BAB II PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI SURAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI SURAKARTA"

Transkripsi

1 BAB II PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI SURAKARTA A. Pendidikan di Surakarta Pada Masa Hindia Belanda Politik Etis awalnya dipelopori oleh C. Th. Van Deventer melalui artikelnya yang berjudul Een Eereschuld atau hutang kehormatan, di dalam majalah berkala de Gids. Ia mengatakan bahwa negeri Belanda telah berhutang kepada penduduk pribumi terhadap kekayaan yang telah diperas dari negeri mereka. Hutang ini sebaiknya dibayarkan kembali dengan jalan memberi prioritas utama kepada kepentingan pribumi di dalam kebijakan kolonial. 1 Politik Etis diberlakukan di Indonesia pada tahun 1901 yang diterapkan pertama kali di Batavia, seiring berjalannya waktu mulai dilaksanakan di kotakota lainnya seperti Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta dan Surakarta. Sama seperti di tempat-tempat lain, politik hutang budi ingin memajukan bangsa Indonesia melalui edukasi, irigasi, emigrasi yang lebih menekankan pada bidang edukasi atau pendidikan. Kemajuan bidang pendidikan ditempuh melalui sistem pendidikan Barat di Indonesia, yang pada awalnya untuk anak-anak Belanda, kemudian diperluas untuk anak-anak Indonesia. Pendidikan mulai menunjukkan peran yang semakin aktif dalam menentukan arah perkembangan politik. Sejak dijalankannya politik etis tampak 1 M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, (Jogjakarta: UGM Press, 1995, halaman

2 17 kemajuan yang pesat dibidang pendidikan dalam beberapa dekade dibandingkan dengan yang terjadi selama beberapa abad pengaruh Kolonial sebelumnya. Jumlah sekolah rendah mulai meningkat pesat, sekolah-sekolah berorientasi ke Barat diciptakan baik untuk orang Cina maupun orang Indonesia. Pada periode ini sistem pendidikan mencapai kelengkapan dibandingkan beberapa abad terakhir. 2 Pelaksanaan politik etis di Surakarta membawa kemajuan dibidang pendidikan dengan didirikannya beberapa sekolah, meskipun hanya sebagian anak yang merasakan pendidikan. Pada awalnya hanya ada sekolah milik pemerintah Kolonial Belanda yang diperuntukkan untuk anak-anak Belanda, tapi kemudian mulai muncul sekolah-sekolah milik swasta, dan juga sekolah-sekolah milik Keraton Kasunanan dan Mangkunegaran. Pendidirian sekolah-sekolah di Surakarta dapat dikelompokkan sebagai berikut. a. Sekolah-sekolah netral berbahasa Belanda Sekolah-sekolah netral berbahasa Belanda diperuntukkan bagi anak-anak Eropa. Sekolah ini memiliki fasilitas yang jauh lebih baik dibandingkan fasilitas sekolah-sekolah untuk pribumi. Sekolah ini juga memiliki mutu pendidikan yang luas serta memberikan mata pelajaran yang lengkap serta memiliki fasilitas yang memadai untuk melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik, guru-guru di sekolah ini juga merupakan guru-guru terbaik dari Eropa. 2 S. Nasution, Sejarah Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), halaman 18

3 18 Untuk masuk sekolah ini harus menguasai bahasa Belanda karena merupakan salah satu syarat dan menjadi bahasa pengantar dalam proses belajar mengajar. Untuk masuk sekolah ini juga harus membutuhkan biaya yang besar, sehingga hanya golongan kaya saja yang bisa menyekolahkan anaknya di sekolah ini yang mempunyai fasilitas, mata pelajaran, dan guru-guru yang terbaik, sehingga biaya yang dikeluarkan tidak sedikit. Jumlah sekolah netral berbahasa Belanda jumlahnya hanya sedikit, hanya ada tiga buah, yaitu H.I.S Jogeneschool di Mangkubumen, H.I.S Meisjesschool di Slompretan, dan Schakel-school di Mangkunegaran. 3 Namun dengan jumlah sekolah yang hanya berjumlah tiga buah telah mencukupi kebutuhan pendidikan kalangan Eropa. Bahkan presentase pemenuhan kebutuhan sekolah untuk kalangan Eropa atau yang dianggap sejajar lebih besar dibanding dengan murid pribumi yang dapat bersekolah. b. Sekolah-sekolah yang dikelola oleh Missie Sekolah-sekolah missie mengajarkan tentang ajaran-ajaran Katolik. Meskipun memasukkan ajaran-ajaran Katolik dalam kurikulumnya, namun murid-muridnya diberi kebebasan untuk memilih mengikuti atau tidak ajaran agama Katolik, sehingga murid-muridnya tidak harus bergama Katolik. 3 Opgave van Openbare Onderwijsinrichtingen in hot gewest Soerakarta. (Arsip Mangkunegaran).

4 19 Ajaran-ajaran para missionaris sampai di Surakarta pada tahun 1921 dan mulai mendirikan sekolah-sekolah Katolik yang semakin berkembang. Hingga tahun 1930 jumlah sekolah yang dikelola Missie berjumlah 17 sekolah, yang meliputi satu sekolah Mulo, satu buah ELS, dua buah HIS, satu buah HIS untuk perempuan, sepuluh buah standartschool, satu buah HCS dan dua buah Meijesvervolkschool. Sekolah-sekolah tersebut tersebar di daerah Manahan, Banjarsari, Margoyudan, Gajahan dan Pasar Legi. 4 c. Sekolah-sekolah yang dikelola oleh Zending Zending adalah suatu badan gereja, sehingga sudah jelas bahwa sekolah-sekolah Zending menggunakan kurikulum gereja atau ajaranajaran Kristen. Pengurus dari sekolah-sekolah yang dikelola oleh Zending adalah seorang pendeta. Salah satu tujuan pendirian dan pendidikan sekolah ini yaitu untuk menyebarkan injil. Bahasa Belanda menjadi bahasa pokok di sekolah ini, karena bahasa Belanda digunakan sebagai bahasa sehari-hari dan menjadi bahsa pengantar dalam pelajaran. Pada awalnya pendirian sekolah ini mendapat larangan dari pemerintah karena adanya pendidikan agama Kristen dan tidak mengijinkan murid non-kristen untuk ikut serta dalam kegiatan agama. Pada akhirnya sekolah-sekolah yang dikelola Zending diperbolehkan dan mendapatkan subsidi serta kemudahan dari pemerintah Belanda. 4 Ibid.

5 20 Beberapa sekolah Zending didirikan di Surakarta dan mengalami perkembangan pesat, sekolah-sekolah itu antara lain di daerah Villapark (Banjarsari), Margoyudan, Jebres, Kerten, Sidokare, Gemblegan, Kawatan, Danukusuman, Gilingan dan Manahan. 5 d. Sekolah-sekolah negeri berbahasa daerah Sekolah-sekolah negeri berbahasa daerah menggunakan bahasa daerah sebagai pengantar dalam pelajaran, yang digunakan adalah bahawa Jawa. Pada umumnya lama pendidikan bagi anak-anak pribumi adalah lima tahun. 6 Sekolah-sekolah negeri berbahasa daerah di Surakarta berjumlah 22 buah, yang terdiri dari 13 sekolah Ongko Loro, dua sekolah Meijesschool (sekolah putri) dan tujuh sekolah-sekolah persiapan pendidikan guru bagi sekolah desa (Onderbouw Holland Inlander Kwekschool). Sekolah-sekolah ini terdapat di daerah Laweyan, Pasar Kliwon, Jebres, Serengan, Mangkunegaran dan Colomadu. 7 e. Sekolah-sekolah yang dikelola Muhammadiyah Perkembangan pendidikan di sekolah-sekolah negeri milik pemerintah kolonial Belanda mengalami kemajuan pesat yang menimbulkan kontra dari beberapa golongan yang tidak puas terhadap sekolah-sekolah milik pemerintah kolonial Belanda karena sekolah- 5 Ibid. 6 A. Susana Kurniasih, Pengaruh Politik Etis Terhadap Perkembangan Pendidikan di Surakarta, (Surakarta: Skripsi, 1993), halaman Opgave van Openbare Onderwijsinrichtingen in hot gewest Soerakarta., op.cit.

