PENGEMBANGAN GAS BUMI NATUNA CO2 TINGGI DENGAN TEKNOLOGI LNG-EOR-CCS. PERBANDINGAN MEMBRAN DAN CFZ UNTUK SEPARASI CO2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN GAS BUMI NATUNA CO2 TINGGI DENGAN TEKNOLOGI LNG-EOR-CCS. PERBANDINGAN MEMBRAN DAN CFZ UNTUK SEPARASI CO2"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN GAS BUMI NATUNA CO2 TINGGI DENGAN TEKNOLOGI LNG-EOR-CCS. PERBANDINGAN MEMBRAN DAN CFZ UNTUK SEPARASI CO2 Kameliya Hani Millati 1, Widodo Wahyu Purwanto 1 1 Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,, Kampus Baru UI, Depok, 16424, Indonesia Kameliya.hani@gmail.com Abstrak Gas Natuna merupakan salah satu cadangan gas bumi terbesar di Indonesia, mencapai 50,27 TSCF. Pemanfaatan gas Natuna terhambat oleh kandungan CO 2 tinggi, mencapai 71%. Kandungan CO 2 tinggi membutuhkan proses separasi CO 2 dari gas bumi dan penanganan limbah gas asam secara khusus karena dapat menyebabkan pemanasan global. Selain CO 2, gas Natuna juga mengandung 0,6% H 2S. Pada penelitian ini, dilakukan simulasi proses pengolahan gas Natuna dengan teknologi LNG-EOR-CCS. Fokus utama dari penelitian ini adalah perbandingan membran dan CFZ untuk separasi CO 2 dari gas bumi, aspek teknis dan aspek ekonomi. Berdasarkan hasil simulasi dan perhitungan, proses separasi CO 2 menggunakan membran (hydrocarbon losses 6,5%; konsumsi energi 0,86 MJ/kg CO 2) memberikan hasil lebih bagus daripada CFZ (hydrocarbon losses 9,6%; konsumsi energi 0,48 MJ/kg CO 2) dari aspek teknis. CFZ dapat memberikan hasil lebih bagus jika dikombinasikan dengan membran sebagai proses separasi lebih lanjut terhadap produk bawah CFZ (hydrocarbon losses 1,66%; konsumsi energi 0,50 MJ/kg CO 2). Dari aspek ekonomi, proses separasi CO 2 menggunakan CFZ (12,82 $/MMBtu) membtuhkan biaya produksi sedikit lebih murah daripada membran (12,92 $/MMBtu). Natuna s High CO2 Natural Gas Development using LNG-EOR-CCS Technology. Comparison of Membrane and CFZ for CO2 Separation Abstract Natuna gas is one of the largest natural gas reserves in Indonesia, reaching TSCF. Natuna gas utilization is limited by high CO 2 content, reaching 71%. High CO 2 content requires special method for CO 2 separation from natural gas and sour gas waste handling because it could lead to global warming. In addition to CO 2, Natuna gas also contains 0.6% H2S. In this study, simulation process for Natuna gas treatment is done using LNG-CCS-EOR technology. The main focus in this study is to compare membrane and CFZ for CO 2 separation from natural gas, technical aspects and economic aspects. Based on simulation and calculation, CO 2 separation process using membrane technology (hydrocarbon losses 6,5%; energy consumption 0,86 MJ/kg CO 2) shows a better result than CFZ (hydrocarbon losses 9,6%; energy consumption 0,48 MJ/kg CO 2) in technical performance. CFZ will give a better result than membrane if combined with membrane as the further separation process for the bottom product of CFZ (hydrocarbon losses 1,66%; energy consumption 0,50 MJ/kg CO 2). From the economical aspect, the production process using CFZ (12,82 $/MMBtu) is a bit cheaper than membrane (12,92 $/MMBtu). Keywords: natural gas, Natuna, high CO 2, LNG, EOR, CCS, CO2 separation, membrane, CFZ 1

2 Pendahuluan Salah satu lokasi cadangan gas bumi terbesar di Indonesia adalah lapangan gas Natuna, mencapai 50,27 TSCF. Sampai saat ini, pemanfaatan gas Natuna masih terhambat oleh tingginya kandungan CO2, mencapai 71% (umumnya hanya 1-2% CO2). Pada pengolahan gas bumi, CO2 dipisahkan dari gas bumi sampai 4% untuk sales gas dan 50 ppm untuk LNG. Masalah utama dari tingginya kandungan CO2 pada gas Natuna adalah diperlukan proses separasi CO2 yang lebih kompleks serta penanganan limbah CO2 yang dapat menyebabkan pemanasan global. Membran dan distilasi kriogenik merupakan teknologi separasi yang sering digunakan untuk gas bumi dengan kandungan CO2 tinggi. Teknologi membran sudah digunakan di industri gas bumi secara komersial, tetapi perlu dikombinasikan dengan teknologi lain untuk memperoleh gas bumi dengan spesifikasi LNG. Pada tahun 1980, Exxon mengembangkan teknologi Controlled Freeze Zone (CFZ). Pada tahun 2012, CFZ TM Commercial Demonstration Plant (CDP) dilakukan tahap uji coba dengan hasil 99,5-100% CO2 sebagai produk bawah dan 0,6% CO2 pada produk atas kolom distilasi CFZ menggunakan gas umpan dengan komposisi 71% CO2 (Exxon, 2012). Pada penelitian ini, pengembangan model pemanfaatan gas Natuna dilakukan dengan pendekatan LNG-EOR-CCS terintegrasi. Proses separasi CO2 menggunakan teknologi membran dan CFZ menghasilkan gas bumi (sales gas) dan limbah CO2. Gas bumi diolah menjadi Liquid Natural Gas (LNG) di Pulau Natuna, sedangkan limbah CO2 diolah untuk Enhancement Oil Recovery (EOR) di Riau dan Carbon Capture and Sequestration (CCS) di lapisan aquifer. Aspek teknis dan aspek ekonomi dari kedua skema dihitung untuk dilakukan perbandingan. Tinjauan Teoritis Beberapa kendala pengembangan proyek Natuna adalah kandungan CO2 yang sangat tinggi (Tabel 1), diperlukannya anjungan lepas pantai yang sangat luas, produksi CO2 yang besar, dan tingginya biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan seluruh proyek Natuna (Prasadi, 1997). 2

3 Tabel 1 Komposisi Gas Bumi di Natuna Komponen Komposisi (%) Karbon dioksida (CO 2) 71 Metana dan hidrokarbon lain (C 1 dan C 2+) 28 Hidrogen sulfide (H 2S) 0.6 Nitrogen (N 2) 0.4 Sumber: Sumartono, 2010 Pengolahan Gas Bumi Proses pengolahan gas bumi terdiri dari separasi, pretreatment (gas sweetening, gas dehydration, Hg removal), NGL recovery, dan fraksionasi NGL. Beberapa produk gas bumi dapat berupa gas pipeline, Liquifies Natural Gas (LNG), Compressed Natural Gas (CNG), dan Natural Gas Liquid (NGL) dengan batas pengotor maksimum sesuai pada Tabel 2. Tabel 2 Batas Maksimum Pengotor pada Pengolahan Gas Parameter Unit Pipeline LNG GTL LPG H 2S ppmv Total Sulfur ppmv CO 2 ppmv 2%-8% Hg μg/nm 3 0,01 0,01 0,01 NA H 2O ppmv 7 lb/mmscf 0,1 1 5 Sumber: UOP, 2009 Pada proses produksi LNG, setelah melalui tahapan pretreatment (gas sweetening, gas dehydration, Hg-Removal) dan NGL Recovery, aliran gas dengan komponen utama metana dialirkan ke Liquefaction Unit untuk didinginkan sehingga berubah fasa menjadi cair. Perbandingan beberapa teknologi pencairan gas bumi dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Perbandingan Teknologi Pencairan Gas Process Unit C3/MR Cascade DMR SMR N2 Expansion Specific power kw/tpd LNG 12,2 14,1 12,5 14,5 15,6 Fuel efficiency % 92,9 91,2 92,7 91,6 90,4 Plant availability sd/a Annual production MTPA 7,9 6,6 8,7 7,4 4,3 Sumber: Vink dkk., 1998 Membran Prinsip kerja membran adalah difusi gas ke dalam polimer secara selektif. Model difusi adalah mekanisme transportasi gas yang paling banyak diterima untuk pemisahan gas melalui membran polimer. Pemisahan diperoleh sebagai hasil dari selisih antara nilai 3

