Impression Management Verbal Dan Non Verbal Pekerja Seks Komersial Di Kelurahan Talise

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Impression Management Verbal Dan Non Verbal Pekerja Seks Komersial Di Kelurahan Talise"

Transkripsi

1 Impression Management Verbal Dan Non Verbal Pekerja Seks Komersial Di Kelurahan Talise Mohamad Rizal Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta Km. 9 Kota Palu Sulawesi Tengah, mohamadrizal210@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui proses impression management verbal dan non verbal pekerja seks komersial di Kelurahan Talise yang di tinjau dari panggung belakang, tengah dan depan, dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan tempat penelitian di tondo kiri kelurahan talise, serta informan dalam penelitian ini berjumlah 5 (lima) orang pekerja seks komersial serta teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam dengan informan dan menggunakan teknik analisis data kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada 3 (tiga) tahap impression management verbal dan non verbal pekerja seks komersial antara lain adalah panggung belakang, panggung tengah dan panggung depan. Kata kunci : Impression Management, Verbal Dan Non Verbal, Pekerja Seks Komersial Submisi : 20 Desember 2017 Pendahuluan Perkembangan zaman dewasa ini, telah merubah standarisasi kehidupan manusia. Kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi dan urbanisasi menyebabkan kesulitan beradaptasi dan menyebabkan kebingungan, kecemasan, dan konflikkonflik, baik yang terbuka dan eksternal sifatnya, maupun yang tersembunyi dan internal dalam batin sendiri, sehingga banyak orang mengembangkan pola tingkah laku menyimpang dari normanorma umum atau berbuat semaunya sendiri demi kepentingan pribadi. Salah satu bentuk penyimpangan norma (penyakit masyarakat) yang dianggap sebagai masalah sosial adalah prostitusi, yang mempunyai sejarah yang panjang (sejak adanya kehidupan manusia telah diatur oleh norma-norma perkawinan) dan tidak ada habishabisnya yang terdapat di semua negara di dunia. Pekerja seks komersial (selanjutnya disingkat PSK) adalah salah satu bagian dari dunia pelacuran yang didalamnya termasuk gigolo, waria, dan mucikari. Secara tidak langsung keberadaan pekerja seks komersial telah menjadi katub penyelamat bagi kehidupan ekonomi keluarganya. Namun demikian, peran penting ini tak pernah dilihat secara bijak oleh masyarakat. Masyarakat cenderung melihat hanya dari satu sisi yang cenderung subjektif, menghakimi dan memandang sebelah mata para pekerja seks komersial. Fenomena PSK sangat menarik untuk dikaji, dikarenakan fenomena ini dari dulu hingga sekarang masih berlangsung. Fenomena PSK yang bertentangan dengan nilai agama tidak terlepas dari latar belakang sulitnya mencari pekerjaan dengan pendidikan yang rendah, keterampilan yang tidak memadai dari seseorang. Pekerja seks komersial (selanjutnya disingkat PSK) adalah salah satu bagian dari dunia pelacuran yang didalamnya termasuk gigolo, waria, dan mucikari. Secara tidak langsung keberadaan pekerja seks komersial telah menjadi katub penyelamat bagi kehidupan ekonomi Jurnal Online Kinesik Vol. 4 No. 2 (2017) 57

2 keluarganya. Namun demikian, peran penting ini tak pernah dilihat secara bijak oleh masyarakat. Masyarakat cenderung melihat hanya dari satu sisi yang cenderung subjektif, menghakimi dan memandang sebelah mata para pekerja seks komersial. Fenomena PSK sangat menarik untuk dikaji, dikarenakan fenomena ini dari dulu hingga sekarang masih berlangsung. Fenomena PSK yang bertentangan dengan nilai agama tidak terlepas dari latar belakang sulitnya mencari pekerjaan dengan pendidikan yang rendah, keterampilan yang tidak memadai dari seseorang. Setiap umat manusia mempunyai kebutuhan hidup primer maupun sekunder, uang merupakan salah satu kebutuhan primer bagi manusia, begitu juga dengan PSK, mereka menyadari bahwa tidak semua lingkungan mampu untuk menerima kehadirannya, maka ia melakukan pemeranan karakter-karakter tertentu. Ada suatu pengelolaan kesan yang ia ciptakan baik itu verbal maupun non verbal untuk memberikan pemahaman kepada lingkungan tertentu, sesuai dengan apa yang ia harapkan. Sehingga berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti merasa perlu untuk meneliti impression management verbal dan non verbal pekerja seks komersial kelurahan talise kecamatan mantikulore. Komunikasi Verbal Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan katakata, entah lisan maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan antar manusia. Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan, atau maksud mereka, menyampaikan fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar. Dalam komunikasi verbal itu bahasa memegang peranan penting. (Hardjana, 2003: 22). Ada beberapa unsur penting dalam komunikasi verbal. (dalam Hardjana, 2003: 24), yaitu: Bahasa Pada dasarnya adalah suatu sistem lambang yang memungkinkan orang berbagi makna. Dalam komunikasi verbal, lambang bahasa yang dipergunakan adalah bahasa verbal entah lisan, tertulis pada kertas, ataupun elektronik. Bahasa suatu bangsa atau suku berasal dari interaksi dan hubungan antara warganya satu sama lain. Kata merupakan inti lambang terkecil dalam bahasa. Kata melambangkan atau mewakili sesuatu hal, entah orang, barang, kejadian, atau keadaan. Jadi, kata itu bukan orang, barang, kejadian, atau keadaan sendiri. Makna kata tidak ada pada pikiran orang. Tidak ada hubungan langsung antara kata dan hal yang berhubungan langsung hanyalah kata dan pikiran orang. Komunikasi Nonverbal Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal. Ketika memersepsi, seseorang tidak melihat hanya dari bahasa verbalnya; bagaimana bahasanya (halus, kasar, intelektual, mampu berbahasa asing, dan sebagainya), namun juga melalui perilaku nonverbalnya. Pentingnya pesan nonverbal ini misalnya dilukiskan frase, Bukan apa yang ia katakan, melainkan bagaimana ia mengatakannya.(mulyana, 2005: 308). Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk nonverbal, tanpa katakata. Nyatanya, komunikasi nonverbal jauh lebih banyak dipakai daripada 58 Jurnal Online Kinesik Vol. 4 No. 2 (2017)

3 komuniasi verbal. Ketika berkomunikasi, hampir secara otomatis komunikasi nonverbal ikut terpakai karena itu, komunikasi nonverbal bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi nonverbal lebih jujur mengungkapkan hal yang mau diungkapkan karena spontan.(hardjana, 2003: 26). Menurut (Mulyana, 2005: 309) mengelompokkan komunikasi non verbal secara umum, terdiri dari: Kinesics merupakan komunikasi yang dilakukan melalui pergerakan tubuh, terdiri dari ekspresi muka, gesture (gerak, isyarat, sikap), gerakan tubuh dan postur, serta gerak mata atau kontak mata. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik. Paralanguage menunjukkan pada bahasa itu sendiri. Vokal dapat membedakan emosi yang dirasakan oleh seseorang. Misalnya, ketika seseorang sedang marah ia berbicara dengan volume yang kuat. Untuk beberapa orang bahkan ketika ia menunjukkan ketidaksukaannya terhadap orang lain, ia memilih menanggapi pembicaraan yang sedang dilakukan hanya dengan suara, misalnya hanya mengucapkan hmm. Proxemics adalah ilmu yang mempelajari tentang jarak hubungan dalam interaksi sosial. Proxemics atau bahasa ruang, yaitu jarak yang Anda gunakan ketika berkomunikasi dengan orang lain, termasuk juga tempat atau lokasi posisi Anda berada. Pengaturan jarak menentukan seberapa jauh atau seberapa dekat tingkat keakraban Anda dengan orang lain, menunjukkan seberapa besar penghargaan, suka atau tidak suka dan perhatian Anda terhadap orang lain, selain itu juga menunjukkan simbol sosial. Sentuhan merupakan alat komunikasi yang sangat kuat, dapat menimbulkan reaksi positif dan negatif tergantung dari individu yang terlibat dalam proses komunikasinya dan lingkungan disekeliling berlangsungnya interaksi tersebut. Sentuhan penting dilakukan pada situasi emosional, sentuhan dapat menunjukkan makna saya peduli. Kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui sentuhan. Cultural artifact seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial, pekerjaan, agama, budaya dan konsep diri. Bau tubuh seseorang juga akan mempengaruhi penilaian ataupun keberlangsungan komunikasi antarpribadi. Ketika seorang individu ingin menemui kekasihnya tentu penampilan bukan satu-satunya hal yang diperhatikan, minyak wangi juga akan dipakainya untuk menambah kesan dan nilai pada kerapiannya. Chronemics adalah studi dan interpretasi atas waktu sebagai pesan. Bagaimana kita memersepsi dan memperlakukan waktu secara simbolik dapat menunjukkan sebagian dari jati diri kita, siapa diri kita dan bagaiman kesadaran kita akan lingkungan kita. Ruang dan waktu adalah bagian dari lingkungan kita yang juga dapat diberikan makna. John Cage dalam Mulyana (2005: 373) mengatakan, tidak ada sesuatu yang disebut ruang atau waktu yang kosong. Selalu ada sesuatu untuk dilihat, sesuatu untuk didengar. Penulis dan filosof Amerika. (Henry David Thoreau dalam Mulyana, 2005: 374) menuliskan Dalam hubungan manusia, tragedi dimulai bukan ketika Jurnal Online Kinesik Vol. 4 No. 2 (2017) 59

