BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan menjelaskan dasar-dasar teori yang menjadi landasan pendukung penelitian, yaitu literatur yang menjelaskan konsep green building dan sistem rating Greenship yang digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian, serta hasil penelitian yang up to date dan relevan dengan mengutamakan hasil penelitian pada jurnal ilmiah Definisi dan Terminologi Green Building Menurut Pitts (2004, dalam Hardjono, 2009:6), green building merupakan konsep yang menjadi solusi bagi dunia properti untuk mengambil peran dalam mengurangi dampak pada global warming. Menurut Chen (2008, dalam Hardjono, 2009:6), green building adalah sebuah bangunan yang dalam pemanfaatannya (baik sejak saat direncanakan, didesain, dibangun, digunakan, maupun direnovasi) menggunakan sumber daya alam dan sumber energi secara minimalis, meminimalisasi limbah, dan ramah lingkungan. Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2010 tentang Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan Bab I Pasal 1, bangunan ramah lingkungan (green building) adalah suatu bangunan yang menerapkan prinsip lingkungan dalam perancangan, pembangunan, pengoperasian, dan pengelolaannya dan aspek penting penanganan dampak 7

2 perubahan iklim. Prinsip lingkungan yang dimaksud adalah prinsip yang mengedepankan dan memperhatikan unsur pelestarian fungsi lingkungan. Menurut Green Building Council Indonesia/GBCI (2010), green building adalah bangunan yang dimana sejak mulai dalam tahap perencanaan, pembangunan, pengoperasian hingga dalam operasional pemeliharaannya memperlihatkan aspek-aspek dalam melindungi, menghemat, serta mengurangi penggunaan sumber daya alam, menjaga mutu dari kualitas udara di ruangan, dan memperhatikan kesehatan penghuninya yang semuanya berpegang pada kaidah pembangunan yang berkesinambungan. Menurut Kriss (2014), green building adalah sebuah konsep holistik yang dimulai dengan pemahaman bahwa lingkungan yang dibangun dapat menimbulkan dampak, baik dampak positif dan dampak negatif pada lingkungan hidup, juga orang-orang yang tinggal di bangunan tersebut setiap hari. Green building adalah sebuah usaha untuk memperbesar dampak positif dan mencegah dampak negatif selama umur pakai bangunan. Menurut Amran (2014), green building adalah bangunan berkelanjutan yang mengarah pada struktur dan pemakaian proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan hemat sumber daya sepanjang siklus hidup bangunan tersebut, mulai dari pemilihan tempat sampai desain, konstruksi, operasi, perawatan, renovasi, dan peruntuhan Penilaian Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008:1004), penilaian adalah proses, cara, perbuatan menilai. Penilaian dalam penelitian ini diartikan sebagai suatu 8

3 proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi berupa data pengamatan, data sekunder, hasil wawancara dan pengukuran untuk mengetahui kondisi dari gedung yang ditinjau Kriteria Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008:761), kriteria adalah ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penetapan sesuatu. Pengertian kriteria dalam penelitian ini adalah ukuran yang tercantum pada Greenship-GBCI sebagai tolok ukur penilaian green building Sistem Rating Sistem rating adalah suatu alat berisi butir-butir dari aspek penilaian yang disebut rating dan setiap butir rating mempunyai nilai (credit point/poin nilai). Apabila suatu bangunan berhasil melaksanakan butir rating, maka bangunan itu akan mendapatkan poin nilai dari butir tersebut. Bila jumlah semua poin nilai yang berhasil dikumpulkan mencapai suatu jumlah yang ditentukan, maka bangunan tersebut dapat disertifikasi untuk tingkat sertifikasi tertentu (GBCI, 2012) Rating Menurut GBCI (2010), rating adalah bagian dari kategori, berisi muatan apa saja yang dinilai, tolok ukur apa saja yang harus dipenuhi, dan berapa nilai poin yang terkandung di dalamnya. (Selanjutnya rating disebut kriteria). 9

4 Menurut GBCI (2012), ada 3 (tiga) jenis kriteria berbeda yang terdapat dalam Greenship, yaitu: a. Kriteria prasyarat adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan harus dipenuhi sebelum dilakukannya penilaian lebih lanjut berdasarkan kriteria kredit dan kriteria bonus. Apabila salah satu prasyarat tidak dipenuhi, maka kriteria kredit dan kriteria bonus dalam kategori yang sama dari gedung tersebut tidak dapat dinilai. Kriteria prasyarat ini tidak memiliki nilai seperti kriteria lainnya. b. Kriteria kredit adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan tidak harus dipenuhi. Pemenuhan kriteria ini tentunya disesuaikan dengan kemampuan gedung tersebut. Bila kriteria ini dipenuhi, gedung yang bersangkutan mendapat nilai dan apabila tidak dipenuhi, gedung yang bersangkutan tidak akan mendapat nilai. c. Kriteria bonus adalah kriteria yang hanya ada pada kategori tertentu yang memungkinkan pemberian nilai tambahan. Hal ini dikarenakan selain kriteria ini tidak harus dipenuhi, pencapaiannya dinilai cukup sulit dan jarang terjadi di lapangan Konsep dan Dasar Teori Green Building Diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Rio de Janeiro pada tahun 1992 sebagai tanggapan terhadap masalah lingkungan hidup dan sumber daya alam yang memprihatinkan telah menghasilkan konsep Pembangunan Berkelanjutan yang mengandung tiga pilar utama yang saling terkait dan saling menunjang, yakni pembangunan ekonomi, pembangunan sosial, 10

5 dan pelestarian lingkungan hidup. Konferensi yang dihadiri 179 negara ini, termasuk Indonesia, juga menyepakati untuk melaksanakan konsep pembangunan baru untuk diterapkan secara global, yaitu Environmentally Sound and Sustainable Development atau Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan Lingkungan. (Ervianto, 2012:3) Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (2007, dalam Ervianto, 2012: 33) menyebutkan bahwa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dan sedang membangun telah memiliki cetak biru bagi sektor konstruksi sebagai grand design dan grand strategy yang disebut dengan Konstruksi Indonesia Dalam dokumen tersebut dinyatakan bahwa konstruksi Indonesia mesti berorientasi untuk tidak menyumbang pada kerusakan lingkungan namun justru menjadi pelopor perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan di seluruh habitat persada Indonesia, yang didiami oleh manusia dan seluruh makhluk lainnya secara bersimbiosis mutualisme. Adapun beberapa peraturan yang telah dikeluarkan Pemerintah Indonesia terkait perkembangan Green Building di Indonesia, diantaranya: 1. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2010 tentang Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan 2. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 38 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung Hijau 2.3. Manfaat Green Building EPA (2014) menyebutkan manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan Green Building diantaranya: 11

6 a. Manfaat Lingkungan - meningkatkan dan melindungi biodiversitas dan ekosistem - memperbaiki kualitas air dan udara - mengurangi aliran limbah - konservasi dan restorasi sumber daya alam b. Manfaat Ekonomi - mengurangi biaya operasional - menciptakan, memperluas dan membentuk pasar untuk produk dan pelayanan ramah lingkungan - memperbaiki produktivitas pengguna gedung - mengoptimalkan daur hidup performa ekonomi c. Manfaat Sosial - meningkatkan kesehatan dan kenyamanan pengguna gedung - meningkatkan kualitas estetika - meminimalkan ketegangan pada infrastruktur lokal - meningkatkan kualitas hidup secara umum Adapun keuntungan yang diperoleh dari adanya usaha penerapan Green Building menurut Jerry Yudelson (2008:31) adalah sebagai berikut: - menghemat listrik dan air, biasanya 30% - 50%, termasuk mengurangi carbon footprint dari penghematan listrik - mengurangi biaya perawatan dari usaha pemeriksaan, pengujian instalansi dan usaha lainnya untuk meningkatkan dan memastikan integrasi kinerja sistem bekerja dengan semestinya 12

7 - meningkatkan nilai pendapatan operasional yang lebih tinggi dan hubungan masyarakat yang lebih baik - keuntungan pajak - pemegang saham yang lebih kompetitif sehingga memungkinkan nilai saham meningkat - meningkatkan produktivitas, sebesar 3% - 5% - mengurangi ketidakhadiran sebesar 5% - keuntungan manajemen resiko, termasuk penyewaan dan pemasaran yang lebih cepat, juga pengurangan paparan bau, bahan penyedap iritasi atau bahan beracun yang terkandung dalam bahan bangunan - keuntungan pemasaran, terutama untuk pihak developer dan perusahaan produk konsumen - keuntungan hubungan dengan masyarakat, terutama untuk pihak developer dan agen pemasaran untuk masyarakat - rekrutmen pegawai yang lebih mudah dan retensi pegawai-pegawai kunci sehingga meningkatkan moral kerja - insentif pengumpulan dana untuk kampus dan badan amal - komitmen terhadap usaha perlindungan dan pelestarian lingkungan 2.4. Standar Penilaian Kriteria Green Building - GBCI Dalam mendukung penyelenggaraan green building, tiap negara memiliki lembaga sertifikasi yang dilengkapi dengan sistem penilaian untuk menentukan apakah suatu bangunan dapat dinyatakan layak bersertifikat green building atau tidak. 13