6 21 sekolah ini tidak memberikan pendidikan agama. Dengan dilandasi ketidakpuasan terhadap pendidikan di bawah pemerintahan kolonial Belanda, maka K.H. Ahmad Dahlan mendirikan gerakan Muhammadiyah pada tahun 1912 di Yogyakarta. Gerakan ini antara mendirikan sekolah-sekolah berdasarkan agama. 8 Tujuan pendirian sekolah ini adalah mengajarkan nilai-nilai agama dan berusaha menghambat intelektual yang bersifat materialistis dengan egois yang dinilai dihasilkan oleh pendidikan Barat. 9 Sekolah-sekolah Muhammadiyah pada awalnya hanya ada di Yogyakarta saja namun kemudian meluas hingga ke tempat-tempat lain. Di Surakarta ada sepuluh buah sekolah Muhammadiyah yang sebagian besar terdiri dari standartschool. Sekolah-sekolah Muhammadiyah ini terdepat di daerah Mangkunegaran, Kleco, Notokusuman, Kampung Sewu, Kauman, Serengan dan Pasar Legi. 10 f. Sekolah-sekolah yang dikelola oleh Budi Utomo Pada bidang pendidikan, Budi Utomo lebih mementingkan pendidikan tingkat tinggi bagi kaum priyayi, sedangkang untuk pendidikan tingkat dasar dan menengah untuk kaum pribumi kurang 8 M. Said, Pendidikan Abad Keduapuluh Dengan Latar Belakang Kebudyaan, (Jakarta: Mutiara, 1981), halaman Akira Nagazumi, Bangkitnya Nasionalisme Indonesia, Budi Utomo , (Jakarta: Pusat Grafitti Press, 1989), halaman Opgave van Openbare Onderwijsinrichtingen in hot gewest Soerakarta., op.cit.

7 22 begitu diperhatikan. Cabang Budi Utomo didirikan kira-kira akhir tahun 1908 yang anggotanya terdiri dari kalangan priyayi. 11 Sekolah-sekolah Budi Utomo juga memiliki kurikulum bahasa Belanda agar dapat bersaing dengan sekolah-sekolah milik pemerintah kolonial Belanda. Sekolah ini mendapatkan subsidi dari pemerintah yang kebanyakan siswa yang bersekolah berasal dari kalangan anak-anak pegawai rendahan yang masih berstatus priyayi. Sekolah-sekolah Budi Utomo di Surakarta ada empat yang merupakan sekolah standartschool yang ada di daerah Lemboengwetan, Colomadu, Timuran dan Tegalgondo. 12 g. Sekolah-sekolah yang dikelola oleh Kerajaan Perkembangan pendidikan di Kerajaan Kasunanan dan Mangkunegaran tidak terlepas dari pembaharuan diberbagai bidang yang terjadi pada abad awal ke-20. Semua kerajaan Vorstenlanden memerlukan pembaharuan dibidang pendidikan, angkutan umum, komunikasi dan administrasi, karena dianggap tertinggal dibandingkan daerah-daerah yang diperintah langsung oleh pemerintah Belanda. Dalam bidang pendidikan pemerintah memberikan wewenang bagi pihak kerajan Kasunanan dan Mangkunegaran untuk mengelola sendiri sekolah 11 Larson, George D, Masa Menjelang Revolusi Keraton dan Kehidupan Politik di Surakarta , (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1990), halaman Opgave van Openbare Onderwijsinrichtingen in hot gewest Soerakarta., op.cit.

8 23 yang akan mereka dirikan. Pendirian sekolah-sekolah ini berfungsi untuk melakukan perubahan dan untuk mencetak tenaga-tenaga terampil di daerah kekuasaan mereka. 1. Kasunanan Perkembangan pendidikan di Kasunanan tidak terlepas dari seorang tokoh, yaitu Paku Buwono X. sejak Paku Buwono X memegang kekuasaan di Kasunanan, pendidikan mulai mendapat perhatian besar. Perhatian Paku Buwono X dalam dunia pendidikan diwujudkan dengan mendirikan sekolah HIS Kasatriyan pada tanggal 1 November 1910, kemudian disusul dengan pendirian Frobelschool Pamardi Siwi pada tanggal 26 Agustus 1926, dan terakhir adah pendirian HIS Parmadi Putri pada tanggal 1 Juli Sekolahsekolah ini bertujuan untuk menyediakan tempat pendidikan bagi putera-puteri keraton, sehingga memudahkan pengamanan dan pengawasannya. Tujuan lainnya yaitu untuk memberikan pendidikan bagi para sentono serta abdi dalem kerajaan dan masyarakat sekitarnya. HIS Kasatriyan membatasi dalam hal penerimaan murid, dalam hal ini tidak hanya faktor keuangan yang menjadi pertimbangan, tetapi juga faktor keturunan. Siswa yang diterima di sekolah ini minimal harus seorang Raden, hal tersebut dilakukan untuk menjaga kewibawaan keluarga. Kurikulum untuk HIS Kasatriyan dan HIS

9 24 Pamardi Putri disesuaikan dengan kurikulum HIS Gabernemen. Guruguru di sekolah ini terdiri dari guru berkebangsaan Eropa dan beberapa guru pribumi yang memiliki ijazah diploma guru. Jabatan pimpinan sekolah sampai tahun 1933 dipegang oleh orang Belanda, setelah itu jabatan pimpinan sekolah dipegang oleh orang pribumi. Selain mendirikan sekolah model Barat, Kasunanan juga mendirikan jenis pendidikan formal lainnya yaitu Sekolah Desa (Volkschool) yang diperuntukkan bagi masyarakat kebanyakan. Lama pendidikan sekolah ini tiga tahun, mata pelajaran yang diajarkan seperti membaca, menulis, berhitung, dan menggambar. Basa yang digunakan dalam pengajaran adalah bahasa Jawa. Sekolah desa ini tergolong sekolah yang sederhana karena hanya mengajarkan mata pelajaran dasar. Selain sekolah desa, Kasunanan juga mendirikan sekolah yang berdasarkan ajaran agama Islam yang bernama Mambaul Ulum (MU) yang didirikan pada tanggal 23 Juli Tujuan dari sekolah ini antara lain membentuk kader-kader ulama dan untuk mendidik calon pejabat keagamaan yang ahli dan cakap dalam menjalankan tugasnya. Selain memberikan pelajaran dibidang keagamaan juga megajarkan berhitung, menggambar, menulis, berbahasa Jawa, bahasa Melayu dan Arab, serta pengetahuan lainnya. Pendidikan di Mabaul Ulum ditempuh dalam waktu 11 tahun yang terbagi menjadi tiga jenjang pendidikan.

10 25 2. Mangkunegaran Sama halnya dengan di Keraton Kasunanan, Mangkunegran juga mendirikan beberapa sekolah yaitu sekolah Siswo yang didirikan oleh Mangkunegaran pada tahun 1912, kemudian pada tahun 1914 berganti nama menjadi HIS Mangkunegaran School, sekolah Siswo Rini yang didirikan pada tanggal 18 September 1912 yang bertempat di halaman istana Mangkunegaran dan khusus untuk gadis-gadis dengan lama pendidikan tujuh tahun, sekolah Van Deventer yang didirikan pada tanggal 21 Januari 1927 adalah sekolah untuk putri, sekolah ini tidak berbeda jauh dengan sekolah Siswo Rini, dan sekolah terakhir yang didirikan oleh Mangkunegara yaitu sekolah desa yang didirikan pada tahun 1918 yang dibiayai oleh Mangkunegaran. Sekolah-sekolah Mangkunegaran lebih maju dan lebih banyak jumlahnya dibandingkan sekolah-sekolah Keraton Kasunanan. Berbeda dengan sekolah Keraton Kasunanan yang membatasi muridnya dari kalangan priyayi dan dibatasi jumlahnya, sedangkan sekolah Mangkunegaran tidak membatasi penerimaan muridnya dari kalangan orang-orang kaya, tetapi lebih terbuka untuk masyarakat luas. Dalam perkembangannya Sekolah-sekolah milik Mangkunegaran mengalami kemajuan yang pesat dibandingkan sekolah-sekolah milik Keraton Kasunanan.

