TINJAUAN PUSTAKA Aflatoksin

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA Aflatoksin"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Aflatoksin Aflatoksin adalah salah satu senyawa toksik yang dihasilkan terutama oleh cendawan Aspergillus flavus dan A. parasiticus. Secara terminologi aflatoksin, berasal dari kata A yang diambil dari kata Aspergillus dan fla dari kata flavus dan kata toksin (toxin) menunjukkan racun, karena pada mulanya racun ini ditemukan pada cendawan A. flavus. Aflatoksin secara kimiawi termasuk derivat kumarin dan merupakan toksin yang dihasilkan oleh cendawan (mikotoksin). Mikotoksin merupakan metabolit sekunder dari cendawan tertentu yang mempunyai kerja toksik terhadap hewan-hewan berderajat tinggi dan manusia (Schlegel 1994). Menurut Leeson dan Summers (2001), metabolit primer adalah metabolit yang dihasilkan oleh cendawan untuk pembentukan biomassa dan membangkitkan energi untuk keperluan metabolisme primer, sedangkan metabolit sekunder biasanya terbatas pada spesies tertentu (strain tertentu) dan dihasilkan setelah fase pertumbuhannya stabil dan biasanya bersamaan dengan perubahan bentuk seperti sporulasi. Metabolit sekunder termasuk pigmen dan senyawa aktif yang mampu melawan mikroorganisme (antibiotika), tumbuhan (fitotoksin) atau hewan/manusia (mikotoksin). Cendawan yang menghasilkan aflatoksin adalah cendawan dari kelas Ascomycetes (cendawan pipa) seperti A. flavus, A. parasiticus, A. oryzae dan cendawan lain yang dapat menyerang semua bahan makanan (kacang tanah, padipadian, buah yang mengandung minyak, bahan pakan). A. candidus dan A. flavus mampu menghasilkan aflatoksin selama penyimpanan biji-bijian karena suhu pertumbuhannya bisa mencapai 50 ºC sampai 55ºC (Syarief et al. 2003). Aflatoksin ditemukan pada tahun 1960, setelah terjadi kematian kalkun sebanyak ekor di Inggris, dan tingginya kejadian penyakit hati pada bebek di Kenya dan budidaya ikan trout di Amerika Serikat. Ilmuwan Inggris segera melakukan penelitian dan ternyata wabah penyakit tersebut disebabkan oleh racun dari cendawan A. flavus dan A. parasiticus (Pitt 1989). Menurut Lillehoj (1986) terdapat 4 jenis aflatoksin utama yaitu aflatoksin B 1, B 2, G 1 dan G 2. Selain empat jenis utama aflatoksin masih ditambah dua 21

2 metabolit produk dari aflatoksin yakni M 1 dan M 2. Menurut Mariane (1987), rumus kimia untuk 4 jenis aflatoksin adalah C 17 H 12 O 6 (aflatoksin B 1 ), C 17 H 14 O 6 (aflatoksin B 2 ), C 17 H 12 O 7, (aflatoksin G 1 ) dan C 17 H 14 O 7 (aflatoksin G 2 ). Struktur kimiawi berinduk pada cincin kumarin yang kemudian mengikat inti furan di dekatnya menjadi bentuk furan tak jenuh sebagai bisfuran, dengan struktur bangun kimia yang dapat dilihat di Gambar 1. Gambar 1 Struktur bangun kimia (a) aflatoksin B 1, (b) aflatoksin B 2, (c) aflatoksin G 1 dan (d) aflatoksin G 2. Aflatoksin B 1 merupakan senyawa yang berpotensi sebagai hepatotoksin dan hepatokarsinogen yang mampu menyebabkan tumor pada hati mamalia dan unggas. Secara epidemiologi, terdapat hubungan antara kontaminasi aflatoksin pada makanan di Asia dan Afrika dengan meningkatnya kejadian kanker hati pada manusia (Pitt 1989). 22

3 Menurut Diener dan Davis (1969), spesies cendawan penghasil aflatoksin dan jenis aflatoksinnya seperti pada Tabel 1. No Tabel 1 Spesies cendawan penghasil aflatoksin dan jenis aflatoksin * Cendawan Jenis Aflatoksin B1 B2 G1 G2 1 Aspergillus flavus L L L L 2 A. flavus var. columnaris - L Aspergillus orizae L L L L 4 Aspergillus parasiticus L L L L 5 A. parasiticus var. globosus L L L L 6 Aspergillus niger L Aspergillus wentii L Aspergillus rubber L Aspergillus ostianus L - L - 10 Aspergillus ocraceus L Penicillium variabel L Penicillium citrinum L Penicillium frequentans L Rhizopus sp L - L - * : menghasilkan - : tidak menghasilkan Keberadaan kapang toksigenik pada bahan pangan atau pakan tidak secara otomatis menandakan bahwa mikotoksin juga terdapat pada bahan tersebut. Hal ini terjadi karena produksi mikotoksin dipengaruhi oleh ketersediaan nutrien, faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban (Bahri & Maryam 2004) Pertumbuhan dan aktivitas metabolisme jasad renik membutuhkan air untuk mengangkut zat zat gizi atau bahan bahan limbah kedalam dan keluar sel. Pengurangan aktivitas air atau kelembaban relatif keseimbangan (HRs) akan memperlambat aktivitas metabolisme dan membatasi pertumbuhan cendawan (Syarief et al ). 23

