Rancang Bangun Sistem Pelacak Loop Hysterisis Metode SAWYER- TOWER. Design Of Hysteresis Loop Tracer With Sawyer-Tower Methods

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Rancang Bangun Sistem Pelacak Loop Hysterisis Metode SAWYER- TOWER. Design Of Hysteresis Loop Tracer With Sawyer-Tower Methods"

Transkripsi

1 Rancang Bangun Sistem Pelacak Loop Hysterisis Metode SAWYER- TOWER I Kadek Suwar D, Muhammad Hikam, dan Arief Sudarmaji Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Indonesia ace.kadek@gmail.com Abstrak Rancang bangun sistem uji pelacak loop hysterisis metode Sawyer-Tower merupakan rangkaian yang dapat mencari loop hysterisis pada materi feroelektrik. Rancang bangun ini menggunakan tegangan PLN sebagi sumber tegangan dengan frekuensi sebesar 50 Hz. Pada rancangan bangun ini menggunakan variabel transformer sebagai pengatur tegangan yang diberikan dan trafo sebagai pengatur tegangan maksimum yang diberikan. Sebagai penguat tegangan digunakan trafo step up yang dapat memperkuat tegangan input yang digunakan sebesar 50 kali. Hasil dari rancang bangun ini dapat dilihat pada osiloskop sebagai perangkat berbasis komputer. Kata Kunci : Feroelektrik, Loop hysterisis, Osiloskop, Sawyer-Tawer, Trafo Design Of Hysteresis Loop Tracer With Sawyer-Tower Methods Abstract Design of hysteresis loop tracer test system Sawyer-Tower method is a device that can find the hysteresis loop in the ferroelectric material. This design can show the characteristics of the ferroelectric material. This design uses PLN as a voltage source with a frequency of 50 Hz. In this design variable transformers used as the applied voltage regulator and transformer as given maximum voltage regulator. A special transformer used for the power amplifier that can amplify the voltage as big as fifty. The results of this design can be seen on the oscilloscope as computer-based devices. Keyword : Ferroelectric, Hysterisis Loop, Oscilloscope, Sawyer-Tower, Transformer

2 Pendahuluan Teknologi dan ilmu pengetahuan selalu berkembang seiring dengan kemajuan zaman dan cara berfikir manusia. Setiap saat terus dilakukan penelitian-penelitian baru untuk menemukan ilmu dan teknologi yang baru. Salah satunya dalam bidang elektronika. Elektronika merupakan ilmu yang mempelajari alat listrik dalam kondisi arus lemah yang dioperasikan dengan cara mengendalikan aliran electron atau partikel yang bermuatan listrik dalam suatu alat seperti komputer, semikonduktor, termokopel, dan lain-lain. Ilmu merupakan salah satu cabang dari ilmu fisika. Sementara, untuk bentuk desain dan pembuatan sirkuit elektroniknya dikerjakan dalam bidang teknik elektro, teknik komputer, dan teknik elektronika dan instrumentasi. Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang elektronika juga membantu dalam perkembangan ilmu-ilmu sains lainnya, seperti di bidang material science. Feroelektrik merupakan material elektronik yang terpolarisasi spontan dan memiliki kemampuan untuk mengubah arah listrik internalnya. Polarisasi yang terjadi merupakan hasil dari penerapan medan listrik yang mengakibatkan adanya ketidaksimetrian struktur Kristal pada suatu material feroelektrik. Untuk mengidentifikasi karakteristik dari suatu material feroelektrik dapat dilakukan dengan melihat hysteresis dari material tersebut. Hysterisis adalah suatu sifat yang dimiliki oleh system dimana system tidak secara cepat mengikuti gaya yang diberikan kepadanya tetapi, memberikan reaksi secara perlahan atau bahkan system tidak kembali ke keadaan awalnya. Tinjauan Teoritis Material Dielektrik Material dielektrik merupakan golongan dari material isolator yang dapat terpolarisasi ketika diberikan medan listrik (Kasap S. O., 2002). Polarisasi yang terjadi pada materi ini menunjukan proses penyimpanan muatan pada kapasitor atau yang biasa dikenal dengan istilah konstanta dielektrik. Polarisasi tersebut dihasilkan dari induksi yang terjadi terhadap medan listrik pada atom atau molekul. Material yang berbahan dielektrik tergolong kedalam isolator yang tidak memiliki muatan bebas. Hal ini menyebabkan ketika material ini diberi medan listrik, tidak terdapat arus listrik yang dihantarkan. Hubungan yang terbentuk antara besarnya tegangan dengan

3 besarnya muatan dikenal dengan istilah kapasitansi. Kapasistansi adalah besaran yang menyatakan jumlah muatan listrik yang tersimpan per satuan tegangan. C = (1) Untuk dapat menghitung banyaknya muatan dari suatu material dapat dilakukan dengan menggunakan Hukum Gauss. Hukum Gauss menggambarkan adanya suatu permukaan Gauss yang dibatasi oleh garis imaginer. Besarnya muatan yang tersimpan dalam permukaan Gauss dapat dinyatakan dalam : ε! E ds = Q (2) Pada kapasitor keping sejajar dalam keadaan yang vakum di antara kedua platnya besarnya muatan yang tersimpan dapat ditentukan dengan persamaan ε! E ds = q (3) ε! E! A = q (4) E! =!! (5) Besarnya medan listrik bukan hanya bergantung pada muatan tetapi, juga bergantung pada besarnya tegangan yang diberikan. Secara matematis hubungan tersebut dapat dinyatakan dalam. E = (6) Sehingga, jika persamaan 1 dan 5 disubtitusikan kedalam persamaan 6 akan menghasilkan nilai kapasitansi tanpa bahan dielektrik. C =!! (7) Dimana C merupakan kapasitansi pada ruang hampa dan merupakan permitivitas ruang hampa yang bernilai 8,85 x 10!!" C! /Jm. Polarisasi Pada Material Ferroelektrik Polarisasi listrik merupakan kejadian yang timbul akibat terinduksinya atom atau molekul sehingga membentuk dipole listrik yang terorientasi pada arah tertentu (Kasap & Capper, 2006). Hal ini terjadi akibat medan listrik yang ditimbulakan pada sistem. Arah dipole tersebut merupakan gabungan antara muatan positif dan muatan negatif dimana semua dipol menghadap pada satu arah yang sama.

4 Besarnya polarisasi pada materi dielektrik dapat dihitung dengan persamaan 2.10 P =! ε!!e (8) Dimana Q merupakan besarnya muatan pada materi, A merupakan luas penampang materi dan E adalah medan listrik yang terjadi. Bila persamaan 6 disubtitusi pada persamaan 8 maka akan diperoleh P = ε!!! (9) Material ferroelektrik dan dielektrik memiliki polarisasi elektrik yang berbeda. Pada material dielektrik, polarisasi terjadi hanya ketika diberikan medan listrik sedangkan pada material ferroelektrik dapat terjadi polarisasi spontan walaupun tidak terdapat medan listrik. Pada tingkat atom, material tersusun atas partikel bermuatan positif dan negatif yang memiliki muatan seimbang satu sama lain secara makroskopik tanpa adanya medan listrik yang diberikan. Jika pada material tersebut diberikan medan listrik, keseimbangan yang terjadi akan terganggu melalui empat mekanisme dasar polarisasi yaitu polarisasi elektronik, polarisasi ionik, polarisasi orientasi, dan polarisasi jarak muatan (Smyth, 1966). Teori Kurva Histerisis Untuk menentukan materi bersifat ferolektrik atau bukan dapat dilakukan dengan melihat kurva histerisis pada polarisasi yang dibentuk oleh materi tersebut. Kurva Histerisis adalah kurva yang memperlihatkan hubungan antara polarisasi (P) yang terjadi pada suatu bahan dengan medan listrik (E) yang diberikan pada bahan. Pada materi-materi yang bersifat dielektrik hubungan antara P dan E bersifat linier sedangkan pada bahan-bahan lain hubungan tersebut tidak bersifat linier.

