Jurnal Kesehatan Priangan, Volume 1 No. 3 (Januari 2014):
|
|
- Suhendra Dharmawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HUBUNGAN KURSUS CALON PENGANTIN DENGAN KEIKUTSERTAAN IMUNISASI TETANUS TOXOID DI KECAMATAN SOREANG TAHUN 2014 Budiman 1 1 STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi ABSTRAK Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi Tetanus. Di Indonesia, tahun terdapat 48% - 61% bayi meninggal akibat infeksi disebabkan oleh tetanus neonatorum. Tetanus dapat dicegah dengan imunisasi TT sebelum menikah, sosialisasi imunisasi TT terdapat dalam Kursus Calon Pengantin. Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kursus calon pengantin dengan keikutsertaan imunisasi tetanus toxoid di Kecamatan Soreang tahun Metode penelitian ini adalah survei analitik. Desain penelitian menggunakan potong lintang. Besar sampelnya 86 orang. Instrumen penelitian menggunakan lembar kuesioner. Analisis data univariat, bivariat (kai kuadrat) dan multivariat (regresi logistik ganda model faktor resiko). Hasil penelitian menunjukkan 39 orang (53.4%) tidak melakukan imunisasi TT serta menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara Kursus Calon Pengantin (Suscatin) dengan Keikutsertaan Imunisasi Tetanus Toxoid (p = 0.037). Variabel yang termasuk konfonding pendapatan dan sikap. Responden yang mengikuti Kursus Calon Pengantin berpeluang 2x lebih besar melakukan imunisasi TT setelah dikontrol variabel pendapatan dan sikap. Disarankan agar Kantor Urusan Agama Kecamatan Soreang dan Puskesmas Soreang lebih meningkatkan promosi kesehatan mengenai Kursus Calon Pengantin dan Imunisasi TT sebelum menikah. Selain itu peneliti mengharapkan peneliti selanjutnya menganalisis lebih dalam faktor-faktor yang Mempengaruhi Kursus Calon Pengantin serta keikutsertaan imunisasi TT. Kata Kunci : Keikutsertaan Imunisasi TT, Kursus Calon Pengantin A. Pendahuluan Pada tahun 2007, Filipina dan Indonesia mencatatkan jumlah kasus tetanus neonatorum tertinggi diantara 8 negara ASEAN, dengan175 kasus terjadi di Indonesia dan 121 kasus terjadi di Filipina (Depkes RI, 2008). Di samping itu, angka kematian Tetanus Neonatorum di Indonesia berdasarkan persentase neonatus meninggal diantara neonatus terinfeksi tetanus dari tahun berkisar antara 48% - 61%. Tahun tiga provinsi tertinggi jumlah kasus tetanus neonatorum antara lain Banten, Jawa Timur dan Jawa Barat. Hal ini kemungkinan disebabkan surveilans belum berjalan aktif, dan kemungkinan lain adalah program imunisasi belum berjalan optimal untuk memberikan kekebalan populasi terhadap tetanus neonatorum (Ditjen P2&PL Subdit Surveilans, 2011). Di Kabupaten Bandung sendiri jumlah kematian neonatal berdasarkan laporan tahun 2012 sebanyak 276 kasus, dan yang disebabkan oleh tetanus neonatorum sebanyak 0,7%. (Dinas Kesehatan Kab. Bandung, 2012). Hasil studi pendahuluan yang telah peneliti laksanakan, diperoleh hasil bahwa selama tahun 2012 dari seluruh jumlah pasangan yang terdaftar di Kantor Urusan Agama Kecamatan Soreang yakni pasangan, terdapat 787 orang (66%) yang melakukan imunisasi tetanus toxoid. Sedangkan pasangan yang mengikuti 107
2 kursus calon pengantin yaitu 851 orang (66,02%) dan terdapat 536 orang (63%) yang melakukan imunisasi. Pada tahun 2013, dari seluruh jumlah pasangan yang terdaftar di Kantor Urusan Agama Kecamatan Soreang yakni 1195 pasangan, terdapat 806 orang (67,4%) yang melakukan imunisasi Tetanus Toxoid. Dari 994 orang (83,18%) yang mengikuti kursus calon pengantin, sebesar 644 orang (64,8%) yang melakukan imunisasi Tetanus Toxoid. Dari data di atas dapat terlihat bahwa upaya pencegahan tetanus neonatorum dengan pemberian imunisasi tetanus toxoid belum menunjukkan hasil yang efektif, disebabkan cakupan imunisasi tersebut masih belum mencapai 100% (Kantor Urusan Agama Kecamatan Soreang, 2013). Suscatin merupakan pemberian bekal pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam waktu singkat kepada catin tentang kehidupan rumah tangga/keluarga. Peraturan ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang kehidupan rumah tangga/keluarga dalam mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, warahmah serta mengurangi angka perselisihan, perceraian, dan kekerasan dalam rumah tangga. Materi Kursus Catin meliputi: Tata cara dan prosedur perkawinan, Pengetahuan agama, Peraturan Perundangan di bidang perkawinan dan keluarga, Hak dan kewajiban suami istri, Kesehatan Reproduksi, Manajemen keluarga dan Psikologi perkawinan dan keluarga (Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Depag Nomor D J. 11/491, 2009). Setiap pasangan yang telah mendaftar di kantor urusan agama diberikan pembekalan seputar pernikahan, salah satunya tentang kesehatan reproduksi, yang di dalamnya terdapat materi mengenai imunisasi tetanus toxoid dan kursus ini dilakukan sepuluh hari menjelang pernikahan. Kursus calon pengantin ini diselenggarakan dengan menggunakan metode konseling. Yakni setiap pasangan diberi pemaparan mengenai materi Kursus Calon Pengantin termasuk Imunisasi TT oleh seorang konselor. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahin dkk, materi kesehatan reproduksi dalam suscatin (kursus calon pengantin) dapat meningkatkan pengetahuan calon pengantin sebesar 29,6% dari 74% menjadi 100% dan setelah mengikuti suscatin tidak ada lagi responden yang berpengetahuan kurang. Selain itu, materi kesehatan reproduksi dalam suscatin dapat meningkatkan sikap calon pengantin sebesar 81,5% dari 18,5% menjadi 100% setelah mengikuti suscatin sehingga tidak ada lagi responden yang bersikap negatif (Rahim dkk, 2013). Imunisasi tetanus toxoid sebelum menikah perlu dilakukan oleh wanita usia subur. Namun, perilaku setiap orang terhadap imunisasi berbeda-beda. Perilaku dalam melakukan imunisasi Tetanus Toxoid tersebut antara lain dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni ; pengetahuan dan sikap calon pengantin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat sosial ekonomi, ketersediaan sarana dan pra sarana atau pun dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, dan sebagainya. Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk mengubah perilaku yakni dengan konseling. Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Sehingga klien dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut atau mampu mengubah perilaku (Notoatmodjo, 2010). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan kursus calon pengantin dengan keikutsertaan imunisasi tetanus toxoid di Kecamatan Soreang tahun
