Disusun oleh : Biro Perencanaan dan Organisasi Sekretariat Jenderal. Kementerian Luar Negeri

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Disusun oleh : Biro Perencanaan dan Organisasi Sekretariat Jenderal. Kementerian Luar Negeri"

Transkripsi

1 Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN 2013 Disusun oleh : Biro Perencanaan dan Organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Luar Negeri Jl. Taman Pejambon No. 6 Jakarta Pusat Telp Fax prpk_bpo@kemlu.go.id Jakarta, Maret 2014 BPO Kemlu

2

3

4 ii

5 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii IKHTISAR EKSEKUTIF iv INDIKATOR KINERJA UTAMA vii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Gambaran Kementerian Luar Negeri 1 C. Peran dan Fungsi Kementerian Luar Negeri Dalam Pembangunan 8 Bidang Politik D. Akuntabilitas Kinerja Kementerian Luar Negeri 9 BAB II PERENCANAAN KINERJA 11 A. RPJMN B. Revisi Rencana Strategis Kementerian Luar Negeri 12 C. Pemetaan Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama 13 Kementerian Luar Negeri D. Penetapan Kinerja Kementerian Luar Negeri 15 E. Pengukuran Kinerja Kementerian Luar Negeri 16 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Gambaran Umum Akuntabilitas Kinerja B. Capaian Kinerja RPJMN C. Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) 34 C.1 Capaian Kinerja Kementerian Luar Negeri Tahun D. Analisis Pencapaian Sasaran Strategis Tahun D.1 Sasaran Strategis 1: Meningkatnya Peran dan Kepemimpinan Indonesia dalam Pembentukan Komunitas ASEAN di Bidang Politik dan Keamanan, Ekonomi, dan Sosial Budaya 39 iii

6 D.2 Sasaran Strategis 2: Meningkatnya Peran Diplomasi Indonesia dalam Penanganan Isu Multilateral D.3 Sasaran Strategis 3: Meningkatnya Kerja Sama di Berbagai Bidang antara RI dengan Negara negara dan Organisasi Intrakawasan di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa D.4 Sasaran Strategis 4: 73 Meningkatnya Kualitas Hukum dan Perjanjian Internasional yang Aman dari Aspek Politis, Yuridis, Teknis, dan Keamanan D.5 Sasaran Strategis 5: 81 Meningkatnya Kualitas Pelayanan Keprotokolan dan Kekonsuleran D.6 Sasaran Strategis 6: 96 Meningkatnya Citra Indonesia Dimata Publik Domestik dan Internasional E. Akuntabilitas Keuangan BAB IV PENUTUP 116 iv

7 IKHTISAR EKSEKUTIF Seiring dengan perubahan dan dinamika situasi politik luar negeri, pada tahun 2013, Kementerian Luar Negeri telah mempertajam strategi politik luar negeri serta melakukan peningkatan kualitas rencana strategis di lingkungan Kementerian Luar Negeri. Hal ini dibuktikan dengan dilakukannya revisi pada Rencana Strategis (Renstra) dan Indikator Kinerja Utama (IKU) dengan perumusan tujuan/sasaran strategis Kementerian Luar Negeri yang telah berorientasi kepada outcome serta Indikator Kinerja Utama (IKU) yang relevan dan terukur. Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Luar Negeri Tahun 2013 menfokuskan pada capaian kinerja Kementerian Luar Negeri secara utuh yang tercakup dalam 6 (enam) Tujuan/Sasaran Strategis (SS) yang menjadi kompetensi utama Kementerian Luar Negeri dengan dilengkapi oleh masing masing Indikator Kinerja Utama (IKU). Dengan gambaran capaian kinerja sasaran strategis tersebut, secara otomatis kinerja unit kerja, khususnya Perwakilan RI di luar negeri juga telah tergambarkan karena indikator kinerja unit kerja dan Perwakilan pada dasarnya adalah merupakan penunjang keberhasilan dari capaian indikator dari sasaran strategis Kementerian Luar Negeri. Dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Luar Negeri Tahun 2013, Kementerian Luar Negeri menambahkan Sub Bab Pengukuran Kinerja Kementerian Luar Negeri untuk menggambarkan kinerjanya dengan perlu dengan beberapa penjelasan dan formulasi perhitungan pada masing masing IKU nya. Secara keseluruhan, Capaiankinerja Kementerian Luar Negeri tahun 2013 sebesar 91,82% dengan kategori capaian kinerja dari 7 IKU, sebanyak 1 IKU dengan capaian kategori istimewa (range capaian95<x>100), sebanyak 5 IKU dengan capaian kategori amat baik (range capaian85<x 95),dan sebanyak 1 IKU kategori baik (range capaian75<x 95).Adapun realisasi anggaran sampai dengan 31 Desember 2013 sebesar Rp , atau 87,95% dari pagu anggaran sebesar Rp ,. Kinerja dan peran diplomasi Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri telah mendapat apresiasi dari pemangku kepentingan di mancanegara sebagaimana pernyataan Catherine Ashton EU High Representative, Indonesia plays very important role in ASEAN, (Republika Online, 4 November 2013). Apresiasi lainnya, datang dari Menlu AS John Kerry di sela sela Sidang Majelis Umum PBB di New York pada 27 September 2013 yang menekankan peran dan kontribusi Indonesia selalu menjadi bagian dari solusi atas permasalahan global melalui cara cara diplomasi. "Kesiapan Indonesia untuk menjadi bagian dari Pasukan Perdamaian PBB atas Mandat dan dibawah payung PBB merupakan kontribusi nyata dalam upaya menyelesaikan permasalahan di Suriah," katanya. Dalam kesempatan tersebut Menlu AS juga menggarisbawahi peran penting Indonesia dalam menciptakan kawasan yang stabil dan damai di Asia Pasifik termasuk isu Laut China Selatan. v

8 Beberapa langkah kedepan yang akan dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri: NASIONAL REGIONAL GLOBAL 1. Meningkatkan Koordinasi dan sinergi antar K/L 2. Meningkatkan keterlibatan berbagai stakeholders dalam perumusan dan implementasi kebijakan luar negeri 3. Peningkatan jumlah dan kualitas SDM Kemlu 1. Peningkatan capacity building 2. Mendorong trust building activities dan mengoptimalkan pemanfaatan trustt fund dan project fund dari negara mitra 3. Balancing multilateralism and key bilateral relations Strategic partnership with middle and major powers 4. Memperkuat ASEAN institutions, termasuk East Asia Summit (EAS) 5. Menjaga independensi Asia Tenggara 1. Meningkatkan peran aktif di setiap forum internasional 2. Meningkatkan profil Indonesia melalui peran- 3. Melakukan pendekatan baru dalam global peran di tingkat global connectivity 4. Meningkatkan peran Indonesia dalam global governance, khususnya dalam misi perdamaian dan democracy projection vi

9 CAPAIAN KINERJA KEMLU 2013 Capaian kinerja Kementerian Luar Negeri tahun 2013 dilakukan dengan cara membandingkan realisasi Indeks dengan target Indeks yang merupakan Indikator Kinerja Utama Kementerian Luar Negeri yang telah ditetapkan pada Penetapan Kinerja Kementerian Luar Negeri tahun Secara keseluruhan capaian kinerja Kementerian Luar Negeri sebesar 91,82%sebagaimana perhitungan di bawah ini: NO SASARAN 1 Meningkatnya peran dan kepemimpinan Indonesia dalam pembentukan Komunitas ASEAN di bidang politik dan keamanan, ekonomi, dan sosial budaya (SS 1) 2 Meningkatnya peran diplomasi Indonesia dalam penanganan isu multilateral (SS 2) 3 Meningkatnya kerja sama di berbagai bidang antara RI dengan negara negara dan organisasi intrakawasan di kawasan Asia Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa (SS 3) 4 Meningkatnya kualitas hukum dan perjanjian internasional yang aman dari aspek politis, yuridis, teknis, dan keamanan (SS 4) 5 Meningkatnya kualitas pelayanan keprotokolan dan kekonsuleran (SS 5) 6 Meningkatnya citra Indonesia dimata publik domestik dan internasional (SS 6) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) 1. Indeks peran dan kepemimpinan Indonesia dalam pembentukan Komunitas ASEAN 2015 (IKU 1 SS 1) 2. Indeks peran diplomasi Indonesia dalam penanganan isu isu multilateral (IKU 2 SS 2) 3. Indeks kerja sama Indonesia di berbagai bidang dengan negara negara dan organisasi intrakawasan di kawasan Asia Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa (IKU 3 SS 3) 4. Indeks diplomasi bidang hukum dan perjanjian internasional (IKU 4 SS 4) 5. Persentase Penyelesaian Permasalahan/ Kasus WNI dan BHI di Luar Negeri (IKU 5 SS 5) 6. Indeks pelayanan keprotokolan dan kekonsuleran (IKU 6 SS 5) 7. Indeks citra positif penyelenggaraan politik dan hubungan luar negeri dari persepsi masyarakat domestik dan internasional (IKU 7 SS 6) TARGET REALISASI KATEGORI 5 8 (91,28%)* 6 8 (91,79%)* 9 10 (100%)* 7 7 (88,74%)* Amat Baik Amat Baik Istimewa Amat Baik 50% 100% Amat Baik 6 7 (89,92%)* 4 6 (81,04%)* Amat Baik Baik Capaian Kinerja Kementerian Luar Negeri Tahun ,82% Ket: *) Nilai Persentase Indeks vii

10 viii

11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Nomor: XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme serta Undang-Undang (UU) Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme telah diterbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), telah mengamanatkan dan mewajibkan setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara negara, termasuk Kementerian Luar Negeri untuk mempertanggung-jawabkan pelaksanaan tugas, fungsi dan peranannya dalam pengelolaan sumber daya dan kebijakan yang dipercayakan berdasarkan perencanaan strategis yang ditetapkan. Kementerian Luar Negeri, yang bertugas membantu Presiden RI dalam menyelenggarakan politik dan hubungan luar negeri, merumuskan kebijakan dan strategi pencapaian tujuan dan sasarannya dengan meletakkan kepentingan nasional sebagai prioritas utama. Sebagai wujud pertanggungjawaban dan pelaksanaan amanat tersebut, Kementerian Luar Negeri telah menyusun akuntabilitas kinerjanya dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) tahun B. Gambaran Kementerian Luar Negeri Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara RI dan diperbarui berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, maka kedudukan, tugas, fungsi, susunan organisasi dan tata kerja Kementerian Luar Negeri sebagai berikut : 1. Kedudukan Kementerian Luar Negeri dipimpin oleh Menteri Luar Negeri yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. 2. Tugas Kementerian Luar Negeri mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang politik dan hubungan luar negeri. 3. Fungsi a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang politik dan hubungan luar negeri; 1

12 b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Luar Negeri; c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidang politik dan hubungan luar negeri; d. pelaksanaan kegiatan teknis dan dari pusat sampai daerah. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Menteri Luar Negeri dibantu oleh Wakil Menteri Luar Negeri, 10orang Eselon Iayang terdiri dari Sekretaris Jenderal; 7 orang Direktur Jenderal; Inspektur Jenderal; Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan; dan 4 orang Staf Ahli Menteri setingkat Eselon Ib. 1. Wakil Menteri Luar Negeri Wakil Menteri Luar Negeri mempunyai tugas membantu Menteri Luar Negeri dalam memimpin pelaksanaan tugas Kementerian Luar Negeri. 2. Sekretariat Jenderal Sekretariat Jenderal dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri dan mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Luar Negeri. Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretaris Jenderal menyelenggarakan fungsi: 1) koordinasi kegiatan Kementerian Luar Negeri; 2) koordinasi dan penyusunan rencana dan program Kementerian Luar Negeri; 3) pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, arsip dan dokumentasi Kementerian Luar Negeri; 4) pembinaan dan penyelenggaraan organisasi dan tata laksana, kerja sama, dan hubungan masyarakat; 5) koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan; 6) penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara; dan 7) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri Luar Negeri. Di dalam Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal terdapat 6 Biro dan 2 Pusat yaitu: Biro Administrasi Menteri; Biro Administrasi Kementerian dan Perwakilan; Biro Perencanaan dan Organisasi; Biro Kepegawaian; Biro Keuangan; Biro Perlengkapan; Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan; dan Kepala Pusat Komunikasi. 2

13 3. Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri dan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang politik dan hubungan luar negeri untuk kawasan Asia Pasifik dan Afrika. Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika menyelenggarakan fungsi : 1) perumusan kebijakan di bidang politik dan hubungan luar negeri untuk kawasan Asia Pasifik dan Afrika; 2) pelaksanaan kebijakan di bidang politik dan hubungan luar negeri untuk kawasan Asia Pasifik dan Afrika; 3) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang politik dan hubungan luar negeri untuk kawasan Asia Pasifik dan Afrika; 4) pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang politik dan hubungan luar negeri untuk kawasan Asia Pasifik dan Afrika; 5) perundingan dalam rangka hubungan bilateral RI dan kerja sama intra kawasan dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik dan Afrika; dan 6) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika. Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika meliputi 6 Eselon II yang terdiri dari : Sekretariat Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika; Direktorat Asia Timur dan Pasifik; Direktorat Asia Selatan dan Tengah; Direktorat Afrika; Direktorat Timur Tengah; dan Direktorat Kerja Sama Intrakawasan. 4. Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri dan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang politik dan hubungan luar negeri untuk kawasan Amerika dan Eropa. Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa menyelenggarakan fungsi : 1) perumusan kebijakan di bidang politik dan hubungan luar negeri untuk kawasan Amerika dan Eropa; 2) pelaksanaan kebijakan di bidang politik dan hubungan luar negeri untuk kawasan Amerika dan Eropa; 3) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang politik dan hubungan luar negeri untuk kawasan Amerika dan Eropa; 4) pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang politik dan hubungan luar negeri untuk kawasan Amerika dan Eropa; 3

14 5) perundingan dalam rangka hubungan bilateral RI dan kerja sama intra kawasan dengan negara-negara di kawasan Amerika dan Eropa; dan 6) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa. Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa meliputi 6 Eselon II yang terdiri dari : Sekretariat Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa; Direktorat Amerika Utara dan Tengah; Direktorat Amerika Selatan dan Karibia; Direktorat Eropa Barat; Direktorat Eropa Tengah dan Timur; dan Direktorat Kerja Sama Intrakawasan. 5. Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEANdipimpin oleh seorang Direktur Jenderal yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri dan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang politik dan hubungan luar negeri dalam rangka kerjasama ASEAN serta juga melaksanakan tugas sebagai Sekretariat Nasional ASEAN-Indonesia. Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN menyelenggarakan fungsi : 1) penyiapan perumusan kebijakan di bidang politik dan hubungan luar negeri dalam rangka kerjasama ASEAN; 2) pelaksanaan kebijakan di bidang politik dan hubungan luar negeri dalam rangka kerjasama ASEAN; 3) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang politik dan hubungan luar negeri dalam rangka kerjasama ASEAN; 4) pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang politik dan hubungan luar negeri dalam rangka kerjasama ASEAN; 5) perundingan dalam rangka hubungan bilateral RI dan kerja sama intra kawasan dengan negara-negara di kawasan ASEAN; 6) pemberian dukungan bagi Perutusan Tetap Republik Indonesia untuk ASEAN; 7) pemajuan identitas dan kesadaran ASEAN pada tingkat nasional; 8) pemberian dukungan terhadap pembentukan Komunitas ASEAN; dan 9) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN. Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN meliputi 5 Eselon II yang terdiri dari : Sekretariat Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN; Direktorat Politik Keamanan ASEAN; Direktorat Kerja Sama Ekonomi ASEAN; Direktorat Kerja Sama Fungsional ASEAN; dan Direktorat Mitra Wicara dan Antarkawasan. 6. Direktorat Jenderal Multilateral Direktorat Jenderal Multilateraldipimpin oleh seorang Direktur Jenderal yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri dan mempunyai tugas merumuskan serta 4

15 melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang hubungan politik luar negeri multilateral. Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal Multilateral menyelenggarakan fungsi : 1) perumusan kebijakan di bidang hubungan politik luar negeri multilateral; 2) pelaksanaan kebijakan di bidang hubungan politik luar negeri multilateral; 3) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang hubungan politik luar negeri multilateral; 4) perundingan dalam rangka kerjasama multilateral; 5) pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang hubungan politik luar negeri multilateral; 6) perundingan dalam rangka kerja sama multilateral; dan 7) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Multilateral. Direktorat Jenderal Multilateral meliputi 6 Eselon II yang terdiri dari : Sekretariat Direktorat Jenderal Multilateral; Direktorat Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata; Direktorat Hak Asasi Manusia dan Kemanusiaan; Direktorat Pembangunan, Ekonomi, dan Lingkungan Hidup; Direktorat Perdagangan, Perindustrian, Investasi, dan Hak Kekayaan Intelektual; dan Direktorat Sosial Budaya dan Organisasi Internasional Negara Berkembang. 7. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publikdipimpin oleh seorang Direktur Jenderal yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri dan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang informasi dan diplomasi publik. Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publikmenyelenggarakan fungsi: 1) perumusan kebijakan di bidang informasi dan diplomasi publik; 2) pelaksanaan kebijakan di bidang informasi dan diplomasi publik; 3) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang informasi dan diplomasi publik; 4) pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang informasi dan diplomasi publik; dan 5) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publikmeliputi 5 Eselon II yang terdiri dari: Sekretariat Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik; Direktorat Informasi dan Media; Direktorat Diplomasi Publik; Direktorat Keamanan Diplomatik; dan Direktorat Kerja Sama Teknik. 5

16 8. Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri dan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan danstandardisasi teknis di bidang hukum dan perjanjian internasional. Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional menyelenggarakan fungsi : 1) perumusan kebijakan di bidang hukum dan perjanjian internasional; 2) pelaksanaan kebijakan di bidang hukum dan perjanjian internasional; 3) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang hukum dan perjanjian internasional; 4) pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang hukum dan perjanjian internasional; dan 5) perundingan yang berkaitan dengan pembuatan perjanjian bilateral, regional, dan multilateral di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, keamanan, dan kewilayahan; 6) pemberian dukungan advokasi terkait Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; 7) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional. Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional meliputi 4 Eselon II yang terdiri dari : Sekretariat Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional; Direktorat Hukum;Direktorat Perjanjian Politik Keamanan dan Kewilayahan; dan Direktorat Perjanjian Ekonomi dan Sosial Budaya. 9. Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal yang berada di bawan dan bertanggung jawab kepada Menteri dan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang protokol dan konsuler. Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler menyelenggarakan fungsi : 1) perumusan kebijakan di bidang protokol dan konsuler; 2) pelaksanaan kebijakan di bidang protokol dan konsuler; 3) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang protokol dan konsuler; 4) pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang protokol dan konsuler; 5) perundingan dalam rangka perlindungan warga negara Indonesia dan badan hukum Indonesia di luar negeri; dan 6) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler. 6

17 Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler meliputi 5 Eselon II yang terdiri dari : Sekretariat Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler; Direktorat Protokol; Direktorat Konsuler; Direktorat Fasilitas Diplomatik; dan Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia. 10. Inspektorat Jenderal Inspektorat Jenderal dipimpin oleh seorang Inspektur Jenderal yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri dan mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Luar Negeri. Dalam melaksanakan tugasnya, Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi: 1) penyiapan perumusan kebijakan pengawasan interndi lingkungan Kementerian Luar Negeri; 2) pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Luar Negeri terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya; 3) pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri Luar Negeri; 4) penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Luar Negeri; dan 5) pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal. Inspektorat Jenderal meliputi 5 Eselon II yang terdiri dari : Sekretariat Inspektorat Jenderal; Inspektorat Wilayah I; Inspektorat Wilayah II; Inspektorat Wilayah III; dan Inspektorat Wilayah IV. 11. Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakandipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan bertangung jawab kepada Menteri dan mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan pengembangan di bidang kebijakan politik dan hubungan luar negeri. Dalam melaksanakan tugasnya, Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakanmenyelenggarakan fungsi: 1) penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program pengkajian dan pengembangan di bidang kebijakan politik dan hubungan luar negeri; 2) pelaksanaan pengkajian dan pengembangan di bidang kebijakan politik dan hubungan luar negeri; 3) pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pengkajian dan pengembangan di bidang kebijakan politik dan hubungan luar negeri; dan 4) pelaksanaan administrasi Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan; 7

18 Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan meliputi 4 Eselon II yang terdiri dari: Sekretariat Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan; Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika; Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Amerika dan Eropa; dan Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan pada Organisasi Internasional. 12. Staf Ahli Staf Ahli adalah unsur pembantu Menteri Luar Negeri di bidang keahlian tertentu, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Luar Negeri dan mempunyai tugas memberikan telaahan kepada Menteri Luar Negeri mengenai masalah tertentu sesuai bidang tugas keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal, Badan, dan Inspektorat Jenderal serta melaksanakan tugasnya, secara administratif dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal. Staf Ahli terdiri dari: Staf Ahli Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; Staf Ahli Bidang Ekonomi, Sosial, dan Budaya; Staf Ahli Bidang Hubungan Kelembagaan; dan Staf Ahli Bidang Manajemen. C. Peran dan Fungsi Kementerian Luar Negeri dalam Pembangunan Bidang Politik Perkembangan dinamika situasi global dalam dekade terakhir ditandai oleh berbagai tantangan dan ancaman yang bersifat multidimensional dan kompleks. Disamping isu-isu yang bersifat tradisional, munculnya isu-isu non-tradisional dan fenomena perkembangan geopolitik serta geoekonomi, baik di tingkat global maupun regional, merupakan tantangan yang harus dihadapi dan disikapi oleh Indonesia. Dengan merujuk pada Rencana Jangka Menengah Pembangunan Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (RENSTRA), Kementerian Luar Negeri dalam satu tahun terakhir telah melaksanakan berbagai tindak prioritas bidang politik luar negeri (polugri) RI dan juga program-program kerja lainnya dalam tataran bilateral, regional maupun multilateral. Berbagai aktivitas yang dilakukan ditujukan untuk memperkokoh peranan Indonesia di fora internasional dengan tetap mengacu pada prinsip polugri yang bebas dan aktif. Selama ini, politik luar negeri RI yang bebas-aktif telah dijalankan dengan pendekatan all-directions foreign policy. Pada tataran praktis, hal ini berarti memajukan hubungan dan kerja sama yang baik dengan semua negara dalam semangat a million friends, zero enemy. Pendekatan ini dipertajam dengan fokus Indonesia untuk menjadi jembatan (bridge builder) atas berbagai kepentingan dan posisi dalam kancah internasional, sebagai wujud kontribusi Indonesia bagi ketertiban dunia, perdamaian abadi dan keadilan sosial. 8

19 Peran Indonesia juga senantiasa diarahkan untuk menjadi bagian dari solusi (part of the solution) bagi penyelesaian masalah global. Dalam konteks tersebut, polugri RI telah terbukti memberikan peluang dalam membangun hubungan baik dengan negara-negara di dunia dan meningkatkan peranan Indonesia dalam berbagai organisasi regional dan internasional, utamanya di ASEAN, PBB, G-20,APEC, ARF, Gerakan Non-Blok, Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan D-8. Selain itu, kebijakan luar negeri juga memprioritaskan isu-isu yang menjadi kepentingan masyarakat, antara lain isu lingkungan hidup, isu ekonomi, demokrasi, HAM dan ancaman keamanan non-tradisional. Pada tataran yang lebih spesifik, sasaran yang hendak dicapai melalui implementasi kebijakan luar negeri adalah untuk meningkatkan kerja sama internasional, menciptakan perdamaian dunia, serta mendorong terciptanya kerja sama ekonomi bilateral, regional dan internasional. Sasaran tersebut dicapai melalui kinerja diplomasi yang semakin berkualitas dalam rangka mendukung upaya pencapaian kepentingan nasional. Dalam kaitan tersebut, diplomasi ekonomi menjadi salah satu prioritas utama dalam pelaksanaan kebijakan luar negeri. Demikian pula halnya dengan perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI), dimana Kementerian Luar Negeri secara khusus dan berkesinambungan terus melakukan penyempurnaan upaya-upaya perlindungan terhadap WNI di luar negeri. Sebagai contoh saat ini terdapat 24 perwakilan RI yang telah diperkuat kelembagaaannya dengan menyempurnakan infrastruktur pelayanan dan beberapa diantaranya telah memperoleh ISO 9001:2008, yaitu KJRI Hong Kong, setelah tahun-tahun sebelumnya KBRI Malaysia dan Singapura memperoleh penghargaan yang sama, termasuk perwakilan yang memperoleh Piala Citra Pelayanan Prima. Kementerian Luar Negeri juga tetap konsisten dalam melanjutkan proses benah diri melalui upaya reformasi birokrasi.benah diri tersebut dilakukan guna menjawab tantangan, peluang, perubahan dan perkembangan yang berlangsung cepat dan dinamis dalam hubungan luar negeri. Melalui semangat benah diri, Kementerian Luar Negeri terus melakukan introspeksi terhadap kelemahan dan kekurangan, sekaligus melakukan perbaikan dan penyempurnaan sistem secara kreatif dan inovatif. Reformasi birokrasi pada hakekatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem pemerintahan untuk membangun aparatur negara agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas pemerintahan dan pembangunan nasional. D. Akuntabilitas Kinerja Kementerian Luar Negeri Pada dasarnya suatu Laporan Akuntabilitas Kinerja yang mengkomunikasikan pencapaian kinerja suatu instansi pemerintah dikaitkan dengan sejauh mana organisasi publik itu telah melakukan upaya-upaya strategis dan operasional di dalam mencapai tujuan/sasaran strategisnya dalam kerangka pemenuhan visi dan misi yang telah ditetapkan. Visi dan misi organisasi serta tujuan strategis organisasi telah diformalkan di dalam suatu RENSTRA yang memiliki rentang waktu 5 tahun. Kemudian untuk capaian yang harus dipenuhi setiap tahunnya dalam periode 5 tahun tersebut, di dalam RENSTRA ditetapkan 9

20 sejumlah sasaran strategis. Pemenuhan atas sasaran strategis ini setiap tahunnya akan berakumulasi pada pencapaian tujuan strategis organisasi di akhir tahun kelima. Alur pikirnya adalah apabila tujuan strategis organisasi telah dipenuhi maka organisasi tersebut dapat dipersepsikan telah memenuhi visi dan misinya. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini mengkomunikasikan pencapaian kinerja Kementerian Luar Negeri selama tahun

21 BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RPJMN Sesuai amanat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional bahwa Kementerian Luar Negeri yaitu : 1. Prioritas Nasional 10 Daerah Tertinggal, Terluar, Terdepan dan Pasca Konflik, terkait capaian kinerja atas jumlah perundingan dalam rangka upaya penyelesaian penetapan batas wilayah nasional darat dan di laut. 2. Prioritas Nasional 12 Politik, Hukum dan Keamanan terait capaian kinerja atas Jumlah prakarsa Indonesia untuk mendorong reformasi Dewan Keamanan PBB. 3. Prioritas Nasional Lainnya terkait peningkatan kualitas dan kapasitas pelayanan perlindungan WNI dan BHI di luar negeri. Visi Pembangunan Nasional tahun INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR Misi Pembangunan Nasional (Kemlu masuk pada Misi 8) Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional adalah memantapkan diplomasi Indonesia dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasional; melanjutkan komitmen Indonesia terhadap pembentukan identitas dan pemantapan integrasi internasional dan regional; dan mendorong kerja sama internasional, regional dan bilateral antarmasyarakat, antarkelompok, serta antarlembaga di berbagai bidang 11

22 B. Revisi Rencana Strategis Kementerian Luar Negeri Tahun 2013, Kementerian Luar Negeri telah melakukan upaya peningkatan kualitas rencana strategis di lingkungan Kementerian Luar Negeri diantaranya dengan melakukan Revisi Rencana Strategis (Renstra) dan Indikator Kinerja Utama (IKU) dengan perumusan tujuan/sasaran strategis yang berorientasi kepada outcome serta Indikator Kinerja Utama (IKU) yang relevan dan terukur. 12

23 C. Pemetaan Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Kementerian Luar Negeri SS-1: Meningkatnya Peran dan Kepemimpinan Indonesia dalam Pembentukan Komunitas ASEAN di Bidang Politik dan Keamanan, Ekonomi, dan Sosial Budaya. IKU-1 SS-1: Indeks Peran dan Kepemimpinan Indonesia dalam Pembentukan Komunitas ASEAN 2015 Komponen 1 IKU-1 SS-1: Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima dalam setiap pertemuan. Komponen 2 IKU-1 SS-1: Persentase dukungan dan partisipasi masyarakat domestik terhadap pembentukan Komunitas ASEAN 2015 Komponen 3 IKU-1 SS-1: Persentase Implementasi langkah aksi (action line) Cetak Biru Komunitas ASEAN SS-2: Meningkatnya Peran Diplomasi Indonesia dalam Penanganan Isu Multilateral IKU-2 SS-2: Indeks Peran Diplomasi Indonesia dalam Penanganan Isu-Isu Multilateral Komponen 1 IKU-2 SS-2: Persentase posisi Indonesia yang diterima dalam forum multilateral Komponen 2 IKU-2 SS-2: Persentase kepemimpinan Indonesia dalam forum-forum multilateral Komponen 3 IKU-2 SS-2: Persentase keberhasilan pencalonan pemerintah/individu Indonesia dalam keanggotaan/jabatan pada Organisasi Internasional Komponen 4 IKU-2 SS-2: Jumlah implementasi kesepakatan multilateral pada tingkat nasional SS-3: Meningkatnya Kerja Sama di Berbagai Bidang antara RI dengan Negara-negara dan Organisasi Intrakawasan di Kawasan Asia-Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa. IKU-3 SS-3: Indeks Kerja Sama Indonesia di Berbagai Bidang dengan Negara-Negara dan Organisasi Intrakawasan di Kawasan Asia-Pasifik dan Afrika Serta Amerika dan Eropa Komponen 1 IKU-3 SS-3: Jumlah kunjungan/pertemuan Kepala Negara/Pemerintahan dan pejabat tinggi Komponen 2 IKU-3 SS-3: Jumlah dokumen kerjasama dan prakarsa di bidang politik dan keamanan, ekonomi, perdagangan dan investasi, sosial dan budaya. Komponen 3 IKU-3 SS-3: Negara yang mengakui Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Komponen 4 IKU-3 SS-3: Nilai investasi negara-negara asing Komponen 5 IKU-3 SS-3: Total nilai perdagangan Komponen 6 IKU-3 SS-3: Jumlah wisatawan mancanegara 13

24 SS-4 Meningkatnya Kualitas Hukum dan Perjanjian Internasional yang Aman dari Aspek Politis, Yuridis, Teknis, dan Keamanan IKU-4 SS-4: Indeks Diplomasi Bidang Hukum dan Perjanjian Internasional Komponen 1 IKU-4 SS-4: Jumlah perundingan dalam rangka upaya penyelesaian penetapan batas wilayah nasional di darat dan di laut Komponen 2 IKU-4 SS-4: Persentase perjanjian internasional di bidang politik, keamanan, kewilayahan, dan kelautan serta ekonomi dan sosial budaya yang dibuat Komponen 3 IKU-4 SS-4: Persentase produk hukum yang diselesaikan SS-5 Meningkatnya Kualitas Pelayanan Keprotokolan dan Kekonsuleran IKU-5 SS-5: Persentase Penyelesaian Permasalahan/ Kasus WNI dan BHI di Luar Negeri IKU-6 SS-6: Indeks Pelayanan Keprotokolan dan Kekonsuleran Komponen 1 IKU-6 SS-5: Persentase penerima jasa yang menyatakan puas atas pelayanan kekonsuleran Komponen 2 IKU-6 SS-5: Persentase pelayanan keprotokolan yang sesuai dengan Protap yang berlaku Komponen 3 IKU-6 SS-5: Persentase penyelesaian dokumen fasilitas diplomatik yang diselesaikan sesuai SOP SS-6 Meningkatnya Citra Indonesia Dimata Publik Domestik dan Internasional IKU-7 SS-6: Indeks Citra Positif Penyelenggaraan Politik dan Hubungan Luar Negeri dari Persepsi Masyakat Domestik dan Internasional Komponen 1 IKU-7 SS-6: Persentase citra positif Indonesia di wilayah negara akreditasi Komponen 2 IKU-7 SS-6: Persentase dukungan konstituen terhadap aset diplomasi publik dan politik luar negeri Indonesia Komponen 3 IKU-7 SS-6: Persentase pemberitaan positif tentang Indonesia yang dimuat media asing di Indonesia Komponen 4 IKU-7 SS-6: Persentase press release yang dimuat di media nasional maupun asing Komponen 5 IKU-7 SS-6: Persentase peningkatan permintaan bantuan kerjasama teknis dari Indonesia yang diterima Komponen 6 IKU-7 SS-6: Persentase peningkatan kegiatan bantuan kerjasama teknis melalui mekanisme triangular Komponen 7 IKU-7 SS-6: Persentase negara yang hadir dalam rangka kegiatan diplomasi publik 14