5 Gambar 1 Kurva Histerisis Materi Ferrolektrik (Smallman & Bishop, 1999) Bahan ferrolektrik adalah bahan yang memiliki kemampuan untuk mempertahankan polarisasinya ketika medan listrik disekitarnya dihilangkan sehingga terdapat penyelarasan sisa dipol permanen. Tidak semua bahan yang memiliki dipol permanen meninjukan perilaku feroelektrik karena dipol menjadi acak dan diselaraskan dengan medan, apabila dihilangkan tidak ada polarisasi yang tetap bersih (Smallman & Bishop, 1999). Suatu Ferroelectric Random Acces Memory (FRAM) jika memiliki nilai polarisasi sekitar 10 µc.cm!! maka ia mampu menghasilkan muatan sebesar 10!" elektron per!"!! untuk proses pembacaan memori. Material ferroelektrik memiliki ciri mempunyai keahlian untuk membentuk kurva histerisis yaitu kurva yang menunjukan hubungan antara polarisasi listrik (P) dan kuat medan listrik (E) yang ditunjukan pada gambar. Prinsip Kerja Rangkaian Sawyer-Tower Rangkaian Sawyer-Tower merupakan rangkaian elektronika yang digunakan untuk mencari banyaknya muatan yang terdapat pada materi ferroelektrik. Hasil yang dikeluarkan dari rangkaian Sawyer-Tower berupa kurva histerisis pada polarisasi materi ferolektrik yang dipengaruhi oleh medan listrik yang diberikan. Rangkaian ini ditemukan pada tahun 1930 oleh C. B. Sawyer dan C. H. Tower. Sawyer dan Tower [Phys. Rev 35, 269 (1930)] menemukan rangkaian yang lebih baik untuk meneliti materi ferroelectric. Rangkaian yang mereka desain menggunakan prinsip kapasitas elektron yang terdapat pada cathode ray tube untuk mengukur besarnya muatan elektron yang bergerak pada materi feroelektrik. Pada saat itu, cathode ray tube merupakan penemuan baru dalam bidang instrumentasi. Prinsip dari rangkaian Sawyer Tower dapat dilihat pada gambar 2.5.

6 Gambar 2 Prinsip rangkaian Sawyer Tower (Sinha, 1965) Gambar 2 menunjukan prinsip dari rangkaian Sawyer-Tower. Prinsip dari rangkaian Sawyer-Tower sangatlah sederhana. Penyusunan bahan ferroelectric secara seri dengan capacitor refrensi membuat banyaknya muatan yang terdapat pada materi akan sama besarnya dengan banyaknya muatan yang terdapat pada capacitor. Q!"##$"%"&'#(& = V!"#!" x C!"#!" (10) Untuk dapat mengetahui jumlah dari muatan pada materi ferroelectric yang diuji dapat menggunakan persamaan 10. Dengan persamaan 10, jumlah muatan pada materi dapat diketahui nilainya. Dengan mengetahui banyaknya muatan pada materi ferroelectric maka besarnya polarisasi yang terjadi pada materi ferroelectric dapat diketahui nilainya. Metode Penelitian Perancangan Kerja Sistem Gambar 3 memperlihatkan block diagram yang menggambarkan sistem kerja dari rancang bangun ini. Tegangan input dari PLN yang sebesar 220 volt dengan frekuensi 60 Hz, akan masuk kedalam variabel transformer. Variabel transformer ini akan memvariasikan tegangan keluaran dari volt. Selanjutnya tegangan disuplaikan kepada trafo untuk mengatur tegangan yang diberikan sebanyak 12 variasi. Keduabelas variasi tersebut adalah 6, 12, 18, 30, 42, 54, 66, 78, 90, 102, 114, dan 120 volt. Pengaturan tegangan yang dihasilkan menggunakan rotary switch. Hasil dari rotari switch ini akan dicabangkan kedalam dua jalur. Untuk cabang pertama akan langsung dihubungkan kedalam rangkaian. Cabang pertama ini digunakan untuk pengukuran materi yang berbentuk thin film. Cabang kedua akan dihubungkan ke dalam trafo penguat yang

7 besarnya penguatan sebesar 50x. Hasil dari keluaran trafo penguat ini akan digunakan untuk mengukur materi berupa bulk. Untuk materi yang berupa bulk dibutuhkan medan listrik yang besar agar tercipat proses polarisasi, Hal inilah yang mengaruskan besarnya tegangan diperkuat sebelum masuk kedalam sampel. Selanjutnya tegangan akan diteruskan kedalam rangkaian Sawyer-Tower. Keluaran dari rangkaian Sawyer-Tower berupa kurva histerisis yang menunjukan hubungan antara medan listrik dengan dengan polarisasi yang terjadi. Kurva ini dapat dilihat pada osiloskop. Gambar 3 Block diagram rancang bagung pelacak loop histerisis metode Sawyer- Tower Variabel Transformer Sebagai Pengatur Tegangan Input Variabel transformer merupakan transformer yang hanya memiliki satu buah elektromagnetic coil. Pada variabel transformer, bagian lilitan primer dan sekunder berada pada satu titik yang sama. Hal ini yang menjadikan variabel transformer berbada dengan transformator pada umumnya. Variabel transformer dapat mengatur tegangan yang dihasilkan dengan mudah. Besarnya tegangan yang dihasilkan sesuai dengan kemampuan pada variabel transformer tersebut. Pada variabel transformer yang digunakan, besarnya output tegangan berada pada interval volt dengan suplai sebesar 220 volt AC. Suplai yang digunakan berasal dari tegangan PLN. Besarnya tegangan output yang dihasilkan oleh variabel transformer ini bergantung pada jumlah lilitan yang digunakan. Untuk mengatur tegangan yang dihasilkan oleh variabel transformer dapat dilakukan dengan memutar pemutar pengatur jumlah lilitan yang digunakan. Output yang dihasilkan oleh variabel transformer akan digunakan sebagai input trafo step down yang digunakan.

8 Trafo Step Down Sebagai Pengatur Tegangan Maksimum Pada rancang bangun sistem ini menggunakan trafo sebagai pengatur tegangan maksimum yang diberikan kepada rangkaian. Jumlah variasi tegangan yang dapat diberikan kepada rangkaian sebanyak 12 variasi tegangan. Untuk memperoleh hasil sesuai dengan yang diiginkan, trafo yang digunakan berjumlah dua buah trafo ct 5a yang identik. Input pada trafo ini merupkan hasil output dari variabel transformer. Jenis trafo yang digunakan pada rancang bangun ini adalah trafo step down. Trafo step down yang digunakan dapat menghasilkan tegangan output hingga 120 volt dengan arus sebesar 5 A dengan tegangan input sebesar 220 volt. Agar dapat mengasilkan tegangan hingga 120 volt diperlukan dua buah trafo ct yang disusun secara seri. Trafo Step Up Sebagai Penguat Tegangan Pengukuran sampel yang berupa bulk dibutuhkan medan listrik yang besar agar diperoleh polarisasi dari sampel. Untuk memperoleh medan listrik yang besar diperlukan tegangan yang besar pula. Pada rancang bangun ini menggunakan penguat tegangan untuk memperkuat tegangan yang dihasilkan dari trafo. Penguat tegangan yang digunakan berupa trafo step up dengan jumlah perbandingan lilitan primer dengan sekunder sejumlah 1:50. Input yang digunakan pada trafo step up berasal dari output yang dikeluarkan oleh rotary switch. Jika pada skala maksimum yang dapat dihasilkan oleh rotary switch sebesar 120 volt maka, seharusnya tegangan maksimum yang dapat dihasilkan pada trafo ini sebesar 6 kv. Jumlah tegangan sebesar ini dapat memnimbulkan medan listrik yang cukup agar timbul polarisasi pada materi ferroelektrik yang diuji. Penggunaan trafo step up sebagai penguat tegangan pada rancang bangun ini didasarkan pada ketidakmampuan rangkaian power amplifier untuk dapat memperkuat tegangan hingga 6 kv. Pada percobaan terdahulu power amplifier yang digunakan selalu ada masalah jika akan menggunakan tegangan tinggi. Masalah ini timbul karena ketidakmampuan power amplifier tersebut untuk dapat bekerja pada tegangan tinggi. Rangkaian Ferroelectric Loop Tracer Rangkaian Sawyer-Tower berfungsi untuk mendapatkan grafik histerisis dari kristal ferroelektrik yang digunakan. Pada rangkaian Sawyer-Tower yang digunakan telah dilakukan