3 A. Metode Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional (potong lintang / transversal). Cross sectional atau potong lintang merupakan suatu rancangan penelitian observasional yang dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel dependen dan variabel independen dan pengukurannya dilakukan secara serentak dan bertujuan untuk memperoleh gambaran pola penyakit dan determinan-determinannya pada populasi sasaran, memperoleh faktor risiko dan faktor efek secara bersamaan berdasarkan studi etiologi dan memperoleh ada atau tidaknya hubungan dua variabel atau lebih berdasarkan masalah penelitian (Budiman, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengantin yang terdaftar di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Soreang pada bulan Februari 2014 dan masih menjadi warga Kecamatan Soreang. Responden dalam penelitian ini yakni 86 orang. Analisis data yang digunakan adalah rata-rata (Mean), Standar Deviation, analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, apakah variabel tersebut mempunyai hubungan yang signifikan atau hanya hubungan secara kebetulan. Dalam penelitian ini, analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara kursus calon pengantin (variabel independen) dengan keikutsertaan imunisasi tetanus toxoid (variabel dependen), apakah variabel tersebut mempunyai hubungan yang signifikan atau hubungan secara kebetulan. Analisis bivariat ini menggunakan chi square yakni untuk menghubungkan variabel kategorik dengan variabel kategorik. Analisis multivariat merupakan analisis yang bertujuan untuk mempelajari hubungan beberapa variabel (lebih dari satu variabel) independen dengan satu atau beberapa variabel dependen. Analisis multivariat yang digunakan ialah regresi logistik ganda model faktor resiko, yaitu pemodelan dengan tujuan mengestimasi secara valid satu variabel utama dengan variabel dependen serta mengontrol beberapa variabel konfonding. A. Hasil 1. Analisa Univariat Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan Imunisasi Tetanus Toxoid di Kecamatan Soreang Tahun 2014 Keikutsertaan Imunisasi TT Jumlah Persentase (%) Tidak Imunisasi Imunisasi
4 Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan Kursus Calon Pengantin di Kecamatan Soreang Tahun 2014 Keikutsertaan Kursus Calon Pengantin Tidak Suscatin Suscatin Jumlah Persentase (%) Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Kecamatan Soreang Tahun 2014 Pengetahuan Jumlah Persentase (%) Kurang Baik Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap di Kecamatan Soreang Tahun 2014 Sikap Jumlah Persentase (%) Negatif Positif Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Kecamatan Soreang Tahun 2014 Umur Jumlah Persentase (%) Non Reproduktif Reproduktif
5 Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Kecamatan Soreang Tahun 2014 Pendidikan Jumlah Persentase (%) Rendah Tinggi Tabel 7. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di Kecamatan Soreang Tahun 2014 Pekerjaan Jumlah Persentase Tidak kerja Kerja Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan di Kecamatan Soreang Tahun 2014 Pendapatan Jumlah Persentase (%) Rendah Tinggi Analisa Bivariat Tabel 9. Distribusi Responden Menurut Keikutsertaan Imunisasi Tetanus Toxoid dan Kursus Calon Pengantin di Kecamatan Soreang Tahun 2014 Kursus Calon Pengantin Tidak Ya Imunisasi Tetanus Toxoid Total POR Tidak Ya N % n % n % P value ( ) Jumlah
6 3. Analisa Multivariat Tabel 10. Uji Interaksi Variabel P value Exp (B) Pekerjaan*suscatin Umur*suscatin Pengetahuan*suscatin Pendapatan*suscatin Pendidikan*suscatin Sikap*suscatin Tabel 11. Uji Konfonding Perubahan Odd Ratio (OR) OR Perubahan OR (%) OR Awal Suscatin OR Suscatin Tanpa Pekerjaan OR Suscatin Tanpa Pengetahuan OR Suscatin Tanpa Umur OR Suscatin Tanpa Pendidikan OR Suscatin Tanpa Pendapatan OR Suscatin Tanpa Sikap
7 4. Model Akhir Analisis Multivariat Tabel 12. Model Akhir Analisis Multivariat Variabel P value Exp (B) 95% CI Suscatin Pendapatan Sikap A. Pembahasan 1. Gambaran Keikutsertaan Imunisasi Tetanus Toxoid Dalam penelitian ini, diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden tidak melakukan imunisasi. Adapun jumlah responden yang tidak melakukan imunisasi sebanyak 39 orang (53.4%), sedangkan responden yang melakukan imunisasi sebanyak 34 orang (46.6%). Imunisasi tetanus toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi Tetanus. Selain itu Wahab dan Madarina dalam bukunya yang berjudul Sistem Imun, Imunisasi, Penyakit Imun tahun 2002 menjelaskan bahwa optimalisasi program pencegahan tetanus neonatorum melalui imunisasi ibu tergantung pada riwayat imunisasi wanita. Bila kebanyakan wanita usia subur belum diimunisasi tetanus pada masa bayi atau remaja maka harus diimplementasikan jadwal imunisasi TT 5 dosis untuk semua wanita usia subur. Peneliti berasumsi rendahnya angka imunisasi tetanus toxoid yakni 39 orang (53.4%) tersebut disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan tingginya usia pernikahan non reproduktif. Dengan bertambahnya umur, maka akan diiringi pertumbuhan dan perkembangan diri. Semakin tinggi tahap pekembangannya semakin besar kesiapan seseorang untuk menerima tanggung jawab diri sendiri dan orang lain. Selain itu, seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan 113