11 26 Keberadaan sekolah-sekolah yang ada di Surakarta banyak memiliki kesamaan baik dalam mata pelajaran, kurikulum yang semuanya mengadopsi sistem Barat, kecuali Muhammadiyah dan Mabaul Umul yang berdasarkan ajaran agama Islam. Tujuan dari pendidikan juga sama yaitu untuk menciptakan tenagatenaga terampil dan untuk mengisi jabatan-jabatan di pemerintahan maupun jabatan-jabatan dalam pemerintah daerah dalam keraton. B. Pendidikan di Surakarta pada Masa Jepang Pada masa penjajahan Jepang memperlihatkan gambaran buruk mengenai bidang pendidikan bila dibandingkan pada masa-masa akhir Pemerintahan Hindia Belanda. Sistem pendidikan pada zaman pendudukan Jepang banyak mengalami perubahan karena sistem menurut bangsa maupun menurut status sosialnya dihapuskan. Hal itu mengakibatkan adanya integritas terhadap macam-macam sekolah sejenis. Istilah-istilah Indonesia yang dulunya dihapuskan pada masa Hindia Belanda kini mulai digunakan kembali di sekolah-sekolah dan lembagalembaga pendidikan lainnya. 1. Sekolah-sekolah pada masa Jepang Pada masa pemerintahan Jepang ada sekolah dasar yang dibuka untuk umum dan semua golongan dan hanya ada satu macam yang disebut dengan Sekolah Rakyat. Lamanya pendidikan di Sekolah Rakyat ini selama 6 tahun. Sekolah Rakyat terdapat disemua desa dan kota diseluruh Surakarta atau ditempat-tempat yang dulunya terdapat sekolah desa, sekolah satu, sekolah dua, HIS atau ELS.

12 27 Pemerintah militer Jepang memberlakukan adanya penggabungan berbagai jenis sekolah yang terdiri dari ELS, HCS, HIS, serta Schakelschool menjadi menjadi satu macam dengan nama Sekolah Rakyat tersebut yang berdampak luas terhadap pendidikan di Surakarta. Hal tersebut memaksa lembaga pendidikan Neutraalschool Vereeniging yang sebelumnya menyelenggarakan tiga jenis sekolah yaitu HIS, Schakelschool, dan MULO melaksanakan peraturan tersebut dengan menggabungkan Neutraal HIS dan Neutraal Schakelschool menjadi satu macam sekolah dasar dengan nama Sekolah Neutraal. 13 Sekolah-sekolah swasta yang berada di Surakarta tetap berjalan, baik itu yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah, lembaga Neutraal, agama Kristen, Taman Siswa, maupun Kanisius. Sekolah partikelir sebenarnya diselenggarakan oleh Muhammadiyah dan Taman Siswa yang bergerak aktif melaksanakan tugas pendidikan secara berjenjang mulai dari TK, SD, SMP, dan STM, namun tetap menyelenggarakan sekolah rakyat saja. Biaya sekolah berwujud uang Jepang tetapi untuk Indonesia yang berbentuk kertas dan bertuliskan bahasa Belanda. Uang ini digunakan saat awal Jepang menguasai Surakarta. Pemerintah membebaskan para siswa untuk tidak berseragam meskipun pendidikan diberbagai Sekolah harus membayar. Sekolah Rakyat mulai memperkenalkan huruf Jepang sejak siswa duduk di kelas empat, yaitu katakana (tingkat terendah), hiragana, dan 13 A. Susana Kurniasih, Op Cit, halaman 96.

13 28 kanji. Sekolah dimulai pukul sampai pukul 12.30, dan buku-buku yang digunakan adalah buku-buku belanda yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh guru maupun pemerintah. Pelaksanaan libur sekolah hanya saat libur agama dan libur kwartal (penerimaan rapor yang berlangsung 3 bulan sekali). 14 Kelanjutan dari Sekolah Rakyat adalah sekolah menengah pertama yang lama pendidikannya 3 tahun. Baru pada bulan September 1942, setelah beristirahat 5 bulan, sekolah-sekolah menengah diperbolehkan buka kembali setelah diadakan persiapan-persiapan sebelumnya. Sekolah MULO yang seharusny diubah menjadi sekolah lanjutan pertama (SMP) pada awalnya ditiadakan. Hal ini dikarenkan adanya peraturan dari Pemerintah Jepang untuk membatasi terhadap perkembangan sekolah lanjutan dengan maksud untuk menekan biaya pengeluaran. Peraturan tersebut digunakan untuk mengalihkan biaya pendidikan untuk biaya lain yang berhubungan dengan perang. Pemerintah Jepang akan mendirikan sekolah lanjutan jika itu diperlukan, pelaksanaannya diserahkan kepada pemerintah setempat atau pihak-pihak swasta yang dipercaya oleh Pemerintah Jepang, seperti halnya Jawa Hokokai yaitu organisasi yang turut membantu Pemerintah Militer Jepang dalam usahanya memenangkan Perang Asia Timur Sasongko Muliyo, Pendidikan Indonesia Pada Masa Pendudukan Jepang, (Surakarta: Skripsi, 2005), halaman Marwati Djoened Poesponagoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia Jilid V, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), halaman 53.

14 29 Sekolah lanjutan umum tingkat atas dibuka dengan nama sekolah menengah tinggi. Pada awalnya hanya ada 4 buah sekolah yang ada di Indonesia, yaitu di Jakarta, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya. Kemudia pada tahun 1943 dibuka 2 buah sekolah menengah tinggi, yaitu di Bandung dan satu lagi di Surakarta yang bertempat di Manahan Pelaksanaan Pendidikan pada masa Jepang Pelaksanaan Pendidikan pada masa pendudukan Jepang di Surakarta menunjukkan keadaan yang buruk dibandingkan dengan masamasa sebelumnya, hal itu terlihat dari semakin berkurangnya jumlah sekolah yang ada dan semakin berkurangnya anak-anak yang putus sekolah. Hal itu disebabkan oleh kegiatan pendidikan pada masa itu tidak dikelola oleh badan khusus yang bergerak dalam bidan pendidikan dan pengajaran, tetapi dijadikan satu dengan badan urusan pemerintahan sehingga dalam pelaksanaannya sering mengalami kekacauan. Setelah tentara Jepang berkuasa, tidak ada satupun sekolah yang diperbolehkan untuk buka kembali. Hal itu disebabkan belum adanya persiapan-persiapan ke arah itu, serta masih banyak kesulitan-kesulitan yang harus diatasi terlebih dahulu, seperti kesulitan mengenai guru, karena Pemerintah Belanda belum mempersiapkan guru-guru Indonesia untuk sekolah-sekolah menengah, apalagi menengah atas, hanya ada beberapa guru yang mempunyai wewenang untuk mengajar sekolah lanjutan. Semua 16 Depdikbud, Sejarah Pendidikan Daerah Jawa Barat, (Jakarta: Depdikbud, 1984), halaman 101.

15 30 buku pelajaran yang ditulis dalam bahasa Belanda tidak boleh dipakai oleh pemerintah Jepang. Pemerintah Jepang mendorong bangsa Indonesia agar mempelajari bahasa Jepang yang masih sangat asing di Indonesia, karena sebelumnya tidak ada satupun sekolah yang memberikan pelajaran bahasa Jepang. Untuk tujuan itulah pemerintah Jepang membuka sekolah-sekolah khusus untuk memperikan pelajaran bahasa Jepang secara cepat, sekolah-sekolah itu disebut Nippongo Gakko. Sekolah ini tidak hanya memberikan pelajaran bahasa Jepang saja, tetapi juga diberikan pelatihan-pelatihan kemiliteran Jepang. Setelah Jepang menguasai Surakarta, sekolah-sekolah yang ada pada masa pemerintahan Hindia Belanda harus ditutup, dan kemudian tanggal 29 April 1944 sekolah-sekolah di Surkarta dibuka kembali untuk melaksanakan kegiatan pendidikan. Hal ini didasari atas undang-undang No. 12 tentang pembukaan sekolah yang berbunyi sebagai berikut: 1. Segala sekolah rendah kepunyaan pemerintah dan kepunyaan partikelir yang memakai bahasa Melayu, Djawa, Sunda, dan Madura akan dibuka kembali pada tanggal 29 April Akan tetapi sekolahsekolah pemerintah harus terlebih dahulu memberitahukan tentang pembukaannya kepada pembesar di tempat sekolah-sekolah itu, sedangkan sekolah-sekolah partikelir mendapatkan izin buat pembukaannya.

