PERENCANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS PESERTA DIDIK SEBAGAI PENUNJANG KEBERHASILAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR BAHASA ARAB DI KELAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERENCANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS PESERTA DIDIK SEBAGAI PENUNJANG KEBERHASILAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR BAHASA ARAB DI KELAS"

Transkripsi

1 PERENCANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS PESERTA DIDIK SEBAGAI PENUNJANG KEBERHASILAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR BAHASA ARAB DI KELAS KHOLISNAH MINAL BALWA Program Pascasarjana Keguruan Bahasa Arab Universitas Negeri Malang Abstrak: Pembelajaran adalah kegiatan yang membutuhkan penataan yang teratur dan sistematis. Proses perencanaan pembelajaran yang matang akan memberikan pengaruh terhadap implementasi di dalamnya. Perencanaan pembelajaran adalah proses menganalisis, mempertimbangkan, mengambil keputusan tentang apa yang dibutuhkan oleh peserta didik dalam rumusan kualifikasi tentang tindakan-tindakan yang dapat memfasilitasi mereka dalam proses belajar agar dapat dicapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran dengan mempertimbangkan faktor emosional lebih banyak berhasil daripada menonjolkan faktor intelektual, karena pengajar dapat menentukan tindakan yang tepat untuk dilakukan di dalam kelas. Begitu pula dalam pembelajaran bahasa Arab, pengajar harus dapat menentukan metode, materi dan langkah-langkah pengajaran yang sesuai dengan tingkat emosional peserta didik. Kata kunci: perencanaan pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, penunjang keberhasilan, bahasa Arab. Kegiatan belajar mengajar merupakan tahap yang dilalui peserta didik dan pengajar dalam proses pembelajaran, yang didalamnya terdapat pentransferan ilmu dari pengajar ke peserta didik dengan memberikan stimulus yang tepat, sehingga mereka dapat merespon dengan baik. Hak dari peserta didik antara lain mendapatkan pengajaran yang layak, dan pengajar hendaknya memberikan layanan yang baik dalam pengajaran tersebut. Pembelajaran menjadi menyenangkan dan efektif jika pengajar dapat mengelola pembelajaran dengan baik. Memang pembelajaran tidak semudah yang dipikirkan dan diperkirakan, karena pada kenyataannya, pengajar sering kali dihadapkan dengan masalah-masalah yang datang dari dalam maupun luar lingkungan sistem pembelajaran. Maka dari itu dibutuhkanlah sebuah rancangan pembelajaran yang disebut perencanaan pembelajaran. Pengajar yang telah merencanakan pembelajaran sebelum masuk kelas akan terhindar dari improvisasi, hal-hal memalukan dan ketegangan selama proses pembelajaran karena pengajar telah menyiapkan diri, baik materi, mental dan kondisinya untuk melaksanakan pembelajaran (Andriana, 2015). Dalam menyusun perencanaan pembelajaran, pengajar diharapkan mengetahui karakteristik individu peserta didik yang berbedabeda agar tidak salah konsep yang akhirnya menimbulkan kegagalan dalam pembelajaran. Dalam makalah ini, akan diuraikan tentang pengertian perencanaan pembelajaran, strategi dalam penyusunannya, model-model perencanaan 486

2 pembelajaran dan bagaimana menyusun perencanaan pembelajaran yang baik dengan mempertimbangkan faktor emosional, yaitu perbedaan individu peserta didik agar pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien, terutama dalam pembelajaran bahasa Arab. Permasalahan Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah: Apakah perencanaan pembelajaran dapat menunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar bahasa Arab di kelas? Permasalahan ini dianggap penting karena akan dapat membantu pengajar dalam memahami peranan dari perencanaan pembelajaran dimana dapat menunjang keberhasilan dalam pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran bahasa Arab. Pembelajaran sebisa mungkin didesain dalam keadaan yang kondusif agar pengajar dan peserta didik merasa nyaman dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Kondusifitas kegiatan belajar mengajar tergantung pada ketersediaan fasilitas dan perencanaan pembelajaran (Nazir, 2013). Kajian teoritik Perencanaan menurut Sabirin (dalam Andriana, 2015) merupakan penyusunan langkah-langkah kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan berdasarkan jangka waktu, dan prinsip yang paling utama adalah mudah dilaksanakan dan tepat sasaran. Uno (2012) menyatakan bahwa perencanaan menekankan pada usaha menyeleksi dan menghubungkan sesuatu dengan kepentingan masa yang akan datang serta usaha untuk mencapainya. Jadi perencanaan di sini merupakan penyusunan kerangka kegiatan yang terpikirkan kemudian bermaksud untuk merealisasikannya di waktu yang akan datang. Nazir (2013) yang mengatakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh pengajar dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar. Sedang Supriadie dan Darmawan (2012: 9) berpendapat bahwa pembelajaran adalah suatu konsepsi dari dua dimensi (belajar dan mengajar) yang harus direncanakan dan diaktualisasikan, serta diarahkan pada pencapaian tujuan atau penguasaan sejumlah kompetensi dan indikatornya sebagai sebuah gambaran hasil belajar. Agar peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar yang optimal dan dapat mencapai tujuan tersebut atau penguasaan kompetensi, maka dibuatlah suatu perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran adalah sebuah konsep atau rancangan kegiatan belajar dan mengajar yang bersifat praktis demi dicapainya tujuan pembelajaran atau dikuasainya kompetensi. Hal ini sesuai dengan pendapatnya Andriana (2015) bahwa perencanaan pembelajaran ialah penyusunan langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran oleh pengajar sebelum masuk kelas. Sedangkan menurut Milkova (2012) perencanaan pembelajaran adalah kerangka peta konsep tentang apa yang akan dipelajari oleh peserta didik dan bagaiamana pembelajaran dapat terlaksana secara efektif selama jam pelajaran. Jadi dalam perencanaan pembelajaran juga dibahas tentang topik atau materi apa yang akan disampaikan. Perencanaan pembelajaran di sekolah di indonesia dimulai dengan penyusunan program pembelajaran yang dibedakan menjadi program tahunan, 487

