HUBUNGAN STATUS GIZI, POLA KONSUMSI PANGAN, DAN GAYA HIDUP TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PRIA DEWASA PERDESAAN ANGGA PRASTYO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN STATUS GIZI, POLA KONSUMSI PANGAN, DAN GAYA HIDUP TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PRIA DEWASA PERDESAAN ANGGA PRASTYO"

Transkripsi

1 1 HUBUNGAN STATUS GIZI, POLA KONSUMSI PANGAN, DAN GAYA HIDUP TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PRIA DEWASA PERDESAAN ANGGA PRASTYO DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2 2

3 3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Status Gizi, Pola Konsumsi Pangan, dan Gaya Hidup terhadap Tekanan Darah pada Pria Dewasa Perdesaan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2015 Angga Prastyo NIM I

4 4

5 5 ABSTRAK ANGGA PRASTYO. Hubungan Status Gizi, Pola Konsumsi Pangan, dan Gaya Hidup terhadap Tekanan Darah pada Pria Dewasa Perdesaan. Dibimbing oleh ALI KHOMSAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara status gizi, pola konsumsi pangan, dan gaya hidup terhadap tekanan darah pada pria dewasa pedesaan. Penelitian ini dilakukan di Desa Sukamantri, Kecamatan Karan Tengah, Kabupaten Cianjur. Desain studi yang digunakan yaitu cross-sectional study dengan jumlah contoh sebanyak 56 orang. Hasil analisis deskriptif menunjukkan status gizi contoh 62.5% tergolong normal dan 19.6% tergolong berlebih. Contoh yang melakukan aktivitas fisik berat sebanyak 80.5% dan lebih dari setengah contoh (55.4%) memiliki kebiasaan aktivitas fisik yang tinggi. Contoh memiliki kebiasaan sering mengonsumsi kopi dengan prevalensi 66.1%. Selain itu 73.2% contoh juga sering mengonsumsi makanan berlemak. Uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan (p>0.05) antara status gizi dengan tekanan darah serta gaya hidup dengan tekanan darah. Terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan berlemak dengan tekanan darah (p<0.05). Kata kunci: gaya hidup, pola konsumsi pangan, pria dewasa perdesaan, status gizi, tekanan darah. ABSTRACT ANGGA PRASTYO. Association of Nutritional Status, Food Pattern, and Life Style on Blood Pressure in Rural Adult Men. Supervised by ALI KHOMSAN The research was aimed to study relationship between nutritional status, food pattern, and lifestyle of blood pressure in rural adult men. This research was conducted in the village of Sukamantri, Karang Tengah District, Cianjur. The study used cross-sectional study design with 56 adult men as the subjects. Descriptive analysis showed 62.5% nutritional status of subjects is classified as normal and 19.6% classified as overweight. The subjects who has mild physical activity was 80.5%, and more than a half of the subjects (55.4%) had high physical activity. The prevalence of coffee consumption of subjects was 66.1%. Moreover subjects also frequently eat fatty foods (73.2%). Spearman correlation test showed that there was no significant correlation (p> 0.05) between nutritional status and lifestyle with blood pressure. There was a significant correlation between the consumption of fatty foods with blood pressure (p <0.05). Key words: blood pressure, food pattern, lifestyle, nutritional status, rural adult men.

6 6

7 7 HUBUNGAN STATUS GIZI, POLA KONSUMSI PANGAN, DAN GAYA HIDUP TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PRIA DEWASA PERDESAAN ANGGA PRASTYO Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

8 8

9 9 Judul Skripsi: Hubungan Status Gizi, Pola Konsumsi Pangan, dan Gaya Hidup terhadap Tekanan Darah pada Pria Dewasa Perdesaan Nama : Angga Prastyo NIM : I Disetujui oleh Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS Pembimbing Diketahui oleh Dr. Rimbawan Ketua Departemen Tanggal Disetujui:

10 10

11 11 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subahanahu wa ta ala atas segala karunia-nya yang telah diberikan sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dengan judul Hubungan Status Gizi, Pola Konsumsi Pangan, dan Gaya Hidup terhadap Tekanan Darah pada Pria Dewasa Perdesaan. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan M.S selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen pembimbing akademik yang telah membimbing, memberikan ilmu dan memberi saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang telah memberikan ulasan dan saran untuk perbaikan skripsi ini. 3. Orangtua tercinta (ayahanda Nugroho dan ibunda Suyatini) dan adik tercinta Nurjanah Shinta Anggraini dan Lieke Ningrum Amiluhur yang telah memberikan doa dan kasih sayang, serta motivasi yang telah diberikan selama penulisan skripsi ini. 4. dr. Naufal Muharram Nurdin, S.Ked, M.S yang telah berkenan mengizinkan penulis untuk mengikuti penelitian bersama tentang Metabolik Sindrom di Kabupaten Cianjur. 5. Pembahas seminar (Riza Septia U, Shabira Utami P E, Laeli Nur Fitriani, dan Rahma Perdana Ridha) atas saran dalam penyempurnaan skripsi ini. 6. Keluarga besar Departemen Gizi Masyarakat, sahabat-sahabat GM 48 serta GM 47, 49 dan 50 yang telah menjadi keluarga penulis di Institut Pertanian Bogor. 7. Pengurus ILMAGI 2014 dan PHN ILMAGI 2014 yang selalu memberi motivasi kepada penulis untuk menjadi lebih baik. 8. Sahabat-sahabat tersayang (Iwa, Erin, Vero, Kamal, Ichsan, Ajeng, Ade, Ina, Ayu, Adi, Bira, Dora, dan Gita) yang telah memberikan dukungan dan doanya. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2015 Angga Prastyo

12 12

13 13 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR iv DAFTAR LAMPIRAN iv PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 2 Rumusan Masalah 3 Hipotesis 3 Manfaat 3 KERANGKA PEMIKIRAN 4 METODE 5 Desain, Waktu, dan Lokasi 5 Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6 Pengolahan dan Analisis Data 8 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Gambaran Umum Kabupaten Cianjur 9 Karakteristik Contoh 9 Gaya Hidup 11 Pola Konsumsi Pangan 14 Status Gizi 16 Tekanan Darah 16 Hubungan Karakteristik Contoh terhadaptekanan Darah 18 Hubungan Status Gizi terhadap Tekanan Darah 18 Hubungan Pola Konsumsi Pangan terhadap Tekanan Darah 19 Hubungan Gaya Hidup terhadap Tekanan Darah 20 SIMPULAN DAN SARAN 22 Simpulan 22 Saran 23 DAFTAR PUSTAKA 23 LAMPIRAN 27 RIWAYAT HIDUP 35

14 14 DAFTAR TABEL 1. Variabel dan Cara Pengumpulan Data 6 2. Karakteristik Contoh Kebiasaan Merokok Contoh Kebiasaan Aktivitas Fisik Berat Contoh Tingkat Aktivitas Fisik Contoh Rata-rata Alokasi Waktu Aktivitas Fisik dalam Sehari Konsumsi Pangan Contoh Status Gizi Contoh Kategori Tekanan Darah Contoh 17 DAFTAR GAMBAR 1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Hubungan antara Status Gizi, Pola Konsumsi Pangan dan Gaya Hidup terhadap Tekanan Darah 5 DAFTAR LAMPIRAN 1. Kuesioner 27