4 ada kesalah pahaman mengenai makna kata-kata, namun ketika diam tidak dipahami. Kita sering menggunakan warna untuk menunjukkan suasana emosional, cita rasa, afiliasi politik, dan bahkan mungkin keyakinan. Ada hubungan antara warna yang digunakan seseorang dengan kondisi fisiologis dan psikologisnya, misalnya frekuensi kedipan mata seseorang akan bertambah ketika dihadapkan pada cahaya merah dan berkurang ketika dihadapkan pada cahaya biru. Hal ini menunjukkan kekonsistenan pada perasaan naluriah manusia akan warna biru yang lebih menyejukkan dan warna merah lebih bersifat aktif. Devito dalam Mulyana (2005: 379). Artefak adalah benda apa saja yang dihasilkan kecerdasan manusia. Aspek ini merupakan penjelasan lebih jauh dari pakaian dan penampilan. Benda-benda yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan dalam interaksi manusia sering mengandung makna-makna tertentu. Hal menarik dari komunikasi nonverbal ialah studi Albert Mehrabia yang menyimpulkan bahwa tingkat kepercayaan dari pembicaraan orang hanya 7% berasal dari bahasa verbal, 38% dari vocal suara, dan 55% dari ekspresi muka. Ia juga menambahkan bahwa jika terjadi pertentangan antara apa yang diucapkan seseorang dengan perbuatannya, orang lain cenderung mempercayai hal-hal yang bersifat nonverbal Kajian Dramaturgi Paloma dalam Goffman, (2003: 233) menyatakan bahwa selama kegiatan rutin seseorang akan mengetengahkan sosok dirinya yang ideal (sebagaimana yang dituntut oleh status sosialnya): seseorang prilaku cenderung menyembunyikan atau mengenyampingkan kegiatan, faktafakta dan motif-motif yang tidak sesuai dengan citra dirinya dan produkproduknya yang ideal. Dramaturgi memperlakukan self sebagai produk yang di tentukan oleh situasi sosial. Selama pertunjuakan berlangsung tugas utama aktor ini ialah mengendalikan kesan yang di sajiakannya selama pertunjukan. Panggung Pertunjukan Melalui perspektif dramaturgi, kehidupan ini ibarat teater, perilaku manusia dalam sebuah interaksi sosial mirip dengan sebuah pertunjukan di atas panggung dengan menampilkan berbagai peran yang dimainkan oleh sang aktor. Menurut Goffman, kehidupan sosial itu dapat dibagi menjadi wilayah depan (front region) dan wilayah belakang (back region). Wilayah depan ibarat panggung sandiwara bagian depan (front stage) yang ditonton khalayak penonton, sedangkan wilayah belakang ibarat panggung sandiwara bagian belakang (back stage) atau kamar rias tempat pemain sandiwara bersantai, mempersiapkan diri atau berlatih untuk memainkan perannya di panggung depan (Mulyana, 2008:114) Goffman juga melihat bahwa ada perbedaan akting yang besar saat aktor berada di atas panggung (front stage) dan di belakang panggung (back stage) drama kehidupan. Kondisi akting di front stage adalah adanya penonton (yang melihat kita) dan kita sedang berada dalam bagian pertunjukan. Saat itu kita berusaha untuk memainkan peran kita sebaik-baiknya agar penonton memahami tujuan dari perilaku kita. Perilaku kita dibatasi oleh konsep-konsep drama yang bertujuan untuk membuat drama yang berhasil (lihat unsur-unsur tersebut pada impression management diatas). Sedangkan back stage adalah keadaan dimana kita berada di belakang panggung, dengan kondisi bahwa tidak ada penonton. Sehingga kita dapat berperilaku bebas tanpa mempedulikan 60 Jurnal Online Kinesik Vol. 4 No. 2 (2017)

5 plot perilaku bagaimana yang harus kita bawakan. Lebih jelas akan dibahas tiga panggung pertunjukan dalam studi dramaturgi (Mulyana, 2008:114) : 1. Front Stage (Panggung Depan) Merupakan suatu panggung yang terdiri dari bagian pertunjukkan (appearance) atas penampilan dan gaya (manner). Di panggung inilah aktor akan membangun dan menunjukkan sosok ideal dari identitas yang akan ditonjolkan dalam interaksi sosialnya. Pengelolaan kesan yang ditampilkan merupakan gambaran aktor mengenai konsep ideal dirinya yang sekiranya bisa diterima penonton Aktor akan menyembunyikan hal-hal tertentu dalam pertunjukkan mereka. Melalui aspek front stage, back stage, dan aspek middle stage yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian yang mengkaji tentang presentasi diri yang dikemukakan oleh Goffman, peneliti dapat menganalisa presentasi diri dari PSK dalam perspektif dramaturgi. 2. Middle Stage (Panggung Tengah) Middle Stage merupakan sebuah panggung lain di luar panggung resmi saat sang aktor mengkomunikasikan pesan-pesannya, yakni panggung depan (front stage) saat mereka beraksi di depan khalayak tetapi juga di luar panggung belakang (back stage) saat mereka mempersiapkan segala atribut atau perlengkapan untuk ditampilkan di panggung depan. (Mulyana, 2008: 58). Di panggung inilah segala persiapan aktor disesuaikan dengan apa yang akan dihadapi di atas panggung, untuk menutupi identitas aslinya. Panggung ini disebut juga panggung pribadi, yang tidak boleh diketahui oleh orang lain. Panggung ini juga yang menjadi tempat bagi aktor untuk mempersiapkan segala sesuatu atribut pendukung pertunjukannya. Baik itu tata rias, peran, pakaian, sikap, perilaku, bahasa tubuh, mimik wajah, isi pesan, cara bertutur dan gaya bahasa. 3. Back Stage (Panggung Belakang) Panggung belakang merupakan wilayah yang berbatasan dengan panggung depan, tetapi tersembunyi dari pandangan khalayak. Ini dimaksudkan untuk melindungi rahasia pertunjukan, dan oleh karena itu khalayak biasanya tidak diizinkan memasuki panggung belakang, kecuali dalam keaadaan darurat. Di panggung inilah individu akan tampil seutuhnya dalam arti identitas aslinya. (Mulyana, 2008:115) Presentasi Diri dan Pengelolaan Kesan (impression management) Presentasi diri dapat diartikan sebagai cara individu dalam menampilkan dirinya sendiri dan aktifitasnya kepada orang lain, cara ia memandu dan mengendalikan kesan yang dibentuk orang lain terhadapnya, dan segala hal yang memungkinkan atau tidak mungkin ia lakukan untuk menopang pertunjukannya di hadapan orang lain. (Mulyana, 2008:107). Bertolak pada gagasan diri menurut Cooley yang menyatakan bahwa diri terdiri dari tiga komponen yakni yang pertama, kita membayangkan bagaimana kita tampil bagi orang lain. Kedua, kita membayangkan bagaimana penilaian mereka atas penampilan kita. Ketiga, kita mengembangkan sejenis perasaan diri, seperti kebanggaan atau malu, sebagai akibat membayangkan penilaian orang lain tersebut. Berdasarkan gagasan tersebut Goffman mencoba mengembangkan dan mengartikan bahwa diri adalah suatu hasil kerja sama (collaborative manufacture) yang harus diproduksi baru dalam peristiwa interaksi sosial. Presentasi diri ini Goffman mengasumsikan bahwa ketika orangorang berinteraksi, mereka ingin menyajikan suatu gambaran diri yang akan diterima orang lain. Ia menyebut upaya itu sebagai pengelolaan kesan (impressiont management), yaitu Jurnal Online Kinesik Vol. 4 No. 2 (2017) 61