8 Lembaga Konsil Bangunan Hijau Indonesia atau Green Building Council Indonesia adalah lembaga mandiri (non government) dan nirlaba (non-for profit) yang sudah mendapatkan izin dari Kementarian Negara Lingkungan Hidup untuk melakukan sertifikasi di Indonesia dengan sistem penilaian green building yang diberi nama Greenship. Tabel 2.1. Sistem Penilaian Green Building di Beberapa Negara Negara Afrika Selatan Amerika Serikat Australia Belanda Brasil China Filipina Finlandia Hong Kong India Indonesia Israel Italia Jepang Jerman Kanada Korea Selatan Malaysia Meksiko Perancis Portugal Selandia Baru Singapura Spanyol Swiss Taiwan Uni Emirat Arab United Kingdom Sumber: Ervianto (2012) Standar Penilaian Green Star SA LEED/ Green Globes Green Star BREEAM Netherlands LEED Brasil/ AQUA GB ES (GB Evaluation Standard for Green Building) BERDE PromisE HKBEAM IGBC Rating System & LEED India Greenship SI-5281 Protocollo Itaca CASBEE DGNB LEED/ Green Globes GBS (Green Building System) GBI (Green Building Index) CMES Care & Bio, Chantier Carbone, HQE LiderA Green Star NZ Green Mark VERDE Minergie EEWH Pearls Rating System BREEAM Sistem Rating Greenship (Greenship Rating Tools) Greenship merupakan standar bangunan hijau yang disusun oleh GBCI yang diberlakukan di Indonesia sebagai perangkat penilaian yang terdiri dari: 14

9 1. Greenship untuk rumah hunian 2. Greenship untuk gedung baru 3. Greenship untuk gedung terbangun 4. Greenship untuk interior ruangan Sistem Rating Greenship untuk Gedung Terbangun Versi 1.0 (Greenship Rating Tools for Existing Building Version 1.0) Penyusunan Greenship ini didukung oleh World Green Building Council dan dilaksanakan oleh Komisi Rating dari GBCI, terdiri dari 6 (enam) kategori dengan total kriteria prasyarat sebanyak 10 kriteria dan kriteria kredit sebanyak 41 kriteria. Enam kategori Greenship yang dimaksud, yaitu: 1. Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development/ ASD) 2. Efisiensi dan Konservasi Energi (Energy Efficiency and Conservation/ EEC) 3. Konservasi Air (Water Conservation/ WAC) 4. Sumber dan Siklus Material (Material Resources and Cycle/ MRC) 5. Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruang (Indoor Health and Comfort/ IHC) 6. Manajemen Lingkungan Bangunan (Building Environment Management/ BEM) Tabel 2.2. Kriteria dalam Greenship untuk Gedung Terbangun Kategori Kriteria Prasyarat Kredit Bonus ASD EEC WAC MRC IHC BEM Total Kriteria Sumber: GBCI (2011) 15

10 Kriteria kredit memiliki poin tertentu yang apabila poin tersebut mampu dicapai gedung sesuai dengan total poin minimum yang diisyaratkan GBCI, gedung diberi sertifikasi dengan tingkat predikat seperti berikut: Tabel 2.3. Tingkat Predikat Greenship untuk Gedung Baru Predikat Minimum Persentasi Poin (%) Platinum Emas Perak Perunggu Sumber: GBCI (2012) Adapun bangunan gedung yang sudah memperoleh sertifikasi sebagai bangunan hijau dari GBCI, diantaranya: Tabel 2.4. Bangunan Gedung yang Tersertifikasi Greenship No Nama Bangunan Gedung Kategori Predikat 1 Gedung Kantor Manajemen Pusat (Kampus), PT Dahana (Persero), Subang Bangunan Baru Platinum 2 Institut Teknologi Sains Bandung (ITSB), Bangunan Baru Emas Bandung 3 Gedung Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta Bangunan Baru Platinum 4 Kantor Bank Indonesia, Solo Bangunan Baru Emas 5 Alamanda Tower, Jakarta Bangunan Baru Emas 6 Main Office Building PT Holcim Indonesia, Bangunan Baru Emas Tuban Plan 7 Wisma Subiyanto, Jakarta Bangunan Baru Emas 8 Green Office Park 6, Tangerang Bangunan Baru Emas 9 Menara BCA PT Grand Indonesia, Jakarta Bangunan Terbangun Platinum 10 Gedung Sampoerna Strategic Square, PT Buana Bangunan Terbangun Emas Sakti, Jakarta 11 German Centre Indonesia Bangunan Terbangun Emas 12 Sequis Centre, Jakarta Bangunan Terbangun Emas Sumber: GBCI,

11 Tepat Guna Lahan Ketepatan penggunaan lahan erat kaitannya dengan pembangunan suatu kawasan. Hal ini diperlukan dalam perencanaan suatu bangunan karena mengingat dampak yang ditimbulkan suatu bangunan terhadap lingkungan sekitar. Semakin tepat pembangunan suatu kawasan, maka akan semakin kecil dampak negatif yang ditimbulkan. Semakin lengkap fasilitas dan infrastruktur dalam suatu kawasan, akan semakin mempermudah aksesibilitas dan efisiensi energi. Terciptanya efisiensi energi, terutama energi fosil, dapat mengakibatkan turunnya jejak karbon dan jejak ekologis, dan meningkatnya kualitas lingkungan hidup. (GBCI, 2010) Dalam kategori ini terdapat 2 (dua) kriteria prasyarat dan 8 (delapan) kriteria kredit bernilai maksimal 16 poin, yaitu: Prasyarat 1. Kebijakan manajemen tapak (Site Management Policy) Prasyarat 2. Kebijakan pengurangan kendaraan bermotor (Motor Vehicle Reduction Policy) Tabel 2.5. Kriteria dalam Kategori Tepat Guna Lahan (ASD) ASD Kriteria Kredit Poin Evaluasi 1 Aksesibilitas masyarakat (Community Accessibility) 2 2 Pengurangan kendaraan bermotor (Motor Vehicle Reduction) 1 3 Sepeda (Bicycle) 2 4 Lansekap pada Lahan (Site Landscaping) 3 5 Efek pulau panas (Heat Island Effect) 2 6 Manajemen limpasan air hujan (Stormwater Management) 2 7 Manajemen tapak (Site Management) 2 8 Lingkungan bangunan (Building Neighbourhood) 2 Sumber: GBCI,

12 Efisiensi dan Konservasi Energi Adanya kebutuhan energi yang besar dalam suatu gedung, secara tidak langsung akan menimbulkan emisi gas karbondioksida (CO 2 ) dimana merupakan salah satu gas pembentuk efek rumah kaca. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus, maka pada akhirnya akan mengakibatkan terjadinya pemanasan global. Oleh karena itu diperlukan upaya efisiensi dan konservasi energi yang dilakukan di dalam suatu gedung. (Rahayu, 2014) Dalam kategori ini terdapat 2 (dua) kriteria prasyarat dan 7 (tujuh) kriteria kredit bernilai maksimal 36 poin, yaitu: Prasyarat 1. Kebijakan dan strategi manajemen energi (Policy and Energy Management Plant) Prasyarat 2. Penggunaan energi minimum (Minimum Building Energy Performance) Tabel 2.6. Kriteria dalam Kategori Efisiensi dan Konservasi Energi (EEC) EEC Kriteria Kredit Poin Evaluasi 1 Pengoptimalan efisiensi energi bangunan (Optimized Efficiency Building Energy Performance) 16 2 Pengujian, komisioning ulang, atau retro-komisioning (Testing, Recommissionng, or Retro-commissioning) 2 3 Pendayagunaan sistem energi (System Energy Performance) 12 4 Pengawasan energi (Energy Monitoring and Control) 3 5 Pelaksanaan dan pemeliharaan (Operation and Maintenance) 3 6 Energi terbarukan dalam tapak (On Site Renewable Energy) 5B 7 Penurunan emisi energi (Less Energy Emission) 3B Sumber: GBCI, Konservasi Air Sumber air dalam suatu gedung biasanya berasal dari PDAM dan air tanah. Apabila konsumsi air dalam gedung terus menerus dilakukan tanpa ada 18

13 kegiatan konservasi, maka kuantitas dan kualitas air bersih akan menurun, apalagi jika yang digunakan sebagai sumber yaitu air tanah. Oleh karena itu, perlu adanya usaha konservasi air dalam suatu gedung. Hal ini dapat dilakukan dengan banyak cara, diantaranya dengan sumber air alternatif, pemilihan alat pengatur keluaran air dan penghematan penggunaan air. (GBCI, 2010) Dalam kategori ini terdapat 1 (satu) kriteria prasyarat dan 8 (delapan) kriteria kredit bernilai maksimal 20 poin, yaitu: Prasyarat Kebijakan penggunaan air (Water Management Policy) Tabel 2.7. Kriteria dalam Kategori Konservasi Air (WAC) WAC Kriteria Kredit Poin Evaluasi 1 Sub-meter air (Water Sub-Metering) 1 2 Pengawasan air (Water Monitoring Control) 2 3 Pengurangan penggunaan air (Fresh Water Efficiency) 8 4 Kualitas air (Water Quality) 1 5 Daur ulang air (Recycled Water) 5 6 Air minum (Potable Water) 1 7 Pengurangan penggunaan sumur dalam (Deep Well Reduction) 2 8 Efisiensi air keran (Water Tap Efficiency) 2B Sumber: GBCI, Sumber dan Siklus Material Siklus material dimulai dari tahap eksploitasi produk, pengolahan dan produksi, desain bangunan dan aplikasi yang efisien, hingga upaya memperpanjang masa akhir pakai produk material. (GBCI, 2010) Dengan adanya sumber yang jelas dan pengelolaan siklus material yang baik, maka suatu pembangunan akan menjadi berkelanjutan sehingga dapat menjaga pelestarian alam. 19

