PROSEDUR PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROSEDUR PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF"

Transkripsi

1 PROSEDUR PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF 1. Perencanaan Program Penyusunan program bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah dimulai dari kegiatan asesmen, atau kegiatan mengidentifikasi aspek-aspek yang dijadikan bahan masukan bagi penyusunan program tersebut. Kegiatan asesmen ini meliputi (1) asesmen lingkungan, yang terkait dengan kegiatan mengidentifikasi harapan Sekolah/Madrasah dan masyarakat (orang tua peserta didik), sarana dan prasarana pendukung program bimbingan, kondisi dan kualifikasi konselor, dan kebijakan pimpinan Sekolah/Madrasah; dan (2) asesmen kebutuhan atau masalah peserta didik, yang menyangkut karakteristik peserta didik, seperti aspek-aspek fisik (kesehatan dan keberfungsiannya), kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasaan belajar, minat-minatnya (pekerjaan, jurusan, olahraga, seni, dan keagamaan), masalah-masalah yang dialami, dan kepribadian; atau tugas-tugas perkembangannya, sebagai landasan untuk memberikan pelayanan bimbingan dan konseling. Program bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah dapat disusun secara makro untuk 3-5 tahun, meso 1 tahun dan mikro sebagai kegiatan operasional dan untuk memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan khusus. Berikut adalah struktur pengembangan program berbasis tugas-tugas perkembangan sebagai kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik. Dalam merumuskan program, struktur dan isi/materi program ini bersifat fleksibel yang disesuaikan dengan kondisi atau kebutuhan peserta didik berdasarkan hasil penilaian kebutuhan di masing-masing Sekolah/Madrasah. Struktur program tahunan bimbingan dan konseling terdiri atas: a) rasional, b) dasar hukum, c) visi dan misi, d) deskripsi kebutuhan, e) tujuan, f) komponen program, g) bidang layanan, h) rencana operasional, i) pengembangan tema atau topik, j) rencana evaluasi, k) pelaporan dan tindak lanjut, l) sarana prasarana, dan n) anggaran biaya. Masing-masing diuraikan sebagai berikut: 1

2 a. Rasional Rumusan dasar pemikiran tentang urgensi bimbingan dan konseling dalam keseluruhan program Sekolah/Madrasah. Ke dalam rumusan ini dapat menyangkut konsep dasar yang digunakan, kaitan bimbingan dan konseling dengan pembelajaran/implementasi kurikulum, dampak perkembangan IPTEK dan sosial budaya terhadap gaya hidup masyarakat (termasuk para peserta didik), dan hal-hal lain yang dianggap relevan. Alternatif Contoh Rasional: Paradigma bimbingan dan konseling dewasa ini lebih berorientasi pada pengenalan potensi, kebutuhan, dan tugas perkembangan serta pemenuhan kebutuhan dan tugas-tugas perkembangan tersebut. Alih-alih memberikan pelayanan bagi peserta didik yang bermasalah, pemenuhan perkembangan optimal dan pencegahan terjadinya masalah merupakan fokus pelayanan. Atas dasar pemikiran tersebut, maka pengenalan potensi individu merupakan kegiatan urgen pada awal layanan bantuan. Bimbingan dan konseling saat ini tertuju pada mengenali kebutuhan peserta didik, orang tua, dan sekolah. Bimbingan dan konseling di sekolah memiliki peranan penting dalam membantu peserta didik dalam mencapai tugas-tugas perkembangan sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik dan Kompetensi Dasar (SKKPD). Dalam upaya mendukung pencapaian tugas perkembangan tersebut, program bimbingan dan konseling dilaksanakan secara utuh dan kolaboratif dengan seluruh stakeholder sekolah. Dewasa ini, layanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan oleh SMA. memiliki banyak tantangan baik secara internal maupun eksternal. Dari sisi internal, problematika yang dialami oleh sebagian besar peserta didik bersifat kompleks. Beberapa diantaranya adalah problem terkait penyesuaian akademik di sekolah, penyesuaian diri dengan pergaulan sosial di sekolah, ketidakmatangan orientasi pilihan karir, dan lainlainnya. Fakta ini sejalan dengan hasil asesmen permasalahan yang telah dilakukan, yakni sebagian besar peserta didik di kelas X penyesuaian akademiknya masih kurang karena 2

3 sekolah tersebut merupakan sekolah favorit yang memiliki tuntutan belajar tinggi. Dari sisi eksternal, peserta didik yang notabene berada dalam rentang usia perkembangan remaja juga dihadapkan dengan perubahan-perubahan cepat yang terjadi dalam skala global. Perkembangan teknologi dan informasi yang begitu cepat dan massif seringkali memberikan dampak negatif bagi perkembangan pribadi-sosial peserta didik di sekolah. Sebagai contoh, akses tak terbatas dalam dunia maya seringkali melahirkan budaya instan dalam mengerjakan tugas, maraknya pornografi, dan problem lainnya. Namun demikian, pada dasarnya setiap individu memiliki kecenderungan untuk menata diri dan mencapai tujuan hidup yang lebih bermakna, tidak terkecuali peserta didik di sekolah. Dari berbagai problem yang ada, masih terdapat harapan yang besar terhadap keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh peserta didik. Beberapa peserta didik memiliki potensi untuk dikembangkan bakat dan minatnya, seperti kemampuan penulisan karya ilmiah remaja, aktif dalam kegiatan olahraga, berbakat dalam bidang penalaran mata pelajaran tertentu dan lain-lainnya. Di samping itu, daya dukung yang tersedia di SMA berlimpah. Begitu pula dari segi daya dukung sarana dan prasarana yang dimiliki, SMA. juga memiliki kecukupan fasilitas untuk menopang kegiatan pengembangan bakat dan minat peserta didik melalui berbagai wadah kegiatan intra maupun ekstrakurikuler. Oleh karena itu, dengan berbagai keunggulan yang dimiliki sekaligus beberapa problematika yang tengah dihadapi, layanan bimbingan dan konseling yang akan diselenggarakan di SMA berkomitmen untuk membantu penyelesaian berbagai problem yang dialami oleh peserta didik, termasuk pula memfasilitasi pencapaian optimal dari bakat dan minat yang dimiliki peserta didik. Rancangan program yang dideskripsikan secara rinci dalam dokumen ini merupakan bukti dari komitmen untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling yang profesional bagi peserta didik di SMA. b. Dasar Hukum 3

4 Dasar hukum yang dicantumkan adalah dasar hukum yang menjadi landasan penyelenggaraan bimbingan dan konseling yang meliputi dasar hukum tingkat pemerintah, daerah hingga satuan pendidikan. Alternatif Contoh Penulisan Dasar Hukum: a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301). b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. c. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 111 tahun 2014 tentang pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah menengah. d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 194, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4941). e. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. f. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2009 tentang Program Pendidikan Profesi Guru Prajabatan. g. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. h. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. i. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. c. Visi dan Misi 4

5 Pada bagian ini dikemukakan visi dan misi program BK yang disesuaikan dengan visi dan misi sekolah. Visi merupakan gambaran yang dicita-citakan untuk diwujudkan program BK bagi konseli berdasarkan visi sekolah. Sedangkan misi merupakan tugas yang dilaksanakan dalam rangka pencapaian visi program BK bagi konseli. Alternatif Contoh Penulisan Visi dan Misi: Rumusan visi dan misi bimbingan dan konseling merujuk pada visi dan misi sekolah. Oleh karena itu, sebelum menetapkan visi dan misi program layanan bimbingan dan konseling, perlu terlebih dahulu menelaah visi dan misi sekolah. Visi SMA Berprestasi dan Berahlaq Mulia Misi SMA 1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Membentuk budi pekerti luhur dan berahlak mulia serta lingkungan yang kondusif dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran dan hasil belajar. 3. Mengembangkan sikap kerjasama, kekeluargaan dan komitmen seluruh warga sekolah terhadap tugas dan fungsi pokoknya. 4. Menumbuhkembangkan semangat berprestasi dalam bidang akademik dan nonakademik. 5. Menerapkan manajemen partisipasi dengan melibatkan warga sekolah, komite dan stakeholder dalam upaya meningkatkan mutu dan pelayanan pendidikan. 6. Mengembangkan sistem manajemen informasi berbasis computer (Computer Basic Information) sebagai sarana pendukung pendidikan pada era global. 7. Mewujudkan peningkatan sarana dan prasarana sekolah menuju standar nasional layanan pendidikan. 5

6 misi. Guna menunjang visi dan misi sekolah, BK di SMA juga memiliki visi dan Visi BK SMA Terwujudnya BK sebagai wahana pengembangan potensi siswa menuju insan yang cerdas spiritual, sosial, emosional dan intelektual Misi BK SMA 1. Mengelola BK berdasarkan kaidah akademis dan etika profesional. 2. Mengoptimalkan pelaksanaan layanan dasar, perencanaan individu, layanan responsif, dan dukungan sistem. 3. Melaksanakan pelayanan BK sesuai dengan fungsi, asas, dan prinsip BK secara profesional. 4. Melaksanakan kolaborasi dan sinergitas kerja antara komponen internal dan eksternal. 5. Menfasilitasi siswa mencapai kematangan dan kemandirian serta mampu menjalankan tugas perkembangan dalam kehidupan pribadi, sosial, belajar, dan karir secara utuh dan optimal. d. Deskripsi Kebutuhan Rumusan hasil needs assessment (penilaian kebutuhan) peserta didik dan lingkungannya ke dalam rumusan perilaku-perilaku yang diharapkan dikuasai peserta didik. Rumusan ini tiada lain adalah rumusan tugas-tugas perkembangan, yakni Standar Kompetensi Kemandirian yang disepakati bersama. Alternatif Contoh Deskripsi Kebutuhan: Kecenderungan Kebutuhan/ Permasalahan Simpulan Kebutuhan 1. Belajar jika ada ulangan Mengatur waktu belajar 6

