UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA"

Transkripsi

1 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI ANTIHIPERURISEMIA KOMBINASI EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SIDAGURI (Sida rhombifolia L) DAN ALLOPURINOL TERHADAP TIKUS SPRAGUE-DAWLEY YANG DIINDUKSI KAFEIN SKRIPSI YUNI RAHMI PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA SEPTEMBER 2017

2 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI ANTIHIPERURISEMIA KOMBINASI EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SIDAGURI (Sida rhombifolia L) DAN ALLOPURINOL TERHADAP TIKUS SPRAGUE-DAWLEY YANG DIINDUKSI KAFEIN SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi YUNI RAHMI PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA SEPTEMBER 2017 ii

3 iii

4 iv

5 v

6 ABSTRAK Nama : Yuni Rahmi Program Studi : Farmasi Judul : Uji Antihiperurisemia Kombinasi Ekstrak Etanol 70% Daun Sidaguri (Sida rhombifoli L) dan Allopurinol Terhadap Tikus Sprague-Dawley Yang Diinduksi Kafein Hiperurisemia merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan meningkatnya kadar asam urat. Masyarakat tidak hanya menggunakan allopurinol sebagai penurun hiperurisemia, tetapi secara bersamaan juga menggunakan pengobatan tradisional yaitu daun sidaguri (Sida rhombifolia L) untuk menurunkan hiperurisemia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penurunan hiperurisemia pada penggunaan kombinasi daun sidaguri dan allopurinol dalam menurunkan hiperurisemia. Metodologi penelitian ini adalah eksperimental, sebanyak 25 ekor tikus dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Sebelum diberi perlakuan, sebanyak 20 tikus uji diinduksi kafein 27 mg/200 g BB secara oral. Kelompok I (kontrol normal) diberi Na CMC 0,5%, kelompok II ( kontrol negatif) hanya diinduksi kafein, kelompok III (kontrol positif) diberi allopurinol 10 mg/kgbb, kelompok IV (ekstrak sidaguri 25 mg/kgbb) dan kelompok V (kombinasi ekstrak sidaguri 25 mg/kgbb dan allopurinol 10 mg/kgbb). Pengukuran kadar asam urat dilakukan pada hari ke 9, 12 dan 15 setelah perlakuan. Hasil: persentase penurunan hiperurisemia pada kontrol positif adalah 67,86%. Persentase penurunan hiperurisemia pada ekstrak sidaguri adalah 64,90% dan persentase penurunan hiperurisemia pada kombinasi ekstrak sidaguri dan allopurinol adalah 50,25%. Hasil analisa statistik Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa kontrol positif, ekstrak sidaguri dan kombinasi ekstrak sidaguri dan allopurinol tidak berbeda signifikan (p 0.05) dalam menurunkan hiperurisemia antar kelompok tetapi memberikan perbedaan yang signifikan dengan kontrol negatif (p 0.05). Kesimpulan: berdasarkan penelitian ini penggunaan ekstrak sidaguri dan allopurinol secara tunggal menurunkan hiperurisemia lebih baik dibandingkan penggunaan secara kombinasi antara ekstrak sidaguri dan allopurinol. Kata Kunci: Antihiperurisemia, kafein, daun sidaguri, kadar asam urat vi

7 ABSTRACT Name Major : Yuni Rahmi : Pharmacy Title : Antihiperurisemia Test of Combination Ethanol Extract 70% Sidaguri Leaves (Sida rhombifolia L) and Allopurinol in Sprague- Dawley Rat Induced by Caffein Hyperurisemia is a condition which indicated by the increase of uric acid levels. Society not only use allopurinol as a decrease in hyperurisemia, but in collective use the traditional treatment of sidaguri leaf (Sida rhombifolia L) to reduce hyperurisemia. The purpose of this research is to determine the decrease in hyperurisemia by using the combination of sidaguri leaf and allopurinol in reducing hyperurisemia. The research has been experimental in total of 25 rats were divided into 5 treatment groups. Preparing for the experiment 20 test rats induced caffeine 27 mg/200 gbb orally. Group I (normal control) was given Na CMC 0.5%, group II (negative control) was induced by caffein only, group III (positive control) was given allopurinol 10 mg/kgbb. Group IV (sidaguri extract 25 mg/kgbb) and group V (combination of sidaguri extract 25 mg/kgbb and allopurinol 10 mg/kgbb). The measurement of uric acid levels were doing on the ninth, twelfth, and fifteenth day. Results: the percentage reduction of hyperuricemia in positive control was 67.86%. The percentage reduction of hyperuricemia in sidaguri extract was 64.90% and the percentage reduction of hyperurisemia combination of sidaguri extract and allopurinol was 50.25%. The result of Kruskal-Wallis statistic analysis showed that positive control, sidaguri extract and combination of sidaguri extract and allopurinol were not significantly different ( p 0.05) in decreasing hyperuricemia between groups but gave significant difference with negative control (p 0.05). This research show that using only allopurinol or sidaguri extract has a better result than the combination of sidaguri extract and allopurinol Keywords: Antihiperurisemia, caffeine, sidaguri leaf, uric acid levels vii

8 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil alamin, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta ala atas segala nikmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi. Shalawat dan salam baginda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam yang telah membawa petunjuk bagi seluruh umat manusia, semoga kelak kita mendapatkan syafaat beliau. Skripsi ini berjudul Uji Antihiperurisemia Kombinasi Ekstrak Etanol 70% Daun Sidaguri dan Allopurinol Terhadap Tikus Sprague-Dawley Yang Diinduksi Kafein yang telah diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi Program Studi Farmasi FKIK. Dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa penulisan skrispi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Ibu Dr. Delina Hasan, M.Kes., Apt dan Ibu Puteri Amelia, M.Farm, Apt. selaku pembimbing yang memiliki andil besar dalam proses penelitian dan penyelesaian skripsi ini. 2. Bapak Dr. Arief Sumantri, M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. 3. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan. 4. Para staf karyawan dan laboran Program Studi Farmasi yang telah banyak membantu selama berlangsungnya penelitian. 5. Ayahanda Thamrin Habib dan Ibunda tercinta Nurni yang telah mendukung penulis baik dalam bentuk materi ataupun non materi dengan sepenuh hati. Serta kakak tercinta Khairul, Zulfadli, Ihsan, Apit, Iyan dan adik tercinta Rahma Yeni yang selalu menyemangati penulis. 6. Teman-teman farmasi 2013 yang telah banyak membantu penulis selama masa perkuliahan. viii

9 7. Sahabat tersayang penyemangat hari-hari penulis, dan orang-orang sekitar penulis yang telah banyak membantu penulis yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan pengetahuan khususnya di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan pembaca pada umumnya. Ciputat, September 2017 Penulis ix

10 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK Sebagai civitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Yuni Rahmi NIM : Program Studi : Farmasi Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Jenis Karya : Skripsi Demi pengembangan dan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi atau karya ilmiah saya dengan judul: UJI ANTIHIPERURISEMIA KOMBINASI EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SIDAGURI (Sida rhombifolia L) DAN ALLOPURINOL TERHADAP TIKUS SPRAGUE-DAWLEY YANG DIINDUKSI KAFEIN Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-undang Hak Cipta. Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Jakarta Pada Tanggal : 18 September 2017 Yang menyatakan, (Yuni Rahmi) x

11 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... vii KATA PENGANTAR... viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH... x DAFTAR ISI... xi DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Hipotesis Manfaat Penelitian Ruang Lingkup... 5 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Sidaguri Morfologi Sistematika Tumbuhan Kandungan Kimia Khasiat Sidaguri Data Keamanan Literatur Review Simplisia, Ekstrak dan Ekstraksi xi

12 2.2.1 Definisi Simplisia, Ekstrak dan Ekstraksi Metode Ekstraksi Hiperurisemia Definisi Patofisiologi Manifestasi Klinik Diagnosis Penatalaksanaan Model Hewan Uji pada Pengujian Efek Antihiperurisemia Metode Pemeriksaan Kadar Asam Urat Darah Metode Enzimatik Spektrofotometer UV-Vis Tes Strip Asam Urat Kafein Allopurinol BAB 3. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Desain Penelitian Alat dan Bahan Alat Bahan Tahapan Penelitian Pembuatan Simplisia Ekstraksi Pengujian Parameter non Spesifik Pengujian Parameter Spesifik Penginduksian Asam Urat dengan Kafein Uji Antihiperurisemia Pembuatan Sediaan Dosis Uji Pengelompokan Hewan Uji dan Cara Kerja Pengambilan Darah Pengukuran Asam Urat Terminasi Hewan Uji xii

13 3.7 Analisis Data Analisis Secara Statistik Perhitungan Persentase Penurunan Asam Urat BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Determinasi Tanaman Ekstraksi Parameter Standar Pembahasan BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

14 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Tumbuhan Sidaguri... 6 Gambar 2.2 Patofisiologi Gout Gambar 2.3 Penatalaksanaan Pengobatan untuk Artritis Gout Akut Gambar 2.4 Kafein Gambar 2.5 Allopurinol Gambar 4.1 Persentase Penurunan Asam Urat xiv

15 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Perlakuan hewan uji Tabel 3.2 Volume Blanko, Sampel dan Standar pada Pengukuran Asam Urat 28 Tabel 4.1 Parameter Standar Ekstrak Etanol 70% Daun Sidaguri xv

16 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Hasil Determinasi Daun Sidaguri Lampiran 2. Surat Keterangan Tikus Uji Lampiran 3. Surat Keterangan Lolos Kaji Etik Lampiran 4. Surat CoA Allopurinol Lampiran 5. Alur Penelitian Lampiran 6. Perhitungan Dosis dan Rendemen Lampiran 7. Kadar Air dan Kadar Abu Lampiran 8. Persentase Penurunan Kadar Asam Urat Lampiran 9. Analisis Data Kadar Asam Urat xvi

17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asam urat merupakan produk akhir dari degradasi purin dalam tubuh yang tidak memiliki fungsi fisiologis sehingga dianggap sebagai produk buangan (Dipiro et al., 2009). Pembentukan asam urat dipengaruhi oleh suatu enzim xantin oksidase yang dapat mengubah hipoxantin menjadi xantin dan selanjutnya menjadi asam urat (Tjay dan Rahardja, 2007). Pada kondisi normal, kadar asam urat dalam darah adalah 3,4-7,0 mg/dl pada pria dan 2,4-5,7 mg/dl pada wanita (Howkin et al., 1997). Pada kondisi patologis, dapat terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah melewati batas normal yang disebut hiperurisemia yang dapat menyebabkan akumulasi kristal urat pada persendian sehingga menimbulkan rasa nyeri (Price et al., 1995). Hiperurisemia merupakan kondisi asimtomatik dengan peningkatan kadar asam urat lebih dari 7,0 mg/dl (Dipiro et al., 2005) disebabkan karena tubuh memproduksi asam urat terlalu banyak atau ginjal tidak efisien untuk melakukan penyaringan asam urat keluar dari darah dan mengekskresikannya melalui urin (Longe et al., 2002). Diperkirakan bahwa gangguan asam urat terjadi pada 840 dari setiap orang, dan mewakili sekitar 5 % dari total penyakit radang sendi (Redaksi Vita Health, 2008). Berdasarkan data Riskesdas (2013) prevalensi penyakit sendi berdasar diagnosis tenaga kesehatan di Indonesia 11,9 persen dan berdasar diagnosis atau gejala 24,7 persen. Prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan tertinggi di Bali (19,3%), diikuti Aceh (18,3%), Jawa Barat (17,5%) dan Papua (15,4%). Prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (33,1%), diikuti Jawa Barat (32,1%) dan Bali (30%). Prevalensi penyakit sendi berdasar wawancara yang didiagnosis tenaga kesehatan meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Prevalensi tertinggi pada umur 75 tahun (33% dan 54,8%). 1

18 2 Prevalensi yang didiagnosis tenaga kesehatan lebih tinggi pada perempuan (13,4%) dibanding laki-laki (10,3%) demikian juga yang didiagnosis tenaga kesehatan atau gejala pada perempuan (27,5%) lebih tinggi dari laki-laki (21,8%). Hiperurisemia dapat diobati dengan urikosurik yang bekerja dengan cara meningkatkan eliminasi asam urat dan urikostatik yang bekerja dengan cara mengurangi pembentukan asam urat (Dipiro et al. 2009). Salah satu obat yang sering digunakan untuk hiperurisemia adalah allopurinol yang termasuk golongan urikostatik dengan mekanisme kerja yaitu inhibisi kompetitif dengan menghambat kerja enzim xantin oksidase, yang mengubah hipoxantin menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat sehingga kristal asam urat dalam tubuh menurun sehingga rasa sakit yang diderita berkurang (Deglin, 2004). Penggunaan allopurinol dapat menimbulkan efek samping ruam kulit, urtikaria, leukopenia, masalah gastrointestinal, dan sakit kepala. Sindrom hipersensitivitas allopurinol yang ditandai dengan demam, eosinofilia, dermatitis, vaskulitis, dan disfungsi ginjal dan hati jarang terjadi namun dikaitkan dengan tingkat kematian 20% (Dipiro et al., 2009). Secara empirik tumbuhan sidaguri (Sida rhombifolia L) telah digunakan sebagai obat bahan alam oleh masyarakat dalam pengobatan hiperurisemia. Flavonoid yang terkandung dari ekstrak daun sidaguri secara in vitro memiliki efek inhibitor xantin oksidase (XO) sehingga dapat mengurangi produksi asam urat yang berlebih. Tumbuhan sidaguri memiliki efek diuretik sehingga kadar asam urat mudah diekskresikan melalui urin dengan proses diuresis (Syafrullah, 2015). Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Iswantini et al. (2009) ekstrak tumbuhan sidaguri yang diujikan secara in vitro mengandung flavonoid yang dapat menghambat aktifitas xantin oksidase (XO) sampai 55% sehingga mempunyai efek antihiperurisemia dan efek inhibisi xantin oksidase (XO) 48-71% pada konsentrasi mg/l. Berdasarkan penelitian Simarmata et al. (2012) ekstrak etanol 70% daun sidaguri terbukti berkhasiat memiliki efek antihiperurisemia pada mencit dengan dosis 50 mg/kgbb, 100 mg/kgbb, dan 200 mg/kgbb dengan dosis terbaik 50 mg/kgbb.

