ALTAR SEMBAHYANG UNTUK DEWI KWAN IM PADA RUMAH MASYARAKAT TIONGHOA BUDDHA DI MEDAN: KAJIAN TERHADAP ARTEFAK, KEGIATAN, DAN GAGASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ALTAR SEMBAHYANG UNTUK DEWI KWAN IM PADA RUMAH MASYARAKAT TIONGHOA BUDDHA DI MEDAN: KAJIAN TERHADAP ARTEFAK, KEGIATAN, DAN GAGASAN"

Transkripsi

1 ALTAR SEMBAHYANG UNTUK DEWI KWAN IM PADA RUMAH MASYARAKAT TIONGHOA BUDDHA DI MEDAN: KAJIAN TERHADAP ARTEFAK, KEGIATAN, DAN GAGASAN 棉兰华人崇拜观音像的由来与意义 Mián ( lán huárén chóngbài ānyīn gu xiàng de yóulái yǔ yìyì) SKRIPSI OLEH: KARINA BR SEMBIRING PROGRAM STUDI SASTRA CINA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

2 ABSTRACT The title of this paper is Altar Sembahyang Untuk Dewi Kwan Im Pada Rumah Masyarakat Tionghoa Buddha Di Medan : Kajian Terhadap Artefak, Kegiatan, Dan Gagasan.The purpose of this research is to describe the artifacts, activities and ideas on the worship altar of the goddess Kwan Im at Medan Chinese Buddhist society home.the methods to gathering the data do in field works, and then applied in: interview, observation, recording the activities at worship altar, observe as participant observer, and library research.the author uses the theory of Barthes s semiotic theory to describe ideas of worship altar of the goddess Kwan im atmedan Chinese Buddhist society home, and theory three shape of culture by J.J Hoenigman to describe the artifacts, activities and ideas on the worship altar of the goddess Kwan Im at Medan Chinese Buddhist society home. In the altar Dewi Kwan Im contained artifacts such as statues (sculptures) Buddha as a symbol of Buddhahood and respect the noble values of the Buddha, lamps and oil as symbolic of wisdom and compassion, water as a symbol of pure and clean, incense symbolizes the act purify the mind, music that contains mantra da bei cou, fruits symbolize the fruits of act or success for the efforts that have been implemented, fresh fruit laid out are apples, oranges, pineapple, flowers are used to express a feeling grateful to the Buddha, fresh flowers were laid is chrysanthemums, lilies, orchids, narcissist, and a bamboo stalk.on the altar Dewi Kwan Im also conducted prayers, prayers when move from house to new house, clean the altar and statues using flower waterin ideas, Chinese society who embraced Mahayana Buddhist usually put altar prayer of goddess Kwan Im at home as a means of worship and ask for safety and health. Key words : worship altar, artefacts, activities, ideas i

3 ABSTRAK Judul skripsi ini adalah Altar Sembahyang Untuk Dewi Kwan Im Pada Rumah Masyarakat Tionghoa Buddha Di Medan : Kajian Terhadap Artefak, Kegiatan, Dan Gagasan.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan artefak, kegiatan dan gagasan pada altar sembahyang dewi Kwan Im pada rumah masyarakat Tionghoa Buddha di Medan.Metode pengumpulan data dilakukan melalui studi lapangan berupa: wawancara, observasi, perekaman kegiatan pada altar, dan pengamatan terlibat (participant observer), dan studi kepustakaan. Penulis menggunakan teori semiotik Barthes untuk mendeskripsikan gagasan masyarakat Tionghoa Buddha di Medan pada altar sembahyang Dewi Kwan Im, dan teori tiga (3) wujud budaya J.J Honigmann untuk mendeskripsikan artefak, kegiatan dan gagasan masyarakat Tionghoa Buddha di Medan. Dalam altar Dewi Kwan Im terdapat artefak berupa rupang (patung) Buddha sebagai lambang kebuddhaan dan menghormati nilai-nilai luhur sang Buddha, lampu dan minyaksebagai simbolik kebijaksanaan dan belas kasih, air sebagai simbol suci dan bersih, dupa yang dibakar melambangkan perbuatan menyucikan pikiran, musik yang berisikan mantra da bei cou, buah-buahan melambangkan buah dari perbuatan atau keberhasilan atas segala usaha yang telah dilaksanakan, buah segar yang diletakkan seperti apel, jeruk, nanas, bunga digunakan untuk menyatakan perasaan berterima kasih kepada Buddha, bunga segar yang diletakkan seperti krisan, bunga bakung, anggrek, narsisis, dan tangkai bambu. Pada altar Dewi Kwan Im juga dilakukan kegiatan sembahyang, sembahyang ketika pindah rumah, dan pemandian altar dan rupang menggunakan air bunga.dalam gagasan masyarakat Tionghoa Buddha yang menganut aliran Mahayana biasanya meletakkan altar sembahyang Dewi Kwan im pada rumah sebagai sarana ibadah dan meminta keselamatan dan kesehatan pada Dewi Kwan Im. Kata kunci : altar sembahyang, artefak, kegiatan, gagasan ii

4 KATA PENGANTAR Pertama sekali penulis mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penulisan skripsi ini. Skripsi ini berjudul Altar Sembahyang Untuk Dewi Kwan Im Pada Rumah Masyarakat Tionghoa Buddha Di Medan : Kajian Terhadap Artefak, Kegiatan, Dan Gagasan.Skripsi ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar S-1 pada program studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini penulis menghadapi banyak rintangan dan hambatan, Namun berkat bimbingan dan arahan dari seluruh pihak, kesulitan yang ada dapat diatasi dan skripsi inipun dapat diselesaikan. Oleh karena itu dengan penuh keikhlasan hati penulis mengucapkan terima kasih terutama kepada : 1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya dan pembantu Dekan (PUDEK) I, II, III, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Mhd. Pujiono, M.Hum, Ph.D selaku ketua Program Studi Sastra China Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Niza Ayuningtias, S.S., MTCSOL selaku sekretaris Program Studi Sastra China Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Drs. Muhammad Takari, M.Hum, Ph.D selaku dosen pembimbing I, yang telah dengan sabar membimbing, memeriksa, memberi masukan dan memeriksa lembar demi lembar skrispi ini. iii

5 5. Ibu Niza Ayuningtias, S.S., MTCSOL selaku dosen pembimbing II, yang telah banyak menyediakan waktu untuk membimbing saya dalam menulis skripsi ini ke dalam bahasa mandarin. 6. Bapak/Ibu Dosen Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah bersusah payah memberikan ilmu yang dimiliki kepada penulis selaku mahasiswi Satra Cina (S1) selama masa perkuliahan. 7. Para informan yang telah bersedia memberikan informasi tentang altar sembahyang Dewi Kwan Im. 8. Teristimewa penulis ucapkan untuk kedua orang tua saya, yaitu Mama (Alm. Srita BR. Tarigan) dan bapak (Drs. Sinar Sembiring) yang telah memberikan banyak dukungan kepada saya, baik dukungan moral, kasih sayang, doa dan bentuk materiil. 9. Kepada abang saya Santana Sembiring, kakak saya Everiyani Sembiring, terimakasih telah banyak memberikan dukungan dan semangat kepada saya. 10. Kepada mama Kumalo Tarigan terima kasih selalu membantu saya dan memberikan banyak masukan dalam menyelesaikan skrispi ini. 11. Kepada sahabat-sahabat saya Lidya Gidon, Iin Chintiya, Kristina 赖蒂娜, Francisca Fortunata, Iwan Leonardo, Hermini, Merry Natal, Masita Lubis, Kevin, Dien, Amry, Tri, Eva silalahi, Lilis, Angia Jelita, Ervy Cinthia, terima kasih telah selalu memberikan saran dan semangat kepada saya. iv

6 12. Teman-teman Mahasiswa Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Stambuk 2013, yang menjadi rekan dan sahabatku selama menempuh pendidikan di Sastra Cina. 13. Adik-adik Sastra Cina angkatan 2014 yang selalu menanyakan kabar skripsi ini, selalu memberikan semangat kepada saya, agar tetap semangat belajar dan bisa cepat menyelesaikan studi Sastra Cina ini., terima kasih untuk semuanya. Akhirnya kepada Tuhan Yang Maha Esa jugalah penulis mengucapkan puji dan syukur, semoga kita semua yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini senantiasa mendapat berkat-nya. Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi nusa dan bangsa dan juga bermanfaat bagi pembaca, terutama bagi penulis sendiri di masa sekarang dan yang akan datang. Medan, April 2017 Penulis Karina BR. Sembiring v

7 DAFTAR ISI ABSTRACT...i KATA PENGANTAR..iii DAFTAR ISI...vi DAFTAR GAMBAR...vii DAFTAR TABEL..viii BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batasan Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Manfaat Praktis.7 BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Konsep Kebudayaan Artefak Kegiatan Gagasan Altar Sembahyang Dewi Kwan Im Masyarakat Tionghoa Agama Buddha Landasan Teori Teori Semiotik Teori Tiga Wujud Kebudayaan BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Lokasi Penelitian Data dan Sumber Data Teknik pengumpulan data Studi Kepustakaan Observasi Wawancara Teknik Analisis Data vi

8 BAB IV. GAMBARAN UMUM SISTEM RELEGI MASYARAKAT TIONGHOAMEDAN 4.1 Macam-macam Sistem Relegi Masyarakat Tionghoa Konghucu Taoisme Buddha Altar Sembahyang Persyaratan Dasar Penempatan Altar Buddha Mengundang Kehadiran Guan Shi Yin Pu Sa Penempatan Altar Sembahyang Ketika Pindah Rumah Gambaran Umum Kota Medan dan Masyarakatnya.43 BAB V. ARTEFAK, KEGIATAN DAN GAGASAN 5.1 Artefak Rupang (patung) Lampu Minyak Air Dupa Musik Buah-buahan Bunga Segar Kegiatan Sembahyang Sembahyang Saat Menjalankan Tugas di Luar Kota Pemandian Altar dan Rupang (Patung) Gagasan Aliran Mahayana Pokok-pokok Ajaran Mahayana Konsepsi Ketuhanan Dalam Mahayana.77 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpualan Saran..81 DAFTARPUSTAKA LAMPIRAN... vii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar.1 Altar Sembahyang Dewi Kwan Im...15 Gambar. 2 Altar Sembahyang Dewi Kwan Im..15 Gambar. 3 Altar Sembahyang Dewi Kwan Im..16 Gambar Rupang Dewi Kwan Im.49 Gambar Rupang Dewi Kwan Im..49 Gambar Altar Sembahyang Dewi Kwan Im 51 Gambar Lampu 51 Gambar Minyak...53 Gambar Air...54 Gambar Dupa...56 Gambar Altar Sembahyang Dewi Kwan Im 62 Gambar Buah-buahan..62 Gambar Buah-buahan dan Makanan...63 Gambar Bunga Segar..64 Gambar Sembahyang..70 Gambar Pembersihan Altar dan Rupang.72 Gambar Pembersihan Altar dan Rupang.73 Gambar Pembersihan Altar dan Rupang.74 viii

10 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Perbandingan Suku Bangsa di Kota Medan..44 Tabel Agama Buddha Mahayana..79 ix

11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Tionghoa adalah masyarakat yang awalnya berada di dalam wilayah budaya Cina dan migrasi ke Indonesia. Mereka secara khas disebut dengan masyarakat Tionghoa. Para imigran Tionghoa yang tersebar di wilayah Indonesia, khususnya Sumatera Utara mulai abad ke 16 sampai kira kira pertengahan abad ke 19, sebagian besar berasal dari suku bangsa Hokkien. Mereka berasal dari Provinsi Fukien bagian selatan. Daerah itu merupakan daerah yang sangat penting dalam pertumbuhan perdagangan masyarakat China. Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar di luar Pulau Jawa dan kota metropolitan terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Di kota Medan kedatangan masyarakat Tionghoa pada awalnya adalah sebagai kuli kontrak perkebunan Belanda. Lambat laun mereka mulai menggeluti bidang perdagangan di Kota Medan. Masyarakat Tionghoa di Medan hidup berdampingan dengan sukusuku lain,termasuk suku asli maupun suku pendatang. Seiring dengan merantaunya orang China ke Indonesia maka masuk pula kebudayaan mereka, seperti bahasa, religi, kesenian, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup, teknologi, dan sistem mata pencaharian hidup(rahma Safitri, 2013). 1

12 Sistem religi berasal dari kesadaran suatu suku bangsa akan adanya suatu kekuatan diluar manusia yang memiliki kekuatan tak terhingga bila dibandingkan dengan kekuatan manusia, juga untuk mencari jawaban atas berbagai peristiwa di lingkungan kehidupannya.dari segi religi, masyarakat kuno China menganut tiga agama dari negara asal mereka yang disebut San Jiau/Sam Kauw, di Indonesia ajaran ini dikenal dengan Tridharma. Tiga agamayang banyak dianut masyarakat Cina yaitu Khong Hu Chu, Tao, dan Buddha. Religi tradisional dalam masyarakat Cina merupakan salah satu aspek kebudayaan yang tetap mereka pelihara. Sistem religi tradisonal yang dianut oleh orang-orang Tionghoa amat dipengaruhi oleh sistem kepercayaan yang dianut oleh bangsa Cina sebagai negeri leluhur mereka. Sistem religi tradisonal masyarakat Cina/Tionghoa diwarisi oleh tradisi kuat pada empat sumber, yaitu penyembahan alam dan roh-roh halus/nenek moyang (spiritisme, animisme, danpantheisme), dan agama-agama Taoisme, Confucianisme, dan Buddhisme. Masyarakat Tionghoa tidak hanya melakukan sembahyang pada klenteng ataupun pada vihara, tetapi juga pada altar yang terdapat di rumah. Altar adalah bangunan apapun di mana (hewan) kurban atau persembahan lainnya dipersembahkan untuk tujuan religius, atau tempat sakral di mana upacara keagamaan berlangsung. Altar biasanya ditemukan di dalam tempat pemujaan, biara, dan tempat-tempat suci lainnya. Altar ada di berbagai kebudayaan, terutama di dalam agama Katolik Roma, Agama Kristen, Agama Buddha, Hindu, Shinto, Tao, dan Neopaganisme. 2

13 Sembahyang adalah suatu bentuk kegiatan keagamaan yang menghendaki terjalinnya hubungan dengan Tuhan, dewa, roh atau kekuatan gaib yang dipuja, dengan melakukan kegiatan yang disengaja. Altar dibutuhkan untuk sarana tempat ibadah, sembahyang pribadi, keluarga, maupun untuk tempat belajar Dharma. Untuk itu setiap umat Buddha Mahayana sudah seyogyanya memiliki altar sembahyang Dewi Kwan Im di rumah. Dalam penempatan altar sembahyang pada masyarakat Tionghoa ini pun menggunakan aturan-aturan. Pada masyarakat Tionghoa tata cara menentukan arah altar sembahyang pun ada aturanya, seperti: berdasarkan shio, berdasarkan unsur yang baik melalui metode bazi (seni ramalan Tiongkok), menggunakan kaidah-kaidah fengshui, dan kaidah-kaidah tertentu, seperti:terdapat kepercayaan bahwa Dewa Guan Gong (Guandi), altarnya tidak boleh menghadap timur, karena Guandi gugur di negeri Wu (Hokkian: Gouw) yang letaknya di sebelah timur. Altar boleh diletakan di mana saja, tapi lebih baik menghadap ke luar dan pantang menghadap toilet maupun dapur. Ukuran tinggi dan lebar altar yang paling baik adalah 68 cm, 88 cm, 108 cm, 128 cm, 133 cm, 153 cm, atau 176 cm dan harus disesuaikan dengan tinggi rendah pemilik altar serta keperluan dan kondisi ruangan ( Tradisi-tradisi Cina masih dipelihara dan dilaksanakan oleh kalangan orang Cina di Indonesia seperti pada agama Konghucu melaksanakan tradisi barongsai dan masih banyak tradisi atau kebudayaan Cina yang masih melekat didalam agama Buddha misalnya pada upacara, ritual yang dilakukan agama Buddha masih ada unsur tradisi Cina. 3

14 Masyarakat Tionghoa juga mempunyai tradisi membersihkan altar. Tradisi membersihkan altar dapat dilakukan setiap saat, tapi tradisi membersihkan rupang (patung) biasanya dilakukan setiap tahun sekali ketika menjelang Imlek yaitu setelah tanggal 24 (sampai akhir bulan) bulan 12 imlek. Karena hal ini dipercaya bahwa pada saat tersebut, Dewa-dewi naik ke langit dan meninggalkan rupang (patung) dan altarnya pada Cap Jie Gwee 24 atau sehari sebelumnya untuk melaporkan apa yang telah dicatatnya selama setahun. Pada hakekatnya ketika orang bersembahyang, tentunya perlu tempat sembahyang yang bersih dan mulia. Selain di klenteng, kegiatan pembersihan ini juga dilakukan oleh masyarakat Tionghoa terhadap altar sembahyang untuk dewa dan arwah leluhur di rumah masing-masing.pembersihan altar di rumah pribadi merupakan simbol tanda bakti etnis Tionghoa kepada leluhurnya juga pada dewa-dewi, yang dimaksudkan untuk menyiapkan tempat yang bersih untuk para dewa-dewi ketika mereka kembali turun pada hari keempat setelah Imlek dan untuk membersihkan diri supaya bila Imlek tiba semuanya dalam keadaan bersih. Masyarakat Tionghoa juga menempatkan berbagai ornamen pada altar sembahyang mereka. Biasanya mereka menempatkan rupang (patung) Buddha yang mereka sembah, bunga, lampu, buah-buahan dan lain sebagainya. Setiap ornamen-ornamen itu memiliki fungsi dan makna. Biasanya fungsi dari ornamen itu sebagai estetika (keindahan), religius, dan identitas budaya. Sedangkan makna dari ornamen itu biasanya sebagai simbolis, lambang rezeki, keberhasilan, lambang supranatural, dan lain sebagainya. 4

15 Masyarakat Tionghoa di Medan yang mempercayai ajaran Buddha salah satunya aliran Mahayana (pencapaian tertingginya menjadi Bodhisatva) biasanya mempunyai altar sembahyang di setiap rumahnya, salah satunya ialah altar sembahyang dewi Kwan Im. Dewi Kwan Im Po Sat lebih dikenal oleh kalangan orang Cina, namun karena Agama Tridharma pernahberkembang di dataran Cina dan dewi Kwan Im Po Sat adalah seorang putri raja Miao Chuang yang ketiga dimana raja Miao mempunyai dua putri lagi sebelum dewi Kwan Im Po Satyang dulu lebih dikenal dengan sebutan putri Miao San, karena tidak ada yang mewarisi tahta raja Miao, pada saat itu Miao San mau dinikahkan oleh raja Miao tetapi Miao San menolaknya dan Miao San lebih memilih ingin mencarikesempurnaan hidup dengan bertapa di puncak Siangsan. Miao San atau dewi Kwan Im Po Satberharap kelak menjadi dewa agar dapat menolong umat manusia yang menderita dan membalas budi kebaikan ayah ibunya yang telah melahirkannya di dunia ini. Atas kegigihanya menuntut ilmu dewa selama sembilan tahun, kini sudah mencapai kesempurnaaan, kebaktian terhadap orang tua dengan mengorbankan kedua tangan dan mata. Akhirnya Miao San dianugrahi gelar Po Sat yang berarti murah hati dan welas asih atau yang lebih dikenal oleh umat Tridharma DewiKwan ImPo Satyang welas asih, karena pengabdian yang begitu besar kepada rakyat dan dewikwan Im Po Sat merupakan titisan dewa Che Hang Tha Tse, maka sebagai wujud penghormatan kepada dewi Kwan Im Po Sat, banyak masyarakat Tionghoa yang mendirikan vihara, klenteng maupun membuat altar sembahyang dirumah, dimana dewi Kwan Im Po Sat menjadi tuan rumah. 5