4 Aspergillus spp A. flavus merupakan cendawan yang bersifat thermotoleran, maka seperti cendawan atau bakteri lainya yang tahan hidup pada temperatur tinggi dan dalam kondisi kering. Cendawan dalam musim dingin terdapat dalam tanah dan populasi meningkat selama musim panas. Cendawan menyebar dibantu dengan angin dan serangga. Cendawan berkembang dalam klobot dan masuk ke dalam biji jagung. Kerusakan biji jagung oleh serangga merupakan faktor predisposisi biji terserang cendawan. Tumbuhan yang stress mudah terserang cendawan. Usaha untuk mengontrol serangan cendawan dapat menggunakan irigasi untuk mencegah stres dari tumbuhan dan pengolahan tanah untuk mengurangi inokulasi (Shafey et al. 1999). Penelitian dan Monitoring Aflatoksin di Indonesia Data hasil penelitian dan monitoring dari proyek FAO (Food Agricultural Organisation) Inter Country Cooperation in Post Harvest Technology and Quality Control of Grains yang dilaksanakan pada 13 negara Asia diperoleh data bahwa rata rata kadar aflatoksin pada jagung di Sulawesi Utara secara signifikan lebih tinggi dibandingkan provinsi lainnya, walaupun rata-rata aflatoksin di luar Sulawesi Utara di atas 100 ppb. Jagung merupakan makanan pokok kedua di beberapa daerah di Indonesia (seperti Sulawesi Selatan, dimana konsumsi per kapita untuk setiap hari gram). Dalam studi yang membandingkan kandungan aflatoksin di Jawa Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan dan menghubungkan dengan sistem pengeringan dan penyimpanan, ditemukan bahwa Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan memiliki kandungan aflatoksin yang lebih tinggi dibandingkan Jawa Timur. Sulawesi Utara menduduki peringkat paling tinggi, karena petani membiarkan jagung secara utuh pada batangnya di ladang untuk dikeringkan selama satu bulan. Demikian pula di Sulawesi Selatan petani menyimpan jagung 1 2 tahun sebelum dijual, walaupun jagung disimpan masih dalam tongkol. Waktu yang panjang dalam penyimpanan dapat meningkatkan pembentukan aflatoksin (Marianne 1987). 24

5 Pengaruh Aflatoksin pada Hewan dan Manusia Pengaruh aflatoksin pada hewan sangat bervariasi tergantung dosis, lamanya terpapar aflatoksin, spesies ternak, jenis ternak dan status ternak. Hewan akan mati jika mengkonsumsi dalam dosis tinggi dan dalam sublethal dosis akan menunjukkan keracunan kronis dan dalam dosis rendah menyebabkan kanker terutama kanker hati pada beberapa spesies hewan. Hewan yang peka terhadap aflatoksin adalah hewan kelas ikan, aves (bebek, kalkun, ayam, dan burung puyuh) dan mamalia seperti babi muda, babi bunting, anjing, kucing, sapi, dan domba (Siriacha 1999). Menurut Loy dan Wright (2003) aflatoksin dalam konsentrasi toksik dalam jagung apabila dimakan ternak akan menimbulkan gejala yang bervariasi seperti muntah-muntah, gangguan pertumbuhan, penurunan kekebalan terhadap infeksi, kegagalan reproduksi, cacat lahir dan kanker. Aflatoksin bersifat teratogenik dan mutagenik, perubahan teratologi ini merupakan bentuk yang masih ringan tetapi secara keseluruhan anak ayam yang mendapatkan perlakuan aflatoksin B 1 memperlihatkan kondisi yang lebih lemah walaupun masih dapat menetas. Pemberian aflatoksin B 1 pada telur ayam bertunas umur 5 hari akan mempengaruhi perkembangan, kehidupan dan daya tetas embrio. Semakin tinggi dosis yang diberikan akan semakin banyak embrio yang mati, dimana telur tidak bisa menetas pada pemberian 125 ng. Pemberian aflatoksin B 1 menyebabkan kelainan morfologi embrio berupa kelainan pada kaki, pertumbuhan terhambat, malabsorbsi kuning telur dan pendarahan pada embrio (Bahri et al. 2005). Manusia terkena aflatoksin jika mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi oleh cendawan penghasil aflatoksin. Ugur dan Ilhan (2002) menyatakan bahwa aflatoksin dapat menimbulkan mutasi genetik dengan cara merubah struktur DNA pada sel hati, dimana aflatoksin teroksidasi membentuk epioksid dan akan bereaksi dengan DNA dan terbentuk N7 Guanin. Akibat dari mutasi gen tersebut menimbulkan efek kronis bagi yang memakan makanan yang tercemar aflatoksin. Keracunan aflatoksin berkaitan dengan penyakit kronis pada manusia. Survey pada manusia di Afrika dan Asia telah dinyatakan adanya hubungan positip antara estimasi tereksposnya aflatoksin dengan kejadian kanker hati. 25

