EVALUASI MAKALAH. Comment YA TIDAK
|
|
- Hamdani Kusnadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 No. : AR016 EVALUASI MAKALAH Judul Makalah : MAKNA DAN FILOSOFI RAGAM HIAS PADA RUMAH TRADISIONAL MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN TANAH DATAR A. Objek Evaluasi Comment YA TIDAK 1. Apakah sistematika pembahasan mengikuti format? 2. Apakah isi paper orisinal? 3. Apakah judul paper merepresentasikan isinya? 4. Apakah abstrak merefleksikan isi paper? 5. Apakah kata kunci menggambarkan skop penelitian? 6. Apakah metode penelitian atau pendektan pemecahan masalah disebutkan dengan jelas? 7. Apakah presentasi dan interpretasi data sudah valid dan layak? 8. Apakah penggunaan gambar dan tabel membantu penjelasan penelitian? 9. Apakah diskusi dan/atau analisa relevan dengan hasil penelitian? 10. Apakah referensi yang digunakan relevan? 11. Makna sumbangan bagi kemajuan ilmu 12. Peristilahan dan kebahasaan B. Keputusan Reviewer Makalah: i. Dapat langsung dipublikasi Catatan: ii. Dapat dipublikasi dengan perbaikan minor Catatan: iii. Dapat dipublikasi dengan perbaikan mayor Catatan: iv. Dikembalikan ke reviewer untuk re-evaluasi sesudah revisi Catatan: v. Tidak layak dipublikasikan berdasarkan alasan dibawah ini Catatan: Sgt Baik Baik Rata2 Buruk
2 MAKNA DAN FILOSOFI RAGAM HIAS PADA RUMAH TRADISIONAL MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN TANAH DATAR ABSTRAK Minangkabau sebagai perwujudan arsitektur vernakukular tradisional dalam bentuk bangunan rumah adat Minangkabau atau yang biasa disebut dengan Rumah Gadang. Rumah atau bangunan tradisional, tidak bisa dilihat hanya pada bangunan semata, karena dalam bangunan tradisional, terdapat tradisi dan budaya yang diwariskan secara turun temurun, terdapat relief hidup, dari sejarah dan tradisi yang mewakili ideology dari masyarakat pendukungnya. Rumah gadang, sebagai warisan budaya masyarakat minangkabau, juga mewarisi tradisi masyarakatnya, tercermin dalam komponen bangunannya, salah satu komponen yang penting dalam arsitektur rumah gadang yaitu ukiran yang memiliki ragam hias yang unik dan rumit. Ragam hias arsitektur minang tidak hanya ukiran tetapi pada komponen-komponen rumah gadang lainnya, seperti atap, badan dan kaki rumah gadang. Observasi makna ragam hias tradisional rumah gadang, dilakukan di Nagari Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, yang mewakili orisinalitas Nagari Pariangan sebagai luhak asal etnis minangkabau. Observasi dilengkapi dengan interview dan studi pustaka sebagai pelengkap, dilakukan pada obyek Rumah Gadang Dato Maharaja Depang dan Rumah Gadang Ibu Elevian. Penelitian pada obyek dua rumah gadang, memperoleh hasil, terdapat 13 (tiga belas) macam ragam hias pada rumah gadang milik Dato Maharaja Depang dan ada4 (empat) jenis ragam hias pada kediaman Ibu Elevian. Jumlah dan ragam hias yang terdapat pada rumah gadang secara tidak langsung menunjukkan hirarkhi dalam masyarakat Nagari Pariangan, menguatkan status Dato Maharaja Depang sebagai pemuka adat nagari Pariangan. Kata kunci: ragam hias, makna dan filosofis Pendahuluan Masyarakat Minangkabau berlokasi di bagian barat pulau Sumatra, sebagian mendiami wilayah daerah pesisir baratsumatra Utara, sebagian daerah propinsi Riau bagian barat, dan sebagian daerah propinsi Jambi bagian barat daya. Dari cakupan wilayah yang didiami oleh suku bangsa Minangkabau tersebut, sebagian besar menempati wilayah daratan. Karena itulah, Arsitektur Nusantara Minangkabau dikatakan sebagai arsitektur nusantara daratan. (Ninka, 2008) Wilayah Minangkabau sebagai kesatuan suku atau etnis, tidaklah sebagaimana Propinsi Sumatera Barat saat ini, namun menempati cakupan yang jauh lebih kecil daripada yang ada sekarang (Agus 2011), dalam wilayah Minangkabau dikenal dengan Luhak Nan Tigo, yaitu: Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, danluhak Limapuluh Kota. Ke tiga Luhak ini sering disebut dengan darek. Widya (2001) lebih jauh menjelaskan, pembagian tiga luhak ini berdasarkan periode pengembangan wilayah yang dilakukan nenek moyang masyarakat minangkabau, dan menjadikan gunung sebagai pembatas antara satu wilayah dengan wilayah lain, dijelaskan sebagaimana gambar berikut: Luhak Agam (wilayah pengembangan pertama) Luhak Tanah Datar (wilayahasal masyarakat minangkabau) Luhak Lima Puluh Kota (wilayah pengembangan kedua) Gambar 1 Sketsa pola pembentukan wilayah luhak (Widya, 2001)
3 Tatanan masyarakat Minangkabau hidup dalam suatu tatanan sosial berupa keluarga besar (paruik) yang berasal dari satu keturunan ninik, dimana setiap satu keturunan keluarga dipimpin oleh seorang mamak. Setiap keluarga mempunyai rumah gadang masing-masing, dimana didalamnya berlangsung aktifitas keluarga yang didominasi oleh pihak perempuan. Yang menempati rumah gadang tersebut ialah perempuan dan anak-anak, sedangkan yang laki-laki tinggal di surau untuk belajar mengaji dan menuntut ilmu (Navis, 1984). Minangkabau memiliki perwujudan arsitektur vernakukular tradisional dalam bentuk bangunan antara lain: rumah pertemuan (balai adat), sarana ibadah (surau, masjid), dan rumah adat Minangkabau atau yang biasa disebut dengan Rumah Gadang (Rumah Besar/Rumah Buranjang). Semua bangunan tersebut diidentikkan dengan bangunan yang didominasi material dari kayu sehingga suhu panas dari luar bangunan dapat direduksi sehingga kenyamanan termal dialam bangunan tetap terjaga. Rumah adat minangkabau, disebut Rumah Gadang (besar) bukan semata secara fisik melainkan karena fungsinya selain sebagai tempat kediaman keluarga, Rumah Gadang merupakan perlambang kehadiran satu kaum dalam satu nagari, serta sebagai pusat kehidupan dan kerukunan seperti tempat bermufakat keluarga kaum dan melaksanakan upacara. Bahkan sebagai tempat merawat anggota keluarga yang sakit. Rumah adat minangkabau juga sering disebut sebagai rumah gonjong atau rumah bergonjong karena