PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN"

Transkripsi

1 1 SKRIPSI ANALISIS PENGARUH TINGKAT PENGANGGURAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA MEDAN, BINJAI, DELI SERDANG, KARO, DAN LANGKAT OLEH FADHILATUN NISBAH PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MEDAN 2018

2 2

3 3

4 4

5 ABSTRAK ANALISIS PENGARUH TINGKAT PENGANGGURAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA MEDAN, BINJAI, DELI SERDANG, KARO DAN LANGKAT Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tingkat pengangguran dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat. Dimana tingkat kemiskinan sebagai variabel terikat. Sedangkat tingkat pengangguran dan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel bebas dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara dan juga jurnal sebagai pendukung dalam penelitian ini, selama kurun waktu Model yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan model ekonometrik. Sedangkan teknik analisanya menggunakan regresi data panel dan model yang digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM) dengan metode Generalized Least Square (GLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat pengangguran berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat. Sedangkan variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat. Kata Kunci : Tingkat Kemiskinan, Tingkat Pengangguran, Pertumbuhan Ekonomi. i

6 ABSTRACT ANALYSIS THE EFFECT OF UNEMPLOYMENT RATE AND ECONOMIC GROWTH ON THE POVERTY RATE IN REGENCY/CITY MEDAN, BINJAI, DELI SERDANG, KARO, AND LANGKAT This research aim to analyze the effect of unemployment rate, and economic growth on the poverty rate in regency/city Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, and Langkat. Where poverty rate as dependent variable. Unemployment rate and economic growth as independent variable. This research used is secondary data obtained from Central Agency of Statistic North Sumatera and the journals as a supporting research of year Econometric s model is used in this research. Where the method used is panel data and used Fixed Effect Model (FEM) with method Generalized Least Square (GLS). The results show that unemployment rate is positively, but not significan effect on the poverty rate in regency/city Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo and Langkat. Where, economic growth is negatively and significan effect on the poverty rate in regency/city Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, and Langkat. Keywords : Poverty Rate, Unemployment Rate, Economic Growth. ii

7 KATA PENGANTAR Alhamdullilah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah-nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya tak lupa penulis mengucapkan shalawat beriringan salam kepada Baginda Rasulullah S.A.W yang telah membawa risalahnya kepada seluruh umat manusia. Penulis menyelesaikan skripsi ini guna untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan di Universitas Sumatera Utara (USU). Skripsi ini berisikan hasil penelitian dari penulis yang berjudul Analisis Pengaruh Tingkat Pengangguran dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat. Penulis menyadari bahwa isi yang terkandung dalam skripsi ini belum sempurna. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki dalam penyajiannya. Oleh karena itu dengan hati yang tulus dan ikhlas penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca yang nantinya dapat berguna dalam penyempurnaan skripsi ini. Segala usaha yang penulis lakukan dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik dalam bentuk moril, bimbingan, dan arahan terutama kepada orang tua saya Ayahanda Muhammad Daud dan Ibunda Isnaini yang telah mendidik, mendukung, memberi motivasi, dan mendengarkan keluh-kesah penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. iii

8 Pada kesempatan ini penulis juga menyertakan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ramli, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara (USU). 2. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP., selaku Ketua Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, SE, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Wahyu Sugeng Imam Soeparno, SE, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia membimbing, meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran bagi penulis untuk memberikan bimbingan, arahan agar skripsi ini menjadi lebih sempurna. 5. Bapak Walad Altsani H.R, SE, M.Ec., selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan saran dan kritik dalam penyempunaan skripsi ini. 6. Bapak Dr. Rujiman, MA., selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini. 7. Bapak dan Ibu Dosen-dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan berbagai pengalaman dan ilmu pengetahuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. iv

9 8. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan urusan administrasi selama masa perkuliahan 9. Seluruh teman-teman seperjuangan EKP 14 terutama GRUP B Dita, Suci, Beby, Fira, Tari, Mutia, Anggie, Lisa, Desi, Halimah, Pia, Dinsa dan yang lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Terima kasih atas semua bantuannya saat masa perkuliahan, saat ujian, saat sempro, saat menyusun skripsi, canda tawa dan kebersamaan kalian takkan terlupakan. Akhir kata penulis mengucapkan semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu dan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak. Medan, Februari 2018 Penulis, Fadhilatun Nisbah v

10 DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii vi viii ix x BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kemiskinan Karakteristik Penduduk Miskin Penyebab Kemiskinan Ukuran Kemiskinan Pengangguran Jenis-Jenis Pengangguran Pengaruh Tingkat Pengangguran terhadap Tingkat Kemiskinan Pertumbuhan Ekonomi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Tingkat Kemiskinan Penelitian Terdahulu Kerangka Konseptual Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Bebas (Independen) Variabel Terikat (Dependen) Jenis dan Sumber Data Pengolahan Data Model Analisis Data Metode Analisis Data vi

11 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Variabel-variabel Penelitian Tingkat Kemiskinan Tingkat Pengangguran Pertumbuhan Ekonomi Analisis dan Pembahasan Pengujian Chow Pengujian Hausman Hasil Estimasi Interpretasi Model BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii

12 DAFTAR TABEL No.Tabel Judul Halaman 1.1. Perbandingan Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan Provinsi Sumatera Utara Tahun (%) Perbandingan Tingkat Pengangguran di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan Provinsi Sumatera Utara Tahun (%) Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan Provinsi Sumatera Utara Tahun (%) Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat Tahun (%) Tingkat Pengangguran di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat Tahun (%) Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota Medan, Binjai Deli Serdang, Karo, dan Langkat Tahun (%) Hasil dari Uji Chow Hasil dari Uji Hausman Hasil Estimasi Random Effect Model (REM) Hasil Estimasi Fixed Effect Model (FEM) dengan GLS Hasil Perbandingan Model FEM dan REM dengan GLS viii

13 DAFTAR GAMBAR No.Gambar Judul Halaman 1.1. Perbandingan Perkembangan Rata-rata Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan Provinsi Sumatera Utara Perbandingan Perkembangan Rata-rata Tingkat Pengangguran di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan Provinsi Sumatera Utara Perbandingan Perkembangan Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan Provinsi Sumatera Utara Lingkaran Setan Kemiskinan (Vicious Circle of Poverty) Kerangka Konseptual Perkembangan Rata-rata Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/ Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat Perkembangan Rata-rata Tingkat Pengangguran di Kabupaten /Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat Perkembangan Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten /Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat ix

14 DAFTAR LAMPIRAN No.Lampiran Judul 1. Data Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai Deli Serdang, Karo, dan Langkat Tahun (%) 2. Data Tingkat Pengangguran di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat Tahun (%) 3. Data Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat Tahun (%) 4. Hasil Estimasi Common Effect Model (CEM) 5. Hasil Estimasi Fixed Effect Model (FEM) 6. Hasil dari Uji Chow 7. Hasil Estimasi Random Effect Model (REM) 8. Hasil dari Uji Hausman 9. Hasil Estimasi Fixed Effect Model (FEM) dengan GLS x

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan dilaksanakan untuk mewujudkan kemakmuran masyarakat melalui pengembangan perekonomian, dengan cara mengatasi berbagai permasalahan pembangunan dan sosial kemasyarakatan, seperti masalah pengangguran dan kemiskinan yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Selain pertumbuhan ekonomi, salah satu aspek penting untuk melihat kinerja pembangunan adalah seberapa efektif penggunaan sumber-sumber daya yang ada sehingga lapangan pekerjaan dapat menyerap angkatan kerja. Pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat berarti produksi barang atau jasa yang dihasilkan juga meningkat, sehingga diperlukan tenaga kerja semakin banyak untuk memproduksi barang atau jasa tersebut. Dengan begitu tingkat pengangguran menurun dan jumlah penduduk miskin berkurang. Sehingga dapat dikatakan bahwa prioritas pembangunan adalah mengurangi atau menghapus kemiskinan. Kemiskinan merupakan persoalan mendasar yang sering dihadapi oleh setiap negara sehingga menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun, termasuk negara berkembang seperti Indonesia. Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Kemiskinan sebagai salah satu faktor penyebab timbulnya berbagai masalah tentang kesejahteraan, seperti ketidakmampuan untuk memenuhi 1

16 2 kebutuhan dasar, kondisi keterpencilan, keterasingan, ketergantungan, dan keterbatasan dalam mengakses layanan sosial. Sehingga masalah kemiskinan merupakan masalah yang kompleks dan bersifat multidimensional, apabila tidak dilakukan penanganan yang tepat akan berakibat pada munculnya masalah sosial lainnya. Oleh karena itu, upaya pengentasanan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, dikarenakan menyangkut berbagai aspek kehidupan masyarakat. Untuk itu peran pemerintah dalam mengambil kebijakan-kebijakan untuk mengurangi tingkat kemiskinan sangat diperlukan. Berikut ini gambaran data perbandingan tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 1.1 Perbandingan Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan Provinsi Sumatera Utara Tahun Persentase Penduduk Miskin (%) Kabupaten/Kota Provinsi Medan Binjai Deli Serdang Karo Langkat Sumatera Utara ,63 7,00 5,10 10,49 10,31 10, ,33 6,72 4,78 9,33 10,02 10, ,64 6,75 4,71 9,79 10,44 10, ,12 6,38 4,56 9,20 9,99 9, ,41 7,03 4,74 9,68 11,30 10,53 Ratarata 9,43 6,78 4,78 9,70 10,41 10,40 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara Pada tabel 1.1 diatas menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan yang dilihat dari persentase penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan (GK) di

