DIREKTORAT JENDERAL ASIA PASIFIK DAN AFRIKA KEMENTERIAN LUAR NEGERI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DIREKTORAT JENDERAL ASIA PASIFIK DAN AFRIKA KEMENTERIAN LUAR NEGERI"

Transkripsi

1 1 DIREKTORAT JENDERAL ASIA PASIFIK DAN AFRIKA KEMENTERIAN LUAR NEGERI

2 KATA PENGANTAR Abad 21 diramalkan banyak pihak sebagai milik kawasan Asia Pasifik dan Afrika. Kawasan ini diprediksi menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi dunia menyaingi Eropa dan Amerika serta dengan pengaruh global yang semakin kuat. Kecenderungan tersebut juga terefleksikan dalam dinamika kawasan Asia Pasifik dan Afrika serta lingkungan strategis yang diciptakannya vis a vis Indonesia. Indonesia sangat berkepentingan dengan terpeliharanya stabilitas dan momentum pertumbuhan kawasan ini mengingat lebih dari 75% total nilai perdagangan Indonesia berasal dari Asia Pasifik dan Afrika. Kawasan ini juga menyumbangkan lebih dari 76% FDI (Foreign Direct Investment) dan 68% wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia. Indonesia juga sangat berkepentingan atas terpeliharanya lingkungan politik dan keamanan yang kondusif serta suasana kerja sama yang konstruktif di kawasan ini yang merupakan lingkaran terdekat politik luar negeri Indonesia. Di sisi lain, kawasan ini juga memiliki potensi kerawanan yang cukup tinggi mengingat adanya berbagai konflik yang belum terselesaikan, termasuk krisis kemanusiaan di Myanmar, overlapping claim di Laut Cina Selatan, konflik di Timur Tengah dan krisis nuklir di Semenanjung Korea. Upaya diplomasi Indonesia di kawasan Asia Pasifik dan Afrika pada tahun 2017 menyeimbangkan respon atas perkembangan lingkungan strategis yang ada dan upaya memajukan agenda nasional bidang kebijakan luar negeri, terutama kerja sama maritim, penjagaan integritas wilayah, perluasan pasar ekspor Indonesia, dan sentralitas Indonesia dalam perdamaian dan kemanan di kawasan. Tahun 2017 juga merupakan tahun ketiga pelaksanaan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Periode Capaian kinerja selama tahun 2017 berperan sebagai titik hubung yang mengkoneksikan visi jangka menengah dengan capaian target pada fase akhir RENSTRA. Secara keseluruhan, capaian kinerja tahun 2017 menunjukan hasil yang baik dan bahkan melampaui target yang telah ditetapkan. Capaian kinerja pada tahun 2017 tentunya tidak terlepas dari kerja sama dan kerja keras seluruh jajaran pegawai di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika serta semua pihak terkait lainnya. Untuk itu, saya menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya. Melalui Laporan Kinerja ini diharapkan terbentuk pemahaman yang utuh serta gambaran yang menyeluruh atas pelaksanaan kegiatan di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika dalam rangka upaya perbaikan dan peningkatan yang berkelanjutan. Jakarta, 19 Maret 2018 Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Desra Percaya

3 + IKHTISAR Sebagai bagian pelaksanaan tugas Kementerian Luar Negeri, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika telah menetapkan visi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yakni Terwujudnya Wibawa Diplomasi Indonesia di kawasan Asia Pasifik dan Afrika guna Memperkuat Jati Diri Bangsa sebagai negara maritim untuk Kepentingan Rakyat yang selanjutnya dijabarkan dalam 4 (empat) misi yang saling berkaitan sekaligus merefleksikan tema-tema prioritas berupa (i) Memperkuat peran Indonesia dalam kerjasama bilateral dan regional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika untuk memajukan kepentingan nasional; (ii) Meningkatkan diplomasi ekonomi dan maritim di kawasan Asia Pasifik dan Afrika; (iii) Mendorong tindak lanjut kerja sama Indonesia dengan negara-negara dan organisasi regional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang didukung oleh seluruh pemangku kepentingan nasional; dan (iv) Memperkuat organisasi, manajemen dan kualitas sumber daya manusia di lingkungan Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika. Sepanjang tahun 2017 Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika telah menyelenggarakan berbagai kegiatan dalam kerangka upaya peningkatan perdagangan, investasi dan pariwisata Indonesia dengan mitra di kawasan; kerjasama untuk mendukung pengembangan konektivitas, infrastruktur, serta ekonomi maritim nasional; percepatan penyelesaian proses delimitasi perbatasan; kerjasama keamanan lintas batas dan pengembangan ekonomi wilayah perbatasan; intensifikasi dialog bilateral dan peningkatan saling percaya termasuk melalui multitrack engagement; memajukan peran Indonesia dalam resolusi konflik, penjagaan stabilitas, serta penguatan perdamaian di kawasan; dan mendorong engagement pihak terkait di lingkup domestik dalam memanfaatkan serta mengimplementasikan komitmen kerjasama internasional yang telah disepakati Indonesia dengan mitra-mitra di kawasan. Selain itu, sepanjang tahun 2017 telah ditindaklanjuti sebanyak 61 kesepakatan kerja sama bilateral dan 8 prakarsa/rekomendasi Indonesia pada forum kerja sama intrakawasan. Implementasi dari kesepakatan serta prakarsa/rekomendasi kerja sama internasional tersebut pada akhirnya diharapkan dapat menciptakan nilai manfaat yang dirasakan langsung dampaknya oleh masyarakat Indonesia. Sebagai tolok ukur dalam proses pencapaian visi dan misi serta tujuan, pada tahun 2017 Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika menetapkan 19 buah indikator kinerja utama (IKU) beserta targetnya yang mencakup aspek-aspek manajemen/reformasi birokrasi, fungsi diplomasi, serta penggalangan dukungan stakeholder di dalam dan luar negeri. Secara keseluruhan, pada tahun 2017 Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika telah berhasil melampaui target-target yang ditetapkan dengan capaian sebesar 120% (setara batas atas capaian pada sistem pengukuran kinerja instansi pemerintah). RINGKASAN EKSEKUTIF ii

4 Ringkasan tingkat capaian tahun 2017 pada masing-masing IKU tersaji sebagai berikut: RINGKASAN EKSEKUTIF iii

5 Dinamika kawasan Asia Pasifik dan Afrika melahirkan tuntutan respon dan kebutuhan inisiatif intervensi yang tidak selalu sama dari masa ke masa. Meskipun tidak sepenuhnya comparable, capaian kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika pada tahun 2017 konsisten dengan trend peningkatan selama 5 tahun terakhir. Perbandingan Capaian Kinerja Tahun Dalam pelaksanaan tugas, ditemui berbagai tantangan dalam upaya pencapaian sasaran-sasaran strategis. Untuk mengatasinya, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika mengupayakan perbaikan ke dalam sekaligus peningkatan koordinasi dengan mitra terkait sejak tahap perencanaan hingga pelaksanaan dan evaluasi kegiatan, seiring dengan konsep yang dikedepankan Kementerian Luar Negeri yakni diplomasi yang membumi dan diplomasi untuk rakyat. RINGKASAN EKSEKUTIF iv

6 BAB I PENDAHULUAN LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

7 A. Latar Belakang Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah mengamanatkan kepada setiap institusi publik untuk menyusun dan menyajikan Laporan Kinerja (LKj) atas prestasi kerja yang dicapai berdasarkan penggunaan anggaran negara yang telah dialokasikan. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika sebagai salah satu Satuan Kerja di Kementerian Luar Negeri telah melakukan penyusunan LKj tahun Laporan Kinerja disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika dalam melaksanakan tugas dan fungsi selama tahun 2017 dan sekaligus sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja setiap satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, serta sebagai salah satu alat untuk mendapatkan masukan bagi stakeholders demi perbaikan kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika. Landasan yuridis formal penyusunan LKjDirektorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrikatahun 2017 adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme; 2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri; 3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional; 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) ; 8. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; 10. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun ; 11. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 12. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara Republik Indonesia; 13. Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2015 tentang Kementerian Luar Negeri; 14. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah; 15. Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 2 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Luar Negeri. LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

8 B. Tugas dan Fungsi Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Luar Negeri, pada Bab IV Pasal 152 menyatakan bahwa Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika mempunyai Tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penyelengaraan hubungan luar negeri dan politik luar negeri pada lingkup bilateral, intrakawasan dan antarkawasan di Asia Pasifik dan Afrika. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: a. Perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri pada lingkup bilateral, intrakawasan dan antarkawasan di Asia Pasifik dan Afrika; b. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri pada lingkup bilateral, intrakawasan dan antarkawasan di Asia Pasifik dan Afrika; c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri pada lingkup bilateral, intrakawasan dan antarkawasan di Asia Pasifik dan Afrika; d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri pada lingkup bilateral, intrakawasan dan antarkawasan di Asia Pasifik dan Afrika; e. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri pada lingkup bilateral, intrakawasan dan antarkawasan di Asia Pasifik dan Afrika; f. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika; dan g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. C. Struktur Organisasi Berdasarkan Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Luar Negeri, Bab IV Pasal 154 disebutkan bahwa Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika terdiri atas: a. Sekretariat Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika; b. Direktorat Asia Tenggara; c. Direktorat Asia Timur dan Pasifik; d. Direktorat Asia Selatan dan Tengah; e. Direktorat Timur Tengah; f. Direktorat Afrika; dan g. Direktorat Kerja Sama Intrakawasan dan Antarkawasan Asia Pasifik dan Afrika. Adapun bagan struktur organisasi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika adalah sebagai berikut: LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

9 D. Aspek Strategis Organisasi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika merupakan salah satu unsur di Kementerian Luar Negeri yang menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri pada lingkup bilateral, intrakawasan dan antarkawasan di Asia Pasifik dan Afrika. Dalam menjalankan peran tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika senantiasa mempertimbangkan berbagai aspek strategis yang ada, baik dalam ruang lingkup eksternal maupun internal. Hal ini dinilai penting artinya, mengingat aspek strategis tersebut akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan, sasaran dan kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari sisi eksternal, kawasan Asia Pasifik dan Afrika merupakan wilayah dengan dinamika politik, keamanan, ekonomi dan sosial budaya yang sangat kompleks. Kondisi tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap implementasi politik luar negeri Indonesia di kawasan. Sehubungan dengan hal itu, Indonesia harus dapat merumuskan dan melaksanakan kebijakan luar negerinya secara tepat, sehingga dapat memperkuat pengaruh Indonesia di kawasan serta meraih manfaat sebesar mungkin bagi perekonomian dan kesejahteraan rakyat. Dalam konteks tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika menjalankan peran yang sangat strategis dalam mengemban misi politik luar negeri RI di kawasan dan menjadi ujung tombak pelaksanaan kebijakan luar negeri RI di berbagai bidang. LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

10 Dinamika yang terjadi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika secara umum memiliki pengaruh yang sangat signifikan bagi perkembangan situasi global. Adanya pergeseran karakteristik kepemimpinan beberapa negara di kawasan dengan munculnya para technocrat leaders telah menyebabkan perubahan kebijakan politik di berbagai bidang, termasuk dalam tataran hubungan antarnegara. Dari sisi keamanan, konflik dan ketegangan di kawasan masih terjadi dan selalu berakibat pada tragedi kemanusiaan, antara lain: konflik di Suriah, Yaman, Irak, Afghanistan, Darfur, Mali dan Republik Afrika Tengah, termasuk pula di kawasan Asia Tenggara, seperti yang terjadi di Rakhine State, Myanmar, dan di Marawi, Filipina. Disamping itu, potensi konflik dan berbagai permasalahan bilateral di kawasan juga masih terus berlangsung. Beberapa diantaranya adalah sengketa teritorial di Laut China Selatan, proliferasi nuklir di Semenanjung Korea, instabilitas politik di Timur Tengah, serta kejahatan lintas batas negara (illegal migrant, perdagangan obat-obat terlarang), terorisme, dan lain sebagainya. Apabila ditinjau dari segi peluang ekonomi, kawasan Asia Pasifik dan Afrika merupakan wilayah yang sangat strategis, khususnya bagi kepentingan Indonesia. Lebih dari 75% total nilai perdagangan Indonesia berasal dari kawasan ini. Selain itu, kawasan ini juga menyumbangkan lebih dari 76% FDI (Foreign Direct Investment) dan 68% wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut, potensi pasar kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai total sekitar 75% penduduk dunia, serta keberadaan negara-negara pasar non-tradisional juga tentunya menjadi peluang positif yang dapat dimanfaatkan oleh Indonesia. Hal ini menempatkan kawasan Asia Pasifik dan Afrika menjadi basis yang penting dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Keberadaan faktor tersebut tentunya akan sangat mendukung pelaksanaan tugas Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, terutama dalam mengakses berbagai peluang kerja sama yang ada dengan negara-negara di kawasan, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan. Dalam konteks kerja sama antara Indonesia dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik dan Afrika, diplomasi ekonomi mengacu kepada kepentingan pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif. Kerja sama dan kemitraan strategis yang telah dibangun perlu dimanfaatkan secara optimal demi kepentingan nasional Indonesia, melalui berbagai fora internasional, antara lain: Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) dan kerja sama subregional Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA). Disamping itu, sejalan dengan aspirasi Indonesia sebagai negara maritim, diplomasi ekonomi dimaksud juga perlu untuk digalakkan, salah satunya melalui forum Indian Ocean Rim Association (IORA). Kerja sama perekonomian dengan sejumlah negara anggota IORA memiliki potensi yang besar dan perlu didorong, mengingat potensi sumbangannya yang cukup besar bagi kepentingan nasional Indonesia. Dalam hal ini, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika tentunya memegang peranan penting bagi keberhasilan diplomasi ekonomi Indonesia tersebut. Dilihat dari perkembangan situasi nasional, pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam kurun waktu lima tahun terakhir masih cenderung stabil. Disamping itu, para pelaku ekonomi internasional juga telah mengakui berbagai potensi yang dimiliki Indonesia, baik di kawasan Asia Pasifik dan Afrika, maupun dunia. Hal ini tentunya akan semakin mempermudah upaya menarik minat para counterparts di negara-negara kawasan Asia Pasifik dan Afrika untuk mengembangkan kerja sama yang saling menguntungkan. Sejalan LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

11 dengan hal tersebut, posisi Indonesia sebagai salah satu dari negara demokrasi terbesar di dunia, penerapan good governance, serta situasi keamanan yang relatif kondusif juga akan memberikan kontribusi positif dalam upaya meningkatkan konektivitas dan memperkuat pengaruh Indonesia di kawasan. Namun demikian, tentunya masih terdapat pula beberapa agenda yang perlu menjadi perhatian dalam rangka peningkatan hubungan ekonomi dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik dan Afrika, antara lain pembenahan infrastruktur, serta upaya mempromosikan kerja sama internasional untuk meningkatkan minat dan respon mitra bisnis Indonesia. Sementara itu, dari sisi internal, pencapaian tujuan dan sasaran strategis yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika untuk tahun 2017 akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor Sumber Daya Manusia (SDM). Jumlah SDM yang memadai dan profesional akan sangat membantu pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika. Sehubungan dengan itu, kegiatan peningkatan wawasan, keahlian dan keterampilan SDM, serta pengadaan sarana prasarana yang menunjang, merupakan salah satu kegiatan yang mendapat prioritas pada Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika. Sesuai dengan Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 2 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Luar Negeri, perangkat jabatan di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika tersusun atas jabatan struktural dan kelompok jabatan fungsional. Pada tahun 2017, sejumlah 45 dari 58 pos jabatan struktural telah terisi. Adapun pada kelompok jabatan fungsional, dari 271 formasi yang tersedia, baru terisi 118 jabatan. Meskipun jumlah SDM yang tersedia masih di bawah tingkat ideal, namun diupayakan mengatasi tantangan yang ada dengan optimalisasi tenaga serta fleksibilitas dalam pembagian tugas (job distribution). Pelaksanaan kegiatan organisasi juga didukung oleh pengaturan arus instruksi kerja standar yang telah dituangkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika nomor 1381/SK/RO/04/2017S/04 tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Mikro Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika. Hal ini berkontribusi pada peningkatan efisiensi pelaksanaan kegiatan. Secara umum, berdasarkan dinamika yang terjadi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri harus dapat melaksanakan kebijakan luar negeri secara tepat, sehingga dapat meraih manfaat ekonomi dan politik sebesar mungkin bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Dalam hal ini, dengan mempertimbangkan aspek strategis eksternal dan internal tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika sebagai salah satu Satuan Kerja Eselon I di lingkungan Kementerian Luar Negeri memiliki peran yang sangat strategis dalam mengemban misi politik luar negeri RI di kawasan dan menjadi ujung tombak pelaksanaan kebijakan luar negeri RI di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan. Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika juga tentunya senantiasa bekerjasama dan bersinergi dengan berbagai Kementerian/Lembaga terkait, serta Perwakilan RI di negara-negara kawasan Asia Pasifik dan Afrika, sebagai perpanjangan tangan Pemerintah RI di luar negeri. LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

12 BAB II PERENCANAAN KINERJA LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

13 Learning & Growth Internal Business Process Stakeholder A. Rencana Strategis Perencanaan Kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika tahun 2016 sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Strategis (RENSTRA) tahun mencakup Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis yang telah diterjemahkan dengan grafik Balanced Scored Card sebagai berikut : Peta Strategi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika KEMENTERIAN LUAR NEGERI Stakeholder: pemegang kepentingan yang memiliki hak dan kepentingan dalam sebuah sistem, diantaranya: Presiden, DPR, MPR, K/L, Pemda, LSM, Pemprov, WNI/BHI. Perwakilan Asing, Media, Akademisi, Diaspora, LSM, WMN, Organisasi Internasional S1. Kepemimpinan dan peran Indonesia yang berpengaruh di kawasan Aspasaf S2. Dukungan diplomasi di kawasan Aspasaf untuk Mewujudkan Peningkatan Pembangunan Nasional Diplomasi Dukungan pihak-pihak yang berkepentingan dalam negeri B1. Diplomasi maritim polkam dan perbatasan yang kuat di kawasan Aspasaf B2. Diplomasi Ekonomi, Sosial dan Budaya yang kuat di Kawasan Aspasaf B3. Dukungan dan komitmen nasional yang tinggi atas kesepakatan internasional di kawasan Aspasaf SDM Organisasi dan Lingkungan Kerja Anggaran L1. Implementasi Talent Management di Ditjen Aspasaf L2. Organisasi dan tata kelola yang baik di Ditjen Aspasaf L3. Peningkatan Engagement Pegawai di Ditjen Aspasaf L4. Pengelolaan Anggaran yang Optimal dan Akuntabel di Ditjen Aspasaf LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

14 Terwujudnya Wibawa Diplomasi guna Memperkuat Jati Diri Bangsa sebagai Negara Maritim untuk Kepentingan Rakyat VISI KEMLU MISI KEMLU 1. Memperkuat peran dan kepemimpinan Indonesia sebagai negara maritim dalam kerja sama internasional untuk memajukan kepentingan nasional 2. Memantapkan peran Kementerian Luar Negeri sebagai penjuru pelaksana hubungan luar negeri dengan dukungan dan peran aktif seluruh pemangku kepentingan nasional 3. Mewujudkan kapasitas Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan RI yang mumpuni VISI DITJEN ASPASAF Terwujudnya Wibawa Diplomasi Indonesia di kawasan Asia Pasifik dan Afrika guna Memperkuat Jati Diri Bangsa sebagai negara maritim untuk Kepentingan Rakyat MISI DITJEN ASPASAF 1. Memperkuat peran Indonesia dalam kerja sama bilateral dan regional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika untuk memajukan kepentingan nasional 2. Meningkatkan diplomasi ekonomi dan maritim di kawasan Asia Pasifik dan Afrika 3. Mendorong tindak lanjut kerja sama Indonesia dengan negaranegara dan organisasi regional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang didukung oleh seluruh pemangku kepentingan nasional 4. Memperkuat organisasi, manajemen dan kualitas Sumber Daya Manusia di lingkungan Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Peran Indonesia di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang meningkat SASARAN STRATEGIS DITJEN ASPASAF LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

15 PROGRAM DAN KEGIATAN Program Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika tahun 2017 adalah Program Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri serta Optimalisasi Diplomasi di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika, yang kemudian dijabarkan menjadi Peningkatan Hubungan dan Politik Luar Negeri melalui kerja sama di berbagai bidang di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang dilakukan oleh 7 Eselon II, sebagai berikut: o Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di Kawasan Afrika; o Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di Kawasan Asia Selatan dan Tengah; o Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di Kawasan Asia Timur dan Pasifik; o Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di Kawasan Asia Tenggara; o Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di Kawasan Timur Tengah; o Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri Melalui Kerja Sama Intrakawasan dan Antarkawasan Asia Pasifik dan Afrika; o Dukungan manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika. SASARAN PROGRAM o o o o o o o o o Kepemimpinan Indonesia yang berpengaruh di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika Dukungan diplomasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika untuk Mewujudkan Peningkatan Pembangunan Nasional Diplomasi maritim dan polkam yang kuat di kawasan Asia Pasifik dan Afrika Diplomasi Ekonomi, Sosial dan Budaya yang kuat di kawasan Asia Pasifik dan Afrika Dukungan dan komitmen nasional yang tinggi atas kesepakatan internasional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika Implementasi Talent Management di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Organisasi dan tata kelola yang baik di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Peningkatan Engagement Pegawai di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Pengelolaan Anggaran yang Optimal dan Akuntabel di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

16 B. Perjanjian Kinerja Tahun 2017 Renstra Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Tahun selanjutnya menjadi referensi dalam menetapkan dokumen perencanaan tahunan, yaitu Rencana Aksi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Tahun Berdasarkan dokumen Rencana Aksi tersebut dan disesuaikan dengan DIPA tahun 2017 yang telah ditetapkan, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika menyusun Perjanjian Kinerja (PK) Tahun Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara dokumen PK Tahun 2017 dengan PK periode sebelumnya. Dokumen PK Tahun mengevaluasi tingkat capaian kinerja dari segi pelaksanaan program/kegiatan internal (internal business process), yaitu: Peningkatan Peran Indonesia Di Kawasan Asia Pasifik Dan Afrika, dengan indikator utama berupa: Persentase Kesepakatan Kerja Sama yang Ditindaklanjuti dan Persentase Prakrasa/Rekomendasi pada Forum Kerja Sama Intrakawasan yang Ditindaklanjuti. Sementara itu, PK Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Tahun 2017 disusun dengan basis balanced scorecard (BSC) dan merupakan turunan (cascading) dari PK Kementerian Luar Negeri. Komponen evaluasi capaian kinerja pada PK Tahun 2017 tidak hanya difokuskan pada internal business process, namun juga pada perspektif stakeholders dan faktor pengembangan kapasitas internal organisasi (learning and growth). Tabel 2.1 Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Tahun Anggaran 2017 Kode Kode Indikator Kinerja Utama Sasaran Program Target SS IKU (IKU) (1) (2) (3) (4) (5) Stakeholders S1 S2 Kepemimpinan Indonesia yang berpengaruh di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika Dukungan diplomasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika untuk Mewujudkan Peningkatan Pembangunan Nasional S1.1 Persentase kepemimpinan Indonesia pada forum regional Kawasan Asia Pasifik dan Afrika S2.1 Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai target peningkatan nilai perdagangan dengan Indonesia 60% 29 S2.2 Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai target peningkatan nilai investasi asing ke Indonesia S2.3 Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai target peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

17 Kode Kode Indikator Kinerja Utama Sasaran Program Target SS IKU (IKU) (1) (2) (3) (4) (5) Internal Business Process B1 B2 Diplomasi maritim dan polkam yang kuat di kawasan Asia Pasifik dan Afrika Diplomasi Ekonomi, Sosial dan Budaya yang kuat di kawasan Asia Pasifik dan Afrika B1.1 Jumlah kesepakatan hasil perundingan diplomasi maritim dan polkam di kawasan Asia Pasifik dan Afrika B1.2 Persentase prakarsa/rekomendasi Indonesia bidang kemaritiman dan polkam yang diterima di kawasan Asia Pasifik dan Afrika B2.1 Jumlah kesepakatan di bidang ekonomi, sosial dan budaya di kawasan Asia Pasifik dan Afrika B2.2 Jumlah data economic intelligence negara atau wilayah akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika B2.3 Jumlah promosi Trade Tourism and Investment (TTI) di kawasan Asia Pasifik dan Afrika B2.4 Persentase prakarsa/rekomendasi Indonesia di bidang ekonomi, sosial dan budaya yang diterima di kawasan Asia Pasifik dan Afrika 25 80% % B3 Dukungan dan komitmen nasional yang tinggi atas kesepakatan internasional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika Learning & Growth L1 Implementasi Talent Management di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika B3.1 Persentase kesepakatan kerja sama bilateral di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang ditindak lanjuti oleh stakeholder dalam negeri B3.2 Persentase prakarsa/rekomendasi pada forum kerja sama intrakawasan dan antarkawasan Asia Pasifik dan Afrika yang ditindaklanjuti oleh stakeholders dalam negeri L1.1 Persentase pejabat di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan 80% 80% 50% LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

18 Kode Kode Indikator Kinerja Utama Sasaran Program SS IKU (IKU) Target (1) (2) (3) (4) (5) L2 Organisasi dan tata kelola yang L2.1 Nilai Reformasi Birokrasi 85 baik di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika L2.2 Kemenlu Nilai evaluasi AKIP Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan 76 L3 L4 Peningkatan Engagement Pegawai di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Pengelolaan Anggaran yang Optimal dan Akuntabel di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Afrika L3.1 Indeks engagement pegawai di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika L4.1 Persentase realisasi anggaran dan realisasi kinerja di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika L4.2 Persentase temuan BPK yang ditindaklanjuti di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika L4.3 Persentase dokumen rencana kerja dan anggaran Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 3 98% 100% 100% C. Program dan Kegiatan Perjanjian Kinerja Tahun 2017 di atas merupakan rujukan bagi pelaksanaan program dan kegiatan Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika pada tahun Adapun program yang ditetapkan untuk tahun 2017 adalah: Program Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri serta Optimalisasi Diplomasi di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika, yang kemudian dijabarkan menjadi kegiatan Peningkatan Hubungan dan Politik Luar Negeri melalui kerja sama di berbagai bidang di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang dilakukan oleh 7 Eselon II, sebagai berikut: 1. Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di Kawasan Afrika; 2. Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di Kawasan Asia Selatan dan Tengah; 3. Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di Kawasan Asia Timur dan Pasifik; 4. Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di Kawasan Asia Tenggara; 5. Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di Kawasan Timur Tengah; 6. Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri Melalui Kerja Sama Intrakawasan Asia Pasifik dan Afrika; 7. Dukungan manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika. LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

19 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

20 A. Gambaran Umum Akuntabilitas Kinerja Tahun 2017 Dalam rangka mendukung tercapainya sasaran strategis Kementerian Luar Negeri pada tahun 2017, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika telah berhasil melaksanakan berbagai kegiatan sebagai perwujudan dari diplomasi ekonomi, diplomasi maritim, politik, keamanan dan perbatasan, diplomasi sosial dan budaya, dukungan dan komitmen nasional atas kesepakatan internasional di kawasan, serta upaya-upaya untuk meningkatkan peran Indonesia di dunia internasional. Keberhasilan tersebut sekaligus mengindikasikan tercapainya target kinerja sebagaimana yang telah ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja Tahun Pada tataran bilateral, kiprah diplomasi ekonomi, sosial dan budaya, diwujudkan melalui penandatanganan kesepakatan kerja sama dalam berbagai bidang, antara lain: energi, minyak bumi, gas alam dan sumber daya mineral, pertanian dan perikanan, perdagangan dan investasi, budaya dan pariwisata, pendidikan, serta perbankan dan proyek pembangunan. Diplomasi ekonomi juga diwujudkan dalam bentuk pelaksanaan berbagai kegiatan untuk mempromosikan potensi Trade, Tourism, and Investment (TTI) Indonesia di negara-negara kawasan Asia Pasifik dan Afrika, baik melalui business forum and gathering, familiarization trip, business mission and connection, economic dialogue, serta trade mission and expo. Sementara itu, dari segi diplomasi maritim, politik, keamanan dan perbatasan, telah disepakati beberapa perjanjian kerja sama bilateral, antara lain: memerangi illegal fishing, memajukan tata kelola perikanan berkelanjutan, serta menjaga pertahanan dan keamanan di daerah perbatasan. Sepanjang tahun 2017, Indonesia juga telah secara aktif memainkan peranan penting dalam upaya untuk mengatasi konflik sebagai wujud diplomasi kemanusiaan. Salah satu diantaranya adalah upaya diplomasi kemanusiaan Indonesia di Rakhine State Myanmar yang diwujudkan dengan inisiatif langkah 4+1 yang disampaikan oleh Menteri Luar Negeri kepada Daw Aung San Suu Kyi pada saat kunjungan ke Myanmar tanggal 4 September Sebagai tindak lanjut kunjungan tersebut, Indonesia telah mengirimkan bantuan kemanusiaan, antara lain: berupa makanan, pakaian, obat-obatan, dan tenda untuk pengungsi di Bangladesh berjumlah 74 ton dan untuk masyarakat di Rakhine State sejumlah 20 ton. Penyerahan bantuan kemanusiaan Indonesia bagi pengungsi Rakhine State, Myanmar, 21 September 2017 LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

21 Penyerahan bantuan kemanusiaan Indonesia bagi pengungsi Rohingya di Bangladesh, Dhaka, 14 September 2017 Pelaksanaan diplomasi kemanusiaan oleh Pemerintah Indonesia juga disinergikan dengan upaya penyampaian bantuan oleh organisasi kemasyarakatan Indonesia, yaitu: Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM). Sinergi tersebut antara lain terwujud dalam bentuk bantuan bangunan sekolah bagi anak-anak Myanmar yang diresmikan oleh Menteri Luar Negeri RI pada tanggal 21 Januari 2017 dan program Humanitarian Assistance for Sustainable Community (HASCO) yang diluncurkan pada 31 Agustus 2017 dengan empat bidang, yaitu: pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi dan peningkatan kapasitas. Menlu RI, Retno L.P. Marsudi pada saat peresmian gedung sekolah bantuan masyarakat Indonesia yang dikoordinir oleh Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU), salah satu anggota Aliansi Lembaga Kemanusiaan Indonesia (ALKI) untuk masyarakat Rakhine State, Myanmar, 21 Januari 2017 Seiring dengan meningkatnya tantangan yang dihadapi dalam bidang keamanan, yang antara lain ditunjukan dengan krisis keamanan di Marawi City Filipina, Indonesia juga telah berinisiatif mengaktifkan forum trilateral bersama Malaysia dan Filipina untuk memberantas dan mengatasi penyebaran terorisme di kawasan. Implementasi dari kesepakatan trilateral tersebut adalah aktivitas patroli bersama, yaitu: trilateral maritime patrol di Tarakan, Indonesia, 19 Juni 2017; trilateral air patrol di Subang, Malaysia, 12 Oktober 2017; dan trilateral port visit di Tawi-tawi, Filipina, 15 November LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

22 Keberhasilan diplomasi Indonesia di dunia internasional terlihat dari beberapa prakarsa/rekomendasi yang diterima pada forum intra dan antarkawasan, antara lain: Asia- Pacific Economic Cooperation (APEC); Indian Ocean Rim Association (IORA); Pacific Islands Forum (PIF), Asian Parliamentary Assembly (APA); Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF) Forum; serta Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia- Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA). Disamping itu, Indonesia juga berhasil menjadi chair dan fasilitator/host dari berbagai pertemuan internasional. Posisi tersebut memiliki arti strategis dalam upaya mempromosikan agenda nasional dan kontribusi terhadap penyelesaian isu-isu global. Terkait peningkatan dukungan dan komitmen nasional atas kebijakan luar negeri dan kesepakatan internasional, telah ditindaklanjuti sebanyak 62 kesepakatan kerja sama bilateral dan 8 prakarsa/rekomendasi Indonesia pada forum kerja sama intra dan antarkawasan. Implementasi kesepakatan dan prakarsa/rekomendasi kerja sama dimaksud merupakan capaian kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, sebagaimana yang telah ditetapkan melalui Indikator Kinerja Utama. Berbagai upaya tindak lanjut oleh stakeholders tersebut pada akhirnya diharapkan dapat menciptakan nilai manfaat ekonomi, keuangan, dan pembangunan yang optimal bagi seluruh masyarakat Indonesia. Salah satu capaian kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang mendukung agenda nasional terkait poros maritim Indonesia adalah berbagai kerja sama intra dan antarkawasan yang antara lain diwujudkan melalui forum Indian Ocean Rim Association (IORA). Peningkatan kerja sama terkait poros maritim Indonesia tersebut merupakan momentum yang sangat strategis di tengah keketuaan Indonesia pada forum IORA. Kerja sama strategis melalui forum IORA difokuskan pada enam bidang, yaitu: keamanan maritim, budaya perikanan dan perairan, energi, manajemen resiko bencana, teknologi dan ilmu pengetahuan, pariwisata dan pertukaran budaya. Dalam konteks keketuaan Indonesia pada forum IORA, sepanjang tahun 2017 telah dilaksanakan berbagai pertemuan sebagai berikut: 1. IORA Leader's Summit, Jakarta, 5-7 Maret 2017 Konferensi Tingkat Tinggi (Leaders Summit) IORA diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 7 Maret Pertemuan dihadiri oleh 8 Kepala Negara/Pemerintahan, 7 Wakil Kepala Negara/Pemerintahan, 13 Menteri/Pejabat Setingkat Menteri negara anggota, mitra wicara, 3 perwakilan organisasi IORA Leader's Summit, Jakarta, 5-7 Maret 2017 LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

23 internasional (ASEAN, FAO, UNESCO) dan 1 negara tamu (Myanmar). KTT IORA 2017 merupakan Pertemuan Tingkat Tinggi IORA pertama sejak IORA berdiri tahun Pertemuan ini juga sekaligus memperingati 20 tahun berdirinya IORA. Rangkaian KTT IORA didahului oleh Pertemuan Pejabat Tinggi (CSO) pada 5 Maret 2017 dan Pertemuan Tingkat Menteri (COMM) pada 6 Maret CSO membahas finalisasi IORA Concord dan sepakat mengubah penamaannya menjadi Jakarta Concord. Jakarta Concord disetujui. COM juga mengadopsi 2 dokumen akhir, yakni IORA Action Plan untuk tahun dan Declaration on Preventing and Countering Terrorism and Violent Extremism. KTT IORA dibuka oleh Presiden Joko Widodo dan dihadiri oleh seluruh negara anggota, mitra dialog, organisasi internasional dan tamu undangan lainnya. Pada persidangan, khususnya sesi plenary, persidangan dipimpin secara bergantian oleh Presiden RI, Presiden Afrika Selatan dan Perdana Menteri Australia. Jakarta Concord, sebagai outcome document pertemuan, secara resmi disahkan oleh para pemimpin IORA. Dokumen tersebut ditandatangani oleh seluruh Kepala Negara/Pemerintahan yang hadir. Dengan penandatanganan Jakarta Concord, para pemimpin IORA berkomitmen untuk memperkuat kerja sama yang telah terbentuk selama ini. 2. The 3 rd IORA Blue Economy Core Group (BECG) Workshop, Mauritius, 9-11 April Pertemuan ke-3 Blue Economy Core Group (BECG) Workshop yang mengangkat tema Environmental Sustainability and the Blue Economy in the Indian Ocean Rim Region. Pada pertemuan tersebut, Indonesia menekankan pentingnya tindak lanjut inisiatif Blue Economy, sebagaimana dimandatkan juga pada Jakarta Concord. Disamping itu, disampaikan pula upaya konkret Pemri dalam implementasi konsep Blue Economy, dengan best The 3 rd IORA Blue Economy Core Group (BECG) Workshop, Mauritius, 9-11 April 2017 practices pengembangan perikanan dan budi daya ikan berkelanjutan di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Disampaikan pula persiapan the 2 nd IORA Ministerial Blue Economy Conference, serta pokok-pokok Jakarta Declaration yang akan menjadi dokumen akhir konferensi. LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

24 3. The 1 st IORA Workshop on Sustainable Tourism Destination, Mauritius, 1-6 Mei Workshop pertama di bidang Sustainable Tourism Destination di IORA membahas isuisu terkait pengembangan kepariwisataan yang berkelanjutan, termasuk peluang dan tantangan yang dihadapi serta pembahasan proyek-proyek terkait sustainable tourism destination management. Indonesia melakukan sharing best practice dengan negara-negara anggota IORA terkait: a. Prinsip-prinsip pengembangan pariwisata berkelanjutan yang menjadi prioritas Pemri; dan b. Pemanfaatan keterlibatan host communities dalam pembangunan pariwisata di Desa Pemuteran, Bali, melalui revitalisasi lingkungan. Pada forum tersebut, prakarsa/usulan Indonesia diterima sebagai salah satu proyek potensial untuk prioritas manajemen pariwisata, yakni: Capacity-building on Sustainable Tourism Destination, Observatory and Certification. The 1 st IORA Workshop on Sustainable Tourism Destination, Mauritius, 1-6 Mei The 7 th IORA Bi-annual Committee of Senior Officials (CSO) Meeting, Bali, 2-3 Agustus Pertemuan 7 th IORA Bi-annual Committee of Senior Officials (CSO) Meeting dilaksanakan di Bali pada tanggal 2 3 Agustus 2017, dan merupakan pertemuan IORA terakhir yang diselenggarakan Indonesia pada masa keketuaan periode Pertemuan dihadiri oleh 21 negara anggota, specialized agencies (Regional Centre for Science and Transfer of Technology/RCSTT) dan Chair of Indian Ocean Studies (CIOS). LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

25 Pertemuan menyepakati sejumlah hal pokok sebagai berikut: a. Amandemen IORA Charter : - Perubahan Charter diperlukan untuk memuat hasil-hasil KTT IORA, khususnya IORA Action Plan. - Diharapkan amandemen Charter lebih bersifat fleksibel untuk dapat mengantisipasi perkembangan IORA ke depan. - Proses perubahan harus melibatkan seluruh anggota IORA. b. Pemilihan Sekretaris Jenderal IORA periode : - Troika IORA (Indonesia, Afrika Selatan dan Australia) dibantu incumbent Sekjen IORA akan melakukan proses seleksi kepada para kandidat Sekjen - Sekretrariat IORA akan memperbaharui kriteria pemilihan kandidat untuk kemudian disirkulasi ke negara anggota guna mendapat tanggapan. The 7 th IORA Bi-annual Committee of Senior Officials (CSO) Meeting, di Bali, 2-3 Agustus 2017 LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

26 6. IORA Outreach Program Sebagai upaya untuk memperkuat kerja sama dengan civitas akademika melalui kegiatan diseminasi informasi mengenai hubungan dan kerja sama luar negeri, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika melakukan sejumlah outreach program, khususnya dalam rangka diseminasi hasil-hasil keketuaan Indonesia di forum IORA. Tujuan dari program adalah untuk meningkatkan pemahaman pemangku kepentingan mengenai perkembangan kerja sama IORA serta memahami berbagai potensi kerja sama yang dapat dikembangkan melalui peran Indonesia di IORA. Outreach program tersebut dilaksanakan dengan beberapa universitas/perguruan tinggi di Indonesia, sebagai berikut: a. Universitas Sriwijaya, 14 Agustus 2017 dengan tema Peran Indonesia di IORA dan Organisasi Regional Lainnya di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika dalam Rangka Mencapai Tujuan Nawa Cita ; b. Universitas Jember, 30 Oktober 2017 dengan tema IORA dan Pemberdayaan Hubungan Historis Nusantara dan Timur Tengah: Menterjemahkan Kedekatan Sejarah menadi Peluang Strategis ; c. Universitas Islam Malang, 1 November 2017 dengan tema IORA dan Masa Depan Hubungan Indonesia-Timur Tengah ; d. Universitas Lampung, 13 November 2017 dengan tema IORA dan Peran Indonesia sebagai Maritime Gateway Timur Tengah ke Pasifik ; e. Universitas Airlangga, 15 November 2017 dengan tema Indonesia-Australia Relations: Challenges and the Way Forward Potensi Perluasan Kerja Sama Ekonomi, Sosial Budaya RI-Australia dalam Kerangka Kerja Sama Kemaritiman Bilateral dan Regional IORA ; f. Universitas Sumatera Utara, 27 November 2017 dengan tema Indonesia dalam Kerja Sama Regional IORA dan APEC: Manfaat, Peran dan Proyeksi ke Depan. Outreach program dengan Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan, 14 Agustus 2017 LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

27 5. Maritime Safety and Security Programme, Semarang, Agustus Sebagai bagian dari tindak lanjut IORA Action Plan, Indonesia mengadakan The Maritime Safety and Security Programme di Semarang pada tanggal Agustus Program tersebut merupakan kerja sama Kementerian Luar Negeri dengan Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC). Tujuan pelaksanaan program adalah untuk meningkatkan kapabilitas dan pengetahuan para penegak hukum dalam penanganan kejahatan maritim, memperkuat hubungan kerja sama antar lembaga penegak hukum dan mengembangkan jejaring antar sesama penegak hukum. Program tersebut juga sebagai forum untuk pertukaran pengalaman di antara para penegak hukum, disamping untuk pengembangan jejaring. Dengan mempertimbangkan posisi strategis Indonesia sebagai poros maritim yang terletak di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, serta sesuai amanat Jakarta Concord, maka program tersebut juga mengundang keikutsertaan negara/organisa si regional dari kawasan Pasifik. Program tersebut diikuti oleh 13 peserta dari negara anggota IORA (Australia, Bangladesh, Comoros, India, Indonesia, Malaysia, Mauritius, Mozambique, Oman, Somalia, South Africa, Sri Lanka, dan Tanzania) dan Sekretariat IORA. Sebagai invited guests, program tersebut juga diikuti oleh negara anggota MSG (Fiji, Solomon Islands, Timor- Leste), dan Sekretariat MSG. Maritime Safety and Security Programme, Semarang, Agustus 2017 Para peserta program menyampaikan sejumlah rekomendasi, termasuk perlunya pengembangan kerangka terkait keselamatan dan keamanan maritim di kawasan, termasuk identifikasi common concern dan langkah-langkah yang dapat diterapkan. Kerangka tersebut dapat berfungsi sebagai blueprint pengembangan strategi regional untuk meningkatkan kerja sama di bidang tersebut. LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

28 6. The 17 th Meeting of the IORA Council of Ministers (COM), Durban, Oktober Indonesia menyerahkan estafet keketuaan IORA kepada Afrika Selatan secara resmi dalam The 17 th Meeting of the IORA Council of Ministers (COM) yang diselenggarakan di Durban tanggal Oktober Pertemuan dibuka oleh Wakil Menteri Luar Negeri RI, Dr. A.M. Fachir. Dalam pertemuan tersebut, dilakukan pembahasan terkait komitmen negara-negara anggota IORA dalam penanganan isu-isu global, antara lain: persamaan gender dan penguatan ekonomi kaum wanita; keamanan maritim dan regional, blue economy, peningkatan inovasi dan penciptaan lapangan kerja serta pembangunan ekonomi berkelanjutan. The 17 th Meeting of the IORA Council of Ministers (COM), Durban, Oktober Workshop on Marine Aquaculture and Fish Health Management, Situbondo, November Workshop on Marine Aquaculture and Fish Health Management dilaksanakan oleh Kementerian Luar Negeri bekerjasama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tanggal November 2017 di Balai Pelatihan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo dan Banyuwangi. Program ini dihadiri oleh 17 peserta dari 15 negara anggota IORA yaitu Bangladesh, Uni Comoros, India, Kenya, Madagaskar, Malaysia, Mauritius, Mozambik, Oman, Seychelles, Singapura, Somalia, Sri Lanka, Tanzania dan Thailand. Fokus program adalah pada proses budidaya ikan kerapu, salah satu komoditas ekspor yang bernilai tinggi. LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

29 Tujuan utama workshop adalah peningkatan kapasitas para ahli perikanan negaranegara anggota IORA melalui transfer informasi dan keahlian serta sharing best practices untuk memajukan sekaligus menghadapi tantangan yang dihadapi sektor perikanan budidaya. Selain itu, para peserta diharapkan dapat memperkuat kerja sama melalui pembangunan jejaring. Workshop merupakan implementasi dari hasil KTT IORA, utamanya IORA Action Peserta dari Negara Anggota IORA mengunjungi keramba jarring apung di Situbondo, salah satu program Workshop on Marine Aquaculture and Fish Health Management, Situbondo, November 2017 Plan. Workshop ini juga merupakan salah satu voluntary commitments Indonesia yang disampaikan pada The 2 nd IORA Ministerial Blue Economy Conference di Jakarta, 8 10 Mei Kegiatan workshop terdiri dari diskusi kelas, praktek laboratorium, kunjungan ke Keramba Jaring Apung (KJA), kunjungan ke pembenihan kerapu serta ke pusat pengalengan. Berbagai upaya telah dilaksanakan untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Namun demikian, disadari masih terdapat kendala dalam memenuhi target output yang disebabkan berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

30 B. Capaian Indikator Kinerja Tahun 2017 Dalam rangka menjamin tercapainya sasaran strategis agar lebih optimal, maka Kementerian Luar Negeri melakukan penambahan dan penyempurnaan beberapa indikator kinerja utama (IKU) yang digunakan pada periode sebelumnya. Penyesuaian yang dilakukan diantaranya Perubahan IKU dan Target IKU serta Penetapan IKU Baru. Perubahan IKU tersebut ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Luar Negeri RI Nomor: 84/B/RO/I/2017/01 Tahun 2017 tanggal 31 Januari 2017 tentang Perubahan Peta Strategi dan Indikator Kinerja Utama Kementerian Luar Negeri Tahun Dengan demikian, pengukuran tingkat capaian Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika pada tahun 2017 dilakukan dengan menggunakan IKU yang berbasis balanced scorecard (BSC) dan merupakan turunan (cascading) dari IKU Kementerian Luar Negeri. Dengan demikian, terdapat perbedaan signifikan antara IKU Tahun 2017 dengan IKU Tahun Pada tahun 2016, rumusan IKU yang digunakan hanya meliputi perspektif internal business process dengan sasaran strategis Dukungan dan komitmen nasional yang tinggi atas kesepakatan internasional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika, yaitu: 1. Persentase kesepakatan kerja sama bilateral yang ditindaklanjuti; 2. Persentase prakarsa/rekomendasi pada forum kerja sama intrakawasan yang ditindaklanjuti. Sementara itu, rumusan IKU tahun 2017 meliputi komponen penilaian berdasarkan perspektif pemangku kepentingan (stakeholders), pelaksanaan program/kegiatan internal (internal business process), serta pengembangan kapasitas internal organisasi (learning and growth), sebagai berikut: 1. Sasaran strategis berdasarkan perspektif stakeholders: a. Kepemimpinan Indonesia yang berpengaruh di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika, diukur dengan IKU: Persentase kepemimpinan Indonesia pada forum regional Kawasan Asia Pasifik dan Afrika. b. Dukungan diplomasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika untuk Mewujudkan Peningkatan Pembangunan Nasional Dukungan diplomasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika untuk Mewujudkan Peningkatan Pembangunan Nasional, diukur dengan IKU: - Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai target peningkatan nilai perdagangan dengan Indonesia; - Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai target peningkatan nilai investasi asing ke Indonesia; - Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai target peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia. 2. Sasaran strategis berdasarkan perspektif internal business process: a. Diplomasi maritim dan polkam yang kuat di kawasan Asia Pasifik dan Afrika, diukur dengan IKU: - Jumlah kesepakatan hasil perundingan diplomasi maritim dan polkam di kawasan Asia Pasifik dan Afrika; - Persentase prakarsa/rekomendasi Indonesia bidang kemaritiman dan polkam yang diterima di kawasan Asia Pasifik dan Afrika. LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

31 b. Diplomasi Ekonomi, Sosial dan Budaya yang kuat di kawasan Asia Pasifik dan Afrika, diukur dengan IKU: - Jumlah kesepakatan di bidang ekonomi, sosial dan budaya di kawasan Asia Pasifik dan Afrika; - Jumlah data economic intelligence negara atau wilayah akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika; - Jumlah promosi Trade Tourism and Investment (TTI) di kawasan Asia Pasifik dan Afrika; - Persentase prakarsa/rekomendasi Indonesia di bidang ekonomi, sosial dan budaya yang diterima di kawasan Asia Pasifik dan Afrika. c. Dukungan dan komitmen nasional yang tinggi atas kesepakatan internasional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika, diukur dengan IKU: - Persentase kesepakatan kerja sama bilateral di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang ditindak lanjuti oleh stakeholder dalam negeri; - Persentase prakarsa/rekomendasi pada forum kerja sama intrakawasan dan antarkawasan Asia Pasifik dan Afrika yang ditindaklanjuti oleh stakeholders dalam negeri. 3. Sasaran strategis berdasarkan perspektif learning and growth: a. Implementasi Talent Management di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, diukur dengan IKU: Persentase pejabat di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan. b. Organisasi dan tata kelola yang baik di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, diukur dengan IKU: - Nilai Reformasi Birokrasi Kemenlu; - Nilai evaluasi AKIP Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika; c. Peningkatan Engagement Pegawai di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, diukur dengan IKU: Indeks engagement pegawai di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika. d. Pengelolaan Anggaran yang Optimal dan Akuntabel di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, diukur dengan IKU: - Persentase realisasi anggaran dan realisasi kinerja di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika; - Persentase temuan BPK yang ditindaklanjuti di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika; - Persentase dokumen rencana kerja dan anggaran Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. IKU Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika tersebut telah ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Nomor 1500/SK/RO/05/2017/04 tentang Perubahan Peta Strategi/Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Tahun 2017 Dengan demikian, secara detail capaian kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika tahun 2017 dapat diuraikan secara rinci sebagai berikut: LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

32 Kode SS Sasaran Program Kode IKU Indikator Kinerja Utama (IKU) Stakeholders S1 S2 Kepemimpinan Indonesia yang berpengaruh di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika Dukungan diplomasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika untuk Mewujudkan Peningkatan Pembangunan Nasional S1.1 S2.1 S2.2 S2.3 Tabel 3.1 Capaian Kinerja Ditjen Asia Pasifik dan Afrika Tahun 2017 Persentase kepemimpinan Indonesia pada forum regional Kawasan Asia Pasifik dan Afrika Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai target peningkatan nilai perdagangan dengan Indonesia Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai target peningkatan nilai investasi asing ke Indonesia Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai target peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia Kemlu Ditjen Aspasaf 79,73% 60% Target Formulasi Kinerja (Jumlah pertemuan yang dipimpin Indonesia Jumlah pertemuan yang disepakati untuk dipimpin oleh Indonesia) x 100% Jumlah negara akreditasi di wilayah Asia Pasifik dan Afrika dengan peningkatan nilai perdagangan dengan Indonesia minimal 3% Jumlah negara akreditasi di wilayah Asia Pasifik dan Afrika dengan peningkatan nilai investasi asing ke Indonesia minimal 3% Jumlah negara akreditasi di wilayah Asia Pasifik dan Afrika dengan peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia minimal 5% Realisasi Ditjen Aspasaf Capaian Ditjen Aspasaf Batas Toleransi Capaian 100% 166,67% 120% ,52% 120% ,25% 120% 8 40% 40% Data Dukung Laporan Delri, resolusi, keputusan, presidential/chairman statement, kertas posisi, statement Delri. Data Nilai Perdagangan yang di terbitkan Kemendag dan BPS serta lembaga statistik resmi di negara akreditasi. Data Publikasi oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan instansi/lembaga terkait dengan penanaman modal di negara akreditasi. Data Publikasi oleh Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pariwisata LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

33 Kode SS Sasaran Program Kode IKU Indikator Kinerja Utama (IKU) Internal Business Process B1 B2 Diplomasi maritim dan polkam yang kuat di kawasan Asia Pasifik dan Afrika Diplomasi Ekonomi, Sosial dan Budaya yang kuat di kawasan Asia Pasifik dan Afrika B1.1 B1.2 B2.1 B2.2 Jumlah kesepakatan hasil perundingan diplomasi maritim dan polkam di kawasan Asia Pasifik dan Afrika Persentase prakarsa/rekomendasi Indonesia bidang kemaritiman dan polkam yang diterima pada forum regional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika Jumlah kesepakatan di bidang ekonomi, sosial dan budaya di kawasan Asia Pasifik dan Afrika Jumlah data economic intelligence negara atau wilayah akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika Target Kemlu Ditjen Aspasaf ,25% 80% Formulasi Kinerja Jumlah kesepakatan hasil perundingan di bidang diplomasi maritim, polkam dan perbatasan (Jumlah prakarsa/rekomendasi Indonesia yang diterima di bidang kemaritiman, polkam dan perbatasan Jumlah prakarsa/rekomendasi Indonesia yang disampaikan di bidang kemaritiman, polkam dan perbatasan) x 100% Jumlah kesepakatan di bidang ekonomi, sosial dan budaya di Direktorat Asia Pasifik dan Afrika Jumlah data economic intelligence negara atau wilayah akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika Realisasi Ditjen Aspasaf Capaian Ditjen Aspasaf Batas Toleransi Capaian % 120% 96,3% 120,37% 120% ,86% 120% Data Dukung Records of Discussion (RoD), Joint Statement, Declaration, Joint Communique, Letter of Intent, Chairman's Note, Memorandum of Understanding, Exchange of Notes, Chairman's Statement, Summary Record, Agreed Minutes, Treaty, Minutes of Meeting. Laporan Delegasi RI (Delri), Presidential/Chairman Statement, Statement Delri, Dokumen Sidang Joint Statement, Report of the Meeting, Summary of Discussion, Summary Record, Joint Communique, Agreed Minutes, Declaration, kertas posisi Delri, Suggested Point of Intervention, Agreements, Memorandum of Understanding, Plan of Action, Work Plan, Treaty, Charter, Media Release, Joint Press Statement Records of Discussion (RoD), Naskah Kesepakatan, Diplomatic Notes, Joint Statement, Declaration, Joint Communique, Letter of Intent, Chairman's Note, Memorandum of Understanding, Exchange of Notes, Summary Record, Agreed Minutes, Treaty, Minutes of Meeting, Laporan Perwakilan RI, Database kebijakan perdagangan, Naskah yang disampaikan oleh BPPK yang dimuat di berbagai media berbahasa asing ,55% 104,55% Laporan Perwakilan RI LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

34 Kode SS Sasaran Program Kode IKU Indikator Kinerja Utama (IKU) B3 Dukungan dan komitmen nasional yang tinggi atas kesepakatan internasional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika B2.3 B2.4 B3.1 B3.2 Jumlah promosi Trade Tourism and Investment (TTI) di kawasan Asia Pasifik dan Afrika Persentase prakarsa/rekomendasi Indonesia di bidang ekonomi, sosial dan budaya yang diterima pada forum regional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika Persentase kesepakatan kerja sama bilateral di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang ditindak lanjuti oleh stakeholder dalam negeri Persentase prakarsa/rekomendasi pada forum kerja sama intrakawasan dan antarkawasan Asia Pasifik dan Afrika yang ditindaklanjuti oleh stakeholders dalam negeri Target Kemlu Ditjen Aspasaf % 80% 79% 80% 82,50% 80% Formulasi Kinerja Jumlah promosi Trade, Trourism, and Investment (TTI) (Jumlah prakarsa/rekomendasi Indonesia yang diterima di bidang ekonomi, sosial dan budaya Jumlah prakarsa/rekomendasi Indonesia yang disampaikan di bidang ekonomi, sosial dan budaya) x 100% (Jumlah kesepakatan kerjasama yang ditindaklanjuti Jumlah kesepakatan yang akan ditindaklanjuti) x 100% (Jumlah realisasi prakarsa/rekomendasi Indonesia di Forum Kerjasama Intrakawasan dan antarkawasan yang ditindaklanjuti Jumlah rencana prakarsa/rekomendasi Indonesia di Forum Kerjasama Intrakawasan dan antarkawsam yang ditindaklanjuti) x 100% Realisasi Ditjen Aspasaf Capaian Ditjen Aspasaf Batas Toleransi Capaian ,89% 114,89% Laporan TTI 100% 125% 120% 95,31% 119,14% 119,14% 100% 125% 120% Data Dukung Laporan Delegasi RI (Delri), Presidential/Chairman Statement, Statement Delri, Dokumen Sidang Joint Statement, Report of the Meeting, Summary of Discussion, Summary Record, Joint Communique, Agreed Minutes, Declaration, kertas posisi Delri, Suggested Point of Intervention, Agreements, Memorandum of Understanding, Plan of Action, Work Plan, Treaty, Charter, Media Release, Joint Press Statement Rekapitulasi dokumen dari tindak lanjut kesepakatan berdasarkan laporan pertemuan/kegiatan, brafaks perwakilan, surat dari/kepada K/L teknis, pernyataan pers, liputan media, pidato pejabat Rekapitulasi prakarsa yang diterima dan ditindaklanjuti berdasarkan laporan pertemuan/kegiatan, brafaks perwakilan, surat dari/kepada K/L teknis, pernyataan pers, liputan media, pidato pejabat LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

35 Kode SS Learning and Growth L1 L2 L3 L4 Sasaran Program Kode IKU Indikator Kinerja Utama (IKU) Implementasi Talent Management di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Organisasi dan tata kelola yang baik di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Peningkatan Engagement Pegawai di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Pengelolaan Anggaran yang Optimal dan Akuntabel di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika L1.1 Persentase pejabat di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan Kemlu Ditjen Aspasaf 75% (dari seluruh pejabat Kemlu) 50% (dari seluruh pejabat Ditjen Aspasaf) L2.1 Nilai Reformasi Birokrasi Kemenlu L2.2 L3.1 L4.1 L4.2 L4.3 Nilai evaluasi AKIP Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Indeks engagement pegawai di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Persentase realisasi anggaran dan realisasi kinerja di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Persentase temuan BPK yang ditindaklanjuti di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Persentase dokumen rencana kerja dan anggaran Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan 75 (AKIP Kemlu) 3 (dari seluruh pegawai Kemlu) 95% (dari anggaran dan kinerja Kemlu) Opini BPK: Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Target TOTAL CAPAIAN KINERJA DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 RATA-RATA CAPAIAN KINERJA DITJEN ASPASAF TAHUN (AKIP Ditjen Aspasaf) 3 (dari seluruh pegawai Ditjen Aspasaf) 98% (dari anggaran dan kinerja Ditjen Aspasaf) 100% 100% BATAS TOLERANSI RATA-RATA CAPAIAN KINERJA DITJEN ASPASAF TAHUN 2017 Formulasi Kinerja [Jumlah Pejabat (Eselon I s.d. II) di lingkungan Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang telah memenuhi kompetensi jabatan Jumlah Pejabat (Eselon I s.d. II) di lingkungan Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika] x 100% Nilai Reformasi Birokrasi Kemenlu oleh KeMENPAN dan RB Nilai Evaluasi AKIP Ditjen Aspasaf Indeks Hasil Survey Engagement Pegawai Ditjen Aspasaf (50% x Realisasi Anggaran) + (50% x Realisasi Kinerja) (Jumlah temuan BPK yang ditindaklanjuti Total temuan BPK) x 100% (Jumlah dokumen rencana kerja dan anggaran yang disusun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Total dokumen rencana kerja dan anggaran yang disusun) x 100% Realisasi Ditjen Aspasaf Capaian Ditjen Aspasaf 37,50% 75% 75% Laporan Hasil Asessment 77,44 91,11% 91,11% 76,6 100,79% 100,79% Laporan Indeks Reformasi Birokrasi dari Kementerian PAN dan RB Laporan Hasil Evaluasi AKIP Ditjen Aspasaf dari Inspektorat Jenderal 3,47 115,67% 115,67% Kuesioner, Laporan Hasil Survey 101,42% 103,49% 103,49% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 2542,31% 133,81% 120,00% Batas Toleransi Capaian Data Dukung SP2D, Monitoring dan evaluasi anggaran dan Bappenas, Laporan Kinerja (LKj) Triwulanan, Aplikasi e- Kinerja, Matriks Informasi Kinerja Laporan Keuangan, Laporan Hasil Pemeriksaan BPK dan APIP RKA-K/L (TW IV), RenJa (TW II), RenStra, PK (TW I), Disbursement Plan (TW I), Rencana Aksi (TW I) LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

36 Dalam tabel Capaian Kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Tahun 2017 di atas, apabila realisasi melebihi target yang telah ditetapkan, maka nilai persentase capaian kinerja mengikuti ketentuan angka maksimum indeks capaian IKU sebesar 120%. Demikian pula dengan nilai rata-rata capaian kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika tahun Berdasarkan hasil perbandingan riil antara realisasi dan target untuk masingmasing IKU, total capaian kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika pada tahun 2017 adalah sebesar 2.542,31%, atau dengan rata-rata capaian kinerja sebesar 133,81%. Mengikuti ketentuan indeks maksimal (batas toleransi capaian) IKU, maka rata-rata capaian kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika pada tahun 2017 mencapai 120%. Capaian kinerja pada tabel tersebut di atas telah sesuai dengan klaim capaian kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika dalam aplikasi e-monev. C. Analisis Pencapaian Sasaran Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Dalam Rencana Strategis tahun , Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika telah menetapkan Sasaran Strategis yang hendak dicapai, yaitu Peran Indonesia di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang meningkat. Berdasarkan tabel capaian kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, capaian Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika pada tahun 2017 mencapai rata-rata maksimum 120%. Hal ini menunjukkan bahwa capaian kinerja diplomasi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika pada tahun 2017 telah berhasil mendukung upaya peningkatan peran Indonesia di kawasan Asia Pasifik dan Afrika. Pencapaian Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika pada tahun 2017 sebesar 120% dapat dilihat dari analisa pencapaian masing-masing IKU sebagai berikut: 1. SASARAN STRATEGIS (S.1) : KEPEMIMPINAN INDONESIA YANG BERPENGARUH DI KAWASAN ASIA PASIFIK DAN AFRIKA Mengacu kepada pedoman Peta Strategi dan Manual Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang merupakan turunan (cascading) dari Peta Strategi dan Manual IKU Kementerian Luar Negeri, Kepemimpinan Indonesia didefinisikan sebagai kedudukan atau peran Indonesia yang memimpin atau mengarahkan pada forum regional dan multilateral, misalnya sebagai chair, co-chair, host, co-host, member of bureau dan keberhasilan pencalonan Indonesia pada Organisasi Internasional (OI). IKU S.1.1 : PERSENTASE KEPEMIMPINAN INDONESIA PADA FORUM REGIONAL KAWASAN ASIA PASIFIK DAN AFRIKA Sepanjang tahun 2017, Kementerian Luar Negeri c.q. Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika terus berupaya mendorong peningkatan peran dan pengaruh Indonesia melalui kepemimpinan di berbagai fora internasional. Kementerian Luar Negeri c.q. Direktorat LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

37 Jenderal Asia Pasifik dan Afrika berinisiatif dan memanfaatkan posisi Indonesia sebagai chair dan host dari berbagai pertemuan internasional untuk mempromosikan agenda nasional dan kontribusi Indonesia pada penyelesaian tantangan global di arena politik, ekonomi, perubahan iklim dan lingkungan hidup, maritim, maupun pembangunan berkelanjutan. Tabel 3.2 Capaian IKU S.1.1 Tahun 2017 IKU S.1.1 Informasi Kinerja Jumlah Persentase Kepemimpinan Indonesia pada forum regional kawasan Asia Pasifik dan Afrika Jumlah pertemuan yang dipimpin Indonesia Jumlah pertemuan yang disepakati untuk dipimpin oleh Indonesia Realisasi 100% Target 60% Capaian 166,67% Batas Toleransi Capaian 120% Dari target sebanyak 16 pertemuan pada forum regional kawasan Asia Pasifik dan Afrika, Indonesia menjadi chair dan host dari 16 pertemuan, atau dengan realisasi 100% dari target 60% (capaian maksimal 120%). Beberapa capaian tersebut antara lain: a. Host The 2 nd MSG Police Ministers Meeting (MSG PMM), Jakarta, Maret 2017 Melalui langkah-langkah diplomasi aktif, usulan Indonesia untuk menjadi host The 2 nd MSG Police Ministers Meeting (MSG PMM) diterima bulat. Pertemuan terselenggara dengan sukses di Jakarta pada tanggal Maret Working Group on Regional Security Strategy (WGRSS) dalam 2 nd MSG Police Ministers Meeting (2 nd MSG PMM) di Jakarta, Maret 2017 LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

38 b. Host The 1 st MSG Regional Security Strategy Working Group yang diselenggarakan di Bandung tanggal Oktober 2017 Indonesia juga terpilih menjadi tuan rumah The 1 st MSG Regional Security Strategy Working Group yang diselenggarakan di Bandung tanggal Oktober Pertemuan tersebut menyepakati Strategi Keamanan Regional untuk penanganan tindak kejahatan berupa penyelundupan senjata, cybercrime, penyelundupan obat-obatan terlarang dan terorisme. The 1 st MSG Regional Security Strategy Working Group, Bandung, Oktober 2017 c. Chair dan host IORA Leader s Summit, Jakarta, 5-7 Maret 2017 Sejalan visi sebagai poros maritim dunia, Indonesia mampu menarik perhatian para mitra di kawasan untuk bekerjasama lebih erat dalam bidang kelautan dengan menjadi tuan rumah dan chair pada IORA Leader's Summit yang diselenggarakan di Jakarta tanggal 5-7 Maret Format Konferensi Tingkat Tinggi dengan kehadiran para Kepala Pemerintah negara-negara anggota IORA merupakan yang pertama sejak organisasi tersebut berdiri tahun Indonesia memimpin diskusi yang berlangsung dalam tema Strengthening Maritime Cooperation for a Peaceful, Stable and Prosperous Indian Ocean yang dikaitkan dengan beragam isu di kawasan termasuk keamanan maritim, manajemen perikanan, penanganan bencana alam dan bantuan kemanusiaan, people-to-people exchange, perdagangan dan investasi, serta pariwisata. The Prime Minister of Australia, The Hon Malcolm Turnbull MP, during press statement in IORA Leader s Summit, Jakarta, 7 March 2017: I welcome President Widodo s Jakarta Concord. This provides a roadmap for IORA s future work and reaffirms our shared commitment to building peace, stability and prosperity in our region. The Concord is an important statement of our shared values and objectives across the Indian Ocean. (Official statement translated in Bahasa Indonesia, Tempo.co) LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

39 Presiden Joko Widodo menjadi Chair pada IORA Leader's Summit, Jakarta, 5-7 Maret 2017 d. Chair dan host The 7 th IORA Bi-Annual Meeting of the Committee of Senior Officials yang diselenggarakan di Bali tanggal 2-3 Agustus 2017 Dalam rangkaian kegiatan IORA, Indonesia menggelar The 7 th IORA Bi-Annual Meeting of the Committee of Senior Officials yang diselenggarakan di Bali tanggal 2-3 Agustus Pertemuan tersebut merupakan pertemuan terakhir yang diselenggarakan Indonesia dalam kerangka keketuaan pada IORA periode Pertemuan dihadiri oleh 21 negara anggota, specialized agencies (Regional Centre for Science and Transfer of Technology/RCSTT) dan Chair of Indian Ocean Studies (CIOS). Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, Duta Besar Desra Percaya, menjadi Chair pada The 7 th IORA Bi-annual Committee of Senior Officials (CSO) Meeting, Bali, 2-3 Agustus 2017 LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

40 e. Chair The 17 th Meeting of the IORA Council of Ministers (COM), Durban, Oktober Wakil Menteri Luar Negeri RI, Dr. A.M. Fachir, menjadi Chair pada The 17 th Meeting of the IORA Council of Ministers (COM), Durban, Oktober 2017 Indonesia yang diwakili oleh Wakil Menteri Luar Negeri RI, Dr. A.M. Fachir, menjadi chair dalam pertemuan The 17 th Meeting of the IORA Council of Ministers (COM) yang diselenggarakan di Durban pada tanggal Oktober Dalam forum tersebut, dilakukan serah terima keketuaan IORA secara resmi dari Indonesia kepada Afrika Selatan. Pertemuan dibuka oleh Wakil Menteri Luar Negeri RI yang memaparkan refleksi berbagai capaian yang diraih selama keketuaan Indonesia, utamanya pelaksanaan KTT IORA yang mencetuskan Jakarta Concord dan IORA Action Plan. Dalam kaitan tersebut, IORA berperan untuk memperkuat arsitektur regional yang menciptakan iklim aman dan damai; serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang seimbang. Pertemuan mengadopsi Durban Communique, yang antara lain memuat komitmen implementasi Action Plan guna mewujudkan visi Jakarta Concord. f. Host Workshop on Marine Aquaculture and Fish Health Management, Situbondo, November Sebagai salah satu wujud kontribusi pada pembedayaan ekonomi masyarakat pesisir negara-negara IORA, Indonesia berinisiatif sebagai host Workshop on Marine Aquaculture and Fish Health Management yang diselenggarakan di Situbondo tanggal November 2017 dan diikuti oleh 17 peserta dari 15 negara anggota IORA. Workshop diisi dengan pelatihan budidaya kerapu serta sharing best practices untuk memajukan sekaligus menghadapi tantangan yang dihadapi sektor perikanan budidaya. LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

41 Workshop on Marine Aquaculture and Fish Health Management, di Situbondo, November 2017 Salah satu tantangan dalam pencapaian IKU S.1.1 adalah kondisi dan perkembangan dalam negeri yang kurang kondusif, antara lain dengan adanya bencana alam yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun Kondisi tersebut menyebabkan tertundanya atau terjadinya pembatalan kegiatan yang seharusnya dilaksanakan, sehingga menyebabkan realisasi kegiatan pada tahun berjalan menjadi berkurang atau relatif kecil. Dalam mengatasi tantangan tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika senantiasa melakukan komunikasi dengan negara-negara mitra dalam rangka persiapan pelaksanaan maupun pengaturan kegiatan yang akan diselenggarakan, termasuk penjadwalan kembali dan/atau penggantian lokasi kegiatan dalam hal terjadi permasalahan yang disebabkan karena faktor di luar dugaan. Sebagai langkah solutif ke depan, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika perlu meningkatkan koordinasi baik dengan unit-unit terkait di lingkungan Kementerian Luar Negeri, Perwakilan RI, Kementerian/Lembaga atau instansi terkait lainnya maupun dengan negara mitra, terutama dalam hal perencanaan kegiatan untuk tahun-tahun yang akan datang dan monitoring kegiatan, sehingga memudahkan dalam proses pelaksanaan kegiatan guna optimalisasi capaian kinerja. 2. SASARAN STRATEGIS (S.2) : DUKUNGAN DIPLOMASI DI KAWASAN ASIA PASIFIK DAN AFRIKA UNTUK MEWUJUDKAN PENINGKATAN PEMBANGUNAN NASIONAL Kegiatan diplomasi yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika diarahkan agar tidak saja memproyeksikan kepentingan politik luar negeri Indonesia ke panggung internasional, namun juga membawa dampak positif dalam peningkatan LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

42 pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dengan kata lain, kinerja diplomasi dapat dirasakan secara langsung manfaatnya oleh masyarakat luas di tanah air. Pencapaian sasaran strategis S.2 Dukungan diplomasi untuk mewujudkan peningkatan pembangunan nasional diukur dengan 3 (tiga) Indikator Kinerja Utama, yaitu: Tabel 3.3 Capaian S.2 Tahun 2017 No IKU S.2 Target Realisasi Capaian Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai target peningkatan nilai perdagangan dengan Indonesia (IKU S.2.1) Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai target peningkatan nilai investasi asing ke Indonesia (IKU S.2.2) Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai target peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (IKU S.2.3) 29 negara 77 negara 265,52% 16 negara 37 negara 231,25% 20 negara 8 negara 40% Total Capaian S.2 536,77% Rata-rata Capaian S.2 178,92% Batas Toleransi Rata-rata Capaian S.2 120% Dari tabel di atas, terlihat rata-rata capaian untuk sasaran strategis S.2 Dukungan diplomasi untuk mewujudkan peningkatan pembangunan nasional mencapai maksimum 120%. IKU S.2.1 : JUMLAH NEGARA AKREDITASI DI KAWASAN ASIA PASIFIK DAN AFRIKA YANG MENCAPAI TARGET PENINGKATAN NILAI PERDAGANGAN DENGAN INDONESIA IKU peningkatan nilai perdagangan dengan Indonesia (IKU S.2.1) diturunkan ke dalam capaian kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, yaitu: Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika dengan peningkatan nilai perdagangan dengan Indonesia minimal 3%. Tabel 3.4 Capaian IKU S.2.1 Tahun 2017 IKU S.2.1 Target Realisasi Capaian Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai target peningkatan nilai perdagangan dengan Indonesia 29 negara 77 negara 265,52% Batas Toleransi Capaian IKU S % LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

43 Berdasarkan data statisik dalam tabel di bawah, pada tahun 2017, jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan nilai perdagangan dengan Indonesia minimal 3% untuk kawasan Asia Pasifik dan Afrika adalah sebesar 77 negara dari target 29 negara (capaian maksimal 120%), atau sekitar 160% dari target yang ditetapkan Kementerian Luar Negeri sebanyak 48 negara. No. Tabel 3.5 Perbandingan Peningkatan Nilai Perdagangan Indonesia dengan Negara Mitra di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika * Tahun 2016 dan 2017 Negara Jan-Okt 2016 (Dalam Ribu USD) Jan-Okt 2017 (Dalam Ribu USD) Peningkatan 1 Bhutan 126, ,18 2 Liberia , ,40 376,32 3 Kepulauan Marshall , ,20 326,68 4 Tajikistan 521, ,00 321,22 5 Gabon , ,10 318,34 6 Uzbekistan 7.533, ,10 251,7 7 Bahrain , ,30 193,37 8 Uni Comoros 3.472, ,40 189,57 9 Kazakhstan , ,90 156,24 10 Iran , ,10 142,96 11 Togo , ,80 138,1 12 Cape Verde 396,6 906,5 128,57 13 Gambia , ,50 123,84 14 Mozambik , ,70 122,78 15 Somalia , ,50 104,61 16 Oman , ,20 104,33 17 Cook Islands 885, ,50 94,51 18 Swaziland 2.078, ,40 88,68 19 Mongolia 8.412, ,80 85,42 20 Madagaskar , ,60 84,57 21 Pantai Gading , ,80 82,73 22 Afghanistan , ,80 68,5 23 Sao Tome and Principe 762, ,10 67,27 24 Mauritania , ,30 66,18 25 Senegal , ,10 64,7 26 Sudan , ,00 64,58 27 Malawi , ,20 63,4 28 Botswana 145,1 236,5 63,03 29 Uganda , ,20 61,03 30 Burundi 462,4 739,4 59,9 31 Guinea Bissau 2.536, ,00 57,15 32 Nauru 239,2 371,4 55,3 33 Laos 8.429, ,50 53,33 34 Kiribati 1.512, ,00 52,71 35 Tunisia , ,40 49,91 36 India , ,10 43,31 37 Irak , ,10 43,13 LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

44 No. Negara Jan-Okt 2016 (Dalam Ribu USD) Jan-Okt 2017 (Dalam Ribu USD) Peningkatan 38 Kenya , ,90 37,73 39 Suriah , ,90 35,07 40 Myanmar , ,80 31,99 41 Kepulauan Solomon , ,30 30,97 42 Vanuatu 3.032, ,70 29,57 43 Persatuan Emirat Arab , ,10 28,49 44 Pakistan , ,30 28,4 45 Palestina 1.520, ,80 25,7 46 Bangladesh , ,40 24,82 47 Tiongkok , ,60 24,46 48 Angola , ,10 22,91 49 Filipina , ,40 21,89 50 Korea Selatan , ,50 21,09 51 Malaysia , ,70 20,4 52 Kamboja , ,20 20,39 53 Tanzania , ,10 19,71 54 Yordania , ,40 19,06 55 Kaledonia Baru 8.214, ,60 18,63 56 Selandia Baru , ,40 16,43 57 Mauritius , ,80 13,93 58 Tonga 2.465, ,60 13,92 59 Vietnam , ,70 13,36 60 Sri Lanka , ,00 13,01 61 Arab Saudi , ,10 12,93 62 Kamerun , ,40 12,82 63 Sierra Leone , ,20 12,82 64 Jepang , ,60 12,6 65 Benin , ,70 12,55 66 Singapura , ,00 11,91 67 Papua New Guinea , ,10 11,79 68 Thailand , ,70 10,94 69 Lebanon , ,80 8,71 70 Afrika Selatan , ,50 8,52 71 Hong Kong SAR , ,40 8,39 72 Nigeria , ,20 5,88 73 Timor Leste , ,20 5,38 74 Kuwait , ,90 5,34 75 Ghana , ,70 5,27 76 Libya , ,10 4,47 77 Australia , ,00 4,14 Sumber: website Kementerian Perdagangan (diakses tanggal 9 Januari 2018) (* Nilai Perdagangan yang digunakan merupakan data Neraca Perdagangan RI dengan negara mitra Untuk mengukur capaian peningkatan nilai perdagangan Indonesia dengan negara mitra di kawasan Asia Pasifik dan Afrika pada tahun 2017 tidak dapat menggunakan data perdagangan periode 1 tahun (Januari-Desember 2017), mengingat data yang tersedia pada waktu penyusunan Laporan Kinerja (LKj) di awal tahun 2018 hanya meliputi periode LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

45 Januari-Oktober Diperkirakan data perdagangan periode Januari-Desember 2017 baru akan tersedia sekitar bulan Maret Beberapa capaian nyata dari diplomasi ekonomi RI di kawasan Asia Pasifik dan Afrika antara lain: 1. Kontrak pembelian 1 unit pesawat buatan Indonesia (CN M Multi Purpose) produksi PT. Dirgantara Indonesia oleh Angkatan Udara Senegal (senilai USD 28 juta) pada bulan Juni Kontrak tersebut merupakan kontrak pembelian pesawat CN-235 ketiga yang dilakukan oleh Senegal. 2. Penjualan produk PT DI pada tahun 2017 juga terealisasi ke Thailand yang membeli 2 unit NC 212i dan rencana delivery pada tahun 2019 dengan nilai USD 13 juta per pesawat. 3. Kontrak pembelian 50 gerbong kereta api tipe Broad Gauge (BG) buatan Indonesia, produksi PT. Industri Kereta Api (INKA) oleh Bangladesh pada tanggal 24 Juni Penandatanganan kontrak dilakukan oleh Direktur Utama PT. INKA, Agus Purnomo dengan Director General Rolling Stock yang mewakili Bangladesh Railway, Md. Shamsuzzaman, disaksikan oleh Menteri Perkeretaapian Bangladesh, Md. Mazibul Hoque, di Bangladesh, 24 Juni 2017 LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

46 Dalam pencapaian IKU S.2.1, terdapat berbagai tantangan yang dihadapi, antara lain: a. Masih rendahnya motivasi para pelaku usaha untuk mengikuti kegiatan promosi perdagangan di negara-negara pasar prospektif, karena adanya faktor keterbatasan informasi yang dimiliki terkait potensi di negara-negara tersebut serta besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengikuti kegiatan promosi perdagangan di luar negeri. b. Penerapan hambatan tarif dan non-tarif oleh negara mitra. c. Belum terjalinnya kerja sama perbankan RI dengan beberapa negara di kawasan Asia Pasifik dan Afrika, sehingga menyulitkan para pengusaha di kedua negara dalam proses penyelesaian transaksi perdagangan. d. Belum tersedianya skema pembiayaan ekspor impor yang efektif bagi stakeholders kedua negara. e. Biaya logistik perdagangan yang masih tinggi. Untuk mengatasi tantangan yang sifatnya jangka pendek, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika senantiasa meningkatkan koordinasi dan kerja sama dengan Perwakilan RI di luar negeri guna mengoptimalkan pemanfaatan market intelligence sebagai sumber data dan informasi bagi para pengusaha nasional terkait berbagai potensi yang ada di negaranegara pasar prosfektif. Selain untuk identifikasi peluang pasar, data tersebut juga dapat digunakan stakeholders sebagai bahan masukan dalam pengembangan produk, mengetahui hambatan perdagangan serta sistem jaringan logistik dan distribusi di negara akreditasi. Dalam mengatasi tantangan yang bersifat jangka panjang, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika akan mengupayakan berbagai langkah solutif ke depan, antara lain: a. Mengintensifkan koordinasi dan kerja sama dengan Perwakilan RI serta stakeholders terkait lainnya untuk peningkatan jumlah pelaksanaan program promosi yang terpadu dan bersinergi, baik antarkementerian pemerintah, maupun sektor pelaku usaha dan pelaku ekspor melalui pameran dagang, misi dagang, instore promotion, serta buying mission. Salah satu kegiatan promosi yang perlu ditingkatkan adalah pameran dagang berskala internasional yang dilaksanakan di dalam negeri (seperti: Trade Expo Indonesia), sehingga dapat diikuti oleh lebih banyak lagi pelaku usaha nasional dengan biaya yang relatif lebih murah. b. Mendorong dan menggalakkan secara berkesinambungan berbagai upaya pembangunan pusat-pusat promosi produk potensi ekspor Indonesia di luar negeri (misalnya: Indonesia Trading House dan House of Indonesia), baik yang dilakukan oleh pemerintah melalui Perwakilan RI maupun melalui kerjasama dengan pihak swasta. c. Mendorong dilaksanakannya negosiasi terkait regulasi perdagangan bilateral dengan negara mitra pada berbagai pertemuan di tingkat Pemerintahan. Selain itu, akan diupayakan pula penjajakan kerja sama perdagangan dalam format Preferential Trade Agreement (PTA) atau Free Trade Agreement (FTA) dengan negara mitra. d. Mendorong pembentukan kerja sama perbankan yang kuat antara RI dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik dan Afrika, melalui rapat koordinasi dan forum lainnya. LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

47 e. Mendorong pembentukan dan implementasi skema pembiayaan yang efektif, termasuk Penugasan Khusus Ekspor dan Counter Trade. f. Mendorong pembentukan kerja sama pelayaran dan pengapalan barang antar perusahaan logistik RI dengan negara mitra, kerja sama sea ports serta pembentukan Bonded Logistic Centers. IKU S.2.2 : JUMLAH NEGARA AKREDITASI DI KAWASAN ASIA PASIFIK DAN AFRIKA YANG MENCAPAI TARGET PENINGKATAN NILAI INVESTASI ASING KE INDONESIA Ukuran capaian IKU terkait peningkatan nilai investasi asing ke Indonesia (IKU S.2.2) adalah: Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika dengan peningkatan nilai investasi asing ke Indonesia minimal 3%. Tabel 3.6 Capaian IKU S.2.2 Tahun 2017 IKU S.2.2 Target Realisasi Capaian Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai target peningkatan nilai investasi asing ke Indonesia 16 negara 37 negara 231,25% Batas Toleransi Capaian IKU S % Pada tahun 2017, jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai target dimaksud adalah sebanyak 37 negara dari target 16 negara (capaian maksimal 120%), atau sekitar 115% dibandingkan target Kementerian Luar Negeri sebanyak 32 negara. Tabel 3.7 Perkembangan Realisasi Investasi Asing (FDI) Dari Negara-Negara di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika Tahun 2016 dan 2017 No. Negara Nilai Investasi Q Q Peningkatan Jumlah Proyek Nilai Investasi Jumlah Proyek Nilai Investasi Jumlah Proyek 1 Cook Islands 0, ,33% 0,00% 2 Brunei Darussalam 0, , ,94% -28,57% 3 India 37, , ,43% 10,15% 4 Yaman 0,75 7 2, ,00% 200,00% 5 Saudi Arabia 0, ,15% -8,11% 6 Philipina 24, , ,35% -25,00% 7 Seychelles 47, , ,30% -2,15% 8 Australia 145, , ,39% 0,00% 9 Korea Selatan 743, , ,72% 16,26% 10 Afrika Selatan 0,94 7 1,7 8 80,85% 14,29% 11 Pakistan 4,3 29 7, ,74% -13,79% 12 R.R. Tiongkok 1.589, , ,19% 21,58% 13 Yordania 1, , ,86% 5,88% LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

48 No. Negara Nilai Investasi Q Q Peningkatan Jumlah Proyek Nilai Investasi Jumlah Proyek Nilai Investasi Jumlah Proyek 14 Tanzania 0,07 1 0,1 1 42,86% 0,00% 15 Mauritius 560, , ,05% 5,23% 16 Mauritania 0 2 3,5 3-50,00% 17 Sri Lanka 0 2 3, ,00% 18 Guinea 0 1 1, ,00% 19 Senegal 0 1 0, ,00% 20 Libya 0 1 0,4 1-0,00% 21 Maroko 0 4 0,1 5-25,00% 22 Marshall Island - - 2, Suriah - - 2, Kazakhstan Myanmar - - 0, Burkina Faso - - 0, Siera Leone - - 0, Bangladesh - - 0, Kamboja - - 0, Pantai Gading - - 0, Timor Leste - - 0, Fiji - - 0, Niger - - 0, Maladewa Djibouti Namibia Somalia Keterangan: P: Jumlah Proyek Investasi I: Nilai Investasi (Dalam Juta Dollar AS) -Data yang tersedia adalah data periode Kuartal ke-3 (Januari-September) -Nilai Investasi 0 berarti nilainya kurang dari USD 100 ribu Sumber: BKPM (diakses tanggal 9 Januari 2018) Untuk mengukur capaian peningkatan nilai investasi dari negara mitra di kawasan Asia Pasifik dan Afrika ke Indonesia pada tahun 2017 tidak dapat menggunakan data investasi periode 1 tahun (Januari-Desember 2017), mengingat data yang tersedia pada waktu penyusunan Laporan Kinerja (LKj) di awal tahun 2018 hanya meliputi periode kwartal ke-3 (Januari-September 2017). Diperkirakan data investasi periode Januari- Desember 2017 baru akan tersedia sekitar bulan Maret Beberapa capaian nyata dari diplomasi RI untuk meningkatkan jumlah FDI dari negara-negara mitra di kawasan Asia Pasifik dan Afrika antara lain: 1. Kerja sama investasi RI-Singapura pada proyek pembangunan Kendal Industrial Park (KIP), Jawa Tengah, dengan niilai investasi US$ 360 juta dan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak orang. LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

49 Kendal Industrial Park seluas ha di Semarang, Jawa Tengah 2. Pada kunjungan Raja Arab Saudi ke Indonesia 1-3 Maret 2017, telah dicapai komitmen investasi Arab Saudi dalam bentuk Proyek Refinery Development Master Plan di Cilacap senilai US$ 6 milyar. Selain itu, Saudi Fund for Development berkomitmen menjalin kerja sama pembiayaan pembangunan senilai US$ 1 milyar. Selain, itu dalam Forum Bisnis Indonesia-Arab Saudi di sela-sela kunjungan, telah menghasilkan transaksi senilai Rp. 2,8 triliun. Dalam kunjungan ini juga ditandatangani 11 kesepakatan kerja sama RI-Arab Saudi. Presiden Joko Widodo dan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz, dalam kunjungan ke Indonesia, Bogor, 1-3 maret 2017 LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

50 Emir of Qatar, His Highness the Emir Sheikh Tamim bin Hamad al-thani: The agreement signed between the two countries to complete the follow-up of the topics that have been agreed upon, expressing optimism for positive results (Gulf Times, October 19, 2017) 3. Sebagai hasil kunjungan Emir Qatar ke Indonesia, Oktober 2017, kedua negara berkomitmen, antara lain untuk meningkatkan kerja sama di bidang infrastruktur, pariwisata, pelabuhan dan bandara. Selain itu, kunjungan telah membuahkan hasil nyata berupa investasi Qatar di sektor energi senilai lebih dari US$ 1 miliar untuk proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) 134 berkapasitas 800 MW dan floating storage regasification kerja sama Nebras Power (Qatar) dengan PT. Pembangkit Jawa Bali (PJB) dan PLN, serta investasi Nebras Power (Qatar) dalam bentuk pemilikan saham PT. Paiton Energy sebesar 35,5% atau sebesar US$ 1,3 miliar. Tantangan utama yang dihadapi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika dalam pencapaian target IKU S.2.2 antara lain: masih terdapatnya stigma negatif dari para investor di negara akreditasi terhadap kondisi, iklim dan kebijakan invetasi Indonesia. Disamping itu, masih terdapatnya persoalan tumpang tindih regulasi nasional juga menjadi salah satu faktor penghambat pertumbuhan investasi. Dalam mengatasi tantangan tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika bekerjasama dengan Perwakilan RI, Kementerian/Lembaga terkait melalui Indonesia Investment Promotion Center (IIPC), serta stakeholders lainnya untuk lebih mengintensifkan dan meningkatkan penyelenggaraan kegiatan promosi investasi Indonesia, khususnya kepada potential investors di luar negeri. Melalui kegiatan promosi tersebut, dilakukan pula diseminiasi informasi terkait sektor-sektor utama investasi di Indonesia serta perkembangan iklim dan reformasi kebijakan di Indonesia yang mendukung investasi. Sebagai langkah solutif ke depan, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika akan mengupayakan berbagai langkah sebagai berikut: a. Meningkatkan koordinasi antara para pemangku kepentingan, khususnya Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah terkait guna mencegah adanya tumpang tindih regulasi dalam bidang investasi. Seiring dengan hal tersebut, akan diupayakan untuk mendorong percepatan review atas Perjanjian Promosi dan Proteksi atas Penanaman Modal Asing (P4M), sehingga jaminan keamanan dan proteksi hukum yang diberikan kepada investor asing dapat berimplikasi positif pada ekonomi nasional di masa mendatang. LKj DITJEN ASPASAF TAHUN Presiden Joko Widodo dan Emir Qatar, Syekh Tamim bin Hamad Al Thani, dalam kunjungan ke Indonesia, Bogor, 18 Oktober 2017

51 b. Meningkatkan kerja sama antara para pemangku kepentingan terkait dalam upaya mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan promosi yang sifatnya terintegrasi antara sektor investasi, perdagangan dan pariwisata (trade, tourism and investment TTI) serta budaya dan kuliner Indonesia, termasuk melibatkan Pemerintah Daerah dan sektor swasta lainnya. c. Meningkatkan kerja sama dengan Perwakilan RI untuk menggalakkan pelaksanaan promosi investasi secara door-to-door kepada investor potensial di negara akreditasi. Kegiatan ini selain untuk promosi investasi juga bertujuan untuk dapat memperoleh feed back secara spesifik dari masing-masing investor potensial terkait sektor yang dituju, kendala yang mungkin dihadapi di lapangan serta upaya penyelesaiannya, serta kemungkinan perlunya fasilitasi business matchmaking dengan stakeholders di Indonesia. d. Mendorong pembentukan kesepakatan perlindungan investasi kedua pihak di masing-masing negara melalui rapat koordinasi dan dialog dengan para pemangku kepentingan terkait. IKU S.2.3 : JUMLAH NEGARA AKREDITASI DI KAWASAN ASIA PASIFIK DAN AFRIKA YANG MENCAPAI TARGET PENINGKATAN JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA KE INDONESIA Capaian IKU terkait peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (IKU S.2.3) dirumuskan sebagai: Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika dengan peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia minimal 5%. Tabel 3.7 Capaian IKU S.2.3 Tahun 2017 IKU S.2.3 Target Realisasi Capaian Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai target peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia 20 negara 8 negara 40% Pada tahun 2017, jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika dengan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia minimal 5% mencapai 8 negara dari target 20 negara (capaian 40%), atau sebesar 15,7% dari target Kementerian Luar Negeri sebanyak 51 negara. Tabel 3.8 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dari Kawasan Aspasaf Bulan Januari-Oktober 2016 dan Januari-Oktober 2017 No. Kebangsaan Jan Okt 2016 Jan Okt 2017 Pertumbuhan 1. Tiongkok 1,221,422 1,770, % 2. India 301, , % 3. Oman 10,799 13, % 4. Korea Selatan 290, , % 5. Philipina 124, , % LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

52 No. Kebangsaan Jan Okt 2016 Jan Okt 2017 Pertumbuhan 6. Thailand 83,959 90, % 7. Bahrain 1,903 2, % 8. Jepang 434, , % Sumber: Kementerian Pariwisata (diakses tanggal 9 Januari 2018) Untuk mengukur capaian peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara dari negara-negara di kawasan Asia Pasifik dan Afrika ke Indonesia pada tahun 2017 tidak dapat menggunakan data periode 1 tahun (Januari-Desember 2017), mengingat data yang tersedia pada waktu penyusunan Laporan Kinerja (LKj) di awal tahun 2018 hanya meliputi periode Januari-Oktober Diperkirakan data jumlah wisatawan mancanegara dari negaranegara di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang berkunjung ke Indonesia periode Januari- Desember 2017 baru akan tersedia sekitar bulan Maret Dalam pencapaian IKU S.2.3, tantangan yang dihadapi antara lain: a. Kurangnya pembuatan media informasi promosi pariwisata Indonesia (misalnya brosur, DVD) dalam bahasa setempat selain bahasa Inggris. b. Belum dikenalnya daerah-daerah tujuan wisata beyond Bali oleh wisatawan mancanegara secara umum sebagai keragaman destinasi wisata Indonesia. c. Sinergi dan koordinasi antara pemangku kepentingan dalam promosi pariwisata juga masih relatif kurang, sehingga masih terdapat kegiatan promosi yang dilakukan secara terpisah oleh pemerintah daerah dan pihak swasta dengan tema promosi yang berbeda-beda. Kondisi tersebut menyebabkan rancangan booth serta tema promosi yang kurang terintegrasi sebagai kesatuan Promosi Indonesia. d. Perkembangan penggunaan teknologi media sosial oleh wisatawan mancanegera dalam perjalanan wisata belum diimbangi dengan pemanfaatan aplikasi media sosial untuk mempromosikan pariwisata Indonesia, seperti facebook, twitter, youtube, blog, dan lain sebagainya. e. Masih mahalnya biaya penerbangan menuju Indonesia, khususnya dari negaranegara mitra yang belum memiliki penerbangan langsung ke Indonesia atau belum terdapat kerja sama antar maskapai penerbangan dengan Indonesia. f. Adanya berbagai kejadian yang mengancam keamanan, seperti tindakan terorisme, serta faktor force majeure berupa bencana alam yang terjadi di beberapa daerah tujuan wisata di Indonesia, antara lain: banjir (di Jawa Tengah dan Yogyakarta), puting beliung (siklon Tropis Cempaka yang menimbulkan cuaca ekstrem di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Lombok), tanah longsor, gempa bumi (gempa di Poso, Sulawesi Tengah yang menyebabkan ditutupnya tempat wisata Danau Tambing), gelombang pasang/abrasi serta letusan gunung api (letusan Gunung Agung di Bali). Kondisi tersebut telah menyebabkan beberapa negara mengeluarkan travel warning yang berdampak negatif terhadap upaya pencapaian target jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Dalam upaya mengatasi tantangan yang dihadapi, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika senantiasa bekerjasama dan berkoordinasi dengan Perwakilan RI dan Kementerian/Lembaga terkait untuk: LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

53 a. Menyampaikan masukan dan saran kepada pemangku kepentingan, terkait promosi wisata, baik dalam bentuk peningkatan familiarization trip ke Indonesia bagi awak media, travel writer dan tour operator, serta pengemasan paket-paket wisata nasional yang menarik dengan harga kompetitif. b. Pembuatan media informasi promosi (misalnya brosur, DVD) dalam bahasa Inggris dan bahasa setempat. c. Menggencarkan promosi pariwisata melalui berbagai media sosial terkini, termasuk aplikasi Quick Response (QR) Code sebagai pengganti brosur cetak, sehingga dengan media yang lebih sederhana dapat memuat informasi yang lebih banyak dan dapat menjangkau lebih banyak wisatawan potensial. d. Menyebarluaskan informasi mengenai upaya-upaya Pemri untuk meningkatkan keamanan melalui berbagai media, disamping melakukan pendekatan kepada Perwakilan negara mitra di Jakarta untuk dapat menurunkan status travel warning yang dikeluarkan. Selain itu, diupayakan pula berbagai langkah solutif antara lain: a. Mendorong pelaksanaan kegiatan promosi pariwisata terintegrasi yang mencakup Trade, Tourism, and Investment (TTI) dengan sistem tematik yang disesuaikan dengan perkembangan waktu dan kecenderungan kebutuhan konsumen. Untuk itu, perlu diupayakan kegiatan riset dan pengumpulan data market intelligence yang aplikatif guna mengetahui pergerakan trend kebutuhan wisata dari potential tourists di negara akreditasi. Diharapkan kegiatan promosi dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien dengan melibatkan lebih banyak lagi pemangku kepentingan terkait. b. Meningkatkan kerja sama dengan para stakeholders terkait untuk menggalakkan revitalisasi serta penambahan infrastruktur pendukung pariwisata seperti hotel dan layanan kesehatan, sarana dan prasarana penunjang wisata lainnya. c. Mendorong penambahan perjanjian bebas visa dengan negara-negara yang dinilai memiliki potensi besar sebagai penyumbang wisatawan. d. Mendorong terbentuknya kerja sama antar maskapai penerbangan (code sharing) dan mendorong kemungkinan penambahan jadwal dan pengadaan rute penerbangan langsung ke Indonesia. 3. SASARAN STRATEGIS (B.1) : DIPLOMASI MARITIM, POLKAM DAN PERBATASAN YANG KUAT DI KAWASAN ASIA PASIFIK DAN AFRIKA Dalam rangka mendukung tercapainya sasaran strategis Kementerian Luar Negeri pada tahun 2017, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika telah berhasil melaksanakan berbagai kegiatan sebagai perwujudan dari diplomasi maritim, polkam dan perbatasan yang kuat. Kiprah diplomasi tersebut dapat dilihat dari telah disepakatinya beberapa perjanjian kerjasama, antara lain: memerangi illegal fishing, memajukan tata kelola perikanan berkelanjutan, penerapan blue economy, serta menjaga pertahanan dan keamanan di daerah perbatasan. LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

54 Pencapaian sasaran strategis B.1 Diplomasi maritim, polkam dan perbatasan yang kuat di kawasan Asia Pasifik dan Afrika diukur dengan 2 (dua) Indikator Kinerja Utama, yaitu: Tabel 3.9 Capaian B.1 Tahun 2017 No IKU B.1 Target Realisasi Capaian 1 2 Jumlah kesepakatan hasil perundingan diplomasi maritim dan polkam di kawasan Asia Pasifik dan Afrika (IKU B.1.1) Persentase prakarsa/rekomendasi Indonesia bidang kemaritiman dan polkam yang diterima pada forum regional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika (IKU B.1.2) % 80% 96,3% 120,37% Total Capaian B.1 296,37% Rata-rata Capaian B.1 148,19% Batas Toleransi Rata-rata Capaian B.1 120% Dari tabel di atas, terlihat rata-rata capaian untuk sasaran strategis B.1 Diplomasi maritim, polkam dan perbatasan yang kuat di kawasan Asia Pasifik dan Afrika mencapai maksimum 120%. IKU B.1.1 : JUMLAH KESEPAKATAN HASIL PERUNDINGAN DI BIDANG KEMARITIMAN, POLKAM DAN PERBATASAN DI KAWASAN ASIA PASIFIK DAN AFRIKA Capaian IKU B.1.1 Jumlah kesepakatan hasil perundingan di bidang kemaritiman, polkam dan perbatasan di kawasan Asia Pasifik dan Afrika dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 3.10 Capaian IKU B.1.1 Tahun 2017 IKU B.1.1 Target Realisasi Capaian Jumlah kesepakatan hasil perundingan diplomasi maritim dan polkam di kawasan Asia Pasifik dan Afrika % Batas Toleransi Capaian IKU B % Jumlah naskah kesepakatan hasil perundingan di bidang diplomasi maritim, polkam dan perbatasan adalah sebanyak 44 naskah dari target 25 naskah (capaian maksimum 120%), atau sekitar 81,5% dari target Kementerian Luar Negeri sebanyak 54 naskah. Beberapa naskah kesepakatan tersebut antara lain: a. Persetujuan antara RI-Afrika Selatan mengenai pembebasan visa bagi pemegang paspor diplomatik dan paspor dinas, Jakarta, 8 Maret b. Persetujuan antara RI-Republik Angola mengenai pembebasan visa bagi pemegang paspor diplomatik dan paspor dinas, Jakarta, 11 April LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

55 Menlu RI, Retno L.P. Marsudi, bersama Menteri Hubungan Eksternal Angola, Georges Rebelo Pinto Chikoti, dalam penandatanganan Persetujuan RI-Angola, Jakarta, 11 April 2017 c. Memorandum Saling Pengertian antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi di bidang kerja sama kelautan dan perikanan, Jakarta, 1 Maret d. Record of Discussion antara RI-India terkait Penetapan Batas ZEE RI-India, New Delhi, 1-2 Juni e. Deklarasi Bersama RI - Filipina tentang Pembukaan Jalur Konektivitas Laut Bitung - Davao di Manila, 28 April f. Record of Discussion Pertemuan Teknis ke-10 Perundingan Penetapan Perbatasan ZEE RI - Viet Nam di Jakarta, November g. MoU between the Lao National Commission for Drug Control and the National Narcotics Board of the Republic of Indonesia on the Cooperation in Controlling Narcotic Drugs, Psychotropic Substances, Their Precursors and Chemicals, and Drug Abuse, Jakarta, 12 Oktober h. Joint Declaration on Maritime Cooperation between The Government of Australia and The Government of The Republic of Indonesia, Sydney, 26 Februari i. Grant Agreement Indonesia Afghanistan untuk pembangunan klinik kesehatan di Indonesia Islamic Center (IIC) Kabul, 6 November Hibah pembangunan klinik tersebut sebesar Rp. 16 miliar merupakan salah satu wujud nyata dukungan Indonesia pada proses perdamaian, rekonsiliasi dan pembangunan di Afghanistan. Menlu RI, Retno L.P. Marsudi, bersama Menlu Afghanistan, Salahuddin Rabbani dalam penandatanganan Grant Agreement Indonesia Afghanistan untuk pembangunan klinik kesehatan di IIC, Kabul, 6 November 2017 LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

56 Dalam pencapaian IKU B.1.1, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika menghadapi tantangan, antara lain: a. Tidak terlaksananya perundingan yang telah direncanakan karena tidak adanya respon dari negara mitra atas usulan Indonesia b. Lamanya waktu negosisasi, pembahasan pertukaran draft kesepakatan, serta finalisasi kesepakatan. Proses finalisasi yang memakan waktu relatif lama disebabkan karena kesulitan dalam menyamakan pandangan antara Indonesia dengan para negara mitra, serta proses konsolidasi yang alot dengan para pemangku kepentingan dalam negeri, baik di tingkat nasional maupun daerah yang turut memperlambat disepakatinya posisi Indonesia. c. Adanya perubahan prioritas, geopolitik dan pergantian pemerintahan di negara mitra yang menyebabkan batalnya pembentukan kesepakatan. Untuk mengatasi tantangan tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika mengupayakan berbagai langkah sebagai berikut: a. Melakukan komunikasi secara intensif melalui Kedutaan Besar RI di Negara Mitra atau Kedutaan Besar Negara Mitra di Jakarta untuk mendapatkan komitmen dilaksanakannya perundingan bilateral serta untuk menyamakan persepsi atas program-program kerja sama yang akan disepakati. b. Mengintensifkan pelaksanaan negosisasi bilateral dan pertemuan dengan negara mitra terkait dalam upaya mempercepat proses finalisasi kesepakatan. c. Apabila terjadi pembatalan pembentukan kesepakatan, diupayakan untuk mendorong pelaksanaan pembahasan berbagai kesepakatan kerja sama baru dengan negara mitra dalam koridor kepentingan nasional Indonesia di bidang maritim, polkam dan perbatasan. Sebagai langkah solutif ke depan, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika akan melakukan berbagai upaya, antara lain: a. Mengintensifkan komunikasi informal kepada negara mitra serta bekerjasama dengan berbagai stakeholders terkait untuk dapat mendorong dilaksanakannya negosiasi dan pertemuan pada tingkat pejabat tinggi kedua negara, sehingga proses finalisasi kesepakatan dapat dilaksanakan lebih cepat. b. Mengintensifkan koordinasi dan konsolidasi internal dengan stakeholders dalam negeri guna penetapan posisi Pemerintah Republik Indonesia dan secara konsisten berupaya untuk memastikan substansi perjanjian internasional sesuai dengan kepentingan nasional serta peraturan perundang-undangan. IKU B.1.2 : PERSENTASE PRAKARSA/REKOMENDASI INDONESIA BIDANG KEMARITIMAN, POLKAM DAN PERBATASAN YANG DITERIMA PADA FORUM REGIONAL DI KAWASAN ASIA PASIFIK DAN AFRIKA Capaian IKU B.1.2 Persentase prakarsa/rekomendasi Indonesia bidang kemaritiman, polkam dan perbatasan yang diterima pada forum regional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika dapat dilihat dalam tabel berikut: LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

57 Tabel 3.11 Capaian IKU B.1.2 Tahun 2017 IKU B.1.2 Informasi Kinerja Jumlah Persentase prakarsa/rekomendasi Indonesia bidang kemaritiman, polkam dan perbatasan yang diterima pada forum regional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika Jumlah prakarsa/rekomendasi Indonesia yang diterima di bidang kemaritiman, polkam dan perbatasan Jumlah prakarsa/rekomendasi Indonesia yang disampaikan di bidang kemaritiman, polkam dan perbatasan Realisasi 96,3% Target 80% Capaian 120,37% Batas Toleransi Capaian 120% Persentase posisi/prakarsa/rekomendasi Indonesia di bidang kemaritiman, polkam dan perbatasan yang diterima pada forum regional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika mencapai 96,3% dari target 80% (capaian maksimum 120%), atau dengan jumlah realisasi 26 prakarsa/rekomendasi dari target sebanyak 27 prakarsa/rekomendasi. Beberapa prakarsa/rekomendasi Indonesia tersebut antara lain: a. Usulan Indonesia disambut baik dan dijadikan pokok bahasan dalam diskusi pada Senior Officials Meeting (SOM) IORA di KTT IORA, Jakarta, 5-7 Maret Prakarsa yang disampaikan antara lain: (1) kerjasama di bidang pengembangan blue ocean economy (2) budidaya sumber-sumber kelautan (3) keamanan dan pengamanan kemaritiman dari ancaman non-tradisional termasuk terorisme, people smuggling. b. Usulan Indonesia dalam kerja sama di bidang kemaritiman serta pengamanan dan keamanan wilayah Samudera Hindia diterima dengan baik pada Council of Ministers Meeting (COMM) di KTT IORA, Jakarta, 5-7 Maret c. Pada pertemuan Asian Parliamentary Assembly (APA) 1st Executive Council Meeting yang dilaksanakan tanggal 30 September - 4 Oktober 2017 di Phnom Penh Kamboja, usulan/rekomendasi Indonesia diadopsi menjadi kesepakan forum. Usulan dimaksud yaitu: menambahkan operating paragraph pada 3 resolusi (Resolution on Good Governance, Resolution on Goood Parliamentary Practice, Resolution on Asian Parliaments' Unwavering Support for the Palestinian People), dan rekomendasi Indonesia untuk mencari mekanisme kontribusi yang paling sesuai untuk masing-masing anggota pada Resolution Planning APA Budget. d. Lebih lanjut, pada pertemuan Sidang Pleno ke-10 Asia Parliamentary Assembly (APA) di Istanbul tanggal November 2017, Indonesia berhasil mengegolkan usulan tentang: (i) komitmen penyelesaian target sustainable development goals (SDGs), dan (ii) keterwakilan perempuan dalam Parlemen dan pekerja migran. Rekomendasi Indonesia yang diterima pada forum APA tersebut tertuang dalam Istanbul Declaration sebagai outcome document. LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

58 e. Pada pertemuan The 13th Pre-Senior Officials' Meeting (Pre-SOM 13) dan The 13th Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF) Senior Officials' Meeting (SOM 13) di Manila tanggal November 2017, usulan/inisiatif Indonesia yang diterima sebagai kesepakatan bersama yakni: Indonesia sebagai Chair Marine Protected Area (MPA) Technical Working Group (TWG) sekaligus sebagai Co-Chair Threatened Species TWG periode Pertemuan juga menerima usulan Indonesia agar pada tahun 2018 Indonesia menjadi tuan rumah (i) MPA Regional Exchange (REX), Q2 di Raja Ampat, (ii) Governance Working Group (CMWG dan FRWG) Meeting April 2018, (iii) CCA Blue Carbon Training, Q3 di Bali, serta (iv) Our Ocean Conference, Oktober 2018 di Bali. Tantangan utama yang dihadapi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika dalam pencapaian target IKU B.1.2 antara lain: kurang optimalnya respon dari negara mitra terhadap usulan prakarsa/rekomendasi Indonesia pada forum regional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika. Selain itu, implementasi kesepakatan regional oleh negara anggota tidak berjalan/tercapai secara maksimal karena kondisi di masing-masing negara. Dalam mengatasi tantangan tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika senantiasa melakukan upaya pendekatan dan koordinasi kepada pihak-pihak dan negaranegara terkait guna mempromosikan usulan prakarsa/rekomendasi Indonesia sehingga dapat diterima pada forum regional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika. Sebagai langkah solutif ke depan, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika akan berupaya mengintensifkan pertemuan informal dan formal dalam rangka mempertemukan mutual understanding atas national interest dengan negara mitra. Pertemuan akan diupayakan untuk dapat dilaksankan 6-12 bulan sebelum pelaksanaan Forum Regional. 4. SASARAN STRATEGIS (B.2) : DIPLOMASI EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA YANG KUAT DI KAWASAN ASIA PASIFIK DAN AFRIKA Wujud keberhasilan diplomasi ekonomi, sosial dan budaya sepanjang tahun 2017 dapat dilihat dari kesepakatan perjanjian kerjasama yang meliputi beberapa bidang, antara lain: energi, pembiayaan proyek pembangunan, perbankan, pertanian dan perikanan, pendidikan dan pelatihan diplomatik, kesehatan, energi (minyak, gas bumi dan mineral), ilmu pengetahuan dan teknologi, pertanian dan perikanan, perdagangan dan investasi, budaya dan pariwisata, kesehatan dan pendidikan, perbankan, serta UKM dan pembiayaan proyek pembangunan. Perwujudan diplomasi ekonomi juga dilaksanakan melalui berbagai kegiatan untuk mempromosikan potensi trade, tourism, and investment (TTI) Indonesia di negara-negara kawasan Asia Pasifik dan Afrika. Untuk mendukung penyelenggaraan promosi TTI tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika mengkoordinir dan bekerjasama dengan Perwakilan RI untuk menyediakan data economic intelligence guna memberikan gambaran terkait peluang pasar yang ada di negara akreditasi. Sejalan dengan hal tersebut, diplomasi juga terus dilaksanakan secara aktif melalui LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

59 berbagai fora internasional, khususnya di tingkat intra dan antarkawasan guna memperjuangkan kepentingan ekonomi dan pembangunan Indonesia. Pencapaian sasaran strategis B.2 Diplomasi ekonomi, sosial dan budaya yang kuat di kawasan Asia Pasifik dan Afrika diukur dengan 4 (empat) Indikator Kinerja Utama, yaitu: Tabel 3.12 Capaian B.2 Tahun 2017 No IKU B.2 Target Realisasi Capaian Jumlah kesepakatan di bidang ekonomi, sosial dan budaya di kawasan Asia Pasifik dan Afrika (IKU B.2.1) Jumlah data economic intelligence negara atau wilayah akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika (IKU B.2.2) Jumlah promosi Trade, Tourism and Investment (TTI) di kawasan Asia Pasifik dan Afrika (IKU B.2.3) Persentase prakarsa/rekomendasi Indonesia di bidang ekonomi, sosial dan budaya yang diterima pada forum regional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika (IKU B.2.4) ,86% ,55% ,89% 80% 100% 125% Total Capaian B.2 612,30% Rata-rata Capaian B.2 153,08% Batas Toleransi Rata-rata Capaian B.2 120% Dari tabel di atas, terlihat rata-rata capaian untuk sasaran strategis B.2 Diplomasi ekonomi, sosial dan budaya yang kuat di kawasan Asia Pasifik dan Afrika mencapai maksimum 120%. IKU B.2.1 : JUMLAH KESEPAKATAN DI BIDANG EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA DI KAWASAN ASIA PASIFIK DAN AFRIKA Capaian IKU B.2.1 Jumlah kesepakatan di bidang ekonomi, sosial dan budaya di kawasan Asia Pasifik dan Afrika dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 3.13 Capaian IKU B.2.1 Tahun 2017 IKU B.2.1 Target Realisasi Capaian Jumlah kesepakatan di bidang ekonomi, sosial dan budaya di kawasan Asia Pasifik dan Afrika ,86% Batas Toleransi Capaian IKU B % Realisasi jumlah naskah kesepakatan di bidang ekonomi, sosial dan budaya LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

60 sebanyak 75 naskah kesepakatan dari target sebanyak 28 naskah (capaian maksimal 120%), atau dengan persentase sebesar 36,95% dari target Kementerian Luar Negeri sebanyak 203 naskah. Beberapa naskah kesepakatan tersebut antara lain: a. MoU Kerja Sama Bank Indonesia dan Bank Markazi Jomhouri Iran, 27 Februari 2017 b. MoU Kerja Sama Kelautan dan Perikanan RI - Srilanka, Jakarta, 8 Maret c. MoU Kerja Sama Pendidikan antara RI - Republik Islam Afghanistan, Jakarta, 5 April d. MoU Kerjasama Energi, khususnya Minyak dan Gas Bumi antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI dengan Kementerian Perminyakan India, Jakarta, 20 April e. Memorandum Saling Pengertian tentang Kontribusi Pendanaan Arab Saudi untuk Pembiayaan Proyek Pembangunan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi, Jakarta, 1 Maret f. Memorandum Saling pengertian Kementerian Luar Negeri RI dan Departemen Hubungan Internasional dan Kerja Sama Republik Afrika Selatan mengenai kerjasama Pendidikan dan pelatihan Diplomatik, Jakarta, 8 Maret g. Memorandum Saling pengertian Kementerian Luar Negeri RI dan Departemen Hubungan Internasional dan Kerja Sama Republik Afrika Selatan mengenai rencana aksi kemitraan strategis Indonesia-Afrika Selatan , Jakarta, 8 Maret h. Persetujuan Umum antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Angola tentang Kerjasama Ekonomi, Ilmiah, Teknik dan Kebudayaan, Jakarta, 11 April i. MoU RI - Filipina di bidang Pertanian, Filipina, 28 April j. Memorandum of understanding between the Ministry of Health of the democratic Republic of Timor Leste and the Ministry of Health of the Republic of Indonesia, Jenewa, 24 Mei k. Nota Kesepahaman antar Kementerian Pertanian Republik Indonesia dengan Kementerian, Pengembangan Pedesaan dan Maritim, Serta Penangggulangan Bencana Nasional Republik Fiji, 9 Agustus l. MoU between the Ministery of Energy and Mineral Resources of the Republic of Indonesia and The National Energy Administration of The People's Republic of China on Energy Cooperation, Jakarta, 13 November Penandatanganan MoU RI-Filipina di bidang pertanian, disaksikan oleh Presiden RI Joko Widodo dan Presiden Filipina Rodrigo Duterte, Filipina, 28 April 2017 LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

61 Dalam pencapaian IKU B.2.1, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika menghadapi tantangan, antara lain: a. Tidak terlaksananya perundingan yang telah direncanakan karena tidak adanya respon dari negara mitra atas usulan Indonesia b. Lamanya waktu negosisasi, pembahasan pertukaran draft kesepakatan, serta finalisasi kesepakatan. Proses finalisasi yang memakan waktu relatif lama disebabkan karena kesulitan dalam menyamakan pandangan antara Indonesia dengan para negara mitra, serta proses konsolidasi yang alot dengan para pemangku kepentingan dalam negeri, baik di tingkat nasional maupun daerah yang turut memperlambat disepakatinya posisi Indonesia. c. Adanya perubahan prioritas, geopolitik dan pergantian pemerintahan di negara mitra yang menyebabkan batalnya pembentukan kesepakatan. Untuk mengatasi tantangan tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika mengupayakan berbagai langkah sebagai berikut: a. Melakukan komunikasi secara intensif melalui Kedutaan Besar RI di Negara Mitra atau Kedutaan Besar Negara Mitra di Jakarta untuk mendapatkan komitmen dilaksanakannya perundingan bilateral serta untuk menyamakan persepsi atas program-program kerja sama yang akan disepakati. b. Mengintensifkan pelaksanaan negosisasi bilateral dan pertemuan dengan negara mitra terkait dalam upaya mempercepat proses finalisasi kesepakatan. c. Apabila terjadi pembatalan pembentukan kesepakatan, diupayakan untuk mendorong pelaksanaan pembahasan berbagai kesepakatan kerja sama baru dengan negara mitra dalam koridor kepentingan nasional Indonesia di bidang ekonomi, sosial dan budaya. Sebagai langkah solutif ke depan, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika akan melakukan berbagai upaya, antara lain: a. Mengintensifkan komunikasi informal kepada negara mitra serta bekerjasama dengan berbagai stakeholders terkait untuk dapat mendorong dilaksanakannya negosiasi dan pertemuan pada tingkat pejabat tinggi kedua negara, sehingga proses finalisasi kesepakatan dapat dilaksanakan lebih cepat. b. Mengintensifkan koordinasi dan konsolidasi internal dengan stakeholders dalam negeri guna penetapan posisi Pemerintah Republik Indonesia dan secara konsisten berupaya untuk memastikan substansi perjanjian internasional sesuai dengan kepentingan nasional serta peraturan perundang-undangan. IKU B.2.2 : JUMLAH DATA ECONOMIC INTELLIGENCE NEGARA ATAU WILAYAH AKREDITASI DI KAWASAN ASIA PASIFIK DAN AFRIKA Capaian IKU B.2.2 Jumlah data economic intelligence negara atau wilayah akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika dapat dilihat dalam tabel berikut: LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