7 Klasikal Kelompok Perorangan 2. Tidak fokus saat belajar (bimbingan klasikal) 3. Malas belajar 4. Mengantuk saat belajar 5. Kecanduan gadget Mencegah penggunaan gadget yang berlebihan (bimbingan klasikal) 6. Perilaku mencontek Dampak negatif mencontek (bimbingan klasikal) 7. Persiapan masuk PTN Tips mempersiapkan diri menghadapi ujian PTN (bimbingan klasikal) 8. Minimnya pengetahuan tentang Mengenal jenis-jenis dunia kerja pekerjaan (bimbingan klasikal) 9. Hubungan dengan teman sekelas Menjalin pertemanan yang kurang akrab baik dan menyenangkan 10. Kesulitan berinteraksi dengan (konseling kelompok) teman 11. Minimnya sikap sopan santun Pentingnya sikap sopan santun (bimbingan kelompok) 12. Tidak di sukai untuk diajak Menjadi pribadi yang belajar bersama menyenangkan (konseling individu) e. Tujuan 7

8 Rumuskan tujuan yang akan dicapai dalam bentuk perilaku yang harus dikuasai peserta didik setelah memperoleh pelayanan bimbingan dan konseling. Perumusan tujuan BK dapat merujuk pada SKKPD. Tujuan hendaknya dirumuskan ke dalam tataran tujuan: 1) Penyadaran, untuk membangun pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap perilaku atau standar kompetensi yang harus dipelajari dan dikuasai, 2) Akomodasi, untuk membangun pemaknaan, internalisasi, dan menjadikan perilaku atau kompetensi baru sebagai bagian dari kemampuan dirinya, dan 3) Tindakan, yaitu mendorong peserta didik untuk mewujudkan perilaku dan kompetensi baru itu dalam tindakan nyata sehari-hari. Alternatif Contoh Tujuan: TUJUAN LAYANAN BK KEBUTUHAN / BIDANG (RUMUSAN PERILAKU NO. PERMASALAHAN LAYANAN SISWA YANG DIHARAPKAN KONSELI DIKUASAI) 1. PRIBADI 1. Kecanduan gadget Tujuan layanan tentang mencegah penggunaan gadget yang berlebihan adalah agar siswa mampu menggunakan gadget dengan bijak, sehingga siswa tidak hanya bermain gadget setiap saat yang mengakibatkan dia tidak peduli dengan lingkungan 8

9 sekitarnya. 2. SOSIAL 1. Tidak akrab dengan teman Tujuan diberikan agar peserta sekelas didik mampu berteman dengan teman sekelasnya karna di sekolah 2. Kesulitan berinteraksi dengan teman mereka semua adalah keluarga, serta bisa membangun kerjasama dengan teman sekelasnya. 3. BELAJAR 1. Belajar jika ada ulangan Tujuan diberikan layanan tentang 2. Tidak fokus saat belajar mengatur waktu belajar ini agar 3. Malas belajar siswa diharapkan mampu 4. Mengantuk saat belajar membagi waktunya untuk belajar sehingga hasil belajar yang diperoleh bisa maksimal sesuai kemampuan yang dimiliki oleh siswa. 5. Perilaku mencontek Tujuan diberikan layanan tentang dampak negatif mencontek adalah agar siswa mengetahui bahwa banyak kerugian yang didapat dari perilakunya tersebut, mencontek akan membuatnya malas belajar karena siswa akan beranggapan bahwa nilai adalah segalanya dan dia bisa memperolehnya secara instan. 9

10 4. KARIR 1. Persiapan masuk PTN 1. Tujuan di berikan layanan agar peserta didik lebih siap menghadapi ujian untuk masuk PTN yang diinginkan. 2. Minimnya pengetahuan tentang dunia kerja 2. Tujuan diberikan layanan agar peserta didik memiliki lebih banyak pengetahuan jenisjenis pekerjaan yang ada dalam dunia kerja, sehingga peserta didik memiliki kesiapan diri untuk menghadapinya. f. Menentukan Komponen Program Komponen program meliputi: (1) Komponen Pelayanan Dasar, (2) Komponen Pelayanan Responsif, (3) Komponen Perencanaan Individual, dan (4) Komponen Dukungan Sistem (manajemen). 1) Layanan Dasar Layanan dasar adalah pemberian bantuan kepada semua peserta didik/konseli yang berkaitan dengan pengembangan keterampilan, pengetahuan, dan sikap dalam bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir. Strategi layanan dasar yang dapat dilaksanakan antara lain adalah klasikal, kelas besar/lintas kelas, kelompok dan menggunakan media tertentu. Materi layanan dasar dapat dirumuskan atas dasar hasil asesmen kebutuhan, asumsi teoritik yang diyakini berkontribusi terhadap 10

11 kemandirian, dan kebijakan pendidikan yang harus diketahui oleh peserta didik/konseli. 2) Layanan Perencanaan Individual Layanan peminatan dan perencanaan individual merupakan proses pemberian bantuan kepada semua peserta didik/konseli dalam membuat dan mengimplementasikan rencana pribadi, sosial, belajar, dan karir. Tujuan utama layanan ini ialah membantu peserta didik/konseli belajar memantau dan memahami pertumbuhan dan perkembangannya sendiri dan mengambil tindakan secara proaktif terhadap informasi tersebut. Pelayanan peminatan mulai dari pemilihan dan penetapan minat (kelompok mata pelajaran, mata pelajaran, lintas minat), pendampingan peminatan, pengembangan dan penyaluran minat, evaluasi dan tindak lanjut. Strategi layanan peminatan meliputi bimbingan klasikal, bimbingan kelompok, konseling kelompok, dan konseling individual serta layanan konsultasi. Guru bimbingan dan konseling atau konselor memimpin kolaborasi dengan pendidik pada satuan pendidikan, berperan mengkoordinasikan layanan peminatan dan memberikan informasi yang luas dan mendalam tentang kelanjutan studi dan dunia kerja, sampai penetapan dan pemilihan studi lanjut. 3) Layanan Responsif Layanan responsif adalah pemberian bantuan terhadap peserta didik/konseli yang memiliki kebutuhan dan masalah yang memerlukan bantuan dengan segera. Tujuan layanan ini ialah memberikan: (a) layanan intervensi terhadap peserta didik/konseli yang mengalami krisis, peserta didik/konseli yang telah membuat pilihan yang tidak bijaksana atau peserta didik/konseli yang membutuhkan bantuan penanganan dalam bidang kelemahan yang spesifik dan (b) layanan pencegahan bagi peserta didik/konseli yang berada di ambang pembuatan pilihan yang tidak 11

12 bijaksana. Isi dari layanan responsif ini antara lain berkaitan dengan penanganan masalah-masalah belajar, pribadi, sosial, dan karir. Berkaitan dengan tujuan program bimbingan dan konseling di atas, isi layanan responsif adalah sebagai berikut: (1) Masalah-masalah yang berkaitan dengan belajar, kebiasaan belajar yang salah dan kesulitan penyusunan rencana pelajaran; (2) Masalah yang berkaitan dengan karir, misalnya kecemasan perencanaan karir, kesulitan penentuan kegiatan penunjang karir, dan kesulitan penentuan kelanjutan studi; (3) Masalah yang berkaitan dengan perkembangan sosial antara lain konflik dengan teman sebaya dan keterampilan interaksi sosial yang rendah; dan (4) Masalah yang berkaitan dengan perkembangan pribadi antara lain konflik antara keinginan dan kemampuan yang dimiliki, dan memiliki pemahaman yang kurang tepat tentang potensi diri. 4) Dukungan Sistem Dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja infrastruktur dan pengembangan keprofesionalan guru bimbingan dan konseling atau konselor secara berkelanjutan yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada peserta didik atau memfasilitasi kelancaran perkembangan peserta didik. Aktivitas yang dilakukan dalam dukungan sistem antara lain: (a) administrasi yang didalamnya termasuk melaksanakan dan menindaklanjuti kegiatan asesmen, kunjungan rumah, menyusun dan melaporkan program bimbingan dan konseling, membuat evaluasi, dan melaksanakan administrasi dan mekanisme bimbingan dan konseling, serta (b) kegiatan tambahan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah dan pengembangan profesi bimbingan dan konseling. Setelah guru bimbingan dan konseling atau konselor menentukan komponen layanan, lalu mempertimbangkan porsi waktu dari masing-masing komponen layanan, apakah kegiatan itu dilakukan dalam waktu tertentu atau terus-menerus. 12

13 Berapa banyak waktu yang diperlukan untuk melaksanakan layanan bimbingan dan konseling dalam setiap komponen program perlu dirancang dengan cermat. Perencanaan waktu ini harus dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor didasarkan kepada isi program dan dukungan manajemen. Besaran persentase dalam setiap layanan dan setiap jenjang satuan pendidikan didasarkan pada data hasil asesmen kebutuhan peserta didik/konseli dan satuan pendidikan. Dengan demikian besaran persentase bisa berbeda-beda antara satuan pendidikan yang satu dengan yang lainnya. Berikut dikemukakan tabel alokasi waktu, sekedar perkiraan atau pedoman relatif dalam pengalokasian waktu untuk guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam melaksanaan komponen pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah minimal 24 jam kerja. Tabel Alokasi Waktu Pelaksanaan Komponen Layanan Program Proporsi Contoh Perhitungan Waktu/ Jam Layanan dasar 25-35% 30% X 24 = 7,2 Layanan peminatan dan perencanaan individual 25-35% 30% X 24 = 7,2 Layanan responsif 15-25% 25% X 24 = 6,0 Dukungan sistem 10-15% 15% X 24 = 3,6 Jumlah jam 24 g. Bidang Layanan Bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan mencakup empat bidang layanan yang memfasilitasi perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir. Pada hakikatnya perkembangan tersebut merupakan satu 13