17 3 Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat, serta Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu berfluktuatif. Adapun secara rata-rata tingkat kemiskinan tertinggi di Kabupaten Langkat yaitu sebesar 10,41 %. Hal ini dikarenakan minimnya ketersediaan lapangan pekerjaan di Kabupaten tersebut sehingga menimbulkan banyak pengangguran yang berdampak pada tingkat kemiskinan menjadi tinggi, dan masih rendahnya tingkat pendidikan, serta pembangunan di Kabupaten tersebut belum merata terutama ke golongan penduduk miskin. Sedangkan secara rata-rata Kabupaten Deli Serdang menduduki tingkat kemiskinan terendah yaitu hanya mencapai 4,78 %. Hal ini dikarenakan gencarnya Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dalam merealisasikan sejumlah program pembangunan yang berorientasi pada kepentingan masyarakat luas hingga ke pelosok desa. Selain itu Kabupaten Deli Serdang unggul di sektor perkebunan, pertanian dan industri, sehingga masyarakat yang menganggur di Kabupaten tersebut dapat terserap oleh lapangan pekerjaan di sektor perkebunan, pertanian, dan industri tersebut. Dengan begitu masyarakat Kabupaten Deli Sedang dapat menghasilkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga tingkat kemiskinan di Kabupaten Deli Serdang menduduki tingkat kemiskinan terendah dibandingkan dengan Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Karo, dan Langkat. Namun, apabila dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Utara yaitu secara rata-rata tingkat kemiskinannya mencapai 10,40 %. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, dan

18 4 Karo tingkat kemiskinannya masih dibawah rata-rata Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan Kabupaten Langkat tingkat kemiskinannya berada diatas rata-rata Provinsi Sumatera Utara. Adapun perbandingan perkembangan rata-rata tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut : Persentase Penduduk Miskin Persen (%) ,43 6,78 4,78 9,70 10,41 10, Medan Binjai Deli Serdang Karo Langkat Sumatera Utara Gambar 1.1 Perbandingan Perkembangan Rata-rata Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan Provinsi Sumatera Utara Pada gambar 1.1 diatas secara rata-rata tingkat kemiskinan tertinggi di Kabupaten Langkat yaitu sebesar 10,41 %. Kemudian disusul oleh Kabupaten Karo sebesar 9,70 %, selanjutnya Kota Medan sebesar 9,43 %, dan Kota Binjai sebesar 6,78 %. Sedangkan tingkat kemiskinan terendah di Kabupaten Deli Serdang yaitu hanya 4,78 %.

19 5 Apabila dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Utara yaitu tingkat kemiskinannya sebesar 10,40 %. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo masih dibawah ratarata Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan Kabupaten Langkat tingkat kemiskinannya berada diatas rata-rata Provinsi Sumatera Utara. Permasalahan kemiskinan berkaitan dengan masalah ketenagakerjaan, biasanya penduduk yang dikategorikan miskin (the poor) tidak memiliki pekerjaan atau yang disebut pengangguran (Saputra, 2011). Permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia khusunya di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara tepatnya di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat pada masa sekarang ini semakin kompleks. Indikasi ini terlihat dari tingkat pengangguran terbuka dari tahun ke tahun meningkat. Sementara lapangan pekerjaan yang tersedia relatif terbatas. Selain itu pemutusan hubungan kerja, dikarenakan sebagian perusahaan tutup, ini menambah jumlah angka pengangguran. Tingginya angka pengangguran tidak hanya menimbulkan masalah-masalah dibidang ekonomi saja, melainkan dibidang sosial seperti masalah kemiskinan dan kerawanan sosial. Berikut ini gambaran data perbandingan tingkat pengangguran di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

20 6 Tabel 1.2 Perbandingan Tingkat Pengangguran di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan Provinsi Sumatera Utara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) % Tahun Kabupaten/Kota Provinsi Medan Binjai Deli Serdang Karo Langkat Sumatera Utara ,97 8,37 7,69 4,66 5,78 6, ,03 9,80 6,85 2,00 5,98 6, ,01 6,37 7,54 2,08 7,10 6, ,48 7,60 7,00 1,02 6,60 6, ,00 10,00 6,38 2,23 8,02 6,71 Ratarata 9,90 8,43 7,09 2,40 6,70 6,40 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara Pada tabel 1.2 diatas menunjukkan bahwa tingkat pengangguran yang diukur bedasarkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat, serta Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu berfluktuatif. Adapun secara rata-rata tingkat pengangguran yang dilihat bedasarkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) usia 15 tahun keatas tertinggi di Kota Medan yaitu sebesar 9,90 %. Hal ini dikarenakan Kota Medan Ibu Kota dari Provinsi Sumatera Utara, sehingga Kota Medan sering dilirik oleh masyarakat pedesaan untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Oleh karena itu Kota Medan tidak bisa menghindari arus urbanisasi, sehingga perkembangan jumlah penduduk sangat pesat di Kota Medan tanpa diikuti dengan tersedianya lapangan pekerjaan yang cukup, akibatnya timbul pengangguran yang cukup tinggi di Kota Medan. Sedangkan tingkat pengangguran terendah di Kabupaten Karo yaitu secara rata-rata hanya 2,40 %. Hal ini dikarenakan mayoritas penduduk di Kabupaten

21 7 tersebut bekerja di sektor informal, seperti sektor pertanian. Sehingga untuk memasuki lapangan pekerjaan di sektor pertanian tidak membutuhkan pendidikan yang tinggi dan persyaratan khusus. Oleh karena itu mempermudah penduduk untuk bekerja, sehingga Kabupaten Karo tingkat penganggurannya relatif rendah. Apabila dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Utara tingkat penganggurannya sebesar 6,40 %. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang dan Langkat tingkat penganggurannya berada diatas rata-rata Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan Kabupaten Karo tingkat penganggurannya masih dibawah rata-rata Provinsi Sumatera Utara. Adapun perbandingan perkembangan rata-rata tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

22 8 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) ,90 8,43 7,09 6,70 6,40 Persen (%) 6 4 2, Medan Binjai Deli Serdang Karo Langkat Sumatera Utara Gambar 1.2 Perbandingan Perkembangan Rata-rata Tingkat Pengangguran di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan Provinsi Sumatera Utara Pada gambar 1.2 diatas secara rata-rata tingkat pengangguran tertinggi di Kota Medan yaitu sebesar 9,90 %. Kemudian disusul oleh Kota Binjai sebesar 8,43 %, selanjutnya Kabupaten Deli Serdang 7,09 %, dan Kabupaten Langkat sebesar 6,70 %. Sedangkan tingkat pengangguran terendah di Kabupaten Karo yaitu hanya 2,40 %. Apabila dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Utara yaitu tingkat penganggurannya sebesar 6,40 %. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang dan Langkat berada diatas rata-rata Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan Kabupaten Karo tingkat penganggurannya berada dibawah rata-rata Provinsi Sumatera Utara. Kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi mempunyai keterkaitan yang sangat erat, sehingga pertumbuhan ekonomi seringkali dijadikan tolak ukur untuk

23 9 mengukur kinerja keberhasilan perekonomian suatu negara atau wilayah. Tidak dapat dipungkiri bahwa pertumbuhan ekonomi sangat berarti bagi pengentasan kemiskinan dan pembangunan ekonomi. Namun pertumbuhan ekonomi yang baik, harus menyebar secara merata termasuk ke golongan penduduk miskin agar tidak terjadi kesenjangan pendapatan. Berikut ini gambaran data perbandingan tingkat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1.3 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan Provinsi Sumatera Utara Pertumbuhan Ekonomi (%) Tahun Kabupaten/Kota Provinsi Medan Binjai Deli Serdang Karo Langkat Sumatera Utara ,69 6,56 6,01 6,57 5,84 6, ,63 6,61 6,06 6,35 6,05 6, ,36 6,07 9,22 4,95 5,61 6, ,08 5,38 7,50 5,09 5,12 5, ,74 5,40 5,24 5,91 5,03 5,10 Ratarata 6,50 6,00 6,81 5,77 5,53 5,90 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara Pada tabel 1.3 diatas menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat, serta Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu berfluktuatif. Adapun secara rata-rata pertumbuhan ekonomi tertinggi di Kabupaten Deli Serdang yaitu sebesar 6,81 %. Hal ini dikarenakan Kabupaten Deli Serdang

24 10 memiliki keunggulan disektor pertanian, perikanan, dan industri sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat Kabupaten Deli Serdang secara merata. Selain itu faktor kedekatan Kabupaten Deli Serdang secara geografis dengan Kota Medan yang merupakan pusat kegiatan perokonomian dan pemerintah, serta dengan adanya Bandara Kuanalanamu Internasional yang telah beroperasi sejak Juli 2013 menjadi faktor pendukung tingginya pertumbuhan ekonomi di Kabupaten tersebut. Sedangkan pertumbuhan ekonomi terendah di Kabupaten Langkat yakni sebesar 5,53 %. Hal ini dikarenakan masih rendahnya perputaran roda perekonomian di Kabupaten tersebut. Apabila dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Utara yaitu secara ratarata pertumbuhan ekonominya sebesar 5,90 %. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, dan Deli Serdang pertumbuhan ekonominya berada diatas rata-rata Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan Kabupaten Karo dan Langkat pertumbuhan ekonominya berada dibawah rata-rata Provinsi Sumatera Utara. Adapun perbandingan perkembangan rata-rata pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

25 11 Pertumbuhan Ekonomi Persen (%) ,50 6,00 6,81 Medan Binjai Deli Serdang 5,77 5,53 5,90 Karo Langkat Sumatera Utara Gambar 1.3 Perbandingan Perkembangan Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dengan Provinsi Sumatera Utara Pada gambar 1.3 diatas secara rata-rata pertumbuhan ekonomi tertinggi di Kabupaten Deli Serdang yaitu sebesar 6,81 %. Kemudian disusul oleh Kota Medan sebesar 6,50 %, selanjutnya Kota Binjai 6,00 %, dan Kabupaten Karo 5,77 %. Sedangkan pertumbuhan ekonomi terendah di Kabupaten Langkat yaitu hanya 5,33 %. Apabila dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Utara yaitu secara ratarata pertumbuhan ekonominya sebesar 5,90 %. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang berada diatas rata-rata Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karo dan Langkat pertumbuhan ekonominya masih dibawah rata-rata Provinsi Sumaatera Utara.