14 Dalam kategori ini terdapat 3 (tiga) kriteria prasyarat dan 5 (lima) kriteria kredit bernilai maksimal 12 poin, yaitu: Prasyarat 1. Refrigeran fundamental (Fundamental Refrigerant) Prasyarat 2. Kebijakan pembelanjaan material (Material Purchasing Policy) Prasyarat 3. Kebijakan manajemen limbah (Waste Management Policy) Tabel 2.8. Kriteria dalam Kategori Sumber dan Siklus Material (MRC) MRC Kriteria Kredit Poin Evaluasi 1 Penggunaan Non ODS (Usage Non ODS) 2 2 Pembelanjaan material (Material Purchasing Practice) 3 3 Manajemen limbah (Waste Management Practice) 4 4 Manajemen limbah beresiko (Hazardous Waste Management) 2 5 Manajemen barang bekas (Management of Used Good) 1 Sumber: GBCI, Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruang Kualitas udara dan kenyamanan dalam ruang erat kaitannya dengan kesehatan penggunaan gedung, atau yang sering disebut sebagai Sick Building Syndrome (SBS). Keadaan ini diakibatkan kualitas udara dan kenyamanan buruk. Oleh karena itu, perlu adanya pengaturan dan kontrol pada kualitas udara dan kenyamanan, sehingga kondisi ruangan menjadi nyaman dan dapat meningkatkan produktivitas kerja pengguna gedung. (GBCI, 2010) Dalam kategori ini terdapat 1 (satu) kriteria prasyarat dan 8 (delapan) kriteria kredit bernilai maksimal 20 poin, yaitu: Prasyarat Larangan merokok (No Smoking Campaign) 20

15 Tabel 2.9. Kriteria dalam Kategori Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruang (IHC) IHC Kriteria Kredit Poin Evaluasi 1 Introduksi udara di luar ruang (Outdoor Air Introduction) 2 2 Pengendalian asap rokok (Environmental Tobacco Smoke Control) 2 3 Pemantauan CO 2 dan CO (CO 2 and CO) 2 4 Polusi fisik dan kimiawi (Physical and Chemical Pollutants) 6 5 Polusi biologis (Biological Pollutants) 3 6 Kenyamanan visual (Visual Comfort) 1 7 Tingkat kebisingan (Accoustic Level) 1 8 Survey pengguna gedung (Building User Survey) 3 Sumber: GBCI, Manajemen Lingkungan Bangunan Pengelolaan lingkungan bangunan diperlukan sejak awal gedung mulai direncanakan. Tujuannya untuk memudahkan dan mengarahkan desain yang berkonsep Green Building. Cakupan dalam kategori ini adalah pengelolaan sumber daya melalui rencana operasional konsep yang berkelanjutan, kejelasan informasi (data), dan penanganan dini yang membantu pemecahan masalah, termasuk manajemen sumber daya manusia dalam penerapan konsep bangunan hijau untuk mendukung penerapan tujuan pokok dari kategori lain. (GBCI, 2010) Dalam kategori ini terdapat 1 (satu) kriteria prasyarat dan 5 (lima) kriteria kredit bernilai maksimal 13 poin, yaitu: Prasyarat Kebijakan operasional dan perawatan (Operation & Maintenance Policy) Tabel Kriteria dalam Kategori Manajemen Lingkungan Bangunan (BEM) BEM Kriteria Kredit Poin Evaluasi 1 Inovasi (Innovations) 5 2 Kebijakan Pemilik Proyek & Desain (Design Intent & Owner s Project Requirement) 2 3 Tim Pemeliharaan & Operasional Ramah Lingkungan (Green Operational & Maintenance Team) 2 4 Kontrak Green (Green Occupancy/ Lease) 2 5 Operasional, Pemeliharaan, &Pelatihan (Operation & Maintenance Training) 2 Sumber: GBCI,

16 Kriteria dalam Greenship Kriteria green building yang terdapat dalam Perangkat Penilaian Greenship Untuk Gedung Terbangun Versi 1.0 terdiri dari 41 kriteria kredit yang ditentukan oleh GBCI berdasarkan standar teori dan peraturan yang telah disesuaikan di Indonesia. Berikut adalah sebagian penjelasan mengenai kriteria kredit yang terdapat dalam Greenship: Efek Pulau Bahang Salah satu fenomena iklim yang menjadi isu global akhir-akhir ini adalah fenomena Pulau Bahang atau yang lebih dikenal dengan heat island effect. Fenomena ini dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti diantaranya penggunaan material pada area atap dan non-atap gedung sehingga mempengaruhi nilai albedo (daya refleksi panas matahari) sekitar gedung. Albedo adalah reflektivitas dari permukaan yang terintegrasi di seluruh belahan bumi dan panjang gelombang matahari. Semakin permukaan bahan berwarna gelap dan bertekstur kasar, maka nilai albedo akan semakin kecil. (Taha, 1992) Greenship menetapkan nilai albedo yang baik adalah > 0,3. Berikut daftar nilai albedo pada beberapa jenis bahan: Tabel Nilai Albedo pada Beberapa Jenis Material No Nama Bahan Nilai Albedo 1. Aspal 0,05-0,20 2. Beton 0,10-0,35 3. Paving blok 0,07-0,35 4. Rumput/semak 0,25-0,30 5 Pohon 0,15-0,18 6 Tanah 0,29 * ) Sumber: Kaloush et al (2008) * )Reagan dan Acklam (1979) dalam Taha, Sailor dan Akbari (1992) 22

17 Gambar 2.1. Nilai Albedo pada Beberapa Jenis Material Sumber: Kaloush et al (2008) Berikut ini rumus untuk menghitung nilai albedo pada lahan yang heterogen (GBCI, 2010): Keterangan: A n = Nilai Albedo dari luasan L n = Luas area (m 2 ) 23

18 Manajemen Limpasan Air Hujan Sumur resapan air hujan adalah prasarana untuk menampung dan meresapkan air hujan ke dalam tanah. Berdasarkan SNI tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan, maka persamaan yang dipakai untuk menghitung volume air limpasan hujan, yaitu: V ab = 0,855 C tadah x A tadah x R/1000 Keterangan: V ab = Volume andil banjir yang akan ditampung sumur resapan (m 3 ) C tadah = Koefisien limpasan dari bidang tadah (tanpa satuan) A tadah = Luas bidang tanah (m 2 ) R = Tinggi hujan harian rata-rata (L/m 2.hari) Berikut adalah nilai koefisien aliran (C) dari masing-masing tata guna lahan: Tabel Nilai Koefisien Limpasan No Tata Guna Lahan Nilai Albedo 1 Aspal, beton 0,70-0,95 2 Batu bata, paving 0,50-0,70 3 Atap 0,75-0,95 4 Tanah berpasir 0,05-0,10 5 Padang rumput 0,21 Sumber: McGuen (1989); Hassing (1995) dalam Rahayu (2013) Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Menurut SNI tentang Prosedur Audit Energi Pada Pembangunan Gedung, Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik adalah pembagian antara konsumsi energi listrik pada kurun waktu tertentu dengan 24

19 satuan luas bangunan gedung. Menurut Pedoman Pelaksanaan Konservasi Energi dan Pengawasannya di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional, nilai IKE dari suatu bangunan gedung digolongkan dalam dua kriteria, yaitu untuk bangunan ber-ac dan bangunan tidak ber-ac. Berikut adalah kriteria IKE untuk gedung ber-ac: Tabel Kriteria IKE Bangunan Gedung ber-ac Kriteria Sangat Efisien (4,17-7,92) Kwh.m 2 /bulan Efisien (7,93-12,08) Kwh.m 2 /bulan Cukup Efisien (12,08-14,58) Kwh.m 2 /bulan Agak Boros (14,58-19,17) Kwh.m 2 /bulan Boros (14,58-19,17) Kwh.m 2 /bulan Sangat Boros (14,58-19,17) Kwh.m 2 /bulan Keterangan a). Desain gedung sesuai standar tata cara perencanaan teknis konservasi energi b). Pengoperasian peralatan energi dilakukan dengan prinsip-prinsip manajemen energi a). Pemeliharaan gedung dan peralatan energi dilakukan sesuai prosedur b). Efisiensi penggunaan energi masih mungkin ditingkatkan melalui penerapan sistem manajemen energi terpadu a). Penggunaan energi cukup efisien melalui pemeliharaan bangunan dan peralatan energi masih memungkinkan b). Pengoperasian dan pemeliharaan gedung belum mempertimbangkan prinsip konservasi energi a). Audit energi perlu dipertimbangkan untuk menentukan perbaikan efisiensi yang mungkin dilakukan b). Desain bangunan maupun pemeliharaan dan pengoperasian gedung belum mempertimbangkan a). Audit energi perlu dipertimbangkan untuk menentukan langkahlangkah perbaiakn sehingga pemborosan energi dapat dihindari b). Instalasi peralatan dan desain pengoperasian dan pemeliharaan tidak mengacu pada penghematan energi a). Agar ditinjau ulang atas semua instalasi/peralatan energi serta penerapan manajemen energi dalam pengelolaan bangunan b). Audit energi adalah langkah awal yang perlu dilakukan Sumber: Pedoman Pelaksanaan Konservasi Energi, Energi Baru Terbarukan Energi terbarukan dapat diartikan sebagai bentuk dari kemampuan energi untuk meregenerasi secara alamiah. Sebagai contoh, cahaya matahari, angin, dan air yang mengalir merupakan sumber energi terbarukan. (Chiraz, 2004 dalam Rahayu, 2013) 25

