BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun gejala
|
|
- Inge Johan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun gejala sosial yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo,dkk. 1985:46) sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:588), konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Untuk memahami hal-hal yang ada dalam penelitian ini perlu dipaparkan beberapa konsep, yaitu konsep deiksis, deiksis persona, dan novel Laskar Pelangi Deiksis Istilah deiksis dipinjam dari istilah Yunani Kuno, yaitu deiktikos yang bermakna hal penunjukkan secara langsung dalam istilah Inggris deictic dipergunakan sebagai istilah untuk pembuktian langsung sebagai lawan dari istilah elentic, yang merupakan istilah untuk pembuktian tidak langsung (Purwo, 1984:2). Lyons (dalam Purwo 1977:636) mengatakan bahwa deiksis adalah lokasi dan identifikasi orang, objek, peristiwa, proses atau kegiatan yang sedang dibicarakan atau yang sedang diacu dalam hubungannya dengan dimensi ruang dan waktunya, pada saat dituturkan oleh pembicara atau yang diajak bicara.
2 2.1.2 Deiksis Persona Deiksis persona adalah referen yang ditujukan oleh kata ganti persona yang berganti- ganti tergantung dari peranan yang dibawakan oleh peserta tindak ujaran. Orang yang sedang berbicara mendapat peranan yang disebut persona pertama, apabila dia tidak berbicara lagi, dan kemudian menjadi pendengar maka ia disebut persona kedua, orang yang tidak hadir dalam pembicaraan tetapi menjadi bahan pembicaraan disebut persona ketiga (Purwo,1984:22) Novel Laskar Pelangi Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku. Novel Laskar Pelangi merupakan perjalanan hidup dari pengarang mengenai masa kecil yang dihabiskannya di tanah kelahirannya yaitu Pulau Belitong yang terkenal dengan timahnya. Budaya Melayu Belitong dengan kemiskinan masyarakat daerah pertambangan menjadi warna yang pekat melatarbelakangi kisah yang dituturkannya. Namun, kepandaian bercerita Andrea mampu menampilkan segala kekurangan dan keterbatasan hidup bukan hanya sebagai ironi dan tragedi, melainkan juga bisa berbentuk duka dan sukacita, angan dan kebahagian (Wikipedia Indonesia ; 2008).
3 2.2 Landasan Teori Pragmatik Menurut Yule, pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari tentang makna yang dikehendaki si penutur ( Cahyono, 1955: 213). Dalam pragmatik juga dilakukan kajian tentang deiksis, praanggapan, implikatur, inferensi, tindak tutur, dan aspek-aspek struktur wacana.( Levinso 1983 dalam Soemarmo 1988: 183). Dalam penelitian ini, pembicaraan mengenai kajian pragmatik lebih dibatasi pada deiksis Deiksis Istilah deiksis dipinjam dari istilah Yunani kuno, yaitu deiktikos yang bermakna hal penunjukan secara langsung.dalam logika istilah Inggris dectic dipergunakan sebagai istilah untuk pembuktian langsung sebagai lawan dari istilah elenctic, yang merupakan istilah untuk pembuktian tidak langsung (Purwo,1984:2) Sebuah kata dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada siapa yang menjadi si pembicara dan tergantung pada saat dan tempat dituturkanya kata itu (Purwo,1984:1) seperti kata saya, aku,sini,sekarang. Menurut Chaer dan Leoni (2004 : 57) deiksis adalah hubungan antara kata yang digunakan di dalam tindak tutur dengan referen kata itu yang tidak tetap atau berubah dan berpindah. Kata-kata yang referennya bisa menjadi tidak tetap inilah disebut katakata deiksis, kata-kata yang referennya deiksis ini antara lain kata-kata berkenaan dengan persona (seperti aku, saya, kamu), tempat (di sini,di sana,di situ),dan waktu (tadi, besok,nanti, kemarin).