4 komponen gas yang lolos melalui membran dan tingkat difusi gas melalui membran. Dalam pemisahan gas, aliran berada pada tekanan (p h ) di sisi hulu, sedangkan gas permeate dipisahkan pada tekanan rendah (p l ) di sisi hilir membran (Wijmans & Baker, 1995). Pemisahan masing-masing komponen gas melalui membran (Gambar 1) dapat dihitung berdasarkan dengan gaya dorong berupa perbedaan tekanan parsial saat melewati membran (Ahmad et al., 2011). q p,i = q py p,i = J A m A i = P i m l (p hx i p l y i ) 1 Gambar 1 Skema Diagram Pemisahan Membran Sumber: Ahmad dkk., 2011 Qi & Henson (2000) menggunakan mixed-integer nonlinear programming (MINLP) untuk menghitungan pemisahan gas pada membran. Pada teknik perhitungan MINLP, digunakan model biner untuk sistem multi-stage membrane (Persamaan 2 4) shingga dapat diperoleh optimasi simultan dari sistem membran dan kondisi operasi. x r,n,i = γ n y r,n,i + (1 γ n)y r,n,i α i y r,n 2 n = 1,, N s ; i = 1,, N c θ 0,n = 1 r,n 3 n = 1,, N s y 0,n,i = x f,n,i x r,n,i r,n 1 r,n 4 n = 1,, N s ; i = 2,, N c Proses gas sweetening menggunakan membran hanya dapat menghilangkan CO2 sampai level persen, sehingga dibutuhkan proses separasi lebih lanjut seperti amine absorption untuk memenuhi spesifikasi LNG maksimum 50% ppmv. 4

5 CFZ Controlled Freeze Zone (CFZ) adalah salah satu teknologi pemisahan CO2 dari gas bumi dengan cara fraksionasi kriogenik. Prinsip dasar dari proses CFZ (Gambar 2) adalah distilasi, pembekuan, dan pencairan untuk memperoleh pemisahan fisik secara langsung dari CH4 dan CO2 dalam satu kolom distilasi tunggal. Gambar 2 Skema Sederhana Kolom CFZ Sumber: ExxonMobil, 2009 Pada teknologi ini, proses pembekuan dan pencairan CO2 dikontrol dalam suatu bagian khusus pada kolom distilasi. Kolom distilasi CFZ terdiri dari 3 bagian: (1) stripping section, bagian bawah kolom distilasi yang memisahkan produk CO2 cair dari gas bumi (CH4), (2) CFZ section, bagian tengah kolom distilasi yang merupakan tempat pembekuan dan pencairan CO2, dan (3) rectifying section, bagian atas kolom distilasi yang memisahkan produk gas CH4 dari CO2 (Thomas, 1988). CCS Carbon Capture and Sequestration (CCS) terdiri dari proses penangkapan, transportasi, dan injeksi CO2 ke dalam bumi untuk penyimpanan secara permanen (sequestration). Formasi geologi untuk penyerapan karbon dapat berupa bekas sumur minyak dan gas bumi, lapisan batubara, dan formasi garam. Di sekitar lapangan gas Natuna terdapat dua lokasi injeksi berupa lapisan aquifer (Gambar 3). 5

6 Gambar 3 Peta Lokasi Injeksi CO 2 di Laut China Selatan Sumber: IEA, 2009 Lokasi pertama berada di Laut Natuna Timur dengan jarak 187,5 km dari Pulau Natuna (titik P1) dan lokasi kedua berada di Laut China Selatan dengan jarak 437,5 km dari Pulai Natuna (titik P2). Lokasi P2 dipilih karena dengan kedalaman 1400 m, CO2 tetap berada dalam keadaan cair. Kepadatan dan viskositas optimal pada permukaan sedimen-air 0,99 g/cm 3 dan 116 μpa.s. Dengan mobilitas 10-13, memberikan laju kenaikan di dekat permukaan sedimen sekitar 13 m/tahun. EOR Salah satu metode Enhancement Oil Recovery (EOR) adalah injeksi CO2. Injeksi CO2 lebih banyak dipilih karena bersifat dense atau supercritical phase pada kondisi tekanan dan suhu reservoir pada umumnya. Dengan mempertimbangkan jarak lokasi depleted oil reservoir, besarnya OOIP, dan kapasitas CO2 yang dapat tersimpan, lokasi depleted oil reservoir di sekitar lapangan gas Natuna yang dapat dipilih sebagai lokasi EOR adalah Riau dengan nilai Original Oil in Place (OOIP) sebesar MMSTB, Sumatra Selatan MMSTB, dan Kalimantan Timur MMSTB. Transmisi CO2 Berdasarkan laporan IPCC (2005), untuk transmisi 6 MTPA CO2 pada jarak dibawah 1000 km, transportasi dengan menggunakan pipa lebih ekonomis dibandingkan dengan menggunakan kapal. Dalam proses transmisi, CO2 perlu dikompres terlebih dahulu untuk dapat memenuhi kriteria tertentu (Gambar 4). 6

7 Gambar 4 Diagram Fasa untuk Proses Transportasi dan Injeksi CO 2 Sumber : Paul dkk., 2010 Syarat transmisi CO2 menggunakan pipa adalah adalah berfasa dense. Hal ini bertujuan untuk mencegah terbentuknya dua fasa. Kebutuhan tekanan injeksi CO2 adalah 110 bar untuk aquifer dan onshore storage (Toftegaard dkk., 2010). Metode Penelitian Sintesis Proses Gambar 5 Skema Pipa Transmisi Pengolahan Gas Natuna Pada penelitian ini, pertama dilakukan sintesis proses untuk memperoleh skema pengolahan gas Natuna. Selain itu, dilakukan penentuan lokasi dan jarak (Gambar 5). Proses separasi CO2 menggunakan membran dan CFZ dilakukan di offshore, sedangkan pengolahan gas bumi dan produksi LNG dilakukan di onshore (Pulau Natuna) 7

8 menggunakan teknologi APCI Propane Precooled Mixed Refrigerant (C3-MR). Limbah CO2 hasil separasi ditransportasikan ke Riau (EOR) dan selebihnya ke aquifer (CCS). Simulasi Proses Laju alir umpan (2360 MMSCFD) ditentukan berdasarkan kapasitas pabrik LNG (3,8 MTPA). Neraca Massa dan Energi (NME) pada membran dan CFZ kemudian dihitung menggunakan Excel. Setelah itu, dilakukan simulasi pengolahan LNG-CCS-EOR menggunakan Unisim. Unit pengolahan gas hasil proses separasi CO2 menjadi LNG terdiri dari Acid Gas Removal Unit (AGRU) dengan amine solvent (MEA-MDEA), unit adsorpsi dengan molecular sieve dan Sulphur Impregnated Activated Carbon (SIAC), NGL recovery unit, dan unit pencairan gas bumi. Sedangkan limbah CO2 dikompresi dan dikondensasi sampai berfasa dense lalu dipompa untuk ditransmisikan menggunakan pipa ke Riau dan aquifer. Perhitungan diameter pipa berdasarkan batas kecepatan aliran gas dalam pipa 3 15 ft/s. Aspek Teknis Pada penelitian ini, analisis aspek teknis adalah sebagai berikut. 1. Unit Separasi CO2 (membran dan CFZ) adalah konsumsi energi (kj/ton CO2), CO2 recovery (%), dan hydrocarbon losses (%). 2. Unit LNG adalah specific power (kwh/kg LNG diproduksi), kapasitas LNG (MTPA), kualitas LNG (Btu/kWh), kebutuhan refrijeran (ton refrijeran/ton LNG diproduksi), efisiensi karbon (%), dan efisiensi termal (%). 3. Unit CCS-EOR adalah jumlah minyak terambil dan CO2 tersimpan (bbl oil/kwh and kg CO2/kWh). Aspek Ekonomi Pada penelitian ini, analisis aspek ekonomi adalah biaya pokok produksi sebagai berikut: 1. Unit Separasi CO2 adalah $/ton CO2 terdiri dari biaya investasi dan operasi. 2. Unit Pencairan Gas Bumi adalah $/MMBtu terdiri dari biaya investasi, operasi, dan bahan bakar. 3. Unit CCS-EOR adalah $/ton CO2 dan $/bbl minyak terdiri dari biaya investasi dan operasi. 8

9 Hasil dan Pembahasan Pipa Transmisi Dari hasil perhitungan, kecepatan aliran gas dalam pipa adalah 10,5 12,5 ft/s. Semakin kecil kebutuhan tekanan di ujung pipa dan laju alir gas dalam pipa, maka semakin kecil ukuran pipa transmisi yang dibutuhkan. Untuk tekanan dan laju alir sama, semakin kecil kecil diameter pipa maka semakin tinggi kecepatan aliran gas dalam pipa. Material pipa harus tahan korosi karena kandungan sulfur dan CO2 tinggi serta di offshore sehingga digunakan material C-Mn steel dengan lapisan Corrosion Resistant Alloy (CRA). Materi Gas umpan Tabel 4 Spesifikasi Pipa Transmisi Pengolahan Gas Natuna Jarak Laju Alir Jumlah Tekanan Lokasi (km) (MMSCFD) Pipeline (bar) Gas processing barge Diameter (inchi) Sales Gas Pulau Natuna , CO 2 Riau , ,9 32 CO 2 Aquifer Aspek Teknis Unit Separasi CO2: Membran dan CFZ Tabel 5 Aspek Teknis Unit Separasi CO 2 Parameter Unit Membran CFZ + Membran CFZ Konsumsi Energi kj/ton CO 2 0,858 0,504 0,475 CO 2 Recovery % 95,82 94,12 99,82 HC Losses % 6,49 1,66 9,59 Pada Tabel 5 dapat dilihat terdapat perbedaan signifikan pada persentase hydrocarbon losses. Jika produk bawah kolom distilasi CFZ tidak diproes lebih lanjut menggunakan membran, maka hydrocarbon losses CFZ (9,59%) lebih besar daripada membran (6,49%). Tetapi, setelah produk bawah kolom distilasi CFZ diproses lebih lanjut menggunakan membran, hydrocarbon losses membran lebih besar 3,9 kali lipat. Berdasarkan hasil simulasi, jika produk bawah CFZ tidak diproses lebih lanjut menggunakan membran, maka kemurnian produk membran (10% CO2) lebih rendah daripada CFZ (1% CO2). Tetapi setelah aliran retentate membran untuk produk bawah kolom distilasi CFZ dialirkan bersama dengan produk atas kolom distilasi CFZ, diperoleh 9