62 Tabel 3.14 Capaian IKU B.2.2 Tahun 2017 IKU B.2.2 Target Realisasi Capaian Jumlah data economic intelligence negara atau wilayah akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika ,55% Batas Toleransi Capaian IKU B ,55% Sepanjang tahun 2017, telah dikumpulkan sebanyak 69 data economic intelligence dari negara/wilayah akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika, atau dengan capaian sebesar 104,55% dari target sebanyak 66 data. Kinerja Ditjen Aspasaf tersebut berkontribusi untuk pencapaian kinerja Kementerian Luar Negeri sebesar 61,6% dari target 112 data. IKU B.2.3 : JUMLAH PROMOSI TRADE TOURISM AND INVESTMENT (TTI) DI KAWASAN ASIA PASIFIK DAN AFRIKA Capaian IKU B.2.3 Jumlah promosi Trade, Tourism and Investment (TTI) di kawasan Asia Pasifik dan Afrika dapat dilihat dalam tabel berikut: LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

63 Tabel 3.15 Capaian IKU B.2.3 Tahun 2017 IKU B.2.3 Target Realisasi Capaian Jumlah promosi Trade, Tourism and Investment (TTI) di kawasan Asia Pasifik dan Afrika ,89% Batas Toleransi Capaian IKU B ,89% Jumlah kegiatan promosi Trade, Tourism and Investment (TTI) yang telah dilaksanakan pada tahun 2017 sebanyak 54 kegiatan dari 47 kegiatan (capaian 114,89%), dengan kontribusi sebesar 60,67% dari target Kementerian Luar Negeri sebanyak 89 kegiatan. Beberapa kegiatan tersebut antara lain: a. Fasilitasi kegiatan promosi TTI dalam kunjungan misi bisnis delegasi Tur Afrika ke-1 Menlu RI ke Afrika Selatan, 6-7 Februari Menteri Luar Negeri, Retno L.P. Marsudi, dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Afrika Selatan, Maite Nkoana-Mashabane, Cape Town, Afrika Selatan, 6 Februari 2017 b. Fasilitasi promosi ekspor produk furniture melalui The 14 th Mebel Expo Uzbekistan di Uzexpocenter, Tashkent, 1 Maret c. Promosi TTI melalui kegiatan Bisnis Forum Indonesia - Arab Saudi, Jakarta, 3 Maret d. Fasilitasi promosi ekspor consumer goods pada Pameran The 17 th World Food Uzbekistan, Tashkent, Maret e. Fasilitasi promosi pariwisata Indonesia dalam Kazakhstan International Tourism Fair, Kazakhstan, April Business Matchmaking dalam promosi pariwisata Indonesia pada Kazakhstan International Tourism Fair, April 2017 LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

64 f. Fasilitasi kegiatan promosi TTI dalam kunjungan Menlu RI beserta delegasi bisnis RI ke Nigeria, 3-6 Juni g. Fasilitasi kegiatan promosi TTI dalam kunjungan misi bisnis delegasi Tur Afrika ke-2 Menlu/Wamenlu RI ke Ethiopia, Juni Menteri Luar Negeri membuka Indonesia-Nigeria Business Forum pada rangkaian kunjungan Africa Tour ke-2 Indonesia means business with Africa, Lagos-Nigeria, 3 Juni 2017 h. Promosi TTI melalui kegiatan Indonesia-Middle East Annual Gathering on Economy, Bandung, 8-10 Oktober Indonesia-Middle East Annual Gathering on Economy, Bandung, 8-10 Oktober 2017 i. Business Gathering bekerjasama dengan KADIN dalam rangka promosi perdagangan dan investasi dengan pengusaha dan investor Timur Tengah, di BSD, Tangerang Selatan, Banten, 10 Oktober j. Pelaksanaan Familiarization Trip Dep Magazine Vietnam ke Jakarta, Yogyakarta, dan Bali, 4-11 Maret 2017 LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

65 k. Promosi TTI melalui kegiatan Kunjungan Tim Indonesia Business Connection (IBC) ke Timor-Leste, Mei l. Fasilitasi kegiatan promosi peluang investasi di Indonesia dalam Collective call of Business Leader antara Presiden RI dengan 30 CEO perusahaan Jepang, pada kesempatan kunjungan resmi Perdana Menteri Jepang ke Indonesia, Jakarta, Januari Dalam pencapaian IKU B.2.3 tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika menghadapi tantangan, antara lain: a. Jumlah pengusaha Indonesia yang ikut serta dalam kegiatan promosi TTI tidak memenuhi kuota. Hal ini kemungkinan disebabkan karena masih adanya stigma yang belum melihat beberapa negara di kawasan Asia Pasifik dan Afrika sebagai pasar potensial. b. Pembatalan acara pameran oleh pihak penyelenggara setempat, dikarenakan dinamika situasi politik dan keamanan negara penyelenggara yang kurang kondusif. c. Masih rendahnya motivasi para pelaku usaha untuk mengikuti kegiatan promosi perdagangan di negara-negara pasar prospektif, karena adanya faktor keterbatasan informasi yang dimiliki terkait potensi di negara-negara tersebut serta besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengikuti kegiatan promosi perdagangan di luar negeri. Untuk mengatasi tantangan tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika bekerjasama dengan Perwakilan RI di luar negeri dan stakeholders terkait mengupayakan berbagai langkah sebagai berikut: a. Meningkatkan kegiatan forum bisnis untuk memberikan sosialisasi kepada dunia usaha nasional mengenai potensi dan peluang ekspor ke negara-negara di kawasan Asia Pasifik dan Afrika, khususnya ke pasar prosfektif (non-tradisional). b. Terkait pembatalan acara promosi/pameran TTI oleh pihak penyelenggara setempat, diupayakan untuk mendorong pihak penyelenggara untuk menjadwalkan ulang kegiatan pameran/promosi atau mengarahkan anggaran kegiatan promosi TTI ke event pameran/promosi TTI lainnya. c. Meningkatkan kerja sama dengan Kementerian/Lembaga dan instansi terkait guna mengupayakan sponsorship bagi UKM untuk mengikuti kegiatan promosi. d. Mengoptimalkan pemanfaatan market intelligence sebagai sumber data dan informasi bagi para pengusaha nasional terkait berbagai potensi yang ada di negara-negara pasar prosfektif. Sebagai langkah solutif ke depan, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika akan melakukan berbagai upaya sebagai berikut: a. Mengintensifkan koordinasi dan kerja sama dengan Perwakilan RI serta stakeholders terkait lainnya untuk peningkatan jumlah pelaksanaan program promosi, khususnya promosi perdagangan yang terpadu dan bersinergi, baik LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

66 antarkementerian pemerintah, maupun sektor pelaku usaha dan pelaku ekspor melalui pameran dagang, misi dagang, instore promotion, pembangunan pusatpusat promosi produk potensi ekspor Indonesia di luar negeri (misalnya: Indonesia Trading House dan House of Indonesia), serta buying mission. Salah satu kegiatan promosi yang perlu ditingkatkan adalah pameran dagang berskala internasional yang dilaksanakan di dalam negeri (seperti: Trade Expo Indonesia), sehingga dapat diikuti oleh lebih banyak lagi pelaku usaha nasional dengan biaya yang relatif lebih murah. b. Meningkatkan kerja sama antara para pemangku kepentingan terkait dalam upaya mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan promosi yang sifatnya terintegrasi antara sektor investasi, perdagangan dan pariwisata (trade, tourism and investment TTI) serta budaya dan kuliner Indonesia, termasuk melibatkan Pemerintah Daerah dan sektor swasta lainnya. Promosi TTI tersebut dilakukan dengan sistem tematik yang disesuaikan dengan perkembangan waktu dan kecenderungan kebutuhan konsumen. c. Meningkatkan kerja sama dengan Perwakilan RI untuk menggalakkan pelaksanaan promosi TTI secara door-to-door kepada konsumen potensial di negara akreditasi. Kegiatan ini selain untuk promosi TTI juga bertujuan untuk dapat memperoleh feed back secara spesifik dari masing-masing konsumen potensial, khususnya terkait kemungkinan perlunya fasilitasi business matchmaking dengan stakeholders terkait di Indonesia, serta kendala yang mungkin dihadapi di lapangan, sehingga dapat diupayakan penyelesaiannya. IKU B.2.4 : PERSENTASE PRAKARSA/REKOMENDASI INDONESIA DI BIDANG EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA YANG DITERIMA PADA FORUM REGIONAL DI KAWASAN ASIA PASIFIK DAN AFRIKA Capaian IKU B.2.4 Persentase prakarsa/rekomendasi Indonesia di bidang ekonomi, sosial dan budaya yang diterima pada forum regional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 3.16 Capaian IKU B.2.4 Tahun 2017 IKU B.2.4 Informasi Kinerja Jumlah Persentase prakarsa/rekomendasi Indonesia bidang ekonomi, sosial dan budaya yang diterima pada forum regional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika Jumlah prakarsa/rekomendasi Indonesia yang diterima di bidang ekonomi, sosial dan budaya Jumlah prakarsa/rekomendasi Indonesia yang disampaikan di bidang ekonomi, sosial dan budaya Realisasi 100% Target 80% Capaian 125% Batas Toleransi Capaian 120% LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

67 Persentase posisi/prakarsa/rekomendasi Indonesia di bidang ekonomi, sosial dan budaya yang diterima pada forum regional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika adalah sebesar 100% dari target sebesar 80% (capaian maksimal 120%), yaitu dengan realisasi 32 prakarsa/rekomendasi dari target 32 prakarsa/rekomendasi. Beberapa prakarsa/ rekomendasi tersebut antara lain: a. Pada pertemuan APEC Economic Leaders Week (AELW) / KTT APEC ke - 25 yang dilaksanakan di Danang-Vietnam, tanggal 6-11 November 2017, prakarsa/inisiatif/rekomendasi Indonesia di bidang ekososbud yang diterima, antara lain: dampak negatif illegal, unreported, and unregulated fishing (IUUF); tindak lanjut Deklarasi Lima mengenai Kawasan Perdagangan Bebas Asia Pasifik (FTAAP); pembangunan konektivitas di daerah terpencil; pemberdayaan petani dan nelayan untuk ketahanan pangan; internasionalisasi UMKM; dan pembangunan sumber daya manusia di era digital. APEC Economic Leaders Week (AELW) KTT APEC ke-25, Danang-Viet Nam, 6-11 November 2017 b. Pada pertemuan The 56 th APEC Telecommunications and Information Working Group Meeting (TELWG - 56) yang dilaksanakan di Bangkok-Thailand tanggal Desember 2017, Indonesia menyampaikan perkembangan regulasi dan kebijakan yang telah dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam mendorong kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia. Adapun rekomendasi Indonesia yang diterima berupa kerja sama pembangunan infrastruktur dan layanan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk pertumbuhan ekonomi yang inklusif. c. Pada Symposium on Priorities for APEC 2018 and APEC Informal Senior Officials Meeting (ISOM) yang dilaksanakan di Port Moresby-Papua New Guinea tanggal 5-6 Desember 2017, prakarsa/inisiatif/rekomendasi Indonesia di bidang ekososbud yang diterima, antara lain: melanjutkan dan mendorong isu kerja sama pembangunan pedesaan secara holistik dan fasilitasi akses pasar produk pertanian untuk pertumbuhan ekonomi yang inklusif. LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

68 d. Pada Konsultasi Publik Indonesia - Australia Relations Challenges and the Way Forward - Potensi Perluasan Kerja Sama Ekonomi, Sosial - Budaya RI-Australia dalam kerangka Kerja Sama Kemaritiman Bilateral dan Regional (IORA) yang dilaksanakan di Surabaya tanggal November 2017, prakarsa/inisiatif/ rekomendasi Indonesia dalam bidang sosial budaya yang diterima, antara lain: (i) Mendorong antusiasme dan semangat mahasiswa untuk menjadi pemimpin masa depan; (ii) menyampaikan peluang peningkatan transaksi perdagangan dengan Australia; (iii) mendapatkan masukan terkait upaya mendorong information sharing dan penelitian dengan Australia. e. Pada Pertemuan Tingkat Menteri Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia- Philippines - East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA) ke-21, di Tarakan, Kalimantan Utara pada tanggal 30 November - 3 Desember 2017, prakarsa Indonesia dalam bidang ekososbud yang diterima, yaitu: usulan Priority Infrastructure Projects (PIPs) dalam bidang pariwisata, konektivitas, perdagangan, investasi, dan pendidikan yang termuat dalam Implementation Blueprint untuk mewujudkan BIMP-EAGA Vision BIMP-EAGA 21 st Ministerial Meeting, Tarakan, Kalimantan Utara,3 Desember 2017 Tantangan utama yang dihadapi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika dalam pencapaian target IKU B.2.4 antara lain: kurang optimalnya respon dari negara mitra terhadap usulan prakarsa/rekomendasi Indonesia pada forum regional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika. Selain itu, dihadapi pula tantangan yang berasal dari rendanya partisipasi Pemerintah Daerah dan swasta lokal dalam penanganan proyek serta adanya kendala pendanaan. Dalam mengatasi tantangan tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika senantiasa melakukan upaya pendekatan dan koordinasi kepada pihak-pihak dan negaranegara terkait guna mempromosikan usulan prakarsa/rekomendasi Indonesia sehingga dapat diterima pada forum regional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika. Kementerian Luar Negeri c.q. Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika bersama dengan Kementerian LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

69 Koordinator Bidang Perekonomian mendorong koordinasi dan partisipasi aktif Pemerintah Daerah dan swasta lokal untuk berperan aktif dalam kerja sama ekonomi sub-regional. Sebagai langkah solutif ke depan, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika akan berupaya mengintensifkan pertemuan informal dan formal dalam rangka mempertemukan mutual understanding atas national interest dengan negara mitra. Pertemuan akan diupayakan untuk dapat dilaksankan 6-12 bulan sebelum pelaksanaan Forum Regional. 5. SASARAN STRATEGIS (B.3) : DUKUNGAN DAN KOMITMEN NASIONAL YANG TINGGI ATAS KESEPAKATAN INTERNASIONAL DI KAWASAN ASIA PASIFIK DAN AFRIKA Segala bentuk kesepakatan internasional antara Indonesia dengan negara mitra, baik dalam konteks kerja sama bilateral maupun prakarsa/rekomendasi nasional yang terwujud melalui fora intra dan antarkawasan tentunya diharapkan dapat menciptakan nilai manfaat ekonomi, keuangan serta pembangunan yang optimal bagi seluruh masyarakat Indonesia. Untuk itu, diperlukan berbagai upaya tindak lanjut dan implementasi riil hasil-hasil keepakatan kerja sama serta prakarsa/rekomendasi nasional tersebut oleh para pemangku kepentingan (stakeholders), khususnya di dalam negeri. Pencapaian sasaran strategis B.3 Dukungan dan komitmen nasional yang tinggi atas kesepakatan internasional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika diukur dengan 2 (dua) Indikator Kinerja Utama, yaitu: Tabel 3.17 Capaian B.3 Tahun 2017 No IKU B.3 Target Realisasi Capaian 1 2 Persentase kesepakatan kerja sama bilateral di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang ditindaklanjuti oleh stakeholders dalam negeri (IKU B.3.1) Persentase prakarsa/rekomendasi pada forum kerja sama intrakawasan dan antarkawasan Asia Pasifik dan Afrika yang ditindaklanjuti oleh stakeholders dalam negeri (IKU B.3.2) 80% 95,31% 119,14% 80% % Total Capaian B.3 244,14% Rata-rata Capaian B.3 122,07% Batas Toleransi Rata-rata Capaian B.3 120% Dari tabel di atas, terlihat rata-rata capaian untuk sasaran strategis B.3 Dukungan dan komitmen nasional yang tinggi atas kesepakatan internasional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika mencapai maksimum 120%. Tantangan utama yang dihadapi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika dalam pencapaian target sasaran strategis B.3 antara lain: LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

70 a. Perubahan kebijakan di tingkat nasional maupun daerah akibat adanya perubahan kepemimpinan. Salah satu di antara perubahan kebijakan tersebut adalah terjadinya perubahan nomenklatur pada sejumlah Kementerian yang menghambat upaya tindak lanjut kesepakatan kerja sama bilateral maupun regional. b. Ketidaksiapan Kementerian/Lembaga teknis, Pemerintah Daerah serta stakeholders terkait lainnya dalam pelaksanaan kesepakatan yang telah dicapai secara bilateral maupun regional. Salah satu di antaranya adalah ketidaksiapan data dari Pemerintah Daerah di Indonesia untuk mendukung tindak lanjut kesepakatan kerja sama dalam bidang ekonomi dan investasi asing di daerah. c. Kurangnya komitmen Kementerian/Lembaga teknis terkait, Pemerintah Daerah serta stakeholders lainnya dalam menindaklanjuti kesepakatan kerja sama yang telah dicapai secara bilateral maupun regional. d. Ketidakjelasan penjuru/focal point di beberapa daerah dalam memfasilitasi minat kerja sama, terutama di bidang ekonomi. e. Keterbatasan anggaran dan SDM di Kementerian/Lembaga terkait, koordinasi antar Kementerian/Lembaga yang masih lemah serta prioritas yang berbeda. f. Kurangnya diseminasi informasi kesepakatan kerja sama yang telah dicapai secara bilateral maupun regional kepada para stakeholders terkait. Dalam mengatasi tantangan tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika senantiasa melakukan berbagai upaya, antara lain: a. Meningkatkan pertemuan dan komunikasi dengan Kementerian/Lembaga terkait melalui rapat interkementerian dalam rangka penguatan koordinasi. b. Bekerjasama dengan Kementerian/Lembaga terkait untuk meningkatkan sinergi dan integrasi program kerja yang sudah dan akan dilaksanakan, khususnya yang terkait dengan tindak lanjut kesepakatan kerja sama yang telah dicapai secara bilateral maupun regional. Sebagai langkah solutif ke depan, perlu diupayakan berbagai langkah, antara lain: a. Pembentukan forum komunikasi/koordinasi khusus antara Kementerian Luar Negeri c.q. Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika dengan stakeholders terkait sebagai wadah untuk melakukan diseminasi dan pembaruan informasi mengenai kesepakatan kerja sama yang telah dicapai secara bilateral maupun regional. Melalui forum tersebut, dapat dilakukan pula monitoring rencana tindak lanjut kesepakatan kerja sama serta evaluasi terhadap realisasinya secara periodik. b. Peningkatan kapasitas SDM, khususnya di Kementerian Luar Negeri c.q. Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika sebagai focal point dalam memfasilitasi upaya tindak lanjut kesepakatan kerja sama. IKU B.3.1 : PERSENTASE KESEPAKATAN KERJA SAMA BILATERAL DI KAWASAN ASIA PASIFIK DAN AFRIKA YANG DITINDAKLANJUTI OLEH STAKEHOLDERS DALAM NEGERI Capaian IKU B.3.1 Persentase kesepakatan kerja sama bilateral di kawasan Asia LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

71 Pasifik dan Afrika yang ditindaklanjuti oleh stakeholders dalam negeri dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 3.18 Capaian IKU B.3.1 Tahun 2017 IKU B.3.1 Informasi Kinerja Jumlah Persentase kesepakatan kerja sama bilateral di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang ditindaklanjuti oleh stakeholders dalam negeri Jumlah kesepakatan kerja sama yang ditindaklanjuti Jumlah kesepakatan kerja sama yang akan ditindaklanjuti Realisasi 95,31% Target 80% Capaian 119,14% Persentase kesepakatan kerja sama bilateral di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang ditindaklanjuti oleh stakeholders dalam negeri adalah sebesar 95,31% dari target sebesar 80% (capaian 119,14%), yaitu dengan realisasi 61 kesepakatan dari target 64 kesepakatan. Beberapa tindak lanjut/implementasi kesepakatan tersebut oleh stakeholders dalam negeri, antara lain: a. Terjalinnya kerja sama antara PT. Transnusa Aviation Mandiri dengan Air Timor dalam pembukaan rute penerbangan Kupang-Dili melalui kerja sama charter flight. Penerbangan tersebut secara resmi dibuka pada tanggal 15 Desember Kerja sama tersebut merupakan tindak lanjut/implementasi dari Air Transport Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Democratic Republic of Timor-Leste, Dili 27 Juli Jumpa Pers Wakil Menteri Transportasi dan Komunikasi Timor Leste, Inacio Moreira (tengah) didampingi Presiden Direktur TransNusa Aviation Mandiri, Juvenile Jodjana (kedua dari kanan), dan Direktur Air Timor, Fransisco de Iliveira (paling kiri) Dili, 15 Desember 2017 b. Terjalinnya kerjasama antara beberapa perusahaan Indonesia dengan perusahaan Nigeria, antara lain: PT Wijaya Karya dengan lima perusahaan Afrika Selatan (Glowax, Maubane Fapital (Pty) Ltd, Shirdo Trading, Bols /NAFCOC) yang tertarik dengan sektor konstruksi, pergudangan, properti, pengolahan limbah dan pertambangan; PT. Charoen Pokphand bekerja sama dengan tiga potensial partner (Afrigrow, Afriholding (Pty) Ltd dan International Trade and LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