25 D. Penetapan Kinerja Kementerian Luar Negeri KEMENTERIAN : LUAR NEGERI TAHUN ANGGARAN : 2013 PENETAPAN KINERJA SASARAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TARGET PROGRAM ANGGARAN (Rp) Meningkatnya peran dan kepemimpinan Indonesia dalam pembentukan Komunitas ASEAN di bidang politik dan keamanan, ekonomi, dan sosial budaya Meningkatnya peran diplomasi Indonesia dalam penanganan isu multilateral Meningkatnya kerja sama di berbagai bidang antara RI dengan negara-negara dan organisasi intrakawasan di kawasan Asia-Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa Meningkatnya kualitas hukum dan perjanjian internasional yang aman dari aspek politis, yuridis, teknis, dan keamanan Meningkatnya kualitas pelayanan keprotokolan dan kekonsuleran Meningkatnya citra Indonesia dimata publik domestik dan internasional 1. Indeks peran dan kepemimpinan Indonesia dalam pembentukan Komunitas ASEAN Indeks peran diplomasi Indonesia dalam penanganan isu-isu multilateral 3. Indeks kerja sama Indonesia di berbagai bidang dengan negara-negara dan organisasi intrakawasan di kawasan Asia- Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa 4. Indeks diplomasi bidang hukum dan perjanjian internasional 5. Persentase Penyelesaian Permasalahan/ Kasus WNI dan BHI di Luar Negeri 6. Indeks pelayanan keprotokolan dan kekonsuleran 7. Indeks citra positif penyelenggaraan politik dan hubungan luar negeri dari persepsi masyakat domestik dan internasional 5 Program Peningkatan Hubungan dan Politik Luar Negeri melalui Kerja Sama ASEAN 6 Program Peningkatan Peran dan Diplomasi Indonesia di Bidang Multilateral 9 Program Pemantapan Hubungan dan Politik Luar negeri serta Optimalisasi Diplomasi di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika; dan Program Pemantapan Hubungan dan Politik Luar negeri serta Optimalisasi Diplomasi di Kawasan Amerika dan Eropa 7 Program Optimalisasi Diplomasi terkait dengan Pengelolaan Hukum dan Perjanjian Internasional 50% Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Keprotokolan dan Kekonsuleran 6 4 Program Optimalisasi Informasi dan Diplomasi Publik Jumlah Anggaran Tahun 2013 : Rp ,- 15

26 E. Pengukuran Kinerja Kementerian Luar Negeri Penetapan IKU berdasarkan target dari masing-masing Komponen yang disesuaikan dengan tingkat persentase berdasarkan: INDEKS CAPAIAN KINERJA KEMENTERIAN LUAR NEGERI INDEKS JUMLAH CAPAIAN KOMPONEN INTERPRETASI DAN KARAKTERISTIK INDEKS 10 >100 ISTIMEWA 9 95< x < x 95 AMAT BAIK 7 85< x < x 85 BAIK 5 75< x < x 75 CUKUP 3 65< x < x 65 RENDAH 1 60 SANGAT RENDAH Indeks capaian kinerja didasarkan pada skala 1 s.d 10 Jumlah seluruh komponen pembobotan yang diindeksasi : (((realisasi komponen x bobot komponen) Ket: =Jumlah Penjelasan Penetapan Indeksasi: 1. Indeks capaian kinerja Kementerian Luar Negeri ditetapkan dengan skala 1 s.d 10, dengan range capaian kinerja yang ditoleransi objektif adalah: 60% s.d 100%. Toleransi objektif artinya capaian kinerja yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan penetapan kinerja yang baik. Capaian kinerja dibawah 60% dan diatas 100% dianggap kurang baik karena terdapat faktor kelemahan dalam penetapan target. 2. Penetapan range 60% s.d 100% merujuk pada capaian kinerja Kementerian Luar Negeri tahun 2010, tahun 2011, dan tahun Kenaikan antar indeks adalah 5 (lima) dengan pertimbangan bahwa penurunan dan kenaikan capaian kinerja dengan 5% dianggap relatif wajar, tidak memberatkan dan juga tidak terlalu mudah. 16

27 Guna memberikan gambaran utuh atas pengukuran kinerja Kementerian Luar Negeri, berikut disampaikan penjelasan secara komprehensif dan formulasi pengukuran capaian kinerja dari masing-masing Sasaran Strategis (SS-1) untuk menyamakan persepsi antara Kementerian Luar Negeri dengan pemangku kepentingan di tanah air, termasuk masyarakat umum. 1. SASARAN STRATEGIS 1 (SS-1): Meningkatnya Peran dan Kepemimpinan Indonesia dalam Pembentukan Komunitas ASEAN di Bidang Politik dan Keamanan, Ekonomi, dan Sosial Budaya. Peran dan kepemimpinan Indonesia di ASEAN, sebagai bagian dari strategi memperkuat lingkaran pertama kebijakan politik luar negeri, tercermin pada keberhasilannya menuangkan gagasan untuk membentuk Komunitas ASEAN yang terdiri dari 3 (tiga) pilar, yaitu: Komunitas Politik-Keamanan ASEAN, Komunitas Ekonomi ASEAN, dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN. Komunitas ASEAN yang ingin dicapai pada tahun 2015 tersebut bertujuan untuk mewujudkan perdamaian, stabilitas dan kesejahteraan di antara negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Peran dan kepemimpinan Indonesia dalam pembentukan Komunitas ASEAN 2015 ditandai dengan banyaknya prakarsa dan rekomendasi Indonesia yang diterima oleh negara-negara ASEAN dan dukungan/partisipasi masyarakat domestik serta implementasi langkah aksi cetak biru komunitas ASEAN. SS-1 diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU-1 SS-1): Indeks peran dan kepemimpinan Indonesia dalam pembentukan Komunitas ASEAN 2015, yang diperoleh dari komponen dan pembobotan sebagai berikut: No Komponen Bobot 1 Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima dalam setiap pertemuan. (sebagai wujud kepemimpinan ) 2 Persentase dukungan dan partisipasi masyarakat domestik terhadap pembentukan komunitas ASEAN (sebagai wujud dari peran ) 3 Persentase Implementasi langkah aksi (action line) Cetak Biru Komunitas ASEAN. (sebagai wujud dari peran ) 60% 25% 15% KOMPONEN 1 IKU-1 SS-1: Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima dalam setiap pertemuan, merupakan wujud dari kepemimpinan Indonesia dalam pembentukan Komunitas ASEAN di bidang politik dan keamanan, ekonomi, dan sosial budaya. Rekomendasi adalah penyampaian usulan yang menjadi kepentingan Indonesia dalam menanggapi/menindaklanjuti/merespon (setuju/tidak setuju) terhadap suatu isu tertentu yang dibahas dalam pertemuan ASEAN. Sedangkan prakarsa adalah inisiatif atau gagasan baru yang diusulkan oleh Indonesia dalam isu/pertemuan tertentu. Rekomendasi atau prakarsa yang diterima adalah dicatatnya, dicantumkan, disepakatinya prakarsa/ rekomendasi Indonesia ke dalam dokumen sidang. Formulasi perhitungan Komponen 1 IKU-1 SS-1: (Jumlah rekomendasi dan prakarsa yang diterima dibagi dengan jumlah total rekomendasi dan prakarsa yang disampaikan) x 100% 17

28 KOMPONEN 2 IKU-1 SS-1: Persentase dukungan dan partisipasi masyarakat domestik terhadap pembentukan komunitas ASEAN 2015 merupakan wujud dari peran Indonesia dalam pembentukan Komunitas ASEAN di bidang politik dan keamanan, ekonomi, dan sosial budaya. Komunitas ASEAN adalah sebuah komunitas yang berpandangan maju, hidup dalam lingkungan yang damai, stabil dan makmur, dipersatukan oleh hubungan kemitraan yang dinamis dan masyarakat yang saling peduli. Komunitas ASEAN yang ingin dicapai pada tahun 2015 tersebut bertujuan untuk mewujudkan perdamaian, stabilitas dan kesejahteraan di antara negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Mengingat isu Komunitas ASEAN relatif masih baru, persentase dukungan dan partisipasi masih diukur melalui jumlah kerjasama dalam bentuk pelaksanaan kegiatan dengan K/L dan institusi terkait dalam sosialisasi mengenai pembentukan Komunitas ASEAN Dukungan masyarakat domestik (meliputi institusi pemerintah (K/L), institusi pendidikan, para pejabat daerah, pengusaha, mahasiswa, siswa, guru dan masyarakat umum) terhadap komunitas ASEAN sangat signifikan bagi pembentukan dan kesiapan Indonesia dalam menyongsong Komunitas ASEAN Dukungan masyarakat domestik terhadap pembentukan komunitas ASEAN 2015 mencakup setiap kontribusi positif yang dapat juga berupa fasilitasi. Sedangkan partisipasi adalah bentuk keterlibatan masyarakat secara nyata dalam kegiatan-kegiatan dalam rangka pembentukan komunitas ASEAN. Adapun bentuk konkrit dukungan dari masyarakat sebagai respon dari pelaksanaan kegiatan sosialisasi antara lain terbentuknya ASEAN Study Centre (Pusat Studi ASEAN) di beberapa Universitas utama di Indonesia, pembentukan Komite ASEAN di KADIN Indonesia, adopsi ASEAN Single Curriculum on Entrepreneurship oleh institusi pendidikan, pembentukan UKM Centre-ASEAN oleh masyarakat secara swadaya, dan munculnya kolom ASEAN di beberapa media lokal. Tingginya partisipasi peserta di tiap kegiatan menunjukkan adanya dukungan masyarakat domestik yang cukup signifikan bagi terbentuknya Komunitas ASEAN Formulasi perhitungan Komponen 2 IKU-1 SS-1 diperoleh dari jumlah pemangku kepentingan yang hadir dalam kegiatan sosialisasi yang menjawab kuesioner dengan nilai Kuesioner berisikan pertanyaan tentang hal-hal yang ada dalam materi sosialisasi sekaligus mencakup pertanyaan dukungan terhadap pembentukan Komunitas ASEAN Capaian tersebut dicapai melalui upaya pemasyarakatan/sosialisasi Komunitas ASEAN 2015 kepada stakeholders terkait. Dalam hal ini K/L dan institusi terkait dalam pelaksanaan kegiatan meliputi para pemangku kepentingan meliputi institusi pemerintah, institusi pendidikan, para pejabat daerah, pengusaha, mahasiswa, siswa, guru dan masyarakat umum dan media. Pencapaian ini berarti terdapat dukungan masyarakat domestik yang cukup signifikan bagi terbentuknya Komunitas ASEAN Kesiapan pemangku kepentingan di dalam negeri merupakan kunci utama dalam memanfaatkan peluang dari Komunitas ASEAN. Dengan demikian, komponen 2 ini merupakan penunjang langsung terhadap capaian kerberhasilan sasaran. KOMPONEN 3 IKU-1 SS-1: Persentase Implementasi langkah aksi (action line) Cetak Biru Komunitas ASEAN merupakan komponen intermestik, dimana isu internasional dan domestik merupakan satu kesatuan utuh dalam pelaksanaan politik luar negeri Indonesia. Implementasi Cetak Biru Komunitas ASEAN dilaksanakan oleh seluruh pemangku kepentingan domestik di tanah air sebagai wujud peran Indonesia. Cetak Biru Komunitas ASEAN adalah kerangka kerja terperinci sebagai landasan yang harus 18

29 dilaksanakan oleh seluruh Negara anggota ASEAN untuk mencapai Komunitas ASEAN. Langkah Aksi (action lines) adalah serangkaian langkah/tindakan (actions) yang tertuang dalam dokumen Cetak Biru Komunitas ASEAN yang meliputi Polkam, Ekonomi dan Sosbud untuk mencapai Komunitas ASEAN Sesuai Cetak Biru Komunitas ASEAN langkah Aksi bidang Polkam sejumlah 147, Ekonomi sejumlah 91, dan Sosbud sejumlah 339. Formulasi perhitungan Persentase Implementasi langkah aksi (action line) Cetak Biru Komunitas ASEAN diperoleh dari : (Jumlah Action Line yang diimplementasikan Indonesia/ jumlah total Action Line Cetak Biru Komunitas ASEAN)x100% Pembobotan Komponen IKU-1 SS-1: Komponen 1 IKU-1 SS-1 dibobotkan lebih tinggi karena merupakan aspek eksternal (hubungan luar negeri) yang menjadi bobot utama tugas dan fungsi Kemlu dan membutuhkan upaya lebih besar yang sangat berkaitan dengan situasi kondisi tertentu yang memungkinkan Indonesia menyampaikan prakarsa/rekomendasi, sehingga negara-negara ASEAN pada akhirnya dapat menerima prakarsa/rekomendasi yang diajukan Indonesia. Sumber data capaian kinerja tersebut dapat diperoleh dari Laporan dan Dokumen Sidang: Chairman s Statement, Joint Statement, Report of the Meeting, Summary of Discussion, Summary Record, Joint Communiqué, Agreed Minutes, Declaration, kertas posisi Delri, Suggested Point Of Intervention, agreement, MoU, Laporan kegiatan/laporan sosialisasi, dll. Komponen 2 dan 3 IKU-1 SS-1 merupakan komponen intermestik, dimana isu internasional dan domestik merupakan satu kesatuan utuh dalam pelaksanaan politik luar negeri Indonesia masa kini. Hal ini telah sesuai dengan Visi Kemlu yaitu Memajukan kepentingan nasional melalui diplomasi total, dimana diplomasi total didefinisikan sebagai upaya melibatkan seluruh pemangku kepentingan (termasuk pemangku kepentingan domestik) dan memanfaatkan seluruh lini kekuatan (multitrack diplomacy) bangsa Indonesia dalam pelaksanaan politik luar negeri. Dengan demikian, kedua komponen tersebut merupakan penunjang langsung terhadap capaian kerberhasilan sasaran. 2. SASARAN STRATEGIS 2 (SS-2): Meningkatnya Peran Diplomasi Indonesia dalam Penanganan Isu Multilateral Diplomasi multilateral diselenggarakan dalam rangka menciptakan dan memelihara stabilitas, keamanan, dan perdamaian di tingkat kawasan maupun di tingkat global, serta terciptanya keadilan dan kemakmuran baik di tingkat kawasan maupun di tingkat global. Diplomasi multilateral tersebut dilakukan demi kepentingan nasional Indonesia dan sesuai dengan amanat Konstitusi untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Peningkatan peran diplomasi Indonesia dalam penanganan isu multilateral ditandai dengan banyaknya prakarsa dan posisi Indonesia yang diterima dalam forum multilateral. Selain itu, dengan diterimanya pencalonan pemerintah/individu dalam keanggotaan/ jabatan pada badan di berbagai fora Internasional sebagai bukti Indonesia diakui perannya oleh masyarakat Internasional dan sekaligus Indonesia lebih memiliki peluang besar untuk memperjuangkan kepentingan Indonesia dalam organisasi yang sedang dipimpin. 19

30 SS-2 diukur dengan Indikator Kinerja Utama SS-2 (IKU-2 SS-2): Indeks peran diplomasi Indonesia dalam penanganan isu-isu multilateral, yang diperoleh dari komponen dan pembobotan sebagai berikut : No Komponen Bobot 1 Persentase posisi Indonesia yang diterima dalam forum multilateral 40% 2 Persentase kepemimpinan Indonesia dalam forum-forum multilateral 3 Persentase keberhasilan pencalonan pemerintah/individu Indonesia dalam keanggotaan/jabatan pada Organisasi Internasional 30% 15% 4 Jumlah implementasi kesepakatan multilateral pada tingkat nasional 15% KOMPONEN 1 IKU-2 SS-2: Persentase posisi Indonesia yang diterima dalam forum multilateral. Penjelasan Posisi pada Komponen 1 IKU-2 SS-2 adalah sikap Pemerintah Indonesia terhadap suatu masalah yang sedang dibahas atau dinegosiasikan dalam penanganan isu multilateral, sedangkan posisi yang diterima adalah posisi yang berhasil dicatat atau dicantumkan atau disepakati dalam dokumen hasil sidang. Formulasi perhitungan Komponen 1 IKU-2 SS-2 diperoleh dari : (Jumlah posisi yang diterima dibagi jumlah posisi yang disampaikan dalam persidangan) x100% Sumber data Jumlah posisi yang diterima terdapat pada dokumen-dokumen hasil sidang (laporan Delri, resolusi, keputusan, presidential/chairman statement, dll). Sedangkan sumber data Jumlah posisi yang disampaikan terdapat pada kertas posisi, statement Delri. KOMPONEN 2 IKU-2 SS-2: Persentase kepemimpinan Indonesia dalam forum-forum multilateral. Penjelasan mengenai kepemimpinan pada Komponen 2 IKU-2 SS-2 adalah setiap event internasional pembahasan isu-isu multilateral yang Indonesia menjadi chair, co-chair, host, atau co-host. Dalam satu pertemuan internasional, Indonesia dapat menjadi chair atau co-chair dari beberapa komite dan working group, termasuk Indonesia yang ditunjuk sebagai chair, co-chair dan Indonesia yang ditunjuk sebagai host atau co-host. Target merupakan kemungkinan dan kesempatan bagi Indonesia dalam kepemimpinan. Terdapat kemungkinan pertemuan yang telah disepakati untuk dipimpin oleh Indonesia batal terlaksana, sehingga persentase antara "kepemimpinan yang terlaksana" terhadap "kepemimpinan yang disepakati" dapat dijadikan ukuran keberhasilan. Formulasi perhitungan Komponen 2 IKU-2 SS-2 diperoleh dari : (Jumlah kepemimpinan Indonesia yang dilaksanakan dibagi Jumlah pertemuan atau event yang disepakati untuk dipimpin oleh Indonesia (sebagai chair, co-chair, host, co-host))x100% 20

31 KOMPONEN 3 IKU-2 SS-2: Persentase keberhasilan pencalonan pemerintah/individu Indonesia dalam keanggotaan/jabatan pada Organisasi Internasional, yaitu keberhasilan pencalonan akan dicatat dalam tahun penyelenggaraan pemilihan. Contoh: pemilihan anggota Dewan HAM periode akan diselenggarakan pada tahun Sekiranya Indonesia berhasil terpilih sebagai anggota Dewan HAM periode , maka capaian tersebut akan dicatat sebagai capaian Kemlu pada tahun Pada prinsipnya, keputusan pencalonan untuk suatu jabatan pada organisasi internasional berada di tangan instansi yang menjadi focal point organisasi internasional tersebut. Kemlu selalu menyampaikan pandangan dan rekomendasi terhadap usulan pencalonan dari instansi (focal point). Walaupun pandangan dan rekomendasi dari Kemlu tersebut pada akhirnya tidak diakomodasi oleh instansi/focal point, Kemlu tetap akan mengupayakan pemenangan terhadap pencalonan dimaksud. Namun, Kemlu akan mencatat dalam laporan akuntabilitasnya bahwa Kemlu telah menyampaikan pandangan dan rekomendasi terhadap pencalonan tersebut. Formulasi perhitungan Komponen 3 IKU-2 SS-2 diperoleh dari : (Jumlah pencalonan yang berhasil dibagi Jumlah pencalonan yang diusulkan)x100% KOMPONEN 4 IKU-2 SS-2: Jumlah implementasi kesepakatan multilateral pada tingkat nasional. Penjelasan kesepakatan multilateral pada Komponen 4 IKU-2 SS-2, merupakan hal-hal yang disepakati di forum multilateral yang menuntut implementasi di Indonesia dan merupakan tindak lanjut kesepakatan/perjanjian yang telah disetujui pada tingkat multilateral. Hasil akhir implementasi dapat berupa: kebijakan, rencana aksi, peraturan perundang-undangan (termasuk UU untuk ratifikasi). Komponen 4 ini turut mendukung pencapaian SS-2 mengingat koordinasi di tingkat nasional merupakan bagian dari proses diplomasi multilateral itu sendiri. Perlu dipahami bahwa proses diplomasi multilateral diawali dengan koordinasi di tingkat domestik untuk menyusun posisi Pemerintah RI, kemudian posisi Pemri disampaikan dalam berbagai fora multilateral, dan hasil sidang atau komitmen di pertemuan multilateral tersebut diimplementasikan di tingkat domestik. Dalam hal ini, Kemlu senantiasa melakukan koordinasi dengan instansi pemerintah maupun pihak terkait lainnya di tingkat domestik, khususnya isu-isu dimana Kemlu menjadi focal point yang memimpin koordinasi tingkat nasional (contoh: Kemlu memimpin Pokja TKMPP, Pokja ratifikasi ICSANT, koordinator penyiapan posisi Pemri dalam sidang ATT, CPCJ, dan sidang multilateral lainnya). Selain itu, komitmen di tingkat multilateral harus ditindaklanjuti dengan implementasi tingkat domestik. Kesepakatan-kesepakatan yang telah dihasilkan pada tingkat multilateral dituntut dapat diimplementasikan pada tingkat nasional. Dengan demikian, komponen 4 tersebut merupakan penunjang langsung terhadap capaian kerberhasilan sasaran. Pembobotan Komponen IKU-2 SS-2: Pembobotan Komponen 1 dan 2 yang tinggi dikarenakan membutuhkan effort dan koordinasi nasional yang lebih tinggi. Bobot yang lebih tinggi juga disebabkan karena merupakan aspek eksternal (hubungan luar negeri) yang menjadi bobot utama tugas dan fungsi Kemlu. Pembobotan Komponen 3 dan 4 yang lebih rendah karena keberhasilan pencapaian indikator tersebut banyak dipengaruhi pula oleh pemangku kepentingan nasional lain di dalam negeri maupun terkait dengan perkembangan internasional. 21

32 Sumber data capaian kinerja tersebut dapat diperoleh dari Laporan dan Dokumen Sidang: Chairman s Statement, Joint Statement, Report of the Meeting, Summary of Discussion, Summary Record, Joint Communiqué, Agreed Minutes, Declaration, kertas posisi Delri, Suggested Point Of Intervention, agreement, MoU, hasil group discussion, kelompok kerja, perumusan resolusi, dll. 3. SASARAN STRATEGIS 3 (SS-3): Meningkatnya Kerja Sama di Berbagai Bidang antara RI dengan Negara-negara dan Organisasi Intrakawasan di Kawasan Asia-Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa. Pelaksanaan diplomasi Indonesia di kawasan Asia, Pasifik, Afrika, Amerika dan Eropa sangat signifikan bagi kepentingan prioritas nasional Indonesia, khususnya dalam mendukung keutuhan wilayah NKRI, mengembangkan kerja sama ekonomi, perdagangan dan investasi serta meningkatkan pengaruh dan peran Indonesia secara global. Peningkatan kerjasama ditandai dengan indikator utama kerjasama, yaitu: banyaknya jumlah dokumen kerjasama yang disepakati dan prakarsa Indonesia yang diterima; jumlah kunjungan/pertemuan Kepala Negara/Pemerintahan dan pejabat tinggi; Negara yang mengakui kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI); neraca perdagangan Indonesia dengan negara-negara kawasan; nilai investasi negara-negara asing di Indonesia; dan jumlah wisatawan mancanegara. Terjadi peningkatan hubungan Indonesia dengan negara-negara mitra di tingkat bilateral, khususnya dengan negara-negara yang memiliki kemitraan strategis dengan Indonesia (Australia, RRT, Jepang, Korea, India, Afrika Selatan, Uni Eropa, Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Jerman, Brasil, Turki, dan Rusia) maupun di tingkat regional. Di kawasan Asia, Pasifik dan Afrika, serta kawasan Amerika dan Eropa hal ini tampak dari peningkatan kerja sama di bidang ekonomi, termasuk investasi dan perdagangan, kerja sama pertahanan, maritim dan pertanian. Secara khusus, penguatan kerja sama dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik juga ditujukan untuk mendukung terciptanya kawasan yang damai, aman dan stabil serta sejalan dengan kepentingan nasional Indonesia. Sementara itu, hubungan Indonesia dengan negara-negara di kawasan Amerika dan Eropa semakin menunjukkan perkembangan kerja sama menuju ke arah kemitraan baru yang saling menguntungkan dalam isu-isu strategis seperti lingkungan hidup, ketahanan pangan, energi, demokrasi, pertahanan, kehutanan, infrastruktur, pengadaan pemerintah, pendidikan dan IPTEK, penanganan bencana alam, kerja sama kota kembar, perjanjian bebas visa untuk paspor diplomatik dan khusus, interfaith dialogue, Perlindungan WNI/BHI dan HAM. Hal ini membuktikan pula bahwa peranan Indonesia di mata negara-negara di kawasan tersebut diakui menjadi semakin penting. SS-3 diukur dengan IKU-3 SS-3: Indeks kerja sama Indonesia di berbagai bidang dengan negara-negara dan organisasi intrakawasan di kawasan Asia-Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa, yang diperoleh dari komponen dan pembobotan sebagai berikut : 22

33 No Komponen Bobot 1 Jumlah kunjungan/pertemuan Kepala Negara/Pemerintahan dan pejabat tinggi 2 Jumlah dokumen kerjasama dan prakarsa di bidang politik dan keamanan, ekonomi, perdagangan dan investasi, sosial dan budaya. 45% 30% 3 Negara yang mengakui Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 10% 4 Nilai investasi negara-negara asing 5% 5 Total nilai perdagangan 5% 6 Jumlah wisatawan mancanegara 5% KOMPONEN 1 IKU-3 SS-3: Jumlah kunjungan/pertemuan Kepala Negara/Pemerintahan dan pejabat tinggi dari/ke Indonesia merupakan capaian kinerja yang signifikan bagi Kementerian Luar Negeri karena merupakan suatu proses panjang yang sangat kompleks. Dengan semakin tingginya intensitas kunjungan Kepala Negara/Pemerintahan dan pejabat tinggi, akan semakin mendukung pula terhadap pencapaian sasaran peningkatan kerjasama di bidang politik, keamanan, ekonomi, sosial budaya antara RI dengan negara-negara kawasan Asia Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa. KOMPONEN 2 IKU-3 SS-3: Jumlah dokumen kerjasama dan prakarsa di bidang politik dan keamanan, ekonomi, perdagangan dan investasi, sosial dan budaya, dokumen kerjasama mencakup seluruh dokumen yang ditandatangani/diparaf (MoU/Record of Discussion/Summary of Discussion/Agreed Minutes/Agreement). Dokumen kesepakatan ini merupakan referensi bagi K/L/instansi lain dalam menindaklanjuti kerja sama dan laporan tidak termasuk sebagai dokumen kesepakatan. Adapun prakarsa yang diterima adalah inisiatif atau gagasan baru yang diusulkan oleh Indonesia dalam isu/pertemuan tertentu yang dicatat, dicantum, disepakatinya prakarsa/rekomendasi Indonesia tersebut ke dalam dokumen sidang. KOMPONEN 3 IKU-3 SS-3: Jumlah negara yang mengakui Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan capaian penting dari pelaksanaan politik luar negeri Indonesia dalam mendapatkan dan mempertahankan pengakuan Pemerintah, Parlemen dan LSM negara mitra terhadap kedaulatan dan integritas negara kesatuan Republik Indonesia, termasuk isu-isu separatis. Capaian ini penting untuk membangun citra positif Indonesia di dunia internasional guna menciptakan suasana kondusif bagi pembangunan ekonomi, perdagangan dan investasi serta pariwisata nasional. KOMPONEN 4,5, dan 6 IKU-3 SS-3 Nilai investasi negara-negara asing, total nilai perdagangan, dan jumlah wisatawan mancanegara merupakan kinerja atau outcome dari pelaksanaan politik luar negeri, sebagai kontribusi atas upaya bersama dalam meningkatkan nilai perdagangan dan investasi asing. Komponen ini diberi bobot kecil karena merupakan hasil kinerja banyak stakeholders di dalam dan luar negeri negeri seperti kementerian terkait: Kemendag, BKPM, KemenPariwisata, dan para pengusaha di tanah air serta perwakilan RI di luar negeri. 23

34 Pembobotan Komponen IKU-2 SS-2: Komponen (1) dan (2) dibobotkan paling tinggi karena merupakan komponen atau indikator utama serta merupakan mekanisme utama dalam pencapaian sasaran rencana pembangunan nasional sebagai hasil pelaksanaan politik luar negeri untuk mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional. Komponen ini juga menjadi core kompetensi dari Kemlu. Sumber data capaian kinerja tersebut dapat diperoleh dari Dokumen MoU/Agreement/ Laporan dan Dokumen Sidang: Chairman s Statement, Joint Statement, Report of the Meeting, Summary of Discussion, Summary Record, Joint Communiqué, Agreed Minutes, Declaration, kertas posisi Delri, Suggested Point Of Intervention, agreement, MoU, hasil group discussion, kelompok kerja, Data nilai investasi dari BKPM, Laporan Neraca Perdaganganan/Data Neraca perdagangan Kemendag, Badan Pusat Statistik, Laporan hasil kunjungan/pertemuan Kepala Negara/Pemerintahan dan pejabat tinggi, Matrik negara yang mendukung NKRI, Data kunjungan turis dari Kemen Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Matrik Negara Pendukung NKRI. 4. SASARAN STRATEGIS 4 (SS-4): Meningkatnya Kualitas Hukum dan Perjanjian Internasional yang Aman dari Aspek Politis, Yuridis, Teknis, dan Keamanan Peningkatan kualitas hukum dan perjanjian internasional ditujukan untuk mengakomodasi kepentingan nasional yang ditandai dengan 4 aspek aman, yaitu: aman dari aspek politis adalah tidak bertentangan dengan politik luar negeri dan kebijakan hubungan luar negeri pemerintah pusat pada umumnya. Aman dari aspek yuridis menekankan terdapat jaminan kepastian hukum yang secara maksimal dapat menutup celah-celah (loopholes) yang merugikan bagi pencapaian tujuan kerjasama. Aman dari aspek teknis yaitu tidak bertentangan dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Kementerian Teknis yang terkait. Aman dari aspek keamanan menekankan bahwa kerjasama luar negeri tidak digunakan atau disalahgunakan sebagai akses atau kedok bagi kegiatan asing (spionase) yang dapat mengganggu atau mengancam stabilitas dan keamanan dalam negeri. SS-4 diukur dengan IKU : Indeks diplomasi bidang hukum dan perjanjian internasional, yang diperoleh dari komponen dan pembobotan sebagai berikut : No Komponen Bobot 1 Jumlah perundingan dalam rangka upaya penyelesaian 50% penetapan batas wilayah nasional di darat dan di laut 2 Persentase perjanjian internasional di bidang politik, 30% keamanan, kewilayahan, dan kelautan serta ekonomi dan sosial budaya yang dibuat 3 Persentase produk hukum yang diselesaikan 20% KOMPONEN 1 IKU-4 SS-4: Jumlah perundingan dalam rangka upaya penyelesaian penetapan batas wilayah nasional di darat dan di laut adalah banyaknya perundingan merupakan ukuran kinerja karena sifat perundingan masalah penetapan perbatasan, selain menyangkut aspek hukum dan teknis juga sangat dipengaruhi kebijakan politik masing-masing negara. Penyelesaian masalah perbatasan sulit diukur secara kuantitatif karena 24