3 program semester, program mingguan dan program harian. Namun, kurikulum dan silabus mata pelajaran harus tetap dijadikan acuan utama dalam penyusunan perencanaan program pengajaran mulai dari analisis terhadap standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokok sampai pada rencana pemberian pengalaman belajar dan kecakapan hidup, indikator dan hasil belajar yang akan dicapai dengan memperhatikan kondisi sekolah, lingkungan sekitar dan kondisi peserta didik maupun pengajar. Dalam perencanaan pembelajaran, untuk pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran (Tamalene, tanpa tahun). Mempersiapkan pembelajaran dengan perencanaan pembelajaran Pembelajaran harus diarahkan agar berfokus pada peserta didik, sedang pengajar sebagai pendamping atau fasilitator. Pengajar memilih pendekatan, metode, materi, pengalaman belajar dan interaksi belajar mengajar yang mana harus memungkinkan peserta didik berinteraksi dengan aktif dan pengajar memfasilitasi dan membimbingnya. Menurut Andriana (2012), dengan perencanaan yang baik maka setiap unsur dalam pembelajaran yang meliputi peserta didik dan pengajar mampu memahami perannya dengan baik, serta pembelajaran dapat berjalan dalam alur yang telah ditentukan di dalamnya. Berikut fungsi dan prinsip dari perencanaan pembelajaran yang diungkapkan oleh Tamalene (tanpa tahun). Fungsi perencanaan pembelajaran itu sendiri antara lain. 1. Memberi guru pemahaman yang jelas tentang tujuan pendidikan 2. Membantu guru memperjelas pemikirannya terhadap tujuan pendidikan 3. Menambah keyakinan guru atas nilai-nilai dan prosedur yang digunakan 4. Membantu guru dalam mengenal kebutuhan peserta didik 5. Mengurangi kegiatan yang bersifat trial dan error dalam mengajar 6. Murid akan menghormati guru yang telah mempersiapkan diri 7. Memberikan kesempatan pada guru untuk mengembangkan profesionalitasnya 8. Membantu guru memiliki perasaan percaya diri 9. Membantu guru memelihara kegairahan mengajar dan memberikan bahan ajar yang up to date. Sedang prinsipnya ialah sebagai berikut. 1. Pembelajaran yang disiapkan secara cermat dan sistematis akan membantu perkembangan siswa secara maksimal 2. Perencanaan yang cermat dan sistematis dikembangkan dengan mempertimbangkan berbagai aspek seperti teori belajar dan karakteristik siswa 3. Hendaknya diarahkan untuk membantu proses belajar siswa secara individual 4. Hendaknya dikembangkan dengan pendekatan sistem dengan menggunakan langkah-langkah dalam proses pengembangan. 5. Harus mempertimbangkan pemanfaatan berbagai sumber dan alat bantu belajar Milkova (2012) menyatakan bahwa dalam merancang suatu pembelajaran dibutuhkan beberapa srategi yaitu antara lain: (1) membuat outline tentang materi yang akan disampaikan pada peserta didik, (2) menyamakan presepsi tentang materi yang akan dibahas, (3) menyusun langkah-langkah kegiatan inti dari 488

4 pembelajaran, (4) memeriksa pemahaman peserta didik dengan sebuah pertanyaan, (5) meminta peserta didik membuat kesimpulan dan preview, dan (6) menentukan alokasi waktu yang akan digunakan dalam pembelajaran. Dengan strategi di atas, diharapkan pengajar dapat membuat perencanaan pembelajaran yang matang. Mempertimbangkan faktor emosional dan gaya belajar peserta didik dalam merancang pembelajaran Kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Manusia tumbuh dan berkembang ditentukan oleh apa yang dibawa sejak lahir dan dipengaruhi oleh pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Manusia memiliki kesamaan dan perbedaan-perbedaan misalnya dalam hal emosional, bakat, minat bahkan perhatian (Ichsan, 2009). Sudah sewajarnya pengajar memperhatikan cara-cara belajar peserta didik disamping memperhatikan bahan ajar dan kegiatankegiatan belajar. Diharapkan pula untuk memperhatikan keadaan-keadaan individu peserta didik seperti minat, motivasi, kemampuan bahkan latar belakang mereka sehingga bahan ajar yang disiapkan tidak mematikan motivasi siswa secara perorangan. Ketika pengajar berdiri di depan kelas, mereka akan menyadari keberagaman peserta didiknya, baik dari segi emosional, fisik, kecakapan, gaya belajar, komunikasi, pola kepemimpinan, dan penyesuaian sosial. Selama ini asumsi yang sering kita dengar adalah peserta didik dengan tingkat kecerdasan (IQ) tinggi, maka keberhasilan belajarnya tinggi, sedang peserta didik dengan tingkat kecerdasan (IQ) rendah, keberhasilan belajarnya rendah. Padahal setiap peserta didik memiliki hak yang sama yaitu mendapatkan pengajaran yang layak dan ketuntasan belajar. Terdapa juga asumsi yang menyatakan bahwasanya kecerdasan seseorang hanya diukur dari IQ saja, akan tetapi saat ini telah muncul kecerdasan emosional dan sosial yang juga tidak kalah pentingnya dalam membentuk karakter individual yang sukses. Joyce, weil dan Showes (dalam ichsan, 2009) menyatakan bahwa hakikat mengajar adalah membantu peserta didik memperoleh informasi, ide, keterampilan nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya dan cara-cara belajar bagaimana belajar efektif. Bagi pengajar sangat penting untuk memahami keberagaman peserta didiknya. Ada dua faktor yang menyebabkan adanya perbedaan individual peserta didik yakni faktor warisan karena kelahirannya dan faktor perkembangan serta pengalamannya. Mungkin faktor warisan kelahiran lebih dominan, ada juga yang faktor lingkungan yang lebih dominan. Berikut ini akan dijelaskan berbagai jenis perbedaan individu peserta didik. 1. Kecapakan Kecapakan individu bukan hanya karena warisan turunan semata, tapi juga karena perkembangan dan pengalamannya. Kecakapan individu dapat berupa kecakapan dasar (potensial ability) maupun kecakapan nyata (actual ability). Intelegensi dan bakat (kecakapan potensial) dapat dideteksi dengan mengidentifikasi indikator-indikatornya yang dimanifestasikan dalam kualifikasi 489