bentuk atapnya yang bergonjong runcing dan menyerupai tanduk kerbau yang dibuat dari bahan ijuk. (Chandra, 2013) Minangkabau, dalam tambo (cerita rakyat) merupakan suatu wilayah terdiri dari dua bagian dengan system pemerintahan yang berbeda yaitu luhak yang merupakan wilayah inti masyarakat minangkabau dan rantau yang merupakan wilayah pengembangan dari luhak. Kedua system perwilayahan ini, terbagi atas beberapa teritori yang merupakan bagian dari luhak atau rantau yang disebut nagari (Widya, 2001). Menurut Navis (1984) masyarakat Minangkabau hidup berkelompok bardasarkan keluaga besarnya (paruik) atau sering disebut suku,yaitu; Koto, Pilliang, Bodi dan Caniago, terdapat dua system hukum, yang disebut lareh, yaitu lareh Koto Pilliangdan lareh Bodi Caniago setiap suku memiliki bentuk rumah gadang yang khas dan bentuk yang ditampilkannya mampunyai ciri khas tertentu. Perbedaan ini diakibatkan perbedaan pola dan tatanan budaya yang dianut setiap suku berdasarkan keselarasan yang dianut (Widya, 2001). Keselarasan Koto Pillian dan Bodi Caniago, lebih lanjut, menurut Usman (1995), dapat diceritakan, bahwa minangkabau dulunya merupakan satu kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja dan berpusat di Pariangan, raja ini mempunyai seorang panglima yang bernama Cati Bilang Pandai. Raja mempunyai seorang anak yang bernama Datuk Kutumanggungan dan setelah raja wafat, tampuk pimpinan diserahkan kepada Cati Bilang Pandai dan memperistri permaisurinya. Dari permaisuri ini Cati Bilang Pandai mempunyai anak yang diberi namadatuk Perpatih Nan Sabatang. Ke dua anak ini nantinya berpisah dan memiliki daerah kekuasaan masing-masing dari kerajaan. Ke dua anak ini mempunyai karakter yang berbeda, yang satu demokrat dan satunya lagi aristokrat, dan akhirnya kelak memunculkan dua aliran politik yang ternyata mempengaruhi tatanan sosial budaya pengikutnya. Kedua aliran politik atau disebut keselarasan tersebut ialah: 1. Koto Piliang,dipimpin Datuk Ketumangungan, kepemimpinanya berdasarkan azas Aristokrat, dimana segala sesuatunya itu harus berdasarkan perintah pimpinan (topdown), terdapat tingkatan-tingkatan seperti kasta dalam masyarakatnya. 2. Bodi Caniago, dipimpin Datuk Perpatih Nan Sabatang, berdasarkan azas demokrat, dimana segala sesuatunya
4 dimusyawarahkan dulu untuk mencapai mufakat (bottom-up), tak terdapat lapisanlapisan seperti kasta dalam masyarakat, karena memang semua kita mempunyai hak sama. Ada pendapat lain mengatakan, ada satu keselarasan lagi, yaitu keselarasan Lareh Nan Panjang yang berasal dari Pariangan. Analisa sementara kemungkinan keselarasan ini merupakan yang pertama, setelah sekian lama akhirnya keselarasan ini terbagi dua sebagaimana diuraikan di atas. Karena kerajaan yang pertama berpusat di Pariangan. Maka kerajaan Pariangan yang di Batusangkar, diperkirakan masih merupakan salah satu daerah otonomi dari kerajaan di Pariangan. Azas yang dipakai bukan seperti Koto Piliang dan Bodi Caniago, tetapi sepertinya merupakan gabungan kedua keselarasan tersebut. ini baru merupakan satu analisa berdasarkan yang dikisahkan dalam tambo. Keselarasan Koto Piliang dan Bodi caniago, hingga sekarang masih mempengaruhi bentuk rumah adat minangkabau, dimana tiap-tiap elemen arsitekturalnya mempunyai perbedaan bentuk berdasarkan azas yang dipakainya. Perbedaan bentuk dan ragam arsitektural rumah gadang minangkabau keselarasan koto piliang dengan bodi caniago dapat kita lihat pada gambar berikut ini. Perbedaan bentuk rumah adat, keselarasan koto piliang dengan bodi caniago ( Rumah atau bangunan tradisional, tidak bisa dilihat hanya pada bangunan semata, karena dalam bangunan tradisional, terdapat tradisi dan budaya yang diwariskan secara turun temurun, terdapat relief hidup, dari sejarah dan tradisi yang mewakili ideology dari masyarakat pendukungnya. Rumah gadang, sebagai warisan budaya masyarakat minangkabau, juga mewarisi tradisi masyarakatnya, tercermin dalam komponen bangunannya, salah satu komponen yang penting dalam arsitektur rumah gadang yaitu ukiran yang memiliki ragam hias yang unik dan rumit. Ragam hias arsitektur minang tidak hanya ukiran tetapi pada komponen-komponen rumah gadang lainnya, seperti atap, badan dan kaki rumah gadang. Sehubungan dengan itu, seni ukir tradisional Minangkabau merupakan gambaran kehidupan masyarakat yang dipahatkan pada dinding rumah gadang. Seni ukir tersebut juga dinyatakan sebagai wahana komunikasi yang memuat berbagai tatanan sosial dan pedoman hidup bagi masyarakat Minangkabau. Dengan demikian, semua jenis ukiran yang dipahatkan di Rumah Gadang menunjukkan unsur penting pembentuk budaya Minangkabau bercerminkan kepada apa yang ada di alam. Ragam hias atau ornamen secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, dari kata ornere yang berarti kerja menghias dan ornamentum yang berarti hasil karya atau hiasan. Ragam hias pada dasarnya merupakan penghias yang dipadukan, sebagai media mempercantik atau mengagungkan suatu karya (Baidlowi & Daniyanto, 2003 dalam Nuralia 2017). Ragam hias mempunyai perlambang/simbolik dan sekaligus pembentukan jati diri. Ragam hias pada bangunan juga menjadi salah satu pembentuk karakter bangunan dan merupakan salah satu cara untuk mengetahui langgam atau gaya bangunan (Amiuza, 2006, hal dalam Nuralia 2017). Gambar 2