35 menyangkut aspek hukum, politis, dan teknis yang juga sangat dipengaruhi kepentingan nasional masing-masing negara. Hal yang paling signifikan yang dapat mengukur tingkat kemajuan penyelesaian masalah perbatasan tersebut adalah banyaknya perundingan yang dilakukan, karena untuk bisa melakukan satu perundingan saja dibutuhkan kinerja diplomasi melalui langkah pendekatan diplomatik untuk bisa mengajak negara mitra memulai dan melanjutkan perundingan. KOMPONEN 2 IKU-4 SS-4: Persentase perjanjian internasional di bidang politik, keamanan, kewilayahan, dan kelautan serta ekonomi dan sosial budaya yang dibuat, mencakup kesepakatan publik antar negara dan organisasi internasional, seperti Persetujuan, MoU, dll. Formulasi perhitungan Komponen 2 IKU-4 SS-4 diperoleh dari: (Jumlah perjanjian internasional di bidang politik, keamanan, kewilayahan, dan kelautan yang dibuat dan atau diratifikasi/jumlah permintaan pendapat mengenai perjanjian internasional yang diterima)x100% ditambah (Jumlah perjanjian internasional di bidang ekonomi dan sosial budaya yang dibuat dan atau diratifikasi/jumlah permintaan pendapat mengenai perjanjian internasional yang diterima)x100%) dibagi 2 KOMPONEN 3 IKU-4 SS-4: Persentase produk hukum yang diselesaikan, adalah sampai dengan produk hukum (UU, Perpres Perjanjian Bebas Visa bagi pemegang paspor diplomatik dan dinas, Permenlu, Kepmenlu, Surat Keputusan, Kontrak Sewa/Beli/Gedung Kantor/Wisma) ditandatangani. Semakin tinggi produk hukum yang diselesaikan menandakan semakin meningkatnya kualitas hukum dan perjanjian internasional yang aman dari aspek politis, yuridis, teknis, dan keamanan. Hal ini dapat terlihat dari brafaks permintaan pendapat hukum yang umumnya terkait dengan perjajian/perkara hukum dengan pihak asing yang menyangkut pembelian tanah dan pembelian/sewa property Perwakilan RI di luar negeri, penerapan asas resiprokal dan harmonisasi hukum nasional atas kepemilikan aset Perwakilan Negara Asing di Jakarta, kontrak local staff Perwakilan RI, tuntutan hukum dan setiap aspek hukum lainnya di luar negeri yang terkait dengan pemerintah, badan hukum dan warga negara Indonesia. Dengan demikian, komponen 3 tersebut merupakan penunjang langsung terhadap capaian keberhasilan sasaran. Formulasi perhitungan Komponen 3 IKU-4 SS-2 diperoleh dari : (Jumlah produk hukum yang diselesaikan/ jumlah seluruh permintaan produk hukum yang masuk)x100% Pembobotan komponen Komponen (1) dan (2) dibobotkan lebih tinggi karena merupakan aspek eksternal (hubungan luar negeri) yang menjadi bobot utama tugas dan fungsi Kemlu. Komponen (1) dibobotkan paling tinggi karena isu menyangkut isu kedaulatan teritorial yang sensitif dan proses perundingan yang cenderung lama. Sumber data capaian kinerja dapat diperoleh dari Laporan Perundingan, Data Treaty Room, Nota Dinas/Surat Dinas Permintaan Pendapat Hukum, Nota Dinas/ Surat Dinas 25

36 Penyampaian Pendapat Hukum, Nota dinas/surat dinas/brafaks/kawat penyampaian produk hukum. 5. SASARAN STRATEGIS 5 (SS-5): Meningkatnya Kualitas Pelayanan Keprotokolan dan Kekonsuleran SS-5 merupakan fungsi pelayanan publik Kementerian Luar Negeri dalam memberikan pelayanan terbaik, prima professional kepada seluruh pemangku kepentingan. Adapun pelayanan publik yang diberikan meliputi pemberian pelayanan keprotokolan, pelayanan kekonsuleran, pelayanan fasilitas diplomatik, dan perlindungan WNI dan BHI di luar negeri. Perlindungan kepada WNI/TKI di luar negeri menjadi prioritas nasional. SS-5 diukur dengan IKU : IKU-1 SS-5: Persentase Penyelesaian Permasalahan/ Kasus WNI dan BHI di Luar Negeri dan IKU-2 SS-5: Indeks pelayanan keprotokolan dan kekonsuleran. Formulasi perhitungan IKU-1 SS-5 diperoleh dari perhitungan: (PK + PHMP) = % 2 PK: Persentase penanganan kasus tahun terkait PHMP: Persentase pembebasan WNI dari hukuman mati tahun terkait PK dan PHMP diperoleh dari perhitungan: PK : KS x100% KD KS: Jumlah kasus yang diselesaikan KD: Jumlah kasus yang ditangani PHMP: KHMS X 100% KHMD KHMD: Jumlah kasus hukuman mati yang ditangani KHMS: Jumlah kasus dibebaskan dari hukuman mati Adapun penyelesaian permasalahan/kasus WNI mencakup penanganan kasus lainnya seperti gaji yang tidak dibayar, penyiksaan/kekerasan fisik, pelecehan seksual, beban kerja tidak sesuai, perselisihan dengan majikan, sakit, kecelakaan kerja; dan pembebasan WNI dari ancaman hukuman mati. Sumber data capaian kinerja Penyelesaian permasalahan/kasus WNI diperoleh dari database perlindungan WNI/BHI. Formulasi perhitungan IKU-2 SS-5, diperoleh dari komponen dan pembobotan sebagai berikut : No Komponen Bobot 1 Persentase penerima jasa yang menyatakan puas atas 50% pelayanan kekonsuleran 2 Persentase pelayanan keprotokolan yang sesuai dengan Protap 30% yang berlaku 3 Persentase penyelesaian dokumen fasilitas diplomatik yang diselesaikan sesuai SOP 20% 26

37 KOMPONEN 1 IKU-2 SS-5: Persentase penerima jasa yang menyatakan puas atas pelayanan kekonsuleran, tingkat kepuasan tersebut diukur berdasarkan atas pengukuran kepuasan pelayanan kekonsuleran yang diambil dengan menggunakan kuisioner dan media sms dari para responden. Formulasi perhitungan Komponen 1 IKU-2 SS-5 diperoleh dari : (Jumlah penerima jasa yang puas/jumlah kuesioner yang dibagikan)x100% KOMPONEN 2 IKU-2 SS-5: Persentase pelayanan keprotokolan yang sesuai dengan Protap yang berlaku, dengan formulasi perhitungan: (Jumlah pelayanan keprotokolan yang sesuai protap/ jumlah seluruh pelayanan keprotokolan yang dilakukan)x100% KOMPONEN 3 IKU-2 SS-5: Persentase penyelesaian dokumen fasilitas diplomatik yang diselesaikan sesuai SOP, dengan formulasi perhitungan: (Jumlah dokumen fasilitas diplomatik yang diselesaikan sesuai SOP/ seluruh dokumen permohonan)x100% Dokumen tersebut mencakup dokumen permohonan pembelian kendaraan bermotor, dokumen permohonan importasi barang, dokumen permohonan pembebasan pajak dan prasarana, dokumen permohonan perijinan, bangunan dan pengawasan, dokumen permohonan perijinan senjata api dan alat komunikasi, dokumen permohonan fasilitas kunjungan dan akreditasi. Evaluasi dan survey atas kesesuaian dengan Protap/SOP diantaranya dilakukan oleh Kelompok Kerja Internal, stakeholders terkait seperti PNS K/L, masyarakat umum, petugas dari Perwakilan asing maupun organisasi internasional, serta oleh perusahaan quality control/assurance yang memberikan sertifikasi/resertifikasi ISO, sehingga evaluasi dan survey menghasilkan penilaian yang lebih objektif. Kementerian Luar Negeri mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi berupa Piagam Penghargaan Citra Pelayanan Prima pada tanggal 15 Desember Pada tahun 2012 ini, Kementerian Luar Negeri berhasil mempertahankan ISO 9001:2008 yang diperoleh sejak Beberapa kriteria yang dipenuhi untuk mempertahankan ISO ini adalah: - Waktu penyelesaian maksimal 5 (lima) hari setelah dokumen dinyatakan lengkap, tercapai. - Kerusakan proses kartu karena proses pencetakan dan laminasi tidak lebih dari 0,06%. - Pengaduan ditanggapi paling lambat 2 hari kerja - Realisasi pelaksanaan program peningkatan personil Direktorat Fasilitas Diplomatik minimum 80% dari yang direncanakan secara internal. - Realisasi pemeliharaan sarana dan prasarana kantor sesuai jadwal dengan toleransi 10% dari waktu yang ditetapkan. 27

38 Pembobotan Komponen (1) dibobotkan lebih tinggi karena menyangkut aspek pelayanan prima dan kepuasan atas pelayanan publik. Sumber data capaian kinerja dapat diperoleh dari kuesioner, laporan kegiatan, dokumen check list pelaksanaan keprotokolan dan fasilitas diplomatik. 6. SASARAN STRATEGIS 6 (SS-6): Meningkatnya Citra Indonesia Dimata Publik Domestik dan Internasional Pencapaian kepentingan Indonesia yang diperjuangkan melalui diplomasi dipengaruhi pula oleh citra Indonesia di tengah-tengah masyarakat internasional. Oleh karena itu, upaya membangun citra positif Indonesia menjadi hal yang penting, mengingat citra bangsa yang positif akan turut mendukung peningkatan kepercayaan publik, baik di dalam negeri maupun di dunia internasional. Tumbuh dan berkembangnya citra positif terhadap Indonesia menjadi salah satu faktor pendukung suksesnya diplomasi Indonesia guna pencapaian kepentingan nasional di berbagai aspek antara lain meningkatkan pertumbuhkan ekonomi yang lebih tinggi, menciptakan harmoni dan kestabilan politik, peningkatan kesejahteraan sosial, dan semakin dikenalnya budaya Indonesia di dunia internasional. SS-6 diukur dengan IKU-1 SS-6: Indeks citra positif penyelenggaraan politik dan hubungan luar negeri dari persepsi masyakat domestik dan internasional, yang diperoleh dari komponen dan pembobotan sebagai berikut : No Komponen Bobot 1 Persentase citra positif Indonesia di wilayah negara akreditasi 30% 2 Persentase dukungan konstituen terhadap aset diplomasi publik dan politik luar negeri Indonesia 20% 3 Persentase pemberitaan positif tentang Indonesia yang dimuat media asing di Indonesia 4 Persentase press release yang dimuat di media nasional maupun asing 5 Persentase peningkatan permintaan bantuan kerjasama teknis dari Indonesia yang diterima 6 Persentase peningkatan kegiatan bantuan kerjasama teknis melalui mekanisme triangular 7 Persentase negara yang hadir dalam rangka kegiatan diplomasi publik 10% 10% 10% 10% 10% KOMPONEN 1 IKU-1 SS-6: Persentase citra positif Indonesia di wilayah negara akreditasi, citra positif merupakan persepsi masyarakat Indonesia dan masyarakat negara setempat yang diperoleh berdasar survey Kementerian Luar Negeri di tanah air dan Perwakilan RI di luar negeri. 28

39 KOMPONEN 2 IKU-1 SS-6: Persentase dukungan konstituen terhadap aset diplomasi publik dan politik luar negeri Indonesia. Konstituen mencakup domestik dan asing mencakup korps diplomatik, politikus, tokoh agama, akademisi, tokoh civil society, civil society, mahasiswa/pelajar, media, generasi muda, pengusaha. Aset diplomasi publik adalah keberagaman/kemajemukan/budaya, ekonomi progresif, demokrasi Indonesia, Islam moderat, kerukunan umat beragama. Dengan demikian, komponen 2 tersebut merupakan penunjang langsung terhadap capaian kerberhasilan sasaran. Formulasi perhitungan Komponen 1 IKU-1 SS-6 diperoleh dari : (Jumlah peserta yang mendukung/jumlah kuesioner yang dikembalikan)x100% KOMPONEN 3 IKU-1 SS-6: Persentase pemberitaan positif tentang Indonesia yang dimuat media asing di Indonesia, mencakup monitoring ulasan positif maupun negatif media asing terkait pencitraan Indonesia. Formulasi perhitungan Komponen 3 IKU-1 SS-6 diperoleh dari: (Jumlah pemberitaan yang positif/jumlah pemberitaan yang disebarkan)x100% KOMPONEN 4 IKU-1 SS-6: Persentase press release yang dimuat di media nasional maupun asing, bahwa semakin tinggi press release yang dimuat di media nasional maupun asing maka semakin meningkatnya citra indonesia dimata publik domestik dan internasional. Dengan demikian, komponen 4 tersebut merupakan penunjang langsung terhadap capaian kerberhasilan sasaran. Formulasi perhitungan Komponen 4 IKU-1 SS-6 diperoleh dari : (jumlah press release yang dimuat/ jumlah press release yang disebar)x100% KOMPONEN 5 dan 6 IKU-1 SS-6: Persentase peningkatan permintaan bantuan kerjasama teknis dari Indonesia yang diterima dan Persentase peningkatan kegiatan bantuan kerjasama teknis melalui mekanisme triangular. Bagi Indonesia, kerja sama teknik dalam kerangka Kerja Sama Selatan-Selatan merupakan amanah dari Pembukaan UUD 1945 terutama pada alinea ke-4. Kerja sama teknik merupakan salah satu alat yang dapat mendukung upaya-upaya diplomasi RI di forum bilateral, regional maupun multilateral. Seiring dengan meningkatnya postur Indonesia di dunia internasional serta berbagai kapasitas yang dimiliki Indonesia, Indonesia semakin dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi berbagai masalah pembangunan yang dialami oleh negara-negara berkembang lainnya. Indonesia telah memainkan peranan aktif untuk membantu negara-negara berkembang sejak tahun 1980-an. Melalui pembiayaan APBN maupun bekerja sama dengan para mitra pembangunan, ribuan peserta dari berbagai negara berkembang telah mengikuti berbagai pelatihan, loka karya dan pemagangan di Indonesia. Indonesia juga telah mengirimkan berbagai tenaga ahli dan peralatan teknik lainnya ke negara-negara berkembang. 29

40 Berbagai perkembangan tersebut membuktikan bahwa saat ini Indonesia sudah menjadi negara pemberi bantuan walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia juga masih membutuhkan bantuan dari negara-negara lain. Meningkatnya status Indonesia sebagai Negara pemberi bantuan pembangunan merupakan bukti untuk mendukung SS-6. Formulasi perhitungan komponen 5 IKU-1 SS-6 diperoleh dari : Jumlah peningkatan kegiatan triangular KST tahun berjalan/ jumlah kegiatan triangular KST tahun sebelumnya)x100% Formulasi perhitungan komponen 6 IKU-1 SS-6 diperoleh dari : (Permintaan bantuan Kerjasama Teknik tahun berjalan/ permintaan tahun sebelumnya)x100% KOMPONEN 7 IKU-1 SS-6: Persentase negara yang hadir dalam rangka kegiatan diplomasi publik, dilihat dari sudut pandang ini, kehadiran peserta asing dalam berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh Kementerian Luar Negeri merupakan indikator bahwa masyarakat internasional memiliki pandangan positif terhadap Indonesia. Para peserta atau negara bersedia hadir dalam kegiatan di Indonesia karena kegiatan tersebut sebagai faktor pembentuk persepsi memiliki arti yang signifikan bagi para peserta/negara tersebut sehingga tingkat kehadiran peserta/negara memiliki korelasi positif terhadap persepsi mengenai Indonesia. Formulasi perhitungan Komponen 7 IKU-1 SS-6 diperoleh dari : (Jumlah negara yang hadir/undangan yang disebarkan)x100% Pembobotan Komponen IKU-1 SS-6 4. Komponen (1) dibobotkan lebih tinggi karena merupakan aspek eksternal (hubungan luar negeri) yang menjadi bobot utama tugas dan fungsi Kemlu dan terkait aspek soft power yang bersifat dua arah serta lebih kompleks pencapaiannya dibandingkan aspek hard power. Sumber data capaian kinerja dapat diperoleh dari Laporan survey, kuesioner, naskah perjanjian Kerjasama Teknik, media cetak asing/online, nota diplomatik dan kawat/brafaks, laporan kegiatan. 30

41 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Gambaran Umum Akuntabilitas Kinerja 2013 Secara keseluruhan tingkat capaian kinerja Kementerian Luar Negeri pada tahun 2013 amat baik, dengan capaian realisasi kinerja sebesar 91,82%.Pada tahun 2013, diplomasi Indonesia telah mengarungi situasi global dan kawasan yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian yang ditandai oleh disatu sisi ditandai oleh situasi damai antar negara, namun di sisi lain, ditandai oleh situasi konflik di berbagai belahan dunia yang hari demi hari telah mengakibatkan korban jiwa yang tidak kecil. Tantangan yang paling mendasaradalah pemeliharaan perdamaian dan keamanan di kawasan. Hal ini telah, dan akan terus menjadi, prioritas utama politik luar negeri Indonesia. Perdamaian merupakan sesuatu yang harus senantiasa diperjuangkan dan seringkali upaya ini bukanlah sesuatu yang mudah. Sebagai contoh, pada saat kawasan Asia Tenggara memasuki tahap akhir menuju Komunitas ASEAN 2015, kawasan yang lebih luas, yakni Asia Timur dan Asia Pasifik, justru menunjukkan tanda-tanda peningkatan ketegangan dan ketidakpastian. Oleh karena itu, Politik luar negeri Indonesia sepanjang tahun 2013 telah bekerja untuk menciptakan suatu tatanan di kawasan, baik dalam bentuk penguatan kapasitas kelembagaan di kawasan maupun dalam penguatan norma-norma dan prinsip hubungan baik antar negara, yang kesemuanya ditujukan bagi pemeliharaan perdamaian dan keamanan di kawasan Asia Pasifik. Salah satunya ditandai oleh upaya Indonesia dalam mendorong diselesaikannya dokumen code of conduct sebagai acuan utama dalam pengelolaan masalahlaut China Selatan (LCS) yang telah menjadi perhatian negara-negara kawasan beberapa tahun kebelakang. Selain itu, kontribusi konkrit Indonesia lainnya dalam upaya manajemen konflik di kawasan diwujudkanpembentukan Institute for Peace and Reconciliation dan penyelenggaraan pertemuan informal Governing Council of ASEAN Institute for Peace and Reconciliation. Indonesia selalu memberikan kontribusi aktif terhadap upaya pembentukan Komunitas ASEAN dan pembahasan visi Komunitas ASEAN pasca Kementerian Luar Negeri melalui langkah pemasyarakatan di berbagai daerah di Indonesia senantiasa mendorong kesadaran, pemahaman, dukungan dan partisipasi serta rasa memiliki ASEAN di antara masyarakat Indonesia. Selain itu, Kementerian Luar Negeri selalu mendorong implementasi Cetak Biru Komunitas ASEAN pada tingkat nasional dan regional ASEAN. Selain itu, pelaksanaan hubungan dan politik luar negeri Indonesia sepanjang tahun 2013 ditandai dengankementerian Luar Negeri yang semakin menunjukkan kepemimpinannya di kancah diplomasi global dengan berpartisipasi aktif dalam mewujudkan perdamaian dunia, bertindak sebagai tuan rumah dalam beberapa pertemuan internasional, seperti Konferensi Tingkat Menteri World Trade Organization (WTO) ke-9 dan Konferensi Tingkat Tinggi Asia Pacific Economic Cooperation (APEC)

42 serta terus memelihara dan menjalin kerja sama multilateral pada berbagai organisasi internasional dengan tetap mengedepankan kepentingan nasionalnya. Kementerian Luar Negeriberkomitmen untuk menyelesaikan masalah perbatasan dansemakin intensif mendorong kesediaan negara pihak untuk melakukan perundingan dalam penyelesaian perbatasan baik perbatasan darat maupun perbatasan laut. Selain itu, semakin banyaknya stakeholders dalam negeri yang meminta bantuan hukum kepada Kementerian Luar Negeri terkait kerja sama internasional yang dibuat dengan negaranegara asing di berbagai bidang menunjukkan bahwa perjanjian tersebut sudah dipertimbangkan dari segi keamanan. Tidak kalah penting, peningkatan citra Indonesia di mata publik domestik dan internasional dilakukan melalui serangkaian komunikasi efektif atas perkembanganperkembangan dan pelaksanaan politik luar negeri kepada publik di dalam negeri, menyerap masukan dan aspirasi publik di dalam negeri, mempromosikan citra Indonesia di luar negeri dan aktif menggalang koordinasi dengan kalangan pemangku kepentingan. Beberapa sarana komunikasi tersebut dilakukan melalui rangkaian kegiatan diantaranya Presidential Friends of Indonesia, Interfaith Dialogue and Empowering the Moderates, sertaindonesian Arts and Culture Scholarship (Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia-BSBI). Namun dibalik berbagai capaian tersebut, terdapat cukup banyak tantangan yang tentu saja mempengaruhi kinerja Kemlu. Tantangan tersebut diantaranya adalah: Sosialisasi diplomasi Indonesia kepada masyarakat. Faktor Internal Peningkatan citra Kemlu dalam isu perlindungan WNI. Tingginya intesitas dan kompleksitas tugas perlindungan WNI. Masih kurangnya kesadaran, pemahaman, dukungan dan partisipasi serta rasa memiliki ASEAN di antara masyarakat Indonesia. Faktor Eksternal Situasi global dan kawasan yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian. Tantangan terbesar pemeliharaan perdamaian dan keamanan di kawasan. Contoh: Ketegangan di kawasan Asia Timur dan Asia Pasifik (Laut Cina Selatan). Tidak mudahnya proses perundingan dalam penyelesaian perbatasan baik perbatasan darat maupun perbatasan laut. 32

43 B. Capaian Kinerja RPJMN Tahun 2013 merupakan tahun ketiga pelaksanaan dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun Adapun metode yang digunakan adalah membandingkan capaian antar berbagai komponen sasaran, sehingga diperoleh gambaran tingkat keberhasilan pencapaian masing-masing sasaran. Berdasarkan perbandingan capaian ini dapat diperoleh informasi menyangkut masing-masing sasaran, sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan program di masa mendatang agar setiap program yang direncanakan dapat berhasil guna dan berdaya guna. Langkahlangkah yang dilakukan adalah dengan terlebih dahulu membandingkan antara rencana dengan realisasi untuk masing-masing komponen sasaran sehingga diperoleh capaian tiap komponen sasaran. Capaian RPJMN terkait Prioritas Nasional 10 Daerah Tertinggal, Terluar, Terdepan dan Pasca Konflik melalui Indikator Jumlah pelaksanaan perundingan perbatasan maritim dan darat. No. Indikator Kinerja 1 Jumlah pelaksanaan perundingan perbatasan maritim dan darat Tahun N/A Capaian RPJMN terkait Prioritas Nasional 12 Politik, Hukum dan Keamanan melalui Indikator Jumlah prakarsa Indonesia untuk mendorong reformasi Dewan Keamanan PBB. No. Indikator Kinerja 2 Jumlah prakarsa Indonesia untuk mendorong reformasi Dewan Keamanan PBB Tahun Capaian RPJMN terkait Prioritas Nasional lainnya No. Indikator Kinerja 3 Peningkatan Perlindungan dan Pelayanan WNI/BHI di Luar Negeri Tahun

44 C. Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) NO INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TARGET CAPAIAN 1 1. Indeks peran dan kepemimpinan Indonesia dalam pembentukan Komunitas ASEAN 2015 (IKU-1 SS-1) 2 2. Indeks peran diplomasi Indonesia dalam penanganan isu-isu multilateral (IKU-2 SS-2) 3 3. Indeks kerja sama Indonesia di berbagai bidang dengan negara-negara dan organisasi intrakawasan di kawasan Asia-Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa (IKU-3 SS- 3) 5 8 (91,28%)* 6 8 (91,79%)* 9 10 (100%)* 4 4. Indeks diplomasi bidang hukum dan perjanjian internasional (IKU-4 SS-4) 7 7 (88,74%)* 5 5. Persentase Penyelesaian Permasalahan/ Kasus WNI dan BHI di Luar Negeri (IKU-5 SS-5) 6. Indeks pelayanan keprotokolan dan kekonsuleran (IKU-6 SS-5) 6 7. Indeks citra positif penyelenggaraan politik dan hubungan luar negeri dari persepsi masyarakat domestik dan internasional (IKU-7 SS-6) 50% 100% 6 7 (89,92%)* 4 6 (81,04%)* JUMLAH CAPAIAN 91,82% 34

45 C.1 Capaian Kinerja Kementerian Luar Negeri Tahun 2013 Capaian kinerja Kementerian Luar Negeri tahun 2013 dilakukan dengan cara membandingkan realisasi Indeks dengan target Indeks yang merupakan Indikator Kinerja Utama Kementerian Luar Negeri yang telah ditetapkan pada Penetapan Kinerja Kementerian Luar Negeri tahun Secara keseluruhan capaian kinerja Kementerian Luar Negeri sebesar 91,82%sebagaimana perhitungan di bawah ini: NO SASARAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TARGET REALISASI KATEGORI 1 Meningkatnya peran dan kepemimpinan Indonesia dalam pembentukan Komunitas ASEAN di bidang politik dan keamanan, ekonomi, dan sosial budaya (SS-1) 2 Meningkatnya peran diplomasi Indonesia dalam penanganan isu multilateral (SS-2) 3 Meningkatnya kerja sama di berbagai bidang antara RI dengan negara-negara dan organisasi intrakawasan di kawasan Asia-Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa (SS-3) 4 Meningkatnya kualitas hukum dan perjanjian internasional yang aman dari aspek politis, yuridis, teknis, dan keamanan (SS-4) 5 Meningkatnya kualitas pelayanan keprotokolan dan kekonsuleran (SS-5) 6 Meningkatnya citra Indonesia dimata publik domestik dan internasional (SS-6) 1. Indeks peran dan kepemimpinan Indonesia dalam pembentukan Komunitas ASEAN 2015 (IKU-1 SS-1) 2. Indeks peran diplomasi Indonesia dalam penanganan isu-isu multilateral (IKU-2 SS-2) 3. Indeks kerja sama Indonesia di berbagai bidang dengan negaranegara dan organisasi intrakawasan di kawasan Asia-Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa (IKU-3 SS- 3) 4. Indeks diplomasi bidang hukum dan perjanjian internasional (IKU-4 SS-4) 5. Persentase Penyelesaian Permasalahan/ Kasus WNI dan BHI di Luar Negeri (IKU-5 SS-5) 6. Indeks pelayanan keprotokolan dan kekonsuleran (IKU-6 SS-5) 7. Indeks citra positif penyelenggaraan politik dan hubungan luar negeri dari persepsi masyarakat domestik dan internasional (IKU-7 SS-6) 5 8 (91,28%)* 6 8 (91,79%)* 9 10 (100%)* 7 7 (88,74%)* Amat Baik Amat Baik Istimewa Amat Baik 50% 100% Amat Baik 6 7 (89,92%)* 4 6 (81,04%)* Amat Baik Baik Capaian Kinerja Kementerian Luar Negeri Tahun ,82% Ket: *) Nilai Persentase Indeks 35

46 D. Analisa Pencapaian Sasaran Strategis Tahun2013 Ditinjau dari capaian kinerja masing-masing sasaran untuk tahun 2013, Kementerian Luar Negeri telah dapat melaksanakan tugas utama yang menjadi tanggung jawab institusi. Berikut ini akan diuraikan kinerja dari Kementerian Luar Negeri dilihat dari masingmasing sasaran strategis yang telah ditetapkan sebagaimana pada BAB III LAKIP ini. 36

47 E. Akuntabilitas Keuangan 2013 Realisasi anggaran Kementerian Luar Negeri tahun 2013 adalah sebesar Rp ,- atau 87,95% dari pagu anggaran Rp ,- dengan komposisi sebagai berikut: Satker Pusat Pagu : Rp Realisasi : Rp Persentase serapan : 88,65% Satker Perwakilan RI Pagu : Rp Realisasi : Rp Persentase serapan : 87,63% Belanja Pegawai Pagu: Rp ,- Realisasi: Rp ,- Belanja Barang Pagu: Rp ,- Realisasi: Rp ,- Belanja Modal Pagu: Rp ,- Realisasi: Rp ,- Jika dibandingkan dengan tahun 2012 (81,25%), penyerapan Kementerian Luar Negeri mengalami peningkatan sebesar 6,7%. Meskipun terdapat peningkatan dalam penyerapan anggaran, Kementerian Luar Negeri menghadapi kendala dalam pengelolaan APBNKementerian Luar Negeri, khususnya di Perwakilan RI di luar negeri yang pada akhirnya mengganggu kinerja penyerapan anggaran. Masalah utama dan nyata yang selalu dialami Kementerian Luar Negeri adalah banyaknya revisi, peraturan pengadaan barang/jasa yang tidak dapat diimplementasikan di Perwakilan RI, pihak ketiga (PFK) minus dan terhambatnya penyetoran PNBP ke pusat. Penyebab timbulnya masalah tersebut karena pembelanjaan APBN dilakukan di negara lain yang pada dasarnya memiliki perbedaan sistem (ketentuan dan kebiasaan) dengan Indonesia sehingga banyak peraturan yang menyangkut pengelolaan APBN di Perwakilan RI di luar negeri tidak/kurang compatible dengan sistem negara dimana Perwakilan RI berakreditasi. Selain sistem, faktor jarak, waktu dan biaya yang dikeluarkan akibat adanya transaksi juga menjadi faktor kendala dalam pengelolaan APBN di Perwakilan RI di luar negeri. Sebagai langkah kedepan perlunya pengkajian khusus oleh Kementerian Keuangan, Bappenas, dan LKPP agar Kementerian Luar Negeri dapat diterbitkan pengaturan khusus atas mekanisme pelaksanaan APBN di Perwakilan RI di luar negeri dengan azas fleksibilitas. 37

48 REALISASI ANGGARAN TERKAIT CAPAIAN SASARAN TAHUN 2013 SASARAN Meningkatnya peran dan kepemimpinan Indonesia dalam pembentukan Komunitas ASEAN di bidang politik dan keamanan, ekonomi, dan sosial budaya INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) 1. Indeks peran dan kepemimpinan Indonesia dalam pembentukan Komunitas ASEAN 2015 ANGGARAN SETELAH REVISI (Rp) REALISASI (Rp) PERSENTASE ,40% Meningkatnya peran diplomasi Indonesia dalam penanganan isu multilateral 2. Indeks peran diplomasi Indonesia dalam penanganan isu-isu multilateral , ,67% Meningkatnya kerja sama di berbagai bidang antara RI dengan negara-negara dan organisasi intrakawasan di kawasan Asia-Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa 3. Indeks kerja sama Indonesia di berbagai bidang dengan negara-negara dan organisasi intrakawasan di kawasan Asia-Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa ,56% Meningkatnya kualitas hukum dan perjanjian internasional yang aman dari aspek politis, yuridis, teknis, dan keamanan 4. Indeks diplomasi bidang hukum dan perjanjian internasional ,59% Meningkatnya kualitas pelayanan keprotokolan dan kekonsuleran 5. Persentase Penyelesaian Permasalahan/ Kasus WNI dan BHI di Luar Negeri ,77% 6. Indeks pelayanan keprotokolan dan kekonsuleran Meningkatnya citra Indonesia dimata publik domestik dan internasional 7. Indeks citra positif penyelenggaraan politik dan hubungan luar negeri dari persepsi masyakat domestik dan internasional ,34% 38

49 D.1 Sasaran Strategis (SS-1) Meningkatnya Peran dan Kepemimpinan Indonesia dalam Pembentukan Komunitas ASEAN di Bidang Politik dan Keamanan, Ekonomi, dan Sosial Budaya Dalam upaya menjaga kawasan ASEAN yang aman, stabil dan damai bagi kesejahteraan serta kemakmuran bersama dikawasan, Kementerian Luar Negeri telah meningkatkan peran dan kepemimpinan Indonesia dalam pembentukan komunitas ASEAN. Pencapaian Sasaran Strategis 1 (SS-1) Meningkatnya peran dan kepemimpinan Indonesia dalam pembentukan Komunitas ASEAN di bidang politik dan keamanan, ekonomi, dan sosial budaya diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU-1) Indeks peran dan kepemimpinan Indonesia dalam pembentukan Komunitas ASEAN Peran dan kepemimpinan Indonesia dalam pembentukan Komunitas ASEAN 2015 ditandai dengan banyaknya prakarsa dan rekomendasi Indonesia yang diterima oleh negara-negara ASEAN dan dukungan dan partisipasi masyarakat domestik Indonesia plays very important role in ASEAN, EU High Representative Catherine Ashton. (Republika Online, 4 November 2013) serta implementasi langkah aksi cetak biru komunitas ASEAN pada 3 (tiga) pilar, yaitu: Komunitas Politik-Keamanan ASEAN, Komunitas Ekonomi ASEAN, dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN. Pada tahun 2013, capaian kinerja SS-1 ditargetkan dengan Indeks 5 dengan realisasi Indeks 8 (91,28%) yang diperoleh dari komponen dan pembobotan sebagai berikut: No Komponen Bobot Realisasi Realisasi Pembobotan 1 Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang 60 94,34% 56,60% diterima dalam setiap pertemuan. (Komponen IKU-1 SS-1) 2 Persentase dukungan dan partisipasi masyarakat 25 90,85% 22,71% domestik terhadap pembentukan komunitas ASEAN 2015 (Komponen IKU-1 SS-1) 3 Persentase Implementasi langkah aksi (action line) 15 79,84% 11,97% Cetak Biru Komunitas ASEAN (Komponen IKU-1 SS-1) Capaian SS-1 91,28% Peran dan kepemimpinan Indonesia pada tahun 2013 ditandai oleh upaya Indonesia dalam mendorong diselesaikannya dokumen code of conduct sebagai acuan utama dalam pengelolaan masalah Laut China Selatan (LCS) yang telah menjadi perhatian negara-negara kawasan beberapa tahun kebelakang. Selain itu, kontribusi konkrit Indonesia lainnya dalam upaya manajemen konflik di kawasan diwujudkan pembentukan 39