16 31 2. Segala sekolahan lain-lainnya, baik yang sudah dibuka maupun yang sedang dibuka harus ditutup dengan lekas. Untuk membuka sekolahan-sekoahan yang tersebut belakangan ini, haruslah menunggu perintah. Sekolah-sekolah rendah yang dimaksud pada undang-undang diatas, yaitu: sekolah desa (volksschool), sekolah sambungan (vervolgschool), sekolah kelas dua (volledlge tweede klasse school), dan meisjes vervolgschool. Pembukaan kembali sekolah-sekolah bekas yang diasuh oleh Pemerintah Hindia Belanda juaga diizinkan kembali sekolah-sekolah swasta, misalnya Sekolah Agama Islam, Sekolah Taman Siswa, Sekolah Muhammadiyah, Sekolah Agama Kristen, Sekolah Neutraal, dan lainlain. Sekolah-sekolah yang dulunya diasuh oleh missie ataupun zending dibuka kembali dengan catatan, bahwa sekolah-sekolah itu langsung diselenggarakan oleh Pemerintah Jepang seperti halnya sekolah-sekolah negeri. Pemerinth Jepang juga memberikan kesempatan kepada perkumpulan-perkumpulan untuk membuka sekolah swasta baru bagi kaum minoritas, misalnya kepada perkumpulan Chung Hua Chiao Thung diizinkan membuka sekolah bagi penampungan anak-anak keturunan Tionghoa. Sistem pendidikan di zaman pendudukan Jepang tidak jauh berbeda dan mirip dengan sistem pendidikan setelah kemerdekaan. Hal-

17 32 hal yang membedakannya hanya pada nama sekolah, sedangkan jenis sekolah kejuruan, apalagi perguruan tinggi sangat terbatas. Agar terdapat keseragaman dalam pengertian dan maksud-maksud pemerintah Jepang, guru-guru diadakan latihan-latihan di Jakarta. Setiap Kabupaten atau daerah mengirimkan beberapa guru untuk dilatih. Pada bulan Juni 1942 dilakukan pelatihan yang pertama. Mata pelajaran yang diberikan kepada mereka antara lain, yaitu: indoktrinasi mental ideologi mengenai Hakko I Chiu dalam rangka kemakmuran bersama di Asia Timur Raya, bahasa dan adat istiadat Jepang, nyanyian dan lagu-lagu Jepang, olahraga, pendidikan tentang dasar-dasar pertahanan dan ilmu bumi yang ditinjau dari segi geopolitis. Setelah selesai mengikuti pelatihan, mereka dikembalikan ke daerah masing-masing kemudian melatih guru-guru lainnya mengenai hal-hal yang mereka peroleh di Jakarta. 17 C. Pendidikan Pasca Kemerdekaan Republik Indonesia Segera setelah kemerdekaan, para pemimpin Indonesia menjadikan pendidikan sebagai hak setiap warga negara, mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi tujuan nasional. Dicanangkanlah bahwa dalam 10 tahun ke depan pada waktu itu seluruh anak Indonesia harus bisa menikmati sekolah. Oleh karena itu dilakukan berbagai pembenahan seperti penambahan jumlah pengajar, pembangunan gedung sekolah, dan sebagainya. Pemerintah juga membagi tingkatan pendidikan seperti Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Perguruan Tinggi. Pada awal kemerdekaan, pembelajaran di 17 Sasongko Muliyo, Op Cit, halaman

18 33 sekolah-sekolah lebih ditekankan pada semangat nasionalisme dan membela tanah air. Masa awal kemerdekaan berkisar pada tahun Tahun 1945 adalah puncak pergerakan revolusi kemerdekaan Indonesia, yang telah mengantarkan Indonesia untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia, berdaulat, adil, dan makmur. Tujuan pemerintahan negara Indonesia tertulis dalam pembukaan UUD Negara RI 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, serta memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Tujuan pemerintahan negara Indonesia tersurat dalam pembukaan UUD Negara RI 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, serta memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Dengan rumusan kalimat mencerdaskan kehidupan bangsa, para pendiri negara menyadari pendidikan bagi kehidupan suatu bangsa mempunyai peranan yang penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa. Perkembangan pendidikan semenjak kita mencapai kemerdekaan memberikan gambaran yang penuh dengan kesulitan. Pada masa ini, usaha penting dari pemerintah Indonesia pada permulaan adalah tokoh pendidik yang telah berjasa dalam zaman kolonial menjadi menteri pengajaran. Dalam kongres

19 34 pendidikan, Menteri Pengajaran dan Pendidikan tersebut membentuk panitia perancang RUU mengenai pendidikan dan pengajaran. Hal ini dimaksudkan untuk membentuk sebuah sistem pendidikan yang berlandaskan pada ideologi Bangsa Indonesia sendiri. Praktek pendidikan zaman Indonesia merdeka sampai tahun 1965 bisa dikatakan banyak dipengaruhi oleh sistem pendidikan Belanda. Praktek pendidikan zaman kolonial Belanda ditujukan untuk mengembangkan kemampuan penduduk pribumi secepat-cepatnya melalui pendidikan Barat. Diharapkan praktek pendidikan Barat ini akan bisa mempersiapkan kaum pribumi menjadi kelas menengah baru yang mampu menjabat sebagai pangreh praja. Praktek pendidikan kolonial ini tetap menunjukkan diskriminasi antara anak pejabat dan anak kebanyakan. Kesempatan luas tetap saja diperoleh anak-anak dari lapisan atas. Dengan demikian, sesungguhnya tujuan pendidikan adalah demi kepentingan penjajah untuk dapat melangsungkan penjajahannya. Yakni, menciptakan tenaga kerja yang bisa menjalankan tugas-tugas penjajah dalam mengeksploitasi sumber dan kekayaan alam Indonesia. Di samping itu, dengan pendidikan model Barat akan diharapkan muncul kaum bumi putera yang berbudaya barat, sehingga tersisih dari kehidupan masyarakat kebanyakan. Pendidikan zaman Belanda membedakan antara pendidikan untuk orang pribumi. Demikian pula bahasa yang digunakan berbeda. Namun perlu dicatat, betapapun juga pendidikan Barat (Belanda) memiliki peran yang penting dalam melahirkan pejuang-pejuang yang akhirnya berhasil melahirkan kemerdekaan Indonesia.

