HUBUNGAN USIA PERNIKAHAN PERTAMA IBU DENGAN KEINGINAN PERNIKAHAN DINI ANAK PEREMPUANNYA DI INDONESIA
|
|
- Budi Chandra
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HUBUNGAN USIA PERNIKAHAN PERTAMA IBU DENGAN KEINGINAN PERNIKAHAN DINI ANAK PEREMPUANNYA DI INDONESIA Nur Farida Kusumawati 1 dan Sukarno 2 1 Fakultas Kesehatan, Universitas Mayjen Sungkono, Jl. Irian Jaya No. 4 Mojokerto Jawa Timur 2 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat, Jln. Permata no. 01 Halim Perdanakusuma Jakarta Timur Abstrak Pernikahan usia dini masih marak dilakukan remaja dan terjadi dibeberapa daerah di Indonesia. Banyak faktor yang mempengaruhi pernikahan dini diantaranya ekonomi, kehendak orang tua, agama, hamil diluar nikah. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia pernikahan pertama ibu dengan keinginan sendiri pernikahan dini anak perempuannya. Populasi adalah wanita yang menikah dini pada umur kurang dari 21 tahun dan pada saat penelitian berusia kurang atau sama dengan 27 tahun. Penelitian di 3 provinsi, yaitu Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Tengah dan Gorontalo dengan mempertimbangkan kewilayahan serta ASFR Tahun yang tertinggi berdasarkan data Susenas Tahun Metode analisis yang digunakan dalam studi ini adalah analisis deskriptif (univariat dan bivariat) dan analisis inferensial (multivariat) menggunakan model regresi logistik biner. Analisis data menggunakan perangkat lunak stata. Kesimpulan dari studi ini, secara deskriptif ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu tergolong rendah dengan anaknya yang rendah juga memungkinkan adanya transfer pengetahuan dan pengalaman dalam hal pengasuhan terhadap anak perempuannya. Keinginan yang didasari dari sendiri untuk melakukan pernikahan dini tergolong tinggi yaitu sebesar 80 persen. Alasan sudah hamil sebelum menikah 10 persen. Hal ini menunjukkan bahwa mereka melakukan pernikahan dini karena sudah berhubungan seks di usia remaja. Secara statistik ibu yang tinggal bersama anak yang sudah menikah mempunyai peluang bermakna berhubungan dengan keinginan anak perempuannya akan menikah dini 0,4 kali (OR 0.4, 95%CI ; p-value 0.012) sedangkan ibu yang jumlah anak lebih dari dua memiliki peluang 2,8 kali (OR 2.8, 95%CI ; p-value 0.047) anak perempuanya untuk menikah dini berdasarkan keinginan sendiri. Kata Kunci: Pernikahan usia dini, Usia kawin pertama, Remaja, Keinginan menikah dini I. PENDAHULUAN Pernikahan usia dini dalam tiga dekade terakhir telah banyak berkurang di berbagai Negara. Tetapi tidak di negara berkembang terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah pelosok/ terpencil pada kenyataannya masih banyak terjadi dan masih berkembang. Berbagai strata ekonomi dengan beragam latarbelakang melandasi terjadinya pernikahan usia dini terjadi di daerah pedesaan maupun perkotaan di Indonesia 1. Pernikahan dini (early mariage) merupakan suatu pernikahan formal atau tidak formal yang dilakukan dibawah usia 18 tahun (UNICEF, 2014). Suatu ikatan yang dilakukan oleh seseorang yang masih dalam usia muda atau pubertas disebut pula pernikahan dini (Sarwono, 2007). Sedangkan Al Ghifari (2002) berpendapat bahwa pernikahan muda adalah pernikahan yang dilaksanakan diusia remaja. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan wanita yang menikah dibawah usia 21 tahun dan pada saat penelitian berusia lebih besar atau sama dengan 27 tahun baik yang masih berstatus menikah maupun yang sudah bercerai. Umumnya seorang anak yang kurang dari 18 Tahun masih belum dianggap mampu memberikan persetujuan secara sadar terhadap berbagai hal yang dianggap penting untuk menentukan pilihannya. Usia yang masih sangat dini mereka seharusnya duduk di bangku sekolah tidak sebagai istri atau suami (Sagade, 2005). Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (SUSENAS) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2012 menunjukkan bahwa di antara perempuan pernah kawin usia tahun, 25 persen menikah sebelum usia 18 (BPS, 2016). 1
2 Pernikahan di usia muda tidak lepas dari peran orang tua dalam menentukan keputusan untuk menjalaninya. Orang tua juga memiliki peran yang besar untuk penundaan usia perkawinan anak (Algifari, 2002). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurhajati, dkk (2013) yang mengungkapkan bahwa keputusan menikah di usia muda sangat ditentukan oleh peran oang tua. Pekerjaan pelaku pernikahan dini juga merupakan faktor lain yang berhubungan. Pekerjaan dapat digunakan untuk mengukur status sosial ekonomi serta masalah kesehatan dan kondisi tempat seseorang bekerja (Guttmacher dalam Yunita, 2014). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zai (2010) yang mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara kejadian pernikahan dini dengan pekerjaaan responden. Pekerjaan seseorang dapat mencerminkan status sosial, pendapatan, pendidikan dan masalah kesehatan. Kesehatan reproduksi remaja tersebut akan cenderung terdampak secara negatif jika melakukan pernikahan dini terutama baik dari segi sosial ekonomi, psikologis dan fisik (Nad,2014). Pernikahan usia dini akan berdampak pada kesehatan reproduksi salah satunya yaitu perempuan usia tahun memiliki kemungkinan dua kali lebih besar meninggal saat melahirkan dibandingkan yang berusia tahun, sedangkan usia di bawah 15 tahun kemungkinan meninggal bisa lima kali. Perempuan muda yang sedang hamil, berdasarkan penelitian akan mengalami beberapa hal, seperti akan mengalami pendarahan, keguguran, dan persalinan yang lama atau sulit (Yenrizal Makmur dalam Nad, 2014). Selain masalah kesehatan perlu kita lihat juga peran pengasuhan yang diajarkan orang tua terhadap anak perempuannya terkait pernikahan dini. Isu mengenai kesetaraan gender juga menjadi latar belakang terjadinya pernikahan dini. Ketidaksetaraan gender menyebabkan Pernikahan usia dini serta bagaimana pandangan dalam masyarakat terhadap perempuan dan anak perempuan, komunitas, dan keluarga. Jika sebagian besar beranggapan bahwa peran perempuan adalah sebagai istri dan ibu maka mereka lebih besar kemungkinannya untuk dinikahkan pada usia muda. Para orang tua khususnya yang dulunya juga menikah pada usia dini perlu untuk mendapatkan pengetahuan mengenai pengasuhan anak sehingga ketika mereka memiliki kepercayaan diri untuk dapat mengasuh anak. Kajian dalam pola pengasuhan menunjukkan hal yang berbeda-beda. Pola yang banyak muncul dalam penelitian adalah pola pengasuhan yang didasari oleh kontrol, tuntutan, dan perhatian (misal Jenkins, Rasbash & O Connor, 2003; Greenberger & Goldberg, 1989). Pola asuh atau cara pendekatan orangtua pada anak akan muncul dalam pendekatan yang otoritatif atau otoriter dan permisif. Sementara itu menurut Baumrind (Garbarino & Benn, 1992) pendekatan otoritatif adalah pendekatan yang ideal karena di dalamnya terdapat keseimbangan yang tepat antara ketiga aspek pola pengasuhan tersebut. Penelitian ini tertarik untuk melihat apakah ada hubungan ketika usia perkawinan ibunya menikah pada usia muda juga akan mengajarkan atau secara alami diturunkan ke anak perempuanya juga. Oleh karena itu penelitian ini menguji pengaruh usia pernikahan pertama ibu terhadap pernikahan dini anak perempuannya. II. METODE Studi ini merupakan studi evaluasi bersifat deskriptif dengan pengumpulan data melalui pendekatan kuantitatif, kualitatif dan data sekunder. Pendekatan kuantitatif terdiri dari wanita nikah dini dan orang tuanya serta gambaran karakteristik sosio-demografi, Pengetahuan Sikap dan Perilaku (PSP) dalam hal kesehatan reproduksi, PSP terhadap nikah dini, pengetahuan dan keikutsertaan dalam program Pendewasaaan Usia Perkawinan (PUP) dan dampak nikah dini dengan kuesioner tertutup. Pedekatan kualitatif diambil dari 10 wanita dengan usia nikah dini dengan orangtuanya. Pendekatan kualitatif bertujuan untuk mendapatkan informasi yang mendalam mengenai faktor-faktor penyebab pernikahan dini. Informasi didapatkan melalui wawancara mendalam (indepth interview) kepada wanita yang menikah muda, orangtua dan stakeholder terkait, Toma/toga serta stakeholder terkait melalui kuesioner terbuka. 2
3 Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif (univariat dan bivariat) dan analisis inferensial (multivariat) menggunakan model regresi logistik biner. Untuk memudahkan analisis data digunakan perangkat lunak stata versi Populasi adalah wanita yang menikah dini yaitu pada umur kurang dari 21 tahun dan pada saat penelitian berusia kurang atau sama dengan 27 tahun. Lokasi penelitian dilakukan di 3 (Tiga) provinsi terpilih dengan pemilihan provinsi ditentukan secara purposif dengan pertimbangan sebagai berikut : 1.Jumlah ASFR tahun tertinggi berdasarkan data Susenas Kewilayahan (Indonesia bagian barat, tengah dan timur) Berdasarkan pertimbangan di atas ditentukan lokasi penelitian di 3 (Tiga) provinsi, yaitu Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Tengah dan Gorontalo. Setiap provinsi dipilih 2 (dua) kabupaten/kota yang memiliki ASFR tahun yang relatif tinggi, dengan rincian sebagai berikut : responden utama adalah wanita yang menikah usia dini dibawah 21 tahun, responden dan orang tua dari wanita yang menikah usia dini yang tinggal satu wilayah. Pemilihan Provinsi dan Kabupaten/Kota berdasarkan SUSENAS 2015, sedangkan pemilihan kecamatan dan desa berdasarkan data Pendataan Keluarga (PK) Badan kependudukan dan Keluarga Berencana / BKKBN Tahun Data di tingkat desa selanjutnya di mutakhirkan atau diupdate oleh PLKB setempat untuk memastikan responden bisa didatangi untuk diwawancara. Temuan-temuan dari penelitian sebelumnya terdapat berbagai indikator yang dapat mempengaruhi terjadinya pernikahan dini. Analisis ini hanya membatasi beberapa indikator yang dianggap paling mempengaruhi pernikahan dini seperti terlihat pada kerangka pikir dibawah ini : - Usia Penikahan Pertama Ibu Sosial Demografi - Tingkat Pendidikan Ibu - Pekerjaan Ibu - Status Tempat Tinggal - Jumlah Anak Pengetahuan - Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Keinginan Nikah Dini Anak Perempuan Gambar 1. Kerangka Pikir dan Analisis Usia pernikahan pertama ibu dari pelaku wanita pernikahan dini di tenggarai berkontribusi terhadap perilaku pernikahan dini anaknya dan menularkan contoh yang selaras dengan orang tuanya. Faktor sosial demografi ibunya seperti pendidikan, pekerjaan, status tempat tinggal serta jumlah anak ikut berperan dalam mendorong anaknya untuk melakukan pernikahan dini. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi juga hal yang bisa mempengaruhi karena pengetahuan yang rendah disebabkan karena pendidikan yang rendah juga. III. HASIL DAN DISKUSI Tiga Provinsi yang terpilih yaitu Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Tengah dan Gorontalo selanjutnya ditentukan Kabupaten atau kota untuk dijadikan sampel berdasarkan kemudahan akses dan ketersediaan biaya. Jumlah sample, target dan capaian di tunjukkan pada diagram berikut ini : 3
4 Tabel 1. Target Sampel Responden dan Pencapaianya Prov/ Kab Gorontalo Utara Gorontalo Gorontalo Kalimantan Tengah Gunung Mas Barito Timur Kepulauan Bangka Belitung Bangka Selatan Bangka Barat Total Sample dan Capaian Target Karakteristik sample Sampel wanita dengan orang tua Sampel wanita tanpa orang tua Capaian %tage Capaian 98% 99% 46% 73% 102% 100% 87% Sumber : BKKBN 2017 Total target sampel yang direncanakan sebesar 519 responden wanita dan orang tuanya sesuai dengan perhitungan rumus slovin, tetapi karena beberapa daerah yang sulit dijangkau terutama Kabupaten Gunung Mas di Kalimantan Tengah maka capaian target menjadi 87 persen setelah melalui proses analisis dan cleaning. Selain itu jumlah sampel wanita yang ada orang tua perempuanya untuk di wawancara dari 452 responden hanya 432 wanita yang bisa diwawancara bersama orangtuanya, sisanya karena alasan tinggal tidak pada satu wilayah serta alasan lainnya. Pendidikan merupakan faktor penting karena sebagai sarana dalam pembangunan manusia, tentunya merupakan hal yang sangat esensial bagi setiap kehidupan seseorang. Meskipun hal tersebut tidak bisa dijadikan alat ukur tinggi rendahnya derajat seseorang, namun pendidikan layak dan mampu melatih pola pikir seseorang menjadi lebih berderajat dan untuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah (Ilma, N 2015). Tingkat pendidikan responden wanita di ketiga provinsi baik Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Tengah dan Gorontalo bervariasi dan dibagi menjadi 3 kategori yaitu rendah, menegah dan tinggi Presentase Tingkat Pendidikan Responden Wanita Kep. Bangka Belitung Kalimantan Tengah Gorontalo Rendah Menengah Tinggi Gambar 2. Presentase Tingkat Pendidikan Wanita Menikah Dini Gambar 2 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan disemua provinsi hampir 75 persen berada pada pendidikan menengah ke bawah. Pendidikan tinggi hanya sekitar 20 persen dan tertinggi di Kepulauan Bangka Belitung disusul Gorontalo dan Kalimantan Tengah. Lebih dari 50 persen pendidikan di Provinsi Gorontalo adalah rendah diikuti Kalimatan 4