10 gas umpan untuk AGRU dengan kemurnian lebih rendah (13% CO2) daripada membran. Selain itu, untuk memperoleh 1 ton CO2, membran membutuhkan energi lebih besar 1,7 kali lipat daripada CFZ + membran. Kebutuhan energi terbesar pada teknologi membran adalah proses kompresi, sampai 56,56% dari kebutuhan listrik total. Sedangkan kebutuhan energi terbesar pada teknologi CFZ adalah utilitas refrijeran sampai 37,53% dari kebutuhan listrik total. Dari kebutuhan floor area, CFZ + membran (727 m 2 ) membutuhkan floor area lebih luas 2,5 kali lipat daripada membran (272 m 2 ). Konfigurasi sistem membran yang kompak dapat menghemat 68% kebutuhan area teknologi CFZ. Aspek Teknis Acid Gas Removal Unit Dari hasil simulasi, untuk memperoleh sweet gas dengan kemurnian 50 ppm, AGRU dengan gas umpan hasil separasi CFZ + membran (300 Btu/SCF) membutuhkan energi lebih besar 1,4 kali lipat daripada membran (228 Btu/SCF). Hal ini disebabkan karena kandungan CO2 pada gas umpan AGRU tersebut memiliki kandungan CO2 (13%) lebih tinggi daripada membran (10%). Sehingga jumlah absorben yang dibutuhkan (76 ton /MMSCF) lebih besar daripada membran (60 ton/mmscf). Semakin besar laju sirkulasi amine, maka duty reboiler pada amine stripper semakin besar sehingga meningkatkan konsumsi energi. Aspek Teknis NGL Recovery Unit Dari hasil simulasi, konsumsi energi NGL recovery unit dengan gas umpan hasil separasi menggunakan CFZ + membran (0,682 kj/ton HC) hampir sama dengan membran (0,608 kj/ton HC). Hal ini karena kondisi operasi dan komposisi kedua gas umpan hampir sama. Aspek Teknis Unit Pencairan Gas Bumi Kondisi operasi dan komposisi gas umpan unit pencairan gas bumi dari hasil separasi membran dan CFZ hampir sama seperti pada Tabel 6. 10

11 Tabel 6 Kondisi Operasi dan Komposisi Gas Umpan Unit Pencairan Gas Bumi Parameter Unit Membran CFZ + Membran Suhu o C 12,50 9,44 Tekanan kpa Laju alir MMSCFD C 1-0,978 0,987 C 2-0,001 0,001 N 2-0,021 0,012 Dengan teknologi pencairan gas bumi yang sama serta kondisi operasi dan komposisi gas umpan yang sama, maka tidak ada perbedaan signifikan pada kinerja teknis hasil simulasi unit pencairan gas bumi seperti pada Tabel 7. Tabel 7 Aspek Teknis Unit Pencairan Gas Bumi Parameter Unit Membran CFZ + Membran Specific Power kwh/kg 0,3953 0,3933 Kapasitas Produksi MTPA 3,7 3,9 Kualitas LNG Btu/kWh 131, ,914 Kebutuhan Refrijeran Carbon Efficiency % Thermal Efficiency % Pada Tabel 7 dapat dilihat suhu gas umpan hasil separasi membran (12,50 o C) sedikit lebih tinggi daripada CFZ (9,44 o C). Semakin tinggi suhu gas umpan maka semakin tinggi dew point sampai gas alam dapat mencair. Sehingga kebutuhan refrijeran dengan gas umpan hasil separasi membran (7,59 kg refrijeran/kg LNG) sedikit lebih besar daripada CFZ (7,53 kg refrijeran/kg LNG). Suhu gas umpan ini mempengaruhi kebutuhan refrijeran. Dapat dilihat pada Tabel 7, semakin besar laju alir refrijeran maka semakin besar suplai kerja siklus refrijerasi sehingga nilai specific power unit pencairan gas bumi dengan gas umpan separasi membran (0,3953 kwh/kg) lebih besar daripada CFZ + membran (0,3933 kwh/kg). Kapasitas produksi gas umpan hasil separasi membran (3,739 MTPA) lebih kecil daripada CFZ (3,945 MTPA) karena hydrocarbon losses proses separasi CO2 menggunakan membran (4,69%) lebih besar daripada CFZ (1,66%), sesuai dengan pembahasan sebelumnya. Selain kapasitas lebih besar, kualitas LNG dengan gas umpan hasil separasi membran ( Btu/kWh) sedikit lebih kecil daripada CFZ ( Btu/kWh) karena fraksi CH4 sedikit lebih kecil sehingga heating value lebih kecil. 11

12 Sedangkan nilai efisiensi karbon (92,85% dan 91,90%) dan efisiensi termal (98,62% dan 98,07%) memiliki nilai hampir sama karena kedua unit pencairan menggunakan teknologi yang sama yaitu Propane Pre-cooled Mixed Refrigerant dari APCI dengan kondisi operasi dan komposisi gas umpan yang hampir sama. Aspek Teknis Unit CCS-EOR Perbandingan kinerja teknis hasil simulasi dan perhitungan unit CCS-EOR dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Aspek Teknis Unit CCS-EOR No Parameter Unit Membran CFZ + Membran EOR 1 CO2 untuk EOR ton/d Minyak diperoleh bbl/d Kinerja EOR bbl oil/kwh 0,20 0,21 CCS 1 CO 2 untuk CCS ton/d Kinerja CCS kg CO 2/kWh 8,31 8,74 Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa unit CCS-EOR dengan umpan CO2 dari separasi CFZ menghasilkan minyak dan CO2 injeksi (0,21 bbl minyak dan 8.74 kg CO2) lebih besar daripada membran (0,20 bbl minyak dan 8.31 kg CO2) untuk 1 kwh listrik. Unit CCS- EOR dengan umpan CO2 hasil separasi CFZ lebih hemat listrik karena suhu umpan CO2 hasil separasi CFZ (5 o C) lebih rendah daripada membran (46 o C) sehingga kebutuhan listrik untuk memompa air pendingin dan untuk kompresi CO2 per bbl minyak dihasilkan atau per kg CO2 diinjeksikan lebih kecil. Aspek Teknis Keseluruhan Secara keseluruhan, CFZ + membran memberikan hasil aspek teknis paling baik. Hydrocarbon losses terbesar terjadi pada proses separasi CO2 adalah skema CFZ (9,5%). Sedangkan losses proses separasi membran lebih besar 4 kali lipat daripada CFZ + membran. Skema CFZ tidak menghasilkan produk C2+ karena keluar sebagai produk bawah bersama aliran CO2 sehingga pada skema ini tidak ada unit NGL recovery. Dengan demikian, skema CFZ + membran menghasilkan efisiensi karbon paling tinggi (Gambar 6). 12

13 Specific Power (kwh/kg LNG) Efisiensi Karbon (%) Membran CFZ + Membran CFZ Gambar 6 Aspek Teknis Keseluruhan: Efisiensi Karbon Onshore Offshore Membran CFZ + Membran CFZ Gambar 7 Aspek Teknis Keseluruhan: Kebutuhan Listrik Kebutuhan listrik total, offshore dan onshore, dari skema membran dan CFZ dapat dilihat pada Gambar 7. Berdasarkan Gambar 4.13 kebutuhan listrik offshore lebih besar 4 6 kali lipat daripada onshore, dengan kebutuhan listrik onshore skema pengolahan dengan separasi membran, CFZ + membran, dan CFZ hampir sama. Kebutuhan listrik offshore membran lebih besar 1,5 kali lipat daripada CFZ + membran. Skema CFZ menunjukkan kebutuhan listrik offshore paling kecil, hal ini disebabkan karena aliran CO2, produk 13

14 Biaya ($/ton CO 2 ) bawah CFZ, sudah dalam keadaan cair (dense phase fluid) sehingga tidak membutuhkan sistem kompresi seperti skema membran dan CFZ. Aspek Ekonomi Separasi CO2 Biaya Investasi Biaya Operasi Membran CFZ + Membran Gambar 8 Biaya Unit Separasi CO 2 Biaya operasi paling besar pada separasi membran adalah membrane replacement sampai 34,88% dari total biaya operasi. Proses penggantian modul membran harus dilakukan 3 5 tahun sekali. Dengan umur pabrik 30 tahun, maka dilakukan penggantian 6 10 kali. Sedangkan pada CFZ, biaya operasi paling besar adalah utilitas refrijerasi sampai 28,46% dari total biaya operasi. Proses refrijerasi dilakukan sampai suhu di bawah -20 o C sehingga harga refrijeran lebih mahal dua kali lipat daripada refrijeran pada umumnya. Penambahan proses separasi membran untuk produk bawah CFZ, hanya menambah biaya 0,71% dari biaya total. Dengan harga jual Natural Gas Liquid Composite 4,48 $/MMBtu (eia.gov, Maret 2016), skema CFZ + membran akan mendapatkan pendapatan kotor tambahan sebesar 191 juta $/tahun. Aspek Ekonomi Unit Pencairan Gas Bumi Perhitungan biaya investasi dan operasi unit pencairan gas bumi menggunakan rule of thumb sesuai IGU. Perhitungan biaya investasi menggunakan $/TPA, sedangkan 14