14 kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan dalam setiap diri individu peserta didik/konseli. 1) Bimbingan dan Konseling Pribadi Proses pemberian bantuan dari guru bimbingan dan konseling atau konselor kepada peserta didik/konseli untuk memahami, menerima, mengarahkan, mengambil keputusan, dan merealisasikan keputusannya secara bertanggung jawab tentang perkembangan aspek pribadinya, sehingga dapat mencapai perkembangan pribadi yang optimal dan mencapai kemandirian, kebahagiaan, kesejahteraan dan keselamatan dalam kehidupannya. Aspek perkembangan peserta didik/konseli yang dikembangkan meliputi: (a) memahami potensi diri dan memahami kelebihan dan kelemahannya, baik kondisi fisik maupun psikis, (b) mengembangkan potensi untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupannya, (c) menerima kelemahan kondisi diri dan mengatasinya secara baik, (d) mencapai keselarasan perkembangan antara cipta-rasa-karsa, (e) mencapai kematangan/kedewasaan cipta-rasa-karsa secara tepat dalam kehidupanya sesuai nilai-nilai luhur, dan (f) mengakualisasikan dirinya sesuai dengan potensi diri secara optimal berdasarkan nilai-nilai luhur budaya dan agama. 2) Bimbingan dan Konseling Sosial Proses pemberian bantuan dari guru bimbingan dan konseling atau konselor kepada peserta didik/konseli untuk memahami lingkungannya dan dapat melakukan interaksi sosial secara positif, terampil berinteraksi sosial, mampu mengatasi masalah-masalah sosial yang dialaminya, mampu menyesuaikan diri dan memiliki keserasian hubungan dengan lingkungan sosialnya sehingga mencapai kebahagiaan dan kebermaknaan dalam kehidupannya. Aspek perkembangan peserta didik/konseli yang dikembangkan meliputi: (a) 14

15 berempati terhadap kondisi orang lain, (b) memahami keragaman latar sosial budaya, (c) menghormati dan menghargai orang lain, (d) menyesuaikan dengan nilai dan norma yang berlaku, (e) berinteraksi sosial yang efektif, (f) bekerjasama dengan orang lain secara bertanggung jawab, dan (g) mengatasi konflik dengan orang lain berdasarkan prinsip yang saling menguntungkan. 3) Bimbingan dan Konseling Belajar Proses pemberian bantuan guru bimbingan dan konseling atau konselor kepada peserta didik/konseli antara lain adalah mengenali potensi diri untuk belajar, memiliki sikap dan keterampilan belajar, terampil merencanakan pendidikan, memiliki kesiapan menghadapi ujian, memiliki kebiasaan belajar teratur dan mencapai hasil belajar secara optimal sehingga dapat mencapai kesuksesan, kesejahteraan, dan kebahagiaan dalam kehidupannya. Aspek perkembangan yang dikembangkan meliputi: (a) menyadari potensi diri dalam aspek belajar dan memahami berbagai hambatan belajar, (b) memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, (c) memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat, (d) memiliki keterampilan belajar yang efektif, (e) memiliki keterampilan perencanaan dan penetapan pendidikan lanjutan, dan (f) memiliki kesiapan menghadapi ujian. 4) Bimbingan dan Konseling Karier Proses pemberian bantuan guru bimbingan dan konseling atau konselor kepada peserta didik/konseli untuk memahami pertumbuhan, perkembangan, eksplorasi, aspirasi dan pengambilan keputusan karir sepanjang rentang hidupnya secara rasional dan realistis berdasar informasi potensi diri dan melihat kesempatan yang tersedia di lingkungan hidupnya untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupannya. Aspek perkembangan yang dikembangkan meliputi: (a) memiliki 15

16 pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan, (b) memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir, (c) memiliki sikap positif terhadap dunia kerja, (d) memahami relevansi kemampuan menguasai pelajaran dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karir di masa depan, (e) memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, persyaratan kemampuan yang dituntut, lingkungan sosio-psikologis pekerjaan, prospek kerja, kesejahteraan kerja; memiliki kemampuan merencanakan masa depan, berupa kemampuan merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi; membentuk pola-pola karir; mengenal keterampilan; serta memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir. h. Rencana Operasional (Action Plan) Rencana kegiatan (action plans) diperlukan untuk menjamin peluncuran program bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan secara efektif dan efesien. Rencana kegiatan adalah uraian detil dari program yang menggambarkan struktur isi program, baik kegiatan di Sekolah/Madrasah maupun luar Sekolah/Madrasah, untuk memfasilitasi peserta didik mencapai tugas perkembangan atau kompetensi tertentu. Rencana operasional dikembangkan berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan berdasarkan hasil studi kebutuhan peserta didik/konseli. Rencana kegiatan bimbingan dan konseling terdiri dari beberapa komponen yaitu: 1) Bidang layanan, berisi tentang bidang layanan bimbingan dan konseling. 2) Tujuan layanan, berisi tentang tujuan yang akan dicapai yang berbasis hasil asesmen, tugas perkembangan atau standar kompetensi kemandirian siswa. 16

17 3) Komponen layanan, terdiri dari empat komponen yaitu: (a) layanan dasar, (b) layanan responsif, (c) layanan peminatan dan perencanaan individual, dan (d) dukungan sistem. 4) Strategi layanan, merupakan kegiatan/strategi layanan yang dilakukan dan disesuaikan dengan komponen layanan. Contohnya, untuk komponen layanan dasar, strategi layanan yang dapat dilaksanakan adalah bimbingan. 5) Kelas, menuliskan kelas peserta didik/konseli yang akan mendapatkan layanan bimbingan dan konseling. 6) Materi, berisi tentang tema/topik materi yang akan dibahas untuk mencapai tujuan. 7) Metode, berisi teknik/strategi kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang akan dilakukan. 8) Alat/media, berisi alat dan media yang akan digunakan misalnya power point presentation, kertas kerja dan sebagainya. 9) Evaluasi, berisi jenis dan alat evaluasi yang digunakan untuk memastikan ketercapaian tujuan layanan. 1 0 ) Ekuivalensi, berisi penyetaraan kegiatan bimbingan dan konseling yang dilakukan dengan jumlah jam. 17

18 Alternatif contoh Action Plan RENCANA KEGIATAN (ACTION PLAN) BIMBINGAN DAN KONSELING SMA TAHUN AJARAN 2018/2019 Bidang Layanan Pribadi Tujuan Layanan Peserta didik memiliki sikap sopan santun Komponen Layanan Layanan dasar Strategi Layanan Bimbingan kelompok Kelas Materi Metode Media Evaluasi XI Pentingnya sikap sopan santun Diskusi Kelompok Leafleat Proses, Hasil Sosial Belajar Peserta didik mampu menggunakan gadget dengan wajar dan menggunakan untuk hal-hal yang bermanfaat Peserta didik mampu bersosialisasi dengan teman sekelasnya Konseli mampu beinteraksi dengan teman sekelasnya Peserta didik mampu untuk lebih fokus saat belajar Peserta didik lebih mempersiapkan diri saat menghadapi ulangan Layanan dasar Layanan dasar Layanan responsif Layanan dasar Layanan dasar Bimbingan Klasikal Bimbingan Klasikal Konseling individu Bimbingan Klasikal Bimbingan Klasikal XI X XI XI XI Gadgetmu, Ilmumu Menjalin pertemanan yang baik dan menyenang kan Tips jitu meningkatka n fokus belajar Nggak belajar, nggak Ceramah, Tanya jawab Sosiodrama Pendekatan CCT Games yang terkait dengan materi Ceramah, tanya jawab LCD, Laptop, White board Naskah drama, dan sapras yang menduku ng Petunjuk cara bermain games Powerpo int Proses, Hasil Proses, Hasil Proses, Hasil Proses, Hasil Proses, Hasil 21

19 keren Peserta didik memiliki motivasi untuk lebih giat belajar Layanan dasar Bimbingan kelompok X Yuk belajar demi masa depan Diskusi Leafleat Proses, Hasil Peserta didik memiliki jadwal untuk belajarnya Layanan dasar Bimbingan Klasikal XI Cara mengatur waktu belajar home room kursi, meja Proses, Hasil Karir Peserta didik tidak mengulangi perbuatan menconteknya Peserta didik memiliki informasi yang lebih mendalam mengenai jenisjenis pekerjaan yang ada di masyarakat Peserta didik memiliki pemahaman mengenai jurusan yang ada di PT Layanan dasar Layanan peminatan dan perencanaan individual Layanan dasar Bimbingan Klasikal Bimbingan kelompok Bimbingan klasikal XI XI XII Nyontek??? yakin masih mau lanjut Informasi berbagai pekerjaan Macammacam jurusan di PT Psikodrama Naskah drama, Proses, Hasil Diskusi Mengha dirkan orang dengan profesi yang berbeda Proses, Hasil Diskusi Leaflet Proses, Hasil 22

20 Berdasarkan perencanaan kegiatan yang telah dideskripsikan di atas, berikut ini adalah jadwal kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan selama semester. Alternatif contoh Jadwal Kegiatan Bimbingan dan Konseling SMA X Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018 Bulan No A B JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER Dst. Komponen Layanan PERSIAPAN Pembagian tugas guru bimbingan dan konseling Assesment kebutuhan Menyusun program bimbingan dan konseling Konsultasi program bimbingan dan konseling Pengadaan sarana/prasarana bimbingan dan konseling LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Layanan Dasar a. Bimbingan Klasikal Gadgetmu, Sumber Ilmumu Menjalin pertemanan yang baik dan menyenangkan 23

21 Tips jitu meningkatkan fokus belajar Nggak belajar, nggak keren Cara mengatur waktu belajar Mengenal macam-macam jurusan di PT b. Bimbingan Kelompok Pentingnya sikap sopan santun Yuk belajar demi masa depan c. Bimbingan kelas besar Sosialisasi Tertib Lalu lintas d. Pengembangan Media BK Papan bimbingan Leaflet (bahaya narkoba) Poster Layanan Responsif a. Konseling Individu Interaksi sosial b. Konsultasi c. Konseling kelompok d. Konferensi kasus 24

22 e. Advokasi Perencanaan Individual a. Bimbingan klasikal b. Bimbingan kelompok Informasi berbagai pekerjaan c. Kolaborasi C Kolaborasi dengan orangtua Dukungan Sistem Melaksanakan dan menindaklanjuti assesment (termasuk kunjungan rumah) Kunjungan rumah Menyusun dan melaporkan program bimbingan dan konseling Membuat evaluasi Melaksanakan administrasi dan mekanisme bimbingan dan konseling KEGIATAN TAMBAHAN DAN PENGEMBANGAN PROFESI PTBK MGBK Pengembangan Keprofesian Konselor 25