5 perilaku. Whitherington (dalam ichsan, 2009) menunjukkan lebih rinci manifestasi dari indikator-indikator perilaku intelegen itu antara lain. a. Kemudahan dalam menggunakan bilangan (facility in the use of the numbers) b. Efisiensi dalam berbahasa (language efficiency) c. Kecepatan dalam pengamatan (speed of perception) d. Kemudahan dalam mengingat (facility in memorizing) e. Kemudahan dalam memahami hubungan (facility in comprehending relationships) f. Imajinasi (imagination) Menurut Goleman (dalam ichsan, 2009), faktor emosi sangat penting dan banyak memberikan warna yang kaya dalam kecerdasan antar pribadi. Ada lima wilayah kecerdasan yang membentuk kecerdasan emosional, yaitu kemampuan mengenali emosi diri, kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi diri sendiri, kemampuan mengenali emosi orang lain, dan kemampuan membina hubungan. Kecakapan emosi yang sering mengantarkan sukses pada seseorang antara lain: inisiatif, semangat juang, kemampuan menyesuaikan diri, kemampuan memimpin tim, kesadaran politis-empati, percaya diri dan kemampuan mengembangkan orang lain. Dua pembawaan yang sering dijumpai dari mereka yang gagal yaitu bersikap kaku dan hubungan yang buruk. Lawrence E. Shapiro (dalam ichsan, 2009) menyatakan bahwa kecapakan emosional dan ketrampilan sosial yang membentuk karakter lebih penting bagi keberhasilan seseorang dibandingkan kecakapan kognisi yang diukur melalui IQ. Kecakapan emosional anak dapat dilihat pada (a) keuletan, (b) optimisme, (c) percaya diri, dan (d) antusiasme. Kecakapan emosional bukanlah lawan dari kecakapan kognisi atau IQ, namun keduanya saling berinteraksi secara dinamis, baik dalam tataran konseptual maupun dalam dunia nyata. Seseorang akan seimbang jika dapat menguasai kecakapan koginisi sekaligus kecakapan emosional dan sosial. 2. Perbedaan kepribadian Kepribadian menurut Allport (dalam ichsan, 2009) adalah sebuah oraganisasi dinamis di dalam sistem psikis dan fisik individu yang menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya. Sedangkan menurut Adler adalah gaya hidup individu atau cara yang khas dari individu tersebut dalam memberikan respon terhadap masalah-masalah hidup. Kepribadian merupakan karakteristik atau keunikan individu yang terdiri dari pola-pola pikiran, perasaan, perilaku dan cara merespon masalah yang dihadapi. Setiap peserta didik memiliki keunikan, dengan demikian pengajar hendaknya memahami keunikan tersebut sehingga dapat menyusun perencanaan pembelajaran yang matang agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Kepribadian menurut Hippocrates dibagi menjadi empat, antara lain. 1) Choleris, sifat khasnya adalah besar semangat, keras, daya juang tinggi, hatinya mudah terbakar dan optimis. 2) Melankolis, sifat khasnya adalah mudah kecewa, daya juang kecil, muram dan pesimistik. 3) Phlegmatic, sifat khasnya adalah tidak suka terburu (tenang), tidak mudah dipengaruhi dan setia. 490

6 4) Sanuinis, sifat khas yang muncul adalah mudah berganti haluan, ramah, lekas bertindak tapi juga lekas berhenti. Perkembangan kepribadian peserta didik ditentukan oleh keturunan, lingkungan dan diri. Faktor keturunan, setiap individu mewarisi sifat-sifat induknya. Faktor lingkungan seperti cuaca, suhu, letak geografis dan lain-lain. Faktor lingkungan sosial dan budaya seperti sikap atau norma-norma yang berlaku d masyarakat, bahasa, cara berpakaian, cara berkomunikasi dan lain-lain. Untuk faktor diri seperti sifat, perasaan, cara berpikir, pandangan, keyakinan yang mana hal ini dapat mempengaruhi keputusan yang diambil oleh individu tersebut seharihari. 3. Perbedaan gaya belajar Setiap peserta didik memiliki cara sendiri-sendiri dalam belajar. Cara belajar ini juga bisa disebut gaya belajar (learning style) yang diartikan sebagai karakteristik atau pilihan individu mengenai cara mengumpulkan informasi, menafsirkan, mengorganisasi, merespon dan memikirkan informasi tersebut. Gaya belajar dibedakan menjadi tiga, antara lain. 1) Gaya belajar visual, yaitu gaya belajar yang lebih banyak menggunakan indera penglihat sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan. Karakteristik peserta didik yang memiliki gaya ini ialah mudah memperoleh pengetahuan terhadap apa yang dilihatnya, suka membaca, teliti, menyukai metode demonstrasi dan kurang menyukai metode ceramah. 2) Gaya belajar auditorial, yaitu gaya belajar yang lebih banyak mengunakan indera pendengaran untuk memperoleh pengetahuan. Karakteristik peserta didik yang memiliki gaya ini ialah mudah memperoleh pengetahuan terhadap apa yang didengarnya, sulit menulis tapi mudah bercerita, sering bersuara keras ketika membaca, lebih suka bergurau daripada membaca buku, dan menyukai metode ceramah. 3) Gaya belajar kinestetik, yaitu gaya belajar yang menekankan pada gerak atau praktik langsung apa yang sedang dipelajari. Karakteristik peserta didik yang memiliki gaya ini ialah suka mengerjakan sendiri atau praktik langsung, suka bergerak, ketika membaca suka menggunakan jari sebagai petunjuk, menyukai permainan yang menyibukkan, dan ingin selalu melakukan sesuatu. Pengajar dapat mengidentifikasi gaya belajar masing-masing peserta didik sehingga dapat memberikan layanan belajar yang sesuai dan peserta didik dapat belajar dengan optimal. Dengan mengenali gaya belajar peserta didik, pengajar dapat menentukan metode, strategi pembelajaran dan media yang sesuai, sehingga dengan demikian mereka dapat belajar secara efektif dan menyenangkan. Menurut Wijaya Kusumah (dalam HR, tanpa tahun), untuk mengetahui gaya belajar peserta didik ada beberapa yang bisa dilakukan oleh pengajar. 1. Melakukan observasi secara mendetail terhadap setiap peserta didik melalui penggunaan berbagai metode pembelajaran di kelas. Mula-mula gunakan metode ceramah, kemudian catat peserta didik yang betah mendengarkan dengan tekun dan diakhir pengajar hendaknya memeriksa pemahaman mereka. Pertemuan berikutnya pembelajaran menggunakan media bergambar atau metode demonstrasi untuk mengetahui peserta didik yang memiliki gaya belajar 491