20 Energi terbarukan merupakan energi yang dihasilkan dari sumber yang keberadaannya kontinyu atau dengan cepat dapat diperbaharui. Energi terbarukan cenderung ramah lingkungan, mengemisi CO 2 dan gas rumah kaca dalam persentase rendah dibandingkan energi minyak atau fosil. Energi terbarukan yang bisa dimanfaatkan di Indonesia adalah energi surya, energi angin, energi air, energi panas bumi, serta energi yang berasal dari biomassa, seperti syngas, biogas, biofel, dan hydrogen cair. (Karyono, 2010 dalam Rahayu, 2013) Penurunan Emisi Energi Widhi (2013) menyebutkan bahwa sektor energi merupakan penyumbang terbesar gas rumah kaca khususnya CO 2 dibandingkan sektor lain seperti transportasi dan industri. Emisi CO 2 terbesar dari penggunaan energi listrik berasal dari aktivitas dalam gedung yaitu sebesar 70%. Dengan mengetahui penggunaan daya listrik gedung, jumlah emisi CO 2 (EE) dapat dihitung dengan mengalikan penggunaan listrik dengan faktor emisi (EF) berdasarkan letak wilayah. Hal ini disesuaikan dengan Amanat Peraturan Menteri ESDM no. 13 Tahun 2012 tentang Penghematan Pemakaian Listrik. (USAID Indonesia, 2014) Avoided Emission EE = JP x EF Dimana: EE= Emisi Energi JP= Jumlah Penghematan (kwh) EF= Faktor Emisi Grid (kgco 2 -e/kwh) 26

21 Tabel Faktor Emisi Grid untuk Tiap Wilayah Sistem Interkoneksi Faktor Emisi (kg CO 2 -e/kwh) Jawa-Madura-Bali (JAMALI) 0,823 Sumatera 0,687 Khatulistiwa (Sistem Kalbar) 0,732 Barito (Sistem Kalsel dan Kalteng) 0,900 Mahakam (Sistem Kaltim) 1,069 Minahasa-Kotamobagu 0,600 Sulawesi Selatan Sulawesi Barat 0,746 Batam 0,836 Maluku, Nusa Tenggara dan Papua 0,800 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) 0,800 Sumber: Ditjen Ketenalistrikan, 2013 (dalam USAID Indonesia, 2014) Sumber dan Siklus Material Isu utama dari sumber dan siklus material adalah untuk menjaga keberlanjutan sumber daya alam dengan menerapkan tatanan dan pengelolaan yang baik. Untuk menjaga keberlanjutan dapat dilakukan dengan memperpanjang daur hidup material dimulai dari tahap eksploitasi, pengelolaan dan produksi. (Ervianto, 2012) Dalam kategori sumber dan siklus material, penggunaan refrigeran dimasukkan ke dalam prasyarat utama. Tujuannya untuk mencegah pemakaian bahan perusak ozon yang memiliki nilai Ozone Depleting Potential (ODP) > 1. Menurut Peraturan Menteri Perindustrian No.33/MIND/PER/4/2007 tentang Larangan Memproduksi Barang yang Menggunakan Bahan Perusak lapisan Ozon, yang dimaksud dengan Bahan Perusak Ozon (BPO) adalah senyawa kimia yang berpotensi dapat bereaksi dengan molekul ozon di lapisan stratosfer. BPO dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu chlorofluorocarbon (CFC), hydro-chlorofluorocarbons (HFCs), halon, hydro-bromofluorocarbons (HBFCs), methyl chloroform, carbon tetrachloride dan methyl bromide. Berikut adalah jenis-jenis refrigeran dan nilai ODP nya: 27

22 Tabel Jenis Refrigeran dan Nilai ODP No Refrigeran Group Atmospheric ODP Life 1 R11 CFC R12 CFC R22 HCFC 15 0,05 4 R134a HFC R404a HFC R410a HFC R507 HFC R290 HC < R600a HC < 1 0 Sumber: Dreepaul dalam Rahayu (2013) Kenyamanan Visual Tujuannya untuk mencegah gangguan visual akibat pencahayaan yang tidak sesuai dengan akomodasi mata. Tolok ukurnya adalah dengan memenuhi tingkat pencahayaan (iluminasi) ruangan sesuai SNI tentang Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan. Tabel Tingkat Pencahayaan Rata-Rata yang Direkomendasikan No Fungsi Ruangan Tingkat Pencahayaan (Lux) Perkantoran 1 Ruang direktur Ruang kerja Ruang computer Ruang rapat Ruang gambar Ruang arsip Ruang arsip aktif 300 Sumber: SNI Tingkat Kebisingan Tujuannya untuk menjaga tingkat kebisingan di dalam ruangan pada tingkat yang optimal. Tolok ukurnya adalah menunjukkan tingkat bunyi di ruang kerja sesuai dengan SNI

23 Tabel Baku Tingkat Kebisingan No Peruntukan Kawasan/ Tingkat Kebisingan Lingkungan Kegiatan (satuan DB) a. Peruntukan kawasan 1 Perumahan dan pemukiman 55 2 Perdagangan dan Jasa 70 3 Perkantoran dan Perdagangan 65 4 Ruang Terbuka Hijau 50 5 Industri 70 6 Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60 7 Rekreasi 70 b. Lingkungan Kegiatan 1 Rumah sakit atau sejenisnya 55 2 Sekolah atau atau sejenisnya 55 3 Tempat ibadah atau sejenisnya 55 Sumber: Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun Studi Kasus Penerapan Green Building di Gedung Kampus Kampus Institut Teknologi dan Sains Bandung (ITSB) merupakan Kampus Green pertama di Indonesia yang juga telah disertifikasi oleh GBCI dan mendapat predikat Gold certified-design Recognition dengan total poin 107. Kampus ITSB mendapat penghargaan tersebut karena berhasil melakukan efisiensi dan penghematan energi melalui aspek bangunan single corridor, penerapan double skin pada tapak, pengolahan sampah, composting serta pemanfaatan air hujan. Penghematan ini dilakukan dengan memaksimalkan pencahayaan alami dan mengurangi penggunaan air conditioning (AC). Di Indonesia, selain standar Greenship, ada standar pemeringkatan lain yang dikhususkan untuk me-ranking universitas terhijau yaitu UI GreenMetric yang dilakukan oleh Universitas Indonesia. UI GreenMetric merupakan sistem pemeringkatan universitas terhijau yang telah mendapat bukti kredibilitas dari International Ranking Expert Group (IREG) secara resmi pada konferensi IREG- 6 pada bulan April 2012 di Taipei. IREG adalah lembaga yang berpusat di Belgia dan merupakan lembaga penting karena perannya sebagai lembaga penjamin mutu 29

24 dengan program audit dan sertifikasi bagi lembaga pemeringkatan universitas sedunia. Penilaian UI GreenMetric diterapkan untuk seluruh area kampus, mulai dari gedung perkuliahan, laboratorium serta sarana dan prasarana pendukung kampus. Filosofi penilaian dari UI GreenMetric ini berdasarkan 3E, yaitu Environmental, Economic dan Equity & Education (Lingkungan, Ekonomi, dan Keadilan & Pendidikan). Tujuan dari dilaksanakannya UI Greenmetric ini adalah untuk menyediakan hasil survey online berdasarkan kondisi aktual dan kebijakan terkait pelaksanaan Green Campus dan keberlanjutan kampus di seluruh Universitas di dunia. Perhatian akan lebih banyak tertuju pada usaha pencegahan perubahan iklim dunia, energi dan konservasi sumber daya air, daur ulang limbah padat, dan transportasi hijau. (UI Greenmetric, 2012) Pelaksanaan UI Greenmetric telah dilaksanakan sejak tahun 2010 dan saat itu telah diikuti oleh 95 Perguruan Tinggi dari 35 negara. Dan keikutsertaan perguruan tinggi semakin bertambah seiring tahun. 30

25 Tabel Keikutansertaan Perguruan Tinggi dari Berbagai Negara Tahun Jumlah Keikutsertaan Perguruan Tinggi Negara Sumber: Tabel Hasil Ranking UI GreenMetric 2014 untuk Perguruan Tinggi Terhijau se-indonesia No Nama Perguruan Tinggi Rangking 1 Universitas Indonesia 62 2 Institut Pertanian Bogor 70 3 Universitas Negeri Semarang 74 4 Universitas Andalas 89 5 Universitas Diponegoro 91 6 Institut Teknologi Bandung Institut Teknologi Sepuluh November Universitas Sebelas Maret Universitas Islam Indonesia Universitas Lampung Universitas Riau Universitas Bengkulu Universitas Gunadarma Universitas Sanata Dharma Universitas Padjadaran Universitas Terbuka Telkom University Universitas Negeri Jember Universitas Pancasila Universitas Muhammadiyah Surakarta Universitas Sriwijaya University of Brawijaya Universitas Taruma Negara Universitas Tanjungpura Universitas Atma Jaya Yogyakarta Universitas Kristen Petra Universitas Syiah Kuala Universitas Surabaya Universitas Pelita Harapan 361 Sumber: 31

26 2.6. Penelitian Terdahulu Penelitian terkait bangunan hijau sudah cukup banyak dilakukan dengan hasil yang bervariasi. Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang memiliki kemiripan dengan penelitian ini karena penulis mengadopsi dan menggabungkan metode yang digunakan oleh para peneliti sebelumnya. Adapun perbedaan diantara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek penelitian dan fokus pada standar Greenship untuk Gedung Terbangun, beberapa penelitian yang dimaksud tersebut dapat dilihat pada Tabel