50 Institute for Peace and Reconciliation dan penyelenggaraan pertemuan informal Governing Council of ASEAN Institute for Peace and Reconciliation. Indonesia selalu memberikan kontribusi aktif terhadap upaya pembentukan Komunitas ASEAN dan pembahasan visi Komunitas ASEAN pasca Kementerian Luar Negeri melalui langkah pemasyarakatan di berbagai daerah di Indonesia senantiasa mendorong kesadaran, pemahaman, dukungan dan partisipasi serta rasa memiliki ASEAN di antara masyarakat Indonesia. Selain itu, Kementerian Luar Negeri selalu mendorong implementasi Cetak Biru Komunitas ASEAN pada tingkat nasional dan regional ASEAN. Dalam pencapaian kinerja SS-1, Kementerian Luar Negeri menghadapi kendala diantaranya sulitnya mencapai konsensus atas isu-isu tertentu misalnya isu masuknya negara Timor Leste menjadi anggota ASEAN atau karena adanya konfilik kepentingan negara-negara ASEAN. Selain itu juga ditemui masih terdapatnya kesenjangan pembangunan negara-negara ASEAN menjadi kendala untuk mempersatukan ASEAN, adanya mekanisme ASEAN yang tumpang tindih, serta masih terdapat keengganan beberapa negara ASEAN untuk memperluas kerja sama eksternal ASEAN. Mengatasi kendala tersebut, telah dilakukan langkah-langkah pendekatan langsung dengan negara-negara terkait,peningkatan capacity building dan optimalisasi pemasyarakatan ASEAN bagi masyarakat domestik. Sebagai langkah antisipasi untuk tahun mendatang, Kementerian Luar Negeri akan mendorong trust building activities melalui dialog dan konsultasi dengan pihak-pihak terkait, mengoptimalkan pemanfaatan trust fund dan project fund dari negara mitra untuk mengatasi kesenjangan pembangunan di antara negara ASEAN dan operasionalisasi Setnas ASEAN-Indonesia secara optimal. ANALISIS IKU-1 SS-1: Indeks Peran dan Kepemimpinan Indonesia dalam Pembentukan Komunitas ASEAN 2015 Indeks peran dan kepemimpinan ini diperoleh dari 3 komponen dengan pembobotan yang berbeda, yaitu: Komponen IKU Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima dalam setiap pertemuan (Komponen 1 IKU-1 SS-1) Persentase dukungan dan partisipasi masyarakat domestik terhadap pembentukan komunitas ASEAN 2015 (Komponen 2 IKU-1 SS-1) Persentase Implementasi langkah aksi (action line) Cetak Biru Komunitas ASEAN (Komponen 3 IKU-1 SS-1) Bobot Analisis Komponen 1 IKU-1 SS-1: Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima dalam setiap pertemuan. Wujud Kepemimpinan Indonesia dalam pembentukan ASEAN di Bidang Politik dan Keamanan, Ekonomi, dan Sosial Budaya, ditandai dengan banyaknya prakarsa (inisiatif/gagasan baru) dan rekomendasi (usulan) Indonesia yang diterima oleh negaranegara ASEAN. Pada tahun 2013, Indonesia telah berhasil memperjuangkan 417 rekomendasi dan prakarsa yang diterima (diadopsi) dari 442 rekomendasi dan prakarsa yang disampaikan dalam 188 pertemuan yang dihadiri oleh delegasi Indonesia pada Sidang ASEAN. Rincian capaian kinerja dari IKU-1 SS-1 yaitu Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima dalam setiap pertemuan sebagai wujud 40

51 kepemimpinan Indonesia dalam Pembentukan Komunitas ASEAN di Bidang Politik dan Keamanan, Ekonomi, dan Sosial Budaya adalah sebesar 117,93% sebagai berikut: Komponen 1 IKU-1 SS-1 Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima dalam setiap pertemuan. Tabel Capaian Komponen 1 IKU-1 SS-1 Bidang Prakarsa Prakarsa Rekomendasi Rekomendasi Disampaikan Diterima disampaikan diterima Bidang Politik Bidang Ekonomi Bidang Sosial Budaya Kerjasama ASEAN dengan negara mitra wicara ASEAN dan organisasi regional/internasional Jumlah Yang diterima (%) 96,30 93,90 Nilai Jumlah Rekomendasi dan Prakarsa yang disampaikan: 442 Jumlah Rekomendasi dan Prakarsa yang diterima: 417 Realisasi (%): 94,34 Capaian (%) dari target 80%: 117,93 Grafik Prakarsa yang disampaikan dan diterima Grafik Rekomendasi yang disampaikan & diterima Bid. Polkam Bid. Ekonomi Bid. Sosial Budaya 2 2 Kerjasama ASEAN dengan negara mitra wicara Bid. Polkam Bid. Ekonomi Bid. Sosial Budaya Kerjasama ASEAN dengan negara mitra wicara Disampaikan Diterima Disampaikan Diterima Perbandingan kinerja Komponen 1IKU-1 SS-1 tahun 2013 dengan tahun-tahun sebelumnya sebagai berikut: 41

52 Tabel Perbandingan Kinerja Komponen 1 IKU-1 SS-1 Informasi Kinerja Komponen 1 IKU-1 SS-1 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Jumlah Sidang Rekomendasi dan prakarsa yang N/A N/A disampaikan Rekomendasi dan prakarsa yang diterima N/A N/A Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima dalam setiap pertemuan ,48% 94,34% *) *) Ket: pada tahun 2013 mengalami peningkatan 4,86% dari tahun sebelumnya Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya persentase realisasi rekomendasi dan prakarsa yang diterima telah mengalami peningkatan di tahun 2013 sebesar 4,86% sekalipun dengan jumlah sidang yang lebih kecil dari tahun sebelumnya. Hal ini membuktikan semakin meningkatnya kepemimpinan Indonesia dalam pembentukan Komunitas ASEAN di bidang politik dan keamanan, ekonomi, dan sosial budaya yang ditandai dengan semakin berkualitasnya prakarsa dan rekomendasi dalam setiap isu melalui langkah-langkah diplomasi yang optimal. Nilai Strategis Prakarsa dan Rekomendasi Indonesia Indonesia mendorong implementasi Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea (DOC) dan pembahasan Code of Conduct (CoC) in the South China Sea. Indonesia menegaskan pentingnya menghargai DOC, Six Point Principles, dan ASEAN proposed elements, serta menekankan agar COC mencakup formula tiga plus satu (formula 3+1), yaitu (i) peningkatan rasa saling percaya; (ii) mencegah terjadinya insiden di Laut China Selatan; (iii) menangani dan mengelola bila terjadi insiden; plus (iv) menjaga kondisi yang kondusif. Selain itu, usulan Indonesia mengenai kerja sama praktis di Laut China Selatan, seperti hotline of communication dan search and rescue for vessels and persons in distress at sea, juga telah disetujui ASEAN dan RRT. Prakarsa Indonesia tentang konsep Indo-Pasific treaty, mencakup kawasan Indo-Pasific yang lebih luas dan bertujuan menciptakan kawasan yang memiliki mutual trust and confidence. Traktat tersebut sebagai upaya untuk membentuk format arsitektur keamanan di kawasan dan komitmen terhadap penyelesaian masalah secara damai serta bersedia menerima perubahan sebagai kekuatan untuk berkontribusi terhadap perdamaian dan keamanan Internasional. Prakarsa Indonesia mengenai konsep Second Generation Partnership terkait upaya pengembangan hubungan eksternal ASEAN, dimana Indonesia mengusulkan adanya kemitraan yang lebih sejajar dan saling menguntungkan antara ASEAN dengan mitra wicaranya, maupun dengan pihak eksternal lainnya. 42

53 Para Pemimpin ASEAN berfoto bersama pada saat Pertemuan KTT ke-23 ASEAN, 9 Oktober 2013 di Bandar Seri Begawan Pertemuan Pertama Governing Council AIPR, 13 Desember 2013 di Jakarta Dalam pencapaian Komponen 1 Indeks IKU-1 SS-1, Kementerian Luar Negeri menghadapi kendala diantaranya adanya pembatalan dan penundaan 34 pertemuan ASEAN karena belum adanya kesepakatan di antara negara anggota, baik waktu maupun isu yang akan dibahas. Selain itu, terdapat perbedaan pandangan di antara negara anggota ASEAN atas beberapa isu sensitif sehingga menghambat tercapainya konsensus. Kendala dari aspek substansi, K/L yang menjadi focal point kurang kongkrit dalam perumusan rekomendasi/prakarsa yang akan disampaikan dalam sidang ASEAN, sehingga Kementerian Luar Negeri dalam hal ini berusaha optimal untuk merumuskan rekomendasi/prakarsa yang akan disampaikan. Hal lain yang menjadi kendala adalah lambannya tindak lanjut dari rekomendasi atau prakarsa Indonesia yang diterima dalam sidang ASEAN oleh K/L terkait. Mengatasi kendala tersebut, telah dilakukan langkah-langkah optimalisasi pelaksanaan kinerja berdasarkan prioritas dan urgensi serta melakukan penjadwalan ulang beberapa sidang ASEAN yang tertunda. Sebagai langkah antisipasi untuk tahun mendatang, Kementerian Luar Negeri akan meningkatkan koordinasi dengan para pemangku kepentingan baik di dalam maupun di luar negeri. Dalam upaya mencapai konsensus atas isu-isu sensitif di kawasan, Indonesia melakukan pendekatan khusus kepada negara anggota ASEAN terkait. Sedangkan untuk mendorong upaya tindak lanjut dari berbagai rekomendasi/prakarsa yang telah disampaikan dalam pertemuan ASEAN, Kementerian Luar Negeriakan mengintensifkan koordinasi dan konsolidasi nasional melalui penguatan peran Setnas ASEAN-Indonesia. Analisis Komponen 2 IKU-1 SS-1: Persentase dukungan dan partisipasi masyarakat domestik terhadap pembentukan Komunitas ASEAN 2015 Dalam mewujudkan perannya dalam pembentukan Komunitas ASEAN 2015, Kementerian Luar Negeri telah melakukanupaya pemasyarakatan ASEAN sebagai langkah membangkitkan rasa kepemilikan dan partisipasi masyarakat domestik bahkan relevansi ASEAN di antara masyarakat.bentuk pemasyarakatan ASEAN diantaranya sosialisasi, kuliah umum, seminar, workshop, kolokium, FGD, ASEAN Goes To School, Roundtable Discussion, simulasi sidang, lomba karya tulis, lomba penulisan blog, ASEAN Goes on Air (TV/Radio), ASEAN Corner, Festival ASEAN, Festival Keraton se-asean, pembentukan 43

54 Pusat Studi ASEAN (PSA) dan penerbitan bahan publikasi seperti Bulletin ASEAN, DVD Komunitas ASEAN, buku ASEAN Selayang Pandang, buku Kenali ASEAN Kita, brosur, leaflet dan lain-lain.sasaran pemasyarakatan ASEAN adalah para pelajar SMP/SMA, mahasiswa, akademisi, kalangan pengusaha, UKM, SKPD, media masa, kementerian/lembaga dan masyarakat umum. Pada tahun 2013, Kementerian Luar Negeri telah melakukan 141 kali pemasyarakatan ASEAN di 42 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Untuk mengetahui dukungan dan partisipasi masyarakat domestik telah dilakukan penyampaian kuestioner untuk setiap kali kegiatan pemasyarakatan tersebut di atas. Capaian Komponen 2 IKU-1 SS-1 yaitu Persentase dukungan dan partisipasi masyarakat domestik terhadap pembentukan Komunitas ASEAN 2015 adalah sebesar 113,57%. Perhitungan tersebut diperoleh dari hasil kuesioner yang menjawab dengan nilai yang menandakan responden paham terhadap materi sosialisasi dan mendukung pembentukan Komunitas ASEANdari kuesioner yang disebarkan. Semakin tinggi dukungan dan partisipasi keterlibatan masyarakat dalam kegiatankegiatan dalam rangka pembentukan Komunitas ASEAN, maka semakin berperan Indonesia dalam pembentukan Komunitas ASEAN Tabel Capaian Komponen 2 IKU-1 SS-1 Komponen 2 IKU-1 SS-1 Kuesioner yang diterima Kuesioner yang menjawab dengan nilai Nilai Persentase dukungan dan partisipasi masyarakat domestik terhadap pembentukan komunitas ASEAN Realisasi (%): 90,85 Capaian dari target 80%: 113,57 Tabel Perbandingan Pemasyarakatan Komunitas ASEAN Pemasyarakatan Komunitas ASEAN Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Jumlah Sosialisasi 33 kali 115 kali 110 kali 141 kali Jumlah Kabupaten/Kota Jumlah Institusi Jumlah orang yang hadir N/A Jika dilihat dari tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2013 langkah pendekatan terhadap masyarakat domestik untuk memberikan pemahaman terhadap Komunitas ASEAN 2015 semakin gencar dilakukan ke daerah-daerah, institusi, akademisi, dan media. Pada tahun 2013, rangkaian pemasyarakatan ASEAN dilakukan melalui kerja sama dengan pemerintah dan pihak-pihak lainnya baik ditingkat pusat, daerah maupun K/L terkait seperti: Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Koperasi 44

55 dan Usaha Kecil Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kepolisian, Kementerian Hukum dan HAM, BNPT, BNN, Kementerian Perindustrian, Bank Indonesia, Universitasuniversitas, Dewan Energi Nasional dan sekolah-sekolah. Keterlibatan instansi tersebut merupakan perwujudan dari tanggung jawab bersama pemasyarakatan ASEAN oleh seluruh pemangku kepentingan di Indonesia. Workshop untuk para Blogger, 24 Agustus 2013 Ditjen KSA bekerjasama dengan Pusat Pendidikan dan Latihan Kementerian Luar Negeri RI dan PTRI ASEAN Pemecahan Rekor MURI 4000 Orang Salam ASEAN Mengelilingi Monas, 15 September 2013 Ajang Debat Kolokium Nasional Komunitas ASEAN 2015 berlangsung di Jakarta, 2-5 September 2013 dengan mengusung tema Pemajuan dan Perlindungan HAM di ASEAN. 45

56 Dalam pencapaian Komponen 2 IKU-1 SS-1, Kementerian Luar Negeri menghadapi kendala diantaranya perubahan lokasi dan waktu pelaksanaan pemasyarakatan ASEAN yang disebabkan oleh kesulitan koordinasi dengan pihak terkait di daerah, adanya permintaan mendesak dari daerah lain, adanya program serupa yang sudah terlebih dahulu dilaksanakan di daerah yang direncanakan, ketersediaan anggaran serta perubahan prioritas kegiatan pemasyarakatan, penyesuaian kalender akademik sekolah, pembatalan sepihak, kondisi force majeur, dan beberapa keterlambatan respon dari Pemda terkait. Mengatasi kendala tersebut, telah dilakukan langkah-langkah antara lain memastikan kembali kesiapan pihak yang akan diajak bekerja sama dalam kegiatan sosialisasi serta mencari alternatif daerah lain yang siap dan bersedia untuk bekerja sama menjalankan pemasyarakatan Komunitas ASEAN Langkah kedepan perlu dilakukan perubahan segmentasi peserta sosialisasi demi menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan pemasyarakatan tersebut dan untuk mendapatkan objektifitas terhadap dukungan dan partisipasi masyarakat domestik di Indonesia. Analisis Komponen 3 IKU-1 SS-1: Persentase Implementasi Langkah Aksi (Action Line) Cetak Biru Komunitas ASEAN Langkah Aksi (action line) merupakan serangkaian langkah/tindakan (actions) yang tertuang dalam dokumen Cetak Biru Komunitas ASEAN (kerangka kerja terperinci sebagai landasan yang harus dilaksanakan oleh seluruh negara anggota ASEAN) untuk mencapai Komunitas ASEAN Semakin tinggi kontribusi Indonesia dalam melaksanakan implementasi langkah aksi (action line) cetak biru Komunitas ASEAN, maka semakin pentingnya peran Indonesia dalam Pembentukan Komunitas ASEAN. Pada tahun 2013, peran aktif Indonesia ditunjukkan dengan semakin meningkatnya jumlah implementasi langkah aksi. Capaian komponen 3 IKU-1SS-1 yaitu Persentase implementasi langkah aksi (action line) Cetak Biru Komunitas ASEAN adalah sebesar 133,07%. Kementerian Luar Negeri mencatat bahwa dari 903 langkah aksi yang ada dalam Cetak Biru Komunitas ASEAN terdapat 721 langkah aksi yang telah diimplementasikan oleh ASEAN dan Indonesia sampai dengan tahun 2013, sebagaimana tabel di bawah ini: Komponen3 IKU-1 SS-1 Persentase Implementasi langkah aksi (action line) Cetak Biru Komunitas ASEAN. Tabel Capaian Komponen 3 IKU-1 SS-1 Bidang Jumlah total Action Jumlah Action Line Line Cetak Biru yang diimplementasikan Komunitas ASEAN Indonesia Bidang Politik Nilai Bidang Ekonomi Bidang Sosial Budaya Jumlah Realisasi (%): 79,84 Capaian (%) dari target 60%: 133,07 46

57 Grafik Implementasi Langkah Aksi Cetak Biru Komunitas ASEAN Bidang Politik Bidang Ekonomi Bidang Sosial Budaya Jumlah Action Line Cetak Biru Komunitas ASEAN Jumlah Action Line yang Diimplementasikan Indonesia Kementerian Luar Negeri memiliki peran signifikan dalam upaya mendorong pelaksanaan Cetak Biru Komunitas Politik Keamanan ASEAN. Hal ini disebabkan Kementerian Luar Negeri sebagai focal point dari pilar politik keamanan. Sedangkan untuk Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN dan Cetak Biru Komunitas Sosial Budaya ASEAN, Kementerian Luar Negeri merupakan unit pendukung, mengingat focal point bidang ekonomi adalah Kementerian Perdagangan dan focal point untuk bidang sosial budaya adalah kementerian/lembaga yang didasarkan pada isu-isu bidang sosial budaya. Sebagai upaya mendorong kemajuan implementasi Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN dan Cetak Biru Komunitas Sosial Budaya ASEAN, Kementerian Luar Negeri selalu mengambil peran aktif dalam memberikan masukan dan rekomendasi/prakarsa dalam pertemuanpertemuan kementerian/lembaga terkait dalam rangka implementasi langkah aksi tersebut. Action Line Cetak Biru Komunitas ASEAN Pilar Politik Kinerja action lines Polkam ASEAN dihitung berdasarkan 147 jumlah action lines yang ditetapkan oleh 10 kepala negara ASEAN dalam ASEAN Politic and Security Community Blueprint pada tanggal 1 Maret Action lines ini merupakan langkah percepatan yang merupakan tanggung jawab bersama 10 negara ASEAN menuju Komunitas ASEAN Action line diwujudkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang nantinya akan memberikan landasan yang kuat untuk kerja sama dalam rangka menjaga dan meningkatkan stabilitas dan perdamaian di kawasan. Tantangan yang dihadapi terkait implementasi cetak biru Pilar Politik disebabkan besarnya tantangan dalam mencapai kesepakatan di bidang politik dan keamanan di antara kesepuluh negara anggota ASEAN dengan prinsip konsensusnya. 47

58 Tabel Perbandingan Jumlah Action Line yang diimplementasikan oleh Negara-negara ASEAN Pilar Pilar Politik Total Action Lines Jumlah Action Line yang diimplementasikan oleh Negara-negara ASEAN Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun Jumlah Kumulatif Grafik Perbandingan Jumlah Action LinePilar Politik dan Keamanan yang diimplementasikan oleh Negara-negara ASEAN Total Action Lines Implementation 0 Action Line Cetak Biru Komunitas ASEAN Pilar Ekonomi Komitmen seluruh negara anggota ASEAN untuk mewujudkan Komunitas Ekonomi ASEAN 2015 termaktub dalam Cetak BiruKomunitas Ekonomi ASEAN dan dijabarkan melalui pelaksanaan measures (langkah aksi) yang telah disepakati. Implementasi komitmen tersebut dibagi dalam 4 tahap, yaitu Tahap I (tahun ), Tahap II ( ), Tahap III ( ), dan Tahap IV ( ).Pencapaian seluruh negara anggota ASEAN dalam melaksanakan komitmen masing-masing dihitung melalui ASEAN Economy Community (AEC) Scorecard. Hingga akhir tahun 2013, total measures yang disepakati untuk dicapai berjumlah 417 measures. Adapun jumlah measures yang ditargetkan tercapai pada Tahap IV masih belum diputuskan mengingat karakteristik measures dalam KEA yang dinamis (living document). Kekhasan karakteristik tersebut dapat terlihat pada perkembangan jumlah measures Tahap III, yaitu penambahan 11 measures sehingga measures Tahap III berjumlah 147, padahal pada KTT ke-23 ASEAN (Oktober 2013) masih berjumlah 136 measures. Tabel Perbandingan Jumlah Action Line yang diimplementasikan oleh Negara-negara ASEAN Pilar Kumulatif s.d 2013 T I T I T I T I Pilar Ekonomi Ketetangan: 48

59 T :Jumlah total Measures Cetak Biru Komunitas ASEAN setiap fase I :Jumlah Measuresyang diimplementasikan oleh Negara-negara ASEAN Dalam pemenuhan AEC Blueprint, yang merupakan mekanisme penghitungan atas tingkat pelaksanaan Blueprint oleh masing-masing negara. Indonesia mencatat pada phase I telah memenuhi 92,7% dari 109 measures, pada phase II telah memenuhi 81,9% dari 171 measures dan pada phase III telah memenuhi 60,3% dari 151 measures. Di bawah ini merupakan grafik perbandingan pemenuhan AEC Scorecardoleh Indonesia dari tahun : Tabel Implementasi Blueprint AEC oleh Indonesia Implementasi Blueprint AEC Phase I Phase II Phase III T I % T I % T I % ,7% ,9% ,3% T :Jumlah total Measures Cetak Biru Komunitas ASEAN setiap fase I :Jumlah Measuresyang diimplementasikan oleh Indonesia Grafik Perbandingan Jumlah Action Line yang diimplementasikan oleh Indonesia Measures Implementation Tahun 2008 s.d 2009 Tahun 2008 s.d 2011 Tahun 2008 s.d 2013 Di bidang komunitas ekonomi, beberapa kendala utama yang dihadapi yaitu adanya kesulitan untuk menyinkronisasikan jadwal pelaksanaan kegiatan implementasi cetak biru komunitas ekonomi, mengingat kegiatan yang dilaksanakan membutuhkan keterlibatan banyak kementerian/lembaga yang merupakan pemangku kepentingan di bawah pilar ekonomi ASEAN. Kesulitan penyesuaian jadwal tersebut mengakibatkan tidak dapat terlaksananya seluruh kegiatan yang telah direncanakan. Action Line Cetak Biru Komunitas ASEAN Pilar Sosial Budaya Pelaksanaan langkah aksi action lines pada pilar sosial budaya dilaksanakan secara berkelanjutan (tidak hanya dalam waktu tertentu) sehingga total 305 langkah aksi dari 339 langkah aksi dilaksanakan dalam periode , dan diharapkan 34 langkah aksi lainnya selesai dilaksanakan hingga tahun

60 Tabel Perbandingan Jumlah Action LinePilar Sosial Budaya yang diimplementasikan oleh Negara-negara ASEAN Pilar PilarSosi al Budaya I Kumulatif 2013 T T I N/A 10*) 19*) 24*) 25*) 30*) 13*) 339**) 305**) Keterangan: T :Jumlah total Action Line Cetak Biru Komunitas ASEAN I: Jumlah Action Line yang diimplementasikan oleh Negara-negara ASEAN *) Milestone: capaian penting dari cetak biru Sosial Budaya **) Jumlah keseluruhan capaian dari tahun 2008 s.d 2013 Sumber Data : ASEAN Secretariat Regional Asessment of ASEAN Socio Cultural Community Blueprint, 2013 Kendala yang dihadapi dalam implementasi action line cetak biru komunitas sosial budaya ASEAN adalah adanya wewenang implementasi action line yang berada pada Kementerian/Lembaga sektoral di Indonesia. Mengatasi kendala tersebut, Kementerian Luar Negeri berupaya memberikan masukan dan mendorong kepada K/L terkait untuk dapat memenuhi kewajiban Indonesia, serta meningkatkan sinergisitas antar K/L yang menjadi focal point dan mendorong pencapaian komitmen-komitmen Indonesia di ASEAN.Langkah kedepan selain mengefektifkan upaya-upaya tersebut diatas juga perlu dilakukan upaya-upaya yang bersifat mengikat bagi seluruh K/L yang terlibat, seperti adanya MoU, Reward dan Punisment. 50

61 D.2 Sasaran Strategis (SS-2) Meningkatnya Peran Diplomasi Indonesia dalam Penanganan Isu Multilateral Pada tahun 2013, Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri semakin menunjukkan kepemimpinannya di kancah diplomasi multilateral dengan berpartisipasi aktif dalam mewujudkan perdamaian dunia, bertindak sebagai tuan rumah dalam beberapa pertemuan internasional, serta terus memelihara dan menjalin kerja sama multilateral pada berbagai organisasi internasional dengan tetap mengedepankan kepentingan nasionalnya. Pencapaian Sasaran Strategis 2 (SS-2) yaitu Meningkatnya peran diplomasi Indonesia dalam penanganan isu multilateral diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU-2) Indeks peran diplomasi Indonesia dalam penanganan isu multilateral. Peran diplomasi Indonesia dalam penanganan isu multilateral ditandai dengan banyaknya posisi Indonesia yang diterima dalam forum multilateral, kepemimpinan Indonesia dalam forum multilateral, keberhasilan pencalonan pemerintah/individu Indonesia dalam keanggotaan/ jabatan pada Organisasi Internasional, serta jumlah implementasi kesepakatan multilateral pada tingkat nasional. Pada tahun 2013, Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri semakin menunjukkan kepemimpinannya di kancah diplomasi multilateral. Indonesia telah bertindak sebagai tuan rumah dalam beberapa pertemuan internasional, antara lain, Konferensi Tingkat Menteri World Trade Organization (WTO) ke-9, the 5 th Bali Regional Ministerial Conference (BRMC) on People Smugling, Trafficking in Persons and Related Transnational Crime, Jakarta Conference: Regional Conference on International Migration and Development, dan pertemuan ke-4 High- Level Panel of Eminent Persons (HLP) on Post-2015 Development Agenda. Tidak hanya itu, Indonesia juga aktif mengirimkan Tim Pengamat Indonesia (TPI) ke Filipina Selatan sebagai bentuk partisipasi aktif dalam mewujudkan perdamaian di kawasan tersebut. Selain itu, secara umum, diplomasi multilateral Indonesia tetap memainkan peran aktifnya di kancah internasional dengan terus memelihara dan menjalin kerjasama multilateral pada berbagai organisasi internasional, di antaranya yaitu PBB, WTO, UNCTAD, UNIDO, FAO, WIPO, ICO, ICCO, APCC, ISO, UNCITRAL, IE-CEPA, RFMO, dan sebagainya. Berdasarkan hasil kinerja dalam beberapa tahun, peningkatan peran diplomasi Indonesia dalam forum multilateral juga tergambarkan dengan berhasilnya: Pelaksanaan Pokja Registrasi, Monitoring, dan Evaluasi NGO Asing Kontribusi Indonesia di misi pemeliharaan PBB Jumlah konvensi internasional yang diratifikasi Penyelenggaraan forum multilateral di Indonesia Uraian selengkapnya peningkatan peran diplomasi Indonesia pada forum multilateral tersebut di atas sebagai berikut: 51

62 Pokja Registrasi, Monitoring, dan Evaluasi NGO Asing. Adanya Monev NGO asing di Indonesia secara langsung berdampak pada peningkatan bantuan kerja sama pembangunan dari sumber-sumber pendanaan multilateral terhadap program dan proyek yang dilakukan baik di Indonesia maupun negara lain yang bekerjasama dengan Indonesia. Beberapa NGO asing di Indonesia turut membantu penyelesaian program Pemerintah Indonesia dalam menangani isu-isu terkait lingkungan hidup (seperti lahan basah, konservasi alam), peningkatan hak anak dan pertanian berkelanjutan. Tahun 2013, hanya 11 Pelaksanaan Pokja Registrasi, Monitoring, dan Evaluasi NGO Asing yang dapat dilaksanakan akibat adanya perubahan peraturan (pembahasan UU no.17/2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan). Tahun Jumlah NGO yang dibahas Jumlah Pelaksanaan Pokja Registrasi, Monitoring, dan Evaluasi NGO Asing NGO Asing Pelaksanaan Kegiatan Registrasi, Monitoring, dan Evaluasi Kontribusi Indonesia di misi pemeliharaan PBB. Saat ini, jumlah personel Indonesia yang berpartisipasi dalam berbagai UN PKO (sesuai data United Nations Department of Peacekeeping Operations per 31 Desember 2013) adalah sejumlah personel, yang menempatkan Indonesia di urutan ke-21 dari 122 Troops/Police Contributing Countries (T/PCC). Pasukan tersebut bertugas di 7 (enam) misi pemeliharaan perdamaian PBB di 6 negara, yaitu MINUSTAH (Haiti); MONUSCO (Republik Demokratik Kongo); UNAMID (Darfur, Sudan); UNIFIL (Lebanon); UNMIL (Liberia); UNMISS (Sudan Selatan), dan MINURSO (Sahara Barat). Jika dibandingkan dengan 3 tahun sebelumnya, pengiriman personel pasukan perdamaian dari Indonesia memang cenderung menurun. Hal ini disebabkan telah selesainya beberapa misi, telah tercapainya perdamaian di negara host, dan mandat misi yang telah berakhir. Meski demikian, sesuai dengan amanat Konstitusi dan instruksi Presiden RI, Pemerintah Indonesia akan terus meningkatkan partisipasinya dalam UN PKO sebagai net contributor dari perdamaian. Visi Indonesia dalam hal ini adalah mewujudkan penggelaran Indonesian Peacekeepers, yang diharapkan menempatkan Indonesia masuk sepuluh besar 52

63 penyumbang pasukan (Troop/Police Contributing Countries) di UN PKO. Berikut data partisipasi Indonesia selama 4 tahun terakhir: TAHUN TOTAL PERSONEL KESELURUHAN personel personel personel personel Personel Indonesia yang Berpartisipasi dalam Berbagai UN PKO Total personel Jumlah konvensi internasional yang diratifikasi. Pengesahan konvensi internasional yang dilakukan Indonesia menunjukkan komitmen Indonesia pada pembentukan norma internasional bagi upaya menciptakan perdamaian, keamanan, keadilan dan kemakmuran bersamasebagai bukti peran diplomasi Indonesia dalam penanganan isu multilateral. Jumlah instrumen internasional yang diratifikasi oleh Indonesia, sebagaimana tabel dan grafik berikut: Periode Hingga 2004 Hingga 2009 Hingga 2013 Jumlah ratifikasi Konvensi Internasional yang Diratifikasi Hingga 2004 Hingga 2009 Hingga 2013 Konvensi Internasional yang Diratifikasi 53

64 Penyelenggaraan forum multilateral di Indonesia. Penyelenggaraan forum multilateral di Indonesia merupakan salah satu cermin keberhasilan kepemimpinan Indonesiadan peran diplomasi Indonesia, khususnya dalam hal menjadi tuan rumah. Selama tahun 2013, dilaksanakan 12 forum multilateral di dalam negeri. Di antaranya adalah Senior Officials Meeting (SOM) KKP ke-6 Indonesia-Timor Leste (Bali, 6-7 Mei 2013), Global Counter Terrorism Forum (GCTF) South East Asia Capacity Building Working Group (SEA WG) (Yogyakarta, November 2013), Pertemuan ke-4 High-Level Panel of Eminent Persons (HLP) on Post-2015 Development Agenda (Bali, Maret 2013), dan International Workshop on Indusrial Development Strategy Generating Sustainable Indonesia through UNIDO (Batam, Oktober 2013). No Bidang HAM dan Kemanusiaan (HAM) Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata (KIPS) Pembangunan, Ekonomi, dan Lingkungan Hidup (PELH) Perdagangan, Perindustrian, Investasi, dan Hak Kekayaan Intelektual (PPIH) Sosial, Budaya, dan Organisasi Internasional Negara Berkembang (Sosbud OINB) TOTAL Penyelenggaraan Forum Multilateral di Indonesia

