi sebagai penghormatan terhadap mereka maka sudah seharusnya sebagai penerus kita tetap mempertahankan tradisi budaya Batak tersebut.(wawancara juni 2017) Dari pernyataan informan dapat dilihat ternyata bagi masyarakat Batak Toba ada rasa kepuasan tersendiri jika masih menggunakan tradisi lokal itu, masyarakat merasa bahwa dengan mempertahanakan budaya lokal, itu berarti bahwa mereka tidak menjauhkan diri dari lingkungannya. Ada rasa bangga yang 84

52 meliputi perasaan mereka dan tidak menutup kemungkinan para masyarakat sekitar akan memuji keluarga tersebut karena meski termasuk dalam keluarga yang mampu tetapi mereka masih memegang teguh tradisi budaya Batak itu dan menjalankan adat sesuai dengan.apa yang seharusnya dilaksanakan. Saya juga mewawancarai informan yang bernama bapak G. Hutasoit (59 tahun) bapak ini beserta dengan sang istri bekerja sebagai petani. Tapi kini tidak lagi karena usia mereka yang sudah senja sehingga mereka menyewakan lahan pertanian itu pada sanak saudara mereka mereka yang tinggal di kampung. Keluarga bapak Hutasoit ini termasuk petani yang sukses, anak-anak mereka semuanya disekolahkan hingga perguruan tinggi. Semua pencapaian itu diperoleh berkat semangat kerja keras mereka dalam bekerja. Kini semua anak-anaknya telah menyelesaikan pendidikannya dan sudah mendapatkan pekerjaan. Bapak ini memiliki lima orang anak, empat diantaranya sudah menikah, tinggal satu lagi yang belum dan semuanya merantau ke luar kota seperti Jakarta, Bandung, dan Bali. Behubung karena semua anak-anaknya berada diluar kota maka bapak Hutasoit dan istrinya sudah lebih banyak menghabiskan waktu di luar kota untuk berkunjung dan tinggal bersama anak-anaknya secara bergantian. Kondisi ini membuat informan sudah terbiasa dengan kehidupan di kota-kota besar, biasanya mereka berkunjung kesana bisa memakan waktu hingga 2 bulan lebih. Ditempat anaknya itu ia sudah banyak bergaul dengan masyarakat disana dan memiliki beberapa teman dekat walau ada yang berbeda suku dan agama. Kehidupan di kota yang serba canggih dengan era digital ternyata ikut mempengaruhi 85

53 kehidupannya, dimana ia dan istrinya telah mempunyai handphone pintar atau gadget pemberian dari anaknya. Selama bapak Hutasoit berada di tempat putranya yang ada di Jakarta ia pernah beberapa kali di bawa oleh sang anak menghadiri pesta perkawinan keluarga mereka yang ada di Jakarta. Pada saat menghadiri pesta tersebut ia cukup takjub karena acara pesta adatnya dibuat di gedung yang cukup mewah dengan sistem pelayanannya yang bagus. Semua yang ada di dalam gedung dirias dan ditata dengan rapi dan teratur, begitu pula saat acara makan tiba semua para tamu undangan yang hadir juga tertib. Masalah bagian penyajian makanan ditanggung jawabi oleh pihak EO atau jika di daerah perkampungan disebut catering. Makanan yang disajikan dalam pesta tersebut terasa nikmat karena dimasak oleh pihak catering yang sudah teruji dan berpengalaman. Informan berpendapat bahwa memang penggunaan jasa catering dalam pesta ternyata sangat membantu dalam segi kepraktisan dan kenikmatannya. Apalagi untuk orang-orang yang tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta yang penuh dengan kesibukan mereka tidak perlu lagi repot untuk mempersiapkan segalanya. Namun beliau berpendapat bahwa keadaan pesta yang dibuat seperti di Jakarta tersebut tidak cocok jika dilakukan di pedesaan seperti di desa simanungkalit karena kondisi masyarakat yang ada di kota dan di desa tentu berbeda. Masyarakat Batak Toba yang ada diperkotaan tentu adat budayanya tidak sekental masyarakat di desa berhubung mereka merupakan pendatang disana, lingkungan mereka sudah bercampur dengan masyarakat suku lain, serta disibukkan oleh sejumlah rutinitas yang padat. Berbeda dengan masyarakat desa 86

54 dimana adat budaya yang mereka anut masih lebih kental dari pada masyarakat kota dan hubungan yang terjalin masih berlandaskan hubungan kekeluargaan. Tetapi sekarang ini orang-orang yang ada di desa sudah terpengaruh dan mengikuti budaya yang lebih bersifat umum atau universal karena adanya pengaruh globalisasi dikalangan masyarakat. Yang dimaksud dalam hal ini adalah mengenai penggunaan jasa catering yang mengambil alih fungsi boru di dalam pelaksanaan pesta adat Batak Toba. Walaupun bapak Hutasoit banyak menghabiskan waktunya ditengah masyarakat yang modern dan mengglobal tapi itu tidak serta merta membuatnya melupakan fungsi atau kewajibannya di dalam pelaksanaan sebuah pesta adat Batak Toba. Jika ada pesta perkawinan di lingkup keluarga besarnya yang mengharuskan ia berkedudukan sebagai boru maka beliau tetap menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya. Sebagai boru salah satu tugas yang harus ia laksanakan pada pesta ialah sebagai parhobas. Dalam kegiatan marhobas pada pesta ia selalu rajin datang untuk membantu memasak daging dan melayani para tamu dalam membagikan makanan kepada mereka. Hal itu merupakan suatu tanda rasa hormat dan kepatuhan kepada hula-hula yang mengadakan pesta. Pada saat melakukan tugas sebagai parhobas ternyata mereka juga memanfaatkan momen tersebut untuk lebih saling mengenal dan mengeratkan ikatan rasa persaudaraan diantara mereka bersama dengan para dongan sahuta. Saat momen itu mereka juga saling berbagi rasa, bercerita, bercanda tawa serta dapat menjadikannya sebagai suatu momen yang tepat untuk mencurahkan isi hati mereka pada sesama anggota lainnya. Keadaan itulah yang menjadi salah satu 87