15 15

16

17 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyebab utama kematian di dunia saat ini tidak lagi didominasi oleh penyakit menular namun telah bergeser pada penyakit tidak menular yang menjadi faktor utama. Dilaporkan oleh Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO SEARO), penyakit tidak menular menjadi penyebab utama kematian pada tahun 2002 yaitu sebesar 58.5% dan menjadi beban penyakit dunia sebesar 45.9%, jauh lebih tinggi dibandingkan kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak menular yang hanya 39%. Penyakit tidak menular diperkirakan akan meningkat menjadi 73% pada tahun 2020 sebagai penyebab kematian dan meningkatkan beban penyakit dunia sebesar 60%. Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan pada tahun 2008 kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskular di dunia sebesar 17 juta per tahun, hampir mencapai sepertiga dari total kematian di dunia. Salah satu penyakit tidak menular yang memiliki prevalensi tertinggi di dunia adalah tekanan darah tinggi atau hipertensi. Hipertensi telah menjadi faktor resiko tertinggi penyakit cardiovascular disease (CVD) dan meningkatkan masalah kesehatan dunia (common health problem worldwide) yang disebabkan karena obesitas, aktivitas fisik yang rendah, serta diet yang tidak sehat. Penderita hipertensi di dunia hampir 1 milyar orang atau 1 dari 4 orang dewasa (sekitar 26%) dan diperkirakan akan meningkat jumlahnya menjadi 29% pada tahun 2025 (WHO 2003). Pada tahun 2008, kematian akibat komplikasi hipertensi yaitu sebesar 9.4 juta per tahun di seluruh dunia. Hipertensi juga berkontribusi 45% dari kematian akibat penyakit jantung serta 51% kematian akibat stroke. Penderita hipertensi terbanyak yaitu terdapat di negara-negara dengan pendapatan rendah hingga sedang (WHO 2013). Peningkatan penderita hipertensi ini tidak hanya terjadi di negara maju namun juga banyak terjadi di negara berkembang. Salah satu negara yang memiliki prevalensi hipertensi tertinggi yaitu Indonesia. Di Indonesia, hipertensi merupakan penyebab utama kematian nomor 3 mencapai 6.7% dari populasi kematian pada semua umur, setelah stroke dan tuberkulosis. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas yaitu sebesar 29.8%. Pada Riskesdas tahun 2013, terjadi penurunan prevalensi hipertensi menjadi 25.8%. Namun, terjadi peningkatan prevalensi hipertensi pada kelompok umur dewasa tahun yaitu sebesar 12.5% pada tahun 2007 menjadi 15% pada tahun Kejadian hipertensi banyak ditemukan pada orang berusia lebih dari 40 tahun. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami peningkatan tekanan. Semakin tinggi tekanan dalam pembuluh darah, jantung harus lebih keras bekerja untuk memompa darah, dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan serangan jantung, gagal jantung, hingga kematian (WHO 2013). Dengan kata lain, hipertensi adalah kondisi dimana tekanan darah melebihi batas normal. Menurut WHO, seseorang dikatakan menderita hipertensi apabila tekanan darah sistolik 140 mmhg dan diastolik 90 mmhg.

18 2 Satu dari enam orang dewasa mengalami hipertensi. Dan hanya seperempatnya saja yang sadar akan kondisi mereka dan mengontrol hipertensinya (Wu et al. 2008). Pola makan yang buruk seperti konsumsi gula, garam, dan lemak jenuh yang tinggi, serta gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, konsumsi alkohol, dan aktivitas fisik yang rendah, telah diidentifikasi sebagai faktor resiko utama penyebab penyakit kardiovaskular dan penyakit tidak menular lainnya (Awosan et al. 2014). Selain itu, status gizi juga menjadi salah satu faktor resiko hipertensi, terutama seorang yang memiliki status gizi berlebih (overweight dan obes). Quasem et al. (2001) menyebutkan bahwa seorang yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) lebih dari kg/m 2 beresiko 2.4 kali lebih besar terkena hipertensi dibandingkan dengan seorang dengan IMT kurang dari kg/m 2. Faktor jenis kelamin juga berkaitan dengan kejadian hipertensi. Pria memiliki resiko lebih besar terkena hipertensi dibandingkan wanita. Hal tersebut dikarenakan faktor gaya hidup seperti merokok dan konsumsi alkohol yang lebih banyak dilakukan oleh pria dibandingkan wanita. Selain itu, pada wanita terdapat hormon estrogen yang berperan sebagai antioksidan. Plak di dinding nadi pembuluh darah akan mudah ditembus oleh LDL jika dalam kondisi teroksidasi. Peranan estrogen sebagai antioksidan yaitu mencegah proses oksidasi LDL, sehingga kemampuan LDL untuk menembus plak dinding pembuluh darah akan berkurang (Khomsan 2004). Faktor gaya hidup diduga telah menjadi penyebab peningkatan kasus penyakit tidak menular di Indonesia, termasuk hipertensi. Prevalensi merokok nasional terus meningkat dari tahun ke tahun, yaitu sebesar 34.2% pada tahun 2007, 34.7% pada tahun 2010, dan 36.3% pada tahun Pola makan di Indonesia saat ini masih tergolong buruk. Masyarakat Indonesia masih sangat kurang mengonsumsi buah dan sayur. Berdasarkan laporan Riskesdas tahun 2007 dan 2010, proporsi rata-rata nasional yang berperilaku kurang konsumsi sayur dan atau buah sebesar 93.6% pada tahun 2007 dan 93.5% pada tahun Proporsi tersebut tergolong sangat tinggi dan tidak terdapat perubahan yang signifikan antara tahun 2007 dan Masih rendahnya penelitian tentang prevalensi hipertensi dan kaitannya dengan pola makan dan gaya hidup pada masyarakat perdesaan di Indonesia terutama pada kelompok umur tertentu, membuat peneliti tertarik untuk menganalisis hubungan status gizi, pola konsumsi pangan, dan gaya hidup terhadap kejadian hipertensi pada pria dewasa perdesaan di negara ini. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat dan dapat membantu dalam mengembangkan IPTEK di Indonesia. Tujuan Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan status gizi, pola konsumsi pangan, dan gaya hidup terhadap tekanan darah pada pria dewasa perdesaan.

19 3 Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu: 1. Mengidentifikasi pola konsumsi pangan pada pria dewasa perdesaan 2. Mengidentifikasi gaya hidup pada pria dewasa perdesaan 3. Mengidentifikasi status gizi pada pria dewasa perdesaan 4. Mengidentifikasi kejadian hipertensi pada pria dewasa perdesaan 5. Menganalisis hubungan antara status gizi, pola konsumsi pangan, dan gaya hidup terhadap tekanan darah pada pria dewasa perdesaan Rumusan Masalah Pola konsumsi pangan telah diketahui berpengaruh terhadap status gizi sesorang. Tidak hanya itu, banyak penelitian yang telah menyebutkan bahwa pola konsumsi pangan sangat berhubungan dengan berbagai penyakit tidak menular, salah satunya hipertensi. Begitu pula dengan gaya hidup yang telah diketahui kaitannya terhadap kejadian suatu penyakit. Telah terdapat beberapa penelitian yang menganalisis hubungan antara pola konsumsi pangan, status gizi dan gaya hidup terhadap kejadian hipertensi di berbagai negara, terutama di negara-negara maju. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab hubungan antara status gizi, pola konsumsi pangan dan gaya hidup terhadap kejadian hipertensi pada pria dewasa perdesaan karena masih sedikitnya penelitian semacam ini di negara berkembang seperti Indonesia. Hipotesis 1. Terdapat hubungan positif antara pola konsumsi pangan terhadap kejadian penyakit hipertensi. 2. Terdapat hubungan positif antara gaya hidup terhadap kejadian penyakit hipertensi. 3. Terdapat hubungan positif antara status gizi terhadap kejadian penyakit hipertensi. Manfaat Menfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu untuk memberikan informasi tentang prevalensi penyakit hipertensi pada pria dewasa perdesaan di Indonesia, karena kejadian hipertensi merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit degenaratif. Selain itu, manfaat lain yang diharapkan yaitu untuk memberikan informasi tentang status gizi, pola konsumsi pangan, dan gaya hidup yang berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada pria dewasa. Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan rekomendasi untuk masyarakat agar dapat hidup sehat, menjaga status gizi, mengonsumsi pangan yang beragam, begizi dan berimbang serta menerapkan gaya hidup yang sehat supaya terhindar dari penyakit hipertensi sehingga dapat mengurangi prevalensi hipertensi di Indonesia.