65 Pada tahun 2013, IKU-2 SS-2 ditargetkan dengan Indeks 6 dengan realisasi Indeks 8 (91,79%) diperoleh dari komponen dan pembobotan sebagai berikut: No Komponen Bobot Realisasi Realisasi Pembobotan 1 Persentase posisi Indonesia yang diterima dalam forum 40 92,84% 37,14% multilateral (Komponen 1 IKU-2 SS-2) 2 Persentase kepemimpinan Indonesia dalam forum % 30% multilateral (Komponen 2 IKU-2 SS-2) 3 Persentase keberhasilan pencalonan 15 73,34% 11% pemerintah/individu Indonesia dalam keanggotaan/jabatan pada Organisasi Internasional (Komponen 3 IKU-2 SS-2) 4 Jumlah implementasi kesepakatan multilateral pada 15 91,03% 13,65% tingkat nasional (Komponen 4 IKU-2 SS-2) Capaian SS-2 91,79% Dalam pencapaian kinerja SS-2, Kementerian Luar Negeri menghadapi kendala diantaranya: 1. Di bidang HAM dan Kemanusiaan, penjadwalan ulang sejumlah pertemuan internasional dan bilateral maupun implementasi kesepakatan multilateral pada tingkat nasional yang disebabkan oleh masih diperlukannya pembahasan lebih lanjut mengenai waktu penyelenggaraan kegiatan maupun isu yang akan dibahas serta faktor koordinasi dan komitmen para pemangku kepentingan yang masih perlu ditingkatkan lagi. Di bidang Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata, upaya untuk mendorong reformasi Dewan Keamanan PBB menemui kendala pada posisi dasar negara-negara yang sangat berbeda terkait isu reformasi DK PBB. Akibatnya, proses reformasi berjalan lambat dan hingga kini masih terus dalam proses pembahasan. 2. Di bidang Perdagangan, Perindustrian, Investasi, dan Hak Kekayaan Intelektual, belum optimalnya koordinasi dan kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan antar- Kementerian/Lembaga (K/L) terkait, padatnya jadwal kegiatan, sehingga terdapat waktu yang sama antara suatu Prioritas Nasional Indonesia dalam Diplomasi Multilateral: Mendukung Reformasi Dewan Keamanan PBB Pada pertemuan tingkat Menteri kelompok Uniting for Consensus (UfC) mengenai reformasi Dewan Keamanan PBB di Roma, 4 Februari 2013, Indonesia: menyampaikan dukungan terhadap upaya reformasi Dewan Keamanan PBB untuk menjadi suatu lembaga yang lebih akuntabel, demokratis, efektif, responsive, dan equitably representative; menekankan bahwa reformasi Dewan Keamanan PBB harus bersifat all inclusive dan transparan; menekankan posisinya yang menginginkan agar kelima key issues reformasi DK dinegosiasikan sebagai suatu paket yang komprehensif dan tidak terpisahkan. Pada Intergovernmental Negotiations (IGN) on the Question of the Equitable Representation on and Increase in the Membership of the Security Council and Other Matters Related to the Council putaran ke-9, New York, April 2013, Indonesia: mendorong agar dapat dipertimbangkan suatu pendekatan intermediate dengan mekanisme tinjau ulang yang jelas untuk dapat bergerak menuju converging points dalam isu reformasi Dewan Keamanan PBB. 55

66 kegiatan dengan kegiatan lainnya, terbatasnya jumlah SDM akibat tidak terpenuhinya jumlah bezetting yang tersedia. 3. Pada usaha pencalonan pemerintah/individu Indonesia dalam keanggotaan/jabatan pada Organisasi Internasional, terdapat kendala yang menyebabkan tidak berhasilnya beberapa pencalonan, di antaranya koordinasi antara focal point yang kurang, yang kemudian menyebabkan tidak selarasnya pandangan antara Kementerian Luar Negeri dengan focal point Kementerian atau Lembaga RI. Hal tersebut kemudian menyebabkan upaya penggalangan dukungan menjadi tidak efektif. Selain itu, notifikasi akan majunya Indonesia dalam beberapa pemilihan diinformasikan pada waktu yang sangat dekat dengan hari pemilihan. Hal tersebut menyebabkan pula kurang efektifnya penggalangan dukungan, walaupun Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan RI di luar negeri telah mengupayakan kampanye seoptimal mungkin. 4. Selain itu juga terdapat kendala teknis khususnya pada bidang Sosial Budaya dan Organisasi Negara Berkembang serta Pembangunan, Ekonomi, dan Lingkungan Hidup berupa munculnya kegiatan prioritas yang muncul secara mendadak dan berada di luar perencanaan, perubahan jadwal seperti pembatalan acara yang dilakukan secara mendadak sehingga sulit dipenuhi terutama pada OI Negara Berkembang, serta keterbatasan staf sebagai akibat mutasi pegawai ke Perwakilan RI di luar negeri. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, telah dilakukan langkah-langkah pemecahan masalah sebagai berikut: 1. Terus berperan aktif dalam mendorong reformasi DK PBB di setiap forum internasional dan melakukan pendekatan-pendekatan dengan negara-negara kunci dengan tetap mengutamakan kepentingan nasional RI dalam reformasi Dewan Keamanan PBB. 2. Mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan berdasarkan prioritas dan urgensi serta upaya melakukan penjadwalan ulang beberapa kegiatan atau pertemuan yang tertunda. 3. Meningkatkan keterlibatan berbagai stakeholders dalam perumusan dan implementasi kebijakan luar negeri sesuai dengan sistem politik Indonesia yang demokratis. 4. Menyusun skala prioritas terhadap pertemuan di luar perencanaan dengan memperhatikan tujuan jangka panjang yang ingin dicapai, serta menjaga konsistensi pelaksanaan Polugri karena sering kali target yang diinginkan memang tidak dapat tercapai dalam jangka pendek. Namun diyakini dalam jangka panjang akan menguntungkan bagi postur internasional Indonesia. 5. Meningkatkan koordinasi dengan para pemangku kepentingan baik di dalam maupun di luar negeri. 6. Mengupayakan terpenuhinya jumlah SDM sesuai bezetting yang tersedia. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2013 Indonesia banyak mengajukan posisi pada forum-forum internasional. Peningkatan target tersebut menunjukkan peran Indonesia yang semakin signifikan di dunia internasional. Selengkapnya dapat dilihat tabel di bawah ini: 56

67 No Kinerja Jumlah posisi/rekomendasi yang diterima dalam forum-forum internasional Ket: T : Target; R : Realisasi; C: Capaian (dalam %) T R C T R C T R C T R C , , , ,84 Grafik Posisi/Rekomendasi dari Tahun ke Tahun posisi/rekomendasi ANALISIS IKU-2 SS-2: Indeks Peran Diplomasi Indonesia dalam Penanganan Isu Multilateral Indeks peran dan kepemimpinan ini diperoleh dari 4 komponen dengan pembobotan yang berbeda, yaitu: Komponen IKU-2 SS-2 1 Persentase posisi Indonesia yang diterima dalam forum multilateral (Komponen 1 IKU-2 SS-2) 2 Persentase kepemimpinan Indonesia dalam forum multilateral (Komponen 2 IKU-2 SS-2) 3 Persentase keberhasilan pencalonan pemerintah/individu Indonesia dalam keanggotaan/jabatan pada Organisasi Internasional (Komponen 3 IKU-2 SS-2) 4 Jumlah implementasi kesepakatan multilateral pada tingkat nasional (Komponen 4 IKU-2 SS-2) Bobot Analisis Komponen 1 IKU-2 SS-2: Persentase posisi Indonesia yang diterima dalam forum multilateral Komponen 1 IKU-2 SS-2 Persentase posisi Indonesia yang diterima dalam forum multilateral Target Capaian Informasi kinerja Jumlah % 80% 116,05% Jumlah posisi yang diterima dalam forum multilateral Jumlah posisi yang disampaikan dalam forum multilateral Data Dukung ,84 Laporan Delri, resolusi, keputusan 349 Presidensial/ Chairman statement,dll 57

68 Sepanjang tahun 2013, dalam hal capaian Komponen 1 IKU-2 SS-2, Kementerian Luar Negeri mencatat bahwa dari target sebanyak 80% posisi yang disampaikan dalam forum multilateral, sebanyak 92,84% posisi Indonesia diterima (324 posisi diterima dibandingkan dengan 349 posisi yang disampaikan). Capaian posisi yang diterima dalam persidangan di forum-forum multilateral adalah sebanyak 116,05%. Dari 324 posisi yang diterima dalam forum-forum multilateral selama tahun 2013, beberapa posisi bernilai strategis bagi Indonesia, di antaranya: 1. Diterimanya posisi Indonesia dalam rancangan resolusi, rancangan keputusan dan presidential statement pada sesi persidangan Dewan HAM PBB, sesuai dengan posisi Indonesia menjadi anggota Dewan HAM untuk periode , yang terkait dengan penanganan berbagai isu HAM dan Kemanusiaan yang bersifat strategis dan sejalan dengan kepentingan nasional Indonesia. 2. Diterimanya posisi Indonesia Dalam pertemuan Nuclear Security Summit, Sous Sherpa, Den Haag Belanda, 4-5 April 2013, yangmenyampaikan bahwa isu keamanan nuklir merupakan isu yang nyata saat ini sehingga pada NSS 2012 di Seoul, Indonesia telah mengusulkan penyusunan National Legislation Implementation Kit on Nuclear Security. Model tersebut bertujuan untuk membantu negara-negara dalam mengembangkan legislasi nasionalnya secara komprehensif dan sebagai sebagai referensi yang merangkum elemen-elemen dari berbagai kerangka hukum terkait keamanan nuklir. 3. Indonesia berhasil mendorong investasi infrastruktur mendapatkan kemajuan cukup signifikan di KTT G20 St. Petersburg, dengan disepakatinya G20 Work Plan on Long Term Financing for Investment. 4. Pada sidang ICC ke-100 dan sidang ICO terkait lainnya, London, 4-8 Maret 2013, proposal Indonesia dengan judul "Pest Control Model and Good Agricultural Practices (GAP) Application on Different Coffee Gwowing Areas in Indonesia" masuk dalam kategori under consideration oleh CFC dan dipertimbangkan oleh Project Appraisal Committee CFC; 5. Melalui SOM KTM OKI di Jeddah, 5-7 November 2013 diterima usulan Pemri terkait resolusi mengenai Filipina Selatan dimana OKI mengapresiasi peran Keketuaan Indonesia pada OIC-PCSP; 6. Diterimanya dua posisi Pemri pada Sidang ke-66 World Health Assembly (WHA), Jenewa, Mei 2013, yaitu rencana pemberlakuan sistem jaminan kesehatan nasional untuk mencapai Universal Health Coverage, serta Pencegahan dan pengendalian penyakit Non-Communicable Diseases, kesehatan jiwa, kesehatan mata, serta kesehatan ibu dan anak. Presiden RI pada KTT G20 di St. Petersburg, Rusia, September

69 Meskipun capaian kinerja Komponen 1 IKU-2 SS-2 mencapai 116,05%, dalam pelaksanaannya Kementerian Luar Negeri menghadapi beberapa kendala utama, yaitu: Adanya persidangan yang waktunya bersamaan dengan kegiatan lain yang lebih prioritas Kurangnya koordinasi antar Kementerian/Lembaga dalam mempersiapkan posisi Indonesia yang akan diperjuangkan dalam perundingan Untuk mengatasi kendala tersebut, Kementerian Luar Negeri telah melakukan langkahlangkah solutif. Langkah-langkah tersebut di antaranya peningkatan koordinasi dengan Kementerian/Lembaga terkait dengan cara memperluas jaringan dan mengefektifkan intensitas komunikasi. Analisis Komponen 2 IKU-2 SS-2: Persentase Kepemimpinan Indonesia dalam Forum Multilateral Komponen 2 IKU-2 SS-2 Persentase kepemimpinan Indonesia dalam forum multilateral Target Capaian Informasi Kinerja Jumlah % 80% 125% Jumlah kepemimpinan yang dilaksanakan dalam forum multilateral Jumlah pertemuan atau event yang disepakati untuk dipimpin oleh Indonesia dalam forum multilateral Data Dukung % Laporan Delri, resolusi, keputusan Presidensial/ 18 Chairman statement,dll Sepanjang tahun 2013, dalam hal capaian Komponen 2 IKU-2 SS-2, Kementerian Luar Negeri mencatat bahwa dari target sebanyak 80% forum internasional yang direncanakan dipimpin oleh Indonesia, seluruhnya berjalan sesuai rencana (target sebanyak 18 kali Indonesia harus dapat memimpin forum multilateral, pada realisasinyapun 18 kali Indonesia berhasil memimpin forum multilateral). Dengan demikian, capaian untuk IKU tersebut adalah sebesar 125%. Sepanjang tahun 2013, Indonesia berhasil memimpin forum-forum strategis sebagai bukti kepemimpinan Indonesia dalam forum multilateralyang bisa membantu peningkatan citra dan pencapaian kepentingan nasional. Forum-forum tersebut di antaranya adalah: 1. Kepemimpinan Indonesia sebagai tuan rumah Jakarta Conference: Regional Conference on International Migration and Development, Jakarta, Agustus Konferensi ini membantu Indonesia memperkuat strategi perlindungan pekerja migran dan mekanisme kerjasama kawasan dalam kerangka pembangunan dan ekonomi. 2. Melakukan Demarche kepada Kepala Perwakilan negara-negara anggota FATF di Jakarta dalam rangka memperkuat posisi Indonesia dalam menghadapi Sidang Pleno FATF terkait Isu Pendanaan Terorisme, Jakarta, 13 Februari Menyelenggarakan Pertemuan ke-4 High-Level Panel of Eminent Persons (HLP) on Post Development Agenda, Bali, Indonesia, tanggal, Maret Pertemuan membahas mengenai kemitraan global dan means of implementation dari agenda pembangunan pasca-2015.pertemuan di Bali menggaris bawahi limakey areas yang dapat mendorong pencapaian visi agenda pembangunan pasca-2015, yang juga akan member dampak positif bagi Indonesia, yaitu: i) reshaped and revitalized global governance and 59

70 partnerships; ii) protection of the global environment; iii) sustainable production and consumption; iv) strengthened means of implementation; dan v) data availability and better accountability in measuring progress. 4. Kegiatan Workshop Tingkat Regional Mengenai Isu Perdagangan dan Lingkungan Hidup untuk Ekonomi-Ekonomi di Kawasan Asia Pasifik, September 2013: Indonesia menjadi host sebagai upaya peningkatan kapasitas negara berkembang untuk memahami peraturan perdagangan Internasional WTO dan keterkaitannya dengan Perjanjian Internasional dibidang Lingkungan Hidup.Workshop ini merupakan bentuk nyata partisipasi aktif Indonesia dalam rangka peningkatan kapasitas para pembuat kebijakan di negara-negara berkembang, dalam rangka penyusunan kebijakan perdagangan yang mendukung pembangunan berkelanjutan. Dari berbagai topik paparan yang disampaikan para peserta mendapatkan banyak pengetahuan yang bermanfaat baik teori maupun contoh kasus. Dalam suatu sesi khusus, para peserta melakukan presentasi untuk dapat saling bertukar best practices mengenai keterkaitan perdagangan dan lingkungan hidup yang mengemuka di negara masing-masing. Indonesia menyampaikan presentasi mengenai kebijakan ecolabeling di Indonesia. 5. Menyelenggarakan Expert Meeting of Foreign Policy and Global Health (FPGH) oleh Perwakilan Tetap RI di Jenewa pada tanggal 21 Juni Pada awalnya, pertemuan dimaksud direncanakan untuk diadakan di Indonesia, namun mengingat kesulitan dari para pakar yang sebagian besar berada di Jenewa untuk datang ke Indonesia pada waktu yang diusulkan, maka atas arahan pimpinan, pertemuan dialihkan ke Jenewa dengan hasil disepakatinya rumusan awal resolusi foreign policy and global health.dalam Pertemuan tersebut para Expert FPGH menyampaikan penghargaannya kepada Menteri Kesehatan RI dan Delegasi RI selaku host dari FPGH Health Ministers Breakfast Meeting pada tanggal 21 Mei Meskipun capaian kinerja Komponen 2 IKU-2 SS-2 melebihi target yang ditetapkan, dalam pelaksanaannya Kementerian Luar Negeri tidak lepas dari kendala seperti permasalahan komitmen pemangku kepentingan terkait dengan penetapan waktu penyelenggaraan serta isu-isu yang akan dibahas yang disesuaikan dengan perkembangan yang ada. Untuk mengatasi kendala tersebut, Kementerian Luar Negeri telah melakukan langkah-langkah solutif. Langkah-langkah tersebut di antaranya adalah mengefektifkan koordinasi dengan Kementerian/Lembaga terkait dengan cara memperluas jaringan dan meningkatkan intensitas komunikasi, serta melakukan sistem co-sharing pembiayaan kegiatan. Analisis Komponen 3 IKU-2 SS-2: Persentase Keberhasilan Pencalonan Pemerintah/Individu Indonesia dalam Keanggotaan/Jabatan pada Organisasi Internasional Komponen 2 IKU-2 SS-2 Target Capaian Informasi Kinerja Jumlah % Data Dukung Persentase keberhasilan pencalonan pemerintah/individu Indonesia dalam keanggotaan/jabatan pada Organisasi Internasional 70% 104,78% Jumlah pencalonan yang berhasil Jumlah pencalonan yang diusulkan ,34% Laporan Delri, resolusi, keputusan Presidensial/ Chairman statement,dll 60

71 Pencalonan pada Organisasi Internasional merupakan upaya strategis Pemerintah Indonesia untuk memperjuangkan kepentingan nasional melalui jabatan strategis pada organisasi internasional. Dengan menduduki jabatan tersebut, Indonesia berkesempatan untuk turut serta menyusun kebijakan suatu organisasi internasional; menyusun dan melaksanakan program-program kerja organisasi internasional yang dapat dimanfaatkan dan disesuaikan untuk memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia, maupun memperjuangkan kepentingan regional dan negara-negara berkembang guna meningkatkan postur internasional Indonesia; dan dalam rangka meningkatkan peran aktif Indonesia dalam berbagai kerja sama internasional dan menjadi bagian dari solusi permasalahan global. Sejumlah kegiatan telah diselenggarakan dalam mengupayakan pemenangan setiap pencalonan Indonesia, yaitu penyelenggaraan atau menghadiri rapat koordinasi dengan satker internal Kemlu, Perwakilan RI di luar negeri, maupun interkementerian guna membahas strategi pencalonan Indonesia maupun penyusunan materi kampanye pencalonan seperti brosur pencalonan dan aide memoire; penyelenggaraan resepsi diplomatik dengan mengundang perwakilan asing di Jakarta dan Kementerian serta Lembaga RI terkait dalam rangka penggalangan dukungan; sertamenghadiri pertemuan internasional yang berkaitan dengan pencalonan guna melakukan observasi secara langsung atas upaya pencalonan, melakukan penggalangan dukungan, dan menyebarkan materi kampanye pencalonan. Secara keseluruhan, capaian indikator kinerja ini mencapai 104,78%. Selama tahun 2013, Indonesia berhasil menjadi anggota 11 Organisasi Internasional, beberapa diantaranya: 1. Indonesia terpilih sebagai anggota Board 10-Year Framework of Programs on Sustainable Consumption and Production Patterns (10-YFP); 2. Indonesia terpilih sebagai anggota Standing Committee (SC) Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora; 3. Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, terpilih sebagai Board Chair of the Global Fund (TGF); 4. Indonesia terpilih sebagai anggota Commission on Narcotics and Drugs (CND), periode ; Jika dibandingkan dengan tahun 2012, pada tahun 2013 jumlah pencalonan Pemerintah/individu dalam keanggotaan/jabatan di Organisasi Internasional meningkat sebagaimana tabel dibawah ini: No Kinerja T R C T R C T R C T R C 1. Jumlah pencalonan pemerintah/individu dalam keanggotaan/jabatan di OI , , ,34 Ket: T : Target; R : Realisasi; C: Capaian (dalam %) 61

72 Grafik Pencalonan dari Tahun ke Tahun pencalonan Dapat disampaikan juga bahwa Indonesia tidak berhasil terpilih pada sejumlah pencalonan sebagai berikut: 1. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu, sebagai Direktur Jenderal World Trade Organization (WTO); 2. Dr. Justian Suhandinata, sebagai Presiden Badminton World Federation (BWF), periode ; 3. Muhammad Aras, sebagai Direktur Asia Pacific Postal Union (APPU), periode ; 4. Indonesia sebagai anggota Dewan International Civil Aviation Organization (ICAO) bagian III, periode Ketidakberhasilan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: koordinasi antara focal point yang kurang, yang kemudian menyebabkan tidak selarasnya pandangan antara Kementerian Luar Negeri dengan focal point Kementerian atau Lembaga RI. Hal tersebut kemudian menyebabkan upaya penggalangan dukungan menjadi tidak efektif. Selain itu, notifikasi akan majunya Indonesia dalam beberapa pemilihan diinformasikan pada waktu yang sangat dekat dengan hari pemilihan. Hal tersebut menyebabkan pula kurang efektifnya penggalangan dukungan, walaupun Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan RI di luar negeri telah mengupayakan kampanye seoptimal mungkin. Analisis Komponen 4 IKU-2 SS-2: Jumlah Implementasi Kesepakatan Multilateral pada Tingkat Nasional Komponen 4 IKU-2 SS-2 Target Capaian Informasi Kinerja Jumlah Data Dukung Jumlah implementasi kesepakatan multilateral pada tingkat nasional ,03% Jumlah Implementasi Kesepakatan Multilateral pada tingkat nasional yang dilaksanakan 137 Laporan Delri, resolusi, keputusan Presidensial/ Chairman statement,dll 62

73 Sepanjang tahun 2013, dalam hal capaian Komponen 4 IKU-2 SS-2, Kementerian Luar Negeri mencatat bahwa dari target sebanyak 145 kesepakatan multilateral yang diimplementasikan pada tingkat nasional, realisasinya 137 kesepakatan yang benar-benar diimplementasikan sehingga capaian kinerjanya 91,03%. Kinerja tersebut dilakukan melalui sosialisasi ke masyarakat luas mengenai kesepakatan multilateral tertentu, penerbitan buku, hingga keikutsertaan dalam implementasi kesepakatan multilateral. Kendala utama yang muncul dalam pencapaian kinerja tersebut diantaranya kesulitan pengaturan waktu dengan pejabat di Kementerian lain. Hal ini berakibat pada minimnya tingkat kehadiran dan menyebabkan pertemuan menjadi tidak efektif. Selain itu, terbenturnya waktu kegiatan dengan kegiatan lain yang muncul sebagai hasil dari komitmen baru yang dibuat setelah perumusan rencana kegiatan tahunan, serta permasalahan komitmen pemangku kepentingan terkait dengan implementasi kesepakatan yang telah ditetapkan. Untuk mengatasi kendala-kendala dimaksud, Kementerian Luar Negeri telah melakukan koordinasi dengan Kementerian/Lembaga terkait dengan cara memperluas jaringan dan meningkatkan intensitas komunikasi. 63

74 D.3 Sasaran Strategis (SS-3) Meningkatnya Kerja Sama di Berbagai Bidang antara RI dengan Negara negara dan Organisasi Intrakawasan di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa Diplomasi bilateral merupakan mekanisme penting dalam menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan negara-negara lain. Dalam rangka pelaksanaan diplomasi, perlu ditekankan bahwa berbagai aspek domestik tiap negara memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan hubungan kerja sama bilateral. Sehubungan dengan itu, pelaksanaan diplomasi juga tidak dapat dilepaskan dari hubungan kerja sama dalam kerangka organisasi intrakawasanmengingat besarnya keterkaitan antara masalah global, regional dan nasional di berbagai bidang. Hubungan baik dengan negara-negara lain merupakan faktor esensial untuk memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia di tingkat global dan berkontribusi dalam menciptakan dan memelihara stabilitas, keamanan dan perdamaian, serta kemakmuran baik di tingkat kawasan maupun di tingkat global.kesemuanya itu merupakan amanat Konstitusi yang senantiasa diusung oleh Kementerian Luar Negeri. Dalam rangka menjalankan amanat untuk memperjuangkan kepentingan nasional tersebut, Kementerian Luar Negerimenetapkan target berdasarkan 6 (enam) komponen IKU. Secara umum, pada tahun 2013 kinerja Kementerian Luar Negeri berhasil meningkatkan kerja sama dengan negara negara di kawasan dan organisasi intrakawasan. Keberhasilan dimaksud terukur melalui 6 (enam) komponen IKU yang tergambarkan pada tabel di bawah ini. No Komponen Bobot Target Realisasi Indeks Capaian Realisasi Pembobotan 1 Jumlah kunjungan/pertemuan KepalaNegara/Pemerintahan dan pejabat tinggi ,43 100% 45% 2 Jumlah dokumen kerjasamadan % 30% prakarsa di bidang politik dan keamanan, ekonomi, perdagangan dan investasi, sosial dan budaya. 3 Negara yang mengakui Negara % 99,44 99,44% 9,94% Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 4 Nilai investasi negara negara asing 5 Rp. 272,60 T USD ,50 100% 5% Rp. 300,48 T 5 Total nilai perdagangan 5 USD 200 *) USD *) 100% 5% 6 Jumlah wisatawan mancanegara % 5% Capaian SS 1 99,94% *Kurs Rp APBN DIPA 64

75 *) Dalam Juta Rupiah INDEKS JUMLAH KUNJUNGAN/PERTEMUAN KEPALA NEGARA/PEMERINTAHAN DAN PEJABAT TINGGI Kunjungan/pertemuan antara Kepala Negara/Pemerintahan dan Pejabat Tinggi merupakan cerminan peningkatan kerja sama dengan negara negara mitra yang bobotnya sangat besar mengingat keunjungan/pertemuan bilateral ini merupakan layer pertama dalam pelaksanaann diplomasi dan strategisnyasu isu yang dibahas. Isu isu dimaksud merupakan agenda yang menjadi prioritas kedua negara untuk disepakati atau diselesaikan. JUMLAH KUNJUNGA AN/PERTEMUAN KEPALA NEGARA/PEMERINTAHAN DAN 140 PEJABAT TINGGIdari/ke Indonesia merupakan capaian kinerja yang signifikan 80 bagi Kementerian Luar Negeri karena merupakan suatu proses panjang yang sangat 40 kompleks mulai dari penentuan waktu sampai pada pelaksanaannya. Dengan semakin tingginya intensitas kunjungan/pertemuan JUMLAH 2013 Kepala Negara/Pemerintahan dan pejabat KUNJUNGAN/PERTEMUAN tinggi, maka capaian sasaran peningkatan KEPALA kerjasama di berbagai bidang antara RI NEGARA/PEMERINTAHAN DAN dengann negara-negara kawasan Asia Pasifik PEJABAT TINGGI dan Afrika serta Amerika dan Eropa juga akan meningkat mengingat hasil kunjungan/pertemuan tersebut mencerminkan Di tahun 2013 telah dilaksanakan 123 kesepakatan/komitmen kedua negara untuk kunjungan/pertemuan Kepalaa menjalin hubungann yang lebih dekat lagi. Negara/Pemerintahan dan Pejabat Tinggi, masing masing 57 dari kawasan Asia Pasifik dan Afrika dan 66 dari kawasan Amerika dan Eropa. Beberapa kunjungan yang berhasil dilaksanakan sepanjang tahun 2013, antara lain kunjungan Presiden RRT ke Indonesia pada bulan Oktober 2013 dimana kedua negara sepakat untuk meningkatkan hubungan kerja sama ke tingkat yang lebih tinggi dari hubungan Kemitraan Strategis menjadi Kemitraan Komprehensif yang berarti komitmen kerja yang lebih luas dan lebih mengikat. Gambar 1 Kunjungan Presiden RRT ke Indonesia, Selain itu, kunjungan Perdana Menteri Belanda 2-3 Oktober 2013 ke Indonesia pada bulan November 2013 juga menunjukkan peningkat tan hubungan kerja sama yang signifikan dengan disepakatinya Kemitraan Strategis RI Belanda yang menandai babak baru hubungan Indonesia dan Belanda, dengan fokus kerja sama pada 5 bidang prioritas: [i] perdagangan dan investasi; [ii] pengelolaan air; [iii] infrastruktur dan logistik; [iv] pertanian dan pangan; [v] pendidikan; plus pariwisata, dan kesehatan. 65

76 Dalam rangka menunjang kepentingann nasional di berbagai bidang dan dalam upayaa untuk menciptakan perdamaian dan keamanann dunia, Indonesia juga telah berperan aktif dalam organisasi organisasi intrakawasan, termasuk partisipasi Indonesia dalam kerangkaa kerja sama APECdi kawasan Asia Pasifik dan FEALAC di kawasan Amerika Latin dan Asia Timur. Pada tahun 2013 Indonesia kembali menjadi tuan rumah dan ketua APEC setelah Gambar 2 Kunjungan PM Belandake Indonesia, sebelumnya pernah mengemban peran yang November 2013 sama di tahun Puncak pelaksanaan APEC 2013adalah saat Konferensi Tingkat Tinggi di Bali, bulan Oktober 2013 yang menghasilkan 2 (dua) dokumen utama.sela ain itu, peran Indonesia sebagai tuan rumah pada pelaksanaaan The 6 th FEALAC Foreign Ministers Meeting di Bali, bulan Juni 2013 yang lalu juga menandakann peningkatan hubungan kerja sama Indonesia di kawasan Asia Timur dan Amerika Latin. Dalam kedua kesempatan tersebut, telah diadakan pertemuan pertemuan bilateral antaraa Indonesia dengann negara negara mitra. INDEKS JUMLAH DOKUMEN KERJASAMADAN PRAKARSA DI BIDANG POLITIK DAN KEAMANAN, EKONOMI, PERDAGANGAN DAN INVESTASI, SOSIAL DAN BUDAYA Salah satu ukuran meningkatnya hubungan antarnegara adalah dengann pengesahan atau penandatanganann perjanjian dan prakarsa yang mencerminkan komitmen kedua negaraa untuk penguatan kerja sama yang setara dan saling menguntungkan.secara keseluruhan padaa tahun 2013 Indonesia telah mengesahkan 198 dokumen kerja sama di berbagai bidang dengan negara negara mitra. TABEL JUMLAH DOKUMEN KERJA SAMA DAN PRAKARSAA DI BERBAGAI BIDANG JUMLAH DOKUMEN KERJA SAMA DAN PRAKARSAA DI BERBAGAI BIDANG Informasi lebih lengkap terkait IKU di atas terdapat pada Lampiran no. 2DaftarDokumen Kerja Sama. 66

77 Salah satu capaian signifikan tercermin dari keketuaan Indonesia dalam kerangka APEC sepanjang tahun 2013 dimana telah disepakati APEC Leaders Bali Declaration yang merupakan komitmen penting untuk peningkatan perdagangan dan investasi antara negara negara Asia Pasifik, antara lain melalui peningkatan connectivity (termasuk physical, institutional dan people topeople connectivity). Dalam KTT APEC 2013 tersebut para Menteri menyepakati APEC Ministerial Meeting Joint Statement2013dan para Pemimpin APEC menyepakati APEC Leaders Declaration Kedua dokumen utama tersebut merupakan suatu langkah maju yang menandakan komitmen negara negara anggota APEC untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang merata dan seimbang di kawasan Asia Pasifik. Selain itu, dokumen dokumen dimaksud juga menyuarakan komitmen negara negara anggota APEC untuk mewujudkan kawasan perdagangan dan investasi yang bebas dan terbuka sebelum tahun 2010 bagi Ekonomi maju, dan sebelum tahun 2020 bagi Ekonomi berkembang. Adopsi Deklarasi Uluwatu, yang memuat kesepakatan sesuai usulan Indonesia, terutama Penguatan institusi FEALAC seperti realigning and refocusing struktur Pokja FEALAC; pelaksanaan antar-sesi (intersessional meeting) sebagai sarana untuk monitoring, reviewing, dan evaluating pelaksanaan proyek kegiatan kerja sama; dan dukungan pengembangan country knowledge hubs dalam konteks South South Cooperation dan Triangular Cooperation. Tiga prioritas APEC 2013, yaitu: Attaining the Bogor Goals adalah upaya untuk mendukung terwujudnya perdagangan dan investasi yang bebas dan terbuka di kawasan Asia Pasifik pada tahun 2010 bagi ekonomi maju dan tahun 2020 bagi ekonomi berkembang); Achieving Sustainable Growth with Equityadalah upaya untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan merata di kawasan Asia Pasifik; Promoting Connectivityadalah upaya untuk meningkatkan konektivitas di kawasan Asia Pasifik dengan fokus kepada peningkatan konektivitas fisik. Dalam kesempatansebagai tuan rumah pelaksanaan Pertemuan Tingkat Menteri ke 6 FEALAC di Bali padabulan Juni 2013,negara negara anggota telah menyepakatideklarasi Uluwatu. Deklarasi Uluwatu merupakan suatu capaian penting dalam peningkatan kerja sama di kawasan Asia Timur dan Amerika Latin dimana seluruh negara anggota sepakat untuk memperkuat institusi FEALAC seperti realigning and refocusing struktur Pokja FEALAC; pelaksanaan antarsesi (intersessional meeting) sebagai sarana untuk monitoring, reviewing, dan evaluating pelaksanaan proyek kegiatan kerja sama; dan dukungan pengembangan country knowledge hubs dalam konteks South South Cooperation dan Triangular Cooperation. 67