16 Berdasarkan uraian di atas, penulis membahas mengenai Artefak, Aktivitas, dan Gagasan Altar Sembahyang Dewi Kwan Im pada Rumah Masyarakat Tionghoa Buddha Di Medan. Alasan penulis menjadikan Kota Medan sebagai objek penelitian, karena Kota Medan merupakan daerah tempat tinggal penulis. Selain itu, penulis mengetahui karakteristik masyarakat Tionghoa di Kota Medan sehingga akan mempermudah dalam melakukan sebuahpenelitian. 1.2 Batasan Masalah Menghindari batasan masalah yang terlalu luas dan dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian hanya pada Altar Sembahyang Untuk Dewi Kwan Im pada Rumah Masyarakat Tionghoa Buddha di Medan: Kajian Terhadap Artefak, Kegiatan, dan Gagasan. 1.3 Rumusan Masalah Berkaitan dengan latar belakang di atas permasalahan yang akan di angkat dalam skripsi ini adalah: 1. Apa saja artefak yang terdapat pada altar sembahyangdewi Kwan Im dalam budaya masyarakat Tionghoa Buddha di Medan? 2. Apa kegiatan yang dilakukan pada altar sembahyang Dewi Kwan Imoleh masyarakat Tionghoa Buddha di Medan? 3. Apa gagasan masyarakat Tionghoa Buddha di Medan mengenai altar sembahyangdewi Kwan Im? 6

17 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikanartefak yang terdapat pada altar sembahyang Dewi Kwan Im. 2. Untuk mendeskripsikan kegiatan yang dilakukan pada altar sembahyang Dewi Kwan Im. 3. Untuk mendeskripsikan gagasan masyarakat Tionghoa Buddha di Medan pada altar sembahyang Dewi Kwan Im. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat prkatis. Kedua manfaat ini berlandas kepada dua hal dasar yaitu manfaat keilmuan dan manfaat sosial budaya. Kedua manfaat ini diuraikan lebih jauh lagi seperti berikut ini Manfaat Teoretis Manfaat teoretis dari penelitian skripsi ini yaitu diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan tentang artefak, aktivitas, dan gagasan pada altar sembahyang Dewi Kwan Im serta diharapkan juga dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti lainnya yang akan meneliti mengenai altar sembahyang Dewi Kwan Im. Manfaat teoritis ini dapat menambah khasanah keilmuan khususnya bahasa, sastra, dan budaya Cina di Indonesia, khususnya di Kota Medan. Kemungkinan lebih jauh penelitian ini dapat memperkaya keilmuan disiplin terkait seperti antropologi, arsitektur, sejarah, seni, dan lain-lain. 7

18 1.5.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini yaitu diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Tionghoa untuk lebih memahami bagaimana gagasan, kegiatan yang dilakukan, serta mengetahui apa saja artefak (benda) yang diletakkan pada altar, agar nantinya generasi yang lebih muda mengetahui dan mempertahankan kebudayaannya. 8

19 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka adalah ringkasan tertulis mengenai artikel dari jurnal, buku,dan dokumen lain yang mendeskripsikan teori serta informasi baik masa lalu maupun saat ini, mengorganisasikan pustaka ke dalam topik dan dokumen yang dibutuhkan untuk proposal penelitian. Kajian pustaka merupakan hasil dari meninjau, pandangan, pendapat sesudah mempelajari (KBBI, 1990:951). Rahma Safitri Dalam skripsi: Fungsi dan Makna Ornamen Pada Tiga Bangunan Vihara di Kota Binjai. Skripsi ini menguraikan tentang bagaimana fungsi dari tiga bangunan yang ada pada vihara di Binjai dan menganalisis setiap ornamen atau simbol-simbol yang ada pada tiga bangunan vihara tersebut. Skripsi ini membantu penulis mengetahui tentang masyarakat Tionghoa dan penggunaan teori semiotik. Fitria Anggina Siregar Dalam skripsi yang berjudul: Wisata Vihara Avalokitesvara (Studi Etnografi Mengenai Wisata Religi di Kota Pematang siantar), menguraikan tentang sejarah berdirinya objek wisata Vihara Avalokitesvara, alasan atau motivasi mengunjungi Vihara Avalokitesvara, aktivitas yang dilakukan, serta pandangan terhadap 9

20 penambahan fungsi Vihara Avalokitesvara. Skripsi ini membantu penulis untuk mengetahui apa saja aktivitas yang dilakukan pada Vihara Avalokitesvara. Achmad Muzaki Dalam skripsi: Konsep Trikaya Dalam Agama Buddha Mahayana. Skripsi ini menguraikan tentang wujud ketuhanan dalam Buddha Mahayana dalam konsep Trika serta apa makna konsep Trikaya sebagai pedoman untuk memahami Tuhan dalam agama Buddha. Skripsi ini membantu penulis untuk mengetahui konsep Trikaya dalam agama Buddha Mahayana. Elmida Sriwijayanti Dalam skripsi: Upacara Dewi Kwan Im Po Sat (Studi Pelaksanaan Upacara dan Motivasi Umat Tridharma di Klenteng Tien Kok Sie Pasar Kota Gede Solo). Skripsi ini menguraikan tentang bagaimana pelaksanaan upacara dewi Kwan Im Po Sat dan motivasi umat Tridharma dalam melaksanakan upacara dewi Kwan Im Po Sat. Skripsi ini membantu penulis untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan untuk Dewi Kwan Im. 2.2 Konsep Konsep merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu objek. Melalui konsep, diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikiran dengan menggunakan satu istilah. Bila seseorang dapat menghadapi benda atau peristiwa sebagai suatu kelompok, golongan, kelas atau kategori, maka seseorang telah belajar konsep. Hamidi (2010). 10

21 Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:588) menjelaskan, Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata. Konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan secara mendasar dan penyamaan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan penelitian Kebudayaan Ada beberapa pengertian budaya menurut beberapa ahli salah satu diantaranya adalah tokoh terkenal Indonesia yaitu Koentjaraningrat. Menurut Koentjaraningrat (2000: 181) kebudayaan dengan kata dasar budaya berasal dari bahasa sansakerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Jadi Koentjaraningrat mendefinisikan budayasebagai daya budi yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu. Koentjaraningrat menerangkan bahwa pada dasarnya banyak yang membedakan antara budaya dan kebudayaan, dimana budaya merupakan perkembangan majemuk budi daya, yang berarti daya dari budi. Pada kajian antropologi, budaya dianggap merupakan singkatan dari kebudayaan yang tidak ada perbedaan dari definsi. Jadi kebudayaan atau disingkat budaya, menurut Koentjaraningrat(1999) merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Koentjaraningrat membedakan adanya tiga wujud dari kebudayaan yaitu sebagai berikut. 11

22 Artefak Artefak (benda). Aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya. Aktivitas karya manusia tersebut menghasilkan benda untuk berbagai keperluan hidupnya. Kebudayaan dalam bentuk fisik yang kongkret biasa juga disebut kebudayaan fisik, mulai dari benda yang diam sampai pada benda yang bergerak. Seperti halnya Pada meja altar meja Kwan Im umumnya ditempatkan rupang (patung), bunga, air suci, dupa, lampu, lilin, musik, gelas-gelas kecil berwarna merah, tumbuhan. Lalu pada bagian bawah altar sembahyang meja Dewi Kwan im biasanya ditempatkan rupang Dewa Tanah, berserta ornamen kodok, buah-buahan, gelas-gelas kecil berwarna merah, dupa, ornamen Dewa Tanah Kegiatan Kompleks kegiatan: berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi, bersifat kongkret, dapat diamati atau diobservasi. Wujud ini sering disebut sistem sosial. Sistem sosial ini tidak dapat melepaskan diri dari sistem budaya. Apa pun bentuknya, pola-pola aktivitas tersebut ditentukan atau ditata oleh gagasan-gagasan, dan pikiran-pikiran yang ada di dalam kepala manusia. Karena saling berinteraksi antara manusia, maka pola aktivitas dapat pula menimbulkan gagasam, konsep, dan pikiran baru serta tidak mustahil dapat 12

23 diterima dan mendapat tempat dalam sistem budaya dari manusia yang berinteraksi tersebut. Seperti aktivitas sembahyang dan pembersihan rupang (patung) Buddha yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa Gagasan Kompleks gagasan, konsep, pikiran manusia: wujud ini disebut sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, dan bersifat pada kepala-kepala manusia yang menganutnya. Gagasan dan pikiran tersebut tidak merupakan kepingan-kepingan yang terlepas, melainkan saling berkaitan berdasarkan asasasas yang erat hubungannya, sehingga menjadi sistem gagasan dan pikiran yang relative mantap dan kontinyu. Seperti pada masyarakat Tionghoa yang percaya pada rupang (patung) Buddha terdapat roh di dalamnya dan menghormat kepada archa Buddha sebagai usaha untuk mencapai kesejahteraan, kemakmuran dan kebahagiaan hidup yang dicapai dengan hidup secara harmonis dengan alam dan merenungkan semua kebajikan yang telah dilakukan Sang Buddha selama hidupnya. Umat kemudian bertekad untuk meniru beberapa kualitas kebajikan itu. Umat dapat bertekad untuk meniru dalam perilaku sehari-harinya sifat kesabaran, welas asih ataupun semangat yang telah Sang Buddha tunjukkan selama hidupnya Altar Altar adalah bangunan apapun di mana (hewan) kurban atau persembahan lainnya dipersembahkan untuk tujuan religius, atau tempat sakral 13

24 di mana upacara keagamaan berlangsung. Altar biasanya ditemukan di dalam tempat pemujaan, biara, dan tempat-tempat suci lainnya. Altar ada di berbagai kebudayaan, terutama di dalam agama Katolik Roma, agama Kristen, agama Buddha, Hindu, Shinto, Tao dan Neopaganisme. Bangunan ini juga ditemukan di agama-agama kuno lainnya. Altar dibutuhkan untuk sarana tempat ibadah sembahyang pribadi, keluarga, maupun tempat belajar Dhamma. Untuk itu setiap umat Buddha Mahayana sudah seyogyanya memiliki altar di rumah. Altar boleh diletakkan dimana saja, tapi lebih baik menghadapke luar dan pantang menghadap toilet maupun dapur. Ukuran tinggi dan lebar altar yang paling baik adalah 68 cm, 88 cm, 108 cm, 128 cm, 133 cm, 153 cm, atau 176 cm dan harus disesuaikan dengan tinggi rendah pemilik altar serta keperluan dan kondisi ruangan. Di rumah-rumah pribadi, umumnya ada dua jenis utama dari altar. Satu dapat dianggap sebagai altar "wali". Pintu utama dan patung-patung di atasnya melindungi pintu masuk ke rumah. Mereka menyambut pengunjung serta menjadi malaikat penjaga pribadi, dan energi positif mereka melawan setiap energi berbahaya halus yang mungkin masuk, seperti pikiran negatif atau niat tidak ramah. Jenis lain dari altar adalah altar "keluarga", yang biasanya ditempatkan di ruang yang lebih tertutup. Idealnya, adalah di ruang yang terpisah di mana orang dapat menghabiskan waktu dalam meditasi atau doa. 14

25 Gambar 1. Altar Sembahyang Dewi Kwan Im Sumber: Jln. Selam 8 No.80, Medan Gambar 2. Altar Sembahyang Dewi Kwan Im Sumber: Jln. Terong No. 48C, Medan 15

26 Gambar 3. Altar Sembahyang Dewi Kwan Im Sumber: Jln. Belitung No.36, Medan Sembahyang Istilah sembahyang berasal dari kata sembah dan hyang artinya menyembah atau memuja hyang. Meskipun kini digunakan sebagai ibadah beberapa agama di Indonesia, istilah ini memiliki akar pada pemujaan arwah leluhur dan roh-roh penjaga alam yang disebut hyang yang kemudian dikaitkan dengan dewa-dewa dalam kepercayaan Hindu. Sembahyang adalah suatu bentuk kegiatan keagamaan yang menghendaki terjalinnya hubungan dengan Tuhan,dewa, roh atau kekuatan gaib yang dipuja, dengan melakukan kegiatan yang disengaja. Sembahyang dapat dilakukan secara bersama-sama atau perseorangan. Dalam beberapa tradisi agama, sembahyang dapat melibatkan nyanyian berupa himne, tarian, pembacaan naskah agama dengan dinyanyikan atau disenandungkan, 16

27 pernyataan formal kredo(kepercayaan), atau ucapan spontan dari orang yang berdoa. Bersembahyang diartikan sebagai bentuk komunikasi antara manusia dengan para leluhur, shen ming (roh suci) dan Tian (Tuhan Yang Maha Esa).Arti sembahyang tersebut didalam mahayana adalah sebagai berikut: 1. Mendekatkan diri pada yang Esa/Suci/Buddha dan Bodhisattva, 2. Membina jiwa menuju jalan ke surga, 3.Mengembangkan daya kemampuan diri/ belajar menjadi kuat, 4.Memahami ajaran agama kita, 5.Laksanakan dalam bentuk perbuatan nyata/ kehidupan sehari-hari Dewi Kwan Im Sanskrit, padma-pani, atau lahir dari bunga teratai. Namanya menandakan dia yang selalu mengamati atau memperhatikan suara, yaitu dia yang mendengar doa-doa. Dewi China yang rahmat, kadang-kadang direpresentasikan dalam pakaian putih dengan anak dalam pelukannya, dan disembah oleh orang-orang yang menginginkan keturunan, sesuai dengan Avalokites vara Buddhisme. Kwan Im pertama diperkenalkan ke Cina pada abad pertama sebelum Masehi, bersamaan dengan masuknya agama Buddha. Pada abad ke-7, Kwan Im mulai dikenal di Korea dan Jepang karena pengaruh Dinasti Tang. Pada masa yang sama, Tibet juga mulai mengenal Kwan Im dan menyebutnya dengan nama Chenrezig. Dalai Lama sering dianggap sebagai reinkarnasi dari Kwan Im di dunia. 17

28 Jauh sebelum masuknya agama Buddha, menjelang akhir Dinasti Han, Kwan Im Pho Sat telah dikenal di Tiongkok purba dengan sebutan Pek Ie Tai Su yaitu Dewi Welas Asih Berbaju Putih. Kwan Im sendiri adalah dialek Hokkian yang dipergunakan mayoritas komunitas Cina di Indonesia. Nama lengkap dari Kwan Im adalah Kwan She Im Phosat atau Guan Shi Yin Pu Sa yang merupakan terjemahan dari nama aslinya dalam bahasa Sanskrit,Avalokitesvara. Tokoh Kwan Im merupakan tokoh Mahayana dan dipercayai telah menitis beberapa kali dalam alam manusia untuk memimpin umat manusia ke jalan kebenaran. Dia diberikan sifat-sifat keibuan seperti penyayang dan lemah lembut.kwan Im adalah Dewi kesuburan yang memberi dampak terbesar di dunia manusia, dan banyak kuil dibangun untuk menghormatinya. Kwan Im biasanya digambarkan sebagai dewi yang cantik, beribawa, dan pengasih Masyarakat Tionghoa Koenjaraningrat(2002:146) Mengatakan bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontiniu yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Masyarakat Tionghoa merupakan salah satu kelompok masyarakat yang ada di Indonesia. Tionghoa adalah sebutan untuk orang-orang dari suku-suku atau ras Tiongkok. Masyarakat Tionghoa sudah ada di Sumatera Utara sejak tahun 1860-an, tetapibelum ramai. Namun, semakin ramai ketika banyak 18

29 buruh-buruh darichina di datangkan sebagai buruhkuli kontrak sejak abad ke19.sejak itu lah Medan ramai ditempati Masyarakat Tionghoa. Masyarakat Tionghoa yang berada di Indonesia terdiri dari beberapa sukubangsa yang berasal dari dua propinsi yaitu provinsi Fukien bagian selatan dan provinsi Guandong. Setiap imigran ke Indonesia membawa kebudayaan sukubangsanya sendiri-sendiri bersama dengan perbedaan kesukuan mereka. Di Medan ada terdapat beberapa suku Tionghoa ialah Hokkien, Teo- Chiu, Hakka, Kwong Fu, dan Ai Lo Hong, yang memiliki perbedaan bahasa yang besar. Masyarakat Tionghoa di kota Medan terdiri dari berbagai kelompok suku bangsa dan satu hal yang dapat membedakan kesukuan mereka adalah bahasa pergaulan yang mereka gunakan.awal kedatangan masyarakat Tionghoa ke Sumatera Utara adalah menjadi kuli kontrak, dan buruh kebun bagi orang belanda melalui penyalur yang berasal dari Cina dan disalurkan ke Indonesia, khususnya Kota Medan. Hingga akhir bangsa Belanda mengakui kekalahannya dan meninggalkan Indonesia Kedatangan Masyarakat Tionghoa ke Indonesia juga dipengaruhi oleh berbagai kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi yaitu perdagangan. Sebagaimana yang di ketahui, masyarakat Tionghoa merupakan masyarakat yang cukup pintar dalam berdagang. Hal ini sudah turun temurun diwariskan oleh nenek moyang orang Tionghoa itu sendiri. Kemudian masyarakat Tionghoa itu menyebar dan persebarannya meliputi pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Masyarakat Tionghoa di Indonesia adalah masyarakat patrilineal yang terdiri atas marga atau suku yang tidak 19

30 terkait secara geometris dan teritorial yang selanjutnya telah menjadi satu dengan suku-suku lainnya di Indonesia. Masyarakat Tionghoa merupakan masyarakat yang cukup terkenal dengan kebudayaan yang beragam. Seperti seni tulis atau kaligrafi, seni menggunting kertas, pengobatan, seni bela diri,seni opera atau teater, seni musik tradisional, hingga tradisi pemujaan leluhur maupun dewa-dewi yang sampai saat ini masih dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Tionghoa Agama Buddha Agama Buddha pada awal berdirinya dimulai dari pembawanya, yaitu Siddharta Gautama. Bahwa beliau telah memperoleh kesadaran sebagai seorang Buddha. Beliau dilahirkan dari seorang keturunan kerajaan Kapilavastu. Ayahnya bernama Sudhodana dan Ibunya Dewi Mahamaya. Agama Buddha kini menjadi sebutan sebuah agama besar yang berkembang di dunia dan besar pengaruhnya. Agama Buddha merupakan agama Ardhi (dunia), yang berkembang pesat pada saat pemerintahan raja Asoka di India kala itu. Sebenarnya tidak diketahui secara pasti kapan agama Buddha masuk ke Tiongkok dari India, namun pada abad pertama, yaitu bagian pertama dari dinasti Han akhir (25-220), bisa dipastikan bahwa agama Buddha sudah hadir dan penyebarannya di Tiongkok dimulai pada abad keempat. Masuknya agama Buddha di Indonesia terjadi sekitar awal abad pertama atau saat dimulainya perdagangan melalui jalur laut. Kerajaan Srivijaya (Sriwijaya) merupakan asal mula peranan kehidupan Agama Buddha 20

31 di Indonesia, dimulai pada zaman Srivijaya di Suvarnadvipa (Sumatera) pada abad ke-7. Hal ini terlihat pada catatan seorang sarjana dari China bernama I- Tsing yang melakukan perjalanan ke India dan Nusantara serta mencatat perkembangan agama Buddha di sana. Biarawan Buddha lainnya yang mengunjungi Indonesia adalah Atisa, Dharmapala, seorang Profesor dari Nalanda, dan Vajrabodhi, seorang penganut agama Buddha yang berasal dari India Selatan (id.wikipedia.org/wiki/agama_buddha). Secara umum, ajaran Buddha terbagi dalam tiga aliran, yakni Theravada/Hinayana (pencapaian tertinggiarahat), Mahayana (pencapaian tertingginya menjadi Bodhisatva), dan Tantrayana/vajrayana (pencapaian tertingginya menjadi Buddha). Dikalangan penganut agama klasik Tiongkok (shen-isme), Buddha Amitabha dan Guan Yin adalah dewa-dewa (dari agama Buddha mazhab Jinglu) yang sangat terkenal dan dipuja. Guan Yin merupakan salah satu dewi pada aliran Mahyana. Guan Yin adalah pembantu utama Buddha Amitabha dan perwujudan Boddhisatva Avalokiteshvara, yang sekarang lebih dikenal dalam bentuk perempuan dan bukan pria seperti asal Boddhisatva(Radis Bastian. 2014). 2.3 Landasan Teori Teori adalah landasan dasar keilmuan untuk mengkaji maupun menganalisis berbagai fenomena dan juga sebagai rujukan utama dalam memecahkan masalah penelitian di dalam ilmu pengetahuan. Sejalan dengan hal tersebut maka di dalam sebuah penelitian membutuhkan landasan teori yang mendasarinya, karena landasan teori merupakan kerangka dasar sebuah 21