23 i. Pengembangan Tema/Topik Tema ini merupakan rincian lanjut dari kegiatan yang sudah diidentifikasikan yang terkait dengan tugas-tugas perkembangan. Tema secara spesifik dirumuskan dalam bentuk materi untuk setiap komponen program. Tema/topik merupakan rincian lanjut dari identifikasi deskripsi kebutuhan peserta didik/konseli dalam aspek perkembangan pribadi, sosial, belajar dan karir. Memetakan tema/topik materi layanan berdasarkan program semester bimbingan konseling yang telah disusun. Materi layanan bimbingan dan konseling meliputi empat bidang layanan bimbingan dan konseling diberikan secara proporsional meliputi bidang pribadi, sosial, belajar dan karir. Materi layanan diseleksi, dipetakan dan ditetapkan atas dasar: 1) Standar kompetensi kemandirian peserta didik (SKKPD): asesmen tuntutan tugas perkembangan, kebutuhan peserta didik pada setiap aspek perkembangan (pencapaian kondisi perkembangan yang nyata), bidang layanan dan tingkatan kelas. 2) Masalah: assesmen masalah, kelompok masalah, item masalah, bidang layanan dan tingkatan kelas 3) Bidang layanan bimbingan dan konseling: kelompok bidang layanan, tujuan layanan pada setiap kelompok bidang layanan, ruang lingkup bidang layanan dan tingkatan kelas. Setelah tema atau topik dikembangkan, kegiatan berikutnya adalah menyusun Rencana Perencanaan Layanan bimbingan dan konseling yang menuangkan materi dan disajikan mempergunakan beragam metode, teknik dan media bimbingan, bersifat informasi dan orientasi yang membuat peserta didik/konseli mengetahui dan memahami bagaimana cara berperilaku, mengembangkan pemikiran positif, membuat pilihan dan mengambil keputusan, akan tetapi bukan materi tentang suatu perilaku. Materi evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut akan dibahas pada modul berikutnya. j. Sarana Prasarana 1) Ruang Bimbingan dan Konseling Ruang bimbingan dan konseling merupakan salah satu sarana penting yang turut mempengaruhi keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling, 27

24 pengadaan ruang bimbingan dan konseling perlu mempertimbangkan letak atau lokasi, ukuran, jenis dan jumlah ruangan, serta berbagai fasilitas pendukung lainnya. Letak atau lokasi ruang bimbingan dan konseling di suatu Sekolah/Madrasah dipilih lokasi yang mudah diakses (strategis) oleh konseli tetapi tidak terlalu terbuka. Dengan demikian seluruh konseli bisa dengan mudah dan tertarik mengunjungi ruang bimbingan dan konseling, dan prinsip-prinsip confidential tetap terjaga. Jumlah ruang bimbingan dan konseling disesuaikan dengan kebutuhan jenis layanan dan jumlah ruangan. Antar ruangan sebaiknya tidak tembus pandang. Jenis ruangan yang diperlukan meliputi: (a) ruang kerja, (b), ruang administrasi/data, (c) ruang konseling individual, (d) ruang bimbingan dan konseling kelompok, (e) ruang biblioterapi, (f) ruang relaksasi/desensitisasi, dan (g) ruang tamu. Adapun besaran ukuran ruangan disesuaikan dengan jumlah konseli dan jumlah konselor yang ada di suatu Sekolah/ Madrasah. Ruangan kerja bimbingan dan konseling disiapkan agar dapat berfungsi mendukung produktivitas kinerja konselor, maka diperlukan fasilitas berupa: komputer dan meja kerja konselor, dan almari, dan sebagainya. Ruangan administrasi/data perlu dilengkapi dengan fasilitas berupa: lemari penyimpan dokumen (buku pribadi, catatan-catatan konseling, dan lain-lain) maupun berupa soft copy. Dalam hal ini harus menjamin keamanan data yang disimpan. Ruangan konseling individual merupakan tempat yang nyaman dan aman untuk terjadinya interaksi antara konselor dengan konseli. Ruangan ini dilengkapi dengan satu set meja kursi atau sofa, tempat untuk menyimpan majalah, yang dapat berfungsi sebagai biblioterapi. Ruangan bimbingan dan konseling kelompok merupakan tempat yang nyaman dan aman untuk terjadinya dinamika kelompok dalam interaksi antara konselor dengan konseli dan konseli dengan konseli. Ruangan ini dilengkapi dengan perlengkapan antara lain: sejumlah kursi, karpet, tape recorder, VCD dan televisi. Ruangan biblioterapi pada prinsipnya mampu menjadi tempat bagi para konseli dalam menerima informasi, baik yang berkenaan dengan informasi pribadi, sosial, akademik, dan karir di masa datang. Karena itu, selain menyediakan informasi secara lengkap, ruangannya pun mampu menopang banyak orang. Ruangan ini dilengkapi 28

25 dengan perlengkapan sebagai berikut: daftar buku/referensi (katalog), rak buku, ruang baca, buku daftar kunjungan siswa. Jika memungkinkan fasilitas pendukung seperti fasilitas internet. Ruangan relaksasi/desensitisasi/sensitisasi yang bersih, sehat, nyaman, dan aman. Jika memungkinkan ruangan ini dapat dilengkapi dengan karpet, tape recorder, televisi, VCD/DVD, dan bantal. Ruangan tamu hendaknya berisi kursi dan meja tamu, buku tamu, jam dinding, tulisan dan/atau gambar yang memotivasi konseli untuk berkembang dapat berupa motto, peribahasa, dan lukisan. Contoh minimal penataan ruangan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dapat dilihat berikut. Fasilitas ruangan yang diharapkan tersedia ialah ruangan tempat bimbingan yang khusus dan teratur, serta perlengkapan lain yang memungkinkan tercapainya proses pelayanan bimbingan dan konseling yang bermutu. Ruangan itu hendaknya sedemikian rupa sehingga di satu segi para konseli yang berkunjung ke ruangan tersebut merasa nyaman, dan segi lain di ruangan tersebut dapat dilaksanakan pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya sesuai dengan asas-asas dan kode etik bimbingan dan konseling. Khusus ruangan konseling individual harus 29

26 merupakan ruangan yang memberi rasa aman, nyaman dan menjamin kerahasiaan konseli. Di dalam ruangan hendaknya juga dapat disimpan segenap perangkat instrumen bimbingan dan konseling, himpunan data konseli, dan berbagai data serta informasi lainnya. Ruangan tersebut hendaknya juga mampu memuat berbagai penampilan, seperti penampilan informasi pendidikan dan jabatan. Yang tidak kalah penting ialah, ruangan itu hendaklah nyaman yang menyebabkan para pelaksana bimbingan dan konseling betah bekerja. Kenyamanan itu merupakan modal utama bagi kesuksesan program pelayanan yang disediakan. 2) Fasilitas Lain Selain ruangan, fasilitas lain yang diperlukan untuk penyelenggaraan bimbingan dan konseling antara lain: a) Dokumen program Bimbingan dan Konseling (buku program tahunan, buku program semesteran, buku kasus, dan buku harian). b) Instrumen pengumpul data dan kelengkapan administrasi seperti: (1) Alat pengumpul data berupa tes yaitu: tes inteligensi, tes bakat khusus, tes bakat Sekolah/Madrasah, tes/inventori kepribadian, tes/inventori minat, dan tes prestasi belajar. (2) Alat pengumpul data teknik non-tes yaitu: biodata konseli, pedoman wawancara, pedoman observasi (seperti pedoman observasi dalam kegiatan pembelajaran, pedoman observasi dalam bimbingan dan konseling kelompok), catatan anekdot, daftar cek, skala penilaian, angket (angket konseli dan orang tua), biografi dan autobiografi, sosiometri, AUM, ITP, format satuan pelayanan, format-format surat (panggilan, referal), format pelaksanaan pelayanan, dan format evaluasi. (3) Alat penyimpan data, khususnya dalam bentuk himpunan data. Alat penyimpan data itu dapat berbentuk kartu, buku pribadi, map dan file dalam komputer. Bentuk kartu ini dibuat sedemikian rupa dengan ukuran-ukuran serta warna tertentu, sehingga mudah untuk disimpan dalam filling cabinet. Untuk menyimpan berbagai keterangan, informasi atau pun data untuk masing-masing konseli, maka perlu disediakan map pribadi. Mengingat banyak sekali aspek- 30

27 aspek data konseli yang perlu dan harus dicatat, maka diperlukan adanya suatu alat yang dapat menghimpun data secara keseluruhan yaitu buku pribadi. (4) Kelengkapan penunjang teknis, seperti data informasi, paket bimbingan, alat bantu bimbingan perlengkapan administrasi, seperti alat tulis menulis, blanko surat, kartu konsultasi, kartu kasus, blanko konferensi kasus, dan agenda surat, buku-buku panduan, buku informasi tentang studi lanjutan atau kursus-kursus, modul bimbingan, atau buku materi pelayanan bimbingan, buku hasil wawancara, laporan kegiatan pelayanan, data kehadiran konseli, leger Bimbingan dan Konseling, buku realisasi kegiatan Bimbingan dan Konseling, bahan-bahan informasi pengembangan keterampilan pribadi, sosial, belajar maupun karir, dan buku/bahan informasi pengembangan keterampilan hidup, perangkat elektronik (seperti komputer, tape recorder, film, dan CD interaktif, CD pembelajaran, OHP, LCD, TV); filing kabinet/lemari data (tempat penyimpanan dokumentasi dan data konseli), dan papan informasi Bimbingan dan Konseling. Dalam kerangka pikir dan kerangka kerja Bimbingan dan Konseling terkini, para konselor Sekolah/Madrasah perlu terampil menggunakan perangkat komputer, perangkat komunikasi dan berbagai software untuk membantu mengumpulkan data, mengolah data, menampilkan data maupun memaknai data sehingga dapat diakses secara cepat dan secara interaktif. Perangkat tersebut memiliki peranan yang sangat strategis dalam pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah dewasa ini. Dalam konteks ini, para konselor dituntut untuk menguasai sewajarnya penggunaan beberapa perangkat lunak dan perangkat keras komputer. Banyak sekali perangkat lunak yang dapat dimanfaatkan oleh konselor dalam upaya memberikan pelayanan terbaik kepada para konseli. Selain itu dengan menggunakan perangkat lunak komputer, konselor dapat memberikan pelayanan Bimbingan dan konseling secara lebih efisien, dan dengan daya jangkau pelayanan yang lebih luas. Sebagai contoh perangkat lunak itu antara lain, program database konseli, perangkat ungkap masalah, analisis tugas dan tingkat perkembangan konseli, dan beberapa perangkat tes tertentu. Komputer yang disediakan di ruang Bimbingan dan Konseling hendaknya memiliki memori yang cukup besar karena akan menyimpan semua data konseli, 31

