Disusun Oleh : MELDA AGUSTIN NIM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Disusun Oleh : MELDA AGUSTIN NIM"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA DERAJAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP PADA SISWA KELAS VIII DAN IX MADRASAH TSANAWIYAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA TAHUN AJARAN Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Disusun Oleh : MELDA AGUSTIN NIM PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H / 2016 M

2 ii

3 iii

4 iv

5 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-nya kepada kita. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para pengikutnya hingga akhir zaman. Alhamdulillah berkat rahmat-nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penyusunan laporan penelitian ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya berkat adanya dukungan, bimbingan, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M. Kes selaku Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. dr. Achmad Zaki, M. Epid, Sp.OT selaku ketua Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggung jawab modul riset mahasiswa Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan dr. Rahmatina,Sp.KK selaku Pembimbing I yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikiran untuk mendampingi dan membimbing penulis sejak awal memulai penelitian ini hingga akhir penyusunan dan penyelesaian laporan penelitian ini. 5. dr. Nouval Shahab, Sp.U, Ph,D FICS FACS selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penulisan laporan penelitian penulis serta telah membimbing penulis dalam penyusunan dan penyelesaian laporan penelitian ini. 6. dr. Erfira, Sp.M dan Dr. dr. H. Syarief Hasan L, Sp.KFR selaku Penguji I dan Penguji II pada sidang laporan penelitian ini yang telah memberikan kritik serta saran yang sangat membangun demi kebaikan penelitian ini. 7. Ibu Hani Inayati, S.Psi dan Bapak Andri Sulistiyanto, S.Pd selaku guru bimbingan konseling kelas IX dan VIII MTs Pembangunan UIN Jakarta yang v

6 telah banyak memberikan bantuan selama pengambilan data di MTs Pembangunan UIN Jakarta. 8. Kedua orang tua tercinta, Zainuddin dan Pirdiana, yang selalu memberikan kasih sayang, doa dan dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan penelitian ini tepat pada waktunya. 9. Adik-adik tersayang, Panji Ramadhan dan Siti Nur Muawanah Khoir, serta seluruh keluarga besar penulis atas dukungan, doa, dan semangat yang diberikan kepada penulis. 10. Teman-teman seperjuangan tim riset akne vulgaris, Inggrid Nourmalydza, Yusuf Abdul Hadi, dan Nur Izdihar Hadi. Terima kasih atas kerjasama, dukungan, dan semangat kalian dalam proses pelaksanaan penelitian ini. 11. Seluruh responden riset yang telah bersedia membantu meluangkan waktunya untuk menjadi subjek penelitian ini. 12. Seluruh teman-teman keluarga besar PSKPD 2013 yang telah menjadi teman seperjuangan dalam menempuh pendidikan di Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca dibutuhkan demi terwujudnya laporan penelitian yang lebih baik. Demikian laporan penelitian ini penulis buat, semoga penulisan laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Ciputat, 19 Oktober 2016 Penulis vi

7 ABSTRAK Melda Agustin. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Hubungan antara Derajat Keparahan Akne Vulgaris dengan Tingkat Kualitas Hidup pada Siswa Kelas VIII dan IX Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun Ajaran Latar belakang: Akne vulgaris telah diketahui dapat mempengaruhi kualitas hidup, namun masih terdapat perbedaan dari berbagai hasil penelitian mengenai hubungan antara derajat keparahan akne dengan tingkat kualitas hidup. Tujuan: mencari hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup. Metode: analitik observasional potong lintang dengan responden terdiri dari 222 siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta yang memenuhi kriteria. Derajat keparahan akne vulgaris dinilai berdasarkan klasifikasi Lehmann dan kualitas hidup diukur menggunakan kuesioner CDLQI. Hasil: Didapatkan derajat keparahan akne terbanyak yaitu akne sedang (67,6%). Interpretasi skor CDLQI menunjukkan tingkat kualitas hidup terbanyak yang dialami responden adalah gangguan ringan (45%,). Dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov di dapatkan tidak adanya hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan gangguan kualitas hidup (p=0,999). Kesimpulan: tidak terdapat hubungan yang bermakna antara derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat gangguan kualitas hidup. Kata Kunci : akne vulgaris, derajat keparahan, kualitas hidup. ABSTRACT Melda Agustin. Medical Education. Correlation between The Degree of Acne Vulgaris Severity with The Level of Quality of Life in Class VIII and IX Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta Background: Acne vulgaris has been known to affect the quality of life, but still there are differences of the various result of research on the correlation between the degree of acne vulgaris severity and level of quality of life. Objectives: this study aim is to determined the correlation between the degree of acne vulgaris severity with levels of quality of life. Methods: A cross-sectional observational analytic study in 222 students of class VIII and IX MTs Pembangunan UIN Jakarta. The degree of acne vulgaris severity evaluated based on classification of Lehmann and quality of life was measured using a CDLQI questionnaires. Results: The most degree of acne vulgaris severity among subjects is moderate acne (67,6%). Interpretation score of CDLQI showed the most level quality of life among subjects is mild impairment quality of life (45%). By using Kolmogorov- Smirnov test, it is concluded that there are no correlation between the degree of acne vulgaris severity with the level of quality of life (p=0,999). Conclusions: There is no significant correlation between the degree of acne vulgaris severity with the level of quality of life. Keywords : acne vulgaris, severity, quality of life. vii

8 DAFTAR ISI Halaman LEMBAR JUDUL...i LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii LEMBAR PENGESAHAN...iv KATA PENGANTAR...v ABSTRAK...vii DAFTAR ISI...viii DAFTAR TABEL...x DAFTAR BAGAN...xi DAFTAR LAMPIRAN...xii DAFTAR SINGKATAN...xiii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Hipotesis Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian...4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori Definisi Akne Vulgaris Epidemiologi Manifestasi Klinis Etiologi Etiopatogenesis Bentuk Lesi Akne Derajat Keparahan Diagnosis Tatalaksana Definisi Kualitas Hidup Ruang Lingkup Kualitas Hidup Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup Hubungan derajat keparahan dan tingkat kualitas hidup Pengukuran Kualitas Hidup Perkembangan Remaja...16 viii

9 2.2 Kerangka Teori Kerangka Konsep Definisi Operasional...20 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Populasi dan Sampel Populasi Target Populasi Terjangkau Sampel Penelitian Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi Alur Penelitian Manajemen Data Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Penyajian Data Etika Penelitian...25 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Dekripsi Lokasi Penelitian Karakteristik Subjek Penelitian Tingkat Kualitas Hidup Hubungan antara derajat keparahan dan tingkat kualitas hidup Pembahasan Keterbatasan Penelitian...31 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran...32 DAFTAR PUSTAKA...33 LAMPIRAN...36 ix

10 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Bentuk lesi akne vulgaris...9 Tabel 2.2 Gradasi akne vulgaris menurut Pillsbury...10 Tabel 2.3 Global Acne Grading System...11 Tabel 2.4 Klasifikasi akne vulgaris Leeds yang direvisi Cunliffe...11 Tabel 2.5 Derajat akne vulgaris menurut Lehmann...12 Tabel 4.1 Distribusi usia, jenis kelamin,derajat keparahan akne vulgaris...26 Tabel 4.2 Tingkat kualitas hidup berdasarkan interpretasi CDLQI...27 Tabel 4.3 Hubungan derajat keparahan dan tingkat kualitas hidup...28 x

11 DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Mekanisme dasar patogenesis akne vulgaris...7 xi

12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Naskah persetujuan penelitian...36 Lampiran 2 Identitas dan pertanyaan penjaring...38 Lampiran 3 Kuesioner CDLQI...39 Lampiran 4 Surat Pemohonan Izin Penelitian...41 Lampiran 5 Surat Pemohonan Persetujuan Etik Penelitian...42 Lampiran 6 Foto Alat Ukur dan Dokumentasi Penelitian...43 Lampiran 7 Riwayat Hidup Penulis...44 xii

13 DAFTAR SINGKATAN MTs UIN FKIK CDLQI DLQI CADI P.acnes GAGS WHO WHOQoL CRF ACTH = Madrasah Tanawiyah = Universitas Islam Negeri = Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan = Children s Dermatology Life Quality Index = Dermatology Life Quality Index = Cardiff Acne Disability Index = Propionibaterium acnes = Global Acne Grading System = World Health Organization = World Health Organization Quality of Life = Corticotropin realizing Factor = Adrenocorticotropic Hormone xiii

14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris atau dikenal sebagai jerawat merupakan penyakit kulit kronis yang terjadi akibat peradangan kronis pada folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodul, dan kista pada tempat predileksinya yang biasanya pada kelenjar sebasea berukuran besar seperti wajah, dada, dan punggung bagian atas. 1,2 Akne merupakan penyakit yang tidak dilaporkan, sehingga prevalensi tepatnya tidak diketahui. Namun, dapat diperkirakan 75% dari remaja di dunia mengalami akne vulgaris. 3 Pada umumnya, akne vulgaris dimulai pada usia tahun, dengan puncak tingkat keparahan pada usia tahun. 1 Pada penelitian lain disebutkan insiden akne terjadi di usia tahun pada wanita, dan tahun pada pada laki-laki, dengan lesi predominan adalah komedo dan papul. Lokasi yang paling sering adalah pada bagian wajah (85%). 2,4 Terdapat empat penyebab yang paling berpengaruh pada timbulnya akne vulgaris, yaitu produksi sebum yang meningkat, hiperproliferasi folikel pilosebasea, kolonisasi bakteri Propionibacterium acnes, dan proses inflamasi. 1,5 Faktor risiko yang dapat menimbulkan akne antara lain genetik, penggunaan kosmetik, jarang membersihkan wajah, efek manipulasi berupa menggaruk atau memencet, serta faktor makanan yang dikonsumsi. 2 Adanya akne membuat hidup menjadi tidak menyenangkan, dan akne sering terjadi pada usia belasan hingga dua puluhan tahun yang merupakan kelompok umur yang paling tidak siap menghadapi dampak psikologis dari akne. Bagian tubuh yang paling sering terkena adalah wajah, dimana pada remaja wajah bernilai penting yang berkaitan dengan citra dirinya. 3 Meskipun bukan merupakan kondisi yang mengancam nyawa, beberapa studi telah menunjukkan bahwa akne dapat memiliki efek yang serius pada gambaran diri penderita yang dapat berkembang menjadi kecemasan, depresi, dan disfungsi 1

15 2 sosial. 6 Pada remaja, akne vulgaris dapat memberikan efek negatif terhadap penderitanya. 7 Menurut Noorbala, akne vulgaris adalah kelainan kulit umum yang memberikan dampak besar bagi kualitas hidup di kalangan remaja. 8 Berbagai penelitian telah mengungkapkan bahwa akne vulgaris dapat mempengaruhi kualitas hidup. 8,9 Juga telah banyak dilakukan penelitian yang mencari hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan kualitas hidup dan didapatkan hasil yang berbeda-beda. Penelitian Ningrum melaporkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara derajat keparahan akne vulgaris dengan kualitas hidup. 10 Penelitian ini sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tasoula, Noorbala, dan Vilar yang menyatakan adanya hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup. 7,8,9 Sedangkan menurut penelitian Kokandi, kualitas hidup seseorang tidak berhubungan dengan derajat keparahan akne yang diderita seseorang. 11 Hal ini didukung dengan penelitian Bramantyo yang juga menyatakan tidak terdapat hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan kualitas hidup penderitanya. 12 Adanya perbedaan pendapat dalam penelitian-penelitian sebelumnya membuat peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut mengenai keterkaitan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup. Peneliti juga tertarik untuk melakukan penelitian ini pada kelompok yang spesifik yaitu pada kelompok usia remaja, sebagaimana yang telah diketahui bahwa masa remaja merupakan onset dimulai terjadinya akne vulgaris. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta dikarenakan pada kelompok tersebut belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya. Sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat gangguan kualitas hidup pada siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta.

16 3 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian adalah apakah terdapat hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta? 1.3 Hipotesis Terdapat hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta, yaitu semakin berat derajat keparahan akne vulgaris maka semakin terganggu kualitas hidup penderitanya. 1.4 Tujuan Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta Tujuan Khusus Untuk mengetahui prevalensi penderita akne vulgaris pada siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta secara umum, dan berdasarkan usia dan jenis kelamin. Untuk mengetahui derajat keparahan akne vulgaris berdasarkan Klasifikasi Lehmann. Untuk mengetahui tingkat kualitas hidup penderita akne vulgaris berdasarkan skor CDLQI. Untuk mengetahui hubungan derajat keparahan akne vulgaris berdasarkan klasifikasi Lehmann dengan tingkat gangguan kualitas hidup penderita akne vulgaris berdasarkan skor CDLQI pada siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta.

17 4 1.5 Manfaat Penelitian Bagi peneliti, penelitian ini sebagai media pembelajaran guna menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang penulisan karya ilmiah. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan rujukan yang terkait dengan hubungan derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup. Menambah wawasan bagi responden penelitian yaitu siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta tentang derajat keparahan akne vulgaris dan kualitas hidup.

18 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Definisi akne vulgaris Akne vulgaris merupakan peradangan kronis folikel pilosebasea dengan penyebab multifaktor dan menifestasi klinis berupa komedo, papul, pustul, nodus, serta kista. 1 Akne vulgaris merupakan gangguan yang sering terjadi pada remaja Epidemiologi Akne vulgaris merupakan penyakit kulit yang paling umum diderita oleh masyarakat. Dapat diperkirakan 75% dari remaja di dunia mengalami akne pada beberapa waktu dan hampir 80 % dari semua orang pernah mengalami akne vulgaris. 3 Prevalensi akne vulgaris pada masa remaja berkisar antara 47-90%. Pada ras Asia, lesi inflamasi lebih sering dibandingkan lesi komedonal, yaitu 20% lesi inflmasi, 10% lesi komedonal. 13 Di Amerika serikat, 85% dari penduduk dengan usia tahun menderita akne vulgaris. Di Afrika, didapatkan prevalensi akne vulgaris pada remaja sebesar 90,7%. 14 Pada umumnya, akne vulgaris dimulai pada usia tahun, dengan puncak tingkat keparahan pada usia tahun. 1 Di Palembang, sebesar 68,2 % penduduk dengan usia tahun mengalami akne vulgaris, dimana pada kelompok laki-laki 37,3%, dan kelompok wanita 30,9% Manifestasi klinis Akne vulgaris mempunya predileksi di wajah dan leher (99%), punggung (66%), dada(15%), serta bahu dan lengan atas. 1 Lokasi yang paling sering adalah pada bagian wajah (85%). 2 Kadang pasien mengeluh gatal dan nyeri. Sebagian pasien merasa terganggu secara estetis. Efloresensi akne terbagi menjadi: 5

19 6 lesi non inflamasi: berupa komedo terbuka, komedo tertutup,dan lesi inflamasi: berupa papul, pustul, nodul, dan kista. 1, Etiologi Beberapa etiologi yang diduga terlibat dengan terjadinya akne vulgaris, berupa faktor intrinsik, yaitu genetik, ras hormonal, dan faktor ekstinsik berupa stress, iklim/suhu/kelembaban, kosmetik, diet tinggi lemak jenuh, efek manipulasi berupa menggaruk atau memencet, rokok, dan obat-obatan. 1,2,13 Prevalensi akne vulgaris pada siswa SMA yang mengalami akne vulgaris ringan sampai berat dengan riwayat akne vulgaris pada keluarga yaitu 19,9% dan tanpa riwayat akne vulgaris pada keluarga yaitu 9,8%. 4 Diketahui bahwa faktor stress merupakan salah satu pemicu timbulnya akne vulgaris, dimana saat terjadi stress psikologis, maka akan merangsang hipotalamus untuk memproduki CRF yang akan menstimulasi hipofisis anterior, sehingga terjadi peningkatan ACTH. Peningkatan ACTH dalam darah akan menyebabkan aktivitas korteks adrenal meningkat, sehingga salah satu hormon yang dihasilkan korteks adrenal yaitu hormon androgen pun mengalami peningkatan. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa hormon androgen memiliki peran penting dalam patogenesis akne vulgaris Etiopatogenesis Patogenesis akne meliputi empat faktor, yaitu hiperproliferasi epidermis vaskular sehingga terjadi sumbatan folikel, produksi sebum yang berlebihan, inflamasi, dan aktivitas Propionibacterium acnes. 1,4,5,13,16 1. Produksi sebum yang meningkat Pada individu penderita akne vulgaris, secara umum ukuran folikel kelenjar sebasea serta jumlah lobul tiap kelenjar bertambah. Ekskresi sebum ada dibawah kontrol hormon androgen. Hormon androgen berperan dalam perubahan sel-sel sebosit dan sel-sel keratinosit folikular sehingga menyebabkan terjadinya mikrokomedo dan komedo yang akan berkembang menjadi lesi inflamasi. 1,4,16

20 7 Sel-sel sebosit dan keratinosit folikel pilosebasea memiliki mekanisme selular yang digunakan untuk mencerna hormon androgen, yaitu enzim-enzim 5-αreduktase (tipe 1) serta 3β dan 7β hidroksisteroid dehidrogenase yang terdapat pada sel-sel sebosit basal yang belum diferensiasi. Setelah berdiferensiasi, sel-sel sebosit kemudian ruptur dengan melepaskan sebum kedalam duktus pilosebasea. Telah diketahui bahwa akibat stimulus hormon androgen kelenjar sebasea mulai berkembang pada usia 7-8 tahun. Tingkat peningkatan androgen pada masa remaja diketahui menjadi titik awal untuk pengembangan jerawat remaja. 1,16 Hormon androgen Keratiniasi folikel abnormal peningkatan produksi sebum Obstruksi Lesi noninflamasi (komedo) P.acnes P.acnes lesi inflamasi (papul, pustul, nodul) Bagan 2.1. mekanisme dasar patogenesis akne vulgaris Hiperproliferasi folikel pilosebasea Penelitian imunohistokimiawi menunjukkan adanya peningkatan proliferasi keratinosit basal dan diferensiasi abnormal dari sel-sel keratinosit folikular. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya kadar asam linoleat sebasea. Lapisan granulosum menebal, tonofilamen dan butir-butir keratohialin meningkat, kandungan lipid bertambah sehingga lama-kelamaan menebal dan membentuk sumbatan pada orifisium folikel. Bahan-bahan keratin mengisi folikel sehingga menyebabkan folikel melebar. Pada akhirnya secara klinis terdapat lesi non inflamasi dan lesi inflamasi, bila terdapat proliferasi P.acnes. 1,16 3. Kolonisasi Propionibacterium acnes

21 8 Dalam patogenesis jerawat, mikroflora alami kulit turut memainkan peran, yaitu bakteri Gram positif berbentuk batang yang bersifat anaerob, Propionibaterium acnes (P.acnes). P.acnes adalah mikroorganisme utama yang ditemukan di daerah infra infundibulum dan dapat mencapai permukaan kulit dengan mengikuti aliran sebum. P.acnes menyajikan sejumlah kegiatan enzimatik, salah satunya komponen lipasenya yang memecah diasilgliserol sebaseous dan trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak bebas yang menyebabkan hiperkeratosis proliferatif di saluran folikel, sehingga menghasilkan efek komedogenik. Pengaruhnya dalam menurunkan ph menyebabkan pecahnya komedo. Protease dari P.acnes memungkinkan perembesan isi folikel melalui dindingnya dan hyaluronidase mendukung penyebarannya di dermis. Konsekuensi klinis dari proses ini adalah papula, indurasi dan abses. 1,4,16 P.acnes mempengaruhi kedua komponen seluler dan humoral dari sistem kekebalan tubuh. P.acnes mampu bertahan dalam makrofag dan meningkatkan kemotaksis leukosit polimorfonuklear. Bakteri ini juga sitotoksik aktif yaitu dapat mengaktifkan komplemen dan menyebabkan hipersensitivitas tipe cepat atau lambat. Produk lain dari P.acnes adalah fosfatase, neuraminidase, deoksiribonuklease, dan zat yang mirip dengan prostaglandin menjadi tanda penting dalam pembentukan manifestasi inflamasi akne Proses inflamasi P.acnes diduga berperan penting menimbulkan inflamasi pada akne vulgaris dangan menghasilkan faktor kemotaktik dan enzim lipase yang akan mengubah trigliserida menjadi asam lemak bebas sehingga terjadi kolonisasi P.acnes yang memicu inflamasi. Selain itu antibodi terhadap antigen dinding sel P.acnes meningkatkan respons inflamasi melalui aktivitas komplemen. 1,13 Mekanisme kekebalan tubuh juga berkontribusi terhadap pembentukan peradangan reaktif. Tes intradermal dengan suspensi P.acnes tewas pada pasien dengan bentuk parah dari jerawat menunjukkan setelah 48 jam reaksi inflamasi secara signifikan lebih besar dari pada orang yang sehat. Pada pasien ini, peningkatan antibodi spesifik juga terdaftar. 16

22 Bentuk lesi Berdasarkan efloresensinya akne vulgaris memiliki beberapa macam bentuk lesi, seperti komedo, papul, pustul, nodul, dan kista yang rinciannya dijelaskan dalam tabel 2.1 sebagai berikut. Tabel 2.1 Bentuk Lesi Akne Vulgaris Bentuk lesi Gambaran klinis Gambaran 4 Komedo terbuka Komedo tertutup Papul Pustul Nodul Kista Diameter 0,1-0,3 mm.dapat berbentuk datar atau meninggi, puncaknya berwarna hitam dikarenakan terdapat banyak pigmen melanin. Lesi kecil dan jelas dengan diameter 0,1-0,3 mm. lesi mengalami perbaikan dalam waktu 3-4 hari sebanyak 25% dan akan berkembang menjadi lesi inflamasi sebanyak 75%. 50% berasal dari mikrokomedo.terdapat 2 tipe papul, yaitu aktif dan tidak aktif, dimana untuk yang tidak aktif, berwarna kurang merah dan lebih kecil dari yang aktif, berdiameter 4mm. Letaknya dalam ataupun superfisial. Lebih jarang dijumpai daripada papul. Pustul terbentuk dari papul atau nodul yang mengalami inflamasi, dapat bertahan selama 7 hari atau lebih. Nodul terletak lebih dalam dan dapat bertahan selama 8 minggu dan kemudian mengecil. Namun, tidak semua nodul dapat menghilang, sebagian dapat menjadi parut. Kista jarang terjadi, bila terbentuk, diameter mencapai beberapa sentimeter. Bila diaspirasi dengan jarum besar akan didapati material kental berupa krem berwarna kuning. Sumber : Bernadette, 2015, Zaenglein, 2012

23 Derajat keparahan Menentukan derajat keparahan akne vulgaris dapat membantu pasien dalam memilih pengobatan yang tepat. Terdapat berbagai klasifikasi yang berbeda dalam menilai derajat keparahan akne vulgaris. Setidaknya terdapat 25 klasifikasi yang telah ada. 11 Saat ini klasifikasi yang digunakan di Indonesia (oleh FKUI/RS Cipto Mangunkusumo) untuk menentukan derajat keparahan akne vulgaris adalah klasifikasi menurut Lehmann. 1 Klasifikasi yang banyak digunakan di negara lain seperti di Hong Kong, India, Yordania, Malaysia, Arab Saudi, dan Turki ialah GAGS. Klasifikasi lain yang sering juga dipakai adalah Klasifikasi Leeds. Sedangkan, di Korea menggunakan Korean Acne Grading System, dan Jepang menggunakan klasifikasi Hayashi dalam menilai derajat keparahan akne vularis. 18 Menurut Pillsbury, akne vulgaris dibagi menjadi 4 gradasi, yaitu I, II, III, dan IV, yang dinilai berdasarkan gambaran klinis yang terdapat di muka, dada, dan punggung. Tabel 2.2 Derajat keparahan akne vulgaris menurut menurut Pillsbury 17,18 Gradasi Gambaran Klinis I II III IV Komedo di muka Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih dalam di muka. Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih dalam di muka, dada, punggung. Akne konglobata. Sumber : Ramli, 2012, Adityan, 2009 Doshi, Zaheer dan Stiller merancang sistem penilaian yang dinamakan GAGS. Sistem ini menilai enam daerah yaitu dahi, masing masing pipi, hidung, dagu, dada dan punggung. Setiap lokasi dihitung sebagai faktor, dan jenis lesi diberi nilai tergantung pada tingkat keparahannya, kemudian ditentukan skor lokal yaitu dengan mengalikan faktor dan keparahan. Jumlah dari seluruh skor lokal disebut

24 11 dengan skor global. Keparahan akne vulgaris dinilai dengan menggunakan skor global tersebut. 18,19 Tabel 2.3 Derajat keparahan akne vulgaris menurut GAGS 18,19 Lokasi Faktor (f) Keparahan (s) Dahi 2 0 Tidak ada lesi Skor lokal (fxs) Derajat Keparahan akne Ringan 1-18 Pipi kiri 2 1 Komedo Sedang Pipi kanan 2 2 Papul Berat Hidung 1 3 Pustul Sangat berat >39 Dagu 1 4 Nodul Dada 3 Skor total Sumber : Ramli, 2012 Klasifikasi akne vulgaris Leeds yang di revisi oleh Cunliffe menyebutkan bahwa akne vulgaris terbagi menjadi derajat I, II, III, dan IV dengan kriteria yang dijelaskan dalam tabel dibawah ini. Tabel 2.4 Klasifikasi akne vulgaris Leeds yang di revisi Cunliffe (2003) 9,19 I Komedo predominan, papul dan pustul (kecil dan <10) Ringan II papul dan pustul Sedang III papul dan pustul, >40 komedo, terdapat nodul Sedang/ berat IV Nodulokistik dan akne konglobata dengan keparahan, lesi yang nyeri, papul, pustul, dan komedo. Berat Sumber : Vilar, 2015, Adityan, 2009

25 Diagnosis Diagnosis akne vulgaris ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Saat ini klasifikasi yang digunakan di Indonesia (FKUI/RSCM) untuk menentukan derajat akne vulgaris adalah klasifikasi menurut Lehmann, yang diadopsi dari 2 nd Acne Round Table Meeting (South East Asia) Regional Consensus on Acne Management. 1 Tabel 2.5. Derajat keparahan akne vulgaris menurut Lehmann 1 Derajat Lesi Gambar 14 Akne ringan Komedo < 20, atau Lesi inflamasi <15, atau Total lesi < 30 Akne sedang Komedo , atau Lesi inflamasi 15-50, atau Total lesi Akne berat Kista >5, atau komedo >100, atau Lesi inflamasi > 50, atau Total lesi >125 Sumber : Bernadette, Tatalaksana Tujuan tatalaksana akne vulgaris adalah untuk mempercepat penyembuhan, mencegah pembentukan akne baru, dan mencegah jaringan parut yang merupakan komplikasi dari akne yang bersifat permanen. 1,13 Tatalaksana akne vulgaris harus berdasarkan penyebab atau faktor pencetusnya, patogenesis, keadaan klinis, derajat keparahan akne, dan aspek psikologis. Dari

26 13 aspek psikologis, sebagian besar pasien akne vulgaris merasa malu yang berlebihan, rendah diri, perasaan cemas dan menyendiri, sehingga memerlukan terapi yang lebih efektif. 1 Penatalaksanaan umum akne vulgaris dimulai dengan mencuci wajah minimal 2 kali dalam sehari menggunakan sabun. Beberapa sabun sudah mengandung antibakteri, misalnya triklosan yang menghambat kokus positif gram. Selain itu juga banyak sabun mengandung benzoil peroksida atau asam salisilat. 1,4 Penatalaksanaan medikamentosa berupa pemakaian bahan topikal untuk pengobatan akne sangat beragam. Sulfur, sodium sulfasetamid, resorsinol, dan asam salisilat, sering ditemukan sebagai obat bebas. Asam azaleat dengan konsentrasi krim 20 persen atau gel 15 persen, memiliki efek antimikroba dan komedolitik, selain mengurangi pigmentasi dengan berfungsi sebagai inhibitor kompetitif tirosinase. Benzoil peroksida merupakan antimikroba kuat, tetapi bukan antibiotik, sehingga tidak menimbulkan resistensi. 4,13 Antibiotik topikal yang sering digunakan adalah klindamisin dan eritromisin. Keduanya dapat digunakan dengan kombinasi bersama benzoil peroksida dan terbukti mengurangi resistensi Definisi kualitas hidup Menurut World Health Organization (WHO), kualitas hidup diartikan sebagai persepsi individual dari keberadaannya dalam hidup, dalam konteks kultural dan sistem nilai dimana dia hidup dan hubungannya dengan tujuan, harapan, standar, dan perhatiannya. 20 Seperti halnya definisi sehat, yaitu tidak hanya berarti tidak ada kelemahan atau penyakit, demikian juga mengenai kualitas hidup, kualitas hidup bukan berarti tidak adanya keluhan saja, akan tetapi terdapat hal-hal lain yang dirasakan oleh penderita, bagaimana perasaan penderita sebenarnya dan apa yang sebenarnya menjadi keinginannya. 21

27 Ruang lingkup kualitas hidup 20,22 Secara umum terdapat 6 aspek yang yang dipakai untuk mengukur kualitas hidup berdasarkan kuesioner yang dikembangkan oleh WHO, bidang tersebut antara lain: 1. Kesehatan fisik Terdiri dari kesehatan umum, nyeri, energi dan vitalitas, aktivitas seksual, tidur, dan istirahat. 2. Kesehatan psikologis Terdiri dari perasaan positif, cara berpikir, belajar, memori, konsentrasi, harga diri, penampilan dan gambaran jasmani, perasaan negatif, dan kepercayaan individu. 3. Keleluasaan aktivitas Terdiri dari mobilitas, aktivitas sehari-hari, komunikasi, kemampuan kerja. 4. Hubungan sosial Terdiri dari hubungan sosial dan dukungan sosial. 5. Lingkungan Terdiri dari kebebasan, keselamatan fisik dan keamanan, lingkungan rumah, sumber keuangan, kepedulian sosial,dan kepuasan kerja. 6. Spiritual Terdiri dari agama, spritualitas, dan kepercayaan Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup Berdasarkan definisi yang dikemukakan dalam World Health Organization Quality of Life (WHOQoL), bahwa persepsi individu mengenai kualitas hidupnya dipengaruhi oleh konteks kultural dan sistem nilai dimana individu tersebut hidup dan tinggal. 20 Berbagai penelitian menemukan beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hidup tersebut antara lain jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan orang lain, dan standar referensi yang menjadi pembanding antara kualitas hidupnya dengan orang lain. 21,23

28 Hubungan derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup Meskipun bukan sebuah kondisi yang mengancam kehidupan, berbagai penelitian telah mengungkapkan bahwa akne vulgaris terdapat hubungan dengan kualitas hidup. 8,9 Keluhan pasien akne vulgaris yang dilaporkan terkait keluhan efek fungsional, sosial, psikologikal, dan emosional mereka sebanding dengan yang dilaporkan oleh pasien penyakit lain, seperti asma kronik, epilepsi, diabetes, dan artritis, sehingga akne vulgaris bukanlah penyakit yang bisa diacuhkan dibandingkan dengan kondisi penyakit kronis lain. 25 Penelitian Ningrum melaporkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara derajat keparahan akne vulgaris dengan kualitas hidup. 10 Pada penelitian Vilar,dkk menyatakan bahwa derajat keparahan akne vulgaris berhubungan dengan kualitas hidup yang buruk. 9 Sejalan dengan Ningrum dan Vilar, menurut Tasoula, akne vulgaris pada remaja dapat memberikan efek psikis yang negatif pada penderitanya dan mempengaruhi tingkat kualitas hidup. 7 Namun hal yang berbeda disampaikan dalam penelitian Kokandi yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris. 11 Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Bramantyo bahwa derajat keparahan akne vulgaris tidak berhubungan dengan tingkat kualitas hidup Pengukuran kualitas hidup pada penderita akne vulgaris Menurut WHO, pengukuran kesehatan dan efek perawatan kesehatan harus mencakup tidak hanya indikasi perubahan frekuensi dan tingkat keparahan penyakit, tetapi juga perkiraan kualitas hidup. 20,24 Kualitas hidup diukur menggunakan kuesioner yang telah divalidasi. Terdapat berbagai macam kuesioner yang digunakan untuk mengukur berbagai penyakit baik secara umum, maupun spesifik untuk suatu penyakit. Untuk akne vulgaris, terdapat indikator spesifik untuk pengukuran kualitas hidup. Saat ini, yang paling banyak dipakai ialah Cardiff Acne Disability Index (CADI), Dermatology Life Quality Index (DLQI), dan Children s Dermatology Life Quality Index (CDLQI).

29 16 CADI merupakan kuesioner yang spesifik untuk akne vulgaris yang didesain untuk digunakan pada remaja dan dewasa muda yang menderita akne vulgaris. 26 DLQI digunakan untuk menilai kualitas hidup pada responden dewasa, yaitu diatas usia 16 tahun, sedangkan CDLQI digunakan untuk menilai kualitas hidup responden berusia dibawah 16 tahun. Selain menilai kualitas hidup penderita akne vulgaris, Kedua kuesioner ini banyak digunakan dalam penelitian yang mengukur kualitas hidup karena validitas dan reliabilitasnya yang baik, cara pengukurannya sederhana, serta mampu membandingkan kualitas hidup suatu penyakit kulit dengan penyakit kulit lainnya. 27 CDLQI dapat dianalisis dengan 6 kategori yaitu : gejala dan perasaan, waktu luang, sekolah atau liburan, hubungan pribadi, tidur, dan perawatan. CDLQI merupakan kuesioner berbahasa inggris yang diterjemahkan dalam berbagai bahasa yang telah divalidasi oleh Universitas Cardiff, termasuk juga dalam bahasa Indonesia. 7,27 Skor setiap jawaban dari pertanyaan dinilai dalam bentuk skor, yang kemudian dihitung dengan menjumlahkan total skor setiap jawaban. Tingkat kualitas hidup interpretasikan berdasarkan total skor yaitu mulai dari tidak terganggu, gangguan ringan, sedang, berat, dan sangat berat. 27 Sampai dekade yang lalu, prosedur evaluasi perawatan medis hampir hanya didasarkan pada kriteria objektif yang tekait klinis dan somatik saja. Dalam dekade terakhir ini, rekaman dengan cara yang standar dari faktor subjektif seperti pengalaman, perilaku pasien, dan beban penyakit dapat diandalkan secara intensif yang memungkinkan dokter untuk menilai jalannya penyakit dan efek terapi Perkembangan remaja Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menjadi dewasa, dimana terjadi berbagai perubahan baik hormonal, fisik, psikologis, maupun sosial. Perubahan fisik yang menonjol ialah perkembangan tanda-tanda seks sekunder dan pacu tumbuh. Terjadi juga perubahan psikososial baik dalam tingkah laku, hubungan dengan lingkungan, serta ketertarikan dengan lawan jenis. Perubahan

30 17 psikososial remaja dibagi dalam 3 tahapan, yaitu remaja awal, pertengahan, dan akhir. 28,29 Pada masa remaja awal, peran teman sebaya sangat dominan, mereka berusaha untuk membentuk kelompok, bertingkah laku, berpenampilan, mempunyai bahasa atau isyarat yang sama. Pada masa remaja pertengahan, mereka sudah mulai mempunyai role model dan konsisten terhadap cita-cita. Dan pada masa remaja akhir, mereka lebih memperhatikan masa depan, termasuk peran yang diinginkannya nanti, dan mulai dapat menerima tradisi dan kebiasaan lingkungan. 29

31 Kerangka Teori Faktor internal Hormon androgen Hiperproliferasi folikel pilosebasea Peningkatan produksi sebum Mikrokomedo dan komedo Faktor eksternal: lingkungan Kolonisasi P.acnes inflamasi Papul,pustul,nodul Akne ringan, sedang, berat, sangat berat (grade I- IV) Bentuk lesi akne GAGS Perubahan hormonal Penilaian derajat keparahan AKNE VULGARIS Leeds Lehmann Ringan, Sedang, berat Remaja Kesehatan fisik Usia KUALITAS HIDUP Kesehatan psikologis Jenis kelamin Tingkat pendidikan pekerjaan Hubungan dengan orang lain Instrumen pengukur DLQI CDLQI CADI Keleluasaan aktivitas Hubungan sosial lingkungan spiritual Standar referensi Tidak terganggu Gangguan ringan Gangguan sedang Gangguan berat Gangguan sangat berat

32 Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan penelitian, kerangka konsep tentang kualitas hidup pada pasien akne vulgaris dapat dirumuskan secara skematis pada bagan berikut : Akne Ringan Akne Sedang Usia Jenis kelamin Akne Berat Klasifikasi Lehmann Derajat keparahan akne vulgaris Kualitas hidup penderita akne vulgaris Pengukuran dengan Kuesioner CDLQI Tidak terganggu Gangguan ringan Gangguan sedang Gangguan berat Gangguan sangat berat Keterangan : = Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak dihubungkan

33 Definisi Operasional No. Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur 1. Derajat keparahan akne vulgaris Penilaian gradasi akne vulgaris menurut klasifikasi Lehmann. Pemeriksaan fisik berupa inspeksi bagian wajah pasien, menentukan bentuk lesi dan menghitung jumlah akne vulgaris. kaca pembesar Jumlah dari masing masing bentuk lesi akne vulgaris Komedo<20 atau, lesi inflamasi <15 atau, total lesi <30 = akne ringan Komedo , atau lesi inflamasi 15-50,atau total lesi =akne sedang Ordinal Kista >5,atau komedo >100,atau lesi inflamasi >50,atau total lesi >125 =akne berat 2. Kualitas Hidup Penilaian persepsi individu tentang keberadaanny a dalam hidup, dalam konteks kultural, nilai, harapan, standar, dan perhatiannya berdasarkan CDLQI. Menjawab 10 pertanyaan dalam kuesioner CDLQI Kertas kuesioner CDLQI dan alat tulis berupa pensil / pulpen Skor dari total 10 pertanyaan kuesioner CDLQI 0-1=tidak terganggu 2-6=sedikit terganggu 7-2=terganggu 13-18=banyak terganggu 19-30= sangat terganggu Ordinal

34 21 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan desain potong lintang untuk mencari hubungan antarvariabel yaitu derajat keparahan akne vulgaris (variabel independen) dan kualitas hidup (variabel dependen) yang ditentukan berdasarkan data yang telah dikumpulkan dari hasil kuesioner dan pemeriksaan fisik kondisi klinis dermatologis responden. 3.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan pada tanggal 2-27 September 2016 di MTs Pembangunan UIN Jakarta. 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Target Semua siswa penderita akne vulgaris yang berusia 16 tahun ke bawah Populasi Terjangkau Penderita akne vulgaris di kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta Sampel Penelitian Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif, dimana setiap subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak terdapat kriteria eksklusi dimasukkan dalam penelitian. Perhitungan besar sampel diambil berdasarkan jenis pertanyaan penelitian yaitu analitis bivariat kategorik tidak berpasangan, dengan rumus sebagai berikut. n1= n2 =[ =[ ] ] 21

35 22 n 1 = n 2 = 63,2 sampel, dibulatkan menjadi 63 sampel. Pada penelitian ini dibutuhkan sampel sebanyak 63 sampel untuk masing-masing derajat keparahan akne vulgaris yaitu derajat ringan dan derajat sedang-berat. Di penelitian ini dilakukan penggabungan pada derajat keparahan akne sedang dan berat untuk dilakukan analisis bivariat. keterangan : n 1 = n 2 = jumlah sampel setiap kelompok Z α = deviat baku alfa = 5% = 1,96 Z β = deviat baku beta = 20% = 0,84 P 2 = proporsi pada kelompok yang telah diketahui= 0,46. 9 Q 2 = 1 - P 2 = 1-0,46 = 0,54 P 1 = proporsi yang nilainya merupakan judgement peneliti = 0,7 Q 1 = 1 P 1 = 1-0,7 = 0,3 P 1 -P 2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna = 0,24 P = proporsi total (P 1 +P 2 ) / 2 = (0,7+0,46)/2 =0,58 Q = 1- P = 1-0,58 = 0, Kriteria inklusi a. Siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta. b. Berusia 16 tahun ke bawah. c. Sedang mengalami akne vulgaris minimal satu minggu terakhir. d. Bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani surat persetujuan (inform consent) Kriteria eksklusi a. Mengalami penyakit kulit lain selain akne vulgaris di wajah. b. Telah mengisi kuesioner, namun tidak bersedia dilakukan pemeriksaan fisik dermatologis.

36 Alur Penelitian Populasi siswa VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta Pengisian kuesioner penjaring oleh seluruh populasi terjangkau Diperoleh sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi Memberi penjelasan dan inform consent kepada sampel. Sampel mengisi kuesioner CDLQI Sampel melengkapi ketidaklengkapan kuesioner Menilai derajat keparahan akne vulgaris dengan pemeriksaan fisik inspeksi wajah Pengumpulan data Pengolahan dan analisis data Penyajian data kesimpulan

37 Manajemen Data Teknik Pengumpulan Data Data Primer Data primer dikumpulkan dari pengisian kuesioner penjaring dan CDLQI oleh responden dan hasil pemeriksaan fisik kondisi klinis dermatologis responden yang dilakukan oleh peneliti, berupa inspeksi wajah penderita akne vulgaris untuk melihat bentuk lesi serta menghitung jumlahnya untuk menentukan derajat keparahan akne vulgaris berdasarkan klasifikasi Lehmann Data Sekunder Data sekunder di peroleh dari pihak Madrasah yaitu berupa data jumlah siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data menggunakan program statistika SPSS data dilakukan pengolahan statistik deskriptif, kemudian dilakukan uji One-way Kolmogorovsmirnov untuk mengetahui normalitas distribusi data. Analisis data menggunakan uji Chi-Square bila syarat terpenuhi, yaitu sel yang mempunyai hitung harapan kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel. Bila tidak memenuhi syarat, untuk tabel selain 2 x 2 dan 2 x k, dilakukan uji alternatif yaitu penggabungan sel kemudian diuji kembali dengan menggunakan uji Chi-Square. Bila tidak memenuhi syarat, digunakan uji alternatif Kolmogorov-Smirnov Rencana Penyajian Data Data yang telah di analisis disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

38 Etika Penelitian Hal-hal yang terkait etika penelitian pada penelitian ini adalah: 1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan pada pihak MTs Pembangunan UIN Jakarta sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian. 2. Memberikan penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan dan meminta persetujuan kepada responden secara lisan maupun tertulis dengan menandatangani form persetujuan bersedia mengikuti penelitian. 3. Menyertakan surat komisi etik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

39 Hasil penelitian Deskripsi lokasi penelitian BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di MTs Pembangunan UIN Jakarta yang berlokasi di Jalan Ibnu Taimiya 4, Kota Tangerang Selatan, Banten. Pengaturan alokasi waktu belajar adalah 40 menit per jam pelajaran, sehingga jumlah jam pelajaran perminggu teralokasi 45 jam pelajaran. Fasilitas yang yang tersedia berupa, ruang kelas, perpustakaan, laboratorium komputer, MIPA, IPS, Bahasa, dan kitchen lab, masjid dan aula, sarana audio visual, UKS dan perawatan RS Syarif Hidayatullah, ruang bimbingan dan konseling, ruang musik, tabungan amal saleh, sarana antar jemput, kantin, satpam, koperasi sekolah, sarana olahraga dan Bank Karakteristik responden Dari total 472 siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta, diperoleh sebanyak 222 siswa (47%) yang menjadi responden dalam penelitian ini, dengan rerata usia 13,35 tahun (± 0,65). Distribusi usia, jenis kelamin, dan derajat keparahan akne vulgaris pada responden disajikan dalam tabel 4.1 sebagai berikut. Tabel 4.1 Distribusi usia, jenis kelamin, derajat keparahan akne vulgaris responden Karakteristik Frekuensi Persentase Total Usia (n) (%) 12 tahun 16 7,2 13 tahun ,2 14 tahun 83 37,4 15 tahun 5 2,3 Jenis kelamin n (%) 222 (100,0) Laki-laki ,5 222 Perempuan ,5 Derajat keparahan akne Ringan 69 31,1 Sedang ,6 Berat 3 1,4 (100,0) 222 (100,0) 26

40 27 Berdasarkan tabel 4.1 Responden yang terbanyak berasal dari usia 13 tahun (53,2%), dan responden yang paling sedikit yakni usia 15 tahun (2,3%). responden yang mengalami akne vulgaris lebih banyak pada jenis kelamin lakilaki (54,5%) daripada perempuan (45,5%). Derajat keparahan akne vulgaris terbanyak yang dialami oleh responden ialah akne derajat sedang (67,6%), kemudian akne derajat ringan (31,1%) dan yang paling sedikit ialah akne derajat berat (1,4%) Tingkat kualitas hidup Berdasarkan interpretasi skor CDLQI, tingkat kualitas hidup terbagi mulai dari tidak terganggu sampai gangguan sangat berat. Data lengkap tingkat kualitas hidup responden berdasarkan interpretasi CDLQI disajikan dalam tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2 Tingkat kualitas hidup responden berdasarkan interpretasi CDLQI Tingkat kualitas hidup Frekuensi (n) Persentase (%) Median Tidak terganggu 61 27,5 Gangguan ringan ,0 Gangguan sedang 51 23,0 Gangguan berat 10 4,5 Gangguan sangat berat 0 0,0 Total ,0 3,50 Berdasarkan tabel 4.2, Gangguan kualitas hidup ringan merupakan yang paling banyak dialami responden (45%), dan yang paling sedikit ialah gangguan kualitas hidup berat (4,5%). Diketahui median dari skor CDLQI adalah 3,50 yang artinya rata-rata responden mengalami gangguan kualitas hidup ringan Hubungan antara derajat keparahan akne dan tingkat kualitas hidup Pada penelitian ini, variabel yang dihubungkan adalah derajat keparahan akne vulgaris dan tingkat kualitas hidup. Kedua variabel ini merupakan variabel

41 28 kategorik. Hubungan antara variabel penelitian disajikan dalam tabel 4.3 sebagai berikut. Tabel 4.3 Hubungan antara derjat keparahan akne dan tingkat kualitas hidup menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov Derajat keparahan akne Tidak terganggu Tingkat kualitas hidup Gangguan ringan Gangguan sedang-berat n % n % N % Total p Ringan 22 31, , ,6 69 Sedang-berat 39 25, , , ,999 Total 61 27, , ,5 222 Dari tabel 4.3, diketahui bahwa pada responden dengan derajat keparahan akne vulgaris ringan, paling banyak mengalami gangguan kualitas hidup ringan (43,5%). Responden dengan derajat akne vulgaris sedang hingga berat juga didapatkan paling banyak mengalami gangguan kualitas hidup yang ringan (45,5%). Didapatkan p=0,999, dimana p>0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan bermakna antara derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup. 4.2 Pembahasan Dari hasil penelitian ini, didapatkan prevalensi akne vulgaris sebanyak 47% dengan kejadian akne vulgaris lebih tinggi pada laki-laki meskipun tidak terlalu signifikan. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa prevalensi akne pada masa remaja berkisar antara 47-90% dan kejadian akne vulgaris lebih banyak terjadi pada laki-laki. 4,13 Penelitian Tjekyan menyebutkan bahwa prevalensi akne vulgaris lebih tinggi pada laki-laki (54,7%) dibandingkan perempuan. 2 Penelitian yang dilakukan Yahya juga mendukung bahwa kejadian akne vulgaris lebih tinggi terjadi pada laki-laki (50,8%). 14 Penelitian Hanisah pada remaja usia sekolah mendukung bahwa prevalensi akne lebih tinggi pada laki-laki (71,1%). 30 Menurut

42 29 Noorbala, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara akne vulgaris dengan jenis kelamin, dimana dalam penelitiannya didapatkan pada laki-laki sebesar 45%. 8 Dalam penelitian ini, kejadian akne vulgaris paling banyak didapatkan pada responden yang berusia 13 tahun. Sesuai dengan kepustakaan sebelumnya yang menyatakan bahwa akne vulgaris dimulai pada usia tahun. 1 Akne vulgaris dimulai pada onset remaja dimana hal ini sejalan dengan adanya peningkatan hormon androgen pada onset pubertas remaja. 5,13 Derajat keparahan terbanyak yang dialami responden laki-laki dan perempuan ialah akne vulgaris derajat sedang. Hal ini sesuai dengan penelitian Yurivka yang dilakukan di Rusunawa putri Unimus, dimana pada penelitiannya mendapatkan sebanyak 42,5% responden mengalami derajat keparahan akne vulgaris derajat sedang. 31 Berat ringannya derajat keparahan akne vulgaris dipengaruhi oleh jumlah sebum yang diproduksi, dimana pada penderita akne vulgaris, baik lakilaki maupun perempuan akan memproduksi sebum yang lebih banyak daripada individu normal, namun komposisi sebum tidak berbeda dengan orang normal. 1 Pada penelitian ini didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Bramantyo pada siswa SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang berusia tahun, bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara derajat keparahan akne vulgaris dengan kualitas hidup. 12 Pada penelitian Kokandi juga mendukung bahwa tidak adanya hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dan tingkatan kualitas hidup seseorang. Menurut Kokandi, kualitas hidup pada pasien akne vulgaris dapat dipengaruhi oleh alasan lain selain derajat keparahan akne vulgaris, seperti karena faktor sosial, emosional, tipe kepribadian seseorang, adanya skar dan masalah sekolah ataupun pekerjaan. 11 Hasil penelitian yang berbeda didapatkan dari penelitian Tasoula yang menyebutkan adanya hubungan positif antara derajat keparahan akne vulgaris dengan gangguan pada kualitas hidup. 7 Penelitian Ningrum juga menyatakan

43 30 adanya hubungan bermakna antara derajat keparahan akne vulgaris dan tingkat kualitas hidup penderitanya. 10 Dan pada penelitian Vilar,dkk juga menyatakan bahwa terdapat hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan buruknya kualitas hidup. 9 Adanya perbedaan antara satu penelitian dengan penelitian lain dapat dikaitkan dengan berbagai faktor seperti perbedaan klasifikasi yang digunakan untuk menilai keparahan akne vulgaris, perbedaan karakteristik responden antara satu tempat dengan tempat yang lain, dan perbedaan persepsi penderita tentang seberapa parah akne vulgaris yang dialaminya. 7 Pada penelitian ini, derajat keparahan akne vulgaris tidak berhubungan dengan tingkat kualitas hidup. Responden paling banyak mengalami akne vulgaris derajat sedang, namun kualitas hidup responden yang paling banyak ialah gangguan ringan dan tidak terganggu, sehingga menurut peneliti kualitas hidup pada responden masih lebih baik bila dibandingkan derajat keparahan yang dialaminya. Derajat keparahan dan kualitas hidup dapat dilihat dari berbagai aspek, dimana pada penelitian ini derajat keparahan dan kualitas hidup responden dapat dikaitkan dengan aspek spiritualitasnya. Responden yang merupakan siswa madrasah, dimana dalam rutinitas sehari-harinya, selain belajar mereka juga dibiasakan melakukan kegiatan ibadah, seperti sholat wajib dan sunnah, tilawah atau membaca al-quran, serta menghafal al-qur an. Pengaruh dari kegiatan ibadah telah banyak diteliti dan terbukti memberikan manfaat bagi kesehatan fisik dan psikis. Sebagai contohnya ialah berwudhu yang merupakan rangkaian dari kegiatan ibadah, terbukti dapat mencegah timbulnya penyakit kulit, salah satunya akne vulgaris, dimana pada saat berwudhu, air yang mengenai bagian tubuh saat berwudhu akan dibersihkan dari debu, kotoran, dan bahan kimia yang menempel pada kulit. Selain itu, efek dari air wudhu juga akan memelihara keselarasan pusat saraf, dimana tempat-tempat terkenanya air wudhu seperti dahi, tangan, dan kaki merupakan lokasi pusat saraf yang paling peka dari tubuh manusia. 32 Dengan terpeliharanya pusat saraf yang merupakan pengendali dari seluruh tubuh, maka kualitas hidup juga akan menjadi lebih baik.

44 Keterbatasan penelitian 1. Proporsi responden dengan derajat keparahan akne berat tidak sebanding dengan derajat keparahan akne ringan dan sedang, sehingga tidak dapat dinilai tingkat kualitas hidupnya. 2. Pada saat proses pengisian kuesioner, terdapat beberapa responden yang mengisi kuesioner tidak berdasarkan sesuai keadaannya atau hanya melihat dari teman didekatnya sehingga dapat menimbulkan bias pada penelitian ini.

45 32 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN Prevalensi penderita akne vulgaris pada siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta yaitu sebesar 47%, dengan usia terbanyak yaitu 13 tahun, dan prevalensi pada laki-laki lebih tinggi. Derajat keparahan akne vulgaris yang paling banyak diderita yaitu akne derajat sedang. Tingkat kualitas hidup terbanyak yang dialami berdasarkan CDLQI adalah gangguan kualitas hidup ringan. Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup pada siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta. 5.2 SARAN Penelitian selanjutnya diharapkan mendapatkan proporsi derajat keparahan akne berat yang seimbang dengan derajat ringan dan sedang sehingga dapat menilai tingkat kualitas hidup pada masing-masing kelompok. Penelitian selanjutnya sebaiknya dapat menggunakan studi kohort dalam melihat hubungan derajat keparahan akne vulgaris dan tingkat kualitas hidup. 32

46 33 DAFTAR PUSTAKA 1. Bernadette I, Wasitaatmaja SM. Akne vulgaris. Dalam: Menaldi SL. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: FKUI 2015; Tjekyan, RM Suryadi. Kejadian dan faktor risiko akne vulgaris. M Med Indonesia.Semarang:Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro 2008; 43(1): Graham Brown R, Burns T. Lecture notes: dermatologi edisi 8. Jakarta: Erlangga 2005: Zaenglein AL, Graber EM, Thiboutot DM. Acne vulgaris and acneiform eruptions. Dalam: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Wolff K. Fitzpatrick s dermatology in general medicine.mcgraw-hill 2012;8(1): Tahir M. Pathogenesis of acne vugaris: simplified. JPAD 2010;20: Safizadeh H, Meymandi S, Naeimi A. Quality of life in Iranian patient with acne. Dermatol Res Prac 2012; Tasoula E, Chalikias J, Danopoulou I, Rigopoulos D. The impact if acne vulgaris on quality of life and psychic in health young adolescent in Greece.Result of population Survey. An Bras Dermatol 2012;87(6): Noorbala MT, Mozaffary B. Prevalence of acne and its impact on the quality of life in high school-aged adolescent in Yazd, Iran. JPAD 2013;23(2): Vilar GN, Filho JFS, Santos LA. Quality of Life, self-esteem and psychosocial factors in adolescents with acne vulgaris. An Bras Dermatol 2015;90(5): Ningrum PF. Hubungan antara akne vulgaris dengan tingkat kualitas hidup pada remaja di SMA Muhammadiyah 2 Surakarta. FKUMS Kokandi A. Evaluation of acne quality of life and clinical severity in Acne female adults. Dermatol Res Prac 2010: Bramantyo N. Hubungan antara derajat keparahan akne vulgaris dan kualitas hidup penderita akne vulgaris. UGM 2015.

47 Movita T. Continuing medical education: acne vulgaris. CDK ;40(4): Yahya H. Acne vulgaris in Nigeria adolescent: prevalence, severity, beliefs, perseptions, and practices. Int J Dermatol 2009;48: Ika. Hubungan tingkat stress dengan timbulnya jerawat pada siswa SMP 4 Ngawi. FKUMS Loveckova Y, Havlikova I. A microbiological approach to acne vulgaris. Biomed Papers.Institute of Microbiology Faculty of Medicine Poacky University and Teaching Hospital in Olamouc 2002;146(2): Johansyah RB. Hubungan antara derajat keparahan acne dengan kualitas hidup mahasiswa pre-klinik program pendidikan dokter umum Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin tahun ajaran 2015/2016.Makassar: FKUNHAS Ramli R, Malik AS, Hani AFM. Review acne analysis, grading and computational asessment methods: an overview. Skin Res Technol 2012;18: Adityan B, Kumari R, Thappa DM. Scoring system in acne vulgaris. Indian J Dermatol Venerol Leprol 2009;75: Division of Mental Health and Prevention of Subtance Abuse. WHOQoL: Measuring quality of life. Geneva: WHO 1997: Chairani N. Kualitas hidup wanita lansia di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu Tebing Tinggi.FKUI Larasati T. Jurnal kualitas hidup pada wanita yang sudah memasuki masa menopause. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma 2013: Wagner JA, Abbott G, Lett, S. Age related differences in individual quality of life domain in youth with type 1 diabetes. SoM 2004: Both H, Essink-Bot ML, Busschbach J, Nijsten T. Critical review of generic and dermatology-spesific health-related quality of life instruments. J Inves Dermatol 2007;127:

48 Jones CM, Chren MM, Soller B, Pedrosa E, Penas PF. Quality of Life in mild to moderate acne: relationship to clinical severity and factors influencing change with treatment.jeadv 2010;21: Augustin M, Langenbruch A, Gutknecht M, Radtke MA, Blome C. Quality of life measures for dermatology: definition, evaluation, and interpretation.curr Derm Rep 2012;1: Finlay AY, Jones MS. The Children s Dermatology Life Quality Index (CDLQI).Br J Dermatol 1995;132(6) (Di unduh 01/05/2016). 28. Sanders RA. Adolescent, psycosocial, and cognitive development. Peds in Review 2013;34(8): Batubara, Jose RL. Adolescent development (perkembangan remaja). Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RS Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sari Pediatri 2010;12(1): Hanisah A, Omar K, Azhar S. Prevalence of acne and its impact on the quality of Life in school-aged adolescents in Malaysia. J Prim Health Care 2009;1(1): Yurivka A, Indrastiti R, Tiyas M. Hubungan antara tingkat gradasi akne vulgaris dengan kualitas hidup di Rusunawa putri UNIMUS. UNIMUS Lela, Lukmawati. Ketenangan: makna dawamul wudhu. PSIKIS 2015;1(2):56-7.

49 36 LAMPIRAN Lampiran 1 Naskah persetujuan penelitian NASKAH PENJELASAN KEPADA PESERTA PENELITIAN Kami, Melda Agustin, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta semester VII, melakukan penelitian dengan judul Hubungan Derajat Keparahan dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Akne Vulgaris. Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi persyaratan penyelesaian studi di Fakultas Kedokteran. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan derajat keparahan akne vulgaris dengan kualitas hidup pasien. Akne vulgaris, atau yang biasa disebut dengan jerawat, merupakan penyakit kulit yang umum yang ditandai dengan bentuk lesi yang bervariasi. Kualitas hidup merupakan derajat kepuasan yang dialami oleh seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Data yang kami peroleh dari pemeriksaan saudara akan kami rahasiakan dan tidak akan di sebarkan. Penelitian ini bersifat sukarela dan tidak memaksa. Apabila saudara bersedia menjadi peserta penelitan, dengan senang hati kami mengharapkan untuk dapat kiranya mengisi formulir yang kami sediakan. Atas partisipasi dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih September, 2016 Peneliti Melda Agustin PSKPD UIN Jakarta

50 37 Tanggal Pengambilan: KUESIONER KUALITAS HIDUP PENDERITA AKNE VULGARIS No Kuesioner: PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT) Saya telah mendapatkan penjelasan secara rinci dan mengerti mengenai Riset Hubungan Derajat Keparahan dengan Kualitas Hidup Pasien Akne Vulgaris pada siswa-siswi Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta oleh Melda Agustin, Mahasiswa jurusan pendidikan dokter angkatan 2013 FKIK UIN Syarif Hidayatullah. Saya mengerti bahwa partisipasi saya dilakukan secara sukarela. Pernyataan bersedia diwawancarai dan diperiksa. Ciputat, 2016 ( )

51 38 IDENTITAS RESPONDEN Lampiran 2 Identitas dan Pertanyaan penjaring Nama : Kelas Usia : tahun Jenis kelamin No. HP : : laki-laki/ perempuan (lingkari salah satu) I. Jawablah pertanyaan dibawah ini. 1. Apakah saat ini saudara sedang menderita jerawat? a. Ya b. Tidak 2. Jika Ya, sudah berapa lama kah saudara memiliki jerawat saat ini? a. < (Kurang dari) seminggu b. Satu minggu c. > (Lebih dari) seminggu d. Satu bulan e. >(Lebih dari) 1 bulan 3. Kapan saudara pertama kali menderita/memiliki jerawat? Sejak.. 4. Bagaimanakah pola munculnya jerawat yang saudara alami selama ini? a. Hanya saat: (menjelang haid/ saat stress/saat makan makanan tertentu) b. Tidak ada waktu tertentu/ muncul kapan saja. c. Lain-lain : 5. Apakah saudara melakukan pengobatan terhadap jerawat saudara? a. Ya b. Tidak 6. Jika Ya, jenis pengobatan bagaimana yang saudara lakukan? a. Pengobatan resep dokter b. Pengobatan sendiri c. Pengobatan herbal d. Lain-lain, sebutkan : Apakah saudara memiliki penyakit kulit selain jerawat? a. Ya. sebutkan : b. Tidak

52 39 Lampiran 3 Kuesioner CDLQI II. Kuesioner CDLQI (Children s Dermatology Life Quality Index) Tujuan kuesioner ini adalah untuk mengukur seberapa jauh masalah kulit yang anda miliki mempengaruhi SATU MINGGU TERAKHIR, beri tanda centang ( ) pada salah satu untuk setiap pertanyaan. No. 1 Pertanyaan Selama satu minggu terakhir seberapa gatal, ingin menggaruk, perih atau sakitkah kulit anda? Sangat Cukup Sedikit Tidak sama sekali Selama satu minggu terakhir, seberapa kesal, malu minder, atau sedihkah anda karena kulit anda? Selama satu minggu terakhir, seberapa jauh kulit anda mempengaruhi pertemanan anda? Selama satu minggu terakhir, seberapa jauh anda telah mengganti atau memakai pakaian/sepatu yang berbeda atau khusus akibat kulit anda? Selama satu minggu terakhir, seberapa jauh masalah kulit anda mempengaruhi kegiatan luar rumah, bermain, atau hobi anda? Sangat Cukup Sedikit Tidak sama sekali Sangat Cukup Sedikit Tidak sama sekali Sangat Cukup Sedikit Tidak sama sekali Sangat Cukup Sedikit

53 40 Tidak sama sekali 6 Selama satu minggu terakhir, apakah anda menghindari berenang atau olahraga lain karena masalah kulit anda? Sangat Cukup Sedikit Seminggu terakhir pada waktu sekolah: seberapa jauh kulit anda mempengaruhi kegiatan sekolah anda? - Atau, pada waktu libur, dalam seminggu terakhir seberapa jauh kulit anda mempengaruhi rencana liburan anda? Selama satu minggu terakhir, seberapa besar masalah yang anda hadapi dengan kulit anda dan orang lain yang memberi julukan, mengolok-olok, merundung, bertanya-tanya atau menghindari anda? Selama satu minggu terakhir, seberapa jauh masalah kulit mempengaruhi tidur anda? Selama satu minggu terakhir, seberapa jauhkah perawatan kulit menjadi masalah bagi anda? Tidak sama sekali Sangat Cukup Sedikit Tidak sama sekali Sangat Cukup Sedikit Tidak sama sekali Sangat Cukup Sedikit Tidak sama sekali Sangat Cukup Sedikit Tidak sama sekali Sangat Cukup Sedikit Tidak sama sekali Harap memeriksa kembali apakah anda telah menjawab SETIAP pertanyaan. Terima kasih

54 41 Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Penelitian

55 42 Lampiran 5 Surat Permohonan Persetujuan Etik Penelitian

56 43 Lampiran 6 Foto Alat Ukur dan Dokumentasi Penelitian Alat pengukuran derajat keparahan akne vulgaris: Kaca Pembesar (Loop) Penjelasan dan pengisian kuesioner Pemeriksaan fisik kondisi klinis dermatologis berupa inspeksi wajah oleh peneliti Foto lesi akne vulgaris pada salah satu responden

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jerawat, atau dalam bahasa medisnya disebut akne, merupakan salah satu penyakit kulit yang banyak dijumpai secara global pada remaja dan dewasa muda (Yuindartanto,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris (AV) adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri (Wasitaatmaja, 2015). Akne

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA AKNE VULGARIS 2.1 Definisi Akne Vulgaris Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. punggung bagian atas. Jerawat terjadi karena pori-pori kulit. terbuka dan tersumbat dengan minyak, sel-sel kulit mati, infeksi

BAB I PENDAHULUAN. punggung bagian atas. Jerawat terjadi karena pori-pori kulit. terbuka dan tersumbat dengan minyak, sel-sel kulit mati, infeksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jerawat (Akne Vulgaris) merupakan penyakit kulit peradangan kronik folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis berupa komedo, papul,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh berbagai faktor dengan gambaran klinis yang khas

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh berbagai faktor dengan gambaran klinis yang khas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris merupakan suatu peradangan kronik dari folikel pilosebasea yang disebabkan oleh berbagai faktor dengan gambaran klinis yang khas (Siregar, 2013). Gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Akne Vulgaris merupakan permasalahan yang sangat akrab diperbincangkan baik di kalangan dewasa muda maupun remaja. Saat ini tidak begitu banyak sumber yang memuat tulisan

Lebih terperinci

The Correlation between Cosmetics Usage to Acne Vulgaris in Female Student in FKIK Muhammadiyah University of Yogyakarta

The Correlation between Cosmetics Usage to Acne Vulgaris in Female Student in FKIK Muhammadiyah University of Yogyakarta The Correlation between Cosmetics Usage to Acne Vulgaris in Female Student in FKIK Muhammadiyah University of Yogyakarta Hubungan Lamanya Paparan Kosmetik dengan Timbulnya Acne Vulgaris pada Mahasiswi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Akne vulgaris adalah suatu peradangan yang bersifat menahun pada unit pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan predileksi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pleomorfik, komedo, papul, pustul, dan nodul. (Zaenglein dkk, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. pleomorfik, komedo, papul, pustul, dan nodul. (Zaenglein dkk, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne atau jerawat adalah kondisi yang paling umum dilakukan oleh dokter di seluruh dunia (Ghosh dkk, 2014). Penyakit akne ini merupakan penyakit peradangan pada unit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris merupakan suatu penyakit dari unit pilosebasea yang dapat sembuh sendiri, terutama dijumpai pada anak remaja. Kebanyakan kasus akne vulgaris disertai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. polisebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri

BAB 1 PENDAHULUAN. polisebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris atau jerawat adalah penyakit peradangan menahun folikel polisebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri (Wasitaatmadja, 2007).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Akne vulgaris (AV) atau jerawat merupakan suatu penyakit. keradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Akne vulgaris (AV) atau jerawat merupakan suatu penyakit. keradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akne vulgaris (AV) atau jerawat merupakan suatu penyakit keradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, kista, dan pustula.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acne Vulgaris (AV) merupakan suatu penyakit peradangan kronis dari folikel

BAB I PENDAHULUAN. Acne Vulgaris (AV) merupakan suatu penyakit peradangan kronis dari folikel 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acne Vulgaris (AV) merupakan suatu penyakit peradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, kista, dan pustula.(tahir, 2010). Penyakit

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. atas. Akne biasanya timbul pada awal usia remaja.

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. atas. Akne biasanya timbul pada awal usia remaja. 1 BAB I A. Latar Belakang Penelitian Akne merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel pilosebasea yang ditandai dengan komedo, papul, pustul, nodul dan kista pada wajah, leher,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea dengan gambaran klinis polimorfi, yang terdiri atas wujud kelainan kulit berupa komedo, papul, pustul,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebasea yang dapat dialami oleh semua usia dengan gambaran klinis yang bervariasi antara

BAB I PENDAHULUAN. sebasea yang dapat dialami oleh semua usia dengan gambaran klinis yang bervariasi antara BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akne vulgaris merupakan kelainan yang sering dijumpai pada struktur kelenjar sebasea yang dapat dialami oleh semua usia dengan gambaran klinis yang bervariasi antara

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Responden. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April - Mei 2015 di SMA N 4 Purworejo dengan mendapatkan ijin dari kepala sekolah dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. papul, pustul, nodul dan kista di area predileksinya yang biasanya pada

BAB 1 PENDAHULUAN. papul, pustul, nodul dan kista di area predileksinya yang biasanya pada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Acne vulgaris adalah penyakit kulit kronis yang terjadi akibat peradangan menahun pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodul dan kista di area

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH: INGGRID NOURMALYDZA

DISUSUN OLEH: INGGRID NOURMALYDZA 2 HUBUNGAN ANTARA DERAJAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS DENGAN KUALITAS HIDUP PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA ANGKATAN 2013-2015 Laporan Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Kelamin. Ruang lingkup keilmuan penelitian adalah Ilmu Kesehatan Kulit dan Lokasi pengambilan sampel adalah FakultasKedokteran Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Akne vulgaris adalah salah satu penyakit kulit. yang selalu menjadi masalah bagi remaja dan dewasa muda

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Akne vulgaris adalah salah satu penyakit kulit. yang selalu menjadi masalah bagi remaja dan dewasa muda 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Akne vulgaris adalah salah satu penyakit kulit yang selalu menjadi masalah bagi remaja dan dewasa muda (Purdy dan DeBerker, 2007). Prevalensi yang mencapai 90 %

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akne vulgaris adalah suatu penyakit peradangan menahun dari folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Gambaran klinis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kista. Tempat predileksinya antara lain pada daerah wajah, dada bagian atas, dan punggung.

BAB 1 PENDAHULUAN. kista. Tempat predileksinya antara lain pada daerah wajah, dada bagian atas, dan punggung. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akne vulgaris merupakan suatu penyakit kulit akibat peradangan menahun dari unit pilosebasea yang ditandai dengan gambaran lesi yang bervariasi, seperti komedo, papul,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jerawat atau akne (Yuindartanto, 2009). Akne vulgaris merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. jerawat atau akne (Yuindartanto, 2009). Akne vulgaris merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kulit yang sering dijumpai pada remaja dan dewasa muda adalah jerawat atau akne (Yuindartanto, 2009). Akne vulgaris merupakan suatu kelainan yang dapat sembuh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sebaran usia mahasiswi yang menggunakan kosmetik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sebaran usia mahasiswi yang menggunakan kosmetik Jumlah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Sebaran usia mahasiswi yang menggunakan kosmetik Penelitian ini melibatkan 85 responden mahasiswi yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Responden tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit kulit yang melibatkan unit pilosebasea ditandai. Indonesia, menurut catatan Kelompok Studi Dermatologi Kosmetika

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit kulit yang melibatkan unit pilosebasea ditandai. Indonesia, menurut catatan Kelompok Studi Dermatologi Kosmetika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akne vulgaris atau yang oleh masyarakat umum disebut jerawat merupakan penyakit kulit yang melibatkan unit pilosebasea ditandai dengan adanya komedo terbuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akne atau jerawat merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan

BAB I PENDAHULUAN. Akne atau jerawat merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne atau jerawat merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan kronik unit pilosebasea (Zaenglein dkk., 2008). Penyakit ini dianggap sebagai kelainan kulit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik, yang bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik, yang bertujuan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik, yang bertujuan menentukan hubungan stres terhadap kejadian akne vulgaris pada mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 sampai 21 tahun (Siefan, 2008). Dalam proses mencapai dewasa, anak harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jerawat atau akne adalah mesalah kulit berupa infeksi dan peradangan

BAB I PENDAHULUAN. Jerawat atau akne adalah mesalah kulit berupa infeksi dan peradangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jerawat atau akne adalah mesalah kulit berupa infeksi dan peradangan pada unit pilosebasea. Akne sering membuat resah dan menghilangkan rasa percaya diri, apalagi jika

Lebih terperinci

TERAPI TOPIKAL AZELAIC ACID DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE+ZINC PADA AKNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

TERAPI TOPIKAL AZELAIC ACID DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE+ZINC PADA AKNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH TERAPI TOPIKAL AZELAIC ACID DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE+ZINC PADA AKNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti seminar hasil Karya Tulis Ilmiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang membuat hidup seseorang menjadi sejahtera dan ekonomis. Masyarakat harus berperan aktif dalam mengupayakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 35 III. METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin 3.2 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rencana Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Survei analitik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan papula yang erimatus, serta pada kasus yang berat dapat disertai pustul yang

BAB I PENDAHULUAN. dan papula yang erimatus, serta pada kasus yang berat dapat disertai pustul yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris (AV) merupakan kelainan kulit kronik pada unit pilosebasea yang ditandai dengan seborrhea, formasi komedo terbuka dan tertutup, pustula dan papula yang

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan bagi remaja dan dewasa muda merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan bagi remaja dan dewasa muda merupakan salah satu faktor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penampilan bagi remaja dan dewasa muda merupakan salah satu faktor penunjang, terutama wajah yang bersih tanpa akne merupakan modal penting dalam pergaulan dan karier.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis seboroik merupakan suatu kelainan kulit papuloskuamosa kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang banyak mengandung kelenjar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan rancangan cross-sectional atau potong lintang. Bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan rancangan cross-sectional atau potong lintang. Bertujuan 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan rancangan cross-sectional atau potong lintang. Bertujuan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin 3.2 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Hidup. kualitas hidup sebagai persepsi individu dari posisi individu dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Hidup. kualitas hidup sebagai persepsi individu dari posisi individu dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup 1. Definisi Kualitas Hidup WHOQoL Group (dalam Billington dkk, 2010) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu dari posisi individu dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Akne vulgaris (jerawat) merupakan penyakit. peradangan kronis pada unit pilosebaseus yang sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Akne vulgaris (jerawat) merupakan penyakit. peradangan kronis pada unit pilosebaseus yang sering 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akne vulgaris (jerawat) merupakan penyakit peradangan kronis pada unit pilosebaseus yang sering dikeluhkan oleh banyak orang terutama remaja. Timbulnya akne vulgaris

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Psoriasis adalah salah satu penyakit kulit termasuk dalam kelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. Psoriasis adalah salah satu penyakit kulit termasuk dalam kelompok BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Psoriasis adalah salah satu penyakit kulit termasuk dalam kelompok dermatosis eritroskuamosa, bersifat kronis residif dengan lesi yang khas berupa plak eritema berbatas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengandung kelenjar sebasea seperti: muka, dada dan punggung ( kelenjar/cm). 1,2 Acne

BAB 1 PENDAHULUAN. mengandung kelenjar sebasea seperti: muka, dada dan punggung ( kelenjar/cm). 1,2 Acne BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu penyakit kulit yang merisaukan remaja dan dewasa adalah jerawat, karena dapat mengurangi kepercayaan diri seseorang 1. Acne vulgaris atau lebih sering

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ruang lingkup disiplin ilmu kesehatan kulit. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian - Tempat penelitian : Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 25 orang (39.1%) yang mengalami jerawat berat. Hasil observasi yang

BAB V PEMBAHASAN. 25 orang (39.1%) yang mengalami jerawat berat. Hasil observasi yang BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Kejadian Jerawat Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan tabel 4.1 mengenai distribusi responden berdasarkan kejadian jerawat, terdapat 25 orang (39.1%)

Lebih terperinci

ABSTRAK Gambaran Karakteristik Penderita Akne Vulgaris di Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin Sakura Derma Bandung

ABSTRAK Gambaran Karakteristik Penderita Akne Vulgaris di Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin Sakura Derma Bandung ABSTRAK Gambaran Karakteristik Penderita Akne Vulgaris di Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin Sakura Derma Bandung Regina Emmanuela Gusti Pratiwi, 2016 Pembimbing I : dr. Dani M.kes Pembimbing II : dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akne vulgaris merupakan kelainan folikuler umum yang mengenai folikel sebasea (folikel rambut) yang rentan dan paling sering ditemukan di daerah muka, leher serta badan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu kesehatan kulit dan kelamin.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu kesehatan kulit dan kelamin. BAB III METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu kesehatan kulit dan kelamin. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Tempat pengambilan sampel

Lebih terperinci

HUBUNGAN TIDUR LARUT MALAM TERHADAP TIMBULNYA AKNE VULGARIS PADA MAHASANTRI PUTRA PESANTREN INTERNATIONAL K.H MAS MANSUR UMS 2015