6 Primary Liver Cancer (PLC) merupakan penyakit salah satu penyebab kematian oleh kanker di Asia dan Afrika. Penelitian telah dilakukan di penduduk Republik Rakyat China/RRC, Thailand, Philiphina, Kenya, Swaziland, Mozambique, dan Uganda, ditemukan bukti keterlibatan konsumsi aflatoksin terhadap penyebab PLC. Salah satu variabel pokok dalam penelitian tersebut adalah variabel dari infeksi virus hepatitis B kronis dimana menyebabkan kanker dipengaruhi oleh aflatoksin (Siriacha 1999) Jagung Jagung dibawa ke Indonesia oleh bangsa Portugis dan Spanyol pada awal abad 16, yang sedang menjelajah dari Amerika melewati Eropa, India, dan China (Sarono et al. 1999). Jagung berasal dari Meksiko dan menyebar ke utara ke Kanada dan ke selatan ke Argentina. Nenek moyang jagung adalah Teusinte /Zea mexicana. Dengan adanya penjelajahan orang Eropa ke benua Amerika jagung menyebar ke Eropa, Afrika dan Asia (Farnham 2003). Tanaman jagung termasuk anggota famili Gramineae. Jumlah buah jagung antara 1 2 buah per batang dan dalam setiap buah jagung dapat ditemukan 300 sampai biji jagung. Jagung adalah tanaman musim panas. Paling banyak di lapangan ditemukan bahwa umur jagung adalah hari. Tumbuhan jagung membutuhkan sinar matahari langsung dan tidak tumbuh dengan baik jika di bawah naungan (Farnham 2003). Jagung dipanen dalam keadaan matang, mengandung kadar air 22% 25% dan dikeringkan secara buatan mencapai 15% 16% untuk disimpan dan dijual (Stanley 2003). Jagung dalam matang fisiologis masih dalam kadar air tinggi (diatas 35%), dan terjadi pengeringan jika dibiarkan tetap tinggal di batang, hanya saja mudah diserang oleh serangga dan cuaca. Keamanan selama penyimpanan tergantung pada kondisi biji, jenis, kondisi penyimpanan dan iklim. Biji jagung dapat disimpan lebih dari satu tahun jika kadar air 13% (Watson 2003). Dharmaputra (1999) meneliti kandungan aflatoksin pada beras, jagung, kacang tanah, bungkil kedelai, lada hitam, lada putih, biji coklat, kopra dan tepung kopra yang berasal dari petani, pedagang, pengecer, eksportir dan gudang Bulog. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar aflatoksin tinggi ditemukan 26

7 pada jagung dan kacang tanah, kadar aflatoksin relatif rendah pada bungkil kedelai, aflatoksin tidak selalu ditemukan pada kopra dan tepung kopra dan aflatoksin tidak ditemukan pada lada hitam dan lada putih. Aktivitas Air Aktivitas air (a w ) merupakan kosep fisika-kimia, pertama kali dikenalkan oleh seorang ahli mikrobiologi, Scott (1957). Aktivitas air merupakan perhitungan hubungan secara efektif antara kadar air dalam makanan dengan kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh di dalamnya. Aktivitas air dapat dihitung dengan perbandingan : a w = p/p 0 dimana p : tekanan parsial uap air pada material yang diuji p 0 : tekanan jenuh air dalam kondisi yang sama. Aktivitas air secara angka sama dengan kelembaban relatif seimbang (equilibrium relative humidity) dalam bentuk desimal (Pitt dan Hocking 1997). Pertumbuhan dan aktivitas metabolisme jasad renik membutuhkan air untuk mengangkut zat-zat gizi atau bahan-bahan limbah kedalam dan keluar sel. Seluruh aktivitas ini memerlukan air dalam bentuk cair. Air yang mengalami kristalisasi dan membentuk es atau air yang terikat secara kimiawi dalam larutan gula atau garam tidak dapat digunakan oleh jasad renik. Pengurangan aktivitas air atau kelembaban relatif keseimbangan (HR s ) akan memperlambat aktivitas metabolisme dan mengatasi pertumbuhan. Titik kritis ambang batas toleransi minimum pertumbuhan cendawan dan khamir adalah pada nilai aw sekitar 0.62 (Syarief et al. 2003). Faktor ekologis yang mempengaruhi pertumbuhan cendawan adalah aktivitas air (a w ) dan kadar air, suhu, substrat, O 2, CO 2, interaksi mikrob, kerusakan mekanis, infestasi serangga, jumlah spora dan lama penyimpanan. Jumlah air bebas yang dibutuhkan oleh cendawan untuk pertumbuhannya ditetapkan oleh aktivitas air (a w ). Semua cendawan termasuk yang toksigenik mempunyai a w minimum, optimum dan maksimum untuk pertumbuhannya. Aktivitas air 0.70 merupakan a w minimum pembentukan koloni semua spesies cendawan dalam penyimpanan (Ominski et al. 1994). 27

8 Alur Penjualan Menurut Sarono et al. (1999) alur penjualan jagung di Jawa Timur pada tahun 1986, digambarkan pada Gambar 2. PABRIK PAKAN INDUSTRI TEPUNG JAGUNG SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN INDUSTRI MAKANAN PETERNAKAN PEDAGANG BESAR PENGUMPUL PEDAGANG LANGSUNG KE PETANI PETANI Gambar 2 Alur pemasaran jagung di Provinsi Jawa Timur. Pedagang membeli jagung dari petani kemudian dijual ke kolektor dan kolektor menjual ke pedagang besar, kadang kala beberapa kolektor membeli langsung ke petani. Jagung dibeli masih dalam keadaan tertanam tegak di ladang. Pedagang maupun kolektor mengestimasi volume produksi jagung di ladang dan membayar sesuai harga pasar saat itu, biasanya pedagang maupun kolektor menanggung biaya pemanenan dan petani mendapatkan tugas untuk pengeringan. Pedagang besar kemudian menjual ke industri makanan, industri pakan, industri tepung jagung untuk bahan tambahan kopi, dan kadangkala dijual langsung ke peternak. Di beberapa tempat pedagang maupun kolektor menyediakan benih maupun pinjaman untuk menjamin bahwa jagungnya akan dijual ke mereka. Ternak utama yang mengkonsumsi jagung dalam pakannya adalah ternak unggas, babi dan sapi perah. Industri ternak unggas mulai tumbuh sejak 1975 dengan dibukanya impor bibit unggul dan dibukanya kesempatan investasi baik PMDN maupun PMA. Berkat kebijakan ini, industri pembibitan dan industri pakan skala besar mulai bermunculan. Permintaan jagung sangat besar untuk 28