20 4 KERANGKA PEMIKIRAN Penyakit tidak menular merupakan salah satu faktor utama penyebab kematian di dunia. Semakin berkembangnya zaman, angka kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak menular semakin tinggi dibandingkan dengan penyakit menular. Berbagai penyakit tidak menular ini menjadi masalah kesehatan bersama di dunia. Salah satu penyakit tidak menular yang semakin tinggi prevalensinya di berbagai negara yaitu tekanan darah tinggi atau hipertensi. Menurut WHO, pada tahun 2003 saja, prevalensi hipertensi di dunia telah mencapai hampir 1 milyar orang atau sekitar 26% dari total populasi manusia di bumi. Prevalensi hipertensi tertinggi paling banyak terdapat di negara-negara maju. Namun, saat ini negara-negara berkembang juga telah berkontribusi dalam meningkatkan prevalensi hipertensi di dunia, salah satunya adalah Indonesia. Di Indonesia, prevalensi hipertensi telah mencapai 29.8% pada tahun 2007 dan 25.8% pada tahun 2013 (Riskesdas 2007 & 2013). Prevalensi tersebut tergolong tinggi. Kejadian hipertensi telah diidentifikasi berkaitan langsung dengan gaya hidup dan pola diet. Perubahan gaya hidup yang semakin tidak sehat menyebabkan meningkatnya kejadian penyakit tidak menular, termasuk hipertensi. Gaya hidup yang buruk seperti konsumsi alkohol, merokok dan aktivitas fisik yang rendah menjadi faktor resiko hipertensi. Sementara itu, pola diet yang buruk tidak hanya berpengaruh terhadap status gizi namun juga terhadap resiko penyakit, terutama penyakit degeneratif. Hipertensi yang merupakan salah satu penyakit degeneratif telah dibuktikan kejadiaannya berhubungan dengan pola diet. Diet yang buruk seperti konsumsi tinggi gula, tinggi garam, tinggi kolesterol dan lemak jenuh dapat meningkatkan resiko hipertensi pada seseorang. Pola makan yang salah dan tidak sehat dapat berdampak pada status gizi. Kejadian hipertensi juga berkaitan dengan status gizi seseorang. Orang yang memiliki status gizi berlebih, overweight atau obesitas memiliki resiko hipertensi yang lebih tinggi dibandingkan orang dengan status gizi normal. Quasem et al. (2001) menyebutkan bahwa seorang yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) lebih dari kg/m 2 beresiko 2.4 kali lebih besar terkena hipertensi dibandingkan dengan seorang dengan IMT kurang dari kg/m 2. Selain itu, faktor jenis kelamin juga berkaitan dengan kejadian hipertensi. Beberapa studi membuktikan bahwa pria memiliki resiko hipertensi lebih tinggi dibandingkan wanita. Hal tersebut dikarenakan gaya hidup pria yang buruk seperti merokok dan konsumsi alkohol. Jika dibandingkan dengan wanita, prevalensi merokok dan konsumsi alkohol pada pria lebih tinggi.

21 5 Gaya hidup Pola konsumsi pangan Genetik Status gizi Tekanan Darah Keterangan : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Hubungan antar variabel yang dianalisis : Hubungan antar variabel yang tidak dianalisis Gambar 1 Skema kerangka pemikiran analisis hubungan antara status gizi, pola konsumsi pangan dan gaya hidup terhadap tekanan darah. METODE Desain, Waktu, dan Lokasi Penelitian ini menggunakan sebagian data dari penelitian payung yang berjudul Socio-Economic, Demographic, Dietary and Lifestyle Characteristic and the Prevalence of Metabolic Syndrome of Middle Aged Rural People (Nurdin et al. 2015). Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian dilakukan pada bulan November-Desember 2014 bertempat di Desa Sukamantri, Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Populasi dalam penelitian payung sebanyak 112 pasang suami istri berusia tahun yang diperoleh dari Desa Cisalak dan Desa Sukamantri. Populasi contoh dalam penelitian ini yaitu laki-laki dewasa perdesaan yang berusia antara tahun. Contoh dipilih dengan cara purposive menggunakan data penduduk

22 6 dari RT/RW di Desa Sukamantri, Kabupaten Cianjur. Jumlah contoh dalam penelitian ini diambil dari populasi pria dewasa yang sudah diketahui jumlahnya, ditentukan berdasarkan rumus Lemeshow et al. (1997). keterangan: n =Jumlah contoh minimal Z(1-α/2) =Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan tingkat kemaknaan α (untuk α = 0.05 adalah 1.96) N P =Total populasi contoh =Proporsi paparan pada kelompok kasus hipertensi usia tahun pada penelitian di Bali = (Suastika et al. 2011) 1-P =Proporsi paparan pada kelompok kasus normal (tidak hipertensi) = = d =Presisi/tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0.1) Sehingga: Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh menggunakan kuesioner. Variabel-variabel yang diteliti yaitu: 1). Karakteristik individu, yaitu nama, jenis kelamin, usia dan tanggal lahir; 2). Karakteristik sosial ekonomi, yaitu besar keluarga, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan; 3). Pola konsumsi pangan, yaitu makanan tinggi lemak, kebiasaan minum kopi, serta buah dan sayur; 4). Status gizi, yaitu meliputi berat badan, tinggi badan, dan IMT; 5). Gaya hidup, meliputi kebiasaan merokok, tingkat aktivitas fisik dan kebiasaan olahraga; 6). Tekanan darah, meliputi tekanan sistolik dan diastolik. Jenis dan metode pengumpulan data disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1 Variabel dan cara pengumpulan data No. Variabel Kategori Alat Dan Cara Pengumpulan Data 1. Usia (Berk 2005) tahun Wawancara langsung menggunakan kuesioner 2. Jenis kelamin Pria 3. Pekerjaan 1. Tidak Bekerja 2. Petani Wawancara langsung 3. Buruh tani menggunakan 4. Buruh bangunan kuesioner 5. Pedagang 6. PNS/Swasta 7. lainnya

23 7 Tabel 1 Variabel dan cara pengumpulan data (Lanjutan) No. Variabel Kategori 4. Besar keluarga (BKKBN 1998) 5. Tingkat Pendapatan (BPS 2013) 6. Status merokok (Riskesdas 2013) 7. Jumlah rokok yang dihisap(cahyono 2012) 8. Aktivitas fisik (FAO/WHO/UNU 2001) 9. Kebiasaan olahraga (Kemenkes 2011) 10. Frekuensi olahraga (Awosan 2014) 11. Frekuensi konsumsi kopi, makanan berlemak, minuman manis non kemasan, minuman manis kemasan, dan minuman bersoda (Nuryati 2009) 12. Frekuensi konsumsi sayur dan buah (Kemenkes 2014) 1. Kecil ( 4 orang) 2. Sedang (5-6 orang) 3. Besar ( 7 orang) 1. Miskin ( Rp ) 2. Tidak Miskin (> Rp ) 1. Merokok 2. Tidak Merokok 1. Ringan ( 10 batang/ hari) 2. Sedang (11-20 batang/ hari) 3. Berat ( 21 batang/ hari) 1. Rendah (1.40 PAL 1.69) 2. Sedang (1.70 PAL 1.99) 3. Tinggi (2.00 PAL 2.40) 1. Ya 2. Tidak 1. < 3 kali seminggu 2. 3 kali seminggu 1. Sering ( 1kali/hari) 2 Jarang (<1kali/hari) Cukup ( 3 kali/hari) Kurang ( < 3 kali/hari) Alat Dan Cara Pengumpulan Data Wawancara langsung menggunakan kuesioner Semi quantitatif FFQ 13. Indeks massa tubuh 1. Kurus (IMT < 18.5) 2. Normal (18.5 IMT < 25.0) 3. Overweight (25.0 IMT < 27.0) 4. Obesitas (IMT 27.0) Pengukuran fisik menggunakan: Timbangan digital Microtoise 14. Tekanan darah (NIH 2003) 1. Normal (< 120/80 mmhg) 2. Prehipertensi ( /80-89 mmhg) 3. Hipertensi tingkat 1 ( /90-99 mmhg) 4. Hipertensi tingkat 2 ( 160/100 mmhg) Monitor tekanan darah otomatis merk Omron