32 penelitian. Landasan teori yang berhubungan dengan permasalahan penelitian yang penulis gunakan adalah teori semeotik dan teori 3 wujud budaya Teori Semiotik Semiotik berasal dari bahasa Yunani yaitu semeion yang berarti tanda. Kajian keilmuan yang meneliti mengenai simbol atau tanda dan konstruksi makna yang terkandung dalam tanda tersebut dinamakan dengan Semiotik. Little John(2009:53) mengatakan bahwa semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan dan kondisi di luar tanda-tanda itu sendiri. Semiotik bertujuan untuk mengetahui makna-makna yang terkandung dalam sebuah tanda atau menafsirkan makna tersebut sehingga diketahui bagaimana komunikator mengkonstruksi pesan. Konsep pemaknaan ini tidak terlepas dari perspektif atau nilai-nilai ideologis tertentu serta konsep kultural yang menjadi ranah pemikiran masyarakat di mana simbol tersebut diciptakan. Kode kultural yang menjadi salah satu faktor konstruksi makna dalam sebuah simbol menjadi aspek yang penting untuk mengetahui konstruksi pesan dalam tanda tersebut. Konstruksi makna yang terbentuk inilah yang kemudian menjadi dasar terbentuknya ideologi dalam sebuah tanda. Sebagai salah satu kajian pemikiran dalam cultural studies, semiotik tentunya melihat bagaimana budaya menjadi landasan pemikiran dari pembentukan makna dalam suatu tanda. Kriyantono (2007:261) mengatakan bahwa semiotik mempelajari sistem-sistem, aturanaturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. 22

33 Mengenai sebuah kajian ilmu atau sebuah teori, maka tidak bisa terlepas dari tokoh-tokoh yang mencetuskan kajian tersebut. Salah satunya ialah Roland Barthes,Roland Barthes ( ) mengemukakan, dalam teorinya tersebut Barthes mengembangkan semiotika menjadi dua tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti (Yusita Kusumarini, 2006). Penulis menggunakan teori semiotik yang dikemukakan oleh Roland Barthes untuk menganalisis artefak pada altar sembahyang Dewi Kwan Im. Dalam hal ini pemaknaan artefak dikaji melalui dua aspek iyama yang makna denotatif dan makna konotatif Teori Tiga Wujud Budaya Tindakan dan aktivitas manusia terangkai dalam suatu perbuatan yang berpola. Sebagai suatu sistem ide dan konsep dari serangkaian kerangka tindakan dan aktivitas manusia apabila dirumuskan akan tampak sebagai berikut. (Talcot Parsons dan A.L Krober: 1958), demikian juga dikemukakan oleh J.J Honigmann (1959). 1. Ideas Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, dan peraturan. Sifat ini sesuai dengan wujud dasarnya masih 23

34 merupakan sesuatu yang abstrak dan tidak dapat digambarkan secara nyata. Sebagaian masih berupa kerangka pemikiran dalam otaknya. Sebagianlain dari padanya berupa kerangka perilaku yang ideal yang memberikan corak dan jiwa serta tatanan kehidupan yang serasi, seimbang dan selaras. Sistem demikian ini tidak lain berupa tatanan norma ideal, pada beberapa masyarakat disebut sebagai adat atau adat-istiadat, bersifat umum, dan turun-menurun. Apabila dilanggar, akan menimbulkan suatu rasa yang tidak enak dalam benaknya. 2. Activities Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Termasuk dalam kategori ini adalah tatanan manusia dalam hidup bersosialisasi dan berkomunikasi, serta bergaul di antara sesamanya. Berbeda dengan sistem budaya, wujud kebudayaan berpola ini sangatgampang dilihat bahkan dapat didokumentasikan karena ia tampak nyata dalam perilaku. 3. Artefacts Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud kebudayaan ini lebih konkret lagi dan cenderung tidak memerlukan penjelasan apa pun. Benda hasil kerajinan misalnya, dapat dirasa, disentuh dan difoto. Penulis menggunakan teori tiga wujud budaya yang dikemukakan oleh J.J. Honigmann untuk menganalisis artefak, kegiatan, dan gagasan pada altar sembahyangdewi Kwan Im. Dimulai dari artefak, kemudian aktivitas, dan terakhir adalah gagasan apa yang menyebabkan aktivitas dan munculnya artefak pada altar tersebut. 24

35 . 25

36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian merupakan langkah atau tahapan yang dilakukan dalam sebuah penelitian. Tahapan tersebut diawali dengan menggunakan sebuah pendekatan sampai pada teknik pengumpulan data serta teknik analisis data. Pendekatan sering disamakan dengan metode, tetapi jika ditelusuri lebih lanjut maka pendekatan akan lebih dekat dengan pembicaraan suatu ilmu,sedangkan metode mengarah pada teknik pengumpulan dan penganalisisan data. Dalam metode penelitian pada dasarnya peneliti mengungkapkan sejumlah cara yang disusun secara sistematis, logis, rasional dan terarah tentang bagaimana pekerjaan sebelum, ketika dan sesudah mengumpulkan data sehingga diharapkan maupun menjawab secara ilmiah perumusan masalah yang telah ditetapkan. Metode penelitian yang digunakan dalam meneliti artefak, kegiatan dan gagasan altar sembahyang Dewi Kwan Im pada rumah masyarakat Tionghoa Buddha di Medan adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Sukmadinata (2006:72) menjelaskan Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya. 26

37 Dengan teknik observasi, penulis melakukan pengumpulan data primer dengan cara pengamatan langsung dan merekam hal-hal yang dapat diamati. Arief Furchan (1999: 22) menjelaskan metode kualitatif ialah proses penelitian yang menghasilkan data deskriftif, ucapan atau tulisan atau perilaku yang dapat diamati dari orang-orang itu sendiri, menurut pendapat kami pendekatan ini langsung menunjukan setting dan individu-individu dalam setting itu secara keseluruhan. Subyek penyelidikan baik berupa organisasi atau individu tidak mempersempit menjadi variable yang terpisah atau menjadi hipotesa melainkan dipandang sebagai sebagian dari suatu keseluruhan.dari pendapat diatas, dapat dikatakan bahwa pendekatan kualitatif,berusaha mendapatkan data deskriptif, ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati. 3.2 Lokasi Peneltian Pada lokasi penelitian, penulis hanya memilih beberapa rumah masyarakat Tionghoa yang memilki altar sembahyang Dewi Kwan Im antara lain: 1. Kompleks Cemara Hijau Blok G No.4, Medan, 2. Jln. Terong No.48c, Medan, 3. Gg. Sidomulyo No,11a, Medan, 4. Jln. Gatot Subroto No.66, Medan, 5. Jln. Demak No.5 e/g, Medan, 6. Jln. Belitung No.36, Medan, 7. Jln. Pukat VII No.5A, Medan. 27

38 Alasan pemilihan lokasi penelitian ialah karena beberapa rumah masyarakat Tionghoa diatas memiliki perbedaan altar sembahyang yang satu dengan yang lainnya, dan setiap altar sembahyang tersebut mempunyai keunikannya tersendiri. 3.3 Data dan Sumber Data Data adalah keterangan berdasarkan fakta yang ada disimpan atau dicari untuk mendapatkan kebenaran. Apabila dilihat dari (KBBI 1990:187) data adalah keterangan yang benar dan nyata, yang dapat dijadikan dasar kajian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, berupa kata kata dan tindakan, serta data tambahan seperti dokumentasi dan lain lain. Datapenelitian kualitatif dapat berupa data bersumber manusia (data primer) dan data di luar manusia (data sekunder).sumber data primer diperoleh melalui hasil penelitian lapangan di rumah masyarakat Tionghoa yang memiliki altar sembahyang Dewi Kwan Im, sedangkan data sekunder diperoleh melalui bukubuku, jurnal, artikel-artikel yang berhubungan dengan altar sembahyang Dewi Kwan Im, yang kemudian akan dipilah-pilah untuk dijadikan bahan penelitian. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara peneliti memperoleh dan mengumpulkan data. Ada dua teknik pengumpulan data yaitu studi kepustakaan (library research) dan studi lapangan (field research). 28

39 3.4.1 Studi Kepustakaan (Library Research) Nazir(1988: 111) mengatakan bahwa Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian.studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Penulis akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari: buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, Koran, dan lain-lain). Setelah semua terkumpul terlebih dahulu penulis membaca lalu mengklasifiasikan untuk dijadikan bahan penelitian Observasi Soehartono(1995:69) mengatakan bahwa teknik observasi disebut juga teknik pengamatan yaitu setiap kegiatan yang dilakukan untuk mengukur dengan menggunakan indera penglihatan atau dengan arti lain yaitu melihat tanpa melakukan pertanyaan-pertanyaan. Dalam penelitian ini, penulis secara langsung melakukan observasi/pengamatan di rumah masyarakat Tionghoa yang memiliki altar sembahyang Dewi Kwan Im. Dalam penelitian ini metode yang dipergunakan adalah metode observasi partisipatif (observasi atau pengamatan terlibat) dengan maksud melakukan penelitian terjun langsung ke lokasi dengan tujuan mendapatkan sumber data sebanyak mungkin.metode ini digunakan oleh penulis sebelum 29

40 melakukan metode interview. Teknik yang digunakan dalam metode observasi ini adalah penulis melakukan observasi langsung pada rumah masyarakat Tionghoa yang memiliki altarsembahyang Dewi Kwan Im Wawancara Burhan Bungin (2001:155) mengatakan bahwa wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, motivasi, perasaan, dan sebagainya yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan orang yang diwawancarai (interview). Koenjaraningrat (1981:136) mengatakan bahwa,...kegiatan wawancara secara umum dapat dibagi tiga kelompok yaitu: persiapan wawancara, teknik bertanya dan pencatatan data hasil wawancara. Dalam melakukan proses wawancara, peneliti sebelumnya telah mempersiapkan pertanyaan dan alat perekam, menentukan informan yang dianggap penulis dapat membantu penulis untuk melengkapi data. Dalam melakukan wawancara, penulis akan menulis dan merekam data yang didapat dari informan. 3.5 Teknik Analisis Data Dalam penelitian penulis menggunakan pengolahan data kualitatif. Data bermuatan kualitatif disebut juga dengan data lunak. Data semacam ini diperoleh melalui penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, atau penilaian kualitatif. Keberadaan data bermuatan kualitatif adalah catatan 30

41 lapangan yang berupa catatan atau rekaman kata-kata, kalimat, atau paragraf yang diperoleh dari wawancara menggunakan pertanyaan terbuka, observasi partisipatoris, atau pemaknaan peneliti terhadap dokumen atau peninggalan. Data kualitatif terdiri atas kata-kata, kalimat dan deskripsi dan bukannya angka-angka. Langkah-langkah dalam menganalisis data dalam penelitian ini yaitu: 1. Mengumpulkan data yang bersumber dari kepustakaan dan lapangan yang dikumpulkan menjadi satu oleh penulis, 2. Melakukan observasi lapangan ketempat penelitian, 3. Penulis akan melakukan wawancara kepada masyarakat Tionghoa yang memilki altar sembahyang Dewi Kwan Im, 4. Berdasarkan data-data yang diambil, lalu penulis menganalisis data dengan menggunakan teori semiotik dan teori tiga wujud budaya yang harus berifat logis, deskriptif dan menjelaskan. 5. Merangkum data yang telah didapat agar selanjutnya data telah didapat agar selanjutnya data tersebut dapat dijadikan sebagai penunjang dalam pembuatan skripsi. 31

42 BAB IV GAMBARAN UMUM SISTEM RELEGI MASYARAKATTIONGHOA MEDAN 4.1 Macam-macam Sistem Religi Masayarakat Tionghoa Kebudayaan Tionghoa merupakan hasil dari pola pikir masyarakat etnis Tionghoa yang membentuk satu kesatuan kepentingan sehingga dapat mencitrakan masyarakat Tionghoa sebagai pelaku utama kebudayaan Tionghoa. Hal yang mendasar dari tradisi dan budaya Tionghoa adalah penghormatan terhadap leluhur dan ajaran-ajarannya. Aspek religi/kepercayaan merupakan bagian penting dari kehidupan masyarakat Tionghoa. Agama-agama masyarakat Tionghoa berorientasi pada sistem kekeluargaan tanpa menuntut ketaatan secara eksklusif seperti yang terdapat pada agama-agama samawi (agama-agama langit). Agama yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat Tionghoa disebut Tridharma. Tridharma terdiri atas tiga aliran kepercayaan, yakni Konfusianisme (Khonghucu), Taoisme, dan Buddhisme Khonghucu Agama Konfusius, atau Khonghucu atau Konfusianisme,adalah agama yang tertua di Cina. Istilah agama Kong Fu Zi atau Konfusianisme diberikan oleh Matteo Riccai, seorang misionaris Yesuit yang datang ke Cina pada abad ke-17. Sebutan resmi bagi agama Kong Fu Zi ini adalah agama Ru (Ru Jiao). Kong Fu Zi diambil dari ejaan Pin Yinyang merupakan ejaan baku bahasa 32

43 Mandarin. Istilah Kong Hu Cu (Kong Fu Zi), agama Khonghucu (agama Ru Kong Fu Zi) yang dikenal di Indonesia adalah diambil dari dialek Hokkian (Fujian). Agama Khonghucu adalah agama yang dahulunya mengambil nama nabi Khongcu (Kongzi/ Kong Fu Zi) yang lahir pada tanggal 27 Pig Gwee (ada yang menghitung bertepatan dengan tanggal 3 Oktober, ada yang menetapkan tanggal 28 September) 551 SM dikota Tsou, negeri Lu (Propinsi Shantung, salah satu propinsi di negara Republik Rakyat Cina (RRC) sekarang). Istilah dan pengertian iman dalam agama Khonghucu ialah Sing. Kata Sing ini menurut asalnya terdiri dari rangkaian antara kata Gan dan Sing. Gan berarti bicara, sabda, kalam dan Sing berarti sempurna. Karena itu pengertian Sing mengandung makna sempurna kata, batin dan perbuatan. Di dalam kehidupan beragama, umat Khonghucu wajib memiliki Sing atau iman terhadap kebenaran ajaran agama yang dipeluknya. Agama Khonghucu memberikan pengertian, bahwa kesusilaan merupakan pokok daripada perilaku manusia. Selaras dengan itu, maka tujuan terakhir daripada agama khonghucu ialah membentuk manusia susilawan (Kuncu/Chun Tzu). Maka ada empat pantangan (Si Wu) yang harus dijaga dalam menjalankan hidup susila yakni: Yang tidak susila jangan dilihat, yang tidak susila jangan didengar, Yang tidak susila jangan dibicarakan, dan Yang tidak susila jangan dilakukan (Lun GiXII: I). Adapun ajaran etika dalam agama Khonghucu yang diterapkan kehidupan sehari-hari yaitu ajaran mengenai delapankebajikan (Pat Tik) yang terdiri dari: 33

44 1. Laku bakti/berbakti (Siau/Hau) Siau/Hau dapat diartikan rasa bakti yang tulus kepada orang tua, guru dan leluhur. Yang dimaksud dengan laku bakti ialah kewajiban-kewajiban yang dilimpahkan terhadap orang tua dan para leluhur sesuai dengan kesusilaan, yaitu memberikan pemeliharaan yang disertai sikap hormat. Ada tiga kewajiban utama dalam menjalankan laku bakti, yakni: a. Dikala orang tua masih hidup, memberikan pemeliharaan sesuai dengan kesusilaan. b. Saat orang tua meninggal, melakukan pemakaman sesuai dengan kesusilaan. c. Setelah orang tua meninggal, melakukan peribadahan sesuai dengan kesusilaan. 2. Rendah hati (Thi/Tee) Thi/Tee dapat diartikan sebagai rasa hormat terhadap yang lebih tua di antara saudara. Maksudnya dalam kehidupan rumah tangga seorang adik harus dapat menghormati kakaknya. Demikian juga dalam pergaulan sehari-hari, yang muda menghormati yang lebih tua. 3. Satya (Cung/Tiong) Cung/Tiong adalah semangat menepati tugas, kewajiban, kedudukan dan fungsi, serta setia sebagai manusia, mencintai tanah air, setia kepada pekerjaan dan sebagainya. 4.Susila (Lee/Li) Lee/Li dapat diartikan sebagai sopan santun, tatak rama, dan budi pekerti. Li juga diartikan sebagai ritus atau upacara. Ketaatan dan ketertiban 34

45 mematuhi tata susila, adat sopan santun, kewajiban ibadah dan segala sesuatu yang menyangkut tata kehidupan manusia sehingga menciptakan suasana yang tertib, rapi, indah dan khusyu. Li merupakan sesuatu yang mutlak diperlukan sebagai pedoman lahiriah dalam kehidupan manusia untuk mencapai keharmonisan baik keluarga, masyarakat, negara maupun dunia. 5. Menjunjung kebenaran (I/Gi) I/Gi dapat diartikan sebagai rasa solidaritas, rasa senasib dan sepenangngan, dan mau membela kebenaran serta menolak hal-hal yang dirasakan tidak baik dalam hidup. 6. Suci hati (Lien/Liam) Lien/Liam dapat diartikan membersihkan diri dari naluri-naluri negatif seperti iri, dengki, hanya mementingkan diri sendiri, dan berbagai cacat-cacat rendah budi lainnya. 7.Dapat dipercaya (Sin) Sindapat diartikan kepercayaan, rasa untuk dapat dipercaya atau dapat menepati janji, orang yang dapat menepati janji amat disegani oleh orang lain, namun orang yang tidak dapat menepati janji akan dibenci orang lain. Untuk dapat disenangi orang lain, orangharus memiliki Sin. 8. Tahu malu (Che/Thi) Che/Thidiartikan dapat menahan diri untuk tidak melakukanhal-hal yang amoral atau hal-hal yang dapat merusak moral.yang dimaksud dengan tahu malu ialah tahu memilah diantara perbuatan-perbuatan yang sepantasnya dilakukan maupun yang tidak sepantasnya dilakukan sesuai dengan 35

46 kesusilaan.dengan tahu malu maka manusia berani mengakui kesalahannya, berani melakukan intropeksi diri dan memperbaiki diri secara sadar. Kedelapan sifat Pat tik banyak diajarkan kepada anak-anak Khonghucu oleh orang tuanya dalam kehidupan sehari-hari. Penanaman sifat itu tampak khas sekali dalam keluarga yang menganut ajaran Khonghucu secara tradisional. Bila ajaran itu diberikan kepada seorang anak akan akan menumbuhkan kepatuhan kepada orang tua dan orang lain Taoisme Taoisme berkaitan dengan keadaan kerajaan Chou (abad ke 6 SM) yang mengalami masa kehancuran, akibat penyelewengan dalam pemerintahan. Kehidupan manusia semakin menderita, membuat orang-orang terpelajar kecewa. Kemudian dari sebagian mereka hidup menyendiri dan hidup sebagai biarawan, lalu mendirikan suatu aliran filsafat yang dikenal dengan nama Taoisme atau Tao Te Chia. Tokoh pertama atau Peletak dasar ajaran Taoisme adalah Yang Chu, kemudian dipopulerkan oleh Lao Tzu. Menurut tradisi kepustakaan Cina, Lao Tzu disebutkan sebagai pendiri Taoisme. Kemudian yang meneruskan ajaran Taoisme adalah Chuang Tzu murid pertama dari Lao Tse. Menurut kepustakaan Cina mengenai nama Taoisme sebagai filsafat dan Taoisme sebagai agama, masing-masing memiliki ajaran yang berbeda. Taoisme sebagai filsafat atau Tao Chiamengajarkan agar manusia hidup mengikuti hukum alam, sedangkan Taoisme sebagai agama atau Tao Mao mengajarkan agar manusia tidak menentang hukum alam. Kemudian dalam 36

47 perkembangan keduanya tidak berbenturan, karena praktek dan pemaknaan agama dan filsafat di China tidak memiliki garis atau sekat yang jelas dalam kehidupan sehari-hari.(soejono Soemargono, 1990). Filsafat Taoisme dapat dikatakan empiris dan juga praktis. Empiris, karena konsepsi kefilsafatannya merujuk pada fenomena alam yang mudah ditangkap dan diamati oleh manusia,misalnya bagaimana sifat air dan matahari yang dapat memberi makna simbolik bagi kehidupan manusia di alam semesta. Praktis, karena isi pemikiran Taoisme berisikan tentang cara hidup yang seharusnya dalam kehidupan sehari-hari, seperti kasih sayang sesama, keadilan, dan kejujuran.taoisme mengajarkan bahwa untuk mencapai kebahagian manusia harus hidup dengan Wu Wei artinya tidak berbuat apa-apa yang bertentangan dengan alam. Sesuai dengan ajaran itu maka manusia yang paling berbahagia menurut ajaran Taoisme adalah mereka yang hidup dengan alam seperti para petani, nelayan, dan para biarawan. (Tamburaka, 1999:248) Buddha Agama Budha lahir dan berkembang pada abad ke 6 SM agama itu beroleh nama dari panggilan yang diberikan kepada pembangunnya yang mulamula Siddhartha Gautama ( SM) yang dipanggil dengan Budha. Secara etimologi perkataan "Budha" berasal dari kata "bhud" yang artinya "bangun" orang Budha ialah orang "yang bangun" artinya orang yang telah bangun dari malam kesesatan dan sekarang ada di tengah cahaya yang benar. Ajaran agama Budha tidak bertitik tolak dari ajaranketuhanan melainkan berdasarkan kenyataan-kenyataan hidup yang dialami manusia, 37