5 Penggunaan ragam hias disesuaikan dengan kemampuan ekonomi dan kedudukan sosial pemilik di dalam masyarakat. Kepemilikan awal menjadi salah satu faktor penentu keberadaan ragam hias. Ragam hias adalah salah satu elemen dalam dunia arsitektur, yang berhubungan dengan segi keindahan suatu bangunan, sebagai hasil karya seni. Akan tetapi, hal tersebut bukan seni secara umum karena berhubungan dengan fungsi dan kepentingan hidup sehari-hari (Soekiman, 2000, hal. 192 dalam Nuralia 2017). Menurut Marizar (1996, hal. 65), ruang bagian dalam dan ruang bagian luar merupakan komponen totalitas dari ruang arsitektural. Karakter ragam hias terlihat dari penggunaan motif, pola, bahan, dan warna rumah. Keindahan karya seni arsitektur dapat diamati pada gaya arsitektur, eksterior, dan interior (Pertiwi, Pangarsa, & Antariksa, 2009 dalam Nuralia 2017). Ragam hias Minangkabau memiliki seni ukir hampir di seluruh muka bagian Rumah Gadang. Setiap ukiran membicarakan tentang kehidupan dan perkembangan seni ukirnya sejak dulu. Berkembangnya zaman membuat ukiran Rumah Gadang memiliki ratusan motif yang dibuat oleh para pengukir melalui penghayatan dan kreasi motif-motif rumah adat yang asli. Minangkabau memiliki falsafah alam takambang jadi guru, cancang taserak jadi ukia, yang memiliki makna bahwa alam yang luas dapat dijadikan guru atau contoh/ teladan dan setiap cercahan pahatan akan menjadi elemen ukiran yang bersifat menghias. Pada dasarnya ukiran bangunan tradisional Minangkabau merupakan ragam hias yang mengisi bidang atau dinding yang umumnya terbuat dari papan kayu, yang terdapat pada dinding, pinggang tiang di tengah ruangan. (Chandra, 2013) Ragam hias pada arsitektur minang dapat dikelompokkan berdasarkan bentuk dan pola, nama, letak, warna, tata cara pembuatan dan komposisi. elemen hias Minangkabau ditinjau berdasarkan pola: Pola satu bentuk Pola satu arah Pola berlawanan arah/silang Pola jalinan/anyaman Pada satu bidang hanya terdapat satu macam unsur yang dapat diulang ataupun tidak diulang. Pola ini terdiri dari beberapa unsur yang disusun searah dari motif awal hingga akhir. Terdiri dari beberapa macam unsur yang disusun secara silang dan terlihat tidak teratur seperti akar liar. Berbeda dengan pola silang, pola anyaman tersusun secara rapih dan teratur. Pola ini terlihat seperti pola satu bentuk. Pola bertingkat pola bertingkat menunjukkan sebuah hirarkhi dari susunan pola yang berjenjang dari pusat, menuju ke luar. elemen hias Minangkabau ditinjau berdasarkanmotif:` Ditinjau dari nama-nama motif ragam hias yang terdapat di Minangkabau, dapat dilihat bahwa motif-motif dibagi ke dalam tiga kelompok utama, yaitu: a. Motif yang berasal dari tetumbuhan Motif tetumbuhan yang telah ditemukan mencapai 37 macam. Ukiran yang paling khas dan unik di Minangkabau terdapat pada kelompok ini, yaitu Siriah Gadang b. Motif yang berasal dari nama binatang. Motif-motif binatang ragam hias minangkabau yang telah ditemukan mencapai 21 motif. Motif binatang ini diambil dari nama-nama binatang yang terdapat di lingkungan daerah Minangkabau. Pada motif tak terlihat bentuk-bentuk binatang, tetapi mirip
6 dengan motif yang berasal dari nama tetumbuhan. c. Motif yang berasal dari nama benda (benda mati). Nama motif berasal dari benda mati dan nama orang. Motif yang telah ditemuimencapai 31 motif. elemen hias Minangkabau ditinjau berdasarkanletak Letak elemen hias terdapat pada dinding, jendela atau pintu, tiang dan atap rumah gadang. Ukiran merupakan hiasan yang dominan dalam bangunan rumah gadang Minangkabau. Penempatan motif ukiran tergantung pada susunan dan letak papan pada dinding rumah gadang, ada motif untuk bidang besar dan ada untuk bidang kecil. Elemen hias Minangkabau berdasarkan warna Ada tiga warna utama yang digunakan, sirah (merah tua kecoklatan), kuniang (kuning kunyit), dan hitam. Ketiga unsur warna ini melambangkan kaum (merah), adat (kuning) dan cerdik (hitam). Selain ketiga warna tersebut, terdapat warna putih sebagai penetral. Makna tiga warna (merah, kuning dan hitam): 1) Tiga wilayah adat Minangkabau Warna kuning, melambangkan Luhak Nan Tuo (Luhak yang Tua, yaitu daerah Tanah Datar). Warna merah, melambangkan Luhak Nan Tangah (Luhak yang Tengah, daerah Agam). Warna hitam, melambangkan Luhak nan Bungsu (Luhak yang Bungsu, yaitu daerah 50 Kota). 2) Tiga kekuatan masyarakat Minangkabau Warna kuning, melambangkan pengaruh yang tinggi dan berwibawa karena kecerdasan dan menunjukan kemenangan (Luhak nan Tuo). Warna merah, melambangkan Luhak Nan Tangah (Luhak yang Tengah, daerah Agam. Warna hitam, melambangkan kerelaan dan kesabaran dalam berusaha (Luhak nanbungsu). 3) Tiga pola kepemimpinan Minangkabau Tungku Tigo Sajarangan, Tali Tigo Sapilin, terdiri dari Niniak Mamak (penghulu adat di dalam kaumnya), Alim Ulama (orang yang memiliki ilmu agama yang akan membimbing masyarakat mengenai agama), Cadiak Pandai (orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan dapat menyelesaikan masalah dengan cerdik serta menguasai undang-undang). Tungku tigo sajarangan, maksudnya ketika memasak diperlukan tiga buah batu sebagai tungku untuk mengokohkan tempat kuali atau periuk. Begitu juga dengan kepemimpinan di minangkabau, ketiganya sebagai pilar penyangga masyarakat Minangkabau. Jika salah satunya hilang, maka akan terjadi kesenjangan. Tali Tigo Sapilin diibaratkan tiga utas tali yang dipilin menjadi satu,sehingga menjadi kuat. Tali Tigo Sapilin adalah tamsil pedoman ketiga kepemimpinan masyarakat, antara lain aturan adat, agama dan undang-undang. Metode penelitian Metode penelitian yang dilakukan, adalah dengan melakukan studi observasi lapangan dan interview pada narasumber kompeten, yang berada di lokasi observasi, untuk mendapatkan data, langsung dari lapangan, yaitu di Desa Pariangan, Kabupaten Tanah Datar. Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian. Dalam hal ini, peneliti dengan berpedoman kepada desain penelitiannya perlu mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal atau kondisi yang ada di lapangan. Penemuan ilmu pengetahuan selalu dimulai dengan observasi dan kembali kepada observasi untuk membuktikan kebenaran ilmu pengetahuan tersebut. Dengan observasi kita dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang masalah dan mungkin petunjuk-petunjuk tentang cara pemecahannya. Jadi, jelas bahwa tujuan observasi adalah untuk memperoleh berbagai data konkret secara langsung di lapangan atau tempat penelitian.