20 35 Pada masa peralihan antara tahun bangsa Indonesia merasakan barbagai kesulitan baik di bidang sosial ekonomi, politik maupun kebudayaan, termasuk pendidikan. Pada zaman penjajahan, kesempatan memperolah pendidikan bagi anak-anak Indonesia sanagat terbatas. Dari sejumlah anak-anak usia sekolah hanya beberapa persen saja yang sempat menikati sekolah, sehingga sisanya lebih dari 90% penduduk Indonesia masih buta huruf. Keadaan seperti sudah tentu menjadi beban yang berat sekali bagi pemerintah untuk segara dapat mengatasinya. Sementara itu anatara tahun telah beberapa kali terjadi pergantian menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan, yaitu: 1. Ki Hajar Dewantoro: 19 Agustus Nopember Mr. Dr. TGSG. Mulia: 14 Nopember Maret Moh. Syafe i: 12 Maret Okober Mr. Suwandi: 2 Oktober Jubi Mr. Ali Sastroamidjojo: 3 Juli agustus S. Mangunsakoro: 4 Agustus Sepetember 1950 Dengan singkatnya para menteri tersebut bertugas maka usaha-usaha untuk mengadakan perubahan atau perbaikan tidaklah dapat dirasakan tetapi bebarapa usahanya yang diketuai adalah pembukaaan Sekolah Guru A, Sekolah Guru B, dan Sekolah Guru C yang masing-masing lama pendidikannya 6 tahun, 4 tahun dan 2 tahun sejak tamat sekolah rendah. Menteri Suwandi dengan keputusan No. 104/Bhg-0/1946 tanggal 1 Maret 1946 telah membentuk suatu panitia penyelidik pengajaran yang dipimpin oleh Ki

21 36 Hadjar Dewantara dan sekretarisnya Soegarda Purbakawatja yang bermaksud untuk mengatur-mengatur sekolah. Panitia ini selanjutnya menyelenggarakan pertemuan-pertemuan dan rapat-rapat yang akhirnya telah menghasilkan pengaturan pendidikan dan pengajaran mulai dari pendidikan untuk anak desa sampai kota dan pendidikan umum kejuruan. Tugas yang diembankan kepada panitia ini adalah : 1. Merencanakan susunan baru dari tiap-tiap macam sekolah 2. Menetapkan bahan-bahan pengajaran dengan menimbangkan keperluan yang praktis dan jangan terlalu berat. 3. Menyiapkan rencana-renacana pelajaran untuk tiap-tiap sekolah Tujuan pendidikan pada waktu itu dirumuskan untuk mendidik warga negara yang sejati, sedia menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk negara dan masyarakat. Dengan kata lain tujuan pendidikan pada masa itu penekanannya pada penanaman semanagat patriotisme. Penanaman semangat patriotisme sebagai tujuan pendidikan memang sesuai dengan situasi pada waktu itu. Negara dan bangsa Indonesia sedang mengalami perjuangan fisik dan sewaktu-waktu pemerintah kolonial Belanda masih berusaha untuk menjajah kembali negara Indonesia. Maka dengan semangat itu, kemerdekaan dapat di pertahankan dan diisi Somarsono Moestoko, Sejarah Pendidikan dari jaman ke jaman, (Jakarta: Balai pustaka, 1986). Hal 148

BAB I PENDAHULUAN. mengecap pahitnya penderitaan dalam sejarah masa lalunya sebagai bangsa

BAB I PENDAHULUAN. mengecap pahitnya penderitaan dalam sejarah masa lalunya sebagai bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan satu dari sekian bangsa yang pernah mengecap pahitnya penderitaan dalam sejarah masa lalunya sebagai bangsa yang dijajah bangsa lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun tidak lepas dari intrik-intrik politik dan memiliki tujuan didalamnya, hal yang pada awalnya

Lebih terperinci

MODUL POLA KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL HINGGA KEMERDEKAAN MATERI : HUBUNGAN POLITIK ETIS DENGAN PERGERAKAN NASIONAL

MODUL POLA KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL HINGGA KEMERDEKAAN MATERI : HUBUNGAN POLITIK ETIS DENGAN PERGERAKAN NASIONAL MODUL POLA KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL HINGGA KEMERDEKAAN MATERI : HUBUNGAN POLITIK ETIS DENGAN PERGERAKAN NASIONAL Fredy Hermanto, S. Pd., M.Pd. PPG DALAM JABATAN Kementerian

Lebih terperinci

PERJUANGAN PERGERAKAN BANGSA INDONESIA. Taat, Nasionalisme dan Jatidiri Bangsa,

PERJUANGAN PERGERAKAN BANGSA INDONESIA. Taat, Nasionalisme dan Jatidiri Bangsa, PERJUANGAN PERGERAKAN BANGSA INDONESIA Budi Utomo Tanda-tanda lahirnya gerakan nasional yang teratur mulai tampak saat Budi Utomo mucul pada tahun 20 Mei 1908. Perkumpulan ini beranggotakan kaum intelektual

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA

PERKEMBANGAN PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA PERKEMBANGAN PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA A. LATAR BELAKANG MUNCULNYA PERGERAKAN KEBANGSAAN Politik DRAINAGE Belanda mengeruk kekayaan dari negara Indonesia untuk kepentingan dan kesejahteraan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Departemen Pendidikan Nasional RI (2003:5) mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Departemen Pendidikan Nasional RI (2003:5) mendefinisikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Departemen Pendidikan Nasional RI (2003:5) mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur. perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas, disamping

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh dalam bidang pendidikan khususnya di Sumatera Timur. perkembangan sehingga kekuasan wilayahnya semakin luas, disamping BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu upaya bagi manusia untuk mencapai suatu tingkat kemajuan, sebagai sarana untuk membebaskan dirinya dari keterbelakangan, dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Barat, pendidikan di Sumatra Timur bersifat magis religius yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Barat, pendidikan di Sumatra Timur bersifat magis religius yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pendidikan sudah dimulai sejak adanya manusia. Manusia yang ingin mencapai tingkat kemajuan harus menempuh pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan. dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan saat ini ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan. dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan saat ini ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan Pendidikan sudah dimulai sejak adanya manusia. Pendidikan itu diperoleh dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

STRATEGI PENDIDIKAN BELANDA PADA MASA KOLONIAL DI INDONESIA

STRATEGI PENDIDIKAN BELANDA PADA MASA KOLONIAL DI INDONESIA STRATEGI PENDIDIKAN BELANDA PADA MASA KOLONIAL DI INDONESIA Sangkot Nasution Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SumateraUtara Abstrak: Tujuan dari sekolah yang didirikan oleh Zending adalah untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini. Pendidikan menjadi salah satu kebutuhan utama pada

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini. Pendidikan menjadi salah satu kebutuhan utama pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dalam perkembangan masyarakat dewasa ini. Pendidikan menjadi salah satu kebutuhan utama pada masyarakat modern, baik

Lebih terperinci

Kajian IPS Mengenai Zaman Pergerakan Nasional

Kajian IPS Mengenai Zaman Pergerakan Nasional Kajian IPS Mengenai Zaman Pergerakan Nasional Oleh: Didin Saripudin Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Konsep IPS-Sejarah dalam Memaknai Zaman Pergerakan Nasional di Indonesia

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pendidikan Islam di Indonesia antara lain dibukanya pendidikan agama di

BAB V PENUTUP. pendidikan Islam di Indonesia antara lain dibukanya pendidikan agama di 118 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kebijakan-kebijakan pemerintah Jepang dalam kaitannya dengan pendidikan Islam di Indonesia antara lain dibukanya pendidikan agama di sekolah-sekolah yang dikelola oleh Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mengantarkan orang untuk terbuka terhadap kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mengantarkan orang untuk terbuka terhadap kebutuhan-kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan akan membawa perubahan sikap, perilaku, nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Perkembangan pendidikan rendah di Yogyakarta pada kurun. waktu dipengaruhi oleh berbagai kebijakan, terutama

BAB V KESIMPULAN. Perkembangan pendidikan rendah di Yogyakarta pada kurun. waktu dipengaruhi oleh berbagai kebijakan, terutama BAB V KESIMPULAN Perkembangan pendidikan rendah di Yogyakarta pada kurun waktu 1907-1939 dipengaruhi oleh berbagai kebijakan, terutama kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah kolonial. Kebijakan pemerintah

Lebih terperinci

A. Desentralisasi Memengaruhi Profesionalisme Guru

A. Desentralisasi Memengaruhi Profesionalisme Guru BAB I PENDAHULUAN A. Desentralisasi Memengaruhi Profesionalisme Guru Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

TUJUAN PERKULIAHAN. Mahasiswa memahami hakikat guru

TUJUAN PERKULIAHAN. Mahasiswa memahami hakikat guru HAKIKAT GURU DAN PENDIDIKAN GURU TUJUAN PERKULIAHAN Mahasiswa memahami hakikat guru Mahasiswa mengetahui sejarah pendidikan guru GURU APAKAH MEREKA GURU? APAKAH MEREKA GURU? APAKAH MEREKA GURU? HAKIKAT