48 yang mana kehidupan manusia itu tidak terlepas dari dukha. Ketika hidupnya Sang Budha ia selalu menolak mempersoalkan tentang Tuhan. Namun kepada para pengikutnya ia selalu menganjurkan agar mengamalkan sila-sila ke- Tuhanan. Inti dari ajaran Siddharta (Buddha) Tri Ratna atau Tiga Mustika,Tri Ratna adalah sebagai berikut: a. Buddha Buddha berarti seorang yang telah mencapai penerangan atau pencerahan sempurna dan sadar akan kebenaran kosmos serta alam semesta. Ajaran tentang Budha menekankan pada bagaimana umat Budha memandang sang Budha Gautama sebagai pendidikan agama Budha dan asas rohani yang dapat dicapai oleh setiap makhluk hidup. b. Dharma Ajaran tentang dharma banyak membicarakan tentang masalahmasalah yang dihadapi manusia dalam hidupnya baik yang berkaitan dengan ciri manusia sendiri maupun hubungannya dengan apa yang disebut Tuhan dan alam semesta dengan segala isinya. Dharma mengandung 4 (empat) makna utama: 1. Doktrin 2. Hak, keadilan, kebenaran 3. Kondisi 4. Barang yang kelihatan atau phenomena. 38

49 Buddha Dharma adalah suatu ajaran yang menguraikan hakekat kehidupan berdasarkan Pandangan Terang yang dapat membebaskan manusia dari kesesatan atau kegelapan batin dan penderitaan disebabkan ketidakpuasan. Buddha Dharma meliputi unsur-unsur agama, kebaktian, filosofi, psikologi, falsafah, kebatinan, metafisika, tata susila, etika, dan sebagainya. Tripitaka Mahayana termasuk dalam Buddha Dharma. c. Sangha Ajaran tentang Sangha selain mengajarkan bagaimana umat Budha memandang Sangha sebagai pesamuan para Bhikku, juga berkaitan dengan umat Budha yang menjadi tempat para Bhikkhu menjalankan dharmanya. 4.2 Altar Sembahyang Altar dibutuhkan untuk sarana tempat ibadah/sembahyang pribadi, keluarga, maupun untuk tempat belajar Dharma. Jika kondisi memungkinkan, lebih baik di rumah menyediakan sebuah altar dan mengundang satu rupang Guang Shi Yin Pu Sa Persyaratan Dasar Penempatan Altar Buddha Menurut ajaran agama Buddha persyaratan dasar dalam penempatan altarbuddha adalah sebagai berikut. (1) Tidak boleh dekat dengan toilet (pintu toilet yang ada di rumah harus selalu ditutup). (2) Tidak boleh berhadapan dengan dapur. 39

50 (3) Tidak boleh diletakkan di atas televisi, di atas kulkas dan lain-lain, tidak boleh diposisikan bertepatan di bawah AC. Jika berdekatan dengan TV atau lingkungan yang agak berisik, bisa membuat satu lemari berpintu, pada saat tidak membakar dupa, pintu lemari ditutup, dan jika pada waktu sembahyang tidak boleh menyalakan TV, tidak boleh menggunakan bahan kaca untuk menutupi rupang (patung) Buddha. (4) Tidak boleh ditempatkan di kamar tidur suami istri (kecuali suami istri yang telah berusia lanjut). (5) Kamar tidur sendirian diperbolehkan, tetapi ujung/kaki ranjang tidak boleh menghadap ke altar Guan Shi Yin Pu Sa. (6) Tidak boleh ditempatkan di balkon yang menonjol keluar yang tidak ada dasar pondasi; kecuali balkon yang ada di ruangan dalam diperbolehkan. (7) Di bawah altar Guan Shi Yin Pu Sa tidak boleh menaruh benda-benda atau buku-buku lainnya. Umunya, boleh menyimpan buku parrita dan peralatan untuk sembahyang. (8) Altar Guan Shi Yin Pu Sa jangan terlalu tinggi atau terlalu rendah. Sebaiknya posisi rupang/gambar Buddha ditempatkan sedikit lebih tinggi dari posisi orang yang berdiri di depan altar dan orang tersebut hanya perlu menengadahkan sedikit kepalanya ke atas untuk melihat rupang/gambar. Jika posisi rupang/gambar terlalu rendah, bisa menggunakan sebuah dudukan/tatakan yang dirancang untuk meninggikan posisi/gambar Guan Shi Yin Pu Sa. 40

51 (9) Harus ada lampu minyak (harus sering menambahkan minyak, akan bermanfaat bagi mata), ada air (jumlah gelas air yang diperlukan disesuaikan dengan jumlah rupang yang ada; air dalam gelas harus diganti setiap hari, gelas yang digunakan untuk persembahan tidak boleh bersentuhan langsung dengan mulut kita). (10) Harus ada wadah untuk dupa, setiap pagi dan malam sembahyang menggunakan dupa, sebaiknya mempunyai jadwal tetap untuk sembahyang, umumnya pagi atau malam hari jam 6, jam 8, jam 10, bisa tepat waktu lebih baik. (11) Sesuaikan dengan kondisi pribadi dalam mempersembahkan buahbuahan segar (apa yang telah dimohon bisa lebih cepat terkabulkan), bunga segar (persembahan bunga segar bisa membuat orang memiliki paras yang cantik). (12) Bunga segar dan buah-buahan segar yang disembahyangkan jangan lebih dari seminggu, harus diganti dengan yang baru, dan buah maupun bunga harus tetap segar, jika tidak segar, harus segera diganti, jika tidak ada yang segar sebagai pengganti, tidak boleh meletakkan buah yang telah rusak atau bunga yang telah layu di altar Buddha. (13) Posisi altar Buddha sebaiknya ditempatkan menghadap ke utara (belahan bumi bagian selatan), menghadap ke selatan (belahan bumi bagian utara), jika kondisis tidak memungkinkan, untuk posisi lainnya juga boleh. 41

52 4.2.2 Mengundang Kehadiran Guan Shi Yin Pu Sa Mengundang satu gambar atau rupang Guan Shi Yin Pu Sa umumnya berada dalam posisi berdiri, tangan memegang satu pot suci dan satu ranting daunan; usahakan tidak memilih yang ada gambar naga. Sebaiknya yang masih belum blessing(khai kuang), dibawa pulang ke rumah sendiri dan memohon kepada Guan Shi Yin Pu Sa agar berkenan menempati gambar atau rupang Guan Shi Yin Pu Sa atau akan lebih baik meminta biksu senior untuk melakukan blessing/khai kuang. Umumnya jika seseorang yang tidak melatih diri dengan baik, tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan blessing/khai kuang terhadap gambar/rupang Guan Shi Yin Pu Sa, tetapi anda bisa memohon kepada Guan Yin Pu Sa yang welas asih untuk menempati gambar/rupang Guan Shi Yin Pu Sa. Ritual dapat dilakukan di hari-hari baik seperti tanggal 1 dan 15 kalender lunar, pagi jam 8, jam 10, jika di pagi hari tidak memungkinkan, juga boleh memilih jam 16:00 sore. Caranya ialah menyiapkan meja dan tempat, setelah memohon kehadiran Guan Shi Yin Pu Sa ke altar, mempersembahkan air, buah-buahan, lampu minyak (pelita), kemudian menyalakan dupa (tiga dupa/hio lebih baik), kedua tangan memegang dupa diangkat sedikit lebih tinggi dari kepala, muka menghadap ke gambar/rupang Guan Shi Yin Pu Sa dan sembahyang tiga kali, kemudian dupa ditancapkan ke dalam tempat dupa (hiolo) yang ada di altar, katakan: mohon kepada Na Mo Da Ci Da Bei Jiu Ku Jiu Nan Guang Da Ling Gan Guan Shi Yin Pu Sa, berkenan menempati gambar/rupang yang saya XXX persembahkan. Kemudian lafalkan tujuh kali 42

53 Da Bei Zhou dan tujuh kali Xin Jing, kemudian sujud sembah (namaskara) tiga kali, semakin banyak melafalkan Da Bei Zhou dan Xin Jing akan semakin bagus khasiatnya Penempatan Altar Sembahyang Ketika Pindah Rumah Jika hendak pindah rumah, maka altar Buddha harus dipindahkan terlebih dahulu dari rumah lama kerumah yang baru. Dirumah yang lama setelah selesai membakar satu dupa yang terakhir, setelah dupa habis terbakar, kemudian rupang Buddha diturunkan dari altar dan dibungkus dengan baik menggunakan kain merah, yang terpenting di rumah baru kita harus membakar 3 dupa, melafalkan 7 kali Da Bei Zhou, 7 kali Xin Jing, banyak bersujud sembah (namaskara). mohon kepada Guan Shi Yin Pu Sa yang berwelas asih berkenan datang kerumah baru saya XXX, berkati saya XXX, XXX, saya pasti akan terus melatih diri dengan tekanan dalam menekuni ajaran dharma Buddha. Terlebih dahulu menempatkan/dipindahkan altar Buddha, baru pindah rumah. Rupang Buddha yang telah dipindahkan ke rumah baru tidak perlu melakukan blessing/khai kuang, karena sebelumnya sudah ada Buddha di dalamnya. Oleh karena itu, setelah dipindahkan, sekali menyalakan dupa langsung bisa memohon Buddha menempati Rupang. Oleh karena itu, tidak perlu pengulangan blessing (Khai kuang). Jikalau melakukan renovasi dan sementara waktu perlu tinggal di tempat lain, sebaiknya dilakukan penempatan altar Guan Shi Yin Pu Sa di 43

54 tempat tinggal sementara tersebut, setelah rumah selesai renovasi, barulah pindahkan altar Guan Shi Yin Pu Sa ke rumah yang baru. 4.3 Gambaran Umum Kota Medan dan Masyarakatnya Kota Medan secara geografis terletak di antara 2 27'-2 47' Lintang Utara dan 98 35'-98 44' Bujur Timur. Posisi Kota Medan ada di bagian Utara Propinsi Sumatera Utara dengan topografi miring ke arah Utara dan berada pada ketinggian tempat 2,5-37,5 m di atas permukaan laut. Luas wilayah Kota Medan adalah 265,10 km2 secara administratif terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan. Sarana dan prasarana perhubungan di Kota Medan terdiri dari prasarana perhubungan darat, laut, udara. Transportasi lainnya adalah kereta api. Disamping itu juga telah tersedia prasarana listrik, gas, telekomunikasi, air bersih dan Kawasan Industri Medan (KIM) I. Sebagai daerah yang berada pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara memiliki posisi strategis. Medanadalah salah satu kota dengan masyarakat majemuk yang multicultural. Masyarakatnya terdiri dari kelompok-kelompok yang berbeda berakulturasi, dengan menghargai pluralisme sebagai keragaman budaya untuk tetap dilestarikan. Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adat istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Keanekaragaman yang ada di Kota Medan membuat Kota Medan dinobatkan menjadi kota multikultural yang damai dan berjalan harmonis (Waspada, 2007). Penyebaran suku bangsa di Kota Medan dapat dilihat dalam Tabel 4.1: 44

55 Tabel 4.1 Perbandingan Suku Bangsa di Kota Medan pada Tahun 1930, 1980, 2000 SUKU BANGSA TAHUN 1930 TAHUN 1980 TAHUN 2000 Jawa 24,9% 29,41% 33,03% Batak 10,7% 14,11% -- Tionghoa 35,63% 12,8% 10,65% Mandailing 6,43% 11,91% 9,36% Minangkabau 7,3% 10,93% 8,6% Melayu 7,06% 8,57% 6,59% Karo 0,12% 3,99% 4,10% Aceh -- 2,19% 2,78% Sunda 1,58% 1,90% -- Lain-lain 16,62% 4,13% 3,95% Sumber: 1930 dan 1980; 2000: BPS Sumut Dari data diatas dapat dilihat bahwa ditahun 1930-an orang Tionghoa di Kota Medan merupakan masyarakat terbesar bahkan melebihi etnis asli Kota Medan yaitu Melayu. Selanjutnya seiiring perkembangan zaman etnis Tionghoa di Koa Medan mengalami penurunan walaupun tetap menjadi salah satu etnis terbesar di Kota Medan. Keberadaan orang Tionghoa di kota Medan bervariasi dan juga dalam jangka waktu yang berbeda. Gelombang pertama dimulai pada abad ke-15, ketika armada perdagangan Tiongkok datang mengunjungi pelabuhan Sumatera Timur dan melakukan hubungan dagang dengan sistem barter. Hubungan ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga sebagian para pedagang tersebut ada yang menetap di Sumatera Timur.(Benny G. Setiono. 2003). Gelombang kedua berlangsung pada tahun Pada saat itu, Belanda mulai bergerak di bidang perkebunan tembakau. Usaha ini terus berkembang, tenaga kerja yang cukup banyak juga semakin dibutuhkan. Pihak Belanda merasa tidak cocok dengan buruh Pribumi. Karena itu, pengusaha perkebunan 45

56 mencoba mendatangkan tenaga kerja dari negeri Tiongkok. Pada abad ke 19, dengan bantuan pemerintah Hindia Belanda dan kaum pengusaha di tanah Deli, orang Tionghoa dapat memonopoli seluruh sektor pengangkutan di kawasan tanah Deli. Banyak pemilik perkebunan yang memberi kesempatan pada orang Tionghoa untuk menjadi penyalur bahan makanan dan bekerja sebagai kontraktor di perkebunan. Pada akhirnya, kehidupan ekonomi etnis Tionghoa mulai meningkat. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan mencolok atara etnis Tionghoa dengan masyarakat Pribumi. Etnis Tionghoa yang mulai mempunyai ekonomi yang meningkat ini mendatangkan isteri anggota keluarga dan kerabatnya di negara Tiongkok dengan kapal (pada saat itu transportasi kapal sudah ada). kedatangan mereka dari berbagi sub etnik menyebabkan mereka berkumpul di antara mereka sendiri, membuat perkampungan sendiri, memakai bahasa sendiri. Inilah titik awal ekslusivime orang Tionghoa. (Suwardi Lubis.1999). Sikap eksklusif ini tidak lepas dari pengaruh yang juga diberikan oleh pemerintah kolonial Belanda. Sejalan dengan dibukanya usaha perkebunan karet sepanjang jalur Medan- Labuhan Batu pada tahun 1870, pemerintah kolonial membuat blok-blok pemukiman terpisah menurut etnik. Sehingga terbentuklah hunian dengan nama Kampung Cina, Kampung Arab, kampung Keling, serta kawasan milik Tuan Kebon asal Eropa, sedangkan kaum Pribumi dan pendatang lain tinggal di luar blok yang disebut Pemukiman Rakyat Sultan (Sofyan Tan. 2004). Etnis Tionghoa di kota Medan berasal dari berbagai suku. Menurut data Etnis Tionghoa yang paling banyak di kota Medan adalah suku Hokkian 46

57 (82,11%). Walaupun etnis Tionghoa di kota Medan terdiri dari berbagai suku, namun dalam kehidupan sehari-hari keberagaman suku tersebut tidak menonjol karena yang tampak hanyalah suatu kesatuan etnik sebagai etnis Tionghoa. Sebagian besar etnis Tionghoa yang berada di kota Medan berprofesi sebagai pedagang. Sesuai dengan jenis pekerjaan mereka, maka untuk mereka terbuka kesempatan seluas-luasnya untuk memperoleh penghasilan yang besar. Posisi sosio-ekonomi etnik Tionghoa di Medan rata-rata berada di atas level menengah ke atas. Etnis Tionghoa dikota Medan termasuk kelompok masyarakat yang berhasil menguasai industri, pertokoan, perhotelan, perbankan dan perdagangan umum serta distribusi. Kelompok masyarakat Tionghoa dikota Medan cenderung bertempat tinggal di pusat kota atau pusat perdagangan. Mereka lebih senang tinggal di tempat usahanya yang cukup ramai dan dekat dengan keluarganya. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa pemukiman eksklusif kelompok-kelompok etnik di kota berfungsi sebagai kepompong atau yang dimanfaatkan oleh mereka sebagai benteng etnik. Orang Tionghoa yang keluar dari pemukiman Cina (Chinese Qurter) tersebut dianggap sebagai pembelotan dari jaringan sosial mereka. Dengan demikian suasana etnik dan ras (ethnic race-spaces) di perkampungan etnik tersebut menguatkan kecendrungan segresi atau pemisah diri dari kelompok lain. Secara umum Etnis Tionghoa di Medan membuat lingkungannya sendiri untuk dapat hidup secara eksklusif dengan tetap mempertahankan kebudayaan atau tradisi leluhur. Ong Hok Khan (Ning, 1992) menyatakan bahwa...eksklusivisme masyarakat Tionghoa itu disebabkan oleh kehendak 47

58 mereka sendiri, bukan disebabkan oleh pemisahan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia sebagai kelompok minoritas. Sebagian orang Tionghoa ada yang beradaptasi dengan masyarakat setempat. Namun ada pula yang berperilaku eksklusif, yang mengakibatkan kehidupan mereka terpisah dari kelompok masyarakat pribumi. Sekolah dan pusat-pusat rekreasi kelompok etnis Tionghoa lebih banyak didirikan di tengah perkampungan Tionghoa di kota Medan. Gejala segretif ini sangat terlihat terutama dalam kawasan-kawasan pemukiman elit dengan suasana komersial yang pekat dan dengan tingkat homogenitas yang tinggi. Pada perkembangannya, kota Medan dengan masyarakat heterogen menjadi kota yang memiliki pola pemukiman segretif. Kota Medan memperlihatkan proses penguatan rasa kesatuan etnik sebagai suatu komunitas baru. Setiap kelompok etnik mempergunakan norma, aturan serta ideologi tradisional daerah asal mereka, sehingga terjadilah suatu proses penguatan ikatan primordial pada setiap kelompok etnik. Setiap etnis mulai membentuk gaya hidup masing-masing dan bersikap eksklusif antara satu dengan yang lain. Timur. 48

59 BAB V ARTEFAK, KEGIATAN, DAN GAGASAN 5.1 Artefak Aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak lepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya. Aktivitas karya manusia tersebut menghasilkan benda untuk berbagai keperluan hidupnya. Kebudayaan dalam bentuk fisik yang kongkret biasa juga disebut kebudayaan fisik, mulai dari benda yang diam sampai pada benda yang bergerak. Hasil karya manusia tersebut pada akhirnya menghasilkan sebuah benda dalam bentuk yang konkret sehingga disebut Kebudayaan Fisik. Berupa benda-benda hasil karya manusia Rupang (patung) Dalam konsep Buddhis, rupang adalah lambang dari kebuddhaan, dan untuk menghormati nilai-nilai luhur dari sang Buddha. Rupang juga merupakan simbol Sang Guru, sehingga apabila kita mengadakan puja bakti bukanlah untuk menyembah rupang tersebut, melainkan untuk menghormati dan mengingat ajaran Sang Guru. Masyarakat Tionghoa yang menganut aliran Mahayana biasanya mempunyai altar sembahyang Dewi Kwan im, di altar tersebut diletakkan rupang Dewi Kwan Im dan juga patung dewa/dewi lainnya yang dihormati oleh masyarakat Tionghoa tersebut. 49

60 Gambar rupang dewi Kwan Im Sumber : jln. Gatot Subroto, sei kambing no.66, Medan Gambar Rupang dewi Kwan Im Sumber : Gg. Sidomulyo, no.11a 50

61 Persyaratan rupang pada altar dewi Kwan Im : (1) Semua rupang Buddha termasuk lampu minyak, tidak boleh ditempatkan dalam kondisi menggantung tetapi harus ada meja atau lemari, yang ada sesuatu yang menopang dari atas tanah. (2) Rupang Buddha sebaiknya ditempatkan di samping jendela, di tempat yang agak terang, tetapi bagian belakang tidak boleh ada jendela kaca, bagian belakang harus bersandar pada tembok. (3) Rupang (patung) Buddha yang di altar jangan terlalu banyak Lampu Lilin atau lampu minyak yang dinyalakan di depan imej Buddha membawa maksud simbolik kebijaksanaan dan belas kasihan. Cahaya diibaratkan sebagai ajaran Buddha mencerahkan keadaan kegelapan dan menyedarkan kita akan kejahilan dan ketamakan yang ada pada kita. Apabila kita berkelakuan buruk dan tidak dapat mengawal diri kita, kita seperti dalam keadaan gelap. Cahaya yang disembahkan di depan imej Buddha itu mengingatkan kita supaya jangan berada dalam kegelapan ini. la membimbing kita ke jalan yang benar. 51