28 memiliki kelengkapan audio agar dapat dimanfaatkan setiap konseli untuk menggunakan berbagai CD interaktif informasi maupun pelatihan sesuai dengan kebutuhan dan masalah, serta kelengkapan akses internet agar dapat mengakses informasi penting yang diperlukan konseli maupun dimanfaatkan konseli untuk melakukan e-counseling. Salah satu perangkat lunak yang dapat dipergunakan untuk mendeteksi kebutuhan pelayanan bimbingan dan konseling adalah Inventori Tugas Perkembangan (ITP). Pengolahan data secara komputerisasi memungkinkan kebutuhan konseli terdeteksi secara rinci sehingga dapat diturunkan menjadi program umum sekolah, program untuk tingkatan kelas maupun program individual setiap konseli. Kondisi ini memungkinkan karena data setiap konseli, data konseli dalam kelompok kelas, data konseli sebagai bagian dari tingkatan kelas maupun data seluruh Sekolah/Madrasah dapat tertampilkan. Berbagai film dan CD interaktif sebagai bahan penunjang pengembangan keterampilan pribadi, sosial, belajar dan karir juga harus tersedia, sehingga para konseli tidak hanya memperoleh informasi melalui buku ataupun papan informasi. Media bimbingan merupakan pendukung optimalisasi pelayanan bimbingan dan konseling. k. Anggaran Rencana anggaran untuk mendukung implementasi program dinyatakan secara cermat, rasional, dan realistik. Perencanaan anggaran merupakan komponen penting dari manajemen bimbingan dan konseling. Perlu dirancang dengan cermat berapa anggaran yang diperlukan untuk mendukung implementasi program. Anggaran ini harus masuk ke dalam Anggaran dan Belanja Sekolah/Madrasah. Memilih strategi manajemen yang tepat dalam usaha mencapai tujuan program bimbingan dan konseling memerlukan analisa terhadap anggaran yang dimiliki. Strategi manajemen program yang dipilih harus disesuaikan dengan anggaran yang dimiliki. Strategi yang dipilih tanpa mempertimbangkan anggaran yang dimiliki mungkin hanya akan menjadi angan-angan yang mungkin sulit untuk sampai mencapai tujuan program. 32

29 Kebijakan lembaga yang kondusif perlu diupayakan. Kepala Sekolah/Madrasah harus memberikan dukungan yang serius dan sistematis terhadap penyelenggaraan program bimbingan dan konseling. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling harus diperlakukan sebagai kegiatan yang utuh dari seluruh program pendidikan. Komponen anggaran meliputi: 1) Anggaran untuk semua aktivitas yang tercantum pada program. 2) Anggaran untuk aktivitas pendukung (seperti untuk home visit, pembelian buku pendukung/sumber bacaan, mengikuti seminar/workshop atau kegiatan profesi dan organisasi profesi, pengembangan staf, penyelenggaraan MGP, pembelian alat/media untuk pelayanan bimbingan dan konseling). 3) Anggaran untuk pengembangan dan peningkatan kenyamanan ruang atau pelayanan bimbingan dan konseling (seperti pembenahan ruangan, pengadaan buku-buku untuk terapi pustaka, penyiapan perangkat konseling kelompok). Sumber biaya selain dari RABS (rencana anggaran belanja Sekolah/Madrasah), dengan dukungan kebijakan kepala Sekolah/Madrasah jika memungkinkan dapat mengakses dana dari sumber-sumber lain melalui kesepakatan lembaga dengan pihak lain, atau menggunakan sumber yang dialokasikan oleh komite Sekolah/Madrasah. Contoh Alternatif Penyusunan Anggaran: 33

30 No. Uraian kegiatan spesifikasi volum e Harga satuan Jumlah harga manfaat keteranga n 1 Assesment kebutuhan 2 Menyusun program bimbingan dan konseling 3 Konseling individual 4 Bimbingan kelompok 5 Bimbingan klasikal 6 Bimbingan kelas besar 1. Print out DCM 2. Print out angket 3. Print out skala depesi 4. Print out angket sosiometri 5. Pedoman observasi 6. Pedoman wawancara Rp.250 Rp.500 Rp.250 Rp.150 Rp.150 Rp.150 Rp Rp Rp Rp Rp Rp.600 Kertas 1 rim Rp Rp Air mineral 2. Makanan ringan 3. Tisu 1. Spidol 2. Kertas 1. Spidol 2. Tinta spidol 3. Kertas 1. Uang lelah 2. Microphone 3. Soundsystem 3 dus 5 kg lembar rim 2 2 Rp Rp Rp Rp Rp.200 Rp Rp Rp Rp Fasilitas Rp Rp Rp Rp Rp.4000 Rp Rp Rp Rp Dalam rangka melaksanakan need assesment Penyusunan program BK berjalan dengan lancar Pelaksanaan konseling individual berjalan lancar Untuk menunjang pelaksanaan bimbingan kelompok Untuk menunjang pelaksanaan bimbingan klasikal Untuk menunjang pelaksanaan bimbingan besar 34

31 4. LCD 5. Laptop 6. Doorprize sekolah Fasilitas sekolah Fasilitas sekolah Rp Fasilitas sekolah Rp Pengemban gan media BK 1. Leaflet 2. Papan bimbingan 3. Poster (pener bitan) 5 Rp.4000 Rp Rp Rp Rp Rp Untuk menunjang pelaksanaan pengembangan media BK 8 Konsultasi 1. Air mineral 2. Makanan ringan 1 dus 2 kg Rp Rp Rp Rp Untuk menunjang pelaksanaan konsultasi 9 Home visit Biaya akomodasi Rp Rp Untuk menunjang pelaksanaan kunjungan rumah 10 Melaksanak an administrasi dan mekanisme BK 1. Kertas 2. Tinta printer 3. Bulpoint 4. Buku besar 5. Map 6. Bindex 7. Komputer 8. Printer 8 rim Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Untuk menunjang pelaksanaan administrasi BK 35

32 2 2 Fasilitas sekolah Fasilitas sekolah Fasilitas sekolah Fasilitas sekolah 11 MGBK Transportasi 12 kali Rp Rp PTBK Akomodasi 1 Rp Rp Seminar/ Workshop BK TOTAL Transportasi 3 Rp Rp Rp Untuk menunjang pelaksanaan pengembangan profesi Untuk menunjang pelaksanaan pengembangan profesi Untuk menunjang pelaksanaan pengembangan profesi 36

33 2. Pelaksanaan Program BK Komprehensif Strategi pelaksanaan program untuk masing-masing komponen pelayanan dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Pelayanan Dasar 1) Bimbingan Kelas Program yang dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan para peserta didik di kelas. Secara terjadwal, konselor memberikan pelayanan bimbingan kepada para peserta didik. Kegiatan bimbingan kelas ini bisa berupa diskusi kelas atau brain storming (curah pendapat). 2) Pelayanan Orientasi Pelayanan ini merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan peserta didik dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, terutama lingkungan Sekolah/Madrasah, untuk mempermudah atau memperlancar berperannya mereka di lingkungan baru tersebut. Pelayanan orientasi ini biasanya dilaksanakan pada awal program pelajaran baru. Materi pelayanan orientasi di Sekolah/Madrasah biasanya mencakup organisasi Sekolah/Madrasah, staf dan guru-guru, kurikulum, program bimbingan dan konseling, program ekstrakurikuler, fasilitas atau sarana prasarana, dan tata tertib Sekolah/Madrasah. 3) Pelayanan Informasi Yaitu pemberian informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi peserta didik melalui komunikasi langsung, maupun tidak langsung (melalui media cetak maupun elektronik, seperti: buku, brosur, leaflet, majalah, dan internet). 4) Bimbingan Kelompok Konselor memberikan pelayanan bimbingan kepada peserta didik melalui kelompok-kelompok kecil (5 s.d. 10 orang). Bimbingan ini ditujukan untuk merespon kebutuhan dan minat para peserta didik. Topik yang didiskusikan dalam bimbingan kelompok ini, adalah masalah yang bersifat umum (common problem) dan tidak rahasia, seperti: cara-cara belajar yang efektif, kiat-kiat menghadapi ujian, dan mengelola stress. 5) Pelayanan Pengumpulan Data (Aplikasi Instrumentasi) 37

34 Merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang pribadi peserta didik, dan lingkungan peserta didik. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrumen, baik tes maupun non-tes. b. Pelayanan Responsif 1) Konseling Individual dan Kelompok Pemberian pelayanan konseling ini ditujukan untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan, mengalami hambatan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Melalui konseling, peserta didik (konseli) dibantu untuk mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, penemuan alternatif pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan secara lebih tepat. Konseling ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. 2) Referal (Rujukan atau Alih Tangan) Apabila konselor merasa kurang memiliki kemampuan untuk menangani masalah konseli, maka sebaiknya dia mereferal atau mengalihtangankan konseli kepada pihak lain yang lebih berwenang, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan kepolisian. Konseli yang sebaiknya direferal adalah mereka yang memiliki masalah, seperti depresi, tindak kejahatan (kriminalitas), kecanduan narkoba, dan penyakit kronis. 3) Kolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas Konselor berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang peserta didik (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya), membantu memecahkan masalah peserta didik, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran. Aspek-aspek itu di antaranya: (a) menciptakan iklim sosio-emosional kelas yang kondusif bagi belajar peserta didik; (b) memahami karakteristik peserta didik yang unik dan beragam; (c) menandai peserta didik yang diduga bermasalah; (d) membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar melalui program remedial teaching; (e) mereferal (mengalihtangankan) peserta didik yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing; (f) memberikan informasi yang up to date tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang kerja yang diminati peserta didik; (g) 38