19 3 Pada beberapa kasus masyarakat sering mengkombinasikan penggunaan obat konvensional dan obat tradisional. Salah satunya yaitu kombinasi penggunaan daun sidaguri dan allopurinol sebagai obat antihiperurisemia. Survei yang dilakukan di Amerika Serikat melaporkan bahwa orang dewasa yang secara teratur minum obat resep (konvensional), 18.4% melaporkan penggunaan bersamaan setidaknya satu obat tradisional atau vitamin dosis tinggi (dan 61.5% dari mereka yang menggunakan terapi konvensional tidak mengungkapkan penggunaan tersebut kepada dokter mereka) (Lancet, 2000). Suatu obat tradisional dapat memiliki efek yang menyerupai, memperkuat atau melawan efek yang ditimbulkan obat. Interaksi obat dengan obat tradisional dapat menyebabkan perubahan ketersediaan hayati (biovaibility) dan efikasi obat (Hidayat, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Aldiyati (2012) penggunaan allopurinol tunggal 10 mg/kgbb menurunkan hiperurisemia yang lebih tinggi dibandingkan penggunaan kombinasi allopurinol 10 mg/kgbb dengan ekstrak etanol daun gandarusa pada dosis 111,012 mg/kgbb dan 222,024 mg/kgbb. Data eksperimen dibidang interaksi obat konvensional - obat tradisional sangat terbatas (Lancet, 2000). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui efektifitas penggunaan kombinasi obat konvensional obat tradisional; uji antihiperurisemia kombinasi ekstrak etanol 70% daun sidaguri dan allopurinol terhadap tikus sprague-dawley yang diinduksi kafein. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang diketahui selama ini pengobatan untuk hiperurisemia yang sering digunakan yaitu allopurinol, secara bersamaan masyarakat juga menggunakan obat tradisional salah satunya daun sidaguri untuk menurunkan hiperurisemia. Penelitian ilmiah yang sudah dilakukan yaitu uji efektifitas ekstrak etanol 70% daun sidaguri terhadap hiperurisemia. Namun, penelitian uji antihiperurisemia kombinasi ekstrak etanol 70% daun sidaguri dan allopurinol belum pernah dilakukan.

20 4 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mengetahui penurunan hiperurisemia pada penggunaan ekstrak etanol 70% daun sidaguri dan kombinasi ekstrak etanol 70% daun sidaguri dan allopurinol Tujuan khusus Untuk mengetahui penurunan hiperurisemia pada penggunaan kombinasi ekstrak etanol 70% daun sidaguri dan allopurinol dalam menurunkan hiperurisemia. 1.4 Hipotesis Penggunaan kombinasi ekstrak etanol 70% daun sidaguri dan allopurinol dapat menurunkan hiperurisemia yang lebih tinggi dibandingkan penggunaan ekstrak etanol 70% daun sidaguri dan allopurinol secara tunggal. 1.5 Manfaat Penelitian Secara Teoritis Hasil penelitian ini dapat menyumbangkan khazanah keilmuan, pengetahuan serta wawasan mengenai efektifitas penggunaan kombinasi obat konvensional allopurinol dan obat tradisional daun sidaguri dalam menurunkan hiperurisemia Secara Metodologi Untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama menempuh pendidikan Farmasi di terutama berkaitan dengan ilmu bahan alam dan farmakologi Secara Aplikatif Menjadi bahan informasi bagi apoteker dalam pharmaceutical care pasien tentang antihiperurisemia kombinasi obat konvensional allopurinol dan obat tradisional daun sidaguri dalam menurunkan hiperurisemia.

21 5 1.6 Ruang Lingkup Penelitian dengan judul uji antihiperurisemia kombinasi ekstrak etanol 70% daun sidaguri dan allopurinol terhadap tikus sprague-dawley yang diinduksi kafein dibatasi pada pengujian kombinasi ekstrak etanol 70% daun sidaguri dan allopurinol terhadap tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague-Dawley. Induksi hiperurisemia menggunakan kafein. Desain penelitian adalah eksperimental. Jumlah tikus yang digunakan 25 ekor. Lokasi penelitian adalah di Laboratorium Penelitian 1 dan Laboratorium Animal House di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,.

22 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sidaguri Morfologi Sidaguri tumbuh liar di tepi jalan, halaman berumput, hutan, ladang, dan tempat-tempat dengan sinar matahari cerah atau sedikit terlindung. Perdu tegak bercabang ini tingginya dapat mencapai 2 m dengan cabang kecil berambut rapat. Daun tunggal, letak berseling, bentuknya bulat telur atau lanset, tepi bergerigi, ujung runcing, pertulangan menyirip, bagian bawah berambut pendek warnanya abu-abu, panjang 1,5-4 cm, lebar 1 1,5 cm. Bunga tunggal berwarna kuning cerah yang keluar dari ketiak daun, mekar sekitar pukul 12 siang dan layu sekitar tiga jam kemudian. Buah dengan 8-10 kendaga, diameter 6-7 mm (Menkes RI, 2016). Gambar 2.1 Tumbuhan Sidaguri (Koleksi Pribadi, 2017) 6

23 Sistematika Tumbuhan Tumbuhan sidaguri memiliki sistematik sebagai berikut: (Tjitrosoepomo, 1991) Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Malvales Famili : Malvaceae Marga : Sida Jenis : Sida rhombifolia L Nama umum : Sidaguri Nama daerah: saliguri (Minangkabau), sidaguri (Melayu), sidagori (Sunda), taghuri (Madura), kahindu (Sumba), hutu gamo (Halmahera), digo (Ternate) Kandungan Kimia Sidaguri memiliki sifat khas manis dan mendinginkan. Kandungan utama tanaman adalah tanin, flavonoid, saponin, alkaloid dan glikosida. Di samping itu juga ditemui kalsium oksalat, fenol, steroid, efedrin dan asam amino. Kadar kimia zat tersebut ditemui pada kisaran yang berbeda-beda pada jaringan tanaman. Pada akar ditemui alkaloid, steroid dan efedrin. Pada daun ditemui juga alkaloid, kalsium oksalat, tanin, saponin, fenol, asam amino dan minyak atsiri, pada batang ditemui kalsium oksalat dan tanin (Menkes RI, 2016) Khasiat Sidaguri Uji praklinik : Ekstrak gabungan sidaguri dengan seledri dapat digunakan sebagai antihiperurisemia dengan mekanisme menghambat aktivitas enzim xantin oksidase. Ekstrak etanol daun sidaguri menunjukkan aktivitas anti-inflamasi. Edema yang diinduksi dengan menyuntikkan karagenan mengalami penurunan pada perlakuan pemberian ekstrak (400 mg/kg BB) secara oral dibandingkan dengan kelompok kontrol (p < 0,05). Hasil ini mendukung penggunaan ekstrak etanol daun sidaguri dalam mengurangi peradangan.

24 8 Flavonoid dari ekstrak sidaguri secara in vitro menghambat aktivitas xanthine oxidase (XO) sampai 55% sehingga mempunyai efek antihiperurisemia dan efek inhibisinya 48-71% pada konsentrasi mg/l. Studi kinetik mendapatkan inhibisi flavonoid adalah inhibisi kompetitif dengan afinitas (α) 2.32 dan p < Fraksionasi menghasilkan 11 fraksi dengan aktivitas paling tinggi pada fraksi 4 yaitu 79% (Menkes RI, 2016) Data Keamanan LD50 : ekstrak air pada tikus per oral 8,5 g/kg BB. Ekstrak air bersifat non toksik pada tikus sampai dengan dosis 10 g/kg BB. Toksisitas subkronik peroral pada tikus dengan dosis 300, 600 dan 1200 mg/kgbb tidak menimbulkan perubahan pada organ (Menkes RI, 2016) Literatur Review Efek Hipourikemia Ekstrak Daun Sidaguri (Sida Rhombifolia L) pada Mencit Jantan (Simarmata et al., 2012) Pengujian efek ekstrak etanol daun sidaguri (EEDS) dilakukan secara eksperimental menggunakan alat ukur kadar asam urat Nesco dengan menggunakan potasium oxonate sebagai penginduksi asam urat. Dosis EEDS yang diujikan yaitu 50 mg/kgbb, 100 mg/kgbb dan 200 mg/kgbb diberikan secara oral, pengamatan selang waktu 60 menit selama 5 jam. Kontrol positif yaitu allopurinol 10 mg/kgbb dan kontrol negatif CMC dosis 1% BB. Data hasil pengujian dianalisis dengan metode analisis variasi (ANAVA). Dilanjutkan dengan uji post hoc duncan. Hasil analisis yaitu ketiga dosis EEDS memberikan efek penurunan terhadap kadar asam urat. Pemberian ekstrak etanol 50 mg/kgbb, 100 mg/kgbb dan 200 mg/kgbb memberikan hasil yang tidak berbeda signifikan dengan pemberian allopurinol dosis 10 mg/kgbb (p > 0,05) dan memberikan perbedaan yang signifikan dengan pemberian CMC dosis 1% BB (p < 0,05). Kesimpulan: semua ekstrak etanol daun sidaguri dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah dengan dosis terbaik 50 mg/kg BB dengan persentase penurunan 49,45%.

25 Sidaguri sebagai Antigout dan Kinetika Inhibisi Flavonoid pada Aktifitas Xantin (Iswantini et al., 2009) Hasil menunjukkan bahwa LC50 pada konsentrasi 501 mg/l dan efek inhibisi xantin oksidase % pada konsentrasi mg/l. Studi kinetik menunjukkan tipe inhibisi ekstrak flavonoid yaitu inhibisi kompetitif dengan afinitas inhibisi (α) 2.32 dan p <0.01. Fraksinasi yang dihasilkan yaitu 11 fraksi dengan fraksi 4 memiliki afinitas yang paling tinggi sebesar 79%. Analisis GC-MS pada fraksi 4 menunjukkan ada 39 senyawa organik dan fragmen flavonoid dengan waktu retensi 4.14, 6.53, dan 6.74 yang memiliki kesamaan dengan fragmen asam benzoat. Pada uji fitokimia fraksi 4 mengandung flavonoid Interaksi Allopurinol dengan Infusa Daun Salam (Eugenia polyantha W) terhadap Kadar Asam Urat Darah pada Tikus Putih (Firdausi, 2012) Subyek penelitian yaitu 20 ekor tikus putih jantan galur Wistar, ± 3 bulan, ± 200 gram. Dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok tanpa perlakuan, kelompok allopurinol 10 mg/kgbb, kelompok kombinasi allopurinol 10 mg/kgbb dengan infusa daun salam 2,5 g/kgbb dan kelompok kombinasi allopurinol 10 mg/kgbb dengan infusa daun salam 5 g/kgbb. Induksi hiperurisemia dilakukan dengan memberikan jus hati ayam 3 mg/200 gbb. Pengukuran kadar asam urat darah dilakukan saat sebelum induksi (awal), sebelum perlakuan (pre test) dan setelah perlakuan (post test). Selisih kadar asam urat darah kelompok tanpa perlakuan yaitu 0,32 ± 0,38; kelompok allopurinol 10 mg/kgbb yaitu 0,76 ± 0,33; kelompok kombinasi allopurinol 10 mg/kgbb dengan infusa daun salam 2,5 g/kgbb yaitu 0,56 ± 0,54; dan kelompok kombinasi allopurinol 10 mg/kgbb dengan infusa daun salam 5 g/kgbb yaitu 0,60 ± 0,80. Pada penelitian ini, pemberian kombinasi allopurinol dengan infusa daun salam menimbulkan interaksi obat yang bersifat antagonistik. Kombinasi allopurinol 10 mg/kgbb dan infusa daun salam 2,5 g/kgbb memiliki efek