7 visual, lalu melakukan hal yang sama yaitu mencatat dan memeriksa. Pada pertemuan yang lain, gunakan metode pembelajaran simulasi atau praktek untuk mengetahui peserta didik yang memiliki gaya kinestetik, lalu melakukan hal sama yaitu mencatat peserta didik yang lebih tertarik dengan metode ini dan memeriksa pemahaman mereka. Begitu seterusnya sampai pengajar dirasa sudah mengetahui kecenderungan gaya belajar peserta didiknya. 2. Dengan memberikan tugas kepada peserta didik untuk melakukan pekerjaan yang memerlukan proses penyatuan bagian-bagian yang terpisah, misalnya menyatukan model rumah yang bagiannya terpisah dengan memberikan tiga pilihan cara penyelesaiannya yaitu (1) praktek langsung dengan mencoba menyatukan bagian tersebut, hal ini menunjukkan bahwa peserta didik yang memilih cara ini cenderung memiliki gaya belajar kinestetik, (2) melihat terlebih dahulu desain rumah lalu menyatukan bagian tersebut, peserta didik yang memilih cara ini cenderung memiliki gaya belajar visual, (3) membaca petunjuk tertulis langkah-langkah untuk membangun rumah dari awal hingga akhir, peserta didik yang memilih cara ini cenderung memiliki gaya belajar auditory. 3. Melakukan survey atau tes gaya belajar, tes gaya belajar ini biasanya menggunakan jasa konsultan atau psikolog tertentu. Survei atau tes gaya belajar memiliki hasil akurasi yang akurasi sehingga dapat membantu pengajar untuk mengetahui gaya belajar peserta didik lebih cepat. Jika tidak memungkinkan menggunakan jasa konsultan atau psikolog, sekolah ataupun pengajar dapat menggunakan tes sederhana terkait dengan ciri-ciri gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik yang harus dijawab dengan jujur oleh peserta didik. Setelah itu pengajar dapat menganalisis hasil dari tes menggunakan instrument tersebut dan mengambil kesimpulan. Beberapa strategi atau metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk masing-masing gaya belajar yang dijelaskan oleh Wijaya Kusumah (2013) antara lain. 1. Untuk pembelajar visual, dimana menyerap informasi lebih banyak dengan mata, hal-hal yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka. a. Biarkan mereka duduk di bangku paling depan, sehingga mereka dapat melihat secara jelas apa yang dituliskan atau digambar pengajar di papan tulis. b. Buatlah lebih banyak bagan-bagan, diagram, flow-chart dalam menjelaskan sesuatu. c. Putarkan film d. Minta mereka untuk menuliskan poin-poin penting yang harus dihafalkan. e. Gunakan berbagai ilustrasi dan gambar f. Menyuruh peserta didik untuk menulis ulang apa yang ditulis di papan tulis g. Gunakan warna-warni dalam menulis di papan tulis. 2. Untuk pembelajar auditorial, dimana mereka lebih banyak menyerap informasi melalui pendengaran, hal-hal yang bisa dilakukan pengajar untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka antara lain. a. Gunakan audio untuk pembelajaran (music, radio dan lain-lain) b. Saat belajar, biarkan mereka membaca dengan nyaring dan keras. 492