6 teknik-teknik yang digunakan aktor untuk memupuk kesan-kesan tertentu dalam situasi-situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. (Mulyana, 2008:112). Lebih jauh pengelolaan kesan ini merupakan upaya individu untuk menumbuhkan kesan tertentu di depan orang lain dengan cara menata perilaku agar orang lain memaknai identitas dirinya sesuai dengan apa yang ia inginkan. Dalam proses produksi identitas tersebut, ada suatu pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan mengenai atribut simbol yang hendak digunakan sesuai dan mampu mendukung identitas yang ditampilkan secara menyeluruh. Metode Penelitian Tipe Penelitian yang digunakan pada penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yakni penelitian yang bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Penelitian deskriptif tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi (Rahmat, 2001:24). Dasar penelitian ini adalah analisis sumber atau studi komunikator. Dimana riset komunikasi ini merupakan studi mengenai komunikator sebagai individu maupun institusi. (Kriyantono, 2010:12). Peneliti menganalisis data yang diperoleh dari komunikor melalui metode pengempulan data yang telah ditetapkan dan akan memberikan deskripsi terkait masalah yang diteliti. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Talise Kecamatan Mantikulore Sulawesi Tengah yang biasa dikenal sebagai tondo kiri. Penelitian ini dilakukan pada pekerja seks komersial (PSK) yang bertujuan untuk lebih mengetahui tentang impression managemen verbal dan nonverbal pekerja seks komersial di Kelurahan Talise Kecamatan Mantikulore. Subjek dalam penelitian ini adalah wanita pekerja seks di tondo kiri. Berdasarkan jumlah yang di berikan KPAD PALU menginformasikan jumlah WPS yang bekerja di tondo kiri tercatat pada tahun 2015 adalah 211 orang. Melihat keterbatasan peneliti serta pendekatan penelitian yang digunakan, maka subjek yang digunakan tidak keseluruhan pekerja seks komersial, tetapi menentukan subjek penelitian berdasarkan beberapa kriteria. Kriteria yang digunakan sebagai berikut: Kriteria untuk informan dalam penelitian ini adalah WPS di tondo kiri yang berusia antara 26 tahun sampai 36 tahun dan sudah bekerja antara 5 sampai 10 tahun. Peneliti memilih informan dari berbagai usia dengan tujuan agar data yang di dapatkan dapat menyeluruh yang dapat menjangkau berbagai usia. Teknik atau metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis data kualitatif, yaitu digunakan apabila data-data yang terkumpul dalam penelitian adalah data kualitatif berupa kalimat-kalimat atau narasi, baik yang diperoleh dari wawancara mendalam maupun observasi (Kriyantono, 2010:196). Metode ini dilakukan, agar dapat mempermudah peneliti dalam memaparkan sejumlah hasil wawancara dengan kepala dinas tenaga kerja dan transmigrasi daerah provinsi sulawesi tengah. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan analisa data (Usman dan Akbar, 2003:66), sebagai berikut : 1. Pengumpulan data, baik data hasil observasi (pengamatan) maupun data dari hasil wawancara mendalam. 2. Reduksi data yakni memilih hal hal pokok dari data yang telah terkumpul yang sesuai dengan masalah penelitian ini. Reduksi data 62 Jurnal Online Kinesik Vol. 4 No. 2 (2017)

7 berlangsung secara terus menerus selama proses penelitian berlangsung. 3. Display data yakni menyajikan data dalam bentuk narasi, matrik, network, chart, grafik, tabel, gambar, dan sebagainya. 4. Pengambilan keputusan dan verifikasi. Hasil kesimpulan dan verifikasi ini akan diarahkan pada pemaparan saran dan rekomendasi Pembahasan Impression management dapat diartikan sebagai cara individu dalam menampilkan dirinya sendiri dan aktifitasnya kepada orang lain, cara ia memandu dan mengendalikan kesan yang dibentuk orang lain terhadapnya, dan segala hal yang memungkinkan atau tidak mungkin ia lakukan untuk menopang pertunjukannya di hadapan orang lain. Dalam komunikasi pesan yang disampikan dapat melalui verbal maupun non verbal, begitu juga dengan impression management yang bisa di sampaikan secara verbal maupun non verbal. Karena itu teori yang paling cocok yaitu menggunakan teori verbal dan non verbal. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas menunjukan bahwa bahasa yang digunakan pekerja seks komersial saat berada di panggung belakang atau di kehidupan sehariharinya sangatlah menyesuaikan dengan lingkungannya untuk dapat berbaur dengan masyarakat sekitar dan menutupi jati dirinya mereka harus bisa berbahasa dengan baik, untuk dapat memberikan kesan sopan dan baik di depan masyarakat. Seperti yang dikatakan pekerja seks komersial, saat tidak bekerja mereka (PSK) berkomunikasi biasa saja seperti mereka yang apa adanya dan tidak di buat-buat atau dirubah sedikitpun, kesan yang mereka sampaikan belumlah ada karena saat berada di panggung belakang tidak ada penonton atau orang yang ingin diperlihatkan prilaku tertentu untuk tujuan tertentu, tidak ada bahasa saat di panggung tengah karena tidak ada proses komunikasi di panggung ini karena pekerja seks komersial hanya bersiap untuk bekerja. Berbeda dengan saat berada di panggung depan dimana panggung tersebut sudah ada penonton yang ingin di tampilkan kesan-kesan tertentu, dimana pekerja seks komersial melakukan pengelolaan kesan yang dia harapkan dengan merubah gaya bahasa mereka (PSK) untuk memupuk kesankesan yang baik dimata pelanggan. Saat itu mereka akan berusaha untuk memainkan perannya dengan sebaikbaiknya agar penonton memahami tujuan dari perilaku mereka. Seperti mengatakan terimah kasih jika di beri bantuan, meminta tolong jika butuh bantuan dan meminta maaf jika ada yang salah, dengan mengguanakan bahasa yang sopan dengan harapan dan tujuan mereka dapat tercapai, seperti hal ini dilakukan agar pelanggan mau menerima dan mengingat mereka (PSK) sebagai penyedia jasa yang baik, sehingga mereka (PSK) dapat berkesan dimata pelanggan dan kedepannya pelanggan tersebut mau menggunakan jasanya lagi. Pengelolaan kesan yang mereka lakukan jauh dari diri mereka yang biasanya, yang awalnya mereka berbicara dengan bahasa yang seadanya, tidak di buat-buat dan mereka tidak terlalu memerhatikan bahasa mereka dengan lebih berbicara dengan ceplas ceplos saat berada di panggung belakang, seperti menggunakan bahasa daerah di selingi bahasa nasional (Indonesia) dalam berbicara dan akan ada perubahan bahasa saat berada di panggung depan untuk dapat mengelola kesan yang lebih sopan dan halus untuk menunjukan kesan bahwa mereka adalah wanita yang lemah lembut di mata pelanggannya. Jurnal Online Kinesik Vol. 4 No. 2 (2017) 63

8 Seseorang dapat menilai orang lain melalui perkataan mereka, hal ini pasti sangat berpengaruh dalam kehidupan seseorang jika orang lain menilai sesorang dengar buruk melalaui perkataannya jika mereka berkata kotor atau kasar. Pekerja seks komersial harus bisa menjaga citra mereka saat berada di panggung belakang yaitu di depan masyarakat karena pandangan masyarakat terhadap pekerja seks komersial adalah sebagai orang yang kotor, hina, dan tidak bermartabat. Pekerja seks komersial menyadari hal itu seperti yang di ungkapkan oleh informan, bahwa mereka mengelola kesan mereka (PSK) melalui perkataan yang sopan dan tidak mengucapkan kata-kata kotor saat berkomunikasi dengan masyarakat sekitar dalam melakukan aktifitas harian atau demi memenuhi kebutuhan harian mereka (PSK). Sementara di panggung tengah tidak ada pengelolaan kesan secara verbal dalam hal kata, karena panggung tersebut hanya untuk bersiap ke panggung depan, saat berada di panggung depan, sangatlah penting menjaga tutur kata yang baik dan tidak berbicara atau berkata kasar dan kotor di depan pelanggan maupun orang lain, agar pelanggan tersebut dapat menilai mereka (PSK) dengan baik dan dapat memperlakukan mereka dengan apa yang dia harapkan, pekerja seks komersial melakukan pengelolaan kesan di panggung depan dengan kata yang manja, merayu dan menggoda, itu dilakukan dengan harapan agar mereka dapat digunakan jasanya lagi oleh pelanggan yang sama nantinya. Pekerja seks komersial menampilkan kesan yang mereka sudah rencanakan dengan perkataan yang sudah di atur saat berada di panggung depan, dengan perkataan yang cenderung merayu dan menggoda, sangatlah berbeda dengan caranya berkata-kata saat berada di panggung belakang yang mereka lebih berusaha agar terlihat sopan di mata masyarakat. Bahasa tubuh yang dilakukan oleh pekerja seks komersial melalui ekspresi wajah sudah mereka terapkan di panggung belakang, di dalam keseharian mereka (PSK), wajah ibarat cermin dari pikiran dan perasaan. Ketika mereka hanya sebatas berkomunikasi dengan masyarakat sekitar dan bukan kepada pelanggan mereka hanya tersenyum jika sedang berinteraksi dengan masyarakat sekitar dan membungkuk jika meminta permisi dan bersikap seperti orang lain seperti sewajarnya, tidak ada tindakan khusus atau usaha untuk menggoda, itu mereka lakukan agar mereka terlihat normal dan tidak mencolok di mata masyarakat. Saat akan bekerja pekerja seks komersial haruslah tampil cantik di depan pelanggan, ini di persiapkan di panggung tengah segala persiapan dan upaya baik dari kosmetiknya dan perawatan diri yang mereka lakukan untuk dapat menampilkan apa yang mereka inginkan dengan merias wajah mereka sedimikian rupa agar tampil cantik, seperti yang telah mereka (PSK) ungkapkan kepada peneliti saat mereka berada di panggung tengah, karena raut wajah yang akan di tampilkan di panggung depan sangatlah berpengaruh terhadap berhasil atau tidaknya pengelolaan kesan yang akan mereka perankan nanti saat berada di panggung depan. Pengaruh raut wajah yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara emosional atau bereaksi terhadap suatu pesan, wajah setiap orang selalu menyatakan hati dan perasaannya. Kepercayaan diri seorang pekerja seks komersial saat berada di panggung depan dapat juga dilihat dari ekspresi wajahnya melalui tatapan matanya, penerapan yang mereka (PSK) lakukan saat berada di panggung depan sudahlah seperti apa yang sudah dijelaskan diatas, ekspresi wajah yang ceria 64 Jurnal Online Kinesik Vol. 4 No. 2 (2017)