72 Commodities, Otto Mbanglala) dalam menjajaki peluang ekspor produk daging dari Afsel ke Indonesia; Rainbow Roof Group dengan perusahaan distributor Richard Zulu asal Afrika Selatan; PT Sungai Budi dan PT Musim Mas bekerja sama dengan Advance Cash and Carry untuk ekspor soap noodle; serta PT Gajah Tunggal bekerja sama dengan distributor produk ban motor di Afrika Selatan. Kerja sama tersebut merupakan tindak lanjut/implementasi dari Trade Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Republic of South Africa, Cape Town, 20 November c. Terjalinnya kerja sama antara Indonesia Exim Bank dengan tiga perusahaan rekanan potensial di Nigeria dalam bidang fasilitasi pembiayaan. Kerja sama tersebut merupakan tindak lanjut/implementasi dari Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Federal Republic of Nigeria on Economic and Technical Cooperation, Jakarta, 21 Desember d. Terjalinnya kerja sama antara Universitas Islam Negeri (UIN) Malang dengan beberapa perguran tinggi di Sudah (di bawah koordinasi Menteri Pendidikan Tinggi Sudah). Kerja sama diwujudkan dengan pengiriman 5 orang dosen dan guru besar Sudan untuk mengajar mahasiswa S2 dan S3 dalam bidang Bahasa Arab, ilmu Al-Qur'an dan ekonomi Islam di UIN Malang. Pengiriman dilakukan sejak tahun 2015 sampai Juni Kerja sama tersebut merupakan tindak lanjut/implementasi dari MoU between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Republic of the Sudan concerning Cooperation on Education and Religious Affairs, Jakarta, 15 October e. Terlaksananya trilateral maritime patrol di Tarakan, Indonesia, 19 Juni 2017; trilateral air patrol di Subang, Malaysia, 12 Oktober 2017; dan trilateral port visit di Tawi-tawi, Filipina, 15 November Patroli tersebut merupakan tindak lanjut dari Trilateral Cooperative Arrangement Indonesia-Malaysia-Filipina, yang ditandatangani di Jakarta, 14 Juli Satgas Trilateral Maritime Patrol Indonesia-Malaysia- Filipina melaksanakan Tactical Floor Game (TFG) di Gleadak Kapal Helly KRI dr. Soeharso (SHS)-990 pada 17 Juni 2017, dalam rangka memantapkan persiapan patroli bersama, Tarakan, Indonesia Menteri Pertahanan RI, Ryamizard Ryacudu, dalam Peresmian Trilateral Maritime Patrol Indomalphi di Tarakan, Kalimantan Utara, 19 Juni 2017: launching ini jadi garis awal dan momentum bersejaran untuk ketiga negara, dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas kerja sama pertahanan di masa yang akan datang, dalam rangka mewujudkan stabilitas keamanan di kawasan (Detik News, 22 Juni 2017) LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

73 IKU B.3.2 : PERSENTASE PRAKARSA/REKOMENDASI PADA FORUM KERJA SAMA INTRAKAWASAN DAN ANTARKAWASAN ASIA PASIFIK DAN AFRIKA YANG DITINDAKLANJUTI OLEH STAKEHOLDERS DALAM NEGERI Capaian IKU B.3.2 Persentase prakarsa/rekomendasi pada forum kerja sama intrakawasan dan antarkawasan Asia Pasifik dan Afrika yang ditindaklanjuti oleh stakeholders dalam negeri, dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 3.19 Capaian IKU B.3.2 Tahun 2017 IKU B.3.2 Informasi Kinerja Jumlah Persentase prakarsa/rekomendasi pada forum kerja sama intrakawasan dan antarkawasan Asia Pasifik dan Afrika yang ditindaklanjuti oleh stakeholders dalam negeri Jumlah realisasi prakarsa/rekomendasi Indonesia di forum kerja sama intrakawasan dan antarkawasan yang ditindaklanjuti Jumlah rencana prakarsa/rekomendasi Indonesia di forum kerja sama intrakawasan dan antarkawasan yang ditindaklanjuti 8 8 Realisasi 100% Target 80% Capaian 125% Batas Toleransi Capaian 120% Prakarsa/rekomendasi Indonesia pada forum kerja sama intrakawasan dan antarkawasan Asia Pasifik dan Afrika yang ditindaklanjuti oleh stakeholders dalam negeri adalah sebesar 100% dari target sebesar 80% (capaian maksimum 120%), yaitu dengan realisasi 8 prakarsa/rekomendasi dari target 8 prakarsa/rekomendasi. Beberapa tindak lanjut/ implementasi prakarsa/ rekomendasi tersebut oleh stakeholders dalam negeri, antara lain: a. Prakarsa/rekomendasi Indonesia pada KTT Pacific Islands Forum (PIF) ke-48 di Apia, Samoa, tanggal 4 8 September 2017, untuk memperkuat constructive engagement antara negara anggota Penandatanganan Letter of Intent Kerja Sama Riset antara Maluku Corner dengan Mitra Lembaga Riset University of the South Pacific (USP) dan Fiji National University (FNU), Suva, 18 November 2017 LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

74 PIF dengan Indonesia dalam berbagai sektor selaku Mitra Wicara di PIF. Prakarsa tersebut ditindaklanjuti melalui kerja sama riset antara lembaga riset Maluku Corner (MC) di Universitas Padjadjaran, Universitas Pattimura, Universitas Khairun dan Parahyangan Center for International Studies Universitas Katolik Parahyangan dengan University of the South Pacific dan Fiji National University. Sepanjang tahun 2017, telah dilakukan 2 kali kunjungan dosen ahli/peneliti Indonesia ke Fiji, yaitu pada bulan November dan Desember Kerja sama penelitian meliputi komparasi bidang pertanian, kehutanan dan maritim antara Indonesia bagian timur dan Pasifik, kajian kebijakan strategis Pasifik dalam menghadapi isu lingkungan dan bencana alam, serta kajian perkembangan demokratisasi di Pasifik. Kerja sama dengan dua universitas ternama di Pasifik tersebut terbentuk dengan dukungan dari Ditjen Aspasaf berkolaborasi dengan KBRI Suva. b. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Utara dan Balai Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM) telah melaksanakan kegiatan promosi green ecotourism Visit The Heart of Borneo dalam The 11 th Heart of Borneo (HOB) Trilateral Meeting, Tarakan, Oktober 2017 sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia. Kegiatan promosi tersebut menampilkan informasi potensi green ecotourism Indonesia, antara lain: keanekaragaman flora, fauna, budaya dan wisata alam serta hasil kerajinan dan mempamerkan produk unggulan masyarakat Indonesia di sekitar kawasan seperti anyaman rotan, manik, beras adan, garam gunung dan gula tebu. The 11 th HOB Trilateral Meeting dihadiri oleh 3 negara yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, dan Malaysia. Kegiatan tersebut merupakan tindaklanjut dari prakarsa/rekomendasi Indonesia terkait dengan Green Ecotourism and Destination Development in HoB, yang merupakan salah satu hasil pertemuan The 1st Meeting of the Heart of Borneo (HOB) Technical Committee on Joint Projects and Activities, Malaysia, Juli Promosi Green Ecotourism Indonesia Visit The Hearth of Borneo dalam The 11 th Hearth of Borneo Trilateral Meeting, Tarakan, Oktober 2017 LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

75 6. SASARAN STRATEGIS (L.1) : IMPLEMENTASI TALENT MANAGEMENT DI DIREKTORAT JENDERAL ASIA PASIFIK DAN AFRIKA Salah satu faktor penting yang mendukung keberhasilan pencapaian kinerja organisasi adalah sumber daya manusia (SDM) yang dalam hal ini adalah seluruh jajaran aparatur pelaksana di lingkungan Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika. Untuk itu, SDM harus dikelola dengan optimal, terutama dari segi kompetensinya dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi. Setiap aparatur pelaksana pada prinsipnya harus memiliki kecakapan, dedikasi, keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan tanggung jawab dan posisinya dalam organisasi. Namun demikian, seiring dinamika tantangan tugas di lapangan yang semakin besar, maka tuntutan standar kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap pagawai juga semakin tinggi. Oleh karena itu, Ditjen Aspasaf senantiasa melakukan berbagai upaya talent management berupa pembinaan, motivasi dan pengembangan potensi serta kompetensi SDM yang dimiliki guna dapat memenuhi kriteria kondisi internal yang mencakup unsur pengetahuan, keterampilan, interpesonal dan intrapersonal yang mampu menunjang pencapaian kinerja organisasi secara optimal. Tujuan penerapan talent management adalah untuk menciptakan Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika menjadi sebuah organisasi berkelanjutan yang memiliki kinerja tinggi dan memenuhi tujuan serta sasaran strategis dan operasional yang telah ditetapkan sejalan dengan pencapaian visi dan misi Kementerian Luar Negeri secara umum. Keberhasilan implementasi talent management di lingkungan Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika (sasaran strategis L.1) diukur dengan indikator Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetisi jabatan (IKU L.1.1) sebagai berikut: Tabel 3.20 Capaian IKU L.1.1 Tahun 2017 IKU L.1.1 Informasi Kinerja Jumlah Persentase pejabat di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan Jumlah pejabat (eselon I dan II) di lingkungan Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang telah memenuhi kompetensi jabatan Jumlah pejabat (eselon I dan II) di lingkungan Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika 3 8 Realisasi 37,5% Target 50% Capaian 75% Selama tahun 2017, Persentase pejabat di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan sebesar 37,5% dari target 50% (capaian 75%), atau dengan realisasi 3 orang pejabat dari target 8 orang pejabat. Tantangan yang dihadapi dalam pencapaian IKU L.1.1, antara lain: LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

76 a. Adanya standar kompetensi jabatan baru pada setiap jenjang jabatan di Kementerian Luar Negeri yang mulai diterapkan pada awal tahun Standar kompetensi jabatan baru tersebut sesuai dengan tugas dan fungsi, proses bisnis, peta jabatan dan analisa jabatan berdasarkan Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Luar Negeri. Dengan demikian, assessment pemenuhan standar kompetensi jabatan untuk setiap pejabat eselon I dan II di lingkungan Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika hanya dapat dilakukan untuk pejabat yang baru ditunjuk/dilantik pada tahun 2017, yaitu sebanyak 3 orang pejabat. Kondisi tersebut menyebabkan realisasi yang lebih kecil dari target yang telah ditetapkan sebanyak 8 orang pejabat. b. Implementasi talent management tersebut hanya diterapkan untuk pejabat eselon I dan II, dan belum diterapkan untuk seluruh pegawai di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika. Untuk mengatasi tantangan tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika akan melakukan upaya antara lain: meningkatkan koordinasi intensif dengan Biro Sumber Daya Manusia - Kementerian Luar Negeri terkait dengan hasil assessment standar kompetensi jabatan untuk setiap aparatur pelaksana yang telah diangkat/ditunjuk sebagai pejabat eselon I dan II di lingkungan Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika. Sebagai langkah solutif ke depan, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika akan meningkatkan koordinasi dengan Biro SDM dan Biro Perencanaan dan Organisasi untuk: a. Menyempurnakan peta jabatan dan standar kompetensi jabatan yang ada. b. Menjajaki kemungkinan penerapan assessment kompetensi jabatan untuk aparatur pelaksana selain unsur pimpinan eselon I dan eselon II. Ruang lingkup assessment tersebut dapat diterapkan secara bertahap, dimulai dari pejabat eselon III, serta pejabat eselon IV, pejabat fungsional dan para pelaksana pada tahun-tahun selanjutnya. Penyempurnaan peta jabatan dan standar kompetensi jabatan, serta pelaksanaan assessment pada seluruh pegawai dinilai penting mengingat keterkaitannya dengan kualitas dan kompetensi aparatur pelaksana sebagai suatu agregat yang bernilai strategik bagi peningkatan kinerja serta keunggulan kompetitif organisasi. 7. SASARAN STRATEGIS (L.2) : ORGANISASI DAN TATA KELOLA YANG BAIK DI DIREKTORAT JENDERAL ASIA PASIFIK DAN AFRIKA Suatu organisasi pemerintah dinilai dapat mewujudkan good governance apabila seluruh komponen dan proses di dalamnya dapat berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip kewajaran, transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab dan kemandirian. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika secara berkesinambungan terus melakukan berbagai upaya pembenahan dan penataan kembali sistem kelembagaan serta aparatur sesuai prinsip good governance. Upaya tersebut pada akhirnya diharapkan dapat mendukung keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Luar Negeri. LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

77 Pencapaian sasaran strategis L.2 Organisasi dan tata kelola yang baik di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika diukur dengan 2 (dua) Indikator Kinerja Utama, yaitu: Tabel 3.21 Capaian L.2 Tahun 2017 No IKU L.2 Target Realisasi Capaian 1 2 Nilai reformasi birokrasi Kementerian Luar Negeri (IKU L.2.1) Nilai evaluasi AKIP Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika (IKU L.2.2) 85 77,44 91,11% 76 76,60 100,79% Total Capaian L.2 191,9% Rata-rata Capaian L.2 95,95% Dari tabel di atas, terlihat rata-rata capaian untuk sasaran strategis L.2 Organisasi dan tata kelola yang baik di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika mencapai 95,95%. IKU L.2.1 : NILAI REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN LUAR NEGERI Sebagai salah satu unit kerja eselon I di Kementerian Luar Negeri, pencapaian sasaran strategis Organisasi dan tata kelola yang baik di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika dinilai menggunakan indikator kinerja Nilai reformasi birokrasi Kementerian Luar Negeri. Capaian IKU L.2.1 Nilai reformasi birokrasi Kementerian Luar Negeri dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 3.22 Capaian IKU L.2.1 Tahun 2017 IKU L.2.1 Target Realisasi Capaian Nilai reformasi birokrasi Kementerian Luar Negeri 85 77,44 91,06% Capaian IKU L ,11% Pada tahun 2017, Kementerian Luar Negeri memperoleh nilai reformasi birokrasi sebesar 77,4 dengan capaian 91,11% dari target nilai sebesar 85. Nilai tersebut menunjukkan keberhasilan pelaksanaan program reformasi birokrasi Kementerian Luar Negeri dalam rangka mewujudkan good governance. Tantangan utama yang dihadapi dalam pencapaian target IKU L.2.1 antara lain: a. Belum adanya kesesuaian antara struktur organisasi dengan SDM yang ada (masih adanya jabatan yang belum terisi), sehingga beberapa fungsi tertentu dalam organisasi belum berjalan secara optimal. Kondisi tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi kinerja organisasi. LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

78 b. SOP Mikro yang ada saat ini masih bersifat generik dan belum dapat dijadikan sebagai pedoman untuk pelaksanaan suatu kegiatan (daily activities) Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang sifatnya lebih teknis. Disamping itu, belum terdapat mekanisme evaluasi pelaksanaan SOP Mikro. c. Sistem e-government belum digunakan secara menyeluruh dan terintegrasi dalam organisasi. d. Terkait penataan sistem manajemen SDM, assessment belum mencakup seluruh pegawai. Selain itu, pemberian tunjangan kinerja belum didasarkan pada capaian kinerja individu. Dalam mengatasi tantangan tersebut, diperlukan berbagai upaya dan langkah solutif ke depan, antara lain: a. Meningkatkan penataan dan penguatan organisasi untuk mewujudkan kesesuaian antara struktur organisasi dengan SDM yang ada. Kekurangan SDM memiliki implikasi yang cukup signifikan dalam pencapaian target kinerja organisasi. Dalam jangka pendek, dapat dilakukan optimalisasi SDM yang ada untuk mencapai target kinerja. Namun demikian, untuk jangka panjang, diperlukan adanya upaya perekrutan untuk memenuhi kesenjangan antara ketersediaan SDM dengan bezetting yang ada. b. Melaksanakan evaluasi SOP secara periodik dan menindaklanjuti hasil evaluasi tersebut. c. Meningkatkan penerapan/penggunaan e-governement yang terintegrasi dalam organisasi. d. Meningkatkan penataan Sistem Manajemen SDM, antara lain melalui pelaksanaan assessment bagi seluruh pegawai serta penerapan sistem tunjangan kinerja yang berbasis pada capaian kinerja individu. e. Meningkatkan akuntabilitas, monitoring dan evaluasi pencapaian kinerja melalui suatu mekanisme pemantauan kinerja, pengumpulan data kinerja secara terpadu, serta evaluasi kinerja internal secara periodik dan berkesinambungan. IKU L.2.2 : NILAI EVALUASI AKIP DIREKTORAT JENDERAL ASIA PASIFIK DAN AFRIKA Penilaian terhadap implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di dalam organisasi merupakan salah satu bentuk transparansi akuntabilitas kinerja kepada publik. Evaluasi AKIP Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Luar Negeri melalui monitoring dan penilaian terhadap 5 (lima) komponen dasar manajemen kinerja yang meliputi: Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pelaporan Kinerja, Evaluasi Internal dan Pencapaian Sasaran/Kinerja Organisasi. Dalam hal ini, dilakukan evaluasi terhadap dokumen AKIP, seperti: Rencana Strategis (Renstra), Indikator Kinerja Utama (IKU), Perjanjian Kinerja (PK), Laporan Kinerja (LKj), Rencana Aksi, Realisasi Rencana Aksi dan dokumen-dokumen pendukung lainnya. Nilai yang digunakan pada tahun 2017 merupakan hasil evaluasi terhadap dokumen AKIP Tahun Anggaran 2016, mengingat evaluasi AKIP satu tahun anggaran dilaksanakan pada awal semester II tahun berikutnya. LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

79 Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika memperoleh nilai AKIP Tahun 2016 sebesar 76,6 atau dengan kategori penilaian BB (Sangat Baik). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan terhadap kualitas dokumen AKIP Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai nilai 76,2 poin. Adapun rincian hasil penilaian sebagai berikut: Tabel 3.23 Hasil Evaluasi AKIP Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Tahun 2016 No. Komponen yang Dinilai Bobot Nilai Tahun Perencanaan Kinerja 30% 24,20 2. Pengukuran Kinerja 25% 18,13 3. Pelaporan Kinerja 15% 10,42 4. Evaluasi Kinerja 10% 6,35 5. Capaian Kinerja 20% 17,50 Nilai Hasil Evaluasi 100% 76,60 Tingkat Akuntabilitas Kinerja BB Sumber : Surat Dinas Inpektorat Jenderal Kementerian Luar Negeri Nomor 03349/PW/10/2017/68/11 tertanggal 16 Oktober 2017 perihal Hasil Evaluasi atas Akuntabilitas Kinerja pada Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Dengan demikian, capaian IKU L.2.2 Nilai reformasi birokrasi Kementerian Luar Negeri dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 3.24 Capaian IKU L.2.2 Tahun 2017 IKU L.2.2 Target Realisasi Capaian Nilai evaluasi AKIP Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika 76 76,60 100,79% Capaian IKU L ,79% Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika memperoleh nilai AKIP sebesar 76,6, atau dengan capaian 100,79% dari target nilai sebesar 76. Tantangan utama yang dihadapi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika dalam pencapaian target IKU L.2.2 antara lain: a. Belum dilakukannya reviu Dokumen Rencana Strategis (RENSTRA) secara berkala. b. Penetapan target kinerja belum sepenuhnya berorientasi pada outcome. c. Perencanaan kegiatan dan anggaran yang belum sepenuhnya sesuai dengan realisasi. LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

80 Dalam mengatasi tantangan tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika melakukan berbagai upaya dan langkah solutif ke depan, antara lain: a. Reviu Dokumen RENSTRA akan dijadwalkan secara berkala untuk meninjau kembali sasaran dan tujuan organisasi yang sekiranya perlu disesuaikan, terutama dengan adanya perubahan pada Peta Strategi dan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang berbasis balanced scorecard (BSC) serta kebijakan Pimpinan lainnya. b. Menetapkan rumusan IKU Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang berbasis balanced scorecard (BSC). IKU Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika tersebut merupakan cascading dari IKU Kementerian Luar Negeri. Dengan demikian, diharapkan penetapan target kinerja pada periode berikutnya lebih berorientasi pada hasil (outcome). c. Mematangkan/meningkatkan kualitas perencanaan kegiatan dan anggaran untuk memperkecil gap antara rencana dan realisasi. 8. SASARAN STRATEGIS (L.3) : PENINGKATAN ENGAGEMENT PEGAWAI DI DIREKTORAT JENDERAL ASIA PASIFIK DAN AFRIKA Engagement pegawai merupakan suatu kondisi dimana pegawai cenderung merasa puas dengan hasil pekerjaannya serta merasa memiliki keterlibatan, komitmen, keinginan berkontribusi dan rasa memiliki (ownership) yang tinggi terhadap organisasi. Dalam hal ini, engagement pegawai sangat diperlukan tidak hanya untuk memberikan kepuasan kerja, namun juga untuk menumbuhkan semangat, rasa saling percaya diri (trust), loyalitas serta kebanggan terhadap pekerjaan dan organisasi. Dengan adanya peningkatan engagement, diharapkan setiap pegawai dapat memberikan kinerja yang terbaik dalam mendukung pencapaian kinerja organisasi. Pencapaian Sasaran Strategis L.3 Peningkatan engagement pegawai di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika diukur dengan IKU L.3.1 Indeks engagement pegawai di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika. IKU L.3.1 : INDEKS ENGAGEMENT PEGAWAI DI DIREKTORAT JENDERAL ASIA PASIFIK DAN AFRIKA Pengukuran indeks dilakukan melalui survei kepada seluruh pegawai Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang dilakukan oleh Biro Sumber Daya Manusia. Survei tersebut bertujuan untuk: a. Menilai tingkat kepuasan pegawai terhadap kapasitas organisasi. b. Menilai tingkat kontribusi dari setiap pegawai di lingkungan Ditjen Asia Pasifik dan Afrika terhadap kinerja organisasi. c. Menganalisis hubungan antara tingkat engagement dengan karakteristik individu setiap pegawai. LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

81 d. Menggali informasi mengenai faktor-faktor penghambat dan pendorong tingkat engagement pegawai. e. Merumuskan strategi employee engagement yang efektif guna meningkatkan kinerja organisasi. Dalam survei tersebut, data diperoleh dari self-assessment pegawai atas kinerjanya. Masukan pegawai Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika tentang kinerja tersebut selanjutnya dibandingkan dengan tingkat kepuasan pegawai guna mengidentifikasi tingkat engagement pegawai secara keseluruhan dan individual. Survei engagement pegawai dilaksanakan secara online pada tanggal 14 November 2017 s/d 6 Desember 2017 dengan target seluruh pegawai di lingkungan Kementerian Luar Negeri. Adapun tingkat partisipasi responden dari Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang mengisi kuesioner secara lengkap berjumlah 64 pegawai atau 8,15% dari jumlah populasi sebanyak 785 pegawai Kementerian Luar Negeri yang melakukan pengisian survei. Berdasarkan survei yang dilakukan, nilai indeks engagement pegawai terhadap kapasitas organisasi sebesar 3,47 atau dengan capaian 115,67% dari target yang telah ditetapkan sebesar 3 poin. Nilai indeks engagement Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika tersebut lebih tinggi dari rata-rata nilai indeks engagement Kementerian Luar Negeri secara umum sebesar 3,44 poin. Tabel 3.25 Capaian IKU L.3.1 Tahun 2017 IKU L.3.1 Target Realisasi Capaian Indeks engagement pegawai di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika 3 3,47 115,67% Capaian IKU L ,67% Tantangan utama yang dihadapi dalam pencapaian IKU L.3.1 antara lain: a. Belum adanya data pembanding terhadap hasil survei, mengingat pengisian survei bersifat self-asessment. Hal tersebut dinilai akan berdampak pada objektivitas hasil survei. b. Masih terdapatnya beberapa faktor yang berdampak negatif terhadap tingkat kepuasan pegawai, antara lain: stress kerja yang relatif tinggi, pola pengembangan karir serta sisitem pendidikan yang belum optimal. Untuk mengatasi tantangan tersebut, perlu dilakukan upaya dan langkah solutif ke depan, antara lain: a. Pengadaan data pembanding dari hasil penilaian kinerja oleh atasan langsung by system atau menggunakan data sekunder sejenis, seperti realisasi/capaian target indikator kinerja dari masing-masing pegawai. Dengan demikian, diharapkan dapat diperoleh analisa hasil survei yang lebih objektif. LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