9 pakan ternak unggas. Konsumsi jagung untuk industri pakan ternak meningkat dari sekitar 1.1 juta ton pada tahun 1990, menjadi 3.3 juta ton pada tahun 1996 dan meningkat menjadi 7.8 juta ton pada tahun 2000 (Erwidodo et al. 2003). Pemerintah tidak memiliki program pembelian jagung untuk menstabilkan harga, tidak seperti pada beras. Pemasaran jagung di biarkan sesuai pasar bebas, sehingga harga tidak stabil. Kelompok tani lemah dalam kegiatan pemasaran, sehingga daya pengaruhnya juga lemah (Sarono et al. 1999). Penyimpanan Proses penyimpanan merupakan salah satu pemrosesan pasca panen dari bahan-bahan pertanian. Banyak faktor yang mempengaruhi kerusakan hasil pertanian pasca panen. Menurut Bala (1997) faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Komposisi kimiawi, sifat karakteristik biji-bijian hasil pertanian merupakan faktor internal, sedangkan faktor eksternal masih dapat dibagi menjadi faktor fisik (temperatur dan kelembaban), kimiawi (kadar oksigen, kadar karbondioksida), biologis (bakteri, jamur, serangga, hewan pengerat) dan manusia (metode penanganan, sistem penyimpanan, pengangkutan, desinfeksi dan sebagainya). Hal yang tidak menguntungkan dalam penyimpanan adalah hilangnya nutrien atau zat-zat tertentu yang dibutuhkan baik oleh ternak maupun manusia selama proses penyimpanan. Ada dua variabel penting dalam penyimpanan yaitu suhu ruang dan kadar air (Bala 1997). Suhu optimum dan waktu memproduksi aflatoksin oleh A. flavus adalah 25 C dalam waktu 7 9 hari, suhu 30 C dalam waktu 5 7 hari dan pada suhu 20 C dibutuhkan waktu hari. A. parasiticus memproduksi aflatoksin B 1 pada suhu 30 C sampai 35 C, dan memproduksi G 1 pada suhu 25 C sampai 30 C. Sebagian besar total aflatoksin diproduksi pada suhu 25 C sampai 30 C selama masa inkubasi 7 15 hari (Diener & Davis 1969). 29

KANDUNGAN AFLATOKSIN DAN ANALISIS TITIK KRITIS PADA PENGELOLAAN PASCAPANEN JAGUNG DI KABUPATEN GARUT AGUS SUSANTO

KANDUNGAN AFLATOKSIN DAN ANALISIS TITIK KRITIS PADA PENGELOLAAN PASCAPANEN JAGUNG DI KABUPATEN GARUT AGUS SUSANTO KANDUNGAN AFLATOKSIN DAN ANALISIS TITIK KRITIS PADA PENGELOLAAN PASCAPANEN JAGUNG DI KABUPATEN GARUT AGUS SUSANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 28 1 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

MEWASPADAI CEMARAN AFLATOKSIN PADA PANGAN

MEWASPADAI CEMARAN AFLATOKSIN PADA PANGAN MEWASPADAI CEMARAN AFLATOKSIN PADA PANGAN Kapang dapat menghasilkan metabolit beracun yang disebut mikotoksin. Mikotoksin terutama dihasilkan oleh kapang saprofit yang tumbuh pada bahan pangan atau pakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman jagung ( Zea mays L) sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Berdasarkan urutan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latarbelakang aflatoksikosis

PENDAHULUAN Latarbelakang aflatoksikosis 1 PENDAHULUAN Latarbelakang Indonesia yang beriklim tropis memberikan kondisi yang sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan berbagai cendawan. Salah satu diantara cendawan tersebut adalah Aspergillus.

Lebih terperinci

Benarkah Ada Aflatoksin pada Kakao?

Benarkah Ada Aflatoksin pada Kakao? Benarkah Ada Aflatoksin pada Kakao? Oleh: Ayutia Ciptaningtyas Putri, S.Si PMHP Ahli Pertama Kakao merupakan salah satu komoditi utama perkebunan Indonesia dan andalan ekspor negara Indonesia. Saat ini

Lebih terperinci

Faktor yang mempengaruhi keracunan makanan. Kontaminasi Pertumbuhan Daya hidup

Faktor yang mempengaruhi keracunan makanan. Kontaminasi Pertumbuhan Daya hidup Marselinus Laga Nur Faktor yang mempengaruhi keracunan makanan Kontaminasi Pertumbuhan Daya hidup Bacilus cereus Gram-positif Aerobik membentuk endospora Tahan terhadap panas kering dan disinfektan kimia

Lebih terperinci

1. Stres Panas Stres panas pada ayam akan menurunkan tampilan produksi. Hal ini berkaitan dengan adanya perubahan-perubahan fisiologik dan biokimiawi

1. Stres Panas Stres panas pada ayam akan menurunkan tampilan produksi. Hal ini berkaitan dengan adanya perubahan-perubahan fisiologik dan biokimiawi 1. Stres Panas Stres panas pada ayam akan menurunkan tampilan produksi. Hal ini berkaitan dengan adanya perubahan-perubahan fisiologik dan biokimiawi dalam tubuh ayam selama stres panas tersebut. Pada