5 tengah serta Kepulauan Bangka Belitung. Tabel pendidikan menunjukkan bahwa memang pernikahan dini banyak terjadi pada wanita dengan pendidikan rendah hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukann (Alfiyah, 2010) yang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan maupun pengetahuan anak yang rendah dapat menyebabkan adanya kecenderungan melakukan pernikahan di usia dini. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh (Notoatmojo, 2003) bahwa semakin tinggi pendidikan maka akan semakin besar pengetahuan yang didapatkan. Anak remaja yang berlatar belakang pendidikan tinggi memiliki resiko lebih kecil untuk melakukan penikahan dini dibandingkan responden yang berlatarbelakang pendidikan rendah. Hal ini dikarenakan pengetahuan yang mereka dapatkan lebih banyak. Selanjutnya tingkat pendidikan responden orang tua wanita di ketiga provinsi baik Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Tengah dan Gorontalo bervariasi dan dibagi menjadi 3 kategori yaitu rendah, menegah dan tinggi seperti pada tabel di bawah ini. Tingkat Pendidikan Responden Orang Tua Wanita Kep. Bangka Belitung Kalimantan Tengah Gorontalo Rendah Menengah Tinggi Gambar 3. Presentase tingkat pendidikan orang tua wanita menikah dini Gambar 3 menunjukkan bahwa pendidikan orang tua pelaku nikah dini lebih rendah dibandingkan dengan pendidikan anaknya, ini akan semakin memperburuk transfer pengetahuan dari orang tua ke anak perempuanya. Rata-rata 85 persen pendidikan orang tua anak nikah dini memang rendah dibanding dengan 40 persen pendidikan anaknya. Selisihnya hampir 50 persen lebih memang pendidikan orang tuanya lebih rendah dari anaknya, ini kemungkinan yang menyebabkan pengetahuan orang tua yang rendah akan mempengaruhi pengasuhan terhadap anak perempuannya. Peran orang tua terhadap kelangsungan pernikahan dini pada dasarnya tidak terlepas dari tingkat pengetahuan orang tua yang dihubungkan pula dengan tingkat pendidikan orang tua. Selain itu, Juspin (2009) juga mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan keluarga ini akan mempengaruhi pemahaman keluarga tentang tentang kehidupan berkeluarga yang lebih baik. Orang tua yang memiliki pemahaman rendah terhadap berkeluarga dengan memandang bahwa kehidupan keluarga akan tercipta hubungan silaturahmi yang baik sehingga pernikahan yang semakin cepat maka solusi utama bagi orang tua. 5
6 Tabel 2 Alasan Menikah Dini n % Tuntunan agama Keinginan sendiri Kehendak orang tua Alasan ekonomi Hamil sebelum menikah Lainnya Total Tabel 2 menunjukkan bahwa 80 persen lebih pelaku pernikahan dini alasannya atas dasar keinginan sendiri, sedangkan 10 persen sudah hamil sebelum menikah, angka kehamilan ini bisa jadi under estimate karena ketika dilakukan indepth interview pada 10 orang pasangan anak dan ibunya dengan melakukan pengecekan ketika umur pertama kali menikah dengan kelahiran anak pertama ada selisih atau bahkan ada anaknya yang lahir duluan sehingga angka 10 persen yang hamil duluan bisa jadi lebih tinggi karena mungkin malu untuk mengakuinya. Hal ini menunjukkan bahwa mereka melakukan hubungan seks di usia remaja. Hubungan seks sebelum menikah di usia remaja merupakan masalah yang serius karena mereka rendah dalam hal penggunaan kontrasepsi dan remaja mempunyai kecenderungan lebih banyak pasangan seksual jika mulai berhubungan seks pada usia yang lebih dini atau seks pra nikah (Kinsman et all, 1998)( American Academy of Pediatrics, 1999). Studi yang dilakukan di Indonesia sebelumnya tentang perilaku seks sebelum menikah di kalangan remaja, hasilnya sekitar 25% 51% remaja sudah berhubungan seks sebelum menikah (Utomo ID, McDonald P, 2009). Alasan menikah dini yang lainnya dibawah 5 persen diantaranya kehendak orang tua yang paling dominan diikuti oleh tuntunan agama, alasan ekonomi serta yang lainnya. Seiring dengan peningkatan ekonomi di beberapa provinsi yang dilakukan penelitian ini, ternyata alasan ekonomi tidak lagi menjadi alasan utama, hal ini bisa jadi terjadi pergeseran tentang pameo bahwa menikah sedini mungkin akan melepaskan beban ekonomi keluarga tetapi lebih ke perilaku remaja pada jaman sekarang yang mudah mengakses informasi secara global dengan konten yang negatif. Lebih rinci lagi bagaimana hal ini terjadi dan apa saja temuan beberapa indikator yang sudah dikumpulkan akan dibahas pada tabel berikutnya yang menguji data secara statistik. Berdasarkan 432 responden pasangan ibu dan anak perempuannya yang menikah dini, tersebar di tiga provinsi yaitu Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Tengah dan Gorontalo, diperoleh rata-rata umur orang tuanya 47 Tahun rentang usia mulai 29 sampai 78 tahun sedangkan anak perempuannya 22 Tahun rentang usia mulai 15 sampai 27 Tahun. Tabel 4 menunjukkan bahwa lebih dari 75 persen anak perempuan yang ingin menikah dini, usia pernikahan pertama ibunya lebih dari 21 Tahun ini menggambarkan bahwa sebenernya sebagian besar anak perempuan yang menikah di usia dini dengan keinginan sendiri justru ibunya dulunya tidak menikah dini. Uji statistik menunjukkan usia pernikahan pertama ibu secara statistik mempunyai pengaruh yang signifikan 0,011 dibawah 0,05. Walaupun proporsinya hanya 3 persen tetapi ibunya yang dulunya nikah dini sudah bisa dipastikan anaknya akan mengikuti jejak ibunya. Begitu juga dengan faktor sosial demografi terutama tingkat pemdidikan dan status tempat tinggal mempunyai hubungan yang signifikan secara statistik masing-masing 0,031 dan 0,01 (p<0,05). 6
7 Tingkat pendidikan ibu yang rendah mempunyai porsi paling besar 87,59 persen mempengaruhi keinginan anaknya untuk menikah pada usia dini dibanding dengan pendidikan menengah dan tinggi porsinya semakin mengecil. Sedangkan anak yang nikah muda, ibunya bekerja maupun tidak bekerja hubunganya tidak signifikan secara statistik, ini karena rata-rata pekerjaan ibunya adalah pekerjaan padat karya kelihatan dari tingkat pendidikan ibunya yang 90 persen rendah dan menengah. Variable jumlah anak juga tidak mempengaruhi terjadinya keinginan nikah di usia muda anak perempuannya, tetapi secara deskriftif bisa dilihat porsinya 85 persen lebih yang anaknya lebih dari 2 sebagian besar anak perempuanya punya keinginan untuk nikah di usia muda. Tabel 5 Karakteristik Responden berdasarkan Usia.Sosial Demografi,status tempat Tinggal dan Tingkat Pendidikan Keinginan Pernikahan Dini Anak Perempuannya Variabel Kategori Ya (%) Tidak (%) Sig Usia Penikahan Pertama Ibu Sosial Demografi >= 21 Tahun 75, ,011 < 21 Tahun Tingkat Pendidikan Ibu Rendah 87,59 12, Menengah 83, Tinggi Pekerjaan Ibu Tidak Bekerja Bekerja Status Tempat Tinggal Sendiri Bersama anak yang sudah menikah Lainnya Jumlah Anak 1 (satu) anak (dua) anak > 2 anak Pengetahuan Tingkat Pengetahuan Rendah Tentang Kesehatan Reproduksi Sedang Tinggi Sumber: BKKBN 2017 Tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi juga tidak mempunyai hubungan yang signifikan, baik tingkat pengetahuannya rendah, sedang maupun tinggi tidak serta merta akan mempengaruhi keinginan anaknya untuk menikah di usia muda. Distribusi indeks/tingkat pengetahuan hampir merata di semua tingkatan baik rendah sedang maupung tinggi rata-rata di atas 80 persen. Ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang rendah 7