9 modifikasi agar dapat bekerja pada tegangan tinggi yaitu sebesar 6000 V. skematik dari rangkaian Sawyer-Tower yang digunakan dapat dilihat pada gambar 4. Pada gambar 4 memperlihatkan bahwa terdapat rangkaian pembagi tegangan. Rangkaian pembagi tegangan ini digunakan agar output tegangan yang dihasilkan dari sampel tidak terlalu besar dan dapat terbaca oleh software. Besarnya pembagi tegangan untuk sampel yang berupa bulk dengan thin film berbeda nilainya. Untuk sampel yang berupa bulk, besar pembagi tegangan yang digunakan sebesar 1000 dan untuk sampel yang berupa thin film sebesar 11. Rangkaian yang digunakan dapat bekerja pada dua kondisi pengukuran. Kondisi pertama untuk pengukuran sampel berupa bulk dan kondisi kedua untuk sampel berupa thin film. Ketika melakukan pengukuran sampel berupa bulk, media pengukuran dihubungkan kepada J11 dan J12. Selanjutnya muatan akan bergerak menuju IC1. IC1 menggunakan OP- 07 dikarenakan memiliki tegangan ofset yang rendah. Pada IC1 ditambahkan kapasitor untuk menjaga agar muatan tidak bergerak kearah yang sebaliknya sehingga ditakutkan bisa merusak rangkaian. Pengukuran thin film menggunakan cara yang sama hanya saja media pengukuran dihubungkan kepada J4 dan J5. Hasil output dari IC1 merupakan polarisasi yang terjadi pada sampel ketika diberikan medan listrik. Untuk mengetahui besarnya tegangan yang digunakan dapat dilihat dari output IC2. Penggunaan pembagi tegangan pada rangkaian bertujuan agar tegangan yang dihasilkan pada IC2 bukan merupakan tegangan saturasi dari IC tersebut. Gambar 4 Skematik rangkaian Ferroelectric Loop Tracer

10 Gambar 5 Flow chart Ferroelectric Loop Tracer Rangkaian Pembagi Tegangan Tegangan yang digunakan dalam rancang bangun ini cukup besar nilainya sehingga dibutuhkan rangkaian pembagi tegangan agar alat akuisisi data yang digunakan dapat membaca tegangan tersebut. Besarnya pembagi tegangan yang digunakan untuk tegangan tinggi dan rendah berbeda nilainya. Hasil dari pembagi tegangan ini digunakan untuk menghitung besarnya medan listrik yang terbuat. Besarnya medan listrik dapat dihitung dengan persamaan E = (.11) Dimana E merupakan medan listrik yang dihasilkan, d adalah tebal dari sampel yang digunakan, dan V merupakan nilai tegangan yang digunakan. Besarnya nilai V akan sebanding dengan V = V! x a (12) Vx merupakan nilai tegangan yang diperoleh setelah melewati rangkaian pembagi tegangan. Oleh sebab itu untuk mencari nilai tegangan yang digunakan, nilai tegangan yang terbaca pada Vx harus dikalikan dengan nilai konstanta dari pembagi tegangan yang digunakan (a).

11 Gambar 6 Skematik sederhana rangkaian pembagi tegangan untuk tegangan rendah Gambar 6 merupakan skematik sederhana untuk rangkaian pembagi tegangan rendah. Untuk pembagi tegangan rendah menggunakan hambatan R1 sebesar 470k ohm dan R2 sebesar 47k ohm. Dengan menggunakan persamaan 13 diperoleh besarnya pembagi tegangan sebesar V! =! V! (13) =! (14) =!"#$!!"#!"# (15) = 11 (16) Ketika menggunakan tegangan rendah sebagai input, besarnya pembagi tegangan yang digunakan sebesar 11 kali. Besarnya pembagi tegangan ini cukup untuk membagi tegangan yang dihasilkan agar dapat terbaca pada alat akuisisi data. Besarnya tegangan maksimum yang dapat dihasilkan untuk tegangan rendah sebesar 120 volt, sehingga dengan menggunakan nilai pembagi tegangan sebesar 11x, besarnya nilai Vx yang terbaca akan sebesar 10,9 volt. Nilai sebesar ini masih dapat dibaca oleh alat akuisisi yang digunakan.

12 Gambar 7 Skematik sederhana rangkaian pembagi tegangan untuk tegangan tinggi Untuk tegangan tinggi, besarnya pembagi tegangan yang digunakan harus jauh lebih besar. Hal ini karena pada penggunaan tegangan tinggi, besarnya tegangan maksimum yang dapat dihasilkan oleh desain sebesar 6 kv. Gambar 7 menunjukan skematik sederhana untuk rangkaian pembagi tegangan tinggi yang digunakan. Pada skematik terlihat besarnya R1 sebesar 47 M ohm dan R2 sebesar 47 k ohm. Dalam rancang bangun sistem yang digunakan, besarnya hambatan pada R1 diperoleh dengan cara menserikan hambatan 4M7 ohm sebanyak 10 buah. Dengan cara ini bisa diperoleh hambatan total sebesar 47 M ohm. =!"#!!"#!"# (17) = 1000 (18) Kapasitor Referensi Rangkaian kapasitor refrensi berfungsi untuk membandingkan nilai kapasitas pada sampel dengan kapasitor dalam rangkaian ini. Secara teori, dua buah kapasitor yang disusun secara seri akan menghasilkan nilai muatan yang sama. Hal ini yang membuat kapasitor refrensi disusun secara seri dengan sampel yang digunakan. Pada penilitian ini digunakan 12 buah kapasitor yang memiliki nilai kapasitansi yang berbeda-beda mulai dari 104 µf, 105 µf, 106 µf, 223 µf, 224 µf, 225 µf, 473 µf, 474 µf, 475 µf, 683 µf, 684 µf, dan 685 µf. Nilai kapasitas yang berbeda-beda ini bertujuan agar perbandingan kapasitas sampel dengan kapasitor pada rangkain ini tidak terlalu berbada jauh sehingga dapat diperoleh grafik histerisis yang berbeda-beda.

13 Gambar 8 Skematik rangkaian kapasitor refrensi Pemilihan kapasitor refrensi yang digunakan tidak boleh terlalu besar atau terlalu kecil karena jika nilai kapasitor refrensi terlau besar tidak akan terbentuk momen dipol yang cukup agar terbentuk polarisasi pada materi (Evans, 2013). Pemilihan kapasitor refrensi yang digunakan tidak dapat ditentukan secara langsung tetapi harus dengan cara uji coba pada setiap nilai kapasitas kapasitor yang digunakan. Hal inilah yang menjadi dasar digunakan banyak kapasitor refrensi pada rancang bangun ini. Hasil dan Pembahasan Gambar 9 menunjukan hubungan antara tegangan yang dihasilkan pada variabel transformer dengan tegangan yang dihasilkan oleh trafo. Grafik yang dihasilkan menunjukan hubungan yang linier antara variabel transformer dengan trafo. Hal ini sesuai dengan prinsip kerja dari alat ini dimana ketika tegangan yang diberikan oleh variabel transformer diperbesar maka tegangan yang dihasilkan oleh trafo akan semakin besar pula. Pada grafik terdapat 12 output yang masing-masing output mewakili nilai output dari trafo yang digunakan. Trafo ini berfungsi untuk mengatur tegangan yang maksimum yang dapat dihasilkan dari variabel transformer. Output A mewakili nilai tegangan maksimum sebesar 6 volt, output B sebesar 12 volt, Output C sebesar 18 volt, output D sebesar 30 volt, Output E sebesar 42 volt, output F sebesar 54 volt, output G sebesar 66 volt, output H sebesar 78 volt, output I sebesar 90 volt, output J sebesar 102 volt, output k sebesar 114 volt, dan output L sebessar 120 volt. Meskipun grafik yang terbentuk merupakan grafik linier, tetap perlu dicari nilai dari konstanta, standar eror, serta standar deviasi dari tiap grafik. Hal ini

14 dilakukan untuk mengetahui grafik yang terbentuk memiliki kesalahan eksperiment yang kecil. Table 1 Data least square untuk tiap tegangan pada grafik di gambar 4.1 No Output a std eror a b stdr eror b R² 1 A E B E C E D E F G H I J K E L Gambar 9 Grafik tegangan hasil variabel transvormer dengan tegangan hasil trafo