7 Metode kedua yang dilakukan adalah dengan wawancara, Wawancara ini dilakukan dengan dominasi berupa tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis kepada narasumber langsung, yaitu pemilik rumah yang diobservasi, dalam hal ini yanitu rumah adat milik Dato Maharaja Depang dan rumah adat milik Ibu Elevian.wawancara dilakukan secara terfokus, yaitu, berlandaskan kepada tujuan penelitian yaitu mencari makna dari ragam hias yang ada di rumah narasumber. Pada penelitian, melalui teknik wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan data primer, pelengkap atau sebagai kriterium. Sebagai metode primer, data yang diperoleh dari wawancara merupakan data yang utama guna menjawab pemasalahan penelitian. Sebagai metode pelengkap, wawancara berfungsi sebagai sebagai pelengkap metode observasi yang telah dilakukan, wawancara digunakan untuk menguji kebenaran dan kemantapan data yang telah diperoleh sebelumnya. Metode ketiga yang juga dilakukan, adalah dengan studi pustaka, yang berguna untuk memperkuat dan memperluas landasan berpikir sebelum observasi langsung ke lapangan dan melakukan suatu penelitian. Studi pustaka berguna untuk memberibekal pengetahuan yang cukup dengan permasalahan serta tujuan yang hendak dicapai dari suatu penelitian. Studi pustaka yang diwujudkan dalam landasan teori dapat mendukung untuk menganalisis data yang telah diperoleh dan menyelesaikan permasalahan yang timbul sebagai acuan untuk menentukan tahapan pemecahan masalah. Ketiga metode yang dilakukan yaitu: observasi, wawancara dan studi pustaka, dilakukan secara berkesinambungan, dan dilakukan uji silang, sehingga saat ditemukan ketidak akuratan, bisa langsung dilakukan konfirmasi ke narasumber yang ada di lapangan. Hasil dan pembahasan Obyek 1, Rumah Dato Maharaja Depang Pariangan terdiri dari 6 Nagari dan 21 Jorong. Pariangan merupakan nagari di Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Posisi peta , Nagari ini terletak di lereng Gunung Marapi. Menurut Tambo Minangkabau,Pariangan merupakan nagari tertua di ranah Minang. Nagari ini termasuk yang terbaik dalam menjaga rumah adat tradisional yang disebut rumah gadang, sehingga hingga saat ini masih ditemuirumah gadang yang terawat dengan baik. Pada nagari ini juga masih dijumpai surau, yang masih menjadi tempat tinggal komunal untuk pria yang belum menikah. Obyek penelitian, yaitu rumah Dato Maharaja Depang dan Ibu Elevian, berada di Nagari Pariangan, Jorong Pariangan. Jorong Pariangan, memiliki luas wilayah 4,32 Ha, meliputi 5,65 % dari wilayah Kecamatan Pariangan. Berdasarkan interview dengan aparat pemerintahan setempat, di Nagari Pariangan terdapat 25 rumah gadang yang yang satu sama lain berbeda, berdasarkan luas rumah atau jumlah ruang, dapat dibedakan dalam jumlah ruang, sesuai dengan jumlah keluarga, biasanyaruangan berjumlah ganjil 5, 7, 9, 15. Dalam pelaksanaan pembuatannya, rumah gadang biasanya hanya mengalami 2 masa perubahan yaitu saat pembangunan dan renovasi. Rumah Gadang hanya terdapat di beberapa tempat karena pembangunanya yang memakan biaya yang sangat mahal. Material yang digunakan dalam pembuatan rumah gadang adalah kayu yang cukup sulit didapat, selain itu banyaknya ritual yang menyertai dalam pelaksanaannya menjadikan Rumah Gadang yang hanya ada dibeberapa tempat. Rumah gadang menjadikan simbol kekeluargaan dan kebersamaan. Berdasarkan wawancara, proses pembuatan motif dan ragam hias pada rumah gadang diberikan kepada ahli pembuatan ragam hias yang dipercayai oleh masing masing ketua adat. Orang yang dipercaya tersebut dapat berupa orang yang ahli pahat dan ahli filsafat makna ragam hias. Tidak banyak orang yang mengerti arti dari ragam hias tersebut dan tidak banyak
8 juga orang yang dapat memahat sesuai pakem yang benar. Tabel 1. Makna dan elemen ragam hias rumah Dato Maharaja Depang Segala petuah pelaksanaan diberikan oleh tetua desa. Segala dekorasi atas ragam hias diberikan tanggung jawab secara penuh kepada pemahat dan ahli filosofi. Kemudian makna dan segala peletakan dibuat mengikuti pakem para leluhur sehingga segala makna yang baik diharapkan mengikuti kehidupan para tetua dan datuk yang akantinggal didalamnya. Penggunaan ragam hias memiliki gambarmahluk hidup berupa bentuk tumbuhan dan hewan. Makna secara global memiliki arti dari kehidupan yaitu tumbuh yang berkembang sebagai mana tumbuhan tumbuh untuk kehidupan seluruh makluk hidup dibumi. Segala fungsi dari ragam hias tersebut, menurut ahli pahat pada rumah gadang Datuk Maha Raja Depang bahwa ragam hias pada dasarnya memiliki fungsi sebagai penghias untuk kemegahan. Terlepas dari arti dan makna ornamen tersebut penggunaan ornamen dalam rumah gadang dapat menjadi aktualisasi dari pemilik rumah, menunjukkan struktur sosial, kedudukan dan ekonomi yang berbeda dengan masyarakat di sekitarnya. Jenis ragam hias Makna AKA CINO SAGAGANG Menggambarkan suatu ke dinamisan hidup yang gigih dan ulet dalam memenuhi kebutuhan hidup. PESONG AIA BA BUIH Menggambarkan suatu pemikiran mencari jalan keluar untuk pemecahan masalah dan melambangkan kehidupan yang dinamis dan tidak purus asa. WAJIK Kita sebagai manusia diharuskan untuk selalu introspeksi diri sendiri atas perbuatan-perbuatan yang tidak berkenan. MAHKOTA BULANDO Mengindikasikan kedekatan hubungan antara Belanda dengan unsur pemimpin masyarakat adat dinagari. SIRIAH GADANG Kehidupan tidak berjalan dengan baik tanpa adanya keteraturan dan keterpaduan antar berbagai unsur yang ada. REDEANG SUDUIK Gambar 3 Rumah Dato Maharaja Depang Makna elemen ragam hias pada bangunan Dato Maharaja Depang, dapat diringkas sebagaimana table berikut: ANTING-ANTING Melambangkan suku yang mendiami rumah gadang. Masyarakat tunduk terhadap aturan, tetapi tetap berpegang teguh kepada Allah SWT.