26 10 antagonistik yang lebih kuat dibandingkan dengan kombinasi allopurinol 10 mg/kgbb dan infusa daun salam 5 g/kgbb Interaksi Allopurinol dan Ekstrak Daun Kepel (Stelechocarpus burahol) terhadap Kadar Asam Urat Darah pada Tikus Putih Jantan (Rezkiawan, 2012) Penelitian eksperimental yang dilakukan secara in vivo menggunakan 20 ekor tikus putih jantan galur Wistar, usia 3-4 bulan, berat ± 200 g dibagi dalam 4 kelompok: tanpa perlakuan (I), allopurinol 10 mg/kgbb (II), ekstrak daun kepel dosis 50 mg/kgbb dan allopurinol 10 mg/kgbb (III), ekstrak daun kepel dosis 100 mg/kgbb dan allopurinol 10 mg/kgbb (IV). Tikus diinduksi dengan jus hati ayam dosis 3 mg/200 gbb. Allopurinol dan ekstrak daun kepel diberikan sekali sehari selama 7 hari. Darah diambil dari vena mata dan pemeriksaan kadar asam urat dilakukan pada hari ke-0, 28 dan 35. Dalam penelitian ini didapatkan selisih kadar asam urat darah kelompok tanpa perlakuan : 0,32 ± 0,38 mg/dl, kelompok allopurinol : 0,76 ± 0,32 mg/dl, ekstrak daun kepel dosis 50 mg/kgbb dan allopurinol 10 mg/kgbb : 0,66 ± 0,38 mg/dl,ekstrak daun kepel dosis 100 mg/kgbb dan allopurinol dosis 10 mg/kgbb : 0.46 ± 0.46 mg/dl. Berdasarkan penelitian ini didapatkan bahwa allopurinol 10 mg/kgbb dan allopurinol 10 mg/kgbb + ekstrak daun kepel 50 mg/kgbb memiliki efek penurunan kadar asam urat darah lebih baik daripada allopurinol 10 mg/kgbb + ekstrak daun kepel 100 mg/kgbb Interaksi Allopurinol dan Ekstrak Etanol Daun Gandarusa (Justicia gendarussa B) terhadap Kadar Asam Urat Darah pada Tikus Putih Jantan (Aldiyati, 2012) Penelitian eksperimental dengan 20 ekor tikus putih jantan diinduksi dengan jus hati ayam 3 mg/200 g BB selama 28 hari, dilanjutkan pemberian perlakuan hingga hari ke-35. Tikus dibagi menjadi 4 kelompok yaitu (I) tanpa perlakuan, (II) allopurinol 10 mg/kgbb, (III) kombinasi allopurinol 10 mg/kgbb dan 111,012 mg/kgbb ekstrak etanol daun gandarusa (IV) kombinasi allopurinol

27 11 10 mg/kgbb dan 222,024 mg/kgbb ekstrak etanol daun gandarusa. Perlakuan selama 7 hari, pemeriksaan kadar asam urat dilakukan pada hari 0, 28 dan 35. Hasil penelitian diolah dengan menggunakan Kruskal Wallis, menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara keempat kelompok (p<0,05). Selanjutnya diolah menggunakan Mann-Whitney test dan menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara pemberian allopurinol tunggal dan tanpa perlakuan (p<0,05). Sedangkan antara kelompok tanpa perlakuan dengan kedua kelompok kombinasi tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05). Dapat disimpulkan bahwa penggunaan allopurinol tunggal 10 mg/kgbb lebih efektif dibandingkan penggunaan kombinasi allopurinol 10 mg/kgbb dengan ekstrak etanol daun gandarusa 111,012 mg/kgbb dan 222,024 mg/kgbb. 2.2 Simplisia, Ekstrak dan Ekstraksi Definisi Simplisia, Ekstrak dan Ekstraksi Simplisia atau herbal adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan. Kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan simplisia tidak lebih dari 60 (Depkes RI, 2008). Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung (Depkes RI, 2008). Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain (Depkes RI, 2000) Metode Ekstraksi Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2000) ekstraksi menggunakan pelarut terdiri dari dua yaitu:

28 12 a. Cara Dingin 1) Maserasi Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya. 2) Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan atau penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan. b. Cara Panas 1) Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna. 2) Soxhlet Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 3) Digesti Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur C. 4) Dekok Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (~30 C) dan temperatur sampai titik didih air.

29 13 5) Infus lnfus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur C) selama waktu tertentu (15-20 menit ). 2.3 Hiperurisemia dan Gout Definisi Gout merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam urat (hiperurisemia). Penyakit gout merupakan suatu proses inflamasi yang terjadi karena penumpukan kristal asam urat pada sekitar jaringan sendi akibat kadar asam urat serum yang melebihi kelarutannya. Kristalisasi natrium urat dalam jaringan lunak dan persendian akan membentuk endapan yang dinamakan tofus. Proses ini menyebabkan suatu reaksi inflamasi akut, yaitu artritis akut gout, yang dapat berlanjut menjadi artritis kronis gout. Hiperurisemia didefinisikan sebagai konsentrasi asam urat dalam serum yang melebihi 7 mg/dl. Konsentrasi ini adalah batas kelarutan monososdium urat dalam plasma. Pada konsentrasi 8 mg/dl atau lebih, monosodium urat lebih cenderung mengendap di jaringan (Dipiro et al. 2009). Ekskresi keseluruhan asam urat pada manusia yang normal berkisar rata-rata mg dalam 24 jam. Dua pertiga asam urat yang terbentuk dieliminasi melalui ginjal, sedangkan sepertiganya melalui saluran cerna (Dipiro et al., 2005) Patofisiologi Pada kondisi normal kadar asam urat pada laki-laki 3,4-7,0 mg/dl sedangkan pada perempuan antara 2,4-5,7 mg/dl. Jika kelebihan produksi ataupun penurunan ekskresi asam urat dalam tubuh akan meningkat yang disebut hiperurisemia. Keadaan hiperurisemia tersebut dapat menimbulkan penyakit gout sebagai akibat adanya penimbunan kristal natrium urat pada persendian yang disertai rasa nyeri (Howkin et al., 1997).

30 14 Patofisiologi Asam Urat Gambar 2.2 Patofisiologi Gout Sumber: Buku Patofisiologi, Manifestasi Klinik Serangan akut artristis gout ditandai dengan onset rasa nyeri yang menyiksa, pembengkakan, dan inflamasi. Serangan ini pada awalnya khas monoartikular, lebih sering mempengaruhi sendi metatarsofalangeal (podagra) dan kemudian mempengaruhi bagian dorsal kaki, pergelangan kaki, tumit, lutut, pergelangan tangan, jari dan siku. Serangan biasanya dimulai pada malam hari, dengan pasien terbangun dari tidurnya dengan rasa nyeri yang menyiksa. Demam dan leukositosis umum terjadi. Serangan yang tidak diobati dapat berlangsung selama 3 hingga 14 hari sebelum penyembuhan spontan.

31 15 Serangan akut artritis gout dapat ditimbulkan oleh stres, trauma, konsumsi alkohol, infeksi, operasi, penurunan kadar asam urat serum yang cepat akibat mengkonsumsi obat penurun asam urat, dan mengkonsumsi obat-obat tertentu yang diketahui dapat meningkatkan konsentrasi asam urat (Dipiro et al., 2009) Diagnosis Diagnosis definitif dilakukan dengan mengambil cairan sinovial dari sendi yang terkena dan identifikasi kristal intraselular monosodium urat monohidrat pada cairan leukosit sinovial. Bila diagnosis definitif tidak dapat dilakukan, diagnosis preskriptis artritis gout akut dapat dilakukan berdasarkan adanya tanda dan gejala karakteristik serta respons terhadap pengobatan (Dipiro et al., 2009) Penatalaksanaan Terapi Non Farmakologi Pasien dianjurkan untuk mengurangi konsumsi makanan yang tinggi mengandung purin, menghindari alkohol, dan menurunkan berat badan jika obesitas (Dipiro et al., 2009). Terapi Farmakologi a) Antiinflamasi Nonsteroid (AINS) Mekanisme kerja: dalam dosis tunggal AINS mempunyai aktivitas analgesik yang setara dengan parasetamol, tetapi parasetamol lebih disukai terutama untuk pasien usia lanjut. Dalam dosis penuh yang lazim AINS sekaligus memperlihatkan efek analgesik yang bertahan lama yang membuatnya sangat berguna pada pengobatan nyeri yang berlanjut atau nyeri berulang akibat radang. Oleh karena itu, walaupun parasetamol sering mengatasi nyeri dengan baik pada osteoartritis, AINS lebih tepat daripada parasetamol atau analgesik opioid dalam artritis meradang (yaitu artritis rematoid) dan pada beberapa kasus osteoartritis lanjut. Efek samping: kadang-kadang timbul rasa tidak nyaman pada saluran cerna, mual, diare, kadang-kadang pendarahan dan tukak; dispepsia bisa ditekan dengan meminum obat ini bersama makanan atau susu. Efek samping lain termasuk hipersensitivitas (terutama ruam kulit, angiodema), sakit kepala, pusing,

32 16 vertigo, gangguan pendengaran. Juga terjadi gangguan pada darah (Dipiro et al., 2009). b) Kortikosteroid Mekanisme kerja: kortikosteroid memiliki aktifitas glukokortikoid dan mineralokortikoid sehingga memperlihatkan efek yang sangat beragam yang mempunyai efek terhadap metabolisme karbohidrat, protein dan lipid; efek terhadap kesetimbangan air dan elektrolit; dan efek terhadap pemeliharaan fungsi berbagai sistem dalam tubuh. Kerja obat ini sangat rumit dan bergantung pada kondisi hormonal seseorang. Namun, secara umum efeknya dibedakan atas retensi Na, efek terhadap metabolisme karbohidrat (glukoneogenesis) dan efek antiinflamasi. Kortikosteroid bekerja melalui interaksinya dengan protein reseptor yang spesifik di organ target, untuk mengatur suatu ekspresi genetik yang selanjutnya akan menghasilkan perubahan dalam sintesis protein lain. Protein terakhir inilah yang akan mengubah fungsi seluler organ target sehingga diperoleh efek antiinflamasi, meningkatnya reabsorbsi Na, meningkatnya asam lemak dan meningkatkan reaktivitas pembuluh terhadap zat vasoaktif. Efek samping: penggunaan jangka lama akan menimbulkan efek samping glukokortikoid meliputi diabetes dan osteoporosis yang terutama berbahaya bagi usia lanjut. Pemberian dosis tinggi dapat menyebabkan nekrosis avaskular dan sindrom Cushing yang sifatnya berpulih (reversibel). Dan juga dapat terjadi gangguan mental, euphoria, dan miopati (Dipiro et al, 2009). c) Obat-obat untuk mengatasi gout Obat yang digunakan untuk mengatasi gout dibedakan menjadi obat untuk penanganan serangan akut gout dan obat yang digunakan untuk penanganan jangka panjang penyakit gout. Obat jangka panjang akan menimbulkan kambuhan dan memperpanjang manifestasi akut bila dimulai saat serangan. Serangan gout akut biasanya diobati dengan AINS dosis tinggi. Kolkisin bisa dijadikan sebagai alternatif. Untuk pengendalian gout jangka panjang (interval), pembentukan asam urat dan purin bisa dikurangi dengan penghambat xantin oksidase allopurinol atau urikosurik seperti probenesid untuk meningkatkan ekskresi asam urat dalam urin.

33 17 - Kolkisin Mekanisme kerja: mekanisme pasti kerja kolkisin masih belum diketahui. Kolkisin menunjukkan efeknya dengan mengurangi respon inflamasi terhadap kristal yang terdeposit dan juga dengan mengurangi fagositosis. Kolkisin mengurangi produksi asam laktat oleh leukosit secara langsung dan dengan mengurangi fagositosis sehingga mengganggu siklus deposisi kristal urat dan respon inflamasi. Efek samping: mual, muntah, dan nyeri pada perut; dosis yang berlebihan juga dapat menyebabkan diare berat, pendarahan saluran cerna, ruam, kerusakan pada ginjal dan hati (Dipiro et al., 2009). - Allopurinol Mekanisme kerja: allopurinol dan metabolit utamanya, oksipurinol, merupakan inhibitor xantin oksidase dan mempengaruhi perubahan hipoxantin menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat. Allopurinol juga menurunkan konsentrasi intraseluler PRPP. Oleh karena waktu paruh metabolitnya yang panjang, allopurinol dapat diberikan sekali sehari. Dosis oral harian sebesar 300 mg biasanya mencukupi. Efek samping: ruam, demam, limfadenopati, artalgia, dan eosinofilia, sindrom mirip Stevens-Johnson atau Lyell, jarang terjadi. Gangguan saluran cerna; jarang malaise, sakit kepala, vertigo, mengantuk, gangguan pengecapan, hipertensi, dan neuropati (Dipiro et al., 2009). - Probenesid Mekanisme kerja: secara kompetitif menghambat reabsorpsi asam urat pada tubulus proksimal sehingga meningkatkan ekskresi asam urat dan mengurangi konsentrasi urat serum. Data farmakokinetik: probenesid diabsorpsi dengan baik setelah pemberian oral dan menghasilkan konsentrasi plasma puncak dalam 2 sampai 4 jam. Sebesar 85-95% obat ini terikat pada protein. Probenesid diekskresikan dalam urin terutama sebagai metabolitnya.