Lebih terperinci

BAB IV KARYA-KARYA SERIKAT YESUIT DI JAWA TENGAH. Pembagian wilayah yang dilakukan oleh Vikariat Apostolik Batavia di Pulau

BAB IV KARYA-KARYA SERIKAT YESUIT DI JAWA TENGAH. Pembagian wilayah yang dilakukan oleh Vikariat Apostolik Batavia di Pulau BAB IV KARYA-KARYA SERIKAT YESUIT DI JAWA TENGAH Pembagian wilayah yang dilakukan oleh Vikariat Apostolik Batavia di Pulau Jawa khususnya Jawa Tengah membuat Serikat Yesuit lebih fokus melaksanakan karya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA. Indonesia dan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan pada awalnya merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA. Indonesia dan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan pada awalnya merupakan BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA Medan sebagai ibu kota Propinsi Sumatera Utara adalah kota kelima terbesar di Indonesia dan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan pada awalnya merupakan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Transportasi Kereta Api Transportasi merupakan dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat, serta pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

Tugas Akhir Matakuliah Pancasila SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA

Tugas Akhir Matakuliah Pancasila SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA Tugas Akhir Matakuliah Pancasila SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Nama : Muhammad Anis NIM : 11.11.5300 Kelompok : E Jurusan S1 TI Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. ABSTRAKSI Artinya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan Historis. Boedi Oetomo didirikan pada 20 Mei 1908, dinamika

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan Historis. Boedi Oetomo didirikan pada 20 Mei 1908, dinamika BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Historis Boedi Oetomo didirikan pada 20 Mei 1908, dinamika perkembangan Boedi Oetomo sampai akhir sejarah perjalanannya pada tahun 1935 umumnya memperlihatkan kecenderungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan sistem pendidikan yang dibuat pemerintah kolonial Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan sistem pendidikan yang dibuat pemerintah kolonial Belanda. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammadiyah sebagai organisasi sosial keagamaan yang bergerak di bidang dakwah Islam, pendidikan dan sosial kemasyarakatan, mendirikan lembaga pendidikan dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu atau kegagalan suatu bangsa oleh sebab itu sejarawan perlu untuk

BAB I PENDAHULUAN. individu atau kegagalan suatu bangsa oleh sebab itu sejarawan perlu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting bagi manusia. Pendidikan juga diperlukan jika ingin memperoleh kehidupan yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Lebih terperinci

PENGARUH POLITIK ETIS TERHADAP PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA TAHUN SKRIPSI. Oleh: Melinda Vikasari NIM

PENGARUH POLITIK ETIS TERHADAP PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA TAHUN SKRIPSI. Oleh: Melinda Vikasari NIM PENGARUH POLITIK ETIS TERHADAP PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA TAHUN 1901-1942 SKRIPSI Oleh: Melinda Vikasari NIM 060210302106 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I. Apabila suatu bangsa tidak mengembangkan sumber-sumber manusianya, maka bangsa tersebut tidak akan dapat mengembangkan sistem politik,

BAB I. Apabila suatu bangsa tidak mengembangkan sumber-sumber manusianya, maka bangsa tersebut tidak akan dapat mengembangkan sistem politik, BAB I A. Latar Belakang Depdiknas RI dalam Tri Widiarto (2003:5) mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Mangkubumi, yang terdiri dari Pangeran Mangkubumi, Pangeran Wijil, Pangeran

BAB V KESIMPULAN. Mangkubumi, yang terdiri dari Pangeran Mangkubumi, Pangeran Wijil, Pangeran BAB V KESIMPULAN Pakualaman terbentuk dari adanya perjanjian Giyanti antara pihak Mataram yang diwakili oleh Sunan Pakubuwana III dengan kelompok Pangeran Mangkubumi, yang terdiri dari Pangeran Mangkubumi,

Lebih terperinci

BAB 7: SEJARAH PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA. PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI

BAB 7: SEJARAH PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA.  PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI www.bimbinganalumniui.com 1. Berikut ini adalah daerah pertama di yang diduduki oleh tentara Jepang... a. Aceh, Lampung, Bali b. Morotai, Biak, Ambon c. Tarakan, Pontianak, Samarinda d. Bandung, Sukabumi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

Pendidikan Masa Kini Mengacu Pada Sejarah Pendidikan di Indonesia

Pendidikan Masa Kini Mengacu Pada Sejarah Pendidikan di Indonesia Pendidikan Masa Kini Mengacu Pada Sejarah Pendidikan di Indonesia I. Pendahuluan (oleh : I Nengah Arimbawa/ 15.1.2.5.2.0857) Ketika manusia itu mengalami kelahiran sesungguhnya secara tidak langsung manusia

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem kekuasaan yang diterapkan di Indonesia sebelum adanya pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem kekuasaan yang diterapkan di Indonesia sebelum adanya pengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem kekuasaan yang diterapkan di Indonesia sebelum adanya pengaruh dari budaya luar masih terikat dengan adat istiadat yang berlaku yang dipimpin oleh ketua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang mampu melakukan olah cipta sebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang mampu melakukan olah cipta sebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang mampu melakukan olah cipta sebab manusia memiliki pengetahuan. Pengetahuan adalah sumber pokok kekuatan manusia dan pengetahuan

Lebih terperinci

2. Makna Proklamasi Kemerdekaan

2. Makna Proklamasi Kemerdekaan 2. Makna Proklamasi Kemerdekaan Perhatikanlah, bagaimana kemeriahan yang terjadi ketika Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 dirayakan. Sungguh meriah, bukan? Kemeriahan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana manusia dapat

Lebih terperinci

Kajian Akademik Daerah Istimewa Surakarta

Kajian Akademik Daerah Istimewa Surakarta Kajian Akademik Daerah Istimewa Surakarta Latar Belakang Masalah Berdasarkan pasal 18 UUD 1945 yang disusun oleh BPUPKI dan disahkan PPKI pada tanggal 19 Agustus 1945 dinyatakan Pembagian daerah Indonesia

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Kristen sejauh ini hanya berdasarkan wacana teologi atau lebih dari itu terfokus

BAB VI KESIMPULAN. Kristen sejauh ini hanya berdasarkan wacana teologi atau lebih dari itu terfokus BAB VI KESIMPULAN Berbagai penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan wacana agama Kristen sejauh ini hanya berdasarkan wacana teologi atau lebih dari itu terfokus tema etika, dan moralitas agama

Lebih terperinci

POTRET SEKOLAH PRIBUMI DI BREBES TAHUN 1859 Oleh: Kris Hapsari

POTRET SEKOLAH PRIBUMI DI BREBES TAHUN 1859 Oleh: Kris Hapsari POTRET SEKOLAH PRIBUMI DI BREBES TAHUN 1859 Oleh: Kris Hapsari Kabupaten Brebes sekitar tahun 1859-an Brebes periode 1859-an dalam Wordenboek van Nederlandsch Indie: Aardrijkskundig en Statistich digambarkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Kedudukan Opsir Cina dalam Pemerintahan Hindia Belanda di Batavia antara Tahun 1910-1942. Bab ini berisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan. Aceh banyak menghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. Oleh karena itu, Belanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah Kota Hiroshima dijatuhi bom atom oleh Sekutu tanggal 6 Agustus 1945, keesokan harinya tanggal 9 Agustus 1945 bom atom kedua jatuh di Kota Nagasaki, Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahap ketika kekristenan mulai berkembang tanah air Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahap ketika kekristenan mulai berkembang tanah air Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjalanan agama Kristen masuk ke Indonesia memang panjang. Ada beberapa tahap ketika kekristenan mulai berkembang tanah air Indonesia. Agama Kristen memang bukan agama

Lebih terperinci

Perkembangan Sejarah Pendidikan di Indonesia dan Maroko: Melihat Persamaan dari Berbagai Perbedaan. Oleh : Mutia Zata Yumni Senin, 20 Juni :42

Perkembangan Sejarah Pendidikan di Indonesia dan Maroko: Melihat Persamaan dari Berbagai Perbedaan. Oleh : Mutia Zata Yumni Senin, 20 Juni :42 KOPI, Dalam menghadapi tantangan global yang terjadi pada abad ke-21 ini, masyarakat atau negara dituntut untuk mampu mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan berkualitas. Konsep kualitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian, dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia pada periode 1945-1950 merupakan sejarah yang menentukan masa depan bangsa ini, karena pada periode inilah bangsa Indonesia mencapai titik puncak perjuangan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penyeragaman pada tingkat atau jenjang pendidikan dilaksanakan secara

BAB V PENUTUP. Penyeragaman pada tingkat atau jenjang pendidikan dilaksanakan secara BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan paparan pembahasan tulisan ini dapat diketahui bahwa masa pemerintahan Jepang tahun 1942-1945 memberikan pengaruh dan perubahan terutama dalam bidang pendidikan.