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

XIII. JAMUR DAN MIKOTOKSIN DALAM PANGAN

XIII. JAMUR DAN MIKOTOKSIN DALAM PANGAN XIII. JAMUR DAN MIKOTOKSIN DALAM PANGAN Jamur dapat tumbuh pada berbagai jenis pangan, dan pertumbuhannya akan menyebabkan terjadinya kerusakan pangan yang bersangkutan, diantaranya kerusakan flavor, warna,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama beras sebagai bahan pangan pokok dan umbi-umbian cukup tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. terutama beras sebagai bahan pangan pokok dan umbi-umbian cukup tinggi. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Serealia dan umbi-umbian banyak tumbuh di Indonesia. Produksi serealia terutama beras sebagai bahan pangan pokok dan umbi-umbian cukup tinggi. Begitu pula dengan bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia dan konsekuensi yang buruk pada ekonomi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia dan konsekuensi yang buruk pada ekonomi yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kontaminasi produk pertanian oleh mikotoksin merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia dan konsekuensi yang buruk pada ekonomi yang harus diperhatikan.

Lebih terperinci

PAPER BIOKIMIA PANGAN

PAPER BIOKIMIA PANGAN PAPER BIOKIMIA PANGAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia terkait erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari urusan sandang dan pangan, bahan bakar, obat-obatan sampai bahan konstruksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pakan merupakan salah satu komponen terpenting dalam proses produksi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pakan merupakan salah satu komponen terpenting dalam proses produksi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pakan merupakan salah satu komponen terpenting dalam proses produksi peternakan ayam dan mewakili sekitar 70% dari seluruh biaya produksi. Upaya untuk menghasilkan pakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. produsen dan banyak negara konsumen. Kopi berperan penting dalam

I. PENDAHULUAN. produsen dan banyak negara konsumen. Kopi berperan penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kopi (Coffea spp) merupakan komoditas ekspor yang memberikan devisa cukup tinggi khususnya dari komoditas perkebunan yang melibatkan beberapa negara produsen

Lebih terperinci

UJI KORELASI KADAR AIR KADAR ABU WATER ACTIVITY DAN BAHAN ORGANIK PADA JAGUNG DI TINGKAT PETANI, PEDAGANG PENGUMPUL DAN PEDAGANG BESAR

UJI KORELASI KADAR AIR KADAR ABU WATER ACTIVITY DAN BAHAN ORGANIK PADA JAGUNG DI TINGKAT PETANI, PEDAGANG PENGUMPUL DAN PEDAGANG BESAR UJI KORELASI KADAR AIR KADAR ABU WATER ACTIVITY DAN BAHAN ORGANIK PADA JAGUNG DI TINGKAT PETANI, PEDAGANG PENGUMPUL DAN PEDAGANG BESAR (Correlation Among Water, Ash, Water Activity and Organic Matter of

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah

Lebih terperinci

Kacang Tanah: SUMBER Pangan Sehat dan Menyehatkan

Kacang Tanah: SUMBER Pangan Sehat dan Menyehatkan Kacang Tanah: SUMBER Pangan Sehat dan Menyehatkan Kacang tanah sangat dekat dengan konsumsi pangan kita sehari-hari. Mulai dari berbagai macam kudapan (snack) kacang rebus, kacang garing, kacang atom,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Air susu ibu merupakan makanan terbaik bagi bayi jika ditinjau dari, komposisi zat gizinya, dimana zat gizi yang terdapat dalam air susu ibu ini sangat kompleks, tetapi ketersediaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beras yang dikonsumsi masyarakat Indonesia. Sejumlah produk olahan pangan

I. PENDAHULUAN. beras yang dikonsumsi masyarakat Indonesia. Sejumlah produk olahan pangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung (Zea mays L) merupakan bahan pangan pokok peringkat kedua setelah beras yang dikonsumsi masyarakat Indonesia. Sejumlah produk olahan pangan memanfaatkan jagung yang

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI. Oleh: Ir. Nur Asni, MS

TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI. Oleh: Ir. Nur Asni, MS TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI Oleh: Ir. Nur Asni, MS Jagung adalah komoditi penting bagi perekonomian masyarakat Indonesia, termasuk Provinsi

Lebih terperinci

SITUASI CEMARAN MIKOTOKSIN PADA PAKAN DI INDONESIA DAN PERUNDANG UNDANGANNYA

SITUASI CEMARAN MIKOTOKSIN PADA PAKAN DI INDONESIA DAN PERUNDANG UNDANGANNYA SITUASI CEMARAN MIKOTOKSIN PADA PAKAN DI INDONESIA DAN PERUNDANG UNDANGANNYA Djodi Achmad Hussain Suparto Direktorat Budidaya Peternakan Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, Jakarta PENDAHULUAN

Lebih terperinci

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK Pada umumnya sumber pangan asal ternak dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) macam, yaitu berupa daging (terdiri dari berbagai spesies hewan yang lazim dimanfaatkan

Lebih terperinci

KANDUNGAN AFLATOKSIN DAN ANALISIS TITIK KRITIS PADA PENGELOLAAN PASCAPANEN JAGUNG DI KABUPATEN GARUT

KANDUNGAN AFLATOKSIN DAN ANALISIS TITIK KRITIS PADA PENGELOLAAN PASCAPANEN JAGUNG DI KABUPATEN GARUT KANDUNGAN AFLATOKSIN DAN ANALISIS TITIK KRITIS PADA PENGELOLAAN PASCAPANEN JAGUNG DI KABUPATEN GARUT (Contamination of Aflatoxin and Critical Point Analysis in Corn Postharvest Steps at Garut Regency)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu Susu adalah sekresi yang dihasilkan oleh mammae atau ambing hewan mamalia termasuk manusia dan merupakan makanan pertama bagi bayi manusia dan hewan sejak lahir (Lukman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia adalah faktor suhu lingkungan yang cukup tinggi. Kondisi ini