62 Gambar Altar Dewi Kwan Im Sumber : Jln. Pukat VII No.5A Gambar Lampu Sumber : Jln. Demak No.5 e/g, Medan Persyaratan lampu pada altar Dewi Kwan Im : (1) Jika mempunyai banyak rupang Buddha, jika kondisi memungkinkan, sebaiknya setiap patung Buddha harus ada satu lampu minyak; jika 52

63 kondisi tidak memungkinkan, maka diperkenankan di satu altar hanya sepasang atau hanya satu lampu minyak saja. (2) Jika hanya satu rupang Buddha, menyediakan satu atau dua pelita lampu juga diperbolehkan. (3) Tidak perlu mempersembahkan lampu lilin, jika dipersembahkan sebaiknya harus sepasang yang bewarna merah. (4) Lampu minyak dan lilin setelah selesai sembahyang bisa dimatikan atau dipadamkan sebelum dupa habis terbakar. Hal ini untuk menghindari dalam keadaan tidak membakar dupa tetapi lampu minyak atau lilin tetap menyala, efeknya mudah sekali ada roh yang menghinggapi/mendatangi altar. (5) Boleh menggunakan lampu teratai atau lampu lilin, tetapi dengan syarat harus ada lampu Buddha (pelita) dan lilin, dan juga tidak boleh nyala dalam jangka waktu panjang sampai 24 jam. Umumnya ketika mau sembahyang atau membakar dupa baru dihidupkan/dinyalakan, sebelum dupa habis terbakar, lampu teratai maupun pelita dan lilin harus dipadamkan. (6) Sebelum dupa habis terbakar, terlebih dahulu mematikan lilin, kemudian lampu minyak, dan mematikan lampu listrik dialtar. Lampu minyak dan lilin hanya boleh dimatikan dengan cara ditutup padam, tidak boleh ditiup dengan mulut. 53

64 5.1.3 Minyak Gambar Minyak Sumber : Jln. Demak No.5 e/g, Medan Persyaratan minyak pada altar dewi Kwan Im : (1) Umunya minyak yang digunakan untuk sembahyang kepada Buddha adalah minyak zaitun, minyak sayur, minyak jagung, minyak bunga teratai, dan minyak tumbuhan lainnya. (2) Tidak boleh menggunkan minyak wijen atau minyak kacang tanah, minyak yang ada rasa (beraroma), tidak murni, jika minyak terlalu wangi bisa menutupi aroma cendana dupa. Oleh Karena itu, minyak tersebut tidak dipergunakan untuk dipersembahkan kepada Buddha; minyak kacang terlalu kental, tidak mudah dinyalakan sehingga tidak cocok untuk digunakan. (3) Sebotol minyak (dikupas semua merk dagangnya),boleh dipersembahkan di depan Buddha. 54

65 (4) Cara terbaik untuk mempersembahkan minyak adalah digunakan untuk menyalakan lampu minyak (pelita) secara langsung, menambahkan minyak ke dalam wadah lampu minyak, dan juga harus sering menambahkan sedikit minyak, ini juga mempunyai makna yang sama seperti biasa kita mengganti buah segar dan air. (5) Bekas minyak yang telah dipersembahkan kepada Buddha hanya boleh digunakan untuk memasak masakan yang murni vergetarian Air Gambar 5.1.4Air Sumber : Jln. Terong No.48c, Medan Air merupakan simbol suci dan bersih. Penyembahan air menandakan penghapusan kecemaran batin dan rohani. 55

66 Persyaratan air pada altar Dewi Kwan Im : (1) Air yang telah dipersembahkan kepada Guan Shi Yin Pu Sa, disebut air suci (Da Bei Shui), karena sudah diberkahi oleh Guan Shi Yin Pu Sa. (2) Boleh mempersembahkan air hangat, air dingin, air mineral, air bersih dan lain-lain, air minum yang tidak berwarna, tidak ada rasa, jangan menggunakan air mentah langsung dari keran atau air ledeng. (3) Gelas yang digunakan untuk mempersembahkanair, harus menggunakan gelas yang baru; gelas kaca atau keramik ; ada atau tidaknya tutup gelas tidak dipermasalahkan, namun sebaiknya menggunakan gelas yang ada tutupnya; untuk menghindari debu atau serangga yang mengotori; gelas sebaiknya berwarna putih. (4) Umunya jumlah gelas untuk mempersembahkan air minimal harus sama dengan jumlah rupang Buddha yang ada di altar, boleh juga satu rupang ada beberapa gelas air, tetapi jumlah gelas air tidak boleh kurang dari jumlah rupang Buddha di altar. (5) Air suci (Da Bei Shui) yang ada di altar tidak boleh diminum secara langsung, harus dituangkan ke gelas yang lain, baru diminum, tidak boleh menggunakan mulut kita untuk menyentuh gelas Buddha. Umunya harus dengan hormat menggunakan kedua tangan untuk mengangkat gelas lebih tinggi daripada alis mata, muka menghadap ke Buddha, diangkat lebih tinggi dari alis mata, secara perlahan mengucapkan: mohon kepada Guan Shi Yin Pu Sa yang welas asih untuk melindungi saya XXX, agar sehat walafiat, pada saat yang sama 56

67 pula dalam hati membayangkan botol air suci dari Guan Shi Yin Pu Sa menuang dari kepala anda secara mengalir ke seluruh tubuh anda. (6) Setelah selesai, air dalam gelas persembahan tersebut kita tuangkan ke tempat atau wadah lainnya, dengan hormat kita minum air suci tersebut. (7) Air suci yang telah dipersembahkan kepada Buddha lainnya, umumnya boleh dibuang, jika ingin meminumnya harus melafalkan mantra Da Bei Zhou satu kali baru diminum Dupa Gambar 5.1.5Dupa Sumber : Jln. Terong No.48c, Medan Dupa dibakar untuk melambangkan perbuatanmenyucikan fikiran atau jasad kita.pembakaran dupa akan melepaskan asap yang harum ke udara. Dari jauh kita sudah dapatmenghidunya. Begitu juga perbuatan dan niat baik kita akan dirasai oleh orang ramai.dupa yang sedang membakar serupa juga 57

68 dengan kewujudan kita. Serbuk dupa atau colokdiibaratkan jasad kita dan hujungcolok yang membakar diibaratkan hati, sentiasa dalam perubahan.tanpa pembakaran, dupa tidak membawa apa makna dan tanpa hati, jasad tidak akan wujud.selepas satu masa colok atau dupa akan habis dibakar ataupun apabila keadaan yang tidaksesuai wujud, dupa dan colok akan terpadam. Ini mencerminkan ketidakkekalan (Anicca),penderitaan (Dukkha) dan ketidakakuan (Anatta). Persyaratan wadah bakar dupa (Xiang Lu/Hiolo), bakar dupa, waktu dan jumlah yang cocok dialtar : (1) Apabila di rumah ada altar Guan Shi Yin Pu Sa, setiap pagi dan malam harus membakar dupa, waktu bakar dupa pagi atau malam, sebaiknya bisa dilakukan dengan waktu yang tetap, umunya pagi atau malam hari, kita boleh memilih jam 6, jam 8, jam 10 tepat. (2) Jika mempunyai lebih dari satu rupang Buddha, dan kondisi memungkinkan, sebaiknya satu rupang Buddha mempunyai satu xiang lu/hio lo dan setiap sembahyang masing-masing xiang lu/gio lo cukup gunakan 1 dupa tetapi pada Che It dan Cap Go (tanggal 1 dan tanggal 15 kalender lunar), hari kebesaran Buddha, setiap xianglu/hiolo gunakan tiga dupa.hio; jika kondisi tidak memungkinkan, satu altar Buddha gunakan satu xiang lu/hiolo juga boleh, tetapi sembahyang siang dan malam harus menggunakan tiga dupa/hio. (3) Che It dan Cap Go (tanggal 1 dan tanggal 15 kalender lunar), hari kebesaran Buddha dan hari besar lainnya boleh membakar dupa besar. Caranya di altar Buddha harus dinyalakan lampu Buddha (pelita), 58

69 sembahyang dengan dupa biasa, kemudian menggunakan api yang ada di lampu Buddha untuk membakar kepingan kayu cendana, kemudian apinya dipadamkan dengan cara mengayungkannya agar apinya mati (tidak boleh di tiup dengan mulut), begiyu api di kayu mati, asap yang keluar pada saat itu disebut dupa besar, itulah wangi Guan Shi Yin Pu Sa, dilakukan secara berulang kali dengan cara dinyalakan dan diayunkan kebelakang, dilakukan sebanyak tiga kali, ini yang disebut bakar dupa besar. Setelah selesai membakar dupa besar baru bersujud sembah (namaskara), ajukan permintaan/permohonan, melafalkan paritta Musik Umumnya musik yang diletakkan pada altar Dewi Guan Shi Yin Pu Sa ialah berisi manterata PEI COU/ 大悲咒 /Maha Karuna Dharani. Na Mo Ta Pei Kwan She Yin Phu Sa (Terpujilah Yg Maha Asih Avokitesvara Bodhisatva) Na Mo Ta Pei Kwan She yin Phu Sa (Terpujilah Yg Maha Welas Asih Avolitesvara Bodhisatva) Na Mo Ta Pei Kwan She yin Phu Sa (Terpujilah Yg Maha Welas Asih Avolitesvara Bodhisatva) Na Mo He La Ta Na To La Ye Ye (Dengan penuh sujud aku Berlindung Kepada Tri Ratna) Na Mo O Li Ye Po Lu Cie Ti Suo Po La Ye, (Dengan Penuh Sujud Aku Berlindung kepada Yang Maha Sempurna) 59

70 Phu Ti Sa To Po Ye Mo He Sa To Po Ye (Mahkluk yg Telah Mencapai Pencerahan Bodhi) Mo He Cia Lu Ni Cia Ye, (Mahkluk Agung Maha Welas Asih) Aum Sa Po La FaYi Su Ta Na Ta Sie (Aum Beliau yg mempunyai kekuatan kesempurnaan Dharma) Na Mo Si Ci Li To Yi Meng A Li Ye (Dengan sepenuh hati dan sujud aku berlindung kepada Mu) Po Lu Cie Ti Se Fo La Ling To Po (sumber segala kesucian) Na Mo Na La Cin Ce (Setulus hati aku bersujud Pada MU) SI Li Mo He Pu Tuo Sa Mi (Cahaya kebajikan Agung yg tiada batas) Sa Pho Ah Tha Tou SU Peng Ah Se Yin (Para Buddha sayup sayup merasakannya) Sa Po Sa To Na Mo Po Sa To (yang memiliki semua kemuliaan kebahagiaan kemakmuran tak terkalahkan) Na Mo Po Chie Mo Fa The Tou (Sumber berkah semua makhluk di seluruh penjuru alam) Ta Che Ta Aum, Ah Po Lu Si Lu Cia Ti (Aum beliau yang mendengarkan suara dunia mengatasi segala rintangan karma) Cia Lo Ti, Yi Si Li Mo He Phu Thi Sa To (Aku akan menjalankan ajaranmu sampai tercapainya pencerahan) Sa Po Sa PO Mo La Mo La, (Memberi yang baik utk semuanya di dalam berkah dan kebijaksanaan Mu) Mo Si Mo SI Li Tho Yin Chi Lu Chi Lu (Inti ketenangan tak terhingga laksana Dharma melepaskan kerterbatasan mengembangkan kemajuan pribadi dan menolong smua makhluk) 60

71 Chie Meng, Tu Lu Tu Lu Fa Se Ye Ti (Berlatihlah atasi kelahiran dan kematian raih kemenangan agung gemilang) Mo He Fa Se Ye Ti To La To La Ti Li Ni (Bersatulah tenang jernih tajam berani pancarkan cahaya terang benderang) Se Fo La Ye Ce La Ce La Mo Mo Fa Mo La (Guncang guncanglah bebaskan aku dari noda bahtin) Mu Ti Li Yi SI Yi SI Se Na Se Na (Datang Datanglah dengar dengarlah) Ah La Sen Fo La She Li (Raja Dharma memutar ajaran) Fa Sa Fa Sen Fo La Se Ye Hu Lu Hu Lu Mo La (Kabar gembira senyum suka cita terimalah Dharma menyatu dalam hati) Hu Lu Hu Lu Si Li Suo La Suo La (Laksanakan Dharma tampa timbul keraguan teguh tak tergoyahkan) Si Li SI Li Su Lu Su Lu (Raih kemenangan tak terkalahkan bagaikan embun sejuk yang menyembuhkan) Pu Thi Ye Pu Thi Ye Pu Tho Ye Pu Tho Ye (Terang teranglah batin sadar sadarlah tercerahkan) Mi Ti Li Ye Na La Cin CeTi Li Se Ni Na (Beliau yg maha asih yg patut di puja laksana pedang kebenaran yg kuat dan tajam) Pho Ye Mo Na Sa Po He (kepada yang sempurna Svaha) Si Tho Ye Sa Pho He (kepada yg mulia Svaha) Mo Ho SI Tho Ye Sa Pho He (kepada yg maha gaib svaha) Si to Yu Yi Se Po La ye Sa Pho he (Beliau yg memiliki gaib sempurna svaha) Na La Cin Ce Sa Pho He, Mo La Na La (Pelindung yg maha asih svaha) 61

72 Sa Pho He, Si La Sen A Mu Cu Ye Sa Pho He (Beliau yg mampu mengatasi smua kesulitan svaha, yg berwajah singa Svaha) Sa Po Mo He Ah Si Tho Ye Sa Pho He (Beliau yg memiliki kegaiban agung Svaha) Ce Ci La Ah SI to Ye Sa Pho He (Beliau yg memiliki kegaiban cakra svaha) Pho To Mo Ci Tho Ye Sa Pho He (Yg memegang bunga teratai svaha) Na La Cin Ce Pho Cia La Ye Sa Pho He (Pelindung yg welas dan patut di puja svaha) Mo Po Li Sen Ci La Ye Sa Pho He (Resi agung yg menjalani hidup suci Svaha) Na Mo He La Ta Na To La Ye Ye (Dengan penuh sujud aku berlindung kepada Tri Ratna) Na Mo Ah Li Ye Po Lu Cie Ti (Dengan penuh sujud aku berlindung) Suo Po La Ye Sa Pho He (kepada yg maha Sempurna Svaha) Aum Si Thien Tu Man To La Pha To Ye (Aum semoga jalan mantra ini membuahkan kegaiban kesuksesan) Sa Pho He (Svaha) Buah-buahan Buah-buahan melambangkan buah dari suatu perbuatan atau keberhasilan atas segala usaha yang telah dilaksanakan. Setiap perbuatan atau usaha yang dilakukan, suatu saat nanti akan membuahkan hasil atau akibat. Berbuat baik akan berakibat kebahagiaan, kemujuran atau berkecukupan/kaya sedangkan berbuat kejahatan akan berakibat penderitaan, kesialan atau serba kekurangan. 62

73 Gambar Altar dewi Kwan Im Sumber : Kompleks Cemara Hijau Blok G, No.4 Gambar Buah-buahan Sumber : Jln. Demak No.5 e/g, Medan 63

74 Gambar Buah-buahan dan Makanan Sumber : Jln. Terong No.48c, Medan Persyaratan buah-buahan pada altar Buddha : (1) Buah-buahan segar untuk persembahan sebaiknya memiliki aroma yang wangi, seperti: buah apel, jeruk, mangga, nanas, semangka, dan lainlain. (2) Pisang dan buah persik tidak cocok untuk dipersembahkan kepada Buddha. (3) Buah-buahan yang dipersembahkan jumlahnya harus ganjil. Artinya susunan lapisan harus ganjil, dan bukan jumlah buah yang ganjil. (4) Jika ada empat buah apel, maka bagian tingkatan atas satu buah, bagian bawah tiga buah, dengan kata lain, jumlah setiap tingkatnya adalah ganjil. 64

75 (5) Ketika mengganti buah-buahan segar, maka seluruh buah yang terdapat dalam satu piring harus diganti, tidak boleh hanya mengganti beberapa biji saja Bunga Segar Bunga digunakan untuk menyatakan perasaan berterima kasih kepada Buddha dan mengingatkan kita mengenai ketidakkekalan. Dengan memperhatikan bunga, seyogianya kita memahami ajaran tentang ketidakkekalan. Kecantikan, kedudukan, kepandaian, keahlian, kekayaan, martabat, jabatan, dan lain-lainnya adalah tidak bertahan selamanya akan mengalami perubahan pada saatnya tiba. Oleh karena itu, bunga yang dipersembahkan ke atas altar Buddha adalah sebagai alarm kehidupan bagi kita, di mana suatu saat apa yang kita miliki dan kita harapkan tidaklah dapat kita lekati sepanjang masa. Semuanya akan berpisah, dengan demikian, kita harus menghindari keangkuhan, kesombongan, dan tinggi hati. Gambar bunga segar Sumber : Jln. Demak No.5 e/g, Medan 65

76 Persyaratan bunga segar pada altar dewi Kwam Im : (1) Lebih baik jika mempersembahkan tangkai daun bambu. (2) Bunga yang boleh dipersembahkan seperti krisan, bunga bakung, anggrek, narsisis. Bunga yang memiliki duri misalnya bunga mawar tidak cocok dipersembahkan di altar Guan Shi Yin Pu Sa. (3) Bunga yang disertai dengan tanah dalam pot kembangnya jangan dipersembahkan di altar Guan Shi Yin Pu Sa. (4) Umumnya, disetiap sisi kiri dan kanan altar, dipersembahkan satu pot tangkai bunga bambu dengan jumlah 1-3 batang tangkai daun bambu di masing-masing pot, sebaiknya jangan terlalu banyak. (5) Bunga segar jumlahnya tidak ditentukan. 5.2 Kegiatan Kompleks kegiatan, berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi, bersifat kongkret, dapat diamati atau diobservasi. Wujud ini sering disebut sistem sosial. Sistem sosial ini tidak dapat melepaskan diri dari sistem budaya. Apa pun bentuknya, pola-pola aktivitas tersebut ditentukan atau ditata oleh gagasan-gagasan, dan pikiran-pikiran yang ada di dalam kepala manusia. Karena saling berinteraksi antara manusia, maka pola aktivitas dapat pula menimbulkan gagasan, konsep, dan pikiran baru serta tidak mustahil dapat diterima dan mendapat tempat dalam sistem budaya dari manusia yang berinteraksi tersebut. 66

77 5.2.1 Sembahyang Bagi yang memuja Kuan See Iem Pho Sat dirumah, pada waktu sembahyang pasang dupa/hio satu batang. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu sembahyang dan membaca doa ini ialah : Dilarang memiliki hati dan pikiran yang jahat, Dilarang membaca sambil tiduran, Dilarang merokok, Sebelum membaca doa, sebaiknya melakukan sembah sujud tiga kali, lalu mengambil dupa, pasang dupa/hio satu atau tiga batang. lalu ujung dupa dibakar, posisi berlutut menghadap kedepan altar Buddha, dan membaca doa, misalnya doa untuk di beri kesehatan : Namo kuan se im pu sat wo jiau lai ti na qing nin pau yung wo shen ti jian kang, chu jin ping an, hui zuo geng hao de hai zi, yi hou neng zuo fu mu gao xing, qing nin pau yung wo jia ren shen ti jian kang. Namo kuan se im pu sat. Amithofo. Ditranskripsi kata-katanya : Buddha Kwan Se Im Pu Sat, nama saya Kristina, mohon Buddha memberi saya kesehatan, keselamatan, kemudian saya bisa membuat orang tua saya bahagia, mohon Buddha memberi keluarga saya kesehatan. Buddha Kuan Se Im Pu Sat. Amithofo Setelah selesai membaca doa, dupa ditancapkan kembali pada kumpulan abu di satu wadah, lalu setelah itu membaca parrita da pei cou: 67