82 b. Mempertahankan dan meningkatkan dimensi yang telah dinilai baik, serta mendorong upaya tindak lanjut dan perbaikan terhadap variabel yang menjadi kendala peningkatan tingkat kepuasan pegawai, antara lain: Variabel Penghambat Stress Kerja Pengembangan Karir Diklat Tindak Lanjut Menyusun analisis beban kerja (ABK) dan menganalisis jabatan sesuai job desc, tanggung jawab dan kedudukannya, serta peningkatan sarana dan prasarana penunjang pekerjaan Menyusun pola karir (career plan) yang jelas dan setara untuk setiap kelompok pegawai Menyusun Training Need Analysis (TNA) dan Individual Development Plan (IDP), sehingga Diklat sesuai dengan kebutuhan pegawai/pengembangan karir dan tujuan organisasi Dalam merumuskan kebijakan perbaikan di atas, agar dapat memperhatikan tingkat kepuasan, capaian kinerja dan level engagement pada setiap kategori (unit kerja, jabatan Kemenlu, jabatan ASN, gender, tingkat pendidikan, usia, masa kerja PNS dan masa kerja ASN). 9. SASARAN STRATEGIS (L.4) : PENGELOLAAN ANGGARAN YANG OPTIMAL DAN AKUNTABEL DI DIREKTORAT JENDERAL ASIA PASIFIK DAN AFRIKA Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika senantiasa berupaya untuk mewujudkan pengelolaan keuangan yang optimal dan akuntabel mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, hingga dilakukannya evaluasi. Aspek optimalisasi dicapai melalui penyerapan anggaran yang maksimal serta terpenuhinya target kinerja yang telah ditetapkan. Sementara itu, aspek akuntabilitas dipenuhi melalui penerapan prinsip good governance dalam pelaksanaannya, antara lain: keterbukaan, beriorientasi pada hasil, profesionalitas, proporsionalitas, serta monitoring keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang bebas dan mandiri. Melalui kegiatan pengelolaan keuangan yang optimal dan akuntabel, kebutuhan pendanaan kegiatan dapat direncanakan dengan baik, diupayakan pengadaannya, digunakan untuk membiayai pelaksanaan kegiatan secara efektif dan efisien, serta dibukukan dan dilaporkan secara transparan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik. Dalam konteks tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika memiliki aparatur pelaksana dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam bidang financial management untuk menjalankan sistem keuangan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

83 Pencapaian sasaran strategis L.4 Pengelolaan anggaran yang optimal dan akuntabel di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika diukur dengan 3 (tiga) Indikator Kinerja Utama, yaitu: Tabel 3.26 Capaian L.4 Tahun 2017 No IKU L.4 Target Realisasi Capaian Persentase realisasi anggaran dan realisasi kinerja di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika (IKU L.4.1) Persentase temuan Badan Pemeriksa Keuangan yang ditindaklanjuti di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika (IKU L.4.2) Persentase dokumen rencana kerja dan anggaran Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan (IKU L.4.3) 98% 95,02% 96,96% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Total Capaian L.4 296,96% Rata-rata Capaian L.4 98,99% Dari tabel di atas, terlihat rata-rata capaian untuk sasaran strategis L.4 Pengelolaan anggaran yang optimal dan akuntabel di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika mencapai 98,99%. D. Analisis Perbandingan Capaian Sasaran Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Periode Capaian kinerja tahun 2017 tidak dapat dibandingkan secara langsung dengan capaian kinerja pada periode sebelumnya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan indikator kinerja yang digunakan dalam penilaian capaian kinerja pada tahun 2017, yang berbasis pada balanced scorecard (BSC). Namun demikian, perbandingan dapat dilakukan apabila capaian kinerja tahun 2017 dinilai menggunakan indikator kinerja yang sama dengan periode sebelumnya. Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, IKU yang digunakan pada tahun hanya meliputi perspektif internal business process dengan sasaran strategis Dukungan dan komitmen nasional yang tinggi atas kesepakatan internasional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika, yaitu: 1. Persentase kesepakatan kerja sama bilateral yang ditindaklanjuti oleh stakeholders dalam negeri; 2. Persentase prakarsa/rekomendasi pada forum kerja sama intrakawasan yang ditindaklanjuti oleh stakeholders dalam negeri. Dengan demikian, perbandingan capaian kinerja tahun anggaran 2016 dan 2017 dapat dilihat pada tabel berikut: LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

84 Tabel 3.31 Perbandingan Capaian Kinerja Tahun IKU Komponen Formulasi Kinerja Tahun 2016 Tahun 2017 Jumlah Target Realisasi Capaian Jumlah Target Realisasi Capaian Persentase kesepakatan kerja sama bilateral yang ditindaklanjuti Persentase prakarsa/ rekomendasi pada forum kerja sama intrakawasan yang ditindaklanjuti. Jumlah realisasi kesepakatan kerja sama yang ditindaklanjuti/ diimplementasikan Jumlah rencana kesepakatan kerja sama yang akan ditindaklanjuti/ diimplementasikan Jumlah realisasi prakarsa/rekomendasi Indonesia di forum kerja sama intrakawasan yang ditindaklanjuti/ diimplementasikan Jumlah rencana prakarsa/rekomendasi Indonesia di forum kerja sama intrakawasan yang ditindaklanjuti/ diimplementasikan % 101,98% 113,31% % 100% 111,11% % 95,31% 119,14% 80% 100% 125% NILAI RATA-RATA CAPAIAN KINERJA 112,21% 122,07% Adapun perbandingan capaian kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (dengan menggunakan IKU yang sama pada periode ) dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 3.1 Perbandingan Capaian Kinerja Tahun % % % % % Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, capaian kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifk dan Afrika menunjukkan nilai persentase lebih dari 100%. Dengan demikian, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika secara umum telah memenuhi target kinerja dalam meningkatkan kerja sama di berbagai bidang dengan negara-negara dan organisasi regional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika. Hal ini juga menjadi indikasi bahwa penerapan sistem akuntabilitas kinerja di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika telah berjalan semakin baik dan terdapat keterkaitan yang jelas antara proses perencanaan kinerja, pelaksanaan kegiatan, evaluasi dan monitoring kegiatan, serta pelaporan kinerja. LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

85 E. Analisis Perbandingan Capaian Sasaran Periode 2017 dengan target sasaran dalam Renstra Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Tahun , Target Kementerian Luar Negeri Tahun 2017 dan RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ke-tiga ( ) disusun sebagai penjabaran dari Visi, Misi dan Program Aksi Pemerintah RI yang implementasinya dirangkum dalam bentuk sembilan agenda prioritas nasional (Nawa Cita). Salah satu agenda dalan Nawa Cita adalah Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara, dengan beberapa sub-agenda, antara lain: a. Melaksanakan politik luar negeri bebas aktif; b. Menguatkan jati diri sebagai negara maritim; c. Memperkuat peran Indonesia dalam kerja sama global dan regional. Sasaran, arah kebijakan dan strategi untuk masing-masing sub-agenda tersebut, antara lain: a. Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif, difokuskan antara lain pada: - Menguatnya diplomasi maritim, - Penyelesaian masalah perbatasan darat dan laut serta Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dengan negara tetangga, - Pelaksanaan doktrin Poros Maritim Dunia. b. Menguatkan jati diri sebagai negara maritim, difokuskan antara lain pada: - Meningkatkan operasi keamanan dan keselamatan di laut dan wilayah perbatasan, - Memperkuat kelembagaan keamanan laut, - Intensifikasi dan ekstensifikasi operasi bersama, - Pengelolaan sumber daya kelautan maritim bagi kesejahteraan rakyat, - Mengintensifkan penegakan hukum dan pengendalian Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing serta kegiatan yang merusak di laut. c. Memperkuat peran Indonesia dalam kerja sama global dan regional, difokuskan antara lain pada: - Menguatkan diplomasi ekonomi Indonesia dalam forum bilateral dan regional - Peningkatan diplomasi politik yang seiring dengan target diplomasi ekonomi. - Meningkatkan kerja sama ekonomi internasional di tingkat bilateral dan regional - Meningkatkan peran aktif dan kepemimpinan Indonesia di tingkat regional dan global. Berpedoman pada RPJMN tersebut, Kementerian Luar Negeri telah menyusun Rencana Strategis (RENSTRA) yang akan dicapai selama periode Terkait dengan sub-bidang politik luar negeri, terdapat beberapa agenda priortas, antara lain: penanganan perbatasan, penguatan diplomasi ekonomi, serta peningkatan peran Indonesia dalam kerja sama global. Sasaran utama yang ingin dicapai adalah terwujudnya kepemimpinan dan peran Indonesia dalam kerja sama internasional. Untuk mendukung tercapainya agenda sub-bidang politik luar negeri yang ada dalam LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

86 RENSTRA Kementerian Luar Negeri (cascading dari RPJMN ), Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika telah menyusun RENSTRA yang menjabarkan program dan kegiatan yang dilaksanakan untuk periode lima tahun dengan fokus pada kawasan Asia Pasifik dan Afrika. Program yang ditetapkan adalah Program Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri serta Optimalisasi di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika untuk mencapai sasaran Peran Indonesia di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang Meningkat. Perbandingan Capaian Sasaran Periode 2017 dengan target sasaran dalam Renstra Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Tahun Tahun 2017 merupakan salah satu periode pencapaian RENSTRA Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika. Selama paruh periode RENSTRA tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika senantiasa mengoptimalkan pelaksanan program dan kegiatannya untuk pencapaian target sasaran yang telah ditetapkan. Penjabaran program, sasaran strategis, indikator serta perbandingan target capaian kinerja yang telah ditetapkan dalam dokumen RENSTRA Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika tahun dengan realisasinya pada tahun adalah sebagai berikut*: Tabel 3.32 Tabel Perbandingan Target Capaian Kinerja sesuai RENSTRA dengan Realisasinya *Catatan: capaian kinerja tahun 2017 diklasifikasikan berdasarkan IKU yang sama dengan IKU tahun Grafik 3.2 Trend Target dan Realisasi IKU Persentase Kesepakatan Kerja Sama Bilateral yang Ditindaklanjuti Grafik 3.3 Trend Target dan Realisasi IKU Persentase Prakarsa/Rekomendasi Indonesia pada Forum Kerja Sama Intrakawasan yang Ditindaklanjuti LKj DITJEN ASPASAF TAHUN

APA ITU IORA? Indian Ocean Rim Association (IORA)

APA ITU IORA? Indian Ocean Rim Association (IORA) FACT SHEET APA ITU IORA? Indian Ocean Rim Association (IORA) Organisasi regional di lingkar Samudera Hindia Didirikan di Mauritius, 7 Maret 1997. Terdiri dari 21 negara anggota; 7 mitra dialog Tujuan awal:

Lebih terperinci

MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIKS 2.3 TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN LUAR NEGERI 1. Program Peningkatan Hubungan dan Politik Luar Negeri melalui Kerjasama ASEAN Meningkatnya peran

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL MENCIPTAKAN PERDAMAIAN DUNIA Salah satu langkah penting dalam diplomasi internasional adalah penyelenggaraan KTT Luar Biasa ke-5 OKI untuk penyelesaian isu Palestina

Lebih terperinci

ISU-ISU TERKINI ASEAN. Dewi Triwahyuni

ISU-ISU TERKINI ASEAN. Dewi Triwahyuni ISU-ISU TERKINI ASEAN Dewi Triwahyuni Beberapa isu terkait ASEAN saat ini: Kasus Pengungsi Myanmar (Rohingya) Masyarakat Ekonomi ASEAN ASEAN & Kerjasama IORA ASEAN & Konflik Laut Cina Selatan IORA & ASEAN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik

LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA 2016 Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik LKJ DITJEN IDP 2016 2016 LKJ DITJEN IDP KATA PENGANTAR Menjadi penjuru penguatan citra positif Indonesia

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret 2017 Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika. Desra Percaya KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret 2017 Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika. Desra Percaya KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Kinerja (LKj) Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika tahun 2016 ini merupakan wujud komitmen dan tanggung jawab terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang bersih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi telah mendorong negara-negara di dunia untuk memperluas ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya keterbukaan, baik keterbukaan

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) KBRI HARARE

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) KBRI HARARE RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2015-2019 KBRI HARARE KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA HARARE KEPUTUSAN KEPALA PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 011/OT/V/2015 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENUGASAN WAKIL PRESIDEN MELAKSANAKAN TUGAS PRESIDEN

KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENUGASAN WAKIL PRESIDEN MELAKSANAKAN TUGAS PRESIDEN PENUGASAN PENUGASAN WAKIL PRESIDEN KEPPRES NO. 1 TAHUN KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENUGASAN WAKIL PRESIDEN MELAKSANAKAN TUGAS PRESIDEN ABSTRAK : - bahwa untuk menjaga lancarnya pelaksanaan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 2019. Periode ini ditandai dengan fokus pembangunan pada pemantapan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS KBRI BRATISLAVA

RENCANA STRATEGIS KBRI BRATISLAVA RENCANA STRATEGIS KBRI BRATISLAVA 2015-2019 SK KEPPRI TENTANG RENCANA STRATEGIS KEPPRI ii KATA PENGANTAR Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia dan rahmatnya, kami dapat menerbitkan

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengukuran kinerja pada capacity building yang mengikuti pola reinventing

I. PENDAHULUAN. pengukuran kinerja pada capacity building yang mengikuti pola reinventing I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi di bidang kinerja pemerintahan tidak akan membuahkan hasil optimal tanpa didukung oleh komitmen untuk memperbaiki validitas dari standar penilaian kinerja kelembagaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR PERNYATAAN TELAH DIREVIU RINGKASAN EKSEKUTIF

KATA PENGANTAR PERNYATAAN TELAH DIREVIU RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KINERJA TAHUN 2017 KEMENTERIAN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA DAFTAR ISI BUKU 1 KATA PENGANTAR DAFTAR ISI PERNYATAAN TELAH DIREVIU RINGKASAN EKSEKUTIF i iv vi vii BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Aspek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Reformasi di bidang kinerja pemerintahan tidak akan membuahkan hasil optimal

I. PENDAHULUAN. Reformasi di bidang kinerja pemerintahan tidak akan membuahkan hasil optimal I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi di bidang kinerja pemerintahan tidak akan membuahkan hasil optimal tanpa didukung oleh komitmen untuk memperbaiki validitas dari standar penilaian kinerja kelembagaan

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R

2 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1459, 2015 KEMENLU. Jabatan Pimpinan. Tinggi Pratama. Terbuka. Pengisian. Tata Cara. Persyaratan. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 LAMPIRAN : PERATURAN KEPALA BNPP NOMOR : 4 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Kerja (Renja) Badan Nasional

Lebih terperinci

MANUAL INDIKATOR KINERJA UTAMA 2016 DIREKTORAT JENDERAL MULTILATERAL "PERSENTASE POSISI INDONESIA YANG DITERIMA DALAM FORUM MULTILATERAL"

MANUAL INDIKATOR KINERJA UTAMA 2016 DIREKTORAT JENDERAL MULTILATERAL PERSENTASE POSISI INDONESIA YANG DITERIMA DALAM FORUM MULTILATERAL DIREKTORAT JENDERAL MULTILATERAL "PERSENTASE POSISI INDONESIA YANG DITERIMA DALAM FORUM MULTILATERAL" Deskripsi Sasaran Strategis: Internal Business Process Peningkatan peran Indonesia di forum multilateral

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA

RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA Lampiran Surat Nomor: Tanggal: PENANGGUNGJAWAB: KEMENTERIAN LUAR NEGERI RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA 2016 2019 NO. A. BATAS MARITIM, RUANG LAUT, DAN DIPLOMASI MARITIM A.1 PERUNDINGAN DAN PENYELESAIAN

Lebih terperinci

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEBIJAKAN Reformasi Birokrasi NASIONAL ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI Pengorganisasian Pelaksanaan Tim Pengarah Kementerian/Lembaga Ketua: Pimpinan K/L Sekretaris: Sekjen Anggota: Pejabat Eselon I Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan Rencana Strategis Bisnis (RSB) bagi suatu organisasi pemerintah merupakan suatu kewajiban sebagai upaya mewujudkan tata kelola system yang modern. RSB

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen P2HP), melalui Keputusan Direktur Jenderal P2HP Nomor KEP.70/DJ-P2HP/2010 tanggal 17

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

Peranan Perwakilan RI di Luar Negeri Dalam Mendukung Promosi Tourism, Trade, and Investment (TTI)

Peranan Perwakilan RI di Luar Negeri Dalam Mendukung Promosi Tourism, Trade, and Investment (TTI) Peranan Perwakilan RI di Luar Negeri Dalam Mendukung Promosi Tourism, Trade, and Investment (TTI) Duta Besar Nur Syahrir Rahardjo Wakil Ketua Harian Pokja Penguatan Diplomasi Ekonomi Bidang Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Umum. 1. Hubungan Indonesia Norwegia

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Umum. 1. Hubungan Indonesia Norwegia BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum 1. Hubungan Indonesia Norwegia Hubungan RI Norwegia saat ini berada dalam kondisi sangat baik sejak dibukanya hubungan diplomatik pada tahun 1950. Hubungan diplomatik

Lebih terperinci

MAHYELDI WALIKOTA EMZALMI WAKIL WALIKOTA

MAHYELDI WALIKOTA EMZALMI WAKIL WALIKOTA MAHYELDI WALIKOTA EMZALMI WAKIL WALIKOTA Visi: Mewujudkan Kota Padang sebagai Kota Pendidikan, Perdagangan dan Pariwisata Yang Sejahtera, Religius dan Berbudaya MISI 1. Mewujudkan pendidikan yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM 1.1.1. Kedudukan Balai Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.1/2011 tanggal 22 Maret 2011 tentang

Lebih terperinci

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) www.appf.org.pe LATAR BELAKANG APPF dibentuk atas gagasan Yasuhiro Nakasone (Mantan Perdana Menteri Jepang dan Anggota Parlemen Jepang) dan beberapa orang diplomat

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 29

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2013 2.1 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL AMERIKA DAN EROPA TAHUN

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL AMERIKA DAN EROPA TAHUN RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL AMERIKA DAN EROPA TAHUN 2015-2019 KEMENTERIAN LUAR NEGERI KEMENTERIAN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL AMERIKA DAN EROPA KEMENTERIAN LUAR

Lebih terperinci

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.

Lebih terperinci

2.1 Rencana Strategis

2.1 Rencana Strategis 2.1 Rencana Strategis Sekretariat Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan () telah menyusun suatu Rencana Strategis (Renstra) dengan berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

2017, No Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Neg

2017, No Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Neg No.1138, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Penetapan IKU. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 70 TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah- Nya kami dapat menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung Tahun

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

Manual IKU Perwakilan RI Harare

Manual IKU Perwakilan RI Harare Manual IKU Perwakilan RI Harare No. Sasaran Strategi Indikator Kinerja Utama Formulasi 1 Menguatnya dukungan negara Persentase rekomendasi hasil terhadap kedaulatan kajian komprehensif Perwakilan RI NKRI/

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

February 15, 2016 BAPPEDA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

February 15, 2016 BAPPEDA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah merupakan dasar untuk terselenggaranya Good Governance yang artinya penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8)

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.214, 2017 ADMINISTRASI. Pemerintahan. Kementerian Pariwisata. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Ministry of National Development Planning/Bappenas Kerjasama Pembangunan Internasional dalam Rangka Pelaksanaan SDGs di Indonesia

Ministry of National Development Planning/Bappenas Kerjasama Pembangunan Internasional dalam Rangka Pelaksanaan SDGs di Indonesia Ministry of National Development Planning/Bappenas Kerjasama Pembangunan Internasional dalam Rangka Pelaksanaan SDGs di Indonesia Direktorat Politik Luar Negeri dan Kerjasama Pembangunan Internasional

Lebih terperinci

down mengandung makna bahwa perencanaan ini memperhatikan pula

down mengandung makna bahwa perencanaan ini memperhatikan pula BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya agar efektif, efisien, dan akuntabel, Direktorat Penanganan Pelanggaran (Dit. PP) berpedoman pada dokumen perencanaan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PERWAKILAN KBRI RABAT TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA PERWAKILAN KBRI RABAT TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA PERWAKILAN KBRI RABAT TAHUN 2015 VISI: "Terwujudnya diplomasi total, melalui peningkatan peran KBRI Rabat sebagai garda terdepan dalam memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia di Maroko

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M. KATA PENGANTAR Laporan akuntabilitas kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja (Renja) adalah dokumen perencanaan tahunan yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) serta disusun mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Rencana Kerja

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA

RENCANA STRATEGIS PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA RENCANA STRATEGIS PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA 2015-2019 PUSAT KAJIAN KEBIJAKAN PENERBANGAN DAN ANTARIKSA Jl. Cisadane No. 25 Cikini, Jakarta Pusat www.puskkpa.lapan.go.id DAFTAR ISI

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang LKj Asisten Deputi Bidang Politik dan Hubungan Internasional 2014 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Akuntabilitas suatu instansi pemerintah merupakan kewajiban bagi instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RPJMN 2010-2014 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR D engan memanjatkan

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Kinerja Ditjen dan Penguasaan Tanah Tahun merupakan media untuk mempertanggungjawabkan capaian kinerja Direktorat Jenderal selama tahun, dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana CAKUPAN PEKERJAAN KOORDINATOR SEKTOR DAN STAF ADMINISTRASI PADA SEKRETARIAT PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN (PERPRES) NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (STRANAS

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci

Disusun oleh : Biro Perencanaan dan Organisasi Sekretariat Jenderal. Kementerian Luar Negeri

Disusun oleh : Biro Perencanaan dan Organisasi Sekretariat Jenderal. Kementerian Luar Negeri Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN 2013 Disusun oleh : Biro Perencanaan dan Organisasi Sekretariat Jenderal

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Laporan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepo

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepo No.1452, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENRISTEK-DIKTI. SAKIP. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016

LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016 LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintah. Melalui

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh i KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Rencana Strategis (Renstra) merupakan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan Kecamatan Rancasari Tahun

Rencana Kerja Tahunan Kecamatan Rancasari Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF disusun untuk menyajikan informasi tentang capaian komitmen kinerja yang telah diperjanjikan Sekretariat Kabinet kepada kepada pimpinan dan stakeholders selama tahun 2015. Laporan Kinerja

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran

BAB V. Kesimpulan dan Saran BAB V Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan Subnational government mengacu pada pemerintah wilayah daerah yang berada di bawah pemerintah pusat, baik pada negara dengan sistem federal atau negara kesatuan.

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah P E M E R I N T A H P R O V I N S I J A W A T E N G A H LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2016 DINAS BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH Semarang 2017 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Bapak Presiden SMU PBB, Saya ingin menyampaikan ucapan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilitas Kinerja

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa pembangunan yang berkeadilan dan demokratis

Lebih terperinci

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN 2015-2019 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 Kata Pengantar Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

kegiatan Direktorat Gizi Masyarakat. Berbagai hambatan dan kendala yang diidentifikasi, telah

kegiatan Direktorat Gizi Masyarakat. Berbagai hambatan dan kendala yang diidentifikasi, telah Pengantar D alam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019, meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak merupakan salah satu sasaran pokok pembangunan nasional. Untuk

Lebih terperinci

Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan

BAB V PENUTUP. Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan BAB V PENUTUP 4.1. Kesimpulan Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan masyarakat di Asia Tenggara meluas mencangkup persolan-persoalan yang tidak terbatas pada

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. Tabel 1 Sasaran program, Indikator Kinerja, Target, Realisasi dan Persentase Capaian

IKHTISAR EKSEKUTIF. Tabel 1 Sasaran program, Indikator Kinerja, Target, Realisasi dan Persentase Capaian IKHTISAR EKSEKUTIF Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian merupakan institusi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan Perkarantinaan Pertanian dan Pengawasan Keamanan Hayati dengan visi Menjadi Pusat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui pengelolaan strategi pendidikan dan pelatihan, karena itu pembangunan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 22 Januari 2015 Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Ir. Saut P. Hutagalung, M.Sc

KATA PENGANTAR. Jakarta, 22 Januari 2015 Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Ir. Saut P. Hutagalung, M.Sc KATA PENGANTAR Laporan Kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga negara yang

Lebih terperinci