27 Tabel Temuan Penelitian Terdahulu Peneliti Wulfram I. Ervianto (Kandidat Doktor Teknik Sipil ITB) Tahun Terbit Penelitian Judul 2010 Studi Penerapan Green Building Pada Industri Konstruksi di Daerah Istimewa Yogyakarta Metode Penelitian - Menyebarkan kuesioner Sasaran/ Objek Penelitian Pelaku industri konstruksi di DIY (konsultan, kontraktor, pemilik proyek, dan pihak lain yang berkompeten dalam green building) Kriteria yang dianalisa Pendapat responden tentang penerapan konsep green building di DIY Temuan Penelitian Berdasarkan Greenship, diperoleh: Poin Prosentase - 50% responden pernah terlibat dalam proyek yang menggunakan produk hijau - 33% responden menyatakan besar pertumbuhan penjualan yang diharapkan bagi perusahaan dari implementasi green building signifikan. - 53,33% responden menyatakan komitmen perusahaan terhadap konsep green building tinggi. - 50% responden menyatakan dampak positif yang diharapkan dari implementasi konsep green building terhadap keuntungan di masa datang signifikan responden beralasan bahwa implementasi green building membuat perusahaan menjadi industri yang bermanfaat bagi lingkungan. Adapun pendapat para penyedia jasa dalam penerapan konsep green building terhadap lingkungan adalah sebagai berikut: a. Semakin langkanya sumber daya alam (23,33% responden) b. Melindungi lingkungan (23,33%) c. Mengurangi perubahan iklim dan emisi karbon (30% responden)kewajiban moral (36,66% responden) d. Meminimalisir dampak negatif ekologis dari bangunan hijau (23,33%) 33

28 Peneliti Zidni Auliya (Mahasiswa S1 Teknik Sipil UI Kekhususan Manajemen Konstruksi) Aristia A. Putri 1, M. Arif Rohman 2, dan Christiono Tahun Terbit Penelitian Judul 2012 Pengaruh Material Resources and Cycle Terhadap Biaya Konstruksi Green Building Dibandingkan dengan Conventional Building 2012 Penilaian Kriteria Green Building pada Metode Penelitian - Penyebaran kuesioner - Wawancara - Studi kasus - Penyebaran kuesioner - Wawancara Sasaran/ Objek Penelitian - Pelaku industri konstruksi di Jakarta (engineer, kepala lapangan, manager project, konsultan dan pihak lain yang berkompeten dalam green building) - Pembangunan Kantor Pusat Jasa Marga Gedung Teknik Sipil ITS (Gedung Kriteria yang dianalisa MRC (Material Resources and Cycle), yang terdiri dari subkriteria berikut ini: - Building Reuse - Construction Waste Management - Material Reuse - Recycled Content - Regional Materials - Rapidly Renewable Materials - Certified Wood - Alternatife Water Resource - Energy Efficiency Temuan Penelitian Berdasarkan Greenship, diperoleh: Poin Prosentase e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam ruang dan sindrom gedung tinggi (20% responden) f. Kehidupan dan kesehatan yang lebih baik (53,33% responden) g. Mendukung ekonomi lokal (46,67% responden) h. Estetika (33,33% responden) i. Pembelanjaan dan kepeduliaan lingkungan yang ditingkatkan (36,66% responden) - Faktor yang mempengaruhi biaya konstruksi green building dibandingkan dengan conventional building adalah sbb: a. MRC 4: Certified Wood b. MRC 2: Environmentally Process Product c. MRC 6: Regional Material d. MRC 1: Building Material Reuse e. MRC 5: Modular Design - Tidak ada perubahan biaya konstruksi green building pada aspek material resources and cycle (MRC) 10 dari 23 poin maksimal kriteria yang ditinjau 43,47% 34

29 Peneliti Utomo 3 ( 1 Mahasiswa S1 Teknik Sipil ITS 2 Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil ITS 3 Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil ITS) Dedy Darmanto 1 dan I Putu Artama Wiguna 2 ( 1 Mahasiswa S1 Teknik Sipil ITS 2 Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil ITS) Rahayu Indah Komalasari 1, Purwanto 2 dan Suharyono 3 ( 1 Mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan Undip 2 Staf Pengajar Program Studi Ilmu Lingkungan Tahun Terbit Penelitian Judul Gedung Teknik Sipil ITS 2013 Penilaian Kriteria Green Building pada Gedung Rektorat ITS 2013 Kajian Green Building Berdasarkan Kriteria Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development) pada Gedung Pascasarjana B Metode Penelitian - Pengamatan - Pengukuran langsung - Penyebaran kuesioner - Wawancara - Pengamatan - Pengukuran langsung - Wawancara - Pengamatan - Pengukuran langsung Sasaran/ Objek Penelitian perkulihan E, I dan J) Gedung Rektorat ITS Gedung Pascasarjana B Undip Semarang Kriteria yang dianalisa Measure - Thermal Comfort - Visual Comfort - Natural Lightning - Water Use Reduction - Alternative Water Resource - Thermal Comfort - Visual Comfort - Natural Lighting - Water Use Reduction - Environmental Tobacco Smoke Control - Energy Efficiency Measure Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development), yang terdiri dari subkriteria berikut ini: - Site Selection - Community Accesbility - Public Temuan Penelitian Berdasarkan Greenship, diperoleh: Poin 12 dari 25 poin maksimal kriteria yang ditinjau 7 dari 17 poin maksimal kriteria yang ditinjau Prosentase 48% 41,18% 35

30 Peneliti Program Pasca Sarjana Undip 3 Staf Pengajar Program Magister Teknik Sipil Undip) Miftahul Huda 1, Titien Setiyo Rini 2, Johan Paing 3, dan Agus Purwito 4 ( 1234 Fakultas Teknik, Universitas Wijaya KusumaSurabaya/ UWKS, Indonesia) Friskarindi Noor Wakhidah 1 dan Christiono Utomo 2 ( 1 Mahasiswa S1 Teknik Sipil ITS 2 Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil ITS) Tahun Terbit Penelitian Judul Universitas Diponegoro Semarang 2013 Analisis Of Important Factors Evaluation Criteria For Green Building 2014 Pengukuran Kesesuaian Kriteria Green Building Pada Gedung Magister Manajemen Teknologi ITS Sumber: Berbagai jurnal penelitian yang diterbitkan oleh ISSN Metode Penelitian - Penyebaran kuesioner - Pengamatan - Pengukuran langsung - Penyebaran kuesioner - Wawancara - Pengamatan - Pengukuran langsung Sasaran/ Objek Penelitian Gedung Kampus UWKS Gedung Magister Manajemen Teknologi ITS Kriteria yang dianalisa Transportation - Bicycle - Site Landscaping - Micro Climate - Stormwater Management - Thermal Comfort - Natural Lighting - Water Use Reduction - Alternative Water Resource - Energy Efficiency Measure - Visual Comfort - Water Fixture - Thermal Comfort - Micro Climate - Pollution of Construction Activity - Visual Comfort - Environmental Tobbaco Smoke Control Temuan Penelitian Berdasarkan Greenship, diperoleh: Poin 15 dari 23 poin maksimal kriteria yang ditinjau (tidak diinformasikan dalam jurnal) Prosentase 65,22% 7,50% s/d 90% 36

PENGUKURAN KESESUAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG MAGISTER MANAJEMEN TEKNOLOGI ITS FRISKARINDI NOOR WAKHIDAH

PENGUKURAN KESESUAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG MAGISTER MANAJEMEN TEKNOLOGI ITS FRISKARINDI NOOR WAKHIDAH PENGUKURAN KESESUAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG MAGISTER MANAJEMEN TEKNOLOGI ITS FRISKARINDI NOOR WAKHIDAH 3110100088 LATAR BELAKANG Menurunnya Kualitas Lingkungan Hidup Konsep Green Building

Lebih terperinci

ABSTRAK. apartemen, Sea Sentosa

ABSTRAK. apartemen, Sea Sentosa ABSTRAK Dampak negatif dari global warming adalah kerusakan lingkungan dan pencemaran. Hal ini menjadi pendukung dimulainya gerakan nasional penghematan energi, baik dalam penghematan penggunaan bahan

Lebih terperinci

PENINGKATAN NILAI BANGUNAN HIJAU PADA BANGUNAN TERBANGUN Studi Kasus: Gedung Kampus X

PENINGKATAN NILAI BANGUNAN HIJAU PADA BANGUNAN TERBANGUN Studi Kasus: Gedung Kampus X PENINGKATAN NILAI BANGUNAN HIJAU PADA BANGUNAN TERBANGUN Studi Kasus: Gedung Kampus X Henny Wiyanto, Arianti Sutandi, Dewi Linggasari Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara hennyw@ft.untar.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemanasan global menjadi topik perbincangan dunia dalam beberapa tahun terakhir. Berbagai peristiwa alam yang dianggap sebagai anomali melanda seluruh dunia dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik itu dari sisi produksi maupun sisi konsumsi, yang berbanding terbalik dengan

BAB I PENDAHULUAN. baik itu dari sisi produksi maupun sisi konsumsi, yang berbanding terbalik dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis manajemen energi adalah keadaan dimana sumber energi yang ada tidak mampu dikelola untuk memenuhi kebutuhan energi di wilayah tertentu. Indonesia adalah salah

Lebih terperinci

PENGKAJIAN INDIKATOR SOSEKLING BANGUNAN GEDUNG HIJAU (GREEN BUILDING)

PENGKAJIAN INDIKATOR SOSEKLING BANGUNAN GEDUNG HIJAU (GREEN BUILDING) PENGKAJIAN INDIKATOR SOSEKLING BANGUNAN GEDUNG HIJAU (GREEN BUILDING) TA 2014 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kementerian Pekerjaan Umum terus berusaha menyukseskan P2KH (Program Pengembangan Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability)

BAB I PENDAHULUAN. Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability) dan menerapkan praktik-praktik ramah lingkungan. Konsep ini sudah tidak asing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, permasalahan yang sering sekali menjadi pusat perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi. Di Indonesia, hal

Lebih terperinci

Gedung Pascasarjana B Universitas Diponegoro. utama (Tepat Guna

Gedung Pascasarjana B Universitas Diponegoro. utama (Tepat Guna 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dalam bidang konstruksi bangunan atau properti dari tahun ke tahun semakin berkembang baik dari segi desain maupun kualitas bangunan tersebut. Saat ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanasan Global Pemanasan global merupakan suatu proses meningkatnya suhu ratarata atmosfer laut, serta daratan bumi. Peningkatan suhu permukaan bumi ini dihasilkan oleh adanya

Lebih terperinci

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS Dedy Darmanto, I Putu Artama Wiguna, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

Green Building Concepts

Green Building Concepts Precast Concrete Contribute to Sustainability Concept of Reduce, Reuse, Recycle Ir. Tedja Tjahjana MT Certification Director Green Building Council Indonesia Green Building Concepts Konsep bangunan hijau

Lebih terperinci

Penilaian Kriteria Green Building Pada Jurusan Teknik Sipil ITS?