8 pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. 1. Hubungan Kursus Calon Pengantin dengan Keikutsertaan Imunisasi Tetanus Toxoid Penelitian ini berhasil menemukan adanya hubungan antara kursus calon pengantin dengan keikutsertaan imunisasi tetanus toxoid dengan nilai p value = 0,037. Kemudian dari hasil analisis diperoleh OR = artinya responden yang mengikuti kursus calon pengantin merupakan faktor risiko imunisasi tetanus toxoid. Analisis di atas juga menunjukkan bahwa terdapat responden yang mengikuti Suscatin namun tidak melakukan imunisasi TT yakni sebanyak 17 orang (41.5%). Diantara seluruh responden yang tidak melakukan imunisasi TT tersebut, angka tertinggi terdapat pada responden yang bekerja yakni sebanyak 22 orang (53.7%). Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa salah satu yang menyebabkan masih adanya responden yang tidak melakukan imunisasi TT setelah mengikuti Suscatin adalah faktor pekerjaan. Responden tidak mampu atau bahkan tidak mau meluangkan waktu untuk melakukan imunisasi TT. Hal ini juga dapat disebabkan responden yang senantiasa menunda waktu untuk melakukan imunisasi TT sehingga ketika hari pernikahan tiba, responden tersebut tidak melakukan imunisasi TT. Berbanding terbalik dengan keadaan di atas, terdapat responden yang tidak melakukan Suscatin namun melakukan imunisasi TT. Jumlah responden yang tidak mengikuti Suscatin namun melakukan imunisasi TT sebanyak 10 orang (31.3%). Hasil analisis menunjukkan bahwa responden yang tidak melakukan Suscatin serta memiliki sikap positif sebanyak 12 orang (32.4%), responden yang tidak melakukan Suscatin serta berpendidikan tinggi sebanyak 24 orang (61.5%) dan responden yang tidak melakukan Suscatin serta berpendapatan tinggi sebanyak 21 orang (50%). Dengan demikian, peneliti menarik kesimpulan bahwa yang menyebabkan responden melakukan imunisasi TT walaupun tidak mengikuti Suscatin salah satunya dipengaruhi oleh sikap, dan didukung oleh pendidikan dan pendapatan yang tinggi. Hasil penelitian ini belum dapat dibandingkan dengan penelitian lain atau sebelumnya karena masih sedikitnya penelitian mengenai kursus calon pengantin, mengingat kursus calon pengantin ini merupakan salah satu program kerja sama lintas sektoral antara Departemen Agama dan Dinas Kesehatan yang baru berjalan dalam kurun waktu kurang dari 5 tahun. Namun terdapat penelitian mengenai suscatin yang dapat dijadikan referensi dan sejalan dengan peran suscatin, yakni penelitian yang dilakukan oleh Rahin dkk, materi kesehatan reproduksi dalam suscatin (kursus calon pengantin) dapat meningkatkan pengetahuan calon pengantin sebesar 29,6% dari 74% menjadi 100% dan setelah mengikuti suscatin tidak ada lagi responden yang berpengetahuan kurang. Selain itu, materi kesehatan reproduksi dalam suscatin dapat meningkatkan sikap calon pengantin sebesar 81,5% dari 18,5% menjadi 100% setelah mengikuti suscatin sehingga tidak ada lagi responden yang bersikap negatif (Rahim dkk, 2013). Kursus Calon Pengantin atau Suscatin merupakan pemberian bekal pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam waktu singkat kepada catin tentang kehidupan rumah tangga/keluarga. Materi Kursus Catin meliputi: Tata cara dan prosedur 114
9 perkawinan, Pengetahuan agama, Peraturan Perundangan di bidang perkawinan dan keluarga, Hak dan kewajiban suami istri, Kesehatan Reproduksi, Manajemen keluarga dan Psikologi perkawinan dan keluarga. Kursus calon pengantin ini diselenggarakan dengan menggunakan metode konseling. Setiap pasangan yang telah mendaftar di kantor urusan agama diberikan pembekalan seputar pernikahan, salah satunya tentang kesehatan reproduksi, yang di dalamnya terdapat materi mengenai imunisasi tetanus toxoid dan kursus ini dilakukan sepuluh hari menjelang pernikahan (Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Depag Nomor D J. 11/491, 2009). Bentuk pelayanan pra nikah yang telah ada sampai saat ini masih berjalan secara sektoral dan belum bersifat terpadu. Sementara dari sektor kesehatan pelayanan pra nikah masih terbatas, khususnya pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada calon pengantin wanita. Itu pun cakupan imunisasi TT pada calon pengantin wanita masih jauh dari target. Maka dari itu Departemen Agama mengadakan kerja sama lintas sektoral dengan Dinas Kesehatan dalam menyelenggarakan program Kursus Calon Pengantin (Suscatin), khususnya pembinaan mengenai kesehatan reproduksi, salah satunya adalah materi tentang imunisasi tetanus toxoid. Vaksin TT dianggap penting karena tetanus pernah menjadi momok yang berakibat kematian bayi Indonesia. Vaksinasi tetanus pada perempuan yang hendak menikah akan meningkatkan kekebalan tubuh dari infeksi tetanus. Infeksi tetanus tidak hanya membahayakan nyawa bayi, tapi juga ibu. Karena itu program vaksinasi TT ini terutama ditujukan bagi kaum wanita di daerah pedesaan dan terpencil. Sebenarnya target pemberian vaksin ini tidak hanya pada perempuan yang akan menikah saja, tapi juga pada wanita usia subur. Waktu yang tepat untuk mendapatkan vaksin TT sekitar dua hingga enam bulan sebelum pernikahan. Ini diperlukan agar tubuh memiliki waktu untuk membentuk antibodi. Peneliti berasumsi bahwa adanya hubungan antara kursus calon pengantin dengan keikutsertaan imunisasi tetanus toxoid ialah karena dalam Kursus Calon Pengantin dibahas mengenai imunisasi tetanus toxoid yang merupakan salah satu bagian dari materi tentang kesehatan reproduksi. Materi imunisasi TT ini khususnya menekankan pada waktu pemberian dan manfaat dari imunisasi. Maka dari itu, pembinaan mengenai imunisasi TT menjadi bagian yang tidak kalah penting dengan materi lain yang diberikan pada Kursus Calon Pengantin (Suscatin). Sedangkan bagi calon pengantin yang sebelumnya pernah menikah, maka terlebih dahulu dilihat riwayat imunisasi TT nya. Apabila calon pengantin tersebut belum pernah melakukan imunisasi TT, maka dimulai dari imunisasi pertama. Namun, apabila pernah diimunisasi TT dan masih memiliki kekebalan dari imunisasi tersebut, maka calon pengantin tersebut tidak diimunisasi melainkan melanjutkan sesuai dengan jadwal imunisasi TT berikutnya. 1. Kontribusi Pendapatan terhadap Hubungan Kursus Calon Pengantin dengan Keikutsertaan Imunisasi Tetanus Toxoid 115 Penelitian ini menemukan hasil bahwa pendapatan merupakan variabel konfonding hubungan kursus calon pengantin dengan keikutsertaan imunisasi tetanus toxoid. Dengan demikian, ada hubungan yang signifikan antara