4 Menurut Siregar (1996:32) deiksis lazim juga diartikan sebagai salah satu segi makna dari kata atau kalimat yang memiliki referen tidak tetap (seperti saya, sini, sekarang), maka kata atau kalimat itu mempunyai makna deiksis. Berbeda halnya dengan kata-kata seperti: buku, gedung, dan pisau, di mana pun dan oleh siapa pun kata- kata itu diucapkan, referen yang diacu tetaplah sama. Akan tetapi, referen dari kata saya, sini, sekarang baru dapat diketahui jika diketahui tempat, oleh siapa, dan pada waktu kapan kata-kata itu diucapkan. Contoh-contoh berikut dikatakan (Purwo dalam Asrul 1996: 24-25) akan memperjelas apa yang dimaksud dengan deiksis Andaikan Anda seorang wanita muda yang berjalan seorang diri, lalu mendengar bunyi siulan, dan Anda merasa seolah-olah ingin menyatakan reaksi Anda kepada si pembunyi siulan itu bahwa Anda merasa sebal atau marah terhadap apa yang dilakukan si penyiul itu. Apa yang hendak Anda lakukan? Situasi seperti ini sebenarnya ada dua ketidakpastian. Pertama,Anda tidak tahu siapa yang menyuarakan siulan itu. Kedua,anda barangkali bukanlah orang yang dituju oleh orang yang membuat siulan itu. Jika Anda memalingkan wajah Anda dan mencemberuti si penyiul itu, berarti Anda mengakui bahwa siulan itu memeng dialamatkan kepada anda. Perbuatan yang Anda lakukan itu dapat dianggap perbuatan ge-er, terlalu cepat merasa dibegitukan.arti semantis dari siulan itu sendiri jelas. Yang tidak jelas identitas si pengirim berita dan penerima berita; dengan kata lain aspek deiksis personanya tidak jelas. Contoh berikut, aspek deiksis personanya jelas.anda ingin bertemu seseorang di tempat bekerja ketika sampai dikantornya, anda melihat sepotong kertas tertempel pada pintunya yang bertuliskan kembali dua jam lagi beritanya jelas, identitas si pengirim
5 berita juga jelas, dan yang dituju pun jelas, yang kurang jelas pada informasi itu adalah waktu berita itu ditulis dengan kata lain, deiksis waktunya tidak jelas. Purwo (1984:22) mengatakan bahwa deiksis persona adalah referen yang ditujukan oleh kata ganti persona yang berganti-ganti tergantung dari peranan yang dibawakan oleh peserta tindakan ujaran. Orang yang sedang berbicara mendapat peranan yang disebut persona pertama. Apabila dia tidak berbicara lagi dan kemudian menjadi pendengar, maka ia disebut persona kedua. Orang yang tidak hadir dalam pembicaraan, tetapi menjadi bahan pembicaraan disebut persona ketiga. Levinson (dalam Antilan, 2002:33) mengatakan bahwa deikisis persona adalah penyandian peran partisipan di dalam peristiwa bahasa. Pengertian yang sama dengan Levinson dibuat oleh Nababan. Nababan (1984:41) mengemukakan bahwa di dalam kategori deiksis persona yang menjadi kriteria adalah peran peserta di dalam peristiwa berbahasa. Deiksis Persona adalah pemberian bentuk kepada peran peserta dalam kegiatan berbahasa. Dalam kategori deiksis persona yang menjadi kriteria adalah peran/peserta dalam peritiwa berbahasa itu. Peran dalam kegiatan berbahasa itui dibedakan menjadi tiga macam yaitu, persona pertama, persona kedua, persona ketiga ( Halliday dan Hasan, 1984:44). Dalam sistem ini, persona pertama kategorisasi rujukan pembicara kepada dirinya sendiri, persona kedua ialah kategorisasi rujukan pembicara kepada pendengar, dan persona ketiga adalah kategorisasi rujukan kepada orang atau benda yang bukan pembicara dan lawan pembicara. Penggunaan sistem deiksis persona dalam tindak komunikasi tidak hanya menguasai kaidah bahasanya, tetapi juga harus memperhatikan latar budaya bahasa tersebut, tanpa memperhatikan dua hal ini dapat dimungkinkan tindak komunikasi tidak
6 akan berhasil. Sebagai contoh seorang mahasiswa Australia menggunakan bentuk kamu untuk memanggil seorang dosen di Indonesia. Bentuk tersebut dirasa kurang tepat karena bentuk ganti persona tersebut umumnya digunakan oleh pembicara yang mempunyai hubungan akrab dengan lawan bicara atau dari orang yang lebih tua ke yang muda. Sementara itu ada bentuk lain yang sama-sama untuk merujuk pada orang kedua tetapi khusus untuk memanggil seorang dosen yaitu Bapak atau Ibu sehingga apabila bentuk kamu yang dipilih komunikasi akan terganggu bahkan mungkin akan terputus Dalam kaitannya dengan kompetensi pragmatik, dalam setiap tuturan pemakai bahasa dituntut untuk menggunakan deiksis persona secara tepat. Karena faktor deiksis persona ini termasuk salah satu faktor penentu di dalam tindak komunikatif dengan ungkapan lain, dalam setiap peristiwa berbahasa pemakai bahasa dituntut dapat menggunakan deiksis persona sesuai dengan kaidah sosial dan santun berbahasa dengan tepat. Sebagai contoh pertama aku dan saya masing-masing memiliki perbedaan dan pemakaian. Kata aku hanya dapat dipakai dalam situasi informal, misalnya di antara dua peserta tindak ujaran yang saling kenal atau akrab hubungannya. Sedangkan kata dipergunakan saya dalam situasi formal, misalnya dalam situasi ceramah, kuliah, atau di antara dua peserta tindakan ujaran yang belum saling kenal, tetapi kata saya juga dapat dipakai dalam situasi informal seperti kata aku. Leksem-leksem yang menjadi bahan pembicaraan dalam deiksis persona adalah bentuk-bentuk nomina dan pronominal persona (Purwo 1984: 22).