8 c. Seringlah memberi pertanyaan pada mereka d. Membuat diskusi kelas e. Menggunakan rekaman f. Biarkan mereka menjelaskan dengan kata-kata g. Biarkan mereka menuliskan apa yang mereka pahami tentang satu mata pelajaran h. Belajar berkelompok 3. Untuk pembelajar kinestetik, dimana mereka lebih banyak menyerap informasi melalui gerakan fisik. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka antara lain. a. Perbanyak praktik lapangan b. Melakukan demonstrasi atau pertunjukan langsung suatu proses. c. Membuat model atau contoh-contoh d. Belajar tidak harus duduk secara formal e. Perbanyak praktik di laboratorium f. Boleh menghafal sesuatu sambil bergerak, misalnya berjalan atau mondar mandir. g. Perbanyak simulasi dan role playing h. Biarkan peserta didik berdiri saat menjelaskan sesuatu. Hal-hal yang telah dijelaskan di atas diharapkan dapat membantu kemampuan peserta didik dalam belajar. Ketika pengajar menggunakan satu metode saja yang berlaku untuk semua kelas, misalnya metode ceramah yang cenderung diminati peserta didik yang mempunyai gaya belajar auditorial, maka peserta didik yang mempunyai gaya belajar visual dan kinestetik akan merasa bosan sehingga mereka akan mencari perhatian dengan membuat kegaduhan, atau mengganggu yang lain, yang mana hal ini membuat kelas tidak kondusif dan tidak efektif. Pembahasan Dalam penyusunan perencanaan pembelajar, selain memperhatikan lingkungan sekolah, hendaknya pengajar juga memperhatikan berbedaan individual yang terdiri dari kecakapan, kecerdasan emosional dan gaya belajar dari peserta didik. Ketika seorang pengajar telah mengetahui perbedaan individual dari peserta didiknya, pula mengetahui gaya belajar mereka, hal ini dapat memudahkan pengajar dalam menyusun perencanaan pembelajaran, agar pembelajaran menjadi efektif dan efisien. Pembelajaran bahasa Arab terdiri dari empat keterampilan, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Untuk peserta didik yang memiliki gaya belajar visual, ketika pembelajaran bahasa Arab keterampilan istima, pengajar dapat memberikan video bergambar. Dalam keterampilan berbicara, pengajar dapat menggunakan kartu kata. Dalam keterampilan membaca, pengajar dapat menggunakan cerita bergambar, serta dalam keterampilan menulis, pengajar lebih menekankan pada tarkib dan tata bahasa. Untuk peserta didik yang memiliki gaya belajar auditorial, ketika pembelajaran bahasa Arab keterampilan istima, pengajar dapat menggunakan musik, dalam keterampilan kalam dapat menggunakan metode komunikatif, dalam keterampilan 493

9 membaca dapat menggunakan metode membaca nyaring, dan untuk keterampilan menulis, pengajar dapat meminta peserta didik menulis secara bebas. Serta untuk peserta didik yang memiliki gaya belajar kinestetik, pengajar dapat menggunakan metode untuk keterampilan istima, metode role playing untuk keterampilan kalam, metode jig saw untuk keterampilan membaca dan untuk keterampilan menulis dapat menggunakan permainan. Jadi dalam penyusunan perencanaan peserta didik, dapat mencantumkan metode yang sesuai dengan gaya belajar peserta didiknya. Berikut ini adalah ramburambu merancang RPP bahasa Arab yang mudah, praktis dan berkualitas oleh Murtadho (2015). 1. Memanfaatkan standar kompetensi terdiri atas empat keterampilan yakni menyimak, berbicara, membaca dan menulis (Depag RI 2004a; 2004b; 2005) 2. Masing-masing topik yang terdapat dalam standar kompetensi perlu dikaitkan dengan keempat keterampilan bahasa 3. Kegiatan pembelajaran dirancang berdasarkan teknik pembelajaran empat keterampilan bahasa 4. RPP dibuat 1 buah untuk satu bulan (4x pertemuanx 45 menit). Ini berarti apabila dalam satu semester jam efektif sekolah 5 bulan, maka hanya ada 5 RPP dalam satu semester 5. Setiap bulan ada 3 kali pertemuan untuk penyajian materi dan satu kali untuk mereview materi yang sudah diberikan. 6. Empat keterampilan berbahasa: menyimak, berbicara, membaca dan menulis dapat disajikan dalam satu bulan secara bergantian atau bersama-sama 7. Materi pembelajaran dan materi untuk review perlu disajikan dalam lampiran. Kesimpulan Perencanaan pembelajaran merupakan langkah awal sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, dalam bentuk kerangka kegiatan pembelajaran dengan alokasi waktu dengan mengikuti strategi penyusunannya. Ketika diawal pertemuan, pengajar hendaknya dapat mengenali peserta didik yang akan diajar baik dari segi emosional, kecakapan, kepimpinan dan lain sebagainya, juga diharapkan untuk mengetahui bagaimana peserta didik apakah senang atau tidak diajak belajar. Untuk mengetahui cara belajar peserta didik, pengajar melakukan salah satu teknik yaitu observasi, pemberian tugas ataupun survey, dengan begitu pengajar dapat menyusun perencanaan pembelajaran yang baik dan efesien dalam praktiknya. Rekomendasi 1. Hendaknya sekolah membagi kelas sesuai dengan minat dan gaya belajar peserta didik. 2. Hendaknya pengajar tidak hanya menggunakan satu metode saja yang cenderung pada peserta didik yang memiliki gaya belajar tertentu jika kelas heterogen. 494

10 Daftar Pustaka Andriana, Karmila Urgensi Perencanaan Pembelajaran Bahasa Arab dalam Pendidikan di Sekolah. Konferensi Nasional Bahasa Arab I: HR, Mansur. Tanpa tahun. Mengenal Gaya Belajar Peserta Didik. Ichsan Pembelajaran Berbasis Perbedaan Individual. Mukaddimah, 15(26): Milkova, Stiliana Strategies for Effective Lesson Planning. Murtadho, Nurul Model RPP dalam Bahasa Arab dan Inggris serta Rambu- Rambu Merancang RPP Bahasa Arab yang Mudah, Praktis dan Berkualitas. Konferensi Nasional Bahasa Arab I: Nadzir, M Perencanaan Pembelajaran Berbasis Karakter. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 2(2): Supriadie, D. & Darmawan, D Komunikasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Tamalene, M. Nasir. Tanpa tahun. Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran. Uno, B. Hamzah Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. 495

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 disebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