10 kursus calon pengantin dengan keikutsertaan imunisasi tetanus toxoid dengan dikontrol variabel pendapatan. Pada hasil analisis sebelumnya, dapat diketahui bahwa responden berpendapatan tinggi sebanyak 42 orang (57.5 %), lebih banyak dibandingkan dengan responden berpendapatan rendah yakni sebanyak 31 orang (42.5%). Hasil penelitian di atas didukung oleh penelitian Eni Susanti yang berjudul Hubungan Pengetahuan tentang Imunisasi Tetanus Toxoid dan Status Ekonomi dengan Pelaksanaan Imunisasi Tetanus Toxoid Pra Nikah yang menyatakan ada hubungan antara status ekonomi dengan pelaksanaan imunisasi Tetanus Toxoid pra nikah dengan nilai p = 0,000. Status ekonomi merupakan domain yang sangat penting dalam pelaksanaan imunisasi tetanus toxoid. Hal senada dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003) bahwa ada hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan yaitu seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar transport dan sebagainya. Dengan demikian status ekonomi tinggi yang dimiiliki seseorang maka akan mudah bagi orang tersebut menjangkau pelayanan kesehatan yaitu bersedia melakukan imunisasi tetanus toxoid. Peneliti berasumsi bahwa semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan lebih diperhatikan dan mudah dijangkau, demikian juga sebaliknya apabila tingkat ekonomi seseorang rendah, maka sangat sulit menjangkau pelayanan ksesehatan mengingat biaya dalam jasa pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup mahal. Selain itu, sosial ekonomi berhubungan erat dengan pendidikan dan juga pekerjaan. Pekerjaan merupakan status sosial ekonomi seseorang di masyarakat. Salah satu faktor yang mempengaruhi status ekonomi seseorang adalah pendidikan. Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah satu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah dalam memperoleh pekerjaan, sehingga semakin banyak pula penghasilan yang diperoleh. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap dan perilaku seseorang terhadap nilainilai yang baru dikenal. 2. Kontribusi Sikap terhadap Hubungan Kursus Calon Pengantin dengan Keikutsertaan Imunisasi Tetanus Toxoid Penelitian ini menemukan hasil bahwa sikap merupakan variabel konfonding hubungan kursus calon pengantin dengan keikutsertaan imunisasi tetanus toxoid. Dengan demikian, ada hubungan yang signifikan antara kursus calon pengantin dengan keikutsertaan imunisasi tetanus toxoid dengan dikontrol variabel sikap. Pada hasil analisis univariat, diperoleh hasil bahwa responden yang bersikap positif lebih banyak dibandingkan dengan responden yang bersikap negatif, yakni sebanyak 36 orang (49.3%) sedangkan responden yang bersikap negatif sebanyak 37 orang (50.7%) Penelitian Mislianti dan Khoidar Amirus yang berjudul Faktor- 116
11 Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Imunisasi TT Pada Wanita Usia Subur (WUS) di Puskesmas Kesumadadi Kecamatan Bekri Lampung Tengah Tahun 2012 menyatakan ada hubungan antara sikap dengan status imunisasi TT pada WUS dengan nilap p = 0,000 dengan derajat nilai keeratan dari hubungan dapat dilihat dari nilai OR = 5,897 (CI 95% 3,258 10,673) artinya responden yang bersikap negatif mempunyai risiko 5,897 kali lebih besar tidak melakukan TT dibandingkan dengan responden yang bersikap positif. Sikap merupakan suatu respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010). Selain itu, sikap merupakan keteraturan tertentu dala hal perasaan, pemikiran, predisposisi tindakan seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Pada hasil analisis univariat, sebagian responden menunjukkan sikap positif. Hal ini dapat dipengaruhi antara lain oleh tingginya responden yang mengikuti Kursus Calon Pengantin yakni sebanyak 41 orang (56.2%) dan lebih banyaknya responden yang berpendapatan tinggi yaitu sebanyak 42 orang (57.5%). Tingginya angka Kursus Calon Pengantin menyebabkan responden mampu menentukan sikap karena responden telah memiliki gambaran dan mengetahui bahwa imunisasi TT perlu dilakukan sebelum menikah serta didukung oleh tingginya pendapatan yang memperkuat responden untuk melakukan imunisasi TT. Dengan demikian peneliti berasumsi bahwa sikap dapat menentukan langkah B. Simpulan seseorang ke arah yang lebih baik. Sikap positif akan memunculkan perilaku repsonden yang bersedia melakukan imunisasi TT. a. Responden yang tidak melakukan imunisasi sebanyak 39 (53.4 %) dan responden yang melakukan imunisasi sebanyak 34 (46.6 %). b. Responden yang tidak melakukan Kursus Calon Pengantin sebanyak 32 (43.8 %) dan responden yang melakukan Kursus Calon Pengantin sebanyak 41 (56.2 %). c. Ada hubungan yang signifikan antara kursus calon pengantin dengan keikutsertaan imunisasi tetanus toxoid di Kecamatan Soreang Tahun d. Pekerjaan bukan merupakan konfonding antara hubungan kursus calon pengantin dengan keikutsertaan imunissi tetanus toxoid di Kecamatan Soreang Tahun e. Umur bukan merupakan konfonding antara hubungan kursus calon pengantin dengan keikutsertaan imunissi tetanus toxoid di Kecamatan Soreang Tahun f. Pengetahuan bukan merupakan konfonding antara hubungan kursus calon pengantin dengan keikutsertaan imunissi tetanus toxoid di Kecamatan Soreang Tahun g. Pendidikan merupakan konfonding antara hubungan kursus calon pengantin dengan keikutsertaan imunissi tetanus toxoid di Kecamatan Soreang Tahun h. Pendapatan merupakan konfonding antara hubungan kursus calon pengantin dengan keikutsertaan imunissi tetanus toxoid di Kecamatan Soreang Tahun i. Sikap merupakan konfonding antara hubungan kursus calon pengantin dengan keikutsertaan imunissi tetanus toxoid di Kecamatan Soreang Tahun
12 C. Saran a. Diharapkan konselor atau pemegang program suscatin lebih meningkatkan kembali konseling mengenai Kursus Calon Pengantin (Suscatin) dan imunisasi tetanus toxoid. b. Diharapkan konselor atau pemegang program memberi penjelasan yang lebih rinci mengenai manfaat kursus calon pengantin sebelum menikah, manfaat imunisasi tetanus toxoid sebelum menikah. c. Diharapkan petugas puskesmas lebih meningkatkan upaya promosi kesehatan seperti penyuluhan yang lebih mendalam dan intensitas tinggi mengenai kesehatan reproduksi, khususnya mengenai usia yang baik untuk menikah dan imunisasi tetanus toxoid sebelum menikah oleh tenaga kesehatan setempat kepada masyarakat. d. Diharapkan petugas puskesmas bekerja sama dengan Bidan Praktik Swasta untuk mensosialisasikan imunisasi tetanus toxoid sebelum menikah. e. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih memperdalam penelitian ini, yakni menganalisis lebih dalam faktor-faktor yang mempengaruhi kursus calon pengantin serta keikutsertaan imunisasi tetanus toxoid. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Promosi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Rahim,dkk. (2013). Pengetahuan dan Sikap Wanita Prakonsepsi tentang Gizi dan Kesehatan Reproduksi Sebelum dan Setelah Suscatin di Kecamatan Ujung Tanah. Diunduh dari andle/ /6768/jurnal%20 MKMI%20RAHMIYATI%20RAHIM. pdf?sequence=1. Diakses tanggal 13 Desember 2013 pkl wib. Riyanto, Agus. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.. (2011). Penerapan Analisis Multivariat dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Seksi Kesga, (2012), Laporan Tahunan Kabupaten Bandung, Bandung: Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. Susanti, Eni. (2011). Hubungan Pengetahuan tentang Imunisasi Tetanus Toxoid dan Status Ekonomi dengan Pelaksanaan Imunisasi TT Pra Nikah. Suyanto, Ummi Salamah. (2009). Riset Kebidanan (Metodologi dan Aplikasi). Jogjakarta: Mitra Cendikia. Wahab, Madarina (2002). Sistem Imun, Imunisasi, dan Penyakit Imun. Jakarta : Widya Medika. D. Referensi Budiman. (2010). Penelitian Kesehatan. Bandung: PT. Refika Aidtama. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2008), Petunjuk Teknis Imunisasi Tetanus Toxoid, Jakarta : Depkes RI. Dirjen Bimas Islam, (2009), Kursus Calon Pengantin, Jakarta: Dirjen Bimas Islam. Kantor Urusan Agama, (2012), Peserta Kursus Calon Pengantin, Bandung: Seksi Bimas Islam. 118
Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid di Puskesmas Rurukan Kecamatan Tomohon Timur Kota Tomohon
Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid di Puskesmas Rurukan Kecamatan Tomohon Timur Kota Tomohon Julin Manutu 1, Berthina H. Korah 2, Ellen Pesak 3 1,2,3, Jurusan Kebidanan
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia Berdasarkan laporan Biro Pusat Statistik (2008), pada hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan dan kematian dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program imunisasi merupakan salah satu program penting di sektor kesehatan. Program imunisasi ini bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian
Lebih terperinciFAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN
Lampiran I Summary FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2013 Cindy Pratiwi NIM 841409080
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN USIA PERNIKAHAN WANITA DI KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNG KIDUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN USIA PERNIKAHAN WANITA DI KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNG KIDUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Nur Khasananh Prodi D-IV Bidan Pendidik UNRIYO ABSTRAK Pernikahan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Pendidikan, Sikap, Dukungan Keluarga, Perilaku petugas, Imunisasi TT
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI TT PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI PUSKESMAS KESUMADADI KECAMATAN BEKRI LAMPUNG TENGAH TAHUN 2012 Mislianti 1 dan Khoidar Amirus 2 ABSTRAK Keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui Pembangunan
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN. n % n % Total % %
31 BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Kelengkapan Imunisasi di Jawa Barat dan Jawa Tengah Pada penelitian ini, terdapat 521 orang ibu yang memiliki anak usia 12-23 bulan yang berhasil diwawancara, terdiri dari
Lebih terperinciGLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP PENTINGNYA PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS NAMTABUNG KEC. SELARU KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT Fasiha (Poltekkes Kemenkes Maluku) ABSTRAK Sistem
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNUNG LABUHAN KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNUNG LABUHAN KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG Nina Sopiyana 1, Dina Dwi Nuriyani 2 ABSTRAK Angka remaja menikah di
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN Oleh : Esti Ratnasari dan Muhammad Khadziq Abstrak
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Novi Dewi Saputri 201410104171 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO Andesia Maliana Akademi Kebidanan Gemilang Husada andesia.maliana@yahoo.com
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU DROP OUT KB DI DESA CARINGIN KABUPATEN PANDEGLANG BANTEN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU DROP OUT KB DI DESA CARINGIN KABUPATEN PANDEGLANG BANTEN Rery Kurniawati D.I Yayah Rokayah 2,2 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Banten e-mail:
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam tujuan pembangunan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam tujuan pembangunan Millenium (MDG s), tepatnya pada tujuan ke-4 dan tujuan ke-5, yaitu menurunkan angka kematian anak dan
Lebih terperinciABSTRAK. : Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Pemberian, Imunisasi Dasar. Nuur Octascriptiriani Rosdianto
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU YANG MEMILIKI BAYI TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DI KELURAHAN TIPAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS TIPAR KOTA SUKABUMI Nuur Octascriptiriani Rosdianto ABSTRAK
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA
PENELITIAN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA Sutarmi*, Mardiana Zakir** WHO memperkirakan resiko klematian akibat kehamilan dan persalinandi usia 15 sampai 19 tahun 2 kali
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013
JURNAL KEBIDANAN Vol 1, No 2, Juli 2015: 57-62 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 Ana Mariza
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masa kehamilan merupakan masa periode awal kehidupan atau biasa disebut
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa kehamilan merupakan masa periode awal kehidupan atau biasa disebut 1000 Hari Pertama Kehidupan. Periode ini juga sering disebut periode sensitif. Perkembangan
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN
HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014 Nia¹, Lala²* ¹Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima
Lebih terperinciGASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )
GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 (633-646) HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PRIA TENTANG KELUARGA BERENCANA DENGAN PERILAKU PRIA DALAM BERPARTISIPASI MENGGUNAKAN METODE KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG IMUNISASI TT DENGAN KELENGKAPAN PEMBERIAN IMUNISASI TT DI DESA BALUN KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG IMUNISASI TT DENGAN KELENGKAPAN PEMBERIAN IMUNISASI TT DI DESA BALUN KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN Tri Handiyah C*, Ilkafah**, Cucuk Rahmadi***......ABSTRAK.......