15 Pengujian Respon Trafo Step Up Gambar 10 merupakan grafik yang dihasilkan oleh trafo tegangan tinggi. Pada grafik yang terbentuk diperoleh nilai b sebesar 50,21. Nilai b ini menggambarkan nilai penguatan yang dihasilkan oleh trafo step up yang digunakan. Nilai penguatan sebesar ini menggambarkan bahwa trafo step up yang digunakan dapat bekerja sesuai dengan desain yang telah dibuat. Besarnya nilai simpangan pada grafik yang dihasilkan sebesar Nilai simpangan ini menunjukan bahwa data yang digunakan merupakan data yang baik dan membuktikan bahwa pengambilan data yang dilakukan telah sesuai. Pengambilan data yang dilakukan tidak menunjukan kesalahan yang besar. Pengujian Rangkaian Pembagi Tegangan Gambar 10 Grafik hasil pembagi teganan (kiri) sampel thin film, (kanan) sampel bulk Pada Gambar 10 terlihat hasil dari pembagi tegangan untuk sampel yang berupa bulk. Sesuai dengan persamaan 14 tersebut diperoleh besarnya pembagi tegangan sebesar dengan nilai simpangan sebesar 1 untuk sampel berupa bulk. Hasil ini menunjukan hasil yang

16 baik dan rangkaian bekerja sesuai dengan yang diharapkan. Gambar 4.7 menunjukan hasil dari pembagi tegangan untuk thin film. Besarnya faktor pembagi yang diperoleh sebesar dengan nilai simpangan sebesar Berdasarkan pada hasil tersebut, rangkaian pembagi tegangan yang digunakan dapat bekerja dengan baik dan besarnya faktor pembagi yang diperoleh sesuai dengan yang diinginkan. Pengujian Material Ferroelektrik Pada penelitian ini, untuk menguji rancang bangun yang telah dibuat digunakan material BiFeO!. Pengujian dilakukan dalam suhu ruangan yaitu sebesar 27! C. Pengujian dilakukan dengan menggunakan osiloskop dan hasil yang diperoleh disimpan dalam bentuk excel selanjutnya diolah dengan menggunakan persamaan Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada gambar Gambar 11 Loop hysterisis material BiFe Material BiFe O! yang digunakan memiliki ketebalan sebesar 0.5 cm. Besarnya tegangan yang terbaca pada Vx sebesar volt dan Vy sebesar 0.37 volt. Tegangan ini merupakan tegangan keluaran yang dihasilkan oleh pembagi tegangan. Untuk mengetahui tegangan yang diberikan kepada sampel dapat menggunakan persamaan yang telah diperoleh.! = 1000! 3.4 (19)! = 1000(1.204) 3.4 (20)! = Volt (21) Untuk mencari besarnya polarisasi dapat dilakukan dengan cara P =!.!"# "!!.!"!!"!"##.! 8.85 x 10!.!".!!".!!" (22)

17 P = µμc/cm! (23) Berdasarkan pada pergitungan 22 diperoleh bahwa besarnya polarisasi yang terjadi pada materi sebesar µμc/cm2. Kesimpulan 1. Berdasarkan pada data rangkaian pembagi tegangan yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa nilai pembagi tegangan untuk sampel berupa bulk sebesar 1000 dengan nilai R sebesar 1 dan untuk sampel thin film sebesar 11 dengan R sebesar Besarnya penguatan yang dihasilkan oleh trafo step up yang digunakan sebesar dengan nilai R sebesar Rancang bangun sistem pelacak loop histerisis metode Sawyer-Tower yang dibangun ini dapat menunjukan kurva histerisis yang terjadi pada materi ferroelektrik ketika diberikan medan listrik. Saran 1. Menambahkan mikrokontroler dan lcd untuk membaca nilai tegangan dan polarisasi secara langsung. 2. Menambahkan variasi temparatur pada saat pengambilan data. Daftar Referensi Evans, J. T. (2013). Introduction to the Ferroelectric Memory. Albuquerque: Radiant Technologies, Inc. Kasap, S. O. (2002). Principles of Electronic Materials and Devices (2nd ed.). McGraw-Hill. Kasap, S., & Capper, P. (2006). Springer Handbook of Electronic and Photonic Materials. Smallman, R. E., & Bishop, R. J. (1999). Ceramic and glass. Modern Physical Metallurgy and Material Engineering. Smyth, C. P. (1966). Dielectric Polarization and Relaxation. Annual Review of Physical Chemistry,

KOMPONEN PASIF. TK2092 Elektronika Dasar Semester Ganjil 2015/2016. Hanya dipergunakan untuk kepentingan pengajaran di lingkungan Universitas Telkom 1

KOMPONEN PASIF. TK2092 Elektronika Dasar Semester Ganjil 2015/2016. Hanya dipergunakan untuk kepentingan pengajaran di lingkungan Universitas Telkom 1 TK2092 Elektronika Dasar Semester Ganjil 2015/2016 Fakultas Ilmu Terapan Universitas Telkom Bandung 2015 KOMPONEN PASIF Disusun oleh: Duddy Soegiarto, ST.,MT dds@politekniktelkom.ac.id Rini Handayani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstanta dielektrik adalah perbandingan nilai kapasitansi kapasitor pada bahan dielektrik dengan nilai kapasitansi di ruang hampa. Konstanta dielektrik atau permitivitas

Lebih terperinci

3 SENSOR SUHU BERBASIS BAHAN FERROELEKTRIK FILM Ba 0,55 Sr 0,45 TiO 3 (BST) BERBANTUKAN MIKROKONTROLER ATMEGA8535. Pendahuluan

3 SENSOR SUHU BERBASIS BAHAN FERROELEKTRIK FILM Ba 0,55 Sr 0,45 TiO 3 (BST) BERBANTUKAN MIKROKONTROLER ATMEGA8535. Pendahuluan 3 SENSOR SUHU BERBASIS BAHAN FERROELEKTRIK FILM Ba,55 Sr,45 TiO 3 (BST) BERBANTUKAN MIKROKONTROLER ATMEGA8535 15 Pendahuluan Material ferroelektrik memiliki kemampuan untuk mengubah arah listrik internalnya,

Lebih terperinci

RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER) OLEH: SRI SUPATMI,S.KOM

RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER) OLEH: SRI SUPATMI,S.KOM RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER) OLEH: SRI SUPATMI,S.KOM RANGKAIAN PENYEARAH (RECTIFIER) Rangkaian penyearah gelombang merupakan rangkaian yang berfungsi untuk merubah arus bolak-balik (alternating

Lebih terperinci

Sistem Pengukuran Loop Histerisis Elektrik Material

Sistem Pengukuran Loop Histerisis Elektrik Material Sistem Pengukuran Loop Histerisis Elektrik Material Tryana Krisnaningsih, Bambang Soegijono, Arief Sudarmaji Departemen Fisika, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424 ina_cute354@yahoo.com ABSTRAK Telah dibuat

Lebih terperinci

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS 1. Dua buah bola bermuatan sama (2 C) diletakkan terpisah sejauh 2 cm. Gaya yang dialami oleh muatan 1 C yang diletakkan di tengah-tengah kedua muatan adalah...