34 18 Efek samping: kadang mual dan muntah, sering buang air kecil, sakit kepala, muka merah, pusing, jarang hipersensitivitas, nekrosis hati dan anemia aplastik (Dipiro et al., 2009). Tatalaksana Pengobatan untuk Artritis Gout Akut Artritis gout akut Kontraindikasi terhadap NSAID? Onset gejala < 48 jam? NSAID pilihan Kolkisin Respon tidak mencukupi Respon tidak mencukupi Jumlah sendi yang terlibat Kortikosteroid intraartikular Parenteral atau kortikosteroid oral Gambar 2.3 Penatalaksanaan Pengobatan untuk Artritis Gout Akut Sumber: Iso Farmakoterapi, Model Hewan Uji pada Pengujian Efek Antihiperurisemia Tikus putih sering digunakan dalam penelitian karena memiliki beberapa kelebihan antara lain: mudah dipelihara dalam populasi yang sangat besar, dapat berkembang biak dengan pesat, dan memiliki ukuran yang lebih besar daripada mencit sehingga untuk beberapa percobaan tikus lebih menguntungkan. Tikus putih memperlihatkan masa hamil yang singkat (21-23 hari), jumlah anak yang cukup banyak (6-12 ekor), dan dapat hidup sampai 4 tahun. Seekor tikus putih

35 19 dewasa membutuhkan 15 gram makanan dan ml air per 100 gram berat badan perhari. Suhu kandang yang dibutuhkan tikus C dan kelembapan relatif 40-70%. Ada beberapa galur tikus putih antara lain: Long-Evans, Sprague-Dawley, dan Wistar. Tikus putih galur Wistar mempunyai ciri-ciri: warna tubuh putih, mata berwarna merah (albino), ukuran kepala dan ekor lebih pendek dari badannya; galur Sprague-Dawley mempunyai ciri-ciri: warna tubuh putih, mata berwarna merah (albino), ukuran kepala yang kecil, dan ekor lebih panjang dari badannya; sedangkan galur Long-Evans ditandai dengan warna hitam dibagian kepala, dan tubuh bagian depan (Malole dan Pramono, 1989). 2.5 Metoda Pemeriksaan Kadar Asam Urat Darah Metode Enzimatik Spektrofotometer UV-Vis Metode ini menggunakan enzim-enzim yang bekerja secara spesifik pada asam urat, sehingga memberikan hasil yang relatif lebih tepat dibandingkan metode lainnya. Prinsip reaksinya adalah mengoksidasi asam urat menjadi alantoin, hidrogen peroksida dan karbon dioksida yang dikatatalisis oleh enzim urikase. Hidrogen peroksida yang terbentuk bereaksi dengan 3,5 dikloro 2- hidroksibenzen sulfonat (DCHBS) dan 4 aminophenzon (PAP) membentuk zat warna quinonimin yaitu N-(4-antipirin)-3 klor-5-sulfonat-p-benzokuinonimuin yang diukur pada panjang gelombang 520 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis (Yuno, 2003) Tes Strip Asam Urat Pengukuran kadar asam urat darah tikus putih dilakukan dengan alat tes strip asam urat. Alat ini merupakan alat yang digunakan untuk memonitor tingkat asam urat di dalam darah. Tes ini merupakan spesifik untuk asam urat. Tes tersebut menggunakan oksidasi asam urat dan berdasarkan pada kemajuan teknologi biologi sensor (Prasetya, 2009).

36 Kafein Gambar 2.4 Kafein Sumber: Kafein adalah komponen alkaloid derivat xantin yang mengandung gugus metil yang akan dioksidasi oleh xantin oksidase membentuk asam urat sehingga dapat meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh. Pada penelitian ini kafein digunakan sebagai penginduksi asam urat yang dapat menyebabkan hewan coba menjadi hiperurisemia (Azizahwati et al. 2005). Kafein adalah basa sangat lemah dari larutan air atau alkohol tidak terbentuk garam yang stabil. Kafein terdapat sebagai serbuk putih, atau sebagai jarum mengkilap putih, tidak berbau dan rasanya pahit. Kafein larut dalam air (1:50), alkohol (1:75), atau kloroform (1:6) tetapi kurang larut dalam eter. Kelarutan naik dalam air panas (1:6 pada 80ºC) atau alkohol panas (1:25 pada 60ºC). Kafein merupakan perangsang susunan saraf pusat, merangsang otot jantung dan melemaskan otot jantung dan melemaskan otot polos bronkus (Sudarmi, 1997). Dalam dosis standar antara mg, kafein utamanya mempengaruhi lapisan luar otak. Pengaruh ini biasanya kelelahan. Dalam dosis besar pusat vasomotor dan pernapasan terpengaruh. Konsumsi kafein sebaiknya tidak melebihi 300 mg sehari. Para ahli menyarankan mg kafein dalam sehari merupakan jumlah yang cukup. Mengkonsumsi kafein sebanyak 100 mg tiap hari dapat menyebabkan individu tersebut tergantung pada kafein. Keracunan kafein kronis, bila minum 5 cangkir teh setiap hari yang setara dengan 600 mg kafein. Lama kelamaan akan memperlihatkan tanda dan gejala seperti gangguan percernaan makanan, rasa lelah, gelisah, suka tidur, tida nafsu makan, sakit kepala, pusing, bingung, berdebar, serak, sesak nafas, dan kadang sukar buang air besar (Setiawan, 2012).

37 21 2.7Allopurinol Gambar 2.5 Allopurinol Sumber: Buku Dasar Farmakologi Terapi, 2014 Allopurinol merupakan analog hipoxantin. Baik allopurinol maupun metabolit utamanya yaitu oksipurinol (aloxantin), merupakan inhibitor xantin oksidase. Penghambatan enzim inilah yang menghasilkan efek farmakologis utama allopurinol. Pada gout atau pirai, allopurinol umumnya digunakan untuk bentuk kronis parah yang ditandai dengan satu atau lebih keadaan berikut: nefropati pirai, pengendapan tofi, batu urat di ginjal, gangguan fungsi ginjal, atau hipourikemia yang tidak mudah dikendalikan dengan obat-obat urikosurik. Tujuan terapi ini adalah untuk menurunkan konsentrasi asam urat dalam plasma di bawah 6 mg/dl (setara dengan 360 μm). Terapi dimulai dengan dosis rendah untuk meminimalkan risiko memicu serangan akut artritis pirai. Dosis awal 100 mg sehari dinaikkan dengan penambahan 100 mg pada interval satu minggu sampai maksimum 800 mg per hari. Dosis lazim pemeliharaan untuk orang dewasa 200 sampai 300 mg sehari untuk pasien dengan pirai ringan dan 400 sampai 600 mg untuk pasien dengan pirai tofi yang parah sedang. Dosis sehari yang melebihi 300 mg harus diberikan dalam takaran terbagi. Dosis harus dikurangi pada pasien yang mengalami gangguan ginjal sebanding dengan penurunan filtrasi glomerulus (Hardman et al., 2012).

38 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratotium Penelitian 1 dan Animal House Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada bulan Mei Agustus Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian eksperimental. Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Sprague-Dawley dengan umur 2-3 bulan dan berat badan gram sebanyak 25 ekor dengan pengelompokan secara acak. Metode induksi hiperurisemia yang digunakan adalah induksi kafein pada dosis 27 mg/200 g BB. Penelitian ini dilakukan dengan mengekstraksi daun sidaguri menggunakan pelarut etanol 70% dengan metode maserasi. Ekstrak yang diperoleh diberikan kepada tikus yang telah diinduksi hiperurisemia dengan kafein dan selanjutnya diamati penurunan kadar asam urat tikus tersebut. 3.3 Alat dan Bahan Alat Terdiri dari: timbangan hewan (Ohauss), kandang tikus beserta tempat makan dan minum, sonde oral, jarum suntik, hot plate (Wiggen Hauser), blender, oven, timbangan analitik (Wiggen Hauser), holder, vaccum rotary evaporator (Memmert Eyele), kertas saring, kapas, kamera, uric acid TBHBA, Spektrofotometer UV Vis, sentrifus, mikropipet, mikrohematokrit dan alat-alat gelas (Iwaki pyrex) Bahan Tanaman Uji Tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah daun sidaguri. Tanaman sidaguri yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITRO) sebanyak 5 kg daun segar dan digunakan

39 23 gram serbuk kering daun sidaguri. Sebelum diproses menjadi ekstrak, tanaman dideterminasi yaitu memverifikasi identitas tanaman di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor Hewan Uji Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan galur Sprague-Dawley berusia 2-3 bulan, memiliki berat badan gram. Hewan uji yang digunakan sebanyak 25 ekor dengan 5 ekor tiap kelompok (WHO, 2000). Tikus uji diperoleh di Institut Pertanian Bogor Bahan Uji Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: - Ekstrak etanol 70% daun sidaguri Ekstrak etanol 70% daun sidaguri diperoleh dari 5 kg daun sidaguri. Dibuat menjadi simplisia serbuk kering sebanyak 500 gram. Simplisia kemudian diekstraksi dengan metode maserasi dengan pelarut etanol 70%. Pembuatan ekstrak dilakukan di Laboratorium Penelitian 1. - Allopurinol (kontrol positif) yang diperoleh dari PT. Indofarma - Kafein (penginduksi hiperurisemia) yang diperoleh dari Aldrich Chemical. 3.4 Tahapan Penelitian Pembuatan Simpliasia Daun sidaguri sebanyak 5 kg disortasi untuk memudahkan pencucian dan pemisahan pengotor pada simplisia. Pencucian daun sidaguri dilakukan dengan air mengalir. Daun sidaguri dikeringkan dengan cara diangin-anginkan pada suhu ruang yang tidak terpapar sinar matahari langsung hingga simplisia kering. Simplisia kering dilakukan kembali sortasi untuk memastikan simplisia bebas dari pengotor. Simplisia ditimbang dan diblender hingga menjadi serbuk Ekstraksi Serbuk simplisia kering daun sidaguri ditimbang sebanyak 500 gram, kemudian dimasukkan ke dalam toples kaca berwarna gelap (agar tidak tembus cahaya). Pembuatan ekstrak dilakukan secara maserasi dengan merendam serbuk simplisia dengan menggunakan pelarut etanol 70% dan pelarut dilebihkan setinggi

40 24 lebih kurang 2 cm di atas permukaan serbuk simplisia. Masa perendaman pada maserasi dilakukan selama 3 hari dan selama perendaman dilakukan pengadukan pada 6 jam pertama dan dibiarkan terendam selama 3 hari. Maserat di saring dengan kertas saring. Maserat dipisahkan dan diremaserasi, proses yang sama diulangi sebanyak tiga kali dengan jenis dan pelarut yang sama. Semua filtrat diuapkan dengan vacuum rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak cair (Simarmata et al., 2012). Ekstrak yang diperoleh dihitung rendemen ekstrak dengan rumus: Pengujian Parameter non Spesifik Parameter Kadar Air Metode yang digunakan untuk uji kadar air yaitu metode Aufhauser. Dibersihkan tabung penerima dan pendingin dengan asam pencuci dan dibilas dengan air. Tabung penerima dan pendingin dikeringkan dalam lemari pengering. Dimasukkan ke dalam labu kering sejumlah ekstrak yang ditimbang saksama yang diperkirakan mengandung 2 ml sampai 4 ml air. Dimasukkan lebih kurang 200 ml toluen ke dalam labu, alat dihubungkan. Dituang toluen ke dalam tabung penerima (R) melalui alat pendingin. Dipanaskan labu secara hati-hati selama 15 menit. Toluen yang mulai mendidih, disuling dengan lebih kurang 2 tetes per detik hingga sebagian air tersuling. Kecepatan penyulingan dinaikkan hingga lebih kurang 4 tetes per detik. Setelah semua air tersuling, dibilas bagian dalam tabung kondensor dengan toluen, sambil dibersihkan dengan sikat tabung yang disambungkan pada kawat tembaga dan dijenuhkan dengan toluen. Penyulingan dilanjutkan selama 5 menit, pemanasan dihentikan dan dinginkan hingga suhu kamar. Bila ada tetesan air menempal pada dinding tabung penerima, digosok dengan karet yang dikaitkan pada sebuah kawat tembaga dan dibasahi dengan toluen hingga tetesan air turun. Bila air dan toluen memisah sempurna, dibaca volume air, dan dihitung persentase yang ada dalam zat (Depkes RI, 2000).