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS Wiwin Hindriyawati 1, Rosalina 2,Wahyuni 2 INTISARI Latar Belakang: Prevalensi
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 1 TAHUN DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 1 TAHUN DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA Lilis Afrikayanti 1, Ninuk Sri Hartini 2, Sri Rahayu 3
Lebih terperinciEko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK
Volume 1, Nomor 1, Juni 2016 HUBUNGAN STATUS IMUNISASI, STATUS GIZI, DAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI BALAI PENGOBATAN UPTD PUSKESMAS SEKAR JAYA KABUPATEN OGAN KOM ERING ULU TAHUN
Lebih terperinciErma Prihastanti, Puji Hastuti Prodi DIII Kebidanan Purwokerto Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang
HUBUNGAN PEKERJAAN, STATUS EKONOMI, PENDIDIKAN IBU HAMIL DENGANPENGETAHUAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID DI PUSKESMAS BATURRADEN II KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2014 Erma Prihastanti, Puji
Lebih terperinciEka Sofiyatul Luthfiyah Zebua ABSTRAK
Gambaran Sikap Remaja Putri Kelas XI Tentang Perkawinan Usia Muda Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi di SMA Negeri 1 Waled Tahun 2013 Eka Sofiyatul Luthfiyah Zebua ABSTRAK dr. Endang
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN Hajar Nur Fathur Rohmah, Ida Fitriana Akademi Kebidanan YAPPI Sragen ABSTRAK Latar Belakang: Keluarga Berencana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. wanita dalam usia reproduksi yaitu usia tahun baik yang berstatus kawin, janda maupun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita usia subur (WUS) berdasarkan konsep Departemen Kesehatan (2003) adalah wanita dalam usia reproduksi yaitu usia 15-49 tahun baik yang berstatus kawin,
Lebih terperinciHUBUNGAN KELOMPOK UMUR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMILIHAN JENIS ALAT KONTRASEPSI DI DESA PADAMUKTI KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG
33 HUBUNGAN KELOMPOK UMUR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMILIHAN JENIS ALAT KONTRASEPSI DI DESA PADAMUKTI KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG Abstrak Ratih Ruhayati, S.ST, M.Keb Alat Kontrasepsi
Lebih terperinciBAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menganalisis data sekunder dari hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia ( SDKI) tahun 2007, dengan menggunakan
Lebih terperinciOleh : Noviyanti, Indria Astuti, dan Siska Erniawati Stikes Jendr.A. Yani Cimahi
Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan KB Hormonal Jenis Pil Dan Suntik Pada Akseptor KB Hormonal Golongan Usia Resiko Tinggi Di Puskesmas Cipageran Cimahi Utara Bulan Juli - Agustus 2010 ABSTRAK
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008
11 HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008 Novie E. Mauliku, Nurbaeti, Indrianti Windaningsih ABSTRAK Latar Belakang
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA Afroh Fauziah 1,Sudarti 2 INTISARI Latar Belakang:Angka Kematian Bayi
Lebih terperinciANALISIS EPIDEMIOLOGI HIV AIDS DI KOTA BANDUNG DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG
ANALISIS EPIDEMIOLOGI HIV AIDS DI KOTA BANDUNG DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG KEBIJAKAN DALAM PERMENKES 21/2013 2030 ENDING AIDS Menurunkan hingga meniadakan infeksi baru Menurunkan hingga meniadakan kematian
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN
PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA PETUGAS PROGRAM TB PARU TERHADAP PENEMUAN KASUS BARU DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Ratna Dewi Husein *, Tumiur Sormin ** Penemuan kasus penderita
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN KEIKUTSERTAAN IBU MELAKUKAN IVA TEST DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN KEIKUTSERTAAN IBU MELAKUKAN IVA TEST DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA Lesse Maharsie, Indarwati Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta ABSTRAK
Lebih terperinciHubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur
Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur Ranti Lestari 1, Budiman 2 1.Dosen Akademi Kebidanan Cianjur Email : Ranti
Lebih terperinciPERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE
PENELITIAN PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE Andreas A.N*, Titi Astuti**, Siti Fatonah** Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang abnormal, ditandai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik penting di bidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik penting di bidang kesehatan yang mendapat perhatian dari berbagai pihak, baik di dalam maupun luar negeri. Meluasnya
Lebih terperinciNisa khoiriah INTISARI
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0 2 TAHUN DI DESA TURSINO KECAMATAN KUTOARJO KABUPATEN PURWOREJO Nisa khoiriah INTISARI
Lebih terperinciPuskesmas Bilalang Kota Kotamobagu
Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Imunisasi Campak Pada Bayi Di Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu Indriyati Mantang 1, Maria Rantung 2, FreikeLumy 3 1,2,3 Jurusan Kebidanan Polekkes Kemenkes Manado
Lebih terperinciKesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon
Serambi Saintia, Vol. V, No. 1, April 2017 ISSN : 2337-9952 Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon Maya Maulida Fitri 1, Masyudi 2 1,2) Fakultas Kesehatan Masyarakat USM Email: masyudi29@gmail.com
Lebih terperinciOleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PANONGAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK Pemberian
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN
ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 Yeti Yuwansyah Penggunaan alat kontrasepsi sangat
Lebih terperinciHUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB
HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB Risneni 1) dan Helmi Yenie 2) 1) 2) Jurusan Kebidanan poltekkes kemenkes Tanjngkarang Abstrak. Rekapitulasi
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN DENGANSIKAP REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN USIA DINI DI DESA CIWARENG KECAMATAN BABAKAN CIKAO KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2011
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGANSIKAP REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN USIA DINI DI DESA CIWARENG KECAMATAN BABAKAN CIKAO KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2 Oleh : Sri Yuniarti, Tri Setiowati, Siti Aisyah STIKES Jenderal
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap
16 BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Tuhan kepada Pasangan Suami Isteri (PASUTRI). Semua pasangan suami isteri mendambakan kehadiran anak ditengah-tengah