Penilaian Kriteria Green Building Pada Jurusan Teknik Sipil ITS? Penilaian Kriteria Green Building Pada Jurusan Teknik Sipil ITS? KRISIS ENERGI Kebutuhan Persediaan PENGHEMATAN ENERGI GREEN BUILDING ECO CAMPUS PENERAPAN GEDUNG T.SIPIL TIDAK DI DESAIN DENGAN KONSEP GB

Lebih terperinci

Penilaian Kriteria Green building pada Gedung Rektorat ITS

Penilaian Kriteria Green building pada Gedung Rektorat ITS JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-186 Penilaian Kriteria Green building pada Gedung Rektorat ITS Dedy Darmanto dan I Putu Artama Wiguna, Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya secara efisien selama proses pembuatannya hingga pembongkarannya.

BAB I PENDAHULUAN. daya secara efisien selama proses pembuatannya hingga pembongkarannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Green building adalah bangunan di mana sejak dimulai dalam tahap perencanaan, pembangunan, pengoperasian hingga dalam operasianal pemeliharaannya memperhatikan aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep bangunan hijau merupakan sebuah isu penting dalam desain arsitektur. Menurut Konsil Bangunan Hijau Indonesia, bangunan hijau adalah bangunan yang dalam tahap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Belakangan ini, tingkat kesadaran global terhadap lingkungan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Belakangan ini, tingkat kesadaran global terhadap lingkungan hidup BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Belakangan ini, tingkat kesadaran global terhadap lingkungan hidup semakin besar. Salah satu yang menjadi perhatian, termasuk di Indonesia, adalah isu pemanasan global.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena global warming (pemanasan global) dan isu-isu kerusakan lingkungan yang beraneka ragam semakin marak dikaji dan dipelajari. Salah satu efek dari global warming

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA. Oleh:

IDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA. Oleh: IDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA Oleh: Wulfram I. Ervianto 1, Biemo W. Soemardi 2, Muhamad Abduh dan Suryamanto 4 1 Kandidat Doktor Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Metode yang Digunakan Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan studi literatur pada bab sebelumnya, ada 2 (dua) variabel penelitian yang akan menjadi bagian

Lebih terperinci

Catatan : *) BPO : Bahan Perusak Ozon GRK : Gas Rumah Kaca

Catatan : *) BPO : Bahan Perusak Ozon GRK : Gas Rumah Kaca Catatan : *) BPO : Bahan Perusak Ozon GRK : Gas Rumah Kaca Jakarta, 8 Nopember 2011 ACUAN KEBIJAKAN PEMERINTAH 1. Penghapusan BPO & GRK - Keppres RI No. 23 / 1992 (perlindungan lapisan ozon) - UU No. 17

Lebih terperinci

Science&Learning&Center!di!Universitas!Mulawarman!! dengan!konsep!green&building!

Science&Learning&Center!di!Universitas!Mulawarman!! dengan!konsep!green&building! Science&Learning&CenterdiUniversitasMulawarman dengankonsepgreen&building IntanTribuanaDewi 1,AgungMurtiNugroho 2,MuhammadSatyaAdhitama 2 1MahasiswaJurusanArsitektur,FakultasTeknik,UniversitasBrawijaya

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. benua. 1 Bahasa dari setiap belahan di dunia digunakan dan dituturkan oleh semua

BAB I Pendahuluan. benua. 1 Bahasa dari setiap belahan di dunia digunakan dan dituturkan oleh semua benua. 1 Bahasa dari setiap belahan di dunia digunakan dan dituturkan oleh semua Pusat Bahasa di Yogyakarta BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Dalam perkembangan zaman saat ini, manusia

Lebih terperinci

KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR

KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR Wiliem Koe 1, Regina Cynthia Rose 2, Ratna S. Alifen 3 ABSTRAK : Kegiatan konstruksi berdampak negatif terhadap lingkungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa terjadi kenaikan jumlah penduduk sebesar

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMULAN DAN SARAN VI.. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Gedung erpustakaan usat UGM Sayap Selatan (L) diperoleh kesimpulan sebagai berikut:. enelitian ini menghasilkan daftar

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan pada 90 Gourmet restaurant, dapat ditarik kesimpulan bahwa 90 Gourmet restaurant, 78% memenuhi aspek green desain

Lebih terperinci

GREENSHIP HOMES Version 1.0

GREENSHIP HOMES Version 1.0 GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA GREENSHIP RATING TOOLS untuk RUMAH TINGGAL VERSI.0 S Version.0 DIREKTORAT PENGEMBANGAN PERANGKAT PENILAIAN GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA AGUSTUS 04 Visit us at www.greenshiphomes.org

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat

Lebih terperinci

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS TUGAS AKHIR-RC-09-1380 PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS Oleh : Dedy Darmanto ( 3108100027 ) Lokasi Studi Latar Belakang Krisis Energi Penghematan Energi Green Building Program

Lebih terperinci

PENYUSUNAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI) AHLI PENILAI BANGUNAN HIJAU

PENYUSUNAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI) AHLI PENILAI BANGUNAN HIJAU PENYUSUNAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI) AHLI PENILAI BANGUNAN HIJAU 1 L. Edhi Prasetya Abstrak Konsep bangunan hijau menjadi arus utama dunia saat ini, karena kesadaran akan pemanasan

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL

PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL Allan Subrata Ottong 1, Felix Yuwono 2, Ratna S. Alifen 3, Paulus Nugraha 4 ABSTRAK : Pembangunan rumah tinggal di Indonesia adalah salah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bel dan Hotel Sahid Jogja Lifestyle City di Yogyakarta sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bel dan Hotel Sahid Jogja Lifestyle City di Yogyakarta sebagai berikut : 19 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Hasil penelitian melalui penyebaran kuesioner kepada responden kontraktor dan manajemen konstruksi Hotel Tentrem, Hotel Citra, Hotel Fave, Hotel Swiss Bel

Lebih terperinci

Aplikasi Green Building pada Kantor AMG Tower Surabaya

Aplikasi Green Building pada Kantor AMG Tower Surabaya Aplikasi Green Building pada Kantor AMG Tower Surabaya Irfan Afrandi dan Ary Dedy Putranto Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167 Malang, 65145, Jawa Timur, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kepedulian masyarakat di seluruh dunia terhadap isu-isu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kepedulian masyarakat di seluruh dunia terhadap isu-isu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kepedulian masyarakat di seluruh dunia terhadap isu-isu lingkungan dan perubahan iklim meningkat pesat akhir-akhir ini. Berbagai gerakan hijau dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah Proyek Konstruksi Dalam jurnal Manajemen Limbah dalam Proyek Konstruksi (Ervianto, 2013), disebutkan bahwa limbah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah

Lebih terperinci

Penerapan Aspek Green Material pada Kriteria Bangunan Ramah Lingkungan di Indonesia

Penerapan Aspek Green Material pada Kriteria Bangunan Ramah Lingkungan di Indonesia TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Penerapan Aspek Green Material pada Kriteria Bangunan Ramah Lingkungan di Indonesia Dewi Rachmaniatus Syahriyah Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan

Lebih terperinci

CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION DALAM PROYEK BANGUNAN GEDUNG MENGGUNAKAN MODEL ASSESSMENT GREEN CONSTRUCTION

CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION DALAM PROYEK BANGUNAN GEDUNG MENGGUNAKAN MODEL ASSESSMENT GREEN CONSTRUCTION CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION DALAM PROYEK BANGUNAN GEDUNG MENGGUNAKAN MODEL ASSESSMENT GREEN CONSTRUCTION Wulfram I. Ervianto 1 1 Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Atma

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dapat dilihat dari nilai rata-rata 2,99.

BAB V KESIMPULAN. dapat dilihat dari nilai rata-rata 2,99. BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pemanfaatan green material pada proyek konstruksi di Yogyakarta dapat disimpulkan bahwa : 1. Pemanfaatan green material berdasarkan

Lebih terperinci

Sumber Produksi Tenaga Listrik PLN

Sumber Produksi Tenaga Listrik PLN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah Pada saat ini sumber daya energi yang ada di dunia semakin menipis. Karena semakin bertambahnya jumlah manusia di dunia maka penggunaan energi

Lebih terperinci

ANALISIS KRITERIA PENERAPAN GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

ANALISIS KRITERIA PENERAPAN GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institute Teknologi Sepuluh Nopember MAKALAH TUGAS AKHIR ANALISIS KRITERIA PENERAPAN GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA Mada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi 2.1.1 Pengertian Proyek Konstruksi Proyek konstruksi adalah usaha yang kompleks dan tidak memiliki kesamaan persis dengan proyek manapun sebelumnya sehingga

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Konsep green

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 A. Soni Keraf. ETIKA LINGKUNGAN HIDUP, hal Emil Salim. RATUSAN BANGSA MERUSAK SATU BUMI, hal

BAB I PENDAHULUAN. 1 A. Soni Keraf. ETIKA LINGKUNGAN HIDUP, hal Emil Salim. RATUSAN BANGSA MERUSAK SATU BUMI, hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Lingkungan hidup bukan semata-mata persoalan teknis. Demikian pula, krisis ekologi global yang kita alami dewasa ini adalah persoalan moral, krisis moral