7 2.2.3 Bentuk-bentuk deiksis persona Sehubungan dengan ketepatan pemilihan bentuk deiksis persona, maka harus diperhatikan fungsi bentuk-bentuk kata ganti persona dalam bahasa Indonesia. Ada tiga macam kata ganti persona, yaitu: 1.Kata Ganti Persona pertama Kata ganti persona adalah kategorisasi rujukan pembicara kepada dirinya sendiri. Dengan kata lain kata ganti persona pertama merujuk pada orang yang sedang berbicara. Kata ganti persona pertama dibagi menjadi dua, yaitu kata ganti persona pertama tunggal dan kata ganti persona pertama jamak Kata ganti persona pertama tunggal mempunyai tiga macam bentuk, yaitu aku, saya, daku (Purwo, 1984:17). Kata ganti persona pertama aku merupakan kata ganti yang sebenarnya (asli), sedangkan bentuk saya merupakan kata ganti persona pinjaman dari sahaya (Slametmuljono, 1957:54). Bentuk aku mempunyai dua varaiasi bentuk, yaitu -ku dan ku-, sedangkan bentuk saya tidak mempunyai variasi bentuk. Berdasarkan distribusinya sintaksisnya bentuk -ku merupakan bentuk lekat kanan, sedangkan bentuk ku- merupakan bentuk lekat kiri. Selain bentuk kata ganti persona, digunakan pula nama orang untuk merujuk persona pertama tunggal (Samsuri,1987:238). Anak-anak biasa memakai dia untuk merujuk, pada dirinya sendiri misalnya seorang anak bernama Agus suatu ketika dia ingin makan dan dia mengucapkan Agus mau makan yang berarti aku mau makan (bagi diri agus). Akan tetapi apabila kalimat itu diucapkan oleh seorang ayah atau seorang ibu dengan nada bertanya Agus mau makan? maka nama Agus tidak lagi merujuk pada pembicaraan tetapi smerujuk pada personanya kedua tunggal (mitra diri).
8 Dalam hal pemakainya, bentuk persona pertama aku dan bentuk saya ada perbedaan. Bentuk saya adalah bentuk yang formal dan umumnya dipakai dalam tulisan atau ujaran yang resmi untuk tulisan formal pada buku non-fiksi, pidato, dan sambutan. Bentuk saya banyak digunakan bahkan pemakaian bentuk saya sudah menunjukkan rasa hormat dan sopan. Namun, demikian tidak menutup kemungkinan bentuk saya dipakai dalam situasi non-formal Sebaliknya dengan aku lebih banyak dipakai dalam situasi yang tidak formal serta lebih menunjuk keakraban antara pembicara dan lawan bicara. Dengan kata lain bentuk saya tak bermarkah, sedangkan bentuk aku bermarkah keintiman (purwo, 1983:23). Bentuk dan fungsi persona pertama tunggal berbeda dengan bentuk dan fungsi kata ganti persona jamak. Bentuk kata ganti persona jamak meliputi kami dan kita. Dalam bahasa Inggris, baik untuk merujuk bentuk kami dan kita hanya menggunakan satu bentuk, yaitu we. Bentuk we yang berarti kami akan meliputi (I, she, he, dan they) tanpa you sebagai lawan bicara sedangkan bentuk we yang berarti kita meliputi (I, she, he, they, dan you) (Haliday dan Hasan, 1984:50) Bentuk persona jamak kami merupakan bentuk yang bersifat ekslusif artinya bentuk persona tersebut merujuk pada pembicara atau penulis dan orang lain dipihaknya, akan tetapi tidak mencakup orang lain di pihak lawan bicara, selain bentuk kami juga sering digunakan dalam pengertian tunggal untuk mengacu kepada pembicara dalam situasi yang formal. Dengan demikian, kedudukan kami dalam hal ini menggantikan persona pertama tunggal, yaitu saya (Purwo, 1988:174). Hal ini berhubungan dengan sikap pemakai bahasa yang sopan mengemukakan dirinya dan karenanya menghindari bentuk saya. Sebaliknya dengan bentuk kita, bentuk ini bersifat inklusif bentuk pronominal tersebut merujuk pada pembicara atau penulis, pendengar
9 dan pembaca dan mungkin pihak lain (Leech, 1979:84). Oleh karena itu, bentuk kita biasanya digunakan oleh pembicara sebagai usaha untuk mengakrabkan atau mengeratkan hubungan dengan lawan bicara. Dalam situasi yang berbeda bentuk kami memiliki rujukan dan makna yang berbeda. Sebagai contoh bentuk kami yang digunakan oleh seorang presiden atau seorang raja saat berbicara dengan rakyatnya bukanlah untuk merujuk pembicara tunggal, tetapi guna mencapai kesopanan tersebut mewakili dirinya (raja dan presiden) dengan segenap pembantunya dan kekuasaan. Bentuk persona pertama jamak selain merujuk pada pembicara. Kemungkinan juga merujuk pada lawan bicara (persona kedua). Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan konteks pertuturan. Contoh : Wah bajuku baru! Pantas gayanya lain. Bentuk kata ganti persona pertama ku pada kalimat diatas merujuk pada lawan bicara bukan untuk merujuk pembicara. Penggunaan bentuk deiksis semacam ini biasanya digunakan oleh seorang pembicara yang sudah dewasa kepada anak kecil atau untuk menyinggung lawan bicara karena lawan bicaranya memakai baju baru 2. Kata Ganti Persona Kedua Kata ganti persona kedua adalah kategorisasi rujukan pembicara kepada lawan bicara. Dengan kata lain bentuk kata ganti persona kedua baik tunggal maupun jamak merujuk pada lawan bicara. Bentuk pronominal persona kedua tunggal adalah kamu dan engkau. Kedua bentuk kata ganti persona kedua tunggal tersebut masing-masing mempunyai bentuk variasi -mu dan kau-. Bentuk persona ini biasanya digunakan oleh: a. Orang tua terhadap orang muda yang telah dikenal dengan baik dan lama