41 Parameter Kadar Abu Lebih kurang 2 g sampai 3 g ekstrak yang telah digerus dan ditimbang saksama, dimasukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara ratakan. Dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, dinginkan, dan ditimbang. Jika cara ini arang tidak dapat dihilangkan, ditambahkan air panas, disaring melalui kertas saring bebas abu. Dipijarkan sisa kertas dan kertas saring dalam krus yang sama. Dimasukkan filtrat ke dalam krus, diuapkan, dan dipijarkan hingga bobot tetap, dan ditimbang. Dihitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes RI, 2000) Pengujian Parameter Spesifik Identitas Diidentifikasi dengan tata nama meliputi nama ekstrak, nama latin tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan, dan nama Indonesia tumbuhan (Depkes RI, 2000) Organoleptik Dalam Depkes RI (2005) identifikasi organoleptik menggunakan pancaindera mendeskripsikan berupa: bentuk, warna, bau dan rasa. 3.5 Penginduksian Hiperurisemia dengan Kafein 27 mg/200 g BB Prosedur induksi kafein terhadap tikus uji sebagai berikut: hewan uji diaklimatisasi selama 2 minggu sebanyak 25 ekor. Tikus uji sebanyak 5 ekor dijadikan sebagai kontrol normal dan 20 ekor diinduksi dengan kafein. Tikus uji dipuasakan selama 12 jam, sebelum dilakukan pengambilan darah tikus diinduksi dengan kafein. Induksi kafein diberikan secara oral dengan dosis 27 mg/200 g BB. Induksi kafein dilakukan selama 6 hari. 1 jam setelah penginduksian pada hari ke-6, kadar asam urat tikus uji diukur dengan metode kolorimetri enzimatik. Pada hari ke-7 hewan uji diberikan perlakuan berdasarkan kelompok masingmasing setiap hari. Pengukuran kadar asam urat selanjutnya dilakukan pada hari ke 9, 12 dan 15. Parameter hiperurisemia adalah tikus uji dengan kadar asam urat melebihi batas normal. Taconic Technical Laboratory, 1998 dalam Kusmiyati, 2008

42 26 menyebutkan kadar asam urat normal pada tikus jantan adalah 4,37 ± 1.11 mg/dl dan 2,92 ± 0,241 mg/dl pada tikus betina. 3.6 Uji Antihiperurisemia Pembuatan Sediaan Dosis Uji a. Dosis Ekstrak Daun Sidaguri Dosis yang digunakan pada ekstrak etanol 70% daun sidaguri adalah dosis 50 mg/kgbb pada mencit. Untuk dosis pada tikus dikonversikan menjadi 25 mg/kgbb. Perhitungan dosis ada pada Lampiran 6. Jumlah suspensi ekstrak yang diberikan kepada 1 ekor tikus dengan berat badan 200 gram adalah 2 ml. Ekstrak diberikan secara oral dalam bentuk suspensi. Suspending agent yang digunakan adalah Na CMC dengan konsentrasi 0,5%. Proses pembuatan suspensi Na CMC 0,5% adalah dengan mengembangkan Na CMC dengan air panas sebanyak 20 kali berat Na CMC. b. Dosis Allopurinol sebagai Kontrol Positif Dosis allopurinol untuk asam urat pada manusia adalah 100 mg per hari. Dosis allopurinol untuk setiap 200 g BB tikus yaitu 10 mg/kgbb. Perhitungan dosis ada pada Lampiran 6. Jumlah suspensi allopurinol yang diberikan kepada 1 ekor tikus dengan berat badan 200 gram adalah 2 ml. Allopurinol diberikan secara oral dalam bentuk suspensi. Suspending agent yang digunakan adalah Na CMC dengan konsentrasi 0,5%. Proses pembuatan suspensi Na CMC 0,5% adalah dengan mengembangkan Na CMC dengan air panas sebanyak 20 kali berat Na CMC. c. Dosis Kafein sebagai Penginduksi Asam Urat pada Tikus Dosis yang digunakan pada kafein sebagai penginduksi asam urat adalah dosis 27 mg/ 200 g BB (Azizahwati, 2005). Perhitungan dosis ada pada Lampiran 6. Jumlah kafein yang diberikan kepada 1 ekor tikus dengan berat badan 200 gram adalah 2 ml. Kafein diberikan secara oral dalam bentuk suspensi. Suspending agent yang digunakan adalah Na CMC dengan konsentrasi 0,5%. Proses pembuatan suspensi Na CMC 0,5% adalah dengan mengembangkan Na CMC dengan air panas sebanyak 20 kali berat Na CMC.

43 Pengelompokan Hewan Uji dan Cara Kerja Menurut WHO (2000) untuk perlakuan menggunakan hewan uji berupa tikus tiap kelompok perlakuan terdiri dari 5 tikus. Untuk mengatasi drop out hewan uji dilebihkan 20% atau dilebihkan 1 ekor tikus tiap kelompok. Tabel 3.1 Perlakuan Hewan Uji Kelompok Jumlah Perlakuan Kontrol normal 5 Diberikan suspensi Na CMC 0,5 % Kontrol negatif 5 Diberikan suspensi kafein 27 mg/200 g BB sebanyak 2 ml Kontrol positif (allopurinol) Ekstrak sidaguri tunggal Kombinasi ekstrak sidaguri dan allopurinol 5 Diberikan suspensi kafein 27 mg/200 g BB sebanyak 2 ml, satu jam kemudian diberi suspensi allopurinol 10 mg/kgbb sebanyak 0,5 ml 5 Diberikan suspensi kafein 27 mg/200 g BB sebanyak 2 ml, satu jam kemudian diberi suspensi ekstrak daun sidaguri dosis 25 mg/kgbb 5 Diberikan suspensi kafein 27 mg/200 g BB sebanyak 2 ml, satu jam kemudian diberi kombinasi ekstrak daun sidaguri dosis 25 mg/kgbb dan allopurinol 10 mg/kgbb Pengambilan Darah Pengambilan darah dilakukan melalui sinus orbital mata tikus pada hari ke 0, 6,9,12 dan 15. Tikus diberikan anastesi umum secara inhalasi dengan eter. Pada mata tikus, mikrohematokrit dimasukkan ke dalam pangkal bola mata sambil diputar halus ke arah belakang bola mata sehinga darah mengalir melalui mikrohematokrit tersebut. Darah ditampung hati-hati ke dalam mikrotube, kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 5 menit. Serum yang diperoleh kemudian dipisahkan dengan mikropipet lalu disimpan dalam lemari pendingin pada suhu 2-8ºC hingga dilakukan pengukuran asam urat Pengukuran Asam Urat Pengukuran kadar asam urat dilakukan dengan metode kolorimetri enzimatik menggunakan pereaksi untuk asam urat.

44 28 Prinsip reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: urikase Asam urat + O2 + H allantoin + CO2 +H2O2 peroksidase H2O2 + DCHBS + 4-aminoantipiril N-(4-antipiril)-3-kloro-5-sulfonat-pbenzokuinonimuin +HCl +H2O Ket: DCHBS = diklorohidroksi benzen sulfonat Pada kuvet blanko, sampel, dan standar dimasukkan 1000 µl pereaksi asam urat. Pada kuvet sampel ditambahkan 20 µl serum dan pada kuvet standar ditambahkan 20 µl standar asam urat, lalu dikocok. Campuran tersebut diinkubasi selama 30 menit pada suhu 25-30ºC hingga terbentuk warna merah muda. Serapan sampel dan standar diukur terhadap blanko pereaksi pada panjang gelombang 520 nm. Kuvet Tabel 3.2 Volume blanko, sampel, dan standar pada pengukuran asam urat Pereaksi Asam Urat Akuades Serum Standar Blanko 1000 µl 20µL - - Standar 1000 µl µL Sampel 1000 µl - 20µL Terminasi Hewan Uji Terminasi hewan uji dilakukan dengan metode inhalasi senyawa eter. Cairan eter dimasukkan ke dalam toples, lalu dijenuhkan. Tikus dimasukkan ke dalam toples yang telah dijenuhkan dengan eter, diamkan hingga denyut jantung tikus uji tidak terasa. 3.7 Analisis Data Analisis secara Statistik Data yang didapatkan diolah secara statistik dengan menggunakan aplikasi SPSS. Analisis data yang pertama yang dilakukan adalah uji normalitas dan uji

45 29 homogenitas. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Metode Kolmogorov-Smirnof, sedangkan uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan Metode Levene. Analisis masalah yang dilakukan adalah dengan Metode One-Way ANOVA yang dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) apabila data terdistribusi normal dan memiliki varian homogen. Apabila data tidak terdistribusi normal atau varian tidak homogen, dilakukan analisis dengan metode Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney (Dahlan, 2010). Hipotesis : Ho : tidak ada perbedaan bermakna antara setiap kelompok Ha : ada perbedaan bermakna antara setiap kelompok Pengambilan keputusan : Apabila nilai signifikansi 0,05, maka Ho diterima. Apabila nilai signifikansi 0,05, maka Ho ditolak Perhitungan Persentase Penurunan Asam Urat (Purwatiningsih et al., 2010) Data yang diperoleh berupa persentase penurunan kadar asam urat dalam darah. Persentase penurunan kadar asam urat dihitung dengan rumus: Persentase penurunan kadar asam urat = Keterangan: AU0: kadar asam urat darah normal pada hari ke-0 AU6: kadar asam urat darah pada hari ke-6 AUx: kadar asam urat darah pada hari ke-9, 12 dan 15

46 4.1 Hasil Penelitian Determinasi Tanaman BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Determinasi tanaman dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman uji adalah benar tanaman sidaguri dari famili Malvaceae. Surat determinasi dapat dilihat pada lampiran Ekstraksi Berdasarkan hasil pengeringan maserat, diperoleh rendemen ekstrak etanol 70% daun sidaguri sebesar 17,26%. Perhitungan rendemen ekstrak sidaguri dapat dilihat pada lampiran Parameter Standar Hasil pengujian parameter standar spesifik dan non spesifik yang dilakukan terhadap ekstrak dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Parameter standar ekstrak etanol 70% daun sidaguri Pengujian Parameter Parameter Spesifik Identitas Ekstrak a. Nama Ekstrak b. Nama Latin c. Bagian Yang Digunakan d. Nama Indonesia Tumbuhan Hasil a. Ekstrak Etanol 70% Daun Sidaguri (Sida rhombifolia Linn.) b. Sida rhombifolia Linn. c. Daun d. Sidaguri Organoleptik Ekstrak a. Bentuk b. Warna c. Bau d. Rasa Parameter Non-Spesifik Kadar Air Kadar Abu a. Kental b. Hijau Tua c. Aromatik d. Pahit 16,85% (Standar : <10%) 17,35% (Standar : 8%) 30

47 Pembahasan Pada penelitian ini, dilakukan uji antihiperurisemia kombinasi ekstrak etanol 70% daun sidaguri dan allopurinol terhadap tikus Sprague Dawley yang diinduksi kafein. Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman sidaguri pada bagian daunnya yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITRO). Sebelum daun sidaguri digunakan sebagai bahan penelitian, dilakukan determinasi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman uji adalah benar daun sidaguri dari famili Malvaceae. Daun sidaguri kemudian diproses menjadi simplisia dengan berbagai tahapan: yaitu sortasi basah, pencucian, pengeringan, sortasi kering dan penghalusan menjadi serbuk simplisia. Serbuk simplia daun sidaguri yang digunakan untuk ekstraksi sebanyak 500 gram yang kemudian diperoleh ekstrak kental etanol 70% daun sidaguri sebanyak 86,3 gram dengan rendemen 17,26%. Ekstraksi dilakukan secara maserasi, metode ini dipilih karena mudah dan menghasilkan rendemen yang tinggi (Saifudin, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Ridwanty (2011) rendemen ekstrak etanol 70% daun sidaguri diperoleh sebesar 29,21%. Pemilihan etanol sebagai pelarut berdasarkan metode yang distandarisasi BPOM (2005) bahwa untuk ekstraksi suatu bahan yang akan digunakan sebagai obat harus menggunakan etanol sebagai pelarutnya. Etanol memiliki sifat mudah menguap, murah, mudah didapat dan cukup aman. Etanol sebesar 70% digunakan karena etanol 70% dapat menarik senyawa bersifat polar, semipolar, dan non polar dimana senyawa yang diharapkan yaitu senyawa flavonoid yang bersifat polar. Ekstrak kental yang diperoleh, dilakukan uji parameter standar ekstrak yakni parameter standar spesifik dan non spesifik. Uji parameter spesifik adalah identifikasi terhadap bentuk, warna, bau dan rasa ekstrak secara organoleptis. Diperoleh hasil berupa ekstrak kental berwarna hijau tua, berbau aromatik dan memiliki rasa pahit. Uji parameter non spesifik berupa uji kadar air dan kadar abu. Persentase kadar air ekstrak etanol 70% daun sidaguri diperoleh sebesar 16,85%. Batas kadar