9 dengan mencoba memberikan senyuman manis, kedipan mata untuk menggoda pelanggan dan dengan ciuman jauh serta lambaian tangan untuk dapat melancarkan strategistrategi yang mereka rencanakan dari panggung tengah, harapan mereka (PSK) agar menjadi sosok yang pantas untuk di sewa oleh pelanggannya. Bertolak belakang dengan diri mereka yang saat berada di panggung belakang yang hanya berusaha terlihat ramah dan tidak memakai riasan wajah, yang di bandingkan dengan saat bersiap di panggung tengah dan sudah berada di panggung depan yang sudah harus mereka menampilkan mimik wajah yang sudah mereka kelola baik dari riasan maupun senyuman dan tindakan menggoda atau lambaian tangan. Intonasi dapat menunjukan emosi seseorang apa itu marah atau sedang bahagia, volume vokal merupakan keras atau lembutnya nada. Mengingat ada orang yang mepunyai suara yang besar atau nyaring yang bisa terdengar pada jarak jauh, lainya secara normal bersuara lembut. Namun demikian, tampa memerhatikan volume suara mereka yang normal, orang mempunyai suara yang berbeda bergantung pada situasi dan topik pembicaraan seperti suara akan menjadi keras apabila sedang bertengkar atau marah, seperti yang sudah di ungkapkan oleh pekerja seks komersial bahwa saat berada di panggung belakang mereka (PSK) tidaklah memerhatikan volume suaranya dan cenderung berbicara secara ceplas ceplos atau tampa di sengaja baik dirumah atau saat berada di lingkungan masyarakat sekitar. Pada panggung tengah tidak ada proses non verbal dalam hal intonasi karena di panggung tengah hanya ada proses persiapan saja untuk memasuki pnggung depan, sementara di panggung depan pekerja seks komersial akan menampilkan kesan yang lemah lembut dan manja, setiap suara manusia mempunyai nada yang berbeda, vokal dapat membedakan emosi yang dirasakan oleh seseorang begitu juga dengan suara pekerja seks komersial, mereka menyadari suara yang lembutlah yang mereka (PSK) butuhkan pada saat bekerja, ini diharapkan agar pelanggan yang mendengar dapat menerima citra bahwa mereka (PSK) adalah seorang wanita yang penyayang dan lemah lembut yang dapat membuat pelanggan merasa nyaman untuk berbicara dalam proses transaksi. Ketika berada di panggung depan pekerja seks komersial berubah jauh dari diri mereka yang sebenarnya, saat berada di panggung belakang yang tadinya suara mereka yang nadanya keras dan tidak teratur saat berbicara dengan masyarakat sekitar, berubah menjadi lemah lembut dan manja jika sudah berada di panggung depan atau saat sudah berinteraksi dengan pelanggan mereka demi tujuan yang ingin mereka dapatkan. Komunikasi yang dilakukan pekerja seks komersial yang berkaitan dengan jarak dan ruang wilayah dalam penyampaian pesan-pesan tertentu dalam pengelolaan kesan tertentu, dapat dilihat dari tindakan pekerja seks komersial dalam kehidupannya di panggung belakang, hal ini di tunjukan dengan mereka mencoba menjaga jarak saat berkomunikasi atau duduk bersama dengan orang lain, itu mereka lakukan untuk dapat membuat lawan bicara atau orang yang dekat bersama mereka (PSK) dapat merasa nyaman, dan upaya itu untuk menghindari prasangka buruk terhadap diri mereka (PSK) saat berada di panggung belakang di kehidupannya sehari-hari dalam lingkungan masyarakat. Jarak akrab dalam panggung tengah belumlah ada karena tidak ada orang yang ingin ditampilkan kesankesan tertentu, di panggung ini hanyalah untuk bersiap-siap ke pangung depan, pada panggung depan pekerja Jurnal Online Kinesik Vol. 4 No. 2 (2017) 65

10 seks komersial sangatlah berbeda dengan saat berada di panggung belakang, di Indonesia jarak akrab bukan 50 cm tetapi bisa lebih dekat lagi bahkan dalam berbicara dengan kawan akrab atau sahabat kental yang sejenis bisa sambil memegang tangan atau bahunya, tidak terpungkiri lagi bahwa kontak fisik dalam dunia pelacuran adalah hal yang utama dan mutlak, sehingga pekerja seks komersial menyadari bahwa jarak sangat berpengaruh dalam transaksi mereka (PSK), jarak berkomunikasi sangatlah dekat yang dianggap tepat untuk pembicaraan antara dia (PSK) dan pelanggan seperti yang sudah dikatakan pekerja seks komersial bahwa mereka haruslah berdekatan dengan pelanggan seperti duduk saling berpeganggan tangan dan merangkul satu sama lain, demi menjalankan karakter yang ingin mereka perankan dan samapaikan kepada pelanggan atau komunikan untuk dapat memberikan kesan bahwa mereka orang yang mudah bergaul dan layak untuk di sewa jasanya. Perubahan yang sangat jelas terlihat dari panggung belakang yang dilakukan pekerja seks komersial, untuk lebih menjaga jarak saat sedang berkomunikasi dengan masyarakat dan saat sudah berada di panggung depan jarak saat berkomunikasi sudahlah sangat dekat dengan pelanggannya, demi memberikan kesan bahwa mereka wanita yang tidak pemalu. Dalam proses interaksi pekerja seks komersial di panggung depan saat sedang bertransaksi sangatlah mereka (PSK) perhatikan, sentuhan penting dilakukan pada situasi emosional, sentuhan dapat menunjukkan makna saya peduli pekerja seks komersial harus membuat pelanggan senyaman mungkin dengan jasa yang dia berikan. Seperti yang sudah diungkapkan oleh informan bahwa mereka mencoba memegang tangan dan merangkul pelanggan, ini upaya untuk dapat menjalankan peran mereka untuk menampilkan kesan bahwa mereka adalah wanita penyayang dan bergairah, sehingga dapat memberikan pemahaman kepelanggan bahwa mereka adalah pekerja seks komersial yang mempunyai jasa yang baik. Sedikit ada perbedaan pada saat transaksi apa bila pelanggan tersebut adalah pelanggan lama atau orang yang baru ditemui, ini seperti yang di ungkapkan oleh salah satu informan, dalam mengelola kesan non verbal mereka (PSK) melalui cara menyentuh untuk dapat memberikan pesan bergairah dalam komunikasi non verbal yang ia berikan. Perlakuanya cukup terlihat dengan tampa ada rasa canggung saat bertemu dengan pelanggan tetap dan masih ada rasa malu-malu jika itu pelanggan baru. Penampilan fisik pekerja seks komersial cukup diperhatikan saat berada di panggung belakang hal itu berdasarkan jawaban mereka (PSK) bahwa saat berada di panggung belakang, pakaian yang digunakan sangatlah diperhatiakan, untuk menjaga penampilan yang sopan dan sewajarnya digunakan dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, budaya di Kota Palu sangat menjunjung tinggi adat istiadat dan agama, sehingga jika masyarakat Kota Palu mendengar kata pekerja seks komersial menurut mereka pekerja seks komersial adalah hal yang negatif, hal ini yang di hindari dari seorang pekerja seks komersial, pakaian yang sedikit tertutup dan mudah di gunakan adalah pilihan mereka agar dapat memberikan kesan bahwa mereka adalah warga yang baik dan dapat menutupi jati diri mereka yang sebenarnya berprofesi sebagai pekerja seks komersial. Pemilihan pakaian dan perawatan diri dapat membawakan citra tertentu, penting untuk menentukan pesan-pesan apa yang ingin disampaikan, kemudian berdandan dan merawat diri sesuai 66 Jurnal Online Kinesik Vol. 4 No. 2 (2017)

