Serambi Akademica, Volume V, No. 1, Mei 2017 ISSN :

Transkripsi

1 64 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together pada Materi Iman kepada Kitab Kitab Allah pada Siswa Kelas IV SD Negeri 60 Banda Aceh Nuraini SD Negeri 60 Banda Aceh ABSTRAK Penelitian ini menyelidiki tentang Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada materi Iman Kepada Kitab-Kitab Allah di Kelas IV SD Negeri 60 Banda Aceh. Rumusan masalahnya adalah bagaimanakah hasil belajar siswa dan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together pada siswa kelas IV SD Negeri 60 Banda Aceh? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif dan analisis data menggunakan statistik deskriptif dengan teknik persentase. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi SD Negeri 60 Banda Aceh kelas IV berjumlah 33 sisw. Berdasarkan analisis data diperoleh bahwa Pada Siklus I siswa mendapatkan nilai rata-rata kelas sebesar 70,30. Siswa yang tuntas mengikuti proses pembelajaran sebanyak 21 orang siswa dari 33 orang siswa. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh oleh siswa sebesar 79,39. Nilai rata-rata yang diperoleh oleh siswa meningkat lebih baik dari siklus I dan semua siswa yang berjumlah 33 orang telah tuntas dalam mengikuti proses pembelajaran pada materi pokok iman kepada kitab-kitab Allah. Kesimpulan penelitian bahwa pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together pada siswa kelas IV SD Negeri 60 Banda Aceh dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan juga aktivitas mereka selama proses belajar sehingga materi yang disampaikan lebih mudah untuk dipahami oleh siswa. Keywords: number Heads together, Iman kepada Kitab PENDAHULUAN Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui pendidikan akan terjadi proses pendewasaan diri sehingga di dalam proses pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi selalu disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar. Pelajaran Agama merupakan ilmu yang mendasari perkembangan moderen, yang mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan kemajuan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan menciptakan peradaban zaman di masa kini dan di

2 masa depan diperlukannya penguasaan ilmu-ilmu agama sejak dini. Oleh karena itu mata pelajaran agama merupakan mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan dimulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Pelajaran Agama selama ini merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap susah dan sulit dipahami oleh siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Selama ini umumnya siswa hanya bermodal menghafal materi pelajaran untuk menyelesaikan soal-soal agama. Semua di karnakan pelajaran agama bersifat abstrak pada kejadian-kejadian masa lalu dan membutuhkan pemahaman konsep-konsep pemikiran yang baik serta keimanan dan keyakinan yang baik. Faktor lain yang berpengaruh adalah kurang tepatnya penggunaan metode mengajar. Hal ini menyebabkan siswa mengalami kejenuhan, yang berakibat kurangnya minat belajar. Minat belajar akan tumbuh dan terpelihara apabila kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara bervariasi dan menarik, baik melalui variasi model maupun media pembelajaran. Kenyataan yang terjadi adalah penguasaan siswa terhadap ilmu agama masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Kondisi seperti ini salah satunya terjadi pada di SD Negeri 60 Banda Aceh Kelas IV khususnya pada pelajaran agama materi iman kepada kitab-kitab Allah.. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru agama dan siswa di SD Negeri 60 Banda Aceh khususnya kelas IV mengatakan bahwa penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi iman kepada kitab-kitab Allah pada pelajaran agama banyak masih tergolong rendah. Siswa juga kesulitan dalam menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan pelajaran agama dan hasil ujian siswa mengenai pelajaran agama masih memperoleh hasil yang sangat kurang dari nilai yang diharapkan di SD tersebut. Kesulitan lain juga disebabkan oleh beberapa faktor internal antara lain motivasi, intelgensi, minat, bakat, dan keadaan psikologis. Dalam hal ini guru merupakan faktor penting dalam menentukan prestasi belajar siswa. Seorang guru agama selain harus menguasai materi dengan baik juga harus dapat menumbuhkan minat dan daya tarik siswa terhadap pelajaran agama. Dengan demikian, tujuan pembelajaran ilmu agama dapat berjalan dengan baik. Rendahnya hasil belajar ilmu agama di SD tersebut selain dipengaruhi oleh berbagai faktor, juga dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan oleh guru di SD tersebut. Hasil observasi tahap awal yang dilakukan peneliti di SD Negeri 60 Banda Aceh menunjukkan bahwa metode pembelajaran agama di sekolah tersebut masih menggunakan model pembelajaran langsung. Model pembelajaran langsung adalah suatu model pembelajaran yang banyak didominasi oleh guru, sementara siswa hanya duduk pasif menerima informasi dan pengetahuan dari guru tanpa bisa sepenuhnya mengeluarkan kreativitasnya. Hal seperti ini di anggap merupakan salah satu penyebab terhambatnya kreativitas dan kemandirian siswa, sehingga mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa di SD tersebut. Strategi merupakan siasat dalam pembelajaran yang bertujuan mengoptimalkan proses belajar dan pembelajaran (Johar, 2006:9). Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat akan mempermudah proses terbentuknya pengetahuan para siswa. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Egger dan Kauchak (dalam Johar, 2006:30), pembelajaran kooperatif merupakan suatu kumpulan 65