8 maupun tinggi ataupun sedang tentang kesehatan reproduksi tidak ada bedanya untuk pengasuhan ibu terhadap anak perempuanya untuk menunda pernikahan di usia muda. Tabel 6. kesalahan baku (S.E.), rasio kecenderungan (exp(β) Estimasi parameter (β) dan Confident Interval model regresi logistik untuk Hubungan Usia Pernikahan Pertama Ibu dengan Keinginan Pernikahan Dini Anak Perempuannya, Penelitian Pernikahan Dini di Indonesia 2017 Variabel Kategori S.E Sig exp [β] 95% CI Usia Penikahan Pertama Ibu Sosial Demografi Tingkat Pendidikan Ibu >= 21 Tahun < 21 Tahun Rendah Menengah Tinggi Pekerjaan Ibu Tidak Bekerja Status Tempat Tinggal Bekerja Sendiri Bersama anak yang sudah menikah Lainnya Jumlah Anak 1 (satu) anak Pengetahuan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi 2 (dua) anak > 2 anak Rendah Sedang Tinggi Sumber: BKKBN 2017 Berdasarkan hasil analisis regresi logistik pada Tabel 6 menunjukkan bahwa Ibu yang status tempat tinggalnya bersama anaknya yang sudah menikah memiliki peluang keinginan anak perempuannya akan menikah dini 0,4 kali (OR 0.4, 95%CI ; p-value 0.012) sedangkan ibu yang jumlah anaknya lebih dari dua memiliki peluang 2,8 kali (OR 2.8, 95%CI ; p-value 0.047) anak perempuanya akan memiliki inisiatif akan menikah dini berdasarkan keinginan sendiri. Variabelvariabel tersebut secara statistik bermakna dan mempengaruhi terjadinya pernikahan dini dengan alasannya keinginan sendiri. Setelah dilakukan regresi logistik, usia pernikahan pertama ibu di bawah 21 Tahun mempunyai nilai exponensial beta 1,5 kali besarnya kemungkinan terjadinya keinginan pernikahan dini anaknya dibandingkan dengan lebih besar atau sama dengan 21 Tahun walaupun secara statistik tidak signifikan pada 0,138 diatas nilai alfa >0,05. Dari hal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kalau usia pernikahan ibunya pada usia dini yaitu dibawah 21 Tahun maka kemungkinan besar 8
9 akan diikuti oleh keinginan sendiri anaknya untuk meniru pola orang tuanya, hal ini mungkin terjadi karena pengaruh tindakan yang dilakukan orang tua langsung berdampak pada anaknya. Pengaruh tindakan tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh (Garbarino & Abramowitz, 1992 dalam Budi Andayani 2004) bahwa berbagai peran kekuatan dalam perkembangan manusia dalam lingkungannya merupakan sistem yang dinamis. Kekuatan tersebut akan disebut membentuk environmental press yang menentukan arah perkembangan manusia jika berbagai kekuatan pada lingkungan bergabung dan berpengaruh pada manusia yang ada di dalam sistem. Environmental press adalah kombinasi dari kekuatan-kekuatan yang berpengaruh yang ada dalam lingkungan. Environmental press terbentuk dari kondisikondisi yang menekan dan melingkupi individu yang memunculkan momentum psikologis yang berupa reaksi-reaksi dan cenderung mengarahkan individu tersebut ke arah tertentu. Pendidikan ibu walaupun secara statistik tidak bermakna dalam mempengaruhi keinginan anaknya untuk menikah lebih dini tetapi kalau dilihat dari odd ratio (OR) pendidikan rendah angkanya 1 kali dibanding dengan menengah 0,87 serta tinggi 0,43. Selisih dari setiap OR turun 0,2 di pendidikan orang tua yang menengah serta turun hampir 50% (0,43) ketika pendidikan orangtuanya tinggi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Wa Ana Sari & Yanti, 2016) terdapat pengaruh antara pengetahuan, pendidikan dan kehamilan terhadap pernikahan dini serta merupakan faktor penyebabnya terutama di kalangan remaja. Menurut penelitian (Nurhajati, 2013) juga mengungkapkan bahwa orang tua yang memiliki keterbatasan pemahaman khususnya tentang kesehatan reproduksi, hak anak maka kecenderungan yang terjadi adalah menikahkan anaknya. Orang tua memiliki peran yang besar terhadap kejadian pernikahan dini. Selain itu orang tua juga memiliki peran yang besar dalam penundaan usia perkawinan anak. Tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi ibu dari anak perempuan dari hasil pengolahan menunjukkan tidak ada pengaruh yang bermakna bahkan nilai odd ratio angkanya baik yang pengetahuannya rendah, menengah dan tinggi tidak beda jauh. Ibu yang berpendidikan tinggi bahkan nilai odd ratio nya lebih tinggi. Artinya berpendidikan tinggi tetapi malah berpeluang anaknya menikah dini dengan keinginan sendiri lebih besar. SIMPULAN Secara deskriptif ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu yang tergolong rendah yaitu 85 persen lebih pendidikannya menengah ke bawah dibanding anaknya 75 persen menengah ke bawah dengan demikian pendidikan orang tua yang lebih rendah dikawatirkan mempengaruhi perilaku anaknya. Ini memungkinkan adanya transfer knowledge dan experience terhadap anaknya. Keinginan yang didasari dari diri sendiri menjadi alasan anak yang melakukan pernikahan dini tergolong tinggi yaitu sebesar 80 %. Dan alasan lainya sudah hamil sebelum menikah 10 %. Ada kemungkinan angka kehamilan ini bisa jadi under estimate dan angkanya lebih besar karena setelah dilakukan indepth interview kemudian dilakukan pengecekan ideal umur pertama kali menikah dengan kelahiran anak pertama ada selisih, bahkan ada anak yang lahir duluan dari jarak pernikahanya sehingga kemungkinan yang hamil duluan bisa jadi lebih tinggi. Alasannya karena mungkin remaja malu untuk mengakuinya. Karena sebagian besar masyarakat Indonesia berasumsi bahwa hamil sebelum nikah adalah aib sehingga banyak yang menutupi. Hal ini menunjukkan bahwa mereka melakukan pernikahan dini terjadi karena sudah berhubungan seks di usia remaja. Ibu yang tinggal bersama anaknya yang sudah menikah mempunyai peluang yang bermakna secara statistik berhubungan dengan keinginan anak perempuannya akan menikah dini 0,4 kali (OR 0.4, 95%CI ; p- value 0.012) sedangkan ibu yang jumlah anaknya lebih dari dua memiliki peluang 2,8 kali (OR 2.8, 95%CI ; p-value 0.047) anak perempuanya akan memiliki inisiatif akan menikah dini berdasarkan keinginan sendiri. SARAN Diperlukan studi lebih lanjut tentang pernikahan dini anak dimana pada jaman dahulu pernikahan dini dilakukan berdasarkan 9