78 Gambar 4 APEC Leaders Gambar 5Menlu RI dan Wamenlu Kolombia memimpin Retreat PTM ke 6 FEALAC di Bali, 13 Juni 2013 (foto: Rudi/Kemlu RI) INDEKS JUMLAH NEGARA YANG MENDUKUNG NKRI Komponen IKU Jumlah negara yang mengakui Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan indikator penting dari pelaksanaan politik luar negeri Indonesia sesuai dengan amanat yang disampaikan dalam UUD 1945 dimana Pemerintah Negara Indonesia melindungi bangsa dan tumpah darah Indonesia. Kementerian Luar Negeri sesuai tupoksinya menjalankan amanat tersebut dengan senantiasa melakukan diplomasi agar kedaulatan Indonesia tetap diakui oleh negara negara lain. Seluruh negara di kawasan Asia Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia mengakui kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia kecuali 1 (satu) negara. ASIA PASIFIK DAN AFRIKA AMERIKA DAN EROPA TOTAL 98,88% 100% 99,44% 68

79 DUKUNGAN TERHADAP NKRI ASPASAF AMEROP TOTAL Informasi lebih lengkap terkait IKU di atas terdapat pada Lampiran no. 3DaftarDukungann terhadap NKRI. Nilai investasi negara negara asing, total nilai perdagangan, dan jumlah wisatawan merupak kan komponen IKU yang penting dalam pengukuran kinerja mengingat diplomasi yang dilakukan melalui kunjungan/pertemuan bilateral, pengesahan dokumen kesepakatan, prakarsa/rekomendasi Indonesia di tiap pertemuan organisasi intrakawasan mencakup bidang- serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Perwakilan RI di luar negeri. bidang kerja sama yang mencakup perdagangan, investasi dan pariwisata, INDEKS NILAI INVESTASI NEGARA NEGARAA ASING Nilai investasi asing yang masuk ke Indonesia mengalami peningkatan dari tahun Hal ini tidak terlepas dari peran Kementeriann Luar Negeri yang telah melakukan kegiatan promosi melalui Perwakilan Perwakilan RI di luar negeri dan hubungan kerja samaa yang baik dengan negara mitra melalui Nilai investasi negara negara asing, total kerangka kerja sama bilateral dan regional. nilai perdagangan, dan jumlah wisatawan mancanegara merupakan kinerja atau outcome dari pelaksanaan politik luar negeri, sebagai kontribusii atas upayaa bersama dalam Investasi meningkatkan nilai perdagangan dan investasi asing. Komponen ini diberi bobot kecil karena merupakan hasil kinerja banyak stakeholders di dalam dan luar negeri negeri seperti kementerian terkait: Kemendag, BKPM, KemenPariwisata, dan para pengusaha di tanah air serta perwakilan RI di luar negeri *Dalam Juta US$ $** Sumber BKPM Informasi lebih lengkap terkait IKU di atas terdapat pada Lampiran no. 4Tabel Investasi. 69

80 INDEKSJUMLAH WISATAWAN Dalam grafik di bawah terlihat bahwa jumlah wisatawan yang mengunjungi Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Capaian ini tidak lepas dari kiprah Kementeriann Luar Negeri dalam melakukan promosi baik di dalam negeri, maupun melalui Perwakilan Perwakilan RI di luar negeri. INDEKS TOTAL NILAI PERDAGANGAN Capaian ini juga tidak terlepas dari peran Kementerian Luar Negeri untuk melakukan promosi, memperkuat kerja sama bilateral dan regional, serta upaya upaya untuk mengatasi kendala kendala yang datang dari negara negara mitra. Berdasarkan tabel dan grafik di bawah tampak bahwa volume perdagangan Indonesia mengalami peningkatan dari tahun Sementara di tahun 2013 terjadi penurunann volume perdagangan. Hal ini merupakan dampak dari kondisi negara negara mitra dan kawasan yang kurang kondusif. Selain itu, kebijakan ekonomi yang diambil oleh negara mitra dagang juga dapat dapat berdampak pada volume perdagangan Indonesia *Dalam juta USD **Sumber Kemendag Informasi lebih Perdagangan. lengkap terkait IKU di atas terdapat pada Lampiran no. 5Tabel Ini mudah-mudahan gambaran yang bagus untuk negara kita, neraca volume juga surplus cukup besar.... Bulan Desember dengan negara-negara ASEAN secara keseluruhan kita surplus, dengan Uni Eropa secara total pada Desember kita surplus, dan dengan negara utama lainnya dimana di dalamnya ada China dan Jepang juga kita secara total surplus. Dengan Amerika surplus, dengan Australia dan Korea Selatan memang masih defisit cukup tinggi jug, dan dengan Taiwan." - Kepala BPS, Suryamin- voaindonesia.com 3 Februari

81 Asal Wisatawan Asing/Tahun Total 7,002,944 7,649,731 8,044,462 8,802, Jumlah Wisatawan *Data diambil dari BPS dan Kemenparekraf Informasi lebih lengkap terkait IKU di atas terdapat pada Lampiran no. 5Tabel Wisatawan. KENDALA DAN ANTISIPASI Kendala yang dihadapi dalam meningkatkan kerja sama di berbagai bidang antara RI dengan negara negara dan organisasi intrakawasan di kawasan Asia Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa dapat dibedakan kendala eksternal dan internal, antara lain: a. Terjadinya perubahan konstelasi politik di kawasan akibat konflik, sertapergantian pemerintahan diperkirakan akan mempengaruhi kebijakannya terhadap Indonesia termasuk dalam mengimplementasikan berbagai perjanjian yang telah disepakati sebelumnya; b. Terus berkembangnya isu isu seperti demokrasi dan HAM akan mempengaruhi pelaksanaan hubungan bilateral Indonesia dengan negara negara di kawasan. Hal ini antara lain dipicu dengan semakin kuatnya peran LSM menyuarakan hal tersebut; c. Rendahya pemahaman pemangku kepentingan di Indonesia terhadap pemanfaatan potensi kerja sama bilateral maupun intrakawasan. Hal ini tidak terlepas dari kurangnya koordinasi antar instansi pemerintah dalam memanfaatkan forum kerja sama tersebut; d. Masih terdapat beberapa implementasi perjanjian bilateral yang pending dan belum terlaksana antara lain karena rendahnya kapasitas kelembagaan di Indonesia dalam mengelola program; e. Belum optimalnya kerangka bilateral pengembangan kerja sama di sektor sektor yang menjadi kepentingan Indonesia dengan negara negara di kawasan; f. Mengubah sudut pandang masyarakat Indonesia, khususnya sebagian besar pengusaha Indonesia, terhadap kendala letak geografis dan jarak yang dianggap sulit dijangkau dalam meningkatkan perdagangan dengan negara negara di kawasan Afrika, Amerika Selatan dan Karibia; g. Terjadi penundaan kegiatan dikarenakan ketidaksesuaian jadwal antara Kepala Negara/Pemerintahan dan Pejabat Tinggi; 71

82 h. Penyampaian bahan masukan yang tidak tepat waktu, sehingga persiapan kurang maksimal; i. Kurangnya koordinasi internal, baik antarsatuan kerja maupun antarinstansi. Guna mengatasi kendala kendala tersebut, telah dilakukan kajian proyeksi ke depan untuk mengantisipasi perubahan perubahan yang bersifat strategis jangka panjang di dunia internasional. Selain itu, untuk mengatasi penundaan kegiatan dan penyampaian bahan masukan yang tidak tepat waktu, juga ketidaksesuaian jadwal penyelenggaraan kegiatan,telah dilakukan upaya untuk memperkuat koordinasi dengan perwakilan RI di luar negeri, Kedubes Negara mitra di Jakarta maupun Kementerian/Instansi teknis terkait untuk menyampaikan posisi strategis Pemri dalam perundingan bilateral maupun regional dengan negara mitra.lebih lanjut, telah dilakukan langkah langkah optimalisasi pelaksanaan kegiatan berdasarkan prioritas dan urgensi dan melakukan penjadwalan ulang beberapa pertemuan yang tertunda secara lebih tertib waktu, fisik dan administrasi. Dari sisi perencanaan, langkah antisipasiyang dapat dilakukan adalah dengan memperkuat perencanaan kinerja dan anggaran melalui penyusunan dokumen perencanaan yang memenuhi kriteria spesifik, terukur, achievable, relevan, dan memperhitungkan time bound(smart). Dengan demikian, diharapkan perencanaan dan implementasi kinerja berikut penyerapan anggaran di tahun anggaran mendatang akan lebih baik. 72

83 D.4 Sasaran Strategis (SS-4) Meningkatnya Kualitas Hukum dan Perjanjian Internasional yang Aman dari Aspek Politis, Yuridis, Teknis, dan Keamanan Pencapaian Sasaran Strategis 4 (SS-4) Meningkatnya Kualitas Hukum dan Perjanjian Internasional yang Aman dari Aspek Politis, Yuridis, Teknis, dan Keamanan diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU-1 SS-4) Indeks diplomasi bidang hukum dan perjanjian internasional. Diplomasi bidang hukum dan perjanjian internasional pada tahun 2013 semakin pro aktif, Indonesia melalui Kementerian Luar Negeriberkomitmen untuk menyelesaikan masalah perbatasan dansemakin intensif mendorong kesediaan negara pihak untuk melakukan perundingan dalam penyelesaian perbatasan baik perbatasan darat maupun perbatasan laut. Selain itu, semakin banyaknya stakeholders dalam negeri yang meminta bantuan hukum kepada Kementerian Luar Negeri terkait kerja sama internasional yang dibuat dengan negara-negara asing di berbagai bidang menunjukkan bahwa perjanjian tersebut sudah dipertimbangkan dari segi keamanan. Pada tahun 2013, capaian kinerja SS-4 ditargetkan dengan Indeks 7 dengan realisasi Indeks 7 (88,74%) yang diperoleh dari komponen dan pembobotan sebagai berikut: No Komponen IKU-1 SS-4 Bobot Realisasi Indeks Realisasi Capaian*) Pembobotan 1 Jumlah perundingan dalam rangka ,67% % upaya penyelesaian penetapan batas wilayah nasional di darat dan di laut 2 Persentase perjanjian internasional 30 62,45% 62,45% 18,74% di bidang politik, keamanan, kewilayahan, dan kelautan serta ekonomi dan sosial budaya yang dibuat 3 Persentase produk hukum yang diselesaikan % 100% 20% Capaian SS-4 88,74% *) Indeks Capaian merupakan batas tertinggi capaian kinerja yang dapat ditoleransi Dalam pencapaian kinerja SS-4, Kementerian Luar Negeri menghadapi kendaladiantaranya yaitu kesesuaian jadwal dan kesiapan negara mitra untuk melakukan perundingan, perbedaan kepentingan dan posisi negara counterpart, perbedaan persepsi dan prioritas pada saat pembahasan isi pasal sehingga memerlukan waktu cukup lama mengingat dalam pembahasan tersebut harus mempertimbangkan kepentingan nasional masing-masing Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 74 73

84 negara. Selain itu, kurangnya jumlah sumber daya manusia juga menjadi kendala teknis dalam menyelesaikan berbagai permintaan tanggapan dan pembuatan perjanjian internasional. Mengatasi kendala tersebut, Kementerian Luar Negeri melakukan pendekatan secara informal untuk meyakinkan negara mitra tentang pentingnya penyelesaian perbatasan dengan memastikan jadwal pelaksanaan perundingan, menginformsikan masalah krusial yang kemungkinan besar akan muncul dalam pembahasan draft perjanjian. Untuk langkah kedepan, Kementerian Luar Negeri akan malakukan pendekatan secara informal guna menyamakan persepsi, sehingga pada saat pembahasan perjanjian sudah terdapat kesepahaman. Masalah SDM perlu diusulkan untuk merekrut pegawai baru khususnya yang mempunyai keahlian di bidang hukum. ANALISIS IKU-1 SS-4: Indeks Diplomasi Bidang Hukum dan Perjanjian Internasional Indeks Diplomasi Bidang Hukum dan Perjanjian Internasional diperoleh dari 3 komponen dengan pembobotan yang berbeda, yaitu: No Komponen IKU-1 SS-4 Bobot 1 Jumlah perundingan dalam rangka upaya penyelesaian penetapan batas 50 wilayah nasional di darat dan di laut (Komponen 1 IKU-1 SS-4) 2 Persentase perjanjian internasional di bidang politik, keamanan, 30 kewilayahan, dan kelautan serta ekonomi dan sosial budaya yang dibuat (Komponen 2 IKU-1 SS-4) 3 Persentase produk hukum yang diselesaikan 20 (Komponen 3 IKU-1 SS-4) Capaian SS-4 Analisis Komponen 1 IKU-1 SS-4: Jumlah Perundingan dalam Rangka Upaya Penyelesaian Penetapan Batas Wilayah Nasional di Darat dan di Laut Diplomasi perbatasan (border diplomacy) adalah suatu bentuk pelaksanaan politik luar negeri dalam rangka penanganan dan pengelolaan batas negara yang melingkupi upaya penetapan batas negara yang bersifat tiga dimensi (di matra laut, darat, dan udara), serta kerja sama penanganan berbagai permasalahan di ketiga matra wilayah tersebut. Penetapan batas wilayah negara yang dilakukan oleh Pemerintah RI merupakan suatu perintah konstitusional dan diselenggarakan sesuai dengan hukum internasional dan peraturan perundang-undangan nasional yang berlaku. Penyelesaian masalah perbatasan sulit diukur secara kuantitatif karena menyangkut aspek hukum, politis, teknis dan kepentingan nasional masing-masing negara. Oleh karena itu, Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 75 74

85 hal yang dianggap paling signifikan yang dapat mengukur tingkat kemajuan penyelesaian masalah perbatasan tersebut adalah banyaknya perundingan yang dilakukan. Hal ini dikarenakan untuk bisa melakukan satu perundingan saja dibutuhkan suatu kinerja diplomasi melalui langkah pendekatan diplomatik agar bisa mengajak negara mitra memulai dan/atau melanjutkan perundingan. Banyaknya perundingan merupakan ukuran kinerja karena sifat perundingan masalah penetapan perbatasan, selain menyangkut aspek hukum dan teknis juga sangat dipengaruhi kebijakan politik masing-masing negara. Selama tahun 2013, Indonesia telah melakukan 41 kali perundingan dari target 12 kali perundingan, sebagaimana tabel berikut: Komponen 1 IKU-1 SS-4 Informasi Kinerja Jumlah % Jumlah perundingan dalam Pencapaian penyelenggaraan 41 rangka upaya penyelesaian perundingan batas darat dan laut 341,67 penetapan batas wilayah nasional di darat dan di laut. Target Penyelenggaraan perundingan batas darat dan laut 12 Capaian kinerja atas jumlah perundingan dalam rangka upaya penyelesaian penetapan batas wilayah nasional darat dan di laut dapat dilihat pada Lampiran Capaian IKU 1. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tahun 2012 telah dilakukan 32 kali perundingan, sedangkan tahun 2011 realisasi perundingan sebanyak 38 kali dan 2010 telah dilakukan 23 kali perundingan sebagaimana grafik berikut ini: 75

86 Hal-hal yang mempengaruhi kinerja Komponen 1 IKU-1 SS-4 ini antara lain karena adanya komitmen kuat baik dari Pemerintah Indonesia maupun negara mitra untuk menyelesaikan penetapan batas wilayah nasional baik di darat maupun di laut. Telah disadari bersama bahwa dengan adanya batas yang jelas, kemungkinan adanya konflik perbatasan akan bisa dihindari. Selain itu juga akan mempermudah pelaksanaan patroli di wilayah negara masing-masing maupun dalam melakukan kerjasama patroli gabungan. Langkah-langkah diplomasi penyelesaian perbatasan yang dilakukan Kemlu semakin intensif melalui komunikasi-komunikasi informal maupun formal sehingga negara pihak bersedia untuk melakukan perundingan. Langkah Keberhasilan/kemajuan dari rangkaian perundingan selama tahun Disepakati batas sementara laut wilayah (Provisional Territorial Sea Boundary/PTSB) di sebagian segmen Selat Malaka bagian Selatan oleh RI- Malaysia 2. Disepakatinya Terms of Referenceoleh RI-Singapuraatas penetapan batas maritim yang selalu menjadi pending issue sejak tahun Perpanjangan masa berlaku perjanjian batas darat atas Basic Agreement on the Border Arrangement 2003 yang telah ditandatangani pada tanggal 17 Juni 2013 olehindonesia dan PNG pro-aktif instansi terkait di tanah air juga telah mendukung terlaksananya perundingan melalui koordinasi yang dilakukan oleh Kemlu. Dalam pencapaian Komponen 1 Indeks IKU-1 SS-4, Kementerian Luar Negeri menghadapi kendala diantaranya mengenai kesesuaian jadwal dan kesiapan negara mitra untuk melakukan perundingan. Mengingat kesibukan masing-masing negara, maka kadangkala jadwal yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia tidak dapat dilaksanakan karena kesibukan negara mitra dan sebaliknya. Untuk mengatasi kendala tersebut, maka dilakukan pendekatan dengan negara mitrayang akan berunding melalui koordinasi intensif dengan Perwakilan RI di Luar Negeri dan kantor perwakilan negara mitra yang ada di Indonesia untuk memastikan jadwal pelaksanaan perundingan. Langkah kedepan yang dilakukan yaitu terus menggalang komunikasi dan mendorong negara mitra untuk mempertahankan semangat penyelesaian perbatasan. Analisis Komponen 2 IKU-1 SS-4: Persentase perjanjian internasional di bidang politik, keamanan, kewilayahan, dan kelautan serta ekonomi dan sosial budaya yang dibuat Pencapaian IKU ini diperoleh dengan formulasi pengukuran: Jumlah perjanjian internasional (dibidang politik, keamanan, kewilayahan, dan kelautan dan sosial budaya) yang dibuat dan atau diratifikasi di bagi dengan jumlah permintaan pendapat hukum tentang perjanjian internasional yang diterima X 100%. 76

87 Sesuai dengan UU No. 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional, Kementerian Luar Negeriterlibat dalam perundingan-perundingan terkait dengan pembuatan perjanjian internasional baik bilateral, regional, maupun multilateral. Dalam pembuatan perjanjian internasional untuk memberikan pandangan hukum sehingga setiap perjanjian internasional yang dibuat oleh Pemerintah Indonesia memenuhi aspek 4 aman (politis, yuridis, keamananan, dan teknis). Selain terlibat dalam proses pembuatan perjanjian internasional, Kementerian Luar Negeri juga terlibat dalam setiap pengesahan perjanjian internasional, khususnya dalam mengkoordinasikan langkah-langkah yang perlu diambil untuk melaksanakan pengesahan perjanjian internasional. Selama tahun 2013 capaian IKU tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah. Komponen 2 IKU-1 SS-4 Persentase perjanjian internasional di bidang politik, keamanan, kewilayahan, dan kelautan serta ekonomi dan sosial budaya yang dibuat Bidang Perjanjian Bidang Politik, Keamanan dan Kewilayahan Bidang Ekonomi dan Sosial Budaya Jumlah permintaan pendapat mengenai perjanjian internasional yang diterima Jumlah perjanjian internasional dibuat dan atau diratifikasi Jumlah Realisasi (%): 62,45 Capaian (%) dari target 100%: 62,45 Capaian kinerja atas Persentase perjanjian internasional di bidang politik, keamanan, kewilayahan dan kelautan serta ekonomi, sosial dan budaya yang dibuat dan/atau diratifikasi selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran Capaian IKU 2. Faktor-faktor pendorong pencapaian kinerja Komponen 2 IKU-1 SS-4 yaitu adanya kepentingan bersama antara RI dan Counter Part untuk membuat perjanjian internasional baik yang bersifat bilateral, regional maupun multilateral di bidang politik, keamanan, kewilayahan serta ekonomi dan sosial budaya. Hasil dari IKU ini pada umumnya berupa pembuatan MoU atau kerjasama serupa yang akan bermanfaat bagi peningkatan capaian kepentingan nasional. Tabel Perbandingan Perjanjian Internasional di Bidang Polkamwil dan Ekososbud yang Dibuat Tahun 2010, 2011, 2012, dan 2013 Bidang Perjanjain Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Politik, Keamanan, Kewilayahan, dan Kelautan Ekonomi dan Sosial Budaya TOTAL

88 Beberapa kendala yang dihadapi dalam pencapaian perjanjian internasional di bidang politik, keamanan, kewilayahan dan kelautan serta ekonomi dan sosial budaya yaitu: 1. Adanya perbedaan kepentingan dan posisi negara counterparts. Perbedaan kepentingan dan posisi tersebut pada prakteknya diperumit dengan strategi masing-masing dalam rangka memaksimalkan kepentingan nasionalnya. 2. Kurangnya sumber daya manusai (SDM) juga menjadi kendala sehingga tidak semua permintaan dapat dipenuhi. Kurangnya SDM sangat berpengaruh pada penyelesaian tanggapan yang disampaikan ke Kemlu. 3. Kualitas draft yang dimintakan pendapat. Kualitas draft yang disampaikan apabila telah mendekati sempurna maka akan sangat membantu penyelesaian pemberian pendapat, sebaliknya apabila kualitas draftnya sangat jauh dari sempurna maka akan memperlabat penyelesaiannya. Untuk mengatasi kendala tersebut telah dilakukan langkah-langkah dengan pendekatan dan koordinasi yang intensif kepada negara counterparts dan interkem terkait, sosialisasi tentang tata cara pembuatan perjanjian internasional serta permintaan tenaga yang mempunyai kualifikasi sarjana hukum. Langkah kedepan Kemlu perlu terus membina kerjasama dengan counterpart dan mengingatkan kepentingan pengamanan dalam pembuatan perjanjian. Analisis Komponen 3 IKU-1 SS-4: Persentase Produk Hukum yang Diselesaikan Selama tahun 2013 Kementerian Luar Negeri menerima sebanyak 9 buah draft Perjanjian Bebas Visa yang dimintakan pendapat. Dari jumlah tersebut direalisasikan sebanyak 9 naskah yang diajukan/dimintakan pendapat. Dengan demikian capaian kinerja IKU ini sebesar 100%. Dengan adanya MoU bebas visa antara Indonesia dengan negara sahabat maka akan mempermudah dan memperlancar hubungan bilateral kedua 78

89 negara yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan hubungan di berbagai bidang. Dengan meningkatnya hubungan bilateral akan membuka peluang bagi stakeholder untuk memanfaatkan peluang yang ada. Tabel 12. Capaian Kinerja Sasaran IKU-3 Ditjen HPI Tahun 2013 Indikator Kinerja Sasaran IKU-3 : Persentase produk hukum yang diselesaikan Informasi Kinerja Jumlah % Jumlah produk hukum yang diselesaikan Jumlah seluruh permintaan produk hukum yang masuk % Selama tahun 2013 telah diselesaikan 9 produk hukum yang secara garis besar dibagi dalam dua grup yaitu produk MoU terkait dengan Perjanjian Bebas Visa dan Pengundangan beberapa Peraaturan Menteri Luar Negeri. Perbandingan capaian IKU tersebut dengan tahun-tahun dapat dilihat dalam table berikut: Tabel 13. Perbandingan Capaian IKU-3 Ditjen HPI Tahun 2010, 2011, 2012, dan 2013 Indikator Kinerja Sasaran IKU-3 : Persentase produk hukum yang diselesaikan Tahun Tahun Tahun Tahun % 100% 87.5% 100% Grafik 6. Perbandingan Capaian IKU-3 Kementerian Luar Negeri Tahun 2010, 2011, 2012, dan

90 Hal-hal yang mendorong capaian tersebut yaitu: 1. Adanya keinginan dari kedua Negara untuk membuat perjanjian bebas visa bagi pemegang paspor diplomatik dan dinas. Tanpa danya keinginan kedua belah pihak maka akan mustahil untuk dapat membuat suatu perjanjian dengan cepat. 2. Koordinasi yang baik antara Kemlu dengan instansi lain terkait dengan pembuatan perjanjian tersebut. 3. Kemlu selalu melakukan kajian, pendampingan dan berpartisipasi sebagai anggota Delri pada pembahasan pembuatan Perjanjian Bebas Visa. Kendala pencapaian Komponen 3 IKU-1 SS-4 diantaranya perbedaan persepsi pada saat pembahasan isi pasal sehingga memerlukan waktu cukup lama mengingat dalam pembahasan tersebut harus mempertimbangkan kepentingan nasional masing-masing negara. Untuk mengatasi kendala tersebut, maka perlu dilakukan pendekatan informal kepada counter part guna menghindari perbedaan persepsi, sehingga pada saat pembahasan sudah terdapat persamaan persepsi. Langkah kedepan yaitu perlu terus dilakukan koordinasi intensif dengan counterpart sebelumnya melakukan pembahasan dan perlu adanya pedoman/panduan dalam pembuatan perjanjian. Credentials dan Full Powers a. Jumlah perjanjian yang telah disahkan selama kurun waktu Tahun/Perjanjian (2 Desember 2013) Bilateral 9 perjanjian 8 perjanjian 22 perjanjian 7 perjanjian Regional 9 perjanjian 7 perjanjian 9 perjanjian 5 perjanjian Multilateral 4 perjanjian 6 perjanjian 5 perjanjian 5 perjanjian b. Jumlah naskah Perjanjian Internasional yang disimpan di Treaty Room selama : Tahun/Perjanjian Bilateral 141 perjanjian 165 perjanjian 74 perjanjian 153 perjanjian Regional 18 perjanjian 18 perjanjian 2 perjanjian 2 perjanjian Multilateral 1 perjanjian Total 160 perjanjian 183 perjanjian 76 perjanjian 155 perjanjian 80

91 D.5 Sasaran Strategis (SS-5) Meningkatnya Kualitas Pelayanan Keprotokolan dan Kekonsuleran Pencapaian Sasaran Strategis 1 (SS-5) Meningkatnya Kualitas Pelayanan Keprotokolan dan Kekonsuleran diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU-1) Persentase Penyelesaian Permasalahan/ Kasus WNI dan BHI di Luar Negeri dan Indeks Pelayanan Keprotokolan dan Kekonsuleran. Sasaran ini memberikan fungsi dalam pelayanan publik Kementerian Luar Negeri untuk memberikan pelayanan terbaik, prima, profesional kepada seluruh pemangku kepentingan. Adapun pelayanan publik yang diberikan meliputi pemberian pelayanan keprotokolan, pelayanan fasilitas diplomatik, perlindungan WNI dan BHI di luar negeri. Perlindungan kepada WNI/TKI di luar negeri menjadi prioritas nasional. Secara garis besar, perlindungan kepada WNI/TKI di luar negeri lebih kepada penangan kasus yang dikategorikan ke dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu: masalah ketenagakerjaan (gaji tidak dibayar, perlakuan kasar dari majikan, pelecehan sexual, dll); masalah keimigrasian (overstay, illegal entry, dokumen perjalanan palsu, dll); serta hukum (narkoba, pembunuhan, pencurian, illegal fishing, people smuggling, dll). Pada tahun 2013, capaian kinerja SS-5 ditargetkan dengan IKU 5 target 60% (50%) dengan realisasi 57,93 % serta capaian 115, 86% dan Indeks 6 dengan realisasi Indeks 7 (89,92%) yang diperoleh dari komponen dan pembobotan sebagai berikut: Sasaran IKU Target Capaian Informasi Kinerja Jumlah Realisasi IKU (%) Data Dukung Meningkatnya kualitas pelayanan keprotokolan dan kekonsuleran Persentase Penyelesaian Permasalahan/ Kasus WNI dan BHI di luar negeri 50% 115,86% Jumlah kasus yang ditangani Jumlah kasus yang diselesaikan Jumlah kasus hukuman mati yang ditangani ,93 Database Perlindunga n WNI dan BHI Jumlah kasus dibebaskan dari hukuman mati 51 Realisasi IKU 1: 57, 93 81

92 No Komponen Bobot Realisasi Realisasi Pembobotan 1 Persentase penerima jasa yang menyatakan puas atas 50 83,33% 41,66% pelayanan kekonsuleran (Komponen IKU-6 SS-5) 2 Persentase pelayanan keprotokolan yang sesuai dengan Protap yang berlaku (Komponen IKU-6 SS-5) 3 Persentase penyelesaian dokumen fasilitas diplomatik yang diselesaikan sesuai SOP (Komponen IKU-6 SS-5) 30 98,87% 29,66% 20 93% 18,60% Capaian SS-5 89,92% Dalam pencapaian kinerja SS-5, Kementerian Luar Negeri menghadapi kendala eksternal diantaranya: (1) peningkatan jumlah dan kompleksitas kasus sulit untuk diprediksi secara akurat dari tahun ke tahun; (2) legislasi nasional di bidang migrasi tenaga kerja yang tumpang tindih cenderung menimbulkan duplikasi dan inkonsistensi dalam tatanan implementasi; (3) minimnya pemahaman publik mengenai pentingnya proses migrasi aman; dan (4) keterbatasan pemahaman publik mengenai limitasi kewenangan, peran dan tanggung jawab Pemerintah dalam pemberian perlindungan kepada WNI yang berada di luar negeri. Sebagai akibat, Kemlu kerap dituntut untuk dapat memberikan pelayanan dan perlindungan kepada WNI di luar negeri yang sifatnya kerap melampaui tugas pokok dan fungsi yang ada pada lembaga Kementerian, dan terkadang di luar peraturan perundangundangan nasional, sebagaimana yang terjadi dalam hal pembayaran diyat untuk membebaskan sejumlah WNI dari hukuman mati di Arab Saudi. Dari sisi internal Kemlu, keterbatasan sumber daya manusia dan penetapan tupoksi yang ada selama ini dipandang sudah tidak lagi mampu mengakomodir perkembangan tugas, peran dan tanggung jawab Kementerian Luar Negeri di bidang perlindungan WNI di luar negeri yang terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah dan kompleksitas kasuskasus WNI di luar negeri, khususnya yang menimpa TKI. Di bidang pelayanan keprotokolan, kendala lain yang dihadapi adalah dari sisi tidak terlaksananya kegiatan pembekalan keprotokolan bagi seluruh staf yang setiap tahun rutin diselenggarakan diakibatkan banyaknya konferensi internasional di tahun 2013, seperti APEC, WTO, WCF, dan BDF yang cukup menyita waktu dan SDM; lebih lanjut tingkat kemampuan IT maupun pemahaman dalam pelayanan publik untuk SDM nya sendiri masih kurang. Mengatasi kendala tersebut, telah dilakukan langkah-langkah di antaranya (1) pengajukan usulan restrukturisasi Direktorat Perlindungan WNI dan BHI yang lebih mengedepankan pendekatan kewilayahan. Usulan tersebut telah disampaikan kepada Biro Perencanaan dan Organisasi pada tahun 2011 dan 2012; (2) pengajuan usulan penambahan staf untuk menduduki formasi jabatan yang tersedia kepada Biro Kepegawaian Kementerian Luar Negeri; 82