Lebih terperinci

SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP. 1. Fitra Nofra Y.P. Jacaranda obtusifolia 2. Fatizha Zhafira S. Lilium candidum 3. Nurita Arziqni Chrysanthemum morifolium

SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP. 1. Fitra Nofra Y.P. Jacaranda obtusifolia 2. Fatizha Zhafira S. Lilium candidum 3. Nurita Arziqni Chrysanthemum morifolium SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP 1. Fitra Nofra Y.P. Jacaranda obtusifolia 2. Fatizha Zhafira S. Lilium candidum 3. Nurita Arziqni Chrysanthemum morifolium Analisis Teluk Jakarta dan Green Building Gedung Sinarmas

Lebih terperinci

SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP

SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP JUNDI FAARIS ALHAZMI A (Epiphyllum anguliger) IMAM AHMAD A (Cedrus atlantica) DINA MAULIDIA (Rosemarinus officinalis) CHALVIA ZUYYINA (Cinnamonum burmanii) ANALISIS TELUK BENOA

Lebih terperinci

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6149 KEUANGAN OJK. Efek. Utang. Berwawasan Lingkungan. Penerbitan dan Persyaratan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 281) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

ANTUSIASME PASAR TERHADAP RUMAH BERKONSEP HIJAU DI CITRALAND SURABAYA

ANTUSIASME PASAR TERHADAP RUMAH BERKONSEP HIJAU DI CITRALAND SURABAYA ANTUSIASME PASAR TERHADAP RUMAH BERKONSEP HIJAU DI CITRALAND SURABAYA Rizky Aulia 1), Happy R. Santosa, dan Ima Defiana 2) 1) Jurusan Arsitektur, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN

JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan vol 9 () (07) hal 7-4 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jtsp/index Pengukuran Greenship Home Pada Rumah Tinggal Berkonsep Green

Lebih terperinci

MEMBANGUN KEBERLANJUTAN DI ORLANDO MAGIC AWAY

MEMBANGUN KEBERLANJUTAN DI ORLANDO MAGIC AWAY Kelompok 3 MEMBANGUN KEBERLANJUTAN DI ORLANDO MAGIC AWAY Ketika Amway center dibuka di orlando pada 2011, menjadi LEED (Kepemimpinan dalam desain Energi dan Lingkungan) pertama yang meraih arena bola basket

Lebih terperinci

KONSEP ANALISA PENGARUH KRITERIA GREEN BUILDING TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI PADA PENGEMBANG PROPERTI DI SURABAYA

KONSEP ANALISA PENGARUH KRITERIA GREEN BUILDING TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI PADA PENGEMBANG PROPERTI DI SURABAYA KONSEP ANALISA PENGARUH KRITERIA GREEN BUILDING TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI PADA PENGEMBANG PROPERTI DI SURABAYA Intan Mayasari 1) dan Christiono Utomo 2) 1) Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

ABSTRACT

ABSTRACT Kajian Green Building Berdasarkan Kriteria Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development) pada Gedung Pascasarjana B Universitas Diponegoro Semarang Rahayu Indah Komalasari 1,*, Purwanto 2 dan Suharyanto

Lebih terperinci

Deddy el Rashid GP,MCIBSE Advisor ASATHI Core Founder GBCI Chapter President ASHRAE 2013 BOMA Indonesia

Deddy el Rashid GP,MCIBSE Advisor ASATHI Core Founder GBCI Chapter President ASHRAE 2013 BOMA Indonesia Surabaya 12 Desember 2015 Trilium Office Tower Deddy el Rashid GP,MCIBSE Advisor ASATHI Core Founder GBCI Chapter President ASHRAE 2013 BOMA Indonesia What is Green Building Is " a high performance property

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE 3.1. SUSTAINABLE ARCHITECTURE Sustainable Architecture (arsitektur berkelanjutan) memiliki tujuan untuk mencapai kesadaran lingkungan dan memanfaatkan sumber

Lebih terperinci

SERTIFIKASI GREENSHIP

SERTIFIKASI GREENSHIP SERTIFIKASI GREENSHIP ALUR PENDAFTARAN SERTIFIKASI GREENSHIP NEW BUILDING VERSI 1.0 Keterangan : Proses Perijinan (Pihak Pemerintah) FS/TOR Project Plan Target Setting Proses Perencanaan (Pihak Pemilik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh penerapan..., Furqan Usman, FT UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh penerapan..., Furqan Usman, FT UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan, yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. pengelola real estat terpadu dalam bidang ritel, komersial dan pemukiman real

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. pengelola real estat terpadu dalam bidang ritel, komersial dan pemukiman real BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN) adalah pemilik, pengembang dan pengelola real estat terpadu dalam bidang ritel, komersial dan pemukiman real

Lebih terperinci

PENGERTIAN GREEN CITY

PENGERTIAN GREEN CITY PENGERTIAN GREEN CITY Green City (Kota hijau) adalah konsep pembangunan kota berkelanjutan dan ramah lingkungan yang dicapai dengan strategi pembangunan seimbang antara pertumbuhan ekonomi, kehidupan sosial

Lebih terperinci

Penilaian Kriteria Green Building pada Gedung Teknik Sipil ITS

Penilaian Kriteria Green Building pada Gedung Teknik Sipil ITS JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7 1 Penilaian Kriteria Green Building pada Gedung Teknik Sipil ITS Aristia A. Putri, M. Arif Rohman, dan Christiono Utomo Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TATA RUANG DALAM, TATA RUANG LUAR, DAN ARSITEKTUR HIJAU

BAB III TINJAUAN TATA RUANG DALAM, TATA RUANG LUAR, DAN ARSITEKTUR HIJAU BAB III TINJAUAN TATA RUANG DALAM, TATA RUANG LUAR, DAN ARSITEKTUR HIJAU.. Tata Ruang Dalam... Definisi Ruang dalam atau disebut juga sebagai ruang interior adalah sebuah volume ruang (tiga dimensi) yang

Lebih terperinci

GREENSHIP EXISTING BUILDING Version 1.1

GREENSHIP EXISTING BUILDING Version 1.1 GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA GREENSHIP RATING TOOLS Untuk Gedung Terbangun VERSI. GREENSHIP EXISTING BUILDING Version. DIVISI RATING DAN TEKNOLOGI GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA JUNI 06 www.gbcindonesia.org

Lebih terperinci

KINERJA PENGEMBANG GEDUNG BERTINGKAT DALAM PENGGUNAAN MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN (191K)

KINERJA PENGEMBANG GEDUNG BERTINGKAT DALAM PENGGUNAAN MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN (191K) KINERJA PENGEMBANG GEDUNG BERTINGKAT DALAM PENGGUNAAN MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN (191K) Dewi Rintawati 1, Bambang E. Yuwono 2 dan Mohammad Iqram 3 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Trisakti, Jl. Kyai

Lebih terperinci

PERFORMANSI GREENSHIP BUILDING PADA RUMAH TURI DI SURAKARTA (PENEKANAN PADA WATER CONCERVATION DAN MATERIAL RESOURCE AND CYCLE)

PERFORMANSI GREENSHIP BUILDING PADA RUMAH TURI DI SURAKARTA (PENEKANAN PADA WATER CONCERVATION DAN MATERIAL RESOURCE AND CYCLE) 11 PERFORMANSI GREENSHIP BUILDING PADA RUMAH TURI DI SURAKARTA (PENEKANAN PADA WATER CONCERVATION DAN MATERIAL RESOURCE AND CYCLE) Surya Arafat, Nur Rahmawati Syamsiyah Program Studi Arsitektur Fakultas

Lebih terperinci

SURVEI TINGKAT KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL DARI GREENSHIP RATING TOOLS PADA PROYEK KONSTRUKSI

SURVEI TINGKAT KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL DARI GREENSHIP RATING TOOLS PADA PROYEK KONSTRUKSI SURVEI TINGKAT KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL DARI GREENSHIP RATING TOOLS PADA PROYEK KONSTRUKSI Febrian Pratama Poetra Setiawan 1, Grace Erny Gazali 2, Paulus Nugraha 3, Sandra Loekita

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG HIJAU PERKANTORAN Kafi uddin, MT

PERENCANAAN GEDUNG HIJAU PERKANTORAN Kafi uddin, MT PERENCANAAN GEDUNG HIJAU PERKANTORAN Kafi uddin, MT CURRICULUM VITAE Pendidikan : 1. S2, Energy Conservation - Universitas Indonesia 2. D4, Thermal System - Universitair de Joseph Fourrier France 3. D3,

Lebih terperinci

http://digilib.mercubuana.ac.id/z http://digilib.mercubuana.ac.id/z http://digilib.mercubuana.ac.id/z http://digilib.mercubuana.ac.id/z http://digilib.mercubuana.ac.id/z Laporan Perancangan Arsitektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Sektor air bersih semakin mendapatkan perhatian yang signifikan. Dalam World Summit on Sustainable Development (WSSD) di Johanesburg, 2 hingga 4 September

Lebih terperinci

2. Bangunan Hijau dan Kepentingan Masyarakat Indonesia

2. Bangunan Hijau dan Kepentingan Masyarakat Indonesia Press Release PENANDATANGANAN KERJASAMA KEMITRAAN IKATAN ARSITEK INDONESIA KONSIL BANGUNAN HIJAU INDONESIA Jakarta, 30 September 2010 1. Bangunan Hijau. Bangunan Hijau / Green Building adalah bangunan

Lebih terperinci

BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA. Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green

BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA. Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA 3.1 Tinjauan Pustaka Tema Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green Architecture atau yang lebih dikenal dengan Arsitektur Hijau. Pada bagian