15 Levelized Cost ($/ton CO 2 ) Levelized Cost ($/bbl minyak) Levelized Cost ($/MMBtu) biaya operasi menggunakan 3% dari biaya investasi annual. Persentase biaya produksi dari setiap unit proses pengolahan LNG berdasarkan studi energi oleh Oxford Institute. Biaya Investasi Biaya Operasi Bahan Bakar Membran CFZ + Membran Gambar 9 Biaya Unit Pencairan LNG Aspek Ekonomi Unit CCS-EOR Biaya investasi dan operasi unit CCS ($/ton CO2) dan EOR ($/bbl minyak) dapat dilihat pada Gambar 10 dan Gambar 11. Biaya Investasi Biaya Operasi Biaya Investasi Biaya Operasi Membran CFZ + Membran 0.0 Membran CFZ + Membran Gambar 10 Biaya Unit CCS Gambar 11 Biaya Unit EOR 15

16 Levelized Cost ($/MMBtu) Biaya CCS dan EOR pengolahan gas Natuna lebih mahal daripada biaya proyek EOR dan CCS pada umumnya karena jarak lokasi injeksi cukup jauh, 35 km ke aquifer untuk CCS dan 600 km ke Riau untuk EOR. Semakin jauh jarak lokasi injeksi maka semakin besar kebutuhan listrik untuk kompresi. Selain itu, kebutuhan tekanan injeksi CCS (110 bar) dan EOR (137,9 bar) mencapai kali lipat dari tekanan gas CO2 hasil separasi membran dan CFZ. Berdasarkan hasil simulasi kebutuhan listrik unit EOR mencapai 5,03 $/ bbl minyak untuk membran dan 4,86 $/bbl minyak untuk CFZ + membran. Sedangkan unit CCS mencapai 0,12 kwh/ton CO2 untuk membran dan 0,11 kwh/ton CO2 untuk CFZ + membran. Persentase biaya investasi unit EOR untuk kompresi dan transmisi pengolahan gas Natuna lebih mahal 15 20% daripada proyek injeksi CO2-EOR pada umumnya. Sedangkan biaya investasi unit CCS untuk kompresi lebih mahal 5 10% daripada proyek CCS di aquifer pada umumnya. Dari hasil perhitungan, harga jual CO2 minimal hasil pengolahan gas Natuna untuk CCS adalah 21,31 $/ton CO2 dengan separasi membran dan 21,71 $/ton CO2 dengan separasi CFZ + membran. Padahal harga jual CO2 berdasarkan Clean of Development Mechanism hanya 2 $/ton CO2. Dari perhitungan unit EOR, harga jual minyak minimal adalah 2,39 $/bbl untuk membran dan 3,42 $/bbl untuk CFZ. Aspek Ekonomi Keseluruhan Raw Gas Separasi LNG Membran CFZ + Membran Gambar 12 Biaya Produksi LNG Hasil Pengolahan Gas Natuna 16

17 Berdasarkan hasil simulasi dan perhitungan (Gambar 4.19), biaya produksi LNG hasil pengolahan gas Natuna menggunakan teknologi membran dan CFZ + membran adalah 12,92 $/MMBtu dan 12,82 $/MMBtu. Sedangkan harga jual LNG berdasarkan NYMEX (Mei, 2016) adalah 7,5 $/MMBtu. Kesimpulan 1. Pada unit separasi CO2 menggunakan CFZ, C2+ keluar bersama aliran CO2 sebagai produk bawah karena terbentuk azeotrop antara C2+ dan CO2 sehingga dibatasi oleh titik didih minimum azeotrop. Produk bawah CFZ diproses lebih lanjut menggunakan membran. 2. Pada unit separasi CO2, kinerja teknis skema CFZ + membran lebih bagus daripada membran dimana nilai konsumsi energi, CO2 recovery, dan hydrocarbon losses skema membran lebih besar daripada CFZ + membran. 3. Pada unit pencairan gas bumi, kinerja teknis skema CFZ + membran lebih bagus daripada membran dimana kebutuhan refrijeran skema membran lebih besar daripada CFZ + membran sehingga specific power membran lebih besar. 4. Pada unit CCS-EOR, kinerja teknis skema CFZ + membran lebih bagus dimana minyak dan CO2 injeksi yang dihasilkan per 1 kwh listrik sekma CFZ + membran lebih besar daripada membran. 5. Secara keseluruhan, hydrocarbon losses skema membran lebih kecil daripada CFZ tetapi lebih besar daripada CFZ + membran. Sehingga skema CFZ + membran menunjukkan nilai efisiensi karbon paling besar. Selain itu, total kebutuhan listrik skema membran menunjukkan nilai paling besar. Skema CFZ + membran menunjukkan hasil lebih bagus dari aspek teknis. 6. Walaupun memberikan hasil kinerja teknis lebih bagus, skema CFZ + membran membutuhkan floor area atau footprint 2 sampai 3 kali lipat daripada membran, dimana dibutuhkan 24 kolom distilasi CFZ. 7. Biaya separasi CO2 skema CFZ + membran per ton CO2 hampir sama dengan membran. Tetapi biaya unit CCS-EOR skema CFZ + membran lebih murah daripada membran. 17

18 8. Secara keseluruhan, biaya produksi LNG hasil pengolahan gas Natuna dengan separasi CFZ + membran (12,82 $/MMBtu) sedikit lebih murah daripada membran (12,92 $/MMBtu). 9. Dari aspek teknis dan aspek ekonomi, skema pengolahan gas Natuna dengan teknologi separasi CFZ + membran menunjukkan hasil lebih bagus. Saran 1. Untuk melihat melihat kelayakan proyek gas Natuna dengan teknologi separasi CO2 membran dan CFZ, dapat dilakukan perhitungan cash flow menggunakan konsep Product Sharing Contract (PSC). 2. Untuk mengetahui skema CCS-EOR dengan keuntungan paling besar, dapat dilakukan variasi skema seperti CCS saja, EOR saja, dan sebagainya. Daftar Notasi Simbol J fluks gas komponen i (m 3 (STP)/m 2 h) D koefisien difusi C konsentrasi permeate l ketebalan membran S koefisien solubilitas untuk gas dalam membran (m 3 (STP)/ m 3 bar) P i permeabilitas gas komponen i (m 3 (STP)/m h bar) r faktor tak berdimensi flow rate feed pada retentate residu A m luas area membran yang dibutuhkan (m 2 ) D AB difusifitas (m 2 /s) p 1 tekanan gas masuk (psia) p 2 tekanan gas keluar (psia) q p volume gas permeate (i) (m 3 (STP)/h) x f fraks mol feed x i fraksi mol komponen i di sisi feed dalam membran x r, x 0 fraksi mol retentate y i fraksi mol komponen i di sisi permeate dalam membran y p, y 0 fraksi mol permeate l ketebalan membran (m) p h tekanan feed (bar) p l tekanan permeate (bar) θ 0 stage cut, rasio laju alir retentate per laju alir feed n indeks stage membran α rasio permeabilitas gas murni (P A /P B ) γ rasio tekanan permeate per tekanan feed (P l /P h ) 18

19 Subskrip h high l low i, j komponen i, komponen j m, n membrane stage p permeate r retentate Singkatan MMSCFD MTPA TSCF Milion Standard Cubic Feet Million Ton Per Anum Trillion Standard Cubic Feet Daftar Referensi Ahmad, Faizan. dkk Process Simulation and Optimal Design of Membrane Separation System for CO2 Capture from Natural Gas. Computers and Chemical Engineering, 36, Forbes, S. M., Verma, P., Curry, T. E., Bradley, M. J., Friedmann, S. J., Wade, S. M Guidelines for Carbon Dioxide Capture, Transport, and Storage. World Resources Institute. IEA Greenhouse Gas R&D Programme, Assessment of Sub Sea Ecosystem Impacts. Cheltenham: IEA Enivronmental Projects Ltd. Lee, S. & Kam, S.I Enhanced Oil Recovery by Using CO2 Foams : Fundamentals and Field Applications. Louisianan State University. Mokhatab, S., Mak, J.Y., Valappil, J.V., & Wood, D.A Handbook of Liquefied Natural Gas. GPP: Elsevier. Mokhatab, S., Poe, W.A, & Speight, J.G Handbook of Natural Gas Transmission and Processing. Oxford: Elsevier. Qi, Runhong dan Henson, Michael A Membrane System Design for Multicomponent Gas Mixtures via Mixed-Integer Nonlinear Programming. Computer and Chemical Engineering, 24, Setiawan, T Model Pengembangan Gas Natuna dengan Pendekatan LNG-EOR- CCS Terintegrasi. Sumartono, Pengolahan Gas Limbah Proyek Gas Natuna. Jurnal Teknologi Lingkungan : BPPT. 19