3 Nuraini strategi mengajar yang digunakan guru untuk menciptakan kondisi belajar sesama siswa. Siswa yang satu membantu siswa lainnya dalam mempelajari sesuatu. Melihat fenomena tersebut, maka perlu diterapkan suatu sistem pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, guna meningkatkan prestasi belajar agama disetiap jenjang pendidikan. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif adalah model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) karena dalam pembelajaran agama tidak cukup hanya mengetahui dan menghafal materi-materi agama tetapi juga dibutuhkan suatu pemahaman serta kemampuan menyelesaikan persoalan agama dengan baik dan benar. Model kooperatif dalam pembelajaran agama merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk lebih mudah menemukan, memahami agama yang sulit sehingga mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan teman-temannya (Riyanto, 2009:266). Dengan pembelajaran kooperatif siswa akan lebih aktif dan dapat termotivasi untuk berinteraksi sesama siswa. Belajar dari teman-teman dapat memperkecil rasa takut dan lebih santai, sehingga hasil belajar siswa lebih meningkat Model pembelajaran ini lebih mengutamakan kerjasama antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menggunakan pembelajaran kooperatif berarti mengubah peran guru dari peran yang berpusat pada guru, kepengelolaan siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Menurut Abdurrahman dan Bintoro (dalam Nurhadi, 2004:60) bahwa: Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asuh (saling tenggang rasa) untuk menghindari saling ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, silih asah (saling mencerdaskan) sehingga sumber belajar dan siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa, dan silih asih (saling menyayangi atau saling mencintai) sehingga dapat menciptakan interaksi yang saling mengasihi antar sesama siswa sebagai latihan hidup didalam masyarakat. Salah satu tipe dalam pembelajaran koopertif adalah tipe Number Heads Together (NHT), pada model ini pembelajaran di kelas dibagi dalam beberapa kelompok yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang secara heterogen. Dalam tiap kelompok diberikan nomor atau lebel dari no 1-6, kemudian guru membagikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya. Setiap kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar oleh semua anggotanya. Setelah itu guru memanggil salah satu nomor secara acak. Siswa dengan nomor yang dipanggil melapor hasil kerja sama mereka kedepan kelas, sedangkan kelompok lain yang bernomor sama menanggapi hasil kerja kelompok tersebut. Menurut Lie ( digilib.unes.ac.id) teknik belajar NHT ( Number Heads Together) memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling menukarkan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu NHT juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat dalam kerja kelompok. Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar indah yang dikemukakan oleh Linda Lundgren (dalam Johar, 2006:18), antara lain: 1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi 2. Memperbaiki kehadiran 66

4 3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar 4. Perilaku mengganggu lebih kecil 5. Konflik antara perilaku menjadi berkurang 6. Pemahaman yang lebih mendalam 7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi 8. Hasil belajar lebih tinggi Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat lebih meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan informasi yang diperoleh oleh penulis dari sebagian siswa bahwa mata pelajaran agama merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit untuk dipahami. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai materi iman kepada kitab-kitab Allah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT). Dengan demikian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) dirasa cocok untuk diterapkan pada meteri pelajaran agama tingkat SD. Karena pada model ini siswa menempati posisi sangat dominan dalam proses pembelajaran dan terjadinya kerja sama dalam kelompok untuk memecahkan persoalan yang dianggap sulit. Dengan adanya penomoran siswa berusaha untuk memahami setiap materi yang diajarkan dan bertanggung jawab atas nomor anggotanya masingmasing. Dengan pemilihan model ini diharapkan pembelajaran dapat berlangsung lebih baik sehingga meningkatkan hasil belajar siswa. PTK (Penelitian Tindakan Kelas) merupakan suatu penelitian tindakan yang akar permasalahannya muncul di kelas, dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan sehingga sulit digambarkan jika ada anggapan bahwa permasalahan dalam penelitian tindakan kelas muncul dari lamunan peneliti. Dalam PTK, peneliti atau guru dapat melihat sendiri praktek pembelajaran atau bersama dengan guru lain dia dapat melakukan penelitian terhadap siswa dilihat segi aspek interaksinya dalam proses pembelajaran. Dalam PTK, guru secara reflektif dapat menganalisis mensintesis terhadap apa yang telah dilakukan dikelas. Dalam hal ini berarti dengan melakukan PTK, pendidik dapat memperbaiki praktik-praktik dalam pengajaran agar tujuan dari pada proses pembelajaran dapat tercapai. TINJAUAN PUSTAKA Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Isjoni (2009: 94) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif dibutuhkan proses yang melibatkan niat dan kiat (will and skill). Dari anggota kelompoknya sehingga masingmasing siswa harus memilki niat untuk bekerja sama dengan angota lainnya. Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe 67

5 Nuraini ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk rnengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam. Sementara itu, banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial. Situasi ini dibuktikan dengan begitu sering pertikaian kecil antara individu dapat mengakibatkan tindak kekerasan atau betapa sering orang menyatakan ketidakpuasan pada saat diminta untuk bekerja dalam situasi kooperatif Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, namun siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan, kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat di bangun dengian mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan. Keterampilan keterampilan kooperatif menurut Lundgren dalam Isjoni (2009: 26) antara lain sebagai berikut 1. Keterampilan kooperatif tingkat awal, meliputi: (a) menggunakan kesepakatan; (b) menghargai kontribusi; (c) mengambil giliran dan berbagi tugas; (d) berada dalam kelompok; (e) berada dalam tugas; (f) mendorong partisipasi; (g) mengundang orang lain untuk berbicara; (h) menyelesaikan tugas pada waktunya; dan (i) menghormati perbedaan individu. 2. Keterampilan kooperatif tingkat menengah, meliputi: (a) menunjukkan penghargaan dan simpati; ( b) mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima; (c) mendengarkan dengan aktif; (d) bertanya; (e) membuat ringkasan; (f) menafsirkan; (g) mengatur dan mengorganisir; (h) menerima, tanggung jawab; (i) mengurangi ketegangan 3. Keterampilan kooperatif tingkat mahir, meliputi: (a) mengelaborasi; (b) memeriksa dengan cermat; (c) menanyakan kebenaran; (d) menetapkan tujuan; (e) berkompromi Terdapat enam langkah utama atau tahapan didalam pelajaran yang menggunakan pembeiajaran kooperatif, pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, seringkali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentase hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha usaha kelompok maupun individu. Berdasarkan pendapat yang telah disebutkan diatas, model pembelajaran NHT melibatkan siswa lebih aktif dan berinteraksi dengan teman-temannya untuk meningkatkan pemahaman. Dalam hal ini kemandirian siswa sangat diperhatikan oleh guru demi mencapai keberhasilan proses dalam belajar dan mengajar. 68

6 Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Spencer Kagen dalam Ibrahim (2000 : 28) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan mengecek pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Sebagai pengganti pertanyaan lansung kepada seluruh kelas, guru menggunakan empat langkah sebagai berikut : (a) Penomoran, (b) Pengajuan pertanyaan, (c) Berpikir bersama, (d) Pemberian jawaban. Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam langkah sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan penelitian ini. Keenam langkah tersebut adalah sebagai berikut : Langkah 1. Persiapan Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Langkah 2. Pembentukan kelompok Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes (pretest) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok. Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, guru memperkenalkan keterampilan kooperatif dan menjelaskan tiga aturan dasar dalam pembelajaran kooperatif yaitu : 1. Tetap berada dalam kelas 2. Mengajukan pertanyaan kepada kelompok sebelum mengajukan pertanyaan kepada guru 3. Memberikan umpan balik terhadap ide-ide serta menghindari saling mengkritik sesama siswa dalam kelompok Langkah 3. Diskusi masalah Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari spesifik sampai yang bersifat umum. Langkah 4. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas. Langkah 5. Memberi kesimpulan Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan. Langkah 6. Memberikan penghargaan Pada tahap ini, guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian pada siswa dan memberi nilai yang lebih tinggi kepada kelompok yang hasil belajarnya lebih baik. 69

7 Nuraini Hill (1993) dalam Tryana (2008:90) menjelaskan bahwa model NHT memiliki kelebihan diataranya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, mampu memperdalam pamahaman siswa, menyenangkan siswa dalam belajar, mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa percaya diri siswa, mengembangkan rasa saling memiliki, serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan. Adapun langkah-langkah yang juga dapat dilakukan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan tipe pembelajaran NHT adalah sebagai berikut: 1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor 2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai. Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya. 3. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka. 4. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain. 5. Kesimpulan Singkatnya, NHT merupakan kegiatan belajar kooperatif dengan 4 tahap kegiatan. Pertama, siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 orang. Setiap anggota kelompok diberi satu nomor 1, 2, 3, dan 4. Kedua, guru menyampaikan pertanyaan. Ketiga, berpikir bersama, siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu. Keempat, guru menyebut nomor (1, 2, 3, atau 4) dan siswa dengan nomor yang bersangkutan yang harus menjawab (Widdiharto, 2004:18). METODE PENELITIAN Waktu Penelitian dan Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu dari Februari s/d April Siklus I dilaksanakan tanggal 04 Februari 2015, sedangkan siklus II dilaksanakan tanggal 21 Maret Tempat penelitian ini dilakukan di SDN 60 Banda Aceh. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV yang berjumlah 33 orang. Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif karena dalam pelaksanaannya tidak terbatas pada pengumpulan data, melainkan dilanjutkan dengan pengolahan data yaitu dengan cara mengumpulkan data, menyusun, mengolah dan menginterpretasikan data. Prosedur Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam tindakan kelas ini menggunakan model yang digunakan oleh Kurt Lewin. Tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi 4 tahapan pada setiap siklus. 70

8 Teknik Pengumpulan Data 1) Data Sumber data pada penelitian ini seluruh siswa, sedangkan data yang dikumpulkan adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data yang dikumpulkan meliputi: a. Data tes kemampuan pada siklus 1 dan 2 b. Data observasi pada waktu proses pembelajaran c. Jurnal harian (catatan harian) d. Foto, diambil pada waktu proses pembelajaran 2) Teknik pengumpulan data Data yang dikumpulkan diperoleh melalui observasi, tes kemampuan pemahaman dan catatan harian 3) Observasi Observasi dilakukan untuk memperolah informasi kegiatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Di dalam observasi pengamatan, kita akan memperoleh masukan tentang akitifitas siswa, cara belajar, kerjasama antar siswa dan sebagainya. 4) Jurnal harian Jurnal harian semacam catatan harian yang dikumpulkan selama proses pembelajaran baik itu aktifitas maupun kegiatan guru di dalam pelaksanaan proses belajar mengajar 5) Data tes kemampuan pemahaman Data ini diambil dari pertemuan pertama maupun pertemua kedua, ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan hasil selama kegiatan dilakukan dan menggunakan data kuantitatif. 6) Foto Foto digunakan untuk melengkapi informasi data agar peristiwa yang tejadi dalam kegiatan penelitian dapat direkam dan dijadikan sebagai alat bukti dalam pengumpulan data. Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata, persentase ketuntasan belajar siswa, aktivitas siswa dan murid. Lebih jelasnya statistik sederhana yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Menghitung nilai rata-rata Perhitungan nilai rata-rata dilakukan dengan menggunakan rumus rata-rata 2. Menghitung Ketuntasan Belajar Siswa Untuk mengolah ketuntasan belajar siswa secara individu dan klasikal digunakan rumus yang disarankan oleh Arikunto (2006: 202) yaitu persentase. Siswa dikatakan tuntas belajar secara individu bila memiliki daya serap 56% dari skor tes ketuntasan belajar secara klasikal tercapai bila 85 % murid di kelas tersebut telah tuntas belajar. 3. Aktivitas Siswa dan Guru Aktivitas siswa dan guru dalam mengikuti proses pembelajaran dianalisa dengan menggunakan rumus persentase. 71

9 Nuraini HASIL PENELITIAN Hasil Siklus I Hasil belajar siklus I pada pokok bahasan iman kepada kitab-kitab Allah nilai rata-rata kelas yang diperoleh oleh siswa sebesar 70,30. Penilaian hasil siklus I dilakukan melalui tes hasil belajar berupa tes akhir secara lisan dan dilaksanakan setelah proses pembelajaran menggunakan metode demonstrasi selesai dilakukan. Siswa yang tuntas belajar sebanyak 21 siswa dari 33 siswa yang ada, sementara siswa yang tidak tuntas berjumlah 12 orang siswa. Jadi banyaknya siswa yang tuntas adalah 63,64% sedangkan siswa yang tidak tuntas 36,36%. Hal ini menunjukan hampir sebagian dari jumlah seluruh siswa kelas IV di SDN 60 Banda Aceh belum mampu iman kepada kitab-kitab Allah dengan baik dan benar. Hasil observasi aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan model pembelajran Number Heads Together pada siklus I dapat dijelaskan bahwa siswa dalam melakukan aktivitasnya mendapatkan nilai rata-rata sebesar 3,17 termasuk kategori cukup. Aktivitas siswa terlihat masih belum mampu memahami materi dengan bai, hal ini dapat terlihat dari aktivitas siwa yang belum mampu memahami iman kepada kitabkitab Allah dan kemmapuan bertukar pendapat dengan siswa laiinya juga masih tergolong cukup. Aktivitas siswa bertanya kepada guru juga tergolong kurang. Adapun perbaikan yang harus dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut: a. Hasil belajar siswa harus ditingkatkan karena terdapat 12 orang siswa yang belum tuntas belajarnya secara klasikal pada pokok bahasan iman kepada kitab-kitab Allah. Oleh karena itu guru harus lebih meningkatkan proses pembelajaran dalam menerapkan model pembelajaran Number Heads Together kepada siswa. b. Aktivitas siswa mendapatkan skor 3,17 termasuk kategori cukup. Aktivitas siswa yang harus diperbaiki pada siklus berikutnya adalah memahami materi iman kepada kitab-kitab Allah, bertukar pendapat dengan siswa / pasangan kelompok, mengajak siswa lain menyelesaikan masalah dalam soal, bertanya kepada guru hal-hal yang tidak dipahami. c. Guru membimbing dan mengarahkan agar aktivitas siswa semakin meningkat dan memberikan penghargaan untuk siswa sesuai dengan kemampuanya masingmasing. Sehingga siswa yang sudah lancar bacaannya menjadi lebih bersemangat dalam membaca, sedangkan siswa yang belum mampu menguasai bacaan menjadi termotivasi untuk menjadi lebih baik. Siklus II Hasil belajar siklus II pada pokok bahasan iman kepada kitab-kitab Allah nilai rata-rata kelas yang diperoleh oleh siswa sebesar 79,39, nilai rata-rata kelas pada siklus II meningkat lebih baik dibandinkan pada siklus I yang hanya bernilai 70,30. Seluruh siswa telah tuntas dalam menguasai materi iman kepada kitab-kitab Allah. Siswa mampu memahami nilai ketuntasan minimal yang telah ditetapkan di sekolah, yaitu 6,5. Berdasarkan Tabel 4.4 hasil observasi aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan metode demonstrasi pada siklus II dapat dijelaskan bahwa siswa dalam melakukan aktivitasnya mendapatkan nilai rata-rata sebesar 4,17 yang telah termasuk dalam kategori baik. Aktivitas siswa pada siklus II terlihat meningkat lebih baik pada siklus sebelumnya. Siswa lebih terarah dalam melakukan aktivitas pembelajaran dengan 72