10 budaya/adat dari suku tertentu yang sudah diwariskan secara turun temurun. Tetapi dengan adanya perubahan sosial dimana akses informasi dan tehnologi ini dapat berperan dan mempengaruhi perilaku remaja sekarang. Peran petugas untuk mensosialisasikan bahaya pernikahan dini lebih ditingkatkan lagi ini terkait dengan pendidikan orang tua yang rendah sehingga diharapkan agar para orang tua dapat mengajarkan kesehatan reproduksi yang benar kepada anaknya. DAFTAR PUSTAKA Al-Gifari, A Pernikahan Dini Dilema Generasi Ekstravaganza. Bandung : Mujahid Press Alfiyah Sebab-sebab Pernikahan Dini. http//alfiyah23.student.umm.ac.id. Diakses tanggal 1 Desember 2017 Badan Pusat Statistik Kemajuan yang Tertunda: Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia, Berdasarkan Hasil Susenas dan Sensus Penduduk Jakarta-Indonesia Budi Andayani, Tinjauan Pendekatan Ekologi. Buletin Psikologi, Tahun XII, No. 1 Garbarino, J. & Abramowitz, R.H The Ecology of Human Development. In James Garbarino (ed.), Children and Families in the Social Environment, 2nd ed., New York: Aldine de Gruyter. Greenberger, E. & Goldberg, W.A Work, parenting, and the socialization of children. Developmental Psychology, 25, 1, Ilma N, Peran Pendidikan Sebagai Modal Utama Membangun Karakter Bangsa. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 3(1), Jenkins, J.M., Rasbash, J. & O Connor, T.G The role of the shared family context in differential parenting. Developmental Psychology, 39, 1, Juspin, L., Ridwan T., Zulkifli A., Studi Kasus Kebiasaan Pernikahan Usia Dini Pada Masyarakat Kecamatan Sanggalangi Kabupaten Tana Toraja. Makasar: Jurnal MKMI, Vol 5 No.4. Oktober 2009, hal Kinsman SB, Romer D, Furstenberg FF, Schwarz DF Early sexual initiation: the role of peer norms. Pedriatrics. 102 (5) : Nad Beragam Efek Buruk Pernikahan Dini. http// pernikahan-dini.html. Diakses tanggal 10 November 2017 Notoatmojo, S Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta Nurhajati L., Wardyaningrum D., (2013). Komunikasi Keluarga Dalam Pengambilan Keputusan Perkawinan. Jakarta : Universitas Al Azhar Indonesia. Pambudy MN. Perkawinan anak melanggar undang- undang perkawinan. [diunduh 29 November 2017]. Didapat dari: Pediatrics American Academy of Pediatrics. Contraseption and adolescents. 104 (5): Sagade, Jaya Child Marriage in India: Socio-legal and Human Rights Dimensions, Oxford University Press, New Delhi, Hal 12. Sarwono, S Psikologis Remaja. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada Utomo ID, McDonald P Adolescent reproductive helath in Indonesia contested value and policy inaction. Studies in Family Planning Journal; 40 (02): Yunita, A Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pernikahan usia muda pada remaja putri di desa Pagerejo Kabupaten Wonosobo. Wonosobo : STIKES Ngudi Waluyo Zai, F Faktor-faktor yang berhubungan dengan pernikahan dini pada remaja di Indonesia. Jakarta : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia. 10
Faktor-Faktor yang Berhubungan Terhadap Pernikahan Dini Pada Pasangan Usia Subur di Kecamatan Mapanget Kota Manado
ARTIKEL PENELITIAN Faktor-Faktor yang Berhubungan Terhadap Pernikahan Dini Pada Pasangan Usia Subur di Kecamatan Mapanget Kota Manado Factors Associated With Early Mariage In Couples Of Childbearing Age
Lebih terperinciAlhiwar Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah Vol. 04 No. 07 Januari-Juni
Pernikahan Dini Ditinjau Dari Sudut Pandang Sosial Dan Pendidikan Oleh: Abstrak Pernikahan merupakan suatu kegiatan yang yang merubah suatu hal yang haram menjadi halal dengan syarat sah sebuah pernikahan
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN USIA PERNIKAHAN WANITA DI KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNG KIDUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN USIA PERNIKAHAN WANITA DI KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNG KIDUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Nur Khasananh Prodi D-IV Bidan Pendidik UNRIYO ABSTRAK Pernikahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis maupun secara sosial. Seseorang dengan melangsungkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan bagi manusia merupakan hal yang penting karena dengan pernikahan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis maupun secara
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN. faktor risiko lain yang berperan terhadap kejadian kehamilan tidak diinginkan
59 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif dan dilakukan dengan menganalisis data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003.
Lebih terperinciFaktor Penyebab Pernikahan Dini di Kelurahan Sampara Kabupaten Konawe
Faktor Penyebab di Kelurahan Sampara Kabupaten Konawe Causes of Early Marriage in Sampara Village Konawe Wa Ana Sari, Yanti Program Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Avicenna. Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam proses perkembangannya, manusia untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Pernikahan
Lebih terperinci*Arip Ambulan Panjaitan, *Ria Damayanti, *Hesty Wiarisa, *Kiki Lusrizanuri. *Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKes Kapuas Raya Sintang
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERNIKAHAN DINI TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DI SMA NEGERI 4 SINTANG The Influence of Education Health Early Marriage at Senior High School 4
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017 Irma Fitria 1*) Herrywati Tambunan (2) 1,2 Dosen Program
Lebih terperinciBAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNUNG LABUHAN KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNUNG LABUHAN KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG Nina Sopiyana 1, Dina Dwi Nuriyani 2 ABSTRAK Angka remaja menikah di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013). Tingkah laku yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan salah satu sasaran program Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja di Indonesia sekitar 27,6%,
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN TAHUN
