DEIKSIS DALAM SERI CERITA RAKYAT KALANTIKA PENULIS CHAIRIL EFFENDY
|
|
- Erlin Widjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DEIKSIS DALAM SERI CERITA RAKYAT KALANTIKA PENULIS CHAIRIL EFFENDY Irma Sari, Sisilya Saman, Agus Syahrani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak Abstract Background of this research was to review and to analyze the deixis in folklore series which was the result of transcription from spoken to written language. The aimed of this research to classify of types and functions deixis and to describe the relation between persona deixis and social deixis was Folklore Kalantika Series. The form of this research was qualitative with descriptive method. The data in this research was the deixis every folklore. The Source of this research was four folklore in every Folklore Kalantika Series. The data collection technique in this research was using documentation. The instrument was take the data from deixis sentences, in particular of persona deixis sentences and social deixis sentences. Based on data analysis of the four stories in folklore Kalantika series, it can be concluded that deixis persona which often used is deixis persona third singular person in the form -nya, meanwhile on deixis social that often appeared is the form of bapak which fuction as the diversification of somebody s social level. There are connection between deixis persona with deixis social because some forms of deixis social are parts of deixis persona. This thing can be seen from the form of bapak which fuction as social degree as seen from genetic relationship adressing and also it has referential for second person or part of deixis persona second singular. Keywords: Deixis, Folklore. Kalantika Series, Chairil Effendy, Malay of Sambas Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang membahas tentang makna yang disampaikan penutur baik secara lisan maupun tulisan yang ditafsirkan pembaca atau pendengar. Kajian pragmatik melibatkan interpretasi tentang maksud seseorang ketika ia menuturkan sesuatu dalam konteks tertentu dan bagaimana konteks tersebut memengaruhi tuturan yang diucapkannya. Kajian ini mengharuskan adanya pertimbangan tentang bagaimana penutur mengatur tuturannya berkaitan dengan orang yang ia ajak bicara, tempat dan waktu terjadinya tuturan, serta situasi yang menaungi tuturan tersebut. Jika dibandingkan dengan kajian-kajian linguistik yang lain, pragmatik merupakan satu-satunya kajian yang memperbolehkan penutur bahasa masuk ke dalam analisisnya. Pragmatik mengkaji beberapa hal, yaitu deiksis, praanggapan, tindak ujar, implikatur, dan struktur wacana. Deiksis menurut Yule (2014:13) adalah istilah teknis untuk salah satu hal mendasar yang kita lakukan dengan tuturan. Deiksis merupakan kajian pragmatik, tetapi deiksis juga dikatakan merupakan gejala semantik yang terdapat pada kata-kata yang dapat ditafsirkan acuannya dengan memperhitungkan situasi pembicaraan yang jelas karena di dalam pembicaraan tersebut terdapat peserta tindak tutur yang mempunyai maksud dan tujuan. Penggunaan deiksis dalam sebuah karya sastra seperti cerita rakyat sering
2 muncul. Penelitian deiksis, khususnya deiksis persona dan sosial yang terdapat di dalam cerita rakyat merupakan sesuatu hal yang unik untuk diteliti. Penggunaan deiksis persona dan sosial di dalam cerita rakyat dapat ditemukan melalui kata penunjuk pada tokoh dan latar sosial yang terdapat dalam cerita. Keempat deiksis tersebut dapat ditemukan dalam Seri Cerita Rakyat Kalantika. Seri Cerita Rakyat Kalantika ini merupakan hasil transkripsi, terjemahan, dan perbaikan seperlunya oleh Chairil Effendy dari bahasa lisan ke bahasa tulis. Chairil Effendy adalah seorang profesor sastra lisan pertama di Kalimantan Barat sekaligus seorang dosen di FKIP Universitas Tanjungpura. Selain itu, Chairil Effendy juga menjabat sebagai Ketua Umum Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kalimatan Barat. Seri Cerita Rakyat Kalantika ini menceritakan kehidupan rakyat pada zaman dahulu yang diselingi dengan kejadiankejadian fiktif sehingga seri cerita rakyat ini mengandung nilai-nilai budaya dan sosial yang harus dihayati dan diambil nilai serta amanatnya. Selain itu, Seri Cerita Rakyat Kalantika merupakan wujud melestarikan sastra daerah terutama cerita rakyat yang berkembang di Kalimantan Barat Sebelum penelitian ini dilakukan, penelitian tentang deiksis sudah pernah dilakukan oleh mahasiswa sebagai berikut: (1) Anita Wulandari (2016) yang berjudul Penggunaan Deiksis dalam Kumpulan Cerpen Kompas (2) Mery Ansiska (2009) yang berjudul Penggunaan Deiksis Persona dan Tempat dalam Novel Supernova 1 : Kesatria, Puteri dan Bintang Jatuh Karya Dee. (3) Ogy William (2014) yang berjudul Deiksis dalam Bahasa Melayu Pontianak. Perbedaan ketiga penelitian tersebut dengan penelitian ini terletak pada jenis deiksis yang diteliti dan objek penelitiannya. Rumusan masalah yang menjadi bahasan dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) Bagaimana klasifikasi jenis dan fungsi penggunaan deiksis dalam seri cerita rakyat Kalantika? (2) Bagaimana hubungan deiksis persona dan deiksis sosial dalam seri cerita rakyat Kalantika? Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan, tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengklasifikasi jenis dan fungsi penggunaan deiksis dalam seri cerita rakyat Kalantika. (2) Menganalisis hubungan deiksis persona dan deiksis sosial dalam seri cerita rakyat Kalantika. Purwo (1984:22) menjelaskan bahwa referen yang ditunjuk oleh kata ganti persona berganti-ganti tergantung pada peranan yang dibawakan oleh peserta tindak ujar. Putrayasa (2014:43) menjelaskan bahwa Deiksis perorangan (person deixis); menunjuk peran dari partisipan dalam peristiwa percakapan misalnya pembicara, yang dibicarakan, dan entitas yanng lain. Deiksis persona ini terdiri dari kata ganti persona pertama, kata ganti persona kedua, dan kata ganti persona ketiga. Purwo (dalam Putrayasa, 2014:53) menyatakan bahwa deiksis sosial menunjukkan perbedaan-perbedaan sosial (perbedaan yang disebabkan oleh faktorfaktor sosial seperti jenis kelamin, usia, kedudukan di dalam masyarakat, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya) yang ada pada partisipan dalam sebuah komunikasi verbal yang nyata, terutama yang berhubungan dengan segi hubungan peran antara penutur dan petutur, atau penutur dengan topik atau acuan lainnya. Putrayasa (2014:53) mengatakan bahwa deiksis sosial itu merupakan deiksis yang di samping mengacu keadaan referen tertentu, juga mengandung konotasi sosial tertentu, khususnya pada deiksis persona. Hubungan antara deiksis persona dan deiksis sosial dalam penelitian ini didasarkan pada pernyataan Purwo (1984:23) bahwa Bentuk persona kedua engkau dan kamu hanya dapat dipergunakan di antara peserta ujaran yang sudah akrab hubungannya, atau dipakai oleh orang yang mempunyai status sosial lebih tinggi untuk menyapa lawan bicara yang berstatus sosial lebih rendah.