20 Toftegaard, M. B., Brix, J., Jensen, P.A., Glarborg, P., & Jensen, A.D Oxy-fuel Combustion of Solid Fuels. Progress in Energy and Combustion Science, Issue 36, Wijmans, J. G., dan Baker, R. W The Solution Diffusion Model: A Review. Journal of Membrane Science, 107,

Model Pengembangan Gas Natuna dengan Pendekatan LNG-EOR-CCS Terintegrasi

Model Pengembangan Gas Natuna dengan Pendekatan LNG-EOR-CCS Terintegrasi Model Pengembangan Gas Natuna dengan Pendekatan LNG-EOR-CCS Terintegrasi Tulus Setiawan 1, Widodo Wahyu Purwanto 1 1 Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI, Depok,

Lebih terperinci

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL PROSES PENGOLAHAN GAS ALAM CAIR (Liquifed Natural Gas) Gas alam cair atau LNG adalah gas alam (metana terutama, CH4) yang telah diubah sementara untuk bentuk cair untuk kemudahan penyimpanan atau transportasi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan energi dari fosil seperti minyak dan gas bumi (migas) telah mempengaruhi segala bidang kehidupan manusia saat ini dan diprediksikan akan terus meningkat

Lebih terperinci

Metode Seleksi Material pada Pengilangan Minyak dan Gas Menggunakan Neraca Massa dan Energi dan Diagram Alir Proses

Metode Seleksi Material pada Pengilangan Minyak dan Gas Menggunakan Neraca Massa dan Energi dan Diagram Alir Proses Metode Seleksi Material pada Pengilangan Minyak dan Gas Menggunakan Neraca Massa dan Energi dan Diagram Alir Proses Material Selection Methodology in Oil and gas Refinery using Heat Material Balances and

Lebih terperinci

Proses Pengolahan Gas Alam Gas alam mentah mengandung sejumlah karbon dioksida, hidrogen sulfida, dan uap air yang bervariasi.

Proses Pengolahan Gas Alam Gas alam mentah mengandung sejumlah karbon dioksida, hidrogen sulfida, dan uap air yang bervariasi. Proses Pengolahan Gas Alam Gas alam mentah mengandung sejumlah karbon dioksida, hidrogen sulfida, dan uap air yang bervariasi. Adanya hidrogen sulfida dalam gas alam untuk konsumsi rumah tangga tidak bisa

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 47 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Batasan Masalah dan Asumsi 3.1.1 Langkah Integrasi dengan KPS Lain Telah disampaikan sebelumnya dalam Bab 2, bahwa lapangan X ini dioperasikan oleh KPS B dengan jarak

Lebih terperinci

SAP PENGOLAHAN GAS BUMI

SAP PENGOLAHAN GAS BUMI Kode Mata Ajaran : CHS320802C Nama Mata Ajaran: Pengolahan Gas Bumi SKS : 3 Prasyarat : Kimia Fisika, Termodinamika Semester : Genap Revisi terakhir : Januari 2010 Dosen : 1. Dr.Ir. Slamet, MT 2. Dr.Ir.

Lebih terperinci

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH NAMA : PUTRI MERIYEN BUDI S NIM : 12013048 JURUSAN : TEKNIK GEOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2015 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA

Lebih terperinci

LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA

LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA Disusun oleh : 1. Fatma Yunita Hasyim (2308 100 044)

Lebih terperinci

OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA

OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA Prof. Indra Bastian, MBA, Ph.D, CA, CMA, Mediator PSE-UGM Yogyakarta,25 Agustus 2014 PRODUK GAS 1. Gas alam kondensat 2. Sulfur 3. Etana 4. Gas alam cair (NGL): propana,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut merupakan kebutuhan yang esensial bagi keberlangsungan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut merupakan kebutuhan yang esensial bagi keberlangsungan hidup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Sumber daya alam tersebut merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN GAS SUAR BAKAR MELALUI LNG MINI UNTUK INDUSTRI TESIS

PEMANFAATAN GAS SUAR BAKAR MELALUI LNG MINI UNTUK INDUSTRI TESIS PEMANFAATAN GAS SUAR BAKAR MELALUI LNG MINI UNTUK INDUSTRI TESIS oleh: MIRZA MAHENDRA 0606151431 TESIS INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN PERSYARATAN MENJADI MAGISTER TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

SIMULASI KONSUMSI ENERGI PEMURNIAN BIOETANOL MENGGUNAKAN VARIASI DIAGRAM ALIR DISTILASI EKSTRAKTIF DENGAN KONFIGURASI, V

SIMULASI KONSUMSI ENERGI PEMURNIAN BIOETANOL MENGGUNAKAN VARIASI DIAGRAM ALIR DISTILASI EKSTRAKTIF DENGAN KONFIGURASI, V SIMULASI KONSUMSI ENERGI PEMURNIAN BIOETANOL MENGGUNAKAN VARIASI DIAGRAM ALIR DISTILASI EKSTRAKTIF DENGAN KONFIGURASI, V Johana Tanaka* dan Dr. Budi Husodo Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Batu bara merupakan mineral organik yang mudah terbakar yang terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap dan kemudian mengalami perubahan bentuk akibat proses fisik

Lebih terperinci

FULL DEVELOPMENT OF PIPELINE NETWORKING AT X FIELD

FULL DEVELOPMENT OF PIPELINE NETWORKING AT X FIELD Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 1 ISSN (E) : 2540-7589 FULL DEVELOPMENT OF PIPELINE NETWORKING AT X FIELD Fazri Apip Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Kebumian

Lebih terperinci

TUGAS PERANCANGAN PABRIK METHANOL DARI GAS ALAM DENGAN PROSES LURGI KAPASITAS TON PER TAHUN

TUGAS PERANCANGAN PABRIK METHANOL DARI GAS ALAM DENGAN PROSES LURGI KAPASITAS TON PER TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PERANCANGAN PABRIK METHANOL DARI GAS ALAM DENGAN PROSES LURGI KAPASITAS 230000 TON PER TAHUN Oleh: ISNANI SA DIYAH L2C 008 064 MUHAMAD ZAINUDIN L2C

Lebih terperinci

PENGOLAHAN GAS LIMBAH PROYEK GAS NATUNA

PENGOLAHAN GAS LIMBAH PROYEK GAS NATUNA PENGOLAHAN GAS LIMBAH PROYEK GAS NATUNA Oleh : Sumartono *) Abstrak Proyek Gas Natuna yang akan mengembangkan cadangan gas sebesar 46 TCF dapat menghasilkan 2400 MSCFD hidrokarbon selama lebih dari 30

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PEMISAHAN UAP AIR DALAM NATURAL GAS (GAS ALAM) Lilis Harmiyanto. SST* ) Abstrak

OPTIMALISASI PEMISAHAN UAP AIR DALAM NATURAL GAS (GAS ALAM) Lilis Harmiyanto. SST* ) Abstrak OPTIMALISASI PEMISAHAN UAP AIR DALAM NATURAL GAS (GAS ALAM) Lilis Harmiyanto. SST* ) Abstrak Keberadaan natural gas (gas alam) di dalam perut bumi tidak dapat terpisahkan dari air. Pada umumnya gas alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gas alam adalah bahan bakar fosil bentuk gas yang sebagian besar terdiri dari metana (CH4). Pada umumnya tempat penghasil gas alam berlokasi jauh dari daerah dimana

Lebih terperinci

Penentuan Absolute Open Flow Pada Akhir Periode Laju Alir Plateau Sumur Gas Estimation Absolute Open Flow Of The End Of Plateau Rate Of Gas Well

Penentuan Absolute Open Flow Pada Akhir Periode Laju Alir Plateau Sumur Gas Estimation Absolute Open Flow Of The End Of Plateau Rate Of Gas Well Penentuan Absolute Open Flow Pada Akhir Periode Laju Alir Plateau Sumur Gas Estimation Absolute Open Flow Of The End Of Plateau Rate Of Gas Well NOVRIANTI Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Saat ini hidrogen diproyeksikan sebagai unsur penting untuk memenuhi kebutuhan clean energy di masa depan. Salah satunya adalah fuel cell. Sebagai bahan bakar, jika hidrogen

Lebih terperinci

BAB IV RANCANGAN KILANG LNG MINI DENGAN SUMBER GAS SUAR BAKAR

BAB IV RANCANGAN KILANG LNG MINI DENGAN SUMBER GAS SUAR BAKAR BAB IV RANCANGAN KILANG LNG MINI DENGAN SUMBER GAS SUAR BAKAR 4.1 PEMILIHAN TEKNOLOGI LNG MINI Kilang LNG skala kecil dan sedang atau small- to mid-scale liquefaction (SMSL) berbeda dari kilang LNG skala

Lebih terperinci

I. BAB I PENDAHULUAN

I. BAB I PENDAHULUAN I. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Energi merupakan sektor yang sangat penting dalam menunjang berbagai aspek di bidang ekonomi dan sosial. Seringkali energi digunakan sebagai tolok ukur kesejahteraan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP

OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP Reza Fauzan *Email: reza.fauzan@gmail.com ABSTRAK Penelitian tentang peningkatan jumlah produksi minyak yang diperoleh dari sumur produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Proses pemurnian gas, sumber: Metso Automation. Inc

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Proses pemurnian gas, sumber: Metso Automation. Inc BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengolahan gas alam merupakan proses terpenting pada industri minyak dan gas alam yaitu mengurangi kadar komponen gas asam yang terdiri dari Karbon Dioksida (CO 2 )

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Tabel I. Produsen Batu Bara Terbesar di Dunia. 1. Cina Mt. 2. Amerika Serikat Mt. 3. Indonesia 281.