Universitas Negeri Malang

Universitas Negeri Malang LANDASAN TEORETIK-KONSEPTUAL Pemanfaatan Multimedia dalam pembelajaran Nyoman S. Degeng Teknolog Pembelajaran Universitas Negeri Malang Kita ada di mana sekarang????????????? Era pertanian Era industri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan hasil belajar ditunjukkan dalam bentuk berubah pengetahuannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF 291 PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF Ibnu R. Khoeron 1, Nana Sumarna 2, Tatang Permana 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Secara psikologis belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Metode Drill dalam Pembelajaran Al-Qur an Hadits pada. Kelas IV di MI Al-Karim Gondang Nganjuk dan MI Miftahul Jannah

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Metode Drill dalam Pembelajaran Al-Qur an Hadits pada. Kelas IV di MI Al-Karim Gondang Nganjuk dan MI Miftahul Jannah BAB V PEMBAHASAN A. Perencanaan Metode Drill dalam Pembelajaran Al-Qur an Hadits pada Kelas IV di MI Al-Karim Gondang Nganjuk dan MI Miftahul Jannah Kedungglugu Gondang Nganjuk Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak suatu negara yang menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak suatu negara yang menginginkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak suatu negara yang menginginkan sebuah masyarakat yang memiliki pemikiran, sikap serta tindakan yang mampu mendukung gerak negara

Lebih terperinci

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK 145 Upaya Meningkatkan Kualitas Guru Melalui Konsep Pembelajaran Learning Together Di Sma Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Ajaran 2014/ /2015 Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK Pembelajaran learning

Lebih terperinci

sampai dengan penggunaan metode pembelajaran yang tepat.

sampai dengan penggunaan metode pembelajaran yang tepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Mutu pendidikan atau kualitas pendidikan yang diwakili oleh hasil belajar siswa tidak dapat dilepaskan dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat

BAB I PENDAHULUAN. semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kunci kemajuan, semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu bangsa, maka akan diikuti dengan semakin baiknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas Pembangunan Pendidikan Nasional tahun sebagaimana telah

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas Pembangunan Pendidikan Nasional tahun sebagaimana telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas layanan pendidikan merupakan salah satu agenda Prioritas Pembangunan Pendidikan Nasional tahun 2015 2016 sebagaimana telah diamanatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 20 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate)

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate) 1 KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate) I. Pendahuluan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan

Lebih terperinci

PP No 19 Tahun 2005 (PASAL 19, AYAT 1)

PP No 19 Tahun 2005 (PASAL 19, AYAT 1) KARAKTERISTIK SISWA PP No 19 Tahun 2005 (PASAL 19, AYAT 1) proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik serta psikologis siswa (Peraturan Pemerintah, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik serta psikologis siswa (Peraturan Pemerintah, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembelajaran merupakan aktivitas pendidik atau guru secara terprogram melalui desain instruksional agar peserta didik dapat belajar secara aktif dan lebih menekankan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERENCANAAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SD BERBASIS BUDAYA LOKAL. Oleh Supartinah, M.Hum.

PENGEMBANGAN PERENCANAAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SD BERBASIS BUDAYA LOKAL. Oleh Supartinah, M.Hum. PENGEMBANGAN PERENCANAAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SD BERBASIS BUDAYA LOKAL Oleh Supartinah, M.Hum. supartinah@uny.ac.id Pendahuluan Budaya dapat diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam Permen Diknas RI No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH BAHASA MANDARIN I DI PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FIB UB

STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH BAHASA MANDARIN I DI PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FIB UB STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH BAHASA MANDARIN I DI PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FIB UB Diah Ayu Wulan Dosen Sastra Cina FIB UB diahayuwulan96@yahoo.co.id Abstrak Bahasa Mandarin merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan yang semakin kompleks, terutama kita yang hidup di perkotaan yang sangat rentan pada perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal utama dalam pembangunan bangsa Indonesia untuk dapat bertahan di era globalisasi. Peningkatan kualitas sumber

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis Pembelajaran Pengayaan...

DAFTAR ISI. II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis Pembelajaran Pengayaan... DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... B. ujuan...... C. Ruang Lingkup... II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sistem yang penting untuk meningkatkan sumber daya manusia. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masih rendahnya kualitas pendidikan. Hal tersebut disebabkan oleh lemahnya proses pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan. Banyak permasalahan dan kegiatan dalam kehidupan yang memerlukan penggunaan matematika untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang produktif. Pendidikan adalah usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. V SDN 02 Jatiharjo, Jatipuro, Karanganyar. 1. Nilai ulangan Formatif banyak yang kurang memenuhi KKM.

BAB I PENDAHULUAN. V SDN 02 Jatiharjo, Jatipuro, Karanganyar. 1. Nilai ulangan Formatif banyak yang kurang memenuhi KKM. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengalaman peneliti dalam melaksanakan pembelajaran IPS saat ini tidak menggunakan model pembelajaran yang tepat dan hanya dengan anak di suruh membaca buku

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2013 2014 Sugiani Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak:

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH ( PROBLEM-BASED INSTRUCTION) DILIHAT DARI GAYA BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL

MODUL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH ( PROBLEM-BASED INSTRUCTION) DILIHAT DARI GAYA BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL MODUL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH ( PROBLEM-BASED INSTRUCTION) DILIHAT DARI GAYA BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL RATRI CANDRA HASTARI 1 1 STKIP PGRI TULUNGAGUNG 1 ratricandrahastari@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN RPP KURIKULUM 2013

PENGEMBANGAN RPP KURIKULUM 2013 PENGEMBANGAN RPP KURIKULUM 2013 MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Pengembangan Program Pembelajaran Fisika yang dibina oleh Bapak Dr. Wartono, M.Pd Oleh Aluk Khofidatul 110321419539 Debora Febbivoyna

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan memahami apa yang terkandung dalam IPA itu sendiri, tetapi pada dasarnya juga bertujuan untuk membantu