9 Obyek 2, Rumah Ibu Elevian KUPANG-KUPANG "SI AWANG LABIAH Kupang-kupang diibaratkan orang semenda (sumando) yang datang dari luar untuk mengokohkan Kedudukan gadis dalam rumah gadang, bila sudah bersuami. LABAH MANGIROK Memiliki makna daun dan bunga mengandung dua akar perkara lahirnya akar didalam hutan, batinnya akar dalam kepala MAHKOTA BULANDO Mengindikasikan kedekatan hubungan antara Belanda dengan unsur pemimpin masyarakat adat dinagari. SAIK AJIK/SAIK GALAMAI JO BUNGO MATAHARI Keterbukaan masyarakat Minangkabau baik dalam menerima perubahan mau-pun dalam mempertanggung jawabkan segala perbuatan. SAJAMBA MAKAN Melambangkan adanya aturan dalam melaksanakan suatu pekerjaan. CACANDU MANYASOK BUNGO Berbeda dengan rumah Dato Maharaja Depang, sebagai sesepuh Jorong Pariangan, rumah ibu Elevian tampak sebagaimana rumah wargabiasa, yang minim ornamen sehingga hanya kayu-kayu dan ornamen yang bisa ditempel dan bersifat berulang horizontal maupun vertikal. Gambar 4 Rumah gadang Ibu Elevian Rumah gadang milik Ibu Elvian dan Mamak Daniah dibangun sekitar tahun Rumah yang berada di dekat rumah dari Datuk Maha Raja Depang ini masih asli sampai saat ini karena tidak banyak perubahan dari saat di bangun. Tampak bangunan Rumah Gadang tampak sederhana karena memiliki ragam hias yang minim. Terdapat banyak ornamen yang berulang dan dapat dikatakan hanya memiliki 1 ornamen dasar yaitu Bunga Teratai. Arti dari Ornamen Bunga Teratai adalah mengajarkan bahwa kehidupan seseorang antara batin dan kelakuan harus seimbang. Kebaikan dan akhlak seseorang akan tercermin oleh perilaku sehari-hari orang tersebut. Motif ini terletak diatas kamar mamak Dania. Limpapeh bertafsirkan seorang wanita minangkabau yang mendiami rumah gadang, yaitu wanita yang berbudi, sopan santun, pandai menjaga diri serta berperan dalam pembinaan pendidikan anak. Terlihat bahwa rumah gadang pada warga biasa yang bukan golongan bangsawan, memiliki ornamen dan ragam hias yang terbatas dan penting saja, dan dapat dikatakan sederhana. Beberapa ornamen hanya digunakan sebagai penanda ruangan dan beberapa ornamen Eksterior lain untuk keindahan. Terlepas dari arti dan maknanya bahwa Ragam hias dapat dikatakan sebagai tanda kemegahan, semakin banyak dan kompleks ragam hias dalam suatu rumah gadang maka akan menjadi megah rumah tersebut dan juga sebagai penunjuk status sosial seseorang di daerah tersebut. Tabel 2. Makna dan elemen ragam hias rumahibu Elevian Jenis Ragam Hias Makna BUNGO TERATAI DALAM AIA Mengajarkan bahwa dalam kehidupan seseorang antara batin dan kelakuanharus seim-
10 Kesimpulan bang. Kebaikan dan akhlakseseorang akan tercermin oleh kelakuan sehari-hari orang tersebut. TAMPUAK MANGGIH Kita sebagai manusia diharuskan untukselalu introspeksi diri sendiri atasperbuatan-perbuatan yang tidakberkenan. BUNGA TERATAI Mengajarkan bahwa dalam kehidupan seseorang antara batin dan kelakuanharus seimbang. Kebaikan dan akhlakseseorang akan tercermin oleh kelakuan sehari-hari orang tersebut. LIMPAPEH seorang wanita minangkabau yang mendiami rumah gadang, yaitu wanita yang berbudi, sopan santun, pandai menjaga diri serta berperan dalam pembinaan pendidikan anak. Setiap daerah memiliki keunikan yang berbeda bukan hanya dari adat istiadat, bahasa, maupun rumah adatnya, bahkan ukiran setiap daerah memiliki keunikan tersendiri. Khususnya untuk wilayah Sumatera Barat. Setiap Daerah atau Nagari memiliki nama dan bentuk ragam hias yang sama, tetapi filosofi ragam hias berbeda. Hal ini dikarenakan tidak adanya aturan secara tertulis baik secara adat istiadat, sehingga terjadi pergeseran makna dari generasi ke generasi karena hanya di ceritakan secara turun temurun. Nagari Pariangan pada obyek yang diteliti, menunjukkan bahwa rumah adat milik golongan bangsawan, memiliki ornament ragam hias yang lebih beragam (14 jenis ragam hias) dibandingkan dengan rumah adat milik warga biasa (hanya 4 jenis ragam hias). Saat ini rumah adat tradisional di wilayah Sumatera Barat semakin sedikit karena kurangnya minat masyarakat untuk mempertahankan budaya tanah lahir mereka. Pengrajin ragam hias rumah adat, yang semakin terbatas juga menjadi tantangan tersendiri, perlu didokumentasikan secara khusus jenis-jenis ragam hias pada rumah adat minang, agar kekayaan budaya nusantara tetap terjaga lestari. Daftar pustaka Amiuza. (2006). Tipologi Rumah Tinggal Administratur P.G. Kebon Agung di Kabupaten Malang. Ruas, Baidlowi, H., & Daniyanto, H. (2003). Arsitektur Permukiman Surabaya. Surabaya: Karya Harapan. Komputer, Universitas. (2013). Ukiran Tradisional Minangkabau Pada Rumah Gadang. ptunikompp-gdl-zodiomeker babii.pdf Marizar. (1996). Interior dan Lingkungan Hidup Serta Seni Dekorasi dan Interior Bangunan dalam Upaya Membangun Citra Arsitektur, Desain Interior, dan Seni Rupa Indonesia. Jakarta: Djambatan Martamin, Mardjani & Amir Brenson. (1976) Ragam Ukiran Rumah Gadang Minangkabau. Padang. IKIP Padang Jurusan Sejarah FKPS. Nuralia, Lia (2017)Arti Dan Fungsi Ragam Hias Pada Rumah Tuan Tanah Perkebunan Tambun, Kabupaten Bekasi, Jurnal Purbawidya Vol. 6, No. 1, Juni 2017: Soekiman, D. (2000). Kebudayaan Indis dan Gaya Hidup Masyarakat Pendukungnya di Jawa (Abad XVIII-Medio Abad XX). Jogja: Bentang Budaya. Syamsidar (ed).(1991) Arsitektur Tradisional Daerah Sumatera Barat. Jakarta: Dep.P & K Dirjen kebudayaan: Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya. Usman, Ibenzani, (1984), Seni Ukir Tradisional Minangkabau, Disertasi, Program Pasca Sarjana, Institut Teknologi Bandung. Widya, Darma, 2001, Kajian Arsitektur Rumah Tinggal Tradisional Minangkabau Nagari
11 Panyalaian Kabupaten Tanah Datar. Tesis Magister Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro, Semarang. Artikel dari internet: Agus, Elfida, Kajian Topologi, Morfologi Dan Tipologi Pada Rumah Gadang Minangkabau, 2011 ( 11/04/icci2006s5pp04.pdf) diakses 20 November 2017 Arch, Ninka. Tugas Besar Arsitektur Nusantara ( 008/11/ars-nus-tgs-besar.pdf) diakses Oktober Chandra, Dodi Motif Hias Sirih Gadang Pada Rumah Gadang. ( ndra/motif-hias-sirih-gadang-padaukiran-rumahgadang_552bc4236ea834a8078b45d9) diakses pada 1 Oktober 2016 Difference between Minangkabau in Sumatera and Negeri Sembilan (PART 2), 2016 ( /) diakses pada 7 Desember 2017 Pertiwi, P. A., Pangarsa, G. W., & Antariksa. (2009, Maret). Tipologi Ragam Hias Rumah Tinggal Kolonial Belanda di Ngamarto-Lawang. ( pologi_ragam_hias_rumah_tinggal_ Kolonial_Belanda_di_Ngamarto- Lawang) diakses pada 9 Oktober 2014
KAJIAN TOPOLOGI, MORFOLOGI DAN TIPOLOGI PADA RUMAH GADANG MINANGKABAU
KAJIAN TOPOLOGI, MORFOLOGI DAN TIPOLOGI PADA RUMAH GADANG MINANGKABAU Elfida Agus Dosen Tetap Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta Telp. (0751) 26166 / HP. 0816353865
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i PERNYATAAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR ISTILAH... viii DAFTAR TABEL DAN GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT... xv BAB I. PENGANTAR... 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005).