Lebih terperinci

RESUME BUKU. : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Dari. Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2)

RESUME BUKU. : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional Dari. Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2) RESUME BUKU Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional dari Kolonialisme sampai Nasionalisme (Jilid 2) Penulis : Sartono Kartodirdjo Judul : Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah

Lebih terperinci

Waktu: 8 x 45 Menit (Keseluruhan KD) Standar Kompetensi: Memahami Hakikat Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Waktu: 8 x 45 Menit (Keseluruhan KD) Standar Kompetensi: Memahami Hakikat Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Waktu: 8 x 45 Menit (Keseluruhan KD) Standar Kompetensi: Memahami Hakikat Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Kompetensi Dasar : 1.1. Mendeskripsikan Hakikat Bangsa Dan Unsur-unsur Terbentuknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan sebuah kota yang terletak di Propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu bagian wilayah di Negara Indonesia. Kota ini dalam sejarahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari negara Indonesia. Baik tanah maupun sumber-sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari negara Indonesia. Baik tanah maupun sumber-sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumber daya alam. Tanah yang luas serta kekayaan alam yang melimpah merupakan bagian dari negara Indonesia. Baik tanah

Lebih terperinci

BAB I PARTAI POLITIK PADA MASA PENJAJAHAN

BAB I PARTAI POLITIK PADA MASA PENJAJAHAN BAB I PARTAI POLITIK PADA MASA PENJAJAHAN Kepartaian yang terjadi di Indonesia, sudah mulai tumbuh dan berkembang sejak masa kolonial Belanda, untuk hal yang menarik untuk disimak dalam buku ini, dimulai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian. Dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep

Lebih terperinci

TUGAS KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH

TUGAS KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH TUGAS KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. Disusun Oleh : Richi Ardianto 11.11.5468 Kelompok F S1 TI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

SILABUS. Lampiran 2 : FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN : SEJARAH INDONESIA MODERN. : Desvian Bandarsyah, M.Pd

SILABUS. Lampiran 2 : FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN : SEJARAH INDONESIA MODERN. : Desvian Bandarsyah, M.Pd Lampiran 2 SILABUS Tgl Efektif : No. Dokumen :FM-AKM-03-002 No.Revisi : 00 FAKULTAS PROGRAM STUDI MATA KULIAH KELAS/SKS WAKTU DOSEN : FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN : PENDIDIKAN SEJARAH : SEJARAH

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH HINDIA BELANDA MENGENAI PENDIDIKAN BAGI KAUM BANGSAWAN DI INDONESIA TAHUN

KEBIJAKAN PEMERINTAH HINDIA BELANDA MENGENAI PENDIDIKAN BAGI KAUM BANGSAWAN DI INDONESIA TAHUN KEBIJAKAN PEMERINTAH HINDIA BELANDA MENGENAI PENDIDIKAN BAGI KAUM BANGSAWAN DI INDONESIA TAHUN 1900-1920 Widi Indah Lestari, Maskun, Syaiful. M FKIP Unila : Jln. Soemantri Brojonegoro, no. 1 Bandar Lampung

Lebih terperinci

ISLAM DI INDONESIA. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Modul ke: Fakultas ILMU KOMPUTER

ISLAM DI INDONESIA. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Modul ke: Fakultas ILMU KOMPUTER ISLAM DI INDONESIA Modul ke: Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK Fakultas ILMU KOMPUTER H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Program Studi SISTEM INFORMASI www.mercubuana.ac.id Umat Islam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 16 sampai dengan Pasal 22 Undangundang

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: PENDIDIKAN PANCASILA Pancasila Dalam Sejarah Perjuangan Bangsa (Pra Kemerdekaan) Fakultas MKCU Drs. AMIRUDDIN, S.P.d. MM Program Studi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Soekarno pernah mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) adalah hukum dasar di Negara Republik Indonesia. Seiring perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 48 TAHUN 1960 TENTANG PENGAWASAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN ASING PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 48 TAHUN 1960 TENTANG PENGAWASAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN ASING PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 48 TAHUN 1960 TENTANG PENGAWASAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN ASING PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perlu mengadakan ketentuan-ketentuan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA BUKU. Ali, Mukti. Alam Pemikiran Islam Modern di India Pakistan. Bandung: Mizan, 1993.

DAFTAR PUSTAKA BUKU. Ali, Mukti. Alam Pemikiran Islam Modern di India Pakistan. Bandung: Mizan, 1993. DAFTAR PUSTAKA BUKU Abdurahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1999. Anam, Choirul. Pertumbuhan & Perkembangan NU. PT. Duta Aksara Mulia, 2010. Ali, Mukti. Alam Pemikiran

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 16 sampai dengan Pasal 22 Undang-undang

Lebih terperinci

Indikator. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Materi Pokok dan Uraian Materi. Bentuk-bentukInteraksi Indonesia-Jepang.

Indikator. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Materi Pokok dan Uraian Materi. Bentuk-bentukInteraksi Indonesia-Jepang. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian Materi Indikator Bentuk-bentukInteraksi Indonesia-Jepang Dampak Kebijakan Imperialisme Jepang di Indonesia Uji Kompetensi 2. Kemampuan memahami

Lebih terperinci

PEDOMAN PRAKTIKUM.

PEDOMAN PRAKTIKUM. PEDOMAN PRAKTIKUM 1 PENGEMBANGAN SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN SEJARAH Oleh : SUPARDI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan bangsa dibina melalui dunia pendidikan. Dunia pendidikan sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan perjuangan bangsa dibina melalui dunia pendidikan. Dunia pendidikan sangat erat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan hal yang dapat membangun bangsa dan menjadikan bangsa besar. Hal itu menekankan pendidikan sebagai prioritas untuk diperhatikan, anak bangsa yang akan meneruskan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN NASIONAL, PEMUDA DAN OLAH RAGA

PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN NASIONAL, PEMUDA DAN OLAH RAGA PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN NASIONAL, PEMUDA DAN OLAH RAGA Pendidikan Umum Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan tingkat pendidikan yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI. Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1990 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI Presiden Republik Indonesia, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 16 sampai dengan Pasal 22 Undangundang

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Organisasi ini bernama TUNAS INDONESIA RAYA disingkat TIDAR, selanjutnya disebut Organisasi. 2. Organisasi ini

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sejarah panjang perjuangan rakyat Aceh

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR BMPS ANGGARAN DASAR BADAN MUSYAWARAH PERGURUAN SWASTA PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR BMPS ANGGARAN DASAR BADAN MUSYAWARAH PERGURUAN SWASTA PEMBUKAAN Author : BMPS Publish : 11-06-2011 20:22:53 ANGGARAN DASAR BADAN MUSYAWARAH PERGURUAN SWASTA PEMBUKAAN Perguruan Swasta lahir jauh sebelum Indonesia Merdeka dan berkembang sejak Zaman Pergerakan Nasional.