93 (3) penyusunan formula indikator kinerja baru yang dapat lebih merefleksikan tugas, fungsi, peran dan tanggung jawab Kementerian Luar Negeri di bidang Perlindungan WNI dan BHI; serta (4) optimalisasi SDM yang ada melalui program peningkatan kapasitas pejabat dan staf, dalam bentuk partisipasi dalam pelatihan/seminar/workshop/kursus singkat di bidang isu-isu yang terkait erat dengan masalah perlindungan WNI di luar negeri, seperti migrasi internasional, ketenagakerjaan internasional, maritim internasional, perdagangan orang dan penyelundupan manusia. Untuk mengatasi kendala eksternal, Kementerian terus mengupayakan (1) peningkatan kualitas koordinasi dengan instansi terkait, baik di tingkat pusat maupun daerah, khususnya untuk penanganan kasus-kasus WNI di luar negeri melalui penyelenggaraan rapat-rapat koordinasi nasional baik yang bersifat umum maupun tematik; (2) penyusunan kebijakan, norma dan standarisasi yang terkait dengan perlindungan WNI untuk menjadi seluruh Perwakilan RI; serta (3) sosialisasi yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman publik mengenai proses migrasi yang aman dan bahaya-bahaya migrasi ireguler. Menjadwalkan ulang kegiatan pembekalan keprotokolan bagi seluruh staf, memberikan kursus-kursus terkait dengan IT, maupun sosialisasi dan pendalaman materi tentang UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dan memberikan penyuluhan materi bagaimana cara pelayanan yang baik dan benar. ANALISIS IKU-5 SS-5: Persentase Penyelesaian Permasalahan/Kasus WNI dan BHI di Luar Negeri Indeks peran dan kepemimpinan ini diperoleh dari 3 komponen dengan pembobotan yang berbeda, yaitu: Komponen 1 Target Capaian Informasi Kinerja Jumlah Realisasi IKU (%) Data Dukung Persentase Penyelesaian Permasalahan/ Kasus WNI dan BHI di luar negeri 50% 115,86.% Jumlah kasus yang ditangani Jumlah kasus yang diselesaikan Jumlah kasus hukuman mati yang ditangani Jumlah kasus dibebaskan dari hukuman mati Realisasi IKU 1: 57, ,93 Database Perlindunga n WNI dan BHI 83

94 Analisis Komponen 1 IKU-5 SS-5: Persentase Penyelesaian Permasalahan/Kasus WNI dan BHI di Luar Negeri Berdasarkan data sejak Juli 2011 sampai dengan 31 Desember 2013, Kementerian Luar Negeri telah menangani sejumlah 402 WNI yang terancam hukuman mati. Dari jumlah tersebut, 238 WNI masih dalam proses penanganan, dan sebanyak 164 WNI telah dibebaskan dari ancaman hukuman mati, dengan tingkat penyelesaian 40,80%. Sedangkan khusus untuk peripode tahun 2013, sebanyak 122 WNI telah ditangani dan sebanyak 51 WNI berhasil dilepaskan, dengan peningkatan prosentase penyelesaian 41, 80%. Varian kasus yang dihadapi oleh ke-238 WNI tersebut meliputi kasus narkoba (62,66%), pembunuhan (30,90%), zina (3,43%), sihir (1,29%), penculikan (1,29%), dan kepemilikan senjata api (0,43%). Guna memberikan perlindungan hukum seoptimal mungkin terhadap berbagai varian kasus tersebut berdasarkan hukum setempat yang berlaku, maka sesuai dengan arahan Presiden RI, penanganan seluruh kasus WNI telah diperkuat dengan pembentukan unit penanganan khusus pada Perwakilan RI di luar negeri yang didukung dengan pemanfaatan jasa pengacara secara retainer (tetap). Review kinerja unit penanganan WNI hukuman mati di Perwakilan RI dan pengacara retainer merupakan salah satu kegiatan penting yang terus dilaksanakan sabagai bagian dari upaya penanganan WNI terancam hukuman mati di luar negeri secara dini, akurat, dan tepat. 1. Penyelesaian Kasus WNI di Luar Negeri Sepanjang tahun 2013, Kementerian Luar Negeri bersama dengan berbagai Perwakilan RI di luar negeri telah menangani sebanyak kasus, dimana (90.83%)di antaranya merupakan kasus TKI. Dari jumlah total kasus tersebut, (81.52%) di antaranya telah berhasil diselesaikan. NO TOTAL KASUS TKI YANG DITANGANI KASUS 1 Repatriasi WNI/TKI karena kerusuhan politik di Suriah 2 Repatriasi WNI/TKI dari Arab Saudi (Amnesty) kasus kasus 3 Repatriasi WNI/TKI lainnya kasus 4 Ketenagakerjaan kasus 5 Hukuman Mati dan Tindak Pidana Lainnya 633 kasus 6 Keimigrasian kasus 7 WNI/TKI Meninggal Dunia 338 kasus 8 WNI/TKI Sakit 337 kasus 9 Narkoba 192 kasus 10 TPPO 213 kasus 11 Lain-lain (tidak betah, ingin pulang, hilang kontak, dll) kasus 84

95 Secara umum angka kasus tahun 2013 mengalami peningkatan dibandingkan dengan angka kasus tahun 2012 yakni sebesar kasus. Sebagian besar kasus-kasus yang ditangani merupakan kasus ketenagakerjaan dan keimigrasian yang menimpa TKI di luar negeri. Namun di samping kasus-kasus tradisional tersebut, terdapat sejumlah isu perlindungan yang menjadi perhatian publik sepanjang tahun 2013 dan turut masuk dalam agenda penanganan Kementerian Luar Negeri, di antaranya masalah WNI overstayers di Arab Saudi, repatriasi WNI dari Suriah, kasus-kasus WNI di luar negeri yang terancam hukuman mati, kasus-kasus WNI yang menjadi korban penembakan polisi di Malaysia dan kasus eksploitasi yang menimpa ABK yang bekerja di kapal berbendera asing di luar negeri. Terkait penanganan masalah WNI overstayers di Arab Saudi, selama periode pemberlakuan kebijakan Amnesti oleh Pemerintah Arab Saudi, Perwakilan RI di Riyadh dan Jeddah telah memberikan pelayanan pembuatan dokumen perjalanan kepada WNI overstayers yang ada di negara tersebut. Dari total jumlah WNI overstayers yang telah mendapatkan dokumen perjalanan, orang diantaranya telah kembali ke tanah air melalui mekanisme repatriasi oleh Pemerintah Indonesia (2.453 orang), deportasi oleh Pemerintah Arab Saudi (6.189 orang) dan 516 orang pulang dengan biaya pribadi. Tercatat sebanyak orang WNI overstayers lainnya memilih untuk tetap bekerja di Arab Saudi. Sementara itu, upaya repatriasi WNI dari Suriah yang telah dilakukan sejak tahun 2012 masih terus berjalan. Pada tahun 2013, total jumlah WNI yang dipulangkan adalah sebesar orang, dengan demikian total jumlah WNI yang telah direpatriasi pada periode adalah sebanyak orang. Dari total jumlah tersebut, sebanyak orang dipulangkan dengan biaya APBN, sementara lainnya dibiayai oleh majikan, organisasi internasional, dan biaya pribadi. Tabel Jumlah Kasus WNI Periode Total Kasus Kasus Diselesaikan Persentase Kasus Selesai % % % % % Tabel Penyelesaian Kasus WNI Total Kasus Jumlah Kasus Diselesaikan 85

96 2. Penyelesaian Kasus WNI Terancam Hukuman Mati di Luar Negeri Tabel Jumlah Kasus WNI Terancam Hukuman Mati Jumlah Kasus Jumlah WNI Terancam Hukuman Mati Jumlah WNI terbebas Hukuman Mati Sisa Kasus Persentase Jumlah WNI Terbebas Hukuman Mati 18 % % 17,65% Tabel Penyelesaian Hukuman Mati WNI WNI Terancam Hukuman Mati WNI Terbebas Hukuman Mati Sisa Kasus ANALISIS IKU-6 SS-5: Indeks Pelayanan Keprotokolan dan Kekonsuleran Komponen IKU Persentase penerima jasa yang menyatakan puas atas pelayanan kekonsuleran (Komponen IKU-6 SS-5) Persentase pelayanan keprotokolan yang sesuai dengan Protap yang berlaku (Komponen IKU-6 SS-5) Persentase penyelesaian dokumen fasilitas diplomatik yang diselesaikan sesuai SOP (Komponen IKU-6 SS-5) Bobot Analisis Komponen 1 IKU-6 SS-5: Persentase penerima jasa yang menyatakan puas atas pelayanan kekonsuleran Pelayanan kekonsuleran yang diberikan secara cepat, murah, transparan, akuntabel dna tepat kepada masyarakat umum telah diupayakan untuk meningkat dalam berbagai hal, termasuk peningkatan sarana dan prasarana sehingga memudahkan masyarakat mendapat akses pelayanan serta pernertiban dalam hal pelayanan. 86

97 Salah satu pencapaian terpenting adalah penerbitan paspor elektronik (e-passport) untuk paspor diplomatik dan paspor dinas yang disainnya telah disetujui oleh Menteri Luar Negeri pada 15 Agustus 2011, kemudian untuk ditingkatkan dalam hal faktorf keamanan dokumen (security features) sesuai standar internasional. Paspor diplomatik dan dinas elektronik RI nantinya akan berbasis kepada teknologi biometriks dan foto langsung sebagai faktor pengaman sesuai standard International Civil Aviation Organization (ICAO). Sepanjang tahun 2013, dalam hal capaian komponen 1 IKU-5, Kementerian Luar Negeri mencapai realisasi 83,33% dari target 100%. Hasil tersebut didapatkan dari 20 responden yang menyatakan puas atas total 24 responden. Capaian tersebut dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: Tabel Realisasi dan Capaian Komponen 1 Indeks IKU-5 Komponen 1 Target Capaian Informasi Kinerja Jumlah % Persentase penerima jasa yang menyatakan puas atas pelayanan kekonsuleran 100% 83.33% Jumlah penerima jasa yang menyatakan puas atas pelayanan Jumlah penerima jasa yang mengembalikan kuesioner Selama periode Juli 2009 hingga Desember 2013, Kementerian Luar Negeri telah mengeluarkan paspor, exit-permit, dan rekomendasi visa dengan data-data sebagai berikut : Tabel Tahun 2009 Dokumen yang Diplomatik Dinas Total diterbitkan Paspor Exit-Permit Rekomendasi Visa Tabel Tahun 2010 Dokumen yang Diplomatik Dinas Total diterbitkan Paspor Exit-Permit Rekomendasi Visa

98 Tabel Tahun 2011 Dokumen yang Diplomatik Dinas Total diterbitkan Paspor Exit-Permit Rekomendasi Visa Tabel Tahun 2012 Dokumen yang Diplomatik Dinas Total diterbitkan Paspor Exit-Permit Rekomendasi Visa Tabel Tahun 2013 Dokumen yang Diplomatik Dinas Total diterbitkan Paspor Exit-Permit Rekomendasi Visa Kementerian Luar Negeri memiliki fungsi dalam hal koordinasi dan pelaksanaan program di bidang permohonan visa diplomatik dan dinas dari perwakilan asing dan permohonan visa dari tenaga ahli asing yang diperbantukan kepada Pemerintah RI dan Organisasi Internasional yang berada di Indonesia. Tupoksi utama Subdit Visa dan TAA adalah memberikan otorisasi visa diplomatik dan dinas bagi WNA yang akan melaksanakan tugas penempatan di Perwakilan Asing/Organisasi Internasional di Indonesia. Hal ini juga mencakup penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur permohonan visa diplomatik dan dinas dimaksud. Kementerian Luar Negeri juga menyelesaikan pembentukan Persetujuan Bebas Visa bagi Pemegang Paspor Diplomatik dan Dinas dengan negara sahabat. Sampai saat ini telah terdapat 51 PBV antara RI dengan negara sahabat (41 PBV yang sudah berlaku serta 10 PBV yang sudah ditandatangani dan menunggu proses ratifikasi), juga ditambah dengan PBV lain yang masih dalam proses pembahasan. (dalam matriks terlampir) Selain itu, Kementerian Luar Negeri juga memberikan dukungan dan bantuan teknis untuk kegiatan dan pertemuan internasional yang dilaksanakan di Indonesia khususnya yang terkait dengan lalu lintas orang asing pemegang paspor diplomatik dan dinas. Dalam hal ini, mencakup antara lain pengiriman rekomendasi permintaan Visa Kunjungan Saat Kedatangan (VKSK) kepada Ditjen Imigrasi terutama bagi WNA yang bukan termasuk dalam subyek VKSK, serta membuat Letter of Guarantee (LoG) bagi warga negara asing yang akan melakukan pertemuan internasional di Indonesia. Sesuai Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. M.HH- 88

99 01.GR Tahun 2010, VKSK diberikan kepada 63 negara selama 30 hari dengan biaya US$25. LoG diberikan kepada WNA pemegang paspor diplomatik, dinas dan biasa yang bukan merupakan subyek VKSK, dan akan ke Indonesia dalam rangka menghadiri pertemuan internasional di Indonesia. Pemberian LoG harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Ditjen Imigrasi, Kementerian Hukum dan HAM. Adapun data pengeluaran otorisasi Visa, pengiriman Rekomendasi VKSK serta pengeluaran LoG adalah sebagai berikut: No. Periode Waktu Otorisasi Visa Rekomendasi VKSK 1. Okt Des LoG 2. Jan Des Jan Des Jan Des Stiker Visa Diplomatik dan Dinas Dalam pencapaian komponen 1 Indeks IKU-5, Kementerian Luar Negeri menghadapi kendala di antaranya kuranya SDM, tingkat kemampuan teknologi informasi (TI) yang dimiliki oleh SDM, serta belum pahamnya arti pelayanan publik oleh SDM yang ada. Mengatasi kendala tersebut, Kementerian Luar Negeri berupaya untuk melakukan penambahan jumlah SDM, pemberian kursus-kursus terkait dengan IT, maupun maupun sosialisasi dan pendalaman materi tentang UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dan memberikan penyuluhan materi bagaimana cara pelayanan yang baik dan benar. 89

100 Analisis Komponen 2 IKU-6 SS-5: Persentase Pelayanan Keprotokolan yang Sesuai dengan Protap yang Berlaku Dalam melaksanakan pelayanan keprotokolan sangat diperlukan koordinasi yang baik dan lancar baik dilingkungan internal maupun eksternal para pemangku kepentingan lainya. Pelayanan keprotokolan di antaranya adalah mempersiapkan dan melaksanakan keprotokolan kunjungan Presiden RI dan Wapres RI, kunjungan tamu negara setingkat Kepala Negara/Pemerintahan maupun Menteri Luar Negeri, pengurusan persetujuan atau agreement bagi calon Duta Besar negara sahabat untuk Indonesia, memfasilitasi permintaan penggunaan ruangan VIP bandara udara oleh Duta Besar LBBP negara sahabat di Jakarta maupun tamu kedutaan setingkat Menteri, memproses permintaan pengaturan kunjungan kehormatan atau courtesy call Duta Besar LBBP negara sahabat maupun pejabat tinggi asing kepada pejabat Indonesia, memproses lebih lanjut usulan pemberian tanda jasa/kehormatan RI kepada warga negara asing maupun tanda jasa/kehormatan asing kepada warga negara Indonesia, memberikan bantuan keprotokolan kepada instansi pemerintah lainnya pada penyelenggaraan acara-acara resmi/konferensi yang dihadiri kalangan diplomatik atau tamu asing, serta meneruskan permintaan kedutaan besar asing di Jakarta mengenai penyampaian surat-surat Kepala Negara/Pemerintahan/Menteri asing kepada pejabat tinggi RI. Sepanjang tahun 2013, dalam hal capaian komponen 2 IKU-6 104,07%, dengan realisasi yang dicapai adalah 98, 87% sebagaimana tabel terlampir. Tabel Realisasi dan Capaian Komponen 2 Indeks IKU-5 Komponen 2 Target Capaian INFORMASI KINERJA JUMLAH % Persentase pelayanan keprotokolan yang sesuai prosedur tetap 95% % Jumlah pelayanan keprotokolan yang sesuai protap Jumlah seluruh pelayanan keprotokolan yang dilakukan 31,60 98,87 31,96 Realisasi Tahun 2013 realisasi tahun ,9 31,8 31,7 31,6 31,5 31,4 Jumlah pelayanan keprotokolan yang sesuai protap Jumlah seluruh pelayanan keprotokolan yang dilakukan 90

101 Tahun 2013, telah dilaksanakan 19 (sembilan belas) kunjungan Presiden/ Wapres RI ke luar negeri. Adapun kunjungan tamu negara / tamu pemerintah ke Indonesia selama tahun 2013 tercatat sebanyak 40 (empat puluh) kunjungan. Dari ke-40 kunjungan tersebut terdapat 22 (dua puluh dua) kunjungan kepala negara atau kepala pemerintahan ke Indonesia baik dalam rangka kunjungan kenegaraan / resmi atau dalam rangka kunjungan kerja menghadiri konferensi internasional yang diselenggarakan di Indonesia pada tahun Sedangkan terdapat 18 (delapan belas) kunjungan tamu menteri luar negeri ke Indonesia baik dalam rangka kunjungan bilateral maupun kunjungan menghadiri konferensi internasional. Dibandingkan degan kunjungan pada tahun 2010 terdapat 30 kunjungan tamu negara, pad atahun 2011 terdapat 84 kunjungan tamu negara di mana jumlah tersebut meningkat signifikan atas Keketuaan Indonesia dalam KTT ASEAN ke- 18, sedangkan pada tahun 2012 terdapat 35 kujungan tamu negara. Grafik Perbandingan Jumlah Kunjungan Tamu Negara/ Tamu Pemerintahan 19% 21% 16% 44% Dalam setiap kunjungan baik outgoing maupun incoming selalu dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap. Namun, dalam pelaksanaannya Kementerian Luar Negeri menghadapi beberapa kendala dalam melaksanakan prosedur tetap tersebut, yaitu: 1. Pada saat kunjungan Presiden/Wapres ke luar negeri, yaitu daftar delegasi Indonesia tidak pernah dapat diserahkan kepada pihak tuan rumah negara yang dikunjungi pada jauh hari sebelum keberangkatan Presiden/Wapres RI karena selalu berubah hingga keberangkatan Presiden / Wapres RI. 2. Pada saat kunjungan Tamu Negara/Pemerintah ke Indonesia, yaitu: a. adanya Force Majeur yang tidak memungkinkan beberapa prosedur tidak dilaksanakan. b. kesehatan tamu negara/tamu pemerintah yang tidak memungkinkan dilaksanakannya seluruh prosedur tetap/kegiatan selama kunjungan kenegaraan tersebut. c. tidak adanya kedutaan/perwakilan asing di Indonesia pada kunjungan tamu negara/ pemerintah yang membuat koordinasi persiapan kunjungan menjadi kurang intensif. Meskipun demikian, untuk mengatasi kendala tersebut Kementerian Luar Negeri melakukan upaya upaya sbb: 91

102 1. Kemlu perlu melakukan sosialiasi kembali mengenai Praktek keprotokolan kepada Instansi Pemerintah lainnya baik di Pusat maupun di Daerah karena masih dijumpai belum sepenuhnya terdapat keseragaman, terutama dengan mengacu pada Undang- Undang nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan dan peraturan ketentuan lainnya dan kelaziman dalam pergaulan internasional yang berlaku. Sosialisasi keprotokolan Negara yang telah dilakukan saat ini masih sangat terbatas, sehingga mengingat intensitas hubungan dan kerjasama internasional akan semakin tinggi, khususnya semakin terbukanya akses langsung Daerah ke dunia luar, maka perlu dilakukan sosialisasi terpadu, termasuk didalamnya masalah keprotokolan. Untuk keperluan tersebut, perlu disusun bahan sosialisasi keprotokolan yang update dan praktis sehingga memudahkan terselenggaranya Credentials Credential keseragaman dalam praktek (upacara keprotokolan dan koordinasi s (upacara yang lebih intensif sesuai diplomatik) prosedur tetap dengan para diplomatik tanggal 9 pihak terkait (instansi pemerintah di pusat dan April ) tanggal 2013 daerah serta perwakilan negara asing) dalam mempersiapkan 9 April kunjungan Presiden/Wapres RI keluar negeri maupun 2013 kunjungan Tamu Negara/Pemerintah Asing ke Indonesia untuk meminimalisir terjadinya hal-hal force majeur. 2. Kemlu melalui standarisasi pelayanan keprotokolan yang prima yang akan menghasilkan kelancaran dan kenyamanan dalam penyelenggaraan acara-acara yang bersifat bilateral maupun multilateral. Pada gilirannya, kondisi tersebut dapat ikut menyumbang kepada tercapainya kepentingan nasional yang lebih luas dengan melaksanakan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia maupun sarana dan prasarana. Dengan kapasitas internal yang semakin baik, tuntutan pengguna untuk memperoleh pelayanan keprotokolan yang prima tentu dapat dijawab oleh Kemlu. Analisis Komponen 3 IKU-6 SS-5: Persentase penyelesaian dokumen fasilitas diplomatik yang diselesaikan sesuai SOP Perbaikan, penyempurnaan prosedur, peningkatan prasarana dan kapasitas sumber daya manusia dalam pelayanan fasilitas diplomatik senantiasa ditingkatkan. Sejak tahun 2008, Kementerian Luar Negeri berupaya melakukan penataan ulang dalam pelayanan Kartu Tanda Pengenal Perwakilan Negara Asing antara lain mempersingkat waktu pengurusan ID Card 92

103 Diplomatik, Dinas, Konsuler, Kondul Kehormatan dan Organisasi Internasional yaitu dengan merancang sistem Local Area Netwok (LAN). Upaya penataan ulang Kartu Tanda Pengenal Perwakilan Negara Asing ini mendapat pengakuan yang baik dengan diperolehnya Sertifikasi Manajemen Mutu ISO 9001:2001 (28 Desember 2010) untuk proses penerbitan ID Card untuk para pejabat diplomatik, konsuler dan organisasi internasional yang ada di Indonesia. ID/KARTU TANDA PENGENAL WARNA STATUS 1. Merah = Diplomatik 2. Orange = Konsuler 3. Biru = Organisasi Internasional 4. Kuning = Dinas 5. Hijau = Konsul Sepanjang tahun 2013, dalam hal capaian komponen 3 IKU-6 yaitu Presentase Penyelesaian Dokumen Fasilitas Diplomatik yang Diselesaikan sesuai SOP, dari target 95%, tingkat realisasi adalah sebesar 93% sebagaimana tabel di bawah ini. Dengan demikian, capaian untuk IKU tersebut adalah 97,89%. Tabel Realisasi dan Capaian Komponen 3 Indeks IKU-5 Komponen 3 Target Capaian Informasi Kinerja Jumlah % IKU 6: Persentase penyelesaian dokumen fasilitas diplomatik yang diselesaikan sesuai SOP. 95 % 97.89% Jumlah dokumen fasilitas diplomatik yang diselesaikan sesuai SOP Jumlah dokumen fasilitas diplomatik yang diselesaikan

104 Realisasi Tahun 2013 realisasi tahun Jumlah dokumen fasilitas diplomatik yang diselesaikan sesuai SOP Jumlah dokumen fasilitas diplomatik yang diselesaikan Selain menyelesaikan dokumen dokumen permohonan fasilitas diplomatik dari Perwakilan Negara Asing di Indonesia, Kementerian Luar Negeri telah melakukan pemutakhiran database antara lain Database Konsul Honorer Perwakilan Negara Asing di Indonesia; Database Pengamanan, Pengawasan dan Kasus yang dihadapi oleh Perwakilan Negara Asing di Indonesia; Database Barang dan Minuman Beralkohol dari Perwakilan Negara Asing di Indonesia; Database Perizinan Bangunan dan Frekuensi Radio kepada Perwakilan Negara Asing di Indonesia; serta database Kendaraan Bermotor (Ranmor) dan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) Nopol CD/CC. Pemutakhiran database tersebut mutlak dilakukan sebagai media pengawasan dan pengendalian terhadap fasilitas fasilitas diplomatik yang telah diberikan kepada Perwakilan Negara Asing di Indonesia beserta pejabatnya. Database tersebut juga bertujuan untuk memberikan pertimbangan dan rekomendasi kepada pimpinan, terkait permohonan pengamanan Perwakilan Negara Asing dan Pejabatnya di Indonesia yang memerlukan penelaahan dan kontrol yang terukur Dalam rangka pengawasan dan pengendalian pemberian perizinan fasilitas diplomatik kendaraan bermotor Perwakilan Negara Asing dan Pejabatnya di Indonesia, Kementerian Luar Negeri juga secara berkala melakukan rapat Tim Penilai Kewajaran (TPK) yang bertujuan untuk memberikan pertimbangan dan rekomendasi kepada pimpinan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam pencapaian komponen 3 Indeks IKU-6, Kementerian Luar Negeri menghadapi kendala di antaranya belum dapat difinalisasi yaitu Revisi Buku Himpunan Ketentuan Pemberian Fasilitas Diplomatik (Privileges and Immunities) bagi Perwakilan Negara Asing dan Organisasi Internasional beserta Pejabatnya di Indonesia. Buku pedoman tersebut dicetak terakhir kali pada tahun 2003 dan meskipun telah terdapat beberapa perubahan kebijakan terkait pemberian fasilitas diplomatik untuk PNA, namun hingga saat ini Kementerian Luar Negeri belum dapat menyelesaikan konsep buku pedoman yang baru. 94

105 Kegiatan Revisi buku Himpunan Ketentuan Pemberian Fasilitas Diplomatik bagi PNA di Indonesia beserta Pejabatnya dan Peraturan Peraturan di bidang Perpajakan dan Properti Terbaru hingga saat ini belum dapat difinalisasi terkait dengan koordinasi dengan berbagai instansi seperti Direktorat Jenderal Pajak (Kementerian Keuangan), Polda Metro Jaya, Badan Pertanahan Nasional dan Kementerian/Lembaga terkait lainnya. Selain itu, peraturan terkait perpajakan dan properti bersifat nasional, sehingga diperlukan political will dan komitmen bersama dari semua pihak. Untuk mengatasi kendala tersebut, pada akhir tahun 2013 Kementerian Luar Negeri telah mengadakan rapat pembahasan yang lebih intensif, dan diharapkan buku pedoman edisi baru dapat diterbitkan pada tahun

106 Sasaran Strategis (SS-6): Meningkatnya Citra Indonesia Dimata Publik Domestik dan Internasional Peningkatan citra Indonesia di mata publik domestik dan internasional dilakukan melalui serangkaian komunikasi efektif atas perkembangan-perkembangan dan pelaksanaan politik luar negeri kepada publik di dalam negeri, menyerap masukan dan aspirasi publik di dalam negeri, mempromosikan citra Indonesia di luar negeri dan aktif menggalang koordinasi dengan kalangan pemangku kepentingan. Beberapa sarana komunikasi tersebut dapat dilakukan melalui rangkaian kegiatan diantaranya Presidential Friends of Indonesia, Interfaith Dialogue and Empowering the Moderates, Indonesian Arts and Culture Scholarship (Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia-BSBI) dan Indonesian Channel, Outstanding Student for the World, Public Diplomacy Campaign, Duta Belia, Updates from the Region, Diplomatic Gathering, Public Lecture, Pelayanan Publik, Promosi dan Community Outreach MKAA (Museum Konferensi Asia Afrika), Terbitan Tabloid Diplomasi, dan Bali Democracy Forum (BDF). Sejak dimulainya Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) pada tahun 2003, jumlah total peserta yang mengikuti BSBI hingga tahun 2013 mencapai sebanyak 519 (lima ratus sembilan belas) peserta. Data peningkatan jumlah siswa dari tahun sebagai berikut: Tabel Data Penerima Beasiswa BSBI Tahun Jumlah Peserta Jumlah Negara

107 Data di atas menunjukkan adanya peningkatan jumlah pendaftar/peminat dari tahun ke tahun untuk berpartisipasi pada program BSBI. Hal ini mencerminkan semakin meningkatnya ketertarikan masyarakat di negara sahabat akan budaya Indonesia. Pada gilirannya, para penerima beasiswa BSBI tersebut dapat menjadi aset untuk mempromosikan Indonesia di negara masing-masing. Sejak tahun 2004, Pemerintah Indonesia melalui Kemlu RI dan Kemenag RI telah melakukan serangkaian dialog lintas agama (DLA), baik pada tingkat bilateral, regional maupun multilateral. Pada tingkat multilateral, Indonesia telah aktif dalam berbagai forum DLA, a.l. melalui The Non-Aligned Movement (NAM) Interfaith Dialogue dan United Nations Alliance of Civilization (UNAOC). Pada tahun 2014, Indonesia akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan The 6 th Global Forum of UNAOC atas capaian Indonesia yang dinilai tepat untuk menggambarkan kehidupan antar umat beragama dalam kerangka mencari solusi berbagai tantangan global, serta latar belakang Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar menjadi daya tarik tersendiri dalam pembahasan menjembatani berbagai perbedaan, seperti dunia Barat dan dunia Islam. Forum ini akan diselenggarakan di Bali pada Agustus Pada tingkat bilateral, jumlah negara yang telah menjalin kerjasama DLA dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel Jumlah Negara Pada Tingkat Bilateral Dialog Lintas Agama ( ) Tahun Jumlah penyelenggaraan DLA Jumlah Negara yang telah menjalin kerjasama DLA

108 Data dan gambar di atas menunjukkan bahwa Dialog Lintas Agama pada tingkat bilateral, yang telah menjalin kerjasama dan berpartisipasi aktif sejumlah 22 negara sejak dicanangkan sejak 2004, yaitu Amerika Serikat (2010, 2012), Austria (2009, 2010), Belanda (2009), Bulgaria (2010), Ceko (2010), Ethiopia (2011), Hungaria (2010), Inggris (2008), Italia (2009, 2012), Jerman (2010, 2011, 2013), Kanada (2008,2013), Lebanon (2008, 2011), Polandia (2011,2013), Rusia (2009), Serbia (2011,2013), Spanyol (2010), Uni Eropa (2010), Vatikan (2008), Yunani (2011), Chile (2012), Argentina (2012), Pakistan (Intrafaith: empowering the moderates, 2012). Dialog Lintas Agama merupakan kegiatan soft power yang banyak menarik minat negara-negara sahabat untuk bekerja sama dengan Indonesia dalam mengedepankan sikap toleransi dan saling memahami antar sesama umat beragama dan antar peradaban. Upaya pro-aktif Indonesia ini ditargetkan untuk melawan stereotip negatif tentang Islam yang berkembang di Barat dimana terdapat anggapan bahwa Islam berada dibalik berbagai aksi terorisme. Selain itu, Dialog Lintas Agama dimanfaatkan untuk menampilkan Indonesia sebagai negara multikultur yang hidup bertoleransi dan harmoni, sekaligus memberikan kontribusi demi terciptanya harmony among civilizations. Kegiatan DLA melibatkan pemangku kepentingan: tokoh agama, masyarakat madani, akademisi, media, dan generasi muda. Melalui DLA, Pemerintah Indonesia terus berupaya membuka jejaring dan kerjasama internasional yang lebih implementatif di tingkat akar rumput, baik dengan masyarakat madani Indonesia, juga dengan mitra di luar negeri. Melalui dialog lintas agama yang akan 98

109 dilakukan, Indonesia dapat saling bertukar pengalaman dengan negara mitra mengenai pluralitas dan harmoni antar peradaban, serta diharapkan akan tercipta berbagai kerjasama di bidang dialog lintas agama. Peningkatan citra Indonesia dapat pula digambarkan melalui peningkatan pengunjung website Kementerian Luar Negeri untuk mendapatkan informasi berkaitan dengan kebijakan hubungan luar negeri Indonesia dengan negara-negara di dunia. Pada tahun 2013, capaian kinerja rata-rata pengunjung website Kemlu, dalam satu bulan terjadi peningkatan yang signifikan yaitu % dari target 3500 yang ditetapkan pada awal tahun anggaran (berdasarkan hasil penghitungan Google Analytic). Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh semakin dikenalnya website Kemlu oleh publik sebagai website yang dapat dipercaya (kredibel) dan dapat diandalkan, antara lain akibat dari terintegrasinya portal Kemlu dengan website Perwakilan, serta meningkatnya kesadaran Satker untuk memanfaatkan website Kemlu untuk mempublikasikan berita dan kegiatan Satker yang terkait dengan pelaksanaan diplomasi Indonesia, seperti hasil-hasil sidang KTT Asean, BDF, KTT APEC, dan sebagainya. Berita di website juga menjadi rujukan bagi banyak media nasional maupun internasional. Selain itu, peningkatan jumlah pengunjung juga merupakan hasil dari upaya-upaya yang dilakukan dalam kurun waktu 2013 untuk meningkatkan kualitas konten portal Kemlu. Disamping itu, upaya-upaya peningkatan citra Indonesia tidak terlepas dari kondisi keamanan yang kondusif, baik di dalam maupun luar negeri. Sebagai bagian dari upaya tersebut, Kementerian Luar Negeri pada 2013 telah melakukan langkah pengamanan terhadap 17 (tujuh belas) Perwakilan RI di luar negeri. Jumlah ini meningkat jika dibandingkan dengan pada 2012, yaitu 10 (sepuluh) Perwakilan. Tabel Kegiatan Pengamanan Perwakilan RI tahun 2012 dan 2013 Tahun 2012 (10 Perwakilan) KBRI Islamabad, KBRI Santiago, KBRI Lima, KBRI Beograd, KBRI Vatikan, KBRI Roma, KBRI Suva, KBRI Port Moresby, KJRI Karachi, dan KRI Vanimo. Tahun 2013 (17 Perwakilan) KBRI Sana a, KBRI Riyadh, KJRI Jeddah, KJRI Hong Kong, KJRI Guangzhou, KJRI Shanghai, KBRI Manila, KJRI Davao City, KBRI Beijing, KBRI Khartoum, KBRI Pretoria, KBRI Kabul, KBRI Oslo, KJRI Osaka, KRI Songkhla, KJRI Penang dan KJRI Johor Bahru. 99