78 Na Mo Ta Pei Kwan She Yin Phu Sa (Terpujilah Yg Maha Asih Avokitesvara Bodhisatva) Na Mo Ta Pei Kwan She yin Phu Sa (Terpujilah Yg Maha Welas Asih Avolitesvara Bodhisatva) Na Mo Ta Pei Kwan She yin Phu Sa (Terpujilah Yg Maha Welas Asih Avolitesvara Bodhisatva) Na Mo He La Ta Na To La Ye Ye (Dengan penuh sujud aku Berlindung Kepada Tri Ratna) Na Mo O Li Ye Po Lu Cie Ti Suo Po La Ye, (Dengan Penuh Sujud Aku Berlindung kepada Yang Maha Sempurna) Phu Ti Sa To Po Ye Mo He Sa To Po Ye (Mahkluk yg Telah Mencapai Pencerahan Bodhi) Mo He Cia Lu Ni Cia Ye, (Mahkluk Agung Maha Welas Asih) Aum Sa Po La FaYi Su Ta Na Ta Sie (Aum Beliau yg mempunyai kekuatan kesempurnaan Dharma) Na Mo Si Ci Li To Yi Meng A Li Ye (Dengan sepenuh hati dan sujud aku berlindung kepada Mu) Po Lu Cie Ti Se Fo La Ling To Po (sumber segala kesucian) Na Mo Na La Cin Ce (Setulus hati aku bersujud Pada MU) SI Li Mo He Pu Tuo Sa Mi (Cahaya kebajikan Agung yg tiada batas) Sa Pho Ah Tha Tou SU Peng Ah Se Yin (Para Buddha sayup sayup merasakannya) Sa Po Sa To Na Mo Po Sa To (yang memiliki semua kemuliaan kebahagiaan kemakmuran tak terkalahkan) 68

79 Na Mo Po Chie Mo Fa The Tou (Sumber berkah semua makhluk di seluruh penjuru alam) Ta Che Ta Aum, Ah Po Lu Si Lu Cia Ti (Aum beliau yang mendengarkan suara dunia mengatasi segala rintangan karma) Cia Lo Ti, Yi Si Li Mo He Phu Thi Sa To (Aku akan menjalankan ajaranmu sampai tercapainya pencerahan) Sa Po Sa PO Mo La Mo La, (Memberi yang baik utk semuanya di dalam berkah dan kebijaksanaan Mu) Mo Si Mo SI Li Tho Yin Chi Lu Chi Lu (Inti ketenangan tak terhingga laksana Dharma melepaskan kerterbatasan mengembangkan kemajuan pribadi dan menolong smua makhluk) Chie Meng, Tu Lu Tu Lu Fa Se Ye Ti (Berlatihlah atasi kelahiran dan kematian raih kemenangan agung gemilang) Mo He Fa Se Ye Ti To La To La Ti Li Ni (Bersatulah tenang jernih tajam berani pancarkan cahaya terang benderang) Se Fo La Ye Ce La Ce La Mo Mo Fa Mo La (Guncang guncanglah bebaskan aku dari noda bahtin) Mu Ti Li Yi SI Yi SI Se Na Se Na (Datang Datanglah dengar dengarlah) Ah La Sen Fo La She Li (Raja Dharma memutar ajaran) Fa Sa Fa Sen Fo La Se Ye Hu Lu Hu Lu Mo La (Kabar gembira senyum suka cita terimalah Dharma menyatu dalam hati) Hu Lu Hu Lu Si Li Suo La Suo La (Laksanakan Dharma tampa timbul keraguan teguh tak tergoyahkan) Si Li SI Li Su Lu Su Lu (Raih kemenangan tak terkalahkan bagaikan embun sejuk yang menyembuhkan) 69

80 Pu Thi Ye Pu Thi Ye Pu Tho Ye Pu Tho Ye (Terang teranglah batin sadar sadarlah tercerahkan) Mi Ti Li Ye Na La Cin CeTi Li Se Ni Na (Beliau yg maha asih yg patut di puja laksana pedang kebenaran yg kuat dan tajam) Pho Ye Mo Na Sa Po He (kepada yang sempurna Svaha) Si Tho Ye Sa Pho He (kepada yg mulia Svaha) Mo Ho SI Tho Ye Sa Pho He (kepada yg maha gaib svaha) Si to Yu Yi Se Po La ye Sa Pho he (Beliau yg memiliki gaib sempurna svaha) Na La Cin Ce Sa Pho He, Mo La Na La (Pelindung yg maha asih svaha) Sa Pho He, Si La Sen A Mu Cu Ye Sa Pho He (Beliau yg mampu mengatasi smua kesulitan svaha, yg berwajah singa Svaha) Sa Po Mo He Ah Si Tho Ye Sa Pho He (Beliau yg memiliki kegaiban agung Svaha) Ce Ci La Ah SI to Ye Sa Pho He (Beliau yg memiliki kegaiban cakra svaha) Pho To Mo Ci Tho Ye Sa Pho He (Yg memegang bunga teratai svaha) Na La Cin Ce Pho Cia La Ye Sa Pho He (Pelindung yg welas dan patut di puja svaha) Mo Po Li Sen Ci La Ye Sa Pho He (Resi agung yg menjalani hidup suci Svaha) Na Mo He La Ta Na To La Ye Ye (Dengan penuh sujud aku berlindung kepada Tri Ratna) Na Mo Ah Li Ye Po Lu Cie Ti (Dengan penuh sujud aku berlindung) Suo Po La Ye Sa Pho He (kepada yg maha Sempurna Svaha) Aum Si Thien Tu Man To La Pha To Ye (Aum semoga jalan mantra ini membuahkan kegaiban kesuksesan) 70

81 Sa Pho He (Svaha) Lalu setelah membaca doa, diakhiri dengan sembah sujud 3 (tiga) kali. Gambar Sembahyang Sumber : jln. Gatot Subroto, sei kambing no.66, Medan Sembahyang Saat Menjalankan Tugasdi Luar Kota Jika hanya jangka pendek, sebelum pergi berangkat kerja keluar kota ganti air suci yang baru, buah dan bunga segar, kemudian altar Buddha ditempatkan sepertri biasa dan jangan menutupi altar dengan benda apapun. Foto altar Buddha dirumah (dalam mengambil foto dalam kondisi tidak membakar dupa), kemudian foto ini dibungkus dengan baik menggunakan kain merah, untuk dibawa ke lokasi kerja. Foto ini bisa diletakkan di altar dan melakukan sembahyang sebagaimana biasanya dirumah menggunakan dupa, air, buah-buahan segar, bunga segar, dan lain-lain, atau bisa dengan setiap hari menggunakan foto altar Buddha, lakukan visualisasi seperti sembahyang di rumah, setelah itu simpan foto. 71

82 5.2.3 Pemandian Altar dan Rupang (Patung) Masyarakat Tionghoa juga mempunyai tradisi membersihkan altar. Tradisi membersihkan altar dapat dilakukan setiap saat, tapi tradisi membersihkan rupang (patung) dengan menggunakan air bunga, biasanya dilakukan setiap tahun sekali ketika menjelang Imlek yaitu setelah tanggal 24 (sampai akhir bulan) bulan 12 imlek. Karena hal ini dipercaya bahwa pada saat tersebut, Dewa-dewi naik ke langit dan meninggalkan rupang (patung) dan altarnya pada Cap Jie Gwee 24 atau sehari sebelumnya untuk melaporkan apa yang telah dicatatnya selama setahun. Pada hakekatnya ketika orang bersembahyang, tentunya perlu tempat sembahyang yang bersih dan mulia. Selain di klenteng, kegiatan pembersihan ini juga dilakukan oleh masyarakat Tionghoa terhadap altar sembahyang untuk dewa dan arwah leluhur di rumah masing-masing.pembersihan altar di rumah pribadi merupakan simbol tanda bakti etnis Tionghoa kepada leluhurnya juga pada dewa-dewi, yang dimaksudkan untuk menyiapkan tempat yang bersih untuk para dewa-dewi ketika mereka kembali turun pada hari keempat setelah Imlek dan untuk membersihkan diri supaya bila Imlek tiba semuanya dalam keadaan bersih. 72

83 Gambar Pembersihan Altar dan Rupang Sumber : Jln. Terong No.48c, Medan 73

84 Gambar Pembersihan Altar dan Rupang Sumber : Jln. Terong No.48c, Medan 74

85 Gambar Pembersihan Altar dan Rupang Sumber : Jln. Terong No.48c, Medan 5.3 Gagasan Kompleks gagasan, konsep, pikiran manusia: wujud ini disebut sistem budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, dan bersifat pada kepala-kepala manusia yang menganutnya. Gagasan dan pikiran tersebut tidak merupakan kepingan-kepingan yang terlepas, melainkan saling berkaitan berdasarkan asasasas yang erat hubungannya, sehingga menjadi sistem gagasan dan pikiran yang relative mantap dan kontinyu.masyarakat Tionghoa Buddha yang menganut aliran Mahayana biasanya meletakkan altar sembahyang dewi Kwan im pada rumah sebagai sarana ibadah pribadi dan meminta keselamatan dan kesehatan pada Dewi Kwan Im. 75

86 5.3.1 Aliran Mahayana Mahayana yang berarti: kendaraan besar. Maksud dari ungkapan ini adalah karena Mahayana dapat menampung sebanyak-banyaknya orang yang ingin masuk nirwana. Mahayana mempunyai pandangan prinsip bahwa setiap manusia yang telah mencapai Bodhi (ilham) dapat menolong orang lain untuk mencapai Bodhi pula. Cara demikian inilah maka makin banyaklah Bodhisatva yang akan menjadi penghuni nirwana. Penganut faham ini berkeyakinan bahwa nirwana itu terbuka untuk semua manusia, tidak hanya teruntuk satu golongan. Hanya saja jalan yang ditempuh berbeda, para pendeta mendapat jalan yang lebih jelas dan lebih pendek dari pada yang alami atau yang dilalui oleh orang biasa. (Josoef Soeuyb, 1996). Ajaran Sang Buddha. Mahayana, yang dilahirkan di India, digunakan atas tiga pengertian utama: a. Sebagai tradisi yang masih berbeda, Mahayana merupakan kumpulan terbesar dari dua tradisi Agama Buddha yang ada sekarang ini, yang lainnya adalah Theravada pembagian ini sering kali diperdebatkan oleh bebagai kelompok. b. Menurut cara pembagian Klasifikasi filosofi Agama Buddha berdasarkan aliran Mahayana, Mahayana merujuk kepada tingkatan motifasi spiritual yang juga di kenal dengan sebutan Bodhisattvayana berdasarkan pembagian ini, pendekatan pilihan yang lain disebut Hinayana, atau Sharavakayana. Hal ini juga di kenal dalam ajaran Theravada, tetapi tidak di anggap sebagai pendekatan yang sesuai. 76

87 c. Mahayana merujuk kepada satu dari tiga jalan menuju pencerahan, dua lainnya adalah Hinayana dan Vajrayana. Pembagian pengajaran dalam Agama Buddha Vajrayana, dan tidak dikenal dalam ajaran Agama Buddha Mahayana dan Theravada. Sutra Teratai merupakan Referensi sampingan penganut Buddha aliran Mahayana. Tokoh Kwan Im yang bermaksud "maha mendengar" atau nama Sansekertanya "Avalokiteśvara" merupakan tokoh Mahayana dan dipercayai telah menitis beberapa kali dalam alam manusia untuk memimpin umat manusia ke jalan kebenaran. Dia diberikan sifat-sifat keibuan seperti penyayang dan lemah lembut. Menurut sejarahnya Avalokitesvara adalah seorang lelaki murid Buddha, akan tetapi setelah pengaruh Buddha masuk ke Tiongkok, profil ini perlahan-lahan berubah menjadi sosok feminin dan dihubungkan dengan legenda yang ada di Tiongkok sebagai seorang dewi. Dalam perjalanan sejarahnya, Mahayana menyebar keseluruh Asia Timur. Negara-negara yang menganut ajaran Mahayana sekarang ini adalah Cina, Jepang,Korea dan Vietnam dan penganut Agama Buddha Tibet (etnis Himalaya yang diakibatkan oleh invasi Cina ke Tibet) Pokok-pokok Ajaran Mahayana Pokok-pokok ajaran Mahayana adalah sebagai berikut : a. Orang dalam usahanya dalam mencapai nirwana, tidak egoistis atau mementingkan diri sendiri akan tetapi dapat saling membantu, 77

88 b. Orang tidak sendirian dalam mencapai kelepasan, tetapi dapat ditolong orang lain yang telah menjadi Bodhisatva (orang yang telah mencapai bodhi atau ilham), c. Kunci keutamaan kasih sayang adalah "Karuna", d. Agama punya kehidupan di dunia, bagi orang awam di luar golongan pendeta, e. Tipe ideal manusia ialah Bodhisatva (orang-orang yang telah mencapai ilham sehingga terjamin untuk masuk nirwana), f. Budha dipandang sebagai juru selamat manusia, g. Melaksanakan dengan teliti hal-hal yang berhubungan dengan metafisika, h. Mengadakan upacara-upacara keagamaan, i. Melakukan do'a-do'a permohonan kepada dewa-dewa trimurti Budhisme, j. Memperhatikan yoga-yoga dan mantra-mantra (Tantrisme) Konsepsi Ketuhanan Dalam Mahayana Konsepsi ke-tuhanan dalam aliran Mahayana ini menyerupai faham kedewataan dalam agama Hindu yang dipengaruhi oleh kepercayaan India lama. Hal ini tampak oleh adanya pengaruh dari aliran Bhakti dan Tantra. Yaitu aliran yang merupakan perpaduan sinkretis dari berbagai macam kepercayaan, termasuk kepercayaan primitif India. Madzhab Mahayana cenderung mempertahankan makna-makna hakiki ajaran Budha, buku-buku ajarannya banyak menggunakan bahasasansekerta. 78

89 Mahayana mengenal banyak dewa-dewa, sehingga boleh dikatakan Mahayana adalah berfaham politeisme seperti dalam agama Hindu. Hal ini karena adanya kenyataan sebagai berikut: (1) Mengenal faham trimurti Budisme yaitu kepercayaan terhadap adanya tokoh-tokoh kedewaan yang terdiri dari Dyani Budha, Manusia Budha dan Dyani Bodisatwa yang kesemuannya bersumber pada Adi Budha (yang bersemayam di Sorga loka). (2) Mempercayai adanya dewa-dewa lokapala yaitu dewa-dewa yang menjaga dunia diarah penjuru angin. (3) Mempercayai adanya sakti-sakti (istri dewa). (4) Mengadakan upacara keagamaan dalam bentuk pemujaan kepada Budha serta memberikan kurban kepadanya. Aliran Mahayana memberi gagasan positif mengenai Tuhan, jiwa, takdir, Mahayana memberikan kepada semua makhluk di seluruh dunia keselamatan melalui iman, cinta serat pengetahuan, para pengikut Mahayana berpendapat bahwa Budha bukan pendeta penebus dosa, dia tidak menutup matanya bagi dunia ketika mencapai nirwana tetapi menawarkan cahaya agar dunia sampai pada tujuannya. "Saya akan menjadi pengawal bagi mereka yang tidak mempunyai perlindungan, pemandu para musafir, sebuah kapal sebuah mata air, sebuah jembatan bagi para pencari penopang, saya akan menjadi lampu manakala dibutuhkan, tempat tidur bagi yang letih manakala ia membutuhkan tempat tidur, pekerja keras manakala pelayanan dibutuhkan. Lebih lanjut pemahaman kebudhaan menurut Mahayana mengalami perkembangan yang lebih ruwet karena sifatnya yang mistis dan filosofis, 79

90 menurut Mahayana, Budha Gautama bukanlah suatu fenomena yang berdiri sendiri melainkan sebagai mata rantai deretan para Budha dari unsur kebudhaan yang disebut tathagatagarbha (rahim kebudhaan) atau Budha-bija (benih Budha). (Daisaku Ikeda, 1997). Table Agama Buddha Mahayana Mahayana Manusia terlibat dengan sesamanya Manusia tidak sendirian (penyelamatan melalui rahmat) Kebajikan utama, karunia, belas kasih Agama itu penting bagi hidup di dunia (juga bagi orang awam) Cita-cita : Bodhisatva Budha seorang penyelamat Mendalami metafisika Mencakup upacara keagamaan Memasukkan doa permohonan Liberal Sumber : Huston Smith, Agama, op.cit., hlm

91 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari uraian tentang Altar Sembahyang untuk Dewi Kwan Im pada Rumah Masyarakat Tinghoa Buddha di Medan dapat disimpulkan bahwa masyarakat Tionghoa tidak dapat lepas dari 3 (tiga) wujud budayayaitu artefak, kegiatan, dan gagasan tersebut. Dalam altar Dewi Kwan Im terdapat artefak berupa rupang (patung) Buddha, lampu minyak, lampu lilin, lampu teratai ataupun lilin, minyak, air suci, dupa, music yang berisikan mantra da bei cou, buah-buahan segar yang memiliki aroma wangi seperti apel, jeruk, nanas, lalu diletakkan bunga segar seperti krisan, bunga bakung, anggrek, narsisis, dan lebih baik apabila meletakkan tangkai bambu. Pada altar Dewi Kwan Im juga dilakukan kegiatan sembahyang, sembahyang ketika pindah rumah, dan pemandian altar dan rupang menggunakan air bunga, biasanya dilakukan setiap tahun sekali ketika menjelang Imlek yaitu setelah tanggal 24 (sampai akhir bulan) bulan 12 imlek. Dalam gagasan masyarakat Tionghoa Buddha yang menganut aliran Mahayana biasanya meletakkan altar sembahyang Dewi Kwan Im pada rumah sebagai sarana ibadah dan meminta keselamatan dan kesehatan pada dewi Kwan Im. Aliran mahayana mengenal banyak dewa-dewa, sehingga boleh 81

92 dikatakan Mahayana adalah paham politeisme, menyerupai faham kedewataan dalam agama Hindu yang dipengaruhi oleh kepercayaan India lama. 6.2 Saran Penulis berharap semoga penelitian lebih lanjut dapat mengkaji dengan luas cangkupan, baik materi maupun subyek yang diteliti. Penulis juga berharap agar generasi muda masyarakat Tionghoa sekarang bisa memahami dan memperhatikan nilai-nilai yang terkandung dalam kebudayaannya. 82

93 DAFTAR PUSTAKA Furchan, Arief Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional Gondomono Manusia dan Kebudayaan Han. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara John L. Esposito, dkk World Religions Today. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kuantjara, Esther Penelitian Kebudayaan Sebuah Panduan Praktis. Yogyakarta: Graha Ilmu Koentjaraningrat Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia Lu Jun Hong Pengenalan dan Panduan Xin Ling Fa Men Dharma Buddha.. Australia: 2OR Australia Oriental Radio Maran Raga Rafel Manusia dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta Radis, Bastian Dalai Lama. Bekasi: Palapa Schenker, Daniela Kuan Yin Accessing the Power of the Devine Femine. Louisville: Sounds True Thubten Chodron Praktik Penyempurnaan Welas Asih. Bandung: Kadam Choeling Widyosiswoyo, Supartono Ilmu Budaya Dasar. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia Williams, C.A.S Chinese Symbolism and Art Motifs. Singapore: Tuttle Publishing Wiranta A.B Gede I Antropologi Budaya. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti Rahma Safitri Fungsi dan Makna Ornamen Pada Tiga Bangunan Vihara di Kota Binjai. Fitria Anggina Siregar Wisata Vihara Avalokitesvara (Studi Etnografi Mengenai Wisata Religi di Kota Pematang siantar). Achmad Muzaki Konsep Trikaya Dalam Agama Buddha Mahayana. Elmida Sriwijayanti Upacara Dewi Kwan Im Po Sat (Studi Pelaksanaan Upacara dan Motivasi Umat Tridharma di Klenteng Tien Kok Sie Pasar Kota Gede Solo). 83

94 Internet diunduh pada tanggal 9 Desember 2016 pada pukul l 9 Desember 2016 pada pukul

95 LAMPIRAN Daftar Informan 1. Nama : Ko Kong Xiong Umur Pekerjaan Alamat : 60 tahun : Berdagang : Jln. Terong Medan 2. Nama : Johan Umur Pekerjaan Alamat : 45 tahun : Berdagang : Kampung Baru Medan 3. Nama : Nasib Suryanto Umur Pekerjaan Alamat : 55 tahun : Pengurus Vihara Gunung Timur Medan : Jln. Hang Tuah Medan 4. Nama : Susanto Umur Pekerjaan Alamat : 58 Tahun : Wiraswasta : Jln. Demak Medan Area 5. Nama : Jimmy Lay Umur Pekerjaan Alamat : 58 Tahun : Wiraswasta : Jln. Belitung Medan 6. Nama : Kong Siu Hong Umur : 59 Tahun

96 Pekerjaan Alamat : Ibu rumah tangga : Kompleks Cemara Hijau, Medan. 7. Nama : Tommy Umur Pekerjaan Alamat :71 Tahun : Suhu : Jalan Gajah, Medan.