35 memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan, sehingga dapat memberikan informasi yang luas kepada peserta didik tentang dunia kerja (tuntutan keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan kerja, dan prospek kerja); (h) menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional, sosial, maupun moral-spiritual (hal ini penting, karena guru merupakan figur central bagi peserta didik); dan (i) memberikan informasi tentang cara-cara mempelajari mata pelajaran yang diberikannya secara efektif. 4) Kolaborasi dengan Orang tua Konselor perlu melakukan kerjasama dengan para orang tua peserta didik. Kerjasama ini penting agar proses bimbingan terhadap peserta didik tidak hanya berlangsung di Sekolah/Madrasah, tetapi juga oleh orang tua di rumah. Melalui kerjasama ini memungkinkan terjadinya saling memberikan informasi, pengertian, dan tukar pikiran antar konselor dan orang tua dalam upaya mengembangkan potensi peserta didik atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi peserta didik. Untuk melakukan kerjasama dengan orang tua ini, dapat dilakukan beberapa upaya, seperti: (a) kepala Sekolah/Madrasah atau komite Sekolah/Madrasah mengundang para orang tua untuk datang ke Sekolah/Madrasah (minimal satu semester satu kali), yang pelaksanaannya dapat bersamaan dengan pembagian rapor, (b) Sekolah/Madrasah memberikan informasi kepada orang tua (melalui surat) tentang kemajuan belajar atau masalah peserta didik, dan (c) orang tua diminta untuk melaporkan keadaan anaknya di rumah ke Sekolah/Madrasah, terutama menyangkut kegiatan belajar dan perilaku sehari-harinya. 5) Kolaborasi dengan Pihak-pihak Terkait di Luar Sekolah/Madrasah Yaitu berkaitan dengan upaya Sekolah/Madrasah untuk menjalin kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu pelayanan bimbingan. Jalinan kerjasama ini seperti dengan pihak-pihak (a) instansi pemerintah, (b) instansi swasta, (c) organisasi profesi, seperti ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia), (d) para ahli dalam bidang tertentu yang terkait, seperti psikolog, psikiater, dan dokter, (e) MGP (Musyawarah Guru Pembimbing), dan (f) Depnaker (dalam rangka analisis bursa kerja/lapangan pekerjaan). 39

I. PENDAHULUAN. daya insani bermutu, seperti yang tercantum dalam UU RI No. 20 tahun tentang Sistem Pendidikan Nasional yakni:

I. PENDAHULUAN. daya insani bermutu, seperti yang tercantum dalam UU RI No. 20 tahun tentang Sistem Pendidikan Nasional yakni: 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia dewasa ini mengemban tugas menghasilkan sumber daya insani bermutu, seperti yang tercantum dalam UU RI No. 20 tahun

Lebih terperinci

RAMBU-RAMBU PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM JALUR PENDIDIKAN FORMAL BAHAN SOSIALISASI UNTUK GURU BK DEDI HERDIANA HAFID

RAMBU-RAMBU PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM JALUR PENDIDIKAN FORMAL BAHAN SOSIALISASI UNTUK GURU BK DEDI HERDIANA HAFID RAMBU-RAMBU PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM JALUR PENDIDIKAN FORMAL BAHAN SOSIALISASI UNTUK GURU BK DEDI HERDIANA HAFID KONTEKS TUGAS DAN EKSPEKTASI KINERJA KONSELOR A. Penegasan Konteks

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BIMBINGAN DAN KONSELING BAB VI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BIMBINGAN DAN KONSELING BAB VI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BIMBINGAN DAN KONSELING BAB VI PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING M. Ramli Nur Hidayah Ella Faridati Zen Elia Flurentin Blasius

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR A. Alasan Praktik B. Tujuan Praktik

BAB I PENGANTAR A. Alasan Praktik B. Tujuan Praktik BAB I PENGANTAR A. Alasan Praktik Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Bimbingan dan Konseling di sekolah merupakan salah satu kegiatan latihan yang bersifat intrakurikuler. Kegiatan ini diselenggarakan dalam

Lebih terperinci

I. ANALISIS KEBUTUHAN A. RASIONAL Dasar pertimbangan atau pemikiran tentang penerapan program Bimbingan dan Konseling di sekolah bukan hanya terletak

I. ANALISIS KEBUTUHAN A. RASIONAL Dasar pertimbangan atau pemikiran tentang penerapan program Bimbingan dan Konseling di sekolah bukan hanya terletak I. ANALISIS KEBUTUHAN A. RASIONAL Dasar pertimbangan atau pemikiran tentang penerapan program Bimbingan dan Konseling di sekolah bukan hanya terletak pada atau tidaknya landasan hukum (perundang-undangan).

Lebih terperinci

Pendekatan dan Teknik Bimbingan dan Konseling. Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd

Pendekatan dan Teknik Bimbingan dan Konseling. Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd Pendekatan dan Teknik Bimbingan dan Konseling Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd Bimbingan Klasikal Bimbingan Kelompok Berkolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran Berkolaborasi dengan Wali Kelas Berkolaborasi dengan

Lebih terperinci

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB. ASSALAMU ALAIKUM WR.WB. PENDIDIKAN BERMUTU efektif atau ideal harus mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergis, yaitu (1) bidang administratif dan kepemimpinan, (2) bidang instruksional

Lebih terperinci

LAYANAN KONSELING DI SEKOLAH (KONSEP & PRAKTIK)

LAYANAN KONSELING DI SEKOLAH (KONSEP & PRAKTIK) LAYANAN KONSELING DI SEKOLAH (KONSEP & PRAKTIK) Pelayanan Pendidikan di Sekolah Administratif / Manajemen Pembelajaran Perkembangan individu yang optimal dan mandiri Konseling (Naskah Akademik ABKIN, 2007)

Lebih terperinci

TUGAS PERKEMBANGAN SISWA VISI DAN MISI BIMBINGAN KONSELING

TUGAS PERKEMBANGAN SISWA VISI DAN MISI BIMBINGAN KONSELING TUGAS PERKEMBANGAN SISWA 1. Mencapai kematangan dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Mencapai kematangan pertumbuhan jasmani dan rohani yang sehat 3. Mencapai kematangan dalam hubungan

Lebih terperinci

OLEH : H. Dedi Herdiana Hafid

OLEH : H. Dedi Herdiana Hafid PARADIGMA DAN MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING (BAHASAN BEBERAPA KOMPONEN) OLEH : H. Dedi Herdiana Hafid MAKNA PENGEMBANGAN DIRI Dalam KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran ) diungkapkan bahwa Pengembangan

Lebih terperinci

PEDOMAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 2016

PEDOMAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 2016 PEDOMAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 2016 i P e d o m a n B i m b i n g a n d a n K o n s e l i n g ii

Lebih terperinci

Paket Pelatihan untuk Guru BK SMA/SMK se-kabupaten Sleman. Pengembangan Bahan dan Media Bimbingan dan Konseling berbasis Kebutuhan

Paket Pelatihan untuk Guru BK SMA/SMK se-kabupaten Sleman. Pengembangan Bahan dan Media Bimbingan dan Konseling berbasis Kebutuhan Paket Pelatihan untuk Guru BK SMA/SMK se-kabupaten Sleman Pengembangan Bahan dan Media Bimbingan dan Konseling berbasis Kebutuhan Pertanyaan yang harus dijawab? Apa sih yang diharapkan Siswa kepada

Lebih terperinci

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran Pendidikan bertanggungjawab mengembangkan kepribadian siswa sebagai upaya menghasilkan

Lebih terperinci

Oleh : Sugiyatno, M.Pd

Oleh : Sugiyatno, M.Pd Oleh : Sugiyatno, M.Pd Dosen PPB/BK- FIP- UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA sugiyatno@uny.ac.id Sugiyatno. MPd Jln. Kaliurang 17 Ds. Balong, Pakembinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta Hp. 08156009227 Beriman

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING

INSTRUMEN PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING INSTRUMEN PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING Pengantar : Di bawah ini terdapat pernyataan - pernyataan yang berhubungan dengan penyelengaraan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Anda diminta untuk

Lebih terperinci

Pengembangan Bahan dan Media Bimbingan dan Konseling berbasis Kebutuhan

Pengembangan Bahan dan Media Bimbingan dan Konseling berbasis Kebutuhan Paket Pelatihan untuk Guru BK SMA/SMK se Kabupaten Sleman Pengembangan Bahan dan Media Bimbingan dan Konseling berbasis Kebutuhan berbasis Kebutuhan 1 berbasis Kebutuhan 2 Pertanyaan yang harus dijawab?