Lebih terperinci

Eco Green Campus pada Gedung Dekanat Fakultas Peternakan

Eco Green Campus pada Gedung Dekanat Fakultas Peternakan Eco Green Campus pada Gedung Dekanat Fakultas Peternakan Almas Nugrahaningsih 1 dan Agung Murti Nugroho 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun

Tabel 1.1. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Provinsi Daerah istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi padat penduduk di Indonesia yang menempati urutan ketiga setelah

Lebih terperinci

Penilaian Kriteria Green Building pada Gedung Teknik Sipil ITS

Penilaian Kriteria Green Building pada Gedung Teknik Sipil ITS JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 D-107 Penilaian Kriteria Green Building pada Gedung Teknik Sipil ITS Aristia A. Putri, M. Arif Rohman, dan Christiono Utomo Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan terhadap energi listrik terus meningkat seiring dengan perkembangan teknologi yang saat ini sedang berada dalam tren positif. Listrik merupakan salah

Lebih terperinci

Gedung Asrama Kampus II Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Berkonsep Hemat Energi

Gedung Asrama Kampus II Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Berkonsep Hemat Energi Gedung Asrama Kampus II Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Berkonsep Hemat Energi Gibran K. Aulia 1, Agung Murti Nugroho 2, Tito Haripradianto 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kondisi Wisma Atlet di Senayan saat ini dapat dikatakan cukup memrihatinkan. Wisma yang awalnya bernama Wisma Fajar ini didirikan tahun 1974 oleh perusahaan Singapura

Lebih terperinci

Oleh : Slamet, SE., MM., PhD

Oleh : Slamet, SE., MM., PhD PEMBENTUKAN BUDAYA, PERILAKU, DAN KESADARAN RAMAH LINGKUNGAN: PENDEKATAN GREEN MANAGEMENT CAMPUS Oleh : Slamet, SE., MM., PhD Disampaikan pada Acara Seminar Nasional "Green Economy for Sustainability Development",

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek Perkembangan kota Jakarta sebagai ibukota negara berlangsung dengan cepat. Dengan banyaknya pembangunan disana-sini semakin mengukuhkan Jakarta

Lebih terperinci

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING ASPEK KONSERVASI AIR DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN BANGUNAN PADA GEDUNG ANDI HAKIM NASOETION REKTORAT IPB

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING ASPEK KONSERVASI AIR DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN BANGUNAN PADA GEDUNG ANDI HAKIM NASOETION REKTORAT IPB i PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING ASPEK KONSERVASI AIR DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN BANGUNAN PADA GEDUNG ANDI HAKIM NASOETION REKTORAT IPB DESI EVA FATRA LUMBAN TOBING DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS.

SAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. SAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS Di susun oleh : Di Susun Oleh : BAGAS BILAWA C. (0951110039) Dosen : HERU SUBIYANTORO

Lebih terperinci

ANALISIS TANTANGAN DAN MANFAAT BANGUNAN HIJAU

ANALISIS TANTANGAN DAN MANFAAT BANGUNAN HIJAU ANALISIS TANTANGAN DAN MANFAAT BANGUNAN HIJAU Gregorius Kevin 1, Iwan Anggalimanto 2, Herry P. Chandra 3, Soehendro Ratnawidjaja 4 ABSTRAK : Konsep Bangunan Hijau atau Green Building muncul sebagai cara

Lebih terperinci

Evaluasi Konsep Bangunan Hijau Pada Kondominium The Accent di Kawasan Bintaro Tangerang Selatan

Evaluasi Konsep Bangunan Hijau Pada Kondominium The Accent di Kawasan Bintaro Tangerang Selatan Evaluasi Konsep Bangunan Hijau Pada Kondominium The Accent di Kawasan Bintaro Tangerang Selatan Jane Malinda 1 dan Andika Citraningrum 2 1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, Jurusan Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini isu mengenai Global Warming dan keterbatasan energi kerap menjadi perbincangan dunia. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui kelompok penelitinya yaitu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA DAN SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA DAN SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA DAN SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal

Lebih terperinci

Workshop Green Building and Rating System. PRASETYOADI, IAI Jasindo - IAI 26 Januari 2017 GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA

Workshop Green Building and Rating System. PRASETYOADI, IAI Jasindo - IAI 26 Januari 2017 GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA Workshop Green Building and Rating System PRASETYOADI, IAI Jasindo - IAI 26 Januari 2017 GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA Green Building Council Indonesia Source: Global Footprint Network Departures in

Lebih terperinci

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING I Wayan Swi Putra 1, I Nyoman Satya Kumara 2, I Gede Dyana Arjana 3 1.3 Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana)

KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana) KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana) INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Sebuah Strategi Menuju Efisiensi Sumber Daya dan Keberlanjutan 2020 A Big Step towards

Lebih terperinci

PENGARUH ASPEK BUILDING ENVIRONMENTAL MANAGEMENT TERHADAP BIAYA KONSTRUKSI GREEN BUILDING DIBANDINGKAN DENGAN CONVENTIONAL BUILDING

PENGARUH ASPEK BUILDING ENVIRONMENTAL MANAGEMENT TERHADAP BIAYA KONSTRUKSI GREEN BUILDING DIBANDINGKAN DENGAN CONVENTIONAL BUILDING PENGARUH ASPEK BUILDING ENVIRONMENTAL MANAGEMENT TERHADAP BIAYA KONSTRUKSI GREEN BUILDING DIBANDINGKAN DENGAN CONVENTIONAL BUILDING Muhammad Fatih, Yusuf Latief, Suratman Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG TUJUAN RUANG LINGKUP. IDENTIFIKASI BAHAN PERUSAK OZON KOTA SURABAYA Sektor Hotel, Perdagangan, Perkantoran, Rumah Sakit, Dan Pendidikan

LATAR BELAKANG TUJUAN RUANG LINGKUP. IDENTIFIKASI BAHAN PERUSAK OZON KOTA SURABAYA Sektor Hotel, Perdagangan, Perkantoran, Rumah Sakit, Dan Pendidikan LATAR BELAKANG Perkembangan kota yang pesat menyebabkan semakin pesatnya pula aktivitas kegiatan manusia termasuk pembangunan gedung untuk kegiatan perdagangan (perdagangan), rumah sakit, perkantoran baik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai upaya green construction pada proyek konstruksi di Jawa Tengah,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai upaya green construction pada proyek konstruksi di Jawa Tengah, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarakan hasil analisis data dan pembahasan secara keseluruhan mengenai upaya green construction pada proyek konstruksi di Jawa Tengah, dapat diambil kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Wisma atlet merupakan salah satu tempat hunian bagi atlet yang berfungsi untuk tempat tinggal sementara. Selain itu keberadaan wisma atlet sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

KEPENTINGAN STANDAR BANGUNAN HIJAU INDONESIA DAN PENGARUH PENERAPANNYA TERHADAP BIAYA PROYEK SELAMA UMUR BANGUNAN

KEPENTINGAN STANDAR BANGUNAN HIJAU INDONESIA DAN PENGARUH PENERAPANNYA TERHADAP BIAYA PROYEK SELAMA UMUR BANGUNAN KEPENTINGAN STANDAR BANGUNAN HIJAU INDONESIA DAN PENGARUH PENERAPANNYA TERHADAP BIAYA PROYEK SELAMA UMUR BANGUNAN Enry L. Dusia 1, Edwin S. Wiyono 2, Ratna S. Alifen 3, Jani Rahardjo 4 ABSTRAK: Green building

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 6. Faktor pendukung penerapan green building

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 6. Faktor pendukung penerapan green building BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Setelah dilakukan analisis dari data yang diperoleh maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 5. Alasan penerapan green building 6. Faktor pendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dunia pendidikan arsitektur di Indonesia masih belum dapat disejajarkan dengan nama besar universitas di luar yang memiliki embel-embel world class university seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan Urban di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat, terutama terjadi pada kota-kota besar dan yang utama adalah Jakarta yang juga merupakan ibukota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, ibukota negara Indonesia, merupakan kota yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, ibukota negara Indonesia, merupakan kota yang terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta, ibukota negara Indonesia, merupakan kota yang terus berkembang di berbagai aspek, baik itu dari aspek sosial, budaya, ekonomi maupun teknologi. Banyak sekali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya dilaksanakan satu kali dan umumnya mempunyai waktu yang pendek dimana awal dan akhir proyek

Lebih terperinci

ANALISIS KRITERIA BANGUNAN HIJAU BERDASARKAN GREENSHIP HOME VERSI 1.0 STUDI KASUS PADA VILA BIU-BIU ( METODE LRFD )

ANALISIS KRITERIA BANGUNAN HIJAU BERDASARKAN GREENSHIP HOME VERSI 1.0 STUDI KASUS PADA VILA BIU-BIU ( METODE LRFD ) ANALISIS KRITERIA BANGUNAN HIJAU BERDASARKAN GREENSHIP HOME VERSI 1.0 STUDI KASUS PADA VILA BIU-BIU ( METODE LRFD ) TUGAS AKHIR (TNR, capital, font 14, bold) Oleh : I Wayan Agus Saputra 0919151010 (TNR,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang berperan sebagai pusat pemerintahan, pusat perekonomian dan pusat pendidikan. Peranan kota Kupang

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERSIFAT UTANG BERWAWASAN LINGKUNGAN (GREEN BOND)

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERSIFAT UTANG BERWAWASAN LINGKUNGAN (GREEN BOND) OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERSIFAT UTANG BERWAWASAN LINGKUNGAN (GREEN BOND) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia merupakan kota yang padat akan

BAB 1 PENDAHULAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia merupakan kota yang padat akan BAB 1 PENDAHULAN I.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Proyek Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia merupakan kota yang padat akan penduduk. Seiring dengan perkembangan waktu, semakin banyak orang yang datang

Lebih terperinci