10 b. Orang yang mempunyai status sosial lebih tinggi untuk menyapa lawan bicaranya yang satusnya lebih rendah. c. Orang yang mempunyai hubungan akrab, tanpa memandang umur atau status sosial ( Purwo 1984 : 23). Contoh : 1 Kau tak usah ragu tentang hal itu. Baiklah aku akan mengganti pertanyaan ini kalau kau mau 2.Maukah kau membikin aku segelas teh Sebutan ketaklaziman untuk pronomina persona kedua dalam bahasa Indonesia banyak ragamnya, seperti anda, saudara, leksim kekerabatan seperti bapak, ibu, kakak. Bentuk bapak/ pak, ibu/ bu yang merupakan bentuk sapaan kekeluargaan menandakan dua pengertian. Pertama, orang yang memakai hubungan akrab dengan lawan bicaranya. Kedua, dipergunakan untuk memanggil orang yang lebih tua atau orang yang belum dikenal. Dengan kata lain pengertian kedua menandakan hubungan antara pembicara dengan lawan bicara kurang akrab, sedangkan bentuk saudara, anda biasanya digunakan untuk menghormati dan adanya jarak yang nyata antara pembicara dan lawan bicara. Khusus untuk bentuk ketakziman anda biasanya dimaksudkan untuk menetralkan hubungan, Meskipun kata itu telah lama dipakai kata ganti tersebut. Pada saat ini kata ganti tersebut dipakai : 1. Dalam hubungan yang tak pribadi sehingga bentuk anda tidak diarahkan pada satu orang khusus 2. Dalam hubungan bersemuka tetapi pembicara tidak ingin terlalu formal ataupun akrab.
11 Contoh: a. Ibu mau ke mana? b. Bu Mus dan Tun ke mana, Bu? c. Saudara harus ikut sekarang d. Saudara Saudara. Bung tono, bukan? Khusus untuk leksim kekerabatan seperti ibu, bapak, dan kakak disamping merujuk pada lawan bicara ( persona kedua) dapat juga merujuk pada pembicara (persona pertama) dan orang yang tidak terlibat langsung dalam tindak komunikasi (persona ketiga). Contoh : a. Ibu masih kangen..engkau anak nakal tak bisa dikangeni. b. Memang mungkin ibu akan sulit mendapatkan sawah ibu kembali. c. Bapak tidak akan pulang dari sorga. Mari kita pulang manis, mari kita pulang manis. d. Nanti kalau ibu sudah ketemu dia bapak akan datang menjemput Ikal dan Lintang. Pada konteks kalimat (a) dan (b), bentuk ibu tidak lagi digunakan untuk merujuk pada lawan bicara seperti biasanya orang menggunakan tetapi digunakan untuk merujuk pembicara. Demikian juga pada kalimat (c), bentuk bapak pada kedua kalimat tersebut bukan untuk merujuk pada lawan bicara tetapi untuk merujuk pada orang ketiga yang tidak hadir pada saat tuturan tersebut diucapkan. Leksem kekerabatan yang merujuk pada pembicara dan orang ketiga biasanya digunakan apabila antara pembicara dan lawan bicara memiliki hubungan kekeluargaan atau hubungan kerabat yang akrab. Misalnya, orang tua biasanya akan menggunakan
12 bentuk yang disesuaikan dengan kedudukannya dalam kelurga (bapak atau ibu) apabila sedang berbicara dengan anaknya atau orang lain yang masih memiliki hubungan kelurga. Bentuk persona kedua di samping mempunyai bentuk tunggal seperti tersebut di atas juga mempunyai bentuk jamaknya, yaitu kalian, dan bentuk persona kedua tunggal yang ditambah dengan kata sekalian, seperti anda sekalian, kamu sekalian. Meskipun bentuk kalian tidak terikat pada tata krama sosial, yang status sosialnya lebih rendah umumnya tidak memakai bentuk itu terhadap yang lebih tua atau orang yang berstatus sosial lebih tinggi. 3. Kata Ganti Persona Ketiga Bentuk kata ganti persona ketiga merupakan kategorisasi rujukan pembicara kepada orang yang berada di luar tindak komunikasi. Dengan kata lain bentuk kata ganti persona ketiga merujuk orang yang tidak berada baik pihak pembicara maupun lawan bicara. Bentuk kata ganti persona ketiga dalam bahasa Indonesia ada dua, yaitu bentuk tunggal dan bentuk jamak. Bentuk tunggal pronominal persona ketiga mempunyai dua bentuk, yaitu ia dan dia yang mempunyai variasi -nya. Meskipun bentuk ia dan dia dalam banyak hal berfungsi sama, namun ada perbedaan tertentu yang dimiliki oleh kedua jenis kata ganti persona ketiga perbedaan tersebut adalah membawa ciri penegas atau penekanan. Dalam hal pemakaiannya, bentuk dia dan ia berbeda dengan bentuk beliau. Bentuk dia dan ia umumnya digunakan oleh pembicara tanpa ada maksud untuk menghormati orang yang dirujuk, sedangkan bentuk beliau digunakan oleh pembicara
13 untuk merujuk kepada orang lain yang patut untuk dihormati walaupun lebih muda dari pembicaraan Contoh: a. Dia, kan yang memegang sawah ibu? b. lho, apa dia belum tahu dia itu anak siapa? c. Ia bersembunyi di gang pintu keluar kereta. d.,,ibu yang menggadaikan sawah itu kepadanya Bentuk persona ketiga jamak adalah mereka. Di samping arti jamak, bentuk mereka berbeda dengan kata ganti persona ketiga tunggal dalam acuannya. Pada umumnya bentuk pronominal persona ketiga hanya untuk merujuk insan. Akan tetapi pada karya sastra, bentuk mereka kadang-kadang dipakai untuk merujuk binatang atau benda yang dianggap bernyawa. Bentuk pronomina persona ketiga jamak ini tidak mempunyai variasi bentuk. Penggunaan bentuk persona ini digunakan untuk hubungan yang netral, artinya tidak digunakan untuk lebih menghormati atau pun sebaliknya. Contoh: a. Mau mereka? Bisa tidur lho b. Sejak dua hari terakhir itu mereka berdatangan. Kata ganti persona ketiga selain merujuk pada orang ketiga juga kemungkinannya merujuk pada persona pertama dan persona kedua. Adanya kemungkinan rujukan lain merupakan akibat perbedaan konteks penuturan. Contoh: a. Seperti penulis sebutkan diatas b. Namanya siapa? Tinggalnya dimana?