Lebih terperinci

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya. 1 BAB I PENDAHAULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, dan Manfaat Penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

Pembelajaran Remedial

Pembelajaran Remedial Pembelajaran Remedial Posted on 13 Agustus 2008 Dalam rangka membantu peserta didik mencapai standar isi dan standar kompetensi lulusan, pelaksanaan atau proses pembelajaran perlu diusahakan agar interaktif,

Lebih terperinci

Candra Hulopi SI Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo

Candra Hulopi SI Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROLE PLAYING PADA MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DIKELAS X PEMASARAN SMK NEGERI I LIMBOTO Candra Hulopi 911 409 022

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KOMPETENSI MENGGAMBAR DESAIN POSTER MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS XI DKV SMK NEGERI PACITAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

MENINGKATKAN KOMPETENSI MENGGAMBAR DESAIN POSTER MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS XI DKV SMK NEGERI PACITAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 MENINGKATKAN KOMPETENSI MENGGAMBAR DESAIN POSTER MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS XI DKV SMK NEGERI PACITAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Paulus Sunarno SMK NEGERI PACITAN Abstrak Penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan Keberhasilan adalah hasil serangkaian keputusan kecil yang memuncak dalam sebuah tujuan besar dalam sebuah tujuan besar atau pencapaian. keberhasilan adalah lebih

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 94 BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan hasil penelitian, implikasi serta saran-saran yang berhubungan dengan penelitian lanjutan, maupun upaya memanfaatkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR TEMATIK PENGUKURAN WAKTU DAN KETRAMPILAN MENULIS KARANGAN DENGAN METODE DISKUSI KELOMPOK DAN MEDIA GAMBAR SERI DI SD

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR TEMATIK PENGUKURAN WAKTU DAN KETRAMPILAN MENULIS KARANGAN DENGAN METODE DISKUSI KELOMPOK DAN MEDIA GAMBAR SERI DI SD Afriyantis, Peningkatan Prestasi Belajar Tematik Pengukuran Waktu dan Menulis Karangan, 18 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR TEMATIK PENGUKURAN WAKTU DAN KETRAMPILAN MENULIS KARANGAN DENGAN METODE DISKUSI KELOMPOK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORITIK BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gabungan dari prestasi belajar dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi. Prestasi dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman i ii KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Ruang Lingkup

DAFTAR ISI. Halaman i ii KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Ruang Lingkup DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Ruang Lingkup II. HAKIKAT PEMBELAJARAN REMEDIAL A. Pembelajaran Menurut SNP B. Pengertian Pembelajaran Remedial C. Prinsip

Lebih terperinci

PENINGKATAN KREATIVITAS BERMAIN MUSIK ANSAMBEL. Erlin Sofiyanti

PENINGKATAN KREATIVITAS BERMAIN MUSIK ANSAMBEL. Erlin Sofiyanti Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah ISSN 0854-2172 SMP Negeri 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan Abstrak Tujuan penelitian ini yaitu (1) Untuk mengetahui peningkatan

Lebih terperinci

BAB VI STANDAR PROSES PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BAHASA ARAB DI MADRASAH IBTIDAIYAH, TSANAWIYAH DAN ALIYAH

BAB VI STANDAR PROSES PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BAHASA ARAB DI MADRASAH IBTIDAIYAH, TSANAWIYAH DAN ALIYAH BAB VI STANDAR PROSES PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BAHASA ARAB DI MADRASAH IBTIDAIYAH, TSANAWIYAH DAN ALIYAH A. Pandangan tentang Pembelajaran Secara prinsip, kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Berdasarkan : Permendikbud no. 22/2016 Tentang Standar Proses endidikan Dasar &

Lebih terperinci

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP RPP Pengertian, Komponen dan Prinsip Penyusunan RPP Pengertian RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu

Lebih terperinci

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAHASISWA MELALUI DIRECT INSTRUCTIONAL PADA MATAKULIAH PENGANTAR AKUNTANSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAHASISWA MELALUI DIRECT INSTRUCTIONAL PADA MATAKULIAH PENGANTAR AKUNTANSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAHASISWA MELALUI DIRECT INSTRUCTIONAL PADA MATAKULIAH PENGANTAR AKUNTANSI Suci Rohayati & Dhiah Fitrayati Universitas Negeri Surabaya senouchi3@gmail.com Abstrak Melalui kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE CERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIALISASI

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE CERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIALISASI BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE CERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIALISASI A. Pelaksanaan Metode Cerita untuk Meningkatkan Kemampuan Sosialisasi di TK Tarbiyatul Athfal 14 1. Persiapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam,

Lebih terperinci

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus A. Prinsip Pengembangan Silabus Prinsip-prinsip pengembangan silabus adalah: 1. Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh. Isniatun Munawaroh,M.Pd*)

PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh. Isniatun Munawaroh,M.Pd*) PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE Oleh Isniatun Munawaroh,M.Pd*) Salah satu implikasi yang paling provokatif dalam teori Multiple Intelligence adalah

Lebih terperinci

EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP. Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP

EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP. Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP Mekanisme Pengembangan RPP 1. Perencanaan Tahap pertama dalam pembelajaran yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian tindakan. Karena ruang lingkupnya adalah pembelajaran di sekolah yang dilaksanakan guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL Kegiatan PPL di SMK PI AMBARRUKMO dilaksanakan terhitung dari 1 Juli sampai dengan 15 September 2014. Uraian tentang pelaksanaan program PPL tersebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menulis merupakan salah satu keterampilan dari empat aspek kebahasaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menulis merupakan salah satu keterampilan dari empat aspek kebahasaan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menulis merupakan salah satu keterampilan dari empat aspek kebahasaan. Keterampilan yang tidak hanya dipahami hanya sekedar proses pengungkapan gagasan atau cara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Implementasi Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MELALUI SUPERVISI AKADEMIK