BAB I PENGANTAR. Tabel I. Produsen Batu Bara Terbesar di Dunia. 1. Cina Mt. 2. Amerika Serikat Mt. 3. Indonesia 281. BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Sumber daya berupa bahan tambang di Indonesia bisa dikatakan melimpah. Salah satunya adalah batubara. Indonesia merupakan salah satu penghasil batubara terbesar di dunia.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TEMPAT PENELITIAN Penelitian dilakukan disuatu lokasi lapangan sumur gas Segat di propinsi Riau dan Jakarta. Penelusuran data dilakukan di Jakarta yang merupakan kantor

Lebih terperinci

Pengolahan Minyak Bumi

Pengolahan Minyak Bumi Primary Process Oleh: Syaiful R. K.(2011430080) Achmad Affandi (2011430096) Allief Damar GE (2011430100) Ari Fitriyadi (2011430101) Arthur Setiawan F Pengolahan Minyak Bumi Minyak Bumi Minyak bumi adalah

Lebih terperinci

BAB IV SIMULASI RESERVOIR REKAH ALAM DENGAN APLIKASI MULTILATERAL WELL

BAB IV SIMULASI RESERVOIR REKAH ALAM DENGAN APLIKASI MULTILATERAL WELL BAB IV SIMULASI RESERVOIR REKAH ALAM DENGAN APLIKASI MULTILATERAL WELL Simulasi reservoir pada reservoir rekah alam dilakukan pada studi ini untuk mengetahui performance dari reservoir dan memprediksi

Lebih terperinci

KONVERSI ENERGI DI PT KERTAS LECES

KONVERSI ENERGI DI PT KERTAS LECES KONVERSI ENERGI DI PT KERTAS LECES 1. Umum Subagyo Rencana dan Evaluasi Produksi, PT. Kertas Leces Leces-Probolinggo, Jawa Timur e-mail: ptkl@idola.net.id Abstrak Biaya energi di PT. Kertas Leces (PTKL)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan gas bumi di Indonesia adalah sangat penting mengingat hasil pengolahan gas bumi digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, industri maupun transportasi.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERANCANGAN TEKNIS Penelitian kasus penanganan gas buang yang telah dilakukan dari aspek teknis mempunyai beberapa hasil yang dapat diperhatikan secara seksama. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN KEEKONOMIAN GAS METANA-B

BAB IV KAJIAN KEEKONOMIAN GAS METANA-B BAB IV KAJIAN KEEKONOMIAN GAS METANA-B Sebelum dilakukan perhitungan keekonomian dari pengusahaan Gas Metana- B sesuai dengan prosedur penelitian yang telah diuraikan pada Bab III, kita harus melakukan

Lebih terperinci

CH 3 -O-CH 3. Pabrik Dimethyl Ether (DME) dari Styrofoam bekas dengan Proses Direct Synthesis. Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Niniek Fajar Puspita, M.

CH 3 -O-CH 3. Pabrik Dimethyl Ether (DME) dari Styrofoam bekas dengan Proses Direct Synthesis. Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Niniek Fajar Puspita, M. Pabrik Dimethyl Ether (DME) dari Styrofoam bekas dengan Proses Direct Synthesis CH 3 -O-CH 3 Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Niniek Fajar Puspita, M.Eng 1. Agistira Regia Valakis 2310 030 009 2. Sigit Priyanto

Lebih terperinci

Optimasi Penyerapan H 2 S Terhadap Perubahan Suhu Ambient dalam Amine Contactor dengan Metode Non-Linier Programming di HESS Indonesia Pangkah Ltd

Optimasi Penyerapan H 2 S Terhadap Perubahan Suhu Ambient dalam Amine Contactor dengan Metode Non-Linier Programming di HESS Indonesia Pangkah Ltd Tugas Akhir Teknik Fisika ITS Optimasi Penyerapan H 2 S Terhadap Perubahan Suhu Ambient dalam Amine Contactor dengan Metode Non-Linier Programming di HESS Indonesia Pangkah Ltd Muhammad Faisol Haq (2408100010)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya cadangan minyak bumi, gas dan batubara di Indonesia,membuat kita harus segera memikirkan

Lebih terperinci

MODIFIED PROSES CLAUSE PADA BERBAGAI UMPAN GAS REKAYASA PROSES APRILIANA DWIJAYANTI NIM

MODIFIED PROSES CLAUSE PADA BERBAGAI UMPAN GAS REKAYASA PROSES APRILIANA DWIJAYANTI NIM MODIFIED PROSES CLAUSE PADA BERBAGAI UMPAN GAS REKAYASA PROSES APRILIANA DWIJAYANTI NIM. 23014038 MAGISTER TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2015 PENDAHULUAN Proses penghilangan

Lebih terperinci

Oleh: Sofyan Hadi, ST PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2012

Oleh: Sofyan Hadi, ST PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2012 Oleh: Sofyan Hadi, ST PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2012 Pengertian Metode Optimasi Ruang Lingkup Optimasi Prosedur Umum untuk Penyelesaian Masalah

Lebih terperinci

SOLUSI SUPLAI AIR PENDINGIN UNTUK KOMPLEK INDUSTRI PADAT DI TEPI PANTAI Oleh: Muchlis Nugroho Pasaman&Soeparman Chemical Engineer, PT

SOLUSI SUPLAI AIR PENDINGIN UNTUK KOMPLEK INDUSTRI PADAT DI TEPI PANTAI Oleh: Muchlis Nugroho Pasaman&Soeparman Chemical Engineer, PT SOLUSI SUPLAI AIR PENDINGIN UNTUK KOMPLEK INDUSTRI PADAT DI TEPI PANTAI Oleh: Muchlis Nugroho Pasaman&Soeparman Chemical Engineer, PT Latar Belakang Lokasi pabrik PT. Kaltim Parna Industri (produsen ammonia)

Lebih terperinci

Teknologi Minyak dan Gas Bumi. Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto( ) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper

Teknologi Minyak dan Gas Bumi. Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto( ) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper Teknologi Minyak dan Gas Bumi Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto(1500020074) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper Proses Sour Water Stripping di Pabrik Minyak di Indonesia Balongan Cilacap Kilang

Lebih terperinci

Gambar 2.6 Diagram Skematis Kromatografi Gas Dengan Detektor Konduktivitas Thermal (TCD) (Underwood A.l., 2000). BAB 3 BAHAN DAN METODE

Gambar 2.6 Diagram Skematis Kromatografi Gas Dengan Detektor Konduktivitas Thermal (TCD) (Underwood A.l., 2000). BAB 3 BAHAN DAN METODE Gambar 2.6 Diagram Skematis Kromatografi Gas Dengan Detektor Konduktivitas Thermal (TCD) (Underwood A.l., 2000). BAB 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Alat 1) Bombe (Tabung Injeksi) LNG RDL 2) Gas Chromatography

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Teknik SKRIPSI PENGARUH PEMANASAN MEMBRAN, PERBEDAAN TEKANAN DAN WAKTU PERMEASI PADA PEMISAHAN CO 2 /CH 4 UNTUK PEMURNIAN BIOGAS MENGGUNAKAN MEMBRAN POLYIMIDE DAN MEMBRAN CAMPURAN POLYIMIDE-ZEOLIT Diajukan untuk

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Hidrorengkah Aspal Buton dengan Katalisator Ni/Mo dengan Kapasitas 90,000 Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Hidrorengkah Aspal Buton dengan Katalisator Ni/Mo dengan Kapasitas 90,000 Ton/Tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Dewasa ini permasalahan krisis energi cukup menjadi perhatian utama dunia, hal ini disebabkan menipisnya sumber daya persediaan energi tak terbarukan seperti minyak bumi

Lebih terperinci

BAB III PEMILIHAN DAN PENGUJIAN MEMBRAN UNTUK SISTEM VAPOR RECOVERY

BAB III PEMILIHAN DAN PENGUJIAN MEMBRAN UNTUK SISTEM VAPOR RECOVERY BAB III PEMILIHAN DAN PENGUJIAN MEMBRAN UNTUK SISTEM VAPOR RECOVERY Seperti yang telah disebutkan pada subbab 1., tujuan dari tugas akhir ini adalah pengembangan sistem vapor recovery dengan teknologi

Lebih terperinci

BAB IV. PERHITUNGAN STAGE CARA PENYEDERHANAAN (Simplified Calculation Methods)

BAB IV. PERHITUNGAN STAGE CARA PENYEDERHANAAN (Simplified Calculation Methods) BAB IV. PERHITUNGAN STAGE CARA PENYEDERHANAAN (Simplified Calculation Methods) Di muka telah dibicarakan tentang penggunaan diagram entalpi komposisi pada proses distilasi dan penggunaan diagram (x a y

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa dekade terakhir manusia mulai berpikir untuk memperoleh sumber energi baru sebagai pengganti sumber energi yang banyak dikenal dan digunakan,

Lebih terperinci

Simulasi Aplikasi Kendali Multi-Model pada Plant Kolom Distilasi ABSTRAK

Simulasi Aplikasi Kendali Multi-Model pada Plant Kolom Distilasi ABSTRAK Simulasi Aplikasi Kendali Multi-Model pada Plant Kolom Distilasi Galih Aria Imandita / 0322146 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri 65, Bandung

Lebih terperinci

BAB II INJEKSI UAP PADA EOR

BAB II INJEKSI UAP PADA EOR BAB II INJEKSI UAP PADA EOR Enhanced Oil Recovery (EOR) adalah istilah dari kumpulan berbagai teknik yang digunakan untuk meningkatkan produksi minyak bumi dan saat ini banyak digunakan pada banyak reservoir

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Minyak bumi adalah suatu senyawa hydrocarbon yang terdiri dari karbon (83-87%),

BAB I. PENDAHULUAN. Minyak bumi adalah suatu senyawa hydrocarbon yang terdiri dari karbon (83-87%), BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Minyak bumi adalah suatu senyawa hydrocarbon yang terdiri dari karbon (83-87%), Hydrogen (11-14%), Nitrogen (0.2 0.5%), Sulfur (0-6%), dan Oksigen (0-5%).