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Minangkabau merupakan satu-satunya budaya yang menganut sistem kekerabatan matrilineal di Indonesia. Masyarakat Minangkabau merupakan komunitas masyarakat matrilineal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Bangsa bisa disebut juga dengan suku,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa dengan masyarakatnya yang Pluralistic mempunyai berbagai macam bentuk dan variasi dari kesenian budaya. Warisan kebudayaan tersebut harus
Lebih terperincietnis- Galundi Nan Baselo. Taratak Dusun Koto Nagari. Mangumpua nan taserak manjapuik nan tatingga. benang merah
SEKAPUR SIRIH Alhamdulillah, berkat rahmat dan karunia Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan narasi Buku Situs Cagar Budaya Minangkabau yang berada di Jorong Batur Sungai Jambu. Shalawat dan salam kita
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Motivasi terbesar yang mendasari perjuangan rakyat Indonesia merebut
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Motivasi terbesar yang mendasari perjuangan rakyat Indonesia merebut kemerdekaan dari kaum penjajah adalah cita-cita untuk dapat mewujudkan kehidupan rakyat Indonesia yang
Lebih terperinciSISTEM PEMERINTAHAN NAGARI DI MINANGKABAU SKRIPSI DISUSUN OLEH HENI MELIA SAFITRI
SISTEM PEMERINTAHAN NAGARI DI MINANGKABAU (Studi Pada Nagari Guguak VIII Koto Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumatera merupakan pulau yang memiliki sejumlah suku besar berciri khas tradisional. Suku yang terkenal adalah Minangkabau, Aceh, Batak, Melayu, dan ada juga sejumlah suku-suku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, oleh karenanya manusia tidak bisa terlepas dari tanah. Tanah sangat dibutuhkan oleh setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nan Tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Suku bangsa Minangkabau mendiami daratan tengah Pulau Sumatera bagian barat yang sekarang menjadi Propinsi Sumatera Barat. Daerah asli orang Minangkabau ada tiga
Lebih terperinciKARAKTERISTIK RUMAH ADAT TAMBI SUKU LORE SULAWESI TENGAH
KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TAMBI SUKU LORE SULAWESI TENGAH OLEH : SANDRA REZITHA KEMALASARI Mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Brawijaya Email: sandrarezitha@hotmail.com ABSTRAK Karakteristik
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. merupakan bagian dari masyarakat setempat (http:// www. Gebyok.com / search /
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Rumah Adat Rumah adat adalah rumah tradisional atau ciri daerah tertentu yang berasal dari daerah setempat dan merupakan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Kecamatan Pariaman Utara yang menghasilkan. Ada empat desa yang menjadi
64 BAB V KESIMPULAN Nareh Hilir merupakan satu diantara 17 desa yang berada di kawasan Kecamatan Pariaman Utara yang menghasilkan. Ada empat desa yang menjadi sentra sulaman benang emas di kota Pariaman,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumatera Barat memiliki 19 kabupaten kota,179 kecamatan dan 648 nagari. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang berada di Indonesia.Provinsi Sumatera Barat memiliki 19 kabupaten kota,179 kecamatan dan 648 nagari. 1
Lebih terperinciKajian Pakaian penghulu Minangkabau
Kajian Pakaian penghulu Minangkabau Oleh : Diskadya Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Universitas Telkom. Abstrak Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku dan bangsa, dimana didalamnya terdapat berbagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Minangkabau (Minang) adalah kelompok etnis Nusantara yang berbahasa dan menjunjung adat Minangkabau. Wilayah kebudayaannya Minang meliputi daerah Sumatera Barat, separuh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. daerah di Indonesia. Sumatera Barat dengan sistem pemerintahan nagari yang. tersendiri yang berbeda dengan masyarakat Indonesia.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Barat adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang memakai sistem pemerintahan lokal selain pemerintahan desa yang banyak dipakai oleh berbagai daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Setiap suku memiliki kebudayaan, tradisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda
Lebih terperinciRUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH
RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH Reny Kartika Sary Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang Email : renykartikasary@yahoo.com Abstrak Rumah Limas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang teletak di bagian Asia tenggara yang dilalui garis khatulistiwa. Indonesia berada diantara benua Asia dan Australia serta diantara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu
Lebih terperinciCiri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal
Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Andhika Bayu Chandra 15600022 4A Arsitektur Teknik Universitas PGRI Semarang Andhikabayuchandra123@gmail.com Abstrak
Lebih terperinciMEDAN TRADITIONAL HANDICRAFT CENTER (ARSITEKTUR METAFORA)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki berbagai ragam budaya yang dilatarbelakangi suku-suku dari daerah setempat. Ragam budaya tersebut memiliki ciri khas masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi dialihkan oleh Kerajaan Sunda/Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang. Artinya, Kerajaan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT
Menimbang: PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT a. bahwa berdasarkan hasil evaluasi penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. kenegerian Rumbio Kociok Banamo Kamaruzzaman Godang Bagolau Datuk
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Kenegerian Rumbio Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pemimpin adat kenegerian Rumbio Kociok Banamo Kamaruzzaman Godang Bagolau Datuk Ulak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Arti kata Vernakular itu sendiri berasal dari bahasa latin yaitu verna yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu bangsa yang memiliki berbagai macam etnis yang tersebar di pelosok Nusantara yang salah satunya etnis Minangkabau yang berpusatkan di Provinsi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan gabungan dari berbagai suku yang ada di Indonesia. Dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang besar terdiri dari berbagai berbagai pulau baik dari Sabang sampai Merauke. Tidak hanya negara yang besar tetapi Indonesia
Lebih terperinciKONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center
KONSEP RANCANGAN Latar Belakang Surabaya semakin banyak berdiri gedung gedung pencakar langit dengan style bangunan bergaya modern minimalis. Dengan semakin banyaknya bangunan dengan style modern minimalis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kerajaan Pagaruyung yang terletak di Batu Sangkar, Luhak Tanah Datar, merupakan sebuah kerajaan yang pernah menguasai seluruh Alam Minangkabau. Bahkan pada masa keemasannya