55 alasan bapak Hutasoit menganggap bahwa budaya lokal itu harus dipertahankan dan dijaga dengan baik. Ketika tahun 2015 beliau mengadakan pesta perkawinan anaknya ia lebih memlilih untuk memasak sendiri dengan bantuan para boru dan dongan sahuta dari pada harus menggunakan bantuan dari pada pihak catering. Meski ia tahu bahwa penggunaan catering dapat membantu segala pekerjaan lebih praktis dan menghemat waktu tapi ia lebih senang dengan keunikan yang ada dalam tradisi marhobas tersebut. Hal itu ungkapakan oleh bapak Hutasoit dalam pernyataan sebagai berikut: Ketika ada keluarga dari pihak istri saya mengadakan acara pesta adat pernikahan dalam acara itu otomatis saya berkedudukan sebagai boru. Kebetulan dalam persiapan pestanya masih menggunakan kebiasaan marhobas, jadi sudah menjadi kewajiban bagi saya untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Meski diluar kota saya sudah terbiasa dengan hal yang serba praktis, bergaul dengan masyarakat yang lebih maju, dan tingkat ekonomi lebih baik dari yang mengadakan pesta tetapi hal itu tidak membuat saya menjadi malas atau anggap sepele dengan fungsi sebagai boru. Kebersamaan tolong menolong saat marhobas itu bagi saya begitu berharga, dimana kami para lakilaki saling bercerita, berbagi pengalaman, makan bersama-sama tak jarang kami juga membeli tuak untuk kami minum agar suasana lebih asik seperti ketika berkumpul di lapo (warung). Sebaliknya ketika saya mengadakan pesta saya tetap mempertahankan tradisi itu, agar para boru dan dongan sahuta dapat merasakan hal yang sama di pesta yang saya buat. Tapi memang sekarang ini saya lihat orang-orang di desa ini kebanyakan sudah meninggalkan tradisi marhobas ini, mungkin karena mereka mengikuti perkembangan jaman yang lebih unggul dalam segi kepraktisan, higenis dan simpel.(wawancara juni 2017) Dari beberapa pendapat dan pernyataan informan yang telah dijelaskan diatas dapat terlihat jelas bahwa meski sebagain diantara masyarakat Batak Toba ada yang pergaulannya sudah luas mengglobal dan kehidupannya sudah dipengaruhi globalisasi tapi mereka tetap mempertahankan dan tidak 88

56 meninggalkan hal yang lokal itu. Artinya interaksi masyarakat itu tidak hanya sebatas di desa saja tetapi sudah meluas ke berbagai kota- kota besar dimana masyarakatnya jauh lebih maju, modern, cara hidupnya lebih bebas serta sudah terbiasa dengan hal yang serba cepat dan praktis. Tetapi hal itu tidak membuat mereka melupakan adat budaya yang dimilki justru merasa harus menonjolkan dan menjaga tradisi lokal tersebut. Karena budaya lokal merupakan ciri khas dari suatu suku dan warisan leuhur yang harus dijaga serta dilestarikan Masyarakat Yang Tidak Menggunakan Fungsi Boru Sebagai Parhobas Masyarakat Batak Toba yang bermukim di desa Simanungkalit Kabupaten Tapanuli Utara sejak beberapa tahun belakangan ini mengalami suatu perubahan terkhususnya dalam kehidupan adat budaya yang mereka jalani. Hal itu terjadi karena pengaruh dari perkembangan jaman yang sejalan dengan globalisasi yang mempengaruhi masyarakat setempat. Perubahan yang dimaksud dalam hal ini mengenai fungsi boru pada pesta adat Batak yang kini telah berubah dan diambil alih oleh penyedia jasa makanan/catering. Ada lasan-alasan tertentu mengapa masyarakat Batak sekarang ini beralih lebih memilih menggunakan jasa dari pada tetap mempertahanakan tradisi lokal yang dari dulu selalu dilaksanakan. Masyarakat yang memilih menggunakan jasa tersebut bukan berarti hanya mereka yang berada kalangan atas /memiliki ekonomi mampu, tetapi juga berlaku bagi mereka yang perekonomiannya biasa-biasa saja atau standar. Untuk menggali informasi mengenai hal-hal atau alasan-alasan mengapa masyarakat di desa ini lebih memilih menggunakan bantuan dari jasa catering dari 89

57 pada memilih memasak bersama dalam kegiatan marhobas, maka saya pun mewawancarai beberapa informan yaitu sebagai berikut: Informan pertama yang saya wawancarai bernama ibu M. Tampubolon (56 tahun) berprofesi sebagai petani sedangkan suaminya merupakan pensiunan sejak dua tahun terakhir dari kantor Kejaksaan Tarutung. Beliau mengatakan bahwa pada waktu anak laki-lakinya yang terakhir menikah di tahun 2014 ia sudah tidak lagi menggunakan tenaga dari boru dan dongan sahuta dalam menyiapkan dan memasak makanan dalam pesta tersebut. Hal itu dilakukan berdasarkan dari pengalaman beliau ketika bertugas sebagai parhobas dalam sebuah pesta yang diadakan oleh salah satu kerabatnya. Pada waktu mereka melakukan kebiasaan marhobas di rumah kerabatnya itu ternyata para boru dan dongan sahuta lainnya sedikit yang datang untuk bergabung dan saling bantu-membantu dalam menyiapkan bumbu sehari sebelum pesta. Justru parhobas laki-laki yang lebih rajin datang untuk membantu persiapan dalam pesta seperti mencari babi untuk dipotong, menjemput barangbarang yang telah di pesan untuk keperluan memasak, mengangkat beras yang akan dimasak pada saat pesta dan lain sebagainya. Sedangkan para parhobas perempuan hanya beberapa orang saja yang datang membantu mereka, sehingga hal ini membuat mereka yang hadir pada saat itu lebih capek bekerja karena pekerjaan yang harus dikerjakan lebih banyak. Kemudian keesokan harinya saat penyelenggaraan pesta berlangsung jumlah para boru dan dongan sahuta yang datang dalam kegiatan marhobas sudah bertambah terutama para parhobas perempuannya sudah lebih banyak dari 90