24 8 Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini berupa editing, coding, cleaning, entry, dan analisis. Data-data yang didapatkan kemudian dikumpulkan untuk dianalisis secara statistik deskriptif menggunakan program komputer Microsoft Excel 2013 dan SPSS 16.0 for Windows. Karakteristik individu terdiri dari nama, jenis kelamin, usia dan tanggal lahir. Karakteristik sosial ekonomi contoh digolongkan atas besar keluarga, tingkat pendapatan, pekerjaan dan pendapatan. Data karakteristik individu dan karakteristik sosial ekonomi diperoleh dari wawancara langsung menggunakan kuesioner. Pola konsumsi pangan contoh diperoleh menggunakan metode semi kuantitatif FFQ (Food Frequency Questionnaire) mengenai makanan sehat, makanan berisiko (minuman manis dan makanan berlemak) dalam satu tahun terakhir. Data yang diperoleh selanjutnya akan diolah menggunakan Microsoft Excel Status gizi contoh dihitung menggunakan IMT dengan mengumpulkan data berat badan, tinggi badan, dan lingkar pinggang. Pengukuran fisik untuk memperoleh data tersebut menggunakan timbangan digital dan stature. Kebiasaan merokok contoh diperoleh dari jawaban yang diberikan kepada contoh menggunakan kuesioner yang meliputi status merokok, jenis rokok, dan jumlah rokok yang dihisap dalam sehari. Selanjutnya kebiasaan minum kopi contoh diperoleh dari jawaban yang diajukan melalui kuesioner yang meliputi status minum kopi, jumlah kopi per cangkir yang diminum dalam sehari, waktu minum kopi, serta jenis kopi yang sering diminum oleh contoh. Aktifitas fisik diukur menggunakan recall aktifitas selama 24 jam. Aktifitas fisik mengekspresikan tingkat aktifitas fisik/physical aktivity level (PAL). PAL diartikan sebagai total energi yang dibutuhkan selama 24 jam dibagi dengan nilai basal metabolik selama 24 jam dari contoh. Berikut adalah adalah kategori PAL menurut FAO (2001): 1. Aktifitas fisik ringan (PAL = ) 2. Aktifitas fisik sedang (PAL = ) 3. Aktifitas fisik berat (PAL = ) Definisi Operasional Aktifitas fisik adalah total aktifitas yang dilakukan contoh selama 24 jam, digunakan untuk menghitung tingkat aktifitas fisik contoh yang dihitung menggunakan PAL. Aktifitas fisik berat adalah aktivitas fisik berat yang dilakukan minimal 30 menit dan rutin 3-5 kali dalam seminggu. Contoh adalah pria dewasa perdesaan berusia tahun di Desa Sukamantri, Kabupaten Cianjur. Hipertensi adalah kondisi tekanan darah sistolik 140 mmhg dan diastolik 90 mmhg. Karakteristik contoh adalah kondisi contoh yang meliputi nama, usia, dan tanggal lahir. Karakteristik sosial ekonomi adalah kondisi sosial ekonomi contoh yang meliputi besar keluarga, tingkat pendapatan, pekerjaan, pendapatan.

25 9 Kebiasaan merokok adalah pola merokok contoh yang hasilnya diperoleh dari wawancara menggunakan kuesioner. Kebiasaan minum kopi adalah jumlah atau volume, frekuensi dan jenis kopi yang dikonsumsi oleh contoh. Gaya hidup adalah kebiasaan hidup seseorang yang terdiri dari perilaku berisiko dan perilaku protektif terhadap kejadian penyakit degeneratif. Gaya hidup menggambarkan kebiasaan merokok, kebiasaan minum kopi, dan aktifitas fisik contoh. IMT adalah metode yang digunakan untuk menentukan status gizi contoh. IMT diperoleh dari data berat badan dan tinggi badan contoh. Status gizi adalah kondisi status gizi contoh yang sesuai dengan cut off point yang ditentukan berdasarkan nilai IMT contoh. Pola konsumsi pangan adalah kebiasaan makan contoh yang dapat memengaruhi kondisi tekanan darah yang dihitung menggunakan metode semi kuantitatif FFQ. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kabupaten Cianjur Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Cianjur secara geografis terletak pada koordinat bujur timur dan lintang selatan, dengan luas wilayah hektar. Kabupaten Cianjur terletak pada ketinggian mdpl. Jumlah penduduk di Kabupaten Cianjur pada Tahun 2013 yaitu sebesar jiwa yang terdiri dari jiwa laki-laki dan jiwa perempuan dengan kepadatan penduduk rata-rata yaitu 616 jiwa per Km persegi. Sebagian besar penduduk Kabupaten Cianjur bekerja di bidang pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan. Hasil produksi pertanian terbesar di Kabupaten Cianjur yaitu padi, jagung, kedelai, kacang-kacangan dan umbiumbian. Terdapat 32 kecamatan dan 360 kelurahan/desa di Kabupaten Cianjur, salah satu kecamatannya yaitu Kecamatan Karang Tengah. Kecamatan Karang Tengah memiliki luas wilayah sebesar hektar dengan jumlah penduduk jiwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan serta kepadatan penduduk sebesar jiwa per Km persegi pada Tahun Penduduk. Kecamatan Karang Tengah terdiri dari 16 desa, 121 RW, dan 545 RT. Salah satu desa yang terletak di Kecamatan Karang Tengah yaitu Desa Sukamantri. Karakteristik Contoh Karakteristik contoh yang diteliti pada penelitian ini yaitu usia, lama pendidikan, besar keluarga, pekerjaan, dan tingkat pendapatan yang disajikan pada Tabel 2.

26 10 Tabel 2 Karakteristik contoh Karakteristik contoh n % Usia 54 Tahun > 54 Tahun Total Pendidikan 4 tahun > 4 tahun x ± std 4.6 ± 1.6 Total Besar Keluarga Kecil ( 4 Orang) Sedang (5-7 Orang) Besar ( 7 Orang) x ± std 1.7 ± 0.8 Total Pekerjaan Tidak Bekerja Petani Buruh Tani Buruh Bangunan Pedagang Lain-Lain Total Tingkat Pendapatan Rp > Rp x ± std ± Total Usia Contoh yang diteliti dalam penelitian ini berusia tahun. Sebaran usia contoh tidak menyebar merata sehingga usia contoh dikelompokkan menjadi 54 tahun dan > 54 tahun yang ditentukan berdasarkan median. Berdasarkan Tabel 3 diatas terlihat bahwa sebagian besar contoh berusia 54 tahun (64.3%) dari 56 total contoh. Sedangkan contoh yang berusia > 54 tahun sebanyak 20 contoh (35.7%). Pendidikan Pendidikan yang diteliti dalam penelitian ini yaitu berdasarkan lama pendidikan yang ditempuh oleh contoh dalam tahun. Lama pendidikan dikategorikan menjadi 4 tahun dan > 4 tahun. Pengkategorian tersebut didasarkan pada sebaran lama pendidikan contoh. Sebagian contoh mengenyam pendidikan lebih dari 4 tahun (55.4%) namun tidak ada contoh yang menempuh pendidikan selama lebih dari 6 tahun. Sebanyak (44.6%) contoh hanya mengenyam pendidikan 4 tahun seperti yang tersaji pada Tabel 2. Rata-rata lama pendidikan yang ditempuh oleh contoh yaitu 4.6 ± 1.6 tahun. Berdasarkan

27 11 hasil tersebut, seluruh contoh hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar, baik lulus maupun tidak lulus. Besar Keluarga Banyaknya jumlah anggota keluarga atau besar keluarga contoh dikategorikan menjadi tiga yaitu kecil ( 4 orang), sedang (5-7 orang), dan besar ( 7 orang). Sebanyak 26 contoh (46.4%) memiliki jumlah keluarga 4 orang yang tergolong dalam keluarga kecil. Contoh yang tergolong dalam keluarga sedang yaitu sebanyak 21 contoh (37.5%) dan sisanya 9 contoh (16.1%) tergolong dalam keluarga besar. Rata-rata banyaknya anggota keluarga contoh yaitu sebesar 1.7 ± 0.8, seperti yang tersaji pada Tabel 2. Besar keluarga atau banyaknya jumlah anggota keluarga memiliki pengaruh terhadap pola hidup dan konsumsi pangan keluarga. Jika asumsi pendapatan keluarga sama besar, maka semakin banyak jumlah anggota keluarga akan meningkatkan tanggungan belanja. Begitu juga sebaliknya jika semakin sedikit jumlah anggota keluarga maka tanggungan belanja akan berkurang sehingga meningkatkan kemampuan daya beli yang akan berpotensi pada pemilihan gaya hidup yang tidak tepat. Hal tersebut dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit (Firdaus 2014). Pekerjaan Jenis pekerjaan contoh dikategorikan dalam beberapa kelompok pekerjaan. Pada Tabel 2 terlihat bahwa lebih dari setengah contoh memiliki pekerjaan sebagai buruh tani (53.6%). Kemudian sebanyak (12.5%) bekerja sebagai buruh bangunan, (7.1%) tidak bekerja, (5.4%) petani, dan (3.6%) sebagai pedagang. Sebanyak (17.9%) lainnya bekerja sebagai tukang ojek, penjahit, supir odong-odong, dll. Sebagian besar contoh bekerja sebagai buruh tani dan petani dikarenakan sebagian besar wilayah desa merupakan lahan pertanian, terutama persawahan. Pendapatan Pendapatan contoh yang terdapat dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu, dan > (dalam rupiah). Pengkategorian tersebut berdasarkan sebaran pendapatan contoh. Seperti yang terlihat pada Tabel 2 lebih dari setengah contoh (58.9%) memiliki pendapatan lebih dari Rp dan sebanyak (41.1%) pendapatannya sama dengan atau kurang dari Rp Rata-rata pendapatan dari seluruh contoh yaitu sebesar Rp ± Rp Firdaus (2014) menyatakan bahwa semakin tinggi pendapatan seseorang, maka kesempatan untuk memiliki gaya hidup yang negatif juga semakin besar. Gaya Hidup Contoh Gaya hidup yang diteliti dalam penilitian ini yaitu kebiasaan merokok, aktivitas fisik, dan aktivitas fisik berat. Berikut disajikan kebiasaan merokok contoh pada Tabel 3.

28 12 Tabel 3 Kebiasaan merokok contoh Kebiasaan Merokok n % Status Merokok Merokok Tidak Merokok Total Frekuensi Merokok Setiap Hari Hari Seminggu Kali Seminggu Tidak Merokok x ± std 1.4 ± 0.9 Total Jumlah Rokok Yang Dihisap 1. Ringan ( 10 Batang/Hari) Sedang (11-20 Batang/Hari) Berat ( 21 Batang/Hari) 2 4 x ± std 8.3 ± 5.5 Total Lama Merokok 10 Tahun 1 2 > 10 Tahun x ± std 29.4 ± 13.2 Total Kebiasaan merokok Kebiasaan merokok yang diteliti dalam penelitian ini yaitu status merokok, frekuensi merokok, jumlah rokok yang dihisap, dan lama merokok. Sebanyak 50 dari 56 total contoh berstatus sebagai perokok aktif (89.3%) dan hanya 6 contoh yang tidak merokok (10.7%). Banyaknya contoh yang merokok disebabkan karena pergaulan sejak remaja. Sebagian besar contoh memberikan alasan merokok karena ikut teman, sisanya beralasan hanya coba-coba dan untuk menghilangkan rasa jenuh. Berdasarkan Tabel 3 diatas, terlihat bahwa sebagian besar contoh merokok setiap hari (85.7%). Hanya sebagian kecil yang jarang merokok, yaitu sebesar 3.4%, dan sisanya (10.7%) tidak merokok. Rata-rata frekuensi merokok contoh yaitu sebesar 1.4 ± 0.9 kali/hari. Kemudian tingkat perokok dibagi menjadi tiga berdasarkan jumlah rokok yang dihisap dalam sehari. Lebih dari setengah contoh berada dalam tingkat ringan (46%) yaitu merokok kurang dari 10 batang rokok per hari. Terdapat sekitar 50% contoh yang berada pada tingkat sedang yaitu merokok batang rokok per hari. Hanya sebagian kecil contoh yang berada pada tingkat berat (4%) yang merokok lebih dari 21 batang rokok per hari. Berdasarkan lama merokok, contoh dibagi menjadi dua kategori yaitu merokok 10 tahun dan > 10 tahun. Sebagian besar contoh (98%) merokok lebih dari 10 tahun dan sisanya merokok kurang dari 10 tahun (2%). Lamanya merokok contoh ini karena mereka mulai merokok sejak remaja. Pergaulan dengan teman-

29 13 teman satu desa yang kebanyakan remaja pada saat itu sudah mulai merokok sehingga mereka terpengaruh. Menurut Cahyono (2012), lama merokok dan jumlah rokok yang dihisap dapat meningkatkan peluang terkena penyakit degeneratif. Semakin lama dan semakin banyak rokok yang dihisap maka risiko terkena penyakit degeberatif akan semakin tinggi. Hal tersebut dikarenakan nikotin yang terkandung dalam tembakau dapat meningkatkan kerja jantung. Korbonmonoksida yang terdapat pada asap rokok mengikat hemoglobin lebih cepat dari oksigen sehingga penyerapan oksigen di paru-paru berkurang. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun menunjukkan bahwa terdapat peningkatan prevalensi merokok nasional. Prevalensi merokok nasional terus meningkat dari tahun ke tahun, yaitu sebesar 34.2% pada tahun 2007, 34.7% pada tahun 2010, dan 36.3% pada tahun Kebiasaan aktivitas fisik berat Salah satu gaya hidup yang diteliti dalam penelitian ini yaitu kebiasaan olahraga atau aktivitas fisik berat contoh. Aktivitas fisik berat yang dilakukan secara rutin dan teratur hampir sama dengan olahraga, sehingga dalam penelitian ini aktivitas fisik berat dianggap sebagai olahraga. Tidak terdapat contoh yang melakukan olahraga, namun sebagian besar contoh (80.4%) melakukan aktivitas fisik berat, dan hanya (19.6%) yang tidak melakukan aktivitas fisik berat. Aktivitas fisik berat yang banyak dilakukan contoh yaitu mencangkul, mengangkut batu/bata, kayu, padi, dll. Frekuensi aktivitas fisik berat contoh dibagi berdasarkan banyaknya aktivitas yang dilakukan dalam seminggu. Dimana aktivitas fisik berat yang masuk dalam kategori yaitu yang dilakukan minimal 30 menit. Lebih dari setengah contoh (86.7%) melakukan aktivitas fisik berat lebih dari atau sama dengan tiga kali per minggu. Contoh yang melakukan aktivitas fisik kurang dari tiga kali per minggu yaitu sebesar (13.3%). Berdasarkan Tabel 4 dibawah, terlihat bahwa rata-rata contoh melakukan aktivitas fisik sebanyak 5 ± 4 kali per minggu. Tingginya frekuensi aktivitas fisik berat contoh ini karena sebagian besar contoh bekerja sebagai buruh tani dimana kegiatannya sehari-hari tergolong berat, seperti mencangkul yang hampir dilakukan setiap hari. Tabel 4 Kebiasaan aktivitas fisik berat contoh Kebiasaan aktivitas fisik berat n % Kebiasaan aktivitas fisik berat Ya Tidak Frekuensi < 3 Kali/Minggu Kali/Seminggu x ± std 5 ± Kebiasaan aktivitas fisik contoh Selain kebiasaan merokok, aktivitas fisik berat, gaya hidup lain yang diteliti yaitu kebiasaan aktivitas fisik. Dimana kebiasaan aktivitas fisik merupakan seluruh kegiatan contoh yang dilakukan selama 24 jam. Kebiasaan

30 14 aktivitas fisik contoh dihitung berdasarkan physical activity level (PAL) menurut FAO/WHO/UNU (2001). Berdasarkan nilai PAL, aktivitas fisik contoh dibagi menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Terlihat pada Tabel 5, lebih dari setengah contoh (55.4%) memiliki aktivitas fisik yang tinggi. Kemudian terdapat (30.4%) contoh yang memiliki aktivitas fisik sedang dan sisanya (14.3%) contoh kebiasaan aktivitas fisiknya rendah. Dari data tersebut terlihat bahwa rata-rata contoh memiliki aktivitas fisik yang tergolong tinggi dimana nilai rata-rata PAL contoh yaitu 2.02 ± Banyaknya contoh yang memiliki aktivitas tinggi karena sebagian besar contoh bekerja sebagai buruh tani yang banyak beraktivitas berat. Tabel 5 Tingkat aktivitas fisik contoh Aktivitas Fisik n % Rendah (1.4 PAL 1.69) Sedang (1.7 PAL 1.99) Tinggi (2.00 PAL 2.40) x ± std 2.02 ± 0.32 Total Tabel 6 dibawah ini menunjukkan rata-rata alokasi waktu dari aktivitas fisik yang dilakukan oleh contoh dalam sehari di hari kerja. Aktivitas yang ditampilkan dalam Tabel 6 dibawah hanya aktivitas yang banyak dilakukan oleh contoh. Aktivitas yang memiliki rata-rata alokasi waktu tertinggi yaitu tidur malam, 328±135.7 menit. Kemudian aktivitas yang memiliki rata-rata waktu terbanyak selanjutnya adalah bekerja (157.9±85.5 menit). Rata-rata alokasi waktu untuk tidur siang 121.1±52.3 menit, menonton tv 104.5±62 menit, duduk-duduk santai 102.1±77.1 menit, istirahat 76±54.5 menit, makan 22.7±25.0 menit, ibadah/solat 16.7±16.7 menit, dan mandi 13.8±7.1 menit. Tabel 6 Rata-rata alokasi waktu aktivitas fisik dalam sehari Aktivitas Alokasi Waktu (menit) Mandi 13.8±7.1 Bekerja 157.9±85.5 Istirahat 76±54.5 Ibadah/Solat 16.7±16.7 Makan 22.7±25.0 Tidur Siang 121.1±52.3 Menonton TV 104.5±62 Duduk-duduk 102.1±77.1 Tidur Malam 328±135.7 Pola Konsumsi Pangan Pangan atau kelompok pangan yang diteliti untuk melihat pola konsumsinya yaitu kopi, makanan berlemak, dan konsumsi sayur & buah. Berikut disajikan konsumsi pangan contoh pada Tabel 7.

31 15 Tabel 7 Konsumsi pangan contoh Konsumsi Pangan n % Konsumsi Kopi Sering 1 Gls/Hari Jarang < 1 Gls/Hari Total Konsumsi Makanan Berlemak Sering 3 Kali/Hari Jarang < 3 Kali/Hari Total Konsumsi Sayur Buah Cukup ( 3 Kali/Hari) 1 2 Kurang ( < 3 Kali/Hari) x ± std 1 ± 0.77 Total Konsumsi kopi contoh digolongkan berdasarkan frekuensi konsumsi, yaitu sering ( 1 gelas/hari) dan jarang (< 1 gelas/hari). Lebih dari setengah contoh sering mengonsumsi kopi (66.1 %) dan hanya (33.9 %) yang jarang mengonsumsi kopi. Kopi yang sering dikonsumsi contoh yaitu kopi kemasan. Banyaknya contoh yang mengonsumsi kopi kemasan karena lebih praktis dan enak. Sebagian besar contoh beralasan meminum kopi karena dapat menyegarkan tubuh. Makanan berlemak menjadi salah satu variabel yang diteliti. Makanan berlemak yang diteliti yaitu semua jenis makanan yang digoreng. Kemudian konsumsi makanan tersebut digolongkan berdasarkan frekuensi konsumsi, yakni sering ( 3 kali/hari) dan jarang (< 3 kali/hari). Berdasarkan hasil yang pada Tabel 7 diatas, terlihat bahwa sebagian besar contoh (66.1%) mengonsumsi makanan berlemak 3 kali/hari. Contoh yang jarang mengonsumsi makanan berlemak hanya sebesar (26.8%). Tingginya konsumsi makanan berlemak ini karena hampir semua lauk yang dikonsumsi contoh digoreng sehingga konsumsi makanan berlemak menjadi tinggi. Konsumsi pangan yang diteliti selanjutnya yaitu konsumsi sayur dan buah. Konsumsi sayur dan buah contoh digolongkan berdasarkan frekuensi, yaitu cukup 3 kali/hari dan kurang < 3 kali/hari. Dari seluruh contoh, hanya terdapat 1 contoh (2 %) saja yang mengonsumsi cukup sayur dan buah. Sebagian besar contoh (98%) masih kurang mengonsumsi sayur dan buah. Rata-rata contoh hanya mengonsumsi 1 ± 0.77 sayur dan buah dalam sehari. Rendahnya konsumsi sayur dan buah contoh diduga karena contoh kurang mendapatkan informasi atau edukasi terkait pentingnya konsumsi sayur dan buah. Jenis sayur yang banyak dikonsumsi yaitu bayam, sawi, kangkung, terong, kacang panjang, dll. Sedangkan buah yang banyak dikonsumsi yaitu mangga, pisang, jeruk, apel, dll. Masyarakat Indonesia masih sangat kurang mengonsumsi buah dan sayur. Berdasarkan laporan Riskesdas tahun 2007 dan 2010 yang menunjukkan bahwa proporsi ratarata nasional yang berperilaku kurang konsumsi sayur dan atau buah sebesar 93.6% pada tahun 2007 dan 93.5% pada tahun Proporsi tersebut tergolong

32 16 sangat tinggi dan tidak terdapat perubahan yang signifikan antara tahun 2007 dan Status Gizi Status gizi contoh ditentukan berdasarkan nilai indeks massa tubuh (IMT) berdasarkan WHO (2004). IMT dihitung menggunakan nilai berat badan dan tinggi badan contoh yang didapatkan dari penimbangan dan pengukuran menggunakan stature, sehingga diperoleh data status gizi contoh seperti pada Tabel 8. Lebih dari setengah contoh memiliki status gizi normal yaitu sebesar 62.5%. Terdapat contoh yang memiliki status gizi kurang/kurus sebesar 17.9%. Contoh yang memiliki status gizi lebih/overweight dan obesitas yaitu berturutturut sebesar 10.7% dan 8.9%. Penelitian ini menunjukkan hasil yang hampir sama dengan penelitian serupa yang dilakukan oleh Pooja & Mittal (2013) pada pria dewasa perdesaan di India. Prevalensi status gizi normal pada penelitan tersebut sebesar 59%, overweigh 26.2%, dan obesitas 14.7%. Derajat kesehatan seseorang dapat ditentukan berdasarkan status gizinya. Keadaan tubuh yang sehat ditergantung pada status gizi yang baik dalam tubuh. Status gizi yang baik dalam tubuh dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang optimal. Selain itu status gizi yang baik juga dapat meningkatkan ketahanan tubuh sehingga dapat terhindar dari berbagai penyakit. Sebaliknya, jika status gizi berlebih maka akan meningkatkan risiko kejadian berbagai penyakit degeneratif. Peningkatan risiko ini sebagai manifestasi dari kondisi kelebihan energi dalam tubuh yang disimpan dalam bentuk lemak pada seseorang dengan status gizi berlebih (Hidayat 2008). Tabel 8 Status gizi contoh Status Gizi n % Kurus (IMT <18.5) Normal (18.5 IMT < 25.0) Overweight (25.0 IMT < 27.0) Obesitas (IMT 27) Tekanan Darah Tekanan darah diukur berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Tekanan darah orang dewasa normal didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik 120 mmhg dan tekanan darah diastolik 80 mmhg. Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik sama dengan atau diatas 140 mmhg dan tekanan darah diastolik sama dengan atau diatas 90 mmhg. Normalitas tekanan darah sistolik dan diastolik sangat penting untuk fungsi efisien organ vital seperti jantung, otak, ginjal, dan kesehatan secara keseluruhan (WHO 2013). Menurut Dariyo (2008), tekanan darah tinggi, atau hipertensi, mengacu pada kondisi dimana darah dipompa keseluruh tubuh pada tekanan tinggi. Kesehatan seseorang sangat berkaitan dengan seberapa jauh pola makan dan kebiasaan perilaku orang

33 17 tersebut. Kebiasaan yang sehat akan memberi pengaruh positif pada kesehatannya, sebaliknya kebiasaan yang kurang baik cenderung memberi dampak negatif. Akibatnya mudah terserang penyakit. Selain itu tekanan darah juga tidak terlepas dari pengaruh faktor genetik dan zat gizi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas yaitu sebesar 29.8%. Pada Riskesdas tahun 2013, terjadi penurunan prevalensi hipertensi menjadi 25.8%. Namun, terjadi peningkatan prevalensi hipertensi pada kelompok umur dewasa tahun yaitu sebesar 12.5% pada tahun 2007 menjadi 15% pada tahun Kejadian hipertensi banyak ditemukan pada orang berusia lebih dari 40 tahun. Tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik menentukan kondisi tekanan darah contoh apakah mengalami hipertensi atau tidak sehingga contoh dilakukan pengukuran tekanan darah menggunakan monitor tekanan darah otomatis dan diperoleh nilai tekanan darah sistolik serta diastolik seperti pada Tabel 9. Jika tekanan darah dikategorikan berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik, maka diperoleh contoh yang memiliki tekanan darah normal sebesar 21.4%, dan hampir setengah contoh mengalami prehipertensi (44.6%). Contoh yang memiliki tekanan darah tinggi tingkat 1 dan 2 yaitu berturut-turut sebesar 16.1% dan 17.9%. Jika tekanan darah yang dikategorikan berdasarkan tekanan darah sistolik saja maka diperoleh contoh yang memiliki tekanan darah normal sebesar 26.8%, prehipertensi 44.6%, dan contoh yang memiliki tekanan darah tinggi tingkat 1 dan 2 memiliki prevalensi yang sama yaitu sebesar 14.3%. Dengan rata-rata tekanan darah sistolik seluruh contoh sebesar ± 22.1 mmhg. Kemudian jika tekanan darah dikategorikan berdasarkan tekanan darah diastolik, maka diperoleh hasil bahwa contoh yang memiliki tekanan darah normal paling banyak yaitu sebesar 51.8%. Contoh yang mengalami prehipertensi sebesar 30.4%. Selanjutnya contoh yang mengalami hipertensi tingkat 1 dan 2 berturut-turut sebesar 10.7% dan 7.1%. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata tekanan darah diastolik contoh yaitu sebesar 80.1 ± 13.5 mmhg. Tabel 9 Kategori tekanan darah contoh Sistolik & Kategori Tekanan Sistolik Diastolik Diastolik Darah n % n % n % Normal Prehipertensi Hipertensi Tingkat Hipertensi Tingkat x ± std ± ± 13.5 Total Penelitian yang dilakukan oleh Pooja & Mittal (2013) pada pria dewasa perdesaan di India menunjukkan hasil yang sama yaitu sebagian besar pria dewasa di perdesaan memiliki tekanan darah yang tergolong prehipertensi (40.6%), kemudian diikuti dengan tekanan darah normal (26.2%), hipertensi tingkat 1 (17.3%) dan hipertensi tingkat 2 (15.8%).

34 18 Hubungan Antar Variabel Hubungan Karakteristik Contoh terhadap Tekanan Darah Hasil analisis usia contoh pada penelitian ini menunjukkan bahwa contoh yang berusia > 54 tahun memiliki prevalensi hipertensi lebih tinggi (50%) dibandingkan dengan contoh yang berusia 54 tahun (25%). Hasil uji analisis menggunakan korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan tekanan darah sistolik (r=0.287, p=0.032) namun tidak terdapat hubungan yang signifikan terhadap tekanan darah diastolik (p>0.05). Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi usia maka semakin besar kemungkinan untuk memiliki tekanan darah sistolik yang tinggi. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Olarinmoye et al. (2013) yang melakukan penelitian prevalensi hipertensi pada pria dewasa perdesaan di bagian barat daya Nigeria. Penelitian tersebut menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05) antara usia dengan tekanan darah. Dimana semakin bertambahnya usia, semakin tinggi pula prevalensi hipertensi. Penelitian lain yang dilakukan Qin et al. (2014) juga menunjukkan hal yang sama, yaitu terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05) antara usia dengan hipertensi. Penelitian ini didukung juga oleh Krummel (2004) yang menyebutkan bahwa kelompok umur yang banyak menderita hipertensi yaitu pada rentang usia tahun dan secara umum berkembang pada saat usia mencapai paruh baya, dan cenderung meningkat pada usia lebih dari 40 tahun. Menurut Cuspidi et al. (2007) risiko hipertensi pada usia tersebut disebabkan oleh perubahan alami pada otot dinding jantung, perubahan dinding pembuluh darah dan hormon. Prevalensi hipertensi pada contoh yang memiliki pendapatan > Rp sebesar 30.3% dan contoh dengan pendapatan Rp sebesar 39.1%. Hasil uji analisis menggunakan korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan dengan tekanan darah sistolik (p>0.05) dan tekanan darah diastolik (p>0.05). Hal tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian Angell et al. (2008) yang menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan tekanan darah (p<0.05). Semakin tinggi pendapatan maka semakin tinggi pula prevalensi hipertensi. Hal tersebut dikarenakan seiring dengan adanya peningkatan pendapatan maka akan terjadi peningkatan pengeluaran yang cenderung dapat mengubah gaya hidup seseorang. Tidak terdapatnya hubungan antara tingkat pendapatan dengan tekanan darah diduga karena contoh yang memiliki pendapatan tinggi ataupun rendah tidak memiliki gaya hidup yang berbeda jauh. Sebagian besar contoh (baik yang memiliki pendapatan tinggi maupun rendah) memiliki kebiasaan merokok dan mengonsumsi kopi. Hubungan Status Gizi terhadap Tekanan Darah Hasil penelitian menunjukkan prevalensi contoh yang mengalami hipertensi lebih tinggi pada contoh dengan status gizi normal (37.8%) dibandingkan dengan contoh yang mengalami kelebihan berat badan (35.6%). Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan yang

35 19 signifikan antara status gizi dengan tekanan darah sistolik (p>0.05) dan tekanan darah diastolik (p>0.05). Hal ini diduga karena sebagian besar contoh memiliki aktivitas fisik yang cukup tinggi dan status gizi normal meskipun contoh yang dengan status gizi normal memiliki prevalensi hipertensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan contoh dengan kelebihan berat badan, namun demikian prevalensi contoh dengan tekanan darah normal sebagian besar memiliki status gizi normal pula. Hasil uji dalam penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Wu et al. (2008) yang menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05) antara status gizi dengan tekanan darah. Dimana semakin tinggi indeks massa tubuh (IMT) seseorang maka risiko hipertensi semakin tinggi pula. IMT yang tinggi pada seseorang dengan status gizi berlebih menyebabkan penumpukan lemak yang dapat berpengaruh pada penyempitan pembuluh darah. Berat badan merupakan salah satu faktor penentu dari tekanan darah pada banyak kelompok etnik untuk semua usia. Menurut Qin et al. (2014), indeks massa tubuh (IMT) adalah salah satu faktor determinan kejadian hipertensi pada orang dewasa. Prevalensi dari tekanan darah tinggi pada orang dengan IMT lebih dari 30 sebesar 38% untuk pria dan 32% untuk wanita dibandingkan orang dengan IMT normal (<25) sebesar 18% untuk pria dan 17% untuk wanita. Risiko berkembangnya peningkatan tekanan darah adalah 2 sampai 6 kali lebih tinggi pada orang overweight dibandingkan orang dengan berat badan normal (Krummel 2004). Orang dewasa dengan IMT > 25 memiliki resiko tiga kali lipat terkena hipertensi dibandingkan dengan yang memiliki IMT < 25 (Olarinmoye et al. 2013). Hubungan Pola Konsumsi Pangan terhadap Tekanan Darah Konsumsi pangan yang dihubungankan dengan hipertensi pada penelitian ini yaitu konsumsi kopi, konsumsi makanan berlemak dan konsumsi sayur & buah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa contoh yang sering mengonsumsi kopi ( 1 gelas/hari) memiliki prevalensi hipertensi yang lebih rendah (29.7%) dibandingkan dengan contoh yang jarang mengonsumsi kopi (42.1%). Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi kopi dengan tekanan darah sistolik (p>0.05) dan tekanan darah diastolik (p>0.05). Konsumsi kafein pada kopi tidak menimbulkan efek terhadap peningkatan tekanan darah pada sebagian orang, sehingga pada sebagian orang yang biasa mengonsumsi kopi cukup banyak tidak memiliki tekanan darah tinggi meskipun pada beberapa orang lain kafein terbukti dapat meningkatkan tekanan darah (Marliani dan Tantan 2007). Penelitian Hartley et al. (2000) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara konsumsi kopi dengan tekanan darah. Tingginya asupan kafein dari kopi secara langsung berpengaruh pada peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik. Penelitian yang dilakukan Uiterwaal et al. (2007) menunjukkan seseorang yang pantang mengonsumsi kopi berhubungan dengan tingkat hipertensi yang rendah dibandingkan dengan seseorang yang jarang mengonsumsi kopi. Penelitian lain yang mendukung yaitu Noordzij et al. (2005) yang menyebutkan bahwa konsumsi kopi yang terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah. Namun efek peningkatan tekanan darah dari konsumsi kopi cukup rendah.

Oleh: Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS Siti Nuryati, STP, MSi Muhammad Aries

Oleh: Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS Siti Nuryati, STP, MSi Muhammad Aries ANALISIS STATUS GIZI DAN GAYA HIDUP SEBAGAI FAKTOR RISIKO HIPERTENSI & DM DI JAKARTA: IMPLIKASINYA PADA PENCEGAHAN MASALAH GIZI LEBIH, HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS Oleh: Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat 24 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu pengambilan data dilakukan pada waktu yang bersamaan atau pada satu saat, baik variabel independen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dimasa mendatang masalah penyakit tidak menular akan menjadi perioritas masalah kesehatan di indonesia, salah satu masalah tersebut adalah masalah hipertensi. Hipertensi

Lebih terperinci

GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI

GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI 49 GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 50

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA KONSUMSI PANGAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH, LINGKAR PERUT DAN TEKANAN DARAH PADA WANITA DEWASA PERDESAAN

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA KONSUMSI PANGAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH, LINGKAR PERUT DAN TEKANAN DARAH PADA WANITA DEWASA PERDESAAN HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN POLA KONSUMSI PANGAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH, LINGKAR PERUT DAN TEKANAN DARAH PADA WANITA DEWASA PERDESAAN DWITA RATNA KARINA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia, baik di negara maju ataupun negara berkembang. Menurut data World Health Organization (WHO) obesitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, bertempat di Pabrik Hot Strip Mill (HSM) PT. Krakatau Steel Cilegon, Propinsi Banten. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang bertanggung jawab atas 68% dari 56 juta kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang kita jumpai banyak orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh merokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama di dunia, baik di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data American Heart Association

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmhg. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 13 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian tentang hubungan tingkat konsumsi dan aktivitas fisik terhadap tekanan darah dan kolesterol ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tidak ada gejala yang

Lebih terperinci

METODE. Desain, Waktu dan Tempat

METODE. Desain, Waktu dan Tempat Kerangka pemikiran dalam penelitian ini disusun berdasarkan rangkuman tinjauan teori yang ada, khususnya mengenai hubungan antara satu faktor risiko dengan faktor risiko lain yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergeseran seperti pola makan, penanganan stres, kebiasaan olahraga, serta gaya hidup berpeluang besar menimbulkan berbagai masalah kesehatan apabila tidak disikapi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada mahasiswa

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang harus diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan masalah kesehatan serius yang mengakibatkan mortalitas dan morbiditas (Ba ttegay et al., 2005). Jika dibiarkan, hipertensi menyebabkan komplikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi di Indonesia rata-rata meliputi 17% - 21% dari keseluruhan populasi orang dewasa artinya, 1 di antara 5 orang dewasa menderita hipertensi. Penderita hipertensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi terbanyak keempat setelah China, India,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol merupakan konstituen utama membrane plasma dan lipoprotein plasma. Senyawa ini sering ditemukan sebagai ester kolesteril, dengan gugus hidroksil di posisi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Pemilihan lokasi SMA dilakukan secara purposive dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini biasanya menyerang tanpa tanda-tanda. Hipertensi itu sendiri bisa menyebabkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya transisi epidemologi yang paralel dengan transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia telah mengakibatkan perubahan penyakit dari penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi alam dan masyarakat saat ini yang sangat kompleks membuat banyak bermunculan berbagai masalah-masalah kesehatan yang cukup dominan khususnya di negara negara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keberhasilan pembangunan diberbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30) 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan cross sectional study. Pemilihan tempat tersebut dilakukan secara purposive, yaitu di Bogor pada peserta Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas merupakan salah satu dari 10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang berisiko

Lebih terperinci

METODE. Tabel 5 Pengkategorian variabel penelitian Variabel

METODE. Tabel 5 Pengkategorian variabel penelitian Variabel 104 METODE Sumber Data, Disain, Cara Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari hasil Riskesdas 2007. Riskesdas 2007 menggunakan disain penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan ancaman serius dan tantangan utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesian saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kadar kolesterol darah yang dikenal dengan istilah hiperkolesterolemia merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung kongestif, penyakit vaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu kelompok penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian

Lebih terperinci

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK i PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK DENI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Kemenkes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Presentase penduduk lansia Indonesia telah mencapai angka diatas 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur usia tua atau lansia. Derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang paling penting bagi masyarakat, terutama remaja yang memiliki aktivitas yang padat. Salah satu cara agar tubuh tetap sehat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah normal pada anak dan remaja bervariasi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena banyak

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. menjadi faktor resiko ketiga terbesar penyebab kematian dini (Kartikasari A.N.,

BAB I PENGANTAR. menjadi faktor resiko ketiga terbesar penyebab kematian dini (Kartikasari A.N., BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular dengan prevalensi cukup tinggi dan terus meningkat di berbagai negara. Hipertensi dapat menyebabkan serangan stroke,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang sehat setiap harinya memerlukan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalankan kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara

Lebih terperinci

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: IKSAN ISMANTO J300003 PROGRAM STUDI GIZI DIII FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan guna mencapai pemecahan masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot skelet yang dapat meningkatkan pengeluaran energi. Aktivitas fisik dapat dikategorikan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darah. Kejadian hipertensi secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 68 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kurang gizi, terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah eksplanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tidak Menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menghadapi masalah kesehatan yang kompleks.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menghadapi masalah kesehatan yang kompleks. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menghadapi masalah kesehatan yang kompleks. Prevalensi penyakit menular di Indonesia tinggi, dan dari tahun ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang jantung. Organ tersebut memiliki fungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Kelainan pada organ tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi, atau yang sering disebut dengan hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi dan kematian yang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Di Indonesia hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan karena angka prevalensinya yang tinggi dan cenderung terus meningkat serta akibat jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index (BMI), pengukuran lingkar pinggang, rasio lingkar panggul pinggang, skinfold measurement, waist stature rasio,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi KERANGKA PEMIKIRAN Kebiasaan didefinisikan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola praktek yang terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan dapat didefinisikan sebagai seringnya (kerap kalinya) makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah di dunia, World Health Organization (WHO) memperkirakan sejak tahun 2008 sebanyak 2,8 juta penduduk meninggal setiap tahun terkait overweight

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Merokok merupakan suatu kebiasaan buruk yang sudah di kenal sejak lama oleh hampir seluruh masyarakat di dunia dan cenderung meningkat, terutama di kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan seseorang dapat dapat diindikasikan oleh meningkatkatnya usia harapan hidup (UHH), akibatnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) semakin bertambah banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang masih menjadi masalah di bidang kesehatan. Hipertensi yang dikenal juga sebagai tekanan darah tinggi, adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi di negara berkembang dan merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia. Tekanan darah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu masalah global yang melanda masyarakat dunia baik di negara maju maupun di negara berkembang seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6

Lebih terperinci

Karakteristik Umum Responden

Karakteristik Umum Responden mengonsumsinya, kelompok jarang jika belum tentu seminggu sekali mengonsumsinya dan kelompok tidak pernah jika tidak pernah makanan yg mengandung lemak jenuh. Makanan berlemak adalah makanan yang banyak

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan studi potong lintang (cross-sectional study) sebagai studi deskriptif untuk mengetahui hubungan perilaku dengan prevalensi

Lebih terperinci