Lebih terperinci

FISIKA LAPORAN PENGAMATAN INDUKSI ELEKTROMAGNETIK (LILITAN & TRANSFORMATOR) Oleh: Wisnu Pramadhitya Ramadhan/36/XII-MIPA 6

FISIKA LAPORAN PENGAMATAN INDUKSI ELEKTROMAGNETIK (LILITAN & TRANSFORMATOR) Oleh: Wisnu Pramadhitya Ramadhan/36/XII-MIPA 6 FISIKA LAPORAN PENGAMATAN INDUKSI ELEKTROMAGNETIK (LILITAN & TRANSFORMATOR) Oleh: Wisnu Pramadhitya Ramadhan/36/XII-MIPA 6 SMA NEGERI 2 BOGOR Jl. Keranji Ujung No.1 Budi Agung, Bogor 16165; No Telp: (0251)

Lebih terperinci

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS 1. Ada empat buah muatan titik yaitu Q 1, Q 2, Q 3 dan Q 4. Jika Q 1 menarik Q 2, Q 1 menolak Q 3 dan Q 3 menarik Q 4 sedangkan Q 4 bermuatan negatif,

Lebih terperinci

KAJIAN KETEBALAN TANAH LIAT SEBAGAI BAHAN DIELEKTRIK KAPASITOR PLAT SEJAJAR. Jumingin 1, Susi Setiawati 2

KAJIAN KETEBALAN TANAH LIAT SEBAGAI BAHAN DIELEKTRIK KAPASITOR PLAT SEJAJAR. Jumingin 1, Susi Setiawati 2 KAJIAN KETEBALAN TANAH LIAT SEBAGAI BAHAN DIELEKTRIK KAPASITOR PLAT SEJAJAR Jumingin 1, Susi Setiawati 2 e-mail: juminginpgri@gmail.com 1 Dosen Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas PGRI Palembang 2

Lebih terperinci

Conductor dan Dielektrik

Conductor dan Dielektrik Conductor dan Dielektrik Pendahuluan Sebuah kapasitor adalah perangkat yang menyimpan muatan listrik. Kapasitor bervariasi dalam bentuk dan ukuran, tetapi konfigurasi dasar adalah dua konduktor yang membawa

Lebih terperinci

BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD.

BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD. BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET Hani Nurbiantoro Santosa, PhD hanisantosa@gmail.com 2 BAB 4 KAPASITOR Kapasitas, Kapasitor Pelat Sejajar, Kapasitor Bola, Kapasitor Silinder, Kapasitor Pengganti Seri dan Paralel,

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SENSOR KAPASITIF UNTUK PENENTUAN LEVEL AQUADES (CHARACTERISATION OF CAPACITIVE SENSOR TO IDENTIFY AN AQUADES LEVEL )

KARAKTERISASI SENSOR KAPASITIF UNTUK PENENTUAN LEVEL AQUADES (CHARACTERISATION OF CAPACITIVE SENSOR TO IDENTIFY AN AQUADES LEVEL ) KARAKTERISASI SENSOR KAPASITIF UNTUK PENENTUAN LEVEL AQUADES (CHARACTERISATION OF CAPACITIVE SENSOR TO IDENTIFY AN AQUADES LEVEL ) Bowo Eko Cahyono, Misto, Faridatul Hasanah Jurusan Fisika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

KAPASITOR dan SIFAT BAHAN DIELEKTRIK

KAPASITOR dan SIFAT BAHAN DIELEKTRIK KAPASITOR dan SIFAT BAHAN DIELEKTRIK Kapasitor adalah dua buah konduktor yang dipisahkan oleh isolator. Masing-masing muatan pada pelat sama besar dan berlawanan arah. Kapasitansi C sebuah kapasitor adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Ohm meter. Pada dasarnya ohm meter adalah suatu alat yang di digunakan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Ohm meter. Pada dasarnya ohm meter adalah suatu alat yang di digunakan untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ohm meter Pada dasarnya ohm meter adalah suatu alat yang di digunakan untuk mengukur hambatan listrik. Alat ukur ohmmeter dipasaran biasanya menjadi satu bagian dengan alat ukur

Lebih terperinci

RINGKASAN DAN LATIHAN - - LISTRIK STATIS - LISTRIK STATI S

RINGKASAN DAN LATIHAN - - LISTRIK STATIS - LISTRIK STATI S RINGKASAN DAN LATIHAN Listrik Statis - - LISTRIK STATIS - LISTRIK STATI S Hukum Coulomb ------------------------------- 1 Listrik Statis Medan Listrik Medan Listrik oleh titik bermuatan Fluk Listrik dan

Lebih terperinci

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) DASAR ELEKTRONIKA KOMPONEN ELEKTRONIKA SISTEM BILANGAN KONVERSI DATA LOGIC HARDWARE KOMPONEN ELEKTRONIKA PASSIVE ELECTRONIC ACTIVE ELECTRONICS (DIODE

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 3. KEMAGNETAN DAN INDUKSI ELEKTROMAGNETLatihan Soal 3.2

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 3. KEMAGNETAN DAN INDUKSI ELEKTROMAGNETLatihan Soal 3.2 SMP kelas 9 - FISIKA BAB 3. KEMAGNETAN DAN INDUKSI ELEKTROMAGNETLatihan Soal 3.2 1. Agar medan magnet yang dihasilkan menjadi lebih besar, maka kawat kumparan yang digunakan adalah kawat yang diameternya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pengukuran Besaran Elektrik,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pengukuran Besaran Elektrik, 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pengukuran Besaran Elektrik, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lampung dari bulan Agustus

Lebih terperinci

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010 MODUL I DIODA SEMIKONDUKTOR DAN APLIKASINYA 1. RANGKAIAN PENYEARAH & FILTER A. TUJUAN PERCOBAAN

Lebih terperinci

Bab 1: Pendahuluan. Isi: Pengertian Ilmu Elektronika Terminologi/Peristilahan: Komponen Elektronika Rangkaian Elektronika Sistem Elektronika

Bab 1: Pendahuluan. Isi: Pengertian Ilmu Elektronika Terminologi/Peristilahan: Komponen Elektronika Rangkaian Elektronika Sistem Elektronika Isi: Pengertian Ilmu Elektronika Terminologi/Peristilahan: Komponen Elektronika Rangkaian Elektronika Sistem Elektronika 1 Pengertian Elektronika Elektronika adalah ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Induksi Elektromagnet Nama : Kelas/No : / - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS BOLAK-BALIK Induksi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. LEMBAR JUDUL. LEMBAR HAK CIPTA. LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN..

DAFTAR ISI.. LEMBAR JUDUL. LEMBAR HAK CIPTA. LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN.. DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL. LEMBAR HAK CIPTA. LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN.. i ii iii iv v vii ix xiii xvi xviii

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM. Gambar 1. Peralatan elektronik (Electronic Device)

BAB I GAMBARAN UMUM. Gambar 1. Peralatan elektronik (Electronic Device) BAB I GAMBARAN UMUM Sistem Elektronika telah mudah kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari pada saat ini. Kita banyak menemui suatu alat yang mengadopsi elektronika sebagai basis teknologinya contoh ;

Lebih terperinci

BAB II. Dasar Teori. = muatan elektron dalam C (coulombs) = nilai kapasitansi dalam F (farad) = besar tegangan dalam V (volt)

BAB II. Dasar Teori. = muatan elektron dalam C (coulombs) = nilai kapasitansi dalam F (farad) = besar tegangan dalam V (volt) BAB I Pendahuluan Kapasitor (Kondensator) yang dalam rangkaian elektronika dilambangkan dengan huruf C adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi/muatan listrik di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka 59 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai Tinjauan pustaka Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler PID analog

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. bertempat di Laboratorium Elektronika Jurusan Teknik Elektro Universitas

III. METODOLOGI PENELITIAN. bertempat di Laboratorium Elektronika Jurusan Teknik Elektro Universitas III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir ini dilakukan dari bulan Maret 2013, bertempat di Laboratorium Elektronika Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR I.1. MUATAN ELEKTRON Suatu materi tersusun dari berbagai jenis molekul. Suatu molekul tersusun dari atom-atom. Atom tersusun dari elektron (bermuatan negatif), proton

Lebih terperinci

C = Q V ab (1) C = Q A (2)

C = Q V ab (1) C = Q A (2) Bab 25. Kapasitan dan Dielektrik Kapasitor adalah sepasang konduktor yang dipisahkan oleh bahan isolator. Ketika kapasitor dimuati, pada dua konduktor akan ada muatan sama banyak Q dan beda jenis, dan

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi DUA KEPING SEJAJAR DAN KAPASITOR A. DUA KEPING SEJAJAR

FISIKA. Sesi DUA KEPING SEJAJAR DAN KAPASITOR A. DUA KEPING SEJAJAR FISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 05 Sesi NGAN DUA KEPING SEJAJAR DAN KAPASITOR A. DUA KEPING SEJAJAR Keping sejajar adalah dua keping konduktor yang mempunyai luas dan bahan yang sama. Jika dihubungkan

Lebih terperinci

DAN RANGKAIAN AC A B A. Gambar 4.1 Berbagai bentuk isyarat penting pada sistem elektronika