48 32 air ekstrak yang memenuhi syarat menurut Depkes (1995) adalah dibawah 10%. Penelitian yang dilakukan oleh Ridwanty (2011), persentase kadar air yang diperoleh yaitu sebesar 14,7%. Kelebihan air dalam simplisia menyebabkan pertumbuhan mikroba, jamur atau serangga serta mendorong kerusakan bahan aktif (WHO, 1998). Ekstrak yang diperoleh tetap digunakan pada penelitian walaupun tidak memenuhi standar karena selama penyimpanan ekstrak tidak ditumbuhi jamur ataupun mikroba. Uji kadar abu dilakukan untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Prinsip uji kadar abu yaitu dengan memanaskan ekstrak pada temperatur dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik (Depkes RI, 2000). Hasil uji kadar abu ekstrak didapatkan persentase 17,35%. Dalam Depkes (2005) kadar abu sidaguri adalah sebesar 8%. Besarnya persentase kadar abu yang diperoleh pada penelitian ini dapat disebabkan oleh terdapatnya mineral seperti oksalat pada daun sidaguri yang menyebabkan kadar abu tinggi. Umur panen tanaman berkaitan erat dengan kadar pati maksimum, yang menentukan tinggi rendahnya kadar oksalat. Semakin panjang umur panen, maka kadar oksalatnya semakin rendah, demikian sebaliknya (Pancasasti, 2016). Pada penelitian ini hewan uji yang digunakan adalah tikus putih galur Sprague-Dawley berjenis kelamin jantan yang berusia 2-3 bulan dalam kondisi sehat dengan berat badan gram. Tikus dipilih sebagai hewan uji karena tikus memiliki sifat fisiologis yang mirip dengan manusia. Kelompok perlakuan yang diujikan yaitu kelompok kontrol dan kelompok uji. Kelompok kontrol terdiri dari kontrol normal, kontrol positif, dan kontrol negatif. Menurut Budiharto (2008) kelompok kontrol digunakan untuk memastikan bahwa hasil uji tidak terpengaruh oleh faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil uji. Senyawa yang digunakan pada kontrol positif adalah allopurinol dengan dosis tikus 10 mg/kgbb dengan tujuan untuk memastikan bahwa asam urat tikus uji terbukti menurun dengan obat asam urat yang telah beredar di masyarakat. Obat allopurinol memiliki mekanisme kerja menghambat kerja enzim xantin

49 33 oksidase (Dipiro et al. 2009). Hal ini berkaitan dengan mekanisme kerja dari sidaguri, flavonoid yang terkandung dari ekstrak sidaguri memiliki efek inhibitor xantin oksidase (Iswantini, et al. 2009). Pada kelompok uji normal, tikus uji diberikan Na CMC 0,5% untuk memastikan bahwa kadar asam urat tikus tanpa perlakuan berada pada rentang normal. Kelompok uji negatif, tikus diberikan kafein 27 mg/ 200 g BB tanpa diberikan tambahan berupa ekstrak sidaguri ataupun allopurinol. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa kadar asam urat tikus uji yang diinduksi kafein 27 mg/ 200 g BB dapat meningkatkan kadar asam urat seperti kondisi penderita asam urat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Azizahwati (2005) kafein dapat digunakan sebagai penginduksi asam urat karena kafein merupakan komponen alkaloid derivat xantin yang mengandung gugus metil yang akan dioksidasi oleh xantin oksidase membentuk asam urat sehingga dapat meningkatkan kadar asam urat di dalam tubuh. Pengujian yang dilakukan yaitu kelompok uji penggunaan ekstrak sidaguri secara tunggal dan penggunaan kombinasi ekstrak sidaguri dan allopurinol. Dosis yang digunakan untuk ekstrak sidaguri yaitu 25 mg/kgbb, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Simarmata et al (2012) dosis terbaik dalam menurunkan kadar asam urat yaitu dosis 50 mg/kgbb pada mencit. Untuk tikus dikonversikan dosisnya menjadi 25 mg/kgbb. Dosis allopurinol yang digunakan pada manusia sehari yaitu 100 mg, dikonversikan pada tikus menjadi 10 mg/kgbb (Perhitungan dosis pada lampiran 6). Tikus uji diaklimatisasi selama 2 minggu sebelum dilakukan penginduksian asam urat. Aklimatisasi tikus bertujuan untuk membuat tikus uji beradaptasi dengan lingkungannya, menstabilkan parameter fisiologis dan perilaku tikus akibat proses pengiriman, dan menganalisa kelayakan tikus untuk menjadi tikus uji. Arts et al. (2012) tikus dianggap layak menjadi tikus uji apabila selama proses aklimatisasi tidak terjadi penurunan berat badan lebih dari 10%. Sebelum dilakukan penginduksian, pada hari ke-0 dilakukan pengukuran kadar asam urat tikus untuk mengetahui seluruh kelompok tikus mempunyai kadar asam urat yang normal. Tikus dipuasakan selama 12 jam sebelum dilakukan

50 34 pengambilan darah, hal ini bertujuan agar tidak terjadi perubahan kadar asam urat karena asupan makanan. Taconic Technical Laboratory, 1998 dalam Kusmiyati, 2008 menyebutkan bahwa kadar asam urat normal pada tikus jantan adalah 4,37 ± 1,11 mg/dl, sedangkan pada tikus betina sebesar 2,92 ± 0,241 mg/dl. Pada penelitian rerata kadar asam urat tikus putih jantan sebelum perlakuan (hari ke-0) untuk semua kelompok adalah 4,46 ± 1,50 mg/dl (Tabel 4.3). Rerata yang didapatkan menunjukkan nilai asam urat tikus uji pada hari ke-0 adalah normal. Rerata kadar asam urat setelah dilakukan penginduksian kafein selama 6 hari yaitu 5,86 ± 1,74. Nilai yang dihasilkan menunjukkan nilai kadar asam urat lebih tinggi daripada rerata kadar asam urat pada hari ke-0. Dengan demikian pengkondisian hiperurisemia berhasil dilakukan, yaitu nilai asam urat lebih tinggi dibandingkan nilai asam urat normal. Hasil pengukuran kadar asam urat tikus uji dianalisis secara statistika dengan menggunakan program SPSS Berdasarkan pada uji normalitas (One- Sample Kolmogrof-Smirnov Test) diketahui bahwa nilai kadar asam urat tikus uji seluruh kelompok terdistribusi normal (p 0.05) dan pada uji homogenitas (Levene) menunjukkan terdistribusi homogen (p 0.05) pada H6, H9, H12, dan H15 tapi tidak terdistribusi homogen pada H0 sehingga dilakukan uji Kruskal Wallis. Uji Kruskal Wallis untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kadar asam urat pada kelompok uji. Menurut Dahlan (2010) pengolahan data tidak bisa dilanjutkan dengan uji One-Way Anova jika terdapat setidaknya satu kelompok tidak terdistribusi normal. Nilai yang diperoleh dari Kruskal Wallis yaitu (p 0.05) data kadar asam urat tikus tidak berbeda secara bermakna pada H0, H6, H9, dan H12 tapi ada perbedaan secara bermakna pada H15. Sehingga dilanjutkan dengan uji Mann- Whitney pada hari ke 15, bertujuan untuk menentukan kelompok mana yang memberikan nilai yang berbeda secara bermakna dengan kelompok lainnya. Hasil uji statistik Mann-Whitney menunjukkan bahwa hasil antara kelompok uji kontrol positif (allopurinol 10 mg/kgbb), ekstrak sidaguri 25 mg/kgbb dan kombinasi ekstrak sidaguri 25 mg/kgbb dan allopurinol 10 mg/kgbb tidak berbeda signifikan (p 0.05) pada H15 yang berarti tidak ada perbedaan efek yang

51 35 dihasilkan dalam menurunkan kadar asam urat antar kelompok perlakuan. Data kadar asam urat tikus uji kontrol negatif berbeda secara bermakna ( p 0.05) dengan kelompok perlakuan; kontrol positif, ekstrak tunggal dan penggunaan kombinasi pada H15. Berdasarkan hasil persentase penurunan kadar asam urat tikus uji selama 15 hari. Persentase penurunan kadar asam urat pada pemberian ekstrak tunggal sidaguri 25 mg/kgbb adalah 64,90%. Ekstrak etanol 70% daun sidaguri yang dilakukan oleh Simarmata et al. (2012) persentase penurunan kadar asam urat diperoleh sebesar 49.45%. Flavonoid yang terkandung dari ekstrak sidaguri memiliki mekanisme kerja menghambat kerja enzim xantin oksidase, sehingga dapat digunakan untuk menurunkan kadar asam urat (Iswantini et al. 2009). Persentase penurunan kadar asam urat pada tikus uji kontrol positif (allopurinol) diperoleh sebesar 67,86%. Penelitian yang dilakukan oleh Simarmata et al. (2012) persentase penurunan kadar asam urat dengan allopurinol 10 mg/kgbb sebesar 44,31%. Obat allopurinol digunakan sebagai penurun kadar asam urat karena memiliki mekanisme kerja menghambat kerja enzim xantin oksidase, yang berperan mengubah hipoxantin menjadi asam urat. (Dipiro, et al. 2009). Kombinasi penggunaan ekstrak etanol 70% daun sidaguri dan allopurinol diperoleh persentase penurunan kadar asam urat sebesar 50,25%. Berdasarkan hasil persentase penurunan kadar asam urat tikus uji, persentase penurunan kadar asam urat pada pemberian ekstrak etanol 70% daun sidaguri 25 mg/kgbb secara tunggal sebesar 64,90% lebih besar dibandingkan persentase penurunan kadar asam urat pada pemberian kombinasi ekstrak etanol 70% daun sidaguri 25 mg/kgbb dan allopurinol 10 mg/kgbb yakni 50,25%. Allopurinol 10 mg/kgbb yang diberikan secara tunggal memiliki persentase penurunan kadar asam urat yang lebih tinggi dibandingkan persentase penurunan ekstrak etanol 70% daun sidaguri 25 mg/kgbb secara tunggal ataupun kombinasi ekstrak etanol 70% daun sidaguri 25 mg/kgbb dan allopurinol 10 mg/kgbb yakni sebesar 67,86%. Persentase penurunan kadar asam urat pada penggunaan kombinasi memiliki persentase penurunan yang lebih kecil dibandingkan penggunaan allopurinol dan ekstrak sidaguri secara tunggal. Hal ini disebabkan karena

52 36 allopurinol memiliki mekanisme kerja inhibisi kompetitif dengan menghambat kerja enzim xantin oksidase (Deglin, 2004) dan flavonoid yang terkandung dari ekstrak sidaguri memiliki mekanisme kerja inhibisi kompetitif dengan menghambat kerja enzim xantin oksidase (Iswantini, et al. 2009). Penggunaan secara kombinasi allopurinol dan ekstrak sidaguri tidak memberikan hasil yang signifikan dalam menurunkan kadar asam urat bisa terjadi karena kompetisi dalam memperebutkan sisi aktif enzim xantin oksidase pada penggunaan kombinasi tidak hanya terjadi antara inhibitor dengan substrat (xantin), tetapi antara inhibitor dengan inhibitor (Aldiyati, 2012).

53 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan: 1. Kadar asam urat tikus uji kelompok perlakuan pada hari ke 15 terdapat perbedaan secara bermakna ( p 0.05) dengan kontrol negatif. Hal ini menunjukkan bahwa kontrol positif, ekstrak sidaguri tunggal dan penggunaan kombinasi ekstrak sidaguri dan allopurinol mampu menurunkan kadar asam urat dan aktif sebagai antihiperurisemia secara in vivo. 2. Persentase penurunan kadar asam urat tikus uji yang diberikan secara kombinasi ekstrak etanol 70% daun sidaguri 25 mg/kgbb dan allopurinol 10 mg/kgbb memiliki persentase penurunan kadar asam urat yang lebih kecil dibandingkan persentase penurunan kadar asam urat yang diberikan ekstrak sidaguri secara tunggal ataupun allopurinol secara tunggal, yakni sebesar 50,25% ( p 0.05). 5.2 Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui interaksi yang terjadi pada penggunaan kombinasi ekstrak etanol 70% daun sidaguri dan Allopurinol dalam menurunkan hiperurisemia. 37

54 DAFTAR PUSTAKA Aldiyati, (2012). Interaksi Allopurinol dan Ekstrak Etanol Daun Gandarusa (Justicia gendarussa B) terhadap Kadar Asam Urat Darah pada Tikus Putih Jantan. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Arts et al The Impact of Transportation on Physiological and Behavioral Parameters in Rats: Implications for Acclimatization Periods. ILAR J (2012) 53 (1): E82-E98 DOI: /ilar Azizahwati et al (2005). Efek Penurunan Kadar Asam Urat Dalam Darah Tikus Putih Jantan dari Rebusan Akar Tanaman Akar Kucing (Acalypha indica L). Departemen Farmasi FMIPA-UI. Depok. ISSN: Vol. 4 No. I. hlm BPOM RI Gerakan Nasional Minum Temulawak. Jakarta: BPOM RI. Budiharto Metodologi Penelitian Kesehatan dengan Contoh Bidang Ilmu Kesehatan Gigi. Jakarta: Penerbit IKAPI. hlm. 51. Dahlan, Sopiyudin. (2010). Mendiagnosis dan Menata Laksana 13 Penyakit Statistik: Disertai Aplikasi Program Stata. Jakarta: IKAPI. hlm Deglin, Judith Hopfer. (2004). Pedoman Obat untuk Perawat (4 ed.). Jakarta: EGC. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Edisi I. hlm Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia. Jakarta: Ditjen POM. Edisi IV. hlm Departemen Kesehatan republik Indonesia. (2005). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. hlm Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008). Farmakope Herbal Indonesia. Edisi I. hlm. XXV. Dipiro et al. (2005). Pharmacotherapy ; A Pathophysiologic Approach (6 th). New York: McGRAW-HILL. hlm Dipiro et al. (2009). Pharmacotherapy Handbook (7 th). New York: McGRAW- HILL. hlm