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia adalah faktor suhu lingkungan yang cukup tinggi. Kondisi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yang umumnya terjadi pada usaha peternakan di negara-negara tropis seperti Indonesia adalah faktor suhu lingkungan yang cukup tinggi. Kondisi ini berdampak langsung

Lebih terperinci

KONTAMINASI FUNGI Aspergillus sp. PADA BIJI JAGUNG DITEMPAT PENYIMPANAN DENGAN KADAR AIR YANG BERBEDA

KONTAMINASI FUNGI Aspergillus sp. PADA BIJI JAGUNG DITEMPAT PENYIMPANAN DENGAN KADAR AIR YANG BERBEDA Sri Wahyuni Budiarti et al.: Komtaminasi Fungi. KONTAMINASI FUNGI PADA BIJI JAGUNG DITEMPAT PENYIMPANAN DENGAN KADAR AIR YANG BERBEDA Sri Wahyuni Budiarti 1), Heni Purwaningsih 1), dan Suwarti 2) 1) Balai

Lebih terperinci

Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani. 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani

Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani. 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani Bahan makanan umumny mudah rusak (perishable). Perhatikan saja, buah-buahan dan sayuran yang kita panen. Kita dapat melihat

Lebih terperinci

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan

1. mutu berkecambah biji sangat baik 2. dihasilkan flavour yang lebih baik 3. lebih awet selama penyimpanan KOPI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN PADA BAHAN PENYEGAR Mutu kopi dipengaruhi pengolahan dari awal - pemasaran. Kadar air kopi kering adalah 12-13% 13% Pada kadar air ini : 1. mutu berkecambah

Lebih terperinci

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN Anna Rakhmawati,M.Si Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Email:anna_rakhmawati@uny.ac.id Bahan makanan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang penting

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan perkembangan pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

KEBERADAAN JAMUR KONTAMINAN PENYEBAB MIKOTOKSIKOSIS PADA SELAI KACANG YANG DIJUAL DI PASAR TRADISIONAL KOTA PALEMBANG TAHUN 2013

KEBERADAAN JAMUR KONTAMINAN PENYEBAB MIKOTOKSIKOSIS PADA SELAI KACANG YANG DIJUAL DI PASAR TRADISIONAL KOTA PALEMBANG TAHUN 2013 KEBERADAAN JAMUR KONTAMINAN PENYEBAB MIKOTOKSIKOSIS PADA SELAI KACANG YANG DIJUAL DI PASAR TRADISIONAL KOTA PALEMBANG TAHUN 2013 ABSTRAK Erwin Edyansyah Dosen Poltekkes Palembang Jurusan Analis Kesehatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hewan adalah bakteri. Mikroorganisme tersebut memiliki peranan yang positif

I. PENDAHULUAN. hewan adalah bakteri. Mikroorganisme tersebut memiliki peranan yang positif I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikroorganisme yang paling sering berhubungan erat dengan manusia dan hewan adalah bakteri. Mikroorganisme tersebut memiliki peranan yang positif di berbagai bidang, salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gathot Gathot merupakan hasil fermentasi secara alami pada ketela pohon. Ketela pohon tersebut memerlukan suasana lembab untuk ditumbuhi jamur secara alami. Secara umum,

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XIV PENYIMPANNA DAN PENGGUDANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sekitar 2/3 wilayah dari total wilayah Indonesia. Dengan luasnya

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sekitar 2/3 wilayah dari total wilayah Indonesia. Dengan luasnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki wilayah perairan yang lebih banyak dari dataran yaitu sekitar 2/3 wilayah dari total wilayah Indonesia. Dengan luasnya wilayah perairan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jumlah Jamur yang Terdapat pada Dendeng Daging Sapi Giling dengan Perlakuan dan Tanpa Perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jumlah Jamur yang Terdapat pada Dendeng Daging Sapi Giling dengan Perlakuan dan Tanpa Perlakuan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jumlah Jamur yang Terdapat pada Dendeng Daging Sapi Giling dengan Perlakuan dan Tanpa Perlakuan Jumlah jamur yang terdapat pada dendeng daging sapi giling dengan perlakuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya selai kacang, kacang asin, permen kacang, minyak kacang, aneka

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya selai kacang, kacang asin, permen kacang, minyak kacang, aneka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kacang tanah ( Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditas penting pertanian Indonesia. Kacang tanah dapat diolah menjadi berbagai produk, diantaranya selai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di Indonesia memungkinkan berbagai jenis buah-buahan tumbuh dan berkembang. Namun sayangnya, masih banyak

Lebih terperinci

UJI PATOGENISITAS Fusarium moniliforme SHELDON PADA JAGUNG ABSTRAK

UJI PATOGENISITAS Fusarium moniliforme SHELDON PADA JAGUNG ABSTRAK Nurasiah Djaenuddin dan Amran Muis: Uji Patogenitas F. moniliforme.. UJI PATOGENISITAS Fusarium moniliforme SHELDON PADA JAGUNG Nurasiah Djaenuddin dan Amran Muis Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tribolium castaneum Herbst.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tribolium castaneum Herbst. digilib.uns.ac.id 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tribolium castaneum Herbst. Klasifikasi dari kumbang tepung (T. castaneum) sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Coleoptera

Lebih terperinci

Mikroorganisme dalam Industri Fermentasi

Mikroorganisme dalam Industri Fermentasi Mikroorganisme dalam Industri Fermentasi Mas ud Effendi Agroindustri Produk Fermentasi TIP FTP - UB Mikrobia yang sering digunakan dalam fermentasi Bakteri (bacteria) Khamir (yeast) Jamur (fungi) 1 Bakteri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kandungan gizi tinggi, akan tetapi mudah mengalami kerusakan (perishable food).