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2014-2015 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Arimbawati 201510104013 PROGRAM STUDI KEBIDANAN JENJANG
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja adalah periode perubahan fisik yang sangat monumental dimana terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu secara seksual
Lebih terperinciABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK
ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK Nurlaili 1) Trisnaningsih 2) Edy Haryono 3) This research aimed to find out correlation between university
Lebih terperinciHUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 20 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : DINI ARIANI NIM : 20000445 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam kehidupan. Dengan pernikahan, seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis maupun secara
Lebih terperinciPolicy Brief Determinan Kehamilan Remaja di Indonesia (Analisis SDKI 2012) Oleh: Nanda Wahyudhi
Policy Brief Determinan Kehamilan Remaja di Indonesia (Analisis SDKI 2012) Oleh: Nanda Wahyudhi Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Dalam masa perkembangan dan penyesuaian
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Novi Dewi Saputri 201410104171 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk ke empat terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang diseluruh dunia dan juga di negara berkembang seperti Indonesia. Kehamilan pada remaja disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan ke dunia dengan misi menjalankan kehidupan sesuai dengan kodrat ilahi yakni tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, setiap orang harus
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. Pada analisis ini, variabel yang akan dieksplorasi adalah variabel kejadian
73 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Analisis univariat Pada analisis ini, variabel yang akan dieksplorasi adalah variabel kejadian kehamilan tidak diinginkan, variabel kegagalan kontrasepsi termasuk jenis metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan adalah suatu peristiwa dimana sepasang calon suami istri dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi dan sejumlah hadirin
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
150 BAB VIII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Penelitian yang berjudul Determinan unmet need Keluarga Berencana di Indonesia memiliki tujuan utama yaitu untuk menjawab mengapa terjadi kenaikan tingkat
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKAWINAN USIA MUDA DI PROVINSI GORONTALO
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKAWINAN USIA MUDA DI PROVINSI GORONTALO Dewi Wahyuni K.Baderan 1, Rival Dali 2, Nurain Lapolo 3 1 Universitas Negeri Gorontalo/Lembaga Penelitian dan Pengabdian (LPPM)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Perkawinan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pernikahan dini banyak terjadi pada kelompok masyarakat miskin yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan dini banyak terjadi pada kelompok masyarakat miskin yang ditandai dengan pendapatan yang rendah, kurangnya pendidikan, kurangnya kesehatan, dan kurangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah stunting masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Stunting pada balita bisa berakibat rendahnya produktivitas dan kualitas sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. Determinan unmet..., Muhammad Isa, FE UI, Universitas Indonesia
1 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian total unmet need di Indonesia menggunakan data SDKI tahun 2007 dengan sampel penelitiannya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan dini merupakan pernikahan yang dilakukan pada usia yang terlalu muda. Usia muda artinya, usia yang belum matang secara medis dan psikologinya. Usia
Lebih terperinciPERKAWINAN DAN PERCERAIAN
PERKAWINAN DAN PERCERAIAN 1. Pendahuluan Dalam demografi pertumbuhan penduduk antara lain dipengaruhi oleh fertilitas. Perkawinan merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muda). Diantaranya adalah keguguran,persalinan premature, BBLR, kelainan
I.I Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pernikahan dini adalah pernikahan pada remaja dibawah usia 20 tahun yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan. Masa remaja juga merupakan masa yang rentan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja Indonesia banyak yang memiliki prestasi tinggi baik itu dari segi akademis maupun non akademis. Sudah banyak pemuda indonesia yang mengharumkan nama indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 pasal 1 perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Menikah di usia muda masih menjadi fenomena yang banyak dilakukan perempuan di Indonesia. Diperkirakan 20-30 persen perempuan di Indonesia menikah di bawah usia
Lebih terperinciBAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menganalisis data sekunder dari hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia ( SDKI) tahun 2007, dengan menggunakan
Lebih terperinciKoordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan usia muda adalah pernikahan di bawah usia yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan sebuah pernikahan, namun memutuskan untuk terikat dalam sebuah ikatan
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI DESA LEMPONG KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI DESA LEMPONG KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR Karlinda Nuriya Afifah 1), Dwi Susilawati 2) 1,2) Jurusan Keperawatan, Fakultas Kedokteran,
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Indikasi adanya ledakan penduduk di Indonesia yang ditunjukkan beberapa indikator demografi menjadikan
Lebih terperinciPENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DI TASIKMALAYA
1 PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DI TASIKMALAYA 1 Sofia Februanti 1 Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya Abstrak Pernikahan dini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka pernikahan dini di Indonesia terus meningkat setiap tahunya. Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN (2012), menyatakan bahwa angka pernikahan