55 39 Firdausi (2012). Interaction of Allopurinol with Salam (Eugenia polyantha Weight) Leaves Infusion to Blood Uric Acid Level of Male White Rat. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Hardman et al. (2012). Goodman & Gilman Dasar Farmakologi Terapi (10 ed., Vol.2). Jakarta: EGC. Hlm Kusmiyati, A. (2008). Kadar Asam Urat Serum dan Urin Tikus Putih Hiperurikemia Setelah Pemberian Jus Kentang (Solanum tuberosum L). Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Mipa UNS, Surakarta. Hidayat. (2006). Obat Herbal (H. Medicine): Apa Yang Perlu Disampaikan Pada Mahasiswa Farmasi dan Mahasiswa Kedokteran. Pengembangan Pendidikan. 3. No. 1. hlm Howkin, DW, Rahn, DW. (1997). Pharmacotherapy; A Pathophysiological Approach (3 th). London: Black Well Scientific Publication. hlm Iswantini et al. (2009). Indonesian Sidaguri (Sida rhombifolia L) as Antigout and Inhibition Kinetics of Flavonoids Crude Extract on the Activity of Xanthine Oxidase. Biopharma Research Center. IPB. hlm Lancet. (2000). Herb-drug Interaction. Vol hlm Longe et al. (2002). The Gale Encyclopedia of Medicine (Vol. 3). America: Gale Group. Malole dan Pramono. (1989). Penggunaan Hewan-hewan di Laboratorium. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Antar universitas Bioteknologi. hlm Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Formularium Obat Herbal Indonesia. hlm Pancasasti, Ranthy. (2016). Pengaruh Elevasi Terhadap Kadar Asam Oksalat Talas Beneng (Xanhosoma undipes K.Koch) Di Sekitar Kawasan Gunung Karang Provinsi Banten. Volume 5. No. I. p-issn: / e-issn : X. Prasetya, Yudha. (2009). Uji Efektifitas Etanol Daun Sirih (Piper betle L) terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah pada Tikus Putih Jantan yang Diinduksi Kafeina..

56 40 Price et al. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta: EGC. hlm Purwatiningsih et al. (2010). Antihyperuricemic Activity of the Kepel (Stelechocarpus burahol (BI.) Hook.F.& Th). Leaves Extract and Xanthine Oxidase Inhibitory Study. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Science. Vol.2. hlm Redaksi Vita Health. (2008). Asam Urat. PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta. hlm. 12. Rezkiawan. (2012). Interaction of Allopurinol and Kepel Leaves Extract (Stelecocharpus burahol) towards Serum Uric Acid Levels in Rats. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Ridwanty et al., (2011). Uji Edektifitass Ekstrak etanol Daun Sidaguri (Sida rhombifolia L.) Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Total Pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague-Dawley. FMIPA. Universitas Pakuan. Riskesdas. (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. hlm Saifudin, Aziz Senyawa Alam Metabolit Sekunder. Teor, Konsep, dan Teknik Pemurnian. Yogyakarta: Deepublish Simarmata, Y. B., Saragih A., & Saiful Bahri. (2002). Efek Hipourikemia Ekstrak Daun Sidaguri (Sida rhombifolia L) Pada Mencit Jantan. Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, Volume 1. Edisi I. hlm Sukandar et al.,(2008). Iso Farmakoterapi. Jakarta: PT. ISFI. hlm Syafrullah. (2015). Indonesian Sidaguri (Sida rhombifolia L) an Antigout and Inhibition Kinetics of Flavonoid. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Nomor 1. hlm Tjay dan Rahardja. (2007). Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efekefek Sampingnya. Edisi 6. Jakarta: Gramedia. Tjitrosoepomo, C. (1991). Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. WHO. (1998). Quality Control Methods For Medicinal Plant Materials. Geneva: WHO. hlm

57 41 WHO. (2000). General Guidelines for Methodologies on Research and Evaluation of Traditional Medicine. hlm. 28. Yuno, S. (2003). Uji Efek Campuran Ekstrak Herba Seledri (Apium graveolens L) dan Jahe Merah (Zingeber Officinale R) terhadap Penurunan Kadar Asam Urat pada Tikus Putih Jantan yang Diinduksi Kalium Oksonat. Departemen Farmasi FMIPA-UI.

58 LAMPIRAN 42

59 43 Lampiran 1. Hasil determinasi Daun Sidaguri

60 44 Lampiran 2. Surat Keterangan Tikus Uji

61 45 Lampiran 3. Surat Keterangan Lolos Kaji Etik

62 46 Lampiran 4. Surat CoA Allopurinol

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3). BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Nilai Rendemen Ekstrak Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3). 2. Deskripsi Organoleptik Ekstrak Ekstrak berbentuk kental, berasa pahit, berwarna hitam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak air akar kucing yang didapat mempunyai spesifikasi sebagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak air akar kucing yang didapat mempunyai spesifikasi sebagai BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Penetapan Parameter Nonspesifik Ekstrak Ekstrak air akar kucing yang didapat mempunyai spesifikasi sebagai berikut : warna coklat kehitaman, berbau spesifik dan

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN BAB IV PROSEDUR PENELITIAN 4.1. Penyiapan Bahan Daun sukun Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg yang digunakan sudah berwarna hijau tua dengan ukuran yang sama. Bahan uji yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Asam urat merupakan produk akhir dari metabolisme purin yang berlangsung di dalam tubuh manusia (Stryer, 2000). Asam urat memiliki kadar normal dalam darah,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : sonde lambung, spuit (Terumo), pipet mikro (Propette), pipet pasteur, pipet

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 6,0 mg/dl dan untuk pria 6,8 mg/dl. Hiperurisemia didefinisikan sebagai plasma

BAB 1 PENDAHULUAN. 6,0 mg/dl dan untuk pria 6,8 mg/dl. Hiperurisemia didefinisikan sebagai plasma BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asam urat adalah produk akhir katabolisme purin atau degradasi asam nukleat dari sisa makanan yang kita konsumsi. 1 Kadar normal asam urat untuk wanita adalah 6,0 mg/dl

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV PROSEDUR KERJA BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Penyiapan Bahan Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun alpukat dan biji alpukat (Persea americana Mill). Determinasi dilakukan di Herbarium Bandung Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengandung purin juga bisa menghasilkan asam urat. Oleh karena itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang mengandung purin juga bisa menghasilkan asam urat. Oleh karena itulah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asam urat adalah hasil produksi oleh tubuh, sehingga keberadaanya bisa normal dalam darah dan urin. Akan tetapi sisa dari metabolisme protein makanan yang mengandung

Lebih terperinci

penyempitan pembuluh darah, rematik, hipertensi, jantung koroner, dan batu ginjal (Henry, 2001; Martindale, 2005). Asam urat dihasilkan dari pecahnya

penyempitan pembuluh darah, rematik, hipertensi, jantung koroner, dan batu ginjal (Henry, 2001; Martindale, 2005). Asam urat dihasilkan dari pecahnya BAB 1 PENDAHULUAN Banyak penyakit yang terjadi pada tubuh manusia, selalu disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri terutama merupakan suatu mekanisme pertahanan tubuh yang menandakan terjadinya kerusakan

Lebih terperinci

Penetapan Kadar Sari

Penetapan Kadar Sari I. Tujuan Percobaan 1. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut air dari simplisia. 2. Mengetahui cara penetapan kadar sari larut etanol dari simplisia. II. Prinsip Percobaan Penentuan kadar sari berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asam urat merupakan senyawa kimia hasil akhir dari metabolisme nucleic

BAB I PENDAHULUAN. Asam urat merupakan senyawa kimia hasil akhir dari metabolisme nucleic BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asam urat merupakan senyawa kimia hasil akhir dari metabolisme nucleic acid atau metabolisme purin dalam tubuh. Berdasarkan penelitian bahwa 90% dari asam urat merupakan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Key words : Bay leaves, Uric acids, Potassium oxonate, Rattus norvegius L. ABSTRAK

ABSTRACT. Key words : Bay leaves, Uric acids, Potassium oxonate, Rattus norvegius L. ABSTRAK UJI EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus novergicus L.) YANG DIINDUKSI POTASIUM OKSONAT Agnes Filadelfia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Artritis gout merupakan suatu penyakit peradangan pada persendian yang dapat diakibatkan oleh gangguan metabolisme (peningkatan produksi) maupun gangguan ekskresi dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan alam dengan berbagai jenis tumbuhan yang tersebar merata di seluruh daerah. Tuhan menciptakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkurang disebabkan oleh adanya kelainan genetik dan metabolik. Selain

I. PENDAHULUAN. berkurang disebabkan oleh adanya kelainan genetik dan metabolik. Selain I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperurisemia merupakan suatu keadaan yang menunjukkan kadar asam urat dalam darah meningkat dan mengalami kejenuhan. Hiperurisemia bisa timbul akibat produksi asam urat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil determinasi tumbuhan dilampirkan pada Lampiran 1) yang diperoleh dari perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Hiperurisemia adalah keadaan terjadinya peningkatan kadar asam urat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Hiperurisemia adalah keadaan terjadinya peningkatan kadar asam urat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hiperurisemia adalah keadaan terjadinya peningkatan kadar asam urat darah di atas normal. Seseorang dapat di katakan hiperurisemia apabila kadar asam urat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Biologi

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Biologi EFEK PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE TERHADAP KADAR ASAM URAT DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L) JANTAN YANG DIINDUKSI URIC ACID SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pendekatan pre dan post test control group design. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian 21 BAB III METODE PENELITIAN III.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian Post Test Controlled Group Design. III.2 Tempat dan Waktu Penelitian Hewan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian 31 BAB III METODE PENELITIAN III.1 Jenis dan Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian Post Test Controlled Group Design. III.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Determinasi Bahan Deteminasi dilakukan untuk memastikan kebenaran dari bahan yang digunakan untuk penelitian ini yaitu tanaman asam jawa (Tamarindus indica L.). Determinasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental yaitu dengan mengamati kemungkinan diantara variabel dengan melakukan pengamatan terhadap kelompok

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. HALAMAN PENGESAHAN... DEKLARASI. HALAMAN PERSEMBAHAN. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. HALAMAN PENGESAHAN... DEKLARASI. HALAMAN PERSEMBAHAN. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.. HALAMAN PENGESAHAN.... DEKLARASI. HALAMAN PERSEMBAHAN. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN...... INTISARI... i ii iii iv v ix xii

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 200 SM sindrom metabolik yang berkaitan dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein, diberi nama diabetes oleh Aretaeus, yang kemudian dikenal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian post test only controlled group design. Universitas Lampung dalam periode Oktober November 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian post test only controlled group design. Universitas Lampung dalam periode Oktober November 2014. BAB III METODE PENELITIAN III.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian post test only controlled group design. III.2 Tempat dan Waktu Penelitian Hewan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK ETANOL DAUN SELEDRI (EEDS) PADA TIKUS INDUKSI KALIUM OKSONAT

EFEKTIVITAS ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK ETANOL DAUN SELEDRI (EEDS) PADA TIKUS INDUKSI KALIUM OKSONAT EFEKTIVITAS ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK ETANOL DAUN SELEDRI (EEDS) PADA TIKUS INDUKSI KALIUM OKSONAT Yasinta Rakanita 1,*, Hastuti L 1, Joni Tandi 1, Sri Mulyani 2 Program Studi farmasi, STIFA Pelita Mas

Lebih terperinci

Gambar 1. Tanaman gandarusa (Justicia gendarussa Burm. F.)

Gambar 1. Tanaman gandarusa (Justicia gendarussa Burm. F.) Gambar 1. Tanaman gandarusa (Justicia gendarussa Burm. F.) 74 Gambar 2. Rumus bangun asam urat (10) 75 2 Gambar 3. Metabolisme purin menjadi asam urat (3) adenosin 2 4 + adenosin deaminase 2 inosin guanosin

Lebih terperinci

EFEK EKSTRAK ETANOL 70% HERBA KEMANGI (Ocimum americanum L.) SEBAGAI PENURUN KADAR ASAM URAT PADA TIKUS JANTAN Galur Sprague Dawley

EFEK EKSTRAK ETANOL 70% HERBA KEMANGI (Ocimum americanum L.) SEBAGAI PENURUN KADAR ASAM URAT PADA TIKUS JANTAN Galur Sprague Dawley EFEK EKSTRAK ETANOL 70% HERBA KEMANGI (Ocimum americanum L.) SEBAGAI PENURUN KADAR ASAM URAT PADA TIKUS JANTAN Galur Sprague Dawley Yesi Restina 1, E. Mulyati Effendi 2 dan Ike Yulia W. 3 1,2&3 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ribuan jenis tumbuhan yang diduga berkhasiat obat, sejak lama secara turun-temurun dimanfaatkan oleh masyarakat. Salah satu dari tumbuhan berkhasiat obat ini adalah

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN BAB IV PROSEDUR PENELITIAN 4.1. Pengumpulan Bahan Tumbuhan yang digunakan sebagai bahan penelitian ini adalah daun steril Stenochlaena palustris. Bahan penelitian dalam bentuk simplisia, diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design. Melibatkan dua kelompok subyek, dimana salah satu kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat membentuk pribadi yang kuat (Abednego, 2013:24) namun menerapkan pola

BAB I PENDAHULUAN. dapat membentuk pribadi yang kuat (Abednego, 2013:24) namun menerapkan pola BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang penting dalam kehidupan kita sehari-hari baik waktu sekarang maupun waktu yang akan datang, karena kesehatan dapat membentuk

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode post test group only design. Menggunakan tikus putih jantan galur Sprague dawley berumur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Biji Orok-orok Tanaman orok-orok merupakan tanaman semak tegak, tinggi 0,6-2,5 m. Ujung batang berambut pendek. Daun penumpu bentuk paku, rontok. Tangkai daun berukuran 4-8 cm.