Lebih terperinci

Pancasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa

Pancasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa Mata Kuliah Pancasila Modul ke: Pancasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Panti Rahayu, SH, MH Program Studi MANAJEMEN PANCASILA ERA PRA DAN ERA KEMERDEKAAN 2 Pendahuluan

Lebih terperinci

TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 3

TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 3 TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 3 DISUSUN OLEH: NAMA NIM PRODI : IIN SATYA NASTITI : E1M013017 : PENDIDIKAN KIMIA (III-A) S-1 PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2014

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: 03Fakultas Oni FASILKOM PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA ERA PRA KEMERDEKAAN & ERA KEMERDEKAAN Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Program Studi Sistem Informasi

Lebih terperinci

Daftar Isi PENDIRIAN MUSEUM MUHAMMADIYAH PROPOSAL 5 ASAS-ASAS 13 RENCANA 24 TAHAPAN PENDIRIAN 1 LATAR BELAKANG SEJARAH PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH

Daftar Isi PENDIRIAN MUSEUM MUHAMMADIYAH PROPOSAL 5 ASAS-ASAS 13 RENCANA 24 TAHAPAN PENDIRIAN 1 LATAR BELAKANG SEJARAH PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH PIMPINAN PUSAT PROPOSAL PENDIRIAN MUSEUM Daftar Isi 1 LATAR BELAKANG SEJARAH 5 ASAS-ASAS 13 RENCANA 24 TAHAPAN PENDIRIAN MUSEUM LATAR BELAKANG SEJARAH 2 Latar Belakang Kolonialisme Belanda yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dapat dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: Pendidikan formal,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dapat dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: Pendidikan formal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia perhatian akan peran pendidikan dalam pengembangan masyarakat, dimulai sekitar tahun 1900, saat Indonesia masih dijajah Belanda. Para pendukung politik

Lebih terperinci

H. U. Adil Samadani, SS., SHI.,, MH.

H. U. Adil Samadani, SS., SHI.,, MH. Modul ke: IDENTITAS NASIONAL Disampaikan pada perkuliahan Kewarganegaraan kelas PKK Fakultas Ekonomi & Bisnis H. U. Adil Samadani, SS., SHI.,, MH. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama masa penjajahan Belanda, terjadi berbagai macam eksploitasi di

BAB I PENDAHULUAN. Selama masa penjajahan Belanda, terjadi berbagai macam eksploitasi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama masa penjajahan Belanda, terjadi berbagai macam eksploitasi di Indonesia. Keadaan sosial dan ekonomi di Indonesia begitu buruk terutama untuk pendidikan pribumi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai

BAB V KESIMPULAN. Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai BAB V KESIMPULAN Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai masa penjajahan Belanda merupakan hal yang sangat kompleks. Tan Malaka sedikit memberikan gambaran mengenai kondisi

Lebih terperinci

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA INDONESIA Indonesia Dahulu Kala Sebagai sebuah bangsa, embrio bangsa Indonesia dapat dilacak dari abad ke-7m Ditandai munculnya kerajaan Kutai, Mataram Kuno, Sriwijaya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kesempatan lebih luas bagi kaum wanita untuk lebih berkiprah maju

I. PENDAHULUAN. memberikan kesempatan lebih luas bagi kaum wanita untuk lebih berkiprah maju 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan babak baru bagi perjuangan rakyat Indonesia

Lebih terperinci

SAMBUTAN KETUA UMUM FKPPI DALAM ACARA RAPIMPUS FKPPI 2014 "POLA PIKIR FKPPI DALAM MENGABDI PADA KEPENTINGAN RAPAT PIMPINAN PUSAT FKPPI 2014

SAMBUTAN KETUA UMUM FKPPI DALAM ACARA RAPIMPUS FKPPI 2014 POLA PIKIR FKPPI DALAM MENGABDI PADA KEPENTINGAN RAPAT PIMPINAN PUSAT FKPPI 2014 SAMBUTAN KETUA UMUM FKPPI DALAM ACARA RAPIMPUS FKPPI 2014 "POLA PIKIR FKPPI DALAM MENGABDI PADA KEPENTINGAN 1 / 6 BANGSA KHUSUSNYA TENTANG PERLUNYA BERPARTISIPASI AKTIF PADA PEMILU 2014" Proses Demokratisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pendidikan juga dipandang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Pendidikan sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan sarana ataupun alat untuk mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik dan memiliki wilayah kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1954 TENTANG JAMINAN YANG BERUPA PENSIUN DARI PEMERINTAH BAGI GURU SEKOLAH RAKYAT NEGERI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1954 TENTANG JAMINAN YANG BERUPA PENSIUN DARI PEMERINTAH BAGI GURU SEKOLAH RAKYAT NEGERI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1954 TENTANG JAMINAN YANG BERUPA PENSIUN DARI PEMERINTAH BAGI GURU SEKOLAH RAKYAT NEGERI Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa berhubung

Lebih terperinci

PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN

PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN Saya siswa kelas 5A Siap Belajar dengan Tenang dan Tertib dan Antusias Pada abad ke-16 berlayarlah bangsa-bangsa Eropa ke wilayah Timur. Diantaranya adalah Portugis, Spanyol,

Lebih terperinci

SEKILAS SEJARAH KEBANGKITAN NASIONAL

SEKILAS SEJARAH KEBANGKITAN NASIONAL SEKILAS SEJARAH KEBANGKITAN NASIONAL Oleh: Yustina Hastrini Nurwanti (Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta) I.Pendahuluan Kebangkitan nasional adalah masa di mana bangkitnya rasa dan semangat persatuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad XX merupakan sebuah zaman baru dalam politik kolonial yang dengan diberlakukannya politik etis. Politik etis merupakan politis balas budi Kolonial dengan

Lebih terperinci

SAMBUTAN BUPATI KULONPROGO PADA ACARA PELANTIKAN PIMPINAN DAERAH AISYIYAH KABUPATEN KULONPROGO PERIODE Wates, 17 April 2011

SAMBUTAN BUPATI KULONPROGO PADA ACARA PELANTIKAN PIMPINAN DAERAH AISYIYAH KABUPATEN KULONPROGO PERIODE Wates, 17 April 2011 SAMBUTAN BUPATI KULONPROGO PADA ACARA PELANTIKAN PIMPINAN DAERAH AISYIYAH KABUPATEN KULONPROGO PERIODE 2010-2015 Assalamu alaikum Wr.Wb. Yang Kami Hormati Wates, 17 April 2011 Unsur Muspida Kabupaten Kulonprogo;

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI LOMBOK TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI LOMBOK TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI LOMBOK TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TIMUR, Menimbang : a. bahwa sejarah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk terwujudnya tujuan nasional negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yanti Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yanti Nurhayati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena yang terdapat dikalangan masyarakat seperti saat ini, telah menunjukan adanya penurunan budaya dan karakter bangsa. Hal ini terlihat dari gaya hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah peristiwa yang terjadi begitu saja. Peristiwa tersebut adalah sebuah akumulasi sebuah perjuangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. berbagai cara untuk mencapai apa yang diinginkan. Menurut Pusat Pembinaan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. berbagai cara untuk mencapai apa yang diinginkan. Menurut Pusat Pembinaan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Usaha K. H. Abdurrahman Wahid Usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan, dapat pula dikatakan

Lebih terperinci

KISI-KISI SEJARAH KELAS XI IPS

KISI-KISI SEJARAH KELAS XI IPS 2.1. Menganalisis Kolonialisme dan Imperialisme Perkembangan Pengaruh Barat di Barat dan Perubahan Merkantilisme dan Ekonomi, dan Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat di pada masa Kolonial Demografi, Kapitalisme

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

Lebih terperinci

Gagasan Indonesia. Pembukaan UUD 45. Kuliah Umum Kerjasama Institut Leimena dan Universitas Ciputra Surabaya, y, 28 April 2012

Gagasan Indonesia. Pembukaan UUD 45. Kuliah Umum Kerjasama Institut Leimena dan Universitas Ciputra Surabaya, y, 28 April 2012 Gagasan Indonesia Dalam Pembukaan UUD 45 Kuliah Umum Kerjasama Institut Leimena dan Universitas Ciputra Surabaya, y, 28 April 2012 Indonesia sudah berubah Demokrasi terbesar ke 3 di dunia 1. India

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat diketahui bahwa permasalahan telah terjawab sehingga tujuan penelitian juga tercapai. Pendidikan menjadi salah satu faktor

Lebih terperinci