Lebih terperinciOleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK
HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DI DALAM RUMAH TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS TALAGA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016 Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam
Lebih terperinciBAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
24 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi analitik terhadap data dasar sekunder dari Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) tahun 2007. Desain penelitian yang digunakan
Lebih terperinciProdi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juli 2013 Natalia Indri Rahayu B10 034 TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER I DAN TRIMESTER II TENTANG IMUNISASI TETANUS TOKSOID
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk itu. Perkawinan merupakan faktor untuk membina kerja sama antara laki-laki dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan sunnah Rasulullah Saw kepada umatnya. Beliau menganjurkan agar segera menikah apabila telah sampai pada masanya dan ada kemampuan untuk
Lebih terperinciGLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PEMERIKSAAN IVA (INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT) DALAM DETEKSI DINI KANKER SERVIKS PADA PASANGAN USIA SUBUR Retno Palupi Yonni Siwi (STIKes Surya Mitra Husada Kediri)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan melaksanakan upaya dalam peningkatan kesehatan ibu dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program MDGs atau Program Tujuan Pembangunan Millineum yang kelima merupakan peningkatan kesehatan ibu di Indonesia. Departemen Kesehatan melaksanakan upaya dalam peningkatan
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA Nova Yulita Sellia Juwita Universitas Abdurrab Jl. Riau Ujung No 73 Pekanbaru 085376039565 nova.yulita@univrab.ac.id
Lebih terperinciAgus Byna 1, Laurensia Yunita 2, Indah Ratna Sari * *Korespondensi Penulis, Telepon : ,
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA - TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KUNJUNGAN KEHAMILAN K4 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI JINGAH BANJARMASIN Agus Byna 1, Laurensia Yunita 2, Indah Ratna Sari
Lebih terperinciBAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1 Analisis Univariat Analisis univariat ini dilakukan untuk memperoleh gambaran pada masing-masing variabel independen maupun varibel dependen.
Lebih terperinciAnalisis Faktor yang Berhubungan dengan Rendahnya Kunjungan (K4) Ibu Hamil di Puskesmas Bambu Apus, Jakarta Timur
Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Rendahnya Kunjungan (K4) Ibu Hamil di Puskesmas Bambu Apus, Jakarta Timur Analysis of Factors Associated with Low Visits (K4) Pregnant Women in Health Center Bambu
Lebih terperinciVolume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TM III TENTANG PERSIAPAN PERSALINAN DENGAN PROGRAM JAMPERSAL DI BPM SRI HANDAYANI WELAHAN JEPARA Ummi Haniek 1 INTISARI Salah satu di antara beberapa penyebab terlambatnya
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN DETEKSI DININ FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTABARU KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2013
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN DETEKSI DININ FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTABARU KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2013 Tri Tunggal 1, Syamsuddin Alan 2, Hj.Chairiyah 3 ABSTRAK
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PEMERIKSAAN IVA DI DUSUN POTORONO BANGUNTAPAN I KABUPATEN BANTUL
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PEMERIKSAAN IVA DI DUSUN POTORONO BANGUNTAPAN I KABUPATEN BANTUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Nurhidayah 201510104339 PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh HIV (Human Immune Deficiency Virus), relatif mudah menular dan mematikan.
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. Pada analisis ini, variabel yang akan dieksplorasi adalah variabel kejadian
73 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Analisis univariat Pada analisis ini, variabel yang akan dieksplorasi adalah variabel kejadian kehamilan tidak diinginkan, variabel kegagalan kontrasepsi termasuk jenis metode
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PROGRAM PREVENTION OF MOTHER TO CHILD TRANSMISSION
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PROGRAM PREVENTION OF MOTHER TO CHILD TRANSMISSION OF HIV (PMTCT) OLEH IBU HAMIL DI PUSKESMAS HALMAHERA KOTA SEMARANG Dhenok Hajeng Prihestu Leksono, Siti
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR Dedes Fitria 1, Sinta Nuryati 2 1 Poltekkes Kemenkes Bandung 2 Poltekkes Kemenkes
Lebih terperinciTINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DI PUSKESMAS KEDUNG MUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG
TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG URANGAN ENERGI KRONIK () DI PUSKESMAS KEDUNG MUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG Shinta Ika Sandhi 1, Asmanah 2 Akademi Kebidanan Uniska Kendal Email: shinta86harnuddin82@gmail.com
Lebih terperinciHUBUNGAN MOTIVASI DAN PERAN KELUARGA DENGAN TINDAKAN MENDAPATKAN IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI DI
HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERAN KELUARGA DENGAN TINDAKAN MENDAPATKAN IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL MERAH II KOTA JAMBI TAHUN 2016 RELATION BETWEEN MOTIVASION AND FAMILY S SUPPORT
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TENGAL ANGUS KABUPATEN TANGERANG
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TENGAL ANGUS KABUPATEN TANGERANG Irma Puspita Puji Astuti, Intan Silviana M, SKM, MPH Abstrak Penyakit diare
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Nazwar Hamdani Rahil INTISARI Latar Belakang : Kecenderungan
Lebih terperinciHubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu
Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu Ainy M. Pakasi 1, Berthina H. Korah 2, Henry S. Imbar 3 1. D IV Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado 2. Jurusan
Lebih terperinciFaktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Jaya Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Jaya Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Khahfie Ramadhan Al Khaidar, Sri Janatri, S.Kp., M.Kep Abstrak Penelitian
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PENGOBATAN PADA WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PENGOBATAN PADA WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA Arlyana Hikmanti 1, Fauziah Hanum Nur Adriani 2 STIKES Harapan Bangsa Purwokerto email : arlyana_0610@yahoo.com
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015.