110 Selama periode 2013, Kementerian Luar Negeri telah melakukan revisi Sasaran Strategis menjadi Meningkatnya Citra Indonesia Dimata Publik Domestik dan Internasional yang diukur melalui Indikator Kinerja Utama (IKU-7) Indeks citra positif penyelenggaraan politik dan hubungan luar negeri dari persepsi masyarakat domestik dan internasional dengan target indeks 4 yang realisasinya indeks 6 (81,04%). Perhitungan indeks tersebut diperoleh dari komponen dan pembobotan sebagai berikut: No Komponen Bobot Realisasi Indeks Realisasi Capaian Pembobotan 1 Persentase citra positif Indonesia di wilayah ,5 negara akreditasi 2 Persentase dukungan konstituen terhadap aset diplomasi publik dan politik luar negeri Indonesia Persentase pemberitaan positif tentang Indonesia yang dimuat media asing di Indonesia 4 Persentase peningkatan permintaan bantuan kerjasama teknis dari Indonesia yang diterima 5 Persentase peningkatan kegiatan bantuan kerjasama teknis melalui mekanisme triangular 6 Persentase negara yang hadir dalam rangka kegiatan diplomasi publik 10 78,49 78,49 7, ,57 62,57 6, ,67 66,67 6, ,17 79,17 7,91 Jumlah 81,04 Meskipun sasaran strategis sudah tercapai dengan baik, namun dalam kerangka meningkatkan kinerja masih menghadapi kendala utama, yaitu masih terlalu luasnya stakeholder yang menjadi target, sehingga menyebabkan tidak optimalnya informasi yang ingin disampaikan. Selain itu, kepedulian dan minat stakeholder juga masih rendah. Beberapa media internasional masih menyoroti isu-isu negatif mengenai Indonesia, misalnya bencana alam, korupsi, pelanggaran HAM dan lingkungan hidup, yang dapat mempengaruhi pandangan publik internasional. Kementerian Luar Negeri juga terkendala dengan masalah sumber daya yang dimiliki kurang mendukung, khususnya SDM, sarana dan prasarana pendukung. 100

111 Pada 2013, Kementerian Luar Negeri telah berupaya mengatasi kendala-kendala utama di atas diantaranya melalui asas prioritas dari stakeholder yang dapat dijangkau. Untuk mengatasi kurangnya minat telah dilakukan langkah-langkah proaktif dengan memberikan insentif dan melakukan kunjungan ke wilayah-wilayah yang sulit terjangkau. Dalam rangka mengurangi pemberitaan negatif media massa, upaya yang dilakukan selama ini yaitu memperbanyak frekuensi pertemuan dengan media melalui media gathering, dengan menghadirkan narasumber yang berkompeten. Kementerian Luar Negeri juga memaksimalkan sarana prasarana yang ada saat ini guna mengoptimalkan pelaksanaan kinerja. Kedepannya, Kementerian Luar Negeri terus melakukan langkah engagement dengan media massa secara lebih intensif melalui media gathering dan meningkatkan jumlah peserta Journalist Visit Program. ANALISA IKU-7 SS-6: Indeks citra positif penyelenggaraan politik dan hubungan luar negeri dari persepsi masyarakat domestik dan internasional. Indeks citra positif diperoleh dengan 6 komponan dengan pembobotan yang berbeda, yaitu: Persentase citra positif Indonesia di wilayah negara akreditasi 30 Persentase dukungan konstituen terhadap aset diplomasi publik dan politik luar negeri Indonesia 20 Persentase pemberitaan positif tentang Indonesia yang dimuat media asing di Indonesia 10 Persentase peningkatan permintaan bantuan kerjasama teknis dari Indonesia yang diterima 10 Persentase peningkatan kegiatan bantuan kerjasama teknis melalui mekanisme triangular 10 Persentase negara yang hadir dalam rangka kegiatan diplomasi publik 10 ANALISA komponen 1 IKU 7: Persentase citra positif Indonesia di wilayah negara akreditasi Citra Positif Indonesia di wilayah negara akreditasi diperoleh dengan menggunakan data primer langsung dari 132 (seratus tiga puluh dua) Perwakilan RI di luar negeri dengan menyampaikan data quesioner kepada stakeholders Perwakilan RI, yang mencakup aspek politik, ekonomi, dan sosial budaya. Dari jumlah 132 (seratus tiga puluh dua), terdapat 83 (delapan puluh tiga) perwakilan yang menyampaikan kembali jawaban quesioner. Adapun stakeholders yang menjadi target survey diantaranya berasal dari unsur pemerintah, parlemen, pengusaha, kalangan akademisi, media negara setempat, dan masyarakat umum lainnya. Berdasarkan hasil survey, secara keseluruhan diperoleh hasil bahwa stakeholders yang menjawab sangat setuju dan setuju adalah sebanyak 84.51%. Hasil survey selengkapnya dapat dilihat dari matriks dan tabel di bawah ini. 101

112 SS S KS TS TT/Kosong 41.84% 42.67% 7.14% 1.46% 6.89% Keterangan: Dari Grafik di atas menunjukkan Persentase Citra Positif Indonesia cukup relatif tinggi % koresponden menyatakan Sangat Setuju (SS) terhadap Citra Positif Indonesia % koresponden menyatakan Setuju (S) terhadap Citra Positif Indonesia 7.14 % koresponden menyatakan Kurang Setuju (KS) terhadap Citra Positif Indonesia 1.46 % koresponden menyatakan Tidak Setuju (TS) terhadap Citra Positif Indonesia 6.89 % koresponden menyatakan Tidak Tau/Kosong (TT/K) terhadap Citra Positif Indonesia Jadi, 84.51% = % % -) Hal ini menunjukkan bahwa Presnetase Citra Positif Indonesia sangat tinggi. Terdapat 83 negara yang mengisi kusioner dari 132 negara yang disebar. Secara politik, citra positif Indonesia yang ditandai dengan jawaban sangat setuju dan setuju mencapai 86,63%, secara ekonomi 78%, secara sosial budaya 88,40% dengan rincian selengkapnya sebagaimana table dibawah ini: Bidang SS S KS TS a. Politik 37.63% 49% 5.16% 0.90% b. Ekonomi 35.20% 42.80% 9.98% 0.80% c. Sosial Budaya 52.70% 35.70% 6.29% 2.70% 102

113 Data primer yang diperoleh langsung dari perwakilan di luar negeri baru dilakukan tahun 2013 guna mengetahui citra positif yang ada di Perwakilan RI di luar negeri sebagai wujud dari outcome kinerja perwakilan. ANALISA komponen 2 IKU 7: Persentase dukungan konstituen terhadap aset diplomasi publik dan politik luar negeri Indonesia Sepanjang tahun 2013, capaian komponen 2 IKU 7 yaitu Persentase dukungan konstituen terhadap asset diplomasi publik dan politik luar negeri Indonesia, Kementerian Luar Negeri mencatat bahwa dari target 85% konstituen yang mendukung aset diplomasi publik dan politik luar negeri Indonesia, sebanyak 100% konstituen menyatakan mendukung (491 dari 491 peserta yang memberikan kuesioner). Dengan demikian, capaian untuk komponen tersebut adalah sebesar % sebagaimana tabel berikut: KOMPONEN INFORMASI KINERJA JUMLAH % Persentase dukungan konstituen terhadap aset diplomasi publik dan politik luar negeri Indonesia Jumlah peserta yang mendukung 491 Jumlah kuesioner yang diterima ,65% 103

114 Data primer yang digunakan untuk mengkur komponen ini adalah kuesioner yang disebarkan kepada seluruh peserta melalui penghitungan jawaban kuesioner yang diterima, contoh kuesioner terlampir. Untuk menghitung kinerja ini Kementerian Luar Negeri telah melakukan beberapa kali sosialisasi. Kendala utama yang dihadapi guna mencapai kinerja komponen tersebut antara lain belum dipahaminya secara baik aset-aset diplomasi yaitu demokrasi, keberagaman budaya, ekonomi progresif, Islam moderat, kerukunan umat beragama dan kekayaan sumber daya alam. Untuk mengatasi kendala itu telah dilakukan antara lain sosialisasi, kuliah umum di berbagai Universitas di tanah air serta menerima kerja sama yang ditawarkan oleh Universitas, melaksanakan Updates from the region, diplomatic tour, dsb. Kedepannya akan dilakukan open house Kemlu RI bagi pelajar dan mahasiswa di Jakarta dan sekitarnya. ANALISA komponen 3 IKU 7: Persentase pemberitaan positif tentang Indonesia yang dimuat media asing di Indonesia Sepanjang tahun 2013, capaian komponen 3 yaitu Persentase pemberitaan positif tentang Indonesia yang dimuat di media asing di Indonesia, Kementerian Luar Negeri mencatat bahwa dari 93 (sembilan puluh tiga) pemberitaan yang disebarkan, ada 73 (tujuh puluh tiga) pemberitaan yang dimuat. Dengan realisasi kinerja 78,49% dari target 80%, sehingga capaian kinerja untuk komponen ini adalah sebesar 98,11% sebagaimana tabel di bawah ini. KOMPONEN INFORMASI KINERJA JUMLAH % Persentase pemberitaan positif tentang Indonesia yang dimuat di media asing di Indonesia Pemberitaan yang dimuat 73 Pemberitaan yang disebarkan % Capaian selengkapnya pemberitaan positif tentang Indonesia yang dimuat media asing di Indonesia terlampir, sebagai informasi kinerja/data dukung komponen 3. Dari 93 (sembilan puluh tiga) pemberitaan yang disebarkan tersebut di atas, beberapa pemberitaan yang dimuat oleh media selama tahun 2013 yang bernilai positif dalam rangka diseminasi informasi terkait kebijakan hubungan luar negeri dan pelaksanaan diplomasi Indonesia antara lain adalah: 104

115 1. Kemlu Bantu Proses Pemulangan Jenazah WNI di Malaysia 2. Menteri Luar Negeri RI Menerima Kunjungan Menteri Luar Negeri Republik Federal Jerman Dr.Guido Westerwelle 3. Pernyataan Pemerintah Republik Indonesia Terkait Uji Coba Nuklir Republik Demokratik Rakyat Korea Pada Tanggal 12 Februari Bali Process Ke-5: Kukuhkan Satu-Satunya Mekanisme Regional Perangi Penyelundupan Manusia Dan Perdagangan Orang 5. Peringatan 58 Tahun Konferensi Asia Afrika 1955 di Museum Konperensi Asia-Afrika 6. Bandung Spirit Program 2013: Sarana Pengembangan Konektivitas dan Kerja Sama Indonesia dengan Kawasan Pasifik 7. Menlu Marty: Tidak Ada Jalan Pintas Menuju Demokrasi 8. Pemerintah RI Protes Pembukaan Kantor Free West Papua Di Oxford 9. Lagi, Kemlu Pulangkan 90 WNI dari Suriah 10. Menlu RI dan Menlu AS Bahas Sejumlah Isu Global dan Upaya Peningkatan Kerjasama Bilateral di Washington, D.C. 11. Kemlu Bebaskan WNI dari Hukuman Mati di Arab Saudi WNI Dipulangkan dari Suriah via Lebanon 13. Marty: Desak Masyarakat Internasional Hentikan Kekerasan di Mesir 14. Kongres Diaspora Indonesia Kedua 15. Pertemuan Besar Bahas Perlindungan WNI Di Luar Negeri 16. Indonesia Menjadi Tuan Rumah Penyelenggaran Konferensi Khusus Tingkat Menteri Tentang Penyelundupan Manusia dan Perdagangan Orang 17. Menlu RI Desak DK PBB Selesaikan Konflik di Timur Tengah 18. Menlu RI Mengecam Penggunaan Senjata Kimia di Suriah 19. Indonesia Terus Pulangkan WNI di Suriah Secara Bertahap 20. Pemulangan 225 WNI/TKI Eks Suriah Via Beirut, Lebanon 21. Menlu RI Himbau Pulihnya Perdamaian di Bagian Selatan Filipina 22. Menlu RI: Belanda adalah Mitra Penting 23. Kemitraan Indonesia-Inggris Cenderung Positif 24. Indonesia Meratifikasi Protokol Nagoya dan Konvensi Rotterdam 25. Indonesia Tekankan Konektivitas Regional Indonesia, Timor Leste Dan Australia 26. Menlu Marty: Tiga Hal Utama Untuk Mendorong Kemajuan Kawasan Ekonomi Asia Pasifik 27. Menumbuhkan Rasa Kekitaan Komunitas ASEAN melalui Festival Keraton dan Masyarakat Adat Asia Tenggara 28. Kunjungi Pyongyang: Marty Bahas Peningkatan Hubungan Bilateral dan Stabilitas di Kawasan 29. 2nd Indonesia-Serbia Bilateral Interfaith Dialogue 30. Indonesia Protes Keras Berita Fasilitas Penyadapan Kedubes AS di Jakarta 31. Indonesia Tuntut Penjelasan Terkait Berita Fasilitas Penyadapan Kedubes Australia Di Jakarta 32. Pertemuan Bilateral Menteri Luar Negeri RI dengan Wakil Tinggi Uni Eropa Untuk Urusan Luar Negeri dan Keamanan/ Wakil Presiden Komisi Eropa 33. Menlu RI Dorong Kerjasama Konkret ASEM 105

116 Media asing yang memuat pemberitaan positif tentang Indonesia antara lain adalah: AFP (Agence France-Presse), AP (Associated Press), Asahi Shimbun, BBC (British Broadcasting Corporation), CCTV (China Central Television), CNA (Channel News Asia), DPA (Deutsche Presse Agentur), Economic Daily, Frankfurter Allgemeine, Jiji Press, Kyodo News, Laos News Agency, Mainichi Shimbun, NHK TV, Nikkei Inc., People's Daily, Reuters, Straits Times, Thomson Reuters, Tokyo Shimbun/Chunichi Shimbun, TV3, Utusan Melayu, Vientiane Times, VOA, WSJ (Wall Street Journal), Xin Hua News Agency, Yomiuri Shimbun, AAP (Australian Associated Press), dan Vietnam News Agency (VNA). Meskipun capaian kinerja komponen 3 Persentase pemberitaan positif tentang Indonesia yang dimuat di media asing di Indonesia tersebut terkategori baik, namun dalam pelaksanaannya, Kementerian Luar Negeri menghadapi kendala utama, antara lain adanya penilaian (persepsi) sendiri oleh pihak media terkait terhadap nilai berita yang terkandung dalam suatu bahan pemberitaan yang disebarkan oleh Kementerian Luar Negeri. Akibatnya, keputusan untuk memuat atau tidak memuat pemberitaan tersebut sangat dipengaruhi oleh persepsi dimaksud. Mengatasi kendala tersebut, Kementerian Luar Negeri telah aktif melakukan pendekatan kepada media terkait baik secara personal maupun kelembagaan, antara lain dengan melaksanakan media gathering tematik secara periodik. Dengan media gathering, diharapkan dapat semakin menumbuhkan pemahaman dan ketertarikan media atas isu-isu tertentu. ANALISA komponen 4 IKU 7: Persentase peningkatan permintaan bantuan kerjasama teknis dari Indonesia yang diterima Sepanjang tahun 2013, dalam hal capaian komponen 4 yaitu Presentase peningkatan permintaan bantuan kerjasama teknis dari Indonesia yang diterima, Kementerian Luar Negeri mencatat bahwa jumlah permintaan kerjasama teknik meningkat sebesar 60% yakni dari 117 permintaan pada tahun 2012 menjadi 187 permintaan pada tahun 2013, (matriks permintaan tahun 2013 terlampir). Dengan demikian, capaian untuk komponen tersebut adalah sebesar 62,57% sebagaimana tabel di bawah ini: 106

117 KOMPONEN INFORMASI KINERJA JUMLAH % Presentase peningkatan permintaan bantuan kerjasama teknis dari Indonesia yang diterima Permintaan bantuan kerjasama teknik tahun berjalan Permintaan bantuan kerjasama teknik tahun sebelumnya ,57% Permintaan bantuan kerjasama teknik diterima oleh Kementerian Luar Negeri melalui nota diplomatik, kawat dan brafaks. Tidak terdapat hambatan yang berarti dalam meraih kategori baik dalam pencapaian kinerja komponen ini. Koordinasi yang baik dengan KBRI, kedutaan dan perwakilan organisasi asing memegang peranan penting dalam proses penawaran dan permintaan kerjasama teknik Indonesia. Pada dasarnya peningkatan kinerja dapat dilakukan, namun Kementerian Luar Negeri belum mampu merealisasikan seluruh permintaan dari negara-negara penerima bantuan. Hal ini disebabkan adanya keterbatasan sumber daya manusia dan anggaran. Untuk sementara ini, masalah anggaran diatasi dengan mengoptimalisasi anggaran yang tersedia. ANALISA komponen 5 IKU 7: Persentase peningkatan kegiatan bantuan kerjasama teknis melalui mekanisme triangular Sepanjang tahun 2013, dalam hal capaian komponen yaitu Persentase peningkatan kegiatan bantuan kerjasama teknik melalui mekanisme triangular, Kementerian Luar Negeri mencatat bahwa dari target 10% telah terjadi peningkatan realisasi kegiatan triangular tahun 2013 sebanyak 66,67%. Peningkatan realisasi tersebut didapat dari peningkatan kegiatan triangular dari 3 (tiga) kegiatan di tahun 2012 menjadi 5 (lima) kegiatan di tahun Dengan demikian, capaian untuk komponen tersebut adalah sebesar 166,67% sebagaimana tabel di bawah ini. 107

118 KOMPONEN INFORMASI KINERJA JUMLAH % Persentase Peningkatan kegiatan bantuan kerjasama teknis melalui mekanisme triangular Jumlah peningkatan kegiatan triangular tahun berjalan Jumlah kegiatan triangular tahun sebelumnya ,67% 5 (lima) kegiatan triangular yang mengindikasikan realisasi jumlah peningkatan kegiatan triangular tahun berjalan diantaranya didapatkan dari kegiatan pelatihan antara lain: 1. The Capacity Building on Environmental Impact Assessment: kerjasama triangular Indonesia, Timor Leste dan Jepang. 2. Participatory Community Development for Afghanistan: kerjasama triangular Indonesia, Afganistan dan Jepang. 3. Training on Gender Based Violence for PNG: kerjasama triangular Indonesia, PNG dan USAID. 4. International Training Workshop on Disaster Management: kerjasama triangular Indonesia dan USAID. 5. International Workshop on Democracy: Sharing Experience between Indonesia and Arab Countries: kerjasama triangular Indonesia dan UNIDO. Meskipun capaian kinerja komponen Persentase Peningkatan kegiatan bantuan kerjasama teknik melalui mekanisme triangular tersebut terkategori baik, namun dalam pelaksanaannya, Kementerian Luar Negeri dapat lebih meningkatkan kinerjanya apabila beberapa kendala utama, yaitu perubahan pengaturan kegiatan yang seringkali mendadak dapat diatasi melalui langkah-langkah penguatan koordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti Perwakilan RI di luar negeri. Kenaikan pencapaian kinerja tersebut tercermin dari beberapa contoh kegiatan Kementerian Luar Negeri. Jumlah kegiatan triangular pada 2013 dibanding jumlah kegiatan triangular pada 2012 meningkat dari 3 (tiga) kegiatan (2012) menjadi 5 (lima) kegiatan (2013). Selain itu, terjadi pula peningkatan permintaan kerjasama teknik dari 117 (seratus tujuh belas) permintaan pada 2012 menjadi 187 (seratus delapan puluh tujuh) permintaan pada Dengan peningkatan kegiatan triangular dan permintaan kerjasama teknik 108

119 mencerminkan meningkatnya kepercayaan asing terhadap Indonesia dalam rangka kerjasama di bidang capacity building. Disamping itu, dalam kerangka Kerjasama Selatan-Selatan (KSS), Indonesia telah memberikan bantuan teknik bagi negara-negara penerima melalui kegiatan pelatihan, pengiriman ahli, lokakarya, pemagangan dan pemberian bantuan peralatan baik yang dibiayai oleh APBN maupun atas kerjasama berbagai mitra pembangunan lainnya. Setiap tahun mengalami peningkatan, tidak hanya jumlah peserta, tapi juga jumlah negara dan kegiatannya. Seperti diketahui bahwa peningkatan kapasitas dalam kerangka KSS ini adalah merupakan alat dalam diplomasi ekonomi. Dengan kerjasama teknik memiliki ruang besar dan kesempatan mempromosikan produk dan pasar investasi Indonesia sekaligus membangun jembatan antara para pelaku bisnis terkait. Sejak program ini mulai pada 2006, telah menyelenggarakan 56 program bagi peserta dari 52 negara di bidang penguatan pangan, pembangunan sosial, makroekonomi, infrastruktur, pemberdayaan perempuan, kebencanaan, pengembangan UKM dsb. Selain itu, Indonesia juga melaksanakan program peningkatan kapasitas sebagai bagian dari upaya memberikan dukungan bagi pembangunan Palestina. Hal ini merupakan implimentasi komitmen Indonesia pada New Asian African Strategic Partnership (NAASP). Tabel Jumlah Kegiatan, Peserta dan Negara Kerja Sama Selatan-Selatan Jumlah Kegiatan Jumlah Peserta Jumlah Negara

120 ANALISA komponen 6 IKU 7: Persentase negara yang hadir dalam rangka kegiatan diplomasi publik Sepanjang tahun 2013, dalam hal capaian komponen yaitu Persentase negara yang hadir dalam rangka kegiatan diplomasi publik, Kementerian Luar Negeri mencatat bahwa dari 120 (seratus dua puluh) negara yang diundang, terdapat 95 (Sembilan puluh lima) negara yang hadir pada Bali Democracy Forum dengan persentase realisasi 79.17% dari target 85%. (List negara yang diundang dan yang hadir terlampir). Dengan demikian, capaian untuk komponen tersebut adalah sebesar 93.14% sebagaimana tabel di bawah ini: KOMPONEN INFORMASI KINERJA JUMLAH % Persentase negara yang hadir dalam rangka kegiatan diplomasi publik. Jumlah negara yang hadir 95 Undangan yang disebarkan ,14% Perhitungan komponen tersebut di atas diambil dari kegiatan utama yaitu Bali Democracy Forum (BDF) yang merupakan upaya mewujudkan terbentuknya tata bangun demokrasi (democratic architecture) yang kokoh di kawasan. Sejak tahun 2008, Indonesia telah memprakarsai BDF sebagai satu-satunya forum mengenai demokrasi di wilayah Asia Pasifik. Indonesia berpandangan bahwa sudah menjadi suatu kebutuhan untuk membentuk sebuah forum regional mengenai demokrasi yang dapat berkontribusi pada pengembangan dan intensifikasi dialog serta meningkatkan salingpengertian dan menghargai di antara bangsa-bangsa di Asia. BDF VI tahun 2013 dihadiri oleh 3 Kepala Negara/Pemerintahan, yaitu Presiden RI, Y.M. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono, Sultan Brunei Darussalam, Y.M. Sultan Hassanal Bolkiah, dan Perdana Menteri Timor-Leste, Y.M. Kay Rala Xanana Gusmao BDF VI. Berbeda dengan penyelenggaraan BDF V, format pertemuan BDF VI kembali ke pertemuan tingkat Menteri. BDF VI dihadiri oleh 20 Menteri dan Pejabat Setingkat Menteri, termasuk 10 Menlu, serta 9 Wakil Menteri, termasuk 8 Wamenlu. Secara keseluruhan, keikutsertaan negara-negara dan organisasi internasional pada BDF VI mengalami peningkatan. BDF VI diikuti oleh 87 negara (43 negara Peserta, dan 44 negara peninjau), serta 8 organisasi regional dan internasional sebagai Peninjau. Dalam perjalanannya, tingkat partisipasi pada BDF dari tahun ke tahun semakin mengalami kenaikan. Dari 40 negara pada tahun 2008 menjadi 95 negara dan organisasi 110

121 internasional yang berpartisipasi di tahun Peningkatan jumlah kehadiran Kepala Negara/Pemerintahan pada BDF juga ikut menambah bobotnya, seperti tergambar dalam data berikut: Tahun Negara Peserta + Observer Kenaikan (%) Kepala Negara/Pemerintah an Hal yang menyebabkan peningkatan tersebut adalah prinsip-prinsip utama yang diusung Bali Democracy Forum, antara lain bahwa demokrasi bersifat home-grown dan tidak dapat dipaksakan dari luar. Kendala utama yang ditemui dalam kegiatan BDF adalah jumlah alokasi anggaran untuk kegiatan BDF yang kurang proporsional untuk satu kegiatan berskala internasional yang dihadiri oleh beberapa Kepala Negara dan mengundang 120 pejabat setingkat Menteri. Kementerian Luar Negeri mengalami berbagai masalah dalam tahap-tahap persiapan BDF VI. Di samping itu, dalam pelaksanaannya di lapangan terdapat pula berbagai perubahan dan penambahan sejumlah keperluan sehingga juga berdampak pada peningkatan anggaran. Mengingat alokasi anggaran untuk kegiatan BDF VII di tahun 2014 tidak mengalami kenaikan yang signifikan, maka masih perlu dipertimbangkan alternatif penyelesaian di tahun mendatang agar tidak terulang kembali. Guna mengatasi kendala tersebut, Kementerian Luar Negeri melakukan optimalisasi anggaran, namun berdampak pada pengecilan skala kegiatan lain dan malah ada pembatalan pelaksanaan program yang sudah direncanakan sebelumnya. Peningkatan jumlah delegasi yang menghadiri BDF sejak tahun 2008 hingga 2013 dapat dilihat pada tabel berikut: 111

122 Tabel Jumlah Delegasi pada Bali Democracy Forum Tahun Negara Peserta+Observer+OI Kepala Negara/Pemerintahan Kementerian Luar Negeri terus mendukung upaya menjalankan peran strateginya mengkomunikasikan perkembangan-perkembangan di luar negeri kepada publik di dalam negeri, menyerap masukan dan aspirasi publik di dalam negeri, memantapkan citra Indonesia di luar negeri dan berperan aktif menggalang koordinasi dengan semua kalangan, baik pemerintah maupun non pemerintah dalam upaya memperjuangkan kepentingan nasional. Hingga penghujung tahun 2013, Capaian Kinerja Kementerian Luar Negeri dari sasaran strategis Meningkatnya Citra Indonesia Dimata Publik Domestik dan Internasional adalah 97,38%, sementara pada tahun 2012 diperoleh 83,16%, sehingga capaian kinerja Kementerian Luar Negeri mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Adapun perbandingan capaian sasaran dapat dilihat dalam diagram di bawah ini: 112

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR: SK.02/B/KP/IV/2013/01 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

I Perbandingan capaian kinerja. ki) / dari persepsi masyarakot domestik don internasional. Realisasi Anggaran 2014I[j Rp

I Perbandingan capaian kinerja. ki) / dari persepsi masyarakot domestik don internasional. Realisasi Anggaran 2014I[j Rp SS-1 : Meningkatnya peran don kepemimpinan Indonesia dalam pembentukari Komunitas ASEAN di bidang politik dun keamanan, ekonomi, don sosial budaya IKU 1: Indeks peran don kepemimpinan Indonesia dalam Masyarakat

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R

2 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1459, 2015 KEMENLU. Jabatan Pimpinan. Tinggi Pratama. Terbuka. Pengisian. Tata Cara. Persyaratan. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015

Lebih terperinci

MANUAL INDIKATOR KINERJA UTAMA DITJEN KERJA SAMA ASEAN. Meningkat adalah bertambah tingkatan/kuat dari kondisi sebelumnya.

MANUAL INDIKATOR KINERJA UTAMA DITJEN KERJA SAMA ASEAN. Meningkat adalah bertambah tingkatan/kuat dari kondisi sebelumnya. MANUAL INDIKATOR KINERJA UTAMA DITJEN KERJA SAMA ASEAN Sasaran Strategis: Kepemimpinan Indonesia di ASEAN yang meningkat Deskripsi Sasaran Strategis: Definisi: Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN LUAR NEGERI

PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN LUAR NEGERI PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

MANUAL INDIKATOR KINERJA UTAMA 2016 DIREKTORAT JENDERAL MULTILATERAL "PERSENTASE POSISI INDONESIA YANG DITERIMA DALAM FORUM MULTILATERAL"

MANUAL INDIKATOR KINERJA UTAMA 2016 DIREKTORAT JENDERAL MULTILATERAL PERSENTASE POSISI INDONESIA YANG DITERIMA DALAM FORUM MULTILATERAL DIREKTORAT JENDERAL MULTILATERAL "PERSENTASE POSISI INDONESIA YANG DITERIMA DALAM FORUM MULTILATERAL" Deskripsi Sasaran Strategis: Internal Business Process Peningkatan peran Indonesia di forum multilateral

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik

LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA 2016 Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik LKJ DITJEN IDP 2016 2016 LKJ DITJEN IDP KATA PENGANTAR Menjadi penjuru penguatan citra positif Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM.07/HK.001/MPEK/2012

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM.07/HK.001/MPEK/2012 PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM.07/HK.001/MPEK/2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF KEMENTERIAN PARIWISATA DAN

Lebih terperinci

Bidang: Politik Dalam Negeri dan Komunikasi

Bidang: Politik Dalam Negeri dan Komunikasi Bidang: Politik Dalam Negeri dan Komunikasi MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN No Prioritas/ Fokus Prioritas/ Kegiatan Prioritas Rencana Tahun Prakiraan Pencapaian Rencana Prakiraan Maju

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOORDINATOR

MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOORDINATOR SALINAN MENTERI KOORDINATOR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOORDINATOR REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KOORDINATOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); - 2-3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan

Lebih terperinci

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31/M-DAG/PER/7/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDELAPAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG UNIT ORGANISASI DAN TUGAS ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

Manual IKU Perwakilan RI Harare

Manual IKU Perwakilan RI Harare Manual IKU Perwakilan RI Harare No. Sasaran Strategi Indikator Kinerja Utama Formulasi 1 Menguatnya dukungan negara Persentase rekomendasi hasil terhadap kedaulatan kajian komprehensif Perwakilan RI NKRI/

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

2 5. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); MEMUTUSKAN:

2 5. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); MEMUTUSKAN: LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.12, 2015 ADMINISTRASI. Pemerintahan. Kementerian Dalam Negeri. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIKS 2.3 TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN LUAR NEGERI 1. Program Peningkatan Hubungan dan Politik Luar Negeri melalui Kerjasama ASEAN Meningkatnya peran

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 29

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 43/Permentan/OT.010/8/2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 43/Permentan/OT.010/8/2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 43/Permentan/OT.010/8/2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 15/PRT/M/2015 TANGGAL 21 APRIL 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR D engan memanjatkan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA DAFTAR PUBLIK KEMENTERIAN LUAR NEGERI RI PEJABAT PENGELOLA DAN DOKUMENTASI Jl. Taman Pejambon No. 6, Gedung Utama Lantai 10, Jakarta Pusat 10110 Telp: 021.3441508

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

- 1 - PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI - 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 2019. Periode ini ditandai dengan fokus pembangunan pada pemantapan

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA. BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Kementerian Pemu

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA. BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Kementerian Pemu LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.101, 2015 ADMINISTRASI. Pemerintahan Kementerian Pemuda dan Olah Raga. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.925, 2013 KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Pengawasan Intern. Perwakilan Republik Indonesia. Pedoman. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Kementerian K

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Kementerian K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.111, 2015 ADMINISTRASI. Pemerintahan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN MENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTER! KESEHATAN NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTER! KESEHATAN, Menimbang Mengingat bahwa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PETIKAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA KONFERENSI TINGKAT TINGGI ASIA AFRIKA TAHUN 2015 DALAM RANGKA PERINGATAN KE-60 KONFERENSI ASIA AFRIKA

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA 2012 Kedeputian Pelayanan Publik Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Akuntabilitas sebagai salah satu pilar tata kepemerintahan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016-2021 Kata Pengantar Alhamdulillah, puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan rahmat, berkat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci