DI SEKITAR GIGI MOLAR KETIGA BERDASARKAN STATUS HORMONAL WANITA USIA TAHUN PADA MAHASISWA KEPERAWATAN GIGI POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA
|
|
- Hengki Iskandar
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 GAMBARAN GINGIVA DI SEKITAR GIGI MOLAR KETIGA BERDASARKAN STATUS HORMONAL WANITA USIA TAHUN PADA MAHASISWA KEPERAWATAN GIGI POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA Hadiyat miko 1, Cahyo Nugroho 2 1 Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya address: Hadiyatmiko@yahoo.com Abstrak Tubuh manusia banyak didapati hormon yang mengatur metabolisme tubuh, diantaranya adalah estrogen dan androgen yang dikenal sebagai hormon seks dimorfisma, yang juga sebagai pengatur homeostatis tulang. Estrogen dan androgen berhubungan dengan beberapa kondisi yaitu seperti masa pubertas. Gangguan yang terjadi pada kedua hormon tersebut merupakan efek dari tidak adanya keseimbangan hormon tersebut. Hormon estrogen dan androgen menunjukkan gangguan klinis meliputi gingivitis, pembesaran gingiva dan kerusakan tulang alveolar. Wanita memiliki keseimbangan hormon tersebut terlibat sebagai faktor modifikasi dalam patogenesis penyakit periodontal. Oleh karena itu, maka terdapat hubungan antara perubahan level hormon seks dan variasi dalam derajat peradangan gingiva. Beberapa kasus menunjukkan peningkatan peradangan gingiva pada anak di masa pubertas tanpa ada perubahan pada level plak. Gejala yang ditunjukkan yaitu peradangan, perubahan warna merah kebiruan, edema serta hasil pembesaran gingiva dari faktor lokal yang biasanya akan memperoleh respon gingiva yang relatif ringan (Purwanto, 2011). Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimanakah gambaran gingiva di sekitar gigi molar ketiga berdasarkan status hormonal wanita usia tahun pada mahasiswa Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana dengan pendekatan observasi serta pengumpulan data sekaligus pada suatu kurun waktu yang bersamaan (Notoatmodjo 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah wanita usia tahun yang berada pada asrama putri keperawatan gigi Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya yang berjumlah sebanyak 94 wanita. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswi keperawatan gigi dengan kriteria inklusi : 1) Wanita sedang dan sudah erupsi gigi molar ketiga 2) Wanita usia tahun mahasiswa Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya 3)Wanita sedang dalam post menstruasi. Hasil penelitian atas menunjukkan bahwa peradangan pada gingiva pada fase H+24 paling banyak mengalami peradangan (56,3), pada H+24 merupakan masa puncak produksi hormon progesteron dan pada waktu tersebut wanita banyak mengalami ketidakstabilan pada emosinya dan sering mengalami gingiva terasa bengkak. Kemudian peradangan paling banyak kedua dialami pada H Menstruasi (28,1) merupakan masa peluruhan dinding rahim yang biasanya wanita banyak mengeluh merasakan gusi terasa tidak nyaman. Kesimpulan Peradangan gingiva molar ketiga pada responden penelitian menunjukkan sebagian besar mengalami inflamasi. Inflamasi ini selain faktor hormonal (estrogen dan progesteron) ditunjang pula oleh faktor sikap mengenai menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut. Gambaran peradangan gingiva di sekitar gigi molar ketiga terjadi pada sebagian (35,5) perempuan. Peradangan lebih banyak dirasakan oleh perempuan pada saat siklus berada pada hari H pertama peluruhan dinding rahim, yaitu ketika hormon estrogen berada dalam puncak produksi. Peradangan paling banyak dirasakan perempuan pada siklus hormonal H+24 ketika produksi hormon progesteron berada pada puncak produksinya. Kata Kunci: gingival, gigi molar, Hormonal 5
2 PENDAHULUAN Wanita biasanya akan mengalami masa menopause pada usia diatas 40 tahun. Masa ini merupakan akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon estrogen. Setelah penurunan hormon estrogen pada usia diatas 40 tahun, wanita akan mengalami masa berhentinya hormon estrogen pada usia antara tahun yang disebut ooporopause (Foltasova 2015). Purwanto (2011) mengatakan bahwa dalam tubuh manusia banyak didapati hormon yang mengatur metabolisme tubuh, diantaranya adalah estrogen dan androgen yang dikenal sebagai hormon seks dimorfisma, yang juga sebagai pengatur homeostatis tulang. Estrogen dan androgen berhubungan dengan beberapa kondisi yaitu seperti masa pubertas. Gangguan yang terjadi pada kedua hormon tersebut merupakan efek dari tidak adanya keseimbangan hormon tersebut. Hormon estrogen dan androgen menunjukkan gangguan klinis meliputi gingivitis, pembesaran gingiva dan kerusakan tulang alveolar. Wanita memiliki keseimbangan hormon tersebut terlibat sebagai faktor modifikasi dalam patogenesis penyakit periodontal. Oleh karena itu, maka terdapat hubungan antara perubahan level hormon seks dan variasi dalam derajat peradangan gingiva. Beberapa kasus menunjukkan peningkatan peradangan gingiva pada anak di masa pubertas tanpa ada perubahan pada level plak. Gejala yang ditunjukkan yaitu peradangan, perubahan warna merah kebiruan, edema serta hasil pembesaran gingiva dari faktor lokal yang biasanya akan memperoleh respon gingiva yang relatif ringan (Purwanto, 2011). Aditya dan Wibisono (2010) mengatakan bahwa masa remaja adalah suatu fase kehidupan manusia dari kanak-kanak menuju dewasa. Pada masa remaja terjadi perubahan lebih lanjut pada rongga mulut, yaitu tumbuhnya gigi molar ketiga. Telah tumbuhnya gigi molar ketiga menandakan bahwa seseorang telah dewasa. Tumbuhnya gigi molar ketiga dapat menyempurnakan proses oklusi. Namun pada masa sekarang banyak gigi molar ketiga yang tidak tumbuh ataupun tumbuh dengan tidak sempurna dan justru menyebabkan gangguan. Gangguan erupsi molar ketiga merupakan gangguan umum yang terjadi di negara-negara dengan standar kehidupan yang tinggi. Indonesia yang merupakan negara berkembang tidak luput dari masalah gangguan erupsi gigi molar ketiga. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya angka kejadian impaksi dan perikoronitis sebagai akibat dari gangguan pertumbuhan gigi molar ketiga. Penulis mengalami pertumbuhan molar ketiga normal namun baru sebagian mahkota. Penulis beberapa kali merasakan sakit dan gingiva di sekitar molar ketiga terasa bengkak dan berwarna merah. Rasa sakit pertama kali mucul pada saat awal pertumbuhan molar ketiga. Bahkan rasa sakit mengganggu ketika membuka mulut dan mengunyah makanan selama beberapa hari. Kemudian penulis tidak lagi merasakan sakit di tempat yang sama. Namun pada beberapa waktu kemudian rasa sakit dan terasa bengkak muncul kembali di tempat yang sama padahal tidak ditemukan adanya kerusakan gigi pada gigi molar ketiga. Penulis merasakan sakit pada sekitar gigi molar ketiga pada waktu-waktu tertentu. Namun sakit terasa tidak secara terus-menerus. Gingiva di sekitar molar ketiga juga kerap berwarna merah menyala seperti tanda gingiva tidak sehat. Ketika menggosok gigi, gingiva di bagian paling belakang terasa sakit bila tertekan sikat gigi. Penulis juga mendapatkan informasi dari beberapa dokter gigi yang menyatakan bahwa dalam pengalamannya selama menjadi dokter gigi telah menemukan hampir semua pasien yang mengeluh sakit pada daerah molar ketiga adalah pasien wanita, dan belum pernah menemukan keluhan yang sama dari pasien lakilaki. Setelah melakukan survey awal pada 10 responden wanita usia antara tahun, penulis menemukan 10 wanita tersebut mengalami sakit pada saat awal erupsi gigi molar ketiga. Responden merasakan nyeri pada gingiva dan jaringan di sekitar gigi molar ketiga. Responden juga menyebutkan bahwa rasa sakit timbul bukan hanya ketika awal erupsi saja, melainkan setelah erupsi pun masih sering menimbulkan rasa sakit dan pembengkakan. Survey juga dilakukan pada 10 laki-laki yang menyatakan nyeri hanya dirasakan ketika masa pertumbuhan molar ketiga saja. Rasa sakit ini juga sebagian dirasakan oleh pria, namun pada pria biasanya rasa sakit hanya muncul ketika awal erupsi saja. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis bermaksud untuk menemukan jawaban tentang hubungan hormonal wanita usia tahun terhadap status gingiva di sekitar gigi molar ketiga. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana dengan pendekatan observasi serta pengumpulan data sekaligus pada suatu kurun waktu yang bersamaan (Notoatmodjo 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi usia tahun keperawatan gigi Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya yang berjumlah sebanyak 94 wanita. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswi keperawatan gigi dengan kriteria inklusi : 1) Wanita sedang dan sudah erupsi gigi molar ketiga 2) Wanita usia tahun mahasiswa Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya 3)Wanita sedang dalam post menstruasi. Alat yang dipakai dalam penelitian adalah sebagai berikut:diagnostic set (sonde, eksavator, 6
3 pinset, kaca mulut), Nier beiken, gelas kumur, lembar status, alat tulis, ember. Bahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah kapas, cotton roll dan alcohol. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada hari ke 14 setelah fase menstruasi, hari ke 24 setelah fase menstruasi, dan ketika fase menstruasi. Penelitian ini dilakukan tiga kali pada setiap sampel dengan pemeriksaan gambaran gingiva dengan menggunakan checklist terhadap pemeriksaan peradangan Analisa data adalah suatu proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipahami, yaitu berupa informasi mengenai gambaran gingiva di sekitar gigi molar ketiga berdasarkan status hormonal wanita usia tahun pada mahasiswa Keperawatan Ggi Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya dengan menggunakan tabel Distribusi Frekuensi. HASIL Tabel 1. Subjek Penelitian berdasarkan umur No Golongan Presentase Umur Frekuensi (Tahun) () , , , , , , ,3 Jumlah Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukan bahwa sebagain besar mahasiswi keperawatan gigi berusia 21 tahun (46,7) yang sudah atau sedang mengalami erupsi gigi molar ketiga dan sedang dalam masa kesuburan. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Sampel Penelitian Berdasarkan Keadaan Gingiva Keadaan Persentase No Jumlah Gingiva () 1 Peradangan 32 35,5 2 Tidak ada Peradangan 58 64,5 Jumlah Berdasarkan tabel 2 3 menunjukan bahwa keadaan gingiva di sekitar gigi molar ketiga berdasarkan status hormonal pada mahasiswi Keperawatan Gigi Tasikmalaya sebagian (35,5) mengalami peradangan, dan sebagian besar (64,5) tidak mengalami peradangan. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Sampel Penelitian Keadaan Gingiva di Sekitar Gigi Molar Ketiga Berdasarkan Status Hormonal Wanita NO Fase Menstruas i Kondisi Gingiva di sekitar gigi molar ketiga Peradanga n 1 H 9 28,1 2 H ,6 Tidak ada peradanga n 21 36, ,1 3 H , ,7 Jumla h Berdasarkan tabel 3 di atas menunjukkan bahwa peradangan pada gingiva pada fase H+24 paling banyak mengalami peradangan (56,3), pada H+24 merupakan masa puncak produksi hormon progesteron dan pada waktu tersebut wanita banyak mengalami ketidakstabilan pada emosinya dan sering mengalami gingiva terasa bengkak. Kemudian peradangan paling banyak kedua dialami pada H Menstruasi (28,1) merupakan masa peluruhan dinding rahim yang biasanya wanita banyak mengeluh merasakan gusi terasa tidak nyaman. PEMBAHASAN Penelitian dilakukan pada mahasiswi Keperawatan Gigi Poltekkes Tasikmalaya dengan sasaran berjumlah 30 orang wanita. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 4 Maret 2016 hingga 20 Mei 2016 dengan dibantu 3 orang mahasiswa tingkat III Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Tasikmalaya yang sebelumnya dilakukan kalibrasi. Standar internasional mengansumsikan bahwa wanita berada pada tahun reproduksi ketika berusia antara tahun. Puncak kesuburan wanita terletak pada usia tahun, karena pada usia tersebut hormon berada pada puncak kestabilan. Siklus menstruasi juga menjadi lebih teratur. Saat fase ovulasi, tubuh wanita akan memproduksi hormon-hormon dengan jumlah yang meningkat, terutama hormon estrogen. Pendapat Foltasova (2015) ini sesuai dengan hasil penelitian ini dimana sebagian besar mahasiswi di keperawatan gigi berusia tahun. Peneliti berpendapat bahwa penelitian ini dapat dilakukan di lingkungan kampus keperawatan gigi karena sebagian besar terdiri dari mahasiswi yang berada pada usia yang merupakan sedang dalam puncak kesuburan. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata masa subur wanita berada pada rentang usia tahun yang juga merupakan masa erupsi gigi molar ketiga yang tidak 7
4 sedikit ditemukan disertai dengan masalah peradangan pada operkulum dan perikoronanya. Masa remaja adalah suatu fase kehidupan manusia dari kanak-kanak menuju dewasa, pada masa remaja terjadi perubahan lebih lanjut pada rongga mulut, yaitu tumbuhnya gigi molar ketiga. Telah tumbuhnya gigi molar ketiga menandakan bahwa seseorang telah dewasa. Tumbuhnya gigi molar ketiga dapat menyempurnakan proses oklusi. Namun pada masa sekarang banyak gigi molar ketiga yang tidak tumbuh ataupun tumbuh dengan tidak sempurna dan justru menyebabkan gangguan. Gangguan erupsi molar ketiga merupakan gangguan umum yang terjadi di negara-negara dengan standar kehidupan yang tinggi. Indonesia yang merupakan negara berkembang tidak luput dari masalah gangguan erupsi gigi molar ketiga. Erupsi molar yang tidak sesuai tempat terbukti dengan banyaknya angka kejadian impaksi dan perikoronitis sebagai akibat dari gangguan pertumbuhan gigi molar ketiga. Jurnal penelitian yang dibuat oleh Aditya dan Wibisono (2010) tersebut sesuai dengan hasil yang ditemukan, yaitu ditemukannya hampir seluruh mahasiswi mengalami peradangan pada awal erupsi gigi molar ketiga dan beberapa diantaranya masih mengalami peradangan ketika siklus hormonal berada pada puncak produksi hormon estrogen dan progesteron. Tubuh manusia banyak menghasilkan hormon yang mengatur metabolisme tubuh, diantaranya adalah estrogen dan androgen yang dikenal sebagai hormon seks dimorfisma, yang juga sebagai pengatur homeostatis tulang. Estrogen dan androgen berhubungan dengan beberapa kondisi yaitu seperti masa pubertas. Gangguan yang terjadi pada kedua hormon tersebut merupakan efek dari tidak adanya keseimbangan hormon tersebut. Hormon estrogen dan androgen menunjukkan gangguan klinis meliputi gingivitis, pembesaran gingiva dan kerusakan tulang alveolar. Wanita memiliki keseimbangan hormon tersebut terlibat sebagai faktor modifikasi dalam patogenesis penyakit periodontal. Oleh karena itu, maka terdapat hubungan antara perubahan level hormon seks dan variasi dalam derajat peradangan gingiva. Beberapa kasus menunjukkan peningkatan peradangan gingiva pada anak di masa pubertas tanpa ada perubahan pada level plak. Nield-Gehrig & Willman (2008) mengatakan peningkatan kadar hormon endokrin selama usia pubertas dapat menyebabkan vasodilatasi sehingga meningkatnya sirkulasi darah pada jaringan gingiva dan kepekaan terhadap iritasi lokal, seperti biofilm plak bakteri yang mengakibatkan gingivitis pubertas. Arina (2008) mengatakan hormon seksual mempunyai peran penting pada fisiologi jaringan periodontal. Hormon seksual juga berpengaruh pada jaringan periodontal, perkembangan penyakit periodontal dan penyembuhan luka. Efek biologis estrogen diperantarai oleh reseptor estrogen. Beberapa penelitian telah dapat menunjukkan adanya reseptor estrogen pada jaringan rongga mulut. Jurnal penelitian yang dibuat Guncu mengatakan estrogen dan progesteron memiliki efek biologik signifikan yang dapat mempengaruhi sistem organ lain termasuk rongga mulut. Reseptor untuk estrogen dan progesteron telah dibuktikan ada dalam gingiva. Reseptor estrogen juga ditemukan pada fibroblast periosteal, tersebar fibroblas dari lamina propria dan juga fibroblas ligamen periodontal, serta osteoblas. Pendapat Purwanto (2011) dan para ahli tersebut ternyata sesuai dengan hasil penelitian yang menemukan bahwa perempuan lebih banyak mengalami peradangan gingiva dibandingkan dengan laki-laki khususnya di sekitar gigi molar ketiga pada saat yang berbeda-beda atau pada saat tertentu, yaitu pada berbagai siklus hormonalnya masing-masing. Hasil penelitian yang dilaksanakan pada mahasiswi Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya menunjukan adanya pengaruh antara hormonal wanita dengan terjadinya peradangan pada gingiva. Peneliti menentukan tempat penelitian di kampus tersebut karena keadaan kampus yang sesuai, yaitu kampus keperawatan gigi memiliki jumlah mahasiswi yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan mahasiswa laki-laki sehingga mudah untuk menemukan subyek penelitian yang sesuai dengan ketentuan penelitian yang diperlukan, yaitu perempuan yang sedang dalam usia kesuburuan dan sudah atau sedang erupsi gigi molar ketiga. Peneliti tinggal di lingkungan mahasiswi keperawatan gigi yang sudah memiliki pengetahuan cukup baik mengenai kesehatan gigi dan mulut. Peneliti sering menemukan keluhan dari temanteman perempuan yang sedang mengalami peradangan pada saat erupsi gigi bungsu. Pasien merasakan peradangan terjadi beberapa saat ketika erupsi sudah berlalu. Peneliti berpendapat dengan tingkat pengetahuan mahasiswi keperawatan gigi yang sudah cukup baik maka peradangan yang dirasakan bisa disebabkan oleh faktor lain selain dari tingkat kebersihan gigi dan mulut, yaitu bisa disebabkan oleh faktor hormonal wanita yang dijelaskan oleh beberapa para ahli. Peradangan terjadi dapat pula disebabkan oleh lupanya menggosok gigi sebelum tidur. Pengetahuan yang baik saja tidak cukup untuk mencegah terjadinya peradangan, harus pula dibarengi dengan sikap kesadaran mengenai cara menggosok gigi dan waktu menggosok gigi yang tepat. Peneliti berpendapat kita perlu menjaga dan memperhatikan kebersihan gigi dan mulut untuk mengurangi peradangan dan mencegah peradangan lebih lanjut. Pengetahuan yang cukup mengenai keadaan posisi gigi yang sedang erupsi juga harus diperhatikan untuk mengetahui solusi menangani peradangan yang terjadi. 8
5 KESIMPULAN Peradangan gingiva molar ketiga pada responden penelitian menunjukkan sebagian besar mengalami inflamasi. Inflamasi ini selain faktor hormonal (estrogen dan progesteron) ditunjang pula oleh faktor sikap mengenai menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut. Gambaran peradangan gingiva di sekitar gigi molar ketiga terjadi pada sebagian (35,5) perempuan. Peradangan lebih banyak dirasakan oleh perempuan pada saat siklus berada pada hari H pertama peluruhan dinding rahim, yaitu ketika hormon estrogen berada dalam puncak produksi. Peradangan paling banyak dirasakan perempuan pada siklus hormonal H+24 ketika produksi hormon progesteron berada pada puncak produksinya. DAFTAR PUSTAKA Adispati, 2009, Komplikasi Post Odontektomi Gigi Molar Ketiga Rahang Bawah Imaksi, Jurnal PDGI, 58 (2): Aditya, Wibisono, 2010, Perbedaan Status Erupsi Gigi Molar Ketiga Mandibula pada Penduduk Desa dan Kota, Skripsi FKG UNDIP, Semarang. Arina, 2008, Immunoekspresi Reseptor Estrogen α pada Poket Periodontal Lebih Banyak daripada Reseptor Estrogen β, Indonesian Journal of Dentistry FKG Universitas Jambi, Jember. Blakey, 2002, Periodontal Pathology Associatedd with Asymptomatic Third Molars, Journal of Oral and Maxillofacial Surgery, Vol.60. Corgel, 2006, Periodontal Therapy in the Female Patient,Carranza s Clinical Periodontology 10th Ed, Philadelphia. Dwipayanti, dkk., 2009, Komplikasi Post Odontektomi Gigi Molar Ketiga Rahang Bawah Impaksi, Jurnal PDGI, Vol.08, no.2, hal Firdaus, dkk., 2013, Gigi Molar Tiga sebagai Indikator Prakiraan Usia Kronologis pada Usia Tahun, Jurnal PDGI FKG UI, Jakarta. Foltasova, 2015, Third Molar as Age Marker in Adolescents Large Sample Sized Restrospective Study, Palacky University, Czech Republic. Giglio, dkk., 1994, Removing Third Molars on Plaque and Gingival Index and Gingival Bleeding Index, Journal of Oral and Maxillofacial Surgery, 52: Guncu, 2005, Effect of Endogenous Sex Hormones on the Periodontium Review of Interactive, Australian Dental Journal. Gursoy, 2012, Pregnancy and Periodontium, Medica-Odontologya, Finlandia. Harty & Ogston, 1995, Kamus Kedokteran Gigi, EGC, jakarta. Indryawati, 2007, Pengaruh Hormon Seksual terhadap Wanita, Universitas Guna Darma, Jakarta. Kesrepro, 2008, Kesehatan Reproduksi Indonesia, Kristiani, dkk., 2008, Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, Forum Komunikasi JKG Poltekkes se- Indonesia, Tasikmalaya. Notoatmojo, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Pedersen, 1996, Buku Ajar Praktis Bedah Mulut (Oral Surgery) Fd ke-1, EGC, Jakarta. Purwanto, 2011, Cermati Peran Estrogen dan Androgen pada Rongga Mulut, Putri, dkk., 2010, Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi, EGC, Jakarta. Rahayu, Odontektomi, Tatalaksana Gigi Bungsu Impaksi, Departemen Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut FK Universitas Kristen Indonesia. Rai, dkk., 2013, Pregnancy Gingivitis, Periodontitis and Its Systemic effect. RD Online Dental education, Sabilillah, 2010, Pengaruh Perubahan Hormonal pada Masa Pubertas terhadap Terjadinya Gingivitis, KTI, JKG Tasikmalaya. Sariningsih, 2014, Gigi Busuk dan Poket Periodontal Sebagai Fokus Infeksi, Elex Media Komputindo, Jakarta. Saryono, 2009, Biokimia Hormon, Nuha Medika, Yogyakarta , 2008, Biokimia Reproduksi, Mitra Cendikia, Yogyakarta. Trisnayanti, 2014, Status Penyakit Periodontal pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Rappang Kabupaten Sidrang, Skripsi FKG UH, Tasikmalaya. White, dkk., 2006, Cronic Oral Inflammation and the Progression of Periodontal Pathology in the Third Molar Region, Journal of Oral and Maxillofacial Surgery 64:880. Wikipedia, 2010, Hormon, Willmann, & Nield-Gehrig, 2008, Foundation of Periodontic for the Dental Hygienist, Lippicont Williams & Wilkins, Philadelphia. Winangun, 2011, Pengamatan Perikoronitis pada Molar 3 Bawah Impaksi Sebagian dengan 9
6 Ada atau Tidaknya Trauma Gigi Antagonis di RSCM, Thesis, UI, Jakarta. 10
BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perdarahan disertai pembengkakan, kemerahan, eksudat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gingivitis merupakan suatu penyakit berupa kelainan pada gingiva yang dapat menyebabkan perdarahan disertai pembengkakan, kemerahan, eksudat, perubahan kontur normal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan menutupi lingir (ridge) alveolar yang berfungsi melindungi jaringan di bawah pelekatan gigi terhadap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estetika merupakan salah satu tujuan dalam perawatan ortodontik dimana seseorang dapat memperbaiki estetika wajah yang berharga dalam kehidupan sosialnya (Monica,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perubahan mukosa rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan mukosa rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain perubahan kadar hormon seksual yang terjadi pada saat pubertas, kehamilan, menstruasi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehamilan merupakan sebuah peristiwa alamiah yang dialami setiap wanita yang telah berumah tangga atau telah melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis. Kehamilan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan dilalui oleh seorang wanita. Menopause merupakan fase terakhir pendarahan haid seorang wanita. Fase ini