11 dengan pesan-pesan itu, seperti persiapan yang dilakukan pekerja seks komersial saat berada di panggung tengah yang mengutamakan kesan seksi dengan pakaian yang mini, ketat dan terbuka untuk menarik perhatian pelanggan saat akan berada di panggung depan nantinya. Dari mempersiapan pakaian yang seksi demi menampilkan bentuk tubuh mereka (PSK) sudah direncanakan semenjak berada di panggung tangah. Ukuran dan bentuk tubuh sesorang memancarkan pesan-pesan yang kuat di depan pelanggan bahwa mereka pantas untuk di sewa jasanya. penampilan fisik seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial, pekerjaan, agama, budaya dan konsep diri. Pemeranan karakter yang mereka gunakan saat berada di panggung depan bermaksut untuk memberikan kesan kepada pelanggan bahwa mereka adalah wanita yang seksi dan merawat diri, ini di harapkan agar sang pelanggan menilai mereka dengan sesusai yang mereka inginkan sejak berada di panggung tengah. Hal ini tidak lain untuk dapat membuat mereka (PSK) mendapat penghasilan yang lebih banyak dengan mengelola kesan sebaik mungkin agar terlihat seperti apa yang diinginkan pelanggan. Perubahan gaya berpakaian sangatlah jelas terlihat dari panggung belakang yang sebenarnya diri mereka lebih suka mengenakan pakaian yang sedikit tertutup dan gampang digunakan, berubah jadi lebih terbuka dan ketat saat berada di panggung depan, demi tuntutan pekerjaan mereka yang sebagai pekerja seks komersial. Bau badan pekerja seks komersial saat berada di panggung belakang tidaklah mereka perhatikan, tidak ada usaha yang mereka lakukan untuk tampil wangi saat berada di dekat masyarakat atau sedang di rumah, tidak heran bau keringatlah yang akan tercium saat mereka selesai beraktivitas saat berada di paggung belakang. Bau tubuh seseorang juga akan mempengaruhi penilaian ataupun keberlangsungan komunikasi antarpribadi. pekerja seks komersial menyadarai kalau tubuh mereka bau mereka tidaklah akan mau di sewa jasanya oleh pelanggan, maka dari itu saat mereka berada di panggung tengah mereka cukup memperhatikan diri mereka dengan mempersiapakan wangi-wangian sebelum akan bekerja, mandi yang bersih menggunakan sabun dan sampo yang wangi, itu juga dilakukan pekerja seks komersial agar mereka tidak terlihat jorok di depan pelanggan mereka, hal itu mereka lakukan karena mereka menyadari bahwa pelanggan tidak akan memakai jasa mereka apabila mereka bau dan kotor di depan pelanggan. Harapan merka (PSK) saat berdekatan atau perpelukan dengan pelanggan saat bertransaksi atau tawarmenawar di panggung depan, dapat menimbulkan kasan bahwa mereka wanita yang merawat diri dan bersih, sehingga pelanggan akan mau menggunakan jasa mereka. Berbeda dengan mereka yang tidaklah terlalu memperhatikan bau badan mereka saat berada di panggung belakang. Kesimpulan Pengelolaan kesan (impression management) verbal dan non verbal pekerja seks komersial dapat di simpulkan bahwa, mereka (PSK) melakukan pengelolaan kesan dengan komunikasi verbal dalam hal bahasa yang baik dan sopan saat berada di panggung belakang, dan juga melakukan hal yang sama saat berada di panggung depan, dengan kata-kata yang sopan dan tidak menggunakan kata-kata yang kotor, baik di panggung belakang maupun di panggung depan, dan di tambahkan dengan kata-kata rayuan dan Jurnal Online Kinesik Vol. 4 No. 2 (2017) 67

12 godaan saat mereka bekerja, tidak ada pengelolaan kesan secara verbal yang dapat di lakukan di panggung tengah karena panggung tersebut hanya untuk panggung persiapan. Pekerja seks komersial melakukan komunikasi non verbal dengan memperlihatkan bahasa tubuh mereka saat berada di panggung belakang dengan lebih memberikan senyuman untuk menampilkan kesan ramah sementara di panggung tengah mereka mempersiapkan riasan wajah untuk menampilkan kesan ceria dan menggoda saat berada di panggung depan nantinya, intonasi yang mereka tampilkan dalam panggung belakang adalah nada suara yang memang tidak dirubah dari jati dirinya dan akan sangat berbeda saat berada di panggung depan di mana mereka akan membuat suara mereka jauh lebih lembut dan manja, pekerja seks komersial akan lebih menjaga jarak mereka saat berkomunikasi di panggung belakang dan akan sangat dekat dengan pelanggan saat berkomunikasi di panggung depan, dengan sentuhan pekerja seks komersial mencoba memberikan kesan nyaman dan mencoba merangsang pelanggan saat berada di panggung depan, dan penampilan fisik yang mereka (PSK) tampilkan saat di panggung belakang dengan mengenakan pakaian yang sedikit tertutup demi memberikan kesan sopan, dan mereka akan persiapkan pakaian yang seksi saat berada di panggung tengah demi untuk menunjang peran mereka saat berada di panggung depan, sementara bau badan mereka saat berada di panggung belakang tidaklah mereka perhatiakan di banding dengan persiapan mereka di panggung tengah yang merawat diri dengan mandi dan menggunkan parfum yang wangi demi membuat pelanggan tertarik saat di panggung depan, itu demi memberikan kesan bahwa mereka wanita yang pantas untuk di sewa jasanya. DAFTAR PUSTAKA A. BUKU Goffman, Erving The Presentation of Self in Everyday Life. Jakarta:Erlangga. Hardjana, Agus Komunikasi Intrapersonal & Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius. Kartono, Kartini Patologi Sosial (jilid 1). PT Raja Grafindo Persada : Jakarta. Mulyana, Deddy Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosda karya Metodologi Penelitian Komunikasi. Bandung : Remaja Rosda Karya. Poloma, Margaret M Sosiologi Kontemporer. Bandung: Remaja Rosda karya. Rakhmat, jalaluddin Teori-teori Komunikasi, Bandung, Ramadja Karya, CV Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosda Karya. Kriyantono, Rachmat, Teknik Praktis : Riset komunikasi. Jakarta : kencana Prenada media group. Usman. Husaini. Dan Setiady Akbar Purnomo Metodologi penelitian sosial. Jakarta : Bumi Aksara B. SUMBER LAIN Roem, Elva Ronaning, 2014, Pengelolaan kesan oleh pekerja seks komersial, browse&mod=viewarticle&arti cle= di akses pada tanggal 13 September 2016, pukul 05:49 wita 68 Jurnal Online Kinesik Vol. 4 No. 2 (2017)

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, yaitu pada bagian sales product. Bagian ini terdiri dari beberapa divisi,

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, yaitu pada bagian sales product. Bagian ini terdiri dari beberapa divisi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pemasaran suatu produk memerlukan beberapa aktivitas yang melibatkan berbagai sumber daya. Sebagai fenomena yang berkembang saat ini, dalam pemasaran terdapat suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. manusia, namun kita sering melupakan betapa besar peranannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. manusia, namun kita sering melupakan betapa besar peranannya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah salah satu kebutuhan manusia yang sangat mendasar. Manusia membutuhkan komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Konteks Penelitian. Dalam kehidupan sehari- hari kita tidak dapat terlepas untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN Konteks Penelitian. Dalam kehidupan sehari- hari kita tidak dapat terlepas untuk berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Dalam kehidupan sehari- hari kita tidak dapat terlepas untuk berinteraksi dengan individu lainnya. Hal ini dikarenakan mausia sebagai mahluk sosial yang berusaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Presentasi Diri Ayam Kampus Di Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Presentasi Diri Ayam Kampus Di Yogyakarta BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Presentasi Diri Ayam Kampus Di Yogyakarta 1. Pengertian Presentasi Diri Pada dasarnya, setiap orang memiliki langkah-langkah khusus dalam mempresentasikan dirinya kepada orang