Lebih terperinciPengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,
Bab 4 Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Alur Pembelajaran Pengertian Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Ragam hias Teknik Menggambar Ragam Hias Ukiran Melukis Ragam Hias di Atas Bahan Kayu Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan ibukota Batusangkar. Batusangkar dikenal sebagai Kota Budaya yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah Datar merupakan salah satu kabupaten yang ada di Sumatera Barat dengan ibukota Batusangkar. Batusangkar dikenal sebagai Kota Budaya yang telah dicanangkan oleh
Lebih terperinciSEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG
UKBM 3.1/4.1/1/1-1 BAHASA INDONESIA PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG UNIT KEGIATAN BELAJAR BIN 3.1/4.1/1/1-1 PENTINGKAH LAPORAN HASIL OBSERVASI Kompetensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu
Lebih terperinciTradisi Membangun Arsitektur Tradisional Folajiku Sorabi, Tidore Kepulauan
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Tradisi Membangun Arsitektur Tradisional, Tidore Kepulauan Sherly Asriany Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Khairun. Abstrak Kebudayaan membangun dalam arsitektur
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN NAGARI SITUJUAH GADANG Nomor: 03/NSG/2002. Tentang BENTUK PARTISIPASI ANAK NAGARI DALAM PEMBANGUNAN NAGARI
RANCANGAN PERATURAN NAGARI SITUJUAH GADANG Nomor: 03/NSG/2002 Tentang BENTUK PARTISIPASI ANAK NAGARI DALAM PEMBANGUNAN NAGARI Menimbang : a. bahwa modal dasar pembangunan Nagari yang tumbuh dan berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gorga Sopo Godang merupakan sebuah tempat atau rumah yang hanya memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gorga Sopo Godang merupakan sebuah tempat atau rumah yang hanya memiliki satu ruang tanpa kamar atau pembatas, yang berfungsi untuk tempat tinggal serta memusyahwarakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias daerah atau suku suku yang telah membudaya berabad abad. Berbagai ragam hias yang ada di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pelestarian budaya bukan hanya yang berhubungan dengan masa lalu, namun justru membangun masa depan yang menyinambungkan berbagai potensi masa lalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti rok, dress, atau pun celana saja, tetapi sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan yang
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 5.1 Simpulan. Seluruh kebudayaan yang ada di bumi ini memiliki keunikan masingmasing
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Seluruh kebudayaan yang ada di bumi ini memiliki keunikan masingmasing di dalamnya. Termasuk Indonesia yang memiliki kekayaan dan keragaman budaya dengan ciri khas masing-masing.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suku Minangkabau kita kenal sebagai sebuah suku yang mayoritas masyarakatnya berasal dari wilayah Provinsi Sumatera Barat. Orang Minangkabau juga sangat menonjol
Lebih terperinciPELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT
PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT Dion Farhan Harun, Antariksa, Abraham Mohammad Ridjal Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167, Malang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia.
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Inkulturasi budaya Indonesia berawal dari masuknya bangsa-bangsa asing ke Indonesia yang awalnya memiliki tujuan untuk berdagang. Dengan masuknya budaya-budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arsitektur sebagai produk dari kebudayaan, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya proses perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pulau Bangka merupakan pulau kecil di sebelah selatan Sumatra. Pulau ini sudah terkenal sejak abad ke-6. Hal ini dibuktikan dengan adanya peninggalan prasasti
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pesisir Timur pantai Sumatera Utara sejak abad ke-13, merupakan tempat persinggahan bangsa-bangsa asing dan lintas perdagangan. Bangsa India dan Arab datang dengan
Lebih terperinci4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha
PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PELESTARIAN ADAT BUDAYA DALAM HIDUP BERNAGARI DI KOTA PADANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,
Lebih terperinciBAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU
BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU 2.1. Kain Batik Basurek Bengkulu Kain Basurek merupakan salah satu bentuk batik hasil kerajinan tradisional daerah Bengkulu yang telah diwariskan dari generasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur Propinsi Sumatera Utara, yang membentang mulai dari Kabupaten Langkat di sebelah Utara, membujur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup terpisah dari kelompok manusia lainnya. Dalam menjalankan kehidupannya setiap manusia membutuhkan
Lebih terperinciV. KESIMPULAN DAN SARAN. Selatan, Sumatera Barat, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Dari hasil pembahasan yang dilakukan mengenai Pola Bangun Atap Rumah Gadang Koto Baru Nagari Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat,
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian...56
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii ABSTRAK... iv UCAPAN TERIMAKASIH... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL...x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, pertama rumah Besemah disebut ghumah baghi yang berarti rumah lama. Rumah tersebut
Lebih terperinciUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan analisis pada Bab IV yaitu analisis kebudayaan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis pada Bab IV yaitu analisis kebudayaan masyarakat Nias, mengacu pada sebuah Hoho yang menceritakan tentang leluhur masyarakat Nias, implementasinya terhadap
Lebih terperinci, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak penduduk yang di dalamnya terdapat masyarakat yang berbeda suku, adat, kepercayaan (agama) dan kebudayaan sesuai daerahnya masing-masing.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tedi Fedriansah, 2015 SENI KERAJINAN GERABAH BUMIJAYA SERANG BANTEN Universitas Pendidikan Indonesia \.upi.edu perpustakaan.upi.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Gerabah merupakan salah satu kerajinan tradisional yang perlu dilestarikan dan menjadi salah satu bentuk buah karya sekaligus tradisi nenek moyang yang dibuat turun
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. rumah limas di desa Sirah Pulaupadang dan arsitektur rumah limas di Palembang