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN A. Kategori dan Rancangan Penelitian Penelitian uji efek tonikum infusa daun landep pada mencit putih jantan ini dapat dikategorikan sebagai penelitian eksperimental dengan rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang diperoleh dari perkebunan murbei di Kampung Cibeureum, Cisurupan

Lebih terperinci

kematian sebesar atau 2,99% dari total kematian di Rumah Sakit (Departemen Kesehatan RI, 2008). Data prevalensi di atas menunjukkan bahwa PGK

kematian sebesar atau 2,99% dari total kematian di Rumah Sakit (Departemen Kesehatan RI, 2008). Data prevalensi di atas menunjukkan bahwa PGK BAB 1 PENDAHULUAN Gagal ginjal kronik merupakan salah satu penyakit yang berpotensi fatal dan dapat menyebabkan pasien mengalami penurunan kualitas hidup baik kecacatan maupun kematian. Pada penyakit ginjal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asam urat merupakan hasil produksi dalam tubuh manusia. Pembentukan asam urat berasal dari nukleosida purin yang melalui basa purin (hipoxantin, xantin, guanine). Basa

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian 3 METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Protozoologi, Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian ini didesain sedemikian rupa sehingga diharapkan mampu merepresentasikan aktivitas hipoglikemik yang dimiliki buah tin (Ficus carica L.) melalui penurunan kadar glukosa

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian

Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian 51 Lampiran 2. Hasil Identifikasi Tanaman 52 Lampiran 3. Karakteristik Tanaman Alpukat ( Persea americana Mill. ) Tanaman Alpukat Buah alpukat 53 Lampiran

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Tanaman Pada penelitian ini digunakan Persea americana Mill yang diperoleh dari perkebunan Manoko, Lembang, sebanyak 800 gram daun alpukat dan 800 gram biji alpukat.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design.

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test Randomized Control

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Desember 2010 di kandang percobaan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi, dan Biokimia. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hiperurisemia merupakan keadaan meningkatnya kadar asam urat dalam darah di atas normal ( 7,0 mg/dl) (Hidayat 2009). Hiperurisemia bisa terjadi karena peningkatan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian

Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian 49 Lampiran 2. Hasil Identifikasi Tumbuhan 50 Lampiran 3. Karakteristik Tanaman Kelor (Moringa oleifera Lam. ) Tanaman kelor Daun kelor 51 Lampiran 3. (Lanjutan)

Lebih terperinci

Metoda-Metoda Ekstraksi

Metoda-Metoda Ekstraksi METODE EKSTRAKSI Pendahuluan Ekstraksi proses pemisahan suatu zat atau beberapa dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larutan yang berbeda dari komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Ethical Clearanc

Lampiran 1. Ethical Clearanc Lampiran 1. Ethical Clearanc 4 Lampiran. Hasil Identifikasi Tumbuhan 4 Lampiran. Tanaman anting-anting Lampiran 4. Bagian tanaman anting-anting yang digunakan 44 Lampiran. Simplisia tanaman anting-anting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri atas dua faktor. Kedua faktor yang digunakan dalam

Lebih terperinci

Efek Hipourikemia Ekstrak Daun Sidaguri (Sida Rhombifolia L) Pada Mencit Jantan

Efek Hipourikemia Ekstrak Daun Sidaguri (Sida Rhombifolia L) Pada Mencit Jantan Efek Hipourikemia Ekstrak Daun Sidaguri (Sida Rhombifolia L) Pada Mencit Jantan Hipouricemia Effect of the Sidaguri Leaves Extract (Sida Rhombifolia L) To Male Mice Yettrie B. C. Simarmata 1, Awaluddin

Lebih terperinci

Lampiran 1. Identifikasi sampel

Lampiran 1. Identifikasi sampel Lampiran 1. Identifikasi sampel 74 Lampiran 2.Rekomendasi persetujuan etik penelitian 75 Lampiran 3. Gambar nanas segar Gambar Buah Nanas Segar Gambar Makroskopik Kulit Buah Nanas Segar 76 Lampiran 4.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada hewan uji (Taufiqurrahman, 2004). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu subyek

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada hewan uji (Taufiqurrahman, 2004). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu subyek BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat experimental laboratorium dengan rancangan penelitian post test only control group, karena pengukuran hanya dilakukan setelah pemberian

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama lebih kurang 6 (enam) bulan yaitu dari bulan Januari sampai

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : hiperurisemia, kalium oksonat, jus hati ayam, ekstrak etanol biji salak

ABSTRAK. Kata Kunci : hiperurisemia, kalium oksonat, jus hati ayam, ekstrak etanol biji salak UJI AKTIVITAS ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK ETANOL BIJI SALAK (Salacca zalacca (Gaertn.) Voss.) TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI KALIUM OKSONAT Lia Krisdayanti, Hajrah,

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.12 No. 02 Desember 2015 ISSN

PHARMACY, Vol.12 No. 02 Desember 2015 ISSN EFEKTIVITAS REBUSAN DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DALAM DARAH MENCIT PUTIH JANTAN EFFECTIVITY OF DECOCTION OF BAY LEAVES (Syzygium polyanthum) IN DECREASING URIC ACID

Lebih terperinci

Sintesis purin melibatkan dua jalur, yaitu jalur de novo dan jalur penghematan (salvage pathway).

Sintesis purin melibatkan dua jalur, yaitu jalur de novo dan jalur penghematan (salvage pathway). I. Memahami dan menjelaskan gout arthritis 1.1.Memahami dan menjelaskan definisi gout arthritis Arthritis gout adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi Kristal asam urat pada jaringan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa.

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa. 33 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriftif dan eksperimental, dilakukan pengujian langsung efek hipoglikemik ekstrak kulit batang bungur terhadap glukosa darah

Lebih terperinci

Dhian Pratiwi Hidayati, Sediarso, Dwitiyanti Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA,

Dhian Pratiwi Hidayati, Sediarso, Dwitiyanti Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA, UJI EFEKTIVITAS FRAKSI ETANOL 70% EKSTRAK DAUN SIDAGURI (Sida rhombifolia L.) TERHADAP KADAR ASAM URAT SERUM PADA MENCIT YANG DIINDUKSI KALIUM OKSONAT THE EFFECTIVENESS TEST OF ETHANOL FRACTION SIDAGURI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only Control Group Design).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa Linn.) terhadap kadar transaminase hepar pada tikus (Rattus norvegicus)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terkontrol. Menggunakan 25 ekor tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan

BAB III METODE PENELITIAN. terkontrol. Menggunakan 25 ekor tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode acak terkontrol. Menggunakan 25 ekor tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan galur Sprague

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Pengujian nilai LD 50 Dari pengujian yang dilakukan menggunakan dosis yang bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada hewan coba dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorik. B. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan metode rancangan eksperimental sederhana (posttest only control group design)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian dan Biokimia. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Farmakologi, Gizi Klinik 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Garut, Jawa Barat serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat-zat mikrobiologi. Inflamasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) yang diperoleh dari Kampung Pamahan, Jati Asih, Bekasi Determinasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia L.) yang diperoleh dari Kampung Pamahan-Jati Asih, Bekasi. Dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid (OAINS) dengan efek analgesik, antiinflamasi, dan antipiretik yang digunakan secara luas pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat tinggi dan tercatat 7.000 spesies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Manfaat berbagai macam tanaman sebagai obat sudah dikenal luas di negara berkembang maupun negara maju. 70-80% masyarakat Asia dan Afrika masih menggunakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN C. Skrining Kandungan Kimia

LAMPIRAN C. Skrining Kandungan Kimia LAMPIRAN A 75 LAMPIRAN B 76 LAMPIRAN C Skrining Kandungan Kimia Alkaloid : Ekstrak dibasahi dengan sedikit alkohol, lalu digerus, kemudian tambahkan sedikit pasir, gerus. Tambahkan 10 ml kloform amoniak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu ciri budaya masyarakat di negara berkembang adalah masih dominannya unsur-unsur tradisional dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan ini didukung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan Coba Fakultas Kedokteran

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan Coba Fakultas Kedokteran BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Farmakologi dan Terapi 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Kategori Penelitian dan Rancangan Percobaan 1. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen eksploratif dengan rancangan acak lengkap pola searah.

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN Dyota Sulia Mutiari, 2014 Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra dr., M. Kes.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman herbal merupakan minuman yang berasal dari bahan alami yang bermanfaat bagi tubuh. Minuman herbal biasanya dibuat dari rempah-rempah atau bagian dari tanaman,

Lebih terperinci

Banyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid,

Banyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid, BAB 1 PENDAHULUAN Inflamasi merupakan suatu respons protektif normal terhadap kerusakan jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologik. Inflamasi adalah

Lebih terperinci

Efek Pemberian Infusa Daun Sirsak (Annona Muricata Linn) terhadap Penurunan Kadar Asam Urat dalam Darah pada Mencit Model Hiperurisemia

Efek Pemberian Infusa Daun Sirsak (Annona Muricata Linn) terhadap Penurunan Kadar Asam Urat dalam Darah pada Mencit Model Hiperurisemia Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Efek Pemberian Infusa Daun Sirsak (Annona Muricata Linn) terhadap Penurunan Kadar Asam Urat dalam Darah pada Mencit Model Hiperurisemia 1) Beny Rachmat Wijaya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian dan pengembangan tumbuhan obat saat ini berkembang pesat. Oleh karena bahannya yang mudah diperoleh dan diolah sehingga obat tradisional lebih banyak digunakan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK DAUN SELEDRI (APIUM GRAVEOLENS LINN) TERHADAP KADAR ASAM URAT SERUM DARAH TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR HIPERURISEMIA

PENGARUH EKSTRAK DAUN SELEDRI (APIUM GRAVEOLENS LINN) TERHADAP KADAR ASAM URAT SERUM DARAH TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR HIPERURISEMIA PENGARUH EKSTRAK DAUN SELEDRI (APIUM GRAVEOLENS LINN) TERHADAP KADAR ASAM URAT SERUM DARAH TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR HIPERURISEMIA DESY MERRYANA CANDRAWATI 2443004032 FAKULTAS FARMASI UNIKA WIDYA

Lebih terperinci

EFEK EKSTRAK ETANOL SEMUT JEPANG (Tenebrio Sp) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH TIKUS PUTIH JANTAN

EFEK EKSTRAK ETANOL SEMUT JEPANG (Tenebrio Sp) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH TIKUS PUTIH JANTAN EFEK EKSTRAK ETANOL SEMUT JEPANG (Tenebrio Sp) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH TIKUS PUTIH JANTAN 1, Novia Ariani 1, Dwi Rizki Febrianti 1 1 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin E-mail : ratih_pratiwi_sari@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group design. B. Subjek Penelitian Subjek penelitian mencit (Mus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava) terhadap kadar gula darah dan kadar transminase pada tikus (Rattus norvegicus)

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : DHYNA MUTIARASARI PAWESTRI J

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : DHYNA MUTIARASARI PAWESTRI J UJI EFEK ANTIINFLAMASI INFUSA BUAH SEMU JAMBU METE (Anacardium occidentale L.) TERHADAP EDEMA PADA TELAPAK KAKI TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI KARAGENIN SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman beralkohol telah banyak dikenal oleh masyarakat di dunia, salah satunya Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup tinggi angka konsumsi minuman

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Ethical clearance

Lampiran 1. Surat Ethical clearance Lampiran 1. Surat Ethical clearance 41 Lampiran 2. Surat identifikasi tumbuhan 42 Lampiran 3. Karakteristik tumbuhan mahkota dewa Gambar : Tumbuhan mahkota dewa Gambar : Daun mahkota dewa 43 Lampiran 3

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) Abstrak Kulit buah langsat diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut yang berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi nyeri tanpa menyebabkan. mengurangi efek samping penggunaan obat.

BAB I PENDAHULUAN. Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi nyeri tanpa menyebabkan. mengurangi efek samping penggunaan obat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Nyeri merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Diperkirakan satu dari lima orang dewasa mengalami nyeri dan setiap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar glukosa darah dan histologi pankreas tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi

Lebih terperinci