97 Daftar Pertanyaan 1 Mengapa harus membuat altar dewi Kwan Im? 2 Bagaimana menempatkan altar dewi Kwan Im? 3 Apa saja benda yang diletakkan pada altar sembahyang dewi Kwan Im? 4 Dewi Kwan Im termasuk agama Buddha pada aliran apa? 5 Apa saja pantangan yang harus dihindari? 6 Aktivitas apa saja yang dilakukan pada altar sembahyang dewi Kwan im? 7 Kapan dilakukan sembahyang pada Dewi Kwan im? 8 Kapan dilakukan pembersihan altar sembahyang Dewi Kwan Im? 9 Berapa banyak buah dan buah apa saja yang di letakkan pada altar? 10 Berapa banyak bunga dan bunga apa saja yang di letakkan pada altar? 11 Nyanyian apa yang ada pada altar sembahyang? 12 Mengapa harus membaca parrita?

98 苏北大学 中文系本科生毕业论文 论文题目 : 棉兰华人崇拜观音像的由来与意义 学生姓名 : 杜鹃 学号 : 导师姓名 : 温霓莎 学院 学系 : 人文学院 : 中文系 苏北大学中文系 2017 年 4 月日

99 摘要 本文的标题是棉兰华人崇拜观音像的由来与意义 本研究的目的是找出棉兰华人对祷告坛女观音看法, 祷告坛女观音活动和祷告坛女观音的东西 在这个研究中, 有两个数据源, 即, 主要数据和次要数据 主要数据是参观, 而次要数据是文学书籍研究 研究这是用了符号学主机和三文化形态主机说来研究集体标题 棉兰华人崇拜观音观音, 一般在家里有一个祈祷坛 棉兰华人对神观音通常请求健康和安全, 在祷告祭坛也有做活动, 那儿有放些东西 关键词 : 祭坛 : 东西 ; 活动 ; 注意 i

100 目录 摘要 i 目录.ii 图目录..iv 第一章绪论 1.1 选题背景 研究目的 前人研究 研究方法.3 第二章棉兰华人及其信仰 2.1 佛教 祷告的祭坛 基本要求安置佛坛 邀请出席神观音 置入坛祈祷当移动 北苏门答腊省.7 第三章东西, 活动和注意 3.1 东西 雕像 ( 雕塑 ) 灯光 油 水 香 12 ii

101 3.1.6 咒 水果 鲜花 活动 祈祷 祈祷在城外的义务 清洁祭坛的传统 主意 大乘佛教.21 第四章 4.1 结论 建议.22 参考文献.23 致谢.24 iii

102 图目录 图 3-1. 观音的雕像 8 图 3-2. 灯光..9 图 3-3. 油.10 图 3-4. 水.11 图 3-5. 香.12 图 3-6. 水果.13 图 3-7. 水果和食物.13 图 3-8. 鲜花 14 图 3-9. 祈祷 17 图 清洁祭坛的传统.18 图 清洁祭坛的传统.19 图 清洁祭坛的传统.20 iv

103 v

104 第一章概述 1.1 选题背景佛教在开始的载体,Siddhartha Gautama 的开始 他已经获得了作为一个佛陀的意识 佛教在印度尼西亚有悠久的历史, 有相当范围的文物日期从它早年在印度尼西亚 佛教被公认为印度尼西亚的六个官方宗教之一, 以及伊斯兰教, 基督教 ( 新教和天主教 ), 印度教和儒教 一般来说, 佛教分有三个部分流, 就是小乘, 大乘和金刚乘 观音是在大乘 观世音菩萨 ( 梵文 :अवल कत श वर,Avalokiteśvara), 又译为观自在菩萨 光世音菩萨 汉语音译 ( 阿婆卢吉低舍婆罗 ) ( 阿缚卢枳低湿伐逻 ), 名号意思为 ( 观察世间音声觉悟有情 ) 为大乘佛教西方极乐世界教主阿弥陀佛座下的上首菩萨, 与大势至菩萨为阿弥陀佛的左 右胁侍菩萨, 并称 ( 西方三圣 ), 同时祂也是四大菩萨之一 祷告是一种宗教活动的形式, 它要求与神 神 灵或超自然的力量之间建立关系, 并进行深思熟虑 祭坛需要一个礼拜场所, 私人祈祷, 家庭 华人社区不仅在寺庙里或寺院里祈祷, 而且在家里的祭坛上祈祷 华人社区谁崇拜大乘应该有一个祷告祭坛观音 祭坛在家居的重要电源点, 一个让人沉思和荣誉的神圣的地方 祭坛上忠于款银体现了无限的同情和为你和你所爱的人的保护 在私人住宅, 一般有两种主要的祭坛 一个人可以被认为是一个 守护者 的祭坛 面对大门, 和雕像上保护入口到回家 他们欢迎你的参观的人以及你个人的守护天使, 和积极的能量, 他们辐射抵消任何细微的有害的能量, 可以进入, 如消极思想的预测或不友好的意图 另一种是 家庭 的祭坛, 通常放置在一个更封闭的空间, 理想的情况是, 它是在一个单独的房间里, 人们可以花时间在冥想或祈祷 华人社区也有清洁祭坛的传统 清洗祭坛的传统可以在任何时候完成, 但传统的清洗雕像通常是一年进行一次, 当农历接近后, 第二十四 ( 直到月底 ) 12 个月 因为相信在神的时间升天离开了雕像和祭坛在 Cap Jie Gwee 24 1

105 或前一天的报告所指出的一年 印度尼西亚祈祷坛上的装饰品经常描绘花朵 动物 水果等等 凡有功能和意义的饰品 在棉兰市, 中国社会的到来, 原本是一个荷兰园作为契约劳工 他们来到北苏门答腊的中国移民开始了第十六世纪, 直到大约在第十九世纪中叶 然后他们开始培育棉兰贸易领域 棉兰华人与其他民族并存, 包括土著民族和种族的移民 在华人社会中的棉兰人认为, 大乘佛教的一个教学 ( 最高学历是 bodhisatva) 通常在每一个家庭祷告的祭坛, 一个是崇拜观音祭坛 在此基础上, 论述了只有棉兰华人崇拜观音像的由来与意义 1.2 研究目的 论文本的目的是找出棉兰华人对祷告坛女观音看法, 祷告坛女观音活动 和祷告坛女观音的东西 1.3 前人研究在中国已经有很多人研究过神观音 本人选了几篇对本研有较大的关系的如下 李世偉 (2004) 在 战后台湾观音感应錄的制作与内容 本文进述鼓舞人心的事件, 观音菩萨的故事, 有关圣经和赞美诗, 并介绍各种研究方法 这些内容有部分是传统的感应事迹, 但台湾本土的事迹也大量增加, 内容也更加多样化 细致化, 以因应时代的变迁, 信徒也更有亲切感 他帮作者能懂的神观音 徐一智 (2014) 在 对于观音信仰传入中国的调适情况 中说当观音第一次 被介绍到中国 对于观音信仰传入中国的调适情况 能由六朝观音应验记里的记载来窥见 六朝留存的应验记有东晋傅亮 光世音应验记 刘宋张演 续光世音应验记 梁陆杲 系观世音应验记 他帮作者能懂的神观音 在印尼有一些杂志, 本人选了几篇对本研有较大的关系的如下 Elmida Sriwijayanti (2009) 在她的论文 : 仪式神观音 ( 研究实施仪式和动机的人,tridharma Tien Kok Sie 在科塔歌德市场独奏 本文 2

106 介绍了如何观音仪式女神在仪式 tridharma 女神观音动机的人 她帮作者能懂什么活动在观音的修道院 Achmad Muzaki (2013) 在他的论文 大乘佛教 解释三身佛的概念 本文介绍了神性的表现在该大乘佛教的概念和那三身佛的概念在佛教认识上帝的引导 他帮作者能懂的大乘佛教 Fitria Anggina Siregar(2016) 在她的论文 旅行精舍观音在先达 本文介绍了游客活动, 功能精舍观音 她帮作者能懂的棉兰华人的历史和符号学主机 对我的论文跟他们的论文有差异, 因为本人研究东西, 活动和注意虽然他们还没研究 1.4 研究方法 本人用描述法, 访问, 对访问大概问七个人谁了解关于神观音, 和 文献检索法等来进行研究 问七个人谁了解关于神观音就是 : 8. 名字 : Ko Kong Xiong 年龄 : 60 岁 工作 : 企业家 地址 : Jln. Terong, Medan 9. 名字 : Johan 年龄 : 45 岁 工作 地址 : 企业家 : Kampung Baru, Medan 10. 名字 : Nasib Suryanto 年龄 : 55 岁 3

107 工作 : 棉兰寺庙 Gunung Timur 的管理员 地址 : Jln. Hang Tuah, Medan 11. 名字 : Susanto 年龄 : 58 岁 工作 地址 : 企业家 : Jln. Demak Medan Area 12. 名字 : Jimmy Lay 年龄 : 58 岁 工作 地址 : 企业家 : Jln. Belitung, Medan 13. 名字 : Kong Siu Hong 年龄 : 59 岁 工作 地址 : 家庭主妇 : Kompleks Cemara Hijau, Medan. 14. 名字 : Tommy 年龄 :71 岁 工作 地址 : 和尚 : Jalan Gajah, Medan. 问题列表 : 1 为什么要让神观音祭坛? 4

108 2 如何把神观音祭坛? 3 被放置在神观音祭坛上什么项目? 4 应该避免哪些禁忌? 5 什么样的活动是在祭坛上神观音进行? 6 什么时候我们祷告神观音? 7 什么时候我们做清洁神观音崇拜? 8 祭坛上放了多少水果和什么水果? 9 祭坛上放了多少花和花? 10 祷告的祭坛上有什么歌? 11 为什么要读 Parrita? 5

109 第二章棉兰华人及其信仰 2.1. 佛教 佛教起源于远古印度迦毗罗卫国 ( 现在的尼泊尔 ) 的太子悉达多 乔达摩 ( 古译 : 瞿昙 )( 佛号释迦牟尼佛 ) 在大约西元前 6 世纪对于佛弟子所开示的教导, 后发展为宗教 全世界约有 5 亿佛教信众, 常被视为世界三大宗教之一在 世界上尤其是对于东亚 中亚 东南亚和南亚地区曾具有广泛的影响 佛教的字意是佛陀的教育, 而不是指拜佛的宗教, 比起来其教义更像是一种哲理, 由于最原始的佛教概念中, 没有明确指出神明的定义, 因而后世的佛教尽管有些神话故事与规范, 却始终带有一些不可知论的气息, 佛教在历史上曾对世界文化传播做出了不可磨灭的贡献 21 世纪世界佛教徒的人口分布是 : 汉传佛教地区 67.3%(3 亿 6 千万人 ), 南传佛教地区 28%(1 亿 5 千万人 ), 藏传佛教地区 3.4%(1 千 8 百万人 ), 亚洲以外地区 1.3% (7 百万人 ) 佛教不是神性教义的起点, 而是人类所经历的现实生活 乔达摩的教导 的本质 ( 佛 ): A. 佛 如来佛祖是指获得了启蒙或完美启蒙, 并意识到宇宙和宇宙真相的人 B. 达摩 达摩学说更多地谈论人在生活中所面临的问题, 无论是关于人类自身的 特性, 还是与所谓的上帝和宇宙以及万物的关系 C. 僧伽 6

110 除了教佛教僧的比丘僧伽主义观点为众, 也有僧人做佛法的地方 2.2 祷告的祭坛 祭坛需要一个礼拜 / 祈祷的方法, 个人, 家庭, 或为一个地方学习佛法 如 果条件允许, 最好是在家里提供了一座祭坛, 邀请观音雕像 基本要求安置佛坛 a. 不能靠近厕所 ( 家里厕所门必须关闭 ) b. 不能面对厨房 c. 不能放在电视的顶部, 在冰箱和其他人的顶部, 不能放置在空调重合 d. 不能放在卧室的丈夫和妻子 ( 除非丈夫和妻子的年龄 ) e. 单独卧室是允许的, 但床 / 足端不应面对祭坛观音 f. 不能放在阳台上伸出来, 没有基础 ; 除了在房间的阳台上是不允许的 g. 坛观音下不应该把东西或其他的书 h. 坛观音不会太高或太低 i. 应该有油灯, 有水 ( 需要的水的数量取决于现有雕像的数量 ) j. 应该有香奁每天早上和晚上的祈祷用香 k. 提供新鲜的水果和鲜花 l. 佛教祭坛的位置应面向北 ( 南半球 ), 面向南 ( 北半球 ) 邀请出席神观音 邀请的画像或塑像的观音通常位于一个站立的姿势, 手拿着神圣的锅 和叶子的树枝 ; 尽量不要选择任何图像一条龙 如果没有祝福, 带回家独自 向观世音菩萨很高兴占据的画像或塑像的观音或最好问高僧进行祝福 置入坛祈祷当移动 7

111 如果你从你的老房子搬到新房子, 佛教祭坛应该首先从旧房子搬到新家 在老家, 燃香后, 香烧下来后, 如来佛祖从神坛上走下来, 用红布包好, 这是很重要的在新房子里我们不得不烧三香, 诵 7 次大悲咒,7 次心经, 许多崇拜崇拜 恳求观音同情心来我的新家..., 保佑我...,..., 我一定会继续训练自己在佛 佛法追求的压力 先把佛教祭坛放在新家里 8

112 2.3 北苏门答腊省 北苏门答腊省 ( 印尼语 :Sumatera Utara) 是印度尼西亚省份之一 它的省府是棉兰 该省面积共 71,680 平方公里, 西北与亚齐省接壤, 南面与西苏门答腊省相连, 东南与廖内省为邻 北苏门答腊省的管辖范围包含远处于印度洋的多个岛屿, 包括尼亚斯群岛 (Nias) 北苏门答腊省位处苏门答腊岛的北部, 东西分别面瀶马六甲海峡和印度洋 全省东部大部份地区为低地平原, 在西岸和南部地势较高, 巴拉神山脉纵贯其中 多巴湖是位在该省的一个知名大湖泊, 由一个古代死火山所形成 北苏门答腊省约有人口 11,490,453 人 (2005 年统计数字 ) 9

113 第三章东西, 活动和注意 3.1 东西人类活动的相互作用, 不能分离的各种设备的使用作为人类努力实现其目标的结果 雕像 ( 雕塑 ) 在佛陀的概念中, 佛像是佛陀的象征, 尊重佛陀的伟大价值 如来佛祖雕像也是一个象征, 所以, 如果我们举行祈祷不是崇拜雕像, 而是为了纪念和记住如来佛祖的教义 图 3-1 观音的雕像来源 : jln. Gatot Subroto, sei kambing no.66, Medan 雕像在祭坛上观音条款 : a. 所有如来佛祖雕像, 包括油灯, 不应该挂在一个悬挂的条件, 但必须有一个表或内阁, 有东西支撑地面之上 b. 如来佛祖雕像应该放在窗户旁边, 在一点光线, 但后面应该没有玻璃窗, 背面应靠墙 c. 如来佛祖雕像在祭坛上不太多 10

114 3.1.2 灯光蜡烛或油灯被点燃在如来佛祖的形象面前携带象征性的意图智慧和同情 光被描述为佛教照亮事物唤醒我们的黑暗和无知和贪婪躺在我们 光呈现在如来佛祖图像的前面, 提醒我们这不应该在黑暗中 他带领我们走上正确的道路 图 3-2 灯光来源 : Jln. Demak No.5 e/g, Medan 灯上的女神观音坛的要求 : a. 如果你有很多如来佛祖, 如果条件允许, 最好每一个如来佛祖雕像应该有一个油灯 ; 如果条件是不可能的, 那么在祭坛上只允许一对或只有一个油灯 b. 如果只有一尊佛像, 可以提供一两盏灯 c. 不需要呈现蜡烛灯, 如果提供最好是一对红色 d. 完成祷告后的油灯和蜡烛在烧香之前可以熄灭或熄灭 e. 油灯和蜡烛只应关闭关闭中断, 不应该吹嘴 11

115 3.1.3 油 图 3-3 油 来源 : Jln. Demak No.5 e/g, Medan 石油在观音坛的条件 : a. 一般来说, 用于祈祷如来佛祖的油是橄榄油, 植物油, 玉米油, 莲花油, 和其他植物油 b. 不使用香油或花生油, 调味油, 不纯 c. 一瓶油 ( 全壳商标 ), 可呈现在佛像前 d. 最好的方式呈现的油是用来直接点燃油灯, 把油添加到一个容器的油灯, 也必须经常添加少许油 e. 用于佛陀的使用过的油只能用于纯素食的烹调 12

116 3.1.4 水 图 3-4 水 来源 : Jln. Terong No.48c, Medan 水是纯洁干净的象征 水崇拜意味着消除内心和精神上的杂质 水在观音坛的条件 : a. b. 水一直致力于观音 纯净水 ( 大悲咒 ), 因为它已经被观音 允许提供温水 冷水 矿泉水 淡水等, 饮用水为无色 无味, 不要 直接用自来水或自来水直接饮用原水 c. 用于呈现水的玻璃应使用新的眼镜, 玻璃或陶瓷, 更好的白色玻璃 d. 一般来说, 酒杯的数量必须至少等于圣坛上佛像的数量 e. 圣水 ( 大悲水 ) 上不应直接服用, 应倒入另一个杯子, 喝, 不应该用 自己的嘴去触摸玻璃佛 13

117 3.1.5 香 图 3-5 香 来源 : Jln. Terong No.48c, Medan 烧香象征着净化我们的思想或身体的行为 烧香与我们的存在相似 香或香粉比喻我们的身体和燃烧的香尖像心脏, 总是在变化 术语集装箱烧香, 烧香, 数量和时间符合的祭坛 : a. 如果在家里有观音坛, 每天早上和晚上都要烧香, 白天或晚上烧香的时间, 一般在上午或晚上, 我们可以选择六点 八点 十点 b. 一个佛教祭坛, 使用一个香, 但在礼拜中午和晚上必须使用三香 c. che it 和 Cap Go( 第一和第十五的农历 ), 伟大的如来佛祖和其他节日可以燃烧大香 14

118 3.1.6 咒 一般在女神的祭坛观音唱音乐是咒语大悲咒 水果 水果象征着一种行为或成功的果实, 在所有已实施的 行善会导致幸 福 好运或富有, 而犯罪则会带来痛苦 不幸或被剥夺 图 3-6 水果 来源 : Jln. Demak No.5 e/g, Medan 图 3-7 水果和食物 15

119 来源 : Jln. Terong No.48c, Medan 水果在如来佛祖祭坛的条款 : a. 新鲜的水果应提供香味, 如 : 苹果 桔子 芒果 菠萝 西瓜等 b. 香蕉和桃子不适合被提供给佛陀 c. 水果呈现的数字必须是奇数 这意味着该层的组成必须是奇数, 而不是水果的数量是奇数 d. 当更换新鲜水果时, 盘子中所含的全部水果必须更换, 不应只更换几粒 鲜花 花用来表达感激之情的如来佛祖, 让我们想起了无常 图 3-8鲜花来源 : Jln. Demak No.5 e/g, Medan 花在如来佛祖祭坛的条款 : a. 如果提供竹叶的叶子更好 b. 花可提供如菊花, 百合, 兰花 有刺的花, 如玫瑰是不适合在观音牺牲祭坛 16

120 c. 一般, 在坛的左右两侧, 用每根锅中的茎 1-3 个茎梗, 提供一盆竹柄, 不宜过多 d. 鲜花的数量不指定 3.2 活动 复杂的活动, 如人类活动的互动, 是具体的, 观察或观察 祈祷 对于那些崇拜观音在家祈祷的时间通常是一天两次, 这是在早晨和傍晚, 祷 告做淋浴后 需要考虑的时间祈祷和读这祷告的事情是 : a. 禁止有一个邪恶的心 b. 躺着不看书 c. 禁止吸烟阅读前的祷告, 要做大礼拜三次, 然后把香, 香 / 香一或三条 然后香被烧完, 他的膝盖面朝前方的佛坛, 念着祈祷, 如祈求给予的健康 : namo kuan se im pu sat wo jiau lai ti na qing nin pau yung wo shen ti jian kang, chu jin ping an, hui zuo geng hao de hai zi, yi hou neng zuo fu mu gao xing, qing nin pau yung wo jia ren shen ti jian kang. Namo kuan se im pu sat. Amithofo. 当阅读完祷告, 香插在容器中的骨灰收集, 然后读帕里塔大悲咒 : 南無西方接引導師阿彌陀佛 南無大悲觀隹音菩薩 三稱 大悲咒 南無喝囉怛那哆囉夜耶 17