Lebih terperinci

BAB II DRAMATURGI: ERVING GOFFMAN. yang namanya teori dramaturgi, Dramaturgi adalah teori yang

BAB II DRAMATURGI: ERVING GOFFMAN. yang namanya teori dramaturgi, Dramaturgi adalah teori yang BAB II DRAMATURGI: ERVING GOFFMAN A. Kerangka Teoritik Dalam ilmu sosiologi mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan yang namanya teori dramaturgi, Dramaturgi adalah teori yang mengemukakan bahwa teater

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemunculannya Instagram sudah mencuri perhatian para penggunanya, menurut

BAB I PENDAHULUAN. kemunculannya Instagram sudah mencuri perhatian para penggunanya, menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Instagram merupakan media sosial yang sangat berkembang pesat di dunia Internet, banyak sekali yang menggunakan media sosial dari berbagai kalangan untuk keperluanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diajak bicara mempunyai kesan tertentu tentang si pembicara. Pengelolaan kesan

BAB I PENDAHULUAN. diajak bicara mempunyai kesan tertentu tentang si pembicara. Pengelolaan kesan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, manusia sering kali mengelola kesan sehingga orang yang diajak bicara mempunyai kesan tertentu tentang si pembicara. Pengelolaan kesan seringkali

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Paradigma Penelitian Menurut Bogdan dan Taylor, Metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Menjamurnya pengemis di kota-kota besar nampaknya sudah menjadi pemandangan sehari-hari yang tidak dapat terelakkan. Pengemis adalah orangorang yang mendapatkan penghasilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gaya hidup baru. Terlebih lagi dengan pencintraan terhadap kebaya semikin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gaya hidup baru. Terlebih lagi dengan pencintraan terhadap kebaya semikin BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Seiring dengan perkembangaan teknologi dan media masa membuat kebaya memiliki sebuah arti baru dalam masyarakat yang mengakibatkan sebuah gaya hidup baru. Terlebih

Lebih terperinci

Materi Minggu 1. Komunikasi

Materi Minggu 1. Komunikasi T e o r i O r g a n i s a s i U m u m 2 1 Materi Minggu 1 Komunikasi 1.1. Pengertian dan Arti Penting Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain

Lebih terperinci

Komunikasi. Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain (Handoko, 2002 : 30).

Komunikasi. Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain (Handoko, 2002 : 30). Komunikasi I. PENGERTIAN Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang

Lebih terperinci

KBBI, Effendy James A. F. Stoner Prof. Drs. H. A. W. Widjaya

KBBI, Effendy James A. F. Stoner Prof. Drs. H. A. W. Widjaya DEFINISI KBBI, Pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami Effendy, proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada

Lebih terperinci

Karunia terbesar yang dapat kita berikan pada orang lain adalah memberinya perhatian penuh atas keberadaannya. -Sue Atchley Ehaugh

Karunia terbesar yang dapat kita berikan pada orang lain adalah memberinya perhatian penuh atas keberadaannya. -Sue Atchley Ehaugh Karunia terbesar yang dapat kita berikan pada orang lain adalah memberinya perhatian penuh atas keberadaannya. -Sue Atchley Ehaugh Berkomunikasi Secara Nonverbal Pendahuluan Music piano TOSANDO.mp4 Analisis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Konstruktivisme Apabila seorang peneliti melakukan penelitian, secara sadar atau tidak dalam dirinya ada cara memandang hal atau peristiwa tertentu. Hal ini secara wajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi pengguna media sosial, memeriksa dan meng-update aktifitas terbaru ke dalam media sosial adalah sebuah aktifitas yang lazim dilakukan. Seseorang yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial, manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya, ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin

Lebih terperinci

Struktur Pertukaran Sosial Antara Atasan dan Bawahan di PT. Sirkulasi Kompas Gramedia Yogyakarta. Edwin Djaja / Ninik Sri Rejeki

Struktur Pertukaran Sosial Antara Atasan dan Bawahan di PT. Sirkulasi Kompas Gramedia Yogyakarta. Edwin Djaja / Ninik Sri Rejeki Struktur Pertukaran Sosial Antara Atasan dan Bawahan di PT Sirkulasi Kompas Gramedia Yogyakarta Edwin Djaja / Ninik Sri Rejeki PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ETIKA DALAM BERKOMONIKASI

ETIKA DALAM BERKOMONIKASI ETIKA DALAM BERKOMONIKASI PENGERTIAN ETIKA Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat kebiasaan di mana etika berhubungan erat dengan konsep individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam Moleong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengetahui Front Stage dan Back Stage yang dibangun oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengetahui Front Stage dan Back Stage yang dibangun oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Penelitian Sejenis Penelitian terdahulu adalah referensi yang berkaitan dengan penelitian. Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai acuan, antara lain sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan, manusia di dunia ini tidak dapat dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan, manusia di dunia ini tidak dapat dilepaskan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, manusia di dunia ini tidak dapat dilepaskan dari aktifitas berkomunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dalam tatanan

Lebih terperinci

BAB IV INTERPRESTASI HASIL PENELITIAN. telah dipilih selama penelitian berlangsung. Selain itu juga berguna untuk

BAB IV INTERPRESTASI HASIL PENELITIAN. telah dipilih selama penelitian berlangsung. Selain itu juga berguna untuk BAB IV INTERPRESTASI HASIL PENELITIAN A. ANALISIS DATA PENELITIAN Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan tahap yang bermanfaat untuk menelaah data yang diperoleh dari beberapa informan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave,

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave, berhasil mempengaruhi sebagian besar masyarakat dunia dengan cara memperkenalkan atau menjual produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia terkenal dengan keragaman budayanya. Ragam budaya yang terdapat di Indonesia memiliki nilai-nilai budaya yang tinggi di tiap-tiap penganutnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik antarindividu maupun dengan kelompok. Selama proses komunikasi, komunikator memiliki peranan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya dapat hidup berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya dapat hidup berkembang dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya dapat hidup berkembang dan berperan sebagai manusia dengan berhubungan dan bekerja sama dengan manusia lain. Dimanapun

Lebih terperinci

APLIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL DI DALAM KELAS

APLIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL DI DALAM KELAS APLIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL DI DALAM KELAS Maisarah, S.S., M.Si Inmai5@yahoo.com Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang Abstrak Artikel ini berisi tentang pentingnya komunikasi non verbal di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1.1 Peserta Program Student Exchange Asal Jepang Tahun (In Bound) No. Tahun Universitas Jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1.1 Peserta Program Student Exchange Asal Jepang Tahun (In Bound) No. Tahun Universitas Jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dan Jepang sudah lama menjadi mitra strategis dalam berbagai bidang perekonomian. Berdasarkan data yang diperoleh dari situs www.bppt.go.id kerjasama ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Penelitian Sejenis Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan yang bertujuan agar dapat menjustifikasi (pembenaran) bahwa hasil karya ilmiah yang penulis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

KOMUNIKASI VERBAL DAN KOMUNIKASI NON VERBAL DALAM KOMUNIKASI. Sesi 9 Pengantar Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Jaya

KOMUNIKASI VERBAL DAN KOMUNIKASI NON VERBAL DALAM KOMUNIKASI. Sesi 9 Pengantar Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Jaya KOMUNIKASI VERBAL DAN KOMUNIKASI NON VERBAL DALAM KOMUNIKASI Sesi 9 Pengantar Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Jaya KOMUNIKASI VERBAL = KOMUNIKASI DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA/KATA- KATA, BAIK LISAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena gay dan lesbi nampaknya sudah tidak asing lagi di masyarakat luas. Hal yang pada awalnya tabu untuk dibicarakan, kini menjadi seolah-olah bagian dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Antarbudaya Dalam ilmu sosial, individu merupakan bagian terkecil dalam sebuah masyarakat yang di dalamnya terkandung identitas masing-masing. Identitas tersebut yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dilakukan. Merujuk pada fokus penelitian yang terkait bagaimana bentuk-bentuk

BAB V PENUTUP. dilakukan. Merujuk pada fokus penelitian yang terkait bagaimana bentuk-bentuk BAB V PENUTUP A. Simpulan Kesimpulan merupakan jawaban dari fokus penelitian. Dalam kesimpulan ini akan dijelaskan secara singkat uraian tentang temuan dari penelitian yang telah dilakukan. Merujuk pada

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI. KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES INTERAKSI Rika Yessica Rahma,M.Ikom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Penyiaran

SOSIOLOGI KOMUNIKASI. KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES INTERAKSI Rika Yessica Rahma,M.Ikom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Penyiaran Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI Fakultas Ilmu Komunikasi KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES INTERAKSI Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN INTERAKSI SOSIAL Interaksi