26 12 Bedasarkan uraian permasalahan diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan menulis skripsi dengan judul Analisis Pengaruh Tingkat Pengangguran dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupeten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat Perumusan Masalah Bedasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat? 2. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat? 1.3. Tujuan Penelitian Bedasarkan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis pengaruh tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat. 2. Untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat Manfaat Penelitian Bedasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

27 13 1. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan penulis dalam menganalisis pengaruh tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat. 2. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan penulis dalam menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat.

28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemiskinan Kemiskinan merupakan fenomena yang seringkali dijumpai dalam kehidupan di seluruh negara, termasuk di negara berkembang seperti Indonesia. Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi ketidakmampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang, maupun papan. Kemampuan pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak pada kemampuan untuk memenuhi standar hidup rata-rata seperti kesehatan masyarakat dan standar pendidikan. Banyak tokoh, peneliti, badan resmi pemerintah, yang memilki pendapat tersendiri dalam memandang masalah kemiskinan ini. Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat multidimensi sehingga dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang. Dalam arti proper, kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Menurut Chambers dalam Suryawati (2005) menyatakan bahwa kemiskinan adalah suatu integrated concept yang mempunyai lima dimensi, yaitu: (1) kemiskinan (proper); (2) ketidakberdayaan (powerless); (3) kerentanan menghadapi situasi darurat (state of emergency); (4) ketergantungan (dependence) dan (5) keterasingan (isolation); baik secara geografis maupun sosiologis. 14

29 15 Menurut Bappenas (2004) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar antara lain, terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan, rasa aman dari perlakuan atau aman tindak kekerasan, dan hak untuk beradaptasi dalam kehidupan sosial. Menurut Sastraadmaja (2003) dalam Permana (2012), pola kemiskinan dibedakan menjadi empat. Pola Pertama adalah persistent poverty, yaitu kemiskinan yang telah kronis atau turun menurun. Pola kedua adalah cyclical poverty, yaitu kemiskinan yang mengikuti pola siklus ekonomi secara keseluruhan. Pola ketiga adalah seasonal poverty, yaitu kemiskinan musiman yang sering dijumpai pada kasus nelayan dan pertanian. Pola keempat adalah accident poverty, yaitu kemiskinan yang tercipta karena adanya bencana alam, konflik, dan kekerasan, atau dampak dari suatu kebijakan tertentu yang menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraan suatu masyarakat. Hidup dalam kemiskinan bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti tingkat kesehatan, pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum, kerentanan terhadap ancaman tindak kriminal, ketidakberdayaan dalam menentukan jalan hidupnya sendiri (Suryawati, 2005). Secara ekonomi, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan sumber daya yang dapat digunakan memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan

30 16 kesejahteraan sekelompok orang. Secara Politik, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat akses terhadap kekuasaan yang mempunyai pengertian tentang sistem politik yang menentukan kemampuan sekelompok orang dalam menjangkau dan menggunakan sumber daya. Secara sosial psikologi, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan jaringan dan struktur sosial yang mendukung dalam mendapatkan kesempatan peningkatan produktivitas (Nugroho, 2015) Karakteristik Penduduk Miskin Walaupun kemiskinan merupakan istilah yang umum, ditandai dengan tidak mampunya seseorang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup minimal yang dianggap layak, namun kemiskinan itu memiliki ciri yang berbeda antar wilayah. Perbedaan ini terkait pada kemiskinan sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM), dan kelembagaan setempat. Adapun ciri-ciri kelompok (penduduk miskin) adalah sebagai berikut : a. Rata-rata tidak mempunyai faktor produksi sendiri, seperti tanah, modal, peralatan kerja, dan keterampilan. b. Mempunyai tingkat pendidikan yang rendah. c. Kebanyakan bekerja atau berusaha sendiri dan bersifat usaha kecil (sektor informal), setengah menganggur atau menganggur (tidak bekerja). d. Kebanyakan berada di daerah pedesaan atau daerah tertentu perkotaan (slum area). e. Kurangnya kesempatan untuk memperoleh (dalam jumlah cukup) bahan kebutuhan pokok, pakaian, perumahan, fasilitas kesehatan sosial lainnya (Suryawati, 2005).

31 Penyebab Kemiskinan Menurut Nasikun dalam Suryawati (2005), beberapa sumber dan proses penyebab terjadinya kemiskinan, yaitu : 1. Policy induces processes : proses pemiskinan yang dilestarikan, direproduksi melalui pelaksanaan suatu kebijakan, diantaranya adalah kebijakan anti kemiskinan, tetapi realitanya justru melestarikan. 2. Sosio-economic dualism : negara bekas koloni mengalami kemiskinan karena pola produksi kolonial, yaitu petani menjadi marjinal karena tanah yang paling subur dikuasai petani skala besar dan berorientasi ekspor. 3. Population growth : perspektif yang didasari oleh teori Malthus bahwa pertambahan penduduk seperti deret ukur sedangkan pertambahan pangan seperti deret hitung. 4. Resources management and the environment : yaitu unsur manajemen sumber daya alam dan lingkungan, seperti manajemen pertanian yang asal tebang akan menurunkan produktivitas. 5. Natural cycles and processes : kemiskinan yang terjadi karena siklus alam. Misalnya tinggal dilahan kritis, dimana jika lahan itu turun hujan akan terjadi banjir, akan tetapi jika musim kemarau kekurangan air sehingga tidak memungkinkan produktivitas yang maksimal dan terus-menerus. 6. The marginalization of woman : peminggiran kaum perempuan karena masih dianggap sebagai golongan kelas kedua, sehingga akses dan penghargaan hasil kerja yang diberikan lebih rendah dari laki-laki.

32 18 7. Cultural and ethnic factors : bekerjanya faktor budaya dan etnik yang memelihara kemiskinan. Misalnya pada pola konsumtif pada petani dan nelayan ketika panen raya, serta adat istiadat yang konsumtif saat upacara adat atau keagamaan. 8. Explotative intermediation : keberadaan penolong yang menjadi penodong, seperti rentenir (lintah darat). 9. Internal political fragmentation and civil stratfe : suatu kebijakan yang diterapkan pada suatu daerah yang fragmentasi politiknya kuat, dapat menjadi penyebab kemiskinan. 10. International processes : bekerjanya sistem internasional (kolonialisme dan kapitalisme) membuat banyak negara menjadi miskin. Menurut Sharp (dalam Kuncoro, 1997) mengidentifikasikan penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, secara mikro kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas rendah, yang menyebabkan upah menjadi rendah. Rendahnya kualitas sumber daya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau karena keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.

33 19 Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty). Teori ini dikemukakan oleh Ragnar Nurkse (1953) yang mengatakan a poor country is poor because it is poor, (negara miskin itu miskin karena dia miskin). Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan. Oleh karena itu setiap usaha untuk mengurangi kemiskinan seharusnya diarahkan untuk memotong lingkaran dan perangkap kemiskinan ini (Kuncoro, 1997). Berikut gambar lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty). Ketidaksempurnaan pasar, Keterbelakangan, Ketertinggalan Kekurangan modal Investasi Rendah Produktivitas Rendah Tabungan Rendah Pendapatan Rendah Gambar 2.1 Lingkaran Setan Kemiskinan (Vicious Circle of Poverty) Sumber : Nurkse (dalam Mudrajad Kuncoro 1997).

34 Ukuran Kemiskinan Garis kemiskinan adalah semua ukuran kemiskinan yang dipertimbangkan bedasarkan norma-norma tertentu. Pilihan norma tersebut sangat penting terutama dalam hal pengukuran kemiskinan yang didasarkan pola konsumsi. Garis kemiskinan yang didasarkan pada konsumsi terdiri atas dua elemen yaitu: (1) pengeluaran yang diperlukan untuk memenuhi standar gizi minimum dan kebutuhan mendasar lainnya dan (2) jumlah kebutuhan lain yang sangat bervariasi, yang mencerminkan biaya partisipasi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari (Kuncoro, 2014). Menurut BPS (2010) dalam Ariyus (2015), penetapan perhitungan garis kemiskinan dalam masyarakat adalah masyarakat yang berpenghasilan dibawah Rp per orang per hari. Penetapan angka Rp per orang per hari tersebut berasal dari perhitungan garis kemiskinan yang mencakup kebutuhan makanan dan non-makanan. Untuk kebutuhan minimum makanan digunakan kilokalori per kapita per hari. Sedangkan untuk pengeluaran kebutuhan minimum bukan makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep Head Count Index (HCI-PO) yaitu kemiskinan diukur bedasarkan persentase penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan (GK). Jadi penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut :

35 21 [ ] Dimana : α = 0 z = garis kemiskinan = rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan (i = 1, 2, 3,...q), < z q n = banyaknya penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan = jumlah penduduk Sedangkan, Ukuran kemiskinan menurut Nurkse (1953) dalam Kuncoro (1997) secara sederhana dan yang umum digunakan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: 1. Kemiskinan Absolut Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada dibawah garis kemiskinan dan tidak cukup untuk menentukan kebutuhan dasar hidupnya. Konsep ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik terhadap makanan, pakaian, dan perumahan untuk menjamin kelangsungan hidup. Kesulitan utama dalam konsep kemiskinan absolut adalah menentukan komposisi dan tingkat kebutuhan minimum karena kedua hal tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh adat kebiasaan saja, tetapi juga iklim, tingkat kemajuan suatu negara, dan faktor-faktor ekonomi lainnya. Walaupun demikian, untuk dapat

36 22 hidup kayak, seseorang membutuhkan barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan fisik dan sosialnya. 2. Kemiskinan Relatif Seseorang termasuk golongan miskin relatif apabila telah dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan keadaan masyarakat sekitarnya. Bedasarkan konsep ini, garis kemiskinan akan mengalami perubahan bila tingkat hidup masyarakat berubah sehingga konsep kemiskinan ini bersifat dinamis atau akan selalu ada. Oleh karena itu, kemiskinan dapat dari aspek ketimpangan sosial yang berarti semakin besar ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah, maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat dikategorikan selalu miskin. 3. Kemiskinan Kultural Seseorang termasuk golongan miskin kultural apabila sikap orang atau sekelompok masyarakat tersebut tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya atau dengan kata lain seseorang tersebut miskin karena sikapnya sendiri yaitu pemalas dan tidak mau memperbaiki kondisinya Pengangguran Pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya (Sukirno 2004 dalam Nugroho 2015). Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah

37 23 angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang tersedia. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian, karena dengan adanya pengangguran produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. Pengangguran adalah masalah makroekonomi yang mempengaruhi manusia secara langsung dan merupakan yang paling berat. Kebanyakan orang kehilangan pekerjaan berarti penurunan standar kehidupan dan tekanan psikologis. Jadi tidaklah mengejutkan jika pengangguran menjadi topik yang sering dibicarakan dalam perdebatan politik dan para politis sering mengklaim bahwa kebijakan yang mereka tawarkan akan membantu menciptakan lapangan kerja (Mankiw, 2006) Angka pengangguran adalah persentase jumlah penganggur terhadap jumlah angkatan kerja (Sumarsono, 2009). Indikator yang biasanya digunakan untuk menghitung pengangguran adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Dimana TPT merupakan perbandingan antara jumlah penganggur dengan jumlah angkatan kerja yang biasanya dinyatakan dalam satuan persen (%). Yang secara sistematis dimana TPT dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Jumlah Penganggur TPT = x 100 % Jumlah Angkatan Kerja Jenis-Jenis Pengangguran Menurut Sukirno (2003), adapun klasifikasi jenis-jenis penganggguran adalah sebagai berikut :

38 24 1. Jenis-Jenis Pengangguran Bedasarkan Penyebabnya : a.pengangguran Normal atau Friksional Pengangguran yang berlaku pada tingkat kesempatan kerja penuh. Kesempatan kerja penuh adalah keadaan dimana sekitar 95 persen dari angkatan kerja dalam suatu waktu sepenuhnya bekerja. Pengangguran yang sebanyak 5 persen inilah yang dinamakan sebagai pengangguran alamiah. Para penganggur ini bukan karena tidak mendapatkan pekerjaan, tetapi karena sedang mencari kerja yang lebih baik atau sesuai dengan keinginanya. b. Pengangguran Struktural Pengangguran struktural merupakan pengangguran yang disebabkan oleh adanya perubahan struktur dalam perekonomian. c.pengangguran Konjungtur Pengangguran yang disebabkan oleh kelebihan pengangguran alamiah dan berlaku sebagai akibat pengurangan dalam permintaan agregat. Penurunan permintaan agregat mengakibatkan perusahaan mengurangi jumlah pekerja atau gulung tikar, sehingga muncul pengangguran konjungtur. d.pengangguran Teknologi Pengangguran yang ditimbulkan oleh penggunaan mesin dan kemajuan teknologi lainnya. 2. Jenis-Jenis Pengangguran Bedasarkan Cirinya : a.pengangguran Terbuka

39 25 Pengangguran ini tercipta sebagai akibat penambahan pertumbuhan kesempatan kerja yang lebih rendah dari pada pertumbuhan tenaga kerja, akibatnya banyak tenaga kerja yang tidak memperoleh pekerjaan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pengangguran terbuka adalah penduduk yang telah masuk dalam angkatan kerja tetapi tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, serta sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. b.pengangguran Tersembunyi Keadaan dimana suatu jenis kegiatan ekonomi dijalankan oleh tenaga kerja yang jumlahnya melebihi dari yang diperlukan. c.pengangguran Musiman Keadaan pengangguran pada masa-masa tertentu dalam satu tahun. Pengangguran ini biasanya terjadi di sektor pertanian. Petani akan menganggur saat menunggu masa tanam dan saat jeda antara musim tanam dan musim panen. d.setengah Menganggur Keadaan dimana seseorang bekerja dibawah jam kerja normal. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), di Indonesia jam kerja normal adalah 35 jam seminggu, jadi pekerja yang bekerja di bawah 35 jam seminggu termasuk golongan setengah menganggur Pengaruh Tingkat Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah yang kompleks dan sudah tidak asing lagi bahkan sudah melekat bagi sebagian besar masyarakat

40 26 Indonesia. Karena kedua hal tersebut adalah permasalahan sosial yang saling berkaitan, dimana kita tidak bisa menutup mata akan hal tersebut. Pengangguran dan kemiskinan itu sendiri sangat erat kaitannya dengan masyarakat yang hidup dalam garis ekonomi menengah ke bawah. Pengangguran memiliki hubungan yang sangat erat dalam mempengaruhi tingkat kemiskinan. Standar hidup yang rendah di implementasikan ke dalam bentuk tingkat pendapatan yang rendah, perumahan yang kurang layak, kesehatan yang buruk, bekal pendidikan yang minim, atau bahkan tidak ada sama sekali, angka kematian bayi yang tinggi, usia harapan hidup yang relatif sangat singkat dan peluang untuk mendapatkan kerja yang rendah. Dalam hal peluang untuk mendapatkan kerja yang rendah berarti pengangguran. Pengangguran yang tinggi akan menyebabkan pendapatan berkurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari yang pada akhirnya akan mengalami kemiskinan. Dengan demikian jumlah pengangguran memiliki hubungan positif terhadap kemiskinan (Todaro, 2003). Menurut Sukirno (2004) dalam Permana (2012) efek buruk dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang dicapai seseorang. Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan. Apabila pengangguran di suatu negara sangat buruk, kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek buruk bagi kesejahteraan masyarakat dan prospek ekonomi dalam jangka panjang.

41 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat (Sukirno, 2006 dalam Tirta 2013). Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi ditandai dengan meningkatnya hasil produksi dan pendapatan. Dalam hal ini, berarti terjadinya peningkatan pendapatan nasional yang ditunjukkan oleh besarnya Produk Domestik Bruto (PDB). Menurut Sukrino (2012) dalam Hambarsari & Inggit (2016), pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan ekonomi yang berlaku dari waktu ke waktu dan menyebabkan pendapatan nasional rill semakin berkembang. Tingkat pertumbuhan ekonomi menunjukkan persentase kenaikan pendapatan nasional rill pada suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan pendapatan nasional rill pada tahun sebelumnya. Sedangkan menurut Kuncoro (2014) pertumbuhan ekonomi adalah penambahan output atau pertambahan pendapatan nasional agregatif dalam kurun waktu tertentu. Pembangunan ekonomi salah satunya dengan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi digunakan sebagai indikator untuk menentukan apakah kebijakan yang dilaksanakan dalam suatu negara ataupun daerah sudah efektif atau tidak. Perhitungan pertumbuhan ekonomi biasanya dilakukan dalam waktu tahunan untuk melihat bagaimana perkembangan perekonomian di negara ataupun daerah tersebut. Laju perrtumbuhan ekonomi

42 28 dikatakan meningkat dengan melihat Produk Domestik Bruto (PDB) untuk tingkat nasional, dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk tingkat wilayah atau regional. Produk Domestik Bruto (PDB) diartikan sebagai nilai barang dan jasa yang diproduksi di dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu. Sedangkan, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu, nilai barang dan jasa yang diproduksi dalam satu tahun tertentu yang hanya mengukur pertumbuhan perekonomian dilingkup wilayah, pada umumya wilayah provinsi atau kabupaten. Adapun cara penyajian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) disusun dalam dua bentuk, yaitu : 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan atau yang dikenal dengan PDRB rill merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu wilayah yang dihitung bedasarkan harga pada tahun tertentu yang digunakan sebagai acuan (tahun dasar), baik pada saat menghitung atau menilai produksi, biaya antara, maupun komponen nilai tambah. 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku atau PDRB nominal merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu wilayah yang dihitung bedasarkan harga pada

43 29 tahun berjalan (current price), baik pada saat menghitung atau menilai produksi, biaya antara, ataupun nilai tambah. Pertumbuhan ekonomi dapat diukur dengan menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga konstan (ADHK) dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Dimana : PDRB t PDRB t-1 Gt = x 100 % PDRB t-1 Gt PDRB t PDRB t-1 = Pertumbuhan Ekonomi = PDRB atas dasar harga konstan tahun tertentu. = PDRB atas dasar harga konstan tahun sebelumnya Faktor-Faktor yang Menentukan Pertumbuhan Ekonomi Menurut Todaro (2003) dalam Prastyo (2014), ada tiga faktor-faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi yaitu : 1. Akumulasi Modal Akumulasi modal termasuk semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fiskal, dan sumber daya manusia (human resources). Akumulasi modal akan terjadi jika ada sebagian pendapatan sekarang di tabung yang kemudian diinvestasikan kembali dengan tujuan untuk memperbesar output di masa-masa mendatang. Investasi juga harus disertai dengan investasi infrastruktur, yakni berupa jalan, listrik, air bersih, fasilitas sanitasi, fasilitas komunikasi, demi menunjang aktivitas ekonomi produktif. Investasi dalam pembinaan sumber daya manusia

44 30 bermuara pada peningkatan kualitas modal manusia, yang pada akhirnya dapat berdampak positif terhadap angka produksi. 2. Pertumbuhan Penduduk dan Angkatan Kerja Pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja (labor force) secara tradisonal telah dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Artinya, semakin banyak angkatan kerja semakin produktif tenaga kerja, sedangkan semakin banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestiknya. 3. Kemajuan Teknologi Kemajuan teknologi disebabkan oleh teknologi cara-cara baru dan caracara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tradisional. Ada tiga klasifikasi kemajuan teknologi yaitu : a. Kemajuan teknologi yang bersifat netral, terjadi jika tingkat output yang dicapai lebih tinggi dari kuantitas dan kombinasi-kombinasi input yang sama b. Kemajuan teknologi yang bersifat hemat tenga kerja (labor saving) atau hemat modal (capital saving), yaitu tingkat output yang lebih tinggi bisa dicapai dengan jumlah tenaga kerja atau input modal yang sama. c. Kemajuan teknologi yang meningkatkan modal, terjadi jika penggunaan teknologi tersebut memungkinkan kita memanfaatkan barang modal yang ada secara lebih efektif.

45 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator untuk melihat sejauh mana kebijakan pemerintah berhasil dalam mengurangi kemiskinan. Namun pertumbuhan ekonomi tanpa diikuti dengan pemerataan pendapatan tidak akan mampu mengurangi jumlah penduduk miskin, maka dari itu pertumbuhan ekonomi yang baik haruslah menyebar secara merata ke golongan masyarakat, termasuk penduduk miskin. Menurut Kuznet (2001) dalam Saputra (2011), pertumbuhan dan kemiskinan mempunyai korelasi yang sangat kuat, karena pada tahap awal proses pembangunan tingkat kemiskinan cenderung meningkat dan pada saat mendekati tahap akhir pembangunan, jumlah orang miskin berangsur-angsur berkurang. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian dan menentukan langkah-langkah yang sistematis untuk menyusun penelitian dari segi teori maupun konsep. Berikut penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian ini sebagai berikut : 1. Whisnu Adi Saputra (2011), yang berjudul Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, PDRB, IPM, Pengangguran terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Jawa Tengah dengan menggunakan variabel bebas atau independen (X) yaitu jumlah penduduk (X1), PDRB (X2), IPM (X3), pengangguran (X4) dan variabel terikat atau dependen (Y) yaitu tingkat

46 32 kemiskinan. Adapun metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi data panel dengan pendekatan Fixed Effect Model (FEM) dan menggunakan metode Generalized Least Square (GLS). Hasil dari penelitian ini menunjukkan variabel jumlah penduduk (X1), PDRB (X2), IPM (X3) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Jawa Tengah, sedangkan pengangguran (X4) berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Jawa Tengah. 2. Prabowo Dwi Kristanto (2014), yang berjudul Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum, dan Tingkat Pengangguran terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Brebes dengan menggunakan variabel bebas atau independen (X) adalah pertumbuhan ekonomi (X1), upah minimum (X2), tingkat pengangguran (X3) dan variabel terikat atau dependen (Y) adalah jumlah penduduk miskin. Adapun metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi (X1), upah minimum (X2), berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten Brebes, sedangkan tingkat pengangguran (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten Brebes. 3. Sri Kuncoro (2014), yang berjudul Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran, dan Pendidikan terhadap Tingkat

47 33 Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur tahun dengan menggunakan variabel bebas atau independen (X) adalah pertumbuhan ekonomi (X1), tingkat pengangguran (X2), pendidikan (X3) dan variabel terikat atau dependen (Y) adalah tingkat kemiskinan. Adapun metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi data panel dengan pendekatan Random Effect Model (REM) dan menggunakan metode Generalized Least Square (GLS). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi (X1), tingkat pengangguran (X2), dan pendidikan (X3) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur tahun Safdar Hussain Tahir, dkk (2014), yang berjudul Dampak Tingkat Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap Kemiskinan di Pakistan dengan menggunakan variabel bebas atau independen (X) adalah Produk Domestik Bruto (PDB) dan variabel terikat atau dependen (Y) adalah kemiskinan. Adapun metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear sederhana dengan uji asumsi klasik. Hasil penelitian ini menunjukkan Produk Domestik Bruto (PDB) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di Pakistan. 5. Lucky Selvandra Ariyus (2015), yang berjudul Analisis Pengaruh Angka Harapan Hidup, PDRB perkapita, Jumlah Pengangguran terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Banten dengan menggunakan variabel bebas atau independen (X) adalah angka harapan hidup (X1), PDRB perkapita (X2), jumlah pengangguran (X3) dan variabel terikat atau

48 34 dependen (Y) adalah jumlah penduduk miskin. Adapun metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian ini menunjukkan angka harapan hidup (X1) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin, PDRB perkapita (X2) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap jumlah penduduk miskin, sedangkan tingkat pengangguran (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Banten Kerangka Konseptual Kerangka konseptual untuk memudahkan kegiatan penelitian dalam menghubungkan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan variabel independen dengan variabel dependen (Sugiyono, 2011). Serta untuk memperjelas akar pemikiran dalam penelitian ini. Berikut ini gambar kerangka konseptual dalam penelitian ini : Tingkat Pengangguran Pertumbuhan Ekonomi Tingkat Kemiskinan Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Dari gambar kerangka konseptual diatas dilihat bahwa tingkat pengangguran dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat menjadi variabel bebas (independen), sedangkan

49 35 tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat menjadi variabel terikat (dependen). Pengangguran akan menimbulkan masalah ekonomi dan sosial kepada yang mengalaminya. Kondisi menganggur menyebabkan seseorang tidak memiliki pendapatan, akibatnya kesejahteraan masyarakat menurun sehingga turunnya kesejahteraan masyarakat akan meningkatkan peluang terjebak dalam kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi adalah indikator yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan. Semakin tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan regional dapat menyebar secara merata kepada seluruh lapisan masyarakat terutama masyarakat miskin sehingga dapat mengurangi tingkat kemiskinan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2011). Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tingkat pengangguran berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli serdang, Karo, dan Langkat.

50 36 2. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat.

51 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh tingkat pengangguran dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dalam kurun waktu Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Dalam penelitian ini digunakan dua jenis variabel penelitian, yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen) Variabel Bebas (Independen) Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2011). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (independen) adalah sebagai berikut : 1. Tingkat Pengangguran (X1) Dalam penelitian ini tingkat pengangguran dihitung bedasarkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) usia 15 tahun keatas. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah persentase penduduk dalam angkatan kerja yang tidak memiliki pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan yang diukur dalam satuan 37

52 38 persen (%) di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dalam kurun waktu Pertumbuhan Ekonomi (X2) Dalam penelitian ini pertumbuhan ekonomi adalah indikator yang biasanya digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu wilayah yang diikuti dengan pemerataan pendapatan. Pertumbuhan ekonomi dilihat dari laju PDRB atas dasar harga konstan dalam satuan persen (%) di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dalam kurun waktu Variabel Terikat (Dependen) Varibel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat (dependen) adalah sebagai berikut: 1. Tingkat Kemiskinan (Y) Dalam penelitian ini tingkat kemiskinan dilihat bedasarkan persentase penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan (GK) yang diukur dalam satuan persen (%) di Kabupaten/Kota di Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dalam kurun waktu Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data yang berbentuk skala numerik (angka). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, buku-buku, jurnal, internet, dan sumber lain

53 39 yang berhubungan dengan masalah penelitian kemudian dianalisis dengan prosedur statistik Pengolahan Data Penulis menggunakan program komputer Eviews 9 dalam mengolah dan menganalisis data penelitian di dalam skripsi ini Model Analisis Data Model yang digunakan untuk menganalisis Pengaruh Tingkat Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat adalah dengan menggunakan model ekonometrika, sedangkan teknik analisanya menggunakan regresi data panel. Data panel merupakan kombinasi antara antara deret waktu (time series) dan kerat lintang (cross section). Adapun persamaan model ekonometrika dengan menggunakan data cross section dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : = α + β +...(3.1) Dimana : i = 1,2,3...N (Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat) N = banyaknya data cross section (sebanyak 5 (lima) Kabupaten/Kota) Sedangkan persamaan model ekonometrika dengan data time series dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : = α + β +...(3.2)

54 40 Dimana : t = 1,2,3...N (dalam kurun waktu 2001, 2002, 2003, ) N = banyaknya data time series (selama kurun waktu 15 (lima belas) tahun) Sehingga persamaan model ekonometrika dengan menggunakan data panel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Dimana : = α + β + β +...(3.3) K = Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli serdang, Karo dan Langkat. TP = Tingkat Pengangguran di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat. PE = Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat. i = Kabupaten/Kota (1, 2, 3...5) t = Tahun (2001, 2002, ) α = Konstanta = Koefisien Regresi = Term Error 3.6. Metode Analisis Data Metode analisis data merupakan metode yang penting dalam penyusunan suatu penelitian dengan pengujian data menggunakan teknik statistik tertentu, dan

55 41 diberi arti atau makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian yang sedang diuji. Adapun metode analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis regresi data panel, yaitu gabungan antara data time series selama kurun waktu yakni selama 15 (lima belas) tahun dan data cross section dengan 5 (lima) Kabupaten/Kota di Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat. Metode data panel adalah suatu metode yang digunakan untuk melakukan analisis secara empirik dengan perilaku data yang lebih dinamis. Adapun beberapa keunggulan data panel menurut Gujarati (2009) dalam Jundi (2014) antara lain sebagai berikut : a. Data panel bersifat heterogen. b. Data panel memberikan data yang lebih informatif, lebih bervariasi, tingkat kolinieritas antar variabelnya rendah, derajat kebebasannya (degree of freedom) lebih besar dan lebih efisien karena menggunakan penggabungan data time series dan cross section. c. Data panel membantu memudahkan penelitian untuk mempelajari suatu perilaku yang rumit dan kompleks. d. Data panel lebih memberikan kepuasan dalam penelitian yang digunakan untuk menentukan dan mendeteksi perubahan secara dinamis dibandingkan dengan penelitian menggunakan data cross section murni atau time series murni. Dalam mengestimasi dan menganalisis regresi data panel ada tiga teknik (model) yang sering digunakan antara lain sebagai berikut :

56 42 1. Common Effect Model (CEM) / Panel Least Square (PLS) Model ini merupakan model yang paling sederhana, karena hanya mengkombinasikan antara data cross section dan data time series sebagai satu kesatuan dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Walaupun dengan penggabungan ini menghasilkan data pengamatan yang lebih banyak sehingga hasil regresi cenderung akan lebih baik dibandingkan regresi yang hanya menggunakan data cross section atau data time series saja. Namun dengan menggabungkan data dan menerapkan intersep yang sama untuk dimensi waktu (t) dan individu (i), maka kita tidak bisa melihat perbedaan antara dimensi waktu (t) dan individu (i). Sementara dalam realitanya bahwa setiap unit cross section atau individu memiliki perilaku yang berbeda. 2. Fixed Effect Model (FEM) Dalam model Fixed Effect Model (FEM) ini dimana slopenya tetap tetapi intersepnya berbeda, karena intersepnya berbeda antar individu (i), maka untuk membedakannya dengan bantuan variabel boneka (dummy variable) untuk mengizinkan terjadinya perbedaan nilai parameter yang berbeda-beda baik lintas unit (cross section) maupun antar waktu (time series) sehingga dalam model ini menggunakan metode Least Square Dummy Variable (LSDV). 3. Random Effect Model (REM) Dalam model Random Effect Model (REM) ini untuk memperbaiki efisiensi proses least square dengan membedakan karakteristik antar individu (i) dan waktu (t) kemudian dengan memperhitungkan error dari model tersebut. Model ini menggunakan metode Generalized Least Square (GLS).

57 43 Dalam menentukan model mana yang sesuai dengan penelitian untuk diestimasi dan dianalisis dengan beberapa tahap pengujian dalam data panel dapat dipilih sesuai dengan data observasi dalam penelitian tersebut yang dilihat dari jumlah individu (i) dan waktunya (t). Menurut Nachrowi dan Usman (2006) dalam Pangestika (2015) menyatakan bahwa jika data panel dimiliki mempunyai waktu (t) lebih besar dibandingkan dengan jumlah individu (i) maka disarankan menggunakan model Fixed Effect Model (FEM), sedangkan apabila jumlah data panel yang dimiliki mempunya waktu (t) lebih kecil dibanding dengan jumlah individu (i) maka disarankan menggunakan metode Random Effect Model (REM) Ada beberapa cara tahap pengujian dalam mengestimasi parameter data panel dan menentukan teknik (model) mana yang paling tepat untuk digunakan dengan melakukan pengujian sebagai berikut : 1. Uji Chow (Chow Test) Dalam Uji Chow ini dapat diestimasi dan dianalisis dengan dua model pendekatan yakni Common Effect Model (CEM) dan Fixed Effect Model (FEM). Dengan kedua model tersebut dapat ditentukan mana model yang sesuai dengan hasil penelitian. Adapun untuk pemilihan model antara Common Effect Model (CEM) dan Fixed Effect Model (FEM) dengan hipotesis sebagai berikut : Jika, : Model yang dipilih Common Effect Model (CEM) : Model yang dipilih Fixed Effect Model (FEM) Dengan asumsi ditolak, jika nilai F-statistik > F-tabel dengan taraf signifikan α = 5 % maka model yang dipilih adalah Fixed Effect Model (FEM),

58 44 sebaliknya jika nilai F-statistik < F-tabel dengan taraf signifikan α = 5 % maka model yang dipilih adalah Common Effect Model (CEM). 2. Uji Hausman (Hausman Test) Dalam Uji Hausman ini dapat diestimasi dan dianalisis dengan dua model pendekatan yakni Fixed Effect Model (FEM) dan Random Effect Model (REM). Dengan kedua model tersebut dapat ditentukan mana model yang sesuai dengan hasil penelitian. Adapun untuk pemilihan model antara Fixed Effect Model (FEM) dan Random Effect Model (REM) dengan hipotesis sebagai berikut : Jika, : Model yang dipilih Random Effect Model (REM) : Model yang dipilih Fixed Effect Model (FEM) Dengan asumsi ditolak, jika nilai Chi.Sq.Statistik > Chi.Sq.Tabel dengan taraf signifikan α = 5 % maka model yang dipilih adalah Fixed Effect Model (FEM), sebaliknya jika nilai Chi.Sq.Statistik < Chi.Sq.Tabel dengan taraf signifikan α = 5 % maka model yang dipilih adalah Random Effect Model (REM).

59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Variabel-variabel Penelitian Tingkat Kemiskinan Tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dalam kurun waktu sangat berfluktuatif. Adapun perkembangan tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota tersebut dalam kurun waktu dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.1 Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat tahun (%) Persentase Penduduk Miskin (%) Tahun Kabupaten/Kota Medan Binjai Deli Serdang Karo Langkat ,48 9,04 10,30 5,11 19, ,80 6,14 9,98 23,20 20, ,25 7,05 8,30 20,35 21, ,13 6,40 7,72 20,00 19, , ,98 17,68 20, ,77 6,38 6,29 20,96 19, ,17 5,72 5,67 14,47 18, ,43 8,12 5,16 12,86 14, ,58 7,04 5,17 11,42 12, ,05 7,33 5,34 11,02 10, ,63 7,00 5,10 10,49 10, ,33 6,72 4,78 9,33 10, ,64 6,75 4,71 9,79 10, ,12 6,38 4,56 9,20 9, ,41 7,03 4,74 9,68 11,30 Ratarata 8,72 6,93 6,32 13,70 15,35 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara 45

60 46 Bedasarkan tabel 1.1 diatas pada tahun 2007 tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan telah terjadinya pemulihan ekonomi bagi kelompok masyarakat menengah kebawah, yaitu dengan adanya berbagai subsidi dan bantuan yang diberikan pemerintah dalam mengatasi dampak kenaikan harga BBM pada tahun Sehingga mengurangi jumlah penduduk miskin. Adapun secara rata-rata Kabupaten/Kota yang memiliki kondisi tingkat kemiskinan tertinggi diduduki oleh Kabupaten Langkat yaitu sebesar 15,35 %. Hal ini dikarenakan minimnya ketersediaan lapangan pekerjaan sehingga menimbulkan banyak pengangguran yang berdampak pada tingkat kemiskinan menjadi tinggi, dan masih rendahnya tingkat pendidikan, serta pembangunan di Kabupaten tersebut belum merata, terutama ke golongan penduduk miskin. Sedangkan Kabupaten Deli Serdang menduduki tingkat kemiskinan terendah yaitu hanya mencapai 6,32 %. Hal ini dikarenakan gencarnya Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dalam merealisasikan sejumlah program pembangunan yang berorientasi pada kepentingan masyarakat luas hingga ke pelosok desa. Selain itu Kabupaten Deli Serdang unggul di sektor perkebunan, pertanian dan industri, sehingga masyarakat yang menganggur di Kabupaten tersebut terserap oleh lapangan pekerjaan di sektor-sektor tersebut. Dengan begitu masyarakat Kabupaten Deli Serdang dapat menghasilkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh sebab itu tingkat kemiskinan di Kabupaten Deli Serdang lebih rendah jika dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lainnya. Dengan

61 47 begitu tingkat kemiskinan di Kabupaten tersebut lebih rendah dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lainnya. Adapun perkembangan rata-rata tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dalam kurun waktu sebagai berikut : Persentase Penduduk Miskin Persen (%) ,72 6,93 6,32 Medan Binjai Deli Serdang Karo 13,70 15,35 Langkat Gambar 4.1 Perkembangan Rata-rata Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat Pada gambar 4.1 diatas, jika dilihat perkembangan rata-rata tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat. Kabupaten Langkat yang menduduki tingkat kemiskinan tertinggi yaitu sebesar 15,35 %. Kemudian disusul oleh Kabupaten Karo yakni tingkat kemiskinannya sebesar 13,70 %, selanjutnya Kota Medan sebesar 8,72 % dan Binjai 6,93 %. Sedangkan tingkat kemiskinan terendah di Kabupaten Deli Serdang, yaitu hanya 6,32 %.

62 Tingkat Pengangguran Tingkat pengangguran di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dalam kurun waktu berfluktuatif dari tahun ke tahun. Namun cenderung mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan jumlah angkatan kerja dari tahun ke tahun terus meningkat. Sementara lapangan pekerjaan yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah angkatan kerja yang dari tahun ke tahun meningkat. Adapun perkembangan tingkat pengangguran di Kabupaten/Kota tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.2 Tingkat Pengangguran di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat tahun (%) Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) % Tahun Kabupaten/Kota Medan Binjai Deli Serdang Karo Langkat ,76 6,78 4,70 0,25 7, ,28 8,59 8,54 1,02 11, ,23 13,80 10,23 1,50 13, ,43 19,35 17,78 4,90 18, ,46 16,44 11,90 7,19 14, ,01 15,39 13,47 7,00 13, ,49 13,71 10,57 6,64 10, ,08 11,90 9,47 6,18 9, ,27 11,84 10,87 2,06 8, ,11 11,64 9,02 1,56 8, ,97 8,37 7,69 4,66 5, ,03 9,80 6,85 2,00 5, ,01 6,37 7,54 2,08 7, ,48 7,60 7,00 1,02 6, ,00 10,00 6,38 2,23 8,02 Ratarata 12,64 11,44 9,47 3,35 10,04 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara

63 49 Pada tabel 4.2 diatas secara rata-rata tingkat pengangguran tertinggi diduduki oleh Kota Medan yaitu mencapai 12,64 %. Hal ini dikarenakan Kota Medan Ibu Kota dari Provinsi Sumatera Utara, sehingga Kota Medan sering dilirik oleh masyarakat pedesaan untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Oleh karena itu Kota Medan tidak bisa menghindari arus urbanisasi, sehingga perkembangan jumlah penduduk sangat pesat di Kota Medan tanpa diikuti dengan tersedianya lapangan pekerjaan yang cukup, akibatnya timbul pengangguran yang cukup tinggi di Kota Medan. Sedangkan tingkat pengangguran terendah di Kabupaten Karo yaitu secara rata-rata hanya 3,35 %. Hal ini dikarenakan mayoritas penduduk di Kabupaten tersebut bekerja di sektor informal, seperti sektor pertanian. Sehingga untuk memasuki lapangan pekerjaan di sektor pertanian tidak membutuhkan pendidikan yang tinggi dan persyaratan khusus. Oleh karena itu mempermudah penduduk untuk bekerja, sehingga Kabupaten Karo tingkat penganggurannya relatif rendah. Adapun perkembangan rata-rata tingkat pengangguran di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat sebegai berikut :

64 50 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Persen (%) ,64 11,44 9,47 3,35 10, Medan Binjai Deli Serdang Karo Langkat Gambar 4.2 Perkembangan Rata-rataTingkat Pengangguran di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat tahun (%) Pada gambar 4.2 diatas, jika dilihat perkembangan rata-rata tingkat pengangguran di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat. Kota Medan menduduki tingkat pengangguran tertinggi yaitu sebesar 12,64 %. Kemudian disusul oleh Kota Binjai yakni tingkat penganggurannya sebesar 11,44 %, selanjutnya Kabupaten Langkat sebesar 10,04 % dan Kabupaten Deli Serdang sebesar 9,47 %. Sedangkan tingkat pengangguran terendah adalah Kabupaten Karo yaitu hanya mencapai 3.35 % Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator untuk melihat keberhasilan suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dalam kurun waktu sangat bervariasi dimana dalam suatu periode ada yang mengalami kenaikan dan ada pula di periode lain mengalami penurunan.

65 51 Bedasarkan tabel dibawah ini, jika dilihat pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi tertinggi diduduki oleh Kabupaten Deli Serdang yakni sebesar 9,22 %. Hal ini disebabkan karena sejak 25 juli 2013 telah beroperasinya Bandara Kualanamu Internasional yang membawa dampak positif bagi masyarakat di Kabupaten tersebut, karena dengan adanya Bandara Kualanamu Internasional dapat memberikan kontribusi yang baik melalui penyerapan tenaga kerja. Dengan begitu masyarakatnya dapat menghasilkan pendapatan sehingga dapat membeli barang atau jasa sehingga pertumbuhan di Kabupaten Deli Serdang mengalami peningkatan. Adapun jika dilihat secara rata-rata pertumbuhan ekonomi tertinggi diduduki oleh Kota Medan dengan pertumbuhan sebesar 6,47 %. Hal ini dikarenakan Kota Medan merupakan Ibu Kota dari Provinsi Sumatera Utara, sehingga seluruh kegiatan perekonomian maupun pemerintahan terpusat di kota Medan. Walaupun tidak mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, namun Kota Medan mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat stabil sehingga membuat wilayah ini semakin dilirik oleh para pelaku ekonomi, sehingga perkembangan pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut sangat pesat. Sedangkan pertumbuhan ekonomi terendah di Kabupaten Langkat yaitu hanya 4,13 %. Hal ini diakibatkan oleh karena masih rendahnya perputaran roda perekonomian di Kabupaten Langkat. Perkembangan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

66 52 Tabel 4.3 Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat tahun (%) Pertumbuhan Ekonomi (%) Tahun Kabupaten/Kota Medan Binjai Deli Serdang Karo Langkat ,60 3,96 4,07 5,35 1, ,50 6,35 3,30 4,91 3, ,06 4,97 3,85 5,66 2, ,29 8,17 4,08 3,32 1, ,98 5,28 4,97 4,70 3, ,76 5,32 5,45 4,96 2, ,78 5,68 5,74 5,13 4, ,89 5,54 5,82 5,21 5, ,55 5,87 5,55 5,17 5, ,16 6,07 5,98 6,03 5, ,69 6,56 6,01 6,57 5, ,63 6,61 6,06 6,35 6, ,36 6,07 9,22 4,95 5, ,08 5,38 7,50 5,09 5, ,74 5,40 5,24 5,01 5,03 Ratarata 6,47 5,82 5,52 5,23 4,13 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara Adapun perkembangan rata-rata pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat tahun sebagai berikut :

67 53 Pertumbuhan Ekonomi Persen (%) ,47 5,82 5,52 5,23 4, Medan Binjai Deli Serdang Karo Langkat Gambar 4.3 Perkembangan Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo, dan Langkat tahun (%) Pada gambar 4.3 diatas jika dilihat perkembangan rata-rata pertumbuhan ekonomi tertinggi diduduki oleh Kota Medan dengan pertumbuhan sebesar 6,47 %. Kemudian disusul oleh Kota Binjai yakni pertumbuhan ekonominya sebesar 5,82 %, selanjutnya Kabupaten Deli serdang sebesar 5,52 %, dan Kabupaten Karo sebesar 5,23 %. Sedangkan pertumbuhan ekonomi terendah adalah di Kabupaten Langkat yaitu hanya 4,13 % Analisis dan Pembahasan Analisis data panel ini digunakan karena data-data yang akan diolah merupakan data cross section dan data time series yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara yang kemudian diteliti serta dianalis secara empirik. Model panel data ini memiliki ruang dan dimensi waktu sehingga estimasi variabel dan hasil perhitungan akan memberikan analisis empirik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan lebih mendalam tentang teori-teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Selain itu akan dikemukakan hasil penelitian terdahulu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh penulis melibatkan penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian terdahulu digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian dan Konsep Kemiskinan Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (BPS dan Depsos,2002). Kemiskinan

Lebih terperinci

ANALISIS INDIKATOR MAKRO EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA UTARA TESIS. Oleh WAHYU SUGENG IMAM SOEPARNO /EP

ANALISIS INDIKATOR MAKRO EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA UTARA TESIS. Oleh WAHYU SUGENG IMAM SOEPARNO /EP ANALISIS INDIKATOR MAKRO EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA UTARA TESIS Oleh WAHYU SUGENG IMAM SOEPARNO 097018008/EP S E K O L A H PA S C A S A R J A N A SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses multidimensional yang melibatkan perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga nasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang berkaitan dengan yang akan diteliti.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang berkaitan dengan yang akan diteliti. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akandibahas mengenai teori yang menjadi dasar pokok permasalahan. Teori yang akan dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan lebih mendalam tentang teori teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Selain itu akan dikemukakan juga hasil hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan indeks pembangunan manusia juga telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kemiskinan Kemiskinan adalah fenomena yang seringkali di jumpai dalam kehidupan bersosial. kemiskinan seringkali dipandang sebagai gejala rendahnya tingkat kesejahteraan semata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kemiskinan dan Penyebab Kemiskinan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kemiskinan dan Penyebab Kemiskinan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kemiskinan dan Penyebab Kemiskinan Dalam arti proper, kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Prastyo (2010)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini kemiskinan menjadi topik yang dibahas dan diperdebatkan di berbagai forum nasional maupun internasional, walaupun kemiskinan itu sendiri telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut didukung oleh Jhingan (2004), yang mengungkap bahwa negara

BAB I PENDAHULUAN. tersebut didukung oleh Jhingan (2004), yang mengungkap bahwa negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan gambaran kehidupan di banyak negara berkembang, terutama di daerah pedesaan (masyarakat petani). Pernyataan tersebut didukung oleh Jhingan (2004),

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kemiskinan 2.1.1 Defenisi Kemiskinan Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2004, kemiskinan adalah kondisi sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhinya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemiskinan 2.1.1. Konsep Kemiskinan Kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Chambers (2010) mengatakan bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Jawa Tengah Tahun Realisasi Proyek dan Investasi Penanaman Modal di Provinsi

DAFTAR TABEL. Jawa Tengah Tahun Realisasi Proyek dan Investasi Penanaman Modal di Provinsi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ix HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam meningkatkan kesejahteraan tersebut, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk pola

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota di DIY pada tahun Peneliti ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota di DIY pada tahun Peneliti ini 2.1 Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Susianti (2012) melakukan pnelitian Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota di DIY pada tahun 2004 2010. Peneliti

Lebih terperinci

DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH PENGANGGURAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN SIDOARJO

DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH PENGANGGURAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN SIDOARJO DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH PENGANGGURAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN SIDOARJO Ardi Anindita Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sidoarjo ardi.anindita@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan (poverty) merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum kemiskinan dipahami sebagai keadaan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Kuncoro (2014), dalam jurnal Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran dan Pendidikan terhadap Tingkat Kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan suatu negara secara terus menerus dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Ketenagakerjaan Penduduk suatu negara dapat dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Todaro (2006), ketimpangan dan memberantas kemiskinan untuk mencapai kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Todaro (2006), ketimpangan dan memberantas kemiskinan untuk mencapai kehidupan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Todaro (2006), pembangunan ekonomi merupakan suatu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi. Kemiskinan merupakan persoalan kompleks yang terkait dengan berbagai dimensi yakni sosial,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kemiskinan Kemiskinan dapat diartikan sebagai keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awalnya upaya pembangunan Negara Sedang Berkembang (NSB) diidentikkan dengan upaya meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan meningkatnya pendapatan perkapita diharapkan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN MADIUN SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN MADIUN SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN MADIUN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana seseorang berpenghasilan rendah,

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana seseorang berpenghasilan rendah, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan sebuah permasalahan sosial yang sangat kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan (Anggraini, 2012). Kemiskinan umumnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kesenjangan Ekonomi Antar Wilayah Sjafrizal (2008) menyatakan kesenjangan ekonomi antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

SKRIPSI DAMPAK PELAKSANAAN DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP PEMERATAAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAN KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH

SKRIPSI DAMPAK PELAKSANAAN DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP PEMERATAAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAN KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH SKRIPSI DAMPAK PELAKSANAAN DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP PEMERATAAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAN KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH EDO BILLY ANDRI TURNIP 120501144 PROGRAM STUDI EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain seperti tingkat kesehatan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta pembangunan seluruh aspek kehidupan masyarakat. Hakikat pembangunan ini mengandung makna bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan merupakan indikator penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan merupakan indikator penting untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan merupakan indikator penting untuk melihat keberhasilan pembangunan suatu negara. Setiap negara akan berusaha keras untuk mencapai

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH GINI RATIO, INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM), DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN

ANALISIS PENGARUH GINI RATIO, INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM), DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANALISIS PENGARUH GINI RATIO, INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM), DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012-2016 ANALYSIS INFLUENCE OF GINI RATIO, HUMAN DEVELOPMENT