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DAN PERSIAPAN PEMINATAN DIREKTORAT P2TK DIKDAS 2014

PENGELOLAAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DAN PERSIAPAN PEMINATAN DIREKTORAT P2TK DIKDAS 2014 PENGELOLAAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DAN PERSIAPAN PEMINATAN DIREKTORAT P2TK DIKDAS 2014 PENGELOLAAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DAN PERSIAPAN PEMINATAN 3.JB (135Menit) 10 Menit PENDAHULUAN Petunjuk

Lebih terperinci

VIII. RUBRIK PENILAIAN KINERJA GURU BK/KONSELOR

VIII. RUBRIK PENILAIAN KINERJA GURU BK/KONSELOR VIII. RUBRIK PENILAIAN KINERJA GURU BK/KONSELOR PETUNJUK 1. Kumpulkan dokumen perangkat pelayanan BK dari guru BK/Konselor sebelum pengamatan pembelajaran, cacatan hasil pengamatan selama dan sesudah pelayanan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. teknologi, tetapi juga harus didukung oleh peningkatan profesionalitas dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. teknologi, tetapi juga harus didukung oleh peningkatan profesionalitas dan 15 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Paradigma Bimbingan dan Konseling Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu

Lebih terperinci

Program BK Komprehensif. Instrumen Bimbingan dan Konseling. 07/04/2009. Mata Kuliah Instrumen dan Media BK 1

Program BK Komprehensif. Instrumen Bimbingan dan Konseling. 07/04/2009. Mata Kuliah Instrumen dan Media BK 1 Instrumen dalam Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif Agus Triyanto Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2009 Instrumen Bimbingan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN

PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN FORMAL RAMBU-RAMBU PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM JALUR PENDIDIKAN FORMAL DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN

Lebih terperinci

PROGRAM BIMBINGAN DAN KELAS XI SMA NEGERI 1 KALASAN TAHUN AJARAN 2015/2016

PROGRAM BIMBINGAN DAN KELAS XI SMA NEGERI 1 KALASAN TAHUN AJARAN 2015/2016 ALTERNATIF CONTOH PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KELAS XI SMA NEGERI 1 KALASAN TAHUN AJARAN 2015/2016 Oleh: Moh. Khoerul Anwar, S.Pd Puteri Rahmawati Cahyani, S.Pd Abdul Hadi, S.Pd Pungky Ramadika A.,

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL (UKA) GURU BIMBINGAN DAN KONSELING TAHUN 2015

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL (UKA) GURU BIMBINGAN DAN KONSELING TAHUN 2015 KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL (UKA) GURU BIMBINGAN DAN KONSELING TAHUN 2015 Standar Inti Pedagogik 1. Menguasai teori dan praksis pendidikan 1.1 Menguasai ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya

Lebih terperinci

KONSEP DAN STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING. A. Konsep Layanan Bimbingan dan Konseling

KONSEP DAN STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING. A. Konsep Layanan Bimbingan dan Konseling KONSEP DAN STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING A. Konsep Layanan Bimbingan dan Konseling Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor adalah guru yag mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak

Lebih terperinci

DUKUNGAN SISTEM PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH KECAMATAN SEKAMPUNG

DUKUNGAN SISTEM PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH KECAMATAN SEKAMPUNG 0 DUKUNGAN SISTEM PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH KECAMATAN SEKAMPUNG By Wita Febritus (wita_febritus@yahoo.com) 1 Syarifuddin Dahlan. 2 Muswardi Rosra. 3 ABSTRACT The purpose

Lebih terperinci

BAB II PELAKSANAAN A. PERSIAPAN. a. Observasi Proses Layanan Bimbingan Klasikal. a. Cara membuka pemberian layanan klasikal. 1. Cara penyajian materi

BAB II PELAKSANAAN A. PERSIAPAN. a. Observasi Proses Layanan Bimbingan Klasikal. a. Cara membuka pemberian layanan klasikal. 1. Cara penyajian materi BAB II PELAKSANAAN A. PERSIAPAN a. Observasi Proses Layanan Bimbingan Klasikal Observasi proses pemberian layanan bimbingan klasikal bertujuan untuk mengamati secara nyata kegiatan bimbingan klasikal yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. konseling berdasarkan analisis tugas perkembangan siswa kelas IV, V dan VI di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. konseling berdasarkan analisis tugas perkembangan siswa kelas IV, V dan VI di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan Tujuan akhir penelitian ini adalah merencanakan program bimbingan dan konseling berdasarkan analisis tugas perkembangan siswa

Lebih terperinci

ARAH PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM : Program Pendidikan Sarjana (S-1) BK Program Pendidikan Profesi Konselor (PPK)

ARAH PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM : Program Pendidikan Sarjana (S-1) BK Program Pendidikan Profesi Konselor (PPK) ARAH PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM : Program Pendidikan Sarjana (S-1) BK Program Pendidikan Profesi Konselor (PPK) PENGANTAR Perkembangan dunia di tanah air mendapat momentum yang amat menentukan, yaitu

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA GURU BK/KONSELOR

INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA GURU BK/KONSELOR INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA GURU BK/KONSELOR NO TUGAS UTAMA DAN INDIKATOR KINERJA GURU BK/KONSELOR HASIL ANALISIS KAJIAN ATAU KESIMPULAN DARI DATA/BUKTI-BUKTI/DOKUMEN DAN/ATAU CATATAN HASIL PENGAMATAN

Lebih terperinci

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd A. PENDAHULUAN Banyak pertanyaan dari mahasiswa tentang, bagaimana menjadi konselor professional? Apa yang harus disiapkan

Lebih terperinci

Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Kerangka Ilmu Pendidikan. Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd

Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Kerangka Ilmu Pendidikan. Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Kerangka Ilmu Pendidikan Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd Pendahuluan Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup peserta didik. Melalui pendidikan, peserta

Lebih terperinci

Kelompok Materi : Materi Pokok

Kelompok Materi : Materi Pokok Silabus Pelatihan Silabus Pelatihan Kelompok Materi : Materi Pokok 67 Materi Pelatihan Alokasi Waktu : 2.2. Perancangan Pembelajaran dan Penilaian 2.2. b. Psiko Edukatif : 2 JP (90 menit) No Kompetensi

Lebih terperinci

ISIAN PENILAIAN KINERJA GURU (PKG) BP/BK TAHUN 2014 (Diisi Oleh Kepala Sekolah)

ISIAN PENILAIAN KINERJA GURU (PKG) BP/BK TAHUN 2014 (Diisi Oleh Kepala Sekolah) ISIAN PENILAIAN KINERJA GURU (PKG) BP/BK TAHUN 2014 (Diisi Oleh Kepala Sekolah) Petunjuk Pengisian : 1. Setiap Pertanyaan hanya bisa diisi satu pilihan 2. Pilihan ditandai dengan Membubuhkan tanda centang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Pendidikan adalah suatu proses sadar tujuan, artinya bahwa kegiatan

Lebih terperinci

Sigit Sanyata

Sigit Sanyata #6 Sigit Sanyata sanyatasigit@uny.ac.id School guidance curriculum Individual student planning Responsive servise System support proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli penyiapan pengalaman terstruktur

Lebih terperinci

KOMPETENSI KONSELOR. Kompetensi Konselor Sub Kompetensi Konselor A. Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani

KOMPETENSI KONSELOR. Kompetensi Konselor Sub Kompetensi Konselor A. Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani KOMPETENSI KONSELOR Kompetensi Konselor Sub Kompetensi Konselor A. Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani 1. Menghargai dan menjunjung tinggi 1.1. Mengaplikasikan pandangan positif nilai-nilai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Lampiran 1: Kisi-Kisi Instrumen Pedoman Wawancara

Lampiran 1: Kisi-Kisi Instrumen Pedoman Wawancara L A M P I R A N Lampiran 1: Kisi-Kisi Instrumen Pedoman Wawancara Berikut ini kisi-kisi instrumen pedoman wawancara tentang Kompetensi Konselor Guru BK, yang diajukan kepada 3 ( tiga ) guru BK di SMA Kristen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus diupayakan melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. terus diupayakan melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan media dalam membangun kecerdasan dan kepribadian anak atau peserta didik menjadi manusia yang lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan secara terus

Lebih terperinci

KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING

KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING KAJIAN BIMBINGAN DAN KONSELING Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling Dosen pengampu Arie Rakhmat Riyadi, M.Pd. Oleh : Aulia Nur Farhah 1607921 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Berdasarkan : Permendikbud no. 22/2016 Tentang Standar Proses endidikan Dasar &

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET A, PROGRAM PAKET B, DAN PROGRAM PAKET C DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BIMBINGAN BELAJAR BAGI MAHASISWA

BIMBINGAN BELAJAR BAGI MAHASISWA BIMBINGAN BELAJAR BAGI MAHASISWA Dra. Gantina Komalasari, M.Psi Email : gantina_komalasari@yahoo.com Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta I. Pendahaluan Meskipun

Lebih terperinci

Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta

Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta 1. BK Komprehensif muncul berdasar evaluasi thp sistem sebelumnya 2. Sistem yang lama berorientasi tradisional/konselor 3. Sistim yang lama

Lebih terperinci

LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH I. Struktur Pelayanan Bimbingan dan Konseling Pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah/madrasah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU TAHUN 2012 BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU TAHUN 2012 BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU TAHUN 2012 BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPETENSI SUB KOMPETENSI INDIKATOR KOMPETENSI PEDAGOGIK 1. Menguasai teori 1.1 Menguasai ilmu pendidikan 1.1.1. Menguraikan

Lebih terperinci

Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta

Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta 1. BK Komprehensif muncul berdasar evaluasi thp sistim sebelumnya 2. Sistem yang lama berorientasi tradisional/konselor 3. Sistim yang lama

Lebih terperinci

Paket Pelatihan untuk Guru BK SMA/SMK se-kabupaten Sleman. Analisis Kebutuhan Permasalahan Siswa dengan Daftar Cek Masalah

Paket Pelatihan untuk Guru BK SMA/SMK se-kabupaten Sleman. Analisis Kebutuhan Permasalahan Siswa dengan Daftar Cek Masalah Paket Pelatihan untuk Guru BK SMA/SMK se-kabupaten Sleman Analisis Kebutuhan Permasalahan Siswa dengan Daftar Cek Masalah Pertanyaan yang harus dijawab? Apa sih yang diharapkan Siswa kepada Guru Bimbingan

Lebih terperinci

Pemanfaatan / Pengembangan Media dan Teknologi dalam Bimbingan dan Konseling. Oleh : Agus Triyanto, M.Pd.

Pemanfaatan / Pengembangan Media dan Teknologi dalam Bimbingan dan Konseling. Oleh : Agus Triyanto, M.Pd. Pemanfaatan / Pengembangan Media dan Teknologi dalam Bimbingan dan Konseling Oleh : Agus Triyanto, M.Pd. Evaluasi Diri Konselor Sekolah Apakah Anda sudah merasa Profesional? Pertanyaan yang harus dijawab?

Lebih terperinci

ANGKET ANALISIS KEBUTUHAN SISWA

ANGKET ANALISIS KEBUTUHAN SISWA ANGKET ANALISIS KEBUTUHAN SISWA NAMA :... KELAS :... PETUNJUK : Bacalah setiap pertanyaan dan pernyataan di bawah ini dengan cermat. Bubuhkan tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan pilihan anda.