121 南無阿琍耶婆盧羯帝爍鉢囉耶 菩提薩埵婆耶摩訶薩埵婆耶 摩訶迦盧尼迦耶 晻薩皤囉罰曳數怛那怛寫 南無悉吉栗埵伊蒙阿喇耶 婆盧吉帝室佛囉楞馱婆 南無那囉謹墀 酿喇摩旨皤哆沙咩薩婆阿 他豆輸朋阿逝孕薩婆薩哆 那摩婆薩哆那摩婆伽摩罰特豆 怛姪他晻阿婆盧醯盧迦帝 迦羅帝 夷醯喇摩訶菩提薩埵薩婆薩婆 摩 囉 摩 囉 摩 醯 摩 醯 晴 馱 孕 倶 盧 倶 盧 羯 蒙 度 盧 度 盧 罰 闍 耶 帝 摩 訶 罰 闍 耶 帝 陀 囉 陀 囉 地 _ 尼 室 佛 囉 耶 遮 囉 遮 囉 麼 麼 罰 摩 囉 穆 帝 隸 伊 醯 伊 醯 室 那 室 那 阿 囉 _ 佛 囉 舍 利 罰 娑 罰 嗲 佛 囉 舍 耶 呼盧呼盧摩囉 呼盧呼盧醯利 姿囉婆囉悉喇悉咧蘇嗔蘇鳴 菩提夜菩提夜菩馱夜菩馱夜 彌帝喇夜那囉謹墀地利瑟尼 18

122 婆 夜 摩 那 娑 婆 訶 悉 陀 夜 娑 婆 訶 摩 訶 悉 陀 夜 娑 婆 訶 悉 陀 喩 藝 室 皤 囉 耶 娑 婆 訶 那 囉 謹 墀 娑 婆 訶 摩 囉 那 囉 娑 婆 詞 悉 囉 僧 阿 穆 怯 耶 娑 婆 訶 娑 婆 摩 訶 阿 悉 陀 夜 娑 婆 訶 者 吉 囉 阿 悉 陀 夜 娑 婆 訶 波 陀 摩 羯 悉 陀 夜 娑 婆 訶 那 囉 謹 墀 皤 伽 囉 耶 娑 婆 訶 摩 婆 利 勝 羯 囉 夜 娑 婆 訶 南 無 喝 囉 怛 那 哆 囉 夜 耶 南 無 阿 喇 耶 婆 盧 羯 帝 爍 皤 囉 耶 娑婆訶 晻悉殿都漫多囉跋陀耶娑婆訶 然后在一个祈祷, 结束与访问持续三 (3) 次 图 3-9 祈祷 来源 : jln. Gatot Subroto, sei kambing no.66, Medan 19

123 3.2.2 祈祷在城外的义务如果只是短期的, 外出打工前要换掉新的圣水 水果和鲜花, 然后把佛坛放在平时, 不要用任何东西盖上神坛 照片在家里的佛教祭坛 ( 在拍照条件不烧香 ), 然后这张照片是正确使用红布包装, 将被带到工作现场 这张照片可以放在祭坛和祈祷像往常一样在家里使用熏香, 水, 新鲜水果, 鲜花, 或其他人, 或可以与每天使用照片祭坛佛像, 做可视化的祈祷在家里, 然后保存照片 清洁祭坛的传统华人社区也有清洁祭坛的传统 清洗祭坛的传统可以在任何时候完成, 但传统的清洗雕像通常是一年进行一次, 当农历接近后, 第二十四 ( 直到月底 )12 个月 因为相信在神的时间升天离开了雕像和祭坛在 Cap Jie Gwee 24 或前一天的报告所指出的一年 印度尼西亚祈祷坛上的装饰品经常描绘花朵 动物 水果等等 凡有功能和意义的饰品 图 10 清洁祭坛的传统 来源 : Jln. Terong No.48c, Medan 20

124 图 11 清洁祭坛的传统 来源 : Jln. Terong No.48c, Medan 21

125 图 12 清洁祭坛的传统 来源 : Jln. Terong No.48c, Medan 3.3 主意 华人谁崇拜大乘教应该在家里神观音祭坛祈祷, 为个人崇拜的一种手 段和要求的安全和健康 22

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. buku,dan dokumen lain yang mendeskripsikan teori serta informasi baik masa

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. buku,dan dokumen lain yang mendeskripsikan teori serta informasi baik masa BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka adalah ringkasan tertulis mengenai artikel dari jurnal, buku,dan dokumen lain yang mendeskripsikan teori serta informasi

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP dan LANDASAN TEORI

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP dan LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP dan LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Kajian merupakan hasil dari penelitian terdahulu yang memaparkan pandangan dan analisis yang berhubungan dengan penelitian yang akan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. menjadi pusat perhatian (Singarimbun, 1989: 33).

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. menjadi pusat perhatian (Singarimbun, 1989: 33). BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konsep Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh wilayahnya. Berbagai suku bangsa ini ada yang dipandang sebagai penduduk asal Nusantara

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. rancangan, ide atau pengertian yang diabstrakkan dalam istilah kongkret,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. rancangan, ide atau pengertian yang diabstrakkan dalam istilah kongkret, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan rancangan ide pemikirian yang akan dituangkan secara konkret melalui pemahaman dan pengertian dari para ahli. Konsep merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, kebudayaan meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Sesuai dengan yang dinyatakan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Konsep adalah suatu abstraksi untuk menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

kebudayaan Cina Peranakan bagi peneliti maupun pemba BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

kebudayaan Cina Peranakan bagi peneliti maupun pemba BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA untuk menambah wawasan dan pemahaman tentang museum Tjong A Fie serta kebudayaan Cina Peranakan bagi peneliti maupun pemba BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam Kamus Besar

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Singarimbun, 1989: 33). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Singarimbun, 1989: 33). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan luas 5.193.250 kilometer persegi 1 sudah pasti menyebabkan munculnya keanekaragaman dan kemajemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu yang tidak bisa terungkap secara kasat mata. Untuk mengungkapkan sesuatu kadang tabu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman etnis, budaya, adat-istiadat serta agama. Diantara banyaknya agama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan dipandang sebagai sarana bagi manusia dalam beradaptasi terhadap

I. PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan dipandang sebagai sarana bagi manusia dalam beradaptasi terhadap I. PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah Kebudayaan dipandang sebagai sarana bagi manusia dalam beradaptasi terhadap lingkungan alam dan sosial budayanya. Kebudayaan juga berfungsi untuk membantu manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan, ada juga yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun antara bahasa dan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Kebudayaan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, kebudayaan meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung di

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan upacara tradisional suatu masyarakat umumnya sangat menarik untuk diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Agama Buddha tidak pernah bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian kehidupan masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh tentang upaya pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai Sembahyang Rebut kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap kebudayaan memiliki sistem religi atau sistem kepercayaan, termasuk dalam kebudayaan etnis Tionghoa. Etnis Tionghoa selalu melestarikan kebudayaan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang

Bab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju dan modern di kawasan Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB III. Pengertian Thian Kong (Tian Gong) 天公

BAB III. Pengertian Thian Kong (Tian Gong) 天公 BAB III. Pengertian Thian Kong (Tian Gong) 天公 天公 Secara umum, orang Tionghoa biasa menyebut Tuhan Yang Maha Esa sebagai Thian Kong (Tian Gong) atau Thi Kong, bahkan ada yang menyebutnya sebagai Siang Te

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Salah satu kebebasan yang paling utama dimiliki tiap manusia adalah kebebasan beragama. Melalui agama, manusia mengerti arti dan tujuan hidup yang sebenarnya. Agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti akal atau budi dan dapat diartikan sebagai hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka sebut sebagai kepercayaan Tri Dharma. Perpindahan masyarakat Tiongkok

BAB I PENDAHULUAN. mereka sebut sebagai kepercayaan Tri Dharma. Perpindahan masyarakat Tiongkok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mayoritas masyarakat Tiongkok memiliki tiga kepercayaan, yaitu ajaran Taoisme, Konghucu dan Buddhisme. Gabungan dari ketiga kepercayaan tersebut mereka sebut sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara

Lebih terperinci

BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN

BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN a. Latar Belakang (Times New Roman 14) Menguraikan tentang alasan dan motivasi dari penulis terhadap topik permasalahan yang diteliti / dikaji. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka merupakan daftar referensi dari semua karya tulis seperti

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka merupakan daftar referensi dari semua karya tulis seperti BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan daftar referensi dari semua karya tulis seperti buku, skripsi, jurnal, tesis dan karya ilmiah lainnya yang dikutip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan dapat menimbulkan rasa solidaritas terhadap lingkungan sekitar. Tradisi ritual dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, dengan memiliki berbagai suku, bahasa, dan agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke-16. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke-16. Masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Tionghoa adalah salah satu kelompok masyarakat yang mendiami wilayah Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke-16.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perdagangan. Ramainya perdagangan di daerah pesisir Tenggara

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perdagangan. Ramainya perdagangan di daerah pesisir Tenggara BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang Bangsa Tionghoa datang ke Indonesia sekitar 500 tahun yang lalu melalui kegiatan perdagangan. Ramainya perdagangan di daerah pesisir Tenggara Tiongkok, menyebabkan

Lebih terperinci

FUNGSI DAN MAKNA MEDITASI PADA KEBAKTIAN KEAGAMAAN BUDDHA THERAVĀDA BAGI MASYARAKAT TIONGHOA DI KOTA MEDAN

FUNGSI DAN MAKNA MEDITASI PADA KEBAKTIAN KEAGAMAAN BUDDHA THERAVĀDA BAGI MASYARAKAT TIONGHOA DI KOTA MEDAN FUNGSI DAN MAKNA MEDITASI PADA KEBAKTIAN KEAGAMAAN BUDDHA THERAVĀDA BAGI MASYARAKAT TIONGHOA DI KOTA MEDAN 印尼棉兰华裔坐禅分析 (Yìnní mián lán huáyì zuòchán fēnxī) SKRIPSI Oleh: CAMELIA NOVELLA 110710004 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan, dan masih banyak lagi yang lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang sadar akan pentingnya waktu. Dimensi waktu yang dilalui manusia selalu menghasilkan berbagai peristiwa penting, baik itu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang musik tidak akan pernah ada habisnya, karena musik begitu melekat, begitu dekat dengan kehidupan manusia. Musik telah ada sejak sebelum Masehi,

Lebih terperinci

gambaran mental dari objek atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI, 1990 : 456).

gambaran mental dari objek atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI, 1990 : 456). gambaran mental dari objek atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI, 1990 : 456). Konsep merupakan peta perencanaan untuk masa depan sehingga

Lebih terperinci

PERAN SAIKONG DALAM UPACARA KEMATIAN MASYARAKAT TIONGHOA DI KOTA MEDAN

PERAN SAIKONG DALAM UPACARA KEMATIAN MASYARAKAT TIONGHOA DI KOTA MEDAN PERAN SAIKONG DALAM UPACARA KEMATIAN MASYARAKAT TIONGHOA DI KOTA MEDAN 道师在棉兰华人葬礼中的作用 (Dào shī zài mián lán huá ren zànglǐ zhōng de zuòyòng) SKRIPSI DISUSUN OLEH : NYERLI G.S GULTOM NIM :090710011 PROGRAM

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat Bab 5 Ringkasan Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat perayaan-perayaan ataupun festival yang diadakan setiap tahunnya. Pada dasarnya, perayaan-perayaan yang ada di

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. dengan masuknya etnik Tionghoa di Indonesia. Medio tahun 1930-an dimulai. dan hanya mengandalkan warisan leluhurnya.

BAB IV PENUTUP. dengan masuknya etnik Tionghoa di Indonesia. Medio tahun 1930-an dimulai. dan hanya mengandalkan warisan leluhurnya. BAB IV PENUTUP 1.1. Simpulan Agama Tao masuk dan berkembang di Indonesia sejak abad 6 SM seiring dengan masuknya etnik Cina di wilayah Nusantara. Agama Tao diyakini berasal dari Kaisar Kuning (Huang Di)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. sesamanya. Hubungan sosial di antara manusia membentuk suatu pola kehidupan tertentu yang

Bab I PENDAHULUAN. sesamanya. Hubungan sosial di antara manusia membentuk suatu pola kehidupan tertentu yang Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain atau sesamanya. Hubungan sosial di antara manusia membentuk suatu pola kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan suku bangsa. Masing-masing dari suku bangsa tersebut memiliki tradisi atau kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia memiliki keanekaragaman suku yang tersebar diseluruh bagian tanah air. Masing-masing dari suku tersebut memiliki sejarahnya tersendiri. Selain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut sejarah Cina kuno dikatakan bahwa orang-orang Cina mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut sejarah Cina kuno dikatakan bahwa orang-orang Cina mulai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut sejarah Cina kuno dikatakan bahwa orang-orang Cina mulai merantau ke Indonesia pada masa akhir pemerintahan dinasti Tang. Dalam masyarakat Cina dikenal tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. formal dalam bentuk sebuah negara. Sub-sub etnik mempunyai persamaanpersamaan

BAB I PENDAHULUAN. formal dalam bentuk sebuah negara. Sub-sub etnik mempunyai persamaanpersamaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki berbagai macam agama, suku bangsa dan keturunan, baik dari keturunan Cina, India, Arab dan lain-lain. Setiap golongan memiliki karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi dialihkan oleh Kerajaan Sunda/Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang. Artinya, Kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kejadian. Konsep juga dapat diartikan sebagai suatu abstraksi dari ciri-ciri

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kejadian. Konsep juga dapat diartikan sebagai suatu abstraksi dari ciri-ciri BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan suatu pernyataan singkat tentang fenomena atau kejadian. Konsep juga dapat diartikan sebagai suatu abstraksi dari ciri-ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan pustaka yang berkaitan dengan topik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keragaman tari menjadi salah satu kekayaan Nusantara. Jenis tari tradisi di setiap daerah mempunyai fungsi sesuai dengan pola kehidupan masyarakat daerah

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. pencapaian inovasi tersebut manusia kerap menggunakan kreativitas untuk menciptakan

BAB l PENDAHULUAN. pencapaian inovasi tersebut manusia kerap menggunakan kreativitas untuk menciptakan BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk yang memiliki akal pikiran untuk melakukan inovasiinovasi dalam mencapai tujuan tertentu sesuai yang diinginkannya. Di dalam proses pencapaian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Wonosobo sebagai kota di dirikannya kelenteng Hok Hoo Bio ( 福和庙 )

BAB V PENUTUP. Wonosobo sebagai kota di dirikannya kelenteng Hok Hoo Bio ( 福和庙 ) BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Wonosobo sebagai kota di dirikannya kelenteng Hok Hoo Bio ( 福和庙 ) merupakan daerah dataran tinggi yang cukup dingin. Gunung Sindoro dan gunung Sumbing sebagai ciri khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tiongkok memiliki sejarah panjang tentang kemasyuran masa lalunya dari

BAB I PENDAHULUAN. Tiongkok memiliki sejarah panjang tentang kemasyuran masa lalunya dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tiongkok memiliki sejarah panjang tentang kemasyuran masa lalunya dari masa kerajaan hingga komunisme. Kemasyuran peradaban masa lalu Tiongkok, dapat dilihat dari banyaknya

Lebih terperinci

PERGESERAN MAKNA UPACARA ADAT MASYARAKAT TIONGHOA DALAM MERAYAKAN ULANG TAHUN KELAHIRAN DI KOTA MEDAN

PERGESERAN MAKNA UPACARA ADAT MASYARAKAT TIONGHOA DALAM MERAYAKAN ULANG TAHUN KELAHIRAN DI KOTA MEDAN PERGESERAN MAKNA UPACARA ADAT MASYARAKAT TIONGHOA DALAM MERAYAKAN ULANG TAHUN KELAHIRAN DI KOTA MEDAN 棉兰华人生日文化分析 (Mian lan huaren shengri wenhua fenxi) SKRIPSI Oleh: SRI JULIANA TJIOE 100710040 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu. buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu. buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, tidak hanya suku yang berasal dari nusantara saja, tetapi juga suku yang berasal dari luar nusantara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Dalam semua kebudayaan, manusia mempunyai kepercayaan atau

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Dalam semua kebudayaan, manusia mempunyai kepercayaan atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap masyarakat memiliki kebudayaan, kebudayaan ini tersusun karena adanya tingkat pengetahuan dan sebuah ide, keduanya akan menghasilkan sebuah perwujudan budaya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. secara abstrak kejadian, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. secara abstrak kejadian, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa, didalamnya memiliki keragaman budaya yang mencerminkan kekayaan bangsa yang luar biasa. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran sebagai aktor, sebagimana manusia itu dapat memberikan sumbangan dan memfasilitasi kehidupan yang mencakup

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap kehidupan bangsanya. Hal ini dapat dilihat pada sejarah, tabiat dan watak bangsa tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan nenek moyang. Sejak dulu berkesenian sudah menjadi kebiasaan yang membudaya, secara turun temurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang menganut paham demokrasi dan memiliki 33 provinsi. Terdapat lebih dari tiga ratus etnik atau suku bangsa di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat dari kemajemukan tersebut adalah terdapat beraneka ragam ritual yang dilaksanakan dan dilestarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan yang sampai saat ini merupakan hal yang berpengaruh besar pada sikap

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan yang sampai saat ini merupakan hal yang berpengaruh besar pada sikap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan hasil cipta manusia dan juga merupakan suatu kekayaan yang sampai saat ini merupakan hal yang berpengaruh besar pada sikap dan sifat manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus penduduk terpadat di Kabupaten Langkat. Kecamatan ini dilalui oleh

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus penduduk terpadat di Kabupaten Langkat. Kecamatan ini dilalui oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Stabat adalah ibu kota Kabupaten Langkat provinsi Sumatera Utara. Stabat memiiliki luas daerah 90.46 km², merupakan kota kecamatan terbesar sekaligus penduduk terpadat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan sekedar jumlah penduduk saja, melainkan sebagai suatu system yang

BAB I PENDAHULUAN. bukan sekedar jumlah penduduk saja, melainkan sebagai suatu system yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut pandangan yang popular, masyarakat dilihat sebagai kekuatan impersonal yang mempengaruhi, mengekang dan juga menentukan tingkah laku anggota-anggotanya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pertunjukan yang ada di Indonesia sangat beragam bentuk dan jenisnya. Seni pertunjukan yang berada dalam suatu lingkungan masyarakat Indonesia tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan 1 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Mitos adalah tipe wicara, segala sesuatu bisa menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah wacana. Mitos tidak ditentukan oleh objek pesannya, namun oleh bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai halhal yang

Lebih terperinci

I. 1. LATAR BELAKANG I. 1. A. LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

I. 1. LATAR BELAKANG I. 1. A. LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG I. 1. A. LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Kelenteng adalah tempat ibadat kehadiran Tuhan Yang Maha Esa serta tempat kebaktian atau penghormatan kepada para Nabi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Berelson dan Gary A. Steiner (1964) dalam Wiryanto (2004:7) Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang begitu unik. Keunikan negara ini tercermin pada setiap dimensi kehidupan masyarakatnya. Negara kepulauan yang terbentang dari

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, dkk 2003: 588).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, dkk 2003: 588). BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kematian merupakan suatu hal yang pasti dialami oleh semua orang, tanpa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kematian merupakan suatu hal yang pasti dialami oleh semua orang, tanpa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian merupakan suatu hal yang pasti dialami oleh semua orang, tanpa terkecuali. Setiap manusia tidak akan mengetahui kapan seseorang akan meninggal, dan setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Tinjauan pustaka adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat, sesudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Tinjauan pustaka adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat, sesudah BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat, sesudah menyelidiki atau mempelajari (KBBI, 2003:1998). Pustaka adalah

Lebih terperinci

GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7

GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7 GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7 Agus sudarsono 1 VII. KEBUDAYAAN 2 A. BUDAYA DAN KEBUDAYAAN Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama merupakan suatu keyakinan yang dianggap benar dan dianut oleh tiap individu ataupun suatu kelompok tertentu yang percaya terhadap Tuhan, sehingga dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan satu ekspresi mengenai apa yang sekelompok manusia pahami, hayati, dan yakini baik

Lebih terperinci