14 Pada kalimat (a) bentuk penulis tidak merujuk pada persona ketiga, tetapi merujuk pada si pembicara,sedangkan pada kalimat (b) bentuk -nya merujuk pada lawan bicara (persona ketiga ) bukan pada persona ketiga Konteks Konteks berhubungan dengan intraksi linguistik dalaam ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yakni penutur dan lawan tutur dengan satu pokok tuturan, di dalam tuturan, tempat, dan situasi tertentu (Chaer dan Leoni, 2004: 48). Suatu konteks harus memenuhi delapan komponen yaitu S-P-E-A-K-I-N-G Hymes (dalam Chaer dan Leoni, 2004:48) komponen tersebut itu adalah: 1. S (setting and scene) setting berkaitan dengan tempat dan waktu tuturan berlangsung,sedangkan scene adalah situasi tempat dan waktu 2. P (participant) pihak pihak yang terlibat dalam tuturan 3. E (ends) meujuk pada maksud dan tujuan pertuturan 4. A (Act sequence) mengacu pada bentuk ujuran dan isi ujaran 5. K ( keys) menbacu pada nada, cara, dan semangat dimana suatu pesan disampaikan dengan senang hati. 6. I (instumentalis) mengacu pada jalur bahas yang digunakan 7. N (norm af interaction and interpretatioan ) mengacu pada tingkah laku yang khas dan sikap yang berkaitan dengan peristiwa tutur 8. G (genre) mengacu pada jenis penyampaian
15 2.2.5 Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai deiksis bukanlah yang baru, tetapi sudah ada peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan masalah tersebut. Namun, yang meneliti khusus tentang dieksis persona di dalam novel laskar pelangi belum pernah diteliti. Penelitian yang relevan dengan ini adalah: 1. Krisna (2000) dengan skripsinya yang berjudul Deiksis dalam Bahasa Batak Toba, dia menyimpulkan bahwa bahasa batak Batak Toba mengenal deiksis persona, deiksis ruang, dan deiksis waktu. Dalam membicarakan deiksis persona membagi tiga bagian yaitu kata ganti persona pertama tunggal seperti ahu, iba; pertama jamak seperti hamu; kata ganti persona tunggal seperti ibana,ketiga jamak seperti nasida 2. Sitepu (1999) dengan skripsinya yang berjudul Deiksis Persona Dalam Cerpen Bromocorah. Ia hanya meneliti deiksis persona pada cerpen, maka deiksis yang didapatinya hanya terbatas apa yang terdapat pada cerpen tersebut. Deiksis persona yang dibahasnya hanya terbatas pada persona yang sering muncul seperti kata dia (persona ketiga tunggal), dan mereka (persona ketiga jamak) 3. Marli wahyudi (1999) dengan judul Deiksis Persona Dalam Bahasa Jawa, ia menyimpulkan bakwa bahasa Jawa mengenal deksis persona yang dibagi dalam bentuk-bentuk kata ganti persona dan perilaku pada tingkat tutur Ngoko, tingkat tutur Madya, tingkat tutur Krama yang dikenal dengan istilah unduk usuk (Chaer dan Agustin, 1995: 520).