Lebih terperinci

Basic Quantum Teaching & Accelerated Learning

Basic Quantum Teaching & Accelerated Learning Basic Quantum Teaching & Accelerated Learning Insight Institute Memulai Pengajaran/ pelatihan Kunci Mulailah tepat waktu Perlakuan dengan semua audience Membangun Hubungan baik Bangun kredibilitas anda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan lingkungan kehidupan yang melingkupinya. Untuk itu, manusia

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan lingkungan kehidupan yang melingkupinya. Untuk itu, manusia BAB I PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Penelitian Sebagai makhluk sosial, secara kodrati manusia hidup bersama dengan orang lain dan lingkungan kehidupan yang melingkupinya. Untuk itu, manusia membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan aktivitas makhluk sosial. Menurut Carl I. Hovland (dalam Effendy, 2006: 10) komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. Dalam praktik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi adalah pandangan maupun kemampuan individu untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi adalah pandangan maupun kemampuan individu untuk BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1 Persepsi 1.1 Defenisi Persepsi adalah pandangan maupun kemampuan individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan stimulus lingkungan yang dialaminya (Suliswati, 2005). Persepsi

Lebih terperinci

Kuliah ke-8 Teori Sosiologi Kontemporer Amika Wardana, Ph.D.

Kuliah ke-8 Teori Sosiologi Kontemporer Amika Wardana, Ph.D. Kuliah ke-8 Teori Sosiologi Kontemporer Amika Wardana, Ph.D. a.wardana@uny.ac.id Materi: Konsep Diri: Mengingat kembali Looking-glass self Cooley Tensi antara I dan Me Mead Interaksi Pelaku dan Audien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Hasil Olah Peneliti. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Hasil Olah Peneliti. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Internet sebagai alat komunikasi telah berkembang menjadi sebuah media yang efektif dan bersifat global. Instant Messaging (pesan instan), Chatting, Facebook,

Lebih terperinci

Terapi Cerita Bergambar Untuk Mengurangi Kesulitan Dalam Berkomunikasi Pada Seorang Remaja di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

Terapi Cerita Bergambar Untuk Mengurangi Kesulitan Dalam Berkomunikasi Pada Seorang Remaja di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Vol. 05, No. 01, 2015 ------------------------------------------------------------------------------- Hlm. 108 117 Terapi Cerita Bergambar Untuk Mengurangi Kesulitan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA. oleh Gunter K. Stahl, L. A. (2010 : ) berjudul Quality of Communication

BAB II STUDI PUSTAKA. oleh Gunter K. Stahl, L. A. (2010 : ) berjudul Quality of Communication BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian pertama yang dijadikan bahan acuan adalah tulisan yang disusun oleh Gunter K. Stahl, L. A. (2010 : 469-487) berjudul Quality of Communication Experience:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan kebutuhan yang berbeda-beda. Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut manusia memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsinya sebagai individu maupun makhluk sosial. Komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan sarana paling utama dalam kehidupan manusia, yang berarti tak ada seorangpun yang dapat menarik diri dari proses ini baik dalam fungsinya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perkembangan Sosial 2.1.1 Pengertian Perkembangan Sosial Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan seseorang untuk dapat berinteraksi serta beradaptasi dengan lingkungan baru terkadang menimbulkan perubahan identitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan bermasyarakat. Komunikasi memegang peran penting dalam kehidupan bersosial dan bermasyarakat. Tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok yang lain, bahkan memecahkan suatu permasalahan. 1 Kelompok adalah

BAB I PENDAHULUAN. kelompok yang lain, bahkan memecahkan suatu permasalahan. 1 Kelompok adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi dalam kelompok adalah bagian dari kegiatan keseharian kita. Kelompok merupakan bagian yang tidak terpisahkan bagi kehidupan, karena melalui kelompok

Lebih terperinci

ETIKA DAN ETIKET DALAM KOMUNIKASI

ETIKA DAN ETIKET DALAM KOMUNIKASI ETIKA DAN ETIKET DALAM KOMUNIKASI 2014 PENGENALAN ETIKA Etika (falsafah moral) daya intelek manusia yang membolehkan mereka menggunakan taakulan bagi perkara yang berkaitan dengan kehidupan mereka seharian

Lebih terperinci

PROFIL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA SOLOK ABSTRACT

PROFIL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA SOLOK ABSTRACT 1 PROFIL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA SOLOK Dian Setiani 1, Fitria Kasih 2, Mori Dianto 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta 74 Komuniti, Vol. VII, No. 2, September 2015 CULTURE SHOCK SANTRI LUAR JAWA DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DI JAWA (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF CULTURE SHOCK SANTRI ETNIS LUAR JAWA DENGAN SANTRI ETNIS

Lebih terperinci

PERAN SIGNIFICANT OTHERS

PERAN SIGNIFICANT OTHERS PERAN SIGNIFICANT OTHERS DALAM PEMBENTUKAN KONSEP DIRI (Studi Kasus tentang Peran Romo dalam Pembentukan Konsep Diri Kaum Muda melalui Komunikasi Interpersonal di Gereja Paroki Santa Maria Assumpta Babarsari)

Lebih terperinci

PROSES KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PADA WARGA BINA SOSIAL

PROSES KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PADA WARGA BINA SOSIAL PROSES KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PADA WARGA BINA SOSIAL (Studi Deskriptif Kualitatif Proses Komunikasi Antarpribadi Sesama Warga Bina Sosial di UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila Berastagi) Rittar Murdani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Istilah komunikasi bukanlah suatu istilah yang baru bagi kita. Bahkan komunikasi itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban umat manusia, dimana pesan

Lebih terperinci

Kecakapan Antar Personal. Mia Fitriawati, S.Kom, M.Kom

Kecakapan Antar Personal. Mia Fitriawati, S.Kom, M.Kom Kecakapan Antar Personal Mia Fitriawati, S.Kom, M.Kom Proses Komunikasi Proses Komunikasi secara Primer Proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang

Lebih terperinci

ETIKA BERKOMUNIKASI. ALREFI, M.Pd UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2016

ETIKA BERKOMUNIKASI. ALREFI, M.Pd UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2016 ETIKA BERKOMUNIKASI ALREFI, M.Pd UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2016 DASAR PEMIKIRAN HENDAKNYA PEMBICARAN SELALU DI DALAM KEBAIKAN (AN- NISA : 104) MENGHINDARI PERDEBATAN DAN SALING MEMBANTAH HENDAKNYA BERBICARA

Lebih terperinci

PENGARUH METODE BERMAIN PERAN TERHADAP PENGEMBANGAN MORAL ANAK DI KELOMPOK B TK PUDJANANTI KECAMATAN SIGI BIROMARU NI PUTU AYU SARTIKA ABSTRAK

PENGARUH METODE BERMAIN PERAN TERHADAP PENGEMBANGAN MORAL ANAK DI KELOMPOK B TK PUDJANANTI KECAMATAN SIGI BIROMARU NI PUTU AYU SARTIKA ABSTRAK PENGARUH METODE BERMAIN PERAN TERHADAP PENGEMBANGAN MORAL ANAK DI KELOMPOK B TK PUDJANANTI KECAMATAN SIGI BIROMARU NI PUTU AYU SARTIKA ABSTRAK Tujuan dari penelitianini adalah untuk mengetahui penerapan

Lebih terperinci

BAB 6 SIMBOL NON-VERBAL

BAB 6 SIMBOL NON-VERBAL BAB 6 SIMBOL NON-VERBAL Dasar-dasar Komunikasi (KPM 210) Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia -IPB Tujuan Instruksional Khusus Setelah mempelajari bab ini, Anda

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Manusia tidak dapat menghindari interaksi sosial untuk mengungkapkan

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Manusia tidak dapat menghindari interaksi sosial untuk mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Manusia tidak dapat menghindari interaksi sosial untuk mengungkapkan dirinya pada orang lain. Pada dasarnya setiap manusia memiliki langkah-langkah khusus dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena komunikasi merupakan alat manusia untuk saling berinteraksi satu sama lain. Manusia

Lebih terperinci

29/05/2012 PRESENTASI ILMIAH. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor 2012 K14 MPPI

29/05/2012 PRESENTASI ILMIAH. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor 2012 K14 MPPI PREENTA LMAH K14 MPP Alfiasari,.P., M.i Departemen lmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia nstitut Pertanian Bogor 2012 1 Berbicara dengan baik menjadi keterampilan yang dapat diukur dan menjadi

Lebih terperinci

KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KONSELING ( KIP/K ) RURY NARULITA SARI, SST., M.Kes

KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KONSELING ( KIP/K ) RURY NARULITA SARI, SST., M.Kes KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KONSELING ( KIP/K ) RURY NARULITA SARI, SST., M.Kes PENGERTIAN KOMUNIKASI Proses penyampaian pikiran atau perasaan dalam bentuk pendapat/ informasi melalui kata-kata, gerak

Lebih terperinci

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT 100904069 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Konsep Diri dalam Komunikasi Antarpribadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi kehidupan seseorang dikarenakan intensitas dan frekuensinya yang

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi kehidupan seseorang dikarenakan intensitas dan frekuensinya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya manusia sudah melakukan komunikasi sejak ia dilahirkan. Manusia melakukan proses komunikasi dengan lawan bicaranya baik dilingkungan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. informasi baik verbal atau non verbal (Chitty, 2001, dalam Marquis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. informasi baik verbal atau non verbal (Chitty, 2001, dalam Marquis, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Umum 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi sebagai pertukaran kompleks antara pikiran, gagasan, atau informasi baik verbal atau non verbal (Chitty, 2001, dalam Marquis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian pesan yang bermakna dari individu satu kepada individu lainnya

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian pesan yang bermakna dari individu satu kepada individu lainnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah makhluk sosial yang selalu mengadakan hubungan timbal balik satu sama lain dengan jalan berkomunikasi. Komunikasi merupakan proses penyampaian

Lebih terperinci

PRESENTASI DIRI SEORANG PEKERJA SEKS KOMERSIAL

PRESENTASI DIRI SEORANG PEKERJA SEKS KOMERSIAL PRESENTASI DIRI SEORANG PEKERJA SEKS KOMERSIAL (Studi Kualitatif Metode Dramaturgi Mengenai Presentasi Diri Seorang Pekerja Seks Komersial di Saritem Bandung ) ARTIKEL Oleh, RYANDY PURNAWAN NIM : 41808142

Lebih terperinci

TEORI KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

TEORI KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI Modul ke: TEORI KOMUNIKASI TEORI KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI Fakultas ILMU KOMUNIKASI Dr. Endah Murwani, MSi Program Studi Marketing Communication Impression Management Erving Goffman menganalisa tingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya dan komunikasi merupakan dua hal yang kaitannya sangat erat. Seseorang ketika berkomunikasi pasti akan dipengaruhi oleh budaya asalnya. Hal tersebut juga menunjukan

Lebih terperinci

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam /2007/11/19/snowballthrowing/)

BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA. Kiranawati (dalam  /2007/11/19/snowballthrowing/) 8 BAB 2 TEKNIK SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN BERBICARA 2.1 Teknik Snowball Throwing 2.1.1 Pengertian Teknik Snowball Throwing Kiranawati (dalam http://gurupkn.wordpress.com /2007/11/19/snowballthrowing/)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan mendasar seseorang untuk dapat berinteraksi dengan lingkungannya dengan komunikasi. Komunikasi juga merupakan bentuk penyampaian pesan dari seseorang kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Komunikasi merupakan salah satu faktor penting terjalinnya aktivitas. Dengan komunikasi aktivitas apapun pasti terjadi baik antar individu, kelompok, maupun

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS Kim dan Gudykunts (1997) menyatakan bahwa komunikasi yang efektif adalah bentuk komunikasi yang dapat mengurangi rasa cemas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jangkauan komunikasi yang lebih luas (Bungin, 2009:108).

BAB I PENDAHULUAN. jangkauan komunikasi yang lebih luas (Bungin, 2009:108). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sejarah masyarakat, manusia telah melakukan komunikasi sejak zaman prasejarah, dimana manusia berkomunikasi dengan manusia lain bertujuan untuk menyampaikan sesuatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam video konser Super Junior bertajuk Super Show World Tour 1-5 banyak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam video konser Super Junior bertajuk Super Show World Tour 1-5 banyak 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam video konser Super Junior bertajuk Super Show World Tour 1-5 banyak menggunakan bahasa kinesik. Hal ini terjadi karena para penggemar berasal dari berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengajar muda dan peserta didik di desa tertinggal dalam meningkatkan motivasi

BAB III METODE PENELITIAN. pengajar muda dan peserta didik di desa tertinggal dalam meningkatkan motivasi 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian bersifat deskriptif, yaitu untuk memperoleh deskripsi mengenai Peranan komunikasi antar pribadi antara pengajar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Pada dasarnya komunikasi interpersonal digunakan pada keseharian umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat berkomunikasi di sekolah

Lebih terperinci

KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PELAYANAN KESEHATAN HIPPII MPUSAT DISAMPAIKAN PADA PELATIHAN IPCN

KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PELAYANAN KESEHATAN HIPPII MPUSAT DISAMPAIKAN PADA PELATIHAN IPCN KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PELAYANAN KESEHATAN HIPPII MPUSAT DISAMPAIKAN PADA PELATIHAN IPCN Pendahuluan Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia Peran perawat dan tenga

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi

Pengantar Ilmu Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Pengantar Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Komunikasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FIKOM Marcomm 03 85001 Deskripsi Pokok bahasan pengantar ilmu komunikasi membahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang psikolog Universitas Stanford yaitu Sandra Bem (1977) yang dikutip dalam situs online Psikoterapis.com, dijelaskan bahwa dirinya mengeluarkan sebuah inventory

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gunung Tangkuban Perahu saja. Banyak yang bisa wisatawan temui di sini.

BAB I PENDAHULUAN. Gunung Tangkuban Perahu saja. Banyak yang bisa wisatawan temui di sini. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung, surga para pencari kesenangan. Ibukota Jawa Barat ini tak hanya menawarkan FO, Ciwalk, Cihampelas, Cimol, Café Strawberry atau tempat wisata Gunung

Lebih terperinci

INTERPERSONAL COMMUNICATION SKILL. Presented by : Dr. Mohammad Yamien,M.Si

INTERPERSONAL COMMUNICATION SKILL. Presented by : Dr. Mohammad Yamien,M.Si INTERPERSONAL COMMUNICATION SKILL Presented by : Dr. Mohammad Yamien,M.Si 1 Etos Kerja Profesional 1. Conceptual Skill Kemampuan mengelola organisasi dalam berbagai fungsi manajerial 2. Human Skill Kemampuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut: 74 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan di keluarga Bapak Mardianto, pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah disajikan dalam Bab III didapatkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kognitif anak-anak ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Imajinasi anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

Lebih terperinci

PROFESSIONAL IMAGE. Etiket dalam pergaulan (2): Berbicara di depan Umum, etiket wawancara. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM

PROFESSIONAL IMAGE. Etiket dalam pergaulan (2): Berbicara di depan Umum, etiket wawancara. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM Modul ke: PROFESSIONAL IMAGE Etiket dalam pergaulan (2): Berbicara di depan Umum, etiket wawancara Fakultas FIKOM Syerli Haryati, S.S. M.Ikom Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pendahuluan

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan bagian yang tidak terlepas dari kehidupan manusia. Setiap harinya, manusia melakukan komuikasi dengan manusia lainnya karena manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi yang dilakukan oleh manusia merupakan suatu proses yang melibatkan individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi kerja 1. Pengertian motivasi kerja Menurut Anoraga (2009) motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa peralihan atau masa transisi di mana para remaja belum bisa sungguh-sungguh

BAB I PENDAHULUAN. Masa peralihan atau masa transisi di mana para remaja belum bisa sungguh-sungguh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa peralihan atau masa transisi di mana para remaja belum bisa sungguh-sungguh dikatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian komunikasi antar pribadi Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres pada Wanita Karir (Guru) 1. Pengertian Istilah stres dalam psikologi menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diakses 19 Juni 2014 pukul 23.30

BAB I PENDAHULUAN.  yang diakses 19 Juni 2014 pukul 23.30 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tato merupakan suatu wahana identitas yang menyebar tidak hanya di belahan dunia barat, tetapi juga mulai mewabah di Indonesia. Pada saat ini tato mempunyai

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Dalam bagian ini, akan diuraikan simpulan dan saran berdasarkan hasil analisis temuan dan pembahasan dalam penelitian yang diuraikan berdasarkan fokus pertanyaan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DOKTER PADA PASIEN GANGGUAN JIWA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pasien Gangguan Jiwa Di RSJ.Prof.Dr.Hb.

KOMUNIKASI DOKTER PADA PASIEN GANGGUAN JIWA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pasien Gangguan Jiwa Di RSJ.Prof.Dr.Hb. KOMUNIKASI DOKTER PADA PASIEN GANGGUAN JIWA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pasien Gangguan Jiwa Di RSJ.Prof.Dr.Hb.Sa anin Padang) SKRIPSI Oleh YUKE IRZANI BP. 0810862017 JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS

Lebih terperinci