Lebih terperinciRiska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA MAHASISWA TINGKAT I TAHUN AJARAN 2013-2014 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal tersebut menjadi perhatian khusus internasional mengingat risiko yang timbul akibat pernikahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti mengalami masa-masa remaja. Remaja di definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja adalah periode perkembangan seorang
Lebih terperinciAnalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kelahiran di Kabupaten Brebes dengan Pendekatan Regresi Logistik Biner
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi di Kabupaten Brebes dengan Pendekatan Regresi Logistik Biner Roni Guntara 1), Safa at Yulianto 2) 1,2 Akademi Statistika (AIS) Muhammadiyah Semarang roniguntara@gmail.com
Lebih terperinciGAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS BEBAS (STUDI PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 TELAGA)
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS BEBAS (STUDI PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 TELAGA) Febriyanto Suaib NIM. 841 410 035 Program Studi Ilmu Keperawatan,Fakultas Ilmu Ilmu Keshetaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Keluarga sebagai sistem yang berinteraksi dan merupakan unit
Lebih terperinciPENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA
PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh : FAJAR TRI UTAMI F 100 040 114 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Tingkat aborsi tahunan di Asia berkurang antara tahun 1995 dan 2003 dari 33 menjadi 29 aborsi per 1.000 wanita berusia 15 44 tahun. Di Asia Timur, tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 merupakan salah satu program pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan
Lebih terperinciPOLICY BRIEF. Analisis Ketimpangan Kebijakan dalam Pendidikan karena Barier Kesehatan Reproduksi; Perlukah Siswa Hamil dikeluarkan dari Sekolah?
POLICY BRIEF Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman Agustus 2013 Analisis Ketimpangan Kebijakan dalam Pendidikan karena Barier Kesehatan Reproduksi; Perlukah Siswa Hamil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri
Lebih terperinciGAMBARAN 8 FUNGSI KELUARGA PADA PERNIKAHAN REMAJA PUTRI USIA TAHUN DI KECAMATAN SINGKAWANG UTARA
GAMBARAN 8 FUNGSI KELUARGA PADA PERNIKAHAN REMAJA PUTRI USIA 15-19 TAHUN DI KECAMATAN SINGKAWANG UTARA Linda Suwarni 1, Mardjan 2, Hairunnisa 3 1. Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciPEREMPUAN, PENDIDIKAN DAN KEMISKINAN DI KALIMANTAN SELATAN (Analisis Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012)
PEREMPUAN, PENDIDIKAN DAN KEMISKINAN DI KALIMANTAN SELATAN (Analisis Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012) Norma Yuni Kartika Prodi Pendidikan Geografi FKIP Universitas Lambung Mangkurat;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempertahankan keluarga (Biresaw, 2014). Pernikahan dapat terjadi pada usia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu ikatan sosial yang menyatukan orang dalam satu bentuk ketergantungan khusus untuk tujuan membentuk dan mempertahankan keluarga (Biresaw,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan fisik, emosi, dan psikis.pada masa remaja terjadi suatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai dengan adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis.pada masa remaja terjadi suatu perubahan organ-organ fisik secara cepat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu isu terpenting tentang kesehatan reproduksi yang dibacakan dalam konferensi kependudukan sedunia Internasional Conference Population and Development (ICPD)
Lebih terperinciBAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
24 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi analitik terhadap data dasar sekunder dari Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) tahun 2007. Desain penelitian yang digunakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang tinggi di dunia, serta tertinggi kedua di Asia Tenggara setelah Kamboja. Dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia menempati peringkat ke-37 negara dengan persentase pernikahan dini yang tinggi di dunia, serta tertinggi kedua di Asia Tenggara setelah Kamboja. Dalam Riset
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi
Lebih terperinciPolicy Brief: Faktor-faktor yang Memengaruhi Hubungan Anomali TFR dan CPR
LATAR BELAKANG Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, 2007, dan 2012, menunjukkan TFR konstan pada tingkat 2,6 anak per wanita usia subur. Terkait CPR di Indonesia, SDKI 2012 menunjukkan
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN DILUAR NIKAH PADA REMAJA DI KECAMATAN RANDUDONGKAL TAHUN 2013
HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN DILUAR NIKAH PADA REMAJA DI KECAMATAN RANDUDONGKAL TAHUN 2013 THE RELATIONSHIP OF PARENTING TO OUTSIDE MARRIAGE PREGNANCY AT ADOLESCENT IN THE RANDUDONGKAL
Lebih terperinciPENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khususnya bila menghadapi ketidakpastian dan ancaman dari luar dirinya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk memenuhi kebutuhannya baik secara fisik maupun psikis. Kehadiran orang lain ini akan mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju dewasa, yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis (Hurlock, 1988:261).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata pacaran sudah sangat biasa ditelinga masyarakat luas saat ini. Bahkan dari dulu pun pacaran sudah bisa dikatakan sebagai budaya mulai remaja sampai orang dewasa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku seks dapat diartikan sebagai suatu perbuatan untuk menyatakan cinta dan menyatukan kehidupan secara intim. Sebagai manusia yang beragama, berbudaya, beradab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Program KB di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, ditinjau dari sudut, tujuan, ruang lingkup geografi, pendekatan, cara operasional dan dampaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena pernikahan muda pada dasarnya merupakan bagian dari budaya masyarakat tertentu. Minimnya akses mendapatkan fasilitas kesehatan, tingkat pendidikan yang rendah,
Lebih terperinciIndonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997
Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997 Laporan ditulis pada: December 30, 2014 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PERNIKAHAN DINI PADA USIA REMAJA DI WILAYAH KELAYAN DALAM BANJARMASIN
GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PERNIKAHAN DINI PADA USIA REMAJA DI WILAYAH KELAYAN DALAM BANJARMASIN Qatratun Nada *, Anggrita Sari 1, Dwi Sogi Sri Redjeki 2 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin 2 STIKES
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu diantara tujuh manusia penduduk dunia yang berjumlah 6,75 miliar ini adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara yang tidak mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kualitas SDM sangat berkaitan erat dengan peningkatan kualitas hidup perempuan karena perempuanlah yang hamil, melahirkan dan menyusui anak sejak bayi sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa dimana anak sudah meninggalkan masa kanakkanaknya menuju dunia orang dewasa. Literatur mengenai remaja biasanya merujuk pada kurun usia 10-19
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), jumlah penduduk Indonesia akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara berkembang seperti Indonesia memiliki laju pertumbuhan penduduk yang bertambah dengan pesat. Pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun ketahun semakin bertambah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara sedang berkembang yang tidak luput dari masalah kependudukan. Berdasarkan data hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, fenomena pernikahan dini kian lama
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman, fenomena pernikahan dini kian lama kian berkurang, namun demikian bukan berarti fenomena pemikahan dini
Lebih terperinciABSTRACT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN USIA KAWIN PERTAMA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK
1 ABSTRACT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN USIA KAWIN PERTAMA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK Nanik Oktavia ¹, Trisnaningsih ², Zulkarnain ³ This study aimed to determine the effect of education
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,
10 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak ke dewasa. Masa remaja yang
Lebih terperinciFAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN DINI DI DESA TEMANGGUNG KABUPATEN MAGELANG
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN DINI DI DESA TEMANGGUNG KABUPATEN MAGELANG Linda Dian Anggraeni 1),Masruroh 2), Faridah Aini 3) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ngudi Waluyo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Menurut WHO, remaja adalah penduduk
Lebih terperinciJurnal Kesehatan Priangan, Volume 1 No. 3 (Januari 2014):
HUBUNGAN KURSUS CALON PENGANTIN DENGAN KEIKUTSERTAAN IMUNISASI TETANUS TOXOID DI KECAMATAN SOREANG TAHUN 2014 Budiman 1 1 STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi ABSTRAK Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses
Lebih terperinciGASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )
GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 (633-646) HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PRIA TENTANG KELUARGA BERENCANA DENGAN PERILAKU PRIA DALAM BERPARTISIPASI MENGGUNAKAN METODE KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati oleh 191 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk dicapai pada tahun 2015 (WHO, 2013).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makluk sosial (zoonpoliticoon), sehingga tidak bisa hidup
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makluk sosial (zoonpoliticoon), sehingga tidak bisa hidup tanpa adanya manusia lainnya. Sejak lahir manusia telah dilengkapi dengan naluri untuk hidup
Lebih terperinciPENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB.
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB. SRAGEN NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Arum Yuliasari 201310104148
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMERINTAH DALAM MENGATASI PERKAWINAN ANAK. OLEH SRI DANTI ANWAR Kemen PP-PA
KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMERINTAH DALAM MENGATASI PERKAWINAN ANAK OLEH SRI DANTI ANWAR Kemen PP-PA DATA & FAKTA DI INDONESIA Hasil Susenas 2012 mencatat 11,13% perempuan menikah di usia 10-15 tahun dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan mereka kelak. Kehidupan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara mental, fisik dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman yang bertambah modern ini nilai-nilai yang bersifat baik atau nilai moral menjadi semakin berkurang didalam kehidupan bermasyarakat. Pergaulan yang salah dan terlalu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penentuan jarak kehamilan adalah upaya untuk menetapkan atau memberi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penentuan Jarak Kehamilan Penentuan jarak kehamilan adalah upaya untuk menetapkan atau memberi batasan sela antara kehamilan yang lalu dengan kehamilan yang akan datang (Alwi,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia merupakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk sebesar 237.641.326 jiwa sedangkan jumlah penduduk Provinsi Lampung
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian
18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan hanya pada satu waktu
Lebih terperinciOrang tua REMAJA provinsi Bengkulu Perlu waspada ( hasil survey rpjmn tahun 2011)
Orang tua REMAJA provinsi Bengkulu Perlu waspada ( hasil survey rpjmn tahun 2011) rickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan ini dikuatkan oleh James
Lebih terperinciJPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 3, No 5, September 2016 Halaman e-issn :
JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 3, No 5, September 2016 Halaman 15-21 e-issn : 2356-5225 http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/jpg FAKTOR DOMINAN PENYEBAB PERNIKAHAN USIA DINI di KECAMATAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. di Indonesia tersebut, pada hakekatnya digolongkan menjadi dua yaitu laju
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat menjadi masalah yang membutuhkan perhatian serius dalam proses pembangunan. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan salah satu penduduk terbesar di dunia. Pada data sensus penduduk tahun 2010, Indonesia memiliki jumlah penduduk sebanyak 237,6 juta jiwa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah kompleks di semua negara yang muncul seiring
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah kompleks di semua negara yang muncul seiring dengan lahirnya peradaban manusia. Meskipun berbagai kajian dan penelitian telah dilakukan,
Lebih terperinci