Lebih terperinci

ANALISIS KEEKONOMIAN ENHANCED OIL RECOVERY SUMUR MIGAS TIDAK PRODUKTIF INDRAMAYU JAWA BARAT ABSTRAK

ANALISIS KEEKONOMIAN ENHANCED OIL RECOVERY SUMUR MIGAS TIDAK PRODUKTIF INDRAMAYU JAWA BARAT ABSTRAK Jurnal ESDM, Volume 5, Nomor 2, Nopember 2013, hal. 80-89 ANALISIS KEEKONOMIAN ENHANCED OIL RECOVERY SUMUR MIGAS TIDAK PRODUKTIF INDRAMAYU JAWA BARAT Idi Amin Akademi Teknik Industri, Jl. Sunu No. 220,

Lebih terperinci

3.1. TAHAP PENELITIAN

3.1. TAHAP PENELITIAN BAB III METODOLOGI 3.1. TAHAP PENELITIAN Dalam pelaksanaan penulisan penelitian ini, dilakukan metodologi yang saling berkaitan antara operasional keja terminal penerima LNG dengan industri yang bisa bersimbiosis

Lebih terperinci

Halaman Pengesahan Skripsi

Halaman Pengesahan Skripsi Halaman Pengesahan Skripsi Nama / NIM : Triyo Hadi Wibowo (L2C 308 037) Nama / NIM : Yanuar Puspo Wijayanto (L2C 308 039) Program Studi : Program Studi Strata 1 (S1) Teknik Kimia Fakultas : Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa mendatang penggunaan bahan bakar berbasis minyak bumi harus dikurangi karena semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan dampak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Emisi Gas Buang Mesin Diesel Menggunakan Bahan Bakar Solar dan CNG Berbasis Pada Simulasi

Analisis Perbandingan Emisi Gas Buang Mesin Diesel Menggunakan Bahan Bakar Solar dan CNG Berbasis Pada Simulasi JURNAL TEKNIK SISTEM PERKAPALAN Vol. 1, No. 1, (213) 1-5 1 Analisis Perbandingan Emisi Gas Buang Mesin Diesel Menggunakan Bahan Bakar dan Berbasis Pada Simulasi Yustinus Setiawan, Semin dan Tjoek Soeprejitno

Lebih terperinci

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah No

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah No No.116, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Kontrak Bagi Hasil Gross Split. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2017 TENTANG KONTRAK

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu dan Tekanan Tangki Destilasi terhadap Kinerja Permeasi Uap dengan Membran Keramik dalam Pemurnian Larutan Etanol-Air

Pengaruh Suhu dan Tekanan Tangki Destilasi terhadap Kinerja Permeasi Uap dengan Membran Keramik dalam Pemurnian Larutan Etanol-Air Pengaruh Suhu dan Tekanan Tangki Destilasi terhadap Kinerja Permeasi Uap dengan Membran Keramik dalam Pemurnian Larutan Etanol-Air Misri Gozan 1, Said Zul Amraini 2 Alief Nasrullah Pramana 1 1 Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya pembangunan dan aktifitas produksi pada berbagai sektor industri di Indonesia, menyebabkan semakin besarnya kebutuhan energi yang harus dipenuhi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Minyak bumi terutama terdiri dari campuran senyawa-senyawa hidrokarbon yang sangat kompleks, yaitu senyawa-senyawa organik yang mengandung unsurunsur karbon dan hidrogen. Di samping

Lebih terperinci

NATURAL GAS TO LIQUIFIED NATURAL GAS

NATURAL GAS TO LIQUIFIED NATURAL GAS NATURAL GAS TO LIQUIFIED NATURAL GAS Gas alam merupakan sumber energi yang andal dan efisien, mampu terbakar lebih bersih dibandingkan dengan sumber energi fosil lainnya. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya

Lebih terperinci

OPTIMISASI SISTEM RANTAI SUPLAI LNG UNTUK KEBUTUHAN GAS DI PULAU JAWA DAN SUMATERA

OPTIMISASI SISTEM RANTAI SUPLAI LNG UNTUK KEBUTUHAN GAS DI PULAU JAWA DAN SUMATERA OPTIMISASI SISTEM RANTAI SUPLAI LNG UNTUK KEBUTUHAN GAS DI PULAU JAWA DAN SUMATERA Yuswan Muharam 1,Ratna Dewi Verinasari 2 Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus Baru

Lebih terperinci

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA 2.1. Peningkatan Kualitas Batubara Berdasarkan peringkatnya, batubara dapat diklasifikasikan menjadi batubara peringkat rendah (low rank coal) dan batubara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketergantungan dunia pada minyak bumi dan pertumbuhan permintaan dunia diduga akan terus menyebabkan kenaikan harga sumber energi utama dunia ini. Diperkirakan permintaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etanol Etanol merupakan bahan yang volatile, mudah terbakar, jernih, dan merupakan cairan yang tidak berwarna. Salah satu sifat istimewa dari etanol adalah volume shrinkage

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, (PGN) merupakan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, (PGN) merupakan perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, (PGN) merupakan perusahaan salah satu perusahaan dibawah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang transportasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Oleh: Drs. Setiadi D. Notohamijoyo *) Ir. Agus Sugiyono *)

I. PENDAHULUAN. Oleh: Drs. Setiadi D. Notohamijoyo *) Ir. Agus Sugiyono *) POLA PEMAKAIAN DAN DISTRIBUSI GAS BUMI DI INDONESIA PADA PERIODE PEMBANGUNAN TAHAP KEDUA ABSTRAK Oleh: Drs. Setiadi D. Notohamijoyo *) Ir. Agus Sugiyono *) Minyak dan gas bumi masih sangat berperan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perubahan iklim global akibat efek rumah kaca merupakan permasalahan lingkungan serius yang saat ini sedang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perubahan iklim global akibat efek rumah kaca merupakan permasalahan lingkungan serius yang saat ini sedang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perubahan iklim global akibat efek rumah kaca merupakan permasalahan lingkungan serius yang saat ini sedang dihadapi oleh manusia. Dampak yang ditimbulkan oleh pembakaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan energi merupakan persoalan yang terus berkembang di

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan energi merupakan persoalan yang terus berkembang di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan energi merupakan persoalan yang terus berkembang di dunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

PROSES PEMISAHAN FISIK

PROSES PEMISAHAN FISIK PROSES PEMISAHAN FISIK Teknik pemisahan fisik akan memisahkan suatu campuran seperti minyak bumi tanpa merubah karakteristik kimia komponennya. Pemisahan ini didasarkan pada perbedaan sifat fisik tertentu

Lebih terperinci

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember 2009 Makalah Profesional IATMI 09 004 Simulasi Line Packing Sebagai Storage pada Pipa Transmisi Gas Studi Kasus:

Lebih terperinci

INDUSTRI GAS. Khamdi Mubarok, ST., M.Eng LOGO. Darimana Gas berasal?

INDUSTRI GAS. Khamdi Mubarok, ST., M.Eng LOGO. Darimana Gas berasal? INDUSTRI GAS Khamdi Mubarok, ST., M.Eng Darimana Gas berasal? Merupakan hasil proses alam seperti minyak bumi Gas bisa ditemukan tersendiri tanpa minyak bumi maupun bersamaan dengan minyak bumi Gas sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi akan semakin meningkat bersamaan dengan. perkembangan teknologi dan pertumbuhan penduduk. Saat ini sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi akan semakin meningkat bersamaan dengan. perkembangan teknologi dan pertumbuhan penduduk. Saat ini sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi akan semakin meningkat bersamaan dengan perkembangan teknologi dan pertumbuhan penduduk. Saat ini sebagian besar energi dihasilkan dari bahan bakar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gas alam sebagai salah sumber daya alam yang mempunyai manfaat. sangat banyak dalam menunjang berbagai sektor kehidupan manusia.

I. PENDAHULUAN. Gas alam sebagai salah sumber daya alam yang mempunyai manfaat. sangat banyak dalam menunjang berbagai sektor kehidupan manusia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gas alam sebagai salah sumber daya alam yang mempunyai manfaat sangat banyak dalam menunjang berbagai sektor kehidupan manusia. Banyaknya manfaat dari sumber daya alam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Pemanfaatan cadangan..., Mudi Kasmudi, FT UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Pemanfaatan cadangan..., Mudi Kasmudi, FT UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki sumber daya mineral yang tersebar diseluruh kepulauan Indonesia. Jumlah sumber daya mineral yang merupakan

Lebih terperinci

Evaluasi Efisiensi Proses Crude Oil Dehydtation di CGS 5 Lapangan X Provinsi Riau

Evaluasi Efisiensi Proses Crude Oil Dehydtation di CGS 5 Lapangan X Provinsi Riau Vol. 1, No.1, 2017, p. 16-27 Evaluasi Efisiensi Proses Crude Oil Dehydtation di CGS 5 Lapangan X Provinsi Riau Novia Rita 1a dan Rasyid Gani Hadi 1b 1a,b Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Islam

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL OLEAT DARI ASAM OLEAT DAN N-BUTANOL KAPASITAS TON / TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL OLEAT DARI ASAM OLEAT DAN N-BUTANOL KAPASITAS TON / TAHUN PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL OLEAT DARI ASAM OLEAT DAN N-BUTANOL KAPASITAS 20.000 TON / TAHUN Disusun Oleh : Eka Andi Saputro ( I 0511018) Muhammad Ridwan ( I 0511030) PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangangan Pabrik HPAM dari Monomer Acrylamide Kapasitas ton/tahun

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangangan Pabrik HPAM dari Monomer Acrylamide Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Untuk mencapai suatu struktur ekonomi yang kuat diperlukan pembangunan industri untuk menunjang kebutuhan masyarakat akan berbagai jenis produk. Selain berperan dalam

Lebih terperinci

BAB II. KESEIMBANGAN

BAB II. KESEIMBANGAN BAB II. KESEIMBANGAN Pada perhitungan stage wise contact konsep keseimbangan memegang peran penting selain neraca massa dan neraca panas. Konsep rate processes tidak diperhatikan pada alat kontak jenis

Lebih terperinci

Jl. Pertanino. 18/KavA. Duren Tiga. Pancoran. Jakarta Selatan. Indonesia Phone:

Jl. Pertanino. 18/KavA. Duren Tiga. Pancoran. Jakarta Selatan. Indonesia Phone: R R S PT RAJARAFASAMUDRA Jl Pertanino 18/KavA Duren Tiga Pancoran Jakarta Selatan Indonesia 12520 Phone: 021-7990467 Email: robbi_sukardi@rajarafasamudracom website: wwwrajagascom informasiperusahaan INFORMASI

Lebih terperinci

Efisiensi PLTU batubara

Efisiensi PLTU batubara Efisiensi PLTU batubara Ariesma Julianto 105100200111051 Vagga Satria Rizky 105100207111003 Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang PT Pertamina EP adalah anak perusahaan dari PT Pertamina (PESERO) yang bergerak di bidang eksplorasi, eksploitasi, dan produksi minyak bumi. Salah satu lokasi dari

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBAKARAN

BAB III PROSES PEMBAKARAN 37 BAB III PROSES PEMBAKARAN Dalam pengoperasian boiler, prestasi yang diharapkan adalah efesiensi boiler tersebut yang dinyatakan dengan perbandingan antara kalor yang diterima air / uap air terhadap

Lebih terperinci

PROSES ABSORPSI GAS H 2 S MENGGUNAKAN METILDIETANOLAMIN

PROSES ABSORPSI GAS H 2 S MENGGUNAKAN METILDIETANOLAMIN PROSES ABSORPSI GAS H 2 S MENGGUNAKAN METILDIETANOLAMIN Ririen,W.*, Bahruddin**; Zultiniar** *Alumni Teknik Kimia Universitas Riau ** Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau KampusBinawidyaKm12,5SimpangBaruPanam,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL AKRILAT DARI ASAM AKRILAT DAN N-BUTANOL MENGGUNAKAN DISTILASI REAKTIF KAPASITAS 60.

TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL AKRILAT DARI ASAM AKRILAT DAN N-BUTANOL MENGGUNAKAN DISTILASI REAKTIF KAPASITAS 60. TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL AKRILAT DARI ASAM AKRILAT DAN N-BUTANOL MENGGUNAKAN DISTILASI REAKTIF KAPASITAS 60.000 TON/TAHUN Disusun Oleh : Jemy Harris P.P. I 0508097 Nugroho Fajar Windyanto

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG. Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan. pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden

LATAR BELAKANG. Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan. pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden LATAR BELAKANG Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Mei 1995. Sumber bahan baku yang diolah di PT. PERTAMINA

Lebih terperinci

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM Unit pendukung proses (utilitas) merupakan bagian penting penunjang proses produksi. Utilitas yang tersedia di pabrik metil tersier butil eter adalah unit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak bumi telah memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap ekonomi dunia hingga saat ini. Persediaan akan panas, cahaya, dan transportasi bergantung terhadap

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Produksi Liquefied Natural Gas (LNG) LNG Indonesia diproduksi dari tiga kilang utama, yaitu kilang Arun, kilang Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Kebutuhan Air Tawar Siklus PLTU membutuhkan air tawar sebagai bahan baku. Hal ini dikarenakan peralatan PLTU sangat rentan terhadap karat. Akan tetapi, semakin besar kapasitas

Lebih terperinci

KAJIAN KEEKONOMIAN DESAIN SEPARATOR SURFACE FACILITIES PADA LAPANGAN X ABSTRAK

KAJIAN KEEKONOMIAN DESAIN SEPARATOR SURFACE FACILITIES PADA LAPANGAN X ABSTRAK KAJIAN KEEKONOMIAN DESAIN SEPARATOR SURFACE FACILITIES PADA LAPANGAN X Oleh : Risdiyanta,ST,MT. *) ABSTRAK Salah satu tantangan di lapangan produksi di Indonesia adalah minyak dengan sifat fisik yang berbeda

Lebih terperinci

Bab IV Model dan Optimalisasi Produksi Dengan Injeksi Surfaktan dan Polimer

Bab IV Model dan Optimalisasi Produksi Dengan Injeksi Surfaktan dan Polimer Bab IV Model dan Optimalisasi Produksi Dengan Injeksi Surfaktan dan Polimer Pada bab ini akan dijelaskan tentang model yang telah dibuat oleh peneliti sebelumnya kemudian dari model tersebut akan dioptimalisasi

Lebih terperinci

Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Penelitian

Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Penelitian Perancangan Tangki Pemisah Limbah Cair Fasa Minyak (Cumene) Dari Limbah Cair Untuk Dimanfaatkan Sebagai Bahan Bakar Boiler: Studi Kasus di D-Plant PT. NMC Abdul Wahid dan Deni Purnama Jurusan Teknik Gas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kebutuhan Energi Domestik (5) Sumatera 22,6% Jawa 56,9% Kalimantan 9% Sulawesi Bali & NT.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kebutuhan Energi Domestik (5) Sumatera 22,6% Jawa 56,9% Kalimantan 9% Sulawesi Bali & NT. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan pusat kegiatan ekonomi dan industri di Indonesia karena di pulau selain terdapat ibu kota pusat pemerintahan, DKI Jakarta juga sarat dengan perniagaan.

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN, HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 PERHITUNGAN, HASIL DAN PEMBAHASAN 58 BAB 4 PERHITUNGAN, HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Simulasi Berdasarkan raw gas yang berasal dari sumur maka selanjutnya simulasi dengan menggunakan software HYSYS untuk mendapatkan estimasi jumlah / volume

Lebih terperinci

Biomas Kayu Pellet. Oleh FX Tanos

Biomas Kayu Pellet. Oleh FX Tanos Biomas Kayu Pellet Energi Pemanas Rumah Tangga (winter) Energi Dapur Masak Energi Pembangkit Tenaga Listrik Ramah Lingkungan Karbon Neutral Menurunkan Emisi Karbon Oleh FX Tanos Pendahuluan Beberapa tahun

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SUMBER EMISI DAN PERHITUNGAN BEBAN EMISI

IDENTIFIKASI SUMBER EMISI DAN PERHITUNGAN BEBAN EMISI IDENTIFIKASI SUMBER EMISI DAN PERHITUNGAN BEBAN EMISI Oleh: *) Martono ABSTRAK Agar mampu menghitung beban emisi langkah pertama kita harus memahami sumber emisi dan beban emisi sehingga mampu mengestimasi

Lebih terperinci

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Kampus 3, Paingan, Maguwoharjo,

Lebih terperinci

TUGAS PERANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES HALDOR TOPSOE KAPASITAS TON / TAHUN

TUGAS PERANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES HALDOR TOPSOE KAPASITAS TON / TAHUN XECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PERANCANGAN PABRIK FORMALDEHID PROSES HALDOR TOPSOE KAPASITAS 100.000 TON / TAHUN Oleh: Dewi Riana Sari 21030110151042 Anggun Pangesti P. P. 21030110151114

Lebih terperinci