16 4. Supinah (2006) dengan judul skripsinya Deiksis Waktu Dalam Bahasa Jawa, ia menyimpulkan bahwa deiksis waktu dalam bahasa Jawa dirangkaikan dengan kata iki,iku dan dalam bahasa Jawa iki menunjuk (secara luat tuturan ) pada waktu sekarang, sedangkan yang dirangkaikan dengan kata iku menunjukkan waktu yang lampa
BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan penutur (penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca). Tipe studi ini melibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis)
1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Yule dalam bukunya (1996: 3) yang berjudul Pragmatik, mengatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur
Lebih terperinciPENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA
PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang
Lebih terperinciANALISIS DEIKSIS DALAM CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR
ANALISIS DEIKSIS DALAM CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR Erdi Sunarwan, Muhammad Rohmadi, Atikah Anindyarini Universitas Sebelas Maret E-mail: sn_erdi@yahoo.com Abstract: The objective of this
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sama lain. Bahasa merupakan media yang digunakan oleh manusia untuk
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Bahasa merupakan media yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi dalam hierarki gramatikal yaitu wacana, pemahaman mengenai wacana tidak bisa ditinggalkan oleh siapa saja terutama dalam
Lebih terperincib. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah yang turut memperkaya kebudayaan nasional.
1.4.2 Manfaat Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya pemakaian kata sapaan dalam bahasa Batak Toba. b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anggota kelompok tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa adalah system tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan aleh para anggota kelompok tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif atau wacana naratif. Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan atau cerita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa adalah aktivitas sosial. Bahasa itu terdiri atas dua bagian yaitu lisan, seperti percakapan, pembacaan berita, berpidato,kegiatan diskusi/seminar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1982:17). Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang harus
Lebih terperinciDEIKSIS PERSONA DALAM BAHASA MELAYU KUTAI TENGGARONG
DEIKSIS PERSONA DALAM BAHASA MELAYU KUTAI TENGGARONG Nurul Masfufah Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur Jalan Batu Cermin Nomor 25 Sempaja, Samarinda Pos-el: mashfufahnurul@yahoo.com Abstrak Kajian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran, hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46).
Lebih terperinciARTIKEL E-JOURNAL SYARIFAH FADILAH NIM
ANALISIS PENGGUNAAN DEIKSIS PERSONA, PENUNJUK, DAN WAKTU DALAM NOVEL SUNSET BERSAMA ROSIE KARYA TERE-LIYE ARTIKEL E-JOURNAL SYARIFAH FADILAH NIM 110388201128 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian tentang analisis deiksis dalam novel yang Miskin Dilarang
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Yang Relevan Sebelumnya Penelitian tentang analisis deiksis dalam novel yang Miskin Dilarang Maling Karya Salman Rusydie Anwar belum ada yang meneliti. Akan tetapi penelitian-penelitian
Lebih terperinciPEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS EDISI JANUARI FEBRUARI 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan
PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS EDISI JANUARI FEBRUARI 2010 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Lebih terperinciPEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM NOVEL SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1
PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menunjukkan kesantunan antara lain adalah deiksis sosial.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam komunikasi tentunya terjadi interaksi. Interaksi tersebut umumnya disertai kesantunan. Interaksi seperti ini terutama dilakukan masyarakat yang menjunjung
Lebih terperinciPEMAKAIAN DEIKSIS PERSONA, LOKASIONAL, DAN TEMPORAL DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI
PEMAKAIAN DEIKSIS PERSONA, LOKASIONAL, DAN TEMPORAL DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciPENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa.
1 PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa. Dalam interaksi sosial masyarakat Jawa, lebih cenderung menggunakan komunikasi
Lebih terperinciDEIKSIS DALAM RUBRIK AH TENANE PADA SURAT KABAR HARIAN UMUM SOLOPOS
DEIKSIS DALAM RUBRIK AH TENANE PADA SURAT KABAR HARIAN UMUM SOLOPOS Wisnu Nugroho Aji Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Widya Dharma Klaten wisnugroaji@gmail.com Abstrak Bahasa
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Deiksis Linguistik adalah ilmu yang mencoba untuk memahami bahasa dari sudut pandang struktur internal (Gleason, 1961:2). Struktur internal linguistik ialah fonologi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa penelitian mengenai hal tersebut, tetapi penelitian tentang Deiksis Dalam
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Relevan Penelitian kebahasaan yang berhubungan dengan kajian pragmatik khususnya pada kajian deiksis bukanlah hal yang baru lagi dalam penelitian bahasa. Sudah ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang informasi yang dituturkan oleh komunikator memiliki maksud terselubung. Oleh karena itu, setiap manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengandung banyak pengetahuan didalamnya. Tidak jarang ditemui kesulitan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alquran diturunkan Allah untuk umat manusia khususnya umat Islam, mengandung banyak pengetahuan didalamnya. Tidak jarang ditemui kesulitan dalam memahami
Lebih terperinciPRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...