DAN RANGKAIAN AC A B A. Gambar 4.1 Berbagai bentuk isyarat penting pada sistem elektronika + 4 KAPASITOR, INDUKTOR DAN RANGKAIAN A 4. Bentuk Gelombang lsyarat (signal) Isyarat adalah merupakan informasi dalam bentuk perubahan arus atau tegangan. Perubahan bentuk isyarat terhadap fungsi waktu

Lebih terperinci

MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1 TUJUAN Memahami

Lebih terperinci

RANGKAIAN INVERTER DC KE AC

RANGKAIAN INVERTER DC KE AC RANGKAIAN INVERTER DC KE AC 1. Latar Belakang Masalah Inverter adalah perangkat elektrik yang digunakan untuk mengubah arus searah (DC) menjadi arus bolak-balik (AC). Inverter mengkonversi DC dari perangkat

Lebih terperinci

Menganalisis rangkaian listrik. Mendeskripsikan konsep rangkaian listrik

Menganalisis rangkaian listrik. Mendeskripsikan konsep rangkaian listrik Menganalisis rangkaian listrik Mendeskripsikan konsep rangkaian listrik Listrik berasal dari kata elektron yang berarti batu ambar. Jika sebuah batu ambar digosok dengan kain sutra, maka batu akan dapat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Flow Chart Pengujian Deskripsi sistem rancang rangkaian untuk pengujian transformator ini digambarkan dalam flowchart sebagai berikut : Mulai Peralatan Uji Merakit Peralatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013. Perancangan alat penelitian dilakukan di Laboratorium Elektronika, Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi pun meningkat dengan tajam,salah satunya kebutuhan akan energi listrik di tanah air.

BAB I PENDAHULUAN. energi pun meningkat dengan tajam,salah satunya kebutuhan akan energi listrik di tanah air. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya sektor perindustrian di Indonesia, maka kebutuhan akan energi pun meningkat dengan tajam,salah satunya kebutuhan akan energi listrik di

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN SMPS JENIS PUSH PULL. Pada bab ini dijelaskan tentang perancangan power supply switching push pull

BAB III RANCANGAN SMPS JENIS PUSH PULL. Pada bab ini dijelaskan tentang perancangan power supply switching push pull BAB III RANCANGAN SMPS JENIS PUSH PULL 3.1 Pendahuluan Pada bab ini dijelaskan tentang perancangan power supply switching push pull konverter sebagai catu daya kontroler. Power supply switching akan mensupply

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK TIM PENYUSUN DIANA RAHMAWATI, S.T., M. T HARYANTO, S.T., M.T KOKO JONI, S.T., M.Eng ACHMAD UBAIDILLAH, S.T., M.T RIZA ALFITA, S.T., MT MIFTACHUL ULUM, S.T., M.T

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK Tim penyusun: Diana Rahmawati, S. T., M. T. Haryanto, S. T., M. T. Koko Joni, S. T., M. Eng. Achmad Ubaidillah, S. T., M. T. Riza Alfita, S. T., M. T. Miftachul

Lebih terperinci

MODUL 3 ANALISA LISSAJOUS

MODUL 3 ANALISA LISSAJOUS MODUL 3 ANALISA LISSAJOUS Sibghotur Rohman (H1E014058) Asisten: Akbar Prasetyo Gunawan Tanggal Percobaan: 13/11/2015 PAF15210-A Praktikum Elektronika Dasar 1 Laboratorium Elektronika, Instrumentasi dan

Lebih terperinci

Magnet Rudi Susanto 1

Magnet Rudi Susanto 1 Magnet Rudi Susanto 1 MAGNET Sifat kemagnetan telah dikenal ribuan tahun yang lalu ketika ditemukan sejenis batu yang dapat menarik besi Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, orang telah dapat

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH DAN JARAK MESH PERISAI TERHADAP INDUKSI TEGANGAN TINGGI PADA SALURAN TEGANGAN RENDAH

PENGARUH JUMLAH DAN JARAK MESH PERISAI TERHADAP INDUKSI TEGANGAN TINGGI PADA SALURAN TEGANGAN RENDAH PENGARUH JUMLAH DAN JARAK MESH PERISAI TERHADAP INDUKSI TEGANGAN TINGGI PADA SALURAN TEGANGAN RENDAH Tumbur Harianja, Hendra Zulkarnaen Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

Rancang Bangun Alat Pengubah Tegangan DC Menjadi Tegangan Ac 220 V Frekuensi 50 Hz Dari Baterai 12 Volt

Rancang Bangun Alat Pengubah Tegangan DC Menjadi Tegangan Ac 220 V Frekuensi 50 Hz Dari Baterai 12 Volt Rancang Bangun Alat Pengubah Tegangan DC Menjadi Tegangan Ac 220 V Frekuensi 50 Hz Dari Baterai 12 Volt Widyastuti Jurusan Teknik Elektro Universitas Gunadarma Jl. Margonda 100 Depok E-mail : widyast@sta.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

Breadboard Breadboard digunakan untuk membuat dan menguji rangkaian-rangkaian elektronik secara cepat, sebelum finalisasi desain rangkaian dilakukan.

Breadboard Breadboard digunakan untuk membuat dan menguji rangkaian-rangkaian elektronik secara cepat, sebelum finalisasi desain rangkaian dilakukan. Modul 1 Peralatan Peralatan yang akan digunakan pada Praktikum Rangkaian Elektronika adalah: Breadboard Power Supply Multimeter LCR Meter Oscilloscope Function generator Breadboard Breadboard digunakan

Lebih terperinci

Perkuliahan Fisika Dasar II FI-331. Oleh Endi Suhendi 1

Perkuliahan Fisika Dasar II FI-331. Oleh Endi Suhendi 1 Perkuliahan Fisika Dasar II FI-331 Oleh Endi Suhendi 1 Menu hari ini (1 minggu): Kapasitor Oleh Endi Suhendi 2 Last Time: Potensial dan Konduktor Oleh Endi Suhendi 3 Medan E dan Potensial: Sumber Sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Blok Diagram Modul Baby Incubator Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1. PLN THERMOSTAT POWER SUPPLY FAN HEATER DRIVER HEATER DISPLAY

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK Tim penyusun: Diana Rahmawati, S. T., M. T. Haryanto, S. T., M. T. Koko Joni, S. T., M. Eng. Achmad Ubaidillah, S. T., M. T. Riza Alfita, S. T., M. T. Miftachul

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik dan pembuatan mekanik turbin. Sedangkan untuk pembuatan media putar untuk

Lebih terperinci

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 UAN-03-01 Perhatikan tabel berikut ini! No. Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg. ms 1 [M] [L] [T] 1 2 Gaya kg. ms 2 [M] [L] [T] 2 3 Daya kg. ms 3 [M] [L] [T] 3 Dari

Lebih terperinci

MEMPERSEMBAHKAN. Kelompok. Achmad Ferdiyan R Anne Farida R U ( ) ( )

MEMPERSEMBAHKAN. Kelompok. Achmad Ferdiyan R Anne Farida R U ( ) ( ) MEMPERSEMBAHKAN Kelompok Achmad Ferdiyan R Anne Farida R U (0602421) (0605860) Problem 1 : Pengisian kapasitor Problem 2 : Kapasitor disusun seri dan paralel Problem 3 : Pengaruh hambatan terhadap waktu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 1.1 Blok Diagram Sensor Kunci kontak Transmiter GSM Modem Recivier Handphone Switch Aktif Sistem pengamanan Mikrokontroler Relay Pemutus CDI LED indikator aktif Alarm Buzzer Gambar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam merealisasikan suatu alat diperlukan dasar teori untuk menunjang hasil yang optimal. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan

Lebih terperinci

Fisika Dasar. Pertemuan 11 Muatan & Gaya Elektrostatis

Fisika Dasar. Pertemuan 11 Muatan & Gaya Elektrostatis Fisika Dasar Pertemuan 11 Muatan & Gaya Elektrostatis Muatan & Gaya Elektrostatis Ada dua jenis muatan pada listrik yaitu muatan listrik positif (+) dan muatan listrik negatif (-). Studi tentang listrik

Lebih terperinci

REKAYASA CATU DAYA MULTIGUNA SEBAGAI PENDUKUNG KEGIATAN PRAKTIKUM DI LABORATORIUM. M. Rahmad

REKAYASA CATU DAYA MULTIGUNA SEBAGAI PENDUKUNG KEGIATAN PRAKTIKUM DI LABORATORIUM. M. Rahmad REKAYASA CATU DAYA MULTIGUNA SEBAGAI PENDUKUNG KEGIATAN PRAKTIKUM DI LABORATORIUM M. Rahmad Laoratorium Pendidikan Fisika PMIPA FKIP UR e-mail: rahmadm10@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini adalah untuk merekayasa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Blok Diagram dan Alur Rangkaian Blok diagram dan alur rangkaian ini digunakan untuk membantu menerangkan proses penyuplaian tegangan maupun arus dari sumber input PLN

Lebih terperinci

Rancang Bangun Kapasitansi Meter Berbasis Arduino Board Menggunakan Rangkaian RC, Komparator dan Monostable. Afad Mirza Zulfy

Rancang Bangun Kapasitansi Meter Berbasis Arduino Board Menggunakan Rangkaian RC, Komparator dan Monostable. Afad Mirza Zulfy Rancang Bangun Kapasitansi Meter Berbasis Arduino Board Menggunakan Rangkaian RC, Komparator dan Monostable Afad Mirza Zulfy Pendidikan Studi Fisika, FKIP, Universitas Jember afad.mz@gmail.com Alex Harijanto

Lebih terperinci

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS KARPET INTERLOCKING PT. BASIS PANCAKARYA LAPORAN

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS KARPET INTERLOCKING PT. BASIS PANCAKARYA LAPORAN PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS KARPET INTERLOCKING PT. BASIS PANCAKARYA LAPORAN Disusun oleh : SWITO GAIUS AGUSTINUS SILALAHI PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO DAN TEKNOLOGI INFORMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA. Jl. Ganesha No 10 Bandung Indonesia SOLUSI

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA. Jl. Ganesha No 10 Bandung Indonesia SOLUSI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA Jl. Ganesha No 10 Bandung 4013 Indonesia A. PERTANYAAN SOLUSI MODUL TUTORIAL FISIKA DASAR IIA (FI-101) KE 0

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika Listrik Arus Bolak-balik - Soal Doc. Name: RK13AR12FIS0401 Version: 2016-12 halaman 1 01. Suatu sumber tegangan bolak-balik menghasilkan tegangan sesuai dengan fungsi

Lebih terperinci

Perancangan Dan Realisasi Converter Satu Fasa untuk Baterai Menjalankan Motor AC 1 Fasa 125 Watt

Perancangan Dan Realisasi Converter Satu Fasa untuk Baterai Menjalankan Motor AC 1 Fasa 125 Watt Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Januari 2016 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.4 No.1 Perancangan Dan Realisasi Converter Satu Fasa untuk Baterai Menjalankan Motor AC 1

Lebih terperinci

ANALISA PERHITUNGAN SUSUT TEKNIS DENGAN PENDEKATAN KURVA BEBAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN KOTA

ANALISA PERHITUNGAN SUSUT TEKNIS DENGAN PENDEKATAN KURVA BEBAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN KOTA SINGUDA ENSIKOM VOL. 6 NO.2 /February ANALISA PERHITUNGAN SUSUT TEKNIS DENGAN PENDEKATAN KURVA BEBAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN KOTA Bayu Pradana Putra Purba, Eddy Warman Konsentrasi

Lebih terperinci

Eksperimen HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan data

Eksperimen HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan data 7 jam dan disonikasi selama jam agar membran yang dihasilkan homogen. Langkah selanjutnya, membran dituangkan ke permukaan kaca yang kedua sisi kanan dan kiri telah diisolasi. Selanjutnya membran direndam

Lebih terperinci

LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI DISPLAY DAN TELEVISI OLEH : MUHAMMAD HUSIN 2005 / PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA

LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI DISPLAY DAN TELEVISI OLEH : MUHAMMAD HUSIN 2005 / PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI DISPLAY DAN TELEVISI OLEH : MUHAMMAD HUSIN 2005 / 66350 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNIK TEKNIK ELEKTRONIKA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2008 A. TUJUAN Setelah melakukan

Lebih terperinci

Copyright all right reserved

Copyright  all right reserved Latihan Soal UN SMA / MA 2011 Program IPA Mata Ujian : Fisika Jumlah Soal : 20 1. Gas helium (A r = gram/mol) sebanyak 20 gram dan bersuhu 27 C berada dalam wadah yang volumenya 1,25 liter. Jika tetapan

Lebih terperinci

Materi ajar. Kapasitor

Materi ajar. Kapasitor Materi ajar Kapasitor A. Kapasitor 1. Pengertian kapasitor Kapasitor atau sering juga disebut kondensator adalah alat (komponen) yang dibuat sedemikian sehingga mampu menyimpan muatan listrik. Sebuah kapasitor

Lebih terperinci

. A KAPASIT OR. Struktur Kapasitor 2008/11/19. Dosen: Suharyanto Asisten: Andhang

. A KAPASIT OR. Struktur Kapasitor 2008/11/19. Dosen: Suharyanto Asisten: Andhang FISIKA ELEKTRO Dosen: Suharyanto Asisten: Andhang. A KAPASIT OR 1.Pengertian Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan listrik. Struktur Kapasitor PENGERTIAN 1 Struktur sebuah kapasitor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. listrik dalam suatu alat seperti komputer, peralatan elektronik, termokopel,

BAB I PENDAHULUAN. listrik dalam suatu alat seperti komputer, peralatan elektronik, termokopel, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Elektronika merupakan ilmu yang mempelajari alat listrik arus lemah yang dioperasikan dengan cara mengontrol aliran elektron atau partikel bermuatan listrik dalam

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT III.1. Diagram Blok Secara garis besar, diagram blok rangkaian pendeteksi kebakaran dapat ditunjukkan pada Gambar III.1 di bawah ini : Alarm Sensor Asap Mikrokontroler ATmega8535

Lebih terperinci

MUATAN, MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK DEPARTEMEN FISIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

MUATAN, MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK DEPARTEMEN FISIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MUATAN, MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK DEPARTEMEN FISIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1 Tujuan Instruksional Dapat menentukan gaya, medan, energi dan potensial listrik yang berasal dari muatan-muatan statik serta

Lebih terperinci

ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV

ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV Oleh Endi Sopyandi Dasar Teori Dalam penyaluran daya listrik banyak digunakan transformator berkapasitas besar dan juga bertegangantinggi. Dengan transformator tegangan

Lebih terperinci

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2 Halaman 1 LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2 SMP NEGERI 55 JAKARTA A. GGL INDUKSI Sebelumnya telah diketahui bahwa kelistrikan dapat menghasilkan kemagnetan.

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Fisika Transformator. Disusun Oleh : 1 Bindra Jati. (02) 2 Dwi Puspita A. (07) 3 Lida Puspita N. (13) 4 Mutiara Salsabella.

Laporan Praktikum Fisika Transformator. Disusun Oleh : 1 Bindra Jati. (02) 2 Dwi Puspita A. (07) 3 Lida Puspita N. (13) 4 Mutiara Salsabella. Laporan Praktikum Fisika Transformator Disusun Oleh : Bindra Jati. (02) 2 Dwi Puspita A. (07) 3 Lida Puspita N. (3) 4 Mutiara Salsabella. (6) Kelas/Tahun Ajaran : XII IPA 2 205/206 LANDASAN TEORI Transformator

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap

Lebih terperinci

Analisis Karakteristik Perangkat Keras Pengubah Frekuensi ke Tegangan untuk Pengukuran Kecepatan MASTS

Analisis Karakteristik Perangkat Keras Pengubah Frekuensi ke Tegangan untuk Pengukuran Kecepatan MASTS JTERA - Jurnal Teknologi Rekayasa, Vol. 1, No. 1, Desember 2016, Hal. 47-52 ISSN 2548-737X Analisis Karakteristik Perangkat Keras Pengubah Frekuensi ke Tegangan untuk Pengukuran Kecepatan MASTS Arif Sumardiono

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1993

Fisika EBTANAS Tahun 1993 Fisika EBTANA Tahun 1993 EBTANA-93-01 Dimensi konstanta pegas adalah A. L T 1 B. M T C. M L T 1 D. M L T M L T 1 EBTANA-93-0 Perhatikan kelima grafik hubungan antara jarak a dan waktu t berikut ini. t

Lebih terperinci

1. Dalam suatu ruang terdapat dua buah benda bermuatan listrik yang sama besar seperti ditunjukkan pada gambar...

1. Dalam suatu ruang terdapat dua buah benda bermuatan listrik yang sama besar seperti ditunjukkan pada gambar... Kumpulan Soal Latihan UN UNIT LISTRIK & MAGNET Gaya Coulomb, Energi & Potensial Listrik 1. Dalam suatu ruang terdapat dua buah benda bermuatan listrik yang sama besar seperti ditunjukkan pada gambar....

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II HUKUM OHM

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II HUKUM OHM LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II HUKUM OHM Oleh Nama NPM Semester : Yestri Hidayati : A1E011062 : II. B Tanggal Praktikum : Jum at, 06 April 2012 UNIVERSITAS BENGKULU FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KAPASITOR MINGGU KE-5

KAPASITOR MINGGU KE-5 KAPASITOR MINGGU KE-5 Kapasitor: Penyimpan Muatan & Energi Listrik Kapasitor: dua konduktor terisolasi dengan muatan yang sama Q dan berbeda tanda dan beda potensial ΔV diantaranya. Satuan: Coulomb/Volt

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1996

Fisika EBTANAS Tahun 1996 Fisika EBTANAS Tahun 1996 EBTANAS-96-01 Di bawah ini yang merupakan kelompok besaran turunan A. momentum, waktu, kuat arus B. kecepatan, usaha, massa C. energi, usaha, waktu putar D. waktu putar, panjang,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari modifikasi kelistrikan pada kendaraan bermotor, perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang

Lebih terperinci

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR M. Hariansyah 1, Joni Setiawan 2 1 Dosen Tetap Program Studi Teknik Elektro

Lebih terperinci

TAKARIR. periode atau satu masa kerjanya dimana periodenya adalah nol.

TAKARIR. periode atau satu masa kerjanya dimana periodenya adalah nol. TAKARIR AC {Alternating Current) Adalah sistem arus listrik. Sistem AC adalah cara bekerjanya arus bolakbalik. Dimana arus yang berskala dengan harga rata-rata selama satu periode atau satu masa kerjanya

Lebih terperinci

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII gaya F. Jika panjang kawat diperpendek setengah kali semula dan kuat arus diperbesar dua kali semula, maka besar gaya yang dialami kawat adalah. Medan Magnet

Lebih terperinci

EFEK SUHU DAN WAKTU TAHAN SINTERING PADA BARIUM TITANAT (BaTiO3) TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KONSTANTA DIELEKTRIK MENGGUNAKAN METODE COPRECIPITATION

EFEK SUHU DAN WAKTU TAHAN SINTERING PADA BARIUM TITANAT (BaTiO3) TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KONSTANTA DIELEKTRIK MENGGUNAKAN METODE COPRECIPITATION EFEK SUHU DAN WAKTU TAHAN SINTERING PADA BARIUM TITANAT (BaTiO3) TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KONSTANTA DIELEKTRIK MENGGUNAKAN METODE COPRECIPITATION TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

TUGAS XIII LISTRIK DAN MAGNET

TUGAS XIII LISTRIK DAN MAGNET TUGAS XIII LISTRIK DAN MAGNET 1. Sebuah kapasitor keping sejajar yang tebalnya d mempunyai kapasitas C o. Ke dalam kapasitor ini dimasukkan dua bahan dielektrik yang masing-masing tebalnya d/2 dengan konstanta

Lebih terperinci

MODUL 03 RANGKAIAN DIODA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL 03 RANGKAIAN DIODA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 MOUL 03 RANGKAIAN IOA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA AN INSTRUMENTASI PROGRAM STUI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA AN PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANUNG Riwayat Revisi Rev.

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Analisa Sistem Instrumentasi Rectifier & Voltage Regulator

Laporan Praktikum Analisa Sistem Instrumentasi Rectifier & Voltage Regulator Laporan Praktikum Analisa Sistem Instrumentasi Rectifier & Voltage Regulator Ahmad Fauzi #1, Ahmad Khafid S *2, Prisma Megantoro #3 #Metrologi dan Instrumentasi, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada,

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 10-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) BAB 10 Sifat Listrik Dielektrik Berbeda dari konduktor, material ini tidak

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. 1. Gambar 2.1. Prinsip Kerja Kapasitor Gambar 2.2. Prinsip Dasar Proses Tomography... 10

DAFTAR GAMBAR. 1. Gambar 2.1. Prinsip Kerja Kapasitor Gambar 2.2. Prinsip Dasar Proses Tomography... 10 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Gambar 2.1. Prinsip Kerja Kapasitor... 8 2. Gambar 2.2. Prinsip Dasar Proses Tomography... 10 3. Gambar 2.3. Sistem Kerja ECVT... 11 4. Gambar 2.4. Rangkaian Charge/discharege...

Lebih terperinci

ABSTRAK PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA PEMBUATAN RANGKAIAN INVERTER DARI DC KE AC Rahmi Dewi, Usman Malik, Syahrol Jurusan Fisika, FMIPA, Universiatas Riau, Pekanbaru, Indonesia E-mail : drahmi2002@yahoo.com ABSTRAK Telah dilakukan penelitian

Lebih terperinci

SILABUS MATAKULIAH. Revisi : 4 Tanggal Berlaku : 04 September 2015

SILABUS MATAKULIAH. Revisi : 4 Tanggal Berlaku : 04 September 2015 SILABUS MATAKULIAH Revisi : 4 Tanggal Berlaku : 04 September 2015 A. Identitas 1. Nama Matakuliah : Fisika Dasar 2 2. Program Studi : Teknik Industri 3. Fakultas : Teknik 4. Bobot sks : 2 SKS 5. Elemen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014, 41 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014, bertempat di Laboratorium Instrumentasi Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR SISTEM PENGISIAN DAYA AKI

BAB II KONSEP DASAR SISTEM PENGISIAN DAYA AKI BAB II KONSEP DASAR SISTEM PENGISIAN DAYA AKI Pada bab ini akan dibahas mengenai dasar sistem yang mendasari perancangan dan perealisasian alat manajemen pengisian daya aki otomatis dua kanal. Pada dasarnya

Lebih terperinci

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK INDUKSI ELEKTROMAGNETIK Hukum Faraday Persamaan Maxwell Keempat (Terakhir) Induksi Elektromagnetik Animasi 8.1 Fluks Magnet yang Menembus Loop Analog dengan Fluks Listrik (Hukum Gauss) (1) B Uniform (2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemasangan atau pembuatan barang-barang elektronika dan listrik.

BAB I PENDAHULUAN. pemasangan atau pembuatan barang-barang elektronika dan listrik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain yang sudah diketahui

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA ALAT UKUR PRAKTIKUM FISIKA DASAR II

PRINSIP KERJA ALAT UKUR PRAKTIKUM FISIKA DASAR II PRINSIP KERJA ALAT UKUR PRAKTIKUM FISIKA DASAR II TRANSFORMATOR Transformator digunakan untuk mengubah tegangan. Penggunaan di Laboratorium umumnya untuk menurunkan tegangan listrik PLN 110 atau 220 volt

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALAT PRAKTIKUM KAPASITOR PLAT SEJAJAR UNTUK MENENTUKAN KONSTANTA DIELEKTRIK SUATU BAHAN SKRIPSI

PENGEMBANGAN ALAT PRAKTIKUM KAPASITOR PLAT SEJAJAR UNTUK MENENTUKAN KONSTANTA DIELEKTRIK SUATU BAHAN SKRIPSI PENGEMBANGAN ALAT PRAKTIKUM KAPASITOR PLAT SEJAJAR UNTUK MENENTUKAN KONSTANTA DIELEKTRIK SUATU BAHAN SKRIPSI Oleh : KURNIASARI 1113010004 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

Kurikulum 2013 Antiremed Kelas 9 Fisika

Kurikulum 2013 Antiremed Kelas 9 Fisika Kurikulum 2013 Antiremed Kelas 9 Fisika Listrik Dinamis - Soal Pilihan Ganda Doc. Name: K13AR09FIS0201 Doc. Version : 2015-11 halaman 1 01. Arus listrik yang mengalir di dalam sebuah kawat penghantar disebabkan

Lebih terperinci