PENDAHULUAN. kandungan gizi tinggi, akan tetapi mudah mengalami kerusakan (perishable food). I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging merupakan salah satu produk pangan hasil ternak yang mempunyai kandungan gizi tinggi, akan tetapi mudah mengalami kerusakan (perishable food). Kerusakan pada daging

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang

I. PENDAHULUAN. peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah populasi dan produksi unggas perlu diimbangi dengan peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang selalu ada di dalam ransum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diliputi oleh perairan. Dengan luas dan panjangnya garis pantai Indonesia, komoditi

BAB I PENDAHULUAN. diliputi oleh perairan. Dengan luas dan panjangnya garis pantai Indonesia, komoditi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan Negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya diliputi oleh perairan. Dengan luas dan panjangnya garis pantai Indonesia, komoditi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia. Kebutuhan kacang tanah dari tahun ke tahun terus meningkat sejalan

PENDAHULUAN. Indonesia. Kebutuhan kacang tanah dari tahun ke tahun terus meningkat sejalan PENDAHULUAN Latar Belakang Kacang tanah adalah komoditas agrobisnis yang bernilai ekonomi cukup tinggi dan merupakan salah satu sumber protein dalam pola pangan penduduk Indonesia. Kebutuhan kacang tanah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan produksi daging merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan sekaligus memajukan tingkat kecerdasan sumber daya manusia Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tempe merupakan makanan tradisional rakyat Indonesia yang relatif murah dan mudah di dapat. Tempe berasal dari fermentasi kacang kedelai atau kacang-kacangan lainnya

Lebih terperinci

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan Teknologi Pangan Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan tujuan industri untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari daerah Brasilia (Amerika Selatan). Sejak awal abad ke-17 kacang tanah telah

BAB I PENDAHULUAN. dari daerah Brasilia (Amerika Selatan). Sejak awal abad ke-17 kacang tanah telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kacang tanah (Arachis hypogea. L) merupakan tanaman yang berasal dari daerah Brasilia (Amerika Selatan). Sejak awal abad ke-17 kacang tanah telah dibudidayakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanaman jagung di Indonesia mencapai lebih dari 3,8 juta hektar, sementara produksi

I. PENDAHULUAN. tanaman jagung di Indonesia mencapai lebih dari 3,8 juta hektar, sementara produksi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan salah satu komoditas pertanian yang sangat penting. Lahan tanaman jagung di Indonesia mencapai lebih dari 3,8 juta hektar, sementara produksi jagung tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan unggas di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada tahun 2012 menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan di Indonesia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan di Indonesia yang cukup potensial. Menurut data prediksi International Cocoa Organization (2017), pada tahun 2017 Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas benih Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah benih, persentase kecambah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan Makanan diperlukan untuk kehidupan karena makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Makanan berfungsi untuk memelihara proses tubuh dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahu merupakan salah satu makanan yang digemari dan mudah dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahu merupakan salah satu makanan yang digemari dan mudah dijumpai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahu merupakan salah satu makanan yang digemari dan mudah dijumpai di Indonesia selain tempe. Tahu juga sering dijadikan sebagai lauk-pauk karena rasanya yang enak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tanaman jagung yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L.,

PENDAHULUAN. Tanaman jagung yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L., 13 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman jagung yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L., adalah salah satu jenis tanaman biji-bijian yang menurut sejarahnya berasal dari Amerika. Orang-orang Eropa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Biakan murni merupakan tahapan awal di dalam pembuatan bibit jamur. Pembuatan biakan murni diperlukan ketelitian, kebersihan, dan keterampilan. Pertumbuhan miselium

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Buncis Buncis berasal dari Amerika Tengah, kemudian dibudidayakan di seluruh dunia di wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan

Lebih terperinci

Pengeringan Untuk Pengawetan

Pengeringan Untuk Pengawetan TBM ke-6 Pengeringan Untuk Pengawetan Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat 16 TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Hama Sitophylus oryzae Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Coleoptera :

Lebih terperinci

TEKNIK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN ( SMTR VII)

TEKNIK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN ( SMTR VII) TEKNIK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN ( SMTR VII) AINUN ROHANAH SAIPUL BAHRI DAULAY PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN FP - USU Evaluasi 1. jumlah kehadiran dalam kuliah 10% 2. Quiz/Tugas 10% 3. Ujian tengah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, dunia pengobatan saat ini semakin

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, dunia pengobatan saat ini semakin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, dunia pengobatan saat ini semakin berkembang dengan pesat, terutama perkembangan antibiotik yang dihasilkan oleh mikrobia. Penisilin

Lebih terperinci

6 IMPLEMENTASI MODEL 6.1 Prediksi Produksi Jagung

6 IMPLEMENTASI MODEL 6.1 Prediksi Produksi Jagung 89 6 IMPLEMENTASI MODEL Rancangbangun model penyediaan tepung jagung pada rantai pasok industri berbasis jagung ini dapat digunakan sebagai suatu model yang dapat menganalisis penyediaan tepung jagung

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu jenis tanaman kacang-kacangan yang sangat populer di Indonesia adalah kacang hijau (Vigna radiata.wilczek). Kacang hijau ialah tanaman penting ketiga di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih ikan mas (Cyprinus carpio) tergolong ikan ekonomis penting karena ikan ini sangat dibutuhkan masyarakat dan hingga kini masih belum dapat dipenuhi oleh produsen