PRAGMATIK Pengantar Linguistik Umum 10 Desember 2014 APAKAH PRAGMATIK ITU? Sistem Bahasa Penjelasan Pragmatik Dunia bunyi Pragmatik Struk tur baha sa* Dunia makna Pragmatik Di dalam dunia bunyi dan dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semantik merupakan ilmu tentang makna, dalam bahasa Inggris disebut meaning.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semantik merupakan ilmu tentang makna, dalam bahasa Inggris disebut meaning. Vehaar (1999: 14) mengemukakan bahwa semantik (Inggris: semantics) berarti teori
Lebih terperinciPENGGUNAAN DEIKSIS SEMANTIK DALAM CERPEN SILUET JINGGA KARYA ANGGI P
PENGGUNAAN DEIKSIS SEMANTIK DALAM CERPEN SILUET JINGGA KARYA ANGGI P Rini Damayanti Universitas Wijaya Kusuma Surabaya just_arinda@yahoo.com Abstract This research aims to determine the use of form semantic
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi,
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBENTUK-BENTUK DEIKSIS DALAM NOVEL YANG MISKIN DILARANG MALING KARYA SALMAN RASYDIE ANWAR ARTIKEL. Oleh
BENTUK-BENTUK DEIKSIS DALAM NOVEL YANG MISKIN DILARANG MALING KARYA SALMAN RASYDIE ANWAR ARTIKEL Diajukan untuk Melengkapi Tugas Akhir Sebagai Persyaratan Menyandang Gelar Sarjana Oleh Sri Yulan Mekarwaty
Lebih terperinciDEIKSIS DALAM SERI CERITA RAKYAT KALANTIKA PENULIS CHAIRIL EFFENDY
DEIKSIS DALAM SERI CERITA RAKYAT KALANTIKA PENULIS CHAIRIL EFFENDY Irma Sari, Sisilya Saman, Agus Syahrani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wujud kreativitas yang mampu membantu manusia dalam berkembang.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling utama. Bahasa adalah wujud kreativitas yang mampu membantu manusia dalam berkembang. Komunikasi manusia akan lancar
Lebih terperinciLARAS dan RAGAM BAHASA
LARAS dan RAGAM BAHASA STMIK CIC CIREBON - 2016 Kedudukan Bahasa Indonesia FUNGSI BAHASA LARAS & RAGAM BAHASA Implikasi BI dalam hidup sehari-hari LARAS BAHASA Adalah kesesuaian antara bahasa dan fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bertransaksi yaitu ada barang yang akan diperdagangkan, kesepakatan yang tidak dipaksa oleh pihak manapun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar merupakan tempat bertemunya pembeli dan pedagang. Pasar juga tempat untuk bertransaksi, sedangkan transaksi adalah kegiatan yang dilakukan oleh penjual dan pembeli
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karya sastra karena di dalamnya terdapat media untuk berinteraksi antara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat
Lebih terperinciANALISIS DEIKSIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X OTOMOTIF SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013
ANALISIS DEIKSIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X OTOMOTIF SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat S-1 Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu deiktikos yang berarti hal
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu deiktikos yang berarti hal penunjukan secara langsung. Istilah tersebut digunakan oleh tata bahasawan Yunani
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berisi beberapa hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka
Lebih terperinciDEIKSIS ARTIKEL HARIAN SUARA MERDEKA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MENULIS NARASI NONFIKSI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA
DEIKSIS ARTIKEL HARIAN SUARA MERDEKA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MENULIS NARASI NONFIKSI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA Oleh: Dwi Setiyaningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kireidedew82@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian.
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Alih Kode Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian. Menurut KBBI konsep adalah rancangan dasar, ide, pengertian, dan gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berinteraksi antarindividu maupun kelompok.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu ciri khas manusia yang membedakan dari makhluk lain. Dengan bahasa, manusia dapat mengemukakan segala pengetahuan, perasaan, pikiran, gagasan,
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu informasi pada dasarnya mensyaratkan kecukupan (sufficient) dalam struktur internal informasi itu sendiri sehingga orang yang diajak komunikasi dapat memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan manusia lain di sekitarnya. Sejak awal hidupnya dia sudah bergaul dengan lingkungan sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesama untuk memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk menyatakan pikiran dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Kepustakaan yang relevan atau sering juga disebut tinjauan pustaka ialah salah satu cara untuk mendapatkan referensi yang lebih tepat dan sempurna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. apabila referennya berpindah-pindah tergantung pada siapa yang menjadi si
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Purwo menjelaskan bahwa sebuah kata dapat dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berpindah-pindah tergantung pada siapa yang menjadi si pembicara dan juga tergantung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada masa sekarang ini walaupun pada kira-kira dua dekade yang silam ilmu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang semakin dikenal pada masa sekarang ini walaupun pada kira-kira dua dekade yang silam ilmu ini jarang atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memperlakukan bahasa sebagai alat komunikasi. Keinginan dan kemauan seseorang dapat dimengerti dan diketahui oleh orang lain melalui bahasa dengan
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI. Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain (Alwi, dkk.,
II. LANDASAN TEORI 2.1 Pronomina Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain (Alwi, dkk., 2003: 249). Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengganti orang atau benda (Depdikbud,
Lebih terperinciPEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI
PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat-syarat
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diuraikan mengenai: (1) latar belakang; (2)
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diuraikan mengenai: (1) latar belakang; (2) fokus masalah; (3) rumusan masalah; (4) tujuan penelitian; (5) manfaat penelitian; dan (6) definisi operasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pragmatik memiliki lima bidang kajian salah satunya deiksis. berarti penunjukan atau hal petunjuk dalam sebuah wacana atau tuturan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pragmatik ialah ilmu bahasa yang mempelajari makna berdasarkan situasi dan tempat tuturan dilakukan. Levinson (dalam Suwandi, 2008: 64) menyatakan pragmatik adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media masa baik lisan maupun tulisan. Dalam media lisan, pihak yang melakukan tindak tutur adalah penutur (pembicara)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah, atau natural setting, sehingga metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap
Lebih terperinciKumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat
Program PPM KOMPETITIF Sumber Dana DIPA Universitas Andalas Besar Anggaran Rp 4.750.000 Tim Pelaksana Leni Syafyahya dan Efri Yades Fakultas Sastra Lokasi Kota Padang, Sumatera Barat PENINGKATAN KEMAMPUAN
Lebih terperinciPemakaian Deiksis Persona dalam Bahasa Indonesia
Pemakaian Deiksis Persona dalam Bahasa Indonesia Oleh : Harits Utama 1 Abstrak Pronomina persona dalam bahasa Indonesia terbagi menjadi tiga bentuk, pronomina persona pertama, kedua, dan ketiga yang masing-masing
Lebih terperinciBAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan
BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa
Lebih terperinciTINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI Oleh: Latifah Dwi Wahyuni Program Pascasarjana Linguistik Deskriptif UNS Surakarta Abstrak Komunikasi dapat
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN EORI 3. 1 Pengantar Kata Sapaan bukanlah hal baru dalam bidang Sosiolinguistik. erdapat beberapa linguis yang telah mengemukakan pendapatnya mengenai kata sapaan, baik linguis Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia kreatif menciptakan media baru sebagai sarana untuk mempermudah proses berkomunikasi. Media yang tercipta misalnya bentuk media cetak dan elektronik. Dua media
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi atau interaksi sosial. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, karena bahasa tidak terlepas dari
9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Semantik Bahasa merupakan alat komunikasi penting bagi umat manusia. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, karena bahasa tidak terlepas dari makna dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, mereka harus bergaul dan berinteraksi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial, mereka harus bergaul dan berinteraksi dalam lingkungan menjalani hidup dengan normal.sejak lahir dia sudah bergaul denganmasyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia, hal tersebut kiranya tidak perlu diragukan lagi. Bahasa tidak hanya dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya senantiasa berkomunikasi dengan manusia lain dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi melalui media bahasa. Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan sesuai dengan norma norma dan nilai nilai sosial dan saling
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesantunan dalam berbahasa di lingkungan masyarakat dan sekolah sangatlah penting, karena dengan bertutur dan berkomunikasi dengan santun dapat menjaga nilai diri sebagai
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian
III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ialah penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu
Lebih terperinciDiajukan oleh: A JUNI, 2015
1 POLA PEMAKAIA AN DEIKSIS DALAM PROSES BERKOMUNIKASI DI KALANGAN ABK (ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS): KAJIAN PRAGMATIK Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PERKEMBANGAN DAN PEMEROLEHAN BAHASA ANAK
BAB I PERKEMBANGAN DAN PEMEROLEHAN BAHASA ANAK Bab ini akan dibahas dua masalah pokok yang menyangkut tentang bahasa anak, yaitu masalah perkembangan bahasa dan pemerolehan bahasa. Hal-hal yang berkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat mempermudah kita untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Bahasa adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai insan sosial, manusia berkomunikasi untuk mencapai tujuantujuan tertentu. Dalam proses komunikasi, bahasa dipilih sebagai sarana yang dapat mempermudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipilah menjadi dua, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal yaitu cara berkomunikasi seseorang dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya bentuk komunikasi yang dilakukan manusia dapat dipilah menjadi dua, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal yaitu
Lebih terperinciANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA
ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi yang paling utama bagi manusia. Chaer (2010:11) menyatakan bahasa adalah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah
Lebih terperinciKESANTUNAN BERBAHASA DALAM MENGUNGKAPKAN PERINTAH
KESANTUNAN BERBAHASA DALAM MENGUNGKAPKAN PERINTAH Yeni Mulyani Supriatin Balai Bahasa Bandung PENGANTAR Sopan santun dapat ditunjukkan tidak hanya dalam bentuk tindakan, tetapi juga dalam bentuk tuturan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi oleh alat ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok
Lebih terperinciANALISIS DEIKSIS NOVEL BILA CINTA MENCARI CAHAYA KARYA HARRI ASH SHIDDIQIE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA
ANALISIS DEIKSIS NOVEL BILA CINTA MENCARI CAHAYA KARYA HARRI ASH SHIDDIQIE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan sesamanya dengan salah satunya berkomunikasi. Komunikasi merupakan suatu hal yang saling mengirim
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri
Lebih terperinciIMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI
IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. yang relevan dengan hal yang sedang berlangsung. Bertolak pada kenyataan
BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoretik 1. Pengertian Pragmatik Pengkajian terhadap bahasa jika ditinjau dari sudut pandang linguistik terapan tentu tidak dapat dilakukan tanpa memperhitungkan konteks
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan dan profesi baik dibidang politik, wirausaha, instansi pemerintah, pendidikan, dan sebagainya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dapat bertutur dengan bahasa tertentu secara tiba-tiba dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal. Mengganti bahasa diartikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan fenomena yang tidak dapat dilepaskan dari segala kegiatan manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain, membahas segala aspek makna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pragmatik adalah telaah mengenai segala aspek makna yang tidak tercakup dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain, membahas segala aspek makna ucapan
Lebih terperinciAnalisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat
Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat Oleh: Anis Cahyani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa namakuaniscahyani@yahoo.com Abstrak:
Lebih terperinci