PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO
|
|
- Ivan Pranoto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 176 PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO Oleh : Sopiyah IKIP Widya Darma Surabaya Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menumbuhkan pembelajaran yang joyfull learning di SMP Negeri 1 Wonoayu nilai PKn kelas VII A dapat dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan pokok bahasan tentang Berkomitmen terhadap Pancasila sebagai Dasar Negara. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan kelas (PTK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Numbered Head Together sangat bagus diterapkan dalam mata pelajaran PKn, karena disamping membangun kebersamaan dan persatuan diantara siswa juga dapat meningkatkan nilai belajar siswa dalam mata pelajaran PKn. Aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran model NHT sangat bagus. Siswa terlihat antusias dalam mengikuti proses pembelajaran dan pembelajaran yang joyfull learning dapat terwujud. Kata Kunci : Numbered Head Together, Joyfull Learning PENDAHULUAN Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah bertujuan untuk mencapai standar kompetensi maupun kompetensi dasar yang telah dituangkan dalam kurikulum dari masingmasing mata pelajaran. Demikian juga mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), secara khusus kompetensi dasar yang ditetapkan dalam kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan SMP menuntut siswa untuk memiliki kemampuan dalam memahami, menganalisis, dan berpikir kritis. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyebutkan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 176
2 177 Dalam kenyataannya di SMP Negeri 1 Wonoayu nilai PKn kelas VII A masih jauh dari harapan. Dalam survey pendahuluan nilai Pendidikan Kewarganegaraan masih menunjukkan nilai rata-rata di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang ditetapkan oleh guru yaitu 75. Dari 36 siswa kelas VII A, yang tuntas hanya 15 orang siswa dan 21 siswa belum tuntas. Berdasarkan hasil refleksi diri dan diskusi dengan teman guru sejawat, rendahnya prestasi belajar siswa kelas VII A tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1) Siswa lebih banyak pasif dan dianggap sebagai obyek pembelajaran saja. Hal ini dilakukan karena metode ceramah masih dianggap paling efektif untuk menyampaikan materi pembelajaran; 2) Dengan metode ceramah ternyata proses pembelajaran berjalan kurang menarik, kurang menumbuhkan minat belajar dan kurang menumbuhkan motivasi belajar sehingga proses pembelajaran berjalan membosankan, menjenuhkan, kurang bermakna karena bersifat verbal dan sulit dipahami; 3) Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran masih rendah; 4) Materi yang disampaikan oleh guru masih banyak yang bersifat abstrak, sehingga masih sulit untuk dimengerti dan dipahami oleh siswa. Oleh karena itu, perlu kiranya ada pembaharuan dalam pembelajaran agar mata pelajaran yang diajarkan menjadi lebih menarik perhatian dan minat siswa serta dapat memotivasi prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat, diputuskan agar dalam penyajian materi Pendidikan Kewarganegaraan perlu dikemas sedemikian rupa agar menjadi lebih menarik perhatian dan merangsang motivasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Soedijarto bahwa kualitas proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas dapat ditunjukkan oleh tingginya interaksi siswa dengan guru dan objek belajar. Sehubungan dengan hal tersebut guru harus berupaya agar siswanya dapat terlibat langsung secara aktif dalam setiap proses pembelajaran. Salah satu solusi yang dapat ditempuh adalah dengan menerapkan model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) sehingga materi yang disampaikan lebih bermakna dan mempermudah pemahaman konsep materi pelajaran. Model pembelajaran NHT dikembangkan oleh Kagan (dalam Ekowati, 2005) dijelaskan bahwa model pembelajaran ini akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, disamping itu, model ini akan mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Model
3 178 pembelajaran NHT sebenarnya mirip dengan metode diskusi hanya para siswa diberi nomor masing-masing dan juga yang mempresentasikan ke depan kelas bukan ketua kelompok namun tergantung nomor yang dipanggil atau ditunjuk oleh guru yang mengajar di kelas. Menurut Subagyo (1994:22), model pembelajaran NHT adalah cara penyajian pelajaran di mana siswa dihadapkan pada suatu masalah yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematik untuk dibahas dan dipecahkan bersama dan masing-masing siswa diberi nomor urut. Lebih lanjut dijelaskan oleh Pasaribu (1998:20) bahwa model pembelajaran NHT adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah di mana tiap siswa diberi nomor urut. Dengan demikian model pembelajaran NHT akan mendorong keterlibatan siswa secara optimal sehingga dapat membantu mewujudkan keberhasilan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan syarat kelas yang efektif, yaitu adanya keterlibatan tanggung jawab dan umpan balik dari peserta didik. Dalam model pembelajaran NHT, setiap siswa akan berusaha untuk mengemukakan ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat sehingga mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru kepadanya; dengan demikian para siswa dalam proses pembelajaran ini merasa sebagai subjek pembelajaran sehingga akan mendorong mereka untuk belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Bruner (dalam Dhori, 1998) yang menyatakan bahwa prestasi belajar dengan cara belajar mencari dan menemukan sendiri lebih mudah dihafalkan, diingat dan mudah ditransfer serta dapat menumbuhkan motivasi internal. Dengan belajar penemuan dan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya akan memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengijinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri. Kemudian pembelajaran seperti ini akan mendorong motivasi belajar siswa.
4 179 Dengan penerapan model pembelajaran NHT tentu akan menciptakan suasana proses pembelajaran partisipatif, karena setiap siswa diberi kesempatan untuk memberikan pendapatnya dalam memecahkan suatu problem yang dilontarkan oleh guru untuk dibahas, kemudian dapat meningkatkan perhatian serta minat belajar siswa dan lebih penting lagi dapat meningkatkan semangat serta gairah belajar serta mendorong motivasi belajar siswa semakin tinggi. Dengan demikian melalui model pembelajaran NHT siswa akan memperoleh pengalaman belajar secara langsung karena siswa yang menggali dan mencari jawaban untuk memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga materi pelajaran yang diterimanya lebih bersifat konkrit dan akan bertahan lama dalam memorinya. Dari latar belakang inilah, perlu diterapkan suatu model pembelajaran upaya untuk menumbuhkan pembelajaran yang joyfull learning dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan materi tentang Berkomitmen terhadap Pancasila sebagai Dasar Negara Melalui model NHT pada siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Wonoayu Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo tahun pelajaran 2014/2015. Prestasi Belajar Hasil belajar lazim disebut sebagai prestasi belajar. Poerwodarminto mengartikan prestasi sebagai hasil yang dicapai. Reber (dalam Syah, 2005) mengartikan belajar dengan suatu proses untuk memperoleh pengetahuan dan suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Dipertegas oleh Makmun dalam Mulyasa (2005:189) bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri tersebut antara lain perubahan bersifat intensional dalam arti pengalaman atau praktek latihan itu dengan sengaja dan disadari dilakukan, perubahan bersifat positif dalam arti sesuai dengan yang diharapkan, perubahan bersifat efektif dalam arti perubahan hasil belajar itu relatif tetap dan setiap saat diperlukan dapat direproduksikan dan dipergunakan. Slameto mengatakan bahwa belajar adalah proses usaha yang dilakukan individu untuk merubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan orang lain. Hasil belajar identik dengan prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran. Dalam pendidikan, pembelajaran itu dilakukan secara terprogram melalui pengajaran, bimbingan dan latihan. Dengan demikian, hasil belajar dapat didefinisikan sebagai keberhasilan siswa dalam
5 180 mencapai tujuan yang ditetapkan dalam program pembelajaran di sekolah melalui serangkaian evaluasi sebagai alat uji sehingga menghasilkan skor penilaian yang berbentuk angka-angka. Skor penilaian ini menggambarkan tingkat perkembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa sesuai dengan standar kriteria dan acuan yang ditetapkan. Model Pembelajaran NHT Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Kagan (dalam Ekowati, 2005) dimana model pembelajaran ini akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, selain itu pula model ini akan mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Model pembelajaran NHT sebenarnya mirip dengan metode diskusi hanya para siswa diberi nomor urut masing-masing dan juga yang mempresentasikan ke depan kelas bukan ketua kelompok namun tergantung nomor yang dipanggil oleh guru. Menurut Subagyo (1994:22), model pembelajaran NHT adalah cara penyajian pelajaran ketika siswa dihadapkan pada suatu masalah yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematik untuk dibahas dan dipecahkan bersama dan masing-masing siswa diberi nomor urut. Lebih lanjut dijelaskan oleh Pasaribu (1998:20), bahwa model pembelajaran NHT adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberi kesempatan kepada para siswa yang dikelompokkan menjadi beberapa kelompok kecil untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah dan setiap siswa diberi nomor urut. Jadi dari pendapat para ahli tersebut di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa model pembelajaran NHT adalah suatu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat serta masing-masing siswa diberi nomor urut. Menurut Kagan (dalam Ekowati, 2005) langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran NHT adalah sebagai berikut: 1.) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor urut. Guru memberikan tugas yang berbeda dan masing-masing kelompok mengerjakannya; 2.) Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar
6 181 dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini; 3.) Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka; 4.) Tanggapan dari kelompok yang lain; 5.) Klarifikasi guru dan refleksi. Model pembelajaran ini mirip dengan metode diskusi sehingga menurut Sriyono, dkk., (1991:106) kegunaan dari penerapan metode ini dalam proses pembelajaran ini antara lain adalah: 1.) Merangsang siswa agar lebih bersedia menggali, memahami dan mencari alternatifalternatif pemecahan masalah yang sedang didiskusikan; 2.) Melatih siswa agar berani mengemukakan pendapat dimuka umum secara sistematis, menentukan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, bertindak konsisten dan konsekwen dengan hal-hal yang telah diperoleh sekarang ke arah yang lebih sempurna; 3.) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mempelajari hubungan antar manusia dan mengembangkan diri ke arah wawasan pribadi secara mantap; 4.) Mengembangkan diri siswa sehingga menjadi lebih ahli dan cakap untuk mengelola bidang-bidang kegiatan yang sesuai dengan kemampuannya; 5.) Lebih memahami orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh yang bersangkutan. Penerapan model pembelajaran NHT dalam proses pembelajaran mengandung beberapa kebaikan. Menurut Sriyono, dkk (1991:11) kebaikan dari model pembelajaran NHT yang mirip dengan metode diskusi adalah sebagai berikut: 1.) Melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran; 2.) Memupuk kepercayaan kepada diri sendiri; 3.) Menggabungkan berbagai pendapat dari berbagai sumber; 4.) Menghasilkan pandangan baru; 5.) Memudahkan pencapaian tujuan; 6.) Melatih belajar bertukar pikiran dan berpikir secara terarah; 7.) Memupuk sikap toleransi, mau menerima dan memberi; 8.) Mengembangkan kebebasan intelekual siswa; 9.) Memberi kesempatan kepada pelajar untuk menguji, mengubah dan memperbaiki pandangannya; 10.) Memberi kesempatan kepada mereka untuk menjalin hubungan kerja sama berikutnya. Hubungan Model Pembelajaran (NHT) dengan Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dari uraian tersebut di atas dapat kita ketahui bahwa penerapan model pembelajaran NHT memberikan sumbangsih positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Dalam hal ini melalui penerapan model pembelajaran NHT dalam proses pembelajaran seorang guru akan mampu melakukan suatu perubahan terhadap tingkat prestasi belajar siswa karena melalui proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran NHT akan mendorong siswa
7 182 aktif terlibat dalam pemecahan suatu masalah, berani mengeluarkan pendapat, menghargai pendapat orang lain, proses pembelajaran lebih hidup dan siswa terdorong untuk mempersiapkan diri dengan baik agar tidak mengecewakan kelompoknya. Disamping itu juga akan terjadi pembelajaran partisipatif aktif dari para siswa yang akan memberikan pengalaman belajar langsung sehingga materi yang diterima oleh siswa dalam bentuk yang konkrit dan mudah dihafalkan atau diingat oleh siswa, dengan demikian akan bertahan lama dalam memorinya dan pada gilirannya akan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Jadi melalui penerapan model pembelajaran NHT akan memberi pengaruh positif terhadap upaya guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dari pendapat para ahli disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran NHT akan mendorong siswa aktif terlibat dalam pemecahan suatu masalah, berani mengeluarkan pendapat, menghargai pendapat orang lain, proses pembelajaran lebih hidup dan siswa terdorong untuk mempersiapkan diri dengan baik agar tidak mengecewakan kelompoknya. Disamping itu juga akan terjadi pembelajaran partisipatif dari para siswa yang akan memberikan pengalaman belajar langsung. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran NHT dalam proses pembelajaran akan memberi dampak positif terhadap upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. METODE PENELITIAN Metode Penelitian yang dilakukan menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan 2 (dua) siklus. Lokasi dan Subjek Penelitian Dalam penelitian ini subjek penelitian ditetapkan siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan memiliki karakteristik sebagaimana yang tertuang pada tabel berikut ini : Teknik Analisis Data Analisis dan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif kuantitatif dengan prosentase. Rumus yang digunakan dalam menganalisis dan mengolah data diantaranya sebagai berikut :
8 183 Mencari rata-rata ( Mean ) Rumusnya : X = Jumlah Nilai Jumlah siswa Mencari prosentase (%) Jumlah selisih nilai yang diperoleh Rumusnya = x 100% Jumlah nilai yang diperoleh sebelumnya Mencari ketuntasan belajar klasikal Jumlah siswa yang tuntas Ketuntasan belajar klasikal = x 100% Jumlah seluruh siswa HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pada siklus I menunjukkan sikap antusias siswa untuk mengikuti kegiatan NHT walaupun masih ada beberapa siswa yang takut, terlebih siswa yang kurang mampu jika ditunjuk sebagai pemimpin dalam diskusi. Siswa kurang mampu lebih terlihat pasif dalam proses pembelajaran NHT, hal ini ditandai dengan kurangnya dalam mengemukakan pendapat, kurang bertanya, namun mau aktif dalam diskusi dan memberikan masukan. Sedangkan siswa yang pintar serta mempunyai jiwa pemimpin bersikap aktif dalam mengikuti kegiatan NHT. Aktivitas siswa tidak sesuai dengan harapan karena kepekaansertaaannya dalam proses pembelajaran belum optimal, artinya masih banyak siswa yang melakukan hal-hal yang tidak mendukung diskusi seperti ngobrol sendiri, bermain sendiri serta acuh tak acuah dengan kegiatan diskusi. Sedangkan hal-hal yang bersifat mendukung kegiatan NHT seperti bertanya, menjawab, diskusi dan memberikan masukan sudah dilakukan siswa tetapi dalam prosentase kurang memuaskan. Dari hasil pengamatan diketahui aktivitas siswa mencapai 70% atau ada 25 siswa yang aktivitas baik, sedangkan aktivitas sedang mencapai 17% atau ada 6 siswa, dan 3 siswa atau 13% yang mengikuti kegiatan model NHT kurang aktif. Dari hasil pengamatan dan analisis
9 184 data tersebut, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pada siklus pertama penerapan model pembelajaran NHT dalam proses pembelajaran PKn ternyata prestasi atau hasil belajar PKn siswa meningkat namun belum optimal, sehingga ketuntasan belajar siswa masih belum memenuhi syarat ketuntasan belajar klasikal yaitu 85% dari jumlah siswa yang memperoleh nilai KKM PKn yaitu 75. Walaupun hasil belajar belum meningkat secara optimal, namun kualitas pembelajaran pada siklus I telah menunjukkan adanya peningkatan yaitu: 1.) Mulai tumbuhnya keikutsertaan dan keterlibatan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran walaupun belum optimal; 2.) Mulai tumbuhnya rasa percaya diri para siswa; 3.) Mulai tumbuhnya keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat; 4.) Tumbuhnya kerjasama dan saling menghargai sesama siswa; 5.) Peningkatan nilai dari studi pendahuluan (pra siklus) meningkat pada siklus I dengan model NHT walaupun belum dikategorikan tuntas. Pada siklus II menunjukkan sikap antusias yang tinggi pada siswa untuk mengikuti kegiatan NHT. Siswa yang tadinya kurang mampu dan terlihat pasif dalam proses pembelajaran NHT pada siklus II sudah berani dan aktif, hal ini ditandai dengan berani mengemukakan pendapat, kurang bertanya, menjawab ikut aktif diskusi dan memberikan masukan. Sedangkan siswa yang pintar serta mempunyai jiwa pemimpin bersikap aktif dan kooperatif dengan kelompoknya dalam mengikuti kegiatan NHT. Proses belajar mengajar dengan menggunakan NHT benar-benar menyenangkan. Hal ini terlihat dari antusias siswa dalam mengiktui proses belajar mengajar. Akibatnya nilai PKn mereka sedikit meningkat daripada waktu pra siklus. Dari nilai pada siklus II adalah 90, sedangkan nilai terendah 70. Nilai rata-rata siswa kelas VII A SMPN 1 Wonoayu mencapai 81,67 ada 34 siswa yang tuntas dan hanya 2 siswa belum tuntas. Sedangkan ketuntasannya hanya 94,44% kriteria yang telah ditetapkan mencapai 85% sehingga dapat dikaterigorikan pada siklus II terjadi ketuntasan secara klasikal. Pada siklus II, ternyata aktivitas guru dan siswa semakin bagus dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran NHT. Secara garis besarnya rata-rata tingkat keterlibatannya tergolong sangat aktif. Hal ini dapat dilihat dan diketahui adanya kenaikan nilai rata-rata, kenaikan nilai tertinggi dan terendah serta ketuntasan belajar siswa, dalam kenaikan jumlah siswa yang memperoleh peringkat belajar yang sangat tinggi. Aktivitas siswa sesuai dengan
10 185 harapan karena kepekaan-sertaaannya dalam proses pembelajaran sudah optimal, artinya sedikit siswa yang melakukan hal-hal yang tidak mendukung diskusi seperti ngobrol sendiri, bermain sendiri serta acuh tak acuah dengan kegiatan diskusi. Sedangkan hal-hal yang bersifat mendukung kegiatan NHT seperti bertanya, menjawab, diskusi dan memberikan masukan sudah dilakukan siswa tetapi dalam prosentase memuaskan. Dari hasil pengamatan aktivitas siswa mencapai 94% atau ada 34 siswa yang aktivitasnya baik. Sedangkan yang sedang mencapai 6% atau ada 2 siswa dan tidak ada siswa kurang aktif. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data pada siklus I dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran NHT dalam proses pembelajaran PKn ternyata hasil belajar PKn pada siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Wonoayu Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo sudah meningkat namun belum optimal. Hal ini terbukti dengan adanya data: 1.) Ketuntasan belajar siswa baru mencapai 27 siswa atau 75%. Dengan demikian proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran NHT belum mampu mencapai syarat ketuntasan belajar klasikal yaitu 85% dari jumlah siswa telah mencapai nilai KKM PKn yaitu 75; 3.) Masih ada 9 siswa (25%) yang tergolong merasa masih sulit menerima pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran NHT; 4.) Keaktifan siswa mencapai 70% atau ada 25 siswa yang keaktifannya baik. Sedangkan keaktifan sedang mencapai 17% atau ada 6 siswa dan 3 siswa atau 13% yang mengikuti kegiatan model NHT kurang aktif. Hasil ini sesuai dengan pendapat Sriyono, dkk., (1991:106) bahwa model pembelajaran NHT dapat: 1.) Merangsang siswa agar lebih bersedia menggali, memahami dan mencari alternatif-alternatif pemecahan masalah yang sedang didiskusikan; 2.) Melatih siswa agar berani mengemukakan pendapat dimuka umum secara sistematis, menentukan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, bertindak konsisten dan konsekwen dengan hal-hal yang telah diperoleh sekarang ke arah yang lebih sempurna; 3.) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mempelajari hubungan antar manusia dan mengembangkan diri ke arah wawasan pribadi secara mantap; 4.) Mengembangkan diri siswa sehingga menjadi lebih ahli dan cakap untuk mengelola bidang kegiatan yang sesuai kemampuannya; 5.) Lebih memahami orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh yang bersangkutan.
11 186 KESIMPULAN Model pembelajaran Numbered Head Together sangat bagus diterapkan dalam mata pelajaran PKn, karena disamping membangun kebersamaan dan persatuan diantara siswa juga dapat meningkatkan nilai belajar siswa dalam mata pelajaran PKn. Aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran model NHT sangat bagus. Siswa terlihat antusias dalam mengikuti proses pembelajaran dan pembelajaran yang joyfull learning dapat terwujud. Sedangkan saran-saran dapat dapat diberikan adalah: 1.) Guru hendaknya dapat memilih model-model pembelajaran yang inovatif yang sesuai dengan KD yang diajarkan; 2.) Guru hendaknya selalu melibatkan siswa didalam proses pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Dhori, Abu Metodologi Pembelajaran Bahan Sajian Untuk Penataran Instruktur. PPPG IPS dan PMP Malang. Ekowati, Endang Pendekatan Pembelajaran Kontekstual. Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Dikdasmen, PPPG IPS dan PMP Malang. Mulyasa, E Implementasi Kurikulum Bandung: PT Remaja Rodaskarya. Pasaribu, J.J Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV. Remaja Rodaskarya. Sriyono, dkk Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: Rineka Karya. Subagyo, Rahman Belajar, Pembelajaran dan Metode-metode dalam Pembelajaran. Jakarta: BRI Urusan Pendidikan dan Pelatihan. Syah, Muhibbin Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Undang-undang No. 20 tahun Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Kemdikbud
BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam pendidikan dituntut berperan serta
Lebih terperinciPeningkatan Kompetensi Sains melalui Model Pembelajaran Permainan Berpasangan. Slamet Mulyono
Peningkatan Kompetensi Sains melalui Model Pembelajaran Permainan Berpasangan Slamet Mulyono Kepala SDN Panggih Kec. Trowulan Kab. Mojokerto Email: slametmulyono@yahoo.com Tersedia Online di http://www.jurnal.unublitar.ac.id/
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting. Melalui pendidikan, seseorang akan belajar untuk mengetahui, memahami dan akan berusaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah karena tidak hanya sekedar menyerap informasi yang disampaikan oleh guru, tetapi melibatkan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya untuk menjembatani antara kondisi objektif yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi. Menurut UU No. 20 Tahun 2003, BAB
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar sebagai tahap pertama pendidikan, seyogyanya dapat memberikan landasan yang kuat untuk tingkat selanjutnya. Dengan demikian sekolah dasar harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelajaran adalah dengan mengganti cara atau model pembelajaran yang selama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara berkembang selalu berusaha untuk mengejar ketinggalannya, yaitu dengan niat melakukan pembangunan di segala bidang kehidupan. Dalam bidang pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
Lebih terperinciMENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VI SDN REJOAGUNG 01 KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER Sri Nupiksani 2 Abstrak. Dewasa ini tumbuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD 1945 alenia 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini akan terwujud melalui proses pendidikan
Lebih terperinciPEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Sumarni
Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 2, April 2016 ISSN 0854-2172 PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN SD Negeri 02 Wuluh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan salah satu upaya dalam
Lebih terperinciPenerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir
Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir Paryitno 1 1 SMPN 1 Kalidawir, Tulungagung Email: 1 prayitno@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam ilmu pengetahuan sebagai penggerak utama perubahan menuntut pendidikan untuk terus maju melakukan adaptasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi pada dirinya. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi yang ada pada dirinya sehingga mampu untuk menghadapi setiap perubahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa karena pendidikan merupakan wahana untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa, terutama bagi bangsa yang sedang berkembang, yang sedang membangun negaranya. Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kemampuan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang artinya pendidikan dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pendidikan dewasa ini menuntut penyesuaian dalam segala faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran. Sehubungan dengan hal tersebut, pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti di dalam kehidupan manusia, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi kelangsungan hidup manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya
Lebih terperinciMENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM
MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM Zuraidah Guru IPS SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel : zuraidahida867@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh guru, ketika menyampaikan materi yang diajarkan kepada siswa dalam suatu lembaga pendidikan agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif, konteksual dan komprehensif dalam menjawab sekaligus memenuhi kebutuhan masyarakat serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas sangat diperlukan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat pendidikan merupakan proses interaksi antar manusia yang ditandai dengan keseimbangan antara peserta didik dengan pendidik. Proses interaksi yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya manusia. Melalui pendidikan seseorang akan dapat mengembangkan potensi dirinya yang diperlukan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan diharapkan dapat mengembangkan potensi manusia. Pada
Lebih terperinciOleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu
153 PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI KEGIATAN EKONOMI DAN PEMANFAATAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DI SMP NEGERI 1 WONOAYU Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Kualitas sumber daya manusia ini hanya dapat diperoleh dari proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dikembangkan untuk membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik termaktub dalam tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, memberi Dana Bantuan Operasional
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara berkembang selalu berusaha untuk mengejar ketinggalannya, yaitu dengan giat melakukan pembangunan di segala bidang kehidupan. Dalam bidang pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Hal ini dapat terlihat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah keahlian dasar yang akan mendukung kemampuan seorang guru dalam menjalankan tugasnya, artinya tinggi rendahnya motivasi seorang guru akan terlihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya berupa ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu menghadapi problematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila pendidikan di negara tersebut maju dan dapat mengelola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Sumber Daya Manusia yang memiliki standar mutu profesional tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Perubahan perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan,
Lebih terperinciSkripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN MENGOPTIMALKAN BARANG BEKAS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII SMP
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju ke kedewasaan anak didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai peran penting dalam kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, serta mampu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan sebagai sektor yang paling penting dalam meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan juga dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) Abstrak
UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) Triyatno 1, John Sabari 2 1 Mahasiswa Program Pascasarjana PIPS Universitas PGRI Yogyakarta
Lebih terperinciBAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif
BAB I A. Latar Belakang Proses pembelajaran merupakan aktivitas peserta didik bukan aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif apabila mereka telah mendominasi aktivitas
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA POKOK BAHASAN SEGITIGA KELAS VIIC SEMESTER 2 SMP NEGERI 7 SALATIGA TAHUN AJARAN
Lebih terperinci(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)
PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL TREFFINGER (PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (tingkah laku) individu dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya untuk mencerdaskan anak bangsa, yaitu melalui pendidikan. Sebab pendidikan merupakan salah satu jalur yang sangat strategis untuk meningkatkan
Lebih terperinciEKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT DAN TPS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT DAN TPS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA Yunita Damayanti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo Email: wisnie59@gmail.com Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas guru melalui penataran-penataran atau melanjutkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara berkembang selalu berusaha untuk mengejar ketinggalannya, yaitu dengan giat melakukan pembangunan di segala bidang kehidupan. Dalam bidang pendidikan pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peranan
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS X AK 2 SMK NEGERI 1 BANYUDONO TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: FARIDA A 210
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diwujudkan dalam bentuk proses belajar mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas. Proses belajar ini berlangsung melalui interaksi antara guru
Lebih terperinciKata kunci: model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI), keaktifan, hasil belajar
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA SISWA KELAS XI IPS 5 SMA NEGERI 7 MALANG Nenis Julichah 1, Marhadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses sosial yang bertujuan membentuk manusia yang baik (Hamalik, 2009 : 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar
Lebih terperinciMETODE PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
METODE PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA YUSNELDA Guru SMP Negeri 7 Dumai yusnelday@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Kondisi Awal Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas III SD Kayuapu, semester I, yang berjumlah 27 siswa. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan. Tujuan pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah laksana eksperimen yang tidak pernah selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini. Dikatakan demikian, karena pendidikan merupakan
Lebih terperinciVOL. 8 NO. 1 MARET 2018 ISSN: ISSN: RIYANTON
40 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS III A SEMESTER II SD MUHAMMADIYAH SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN PELAJARAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi menuntut kemampuan kompetitif dalam berbagai aspek kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal. Sehubungan dengan itu, upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidak terlepas dari peran guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelas. Namun secara khusus keberhasilan dalam belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat suatu bangsa. Pendidikan diharapkan mampu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan pilar utama dalam pengembangan sumber daya manusia dan masyarakat suatu bangsa. Pendidikan diharapkan mampu membentuk sumber daya manusia yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dalam UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah proses yang memegang peranan penting dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan adalah sebuah proses yang memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa untuk terus maju dan berkembang karena pendidikan merupakan wahana untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, pendidikan banyak menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup menarik adalah
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. dari sistem nilai pancasila yang bersumber dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi pada era global berkembang pesat. Teknologi informasi dan komunikasi memudahkan masyarakat menerima berbagai informasi dan komunikasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur terpenting dan berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari terbentuknya karakter bangsa. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dan merupakan salah satu kunci pokok untuk mencapai cita- cita bangsa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam proses pendidikan keberhasilan pengajaran di lembaga pendidikan tergantung pada keefektifan pembelajaran dalam mengubah tingkah laku para peserta didik ke arah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika kita berbicara tentang pendidikan, kita merasa bahwa kita sedang membicarakan permasalahan yang kompleks dan sangat luas. Mulai dari masalah peserta didik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi output yang unggul dalam bidang kehidupan manusia. tujuan pendidikan negara tersebut telah tercapai. Tidak berbeda halnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha terencana memberikan pengajaran dan bimbingan kepada peserta didik sebagai fungsi investasi suatu negara di masa mendatang. Investasi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan kunci utama tercapainya tujuan pendidikan. Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa komponen diantaranya dalah
Lebih terperinciNurmala SMP NEGERI 2 METRO Abstrak. Kata kunci: Hasil Belajar,Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJARIPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) SISWA KELAS IX.5 SMP NEGERI 2 METRO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Nurmala SMP NEGERI 2 METRO Ibunurmala234@gmail.com
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER Zainal Abidin SMP Negeri 1 Meranti, kab. Asahan Abstract: This study uses classroom action research Application
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai metode untuk mengembangkan keterampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi lebih baik. Purwanto (2009:10)
Lebih terperinciSeminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017
PENGARUH METODE PAKEM TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MATERI KERAJAAN-KERAJAAN HINDU DI INDONESIA DENGAN MEMBUAT ALAT PERAGA WAYANG SEJARAH DI KELAS V SDN 116874 BAKARAN BATU KABUPATEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang penting, sebab maju atau tidaknya suatu bangsa tergantung pada pendidikan. Siapa pun yang mendapat pendidikan yang baik akan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu masyarakat. Keberhasilan suatu pendidikan dapat dilihat dari keberhasilan proses pembelajaran.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
Lebih terperinciMeningkatkan Hasil Belajar Dalam Mata Pelajaran IPS Berbantukan Media Gambar Pada Siswa Kelas V di SDN Inpres Bobolon
Meningkatkan Hasil Belajar Dalam Mata Pelajaran IPS Berbantukan Media Gambar Pada Siswa Kelas V di SDN Inpres Bobolon Hastin Andi Nurdin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan proses pembelajaran pada berbagai mata pelajaran di Sekolah Dasar pada umumnya bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Tantangan masa depan yang selalu berubah sekaligus persaingan yang semakin ketat memerlukan keluaran pendidikan yang tidak hanya terampil dalam suatu bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia, sangat luhur dalam meningkatkan kualitas manusia, sehingga segala usaha yang mengarah
Lebih terperinciSurakarta. Keperluan korespondensi, telp: ,
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No. 1 Tahun 2014 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JOYFUL LEARNING
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IX-H SMP NEGERI 1 BALONGBENDO
232 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IX-H SMP NEGERI 1 BALONGBENDO Oleh: SUSMIATI SMP Negeri 1 Balongbendo Abstrak:
Lebih terperincitanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk: Mengembangkan kemampuan dan membentuk
Lebih terperinciMENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) KOMBINASI MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SDN SUNGAI MIAI 5 BANJARMASIN Noorhafizah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan pra penelitian awal yang dilakukan pada kelas VII E SMPN 2 Lembang, peneliti melihat kurangnya aktivitas belajar pada peserta didik dalam kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. guru agar anak didik mudah memahami materi yang diberikan. Jika guru kurang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya prestasi belajar siswa bisa diartikan sebagai kurang efektifnya proses pembelajaran di kelas. Faktor penyebabnya kemungkinan berasal dari siswa, guru,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Artinya: bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah. kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Islam, menuntut ilmu wajib hukumnya. Dengan ilmu manusia dapat mengetahui apa yang tidak diketahuinya. Kalam Allah yang pertama turun yaitu tentang baca tulis
Lebih terperinci