HUBUNGAN TIDUR LARUT MALAM TERHADAP TIMBULNYA AKNE VULGARIS PADA MAHASANTRI PUTRA PESANTREN INTERNATIONAL K.H MAS MANSUR UMS 2015 HUBUNGAN TIDUR LARUT MALAM TERHADAP TIMBULNYA AKNE VULGARIS PADA MAHASANTRI PUTRA PESANTREN INTERNATIONAL K.H MAS MANSUR UMS 2015 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. vulgaris, merupakan penyakit peradangan kronis dari unit pilosebasea akibat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. vulgaris, merupakan penyakit peradangan kronis dari unit pilosebasea akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penyakit kulit yang menjadi perhatian bagi para remaja dan dewasa muda adalah jerawat atau dalam istilah medisnya disebut acne vulgaris, merupakan penyakit

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA AKNE VULGARIS PADA AWAL PUBERTAS REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 4 LAPPARIAJA KABUPATEN BONE KARTIKA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA AKNE VULGARIS PADA AWAL PUBERTAS REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 4 LAPPARIAJA KABUPATEN BONE KARTIKA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA AKNE VULGARIS PADA AWAL PUBERTAS REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 4 LAPPARIAJA KABUPATEN BONE ABSTRAK KARTIKA Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup waktu penelitian adalah Oktober November 2014.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup waktu penelitian adalah Oktober November 2014. 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Ruang lingkup lokasi penelitian adalah Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang membuat hidup seseorang menjadi sejahtera dan ekonomis. Masyarakat harus berperan aktif dalam

Lebih terperinci

PENGARUH KEBERSIHAN KULIT WAJAH TERHADAP KEJADIAN ACNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH KEBERSIHAN KULIT WAJAH TERHADAP KEJADIAN ACNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH KEBERSIHAN KULIT WAJAH TERHADAP KEJADIAN ACNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diasusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran

Lebih terperinci

TERAPI TOPIKAL CLINDAMYCIN DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE + ZINC PADA ACNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

TERAPI TOPIKAL CLINDAMYCIN DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE + ZINC PADA ACNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH TERAPI TOPIKAL CLINDAMYCIN DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE + ZINC PADA ACNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti seminar hasil Karya Tulis Ilmiah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. contohnya wajah dan leher (Wolff et al., 2008). Lesi melasma ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. contohnya wajah dan leher (Wolff et al., 2008). Lesi melasma ditandai oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melasma adalah kelainan pigmentasi didapat dengan gambaran klinis berupa makula cokelat muda hingga cokelat tua pada daerah terpajan matahari, contohnya wajah dan leher

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif.

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. praktek dermatologi (Simonart, 2012). Akne vulgaris adalah penyakit inflamasi

BAB I PENDAHULUAN. praktek dermatologi (Simonart, 2012). Akne vulgaris adalah penyakit inflamasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akne vulgaris termasuk salah satu penyakit yang paling umum ditemui di praktek dermatologi (Simonart, 2012). Akne vulgaris adalah penyakit inflamasi kronik unit pilosebaseus

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013. 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian pulmonologi Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO AKNE VULGARIS DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2009, 2010, DAN 2011 KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR RISIKO AKNE VULGARIS DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2009, 2010, DAN 2011 KARYA TULIS ILMIAH FAKTOR RISIKO AKNE VULGARIS DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2009, 2010, DAN 2011 KARYA TULIS ILMIAH Oleh: MONA SINTYA FRANSISCA MANURUNG NIM: 090100157 FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat

Lebih terperinci

TEAM BASED LEARNING MODUL. Diberikan pada Mahasiswa Semester V Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH :

TEAM BASED LEARNING MODUL. Diberikan pada Mahasiswa Semester V Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : TEAM BASED LEARNING MODUL Diberikan pada Mahasiswa Semester V Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : Prof. DR. Dr. Anis Irawan, Sp.KK (K), FINSDV, FAADV DR. dr. Farida Tabri, Sp.KK (K). FINSDV SISTEM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. al, 2008). Tempat-tempat predileksi acne vulgaris adalah wajah, leher,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. al, 2008). Tempat-tempat predileksi acne vulgaris adalah wajah, leher, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Acne vulgaris atau jerawat adalah penyakit kulit yang terjadi akibat inflamasi kronik pada folikel pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA AKNE VULGARIS DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN ANTARA AKNE VULGARIS DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA AKNE VULGARIS DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran YUANNISA PRATITA DEVI G0008040 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian secara observasional analitik dengan rancangan cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian secara observasional analitik dengan rancangan cross sectional. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian non eksperimental atau observasional yang merupakan metode penelitian secara observasional

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 2 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan survei analitik yaitu untuk mencari hubungan antara dua variabel yaitu menopause dengan Sindroma Mulut Terbakar (SMT).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup disiplin ilmu dari penelitian ini adalah ilmu kedokteran, khususnya Ilmu Psikiatri dan Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan Waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Akne vulgaris atau lebih dikenal dengan jerawat, adalah penyakit self-limited yang menyerang unit

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Akne vulgaris atau lebih dikenal dengan jerawat, adalah penyakit self-limited yang menyerang unit BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Akne vulgaris atau lebih dikenal dengan jerawat, adalah penyakit self-limited yang menyerang unit pilosebaseus dan sering dijumpai pada usia remaja (Zaenglein dkk,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akne vulgaris (AV) atau yang biasa disebut jerawat adalah suatu penyakit pada folikel rambut dan jaringan sebasea yang pada umumnya dapat sembuh sendiri, biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Penelitian. Akne vulgaris adalah suatu kelainan pada unit. pilosebaseus yang banyak dijumpai pada remaja.

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Penelitian. Akne vulgaris adalah suatu kelainan pada unit. pilosebaseus yang banyak dijumpai pada remaja. BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Akne adalah suatu kelainan pada unit pilosebaseus yang banyak dijumpai pada remaja. Penyakit ini bermanifestasi sebagai lesi pleiomorfik yang terdiri atas komedo, papul,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN.... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... v ABSTRAK... vi ABSTRCT... vii RINGKASAN...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran Umum Penelitian Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota Yogyakarta pada tanggal 9 Agustus - 1 September 2016. Data dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akne Vulgaris 2.1.1. Definisi Akne Vulgaris Akne vulgaris didefinisikan sebagai peradangan kronik dari folikel polisebasea yang disebabkan oleh beberapa faktor dengan gambaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akne vulgaris adalah peradangan kronik dari folikel polisebasea yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akne vulgaris adalah peradangan kronik dari folikel polisebasea yang 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akne Vulgaris 2.1.1 Definisi Akne vulgaris adalah peradangan kronik dari folikel polisebasea yang menyebabkan deskuamasi abnormal epitel folikel dan sumbatan folikel sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. observasional analitik dengan desain cross sectional study dimana pengukuran

BAB III METODE PENELITIAN. observasional analitik dengan desain cross sectional study dimana pengukuran BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode observasional analitik dengan desain cross sectional study dimana pengukuran variable hanya

Lebih terperinci

PENGARUH CARA DAN KEBIASAAN MEMBERSIHKAN WAJAH TERHADAP PERTUMBUHAN JERAWAT DI KALANGAN SISWA SISWI SMA HARAPAN 1 MEDAN.

PENGARUH CARA DAN KEBIASAAN MEMBERSIHKAN WAJAH TERHADAP PERTUMBUHAN JERAWAT DI KALANGAN SISWA SISWI SMA HARAPAN 1 MEDAN. PENGARUH CARA DAN KEBIASAAN MEMBERSIHKAN WAJAH TERHADAP PERTUMBUHAN JERAWAT DI KALANGAN SISWA SISWI SMA HARAPAN 1 MEDAN. Oleh : NIK AZZADEEN AZIZ BIN FAHEEM 070100232 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa dimana seseorang mengalami perubahan sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke arah bentuk tubuh orang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional study yang merupakan suatu penelitian untuk mempelajari dinamika

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional).

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional). BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional). 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit kepala sering

BAB I PENDAHULUAN. Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit kepala sering 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit kepala sering dianggap sebagai hal ringan, padahal bagi penderitanya dapat mengurangi penampilan atau daya

Lebih terperinci

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI SKRIPSI PENANGANAN JERAWAT (Acne vulgaris) MENGGUNAKAN TERAPI HERBAL KAPSUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DI PONDOK PESANTREN AL HADY, MALANG. RIZKA DEWI DAMAYANTI 151410483003 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Akne Vulgaris a. Definisi Akne Vulgaris Akne vulgaris merupakan penyakit kulit yang dapat sembuh sendiri berupa peradangan kronis folikel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Uta, 2003). Jerawat terjadi ketika pori-pori kulit dipenuhi oleh minyak, sel kulit

BAB I PENDAHULUAN. (Uta, 2003). Jerawat terjadi ketika pori-pori kulit dipenuhi oleh minyak, sel kulit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acne vulgaris (jerawat) merupakan suatu penyakit kulit yang paling umum terjadi pada remaja, dalam beberapa kasus jerawat dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh: Kiky Putri Anjany J

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh: Kiky Putri Anjany J 1 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MENGENAI ANTIBIOTIK DAN PENGGUNAANANTIBIOTIK TANPA RESEP DOKTER PADA PELAJAR KELAS X, XI, XII DI SMK NEGERI 2 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian yang hanya dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian yang hanya dilakukan digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian yang hanya dilakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN JENIS KELAMIN JANIN DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA WANITA HAMIL SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN JENIS KELAMIN JANIN DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA WANITA HAMIL SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN JENIS KELAMIN JANIN DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA WANITA HAMIL SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ALYSSA AMALIA G0013021 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. observasi data variabel independen dan variabel dependen hanya satu kali

METODE PENELITIAN. observasi data variabel independen dan variabel dependen hanya satu kali BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross-sectional, yaitu penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel

Lebih terperinci

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Strata-1

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian

METODE PENELITIAN. observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mencari hubungan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. Tempat : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang

BAB IV METODE PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. Tempat : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang 1 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik observasional yaitu penelitian diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi bagaimana dan mengapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Kulit dan Kelamin 2. Ruang lingkup tempat : RSUD Tugurejo Semarang 3. Ruang lingkup waktu : Periode Agustus September

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akne vulgaris adalah suatu penyakit yang. dialami oleh hampir semua remaja dan orang dewasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akne vulgaris adalah suatu penyakit yang. dialami oleh hampir semua remaja dan orang dewasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris adalah suatu penyakit yang dialami oleh hampir semua remaja dan orang dewasa dalam kehidupan mereka. Meskipun penyakit ini tidak mengganggu kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN

HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2007-2009 Oleh: NITYA PERUMAL NIM: 070100473 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN TENSION-TYPE HEADACHE DI POLIKLINIK SARAF RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran Diajukan Oleh: Fardhika J500110019

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang akne. 2 Selain dari keluhan kosmetik, akne mempengaruhi setiap aspek kehidupan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bidang kesehatan psikodermatologi atau psikokutan berfokus pada interaksi antara pemikiran,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akne vulgaris 2.1.1. Definisi Akne Vulgaris Akne vulgaris didefinisikan sebagai peradangan kronik dari folikel polisebasea yang disebabkan oleh beberapa faktor dengan gambaran

Lebih terperinci