58 sebelumnya meski belum semuanya hadir. Mereka pun bersama-sama melakukan pekerjaan sesuai tugas yang sudah dibagi-bagi. Namun pada saat acara makan pagi untuk para parhobas telah tiba keadaan justru berbalik, orang-orang sekitar berdatangan, para boru dan dongan sahuta yang sebelumnya tidak hadir menjadi hadir ditempat tersebut. Ibu Tampubolon dan rekan-rekan lainnya sedikit merasa tidak senang dengan kehadiran orang-orang yang baru datang itu, karena memang tidak ada kontribusi mereka dalam membantu pekerjaan ataupun memasak pada saat itu. Namun setelah tiba waktunya untuk makan mereka malah berdatangan untuk makan bersama. Dan hal yang paling membuat informan paling kesal dan kecewa adalah ketika acara makan bersama di pesta telah selesai piring dan cangkir kotor dari para tamu undangan yang sebelumnya di taruh kedalam ember besar yang dikumpulkan oleh para petugas parhobas dibiarkan saja bertumpuk di kamar mandi dan tidak ada yang mau mencuci. Para parhobas perempuan yang sebelumnya bertugas untuk mencuci piring tidak kelihatan lagi mereka semua pergi ada yang balik kerumah dan ada juga yang duduk bersama para tamu undangan untuk melihat/menonton acara pesta tersebut. Sehingga yang mencuci piring tersebut terpaksa dilakukan beberapa parhobas yang masih berada tempat itu. Salah satunya informan sendiri dan dua rekannya yang lain. Mereka bertigalah yang akhirnya mencuci piring kotor itu, padahal tugas mereka sebelumnya adalah untuk memasak nasi. Maka pada saat itu mereka benar-benar lelah karena mesti harus mengerjakan pekerjaan yang seharusnya bukan bagian mereka. Itu semua terjadi karena para boru dan 91

59 dongan sahuta sebagai parhobas akhir-akhir ini sudah malas bekerja. Keadaan itulah yang menjadi alasan ibu Tampubolon tidak lagi menggunakan tradisi marhobas dalam pesta pernikahan anaknya dan lebih memilih menyerahkannya pada pihak jasa catering. Beliau tidak mau jika kondisi yang serupa terjadi pada pestanya. Hal itu beliau ungkapkan dalam pernyataan sebagai berikut: Alasan saya tidak mau lagi menyerahkan tanggung jawab memasak pada pihak boru dan dongan sahuta ketika pesta perkawinan anak saya kemarin itu karena saya belajar dari pengalaman ketika salah satu kerabat kami mengadakan acara pesta adat pernikahan anaknya. Waktu itu sebagai boru saya pun ikut berpartisipasi dalam hal marhobas pada pelaksanaan pesta karena memang sudah menjadi tugas dan kewajiban saya. Tapi dalam kegiatan tolong-menolong itu para boru yang lain dan dongan sahuta hanya sedikit yang datang membantu pembuat pesta untuk mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam pesta terutama dalam hal yang berhubungan dengan persiapan konsumsi pada pesta yang akan dilaksanakan. Selain itu pada saat acara pesta berlangsung ketika para tamu undangan yang hadir telah selesai makan atau acara makan selesai piring dan cangkir kotor yang telah dikumpul oleh para parhobas lainnya dibiarkan saja bertumpuk di kamar mandi, petugas parhobas yang ditugaskan untuk itu pergi berpulangan sehingga tidak ada yang mencuci piring itu. Jadi karena waktu itu saya dan dua teman saya masih berada disana maka kami bertigalah jadinya yang mencuci piring itu. Pada waktu itu saya sangat kesal dan kecewa melihat tingkah para parhobas yang malas itu, masa mereka tidak kasihan dengan pihak yang berpesta itu kan gak mungkin lagi mereka yang mencuci piring itu. Masyarakat sekarang ini saya lihat mau yang enak-enaknya saja, ketika waktu makan tiba mereka berdatangan dan hanya sedikit yang dikerjakan tapi giliran mencuci piring yang banyak tidak mau. Selanjutnya saya memperoleh informasi dari informan yang bernama ibu L.Panjaitan (56 tahun) beliau berpendapat bahwa sekarang ini penggunaan catering dalam pesta sudah lebih menguntungkan walau biayanya memang sedikit lebih mahal dibandingkan memasak sendiri. Dalam pemakaian catering segala urusan yang berhubungan dengan penyediaan konsumsi dalam pesta sudah 92

60 diserahkan sepenuhnya pada mereka jadi pihak penyelenggara pesta tidak perlu lagi sibuk memikirkan dan menyediakan kebutuhan konsumsi untuk pesta. Kondisi ini tentu menguntungkan bagi pelaksana pesta karena waktu yang dibutuhkan untuk persiapan pesta tidak terbuang banyak, lebih simple dan praktis serta mereka bisa lebih fokus untuk mengurus dan mempersiapkan kepentingan lainnya. Begitu pun halnya dengan sajian makanan yang disajiakan pada para tamu undangan akan terasa lebih enak dan nikmat dari pada yang dimasak oleh para parhobas. Sehingga hal ini membuat para hadirin yang datang lebih menikmati makanan yang disediakan dalam pesta tersebut. Sedangkan jika memilih menggunakan bantuan tenaga para boru dan dongan sahuta untuk memasak dan mempersiapkan makanan kenikmatan makanannya belum tentu terjamin. Terkadang makanan tersebut kelihatan seperti asal dimasak saja tidak terlihat menggairahkan untuk dikonsumsi. Hal yang membuat informan lebih memilih menggunakan catering dalam pesta adat perkawinan anaknya karena beliau belajar dari pengalaman pribadi ketika ia menghadiri pesta perkawinan anak dari kakak perempuannya. Beliau mengatakan bahwa pada saat itu sekitar 10 bungkus ikan mas arsik yang sudah dihekter dengan bagus hilang dari dalam kantongan plastik besar yang digunakan sebagai tempat ikan mas tersebut. Ikan itu dipersiapkan untuk dibagi-bagi buat teman-teman satu kantor adiknya karena sudah merupakan suatu kebiasaan bagi mereka satu kantor melakukan hal itu. 93

61 Karena kejadian itu suasana dirumah adiknya sempat kurang kondusif, dan hal itu membuat adiknya merasa malu terhadap kawan-kawannya akibat sebagian dari mereka tidak mendapat jatah ikan mas. Kebanyakan dari mereka yang hadir menganggap bahwa yang mengambil ikan tersebut adalah sesama parhobas karena ikan itu disimpan ditempat mereka memasak dan hanya orang-orang itu saja ada ditempat tersebut. Seperti yang beliau ungkapkan dalam pernyataan ini: Jadi dulu saat menghadiri pesta perkawinan anak dari kaka saya ada kejadian yang kurang mengenakkan dimana saat itu ada sekitar 10 bungkus ikan mas arsik yang hilang dari tempat penyimpanannya. Kalau saya pikir-pikir yang mengambil itu pasti sesama para parhobas itu karena ikan itu disimpan ditempat mereka bekerja, tidak ada orang-orang luar yang masuk kesana, hanya sesama mereka saja. Dan memang kebanyakan orang berprasangka pada mereka. Jadi saya sendiri miris melihatnya terutama bagi yang mengambil itu sangat tega melakukan hal semacam itu bagi sesama temannya. Keadaan itulah yang membuat saya menjadi enggan untuk melaksanakan tradisi marhobas saat pesta anak saya kemarin, rasa percaya saya terhadap para boru dan dongan sahuta ini menjadi di pertanyakan sedangkan kalau pakai catering semuanya dikordinir oleh para petugasnya.jadi itulah hal yang membuat saya lebih mempercayakan semuanya pada pihak catering.(wawancara juni 2017) Sebagian besar masyarakat Batak Toba yang memutuskan untuk menggunakan jasa catering dalam acara pesta adat yang mereka adakan umumnya dikarenakan oleh faktor ketidakpuasan mereka akan kinerja dari pada para boru dan dongan sahuta dalam melakukan fungsinya sebagai pelayan dalam pesta. Masyarakat desa simanungkalit dalam kurun waktu akhir-akhir ini sudah semakin malas dalam mengikuti kegiatan marhobas pada acara pesta adat Batak. Keefisienan mereka dalam bekerja tidak lagi bagus dan kini sudah diragukan. Sikap atau pun perilaku kurang baik yang terkadang mereka lakukan disaat 94

62 melaksanakan tugas juga salah satu penyebab keengganan orang-orang yang bersangkutan untuk tetap melakukan tradisi budaya tersebut, karena hal itu dapat merugikan mereka sebagai tuan rumah pelaksana pesta. Kesibukan masyarakat setempat dalam melakukan aktivitas pekerjaan atau profesi yang digeluti juga menjadi alasan bagi para warga yang ingin mengadakan pesta untuk menggunakan hal yang lebih bersifat praktis dalam pelayanan pada pesta yang dilaksanakan tersebut. Mereka beranggapan jika tetap mempergunakan tradisi marhobas maka orang-orang pasti akan sedikit yang datang karena kesibukan pekerjaan terutama bagi mereka yang bekerja untuk pemerintah serta dapat menggangu pekerjaan mereka. Hal itu sesuai dengan pernyataan dari informan bapak J. Aritonang (53 tahun): Kalau saya sendiri dan istri sudah lebih memilih untuk menggunakan jasa catering ketika anak-anak saya yang laik-laki kawin, karena saya perhatikan orang-orang sekarang sudah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Apalagi kalau yang pegawaipegawai dikantor kan tidak bisa kita paksakan supaya mereka ikut mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan sehari sebelum pesta, setelah pulang kerja mungkin mereka masih repot bekerja di rumah sedangkan bagi yang bertani juga sama, biasanya mereka lamalamanya pulang dari sawah jadi tidak sempat lagi untuk ikut dalam kegiatan marhobas di rumah kami. Jadi sudah bisa dipastikan para boru maupun dongan sahuta akan sedikit yang datang. Kami pun gak mau ambil resiko demi keancaran pesta jadinya kami memutuskan untuk menggunakan jasa catering saja.(wawancara juni 2017) Sementara itu seorang informan bernama ibu B. Situmeang (52 tahun) yang berprofesi sebagai wirausaha mengatakan bahwa ia sendiri juga telah menyerahkan segala pelayanan dan persiapan yang berkaitan dengan konsumsi pada pihak catering sewaktu pelaksanaan pesta adat pernikahan anaknya. Hal itu ia lakukan karena masyarakat yang ada di desa simanungkalit lainnya kebanyakan 95

63 sudah melakukan hal yang sama. Masyarakat beralih dari yang tradisional ke hal yang umum/modern karena berkat hadirnya penyedia jasa usaha catering di desa itu yang menawarkan segala kemudahan dan kepraktisan kepada masyarakat agar tidak repot dan tidak memakan waktu. Hal inilah yang menarik simpatik masyarakat yang awalnya hanya beberapa orang saja yang berinisiatif untuk mencoba tetapi lama-kelamaan semakin banyak karena sikap saling meniru diantara mereka. Seperti yang diungkapkan oleh beliau: Orang-orang yang ada di desa ini kebanyakan sudah pakai jasa catering makanan kalau berpesta jadi saya pun akhirnya melakukan hal yang sama sewaktu anak saya menikah. Memang betul dengan adanya jasa ini pekerjaan kita terbantu, tidak perlu lagi musti repot-repot memasak, rumah tidak terlalu berantakan, barang-barang juga hanya sedikit yang dipakai itupun jika diperlukan karena semua tanggung jawab catering. Pokoknya kalau pake catering semua lebih simple tanpa perlu memakan waktu yang banyak dalam persiapan pesta. Hal inilah yang membuat orang-orang makin banyak beralih menggunakan catering.(wawancara juni 2017) Dari penjelasan dan berbagai pendapat masyarakat dapat terlihat bahwa sebagian dari mereka yang memilih untuk tidak memakai tradisi itu dikarenakan mereka merasa tidak puas dengan kinerja dari para parhobas tersebut. Mereka sudah mempertanyakan keefisienan dari hal yang lokal, masyarakat merasa bahwa di zaman sekarang tradisi itu sudah kurang cocok dijalankan mengingat masyarakat disibukan dengan beragam aktivitas/pekerjaan. Masyarakat sekarang dengan masyarakat dulu sudah berbeda, rasa solidaritas terhadap sesama jauh berkurang. Kondisi yang demikian membuat masyarakat memilih cara yang alternatif untuk mengatasi keadaan itu apalagi pilihan tersebut membuat segala sesuatunya lebih mudah, tidak repot, simpel, dan praktis. 96

64 Hal ini membuat adanya pertemuan antara budaya lokal dan budaya global dalam pelaksanaan pesta adat Batak. Sehingga menyebabkan dialektika antara budaya lokal dan global dalam pelaksanaan pesta adat. Dalam kondisi tersebut terdapat dua hal yang berlawanan yaitu antara lokal dan yang global, artinya dalam pelaksanaan pesta disatu sisi pesta tersebut masih terlaksana sesuai dengan adat budaya Batak tapi disisi lain pesta itu sudah dipengaruhi oleh budaya luar yang bersifat umum atau universal yang membuat perubahan pada peran boru menjadi diambil alih oleh jasa catering. Kondisi tersebut membuat adanya percampuran budaya antara yang lokal dan yang global tapi meski begitu dalam hal ini yang berlawanan itu dapat saling direlasikan dan diproseskan pada pelaksanaan pesta tersebut. Sehingga tidak terjadi suatu benturan didalam masyarakat, mereka bisa menerima dan menyesuaikan budaya mereka dengan budaya global itu asalkan hal yang global tidak sampai mendominasi atau menghilangkan ciri khas dan makna dari budaya lokal tersebut. Hal itu terbukti dengan pelaksanaan pesta adat yang masih berjalan dengan baik hingga saat ini meski budaya global itu telah bercampur dengan budaya lokal Batak Toba Fungsi Boru Yang Belum Berubah Dalam Pesta Adat Batak Toba Di dalam pesta adat perkawinan Batak Toba tidak semua peran atau tugas dari pada boru itu tergantikan tetapi masih terdapat peran-peran yang saat ini masih dilaksanakan sesuai dengan adat budaya Dalihan Na Tolu sebagai warisan budaya lokal Masyarakat Batak Toba. 97

65 Memastikan Semua Perlengkapan Yang Dibutuhkan Keperluan Pesta Unjuk Dalam sebuah pesta adat perkawinan Batak Toba, boru bertanggung jawab untuk menyiapkan segala perlengkapan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pesta tersebut. Mereka akan mengechek serta memastikan apakah semua perlengkapan untuk keperluan pesta telah lengkap atau tidak. Perlengkapan yang dimaksud dalam hal ini sebagai berikut: 1. Menyiapkan ampang atau tempat menerima tumpak 18 yang diberikan oleh para tamu undangan. 2. Menyediakan karung yang nantinya digunakan sebagai tempat beras dan juga tempat ulos. 3. Menyediakan kantong plastik yang diperuntukkan sebagai tempat untuk jambar 19 yang telah dibagi kepada para tamu undangan yang bersangkutan. 4. Serta bertugas untuk menyediakan demban atau daun sirih dan beras yang nantinya akan diletakkan diatas piring ( pinggan panungkunan) Mengambil Ulos Yang Disampirkan Rombongan Hula-Hula dan Tulang Pada saat acara mangulosi atau memberikan ulos kepada pengantin maka beberapa orang yang berkedudukan sebagai boru dalam pesta akan berada dibelakang pengantin. Salah seorang dari boru akan berada tepat 18 Tumpak artinya sumbangan bentuk uang atau istilah yang lebih tepatnya adalah sumbangan tanda kasih. 19 Jambar merupakan hak atau bagian bagi seseorang yang berhak menurut adat. 98

66 dibelakang pengantin untuk mengambil ulos yang disampirkan oleh para hula-hula dan pihak tulang dalam pesta. Sedangkan beberapa boru lainnya akan berperan untuk melipati ulos dan memasukkan ulos tersebut kedalam karung. Biasanya boru tersebut merupakan saudara perempuan kandung dari pengantin laki-laki dan bisa juga namboru/ saudara perempuan dari ayah pengantin laki-laki. Foto 4.1 Kegiatan boru dalam mengambil ulos pengantin Sumber: Dokumentasi Pribadi Foto 4.2 Kegiatan boru melipat ulos yang akan dimasukkan kedalam karung Sumber: Dokumentasi Pribadi 99

67 Penerima Beras /Sijalo Tandok Pada acara pesta adat pernikahan Batak Toba pihak yang berkedudukan sebagai boru dalam pelaksanaan adat tersebut juga memiliki peran sebagai penerima beras. Beras tersebut dimasukkan di dalam tandok yaitu berupa wadah yang terbuat dari anyaman bayon (pandan). Tandok ini akan dijunjung diatas kepala oleh kaum ibu sebagai persembahan sambil manortor atau menari. Dalam acara pesta perkawinan Batak Toba biasanya tandok yang berisi beras tersebut merupakan persembahan yang dibawa pihak keluarga dari pengantin perempuan/parboru atau para pihak yang menjabat sebagai hula-hula dalam pesta. Foto 4.3 Para ibu yang membawakan tandok pada pesta adat Batak Sumber: Dokumentasi Pribadi 100

68 Foto 4.4 Para boru yang memasukkan beras kedalam karung Sumber: Dokumentasi Pribadi Para ibu-ibu sebagai boru dalam pesta itu merupakan orang 20 yang akan menerima tandok yang berisi beras tersebut dan memasukkannya ke dalam karung beras yang telah disediakan. Setelah mereka memasukkan beras ke dalam karung maka mereka juga sekaligus memberikan ulak ni tandok/ kembalian dari beras tersebut kepada pembawa tandok yang biasanya berupa potongan daging Pemberi Amplop (Pasahat Piso-Piso) Pada pelaksanaan pesta adat perkawinan Batak Toba tepatnya ketika acara mangulosi berlangsung maka yang memberikan ulos dan menyampirkannya pada pengantin adalah rombongan hula-hula serta tulang. Dalam kegiatan pemberian ulos / pasahat ulos tersebut maka boru dari pihak pengantin laki-laki (paranak) akan memberikan sejumlah uang kepada para rombongan hula-hula beserta 20 (akses 8 mei 2017) 101

69 rombongan tulang. Uang itu biasanya dibuat didalam amplop, yang membagikan amplop tersebut biasanya saudara ipar dari pengantin laki-laki yang menjabat sebagai menantu (hela) dalam keluarga mereka. Pemberian amplop/ pasahat pisopiso dilakukan setelah pihak hula-hula dan tulang menyampirkan ulos kepada pengantin. Amplop yang berisi uang tersebut dikasih sebagai ganti dari pada ulos yang telah diberikan hula-hula dan tulang kepada pengantin. Foto 4.5 Acara mangulosi/menyampirkan ulos kepada pengantin Sumber: Dokumentasi Pribadi 102

70 Foto 4.6 Pemberian amplop oleh pihak boru kepada pemberi ulos Sumber: Dokumentasi Pribadi Siap Sedia Diperintah Raja Parhata/Protokol Salah satu yang juga merupakan tugas dan tanggung jawab seseorang yang menjabat sebagai boru didalam suatu pesta adat perkawinan Batak Toba adalah mereka harus selalu siap sedia jika diperintah oleh Raja Parhata. Raja parhata merupakan protokol sekaligus menjabat sebagai dongan tubu dalam pesta tersebut. Boru yang dimaksud dalam hal ini adalah orang yang berkedudukan sebagai hela atau menantu didalam keluarga pengantin pada pesta tersebut. Boru ini posisinya duduk atau berada disamping protokol atau raja parhata, ia akan melaksanakan tugasnya sebaik mungkin sesuai dengan posisinya dan arahan dari protokol. Tugas yang diperankan tersebut diantaranya adalah menghantarkan microphone dan daftar hulal-hula serta daftar tulang kepada pihak hula-hula ni 103

71 paranak (pengantin laki-laki). Selain itu boru tersebut juga bertugas untuk menghantarkan pinggan panungkunan 21. Foto 4.7 Suasana ketika Boru mengantarkan microphone Sumber: Dokumentasi Pribadi 21 Pinggan panungkunan merupakan piring yang didalamnya ada beras, daun sirih, sepotong daging (tanggo-tanggo) dan uang 4 lembar. 104

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Adat istiadat merupakan konsepsi pemikiran yang lahir sebagai rangkaian pemikiran manusia yang bersumber dari hakikat kemajuan akalnya. Sebelumnya disebut bahwa adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa penting tersebut dikaitkan dengan upacaraupacara yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua manusia yang ada di dunia ini pasti memiliki kebudayaan tersendiri. Keduanya tidak mungkin dipisahkan,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. selamatan dan hajatan. Dalam pelaksanaan hajatan dan selamatan tersebut

BAB V PENUTUP. selamatan dan hajatan. Dalam pelaksanaan hajatan dan selamatan tersebut BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kehidupan masyarakat Jawa di Dusun Jatirejo tidak dapat dilepaskan dari serangkaian kegiatan upacara yang berkaitan dengan siklus daur hidup, dimana dalam siklus daur hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN HASIL WAWANCARA Informan I Nama : Manimbul Hutauruk Tanggal Wawancara : 31 Januari 2015 Tempat : Rumah Bapak Manimbul Hutauruk Waktu : Pukul 13.00 WIB 1. Berapa lama anda tinggal di Desa Hutauruk?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam adat Batak Toba, penyatuan dua orang dari anggota masyarakat melalui perkawinan tidak bisa dilepaskan dari kepentingan kelompok masyarakat bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat lebih dari 500 etnis di Indonesia (Suryadinata, 1999). Suku Batak merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS Salah satu adat perkawinan di Paperu adalah adat meja gandong. Gandong menjadi penekanan utama. Artinya bahwa nilai kebersamaan atau persekutuan atau persaudaraan antar keluarga/gandong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku memiliki bahasa daerah tersendiri yang membedakan bahasa suku yang satu dengan bahasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin meningkat membuat kebutuhan dan. keinginan manusia terhadap makanan semakin bervariasi.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin meningkat membuat kebutuhan dan. keinginan manusia terhadap makanan semakin bervariasi. I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin meningkat membuat kebutuhan dan keinginan manusia terhadap makanan semakin bervariasi. Untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simalungun merupakan salah satu suku dengan ragam keunikan yang dimiliki, tanah yang subur, masyarakat yang ramah dan lemah lembut. Memiliki kekayaan warisan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu suku yang dapat ditemui di Sumatera bagian Utara yang ber-ibukota Medan.

BAB I PENDAHULUAN. satu suku yang dapat ditemui di Sumatera bagian Utara yang ber-ibukota Medan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pulau Sumatera merupakan salah satu pulau terbesar di Indonesia dan memiliki penduduk dengan beraneka ragam suku. Suku Batak merupakan salah satu suku yang dapat ditemui

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan menjadi identitasnya masing-masing. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki beragam kebudayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang memiliki kebiasaan, aturan, serta norma yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan IMPLEMENTASI NILAI GOTONG-ROYONG DAN SOLIDARITAS SOSIAL DALAM MASYARAKAT (Studi Kasus pada Kegiatan Malam Pasian di Desa Ketileng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada BAB II GAMBARAN UMUM PENGRAJIN ROTAN DI LINGKUNGAN X KELURAHAN SEI SIKAMBING D MEDAN 2.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 2.1.1 Letak Geografis Kelurahan Sei Sikambing D merupakan salah satu kelurahan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa pulau-pulau besar, yang salah satunya adalah Pulau Jawa yang merupakan pulau besar yang ada di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Angkola sampai saat ini masih menjalankan upacara adat untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi masyarakat Angkola. Pada

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Perkawinan adalah Anugrah dari pemberian Allah Tuhan kita yang terwujud/terbentuk dalam suatu ikatan lahir batin dari hubungan antara Suami dan Isteri (kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang terkenal akan keanearagaman budaya yang dimiliki setiap suku bangsa yang mendiami wilayahnya. Kemajemukan Indonesia tercermin

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI NILAI PERSATUAN DALAM BERGOTONG ROYONG DI MASYARAKAT DESA

IMPLEMENTASI NILAI PERSATUAN DALAM BERGOTONG ROYONG DI MASYARAKAT DESA IMPLEMENTASI NILAI PERSATUAN DALAM BERGOTONG ROYONG DI MASYARAKAT DESA (Studi Kasus pada Kegiatan Sambatan di Desa Sendangrejo Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora) NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dapat menetap dalam jangka waktu lama. Setiap lingkungan tempat tinggal

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dapat menetap dalam jangka waktu lama. Setiap lingkungan tempat tinggal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu menginginkan lingkungan tempat tinggal yang memungkinkan dirinya dapat menetap dalam jangka waktu lama. Setiap lingkungan tempat tinggal diharapkan

Lebih terperinci

PELUANG USAHA WARUNG MAKAN PRASMANAN

PELUANG USAHA WARUNG MAKAN PRASMANAN PELUANG USAHA WARUNG MAKAN PRASMANAN Nama NIM Kelas Yusuf Akhsan Hidayat 11.11.5284 11 S1TI 10 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 ABSTRAK Isi dalam karya ilmiah yang saya susun ini adalah tentang usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal tersebut dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola perilaku masyarakat. Perilaku ini tercermin dari perilaku individu selaku anggota masyarakat. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dekke naniarsik (ikan mas arsik) atau dekke naniura. Dekke dalam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Dekke naniarsik (ikan mas arsik) atau dekke naniura. Dekke dalam bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa pastinya memiliki perayaan-perayaan adatnya masingmasing. Dalam setiap perayaan adat tersebut satu hal yang tidak dapat ditinggalkan adalah adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan, serta berbagai peristiwa lainnya ternyata banyak ragamnya. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan, serta berbagai peristiwa lainnya ternyata banyak ragamnya. Bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tradisi yang berkaitan dengan peristiwa kelahiran, kematian dan perkawinan, serta berbagai peristiwa lainnya ternyata banyak ragamnya. Bagi masyarakat Jawa berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendiami daerah Simalungun begitu juga dengan yang lainnya. marga, dimana menghubungkan dua pihak yakni pihak parboru atau sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mendiami daerah Simalungun begitu juga dengan yang lainnya. marga, dimana menghubungkan dua pihak yakni pihak parboru atau sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batak merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia yang mana sebagian besar bermukim di Sumatera Utara. Suku yang dikategorikan sebagai Batak yaitu Batak Toba, Batak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak.

BAB I PENDAHULUAN. istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hula - hula dalam adat Batak Toba adalah keluarga laki-laki dari pihak istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. Hula - hula merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan budaya Indonesia mengalami pasang surut, pada awalnya, Indonesia sangat banyak mempunyai peninggalan budaya dari nenek moyang kita terdahulu, hal

Lebih terperinci

Draft Pertanyaan Strategi Adaptasi Petani Pemilik Lahan Terbatas

Draft Pertanyaan Strategi Adaptasi Petani Pemilik Lahan Terbatas Draft Pertanyaan Strategi Adaptasi Petani Pemilik Lahan Terbatas I. Data pribadi informan kunci 1. Nama : 2. Jenis kelamin : 3. Usia : 4. Status perkawinan : 5. Suku : 6. Agama : 6. Jumlah anak : 7. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK

BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK 4.1 Lama Tinggal Pada umumnya, penduduk bertempat tinggal di suatu daerah mulai dari lahir sampai dewasa. Akan tetapi ada juga penduduk yang tinggal dari lahir sampai setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. emosional orang lain, perasaan yang sama dengan apa yang dirasakan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. emosional orang lain, perasaan yang sama dengan apa yang dirasakan orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Empati merupakan respon afektif yang berasal dari pemahaman kondisi emosional orang lain, perasaan yang sama dengan apa yang dirasakan orang lain. Empati adalah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( ) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1998-2005) 2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam Kecamatan Ajibata merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah

Lebih terperinci

Hasil Wawancara. Pertanyaan ditujukan kepada konsumen Waroeng Spesial Sambal

Hasil Wawancara. Pertanyaan ditujukan kepada konsumen Waroeng Spesial Sambal Hasil Wawancara Pertanyaan ditujukan kepada konsumen Waroeng Spesial Sambal Pertanyaan berdasarkan empathy : 1. Apa perasaan anda saat pertama kali melihat poster garansi kekecewaan ini? 2. Apakah menurut

Lebih terperinci

BAB III DAMPAK DAN USAHA MENGATASI FENOMENA SEKKUSU SHINAI SHOKOGUN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT JEPANG

BAB III DAMPAK DAN USAHA MENGATASI FENOMENA SEKKUSU SHINAI SHOKOGUN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT JEPANG BAB III DAMPAK DAN USAHA MENGATASI FENOMENA SEKKUSU SHINAI SHOKOGUN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT JEPANG Seperti halnya masalah sosial lainnya, fenomena Sekkusu shinai shokogun ini turut memberi dampak

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO. 42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi 1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pelanggaran kawin sasuku pada masyarakat Minangkabau dianggap sebagai perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi lokasi penelitian ini terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya. Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki moto atau semboyan Bhineka Tunggal Ika, artinya yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun pada hakikatnya bangsa

Lebih terperinci

2015 PENGARUH BUDAYA K-POP TERHADAP NASIONALISME REMAJA

2015 PENGARUH BUDAYA K-POP TERHADAP NASIONALISME REMAJA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, negara-negara di dunia sedang mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam berbagai hal. Perkembangan yang pesat ini kerap kali disebut globalisasi.

Lebih terperinci

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG Bangsa Indonesia yang merupakan negara kepulauan, memiliki beraneka ragam suku bangsa dan budaya. Masing-masing budaya memiliki adat-istiadat, kebiasaan, nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang menggambarkan ciri khas daerah tersebut. Seperti halnya Indonesia yang banyak memiliki pulau,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan aset dari kebudayaan nasional adalah bersumber dari puncak-puncak terindah, terhalus, terbaik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai perbedaan latar belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam ciri-ciri fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan pusat pemukiman dan kegiatan masyarakat, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan pusat pemukiman dan kegiatan masyarakat, memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan pusat pemukiman dan kegiatan masyarakat, memiliki batasan wilayah administrasi yang sifatnya non agraris, orang-orang didalamnya bersifat individualis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang terdiri dari banyak suku, bangsa, adat istiadat, agama, bahasa, budaya, dan golongan atas dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman budaya, suku dan kesenian yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kesehatan, padahal makanan juga bisa dilihat dari sudut pandang budaya.

I. PENDAHULUAN. dan kesehatan, padahal makanan juga bisa dilihat dari sudut pandang budaya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan dianggap penting karena merupakan bagian terbesar dari proses kelangsungan hidup manusia. Selama ini, makanan hanya dikaji dari aspek gizi dan kesehatan,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA Adat bagi masyarakat Batak Toba merupakan hukum yang harus dipelihara sepanjang hidupnya. Adat yang diterima

Lebih terperinci

BAB II PERANCANGAN MEDIA PROMOSI KULINER TRADISIONAL ACEH

BAB II PERANCANGAN MEDIA PROMOSI KULINER TRADISIONAL ACEH BAB II PERANCANGAN MEDIA PROMOSI KULINER TRADISIONAL ACEH 2.1 Kuliner Tradisional Masakan Tradisional adalah kegiatan manusia dalam menciptakan makanan dengan cara dan kebiasaan yang dilakukan turun temurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rempah-rempah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan kebutuhan manusia di dunia. Kehidupan masyarakat Indonesia pun sangat dekat dengan beragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

USAHA RUMAH MAKAN. bisnis rumah makan, Sebelum anda menginvestasikan. waktu anda untuk belajar tentang

USAHA RUMAH MAKAN. bisnis rumah makan, Sebelum anda menginvestasikan. waktu anda untuk belajar tentang Tugas lingkungan bisnis Nama : Vicky Niyanda Libriyanto NIM : 10.12.4419 Kelas : S1-SI-2A USAHA RUMAH MAKAN Rumah makan dapat diartikan sebagai suatu tempat yang menyediakan atau menjual makanan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, berinteraksi, bermasyarakat dan menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Masalah. Modernisasi telah membawa arus perubahan besar terhadap cara pandang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Masalah. Modernisasi telah membawa arus perubahan besar terhadap cara pandang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Modernisasi telah membawa arus perubahan besar terhadap cara pandang manusia ke arah yang lebih rasional. Perubahan arus yang begitu kencang yang ditandai

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN KUNCI

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN KUNCI PEDOMAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN KUNCI Pemilik Rumah Makan A. Biodata Informan 1. Nama : Marnita 2. Umur : 36 tahun 3. Jenis Kelamin : Perempuan 4. Status : Sudah Menikah 5. Daerah Asal : Pariaman 6. Alamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih dulu telah merdeka bahkan jauh sebelum indonesia merdeka.

BAB I PENDAHULUAN. lebih dulu telah merdeka bahkan jauh sebelum indonesia merdeka. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan sebuah bangsa yang terdiri dari beribu-ribu pulau dan berbagai macam suku bangsa yang ada di dalamnya serta berbagai ragam budaya yang menjadi

Lebih terperinci

BAB III KAUM MUDA PARUH WAKTU DAN GAYA HIDUP MODERN. banyak kaum muda yang masih berstatus sebagai mahasiswa bekerja paruh waktu dengan

BAB III KAUM MUDA PARUH WAKTU DAN GAYA HIDUP MODERN. banyak kaum muda yang masih berstatus sebagai mahasiswa bekerja paruh waktu dengan BAB III KAUM MUDA PARUH WAKTU DAN GAYA HIDUP MODERN Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tujuan kaum muda melakukan pekerjaan paruh waktu dan mengetahui dampak pekerjaan paruh waktu tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan masyarakat. Keberagaman tersebut mendominasi masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan masyarakat. Keberagaman tersebut mendominasi masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat di Indonesia sangat beragam, mulai dari keberagaman suku, ras, agama, pekerjaan, jenis kelamin, dan warna kulit, hal tersebut tidak menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Informasi merupakan suatu hal terpenting dalam kehidupan. Banyak cara untuk mendapatkan informasi, melalui media televisi maupun radio. Majalah dan koran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rempah-rempah merupakan kekayaan budaya nasional sejak dahulu kala. Kehidupan masyarakat Indonesia pun sangat dekat dengan beragam rempah-rempah yang disediakan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut menghasilkan berbagai macam tradisi dan budaya yang beragam disetiap

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut menghasilkan berbagai macam tradisi dan budaya yang beragam disetiap BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Indonesia adalah Negara majemuk dimana kemajemukan tersebut mengantarkan Negara ini kedalam berbagai macam suku bangsa yang terdapat didalamnya. Keaneka ragaman suku

Lebih terperinci

BAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR

BAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR BAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR Setelah mempelajari lebih lanjut mengenai hal-hal yang terkandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu hal yang suci, karena itu selalu diusahakan agar dapat berjalan

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu hal yang suci, karena itu selalu diusahakan agar dapat berjalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi masyarakat Batak Toba pesta perkawinan menurut adat sebenarnya adalah suatu hal yang suci, karena itu selalu diusahakan agar dapat berjalan menurut semestinya,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI Dalam bab ini berisi tentang analisa penulis terhadap hasil penelitian pada bab III dengan dibantu oleh teori-teori yang ada pada bab II. Analisa yang dilakukan akan

Lebih terperinci

Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan. nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian

Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan. nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian wilayah, sekaligus mengidentifikasikan perubahan

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. tengah-tengah masyarakat. Interaksi sosial hanya dapat terjadi bila antara dua

BAB V. Penutup. tengah-tengah masyarakat. Interaksi sosial hanya dapat terjadi bila antara dua BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan Selain sebagai mahluk individu, manusia juga merupakan mahluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain demi memenuhi segala kebutuhan hidupnya guna dapat bertahan hidup.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA TENTANG TOLONG MENOLONG SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAARUN NAJAAH JERAKAH TUGU SEMARANG

BAB IV ANALISIS DATA TENTANG TOLONG MENOLONG SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAARUN NAJAAH JERAKAH TUGU SEMARANG BAB IV ANALISIS DATA TENTANG TOLONG MENOLONG SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAARUN NAJAAH JERAKAH TUGU SEMARANG A. Analisis tolong menolong santri dalam aspek kebersihan. Setelah dipaparkan data hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Satuan pendukung kebahasaannya meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan semakin berkembangnya cara berfikir masyarakat pada masa sekarang ini. Ternyata tak jarang juga dapat menyebabkan berubahnya pola pikir masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batak Angkola bermukim di daerah Tapanuli Bagian Selatan yang merupakan. Etnis Angkola bekerja sebagai petani dan beragama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Batak Angkola bermukim di daerah Tapanuli Bagian Selatan yang merupakan. Etnis Angkola bekerja sebagai petani dan beragama Islam. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera Utara. Nama Batak Merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasi beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10 BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH Orang Batak Toba sebagai salah satu sub suku Batak memiliki perangkat struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan dari nenek moyang. Struktur

Lebih terperinci

Desa Ngijo yang berjumlah 87 responden. a. Umur dan Jenis Kelamin Responden. (41,38 persen). Umur responden adalah sebagai berikut:

Desa Ngijo yang berjumlah 87 responden. a. Umur dan Jenis Kelamin Responden. (41,38 persen). Umur responden adalah sebagai berikut: 74 1. Karakteristik Responden Responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Penjual Jasa yang berada di sekitar tempat pariwisata Sondokoro Desa Ngijo yang berjumlah responden. a. Umur dan Jenis

Lebih terperinci

BISNIS RUMAH MAKAN STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Muhamad Amirudin Fauzi / S1TI2M

BISNIS RUMAH MAKAN STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Muhamad Amirudin Fauzi / S1TI2M BISNIS RUMAH MAKAN Oleh : Muhamad Amirudin Fauzi 10.11.4479 / S1TI2M STMIK AMIKOM YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan dan keinginan serta nilai kualitas jasa sangat ditentukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Pengertian perilaku bertanggung jawab Menurut Adiwiyoto (2001: 2)

BAB II KAJIAN TEORETIS. Pengertian perilaku bertanggung jawab Menurut Adiwiyoto (2001: 2) 4 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakikat Perilaku Tanggung Jawab Pengertian perilaku bertanggung jawab Menurut Adiwiyoto (2001: 2) Dalam bukunya melatih anak bertanggung jawab, arti tanggung jawab adalah mengambil

Lebih terperinci

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN 5. Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB Proses sosialisasi nilai kerja pertanian dilihat dari pernah tidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut. BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang multikultural, hal ini terbukti dengan banyaknya suku bangsa di Indonesia yang mempunyai budaya berbedabeda. Perbedaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Pikiran dan perasaan akan terwujud apabila manusia menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dengan karakter, budaya, dan tradisi yang berbeda beda. Ada suku Jawa

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dengan karakter, budaya, dan tradisi yang berbeda beda. Ada suku Jawa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa dengan karakter, budaya, dan tradisi yang berbeda beda. Ada suku Jawa yang termasuk suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang bermakna, bukan sekedar dalam kata-kata, ia meliputi kepercayaan, nilai-nilai dan norma,

Lebih terperinci