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MELALUI SUPERVISI AKADEMIK PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MELALUI SUPERVISI AKADEMIK Muhammad Ali Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Pinang Sori Kabupaten Tapanuli Tengah Abstrak Berdasarkan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN BER-TEAM PADA KURIKULUM 2013 DI SMK. Oleh : Sri Karyono

STRATEGI PEMBELAJARAN BER-TEAM PADA KURIKULUM 2013 DI SMK. Oleh : Sri Karyono STRATEGI PEMBELAJARAN BER-TEAM PADA KURIKULUM 2013 DI SMK Oleh : Sri Karyono A. PENDAHULUAN Keberhasilan Implementasi Kurikulum 2013 te rutama di SMK menuntut peran guru yang optimal. Pembelajaran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa negara adalah bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran menurut Asmani (2012:17) merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Sedangkan menurut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Belajar Terdapat tiga kategori utama yang berkaitan dengan teori belajar, diantaranya adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

Lebih terperinci

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK)

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK) BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK) MENGAPA PERLU IDENTIFIKASI BELAJAR ANAK??? Dengan mengenali gaya belajar anak maka : 1. Menciptakan cara belajar yang menyenangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pelaksanaan kegiatan pembelajaran khususnya pada tahapan kegiatan inti merupakan proses yang diselenggarakan untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar siswanya sehingga menghasilkan manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi akhir-akhir

Lebih terperinci

NAMA : INDANA MARDIANI NIM : KELAS : C PERANAN GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP

NAMA : INDANA MARDIANI NIM : KELAS : C PERANAN GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NAMA : INDANA MARDIANI NIM : 08-002-0114 KELAS : C PERANAN GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP I. Pendahuluan Guru merupakan factor penting dalam pendidikan formal, karena itu harus memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kajian Pembelajaran Langsung a. Pengertian Pembelajaran Langsung Menurut Arends (1997) model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET A, PROGRAM PAKET B, DAN PROGRAM PAKET C DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar

I. PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar 1 I. PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar belakang belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan pengembangan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. E-learning Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai pemanfaatan teknologi internet untuk mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat

Lebih terperinci

Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya,

Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya, Kata 'Pedagogik' tidak akan asing di telinga guru, tetapi apakah semua guru memahami apa yang dimaksud dengan Kompetensi Pedagogik walau sebenarnya sudah pernah di lakukannya. Kompetensi Pedagogik pada

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEl PAI. Oleh Dr. Marzuki FIS -UNY

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEl PAI. Oleh Dr. Marzuki FIS -UNY PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEl PAI Oleh Dr. Marzuki FIS -UNY KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pembelajaran di sekolah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu (knowing) ataupun menghafal (memorizing) tetapi dituntut untuk memahami konsep biologi. Untuk kurikulum

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6 ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2015 STKIP PGRI Banjarmasin UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS RENDAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PERMAINAN TEBAK BENDA

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS RENDAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PERMAINAN TEBAK BENDA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai sarana komunikasi. Hal tersebut terjadi karena sebagai makhluk sosial, manusia selalu berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

Desra Putri Devi. Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Desra Putri Devi. Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X IIS 2 SMA N 8 SURAKARTA TAHUN 2014/2015 Desra Putri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi Sumber Daya Manusia sehingga tercipta generasi yang siap

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi Sumber Daya Manusia sehingga tercipta generasi yang siap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan fondasi penting dalam kemajuan suatu negara. Pendidikan dapat dijadikan sebagai suatu dorongan untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita 8 BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Deskripsi Konseptual a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Analisis kesalahan dalam menyelesaikan masalah matematika perlu dilakukan, agar kesalahan-kesalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial, emosional peserta didik juga merupakan penunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. sosial, emosional peserta didik juga merupakan penunjang keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, emosional peserta didik juga merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

Lebih terperinci

STRATEGI PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN. Wildan Nafi i Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Madiun

STRATEGI PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN. Wildan Nafi i Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Madiun Strategi Pemanfaatan Media 29 STRATEGI PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN Wildan Nafi i Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Madiun Email: nafiiwildan@gmail.com Abstrak Media pendidikan itu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang terdidik

I. PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang terdidik 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kumpulan elemen atau komponen saling terkait bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang terdidik dan berkualitas. Untuk

Lebih terperinci

Ghufron dan Risnawita (2010: 38-39) menjelaskan bahwa:

Ghufron dan Risnawita (2010: 38-39) menjelaskan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap individu itu memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Apabila kekurangan itu dapat diterima sebagaimana adanya, sementara kelebihannya diperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulfah Aziizah,2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulfah Aziizah,2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran ada dua komponen aktif yang terlibat, yaitu: guru mengajar dan murid belajar. Guru mengajar adalah dengan membimbing siswa agar mengalami

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING Pedagogy Volume 2 Nomor 1 ISSN 252-382 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING Irfawandi Samad 1 Progam Studi Pendidikan Matematika 1, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA Susilawati Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang Jln. Lontar No. 1 Semarang susilawatiyogi@yahoo.com

Lebih terperinci

Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. Meilantifa

Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. Meilantifa 26 INOVASI, Volume XX, Nomor 1, Januari 2018 Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Meilantifa Email : meilantifa@gmail.com Program Studi Pendidikan Matematika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan proses interaksi antara pengajar dan peserta didik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam proses

Lebih terperinci

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut:

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut: Nama : Hana Meidawati NIM : 702011109 1. Metode Ceramah Penerapan metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan tidak asing lagi dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah mata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah mata pelajaran wajib di Sekolah Dasar (SD). IPS menjadi salah satu pelajaran yang lebih bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada suatu lingkungan belajar. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pada suatu lingkungan belajar. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu Opi Pradita, Mestawaty, As, dan Sarjan N. Husain Mahasiswa

Lebih terperinci