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 Oleh : Suyanti ABSTRAK Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan yang
Lebih terperinciPromotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal 1-6 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN EFEKTIVITAS JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DI RSUD ANUNTALOKO PARIGI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN EFEKTIVITAS JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DI RSUD ANUNTALOKO PARIGI Sudirman Bagian Administrasi Dan Kebijakan Kesehatan FKM Unismuh Palu ABSTRAK Kesehatan adalah hak
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) MAHASISWI
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) MAHASISWI Friska Wulandari 1, Suci Musvita Ayu 2 1,2 Fakultas Kesehatan masyarakat, universitas Ahmad dahlan,
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014
HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014 Herlina 1, *Resli 2 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA MAHASISWA AKBID TINGKAT I STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2014
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA MAHASISWA AKBID TINGKAT I STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh: Inna Antriana, S.SiT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tetanus maternal dan neonatal merupakan salah satu penyebab kematian pada ibu dan neonatal akibat persalinan dan penanganan tali pusat yang tidak bersih. Tetanus Neonatorum
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH JURNAL SKRIPSI Diajukanuntuk melengkapi tugas dan memenuhi
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN
PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KOTA BANDAR LAMPUNG Nadia Ulfa Taradisa*,Tumiur Sormin **, Musiana** *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang
Lebih terperinciPromotif, Vol.7 No.1, Juli 2017 Hal 51-59
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU WUS (WANITA USIA SUBUR) TENTANG DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM METODE IVA (INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT) DI PUSKESMAS SINGGANI 1 Niar Rasyid, 2 Nur Afni 1
Lebih terperinciEka Fauzia Laila ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA ANAK 1-2 TAHUN DI KELURAHAN BENTENG WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENTENG KOTA SUKABUMI Eka Fauzia Laila ABSTRAK AKB dan AKABA di Indonesia
Lebih terperinciHubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kehamilan Risiko Tinggi
Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kehamilan Risiko Tinggi Sandra Maria Corneles 1, Fredrika N. Losu 2 1,2,.Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado ABSTRAK Latar Belakang
Lebih terperinciSuci Trisnawaty Djunu, Dian Saraswati, Vik Salamanja 1 Jurusan S1 Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI SUAMI TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PENERAPAN BREASTFEEDING FATHER DI KELURAHAN TUNGGULO KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2014 Suci Trisnawaty Djunu, Dian Saraswati,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian Eksplanatory dengan metode survei dan menggunakan desain Cross sectional. Rancangan penelitian ini termasuk
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANC DENGAN KUNJUNGAN ANC DI PUSKESMAS GALUR 2 KULON PROGO DWI SURYANDARI INTISARI
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANC DENGAN KUNJUNGAN ANC DI PUSKESMAS GALUR 2 KULON PROGO DWI SURYANDARI INTISARI Latar Belakang : Angka kematian ibu (AKI) sebagai salah satu indikator kesehatan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI Dian Pratitis, Kamidah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta
Lebih terperinciPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TATANAN RUMAH TANGGA
Prosiding SNaPP2012 : Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TATANAN RUMAH TANGGA DI KELURAHAN UTAMA KECAMATAN CIMAHI SELATAN KOTA CIMAHI 1 Budiman, 2 Dedi
Lebih terperinciBAB IV PERENCANAAN TUGAS DALAM PELAKSANAAN KURSUS CALON PENGANTIN (SUSCATIN)
BAB IV PERENCANAAN TUGAS DALAM PELAKSANAAN KURSUS CALON PENGANTIN (SUSCATIN) Perencanaan sebagai salah satu fungsi manajemen, merupakan fungsi yang pertama dan utama. Setiap organisasi dalam setiap tugasnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Karromna (2014) yang berjudul Persepsi Orang Tua Tentang Imunisasi Tambahan pada Bayi di BPS Ny. M Amd.Keb Desa Kalirejo
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN KONSELING TERHADAP PENGETAHUAN DAN MINAT PENGGUNA KONTRASEPSI MAL DI PONET GROBOGAN GROBOGAN JAWA TENGAH
PENGARUH PEMBERIAN KONSELING TERHADAP PENGETAHUAN DAN MINAT PENGGUNA KONTRASEPSI MAL DI PONET GROBOGAN GROBOGAN JAWA TENGAH Endah Purwaningsih 1), Saifudin Zukhri 2), Atikah Rachmawati 3) STIKES Muhammadiyah
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN ANAK TENTANG MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI SDN 001 TERATAK KECAMATAN RUMBIO JAYA TAHUN 2015
HUBUNGAN PENGETAHUAN ANAK TENTANG MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI SDN 001 TERATAK KECAMATAN RUMBIO JAYA TAHUN 2015 Syafriani Lecturer STIKes Tambusai Riau Syafrianifani@ymail.com ABSTRAK Menurut
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan
III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu dengan variabel independen dan dependen dinilai sekaligus
Lebih terperinciFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Ibu Balita Dalam KegiatanPosyandu Di Provinsi Lampung (Analisis Lanjut Data Riskesdas Tahun 2010)
KegiatanPosyandu Di Provinsi Lampung (Analisis Lanjut Data Riskesdas Tahun 2010) Silvia Anggraini Dosen Tetap Akbid Nadira Bandar Lampung ABSTRAK Posyandu merupakan langkah yang cukup strategis dalam rangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan. Tidak heran, saat ini kanker serviks menduduki urutan kedua dari penyakit kanker yang menyerang perempuan
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN Danik Dwiyanti, Erni Susilowati Akademi Kebidanan YAPPI
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
150 BAB VIII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Penelitian yang berjudul Determinan unmet need Keluarga Berencana di Indonesia memiliki tujuan utama yaitu untuk menjawab mengapa terjadi kenaikan tingkat
Lebih terperinciFAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA KARYAWATI UNSIKA TAHUN 2013
Jurnal Ilmiah Solusi Vol. 1 No.1 Januari Maret 2014: 55-63 FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA KARYAWATI UNSIKA TAHUN 2013 Sri Rahayu dan Nelly Apriningrum Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciHeni Hendarsah Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR YANG SUDAH MENIKAH DENGAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DI DESA SUKARAME KECAMATAN SUKARAME KABUPATEN TASIKMALAYA 34 Heni Hendarsah klmkomputer@gmail.com Universitas
Lebih terperinciOleh : Eti Wati ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG PADA PUS DI DESA KANCANA WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIKIJING KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 Oleh : Eti Wati ABSTRAK
Lebih terperinci