10 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together. Mereka mulai mengikuti kegiatan pembelajaran setahap demi setahap lebih baik. Perbaikan yang sangat menonjol terlihat pada aktivitas siswa bertukar pendapat dengan siswa / pasangan kelompok, mengajak siswa lain menyelesaikan masalah dalam soal. Adapun keberhasilan yang telah dicapai pada siklus I adalah sebagai berikut: a. Nilai rata-rata yang telah diperoleh 79,39. Seluruh siswa yang berjumlah 33 orang telah berhasil mencapai nilai ketuntasan minimal. Tidak ada siswa yang harus melakukan remedial pada materi pokok bahasan iman kepada kitab-kitab Allah. b. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together telah tercapai dengan baik, yaitu dengan perolehan nilai rata-rata 4,17 yang termasuk kedalam kategori baik. Pemahaman siswa mengenai iman kepada kitab-kitab Allah telah dinyatakan tuntas dan berhasil dengan baik dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut: 1. Pada Siklus I siswa mendapatkan nilai rata-rata kelas sebesar 70,30. Siswa yang tuntas mengikuti proses pembelajaran sebanyak 21 orang siswa dari 33 orang siswa. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh oleh siswa sebesar 79,39. Nilai rata-rata yang diperoleh oleh siswa meningkat lebih baik dari siklus I dan semua siswa yang berjumlah 33 orang telah tuntas dalam mengikuti proses pembelajaran pada materi pokok iman kepada kitab-kitab Allah. 2. Aktivitas siswa pada siklus I belum menunjukkan keberhasilan yang signifikan dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 3,17 yang termasuk dalam kategori cukup. Namun, pada siklus II, aktivitas siswa telah mengalami perubahan dan peningkatan yang baik. Aktivitas siswa memperoleh nilai rata-rata 4,17 yang termasuk ke dalam kategori baik. Aktivitas-aktivitas siswa yang belum mencapai nilai yang baik telah diperbaiki dan ditingkaykan pada siklus II. Sehingga perolehan nilai rata-rata pada siklus II telah mencapai ketuntasan minimal yang telah ditetapkan. Saran Adapun saran-saran yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut: a. Guru yang merupakan koordinator dalam proses pembelajaran harus menemukan dan menentukan penggunaan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang diaajarkan. Salah satunya adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together yang dapat membantu siswa untuk lebih memahami materi yang diajarkan. b. Sikap terbuka para guru terhadap kekurangan diri sendiri dalam menyampaikan rose pemeblajaran sangatlah penting agar dapat melakukan peningkatan mutu pendidikan. Sikap positif lainnya seperti sikap istiqomah, sabar, dan ikhlas dalam menghadapi segala tantangan dan rasa tanggung jawab terhadap tugas, serta melalui ide kreatif untuk perkembangan di masa mendatang haruslah tetap dilaksanakan dan menentukan langkah-langkah serta perbaikan dalam jangka panjang dan pendek yang sesuai dengan visi dan misi pendidikan. 73

11 Nuraini DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka cipta. Budiningsih, Asri Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Depdiknas Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Konsep dan Pelaksanaan (MPMBS). Jakarta: Dirjen Dikdasmen. Djamarah, syaiful Basri. Drs Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rieneka Cipta. Dimyati dan Mudjiono Belajar dan Proses Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Ibrahim Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Press. Isjoni Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Johar, R Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Nurhadi, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta Grafindo Persada. Syah, Muhibbin Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Trianto Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Yatim, Rianto Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Wardani dkk, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Pusat Penerbit Universitas Terbuka. 74