3 METODE PENELITIAN Bentuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian kualitatif. Prosedur dalam penelitian ini yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa jenis dan fungsi deiksis persona dan sosial pada konteks kalimat tertentu dan ditindaklanjuti dengan menganalisis hubungan deiksis persona dan deiksis sosial dalam Seri Cerita Rakyat Kalantika. Metode yang digunakam dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang mengandung arti bahwa penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan dengan jelas tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang mengandung deiksis berupa kata ganti (pronomina) yang terdapat dalam Seri Cerita Rakyat Kalantika. Sumber data yang terdapat dalam penelitian ini adalah semua cerita rakyat yang terdapat dalam Seri Cerita Rakyat Kalantika. Jumlah cerita yang terdapat dalam Seri Cerita Rakyat Kalantika adalah empat cerita. Pengumpulan data dapat diperoleh melalui sumber tertulis Seri Cerita Rakyat Kalantika yang dilakukan berdasarkan teknik studi dokumenter, yakni suatu teknik pengumpulan data menggunakan dokumen sebagai sumber data penelitian baik itu dokumen pribadi maupun dokumen resmi. Instrumen penelitian ini dilakukan dengan mencatat data-data yang merupakan kalimatkalimat yang mengandung jenis, bentuk, dan fungsi deiksis berupa pronomina pada keempat cerita dalam Seri Cerita Rakyat Kalantika ke dalam kartu data. Contoh kartu data deiksis persona dan deiksis sosial. No. Bentuk Deiksis Tabel 1 Jenis dan Bentuk Deiksis Persona Jenis Deiksis Pertama Kedua Ketiga Tunggal Jamak Tunggal Jamak Tunggal Jamak Jum. Data 1 Aku 9 2 -nya 19 No. 1 2 Fungsi Enklitik menyatakan kepunyaan menyatakan objek tindakan Tabel 2 Fungsi Enklitik Deiksis Persona Jumlah Data Jumlah Keseluruhan -ku -mu -nya Data Tabel 3 Jenis, Bentuk, dan Fungsi Deiksis Sosial No. Fungsi Bentuk Kata Frasa Klausa Jumlah Data 1. Pembeda tingkatan sosial seseorang berupa sapaan kekerabatan Bapak - - 2
4 Berdasarkan prosedur pengolahan data, data diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Membaca seri cerita rakyat Kalantika yang dijadikan sumber data; 2) Menyeleksi kalimat yang menggunakan deiksis persona dan sosial; 3) Mengklasifikasikan jenis-jenis deiksis persona dan sosial; 4) Mengklasifikasikan fungsi-fungsi deiksis persona dan sosial; 5) Menganalisis hubungan antara deiksis persona dengan deiksis sosial yang terdapat dalam seri cerita rakyat Kalantika; Berdasarkan teknik analisis data, data dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Mengklasifikasi data berupa deiksis persona dalam seri cerita rakyat Kalantika; 2) Mengklasifikasi data berupa deiksis sosial dalam seri cerita rakyat Kalantika; 3) Menganalisis hubungan antara deiksis persona dengan deiksis sosial yang terdapat dalam seri cerita rakyat Kalantika; 4) Memberikan simpulan dari hasil analisis data. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis dan deskripsi data yang dilakukan dalam cerita rakyat yang berjudul Kalantika ditemukan 6 jenis dengan 11 bentuk penggunaan deiksis persona dan 2 bentuk deiksis sosial. Pada cerita rakyat yang berjudul Putri Rusa ditemukan 5 jenis dengan 19 bentuk penggunaan deiksis persona dan 15 bentuk deiksis sosial. Pada cerita rakyat yang berjudul Putri Batu Karang, Putri Nyiur Gading, dan Putri Limau Manis ditemukan 6 jenis dengan 15 bentuk penggunaan deiksis persona dan 6 bentuk deiksis sosial. Kemudian pada cerita rakyat yang berjudul Putri Jelumpang ditemukan 6 jenis dengan 15 bentuk penggunaan deiksis persona dan 9 bentuk deiksis sosial. Cerita Kalantika Terdapat 6 jenis deiksis persona yang ditemukan dalam penelitian ini, yaitu deiksis persona pertama tunggal dalam bentuk aku dan ku-, deiksis persona pertama jamak dalam bentuk kami dan kita, deiksis persona kedua tunggal dalam bentuk kau, deiksis persona kedua jamak dalam bentuk kalian, deiksis persona ketiga tunggal dalam bentuk dia, -nya, anak dewa itu, dan anak dewa ini, dan deiksis persona ketiga jamak dalam bentuk mereka. Terdapat dua bentuk deiksis persona aku pada cerita ini yang masing-masing merujuk pada Kalantika. Ditemukan penggunaan bentuk praklitik ku- dalam cerita ini yang merupakan variasi bentuk deiksis persona pertama tunggal aku yang fungsinya menyatakan objek tindakan. Bentuk kami dan kita dalam cerita ini mempunyai fungsi masing-masing. Bentuk kami mempunyai fungsi yang menyatakan bentuk inklusif, artinya pronomina itu mencakupi pembicara atau penulis dan orang lain dipihaknya, tetapi tidak mencakupi orang lain dipihak pendengar atau pembacanya. Bentuk kita dalam cerita ini mempunyai fungsi yang menyatakan bentuk ekslusif, artinya pronomina itu mencakupi tidak saja pembicara atau penulis, tetapi juga pendengar atau pembaca, dan mungkin pula pihak lain. Bentuk kau merupakan jenis deiksis persona kedua tunggal yang merujuk pada satu tokoh yang terdapat dalam cerita. Dalam cerita ini kata ganti kau diucapkan Dewa yang merujuk pada Kalantika. Bentuk kalian merupakan jenis deiksis persona kedua jamak yang merujuk pada lebih dari satu tokoh yang terdapat dalam cerita. Pada cerita ini, kata ganti kalian diucapkan oleh Kalantika untuk merujuk kepada kawan-kawannya di bumi. Bentuk deiksis persona ketiga yang sering muncul adalah bentuk -nya dengan 26 penggunaan. Penggunaan bentuk dia dalam cerita ini memiliki fungsi berposisi sebagai subjek. Variasi bentuk dari deiksis persona dia menjadi -nya pada cerita ini mempunyai fungsi untuk menyatakan kepunyaan. Bentuk -nya apabila disambungkan dengan nomina, menunjukkan hubungan kepunyaan atau menyebutkan pemilik. Terdapat penggunaan bentuk deiksis persona ketiga tunggal yang bersifat demonstratif itu dalam cerpen ini. Hal ini dikarenakan kata itu merupakan kata yang
5 mengacu kepada suatu tempat yang bukan tempat penutur, jadi dapat diartikan sebagai pronomina ketiga. Kemudian, ditemukan pula satu deiksis persona ketiga jamak dalam bentuk mereka. Penggunaan bentuk mereka untuk merujuk pada tokoh yang lebih dari satu dan tidak ada di tempat pada saat percakapan antartokoh sedang berlangsung. Pada cerita ini, bentuk mereka yang digunakan semuanya merujuk pada manusia yang ada di bumi. Deiksis sosial dibagi berdasarkan fungsinya, yaitu sebagai pembeda tingkatan sosial seseorang berupa sapaan kekerabatan dalam bentuk bapak dan pak. Bentuk pak merupakan variasi bentuk dari sapaan bapak. Pada cerita ini bentuk bapak dan pak semuanya merujuk pada orang tua kandung laki-laki. Hubungan deiksis persona dan deiksis sosial dilihat dari hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur dalam suatu dialog. Penggunaan deiksis persona dengan deiksis sosial dapat juga dilihat dari percakapan anak dewa dengan bapaknya dewa itu sendiri. Mengapa kau berikan bibit padi kepada manusia? tanya Dewa kepada Kalantika. Aku kasihan, Pak, jawab Kalantika. Kalantika, kau telah berbuat lancang. Mulai saat ini kau kukutuk menjadi batu. (Kalantika, hal. 6, bar ) Penggunaan deiksis persona kau yang diucapkan Dewa kepada anaknya Kalantika terkesan agak kasar karena saat berbicara dengan anaknya, Dewa sedang marah. Dewa marah dengan Kalantika yang telah lancang memberikan bibit padi kepada manusia tanpa izin darinya. Terlepas dari emosi tokoh Dewa dalam cerita ini, penggunaan deiksis persona kau, aku, dan Pak berhubungan dengan hubungan kekeluargaan yang terjalin antara Dewa dan anaknya yang bernama Kalantika. Hubungan sosial yang terjalin lebih jelas terlihat saat Kalantika memanggil bapaknya dengan kata sapaan Pak yang juga merupakan deiksis persona kedua tunggal. Cerita Putri Rusa Terdapat 5 jenis deiksis persona yang ditemukan dalam penelitian ini, yaitu deiksis persona pertama tunggal dalam bentuk aku, -ku, dan ku-, deiksis persona pertama jamak dalam bentuk kami dan kita, deiksis persona kedua tunggal dalam bentuk kau, engkau, -mu, bapak, datuk, pak, mak, tuk, nong, kak, dan dik, deiksis persona ketiga tunggal dalam bentuk dia dan -nya, dan deiksis persona ketiga jamak dalam bentuk mereka. Bentuk deiksis aku yang digunakan dalam cerita ini terdiri dari 83 penggunaan yang merujuk pada semua tokoh yang ada dalam cerita. Tokoh-tokoh tersebut adalah Raja Magribi, 7 Tuan Putri, Raja Tunggal, Raja Rum, Putri Rusa, Ahmad Muhamad. Ditemukan penggunaan bentuk praklitik ku- dan bentuk enklitik -ku dalam cerita ini yang merupakan variasi bentuk deiksis persona pertama tunggal aku. Pada cerita ini terdapat 20 penggunaan bentuk ku- yang merujuk pada Raja Magribi, Raja Rum, Raja Tunggal, dan Putri Rusa. Terdapat 37 penggunaan bentuk - ku dalam cerita ini yang merujuk pada Raja Magribi, Raja Tunggal, Raja Rum, Ahmad Muhamad, dan Putri Rusa. Bentuk kami digunakan oleh pembicara apabila orang yang dimaksud adalah dirinya dan orang yang mewakilinya. Pada cerita ini terdapat 3 penggunaan bentuk kami yang merujuk pada Selamat Siberkat, Raja Tunggal, dan rakyat. Bentuk kita mencakupi tidak saja pembicara/penulis, tetapi juga pendengar/pembaca, dan mungkin pula pihak lain. Pada cerita ini terdapat 22 bentuk kita yang merujuk pada Raja Magribi, Tujuh Putri Raja Magribi, Raja Tunggal, Selamat Siberkat, Ahmad Muhamad, Raja Rum, semua rakyat, penulis dan pembaca. Bentuk kau, engkau, dan -mu merujuk pada satu tokoh yang ada dalam cerita. Pada cerita ini terdapat 5 bentuk kau yang diucapkan oleh Raja Rum untuk merujuk pada Raja Tunggal. Pada cerita ini terdapat 44 bentuk engkau yang merujuk pada Selamat Siberkat, Raja Tunggal, dan Ahmad Muhammad. Bentuk -mu merupakan variasi bentuk dari kamu. Terdapat 37 bentuk -mu dalam cerita ini
6 yang masing-masing merujuk pada Selamat Siberkat, Raja Tunggal, dan Ahmad Muhammad. Bentuk bapak merupakan sebutan ketakziman untuk persona kedua leksem kekerabatan, sedangkan bentuk pak merupakan variasi dari bentuk bapak. Pada cerita ini terdapat 1 bentuk bapak yang merujuk pada Raja Rum dan 14 bentuk pak yang merujuk pada Raja Rum, Raja Magribi, dan Raja Tunggal. Sama halnya dengan bentuk bapak, bentuk mak, nong, kak, dan dik juga merupakan sebutan ketakziman untuk persona kedua leksem kekerabatan. Bentuk mak merupakan variasi dari bentuk emak yang dalam cerita ini terdapat 18 penggunaan untuk merujuk pada Putri Rusa sebagai ibu dari Ahmad Muhamad. Bentuk nong merupakan panggilan sayang dari orang tua untuk anaknya. Pada cerita ini terdapat 10 bentuk nong yang merujuk pada Ahmad Muhamad sebagai anak dari Putri Rusa dan Raja Tunggal. Bentuk kak merupakan variasi bentuk dari kakak yang biasa digunakan untuk memanggil saudara perempuan yang lebih tua. Pada cerita ini terdapat 3 bentuk kak yang merujuk pada saudara perempuan dari ketujuh putri Raja Magribi. Bentuk dik merupakan variasi bentuk dari adik yang biasa digunakan untuk memanggil saudara perempuan yang lebih muda, Pada cerita ini terdapat 2 bentuk dik yang merujuk pada saudara perempuan dari ketujuh putri Raja Magribi. Bentuk tuk merupakan variasi bentuk dari bentuk datuk yang merupakan leksem gelar. Pada cerita ini terdapat 4 bentuk tuk yang diucapkan Selamat Siberkat untuk merujuk pada Raja Rum. Bentuk deiksis persona ketiga yang sering muncul adalah bentuk -nya dengan 135 penggunaan. Penggunaan bentuk dia dalam cerita ini memiliki fungsi berposisi sebagai subjek. Bentuk mereka merujuk pada tokoh lebih dari satu dan tidak ada di tempat pada saat percakapan antartokoh sedang berlangsung. Pada cerita ini terdapat 3 penggunaan bentuk mereka yang semuanya merujuk pada ketujuh putri Raja Magribi. Bentuk-bentuk singkat deiksis persona -ku, -mu, dan -nya yang ditemukan dalam cerita ini memiliki fungsi yang menyatakan kepemilikan atau kepunyaan, sedangkan bentuk praklitik ku- dalam cerita ini berfungsi untuk menyatakan objek tindakan. Deiksis sosial dibagi berdasarkan fungsinya, yaitu sebagai pembeda tingkatan sosial seseorang berupa sapaan kekerabatan dalam bentuk bapak, pak, emak, mak, nong, kakak, kak, adik, dan dik, sebagai pembeda tingkatan sosial seseorang berupa julukan dalam bentuk tuan putri, sebagai pembeda tingkatan sosial seseorang berupa gelar kebangsawanan dalam bentuk raja dan datuk, menjaga sopan santun berbahasa dalam bentuk hamba dan patik, dan menjaga sikap sosial dalam bentuk ampun-ampun seribu ampun, sembah patik harap diampun. Bentuk bapak dan pak semuanya merujuk pada orang tua kandung laki-laki. Terdapat tiga tokoh yang dipanggil bapak dalam cerita ini, yaitu Raja Magribi, Raja Rum, dan Raja Tunggal. Jumlah data yang menggunakan bentuk bapak ada 15. Bentuk emak dan mak semuanya merujuk pada orang tua kandung perempuan yang dalam hal ini adalah Putri Rusa. Terdapat 9 deiksis sosial emak dan 17 bentuk mak yang digunakan pada cerita ini. Bentuk sapaan nong merupakan panggilan sayang untuk anak yang biasa digunakan oleh masyarakat Melayu. Selain itu, terdapat 10 penggunaan bentuk nong dalam cerita ini. Terdapat 6 penggunaan bentuk kakak, 3 penggunaan bentuk kak, 3 penggunaan bentuk adik, dan 2 penggunaan bentuk dik. Julukan tuan putri menggambarkan seorang perempuan yang cantik dan biasanya berasal dari kalangan bangsawan yang hidup di kerajaan. Pada cerita ini, julukan tuan putri yang didapatkan karena putri tersebut merupakan anak Raja Magribi yang memiliki kecantikan luar dalam. Jadi, tingkatan sosial seorang tuan putri ini tidak hanya didapat dari kecantikannya, tetapi juga dari darah bangsawan yang melekat padanya. Terdapat
7 15 penggunaan bentuk tuan putri yang digunakan dalam cerita ini. Deiksis sosial dalam bentuk datuk merupakan nama panggilan untuk raja, yaitu Raja Rum. Rakyatnya memanggil raja dengan panggilan datuk semata-mata untuk menghormati pemimpin mereka. Panggilan datuk ini juga merupakan hasil konvensi dari rakyat yang dalam cerita ini bersuku Melayu. Kata ganti hamba dan patik yang digunakan dalam cerita ini berfungsi untuk menjaga sopan santun berbahasa antara orang yang berstatus sosial lebih rendah dengan yang berstatus sosial lebih tinggi. Pada cerita ini penggunaan kata ganti hamba dan patik merujuk pada pembantu raja yang bernama Selamat Siberkat. Terdapat pula satu kebiasaan berbahasa yang dilakukan pembantu raja dan rakyatnya saat bertemu langsung dengan raja, yaitu seperti sembah sujud dengan mengucapkan kalimat seperti berikut. Datuk, ampun-ampun seribu ampun, sembah patik harap diampun. (PR, hal. 13, bar. 14) Penggunaan kalimat ampun-ampun seribu ampun, sembah patik harap diampun saat bertemu raja menegaskan sikap hormat yang telah menjadi konvensi antara raja dan rakyatnya. Deiksis persona dan deiksis sosial dalam cerita ini saling berhubungan karena sebagian bentuk deiksis sosial merupakan bagian dari deiksis persona, seperti penggunaan bentuk bapak, emak, kakak, adik, datuk, nong di deiksis persona dan bapak, emak, kakak, adik, datuk, nong di deiksis sosial. Tingkatan sosial yang dilihat dari sapaan kekerabatan bapak, emak, kakak, adik, datuk, dan nong tersebut memiliki rujukan orang kedua atau bagian dari deiksis persona kedua tunggal. Selain itu, penggunaan kata ganti hamba dan patik dalam deiksis sosial juga berkaitan dengan deiksis persona karena kata ganti tersebut memiliki rujukan orang seperti kata ganti dalam deiksis persona. Kata ganti hamba dan patik memiliki arti saya dengan maksud untuk merendahkan diri, jadi kata ganti hamba dan patik sama dengan deiksis persona pertama tunggal dalam bentuk saya atau aku. Cerita Putri Batu Karang, Putri Nyiur Gading, dan Putri Limau Manis Terdapat 6 jenis deiksis persona yang ditemukan dalam penelitian ini, yaitu deiksis persona pertama tunggal dalam bentuk aku, -ku, dan ku-, deiksis persona pertama jamak dalam bentuk kami dan kita, deiksis persona kedua tunggal dalam bentuk engkau, -mu, bapak, datuk, pak, dan tuk, deiksis persona kedua jamak dalam bentuk kalian, deiksis persona ketiga tunggal dalam bentuk dia dan -nya, dan deiksis persona ketiga jamak dalam bentuk mereka. Bentuk aku yang digunakan dalam cerita ini terdiri dari 55 penggunaan yang merujuk pada semua tokoh yang ada dalam cerita. Tokoh-tokoh tersebut adalah Putri Batu Karang, Pak Pemancing, Selamat Siberkat, Raden Dewi Nyaya, dan Raja. Ditemukan penggunaan bentuk praklitik ku- dan bentuk enklitik -ku dalam cerita ini yang merupakan variasi bentuk deiksis persona pertama tunggal aku. Pada cerita ini terdapat 9 penggunaan bentuk ku- yang merujuk pada Pak Pemancing dan Raja yang berfungsi untuk menyatakan kepunyaan atau kepemilikan. Kemudian terdapat 25 penggunaan bentuk ku- yang merujuk pada Pak Pemancing, Putri Batu Karang, Raden Dewi Nyaya, dan Raja yang berfungsi sebagai objek tindakan. Terdapat 11 penggunaan bentuk kami yang semuanya merujuk pada ketiga putri Pak Pemancing, yaitu Putri Batu Karang, Putri Nyiur Gading, dan Putri Limau Manis, seperti pada kalimat berikut. selain itu, terdapat 29 bentuk kita yang merujuk pada Selamat Siberkat, Raden Dewi Nyaya, Raja, Pak Pemancing, dan Putri Batu Karang. Deiksis persona kedua tunggal dalam bentuk engkau dalam cerita ini terdiri dari 20 penggunaan yang merujuk pada Putri Batu Karang, Selamat Siberkat, Pak Pemancing, Harimau, Ikan Paus dan Ikan Selayar, Tuan Putri Bungsu. Ditemukan 11 bentuk -mu yang merujuk pada Pak Pemancing dan Tuan
8 Putri Bungsu. Selain itu, terdapat 14 bentuk bapak yang merujuk pada Pak Pemancing dan Raja, serta 23 bentuk pak yang juga merujuk pada Pak Pemancing dan Raja. Bentuk kalian merupakan jenis deiksis persona kedua jamak yang merujuk pada lebih dari satu tokoh yang terdapat dalam cerita. Pada cerita ini terdapat 4 penggunaan bentuk kalian yang diucapkan Raja untuk merujuk pada rakyat. Pada deiksis persona, bentuk dia merujuk pada tokoh dalam cerita. Terdapat 14 bentuk dia yang digunakan dan merujuk pada Pak Pemancing, Selamat Siberkat, Putri Batu Karang, dan Raja. Kemudian, terdapat bentuk -nya yang merupakan variasi bentuk dari kata ganti dia yang bersifat enklitik karena tidak bisa berdiri sendiri sehingga selalu bergabung dengan kata yang mendahuluinya dan berfungsi untuk menyatakan kepunyaan. Bentuk mereka merujuk pada tokoh lebih dari satu dan tidak ada di tempat pada saat percakapan antartokoh sedang berlangsung. Terdapat 12 penggunaan bentuk mereka yang merujuk pada Raden Dewi Nyaya, Selamat Siberkat, Rakyat, Putri Batu Karang, Putri Nyiur Gading, Putri Limau Manis dan nenek datuk raja. Deiksis sosial dibagi berdasarkan fungsinya, yaitu sebagai pembeda tingkatan sosial seseorang berupa sapaan kekerabatan dalam bentuk bapak, pak, sebagai pembeda tingkatan sosial seseorang berupa julukan dalam bentuk tuan putri, sebagai pembeda tingkatan sosial seseorang berupa gelar kebangsawanan dalam bentuk raja dan datuk, dan sebagai pembeda tingkatan sosial seseorang berupa profesi dalam bentuk Pak Pemancing. Bentuk bapak dan pak pada cerita ini merujuk pada Pak Pemancing yang merupakan orang tua angkat Putri Batu Karang, Putri Nyiur Gading, dan Putri Limau Manis, serta orang tua kandung laki-laki dari Raden Dewi Nyaya, yaitu Raja. Jumlah data yang menggunakan bentuk bapak ada 14 terdiri dari 2 penggunaan bentuk bapak merujuk pada Raja dan 12 penggunaan bentuk bapak yang merujuk pada Pak Pemancing. Julukan tuan putri pada cerita ini diberikan hanya karena putri tersebut cantik jelita dan bukan merupakan kalangan bangsawan. Bentuk datuk merupakan nama panggilan untuk raja, yaitu Raja Rum. Panggilan datuk ini juga merupakan hasil konvensi dari rakyat yang dalam cerita ini bersuku Melayu. Terdapat 19 penggunaan bentuk datuk dalam percakapan cerita. Terdapat satu bentuk deiksis sosial dalam cerita yang berfungsi sebagai pembeda tingkatan sosial seseorang berupa profesi, yaitu Pak Pemancing. Pada cerita ini Pak Pemancing adalah tokoh utama yang memang diceritakan dengan menggunakan nama Pak Pemancing. Berdasarkan nama tokoh itu sendiri, jelas Pak Pemancing adalah seorang rakyat biasa yang pekerjaannya memancing ikan di sungai. Deiksis persona dan deiksis social dalam cerita ini saling berhubungan karena sebagian bentuk deiksis sosial merupakan bagian dari deiksis persona, seperti penggunaan bentuk bapak/pak, di deiksis persona dan bapak/pak di deiksis sosial. Tingkatan sosial yang dilihat dari sapaan kekerabatan bapak/pak tersebut memiliki rujukan orang kedua atau bagian dari deiksis persona kedua tunggal. Kemudian, pada kata sapaan gelar untuk raja, yaitu datuk. Pada cerita ini, kata datuk juga termasuk dalam deiksis persona kedua tunggal yang merujuk pada Raja atau sebagai kata ganti dari Raja yang sekaligus sebagai pembeda tingkatan sosial seseorang. Cerita Putri Jelumpang (PJ) Terdapat 6 jenis deiksis persona yang ditemukan dalam penelitian ini, yaitu deiksis persona pertama tunggal dalam bentuk aku, -ku, dan ku-, deiksis persona pertama jamak dalam bentuk kami dan kita, deiksis persona kedua tunggal dalam bentuk engkau, -mu, bapak, kak, adik, dan dik, deiksis persona kedua jamak dalam bentuk kalian, deiksis persona ketiga tunggal dalam bentuk dia dan -nya, dan
9 deiksis persona ketiga jamak dalam bentuk mereka. Bentuk deiksis aku yang digunakan dalam cerita ini terdiri dari 6 penggunaan yang merujuk pada tiga tokoh yang ada dalam cerita, yaitu burung gagak, Raja, dan Putri Jelumpang. Bentuk -ku merupakan deiksis persona enklitik yang berfungsi untuk menyatakan kepunyaan. Pada cerita ini terdapat 9 penggunaan bentuk -ku yang merujuk pada Putri Jelumpang, Mak Inang, Raja dan Istri Raja. Bentuk ku- merupakan deiksis persona praklitik yang berfungsi untuk menyatakan objek tindakan. Pada cerita ini terdapat 1 penggunaan bentuk ku- yang merujuk pada Raja. Kemudian, terdapat 2 penggunaan bentuk kami yang semuanya merujuk pada putri-putri kayangan dan 3 bentuk kita yang merujuk pada Raja, istri Raja, dan putri-putri kayangan. Bentuk engkau dan -mu merujuk pada satu tokoh yang ada dalam cerita. Terdapat 4 bentuk engkau yang diucapkan oleh putri-putri kayangan untuk merujuk pada Putri Jelumpang dan 6 bentuk -mu yang merujuk pada Putri Jelumpang yang berfungsi untuk menyatakan kepunyaan. Bentuk bapak, kak, dan adik merupakan sebutan ketakziman untuk persona kedua leksem kekerabatan. Terdapat 1 bentuk bapak yang diucapkan Putri Jelumpang untuk merujuk pada Raja. Pada cerita ini bentuk kak tidak hanya digunakan untuk merujuk pada saudara perempuan, tetapi pada seorang perempuan muda yang umurnya lebih tua. Namun, bentuk adik pada cerita ini tidak merujuk pada leksem kekerabatan atau adanya hubungan kekeluargaan antar tokoh, tetapi merujuk pada kata sapaan untuk orang yang lebih muda, yaitu Putri Jelumpang. Bentuk kalian merupakan jenis deiksis persona kedua jamak yang merujuk pada lebih dari satu tokoh yang terdapat dalam cerita. Terdapat 1 penggunaan bentuk kalian yang diucapkan Raja untuk merujuk istrinya dan pembantu-pembantunya. Bentuk -nya merupakan variasi bentuk dari kata ganti dia yang bersifat enklitik karena tidak bisa berdiri sendiri sehingga selalu bergabung dengan kata yang mendahuluinya. Pada cerita ini terdapat 66 penggunaan bentuk -nya yang merujuk pada Putri Jelumpang, Raja, Mak Inang, dan Putri Bungsu. Bentuk -nya apabila disambungkan dengan nomina, menunjukkan hubungan kepunyaan atau menyebutkan pemilik. Bentuk mereka merujuk pada tokoh lebih dari satu dan tidak ada di tempat pada saat percakapan antartokoh sedang berlangsung. Pada cerita Putri Jelumpang terdapat 5 penggunaan bentuk mereka yang semuanya merujuk pada Raja dan istrinya. Deiksis sosial dibagi berdasarkan fungsinya, yaitu sebagai pembeda tingkatan sosial seseorang berupa sapaan kekerabatan dalam bentuk bapak, kakak, kak, dik, sebagai pembeda tingkatan sosial seseorang berupa julukan dalam bentuk tuan putri, sebagai pembeda tingkatan sosial seseorang berupa gelar kebangsawanan dalam bentuk raja, dan sebagai pembeda tingkatan sosial seseorang berupa profesi dalam bentuk mak inang, mak bidan, dan hulubalang. Bentuk bapak pada cerita ini merujuk pada Raja yang merupakan orang tua kandung laki-laki dari Putri Jelumpang. Bentuk kak dan dik yang digunakan dalam cerita ini mengacu pada hubungan kekerabatan yang tingkatan sosialnya setara karena kakak dan adik adalah saudara. Julukan tuan putri pada cerita ini didapatkan karena putri tersebut merupakan anak Raja yang memiliki kecantikan luar dalam. Jadi, tingkatan sosial seorang tuan putri ini tidak hanya didapat dari kecantikannya, tetapi juga dari darah bangsawan yang melekat padanya. Terdapat 35 penggunaan bentuk tuan putri yang digunakan dalam cerita ini. Jelas bahwa gelar kebangsawanan membedakan status sosial seseorang karena seorang bangsawan memiliki tingkat sosial lebih tinggi dari seseorang yang berasal dari kalangan masyarakat biasa. Raja adalah panggilan untuk penguasa tertinggi pada suatu kerajaan yang biasanya didapat secara
10 turun-temurun. Terdapat 15 penggunaan bentuk raja dalam cerita ini. Profesi yang tergambar dalam cerita ini menyesuaikan dengan latar belakang kehidupan dalam cerita yang berlatarbelakangkan kehidupan kerajaan. Mak Bidan merupakan sebuah profesi yang pekerjaannya membantu seorang wanita hamil saat melahirkan. Mak Inang sama dengan pengasuh yang merupakan seorang perempuan dengan tugas merawat anak tuannya yang dalam cerita ini adalah anak Raja. Hulubalang adalah seorang laki-laki yang menjadi pengawal dalam kerajaan yang bertugas menjaga keamanan istana sekaligus sebagai pekerja yang selalu siap melaksanakan perintah Raja. Deiksis persona dan deiksis sosial pada cerita ini saling berhubungan karena sebagian bentuk deiksis sosial merupakan bagian dari deiksis persona, seperti penggunaan bentuk bapak, di deiksis persona dan bapak di deiksis sosial. Tingkatan sosial yang dilihat dari sapaan kekerabatan bapak tersebut memiliki rujukan orang kedua atau bagian dari deiksis persona kedua tunggal. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan penjabaran hasil analisis tentang penggunaan deiksis dalam Seri Cerita Rakyat Kalantika, diperoleh simpulan sebagai berikut: 1) Terdapat 6 jenis deiksis persona yang digunakan dalam keempat cerita tersebut, yaitu deiksis persona pertama tunggal, deiksis persona pertama jamak, deiksis persona kedua tunggal, deiksis persona kedua jamak, deiksis persona ketiga tunggal, dan deiksis ketiga jamak. Semua jenis tersebut terdiri dari 20 bentuk deiksis, yaitu aku, -ku, ku-, kita, kami, kau, engkau, -mu, bapak, datuk, pak, mak, tuk, nong, kak, adik, dik, kalian, dia, -nya, anak dewa itu, anak dewa ini, dan mereka. Deiksis persona ketiga tunggal dalam bentuk nya sering digunakan dalam setiap cerita. Deiksis sosial yang terdapat dalam empat cerita ini dilihat dari 3 fungsinya, yaitu sebagai pembeda tingkatan sosial seseorang, menjaga sopan santun berbahasa, dan menjaga sikap sosial. Berdasarkan semua cerita dalam buku Kalantika, terdapat 19 bentuk deiksis sosial, yaitu bapak, pak, emak, mak, nong, kakak, kak, adik, dik, tuan putri, datuk, raja, hamba, patik, Pak Pemancing, Mak Inang, Mak Bidan, dan hulubalang. Bentuk yang selalu ada dalam setiap cerita adalah bentuk bapak dan pak yang berfungsi sebagai pembeda tingkatan sosial seseorang berupa sapaan kekerabatan. 2) Fungsi deiksis persona dikhususkan pada empat bentuk deiksis, yakni bentuk enklitik - ku, -mu, dan -nya yang berfungsi untuk menyatakan kepemilikan dan bentuk praklitik -ku- yang berfungsi untuk menyatakan objek tindakan. 3) Terdapat hubungan antara deiksis persona dengan deiksis sosial karena sebagian bentuk deiksis sosial merupakan bagian dari deiksis persona. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan bentuk bapak pada keempat cerita dalam buku Kalantika. Tingkatan sosial yang dilihat dari sapaan kekerabatan bapak memiliki rujukan orang kedua atau bagian dari deiksis persona kedua tunggal. Saran Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan diperoleh saran kepada guru bahasa Indonesia, yakni guru sebaiknya menyelipkan teori tentang deiksis kepada siswa saat membahas suatu wacana atau cerita khususnya cerita rakyat sehingga memudahkan siswa untuk memahami isi cerita. DAFTAR RUJUKAN Effendy, Chairil Seri Cerita Rakyat: Kalantika. Pontianak: Pustaka Melayu Gemilang. Purwo, Bambang Kaswanti Deiksis dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka. Putrayasa, Ida Bagus Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Yule, George Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal
Lebih terperinciANALISIS DEIKSIS DALAM CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR
ANALISIS DEIKSIS DALAM CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR Erdi Sunarwan, Muhammad Rohmadi, Atikah Anindyarini Universitas Sebelas Maret E-mail: sn_erdi@yahoo.com Abstract: The objective of this
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menunjukkan kesantunan antara lain adalah deiksis sosial.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam komunikasi tentunya terjadi interaksi. Interaksi tersebut umumnya disertai kesantunan. Interaksi seperti ini terutama dilakukan masyarakat yang menjunjung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sama lain. Bahasa merupakan media yang digunakan oleh manusia untuk
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Bahasa merupakan media yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan dan
Lebih terperinciANALISIS TEMA, AMANAT, DAN FUNGSI CERITA DALAM KUMPULAN CERITA RAKYAT KALANTIKA
ANALISIS TEMA, AMANAT, DAN FUNGSI CERITA DALAM KUMPULAN CERITA RAKYAT KALANTIKA Hutama Hari Ramadhan, Chairil Effendy, Christanto Syam Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Email:
Lebih terperinciANALISIS PENGGUNAAN DEIKSIS PERSONA PADA NOVEL LAKSMANA JANGOI KARYA MUHARRONI
ANALISIS PENGGUNAAN DEIKSIS PERSONA PADA NOVEL LAKSMANA JANGOI KARYA MUHARRONI ARTIKEL E-JOURNAL Oleh ANDI LISANO PASTIA NIM 090388201123 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN
Lebih terperinciDEIKSIS DALAM TERJEMAHAN AL-QUR AN SURAT AL- BAQARAH AYAT 1 SAMPAI 286
i DEIKSIS DALAM TERJEMAHAN AL-QUR AN SURAT AL- BAQARAH AYAT 1 SAMPAI 286 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Stara Satu (S-1) Oleh: UMU JAMILAH 1301040115 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
Lebih terperinciPENGGUNAAN DEIKSIS SEMANTIK DALAM CERPEN SILUET JINGGA KARYA ANGGI P
PENGGUNAAN DEIKSIS SEMANTIK DALAM CERPEN SILUET JINGGA KARYA ANGGI P Rini Damayanti Universitas Wijaya Kusuma Surabaya just_arinda@yahoo.com Abstract This research aims to determine the use of form semantic
Lebih terperinciDEIKSIS PERSONA, TEMPAT, DAN WAKTU DALAM CERITA RAKYAT DAYAK KANAYATN
DEIKSIS PERSONA, TEMPAT, DAN WAKTU DALAM CERITA RAKYAT DAYAK KANAYATN ARTIKEL PENELITIAN OLEH YOSEFHA ELLA NIM F11112001 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN
Lebih terperinciPENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA
PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anggota kelompok tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa adalah system tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan aleh para anggota kelompok tertentu
Lebih terperinciDEIKSIS DALAM RUBRIK AH TENANE PADA SURAT KABAR HARIAN UMUM SOLOPOS
DEIKSIS DALAM RUBRIK AH TENANE PADA SURAT KABAR HARIAN UMUM SOLOPOS Wisnu Nugroho Aji Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Widya Dharma Klaten wisnugroaji@gmail.com Abstrak Bahasa
Lebih terperinciARTIKEL E-JOURNAL SYARIFAH FADILAH NIM
ANALISIS PENGGUNAAN DEIKSIS PERSONA, PENUNJUK, DAN WAKTU DALAM NOVEL SUNSET BERSAMA ROSIE KARYA TERE-LIYE ARTIKEL E-JOURNAL SYARIFAH FADILAH NIM 110388201128 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi dalam hierarki gramatikal yaitu wacana, pemahaman mengenai wacana tidak bisa ditinggalkan oleh siapa saja terutama dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang harus
Lebih terperinciDEIKSIS ARTIKEL HARIAN SUARA MERDEKA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MENULIS NARASI NONFIKSI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA
DEIKSIS ARTIKEL HARIAN SUARA MERDEKA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MENULIS NARASI NONFIKSI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA Oleh: Dwi Setiyaningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kireidedew82@yahoo.co.id
Lebih terperinciDEIKSIS PERSONA DALAM BAHASA MELAYU KUTAI TENGGARONG
DEIKSIS PERSONA DALAM BAHASA MELAYU KUTAI TENGGARONG Nurul Masfufah Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur Jalan Batu Cermin Nomor 25 Sempaja, Samarinda Pos-el: mashfufahnurul@yahoo.com Abstrak Kajian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu deiktikos yang berarti hal
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu deiktikos yang berarti hal penunjukan secara langsung. Istilah tersebut digunakan oleh tata bahasawan Yunani
Lebih terperinciDEIKSIS PERSONA DALAM TAJUK RENCANA SURAT KABAR KOMPAS EDISI NOVEMBER 2015 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KURIKULUM 2013
DEIKSIS PERSONA DALAM TAJUK RENCANA SURAT KABAR KOMPAS EDISI NOVEMBER 2015 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KURIKULUM 2013 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengandung banyak pengetahuan didalamnya. Tidak jarang ditemui kesulitan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alquran diturunkan Allah untuk umat manusia khususnya umat Islam, mengandung banyak pengetahuan didalamnya. Tidak jarang ditemui kesulitan dalam memahami
Lebih terperinciANALISIS GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA CERPEN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2016 ARTIKEL E-JOURNAL
ANALISIS GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA CERPEN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2016 ARTIKEL E-JOURNAL Oleh MARIATI NIM 120388201091 JURUSANPENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang paling canggih dan produktif. Kentjono (dalam Chaer, 2007: 32) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif atau wacana naratif. Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan atau cerita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia selalu membutuhkan interaksi dengan manusia lain dalam kehidupannya. Interaksi antarmanusia tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesama untuk memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk menyatakan pikiran dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kegiatan interkasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih baik lisan maupun tulisan. Sebelum mengenal tulisan komunikasi yang sering
Lebih terperinciKATA SAPAAN KEKERABATAN MARGA RANAU. Hetilaniar, M.Pd. Abstrak
KATA SAPAAN KEKERABATAN MARGA RANAU Hetilaniar, M.Pd. FKIP, Universitas PGRI Palembang heti_ardesya@yahoo.co.id Abstrak Marga ranau memiliki stratifikasi sosial bahasa, yaitu kelas saibatin aja adat, kelas
Lebih terperinciANALISIS DEIKSIS PERSONA DAN PERAN SEMANTIS DALAM KUMPULAN CERPEN KLOP KARYA PUTU WIJAYA
ANALISIS DEIKSIS PERSONA DAN PERAN SEMANTIS DALAM KUMPULAN CERPEN KLOP KARYA PUTU WIJAYA Revelino, Sisilya, Amriani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Email: revelinodream@rocketmail.com
Lebih terperinciPEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS EDISI JANUARI FEBRUARI 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan
PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS EDISI JANUARI FEBRUARI 2010 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kedua deiksis ini saling melengkapi fungsinya masing-masing saat dipergunakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deiksis merupakan istilah dari bahasa Yunani Kuno yang digunakan untuk salah satu hal mendasar yang kita lakukan dengan tuturan. Deiksis berarti penunjuk melalui
Lebih terperinciPEMAKAIAN DEIKSIS PERSONA, LOKASIONAL, DAN TEMPORAL DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI
PEMAKAIAN DEIKSIS PERSONA, LOKASIONAL, DAN TEMPORAL DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, mereka harus bergaul dan berinteraksi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial, mereka harus bergaul dan berinteraksi dalam lingkungan menjalani hidup dengan normal.sejak lahir dia sudah bergaul denganmasyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak terpisahkan satu sama
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak terpisahkan satu sama lain. Bahasa merupakan media yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan dan mengungkapkan
Lebih terperinciAnalisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat
Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat Oleh: Anis Cahyani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa namakuaniscahyani@yahoo.com Abstrak:
Lebih terperinciPuji syukur penulis panjatkan ke hadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
PRAGMATIK, oleh Prof. Dr. Ida Bagus Putrayasa, M.Pd. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id Hak Cipta
Lebih terperinciDiajukan oleh: A JUNI, 2015
1 POLA PEMAKAIA AN DEIKSIS DALAM PROSES BERKOMUNIKASI DI KALANGAN ABK (ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS): KAJIAN PRAGMATIK Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia memerlukan manusia lain untuk memenuhi segala kebutuhan
Lebih terperinciPEMAKAIAN DEIKSIS DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS PELAJARAN PERTAMA BAGI CALON POLITISI KARYA KUNTOWIJOYO: KAJIAN PRAGMATIK ARTIKEL ILMIAH
PEMAKAIAN DEIKSIS DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS PELAJARAN PERTAMA BAGI CALON POLITISI KARYA KUNTOWIJOYO: KAJIAN PRAGMATIK ARTIKEL ILMIAH ZUL ADRIAN AZIZAM NPM 11080128 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN
Lebih terperinciPRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...
PRAGMATIK Pengantar Linguistik Umum 10 Desember 2014 APAKAH PRAGMATIK ITU? Sistem Bahasa Penjelasan Pragmatik Dunia bunyi Pragmatik Struk tur baha sa* Dunia makna Pragmatik Di dalam dunia bunyi dan dunia
Lebih terperinciDEIKSIS PERSONA BAHASA MELAYU PONTIANAK ARTIKEL PENELITIAN OLEH OGY WILLYAM NIM F
DEIKSIS PERSONA BAHASA MELAYU PONTIANAK ARTIKEL PENELITIAN OLEH OGY WILLYAM NIM F11110022 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
Lebih terperinciPENGGUNAAN DEIKSIS PERSONA DAN TEMPAT DALAM NOVEL SUPERNOVA 1 KARYA DEE
PENGGUNAAN DEIKSIS PERSONA DAN TEMPAT DALAM NOVEL SUPERNOVA 1 KARYA DEE Mery Ansiska, Djon Lasmono, Agus Wartiningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Email: merycimut@yahoo.co.id
Lebih terperinciDEIKSIS DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA ASMA NADIA (Suatu Kajian Pragmatik) JURNAL SKRIPSI
DEIKSIS DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA ASMA NADIA (Suatu Kajian Pragmatik) JURNAL SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sastra OLEH : WALSET TOLOGANA 120911006 SASTRA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti penunjukan secara langsung (Purwo, 1984: 2). Dardjowidjojo (1988: 35) bersama beberapa ahli bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk ujaran atau tuturan. Tuturan-tuturan yang digunakan tersebut biasanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi manusia pasti menggunakan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi. Bahasa dalam komunikasi itu digunakan manusia dalam bentuk ujaran atau tuturan.
Lebih terperinciPEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA
PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA Himawatul Azmi Nur dan Prembayun Miji Lestari Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, FBS, Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan. Dalam hal kegiatan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Deiksis merupakan suatu kata yang hanya dapat ditafsirkan acuannya dengan memperhatikan situasi pembicaraan. Menurut Verhaar (2001: 397) deiksis adalah sebagai pronomina
Lebih terperinciPENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa.
1 PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa. Dalam interaksi sosial masyarakat Jawa, lebih cenderung menggunakan komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan
Lebih terperinciPRONOMINA PERSONA DALAM ANTOLOGI CERPEN GONJONG 2: POTRET KELUARGA
PRONOMINA PERSONA DALAM ANTOLOGI CERPEN GONJONG 2: POTRET KELUARGA Isra Deswita 1, Agustina 2, Novia Juita 3 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang, Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di dalam kehidupan sehari-hari yang memiliki maksud dan tujuan tertentu. Dalam berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. apabila referennya berpindah-pindah tergantung pada siapa yang menjadi si
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Purwo menjelaskan bahwa sebuah kata dapat dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berpindah-pindah tergantung pada siapa yang menjadi si pembicara dan juga tergantung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semantik merupakan ilmu tentang makna, dalam bahasa Inggris disebut meaning.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semantik merupakan ilmu tentang makna, dalam bahasa Inggris disebut meaning. Vehaar (1999: 14) mengemukakan bahwa semantik (Inggris: semantics) berarti teori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur terdapat dalam komunikasi bahasa. Tindak tutur merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia sebagai makhluk sosial, dituntut untuk memiliki berbagai keterampilan. Salah satu keterampilan yang harus dimiliki yaitu keterampilan berkomunikasi.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa penelitian mengenai hal tersebut, tetapi penelitian tentang Deiksis Dalam
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Relevan Penelitian kebahasaan yang berhubungan dengan kajian pragmatik khususnya pada kajian deiksis bukanlah hal yang baru lagi dalam penelitian bahasa. Sudah ada
Lebih terperinciDEIKSIS DALAM NOVEL HARTA PUSAKA CINTA KARYA DESNI INTAN SURI ARTIKEL ILMIAH
DEIKSIS DALAM NOVEL HARTA PUSAKA CINTA KARYA DESNI INTAN SURI ARTIKEL ILMIAH diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan (strata I) ANISA PRATIWI NPM 11080330 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pak-pak Dairi, dan Batak Angkola Mandailing.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan penutur (penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca). Tipe studi ini melibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memperlakukan bahasa sebagai alat komunikasi. Keinginan dan kemauan seseorang dapat dimengerti dan diketahui oleh orang lain melalui bahasa dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1982:17). Bahasa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian tentang analisis deiksis dalam novel yang Miskin Dilarang
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Yang Relevan Sebelumnya Penelitian tentang analisis deiksis dalam novel yang Miskin Dilarang Maling Karya Salman Rusydie Anwar belum ada yang meneliti. Akan tetapi penelitian-penelitian
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun gejala
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun gejala sosial yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo,dkk. 1985:46)
Lebih terperinciBAB II KONSEP PRONOMINA PERSONA DAN PENERJEMAHAN
8 BAB II KONSEP PRONOMINA PERSONA DAN PENERJEMAHAN 2.1. Ragam Bahasa Laki-laki dan Perempuan Menurut Harimurti Kridalaksana (1993: 184), ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda
Lebih terperinciANALISIS DEIKSIS DALAM KARANGAN CERPEN SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013
ANALISIS DEIKSIS DALAM KARANGAN CERPEN SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: Erdi Sunarwan K1209024 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Lebih terperinciANALISIS DIEKSIS PADA BAHASA MELAYU DIALEK SELIMBAU KABUPATEN KAPUAS HULU (KAJIAN PRAGMATIK)
ANALISIS DIEKSIS PADA BAHASA MELAYU DIALEK SELIMBAU KABUPATEN KAPUAS HULU (KAJIAN PRAGMATIK) Wiendi Wiranty Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni IKIP PGRI Pontianak Jalan Ampera
Lebih terperinciPENYAJIAN LISAN DAN TULISAN
PENYAJIAN LISAN DAN TULISAN Penguasaan bahasa Melayu tidak hanya dilihat dari segi kemampuan seseorang pengguna bahasa menguasai rumus-rumus tatabahasa tatabahasa tetapi juga perlu mengintegrasikan mekanik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap
Lebih terperinciDEIKSIS RUANG DAN WAKTU BAHASA MELAYU JAMBI DI TANJUNG JABUNG TIMUR
DEIKSIS RUANG DAN WAKTU BAHASA MELAYU JAMBI DI TANJUNG JABUNG TIMUR ABSTRACT Akhyaruddin * FKIP Universitas Jambi This research is pleased with form and context of space and time usage deiksis found in
Lebih terperinciDEIKSIS DALAM KAKILANGIT PADA MAJALAH HORISON EDISI 2012 DAN IMPLIKASINYA
DEIKSIS DALAM KAKILANGIT PADA MAJALAH HORISON EDISI 2012 DAN IMPLIKASINYA Oleh Nurudin Wini Tarmini Nurlaksana Eko Rusminto Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang
II. LANDASAN TEORI 2.1 Pragmatik Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu salah satunya yaitu tentang pragmatik. Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media yang utama dalam komunikasi manusia untuk menyampaikan informasi. Bahasa itu bersifat unik bagi manusia sekaligus bersifat universal. Anderson
Lebih terperinciPEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA
PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan
Lebih terperinciPRESUPPOSITIONS IN THE NOVEL MAHAMIMPI ANAK NEGERI BY SUYATNA PAMUNGKAS
1 PRESUPPOSITIONS IN THE NOVEL MAHAMIMPI ANAK NEGERI BY SUYATNA PAMUNGKAS Nur Helda Juliani 1, Charlina 2, Dudung Burhanudin 3 nurhelda_juliani@yahoo.co.id, Hp: 082283142961, charlinahadi@yahoo.com Faculty
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian
III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ialah penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan
Lebih terperinciRealisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa
REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang dimiliki oleh manusia. Pada dasarnya bahasa digunakan sebagai sarana komunikasi dalam kehidupan manusia untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi oleh alat ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wujud kreativitas yang mampu membantu manusia dalam berkembang.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling utama. Bahasa adalah wujud kreativitas yang mampu membantu manusia dalam berkembang. Komunikasi manusia akan lancar
Lebih terperinciANALISIS PESAN BAHASA KELUHAN WARGA DESA PILANG KECAMATAN RANDUBLATUNG KABUPATEN BLORA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan
ANALISIS PESAN BAHASA KELUHAN WARGA DESA PILANG KECAMATAN RANDUBLATUNG KABUPATEN BLORA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama untuk menjaga kesopanan dalam bertutur atau mengucapkan bahasa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur ekspresif mempunyai fungsi untuk mengekspresikan suatu ungkapan yang ingin disampaikan pembicara kepada pendengar berdasarkan keadaan yang diperkirakan.
Lebih terperinciDEIKSIS PERSONA, TEMPAT, DAN WAKTU DALAM NOVEL PULANG KARYA TERE LIYE (KAJIAN PRAGMATIK) DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA
DEIKSIS PERSONA, TEMPAT, DAN WAKTU DALAM NOVEL PULANG KARYA TERE LIYE (KAJIAN PRAGMATIK) DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA Prastuti Kesumawardani Program Studi Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. manusia, dan arti atau makna yang tersirat dalam rangkaian bunyi tadi. Bunyi itu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa terdiri atas bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat-alat ucap manusia, dan arti atau makna yang tersirat dalam rangkaian bunyi tadi. Bunyi itu merupakan getaran
Lebih terperinciPenggunaan Bentuk dan Jenis Honorifik Bahasa Jawa di Kabupaten Purworejo
Penggunaan Bentuk dan Jenis Honorifik Bahasa Jawa di Kabupaten Purworejo Oleh: Ari Fariza Ma rifati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa afaryza@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan
Lebih terperinciKRITIK SOSIAL DALAM NOVEL ANGKATAN BARU KARYA HAMKA ABSTRACT
KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL ANGKATAN BARU KARYA HAMKA Susi Susanti 1, Mila Kurnia Sari², Titiek Fujita Yusandra² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah, atau natural setting, sehingga metode
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Keahlian itu sangat ditekankan pada arah dan tujuan pembentukan emosional. Seseorang
Lebih terperinciBENTUK DEIKSIS SOSIAL DALAM WACANA RUBRIK KHAZANAH PADA SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2015
BENTUK DEIKSIS SOSIAL DALAM WACANA RUBRIK KHAZANAH PADA SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2015 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) oleh: NURUL APRIL LIANI
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang arbitrer yang dipergunakan oleh masyarakat untuk
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang arbitrer yang dipergunakan oleh masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001:21). Manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehariannya manusia saling membutuhkan interaksi dengan sesama untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menyadari bahwa manusia adalah makhluk sosial, maka dalam kesehariannya manusia saling membutuhkan interaksi dengan sesama untuk melangsungkan hidup mereka.
Lebih terperinciANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG
ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 TANJUNGPINANG ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan ide-ide ataupun gagasannya kepada orang lain. Samsuri (1987:4)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, terutama sebagai alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia. Dengan bahasa, seseorang dapat menyampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial pasti melakukan proses komunikasi dalam kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial pasti melakukan proses komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat, karena untuk membentuk suatu hubungan atau kerja sama pasti diawali
Lebih terperinciTINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO
TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Lebih terperinciDEIKSIS PERSONA, TEMPAT, DAN WAKTU PADA NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA ASMA NADIA SKRIPSI
DEIKSIS PERSONA, TEMPAT, DAN WAKTU PADA NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA ASMA NADIA SKRIPSI untuk memeroleh gelar Sarjana Sastra Nama oleh : Rizki Lestari NIM : 2111412052 Program Studi Jurusan : Sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia
Lebih terperinci