Lebih terperinci

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 95 Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 1 P E N D A H U L U A N

BAB 1 P E N D A H U L U A N BAB 1 P E N D A H U L U A N Program Bimbingan Konseling merupakan acuan dasar untuk pelaksanaan kegiatan satuan layanan bimbingan konseling. Perencanaan ini dibuat bersama oleh personil sekolah yang terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1 P P L U N Y

BAB I PENDAHULUAN 1 P P L U N Y BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) Bimbingan dan Konseling di Sekolah merupakan salah satu kegiatan latihan yang bersifat

Lebih terperinci

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2014 TENTANG BIMBINGAN DAN KONSELING PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS DATA

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS DATA BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS DATA A. PERSIAPAN Sebelum melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), mahasiswa melakukan observasi yang terlaksana pada tanggal 4 dan 21 Februari 2015. Dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di seluruh Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) kota Cimahi pada tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

KONTEKS TUGAS DAN EKSPEKTASI KINERJA KONSELOR

KONTEKS TUGAS DAN EKSPEKTASI KINERJA KONSELOR RAMBU-RAMBU PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM JALUR PENDIDIKAN FORMAL DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2008 KONTEKS TUGAS

Lebih terperinci

Aplikasi Daftar Cek Masalah untuk Layanan Bimbingan dan Konseling

Aplikasi Daftar Cek Masalah untuk Layanan Bimbingan dan Konseling Paket Pelatihan untuk Guru BK/Konselor Madrasah Aliyah se-diy Aula AVA MAN Yogyakarta III, Rabu 21 September 2011 Aplikasi Daftar Cek Masalah untuk Layanan Bimbingan dan Konseling 1 2 3 PETA KOGNITIF PROGRAM

Lebih terperinci

PEDOMAN BIMBINGAN DAN KONSELING

PEDOMAN BIMBINGAN DAN KONSELING SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2014 TENTANG BIMBINGAN DAN KONSELINGPADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH. PEDOMAN BIMBINGAN DAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH Draft 4 GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a.

Lebih terperinci

KISI KISI UKG 2015 GURU BK/KONSELOR

KISI KISI UKG 2015 GURU BK/KONSELOR KISI KISI UKG 2015 GURU BK/KONSELOR No 1. Pedagogik 1 Menguasai teori dan praksis pendidikan 1.1 Menguasai ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya 1.1.1 Guru BK atau konselor dapat mengaplikasikan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Praktik Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling

BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Praktik Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Praktik Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) Bimbingan dan Konseling di Sekolah merupakan salah satu kegiatan latihan yang bersifat

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL TAHUN 2012 BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL TAHUN 2012 BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL TAHUN 2012 BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPETENSI SUB KOMPETENSI INDIKATOR KOMPETENSI PEDAGOGIK 1. Menguasai teori 1.1 Menguasai ilmu pendidikan dan praksis

Lebih terperinci

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k FOKUS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Dr. Suherman, M.Pd. Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah

Lebih terperinci

LAMPIRAN 2 INSTRUMEN PK GURU BIMBINGAN DAN KONSELING/KONSELOR

LAMPIRAN 2 INSTRUMEN PK GURU BIMBINGAN DAN KONSELING/KONSELOR LAMPIRAN INSTRUMEN PK GURU BIMBINGAN DAN KONSELING/KONSELOR 90 Lampiran B LAPORAN DAN EVALUASI PENILAIAN KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING/KONSELOR Nama Guru NIP/Nomor Seri Karpeg Pangkat /Golongan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar Pengertian Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar Pengertian Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar 2.1.1 Pengertian Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar Bimbingan dan Konseling di sekolah dasar adalah suatu bentuk penerapan Bimbingan

Lebih terperinci

PENULISAN KARYA ILMIAH BIDANG BIMBINGAN

PENULISAN KARYA ILMIAH BIDANG BIMBINGAN PENULISAN KARYA ILMIAH BIDANG BIMBINGAN untuk ANGKA KREDIT PENGEMBANGAN PROFESI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING (BK) Oleh SETIAWATI Universitas Pendidikan Indonesia Disajikan dalam Diklat Profesi Guru BK

Lebih terperinci

DEFINSI MODEL PERANGKAT ASUMSI, PROPORSI, ATAU PRINSIP YANG TERVERIFIKASI SECARA

DEFINSI MODEL PERANGKAT ASUMSI, PROPORSI, ATAU PRINSIP YANG TERVERIFIKASI SECARA DEFINSI MODEL PERANGKAT ASUMSI, PROPORSI, ATAU PRINSIP YANG TERVERIFIKASI SECARA EMPIRIK, DIORGANISASIKAN KEDALAM SEBUAH STRUKTUR (KERJA) UNTUK MENJELASKAN, MEMPREDIKASI DAN MENGENDALIKAN PERILAKU ATAU

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BIMBINGAN KONSELING (BK)

KISI-KISI UJI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BIMBINGAN KONSELING (BK) KISI-KISI UJI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BIMBINGAN KONSELING (BK) KONSORSIUM SERTIFIKASI GURU (KSG) KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2010 0 KISI-KISI SOAL UJI

Lebih terperinci

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA DI SUSUN OLEH : SURANTO HARIYO H RIAN DWI S YUNITA SETIA U YUYUN DESMITA S FITRA VIDIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 PANDUAN PENYUSUNAN KTSP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA. a) Bimbingan dan konseling yang tidak memiliki jam pelajaran di sekolah. dengan peserta didik yang diasuhnya.

BAB V ANALISIS DATA. a) Bimbingan dan konseling yang tidak memiliki jam pelajaran di sekolah. dengan peserta didik yang diasuhnya. BAB V ANALISIS DATA 1. SMPN 1 Sumberrejo a) Bimbingan dan konseling yang tidak memiliki jam pelajaran di sekolah Bagi konselor, jam pelajaran bagi bimbingan dan konseling mempunyai makna yang sangat penting,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia. 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Layanan Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia. Dari manusia artinya pelayanan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V ini dipaparkan hal-hal yang berkenaan dengan simpulan dan rekomendasi penelitian. Simpulan penelitian dikemukakan secara sistematis sesuai dengan pertanyaan penelitian,

Lebih terperinci

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB II KONDISI OBJEKTIF LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 1 MENES

BAB II KONDISI OBJEKTIF LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 1 MENES BAB II KONDISI OBJEKTIF LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 1 MENES A. Profil SMP Negeri 1 Menes 1. Letak Geografis dan Demografis SMPN 1 Menes SMP Negeri 1 Menes berdiri sejak 30 Agustus 1961,

Lebih terperinci

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA (Studi Situs SMK 1 Blora) TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SMP NEGERI 1 CIKANDE

BAB II GAMBARAN UMUM SMP NEGERI 1 CIKANDE BAB II GAMBARAN UMUM SMP NEGERI 1 CIKANDE A. Profil SMP Negeri 1 Cikande 1. Sejarah Singkat SMP Negeri 1 Cikande SMP Negeri 1 Cikande berdiri sejak tahun 1967, merupakan pengembangan sekolah baru dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1 P P L U N Y

BAB I PENDAHULUAN 1 P P L U N Y BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) Bimbingan dan Konseling di Sekolah merupakan salah satu kegiatan latihan yang bersifat

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF

KONSEP DASAR PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF KONSEP DASAR PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF 1. Pengertian Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif Bimbingan dan Konseling merupakan serangkaian kegiatan atau aktivitas yang dirancang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG A. Analisis Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 3 Warungasem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya mampu menciptakan individu yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya mampu menciptakan individu yang berkualitas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya mampu menciptakan individu yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas ke depan untuk mencapai suatu cita-cita yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran guru sangat strategis pada kegiatan pendidikan formal, non formal maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara pendidik dengan

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN PANDUAN BIMBINGAN DAN KONSELING

PEDOMAN DAN PANDUAN BIMBINGAN DAN KONSELING PEDOMAN DAN PANDUAN BIMBINGAN DAN KONSELING Muh Farozin Dosen Prodi BK UNY 08122707448 farozin2311@yahoo.com Disampaikan Rakornas & Sosialisasi Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling

Lebih terperinci

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Latar Belakang Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 mengamanatkan; Setiap satuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang diberlakukannya kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang diberlakukannya kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menjelang diberlakukannya kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolah memberikan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Simpulan Agustinus Tanggu Daga, 2014

BAB V PENUTUP A. Simpulan Agustinus Tanggu Daga, 2014 BAB V PENUTUP Bagian ini mengemukakan dua pokok pembahasan yaitu simpulan hasil penelitian, dan saran kepada pihak-pihak terkait. A. Simpulan Mengacu pada hasil evaluasi kurikulum mata kuliah Pendidikan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 957, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Tingkat Satuan Pendidikan. Dasar. Menengah. Kurikulum. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN

Lebih terperinci

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam hidupnya didunia ini. Pendidikan sangat berperan dalam upaya menjamin kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Observasi lingkungan sekolah merupakan langkah awal dalam pelaksanaan PPL, observasi dilaksanakan pada Februari-Juli 2015. Kegiatan observasi lingkungan sekolah dimaksudkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang diharapkan, harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga komputer yang kini sudah mencapai generasi ke-lima (Ivan, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. juga komputer yang kini sudah mencapai generasi ke-lima (Ivan, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini menunjukkan banyak teknologi yang mempermudah aktivitas manusia. Sebagai contoh, telepon, mesin fax, internet, juga komputer yang kini

Lebih terperinci

RESUME PRESENTASI KULIAH BIMBINGAN DAN KONSELING. #1: Keterkaitan, Keunikan, Tugas Guru dan Konselor

RESUME PRESENTASI KULIAH BIMBINGAN DAN KONSELING. #1: Keterkaitan, Keunikan, Tugas Guru dan Konselor Nama : Nella Andriyani NIM : 1002423 Kelas : Biologi B 2010 RESUME PRESENTASI KULIAH BIMBINGAN DAN KONSELING #1: Keterkaitan, Keunikan, Tugas Guru dan Konselor Tugas-tugas pendidik untuk mengembangkan

Lebih terperinci