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang sangat peting, selain padi dan gandum. Jagung juga berfungsi sebagai sumber makanan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai bahan pangan utama (Purwono dan Hartono, 2011). Selain

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai bahan pangan utama (Purwono dan Hartono, 2011). Selain 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Sebagai salah satu sumber bahan pangan, jagung menjadi komoditas

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam Pedaging adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup manusia yang harus dicapai, untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam mengatasi masalah kesehatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan konsumsi pangan juga ikut meningkat. Namun pada kenyataannya, produksi pangan yang dihasilkan

Lebih terperinci

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN NINA MARLINA DAN SURAYAH ASKAR Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Salah satu jenis pakan

Lebih terperinci

Faktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018

Faktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018 Faktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018 Faktor Pembatas Keadaan yang mendekati atau melampaui batas toleransi. Kondisi batas

Lebih terperinci

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor sub pertanian tanaman pangan merupakan salah satu faktor pertanian yang sangat penting di Indonesia terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan, peningkatan gizi masyarakat

Lebih terperinci

Ekonomi Pertanian di Indonesia

Ekonomi Pertanian di Indonesia Ekonomi Pertanian di Indonesia 1. Ciri-Ciri Pertanian di Indonesia 2.Klasifikasi Pertanian Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri pertanian di Indonesia serta klasifikasi atau

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGANAN PASCA PANEN R i n i Y u l i a n i n g s i h

TEKNIK PENANGANAN PASCA PANEN R i n i Y u l i a n i n g s i h TEKNIK PENANGANAN PASCA PANEN R i n i Y u l i a n i n g s i h Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa memahami hal-hal yang menyebabkan kerusakan dan kehilangan serta memahami teknologi penanganan pasca panen

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah selain menghasilkan air susu juga menghasilkan limbah. Limbah tersebut sebagian besar terdiri atas limbah ternak berupa limbah padat (feses) dan limbah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae) TINJAUAN PUSTAKA 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae) Gambar 1: Telur, larva, pupa dan imago S. oryzae S. oryzae ditemukan diberbagai negara di seluruh dunia terutama beriklim panas.

Lebih terperinci

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar Kompos merupakan bahan organik yang telah menjadi lapuk, seperti daundaunan, jerami, alang-alang, rerumputan, serta kotoran hewan. Di lingkungan alam,

Lebih terperinci

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama PENGAWETAN PANGAN I. PENDAHULUAN Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang dan mencukupi kebutuhan pangan Indonesia memerlukan peningkatan produksi padi

Lebih terperinci

Pengolahan Tanah Dosis Waktu Aplikasi Sebelum diolah beri pupuk organik dari limbah panen / limbah ternak ataupun sampah kota yang diolah dengan

Pengolahan Tanah Dosis Waktu Aplikasi Sebelum diolah beri pupuk organik dari limbah panen / limbah ternak ataupun sampah kota yang diolah dengan 1 Menggemburkan dan menyehatkan tanah 2 Meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang positif di dalam tanah 3 Menyehatkan benih dan bibit tanaman Daun, bunga & buah tidak mudah rontok 4 Menekan hama & penyakit

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN PADA BIJI-BIJIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN PADA BIJI-BIJIAN 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN PADA BIJI-BIJIAN Kelompok biji-bijian meliputi : 1. kelompok serealia 2. kelompok kacang-kacangan Karakteristik biji-bijian yang erat kaitannya dengan penyimpanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman pangan terpenting kedua setelah padi. Tanaman ini berasal dari Amerika. Sekitar abad ke-16,

Lebih terperinci

Grafik 1.1. Pertumbuhan Jumlah Konsumsi Teh di Dunia

Grafik 1.1. Pertumbuhan Jumlah Konsumsi Teh di Dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh merupakan salah satu minuman penyegar yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Konsumsi teh per kapita di dunia adalah 120 ml/hari (McKay, 2002). Terdapat beberapa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman jagung Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika Tengah (Meksiko Bagian Selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini, lalu teknologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama fermentasi berlangsung terjadi perubahan terhadap komposisi kimia substrat yaitu asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral, selain itu juga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan akan ketersediaan makanan yang memiliki nilai

Lebih terperinci

Global Warming. Kelompok 10

Global Warming. Kelompok 10 Global Warming Kelompok 10 Apa itu Global Warming Global warming adalah fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (green house effect) yang disebabkan

Lebih terperinci

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas Biogas adalah gas mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Berbagai jenis makanan dan minuman yang dibuat melalui proses fermentasi telah lama dikenal. Dalam prosesnya, inokulum atau starter berperan penting dalam fermentasi.

Lebih terperinci

HAMA DAN PENYAKIT BENIH Oleh: Eny Widajati

HAMA DAN PENYAKIT BENIH Oleh: Eny Widajati HAMA DAN PENYAKIT BENIH Oleh: Eny Widajati SERANGGA HAMA Di lapang Di gudang Menyerang benih dengan kadar air masih tinggi Mampu menyerang benih berkadar air rendah Serangga hama di penyimpanan dibedakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha penggemukan. Penggemukan sapi potong umumnya banyak terdapat di daerah dataran tinggi dengan persediaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk peningkatan devisa Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara dari Asia

I. PENDAHULUAN. untuk peningkatan devisa Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara dari Asia 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang dapat memberikan kontribusi untuk peningkatan devisa Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara dari

Lebih terperinci