1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari penjelasan di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa arsitektur rumah limas di desa Sirah Pulaupadang dan arsitektur rumah limas di Palembang mencerminkan sebuah ekspresi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan bertanggung jawab dan pembangunan bangsa, baik sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara dengan ibu kotanya Medan. Sumatera Utara terdiri dari 33. dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Marauke yang terdiri dari lima pulau besar yaitu pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009
BAB 5 KESIMPULAN Bangunan Gereja Koinonia merupakan bangunan tinggalan kolonial pada awal abad 20 jika dilihat dari tahun berdirinya. Perkembangan gaya seni arsitektur di Indonesia tidak lepas dari pengaruh
Lebih terperinciAR-40Z0 TUGAS AKHIR PERANCANGAN MASJID AGUNG PADANG BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masyarakat Minangkabau yang sebagian besar adalah penduduk wilayah provinsi Sumatera Barat dalam menjalankan kehidupan sosial budayanya tetap berpegang teguh pada adagium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sangat membutuhkan adanya suatu aturan-aturan yang dapat mengikat manusia dalam melakukan perbuatan baik untuk diri sendiri dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan
Lebih terperinciJawa Timur secara umum
Jawa Timur secara umum Rumah Joglo secara umum mempunyai denah berbentuk bujur sangkar, mempunyai empat buah tiang pokok ditengah peruangannya yang biasa disebut sebagai saka guru. Saka guru berfungsi
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kecamatan Canduang 1. Kondisi Geografis Kecamatan Canduang merupakan salah satu dari beberapa kecamatan di Kabupaten Agam. Dimana wilayah ini ditetapkan menjadi
Lebih terperinciGUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang: a. bahwa nagari sebagai kesatuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin pada bagian budayabudaya lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak ada begitu saja, tetapi juga karena
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Pagaruyung. Kesimpulan yang dapat diambil dari latar belakang kerajaan Pagaruyung adalah, bahwa terdapat tiga faktor yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kata songket. Tanjung Pura Langkat merupakan pusat Pemerintahan Kesultanan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata songket memiliki banyak definisi dari beberapa beberapa para ahli yang telah mengadakan penelitian dan pengamatan terhadap kain songket. Menurut para ahli
Lebih terperinciTengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Propinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata ( DTW ) Propinsi di Indonesia, memiliki keanekaragaman daya tarik wisata baik
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah diuraikan pada bagian terdahulu, maka pada bagian ini peneliti akan menarik beberapa kesimpulan
Lebih terperinci2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cirebon sejak lama telah mendapat julukan sebagai Kota Wali. Julukan Kota Wali disebabkan oleh kehidupan masyarakatnya yang religius dan sejarah berdirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang tentunya pulau-pulau tersebut memiliki penduduk asli daerah yang mempunyai tata cara dan aspek-aspek
Lebih terperinciPrakata: Prof. Ir. ANTARIKSA, M.Eng., Ph.D
Cara pandang dan metode penelitian berbasis fenomenologi ini dapat dimanfaatkan untuk meneliti dan memahami fenomena kampung-kampung vernakular di Timor yang sangat kaya dengan nuansa budaya lokal. Studi
Lebih terperinciRumah Tinggal Dengan Gaya Bali Modern Di Ubud. Oleh: I Made Cahyendra Putra Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK
Rumah Tinggal Dengan Gaya Bali Modern Di Ubud Oleh: I Made Cahyendra Putra Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK Rumah adat Bali adalah cerminan dari budaya Bali yang sarat akan nilai-nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Pada masa Nabi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masjid merupakan tempat beribadah umat muslim. Akar kata dari masjid adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Pada masa Nabi Muhammad SAW, di dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah tertentu. Masing-masing daerah (wilayah) tersebut yang memiliki keragaman dan kekayaan budaya.
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DESA TANJUNG BERULAK KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DESA TANJUNG BERULAK KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR A. Sejarah Singkat Desa Tanjung Berulak Desa Tanjung berulak adalah desa yang tertua didaerah Kecamatan Kampar
Lebih terperinciSTRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1. Stategi Perancangan Sebelum membahas motif ukir tradisional Minangkabau terlebih dahulu pada materi pendahuluan dibahas mengenai falsafah alam bagi suku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman
Lebih terperinciNursyirwan Effendi Guru Besar FISIP Universitas Andalas
Nursyirwan Effendi Guru Besar FISIP Universitas Andalas Disampaikan tanggal 18 Mei 2016 di Padang pada acara Revitalisasi Pengetahuan dan Ekspresi Budaya Tradisional antara Minangkabau dan Mentawai oleh
Lebih terperinciHASIL WAWANCARA. 4. Hari/Tanggal : Selasa/ 11 September Politik sedang mengadakan riset mengenai tugas dan fungsi Wali Nagari
1. Identitas informan 1. Nama : Fajri Kirana 2. enis Kelamin : Laki-Laki 3. abatan : Wali Nagari 4. Hari/anggal : Selasa/ 11 September 2012 : Pak, saya mahasiswa universitas Lampung dari fakultas Ilmu
Lebih terperinciBAB IV MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI Media Utama Buku Ukiran Tradisional Minangkabau
BAB IV MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI 4.1. Media Utama 4.1.1. Buku Ukiran Tradisional Minangkabau Buku ini dibuat dengan ukuran lebih kecil dari A4 dan lebih besar dari A5 karena untuk mencapai bentuk kotak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah suku bangsa atau kelompok etnik yang ada. Akan tetapi ahli hukum adat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum adat di Indonesia bersifat pluralistik sesuai dengan banyaknya jumlah suku bangsa atau kelompok etnik yang ada. Akan tetapi ahli hukum adat C. Van Vollenhoven
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita
PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH Tiara Arliani, Mukhirah, Novita Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciRumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar
Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar Oleh : Naya Maria Manoi nayamanoi@gmail.com Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK Arsitektur tradisional Bali merupakan budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku. bahkan ribuan tahun yang lalu. Jaspan (dalam Soekanto 2001:21)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan telah ada sejak ratusan bahkan ribuan
Lebih terperinci