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN PLAK DAN STATUS KESEHATAN GINGIVA IBU HAMIL DI PUSKESMAS PATUK
GAMBARAN PENGETAHUAN PLAK DAN STATUS KESEHATAN GINGIVA IBU HAMIL DI PUSKESMAS PATUK 1 2, 3 Winda Kurnia Utari, Dwi Suyatmi Almujadi Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Jln. Kyai Mojo
Lebih terperinciJurnal Care Vol.5, No2,Tahun 2017
177 HUBUNGAN KONSUMSI KALSIUM DAN ORAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN GINGIVITIS PADA IBU HAMIL DI DESA CURUNGREJO KECAMATAN KEPANJEN Titin Sutriyani D4 Kebidanan Universitas Tribhuwana Tunggadewi e-mail: titinsutriyani@gmail.com
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI PREVALENSI GINGIVITIS PADA IBU HAMIL TRIMESTER PERTAMA, KEDUA DAN KETIGA DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN
NASKAH PUBLIKASI PREVALENSI GINGIVITIS PADA IBU HAMIL TRIMESTER PERTAMA, KEDUA DAN KETIGA DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada
Lebih terperinciRata-rata nilai plak indeks (%)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian tentang gambaran kesehatan jaringan periodontal (plak indeks) pasien pra-pengguna gigi tiruan cekat menurut jenis kelamin di RSGM UMY pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik. Kesehatan ibu harus benar-benar dijaga agar janin yang dikandungnya sehat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa kehamilan merupakan masa yang selayaknya dipersiapkan dengan baik. Kesehatan ibu harus benar-benar dijaga agar janin yang dikandungnya sehat dan tidak mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penampilan mulut dan senyum dapat berperan penting dalam. penilaian daya tarik wajah dan memberikan kepercayaan diri terhadap
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penampilan mulut dan senyum dapat berperan penting dalam penilaian daya tarik wajah dan memberikan kepercayaan diri terhadap individu. Individu yang mengalami masalah
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN RESESI GUSI PADA KARYAWAN PABRIK KONVEKSI SYAHDIKA KAWALU KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015
HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN RESESI GUSI PADA KARYAWAN PABRIK KONVEKSI SYAHDIKA KAWALU KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015 Anie Kristiani 1 1 Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya Email address:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan kedua yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan kedua yaitu mencapai 96,58% (Tampubolon, 2005). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013) masalah gigi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.
17 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Walaupun perempuan, umumnya, memiliki umur harapan hidup (UHH) lebih tinggi daripada pria, mereka menghadapi masalah kesehatan yang lebih rumit. Secara kodrati, perempuan mengalami
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan penyakit inflamasi yang mengenai jaringan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan penyakit inflamasi yang mengenai jaringan pendukung gigi disebabkan oleh aktifitas bakteri dan akumulasi plak. Penyakit periodontal dibagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke waktu. Menurut sensus penduduk tahun 2000 oleh Badan Pusat Statistik, usia harapan hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya gaya hidup dan perubahan pandangan mengenai konsep estetika, masyarakat dewasa ini memilih perawatan ortodontik berdasarkan kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring kemajuan zaman, kebutuhan dan minat akan perawatan ortodonsi pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari pertumbuhan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memikirkannya sehingga dapat memahaminya. Hal ini tersirat dalam Q.S.An-
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah SWT mengajari manusia apa yang sebelumnya tidak diketahui. Allah SWT mengkaruniakan akal untuk memahami dan membedakan antara yang baik dan buruk, serta hati untuk
Lebih terperinciGAMBARAN STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK TUNAGRAHITA USIA TAHUN DI SLB NEGERI WIDIASIH KECAMATAN PARI KABUPATEN PANGANDARAN TAHUN
GAMBARAN STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK TUNAGRAHITA USIA 12-18 TAHUN DI SLB NEGERI WIDIASIH KECAMATAN PARI KABUPATEN PANGANDARAN TAHUN 2015 1 Rudi Triyanto 1 Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya Email
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar 2013, perokok aktif mulai dari usia 15 tahun ke
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menopause Seiring dengan bertambahnya usia, banyak hal yang terjadi dengan proses perkembangan dan pertumbuhan pada manusia. Namun, pada suatu saat perkembangan dan pertumbuhan
Lebih terperinciARTIKEL PENELITIAN. Hidayati 1, Kuswardani 2, Gustria Rahayu 3
PENGARUH KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT DENGAN STATUS GINGIVITIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANDALAS KECAMATAN PADANG TIMUR KOTA PADANG TAHUN 2012 Hidayati 1, Kuswardani 2, Gustria Rahayu 3 ARTIKEL
Lebih terperinciDaftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore
Gambaran Perbedaan Intensitas Dismenore Setelah Melakukan Senam Dismenore Pada Remaja OCTA DWIENDA RISTICA, RIKA ANDRIYANI *Dosen STIKes Hang Tuah ABSTRAK Dismenore merupakan gangguan menstruasi yang sering
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : gingivitis kehamilan, indeks gingiva modifikasi, usia kehamilan, sosio- ekonomi, pola makan, oral hygiene
ABSTRAK Selama kehamilan terjadi perubahan hormon yang mengubah respon imun dan mediator respon inflamasi. Hal ini kemudian menyebabkan masalah dalam rongga mulut terutama gingivitis dan infeksi periodontal.
Lebih terperinciHubungan Mengunyah Unilateral dengan Status Kebersihan Gigi dan Mulut pada Mahasiswa Tingkat I Jurusan Keperawatan Gigi
Hubungan Mengunyah Unilateral dengan Status Kebersihan Gigi dan Mulut pada Mahasiswa Tingkat I Jurusan Keperawatan Gigi Yayah Sopianah 1, Cahyo Nugroho 2, Muhammad Fiqih Sabilillah 3, Culia Rahayu 4 Abstrak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Pedersen, 1966). Selama melakukan prosedur pencabutan gigi sering ditemukan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Odontektomi atau pencabutan gigi dengan pembedahan merupakan tindakan pembedahan yang sering dilakukan oleh spesialis bedah mulut (Rahayu, 2014). Pencabutan gigi
Lebih terperincimacam metode untuk mencegah kehamilan yang dibagi menjadi tiga jenis, yaitu kontrasepsi teknik, kontrasepsi mekanik dan metode sterilisasi.
12 Ayub I. Anwar, dkk: Gambaran lama pemakaian alat kontrasepsi spiral terhadap status jaringan periodontal Gambaran lama pemakaian alat kontrasepsi spiral terhadap status jaringan periodontal (ibu-ibu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana tiap trimester berlangsung hampir 3 bulan lamanya. Trimester 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan salah satu fase terpenting bagi wanita. Ratarata, kehamilan normal akan berlangsung selama 40 minggu atau kurang lebih 275 hari. Waktu kehamilan
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian observasional cross sectional. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di klinik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 10-15%
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan satu dari dua penyakit rongga mulut terbesar di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 10-15% populasi di dunia menderita
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal adalah peradangan yang terjadi pada jaringan pendukung gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis penyakit
Lebih terperinciKomplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi
Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi diabetes mellitus pada kesehatan gigi masalah dan solusi pencegahannya. Bagi penderita diabetes tipe 2 lebih rentan dengan komplikasi kesehatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan komponen esensial dari kesehatan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan rongga mulut merupakan komponen esensial dari kesehatan secara umum dan sangat mempengaruhi kualitas kehidupan. Kesehatan rongga mulut yang optimal merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. percaya diri. Salah satu cara untuk mendapatkan kesehatan rongga mulut adalah dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan rongga mulut penting bagi kesehatan tubuh secara umum dan sangat mempengaruhi kualitas kehidupan, termasuk fungsi berbicara, mastikasi dan juga rasa percaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri seseorang. Kepercayaan diri seseorang dapat timbul salah satunya bila memiliki senyum dengan susunan gigi
Lebih terperinciFakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN
28 BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian ini berlangsung pada bulan Oktober 2008. Pengambilan data dilakukan di Perumahan Bekasi Jaya Indah wilayah Bekasi dengan subjek penelitian adalah perempuan paskamenopause.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik dokter dan perawat gigi, hal ini
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilakukan di RSGM UMY mengenai evaluasi keberhasilan perawatan kaping pulpa direk dengan bahan kalsium hidroksida hard setting
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Tumbuh Kembang Anak Perubahan morfologi, biokimia dan fisiologi merupakan manifestasi kompleks dari tumbuh kembang yang terjadi sejak konsepsi sampai maturitas/dewasa.
Lebih terperinciEFEK MENGUNYAH SATU SISI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT
EFEK MENGUNYAH SATU SISI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT 1 Rudi Triyanto, 2 Cahyo Nugroho 1,2 Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya Email address: Masruditasik@yahoo.com Abstrak Mengunyah satu sisi
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
21 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif analatik dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional study). Penelitian potong lintang merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental biasa digunakan untuk membantu menemukan masalah pada rongga mulut pasien. Radiografi melibatkan penggunaan energi sinar untuk menembus gigi dan merekam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permasalahan kesehatan gigi dan mulut pada kehamilan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permasalahan kesehatan gigi dan mulut pada kehamilan Selama kehamilan ibu membutuhkan asupan zat makanan bergizi.. Apabila ibu hamil tidak rajin kumur dan menggosok gigi maka
Lebih terperinciAnneke A. Tahulending 1), Christy Velia Kosegeran 2) 1)3) Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado, Jl. R. W. Mongisidi Malalayang
ANALISIS CARA MENYIKAT GIGI DENGAN STATUS KARIES GIGI PADA SISWA KELAS IV DAN V SEKOLAH DASAR GEREJA PENTAKOSTA RANOKETANG ATAS KECAMATAN TOULUAAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Anneke A. Tahulending 1),
Lebih terperinciSTATUS GIZI PENDERITA KARIES GIGI PADA MAHASISWA TINGKAT 1 D-III JURUSAN KEPERAWATAN GIGI POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA TAHUN 2015
STATUS GIZI PENDERITA KARIES GIGI PADA MAHASISWA TINGKAT 1 D-III JURUSAN KEPERAWATAN GIGI POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA TAHUN 2015 1 Aan Kusmana, 2 Samjaji 1,2 Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya Email address:
Lebih terperinciDry Socket Elsie Stephanie DRY SOCKET. Patogenesis Trauma dan infeksi adalah penyebab utama dari timbulnya dry soket.
DRY SOCKET Definisi Dry Socket adalah suatu kondisi hilangnya blood clot dari soket gigi. Komplikasi yang paling sering terjadi, dan paling sakit sesudah pencabutan gigi adalah dry socket. Setelah pencabutan
Lebih terperinciBAB I. dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk. untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyakit gigi dan mulut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap insan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan; biasanya mulai
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Peridontal Periodonsium secara harfiah artinya adalah di sekeliling gigi. Periodonsium terdiri dari jaringan-jaringan yang mengelilingi gigi yaitu: 14 1. Gingiva Gingiva
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Hasil Analisis Univariat Analisis Statistik Deskriptif Lama Kehilangan, Usia dan Ekstrusi Gigi Antagonis
BAB 5 HASIL PENELITIAN Pada penelitian ini, jumlah sampel yang memenuhi kriteria penelitian adalah sebanyak 40 sampel. Sampel pada penelitian ini berupa model studi pasien gigi tiruan sebagian (GTS) dan
Lebih terperinciGARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar)
JUDUL MATA KULIAH : Periodonsia I NOMOR KODE/ SKS : PE 142/ 2 SKS GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar) A. DESKRIPSI SINGKAT : Mata Kuliah ini membahas mengenai pengenalan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rahim. Tidak ada metode kontrasepsi yang efektif secara menyeluruh, namun ada
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kontrasepsi merupakan pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim. Tidak ada metode
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia memerlukan perhatian yang serius dari berbagai pihak. Hal ini dibuktikan dari adanya peningkatan rerata persentase penduduk
Lebih terperinciRawati Siregar, Jessi Sihotang Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak
PERBEDAAN PENGGUNAAN KEPALA SIKAT GIGI LURUS DAN KEPALA SIKAT GIGI MELENGKUNG TERHADAP PENURUNAN INDEKS PLAK PADA SISWA-SISWI KELASVI SD NEGERI 066038 KELURAHAN MANGGA KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN Rawati
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut - Pendidikan (RSGM-P FKG UI) pada periode 6 Oktober 2008-10 November 2008. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pencegahan dan manajemen yang efektif untuk penyakit sistemik. Pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Oral Health (WHO) pada tahun 2003 menyatakan Global Goals for Oral Health 2020 yaitu meminimalkan dampak dari penyakit mulut dan kraniofasial dengan menekankan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. anatomi dan hormonal. Efek perubahan hormonal akan mempengaruhi hampir semua
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah suatu proses alamiah, yang melibatkan perubahan fisiologi, anatomi dan hormonal. Efek perubahan hormonal akan mempengaruhi hampir semua sistem organ,
Lebih terperinciSri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak
TINGKAT PENGETAHUAN ANAK TENTANG PEMELIHARAAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT TERHADAP OHI-S DAN TERJADINYA KARIES PADA SISWA/I KELAS IV SDN 101740 TANJUNG SELAMAT KECAMATAN SUNGGAL TAHUN 2014 Sri Junita Nainggolan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rongga mulut yang sehat berarti memiliki gigi yang baik dan merupakan bagian integral dari kesehatan umum yang penting untuk kesejahteraan. Kesehatan mulut yang buruk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analgetik merupakan inhibitor spesifik jalur nyeri dengan mengaktifkan reseptor yang berada pada neuron sensorik dan susunan syaraf pusat(ssp). Obat analgetikyang dapat
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang bersifat progresif dan
Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang bersifat progresif dan akumulatif sehingga pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut harus dilakukan secara berkesinambungan.
Lebih terperinciSTATUS KEBERSIHAN MULUT DAN KESEHATAN PERIODONTAL PASIEN YANG DATANG KE KLINIK PERIODONSIA RSGM UNIVERSITAS JEMBER PERIODE AGUSTUS 2009 AGUSTUS 2010
STATUS KEBERSIHAN MULUT DAN KESEHATAN PERIODONTAL PASIEN YANG DATANG KE KLINIK PERIODONSIA RSGM UNIVERSITAS JEMBER PERIODE AGUSTUS 9 AGUSTUS 1 Depi Praharani, Peni Pujiastuti, Tantin Ermawati Bagian Periodonsia
Lebih terperinciStatus Kesehatan Periodontal dan Tingkat Kebutuhan Perawatan Periodontal pada Pasien RSGM Universitas Jember Oktober-November Tahun 2015
Status Kesehatan Periodontal dan Tingkat Kebutuhan Perawatan Periodontal pada Pasien RSGM Universitas Jember Oktober-November Tahun 2015 (Periodontal Health Status and Level of Periodontal Treatment Needs
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT KEPARAHAN GINGIVITIS DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI GIGI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H ADAM MALIK MEDAN
HUBUNGAN TINGKAT KEPARAHAN GINGIVITIS DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI GIGI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H ADAM MALIK MEDAN 1) Sri Utami, 2) Ngena Ria, 3) Herlinawati 1 Jurusan Keperawatan Poltekkes Medan 2,3
Lebih terperinciGambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Gingivitis di Puskesmas Kakaskasen Tomohon
Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Gingivitis di Puskesmas Kakaskasen Tomohon 1 Heldin E. Kasiha 2 Shirley E. S Kawengian 1 Juliatri 1 Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dari tanggal 13 November sampai. 4 Desember 2008 di Yayasan Lupus Indonesia (YLI).
26 BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian ini berlangsung dari tanggal 13 November sampai dengan 4 Desember 2008 di Yayasan Lupus Indonesia (YLI). Jumlah Orang Dengan Lupus ( Odapus) yang berkunjung ke YLI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang dikeluhkan masyarakat Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) dan menempati peringkat
Lebih terperinciPANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY (SKILL LAB 4) PENANGANAN ABSES DAN PERIKORONITIS
PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY (SKILL LAB 4) PENANGANAN ABSES DAN PERIKORONITIS JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Purwokerto,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wanita mengalami menopause. Namun tidak seperti menopause pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Andropause atau kadang disebut menopause pria umumnya terjadi pada pria separuh baya, kira-kira waktunya sama ketika seorang wanita mengalami menopause. Namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. biologis atau fisiologis yang disengaja. Menopause dialami oleh wanita-wanita
1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Menopause merupakan salah satu proses dalam siklus reproduksi alamiah yang akan dialami setiap perempuan selain pubertas, kehamilan, dan menstruasi. Seorang perempuan
Lebih terperinciTINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PREMENSTENSION KELAS X
TINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PREMENSTENSION KELAS X Ida Susila* *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan Jl. Veteran No 53 A Lamongan ABSTRAKS Premenstension
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koloni bakteri pada plak gigi merupakan faktor lokal yang mengakibatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi kronis rongga mulut dengan prevalensi 10 60% pada orang dewasa. Penyakit periodontal meliputi gingivitis dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gingivitis adalah peradangan pada gingiva, yang merupakan suatu respon imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh mikroorganisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah datangnya menopause. Menopause merupakan keadaan biologis yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tahap kehidupan yang pasti dialami oleh setiap wanita adalah datangnya menopause. Menopause merupakan keadaan biologis yang wajar yang ditandai dengan berhentinya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan gigi dan mulut adalah salah satu masalah kesehatan yang membutuhkan penanganan yang berkesinambungan karena memiliki dampak yang sangat luas, sehingga
Lebih terperincimendiagnosis penyakit meramalkan prognosis merencanakan perawatan Klasifikasi mengalami perubahan sejalan dgn bertambahnya pemahaman ttg etiologi dan
Pengklasifikasian penyakit perlu untuk: mendiagnosis penyakit meramalkan prognosis merencanakan perawatan Klasifikasi mengalami perubahan sejalan dgn bertambahnya pemahaman ttg etiologi dan patologi penyakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan
Lebih terperinciPERBEDAAN TINGKAT KERENTANAN TERJADINYA GINGIVITIS ANTARA WANITA MENOPAUSE DENGAN WANITA PASCAMENOPAUSE
PERBEDAAN TINGKAT KERENTANAN TERJADINYA GINGIVITIS ANTARA WANITA MENOPAUSE DENGAN WANITA PASCAMENOPAUSE R. Setyohadi*, Ranny Rachmawati**, Sri Hartati*** *Departemen Oral Biologi PSPDG Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut menjadi perhatian yang sangat penting dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya kelompok anak usia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 3,4
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental merupakan salah satu bagian terpenting dari diagnosis oral moderen. Dalam menentukan diagnosis yang tepat, setiap dokter harus mengetahui nilai dan
Lebih terperinciPerawatan Periodontitis pada Puskesmas Sumbersari, Puskesmas Wuluhan dan RS Bondowoso
Perawatan Periodontitis pada Puskesmas Sumbersari, Puskesmas Wuluhan dan RS Bondowoso Kiswaluyo Bagian IKGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember ABSTRACT Dental and oral diseases are the first on
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit pada wanita lebih banyak dihubungkan dengan fungsi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan komponen penting kesehatan bagi pria maupun wanita, tetapi lebih dititikberatkan pada wanita. Keadaan penyakit pada wanita lebih banyak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Gigi Tiruan Indikator yang paling penting dalam kesehatan gigi dan mulut adalah kemampuan seseorang untuk mempertahankan gigi geligi. Beberapa penelitian
Lebih terperinciPERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang
PERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik atau sekelompok mikroorganisme tertentu, menghasilkan destruksi
Lebih terperinciSTATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PASIEN POLIKLINIK GIGI PUSKESMAS PANIKI BAWAH MANADO
STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PASIEN POLIKLINIK GIGI PUSKESMAS PANIKI BAWAH MANADO 1 Daul R Tuhuteru 2 B. S Lampus 2 Vonny N.S Wowor 1 Kandidat Skripsi Program Studi Kedoteran Gigi Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciNama : Fatimah Setiyo Ningrum NIM : 05/187381/KG/7916
Nama : Fatimah Setiyo Ningrum NIM : 05/187381/KG/7916 OHI (Oral Hygiene Index) OHI merupakan gabungan dari indeks debris dan indeks kalkulus, masing-masing didasarkan pada 12 angka pemeriksaan skor debris
Lebih terperinciMANFAAT TEH ROSELA (Hibiscuss Sabdariffa L) DALAM PENYEMBUHAN GINGIVITIS MARGINALIS KRONIS. Saluna Deynilisa
MANFAAT TEH ROSELA (Hibiscuss Sabdariffa L) DALAM PENYEMBUHAN GINGIVITIS MARGINALIS KRONIS Saluna Deynilisa Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang ABSTRAK Saat ini penggunaan
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Fisik dan Kognitif Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa
Lebih terperinciGAMBARAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT SERTA STATUS GINGIVA PADA ANAK REMAJA DI SMP ADVENT WATULANEY KABUPATEN MINAHASA
Jurnal e-gigi (eg), Volume 3, Nomor, Juli-Desember 5 GAMBARAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT SERTA STATUS GINGIVA PADA ANAK REMAJA DI SMP ADVENT WATULANEY KABUPATEN MINAHASA Astrid M. Lesar Damajanty
Lebih terperinciTUGAS PERIODONSIA 1. Nama : Rahayu Sukma Dewi NIM :
TUGAS PERIODONSIA 1 Nama : Rahayu Sukma Dewi NIM : 021311133072 1. Derajat Kegoyangan Gigi (Indeks kegoyangan gigi) Kegoyangan gigi merupakan salah satu gejala penyakit periodontal yang ditandai dengan
Lebih terperinciLEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Salam Sejahtera, Saya Dziah Marhani sedang melakukan penelitian untuk menyelesaikan skripsi di Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri sering dilukiskan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang disertai
Lebih terperinciPENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI
PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI Rofli Marlinda *)Rosalina, S.Kp.,M.Kes **), Puji Purwaningsih, S.Kep., Ns **) *) Mahasiswa PSIK
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep DIABETES MELITUS TIPE 2 KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL Indeks CPITN Kadar Gula Darah Oral Higiene Lama menderita diabetes melitus tipe 2 3.2 Hipotesis
Lebih terperinciGingivitis Severity of Contraceptives Injection Users Containing Progesteron and Estrogen-Progesteron Hormones on Puskesmas Sumbersari Jember Regency
Gingivitis Severity of Contraceptives Injection Users Containing Progesteron and Estrogen-Progesteron Hormones on Puskesmas Sumbersari Jember Regency *Anjayani Sri Utami, *Depi Praharani, *Peni Pujiastuti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah suatu proses yang normal, yang terjadi setiap bulannya pada hampir semua wanita. Menstruasi terjadinya pengeluaran darah, dalam jangka waktu 3-5 hari
Lebih terperinciAnggraini, et al., Gambaran Status Kebersihan Rongga Mulut dan Status Gingiva Pasien RSGM...
Gambaran Status Kebersihan Rongga Mulut dan Status Gingiva Pasien RSGM Universitas Jember Oktober-November Tahun 2015 (The Description of Oral Hygiene Status and Gingival Status of Patients in Dental Hospital
Lebih terperinci