Lebih terperinci

PEMODELAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN REGRESI DATA PANEL

PEMODELAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN REGRESI DATA PANEL PEMODELAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN REGRESI DATA PANEL SKRIPSI Disusun Oleh : NARISHWARI ARIANDHINI 24010211140105 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS

Lebih terperinci

APLIKASI REGRESI DATA PANEL UNTUK PEMODELAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH

APLIKASI REGRESI DATA PANEL UNTUK PEMODELAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH APLIKASI REGRESI DATA PANEL UNTUK PEMODELAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH SKRIPSI Disusun Oleh : TYAS AYU PRASANTI 24010211130029 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pengertian pembangunan ekonomi secara essensial dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan suatu negara diarahkan pada upaya meningkatkan pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator yang digunakan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama di negara sedang berkembang seperti Indonesia. Kemiskinan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama di negara sedang berkembang seperti Indonesia. Kemiskinan adalah A. Landasan Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi dan Ukuran Kemiskinan Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh negara, terutama di negara sedang berkembang seperti Indonesia. Kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan merupakan sebuah upaya untuk mengantisipasi ketidak seimbangan yang terjadi yang bersifat akumulatif, artinya perubahan yang terjadi pada sebuah ketidakseimbangan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, UPAH MINIMUM KOTA, INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, JUMLAH PENDUDUK, DAN BEBAN/TANGGUNGAN PENDUDUK TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI KOTA-KOTA PROVINSI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fasilitas mendasar seperti pendidikan, sarana dan prasarana transportasi,

TINJAUAN PUSTAKA. fasilitas mendasar seperti pendidikan, sarana dan prasarana transportasi, 27 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemiskinan Masyarakat miskin adalah masyarakat yang tidak memiliki kemampuan untuk mengakses sumberdaya sumberdaya pembangunan, tidak dapat menikmati fasilitas mendasar seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi merupakan faktor penting yang berperan besar dalam pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. investasi merupakan faktor penting yang berperan besar dalam pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di suatu negara bisa dijadikan alat ukur untuk menganalisa tingkat perkembangan perekonomian di negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi disuatu negara

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN JAYAPURA. Evi Hartati 1

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN JAYAPURA. Evi Hartati 1 ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN JAYAPURA Evi Hartati 1 evi.hartati94@yahoo.com Ida Ayu Purba Riani 2 purbariani@yahoo.com Charley M. Bisai

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kabupaten/kota di Jawa Tengah dari tahun

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kabupaten/kota di Jawa Tengah dari tahun A. Tinjauan Penelitian Terdahulu BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Penelitian oleh Prastyo (2010) yang dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai kemampuan ekonomi nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka waktu yang cukup lama untuk dapat

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH JUMLAH TENAGA KERJA, INVESTASI DAN INFLASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TIMUR SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH JUMLAH TENAGA KERJA, INVESTASI DAN INFLASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TIMUR SKRIPSI ANALISIS PENGARUH JUMLAH TENAGA KERJA, INVESTASI DAN INFLASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TIMUR SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur Untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah 16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Ekonomi Pembangunan Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi-kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan dasar dan paling essensial dari pembangunan tidak lain adalah mengangkat kehidupan manusia yang berada pada lapisan paling bawah atau penduduk miskin, kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik (BPS, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik (BPS, 2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Kemiskinan Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat Indonesia merupakan suatu cita-cita dari pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila dapat menyelesaikan masalah-masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Timur merupakan daerah sentra pangan di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa pada tahun 2012 Provinsi Jawa Timur menghasilkan produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang sedang berkembang. Bagi Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi nasional yang dapat dicapai melalui pembenahan taraf hidup masyarakat, perluasan lapangan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM Pada bab IV ini penulis akan menyajikan gambaran umum obyek/subyek yang meliputi kondisi geografis, sosial ekonomi dan kependudukan Provinsi Jawa Tengah A. Kondisi Geografis Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang sangat erat, jumlah penduduk menentukan efisiensi perekonomian dan kualitas dari tenaga kerja itu

Lebih terperinci

PEMODELAN LAJU INFLASI DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN REGRESI DATA PANEL

PEMODELAN LAJU INFLASI DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN REGRESI DATA PANEL PEMODELAN LAJU INFLASI DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN REGRESI DATA PANEL SKRIPSI Disusun oleh : DODY APRILIAWAN J2E 009 045 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan dan ketahanan pangan merupakan isu terkini yang menjadi perhatian di dunia, khususnya bagi negara berkembang, termasuk di Indonesia. Kedua fenomena tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa depan perekonomian dunia. Menurut Kunarjo dalam Badrul Munir (2002:10),

BAB I PENDAHULUAN. masa depan perekonomian dunia. Menurut Kunarjo dalam Badrul Munir (2002:10), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Kemiskinan merupakan gambaran kehidupan di banyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian di setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau berkembang adalah

Lebih terperinci

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah BADAN PUSAT STATISTIK Kabupaten Bandung Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Soreang, 1 Oktober 2015 Ir. R. Basworo Wahyu Utomo Kepala BPS Kabupaten Bandung Data adalah informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan infrastruktur dasra, gender, dan lokasi geografis. kemiskinan tidak hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan infrastruktur dasra, gender, dan lokasi geografis. kemiskinan tidak hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah krusial yang di hadapi dalam pembangunan oleh hampir semua negara di dunia, terutama negara berkembang.kemiskinna merupakan masalah multidimensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan nasional suatu negara yakni melalui jumlah dan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan nasional suatu negara yakni melalui jumlah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat tercermin melalui jumlah penduduk dan pendapatan perkapita di suatu negara. Penduduk merupakan salah satu faktor keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang di hadapi oleh semua negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang di pengaruhi oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk melihat keberhasilan pembangunan suatu negara. Setiap negara akan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk melihat keberhasilan pembangunan suatu negara. Setiap negara akan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan merupakan indikator penting untuk melihat keberhasilan pembangunan suatu negara. Setiap negara akan berusaha keras untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kemiskinan a. Pengertian Kemiskinan Definisi tentang kemiskinan telah mengalami perluasan, seiring dengan semakin kompleksnya faktor penyebab, indikator maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perbaikan kualitas segenap bidang kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas nasional yaitu menciptakan lapangan pekerjaan bagi rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas nasional yaitu menciptakan lapangan pekerjaan bagi rakyat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional memiliki hakekat mewujudkan masyarakat aman, damai dan sejahtera. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang terus berupaya melakukan

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, UPAH MINIMUM, DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, UPAH MINIMUM, DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi (Tannia Octasari) 495 PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, UPAH MINIMUM, DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN 2009-2013 THE EFFECT OF ECONOMIC

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk

KATA PENGANTAR. ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat serta hidayahnya yang telah dilimpahkan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama pemerintah dari masa ke masa. Permasalahan ini menjadi penting mengingat erat kaitannya dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pembangunan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembangunan daerah diarahkan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil-hasil pembangunan yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah dibutuhkannya investasi. Investasi merupakan salah satu pendorong untuk mendapatkan pendapatan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk 17 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemiskinan Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data).

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data). 31 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data). 3.2 Metode Analisis Data 3.2.1 Analisis Weighted

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN FERTILITAS DI SUMATERA UTARA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN FERTILITAS DI SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN FERTILITAS DI SUMATERA UTARA PROPOSAL SKRIPSI Diajukan oleh Nama : Hafadh Abdillah Ritonga NIM : 060501038

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu keadaan di mana masyarakat yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dan kehidupan yang layak, (menurut World Bank dalam Whisnu, 2004),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang semakin sejahtera, makmur dan berkeadilan. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang semakin sejahtera, makmur dan berkeadilan. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi di Indonesia diarahkan untuk mewujudkan masyarakat yang semakin sejahtera, makmur dan berkeadilan. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Indonesia dengan menggunakan data Tingkat Pengangguran Terbuka, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Upah Minimum dan Jumlah Penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang dinamis dalam mengubah dan meningkatkan kesehjateraan masyarakat. Ada tiga indikator keberhasilan suatu pembangunan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih serius dengan penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahap awal pembangunan, disparitas regional menjadi lebih besar dan

BAB I PENDAHULUAN. tahap awal pembangunan, disparitas regional menjadi lebih besar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan usaha masyarakat secara keseluruhan dalam upaya untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan mempertinggi tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hasil pekerjaan membangun, sedangkan ekonomi adalah suatu ilmu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hasil pekerjaan membangun, sedangkan ekonomi adalah suatu ilmu yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi terdiri dari dua kata yaitu pembangunan dan ekonomi. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pembangunan adalah hasil pekerjaan membangun,

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan

Lebih terperinci

FREDILA PUTRI ARUMSARI B

FREDILA PUTRI ARUMSARI B ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENGANGGURAN, PENDIDIKAN, UMR DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011-2014 SKRIPSI Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjuan Penelitian Terdahulu Suliswanto (2010), Melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDRB) Dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Terhadap Angka Kemiskinan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pembangunan Ekonomi Pembangunan menurut Todaro dan Smith (2006) merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi, tetapi berkaitan juga dengan rendahnya tingkat pendidikan, dan tingkat pendidikan yang rendah.

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi, tetapi berkaitan juga dengan rendahnya tingkat pendidikan, dan tingkat pendidikan yang rendah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan persoalan yang kompleks. Kemiskinan tidak hanya berkaitan dengan masalah rendahnya tingkat pendapatan dan konsumsi, tetapi berkaitan juga dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masalah klasik dan mendapat perhatian khusus dari negara-negara di dunia.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masalah klasik dan mendapat perhatian khusus dari negara-negara di dunia. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori dan Konsep 2.1.1. Konsep Kemiskinan Pada umumnya masalah kemiskinan hingga saat ini masih menjadi masalah klasik dan mendapat perhatian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab II ini menjelaskan beberapa konsep yang terkait dengan penelitian tentang pengaruh jumlah penduduk dan pengangguran terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2005 2010.

Lebih terperinci